of - departemen manajemen sumberdaya perairan · doc yopi novita . 1. ... satwa yang memiliki nildi...

11

Upload: vankiet

Post on 29-May-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ju rn2 ' Tekno1og ' dan Manajen,en Perikanan Tangkap dlh Buletin PSP) diterb ltkan n "-, ".--", Ie ", ;, ~ ' ~r. J .• -. 0> ,., PSP . ~.; ~~h , · n ~ CRS Sri.., ' a'" ".. ')O'''S I, Tr ~ !' Tckno'og'! ye . . 0 , ,, >.-. " , .. d· \'.-,-...." .... , ~)S ...... " , paUa la Uo! , ....,v . Cj ...... :-\ " ..... ., '- v . ",,-,,, I d 1,-" , i

dan i \~ anaj e_(ne r, FE-r;kanar, Tangkap (d/h Bu letin PSP .! niuia l bermitra dengan Forum Komun!kas l Kemil raan Penkanan Tangkap (FK:PT). Selaln penarnbahan kern:!raan , Buietin PSP Juga mengalaml perubaha n pad a sampul. layout dan tim redaks i.

Jumal Teknolog i dan Manajemen Perikanan Tangkap (d/h Buletin PSP) memiliki jadwal penerbitan 3 ka!i dalam satu tahun yaitu bulan April, Agustus dan Desember. Jurnal ini menyebarkan informasi ilmiah kepada para peneliti. akademisi , praktisi, dan pemerhati mengenai pemanfaatan sumbcrdaya perikanan di Indonesia yang meliputi berbagai aspek seperti teknologi eksploitasi dan eksplorasi. perkapalan dan navigasi, pelabuhan perikanan, tingkah laku ikan, peraturan dan perundangan serta kebijakan. dan pengelolaan sumberdaya perikanan secara umum. Naskah yang dimuat dalam buletin ini terutama berasal dari mahasiswa, penelitian staf pengajar/akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, lembaga pemerintanan dan pemerhati permasalahan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Indonesia.

Penanggung Jawab: Ketua Forum Komunikasi Kemitraan Pelikanan Tangkap (FK,PT) Ketua oepartemen Pema nfaatan Sumberdaya Perikanan

Pimpinan Redaksi: Dr. If. Budy Wiryawan, M Sc

HUn1:ls dan Kerjasama: Yopi Novita P. I. Wahyuningrum

Stat Administrasi: Adi Susanto, SPi Ludy Caturrahmadi

Desain dan Layout: Ronny I. Wahyu Wazir Mawardi Andhika P. Prasetyo

Dewan Redaksi: Prof. or.lr. Bambang Murdiyanto, M.Sc Prof. or.lr. Mulyono S. Baskoro. M.Sc Dr. Ir. Bljchi H. Iskandar, M.Si Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si Dr. Ir. Emani Lubis, oEA

Bendahara: Sugeng Haji Wisudo

Rekening: Bank BNI Cabang Sogor No. Rekening 0167749277 a.n. Prihatin Ika WahyuningflJm

Alarnat Redaksi : Oepartemen PSP, Fakultas Perikanan dan !Imu Kelautan IPS JI. Lingkar Akademik , Kampus IPB Darmaga Bogor T21p (0251) 8622935 pst 321 . Fax . (0251 ) 8421732

lIustras i Sarnpul: Industri Galangan Kapal PT Proskuneo KaJarusman

Doc Yopi Novita

1. Kegiatan Pena~kapan danJ>emasaran-lokal KePti~ Kelapa (Birgus latro) di Pulau

Yoi, Maluku Utara (Rshing Actj";tes and Its Local Marketing of the Coconut Crab (Birgus latro) in Yoi Is/and, North MoIuku) OIeh: Sulistiono; M M. Kamal, Nurlisa A

Butet, Thomas Nugrooo ........................................... .................................... ........ .. ......... .

2. Pengemba~an Sistem Sertifikasi Berbasis Jaminan Mrtu dan Keamanan Pall:an

Produk Uda~ Ekspor (Development of Certification System Based on Quality Assurance and Food Serurity for ExpoTt Shrimp Product) OIeh: Santoso, Hartisari Hardjomidjojo, John Haluan, Sugeng.Hari Wisudo .. _ .... _._ .... _ .... _ .... _ .... _ .... _._ .... _ .... _ .... _

3. Seleksi Unit Penall:kapan lkan di KabupatEll Mljene Propinsi SUlawesi Barat (Selection Of Fisnng Unit in ftlfajene RegelkY, v.t!st Celebes) OIeh: Muh. Ali Arsyad,

64-70 .

