nhn scriptura edisi juli

20
Menerima: Bordir Komputer & Pembuatan Seragam, Baju, Kaos kelas, Kaos Panitia, Jaket, Topi, Tas dll Alamat: Kepuhsari No. 41 Rt. 07 Rw. 05 Maguwoharjo Email : [email protected] Buntara Aji 08122755809 Stadion Maguwoharjo Aji Bordir Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan

Upload: nino

Post on 02-Apr-2016

249 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Gegap Gempita FIFA merasuk Indonesia kurang lebih 1 bulan lalu. Namun, bagaimana nasib mereka yang tergusur dan tertindas akibat megaproyek Piala Dunia 2014 di Brazil ini?

TRANSCRIPT

Page 1: Nhn scriptura edisi juli

Menerima: Bordir Komputer & Pembuatan Seragam, Baju, Kaos kelas, Kaos Panitia, Jaket, Topi, Tas dll

Alamat: Kepuhsari No. 41 Rt. 07 Rw. 05 MaguwoharjoEmail : [email protected]

Buntara Aji08122755809

StadionMaguwoharjo

Aji Bordir

Universitas Sanata DharmaKampus III Paingan

Page 2: Nhn scriptura edisi juli

idak bisa dipungkiri Tbahwa World Cup

a d a l a h s a l a h s a t u

pertandingan yang paling dinan-

tikan oleh dunia. Bagaimana tidak,

ada lebih dari 30 negara mengikuti

pertandingan tersebut, dan banyak

pemain sepak bola favorit kita

bermain untuk negara mereka

sendiri. Tidak sedikit dari kita akan

mendukung beberapa tim hanya

karena pemain favorit kita. Pasti

ada banyak dari pembaca kami

yang mendukung Argentina

karena Messi atau German karena

Klose. Apapun itu, World Cup

adalah pertandingan dimana kita

memberikan du-kungan kita ke

pemain/tim favorit kita. Meskipun

World Cup adalah sebuah permai-

nan, World Cup adalah permainan

yang spesial. World Cup, atau lebih

tepat sepak bola itu sendiri, adalah

sesuatu yang bisa menyatukan

semua orang. Teman akan ber-

kumpul lalu berbicara menge-nai

pertandingan sepak bola dengan

semangat, mulai dari strategi yang

d i l a k u k a n s a m p a i d e n g a n

pemainnya sendiri. Individu akan

berkumpul menjadi satu hanya

karena sepak bola! P. Ari Subagiyo,

kontributor untuk opini dalam

edisi ini, akan membedah lebih

dalam mengenai fenomena ini.

Dari apa yag kita alami, World

Cup terlihat sebagai ajang yang

menyenangkan bukan?

Namun apakah banyak orang

mengerti bahwa World Cup

mempunyai sisi gelap yang bisa

merugikan banyak orang sampai

sebuah negara? Tahukah orang-

orang bahwa banyak hal yang

harus diorbankan untuk me-

lakukan pertandingan yang di-

lakukan dalam empat tahun sekali

ini, mulai dari tanah milik

penduduk setempat sampai

dengan pekerjaan para pendu-

duk? Semua kerugian yang

dikarenakan oleh World Cup bisa

ditengok dalam artikel utama kita,

yaitu Protes di Balik Gempa Pesta

Fifa. Kami berharap bahwa artikel

tersebut dapat membuka mata fans

World Cup. Bahwa dibal ik

“keceriaan” dan “kesenangan”

yang diberikan World Cup, banyak

air mata dan isak tangis yang

dikeluarkan oleh mereka yang

dikhianati oleh World Cup dan

bahkan negara mereka sendiri.

Menerima: Bordir Komputer & Pembuatan Seragam, Baju, Kaos kelas, Kaos Panitia, Jaket, Topi, Tas dll

Alamat: Kepuhsari No. 41 Rt. 07 Rw. 05 MaguwoharjoEmail : [email protected]

Buntara Aji08122755809

StadionMaguwoharjo

Aji Bordir

Universitas Sanata DharmaKampus III Paingan

Page 3: Nhn scriptura edisi juli

Sekilas Angka

Sekitar 60 % responden (sumber ketiga) mengatakan

bahwa menggelar World Cup 2014 adalah hal yang buruk

karena mengambil dana dari pendidikan, kesehatan dan

fasilitas umum lainnya.

5.000 penduduk Rio de Janero tergusur

dari Rumah mereka

1.500 polisi menggusur daerah kumuh

di Brazil untuk World Cup 2014

World Cup 2014 dilaksanakan di Brazil sejak 12

Juni hingga 13 Juli 2014. Diikuti oleh 32 negara

di berbagai belahan dunia

Page 4: Nhn scriptura edisi juli

PROTES DI BALIK GEMPITA FIFA

“Bukan karena sudah tidak mencintai sepak bola lagi, tapi masyarakat Brasil tidak setuju dengan bagaimana pemerintah menangani Piala Dunia kali ini.”

i a l a D u n i a b u k a n Psekadar ritual yang

diulang empat tahun

s e k a l i . B a g i p u l u h a n j u t a

penontonnya, itulah saat mereka

bisa tenggelam dalam eurofia,

melupakan huru-hara kehidupan

dan bersama menikmati per-

mainan sepak bola indah kelas

internasional. Kali ini, pesta

diselenggarakan di tanah samba,

Brasil. Telah lima kali menyandang

gelar juara, melebihi negara mana

pun di dunia, tim nasional Brasil

diharapkan menampilkan jogo

bonito (permainan indah) terbaik

mereka dan menjadi juara di rumah

sendiri. Sedangkan pemerintahan

Brasil diharapkan memberikan

yang terbaik dari Brasil bagi

turnamen olah raga pal ing

bergengsi ini.

Awal yang Mantap

Pada 2007 Brasil ditunjuk

menjadi tuan rumah Piala Dunia

2014. Ketika itu, Brasil sedang

mengalami masa perekonomian

terbaik mereka dalam satu dekade

terakhir. Ditemukannya minyak di

pantai Rio de Jenairo menarik

banyak investor asing, me-

nyebabkan pasar saham melonjak

hingga 44%, dan mengeluarkan 40

juta orang dari kemiskinan.

Mantan presiden Brasil Luiz Inácio

Lula da Silva mengajukan Piala

Dunia untuk dilaksanakan di

n e g a r a n ya . Pa d a m u l a n ya

masyarakat Brasil menyambut baik

ide tersebut.

Ironisnya, mendekati Piala

Dunia Brasil 2014, masyarakat

Brasil sendiri malah turun ke jalan

Penulis: Istu Septiana

dan memprotes diadakannya Piala

Dunia di negara sepak bola ini. Saat

P i a l a K o n f e d e r a s i , s e b u a h

t u r n a m e n p r a - P i a l a D u n i a

diselenggarakan tahun lalu, para

demonstran berarakan di jalan

menolak ajang olah raga paling

bergengsi ini. Bukan karena sudah

tidak mencintai sepak bola lagi, tapi

masyarakat Brasil tidak setuju

dengan bagaimana pemerintah

menangani Piala Dunia kali ini.

Sejak yang terakhir pada 2010

m e n o r e h k a n p e r t u m b u h a n

ekonomi sebanyak 7,5%, per-

kembangan Brasil kemudian

melambat. Produksi minyak yang

t a d i n ya me n don g k r a k p e r -

ekonomian Brasil ikut mandek

akibat korupsi dan skandal

p e n y i m p a n g a n d a l a m p e -

ngelolaan. Ekonomi Brasil kini

sudah empat tahun mengalami

kemerosotan.

Kesadaran Sosial yang Tinggi

Meskipun begitu, pada saat

yang sama ketimpangan sosial juga

telah berkurang secara dramatis.

Hal ini menyebabkan pengharapan

terhadap pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Brasil bertambah.

Dengan tingkat kesadaran sosial

yang tinggi, masyarakat Brasil

menolak pengucuran dana sebesar

11 miliar dolar AS (sekitar 128

triliun rupiah) untuk Piala Dunia

yang menyebabkan acara empat

tahunan kali ini menjadi yang

termahal dibandingkan Piala

Dunia sebelumnya. Masyarakat

Brasil lebih memilih agar dana

tersebut dialokasikan untuk

perbaikan pelayanan publik.

Brasil, sebuah negara ber-

kembang yang berpenduduk 202

juta orang, masih memiliki sistem

pendidikan yang rapuh, upah

yang rendah, serta rumah sakit

yang terlampau padat. Diseleng-

garakannya Piala Dunia di negara

ini , t idak peduli seberapa

gemilang prestasi dan seberapa

besar gairah yang Brasil miliki

untuk sepak bola, tidak akan

menyelesaikan masalah-masalah

nyata yang dihadapi masyarakat

Brasil.

Esai

Page 5: Nhn scriptura edisi juli

Hot NewsHot News

“Gajah Putih” Raksasa

FIFA mewajibkan negara mana

pun yang menjadi tuan rumah

untuk menyediakan delapan

stadion untuk 64 pertandingan.

Dengan tujuan ingin meyebarkan

keuntungan yang didapat dari

Piala Dunia di negaranya secara

merata, Brasil menyanggupi untuk

menyediakan dua belas stadion di

dua belas kota. Alhasil, Brasil harus

memilih kota-kota “kecil” untuk

tidak hanya menyediakan stadion

berstandar FIFA, tapi juga

menjamu puluhan ribu turis yang

datang untuk menyaksikan

pertandingan. Kota-kota kecil ini

pun kewalahan. Pem-

bangunan stadion-nya

sendiri saja memakan

biaya hingga 4 miliar

dolar AS—tujuh kota

membangun stadion baru

sedangkan lima lainnya

merenovasi stadion yang

sudah ada.

D u g a a n k o r u p s i

b e r m u n c u l a n a k i b a t

penggelembungan dana

dalam pembangunan

stadion. Awalnya, pe-

m e r i n t a h B r a s i l

mengatakan akan menggunakan

p e n d a n a a n s w a s t a u n t u k

pembangunan stadion. Namun,

p a d a a k h i r n ya p e m e r i n t a h

menggunakan pendapatan pajak

karena biayanya ternyata berlipat

dari yang semula direncanakan.

