oleh: farid nu’man hasan - inspirasi tiada henti | … diterjemahkan –sejauh yang kami ketahui-...
TRANSCRIPT
Oleh: Farid Nu’man Hasan
Pada malam kamis, kami mendapatkan SMS dari beberapa ikhwah bahwa di TV ONE ada dialog
antara Al Ustadz Ja‟far Umar Thalib – saddadallahu khuthahu- dengan redaksi TV ONE, bertemakan
Terorisme di Indonesia. Dalam dialog itu, ada pernyataan Al Ustadz Ja‟far Umar Thalib – saddadallahu
khuthahu- yang perlu disorot dan terkesan berbau fitnah, khususnya terhadap Syahidul Islam Sayyid Quthb
Rahimahullah.
Saat itu, Al Ustadz Ja‟far Umar Thalib –hadaanallah wa iyyah- menyebutkan bahwa Sayyid
Quthb adalah biang keladi semua bentuk terorisme saat ini, khususnya melalui pengaruh bukunya yang
berjudul Ma‟alim Fith Thariq (Petunjuk Jalan), yang memang sudah lama beredar di Indonesia.
Pertamakali diterjemahkan –sejauh yang kami ketahui- oleh penerbit Media Dakwah yang dimiliki oleh
Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII). Menurutnya, garis perjuangan Sayyid Quthb adalah
menghancurkan semua negara-negara yang ada, kemudian mendirikan Negara Islam. Kita tidak mengetahui
apa motivasi Al Ustadz Ja‟far berbicara seperti itu, apakah dia hendak mengalihkan perhatian intelijen yang
memang belakangan sangat curiga dengan pemahaman wahabi yang vulgar ditampilkan oleh kelompoknya
ini, sehingga bebaslah ia, dan berkata: “Kami bukan teroris, mereka itulah yang teroris.” Kesan cuci
tangan sangat kuat dalam dialog tersebut.
Biarlah Al Ustadz Ja‟far dengan gaya lamanya seperti itu, yang jelas Allah Ta‟ala berfirman:
رخ اال ٣و ا ح أك ؽ ش طو ص ز
“ Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan
(sesuatu) kecuali dusta.” (QS. Al Kahfi (18): 5)
* * * * *
Sekarang, kita lihat bagaimana pandangan para ulama berorientasi Salafi, khususnya di Saudi
Arabia terhadap Sayyid Quthb dan karya-karyanya. Kita dapatkan bahwa mereka bersikap tidak seperti Al
Ustadz Ja‟far yang penuh fitnah dan kebohongan. Mereka menilai dengan sangat objektif dan tidak childist
sebagaimana kaum ar ruwaibidhah saat ini.
1. Sayyid Quthb Di Mata Syaikh Abdullah bin Hasan Al Qu’ud Hafizhahullah
Tentang kitab Sayyid Quthb, Ma‟alim fith Thariq (Petunjuk Jalan), berkatalah Syaikh Abdullah
bin Hasan Al Qu’ud –anggota Hai‟ah Kibaril Ulama kerajaan Saudi Arabia- dalam kitabnya, Majmu‟ Ar
Rasail wa Maqalat, beliau menasihati Syaikh Rabi‟ bin Hadi Al Madkhali yang berkali-kali mencela
Syaikh Sayyid Quthb:
٢ ؿ٤ حكي هي ك٢ حؿظخع أه٤خ لز ي هي ك٢ ظخد: "ؼخ ك٢ حط٣ن": ح و
.ظخد ؼ
زلخ هللا!! ظخد أه خكز ػ هظال لز ك٢ ز٤ هللا ريحكغ ح ح٤ػ٤٤ ـخ خ
ش، هال حص ٣ؼف ي حؼخ و٤٠ش، هخض رظ٣غ ح حظخد ؿخص ػي٣يس ك٢ ح
ػي٣يس، أ حـخص أ ػ ىػس ا٠ هللا، ؼ٤ خ٣ن خ٣وي، خ ؼخ ك
طؼ حظ ك٤ هز أ طـ٠ذ، هخش حػخص: -هللا أػ – خ ٣ظؿذ خ هض، ي
ػو٤يط، حظؼالء حإل٣خ، ح ؿ٤ هآ٢ ك٣ي، حـخى، ال ا اال هللا ؾ ك٤خس، ؿ٤ش ح
حط٣ن.. ؿ٤خ خ طظو٢ ؼخ٤ ك٢ حـش غ خ طي٣ هللا ر، ك٤ق ري اح هلض ر٤ ٣ي١ هللا
كخؿي ح حو ح١ لظ حإلحػش حؼى٣ش هال حص ظح٤ش ر٤ي حإلال
“Telah berkata kepadaku lebih dari satu orang tentang ucapanmu dalam sebuah perkumpulan baik-
baik – saya berharap memang demikian-, ucapanmu bahwa kitab Ma’alim fith Thariq adalah kitab
terlaknat. Subhanallah! Kitab yang telah dibayar mahal oleh penulisnya dengan mati di jalan Allah karena
menentang penguasa komunis Mesir Jamal Abdun Nashir, sebagaimana diketahui oleh orang-orang pada
masa itu. Padahal buku tersebut telah disebarkan oleh banyak pihak dikerajaan Saudi sejak bertahun-tahun
lamanya, dan mereka adalah para ahli ilmu dan para da‟i ilallah, dan banyak di antara mereka adalah
syaikh dari syaikh-syaikhmu sendiri. Dan tidak satu pun di antara mereka mengatakan seperti yang engkau
katakan. Tetapi engkau ini – wallahu a‟lam- tidak mau memahami lebih mendalam apa yang engkau
bicarakan sebelum marah, khususnya pada tema-tema kitab itu seperti: Jil Qur‟ani farid (Generasi Qurani
Yang Istimewa), Al Jihad, Laa Ilaha Illallah Manhajul Hayah (Laa Ilaaha Illallah sebagai Konsep Hidup),
Jinsiyyatul Muslim wa „Aqidatuhu (Identitas seorang Muslim dan Aqidahnya), Isti‟la Al Iman (Ketinggian
Iman), Hadza Huwa Thariq (Inilah Jalan Itu) ... dan tema lain, dimana secara global adalah bermakna nilai
keberagamaanmu kepada Allah. Bagaimana denganmu nanti jika di hadapan Allah, jika orang ini
mendebatmu? Padahal orang ini telah bertahun-tahun lamanya oleh media massa Saudi sebagai syahidul
