nur fajrina-fdk.pdf
TRANSCRIPT
EVALUASI PROGRAM
KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) BINTANG BAKERY
DI KELURAHAN GEDONG, PASAR REBO
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
menempuh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
NUR FAJRINA
NIM : 1111054000009
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015
EVALUASI PROGRAM
KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) BINTANG BAKERY
DI KELURAHAN GEDONG, PASAR REBO
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
menempuh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
NUR FAJRINA
NIM : 1111054000009
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015
EVALUASI PROGRAM
KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) BINTANG BAKERY
DI KELURAHAN GEDONG, PASAR REBO
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
menempuh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
NUR FAJRINA
NIM : 1111054000009
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakn hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 11 Mei 2015
Nur Fajrina
i
ABSTRAK
Nur Fajrina
Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery DiKelurahan Gedong, Pasar Rebo
Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah salah satu media yangdiciptakan untuk membangun kemampuan memecahkan masalah, memenuhikebutuhan dan mengembangkan potensi diri masyarakat miskin, Dimensi sosial-ekonomi menjadi pilar inti dari kegiatan KUBE. Terkait dengan itu, dalamimplementasi program KUBE masih sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,misalnya salah sasaran, tercipta benih-benih fragmentasi sosial, dan belummenyentuh akar permasalahan dan lain sebagainya. Atas dasar asumsi ini, makaperlu dalam setiap program kegiatan diadakan evaluasi guna mengetahuikekurangan dan kelebihan dari program tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancanganmodel evaluatif. Melalui pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis (SystemAnalisis Evaluation Model) yang meliputi: masukan (Inputs), Proses (Process),Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak (Impacts) denganmemfokuskan pada sasaran dan tujuan program KUBE.
Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa: evaluasi program KUBEBintang Bakery terbilang dapat memenuhi sasaran dan tujuan KUBE denganstandarisasi atau panduan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial. Hal initercermin pada indikator input, proses, output, outcomes, dan impacts.Terpenuhinya sasaran KUBE ditentukan oleh proses identifikasi dan seleksi paraanggota dan pengurus KUBE, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar,berkembangnya usaha kelompok. Sedangkan pada tercapainya tujuan programKUBE dapat ditandai oleh: terwujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomimasyarakat miskin dan peningkatkan taraf kesejahteraan sosial.
Salah satu kunci keberhasilan KUBE Bintang Bakery dalam menjalankankegiatan pembuatan roti adalah menerapkan prinsip-prinsip pokok dalampelaksanaan KUBE diantaranya: amanah, professional, produktif, akuntabel,transparan, berbasis masyarakat, konsisten, partisipatif, kemandirian, kemitraan,dan keberlanjutan dalam pengembangan usaha roti.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrohim
Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, shalawat serta salam kita curahkan kepada
junjungan NABI kita NABI MUHAMMAD SAW, serta keluarganya, para
sahabatnya. Tanpa izin-mu takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini.
Kau memberikan kesehatan dalam setiap nafasku, Kau memberikan
kemudahan dalam setiap sulitan, Kau memberikan kebahagiaan dalam setiap
tangis ku. Ya Rabb, kekhawatiran ku tak terjadi, karena Kau telah menyelamatkan
ku dalam penyelesaian skripsi ini. kini, akankah ku mampu
mempertanggungjawabkan semuanya.
Penulis menyadari bahwa karya tulus ini jauh dari kategori sempurna,
sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dengan penuh
kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi
perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta introsepeksi diri.
Penulis merasakan bahwa penelitian ini takkan mungkin terwujud kalaulah
tanpa dukungan dari berbagai pihak yang membantu penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini dengan baik, untuk itu penulis ingin berucap terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua yang dengan tulus memberikan dukungan sepenuhnya,
perhatian yang tiada henti dan setiap saat mendoakan penulis untuk dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
2. Bapak Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi berserta para staff dan jajarannya.
3. Ibu Wati Nilamsari M.Si dan Bapak Hudri M.Ag selaku ketua dan
sekertaris jurusann pengembangan masyarakat islam, beserta jajaran staf
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
4. Bapak Drs. Yusra Kilun, M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan inspirasi dan meluangkan waktunya serta banyak
iii
memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang telah
penulis kerjakan.
5. Bapak/ibu dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah
mendidik penulis, memberikan wawasan dan bimbingan selama mengikuti
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Jerry Purnomo selaku ketua KUBE Bintang Bakery yang telah
memberikan izin dan memberikan informasi untuk melakukan penelitian.
7. Ibu Ali dan ibu Yunus selaku Pekerja Sosial Masyarakat dan Pendamping
KUBE kecamatan Pasar Rebo yang telah membantu memberikan
informasi dan saran pada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan dan sahabat setia Syifa Thoyyibah, Iis
Sudiyanti, Siti Nur Aini yang saling memberikan semangat untuk
menyelesaikan penelitian ini.
9. Teman-teman Nur Halimah, Rizka Arfeinia, Fevi Salehah, Budhi
Baihaqqi, Wildan, Mustofa, Farid, Upi, Ozi, dan Beni yang selalu
menemani di kelas.
10. Teman setia Muhammad Munawir yang selalu memberikan motivasi, yang
dengan tulus dan sabar menasehati penulis hingga penelitian ini dapat
diselesaikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, terimakasih kepada berbagai pihak
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Jakarta, 11 Mei 2015
Nur Fajrina
(1111054000009)
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 12
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 14
E. Metodologi Penelitian ....................................................... 14
F. Tinjauan Pustaka ............................................................... 36
G. Sistematika Penulisan ....................................................... 39
BAB II. TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi ..................................................... 42
2. Model-model Evaluasi.................................................. 44
3. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi ................................... 48
v
B. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan ............................................ 48
2. Model Pemberdayaan ................................................... 53
3. Pendekatan Pemmberdayaan ........................................ 54
C. Masyarakat Miskin
1. Pengertian Kemiskinan ................................................ 55
2. Pengertian Masyarakat Miskin .................................... 57
3. Kategori Penduduk Miskin .......................................... 58
4. Potensi Masyarakat Miskin ......................................... 58
D. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
1. Pengertian KUBE ........................................................ 60
2. Struktur Oraganisasi KUBE ........................................ 63
3. Hak dan Kewajiban KUBE .......................................... 64
4. Aspek KUBE ................................................................ 65
5. Tujuan KUBE ............................................................... 67
6. Sasaran KUBE.............................................................. 68
7. Pengelolaan Jenis Usaha KUBE .................................. 68
8. Prinsip Pelaksanaan KUBE ......................................... 69
9. Indikator Keberhasilan KUBE ..................................... 71
BAB III. TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Penelitian KUBEBintang Bakery ............................ 74
B. Temuan Lapangan.............................................................. 82
vi
BAB IV. ANALISIS TEMUAN PENELITIAN
A. Indikator Masukan (Inputs) .............................................. 107
B. Indikator Proses (Process) ................................................ 112
C. Indikator Keluaran (Output) ............................................. 115
D. Indikator Manfaat (Outcomes) ......................................... 118
E. Indikator Dampak (Impacts) ............................................ 120
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 124
B. Saran .................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data dan Sumber Data .................................................................. 21
Tabel 2 : Indikator Evaluasi ......................................................................... 30
Tabel 3 : Aspek-Aspek dan Kriteria Evaluasi ............................................. 31
Tabel 4 : Daftar Harga Roti KUBE Bintang Bakery .................................... 96
Tabel 5 : Kondisi Sebelum Dan Sesudah Mendapatkan Bantuan ................ 98
Tabel 6 : Inventaris KUBE Bintang Bakery................................................. 100
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Struktur Kepengurusan KUBE.................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di
tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-negara berkembang.
Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para
akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun
terus-menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan “misteri” kemiskinan
ini. Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang
senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah
kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat
ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan
krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh Bangsa Indonesia.1
Masalah kemiskinan merupakan persoalan klasik yang hingga saat ini
masih menjadi problem utama, terutama di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia. Penanganan kemiskinan kemudian menjadi suatu upaya
yang mendapatkan perhatian banyak pihak. Hal ini melahirkan sejumlah teori
atau pandangan, dan pendekatan yang kemudian mempengaruhi kebijakan
yang berbeda-beda. Pandangan konvensional menyebutkan kemiskinan
sebagai kekurangan modal dan menganggap masyarakat miskin sebagai objek
1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 131
2
yang tidak memiliki informasi dan pilihan, sehingga tidak perlu terlibat dalam
pengambilan keputusan kebijakan publik. Padahal, pemecahan masalah
kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin itu
sendiri dan adanya pengakuan pemenuhan dan perlindungan terhadap hak-hak
dasar masyarakat miskin, yaitu hak sosial, ekonomi, dan politik.
Saat ini Indonesia dihadapkan dengan populasi penduduk miskin yang
masih cukup besar. Berdasarkan data, BPS pada bulan maret tahun 2014
mencatat penduduk miskin sebanyak 28,28 juta jiwa atau 11,25% dari jumlah
total penduduk Indonesia. Dari jumlah penduduk miskin tersebut sebanyak
10,51 juta jiwa berada di perkotaan dan 17,77 juta jiwa di pedesaan.
Walaupun jumlah populasi kemiskinan di pedesaan lebih sedikit dibanding di
perkotaan, akan tetapi permasalahannya jauh lebih kompleks. Perbedaan
kompleksitas permasalahan kemiskinan di perkotaan dikarenakan tidak saja
menyangkut permasalahan pekerjaan, pendapatan, perumahan, akan tetapi
berkait pula dengan permasalahan sosial lain yang bersifat pathologis seperti
ketunaan sosial, kerentanan terhadap kriminalitas dan tindak kekerasan,
penyalah gunaan narkoba, dan kadang mudah dieksploitasi untuk
kepentingan-kepentingan tertentu. Oleh karena itu kemiskinan di kota kadang
3
dikatakan miskin “plus”, yaitu selain miskin mereka juga tak jarang menjadi
penyandang masalah sosial lain yang bersifat pathologis.2
Di dalam buku Edi Suharto yang berjudul Membangun Masyarakat
Pemberdayaan Rakyat, Ellis menyatakan bahwa dimensi kemiskinan
menyangkut aspek ekonomi, politik, dan sosial-psikologis. Secara ekonomi,
kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang. Sumberdaya dalam konteks ini menyangkut tidak hanya
aspek finansial, melainkan pula sejenis kekayaan (wealth) yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Berdasarkan konsep
ini, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan
persediaan sumberdaya yang dimiliki melalui penggunaan standar baku yang
dikenal dengan garis kemiskinan. Cara seperti ini sering disebut dengan
metode pengukuran kemiskinan absolut. Garis kemiskinan yang digunakan
BPS sebesar 2,100 kalori per orang per hari yang disertakan dengan
pendapatan tertentu.
Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi ekonomi,
khususnya pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan kentungan-
keuntungan non-material yang diterima oleh seseorang. Namun demikian
2 Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Jakarta:Kementrian Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penggulangan Kemiskinan, 2011), h.9-10
4
secara luas kemiskinan juga kerap didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai
oleh serba kekurangan: kekurangan pendidikan, keadaan kesehatan yang
buruk, dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Definisi kemiskinan dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar
seperti yang diterapkan oleh Depsos, terutama dalam mendefinisikan fakir
miskin. Kemiskinan adalah ketidak mampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Secara politik, kemiskinan dapat
dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan. Kekuasaan dalam pengertian ini
mencakup tatanan sistem poitik yang dapat menentukan kemampuan
sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumberdaya.
Di dalam konteks politik, Friedman mendefinisikan kemiskinan dalam
kaitannya dengan ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis
kekuasaan sosial yang meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah,
perumahan, alat produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan,
kredit), (c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai
kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d) jaringan
sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (e) pengetahuan dan
keterampilan, (i) informasi yang berguna untuk kemajuan hidup. Sedangkan
kemiskinan secara sosial-psikologis menunjuk pada kekurangan jaringan dan
5
struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan
peningkatan produktivitas.3
Pemerintah Indonesia mendefinisikan masyarakat miskin sebagai
individu yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai
sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak
bagi kemanusiaan. Jadi warga miskin dicirikan dengan ketidakmampuan
dalam memenuhi kebutuhan pokok yang layak, mempunyai mata pencaharian
tetapi tidak mencukupi bagi kebutuhan dasarnya.4
Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial
yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai
oleh pengangguran, keterbelakangan, dan tidak keberdayaan. Oleh karena itu,
pengurangan kemiskinan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan
pembangunan kesejahteraan sosial. Kita menyadari, dewasa ini telah terjadi
perubahan fundamental terhadap paradigma pemberdayaan masyarakat
miskin, yaitu menjadi suatu gerakan kesetiakawanan sosial nasional yang
inisiatifnya muncul dari masyarakat dengan fokus subjek pada aspek manusia.
Pemberdayaan masyarakat miskin khususya fakir miskin merupakan
salah satu upaya strategis nasional dalam mewujudkan sistem ekonomi
3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial, h. 133-135
4 Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, h. 20
6
kerakyatan yang berkeadilan sosial dan melindungi hak asasi manusia
terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam
implementasinya pemerintah memiliki komitmen dalam penanganan
kemiskinan yang telah dituangkan dalam Peraturan Presiden No.54 Tahun
2005, tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; dengan tujuan
meningkatkan kerjasama, dukungan dan sinergi semua pihak baik sektor,
pemerintah daerah, masyarakat maupun dunia usaha dalam menanggulangi
masalah kemiskinan.5
Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan didefinisikan
sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil
keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri
mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari
lingkungannya. Sementara itu Ife memberikan batasan pemberdayaan sebagai
upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan,
dan keterampilan untuk meningkatan kemampuan mereka menentukan masa
depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan
komunitas mereka.
5 Sulistiati, dkk., Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: DirektoratJenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2008), h. 1
7
Dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk
mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah
maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam
proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan program pembangunan.
Sejalan dengan pemikiran itu, Kusnaka mengemukakan, dalam konsep
pemberdayaan, masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi
rakyat, tetapi meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga
dirinya, serta terpeliharanya tatanan budaya setempat. Pemberdayaan sebagai
konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat
pada rakyat, tidak saja membutuhkan dan mengembangkan nilai tambah
ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya.
Pemberdayaan masyarakat dalam perspektif pekerja sosial, Dubois dan
Miley memberikan pedoman, yaitu (a) membangun relasi pertolongan yang
merefleksikan respon empati, menghargai pilihan dan hak klien dalam
menentukan nasibnya sendiri, menghargai perbedaan dan keunikan individu,
dan menekankan kerjasama klien; (b) membangun komunikasi yang
menghormati martabat dan harga diri klien, mempertimbangkan keagaman
individu, berfokus pada klien, dan menjaga kerahasiaan klien; (c) terlibat
dalam pemecahan masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam semua
aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien, merangkai
tantangan melalui ketatanan terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam
8
pengembangan professional, riset, dan perumusan kebijakan, penerjemahan
kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, dan penghapusan segala
bentuk diskriminasi dan ketidak setaraan kesempatan, tantangan sebagai
kesempatan belajar, dan melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan
evaluasi; (d) merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial.6
Dari berbagai rumusan konsep pemberdayaan yang telah dipaparkan di
atas, meskipun rumusan konsep pemberdayaan masyarakat berbeda-beda
antar para ahli, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan
adalah sebagai suatu upaya berencana yang dirancang untuk mengubah atau
melakukan pembaharuan pada suatu komunitas atau masyarakat dari kondisi
ketidak berdayaan menjadi berdaya dengan menitik beratkan pada partisipasi
dan kemandirian. Dengan demikian mereka diharapkan mempunyai kesadaran
dan kekuasaan penuh dalam menentukan masa depannya untuk terwujudnya
kesejahteraan sosial.
Terkait dengan itu, pemerintah telah merancang berbagai program
penanganan kemiskinan, baik secara nasional maupun sektoral. Saat ini
Kemensos telah meluncurkan berbagai program yang ditunjukkan meyentuh
langsung kebutuhan masyarakat miskin. Ada program yang dirancang untuk
perorangan yang diserahkan pada kepala keluarga (KK) seperti pembangunan
Rumah Layak Huni (RLH), Usaha Ekonomi Produktif (UEP), dan program
6 B. Mujiyadi, dkk., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: PuslitbangKesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- Departemen Sosial Ri, 2007), h. 11-12
9
Keluarga Harapan (PKH). Ada program yang di-setting untuk
diimplementasikan secara berkelompok seperti Kelompok Usaha Bersama
(KUBE). Inti dari program-program tersebut adalah bagaimana memutus
rantai kemiskinan dengan mengoptimalkan kemampuan diri sendiri.
Masyarakat miskin penerima bantuan diberdayakan untuk mengubah nasibnya
melalui kegiatan-kegiatan yang bernilai produktif. Mereka diberi pelatihan
dan pendampingan, serta modal untuk bisa berdikari.7
Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah salah satu media
yang diciptakan untuk membangun kemampuan memecahkan masalah,
memenuhi kebutuhan dan mengembangkan potensi diri masyarakat miskin,
dimensi sosial-ekonomi menjadi pilar inti dari kegiatan KUBE. Secara sosial
upaya penggabungan masyarakat miskin dalam kelompok usaha bersama
memungkinkan mereka untuk berinteraksi sosial yang positif dan demokratis.
KUBE mampu menjadi media yang meningkatkan kemampuan
berkomunikasi, menyelesaikan masalah-masalah personal dan kelompok
secara timbal balik, sehingga pada akhirnya meningkatkan harkat dan
martabat kemanusiaan mereka. Secara ekonomi, aktivitas usaha yang
dilakukan dalam kelompok memberi kekuatan untuk mengembangkan usaha,
mengimpun kekuatan modal, kemampuan bersaing, membangun jejaring
7 SOCIETA, “Desaku Menanti”, SOCIETA Majalah Inspiratif Berwawasan KesejahteraanSosial, Edisi III/ 2014, h. 22-23
10
usaha, membuka peluang mengakses sumber-sumber ekonomi dan
menciptakan kegiatan ekonomi yang demokratis.8
Kelompok Usaha Bersama merupakan satu upaya untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat miskin di perkotaan maupun di pedesaan.
Kegiatannya dapat bermacam-macam usaha yang sifatnya sederhana dan
dimulai secara kecil-kecilan tapi harus mantap dan terus menerus, seperti
usaha berternak ayam, perikanan tawar, kebun sayur-sayuran, perbengkelan,
kios kebutuhan harian, kerajinan atau anyaman dan sebagainya.
Tujuan KUBE adalah mempercepat penghapusan kemiskinan, melalui:
(1) peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama
dalam kelompok, (2) peningkatan pendapatan, (3) pengembangan usaha, (4)
peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota kube
dan dengan masyarakat sekitar. Bentuk keterampilan KUBE adalah pelatihan
keterampilan berusaha, pemberian bantuan stimultan sabagai modal kerja atau
berusaha dan pendampingan.9
Terkait dengan itu, dalam implementasi program KUBE masih sering
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya salah sasaran, tercipta benih-
benih fragmentasi sosial, dan belum menyentuh akar permasalahan dan lain
8 RB. Khatib Pahlawan Kayo, Kube Sebagai Wahana Intervensi Komunitas Dalam Praktekdan Pekerja Sosial ( Padang: BBPPKS Padang, 2008), h. 2
9 Haryati Roebyantho, dkk.,Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE (Jakarta: P3KS Press, 2011). h. 7
11
sebagainya. Atas dasar asumsi ini, maka perlu dalam setiap program kegiatan
diadakan evaluasi guna mengetahui kekurangan dan kelebihan dari program
tersebut.
Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segaala macam
program, agar dapat di ketahui secara jelas apakah sasaran-sasaran yang dituju
sudah dapat tercapai. Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus, tidak perlu
menunggu selesainya hasil akhir. Hal ini didasarkan pada pertimbangaan jika
hanya dilakukan pada akhir kegiatan, maka kesalahan-kesalahan dan
kekurangan-kekurangan pada proses pelaksanaan kegiatan makin lama
menjadi besar dan makin berat perbaikannya. Oleh karena itu melalui evaluasi
terhadap setiap kekurangan dari yang kecil ini akan lebih mudah
pemecahannya dan tidak akan mengganggu kelancaran proses dan tahapan
kegiatan berikutnya.10
Salah satu program KUBE yang terdapat di wilayah Jakarta Timur,
Kecamatan Pasar Rebo yang terus berjalan hingga saat ini adalah KUBE
Bintang Bakery. KUBE Bintang Bakery merupakan salah satu KUBE yang
berprestasi di wilayah Jakarta Timur. KUBE Bintang Bakery bergerak dalam
bidang usaha pembuatan aneka roti, yang berdirikan sejak tahun 2009. Lokasi
KUBE Bintang Bakery berada di wilayah Jakarta Timur, Kecamatan Pasar
Rebo, Kelurahan Gedong, jalan Kesehatan Rt 006/011. Pada wilayah tersebut
10 Sulistiati, dkk., Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin, h. 55
12
terdapat program KUBE yang mana program ini bertujuan untuk penghapusan
kemiskinan di perkotaan. Program KUBE merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup dalam kesejahteraan masyarakat miskin.