Selain itu, para pemberi pinjaman

swasta meragukan keuntungan

stadion di masa mendatang.

K i t a b i s a b e r k a c a d a r i

pengalaman Afrika Selatan. Cape

Town Stadium, salah satu dari

sepuluh stadion bekas Piala Dunia

2010, sekarang digunakan untuk

pertandingan lokal yang diisi

kurang dari 10% penonton dari

55.000 kursi. Kadang kala stadium

ini digunakan untuk menonton

konser kelas internasional .

Tempatnya bisa juga disewakan

untuk pernikahan atau acara lain,

seperti fashion show. Setiap minggu,

kira-kira 100 orang turis datang ke

sana untuk mengikuti tur seharga

sekitar $4 di stadium bekas Piala

Dunia tersebut. Meskipun begitu,

stadium Cape Town tetap lebih

sering kosong dan menganggur.

Pemerintah daerah berharap

sebuah tim rugby setempat ternama

akan pindah ke sana, tapi mereka

tidak mau karena biaya perawatan

yang terlalu tinggi. Kira-kira Cape

Town kehilangan 6 juta hingga 10

juta dolar AS setiap tahunnya.

Sebagian masyarakat setempat

bahkan menyarankan agar stadium

tersebut dihancurkan untuk

menghemat uang.

Stadium Arena da Amazonia di

Manaus merupakan contoh yang

sempurna untuk menggambarkan

sisa sampah yang ditinggalkan

Piala Dunia. Kota Manaus terletak

di tengah hutan Amazon dan

memiliki iklim ekstrem dengan

kelembaban hingga 89%. Kota ini

terpencil dan jauh dari pantai

sehingga pengangkutan barang

dari luar negeri harus melewati

sungai . S tadium Arena da

Amazonia digunakan untuk empat

pertandingan saja selama Piala

Dunia. Setelah itu, stadium ini

mungkin akan jarang sekali

digunakan lagi karena di Manaus

sendiri tidak ada klub sepak bola

atau olah raga lain yang besar.

Klub sepak bola lokal di Manaus

bermain di divisi keempat dan

hanya mampu menarik sekitar

1 . 5 0 0 p e n o n t o n u n t u k

pertandingan lokal terbesar. Biaya

perawatan stadium berkapasitas

sekitar 40.000 orang ini akan

terlalu mahal jika dikelola oleh

sebuah klub kecil.

Hal seperti inilah yang ditakutkan

akan terjadi. Seusai turnamen

berakhir dan para turis telah

kembali ke kampung halaman

masing-masing, sebagian

besar stadium bekas Piala

Dunia akan menjadi

seonggok gajah putih

raksasa yang ditinggalkan

begitu saja.

Setengah Jalan

S e m e n t a r a i t u , k e -

untungan infrastruktur

dari Piala Dunia yang

selama ini dipromosikan

o l e h F I F A t i d a k

sepenuhnya terwujud.

Pemerintah Brasil men-

janjikan 8 miliar dolar AS akan

dihabiskan untuk 56 bandara, jalur

subway, dan proyek nasional

lainnya. Namun, hanya sepuluh

proyek infras-truktur saja yang

s e l e s a i p a d a w a k t u n y a .

Kebanyakan proyek-proyek yang

direncanakan ditunda sehingga

masih belum selesai sampai

sekarang. Proyek bullet train antar

Rio dengan Sao Paulo senilai 16

juta dolar AS yang dijanjikan

untuk Piala Dunia ditunda dan

direncanakan untuk tahun 2020.

Jalur rapid bus dari bandara Rio ke

Barra da Tijuaca, yang didesain

khusus untuk Piala Dunia, hanya

terselesaikan 22 buah dari 47

stasiun.

Esai

Page 6: Nhn scriptura edisi juli

Pada 3 Juli lalu, jalan layang

yang belum selesai di kota Belo

Horizonte runtuh menimpa

kendaraan di bawahnya. Ke-

celakaan ini menyebabkan dua

orang meninggal dan sembilan

belas orang terluka. Jalan layang

tersebut hanya berjarak tiga

kilometer dari stadium Mineirão

ya n g m e n j a d i t e m p a t p e r -

tandingan Piala Dunia. Pengerjaan

jalan layang ini sudah dimulai sejak

2010 dan semestinya selesai pada

Mei lalu.

Polesan yang Dipaksakan

Penggerak-penggerak sosial

juga sibuk menyerukan peng-

gusuran yang terjadi. Mereka

mengklaim bahwa 170.000 orang

diancam atau sudah digusur dari

tempat tinggal mereka. Sebagian

besar korban penggusuran ini

berada di favela atau daerah

perkumuhan. Penggusuran dila-

kukan secara kasar dan kurang

konsultasi dengan komunitas-

komunitas setempat, seperti yang

terjadi pada penduduk Morro da

Providência, sebuah favela di Rio de

Jenairo. Mereka mengetahui bahwa

mereka akan digusur setelah rumah

mereka dicat dalam semalam tanpa

negosiasi sebelumnya.

Favela-favela digusur dan

penduduknya dipindahkan ke

tempat lain dengan berbagai

alasan—untuk pembangunan jalan,

stadium, tempat tinggal para atlet

dan, tentunya, urbanisasi yang

direncanakan pemerintah untuk

memberi kesan pada para turis

bahwa Brazil bukanlah sebuah

negara kumuh. Letak favela yang

strategis juga menjadi incaran para

konstruktor besar karena memiliki

harga yang meroket akibat dari

Piala Dunia. Apapun alasannya,

para penduduk ini tetap menjadi

korban dari jalan pintas yang

dipilih pemerintah dalam rangka

memoles kota-kota Brasil sebelum

para turis datang menikmati

turnamen olah raga terpopuler di

dunia.

Taktik Politik

Pemerintah bukannya tanpa

a l a s a n m e m b i a r k a n s e g a l a

kekacauan ini terjadi. Presiden

Brasil Dilma Rouseff pun telah

berkali-kali diprotes atas sikap

diamnya. Sejak awal pemerintah

memang bersikeras bahwa Piala

Dunia akan memberi dampak baik

bagi perekonomian Brasil, ter-

utama dari segi infrastruktur dan

pariwisata. Jika perekonomian

Brasil bisa membaik karena Piala

Dunia, hal ini tentu akan mem-

pengaruhi elektibilitas Rouseff

pada pemilihan presiden Oktober

nanti. Keberhasilan Brasil sebagai

tuan rumah, jika memang layak

dianggap berhasil sebagaimana

anggapan yang diberikan oleh

presiden FIFA Sepp Blatter, bisa

mendongkrak popularitas peme-

rintahan Rouseff sekarang ini.

Bukan untuk Jangka Panjang

Bagaimanapun juga, banyak

ahli ekonomi yang meragukan

dampak baik Piala Dunia bagi

perekonomian negara tuan rumah.

Warga lokal memang sempat

mencicipi melimpahnya lowongan

ker ja ak ibat pembangunan

stadium serta infrastruktur dan

fasilitas lain di sekitarnya. Namun,

hal tersebut hanya terjadi dalam

beberapa bulan saja. Setelah

pembangunan selesai, tidak ada

lagi lapangan kerja yang tersedia

bagi para pekerjanya. Keuntungan

yang didapat negara tuan rumah

juga tidak banyak jika diban-

dingkan dengan investasi yang

diberikan. Afrika Selatan hanya

mendapat keuntungan 513 juta

dolar AS setelah meng-habiskan

4,5 miliar dolar AS untuk stadium

dan infrastruktur lainnya untuk

Piala Dunia 2010.

Gengsi

Sekarang pesta telah berakhir.

Opera sabun di lapangan tamat

dengan Jerman keluar sebagai

juara untuk keempat kalinya dan

Brasil menjadi lelucon getir di

rumah sendiri setelah terdampar

di peringkat empat secara

memalukan. Dunia mungkin

sudah berpaling dari Brasil dan

kembali ke rutinitas mereka lagi,

tapi setidaknya, berkat Piala Dunia

juga, masyarakat Brasil men-

dapatkan sorotan atas masalah-

masalah sosial mereka. Sorotan

internasional ini semestinya bisa

membantu Brasil menyelesaikan

kekacauan yang didapat karena

pemerintah lebih mementingkan

P ia la Dunia d ibandingkan

masyarakat kecil. Indonesia juga

bisa belajar dari Brasil bahwa

sebuah negara berkembang yang

padat potens i karena me-

limpahnya sumber daya alam dan

manusia tetap akan sulit ber-

kembang apabila pemer-intahnya

meletakkan gengsi di atas pem-

bangunan yang integral dan men-

yeluruh.

Sumber:

http://www.theguardian.com/commentisf

ree/2014/jun/22/sepp-blatter-football-

deserves-better-world-cup-brazil

http://www.theguardian.com/football/201

4/may/26/eric-cantona-fifa-qatar-world-

cup-brazil

“Penggusuran dilakukan secara

kasar dan kurang konsultasi dengan komunitas-komunitas

setempat.

Esai

Page 7: Nhn scriptura edisi juli

Pisang Perusak Kesakralan Sepak Bola Penulis: Frederikus Boli Lolan

Segala bentuk perbedaan

d a r i b e r b a g a i l a t a r

belakang kehidupan para

pemain dipersatukan dalam satu

bahasa dan pemahaman, yaitu

sepak bola. Sepak bola adalah ba-

hasa universal. Ia adalah bahasa

yang memberikan kepuasan serta

kegembiraan bagi pemainnya dan

juga penonton yang menyaksikan

tanpa mengenal batas usia, ras,

golongan, dan jenis kelamin.

Begitulah kekuatan sepak bola di

mata dunia yang mempersatukan

segala perbedaan. Namun, se-

belum mengklaim sepak bola

menjadi ajang pemersatu yang

melahirkan ikatan persaudaraan

yang kuat, kita perlu melihat

kembali perjalanan sepak bola

dunia yang lahir dan berkembang

di berbagai belahan dunia.

Berbagai cerita perjalanan sepak

bola sejak zaman sebelum tahun

1989 dan setelahnya memiliki

kepahitan yang sama. Kepahitan

itu terus saja terjadi berulang kali

dalam ritual yang dikenal dengan

pertandingan.

