of -...

8
Abstract :Every action of a state should be realised in order to fight for her national interest. Therefore, countries have a different perspective on the orientation of their national interest. Regional geopolitical and geostrategy trends are undergoing major changes. The relative geopolitical strategic value which includes the routes are changing substantially, the alliance bloc Heartland Power is facing Maritime Power. The regional Arc of lnstability especially at the core area of maritime safety will evolve with the rise of China's military power, which was greeted by US firmness in the area, the so-called lndo Pacific pivots. An awareness of the critical vulnerabilities is essenfral in order to plan operations effectively. We must instigate maritime campaigns with the goal of coordinating the actions of the army, the air force and the navy which will correspond with the strengths/actions of other nations. Seen from the vulnerable geographical value of SLOCs as well as the chokepoint, lndonesia should be able to establish a safer and more comprehensive road map towards the security of her ocean and aerospace. lndonesr,a's defence policy and strategic direction, for example, is sft/ in denial, failing to realize that the spark of China's maritime build-up and the impact of American strategic bases in Guam will affect our nation. Jakarta also has not dealt with 2 axis ' mini litteral ' cooperation between JAUS (Japan- Australia-US) and JIUS (Japan-lndia-Us,). /f's about time for lndonesia to simultaneously constitute the vision of balancing and or bandwagoning the formation of two new fleets to support the pre-existing two fleets. Latar Belakang Kaum idealis cenderung melihat politik internasional dengan pandang- an idealistik, ini membuat mereka lebih fokus pada cara cara bagaimana mengubah negara saling berhubung- an, mentransformasi politik dunia, dan memiliki agenda menciptakan tata aturan internasional yang damai. Padahal, menurut Morganthau, dalam perspektif realist, sejatinya setiap tindakan negara, diwujudkan dalam rangka memperjuangkan national 16lJ u rna! Ma riti n I ndonesia interest nya sendiri-sendiri. Karenanya, setiap negara memiliki perspektif berbeda mengenai orientasi dan arah kepentingan nasionalnya. Logika dasar akan intensitas, karakter, dan sifat dari ancaman yang dipersepsikan sebuah bangsa harus mampu mempengaruhi strategi pem- bangunan pertahanan negara yang ujungnya terkait dengan kualitas dan kuantitas postur yang dimilikinya. Itu karenanya, ancaman terhadap ke-

Upload: doankien

Post on 11-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: of - jurnalmaritim.tnial.mil.idjurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2018/04/2013-Vol.-1-No.-1-Kampanye...aturan internasional yang damai. Padahal, menurut Morganthau, dalam

Abstract :Every action of a state should be realised in order to fight for her national

interest. Therefore, countries have a different perspective on the orientation of their

national interest. Regional geopolitical and geostrategy trends are undergoing major

changes. The relative geopolitical strategic value which includes the routes are

changing substantially, the alliance bloc Heartland Power is facing Maritime Power.

The regional Arc of lnstability especially at the core area of maritime safety will

evolve with the rise of China's military power, which was greeted by US firmness in

the area, the so-called lndo Pacific pivots. An awareness of the critical vulnerabilities

is essenfral in order to plan operations effectively. We must instigate maritime

campaigns with the goal of coordinating the actions of the army, the air force and the

navy which will correspond with the strengths/actions of other nations. Seen from the

vulnerable geographical value of SLOCs as well as the chokepoint, lndonesia should

be able to establish a safer and more comprehensive road map towards the security

of her ocean and aerospace. lndonesr,a's defence policy and strategic direction, for

example, is sft/ in denial, failing to realize that the spark of China's maritime build-up

and the impact of American strategic bases in Guam will affect our nation. Jakarta

also has not dealt with 2 axis ' mini litteral ' cooperation between JAUS (Japan-

Australia-US) and JIUS (Japan-lndia-Us,). /f's about time for lndonesia to

simultaneously constitute the vision of balancing and or bandwagoning the formation

of two new fleets to support the pre-existing two fleets.

Latar Belakang

Kaum idealis cenderung melihat

politik internasional dengan pandang-

an idealistik, ini membuat mereka lebih

fokus pada cara cara bagaimana

mengubah negara saling berhubung-

an, mentransformasi politik dunia, dan

memiliki agenda menciptakan tata

aturan internasional yang damai.

