oleh : dr. ir. herien puspitawati , m.sc ., m.sc

48
BLT Bantuan Langsung Tunai KETAHANAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA Oleh: Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. BAB 11

Upload: bunny

Post on 21-Mar-2016

84 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BAB 11. KETAHANAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA. Oleh : Dr. Ir. Herien Puspitawati , M.Sc ., M.Sc. B L T Bantuan Langsung Tunai. KELUARGA RAPUH NEGARA RUNTUH. Keluarga merupakan pilar-pilar penyangga eksistensi suatu bangsa. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

BLTBantuan Langsung Tunai

KETAHANAN DAN

KESEJAHTERAAN KELUARGA

Oleh:Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc.

BAB 11

Page 2: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

KELUARGA RAPUH

NEGARA RUNTUH• Keluarga merupakan pilar-pilar penyangga

eksistensi suatu bangsa

Pesan dari Bapak Presiden Republik Indonesia pada Harganas ke-XII:

“Kekuatan Bangsa dan Negara terletak pada ketahanan masing-masing keluarga. Keluarga adalah cermin kekuatan masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu patut dijaga, dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu saya mengajak setiap orangtua agar dapat membangun keluarganya sebagai pilar pembangunan yang kokoh, agar Bangsa Indonesia semakin mantap melangkah menuju hari esok yang sejahtera dan bermartabat di mata dunia”.

Page 3: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Amanat Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Pidato Vice President Dan Quayle (May 1992):

“…The failure of our families is hurting America deeply. When families fail, society fail. The lack of structure… testament to how quickly civilization falls apart when the family foundation cracks. Children need love and discipline. They need mothers and fathers….(kegagalan keluarga kita sangat menyakitkan orang Amerika. Apabila keluarga gagal, maka masyarakat akan gagal pula. Kekurangan struktur … menjadi saksi pada seberapa cepat runtuhnya masyarakat apabila dasar-dasar keluarga retak. Anak-anak membutuhkan rasa cinta dan disiplin. Mereka membutuhkan ibu dan ayahnya…)”

Page 4: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

“ ..And for those concerned about children growing up in poverty, we should know this: marriage is probably the best anti-poverty program of all…Marriage is a moral issue that requires cultural consensus, and the use of social sanctions..(…dan bagi yang menaruh perhatian pada anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan, kita harus tahu bahwa perkawinan mungkin adalah program anti kemiskinan yang terbaik….perkawinan adalah suatu isu moral yang membutuhkan konsensus budaya, dan penggunaan dari sangsi sosial)”

“..Bearing babies irresponsibly is, simply wrong. Failing to support children one has fathered is wrong.. (..memelihara bayi tanpa rasa tanggung jawab adalah salah. Gagal untuk mendukung anak yang tadinya pernah mempunyai seorang ayah adalah salah..)”

Page 5: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

“…It’s time to talk again about family, hard work, integrity and personal responsibility. We cannot be embraced out of our belief that two parents, married to each other, are better in most cases for children than one (…sudah waktunya membicarakan lagi tentang keluara, bekerja keras, integritas dan tanggung jawab personal. Kita tidak dapat dipengaruhi di luar kepercayaan kita bahwa dua orangtua, menikah satu dengan yang lain adalah lebih baik dalam banyak kasus untuk anak-anak dibandingkan dengan hanya satu orangtua saja)” (Quayle 1992, pp. 517-519).

Page 6: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Tujuan Pembentukkan Keluarga (Hughes & Hughes 1995)

Menyusun keturunan yang baik dan utuh

Meningkatkan sikap positif

Menyesuaikan sikap antar suami istri

Meningkatkan afeksi keluarga

Cara meningkatkan afeksi keluarga: membiasakan makan bersama, meningkatkan kualitas dan kuantitas komunikasi, liburan bersama

Mengembangkan spiritual keluarga

Meningkatkan kehidupan keluarga sehari-hari

1

2

3

4

5

6

7

Page 7: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Pendekatan Teori Keluarga dalam Memahami Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga

NILAI/ NORMAKELUARGA

HUBUNGAN SOSIAL

HARMONIS

CINTAKOMITMEN

TANGGUNGJAWABMENGHORMATI

KEBERSAMAAN KELUARGA

Kualitas Sumberdaya Manusia Tinggi

·Demokratis· Terbuka· Jujur· Bertanggungjawab· Handal, Terjamin· Bijaksana· Pekerja Keras· Pecinta Sejati· Bertaqwa