Sepak bola ternyata tidak hanya

mempersatukan bangsa, tetapi bisa

menghancurkan oleh karena

tindakan meremehkan golongan

lain dalam pertandingan. Persoalan

kemanusiaan sering timbul dalam

pertandingan yang kerap dianggap

sakral itu, seperti ejekan dan

anggapan lemahnya tim lawan dari

golongan, negara asal ataupun ras

yang berbeda. Rasisme dalam

sepak bola selalu saja menjadi

senjata perusak kesakralan per-

tandingan, seperti ejekan terhadap

tim lain yang menggambarkan ras

dari golongan tersebut.

Banyak kisah yang meng-

gambarkan kepahi tan para

pesepak bola dari golongan kulit

hitam yang seringkali diejek dan

dicibir tidak layak bermain di

lapangan dengan para pemain

kulit putih. Sepak bola masih

dianggap sebagai olah raga kaum

elit berkulit putih. Ini terjadi di luar

Eropa, khususnya Amerika dan

Afrika. Para penonton seringkali

melontarkan celaan yang di-

tujukan kepada pemain berkulit

hitam. Hal ini bahkan sudah terjadi

tahun 1914 pada Carlos Alberto di

Rio de Janeiro ketika bermain

untuk klub Fluminense. Umpatan

dan ejekan membahana seketika

pada pemain berkulit hitam ini saat

ia turun ke lapangan. Pada masa itu

tak ada yang berani mem-berontak

soal diskriminasi rasial yang terjadi

di lapangan. Banyak pemain kulit

hitam yang takut karirnya ter-

ancam, demikian menurut pa-kar

sejarah Marcel Diego Tonini. Tahun

1989 rasisme barulah dianggap

persoalan humanisme yang serius

di Brasil dan menjadi konsentrasi

di bidang hukum. Sejak saat itu

kasus terkait diskriminasi dan

serangan rasial secara perlahan

naik ke meja pengadilan.

Walau telah menjadi bagian

dari tindakan melawan hukum di

Brasil, diskriminasi rasial masih

tetap terjadi. Masih ada fans Brasil

yang sering mencerca pemain

dengan mengatakan mereka yang

berkulit hitam lebih layak berada

di sirkus. Bahkan lebih dari itu,

mereka pun melempari mobil

milik Chagas, seorang wasit

berkulit hitam dengan pisang. Aksi

berbau rasis itu memang tak

mudah untuk dihapus seketika.

Hal itu justru terus hidup hingga

sekarang. Penghinaan terhadap

pemain kul i t hi tam belum

memiliki akhir. Namun, justru

menjadi ironis ketika melihat kisah

kejayaan pemain sepak bola di

Brasil yang malah lebih banyak

lahir dari pemain berkulit hitam.

Sebut saja si Pele, Ronaldhino,

Romario, dan beberapa pemain

lain yang muncul sebagai idola

Brasil dan bagi kejayaan sepak bola

negeri samba itu di mata dunia.

Dari Amerika, perlakuan dis-

kriminasi ini pun akhirnya ada dan

hidup di Eropa. Banyak pemain

Afrika ataupun Afro-Amerika

selalu mendapat ejekan berbau

rasis. Beberapa kisah per-lakuan

cercaan hingga sinisme melalui

tatapan mata telah banyak

dihadapi para pemain dalam

sejarah buruk rasisme sepak bola.

Perlakuan itu terjadi pada Paul

Tokoh

Page 8: Nhn scriptura edisi juli

Ince, Marcel Desailly, George Weah,

Thierry Henry, Lilian Thuram, dan

Zinedine Zidane. Tidak hanya

cercaan dan tatapan sinis, tetapi

para pemain itu diasosiasikan

dengan monyet lewat teriakan,

lemparan kacang dan pisang yang

dalam beberapa periode dihadapi

Samuel Eto'o, Ali Khameni, dan

Dani Alves di Spanyol. Perlakuan

yang sama pun dialami oleh Mario

Baloteli, Kevin Prince Boateng di

Italia; Patrice Evra di Inggris, dan

Shaun Wright-Phillips. Berbagai

perlakuan di atas cukup menjadi

bukti bahwa masih ada manusia

yang menganggap dirinya lebih

beradab dari yang lain dengan

warna kulit sebagai indikatornya.

Menghadapi perlakuan seperti

itu, ada berbagai macam reaksi dari

pemain yang menjadi korban

rasisme sepak bola itu. Me-

ninggalkan lapangan pertan-

dingan, beradu mulut dengan

pemain lawan ataupun meminta

wa s i t m e m b e r i k a n t e g u r a n

merupakan sikap protes terhadap

hinaan yang mereka peroleh.

Adapun aksi yang di-lakukan Dani

Alves di liga Spanyol saat Bar-

celona, timnya melawan Villareal

menjadi sejarah baru dalam kisah

perlawanan rasisme di dunia sepak

bola. Memakan buah pisang yang

di lemparkan o leh suporter

Villareal merupakan aksi dingin

dari seorang Dani Alves pemain

berkebangsaan Brasil. Dani Alves

mendapat banyak apresiasi positif

dari berbagai kalangan lewat

media sosial. Tidak hanya memuji,

orang-orang yang berada di pihak

Alves, seperti sesama pesepakbola,

selebritis, hingga Perdana Menteri

Italia, Matteo Renzi justru lang-

sung meng-kampanyekan anti-

rasisme melalui makan pisang

secara massal. Dalam gerakan

tersebut, Neymar, seorang pemain

Brasil yang merumput di Bar-

celona, juga membuat per-nyataan

sikap berbunyi Somos Todos Monos

yang berarti kita semua monyet.

Pernyataan sikap tersebut dibuat

setelah kejadian buruk menimpa

rekannya Dani Alves. Aksi ini

disebarkan melalui Twitter dengan

memosting foto dirinya dan

anaknya, Lucca yang sedang me-

megang pisang.

Aksi makan pisang inipun

menjadi gerakan anti rasisme

dalam sepak bola terkini hingga

dipopulerkan di Piala Dunia 2014

di Brasil. Memakan pisang adalah

tindakan yang terlihat lucu di mata

sebagian orang. Namun poin

utama yang disampaikan adalah

Dani Alves tidak merasa dirinya

cengeng atau lemah di mata dunia

dengan ejekan itu. Ia bahkan

mampu membalas ejekan pahit itu

dengan sebuah aksi lucu dan

membuat orang tertawa. Namun,

akhirnya sadar bahwa yang

ditertawakan itu adalah ke-

benaran yang terjadi, bahwa dis-

kriminasi rasial tidak perlu lagi

hidup dan merusak keramatnya

sepak bola. Ini bisa menyadarkan

supporter bahwa aksi yang

dibuatnya sungguh tidak ber-

pengaruh besar pada per-

tandingan dan semangat spor-

tifitas sepak bola.

Tindakan rasisme dari para

supporter memang susah di-

hentikan. Namun, satu hal yang

patut dipahami bersama bahwa

selalu ada perlawanan untuk

menghapusnya. Perlawanan itu

dilakukan melalui pernyataan

sikap dalam melawan rasisme

yang dikemas dengan pernyataan

say no to racism. Perlawanan yang

dilakukan itu tidak untuk sebuah

profesi dan hiburan saja, tetapi

juga untuk memperjuangkan

kesetaraan harkat dan martabat

para pemain sebagai manusia.

Dari Biro Olahraga Menjadi UKM Mapasadha, Mari Tengok Tradisi-Tradisi Uniknya!

Penulis: Santa Monica

ari sekian banyak DUKM di Universitas

Sanata Dharma, salah

satu UKM yang telah lama berdiri

adalah UKM Mapasadha (Ma-

hasiswa Pencinta Alam Universitas

Sanata Dharma). Seperti tertera

dalam namanya, UKM Mapasadha

aktif bergelut dalam kegiatan-

kegiatan pencinta alam juga aksi

sosial di lingkungan sekitar. Akan

tetapi, ada beberapa hal dari

Mapasadha yang membuat UKM

ini berbeda dari pecinta alam

lainnya.

Tokoh

Page 9: Nhn scriptura edisi juli

Sejarah telah menorehkan UKM

Mapasadha berdiri selama 32 tahun

di bawah naungan Universitas

Sanata Dharma. UKM Mapasadha

terbentuk dan mengawali per-

jalanannya hingga hari ini sejak 10

Oktober 1981. Peresmian ter-

bentuknya unit kegiatan pencinta

alam ini dilakukan di Puncak

Gunung Lawu oleh sembilan ma-

hasiswa Universi tas Sanata

Dharma dengan hobi yang sama,

yaitu mendaki gunung. Pada saat

itu UKM Mapasadha masih

bernama Biro Olahraga Universitas

Sanata Dharma. Ke-

m u d i a n , U K M i n i

mengalami dinamika

se l a ma l i ma t a h u n

hingga pada tahun 1986

telah resmi berganti

nama menjadi UKM

Mapasadha.

D e n g a n t e r b e n -

tuknya UKM Mapasa-

dha pada tanggal 10

Oktober 1981, maka

setiap tanggal 10 Okto-

ber terdapat per-ingatan

hari ulang tahun UKM

ini. Hari ulang tahun ini

d iper ingat i dengan

kegiatan Kirab Lawu,

yaitu melakukan pendakian ke

Gunung Lawu selama tiga hari.

Sebelum diadakan kegiatan

pendakian, setiap tanggal 9 Okto-

ber malam terdapat acara malam

tirakatan. Tradisi unik yang telah

ada sejak lama di Mapasadha ini

menjadi tradisi turun temurun.

Berbarengan dengan perayaan

ulang tahun ini, anggota Ma-

pasadha menjalani tradisi unik

lainnya, yaitu tradisi pemberian

hukuman untuk setiap anggota

Mapasadha yang mengumpat. Se-

tiap tanggal 9 Oktober, selama satu

hari penuh para anggota UKM

Mapasadha tidak diperbolehkan

mengumpat atau mengeluarkan

kata-kata kasar. Apabila ada

anggota yang melanggar maka

dikenai hukuman push-up sebanyak

jumlah angkatan di Mapasadha

terhitung sejak tahun 1981.

