new bab ii tinjauan pustaka a. konsep post operasi …repository.poltekkes-tjk.ac.id/475/3/2.pdf ·...

26
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Post Operasi Laparatomi 1. Pengertian Laparatomi Laparatomi adalah proses pembedahan perut sampai membuka selaput perut, dengan 4 cara yaitu Midline incision., Paramedian, yaitu : sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5 cm), panjang (12,5 cm), Transverse upper abdomen incision yaitu insisi dibagian atas contohnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy, dan Transverse lower abdomen yaitu insisi melintang dibagian bawah kurang lebih 4 cm diatas anterior spinal iliaka misalnya apendiktomi (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010) Menurut Syamsuhidayat (2005), Laparatomi adalah salah satu prosedur pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian dari abdomen yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi). 2. Indikasi Laparatomi Menurut Jitowiyono (2010), tindakan laparatomi dapat dilakukan berdasarkan indikasi dibawah ini : a. Adanya massa abdomen. b. Perdarahan saluran Pencernaan . c. Peritonitis. d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar. e. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) Ruptur hepar. 3. Jenis Laparatomi Menurut Indikasi Menurut Jitowiyono (2010), Jenis laparatomi berdasarkan indikasi diantaranya : a. Adrenektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin. b. Apendiktomi : Operasi pengangkatan apendiks

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Post Operasi Laparatomi 1. Pengertian Laparatomi

    Laparatomi adalah proses pembedahan perut sampai membuka selaput

    perut, dengan 4 cara yaitu Midline incision., Paramedian, yaitu : sedikit ke

    tepi dari garis tengah (2,5 cm), panjang (12,5 cm), Transverse upper abdomen

    incision yaitu insisi dibagian atas contohnya pembedahan colesistotomy dan

    splenektomy, dan Transverse lower abdomen yaitu insisi melintang dibagian

    bawah kurang lebih 4 cm diatas anterior spinal iliaka misalnya apendiktomi

    (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

    Menurut Syamsuhidayat (2005), Laparatomi adalah salah satu prosedur

    pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan dinding

    abdomen untuk mendapatkan bagian dari abdomen yang mengalami masalah

    (hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi).

    2. Indikasi Laparatomi Menurut Jitowiyono (2010), tindakan laparatomi dapat dilakukan

    berdasarkan indikasi dibawah ini :

    a. Adanya massa abdomen.

    b. Perdarahan saluran Pencernaan .

    c. Peritonitis.

    d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

    e. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) Ruptur hepar.

    3. Jenis Laparatomi Menurut Indikasi Menurut Jitowiyono (2010), Jenis laparatomi berdasarkan indikasi

    diantaranya :

    a. Adrenektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin.

    b. Apendiktomi : Operasi pengangkatan apendiks

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 7

    7

    c. Gasterektomi : Pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum /

    jejunum, mengangkat sel-sel penghasil gastrin dalambagian sel parital)..

    d. Histerektomi : Pengangkatan bagian uterus.

    e. Kolektomi : pengangkatan bagian kolon atau seluruh kolon

    f. Pankreatomi : Pengangkatan pankreas.

    g. Seksio cesaria : pengangkatan janin dengan membuka dinding

    ovarium melalui abdomen

    h. Siksetomi : operasi pengangkatan kandung kemih

    i. Selfiigo ofarektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua tuba falopi

    dan ovarium.

    4. Komplikasi Jitowiyono (2010), menyatakan bahwa tindakan laparatomi dapat terjadi

    komplikasi pada pasien seperti berikut :

    a. Ventilasi paru tidak efektif.

    b. Gangguan kardiovaskuler : Hipertensi, Aritmia jantung

    c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

    d. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.

    5. Latihan latihan fisik Menurut Jitowiyono (2010) Latihan fisik yang dapat dilakukan paska

    operasi yaitu latihan nafas dalam, latihan batuk, menggerakan otot otot kaki,

    menggerakan otot otot bokong, latihan alih baring dan turun dari tempat tidur

    semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi, karena pasien paska operasi pada

    6 jam pertama harus tirah baring dulu Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan

    untuk dapat miring kekiri dan kekanan untuk mencegah trombosis dan

    trombo emboli. Setelah24 jam Pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar

    duduk. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkanuntuk belajar berjalan (Kasdu,

    2005 dalam Rustianawati, 2013).

    Latihan yang dipilih peneliti adalah Posisi semi fowler. posisi semi fowler

    yaitu posisi duduk dimana kepala di tinggikan 30 derajat posisi ini membantu

    mengembangkan ekspansi dada dan mengurangi tekanan abdomen

    memberikan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri.

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 8

    8

    6. Penatalaksanaan Post Laparatomi Penatalaksanaan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang

    diberikan kepada pasien pasien yang telah menjalani operasi pembedahan

    perut. Tujuan perawatannya antara lain :

    a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

    b. Mempercepat penyembuhan.

    c. Mengembalikan funsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum

    operasi.

    d. Mempertahankan konsep diri pasien.

    e. Mempersiapkan pasien pulang.

    (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

    B. Konsep Nyeri

    1. Pengertian Nyeri Nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang

    mengalaminya yang ada kapan pun individu mengatakannya.Nyeri merupakan

    Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari

    kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer & Bare, 2002).

    Menurut Mc Caffery dalam Potter &Perry (2006), nyeri adalah segala

    sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja

    seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.

