optimalisasi pelaksanaan rekam medis di rumah...

210
OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT (Suatu Kajian Sosiologi Hukum) OPTIMIZATION OF MEDICAL RECORD IMPLEMENTATION IN THE HOSPITALS (Legal Sociological Study) MUHAMAD NORMIJANI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 22-Jan-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT

(Suatu Kajian Sosiologi Hukum)

OPTIMIZATION OF MEDICAL RECORD IMPLEMENTATION IN THE HOSPITALS

(Legal Sociological Study)

MUHAMAD NORMIJANI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 2: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT

(Suatu Kajian Sosiologi Hukum)

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Ilmu Hukum/ Hukum Kesehatan

Disusun dan diajukan oleh

MUHAMAD NORMIJANI

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

TESIS OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS

DI RUMAH SAKIT (Suatu Kajian Sosiologi Hukum)

Disusun dan diajukan oleh:

MUHAMAD NORMIJANI

Nomor Pokok P0907211725

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis

Pada Tanggal 19 Agustus 2013

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Komisi Penasehat

Prof. Dr. M. Syukri Akub, S.H., M.H. Dr. Hasbir Paserangi, S.H.,M.H Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Ilmu Hukum, Universitas Hasanuddin,

Prof. Dr. Marthen Arie, S.H., M.H. Prof. Dr. Ir. Mursalim

Page 4: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Muhamad Normijani No. Pokok : P0907211725 Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Agustus 2013 Yang menyatakan Muhamad Normijani

Page 5: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga tesis ini selesai sesuai

waktu yang ditentukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Magister

Hukum Konsentrasi Hukum Kesehatan pada Program Pascasarjana Ilmu

Hukum Universitas Hasanuddin.

Dalam tesis ini penulis mencoba menarik benang merah tentang

Optimalisasi Pelaksanaan Rekam Medis di Rumah Sakit (Suatu Kajian

Sosiologi Hukum). Dalam proses pembuatan tesis ini banyak mendapat

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak serta berbagai referensi yang

akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Namun demikian penulis sangat menyadari bahwa tesis ini jauh

dari sempurna oleh karena itu dengan penuh kesadaran dan kerendahan

hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari

berbagai pihak, untuk penyempurnaan tesis ini.

Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus ikhlas menyampaikan

terima kasih kepada yang terhormat bapak Prof. Dr. M. Syukri Akub, S.H.,

M.H. selaku Ketua Komisi Penasehat dan Bapak Dr. Hasbir Paserangi,

S.H, M.H., selaku anggota Komisi Penasehat, Prof. Dr. H. M. Said Karim,

S.H., M.H., dan Dr. Oky Deviany Burhamzah,S.H., M.H. serta Dr.

Harustiati A Moein, S.H., M.H. selaku dosen penguji yang berkenan

Page 6: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

meluangkan waktunya ditengah kesibukan, membimbing dan memberi

perhatian dan pengarahan sampai dengan selesainya penulisan tesis ini.

Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga

kepada:

1. Prof. Dr. Aswanto, S.H., M.Si, DFM. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin.

2. Prof. Dr. Marthen Arie, S.H., M.H. selaku Ketua Program Studi S2

Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin.

3. Seluruh Dosen Pengelola dan staf Pengelola Program Studi Ilmu

Hukum konsentrasi Hukum Kesehatan beserta Staf Pengajar dan

staf administrasi yang telah memberikan ilmu dan bantuannya

selama mengikuti pendidikan.

4. Direktur Rumah Sakit BrigJend. H.Hasan Basry Kabupaten Hulu

Sungai Selatan, semua dokter, perawat dan petugas Rekam medis

yang telah membantu penyelesaian tesis ini dan teman semua

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

5. Rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana, Program Studi Ilmu Hukum

Konsentrasi Hukum Kesehatan Angkatan 2011 yang telah berbagi

dalam suka dan duka selama mengikuti perkuliahan

6. Istriku Sarinah.N, S.Kep dan Anakku tersayang Bella Amalia

Rahmasari dan M. Syafa Nurikhsan yang memberikan dukungan,

motivasi, do‟a serta kesabaran yang tulus selama menjalani

Page 7: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

pendidikan dan terimakasih yang tak terhingga dengan segala

pengobanan lahir dan batinnya.

7. Kedua Orang Tuaku tercinta H. Abdul Sani dan Hj . Salasiah serta

kakak dan adikku yang telah banyak membantu baik moril maupun

materiel dalam menyelesaikan pendidikan.

Akhirnya ucapan terimakasih juga disampaikan kepada mereka

semua yang yamg telah memberikan konteribusi atas penyelesaian tesia

ini. Semoga Allah SWt senantias memberikan Rahmat, Hidayah serta

Inayah-Nya kepada kita semua.

Makassar, Agustus 2013

Muhamad Normijani

Page 8: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

ABSTRAK

MUHAMAD NORMIJANI. Optimalisasi Pelaksanaan Rekam Medis di Rumah Sakit, Suatu Kajian Sosiologi Hukum (dibimbing oleh M. Syukri Akub dan Hasbir Paserangi)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan rekam medis di Rumah Sakit BrigJend. H. Hasan Basry Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008, serta tanggung jawab hukum dokter dalam pelaksanaan rekam medis di rumah sakit.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris. Responden sebanyak 40 orang terdiri atas 10 dokter dan dokter gigi, 16 perawat, 11 pengelola rekam medis, Kepala rekam medis, Direktur Rumah Sakit BrigJend. H. Hasan Basry Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan rekam medis dirumah sakit Brigjend .H.Hasan Basry tidak optimal berdasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008. Ketidakoptimalan tersebut disebabkan tidak adanya sosialisasi, keterbatasan tenaga dan sarana, kesadaran yang kurang dan pengawasan yang tidak maksimal. Tanggung jawab hukum dokter dalam pelaksanaan rekam medis berhubungan erat dengan kerahasiaan rekam medis, terjadinya wanprestasi, perbuatan melawan hukum dalam transaksi terapeutik, rekam medis sebagai alat bukti, ketiadaan rekam medis serta surat ijin dan registrasi dokter. Kata kunci: rekam medis, rumah sakit, tanggung jawab hukum

Page 9: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

ABSTRACT

MUHAMAD NORMIJANI. Optimization of Medical Record Implementation in the Hospitals (Legal sociological study), (supervised by M. Syukri Akub and Hasbir Paserangi)

The aims of the research is to acknowledge how the medical record is implemented at the hospital of Brigjend. H. Hasan Basry, Hulu Sungai Selatan Regency, South Kalimantan Province, based on the Health Ministry Regulation No. 269, 2008, and the legal responsibility of the doctors in the implementation of medical record in the hospital. The research method was a descriptive analysis with empirical jurisdiction approach. The number of respondens were 40 persons which consist of 10 medical doctors and dentists, 16 nurses, 11 medical record managements, the head medical record, director of Brigjend.Hasan Basry Hospital of Hulu Sungai Selatan Regency, and the Head of Indonesian Doctor Association of Hulu Sungai Selatan Regency of South Kalimantan Province.

The results of the research indicated that the implementation of medical record in the Brigjend. Hasan Basry Hospital is not optimum according to the Health Ministry Regulation No. 269, 2008, due to a lack of socialization, limited human resources and facilities, a lack of awareness and non-optimized control. Legal responsibilities of physician in the medical record implementation is closely related to the confidentiality of medical record, the breech of regulation, and therapeutic transaction, medical records as an evidence, the absent of medical records, physician license and registration. Keywords: medical records, hospital, legal liability

Page 10: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN KEASLIAN

PRAKATA…………………………………………...………………………

.ABSTRAK…………………………………………………………………..

ABSTRACT………………………………………………………………….

DAFTAR ISI…………………………………………………………...........

DAFTAR TABEL……………………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………..............

B. Rumusan Masalah………………………………………………… ………

C. Tujuan Penelitian……………………………………………..........

D. Kegunaan Penelitian………………………………………………

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Sosiologi Hukum………………..……………..

B. Urgensi Rekam Medis Dalam Pelayanan Kesehatan………..…

C. Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Surat Dalam Hukum Pidana

dan Perdata………………………………………………………….

D. Tinjauan Tentang Rekam Medis…………………………………..

1. Pengertian Rekam Medis………………………………..……...

iv

vii

viii

ix

xii

1

6

6

7

8

12

15

22

22

Page 11: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

2. Peran dan Fungsi Rekam Medis………...……………………..

3. Isi Rekam Medis……………….…………………………………

4. Informed Consent………………………………………….........

5. Resume Akhir……………...……………………………….........

6. Pemanfaatan Rekam Medis…………………………………….

7. Penyelenggaraan Rekam Medis……………………………….

a. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis………………

b. Kepemilikan Rekam Medis………………………………….

c. Penyimpanan Rekam Medis………………………………..

d. Pengorganisasian Rekam medis…………………………..

e. Pembinaan dan Pengawasan………………………………

8. Kerahasiaan Rekam Medis……………………………………..

9. Kewajiban dan Hak Petugas Rekam Medis…………………..

E. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit…….…………………….

1. Pengertian Rumah Sakit…………….…………………………..

2. Klasifikasi Rumah Sakit……………………………….…..........

3. Fungsi Rumah Sakit……………………………………….........

4. Kewajiban Rumah Sakit…………………….…………………..

a. Kewajiban Umum Rumah Sakit…………………………….

b. Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Masyarakat…………..

c. Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pasien……………….

5. Hak dan Kewajiban Pasien dan Dokter………………………..

a. Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit………………

23

26

30

36

37

40

40

41

42

42

44

44

53

53

53

54

56

56

56

57

57

58

58

Page 12: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

b. Hak dan Kewajiban Dokter di Rumah Sakit………………

F. Kepastian Hukum, Keadilan dan kemanfaatan (Idee Des

Recht)………………………………………………………………...

1. Kepastian Hukum……………………………………………….

2. Keadilan………………………………………………………….

3. Kemanfaatan…………………………………………………….

G. Kesadaran Hukum, Ketaatan Hukum dan Efektifitas Hukum…

1. Kesadaran Hukum…..…………………………………………...

2. Ketaatan Hukum……………………………………..................

3. Efektifitas Hukum……………………….………………….........

H. Tinjauan Tanggung Jawab Hukum……………………………….

1. Pidana…………………………………………………………….

2. Administrasi……………………………………………………...

3. Perdata…………………………………………………………...

I. Kerangka Pikir……………………………………………………….

J. Bagan Kerangka Pikir………………………………………………

K. Definisi Operasional………………………………………………..

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian……………………………........

B. Lokasi Penelitian…………………………………………………….

C. Populasi dan Sampel …………………………….........................

D. Jenis dan Sumber Data…………………………………………….

E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………

62

66

66

68

70

71

71

75

76

82

87

90

92

98

100

101

103

104

104

105

105

Page 13: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

F. Analisa Data………………………………………………………...

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Permenkes No. 269 tahun 2008 di Rumah Sakit

BrigJend. H. Hasan Basry Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Kalimantan Selatan………………………………………………..

B. Pelaksanaan Rekam Medis di Rumah Sakit Brigjend. H.Hasan

Basry Kabupaten Hulu Sungai Selatan…………………………..

C. Tanggung Jawab Hukum Dokter Dalam Pelaksanaan Rekam

Medis…………………………………………………………………

1. Tanggung Jawab Kerahasiaan Rekam Medis………………..

2. Tanggung Jawab Perdata Transaksi Terapeutik……………..

3. Tanggung Jawab Administrasi………………………...............

4. Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Dalam Hukum Acara

Pidana dan Hukum Acara Perdata…………………………….

5. Konsekuensi Hukum Ketiadaan Rekam Medis……………….

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………..

B. Saran…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

106

107

134

156

157

166

178

181

187

192

193

Page 14: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

1.

2

3

4

Pendapat responden tentang pelaksanaan tata cara penyelenggaraan Rekam Medis

Tanggapan responden pengelola rekam medis mengenai

tempat penyimpanan Rekam Medis Pernyataan responden pengelola Rekam Medis tentang

pelaksanaan pemusnahan berkas Rekam medis Penyataan responden pengelola Rekam Medis tentang

kerahasiaan Rekam Medis

115

119

123

126

Page 15: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H Ayat (1) menyebutkan

bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada Pasal 34

ayat (3) ditegaskan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang

sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

Salah satu bidang kesehatan yang dimaksud adalah Rumah sakit.

Rumah Sakit mempunyai fungsi dan tujuan sarana pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan

rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan

rujukan dan penunjang medis serta dimanfaatkan untuk pendidikan,

pelatihan, dan penelitian bagi para tenaga kesehatan.