Selain itu, hal menarik lainnya

adalah pembaptisan nama. Setelah

mengikuti prosesi penerimaan

anggota baru, setiap anggota di-

lant ik dengan diber i nama

panggilan selama menjadi anggota

UKM. Tema nama panggilan

disepakati di dalam forum,

misalnya nama hewan dan nama

hantu yang unik.

Bentuk simbolisasi pelantikan

lainnya ialah masing-masing

anggota baru dilantik oleh seluruh

anggota lama dan mendapatkan

sebuah slayer. Anggota lama

memberikan slayer pada anggota

baru. Mereka yang memberikan

slayer menjadi orangtua asuh

anggota baru tersebut. Tradisi

orangtua asuh dipertahankan agar

orangtua asuh mampu mem-

bimbing dan mengkader anak

asuhnya selama di UKM Mapa-

sadha. Nantinya proses kaderisasi

di organisasi menjadi semakin

mudah dan ada kedekatan

personal di antara para anggota

lintas angkatan.

Di samping tradisi Mapasadha

yang unik tersebut, mereka juga

mempunyai program ker ja

penjelajahan alam. Ada empat

divisi yang ada di UKM ini, yaitu

Gunung Hutan, Panjat Tebing,

Susur Gua, dan Arung Jeram. Tiap

a n g g o t a U K M M a p a s a d h a

diperkenalkan dengan kegiatan

pendakian gunung dan hutan,

panjat tebing, susur gua (gua

horisontal dan vertikal), juga

kegiatan arung jeram. Maka, untuk

meningkatkan skill operasional,

para anggota dilatih menjelajahi

dan bersentuhan langsung dengan

alam. Bentuk realisasi

pelatihan dan pen-

jelajahan alam ter-sebut

dilakukan pada saat

Pe n d i d i k a n L a n j u t

Kenal Medan, Peman-

tapan, Camping Ceria,

dan Pendakian Umum.

Mencintai alam tidak

hanya dibuktikan lewat

penjelajahan saja. UKM

M a p a s a d h a m e w u -

judkan bentuk kepe-

duliannya terha-dap

alam lewat kegiatan

b e r s i h - b e r s i h l i n g -

kungan seperti bersih-

bersih sungai dan aksi

sosial di kawasan gunung berapi

apabila terjadi bencana letusan

gunung berapi. Seperti pada saat

terjadi letusan gunung Merapi dan

gunung Kelud yang memakan

korban, UKM Mapasadha turut

bersolidaritas menggalang dana

dan menjadi sukarelawan.

Selain sebagai organisasi yang

terstruktur, UKM Mapasadha

merupakan sebuah komunitas

bagi simpatisan dan jaringan luar

universitas. Para alumni tetap

dapat singgah di Pondok Mapa-

sadha, sebuah panggilan untuk

ruang UKM milik Mapasadha.

Seputar Kampus

Page 10: Nhn scriptura edisi juli

Sepak Bola adalah KitaPenulis: P. Ari Subagyo**

Olah raga

apa yang

p a l i n g

menyedot perhatian umat

m a n u s i a ? J a wa b n ya :

“Sepak bola!” Mau bukti?

Tengok Piala Dunia 2014 di

Brasil yang berlangsung

sebulan penuh, 13 Juni s.d.

13 Juli 2014. Ratusan ribu

pasang mata ters ihir

dengan melihat langsung

per tandingan-per tan-

dingan berkelas di stadion-stadion

megah Maracana, Fonte Nova,

Mineirao, Beira Rio, dll. Ratusan

juta bahkan milyaran pasang mata

yang lain menikmati keperkasaan

timnas Jerman, Argentina, Belanda,

Brasil, Kosta Rika, Kolombia,

Ghana, Aljazair, Jepang, China, dll.

serta kepiawaian Messi, Müller,

Neymar, Rodrigues, atau Robben

lewat layar kaca.

Sepak bola adalah kita. Ini

tidak latah karena terpengaruh

kampanye “Jokowi adalah kita”,

n a m u n m e m a n g b e g i t u l a h

faktanya. Sebelum tim sukses

Jokowi dibentuk, bahkan jauh

sebelum nama Jokowi dikenal,

peradaban manusia telah mem-

buktikan “Sepak bola adalah kita”.

Mengapa “Sepak bola

adalah kita”? Tentu karena olah

raga permainan ini mampu

menyatukan milyaran orang dari

berbagai benua dan kelas sosial

menjadi “kita”. Lebih dari itu, ada

begitu banyak sisi kemanusiaan

tersimpan dari buah peradaban

bernama sepak bola.

Apa saja sisi kemanusiaan

yang terwadahi dalam sepak bola?

Setidaknya lima sisi ini.

Pertama, manusia sebagai

makhluk bermain (homo ludens).

Ada berbagai versi tentang sejarah

sepak bola. Yang jelas, sepak bola

modern berkembang di Inggris

sejak 1853. Namun, jauh sebelum-

nya, sepak bola sebagai permainan

t e l a h d i j u m p a i d i b a n ya k

masyarakat tradisional karena

praktis dan murah. Kita hanya

butuh dua kaki dan bulatan untuk

digiring dan ditendang. Bukankah

sebagian besar dari kita punya

naluri menggiring dan menen-

dang-nendang batu di jalan yang

kita lalui? Sepak bola merupakan

saluran naluriah manusia sebagai

makhluk bermain.

Kedua, manusia sebagai

makhluk sosial (homo socius).

Manusia selalu berteman dengan

sesamanya. Kesendirian adalah

kematian. Dengan sepak bola,

kodrat manusia sebagai makhluk

sosial menemui wujudnya. Pada

2003, ketika tentara Sekutu (AS,

Inggris, dll.) menggulingkan

penguasa Irak, Saddam Hussein,

masyarakat dunia tersentuh oleh

foto yang memperlihatkan

beberapa tentara Sekutu

bersepak bola bersama

anak-anak warga Irak.

Mereka tertawa girang

seolah tak ada perang. Itu

berkat sepak bola yang

mengawankan mereka.

Sepak bola tidak hanya

menyatukan mereka yang

bermain lewat klub-klub

tingkat kampung hingga

level dunia, tetapi juga

mereka yang menonton.

Bermunculanlah fans club mulai

dari Slemania (wadah penggemar

PSS Sleman) hingga Milanisti

(wadah penggemar AC Milan)

a t a u M a d r i d i s t a ( w a d a h

penggemar Real Madrid). Sepak

bola mampu mempersatukan dan

mengawankan umat manusia.

Ketiga, manusia sebagai

makhluk yang agresif. Menurut

tokoh psikoanalisis Sigmund

Freud, manusia pada dasarnya

bersifat agresif. Agresivitas tak

dapat ditolak sebab melekat pada

diri manusia. Yang penting,

agresivitas itu dikelola menjadi

faktor positif. Permainan dan olah

raga, termasuk sepak bola, dapat

menjadi arena penyaluran dan

pengelolaan agresivitas manusia.

Agresivitas dipicu oleh hasrat

mera ih kemenangan sebab

kemenangan dapat menghadirkan

kegembiraan dan kepuasan.

Agresivitas secara nyata diper-

lihatkan oleh para pemain saat

berebut bola, beradu lari, saling

sikut dan menjatuhkan, serta

menendang atau menyundul bola

sekeras-kerasnya ke gawang

lawan. Sikap agresif pun diper-

Opini

Page 11: Nhn scriptura edisi juli

lihatkan para pendukung lewat

teriakan, yel-yel, kepalan tangan,

bahkan amukan gara-gara tim

kesayangannya gagal meraih

kemenangan. Muncul holiganisme

yang identik dengan fanatisme

suporter beberapa kesebelasan.

Misalnya Bonek (Persebaya

Surabaya), The Viking (Persib

Bandung) hingga suporter timnas

Belanda dan Inggris. Holiganisme

di Inggris bahkan lebih tua

daripada sepak bola modern.

Kompetisi sepak bola tradisional

te lah menimbulkan banyak

kekerasan sehingga pada 1365 Raja

Edward III melarang olah raga ini

dimainkan. Hal sama dilakukan

Raja James I di Skotlandia.

Keempat, manusia sebagai

makhluk yang suka keindahan.

Sepak bola tidak melulu olah raga

atau permainan otot, tetapi juga

keindahan. Kesebelasan legendaris

seperti Brasil, misalnya, lazim

dijuluki sebagai “Tim Samba”.

Sebutan yang diambil dari nama

tarian tradisional di Brasil itu

mengibaratkan gerak para pemain

sepak bola sebagai liukan tubuh

para penari. Sepak bola juga seni.

Karena itu, kreativitas seni

mengiringi olah raga sepak bola,

mulai dari motif kostum dan

sepatu, selebrasi setelah mencetak

gol, hingga bentuk stadion. Yel-yel

dan tarian para suporter juga

dibalut naluri estetis.

Kelima, manusia sebagai

makhluk yang berhasrat untuk

terus maju. Sepak bola modern

menjadi arena berkembangnya

peradaban manusia dalam berbagai

hal, terlebih menyangkut bidang

ekonomi dan teknologi. Manaje-

men diperlukan sejak pencarian

bakat, transfer pemain, ticketing,

sponsor, penjualan hak tayang

pertandingan, hingga bisnis

merchandise. Teknologi dibutuhkan

mulai dari pembuatan sepatu, bola,

stadion, hingga penghadiran

augmented reality pemasang iklan

dalam tayangan televisi. Hasrat

untuk terus maju membuat sepak

bola menjadi industri dan bisnis

maharaksasa. Pesepak bola dan

pelatih menjadi profesi dengan

penghasilan yang sungguh meng-

giurkan. Menonton sepak bola se-

benarnya ibarat kita menemani

para milyarder bekerja, ha ha ha ….

Tapi itulah upah yang pantas

diterima oleh mereka yang bekerja

keras menekuni profesi ini.

Piala Dunia 2014 di Brasil baru

saja berakhir. Momen itu bagi

bangsa Indonesia punya dua

hikmah. Pertama, Piala Dunia

telah membantu kita dalam

menurunkan suhu politik sejak

masa kampanye hingga pasca-

pilpres 9 Juli 2014. World Cup

merupakan penyelenggaraan

illahi (providentia Dei) agar bangsa

ini tidak larut dalam ketegangan

pilpres.