    2. Penyebab Nyeri Penyebab nyeri dapat digolongkan menjadi dua yaitu nyeri yang

    berhubungan dengan fisik dan psikis. Nyeri secara fisik yaitu nyeri yang

    timbul karena trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun

    elektrik) dimana terganggunya serabut saraf reseptor nyeri, serabut saraf ini

    terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan – jaringan tertentu

    yang terletak lebih dalam.Sedangkan nyeri yang disebabkan oleh faktor

    psikologis merupakan nyeri yang dirasakan akibat trauma psikologis dan

    berpengaruh terhadap fisik.

    3. Patofisioogi Nyeri

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 9

    9

    Menurut Smeltzer & Bare (2002), berdasarkan proses patofisiologi nyeri

    terbagi menjadi :

    a. Mekanisme Neurofisiologi Nyeri Sistem saraf yang mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri dalam

    transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif. Sensitivitas dari

    komponen sistem nosiseptif dapat dipengeruhi oleh sejumlah faktor yang

    berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus

    yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama.

    Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa

    bagi orang lain. Sebagai contoh, nyeri akibat arthritis kronis dan nyeri

    pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari. Faktor-faktor tersebut

    dapat meningkatkan atau menurunkan sensitivitas komponen yang berbeda

    dari sistem nosiseptif yang diuraikan dalam pembahasan berikut.

    b. Transmisi Nyeri Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang

    berespons hanya pada stimulus yang kuat dan secara potensial merusak,

    sifatnya bisa mekanik, termal, dan kimia. Sendi, otot skelet, fasia, tendon, dan

    kornea juga mempunyai reseptor nyeri yang mempunyai potensi untuk

    mentransmit stimuli yang menyebabkan nyeri. Namun demikian, organ-organ

    internal yang besar (visera) tidak mengandung ujung saraf yang berespons

    hanya pada stimuli nyeri.

    Nyeri yang berasal dari organ ini diakibatkan dari stimuli reseptor yang

    kuat yang mempunyai tujuan lain. Sebagai contoh, inflamasi, regangan,

    iskemia, dilatasi, dan spasme organ-organ internal yang dapat menyebabkan

    nyeri hebat.

    c. Kornu Dorsalis dan Jaras Asenden Kornus dorsalis dari medula spinalis dianggap sebagai tempat untuk

    merespon nyeri, serabut perifer (seperti reseptor nyeri) dan serabut traktus

    sensori asenden berakhir disini. Juga terdapat interkoneksi antara sistem

    neuronal desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 10

    10

    otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke

    korteks serebri.

    Agar nyeri dapat dicerna secara sadar, neuron pada sistem asenden harus

    diaktifkan. Aktifitas terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang

    terletak dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam

    kornu dorsalis yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan

    transmisi informasi yang menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam

    jaras asenden.

    Sering kali area ini disebut sebagai “gerbang”. Kecenderungan alamiah

    gerbang adalah untuk membiarkan semua input yang menyakitkan dari perifer

    untuk mengaktifkan jaras asenden dan mengakibatkan nyeri. Stimulasi dari

    neuron inhibitori sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan

    mencegah transmisi sensasi nyeri.

    4. Sifat Nyeri Menurut Mahon dalam Potter & Perry (2006), nyeri merupakan suatu

    kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus

    tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri

    dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental, sedangkan

    kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang

    individu.Mahon menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri,

    yaitu nyeri bersifat individu, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan

    yang mendominasi, dan nyeri bersifat tidak berkesudahan.

    5. Teori – Teori Nyeri Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia dan menggugah rasa

    ingin tahu para ahli. Begitu pula untuk menjelaskan bagaimana nyeri tersebut

    terjadi masih merupakan suatu misteri. Namun demikian, ada beberapa teori

    yang menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Berikut ini adalah teori - teori

    yang dapat digunakan utuk menjelaskan mekanisme transmisi nyeri :

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 11

    11

    a. The Specificity Theory (Teori Spesifik) Teori ini menjelaskan bahwa otak menerima informasi mengenai objek

    eksternal dan struktur tubuh melalui saraf sensori. Timbulnya sensasi nyeri

    berhubungan dengan pengaktifan ujung – ujung serabut saraf bebas oleh

    perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperatur yang berlebihan.

    Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh

    spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus.

    b. The Intensity Theory (Teori Intensitas) Menurut teori intensitas nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan

    pada reseptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan

    nyeri jika intensitasnya cukup kuat (Asmadi, 2008).

    c. The Gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu) Teori kontrol pintu adalah teori paling sederhana mengenai penjelasan

    fisiologi nyeri, yang dikemukaan oleh Melzack dan Well pada tahun 1965.

    Dalam teorinya kedua ahli ini menjelaskan bahwa impuls nyeri dapat diatur

    atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf

    pusat (Potter & Perry, 2006).

    6. Klasifikasi Nyeri Menurut Asmadi (2008),nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa

    golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu

    lamanya serangan.

    a. Nyeri Berdasarkan Tempatnya 1) Pheriperal Pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

    misalnya pada kulit, mukosa.

    2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih

    dalam atau pada organ – organ tubuh visceral.

    3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

    organ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di

    daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

    4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem

    dsaraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dan lain- lain.

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 12

    12

    b. Nyeri Berdasarkan Sifatnya 1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

    menghilang.

    2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

    dalam waktu yang lama.

