nur fajrina-fdk.pdf

162
KELOMPOK USA DI KEL D menemp JURUSAN FAKULTAS UNIVERSITA EVALUASI PROGRAM AHA BERSAMA (KUBE) BINTANG LURAHAN GEDONG, PASAR REBO Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan puh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh NUR FAJRINA NIM : 1111054000009 PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM S ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKA AS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULL JAKARTA 1436 H/ 2015 BAKERY M ASI LAH

Upload: ngomien

Post on 13-Jan-2017

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NUR FAJRINA-FDK.pdf

EVALUASI PROGRAM

KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) BINTANG BAKERY

DI KELURAHAN GEDONG, PASAR REBO

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

menempuh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

NUR FAJRINA

NIM : 1111054000009

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015

EVALUASI PROGRAM

KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) BINTANG BAKERY

DI KELURAHAN GEDONG, PASAR REBO

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

menempuh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

NUR FAJRINA

NIM : 1111054000009

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015

EVALUASI PROGRAM

KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) BINTANG BAKERY

DI KELURAHAN GEDONG, PASAR REBO

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

menempuh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

NUR FAJRINA

NIM : 1111054000009

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015

Page 2: NUR FAJRINA-FDK.pdf
Page 3: NUR FAJRINA-FDK.pdf
Page 4: NUR FAJRINA-FDK.pdf

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakn hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 11 Mei 2015

Nur Fajrina

Page 5: NUR FAJRINA-FDK.pdf

i

ABSTRAK

Nur Fajrina

Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery DiKelurahan Gedong, Pasar Rebo

Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah salah satu media yangdiciptakan untuk membangun kemampuan memecahkan masalah, memenuhikebutuhan dan mengembangkan potensi diri masyarakat miskin, Dimensi sosial-ekonomi menjadi pilar inti dari kegiatan KUBE. Terkait dengan itu, dalamimplementasi program KUBE masih sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,misalnya salah sasaran, tercipta benih-benih fragmentasi sosial, dan belummenyentuh akar permasalahan dan lain sebagainya. Atas dasar asumsi ini, makaperlu dalam setiap program kegiatan diadakan evaluasi guna mengetahuikekurangan dan kelebihan dari program tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancanganmodel evaluatif. Melalui pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis (SystemAnalisis Evaluation Model) yang meliputi: masukan (Inputs), Proses (Process),Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak (Impacts) denganmemfokuskan pada sasaran dan tujuan program KUBE.

Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa: evaluasi program KUBEBintang Bakery terbilang dapat memenuhi sasaran dan tujuan KUBE denganstandarisasi atau panduan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial. Hal initercermin pada indikator input, proses, output, outcomes, dan impacts.Terpenuhinya sasaran KUBE ditentukan oleh proses identifikasi dan seleksi paraanggota dan pengurus KUBE, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar,berkembangnya usaha kelompok. Sedangkan pada tercapainya tujuan programKUBE dapat ditandai oleh: terwujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomimasyarakat miskin dan peningkatkan taraf kesejahteraan sosial.

Salah satu kunci keberhasilan KUBE Bintang Bakery dalam menjalankankegiatan pembuatan roti adalah menerapkan prinsip-prinsip pokok dalampelaksanaan KUBE diantaranya: amanah, professional, produktif, akuntabel,transparan, berbasis masyarakat, konsisten, partisipatif, kemandirian, kemitraan,dan keberlanjutan dalam pengembangan usaha roti.

Page 6: NUR FAJRINA-FDK.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrohim

Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, shalawat serta salam kita curahkan kepada

junjungan NABI kita NABI MUHAMMAD SAW, serta keluarganya, para

sahabatnya. Tanpa izin-mu takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini.

Kau memberikan kesehatan dalam setiap nafasku, Kau memberikan

kemudahan dalam setiap sulitan, Kau memberikan kebahagiaan dalam setiap

tangis ku. Ya Rabb, kekhawatiran ku tak terjadi, karena Kau telah menyelamatkan

ku dalam penyelesaian skripsi ini. kini, akankah ku mampu

mempertanggungjawabkan semuanya.

Penulis menyadari bahwa karya tulus ini jauh dari kategori sempurna,

sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dengan penuh

kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi

perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta introsepeksi diri.

Penulis merasakan bahwa penelitian ini takkan mungkin terwujud kalaulah

tanpa dukungan dari berbagai pihak yang membantu penulis untuk menyelesaikan

penelitian ini dengan baik, untuk itu penulis ingin berucap terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yang dengan tulus memberikan dukungan sepenuhnya,

perhatian yang tiada henti dan setiap saat mendoakan penulis untuk dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

2. Bapak Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi berserta para staff dan jajarannya.

3. Ibu Wati Nilamsari M.Si dan Bapak Hudri M.Ag selaku ketua dan

sekertaris jurusann pengembangan masyarakat islam, beserta jajaran staf

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

4. Bapak Drs. Yusra Kilun, M.Pd. Dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan inspirasi dan meluangkan waktunya serta banyak

Page 7: NUR FAJRINA-FDK.pdf

iii

memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang telah

penulis kerjakan.

5. Bapak/ibu dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah

mendidik penulis, memberikan wawasan dan bimbingan selama mengikuti

perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Jerry Purnomo selaku ketua KUBE Bintang Bakery yang telah

memberikan izin dan memberikan informasi untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Ali dan ibu Yunus selaku Pekerja Sosial Masyarakat dan Pendamping

KUBE kecamatan Pasar Rebo yang telah membantu memberikan

informasi dan saran pada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan dan sahabat setia Syifa Thoyyibah, Iis

Sudiyanti, Siti Nur Aini yang saling memberikan semangat untuk

menyelesaikan penelitian ini.

9. Teman-teman Nur Halimah, Rizka Arfeinia, Fevi Salehah, Budhi

Baihaqqi, Wildan, Mustofa, Farid, Upi, Ozi, dan Beni yang selalu

menemani di kelas.

10. Teman setia Muhammad Munawir yang selalu memberikan motivasi, yang

dengan tulus dan sabar menasehati penulis hingga penelitian ini dapat

diselesaikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya, terimakasih kepada berbagai pihak

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Jakarta, 11 Mei 2015

Nur Fajrina

(1111054000009)

Page 8: NUR FAJRINA-FDK.pdf

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 12

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 13

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 14

E. Metodologi Penelitian ....................................................... 14

F. Tinjauan Pustaka ............................................................... 36

G. Sistematika Penulisan ....................................................... 39

BAB II. TINJAUAN TEORITIS

A. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi ..................................................... 42

2. Model-model Evaluasi.................................................. 44

3. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi ................................... 48

Page 9: NUR FAJRINA-FDK.pdf

v

B. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan ............................................ 48

2. Model Pemberdayaan ................................................... 53

3. Pendekatan Pemmberdayaan ........................................ 54

C. Masyarakat Miskin

1. Pengertian Kemiskinan ................................................ 55

2. Pengertian Masyarakat Miskin .................................... 57

3. Kategori Penduduk Miskin .......................................... 58

4. Potensi Masyarakat Miskin ......................................... 58

D. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

1. Pengertian KUBE ........................................................ 60

2. Struktur Oraganisasi KUBE ........................................ 63

3. Hak dan Kewajiban KUBE .......................................... 64

4. Aspek KUBE ................................................................ 65

5. Tujuan KUBE ............................................................... 67

6. Sasaran KUBE.............................................................. 68

7. Pengelolaan Jenis Usaha KUBE .................................. 68

8. Prinsip Pelaksanaan KUBE ......................................... 69

9. Indikator Keberhasilan KUBE ..................................... 71

BAB III. TEMUAN PENELITIAN

A. Profil Penelitian KUBEBintang Bakery ............................ 74

B. Temuan Lapangan.............................................................. 82

Page 10: NUR FAJRINA-FDK.pdf

vi

BAB IV. ANALISIS TEMUAN PENELITIAN

A. Indikator Masukan (Inputs) .............................................. 107

B. Indikator Proses (Process) ................................................ 112

C. Indikator Keluaran (Output) ............................................. 115

D. Indikator Manfaat (Outcomes) ......................................... 118

E. Indikator Dampak (Impacts) ............................................ 120

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 124

B. Saran .................................................................................. 125

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: NUR FAJRINA-FDK.pdf

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Data dan Sumber Data .................................................................. 21

Tabel 2 : Indikator Evaluasi ......................................................................... 30

Tabel 3 : Aspek-Aspek dan Kriteria Evaluasi ............................................. 31

Tabel 4 : Daftar Harga Roti KUBE Bintang Bakery .................................... 96

Tabel 5 : Kondisi Sebelum Dan Sesudah Mendapatkan Bantuan ................ 98

Tabel 6 : Inventaris KUBE Bintang Bakery................................................. 100

Page 12: NUR FAJRINA-FDK.pdf

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Kepengurusan KUBE.................................................... 80

Page 13: NUR FAJRINA-FDK.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di

tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-negara berkembang.

Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para

akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun

terus-menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan “misteri” kemiskinan

ini. Di Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang

senantiasa relevan untuk dikaji terus-menerus. Ini bukan saja karena masalah

kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat

ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan

krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh Bangsa Indonesia.1

Masalah kemiskinan merupakan persoalan klasik yang hingga saat ini

masih menjadi problem utama, terutama di negara-negara berkembang,

termasuk Indonesia. Penanganan kemiskinan kemudian menjadi suatu upaya

yang mendapatkan perhatian banyak pihak. Hal ini melahirkan sejumlah teori

atau pandangan, dan pendekatan yang kemudian mempengaruhi kebijakan

yang berbeda-beda. Pandangan konvensional menyebutkan kemiskinan

sebagai kekurangan modal dan menganggap masyarakat miskin sebagai objek

1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 131

Page 14: NUR FAJRINA-FDK.pdf

2

yang tidak memiliki informasi dan pilihan, sehingga tidak perlu terlibat dalam

pengambilan keputusan kebijakan publik. Padahal, pemecahan masalah

kemiskinan perlu didasarkan pada pemahaman suara masyarakat miskin itu

sendiri dan adanya pengakuan pemenuhan dan perlindungan terhadap hak-hak

dasar masyarakat miskin, yaitu hak sosial, ekonomi, dan politik.

Saat ini Indonesia dihadapkan dengan populasi penduduk miskin yang

masih cukup besar. Berdasarkan data, BPS pada bulan maret tahun 2014

mencatat penduduk miskin sebanyak 28,28 juta jiwa atau 11,25% dari jumlah

total penduduk Indonesia. Dari jumlah penduduk miskin tersebut sebanyak

10,51 juta jiwa berada di perkotaan dan 17,77 juta jiwa di pedesaan.

Walaupun jumlah populasi kemiskinan di pedesaan lebih sedikit dibanding di

perkotaan, akan tetapi permasalahannya jauh lebih kompleks. Perbedaan

kompleksitas permasalahan kemiskinan di perkotaan dikarenakan tidak saja

menyangkut permasalahan pekerjaan, pendapatan, perumahan, akan tetapi

berkait pula dengan permasalahan sosial lain yang bersifat pathologis seperti

ketunaan sosial, kerentanan terhadap kriminalitas dan tindak kekerasan,

penyalah gunaan narkoba, dan kadang mudah dieksploitasi untuk

kepentingan-kepentingan tertentu. Oleh karena itu kemiskinan di kota kadang

Page 15: NUR FAJRINA-FDK.pdf

3

dikatakan miskin “plus”, yaitu selain miskin mereka juga tak jarang menjadi

penyandang masalah sosial lain yang bersifat pathologis.2

Di dalam buku Edi Suharto yang berjudul Membangun Masyarakat

Pemberdayaan Rakyat, Ellis menyatakan bahwa dimensi kemiskinan

menyangkut aspek ekonomi, politik, dan sosial-psikologis. Secara ekonomi,

kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan

sekelompok orang. Sumberdaya dalam konteks ini menyangkut tidak hanya

aspek finansial, melainkan pula sejenis kekayaan (wealth) yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Berdasarkan konsep

ini, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan

persediaan sumberdaya yang dimiliki melalui penggunaan standar baku yang

dikenal dengan garis kemiskinan. Cara seperti ini sering disebut dengan

metode pengukuran kemiskinan absolut. Garis kemiskinan yang digunakan

BPS sebesar 2,100 kalori per orang per hari yang disertakan dengan

pendapatan tertentu.

Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi ekonomi,

khususnya pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan kentungan-

keuntungan non-material yang diterima oleh seseorang. Namun demikian

2 Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Jakarta:Kementrian Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penggulangan Kemiskinan, 2011), h.9-10

Page 16: NUR FAJRINA-FDK.pdf

4

secara luas kemiskinan juga kerap didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai

oleh serba kekurangan: kekurangan pendidikan, keadaan kesehatan yang

buruk, dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Definisi kemiskinan dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar

seperti yang diterapkan oleh Depsos, terutama dalam mendefinisikan fakir

miskin. Kemiskinan adalah ketidak mampuan individu dalam memenuhi

kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Secara politik, kemiskinan dapat

dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan. Kekuasaan dalam pengertian ini

mencakup tatanan sistem poitik yang dapat menentukan kemampuan

sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumberdaya.

Di dalam konteks politik, Friedman mendefinisikan kemiskinan dalam

kaitannya dengan ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis

kekuasaan sosial yang meliputi: (a) modal produktif atau asset (tanah,

perumahan, alat produksi, kesehatan), (b) sumber keuangan (pekerjaan,

kredit), (c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai

kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial), (d) jaringan

sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa, (e) pengetahuan dan

keterampilan, (i) informasi yang berguna untuk kemajuan hidup. Sedangkan

kemiskinan secara sosial-psikologis menunjuk pada kekurangan jaringan dan

Page 17: NUR FAJRINA-FDK.pdf

5

struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan

peningkatan produktivitas.3

Pemerintah Indonesia mendefinisikan masyarakat miskin sebagai

individu yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai

sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak

bagi kemanusiaan. Jadi warga miskin dicirikan dengan ketidakmampuan

dalam memenuhi kebutuhan pokok yang layak, mempunyai mata pencaharian

tetapi tidak mencukupi bagi kebutuhan dasarnya.4

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial

yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai

oleh pengangguran, keterbelakangan, dan tidak keberdayaan. Oleh karena itu,

pengurangan kemiskinan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan

pembangunan kesejahteraan sosial. Kita menyadari, dewasa ini telah terjadi

perubahan fundamental terhadap paradigma pemberdayaan masyarakat

miskin, yaitu menjadi suatu gerakan kesetiakawanan sosial nasional yang

inisiatifnya muncul dari masyarakat dengan fokus subjek pada aspek manusia.

Pemberdayaan masyarakat miskin khususya fakir miskin merupakan

salah satu upaya strategis nasional dalam mewujudkan sistem ekonomi

3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial, h. 133-135

4 Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, h. 20

Page 18: NUR FAJRINA-FDK.pdf

6

kerakyatan yang berkeadilan sosial dan melindungi hak asasi manusia

terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam

implementasinya pemerintah memiliki komitmen dalam penanganan

kemiskinan yang telah dituangkan dalam Peraturan Presiden No.54 Tahun

2005, tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; dengan tujuan

meningkatkan kerjasama, dukungan dan sinergi semua pihak baik sektor,

pemerintah daerah, masyarakat maupun dunia usaha dalam menanggulangi

masalah kemiskinan.5

Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan didefinisikan

sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil

keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri

mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan

tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk

menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya dari

lingkungannya. Sementara itu Ife memberikan batasan pemberdayaan sebagai

upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan,

dan keterampilan untuk meningkatan kemampuan mereka menentukan masa

depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan

komunitas mereka.

5 Sulistiati, dkk., Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: DirektoratJenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2008), h. 1

Page 19: NUR FAJRINA-FDK.pdf

7

Dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk

mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah

maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam

proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan program pembangunan.

Sejalan dengan pemikiran itu, Kusnaka mengemukakan, dalam konsep

pemberdayaan, masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi

rakyat, tetapi meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga

dirinya, serta terpeliharanya tatanan budaya setempat. Pemberdayaan sebagai

konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang berpusat

pada rakyat, tidak saja membutuhkan dan mengembangkan nilai tambah

ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya.

Pemberdayaan masyarakat dalam perspektif pekerja sosial, Dubois dan

Miley memberikan pedoman, yaitu (a) membangun relasi pertolongan yang

merefleksikan respon empati, menghargai pilihan dan hak klien dalam

menentukan nasibnya sendiri, menghargai perbedaan dan keunikan individu,

dan menekankan kerjasama klien; (b) membangun komunikasi yang

menghormati martabat dan harga diri klien, mempertimbangkan keagaman

individu, berfokus pada klien, dan menjaga kerahasiaan klien; (c) terlibat

dalam pemecahan masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam semua

aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien, merangkai

tantangan melalui ketatanan terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam

Page 20: NUR FAJRINA-FDK.pdf

8

pengembangan professional, riset, dan perumusan kebijakan, penerjemahan

kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, dan penghapusan segala

bentuk diskriminasi dan ketidak setaraan kesempatan, tantangan sebagai

kesempatan belajar, dan melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan

evaluasi; (d) merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial.6

Dari berbagai rumusan konsep pemberdayaan yang telah dipaparkan di

atas, meskipun rumusan konsep pemberdayaan masyarakat berbeda-beda

antar para ahli, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan

adalah sebagai suatu upaya berencana yang dirancang untuk mengubah atau

melakukan pembaharuan pada suatu komunitas atau masyarakat dari kondisi

ketidak berdayaan menjadi berdaya dengan menitik beratkan pada partisipasi

dan kemandirian. Dengan demikian mereka diharapkan mempunyai kesadaran

dan kekuasaan penuh dalam menentukan masa depannya untuk terwujudnya

kesejahteraan sosial.

Terkait dengan itu, pemerintah telah merancang berbagai program

penanganan kemiskinan, baik secara nasional maupun sektoral. Saat ini

Kemensos telah meluncurkan berbagai program yang ditunjukkan meyentuh

langsung kebutuhan masyarakat miskin. Ada program yang dirancang untuk

perorangan yang diserahkan pada kepala keluarga (KK) seperti pembangunan

Rumah Layak Huni (RLH), Usaha Ekonomi Produktif (UEP), dan program

6 B. Mujiyadi, dkk., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: PuslitbangKesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- Departemen Sosial Ri, 2007), h. 11-12

Page 21: NUR FAJRINA-FDK.pdf

9

Keluarga Harapan (PKH). Ada program yang di-setting untuk

diimplementasikan secara berkelompok seperti Kelompok Usaha Bersama

(KUBE). Inti dari program-program tersebut adalah bagaimana memutus

rantai kemiskinan dengan mengoptimalkan kemampuan diri sendiri.

Masyarakat miskin penerima bantuan diberdayakan untuk mengubah nasibnya

melalui kegiatan-kegiatan yang bernilai produktif. Mereka diberi pelatihan

dan pendampingan, serta modal untuk bisa berdikari.7

Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah salah satu media

yang diciptakan untuk membangun kemampuan memecahkan masalah,

memenuhi kebutuhan dan mengembangkan potensi diri masyarakat miskin,

dimensi sosial-ekonomi menjadi pilar inti dari kegiatan KUBE. Secara sosial

upaya penggabungan masyarakat miskin dalam kelompok usaha bersama

memungkinkan mereka untuk berinteraksi sosial yang positif dan demokratis.

KUBE mampu menjadi media yang meningkatkan kemampuan

berkomunikasi, menyelesaikan masalah-masalah personal dan kelompok

secara timbal balik, sehingga pada akhirnya meningkatkan harkat dan

martabat kemanusiaan mereka. Secara ekonomi, aktivitas usaha yang

dilakukan dalam kelompok memberi kekuatan untuk mengembangkan usaha,

mengimpun kekuatan modal, kemampuan bersaing, membangun jejaring

7 SOCIETA, “Desaku Menanti”, SOCIETA Majalah Inspiratif Berwawasan KesejahteraanSosial, Edisi III/ 2014, h. 22-23

Page 22: NUR FAJRINA-FDK.pdf

10

usaha, membuka peluang mengakses sumber-sumber ekonomi dan

menciptakan kegiatan ekonomi yang demokratis.8

Kelompok Usaha Bersama merupakan satu upaya untuk meningkatkan

taraf kehidupan masyarakat miskin di perkotaan maupun di pedesaan.

Kegiatannya dapat bermacam-macam usaha yang sifatnya sederhana dan

dimulai secara kecil-kecilan tapi harus mantap dan terus menerus, seperti

usaha berternak ayam, perikanan tawar, kebun sayur-sayuran, perbengkelan,

kios kebutuhan harian, kerajinan atau anyaman dan sebagainya.

Tujuan KUBE adalah mempercepat penghapusan kemiskinan, melalui:

(1) peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama

dalam kelompok, (2) peningkatan pendapatan, (3) pengembangan usaha, (4)

peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota kube

dan dengan masyarakat sekitar. Bentuk keterampilan KUBE adalah pelatihan

keterampilan berusaha, pemberian bantuan stimultan sabagai modal kerja atau

berusaha dan pendampingan.9

Terkait dengan itu, dalam implementasi program KUBE masih sering

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya salah sasaran, tercipta benih-

benih fragmentasi sosial, dan belum menyentuh akar permasalahan dan lain

8 RB. Khatib Pahlawan Kayo, Kube Sebagai Wahana Intervensi Komunitas Dalam Praktekdan Pekerja Sosial ( Padang: BBPPKS Padang, 2008), h. 2

9 Haryati Roebyantho, dkk.,Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE (Jakarta: P3KS Press, 2011). h. 7

Page 23: NUR FAJRINA-FDK.pdf

11

sebagainya. Atas dasar asumsi ini, maka perlu dalam setiap program kegiatan

diadakan evaluasi guna mengetahui kekurangan dan kelebihan dari program

tersebut.

Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segaala macam

program, agar dapat di ketahui secara jelas apakah sasaran-sasaran yang dituju

sudah dapat tercapai. Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus, tidak perlu

menunggu selesainya hasil akhir. Hal ini didasarkan pada pertimbangaan jika

hanya dilakukan pada akhir kegiatan, maka kesalahan-kesalahan dan

kekurangan-kekurangan pada proses pelaksanaan kegiatan makin lama

menjadi besar dan makin berat perbaikannya. Oleh karena itu melalui evaluasi

terhadap setiap kekurangan dari yang kecil ini akan lebih mudah

pemecahannya dan tidak akan mengganggu kelancaran proses dan tahapan

kegiatan berikutnya.10

Salah satu program KUBE yang terdapat di wilayah Jakarta Timur,

Kecamatan Pasar Rebo yang terus berjalan hingga saat ini adalah KUBE

Bintang Bakery. KUBE Bintang Bakery merupakan salah satu KUBE yang

berprestasi di wilayah Jakarta Timur. KUBE Bintang Bakery bergerak dalam

bidang usaha pembuatan aneka roti, yang berdirikan sejak tahun 2009. Lokasi

KUBE Bintang Bakery berada di wilayah Jakarta Timur, Kecamatan Pasar

Rebo, Kelurahan Gedong, jalan Kesehatan Rt 006/011. Pada wilayah tersebut

10 Sulistiati, dkk., Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin, h. 55

Page 24: NUR FAJRINA-FDK.pdf

12

terdapat program KUBE yang mana program ini bertujuan untuk penghapusan

kemiskinan di perkotaan. Program KUBE merupakan upaya untuk

meningkatkan kualitas hidup dalam kesejahteraan masyarakat miskin.

