oman fathurahman.pdf

24
BERKALA ILMIAH PERNASKAHAN NUSANTARA Jurnrnll mrnnOJJ6J601 Dick van der Meij Sastra Sasak Selayang Pandang ---------------------------------------------------------- Dwi Woro Ret no lvfastuti 'Menjadi Jawa': Naskah Cina-Jawa Idham N askah Klasik di Kota Tidorc Kcpulauan Provinsi Maluku Utara Oman Fathurahman Karaktcristik Naskah lslam indonesia: Contoh dari Zawiyah Tanoh A bee, Aceh Besar J SSN: 2088-9631 Volume 1, Nomor 1, 2011

Upload: vothuan

Post on 03-Feb-2017

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oman Fathurahman.pdf

BERKALA ILMIAH PERNASKAHAN NUSANTARA

Jurnrnll mrnnOJJ6J601

Dick van der Meij

Sastra Sasak Selayang Pandang

----------------------------------------------------------Dwi Woro Ret no lvfastuti

'Menjadi Jawa': Naskah Cina-Jawa

Idham

N askah Klasik di Kota Tidorc Kcpulauan

Provinsi Maluku Utara

Oman Fathurahman

Karaktcristik Naskah lslam indonesia:

Contoh dari Zawiyah Tanoh A bee, Aceh Besar

----------------------~.---------r.--------------------------

JSSN: 2088-9631 Volume 1 , Nomor 1, 2011

Page 2: Oman Fathurahman.pdf

Oman Fathurahman

Karakteristik Naskah Islam Indonesia: Contoh dari Zawiyah Tanoh Abee, Aceh Besar

Abstrak: Tulisan ini akan membahas tentang karakteristik naskah Islam

koleksi Zawiyah Tanoh Abee, Aceh Besar, yang antara lain ditunjukkan melalui

berbagai catatan marginalia yang dibuat oleh penyalin naskah, maupun

melalui catatan sampul yang dibuat belakangan oleh pemilik naskahnya.

Marginalia dan catatan sampul tersebut dapat ditempatkan sebagai salah

satu bentuk sumber penting dalam merekontruksi sejarah sosial Zawiyah

Tanoh Abee, yang merupakan salah satu skriptorium naskah keagamaan di

Sumatra bagian Utara ini.

Selain itu, tulisan ini juga akan mengemukakan karakteristik sejumlah

naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee yang dapat memberikan gambaran

tentang afiliasi dan kecenderungan pemikiran atau mazhab keagamaan

masyarakat Muslim Aceh yang terhubungkan dengannya. Kajian terhadap

naskah-naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee sendiri sebetulnya masih sangat

terbatas dibandingjumlah naskahnya, padahal sebagai warisan sejarah Islam Aceh abad ke-17 dan 18, naskah-naskah Zawiyah Tanoh Abee jelas sangat

penting kedudukannya, baik dalam konteks perkembangan Islam di Aceh,

maupun Nusantara secara keseluruhan, seperti akan saya kemukakan di

bawah.

Kata Kunci: Aceh, Zawiyah Tanoh Abee, manuskrip Islam, marginalia

Pengantar

S ejumlah hasil inventarisasi naskah Nusantara yang pernah dilakukan sejak abad ke-19 telah menunjukkan kekayaan dan keragaman khazanah tertulis Nusantara yang sangat melimpah.

Puluhan katalogyang mendaftarkan, mencatat, dan memerikan naskah-

123 JurnalManassa, Vol. I, No. I, 2011

Page 3: Oman Fathurahman.pdf

114 Omau Fttdmmlmuw

naskah rulisan tangan (mtmuscripts), selanjutnya akan disebut naskah, telah diterbitkan. Setiap katalog mengandung ratusan atau ribuan naskah Nusantara dalam sebuah koleksi. Saking hanyaknya katalog, beberapa panduan penelusuran karalog pun (cattdogue of cattdogue,) pernah disusun dan diterbitkan.2 Katalog-katalog itu sebetulnya juga belum mencakup semua koleksi naskah Nusantara, baik di dalam maupun di luar negeri, dan terutama yang tersimpan sebagai 'koleksi

pribadi' di masyarakat. Dalam contoh Indonesia, tradisi mlis masyarakat di salah sam

wilayal1 Asia Tenggara ini bisa dilacal< hingga berabad-abad ke belakang sebelum kedarangan Islam, dan sebelum nama Indonesia itu sendiri lahir. Uli Kozok mencontohkan bahwa berdasarkan basil analisis radiokarbon, sebuah naskah Tanjung Tanah berbahasa Melayu dan Sansekerta, diduga kuat sebagai naskah Melayu tertua yang pernah ada, yalmi berasal dari abaci ke-14 atau awal abaci ke-15. Naskal1, yang tersimpan di daerah Kerinci, ini berasal dari masa pra-Tslam, serta

dirulis menggunal<an aksara pasca-Palawa, bukan dengan aksara Jawi sebagaimana lumral1nya naskal1-naskah Melayu pasca kedatangan Islam (Kozok 2006: 80-82).

Seiring dengan semakin intensifnya proses islamisasi, rradisi mlis di kalangan masyarakat Nusantara semakin menemukan momentumnya.

Sejak awal peradabannya, masyaral<ar Muslim memang dikenal sangat dekat dengan tradisi teks. Tak berlebihan kiranya jika masyarakat Muslim bisa disebut sebagai "masyarakat teks" di wilayah mana pun mereka berada (Jabali 2009: 1-2). Kebutuhan para penganut agama Islam terhadap bacaan teks al-Quran dan hadis, serta berbagai turunan penjelasannya dalan1 berbagai cabang keilmuan, seperri tafsir, fikih, tasawuf, tauhid, dan lain-lain, telah menciptakan sebuah perkembangan tradisi rulis yang sangar dal1Syat di kalangan masyarakar Muslim, rak terkecuali Muslim Nusantara.

Kini, sebagai buah dari budaya tulis rersebur, wilayal1 Nusanrara mewarisi khazanah naskah tulisan tangan yang tak terkira jumlahnya, dalam beragam bahasa dan aksara, tidal< hanya naskah yang berkaitan dengan agama, melainkan juga budaya, adat istiadat, sastra, ekonomi,

filsafat, dan bahkan hal yang menyangkut kehidupan 'remeh temeh', seperri caratan hurang, cataran kemarian, dan lain-lain. Alhasil, khazanal1 naskah Nusantara mengandung sebuah memori kolektif bangsa ini sejak berabad -abaci lalu.

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1.1011

Page 4: Oman Fathurahman.pdf

Selain kertas Eropa yang paling banyak digunakan, khazanah naskah Nusantara juga menggunakan alas naskah lain seperti daluwang, bambu, lontar, dan lain-lain (lihat Mulyadi 1994). Seiring dengan berjalannya wakm, sebagian dari naskal1-naskah tersebut telah musnah dengan berbagai cara, meski sebagiannya lagi masih terpelihara dengan baik.

Tulisan ini akan membahas tentang karakteristik naskah Islam koleksi Zawiyah Tanoh Abee, yang antara lain ditunjukkan melalui berbagai catacan marginalia yang dibuat oleh penyalin naskah, maupun melalui catatan sampul yang dibuat belakangan oleh pemilik naskahnya. Marginalia dan catatan sampul tersebut dapat ditempatkan sebagai salah satu bentuk sumber penting dalam merekontruksi sejarah sosial Zawiyal1 Tanoh Abee, yang merupakan salah sam skriptorium naskah keagamaan di Sumatra bagian Utara ini.

Secara singkat tulisan ini juga alun mengemukakan karalueristik sejumlah naskah koleksi Zawiyah Tanoh A bee yang dapat memberikan gambaran tentang afiliasi dan kecenderungan pemikiran atau mazhab keagamaan masyarakat Muslim Aceh yang rerhubungkan dengannya. Kajian terhadap naskah-naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee sendiri sebetulnya masih sangar terbatas dibanding jumlah naskal1nya, padahal sebagai warisan sejarah Islam Aceh abad 17 dan 8, naskah-naskah Zawiyah Tanoh Abee jelas sangat penting kedudukannya, baik dalan1 konteks perkembangan Islam di Aceh, maupun Nusantara secara keseluruhan, seperti akan saya kemukakan di bawah.

Naskah dan Islam di Asia Tenggara

Kekayaan naskal1 Nusantara, rerurama yang isinya bersirar keilmuan, merupakan buah dari 'kegelisahan intelektual' para cerdik cendikia masa lalu yang ingin mengungkapkan fikirannya ten rang berbagai hal yang mereka anggap perlu. Sebagian yang tertuang di dalamnya merupakan '!oetzl genius' yang muncul sebagai gagasan kreatif dari para penulis naskah tersebut, dan sebagian lagi merupakan basil penerjemahan atas gagasan-gagasan dari luar, yang kemudian 'dibungkus' dalam konteks lokal. Sebagian dari para penulis dan penyalin reks-reks Nusantara iru juga adalah dari kalangan al1li-ahli agama, guru sufi, kyai, dan para mubaligh, selain para sasrrawan renmnya, yang memiliki kepedulian untuk menerjemahkan serta menafsirkan Islam dalam konteks dan bingkai budaya lokal.