Islam?” (sumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=156)
2. Sayyid Quthb Di Mata Mufti Saudi Arabia, Syaikh Abdul Aziz Alu Asy Syaikh Hafizhahullah
Komentar Syaikh Abdul Aziz Alu Asy Syaikh tentang Fi Zhilalil Quran dan Sayyid Quthb:
حؼر٤ش حؼى٣ش ػ ٤ي كظ خكش ح٤ن ػزيحؼ٣ آ ح٤ن لظ٢ حش
حخث: أك هللا 2005-8-2حلظ هطذ ك هللا ظخر ك٢ ظال حوآ .. طخ٣ن
أكي٣ش حؿى ك٢ طل٤ حظال كس كيس ا٤ ٣و خكش ح٤ن خلم ر٤
حؿى ح٠خش ؟
حلظ٢ : ٤ق ؟ ٤ق ؟ خلم ر٤ ؟
حخث : خلم ر٤ أكي٣ش حؿى ك٢ طل٤ حظال كس كيس حؿى ح٠خش ؟
هخ ٤ي هطذ ك٢ ظال حوآ ظخد ٤ طل٤ حلظ٢ : ٣خ اهح٢ طل٤
ك٢ ظال طلض ظال حوآ ٣ؼ٢ ؤ ٣و ٤ ح حوآ ظخ حألش طؼ٤
حوآ ظـيح ك٤ حظوح آىحر حح ؼ٤ حخك٢ أهزح رور ػ٠
ػالؽ خ ك ه٠خ٣خ طل٣ؾ ا٠ آه
ح٤ي حظخد أد ػخ ك٢ ح٤خم أد ػخ ، ح حألد ح١ ظذ ر
أ ك٤خ هيكخ ظخر هي ٣ظ رؼ حخ رخىة ريء رؼ حؼزخحص أ ك٤خ خ أ
ؿيخ أرخ أىر٤خ حه٤خ ػخ٤خ ك٢ حألز٤خء أ أ أ .. ، أػخى حظ ك٢ حؼزخس
هحءس ظخر ، حظخد ]ش ؿ٤ حلش[ د اال ط ك٢ ال ٣ل ح حأل
الكظخص ال ٣و أهطخء ك٢ حـش ال٣و الكظخص ـ٤ ال ٣و
ك٤ش إلال ، حؿ خكذ طر٤ش ػ ػوخك٤ش أ حخطذ ظز طن ؿ٤س
٤ ]حـشحخروش ؿ٤ حلش[ ح حظل٤ ٣ؼظز ٤جخ ؼ ػخش خك
حوخ١غ حخكؼش ححهق حـ٤يس حأل٤خء حظ٢ أهطؤ ك٤خ ٣ؼ٠ ]ؿ٤ ك٤ئه رؼ
ػزخحط حلش[ ػ هش حؼ أ ٤ أ حظل٤ خكذ ػوخكش ػخش
ظ أػخى ح أك٤خخ ٣ل خ حزؼ هطؤ أل أر كم أد ٣وأ ، ك
حألخ٤ذ حؼخ٤ش حظ٢ حح ٣ـي حالكظخالص حؿى اخ أد
ح ال ٣زـ٢ ]ش ؿ٤ ٣ظوخ ػ ك رؼ حخ كرخ أخء حظ ،
ؿخء ر ، ٣ؼ أ حز ؿ٤ؼخ ل حلش[ ػ٠ ؿى حؼخ٣ذ ، ك٤ؤه حلن
حؼش ظخد هللا و لي ٠ هللا [شحظو٤ حوطؤ ، ]ش ؿ٤ حل
كخوطؤ لظ ك٤ ال٤خ اخ ػخ ك٢ ػ٤ ، خ حظخد حش
٤ ا٠ آه ، لخخ خؿي ك٢ ح ـظؼخص خ خخ خك ـد
أ ك٤خ ه٤ح حخص حخكؼش حظ٢ هأخ حإلخ حح حل رؼ حوخ١غ
حي حخى-ظخد حظك٤ي -حلخس خش هغ حيػس حو٣٤ش . ؼ٤
“Wahai saudara-saudaraku, tafsir Sayyid Quthb – Fi Zhilal al-Quran- ialah sebuah kitab, ia
bukannya tafsir (yang sebenarnya). Sayyid Quthb menamakannya sebagai ( حوآ طلض ظال ) “dibawah
lembayung Al Quran” yakni seolah-olah dikatakan kepada semua muslimin, Al-Quran ini ialah peraturan
untuk ummah yang mana mereka hidup di bawah naungannya.
Mereka meminum dari sasteranya sesuatu yang jernih bersih dan mereka mengambil Al-Quran
dengan hati mereka, pasti mereka mendapati padanya ada penyembuh kepada masaalah-masalah,
penyelesaian kepada tuntutan-tuntutan, dan pemusnah keluh kesah mereka hinggalah ke akhirnya.
Kitab (Fi Zhiilal al-Quran) itu memiliki uslub (metode bahasa) yang tinggi. Uslub yang ditulis
oleh Sayyid Quthb menyebabkan sebahagian orang menyangka pada permulaan kalimat-kalimatnya adanya
kesyirikan, adanya celaan kepada para anbiya‟ dan sebagainya… Kalaulah diulangi meneliti kalimat-
kalimatnya pasti akan didapati uslubnya adalah uslub sastra yang tinggi. Akan tetapi uslub ini tidak
difahami melainkan bagi orang-orang yang mendalami membaca kitabnya. Kitab (Fi Zhilal Al-Quran itu) –
[Rakaman tidak jelas] - tidak sunyi dari perkara-perkara yang memerlukan kajian dan pelurusan, sama
seperti kitab-kitab yang lain yang juga tidak sunyi dari perkara-perkara yang memerlukan kajian dan
pembetulan demikian juga kesalahan. Akan tetapi secara keseluruhannya bahawasanya penulis (Sayyid
Quthb) telah menulisnya (Fi Zhilal al-Quran) dalam keadaan rasa ghirah (cemburu) dan cinta terhadap
agama Islam. Disamping itu Penulis (Sayyid Quthb) itu, dia seorang pendidik dan peradaban umum. Maka
apa yang terhasil darinya dalam tafsir ini (Fi Zhilal Al-Quran) perumpamaan-perumpamaan yang banyak –
[Rakaman tidak jelas]. Maka diambil darinya (Sayyid Quthb dan kitabnya) potongan-potongan yang
bermanfaat dan titik-titik yang baik, adapun kesalahan dan kekeliruan yang ada padanya – [Rekaman tidak
jelas]- dimaafkan disebabkan kekurangan ilmu, memandangkan beliau bukanlah seorang ahli tafsir,
sebaliknya beliau adalah seorang ahli dalam peradaban umum, maka perumpamaan-perumpamaan yang
dibuatnya kadang-kala difahami daripadanya sebahagian manusia sebagai satu kesalahan, karena uslub
(metode) perumpamaannya tinggi daripada uslub orang yang membacanya. Seandainya diulang-ulang
perhatian terhadapnya, tidak didapati padanya (Fi Zhilal Al Quran) sangkaan-sangkaan (buruk) yang ada,
sebaliknya itu adalah uslub dari uslub-uslub yang tinggi yang dapat mengurangkan
(menyukarkan) pemahaman sebagian manusia terhadapnya, barangkali juga (salah faham itu terjadi)
disebabkan buruk sangka. Maka seorang muslim tidak sepatutnya – {Rekaman tidak jelas]- atas
adanya berbagai aib. Maka ambillah kebenaran dari siapa saja yang mendatangkannya. Sepatutnya