    3) Paroymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat

    sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10 – 15 menit, lalu

    menghilang, kemudian timbul lagi.

    c. Nyeri Berdasarkan Berat Ringannya 1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

    2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

    3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi

    d. Nyeri Berdasarkan Waktu Lamanya Serangan Menurut Asmadi (2008), nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan

    dibagi menjadi dua yaitu :

    1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan

    berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui

    dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka

    bekas operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri

    koroner.

    2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri

    bertahun-tahun. Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul drngan

    periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul kembali lagi

    nyeri, dan begitu seterusnya. Ada pula pola nyeri kronis yang konstan,

    artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama semakin

    meningkat intesitasnya walaupun telah diberikan pengobatan. Misalnya,

    pada nyeri karena neoplasma .

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 13

    13

    7. Respons Terhadap Nyeri Menurut Potter & Perry (2006) ada dua respons terhadap nyeri, yaitu

    respons fisiologis dan respons perilaku.

    a. Respons Fisiologis Terhadap Nyeri Respons nyeri fisiologis terhadap nyeri dapat sangat membahayakan

    individu. Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju batang otak

    dan talamus, sistem saraf otonom menjadi tersimulasi sebagai bagian dari

    respons stress. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang

    superfisial menimbulkan reaksi “flight-atau-fight”, yang merupakan sindrom

    adaptasi umum. Stimulus pada cabang simpatis pada saraf otonom

    menghasilkan respons fisiologis

    Apabila nyeri berlangsung terus – menerus, berat, atau dalam, dan secara

    tipikal melibatkan organ – organ viseral (seperti nyeri pada infark miokard,

    kolik akibat kandung empedu atau batu ginjal), sistem saraf parasimpatis

    menghasilkan suatu aksi. Kecuali pada kasus – kasus nyeri traumatik yang

    berat, yang menyebabkan individu mengalami syok, kebanyakan individu

    mencapai tingkat adaptasi, yaitu ketika tanda – tanda fisik kembali normal.

    Dengan demikian, seseorang yang mengalami nyeri tidak akan selalu

    memperlihatkan tanda – tanda fisik (Potter & Perry, 2006). Berikut ini tabel

    yang menunjukkan respons fisiologis terhadap nyeri:

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 14

    14

    Tabel 1. Respons Fisiologis Nyeri

    Respons Penyebab atau Efek STIMULUS SIMPATIK* Dilatasi saluran bronkiolus dan peningkatan frekuensi pernapasan

    Menyebabkan peningkatan asupan oksigen

    Peningkatan frekuensi denyut nadi Menyebabkan peningkatan transport oksigem

    Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah)

    Meningkatkan tekanan darah disertai perpindahan suplai darah dan perifer dan visera ke otot – otot skelet dan otak

    Peningkatan kadar glukosa darah Menghasilkan energi tambahan Diaforesis Mengontrol temperatur tubuh selama

    stres Peningkatan ketegangan otot Mempersiapkan otot untuk melakukan

    aksi Dilatasi pupil Memungkinkan penglihatan yang lebih

    baik Penurunan motilitas saluran cerna Membebaskan energi untuk melakukan

    aktivitas dengan lebih baik STIMULUS PARASIMPATIK**

    Pucat Menyebabkan suplai darah berpindah ke perifer

    Ketegangan otot Akibat keletihan Penurunan denyut jantung dan tekanan darah

    Akibat stimulasi vagal

    Pernapasan yang cepat dan tidak teratur

    Menyebabkan pertahanan tubuh gagal akibat nyeri yang terlalu lama

    Mual dan muntah Mengembalikan fungsi saluran cerna Kelemahan atau kelelahan Akibat pengeluaran energi fisik

    (Sumber : Potter & Perry, 2006)

    Ket : *Nyeri dengan intensitas ringan sampai moderat dan nyeri superfisial

    **Nyeri yang berat dan dalam

    b. Respons Perilaku Apabila nyeri dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, hal tersebut dapat

    mengancam kesejahteraan seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.

    Beberapa pasien memilih untuk tidak mengekspresikan nyeri yang dirasakan,

    karena mereka menganggap bahwa ekspresi tersebut akan membuat orang lain

    merasa tidak nyaman atau merupakan salah satu tanda bahwa mereka

    kehilangan kontrol terhadap diri mereka sendiri. Pasien yang memiliki

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 15

    15

    toleransi yang tinggi terhadap nyeri mampu menahan rasa nyeri tanpa bantuan

    atau pertolongan dari orang lain.

    Sedangkan, seseorang yang memiliki toleransi nyeri yang rendah dapat

    mencari upaya untuk menghilangkan rasa nyeri sebelum nyeri terjadi. Gerakan

    tubuh dan ekspresi wajah dapat mengindikasikan adanya nyeri, seperti

    mengatubkan gigi-gigi, memegang tubuh yang terasa sakit, postur tubuh yang

    membungkuk, dan ekspresi wajah yang meringis. Beberapa klien bahkan

    menangis atau mengerang kesakitan dan biasanya terlihat gelisah atau

    meminta sesuatu secara terus-menerus kepada perawat.