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011

Page 5: Oman Fathurahman.pdf

116 Omau Fttdmmlmuw

Pun terjemah yang dimaksud di sini bukan semata alih bahasa satu teks menjadi reks baru dalam bahasa lain, melainkan lebih dari itu penerjemahan ide, gagasan, dan bahkan ideologi dari sumbernya

yang dianggap 'asing' menjadi sumber yang diyakini sebagai 'milik sendiri' (lihat Chambert-Loir [peny.] 2009: II). Karenanya, khazanah naskah Nusantara yang kini kita miliki, dan terhubungkan dengan Islam, sedemikian dinamis dan merepresentasikan beragam 'tafsiran'­

--dari mereka yang oleh Taufik Abdullah disebut sebagai brokm of idetb' (1987: 239)---rerhadap ideologi-ideologi yang lal1ir dari konreks pemikiran dan budaya lain, seperti Arab, Persia, India, dan lain-lain.

Dari 'model ral1im' seperri irulal1 lallir apa yang dapar kira sebur sebagai naskah Islam Nusantara dalam jumlah yang cukup besar!

Kira bisa menyebur sejumlah ballasa lokal dari berbagai emis yang dib'Unakan untuk menulis naskah tersebut, seperti Aceh, Bali, Barak, Bugis-Makassar Mandar, Jawa, Madura, Melayu, Minangkabau, Sasak, Sunda, Wolio, Rejang, Lampung, Ternate, Maluku, Ambon,

Bima, dan beberapa bahasa lainnya, di samping bal1asa Arab yang menjadi 'induknya'.3 Dan, jika kira mencoba merekonsrruksinya,

akan tampaklah sebuah, meminjam istilah Taufik Abdullah (200 1: 64), 'jaringan ingaran' kolekrif rransdaerall dari kllazanah naskall tersebut, di mana naskah dalam tradisi sebuah etnis mempertontonkan

'ingarannya' rerhadap kllazanall dalam rradisi lain sebelumnya. Naskah Sabil al-rnuhtadin karya Arsyad al-Banjari ( 171 0-1812)

dari Banjar, misalnya, dirulis atas 'inspirasi' dari ~-irdt al-rnustaqirnnya

Nuruddin al-Raniri dari Aceh, pun saya pernah membaca sebuah naskah fikih berbahasa Maranao di Filipina yang menyebut 'berhutang budi' pada Mir'at al-!ulliib karangan Abdurrauf al-Fansuri di Aceh, Serat Menak dari etnis Jawa lahir sebagai resepsi atas Hikaytlt Arnir

Harnzah dari emis Melayu, naskall dalam rradisi Bugis-Malrassar 'mengingat' peranan tiga ulama Minangkabau, Minangkabau ingat

pada Aceh, Ternare ingar pada Makassar dan Gresik, Parani ingar pada Banjarmasin dan Palembang, Palembang ingat pada Demak, dan demikian seterusnya pola kemunculan naskah Nusantara ini terbentuk, transetnis dan transdaerah, sehingga khazanah naskah Nusantara layak dilihat sebagai cermin kesatuan dalam keragaman (unity in divmity) emis masyarakar Nusanrara masa lalu.

Tampak pula betapa naskah-naskah itu menggambarkan sebual1 proses pribumisasi lslan1 pada masa lalu, memperronronkan proses

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1.1011

Page 6: Oman Fathurahman.pdf

adaptasi teks-teks Arab atau Parsi menjadi teks-teks lokal, serta terkadang membuktikan adanya proses peralihan atau perubahan ide dari sum her aslinya.

Adaptasi, peralihan, dan perubalaan gagasan-gagasan dalam proses pribumisasi Islam di Nusantara itu tampaknya memang tak terelakkan: sebagian menunjukkan harmoni gagasan Islam dalam budaya lokal, terutama seperti tercermin dalam tradisi naskah-naskah Melayu, tetapi sebagian lain menunjukkan adanya 'pergulatan', kalau tidak 'perlawanan', sepeni tampak dalam tradisi naskala-naskala Jawa. Kita bisa menyebut beberapa contoh seperti Senlt Cebolek, Serat Gotoloco,

Serat Centini, dan lain-lain yang tidak hanya menggambarkan adanya islamisasi Jawa, tapi juga 'Jawanisasi' Islam. Inilah barangkali apa yang disebut oleh Taufik Abdullala (1987: 240) sebagai 'proses kimiawi' islamisasi Nusantara, perpaduan antara Islam normatif dan Islam

empirik yang nuut menentukan diterima atau tidaknya ideologi Islam dalam sistem nilai yang telah ada sebelumnya, baik nilai agama, dalam hal ini Hindu-Budha, maupun nilai-nilai adat setempat. Sebagian dari 'proses kimiawi' itu tercer min dalam ban yak naskal1 Nusantara, sehingga teks-teks yang terkandung di dalamnya nyaris selah! menggambarkan dinamika Islam lokal di berbagai wilayal1 tempat Islam berkembang.

Tradisi lntelektual Islam di Aceh

Sebagai salah satu pusat berkembangnya tradisi tulis di Nusantara pada masa lalu, Aceh telal1 mewariskan khazanal1 naskah yang sedemikian kaya. Puluhan ribu naskala dipastikan terdapat di, atau berasal dari, wilayah Utara Sumatra yangdikenal sebagai Tanal1 Rencong ini. Sebagian naskala-naskah Aceh tersebut masih dapat dijumpai di wilayah asalnya, baik yang tersimpan di lembaga-lembaga maupun di masyarakat, dan sebagian lagi telala tersebar di sejumlala perpustakaan di luar Aceh, baik di dalam maupun di luar negeri, seperti Perpustakaan Nasional Jakarta, Perpustakaan Universitas Leiden di Belanda, The British Library di Inbogris, atau Perpustakaan Negara Malaysia (PNM) di Kuala Lumpur, Malaysia.

Penggunaan balaasa Melayu sebagai balaasa politik, dagang, agama, dan budaya di Aceh sejak abaci ke-15 telah mendorong perkembangan tradisi mlis dan tradisi keilmuan yang sangat pesat di wilayal1 ini hingga abad-abad berikutnya dan khususnya abad 16 dan 17 ketika kesultanan Aceh menggapai masa keemasannya.

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011

Page 7: Oman Fathurahman.pdf

118 Omau Fttdmmlmuw

Sejauh menyangkut naskahAceh ini, persentuhan tradisi tulis dengan proses islamisasi yang terjadi pada masa yang sangat awal di Aceh juga telah membentuk karakteristik dan kekhasannya. Khazanah naskah Aceh menjadi sangat kental dan cenderung idemik dengan khazanah keislaman, terutama karena banyaknya naskah-naskah keagamaan karangan para pennlis yang notabene adalah tokoh agama atau ulama terkemuka pada masanya, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin al­Sumatrani, Nurudin al-Raniri, Abdurauf ibn Ali al-Jawi al-Fansuri, Muhammad Zain anak Fakih Jalaludin, Teungku Khatib Langgien, dan beberapa tokoh lainnya.

Dengan memperhatikan kekayaan naskah Aceh dan signifikansinya dalam tradisi tulis di Nusantara secara keseluruhan, tak heran kemudian jika khazanal1 naskal1 Aceh, yang umumnya dimlis dalam riga bahasa tersebut, yakni Arab, Melayu, dan Aceh, sejak awal telah mengundang minat para sarjana unmk mengkaji, baik dengan penekanan pada aspek umum sastranya, konteks keislamannya, maupun fokus pad a suntingan

teksnya. Snouck Hurgronje misalnya, pernal1 menulis De Atjehers yang

diterjemahkan menjadi Aceh, Rakyat dtm Adtu Istiadtztnytl (1997, jld. II, bab 2), yang dapat dianggap sebagai sebuah sebuah karya terlengkap hingga saar ini tentang sastra Aceh (lihat Chambert-Loir & Fathural1man 1999: 33). Kita juga bisa menyebut beberapa sarjana lain, seperti Nieuwenhuijze (1945, 1948), A. H. Johns (1955a dan 1955b, 1978, 1998), Voorhoeve (1952, 1955),AI-Atras (1966, 1970), Dandy (1983), Riddell (1984), Alfian (1987), Azyumardi Azra (1994 atau 2004), Abdullah (1995), Fathurahman (1999), Fakhriati (2007), dan Erawadi (2009), yang memberikan perhatian terhadap smdi lslan1 dengan memanfaatkan limpahan khazanah naskah keagamaan Aceh. Azra misalnya telah menempatkan Aceh, para ulamanya, beserta karya­karya mlisnya sebagai poros utama jaringan keilmuan Islam di dunia Melayu-Nusantara dengan Makkal1 dan Madinah pada abad ke-17.