seseorang mengetahui bahwasanya setiap manusia (Basyar) semua mereka adanya kekurangan dan
kesalahan – [Rekaman tidak jelas]- Adapun kemaksuman itu (al „Ishmah) hanyalah untuk kitab Allah dan
perkataan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Apa pun selain kitab Allah dan As Sunnah, maka
kesalahan pasti terjadi padanya, terutama kesalahan manusia yang telah hidup dalam masyarakat, melihat
apa yang telah terjadi, dan telah bermusafir ke Barat beberapa tahun. Cukuplah kepada kita darinya (Sayyid
Quthb) apa yang telah dia dapatkan dalam perjalanannya, sebahagian darinya penggalan kalimat yang
bermanfaat (ada di dalam kitab Fi Zhilal) kalau seseorang manusia membacanya berulang kali, pasti dia
akan melihat di dalamnya (Fi Zhilal Al Quran) kebaikan yang banyak.” (sumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=155)
Komentar ini ternyata tidak diterima oleh sebagian orang yang memang sangat benci terhadap
Sayyid Quthb. Maka, Syaikh Abdul Aziz Alu Asy Syaikh akhirnya ditanya lagi:
حخث : أك هللا ا٤ ح ٣ؼوذ ػ٠ ال هز ه٤ ػ طل٤ ٤ي هطذ ؼخ حيػس ا٠
هحءط هز حزظيث٤ ك٢ ١ذ حؼ ؟
ؿ٤ حق[ ، ١خذ حؼ اح هأ ]حلظ٢ : هللا أخ أه ١خذ حؼ ا هأ ر ٣ظل٤ي ، حطخذ ر٤٤
ححغ ك٤خ ظخرخ ؿ٤يح ، ]ؿ٤ حق[ حألهطخء خأه خ٣ ك٢ رؼ ححغ كو٤وش رؼ
حوطؤ ، ٣زـ٢ حإلخف حالػظيح أ ال ل ألخظ كم خ٣لظ ، خل حأللخظ كم
. خطلظ ، ال٤ت حظ
خء كظحؿغ ػخ حؿ ؿخى طؼ أ حظي أ هظ ٤يح ك هللا ، ظذ خ ك٤خ أهط
، أل حوآ رخ ظخرش طل٤ حوآ ػيض ـ حخرن ، حوآ الي أ حػظ٠ ر أؼ
هحءط ٣و كخ ا٠ كخ
حخث : ؼ
Penanya: “Semoga Allah memberikan kebaikan kepada Anda, komentar Anda terhadap Sayyid Quthb
sebelumnya telah dikomentari. Apakah maknanya Anda menyeru kepada penuntut ilmu pemula agar
membaca kitab Sayyid Quthb?
Mufti menjawab: Demi Allah, aku katakan bahwa jika seorang penuntut ilmu membacanya maka dia akan
mendapatkan manfaatnya. Seorang penuntut ilmu dengan kemampuan membedakan (rekaman tidak jelas),
penuntut ilmu jika ia membaca sebagian temanya yang hakiki yang terdapat di dalamnya sebagai kitab
yang baik, (rekaman tidak jelas) kesalahan seperti yang aku katakan tidaklah ada yang selamat dari
kesalahan. Tetapi hendaknya bersikap objektif dan adil, dan tidak menafsirkan perkataan di luar maksudnya.
Kita tidaklah menafsirkan kata-kata di luar maksudnya, dan janganlah kita berburuk sangka.
Dia adalah seorang laki-laki berjihad yang kalian ketahui dan dia telah mendapatkan kesyahidan
atau dibunuh menjadi syahid –rahimahullah. Dia telah menyusun buku-buku yang memiliki kesalahan
yang dia telah rujuk darinya (sudah direvisi, pen). Al Quran dan juga barang kali tulisan tafsir Al Quran
memiliki manhajnya yang adil, Al Quran –tidak ragu lagi- bagi orang yang benar-benar memperhatikan dan
banyak pengkajian, maka dia bisa memiliki perubahan pandangan dari satu keadaan ke keadaan lain.
Penanya: Ya.
(sumber: http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=154)
Mufti Kerajaan Saudi Arabia –dengan kedalaman ilmu dan bijaknya- menyebut Sayyid Quthb
sebagai Syahid, sementara Al Ustadz Ja‟far menyebutnya sebagai teroris. Subhanallah!
3. Sayyid Quthb Di Mata Syaikh Hamud ‘Uqla Asy Syu’aibi Rahimahullah
Syaikh Hamud adalah ulama salafi yang sangat perhatian dengan jihad dan nasib mujahidin. Oleh
karena itu dia sering disebut sebagai bapaknya Mujahidin. Fatwa beliau tentang Syaikh Sayyid Quthb ini,
kami dapatkan beberapa tahun lalu dari Fatawa Asy Syu‟aibi, kami mendownloadnya dari Maktabah Al
Misykah. Berikut ini fatwa Beliau yang berisi pembelaan terhadap pihak yang menikam kehormatan Sayyid
Quthb Rahimahullah:
ؼص حألهح ك٢ ٤ي هطذ ك هللا ، كح ٣ هطؤ، حى ٣ـؼ ك٢ ػيحى
حلخؿ٣ ر حخك٣ كخ حلن ك٢ ي ؟
حـحد :
حلي هلل د حؼخ٤ حالس حال ػ٠ ال ز٢ رؼي رؼي
٤ل٤ش حوي كب حل حألى٣ذ ٤ي هطذ ك هللا أػيحء ؼ٤، ٣وظـل ك٢
أيحك حـخ٣خص ، ٣ظـلـو ك٢ خق ظش، هز أ أق رطال ؼخذ
حـحك٤ حطخػ حؿش ا٠ ٤ي ك هللا ، أر٤ أال خح ٣ظيف ٤ي هطذ
هخش ؟ حظل٤ي اوخ١ ؟
حظخ٤ ا ٤يح ك هللا ٣ؼي ك٢ ػ ػخ أػال ألخد ؾ وخػش
حل ر ، أكح حيػخس ا٠ طؼز٤ي حخ ر حيػس ا٠ طك٤ي حظلخ ا٠
هللا ، ك ٣و اال ٠خؿغ أػيحء هللا ـخ ػزيحخ أؼخ .. خ كف
أكي روظ خ كف أجي، وي خم أجي حألخد رح حزط ػخ، كخ ظح أ
اح ري ٣ل٢٤ ـ ٣ؼ خط كخخ، كحى هز ر٤ ح٤ حى هي هظ
حظخ ظز، أل ى ريه اهيح ػ٠ هس ـ، كؼح ا٠ اػخىس حطؼ ك٤
ؿزش وظ ـ أ٠٣خ أ٠ ي.
ك٤ي كخظيحف ٤ي هطذ ك هللا ٣ حظيحكخ ـىح و، ك ٤ ح
حؼخء ح١ ؿيص حؼؼحص، كؼي أهطخء ال خ، حطؼ ك٤ ٤
إلوخ١ رحط كوي هي ا٠ ر ؤ هللا حخىس، ح١ ال ح ٣ون
أػيحء أطزخػ ـ ح١ ٣و أ ٣ظ ر٤ أرخء ح٤ .