    Hal ini menjadi penting bagi seseorang perawat untuk mengenali dan

    mengamati respon yang ditunjukkan oleh pasien terutama pada pasien yang

    tidak mampu atau tidak bisa melaporkan adanya rasa nyeri yang dirasakan,

    contohnya pasien dengan gangguan kognitif. Bagaimanpun, kurang atau tidak

    adanya ekspresi nyeri bukan berarti pasien tidak merasakan nyeri. Respons

    perilaku nyeri dapat dilihat pada tabel berikut:

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 16

    16

    Tabel 2 Respons Perilaku Nyeri

    Respons Perilaku Nyeri pada Klien Vokalisasi 1. Mengaduh

    2. Menangis 3. Sesak napas 4. Mendengkur

    Ekspresi wajah 1. Meringis 2. Menggeletukkan gigi 3. Mengernyitkan dahi 4. Menutup mata atau mulut dengan

    rapat atau membuka mata atau mulut dengan lebar

    5. Menggigit bibir Gerakan tubuh 1. Gelisah

    2. Imobilisasi 3. Ketegangan otot 4. Peningkatan gerakan jari dan

    tangan 5. Aktivitas melangkah yang tanggal

    ketika berlari atau berjalan 6. Gerakan ritmik atau gerakan

    menggosok 7. Gerakan melindungi bagian tubuh

    Interaksi sosial 1. Menghindari percakapan

    2. Fokus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri

    3. Menghindari kontak sosial 4. Penurunan rentang perhatian

    (Sumber : Potter & Perry, 2006)

    8. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Respons Nyeri

    Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara

    lain :

    a. Usia Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri khususnya

    pada anak anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan

    diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak anak dan

    lansia bereaksi terhadap nyeri (Potter & Perry, 2006)

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 17

    17

    Cara lansia berespon terhadap nyeri berbeda dengan anak yang berusia

    lebih muda. Lansia cenderung untuk mengabaikan nyeri dan menahan nyeri

    lebih lama sebelum melaporkannya atau mencari perawatan kesehatan

    (Smeltzer & Bare, 2002)

    b. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam

    merespons nyeri, namun beberapa kebudayaan menganggap bahwa seorang

    anak laki – laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak

    perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Potter & Perry, 2006)

    c. Kebudayaan Smeltzer & Bare (2002), mengatakan bahwa budaya dan etnisitas

    berpengaruh pada bagaimana seseorang berespons terhadap nyeri. Sejak masa

    kanak – kanak individu belajar dari sekitar mereka mengenai respons nyeri

    yang bagaimana yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Sebagai

    contoh anak dapat belajar bahwa cedera akibat olahraga tidak terlalu

    menyakitkan dibanding dengan cedera akibat kecelakaan motor.

    Keyakinan dan nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.

    Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh

    kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

    Petugas kesehatan seringkali berasumsi bahwa cara yang mereka lakukan dan

    apa yang mereka yakini adalah sama dengan cara dan keyakinan orang lain.

    Dengan demikian mereka mencoba mengira bagaimana klien akan

    berespon terhadap nyeri, misalnya apabila seorang perawat yakin bahwa

    menangis dan merintih mengindikasikan suatu ketidakmampuan untuk

    mentoleransi nyeri, akibatnya pemberian terapi mungkin tidak cocok untuk

    pasien berkebangsaan meksiko amerika ( Potter & Perry, 2006).

    d. Makna Nyeri Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri memngaruhi pengalaman

    nyeri dan cara seseorang berasaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan

    secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan

    mempersepsikan nyeri degan cara berbeda – beda, apabila nyeri tersebut

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 18

    18

    memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan.

    Misalnya, seorang wanita yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri

    berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena

    pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri juga akan dipersepsikan

    klien berhubungan dengan makna nyeri (Potter & Perry, 2006).

    e. Perhatian Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

    memngaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan

    nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan

    respons nyeri yang menurun (Potter & Perry, 2006).

    f. Ansietas Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering kali

    meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan sesuatu

    perasaan ansietas, Paice melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri

    mengaktifkan bagian sistem limbic yang diyakini mengendalikan emosi

    seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbic dapat memprotes reaksi emosi

    terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri (Potter &

    Perry, 2006).

    g. Keletihan Keletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang menyebabkan sensasi

    nyeri semakian intensif dan menurunkan kemampuan kopping. Apabila

    keletihan disertai kesulitan tidur, persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih

    berat lagi. Nyeri sering sekali lebih berkurang setelah individu mengalami

    suatu periode tidur yang lelap (Potter & Perry, 2006).

    h. Pengalaman Sebelumnya Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri

    tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka ansietas atau

    bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami

    nyeri dengan jenis yang sama berulang – ulang, tetapi kemudian nyeri

    tersebut berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk

    menginterpretasikan sensasi nyeri akibatnya, klien akan lebih siap untuk

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 19

    19

    melakukan tindakan – tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri

    (Potter & Perry, 2006).