Keterbatasan sumber-sumber dan anggaran pada program KUBE,

mengharuskan pelaksanaan program mencapai target fungsional secara

optimal. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan program mencapai sasaran

dan tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu penulis terdorong untuk

melakukan penelitian dengan kajian ilmiah dan sekaligus dijadikan sebagai

pembahasan skripsi dengan judul: Evaluasi Program Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Fokus Masalah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam latar belakang

masalah, bahwa begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian Evaluasi

Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Di Kelurahan Gedong,

Pasar Rebo. Hal ini dikarenakan pada wilayah tersebut terdapat program

KUBE yang dijalankan oleh masyarakat sekitar. Kelompok usaha

bersama tersebut bernama Bintang Bakery yang bergerak dalam bidang

usaha pembuatan roti. Program KUBE merupakan upaya untuk

meningkatkan kualitas hidup dalam kesejahteraan masyarakat. Untuk

memastikan bahwa pelaksanaan program mencapai sasaran dan tujuan

Page 25: NUR FAJRINA-FDK.pdf

13

yang direncanakan. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini, penulis akan

membahas tentang Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo.

2. Perumusan Masalah

Pada perumusan masalah peneliti akan melakukan penelitian

terkaitan dengan Evaluasi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Bintang Bakery di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo. Berdasarkan

permasalahan yang ada dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah proses pelaksanaan mau pun kinerja pelaku program KUBE

Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan

Gedong sudah sesuai dengan standarisasi sasaran dan tujuan yang ada?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui ketercapaian target atau tujuan dari program KUBE

Bintang Bakery dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan

Gedong.

2. Untuk mengetahui ketepatan sasaran program KUBE Bintang Bakery

dalam bidang usaha pembuatan roti di Kelurahan Gedong.

Page 26: NUR FAJRINA-FDK.pdf

14

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan evaluasi

bagi kelompok usaha bersama (KUBE) Bintang Bakery dalam bidang

usaha pembuatan aneka roti, dan juga menjadi tambahan referensi bagi

pembaca, terutama yang berkaitan dengan Program pemberdayaan

masyarakat miskin melalui kelompok usaha bersama (KUBE).

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan

dan pengetahuan tentang program pemberdayaan masyarakat miskin, baik

bagi para pembaca atau praktisi pemberdayaan masyarakat, yang

berkaitan dengan evaluasi program pemberdayaan masyarakat dalam

penanggulangan kemiskinan. Dan juga Hasil penelitian ini sangat

diharapkan dapat menjadi rujukan maupun tambahan referensi dalam

studi yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.

E. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pada penulisan skripsi ini penulis melakukan penelitian

menggunakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami seseorang misalnya

Page 27: NUR FAJRINA-FDK.pdf

15

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.11

Berdasarkan definisi tersebut, penulis melakukan penelitian dengan

menguraikan fakta-fakta yang terjadi secara alamiah dengan

menggambarkannya secara rinci tentang proses pelaksanaan maupun

kinerja pelaku program KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha

pembuatan roti di Kelurahan Gedong, kemudian evaluasi program atau

pencapaian pada program KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha

pembuatan aneka roti di Kelurahan Gedong, serta faktor apa saja yang

menjadi penghambat bagi KUBE Bintang Bakery dalam bidang usaha

pembuatan roti di Kelurahan Gedong.

2. Macam dan Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data tersebut di peroleh.12

Bila dilihat sumbernya dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian, yaitu:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek

risetnya. Data primer dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah dengan cara

11 Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2014), Cet. Ke-32, h. 6

12 Suhaimi Arkanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. RinekaCipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 129

Page 28: NUR FAJRINA-FDK.pdf

16

wawancara dengan pengurus dan anggota KUBE yang terdiri dari

ketua KUBE Bintang Bakery, sekretaris dan bendahara KUBE Bintang

Bakery, dan 7 orang anggota KUBE Bintang Bakery.

b. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber

informasi baik secara langsung dan tidak langsung, seperti catatan-

catatan atau dokumenn seperti modul pembentukan dan pengelolaan

KUBE, pedoman pelaksanaan, majalah, internet, dan dokumentasi

yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data. Penulis menganggap teknik yang penulis

lakukan adalah teknik pengumpulan data kulaitatif, yaitu berupa

pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan gambar.

Dimana dalam pelaksanaannya penulis melakukan teknik pengumpulan

data melalui:

a. Observasi

Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan

“memperlihatkan”.13Observasi merupakan salah satu cara penelitian

pada ilmu-ilmu sosial, cara ini dapat dilakukan oleh individu

dengan menggunakan mata sebagai alat untuk melihat data serta

menilai lingkungan yang diteliti. Teknik observasi juga

memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat

13 Ardi Tristiardi, Observasi dan Wawancara (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), h.1

Page 29: NUR FAJRINA-FDK.pdf

17

perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan

sebenaarnya. Di dalam pengamatan memungkinkan peneliti

mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan

pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung

diperoleh dari data.14

Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung,

mengamati dan mendengarkan dalam mencari dan memahami

proses pemberdayaan masyarakat miskin melalui program

kelompok usaha bersama (KUBE) dalam bidang usaha pembuatan

roti di Kelurahan Gedong, serta melihat apakah program tersebut

sudah tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan

pemerintah atau belum.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan

tanya jawab yang dilakukan oleh dua pihak, maka harus adanya

pewawancara dan terwawancara. Dalam wawancara yang dilakukaan

peneliti untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan

pertanyaan seperti bagaimana perencanaan program pemberdayaan

melalui KUBE, bagai mana tahapan pelaksanaan atau proses

pemberdayaan melalui KUBE, dan sebagainya. Adapun pedoman

wawancara yang peneliti gunakan yakni, memalui kuesioner dengan

14 Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet. Ke-32, h. 174

Page 30: NUR FAJRINA-FDK.pdf

18

panduan standarisasi monitoring dan evaluasi KUBE (Kelompok

Usaha Bersama).15

c. Studi Dokumen

Penulis dalam mencari data-data baik yang tertulis di buku,

jurnal, dan yang lainnya menggunakan teknik yang dilakukan dengan

cara mempeajari bahan-bahan yang tertulis yang berhubungan dengan

masalah penelitian dalam mengambil data atau informasi.

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data, peneliti menginterprestasikan catatan

lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Data yang ada akan

dianalisis dengan cara reduksi. Reduksi yaitu menganalisia sesuatu secara

keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari

proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana. Tujuan

terpenting dari reduksi data ialah untuk mengidentifikasikan tema utama

yang diteliti dengan memberikan kategori pada informasi yang telah

dikumpulkan. Seperti yang dijelaskan Patton dalam buku Lexy J.

Maleong, mengatakan bahwa dalam menganalisa data adalah dengan

15 Harry Hikmat, dkk., Panduan Standarisasi Monitoring dan Evaluasi ProgramPemberdayaan Fakir Miskin (Departemen Sosial RI, 2005), h. 74

Page 31: NUR FAJRINA-FDK.pdf

19

proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam pola,

kategori, dan satuan uraian dasar. 16

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti mengelompokkan

data-data melalui 5 indikator, diantaranya: indikator input, indikator

proses, indikator output, indikator outcome, dan indikator impact. Yang

mana dari 5 indikator tersebut akan menjelaskan penelitian evaluasi

program KUBE di Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo.

5. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Burhan Bungin dalam bukunya penelitian kualitatif mengatakan

bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi

persoalan dalam pengujian keabsahan hasil penelitian. Bayak hasil

penelitian kualiatif diragukan keberadaannya karena beberapa hal: (1)

Subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian

kualitatif, (2) alat peneliti yang akan diandalkan adalah wawancara dan

observasi (adapun bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika

dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, (3) sumber data

kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi

penelitian.17 Oleh sebab itu, hendaknya seperti yang dijelaskan oleh Lexy

16 Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet. Ke-32, h. 10317 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu

Sosial lainnya (Jakarta: Kencana, 2009) Cet Ke-3. h. 253

Page 32: NUR FAJRINA-FDK.pdf

20

J.Moleong dalam bukunya Metodelogi Kualitatif, dalam menentukan

keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Teknik triangulasi

yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu

dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan

orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3)

membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan,

(5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil

pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau

Page 33: NUR FAJRINA-FDK.pdf

21

pemikiran. Yang penting di sini ialah bisa mengetahui alasan-alasan

terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.18

6. Data dan Sumber Data

Tabel 1 Data dan Sumber Data

Komponen Aspek IndikatorSumber

Data

Instrumen

Pengumpul

Data

Input

Ketersediaan

dana

Ketersediaan

SDM dan

pendamping

Permodalan

Jumlah SDM

Jumlah

pendamping

Bendahara

Ketua

KUBE

Pedoman

wawancara

Buku

keuangan

Pedoman

Wawancara

18 Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet. Ke-32, h. 330-331

Page 34: NUR FAJRINA-FDK.pdf

22

Ketersediaan

informasi

masyarakat

miskin

Ketersediaan

bantuan

modal usaha

Ketersediaan

Panduan

Teknis

Pemilihan

masyarakat miskin

- Proses

penerimaan

bantuan

- Penerimaan

bantuan tahun

2009

- Penerimaan

bantuan tahun

2012

- Kebijakan dan

program

pemberdayaan

masyarakat

miskin.

Anggota

KUBE

Ketua

KUBE

Ketua

KUBE

Pedoman

Wawancara

Pedoman

Wawancara

Pedoman

Wawancara

Page 35: NUR FAJRINA-FDK.pdf

23

- Mekanismen

dan prosedur

- Administrasi

- Pengembangan

usaha

Modul

sosialisasi

program

Proses

Proses

sosialisasi

dan pelatihan

KUBE

Pelatihan-

Pelatihan

yang

mendukung

- Keikutsertaan

sosialisasi

program

- Pemahaman

materi

- Kesesuaian

materi yang

disampaikan

Jenis pelatihan

Ketua

KUBE

Anggota

KUBE

Pedoman

Wawancara

Modul

sosialisasi

program

Pedoman

wawancara

Page 36: NUR FAJRINA-FDK.pdf

24

Proses

Jenis Usaha

yang

dikembangkan

Bantuan yang

Diberikan

sudah relevan

atau belum

Usaha yang

sifatnya mingguan,

bulanan, atau

tahunan

- Bantuan dana

tahun 2009

- Bantuan dana

tahun 2012

Anggota

KUBE

Ketua

KUBE

Pedoman

wawancara

Pedoman

wawancara

Output

Terlaksananya

sosialisasi

program

- Keikutsertaan

sosialisasi

program

- Pemahaman

materi

- Kesesuaian

materi yang

disampaikan

Ketua

KUBE

Pedoman

Wawancara

Modul

sosialisasi

program

Page 37: NUR FAJRINA-FDK.pdf

25

Output

Terlaksananya

pendampingan

sosial

Terlaksananya

identifikasi

dan seleksi

Terlaksananya

bantuan sosial

- Jumlah

pendamping

- Kegiatan yang

dilakukan

- Informasi hasil

dan seleksi

anggota dan

pengurus

KUBE

- Bantuan yang

diberikan

untuk kegiatan

sosial

Skretaris

KUBE

Ketua

KUBE

Anggota

KUBE

Pengurus

KUBE

Anggota

KUBE

Pedoman

wawancara

Dokumenta

si

Pedoman

wawancara

Pedoman

Wawancara

Dokumenta

si

Page 38: NUR FAJRINA-FDK.pdf

26

Outcome

KUBE yang

terorganisir

dengan baik

- Struktur

organisasi

- Penempatan

pengurus

KUBE

- Pembagian

tugas dan

tanggung

jawab

- Kegiatan

pembukuan

- Jadwal

pertemuan

KUBE

- Proses

pengambilan

keputusan

- Penyusunan

rencana

program

Ketua

KUBE

Skretaris

KUBE

Bendahara

KUBE

Pedoman

wawancara

Pembukuan

KUBE

Page 39: NUR FAJRINA-FDK.pdf

27

Outcome

Peningkatan

produktifitas

Pendayagunaan

potensi lokal

- Skretariatan

- Modal usaha

- Jenis usaha

- Nilai rata-rata

produksi

- Nilai

penjualan

- Area

pemasaran

- Keuntungan

- Kerugian

- Tabungan

- Anggota

- Tenaga

- Bahan baku

- Peralatan

Ketua

KUBE

Skretaris

KUBE

Bendahara

KUBE

Ketua

KUBE

Pedoman

wawancara

Pembukuan

KUBE

Pedoman

wawancara

Page 40: NUR FAJRINA-FDK.pdf

28

Penempatan

iuran

kesetiakawan

-an sosial

Kegiatan sosial Pengurus

KUBE

Anggota

KUBE

Pedoman

wawancara

Dokumentasi

Impact

Dampak

positif

Dampak

negatif

- peningkatan

taraf

kesejahteraan

- kondisi setelah

menerima

bantuan

Pengurus

KUBE

Anggota

KUBE

Pedoman

wawancara

Page 41: NUR FAJRINA-FDK.pdf

29

7. Model Evaluasi

Rancangan penelitian ini adalah evaluatif, yang menggunakan

pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation

Model) yang meliputi: masukan (Inputs), proses (Process), keluaran

(Output), manfaat (Outcomes), dan dampak (Impacts). Setiap program

mempunyai tujuan program, yaitu apa yang akan dicapai dengan

dirancang dan dilaksanakan program. Dalam program sosial tujuan

program adalah menciptakan perubahan sosial dengan melakukan

intervensi sosial.19

Kinerja yang diharapkan dari pelaksanaan suatu program atau

kegiatan harus dengan jelas ditetapkan indikatornya. Sejak tahap pertama

harus disertai dengan identifikasi indikator dan sasaran kinerja yang

tersusun secara jelas dan tepat. Dalam penyusunan indikator diperlukan

pemahaman yang baik tentang program kegiatan, tujuannya, sumber daya

yang tersedia, ruang lingkup, kegiatan, dan lain sebagainya.

Untuk memudahkan dalam membaca indikator evaluasi program

kelompok usaha bersama (KUBE) di Kelurahan Peayon Kecamatan Pasar

Rebo, maka penulis menggunakan tabel-tabel indikator evaluasi. Yang

19 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh Aplikasi EvaluasiProgram: Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program Nasional PemberdayaanMasyarakat(PNPM) Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, Dan Buku Teks (Jakarta: RajawaliPress, 2011), h. 109

Page 42: NUR FAJRINA-FDK.pdf

30

mana tabel tersebut akan menguraikan bagian-bagian dalam evaluasi

program.

Tabel 2 Indikator Evaluasi

Input Proses Output Outcome Impact

Ketersedian

dana

Proses

sosialisasi dan

pelatihan

KUBE

Terlaksananya

sosialisasi

program

KUBE yang

terorganisir

dengan baik

Dampak

positif

Ketersedian

SDM dan

pendamping

Pelatihan-

pelatihan yang

mendukung

Terlaksananya

pendampingan

sosial

Meningkatnya

produktifitas

Dampak

negatif

Ketersedian

informasi

masyarakat

miskin

Jenis usaha

yang

dikembangkan

KUBE

Terlaksananya

identifikasi dan

seleksi

Pendayagunaan

potensi lokal

Ketersedian

bantuan modal

usaha

Bantuan yang

diberikan sudah

relevan atau

belum

Terlaksananya

bantuan social

Pemanfaatan

Iuran

Kesetiakawanan

Sosial

Page 43: NUR FAJRINA-FDK.pdf

31

Ketersedian

panduan teknis

Tabel 3 Aspek-Aspek dan Kriteria Evaluasi

Objek Penelitian Aspek yang Dievaluasi Kriteria Keberhasilan

Tujuan Program KUBE

- Peningkatan taraf

kesejahteraan sosial

melalui usaha

ekonomi

- Meningkatkan

prinsip gotong

royong

- Meningkatkan

prinsip koperasi

- Mampu menyisihkan

hasil usaha untuk

ditabung

- Terbinanya kegiatan

UBE

- Tercapainya

peningkatan taraf

kesejahteraan sosial

melalui usaha

ekonomi

- Adanya prinsip

gotong-royong

- Adanya tabungan dari

masing-masing

pengurus maupun

anggota

- Terciptanya kegiatan

KUBE yang

berkelanjutan

Page 44: NUR FAJRINA-FDK.pdf

32

Sasaran Program KUBE

- Mereka yang

memiliki keterbatasan

finansial

- Terpenuhinya

penemuhan

kebutuhan dasar

- Berkembangnya

usaha kelompok

- Mewujudkan

kemandirian usaha

sosial ekonomi

- Tepatnya sasaran

program KUBE

kepada mereka yang

memiliki

keterbatasan finansial

- Meningkatnya

kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan

dasar (sandang,

pangan, papan)

- Adanya

perkembangan usaha

kelompok melalui

kemampuan dan

keterampilan dalam

KUBE

Page 45: NUR FAJRINA-FDK.pdf

33

a. Indikator Masukan (Inputs)

Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi

sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator

input mengukur jumlah sumber daya seperti: keterdiaan dana,

ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi masyarakat

miskin, ketersediaan bantuan modal usaha, dan ketersediaan panduan

teknis.

b. Indikator Proses (Process)

Indikator proses memfokuskan pada pelaksanaan program dan

sering menyediakan informasi mengenai kemungkinan program

diperbaiki. Evaluasi ini merupakan evaluasi formatif yang berupaya

mencari jawaban atas pertanyaaan sebagai berikut: Bagaimana proses

sosialisasi dan pelatihan KUBE dilaksanakan?, Adakah pelatihan-

pelatihan yang mendukung perkembangan usaha KUBE?, Jenis usaha

apa yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery?, Apakah

bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang di

tekuni oleh KUBE Bintang Bakery?, indikator proses merupakan

katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

c. Indikator Keluaran (Output)

Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang

dihasilkan oleh suatu program. Dengan membandingkan keluaran dan

Page 46: NUR FAJRINA-FDK.pdf

34

sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan

pelaksanaan dan pencapaian program kegiatan tersebut sesuai dengan

rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai

kemajuan sesuatu program kegiatan apabila indikator ini dikaitkan

dengan sasaran program kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan

terukur.

Indikator keluaran lebih menitikberatkan pada hasil fisik yang

dicapai, seperti: (a) terlaksananya sosialisasi program, materi apa saja

yang disampaikan. (b) terlaksananya pendampingan sosial, meliputi:

jumlah tenaga pendamping. (c) terlaksananya identifikasi dan seleksi.

(d) terlaksananya bantuan sosial, meliputi: terbentuknya KUBE,

jumlah satuan hidup berupa uang yang diberikan, barang yang

diberikan.

d. Indikator Manfaat (Outcomes)

Dalam program kegiatan sosial, indikator ini sangat penting

untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Untuk mengetahui

manfaat yang dihasilkan program kegiatan, perlu disusun indikator

manfaat yang mencerminkan berfungsinya keluaran program tersebut.

Contoh indikator manfaat yaitu: terbentuknya KUBE yang terorganisir

dengan baik, meningkatnya produktifitas dengan usaha KUBE,

Page 47: NUR FAJRINA-FDK.pdf

35

pendayagunaan potensi lokal, pemanfaatan iuran kesetiakawanan

sosial.

e. Indikator Dampak (Impacts)

Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka

panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik dampak positif

maupun dampak negatif. Indikator ini dapat diketahui, jika

pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang

cukup lama dan setelah proyek tersebut selesai dilaksanakan. Sebagai

contoh, program kegiatan KUBE telah berdampak positif pada

peningkatan taraf hidup kesejahteraan masyarakat. Tetapi terdapat

dampak negatif berupa ketergantungan dari masyarakat terhadap

bantuan mosal dari pemerintah.

6. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Timur,

tepatnya di Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan Gedong, Jalan Kesehatan

Rt 006/ Rw 011. Di pilihnya wilayah Kelurahan Gedong di karenakan

wilayah tersebut terdapat program KUBE aktif dan berprestasi dimana

kegiatan KUBE tersebut masih berjalan sampai saat ini dan terus

mengembangkan usahanya di dalam bidang usaha pembuatan roti.

Page 48: NUR FAJRINA-FDK.pdf

36

Sedangkan waktu penelitiannya, terhitung mulai dari bulan Januari 2015

sampai bulan Mei 2015.

7. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini dilakukan sesuai dengan buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi”, yang diterbitkan

oleh UIN Jakarta Press Tahun 2010.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa karya

ilmiah yang membahas tentang program pemberdayaan masyarakat miskin

yang peneliti temukan, yang pembahasannya hampir atau menyerupai dengan

judul penelitian yang peneliti angkat. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-

hal yang tidak diinginkan seperti ‘menduplikat’ hasil karya orang lain, maka

peneliti sangat perlu untuk mempertegas perbedaan antara masing-masing

judul dan masalah yang dibahas dari beberapa skripsi yang telah dibahas

sebelumnya. Setelah melakukan suatu kajian kepustakaan, adapun beberapa

judul diantaranya sebagai berikut:

Judul Skripsi : Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset

Anggotanya Di Kampung Melayu Kabupaten Tanggerang”

Page 49: NUR FAJRINA-FDK.pdf

37

Penulis : Siti Dawiyah, mahasiswa program studi Kesejahteraan

Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun2011.

Isi Pokok : Dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang evaluasi yang

dilakukan dengan mengukur dampak langsung yang terjadi

pada keadaan anggota sebelum dan setelah mengikuti program

KUBE Teluk Amanah usaha konveksi dalam bentuk asset

yang nyata (tangible) maupun asset yang tidak nyata

(intangible) serta menjelaskan dampak apa saja yang

dihasilkan dengan adanya program KUBE Teluk Amanah. Di

dalam penelitiannya yang menjadi pokok penelitian adalah

peningkatan asset yang dimiliki oleh KUBE Teluk Amanah

baik asset yang nyata maupun yang tidak nyata.

Judul Skripsi : Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama

Dalam pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Lebak Wangi

Kecamatan Sepatan Timur Tanggerang

Penulis : Fazra Raissa Wulandari, mahasiswa program studi

Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011.