Rumah sakit dapat memberi pelayanan kesehatan yang bermutu

terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, pelayanan ini bersifat dasar, spesialistik dan sub

spesialistik dengan menggutamakan sarana kesehatan dengan

Page 16: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

menyelenggarakan kesehatan secara merata dengan mengutamakan

upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kepada masyarakat dalam

upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

Rumah sakit adalah bagian yang penting di bidang kesehatan dan

berperan dalam menunjang kelangsungan hidup masyarakat agar hidup

sehat dan sejahtera. Rumah sakit mempunyai beberapa ruang baik untuk

pengobatan, pelayanan, informasi, dan bagian rekam medis. Dalam

hubungan antara rumah sakit dengan pasien secara otomatis akan

banyak data pribadi pasien yang diketahui oleh dokter dan tenaga

kesehatan lain.

Rekam medis adalah sumber data dan informasi yang paling baik

di rumah sakit. Karena rekam medis memuat riwayat pasien, terapi yang

diberikan dan perkembangan perawatan.

Rekam Medis juga digunakan untuk merencanakan evaluasi terapi

pasien dan sebagai alat komunikasi antar dokter dan penyedia pelayanan

kesehatan lainnya di rumah sakit. Pengawas medis dan perawatan

melakukan audit kualitas pelayanan kesehatan dengan mengevaluasi

terapi yang dituliskan dalam rekam medis.

Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses

pelayanan yang diberikan kepada pasien oleh Dokter dan tenaga

kesehatan lainnya, yang mana dengan adanya bukti tertulis tersebut maka

rekam medis yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan.

Rekam medis digunakan sebagai alat perlindungan hukum yang mengikat

Page 17: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

karena di dalamnya terdapat segala catatan tentang tindakan, pelayanan,

terapi, waktu terapi, tanda tangan dokter yang merawat, lembar

persetujuan atau penolakan pasien yang bersangkutan.

Dengan kata lain, rekam medis dapat memberikan gambaran

tentang standar mutu pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan

kesehatan maupun oleh tenaga kasehatan yang berwenang. Berkas

rekam medis juga menyediakan data untuk membantu melindungi

kepentingan hukum pasien, dokter dan penyedia fasilitas pelayanan

kesehatan. Catatan ini juga menyediakan data yang dapat melindungi

kepentingan hukum pasien dalam kasus kecelakaan atau malpraktek.

Rekam medis adalah satu bagian yang ada di suatu rumah sakit,

sehingga secara otomatis rekam medis mempunyai peran yang sangat

penting demi kelangsungan dan mutu rumah sakit. Rekam medis ini tidak

hanya untuk kepentingan pasien tetapi juga untuk kepentingan penyajian

informasi kesehatan dan data angka kesakitan di rumah sakit.

Sarana kesehatan bertanggung jawab untuk melindungi informasi

kesehatan yang terdapat dalam rekam medis terhadap kemungkinan

hilang, rusak, pemalsuan dan hal lain yang tidak sah. Pengisian harus

dilakukan dengan lengkap, rinci, akurat dan relevan dan dokter yang

merawat pasien bertanggung jawab atas kelengkapan serta keakuratan

rekam medis dan ini akan bermanfaat sekali untuk perawatan dan

pengobatan pasien, bukti hukum bagi rumah sakit maupun kepentingan

penelitian medis dan administratif.

Page 18: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 menyebutkan bahwa setiap

sarana pelayanan kesehatan wajib menyelenggarakan rekam medis.

Rekam Medis (RM) adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Rekam

medis mempunyai tujuan untuk melindungi pasien dan dokter yang

berkaitan dengan hukum serta menunjang tercapainya tertib administrasi

dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Penyelenggaraan Rekam medis di rumah sakit meliputi penerimaan

pasien, pelayanan medis dan keperawatan, pelayanan administrasi dan

keuangan, pencatatan data RM dan pelaporan.

Rekam medis rumah sakit merupakan komponen penting dalam

pelaksanaan kegiatan manajemen rumah sakit. Untuk itu sebuah rekam

medis harus mampu menyajikan informasi tentang pelayanan medis dan

kesehatan di rumah sakit.

Pimpinan Rumah sakit bertanggung jawab menyediakan sarana

unit rekam medis yang meliputi ruang, peralatan dan tenaga yang

memadai sehingga pengelolaan rekam medis dapat bejalan dengan baik.

Berbeda dengan apa yang telah penulis kemukakan di atas adalah

bahwa pada pelaksanaan rekam medis, dokter tidak menyadari

sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam medis, baik pada sarana

kesehatan maupun pada praktik perorangan, akibatnya rekam medis

sering dibuat tidak lengkap, tidak jelas dan tidak tepat waktu begitu juga

Page 19: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

pegelolaan pada bagian rekam medis itu sendiri dan sesuai dengan

Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 Rekam medis dapat dipakai sebagai

alat bukti dokumen dalam perkara hukum.

Suryono dan Bastian dalam buku Penyelesaian Sengketa

Kesehatan menyebutkan bahwa penelitian WHO pada tahun 2003

melaporkan bahwa 70 persen dokter di Indonesia tidak membuat Medical

Record atau catatan medis perkembangan penyakit serta terapi yang

pernah diberikan kepada pasiennya.1

Berikut contoh kasus yang berkaitan dengan rekam medis, seperti

perawat tidak mencatat observasi yang dilakukannya terhadap pasien,

sehingga dalam rekam medis pasien termaksud tidak ditemukan adanya

catatan observasi tersebut. Rumah sakit kemudian digugat oleh pasien

dalam kasus perubahan rekam medis dimana Seorang dokter

membetulkan catatan pada rekam medis pasien untuk membuktikan

bahwa dia telah memberikan obat secara oral, sementara pasien

menyatakan bahwa pasien merasa kesakitan sesudah dilakukan injeksi.2

Pemberlakuan Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29

Tahun 2004 ditujukan untuk melindungi pasien dan dokter sehinga dapat

terlindungi secara hukum dan dengan berlakunya undang-undang ini

mewajibkan kepada dokter sebagai pemberi layanan kesehatan untuk

1 Bastian, I. dan Suryono. 2011. Penyelesaian Sengketa Kesehatan. Penerbit Salemba Medika.

Jakarta. Hal 52. 2 Isfandyarie, A. 2006. Tanggung jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter. Prestasi Pustaka.

Jakarta. Hal 176-178

Page 20: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

membuat rekam medis, begitu pula atas tindakan yang dilakukan harus

mendapat persetujuan dari pasien.

Dalam survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah sakit

BrigJend.H. Hasan Basry Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan

Selatan, ditemukan adanya pengembalian rekam medis yang tidak tepat

waktu, isi catatan medis yang tidak lengkap, catatan perawatan yang tidak

lengkap begitu juga permintaan isi rekam medis yang tidak sesuai dengan

prosedur.

Berdasarkan uraian diatas maka penting dilakukan penelitian

pelaksanaan rekam medis di Rumah Sakit apakah sesuai dengan

peraturan yang ada.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang telah uraikan di atas,

maka penulis mengajukan permasalahan sebagai berikut

1. Bagaimanakah pelaksanaan rekam medis di Rumah Sakit Brigjend.

H. Hasan Basry Kab. Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan

Selatan bedasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008 ?

2. Bagaimanakah tanggung jawab hukum dokter dalam pelaksanaan

rekam medis pada Rumah Sakit ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Page 21: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan rekam medis di Rumah

sakit Brigjend.H. Hasan Basry Kab. Hulu Sungai Selatan Provinsi

Kalimantan Selatan menurut Permenkes No.269 Tahun 2008.

2. Untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab hukum dokter

dalam pelaksanaan rekam medis di Rumah Sakit

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian:

1. Secara teoritis :

a. Dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu pengetahuan

hukum khususnya dalam rekam medis di rumah sakit

b. Diharapkan dapat mengerti dan memahami prosedur dan

pengelolaan rekam medis di rumah sakit.

2. Secara praktis:

a. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembuat

kebijakan dan penegakan hukum dalam hubungannya dengan

rekam medis.

b. Diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran pada para

praktisi hukum, rumah sakit, dokter dan pasien, berkaitan dengan

rekam medis.

Page 22: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Sosiologi Hukum

1. Pengertian Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum adalah ilmu pengetahuan ilmiah yang mempelajari

hubungan timbal balik antara hukum dengan berbagai gejala-gejala sosial

lainnya secara empiris analitik. artinya selain mempelajari proses

pelembagaan norma sosial, konsistensi, kegunaan dan gejala prilaku

normatif, sosiologi dalam hukum juga mempejari efektivitas penerapan

peraturan hukum atau undang-undang dalam kehidupan masyarakat.

Sosiologi hukum merupakan ilmu yang menganggap hukum bukan

hanya sisi normatifnya saja tetapi merupakan sekumpulan fakta empiris

sesuatu yang nyata dalam masyarakat yang ditinjau dari berbagai sisi

sampai terdapat keseimbangan informasi terhadap suatu fenomena sosial

tentang hukum.

Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi hukum merupakan cabang

ilmu pengetahuan yang antara lain meneliti, mengapa manusia patuh

pada hukum dan mengapa dia gagal untuk mentaati hukum tersebut serta

faktor-faktor sosial lain yang mempengaruhinya.3

3 Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada:

Jakarta

Page 23: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Pengertian Sosiologi Hukum ini menganalisa bagaimana jalannya

suatu hukum dalam masyarakat, yang merupakan hal utama bagi para

pengguna hukum agar tahu betapa berpengaruhnya hukum dalam suatu

masyarakat.

2. Sudut Pandang Sosiologi Hukum

Sudut pandang dalam bidang hukum menyangkut beberapa hal

diantaranya sebagai berikut:

- Sosiologi dalam bidang hukum mengamati serta mencatat hukum

dalam kenyataan kehidupan sehari-hari kemudian berusaha untuk

menjelaskannya

- Sosiologi dalam bidang hukum adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari fakta hukum dalam masyarakat misalnya data,

keterangan dan kejadian nyata sebagai dasar analisisnya

- Sosiologi dalam bidang hukum adalah disiplin ilmu yang

mempelajari efektivitas fungsi-fungsi hukum dalam memelihara

stabilitas ketertiban, keadilan, keamanan dan ketentraman dalam

masyarakat

- Sosiologi dalam bidang hukum merupakan disiplin ilmu yang

mempelajari dan menjelaskan kenyataan fungsi-fungsi norma

sebagai pedoman masyarakat dalam bertindak sekaligus menguji

kebenaran hukum dalam kehidupan masyarakat.

Page 24: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

3. Karateristik Sosiologi Hukum

Karakteristik kajian sosiologi hukum adalah fenomena hukum

dalam masyarakat untuk mewujudkan: deskripsi, penjelasan,

pengungkapan (revealing), dan prediksi, yaitu bahwa karekteristik kajian

sosiologi hukum adalah sebagai berikut :

a. Sosiologi hukum berusaha untuk memberikan deskripsi terhadap

praktek hukum dan dapat dibedakan dalam pembuatan Undang-

Undang, penerapan dalam pengadilan, maka mempelajari pula

bagaimana praktik yang terjadi pada masing-masing bidang

kegiatan hukum tersebut

b. Sosiologi hukum bertujuan untuk menjelaskan mengapa sesuatu

praktek-praktek hukum didalam kehiduipan sosial masyarakat itu

terjadi, sebab-sebabnya, faktor-faktor apa yang mempengaruhi.

Latar belakang dan sebagainya. Pendapat Max Weber yaitu “

Interpretative Understanding” yaitu cara menjelaskan sebab,

perkembangan serta efek dari tingkah laku sosial, dimana tingkah

laku dimaksud mempunyai dua segi yaitu luar dan dalam atau

internal dan ekternal.

c. Sosiologi hukum senantiasa menguji kesahian empiris dari suatu

peraturan atau pernyataan hukum, sehingga mampu memprediksi

suatu hukum yang sesuai dan atau tidak sesuai dengan

masyarakat tertentu.

Page 25: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

d. Sosiologi hukum bersifat khas adalah apakah kenyataan seperti

yang tertera pada peraturan itu dan harus menguji dengan data

empiris.

e. Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum,

tingkah laku yang mentaati hukum, sama-sama merupakan obyek

pengamatan yang setaraf, tidak ada segi obyektifitas dan bertujuan

untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena hukum yang

nyata. Penguraian metode pendekatan sosiologi hukum,

perbandingan yuridis empiris dengan yuridis normatif, hukum

sebagai sosial kontrol dan hukum sebagai alat untuk mengubah

masyarakat

4. Kegunaan Sosiologi Hukum

Dalam kehidupan bermasyarakat sosiologi hukum memiliki

beberapa manfaat sebagai berikut:

a. Memahami hukum dalam konteks sosialnya, misalnya hukum waris.

b. Menganalisa efektifitas hukum dalam masyarakat baik sebagai

sarana pengendalian sosial maupun sebagai sarana untuk

mengubah masyarakat.

c. Melakukan evaluasi terhadap efektivitas hukum dalm masyarakat

Selain itu kita juga dapat melakukan analisis terhadap efektivitas

hukum dalam masyarakat baik sebagai sarana pengendalian sosial

maupun sebagai sarana untuk mengubah masyarakat agar mencapai

keadaan- keadaan sosial tertentu.