Keterbatasan sumber-sumber dan anggaran pada program KUBE,
mengharuskan pelaksanaan program mencapai target fungsional secara
optimal. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan program mencapai sasaran
dan tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu penulis terdorong untuk
melakukan penelitian dengan kajian ilmiah dan sekaligus dijadikan sebagai
pembahasan skripsi dengan judul: Evaluasi Program Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Fokus Masalah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam latar belakang
masalah, bahwa begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian Evaluasi
Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di Kelurahan Gedong,
Pasar Rebo. Hal ini dikarenakan pada wilayah tersebut terdapat program
KUBE yang dijalankan oleh masyarakat sekitar. Kelompok usaha
bersama tersebut bernama Bintang Bakery yang bergerak dalam bidang
usaha pembuatan roti. Program KUBE merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup dalam kesejahteraan masyarakat. Untuk
memastikan bahwa pelaksanaan program mencapai sasaran dan tujuan
13
yang direncanakan. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini, penulis akan
membahas tentang Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo.
2. Perumusan Masalah
Pada perumusan masalah peneliti akan melakukan penelitian
terkaitan dengan Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo. Berdasarkan
permasalahan yang ada dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah proses pelaksanaan mau pun kinerja pelaku program KUBE
Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan
Gedong sudah sesuai dengan standarisasi sasaran dan tujuan yang ada?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui ketercapaian target atau tujuan dari program KUBE
Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan
Gedong.
2. Untuk mengetahui ketepatan sasaran program KUBE Bintang Bakery
dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan Gedong.
14
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan evaluasi
bagi kelompok usaha bersama (KUBE) Bintang Bakery dalam bidang
usaha pembuatan aneka roti, dan juga menjadi tambahan referensi bagi
pembaca, terutama yang berkaitan dengan Program pemberdayaan
masyarakat miskin melalui kelompok usaha bersama (KUBE).
2. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan
dan pengetahuan tentang program pemberdayaan masyarakat miskin, baik
bagi para pembaca atau praktisi pemberdayaan masyarakat, yang
berkaitan dengan evaluasi program pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan kemiskinan. Dan juga Hasil penelitian ini sangat
diharapkan dapat menjadi rujukan maupun tambahan referensi dalam
studi yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.
E. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pada penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian
menggunakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami seseorang misalnya
15
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.11
Berdasarkan definisi tersebut, penulis melakukan penelitian dengan
menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara alamiah dengan
menggambarkannya secara rinci tentang proses pelaksanaan maupun
kinerja pelaku program KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha
pembuatan roti di Kelurahan Gedong, kemudian evaluasi program atau
pencapaian pada program KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha
pembuatan aneka roti di Kelurahan Gedong, serta faktor apa saja yang
menjadi penghambat bagi KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha
pembuatan roti di Kelurahan Gedong.
2. Macam dan Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data tersebut di peroleh.12
Bila dilihat sumbernya dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian, yaitu:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek
risetnya. Data primer dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah dengan cara
11 Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2014), Cet. Ke-32, h. 6
12 Suhaimi Arkanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. RinekaCipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 129
16
wawancara dengan pengurus dan anggota KUBE yang terdiri dari
ketua KUBE Bintang Bakery, sekretaris dan bendahara KUBE Bintang
Bakery, dan 7 orang anggota KUBE Bintang Bakery.
b. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber
informasi baik secara langsung dan tidak langsung, seperti catatan-
catatan atau dokumenn seperti modul pembentukan dan pengelolaan
KUBE, pedoman pelaksanaan, majalah, internet, dan dokumentasi
yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data. Penulis menganggap teknik yang penulis
lakukan adalah teknik pengumpulan data kulaitatif, yaitu berupa
pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan gambar.
Dimana dalam pelaksanaannya penulis melakukan teknik pengumpulan
data melalui:
a. Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan
“memperlihatkan”.13Observasi merupakan salah satu cara penelitian
pada ilmu-ilmu sosial, cara ini dapat dilakukan oleh individu
dengan menggunakan mata sebagai alat untuk melihat data serta
menilai lingkungan yang diteliti. Teknik observasi juga
memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
13 Ardi Tristiardi, Observasi dan Wawancara (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), h.1
17
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
sebenaarnya. Di dalam pengamatan memungkinkan peneliti
mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan
pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data.14
Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung,
mengamati dan mendengarkan dalam mencari dan memahami
proses pemberdayaan masyarakat miskin melalui program
kelompok usaha bersama (KUBE) dalam bidang usaha pembuatan
roti di Kelurahan Gedong, serta melihat apakah program tersebut
sudah tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan
pemerintah atau belum.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab yang dilakukan oleh dua pihak, maka harus adanya
pewawancara dan terwawancara. Dalam wawancara yang dilakukaan
peneliti untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan
pertanyaan seperti bagaimana perencanaan program pemberdayaan
melalui KUBE, bagai mana tahapan pelaksanaan atau proses
pemberdayaan melalui KUBE, dan sebagainya. Adapun pedoman
wawancara yang peneliti gunakan yakni, memalui kuesioner dengan
14 Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet. Ke-32, h. 174
18
panduan standarisasi monitoring dan evaluasi KUBE (Kelompok
Usaha Bersama).15
c. Studi Dokumen
Penulis dalam mencari data-data baik yang tertulis di buku,
jurnal, dan yang lainnya menggunakan teknik yang dilakukan dengan
cara mempeajari bahan-bahan yang tertulis yang berhubungan dengan
masalah penelitian dalam mengambil data atau informasi.
4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa data, peneliti menginterprestasikan catatan
lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Data yang ada akan
dianalisis dengan cara reduksi. Reduksi yaitu menganalisia sesuatu secara
keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari
proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana. Tujuan
terpenting dari reduksi data ialah untuk mengidentifikasikan tema utama
yang diteliti dengan memberikan kategori pada informasi yang telah
dikumpulkan. Seperti yang dijelaskan Patton dalam buku Lexy J.
Maleong, mengatakan bahwa dalam menganalisa data adalah dengan
15 Harry Hikmat, dkk., Panduan Standarisasi Monitoring dan Evaluasi ProgramPemberdayaan Fakir Miskin (Departemen Sosial RI, 2005), h. 74
19
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. 16
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti mengelompokkan
data-data melalui 5 indikator, diantaranya: indikator input, indikator
proses, indikator output, indikator outcome, dan indikator impact. Yang
mana dari 5 indikator tersebut akan menjelaskan penelitian evaluasi
program KUBE di Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo.
5. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Burhan Bungin dalam bukunya penelitian kualitatif mengatakan
bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi
persoalan dalam pengujian keabsahan hasil penelitian. Bayak hasil
penelitian kualiatif diragukan keberadaannya karena beberapa hal: (1)
Subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif, (2) alat peneliti yang akan diandalkan adalah wawancara dan
observasi (adapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika
dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, (3) sumber data
kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi
penelitian.17 Oleh sebab itu, hendaknya seperti yang dijelaskan oleh Lexy
16 Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet. Ke-32, h. 10317 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial lainnya (Jakarta: Kencana, 2009) Cet Ke-3. h. 253
20
J.Moleong dalam bukunya Metodelogi Kualitatif, dalam menentukan
keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Teknik triangulasi
yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu
dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan,
(5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil
pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau
21
pemikiran. Yang penting di sini ialah bisa mengetahui alasan-alasan
terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.18
6. Data dan Sumber Data
Tabel 1 Data dan Sumber Data
Komponen Aspek IndikatorSumber
Data
Instrumen
Pengumpul
Data
Input
Ketersediaan
dana
Ketersediaan
SDM dan
pendamping
Permodalan
Jumlah SDM
Jumlah
pendamping
Bendahara
Ketua
KUBE
Pedoman
wawancara
Buku
keuangan
Pedoman
Wawancara
18 Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet. Ke-32, h. 330-331
22
Ketersediaan
informasi
masyarakat
miskin
Ketersediaan
bantuan
modal usaha
Ketersediaan
Panduan
Teknis
Pemilihan
masyarakat miskin
- Proses
penerimaan
bantuan
- Penerimaan
bantuan tahun
2009
- Penerimaan
bantuan tahun
2012
- Kebijakan dan
program
pemberdayaan
masyarakat
miskin.
Anggota
KUBE
Ketua
KUBE
Ketua
KUBE
Pedoman
Wawancara
Pedoman
Wawancara
Pedoman
Wawancara
23
- Mekanismen
dan prosedur
- Administrasi
- Pengembangan
usaha
Modul
sosialisasi
program
Proses
Proses
sosialisasi
dan pelatihan
KUBE
Pelatihan-
Pelatihan
yang
mendukung
- Keikutsertaan
sosialisasi
program
- Pemahaman
materi
- Kesesuaian
materi yang
disampaikan
Jenis pelatihan
Ketua
KUBE
Anggota
KUBE
Pedoman
Wawancara
Modul
sosialisasi
program
Pedoman
wawancara
24
Proses
Jenis Usaha
yang
dikembangkan
Bantuan yang
Diberikan
sudah relevan
atau belum
Usaha yang
sifatnya mingguan,
bulanan, atau
tahunan
- Bantuan dana
tahun 2009
- Bantuan dana
tahun 2012
Anggota
KUBE
Ketua
KUBE
Pedoman
wawancara
Pedoman
wawancara
Output
Terlaksananya
sosialisasi
program
- Keikutsertaan
sosialisasi
program
- Pemahaman
materi
- Kesesuaian
materi yang
disampaikan
Ketua
KUBE
Pedoman
Wawancara
Modul
sosialisasi
program
25
Output
Terlaksananya
pendampingan
sosial
Terlaksananya
identifikasi
dan seleksi
Terlaksananya
bantuan sosial
- Jumlah
pendamping
- Kegiatan yang
dilakukan
- Informasi hasil
dan seleksi
anggota dan
pengurus
KUBE
- Bantuan yang
diberikan
untuk kegiatan
sosial
Skretaris
KUBE
Ketua
KUBE
Anggota
KUBE
Pengurus
KUBE
Anggota
KUBE
Pedoman
wawancara
Dokumenta
si
Pedoman
wawancara
Pedoman
Wawancara
Dokumenta
si
26
Outcome
KUBE yang
terorganisir
dengan baik
- Struktur
organisasi
- Penempatan
pengurus
KUBE
- Pembagian
tugas dan
tanggung
jawab
- Kegiatan
pembukuan
- Jadwal
pertemuan
KUBE
- Proses
pengambilan
keputusan
- Penyusunan
rencana
program
Ketua
KUBE
Skretaris
KUBE
Bendahara
KUBE
Pedoman
wawancara
Pembukuan
KUBE
27
Outcome
Peningkatan
produktifitas
Pendayagunaan
potensi lokal
- Skretariatan
- Modal usaha
- Jenis usaha
- Nilai rata-rata
produksi
- Nilai
penjualan
- Area
pemasaran
- Keuntungan
- Kerugian
- Tabungan
- Anggota
- Tenaga
- Bahan baku
- Peralatan
Ketua
KUBE
Skretaris
KUBE
Bendahara
KUBE
Ketua
KUBE
Pedoman
wawancara
Pembukuan
KUBE
Pedoman
wawancara
28
Penempatan
iuran
kesetiakawan
-an sosial
Kegiatan sosial Pengurus
KUBE
Anggota
KUBE
Pedoman
wawancara
Dokumentasi
Impact
Dampak
positif
Dampak
negatif
- peningkatan
taraf
kesejahteraan
- kondisi setelah
menerima
bantuan
Pengurus
KUBE
Anggota
KUBE
Pedoman
wawancara
29
7. Model Evaluasi
Rancangan penelitian ini adalah evaluatif, yang menggunakan
pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation
Model) yang meliputi: masukan (Inputs), proses (Process), keluaran
(Output), manfaat (Outcomes), dan dampak (Impacts). Setiap program
mempunyai tujuan program, yaitu apa yang akan dicapai dengan
dirancang dan dilaksanakan program. Dalam program sosial tujuan
program adalah menciptakan perubahan sosial dengan melakukan
intervensi sosial.19
Kinerja yang diharapkan dari pelaksanaan suatu program atau
kegiatan harus dengan jelas ditetapkan indikatornya. Sejak tahap pertama
harus disertai dengan identifikasi indikator dan sasaran kinerja yang
tersusun secara jelas dan tepat. Dalam penyusunan indikator diperlukan
pemahaman yang baik tentang program kegiatan, tujuannya, sumber daya
yang tersedia, ruang lingkup, kegiatan, dan lain sebagainya.
Untuk memudahkan dalam membaca indikator evaluasi program
kelompok usaha bersama (KUBE) di Kelurahan Peayon Kecamatan Pasar
Rebo, maka penulis menggunakan tabel-tabel indikator evaluasi. Yang
19 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh Aplikasi EvaluasiProgram: Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program Nasional PemberdayaanMasyarakat(PNPM) Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, Dan Buku Teks (Jakarta: RajawaliPress, 2011), h. 109
30
mana tabel tersebut akan menguraikan bagian-bagian dalam evaluasi
program.
Tabel 2 Indikator Evaluasi
Input Proses Output Outcome Impact
Ketersedian
dana
Proses
sosialisasi dan
pelatihan
KUBE
Terlaksananya
sosialisasi
program
KUBE yang
terorganisir
dengan baik
Dampak
positif
Ketersedian
SDM dan
pendamping
Pelatihan-
pelatihan yang
mendukung
Terlaksananya
pendampingan
sosial
Meningkatnya
produktifitas
Dampak
negatif
Ketersedian
informasi
masyarakat
miskin
Jenis usaha
yang
dikembangkan
KUBE
Terlaksananya
identifikasi dan
seleksi
Pendayagunaan
potensi lokal
Ketersedian
bantuan modal
usaha
Bantuan yang
diberikan sudah
relevan atau
belum
Terlaksananya
bantuan social
Pemanfaatan
Iuran
Kesetiakawanan
Sosial
31
Ketersedian
panduan teknis
Tabel 3 Aspek-Aspek dan Kriteria Evaluasi
Objek Penelitian Aspek yang Dievaluasi Kriteria Keberhasilan
Tujuan Program KUBE
- Peningkatan taraf
kesejahteraan sosial
melalui usaha
ekonomi
- Meningkatkan
prinsip gotong
royong
- Meningkatkan
prinsip koperasi
- Mampu menyisihkan
hasil usaha untuk
ditabung
- Terbinanya kegiatan
UBE
- Tercapainya
peningkatan taraf
kesejahteraan sosial
melalui usaha
ekonomi
- Adanya prinsip
gotong-royong
- Adanya tabungan dari
masing-masing
pengurus maupun
anggota
- Terciptanya kegiatan
KUBE yang
berkelanjutan
32
Sasaran Program KUBE
- Mereka yang
memiliki keterbatasan
finansial
- Terpenuhinya
penemuhan
kebutuhan dasar
- Berkembangnya
usaha kelompok
- Mewujudkan
kemandirian usaha
sosial ekonomi
- Tepatnya sasaran
program KUBE
kepada mereka yang
memiliki
keterbatasan finansial
- Meningkatnya
kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan
dasar (sandang,
pangan, papan)
- Adanya
perkembangan usaha
kelompok melalui
kemampuan dan
keterampilan dalam
KUBE
33
a. Indikator Masukan (Inputs)
Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi
sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator
input mengukur jumlah sumber daya seperti: keterdiaan dana,
ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi masyarakat
miskin, ketersediaan bantuan modal usaha, dan ketersediaan panduan
teknis.
b. Indikator Proses (Process)
Indikator proses memfokuskan pada pelaksanaan program dan
sering menyediakan informasi mengenai kemungkinan program
diperbaiki. Evaluasi ini merupakan evaluasi formatif yang berupaya
mencari jawaban atas pertanyaaan sebagai berikut: Bagaimana proses
sosialisasi dan pelatihan KUBE dilaksanakan?, Adakah pelatihan-
pelatihan yang mendukung perkembangan usaha KUBE?, Jenis usaha
apa yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery?, Apakah
bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang di
tekuni oleh KUBE Bintang Bakery?, indikator proses merupakan
katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
c. Indikator Keluaran (Output)
Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang
dihasilkan oleh suatu program. Dengan membandingkan keluaran dan
34
sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan
pelaksanaan dan pencapaian program kegiatan tersebut sesuai dengan
rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai
kemajuan sesuatu program kegiatan apabila indikator ini dikaitkan
dengan sasaran program kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan
terukur.
Indikator keluaran lebih menitikberatkan pada hasil fisik yang
dicapai, seperti: (a) terlaksananya sosialisasi program, materi apa saja
yang disampaikan. (b) terlaksananya pendampingan sosial, meliputi:
jumlah tenaga pendamping. (c) terlaksananya identifikasi dan seleksi.
(d) terlaksananya bantuan sosial, meliputi: terbentuknya KUBE,
jumlah satuan hidup berupa uang yang diberikan, barang yang
diberikan.
d. Indikator Manfaat (Outcomes)
Dalam program kegiatan sosial, indikator ini sangat penting
untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Untuk mengetahui
manfaat yang dihasilkan program kegiatan, perlu disusun indikator
manfaat yang mencerminkan berfungsinya keluaran program tersebut.
Contoh indikator manfaat yaitu: terbentuknya KUBE yang terorganisir
dengan baik, meningkatnya produktifitas dengan usaha KUBE,
35
pendayagunaan potensi lokal, pemanfaatan iuran kesetiakawanan
sosial.
e. Indikator Dampak (Impacts)
Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka
panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Indikator ini dapat diketahui, jika
pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang
cukup lama dan setelah proyek tersebut selesai dilaksanakan. Sebagai
contoh, program kegiatan KUBE telah berdampak positif pada
peningkatan taraf hidup kesejahteraan masyarakat. Tetapi terdapat
dampak negatif berupa ketergantungan dari masyarakat terhadap
bantuan mosal dari pemerintah.
6. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Timur,
tepatnya di Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan Gedong, Jalan Kesehatan
Rt 006/ Rw 011. Di pilihnya wilayah Kelurahan Gedong di karenakan
wilayah tersebut terdapat program KUBE aktif dan berprestasi dimana
kegiatan KUBE tersebut masih berjalan sampai saat ini dan terus
mengembangkan usahanya di dalam bidang usaha pembuatan roti.
36
Sedangkan waktu penelitiannya, terhitung mulai dari bulan Januari 2015
sampai bulan Mei 2015.
7. Teknik Penulisan
Penulisan skripsi ini dilakukan sesuai dengan buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang diterbitkan
oleh UIN Jakarta Press Tahun 2010.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa karya
ilmiah yang membahas tentang program pemberdayaan masyarakat miskin
yang peneliti temukan, yang pembahasannya hampir atau menyerupai dengan
judul penelitian yang peneliti angkat. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan seperti ‘menduplikat’ hasil karya orang lain, maka
peneliti sangat perlu untuk mempertegas perbedaan antara masing-masing
judul dan masalah yang dibahas dari beberapa skripsi yang telah dibahas
sebelumnya. Setelah melakukan suatu kajian kepustakaan, adapun beberapa
judul diantaranya sebagai berikut:
Judul Skripsi : Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset
Anggotanya Di Kampung Melayu Kabupaten Tanggerang”
37
Penulis : Siti Dawiyah, mahasiswa program studi Kesejahteraan
Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun2011.
Isi Pokok : Dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang evaluasi yang
dilakukan dengan mengukur dampak langsung yang terjadi
pada keadaan anggota sebelum dan setelah mengikuti program
KUBE Teluk Amanah usaha konveksi dalam bentuk asset
yang nyata (tangible) maupun asset yang tidak nyata
(intangible) serta menjelaskan dampak apa saja yang
dihasilkan dengan adanya program KUBE Teluk Amanah. Di
dalam penelitiannya yang menjadi pokok penelitian adalah
peningkatan asset yang dimiliki oleh KUBE Teluk Amanah
baik asset yang nyata maupun yang tidak nyata.
Judul Skripsi : Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama
Dalam pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Lebak Wangi
Kecamatan Sepatan Timur Tanggerang
Penulis : Fazra Raissa Wulandari, mahasiswa program studi
Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011.
38
Isi Pokok : Dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan
bagaimana pekerja sosial masyarakat kelompok usaha
bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin di
Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur kabupaten
Tanggerang serta mengetahui bagaimana kegiatan pekerja
sosial masyarakat kelompok usaha bersama (KUBE) dalam
pemberdayaan masyarakat miskin di Desa Lebak Wangi
Kecamatan Sepatan Timur kabupaten Tanggerang.