هللا ال أظـد ي و هللا طؼخ٠: } ي ا٢ ا حغ حطؼ ك٢ ٤ي هطذ ك
ؿؼخ ز٢ ػيح { ك ؼ حزس أ٠٣خ أػيحء أ حزخ١ روي
خ ؼ ٤حع ز٤خ لي ػ٤ حالس حال ، كخ ٤٠٣ ٤يح ١ؼ حطخػ٤،
ـحد كؼ أجي حو ر كؼش ٣خىس ك٢ كخط، ح١ ٣ؼ٤ حالظ
ح٣ ٣يػ حطزخع حلن غ ي ٣و ح٤ح ال ٣ رخوطخ حظو٤
هللا ٣و: } ٣ طلل٤ ح٣ اح حظخح ػ٠ حخ ٣ظك اح خ أ
٣و { , كؤجي اح أحىح يف أكي ػ٤ حآه خ ٣لم ٤يح
هخح ظ حس "طـ أهطخإ ك٢ رل كخط" هخح "اح رؾ رؤؼخف
حخء هظ٤ ٣ل حوزغ" ؿ٤ ي، اح أحىح آه ٤ي ك هللا ح١ ٣ؼي
ـيىح ك٢ رخد ) ا حل اال هلل ( ح ؼ ٣١ن حوحؽ ل رخؼخ٢
حالص .
ؼش حوطؤ، ر و ا أهطخء ٤ ح ـخ ٤ي ك هللا ال يػ٢ ح
طل٤خ، خ ال طو رؤ ىػط ـ، خ أ ػي ؿ٤ حألهطخء حظ٢
طويف ك٢ ـظ ػ٠ ز٤ حؼخ حر كـ ح١ حر حـ١ حر ك،
أرخء حألش ال أػالخ كئالء أهطخء ك٢ حؼو٤يس اال أ أهطخء طـؼ أكيح
٣ظـغ حالظلخىس أ ٠٣ كو ٣ ك٠خث ، ك أثش اال ك٤خ
أهطجح ك٤، ح حلخ غ ٤ي ك هللا كؤهطخإ طويف ك٢ أ ـ ىػط
ظك٤ي حلخ٤ش طؼز٤ي حخ ر.
٢ خ ٣ظلخى ه هللا طؼخ٠ حوخػيس حظ٢ ٣ـذ أ طو ك٢ ؼ حلخالص
} ٣ؤي ػ حو ح٤ ه ك٤خ اػ ز٤ خكغ خ اػخ أز
لؼخ { ك كون خ ٣ـذ طلو٤و أ حي٣، ٣ظ رؼي ي ك٢ خث ـ
كب خ هطئ أؼ حر ٣ـذ ػ٠ لؼ كب ٣ ه طط ظز
ط ، ػ٠ ي كخو حل ك٢ ٤ي ك هللا أ أهطخء ـس ك٢ ؿخذ ال
ك٠خث ىكخػ ػ ) ال ا اال هللا (، ال ٤خ أ كون أ حؼظوي حل٤ق ، ا
خ ػ٤ رؼ حآه ػزخحص أ١وخ ال حكو ػ٤خ ك هللا .
ح هللا ك٤ز ٣ ه ػ٤ حالس هظخخ ال ٣ؼ٢ اال أ ح أ٢ أكذ ٤ي
حال ) ٤ي حيحء كس، ؿ هخ ػي طخ ؿخث كؤ خ كوظ (
كلذ أ ٤يح ك هللا هي كون ي ح١ ك٤غ هخ ش كن ػي طخ ؿخث
ف ٤ي كوظ .. أو ش ك هللا هز اػيح رو٤ ػيخ أػـذ أكي ح٠زخ١ رل
هطذ ؼخىط ػي خػ زؤ حل ػ٤ رخإلػيح "حخىس" طؼـذ أل ٣ل
٣ظجذ ٣خ ٣لز٢ كؤ هخثال : أض طؼظـوي أي ظ ٤يح كخ ؼ٠ ٤ي
ػيى؟ أؿخد ك هللا هخثال : ح٤ي ح١ ٣وي خىس ك ى أ ى٣ هللا
ي ٣ز ك ك٤خط كيحء ي٣ هللا .أؿ٠ ػي ك٤خط،
ك هللا ححهق حألهح حظ٢ ال ٣ي ػخف رخلن أخ خىس ػ هذ
هي ٢ء رلذ هللا كذ ٠ هللا ػ٤ ، كذ حظ٠ل٤ش ي٣، ؤ هللا
أ ٣كخ ٣ؼل ػخ ا٣خ.
ز أؿؼ٠٤ هللا ػ٠ ز٤خ لي ػ٠ آ ل
هخ / كى ر ػوالء حؼ٤ز٢
ـ16/5/1421
Banyak komentar tentang Sayyid Quthb Rahimahullah, di antara mereka ada yang
mensucikannya dari segala kesalahan, dan ada pula yang mejadikannya sebagai orang fajir bahkan
menganggapnya kafir. Mana yang benar di antara ini?
Jawab:
Alhamdulillahi rabbil „alamin ash shalatu was salam „ala man laa nabiya ba‟dahu, amma ba‟du:
Sesungguhnya pemikir ulung, Sayyid Quthb Rahimahullah, memiliki banyak musuh. Mereka
berbeda dalam cara, target, dan tujuan mengkritiknya. Tetapi mereka sama dalam kepentingannya. Maka,
sebelum saya bongkar kebatilan celaan kaum pencela dan penyerang Sayyid Quthb Rahimahullah ini,
pertama saya akan jelaskan dulu kenapa mereka menjadikan Sayyid Quthb sebagai target khusus serangan
mereka? Dan siapa yang diuntungkan dari hal ini?
Pada masanya, Sayyid Quthb menjadi salah seorang yang mengetahui manhaj yang mampu
menggoncangkan kaum zhalim dan kekufuran yang ada pada diri mereka. Ia termasuk manusia yang paling
bersemangat menyeru manusia agar menyembah Rabbnya dan mengajak untuk mentauhidkan hukum
kepada hukum Allah Ta‟ala. Tidak ada yang menentangnya kecuali sekumpulan musuh-musuh Allah dan
RasulNya seperti Jamal Abdun Nashir….Dan tidak ada manusia yang bahagia dengan terbunuhnya Sayyid
Quthb sebagaimana kebahagiaan mereka. Ekor mereka menjadi pendek dengan kebatilan ini menjadi
sehasta, maka ketika mereka menyangka bahwa mereka telah membunuhnya, padahal dengan darahnya dia
(sayyid) menghidupkan manhajnya dan dia menyalakan ucapan-ucapannya dengan menggelora, dan
bertambahlah penerimaan kaum muslimin terhadapnya dan bertambah luas pula penyebaran kitab-kitabnya.
Karena hal ini menunjukkan kebenaran dirinya dan pendiriannya yang kuat terhadap manhajnya. Mereka
melakukan upaya lagi untuk menyerangnya, sebagian mereka berharap agar manhajnya juga mati, dan saya
pun di mata mereka juga demikian.