Page 26: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

B. Urgensi Rekam Medis Dalam Pelayanan Kesehatan

Dalam memberikan pelayanan kedokteran atau kesehatan,

terutama yang dilakukan oleh dokter dirumah sakit atau praktik mandiri,

peran rekam medis sangatlah penting dan melekat pada kegiatan

tersebut. Oleh karena itu ada ungkapan bahwa rekam medis adalah orang

ketiga pada saat dokter menerima pasien. Hal ini memungkinkan karena

rekam medis merupakan catatan yang berguna untuk mengingatkan

kembali dokter akan keadaan pasien, hasil pemeriksaan serta tindakan

yang diberikan dokter pada waktu itu.

Rekam medis merupakan standar dalam pelayanan kesehatan.

Rekam medis merupakan alat bukti dalam proses pelayanan kesehatan

yang telah diberikan pada pasien.

Ketentuan rekam medis ditetapkan dalam rangka untuk membina

organisasi dan management rumah sakit dalam memberikan pelayanan

yang bermutu. Dasar pertimbangan perlunya penyediaan rekam medis

menurut Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang rekam medis adalah

dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat sehingga perlu adanya peningkatan mutu pelayanan

kesehatan. Dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan diperlukan

adanya sarana penunjang yang memadai, salah satunya adalah rekam

medis pada setiap sarana pelayanan kesehatan. Oleh karena itu rekam

medis merupakan hak pasien yang ditujukan dalam rangka untuk

kepentingan memberikan pelayanan yang secara maksimal.

Page 27: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Menurut Yusuf Hanafiah & Amri Amir, Rekam medis adalah

kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesa, pemeriksaan dan

catatan segala kegiatan pada pelayanan kesehatan atas pasien dari waktu

ke waktu.4

Latar belakang perlunya dibuat rekam medis adalah untuk

mendokumentasikan semua pelayanan serta kejadian yang berkaitan

dengan kesehatan pasien dan sarana komunikasi yang efektif bagi dokter

dan pasien dalam masa perawatan kesehatannya.

Dalam rekam medis ada beberapa hal yang harus ditulis sebagai

dokumen pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter yaitu: Identitas

penderita; riwayat penyakit; Laporan pemeriksaan fisik; Instruksi

diagnostik dan terapeutik yang ditandatangani oleh dokter yang

berwenang; catatan pengamatan atau observasi; laporan tindakan dan

penemuan; ringkasan riwayat pada waktu pasien meninggalkan sarana

pelayanan kesehatan; serta kejadian yang didapatkan dalam pemberian

pelayanan kepada pasien

Permenkes No.269 tahun 2008 Pasal 13 menyatakan bahwa

pemanfaatan rekam medis adalah sebagai:

a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran

dan kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan

kedokteran gigi

4 Hanafiah,M.J dan Amir,A, Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Buku kedokteran

EGC. Jakarta, Hal.65

Page 28: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

c. Keperluan penelitian dan pendidikan;

d. Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan.

e. Data statistik kesehatan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menekankan bahwa praktek profesi

kedokteran harus melaksanakan Rekam Medis, baik dokter yang bekerja

di rumah sakit maupun praktik mandiri ataupun instansi lain yang

membutuhkan dokter sebagai pemberi layanan kesehatan. Penyediaan

rekam medis bersifat wajib, sehingga apabila melanggar ketentuan ini IDI

sebagai organisasi profesi dokter dapat memberikan sanksi terhadap

terjadinya pelanggaran ketentuan tersebut.

Adapun sanksi dapat dikenakan apabila melanggar ketentuan

tentang penyediaan rekam medis sperti dalam UUPK No.29 Tahun 2004,

terdapat pada Pasa 79 huruf b yaitu setiap dokter atau dokter gigi yang

dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 46 ayat (1). dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

(satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta

rupiah).

Kemudian dalam Permenkes No.269 tahun 2008 dinyatakan bahwa

pelanggaran terhadap kekentuan dalam pelaksanaan rekam medis dapat

dikenakan sanksi administratif mulai teguran lisan, teguran tertulis sampai

pencabutan izin.

Page 29: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

C. Rekam medis Sebagai Alat Bukti Surat Dalam Hukum Pidana

dan Perdata

Bukti, pembuktian atau membuktikan dalam hukum Inggris sering

disebut dengan proof dan evidence dalam hukum belanda adalah bewijs.

Suatu pendapat yang dikemukakan oleh H. Drion, bahwa

Pembuktian yuridis adalah pembuktian yang historis. Kemudian dijelaskan

oleh Ahmad Ali5 bahwa dikatakan pembuktian yuridis adalah pembuktian

historis, karena ada yang hendak dibuktikan dalah suatu persengketaan

perdata ataupun perkara pidana adalah sesuatu yang sudah terjadi,

sesuatu yang sudah berada dimasa silam. Jadi, pembuktian yuridis yang

bersifat historis ini mencoba menetapkan apa yang terjadi secara in-

concreto.

Menurut Sir Roland, evidence memberi arti yang paling khusus

yaitu bahwa pembuktian atau alat bukti ditempatkan di muka pengadilan

agar pengadilan dapat memutus peristiwa yang dipersengketakan, jadi

pengertian utamanya adalah selaku alat yang menghasilkan putusan.

Dalam arti alat bukti, maka mencakup kesaksian, whether oral dan

documentary atau real.

Dalam hukum perdata pembuktian dalam proses perdata menurut

Achmad Ali adalah;

Upaya yang dilakukan para pihak utnuk menyelesaikan persengketaan mereka atau untuk memberi kepastian tentang benar terjadinya peristiwa hukum tertentu, dengan menggunakan

5 Achmad Ali, Wiwie Heryani, 2012, Asas –asas hukum Pembuktian Perdata, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta, hal.17

Page 30: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

alat bukti yang ditentukan hukum, sehingga dapat dihasilkan suatu penetapan atau putusan oleh pengadilan.6 Peristiwa hukum adalah peristiwa yang oleh hukum diberi akibat

hukum, yang harus dibuktikan dalam suatu peristiwa adalah

kebenarannya bahwa peristiwa itu benar terjadi.

Pembuktian dalam hukum acara pidana, hakim tidak semata-mata

terikat pada alat bukti yang sah, hakim juga harus terikat pada

keyakinanya sendiri atas kesalahan terdakwa. Dalam system Anglo Saks

disebut beyond reasonable doubt. Sedang dalam hukum acara perdata,

hakim hanya semata-mata terikat pada alat bukti yang sah, sehingga

disebut preponderance of evidence. Dalam Hukum acara perdata hakim

bersifat pasif, jadi hakim hanya menyelesaikan persengketaan para pihak

sedangkan dalam hukum acara pidana, walaupun hakim terdakwa

melakukan pengakuan, hakim tidak menerima begitu saja harus mencari

kebenaran pengakuan itu secara aktif.

Dalam proses para pihak yang berperkara (dalam proses perdata)

maupun tertuduh (dalam proses pidana) senantiasa dijamin hak-haknya

untuk membuktikan ketidak bersalahannya.

Dalam hukum acara perdata yang berhadapan adalah dua pihak

yang terlibat dalam suatu sengketa perdata sehingga keduanya memiliki

kedudukan yang sama di muka hukum, termasuk di muka pengadilan

(hakim).

6 Ibid, Hal.33

Page 31: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Dalam sistem peradilan di Indonesia satu-satunya yang menjadi pihak

penilai adalah hakim, dan juga bertugas untuk membebani pembuktian

pada para pihak yang berperkara dan menilai pembuktian yang diajukan

para pihak. Dalam pidana yang membuktikan adalah hakim dengan

berdasar alat bukti dan keyakinan hakim tentang kebenaran bukti tadi.

Keterikatan hakim dengan alat bukti sehingga alat bukti dalam

proses perdata sangat menentukan, berbeda dengan pidana yang

menganggap alat bukti bukan satu-satunya alasan untuk mengambil

keputusan tapi juga harus menyakini akan kebenaran alat bukti tersebut

sehingga tidak selalu tergantung pada alat bukti.

Alat bukti adalah alat untuk membuktikan kebenaran hubungan

hukum yang dinyatakan oleh penggugat maupun tergugat dalam perkara

perdata.

Menurut Soedikno Mertukusumo7 menyatakan apakah sesuatu itu

merupakan alat bukti, tidak tergantung apakah sesuatu itu terjadi atau

diajukan dalam persidangan, tetapi ditentukan oleh sifatnya dan tidak

ditetapkan oleh kenyataan apakah sesuatu itu diajukan atau tidak

dipersidangan.

Jadi alat bukti itu adalah sesuatu yang sebelum diajukan ke

persidangan, memang sudah berfungsi sebagai alat bukti, sering ada

kekeliruan bahwa alat bukti hanya alat bukti tertulis, padahal tidak

7 Ibid Hal.73

Page 32: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

demikian. Dalam ilmu hukum banyak yang diklasifikasikan sebagai alat

bukti atau evidence yaitu;

Menurut G.W. Patton8, alat bukti dapat dibagi atas:

1. Oral yaitu alat bukti yang diucapkan secara lisan, seperti

kesaksian dan sumpah.

2. Dokumentary yaitu alat bukti tertulis.

3. Material, alat alat bukti dalam wujud benda konkret, contohnya

surat yang ada di tempat korban yang berlumuran darah, berupa

benda biasa, bukan isinya.

Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang hukum acara pidana,

Pasal 184 ayat (1), menyebutkan alat bukti yang sah adalah; keterangan

Saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.

Pembagian alat bukti menurut Undang-Undang (BW,HIR,R.bg)

pada hukum acara perdata yaitu : alat bukti tertulis atau surat, Kesaksian,

persangkaan-persangkaan, pengakuan, sumpah, keterangan ahli

(expertise) dan pemeriksaan setempat (descente).

Pasal 187 KUHAP membagi surat sebagai alat bukti menjadi:

1) Surat resmi

Surat resmi adalah surat yang dibuat oleh pejabat yang berwenang

atau berdasar ketentuan atau surat keterangan ahli yang bersifat khusus

mengenai keadaan tertentu yang dibuat atas sumpah jabatan atau

dikuatkan dengan sumpah.

8 Ibid. hal.74.

Page 33: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Syarat dari surat resmi yang dikeluarkan oleh pejabat harus memuat:

a. Keterangan tentang kejadian atau keadaan yang di dengar, dilihat,

atau yang dialami pejabat itu sendiri.

b. Disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang

keterangannya itu.

Adapun bentuk surat resmi adalah seperti yang dimaksudkan

dalam Pasal 187 KUHAP huruf (a) KUHAP adalah akta-akta resmi berupa

akta-akta otentik atau akta-akta jabatan, misalnya akta notariat yang

dibuat oleh notaris atau berita acara pemeriksaan surat. Sedangkan

contoh surat yang dimaksud dalam Pasal 187 huruf (b) KUHAP adalah

Izin Mendirikan Bangunan (IMB), surat izin ekspor atau impor, paspor,

Surat Izin Mengemudi (SIM), Kartu Tanda Penduduk (KTP), surat akta

kelahiran dan sebagainya.

Surat yang dimaksud dalam Pasal 187 huruf (c) KUHAP adalah

“surat keterangan ahli” yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya

mengenai suatu hal atau keadaan yang dapat dinilai sebagai alat bukti

keterangan surat. Contoh surat keterangan ahli yang dapat dinilai sebagai

alat bukti surat adalah Visum Et Repertum dari Ahli Kedokteran

Kehakiman.

2) Surat tidak resmi

Yang dimaksud surat tidak resmi adalah surat yang dimaksud

dalam Pasal 187 huruf (d) KUHAP. Surat yang dimaksud adalah “surat

pada umumnya”, bukan surat berita acara atau surat keterangan resmi

Page 34: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

yang dibuat pejabat yang berwenang, juga bukan surat yang dibuat

menurut ketentuan perundang-undangan dan tidak pula surat keterangan

ahli yang dibuat oleh seorang ahli.

Adapun surat tidak resmi adalah:

- Bentuk surat pada umumnya, seperti surat yang lebih bersifat

pribadi, surat petisi, pengumuman, surat cinta, surat selebaran

gelap, tulisan berupa karangan baik berupa novel, petisi, dan

sebagainya.

- Tidak dibuat oleh pejabat yang berwenang dan dengan sendirinya

dibuat tanpa sumpah.

- Dan surat huruf (d) tidak dengan sendirinya merupakan alat bukti

yang sah menurut undang-undang, karena surat ini baru

mempunyai nilai sebagai alat bukti atau pada dirinya melekat nilai

pembuktian, apabila isi surat yang bersangkutan “mempunyai

hubungan” dengan alat bukti yang lain. Kalau isinya tidak ada

hubungan dengan alat pembuktian yang lain, maka surat bentuk

“yang lain” tidak mempunyai nilai pembuktian.