71-79

Tasir ......................... .............................................. ___ .. ... .. ....... ............. ..... ....... ......... .... 80-89

4. Penilaian Ti~kat Teknologi Dok Perrbinaan UPT BTPI Muara Ar€ke Jakarta (The

Assesment of Tedlnology L?YeI in Dole Parbinoan UPT 8TP1 MJara Angke )anuta) Oleh: Achmad Fauzan, Yopi Novita, Vita Fqjmanti K. ................... .. ................... ......... .. ..... 90-98

5. Pola P~embangan InduWi Perikanan Tanglcap di Kabupaten lna-amayu

I'v'Iergg\Jnakan Pendekatar. Analisis Persilmaan Struktural (Development Pottern of

Capture Fisheries Industria! in Inc;amayu ~gency Using Strudl6a/ EquGtion Analysis Approach) OIeh: Mustaruddin ......................................................... ................. .

6. Per.imball:an Desain dan Estimasi Gaya Apull: dan Gaya Tetiggelam Pada RuflllOn

Oi Perairan Pandeglang, Provil15i Banten (Design Considerations and Estimution of Sinking and Bua~ Fon:e of fish Aggregating Dev!ce 00 Pandeglang IMrtzr's, Bailten Province) OIeh : Ronny I. Wahju, Budhi H. Iskandar, Erwan N. Wahyudin ..... _ ..

7. Penilaian Unit Penangkapan lIIII..roarri Ii Perairan KeptJauan Se!ibu (Valuation of Muroami inSeribu Islends IM:7ters) OIeh: Mocharrmad Prihatna Sobari, Isnaini ........ .

99-108

109-118

119-128

Alamat: Departemen Perna nfaatan Sumberdaya Perikan an Fakultas fJ erikanan dan IImu Kelautan IPB JI. Lingkar Akade rnik, Kampus IPB Darmaga Telp. (0251 ) 8622935 Fax. (0251) 8421732

Email: [email protected]

I

I :

I

Jumal Perik"nan Tangkap, Vol. XVIll, No.2, Agustus 2009

KEGIATAN PENANGKAPAN DAN PEMASARAN LOKAL KEPITING KELAP A (Birgus latro) DI PULAU YO!, MALUKU UT ARA

Fishing Activites and Its Local Marketing o/The Coconut Crab (Birglls latro) in YoHsland, North Maluku

Oleh:

Sulistiono", M. M. Kamal' , Nurlisa A Butetl, Thomas Nugroh02

Diterima: 18 November 2002; Oisctujui: 23 A p:-il2009

ABSTRACT

This paper deals with fishing and marketing activities on the coconut crab (Birgus latro) in Yoi Island. Field observation and interview with local fishermen was conducted from November 2007 to March 2008 in Yoi Island (Nolth Maluku). The coconut crab is one of an important commodity for Yoi's people. Fishing activities are done for 2-3 times/day, 5-7 dayslweek, and about 15 days/month. Catch results vary according to time (season) of the fishing activities (5-6 individual per day). Tile coconut crab weight was classified into 5 categories such as BT (21 ons), B (18-20 ons), S (14-17 ons), KT (11-13 ons) and KK (7-10 ons). Mostly, fishermen sell the catch to local collectors. Marketing of the coconut crab is in Yoi Island, Gebe Island, Temate and Manado.

Key words: Coconul crab (Birgus lalro), fishing activity, local markel.

ABSTRAK

Pape,. ini membahCls lent,mg kegialar. penangkapan dan pemasaran lokal kepiling kelapa (Birgus lalro) di Pulau Yoi. Melode pengamalan dilakukan secara observasi lapang dan wawancara pada November 2007-Marel 2008 di Pulau Yoi (Maluku Ulara). Kepiling kelapa

"merupakan salah salu komodilas penling bagi masyarakal Pulau Yoi. Hasil pengamalan me~unjukkan bahwa umumnya kegialan penangkapan kepiling kelapa dilakukan sebanyak 2-3 kali/hari, 5-7 hari dalam seminggu, dan kurang lebih selama 15 hari ke~a (hari gelap) dalam salu bulan. Hasil penangkaRan bervariasi lerganlung pada waklu (musim) kegialan penangkapan (5-6 ekor per malam). Pengelompokkan hasil langk:Jp dalam perdagc:ngan lerbagi menjadi 5 kalegori kelompok, yailu 6T (21 ons), 6 (18-20 ons), S (14-17 ons), KT Pl-13 ons) dan KK (7-10 ons). Umumnya para penangkap kepiting kelapa ielah memiliki pengumpul masing-masing. Pemasaran dilakukan di Pulau Yoi, Pulau Gebe, Temale dan Manado.