Sayyid Quthb Rahimahullah bukan satu-satunya target dalam hal ini, dan dia bukanlah seorang di
antara ulama yang saya temukan memiliki berbagai ketergelinciran. Dia memiliki kesalahan, kita tidak
mengingkarinya. Tetapi, serangan yang menimpanya, hendaknya bukan untuk menjatuhkan dirinya. Dia
telah berpulang menghadap Rabbnya, kita minta kepadaNya agar dia diberikan kesyahidan. Tetapi, musuh-
musuhnya dan orang yang mengikuti mereka, senantiasa gelisah dengan tersebarnya manhajnya diantara
para abna‟ul muslimin (pemuda Islam).
Sesungguhnya saya tidak merasa heran jika mendengar adanya orang yang mencela Sayyid Quthb,
karena Allah Ta‟ala berfirman: (Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi adanya musuh). Maka,
setiap orang yang bersamanya ada cahaya kenabian, dia akan memiliki musuh-musuh dari kalangan pelaku
kebatilan, sesuai kadar pewarisan yang diterimanya dari Nabi kita Shallallahu „Alaihi wa Sallam. Celaan
itu tidaklah merugikan Sayyid Quthb, justru kedudukannya meninggi dan bertambah
kebaikannya. Namun orang yang terpengaruh oleh keanehan orang yang mengklaim dirinya mengikuti
kebenaran, tapi saat yang bersamaan mereka telah berbuat curang dalam timbangan dan menimbang
dengan timbangan yang tidak adil. (kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi). Jika mereka hendak memuji orang
yang kelemahan-kelemahannya lebih parah dari Sayyid Quthb, akan mengucapkan perkataan yang
terkenal: “Kesalahan-kesalahannya tenggelam oleh lautan kebaikan yang dibuatnya.” Dan perkataan:”
Jika air sudah dua kullah maka najis tidaklah berpengaruh.”
Tetapi jika mereka hendak mencela yang lain –seperti Sayyid Quthb Rahimahullah- yang
mencoba menyegarkan kembali makna tema (Innil Hukmu Illa Lillah/Hukum itu hanyalah milik Allah),
mereka yang berjalan bersamanya disebut khawarij, mereka mengkafirkannya karena maksiat dan
ketergelincirannya.
Sayyid Rahimahullah tidak pernah mengklaim dirinya ma‟shum dari kesalahan, bahkan kami
katakan bahwa Beliau punya kesalahan dan bukan di sini tempatnya untuk membahasanya. Tetapi
kesalahannya itu tidaklah menodai dasar-dasar da‟wah dan manhajnya. Sebagaimana yang lainnya pun
memiliki kesalahan yang tidak menodai kedudukan mereka, contohnya: Ibnu Hajar, An Nawawi, Ibnul
Jauzi, dan Ibnu Hazm. Mereka semua memiliki kesalahan dalam aqidah, tetapi tidaklah itu menghalangi
kaum muslimin dan ulamanya untuk mengambil manfaat dari mereka, merampas hak mereka, dan
mengingkari keutamaan mereka. Maka, mereka adalah para imam walau mereka memiliki kesalahan. Dan,
keadaan Sayyid Quthb juga demikian bersama kesalahan-kesalahannya, bahwa itu tidaklah menodai dasar-
dasar manhajnya, dan da‟wahnya kepada manusia untuk mengesakan Al Hakimiyah dan peribadatan kepada
Rabb mereka.
Kaidah yang harus diketahui dalam mengungkapkan masalah ini adalah sebagaimana kita ambil
faidah dari firmanNya: (Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi, katakanlah bahwa keduanya
memiliki dosa besar dan manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dibanding manfaatnya).
Maka, setiap orang yang melakukan penelitian atas sesuatu yang wajib diteliti pada dasar-dasar agama,
maka hendaknya setelah itu ia melihat pada semua manhajnya, bahwa jika kesalahan orang itu lebih
banyak dari benarnya, yang buruk lebih banyak dari manfaatnya, maka acuhkan saja perkataannya, lipat
saja buku-bukunya, dan jangan dilihat. Oleh karena itu, perkataan yang membedakan benar atau salah
tentang Sayyid Quthb adalah bahwa kesalahan-kesalahannya tersebut tertutupi oleh keutamaan-
keutamaannya dan oleh pembelaannya terhadap kalimat (laa Ilaha Illallah). Apalagi justru yang dibelanya
adalah aqidah yang shahih, dan seandainya sebagian sumber pengambilan dari perkataannya masih mutlak,
maka kami tidak menyepakatinya.
Terakhir, yang saya lakukan hanyalah menyangka kepada Sayyid bahwa Allah Ta‟ala
menghisabnya termasuk dalam golongan yang disabdakan Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam:
(Sayyidusy Syuhada, penghulu para syuhada adalah Hamzah dan seseorang yang berdiri menentang
penguasa zalim, dia memerintah dan melarang, lalu dia dibunuh) saya menyangka bahwa Sayyid Quthb
telah memenuhi syarat dalam hadits itu, dia mengutarakan kalimat yang haq di depan penguasa yang zalim.
Aku pernah mengutip ucapannya sebelum datang hukuman mati baginya, dan seorang hakim merasa
heran atas rasa senang dan bahagia Sayyid Quthb ketika mendengar kabar berita hukuman mati baginya
yang mengantarnya pada kesyahidan tersebut. Yang mengherankan, dia tidak sedih, tidak menolak, dan
tidak menganulirnya. Ada orang yang bertanya: “Anda merasa yakin akan menjadi syahid, memangnya apa
makna syahid menurut Anda?” Beliau Rahimahullah menjawab: “Syahid adalah orang yang
mempersembahkan jiwa dan darahnya, bahwa agama Allah lebih tinggi dari jiwa dan darahnya, oleh
karena itu ia mengorbankan jiwa dan hidupnya sebagai tebusan bagi agama Allah.”
Dan Sayyid Quthb Rahimahullah memiliki sikap dan perkataan yang tidak ragu lagi sebagai
orang yang faham kebenaran, karena itu berasal dari hati yang penuh cinta kepada Allah Ta‟ala dan cinta
kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam, dan cinta kepada pengorbanan terhadap agamanya. Kita
mohon kepada Allah, semoga Allah merahmati dan memaafkan kita dan dia. Shallalahu „ala Nabiyyina wa
„ala aalihi wa ashhabihi ajma‟in.
Hamud „Uqla. 16/5/1421H
4. Sayyid Quthb Di Mata Syaikh Muhammad Hasan Hafizhahullah
Beliau ditanya:
٤ي هطذ خح أػي٢؟ -رب هللا-خ أ٣ ك٢ وخالص ح٤ي
Pertanyaan : Apakah pandangan Anda tentang tulisan-tulisan Asy Syahid - biidznillah -Sayyid
Quthb ?