Page 50: NUR FAJRINA-FDK.pdf

38

Isi Pokok : Dalam skripsi tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan

bagaimana pekerja sosial masyarakat kelompok usaha

bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin di

Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur kabupaten

Tanggerang serta mengetahui bagaimana kegiatan pekerja

sosial masyarakat kelompok usaha bersama (KUBE) dalam

pemberdayaan masyarakat miskin di Desa Lebak Wangi

Kecamatan Sepatan Timur kabupaten Tanggerang.

Dari kedua judul skripsi di atas, peneliti tegaskan bahwa dalam skripsi

ini sangat berbeda dengan karya skripsi sebelumnya. Adapun kelebihan atau

kekuatan penelitian dalam skripsi ini dan membuat berbeda dari penelitian

sebelumnya adalah: bahwa dalam skripsi ini akan membahas tentang evaluasi

program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery di Kelurahan

Gedong, yang mana tujuan dari evaluasi yang di maksud adalah untuk

menganalisis dari proses pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat

miskin seperti, ketetapan atau penyimpangan-penyimpangan dalam usaha

mencapai tujuan, sasaran, hambatan yang dihadapi atau perubahan yang

diperlukan untuk tercapainya kesinambungan pelaksanaan program selama

jangka waktu tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengadakan

penyesuaian dan penetapan langkah-langkah pemecahan masalah pada usaha

tersebut. Selain itu di dalam skripsi ini juga mencoba melihat apakah program

Page 51: NUR FAJRINA-FDK.pdf

39

KUBE yang digalang oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di

perkotaan sudah tepat sasaran atau belum, melihat dengan paduan yang sudah

ditetapkan oleh pemerintah.

G. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini, peneliti membagi dalam lima bab, yang

diuraikan dalam beberapa sub-bagian dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi

Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini merupakan bab yang membahas teori tentang Evaluasi, yang

mana dalam bahasan evaluasi ini akan membahas: pengertian evaluasi,

model-model evaluasi, tujuan dan kegunaan evaluasi. Kemudian dalam bab

ini juga akan membahas Pemberdayaan, yang di dalamnya mencakup:

pengertian pebemberdayaan, model-model pemberdayaan, pendekatan

pemberdayaan. Selain itu, bab ini juga akan membahas secara umum

mengenai Masyarakat Miskin, yang di dalamnya mencakup bahasan tentang:

Pengertian kemiskinan, masyaraat miskin, kategori penduduk miskin, potensi

Page 52: NUR FAJRINA-FDK.pdf

40

masyarakat miskin. Bab ini juga akan membahas mengenai Kelompok Usaha

Bersama (KUBE), yang di dalamnya mencakup pengertian KUBE, tujuan

KUBE, sasaran KUBE, hak dan kewajiban KUBE, aspek KUBE,

pengelolaan jenis usaha KUBE, prinsip pelaksanaan KUBE, indikator

keberhasilan KUBE.

BAB III TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini yang akan dibahas adalah mengenai Profil KUBE

Bintang Bakery yang mencakup : Gambaran Umum Objek Penelitian yang

meliputi: Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) Bintang Bakery, kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Bintang Bakery, Visi, Misi dan Tujuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Bintang Bakery, Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Bintang Bakery. Dan Temuan Lapangan yang meliputi: data masukan

(Inputs), Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan

Dampak (Impacts).

BAB IV ANALISA TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini, berisi tentang analisis program pelaksanaan katering

kelompok usaha bersama (KUBE) prima mandiri di kelurahan Pekayon, Pasar

Rebo. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan model Evaluasi Sistem

Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang meliputi: masukan (Inputs),

Page 53: NUR FAJRINA-FDK.pdf

41

Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak

(Impacts).

BABV PENUTUP

Bab ini merupakan penutup, yang di dalamnya berisi kesimpulan serta

saran-saran yang dianggap perlu dalam perbaikan dan kemajuan program

tersebut.

Page 54: NUR FAJRINA-FDK.pdf

42

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi berasal dari kata evaluation. Kata tersebut diserap ke

dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan

mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia

menjadi “evaluasi”. Suchman di dalam bukunya Suharsimi Arikunto

yang berjudul Evaluasi Program Pendidikan memandang evaluasi

sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa

kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan

untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif

yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam lingkup

penelitian, evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas

pelaksanaan program dengan cara mengukur tingkat keberhasilan suatu

kegiatan.1

1 Suharsimi Arikunto. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis BagiMahasiswa dan Praktisi Pendidikan Edisi Kedua. (Jakarta: Bumi Aksara. 2014) h. 1-2

Page 55: NUR FAJRINA-FDK.pdf

43

Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian sehingga

mengevaluasi artinya memberikan penilaian atau menilai.2 Menurut H. D.

Sudjana, evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah

tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apa pelaksanaan program

sesuai dengan rencana dan dampak apa yang terjadi setelah suatu

program dilaksanakan.3

Sedangkan makna dari evaluasi program itu sendiri mengalami

proses pemantapan. Definisi yang terkenal untuk evaluasi program

dikemukakan oleh Ralph Tyler yang dikutip dalam buku Evaluasi

Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi

Pendidikan Edisi Kedua, yang menyatakan bahwa evaluasi program adalah

proses untuk mengetahui apakah tujuan sudah dapat terealisasikan.

Definisi yang lebih diterima dengan masyarakat luas dikemukakan oleh

dua orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach dan Stufflebeam. Mereka

mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan

informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan

proses pemeriksaan dan penilaian sebuah program untuk mengetahui

efektifitas masing-masing komponennya. Melalui evaluasi rangkaian

2 Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. (Jakarta: Balai Pustaka. 1995)Cet Ke-4

3 H.D. Sudjana. Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luas Sekolah danPengembangan Sumber Daya Manusia. (Bandung: Falah Production, 2000) h.281

Page 56: NUR FAJRINA-FDK.pdf

44

informasi yang diperoleh evaluator, hendaknya dapat membantu untuk

menemukan permasalahan atau kekurangan-kekurangan pada proses

pelaksanaan program kegiatan evaluasi sehingga dapat memberikan

umpan balik atau solusi untuk perbaikan dan peningkatan, baik dari segi

kualitas atau kebutuhan suatu program.

2. Model Evaluasi

Dalam proses evaluasi, biasanya dikaitkan dengan model-model

evaluasi yang akan digunakan. Banyak model yang ditawarkan berbagai

penulis dalam hal proses evaluasi. Sebagaimana setiap kasus memiliki

karakteristik, maka model evaluasipun demikian. Maka dalam penelitian

ini penulis menggunakan pendekatan Model Evaluasi Sistem Analisis

(System Analisis Evaluation Model) yang digagas oleh Karl Ludwing Von

Bertalanffy, Evaluasi Sistem Analisis ini meliputi: masukan (Inputs),

Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes), dan Dampak

(Impacts). Setiap program mempunyai tujuan program, yaitu apa yang

akan dicapai dengan dirancang dan dilaksanakan program. Dalam program

sosial tujuan program adalah menciptakan perubahan sosial dengan

melakukan intervensi sosial.4

4 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh Aplikasi EvaluasiProgram: Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Page 57: NUR FAJRINA-FDK.pdf

45

Kinerja yang diharapkan dari pelaksanaan suatu program atau

kegiatan harus dengan jelas ditetapkan indikatornya. Sejak tahap pertama

harus disertai dengan identifikasi indikator dan sasaran kinerja yang

tersusun secara jelas dan tepat. Dalam penyusunan indikator diperlukan

pemahaman yang baik tentang program kegiatan, tujuannya, sumber daya

yang tersedia, ruang lingkup, kegiatan, dan lain sebagainya.

a. Indikator Masukan (Inputs)

Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi

sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator

input mengukur jumlah sumber daya seperti: keterdiaan dana,

ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi masyarakat

miskin, ketersediaan bantuan modal usaha, dan ketersediaan panduan

teknis.

b. Indikator Proses (Process)

Indikator proses memfokuskan pada pelaksanaan program dan

sering menyediakan informasi mengenai kemungkinan program

diperbaiki. Evaluasi ini merupakan evaluasi formatif yang berupaya

mencari jawaban atas pertanyaaan sebagai berikut: Bagaimana proses

sosialisasi dan pelatihan KUBE dilaksanakan?, Adakah pelatihan-

(PNPM ) Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaan, Dan Buku Teks (Jakarta: Rajawali Press,2011), h. 109

Page 58: NUR FAJRINA-FDK.pdf

46

pelatihan yang mendukung perkembangan usaha KUBE?, Jenis usaha

apa yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery?, Apakah

bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang di

tekuni oleh KUBE Bintang Bakery?, indikator proses merupakan

katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

c. Indikator Keluaran (Output)

Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang

dihasilkan oleh suatu program. Dengan membandingkan keluaran dan

sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan

pelaksanaan dan pencapaian program kegiatan tersebut sesuai dengan

rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai

kemajuan sesuatu program kegiatan apabila indikator ini dikaitkan

dengan sasaran program kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan

terukur.

Indikator keluaran lebih menitikberatkan pada hasil fisik yang

dicapai, seperti: (a) terlaksananya sosialisasi program, materi apa saja

yang disampaikan. (b) terlaksananya pendampingan sosial, meliputi:

jumlah tenaga pendamping. (c) terlaksananya identifikasi dan seleksi.

(d) terlaksananya bantuan sosial, meliputi: terbentuknya KUBE,

jumlah satuan hidup berupa uang yang diberikan, barang yang

diberikan.

Page 59: NUR FAJRINA-FDK.pdf

47

d. Indikator Manfaat (Outcomes)

Dalam program kegiatan sosial, indikator ini sangat penting

untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Untuk mengetahui

manfaat yang dihasilkan program kegiatan, perlu disusun indikator

manfaat yang mencerminkan berfungsinya keluaran program tersebut.

Contoh indikator manfaat yaitu: terbentuknya KUBE yang terorganisir

dengan baik, meningkatnya produktifitas dengan usaha KUBE,

pendayagunaan potensi lokal, pemanfaatan iuran kesetiakawanan

sosial.

e. Indikator Dampak (Impacts)

Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka

panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik dampak positif

maupun dampak negatif. Indikator ini dapat diketahui, jika

pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang

cukup lama dan setelah proyek tersebut selesai dilaksanakan. Sebagai

contoh, program kegiatan KUBE telah berdampak positif pada

peningkatan taraf hidup kesejahteraan masyarakat. Tetapi terdapat

dampak negatif berupa ketergantungan dari masyarakat terhadap

bantuan modal dari pemerintah.

Page 60: NUR FAJRINA-FDK.pdf

48

3. Tujuan dan Kegunaan Evaluasi

Adapun tujuan evaluasi program menurut peneliti adalah sebagai

berikut:

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan

b. Untuk melihat apa yang sudah dicapai

c. Untuk melihat apa yang sudah dicapai

d. Melihat perbedaan yang sudah terjadi setelah ditetapkan suatu

program

e. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup rasional.

B. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan, merupakan konsep yang lahir sebagai bagian dari

perkembangaan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya

Eropa. Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi pembangunan berpusat

pada manusia. Perspektif pembangunan ini menyadari betapa pentingnya

kapasitas manusia dalam rangka meningkatkan kemandirian dan kekuatan

internal atas sumber daya materi dan non material melalui redistribusi

modal atau kepemilikan.

Page 61: NUR FAJRINA-FDK.pdf

49

Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan didefinisikan

sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna

mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan,

terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan

sosial dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan

rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan

mentransfer daya dari lingkungannya. Sementara itu Ife yang dikutip

dalam buku Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin

memberikan batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada

orang-orang atas sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan

untuk meningkatan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan

untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas

mereka.

Dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang

untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari

pemerintah maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif

berpartisipasi dala proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan

program pembangunan. Sejalan dengan pemikiran itu, Kusnaka dalam

buku Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin yang dikarang

oleh Mujiyadi, dkk mengemukakan, dalam konsep pemberdayaan,

masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi

Page 62: NUR FAJRINA-FDK.pdf

50

meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya,

serta terpeliharanya tatanan budaya setempat. Pemberdayaan sebagai

konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang

berpusat pada rakyat, tidak saja membutuhkan dan mengembangkan nilai

tambah ekonomi, tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya.

Pemberdayaan menunjuk kepada kemampuan orang, khususnya

kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau

kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka

memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas

mengemukakan pendapat, melainkann bebas dari kelaparan, bebas dari

kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber

produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan

pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Beberapa ahli dibawah

ini mengemukakan definisi pemberdaayaan dilihat dari tujuan, proses, dan

cara-cara pemberdayaan:

a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang

yang lemah atau tidak beruntung

b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi

cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas,

Page 63: NUR FAJRINA-FDK.pdf

51

dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-

lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan bahwa orang yang memperoleh keterampilan,

pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi

kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya

c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali

kekuasaan melalui perubahan struktur sosial

d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan nama rakyat, organisasi, dan

komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah

kemiskinan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan

atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu

masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik

yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti: memiliki kepercayaan

diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupnya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan sering

Page 64: NUR FAJRINA-FDK.pdf

52

kali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai

sebuah proses.5

Menurut Friedman dalam buku dampak sosial ekonomi program

penanganan kemiskinan KUBE menyatakan bahwa memberdayakan

masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat kita yang sedang dalam kondisi tidak mampu untuk

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan

kata lain memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan

masyarakat.6

Meskipun pengertian pemberdayaan masyarakat berbeda-beda

antar para ahli, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan

adalah sebagai upaya berencana yang dirancang untuk mengubah atau

malakukan pembaharuan pada suatu komunitas atau masyarakat dari

kondisi ketidak berdayaan menjadi berdaya dengan menitikberatkan pada

partisipasi dan kemandirian. Dengan demikian mereka diharapkan

mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam menentukan masa

depan untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

5 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial, h. 57-60

6 Haryati Roebyantho, dkk.,Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE (Jakarta: P3KS Press, 2011). h. 34

Page 65: NUR FAJRINA-FDK.pdf

53

2. Model Pemberdayaan

Menurut Jack Rothman dalam karya klasiknya yang dikutip di

dalam buku Edi Suharto yang berjudul Membangun Masyarakat

Memberdayakan Rakyat membagi tiga model dalam pemberdayaan,

yakni:

a. Pengembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat lokal

adalah proses yang ditunjukkan untuk menciptakan kemajuan sosial

dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif secara inisiatif

anggota masyarakat itu sendiri. Masyarakat dipandang unik dan

memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya

dikembangkan.

b. Perencanaan sosial. Perencanaan sosial menentukan keputusan dan

menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu

seperti masalah kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, dan

kebodohan.

c. Aksi sosial. Sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan

fundamental dalam struktur masyarakat melalui proses

pendistribusian kekuasaan, sumber, dan pengambilan keputusan.

Masyarakat diorganisir melalui penyadaran, pemberdayaan, dan

Page 66: NUR FAJRINA-FDK.pdf

54

tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar

lebih memenuhi prinsip demokrasi. Kemerataan dan keadilan.7

3. Pendekatan Pemberdayaan

Menurut Ife, pemberdayaan memuat dua pengertian, yakni kekuasaan

dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut

kekasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan

klien atas:

a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup:

kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya

hidup, tempat tinggal, dan pekerjaan.

b. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras

dengan aspirasi dan keinginannya.

c. Ide atau gagasan: kemampuan mengespresikan dan menyumbangkan

gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa

tekanan.

d. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga

kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.

e. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal,

informal, dan masyarakat.

7Ibid., h. 42-45

Page 67: NUR FAJRINA-FDK.pdf

55

f. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola

mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.

g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,

perawatan anak, pendidikan, dan sosialisasi.8

C. Masyarakat Miskin

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan fenomena sosial yang

menjadi atribut Negara-negara dunia ketiga. Fenomena ini juga

merupakan kebalikan dari kondisi yang dialami oleh negara-negara maju

yang memiliki atribut sebagai “model”. Fenomena kemiskinan merupakan

sesuatu yang kompleks, artinya tidak hanya berkaitan dengan dimensi

ekonomi tetapi dimensi lain seperti pemenuhan kebutuhan dasar manusia

missal hak pangan, papan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan

sebagainya.

Umumnya kemiskinan lebih sering dikonsepsikan dalam konteks

ketidak-cukupan pendapatan dan harta untuk memenuhi kebutuhan dasar

seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan (lingkup

dimensi ekonomi) dan memenuhi kebutuhan dalam dari aspek sosial,

8 Ibid., h. 59

Page 68: NUR FAJRINA-FDK.pdf

56

lingkungan, keberdayaan dan tingkat partisipasinya (lingkup dimensi non

ekonomi).

Konfensi dunia untuk Pembangunan Sosial, mendefinisikan

kemiskinan sebagai rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya

produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan

kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan dan

kurangnya akses pada pendidikann dan layanan-layanan pokok lainnya;

kondisi tak wajar akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan

bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang

tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan sosial; dan dicirikan juga

oleh rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan

dan dalam kehidupan sipil, sosial dan budaya.

Menurut BPS Kemiskinan berkaitan dengan kondisi penduduk

yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum. Sedangkan J.

Friedman mengartikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan

untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. World Bank

mendefinisikan kemiskinan itu merupakan kondisi dimana seseorang tidak

dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan

Page 69: NUR FAJRINA-FDK.pdf

57

kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar

hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain.9

Berdasarkan beberapa konsep tersebut diatas, nampaklah bahwa

definisi yang terkandung dalam teori kemiskinan mencakup seluruh aspek

dimana definisi tersebut akan saling melengkapi satu sama lainnya. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi sosial

ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak

dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang

bermartabat.

2. Pengertian Masyarakat Miskin

Pemerintah Indonesia sendiri mendefinisikan masyarakat miskin

sebagai individu yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang

yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi

kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. Jadi warga miskin

dicirikan dengan ketidakmampuan dalam mmemenuhi kebutuhan pokok

9 Haryati Roebyantho, dkk., Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE, h. 19-21

Page 70: NUR FAJRINA-FDK.pdf

58

yang layak, mempunyai mata pencaharian tetapi tidak mencukupi bagi

kebutuhan dasarnya.10

3. Kategori Penduduk Miskin

Jika dilihat dari aspek usia penduduk miskin yang dikelompokkan

menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Kelompok masyarakat yang berusia kurang dari 55 tahun yang

cenderung tidak lagi produktif (usia lanjut).

b. Kelompk masyarakat yang berusia kurang dari 15 tahun yang belum

produktif (usia sekolah).

c. Kelompok masyarakat yang berusia diantara 15-55 tahun (usia

kerja/produktif).11

4. Potensi Masyarakat Miskin

Masyarakat yang dikategorikan masyrakat miskin pada dasarnya

memiliki kemampuan atau potensi diri sebagai modal dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan sangat

minim atau terbatas. Keluarga masyarakat miskin secara faktual dapat

10 Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (Jakarta:Kementrian Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penggulangan Kemiskinan, 2011), h.20

11 Sulistiati, dkk., Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta:Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2008), h. 9

Page 71: NUR FAJRINA-FDK.pdf

59

dilihat bahwa mereka mampu merespon dan mengatasi permasalahan

sosial ekonomi yang terkait dengan situasi kemiskinannya.

Selaras dengan maksud intervensi pekerjaan sosial yakni: “to help

people to help themselves”, maka penanggulangan kemiskinan diarahkan

agar mereka dapat menolong dirinya dengan potensi yang dimilikinya.

Kemandirian adalah hasil akhir yang ingin dicapai dari pelaksanaan

program pengentasan kemiskinan. Masyarakat miskin bukan sebagai

objek pasif tetapi mereka merupakan “aktor” yang memiliki potensi yang

digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial ekonomi

seputar kemiskinannya. Dari semua keterbatasan yang dikategorikan

terhadap masyarakat miskin, terdapat potensi sosial yang dimiliki

mereka, antara lain: semangat kerja, ikatan sosial, saling percaya, gotong

royong, solidaritas sosial, keterampilan usaha, pekerja keras, mobilitas

tinggi.

Selain itu menurut Gunawan dan Sugiyanto potensi orang miskin

adalah:12

a. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Tinjauan tentang kemampuan dalam memenuhi kebutuhan akan dilihat

dari aspek (1) pengeluran keluarga, (2) kemampuan menjangkau

12 Etty Rachmiyati, dkk., Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, h. 27

Page 72: NUR FAJRINA-FDK.pdf

60

tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan (3)

kemampuan menjangkau perlindungan dasar.

b. Kemampuan dalam pelaksanaan peran sosial

Tinjauan tentang kemampuan peran sosial akan dilihat dari (1)

kegiatan utama dalam mencari nafkah, (2) peran dalam bidang

pendidikan, (3) peran dalam bidang perlindungan, dan (4) peran

dalam bidang kemasyarakatan.

c. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan

Tinjauan tentang kemampuan dalam menghadapi permasalahan, akan

dilihat dari upaya mereka lakukan untuk mempertahankan diri dari

tekanan ekonomi dan non ekonomi.

D. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

1. Pengertian KUBE

Definisi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok

usaha binaan Kementerian Sosial Republik Indonesia yang dibentuk dari

beberapa keluarga binaan sosial untuk melaksanakan kegiatan usaha

Page 73: NUR FAJRINA-FDK.pdf

61

ekonomi produktif dan usaha kesejahteraan sosial dalam rangka

kemandirian usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.13

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah himpunan dari

keluarga yang tergolong fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan

berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi antara satu

dengan lain, dan tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk

meningkatkan produktivitas anggotanya, meningkatkan relasi sosial yang

harmonis, memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial

yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama.

Kelompok usaha bersama merupakan media pemberdayaan sosial

yang diarahkan untuk terciptanya, aktifitas sosial ekonomi keluarga fakir

miskin agar dapat meningkatkan kesejahteraan sosial mereka. Melalui

kelompok dapat berinteraksi, saling tolong menolong dalam memecahkan

permasalahan dan memenuhi kebutuhan.

Pembentukan KUBE didasari oleh kedekatan tempat tinggal, jenis

usaha atau keterampilan anggota, ketersediaan sumber atau keadaan

13 Haryati Roebyantho, dkk.,Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE (Jakarta: P3KS Press, 2011). h. 45

Page 74: NUR FAJRINA-FDK.pdf

62

geografis, latar belakang kehidupan budaya, serta memiliki motivasi yang

sama.14

KUBE merupakan upaya mempercepat penghapusan kemiskinan

dengan tujuan untuk: (1) peningkatan kemampuan berusaha para anggota

anggota secara bersama dalam kelompok, (2) peningkatan pendapatan,

(3) pengembangan usaha, (4) peningkatan kepedulian dan

kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dengan masyarakat

sekitar.15

Menurut pendekatan Tampubolon dalam konsepnya ABCCM

Empowerment Concept yang dikutip dari buku Implementasi Program

Pemberdayaan Fakir Miskin, ada 8 faktor yang mempengaruhi

keberhasilan KUBE. Lima faktor utama yang merupakan faktor

eksistensi KUBE, meliputi: (a) modal (asset), (b) kemampuan atau

keterampilan (ability), (c) kemasyarakatan (community), (d) komitmen

(commitment), dan (e) pasar (market). Tiga faktor lainnya yang

mempengaruhi kedinamisan KUBE, disebut faktor kedinamisan KUBE,

meliputi: (a) pendampingan, (b) jaringan kerjasama, (c) inovasi.