Berbagai katalog untuk mempermudah akses terhadap naskah­naskah Aceh juga pernal1 beberapa kali ditulis. Katalog Voorhoeve dkk. ( 1994) misalnya, memerikan semua naskah Aceh dalam koleksi Universitas Leiden dan perpustakaan umum di seluruh dunia, selain Aceh sendiri. Unmk koleksi di Aceh, kita bisa menyebut beberapa terbitan lokal Museum Negeri Aceh yang sayangnya dicetak terbatas saja (Identijikasi 1983, 1985, 1987, 1991, dan 1992). Klmsus untuk

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1.1011

Page 8: Oman Fathurahman.pdf

koleksi naskah di Zawiyah Tanoh Abee, Aceh Besar, Wan Ali Hj. Wan Mamat (1993) pernah mendokumentasikan naskahnya, melengkapi daftar naskah yang dibuat oleh Wamad Abdullah & Tgk. M. Dahlan al-Fairusy (1980) serta Zunaimar & M. Dahlan al-Fairusy (1993).

Sesungguhnya, koleksi naskah di Zawiyah Tanoh Abee patut mendapat perhatian tersendiri. Selain karena jumlahnya yang besar,' sifat koleksi naskah ini juga dapat dianb>gap mewakili gambaran dinamika tradisi keagamaan masyarakat Aceh masa lalu. Hasil pembacaan atas sekitar 300-an teks dalam koleksi ini misalnya, di satu sisi menunjukkan adanya kesinambungan berbagai gagasan ke-Islam­an yang ditunjukkan oleh adanya sejumlah salinan naskah kicab-kitab karangan ulama Timur Tengah dalam berbagai bidang keilmuan, dan pada saat yang sama juga memperlihatkan dinamika serta kekhasan penafsiran doktrin-doktrin Islam oleh para ulama setempat, sesuai dengan konteks tern pat dan zamannya. Hal yang terakhir dapat dilihat khususnya pada naskah-naskah tasawuf, baik yang ditulis dalam bahasa Arab maupun Melayu. Melalui sejumlal1 kajian yang telah dilakukan, dikerahui bal1wa sebagian karya, seperti naskal1-naskah karangan al­Raniri, diketahui berisi bantahan atas pemikiran dalam sebagian karya lain, khususnya karangan Hamzal1 Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatra'i (AI-Attas, 1966), atau juga karya Abdurrauf al-Fansuri, yang merupakan respon aras bantalun dan hujatan al-Raniri tersebut (Fathurahman, 1999).

Beruntung bahwa pemerian dari sebagian Koleksi tersebut kini sudah dapat diakses khalayak luas melalui katalog paling mutakhir yang disusun atas kerja sama lembaga-lembaga di Indonesia, yaitu Masyarakar Pernaskalun Nusantara (Manassa), Pusar Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Pusat K1jian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM) Aceh, Zawiyah Tanoh Abee, dan Tokyo University of Foreign Studies (Fathurahman dkk 20 I 0). Katalog tersebur melengkapi karalog dan daftar pencaratan naskah sebelumnya yang masih terbit secara terbatas.

Tentang Zawiyah Tanoh Abee dan Ahli Warisnya

Tanoh Abee adalah sebuah permukiman yang terdiri atas beberapa buah desa di Kecan1aran Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, dan terletak k.l. 45 kilometer arah timur Banda Aceh, ibukota Nanggroe Aceh Darussalam. Di salal1 sebual1 desa dalam permukiman ini, tepatnya di

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011

Page 9: Oman Fathurahman.pdf

1:30 Omau Fttdmmlmuw

desa Ujung Mesjid, terletak sebuah zawiyah (dayah, pesantren) yang kemudian populer dengan nama Zawiyah Tanoh Abee. Kata 'zawiyah' sendiri berasal dari bahasa Arab, zdwiyah, yang dapat berarti 'a small cupolaed mosque erected over the tomb of a Mu,·lim saint, with teaching facilities and a hospice attached to it' (Wehr, 1980: 387).

Dalam konteks Aceh, dengan menganalogikan pada pengertian di atas, kata 'zawiyah' mungkin dapat dipahami sebagai tern pat beribadah yang dibangun beserta fasilitas belajar mengajar di dalamnya.5 Dalam pengertian yang sama, kaca yang lebih populer digunaltan sekarang adalah 'dayah'. Akan tetapi, dalam rulisan ini, khusus berkaitan dengan T anoh Abee, saya akan menggunaltan kata zawiyah, dengan alasan dib•1makannya kata tersebut secara konsisten dalam sampul naskah­naskahnya, selain juga tenulis dalam papan nama Zawiyah Tanoh Abee sendiri.6

Zawiyah Tanoh Abee didirikan dan dikembangkan oleh keluarga dan keturunan Syekh Fayrus al-Baghdady, seorang ulama asal Baghdad yang tiba dan menetap di Aceh pada paruh pertama abaci ke-17, atau sekicar talmn 1627 M. Pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M), al-Baghdady menjabat sebagai Qadi Malik al-Adil, yang bertanggungjawab acas masalah-masalah keagan1aan di Kesulcanan Aceh (Yeoh 1994: 217-218).

Syekh Nayan, pmra Syek:h Fayrus al-Baghdady, merupaltan generasi kedua yang diyakini oleh tradisi setempat sebagai pendiri awal Zawiyah Tanoh Abee pada sekitar tahun 1666-an. Ia mendapatkan pendidikan dasar dari oranb'tuanya sebelum kemudian melanjutkan ke Zawiyah Leupue di Peunayong, Banda Aceh, dan berguru kepada Syekh Baba Dawud al-Jawi bin Ismail bin Agha Mustafa bin Aga Ali al-Rumi, seorang keturunan Turki yang juga merupakan murid langsung Syekh Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri (1615-1693), k:halihh tarek:at Syattariyah untuk kawasan dunia lslam-Nusantara (Yeoh 1994: 219).

Generasi k:etiga pimpinan Zawiyal1 Tanoh Abee adalail Syek:h Abdul Hafiz, anak laki-laki satu-satunya dari Syekh Nayan. Sejak kecil, ia telah dididik dan dipersiapkan untuk menggantikan ayahnya memimpin Zawiyah Tanoh Abee. Di bawah kepemimpinannya, Zawiyah Tanoh Abee mulai semakin berkembang.

Perhatian k:husus Zawiyal1 Tanoh Abee untuk: membangun dan mengumpulkan khazanah naskal1 ke-Islam-an diberikan oleh generasi k:eempatpimpinanZawiyal1 TanohAbee, yak:ni Syek:hAbdurrailim, purra

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1.2011

Page 10: Oman Fathurahman.pdf

dari Syekh Abdul Hafiz. Koleksi naskah yang telah mulai dikumpulkan oleh Syek:h Fayrus al-Baghdady semak:in diperbanyak:, bal1k:an sampai dipesan ke Timur Tengah dan Turki. Ia juga menganjurkan kepada para pelajar di Zawiyal1 Tanoh Abee saar iru unruk: menyalin k:irab-k:irab yang telah ada. Oleh karenanya, Syekh Abdurrahim jelas memiliki jasa besar dalam pembinaan dan pengembangan perpustakaan naskah k:uno Zawiyah Tanoh Abee.

Sepeninggal Syekh Abdurrahim, pimpinan Zawiyah Tanoh Abee jaruh k:epada ahli waris generasi k:elima, yak:ni Syek:h Muhammad Saleh bin Syekh Abdurrahim (w. 1855 M). Pada masa ini, k:oleksi naskal1 perpusrak:aan Zawiyah Tanoh Abee relarif ridak: berrambal1, Syek:h Muhammad Saleh lebih cenderung menjaga koleksi naskah yang telah ada k:erimbang berupaya menambal1 dan mengembangk:annya lagi.

Masa keemasan koleksi Zawiyah Tanoh Abee dapat dianb>gap terjadi pada pertengahan hingga akhir abaci k:e-19 di bawal1 k:epemimpinan generasi keenam, Syekh Abdul Wahab (w. 1894), satu-satunya anak Syek:h Muhammad Saleh, dari 14 bersaudara, yang memilik:i minat dalam hal pengembangan ilmu-ilmu k:eagan1aan. Syek:h Abdul Wahab inilah yang kemudian dik:enal sebagai 'Teungk:u Chik: Tanoh Abee', dan pernail menempari jabaran prestisius sebagai Uleebalang 'Kali Rabbonjale' Mukim 22 pada masa Sultan Ibrahim Mansyur Syah (1836-1870) dan Sultan Mailmud Syal1 (1870-1874). Ia juga pernail menjadi penasihat perang bagi para pahlawan Aceh saar terlibat dalam perlawanan melawan Kolonial Belanda (Yeoh 1994 : 222).