    Cara seseorang berespons terhadap nyeri adalah akibat dari banyak

    kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang ,nyeri

    masalalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri

    berkepanjangan atau kronis dan persisten.individu yang mengalami nyeri

    selama berbulan bulan atau bertahun tahun dapat menjadi mudah marah,

    menarik diri, dan depresi. (Smeltzer& Bare,2002).

    i. Efek plasebo Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap pengobatan atau

    tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan atau tindakan tersebut

    akan memberikan hasilbukan karena tindakan atau pengobatan tersebut benar

    benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah memberikan

    efek positif. (Smeltzer& Bare,2002).

    j. Gaya Koping Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat anda

    merasa kesepian,apabila klien sedang dirawat di rumah sakit dan merasa

    tidakberdaya dengan rasa sepi itu. Nyeri dapat menyebabkan

    ketidakmampuan, baik sebagian maupun keseluruhan / total. Klien sering

    sekali menemukan berbagai cara untuk mengemban koping terhadap efek

    fisik dan psikologis nyeri. Penting untuk memahami sumber – sumber koping

    klien selama ini mengalami nyeri. Sumber – sumber seperti berkomunikasi

    dengan keluarga pendukung melakukan latihan, atau menyanyi dapat

    digunakan dalam rencana asuhan keperawatan dalam upaya pendukung klien

    dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu (Potter & Perry, 2006).

    k. Dukungan Keluarga dan Sosial Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respons nyeri ialah kehadiran

    orang – orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.

    Individu dari kelompoksosial budaya yang ebrbeda memiliki harapan yang

    berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang

    nyeri.Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada anggota

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 20

    20

    keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan

    perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang

    dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada

    keluarga atau teman, sering kali pengalaman nyeri membuat klien semakin

    tertekan. Kehadiran orangtua sangat penting bagi anak – anak yang sedang

    menglami nyeri (Potter & Perry, 2006).

    9. Penilaian Respons Intensitas Nyeri

    Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala

    sebagai berikut:

    a. Skala Numerik Skala penilaian numerik (Numeric rating scale, NRS) lebih digunakan

    sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri

    dengan menggunakan skala 0 – 10. Skala paling efektif digunakan saat

    mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila

    digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm.

    (Potter & Perry 2006).

    Gambar 1. Skala Nyeri Numerik

    Sumber : Potter & Perry (2006)

    b. Skala Nyeri Deskriptif Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

    yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale,

    VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

    pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sma di sepanjang garis.

    Deskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak

    tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien

    untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat juga

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 21

    21

    menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh

    nyeri terasa paling tidak menyakitkan. (Potter & Perry, 2006).

    Gambar 2. Skala Nyeri Deskriptif

    Sumber : Potter & Perry (2006)

    c. Skala Nyeri Analog Visual Skala Analog visual (Visual Analog Scale) adalah sustu garis

    lurus/horzontal sepanjang 10cm, dan ujungnya mengindikasikan untuk nyeri

    yang berat,ujung kirimenandakan tidakada atau tidak nyeri kemudian Pasien

    diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi

    sepanjang garis tersebut(Smelzer& Bare 2002).

    Gambar 3. Skala Analog Visual

    Sumber : Potter & Perry (2006)

    10. Strategi Penatalaksanaan Nyeri

    Strategi penatalaksaan nyeri terbagi menjadi dua, yakni strategi

    pelaksanaan nyeri farmakologis dan strategi pelaksanaan nyeri

    nonfarmakologis. strategi pelaksanaan nyeri farmakologis yaitu dengan Obat

    Analgetik salah satunya yaitu ketorolak, obat ini merupakan analgesik poten

    dengan efek anti-inflamasi sedang, keterolak merupakan salah satu dari sedikit

    AINS yang tersedia untuk pemberian parenteral. Masa kerja obat ini lebih

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 22

    22

    panjang dan efek sampingnya lebih ringan dosis yang diberikan secara IV

    biasanya 15-30 mg dengan absorpsi lebih cepat mencapai puncak dalam waktu

    30-50 menit. Adapun beberapa tindakan penatalaksanaan nyeri

    nonfarmakologis adalah sebagai berikut :

    a. Stimulasidanmasasekutaneus Salahsatupenatalaksanaannyerinonfarmakologisadalah dengan

    caramenggosokkulitatumelakukan pijatanMasase,merupakansalahsatucara

    yang digunakan untuk mengurangi nyeri yang merupakan stimulasi

    kutaneustubuh secaraumumyangbiasanyadipusatkan padapunggungdan

    bahu.Masasedapatmembuatrelaksasi otot,sehinnggaklien akanmerasa

    nyaman.Masasetidakmentimulasi reseptor tidaknyeri,namunmempunyai

    dampakterhadap sistemkontroldesenden(Smeltzer& Bare,2002).

    b. Terapikomprespanas dan kompres dingin Terapiinimerupakansalahsatuterapiyangcukupefektif

    dalambeberapakeadaan,namun keefektifan

    danmekanismekerjanyamemerlukan studi lebihlanjut.Menurutdugaan,terapi

    esdan panasinimenstimulasi reseptortidaknyeri (non-nosiseptor)dalam

    reseptoryangsamaseperti cedera.Terapi

    esdapatmenurunkanprostaglandinyangmemperkuat sensitivitas reseptor nyeri

    dan subkutan lain dengan cara menghambatsehingga dapat menurunkan

    nyeri dengan mempercepat kesembuhan. (Smeltzer& Bare,2002).

    c. Stimulasi sarafelektris transkutan Penggunaanterapiinimelibatkanteknologielektronik.Stimulasisarafelektrist

    ranskutan (TENS)menggunakan alatyangdijalankan dengan baterai dan

    elektrodayangdipasangpadakulituntukmenghasilkan efek

    kesemutan,menggetar,ataumendengungpadaarea nyeri.TENSdapat

    digunakanuntuk nyeriakut ataupunnyerikronis.TENSdidugadapat

    menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam area sama seperti

    serabutyangmentransmisikannyeri.Sebagaicontoh,TENS

    digunakanpadaklienpascaoperasidisekitarlukabedah(Smeltzer &Bare,2002).