Kata kunci: Kepiling kelapa (Birgus lalro), penangkapan, pemasaran lokal.

J Dept. Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB 2 Dept. Pernanfaatan Swnberdaya Perikanan, FPI/(, IPB >t Korespol1densi: [email protected]. id

63

lurnal Perikanan TmJgknp, Vol. XVIII, No.2, Aguslus 2009

1. PENDAHULUAN

Kepiting kelapa atau ketam kelapa Coconut Crab, atau disebut juga kepiting kelapa Robber Crab memiliki nama yang berbeda di tiap·tiap daerah. Kepiting ini memiliki penyebaran di wilayah pantai Ikepulauan di Samudra Pasifik dan India. Menurut Pratiwi (1989) di Kepulauan Seychelles, hewan ini dikenal dengan nama Sipay, Krab koko dan Bel koko, sedangkan penduduk Pulau Jungalsa di Sobei (Papua Nugini) menyebutl1ya Tinggau Tangkadi. Di Sarmi, (Papua) disebut dengan Adsoma, di Filipina dikenal dengan nama Alimangong Lupa (Tagalog), Tatus (Cebuano), serta Umang (Cebuango dan Longo). Di P. Salibabu, Sangir Talaud (Sulawesi Utara) penduduk menyebutnya dengan nama Arungu. Di kepulauan Buton, Sulawesi Tengyara, hewan ini dikenal dengan nama Tigasu (P. Ka:!atua dan Wawonii), atau Langkobabu (P. Siompu) dan Wutatu (P. Wakatobi). Di Indonesia kepiting kelapa tersebar di kawasan Indonesia timur yaitu di pulau-pulau di Sul<'lwesi , Nusa Tenggara, M<'l!uku dan Papua (PPSDAHP, 1987/1988) .

Biota ini dapat ditem ukan di perairan Pulau Yoi, Kabupaten Ha~mahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Pt;lau Yoi merupakan salah satu gugus pulau yang terletak sekitar 5 mil laut sebeiah utara P~lau Gebe dengan luas ± 2.600 Ha dan memiliki potensi kekayaan laut yang berlimpah. Berbagai jenis sumberdaya perikanan seperti ikan, kepiting dan biota laut lainnya serta lingkungan laut yang cukup potensial untuk dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan wisata bahan, seperti halnya pemancingan, home stay, su:fing, dan pemandangan bawah laut yang cocok untuk kegiatan snorkeling dan diving (penyelaman). Salah satu sumberdaya yang sangat unik yang dijumpai di pulau tersebut adalah kepiting kelapa (Birgus latro) . Hewan yang termasuk jenis kelomang (bilolo) i!1i terdapat menyebar di seluruh pulau.

Kepiting kelapa merupakan salah satu satwa yang memiliki nildi ekonomi tinggi, sehingga perlu dilindungi agar tidak punah. Penurunan populasi kepiting kelapa di alam diperkirakan selain akibat ad<>nya perubahan lingkungan (habitat, makanan, da!1 predator) yang secara tidak lang sung disebabka" o~eh aktivitas manusia (peneb<'lngan hutan, peng­hunian, kedatangan transmigran yang

64

membawa hewan pemangsa, dan ekploitasl) juga oleh penangkapan yang berlebihan.

Beberapa penelitian terhadap biota ini telah dilakukan antara lain status biota (PPSDAHP, 1987), catatan aspek biologi (Helman, 1973; Amesbury, 1980; Pratiwi , 1989; Rondo dan Limbong, 1990; Brown dan Fielder, 1991; Pratiwi dan Sukardi, 1995), penangkapan di Sulawesi Utara (Boneka, 1990), habitat di Sulawesi Tenggara (Ram Ii, 1997), habitat dan kematangan gonad di Pulau Pasoso (Reliani dan Sulistiono, 2005) dan uji coba penangkaran di Sulawesi Tenggara (Sulistiono, 2006; Sulistiono dkk, 2007; Sulistiono dkk, 2009). Namun demikian pengamatan terhadap kegiatan penangkapan dan pemasaran lokal biota ini terutama di daerah Maluku 'masih belum dilaporkan.

Tujuan penelitian ini adalah menelaah kegiatan penangkapan dan pema-saran lokal hasil tangkapan kepiting kelapa (Birgus lafro), terutama yang dilakukan rli Pulau Yoi dan Pulau Gebe.