Dari kedua judul skripsi di atas, peneliti tegaskan bahwa dalam skripsi
ini sangat berbeda dengan karya skripsi sebelumnya. Adapun kelebihan atau
kekuatan penelitian dalam skripsi ini dan membuat berbeda dari penelitian
sebelumnya adalah: bahwa dalam skripsi ini akan membahas tentang evaluasi
program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery di Kelurahan
Gedong, yang mana tujuan dari evaluasi yang di maksud adalah untuk
menganalisis dari proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat
miskin seperti, ketetapan atau penyimpangan-penyimpangan dalam usaha
mencapai tujuan, sasaran, hambatan yang dihadapi atau perubahan yang
diperlukan untuk tercapainya kesinambungan pelaksanaan program selama
jangka waktu tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengadakan
penyesuaian dan penetapan langkah-langkah pemecahan masalah pada usaha
tersebut. Selain itu di dalam skripsi ini juga mencoba melihat apakah program
39
KUBE yang digalang oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di
perkotaan sudah tepat sasaran atau belum, melihat dengan paduan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah.
G. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini, peneliti membagi dalam lima bab, yang
diuraikan dalam beberapa sub-bagian dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini merupakan bab yang membahas teori tentang Evaluasi, yang
mana dalam bahasan evaluasi ini akan membahas: pengertian evaluasi,
model-model evaluasi, tujuan dan kegunaan evaluasi. Kemudian dalam bab
ini juga akan membahas Pemberdayaan, yang di dalamnya mencakup:
pengertian pebemberdayaan, model-model pemberdayaan, pendekatan
pemberdayaan. Selain itu, bab ini juga akan membahas secara umum
mengenai Masyarakat Miskin, yang di dalamnya mencakup bahasan tentang:
Pengertian kemiskinan, masyaraat miskin, kategori penduduk miskin, potensi
40
masyarakat miskin. Bab ini juga akan membahas mengenai Kelompok Usaha
Bersama (KUBE), yang di dalamnya mencakup pengertian KUBE, tujuan
KUBE, sasaran KUBE, hak dan kewajiban KUBE, aspek KUBE,
pengelolaan jenis usaha KUBE, prinsip pelaksanaan KUBE, indikator
keberhasilan KUBE.
BAB III TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini yang akan dibahas adalah mengenai Profil KUBE
Bintang Bakery yang mencakup : Gambaran Umum Objek Penelitian yang
meliputi: Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) Bintang Bakery, kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Bintang Bakery, Visi, Misi dan Tujuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Bintang Bakery, Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Bintang Bakery. Dan Temuan Lapangan yang meliputi: data masukan
(Inputs), Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan
Dampak (Impacts).
BAB IV ANALISA TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini, berisi tentang analisis program pelaksanaan katering
kelompok usaha bersama (KUBE) prima mandiri di kelurahan Pekayon, Pasar
Rebo. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan model Evaluasi Sistem
Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang meliputi: masukan (Inputs),
41
Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak
(Impacts).
BABV PENUTUP
Bab ini merupakan penutup, yang di dalamnya berisi kesimpulan serta
saran-saran yang dianggap perlu dalam perbaikan dan kemajuan program
tersebut.
42
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi berasal dari kata evaluation. Kata tersebut diserap ke
dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan
mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia
menjadi “evaluasi”. Suchman di dalam bukunya Suharsimi Arikunto
yang berjudul Evaluasi Program Pendidikan memandang evaluasi
sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa
kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam lingkup
penelitian, evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas
pelaksanaan program dengan cara mengukur tingkat keberhasilan suatu
kegiatan.1
1 Suharsimi Arikunto. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis BagiMahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi Kedua. (Jakarta: Bumi Aksara. 2014) h. 1-2
43
Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian sehingga
mengevaluasi artinya memberikan penilaian atau menilai.2 Menurut H. D.
Sudjana, evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah
tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apa pelaksanaan program
sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi setelah suatu
program dilaksanakan.3
Sedangkan makna dari evaluasi program itu sendiri mengalami
proses pemantapan. Definisi yang terkenal untuk evaluasi program
dikemukakan oleh Ralph Tyler yang dikutip dalam buku Evaluasi
Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan Edisi Kedua, yang menyatakan bahwa evaluasi program adalah
proses untuk mengetahui apakah tujuan sudah dapat terealisasikan.
Definisi yang lebih diterima dengan masyarakat luas dikemukakan oleh
dua orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach dan Stufflebeam. Mereka
mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan
informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
proses pemeriksaan dan penilaian sebuah program untuk mengetahui
efektifitas masing-masing komponennya. Melalui evaluasi rangkaian
2 Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. (Jakarta: Balai Pustaka. 1995)Cet Ke-4
3 H.D. Sudjana. Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luas Sekolah danPengembangan Sumber Daya Manusia. (Bandung: Falah Production, 2000) h.281
44
informasi yang diperoleh evaluator, hendaknya dapat membantu untuk
menemukan permasalahan atau kekurangan-kekurangan pada proses
pelaksanaan program kegiatan evaluasi sehingga dapat memberikan
umpan balik atau solusi untuk perbaikan dan peningkatan, baik dari segi
kualitas atau kebutuhan suatu program.
2. Model Evaluasi
Dalam proses evaluasi, biasanya dikaitkan dengan model-model
evaluasi yang akan digunakan. Banyak model yang ditawarkan berbagai
penulis dalam hal proses evaluasi. Sebagaimana setiap kasus memiliki
karakteristik, maka model evaluasipun demikian. Maka dalam penelitian
ini penulis menggunakan pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis
(System Analisis Evaluation Model) yang digagas oleh Karl Ludwing Von
Bertalanffy, Evaluasi Sistem Analisis ini meliputi: masukan (Inputs),
Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak
(Impacts). Setiap program mempunyai tujuan program, yaitu apa yang
akan dicapai dengan dirancang dan dilaksanakan program. Dalam program
sosial tujuan program adalah menciptakan perubahan sosial dengan
melakukan intervensi sosial.4
4 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh Aplikasi EvaluasiProgram: Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
45
Kinerja yang diharapkan dari pelaksanaan suatu program atau
kegiatan harus dengan jelas ditetapkan indikatornya. Sejak tahap pertama
harus disertai dengan identifikasi indikator dan sasaran kinerja yang
tersusun secara jelas dan tepat. Dalam penyusunan indikator diperlukan
pemahaman yang baik tentang program kegiatan, tujuannya, sumber daya
yang tersedia, ruang lingkup, kegiatan, dan lain sebagainya.
a. Indikator Masukan (Inputs)
Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi
sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator
input mengukur jumlah sumber daya seperti: keterdiaan dana,
ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi masyarakat
miskin, ketersediaan bantuan modal usaha, dan ketersediaan panduan
teknis.
b. Indikator Proses (Process)
Indikator proses memfokuskan pada pelaksanaan program dan
sering menyediakan informasi mengenai kemungkinan program
diperbaiki. Evaluasi ini merupakan evaluasi formatif yang berupaya
mencari jawaban atas pertanyaaan sebagai berikut: Bagaimana proses
sosialisasi dan pelatihan KUBE dilaksanakan?, Adakah pelatihan-
(PNPM ) Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, Dan Buku Teks (Jakarta: Rajawali Press,2011), h. 109
46
pelatihan yang mendukung perkembangan usaha KUBE?, Jenis usaha
apa yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery?, Apakah
bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang di
tekuni oleh KUBE Bintang Bakery?, indikator proses merupakan
katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
c. Indikator Keluaran (Output)
Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang
dihasilkan oleh suatu program. Dengan membandingkan keluaran dan
sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan
pelaksanaan dan pencapaian program kegiatan tersebut sesuai dengan
rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai
kemajuan sesuatu program kegiatan apabila indikator ini dikaitkan
dengan sasaran program kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan
terukur.
Indikator keluaran lebih menitikberatkan pada hasil fisik yang
dicapai, seperti: (a) terlaksananya sosialisasi program, materi apa saja
yang disampaikan. (b) terlaksananya pendampingan sosial, meliputi:
jumlah tenaga pendamping. (c) terlaksananya identifikasi dan seleksi.
(d) terlaksananya bantuan sosial, meliputi: terbentuknya KUBE,
jumlah satuan hidup berupa uang yang diberikan, barang yang
diberikan.
47
d. Indikator Manfaat (Outcomes)
Dalam program kegiatan sosial, indikator ini sangat penting
untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Untuk mengetahui
manfaat yang dihasilkan program kegiatan, perlu disusun indikator
manfaat yang mencerminkan berfungsinya keluaran program tersebut.
Contoh indikator manfaat yaitu: terbentuknya KUBE yang terorganisir
dengan baik, meningkatnya produktifitas dengan usaha KUBE,
pendayagunaan potensi lokal, pemanfaatan iuran kesetiakawanan
sosial.
e. Indikator Dampak (Impacts)
Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka
panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Indikator ini dapat diketahui, jika
pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang
cukup lama dan setelah proyek tersebut selesai dilaksanakan. Sebagai
contoh, program kegiatan KUBE telah berdampak positif pada
peningkatan taraf hidup kesejahteraan masyarakat. Tetapi terdapat
dampak negatif berupa ketergantungan dari masyarakat terhadap
bantuan modal dari pemerintah.
48
3. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi
Adapun tujuan evaluasi program menurut peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan
b. Untuk melihat apa yang sudah dicapai
c. Untuk melihat apa yang sudah dicapai
d. Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah ditetapkan suatu
program
e. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup rasional.
B. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan, merupakan konsep yang lahir sebagai bagian dari
perkembangaan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya
Eropa. Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi pembangunan berpusat
pada manusia. Perspektif pembangunan ini menyadari betapa pentingnya
kapasitas manusia dalam rangka meningkatkan kemandirian dan kekuatan
internal atas sumber daya materi dan non material melalui redistribusi
modal atau kepemilikan.
49
Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan didefinisikan
sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan,
terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan
sosial dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan
rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan
mentransfer daya dari lingkungannya. Sementara itu Ife yang dikutip
dalam buku Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin
memberikan batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada
orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan
untuk meningkatan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan
untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas
mereka.
Dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang
untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari
pemerintah maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif
berpartisipasi dala proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan
program pembangunan. Sejalan dengan pemikiran itu, Kusnaka dalam
buku Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin yang dikarang
oleh Mujiyadi, dkk mengemukakan, dalam konsep pemberdayaan,
masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi
50
meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya,
serta terpeliharanya tatanan budaya setempat. Pemberdayaan sebagai
konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang
berpusat pada rakyat, tidak saja membutuhkan dan mengembangkan nilai
tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya.
Pemberdayaan menunjuk kepada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, melainkann bebas dari kelaparan, bebas dari
kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapa ahli dibawah
ini mengemukakan definisi pemberdaayaan dilihat dari tujuan, proses, dan
cara-cara pemberdayaan:
a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung
b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas,
51
dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-
lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan
menekankan bahwa orang yang memperoleh keterampilan,
pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya
c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui perubahan struktur sosial
d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan nama rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya.
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti: memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupnya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan sering
52
kali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai
sebuah proses.5
Menurut Friedman dalam buku dampak sosial ekonomi program
penanganan kemiskinan KUBE menyatakan bahwa memberdayakan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat kita yang sedang dalam kondisi tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan
kata lain memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan
masyarakat.6
Meskipun pengertian pemberdayaan masyarakat berbeda-beda
antar para ahli, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan
adalah sebagai upaya berencana yang dirancang untuk mengubah atau
malakukan pembaharuan pada suatu komunitas atau masyarakat dari
kondisi ketidak berdayaan menjadi berdaya dengan menitikberatkan pada
partisipasi dan kemandirian. Dengan demikian mereka diharapkan
mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam menentukan masa
depan untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial, h. 57-60
6 Haryati Roebyantho, dkk.,Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE (Jakarta: P3KS Press, 2011). h. 34
53
2. Model Pemberdayaan
Menurut Jack Rothman dalam karya klasiknya yang dikutip di
dalam buku Edi Suharto yang berjudul Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat membagi tiga model dalam pemberdayaan,
yakni:
a. Pengembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat lokal
adalah proses yang ditunjukkan untuk menciptakan kemajuan sosial
dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif secara inisiatif
anggota masyarakat itu sendiri. Masyarakat dipandang unik dan
memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya
dikembangkan.
b. Perencanaan sosial. Perencanaan sosial menentukan keputusan dan
menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu
seperti masalah kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, dan
kebodohan.
c. Aksi sosial. Sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam struktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan, sumber, dan pengambilan keputusan.
Masyarakat diorganisir melalui penyadaran, pemberdayaan, dan
54
tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar
lebih memenuhi prinsip demokrasi. Kemerataan dan keadilan.7
3. Pendekatan Pemberdayaan
Menurut Ife, pemberdayaan memuat dua pengertian, yakni kekuasaan
dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut
kekasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan
klien atas:
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup:
kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya
hidup, tempat tinggal, dan pekerjaan.
b. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras
dengan aspirasi dan keinginannya.
c. Ide atau gagasan: kemampuan mengespresikan dan menyumbangkan
gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa
tekanan.
d. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga
kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.
e. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal,
informal, dan masyarakat.
7Ibid., h. 42-45
55
f. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola
mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.
g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,
perawatan anak, pendidikan, dan sosialisasi.8
C. Masyarakat Miskin
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan fenomena sosial yang
menjadi atribut Negara-negara dunia ketiga. Fenomena ini juga
merupakan kebalikan dari kondisi yang dialami oleh negara-negara maju
yang memiliki atribut sebagai “model”. Fenomena kemiskinan merupakan
sesuatu yang kompleks, artinya tidak hanya berkaitan dengan dimensi
ekonomi tetapi dimensi lain seperti pemenuhan kebutuhan dasar manusia
missal hak pangan, papan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan
sebagainya.
Umumnya kemiskinan lebih sering dikonsepsikan dalam konteks
ketidak-cukupan pendapatan dan harta untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan (lingkup
dimensi ekonomi) dan memenuhi kebutuhan dalam dari aspek sosial,
8 Ibid., h. 59
56
lingkungan, keberdayaan dan tingkat partisipasinya (lingkup dimensi non
ekonomi).
Konfensi dunia untuk Pembangunan Sosial, mendefinisikan
kemiskinan sebagai rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya
produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan
kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan dan
kurangnya akses pada pendidikann dan layanan-layanan pokok lainnya;
kondisi tak wajar akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan
bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang
tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan sosial; dan dicirikan juga
oleh rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
dan dalam kehidupan sipil, sosial dan budaya.
Menurut BPS Kemiskinan berkaitan dengan kondisi penduduk
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum. Sedangkan J.
Friedman mengartikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan
untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. World Bank
mendefinisikan kemiskinan itu merupakan kondisi dimana seseorang tidak
dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan
57
kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar
hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain.9
Berdasarkan beberapa konsep tersebut diatas, nampaklah bahwa
definisi yang terkandung dalam teori kemiskinan mencakup seluruh aspek
dimana definisi tersebut akan saling melengkapi satu sama lainnya. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi sosial
ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat.
2. Pengertian Masyarakat Miskin
Pemerintah Indonesia sendiri mendefinisikan masyarakat miskin
sebagai individu yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang
yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi
kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Jadi warga miskin
dicirikan dengan ketidakmampuan dalam mmemenuhi kebutuhan pokok
9 Haryati Roebyantho, dkk., Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE, h. 19-21
58
yang layak, mempunyai mata pencaharian tetapi tidak mencukupi bagi
kebutuhan dasarnya.10
3. Kategori Penduduk Miskin
Jika dilihat dari aspek usia penduduk miskin yang dikelompokkan
menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Kelompok masyarakat yang berusia kurang dari 55 tahun yang
cenderung tidak lagi produktif (usia lanjut).
b. Kelompk masyarakat yang berusia kurang dari 15 tahun yang belum
produktif (usia sekolah).
c. Kelompok masyarakat yang berusia diantara 15-55 tahun (usia
kerja/produktif).11
4. Potensi Masyarakat Miskin
Masyarakat yang dikategorikan masyrakat miskin pada dasarnya
memiliki kemampuan atau potensi diri sebagai modal dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan sangat
minim atau terbatas. Keluarga masyarakat miskin secara faktual dapat
10 Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Jakarta:Kementrian Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penggulangan Kemiskinan, 2011), h.20
11 Sulistiati, dkk., Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta:Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2008), h. 9
59
dilihat bahwa mereka mampu merespon dan mengatasi permasalahan
sosial ekonomi yang terkait dengan situasi kemiskinannya.
Selaras dengan maksud intervensi pekerjaan sosial yakni: “to help
people to help themselves”, maka penanggulangan kemiskinan diarahkan
agar mereka dapat menolong dirinya dengan potensi yang dimilikinya.
Kemandirian adalah hasil akhir yang ingin dicapai dari pelaksanaan
program pengentasan kemiskinan. Masyarakat miskin bukan sebagai
objek pasif tetapi mereka merupakan “aktor” yang memiliki potensi yang
digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial ekonomi
seputar kemiskinannya. Dari semua keterbatasan yang dikategorikan
terhadap masyarakat miskin, terdapat potensi sosial yang dimiliki
mereka, antara lain: semangat kerja, ikatan sosial, saling percaya, gotong
royong, solidaritas sosial, keterampilan usaha, pekerja keras, mobilitas
tinggi.
Selain itu menurut Gunawan dan Sugiyanto potensi orang miskin
adalah:12
a. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar
Tinjauan tentang kemampuan dalam memenuhi kebutuhan akan dilihat
dari aspek (1) pengeluran keluarga, (2) kemampuan menjangkau
12 Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, h. 27
60
tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan (3)
kemampuan menjangkau perlindungan dasar.
b. Kemampuan dalam pelaksanaan peran sosial
Tinjauan tentang kemampuan peran sosial akan dilihat dari (1)
kegiatan utama dalam mencari nafkah, (2) peran dalam bidang
pendidikan, (3) peran dalam bidang perlindungan, dan (4) peran
dalam bidang kemasyarakatan.
c. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan
Tinjauan tentang kemampuan dalam menghadapi permasalahan, akan
dilihat dari upaya mereka lakukan untuk mempertahankan diri dari
tekanan ekonomi dan non ekonomi.
D. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
1. Pengertian KUBE
Definisi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok
usaha binaan Kementerian Sosial Republik Indonesia yang dibentuk dari
beberapa keluarga binaan sosial untuk melaksanakan kegiatan usaha
61
ekonomi produktif dan usaha kesejahteraan sosial dalam rangka
kemandirian usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.13
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah himpunan dari
keluarga yang tergolong fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan
berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi antara satu
dengan lain, dan tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang
harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial
yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama.
Kelompok usaha bersama merupakan media pemberdayaan sosial
yang diarahkan untuk terciptanya, aktifitas sosial ekonomi keluarga fakir
miskin agar dapat meningkatkan kesejahteraan sosial mereka. Melalui
kelompok dapat berinteraksi, saling tolong menolong dalam memecahkan
permasalahan dan memenuhi kebutuhan.
Pembentukan KUBE didasari oleh kedekatan tempat tinggal, jenis
usaha atau keterampilan anggota, ketersediaan sumber atau keadaan
13 Haryati Roebyantho, dkk.,Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE (Jakarta: P3KS Press, 2011). h. 45
62
geografis, latar belakang kehidupan budaya, serta memiliki motivasi yang
sama.14
KUBE merupakan upaya mempercepat penghapusan kemiskinan
dengan tujuan untuk: (1) peningkatan kemampuan berusaha para anggota
anggota secara bersama dalam kelompok, (2) peningkatan pendapatan,
(3) pengembangan usaha, (4) peningkatan kepedulian dan
kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dengan masyarakat
sekitar.15
Menurut pendekatan Tampubolon dalam konsepnya ABCCM
Empowerment Concept yang dikutip dari buku Implementasi Program
Pemberdayaan Fakir Miskin, ada 8 faktor yang mempengaruhi
keberhasilan KUBE. Lima faktor utama yang merupakan faktor
eksistensi KUBE, meliputi: (a) modal (asset), (b) kemampuan atau
keterampilan (ability), (c) kemasyarakatan (community), (d) komitmen
(commitment), dan (e) pasar (market). Tiga faktor lainnya yang
mempengaruhi kedinamisan KUBE, disebut faktor kedinamisan KUBE,
meliputi: (a) pendampingan, (b) jaringan kerjasama, (c) inovasi.
14 Wawan Mulyawan, dkk, Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan PerkotaanMelalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial(BPLS) Tahun 2011 (Jakarta: : Direktorat JenderalPemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2011), h. 13, 23
15 Haryati Roebyantho, dkk., Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE, h. 46
63
Kedelapan faktor ini harus ada dalam KUBE, sehingga KUBE tersebut
dapat berjalan dan berkembang dengan baik.16
2. Struktur Organisasi KUBE
Struktur organisasi KUBE dibentuk oleh para anggotanya dengan
bimbingan pendamping. Kepengurusan dimaksud disesuaikan dengan
kebutuhan, tergantung pada kondisi masing-masing KUBE.
a. Struktur organisasi merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang
harus dijalankan. Dengan struktur dapat diketahui “siapa mengerjakan
apa”, “siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”.
b. Struktur KUBE tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang
dijalankan oleh KUBE tersebut. Tidak ada suatu struktur yang baku
tentang struktur KUBE, strukturnya diserahkan sepenuhnya pada
kelompok KUBE. Struktur organisasi KUBE yang relative sederhana
yang dapat dijadikan acuan dalam perumusan strutur orgaanisasi
KUBE, yang terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara. Jika
diperlukan dapat dibentuk urusan atau seksi.
Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau
kesepakatan anggota kelompok. Secara umum, berdasarkan struktur
organisasi di atas, maka uraian tugas dari struktur tersebut sebagai berikut:
16 B. Mujiyadi, dkk., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: PuslitbangKesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- Departemen Sosial Ri, 2007), h. 12-13
64
a. Ketua
1) Mengkoordinir kepengurusan KUBE
2) Mengkoordinir kegiatan KUBE
3) Melaksanaan koordinasi dengan pihak lain.
b. Sekretaris
1) Melaksanakan tugas administrasi
2) Membuat laporan kegiatan
c. Bendahara
1) Melaksanakan tugas asministrasi keuangan
2) Mengelola keuangan
3) Membuat laporan keuangan secara periodik
d. Urusan (tergantung kebutuhan)
e. Anggota
Bersama kelompoknya melaksanakan kesepakatan kelompok.
3. Hak dan Kewajiban KUBE
a. Kewajiban Anggota
1) Mengikuti dan menaati semua ketentuan yang ada dan yang sudah
disepakati.
2) Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama.
3) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak.
65
4) Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung
jawab.
5) Membayar iuran dana kesetiakawanan sosial setiap bulan sesuai
kesepakatan bersama yang sudah ditentukan.
6) Menghimpun dana untuk memperkuat modal usaha melalui
Lembaga Keuangan Mikro.
7) Memanfaatkan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota keluarganya.
b. Hak Anggota
1) Mengajukan usul atau saran-saran yang dapat memperbaiki kinerja
KUBE.
2) Memperoleh pinjaman bantuan modal usaha yang diterima KUBE
dari pihak lain.
3) Mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari pembagian hasil
KUBE.
4. Aspek KUBE
Penerima program penanggulangan kemiskinan perkotaan melalui
bantuan langsung pemberdayaan sosial adalah kelompok usaha berama
yang ditumbuhkan dan berkembang yang meliputi beberapa aspek berikut:
66
a. Bidang Kelembagaan
1) Adanya anggota setiap KUBE 5-10 KK dengan usia antara 18-58
tahun dan sudah berkeluarga.
2) Adanya struktur organisasi dan pembagian tugas secara sederhana
bagai semua anggota KUBE.
3) Melakukan pencatatan kegiatan dan administrasi pembukuan
antara lain Buku Daftar Anggota Kelompok, Buku Tamu, Buku
Kegiatan, Buku Kas, Buku Inventaris, Buku Simpan Pinjam.
b. Bidang Sosial
1) Adanya pertemuan rutin anggota (sesuai kebutuhan) yang dihadiri
oleh pendamping.
2) Adanya iuran kesetiakawanan sosial untuk kesejahteraan anggota
KUBE.
3) Adanya kesadaran pada anggota tentang pentingnya pendidikan
dasar bagi anggota keluarga.
4) Tumbuhnya rasa kesetiakawanan di antara sesama anggota
maupun dengan lingkungannya melalui partisipasi aktif dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan.
c. Bidang Ekonomi
1) Pengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP) sehingga dapat
berhasil dan meningkatkan kesejahteraan para anggota KUBE.
67
2) Adanya panggilan sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan dan kesejahteraan anggota KUBE.
3) Memiliki inisiatif membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
atau Koperasi.
4) Membangun kerjasama dan jaringan kemitraan dengan berbagai
pihak yang dapat mempercepat keberhasilan KUBE.
5. Tujuan Program KUBE
a. Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui usaha ekonomi
produktif dan usaha kesejahteraan sosial.
b. Mengingkatkan prinsip gotong royong dalam melaksanakan
pembangunan dan mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran
kesetiakawanan sosial.
c. Meningkatkan prinsip koperasi dalam meningkatkan usaha ekonomi
produktif kelompok.
d. Mampu menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha
atau keperluan mendadak.
e. Terbinanya kegiatan anggota KUBE.
f. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan terbinanya usaha jaminan
kesejahteraan sosial.
68
6. Sasaran Program KUBE
a. Mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti:
keterbatasan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan,
kemampuan, keterampilan, kepemilikan, modal, komunikasi,
teknologi, dan lain-lain.
b. Terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar.
c. Berkembangnya usaha kelompok
d. Mewujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomi masyarakat miskin.
e. Meningkatkan aksessibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan
sosial.
7. Pengelolaan Jenis Usaha KUBE
a. Untuk mendorong dan menjamin keberlangsungan kegiatan-kegiatan
KUBE maka setiap KUBE dapat mengembangkan satu atau beberapa
jenis usaha sosial ekonomi produktif yang sesuai dengan minat,
potensi dan kemampuan para anggotanya serta potensi dan sumber
yang ada di lingkungannya.
b. Pengelolaan jenis usaha yang dikembangkan oleh KUBE sepenuhnya
diserahkan kepada kelompok KUBE tersebut.
c. Untuk pengembangan jenis usaha kelompok KUBE dapat bekerjasama
dengan pengusaha atau instansi terkait.
69
d. Bila jenis usaha sudah beragam, pengelolaan jenis usaha dapat
diserahkan kepada satu orang atau beberapa orang yang dianggap
mampu dan mempunyai keterampilan untuk itu atau karena sifat dari
jenis usaha tersebut namun pembinaan dan manajemen usaha tetap
berada dalam KUBE.
8. Perinsip Pelaksanaan KUBE
a. Amanah, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan
dengan penuh integritas, bersikap jujur, dan mampu mengemban
kepercayaan.
b. Profesional, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan
dengan semangat kompeten dan bertanggung jawab yang menawarkan
jaminan bahwa kepuasan warga masyarakat penerima pelayanan sosial
adalah hal yang utama.
c. Produktif, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan
dengan menyeimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi. Produktifitas
juga mengandung makna inovasi, yaitu kemampuann menghasilkan
gagasan baru yang layak diterapkan.
d. Akuntabel, berarti bahwa semua unsur yang terlibat dalam
penanggulangan kemiskinan perkotaan harus bertanggung gugat atas
kualitas layanan yang diberikan. Akuntabilitas juga mengandung
70
makna kejujuran dan amanah dalam mengemban kepercayaan yang
diberikan.
e. Transparan, berarti bahwa keputusan yang diambil berkenaan dengan
penggulangan kemiskinan perkotaan dan pelaksanaannya dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Informasi
tersedia dengan jelas dan dapat diakses dengan mudah oleh pihak-
pihak yang terkena dampak atau yang berkepentingan dengan
pelaksanaan keputusan itu.
f. Berbasis masyarakat, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan
dilakukan sesuai dengan potensi yang ada di masyarakat.
g. Obejektivitas, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan
dengan bersikap adil dan tidak diskriminatif.
h. Konsisten, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan
sesuai prosedur yang ditetapkan sebelumnya.
i. Partisipatif, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan
dengan melibatkan berbagai lapisan komponen masyarakat.
j. Keterpaduan, yakni penaggulangan kemiskinan perkotaan
dilaksanakan secara sinergis dengan berbagai kegiatan lintas sektor
yang saling mendukung dan melengkapi.
k. Kemandirian, yakni pengembangan program atau kegiatan diarahkan
pada peningkatan kemampuan swakelola dan swadana dalam
penanggulangan kemiskinan perkotaan secara sinergis.
71
l. Kemitraan, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan
diselenggarakan dengan cara membagun hubungan kerjasama yang
saling menguntungkan baik secara internal maupun eksternal,
berkolaborasi dan koordinasi pada tingkat perencanaan, dan
pelaksanaan dan evaluasi dengan para pihak yang terkait.
m. Keberlanjutan, yakni dalam penyelenggaraan program atau kegiatan
penggulangan kemiskinan perkotaan harus mampu menumbuhkan
kesadaran dan semangat para penerima pelayanan sosial untuk
senantiasa memanfaatkan, memelihara, melestarikan, menguatkan dan
mengembangkan secara terus menerus hasil yang telah dicapai.
9. Indikator Keberhasilan KUBE
KUBE sebagai kelompok usaha yang dikelola secara bersama oleh
keluarga binaan sosial dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria
atau indikator sebagai berikut.
a. Secara umum keberhasilan KUBE tercermin pada peningkatannya
taraf kesejahteraan sosial masyarakat miskin yang ditandai oleh :
1) Meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia (sandang, pangan, papan)
2) Meningkatkan dinamika sosial.
3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah
72
b. Secara khusus perkembangan KUBE ditunjukkan oleh :
1) Berkembangnya kerjasama diantara sesama anggota KUBE dan
antara KUBE dengan masyarakat sekitar.
2) Mantapnya usaha KUBE
3) Berkembangnya jenis KUBE
4) Meningkatnya pendapatan anggota KUBE
5) Tumbuh berkembangnya kesadaran dan rasa tanggung jawab
sosial dalam bentuk pengumpulan dana iuran kesetiakawanan
sosial.
Dalam lingkup internal, keberhasilan atau efektifitas suatu
organisasi pelayanan sosial, termasuk KUBE sedikitnya dapat dilihat dari
empat indikator sebagai berikut.
a. Manajemen
Kemampuan pengurus dan anggota KUBE dalam melaksanakan
fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengadministrasian,
pelaksanaan, dan pengevaluasian berbagai kegiatan. Adapun dimensi
yang dapat dilihat adalah sistem dan pola manajemen, apakah sudah
sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen yang benar.
b. Sumber
Kepemilikan dan pengelolaan sumber atau sarana dan prasarana
organisasi KUBE. Apakah organisasi KUBE memiliki tempat,
fasilitas, dan dana yang memadai untuk menjalankan roda oraganisasi.
73
c. Program
Kesiapan dan kemampuan para pengurus dan anggota dalam
merumusan misi dan tujuan KUBE. Dilihat dari kemampuan
merancang dan melaksanakan program serta dilihat pula dari kepuasan
anggota dalam menerima program.
d. Sumber Daya Manusia (SDM)
Karakteristik dan profil pengurus yang bekerja di KUBE, dilihat antara
lain dari jumlah anggota, pendidikan dan pengamalan pengurus atau
anggota, relasi, serta kepuasan kerja.
Secara spesifik keberhasilan KUBE dalam pengentasan
masyarakat miskin dapat dilihat dari tiga kriteria bidang kegiatan yaitu :
bidang kegiatan kelembagaan, bidang kegiatan sosial, dan bidang kegiatan
ekonomi.17
17 Istiana Hermawati, dkk, Ujicoba Model KUBE dalam Pengentasan Keluarga Miskin(Yogyakarta : Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial BalaiBesar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial) h.13-14
74
BAB III
TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery
1. Sejarah Berdiri
Bintang Bakery didirikan pada tahun 1999. Pada awalnya Bintang
Bakery ini terbentuk karena kesamaan minat dari 8 orang untuk menekuni
bidang usaha kue kering. Kemudian pada tahun 2005, mereka
mendapatkan pelatihan tata boga dan bantuan sarana produksi pembuatan
kue kering yang didukung oleh PT. Cakra Mandissa. Dengan bekal
tersebut mereka sepakat untuk membentuk kelompok pembuatan aneka
kue kering. Setelah tiga tahun berjalan dengan menekuni usaha pembuatan
kue kering, maka pada tahun 2008 mereka sepakat untuk mengembangkan
usaha lain yang perputaran penjualannya cepat dan banyak peminat dari
berbagai kalangan konsumen. Oleh karena itu mereka mengalihkan usaha
dari pembuatan kue kering menjadi usaha pembuatan roti. Peralihan usaha
ini dikarenakan pemasaran dan minat pembeli kue kering yang sangat
rendah dan perputaran penjualan yang cukup lama sehingga modal untuk
penggandaan bahan baku harus lebih banyak.
Pada tahun 2008 mereka menekuni usaha pembuatan roti. Roti
yang pertama mereka buat adalah roti UNYIL (roti kecil) dengan isi
75
pisang coklat. Roti ini dijual dengan harga yang terjangkau oleh para
konsumen di segala kalangan. Begitu juga respon dari masyarakat yang
sangat baik dan daya minat yang tinggi untuk membeli roti UNYIL
tersebut. Sehingga untuk perputaran penjualan dan keuntungan yang
didapat pada pembuatan roti UNYIL ini sangat menguntungkan.
Kemudian pada tahun 2009 mereka membentuk KUBE, yang
diberi nama KUBE Bintang Bakery, dengan beranggotakan 10 orang.
KUBE ini dibina melalui Program Bantuan Kesejahteraan Sosial. Tujuan
utama pada program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para
anggota KUBE pada khususnya, dan sedapat mungkin berperan pula bagi
masyarakat sekitar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Melalui Program Bantuan Kesejahteraan Sosial, KUBE Bintang Bakery
ini diberikan bantuan senilai 30 juta pada tahun 2009. Bantuan tersebut
mereka gunakan untuk membeli alat-alat pembuatan roti. Alat-alat
tersebut seperti: oven kecil, mixer, baskom plastik, loyang, serta bahan-
bahan dasar untuk pembuatan roti. Sejak itu usaha pembuatan roti sangat
berkembang dan memproduksi berbagai aneka roti dengan berbagai varian
rasa.
Pada tahun 2012 KUBE Bintang Bakery kembali mendapatkan
bantuan dari Suku Dinas Sosial, berupa mesin mixer untuk pengadon
bahan roti dan oven dengan ukuran sedang. Bantuan ini diberikan
pemerintah kepada kami, dikarenakan melihat perkembangan dan potensi
76
yang dimiliki oleh KUBE Bintang Bakery sangatlah besar. Dengan
pemberian dana tersebut, maka KUBE Bintang Bakery mengelola usaha
pembuatan roti secara sungguh-sungguh dan dengan semangat
kekeluargaan yang tinggi di antara para anggota KUBE. Pertemuan-
pertemuan dilakukan secara rutin untuk membahas pengembangan
pemasaran serta untuk memecahkan kesulitan dan hambatan secara
bersama.
2. Kegiatan
Pembuatan roti yang merupakan kegiatan keseharian para anggota
KUBE Bintang Bakery. Lokasi pembuatan roti bertempat di rumah ketua
KUBE Bintang Bakery yang beralamat di jalan Kesehatan Rt 006/011,
Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Kegiatan
pembuatan roti dimulai dari pukul 5 pagi sampai menjelang sore hari.
KUBE Bintang Bakrey memproduksi roti 3 kali dalam seminggu, kegiatan
memproduksi roti berjalan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Kemudian
pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu digunakan untuk melakukan
pemasaran dan mengantarkan roti-roti tersebut kepada pelangan.
Bahan baku pembuatan roti ini sebagian besar adalah tepung
terigu. Berdasarkan pemikiran itu maka usaha KUBE pada perkembangan
berikutnya dipusatkan pada penyediaan bahan baku pembuatan roti
77
berupa: tepung terigu, mentega, gula pasir, pisang, coklat, susu. Roti-roti
tersebut dipasarkan masih di wilayah Jakarta Timur, sasaran tempat
pemasaran roti dilakukan seperti area pabrik, rumah sakit, koperasi,
swalayan, dan lain sebagainya.
Pada saat ini pembelian bahan baku usaha pembuatan roti ini telah
mencapai sekitar Rp. 10.000.000,- per minggu. Sedangkan pendapatan
yang dihasilkan perminggu mencapai Rp. 20.000.000,- per minggu.
Artinya perkembangan omset ini nampaknya berjalan dengan baik.
Pendampingan KUBE Bintang Bakery dilakukan sebulan sekali.
Pendamping yang mendatangi KUBE Bintang Bakery terdiri dari 1
pendamping lokal (pendamping dari wilayah Kel.Gedong), 1 pendamping
sosial (pendamping dari Kecamatan Pasar Rebo), dan 3 pendamping dinas
(pendamping pemerintahan TKSK Jakarta Timur). Fungsi adanya
pendampingan tersebut akan menanyakan atau berdiskusi apakah ada
permasalahan pada KUBE Bintang Bakery atau tidak, memberikan solusi
pada suatu masalah yang sedang dihadapi, memberikan bimbingan dan
motivasi dalam peningkatan usaha, dan menjadi penghubung KUBE
dengan pihak lainnya.
78
3. Tujuan
Adapun tujuan dari adanya KUBE Bintang Bakery yakni:
a. Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui keterampilan dari
pelatihan pembuatan roti dan kue kering.
b. Membuka peluang lapangan kerja baru.
c. Meningkatkan pendapatan taraf hidup anggota KUBE
d. Mengingkatkan prinsip gotong royong dalam melaksanakan
pembangunan dan mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran
kesetiakawanan sosial.
e. Mampu menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha
atau keperluan mendadak.
f. Terbinanya kegiatan anggota KUBE yang terorganisir dengan baik.
4. Sasaran
Adapun sasaran dalam pemilihan anggota KUBE Bintang Bakery
adalah mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti:
keterbatasan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan,
kemampuan, keterampilan, kepemilikan, modal, komunikasi, teknologi,
dan lain-lain.
79
5. Visi dan Misi
a. Visi dari KUBE Bintang Bakery yakni :
Menjadi KUBE yang produktif dan menghasilkan produk yang
berkualitas, serta mampu meningkatkan kesejahteraan anggota Kube
beserta lingkungannya.
b. Misi dari KUBE Bintang Bakery yakni :
1) Membuat produk-produk inovatif yang sesuai dengan kebutuhan
dan selera konsumen;
2) Memasarkan hasil produksi yang berkualitas;
3) Meningkatkan kesejahteraan anggota KUBE;
4) Memberikanpelatihan produk pada masyarakat sekitarnya.
80
6. Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Gambar 1
Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
ANGGOTA
HERU
80
6. Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Gambar 1
Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
KETUA
JERRY PURNOMO
ANGGOTA
SUMIYATI
ANGGOTA
WULAN
ANGGOTA
RIAYANI
ANGGOTA
YUMAENAH
ANGGOTA
NUR AINI
SEKRETARIS
NUR HAYATIBENDAHARA
SITI RUBIYAH
80
6. Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Gambar 1
Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
ANGGOTA
YUMAENAH
ANGGOTA
NUR AINI
ANGGOTA
YATI
BENDAHARA
SITI RUBIYAH
81
7. Pembagian Tugas Anggota
Adapun pembagian tugas dari setiap masing-masing anggota KUBE
diantaranya:
a. Ketua
1) Mengkoordinir kepengurusan KUBE
2) Mengkoordinir kegiatan KUBE
3) Memasarkan hasil produksi roti dengan berbagai pihak
4) Mengikuti pelatihan
5) Menjadi narasumber di setiap kegiatan
6) Memanggang roti
b. Sekretaris
1) Mencatat barang-barang inventaris KUBE Bintang Bakrey
2) Membuat laporan kegiatan
3) Memasarkan hasil produksi roti
4) Memotongadonan
5) Pengemasan
c. Bendahara
1) Melaksanakan tugas asministrasi keuangan
2) Mengelola keuangan
3) Membuat laporan keuangan secara periodik
4) Mengikuti proses produksi roti
82
d. Anggota
1) Mengikuti pelaksanaan produksi roti
2) Pembelanjaan bahan baku
3) Pemotongan pisang
4) Pengadonan roti
5) Membentuk adonan roti sesuai jenisnya
6) Pengemasan roti.
B. Temuan Lapangan
1. Indikator Input
a. Ketersediaan Dana
Awal pendanaan KUBE Bintang Bakery dalam pembuatan roti
setiap minggunya, mereka menyiapkan dana sebesar Rp. 2.000.000,-
untuk kebutuhan bahan baku pembuatan roti. Pendanaan ini mereka
keluarkan pada setiap minggunya, sebelum mereka menerima bantuan
dana dari KEMSOS. Kemudian mereka mempunyai alat-alat untuk
membuatan roti seperti: oven kecil, Loyang, 1 set rak kayu, 1 meja
produksi, dll. Seperti penuturan ketua KUBE Bintang Bakery yang
biasa disebut pak Jerry bahwa:1
1 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015
83
“waktu pertama KUBE ini baru dibangun, kita cuma melengkapiperlatan dan bahan baku aja buat bikin roti. Kan dulunya kita usahakue kering dan beralih usaha menjadi usaha roti UNYIL. Saat kitasudah usaha pembuatan roti barulah kita di suruh membentukkelompok KUBE dan mmendapatkan bantuan. Sebelum menerimabantuan kita menyediakan loyang untuk roti di panggang, nambahoven kecil, baskom adonan, pisau potong, meja produksi, samaperalatan untuk pengemasan roti. Trus masalah bahan baku, dulusebelum menerima bantuan dari KEMSOS kita biasa belanja bahanbaku sebesar Rp. 2.000.000,- per minggu. Belanja bahan baku sepertitepung terigu kiloan, susu, telor, pisang, coklat, pengembang, mentegakiloan.”
b. Ketersediaan SDM atau Petugas
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery
beranggotakan sebanyak sepuluh orang, yang terdiri dari satu orang
ketua, satu orang bendahara, satu orang sekertaris, dan tujuh orang
anggota dengan menekuni usaha pembuatan roti. Semua anggota
KUBE Bintang Bakery bertempat tinggal di sekitar lingkungan
pembuatan roti itu berada. Kemudian KUBE Bintang Bakery memilih
anggota KUBE dengan memanfatkan penduduk setempat yang
memiliki potensi, keterampilan, dan kemauan dalam membuat roti. Ke
sepuluh orang ini mempunyai minat yang sama dan tekun dalam
menjalani usaha roti UNYIL. Seperti penuturan Pak. Jerry:2
2 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015
84
“anggota KUBE kami beranggotakan sepuluh orang yang terdiri darisatu orang ketua, satu orang bendahara, satu orang skretaris, dan tujuhorang sebagai anggota KUBE. Para anggotanya pun tinggalnya masihdi satu Rt kita, selain tidak pake ongkos untuk kesini… kita jugasaling membantu juga mengilat pekerjaan suaminya yang buruh harianlepas…..mending bantu-bantu di KUBE ini. Lagi dulunya juga merekakan sebagian pembuat kue kering yang kerja sama dengan 8 orangwarga yang sekarang sebagian menjadi anggota KUBE, jadi kitapunya niat yang sama pula, dan kita satuin aja biar dapet untung gedejuga.”