Padahal, menurut Morganthau, dalam

perspektif realist, sejatinya setiap

tindakan negara, diwujudkan dalam

rangka memperjuangkan national

16lJ u rna! Ma riti n I ndonesia

interest nya sendiri-sendiri. Karenanya,

setiap negara memiliki perspektif

berbeda mengenai orientasi dan arah

kepentingan nasionalnya.

Logika dasar akan intensitas,

karakter, dan sifat dari ancaman yang

dipersepsikan sebuah bangsa harus

mampu mempengaruhi strategi pem-

bangunan pertahanan negara yang

ujungnya terkait dengan kualitas dan

kuantitas postur yang dimilikinya. Itukarenanya, ancaman terhadap ke-

Page 2: of - jurnalmaritim.tnial.mil.idjurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2018/04/2013-Vol.-1-No.-1-Kampanye...aturan internasional yang damai. Padahal, menurut Morganthau, dalam

daulatan negara harus mencermati

faktor dan fluktuasi perubahan regional

dan internasional yang mempengaruhi

terjadinya perubahan sifat dan bentuk

ancaman serta perubahan karakter

perang.

Kecenderungan GeoPolitik dan

Geostrategi kawasan sedang meng-

alami perubahan besar. Nilai-nilai

strategis geopolitik relatif yang men-

cakup rute udara, darat dan laut

berubah secara substansial dimana

blok kekualan Heartland Power sedang

dihadapkan pada Maritime Power. lni

menjadikan kawasan yang mencakuP

sisi Samudera Pasifik dan Samudera

Hindia kembali dilirik. Sisi "Heartland'

kekuatan Blok Rusia dan China meru-

pakan kekuatan GDP yang mencakuP

nilai 9 - 159 trilyun USD dan kekuatan

penduduk mencapai angka 15 milyar.

Di lain sisi, kekuatan Blok Barat

mencakup kekuatan GDP senilai 35 -

449 trilyun USD dengan kekuatan

jumlah penduduk yang hanya 803 juta.

The Arc of lnstability dari sisi inti

keamanan maritim kawasan menjadi

berbeda dengan munculnya kekuatan

militer China yang disambut dengan

ketegasan AS untuk kembali berporos

ke kawasan dan diikuti kemudian

dengan kebijakan akan kehadiran

militer AS yang akan diramPungkan

dalam 7 tahun mendatang (2020)

dengan menekankan pada tenvujudnya

penggelaran kekuatan maritim dan

dirgantara. Hal ini erat kaitannya

dengan ancaman sengketa maritim

Laut China Selatan (SCS) dan Laut

China Timur (ECS) yang mampu

diproyeksikan dan dikampanyekan AS,

selain sebagai strategi pencapaian

17 li'-' ; : :; : J.ii -,.;r. I rr"]c' Slie

akan Freedom of Navigation, Active

Engagement Policy dan niat AS sendiri

untuk memperluas zona kedalaman

pertahanannya dengan kembali ke

kawasan lndo Pasifik (demikian AS

menyebutnya).

Bagamana reaksi China akan

strategi AS tersebut? Pada 2000-2010

China telah membangun kekuatan Off

Shore Defence dengan kekuatan

lengkap off shore combatanf dan

Brown Water Navy. Arah Pembangun-

an PLA Navy yang sedang berjalan di

periode 2010-2020 adalah untuk Off

Shore Operation Yang mampu

beroperasi sepanjang 1't lsland Chain,

pembangunan Green Water NavY Yang

diikuti pengembangan kaPal selam

nuklir dan dimulainya proyek pesawat

tempur untuk kapal induknYa juga

pembangunan kapal-kapal besar per-

mukaan. Pada tahun 2020-2050 China

akan melakukan finalisasi program

pesawat tempurnya dan kekuatan

PLAN (People Liberation Army Navy)

diproyeksikan akan mamPu untuk

beroperasi di high sea (Blue Water

Navy), dimana artinya bukan saja

hanya akan mencapai Samudera

Pasifik tetapi juga Samudra Hindia

dengan kekuatan lengkap maritim dan

dirgantara yang sedang dibangunnya.