2. BAHAN DAN METODA

2.1 Waktu dan Lokasi

Pene/itian dilaksanakan di Pulau Yoi, Kecamatan Pulau Gebe. Kabupaten Halmahera Tengah, Propin5i Maluku Utara (Gambar 1). Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan November 2007 sampai Maret 2008.

2.2 Bahan, Metoda dan Analisis Data

Bahan yang digunakan dalarr, penclitian adalah kuesioner yang bensi daftar pertanyaan mengenai kegiatan per.angkapan dan pp.masaan loka/ kepiting kelapa (Gambar 2). Kegiatan observa~i lapang dilakukan dengan wawancara kepada respo!1der. yang dipllih secara purposive, me/iputi ne~ayan penangkap kepiting kelapa, padagClng pengumpul, dan tokoh masyamkal. Observasi difokuskan untuk mengetahui hal-na/ yang berkaitan dengan kegiatan penangkapan, produksi , harga, pengumpulan, pasar, distribusi pemasaran, dan konsumsi. Peneliti mengikuti kegiatan penangkapan kepiting kelapa bersama b~berapa nelayan untuk mengetahui lebih detail. Analisis data dilakukan secara deskriptil berdasarkan tampilan data yang digambarkan dengan tabulasi , grafik Igambar dan bagan.

Penangkapan dan Pelllasaran Kepi ling Kefapa !Birsus lalro) di Pulau Yoi ...

]lIrnal Perikmwtl Tnl1gknp, Vol. XVIlt No.2, Ag!l:'f llS 2009

Gam bar 1 Lokasi penelitian kepiting kelapa (Birgus lalro) di Pulau Yoi, Maluku Utara.

Gambar 2 Kepiting kelapa (Birgus lalro).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan Penangkapan

Masyarakat Pulau Yoi umumnya adalah nelayan dan petani kelapa. Hampir separuh wilayahnya merupa~an kebun kelapa yang terse bar baik di sebel:3h barat, utara sampai ke timur pulau. Sebagian kecil wilayah ini merupakan pemukiman yang terletak di sebelah selatan-barat pulau. Se!ain melakukan kegia-tan pengadaan kopra ataupun menangkap ikan dan biota laut lainnya, masyarakat di wilayah ini juga melakukan kegiatan penangkapan kepiting kelapa. Kegiatan 101 CukllP menarik perhatian masyarakat. Selain potensi yang diperkirakan masi~, cukup banyak, harganya juga cukup

tinggi, serla memiliki pasar yang cukup luas, bahkan sampai ke Ternate, Manado dan tempat-tempat lainnya yang memiliki akses transporlasi kapal atau pesawat terbang.

Kepiting kelapa tersebar di wilayah yang memiliki habitat lembab, berbatu dan berdekatan dengan sumber makanan yaitu pohon kelapa. Berdasarkan pengamatan di lapang, ada beberapa tipe habitat yang menjadi lokasi penangkapan (fishing ground) para nelayan, yaitu (1) wilayah bematu, bersemak­semak, beberapa dijumpai pohon kelapa. (2) berbatu, dan banyak pohon kelapa, (3) berpasir, bersemak, terdapat pohon kelapa, (4) berbatu, tanah sedikit liat dan berpohon kelapa, (5) berbatu, dan bersemak-semak, (6) berpasir, semak dan pohon kelapa. Dari beberapa lokasi yang disebutkan, hampir semuanya dapat dijumpai adanya populasi yang cukup banyak. Bahkan, di beberapa lokasi yang berbatu, lembab dan ditemukan pohon kelapa, ukuran kepiting kelapa cukup besar.

Kegiatan penangkapan kepiting kelapa di Pulau Yoi dilakukan hampir setiap han, khususnya hari gelap. Masyarakat penangkap terdiri dari sebagian warga Desa Onmial yang merupakan satu-satunya desa di wilayah pulau tersebut. Masyarakat jarang yang rnelakukan kegiatan penangk8pan pad a hari terang, karena b!ota janang yang keluar untuk mencari makan.

Penangkapan biasanya dilakukan dengan menggunakan tangan. Kepiting kelapa yang tersorot dengan lampu senter umumnya tidak mau bergerak. Setelah dalam posisi diam tersebut, para nelayan dapat segera mem:!r.gkap dan memasukk'3n ke dalam karung gonilkarung beras.

Proses penangkapan kepiting kelapa didahului dengan menebarkan umpan berupa kelapa di lokasi yang dipilih sebagai fishing glOund. Sekitar 4-5 kelapa dipecah dan dipotong-potong, diikat dengan tali pada akar atall !umbuhan. Umpan yang dipoton9-potong bisa juga disebar di lokasi yang diperkirakan menjadi lokasi penangkapan kepiting kelapa. Umpan yang berupa parutan kelapa juga bisa dipakai untuk kegiatan penangkapan tersebut.