    d. Teknikrelaksasi

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 23

    23

    Relaksasi merupakan perasaan bebas secara mental dan fisik dari

    ketegangan atau stres yang membuat individu memiliki rasa kontrol terhadap

    dirinya. Perubahan fisiologis dan perilaku berhubungan dengan relaksasi yang

    mencakup: menurunnya denyut jantung, tekanan darah dan kecepatan

    pernapasan, meningkatnya kesadaran secara umum; menurunnya kebutuhan

    oksigen, perasaan damai, serta menurunnya ketegangan otot dan kecepatan

    metabolisme. Teknik relaksasi meliputi meditasi, yoga, Zen, Teknik imajinasi,

    dan latihan relaksasi progresif (Potter & Perry, 2006).

    Teknik relaksasi lainnya yaitu relaksasi autogenik yang termasuk dalam

    salah satu penatalaksanaan nyeri non farmakologis. Relaksasi ini mudah

    dilakukan dan tidak menimbulkan resiko. Prinsipnya klien harus mampu

    berkonsentrasi sambil membaca mantra/doa/zikir dalam hati seiring dengan

    ekspansi paru (Asmadi, 2008).

    Pengajaran teknikrelaksasiiniakan sangatperluuntuk diajarkanberulang kali

    agarklienmemahami.Klien dapatmemejamkanmatadanbernafas

    dengannyaman,ataubernafasdengan konstan danberiramasaatinhalasi ataupun

    ekshalasi.Hampirsemuaorangyangmelakukanmetodeini, merasakan

    manfaatdalammenguranginyeriyangdirasakan.Relaksasiyang

    dilakukanteraturdapatmembantukeletihandanketeganganotot(Smeltzer&Bare,

    2002).

    e. Distraksi

    Distraksimerupakan salahsatu penatalaksanaan

    nyeridengancaramemfokuskan perhatian klien

    padasesuatuselainnyeri.Klienyang

    merasakannyerinamunfokusperhatiannyatidakpadanyeri tersebut,maka

    toleransiterhadapnyeriakanmenjadilebihbaik.

    Distraksididugadapat

    menguranginyeridenganmenstimulasisistemkontroldesenden,yangdapat

    membuatlebihsedikitstimulinyerikeotak.Distraksi dapatberkisardari

    pencegahanyangmonotonhinggamelakukanaktivitasfisikataupunmental.

    Beberapaorang dapat meredakan nyeri melalui permainandanaktivitas

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 24

    24

    (Smeltzer& Bare,2002).

    f. Imajinasiterbimbing Imajinasiterbimbingmerupakan

    salahsatupenatalaksanaannonfarmakologisyangmemanfaatkanimajinasi

    klien.Penggunaanimajinasi terbimbinginidapatdipadukan dengan

    teknikrelaksasibernafas,sehingga saatklienmenghirupnafas,klien

    dapatdimintauntukmembayangkanhal- halindahyangtentusajadapat membuat

    klien lebihtenang.

    Saat klien menghembuskan nafas, klien dapat diajak untuk

    membayangkan, bahwa saatklienmenghembuskannafas,semuanyeriakanpergi

    seiringdengan hembusannafas tersebut.Biasanyaklien

    dimintauntukmelakukanimajinasi

    terbimbingselama5menit,tigakalisehari(Smeltzer& Bare,2002).

    g. Hipnosis Hipnosisharusdilakukanolehorangyangterlatih dan

    padaklienyngbersediadihipnosis.Perbedaan dalammemberisugesti

    padasetiapindividuakanberbeda,sehinggakeberhasilan

    hipnosisjugabergantungdarisetiapindividu(Smeltzer& Bare,2002).

    h. Biofeedback Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan

    memberikan individu informasi tentang respon fisiologis (misalnya, tekanan

    darah dan ketegangan otot) dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap

    respon tersebut. Terapi ini digunakan untuk menghasilkan keadaan yang rileks

    dan sangat efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan nyeri kepala

    migren(Potter & Perry, 2006).

    i. Sentuhan Terapeutik Pendekatan ini menyatakan bahwa pada individu yang sehat, terdapat

    ekuilibrium antara aliran energi didalam dan diluar tubuh. Sentuhan

    terapeutik meliputi penggunaan tangan untuk secara sadar melakukan

    pertukaran energi. Terdapat empat langkah dasar dalam melakukan teknik ini,

    yaitu pemusatan, pengkajian, terapi, dan evaluasi. Setiap tahap umumnya

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 25

    25

    melaju kelangkah berikutnya dan proses secara keseluruhan berlangsung

    sekitar 25 menit(Potter & Perry, 2006).

    j. Mobilisasi Bergerak dan berputar ditempat tidur dapat membantu mencegah

    kompliksi sirkulator paru paru dan cardiovaskuler mencegah dekubitus

    merangsang peristaltik dan mengurangi nyeri. Rasa nyeri yang dirasakan dari

    sayatan post operasi dapat dikurangi dengan cara bergerak ditempat tidur

    guna mengurangi rasa nyeri akibat ketegangan otot dan melancarkan sirkulasi

    darah (Long, 1996).