Keluarga Sebagai Pondasi Masyarakat

Keluarga Sebagai Pilar Bangsa

Keluarga sebagai wadah pembentuk SDM Bangsa

KELUARGA

KUAT

&

SEHAT KONSENSUS

STABIL, LINGKUNGAN KONDUSIF HIDUP ORANGTUA UNTUK KELUARGA

IKATAN EMOSI KUAT

Gambar 11.1. Pendekatan teori struktural fungsional untuk memahami peran dan fungsi keluarga dalam mencetak sumberdaya manusia suatu bangsa (Megawangi 2003; catatan kuliah Pengantar Ilmu Keluarga)

Page 8: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Pendekatan Teori Keluarga dalam Memahami Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga

Gambar 11.2. Pendekatan teori pertukaran sosial untuk memahami keharmonisan suami istri dan proses penanggulangan permasalahan keluarga (Ilustrasi: Puspitawati 2006b)

SOCIAL EXCHANGE

SAYA (ME) VS ORANG LAIN (OTHERS)-Saya memberi vs Dia memberi/saya menerima-Saya mencintai vs Dia mencintai/saya dicintai-Saya setia vs Dia setia-Saya berkorban vs Dia berkorban-Senang sama-sama, sengsara sama-sama

SUAMI

UANGTENAGA

CINTAPERHATIAN

WAKTUSEKSUAL

PENGABDIAN/LOYALITASTENAGA UTK DOMESTIK

CINTA TULUSPERHATIAN

WAKTUSERVICE SEKSUAL

MENGASUH & MENDIDIK ANAK

ALTRUISM Masih adakah???

INTROSPEKSI DIRI MASING-MASING INDIVIDU'DEMI ANAK' HARUS DIJADIKAN KOMITMEN KOKOH

LANDASAN AGAMA, NORMA, KELUARGA BESAR YG KOKOHDAPATKAN DUKUNGAN DAN PERTOLONGAN KELUARGA BESAR

DAPATKAN PERTOLONGAN SECARA PROFESIONALHINDARI PERCERAIAN SEBISA MUNGKIN

ISTRI

Page 9: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Pendekatan Teori Keluarga dalam Memahami Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga

Gambar 11.3. Pendekatan teori sosial konflik: Faktor-faktor yang menentukan kesejahteraan keluarga

PERSONALITY INDIVIDUSUAMI ISTRI KURANG COCOK• Feminin vs Maskulin• Introvert vs Extrovert

LANDASAN PERKAWINAN KURANG KOKOH

KENDALA SOSIAL EKONOMI INDIVIDU/KELUARGA

LATAR BELAKANG KELUARGA ASAL SANGAT BERBEDA

• Ketidakharmonisan Hubungan Kekerabatan dengan keluarga suami/istri

• Akses Informasi Terbatas

• Adat/norma kurang dapat memfasilitasi persoalan keluarga

• Kebijakan Pemerintah kurang memfasilitasi persoalan keluarga

• Pengaruh negatif dari media

MANAJEMEN KELUARGA TIDAK BAIK• Tidak ada transparansi• Coping Strategi tidak efektif • Kemitraan gender rendah• Manajemen Sumberdaya

Keluarga Tidak Efektif dan Efisien

• Berpeluang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga

HUBUNGAN ANTAR KELUARGA BERMASALAH• Suami istri tidak harmonis• Komunikasi tidak efektif • Ikatan emosi rapuh • Pengasuhan tidak efektif• Berpeluang kekerasan dalam

rumahtangga

P HE AR RK MA OW NI IN S

TIDAK

K TE IL DU AA KRG S A E JK AO HN TF EL RI AK

DAN

Page 10: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materiil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin

Undang-Undang Nomor 10/1992

Ketahanan keluarga adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya untuk mencapai keadaan harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin

Page 11: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga5 Tanda Ketahanan keluarga yang berfungsi dengan baik (Chapman 2000):

(1) Sikap melayani sebagai tanda kemuliaan, (2) Keakraban antara suami-istri menuju kualitas perkawinan yang baik, (3) Orangtua yang mengajar dan melatih anaknya dengan penuh tantangan kreatif, pelatihan yang konsisten dan mengembangkan ketrampilan, (4) Suami-istri yang menjadi pemimpin dengan penuh kasih dan (5) Anak-anak yang mentaati dan menghormati orangtuanya

Pearsall (1996):