Umumnya nelayan menangkap sekitar 5-7 hari dalam satu minggu dari sekitar 15 hari gelap dalam satu bulan. Keadaan ini diduga berkaitan dengan hasil tangkapan yang semakin sedikit dan kccil-kecil, serla adanya

65 Penangknpan dan Pemasaran Kepiting Kelapa (Bir~us latro) di Pulau Yoi ...

!1Ir1 l11' PCrikllllllll TmrgJU/p, \ ·(1f. .\\:111, ,\fo .l, Agustus 2009

jalur pasar yang memerlukan waktu yang lama untuk sampai pad a pembeli.

Pengamatan terhadap kepiting kelapa yang memakan urn pan dilakukan selama 2 - 3 kali. Pengamatan· pertama dilakukan pada sekitar jam 21.00 WIT, ke dua jam 24.00 WITdan ke tiga sekitar jam 04.00 WIT. Ada juga yang hanya dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sekitar jam 21 .00 WIT dan 04.00 WIT. Hasil tangkapan selama satu malam penangkapan sangat berVariasi. Kadang-kadang satu orang mampu mendapatkan sekitar 30 ekor.

Tim I PB mencoba alat tangkap baru pada survey ini. Alat tangkap tersebut terbuat dari jaring kawat berukuran BOcmx60cmx60cm, dengan kerangka yang terbuat dari kayu. Model perangkap ini disusun berdasarkan sistem perangkap, seperti halnya perangkap iikus. Di dalam perangkap diberikan umpan yang berupa kelapa, yang diikatkan pada bagian pen gait. Dengan ditariknya umpan tersebut, pintu yang dikaitkan dengan c"lra menyambungkan dengan umpan dapat ter­lep<ts, dan menutup pintu perangkap. Namun dalam prakteknya, cukup sulit pengope­rasiannya, karena hasil yang didapat dengan menggunakan perangkap, ternyata lebih sedikit dlbandingkan dengan hasil yang didapatkan dengan menggunakan tangan kosong dan senter.

Hasil wawancara dengan nelayan menyebutkan bah",a beberapa tahun yang lalu hasil tangkapan dapat mencapai 20 ekor/malam. Sekarang hasil tangkapan telah berkurang, dan umumnya 5-6 ekor/malam. Tahurl 1990 <tn, kepiting kelapa masih ban yak yang berukuran besar (lebih dari 1 kg), saat ini ukuran yang tertangkap mulai mengecil. Jenis kepiting kelapa yang betina dan umumnya berukuran kecil, biasanya tidak ditangkap untuk diperdagangkan. Keadaan ini sangat meng­gembirakan, karena akan memberikan supply anakan untuk dapat dibesarkan ter!ebih dahulu sebelum tertangkap ole;' nelayan.

3.2 Pengumpulan dan Distrihusi

Di Pulau Yoi terdapat sekitar 4 pengumpul. Masing-masing pengumpul memiliki anak bUClh/nelayan pencari kepiting. Umumnya jumlah para nelayan sekitar 10-15 orang /pengumpul. Hasil tangkapan dari para nelayan tersebut lang sung dijual di pengu'l1pul. Para nelayan tersebut sebelum menangkap

kepiting umumnya mambawa bekal yang berasal dari para pengumpul, berupa rokok, gula, kopi, roti, mie instan dan lain-lain.

Hasil pengumpulan Inl kemudian ditampung lagi/dijual ke para pengumpul yang lebih besar. Hasil kumpulan kepiting seorang pengumpul dijual ke pedagang yang berasal dari Manado, atau kadang-kadang dijual ke pengumpul lainnya di Pulau Gebe dan sebagian lainnya dijual ke pedagang lainnya. Secara lengkap model pengumpulan yang dilakukan oleh para pengumpul dan nelayan binaannya disampaikan pad a Gambar 3.

Pengumpulan juga dilakukan dengan cara mengadakan kegiaten penangkapan di luar Pulau Yoi, yaitu di Pulau Uta dan Pulau Sain. Pulau Sain merupakan pulau di wilayah Raja Ampat, Papua. Populasi di pulau ini, diperkirakan masih cukup banyak, sehingga banyak nelayan yang pergi ke pulau tersebu! untuk mengadakan kegiatan penangkapan kepiting kelapa. Oi P. Uta, populasi kepiting kelapa juga cukup banyak. Namun demikian data se--..ara kuantitatif masih belum ada, sehingga perfu untuk dikaji.