رب هللا( حظو٤٤ي ىه٤ن ألخ خ هز ي رؤ ال ٣زـ٢ حـحد : )) ه٤ي رش )
أ ل ك٢ حي٤خ رخخىس ألكي أريح خص ر٤ أ٣ي٣خ ك٢ ٤يح حوظخ، اخ و:
أ ٣ حيحء رب هللا ؿ أ ٣ ػي -ػ ؿ-ؿ هللا
هش حؿ ك٢ حل٤ل٤ ح١ خص ك٢ حيحء، ح ال ؿيح؛ أل ٣ؼ
أػ٠ حلخرش ػ٠ -٠ هللا ػ٤ -٤يح حوظخ خ هخثي ح٤يح هللا
: ) ك٢ حخ(( ا٠ آه حلي٣غ ح -ػ٤ حالس حال-رالث ػ هخ
.حؼف
Jawaban : Dia (Sayyid Quthb) dikaitkan dengan kalimat - biidznillah- dengan izin Allah - dan
mengaitkannya dengan izin Allah itu (tentang syahidnya) adalah lebih baik, kerana kami telah sebutkan
sebelum ini, bahawasanya tidak boleh kita berhukum di dunia dengan syahid (secara pasti) kepada
seseorang sama sekali. Walaupun seseorang itu mati dihadapan kita dalam medan peperangan, sebaliknya
hendaklah kita katakan : Kami mengharapkan Allah „Azza wa Jalla menjadikannya dari kalangan para
syuhada‟, dan kami mengharapkan dia termasuk di kalangan syuhada‟ di sisi Allah. Perkara ini amat
penting (untuk diambil perhatian). Ini karena setiap kamu semua mengetahui kisah seorag lelaki yang
terdapat di dalam Shahih Bukhari dan Muslim yang mati di dalam medan peperangan. Dia berani di dalam
peperangan, lalu para sahabat memuji keberaniannya, kemudian sabda Nabi Shallallahu „Alaihi wa
Sallam : “Dia di dalam neraka” sehingga ke akhir hadits, seperti yang masyhur dan yang diketahui umum.
ػي حيحء ك -ك هللا-أ ٣ـؼ ح٤ن ٤ي هطذ -ػ ؿ-كؤ هللا
ؤ هللا أ ٣ظـخ ػ ر -ػ ؿ-حؿ ح١ هي ى ك ػو ي٣ هللا
، أ ٣ـل خ أ ٣ظوز خ خق حألػخ، أخ أي هللا أ٢ أكذ
ػ٢ ٣و٤خ أ أهطخء أخ أه: ػخظ ٣خ زخد ٤م ح حؿ ك٢ هللا غ
أ حأل رخ ط٣ي أ طؼخح ر ح٤ن ٤ي هطذ ك طـيح ٤وخ ػ٠ ظ
حأل ظظوح حؼ ػ٠ ٣ي٣ أل حؼش هي حظ٠ رص حؼ لي ر
ػي ؿ٤ هللا ؿيح ك٤ خ :ػزيهللا ظخد رؼي حوآ ؼ و
حهظالكخ ؼ٤ح
Kita memohon kepada Allah untuk menjadikan Asy Syaikh Sayyid Quthb - Rahimahullah - di
sisinya termasuk dari kalangan para syuhada‟. Beliau (Sayyid Quthb) seorang tokoh yang telah
mempersembahkan darahnya, fikirannya dan akalnya untuk agama Allah „Azza wa Jallla kita memohon
kepada Allah untuk memberi nikmat dan kemuliaan kepadanya (Sayyid Quthb), dan semoga Allah
mengampunkan kita dan dia (Sayyid Quthb), dan menerima amal shalih kita dan dia.. Dan aku
bersaksi kepada Allah, sesungguhnya aku mencintai beliau (Sayyid Quthb) karena Allah, dalam keadaan
aku mengetahui dengan yakin bahawasanya bagi dia (Sayyid Quthb) ada beberapa kekeliruan , dan aku
katakan kalau kamu semua lakukan wahai pemuda-pemuda kepada syaikh syaikh yang berada di bumi ini
seperti apa yang kamu semua lakukan kepada Sayyid Quthb, pasti kamu tidak akan dapati walau seorang
syaikh yang berada di atas muka bumi ini untuk kamu ambil ilmu darinya, ini karena zaman „ishmah telah
berlalu pergi dengan wafatnya alma'shum Muhammad bin Abdillah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dan
setiap kitab selain dari Al Quran pasti terdapat kekurangan, firman Allah Ta‟ala : “Kalaulah Al Quran itu
bukan daripada Allah, pastilah kamu akan mendapati di dalamnya pertembungan yang banyak.”
حز ٣وطت؟ ك )ح كؤخ أكذ ح حؿ غ ػ٢ رزؼ أهطخث أه
) ر٢ آى هطخء ه٤ حوطخث٤ حظحر
Aku mencintai Sayyid Quthb dalam keadaan aku tahu terdapat beberapa kekeliruannya, dan aku
katakan, siapakah dari kalangan manusia yang tidak melakukan kekeliruan ? - Setiap anak Adam itu
melakukan kesalahan, dan sebaik-baik yang melakukan kesalahan itu ialah yang bertaubat.”
Sumber: http://salafiharoki.wordpress.com/2008/01/23/fatwa-al-syeikh-muhammad-hasan-tentang-sayyid-
qutb/#more-18
5. Sayyid Quthb Di Mata Syaikh Masyhur Hasan Alu Sulaiman Hafizhahullah
Beliau juga ditanya mengenai pendapatnya tentang Sayyid Qutb sebagaimana bisa dijumpai dalam
website pribadi beliau Beliau hafidzahullah menjawab:
خ أ٣ي ك٢ ٤ي هطذ؟