14 Wawan Mulyawan, dkk, Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan PerkotaanMelalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial(BPLS) Tahun 2011 (Jakarta: : Direktorat JenderalPemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2011), h. 13, 23

15 Haryati Roebyantho, dkk., Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan KemiskinanMelalui KUBE, h. 46

Page 75: NUR FAJRINA-FDK.pdf

63

Kedelapan faktor ini harus ada dalam KUBE, sehingga KUBE tersebut

dapat berjalan dan berkembang dengan baik.16

2. Struktur Organisasi KUBE

Struktur organisasi KUBE dibentuk oleh para anggotanya dengan

bimbingan pendamping. Kepengurusan dimaksud disesuaikan dengan

kebutuhan, tergantung pada kondisi masing-masing KUBE.

a. Struktur organisasi merupakan suatu bentuk tanggung jawab yang

harus dijalankan. Dengan struktur dapat diketahui “siapa mengerjakan

apa”, “siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”.

b. Struktur KUBE tergantung pada kegiatan atau jenis usaha yang

dijalankan oleh KUBE tersebut. Tidak ada suatu struktur yang baku

tentang struktur KUBE, strukturnya diserahkan sepenuhnya pada

kelompok KUBE. Struktur organisasi KUBE yang relative sederhana

yang dapat dijadikan acuan dalam perumusan strutur orgaanisasi

KUBE, yang terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara. Jika

diperlukan dapat dibentuk urusan atau seksi.

Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau

kesepakatan anggota kelompok. Secara umum, berdasarkan struktur

organisasi di atas, maka uraian tugas dari struktur tersebut sebagai berikut:

16 B. Mujiyadi, dkk., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin (Jakarta: PuslitbangKesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- Departemen Sosial Ri, 2007), h. 12-13

Page 76: NUR FAJRINA-FDK.pdf

64

a. Ketua

1) Mengkoordinir kepengurusan KUBE

2) Mengkoordinir kegiatan KUBE

3) Melaksanaan koordinasi dengan pihak lain.

b. Sekretaris

1) Melaksanakan tugas administrasi

2) Membuat laporan kegiatan

c. Bendahara

1) Melaksanakan tugas asministrasi keuangan

2) Mengelola keuangan

3) Membuat laporan keuangan secara periodik

d. Urusan (tergantung kebutuhan)

e. Anggota

Bersama kelompoknya melaksanakan kesepakatan kelompok.

3. Hak dan Kewajiban KUBE

a. Kewajiban Anggota

1) Mengikuti dan menaati semua ketentuan yang ada dan yang sudah

disepakati.

2) Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama.

3) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak.

Page 77: NUR FAJRINA-FDK.pdf

65

4) Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung

jawab.

5) Membayar iuran dana kesetiakawanan sosial setiap bulan sesuai

kesepakatan bersama yang sudah ditentukan.

6) Menghimpun dana untuk memperkuat modal usaha melalui

Lembaga Keuangan Mikro.

7) Memanfaatkan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan

anggota keluarganya.

b. Hak Anggota

1) Mengajukan usul atau saran-saran yang dapat memperbaiki kinerja

KUBE.

2) Memperoleh pinjaman bantuan modal usaha yang diterima KUBE

dari pihak lain.

3) Mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari pembagian hasil

KUBE.

4. Aspek KUBE

Penerima program penanggulangan kemiskinan perkotaan melalui

bantuan langsung pemberdayaan sosial adalah kelompok usaha berama

yang ditumbuhkan dan berkembang yang meliputi beberapa aspek berikut:

Page 78: NUR FAJRINA-FDK.pdf

66

a. Bidang Kelembagaan

1) Adanya anggota setiap KUBE 5-10 KK dengan usia antara 18-58

tahun dan sudah berkeluarga.

2) Adanya struktur organisasi dan pembagian tugas secara sederhana

bagai semua anggota KUBE.

3) Melakukan pencatatan kegiatan dan administrasi pembukuan

antara lain Buku Daftar Anggota Kelompok, Buku Tamu, Buku

Kegiatan, Buku Kas, Buku Inventaris, Buku Simpan Pinjam.

b. Bidang Sosial

1) Adanya pertemuan rutin anggota (sesuai kebutuhan) yang dihadiri

oleh pendamping.

2) Adanya iuran kesetiakawanan sosial untuk kesejahteraan anggota

KUBE.

3) Adanya kesadaran pada anggota tentang pentingnya pendidikan

dasar bagi anggota keluarga.

4) Tumbuhnya rasa kesetiakawanan di antara sesama anggota

maupun dengan lingkungannya melalui partisipasi aktif dalam

kegiatan sosial kemasyarakatan.

c. Bidang Ekonomi

1) Pengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP) sehingga dapat

berhasil dan meningkatkan kesejahteraan para anggota KUBE.

Page 79: NUR FAJRINA-FDK.pdf

67

2) Adanya panggilan sumber dan potensi yang dapat dimanfaatkan

untuk pengembangan dan kesejahteraan anggota KUBE.

3) Memiliki inisiatif membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

atau Koperasi.

4) Membangun kerjasama dan jaringan kemitraan dengan berbagai

pihak yang dapat mempercepat keberhasilan KUBE.

5. Tujuan Program KUBE

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui usaha ekonomi

produktif dan usaha kesejahteraan sosial.

b. Mengingkatkan prinsip gotong royong dalam melaksanakan

pembangunan dan mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran

kesetiakawanan sosial.

c. Meningkatkan prinsip koperasi dalam meningkatkan usaha ekonomi

produktif kelompok.

d. Mampu menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha

atau keperluan mendadak.

e. Terbinanya kegiatan anggota KUBE.

f. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan terbinanya usaha jaminan

kesejahteraan sosial.

Page 80: NUR FAJRINA-FDK.pdf

68

6. Sasaran Program KUBE

a. Mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti:

keterbatasan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan,

kemampuan, keterampilan, kepemilikan, modal, komunikasi,

teknologi, dan lain-lain.

b. Terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar.

c. Berkembangnya usaha kelompok

d. Mewujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomi masyarakat miskin.

e. Meningkatkan aksessibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan

sosial.

7. Pengelolaan Jenis Usaha KUBE

a. Untuk mendorong dan menjamin keberlangsungan kegiatan-kegiatan

KUBE maka setiap KUBE dapat mengembangkan satu atau beberapa

jenis usaha sosial ekonomi produktif yang sesuai dengan minat,

potensi dan kemampuan para anggotanya serta potensi dan sumber

yang ada di lingkungannya.

b. Pengelolaan jenis usaha yang dikembangkan oleh KUBE sepenuhnya

diserahkan kepada kelompok KUBE tersebut.

c. Untuk pengembangan jenis usaha kelompok KUBE dapat bekerjasama

dengan pengusaha atau instansi terkait.

Page 81: NUR FAJRINA-FDK.pdf

69

d. Bila jenis usaha sudah beragam, pengelolaan jenis usaha dapat

diserahkan kepada satu orang atau beberapa orang yang dianggap

mampu dan mempunyai keterampilan untuk itu atau karena sifat dari

jenis usaha tersebut namun pembinaan dan manajemen usaha tetap

berada dalam KUBE.

8. Perinsip Pelaksanaan KUBE

a. Amanah, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan

dengan penuh integritas, bersikap jujur, dan mampu mengemban

kepercayaan.

b. Profesional, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan

dengan semangat kompeten dan bertanggung jawab yang menawarkan

jaminan bahwa kepuasan warga masyarakat penerima pelayanan sosial

adalah hal yang utama.

c. Produktif, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan

dengan menyeimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi. Produktifitas

juga mengandung makna inovasi, yaitu kemampuann menghasilkan

gagasan baru yang layak diterapkan.

d. Akuntabel, berarti bahwa semua unsur yang terlibat dalam

penanggulangan kemiskinan perkotaan harus bertanggung gugat atas

kualitas layanan yang diberikan. Akuntabilitas juga mengandung

Page 82: NUR FAJRINA-FDK.pdf

70

makna kejujuran dan amanah dalam mengemban kepercayaan yang

diberikan.

e. Transparan, berarti bahwa keputusan yang diambil berkenaan dengan

penggulangan kemiskinan perkotaan dan pelaksanaannya dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Informasi

tersedia dengan jelas dan dapat diakses dengan mudah oleh pihak-

pihak yang terkena dampak atau yang berkepentingan dengan

pelaksanaan keputusan itu.

f. Berbasis masyarakat, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan

dilakukan sesuai dengan potensi yang ada di masyarakat.

g. Obejektivitas, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan

dengan bersikap adil dan tidak diskriminatif.

h. Konsisten, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan

sesuai prosedur yang ditetapkan sebelumnya.

i. Partisipatif, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan dilakukan

dengan melibatkan berbagai lapisan komponen masyarakat.

j. Keterpaduan, yakni penaggulangan kemiskinan perkotaan

dilaksanakan secara sinergis dengan berbagai kegiatan lintas sektor

yang saling mendukung dan melengkapi.

k. Kemandirian, yakni pengembangan program atau kegiatan diarahkan

pada peningkatan kemampuan swakelola dan swadana dalam

penanggulangan kemiskinan perkotaan secara sinergis.

Page 83: NUR FAJRINA-FDK.pdf

71

l. Kemitraan, yakni penanggulangan kemiskinan perkotaan

diselenggarakan dengan cara membagun hubungan kerjasama yang

saling menguntungkan baik secara internal maupun eksternal,

berkolaborasi dan koordinasi pada tingkat perencanaan, dan

pelaksanaan dan evaluasi dengan para pihak yang terkait.

m. Keberlanjutan, yakni dalam penyelenggaraan program atau kegiatan

penggulangan kemiskinan perkotaan harus mampu menumbuhkan

kesadaran dan semangat para penerima pelayanan sosial untuk

senantiasa memanfaatkan, memelihara, melestarikan, menguatkan dan

mengembangkan secara terus menerus hasil yang telah dicapai.

9. Indikator Keberhasilan KUBE

KUBE sebagai kelompok usaha yang dikelola secara bersama oleh

keluarga binaan sosial dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria

atau indikator sebagai berikut.

a. Secara umum keberhasilan KUBE tercermin pada peningkatannya

taraf kesejahteraan sosial masyarakat miskin yang ditandai oleh :

1) Meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar

manusia (sandang, pangan, papan)

2) Meningkatkan dinamika sosial.

3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah

Page 84: NUR FAJRINA-FDK.pdf

72

b. Secara khusus perkembangan KUBE ditunjukkan oleh :

1) Berkembangnya kerjasama diantara sesama anggota KUBE dan

antara KUBE dengan masyarakat sekitar.

2) Mantapnya usaha KUBE

3) Berkembangnya jenis KUBE

4) Meningkatnya pendapatan anggota KUBE

5) Tumbuh berkembangnya kesadaran dan rasa tanggung jawab

sosial dalam bentuk pengumpulan dana iuran kesetiakawanan

sosial.

Dalam lingkup internal, keberhasilan atau efektifitas suatu

organisasi pelayanan sosial, termasuk KUBE sedikitnya dapat dilihat dari

empat indikator sebagai berikut.

a. Manajemen

Kemampuan pengurus dan anggota KUBE dalam melaksanakan

fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengadministrasian,

pelaksanaan, dan pengevaluasian berbagai kegiatan. Adapun dimensi

yang dapat dilihat adalah sistem dan pola manajemen, apakah sudah

sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen yang benar.

b. Sumber

Kepemilikan dan pengelolaan sumber atau sarana dan prasarana

organisasi KUBE. Apakah organisasi KUBE memiliki tempat,

fasilitas, dan dana yang memadai untuk menjalankan roda oraganisasi.

Page 85: NUR FAJRINA-FDK.pdf

73

c. Program

Kesiapan dan kemampuan para pengurus dan anggota dalam

merumusan misi dan tujuan KUBE. Dilihat dari kemampuan

merancang dan melaksanakan program serta dilihat pula dari kepuasan

anggota dalam menerima program.

d. Sumber Daya Manusia (SDM)

Karakteristik dan profil pengurus yang bekerja di KUBE, dilihat antara

lain dari jumlah anggota, pendidikan dan pengamalan pengurus atau

anggota, relasi, serta kepuasan kerja.

Secara spesifik keberhasilan KUBE dalam pengentasan

masyarakat miskin dapat dilihat dari tiga kriteria bidang kegiatan yaitu :

bidang kegiatan kelembagaan, bidang kegiatan sosial, dan bidang kegiatan

ekonomi.17

17 Istiana Hermawati, dkk, Ujicoba Model KUBE dalam Pengentasan Keluarga Miskin(Yogyakarta : Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial BalaiBesar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial) h.13-14

Page 86: NUR FAJRINA-FDK.pdf

74

BAB III

TEMUAN PENELITIAN

A. Profil Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery

1. Sejarah Berdiri

Bintang Bakery didirikan pada tahun 1999. Pada awalnya Bintang

Bakery ini terbentuk karena kesamaan minat dari 8 orang untuk menekuni

bidang usaha kue kering. Kemudian pada tahun 2005, mereka

mendapatkan pelatihan tata boga dan bantuan sarana produksi pembuatan

kue kering yang didukung oleh PT. Cakra Mandissa. Dengan bekal

tersebut mereka sepakat untuk membentuk kelompok pembuatan aneka

kue kering. Setelah tiga tahun berjalan dengan menekuni usaha pembuatan

kue kering, maka pada tahun 2008 mereka sepakat untuk mengembangkan

usaha lain yang perputaran penjualannya cepat dan banyak peminat dari

berbagai kalangan konsumen. Oleh karena itu mereka mengalihkan usaha

dari pembuatan kue kering menjadi usaha pembuatan roti. Peralihan usaha

ini dikarenakan pemasaran dan minat pembeli kue kering yang sangat

rendah dan perputaran penjualan yang cukup lama sehingga modal untuk

penggandaan bahan baku harus lebih banyak.

Pada tahun 2008 mereka menekuni usaha pembuatan roti. Roti

yang pertama mereka buat adalah roti UNYIL (roti kecil) dengan isi

Page 87: NUR FAJRINA-FDK.pdf

75

pisang coklat. Roti ini dijual dengan harga yang terjangkau oleh para

konsumen di segala kalangan. Begitu juga respon dari masyarakat yang

sangat baik dan daya minat yang tinggi untuk membeli roti UNYIL

tersebut. Sehingga untuk perputaran penjualan dan keuntungan yang

didapat pada pembuatan roti UNYIL ini sangat menguntungkan.

Kemudian pada tahun 2009 mereka membentuk KUBE, yang

diberi nama KUBE Bintang Bakery, dengan beranggotakan 10 orang.

KUBE ini dibina melalui Program Bantuan Kesejahteraan Sosial. Tujuan

utama pada program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para

anggota KUBE pada khususnya, dan sedapat mungkin berperan pula bagi

masyarakat sekitar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Melalui Program Bantuan Kesejahteraan Sosial, KUBE Bintang Bakery

ini diberikan bantuan senilai 30 juta pada tahun 2009. Bantuan tersebut

mereka gunakan untuk membeli alat-alat pembuatan roti. Alat-alat

tersebut seperti: oven kecil, mixer, baskom plastik, loyang, serta bahan-

bahan dasar untuk pembuatan roti. Sejak itu usaha pembuatan roti sangat

berkembang dan memproduksi berbagai aneka roti dengan berbagai varian

rasa.

Pada tahun 2012 KUBE Bintang Bakery kembali mendapatkan

bantuan dari Suku Dinas Sosial, berupa mesin mixer untuk pengadon

bahan roti dan oven dengan ukuran sedang. Bantuan ini diberikan

pemerintah kepada kami, dikarenakan melihat perkembangan dan potensi

Page 88: NUR FAJRINA-FDK.pdf

76

yang dimiliki oleh KUBE Bintang Bakery sangatlah besar. Dengan

pemberian dana tersebut, maka KUBE Bintang Bakery mengelola usaha

pembuatan roti secara sungguh-sungguh dan dengan semangat

kekeluargaan yang tinggi di antara para anggota KUBE. Pertemuan-

pertemuan dilakukan secara rutin untuk membahas pengembangan

pemasaran serta untuk memecahkan kesulitan dan hambatan secara

bersama.

2. Kegiatan

Pembuatan roti yang merupakan kegiatan keseharian para anggota

KUBE Bintang Bakery. Lokasi pembuatan roti bertempat di rumah ketua

KUBE Bintang Bakery yang beralamat di jalan Kesehatan Rt 006/011,

Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Kegiatan

pembuatan roti dimulai dari pukul 5 pagi sampai menjelang sore hari.

KUBE Bintang Bakrey memproduksi roti 3 kali dalam seminggu, kegiatan

memproduksi roti berjalan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Kemudian

pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu digunakan untuk melakukan

pemasaran dan mengantarkan roti-roti tersebut kepada pelangan.

Bahan baku pembuatan roti ini sebagian besar adalah tepung

terigu. Berdasarkan pemikiran itu maka usaha KUBE pada perkembangan

berikutnya dipusatkan pada penyediaan bahan baku pembuatan roti

Page 89: NUR FAJRINA-FDK.pdf

77

berupa: tepung terigu, mentega, gula pasir, pisang, coklat, susu. Roti-roti

tersebut dipasarkan masih di wilayah Jakarta Timur, sasaran tempat

pemasaran roti dilakukan seperti area pabrik, rumah sakit, koperasi,

swalayan, dan lain sebagainya.

Pada saat ini pembelian bahan baku usaha pembuatan roti ini telah

mencapai sekitar Rp. 10.000.000,- per minggu. Sedangkan pendapatan

yang dihasilkan perminggu mencapai Rp. 20.000.000,- per minggu.

Artinya perkembangan omset ini nampaknya berjalan dengan baik.

Pendampingan KUBE Bintang Bakery dilakukan sebulan sekali.

Pendamping yang mendatangi KUBE Bintang Bakery terdiri dari 1

pendamping lokal (pendamping dari wilayah Kel.Gedong), 1 pendamping

sosial (pendamping dari Kecamatan Pasar Rebo), dan 3 pendamping dinas

(pendamping pemerintahan TKSK Jakarta Timur). Fungsi adanya

pendampingan tersebut akan menanyakan atau berdiskusi apakah ada

permasalahan pada KUBE Bintang Bakery atau tidak, memberikan solusi

pada suatu masalah yang sedang dihadapi, memberikan bimbingan dan

motivasi dalam peningkatan usaha, dan menjadi penghubung KUBE

dengan pihak lainnya.

Page 90: NUR FAJRINA-FDK.pdf

78

3. Tujuan

Adapun tujuan dari adanya KUBE Bintang Bakery yakni:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui keterampilan dari

pelatihan pembuatan roti dan kue kering.

b. Membuka peluang lapangan kerja baru.

c. Meningkatkan pendapatan taraf hidup anggota KUBE

d. Mengingkatkan prinsip gotong royong dalam melaksanakan

pembangunan dan mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran

kesetiakawanan sosial.

e. Mampu menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha

atau keperluan mendadak.

f. Terbinanya kegiatan anggota KUBE yang terorganisir dengan baik.

4. Sasaran

Adapun sasaran dalam pemilihan anggota KUBE Bintang Bakery

adalah mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai hal, seperti:

keterbatasan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan,

kemampuan, keterampilan, kepemilikan, modal, komunikasi, teknologi,

dan lain-lain.

Page 91: NUR FAJRINA-FDK.pdf

79

5. Visi dan Misi

a. Visi dari KUBE Bintang Bakery yakni :

Menjadi KUBE yang produktif dan menghasilkan produk yang

berkualitas, serta mampu meningkatkan kesejahteraan anggota Kube

beserta lingkungannya.

b. Misi dari KUBE Bintang Bakery yakni :

1) Membuat produk-produk inovatif yang sesuai dengan kebutuhan

dan selera konsumen;

2) Memasarkan hasil produksi yang berkualitas;

3) Meningkatkan kesejahteraan anggota KUBE;

4) Memberikanpelatihan produk pada masyarakat sekitarnya.

Page 92: NUR FAJRINA-FDK.pdf

80

6. Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Gambar 1

Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014

ANGGOTA

HERU

80

6. Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Gambar 1

Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014

KETUA

JERRY PURNOMO

ANGGOTA

SUMIYATI

ANGGOTA

WULAN

ANGGOTA

RIAYANI

ANGGOTA

YUMAENAH

ANGGOTA

NUR AINI

SEKRETARIS

NUR HAYATIBENDAHARA

SITI RUBIYAH

80

6. Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Gambar 1

Struktur Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014

ANGGOTA

YUMAENAH

ANGGOTA

NUR AINI

ANGGOTA

YATI

BENDAHARA

SITI RUBIYAH

Page 93: NUR FAJRINA-FDK.pdf

81

7. Pembagian Tugas Anggota

Adapun pembagian tugas dari setiap masing-masing anggota KUBE

diantaranya:

a. Ketua

1) Mengkoordinir kepengurusan KUBE

2) Mengkoordinir kegiatan KUBE

3) Memasarkan hasil produksi roti dengan berbagai pihak

4) Mengikuti pelatihan

5) Menjadi narasumber di setiap kegiatan

6) Memanggang roti

b. Sekretaris

1) Mencatat barang-barang inventaris KUBE Bintang Bakrey

2) Membuat laporan kegiatan

3) Memasarkan hasil produksi roti

4) Memotongadonan

5) Pengemasan

c. Bendahara

1) Melaksanakan tugas asministrasi keuangan

2) Mengelola keuangan

3) Membuat laporan keuangan secara periodik

4) Mengikuti proses produksi roti

Page 94: NUR FAJRINA-FDK.pdf

82

d. Anggota

1) Mengikuti pelaksanaan produksi roti

2) Pembelanjaan bahan baku

3) Pemotongan pisang

4) Pengadonan roti

5) Membentuk adonan roti sesuai jenisnya

6) Pengemasan roti.