Dalam Hukum Acara Pidana, rekam medis dapat dijadikan alat

bukti surat di pengadilan berdasarkan Pasal 187 ayat (4) huruf b KUHAP

bahwa: “Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang

termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang

diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan”.

Page 35: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Rekam medis merupakan surat resmi yang dibuat menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No. 29

Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasa1 46 ayat (1) sampai (3) dan

Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis dan Rekam Medis

ini juga dibuat oleh pejabat (dokter) yang termasuk dalam tata laksana

tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi sesuatu hal atau

sesuatu keadaan tentang pasien. Kriteria ini memenuhi pasal 18 ayat (4)

huruf b KUHAP sehingga rekam medis dapat dijadikan alat bukti surat di

pengadilan.

Tentang petunjuk sebagaimana disebutkan dalam pasal 184 huruf

d di atas, dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 188 ayat (2) dan (3) bahwa

petunjuk dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan

terdakwa, yang akan diperiksa oleh hakim secara arif dan bijaksana

dengan penuh kecermatan serta kesaksamaan berdasarkan hati

nuraninya sehingga memberikan keyakinan kepada hakim atas kekuatan

pembuktian petunjuk tersebut. Pemberian nilai atas petunjuk diserahkan

kepada kebijaksanaan hakim.

Dengan berbagai macam kesimpulan diatas dapat dikataakan

bahwa rekam medis dapat dijadikan bukti surat dalam hukum pidana

maupun perdata karena sudah memenuhi kriteria peraturan perundang-

undangan terutama Pasal 187 ayat (4) huruf b KUHAP seperti diatas.

Page 36: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

D. Tinjauan Tentang Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Dalam membahas pengertian rekam medis terlebih dahulu akan

dikemukakan arti rekam medis. Rekam medis diartikan sebagai

“Keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas,

anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnose serta segala

pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan

pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang

mendapatkan pelayanan gawat darurat”.9

Rekam medis menurut Penjelasan Pasal 46 ayat (1) Undang-

Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran disebutkan bahwa

Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien.

Menurut Huffman dalam”Medical record management” medical

record is the who, where, and how of patient care during hospitalization. It

must containt sufficient information to clearly identify the patient, to justify

the diagnosis and treatment and record the result.10

9 Depkes RI, 2006, Pedoman penyelenggaraan dan prosedur Rekam medis rumah sakit di

Indonesia Revisi II,Dirjend. Bina Yanmed, Jakarta. 10

Indar. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan, lembaga penerbitan Universitas Hasanuddin.

Makassar. hal 264

Page 37: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Jadi inti rekam medis adalah sarana yang mengandung informasi

tentang penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk menjaga

dan meningkatkan suatu pelayanan kesehatan.

Pengertian rekam medis menurut Pasal 1 Ayat 1 Permenkes

269/MENKES/PER/III/2008 Bahwa Rekam Medik adalah

“Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien”. Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendifinisikan rekam medis

sebagai bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan

oleh pemberi pelayanan medis atau kesehatan kepada seorang pasien.

Rekam medis adalah Kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi

tentang keadaan pasien selama dalam perawatan penyakitnya atau

selama dalam pemeliharaan kesehatannya (Waters & Murphy). Juga

didefinisikan sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran

aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medis atau

kesehatan kepada seorang pasien (Ikatan Dokter Indonesia)11

2. Peran dan Fungsi Rekam Medis

Selain fungsi dan tujuan utama untuk memberikan fasilitas taraf

pelayanan kesehatan yang tinggi, rekam medis juga dapat dipergunakan

sebagai bahan pendidikan, penelitian atau akreditasi. Rekam medis yang

11

Ta”adi. 2010. Hukum Kesehatan:pengantar menuju perawat profesional.Buku Kedokteran

EGC. Jakarta . Hal 44-45

Page 38: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

dirawat secara baik sangatlah penting bagi sistem pelayanan kesehatan

maupun untuk kepentingan pasien.

M. Yusuf Hanafiah dan Amri Amir dalam Amir Ilyas dan Yuyun

Widaningsih,menyatakan bahwa:12

“Peranan rekam medis sangat penting dan melekat erat dengan kegiatan pelayanan kedokteran maupun pelayanan kesehatan. Bahkan ada yang mengungkapkan bahwa rekam medis dapat dianggap sebagai orang ketiga yang hadir pada saat dokter menerima pasiennya” Dalam bidang hukum, menurut Soerjono Sekanto dalam Amir Ilyas

dan Yuyun Widaningsih, rekam medis tersebut mempunyai fungsi utama

sebagai:13

a. Bahan pembuktian disidang pengadilan

b. Sarana mengembalikan ingatan para pihak yang berperkara

Sebagai sarana pembuktian dipengadilan, maka rekam medis

dapat digunakan dokter sebagai bahan pembelaannya bahwa tindakan

medis yang dilakukannya telah memenuhi standar profesi.sebaliknya bagi

Penuntut Umum apabila ternyata rekam medis menunjukkan kurang

profesionalnya seorang dokter, maka dapat dijadikan bukti telah terjadi

unprofessional conduct dari seorang dokter.

12

Widaningsih, Y dan Ilyas, A.. 2010. Hukum Korporasi Rumah Sakit. Rangkan Education.

Yogyakarta. Hal .88

13

Ibid. Hal .88

Page 39: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Soerjono Soekanto menyatakan betapa pentingnya fungsi rekam

medis bagi dokter dari aspek hukum, sebagaimana dikatakannya sebagai

berikut:14

“Di dalam proses hukum, tidak adanya rekam medis akan senantiasa menyudutkan atau merugikan tenaga kesehatan(dokter) dan rumah sakit. Hal ini disebabkan karena apabila tidak ada catatan didalam rekam medis, maka dianggap bahwa tidak ada bukti dilakukannya suatu pelayanan kesehatan tersebut”. Tentang pentingnya rekam medis ini dikatakan pula oleh Gemala

dalam Amir Ilyas dan Yuyun Widaningsih,15 bahwa”banyaknya kasus

pengadilan sehubungan dengan gugatan pasien atau keluarganya

mengakibatkan pengadilan untuk memperhatikan isi kesempurnaan rekam

medis. Dengan sendirinya kegagalan atau ketidaksempurnaan pengisian

berkas rekam medis dapat berakibat fatal bagi rumah sakit, para staf

medis dan ahli kesehatan maupun bagi pasien”.

Fungsi rekam medis berguna untuk mengingatkan dokter tentang

keadaan, pemeriksaan, diagnosa, dan kesimpulan mengenai penyakit

yang diderita pasiennya. Demikian pula dapat mengingatkan tentang

terapi atau pengobatan yang pernah dilakukannya. Hal ini dapat

membantu dokter untuk pengobatan selanjutnya, apakah akan diteruskan

dengan obat-obatan yang pernah diberikannya ataukah harus diganti

dengan terapi obat-obatan lain.

14

Ibid. hal 89 15

Ibid. hal .89

Page 40: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

3. Isi Rekam Medis

Surat keputusan pengurus besar IDI Nomor 315/PB/A.4/88

Menyebutkan Rekam medis berisi identitas lengkap pasien, catatan

tentang penyakit (diagnosis, terapi, pengamatan perjalanan penyakit,

catatan dari pihak ketiga, hasil pemeriksaan laboratorium, foto rontgen,

pemeriksaan USG, dan lain-lain serta resume.16

Kemudian isi rekam medis Menurut Konsil Kedokteran Indonesia

tahun 2006 yaitu:17

a. Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien,

pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain, baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi

maupun tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan

kompetensinya.

b. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara

lain foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai

dengan kompetensi keilmuannya.

Tenaga kesehatan dimaksud diatur dalam Peraturan pemerintah

Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan terdiri dari:

1. Tenaga Medis meliputi dokter dan dokter gigi

2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan

3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi, dan

asisten apoteker

16

Ibid. Hal 92. 17

Konsil Kedokteran Indonesia, 2006, Manual Rekam Medis, Jakarta, Hal..3

Page 41: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi; epidemiolog,

entomolog, mikrobiolog, penyuluh, administrator dan sanitarian

kesehatan

5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien

6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterafis, okupasiterafis dan

terafis wicara

7. Tenaga keteknisan medis meliputi radiographer,radioterafis,

teknisi gigi, teknisi elektromedis,analis kesehatan, refraksionis

optisien, othotik prostetik, teknis tranfusi dan perekam medis.

8. Dalam Undang-Undang praktik Kedokteran yang dimaksud

dengan petugas adalah dokter, dokter gigi atau tenaga

kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada

pasien.

Menurut permenkes No. 269 Tahun 2008 bahwa rekam medis yang

dibuat harus memuat sekurang-kurangnya:

1. Rawat jalan: Identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil

anamnese, mencakup keluhan dan riwayat penyakit, hasil

pemeriksaan fisik dan penunjang medis, diagnosis, rencana

penatalaksanaan, pengobatan dan tindakan, pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien, nama dan tanda tangan

dokter, untuk kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

dan persetujuan tindakan bila diperlukan.

Page 42: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

2. Rawat inap: Identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil

anamnesa mencakup keluhan dan riwayat penyakit, hasil

pemeriksan fisik dan penunjang medis, diagnosis, rencana

penatalaksanaan, pengobatan dan tindakan, persetujuan

tindakan bila diperlukan, catatan obsevasi klinis dan hasil

pengobatan, ringkasan pulang, nama dan tanda tangan dokter

atau dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberi

palayanan kesehatan.

3. Gawat Darurat: Identitas pasien, kondisi saat tiba dipelayanan

kesehatan, Identitas pengantar, tanggal dan waktu, hasil

anamnese sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit,

hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis, diagnosis,

pengobatan dan tindakan,ringkasan kondisi pasien sebelum

meninggalkan unit gawat darurat, nama dan tanda tangan

dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan, sarana transportasi yang

digunakan pasien yang akan dipindahkan ke pelayanan

kesehatan lain dan pelayanan lain yang diberikan kepada

pasien.

Identitas pasien meliputi identitas pribadi dan identitas sosial.

Identitas pribadi yaitu meliputi nama tempat tanggal lahir, umur, jenis

kelamin, alamat, status perkawinan dan nomor rekam medis pasien

Page 43: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

sedangkan identitas sosial meliputi status sosial, status ekonomi, agama,

pendidikan, pekerjaan, dan identitas penganggung jawab pasien tersebut.

Pendelegasian membuat rekam medis bisa dilakukan oleh dokter

atau dokter gigi kepada tenaga kesehatan lain yang memberikan

pelayanan langsung kepada pasien atas perintah atau pedelegasian

secara tertulis dari dokter atau dokter gigi yang menjalankan praktik

kedokteran tersebut.18

Rekam Medis yang lengkap menurut J. Guwandi dalam bukunya

Rahasia medis memuat 4 (empat) macam data, yaitu:19

a) Data pribadi (personal), seperti nama, nomor KTP, tempat

dan tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, alamat

sekarang, keluarga terdekat, pekerjaan, nama dokter dan

lain-lain keterangan yang diperlukan untuk identifikasi.

b) Data financial, seperti nama/alamat majikan/perusahaan,

perusahaan asuransi yang menanggung, tipe asuransi,

nomor polis dan sebagainya.

c) Data sosial, seperti kewarganegaraan/kebangsaan,

hubungan keluarga, agama, penghidupan, kegiatan

masyarakat, dan data lain mengenai kedudukan sosial

pasien

d) Data medis, merupakan rekam klinis dari pasien, rekam

riwayat pengobatan yang berkesinambungan yang diberikan

18

Ibid. hal .7 19

Guwandi, J. 2005. Rahasia Medis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

hal.57-58

Page 44: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

kepada pasien selama dirawat di rumah sakit. Data ini

memuat hasil pemeriksaan fisik riwayat penyakit,

pengobatan yang diberikan, laporan kemajuan pengobatan,

instruksi dokter, laporan laboratorium klinik, laporan

konsultasi, anestesi, operasi, formulir informed consent,

catatan perawat dan laporan / catatan lain yang terjadi dan

diberikan selama pasien dirawat.

Menurut Sanjoyo dalam Suryono dan Bastian,20 rekam medis

terdiri atas dua bagian yaitu identitas dan periksaan klinik. Rekam medis

berguna untuk kepentingan administratif, hukum, keuangan, riset,

edukasi, dan pendokumentasian, apabila memenuhi unsur akreditasi yaitu

rekam medis memiliki identitas, riwayat penyakit pasien secara lengkap,

laporan pemeriksaan fisik, instruksi diagnostik dan terapeutik dengan

tanda tangan dan nama terang tenaga kesehatan yang berwenang,

laporan observasi termasuk laporan konsultasi, Laporan tindakan dan

penemuan, termasuk yang berasal dari penunjang medis yaitu

laboratorium, radiologi, laporan operasi, dan formulir persetujuan pasien.