ح٤ن ك ح خ
: خ أ٣ي ك٢ ٤ي هطذ؟363حئح
حه ح ػزخىس، أػزي هللا ػ ؿ ك٤خ أه: حـحد: ٤ي هطذ أهطؤ ك٤ حػخ،
كوي أهطؤ ك٢ ٤ي هطذ ل، هي ػخ ك ػزخحط خ ال٣وط رزخ حكي
ظخد ك٢ طل٤ ٤ي هطذ، ح ظ ، ك حظ أ ل ألخظ خ ال ٣وط ك٢
خحط رؼزخحص رخ، ر حظ ٤ي هطذ أ ؼخ أ لخ ألخظ ػز
حطالكخص حؼخء، اخ لخخ رؼزخحص حطالكخص حالىرخء، خى كم ز٤
ر٤ حأل٣
٣و أ٠٣خ ػ ” ٣ش ح حزيػش“٤ي هطذ ك٢ ظز ٣و ػ رخ ػ ؿ
ك٤خ ط خ ٣و ٤ي ػ رخ ح٣ش حزيػش، ” ي ح حألػظ“رخ
هللا ٣ش؟ ٣ظ ح ي ػي أ ي ػي أىحص ي٤ش؟ ٣ظ ٤ي أ
هطؼخ ال، ك ٣ل ٤ي أل ٣ظ أ ٤ي ٣ؼظوي أ هللا ٣ش، ح ظ ٤ي هطذ، ح
ل ٤ي هطذ كب ٣لخ ألخظ رخطالكخص حؼخء، ٤ي هطذ حألىرخء
الطلخ، ح ٣و ػ٤خ خكش حؼش، ٤ حؼخء، ل كو٢ ح حأل
.ح ك٣ن ؿال ك٢ حل٢ ػ٠ ٤ي
ػيخ ك٣ن آه حػظز ٤ي هطذ طوش لش، ح٣ ح٣ ط ػ٤،
و: خ كؼ ، ؤ هللا أ ٣ظوز أك٠٠ ا٠ …. ك٤و : ٤ي كؼ كؼ
.أك حلخ٤
ك٤خ ظذ أ٤خء ٣زـ٢ أ طو، أؿذ ححؿزخص ك٢ طو٣ حوطس ك٤خ ظذ
خ ظذ ٣و٠ ػخطن أه٤ حألظخ لي هطذ، ٣خ٤ض لي هطذ ٣طزغ ظذ أه٤ ك٢
ح طؼ٤وخص ك٤خ ر٤خ ألهطخء ٤ي هطذ، ٣ز٤ أ ٤ حى ح ح، كل٤ج
٣ ال ٣٣ي أ ٣وح ا ٤ي طخف ؿ حخك٣ طخف طخ٣ حؤ٤ ح
هي هغ ك٢ ال هطؤ، حخ أ أ ح حؿزخ كخ ظذ حؼخء ك٢ أهطخء ٤ي
هطذ، طزو٠ ظز خثؼش، ال ٣ حظو٣ ح١ ظز أ حؼ، أؼخ ح٤ن ر٤غ
.٤ي هطذؿ٤، رـش حؼ وي حؼخء، ال ٣ ا٠ حخ، ال٤خ حؼـز٤ ر
ك٤ي هطذ ظذ رؼخ١لش ،ظذ رظـ، ظذ رؼزخحص حألىرخء، كهؼض ك٢ ظز أ٤خء
ىس، كش رـش حؼخء. ل ظ ػ حظك٤ي ك٤ي ٣ ح ٣ هللا
حظ ػ٠ ػ، ٣و حظ رؼ٠ حظ٠، ح هطؤ ز٤، ر ٣ حؼ
ذ ػزخحص ي٣يس ك حلخرش، ال٤خ ػ ر ٣ؤ ،٣ؿي ك٢ ظذ ٤ي هط
ك٤ ٣ ) :( ٣و242” )ظذ و٤خص“حؼخ ؼخ٣ش، كؼال ك٢ ظخر
ؼخ٣ش ٤ ا٠ حد حـ حوي٣ؼش حلخم حس حء ح ال٣ي
ػ٢ أ ٣ظي٠ ا٠ ح حيى حألل(، ك ػزخحص هط٤س ؿيح، ك٢ ألخد
هللا ٠ هللا ػ٤ ال ٣وخ ٣ؼف حؼو٤يس، ٣ؼ أ ححؿذ ػ٤خ أ ق
ػخ ـ ر٤ ألخد هللا ٠ هللا ػ٤ كخ ؿخء ك٢ حلي٣غ: }اح
ألخر٢ كؤح{، أخ أ ٣ق ؼخ٣ش ػ رخد حـ حوي٣ؼش كزأ ا٠
( ٣ق ك حو٤لش ححي ػؼخ 172” )حؼيحش حالؿظخػ٤ش“هللا ح، ك٢ ظخر
، ٣و ػ ك ػؼخ: 159رؤ كـس ر٤ ك أر٢ ر ػ ر٤ ػ٢، ك٢
)طـ٤ ٢ء خ ػ٠ ػي ػؼخ، ا رو٢ ك٢ ٤خؽ حإلال(، ر ٣و: )ؿخء ػ٢
ؼخ خ خ ٣ل ٤ى حظ حإلال٢ ل ا٠ ل حلخ حخ( كؤ ػ
.رخإلال، ػزخحص ي٣يس ال خخ
ك ٣ل ٤ي هطذ وطت، ٣ؽ ٣ز ٤ي أهطخإ وطت، ٣زـ٢ ح
ؿ٣ج٤ ٢ ال ـة حلخء، ػ٠ ٤ي، كف و: ح هطؤ ح هطؤ حى
٢ حخخ كل٢ ٤ي ح ٢ ط كـح ك٢ ؿ ٣ل ٤ي هطذ، ٠غ حأل٤خء ك
ؿ ك٢ حلذ ؿ ك٢ حزـ، ؼ٤ زخد ح٤ ألق ٣ظؼ ى٣ هللا
٣ؤ ػ٠ ظذ ٤ي هطذ، ظذ ٤ي هطذ ال ٣ؿي ك٤خ ػ ػ٢، ك٤خ هح١
ػح١ق أىد، ٤ ػخ ػ٤خ، كخأل ك٢ حزخد أ ٣ظؤ ك٢ حؼ
حلوخء حؼخء، ك٤زـ٢ أ ٣ حإلهزخ ػ٠ حظخد حػ٢، هال ظذ حألثش
حش ح خ ػي١ ك٢ حؤش كو٢ هللا ا٣خ و٤حص ؿز٢ ا٣خ
ح ححص
Apa Pendapat Anda Tentang Sayyid Quthb?
Jawab:
“Terdapat dua kesalahan pembicaraan mengenai Sayyid Quthb, dan ucapan ini adalah ibadah.Dan
saya (meniatkan) ibadah dalam apa yang akan saya katakan.Sungguh telah salah orang yang mengkafirkan
Sayyid Qutb dengan menginteraksinya yakni dengan membawa ungkapan-ungkapan beliau yang
(sebenarnya) tidak merusak keadaan beliau.Dan sebuah buku berisikan pengkafiran Sayyid Qutb, maka ini
adalah bentuk kedzaliman terhadap beliau.Dan diantara kedzaliman terhadapnya adalah membawa lafadz-
lafadz Sayyid Quthb padahal sesungguhnya tidak menciderai keadaan beliau. Bahkan dari kedzaliman juga
terhadap Sayyid Quthb dengan menginteraksi dan menghukumi lafadz-lafadz serta ungkapan Sayyid
dengan ungkapan serta istilah-istilah para ulama (definisi keilmuan syariat).Hanya saja seharusnya kita
menghukuminya dengan ungkapan dan istilah kesusasteraan. Disanalah ada dua perbedaan besar antara dua
hal.
Sayyid Quthb dalam bukunya berkata tentang Rabb kita „Azza wa Jalla dengan ungkapan
“Risyatul Kauni Al-Mubdi‟ah” (Pena yang mencipta alam semesta). Dan berkata juga tentang Rabb kita
dengan ungkapan “Muhandisul Kauni Al-A‟zham”(Arsitek alam yang maha agung). Maka engkau lihat
bagaimana Sayyid Qutb mensifati Allah dengan “Pena yang mencipta”.Apakah Sayyid berkeyakinan
bahwa Allah itu pena? Dan apakah Allah itu seorang arsitek yang disisinya ada peralatan teknik? Tentu
tidak.