Kemudian tak lepas dari anggota KUBE, mereka memiliki
pendamping dalam menggarahkan usaha yang mereka jalani.
Pendampingan pada KUBE Bintang Bakery dilakukan sebulan sekali.
Pendamping yang mendatangi KUBE Bintang Bakery terdiri dari 1
pendamping lokal (pendamping dari wilayah Kel.Gedong), 1
pendamping sosial (pendamping dari Kecamatan Pasar Rebo), dan 3
pendamping dinas (pendamping pemerintahan TKSK Jakarta Timur).
Adapun fungsi dari pendampingan tersebut akan menanyakan atau
berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE Bintang Bakery atau
tidak, memberikan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi,
memberikan bimbingan dan motivasi dalam peningkatan usaha, dan
menjadi penghubung KUBE dengan pihak lainnya. Sperti penuturan
ibu lili bahwa:3
3 Wawancara Pribadi dengan Lili, Jakarta 18 Maret 2015
85
“KUBE Bintang Bakery juga ada pemdampingnya, biasanya setiapsebulan sekali pendamping dari kencamatan itu dateng. Kalo darikecamatan yang dateng tiga orang bu Maria, bu Yunus, bu Sumihar.Mereka itu pendamping kecamatan pemerintah TKSK. Terus ada lagipendamping yang dari wilayah sini yang memperkenalkan usaha kitadulu, namanya bu Bakir. Karena orangnya sudah tua jadi kadang kitakesana laporan perkembangan KUBE ini. Sama kalo ada kegiatan-kegiatan besar seperti perlombaan KUBE tingkat nasional atau maumendapat bantuan lagi dari dinas biasanya orang dinas dateng ke siniuntuk survey. Meraka kalo dateng ke sini ya… menanyakan apakahada permasalahan di KUBE, kalo ada masalah dicari solusinya denganberdiskusi antara pendamping dan anggota KUBE, trus gimanakemajuan dari usaha, kalo ada informasi yang baru untuk KUBE dikasih tau…”
c. Ketersediaan Informasi Masyarakat Miskin
Dalam pemilihan anggota KUBE Bintang Bakery berdasarkan
rasa saling tolong menolong, melihat dilingkungan sekitar pembuatan
roti ini banyak warga yang kurang mampu dalam hal ekonomi.
Kebanyakan dari warga setempat mempunyai profesi sebagai buruh
harian, tukang ojek, dan pekerja pabrik. Maka dari itu Bapak Jerry
menunjuk orang-orang yang menurutnya kurang mampu dalam hal
pendapatan ekonomi namun mempunyai kemauan dan semangat
dalam usaha pembuatan roti. Hal ini berdasarkan penuturan dari
Bapak. Heru Santoso bahwa:4
4 Wawancara Pribadi dengan Heru Santoso, Jakarta 20 Maret 2015
86
“Dulu saya di ajak oleh pak jerry untuk bantu-bantu KUBE ini, disinigak ada pemilihan anggota KUBE, dulunya sudah ada delapan orangtrus dijadikan anggota KUBE oleh pak jerry. Mungkin melihat sayakerjaannya cuma nganter anak-anak sekolah dan pak jerry tau ekonomisaya bagai mana ya…. Diajaklah saya untuk bergabung menjadianggota KUBE disini…. Saya ikut bergabung dari tahun 2009. Disinikerjaan saya membeli bahan-bahan baku untuk roti di pasar, karenabeli bahan-bahan baku itu berat dan belinya kiloan maka yangditugaskan untuk membeli bahan baku ya saya. (sambil tersenyum)”
Sedangkan penuturan dari Pak Jerry, pemlihan anggota KUBE
Bintang Bakery di tentukan berdasarkan penghasilan rendah per
kepala keluarga, keterbatasan dalam kepemilikan harta benda, dan
mempunyai kemauan serta keterampilan dalam pembuatan roti. Rata-
rata anggota KUBE Bintang Bakery adalah ibu rumah tangga yang
suaminya bekerja sebagai buruh harian.
d. Ketersediaan Bantuan Modal Usaha
Tahun 2009 KUBE Bintang Bakery mendapatkan bantuan
uang senialai 30 juta. Dana tersebut diberikan melalui Program
Bantuan Kesejahteraan Sosial dari Kementerian Sosial RI. Dana
bantuan tersebut mereka gunakan untuk membeli alat-alat
perlengkapan pembuatan roti. Alat-alat tersebut seperti : oven kecil,
mixer, baskom plastik, loyang, serta bahan-bahan dasar untuk
pembuatan roti. Kemudian pada tahun 2012 KUBE Bintang Bakery
kembali mendapatkan bantuan dari Suku Dinas Sosial, berupa mesin
87
mixer untuk pengadon bahan roti dan oven dengan ukuran sedang.
Bantuan ini diberikan pemerintah kepada mereka, dikarenakan melihat
perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh KUBE Bintang Bakery
sangatlah besar. Seperti penuturan ketua KUBE Bintang Bakery yang
biasa disebut pak Jerry bahwa:5
“Kita menerima bantuan udah dua kali, yang pertama tahun 2009bantuannya berupa uang 30 juta. Dan itu kami belikan alat-alatperlengkapan pembuatan roti, kan dulu kita masih pake tangganngadon adonan rotinya. Pas nerima bantuan kami belikan mikser buatngadon, oven kecil, baskom plastik, loyang, bahan-bahan dasar untukpembuatan roti. Terus tahun 2012 kita mendapatkan bantuan lagi tapiberupa barang, karena waktu itu gubernurnya jokowi kami dapetbantuan dari dinas sosial berupa mixer sedang dan oven untukpanggangan roti, itu ada barangnya yang dilabelin kuning.”
e. Ketersediaan Panduan Teknis
Panduan teknis diadakan pada sosialisasi program KUBE yang
diikuti dalam pelatihan pembentukan KUBE. Sosialisasi program ini
hanya diikuti oleh ketua KUBE saja. Di dalam sosialisasi program
KUBE membahas beberapa panduan teknis dalam pembentukan
KUBE seperti: kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin,
mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE,
pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan
5 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015
88
pengembangan kemitraan usaha. Seperti penuturan ketua KUBE
Bintang Bakery yang biasa disebut pak Jerry bahwa:6
“Waktu sosialisasi program KUBE cuma ketua KUBE aja yang ikutanggotanya tetep bikin roti disini. Sosialisasi program KUBEmembahas materi seputar kebijakan dan program pemberdayaan fakirmiskin, mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompokKUBE, pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, danpengembangan kemitraan usaha. Disana kita kumpul sama KUBE-KUBE lainnya yang baru terbentuk, disana diberi pelatihan seputarmembangun KUBE. Jadi yang ikut cuma ketua-ketuanya aja.”
2. Indikator Proses
a. Bagaimana proses sosialisasi dan pelatihan KUBE dilaksanakan?
Proses sosialisasi dan pelatihan KUBE hanya di tunjukkan
kepada ketua KUBE saja. Di dalam sosialisasi program KUBE
membahas beberapa hal-hal yang diperlukan dalam pembentukan
KUBE seperti: kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin,
mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE,
pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan
pengembangan kemitraan usaha. Sedangkan pelatihan untuk
menekuni usaha pembuatan roti dilakukan di luar dari pelatihan
yang diadakan oleh pemerintahan setempat. Seperti penuturan
ketua KUBE Bintang Bakery yang biasa disebut pak Jerry bahwa:7
6 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 20157 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015
89
“Waktu sosialisasi program KUBE cuma ketua KUBE aja yangikut anggotanya tetep bikin roti disini. Sosialisasi program KUBEmembahas materi seputar kebijakan dan program pemberdayaanfakir miskin, mekanisme dan prosedur, administrasi dalamkelompok KUBE, pengembangan usaha, pengembangan sosialbudaya, dan pengembangan kemitraan usaha. Disana kita kumpulsama KUBE-KUBE lainnya yang baru terbentuk, disana diberipelatihan seputar membangun KUBE. Jadi yang ikut cuma ketua-ketuanya aja.”
b. Adakah pelatihan-pelatihan yang mendukung perkembangan usaha
KUBE?
Pelatihan-pelatihan untuk mendukung usaha pembuatan
roti, mereka biasanya mendapatkan undangan-undangan dari
pabrik-pabrik tepung terigu yang ingin mengeluarkan produk
barunya. Di sana mereka diberi pelatihan seperti pembuatan kue
dan pembuatan aneka roti. Mereka juga sudah mengikuti pelatihan
kemasan produk yang baik dan menarik untuk bahan makanan.
Seperti penuturan salah satu anggota KUBE Bintang Bakery yang
bernama Nur Hayati bahwa:8
“saya juga pernah mengikuti pelatihan mengenai kemasan produk,jadi kemasan yang baik untuk di konsumsi oleh masyarakat luasseperti apa….. missal… sterofom itu kan banyak jenisnya adayang tahan panas ada yang tahan dingin dan lain sebagainya. Kitadisana juga mempelajari plastik yang baik untuk kemasan.”
8 Wawancara Pribadi dengan Nur Hayati, Jakarta 20 Maret 2015
90
c. Jenis usaha apa yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery?
Usaha yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery
adalah usaha yang sifatnya mingguan. Mereka menerima honor
dari pemasaran roti yang mereka pasarkan pada setiap minggunya.
Sedangkan usaha yang mereka tekuni adalah pembuatan aneka
roti. Seperti penuturan dari ibu. Lili bahwa:9
“Kita menerima honor dari koperasi pabrik-pabrik tersebutmingguan karena penggantian roti setiap seminggu tiga kali, kaloada roti yang cepet BS maka di potong bayaran dari persedian rotidi awal yang kita berikan. Lagi juga kan kita harus beli bahan bakuuntuk minggu depan, kalo bukan mingguan ya kami kerepotandalam urusan dana.”
d. Apakah bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha
yang di tekuni oleh KUBE Bintang Bakery?
Bantuan yang diberikan dari pihak pemerintahan pada
tahun 2009 sangatlah membantu untuk usaha pembuatan roti,
meski tak sesuai dengan harapan akan tetapi dapat membantu
pendanaan dalam pembuatan aneka roti. Sedangkan pada tahun
2012 mereka mendapatkan bantuan 1 mixer berukuran 10 kg
adonan roti dan oven untuk memanggang roti. Bantuan ini dinilai
sangatlah efektif bagi KUBE Bintang Bakery dikarenakan lebih
real dengan adanya bantuan barang sangat membantu.
9 Wawancara Pribadi dengan Lili, Jakarta 18 Maret 2015
91
3. Indikator Output
a. Terlaksananya Sosialisasi Program
Sosialisasi program merupakan suatu kegiatan penerangan
tentang pemberdayaan masyarakat miskin yang dilaksanakan
secara lisan, tertulis maupun melalui peragaan ditunjukan kepada
masyarakat miskin calon penerima program untuk memberikan
pengertian dan membangkitkan kesadaran serta motivasi untuk
melaksanakan usaha dan untuk memecahkan masalah sosialnya.
Dalam hal ini sosialisasi program KUBE hanya diikuti oleh
ketua KUBE saja, sosialisasi program KUBE diberikan materi
tentang panduan teknis KUBE, materi panduan teknis seperti:
kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin, mekanisme
dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE,
pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan
pengembangan kemitraan usaha. Sementara anggota KUBE
lainnya hanya mendengarkan pemaparan yang sudah didapat ketua
KUBE lalu berbagai pengetahuan dengan anggota KUBE lainnya.
Anggota KUBE diberi pemaparan singkat tentang apa itu KUBE
dan bagaimana mekanisme usaha yang harus mereka tekuni.
92
b. Terlaksananya Pendampingan Sosial
Pendamping sosial adalah suatu proses menjalin relasi
antara pendamping dengan KUBE dan masyarakat sekitarnya
dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat dukungan,
mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan
kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses anggota terhadap
pelayanan sosial dasar, lapangan kerja dan fasilitas pelayanan
publik lainnya.
Pendamping adalah seseorang atau sekelompok orang yang
memiliki kompetensi untuk bekerja sama dengan KUBE dalam
mengembangkan berbagai gagasan dan aksi mencapai tujuan
kelompok tersebut. Pendamping sosial ditugaskan untuk
menggarahkan usaha yang mereka jalani.
Pendampingan pada KUBE Bintang Bakery dilakukan
sebulan sekali. Jumlah total tenaga pendamping yang
mendampingi KUBE Bintang Bakery ada 5 orang yang terdiri dari:
1 pendamping lokal (pendamping dari wilayah Kel.Gedong), 1
pendamping sosial (pendamping dari Kecamatan Pasar Rebo), dan
3 pendamping dinas (pendamping pemerintahan TKSK Jakarta
Timur). Adapun fungsi dari pendampingan tersebut akan
menanyakan atau berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE
93
Bintang Bakery atau tidak, memberikan solusi pada suatu masalah
yang sedang dihadapi, memberikan bimbingan dan motivasi dalam
peningkatan usaha, dan menjadi penghubung KUBE dengan pihak
lainnya.
c. Terlaksananya Didentifikasi Dan Seleksi
Kegiatan untuk mengidentifikasi dan menyeleksi calon
anggota KUBE Bintang Bakery berdasarkan penghasilan rendah
per kepala keluarga, keterbatasan dalam kepemilikan harta benda,
dan mempunyai kemauan serta keterampilan dalam pembuatan
roti. Rata-rata anggota KUBE Bintang Bakery adalah ibu rumah
tangga yang suaminya bekerja sebagai buruh harian.
d. Terlaksananya Bantuan Sosial
Pemberian bantuan sosial yang diberikan kepada
masyarakat miskin bertujuan untuk mengurangi taraf kesenjangan
sosial. Pemberian bantuan sosial diberikan sampai kegiatan KUBE
telah menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Pemberian bantuan sosial yang didapatkan oleh KUBE
Bintang Bakery pada tahun 2009 berupa uang senilai 30 juta yang
diberikan langsung kepada ketua KUBE. Adapun proses penaluran
94
bantuan modal usaha yakni dari Dinas Sosial mereka menyuruh
ketua KUBE untuk membuatkan rekening baru, kemdian mereka
baru bisa menggambil uang bantuan modal usaha setelah membuat
rekening di bank. Pengambilan uangnya harus didampingi oleh
pendamping sosial setempat setelah itu dana bantuan modal sosial
baru bisa cair. Kemudian pada tahun 2012 KUBE Bintang Bakery
kembali mendapatkan bantuan dari Suku Dinas Sosial, berupa
mesin mixer untuk pengadon bahan roti dan oven dengan ukuran
sedang. Bantuan ini diberikan pemerintah kepada mereka,
dikarenakan melihat perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh
KUBE Bintang Bakery sangatlah besar.
4. Indikator Outcomes
a. Terbentuknya KUBE Yang Terorganisir Dengan Baik
Terbentuknya KUBE yang terorganisir dengan baik
ditandai oleh adanya keberadaan struktur organisasi dalam KUBE.
Di dalam KUBE Bintang Bakery terpampang jelas ada struktur
kepengurusan dari KUBE Bintang Bakery tersebut. Struktur
kepengurusan KUBE Bintang Bakery terdiri dari satu orang ketua
KUBE, satu orang bendahara KUBE, satu orang sekretaris KUBE,
dan tujuh orang anggota KUBE. Pembagian tugas pun jelas
95
terperinci ada bagian-bagian tugas yang harus mereka lakukan.
Adapun persoalan administrasi atau pembukuan KUBE Bintang
Bakery mempunyai buku daftar keanggotaan, buku daftar tamu,
buku kas keuangan, buku inventaris yang di susun scara teratur
pada setiap bulannya. Di dalam KUBE Bintang Bakery tidak
memiliki tempat skretariat sendiri atau tempat berkumpul, mereka
berkumpul atau ada acara pertemuan dilakukan di rumah ketua
KUBE Bintang Bakery.
b. Meningkatnya Produktifitas dengan Usaha KUBE
Dalam peningkatkan produktifitas usaha KUBE Bintang
Bakery ditandai oleh beberapa kemajuan diantaranya:
1) Hasil Produksi
KUBE Bintang Bakery memproduksi roti 3 kali dalam
seminggu, kegiatan memproduksi roti berjalan setiap hari
Senin, Rabu, dan Jumat. Kemudian pada hari selasa, kamis,
dan sabtu digunakan untuk melakukan pemasaran dan
mengantarkan roti-roti tersebut kepada pelangan.
Bahan tepung terigu dalam memproduksi roti rata-rata per
minggu:
a) Tahun 2010 = 100 kg tepung terigu
b) Tahun 2011 = 150 kg tepung terigu
96
c) Tahun 2012 = 175 kg tepung terigu
d) Tahun 2013 = 175 kg tepung terigu
e) Tahun 2014 = 200 kg tepung terigu
2) Produk Unggulan KUBE Bintang Bakrey
Adapun produk unggulan KUBE Bintang Bakrey diantaranya:
a) Roti UNYIL dengan berbagai varian rasa
b) Roti BUAYA dengan berbagai ukuran dan varian rasa
c) Kue tart dengan berbagai bentuk dan variasi sesuai dengan
pesanan
d) Roti Manis dengan 5 rasa (COKPIS, KEJU, KELAPA,
COKLAT, COK WIJEN)
e) Berbagai macam kue kering
3) Daftar Harga
Tabel 4 Daftar Harga Roti KUBE Bintang Bakery
Jenis Roti Tipe / Isi Harga Pabrik Harga pasar
Roti UNYIL Isi 4 buah Rp. 3.200,- Rp. 4.000,-
Roti UNYIL Isi 8 buah Rp. 6.500,- Rp. 8.000,-
Roti Manis 1 buah Rp. 2.300,- Rp. 3.000,-
Roti Buaya
per 1 M
1 papan terdiri dari:
2 buah buaya besar,Rp. 400.000,- Rp. 400.000,-
97
2 buah buaya kecil
Roti Buaya
per 1 M
2 papan + 1 papan
kecil terdiri dari :
2 buaya besar, telur
buaya, 3 anak
buaya
Rp. 500.000,- Rp. 500.000,-
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
4) Pengupahan
Pengupahan berdasarkan per adonan roti (2 Kg. Terigu)
a) Pengadon : Rp. 1.500,-
b) Pemotong pisang : Rp. 700,-
c) Pemotong adonan :Rp. 1.500,-
d) Pembentuk roti :Rp. 1.000,-
e) Pemanggang :Rp. 1.500,-
f) Pengemas :Rp. 800,-
g) Pemasangan label :Rp. 15.000,-/ Kg. Plastik
h) Pemasaran :Rp. 300,-/ Pack Roti
98
5) Pembagian Hasil Usaha
KUBE Bintang Bakery sampai saat ini sudah dapat
membagiakan hasil usaha KUBE kepada 10 orang anggota,
dengan prosentase pembagian sebagai berikut:
a) 25% untuk ketua KUBE
b) 25% untuk skretaris dan bendahara
c) 40% untuk 7 orang anggota KUBE
d) 10% untuk kas KUBE atau uang iuran kesejahteraan sosial
6) Kondisi Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan
Tabel 5 Kondisi Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan
No Indikator Sebelum Mendapat Bantuan Sesudah Mendapatkan Bantuan
1Jenis
Produksi
Jenis produksi terbatas pada
roti UNYIL dengan isi pisang
coklat saja
Jenis roti menjadi beragam. Roti
UNYIL, roti manis dengan
berbagai varian rasa, serta roti
buaya penganten
2 Pemasaran
Pemasaran hanya
dilingkungan sekitar dan
warung-warung kecil
Pemasaran mulai merambah ke
koprasi-koprasi karyawan, kantor-
kantor, pabrik, serta swalayan.
3 Kualitas Tempat produksi masih Tempat produksi dan ruang
99
dan Proses
Produksi
bercampur dengan ruang
keluarga. Dan proses
pembuatan adonan roti masih
menggunakan tangan.
keluarga telah di pisah. Dan
proses pembuatan adonan roti
telah menggunakan mesin adonan.