Kedua, Piala Dunia 2014 dan

sepak bola pada umumnya mem-

berikan pembelajaran. Kita dapat

belajar menggelar hajat akbar yang

megah. Ki ta dapat bela jar

membangun tim yang kuat seperti

kesebelasan Jerman: perpaduan

kekuatan dan kecer-dasan. Kita

dapat belajar menjadi suporter

yang anggun dan bermartabat saat

merayakan kemenangan maupun

meratapi kekalahan.

Piala Dunia 2014 dan sepak

bola pada umumnya adalah ruang

kelas dengan tumpukan buku.

Kita dapat belajar banyak hal,

termasuk merefleksikan kema-

nusiaan kita. Sebab, sepak bola

adalah kita.

** Dosen Fakultas Sastra

Jatuh Bangun Si Singa Lapangan Resensor: Laksmi Anindita

Masa lalu sering kali me-

nyisakan cerita kelam yang enggan

dimunculkankembali di masa

depan. Terlebih jika di masa depan

ternyata kehidupan yang dijalani

jauh lebih baik dibanding dulu.

Mungkin setengah hati ingin

melupakan, namun setengah hati

lainnya tak dapat mengelak bahwa

masa lalu tersebut akan selamanya

terikat erat, lengkap dengan segala

kebahagiaan dan kepahitannya.

(Balotelli – hal. 6)

uku ini menceritakan Bberbagai kisah mengenai

dua pesepak bola yang

cukup populer, Mario Balotelli dan

Zlatan Ibrahimovic. Kedua pesepak

bola ini 'banyak maunya', sulit

diatur, arogan, dan masih banyak

lagi kelakuan mereka yang

membuat publik menggelengkan

kepalanya.

Balotelli yang lahir dengan

nama Mario Barwuah hidup di

ambang kemiskinan. Ayahnya

yang hanya seorang buruh tidak

membuat mereka hidup cukup

selama di Ghana. Mungkin hal

inilah yang membuat Mario kecil

sering menghabiskan waktu

bermainnya di rumah sakit.

K o m p l i k a s i p a d a u s u s n ya

Resensi Buku

Page 12: Nhn scriptura edisi juli

mengharuskannya menjalani

serangkaian operasi demi me-

nyambung nyawa. Orang-tua

Mario kecil pun meminta

bantuan kepada Dinas p e l a -

yanan Sosial agar ia bisa hidup

dengan lebih layak. Akhirnya,

pada usianya yang ketiga tahun

Mario diasuh oleh keluarga

Balotelli yang berkewarga-

negaraan Italia dan ia pun

berganti nama menjadi Mario

Balotelli.

Setelah menginjak usia lima

tahun, ia pun bergabung

dengan USO Mompiano. Per-

jalanan panjang Balotelli

menguat setelah ia bergabung

dengan Inter Milan. Tak

berhenti di Inter Milan,

permainan apik sang pesepak

bola ini diakui di tanah Eropa.

Itu sebabnya ia tak hanya

bepindah-pindah klub, tetapi

juga negara. Balotelli sempat

ber-main untuk Manchester City

selama beberapa musim, walaupun

pada akhirnya ia lebih memilih AC

Milan.

Dengan latar belakang yang

tidak jauh berbeda, dunia juga me-

miliki Zlatan Ibrahimovic sebagai

pemain unggul dari Swedia.

Berada di lingkungan yang keras

membuat Zlatan terlihat 'keras'

juga. Sikap bengalnya di waktu

kecil berhasil membawanya ke

Malmo FF dan menandatangani

kontrak pertamanya.

Sikap serakah dan tak pernah

puas membawa Zlatan berkeliling

klub dan negara. Dari Amsterdam

hingga Paris pernah ia bela. Sikap

ambisiusnya pulalah yang meng-

antarkannya untuk mene-rima

beberapa penghargaan sebagai Top

Scorer dan pemain asing terbaik.

Harga dirinya berkata, ia tak

perlu lagi audisi untuk meyakinkan

orang lain bahwa dia adalah pe-

main yang hebat. (Zlatan – hal . 24)

Masalah rasis yang dihadapi

Balotelli tidak serta merta meng-

hapus niat dan mimpinya untuk

melaju ke berbagai klub ternama di

Eropa. Ia hanya ingin membuktikan

bahwa orang ber-kulit hitam pun

bisa berprestasi di bidang yang

mereka suka.

Kenakalan Zlatan dan berbagai

permainan triknya di lapangan juga

cukup menyulut emosi beberapa

teman dan orangtuanya. Tapi

siapalah Zlatan? Ia hanya ingin

menjadi nomor satu di berbagai

ajang bergengsi. Ia hanya ingin

mencari tantangan di setiap klub

yang dipilihnya termasuk ketika ia

memilih untuk bergabung di

Paris-Saint Germain.

Jatuh bangun yang harus ia

alami dalam hidup, seyog-

ianya dapat menjadi contoh

yang lain, bahwa impian

s u d a h s e l a y a k n y a

diperjuangkan. (Balotelli – hal.

65)

Balotelli dan Zlatan meng-

ajarkan kepada kita bagai-

mana cara kita merencanakan

mimpi, menggapai mimpi, dan

ber-syukur atas pencapaian

tersebut. Tidak ada hal yang

tidak mung-in di dunia ini.

Bahkan Zlatan pun pernah

berkata bahwa dulu ia tidak

pernah menganggap dirinya

sebuah talenta besar.

Piala Dunia yang sampai saat

ini belum pernah mereka cicipi

kemenangannya menjadi satu

motivasi tertinggi di hidup

mereka. Semoga lapangan hijau di

salah satu belahan dunia bisa

mengantarkan mimpi terbesar

mereka untuk membela negara

tercintanya.

Andy dan Lygia tidak hanya

mengangkat kisah mereka di

dunia persepakbolaan, tetapi juga

bagaimana kehidupan sosial dan

ekonomi mereka. Andy dan Lygia

menaruhnya dengan apik dan

rapih segala sisi positif dan negatif

dari diri Balotelli dan Zlatan.

Banyak yang ingin menyingkirkan

mereka sejak mereka berada di

akademi sepakbola. Penambahan

beberapa dokumentasi mereka di

depan dan di belakang lapangan

hijau membuat pendeskripsian

tentang kedua tokoh ini semakin

menar ik . Sayang beberapa

dokumentasi ini memiliki resolusi

yang rendah sehingga terlihat

pecah saat terlihat di buku.

Resensi Buku

Page 13: Nhn scriptura edisi juli

The Life of Ryan: Caretaker Manager In Giggs We Trust!

“Itu bagaikan angin puyuh, dan saya tidak akan mengubahnya demi dunia”

Resensor: Gregorius Adhytama

Judul : The Life Of RyanProduksi : Fulwell 73Tahun : 2013Bahasa : Inggris

Itulah tanggapan

R y a n G i g g s ,

seorang legenda

klub raksasa Inggris, atas

pengalamannya saat

berperan sebagai manajer

interim di empat per-

tandingan terakhir pada

musim 2013/2014. Ryan

Giggs adalah salah satu

nama yang menjadi ikon

Old Trafford. Bagaimana tidak?

Orang yang menjadi pujaan publik

Old Trafford tersebut telah 23

tahun mem-perkuat Manchester

United. Dia telah menyumbang 13

gelar Liga Inggris, 4 Piala Football

Association (FA), 4 Piala Liga, dan 2

Liga Champions. Pemain kelahiran

Wales ini juga telah mengantongi

banyak prestasi dan penghargaan

individu.

Kini pria berusia 40 tahun itu

telah memutuskan pesiun sebagai

pe-main profesional. Dia akan

menemani Louis van Gaal, calon

manajer klub Setan Merah, dengan

menjabat sebagai asisten manajer

klub tersebut. Untuk mengenang

saat-saat Giggs menjadi manajer

United, salah satu stasiun televisi

swasta di Britania Raya me-

nyiarkan sebuah film doku-menter

terbaru yang berjudul “The Life of

Ryan: Caretaker Manager”.

F i l m i n i m e n c e r i t a k a n

perjalanan Giggs saat bekerja

sebagai manajer sementara The

Red Devil setelah klub tersebut

memecat David Moyes. Selain

Ryan Giggs yang menjadi pemeran,

Sir Alex Ferguson, Paul Scholes,

Nick Butt, Phil dan Gary Neville,

David Beckham, Diego Maradona,

Alessandro Del Piero, Eric Cantona,

Rio Ferdinand, Michael Carrick,

serta Darren Fletcher turut ber-

kontribusi dalam film ini.

Pria berjulukan Welsh Wizard ini

menyatakan bahwa United me-

rupakan klub terbaik sapanjang

masa yang pernah menaunginya

karena di situlah dia mendapatkan

teman dan penggemar serta hari-

hari yang penuh warna. Crazy Day,

begitulah Giggs menyebut hari-

harinya saat menjabat sebagai

manajer pada empat pertandingan

terakhir Manchester United. Hal itu

dinyatakan Giggs karena dirinya

tidak siap dan sangat gugup untuk

menjadi manajer Setan Merah.

Mantan pelatih Manchester United,

Sir Alex Ferguson menya-takan

bahwa ke-sempatan Giggs untuk

melatih Manchester United adalah

kesempatan yang sangat

baik untuk me-ngubah

hidup seorang Giggs.

“Ketika saya merasa ini

semua sudah selesai lalu

saya tahu bahwa Giggs

yang akan melatih, saya

sangat kaget sekaligus

bangga,” ujar Michael

C a r r i c k y a n g s e r i n g

berkolaboras i dengan

Giggs di lapangan tengah.

Menurut bek handal The Red

Devils, Rio Ferdinand, pilihan

United menjadikan Giggs sebagai

manajer adalah pilihan yang

bagus karena para pemain dapat

cepat mengerti yang diajarkan

Giggs. Apalagi mereka me-

rupakan teman sehingga komu-

nikasi dapat terjalin dengan

mudah.