Maka siapa yang mengkafirkan Sayyid Quthb karena menurut persangkaannya Sayyid itu
mengatakan bahwa Allah adalah pena, ini adalah kedzaliman terhadapnya.Oleh karenanya siapa yang
mengkafirkan Sayyid Quthb berarti dia menghukumi ungkapan-ungkapannya dengan istilah para
ulama.Sayyid Quthb adalah seorang sastrawan dan bukan ulama.Dan pemahaman akan hal seperti ini
cukup melegakan kita. Dan kami menyingkatnya dari pembahasan yang panjang serta luas. Dan (yang
seperti diatas) ini kelompok yang dengki dalam mendudukkan Sayyid Qutb
Dan menurut kami ada bagian lain dari anggapan terhadap Sayyid dengan ucapan yang
diharamkan.Dan amat celaka bagi yang berbicara tentangnya, dengan berkata :Sayyid melakukan demikian
dan demikian……Kami katakan, “Apa yang telah dilakukannya adalah bagi dirinya!?”.Dan kami memohon
kepada Allah agar menerimanya dan Allah lah yang maha luas bijaknya dari seluruh hakim.
Akan tetapi yang penting adalah apa yang dia telah tulis dan segala sesuatunya selayaknya
diluruskan. Dan kewajiban terhadap pelurusan ini dapat ditemui pada saudara nya yakni Al Ustadz
Muhammad Qutb. Beliau telah mencetak buku-buku saudaranya (Sayyid Quthb) dan dalam catatan-catatan
kakinya dia berikan komentar-komentar akan penjelasan kesalahan-kesalahan Sayyid Quthb. Dan juga
dijelaskan bahwa maksud Sayyid bukan demikian dan demikian. Maka sekarang kami lega dari extrimnya
para kaum kafir dan dari takwilnya para pentakwil yang tidak mau (jujur) berkata bahwa Sayyid Quthb
telah tersalah dalam perkataannya.
Dan saya memandang bahwa hal seperti ini adalah hal yang wajib, meskipun para ulama telah
menulis kesalahan-kesalahan Sayyid Quthb,kitab -kitab beliau masih tersebar dan tidak sampai pelurusan-
pelurusan yang disampaikan ahli ilmu. Diantaranya seperti apa yang ditulis Asy-Syaikh Rabi‟ dan
selainnya dengan bahasa ilmu (syariat) serta kritikan para ulama tidak sampai (dimengerti) semua orang,
terutama bagi para pengagum Sayyid Quthb.
Sayyid Quthb menulis (kitab-kitabnya) dengan perasaannya, dan menulis dengan kiasan,dan
menulis dengan ungkapan-ungkapan sastra sehingga (tentu) terdapat hal-hal yang berlawanan dengan
bahasa ulama (definis syariat). Kita berbicara dalam (bahasan) tauhid, bahwa Sayyid Quthb mengingkari
bahwa Allah ber-istiwa (bersemayam) diatas Arsy-nya. Dimana Sayyid berkata istiwa dengan makna
istawlaa (menguasai). Dan ini adalah kesalahan besar. Bahkan dia ingkari dengan takwilnya. Juga dapat
ditemui dalam kitab Sayyid Qutb ungkapan-ungkapan keras mengenai sahabat (Nabi Shalallahu „Alaihi wa
Sallam) terkhusus Amr bin Ash dan Muawiyah, misalnya dalam “Kutub Syakhshiat” (hal 242) berkata
“Tatkala Muawiyah dan sahabatnya cenderung kepada kedustaan, kecurangan, bertipu muslihat, nifaq, suap,
jual beli darah, (maka) Ali tidaklah memiliki kemampuan sampai pada tingkatan terendah seperti ini”. Ini
adalah ungkapan yang berbahaya sekali terhadap sahabat Rasulillah shalalllahu „alaihi wasalam dan tidak
akan mengatakannya orang yang paham tentang aqidah serta mengetahui bahwa kewajiban kita adalah
menahan diri dari perselisihan yang terjadi dikalangan sahabat Rasulillah shalallahu „alaihi wasalam
sebagaimana datang dalam hadist “Idzaa dzakaro ashhabii fa amsikuu” (Apabila disebutkan tentang
sahabatku maka tahanlah).Adapun disifatinya Muawiyah dan Anr dengan dusta dan curang serta penipu,
maka kami berlepas diri menyerahkannya kepada Allah akan urusan ini.
Juga dalam kitabnya “Al-‟Adalah Al-Ijtimaiyah”(hal 172) Sayyid mensifati khalifah yang
terbimbing Ustman bahwa dia celah antara hukum Abu Bakr ,Umar dan Ali. Dan dalam halaman 159,
Sayyid berkata (Telah berubah keadaan pada zaman kekuasaan Ustman , meskipun masih dalam pagar
islam). Bahkan juga Sayyid berkata ( Ali datang untuk membantah gambaran islam dalam hukum kepada
jiwa-jiwa penguasa dan manusia) Maka pernyataan ini seolah-olah Ustman tidak berhukum dengan
islam ,dan ungkapan seperti ini keras dan kami tidak menerimanya.
Maka salahlah siapa yang mengkafirkan Sayyid Quthb dan juga salah orang yang membiarkan
atau membaikkan kesalahannya. Dan selayaknya kita berani agar orang-orang yang bodoh tidak
lancang terhadap Sayyid. Maka kita jelaskan dengan mengatakan, ini salah dan itu salah serta maksudnya
demikian dan demikian agar batu di wajahnya bagi yang mengkafirkan Sayyid Quthb. Dan meletakkan
sesuatu pada tempat-tempatnya. Maka dalam berlebihan terhadap Sayyid dan berlebihan dalam kebencian
terhadapnya. Dan kebanyakan para syabab (pemuda) hari ini sangat disayangkan , dimana mereka belajar
agama Allah dan tumbuh bersama kitab-kitab Sayyid Quthb padahal tidak didapati pada kitab-kitab Sayyid
ilmu syar‟i (yang mencukupi). Maka adalah yang pokok bagi para pemuda ini agar mengokohkan diri
dalam ilmu syariat. Maka selayaknya mereka menerima KItab dan Sunnah.Dan inilah menurut saya pada
permasalahan ini. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kalian akan kebaikan dan menjauhkan saya
serta kalian kejelekan -kejelekan dan kemungkaran.”
Sumber: http://almenhaj.net/makal.php?linkid=388
Demikianlah sikap sebagian ulama salafi masa kini terhadap Syahidul Islam Sayyid Quthb
Rahimahullah, yang semuanya menampakkan sikap objektif dan amanah. Selain mereka ada pula
pandangan Syaikh Ibnu Jibrin dan Syaikh Bakr Abu Zaid yang memberikan pandangan adil kepada Sayyid
Quthb, bahkan Syaikh Bakr membuat makalah ilmiah tentang masyru‟nya istilah Asy Syahid, sebagaimana
yang di muat dalam situs Islamgold.com. Amat berbeda dengan Al Ustadz Ja‟far Umar Thalib yang begitu
sinis dan tendensius menyerang Sayyid Quthb di forum terbuka yang di tonton oleh jutaan pasang mata.
Semoga Allah Ta‟ala memberikan balasan yang baik kepada para ulama rabbani dan mujahidin, dan Allah
Ta‟ala memberikan hidayah kepada ahlul fitnah di mana pun berada. Wallahu A‟lam wa ilaihil Musytaka
Depok, Jumat, 16 Oktober 2009, selesai dengan izin Allah pukul. 00.25