Meskipun pihak Kementerian

Pertahanan lndonesia juga dengan

malu-malu telah menetaPkan Pem-

bangunan kekuatan 'Maritim Visi 2045',

patut disesalkan Jakarta, tidak seperti

Beijing dan Washington, tidak mampu

secara tegas mengkamPanYekan

sebuah visi maritim dengan rincian

akan resiko instabilitas dan disiintegrasi

wilayah yang terancam oleh permainan

Page 3: of - jurnalmaritim.tnial.mil.idjurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2018/04/2013-Vol.-1-No.-1-Kampanye...aturan internasional yang damai. Padahal, menurut Morganthau, dalam

individu, NGO, pasukan asing, atau

spill over dari pembangunan kekuatan

militer yang sedang berjalan di ka-

wasan. Jakarta, tidak seperti Beijing

dan Washington, tidak mampu mene-

tapkan secara tegas model hubungan

seperti apa yang harus dijalin dengan

10 negara berdekatan termasuk

negara- negara berpotensi bermasalah

dengan China selain juga negara-

negara yang jelas-jelas merupakan

allies AS. Terakhir, Jakarta tidak

seperti Beijing dan Washington, belum

terlihat mampu mengangkat issue

penting keamanan nasional terkait

seluruh keamanan maritim di perairan

regional Asia Tenggara, Samudera

Hindia, dan Pasifik, serta ancaman

yang akan datang dari dunia yang

terbentang' Far Beyond lndonesia'.

Kampanye Maritim

Secara umum upaya-upaya

pengembangan sistem pertahanan

maritim dan dirgantara lndonesia

harus memperhatikan faktor geo-

strategis baik yang bersifat internal dan

ini berkaitan dengan upaya memba-

ngun sistem pertahanan yang didasar-

kan atas konsep "unified approach dan

suatu comprehensive strategy yang

mencakup seluruh wilayah kepulauan

lndonesia. Sedangkan yang bersifat

eksternal, mengarah pada mengem-

bangkan kemampuan penangkal

ancaman yang kuat, minimal melalui

pengembangan kemampuan diplomasi,

pengintaian, dan sistem peringatan

dini, serta persoalan yang berkaitan

dengan perkembangan teknologi dan

komunikasi.

Kampanye adalah sebuah

gerakan berkelanjutan yang terkontrol

baik secara operasi simultan maupun

sequential. Kampanye biasanya tidak

dibatasi dalam ruang dan waktu.

Perencanaan kampanye maritim ber-

tujuan untuk mengkoordinir tindakan

dari kekuatan pasukan darat, Iaut dan

udara yang sekaligus mampu beror-

kestra dengan elemen-elemen kekuat-

an negara lainnya.

Perencanaan suatu kampanye

maritim harus dirancang untuk menjadi

sebuah gerakan dinamis dan ber-

kelanjutan yang mampu meng-

gabungkan elemen-elemen dalam

sebuah rancangan operasional. Ren-

cana kampanye ini memerlukan ke-

mampuan "sweeping y/sions" untuk

dapat membangun pengertian akan

hubungan erat antara tujuan akhir,

strategi yang dipilih, operasionalisasi

dan juga taktis pelaksanaan operasi itu

sendiri.

Dalam konsep offensive realist,

negara membutuhkan kekuatan (P),

tidak hanya untuk menjaga posisi demi

terciptanya balance of power, me-

lainkan untuk menjadi sekuat mungkin.

Dalam sebuah sistem, dimana tidak

ada otoritas yang lebih tinggi daripada

negara, menjadi masuk akal bagi setiap

negara untuk memiliki kekuatan agar

dapat terjaga, dari serangan negara

lain. Karen anya, banyak negara-negara

normal, baik dengan rezim pemerintah

demokratik dan otoriter, akan berperi-

laku selalu sama; mencari dan mem-

bangun kekuatan sebesar-besarnya.

18 |-tu r* *I &,{*rlflm lndoncsia

Page 4: of - jurnalmaritim.tnial.mil.idjurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2018/04/2013-Vol.-1-No.-1-Kampanye...aturan internasional yang damai. Padahal, menurut Morganthau, dalam

Karenanya, sebuah kampanye

maritim setidaknya harus mampu

menjawab pertanyaan dasar akan :

1. Apa tujuan akhir kekuatan mili-

ter dalam m.encapai tujuan

strategis akhir negara?

2. Apa cara-cara yang paling

memungkinkan untuk mencapai

tujuan akhir strategis suatu

negara?

3. Apakah kekuatan militer yang

ditugaskan sudah memadai un-

tuk mencapai tujuan akhir

strategis negara ?

4. Resiko apa yang mampu

diterima oleh negara untuk

melakukan atau tidak melaku-

kan pilihan tersebut?