Pada pertandingan perdana,

Giggs begitu bahagia karena dia

berhasil membawa timnya meraih

kemenangan telak atas Norwich,

yakni 4-0. Akan tetapi hidup

memang bagaikan roda, kadang di

atas kadang di bawah. Hal ini

ditunjukkan ketika Sunderland

berhasil menekuk Manchester

United 1-0 dalam pertandingan

kedua Giggs saat menjabat sebagai

manajer. Kekalahan tersebut

membuat Giggs sangat tertekan,

tapi dirinya dapat bangkit dan

memperoleh kemenangan di dua

pertandingan selanjutnya. “Ketika

kamu menang, itu sangat baik dan

lanjut untuk tantangan selan-

jutnya. Ketika kamu kalah, jangan

menangis, cari kesalahannya dan

lanjut untuk tantangan selan-

Resensi Film

Page 14: Nhn scriptura edisi juli

jutnya,” ujar legenda Manchester

tersebut.

Film yang diproduksi Fulwell 73

ini ingin menyampaikan bahwa

suatu hal yang baru dalam hidup

kita dapat kita lalui melalui kerja

keras, kerja keras, dan kerja keras.

Kepercayaan diri dan keberanian

juga menjadi hal yang takkalah pen-

ting. Film dokumenter berdurasi 46

menit ini juga meng-ajarkan kita

bagaimana menjadi pemimpin yang

baik dan selalu total dalam

melaksanakan peran sebagai pem-

impin. Giggs menampilkan diri

sebagai pemimpin yang sangat baik.

Hal ini terbukti di kala Giggs selalu

berdiskusi dengan para staf klub

untuk menentukan strategi yang

akan dipakai dalam menghadapi

lawan berikutnya.

Dalam sesi latihan, Giggs juga

bergabung untuk bermain bersama

tim yang dibinanya untuk mem-

permudah mengetahui kelebihan

dan kelemahan anak-anak asuhnya.

Tenaga fisik dan mental sangat diuji

untuk melatih tim sehebat Man-

chester United. Kedua hal tersebut

termasuk dalam kunci kusuksesan

untuk meraih kemenangan. “Dia

(Giggs) ingin semuanya dalam

keadaan yang sempurna, baik

dirinya ataupun orang-orang di

sekitarnya. Dia sangat senang tan-

tangan dan selalu berusaha menang

untuk dapat melaju ke level yang

lebih t inggi ,” u jar legenda

Juventus, Alessandro Del Piero

ketika ditanyakan penda-patnya

tetang Giggs. Eric Cantona atau

biasa kita kenal dengan julukan The

King menyatakan bahwa banyak

orang dapat mendaki gunung

dengan baik tetapi tidak dapat

ber lar i dengan cepat , a tau

sebaliknya. Akan tetapi Cantona

berpendapat bahwa Giggs adalah

seseorang yang dapat mendaki

dengan baik dan dapat berlari

dengan kencang pula. Di mata

Cantona, Giggs merupakan pemain

yang sangat baik karena Giggs

dapat berlari dengan cepat,

dilengkapi skill yang baik serta kaki

kiri yang hebat.

Pada pertandingan ketiga yakni

melawan Hull City, terjadi sebuah

pergantian yang sangat spekta-

kuler. Sang manajer masuk meng-

gantikan salah seorang pemain

United! Serentak seluruh penonton

melakukan standing applause

untuk manajer tersebut, Ryan

Giggs. Dalam usianya yang sudah

menginjak kepala empat, Giggs

masih dapat bermain dengan

sangat apik. Welsh Wizard sempat

memberikan umpan yang berbuah

gol untuk The Red Devils. Hingga

peluit tanda berakhirnya per-

tandingan dibunyikan, Manchester

United menang 3-1 atas Hull City.

Pertandingan itu menjadi penam-

pilan Giggs yang ke 963 bersama

Manchester United. Kemenangan

tersebut menjadi suatu yang

bernilai bagi Giggs karena di satu

sisi dia dapat berdiri sebagai

pelatih, tetapi di sisi lain dia dapat

bermain menjadi jenderal lapa-

ngan tengah pada per-tandingan

tersebut.

Pada akhir film, Phil Neville

berujar bahwa Giggs adalah

teladan yang sangat pantas diikuti

karena baginya Giggs adalah

seorang pahlawan, seorang yang

paling hebat yang pernah ia kenal.

Dia bangga dapat bermain dan

bekerja sama bersama Giggs baik

saat mereka masih bermain satu

lapangan ataupun saat Giggs

menjadi manajer sementara.

Kini Giggs telah pensiun dan

sekarang menjabat as is ten

manajer Manchester United me-

nemani Louis van Gaal. Akan

tetapi sentuhan sang maestro

lapangan hijau ini tidak akan

terlupakan bagi pendukungnya.

Semua hal yang telah disum-

bangkan dirinya untuk Man-

chester United, baik selama 24

musim sebagai jenderal lapangan

tengah ataupun saat melakoni

peran manajer akan lekat di hati

para fans dan tersimpan di Theatre

of Dreams, Old Trafford. Glory

Manchester United! In Giggs We

Trust!

Cak Awul:Sepak Bola Berbicara HidupPenulis: JB Judha Jiwangga

umah bambu itu riuh Rsekali, penuh sesak

dengan kepala manusia

dengan pemikirannya masing-

masing. Terhitung ada 5 orang di

sana dengan pentholan-nya adalah

Cak Awul. Mulut-mulut itu ber-

tukar kata dan otak-otak itu ber-

tukar ide. Ini bukanlah rapat bawah

tanah atau gerakan klandestin,

bukan juga gerakan separatis atau

subversif. Ini hanyalah obrolan sok

intelek dan filosofis dari orang-

orang kecil tentang perhelatan

akbar FIFA 2014.

“Wealah, Brasil kalah! Padahal

itu jawara sepak bolaku. Itu lho

ada Neymar, Thiago Silpa, terus

i tu yang rambutnya kribo

namanya Dapid Luuuissss. Itu

jagoanku semua, eee malah

Catatan Pinggir

Page 15: Nhn scriptura edisi juli

kalah,” celoteh Mas Gembus.

“Halah kamu tu gak bisa

ngomong v aja , maksa-maksa

ngomong v. Yang bener itu Thiago

Silva sama David Luiz,” sambung

Kang Alit.

“Sebenarnya permainan Brasil

itu sudah bagus, tetapi sayang

Jerman lebih bagus. Hahahaha.

Yah, namanya sepak bola itu seperti

takdir, tidak bisa ditebak hanya

bisa dijalani,” kata Cak Awul sok

filosofis.

“Waduh, filsafatnya keluar ki

Cak Awul. Tapi aku juga setuju

dengan ungkapan tadi kalau sepak

bola itu seperti takdir, tidak bisa

ditebak hanya bisa dijalani. Itu

seperti gambaran kehidupan.

Kehidupan itu tidak bisa diterka,

kapan kita akan lahir, kita akan

lahir di mana, terus kapan kita

mati. Semua sudah ada jalan

ceritanya yang diciptakan oleh

Tuhan,” sahut Dek Gombloh

sambil menghirup aroma kopi

hitamnya.

“Weleh-weleh, sampeyan kok

sudah ngalahi saya yang sudah uzur

ngomong-nya.” Semua orang

tertawa terbahak-bahak men-

dengar celotehan Mbah Nihil.

“Sampeyan bisa ngomong gitu itu

sudah bagus tenan. Tapi kalo

semisal sepak bolanya direkayasa

seperti panggung politik atau

dibikin sandiwara seperti pentas

teater gimana? Lha, yang ada cuma

kebohongan to, terus takdir itu

penuh kebohongan yo?” lanjut

M b a h N I h i l d e n g a n o r a s i

filsafatnya.

“Nek udah seperti itu bukan

takdir lagi, Mbah. Itu sudah masuk

ke ranah kehendak manusia untuk

menjadi sesuatu bagi sekitarnya.

Setiap manusia memilih setiap

tindakannya yang akan mewujud

pada sebuah perbuatan, termasuk

merekayasa, memanipulasi, dan

bersandiwara. Tapi selain itu juga

masih ada tindakan yang baik,

Mbah,” sambung

Cak Awul.

“Menambahi ya,

M b a h . M a n u s i a

memiliki kehendak

itu bersifat bebas dan

d i a t u r o l e h

k e s a d a r a n n y a .

K e s a d a r a n i t u

dikendalikan oleh

akal budi dan hati

nurani. Kalau orang

itu punya kesadaran

yang baik, pasti juga akan

tercermin perilaku yang baik.

Ibarat seperti tim Jerman, Mbah.

Strategi perma-inannya apik, visi

bermainnya bagus, kerjasamanya

solid, para pemainnya hebat dan

akhirnya terbentuklah sebuah

rangkaian tim hebat. Hahahaha,”

sahut Dek Gombloh.

“Weh! Iki malah ngomongin

Jerman, aku gak terima ki!” Mas

Gembus berlagak berdiri dan

berakting marah-marah, membuat

seluruh ruangan tertawa. “Tapi

begini lho, ini hanya khayalanku,

entah benar atau salah. Sepak bola

itu seperti Yin Yang, sebuah bentuk

dari keseimbangan. Dalam sepak

bola, pasti ada yang menang atau

kalah, sama halnya ada yang baik-

jahat, bagus-jelek, hitam-putih.

Selain itu dalam sebuah ke-

sebelasan, setiap lini memiliki

perannya masing-masing untuk

saling menjaga harmonisasi

permainan. Jika salah satu lini tidak

berfungsi dengan baik, pasti akan

menyebabkan kehilangannya

keseimbangan permainan. Sama

halnya dalam hidup manusia,

setiap lini kehidupan perlu

dijalankan dengan baik, entah

d a l a m t i n g k a h l a k u d a n

pemikirannya. Bisa gak ya?” tanya

Mas Gembus.

“Dikatakan seperti itu bisa

j u g a . S e p a k b o l a m e n j a d i

representasi keseimbangan dalam

hidup bahwa hidup itu tersusun

dari berbagai unsur kehidupan

yang harus selalu proporsional.

Semisal, kita harus menjaga

kesehatan, tidak hanya jasmani

kita tetapi juga rohani dan pikiran

kita,” jawab Cak Awul.