4. Informed Consent

Inform Consent dikenal juga dengan persetujuan tindakan

kedokteran yang diatur dalam Permenkes No. 290/MenKes/Per/III/ 2008.

Informed consent ini merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh

pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan

20

Op.cit Bastian, I.dan Suryono, Hal 54.

Page 45: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Kalau dilihat

secar materiil, informed consent lebih tepat masuk dalam sumber hukum

yaitu perjanjian. Informed consent bukan sekedar perjanjian antara dokter

dan pasien. Namun lebih dari itu merupakan suatu kewajiban memberikan

informasi oleh dokter, walau secara materiil dan bentuknya berupa

perjanjian. Informed consent dimulai sejak dokter dan petugas medis

menjelaskan pada pasien bahwa harus dilakukan tindakan kedokteran

beserta seluruh alasan dan risikonya. Setelah penjelasan diberikan,

pasien boleh memberikan persetujuannya atau menolaknya.

Persetujuan dapat batal secara hukum apabila kewajiban

memberikan informasi kepada pasien tidak dilakukan oleh dokter atau

tenaga kesehatan lainnya.

Informed consent baru sah diberikan kepada pasien jika memenuhi

3 unsur yaitu: keterbukaan informasi, kompetensi pasien dalam

memberikan persetujuan, kesukarelaan.21

Wajib dilakukan informed consent didasarkan pada teori:

a. Teori manfaat pada pergaulan hidup

Teori ini menyebutkan bahwa informed consent tidak hanya baik

bagi dokter dan pasien saja tetapi juga bagi pergaulan hidup masyarakat

secara luas, sekaligus cerminan tertib hukum agar setiap dokter tidak

sewenang-wenang dengan dalih demi kesehatan, mengingat risiko

tindakan medis sangatlah besar.

21

Dewi, A.I. 2008. Etika dan Hukum Kesehatan. Pustaka Book Publisher. Yokyakarta.

hal..206

Page 46: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

b. Teori manfaat pada pasien

Setiap tindakan harus bermanfaat dan bernilai guna pada

progresivitas kesehatan pasien. Tindakan tidak boleh dilakukan

tersembunyi, seperti percobaan teknologi baru kedokteran tanpa

sepengetahuan pasien.

c. Teori penentuan nasib sendiri

Manusia memiliki hak atas hidup dan tubuhnya. Tidak satu

manusiapun termasuk petugas kesehatan berhak ikut campur dan berbuat

sesuatu pada tubuh manusia lain tanpa persetujuannya. Oleh karena itu

setiap orang diberi hak untuk menentukan pilihan hidup sendiri dan pilihan

hidup ini harus dihormati selama tidak bertentanagan dengan hukum. Jadi

bila pasien menolak dilakukan tindakan medis maka petugas kesehatan

tidak bisa memaksanya.

Informed consent harus diberikan dalam hal berikut:

- Kasus-kasus yang menyangkut pembedahan atau operasi.

- Kasus yang membutuhkan dan menggunakan teknologi baru

kedokteran yang belum diketahui secara pasti efek sampingnya.

- Kasus-kasus yang menggunakan obat yang mengandung

bahan kimi berbahaya dan menimbulkan banyak efek samping.

- Kasus-kasus penolakan terapi yang dilakukan oleh pasien.

- Kasus-kasus eksperimental.

Pengecualian terhadap kewajiban informed consent dapat

dilakukan apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

Page 47: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

- Pasien belum bisa mengambil keputusan secara mandiri karena

belum cukup umur.

- Pasien tidak memberikan keputusan karena terganggu

mentalnya dan sedang dibawah pengampuan.

- Pasien untuk sementara tidak bisa memberikan persetujuan

karena tidak sadarkan diri dan tidak ada wali yang bisa dimintai

persetujuan.

- Karena keyakinan yang layak dari petugas kesehatan untuk

tidak membuka rahasia medis yang justru akan memperburuk

kondisi pasien.

Pengecualian kewajiban informed consent ini dilandasi teori yaitu:

a. Teori kebutuhan

Secara umum manusia kecenderungan untuk menghindari rasa

sakit dan kematian. Prinsif dasar inilah yang melandasi dimana manusia

butuh cara dan ingin bisa menyelamatkan hidupnya. Oleh karena itu

seorang dokter atau petugas kesehatan yang menghadapi kondisi darurat

dapat mengabaikan kewajiban informed consent dengan dasar kebutuhan

pasien untuk menyelamatkan nyawanya, apapun tindakan yang diambil.

Pengabaian ini dilandasi nilai bahwa tenaga kesehatan melakukan yang

terbaik bagi pasien meskipun tanpa persetujuan pasien, selama tindakan

itu digunakan untuk menyelamatkan hidup pasien, maka dianggap

menyetujui.

Page 48: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

b. Teori persetujuan tersirat

Persetujuan tersirat penekanan asumsi pada pasien. Pasien yang

mengalami keadaan darurat sehingga tidak sadarkan diri diasumsikan

akan memberikan persetujuannya untuk semua tindakan yang dilakukan

untuk penyelamatan nyawanya. Asumsi ini didasarkan atas pendapat

pasien yang dalam kondisi sadar, pada umumnya akan menyetujui setiap

tindakan oleh petugas kesehatan untuk menyelamatkan nyawanya.

Pernyataan ini dikatakan tersirat karena pasien tidak dapat diajak

berkomunikasi sehingga tidak perlu menunggu informed consent.

c. Teori Zaakwarneming

Teori ini menyatakan, apabila seseorang secara sukarela

membantu menyelesaikan pekerjaan atau urusan orang lain baik diketahui

atau tidak maka sudah semestinya mendapat penghargaan atau upah.

Oleh tenaga kesehatan dalam kondisi darurat pekerjaan ini dianggap

sebagai sukarela karena pasien yang tidak sadarkan diri tidak dapat minta

bantuan maka pasien dibantu untuk meyelamatkan hidupnya.

d. Teori Good Samaritan

Teori ini menganggap dokter orang yang baik hati. dokter tidak

dapat dipersalahkan jika menolong orang lain yang dlam keadaan darurat

atau bahaya, sepanjang yang diberikan pantas dan layak.

Dengan ini maka secara yuridis ada konsekuensi yang harus

ditanggung oleh pasien bila tidak ada informed consent yaitu kerugian

karena rentan sekali terjadi malpraktik.

Page 49: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Menurut Fuady dalam Alexandra Indriyanti Dewi,22 bahwa tindakan

yang disetarakan dengan kesengajaan adalah:

- Pasien sebelumnya menyatakan tidak setuju terhadap tindakan

medis, tetapi dokter malakukan juga tindakan tersebut.

- Dokter dengan sengaja melakukan tindakan misleading tentang

risiko dan akibat dari tindakan medis tersebut.

- Dokter dengan sengaja menyembunyikan risiko dan akibat dari

tindakan medis yang diambilnya.

- Informed consent diberikan dengan prosedur yang berbeda secara

substansial dengan yang dilakukan oleh dokter.

Jika pasien tidak merasa diberikan informed consent namun tetap

terjadi tindakan medis tanpa persetujuan, maka pasien bisa menuntut

dokter yang melakukannya. Gugatan itu harus memenuhi unsur atau

syarat yang harus dipenuhi yaitu:

- Adanya kewajiban dokter untuk mendapatkan informed consent.

- Kewajiban tersebut diabaikan tanpa alasan yang jelas.

- Ada kerugian yang ditanggung pihak pasien.

- Ada hubungan causalitas antara kerugian dengan tidak adanya

informed consent tersebut.

Selain itu pasien juga harus memiliki bukti agar gugatan cukup

kuat. Bukti yang harus diperlihatkan adalah:23

22

Ibid. Hal. 212-213 23

Ibid. Hal..213

Page 50: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

- Harus dibuktikan bahwa kerugian bagi pasien adalah akibat dari

tindakan medis dokter.

- Bahwa kerugian yang diderita pasien lebih besar dibandingkan

jika ada informed consent dimana pasien dapat memiliki

pertimbangan lain.

- Bahwa dalam pemikiran yang masuk akal pasien akan memilih

tindakan medis yang lain seandainya diberi cukup infomasi.

5. Resume Akhir

Dari beberapa kewajiban dokter atas rekam medis pasien pada

rawat inap ada satu hal yang harus diperhatikan, yaitu pembuatan resume

akhir atau evaluasi pengobatan.

Resume ini dibuat segera setelah pasien dipulangkan. Isinya harus

singkat, menjelaskan informasi penting tentang penyakit, pemeriksaan

yang dilakukan dan pengobatannya.

Isinya antara lain menjelaskan mengapa pasien masuk ke rumah

sakit, hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rontgen,

pengobatan dan tindakan yang dilaksanakan, Keadaan pasien waktu

keluar (perlu berobat jalan, mampu untuk bekerja dan lain-lain), Anjuran

pengobatan dan perawatan (nama obat dan dosisnya, tindakan

pengobatan lain, dirujuk kemana, perjanjian untuk datang lagi dan lain-

lain).

Page 51: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Adapun tujuan dilakukan resume ini adalah:24

- Menjamin kontinuitas pelayanan medis dengan kualitas yang

tinggi dan sebagai bahan yang berguna dokter pada waktu

pasien dirawat kembali.

- Bahan penilaian staf medik rumah sakit.

- Untuk memenuhi badan resmi atau perseorangan, misalnya

Asuransi.

- Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter

yang mengirim dan dokteer konsultan.

Untuk pasien yang meninggal dunia dibuat laporan sebab

kematian.

6. Pemanfaatan Rekam Medis

Menurut Kodeki (2006) dan Sanjoyo (2008) rekam medis

mempunyai manfaat sebagai berikut:25

a) Pengobatan pasien

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk

merencanakan dan menganalisis penyakit serta

merencanakan pengobatan, perawatan, dan tindakan medis

yang harus diberikan kepada pasien.

b) Peningkatan kualitas pelayanan

Membuat rekam medis bagi penyelenggara praktik

kedokteran dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan

24

OP.Cit.Hanafiah, M.J dan Amir, A. Hal.67 25

Op. cit Bastian, I dan Suryono. Hal.54.

Page 52: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk

pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

c) Pendidikan dan penelitian

Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan

kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan, dan

tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi

perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi

kedokteran dan kedokteran gigi.

d) Pembiayaan

Rekam medis dapat dijadikan sebagai petunjuk, bahan, dan

dasar untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan

kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat

dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.

e) Statistik kesehatan

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik

kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan

kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah

penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

f) Pembuktian masalah hukum, disiplin, dan etik

Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama atas

segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit, dan

pegobatan selama pasien dirawat, sehingga bermanfaat

dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik, serta

Page 53: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

memberikan perlindungan hukum bagi pasien, rumah sakit,

dan tenaga kesehatan.

g) Sebagai alat komunikasi antar tenaga kesehatan

h) Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan,

dipertanggungjawabkan, dan laporan.

Secara ringkas Ferryal Basbeth (2005), menyimpulkan bahwa

rekam medis mempunyai nilai-nilai (value) sebagai berikut:26

a) Administratif value: Rekam medis merupakan rekaman data

administratif pelayanan kesehatan

b) Legal value: Rekam medis dapat dijadikan bahan

pembuktian di pengadilan

c) Financial value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk

perincian biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar

oleh pasien

d) Research value: Data rekam medis dapat dijadikan bahan

untuk penelitian dalam lapangan kedokteran, keperawatan,

dan kesehatan

e) Education value: Data-data dalam rekam medis dapat

dijadikan bahan pengajaran dan pendidikan mahasiswa

kedokteran, keparawatan serta tenaga kesehatan lainnya

26

Ibid. Hal 55

Page 54: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

f) Dokumentation Value: Rekam medis merupakan sarana

untuk penyimpanan bertbagai dokumen yang berkaitan

dengan kesehatan pasien

g) Referral system value: Komunikasi antar tenaga kesehatan

dalam perawatan pasien yang bersangkutan

7. Penyelenggaraan Rekam Medis

Penyelenggaraan rekam medis pada suatu pelayanan kesehatan

merupakan salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan pada institusi

tersebut. Berdasarkan pada data rekam medis tersebut akan dapat dinilai

apakah pelayanan kesehatan yang diberikan sudah baik mutunya atau

tidak, apakah sesuai dengan standar atau tidak. Untuk itulah pemerintah,

dalam hal ini Departemen Kesehatan, merasa perlu melakukan regulasi

tata cara penyelenggaraan rekam medis yang tertuang dalam Permenkes

No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis agar dapat berjalan

baik sesuai ketentuan.

a. Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis

Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran bahwa dokter dan dokter

gigi wajib membuat rekam medis dalam menjalankan praktik kedokteran.

Setelah memberikan pelayanan praktik kedokteran kepada pasien, maka

dokter dan dokter gigi harus segera melengkapi rekam medis dengan

mengisi atau menulis semua pelayanan praktik kedokteran yang telah

dilakukannya.