Menurut hasil wawancara dengan mesyarakat, salah satu pengumpul di Pulau Yoi memiliki jumlah nelayan sekitar 15 orang. Satl! nelayanlmalam dapat mengumpulkan sekitar 5-6 ekor ukuran kecil, sedang· sampai besar. Sedangkan kegiatan pengiriman dilakukan sekitar 3 minggu sampai 1 bulan sekali, dengan jumlah kepiting kelapa sekitar 300 sampai 400 ekor. Berikut ini adalah model pengumpl'lan . kepiting kelapa yang dilakukan oleh nelayan setempat.

a. Model pengumpulan yang dilakukan nelayan/pengumpul A

Pedagang dari

I Manado

i Pengumpul A

I i

Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan , 2 3 4

b. Model pengumpulan yang dilakukan nelayan/pengumpul B

lainnya

66 Penangkapan dan Pernasaran Kepiting Kelapa a!ir~us latro) di Pulau Yoi ."

-

fumnl Pcnkmlnll Tnngknp, Vol. XVIII, No.2, Agustus 2009

c.

Nelayan 1

Pedagang dari Manado

Nelayan 2 Nelayan 3 lainnya

Model pengumpulan yang dilakukan nelayanlpengumpul C

Pedagang di Pengurnpul di Manado P. Gobo

i i t

I Pengumpul I c

selain membawa kopra dari pulau-pulau yang disinggahi , juga membawa kepiting kelapa.

3.3 Konsumsi, Produksi dan Perdagangan

Kepiting kelapa merupakan salah satu makanan yang cukup terkenal bagi kalangan pejabat yang berkunjung ke wilayah ini. . Sering kali pesanan disampaikan untuk dapat menyantap jenis makanan ini. Umumnya, kepiting kelapa dimasak dengan cara direbus, dan diberikan sambal kecap. Penambahan rempah dan masakan yang lebih bervariasi, jenis makanan ini tentu memiliki rasa yang jauh lebih enak.

Kegiatan perdagangan kepiting kelapa dim ulai dari wilayah Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Utara dan beberapa daerah lainnya. Beberapa rumah makan di Maluku Utara telah menyediakan menu kepiting kelapa. Penjualan kepiting kelapa menurut informasi masyarakat dimulai sejak tahun 1980.

Hasil tangkapan yang ditampung olei1 penampung umumnya dikirim ke pembe:i setiap 2 mlnggu. Tanggai 17 Januari 2008, seorang pengumpul mengirimkan sskitar 30 ekor kepiting kelapa ke Ternate. Kactang-kadang pengiriman bisa berlangsung cukup cepat (di penampungan hanya sekitar 3 hari), dan

d. Model pengumpulan yang nelayan/pengumpul D

diiakukan langsung dikirim ke Terna!e. Hasil tangkapan yang berupa kepiting kelapa dapat dikelompokkan dalam berbagai ukuran kepiting yang dapat diklasifikasikan pacta Tabel1.

Pengumrul di P. Gebe

Stok kepiting kelapa juga tersedia di lokasi tersebut dengan jumlah puluhan samp2i ratusan ekor yang ditempatkan dalam satu penampungan, sedangkan kepiting yang siap untuk dimasak ditempatkan di dalam kandang, kayu dengan penutup berupa jeruji besi. Kepiting kelapa yang telah tertampung dalam penampung, umumnya dikirim dengan mempergunakan kapal perintis yang datang secara bei'kala 2 kali dalam sebulan. Kapal ini

Tabel 1 Pengelom pokkan ukuran berat kepiting k81apa berdasarkan bobol tubuh

Ukuran Golonganl Nama kelompok perdagangan

21 ens BT Besar Tison 18·20ons B Besar 14-17ons S Sedang 11-13 0n5 KT Ked1 7-10 OilS KK Kecilsekali

Hasil wtatan produksi ypng terdapat di salah satu pengum pul di P. Gebe, dapat disampaikan pad a Gambar 4. Gambar ini dapat menjelaskan bahwa ukuran kepiting kelapa yang sangat besar (BT), dari waktu ke waktu sudah semakin sul!t untlJk ditemukan (bulan November·Desember 2007 sampai Januari 2008). Ukuran sedang sampai kecil lebih banyak ditemukan. Data ' ini menunjukkan bahwa populasi kepiting besar dlperkirakan

67 Pfllangkapan dan Pemasaran Kepiting Kdapa (Birgus lalro) di Pulau Yoi ...

Jumal Perikanan Ta ngkap, Vol. XVIII, No. 2, Agustus 2009

sudah mulai menurun di sekitar wilayah di P. Yoi atau pulau-pulau lainnya. Namun demikian, keadaan ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