“Haduh, sampeyan-sampeyan

ini pada ngomong apa to? Simbah

ora ngerti. Hahahaha. Tapi nek

Simbah punya gambaran begini,

piala dunia sebagai gambaran

pertarungan politik,” kicau Mbah

Nihil.

“Lha kok bisa Mbah?” Tanya

Kang Alit kepada Mbah Nihil.

“Lha kan sepak bola itu

pertandingan untuk menang atau

kalah to, jadi kayak permainan

pol i t ik . Permainan dengan

kekuasaan masing-masing untuk

melanggengkan intrik-intrik

politik tertentu. Itu lho kayak

pemilu kemarin. Siapa calonnya

itu? Pak Ksatria Kuda sama Pak

Joko I Wow ya? Kan sama-sama

memiliki tujuan masing-masing

dan berambisi untuk menang to,”

ujar Mbah Nihil.

“Wealah, Simbah ki malah

ngomongin pemilu presiden. Ya,

dikatakan seperti itu bisa-bisa saja,

kan di sini forum bebas untuk

berdiskusi. Tetapi di balik dua

calon besar itu, tujuan kita tetap

Catatan Pinggir

Page 16: Nhn scriptura edisi juli

membagun Indonesia. Jangan

serta-merta hanya mereka yang

bertanggung jawab. Kita, rakyat

kecil, juga memiliki tanggung

jawab untuk turut membangun

dan mengawasi kinerja elit politik

itu. Tapi itu juga sengit per-

tarungannya, kayak besok di final

piala dunia: Jerman vs Argentina,”

sahut Dek Gombloh.

“Yah, namanya sepak bola

ditafsirkan dalam kehidupan, bisa

diart ikan apa sa ja . Pol i t ik ,

keseimbangan, kesadaran dan

apapun itu masih juga menjadi

bagian dari kehidupan. Kita ini

hanya para pemain dari satu tim

yang diatur oleh Tuhan, entah

strateginya, visi bermainnya,

bahkan starting line-up. Kita ini para

pemain yang masing-masing harus

bisa memenangkan kehidupan ini

dan akhir dari pertandingan itu

adalah kematian, saat di mana kita

akan bertemu dengan manajer kita.

Hahahaha,” celetuk Cak Awul.

“Namanya hidup itu penuh

misteri dan warna. Ibarat buku,

hidup itu berlembar-lembar

halaman yang perlu dibaca hingga

akhirnya buku itu ditutup. Iya gak,

Mbah?” tanya Mas Gembus.

“Sampeyan ki sukanya ngerjain

orang tua saja. Kalau saya sudah

tua jadi tau gimana jalannya hidup

dari saya lahir sampai sekarang

umur segini. Sampeyan-sampeyan

itu yang masih muda, yang

perjalanannya masih panjang

untuk mengerti arti kehidupan.

Pesanku, sampeyan-sampeyan itu

harus selalu bersyukur dengan apa

yang kalian alami dalam ke-

hidupan, entah pahit atau manis,

karena di balik itu pasti ada

maksud kehidupan yang akan

dipahami. Pasti di balik kekalahan

Brasil juga ada maksud tertentu.

Hahahahaha,” jawab Mbah Nihil

dengan bijak.

“Nggih, Mbah,” serentak empat

manusia muda itu menjawab

sambil tertawa-tawa.

Akhirnya malam pun semakin

larut, meninggalkan dingin

sebagai teman bagi segerombolan

manusia itu. Mereka hanya

mencoba menguak kehidupan di

balik permainan si kulit bundar

walaupun yang ditemuinya adalah

ketidakterbatasan pemahaman

hidup karena hidup adalah misteri

yang tak akan pernah selesai untuk

dipahami.

Merengkuh Asa di Sirkuit HijauPenulis: Claudia Rosari Dewi

Dion. Lebih

t e p a t n y a

D i o n i s i u s

namanya, bocah yang dulu

duduk di kelas 1 SD dengan

begitu banyak kenangan

bersama kini telah tumbuh

menjadi seorang pria pintar

d a n d e w a s a d i u s i a

sepantarannya. Banyak yang

melihat dan meng-anggap

bahwa Dion adalah anak

pintar dengan se-gudang

prestasi yang di-milikinya.

Bukan karena ia adalah anak

y a n g p i n t a r , t e t a p i

keberhas i lan demi ke -

berhasilannya ia peroleh

sendiri dari usaha dan kerja

kerasnya, terlepas dari ia adalah

anak dari dua orang petani jagung.

Bahkan sempat beberapa kali Dion

hampir dikeluarkan dari se-

kolahnya karena selama 6 bulan

berturut-turut tidak membayar

uang sekolah. Hal itu tidak

m e m b u a t n y a p a t a h

semangat, namun mem-

b u a t n y a k u a t d a l a m

harapan. Hal ini terbukti

dari prestasinya sebagai

s i swa te ladan terba ik

p e r t a m a d i s e -

kolahnya.Terlahir sebagai

seorang anak yang pintar

membuat Dion memiliki

gairah belajar yang tinggi.

Keinginan kuatnya me-

lanjutkan kuliahnya di

sekolah pertanian, sesuai

dengan kemampuan yang

diturunkan kedua orang-

t u a n ya , t e r n ya t a b e r -

banding terbalik dengan

kenyataan yang harus dialaminya.

Orangtuanya t idak mampu

membiayannya sampai pada studi

di universitas. Ternyata di

Cerita Pendek

Page 17: Nhn scriptura edisi juli

Dalam hatinya terasa sesak melihat

perjuangannya penuh keringat

setiap hari.

Setiap hari ia harus mem-

banting tulang dengan bekerja

menjadi pekerja serabutan. Belum

lagi, ia haus merawat ibunya yang

tidak mampu melagkah sendirian.

Kadang ia mengeluh karena sakit

kanker paru-paru. Cukup sedih

yang dirasakan Dion karena

penyakit ibunya ini tidak bisa

disembuhkan dengan segala

macam obat, terkecuali masuk ke

Rumah Sakit kemudian men-

dapatkan perawatan khusus.

Namun, se-tidaknya Dion

percaya bahwa obat-obat yang

ia beli deng-an hasil jerih

payahnya itu akan bisa me-

ringankan, yaaa se-tidaknya

m e r i n g a n k a n d a n

mengurangi rasa sakit di dada

Ibu yang menderita kanker

paru-paru. Sampai suatu

ketika pelatih itu datang

menghampirinya, men-jadi

penyelamat dalam hidupnya.

Pe l a t i h i t u t e r n ya t a

bernama Alfred Riedi, sang

pelatih hebat tim nasional

Sepak Bola Indonesia untuk

inter-nasional. Alfred melihat

ke-sungguhan dalam diri

D i o n d a n m e r a s a b a h wa

kesungguhan inilah yang harus

dirawat, dijaga, dan dipelihara.

Terlebih memang ada satu pemain

timnas yang mengundurkan diri

karena alasan sakit yang ber-

kepanjangan. Alfred kemudian

mengajak Dion, dan ia menjawab

ajakan Alfred, “Tuan, saya tidak

pantas Tuan datang kepada saya,

tetapi jika memang Tuan ber-

k e h e n d a k p a s t i s a ya a k a n

melakukannya dengan sungguh-

sungguh,” tutur Dion.

Setelah diajak, Dion men-jadi

sering berbincang dengan sang

pelatih dan Alfred sendiri juga

memperkenalkan Dion kepada

teman-teman pemain. Alfred juga

takkunjung berhenti mencari

informasi tentang Dion. Ia tahu

bahwa Dion sungguh sangat

membutuhkan bantuan ini. Melihat

dari bakat yang dimiliki juga

kesungguhannya, Alfred merasa

tidak salah memilih pengganti

pemain lama dengan pemain baru

ini.

Diam-diam beberapa hari

setelah Dion menunjukkan ru-

mahnya di pemukiman kardus yang

kumuh, Alfred memberanikan diri

m e n e m u i i b u n y a . D a l a m

perbincangannya beliau meng-

atakan demikian, “Ibu, saya telah

memilih Dion. Pilihan saya tepat

dan tidak akan salah. Saya tahu

Dion itu adalah anak cerdas dan

berbakat, ia memiliki potensi yang

hebat. Otak dan hatinya berjalan

beriringan. Ini nampak dari

kesungguhannya berlatih. Sebisa

mungkin saya akan membantu Dion

dengan cita-citanya,” ujar laki-laki

keturunan Jerman ini. Ibu Dion

yang hanya terbaring sakit di

tempat tidur tidak dapat bicara

banyak. Namun, dalam per-

bincangan itu kesungguhan yang

d i m i l i k i t e r p a n c a r . I b u

menyimpan banyak harapan pada

Dion, “Saya percaya pada Dion.

To l o n g D i o n d a l a m m a s a

depannya, dia sangat kami

harapkan. Dia bisa di-andalkan.

Saya akan men-doakan Anda dan

anak saya yang terkasih, Dion.

Terima kasih, Tuan,” ujar Ibu.

Mendengar bentuk keper-

cayaan yang diberikan oleh Ibu

dari Dion, sang pelatih ini

langsung memacu semangat Dion

dengan menjadikan dia tim inti

dalam tim nasional yang ia

dampingi selama ini. Tidak

d i sang k a dan d idug a ,

ternyata semua pemain

mengakui ke-hebatan Dion

dalam bermain bola. Jika

seseorang membutuhkan

waktu 1 minggu untuk

belajar teknik baru, tetapi

Dion bisa melibasnya dengan

hanya belajar 3 atau 4 hari

s a j a . D i o n p u n t i d a k

menyangka bahwa semua

teknik bermain sepakbola

yang ia ikuti setiap hari

setelah kerja serabutan ini

ternyata membuahkan hasil.

S e m u a m e m a n g t i d a k

semudah membal ikkan

telapak tangan. Bahkan

bagian pipi dan lengan Dion

terluka karena lemparan bola dari

pelatihnya ketika ia memberikan

contoh yang begitu sulit kepada

Dion dan tidak sengaja mengenai

bagian tubuh Dion.

Ini semua tidak semudah

membalikkan telapak tangan.