B. Temuan Lapangan

1. Indikator Input

a. Ketersediaan Dana

Awal pendanaan KUBE Bintang Bakery dalam pembuatan roti

setiap minggunya, mereka menyiapkan dana sebesar Rp. 2.000.000,-

untuk kebutuhan bahan baku pembuatan roti. Pendanaan ini mereka

keluarkan pada setiap minggunya, sebelum mereka menerima bantuan

dana dari KEMSOS. Kemudian mereka mempunyai alat-alat untuk

membuatan roti seperti: oven kecil, Loyang, 1 set rak kayu, 1 meja

produksi, dll. Seperti penuturan ketua KUBE Bintang Bakery yang

biasa disebut pak Jerry bahwa:1

1 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015

Page 95: NUR FAJRINA-FDK.pdf

83

“waktu pertama KUBE ini baru dibangun, kita cuma melengkapiperlatan dan bahan baku aja buat bikin roti. Kan dulunya kita usahakue kering dan beralih usaha menjadi usaha roti UNYIL. Saat kitasudah usaha pembuatan roti barulah kita di suruh membentukkelompok KUBE dan mmendapatkan bantuan. Sebelum menerimabantuan kita menyediakan loyang untuk roti di panggang, nambahoven kecil, baskom adonan, pisau potong, meja produksi, samaperalatan untuk pengemasan roti. Trus masalah bahan baku, dulusebelum menerima bantuan dari KEMSOS kita biasa belanja bahanbaku sebesar Rp. 2.000.000,- per minggu. Belanja bahan baku sepertitepung terigu kiloan, susu, telor, pisang, coklat, pengembang, mentegakiloan.”

b. Ketersediaan SDM atau Petugas

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery

beranggotakan sebanyak sepuluh orang, yang terdiri dari satu orang

ketua, satu orang bendahara, satu orang sekertaris, dan tujuh orang

anggota dengan menekuni usaha pembuatan roti. Semua anggota

KUBE Bintang Bakery bertempat tinggal di sekitar lingkungan

pembuatan roti itu berada. Kemudian KUBE Bintang Bakery memilih

anggota KUBE dengan memanfatkan penduduk setempat yang

memiliki potensi, keterampilan, dan kemauan dalam membuat roti. Ke

sepuluh orang ini mempunyai minat yang sama dan tekun dalam

menjalani usaha roti UNYIL. Seperti penuturan Pak. Jerry:2

2 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015

Page 96: NUR FAJRINA-FDK.pdf

84

“anggota KUBE kami beranggotakan sepuluh orang yang terdiri darisatu orang ketua, satu orang bendahara, satu orang skretaris, dan tujuhorang sebagai anggota KUBE. Para anggotanya pun tinggalnya masihdi satu Rt kita, selain tidak pake ongkos untuk kesini… kita jugasaling membantu juga mengilat pekerjaan suaminya yang buruh harianlepas…..mending bantu-bantu di KUBE ini. Lagi dulunya juga merekakan sebagian pembuat kue kering yang kerja sama dengan 8 orangwarga yang sekarang sebagian menjadi anggota KUBE, jadi kitapunya niat yang sama pula, dan kita satuin aja biar dapet untung gedejuga.”

Kemudian tak lepas dari anggota KUBE, mereka memiliki

pendamping dalam menggarahkan usaha yang mereka jalani.

Pendampingan pada KUBE Bintang Bakery dilakukan sebulan sekali.

Pendamping yang mendatangi KUBE Bintang Bakery terdiri dari 1

pendamping lokal (pendamping dari wilayah Kel.Gedong), 1

pendamping sosial (pendamping dari Kecamatan Pasar Rebo), dan 3

pendamping dinas (pendamping pemerintahan TKSK Jakarta Timur).

Adapun fungsi dari pendampingan tersebut akan menanyakan atau

berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE Bintang Bakery atau

tidak, memberikan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi,

memberikan bimbingan dan motivasi dalam peningkatan usaha, dan

menjadi penghubung KUBE dengan pihak lainnya. Sperti penuturan

ibu lili bahwa:3

3 Wawancara Pribadi dengan Lili, Jakarta 18 Maret 2015

Page 97: NUR FAJRINA-FDK.pdf

85

“KUBE Bintang Bakery juga ada pemdampingnya, biasanya setiapsebulan sekali pendamping dari kencamatan itu dateng. Kalo darikecamatan yang dateng tiga orang bu Maria, bu Yunus, bu Sumihar.Mereka itu pendamping kecamatan pemerintah TKSK. Terus ada lagipendamping yang dari wilayah sini yang memperkenalkan usaha kitadulu, namanya bu Bakir. Karena orangnya sudah tua jadi kadang kitakesana laporan perkembangan KUBE ini. Sama kalo ada kegiatan-kegiatan besar seperti perlombaan KUBE tingkat nasional atau maumendapat bantuan lagi dari dinas biasanya orang dinas dateng ke siniuntuk survey. Meraka kalo dateng ke sini ya… menanyakan apakahada permasalahan di KUBE, kalo ada masalah dicari solusinya denganberdiskusi antara pendamping dan anggota KUBE, trus gimanakemajuan dari usaha, kalo ada informasi yang baru untuk KUBE dikasih tau…”

c. Ketersediaan Informasi Masyarakat Miskin

Dalam pemilihan anggota KUBE Bintang Bakery berdasarkan

rasa saling tolong menolong, melihat dilingkungan sekitar pembuatan

roti ini banyak warga yang kurang mampu dalam hal ekonomi.

Kebanyakan dari warga setempat mempunyai profesi sebagai buruh

harian, tukang ojek, dan pekerja pabrik. Maka dari itu Bapak Jerry

menunjuk orang-orang yang menurutnya kurang mampu dalam hal

pendapatan ekonomi namun mempunyai kemauan dan semangat

dalam usaha pembuatan roti. Hal ini berdasarkan penuturan dari

Bapak. Heru Santoso bahwa:4

4 Wawancara Pribadi dengan Heru Santoso, Jakarta 20 Maret 2015

Page 98: NUR FAJRINA-FDK.pdf

86

“Dulu saya di ajak oleh pak jerry untuk bantu-bantu KUBE ini, disinigak ada pemilihan anggota KUBE, dulunya sudah ada delapan orangtrus dijadikan anggota KUBE oleh pak jerry. Mungkin melihat sayakerjaannya cuma nganter anak-anak sekolah dan pak jerry tau ekonomisaya bagai mana ya…. Diajaklah saya untuk bergabung menjadianggota KUBE disini…. Saya ikut bergabung dari tahun 2009. Disinikerjaan saya membeli bahan-bahan baku untuk roti di pasar, karenabeli bahan-bahan baku itu berat dan belinya kiloan maka yangditugaskan untuk membeli bahan baku ya saya. (sambil tersenyum)”

Sedangkan penuturan dari Pak Jerry, pemlihan anggota KUBE

Bintang Bakery di tentukan berdasarkan penghasilan rendah per

kepala keluarga, keterbatasan dalam kepemilikan harta benda, dan

mempunyai kemauan serta keterampilan dalam pembuatan roti. Rata-

rata anggota KUBE Bintang Bakery adalah ibu rumah tangga yang

suaminya bekerja sebagai buruh harian.

d. Ketersediaan Bantuan Modal Usaha

Tahun 2009 KUBE Bintang Bakery mendapatkan bantuan

uang senialai 30 juta. Dana tersebut diberikan melalui Program

Bantuan Kesejahteraan Sosial dari Kementerian Sosial RI. Dana

bantuan tersebut mereka gunakan untuk membeli alat-alat

perlengkapan pembuatan roti. Alat-alat tersebut seperti : oven kecil,

mixer, baskom plastik, loyang, serta bahan-bahan dasar untuk

pembuatan roti. Kemudian pada tahun 2012 KUBE Bintang Bakery

kembali mendapatkan bantuan dari Suku Dinas Sosial, berupa mesin

Page 99: NUR FAJRINA-FDK.pdf

87

mixer untuk pengadon bahan roti dan oven dengan ukuran sedang.

Bantuan ini diberikan pemerintah kepada mereka, dikarenakan melihat

perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh KUBE Bintang Bakery

sangatlah besar. Seperti penuturan ketua KUBE Bintang Bakery yang

biasa disebut pak Jerry bahwa:5

“Kita menerima bantuan udah dua kali, yang pertama tahun 2009bantuannya berupa uang 30 juta. Dan itu kami belikan alat-alatperlengkapan pembuatan roti, kan dulu kita masih pake tangganngadon adonan rotinya. Pas nerima bantuan kami belikan mikser buatngadon, oven kecil, baskom plastik, loyang, bahan-bahan dasar untukpembuatan roti. Terus tahun 2012 kita mendapatkan bantuan lagi tapiberupa barang, karena waktu itu gubernurnya jokowi kami dapetbantuan dari dinas sosial berupa mixer sedang dan oven untukpanggangan roti, itu ada barangnya yang dilabelin kuning.”

e. Ketersediaan Panduan Teknis

Panduan teknis diadakan pada sosialisasi program KUBE yang

diikuti dalam pelatihan pembentukan KUBE. Sosialisasi program ini

hanya diikuti oleh ketua KUBE saja. Di dalam sosialisasi program

KUBE membahas beberapa panduan teknis dalam pembentukan

KUBE seperti: kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin,

mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE,

pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan

5 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015

Page 100: NUR FAJRINA-FDK.pdf

88

pengembangan kemitraan usaha. Seperti penuturan ketua KUBE

Bintang Bakery yang biasa disebut pak Jerry bahwa:6

“Waktu sosialisasi program KUBE cuma ketua KUBE aja yang ikutanggotanya tetep bikin roti disini. Sosialisasi program KUBEmembahas materi seputar kebijakan dan program pemberdayaan fakirmiskin, mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompokKUBE, pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, danpengembangan kemitraan usaha. Disana kita kumpul sama KUBE-KUBE lainnya yang baru terbentuk, disana diberi pelatihan seputarmembangun KUBE. Jadi yang ikut cuma ketua-ketuanya aja.”

2. Indikator Proses

a. Bagaimana proses sosialisasi dan pelatihan KUBE dilaksanakan?

Proses sosialisasi dan pelatihan KUBE hanya di tunjukkan

kepada ketua KUBE saja. Di dalam sosialisasi program KUBE

membahas beberapa hal-hal yang diperlukan dalam pembentukan

KUBE seperti: kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin,

mekanisme dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE,

pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan

pengembangan kemitraan usaha. Sedangkan pelatihan untuk

menekuni usaha pembuatan roti dilakukan di luar dari pelatihan

yang diadakan oleh pemerintahan setempat. Seperti penuturan

ketua KUBE Bintang Bakery yang biasa disebut pak Jerry bahwa:7

6 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 20157 Wawancara Pribadi dengan Jerry Purnomo, Jakarta 13 Maret 2015

Page 101: NUR FAJRINA-FDK.pdf

89

“Waktu sosialisasi program KUBE cuma ketua KUBE aja yangikut anggotanya tetep bikin roti disini. Sosialisasi program KUBEmembahas materi seputar kebijakan dan program pemberdayaanfakir miskin, mekanisme dan prosedur, administrasi dalamkelompok KUBE, pengembangan usaha, pengembangan sosialbudaya, dan pengembangan kemitraan usaha. Disana kita kumpulsama KUBE-KUBE lainnya yang baru terbentuk, disana diberipelatihan seputar membangun KUBE. Jadi yang ikut cuma ketua-ketuanya aja.”

b. Adakah pelatihan-pelatihan yang mendukung perkembangan usaha

KUBE?

Pelatihan-pelatihan untuk mendukung usaha pembuatan

roti, mereka biasanya mendapatkan undangan-undangan dari

pabrik-pabrik tepung terigu yang ingin mengeluarkan produk

barunya. Di sana mereka diberi pelatihan seperti pembuatan kue

dan pembuatan aneka roti. Mereka juga sudah mengikuti pelatihan

kemasan produk yang baik dan menarik untuk bahan makanan.

Seperti penuturan salah satu anggota KUBE Bintang Bakery yang

bernama Nur Hayati bahwa:8

“saya juga pernah mengikuti pelatihan mengenai kemasan produk,jadi kemasan yang baik untuk di konsumsi oleh masyarakat luasseperti apa….. missal… sterofom itu kan banyak jenisnya adayang tahan panas ada yang tahan dingin dan lain sebagainya. Kitadisana juga mempelajari plastik yang baik untuk kemasan.”

8 Wawancara Pribadi dengan Nur Hayati, Jakarta 20 Maret 2015

Page 102: NUR FAJRINA-FDK.pdf

90

c. Jenis usaha apa yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery?

Usaha yang dikembangkan oleh KUBE Bintang Bakery

adalah usaha yang sifatnya mingguan. Mereka menerima honor

dari pemasaran roti yang mereka pasarkan pada setiap minggunya.

Sedangkan usaha yang mereka tekuni adalah pembuatan aneka

roti. Seperti penuturan dari ibu. Lili bahwa:9

“Kita menerima honor dari koperasi pabrik-pabrik tersebutmingguan karena penggantian roti setiap seminggu tiga kali, kaloada roti yang cepet BS maka di potong bayaran dari persedian rotidi awal yang kita berikan. Lagi juga kan kita harus beli bahan bakuuntuk minggu depan, kalo bukan mingguan ya kami kerepotandalam urusan dana.”

d. Apakah bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha

yang di tekuni oleh KUBE Bintang Bakery?

Bantuan yang diberikan dari pihak pemerintahan pada

tahun 2009 sangatlah membantu untuk usaha pembuatan roti,

meski tak sesuai dengan harapan akan tetapi dapat membantu

pendanaan dalam pembuatan aneka roti. Sedangkan pada tahun

2012 mereka mendapatkan bantuan 1 mixer berukuran 10 kg

adonan roti dan oven untuk memanggang roti. Bantuan ini dinilai

sangatlah efektif bagi KUBE Bintang Bakery dikarenakan lebih

real dengan adanya bantuan barang sangat membantu.

9 Wawancara Pribadi dengan Lili, Jakarta 18 Maret 2015

Page 103: NUR FAJRINA-FDK.pdf

91

3. Indikator Output

a. Terlaksananya Sosialisasi Program

Sosialisasi program merupakan suatu kegiatan penerangan

tentang pemberdayaan masyarakat miskin yang dilaksanakan

secara lisan, tertulis maupun melalui peragaan ditunjukan kepada

masyarakat miskin calon penerima program untuk memberikan

pengertian dan membangkitkan kesadaran serta motivasi untuk

melaksanakan usaha dan untuk memecahkan masalah sosialnya.

Dalam hal ini sosialisasi program KUBE hanya diikuti oleh

ketua KUBE saja, sosialisasi program KUBE diberikan materi

tentang panduan teknis KUBE, materi panduan teknis seperti:

kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin, mekanisme

dan prosedur, administrasi dalam kelompok KUBE,

pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan

pengembangan kemitraan usaha. Sementara anggota KUBE

lainnya hanya mendengarkan pemaparan yang sudah didapat ketua

KUBE lalu berbagai pengetahuan dengan anggota KUBE lainnya.

Anggota KUBE diberi pemaparan singkat tentang apa itu KUBE

dan bagaimana mekanisme usaha yang harus mereka tekuni.

Page 104: NUR FAJRINA-FDK.pdf

92

b. Terlaksananya Pendampingan Sosial

Pendamping sosial adalah suatu proses menjalin relasi

antara pendamping dengan KUBE dan masyarakat sekitarnya

dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat dukungan,

mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam pemenuhan

kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses anggota terhadap

pelayanan sosial dasar, lapangan kerja dan fasilitas pelayanan

publik lainnya.

Pendamping adalah seseorang atau sekelompok orang yang

memiliki kompetensi untuk bekerja sama dengan KUBE dalam

mengembangkan berbagai gagasan dan aksi mencapai tujuan

kelompok tersebut. Pendamping sosial ditugaskan untuk

menggarahkan usaha yang mereka jalani.

Pendampingan pada KUBE Bintang Bakery dilakukan

sebulan sekali. Jumlah total tenaga pendamping yang

mendampingi KUBE Bintang Bakery ada 5 orang yang terdiri dari:

1 pendamping lokal (pendamping dari wilayah Kel.Gedong), 1

pendamping sosial (pendamping dari Kecamatan Pasar Rebo), dan

3 pendamping dinas (pendamping pemerintahan TKSK Jakarta

Timur). Adapun fungsi dari pendampingan tersebut akan

menanyakan atau berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE

Page 105: NUR FAJRINA-FDK.pdf

93

Bintang Bakery atau tidak, memberikan solusi pada suatu masalah

yang sedang dihadapi, memberikan bimbingan dan motivasi dalam

peningkatan usaha, dan menjadi penghubung KUBE dengan pihak

lainnya.

c. Terlaksananya Didentifikasi Dan Seleksi

Kegiatan untuk mengidentifikasi dan menyeleksi calon

anggota KUBE Bintang Bakery berdasarkan penghasilan rendah

per kepala keluarga, keterbatasan dalam kepemilikan harta benda,

dan mempunyai kemauan serta keterampilan dalam pembuatan

roti. Rata-rata anggota KUBE Bintang Bakery adalah ibu rumah

tangga yang suaminya bekerja sebagai buruh harian.

d. Terlaksananya Bantuan Sosial

Pemberian bantuan sosial yang diberikan kepada

masyarakat miskin bertujuan untuk mengurangi taraf kesenjangan

sosial. Pemberian bantuan sosial diberikan sampai kegiatan KUBE

telah menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya secara mandiri.

Pemberian bantuan sosial yang didapatkan oleh KUBE

Bintang Bakery pada tahun 2009 berupa uang senilai 30 juta yang

diberikan langsung kepada ketua KUBE. Adapun proses penaluran

Page 106: NUR FAJRINA-FDK.pdf

94

bantuan modal usaha yakni dari Dinas Sosial mereka menyuruh

ketua KUBE untuk membuatkan rekening baru, kemdian mereka

baru bisa menggambil uang bantuan modal usaha setelah membuat

rekening di bank. Pengambilan uangnya harus didampingi oleh

pendamping sosial setempat setelah itu dana bantuan modal sosial

baru bisa cair. Kemudian pada tahun 2012 KUBE Bintang Bakery

kembali mendapatkan bantuan dari Suku Dinas Sosial, berupa

mesin mixer untuk pengadon bahan roti dan oven dengan ukuran

sedang. Bantuan ini diberikan pemerintah kepada mereka,

dikarenakan melihat perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh

KUBE Bintang Bakery sangatlah besar.

4. Indikator Outcomes

a. Terbentuknya KUBE Yang Terorganisir Dengan Baik

Terbentuknya KUBE yang terorganisir dengan baik

ditandai oleh adanya keberadaan struktur organisasi dalam KUBE.

Di dalam KUBE Bintang Bakery terpampang jelas ada struktur

kepengurusan dari KUBE Bintang Bakery tersebut. Struktur

kepengurusan KUBE Bintang Bakery terdiri dari satu orang ketua

KUBE, satu orang bendahara KUBE, satu orang sekretaris KUBE,

dan tujuh orang anggota KUBE. Pembagian tugas pun jelas

Page 107: NUR FAJRINA-FDK.pdf

95

terperinci ada bagian-bagian tugas yang harus mereka lakukan.

Adapun persoalan administrasi atau pembukuan KUBE Bintang

Bakery mempunyai buku daftar keanggotaan, buku daftar tamu,

buku kas keuangan, buku inventaris yang di susun scara teratur

pada setiap bulannya. Di dalam KUBE Bintang Bakery tidak

memiliki tempat skretariat sendiri atau tempat berkumpul, mereka

berkumpul atau ada acara pertemuan dilakukan di rumah ketua

KUBE Bintang Bakery.

b. Meningkatnya Produktifitas dengan Usaha KUBE

Dalam peningkatkan produktifitas usaha KUBE Bintang

Bakery ditandai oleh beberapa kemajuan diantaranya:

1) Hasil Produksi

KUBE Bintang Bakery memproduksi roti 3 kali dalam

seminggu, kegiatan memproduksi roti berjalan setiap hari

Senin, Rabu, dan Jumat. Kemudian pada hari selasa, kamis,

dan sabtu digunakan untuk melakukan pemasaran dan

mengantarkan roti-roti tersebut kepada pelangan.

Bahan tepung terigu dalam memproduksi roti rata-rata per

minggu:

a) Tahun 2010 = 100 kg tepung terigu

b) Tahun 2011 = 150 kg tepung terigu

Page 108: NUR FAJRINA-FDK.pdf

96

c) Tahun 2012 = 175 kg tepung terigu

d) Tahun 2013 = 175 kg tepung terigu

e) Tahun 2014 = 200 kg tepung terigu

2) Produk Unggulan KUBE Bintang Bakrey

Adapun produk unggulan KUBE Bintang Bakrey diantaranya:

a) Roti UNYIL dengan berbagai varian rasa

b) Roti BUAYA dengan berbagai ukuran dan varian rasa

c) Kue tart dengan berbagai bentuk dan variasi sesuai dengan

pesanan

d) Roti Manis dengan 5 rasa (COKPIS, KEJU, KELAPA,

COKLAT, COK WIJEN)

e) Berbagai macam kue kering

3) Daftar Harga

Tabel 4 Daftar Harga Roti KUBE Bintang Bakery

Jenis Roti Tipe / Isi Harga Pabrik Harga pasar

Roti UNYIL Isi 4 buah Rp. 3.200,- Rp. 4.000,-

Roti UNYIL Isi 8 buah Rp. 6.500,- Rp. 8.000,-

Roti Manis 1 buah Rp. 2.300,- Rp. 3.000,-

Roti Buaya

per 1 M

1 papan terdiri dari:

2 buah buaya besar,Rp. 400.000,- Rp. 400.000,-

Page 109: NUR FAJRINA-FDK.pdf

97

2 buah buaya kecil

Roti Buaya

per 1 M

2 papan + 1 papan

kecil terdiri dari :

2 buaya besar, telur

buaya, 3 anak

buaya

Rp. 500.000,- Rp. 500.000,-

Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014

4) Pengupahan

Pengupahan berdasarkan per adonan roti (2 Kg. Terigu)

a) Pengadon : Rp. 1.500,-

b) Pemotong pisang : Rp. 700,-

c) Pemotong adonan :Rp. 1.500,-

d) Pembentuk roti :Rp. 1.000,-

e) Pemanggang :Rp. 1.500,-

f) Pengemas :Rp. 800,-

g) Pemasangan label :Rp. 15.000,-/ Kg. Plastik

h) Pemasaran :Rp. 300,-/ Pack Roti

Page 110: NUR FAJRINA-FDK.pdf

98

5) Pembagian Hasil Usaha

KUBE Bintang Bakery sampai saat ini sudah dapat

membagiakan hasil usaha KUBE kepada 10 orang anggota,

dengan prosentase pembagian sebagai berikut:

a) 25% untuk ketua KUBE

b) 25% untuk skretaris dan bendahara

c) 40% untuk 7 orang anggota KUBE

d) 10% untuk kas KUBE atau uang iuran kesejahteraan sosial

6) Kondisi Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan

Tabel 5 Kondisi Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan

No Indikator Sebelum Mendapat Bantuan Sesudah Mendapatkan Bantuan

1Jenis

Produksi

Jenis produksi terbatas pada

roti UNYIL dengan isi pisang

coklat saja

Jenis roti menjadi beragam. Roti

UNYIL, roti manis dengan

berbagai varian rasa, serta roti

buaya penganten

2 Pemasaran

Pemasaran hanya

dilingkungan sekitar dan

warung-warung kecil

Pemasaran mulai merambah ke

koprasi-koprasi karyawan, kantor-

kantor, pabrik, serta swalayan.