5. Dengan kendala yang dimiliki,

bagaimana agar militer tetaP

mampu untuk tetap meneraPkan

tujuan akhir strategis negara ?

Tidak menjadi masalah apakah

fokus utama kampanye ini bersifat

hanya separuh maritim, separuh dir-

gantara, atau bahkan keseluruhannya

berorientasi maritim, 5 poin di atas

harus menjadi pertimbangan utama

ketika merencanakan kampanye mari-

tim. Hal ini disebabkan karena dalam

sebuah lingkungan operasi tetap tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan

lainnya, selain juga terdapat keunikan

dalam pasukan AL itu sendiri.

Karenanya, kemampuan peng-

gunaan dan penguasaan akan laut,

pasukan yang dimiliki dan dalam

penggelarannya, sesungguhnya harus

mampu dalam memberikan seorang

'komandan' akan pemahaman dan

fleksibilitas dari keseluruhan spektrum

operasi kampanye maritim itu sendiri.

19 | J*rn*i &d*ruf;m Jnd*n*sra

Terdapat banyak faktor yang harus

dipertimbangkan dalam proses pe-

rencanaan operasi maritim. Kemampu-

an dan sumber daya militer yang tidak

terbatas merupakan hal mutlak, dan

haruslah terkonsentrasi untuk men-

capai tujuan akhir strategi negara.

Selain itu, perencanaan operasional

menjadi penting sebagai prasyarat

utama dalam menetapkan keber-

langsungan rencana. ldealnya, harus

ada sebuah kesatuan komando atas

semua sumber daya dan logistik yang

diperlukan untuk melakukan operasi

maritim.

Sebuah operasi maritim harus

memungkinkan komandan untuk

menetapkan 'decisive points" dalam

mencapai tujuan operasi dimana dalam

keadaan tertentu ia harus diberikan

kesempatan dalam' menunjukkan

kemampuannya, baik untuk mengen-

dalikan keseluruhan dari temPo

operasi, termasuk keputusan untuk

melakukan atau malah memutuskan

kontak dengan lawan atau sumber

ancaman ketika. Jelaslah, efektifitas

dari C2 (command and control) sangat

penting bagi optimalisasi kekuatan

angkatan laut.

Kekuatan maritim, sangatlah

ideal untuk mendukung sebuah 'high

tempo operation s' dikarenakan kemam-

puan mobilitas dan flesibilitasnya.

Untuk mencapai tempo ini diperlukan

inisiatif dan eksploitasi untuk mencapai

kesuksesan. Para komandan opera-

sional harus dipersiapkan untuk mam-

pu mengambil dan membuat keputus-

?f,, ia harus berkemampuan untuk

mengijinkan para komandan subordi-

natnya untuk juga melakukan kebe-

Page 5: of - jurnalmaritim.tnial.mil.idjurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2018/04/2013-Vol.-1-No.-1-Kampanye...aturan internasional yang damai. Padahal, menurut Morganthau, dalam

basan dalam bertindak. Seorang

komandan dalam level operasional

harus menyadari, bahwa sebuah tem-

po mungkin saja terbatasi atau dibatasi,

tetapi hal ini tidak boleh diukur dari

keberlanjutan ketahanan sebuah unit,

tetapi dari ketahanan fisik masing-

masing anggotanya.

Itu karenanya, dalam melaku-

kan kampanye maritim, beberapa per-

timbangan harus diberikan untuk meng-

identifikasi kerentanan kritis akan anca-

man. Kesadaran akan kerentanan kritis

sangat penting untuk perencanaan

operasi yang efektif. Hal ini mencakup,

antara lain : kapal transport untuk

pasukan amphibi, kemampuan kapal

untuk menggelar combat power,

penambahan kapal dalam pengerahan

pasukan, kekuatan kemauan (will

power) dan kohesi pasukan serta para

komandan, kemampuan Command and

Control, intelligence, surueillance and

reconnaisance unit, aset perang udara,

kemampuan dan ketahanan fisik dari

anggota, serta terakhir, posisi geo-

graphy dari negara itu sendiri.

Karenanya, memelihara fleksibilitas

dan kemampuan adaptasi akan per-

kembangan dari situasi dan lingkung-

an yang dihadapi sangatlah menjadi

penting.