Rahasia ketahanan/ kekuatan keluarga berada diantaranya pada jiwa altruism antara anggota keluarga yaitu berusaha melakukan sesuatu untuk yang lain, melakukan dan melangkah bersama, pemeliharaan hubungan keluarga, menciptakan atmosfir positif, melindungi martabat bersama dan merayakan kehidupan bersama

Page 12: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

Euis Sunarti

Ketahanan fisik apabila terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan (indikator: pendapatan per kapita melebihi kebutuhan fisik minimum) dan terbebas dari masalah ekonomi (indikator: terbebas dari masalah ekonomi).Ketahanan sosial apabila berorientasi nilai Agama, komunikasi berlangsung efektif, komitmen keluarga tinggi (pembagian peran, dukungan untuk maju dan waktu kebersamaan keluarga, membina hubungan sosial dan mekanisme penanggulangan masalah.Ketahanan psikologis keluarga apabila keluarga mampu menanggulangi masalah non fisik, pengendalian emosi secara positif, konsep diri positif (termasuk terhadap harapan dan kepuasan) dan kepedulian suami terhadap istri.

Page 13: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

Otto (Mc Cubbin 1988)

(a) Keutuhan keluarga, loyalitas dan kerjasama dalam keluarga, (b) Ikatan emosi yang kuat, (c) Saling menghormati antar anggota keluarga, (d) Fleksibilitas dalam melaksanakan peran keluarga, (e) Kemampuan pengasuhan dan perawatan dalam tumbuh kembang anak, (f) Komunikasi yang efektif, (g) Kemampuan mendengarkan dengan sensitif, (h) Pemenuhan kebutuhan spiritual keluarga, (i) Kemampuan memelihara hubungan dengan lingkungan luar keluarga, (j) Kemampuan untuk meminta bantuan apabila dibutuhkan, (k) Kemampuan untuk berkembang melalui pengalaman, (l) Mencintai dan mengerti, (m) Komitmen spiritual, dan (n) Berpartisipasi aktif dalam masyarakat.

Page 14: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

Kerapuhan aspek ekonomi

Kerapuhan aspek lingkungan

Kerapuhan aspek sosial

Ancaman: sulit mencari pekerjaan, tingginya angka kemiskinan, marjinalisasi kehidupan kemanusiaan, rawan bencana, inflasi ekonomi tinggi, tingginya biaya hidup, ekamanan pangan yg tidak terjamin

Jenis-jenis Ancaman (UNDP 2000)

Page 15: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan KeluargaSumber KomponenInput Proses Output

UU No. 52 Tahun 2009

Perkawinan sah; Nilai-nilai Agama

Berwawasan ke depan; Ulet; Tangguh;Mengembangkan diri dan keluarga

Sejahtera, sehat, maju, mandiri; Jumlah anak ideal; Bertanggung jawab; Hidup harmonis; Bertaqwa; Hidup mandiri; Sejahtera dan bahagia lahir dan batin; kondisi pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, spiritual

UU No. 10 Tahun 1992 - Ulet; Tangguh. Kondisi dinamis; Kemampuan fisik, material,

psikis, mental, spiritualChapman (2000) - Keluarga berfungsi; keakraban suami istri;

Pengasuhan anak.Anak-anak hormat pada orangtua

Pearsall (1996)

Jiwa berkorban (altruism) antara anggota keluarga

- -

NNFR (1995)

Potensi dan kempuan individu/keluarga

Menghadapi tantangan hidup dan saat krisis; Keluarga berfungsi -

Mc Cubbin (1998)

Ketahanan sumberdaya

Strategi Koping dan Appraisal; Adaptasi positif -

Otto

-

Fleksibilitas peran; Pengasuhan; Komunikasi; Kemampuan minta bantuan

Keluarga utuh; Ikatan emosi kuat; Saling menghormati; Pemenuhan kebutuhan spiritual; Berkembang; Mencintai; Mengerti; Komitmen

Martinez (2003) - -

Partisipasi aktif di masyarakat; Kuat fisik, ekonomi, sosial- kemasyarakatan; Berbudaya.

Sunarti (2001)

Sumberdaya fisik dan non fisik; Berorientasi nilai Agama,    

Manajemen keluarga, masalah keluarga, mekanisme penanggulangan

komunikasi berlangsung efektif, komitmen keluarga tinggi (pembagian peran, dukungan untuk maju, dan waktu kebersamaan keluarga, membina hubungan sosial dan mekanisme penanggulangan masalah.