3 Kualitas Tempat produksi masih Tempat produksi dan ruang

Page 111: NUR FAJRINA-FDK.pdf

99

dan Proses

Produksi

bercampur dengan ruang

keluarga. Dan proses

pembuatan adonan roti masih

menggunakan tangan.

keluarga telah di pisah. Dan

proses pembuatan adonan roti

telah menggunakan mesin adonan.

4

Nilai

Penjualan

Rata-Rata

per- bulan

Rp. 800.000,-

(termasuk tanggungan

keuntungan bersih dan kotor)

Rp. 90.000.000,-

(termasuk tanggungan keuntungan

bersih dan kotor)

5

Modal

Usaha

(Aset)

Dana, Rp 200.000,-

Bahan/ peralatan :

1. Oven kecil

2. Mixer tangan

3. Loyang

Dana, Rp 8 Jt- 12 Jt

Bahan/ peralatan :

1. Oven besar

2. Mixer kapasitas 10 Kg

3. Loyang besar

6 Jenis Usaha Kue Kering

1. Aneka roti manis

2. Roti UNYIL

3. Roti Buaya

7 Keuntungan 50 % 50% - 70%

Page 112: NUR FAJRINA-FDK.pdf

100

Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014

7) Asset sebelum dan Sesudah Mendapatkan Bantuan

Tabel 6 Inventaris KUBE Bintang Bakery

8 Kerugian --- 30% dari penjualan

9 Anggota 8 orang 10 orang

No Nama Barang

Sebelum

mendapatkan

bantuan

Sesudah

mendapatkan

bantuan

Jumlah Kondisi

1 Motor - 2 buah 2 buah Baik

2 Oven Kecil 2 buah - 2 buah Baik

3 Oven Besar - 2 buah 2 buah Baik

4 Mesin Pengaduk - 2 buah 1 buah Baik, Rusak

5 Loyang 50 buah 120 buah 120 buah Cukup Baik

6 Rak Kayu 1 set 3 set 3 set Baik

Page 113: NUR FAJRINA-FDK.pdf

101

Sumber: Data KUBE Bintang Bakery Tahun 2014

7 Pisau Potong 2 buah 10 buah 10 buah Baik

8 Baskom Adonan 5 buah 10 buah 10 buah Baik

9 Timbangan 1 buah 1 buah 1 buah Cukup Baik

10 Mesin Press - 1 buah 1 buah Baik

11 Tabung Gas 3 Kg 1 buah 2 buah 2 buah Baik

12 Tabung Gas 12 Kg - 3 buah 3 buah Baik

13 Tempat Solasi 1 buah 2 buah 2 buah Baik

14 Dispenser - 1 buah 1 buah Baik

15 Gallon - 2 buah 2 buah Baik

16 Setreples 1 buah 2 buah 2 buah Baik

17 Meja Produksi 1 buah 1 buah 1 buah Baik

18 Lap 3 buah 6 buah 6 buah Baik

19 Tempat Susu 3 buah 6 buah 6 buah Baik

20 Kipas Angin - 3 buah 3 buah Baik

21 Lemari Es - 1 buah 1 buah Baik

22 Keranjang - 10 buah 10 buah Baik

23 1 Set Komputer - 1 buah 1 buah Baik

24 Bahan BakuTersedia

2.000.000

Tersedia

10.000.000

Tersedia

10.000.000

Page 114: NUR FAJRINA-FDK.pdf

102

8) Prestasi

Pada bulan Juni 2012, KUBE Bintang Bakery

mendapat juara Pertama pada lomba KUBE tingkat Kota

Jakarta Timur. Hal ini merupakan prestasi pertama yang

dicapai oleh KUBE Bintang Bakery pada tahun 2012. KUBE

kami mendapatkan hadiah berupa Uang sejumlah Rp.

2.000.000,- dan perkakas berupa CUP SEALER(Alat untuk

menutup gelas plastik dengan cara di pres). Hadiah tersebut

kami manfaatkan untuk membuka warung minuman dan

makanan kecil, sebagai pengembangan usaha.Ternyata respon

masyarakat sekitar bagus sekali. Sehingga hasil dari penjualan

dapat menambah penghasilan KUBE .

c. Pendayagunaan Potensi Lokal

KUBE Bintang Bakery memanfaatkan potensi lokal yang

ada hingga saat ini, KUBE Bintang Bakery tidak memiliki

karyawan untuk membantu dalam pembuatan roti. Mereka hanya

memanfaatkan anggota yang ada semaksimal mungkin sehingga

uang yang didapatkan lebih diguna kebutuhan para anggota.

Page 115: NUR FAJRINA-FDK.pdf

103

d. Pemanfaatan Iuran Kesetiakawanan Sosial.

Pemanfaatan iuran kesetiakawanan sosial dilakukan

dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial. Adapun kegiatan

sosial yang dilakuakan oleh KUBE Bintang Bakery diantaranya:

1) Kegiatan pertemuan anggota KUBE dengan pendamping

KUBE dilaksanakan selama sebulan sekali, pertemuan ini

membicarakan berbagai masalah yang dihadapi oleh anggota

KUBE Bintang Bakery serta mencari solusi atau jalan

keluarnya secara musyawarah mufakat.

2) Kegiatan arisan yang diikuti oleh anggota KUBE dan warga

masyarakat sekitar lingkungan KUBE Bintang Bakery. Arisan

diadakan secara rutin pada setiap minggunya dengan besar

nominal uang yang dikeluarkan sebesar Rp. 20.000,- dan

diikuti oleh 50 orang, adapun arisan bulanan sebesar Rp.

100.000,- yang diikuti oleh 50 orang.

3) Kegiatan santunan untuk anak yatim yang dilaksanakan

setahun sekali

4) Kegiatan buka bersama pada awal dan akhir bulan ramadhan

5) Kegiatan peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan

dalam bentuk pemberian dukungan dana, tenaga, dan upaya

dalam rangka berpartisipasi dengan KUBE Bintang Bakery

Page 116: NUR FAJRINA-FDK.pdf

104

5. Indikator dampak (Impacts)

Di dalam indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan

dalam jangka panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik

berdampak positif maupun dampak negatif. Indikator dampak

(impacts) merupakan suatu implikasi dari adanya suatu kegiatan

KUBE. Pada indikator ini, dampak positif yang dihasilkan dari adanya

kegiatan KUBE di antaranya: meningkatnya pendapatan

perekonomian keluarga, para anggota mampu memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari, adanya dampak dari pemberdayaan yang dilakukan

seperti: adanya bantuan dana dari iuran kesetiakawannan yang

dimanfaatkan untuk biaya pendidikan anak, pengobatan, dan perbaikan

rumah tinggal, terciptanya cabang otlet roti di sekitar, dan mampu

bermitra dengan beberapa perusahaan seperti:

a. Koperasi RSUD Pasar Rebo, Jl. Raya Bogor

b. Koprasi RS Persahabatan, Rawamangun

c. Koprasi PT. National Gobel, Jl. Raya Bogor

d. Koprasi Pabrik Susu Bendera, Jl. Raya Bogor

e. Koperasi PT. EBARA , Cimanggis Jl. Raya Bogor

f. Koperasi PT. Mustika Ratu, Jl. Mustika Ratu Ciracas

g. Koperasi Puskesmas Kramat Jati, Jl. Raya Tengah

h. Koperasi Puskesmas Pasar Minggu, Jl. Jagakarsa

Page 117: NUR FAJRINA-FDK.pdf

105

i. Koperasi BKN, Cililitan

j. Koperasi Departemen Agama, Jl. Ahmad Yani

k. Kantin Sekolah MAN 2, Ciracas

l. Swalayan Pitstop, Jl. Tanjung Barat

m. Swalayan Standart, Jl. Jagakarsa, DLL.

Adapun dampak negatif dari adanya kegiatan KUBE Bintang

Bakery di antaranya: terdapat kecemburuan sosial baik terhadap

bantuan dana yang terlah diberikan kepada KUBE Bintang Bakery dan

kecemburuan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar dengan para

anggota karyawan KUBE.

Sebagai suatu aktivitas tentu ada berbagai faktor yang

mendukung dan menghambat pelaksanaan kegiatan. Menurut

responden yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan

mengatakan ada sejumlah faktor pendukung pelaksanaan kegiatan.

Faktor pendukung dari adanya kegiatan KUBE Bintang Bakery yakni:

adanya motivasi yang tinggi dari teman-teman dalam pembuatan roti,

meskipun para anggota KUBE mempunyai tingkat pendidikan yang

rata-rata lulusan SLTA/ SMK akan tetapi mereka mempunyai

keterampilan dasar seperti: keahlian dalam membuat kue kering dan

keahlian dalam merias wajah. Kekompakan para pengurus KUBE,

anggota KUBE, maupun pendamping lokal dan sosial KUBE dalam

Page 118: NUR FAJRINA-FDK.pdf

106

kehadiran setiap pertemuan. Dari setiap permasalahan yang ada pada

kegiatan KUBE Bintang Bakery, mereka memecahkan permasalahan

dengan cara bermusyawarah dan saling memberi masukan dan saran.

Sedangkan faktor-faktor penghambat yang sering dialami oleh

anggota KUBE, antara lain para anggota KUBE mempunyai tingkat

pendidikan yang rata-rata lulusan SLTA/ SMK, keterbatasan modal

usaha, keterbatasan bahan baku dikala musim krisis, dan persaingan

usaha dengan pengusaha pembuat roti lainnya.

Page 119: NUR FAJRINA-FDK.pdf

107

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Evaluasi Program Terhadap Proses Pelaksanaan Kegiatan Kelompok

Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery dalam Bidang Usaha

Pembuatan Roti

Dalam bab empat ini, penulis menganalisa hasil dari temuan lapangan

yang sebelumnya telah dijelaskan pada bagian bab tiga. Pada bagian ini

penulis menguraikan analisis terhadap berbagai hasil penelitian, baik

mengenai data dan informasi yang diperoleh melalui studi dokumentasi,

melalui instrument penelitian, maupun melalui wawancara mendalam.

Analisis yang dilakukan dalam bab ini menggunakan pendekatan Model

Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang meliputi:

masukan (Inputs), Proses (Process), Keluaran (Output), Manfaat (Outcomes),

dan Dampak (Impacts).

1. Indikator Masukan (Inputs)

Indikator masukan (Inputs) akan mengidentifikasi sumber daya

yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur

jumlah sumber daya seperti: keterdiaan dana, ketersediaan SDM atau

Page 120: NUR FAJRINA-FDK.pdf

108

petugas, ketersediaan informasi masyarakat miskin, ketersediaan bantuan

modal usaha, dan ketersediaan panduan teknis.

Menurut Ife, sebagaimana yang sudah dipaparkan pada tinjauan

teoritis sebelumnya, bahwa pemberdayaan merupakan upaya penyediaan

berbagai sumber, kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada

seseorang atau sekelompok orang untuk menetukan masa depannya dan

untuk berpartisipasi dalam memengaruhi kehidupan komunitas mereka. Di

dalam hasil penelitian proses pemberdayaan yang dilakukan sudah sesuai

dengan apa yang dikatakan Ife dimana KUBE telah menyediakan berbagai

sumber yaitu berupa bantuan dana sebesar 30 juta pada tahun 2009 serta

barang berupa oven dan mixer pada tahun 2012. Menurut peneliti ukuran

besarnya bantuan sesungguhnya bukan ukuran kecil bagi 10 orang yang

tergolong masyarakat miskin. Dalam penyaluran bantuan ada yang

diberikan dalam bentuk barang dan ada yang diberikan dalam bentuk uang

melalui rekening dan kemudian uangnya dicairkan oleh anggota dan

dibenlanjakan sesuai dengan kebutuhan anggota KUBE. Pada umumnya

mereka yang menerima bantuan dalam bentuk barang mereka merasa lebih

puas karena mereka dapat menggunakan bantuan barang secara langsung

tanpa memikirkan harga barang tersebut.

Kemudian KUBE Bintang Bakery tidak berdiri dengan

ketersediaan modal yang telah diberikan oleh pemerintah saja akan tetapi

Page 121: NUR FAJRINA-FDK.pdf

109

KUBE Bintang Bakery mempunyai ketersedianan dana dalam menopang

permodalan pada pembuatan roti. Pendanaan yang dikeluarkan oleh

KUBE Bintang Bakery dalam pembuatan roti setiap minggunya, mereka

menyiapkan dana sebesar Rp. 2.000.000,- untuk kebutuhan bahan baku

pembuatan roti. Pendanaan ini mereka keluarkan pada setiap minggunya,

sebelum mereka menerima bantuan dana dari KEMSOS. Kemudian

mereka mempunyai alat-alat untuk membuatan roti seperti: oven kecil,

Loyang, 1 set rak kayu, 1 meja produksi, dll.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, kesimpulan

pada indikator input adalah mulai dari ketersediaan dana yang disediakan

oleh KUBE Bintang Bakey sangat mendukung permodalan untuk produksi

roti yang mana modal yang disediakan KUBE Bintang Bakery berupa

peralatan diantaranya oven kecil, loyang, 1 set rak kayu, 1 meja produksi

dengan kualitas yang sangat baik akan tetapi pada pemanggang atau oven

yang digunakan untuk produksi roti kurang bagus untuk dipergunakan.

Jika kita melihat modal berupa uang yang di keluarkan oleh KUBE

Bintang Bakey pada tiap minggunya, KUBE Bintang Bakey

mengeluarkan dana Rp. 2.000.000,- untuk kebutuhan bahan baku seperti

bahan utama yakni tepung terigu sebesar 200 Kg perminggunya. Hal ini

disesuaikan dengan minat pembeli atau pemesanan roti.

Page 122: NUR FAJRINA-FDK.pdf

110

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bintang Bakery

beranggotakan sebanyak sepuluh orang, yang terdiri dari satu orang ketua,

satu orang bendahara, satu orang sekertaris, dan tujuh orang anggota

dengan menekuni usaha pembuatan roti. Semua anggota KUBE Bintang

Bakery bertempat tinggal di sekitar lingkungan pembuatan roti itu berada.

Dalam pemilihan anggota KUBE Bintang Bakery berdasarkan rasa saling

tolong menolong, melihat di lingkungan sekitar pembuatan roti ini banyak

warga yang kurang mampu dalam hal ekonomi. Kebanyakan dari warga

setempat mempunyai profesi sebagai buruh harian, tukang ojek, dan

pekerja pabrik. Maka dari itu Bapak Jerry menunjuk orang-orang yang

memiliki kriteria seperti: penduduk setempat, warga yang kurang mampu

dalam hal pendapatan ekonomi, memiliki minat, potensi, keterampilan,

dan kemauan dalam menekuni usaha pembuatan roti.

Menurut peneliti hal ini sesuai dengan salah satu kriteria dari

sasaran program yakni mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbagai

hal, seperti: keterbatasan dalam pendapatan, perumahan, kesehatan,

pendidikan, kemampuan, keterampilan, kepemilikan, modal, komunikasi,

teknologi, dan lain-lain. Kemudian jumlah anggota KUBE sudah sesuai

dengan yang ditetapkan dengan aturan pembentukan KUBE yakni

beranggotakan sebanyak 10 orang.

Page 123: NUR FAJRINA-FDK.pdf

111

Selain anggota KUBE, mereka memiliki pendamping dalam

menggarahkan usaha yang mereka jalani. Pendampingan pada KUBE

Bintang Bakery dilakukan sebulan sekali. Adanya pendampingan ini

sangat relevan dengan apa yang dikemukakan oleh Tampubolon dimana

selain 5 komponen utama yang sudah dijelaskan sebelumnya, masih ada

komponen pendukung, yaitu (a) pendampingan, (b) jaringan kerjasama,

(c) inovasi. Adapun fungsi dari pendampingan tersebut akan menanyakan

atau berdiskusi apakah ada permasalahan pada KUBE Bintang Bakery

atau tidak, memberikan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi,

memberikan bimbingan dan motivasi dalam peningkatan usaha, dan

menjadi penghubung KUBE dengan pihak lainnya. Untuk ketersediaan

pendampingan menurut peneliti, pendampingan sudah dilakukan sejak

awal terbentuknya KUBE yang beranggotakan sebanyak 5 orang. Adanya

pendampingan ini sangat mendukung untuk perkembangan KUBE

selanjutnya dikarenakan tugas pendamping adalah sebagai pemecah

permasalahan yang ada dan memberikan solusi yang terbaik untuk

keberlangsungan kegiatan KUBE Bintang Bakery.

Aspek input lainnya adalah panduan teknis dalam melaksanakan

kegiatan KUBE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi adanya

program KUBE, hanya diikuti oleh para ketua KUBE saja. Sedangkan

untuk anggota KUBE itu sendiri tidak ada sosialisasi program KUBE.

Page 124: NUR FAJRINA-FDK.pdf

112

Mereka mengetahui hanya melalui pemberitaan sosialisasi program dari

ketua KUBE.

Pada point ketersediaan panduan teknis dalam sosialisasi, peneliti

melihat bahwa pemahamaan materi yang diberikan untuk kegiatan

keberlangsungan KUBE sangatlah bermanfaat. Hal ini ditandai oleh

mekanisme dan prosedur dalam pengembangan usaha yang dilakukan

KUBE Bintang Bakery sangat sesuai dengan anjuran panduan teknis dan

anjuran pendamping sosial. Sehingga terlihat kemajuan usaha dari KUBE

Bintang Bakery. Sedangkan pemahaman materi yang diberikan oleh pihak

dinas pemerintahan sangatlah dipahami oleh ketua KUBE Bintang

Bakery, yang kemudian materi tersebut diterapkan dalam kegiatan

keberlangsungan KUBE Bintang Bakery. Dan tidak jarang ketua KUBE

Bintang Bakery menjadi narasumber untuk panduan teknis dalam

sosialisasi untuk pembentukan KUBE baru, melihat KUBE yang

dijalankan olehnya sangat maju dan berprestasi.

2. Indikator Proses (Process)

Pada indikator proses ini, penulis memfokuskan pada pelaksanaan

program serta penyediaan informasi-informasi mengenai program KUBE

tersebut. Indikator proses membahas permasalahan program KUBE

seperti: apakah sosialisasi program dilakukan dengan baik, Apakah

Page 125: NUR FAJRINA-FDK.pdf

113

bantuan yang diberikan sudah relevan dengan jenis usaha yang ditekuni

oleh KUBE Bintang Bakery, apakah ada pelatihan-pelatihan yang diikuti

oleh anggota KUBE.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sosialisasi adanya program

KUBE, hanya diikuti oleh para ketua KUBE saja. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya program pemberdayaan kepada kelompok sasaran kurang

dilakukan bahkan cenderung tidak ada sama sekali. Mereka mengetahui

hanya melalui pemberitaan sosialisasi program dari ketua KUBE. Akan

tetapi para anggota KUBE diikutsertakan di dalam sebuah pelatihan-

pelatihan yang menunjang untuk keterampilan dalam pembuatan roti dan

perkembangan KUBE. Sedangkan untuk pelatihan-pelatihan yang

menunjang perkembangan KUBE, mereka biasanya mendapatkan

undangan dari pabrik-pabrik tepung terigu yang ingin mengeluarkan

produk barunya. Pelatihan-pelatihan yang pernah mereka ikuti seperti:

pelatihan membuat roti dan pelatihan pengemasan pada suatu produk.

Mengacu pada konsep Ife pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk

memberikan pengetahuan dan keterampilan. Kemudian konsep yang

dikemukakan oleh Tampubolon pelatihan (kemampuan) merupakan

komponen utama dalam proses pemberdayaan, maka pelatihan merupakan

unsur penting dalam pemberdayaan.

Page 126: NUR FAJRINA-FDK.pdf

114

Menurut peneliti pelatihan ini sangat menunjang untuk

keterampilan yang dimiliki oleh anggota KUBE Bintang Bakery.

Meskipun pelatihan tersebut tidak diadakan dari pemerintah setempat

untuk mendukung kemajuan KUBE tetapi anggota KUBE memiliki

semangat dan kemauan untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh

pihak lain. Hal ini sangat relevan dengan konsep pemberdayaan yang

dikemukakan oleh Ife, yang mana pemberdayaan merupakan suatu upaya

untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan.

Aspek proses lainnya adalah jenis usaha. Jenis usaha ini mengacu

pada konsep pemberdayaan yang dikemukakan oleh Tampubolon, bahwa

jenis usaha KUBE dapat dikelompokkan pada 3 jenis usaha, yaitu: jenis

usaha bersifat harian, jenis usaha bersifat semesteran, dan jenis usaha

bersifat tahunan. Agar bantuan yang diberikan lebih berhasil, maka

bantuan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kehidupan

anggota KUBE. Hasil penelitian di lapangan menggambarkan bahwa,

kegiatan KUBE Bintang Bakery merupakan jenis usaha yang bersifat

harian atau mingguan. Dikarenakan KUBE tersebut dalam satu minggu

memperoleh penghasilan dari pembuatan roti tersebut. KUBE Bintang

Bakery memproduksi roti tiga kali dalam satu minggu, maka KUBE

Bintang Bakery membutuhkan modal untuk membeli bahan baku

membuat roti di setiap minggunya.

Page 127: NUR FAJRINA-FDK.pdf

115

Jika kita melihat jenis bantuan yang didapatkan KUBE Bintang

Bakery pada tahun 2009 sangatlah membantu untuk usaha pembuatan roti.

Bantuan tersebut digunakan untuk membeli perlengkapan produksi roti,

seperti loyang besar, oven pemanggang roti, tabung gas, dll. Sedangkan

pada tahun 2012 mereka mendapatkan bantuan 1 mixer dan oven untuk

memanggang roti. Menurut peneliti bantuan yang diberikan pada tahun

2009 sebanyak 30 juta sangatlah relevan untuk membangun sebuah KUBE

dengan usaha pembuatan roti yang beranggotakan sebanyak 10 orang.

Meski tak sesuai dengan harapan akan tetapi dapat membantu pendanaan

dalam pembuatan aneka roti. Sedangkan pada tahun 2012 bantuan yang

diberikan berupa barang dengan kualitas sangat baik. Oleh karena itu

KUBE Bintang Bakery lebih menyukai bantuan yang berupa barang

daripada bantuan yang berupa uang.