Pembeli dari luar pulau dapat menunggu hasil pengumpulan para nelayan yang berasal dari Pulau Yoi di Desa Kapaleo (Pu!au Gebe). Mereka bertemu di daerah tersebut untuk mengadakan transaksi perdagangan. Setelah transaksi, para pedagang membawa hasil tangkapan ke Ternate atau Manado. 8elum banyak diketahui berapa volume perdagangan kepiting kelapa selama ini . Kepiting kelapa termasuk jenis biota yang dilindungi, maka silat transaksi umumnya adalah ilegal. Berdasarkan inlormasi beberapa sumber, kegiatan ini sudah berlangsung cukup lama dan terkesan belum ditangani dengan baik.

Produksi per pengiriman hasil tangkapan kepiting kelapa, bervariasi mulai 49 sampai 118 ekor, namun demikian rata-rata dari data yang didapat sekitar 80 ekor. Harga berbagai ukuran kepiting juga bervariasi, antara Rp. 20.000/ekor untuk ukuran kecil , Rp. 35.000/ekor untuk ukuran sedang dan sampai Rp. 50.COO/ekor untuk ukuran besar. Kepiting ukuran besar, di rumah makan "Pondok Katu" (tern ate), harga dapat mencapai Rp.280.000/ekor.

Hasil wawancara dengan salah seorang peng!Jmpul disampaikan bahwa ~etiap satu minggu mampu mengirimkan sebanyak 30 ekor kepiting kelapa ke Pulau Gebe. Pada musim panen, seorang pengumpul mampu mengirim­kan kepiting kelapa sekitar 100-200 ekor.

3.4 Fembahasan

Kegialan penangkapan kepitir'g kelapa (Birgus /alro) di Pulau Yoi umumnya telah dilakukan secara intensif. Hampir setiap hari dilakukan kegiatan operasi penangkapan (5-7 hari). 8erdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan di lapang, hasil tangkapan umumnya telah mengalami penurunan, terutama dalam ukuran bobot ataupun panjang thoraks. 8eberapa tahun yang lalu (1998/1999) ukuran 1 kg ke atas per individu masih cukup banyak, namun saat diadakan survei pad a tahun 2007/2008, ukuran individu ukuran ~ 1 kg sangat jarang ditemukan. Oleh sebab itu para nelayan mencari kepiting kelapa ke lokasi lain (P. Sain, di Propinsi Papua 8arat).

Hasil tangkapan yang didapat baik dari Pulau Yoi maupun Pulau Sain , dikumpulkan pada para pengumpul yang ada di Pulau Yoi. Harga yang cukup tinggi (Rp 45000,-/ekor) untuk ukuran sekitar 1 kg/individu, menjadikan biota ini banyak diburu. Kegiatan pernbudidayaan dan penyuluhan tentang pentingnya kegiatan periindungan ierhadap kepiting kelapa perlu dilakukan untuk mencegah te~adinya penurunan populasi.

Tim IP8 bekerja sarna dengan PT. ANTAM Tbk pada tahun 2008 mencoba menyelenggarakan kegiatan penangkaran di Pulau Yoi dan Pulau Gebe. Kolam penang­karan dibuat berukuran 1 x 1 x 1 ,3 m' sebanyak 24 bt.Jah di Pulau Yoi dan 1x1x1,3 m' sebanyak 12 buah di Pulau Gebe. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa selama pemeliharaan 6 bulan, kepiting kelapa dapat tumbuh cukup baik dan memiliki sintasan sekitar 80% atau tingkat i-:ematian sekitar 20%.

Hasil pengamatan tersebut dapat dijelas .. kan bahwa kegiatan penangkapan yang terus menerus harus segera diatur ~esuai dengan kondisi biologis kepiting bakau, untuk memberi peluang bereproduksi biota tersebut, sehingga dapat te~adi pelestarian sumber daya kepiting kelapa. Selain itu mesti segera diupayakan oleh masyarakat atau pemerintah untuk men­coba membudidayakan biota tesebut.