Seperti diceritakan kembali oleh AI Yasa Abu Bakar dan Wamad Abdullah, pada masa ini kolek:si nask:ah di Perpustakaan Zawiyal1 Tanoh Abee mencapai lebih dari sepuluh ribu judul, mesk:i sayangnya jumlah k:olek:si tersebut secara perlal1an mengalami k:erusal<an atau musnah pada masa-masa berik:urnya. Salal1 sam perisriwa musnailnya naskah-naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee itu terjadi pada masa k:epemimpinan generasi k:etujuh, Tgk:. Muhammad Sa'id, putra dari Syekh Abdul Wahab, yang memimpin Zawiyah dalam masa peperangan melawan Kolonialisme Belanda. Pada sekitar tahun 1901 misalnya, T gk. Muhammad Sa'id, ditangkap oleh Beland a dan dimasukkan ke dalam penjara selama beberapa wak:m lamanya. Sebelum terrangbp, ia masih sempat membawa rarusan nask:al1 k:olek:si Zawiyah T anoh Abee tersebut sebanyal< 7 ek:or kuda beban, dan menyembunyibnnya di dalam sebual1 gua di Buk:ir Terbeh, dek:ar Janrho. Ak:an tetapi, k:etik:a

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011

Page 11: Oman Fathurahman.pdf

1:31 Omau Fttdmmlmuw

ia kembali dari pengasingan dan mendatangi kembali koleksi naskah­naskah tersebm, semuanya telah musnah akibat kelembaban udara dan terkena air hujan (Abu Bakar, AI Yasa &Wamad Abdullah 1992: 9-1 0).

Upaya penyelamacan naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee yang terancam musnah akibat peperangan melawan Kolonialisme Belanda juga pernah dilakukan oleh generasi kedelapan putra Tgk. Muhammad Sa'id, yakni Syekh Muhammad Ali (awal abad ke-20). Saat itu, dampak peperangan telah mengakibatkan dihancurkannya sejumlah dayah/ zawiyah yang dianggap sebagai penggerak perlawanan, oleh Belanda. Syekh Muhammad Ali, yang dikenal sebagai 'Abu Kampong Tengoh', pun segera membawa hijrah ribuan koleksi naskah tersebut ke Keumala untuk menyelamatkannya dari kehancuran, tidak berapa lama sebelum sepasukan tentara Belanda datang menyerang dan membakar pusat pendidikan Islam tersebut.

Kemudian, berkat jasa, ketekunan, dan pengabdian T gk. Muhammad Dahlan (1943-2006), yang merupakan generasi kesembilan keluarga Fayrus al-Baghdady dan mulai menjadi pimpinan Zawiyah Tanoh Abee pada sekitar talmn 1969, sejumlah besar koleksi naskah Zawiyah Tanoh Abee pun dapat diselamatkan dan terns tersimpan serta terpelihara di dalam Zawiyal1, setidaknya hingga ia wafat pada 18 Nopember 2006. Pada awalnya, T gk. Muhammad Dahl an memang cenderung menutup akses khalayak luas bagi koleksi naskal1-naskahnya, sehingga tidak sembarang orang bisa mendapatkan informasi berkaitan naskah-naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee terse but. lni semata karena amanat dari kebanyakan sanak famili yang menghibahkan naskah-naskah itu dan tidal< menginginkan terlalu banyak pihal< «mengganggw> pusakanya, selain juga karena pengalaman pal1it adanya «tangan-tangan jahih yang tidal< bertanggung jawab ketika diberi kesempatan mengai<Sesnya7

Almn tetapi, seiring dengan perjalanan waktu, Tgk. Muhammad Dahlan tampaknya semakin sadar bahwa upaya pemeliharaan naskah­naskah tersebm tidak mungkin dilakukan sendirian, tanpa bekerja sama dengan pihak-pihak lain. Dua buah katalog yang mendaftarkan (meski dengan berbagai keterbatasan) koleksi naskahnya pun telal1 diterbitkan pada 1980 (bersama Wamad Abdullah), dan pada 1993 (bersama Zunaimar). Kepada mereka yang dipercayainya tidak akan bertindak macam-macam, ia juga tidak segan-segan memperlihatkan koleksi naskahnya, bahkan koleksi naskah yang tersimpan di kamar pribadinya sekalipun.

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1.1011

Page 12: Oman Fathurahman.pdf

Sayangnya, kini, sepeninggal T gk. Muhammad Dahlan, tidak terlalu jelas siapa ahli waris generasi kesepuluh yang akan menjadi pimpinan Zawiyah Tanoh Abee selanjutnya dan sekaligus menjadi 'nazir' Zawiyal1 yang benugas melanjutkan upaya pelestarian khazanail naskah warisan keluarga Syekh Fairusy al-Baghdady terse but. Pada saat pembuatan data-data digital mulai ald1ir 2006, hingga artikel, yang mengandalkan data-data tersebut, ini ditulis, kendali aktifitas Zawiyah masih dipegang oleh istri Almarhum Tgk. Muhammad Dahlan, yang biasa dipanggil Umi.

'Pemak-pernik' Catatan dalam Koleksi Naskah Zawiyah Tanoh Abee

Naskah memang selalu unik; ia merupakan alar rekam berbagai aktifitas pemiliknya pada masa lalu. Saat itu, mungkin tidak ada alat rekam lain yang dianggap paling efisien dan akan tahan lama untuk mengabadikan berbagai cacatan kehidupan sehari-hari selain lembaran­lembaran naskah. Padahal, ketersediaan naskah juga pasti sangat terbatas, dan mungkin hanyadapat dimiliki atau dibeli oleh orang-orang tertentu saja. Tidak heran kemudian jika sebuah naskah, meskipun mamanya dimaksudkan sebagai sebuail kitab ajaran, seringkali mengandung catatan kehidupan sehari-hari buah tangan penyalin atau pemiliknya, yang oleh pembaca sekarang bisa jadi diangap hal 'remeh­temeh' bel aka. Uniknya, sejumlah catatan sering dapat dipastikan tidak berkaitan langsung dengan kandungan kandungan teks utama, seperti altan dicontohkan melalui naskal1-naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee di bawal1.

Sebuah naskal1 nomor 97 A/148A/111-22/TA/2006 berjudul Shmb al-sughrd 'a!d Urnrn al-bardhin karangan Muhammad ibn Muhammad Man!lir al-Hud'hudi yang berisi ajaran tauhid ahlussunnah wal jamaail misalnya, mengandung catatan ringan berisi informasi wafatnya

seseorang bernama Sayyid Abu Bakar di Kampung Jawa pada 14 Ramadan 1196 H/23 Ab'llstus 1782 M (Fathurahman dkk. 2010:67-68). Memperhatikan karaluer tulisan dan tinta yang digunakan, diduga kuar catatan ini dibuat oleh penyalin sendiri. Catatan lainnya berkaitan dengan informasi wafatnya Haji Abdurrahman Tanoh Abee pada 13 Sya'ban 1184 H/2 Desember 1770 M.

Seseorang juga pernah men am bahkan catatan pad a hal am an awal naskah nomor 153/163/Fk-69/TN2006 berjudul FtufJ al-wahhiib

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011

Page 13: Oman Fathurahman.pdf

1:34 Omau Fttdmmlmuw

bi-sharb manhaj al-.tulliib karangan AbtJ Yal~ya Zakariya al-An!ari al­Shifi'i, tentang pernal1 terjadinya gempa dal1syat kedua di Aceh yang terjadi pada hari Kamis 9 Jumadil akhir 1248 H/3 November 1832 M (Farhuralunan dkk. 2010: 160-161). Cataran ini pun jelas tidak berkaitan sama sekali dengan teks utama berupa kitab ajaran fikih memuut mazhab Imam Syafi'i.

Kemudian, dalam sebuah naskah nomor99B/474B/Th-28/TA/2006 berjudul Sharb umm al-banihin karangan AbtJ 'Abd Allah Mul~ammad ibn al-Wali al-Silil~ Yusuf al-Sanusi ai-Miliki al-Maghribi al-Tilmisini (841-895 H/1437-1490 M), malah terselip sebuah 'resep' agar seorang laki-laki tidak mengalami ejakulasi dini (Fathural1man dkk. 2010: 72-73). Disebutkan: berrnula sebaik-baik wati [bersetubuh, peny.] itu kita ambil buah mani/e satu, kita leeluar dmiptlfianya yang kuning dan leittl tinggal daripadanya yang putih, dan kita arnbil kulit rnanis, kita lunak akan dia, dan kita kunyah tlkan ditl pada buah yang putih, kittl min urn sekali dengan suatu buah rnanik, rnaka tiada inzal rnani hingga rubu' mtlUlm [seperempat malam, peny.] t!tm engktlU po·buat yang demikitln itu dua !etdi dengan dua buah rrumik, niscaya titlfia inZtd rrltlni hinggtl nisfu ma!tzm [setengah malam, peny.].

Masalah azimat dan wafak pun tidak rerlewatkan sebagai catatan tambahan dalam naskah-naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee, meski dalam beberapa conroh lain masalal1 azimat memang sering ditulis sendiri sebagai sebuah kitab. Sebuah naskah nomor 122/809/Fk-39/ TA/2006 berjudul Biddyat al-mubttzdi bi:fiu/J Al!tih al-muhdi tentang tauhid misalnya, selain juga menyelipkan catatan tentang resep tidak ejakulasi dini, mengandung kumpulan coretan rajal1 yang berfungsi sebagai azin1ac, sepeni tlzimat ttmggtd padi jangan dimalwn tikus, tlzimat

kanak-kanak jangan menangis malam, azimat meno!tzk penytzkit, rajal1 untuk mengehendak mengeluar rrltlni perempuan, dan beberapa azimat lainnya (Fathurahman dkk. 20 I 0: 134).