Terpenuhinya kebutuhan fisik (kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan serta terbebas dari masalah ekonomi)dan psikososial (pengendalian emosi secara positif, konsep diri positif (termasuk terhadap harapan dan kepuasan), dan kepedulian suami terhadap istri).

Rekapitulasi Komponen Ketahanan Keluarga

Page 16: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

K O M P O N E N K E T A H A N A N K E L U A R G A(Yang Ditawarkan Penulis)

· Bertaqwa kepada Tuhan YME dan taat pada nilai-nilai/norma.

· Punya wawasan ke depan & wawasan gender.

· Mempunyai pengetahuan ilmu pengetahuan.

· Mempunyai semangat hidup untuk maju.

· Mampu akses terhadap sumberdaya dan informasi

· Menjalankan fungsi-fungsi keluarga (keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi & pendidikan, ekonomi & pembinaan lingkungan).

· Punya manajemen sumberdaya keluarga dan manajemen ekonomi rumahtangga (manajemen waktu & pekerjaan, manajemen keuangan, mengolah stres, perencanaan jumlah anak).

· Melakukan kemitraan gender yang adil dan setara (pengambilan keputusan, pengelolaan sumberdaya, saling menghormati dan membutuhkan).

· Mempunyai bonding yang kuat antar anggota keluarga, komunikasi dan interaksi yang baik.

· Saling berkomitmen untuk tujuan bersama.

· Sejahtera fisik.· Sejahtera sosial.· Sejahtera

ekonomi.· Sejahtera

psikologi/mental.· Sejahtera

spiritual.

· Berkarakter individu yang baik.

· Bahagia dan puas terhadap semua yang dimiliki dan dihasilkan oleh individu/keluarga.

· Memelihara kerukunan dan hidup harmonis dalam keluarga dan masyarakat.

· Mandiri secara sosial dan ekonomi.

· Hidup berkesetaraan dan berkeadilan dalam keluarga dan masyarakat.

· Kontribusi pada keluarga, masyarakat dan bangsa.

· Hidup berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsa.

I N P U T P R O S E S O U T P U T OUTCOME/DAMPAK

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakatKeluarga sebagai sumber ketahanan sosial masyarakat

Keluarga sebagai pilar pembangunan dan pondasi Bangsa

Page 17: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

22 indikator (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) (berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 80 I Hui Tahun 2010 Tentang Panduan Perencanaan Pemibiayaan

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota):

1. Anak balita terlantar adalah anak yang berusia 0-4 tahun karena sebab tertentu orangtuanya tidak dapat melakukan kewajibannya yang dikarenakan beberapa kemungkinan: miskin/ tidak mampu, salah seorang sakit, salah seorang/ kedua-duanya, meninggal, anak balita sakit, sehingga terganggu kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangannya baik secara jasmani, rohani dan sosial.

2. Anak terlantar adalah anak berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu orangtuanya tidak dapat melakukan kewajibannya yang dikarenakan beberapa kemungkinan seperti miskin atau tidak mampu, salah seorang dari orangtuanya atau kedua-duanya sakit, salah seorang atau kedua-duanya meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengasuh/ pengampu, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani dan sosial.

Page 18: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

3. Anak nakal adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang berperilaku menyimpang dari norma dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat, lingkungannya sehingga merugikan dirinya, keluarganya dan orang lain, serta mengganggu ketertiban umum, akan tetapi karena usia belum dapat dituntut secara hukum.

4. Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempat-tempat umum.

5. Wanita rawan sosial ekonomi adalah seorang wanita dewasa berusia 19-59 tahun belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

6. Korban tindak kekerasan adalah seseorang yang terancam secara fisik atau nonfisik (psikologis) karena tindak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sosial terdekatnya, dalam hal ini termasuk anak, wanita dan lanjut usia korban tindak kekerasan.

Page 19: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

7. Lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor faktor tertentu sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial.

8. Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yang terdiri atas penyandang eacat fisik dan penyandang eacat mental, dalam hal ini termasuk anak cacat, penyandang cacat, dan penyandang cacat eks penyakit kronis.

9. Tuna susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dangan sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi, atau jasa.

10. Pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta ditempat umum dengan berbagai cara dengan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.

Page 20: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

11. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta mengembara di tempat umum.