    Cara yang efektif untuk menghilangkan rasa nyeri seperti mengubah

    posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun-ayun, menggosok)

    makan, meditasi atau mengompres bagian yang nyeri dengan kompres panas

    atau dingin (Potter & Perry, 2006).

    Intervensi keperawatan untuk meningkatkan pengembalian fungsi tubuh

    dan menguranginyeri, pasien dianjurkan melakukan mobilisasi dini, yaitu

    latihan gerak sendi, gaya berjalan,toleransi aktivitas sesuai kemampuan dan

    kesejajaran tubuh. Ambulasi dini pasca laparatomidapat dilakukan sejak di

    ruang pulih sadar (recovery room) dengan miring kanan/kiri danmemberikan

    tindakan rentang gerak secara pasif.

    Mobilisasi dini postoperasi laparatomi dapat dilakukan secara bertahap,

    setelah operasi, pada 6 jam pertama pasienharus tirah baring dulu. Mobilisasi

    dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,tangan, menggerakkan

    ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat

    tumit,menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6-

    10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan untuk

    mencegah trombosis dan trombo emboli. Setelah24 jam Pasien dianjurkan

    untuk dapat mulai belajar duduk. Setelah pasien dapat duduk,

    dianjurkanuntuk belajar berjalan (Kasdu, 2005 dalam Rustianawati, 2013).

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 26

    26

    C. Konsep Relaksasi 1. Pengertian Relaksasi

    Tekhnik relaksasi merupakan salah satu metode manajemen nyeri non

    farmakologis. Relaksasiadalah upaya memberikan kebebasan mental dan

    fisik dari ketegangan dan stress karena dapat mengubah persepsi kognitif dan

    afektif. Tekhnik relaksasi ini membuat pasien dapat mengontrol diri ketika

    terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,stress fisik dan emosi pada saat nyeri

    (Potter & Perry, 2006).

    Tekhnik ini dapat dilakukan dengankepaladitopang dalamposisiberbaring

    atau duduk dikursi. Halutamayang dibutuhkan dalam

    pelaksanaanteknikrelaksasiadalahklien dengan posisi yang nyaman

    (Posisi semi fowler),klien dengan pikiranyangberistirahat, dan

    lingkunganyang tenang(Asmadi,2009).

    2. Manfaat Relaksasi

    Menurut Potter & Perry, (2006) manfaat relaksasi sebagai berikut :

    a. Penurunan nadi, tekanan darah dan pernafasan

    b. Penurunan konsumsi oksigen

    c. Penurunan ketegangan otot

    d. Penurunan keceptan metabolisme

    e. Peningkatan kesadaran global

    f. Kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan

    g. Tidak ada perubahan posisi yang volunter artinya dimana peneliti tetap

    mempertahan kan kenyamanan posisi pasien.

    3. Macam- macam Teknik Relaksasi Menurut Potter & perry, (2005) macam – macam relaksasi yaitu :

    a. Relaksasi nafas dalam

    b. Relaksasi Progresif

    c. Nafas Ritmik

    d. Relaksasi autogenik

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 27

    27

    4. Definisi Relaksasi Otot Progresif

    Relaksasi otot progresif adalah relaksasi yang menimbulkan sensasi otot.

    Relaksasi otot progresif dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan

    merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri.

    a. Posisi Semi Fowler

    Posisisemi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana

    bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan sebanyak 30 derajat.

    Posisi ini dilakukan untuk mempetahankan kenyaman dan memfasilitasi

    fungsi pernafasan.

    b. Tujuan Mengatur PosisiSemi Fowler

    Tujuanmengaturposisi pasienadalahmemberikanrasanyaman dan

    rilekspadapasien, mencegah komplikasi akibat imobilitas, meningkatkan

    sirkulasi, merangsang fungsi fisiologis yang normal, meringankan tegangan

    pada jahitan perut.

    c. Mekanisme Semi Fowler Pasien paska operasi laparatomi sering kali tidak mampu untuk mengubah

    posisi karena dibebani oleh luka paska operasi dan peralatan drainase sehingga

    menyebab kan pasien immobilitas dan menyebabkan otot pada bagian

    abdomen menjadi tegang dan sel otot memendek karena sel otot berkontraksi

    dimana filamen tipis di kedua sisi sarkomer bergeser kearah dalam terhadap

    filamen yang tebal yang menuju ke pusat pita A dan filamen tersebut

    menarikgaris Z tempat filamen melekat sehingga menyebabkan sarkomer

    memendek dan keseluruhan panjang otot serta serat otot pun ikut memendek.

    Pada saat pasien di posisikan semi fowler otot abdomen menjadi rileks, ketika

    otot relaksasi/melemas serat otot mengaktifkan kontraksi (tidak semua

    kontraksi untuk memendekkan otot salah satunya kontraksi ekstentrik dimana

    otot dapat memanjang) kemudian melepaskan Ca2+ yang berfungsi untuk

    meningkatkan kelenturan otot, dari kantung lateral ke dalam sitosol yang

    diangkut oleh molekul pembawa pompa Ca2+-ATPase yang dimiliki retikulum

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 28

    28

    sarkoplasma untuk memekatkannya di dalam kantung lateral Pelepasan Ca2+

    ini menyebabkan filamen tipis terbebas dari siklus perlekatan sehingga

    kembali keposisi istirahatnya dan serat otot kembali melemas/relaks

    (Sherwood, 2011).