3. Indikator Keluaran (Output)

Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang

dihasilkan oleh suatu program. Dengan membandingkan keluaran dan

sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksanaan

dan pencapaian program kegiatan tersebut sesuai dengan rencana.

Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan

sesuatu program kegiatan apabila indikator ini dikaitkan dengan sasaran

Page 128: NUR FAJRINA-FDK.pdf

116

program kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur. Di dalam

indikator keluaran (output) terdapat hal-hal yang harus dicapai seperti:

terlaksananya sosialisasi program, terlaksananya pendampingan sosial,

terlaksananya identifikasi dan seleksi, terlaksananya bantuan sosial.

Pada indikator ini kegiatan sosialisasi program terlaksana secara

tidak menyeluruh. Kegiatan sosialisasi ini dikhususkan hanya bagi para

ketua KUBE saja, sementara untuk para anggota KUBE hanya

mendengarkan pemaparan lanjutan dari ketua KUBE. Menurut peneliti hal

ini menunjukkan bahwa adanya program pemberdayaan kepada kelompok

sasaran kurang dilakukan bahkan cenderung tidak ada sama sekali.

Kemudian pelaksanaan pendampingan sosial dalam jangka waktu

sebulan sekali, pendampingan ini dilakukan oleh pendamping kecamatan.

Pendamping sosial merupakan suatu proses menjalin relasi antara

pendamping dengan KUBE dan masyarakat sekitarnya dalam rangka

memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai

sumber dan potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta

meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan

kerja dan fasilitas pelayanan publik lainnya. Pendamping harus memiliki

kompetensi untuk bekerja sama dengan KUBE dalam mengembangkan

berbagai gagasan dan aksi mencapai tujuan kelompok tersebut. Hal ini

sangat sesuai dengan konsep pemdampingan yang dikemukakan oleh

Page 129: NUR FAJRINA-FDK.pdf

117

Tampubolon dimana terdapat 3 komponen utama dalam kedinamisan

kegiatan KUBE yakni: pendampingan, jaringan, dan inovasi.

Menurut hasil penelitian bahwa pendamping ditentukan melalui

hasil kesepakatan aparat pemerintahan setempat. Pendampingan pada

KUBE Bintang Bakery sangatlah penting untuk kemajuan kegiatan

KUBE. Menurut pengakuan aanggota KUBE kegiatan pendampingan

berjalan dengan baik ditandai oleh kedatangan pendamping selama

sebulan sekali dan sangat mengayomi dengan permasalahan-permasalahan

yang ada.

Selain itu, pada indikator keluaran (output), dapat terlaksana

identifikasi dan seleksi. KUBE merupakan wadah untuk melakukan

aktivitas, karena itu membentuknya harus dilakukan secara terbuka oleh

anggota KUBE. Bila pembentukan kelompok bukan atas kesepakatan para

anggota dikawatirkan para anggota KUBE menjadi apatis. Hasil penelitian

lapangan menunjukkan bahwa pembentukkan kelompok sudah terbentuk

menjadi 8 orang ketika mereka berusaha kue kering, dan mereka

mempertahankan keanggotaan mereka serta menambah 2 orang, sehingga

mereka membentuk kelompok KUBE yang diberikan bantuan untuk

menjalani usaha pembuatan roti.

Menurut peneliti, dari pegakuan para anggota KUBE, mereka

mengetahui adanya program KUBE dari pihak ketua KUBE, pendamping,

serta aparat kecamatan lewat komunikasi antara individu bukan melalui

Page 130: NUR FAJRINA-FDK.pdf

118

suatu kegiatan sosialisasi. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi kurang

dilakukan kepada masyarakat. Bagaimana proses penentuan anggota yang

tergabung dalam KUBE, para anggota KUBE mengakui bahwa tidak ada

proses penyeleksian untuk anggota KUBE, akan tetapi ketua KUBE yang

menentukan atas dasar prinsip saling tolong menolong sesama warga yang

kurang mampu dalam hal ekonomi.

Pada tahapan terakhir adalah terlaksananya bantuan sosial,

pemberian bantuan sosial kepada masyarakat miskin untuk memelihara

taraf kesenjangan sosialnya. Kegiatan KUBE telah menghasilkan

pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota secara

mandiri. Menurut peneliti bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah

sangatlah relevan dengan kondisi pengurus dan anggota KUBE Bintang

Bakery kala itu. Bantuan senilai 30 juta pada tahun 2009 dapat membantu

permodalan produksi roti. Dan bantuan barang berupa oven dan mixer

pada tahun 2012 disalurkan dengan kualitas yang baik.

4. Indikator Manfaat (Outcomes)

Dalam program kegiatan sosial, indikator ini sangat penting untuk

menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Untuk mengetahui manfaat

yang dihasilkan program kegiatan, perlu disusun indikator manfaat yang

mencerminkan berfungsinya keluaran program tersebut. Pada indikator ini

ditandai dengan terbentuknya KUBE yang terorganisir dengan baik,

Page 131: NUR FAJRINA-FDK.pdf

119

meningkatnya produktifitas dengan usaha KUBE, pendayagunaan potensi

lokal, pemanfaatan iuran kesetiakawanan sosial. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa KUBE yang terorganisir dengan baik terdapat

struktur kepengurusan yang jelas pada KUBE Bintang Bakery, ada

pembagian tugas yang jelas dan terperinci, adanya pembukuan

administrasi KUBE, mempunyai buku daftar keanggotaan, buku daftar

tamu, buku kas keuangan, buku inventaris yang disusun scara teratur.

Menurut peneliti, KUBE Bintang Bakery termasuk KUBE yang

terorganisir dengan baik hal ini tercermin dari beberapa pembukuan yang

tersusun secara teratur, pembagian tugas yang sudah sesuai dengan

perencnaan, serta proses pengambilan keputusan berdasarkan dengan

musyawarah bersama. Akan tetapi KUBE Bintang Bakery tidak memiliki

tempat skretariatan untuk tempat berkumpul dan menyimpan dokumen-

dokumen KUBE.

Kemudian dalam peningkatan produktifitas usaha KUBE Bintang

Bakery, dapat dikatakan bahwa manfaat ekonomis telah dirasakan oleh

anggota KUBE. Hal ini ditandai dengan perubahan pendapatan ekonomi

mereka untuk kebutuhan sehari-hari. Para anggota KUBE tersebut sudah

memiliki tabungan di KUBE Bintang Bakery. Menurut peneliti dalam

peningkatan produktifitas usaha KUBE Bintang Bakery mendapatkan

peningkatan dari tahun ketahun pada modal usaha, nilai rata-rata produksi,

Page 132: NUR FAJRINA-FDK.pdf

120

nilai penjualan, maupun area pemasaran roti KUBE Bintang Bakery

semakin berkembang pesat. Peningkatan tarap hidup anggota KUBE juga

semakin meningkat ditandai oleh adanya tabungan dari beberapa anggota

KUBE, adanya arisan yang dilakukan setiap bulannya. Sedangkan untuk

kerugian yang paling besar yang pernah KUBE Bintang Bakery rasakan

sebanyak 30% dari penjualan roti.

Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa KUBE

Bintang Bakery memanfaatkan iuran kesetiakawanan sosial dengan

mengadakan kegiatan-kegiatan sosial, seperti: kegiatan santunan anak

yatim, bantuan untuk anggota yang sedang sakit, kegiatan buka bersama

pada awal dan akhir bulan ramadhan, dll. Dari kegiatan sosial KUBE

Bintang Bakery terdapat nilai-nilai yang sangat positif bagi masyarakat

sekitar.

5. Indikator Dampak (Impacts).

Indikator impact menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka

panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan, baik berdampak positif

maupun dampak negatif. Indikator dampak (impacts) merupakan suatu

implikasi dari adanya suatu kegiatan KUBE. Pada indikator ini, dampak

positif yang dihasilkan dari adanya kegiatan KUBE diantaranya:

meningkatnya pendapatan perekonomian keluarga, para anggota mampu

Page 133: NUR FAJRINA-FDK.pdf

121

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adanya bantuan dana dari iuran

kesetiakawannan yang dimanfaatkan untuk biaya pendidikan anak,

pengobatan, dan perbaikan rumah tinggal, terciptanya cabang otlet roti di

sekitar wilayah tersebut. Adapun dampak negatif dari adanya kegiatan

KUBE Bintang Bakery, terciptanya kecemburuan sosial dikalangan

masyarakat sekitar.

Dari hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa

komponen input sudah banyak yang tepenuhi dan memenuhi konsep

pemberdayaan yang sebagaimana dikemukakan Ife bahwa pemberdayaan

merupakan upaya penyediaan berbagai sumber, kesempatan, pengetahuan,

dan keterampilan kepada seseorang atau sekelompok orang untuk

menetukan masa depannya dan untuk berpartisipasi dalam memengaruhi

kehidupan komunitas mereka. Proses pemberdayaan yang dilakukan sudah

sesuai dengan apa yang dikatakan Ife dimana KUBE telah menyediakan

berbagai sumber yaitu berupa bantuan dana, ketersediaan dana,

ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi masyarakat miskin,

dan ketersediaan panduan teknis. Kesempatan anggota KUBE untuk

berbagi pegetahuan dan keterampilan antar sesama anggota KUBE Bintang

Bakery.

Demikian juga, dalam setiap indicator, terlihat adanya berbagai

komponen yang hampir sepenuhnya dilakukan dengan optimal. Merujuk

Page 134: NUR FAJRINA-FDK.pdf

122

pada 5 komponen kunci yang dipaparkan Tampubolon dalam keberhasilan

KUBE, yaitu (a) modal (asset), (b) kemampuan atau keterampilan (ability),

(c) kemasyarakatan (community), (d) komitmen (commitment), dan (e)

pasar (market). Hal ini tercermin di dalam setiap komponen di dalam

evaluasi program KUBE. KUBE Bintang Bakery memiliki modal (asset),

keampuan dan keterampilan, kemasyarakatan, komitmen, serta pasar yang

luas. Dari 5 komponen ini saling terhubung satu sama lain. Bayangkan jika

salah satu dari 5 komponen itu hilang, seperti komitmen yang dilakukan

oleh para pengurus dan anggota KUBE. Tanpa adanya komitmen dan

kemauan yang tinggi maka program KUBE Bintang Bakery akan menjadi

sia-sia dan akan menjadi beban bagi para pengurs dan anggota KUBE. Bila

memiliki komeitmen dan kemauan, maka berbagai tahapan yang ada akan

diikuti dengan serius dan penuh tanggung jawab seperti kegiatan

sosialisasi, pelatihan, pertemuan-pertemuan, diskusi, dan tugas-tugas yang

harus dijalankan.

Selain itu, KUBE Bintang Bakery, dalam menjalankan kegiatan

pembuatan roti, menerapkan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan KUBE

diantaranya: amanah, professional, produktif, akuntabel, transparan,

berbasis masyarakat, konsisten, partisipatif, kemandirian, kemitraan, dan

keberlanjutan dalam pengembangan usaha roti. Hal ini tercermin pada hasil

dan prestasi yang diraih oleh KUBE Bintang Bakery.

Page 135: NUR FAJRINA-FDK.pdf

123

Melihat dari setiap indikator tahapan evaluasi program pada

penelitian ini menunjukkan bahwa, evaluasi program proses pelaksanaan

kegiatan kelompok usaha bersama (KUBE) Bintang Bakery terbilang dapat

memenuhi sasaran dan tujuan KUBE dengan standarisasi atau panduan

yang telah ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai program

penanggulangan kemiskinan. Pada indikator input, proses, dan output

penulis melihat bahwa pada indikator tersebut terlihat pemenuhan

persyaratan sasaran program KUBE yang sesuai dengan standarisasi. Hal

ini tercermin pada identifikasi dan seleksi para anggota dan pengurus

KUBE, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar, berkembangnya usaha

kelompok, mewujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomi masyarakat

miskin.

Pada indikator outcome dan impact terlihat pemenuhan dari tujuan-

tujuan program KUBE yang sesuai dengan standarisasi yang ada seperti:

meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui usaha ekonomi produktif

dan usaha kesejahteraan sosial, mengingkatkan prinsip gotong royong

dalam melaksanakan pembangunan dan mengumpulkan dana masyarakat

melalui iuran kesetiakawanan sosial, mampu menyisihkan hasil usaha

untuk ditabung sebagai modal usaha atau keperluan mendadak, terbinanya

kegiatan anggota KUBE, meningkatkan kesejahteraan sosial dan terbinanya

usaha jaminan kesejahteraan sosial.

Page 136: NUR FAJRINA-FDK.pdf

124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa, evaluasi program proses pelaksanaan kegiatan kelompok

usaha bersama (KUBE) Bintang Bakery terbilang dapat memenuhi sasaran

dan tujuan KUBE dengan standarisasi atau panduan yang telah ditetapkan

oleh Kementerian Sosial sebagai program penanggulangan kemiskinan. Pada

indikator input, proses, dan output penulis melihat bahwa pada indikator

tersebut terlihat pemenuhan persyaratan sasaran program KUBE yang sesuai

dengan standarisasi. Hal ini tercermin pada identifikasi dan seleksi para

anggota dan pengurus KUBE, terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar,

berkembangnya usaha kelompok, mewujudkan kemandirian usaha sosial-

ekonomi masyarakat miskin.

Pada indikator outcome dan impact dalam evaluasi program KUBE

terlihat pemenuhan dari tujuan-tujuan program KUBE yang sesuai dengan

standarisasi yang ada seperti: meningkatkan taraf kesejahteraan sosial melalui

usaha ekonomi produktif dan usaha kesejahteraan sosial, mengingkatkan

prinsip gotong royong dalam melaksanakan pembangunan dan

Page 137: NUR FAJRINA-FDK.pdf

125

mengumpulkan dana masyarakat melalui iuran kesetiakawanan sosial, mampu

menyisihkan hasil usaha untuk ditabung sebagai modal usaha atau keperluan

mendadak, terbinanya kegiatan anggota KUBE, meningkatkan kesejahteraan

social dan terbinanya usaha jaminan kesejahteraan sosial.

B. Saran-saran

1. Hendaknya KUBE Bintang Bakery memiliki tempat produksi terpisah dari

rumah pengurus agar lebih efektif dan maksimal dalam berproduksi.

2. Hendaknya di dalam pelatihan-pelatihan yang mendukung perkembangan

KUBE, anggota KUBE hendaknya diikutsertakan dalam pelatihan tersebut

agar menambah wawasan dan keterampilan para anggota KUBE.

3. Menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan untuk ditabung sehingga

ketika dibutuhkan dapat dipergunakan dengan baik.

4. Membentuk koperasi simpan pinjam anggota KUBE Bintang Bakery.

Page 138: NUR FAJRINA-FDK.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta:FEUI, 2001.

Arkanto, Suhaimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, danIlmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana, 2009.

Hikmah, Herry, ed. Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin diWilayah KUBE Rintisan Pusat. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2005.

_______________. Panduan Standarisasi Monitoring Dan Evaluasi ProgramPemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta: Departemen Sosial RI, 2005.

Khatib, RB, Pahlawan Kayo, Kube Sebagai Wahana Intervensi Komunitas DalamPraktek dan Pekerja Sosial. Padang: BBPPKS Padang, 2008.

Moleong, Lexy j. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2014.

Mujiyadi, B. dkk. Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta:Puslitbang Kesejahteraan Sosial- Badiklit Kesejahteraan Sosial- DepartemenSosial RI, 2007.

Rachmiyati, Etty. dkk. Pedoman Umum Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.Jakarta: Kementrian Sosial Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial danPenggulangan Kemiskinan, 2011.

Roebyantho, Haryati. dkk. Dampak Sosial Ekonomi Program PenangananKemiskinan Melalui KUBE. Jakarta: P3KS Press, 2011.

Page 139: NUR FAJRINA-FDK.pdf

Sudjana, H.D. Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Luas Sekolah danPengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production, 2000.

Suhartini, Dkk. Model-model pemberdayaan masyarakat. Yogyakarta, PustakaPesantren Lkis, 2005.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian StrategisPembangunan Kesejahteraan Sosial dan pekerja sosial. Bandung: PT RefikaAditama, 2005.

Sulistiati, dkk. Pola Oprasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin. Jakarta:Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Departemen Sosial RI, 2008.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua.Jakarta: Balai Pustaka. 1995.

Tristiardi, Ardi.Observasi dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing, 2003.

Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi Contoh AplikasiEvaluasi Program: Pengembangan Sumberdaya Manusia, Program NasionalPemberdayaan Masyarakat(PNPM)Mandiri Pedesaan, Kurikulum,Perpustakaan, Dan Buku Teks. Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Sumber Majalah

SOCIETA, “Desaku Menanti”, SOCIETA Majalah Inspiratif BerwawasanKesejahteraan Sosial, Edisi III/ 2014. h. 22-23.

Page 140: NUR FAJRINA-FDK.pdf

Sumber Skripsi

Dawiyah, Siti. Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha Bersama (KUBE)Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset Anggotanya Di Kampung MelayuKabupaten Tanggerang. Skripsi S1 program studi Kesejahteraan SosialFakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Wulandari, Fazra Raissa. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok UsahaBersama Dalampemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Lebak WangiKecamatan Sepatan Timur Tanggerang. Skripsi S1 program studiKesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2011.

Sumber Wawancara

Wawancara pribadi dengan Jerry Purnomo. Jakarta, 13 Maret 2015.

Wawancara pribadi dengan Lili. Jakarta, 18 Maret 2015.

Wawancara pribadi dengan Heru Santoso. Jakarta, 20 Maret 2015.

Wawancara pribadi dengan Nur Hayati. Jakarta, 20 Maret 2015.

Page 141: NUR FAJRINA-FDK.pdf

PEDOMAN WAWANCARA

KUESIONER RESPONDEN PENGURUS KUBE

A. KETERANGAN LOKASI1. Provinsi :2. Kabupaten/Kota :3. Kecamatan :4. Desa/ Kelurahan :5. Sumber dana : APBN/APBD/DEKON tahun :6. Program :

B. KETERANGAN RESPONDEN1. Nama KUBE :2. Tanggal pendirian KUBE (tgl, bln, thn) :3. Alamat KUBE :4. Nama responden :5. Jabatan dalam KUBE :6. Tanda tangan responden :

C. MASUKAN (INPUT)KEBERADAAN SASARAN FAKIR MISKIN1. Apakah ada petugas instansi sosial yang mendatangi saudara dalam rangka

pendataan/penjagaan :(0) Tidak (1) Ya, ………………………………….

KETERSEDIAAN TENAGA PENDAMPING SOSIAL1. Apakah sudah ada tenaga pendamping yang di tugaskan mendampingi usaha saudara :

(0) Belum (1) Sudah

2. Bila “sudah”, waktu efektif mulai bertugas : …………………………………………

KETERSEDIAAN BANTUAN UEP/MODAL USAHA1. Apakah Sdr. telah menerima bantuan UEP/ Modal Usaha

(0) Belum (1) Sudah

Page 142: NUR FAJRINA-FDK.pdf

2. Apabila “sudah”, bagaimana proses penyaluran bantuan UEP/Modal Usaha(0) Diserahkan langsung oleh instansi sosial provinsi(1) Disalurkan melalui rekanan yang ditunjuk(2) Disalurkan melalui lembaga keuangan mikro(3) Disalurkan melalui lembaga perbankan yang ditunjuk(4) Melalui tenaga pendamping(5) Lainnya, …………………………………………………………………..

3. Waktu penerimaan bantuan :a. Bantuan santunan hidup : (Bulan/tahun)b. Bantuan UEP/Modal Usaha : (Bulan/tahun)

D. AKTIFITAS (PROSES)PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM1. Apakah Sdr. telah mengikuti sosialisasi Program : (0) Tidak (1) Ya

2. Apakah Sdr. memahami materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi program(0) Tidak Paham (1) Kurang Paham (2) Paham

3. Apakah materi yang disampaikan pada sosialisasi program sesuai dengan yang dibutuhkandalam pengelolaan KUBE : (0) Tidak (1) Ya

PELAKSANAAN KEGIATAN PENDAMPINGAN SOSIAL

1. apakah ada petugas yang mendampingi saudaraa. Supervisor/ petugas dinas : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulanb. Pendamping sosial : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulanc. Pendamping lokal : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan

2. sebutkan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendaming (apabila kegiatan pendampingantelah dilakukan) :a. Pelaksanaan sosialisasi (0) Tidak (1) Yab. Bimbingan dan motivasi peningkatan usaha (0) Tidak (1) Yac. Penghubung KUBE dengan pihak lain yang membantu (0) Tidak (1) Yad. Membantu pemecahan masalah dalam usaha KUBE (0) Tidak (1) Yae. Membantu pemasaran (0) Tidak (1) Yaf. Lainnya ……………………………………….. (0) Tidak (1) Ya

Page 143: NUR FAJRINA-FDK.pdf

PELAKSANAAN KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN SELEKSI

1. Apakah saudara telah diinformasikan mengenai hasil identifikasi dan seleksi untukpenerimaan bantuan :(0) Belum (1) Sudah

2. Apakah pada tahun ini, dilingkungan Saudara telah ada KUBE baru yang terbentuk :(0) Tidak ada (1) Tidak tahu (2) Ada..................... KUBE

PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL

1. Apabila Sdr. telah menerima bantuan santunan hidup, sebutkan jumlahnya:a. Uang Rp.........................................b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak …………….

2. Apabila Sdr. telah menerima bantuan UEP, sebutkan jumlah dan jenisnya :a. Uang Rp.........................................b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak ……………..

jenis barang .............................................. sebanyak ……………..jenis barang .............................................. sebanyak ……………..

PELAKSANAAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI

1. Apakah sudah ada petugas yang mendatangi saudara dalam rangka monitoring danevaluasi :(0) Tidak ada (1) Ada

2. Apabila sudah, sebutkan waktu kedatangan, jumlah petugas dan nama instansi :a. Waktu ...........................b. Petugas............................. Orangc. Instansi

(0) DEPSOS Pusat (1) Sosial Tk. Provinsi(2) Sosial Tk. Kab. / Kota (3) Tidak tahu (4)...........................................