12. Bekas warga binaan Lembaga Kemasyarakatan, untuk selanjutnya disebut BWBLK, adalah seseorang yang telah selesai atau dalam 3 (tiga) bulan segera mengakhiri masa hukuman atau masa pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam kehidupan masyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan atau melaksanakan kehidupannya seeara normal.

13. Korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif (NAPZA), untuk selanjutnya disebut korban penanggulangan NAPZA, adalah seseorang yang menggunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras diluar tujuan pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang.

Page 21: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

14. Keluarga fakir miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.

15. Keluarga berumah tak layak huni adalah keluarga yang kondisi perumahan dan lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan, maupun sosial.

16. Keluarga bermasalah sosial psikologis adalah keluarga yang hubungan antar anggota keluarganya terutama antara suami-istri kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga tidak dapat berjalan dengan wajar.

Page 22: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

17. Komunitas adat terpencil adalah kelompok orang atau masyarakat yang hidup dalam kesatuan-kesatuan sosial kecil yang bersifat lokal dan terpencil, dan masih sangat terikat pada sumberdaya alam dan habitatnya secara sosial budaya terasing dan terbelakang dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya, sehingga memerlukan pemberdayaan dalam menghadapi perubahan lingkungan dalam arti luas.

18. Korban bencana alam adalah perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai akibat dari terjadinya bencana alam yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Termasuk dalam korban bencana alam adalah korban bencana gempa bumi tektonik, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, gelombang pasang atau tsunami, angin kencang, kekeringan, kebakaran hutan atau lahan, kebakaran permukiman, kecelakaan pesawat terbang, kereta api, perahu dan musibah industri (kecelakaan kerja).

Page 23: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Ketahanan dan Kerapuhan Keluarga

19. Korban bencana sosial atau pengungsi adalah perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai akibat dari terjadinya bencana sosial kerusuhan yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

20. Pekerja migran bermasalah sosial adalah seseorang yang bekerja di luar tempat asalnya dan menetap sementara di tempat tersebut dan mengalami permasalahan sosial sehingga menjadi terlantar.

21. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah seseorang yang dengan rekomendasi profesional (dokter) atau petugas laboratorium terbukti tertular virus HIV sehingga mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup terlantar.

22. Keluarga rentan adalah keluarga muda yang baru menikah sampai dengan lima tahun usia pernikahan, yang mengalami masalah sosial dan ekonomi, berpenghasilan sekitar 10 (sepuluh) persen di atas garis kemiskinan, sehingga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga.

Page 24: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga

Economic Well-being:GNP, GDP, pendapatan per kapita per bulan, nilai asset.

Psychological/ spiritual mental:sakit jiwa, tingkat stres, tingkat bunuh diri, tingkat perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal tingkat kebebasan seks

Social well-being:Tingkat pendidikan, status dan jenis pekerjaan

Physical Well-being:status gizi, status kesehatan, tingkat mortalitas tingkat morbiditas

Tingkat kesejahteraan Keluarga (Puspitawati 2005)

Page 25: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan Ekonomi (Family Well-

being)

• Diukur dalam pemenuhan akan input keluarga (pendapatan, upah, aset dan pengeluaran)

Kesejahteraan Material (family

Material Well-being)

• Diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa yang diakses oleh keluarga.

Kesejahteraan Keluarga menurut Ferguson, Horwood dan Beutrais (diacu dalam Sumarwan & Tahira (1993)

Page 26: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga

Konsep Kebutuhan Maslow:

Physiological Needs:Air, water, food, shelter, Sleep, sex

Safety and Security

Love and Belongingness

Self-Esteem

Self-Actualization:

VitalitySelf-SuffiencyAuthenticityPlayfulness

Meaningfulness

Page 27: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Objektif

•Menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras per kapita sebagai indikator kemiskinan (membedakan daerah pedesaan dan perkotaan). •Untuk daerah pedesaan, apabila seseorang hanya mengkonsumsi ekuivalen beras kurang dari 240 kg per orang per tahun, maka yang bersangkutan digolongkan sangat miskin, sedangkan untuk daerah perkotaan ditentukan sebesar ekuivalen 360 kg beras per orang per tahun.

1. Sayogyo (1971)

• Kesejahteraan secara material didasarkan atas pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan.

• Suatu keluarga yang berpendapatan di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan secara material, oleh karena itu digolongkan pada keluarga miskin.