Terlepas dari setuju a tau tidak dengan isinya, salah sam naskah fikih mazhab Syafi'i nomor 162A/515A/Fk-50/TA/2006 yang berjudul Fatb al-qarib tzl-mujib ft sharb aljii:; al-taqr·ib karangan Abu 'Abd Alli11 Muhammad ibn Qiisim al-Shafi'i juga mengandung coretan tentang waktu-waktu terlarang melakukan hubungan suami istri (jimii'). Catatan yang cukup panjang tersebut selengkapnya berbunyi: ini kitab Abu Huraimh daripat!tz Rasulullah tlktm pestm jibr·il:jtmgtm ktzmu jima' pada bulan ,·ehari bulan, maktl jadi analmya kelu, t!tm jtmgan dijima'

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1.2011

Page 14: Oman Fathurahman.pdf

pada bultm tengah mak:m sehm·i bu!tzn, maka jttdi anaknya itu tuli, dtm jangan kamu jirrltl' ptlfia ma!tzm tigtl puluh hari, maka jadi anaknya itu berpenyakit, dan jangan karnu jirna'pada rnalarn hari subuh, rnaka jadi analmya itu enarn jari tllau emptlt jmi, dan jangan kilmu jima' padtl rna!tzrn a had, rnaka jadi anak itu ce!tzka, dan jangan karnu jirna 'pada mttfttm arba ', maka jadi anak itu terbunuh terltzlu jtthat, dan jangan kamu jirna'pada rnalarn Sa btu, rnakajadi anak itu banyak kata-kata. Berharus jima'pada malam isnain, mttkajadi anak itu htifiz Qunm dan kitttb, dtm hmus pada malam Selastl, nu1ka jadi antde itu mumh hati dan ,·uci, dtm !w·us pttdt: malam Kamis, maktt jadi anak itu foqir· dan (u'ij Ber·multt jangan !eamu jima' menghadap Kiblat, dtln jangan membelakang Kiblat, rnaka jadi karnu berdosa, dan jangan rnenghadap Matahari dan Bu!tzn, rrltlka jtldi antde itu Juras hilti, dan jtmgan tersemburi, rrltlka jadi anak itu celaka, dan jangan karnu jirna' bawah pohon kayu, rnaka jadi anak itu terbunuh dan bahaya dtm celaka dan binttsa, dtm jtmgan kttmu melihat kepadt1 forji perrnepuan, rnaka jadi anak itu buta hati dan buta rnatanya, wttfltthu a'lttm (Fathurahman dkk. 2010: 144-145).

Demikianlah, corecan-coretan yang 'mengotori' naskah ternyata dapat bercerita banyak tentang masa lalu, bahkan termasuk tentang hutang piutang seperti terdapat dalam naskah nomor 126/343/LL-8/ TA/2006, yang diberi judul [Kurnpu!tzn Teks], sebagai berikut: Teungku Haji Ahmad Lam Aling pedmttmg Muhtlmmad Sa 'Id r-d-b /<tlfiar tigtl puluh riyal pada bu!tzn Rabiul awal, wa-shahadathu Haji Alirn dan Teungku Httji Dawud, atau catatan tentang obat bau mulut dalam naskah yang sama berbunyi: inilah obat busuk bau rnulut: pertarna, bmuang putih dtm bunga lawtmg dipenu keduanya dibubuh air dimttktm pagi-pagi belum rrltl!etln, dtm ttllktlftl tidur ni,·caya hiltmg ytmg busu!e­busuk dalam bttdan (Fadmral1man dkk. 2010: 354).

Contoh terakhir adalal1 'amanar' berisi larangan dari pemilik naskah bernama Sulayman Cucum bin Abdurrahman untuk tidak memperjualbelikan, menggadaikan, atau meminjamkan naskah miliknya. Coretan tersebut terdapat pada naskah nomor 56/50/Ts-8/ TA/2006 berjudul Hiddyat al-sdlikln ft suluk maslttk al-muttaqln karangan al-Palimbani, yang terjemahannya berbunyi: "Kitab ini rnilik httmba yang fokir· dan bergantung kepada Alltzh, Sulttyman Cucum bin Abdurmhman; ,·ega!tz puji bagi AlltdJ ytmg E,,,, tl!eu mewa!eafkan kitab ini kepada pencar·i ilmu, tidttk boleh dtjUttl, tidttk boleh digadt1iktm, tidtde boleh disewaktln, tidak boleh dipinjamkan, tidak boleh dihibah!etln,

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011

Page 15: Oman Fathurahman.pdf

1:36 Omau Fttdmmlmuw

dtm tidtzk boleh diwar·isktm hinggtl Allah sendiri yang mewtzrisktmnytl ke afilm, Dia adtdtlh sebtlik-bilik ytlng mewariskan; barangsitlptl menytdilhi a rna nat ini niscaya ia akan rnendapat laknat Allah, Malaikat, tfiln sernna rntlnw·ia. Aleu adtdilh pemelihmil (naskilh ini, pen.) sepanjang hayat!eu, kernudian (berpintlah ke) anak-anakku, kernudian cucu-cucuku berikut keturuntmnytl, kemuditm saudara-stzutfara !tzki-k:ki dan perempUtmku, kernudian anak-anak dan cucu-cucu rnereka berikut keturunarmya, kernudian orang lain berikutnytl ytmg dikehendaki oleh Allah taala" (Fathurahman dkk. 2010: 200-201).

Contoh yang terakhir ini barangkali dapat menjadi ilustrasi betapa para penulis dan penyalin naskah pada masa lalu pun sangat tidak mengharapkan terjadinya komersialisasi naskah untuk keperluan sesaat. Hal yang justru diharapkan adalah adanya transmisi pengetalman yang terkandung dalam naskah-naskah tersebut dengan cara yang baik kepada generasi-generasi berikutnya.

Karakteristik Catatan Sampul Naskah

Selain aneka cacatan seperti celal1 dikemukakan di atas, hal yang membedakan dengan naskah-naskah dalam koleksi lain adalah karena hampir semua naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee telah mendapat 'sentuhan' dari T gk H Muhammad Dahlan Al-Fairusi Al-Baghdady, sebagai ahli waris generasi kesembilan Zawiyah Tanoh Abee. Di antara jejak sentuhan tersebut adalah dibuatkannya sampul tambahan yang terbuat dari semacam kertas semen berwarna coklat untuk semua bundel naskal1, dan kemudian membubuhkan cacatan di atas sampul terse but.

Dapat dipastikan bal1wa catacan sampul tersebut dibuat oleh Tgk. H. Muhammad Dahlan karena seringkali ia membubuhkan tanda tangannya seperti tampak dalam naskal1 fikih nomor 1851175/Fk-77/ TA/2006 berjudul Hiishiyat al-Sharqdwi 'aM a-tahrir karangan 'Abd Allah ibn J::Iijazi ibn Ibrahim al-Sharqawi (1150-1226 H/1737-1811 M), a tau dalam naskah nom or 69A/541 A/TQ-6/TA/2006 ten tang ilmu tajwid yang berjudul al-Nakt al-lawdhtz'iyah 'aki sharb tz!-jtzzariyah karangan Zakariya al-An!iiri al-Khazraji (Fachuralunan dkk. 2010: 166-167).

Berdasarkan indikasi catacan sampul naskah nomor 1211648/Ts-16/TA/2006 yang berjudul Siyar al-siilikin iki 'ibdtfilt rabb al-'dfilrnin, kemungkinan bal1wa T gk. H. Muhanunad Dal1lan membuat berbagai

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1.2011

Page 16: Oman Fathurahman.pdf

catatan sampul atas koleksi naskah Tanoh Abee itu pada sekitar tahun 1970-an. Dalam sampul naskah ini rerrulis tanggal 25 Muharam 1400 HI 15 Desember 1979 M, yang diduga kuat merujuk pada masa identifikasi naskah ini oleh Tgk. H. Muhammad Dahlan.

Tidak hanya itu, Tgk. H. Muhammad Dahlan, yang biasa disapa Abu Tanoh Abee semasa hidupnya itu, juga membubuhkan catatan berisi judul teks, asal-usul naskahnya, beserta hak kepemilikan naskah bersangkutan oleh Zawiyah Tanoh Abee. Melalui catatan yang dibuatnya itu, kita dapat mengerahui bahwa sebagian besar naskah koleksi Tanoh Abee merupakan milik keluarga Zawiyah Tanoh Abee, atau wakaf dan riripan dari anggota keluarga dan masyarakar sekirar yang mempercayakan pemeliharaan naskah-naskah tersebut kepada pengelola Zawiyah TanohAbee, atau merupakan hasil salinan pimpinan Zawiyah Tanoh Abee sendiri.