4
Nilai
Penjualan
Rata-Rata
per- bulan
Rp. 800.000,-
(termasuk tanggungan
keuntungan bersih dan kotor)
Rp. 90.000.000,-
(termasuk tanggungan keuntungan
bersih dan kotor)
5
Modal
Usaha
(Aset)
Dana, Rp 200.000,-
Bahan/ peralatan :
1. Oven kecil
2. Mixer tangan
3. Loyang
Dana, Rp 8 Jt- 12 Jt
Bahan/ peralatan :
1. Oven besar
2. Mixer kapasitas 10 Kg
3. Loyang besar
6 Jenis Usaha Kue Kering
1. Aneka roti manis
2. Roti UNYIL
3. Roti Buaya
7 Keuntungan 50 % 50% - 70%
100
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
7) Asset sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan
Tabel 6 Inventaris KUBE Bintang Bakery
8 Kerugian --- 30% dari penjualan
9 Anggota 8 orang 10 orang
No Nama Barang
Sebelum
mendapatkan
bantuan
Sesudah
mendapatkan
bantuan
Jumlah Kondisi
1 Motor - 2 buah 2 buah Baik
2 Oven Kecil 2 buah - 2 buah Baik
3 Oven Besar - 2 buah 2 buah Baik
4 Mesin Pengaduk - 2 buah 1 buah Baik, Rusak
5 Loyang 50 buah 120 buah 120 buah Cukup Baik
6 Rak Kayu 1 set 3 set 3 set Baik
101
Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014
7 Pisau Potong 2 buah 10 buah 10 buah Baik
8 Baskom Adonan 5 buah 10 buah 10 buah Baik
9 Timbangan 1 buah 1 buah 1 buah Cukup Baik
10 Mesin Press - 1 buah 1 buah Baik
11 Tabung Gas 3 Kg 1 buah 2 buah 2 buah Baik
12 Tabung Gas 12 Kg - 3 buah 3 buah Baik
13 Tempat Solasi 1 buah 2 buah 2 buah Baik
14 Dispenser - 1 buah 1 buah Baik
15 Gallon - 2 buah 2 buah Baik
16 Setreples 1 buah 2 buah 2 buah Baik
17 Meja Produksi 1 buah 1 buah 1 buah Baik
18 Lap 3 buah 6 buah 6 buah Baik
19 Tempat Susu 3 buah 6 buah 6 buah Baik
20 Kipas Angin - 3 buah 3 buah Baik
21 Lemari Es - 1 buah 1 buah Baik
22 Keranjang - 10 buah 10 buah Baik
23 1 Set Komputer - 1 buah 1 buah Baik
24 Bahan BakuTersedia
2.000.000
Tersedia
10.000.000
Tersedia
10.000.000
102
8) Prestasi
Pada bulan Juni 2012, KUBE Bintang Bakery
mendapat juara Pertama pada lomba KUBE tingkat Kota
Jakarta Timur. Hal ini merupakan prestasi pertama yang
dicapai oleh KUBE Bintang Bakery pada tahun 2012. KUBE
kami mendapatkan hadiah berupa Uang sejumlah Rp.
2.000.000,- dan perkakas berupa CUP SEALER(Alat untuk
menutup gelas plastik dengan cara di pres). Hadiah tersebut
kami manfaatkan untuk membuka warung minuman dan
makanan kecil, sebagai pengembangan usaha.Ternyata respon
masyarakat sekitar bagus sekali. Sehingga hasil dari penjualan
dapat menambah penghasilan KUBE .
c. Pendayagunaan Potensi Lokal
KUBE Bintang Bakery memanfaatkan potensi lokal yang
ada hingga saat ini, KUBE Bintang Bakery tidak memiliki
karyawan untuk membantu dalam pembuatan roti. Mereka hanya
memanfaatkan anggota yang ada semaksimal mungkin sehingga
uang yang didapatkan lebih diguna kebutuhan para anggota.
103
d. Pemanfaatan Iuran Kesetiakawanan Sosial.
Pemanfaatan iuran kesetiakawanan sosial dilakukan
dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial. Adapun kegiatan
sosial yang dilakuakan oleh KUBE Bintang Bakery diantaranya:
1) Kegiatan pertemuan anggota KUBE dengan pendamping
KUBE dilaksanakan selama sebulan sekali, pertemuan ini
membicarakan berbagai masalah yang dihadapi oleh anggota
KUBE Bintang Bakery serta mencari solusi atau jalan
keluarnya secara musyawarah mufakat.
2) Kegiatan arisan yang diikuti oleh anggota KUBE dan warga
masyarakat sekitar lingkungan KUBE Bintang Bakery. Arisan
diadakan secara rutin pada setiap minggunya dengan besar
nominal uang yang dikeluarkan sebesar Rp. 20.000,- dan
diikuti oleh 50 orang, adapun arisan bulanan sebesar Rp.
100.000,- yang diikuti oleh 50 orang.
3) Kegiatan santunan untuk anak yatim yang dilaksanakan
setahun sekali
4) Kegiatan buka bersama pada awal dan akhir bulan ramadhan
5) Kegiatan peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan
dalam bentuk pemberian dukungan dana, tenaga, dan upaya
dalam rangka berpartisipasi dengan KUBE Bintang Bakery
104
5. Indikator dampak (Impacts)
Di dalam indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan
dalam jangka panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik
berdampak positif maupun dampak negatif. Indikator dampak
(impacts) merupakan suatu implikasi dari adanya suatu kegiatan
KUBE. Pada indikator ini, dampak positif yang dihasilkan dari adanya
kegiatan KUBE di antaranya: meningkatnya pendapatan
perekonomian keluarga, para anggota mampu memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, adanya dampak dari pemberdayaan yang dilakukan
seperti: adanya bantuan dana dari iuran kesetiakawannan yang
dimanfaatkan untuk biaya pendidikan anak, pengobatan, dan perbaikan
rumah tinggal, terciptanya cabang otlet roti di sekitar, dan mampu
bermitra dengan beberapa perusahaan seperti:
a. Koperasi RSUD Pasar Rebo, Jl. Raya Bogor
b. Koprasi RS Persahabatan, Rawamangun
c. Koprasi PT. National Gobel, Jl. Raya Bogor
d. Koprasi Pabrik Susu Bendera, Jl. Raya Bogor
e. Koperasi PT. EBARA , Cimanggis Jl. Raya Bogor
f. Koperasi PT. Mustika Ratu, Jl. Mustika Ratu Ciracas
g. Koperasi Puskesmas Kramat Jati, Jl. Raya Tengah
h. Koperasi Puskesmas Pasar Minggu, Jl. Jagakarsa
105
i. Koperasi BKN, Cililitan
j. Koperasi Departemen Agama, Jl. Ahmad Yani
k. Kantin Sekolah MAN 2, Ciracas
l. Swalayan Pitstop, Jl. Tanjung Barat
m. Swalayan Standart, Jl. Jagakarsa, DLL.
Adapun dampak negatif dari adanya kegiatan KUBE Bintang
Bakery di antaranya: terdapat kecemburuan sosial baik terhadap
bantuan dana yang terlah diberikan kepada KUBE Bintang Bakery dan
kecemburuan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar dengan para
anggota karyawan KUBE.
Sebagai suatu aktivitas tentu ada berbagai faktor yang
mendukung dan menghambat pelaksanaan kegiatan. Menurut
responden yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan
mengatakan ada sejumlah faktor pendukung pelaksanaan kegiatan.
Faktor pendukung dari adanya kegiatan KUBE Bintang Bakery yakni:
adanya motivasi yang tinggi dari teman-teman dalam pembuatan roti,
meskipun para anggota KUBE mempunyai tingkat pendidikan yang
rata-rata lulusan SLTA/ SMK akan tetapi mereka mempunyai
keterampilan dasar seperti: keahlian dalam membuat kue kering dan
keahlian dalam merias wajah. Kekompakan para pengurus KUBE,
anggota KUBE, maupun pendamping lokal dan sosial KUBE dalam
106
kehadiran setiap pertemuan. Dari setiap permasalahan yang ada pada
kegiatan KUBE Bintang Bakery, mereka memecahkan permasalahan
dengan cara bermusyawarah dan saling memberi masukan dan saran.
Sedangkan faktor-faktor penghambat yang sering dialami oleh
anggota KUBE, antara lain para anggota KUBE mempunyai tingkat
pendidikan yang rata-rata lulusan SLTA/ SMK, keterbatasan modal
usaha, keterbatasan bahan baku dikala musim krisis, dan persaingan
usaha dengan pengusaha pembuat roti lainnya.
107
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Evaluasi Program Terhadap Proses Pelaksanaan Kegiatan Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery dalam Bidang Usaha
Pembuatan Roti
Dalam bab empat ini, penulis menganalisa hasil dari temuan lapangan
yang sebelumnya telah dijelaskan pada bagian bab tiga. Pada bagian ini
penulis menguraikan analisis terhadap berbagai hasil penelitian, baik
mengenai data dan informasi yang diperoleh melalui studi dokumentasi,
melalui instrument penelitian, maupun melalui wawancara mendalam.
Analisis yang dilakukan dalam bab ini menggunakan pendekatan Model
Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang meliputi:
masukan (Inputs), Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes),
dan Dampak (Impacts).
1. Indikator Masukan (Inputs)
Indikator masukan (Inputs) akan mengidentifikasi sumber daya
yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur
jumlah sumber daya seperti: keterdiaan dana, ketersediaan SDM atau
108
petugas, ketersediaan informasi masyarakat miskin, ketersediaan bantuan
modal usaha, dan ketersediaan panduan teknis.
Menurut Ife, sebagaimana yang sudah dipaparkan pada tinjauan
teoritis sebelumnya, bahwa pemberdayaan merupakan upaya penyediaan
berbagai sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada
seseorang atau sekelompok orang untuk menetukan masa depannya dan
untuk berpartisipasi dalam memengaruhi kehidupan komunitas mereka. Di
dalam hasil penelitian proses pemberdayaan yang dilakukan sudah sesuai
dengan apa yang dikatakan Ife dimana KUBE telah menyediakan berbagai
sumber yaitu berupa bantuan dana sebesar 30 juta pada tahun 2009 serta
barang berupa oven dan mixer pada tahun 2012. Menurut peneliti ukuran
besarnya bantuan sesungguhnya bukan ukuran kecil bagi 10 orang yang
tergolong masyarakat miskin. Dalam penyaluran bantuan ada yang
diberikan dalam bentuk barang dan ada yang diberikan dalam bentuk uang
melalui rekening dan kemudian uangnya dicairkan oleh anggota dan
dibenlanjakan sesuai dengan kebutuhan anggota KUBE. Pada umumnya
mereka yang menerima bantuan dalam bentuk barang mereka merasa lebih
puas karena mereka dapat menggunakan bantuan barang secara langsung
tanpa memikirkan harga barang tersebut.
Kemudian KUBE Bintang Bakery tidak berdiri dengan
ketersediaan modal yang telah diberikan oleh pemerintah saja akan tetapi
109
KUBE Bintang Bakery mempunyai ketersedianan dana dalam menopang
permodalan pada pembuatan roti. Pendanaan yang dikeluarkan oleh
KUBE Bintang Bakery dalam pembuatan roti setiap minggunya, mereka
menyiapkan dana sebesar Rp. 2.000.000,- untuk kebutuhan bahan baku
pembuatan roti. Pendanaan ini mereka keluarkan pada setiap minggunya,
sebelum mereka menerima bantuan dana dari KEMSOS. Kemudian
mereka mempunyai alat-alat untuk membuatan roti seperti: oven kecil,
Loyang, 1 set rak kayu, 1 meja produksi, dll.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, kesimpulan
pada indikator input adalah mulai dari ketersediaan dana yang disediakan
oleh KUBE Bintang Bakey sangat mendukung permodalan untuk produksi
roti yang mana modal yang disediakan KUBE Bintang Bakery berupa
peralatan diantaranya oven kecil, loyang, 1 set rak kayu, 1 meja produksi
dengan kualitas yang sangat baik akan tetapi pada pemanggang atau oven
yang digunakan untuk produksi roti kurang bagus untuk dipergunakan.
Jika kita melihat modal berupa uang yang di keluarkan oleh KUBE
Bintang Bakey pada tiap minggunya, KUBE Bintang Bakey
mengeluarkan dana Rp. 2.000.000,- untuk kebutuhan bahan baku seperti
bahan utama yakni tepung terigu sebesar 200 Kg perminggunya. Hal ini
disesuaikan dengan minat pembeli atau pemesanan roti.
110
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery
beranggotakan sebanyak sepuluh orang, yang terdiri dari satu orang ketua,
satu orang bendahara, satu orang sekertaris, dan tujuh orang anggota
dengan menekuni usaha pembuatan roti. Semua anggota KUBE Bintang
Bakery bertempat tinggal di sekitar lingkungan pembuatan roti itu berada.
Dalam pemilihan anggota KUBE Bintang Bakery berdasarkan rasa saling
tolong menolong, melihat di lingkungan sekitar pembuatan roti ini banyak
warga yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Kebanyakan dari warga
setempat mempunyai profesi sebagai buruh harian, tukang ojek, dan
pekerja pabrik. Maka dari itu Bapak Jerry menunjuk orang-orang yang
memiliki kriteria seperti: penduduk setempat, warga yang kurang mampu
dalam hal pendapatan ekonomi, memiliki minat, potensi, keterampilan,
dan kemauan dalam menekuni usaha pembuatan roti.
Menurut peneliti hal ini sesuai dengan salah satu kriteria dari
sasaran program yakni mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai
hal, seperti: keterbatasan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan,
pendidikan, kemampuan, keterampilan, kepemilikan, modal, komunikasi,
teknologi, dan lain-lain. Kemudian jumlah anggota KUBE sudah sesuai
dengan yang ditetapkan dengan aturan pembentukan KUBE yakni
beranggotakan sebanyak 10 orang.
111
Selain anggota KUBE, mereka memiliki pendamping dalam
menggarahkan usaha yang mereka jalani. Pendampingan pada KUBE
Bintang Bakery dilakukan sebulan sekali. Adanya pendampingan ini
sangat relevan dengan apa yang dikemukakan oleh Tampubolon dimana
selain 5 komponen utama yang sudah dijelaskan sebelumnya, masih ada
komponen pendukung, yaitu (a) pendampingan, (b) jaringan kerjasama,
(c) inovasi. Adapun fungsi dari pendampingan tersebut akan menanyakan
atau berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE Bintang Bakery
atau tidak, memberikan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi,
memberikan bimbingan dan motivasi dalam peningkatan usaha, dan
menjadi penghubung KUBE dengan pihak lainnya. Untuk ketersediaan
pendampingan menurut peneliti, pendampingan sudah dilakukan sejak
awal terbentuknya KUBE yang beranggotakan sebanyak 5 orang. Adanya
pendampingan ini sangat mendukung untuk perkembangan KUBE
selanjutnya dikarenakan tugas pendamping adalah sebagai pemecah
permasalahan yang ada dan memberikan solusi yang terbaik untuk
keberlangsungan kegiatan KUBE Bintang Bakery.
Aspek input lainnya adalah panduan teknis dalam melaksanakan
kegiatan KUBE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi adanya
program KUBE, hanya diikuti oleh para ketua KUBE saja. Sedangkan
untuk anggota KUBE itu sendiri tidak ada sosialisasi program KUBE.
112
Mereka mengetahui hanya melalui pemberitaan sosialisasi program dari
ketua KUBE.
Pada point ketersediaan panduan teknis dalam sosialisasi, peneliti
melihat bahwa pemahamaan materi yang diberikan untuk kegiatan
keberlangsungan KUBE sangatlah bermanfaat. Hal ini ditandai oleh
mekanisme dan prosedur dalam pengembangan usaha yang dilakukan
KUBE Bintang Bakery sangat sesuai dengan anjuran panduan teknis dan
anjuran pendamping sosial. Sehingga terlihat kemajuan usaha dari KUBE
Bintang Bakery. Sedangkan pemahaman materi yang diberikan oleh pihak
dinas pemerintahan sangatlah dipahami oleh ketua KUBE Bintang
Bakery, yang kemudian materi tersebut diterapkan dalam kegiatan
keberlangsungan KUBE Bintang Bakery. Dan tidak jarang ketua KUBE
Bintang Bakery menjadi narasumber untuk panduan teknis dalam
sosialisasi untuk pembentukan KUBE baru, melihat KUBE yang
dijalankan olehnya sangat maju dan berprestasi.
2. Indikator Proses (Process)
Pada indikator proses ini, penulis memfokuskan pada pelaksanaan
program serta penyediaan informasi-informasi mengenai program KUBE
tersebut. Indikator proses membahas permasalahan program KUBE
seperti: apakah sosialisasi program dilakukan dengan baik, Apakah
113
bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang ditekuni
oleh KUBE Bintang Bakery, apakah ada pelatihan-pelatihan yang diikuti
oleh anggota KUBE.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sosialisasi adanya program
KUBE, hanya diikuti oleh para ketua KUBE saja. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya program pemberdayaan kepada kelompok sasaran kurang
dilakukan bahkan cenderung tidak ada sama sekali. Mereka mengetahui
hanya melalui pemberitaan sosialisasi program dari ketua KUBE. Akan
tetapi para anggota KUBE diikutsertakan di dalam sebuah pelatihan-
pelatihan yang menunjang untuk keterampilan dalam pembuatan roti dan
perkembangan KUBE. Sedangkan untuk pelatihan-pelatihan yang
menunjang perkembangan KUBE, mereka biasanya mendapatkan
undangan dari pabrik-pabrik tepung terigu yang ingin mengeluarkan
produk barunya. Pelatihan-pelatihan yang pernah mereka ikuti seperti:
pelatihan membuat roti dan pelatihan pengemasan pada suatu produk.
Mengacu pada konsep Ife pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan. Kemudian konsep yang
dikemukakan oleh Tampubolon pelatihan (kemampuan) merupakan
komponen utama dalam proses pemberdayaan, maka pelatihan merupakan
unsur penting dalam pemberdayaan.
114
Menurut peneliti pelatihan ini sangat menunjang untuk
keterampilan yang dimiliki oleh anggota KUBE Bintang Bakery.
Meskipun pelatihan tersebut tidak diadakan dari pemerintah setempat
untuk mendukung kemajuan KUBE tetapi anggota KUBE memiliki
semangat dan kemauan untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh
pihak lain. Hal ini sangat relevan dengan konsep pemberdayaan yang
dikemukakan oleh Ife, yang mana pemberdayaan merupakan suatu upaya
untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan.
Aspek proses lainnya adalah jenis usaha. Jenis usaha ini mengacu
pada konsep pemberdayaan yang dikemukakan oleh Tampubolon, bahwa
jenis usaha KUBE dapat dikelompokkan pada 3 jenis usaha, yaitu: jenis
usaha bersifat harian, jenis usaha bersifat semesteran, dan jenis usaha
bersifat tahunan. Agar bantuan yang diberikan lebih berhasil, maka
bantuan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kehidupan
anggota KUBE. Hasil penelitian di lapangan menggambarkan bahwa,
kegiatan KUBE Bintang Bakery merupakan jenis usaha yang bersifat
harian atau mingguan. Dikarenakan KUBE tersebut dalam satu minggu
memperoleh penghasilan dari pembuatan roti tersebut. KUBE Bintang
Bakery memproduksi roti tiga kali dalam satu minggu, maka KUBE
Bintang Bakery membutuhkan modal untuk membeli bahan baku
membuat roti di setiap minggunya.
115
Jika kita melihat jenis bantuan yang didapatkan KUBE Bintang
Bakery pada tahun 2009 sangatlah membantu untuk usaha pembuatan roti.
Bantuan tersebut digunakan untuk membeli perlengkapan produksi roti,
seperti loyang besar, oven pemanggang roti, tabung gas, dll. Sedangkan
pada tahun 2012 mereka mendapatkan bantuan 1 mixer dan oven untuk
memanggang roti. Menurut peneliti bantuan yang diberikan pada tahun
2009 sebanyak 30 juta sangatlah relevan untuk membangun sebuah KUBE
dengan usaha pembuatan roti yang beranggotakan sebanyak 10 orang.
Meski tak sesuai dengan harapan akan tetapi dapat membantu pendanaan
dalam pembuatan aneka roti. Sedangkan pada tahun 2012 bantuan yang
diberikan berupa barang dengan kualitas sangat baik. Oleh karena itu
KUBE Bintang Bakery lebih menyukai bantuan yang berupa barang
daripada bantuan yang berupa uang.
3. Indikator Keluaran (Output)
Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang
dihasilkan oleh suatu program. Dengan membandingkan keluaran dan
sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksanaan
dan pencapaian program kegiatan tersebut sesuai dengan rencana.
Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan
sesuatu program kegiatan apabila indikator ini dikaitkan dengan sasaran
116
program kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur. Di dalam
indikator keluaran (output) terdapat hal-hal yang harus dicapai seperti:
terlaksananya sosialisasi program, terlaksananya pendampingan sosial,
terlaksananya identifikasi dan seleksi, terlaksananya bantuan sosial.