SLOCs : lssue Yang Ditelantarkan

Berbicara tentang posisi geo-

graphy dan perkembangan situasi,

patut disadari bahwa keberadaan Sea

Lanes of Communications (SLOCs,),

telah menjadi sebuah link yang hilang

dari issue stabilitas nasional. Padahal,

kekuatan China yang diarahkan pada

kepentingan nasionalnya mencakup

20lJt,rnal Maritin lrrce ne$r{?

issue kesejahteraan zona litoral, eko-

nomi, dan nilai kebanggaan hege-

monik terkait sangatlah erat dengan

keamanan SLOCs dan chokepoints,

yang utamanya tersebar di wilayah

perairan lndonesia. Arah kebijakan PLA

Navy, jelas terlihat sedang dibangun

pada kesiapan daerah kontijensi,

kemungkinan akan intervensi militer

negara asing, berikut pelibatan militer-

nya dengan asumsi yang diprediksi-

kannya akan mencapai SLOCs yang

dianggap strategis dan penting bagi

China.

Dilihat dari sisi posisi geografis

berikut nilai SLOCs serta chokepoint,

lndonesia seharusnya mampu me-

netapkan peta jalan menuju keamanan

samudera dan dirgantara yang lebih

aman dan komprehensif. lndonesia

dituntut untuk mampu berpikir kreatif

untuk mengetahui dengan jelas akan

keinginan serta strategi pertahanan

maritim dan udaranya, selain juga

dituntut untuk mampu mengukur

dengan jernih kemampuan yang sudah

dan harusnya dimiliki. Mengapa? Kare-

na dengan cara kita yang salah dalam

memetakan ancaman serta resiko yang

ditimbulkan oleh konstelasi politik

keamanan kawasan, akan jelas ber-

dampak pada perubahan strategi

nasional, baik yang bersifat eksternal

maupun internal.

Dalam Report on Security in

Global Words yang mencakup tantang-

an dunia di 25 tahun kedepan, terlihat

dari laporan rancangan kedepan perta-

hanan AS dan lnggris bahwa aspek

aspek penting yang mereka prediksikan

adalah China dan Russia yang akan

bangkit menantang 'the western order',

Page 6: of - jurnalmaritim.tnial.mil.idjurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2018/04/2013-Vol.-1-No.-1-Kampanye...aturan internasional yang damai. Padahal, menurut Morganthau, dalam

atau bagaimana Russia, China dan

lndia akan dianggap sebagai 'peng-

ganti' AS di kawasan dengan lebih

jauh berperan sebagai 'regional balan-

cer'.

lndonesia, di lain sisi malah

melakukan kesalahan fatal dalam

merancang strategi pertahanannya

dengan melahirkan paradigma

thousand friends zero enemy, diikuti

memaknai semua tipologi ancaman

non tradisional yang dianggap para

elite pemangku kebijakan tidak me-

merlukan kekuatan tradisional, yaitu

tentara dan angkatan perang. Dua hal

ini telah mendorong para elite kemu-

dian membuat kesalahan ketiga, yaitu

landasan berfikir untuk menetapkan

strategi dalam pertahanan lndonesia

yang selalunya dibangun di luar kon-

teks pembangunan kekuatan militer

dan konstelasi politik kawasan.

Arah kebijakan dan strategis

lndonesia, misalnya'tidak berkeingin-

an' untuk melihat akan percikan

ancaman stabilitas keamanan China

dan basis strategis pangkalan AS di

Guam yang di tahun depan (2014)

akan tuntas menjadi pangkalan

perpindahan USMC dari Okinawa.

Padahal, dengan anggaran sebesar

10.3 milyar USD pangkalan AU dan AL

di Guam akan menjadi kekuatan

terbesar di kawasan Pasifik Barat

dalam masa depan sistem kontrol dan

sistem pertahanan untuk peperangan

laut dan udara AS (JAOCS), bunker

bawah tanah (JDAM storage) dan juga

kemampuan dalam BMD (Balistic

Misille Defense).

Jakarta juga lalai memper-

hatikan busur ancaman kerjasama

maritim ragional dengan 2 poros 'mini

cooperation litteral' antara JAUS

(Japan - Australia US) dan JIUS

(Japan lndia US). Kerjasama

maritim multilateral ini telah dibahas

dan diusulkan untuk mewujudkan

keamanan SLOCs yang dianggap

penting untuk stabilitas regional baik

dalam segi keamanan dan juga

ekonomi, dimana kemudian SLOCs

tidak dilihat lagi berakhir di sebuah

wilayah tunggal, tetapi sebagai Broad

SLOCs mencakup Samudra Hindia,

Asia Pasifik, Pasifik Selatan/ Oceania

dan usulan akan "Expanded Asia" yang

mengintegrasikan Asia Timur dan Asia

Selatan di antara 2 samudera besar

sebagai penghubung wilayah pengga-

bungan kekuatan maritim selain

ekonomi.