2. BPS

Page 28: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Objektif

No TahunJumlah

n (juta orang) %1 2011 30,02 12,492 2010 31,02 13,333 2009 32,53 14,154 2008 34,96 15,425 2007 37,17 16,586 2006 39,30 17,75

Data jumlah penduduk miskin dari tahun 2006-2011 menurut BPS.

Sumber : Data Susenas, BPS (2006-2011)

Page 29: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Objektif

14 kriteria kemiskinan penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT)3

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang

b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu murahan.

c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.

e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

f. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.

Page 30: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Objektif

14 kriteria kemiskinan penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT)3

g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.

h. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu.i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahunj. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas

lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000 per bulan.

m.Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD.

n. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.

Page 31: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Objektif

BLT

Raskin

Jamkesmas

BOS

PKH

1

PNPM-Mandiri

2

KUR

3

Stategi pemerintah dalam menurunkan jumlah penduduk miskin dan jumlah pengangguran digolongkan ke dalam pelaksanaan program tiga klaster

Page 32: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Objektif

4. Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN)

Kebutuhan dasar (Basic Needs) yang terdiri dari

variabel pangan, sandang, papan, dan kesehatan

Kebutuhan Sosial Psikologis (Social

Psychological Needs) yang terdiri dari

variabel pendidikan,

rekreasi, transportasi,

intrraksi sosial internal da n

eksternal

Kebutuhan pengembangan (Developmental

Needs) yang terdiri dari

variabel tabungan, pendidikan

khusus, akses terhadap informasi

Page 33: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Objektif

Klasifikasi kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (2011):Pra-KS

Keluarga Pra Sejahtera

KS-IKeluarga Sejahtera I

KS-IIKeluarga Sejahtera II

KS-IIIKeluarga Sejahtera III

KS-III PlusKeluarga Sejahtera III Plus

No Klasifikasi Kesejahteraan Keluarga Jumlah Keluargan %

1 Keluarga Pra Sejahtera 13.590.801 21,78 2 Keluarga Sejahtera Tahap I 14.380.875 23,05 3 Keluarga Sejahtera Tahap II 17.560.255 28,154 Keluarga Sejahtera Tahap III 14.010.347 22,465 Keluarga Sejahtera Tahap III Plus 2.848.343 4,56

Total 62.390.621 100,00

*Sumber : Analisis dan evaluasi hasil pendataan keluarga tahun 2010 (BKKBN)

Page 34: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Objektif

5. UNDPKemiskinan memiliki wujud yang majemuk, termasuk rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan dan kurangnya akses pada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya; kondisi tak wajar dan akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan sosial; dan dicirikan juga oleh rendahnya tingkat partisipasai dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial dan budaya”.Ukuran tingkat kemiskinan internasional adalah pendapatan per kapita per hari setara dengan USD 1.00 per hari (setara dengan Rp 8.500 - parity purchasing power) atau USD 2.00 per hari.

Page 35: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Subjektif

McCall Kesejahteraan keluarga juga dapat diukur melalui pendekatan ”Quality of Life” yaitu diukur berdasarkan kebutuhan untuk kesenangan seseorang.

Frank Quality of Life mencerminkan perbedaan, gap, antara harapan dengan apa yang dialami sebagai tingkatan bagaimana seseorang menikmati berbagai kemungkinan hidupnya sebagai akibat dari pembatasan dan peluang hidupnya dan sebagai cerminan dari interaksi dengan faktor lingkungan (Puspitawati & Megawangi 2003).

Farnkl VE. ‘Man’s search for meaning.’ New York: Pocket Books. 1963

QOL berkaitan dengan persepsi pemaknaan atau ‘meaning’. Pertanyaan tentang pemaknaan merupakan pusat dari kondisi manusia yang dikaitkan dengan perasaan pemaknaan tentang apa yang diciptakan, dicintai, dipercaya atau ditinggalkan sebagai warisan

Page 36: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Subjektif

Atribut QOL Kemampuan, adaptasi, apresiasi, kebutuhan dasar, kepemilikan, kontrol, permintaan dan tanggungjawab, stres, keragaman, peningkatan, kebebasan, pemenuhan, gaps, gender, kebahagiaan, kesehatan, harapan, identitas, perbaikan, inklusivitas, integritas, isolasi, penghakiman, pengetahuan, lack, kondisi kehidupan, kebutuhan yang tidak sesuai, domain QOL yang berkaitan dengan eksistensi, fisik, psikologi, agama, keamanan, kepuasan, kenyamanan, spiritual, status, kesejahteraan, dan kondisi pekerjaan.