Pada indikator ini kegiatan sosialisasi program terlaksana secara
tidak menyeluruh. Kegiatan sosialisasi ini dikhususkan hanya bagi para
ketua KUBE saja, sementara untuk para anggota KUBE hanya
mendengarkan pemaparan lanjutan dari ketua KUBE. Menurut peneliti hal
ini menunjukkan bahwa adanya program pemberdayaan kepada kelompok
sasaran kurang dilakukan bahkan cenderung tidak ada sama sekali.
Kemudian pelaksanaan pendampingan sosial dalam jangka waktu
sebulan sekali, pendampingan ini dilakukan oleh pendamping kecamatan.
Pendamping sosial merupakan suatu proses menjalin relasi antara
pendamping dengan KUBE dan masyarakat sekitarnya dalam rangka
memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai
sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta
meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan
kerja dan fasilitas pelayanan publik lainnya. Pendamping harus memiliki
kompetensi untuk bekerja sama dengan KUBE dalam mengembangkan
berbagai gagasan dan aksi mencapai tujuan kelompok tersebut. Hal ini
sangat sesuai dengan konsep pemdampingan yang dikemukakan oleh
117
Tampubolon dimana terdapat 3 komponen utama dalam kedinamisan
kegiatan KUBE yakni: pendampingan, jaringan, dan inovasi.
Menurut hasil penelitian bahwa pendamping ditentukan melalui
hasil kesepakatan aparat pemerintahan setempat. Pendampingan pada
KUBE Bintang Bakery sangatlah penting untuk kemajuan kegiatan
KUBE. Menurut pengakuan aanggota KUBE kegiatan pendampingan
berjalan dengan baik ditandai oleh kedatangan pendamping selama
sebulan sekali dan sangat mengayomi dengan permasalahan-permasalahan
yang ada.
Selain itu, pada indikator keluaran (output), dapat terlaksana
identifikasi dan seleksi. KUBE merupakan wadah untuk melakukan
aktivitas, karena itu membentuknya harus dilakukan secara terbuka oleh
anggota KUBE. Bila pembentukan kelompok bukan atas kesepakatan para
anggota dikawatirkan para anggota KUBE menjadi apatis. Hasil penelitian
lapangan menunjukkan bahwa pembentukkan kelompok sudah terbentuk
menjadi 8 orang ketika mereka berusaha kue kering, dan mereka
mempertahankan keanggotaan mereka serta menambah 2 orang, sehingga
mereka membentuk kelompok KUBE yang diberikan bantuan untuk
menjalani usaha pembuatan roti.
Menurut peneliti, dari pegakuan para anggota KUBE, mereka
mengetahui adanya program KUBE dari pihak ketua KUBE, pendamping,
serta aparat kecamatan lewat komunikasi antara individu bukan melalui
118
suatu kegiatan sosialisasi. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi kurang
dilakukan kepada masyarakat. Bagaimana proses penentuan anggota yang
tergabung dalam KUBE, para anggota KUBE mengakui bahwa tidak ada
proses penyeleksian untuk anggota KUBE, akan tetapi ketua KUBE yang
menentukan atas dasar prinsip saling tolong menolong sesama warga yang
kurang mampu dalam hal ekonomi.
Pada tahapan terakhir adalah terlaksananya bantuan sosial,
pemberian bantuan sosial kepada masyarakat miskin untuk memelihara
taraf kesenjangan sosialnya. Kegiatan KUBE telah menghasilkan
pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota secara
mandiri. Menurut peneliti bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah
sangatlah relevan dengan kondisi pengurus dan anggota KUBE Bintang
Bakery kala itu. Bantuan senilai 30 juta pada tahun 2009 dapat membantu
permodalan produksi roti. Dan bantuan barang berupa oven dan mixer
pada tahun 2012 disalurkan dengan kualitas yang baik.
4. Indikator Manfaat (Outcomes)
Dalam program kegiatan sosial, indikator ini sangat penting untuk
menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Untuk mengetahui manfaat
yang dihasilkan program kegiatan, perlu disusun indikator manfaat yang
mencerminkan berfungsinya keluaran program tersebut. Pada indikator ini
ditandai dengan terbentuknya KUBE yang terorganisir dengan baik,
119
meningkatnya produktifitas dengan usaha KUBE, pendayagunaan potensi
lokal, pemanfaatan iuran kesetiakawanan sosial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa KUBE yang terorganisir dengan baik terdapat
struktur kepengurusan yang jelas pada KUBE Bintang Bakery, ada
pembagian tugas yang jelas dan terperinci, adanya pembukuan
administrasi KUBE, mempunyai buku daftar keanggotaan, buku daftar
tamu, buku kas keuangan, buku inventaris yang disusun scara teratur.
Menurut peneliti, KUBE Bintang Bakery termasuk KUBE yang
terorganisir dengan baik hal ini tercermin dari beberapa pembukuan yang
tersusun secara teratur, pembagian tugas yang sudah sesuai dengan
perencnaan, serta proses pengambilan keputusan berdasarkan dengan
musyawarah bersama. Akan tetapi KUBE Bintang Bakery tidak memiliki
tempat skretariatan untuk tempat berkumpul dan menyimpan dokumen-
dokumen KUBE.
Kemudian dalam peningkatan produktifitas usaha KUBE Bintang
Bakery, dapat dikatakan bahwa manfaat ekonomis telah dirasakan oleh
anggota KUBE. Hal ini ditandai dengan perubahan pendapatan ekonomi
mereka untuk kebutuhan sehari-hari. Para anggota KUBE tersebut sudah
memiliki tabungan di KUBE Bintang Bakery. Menurut peneliti dalam
peningkatan produktifitas usaha KUBE Bintang Bakery mendapatkan
peningkatan dari tahun ketahun pada modal usaha, nilai rata-rata produksi,
120
nilai penjualan, maupun area pemasaran roti KUBE Bintang Bakery
semakin berkembang pesat. Peningkatan tarap hidup anggota KUBE juga
semakin meningkat ditandai oleh adanya tabungan dari beberapa anggota
KUBE, adanya arisan yang dilakukan setiap bulannya. Sedangkan untuk
kerugian yang paling besar yang pernah KUBE Bintang Bakery rasakan
sebanyak 30% dari penjualan roti.
Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa KUBE
Bintang Bakery memanfaatkan iuran kesetiakawanan sosial dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan sosial, seperti: kegiatan santunan anak
yatim, bantuan untuk anggota yang sedang sakit, kegiatan buka bersama
pada awal dan akhir bulan ramadhan, dll. Dari kegiatan sosial KUBE
Bintang Bakery terdapat nilai-nilai yang sangat positif bagi masyarakat
sekitar.
5. Indikator Dampak (Impacts).
Indikator impact menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka
panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik berdampak positif
maupun dampak negatif. Indikator dampak (impacts) merupakan suatu
implikasi dari adanya suatu kegiatan KUBE. Pada indikator ini, dampak
positif yang dihasilkan dari adanya kegiatan KUBE diantaranya:
meningkatnya pendapatan perekonomian keluarga, para anggota mampu
121
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adanya bantuan dana dari iuran
kesetiakawannan yang dimanfaatkan untuk biaya pendidikan anak,
pengobatan, dan perbaikan rumah tinggal, terciptanya cabang otlet roti di
sekitar wilayah tersebut. Adapun dampak negatif dari adanya kegiatan
KUBE Bintang Bakery, terciptanya kecemburuan sosial dikalangan
masyarakat sekitar.
Dari hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa
komponen input sudah banyak yang tepenuhi dan memenuhi konsep
pemberdayaan yang sebagaimana dikemukakan Ife bahwa pemberdayaan
merupakan upaya penyediaan berbagai sumber, kesempatan, pengetahuan,
dan keterampilan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk
menetukan masa depannya dan untuk berpartisipasi dalam memengaruhi
kehidupan komunitas mereka. Proses pemberdayaan yang dilakukan sudah
sesuai dengan apa yang dikatakan Ife dimana KUBE telah menyediakan
berbagai sumber yaitu berupa bantuan dana, ketersediaan dana,
ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi masyarakat miskin,
dan ketersediaan panduan teknis. Kesempatan anggota KUBE untuk
berbagi pegetahuan dan keterampilan antar sesama anggota KUBE Bintang
Bakery.
Demikian juga, dalam setiap indicator, terlihat adanya berbagai
komponen yang hampir sepenuhnya dilakukan dengan optimal. Merujuk
122
pada 5 komponen kunci yang dipaparkan Tampubolon dalam keberhasilan
KUBE, yaitu (a) modal (asset), (b) kemampuan atau keterampilan (ability),
(c) kemasyarakatan (community), (d) komitmen (commitment), dan (e)
pasar (market). Hal ini tercermin di dalam setiap komponen di dalam
evaluasi program KUBE. KUBE Bintang Bakery memiliki modal (asset),
keampuan dan keterampilan, kemasyarakatan, komitmen, serta pasar yang
luas. Dari 5 komponen ini saling terhubung satu sama lain. Bayangkan jika
salah satu dari 5 komponen itu hilang, seperti komitmen yang dilakukan
oleh para pengurus dan anggota KUBE. Tanpa adanya komitmen dan
kemauan yang tinggi maka program KUBE Bintang Bakery akan menjadi
sia-sia dan akan menjadi beban bagi para pengurs dan anggota KUBE. Bila
memiliki komeitmen dan kemauan, maka berbagai tahapan yang ada akan
diikuti dengan serius dan penuh tanggung jawab seperti kegiatan
sosialisasi, pelatihan, pertemuan-pertemuan, diskusi, dan tugas-tugas yang
harus dijalankan.
Selain itu, KUBE Bintang Bakery, dalam menjalankan kegiatan
pembuatan roti, menerapkan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan KUBE
diantaranya: amanah, professional, produktif, akuntabel, transparan,
berbasis masyarakat, konsisten, partisipatif, kemandirian, kemitraan, dan
keberlanjutan dalam pengembangan usaha roti. Hal ini tercermin pada hasil
dan prestasi yang diraih oleh KUBE Bintang Bakery.
123
Melihat dari setiap indikator tahapan evaluasi program pada
penelitian ini menunjukkan bahwa, evaluasi program proses pelaksanaan
kegiatan kelompok usaha bersama (KUBE) Bintang Bakery terbilang dapat
memenuhi sasaran dan tujuan KUBE dengan standarisasi atau panduan
yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai program
penanggulangan kemiskinan. Pada indikator input, proses, dan output
penulis melihat bahwa pada indikator tersebut terlihat pemenuhan
persyaratan sasaran program KUBE yang sesuai dengan standarisasi. Hal
ini tercermin pada identifikasi dan seleksi para anggota dan pengurus
KUBE, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar, berkembangnya usaha
kelompok, mewujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomi masyarakat
miskin.
Pada indikator outcome dan impact terlihat pemenuhan dari tujuan-
tujuan program KUBE yang sesuai dengan standarisasi yang ada seperti:
meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui usaha ekonomi produktif
dan usaha kesejahteraan sosial, mengingkatkan prinsip gotong royong
dalam melaksanakan pembangunan dan mengumpulkan dana masyarakat
melalui iuran kesetiakawanan sosial, mampu menyisihkan hasil usaha
untuk ditabung sebagai modal usaha atau keperluan mendadak, terbinanya
kegiatan anggota KUBE, meningkatkan kesejahteraan sosial dan terbinanya
usaha jaminan kesejahteraan sosial.
124
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa, evaluasi program proses pelaksanaan kegiatan kelompok
usaha bersama (KUBE) Bintang Bakery terbilang dapat memenuhi sasaran
dan tujuan KUBE dengan standarisasi atau panduan yang telah ditetapkan
oleh Kementerian Sosial sebagai program penanggulangan kemiskinan. Pada
indikator input, proses, dan output penulis melihat bahwa pada indikator
tersebut terlihat pemenuhan persyaratan sasaran program KUBE yang sesuai
dengan standarisasi. Hal ini tercermin pada identifikasi dan seleksi para
anggota dan pengurus KUBE, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar,
berkembangnya usaha kelompok, mewujudkan kemandirian usaha sosial-
ekonomi masyarakat miskin.
Pada indikator outcome dan impact dalam evaluasi program KUBE
terlihat pemenuhan dari tujuan-tujuan program KUBE yang sesuai dengan
standarisasi yang ada seperti: meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui
usaha ekonomi produktif dan usaha kesejahteraan sosial, mengingkatkan
prinsip gotong royong dalam melaksanakan pembangunan dan
125
mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran kesetiakawanan sosial, mampu
menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha atau keperluan
mendadak, terbinanya kegiatan anggota KUBE, meningkatkan kesejahteraan
social dan terbinanya usaha jaminan kesejahteraan sosial.
B. Saran-saran
1. Hendaknya KUBE Bintang Bakery memiliki tempat produksi terpisah dari
rumah pengurus agar lebih efektif dan maksimal dalam berproduksi.
2. Hendaknya di dalam pelatihan-pelatihan yang mendukung perkembangan
KUBE, anggota KUBE hendaknya diikutsertakan dalam pelatihan tersebut
agar menambah wawasan dan keterampilan para anggota KUBE.
3. Menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan untuk ditabung sehingga
ketika dibutuhkan dapat dipergunakan dengan baik.
4. Membentuk koperasi simpan pinjam anggota KUBE Bintang Bakery.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta:FEUI, 2001.
Arkanto, Suhaimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, danIlmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.
Hikmah, Herry, ed. Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin diWilayah KUBE Rintisan Pusat. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2005.
_______________. Panduan Standarisasi Monitoring Dan Evaluasi ProgramPemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2005.
Khatib, RB, Pahlawan Kayo, Kube Sebagai Wahana Intervensi Komunitas DalamPraktek dan Pekerja Sosial. Padang: BBPPKS Padang, 2008.
Moleong, Lexy j. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2014.
Mujiyadi, B. dkk. Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta:Puslitbang Kesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- DepartemenSosial RI, 2007.
Rachmiyati, Etty. dkk. Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.Jakarta: Kementrian Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial danPenggulangan Kemiskinan, 2011.
Roebyantho, Haryati. dkk. Dampak Sosial Ekonomi Program PenangananKemiskinan Melalui KUBE. Jakarta: P3KS Press, 2011.
Sudjana, H.D. Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luas Sekolah danPengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production, 2000.
Suhartini, Dkk. Model-model pemberdayaan masyarakat. Yogyakarta, PustakaPesantren Lkis, 2005.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial dan pekerja sosial. Bandung: PT RefikaAditama, 2005.
Sulistiati, dkk. Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta:Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2008.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.Jakarta: Balai Pustaka. 1995.
Tristiardi, Ardi.Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing, 2003.
Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh AplikasiEvaluasi Program: Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program NasionalPemberdayaan Masyarakat(PNPM)Mandiri Pedesaan, Kurikulum,Perpustakaan, Dan Buku Teks. Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Sumber Majalah
SOCIETA, “Desaku Menanti”, SOCIETA Majalah Inspiratif BerwawasanKesejahteraan Sosial, Edisi III/ 2014. h. 22-23.
Sumber Skripsi
Dawiyah, Siti. Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha Bersama (KUBE)Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset Anggotanya Di Kampung MelayuKabupaten Tanggerang. Skripsi S1 program studi Kesejahteraan SosialFakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Wulandari, Fazra Raissa. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok UsahaBersama Dalampemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Lebak WangiKecamatan Sepatan Timur Tanggerang. Skripsi S1 program studiKesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2011.
Sumber Wawancara
Wawancara pribadi dengan Jerry Purnomo. Jakarta, 13 Maret 2015.
Wawancara pribadi dengan Lili. Jakarta, 18 Maret 2015.
Wawancara pribadi dengan Heru Santoso. Jakarta, 20 Maret 2015.
Wawancara pribadi dengan Nur Hayati. Jakarta, 20 Maret 2015.
PEDOMAN WAWANCARA
KUESIONER RESPONDEN PENGURUS KUBE
A. KETERANGAN LOKASI1. Provinsi :2. Kabupaten/Kota :3. Kecamatan :4. Desa/ Kelurahan :5. Sumber dana : APBN/APBD/DEKON tahun :6. Program :
B. KETERANGAN RESPONDEN1. Nama KUBE :2. Tanggal pendirian KUBE (tgl, bln, thn) :3. Alamat KUBE :4. Nama responden :5. Jabatan dalam KUBE :6. Tanda tangan responden :
C. MASUKAN (INPUT)KEBERADAAN SASARAN FAKIR MISKIN1. Apakah ada petugas instansi sosial yang mendatangi saudara dalam rangka
pendataan/penjagaan :(0) Tidak (1) Ya, ………………………………….
KETERSEDIAAN TENAGA PENDAMPING SOSIAL1. Apakah sudah ada tenaga pendamping yang di tugaskan mendampingi usaha saudara :
(0) Belum (1) Sudah
2. Bila “sudah”, waktu efektif mulai bertugas : …………………………………………
KETERSEDIAAN BANTUAN UEP/MODAL USAHA1. Apakah Sdr. telah menerima bantuan UEP/ Modal Usaha
(0) Belum (1) Sudah
2. Apabila “sudah”, bagaimana proses penyaluran bantuan UEP/Modal Usaha(0) Diserahkan langsung oleh instansi sosial provinsi(1) Disalurkan melalui rekanan yang ditunjuk(2) Disalurkan melalui lembaga keuangan mikro(3) Disalurkan melalui lembaga perbankan yang ditunjuk(4) Melalui tenaga pendamping(5) Lainnya, …………………………………………………………………..
3. Waktu penerimaan bantuan :a. Bantuan santunan hidup : (Bulan/tahun)b. Bantuan UEP/Modal Usaha : (Bulan/tahun)
D. AKTIFITAS (PROSES)PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM1. Apakah Sdr. telah mengikuti sosialisasi Program : (0) Tidak (1) Ya
2. Apakah Sdr. memahami materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi program(0) Tidak Paham (1) Kurang Paham (2) Paham
3. Apakah materi yang disampaikan pada sosialisasi program sesuai dengan yang dibutuhkandalam pengelolaan KUBE : (0) Tidak (1) Ya
PELAKSANAAN KEGIATAN PENDAMPINGAN SOSIAL
1. apakah ada petugas yang mendampingi saudaraa. Supervisor/ petugas dinas : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulanb. Pendamping sosial : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulanc. Pendamping lokal : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan
2. sebutkan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendaming (apabila kegiatan pendampingantelah dilakukan) :a. Pelaksanaan sosialisasi (0) Tidak (1) Yab. Bimbingan dan motivasi peningkatan usaha (0) Tidak (1) Yac. Penghubung KUBE dengan pihak lain yang membantu (0) Tidak (1) Yad. Membantu pemecahan masalah dalam usaha KUBE (0) Tidak (1) Yae. Membantu pemasaran (0) Tidak (1) Yaf. Lainnya ……………………………………….. (0) Tidak (1) Ya
PELAKSANAAN KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN SELEKSI
1. Apakah saudara telah diinformasikan mengenai hasil identifikasi dan seleksi untukpenerimaan bantuan :(0) Belum (1) Sudah
2. Apakah pada tahun ini, dilingkungan Saudara telah ada KUBE baru yang terbentuk :(0) Tidak ada (1) Tidak tahu (2) Ada..................... KUBE
PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL
1. Apabila Sdr. telah menerima bantuan santunan hidup, sebutkan jumlahnya:a. Uang Rp.........................................b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak …………….
2. Apabila Sdr. telah menerima bantuan UEP, sebutkan jumlah dan jenisnya :a. Uang Rp.........................................b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak ……………..
jenis barang .............................................. sebanyak ……………..jenis barang .............................................. sebanyak ……………..
PELAKSANAAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI
1. Apakah sudah ada petugas yang mendatangi saudara dalam rangka monitoring danevaluasi :(0) Tidak ada (1) Ada
2. Apabila sudah, sebutkan waktu kedatangan, jumlah petugas dan nama instansi :a. Waktu ...........................b. Petugas............................. Orangc. Instansi
(0) DEPSOS Pusat (1) Sosial Tk. Provinsi(2) Sosial Tk. Kab. / Kota (3) Tidak tahu (4)...........................................