68 Penangkapan dan Pemasaran Kepiting Ke/apa CIlirgus latro) di Pulau Yoi ...

[urnal Perikanan Tangkap, Vol. XVlIl, No.2, AglIsllIs 2009

50 1 ~ 40 108T ..... 0

.>:: I Ell 8 ~ 30 1-~ l os '" 20 ,..--- - - . E oKT

fr ::J 10 lri - --' ..,

J I r .KK 0

15- 27- 1 9 15 24 11-Nov Nov Des Des Des Des Jan

Tanggal

Gambar 3 Hasi l pengumpulan Kepiting Kelapa yang terdapat di salah satu pengumpul di Pulau Gebe.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesirnpulan

Kegiatan penangkapan kepiting kelapa (Birgus latro) di Pulau Yoi dilakukan sebanyak 2-3 kali/hari, 5-7 hari/minggu, dan sekitar 15 harilbulan. Hasil tangkapan kepiting kelapa bervariasi sesuai dengan ukuran mulai dari 7 ons (KK) sampai 21 ons (BT), dikumpulkan pada pengumpul di Pulau Yo; untuk selanjutnya dipasarkan ke daerah lain. Pemasaran kepiting ini dilakukan baik di dalam wilayah Maluku Utara ataupun di luar Maluku Uta'a (Manado), dengan jaringan perdagangan yang telah lama tercentuk.

4.2 Saran

Kegiatan budidaya perlu dilakukan mengingat jumlah populasi ukuran besar (>1 kg/ekor) semakin menurun. Kegiatan budicaya dapat dilFlkukan di sexitar wilayah P. Yoi ataupun di luar P. Yoi.

DAFTAR PUSTAKA

Amesbury, S.S. 1980. Biological Studies on The Coconut Crnb (Birgus Latro) in the Mariana Islands. Univ . Guam. Mar. Lab. Tech. Repi 66, 39 p.

Boneka, F.B, 1990. Mengenal Birgus lafro Lewat Aktifitas Penangkapan di Pulau Salibabu. Jurnal Fakultas Perikanan Unsrat Manado.

,

Brown, I. W dan Fielder D .R. 1991. The Coconut C'rab: Aspects of the Biology ' and Er.ology of Birgus latro in the Republic of Vanuatu. Australian Centre for International Agricultural Research. Canberra, Australia. 128 hal.

Helfman, G.S. 1973. Ecology and Behaviour of coconut cra~, Birgus latro (L). Msc. Thesis, Universitas of Hawaii (Zoology) : 159 pp.

Pratiwi, R. dan Sukardi. 1995. Daur hidup dan Reproduksi Ketam Kelapa, Birgus latro (Crustacea, Decapoda, Coenobitidae) . Oseana, 4:25-33.

Pr;;tiwi, R. 1989. Ketam Kelapa, Birgus latro (Linnaeus 1767) (Crustacea, Decapoda, Coenobitidae). Dan Beberapa Aspek BiolO!1inya. Oseana,14: Nomor 2:47-53.

Proyek Pengembangan Sumber Daya Alam . Hayati . Pusat (PPSDAHP). 1987/1988.

Deskripsi Biota Laut Langka. Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Perlindunaan Hutan dan 'Pelestarian Alam. Bogor. -

Ramli, M .~, 1997. St~di Preferensi Habitat Kepitiilg Kelapa (Birgus latro '1.,.) Dewasa di Pulau ' Siompu dan LiwutO"ngki,pi, Buton, Sulawesi Tenggara. Tesis.' \:.'.· I nstit~t Pertanian Bogor. 63 hal.

Refiani, S. dan SUlistiono. 2005. Kondisi h8bitat dan kematangan gonad kepiting kelapa di Pulau Pasoso. Faku ltas Perikanan dan 11m u Kelautan. Paper. 15 hal

Rondo M dan D. Limbong. 1990. Bioekologi Ketam Kelapa (Birgus Latro, LlNNAEUS

69 Penangkapan dan Pemasaran Kepiting Kelapa ()lir~us latrol di Pulau Yoi ...

jllnwl Pt'ri/.:llI111111i ll1g/.:llp, Vel. X\ ·ffl . . \'.,.~, Ag/l~tlls 2009

1767) di Pulau Salibabu, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Jurnal Fakultas Perikanan Unsrat. 2: 87-94.

Sulistiono. 2006. Teknik penangkaran kepiting kelapa (Birgus latro) di Indonesia. Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing 2004-2005. Insti tut Pertanian Bogor. 65 hal.

Sulistiono, S. Refiani, FY· Tantu, dan Muslihuddin. 2007. Kajian awal

penangkaran kepiting kelapa (Birgus lalro) . Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2) : 183-189

Sulistiono, M.M. Kamal, dan NABuiet. 2009. Uji coba pemeliharaan kepiting kelapa (Birgus lairD) di kolam penangkaran. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(1) : 1 01-1 07.

70 Penangkapan dan Pemasaran Kepiting Kelapa (Bir~s lalro) di Pulau Yoi ...