Catatan sampul pada naskah nomor 220/651 /Th-25/TA/2006 Sharh a!-hud'hudi 'a!d Urnrn al-bariihin bahkan menyebut secara jelas tanggal diseral1kannya naskah ini sebagai hadiah dari Teungku Hashim ibn Teungku YusufTabib Ujung Masjid Tanoh Abee kepada pimpinan Zawiyal1 Tanoh Abee, yang diwakili oleh Tgk. H. Muhammad Dahlan, yakni pada ranggal 1 Muharram 1400 H/21 November 1979 M (Fathurahman dkk. 20 I 0: 70-71).

Sebual1 cataran san1pullain dalan1 naskah nomor 68/180/FK-51/ TA/2006 berjudul Minhiij al-tiilibin wa- urndat al-rnuftin karangan Mul:tyi al-Din Abi Zakariya Yal:tya ibn Sharf al-Nawawi (630-676 HI 1232-1277 M) menunjukkan bahwa pimpinan atau keluarga Zawiyal1 Tanoh Abee sendiri juga bertindak sebagai penyalin naskal1. Dalan1 sampul depan naskal1 tersebut rertulis: leitdb Minhdj al-!dlibln, Wtt-katttbahu fizqir· ttf-baqirfilliih ta lild 'Abd ttl-Wahhiib ibn Mu/Ntrnrnad !;tilih ibn 'Abd al-Rlhirn ibn shaykh lfiifiz ibn Ndytln ibn Fayru,·i. Catatan ini menunjukkan bahwa penyalin naskahnya adalah Syekh Abdul Wahab, generasi keenam dari Syekh Fayrusi al-Baghdady (Farhurahman dkk. 20 I 0: 145-146). Contoh lainnya adalah catatan sampul dalam naskah tatabahasa Arab nomor 182/194/Tb-32/TN2006 berjudul Mujib al-nadd' ild sharh qatr a/-nadii'karangan 'Abd Allah 'Ali ai-Fakihi, yang menyebutkan bahwa penyalinnya adalal1 Teungku Muhammad Sa'id, generasi ketujuh pimpinan Zawiyal1 Tanoh Abee, yang norabene adalah kakek bagi T gk. H. Muhammad Dahlan (Fathural1man dkk. 2010: 276).

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011

Page 17: Oman Fathurahman.pdf

1:38 Omau Fttdmmlmuw

Dian tara catatan sampul yang culmp bernilai unmk merekonstruksi silsilah keluarga Zawiyab Tanoh Abee adalab naskah tasawuf karya al-Palimbani nomor 132/30/TS-19/TA/2006 berjudul Siyar al­siililein. Dalan1 sampul naskab tersebut tenulis: hiidha leitiib Siyar ,,z_ siilikin ilti 'ibiidat rabb a!- 'iilarnin rnilik hiidhii al-kitiib Unayzah binti Mubarnrnad ~iilib ibn 'Abd al-RJ:birn ibn shtzykhinii Hiifi!!5 ibn shtzykhind Ndyan ibn Fayrftsi Baghdadi, wa-al-iin fl yad Muhammad Dah!dn ibn Mubarnrnad 'Ali ibn Mu(Jtlrnrnad !:Jtz 'id ibn shaykhind 'Abd tzl-Wahhiib ibn Mubmnmad $alifJ a-l-kh ibn Fayrusi Baghdtidi 'Arabi, yang kalau diterjemahkan berarti: "Ini kitab Siym· tzl-sdlikin ild 'ibddat mbb tzl­'iilarnin milik Unayzal1 anak perempuan dari Muhanunad Salih, anak 'Abd al-Rahim, anak guru kita Hafiz, anak guru kita Nayan, anak Fayrusi ai-Baghdadi, dan sekarang berada di cangan Muhammad Dahlan, anak Muhammad 'Ali, anak Muhammad Sa'id anak guru kita 'Abd al-Wal1hab anal< Muhammad Salih, dan seterusnya [seperti di atas] hinb•ga Fayrusi al-Baghdadi." (Fathurahman dkk. 2010: 212-213).

Beberapa cacatan sampul juga mengindikasikan bal1wa kebanyakan naskah koleksi ini telah mengalami kerusal<an atau tidak lengkap lagi saar Tgk. H. Muhammad Dal1lan membuar cararan rersebur. Naskab tatabahasa Arab nomor 191/744/Tb-61/TA/2006 berjudul al-Misbdh bi- 'awn al-fiwah fl 'ilm al-nabw misalnya mengandung cararan yang menggambarkan kerusakan naskah ini sebagJi berikut: keterangan: kitab ini cumtl tigtl buah ke po·muftztm yang dapat Stlytl daftarktm, seebmgktm untuk bahagian akhir rnulai di sini tidak saya daftarkan karena kurang attw tidak btzik lagi. Muhtzrnrnad Dahlan, nazir Zawiytzh Timoh Abee (Farhurabman dkk. 2010: 299-300).

Memang, meski dalam jumlal1 yang sangat sedikit, beberapa cararan yang dibuar oleh T gk. H. Muhammad Dal1lan ini rerkadang juga mengandung kekeliruan. Dalam naskah nomor 120/124/Tf-9/ TA/2006 berjudul Tirfiirtd-khtltib al-sharbini!td-siriij td-munirkarangan Muhammad ibn Ahmad al-Kha~ib al-Sharbinl al-Mi!ri (w. 968/1 560 M) misalnya, disebutbn bahwa isi tafsir ini mulai dari surat td-Isni' hingga surat al-Ankabut, padahal kandungan teksnya adalah sampai surat al-Qafi'if (Fathurahman dkk. 2010: 37). Demikian pula pada naskah nomor 194/595/Tr~2/TA/2006, Tgk. H. Muhammad Dahlan mengidentifikasi judul naskal1 ini sebagai Tafiit· al-jaltilayn. Abn tetapi, berdasarkan relaab aras isinya, judul reks rersebur adalal1 al-Futu[Jiit ,,z_

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1.2011

Page 18: Oman Fathurahman.pdf

iltihiyah bi-tawr}ib tafiir td-jaldlayn lil-daqd'iq td-kafiyah (Fathurahman dkk. 2010: 30).

Terlepas dari sejumlah kecil kekhilafan tersehur, jelas bahwa berbagai catatan san1pul dalam naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee ini merupakan informasi yang sangat berharga, karenanya kita patut

berterima kasih kepada almarhum T gk. H. Muhammad Dahlan, yang telah menunaikan tugasnya sebagai nazir, atau pewaris dan penjaga

Zawiyal1 Tanoh Abee hingga akhir hayatnya.

Afiliasi dan Kecenderungan

Hal lain yang dapat dipelajari dari karakteristik naskah koleksi Zawiyah Tanoh Abee ini adalah bahwa ternyata jumlah salinan naskah karya ulama Nusantara asal luar Aceh, dalam contoh ini karangan seorang ulama Pal em bang, Abdusamad al-Palimbani, jauh lebih ban yak dibanding koleksi naskah karya ulama Aceh sendiri, seperti Abdurauf ibn Ali al-Jawi al-Fansuri atau Nurudin al-Raniri. Kitab Hiddyat td­sdlikin dan Siytlr td-sdlikin misalnya, keduanya karangan al-Palimbani, dijumpai masing-masing sebanyak 10 dan 13 naskah, sedangkan k.itab Mir'at al-tu!ldb karangan Abdurauf hanya 3 naskah, demikian halnya !;ird! al-mw·ttlqim k.uangan al-Raniri hanya berjumlah 2 naskah, masih kalah jumlah dibanding kitab Sabil al-rnuhtadin (3 naskah) karangan Arsyad al-Banjari asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Banyaknya karya-karya al-Palimbani, yang merupakan saduran kitab tasawuf Jf,ya' ulurn td-din karangan al-Ghazali, dalam koleksi ini tan1paknya juga dapat difalumi sebagai apresiasi dan sekaligus afiliasi faham keagamaan para pemangku Zawiyah Tanoh Abee saat itu, yang dalam beberapa halmenggan1bark.m kecenderungan tradisi imelekmal Islam di Aceh secara keseluruhan yang bersifat neo-sufis.

Dalam bidang fikih, naskal1-nasbh koleksi Zawiyah Tanoh Abee menegaskan afiliasi keagamaan terhadap mazhab Shafi'i. Bahkan salah satu naskah Melayu, yakni nomor 11A/67 A/Fk-6/TN2006 berjudul Kitab pada rnenyatakan hukurn nikah karangan Faqih 'Abd al-Wahhiib secara tegas menyebut: rnaka kukamngktm kitab ini dtn-iptzda kittzb ytmg beStlr-besar berntlmtl Minhdj dtln Minhdj al-qmoim, dan Shuhbah (?) dtm Ma(Jtilli, dan Bakri, dan Ftztb al-wahhab, dan muwafi:qtzh dengannytl, dtln had is dan dtdi! dan muwafoqilh dengan isi Me!etlh dtln Madinah dtm isi Rum dan isi negeri Gujarat dan Mesir, datang ke Aceh kepada sega!a kaum Sytifi'i tldanya umat Nt1bi Muhamrrltld. Btlrangsitlptl tiadtl mau

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011

Page 19: Oman Fathurahman.pdf

140 Omau Fttdmmlmuw

mengikut dill, mttkll itt yllitu kelum· ill dttriplldtt umtlt Nttbi dan mazhab Syaji'i, lagi titlfia stlh ni/eahnya (Fathurahman dkk 2010: 105).