Dion saat ini menjadi harapan tim

nasional Indonesia kancah

internasional karena kerja keras

dan keuletannya. Luka-luka yang

dialami ketika berlatih, teguran

keras dari Alfred, pelatihnya,

belum lagi ketidaksesuaian pen-

dapat yang terjadi antara Dion dan

teman-teman satu tim tidak

Cerita Pendek

Page 18: Nhn scriptura edisi juli

samping otaknya yang cerdas,

Dion berbakat dalam dunia perse-

pakbolaan. Ia tak pernah tertinggal

untuk menonton pertandingan

bola, dari perhelatan sebesar Piala

Dunia sampai Piala Agustusan di

kampungnya. Ia selalu terlibat dan

tahu apa yang harus dilakukannya.

Dari situ timbullah bibit-bibit

panggilan bagi dirinya untuk

menjadi pemain sepakbola seperti

tokoh yang di-andalkannya, yakni

Messi. Dion merasa terpanggil

untuk bisa beralih dari ke-

inginannya yang kuat kuliah

p e r t a n i a n m e n j a d i p e m a i n

sepakbola yang handal. Entah

suatu saat nanti.

Merupakan kesehariannya

mencari informasi tentang perse-

pakbolaan sejak ia masih kecil.

Itulah aktivitasnya selain belajar.

Ketekunannya dalam belajar tidak

memupuskan harapannya untuk

m e n g e m - b a n g k a n h o b i n ya ,

sehingga ketika SMP-SMA Dion

menjadi pentolan di sekolahnya. Ia

pernah berharap ingin menjadi

salah satu pemain dari timnas

Indonesia. Sayangnya, semua itu

hanyalah mimpi yang menurutnya

tidak akan dapat terwujud karena

Dion berasal dari keluarga yang

tidak mampu. Ditambah lagi

ayahnya sudah meninggal karena

sakit dan sang Ibu saat ini sedang

sakit juga.

Namun, di usianya yang

bertambah dewasa, dalam dirinya

ia merasa bahwa harapan ini tidak

dapat diteruskan kembali karena ia

harus mengambil alih sebagai

pencari nafkah di dalam keluarga.

Dalam suatu waktu ibunya pernah

berkata demikian, “Nak, bapak

sudah tidak ada. Hanya kamu yang

ibu punya. Ibu berharap besar

padamu, kamu bisa menjadi orang.

Masa depanmu cerah. Jangan

khawatirkan ibu di sini. Ber-

juanglah, Nak. Masih ada tetangga

juga yang memperhatikan dan

membantu keluarga kita,“ ujarnya

demikian kepada Dion.

“Ibu, aku tidak kuasa

meninggalkan Ibu sendirian dalam

keadaan sakit seperti ini. Aku akan

berjuang demi cita-citaku tetapi

Ibu tidak akan aku tinggalkan

begitu saja. Aku akan menjaga Ibu

seperti yang dipesankan oleh ayah

sebelum dia pergi untuk selama-

lamanya. Bu, doakan aku,” ujarnya

membalas ungkapan ibunya.

Dion memang tetap meng-

urus ibunya sekuat tenaga dengan

bekerja serabutan di kompleks

pasar dekat rumahnya, menjadi

kuli bangunan, tukang angkat

barang, tukang parkir dipasar,

pembagi pamflet di jalanan, dsb.

Hal itu tidak mebuatnya putus asa.

Berkali-kali ia ditolak dan di-

pandang sebagai orang yang tidak

berguna oleh setiap orang yang

melewatinya. Namun, karena ia

ingin mengejar cita-citanya itu,

maka sebisa mungkin ia memenuhi

kebutuhan ibunya dan menabung

untuk biasa kuliah di pertanian.

Sore harinya, Dion berlatih sepak

bola di Stadion Mandala, tempat-

nya belajar bersama dengan yang

lain. Syukur-syukur kalau suatu

tim dari luar kota datang untuk

bermain dan berlatih di situ, ia bisa

memperhatikan teknik-teknik

hebat untuk dipelajari.

Suatu ketika, ada suatu tim

dari Jakarta yang sedang memper-

siapkan diri jelang pertandingan.

Sore itu, Dion sedang berlatih

sendirian, kemudian sang pelatih

yang membawa para pemainnya

melihatnya sendirian dan me-

nyapanya. “Kamu sedang apa?”

tanya sang pelatih. “Saya sedang

berlatih sepakbola,” jawab Dion.

“Mengapa kamu ingin bermain

bola?” tanya pelatih kembali. “Saya

sangat senang dengan sepakbola

dan berharap suatu saat nanti saya

bisa menjadi pemain yang handal,

seperti mereka yang sedang bapak

latih,” jawab Dion kembali. Ke-

mudian sang Pelatih menimpali,

“Itu bukanlah suatu yang tidak

mungkin.”

Ketika petang datang, akhir-

nya pelatih dan timnya kem-bali

untuk pulang. Dion, yang dari tadi

melihat mereka, diam-diam

duduk memperhatikan sambil

mempraktekkan apa yang telah

dilakukan oleh pelatih dan

pemain dari klub sepakbola

tesebut. Ternyata, mereka tidak

hanya datang satu kali di sore itu,

tetapi mereka datang di hari-hari

berikutnya. Pada hari kedua dan

ketiga dan seterusnya, Dion tetap

melihat mereka dan menirukan

gerakannya. Tanpa Dion sadari,

sang Pelatih ini memperhatikan

dirinya yang sedang berlatih

dengan kesungguhan. Itulah

kebiasaan Dion, pagi-siang be-

kerja untuk mencari nafkah dan

menabung untuk bisa kuliah,

sorenya ia mengembangkan

talentanya dalam bermain sepak-

bola.

“Aku harus bisa seperti me-

reka. Aku pun harus me-

wujudkan harapan ibuku,”

dengan penuh kesungguhan ia

berjanji demikian. Sampai pada

suatu hari sang Pelatih meng-

hampirinya di suatu sore ketika

berlatih. “Apakah kamu mau ikut

dengan kami?” tanyanya serius.

“Kamu kami ikutkan dalam

kelompok untuk pertandingan

dua minggu ke depan,” lanjut

pelatih. Sontak, pertanyaan ini

membuat Dion kaget dan heran,

“Mengapa aku yang dipilih?”

Dion tidak habis pikir, padahal ia

hanya melihat dan menirukan

mereka selama berlatih. Tanyanya

dalam hati, “Tuhan, benarkah ini

jalan yang Kau tunjukkan?”

Cerita Pendek

Page 19: Nhn scriptura edisi juli

membuatnya jengah. Semakin hari

semakin berat namun semakin

dekat dengan tujuan dan mimpi

Dion selama ini dan hanya

terdengar ucapan syukur dari

bibirnya yang manis, “Terima kasih

Tuhan.”

Sang Ibu yang saat ini juga

masih terbaring di rumah karena

sakit tidak diduga juga mengikuti

perkembangan Dion. Pihak timnas

yang 'jatuh cinta' pada Dion

akhirnya membawa ibunya ke

rumah sakit untuk mendapatkan

perawatan yang lebih baik,

sekaligus mengirimkan perawat

untuk Ibu Dion dapat tinggal dan

dirawat di rumah keesokkan

harinya.

Selama ini Dion tidak

pernah bermimpi dapat dipilih

menjadi salah satu anggota timnas

dan mendapatkan biaya untuk

melanjutkan kehidupannya,

khususnya hidup sang Ibu yang

begitu dicintainya. Itu semua ia

syukuri begitu mendalam. Kini,

Dion dan timnasnya kian hari kian

penuh semangat menghadapi per-

tandingan persahabatan dengan

negara tetangga, Malaysia. Inilah

pertandingan pertama Dion.

Peluh, keringat, amarah,

sesal, lelah, letih lesu, bahagia,

sukacita, dan keberuntungan lain-

nya, semuanya ia syukuri. Sampai

suatu ketika Ibu berkata demikian

kepada Dion, “Nak, ibu tidak

menyangka kamu bisa sehebat ini.

Sekarang perjuangkan cita-citamu.

Wujudkan dalam pertandingan

esok apa yang mau kamu raih.

Berikan yang terbaik pada bapak

Alfred yang telah mengasihi kita

dan setelah itu ibu serahkan

semuanya. Jika memang kamu

ingin melanjutkan kuliah, ku-

liahlah dengan baik. Doa ibu

mengiringi langkahmu, Nak.”

Ungkapan itu membuat

Dion berlinang air mata. Ia simpan

itu dalam hati sebagai pemacu

semangatnya. Ketika berlangsung,

sang Ibu hadir di tengah-tengah

penonton di tengah sakitnya, tetap

memberikan semangat anaknya

yang terkasih. Ini yang membuat

Dion dan kawan-kawan satu tim

hingga Alfed, sang pelatih,

bersemangat dalam pertandingan

persahabatan ini. Dion sebagai

tenaga baru ternyata menjadi

pelopor semangat yang mampu

mengumpulkan teman-teman satu

tim lebih bersatu dan yakin bisa

memenangi pertandingan ini.

Karena kekompakkan ini, maka

timnas Indonesia dapat men-

galahkan Malaysia sebagai lawan.

Perjumpaan dengan Alfred, buat

Dion, ialah anugerah. Ia diijinkan-

Nya untuk meraih cita-citanya dan

juga diberikan kesempatan untuk

menolong sang Ibu tercinta. Biar

dengan kesakitan dan kepedihan

berjuang, akhirnya Dion bisa

menjadi pemain sepakbola timnas

Indonesia, mendapatkan rezeki

yang digunakan untuk menolong

ibunya dan menabung untuk biaya

pendidikannya. Selama ini, satu

h a l ya n g m e n j a d i p r i n s i p

keutamaan Dion “Siapa ber-

sungguh-sungguh pasti akan

b e r h a s i l ! ” . S e m u a i t u d i -

dapatkannya ketika ayah masih

ada. Ia menjadikan nasihat ayah-

nya sebagai motto hidupnya.

Dengan kerja keras yang luar

biasa, akhirnya Tuhan menjawab

doa dan kerja keras melalui

'lapangan hijau' yang semakin

menghijaukan kehidupannya.

Cerita Pendek

Page 20: Nhn scriptura edisi juli

Sentil