Page 55: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu

dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi

elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan

nomor identitas pribadi/personal identification number (PIN).

Jika terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan pada rekam

medis, maka catatan berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan

cara apapun. Perubahan catatan atas kesalahan dalam rekam medis

hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan kemudian dibubuhi paraf

petugas yang bersangkutan.

b. Kepemilikan Rekam medis

Sesuai dengan Undang-Undang Praktik Kedokteran Pasal 47 ayat

(1), berkas rekam medis menjadi milik dokter, dokter gigi, atau sarana

pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis dan lampiran dokumen

menjadi milik pasien.

Pasal 12 Permenkes No.269 tahun 2008 disebutkan bahwa berkas

rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan dan isi rekam medis

merupakan milik pasien, isi rekam medis medis tersebut dalam bentuk

ringkasan rekam medis kemudian ringkasan rekam medis dapat diberikan

dengan cara dicatat, dicopy oleh pasien tau orang yang diberi kuasa atas

persetujuan tertulis pasien atau keluarga yang berhak.

Menurut Sanjoyo (2008), rumah sakit atau tenaga kesehatan

merupakan penanggung jawab integritas dan kesinambungan pelayanan

Page 56: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

yang mana harus memiliki rekam medis sebagai tanda bukti rumah sakit

terhadap segala upaya dalam peneyembuhan pasien. Direktur Rumah

sakit bertanggung jawab atas hilangnya, rusak atau pemalsuan rekam

medis, dan penggunaan rekam medis pasien oleh badan atau orang yang

tidak berhak. Pasien memiliki hak legal maupun moral atas isi rekam

medis.27

c. Penyimpanan Rekam Medis

Menurut UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal

47 ayat (2), rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh

dokter, dokter gigi, dan pimpinan sarana kesehatan. Batas lama waktu

penyimpanan menurut Permenkes No. 269 Tahun 2008 paling lama 5

(lima) tahun dan resume medis paling sedikit 10 tahun. Menurut Sanjoyo

(2008), semua informasi rekam medis yang terkandung dalam rekam

medis adalah rahasia. Oleh karena itu pemaparan isi rekam medis harus

seizin pasien, kecuali untuk keperluan hukum, rujukan ke pelayanan lain

untuk kepentingan pasien atau keluarganya, evaluasi pelayanan di

institusi sendiri, riset atau edukasi, dan kontrak badan atau organisasi

pelayanan.

d. Pengorganisasian Rekam Medis

Keberadaan instalasi rekam medis dalam struktur organisasi di

dalam institusi pelayanan kesehatan tergantung dari kelas Rumah Sakit

tersebut.

27

Ibid. Hal 56

Page 57: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Sub komite rekam medis bertanggung jawab kepada komite rekam

medis yang terdiri dari dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain

yang terlibat dalam pelayanan kesehatan dalam rangka membantu komite

medis agar penyelenggaraan rekam medis bermutu langsung dibawah

panitia rekam medis.

Tanggung jawab dokter dalam hal ini rekam medis, dapat

dilaksanakan dalam panitia rekam medis, Tugas dari panitia rekam medis

yaitu:28

1) Memberi saran dan pertimbangan dalam penyimpanan rekam

medis dan menjamin semua informasi dicatat dengan baik serta

menjamin tersedianya data yang diperlukan untuk menilai

pelayanan yang diberikan dokter kepada pasien.

2) Menjamin telah berjalan baik prosedur penyimpanan,

peminjaman rekam medis, pengeluaran, pembuatan kode

penyakit, pengisian rekam medis, pengelolaan dan penyajian

data untuk proses pelaporan di instansi tersebut.

3) Mengajukan usulan kepada Direktur rumah sakit jika ada

perubahan prosedur pengisian, atau pengelolaan rekam medis

yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit.

Keanggotaan Panitia rekam medis terdiri dari kepala instalasi

rekam medis, dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lain yang

28

Op.cit. Depkes RI. Hal.18

Page 58: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

terlibat dalam pengisian rekam medis. Keanggotaan panitia ditetapkan

dengan Surat Keputusan Direktur umah sakit untuk jangka waktu 3 tahun

Mengingat pentingnya komite rekam medis dan sub komite rekam

medis untuk membantu kelancaran pelayanan kepada pasien maka setiap

rumah sakit wajib membuat komite rekam medis.

e. Pembinaan dan Pengawasan

Untuk pembinaan, pengendalian dan pengawasan rekam medis

sesuai dengan pasal 16 Permenkes No.269 Tahun 2008 yaitu oleh Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan

organisasi terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

8. Kerahasiaan Rekam Medis

Secara umum dapat disadari bahwa informasi yang terdapat dalam

rekam medis sifatnya rahasia. Rahasia adalah sesuatu yang

disembunyikan dan hanya diketahui oleh satu orang, oleh beberapa orang

saja, atau oleh kalangan tertentu.29

Rahasia profesi bukan merupakan hak dari si pemegang rahasia

(dokter, rumah sakit) juga tidak untuk kepentingan ilmu kedokteran, Fungsi

rahasia medis hanya untuk mengadakan kepercayaan antara sipencari

dan sipemberi pertolongan, dan dengan demikian bermanfaat untuk

kepentingan umum mengenai kesehatan rakyat, baik secara jasmani

maupun rohani.30

29

Op.cit. Hanafiah , M.J dan Amir, A. Hal.79. 30

Guwandi, J., 2010, Hukum Medik (Medical Law), Balai Penerbit FK.UI, Jakarta. hal 236

Page 59: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Pasien tentu mengharapkan apa yang ditulis dokter yang sifatnya

rahasia bagi dirinya tidak dibaca oleh kalangan lain. Hal ini yang

menyebabkan bila dokter merasa perlu untuk konsultasi dengan dokter

lain, harus atas persetujuan pasien, karena dalam hal demikian dokter

konsultan akan membaca segala rekaman dan catatan dokter pertama.

Kewajiban dokter dan kalangan kesehatan untuk melindungi

rahasia ini tertuang dalam lapal dan sumpah dokter berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1960, berbunyi ”Saya akan

merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya

dan karena keilmuan saya sebagai dokter”. Dalam Bab.II Pasal 12

KODEKI (Kode Etik Kedokteran), Tahun 2002 tentang kewajiban dokter

terhadap pasien dicantumkan antara lain,”Seorang dokter wajib

merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,

bahkan juga setelah pasien meninggal dunia”.31

Untuk memperkokoh kedudukan rahasia jabatan dan pekerjaan

dokter, dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1966 tentang

wajib simpan rahasia kedokteran, dinyatakan bahwa Menteri Kesehatan

dapat melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal 111 Undang-

Undang Tenaga Kesehatan jika tidak dapat dipidana menurut KUHP.

Rahasia jabatan adalah rahasia dokter sebagai pejabat struktural, sedang

rahasia pekerjaan adalah rahasia dokter pada waktu menjalankan

praktiknya (fungsional).

31

Op.cit. Guwandi, J. Rahasia Medis. hal.4

Page 60: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Kewajiban untuk menyimpan rahasia kedokteran pada hakekatnya

adalah kewajiban moril yang telah ada sejak zaman Hippokrates, jadi lama

sebelum ada peraturan yang mengatur hal tesebut.

Pengertian rahasia kedokteran terdapat dalam Pasal 1 Peraturan

pemerintah No.10 Tahun 1996 tentang wajib Simpan Rahasia Kedokteran

yang berbunyi:

“Yang dimaksud dengan Rahasia Kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam Pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran”.

Dalam perintah tersebut diperluas berlakunya wajib simpan rahasia

medis ini juga bagi tenaga kesehatan lainnya, seperti perawat, bidan,

mahasiswa kedokteran, ahli farmasi, laboratorium, radiologi dan lain-lain.

Sumpah dalam hubungan dengan rahasia medis secara yuridis tidak

mempunyai arti (Hoge Raad, 21 April 1913,N,J.1913,958).32 Ia hanya

merupakan suatu ikrar, suatu pernyataan kehendak sepihak yang

pelaksanaannya tergantung pelaku itu sendiri. Sehingga tidak bisa dipakai

sebagai penuntutan. Begitu juga dengan KODEKI siafatnya hanya intern

yang sanksinya hanya dijatuhkan oleh organisasi itu sendiri berupa

teguran atau pemecatan sebagai anggota.

Dalam Declaration of Lisbon (1981) menetapkan bahwa pasien

berhak untuk meminta kepada dokternya agar mengindahkan sifat rahasia

dari segala data medis dan data pribadinya (the patient has the right to

32

Ibid. hal.4

Page 61: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

expect that his physician will respect the confidential nature of all his

medical and personal details).33

Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29

Tahun 2004 menyatakan bahwa:

“Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran”. Pada pasal 51 Poin C Undang-Undang No. 29 tahun 2004

menyebutkan bahwa:

“merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia”. Dengan kedua peraturan diatas, dapat disimpulkan bahwa rahasia

kedokteran merupakan kewajiban setiap dokter untuk menjaganya dimulai

sejak dokter tersebut diambil sumpahnya sebagai dokter yang diwajibkan

oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga apabila terjadi

pelanggaran mengenai rahasia kedokteran tanpa ada dasar yang

dijadikan acuan seperti yang disyaratkan peraturan perundang-undangan,

maka dokter dapat dituntut secara perdata maupun pidana oleh pasien

yang bersangkutan sebagai konsekuensi dari perbuatannya.

Kewajiban menyimpan rahasia medis juga tedapat pada

Declaration Of Geneve tahun 1948, yang khusus menyangkut rahasia

medis yang berbunyi:

33

Ibid. hal.4

Page 62: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

“I will respect the secrets which are confided in me, even after the patient has die”.34 Ini adalah suatu sumpah versi sumpah hippokrates yang

dimodernisasi dan diintroduksi oleh World Medical Association.

Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran tidak hanya meliputi

rahasia yang dipercayakan pasien saja, tetapi juga menyangkut hal-hal

yang didapat melalui prosedur pemeriksaan penyakit ataupun secara

kebetulan, baik yang dilakukan oleh dokter maupun pihak ketiga, termasuk

yang pada awalnya tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan

pasien.

Titik tolak kewajiban menyimpan rahasia harus diarahkan

perhatiannya terhadap setiap orang, kecuali pasien itu sendiri.

Penyelenggara pelayanan kesehatan yang karena alasan-alasan kuat

mengira bahwa ia dapat menyembunyikan sesuatu terhadap pasien, tidak

dapat melakukannnya dengan dalih rahasia profesi. Jika meyangkut

pasien anak, pasien dengan gangguan jiwa, menurutnya kesadaran,

pingsan dan lain sebagainya sehingga tidak bisa diajak bertukar pikiran,

maka kewajiban menyimpan rahasia tidak berlaku bagi wakil-wakil mereka

menurut undang-undang dalam hal ini orang tua, wali dan pengampu.

Pada pasal 10 ayat (1) Permenkes nomor 269/Menkes/Per/III/2008

disebutkan bahwa:

“Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan rawayat pengobatan pasien harus dijaga

34

Ibid. hal.3

Page 63: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan”. Meskipun kerahasian menjadi faktor terpenting dalam pengelolaan

rekam medis tapi bukan satu-satunya hal yang menjadi dasar kebijakan

dalam pemberian informasi. Oleh karena itu perlu adanya ketentuan-

ketentuan yang wajar dan senantiasa dijaga agar hal tersebut tidak

memberi peluang kepada peminta informasi untuk mengajukan tuntutan

permintaan informasi lebih jauh kepada rumah sakit.

Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29

Tahun 2004 menyatakan bahwa:

“Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakkan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan undang-undang”. Kemudian Pasal 10 ayat (2) Permenkes Nomor 269 Tahun 2008

menyebutkan bahwa:

Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal: a. Untuk kepentingan pasien b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka

penegakan hukum atas perintah pengadilan c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan

perundang-undangan e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis

sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien

Kemudian pada ayat (3) Permenkes No. 269 Tahun 2008

disebutkan bahwa:

“Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan”.

Page 64: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Untuk membuka isi rekam medis disebutkan pada Permenkes

No.269/Menkes/Per/III/2008 Pasal 11 disebutkan:

1. “Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundangan-undangan”.

Bagi pihak ketiga seperti keluarga, kuasa hukum, asuransi, polisi,

perusahaan dan pengadilan bila ingin memiliki rekam medis tidak dapat

dengan bebas tetapi harus melalui prosedur dengan memperlihatkan surat

kuasa tertulis dari pasien untuk meminta isi rekam medis dan pasien betul-

betul dalam keadaan sadar mengetahui permintaan itu dengan segala

dampak yang ditimbulkan bila rahasia terbuka mengenai dirinya, karena isi

rekam medis bukan untuk masyarakat.

