obesitas q
TRANSCRIPT
OBESITASMULIANI ARWINDA WULANDARI WAODE DITA ARLIANA YUSNITA MAANI NUR NASRATULHAERA ASRUDDIN ANUR MUH. RAIS ELINA MARIA H.J K11109 001 K11109 104 K11109 012 K11109 022 K11109 265 K11108 301 K11108 330 K111 08 528
Gizi kesmas 2011
PENDAHULUAN Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, sekitar 1,6 miliar overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas. Pada 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka itu.
(Riskesdas) tahun 2007, di Indonesia terdapat 19,1 % kasus obesitas pada penduduk berusia >15 tahun. Angka tersebut melebihi besaran angka kekurangan gizi dan gizi buruk pada anak-anak usia di bawah lima tahun sebesar 18,4 %
DEFINISI Kata obesitas berasal dari bahasa latin: obesus, obedere yang artinya gemuk atau kegemukan. Obesitas atau gemuk merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Keadaan L tubuh :> 25% BB dewasa >30% BB wanita( Bray 1977)
Papalia dkk(2002) berpendapat obesitas adalah kondisi berat badan yang didefinisikan sebagai ukuran lipatan kulit yang melebihi 85%.
Mengukur Berat Badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar, yakni bila BB > 120 % disebut obesitas, sedangkan antara 110 120 % disebut over weight.
BMI (indeks massa tubuh) Rumus kg/m2.BMI40
KlasifikasiUnderweight Normal weight Overweight Class 1 obesity Class 2 obesity Class 3 obesity
Diagnosis
DETERMINA N
BAGAN
DETERMINAN GAKY
genetik
FAKTOR PENYEBAB OBESITASfaktor internal
faktor kesehatan tumbuh kembang
faktor penyebab obesitas
emosional
nutrisional
faktor eksternal
aktifitas fisik sosial ekonomi
4 faktor terjadinya ObesitasHormon Genetik Tumbuh kembang
Perilaku TEORI HL BLOOM Pelayanan kesehatan
Aktiitas fisikPola makan Pengobatan
Lingkungan
Keterpaparan media
INDIKATOR
INDIKATOR1. IMTMetode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter (Caballero B., 2005
Tabel 1. Klasifikasi IMT (International Diabetes Federation, 2005).
2. Indeks BROCCASalah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:
BBi = (TB-100)-10%(TB-100)> 10% BB lebih; > 20% Obesitas
3. Relative Body Weight
BB RBW x 100 % TB 100Dimana jika
< 90%
= Underweight;
90-110% = normal; >110% = Overweight >120% = Obesitas
3. Lingkar Pinggang IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas (Grundy S.M., 2004). metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang (Bell et al., 2005). Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang (Khan R. et al., 2005). Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Alberti, 2005; Tjokroprawiro, 2006).
4. Lingkar Perut WHO 2000 94 cm -> laki-laki 80 cm -> perempuan Eropa 102 cm -> laki-laki 88 cm -> perempuan Asia Pasifik 90 cm -> laki-laki 80 cm -> perempuan
5. Lingkar Leher Lingkar leher 37 cm untuk laki-laki dan 34 cm untuk wanita merupakan cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan IMT 25 kg/m2, Lingkar leher 39,5 cm untuk laki-laki dan 36,5 cm untuk wanita adalah cutt of point paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan obesitas (IMT 30 kg/m2). Berdasarkan validasi yang dilakukan pada kelompok yang berbeda, sebagai salah satu metode skreening obesitas lingkar leher memiliki sensitivitas 98%, spesifitas 89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99% untuk perempuan (Liubov et al., 2001).
22
EPIDEMIOLO GI
Prevalensi obesitas meningkat di setiap negara. Sebagai contoh, di Amerika Serikat prevalensi meningkat dari 12% pada tahun 1991 menjadi 17,8% pada tahun 1998 (Hanley et al., 2001).
Prevalensi obesitas berbeda-beda di setiap negara, mulai dari 7% di Perancis sampai 32,8% di Brazil (Saw S.M., 2000).
Epidemiologi
Prevalensi nasional Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur 15 Tahun adalah 18,8%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Penduduk Umur 15 Tahun adalah 10,3%. Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Umum Pada Penduduk Umur 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Data Riskesdas 2007
Berdasarkan perbedaan menurut jenis kelamin menunjukkan, bahwa prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Laki-Laki Umur 15 Tahun adalah 13,9%, sedangkan prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Perempuan Umur 15 Tahun adalah 23,8%.
PENGGULANGAN OBESITASJangka pendek Komsumsi bat-obatan Pemberian bariatrik Jangka menengah Diet yang tepat Olahraga rutin Akupuntur genetik Jangka panjang pemberian informasi yang benar dan tepat mengenai obesitas ke masyarakat melakukan perubahan perilaku komsumsi makanan & gaya hidup melibatkan pemerintah sebagai polici meker dalam hal pencegahan dan penaggulangan obesitas
PENCEGAHAN OBESITASStrategi pendekatan Bertujuan mencegah terjadinya obesitas usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan puskesmas
PENCEGAHAN PRIMER
PENCEGAHAN SEKUNDER DAN TERSIERPencegahan ini lebih dikenal sebagai tatalaksana obesitas dan dampaknya
Prinsip tata laksana pada anak berbeda dengan dewasa karena harus mempertimbangkan factor tumbuh kembang
Caranya dengan pengaturan diet, bukan dengan mengurangi asupan makanan tetapi mengatur komposisi makanan menjadi menu sehat
pengobatan