QOL Research Center, Denmark

Kualitas hidup seringkali membedakan antara kualitas hidup subyektif dan obyektif. Kualitas hidup subyektif adalah tentang perasaan baik dan puas secara umum. Kualitas hidup obyektif adalah tentang pemenuhan permintaan masyarakat dan budaya berkaitan dengan kekayaan materi, status social dan kesejahteraan fisik

Page 37: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Subjektif

QOL – The University of Oklahoma School of Social Work

Pengukuran kualitas hidup diturunkan dari posisi sejumlah domain kehidupan. Setiap domain berkontribusi pada satu penilaian yang menyeluruh tentang kualitas hidup. Domain-domain termasuk keluarga dan teman, pekerjaan, tetangga , masyarakat, budaya, karakteristik demografi, karakteristik sosio-ekonomi, kesehatan, pendidikan dan spiritual.

UNDP 1. Angka harapan hidup.2. Pencapaian pendidikan – angkat melek aksara

orang dewasa ditambah kombinasi pendaftaran sekolah dasar, menengah dan tinggi.

3. Standar hidup- real Gross Domestic Product per kapita berdasarkan tingkat pertukaran PPP (Parity Purchasing Power).

Page 38: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Subjektif

Perspektif dalam penelitian QOL (Ramkrishna Mukherjee, SagPub, 1989)

PenelitianiIndikator sosial yang mempertimbangkan nilai-nilai elit yang dibutuhkan orang, dan penelitian QOL conventional yang mempeajari apa yang diinginkan orang dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya.

Tujuan Quality of Life Index (QOLI)

Menyediakan pembangunan masyarakat yang dapat digunakan untuk memonitor kunci indikator-indikator yang dapat mengetahui dimensi-dimensi kualitas hidup sosial, kesehatan, lingkungan dan ekonomi.Indikator QOLI: (1) Sosial, (2) kesehatan (Bayi dgn BBLR), (3) Ekonomi (Jmlh pengangguran), (4) Lingkungan (Kualitas udara), (5) QOL (kondisi sosialm kesehatan, ekonomi dan lingkungan yg berpengaruh thdp pembangunan manusia dan sosial.

Page 39: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Subjektif

Quality of Life Research Unit, University of Toronto 2003.

Kualitas hidup adalah derajat/tingkatan seseorang menikmati semua kemungkinan yang penting dalam hidupnya. Kemungkinan tersebut berasal dari kesempatan dan keterbatasan yang dimiliki setiap orang yang mencerminkan interaksi antara factor-faktor personal dan lingkungannya.

Perbedaan SQL dan OQL

Subjective quality of life adalah tentang perasaan senang atau puas dan merasa cukup atas kebahagian hidupnya. Sedangkan Objective quality of life adalah tentang terpenuhinya semua kebutuhan secara sosial dan budaya dalam hal kekayaan material, kesejahteraan/ kesehatan fisik dan status sosial. Pendekatan pengukuran quality of life diperoleh dari lingkungan dimana keluarga berasal. Lingkungan tersebut adalah lingkungan keluarga dan teman-teman, pekerjaan, tetanggga, kelompok masyarakat, kesehatan fisik, tingkat pendidikan dan spiritual (agama).

Page 40: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kesejahteraan Keluarga Subjektif

Kualitas hidup manusia meliputi domain kehidupan manusia (Universitas Toronto 2003)

Domain Being1. Kesejahteraan fisik

2. Kesejhateraan psikologis3. Kesejahteraan spiritual

Domain Belonging1. Harta fisik

2. Harta sosial3. Harta masyarakat

Page 41: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kasus Pengukuran Kesejahteraan Keluarga Subyektif

1. Keadaan makanan keluarga.2. Keadaan tempat tinggal keluarga.3. Keadaan materi/ aset keluarga.4. Keadaan spiritual/ mental suami/istri.5. Keadaan kesehatan fisik suami/ istri.6. Survival strategi yang dilaksanakan keluarga.7. Gaya manajemen waktu suami/ istri.8. Gaya manajemen keuangan suami/ istri.9. Gaya menejemen stress suami/ istri.10.Gaya manajemen pekerjaan suami/ istri.11.Hubungan/komunikasi dengan orangtua/ mertua.12.Hubungan/komunikasi dengan saudara/ kerabat.13.Hubungan/komunikasi dengan tetangga.14.Optimisme menyongsong masa depan.15.Pembagian peran antara suami-istri.16.Keterlibatan suami/ istri dalam aktivitas ekonomi keluarga