Di bidang tarekat, naskah-naskah koleksi Zawiyah Tanoh A bee juga menunjukkan bahwa Abdurauf ibn Ali ai-Jawi ai-Fansuri bukanlah satu-satunya khalifah penghubung tarekat Syatariyah dari dunia Islam (Mekah dan Madinal1) ke dunia Melay>I-Nus an tara seperti yang selama ini sering disebut (lihat Azra 1994 atau Fathurahman 1999). Dalam naskah nomor 212/G74/ZD-G/TN200G berjudul Dttlti'il a!-khayn'it karangan Abi 'AbdAllah Mul;ammad ibn Sulayman misalnya, terdapat catatan tambahan di al<hir naskah yang menjelaskan terhubungnya murid-murid tarekat Syatariyah di Zawiyal1 Tanoh Abee ranpa melalui jalur Abdurauf ibn Ali ai-Jawi ai-Fansuri. Catatan tersebut berbunyi: telah mengmnbil tmektlt Syatmi ini o!eh Mu[Jamrrulfi dtlripada :Abd a!- Wdhhiib anak Muharrmtttd Siilih anak 'Abd al-Rahirn Tanoh Abee; itt mengambil dtn-ipttda Shaykh Mubammttd Sa 'id, tahir ia daripadtt Muhammad Sa'id, tahir daripada Shaykh Mansitr, berdiri dariparitt SfJaykh Mu/lammad As izd, dan seterusnya (Fadmral1man dkk 2010: 338).

Selain itu, tarekat yang berkembang di wilayah ini pun barangkali bukan semara Syarariyah, melainkan juga Qadiriyah dan Naqsyabandiyah. Setelah kolofon naskah nomor 41/761/Fk-7/ TA/2006 berjudul Kittlb pada menyattdetm hukum nikah misalnya, terdapat sebuah tuntunan berdoa yang biasa dibaca oleh penganut tarekat Syattariyal1, Qadiriyal1, dan Naqsyabandiyah. Beberapa nama yang disebut dalam doa tersebut adalah 'Abd Allah ai-Shattiiri, 'Abd al-Qadir al-Jaylani, Imam al-Junayd a!-Baghdadi, dan Baha' al-Oin al­Naqshbandi (Farhuralunan dkk. 2010: 106).

Ald1irnya, sebuah komentar khusus perlu diberikan untuk naskal1 berjudul Bidayat a!-mubttldi bi-fiu;/1 Allah a!-muhdi. Dalam koleksi Zawiyah Tanoh A bee, salinan naskah ini cukup ban yak ditemukan (I 0 buah), demikian juga dalam koleksi lain seperri Perpusrakaan Nasional (setidaknya 17 buah, lihat Behrend [peny.] 1998: 555) dan Yayasan Ali Hasjmy (4 bual1, lihat Fathurahman & Holil2007: 95-98).

Akan tetapi, dari keseluruhan salinan tersebut, pengarangnya belum juga diketahui hingga ditemukannya salah satu salinan naskah di Dayal1 TanohAbee ini, yakni naskah nomor 164/487/Fk-30/TA/2006, yang dalam kolofonnya menyebut nama pengarang, yalmi Zainuddin, yang dikenal sebagai Angku Besar Melayu Aceh. Dengan demikian,

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1.2011

Page 20: Oman Fathurahman.pdf

!Cmtktaislik Nmka!J ];/tim Indonesia 141

informasi ini dapat menjadi salah satu temuan yang seyogyanya menjadi langkah awal dilakukannya penelirian aras naskal1 rersebur, sekaligus untuk menguak nama-nama ulama produktif Aceh lain selain nama besar Hamzal1 Fansuri, Nurudin al-Raniri, arau Abdurauf ibn Ali al­Jawi al-Fansuri yang selama ini sudah umum diketahui (Fathurahman dkk. 2010: 127-128).

Penutup

Demikianlah, conroh hasil kajian aras karakrerisrik koleksi naskail Islam Nusantara yang terdapat di Zawiyah Tanoh Abee, Aceh. Mengingar masih banyaknya naskal1 Islam di berbagai koleksi lain, khususnya di lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional semisal zawiyal1/dayah, pesantren, surau, pondok, atau koleksi pribadi, yang belum ban yak mendapat perhatian, maka berbagai upaya penelusuran dan kajian atasnya akan sangat penting dilakukan.

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. 1,1011

Page 21: Oman Fathurahman.pdf

141 Omau Fttdmmlmuw

Catatan Kaki

' Ti1lisan ini sehagian merupakan bah an pengantar saya unruk buku Ktztidog Naslzah Kukksi Dayah Tanuh Abee (Fathurahman 201 0). Saya terbitkan kembali ~ebagai artikd, bagi kalangan pcmbaca yang lcbih luas.

1. \X'illem van der rv1olen, 'A Cam Iogue of Catalogues of Javanese rv1SS', Caraka No. 4, April 1984: 12-49; Henri Chambert-Loir, 'Catalogue Jes catalogues Je manuscrits malais', .ilrchipel 20, 1980: 4'5-69, dan yang paling mutakhir, scna mcncakup scmua data dalam kcdua sumbcr scbdumnya, yaitu Henri Chambcrt-Loir & Oman Farhurahman, Khazanah Na>kah: Panduan Kolei<Si ll/asli'ah !ndone.>Uz se-!JunUz, Jakarta: YOI & EFEO, 1999. Setdah tahun 1999, perkembangan penerbitan katalog jug-d. cukup pcsat.

2. Gambaran tcntang kcragaman khazanah naskah Nusantara sccara umtun, lihat Chamhert-l.oir & hrhurahman 1999.

3. Dalam wawancara teralJtir penulis paJa tahun 2005, Tgk. H. ;.\:luhammaJ Dahlan (alm.) mcnycbut angka 3. '500 naskah dalam kolcksi Za-..viyah Tanoh Abcc.1Vkski angka tcrscbut masih pcrlu divcri±ikasi, sctidaknya hal itu mcnggambarkan mdimpahnya naskah dabm I<oleksi ini.

4. Pembahasan tentang hal ini, lihat misalnva 1hahirv JlJ.;,__ 2007: 148-149. '5. Pcmbahasan tcntang sampul naskah kol~ksi Zawiy:ah Tanoh Abcc, lihat Fathmahman

dkk 2010: :x:xiii-n·vi. Saya ingin mcngucapkan tcrima kasih kcpada Hasnul Arilin 1\:lelayu, ,\:1.A., peneliri PI<Prv1 Handa Aceh, yang relah mengingarkan saya akan penggunaan istilah 'zawiyah' ter~ebut, meski sejumlah sumber yang Jituli~ oleh sarjana Acch scndiri tctap mcnggtmakan kata 'dayah' untuk mcnycbut lcmbaga pcndidikan Islam tradisional eli Tanoh Abcc ini (lihat misalnya Abu Bakar & \\Tamad Abdullah 1992, Fmwadi 2009).

6. Keterangan ini JiJa~arkan paJa wawancara Jeng.m T gk. H. MuhammaJ Dahlan (alm.) pada talum 200'5.

Bihliografi

Abdullah, M. "Pah;Jm \Vahdat al-\Xlujud d;JLnn N;Jsbh Syawriy;Jh Karya Syeikh AbdurraurSingkel: Sumingan Teks d;m Pengungbpan lsinya." tesis Magister Program Pa.scasarjana FSUI, 1995.

Abdullah, Taufik. Isftlm dtm lvfasyamkat· Pantu!tm Sejamh Indonesitl. Jakarta: LP3ES, 1987.

-----------. l\'tuioJudisme dan Sejt~rah. Randung: CV. S;Jty;J Historika, 2001.

Abdullah, W;nnad, dan Tgk. M. Dahbn al-Fairusy. !Vttttlog Mcmuskrip Perpustakaan Pesantren Tanoh Abi:e, Aceh Besar, Buku I. Banda Aceh: POL-\, 1980.

Abu R1br, AI Yasa & \V'anwd Abdullah. "Mantt<;krip D;Jyah T:moh Abee: K1jian Keislaman di Aceh lXHh Masa Kesult:man." Kajitm !1·/ttm 2 (1992): 9-10.

Al-Attas, Syed l\.1uhammad Naguib. "Raniry and the Wujudiyyah of 17th Century Achch." J'v!BRAS 3, 19GG.

jumafA1rlilrl3Stl, VoL l,i.\\!.1,1011

Page 22: Oman Fathurahman.pdf

-----------. The JV~vsticism ofHamZtzh Fans uri. Kuala Lumpur: University ofl\1alaya Press, 1970.