Apabila isi rekam medis dipaparkan tanpa izin penderita maka

penderita merasa dirugikan dan ia dapat menuntut berdasarkan Pasal 322

KUHP, Pasal 322 KUHP yaitu:

(1) Barang siapa membuka suatu rahasia yang wajib disimpan

karena jabatan atau pekerjaannya baik yang sekarang maupun

yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara paling lama

Sembilan bulan atau denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.

(2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang yang tertentu,

maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang

tersebut.

Page 65: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Kemudian juga bisa digugat dengan Pasal 1365 KUHPerdata yaitu:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Pasien yang telah meninggal dunia dan yang meminta salinan

rekam medis adalah kuasa hukum dari keluarga pasien, maka hal itu tidak

boleh diberikan. Mengingat hal ini bahwa pasien yang meninggal dunia

tidak dapat mewariskan isi rekam medis kepada keluarganya karena isi

rekam medis bukanlah barang yang dapat diperjualbelikan dan

diwariskan, disamping sumpah dokter yang harus merahasiakan keadaan

pasien walau pasien tersebut sudah meninggal dunia. Untuk itu surat

persetujuan pasien untuk memberikan informasi isi rekam medis menjadi

patokan dan harus ditandatangani pasien yang bersangkutan.

Kerahasian tidaklah bersifat mutlak, dalam situasi tertentu hal

tersebut dapat dilakukan melalui hal berikut:35

a. Persetujuan pasien

Orang yang paling mempunyai hak mengenai penyimpanan

rahasia medis ini adalah pasien. Pasienlah satu-satunya yang

paling berhak untuk menentukan boleh tidaknya isi rekam medisnya

diungkapkan. Persetujuan yang diberikan pasien dapat diberikan

secara tegas maupun secara diam-diam, namun harus

mencerminkan untuk itu. Persetujuan secara diam-diam dianggap

sudah diberikan oleh pasien yang keadaan kesehatannya dan

35

Ibid. Hal.100

Page 66: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

pengetahuan lain tentang dirinya dibicarakan dalam kalangan

tertentu secara rahasia, misalnya dalam sebuah tim dan berlaku

juga waktu memberitahukan keadaan pasien kepada keluarga

terdekatnya.

Titik tolaknya adalah bahwa persetujuan yang diberikan oleh

pasien untuk membicarakan keterangan rahasia tentang dirinya

dengan pihak lain semata-mata dilakukan karena mempunyai

faedah bagi dirinya. Keadaan ini hanya menyangkut hal-hal yang

sungguh-sungguh perlu untuk diungkapkan dan tentunya hanya

kepada mereka yang berkepentingan dalam pelayanan kesehatan,

termasuk kosultasi dan penunjang pelayanan.

b. Apabila peraturan perundang-undangan mewajibkan

pengungkapan informasi tersebut.

Ketentuan Undang-Undang yang memotong kewajiban

menyimpan rahasia dengan memerintahkan diumumkannya

keadaan dan peristiwa medis seperti keterangan meninggal,

laporan kelahiran, pelaporan penyakit menular dan lain-lain.

Kewajiban tersebut dituangkan dalam undang-undang karena

terlibat kepentingan-kepentingan besar.

c. Informasi dapat diberikan kepada anggota terdekat jika menurut

pendapat dokter atas pertimbangan medis adalah tidak

bijaksana untuk secara langsung memberikan informasi itu

kepada pasiennya.

Page 67: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

d. Kewajiban terhadap kepentingan masyarakat.

9. Kewajiban dan hak petugas rekam medis

Adapun kewajiban petugas rekam medis adalah sebagai berikut:36

a. Wajib menghormati hak pasien

b. Menjaga kerahasiaan identitas, dan kesehatan pribadi pasien

c. Membuat dan memelihara rekam medis

d. Mematuihi standar profesi

e. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung

jawab, kedisiplinan, ketelitian dan kehati-hatian

Disamping itu adapun hak dari petugas rekam medis sebagai

berikut:

a. Memperoleh perlindungan hukum

b. Memperoleh penghargaan dan honorarium yang pantas karena

telah melakukan kewajibannya

c. Diperlakukan dengan wajar, baik dan terhormat

d. Memiliki privasi atas hal-hal pribadinya

e. Memperoleh pembinaan dan pendidikan yang menunjang karier

dan pengetahuannya.

E. Tinjaun Umum Tentang Rumah sakit

1. Pengertian Rumah sakit

Menurut rumusan World Health Organization (WHO), rumah sakit

adalah: “Usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa

36

Op.cit. Dewi, A.I. Hal..155

Page 68: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

pelayanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas

tindakan observasi, diagnostik, terapeutik, dan rehabilitatif untuk orang-

orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang melahirkan”.

Departemen Kesehatan RI memberikan pengertian rumah sakit

adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan

dan penelitian. Upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh

rumah sakit meliputi pelayanan rawat inap, rawat jalan, pelayanan gawat

darurat, pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik dan non

medik.

Menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (1), Tentang Rumah sakit disebutkan bahwa:

“Rumah sakit adalah insitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat”.

2. Klasifikasi Rumah sakit

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Berdasar pada pemilik dan penyelenggara.

1) Rumah sakit pemerintah, yaitu yang diselenggarakan oleh

Departemen Kesehatan, pemerintah daerah, TNI dan POLRI

dan BUMN.

Page 69: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

2) Rumah sakit swasta, yaitu yang diselenggarakan oleh

yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum dan

badan lain yang bersifat sosial.

b) Berdasar pada jenis pelayanan

1) Rumah sakit umum, yaitu rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan untuk semua jenis penyakit dari yang

bersifat dasar sampai subspisialistik

2) Rumah sakit khusus, yaitu rumah sakit yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis

penyakit tertentu, misal RS paru, RS jantung, dan

sebagainya.

c) Berdasar klasifikasi

Berdasarkan pada kemampuan pelayanan, ketenagaan, fisik dan

peralatan yang tersedia, rumah sakit umum pemerintah dan daerah

diklasifikasikan sebagai berikut:

1) RSU Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis spesialistik yang luas dan sub spesialistik

luas.

2) RSU Kelas B mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis sekurang-kurangnya sebelas spesialistik

dan sub spesialistik terbatas.

3) RSU Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis spesialistik dasar.

Page 70: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

4) RSU Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis dasar.

3. Fungsi Rumah sakit

Rumah sakit dalam melaksanakan fungsinya untuk:37

1) Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medis,

pelayanan penunjang medis, pelayanan perawatan, pelayanan

rehabilitasi pencegahan dan peningkatan kesehatan;

2) Tempat pendidikan dan latihan tenaga medis dan paramedic;

3) Tempat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi bidang kesehatan, juga harus mendapat perlindungan

hukum sebagai korporasi.

4. Kewajiban Rumah Sakit

a. Kewajiban umum rumah sakit

1) Rumah sakit harus mentaati KODERSI (Kode Etik Rumah

sakit).

2) Rumah sakit mengawasi dan bertanggung jawab terhadap

semua kejadian di Rumah sakit.

3) Rumah sakit mengutamakan pelayanan yang baik dan

bermutu dan tidak mendahulukan urusan biaya.

4) Rumah sakit memelihara semua catatan/arsip baik medis

maupun non medis secara baik, dalam arti melindungi

kerahasiaan catatan dan rekaman medis.

37

Soeparto, P. dkk. 2006. Etik dan Hukum di bidang Kesehatan. Airlangga University Press.

Hal.36

Page 71: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

5) Rumah sakit mengikuti perkembangan dunia

perumahsakitan.

b. Kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat

1) Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran

dan kritik masyarakat dan berusaha agar pelayanannya

menjangkau keluar rumah sakit.

2) Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan pelayanan

pada harapan dan kebutuhan masyarakat.

c. Kewajiban rumah sakit terhadap pasien

Dalam memberikan pelayanan kesehatan Rumah sakit mempunyai

kewajiban yaitu:38

1) Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak pasien.

Ada dua hak dasar pasien yaitu:

- Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan asuhan

keperawatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi

kedokteran dan profesi keperawatan.

- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

2) Rumah sakit harus memberikan penjelasan mengenai apa yang

diderita pasien, dan tindakan apa saja yang hendak dilakukan.

3) Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed

consent) sebelum melakukan tindakan medis tertentu.

38

Ibid. Hal 39.

Page 72: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

5. Hak dan Kewajiban Pasien dan Dokter

a. Hak dan kewajiban pasien di rumah sakit

Hak pasien merupakan hak asasi yang bersumber dari hak dasar

individual dalam bidang kesehatan. The Right of self Determination.

Negara berkewajiban untuk menyelenggarakan pemenuhan layanan

kesehatan tersebut sehingga masyarakat dapat dengan mudah memenuhi

layanan kesehatan yang terjangkau, berkualitas, dan tersedia diseluruh

wilayah Indonesia.

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai person.

Sesuai pasal 52 UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran, hak pasien dalam menerima pelayanan praktik kedokteran

adalah:

1) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan

medis

2) Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain

3) Mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis

4) Menolak tindakan medis

5) Mendapatkan isi rekam medis

Adapun hak pasien di rumah sakit adalah :39

1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan

peraturan yang berlaku di rumah sakit.

39

Ibid. Hal 44-45

Page 73: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

2) Pasien berhak atas pelayanan kesehatan yang manusiawi, adil,

dan jujur.

3) Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu

sesuai dengan standar profesi kedokteran/ kedokteran gigi dan

tanpa diskriminasi.

4) Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan sesuai

dengan standar profesi keperawatan.

5) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai

dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang

berlaku dirumah sakit.

6) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas

menetukan pendapat klinis dan pendapat etiknya tanpa campur

tangan dari pihak luar.

7) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang

terdaftar dirumah sakit tersebut (second opinion) terhadap

penyakit yang dideritanya.

8) Pasien berhak atas” privacy” dan karahasiaan penyakit yang

diderita termasuk data-data medisnya.

9) Pasien berhak mendapat informasi meliputi: penyakit yang

diderita, tindakan yang hendak dilakukan, kemungkinan

penyulit, akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk

mengatasinya.

Page 74: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

10) Pasien berhak menyetujui atau memberikan izin atas tindakan

yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit

yang dideritanya.

11) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan

terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan

atas tanggung jawab sendiri sesuadah memperoleh informasi

yang jelas tentang penyakitnya.

12) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

13) Pasien berhak menjalankan ibadah sesauai dengan agama dan

kepercayaannya selama hal itu tidak mengganggu pasien

lainya.

14) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama

dalam perawatan di rumah sakit.

15) Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas

perlakukan rumah sakit terhadap dirinya.

16) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril

maupun spiritual.

Selain hak, pasien juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi.

Dokter tidak dapat disalahkan jika pasien tidak jujur tentang penyakitnya.

Apabila pasien sudah pernah berobat ke dokter lain. Maka pasien harus

menceritakan perawatan dan pengobatan yang sudah didapatkan

sebelumnya.

Page 75: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Pasal 53 UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

menyebutkan bahwa kewajiban pasien adalah sebagai berikut:

1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya

2) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter/ dokter gigi

3) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan

kesehatan.

4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan

Apabila pasien tidak melakukan kewajibannya dan hal ini

merupakan penyebab (proximate cause) dari cederanya, maka ia

dianggap turut bersalah sehingga ganti kerugian yang timbul dibagi secara

proporsional antara dokter dan pasien.40

Kewajiban pasien di rumah sakit yang harus dipenuhi pasien

adalah:

1) Pasien dan keluarga berkewajiban untuk mentaati segala

peraturan dan tata tertib rumah sakit.

2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instuksi dokter

dan perawat dalm pengobatanya.

3) Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan

selengkapnya tentang penyakitnya kepada dokter yang

merawat.

40

Isfandyarie, A.. 2006. Tanggung Jawab Hukum Dan Sanksi bagi Dokter. Prestasi Pustaka.

Jakarta. Hal..97

Page 76: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

4) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi

semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau dokter.

5) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-

hal yang telah disepakati/ perjanjian yang telah dibuatnya.

b. Hak dan kewajiban dokter di rumah sakit

Dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran di

rumah sakit mempunyai hak:41

1) Dokter berhak mendapat perlindungan hukum sepanjang

melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional.

2) Dokter berhak untuk bekerja menurut standar profesi serta

berdasarkan hak otonom (seorang dokter, walupun ia berstatus

hukum sebagai karyawan rumah sakit, namun pemilik atau

direksi rumah sakit tidak dapat memerintah untuk melakukan

suatu tindakan yang menyimpang dari standar profesi atau

keyakinannya).

3) Dokter berhak untuk menolak keinginan pasien yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, dan kode

etik profesi.

4) Dokter berhak menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien

apabila misalnya hubungan dengan pasien sudah berkembang

begitu buruk sehinnga kerjasama yang baik tidak mungkin

41

Op.cit. Soeparto, P.dkk. Hal 46-47.

Page 77: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

diteruskan lagi, kecuali untuk pasien gawat darurat dan wajib

menyerahkan pasien kepada dokter lain.