Terciptanya kerjasama keaman-

an maritim ini secara tidak langsung

akan meninggalkan lndonesia dalam

kebingungan menempatkan dirinya

dalam pembangunan kekuatan maritim

regional, jika tidak segera meningkat-

kan kesepadanan kemampuan ke-

kuatan yang diperlukannya dalam kola-

borasi maritim dan keamanan SLOCs

yang akan diwujudkan tersebut.

Urgensi Pembentukan 2 Armada

Baru TNI AL

Tidak banyak yang menyadari,

sebenarnya hanya sedikit sekali ruang

yang ditinggalkan di planet bumi yang

tidak terisi oleh kekuatan militer AS.

Dan ruang kosong itu, adalah wilayah

lndonesia terus menuju arah Selatan

2llJ$rfi sl ffaritlre l*d*n*sl*

Page 7: of - jurnalmaritim.tnial.mil.idjurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2018/04/2013-Vol.-1-No.-1-Kampanye...aturan internasional yang damai. Padahal, menurut Morganthau, dalam

melalui Samudera Hindia ke arah

Antartika.

Dunia yang sekarang sedang

berporos kembali ke lndo-Pacific

terbukti sudah melihat betapa

strategisnya selat-selat dan wilayah

maritim dan dirgantara yang kita miliki.

Dengan re-orientasi AS ke kawasan,

maka wilayah kosong ini kelak akan

segera terisi oleh sebaran 421

pangkalan berikut 27.000 barracks

serta hanggars. ltu berarti pada 2O2O

di kawasan ini akan tersebar 192.632

prajurit AS ditambah penruiranya

sebanyak 31.616 untuk mendukung

pergerakan sekitar 6 kapal induk

tambahan, 172 kapal perang berikut

kapal selam serta 2.220 aircrafts

tambahan ditambah 121.461 staff sipil

pendukungnya. Oleh karenanya, jika

kemudian ditarik garis dari Diego

Garcia, Christmas lsland, Coco lsland,

Danruin, Guam, lalu ke Filipina,

Singapura dan ke pulau Andaman dan

Nicobar, lndonesia sesungguhnya telah

terkepung oleh kekuatan AS seba-

gaimana lrak saat hendak diserbu

dalam "Operation Enduring Freedom".

Untuk menyeimbangkan per-

tarungan kekuatan China, AS berikut

alliesnya, khususnya Australia, secara

tegas telah menyatakan untuk menjadi

"The Most Capable Defence Forces in

the Region". ltu artinya Australia akan

membentuk kekuatan maritim yang

besar dengan menambah kekuatan

AWD (air warfare destroyef dan

landing amphibious shrps serta 100

buah pesawat tempur terkini. Kekuat-

an ini akan bersatu bersama-sama

lndia dan AS untuk mengamankan

kepentingannya di lndian Ocean yang

221,i s'Y,6i f,if aritin irOonesia

terbentang di sisi Selatan, sepanjang

bagian Timur hingga Barat lndonesia.

Australia juga akan mem-

perkuat kemampuan maritime patrol

dengan mengganti kekuatan pesawat

lAl Heron yang memiliki medium

altitude long endurance (MALE) di 2018

dengan pesawat berkemampuan

intelligence, surueillance, target

acquisition, and reconnaissance

(ISTAR) jenis terkini, Eitan. Selain itu,

Australia juga akan mengaplikasikan

"Growler" electronic warfare equipment.

Growler adalah tekhnologi AS terkini

dengan kemampuan untuk lamming'seluruh kemampuan radar dan elek-

tronik darat dan udara serta seluruh

sistem komunikasi negara sasarannya

dimana selain AS hanya Australia yang

diijin kan mengoperasikannya.

