nfeksi nosokomial

7
NFEKSI NOSOKOMIAL surveilans lumajang 21:20 Health Article 1. Definisi Infeksi Nosokomial (Inos) Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang sedang dirawat di rumah sakit atau infeksi yang disebabkan oleh kuman yang didapat selama berada di rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat juga diderita oleh petugas dari tempat-tempat fasilitas kesehatan. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen

Upload: aria

Post on 03-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

doc

TRANSCRIPT

Page 1: NFEKSI NOSOKOMIAL

NFEKSI NOSOKOMIAL

surveilans lumajang 21:20 Health Article

1.   Definisi Infeksi Nosokomial (Inos)

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai

suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut

dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau

setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit

dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi

penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan

gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang sedang dirawat di rumah

sakit atau infeksi yang disebabkan oleh kuman yang didapat selama berada di rumah sakit.

Infeksi nosokomial dapat juga diderita oleh petugas dari  tempat-tempat fasilitas kesehatan.

Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi

endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan

berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara

infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit

dan dari satu pasien ke pasien lainnya.

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan setelah penderita dirawat di rumah

sakit baik tumbuh pada saat dirawat di rumah sakit juga pada penderita yang pulang dari rumah

sakit. Infeksi Nosokomial sangat nyata merupakan penyebab kesakitan dan kematian. Infeksi

nosokomial dapat terjadi oleh karena tindakan iatrogenik terutama yang mengalami tindakan-

tindakan instrumenisasi ataupun intervensi pada saat dirawat di rumah sakit, misalnya

Page 2: NFEKSI NOSOKOMIAL

pemasangan kateter, infus, tindakan-tindakan operatif lainnya. Infeksi  Oportunistik terjadi pada

penderita yang mengalami immunocompromised yang dirawat di rumah sakit, infeksi bisa

berasal dari luar dan dari dalam penderita sendiri yang (Autochthous Infection) yang disebabkan

oleh karena kerusakan barier mukosa.

Infeksi nosokomial transmisi berasal dari dokter, perawat dan pelayan medik yang lain

bisa berasal dari tangan yang tidak steril, infeksi dari makanan, minuman atau ventilasi, kateter

dan alat endoscopi ataupun tindakan invasif yang lain.

Masalah infeksi nosokomial lebih mendapat perhatian dengan pertimbangan bahwa

infeksi ini lebih sulit dicegah dan lebih mengancam, lebih sulit diprediksikan dan pengobatan

lebih resisten daripada penyakit-penyakit infeksi dimasyarakat (Norton, 1986).

2.  Batasan infeksi nosokomial

Menurut Central Disease of Control (CDC), infeksi didapatkan di rumah sakit apabila :

a.       Pada waktu penderita masuk rumah sakit, tidak ditemukan gejala klinis dari infeksi tersebut.

b.      Pada waktu penderita dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi

tersebut.

c.       Tanda klinis infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya sesudah 3 x 24 jam sejak masuk

rumah sakit.

d.      Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (kelanjutan) dari infeksi sebelumnya.

e.       Apabila pada saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti

infeksi tersebut diperoleh penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang

lalu serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Perlu diingat bahwa tanda infeksi yang timbul kurang dari 3 x 24 jam sejak mulai

perawatan, harus dilihat masa inkubasi dari jenis infeksi tersebut. Bagi penderita yang telah

keluar dari rumah sakit kemudian timbul tanda-tanda infeksi, baru dapat digolongkan sebagai

infeksi nosokomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

3.   Macam penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial

a.   Infeksi saluran kemih

Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya

dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat

menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian. Organisme yang bisa

menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi yang

terjadi lebih awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang

terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme eksogen. Sangat sulit

Page 3: NFEKSI NOSOKOMIAL

untuk dapat mencegah penyebaran mikroorganisme sepanjang uretra yang melekat dengan

permukaan dari kateter. Kebanyakan pasien akan terinfeksi setelah 1-2 minggu pemasangan

kateter. Penyebab paling utama adalah kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika

pemasangan kateter, atau air yang digunakan untuk membesarkan balon kateter. Dapat juga

karena sterilisasi yang gagal dan teknik septik dan aseptik.