    Pada keadaan rileks tersebut terjadilah perangsangan padasistem saraf,

    yang mana sel saraf tersebut dapat mengeluarkan opiate peptides atau sari pati

    kenikmatan, epidhipen dan penithylamin yang menekan prostaglandin.

    Akibatnya, menurunkan produksi kartisol dalam darah dan menormalkan

    pengeluaran hormon secukupnya. Sehingga memberikan keseimbangan emosi

    dan ketenangan pikiran, yangmenyebabkan tubuh menjadi rileks atau otot-otot

    perut yang tegang menjadi kendor, maka terjadilah penurunan

    nyeri(Soesmalijah, 2012 dalam fitriyani 2018).

    d. Prosedur MengubahPosisi

    Pasienyang mengalamigangguanfungsisistemskeletal,saraf danpeningkatan

    kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat

    untuk

    memperolehkesejajarantubuhyangtepatketikaselamaberadaditempattidur(Perry

    &Potter, 2013).

    Tabel 3. Prosedur tindakan

    No Tindakan keperawatan Rasionalisasi 1. Informasikan pasien mengenai

    posisi yang akan dilakukan dan berikan penjelasan.

    Pemahaman akan mengurangi kecemasan dan merangsang relaksasi.

    2. Berikan Posisi setengah duduk (Semi Fowler) dengan cara menaikkan posisi bagian kepala tempat tidur setinggi 30 derajat selama 15 menit.

    Meningkatkan kenyamanan dan relaksasi.

    3. Letakkan bantal di belakang kepala. Mencegah kontraktur fleksi servikal.

    4. Letakkan bantal di belakang punggung bawah.

    Menopang vertebra lumbal dan mencegah fleksi vertebra yang berlebihan.

    5. Letakkan bantal di bawah paha. Mencegah hiperekstensi lutut dan penyumbatan arteri poplitea akibat tekanan berat

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 29

    29

    badan. 6. Letakkan bantal di bawah

    pergelangan kaki. Mencegah tekanan pada tumit terlalu lama.

    (Sumber Jacob & R Tarachnand, 2014)

    D. Penelitian Terkait

    Menurut Penelitian Fitria dkk, fitriyani, Pristahayuningtyas, dan Sari

    didapatkan hasil perbandingansebelum dan sesudah relaksasi progresif dinyatakan

    signifikan(thitung = 6,481 > ttabel = 2,145 atau p = 0,000 < 0,05). Dengan adanya

    relaksasi progresif terjadipenurunan skala nyeri rata-rata sebesar 2,00. Sementara

    untuk mengetahui kuatnya hubunganatau pengaruh antar variabel dapat

    dinyatakan mempunyai pengaruh yang kuat yaitu 0,76.sehingga dapat di

    simpulkan tehnik relaksasi progresif secara efektif dapat menurunkan nyeri pada

    pasienpasca operasi laparatomi. Rerata nyeri yang dirasakansebelum melakukan

    teknik relaksasi otot progresif adalah 14,50 dengan kategori nyeriberat, yang

    kemudian turun menjadi 5,12 dengan kategori nyeri ringan dan nilai Sign

    (2tailed)p = 0,000 (p

  • 30

    30

    E. Kerangka Teori Kerangka teori penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 4. Kerangka Teori Penelitian

    Sumber : Modifikasi Potter & Perry, (2010)&Soesmalijah soewondo, (2012) & Sheerwood (2011).

    Penatalaksanaan untuk penanganan nyeri : a. Farmakologi b. Non farmakologi

    1) Distraksi 2) Relaksasi

    a. Relaksasi nafas dalam b. Relaksasi otot progresif; Posisi

    semi fowler

    Nyeri

    Laparatomi

    Sel saraf mengeluarkan opiat peptides atau sari pati kenikmatan,epidhipendan

    penithylamin yang menekan prostaglandin

    Pelepasan Ca2+ ini menyebabkan filamen tipis terbebas dari siklus

    perlekatan sehingga kembali keposisi istirahatnya dan serat

    otot kembali melemas dan memanjang

    Tubuh Menjadi rileks

    Nyeri Menurun

    Otot pada bagian abdomen menjadi tegang dan sel otot

    memendek.

    Otot abdomen menjadi rileks, ketika otot relaksasi/melemas serat

    otot mengaktifkan kontraksi

    Melepaskan Ca2+ yang berfungsi untuk meningkatkan kelenturan otot

    Menurunkan Produksi kartisol dalam darah dan menormalkan

    Pengeluaran hormon secukupnya sehingga memberi keseimbangan

    emosi dan ketenangan pikiran

    Merangsang sistem syaraf

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22

  • 31

    31

    F. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

    antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu

    dengan variabel yang lain

    Gambar 5. Kerangka konseppenelitian

    Nyeri Sebelum

    Pasca operasi Sebelumdiberikan posisi semi fowler

    pemberian posisi semi

    fowler

    Nyeri Sesudah

    Pasca operasi setelah pemberian posisi semi fowler

    Nyeri Sebelum

    Pasca operasi Sebelum diberikan

    posisi kepala tempat tidur dinaikkan 5

    derajat

    pemberian posisi kepala tempattidur dinaikkan 5

    derajat

    Nyeri Sesudah

    Pasca operasi setelah pemberian

    posisi kepala tempattidur

    dinaikkan 5 derajat

    http://www.pdfcomplete.com/cms/hppl/tabid/108/Default.aspx?r=q8b3uige22