3. Apabila sudah, sebutkan topik yang diwawancara:a. Kondisi sebelum menerima bantuan (0) Tidak (1) Yab. Jumlah dan jenis bantuan yang diterima (0) Tidak (1) Yac. Manfaat dan hasil yang dirasakan (0) Tidak (1) Yad. Kondisi setelah menerima bantuan (0)Tidak (1) Yae. Ketertiban Instansi Terkait lainnya (0) Tidak (1) Yaf. ....................................................... (0) Tidak (1) Ya
E. MANFAAT (OUTCOME)TERBENTUKNYA KUBE YANG TERORGANISIR DENGAN BAIK1. Keberadaan struktur organisasi dalam KUBE :
(0) Tidak ada (1) Ada, tidak jelas dan tidak terinci (2) Ada, jelas dan terinci
2. Penempatan pengurus KUBE :a. Ketua (0) Tidak ada (1) adab. Wakil Ketua (0) Tidak ada (1) adac. Bendahara (0) Tidak ada (1) adad. Sekretaris (0) Tidak ada (1) adae. Urusan seksi (0) Tidak ada (1) adaf. Pengurus lainnya (0) Tidak ada (1) ada
3. Pembagian tugas dan tanggung jawab antar anggota KUBE :(0) Tidak ada (1) Ada, tidak jelas dan tidak terinci (2) Ada, jelas dan terinci
4. Kegiatan administrasi/ pembukuan (apakah dilakukan secara teratur) :a. Buku daftar anggota kelompok : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturb. Buku tamu : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturc. Buku kegiatan/agenda kelompok : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturd. Buku kas/keuangan : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, terature. Buku Inventaris : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturf. Buku simpan pinjam : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturg. Lainya : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teratur
5. Jadwal pertemuan KUBE :(0) Tidak ada (1) Ada, setiap ………………………….
6. Proses pengambilan keputusan dalam setiap pertemuan KUBE :(0) Oleh petugas pendamping (1) sepenuhnya oleh ketua KUBE(2) Musyawarah mufakat (3) ……………………………………………..
7. Kesempatan dalam menyampaikan pendapat dalam pertemuan :(0) Tidak ada (1) Ada, namun terbatas (2) Ada, bebas berpendapat
8. Penyusunan rencana program dan kegiatan :a. Jadwal penyusunan rencana usaha :
(0) tidak dilakukan (1) Dilakukan, tidak rutin (2) Dilakukan, rutinb. Hasil penyusunan rencana usaha :
(0) Tidak ada (1) Ada, tidak jelas (2) Ada, jelas
9. Sekretariat KUBE :(0) Tidak ada (1) Ada, tidak berfungsi (2) Ada, beerfungsi
MENINGKATNYA PRODUKTIVITAS USAHA KUBE
Variabel Sebelum Menerima Bantuan Saat Ini
a.Modal Usaha (Aset)
Dana, Rp. …………………..,-Bahan/peralatan,
1.2.3.4.5.
Dana, Rp. …………………..,-Bahan/peralatan,1.2.3.4.5.
b.Jenis Usaha1.2.3.
1.2.3.
c. Nilai Produksi Rata-RataPer-Bulan (apakah jenisusaha KUBE menghasilkansuatu produk baik barangmaupun jasa)
1. Rp.
2. Rp.
3. Rp.
1. Rp.
2. Rp.
3. Rp.
d.Nilai Penjualan Rata-RataPer-Bulan
1. Rp.
2. Rp.
3. Rp.
1. Rp.
2. Rp.
3. Rp.
e.Area Pemasaran Lokal/ Naional/ Internasional Lokal/ Naional/ Internasional
f. Keuntungan Per Kelompok Rp. Rp.
g.Kerugian Per Kelompok Rp. Rp.
h.Tabungan KUBE Rp. Rp.
i. Anggota KUBE Orang Orang
PENDAYAGUNAAN POTENSI LOKAL
1. Apakah dalam proses produksi KUBE, ada pemanfaatan potensi lokal (lokasi setempat)a. Tenaga/SDM : (0) Tidak ada (1) Ada, sebanyak………….. Orang
b. Bahan baku : (0) Tidak ada (1) Ada,…………………….…………………………….…………………………….…………………………….
c. Peralatan : (0) Tidak ada (1) Ada,……………………..
……………………………..
.…..….……………………..
……….……………………..
MENINGKATNYA USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL KELUARGA
1. Apakah ada pemanfaatan terhadap iuran kesetiakawanan sosial :(0) Tidak ada (1) Ada
2. Bila ada, sebutkan jumlah iuran kesetiakawanan sosial yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial :a. Dana kematian Rp.b. Dana musibah Rp.c. Dana sakit Rp.d. Dana penyantunan jompo Rp.e. Dana yatim piatu Rp.f. Dana lainnya Rp.
3. Pemanfaatan santunan hidup :a. Pemenuhan pangan (0) Tidak (1)Yab. Perbaikan gizi (0) Tidak (1)Yac. Pemenuhan sandang (0) Tidak (1)Yad. Pendidikan (0) Tidak (1)Yae. Pengobatan (0) Tidak (1)Yaf. Perbaikan rumah tinggal (0) Tidak (1)Yag. Lainnya (0) Tidak (1)Ya
F. DAMPAK (IMPACT)MENINGKATKAN USAHA KESEJAHTERAAN DALAM UEP/UKS1. Apakah KUBE sdr. Telah mampu melakukan penggulilran bantuan :
(0) Tidak (1)Ya
2. Bila ya sebutkan jenis dan nilai penggliran :
No. Jenis Pengguliran JumlahPengguliran
Prakiraan nilaipengukuran Jumlah Sasaran
1 Rp.2 Rp.3 Rp.4 Rp.
3. Apakah dalam pelaksanaan aktivitas ekonomi dan UKS, diperlukan bantuan petugaspendamping :(0) Sangat diperlukan (1) Diperlukan (2) Tidak diperlukan
DAMPAK NEGATIF PELAKSANAAN PROGRAM1. Sejak penerimaan bantuan, apakah sdr menemukan terjadinnya kondisi berikut :
a. Ketergantungan pada bantuan sosial (0) Tidak (1) yab. Kecemburuan sosial bagi yang tidak dibantu (0) Tidak (1) yac. Konflik antara penerima bantuan (0) Tidak (1) yad. Ketidaktepatan jenis bantuan (0) Tidak (1) yae. Ketidak tepatan sasaran (0) Tidak (1) yaf. Lainnya (0) Tidak (1) ya
G. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN PROGRAM1. Kehadiran anggota dalam setiap pertemuan :2. Prosentase anggota yang aktif membayar IKS :3. Kendala permasalahan yang terjadi selama menjalankan usaha KUBE :
a. Administrasi dan pembukuan (0) Tidak (1) yab. Modal usaha (0) Tidak (1) yac. Keterampilan yang dimiliki (0) Tidak (1) yad. Akses pengadaan bahan baku (0) Tidak (1) yae. Akses pemasaran produk (0) Tidak (1) yaf. Pengelolahan dan pengemasan produk (0) Tidak (1) yag. Persaingan usaha (0) Tidak (1) yah. Penggunaan teknologi (0) Tidak (1) yai. Kualitas produk (0) Tidak (1) yaj. Akses kemitraan (0) Tidak (1) yak. Lainnya (0) Tidak (1) ya
H. DOKUMMENTASI VISUAL (kondisi saat ini)
PEDOMAN WAWANCARA
KUESIONER RESPONDEN ANGGOTA KUBE
A. KETERANGAN LOKASI1. Provinsi :2. Kabupaten/Kota :3. Kecamatan :4. Desa/ Kelurahan :5. Sumber dana : APBN/APBD/DEKON tahun :6. Program :
B. KETEANGAN RESPONDEN1. Nama KUBE :2. Nama jelas responden :3. Posisi dalam KUBE :4. Jumlah anggota keluarga : Orang5. Mata pencaharian di luar KUBE : (0) tidak ada (1)…………………………6. Alamat rumah tinggal :7. Tandatanggan responden :
C. MASUKAN (INPUT)KEBERADAAN SASARAN FAKIR MISKIN1. Apakah ada petugas instansi sosial yang mendatangi saudara dalam rangka
pendataan/penjagaan :(0) Tidak (1) Ya, ………………………………….
KETERSEDIAAN TENAGA PENDAMPING SOSIAL1. Apakah sudah ada tenaga pendamping yang di tugaskan mendampingi usaha saudara :
(0) Belum (1) Sudah
2. Bila “sudah”, waktu efektif mulai bertugas : …………………………………………
KETERSEDIAAN BANTUAN UEP/MODAL USAHA1. Apakah Sdr. telah menerima bantuan UEP/ Modal Usaha
(0) Belum (1) Sudah
2. Apabila “sudah”, bagaimana proses penyaluran bantuan UEP/Modal Usaha(0) Diserahkan langsung oleh instansi sosial provinsi(1) Disalurkan melalui rekanan yang ditunjuk(2) Disalurkan melalui lembaga keuangan mikro(3) Disalurkan melalui lembaga perbankan yang ditunjuk(4) Melalui tenaga pendamping(5) Lainnya, …………………………………………………………………..
3. Waktu penerimaan bantuan :a. Bantuan santunan hidup : (Bulan/tahun)b. Bantuan UEP/Modal Usaha : (Bulan/tahun)
D. AKTIFITAS (PROSES)PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM1. Apakah Sdr. telah mengikuti sosialisasi Program : (0) Tidak (1) Ya
2. Apakah Sdr. memahami materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi program(0) Tidak Paham (1) Kurang Paham (2) Paham
3. Apakah materi yang disampaikan pada sosialisasi program sesuai dengan yang dibutuhkandalam pengelolaan KUBE : (0) Tidak (1) Ya
PELAKSANAAN KEGIATAN PENDAMPINGAN SOSIAL
1. apakah ada petugas yang mendampingi saudaraa. Supervisor/ petugas dinas : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulanb. Pendamping sosial : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulanc. Pendamping lokal : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan
2. sebutkan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendaming (apabila kegiatan pendampingantelah dilakukan) :a. Pelaksanaan sosialisasi (0) Tidak (1) Yab. Bimbingan dan motivasi peningkatan usaha (0) Tidak (1) Yac. Penghubung KUBE dengan pihak lain yang membantu (0) Tidak (1) Yad. Membantu pemecahan masalah dalam usaha KUBE (0) Tidak (1) Yae. Membantu pemasaran (0) Tidak (1) Yaf. Lainnya ……………………………………….. (0) Tidak (1) Ya
PELAKSANAAN KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN SELEKSI
1. Apakah saudara telah diinformasikan mengenai hasil identifikasi dan seleksi untukpenerimaan bantuan :(0) Belum (1) Sudah
2. Apakah pada tahun ini, dilingkungan Saudara telah ada KUBE baru yang terbentuk :(0) Tidak ada (1) Tidak tahu (2) Ada..................... KUBE
PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL
1. Apabila Sdr. telah menerima bantuan santunan hidup, sebutkan jumlahnya:a. Uang Rp.........................................b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak …………….
2. Apabila Sdr. telah menerima bantuan UEP, sebutkan jumlah dan jenisnya :a. Uang Rp.........................................b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak ……………..
jenis barang .............................................. sebanyak ……………..jenis barang .............................................. sebanyak ……………..
PELAKSANAAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI
1. Apakah sudah ada petugas yang mendatangi saudara dalam rangka monitoring danevaluasi :(0) Tidak ada (1) Ada
2. Apabila sudah, sebutkan waktu kedatangan, jumlah petugas dan nama instansi :a. Waktu ...........................b. Petugas............................. Orangc. Instansi
(0) DEPSOS Pusat (1) Sosial Tk. Provinsi(2) Sosial Tk. Kab. / Kota (3) Tidak tahu (4)...........................................
3. Apabila sudah, sebutkan topik yang diwawancara:a. Kondisi sebelum menerima bantuan (0) Tidak (1) Yab. Jumlah dan jenis bantuan yang diterima (0) Tidak (1) Yac. Manfaat dan hasil yang dirasakan (0) Tidak (1) Yad. Kondisi setelah menerima bantuan (0)Tidak (1) Yae. Ketertiban Instansi Terkait lainnya (0) Tidak (1) Yaf. ....................................................... (0) Tidak (1) Ya
E. KELUARAN (OUTPUT)TERLAKSANANYA KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM (Pertanyaan berikut, khusus diperuntukanbagi KUBE yang memiliki LKM)
1. Apakah Sdr. Telah mengikuti Sosialisasi Program :(0) Tidak (1) Ya
2. Apakah Sdr. Memahami materi yang diampaikan dalam kegiatan sosialisasi program :(0) Tidak paham (1) Kurang paham (2) Paham
3. Apakah materi yang disampaikan pada sosialisasi program sesuai dengan yang dibutuhkandalam pengelolaan KUBE :(0) Tidak (1) Ya
TERLAKSANANYA KEGIATAN PENDAMPINGAN SOSIAL
1. Apakah ada petugas yg mendampingi KUBEa. Supervisor / petugas Dinas : (0) Tidak (1) Ya, Orangb. Pendamping sosial : (0) Tidak (1) Ya, Orangc. Pendamping lokal : (0) Tidak (1) Ya, Orang
2. Sebutkan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendamping :a. Pelaksanaan sosialisasi (0) Tidak (1) Yab. Bimbingan dan motivasi peningkatan usaha (0) Tidak (1) Yac. Penghitung KUBE dengan pihak lain yang membantu (0) Tidak (1) Yad. Membantu pemecahan masalah dalam usaha KUBE (0) Tidak (1) Yae. Membantu pemasaran (0) Tidak (1) Yaf. Lainnya……………………. (0) Tidak (1) Ya
TERLAKSANANYA KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN SELEKSI
1. Proses menjadi anggota KUBE :(0) Ditunjuk (1) menggantikan orang lain(2) hasil pengguliran (3) hasil identifikasi dan seleksi
2. Apakah ada warga sekitar yang lebih pantas, tetapi belum menjadi anggota KUBE :(0) Tidak (1) Ya
TERSALURKANNYA BANTUAN SOSIAL
1. Jenis dan jumlah santunan hidup yang diperoleh :a. Uang Rp......................b. Barang ...........................
2. Jenis dan jumlah bantuan UEP yg diperoleh :a. Uang Rp......................b. Barang ...........................
3. Apakah jenis bantuan sosial yang diterima :(0) tidak sesuai (1) Kurang sesuai (2) sesuai
F. MANFAAT (OUTCOME)
TERBENTUKNYA KUBE YANG TERORGANISIR DENGAN BAIK
1. Jadwal pertemuan KUBE :(0) Tidak ada (1) Ada, setiap.................... Kali / bulan
2. Kehadiran saudara pada setiap pertemuan : ........................ Kali / bulan
3. Proses pengambilan keputusan dalam setiap pertemuan :(0) oleh petugas pendamping (1) sepenuhnya oleh Ketua KUBE(2) musyawarah mufakat (3) .................................................
4. Kesempatan untuk menyampaikan saran dan pendapat dalam setiap pertemuan KUBE :(0) Tidak pernah menyampaikan pendapat
(1) tidak ada kesempatan untuk menyampaikan pendapat
(2) Menyampaikan pendapat namun tidak dianggap
(3) sangat terbuka untuk menyampaikan pendapat
MENINGKATNYA USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL KELUARGA
1. Jumlah iuran kesetiakawanan sosial yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial :A. Dana kematian Rp.................................B. Dana musibah Rp.................................C. Dana sakit Rp.................................D. Dana penyantunan jompo Rp.................................E. Dana yatim piatu Rp.................................F. Lainnya ........................ Rp.................................
2. Pemanfaatan santunan hidup :A. Pemenuhan pangan (0) Tidak (1) YaB. Perbaikan gizi (0) Tidak (1) YaC. Pemenuhan sandang (0) Tidak (1) YaD. Pendidikan (0) Tidak (1) YaE. Pengobatan (0) Tidak (1) YaF. Perbaikan rumah tinggal (0) Tidak (1) YaG. Lainnya ............................. (0) Tidak (1) Ya
G. DAMPAK (IMPACT)
MENINGKATNYA TARAF KESEJAHTERAAN KELUARGA
1. Status mata pencaharian Sdr antara sebelum dan sesudah menerima bantuan(0) Menurun (1) Tetap (2) Meningkat
No VariabelSebelum Menerima
BantuanSaat ini
1 Jumlah penghasilan Rp.......................Per bulan Rp........................... Per bulan
2Anggota keluarga lainnyayang bekerja
(0) Tidak ada(1) Ada............. orang
(0) Tidak ada
(1) Ada............ orang
3Jumlah penghasilan darianggota lain yang bekerja
Rp..................... Per bulan Rp...................... Per bulan
4Saldo terbanyak dalamtabungan
Rp.................................... Rp........................................
5Kemampuan pemenuhan 1stel pakaian per orang pertahun
(0) setiap anggota tidakpernah membeli(1) Seluruh pakaian hasilpemberian orang lain(2) Pernah membelinamun hanya sebagaianggota(3) Setiap anggota pernahmembeli pakaian baru
(0) setiap anggota tidakpernah membeli / dibelikanpakaian(1) Seluruh pakaian hasilpemberian orang lain(2) Pernah membeli namunhanya sebagian anggota(3) Setiap anggota pernahmembeli pakaian baru
6
Harta termahal yangdimiliki (contoh: Rumah,tanah, motor, ternak,televisi warna, lemari es,lainnya)
...........................................
Sejumlah ………………….
.............................................
Sejumlah ………………….
7Anak usia sekolah yangtidak tamat SLTP (wajibbelajar 9 tahun)
A. Tidak sekolah.........OrangB. Tidak tamat SD.....Orang
C. Tidak tamat SLTP …Org
A. Tidak sekolah....... OrangB. Tidak tamat SD........ OrangC. Tidak tamat SLTP...... orang
8 Bahan lantai rumah
(0) Keramik(1) Semen(2) Kayu(3) Bambu(4) Tanah(5) ............
(0) Keramik
(1) Semen
(2) Kayu
(3) Bambu
(4) Tanah
(5) .............
9 Luas lantai rumah ..................... m2 ....................... m2
10 Kepemilikan MCK (0) Tidak ada(1) Ada
(0) Tidak ada(1) Ada
11 Pemenuhan air bersih
(0) Air kemasan(1) PAM(2) Pompa(3) Sumur(4) Sungai(5) Air hujan
(0) Air kemasan(1) PAM(2) Pompa(3) Sumur(4) Sungai(5) Air hujan
12 Kepemilikan sirkulasi udara (0) Tidak ada(1) Ada
(0) Tidak ada(1) Ada
13Alat penerangan di rumahsdr
(0) PLN(1) Listrik diesel(2) Petromax(3) Lampu minyak(4) ........................
(0) PLN(1) Listrik diesel(2) Petromax(3) Lampu minyak(4) .........................
14 Bahan dinding rumah
(0) dinding bata(1) Kulit kayu(2) Seng(3) Kayu(4) Bambu(5) Rumbia
(0) dinding bata(1) Kulit kayu(2) Seng(3) Kayu(4) Bambu(5) Rumbia
(6) Kardus(7) .....................
(6) Kardus(7) ...............
15Kondisi sanitasi di sekitarrumah
(0) Tidak ada(1) Ada namun kotor(2) Ada dan bersih
(0) Tidak ada(1) Ada namun kotor(2) Ada dan bersih
DAMPAK NEGATIF PELAKSANAAN PROGRAM
1. Sejak penerimaan bantuan, apakah Sdr menemukan terjadinya kondisi berikut :a. Ketergantungan pada bantuan sosial (0) Tidak (1) Yab. Kecemburuan sosial bagi yang tidak dibantu (0) Tidak (1) Yac. Konflik antar penerima bantuan (0) Tidak (1) Yad. Ketidak tepatan jenis bantuan (0) Tidak (1) Yae. Ketidak tepatan sasaran (0) Tidak (1) Yaf. Lainnya .......................... (0) Tidak (1) Ya
F. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN PROGRAM1. Keterampilan dasar yang dimiliki sebelum bergabung dalam KUBE :
(0) Tidak ada (1) Ada, sebutkan keterampilan dasar
2. Tingkat pendidikan terakhir :(0) Tidak sekolah (1) Tidak tamat SD(2) Tamat SD (2) SMP / SLTP(3) PerguruanTinggi
DOKUMENTASI KUBE BINTANG BAKERY
PABRIK ROTI KUBE BINTANG BAKERY
PROSES PRODUKSI PEMBUATAN ROTI
Pengadonan Roti Pembuatan Roti UNYIL
Bahan Pembuatan Roti Manis Isi Kelapa Penggulungan Roti Manis
Roti Manis Siap Di Masukkan Ke Dalam Oven Roti Manis Yang Baru Matang
Roti UNYIL Siap Di Masukkan Ke Dalam Oven Roti Manis Yang Baru Matang
Adonan Roti BUAYA Roti BUAYA Berbentuk Parsel
Pengemasan Roti Manis Pengemasan Roti UNYIL Isi 8
Roti Yang Siap Di Pasarkan Persiapan Mengirim Roti
Pengiriman Roti Pengiriman Roti Di Kopkar
PT. EBARA INDONESIA CIMANGGIS - DEPOK
Salah Satu Display Rak Roti Di Kopkar Rumah Sakit Pasar Rebo
KUJUNGAN PARA PENDAMPING
Kegiatan Kunjungan Pendamping Lokal dan sosial Kegiatan Kunjungan Pendamping Dinas
Kegiatan Kunjungan Perlombaan KUBE Tingkat Nasional Kegiatan Mengadakan Stand
di KALIBATA Acara Kementerian Sosial
Jaga stand KUBE Bintang Bakery di KALIBATA
Acara Kementerian Sosial
Kunjungan TK Dan PAUD Dalam Rangka Pembelajaran Pembuatan Roti
Alat – Alat Pembuatan Roti
Oven Berukuran Sedang
Loyang dan Oven Roti 1 Set Rak Roti
Loyang Roti Meja Produksi
Mixer Berukuran Sedang