b.   Phlebitis

      Phlebitis adalah gangguan sistem pernapasan yang disebabkan adanya gangguan primer pada

paru atau gangguan lainnya, sehingga sistem pernapasan tidak dapat memenuhi kenutuhan

metabolisme tubuh. Gejala klinis: kesadaran menurun (agitasi), peningkatan frekuensi napas,

retraksi, interkostal, supraklavikular dan retraksi epigastrium, takipneu, peranapasan paradoks,

sianosis, takikardi.

c.   Decubitus

      Ulkus Decubitus adalah matinya jaringan sel (nekrosis) pada suatu daerah kulit yang disebabkan

oleh karena berkurangnya aliran darah, karena tekanan yang lama atau terus menerus. Tanda-

tanda klinis menurut klasifikasi: Grade I (luka terbatas pada lapisan superficial, epidermis dan

dermis, tampak kemerahan, bulla, edema dermis dan berlangsung proses ischemi), Grade II (luka

semakin dalam sampai jaringan lemak dan sudah terjadi proses nekrosis), Grade III (luka

bertambah dalam lagi sampai lapisan otot), Grade IV (luka sampai menembus tulang).

Pencegahannya: menghindar tekanan yang terus menerus pada suatu bagian tubuh tertentu, kulit

harus tetap dijaga agar tetap sehat bersih dan kering, memijit pelan-pelan daerah kulit yang

sering tertekan.

4.   Cara Penularan Infeksi Nosokomial

Sumber kuman penyebab infeksi nosokomial dapat berasal dari endogen atau eksogen.

Penularan kuman penyebab infeksi nosokomial dapat terjadi secara :

a.       Infeksi sendiri : yaitu infeksi nosokomial berasal dari penderita sendiri (flora endogen) yang

berpindah ke tempat atau bagian tubuh lain.

b.      Infeksi silang : yaitu infeksi nosokomial terjadi akibat penularan dari penderita/orang lain di

rumah sakit.

c.       Infeksi lingkungan : yaitu infeksi yang disebabkan kuman yang didapat dari bahan/benda di

lingkungan rumah sakit.

Kontak penularan kuman penyebab infeksi nosokomial dapat terjadi secara langsung

maupun tidak langsung. Kontak penularan yang langsung terjadi bila penyebab infeksi langsung

ditularkan ke penderita atau petugas rumah sakit yang sebelumnya tidak menderita infeksi

Page 4: NFEKSI NOSOKOMIAL

tersebut. Kontak penularan yang tidak langsung dapat terjadi melalui benda, alat diagnostik,

pengobatan, makanan, minuman.

5.   Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial

Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi,

monitoring dan program yang termasuk:

a.       Dekontaminasi tangan

Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan.

Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan seperti

kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai

pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang lama. Selain itu, penggunaan sarung tangan

sangat dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-

penyakit infeksi. Hal yang perlu diingat adalah: Memakai sarung tangan ketika akan mengambil

atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan bahan yang

kita anggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.

b.      Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit

Lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara berkembang tidaklah aman (contohnya jarum,

tabung atau keduanya yang dipakai berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak penting

(misalnya penyuntikan antibiotika). Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik

maka diperlukan:

1.      Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan

2.      Pergunakan jarum steril

3.      Penggunaan alat suntik yang disposabel.

Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Begitupun dengan

pasien yang menderita infeksi saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat keluar dari

kamar penderita. Sarung tangan, sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan

tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk tiap pasiennya. Setelah

membalut luka atau terkena benda yang kotor, sarung tangan harus segera diganti. Baju khusus

juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan

untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.

c.       Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit

Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan

benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen dari

kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur untuk

Page 5: NFEKSI NOSOKOMIAL

membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat

medis yang telah dipakai berkali-kali. Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak

fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita

dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui

udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko

terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas

penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya

pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang terbatas dapat

menggunakan panas matahari.Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan

pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih

dan diberi disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar

pasien.

d.      Perbaiki ketahanan tubuh

Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara

mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan membantu ketahanan tubuh

melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik

komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia.

Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad

renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan

ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan

bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan

antibiotika (Simonsen,1999) 

Roeshadi, Djoko: Epidemiologi Infeksi Nosokomial Simposium dan Latihan Pengendalian Infeksi

Nosokomial 2-4 Desember 1997 hal 16-21.

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2001.

Depkes RI DIRJEN PPM dan PLP, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit Di Indonesia, Depkes RI, 1990.

Departemen Kesehatan RI, 2005, Manajemen Hyperkes dan Keselamatan Kerja, PMPK, Volume 08 / no

02.