Alrl;m, Ibr;Jhim. Pemng di }tdan Al!tth, Penmg Aceh If173-1912. Jabrt;J: Pustakl Sinar Harapan, 1987.

Ali Hj. \X'atl Matnat, Wan. "l\1cngcsan l\1anuskrip Mclayu di Bclat1da." Dewan S".rtera, Nov. (1985): 77-80.

-----------. "Pengesanan dan Pendokument;Jsian i\tmuskrip Melayu di Sumatera, Indonesia." }urna/ Fi/o/ogi }vfe/ayu 2 (1993): 123-141.

Azra, Azyumardi. _faringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII d,m XVIII. Bandrmg: Pcncrbit Mizan, cctaka.tl II, 1994.

-----------. 7he Origins of h!tunic Reformirm in Southeast Asia: lV"etworks of Mtdtl)'­!ndonesitm tlnd Afiddle Eastern 'U!ttma, in the S'eventeenth tlnd Eighteenth CentU1J'· Australia & Honolulu: Allen & Umvin and University of Hav,rai'i Press, 2004.

Chamben-Loir, Henri. "Catalogue des catalogues de nwnuscriL<; m;Jbis." Archipel 20 (1980): 45-69.

Chambert-Loir, Henri (ed.). Sadur: Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Ma!a)'sia. Jaluna: KPG, bckcrja sama dcngan EFEO, Forum Jakarta Paris, Pusat Balusa, dan Universit;Js Padjaj;mm, 2009.

Chamben-l.oir, Henri, dan Om;Jn Fathurahm;Jn. Khazanah lV~tskah: Pandtttln Koleksi Naskah Indonesia se-Dunia. Jakarta: YO! & EFEO, 1999.

Dandy, Ahmad. Allah dan }vfanusia dalam Komepsi Nuruddin ar-Raniri. Jakarta: Rajawali, 1983.

Erawadi. Tittdisi, VVCtccmct, dan Dinamikct lnte!ektual !dam Aceh Abt~d XV!!! dttrt X!X. Jabna Balirbang dan Dikbr, Depag Rl, 2009.

Fakhriati. "Dinamik.'l Tarekat Syag:iriyyah di Aceh, Tdaah Terhadap Naskah­naskall Tarckat Syanariyyah dari Pcriodc Awal Hingga Peri ode Kcmcrdcluan." disert;Jsi di Fakuhas Ilmu Penget;Jhuan Rudaya (FIR), Program Pascasarj;Jtw Universitas Indonesia (UI) Depok, , 2007; Lerbit pad;J 2008 deng;m judul }vfenelusuri Tarekat Syattariyah di Aceh Lewat Naskah, Jakarta: Balitbang dan Dildat, Dcpag RI.

Fathurahman, Omatl. Ttmbih a!-JV!asyi, JV!enyoa!Wtzhdtltu!W7ujud· JG:zsus Abdurrauf Singkel di Aceh A bad !7. K1ndung: EFEO & Penerbit Mi'!.;Jn, 1999.

-----------. Tarekat Syatariyah di Afinangkabau. Jakarta: Prenada, bekerja sama dcnga.tl EFEO, PPIM UIN Jakarta dan KITLV Jakarta, 2008.

Fathurahman, Omatl, dan Munawar HoliL IG:ua!og 1\lmkilh Ali Hasjmy Aceh. Tokyo: C-DATS TUFS, bekerja sanw dengan PPIM UIN J;lbrt;l dan l\.1ana.ssa, 2007.

Fathmahman, Oman, Tom AOYAJ\1A., Kazuhiro ARAI, Yumi SUGAHAR.A., Salman Abdul Muthalib. J(,lt,dog Na.rkah D<~yah T.moh Abee, Aceh Be.rar. J;lklfla: Komunitas KHnbu, kerj;J s;Jtna TUFS, PPIM UIN J;lbna, i\tJtwssa,

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011

Page 23: Oman Fathurahman.pdf

144 Omau Fttdmmlmuw

PKPM Acch, dan Dayah Tanoh lllocc. [editor: Toru AOYru\1!\ dkk.], 2010.

H urgronje, Snouck. Aceh, Ralqat dtm Adttt !1·tiadatnya. Jilid II, diterjemah km dari DeAtjeho:roleh Sut;Jn Maimoen,Jakma, INIS, 1997.

Itfentij£kasi Naskah Koleksi }vfuseum Negeri Aceh. Banda Aceh: l\.1u.seum Negeri Acch (Scri Pcncrbitan Museum NcgcriAcch 11), 1983-1992.

Jabali, Fuad. "Islam, Teks, dan Sejaral1: Setali Tiga Uang." ]urnal Lektur Keagamtum 7.1 (200): 1-20.

Johns, A. H. "Aspects oiSufl 111ough1 in lndonesi;J 1600-1650." JMRRAS27. 169 (1955a).

----------. "Dakha'il,h al-Hurufby '\bd al-Ra'uf of Singkcl". ]RAS, I, II, 1955b.

----------. "Friends in Grace: Ibral1im al-Kurani and Abd al-Rauf al-Singkcli." SjJectrum: F.r;st~ys Presented to S'utcm Tttkdir Alisjahbttnil. Ed. S. Udin. Jabna: Dian Rakyat, 1978.

----------. "The Qur'in in The l\1alay \X'orld: Reflections on ~-\bd al-Ra'l1f of Singkcl (I G 15-1693)." journal of !sk1mic Studies 9:2 (1998): 120-145.

Kowk, Uli. Kitttb Undcmg-undt~ng Ttmjung Ttutt~.h: Naskah Me!llyu yang Tertutl. j;Jklfla: YOI d;m Yanassa, 2006.

l\1olen, Willem van der. '~-\Catalogue of Catalogues of Javanese MSS." Caraka 4 (1984): 12-49.

Nieuwcnhuijze, C.A.O. Samsu'l-Dln van Pasai: Bijdmge tot de kennis der Sumatrtlilnsche Mystiek. l.eiden: Brill, 1945.

----------. "Nur al-Oin al-Raniri als bestrijder Wugudiya." BKJ, 104 (1948).

Riddell, Peter Gregory. "Abd al-Rauf al-Singkili's Tmjuman al-Musta}£d: A Critical Study of His Treatment of_Tuz 16." 1he Australian National University, 1984.

Ronkcl, Ph. S. van. [Silsikl!J 'Abd. Al-Rauf Al-Sinkili}, Pasal patL1 Menyatakan Silr;iftth Tutm S)tekh Abdul Rt/uf (riel Tatktd11 Memmtut llmu Kepad11 .":iJ:ekh Abdul [si<} Qusyasyi. dalam 'Heit Heiligdom te Oelabn'. TBG 64 (1914).

Tbahiry, Muslim, dkk. W:icana Pemikiran Santri Dayah Aeeh. Aceh: ERR NAD­Nias, PKPM Aceh & \'\lacana Press, 2007.

Voorhoeve, P. Rajttn Tadjtdli: gegeven.r; voor een nadere studie over Abdurnmf VtiJ'l Singkel, TBG 85 (1952); diterjemahbn oleh Aboe Babr (1980) menjadi Bayan Tajalli: Bahan-bahan untuk Mengat!akan Penyelidikan lebih Mendalam tentang Abdurrau{Singkrl. Banda Acch: POl!\.

----------. Twee Maleirche geschriften Vttn Nuruddin ar-Rtmiri. Leiden: Brill, 1955.

Voorhoeve, P., T. lskmd;Jr, d;m M. Durie. Ctttalogue of Acehnese MS'S in the Library ofLeiden Universit;• and Other Collections outside Ace h. Leiden: Leiden University Library in Cooperation \Vith ILDEP (Bibliothcca Universitatis l,eidensis, Codices M;Jnuscripti XXIV), 1994.

\Xlehr, H;ms. A Dictionmy of Modern \flritten Ambic. edisi ketiga, New York: Ithaca, 1980.

jumafA1rlilrl3Stl. VoL l,i.\\!.1.2011

Page 24: Oman Fathurahman.pdf

Ycoh, Siok Cheng. "Umara-Ulama-Ummah Relations and Pcsamrcns in Acch Province, Indonesi;J: A Study or the Challenges to the AULhoriry or A Traditionalist Kyai." Diserta.si di University of\X~tshington, 1994.

Zunaimar, dan l\.1. Dahlan al-Fairusy. Kata!og Afanuskrip Perpustakaan Pesantren Emoh AbeC, Aceh Besar. Buku II. Banda Acch: Pusat Dokumcntasi dan Inrormasi Aceh, 1993.

Oman Fat h ura h m;J n Do sen Fakulttls Ada b dan Hurntmiont UllV Syarif Hida)'tttulkth jakarta, dan Ketua Umum JV!asyamkilt Pernaskahtm 1\lustmttlm (lvfantwtl).

)urmt!Afmu~;·;tt, Vi!L 1, 1\io. l, 1011