3. Apabila sudah, sebutkan topik yang diwawancara:a. Kondisi sebelum menerima bantuan (0) Tidak (1) Yab. Jumlah dan jenis bantuan yang diterima (0) Tidak (1) Yac. Manfaat dan hasil yang dirasakan (0) Tidak (1) Yad. Kondisi setelah menerima bantuan (0)Tidak (1) Yae. Ketertiban Instansi Terkait lainnya (0) Tidak (1) Yaf. ....................................................... (0) Tidak (1) Ya

Page 144: NUR FAJRINA-FDK.pdf

E. MANFAAT (OUTCOME)TERBENTUKNYA KUBE YANG TERORGANISIR DENGAN BAIK1. Keberadaan struktur organisasi dalam KUBE :

(0) Tidak ada (1) Ada, tidak jelas dan tidak terinci (2) Ada, jelas dan terinci

2. Penempatan pengurus KUBE :a. Ketua (0) Tidak ada (1) adab. Wakil Ketua (0) Tidak ada (1) adac. Bendahara (0) Tidak ada (1) adad. Sekretaris (0) Tidak ada (1) adae. Urusan seksi (0) Tidak ada (1) adaf. Pengurus lainnya (0) Tidak ada (1) ada

3. Pembagian tugas dan tanggung jawab antar anggota KUBE :(0) Tidak ada (1) Ada, tidak jelas dan tidak terinci (2) Ada, jelas dan terinci

4. Kegiatan administrasi/ pembukuan (apakah dilakukan secara teratur) :a. Buku daftar anggota kelompok : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturb. Buku tamu : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturc. Buku kegiatan/agenda kelompok : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturd. Buku kas/keuangan : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, terature. Buku Inventaris : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturf. Buku simpan pinjam : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teraturg. Lainya : (0) Tidak ada (1) Ada, tidak teratur (2) Ada, teratur

5. Jadwal pertemuan KUBE :(0) Tidak ada (1) Ada, setiap ………………………….

6. Proses pengambilan keputusan dalam setiap pertemuan KUBE :(0) Oleh petugas pendamping (1) sepenuhnya oleh ketua KUBE(2) Musyawarah mufakat (3) ……………………………………………..

7. Kesempatan dalam menyampaikan pendapat dalam pertemuan :(0) Tidak ada (1) Ada, namun terbatas (2) Ada, bebas berpendapat

8. Penyusunan rencana program dan kegiatan :a. Jadwal penyusunan rencana usaha :

(0) tidak dilakukan (1) Dilakukan, tidak rutin (2) Dilakukan, rutinb. Hasil penyusunan rencana usaha :

(0) Tidak ada (1) Ada, tidak jelas (2) Ada, jelas

9. Sekretariat KUBE :(0) Tidak ada (1) Ada, tidak berfungsi (2) Ada, beerfungsi

Page 145: NUR FAJRINA-FDK.pdf

MENINGKATNYA PRODUKTIVITAS USAHA KUBE

Variabel Sebelum Menerima Bantuan Saat Ini

a.Modal Usaha (Aset)

Dana, Rp. …………………..,-Bahan/peralatan,

1.2.3.4.5.

Dana, Rp. …………………..,-Bahan/peralatan,1.2.3.4.5.

b.Jenis Usaha1.2.3.

1.2.3.

c. Nilai Produksi Rata-RataPer-Bulan (apakah jenisusaha KUBE menghasilkansuatu produk baik barangmaupun jasa)

1. Rp.

2. Rp.

3. Rp.

1. Rp.

2. Rp.

3. Rp.

d.Nilai Penjualan Rata-RataPer-Bulan

1. Rp.

2. Rp.

3. Rp.

1. Rp.

2. Rp.

3. Rp.

e.Area Pemasaran Lokal/ Naional/ Internasional Lokal/ Naional/ Internasional

f. Keuntungan Per Kelompok Rp. Rp.

g.Kerugian Per Kelompok Rp. Rp.

h.Tabungan KUBE Rp. Rp.

i. Anggota KUBE Orang Orang

Page 146: NUR FAJRINA-FDK.pdf

PENDAYAGUNAAN POTENSI LOKAL

1. Apakah dalam proses produksi KUBE, ada pemanfaatan potensi lokal (lokasi setempat)a. Tenaga/SDM : (0) Tidak ada (1) Ada, sebanyak………….. Orang

b. Bahan baku : (0) Tidak ada (1) Ada,…………………….…………………………….…………………………….…………………………….

c. Peralatan : (0) Tidak ada (1) Ada,……………………..

……………………………..

.…..….……………………..

……….……………………..

MENINGKATNYA USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL KELUARGA

1. Apakah ada pemanfaatan terhadap iuran kesetiakawanan sosial :(0) Tidak ada (1) Ada

2. Bila ada, sebutkan jumlah iuran kesetiakawanan sosial yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial :a. Dana kematian Rp.b. Dana musibah Rp.c. Dana sakit Rp.d. Dana penyantunan jompo Rp.e. Dana yatim piatu Rp.f. Dana lainnya Rp.

3. Pemanfaatan santunan hidup :a. Pemenuhan pangan (0) Tidak (1)Yab. Perbaikan gizi (0) Tidak (1)Yac. Pemenuhan sandang (0) Tidak (1)Yad. Pendidikan (0) Tidak (1)Yae. Pengobatan (0) Tidak (1)Yaf. Perbaikan rumah tinggal (0) Tidak (1)Yag. Lainnya (0) Tidak (1)Ya

Page 147: NUR FAJRINA-FDK.pdf

F. DAMPAK (IMPACT)MENINGKATKAN USAHA KESEJAHTERAAN DALAM UEP/UKS1. Apakah KUBE sdr. Telah mampu melakukan penggulilran bantuan :

(0) Tidak (1)Ya

2. Bila ya sebutkan jenis dan nilai penggliran :

No. Jenis Pengguliran JumlahPengguliran

Prakiraan nilaipengukuran Jumlah Sasaran

1 Rp.2 Rp.3 Rp.4 Rp.

3. Apakah dalam pelaksanaan aktivitas ekonomi dan UKS, diperlukan bantuan petugaspendamping :(0) Sangat diperlukan (1) Diperlukan (2) Tidak diperlukan

DAMPAK NEGATIF PELAKSANAAN PROGRAM1. Sejak penerimaan bantuan, apakah sdr menemukan terjadinnya kondisi berikut :

a. Ketergantungan pada bantuan sosial (0) Tidak (1) yab. Kecemburuan sosial bagi yang tidak dibantu (0) Tidak (1) yac. Konflik antara penerima bantuan (0) Tidak (1) yad. Ketidaktepatan jenis bantuan (0) Tidak (1) yae. Ketidak tepatan sasaran (0) Tidak (1) yaf. Lainnya (0) Tidak (1) ya

G. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN PROGRAM1. Kehadiran anggota dalam setiap pertemuan :2. Prosentase anggota yang aktif membayar IKS :3. Kendala permasalahan yang terjadi selama menjalankan usaha KUBE :

a. Administrasi dan pembukuan (0) Tidak (1) yab. Modal usaha (0) Tidak (1) yac. Keterampilan yang dimiliki (0) Tidak (1) yad. Akses pengadaan bahan baku (0) Tidak (1) yae. Akses pemasaran produk (0) Tidak (1) yaf. Pengelolahan dan pengemasan produk (0) Tidak (1) yag. Persaingan usaha (0) Tidak (1) yah. Penggunaan teknologi (0) Tidak (1) yai. Kualitas produk (0) Tidak (1) yaj. Akses kemitraan (0) Tidak (1) yak. Lainnya (0) Tidak (1) ya

H. DOKUMMENTASI VISUAL (kondisi saat ini)

Page 148: NUR FAJRINA-FDK.pdf

PEDOMAN WAWANCARA

KUESIONER RESPONDEN ANGGOTA KUBE

A. KETERANGAN LOKASI1. Provinsi :2. Kabupaten/Kota :3. Kecamatan :4. Desa/ Kelurahan :5. Sumber dana : APBN/APBD/DEKON tahun :6. Program :

B. KETEANGAN RESPONDEN1. Nama KUBE :2. Nama jelas responden :3. Posisi dalam KUBE :4. Jumlah anggota keluarga : Orang5. Mata pencaharian di luar KUBE : (0) tidak ada (1)…………………………6. Alamat rumah tinggal :7. Tandatanggan responden :

C. MASUKAN (INPUT)KEBERADAAN SASARAN FAKIR MISKIN1. Apakah ada petugas instansi sosial yang mendatangi saudara dalam rangka

pendataan/penjagaan :(0) Tidak (1) Ya, ………………………………….

KETERSEDIAAN TENAGA PENDAMPING SOSIAL1. Apakah sudah ada tenaga pendamping yang di tugaskan mendampingi usaha saudara :

(0) Belum (1) Sudah

2. Bila “sudah”, waktu efektif mulai bertugas : …………………………………………

KETERSEDIAAN BANTUAN UEP/MODAL USAHA1. Apakah Sdr. telah menerima bantuan UEP/ Modal Usaha

(0) Belum (1) Sudah

Page 149: NUR FAJRINA-FDK.pdf

2. Apabila “sudah”, bagaimana proses penyaluran bantuan UEP/Modal Usaha(0) Diserahkan langsung oleh instansi sosial provinsi(1) Disalurkan melalui rekanan yang ditunjuk(2) Disalurkan melalui lembaga keuangan mikro(3) Disalurkan melalui lembaga perbankan yang ditunjuk(4) Melalui tenaga pendamping(5) Lainnya, …………………………………………………………………..

3. Waktu penerimaan bantuan :a. Bantuan santunan hidup : (Bulan/tahun)b. Bantuan UEP/Modal Usaha : (Bulan/tahun)

D. AKTIFITAS (PROSES)PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM1. Apakah Sdr. telah mengikuti sosialisasi Program : (0) Tidak (1) Ya

2. Apakah Sdr. memahami materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi program(0) Tidak Paham (1) Kurang Paham (2) Paham

3. Apakah materi yang disampaikan pada sosialisasi program sesuai dengan yang dibutuhkandalam pengelolaan KUBE : (0) Tidak (1) Ya

PELAKSANAAN KEGIATAN PENDAMPINGAN SOSIAL

1. apakah ada petugas yang mendampingi saudaraa. Supervisor/ petugas dinas : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulanb. Pendamping sosial : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulanc. Pendamping lokal : (0) Tidak (1) Ya,………… Orang. ……….Kali/bulan

2. sebutkan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendaming (apabila kegiatan pendampingantelah dilakukan) :a. Pelaksanaan sosialisasi (0) Tidak (1) Yab. Bimbingan dan motivasi peningkatan usaha (0) Tidak (1) Yac. Penghubung KUBE dengan pihak lain yang membantu (0) Tidak (1) Yad. Membantu pemecahan masalah dalam usaha KUBE (0) Tidak (1) Yae. Membantu pemasaran (0) Tidak (1) Yaf. Lainnya ……………………………………….. (0) Tidak (1) Ya

Page 150: NUR FAJRINA-FDK.pdf

PELAKSANAAN KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN SELEKSI

1. Apakah saudara telah diinformasikan mengenai hasil identifikasi dan seleksi untukpenerimaan bantuan :(0) Belum (1) Sudah

2. Apakah pada tahun ini, dilingkungan Saudara telah ada KUBE baru yang terbentuk :(0) Tidak ada (1) Tidak tahu (2) Ada..................... KUBE

PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL

1. Apabila Sdr. telah menerima bantuan santunan hidup, sebutkan jumlahnya:a. Uang Rp.........................................b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak …………….

2. Apabila Sdr. telah menerima bantuan UEP, sebutkan jumlah dan jenisnya :a. Uang Rp.........................................b. Barang, jenis barang .............................................. sebanyak ……………..

jenis barang .............................................. sebanyak ……………..jenis barang .............................................. sebanyak ……………..

PELAKSANAAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI

1. Apakah sudah ada petugas yang mendatangi saudara dalam rangka monitoring danevaluasi :(0) Tidak ada (1) Ada

2. Apabila sudah, sebutkan waktu kedatangan, jumlah petugas dan nama instansi :a. Waktu ...........................b. Petugas............................. Orangc. Instansi

(0) DEPSOS Pusat (1) Sosial Tk. Provinsi(2) Sosial Tk. Kab. / Kota (3) Tidak tahu (4)...........................................

3. Apabila sudah, sebutkan topik yang diwawancara:a. Kondisi sebelum menerima bantuan (0) Tidak (1) Yab. Jumlah dan jenis bantuan yang diterima (0) Tidak (1) Yac. Manfaat dan hasil yang dirasakan (0) Tidak (1) Yad. Kondisi setelah menerima bantuan (0)Tidak (1) Yae. Ketertiban Instansi Terkait lainnya (0) Tidak (1) Yaf. ....................................................... (0) Tidak (1) Ya

Page 151: NUR FAJRINA-FDK.pdf

E. KELUARAN (OUTPUT)TERLAKSANANYA KEGIATAN SOSIALISASI PROGRAM (Pertanyaan berikut, khusus diperuntukanbagi KUBE yang memiliki LKM)

1. Apakah Sdr. Telah mengikuti Sosialisasi Program :(0) Tidak (1) Ya

2. Apakah Sdr. Memahami materi yang diampaikan dalam kegiatan sosialisasi program :(0) Tidak paham (1) Kurang paham (2) Paham

3. Apakah materi yang disampaikan pada sosialisasi program sesuai dengan yang dibutuhkandalam pengelolaan KUBE :(0) Tidak (1) Ya

TERLAKSANANYA KEGIATAN PENDAMPINGAN SOSIAL

1. Apakah ada petugas yg mendampingi KUBEa. Supervisor / petugas Dinas : (0) Tidak (1) Ya, Orangb. Pendamping sosial : (0) Tidak (1) Ya, Orangc. Pendamping lokal : (0) Tidak (1) Ya, Orang

2. Sebutkan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendamping :a. Pelaksanaan sosialisasi (0) Tidak (1) Yab. Bimbingan dan motivasi peningkatan usaha (0) Tidak (1) Yac. Penghitung KUBE dengan pihak lain yang membantu (0) Tidak (1) Yad. Membantu pemecahan masalah dalam usaha KUBE (0) Tidak (1) Yae. Membantu pemasaran (0) Tidak (1) Yaf. Lainnya……………………. (0) Tidak (1) Ya

TERLAKSANANYA KEGIATAN IDENTIFIKASI DAN SELEKSI

1. Proses menjadi anggota KUBE :(0) Ditunjuk (1) menggantikan orang lain(2) hasil pengguliran (3) hasil identifikasi dan seleksi

2. Apakah ada warga sekitar yang lebih pantas, tetapi belum menjadi anggota KUBE :(0) Tidak (1) Ya

TERSALURKANNYA BANTUAN SOSIAL

1. Jenis dan jumlah santunan hidup yang diperoleh :a. Uang Rp......................b. Barang ...........................

Page 152: NUR FAJRINA-FDK.pdf

2. Jenis dan jumlah bantuan UEP yg diperoleh :a. Uang Rp......................b. Barang ...........................

3. Apakah jenis bantuan sosial yang diterima :(0) tidak sesuai (1) Kurang sesuai (2) sesuai

F. MANFAAT (OUTCOME)

TERBENTUKNYA KUBE YANG TERORGANISIR DENGAN BAIK

1. Jadwal pertemuan KUBE :(0) Tidak ada (1) Ada, setiap.................... Kali / bulan

2. Kehadiran saudara pada setiap pertemuan : ........................ Kali / bulan

3. Proses pengambilan keputusan dalam setiap pertemuan :(0) oleh petugas pendamping (1) sepenuhnya oleh Ketua KUBE(2) musyawarah mufakat (3) .................................................

4. Kesempatan untuk menyampaikan saran dan pendapat dalam setiap pertemuan KUBE :(0) Tidak pernah menyampaikan pendapat

(1) tidak ada kesempatan untuk menyampaikan pendapat

(2) Menyampaikan pendapat namun tidak dianggap

(3) sangat terbuka untuk menyampaikan pendapat

MENINGKATNYA USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL KELUARGA

1. Jumlah iuran kesetiakawanan sosial yang dimanfaatkan untuk kegiatan sosial :A. Dana kematian Rp.................................B. Dana musibah Rp.................................C. Dana sakit Rp.................................D. Dana penyantunan jompo Rp.................................E. Dana yatim piatu Rp.................................F. Lainnya ........................ Rp.................................

Page 153: NUR FAJRINA-FDK.pdf

2. Pemanfaatan santunan hidup :A. Pemenuhan pangan (0) Tidak (1) YaB. Perbaikan gizi (0) Tidak (1) YaC. Pemenuhan sandang (0) Tidak (1) YaD. Pendidikan (0) Tidak (1) YaE. Pengobatan (0) Tidak (1) YaF. Perbaikan rumah tinggal (0) Tidak (1) YaG. Lainnya ............................. (0) Tidak (1) Ya

G. DAMPAK (IMPACT)

MENINGKATNYA TARAF KESEJAHTERAAN KELUARGA

1. Status mata pencaharian Sdr antara sebelum dan sesudah menerima bantuan(0) Menurun (1) Tetap (2) Meningkat

No VariabelSebelum Menerima

BantuanSaat ini

1 Jumlah penghasilan Rp.......................Per bulan Rp........................... Per bulan

2Anggota keluarga lainnyayang bekerja

(0) Tidak ada(1) Ada............. orang

(0) Tidak ada

(1) Ada............ orang

3Jumlah penghasilan darianggota lain yang bekerja

Rp..................... Per bulan Rp...................... Per bulan

4Saldo terbanyak dalamtabungan

Rp.................................... Rp........................................

5Kemampuan pemenuhan 1stel pakaian per orang pertahun

(0) setiap anggota tidakpernah membeli(1) Seluruh pakaian hasilpemberian orang lain(2) Pernah membelinamun hanya sebagaianggota(3) Setiap anggota pernahmembeli pakaian baru

(0) setiap anggota tidakpernah membeli / dibelikanpakaian(1) Seluruh pakaian hasilpemberian orang lain(2) Pernah membeli namunhanya sebagian anggota(3) Setiap anggota pernahmembeli pakaian baru

Page 154: NUR FAJRINA-FDK.pdf

6

Harta termahal yangdimiliki (contoh: Rumah,tanah, motor, ternak,televisi warna, lemari es,lainnya)

...........................................

Sejumlah ………………….

.............................................

Sejumlah ………………….

7Anak usia sekolah yangtidak tamat SLTP (wajibbelajar 9 tahun)

A. Tidak sekolah.........OrangB. Tidak tamat SD.....Orang

C. Tidak tamat SLTP …Org

A. Tidak sekolah....... OrangB. Tidak tamat SD........ OrangC. Tidak tamat SLTP...... orang

8 Bahan lantai rumah

(0) Keramik(1) Semen(2) Kayu(3) Bambu(4) Tanah(5) ............

(0) Keramik

(1) Semen

(2) Kayu

(3) Bambu

(4) Tanah

(5) .............

9 Luas lantai rumah ..................... m2 ....................... m2

10 Kepemilikan MCK (0) Tidak ada(1) Ada

(0) Tidak ada(1) Ada

11 Pemenuhan air bersih

(0) Air kemasan(1) PAM(2) Pompa(3) Sumur(4) Sungai(5) Air hujan

(0) Air kemasan(1) PAM(2) Pompa(3) Sumur(4) Sungai(5) Air hujan

12 Kepemilikan sirkulasi udara (0) Tidak ada(1) Ada

(0) Tidak ada(1) Ada

13Alat penerangan di rumahsdr

(0) PLN(1) Listrik diesel(2) Petromax(3) Lampu minyak(4) ........................

(0) PLN(1) Listrik diesel(2) Petromax(3) Lampu minyak(4) .........................

14 Bahan dinding rumah

(0) dinding bata(1) Kulit kayu(2) Seng(3) Kayu(4) Bambu(5) Rumbia

(0) dinding bata(1) Kulit kayu(2) Seng(3) Kayu(4) Bambu(5) Rumbia

Page 155: NUR FAJRINA-FDK.pdf

(6) Kardus(7) .....................

(6) Kardus(7) ...............

15Kondisi sanitasi di sekitarrumah

(0) Tidak ada(1) Ada namun kotor(2) Ada dan bersih

(0) Tidak ada(1) Ada namun kotor(2) Ada dan bersih

DAMPAK NEGATIF PELAKSANAAN PROGRAM

1. Sejak penerimaan bantuan, apakah Sdr menemukan terjadinya kondisi berikut :a. Ketergantungan pada bantuan sosial (0) Tidak (1) Yab. Kecemburuan sosial bagi yang tidak dibantu (0) Tidak (1) Yac. Konflik antar penerima bantuan (0) Tidak (1) Yad. Ketidak tepatan jenis bantuan (0) Tidak (1) Yae. Ketidak tepatan sasaran (0) Tidak (1) Yaf. Lainnya .......................... (0) Tidak (1) Ya

F. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN PROGRAM1. Keterampilan dasar yang dimiliki sebelum bergabung dalam KUBE :

(0) Tidak ada (1) Ada, sebutkan keterampilan dasar

2. Tingkat pendidikan terakhir :(0) Tidak sekolah (1) Tidak tamat SD(2) Tamat SD (2) SMP / SLTP(3) PerguruanTinggi

Page 156: NUR FAJRINA-FDK.pdf

DOKUMENTASI KUBE BINTANG BAKERY

PABRIK ROTI KUBE BINTANG BAKERY

PROSES PRODUKSI PEMBUATAN ROTI

Pengadonan Roti Pembuatan Roti UNYIL

Page 157: NUR FAJRINA-FDK.pdf

Bahan Pembuatan Roti Manis Isi Kelapa Penggulungan Roti Manis

Roti Manis Siap Di Masukkan Ke Dalam Oven Roti Manis Yang Baru Matang

Roti UNYIL Siap Di Masukkan Ke Dalam Oven Roti Manis Yang Baru Matang

Page 158: NUR FAJRINA-FDK.pdf

Adonan Roti BUAYA Roti BUAYA Berbentuk Parsel

Pengemasan Roti Manis Pengemasan Roti UNYIL Isi 8

Roti Yang Siap Di Pasarkan Persiapan Mengirim Roti

Page 159: NUR FAJRINA-FDK.pdf

Pengiriman Roti Pengiriman Roti Di Kopkar

PT. EBARA INDONESIA CIMANGGIS - DEPOK

Salah Satu Display Rak Roti Di Kopkar Rumah Sakit Pasar Rebo

Page 160: NUR FAJRINA-FDK.pdf

KUJUNGAN PARA PENDAMPING

Kegiatan Kunjungan Pendamping Lokal dan sosial Kegiatan Kunjungan Pendamping Dinas

Kegiatan Kunjungan Perlombaan KUBE Tingkat Nasional Kegiatan Mengadakan Stand

di KALIBATA Acara Kementerian Sosial

Jaga stand KUBE Bintang Bakery di KALIBATA

Acara Kementerian Sosial

Page 161: NUR FAJRINA-FDK.pdf

Kunjungan TK Dan PAUD Dalam Rangka Pembelajaran Pembuatan Roti

Alat – Alat Pembuatan Roti

Oven Berukuran Sedang

Page 162: NUR FAJRINA-FDK.pdf

Loyang dan Oven Roti 1 Set Rak Roti

Loyang Roti Meja Produksi

Mixer Berukuran Sedang