obat antidiare

4
Sasbel: OBAT ANTIDIARE Adapun strategi terapi diare akut akibat infeksi yaitu : rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, pasien diberikan oralit atau ringer laktat, kemudian dilakukan identifikasi penyebab diare apakah termasuk jenis diare koleriform atau disentriform, selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah. Terapi simtomatik (gejala) salah satunya obat antidiare golongan antimotilitas dan sekresi usus dari golongan opiat salah satunya adalah Loperamide dan yang terakhir adalah melakukan terapi definitif dengan pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan antara lain higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vakinasi. Obat antidiare Obat antimotilitas secara luas digunakan sebagai terapi simptomatis pada diare akut ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat, dan kodein menstimulasi aktivasi reseptor µ pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dan pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus. Berdasarkan cara kerjanya obat antidiare dibedakan menjadi 1. Kemoterapeutika (terapi kausatif) dimana obat memberantas mikroba atau bakteri penyebab diare, contohnya antibiotika dan sulfonamide. Antibiotik berguna hanya pada infeksi spesifik tertentu. Misalnya

Upload: ikhsan-aditya

Post on 13-Aug-2015

75 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

macam obat

TRANSCRIPT

Page 1: Obat antidiare

Sasbel: OBAT ANTIDIARE

Adapun strategi terapi diare akut akibat infeksi yaitu : rehidrasi sebagai prioritas

utama pengobatan, pasien diberikan oralit atau ringer laktat, kemudian dilakukan

identifikasi penyebab diare apakah termasuk jenis diare koleriform atau disentriform,

selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah. Terapi simtomatik (gejala)

salah satunya obat antidiare golongan antimotilitas dan sekresi usus dari golongan opiat

salah satunya adalah Loperamide dan yang terakhir adalah melakukan terapi definitif

dengan pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan antara

lain higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vakinasi.

Obat antidiare

Obat antimotilitas secara luas digunakan sebagai terapi simptomatis pada diare akut

ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat, dan kodein menstimulasi

aktivasi reseptor µ pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan

meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin

dan pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus.

Berdasarkan cara kerjanya obat antidiare dibedakan menjadi

1. Kemoterapeutika (terapi kausatif) dimana obat memberantas mikroba atau bakteri

penyebab diare, contohnya antibiotika dan sulfonamide. Antibiotik berguna hanya

pada infeksi spesifik tertentu. Misalnya kolera dan disentri basiler berat, yang

diterapi dengan tetrasiklin. Kuinolon adalah obat yang lebih baru yang tampaknya

efektif melawan patogen diare yang paling penting.

2. Obstipansia (terapi simptomatis) dimana obat menghentikan diare dengan

mekanisme adstringensia, yaitu menciutkan selaput lendir usus. Contohnya

tannin, tanalbumin; adsorbensia yaitu mengikat atau menyerap toksin bakteri serta

melapisi permukaan mukosa usus contohnya kaolin, karbonat dan pectin

3. Penekan peristaltic usus contohnya papaverin hidroklorida, kodein hidroklorida

dan loperamida hidroklorida.

4. Spasmolitika dimana obat melemaskan kejang-kejang otot pada usus, contohnya

papaverin, atropine, dan ekstrak beladon.

5. Antisekretorik dimana obat mencegah aktifnya cAMP contohnya klorpromazin,

bismuth subsalisilat, dan kolestiramin.

Page 2: Obat antidiare

Obat-obat yang dapat mengurangi gejala-gejala pada diare

1. Obat antimotilitas secara luas digunakan. Obat yang paling efektif yaitu derivate

opioid misal loperamide, kodein, difenoksilat-atropin dan tinktur opium yang

menstimulasi aktivasi reseptor μ pada neuron mienterikus dan menyebabkan

hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya. Hal itu menghambat

pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus.

Reseptor μ memperantarai efek analgetik mirip morfin, euforia, depresi napas, miosis,

berkurangnya motilitas aliran cerna.

a. Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling

keci. Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus

karena tidak mudah menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, loperamid hanya

mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan ketergantungan

terapi rehidrasi.

Loperamide merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu anti

psikotikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tetapi tanpa efek

terhadap sistem saraf pusat (SSP) karena tidak bisa menyeberangi sawar-darah

otak oleh karena itu kurang menyebabkan efek sedasi dan efek ketergantungan

dibanding golongan opiat lainnya seperti difenoksilat dan kodein HCl.

Loperamide dapat dikombinasikan dengan antibiotika (amoksisilin,

fluoroquinolon, kotrimoksazol) untuk semua diare akibat infeksi bakteri atau virus

kecuali infeksi Shigella, Salmonella, dan kolitis pseudomembran karena akan

memperburuk diare yang diakibatkan bakteri enteroinvasif akibat perpanjangan

waktu kontak antara bakteri dan epitel usus. Disamping itu loperamide juga tidak

berinteraksi dengan antibiotika-antibiotika tersebut.

b. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas

(termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat

memperlama penyembuhan penyakit

2. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan

tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti

3. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: hidrasec 3 x 1 tab/hari. Enkefalin adalah

peptide opioid.

Page 3: Obat antidiare

SUMBER

Marcellus Simandibrata K dan Daldiyono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI:

Jakarta

Neal, Michael J. 2005. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta.

Sundari, Dian, dkk. 2005. available from:

http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/MPPKes/article/viewFile/3139/3117. Diakses

tanggal 9 Juni 2009.

Dewoto, Hedi R. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. FKUI: Jakarta.