Page 42: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

Kasus Pengukuran Kesejahteraan Keluarga Subyektif

17.Keterlibatan dalam perkumpulan desa.18.Pengetahuan dan keterampilan yang suami/ istri miliki.19.Perasaan suami/ istri terhadap kebersihan rumah.20.Perasaan suami/ istri terhadap kesehatan fisik anak.21.Perasaan suami/ istri terhadap kesehatan mental anak.22.Perasaan suami/ istri terhadap sekolah anak.23.Perasaan suami/ istri terhadap perilaku sosial anak.24.Perasaan suami/ istri terhadap kebersihan halaman/ pekarangan rumah.25.Perasaan suami/ istri terhadap hasil panen tanaman.26.Perasaan suami terhadap kesehatan fisik suami.27.Perasaanistri terhadap penghasilan suami.28.Perasaaan istri terhadap kesehatan mental suami.29.Perasaan istri terhadap komunikasi dengan suami30.Perasaan istri terhadap kebutuhan sexual dengan suami31.Perasaan istri terhadap perilaku suami dalam membantu pekerjaan di

rumahtangga.

Page 43: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

1• Keluarga merupakan pilar-pilar

penyangga eksistensi suatu bangsa. Apabila pilar-pilar tersebut keropos, maka bangunan suatu bangsa tidak akan mempunyai landasan yang kokoh.

2• Pendekatan Teori Keluarga dalam

memahami kesejahteraan dan ketahanan keluarga diantaranya menggunakan Teori Struktural Fungsional, Teori Pertukaraan Sosial dan Teori Konflik Sosial.

3

• Pengertian kesejahteraan keluarga diperkenalkan oleh para ahli ekonomi dan sosiologi umum yang berkaitan dengan output keluarga baik dimensi kesejahteraan fisik (physical well-being), kesejahteraan sosial (social well-being), kesejahteraan economi (economical well-being), maupun kesejahteraan psikologi-spiritual (psychological-spiritual well-being).

RINGKASAN

Page 44: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

RINGKASAN

4

• Istilah ketahanan keluarga (family strength or family resilience) dipromosikan oleh para ahli sosiologi keluarga yang mulai diperkenalkan mulai akhir tahun 1950 atau awal tahun 1960an. Istilah ketahanan keluarga lebih menunjukkan suatu kekuatan baik dari sisi input, proses, maupun output/outcome bahkan dampak dari output/outcome yang dirasakan manfaatnya bagi keluarga serta kekuatan daya juang keluarga (coping strategies) dalam menyesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya.

5

• Indikator kesejahteraan keluarga dapat dibagi menjadi 2 (dua) kluster, yaitu kesejahteraan keluarga obyektif yang dapat terlihat secara kuantitatif, dan kesejahteraan keluarga subyektif yang terlihat secara kualitatif.

Page 45: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

PERTANYAAN

Mengapa kalau keluarga rapuh maka bangsa akan runtuh?

Apa komponen ketahanan keluarga?

Apa garis besar indikator kesejahteraan keluarga sybyektif?

Page 46: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

KATA KUNCI

Kualitas sumberdaya manusia; ketahanan keluarga; kesejahteraan keluarga; kerapuhan keluarga.

Kesejahteraan fisik, sosial, ekonomi, psikologi/mental, spiritual.

Kesejahteraan keluarga obyektif dan subyektif.

Page 47: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

NEGARA ADIL DAN MAKMUR = KELUARGA SEJAHTERA + RELASI GENDER HARMONIS DI SEMUA

LAPISAN MASYARAKAT

“Keluarga merupakan pilar-pilar penyangga eksistensi suatu bangsa. Apabila pilar-pilar tersebut keropos,

maka bangunan suatu bangsa tidak akan mempunyai landasan yang kokoh”.

”Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat diharapkan menjadi keluarga yang sehat yaitu yang dapat menciptakan konsensus apabila

ada konflik, keluarga yang stabil, dan dapat memperkirakan lingkungannya apabila terjadi sesuatu, dan dapat memotivasi orangtua untuk mendedikasikan hidupnya untuk menciptakan bonding emosional yang kuat diantara anggota keluarganya”.

Page 48: Oleh : Dr. Ir.  Herien Puspitawati ,  M.Sc .,  M.Sc

TERIMA KASIH