Sebagai negara maritim terbesar

di kawasan, jelaslah lndonesia harus

dapat memaksimalkan perannya. Titik

awal, dapat dilakukan dengan menye-

pakati bahwa sejarah perang akan

sumber daya perdagangan di kawasan

ini beserta jalur-jalur laut strategisnya

bukanlah sejarah cerita indah dalam

dongeng, tetapi cerita tentang bagai-

mana kedaulatan dan kehormatan

negara yang dijaga dengan segenap

sumber daya, tenaga, darah dan

airmata. Titik kedua, adalah dengan

membalikkan pengertian MEF (mini-

mum essenfia/ forces) yang telah dija-

dikan landasan pembangunan kekuat-

an Postur pertahanan lndonesia men-

jadi MEF dalam pengertian maximum

essenfia/ forces yang dibutuhkan

lndonesia untuk mencapai - Titik ketiga,

yaitu TNI AL dan TNI AU yang mampu

terlibat dalam keturutsertaannya

i

Page 8: of - jurnalmaritim.tnial.mil.idjurnalmaritim.tnial.mil.id/wp-content/uploads/2018/04/2013-Vol.-1-No.-1-Kampanye...aturan internasional yang damai. Padahal, menurut Morganthau, dalam

membangun kerjasama keamanan

maritim dan udara kawasan, yang jika

tidak mampu dilakukan dengan mandiri

dapat dilakukan dengan kekuatan

aliansi yang dapat memberikan

dampak magnitudinal pada tenruujud-

nya sebuah arsitektur keseimbangan

regional yang sesungguhnya.

Untuk memperbesar elemen

kekuatannya negara dapat memilih

strategi aliansi. Aliansi menjanjikan

beberapa keuntungan: (1) biaya yang

dikeluarkan untuk membangun elemen

pertahanan dapat ditekan, karena ber-

gabung dalam aliansi yang ber-

anggotakan negara-negara kuat secara

langsung berarti memultiplikasi

kemampuan pertahanan; (2) menjanji-

kan keuntungan ekonomi, karena

negara-negara yang beraliansi, cende-

rung meningkatkan prospek ekonomi,

perdagangan, bantuan, dan pinjaman

antar mereka.

Aliansi terbagi ke dalam dua

jenis: balancing dan bandwagoning.

Negara disebut melakukan balancing

ketika bergabung dengan negara-

negara lain sebagai oposisi, terhadap

sumber ancaman. Sementara, negara

disebut melakukan bandwagoning

ketika negara tersebut justru memilih

bergabung dengan sumber ancaman.

lndonesia jelas terlihat kurang

mengantisipasi busur-busur ancaman

kerjasama keamanan regional masa

depan, yang diprakasai dari aliansi AS

bersama negara-negara tetangga, dan

dipastikan akan melampaui selat-selat

strategis lndonesia. Sudah saatnya

lndonesia membangun dan meng-

23l l u : :t a' iul,l,", r r *: ;l' Cf 'e {i}

kampanyekan visi balancing sekaligus

bandwagoning secara simultan untuk

terbentuknya dua armada baru untuk

mendukung 2 armada yang sebelum-

nya sudah ada.

Armada pertama adalah armada

yang berkonsetrasi pada pembangunan

kemampuan pertahanan laut dan udara

di sepanjang sisi ZEE Selatan

lndonesia yaitu Armada Samudera

Hindia dan jika diperlukan dibangun

dengan kerjasama maritim dan dirgan-

tara yang kuat bersama-sama dengan

China. Sementara Armada kedua harus

mampu berkonsentrasi pada pemba-

ngunan kemampuan pertahanan laut

dan udara di sepanjang sisi ZEE Utara

lndonesia yakni kawasan Samudera

Pasifik, dan jika diperlukan dibangun

dengan kerjasama maritim dan dirgan-

tara yang kuat bersaina-sama dengan

AS dan Australia.

Sebagai bangsa yang besar dan

kuat dengan sejarah panjang keja-

yaannya, sudah tiba waktunya

lndonesia dan kita mampu bersikaP

sebagaimana pepatah dalam bahasa

latin menga-takan: Nullius addictus

iurare in verba magistri. Jangan

pernah mati dan hidup menurut

perintah orang lain. Ya, sudah

waktunya bangsa ini kembali bangkit

menjadi bangsa yang mampu

mengantisipasi segala kelemahannya

dan merancang kekuatan maritim dan

dirgantara untuk memainkan peran

yang lebih strategis demi tegaknya

kepentingan nasionalnya disamping

mampu menjadi regional balancer

dalam mencapai regional Equilibrium

yang memang telah dicita-citakannya.