5) Dokter berhak atas privacy.

(Berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh

pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau

memalukan).

6) Dokter berhak mendapat informasi yang lengkap dan jujur dari

pasien dan keluarganya

7) Dokter berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama

dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadap

pelayanannya.

8) Dokter berhak untuk diperlakukan adil dan jujur, baik oleh rumah

sakit maupun oleh pasien.

9) Dokter berhak untuk mendapat imbalan atas jasa profesi yang

diberikannya berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/

peraturan yang berlaku di rumah sakit tersebut.

Selain hak tersebut di atas ada pula kewajiban dokter yang

berkaitan langsung dengan rumah sakit yaitu:

1) Dokter wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan

hubungan hukum antara dokter dan rumah sakit.

2) Dokter wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan

standar profesi dan menghormati hak-hak pasien.

Page 78: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

3) Dokter wajib merujuk pasien ke dokter lain atau rumah sakit lain

yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,

apabila ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau

pengobatan.

4) Dokter wajib memberikan kesempatan kepada pasien agar

senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan dapat

menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.

5) Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya

tentang seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu

meninggal dunia.

6) Dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu

tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain

bersedia dan mampu memberikannya.

7) Dokter wajib memberikan informasi yang adekwat tentang

perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta risiko yang

dapat ditimbulkannya.

8) Dokter wajib membuat rekam medis yang baik secara

berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien.

9) Dokter wajib terus-menerus menambah ilmu pengetahuan dan

mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.

10) Dokter wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau

perjanjian yang telah dibuatnya.

Page 79: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

11) Dokter wajib bekerjasama dengan profesi atau pihak lain yang

terkait secara timbale balik dan memberikan pelayanan kepada

pasien.

12) Dokter wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak

rumah sakit

Dalam pasal 51 UU No. 29 Tahun 2004 juga disebutkan bahwa

dokter dan dokter gigi mempunyai kewajiban:

1) Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan

standar prosedur opersional serta kebutuhan medis pasien.

2) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi yang mempunyai

keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu

melakukan sesuatu pemeriksaan atau pengobatgan.

3) Merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,

bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

4) Melakukan pertolongan dururat atas dasar perikemanusiaan,

kecuali itu bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan

mampu melakukannya.

5) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti ilmu kedokteran

atau kedokteran gigi.

Page 80: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

F. Kepastian Hukum, Keadilan Dan Kemanfaatan. (Idee Des

Recht)

1. Kepastian Hukum

Menurut Suseno dalam Fence M. Wantu.42 Kepastian diartikan

sebagai kejelasan norma, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi

masyarakat yang dikenakan peraturan itu. Pengertian kepastian tersebut

dapat dimaknai bahwa ada kejelasan dan ketegasan terhadap berlakunya

hukum dalam masyarakat. Hal ini untuk tidak menimbulkan banyak salah

tafsir.

Kepastian dapat pula mengandung arti yakni: pertama, adanya

kejelasan; kedua, tidak menimbulkan multi tafsir atau keraguan; ketiga,

tidak menimbulkan kontradiktif; keempat, dapat dilaksanakan. Kepastian

merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk

norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan

makna, karena tidak dapat lagi pedoman perilaku bagi semua orang.

Keteraturan dari masyarakat berkaitan erat dengan kepastian

dalam hukum, karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu

sendiri. Adanya keteraturan menyebabkan orang dapat hidup secara

berkepastian, karena dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat

diperlukan dalam kehidupannya bermasyarakat.

42

Fence M.Wantu, 2011, Idee Des Recht Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan, Pustaka Pelajar Yogyakarta. Hal .76

Page 81: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Untuk sampai pada kepastian, maka hukum harus mengandung

keterbukaan, sehingga siapapun dapat memahami makna atas sesuatu

ketentuan hukum. Hukum yang satu dengan hukum yang lain tidak boleh

kontradiktif, karena bila demikian justru menjadi sumber keraguan. Apabila

sampai terjadi kontradiktif maka pertentangan demikian harus secepatnya

melalui perangkat system hukum itu sendiri.

Radbruch dalam Fence M. Wantu,43 memberi pendapat yang cukup

mendasar mengenai kepastian hukum. Ada 4 (empat) hal yang

berhubungan dengan kepastian hukum:

a. Bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu adalah

perundang-undangan.

b. Bahwa hukum itu didasarkan pada fakta atau hukum yang

ditetapkan itu pasti, artinya didasarkan pada kenyataan dan

hakim tidak menggunakan penilaiannya sendiri, seperti melalui

klausula umum “kesopanan” dan “kemauan baik”.

c. Bahwa kenyataan (fakta) harus dirumuskan dengan cara yang

jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, di

samping mudah dilaksanakan.

d. Hukum positif tidak boleh mudah berubah.

Apa yang dikatakan oleh Radbruch diatas didasarkan pada

pandangannya bahwa kepastian hukum adalah kepastian tentang hukum

itu sendiri. Kepastian hukum merupakan produk dari atau lebih khusus

43

Ibid, Hal. 77

Page 82: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

dari perundang-undangan. Begitu datang hukum maka datanglah

kepastian.

Selanjutnya Radbruch menyatakan unsur kepastian hukum harus

dijaga demi keteraturan/ketertiban suatu Negara, oleh karenanya hukum

positif yang mengatur kepentingan-kepentingan manusia dalam

masyarakat harus selalu ditaati, meskipun hukum positif itu kurang adil

atau kurang mencapai tujuan hukum.

2. Keadilan

Keadilan menjadi salah satu nilai dasar hidup manusia dan

merupakan masalah klasik yang tak pernah terpecahkan secara tuntas.

Menurut Briton dalam Fence M. wantu,44 tidak adanya kesesuaian dalam

mengartikan mendorong orang berusaha merumuskan dan mendefinisikan

keadilan sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan pengalamannya

masing-masing.

Eksistensi pergaulan di dalam masyarakat berkaitan erat dengan

sejauh mana keadilan diselenggarakan. Meningkatnya jumlah manusia

yang diiringi dengan kebutuhan hidup dan kompleksitasnya permasalahan

yang di hadapi menuntut hadirnya keadilan.

Sebagian para ahli sepakat bahwa keadilan merupakan nilai agung

dan universal yang harus diwujudkan untuk kesejahteraan masyarakat

disuatu Negara. Keadilan menjadi syarat utama untuk mewujudkan

kesejahteraan. Kesulitan mulai muncul ketika mereka mendefinisikan

44

Ibid. Hal. 86.

Page 83: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

keadilan. Apa yang dianggap adil oleh pemerintah tidak demikian oleh

rakyatnya.

Pengertian keadilan memiliki sejarah pemikiran yang panjang,

sebab keadilan merupakan tema utama dalam hukum semenjak masa

yunani kuno. Membahas keadilan tidak gampang, sebab keadilan sifatnya

subyektif.

Keadilan diartikan sebagai pembagian yang konstan dan terus

menerus untuk memberikan hak setiap orang. The constant and perpetual

disposition to render every man his due.

Keadilan dapat dilihat dalam dua pengertian pokok yakni:

a. Pengertian formal yang berarti menuntut hukum berlaku secara

umum.

b. Pengertian materil yang berarti setiap hukum harus sesuai

dengan cita-cita keadilan masyarakat.

Pada dasarnya perdebatan mengenai keadilan terbagi atas 2 (dua)

arus pemikiran:

a. Keadilan metafisik, keadilan yang dipelopori oleh oleh Plato yang

mengatakan bahwa sumber keadilan itu asalnya dari inspirasi

dan instuisi.

b. Keadilan rasional, keadilan yang dipelopori oleh Aristoteles yang

menyatakan sumber keadilan adalah dari prinsip-prinsip umum

rasionalitas tentang keadilan.

Page 84: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Sementara itu menurut Aristoteles dalam Fence M. Wantu,45

menyatakan bahwa keadilan menuntut supaya tiap-tiap perkara harus

ditimbang tersendiri (ius suum cuique tribuere). Selanjutnya Aristoteles

mengajarkan adanya duamacam keadilan yakni:

a. Keadilan distributif, adalah keadilan yang memberikan kepada

tiap-tiap orang jatah menurur jasanya.

b. Keadilan Commutatief, adalah keadilan yang memberikan pada

setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa

perseorangan

3. Kemanfaatan

Selain unsur kepastian hukum dan keadilan, maka unsur

kemanfaatan pun harus menjadi unsur cita hukum. Hukum yang baik

adalah hukum yang membawa kemanfaatan bagi masyarakat.

Kemanfaatan dalam hukum sangat berguna, khususnya hukum yang

bersifat mengatur. Mayarakat akan mentaati hukum tanpa perlu dipaksa,

apabila memang masyarakat merasakan manfaat dari hukum itu.

Menurut Radbruch dalam Fence M. Wantu.46 bahwa hukum adalah

segala yang berguna bagi rakyat. Sebagai bagian dari cita hukum (idée

des recht), keadilan dan kepastian hukum membutuhkan pelengkap yaitu

kemanfaatan.

45

Ibid, Hal. 88

46

Ibid, Hal. 99

Page 85: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Bentham, berpendapat bahwa pada intinya hukum harus

bermanfaat untuk membahagiakan kehidupan manusia. Apakah

kebahagiaan itu timbul karena diperolehnya kepastian hukum ataupun

karena timbulnya keadilan dalam masyarakat tidaklah penting. Hukum

yang baik menurut aliran ini adalah hukum yang dapat mendatangkan

kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.47

G. Kesadaran Hukum, Ketaatan Hukum, dan Efektifitas Hukum

1. Kesadaran Hukum

Sosiologi hukum sangat berperan dalam upaya sosialisasi hukum

demi meningkatkan kesadaran hukum yang positif, baik dari warga

masyarakat secara keseluruhan mapun penegak hukum.

Kesadaran hukum menurut Achmad Ali ada 2 macam yaitu:48

a. Kesadaran hukum positif, identik dengan „ketaatan hukum‟.

b.Kesadaran hukum negatif, identik dengan „ketidaktaatan

hukum‟.

Kesadaran hukum menurut Krabbe adalah kesadaran atau nilai-

nilai yang terdapat di dalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau

tentang hukum yang diharapkan ada. Kemudian Achmad Ali

menambahkan, pengertian itu akan lebih lengkap lagi, jika ditambahkan

47

Ibid, Hal. 100 48

Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicialprudence), KencanaPrenada Media Group, Jakarta, Cetakan ke-3. Hal. 298

Page 86: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

unsur nilai-nilai masyarakat, tentang fungsi apa yang hendaknya

dijalankan oleh hukum dalam masyarakat.49

Jadi kesadaran hukum yang dimiliki warga masyarakat, belum

menjamin warga masyarakat tersebut mentaati suatu aturan hukum atau

perundang-undangan. Contoh seseorang mempunyai kesadaran hukum

bahwa melanggar lampu merah di “traffic light” adalah pelanggaran

hukum, dan menyadari pula bahwa hanya polisi yang berwenang untuk

menangkap dan menilangnya, orang tadi dengan kesadaran hukum tadi,

belum tentu tidak melanggar, ketika orang itu melihat tidak ada polisi

disekitar traffic light, maka orang itu, karena terburu-buru untuk menghadiri

suatu acara, mungkin saja melanggar traffic light.

Menurut Soerjono Soekanto dalam Achmad Ali50 mengemukakan

empat indikator kesadaran hukum, yaitu:

a. Pengetahuan tentang hukum;

b. Pemahaman tentang hukum;

c. Sikap terhadap hukum; dan

d. Perilaku hukum.

Menurut Achmad Ali, indikator kesadaran hukum harus

memberikan penjelasan apa yang diartikan dengan hukum, jadi hukum

bukan hanya hukum Negara (hukum positif tertulis), melainkan juga

hukum yang mencakup hukum yang bersumber dari norma sosial

(triangular society), dan hukum yang bersumber dari agama, etika dan

49

Ibid, Hal. 299 50

Ibid, Hal. 301

Page 87: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

moral (triangular of morality). Jadi hukum disini bukan hanya perundang-

undangan, melainkan juga hukum agama dan hukum adat sepanjang

masih relevan dan realitas dengan hukum masyarakat Indonesia.

Jadi Ketaatan hukum adalah kesadaran hukum yang positif,

sedangkan ketidaktaatan hukum padahal yang bersangkutan memiliki

kesadaran hukum, berarti kesadaran hukum yang dipunyainya adalah

kesadaran hukum yang negatif.51

Selanjutnya Ewick dan Silby dalam Achmad Ali membedakan

beberapa jenis kesadaran sebagai berikut:52

a. Consciouness as Attitude (kesadaran sebagai sikap).

Kesadaran sebagai gagasan dan sikap-sikap dari individu-individu

yang menentukan bentuk dan tekstur kehidupan sosial. Secara singkat,

konsep tentang kesadaran ini, menunjukkan bahwa kelompok-kelompok

sosial dari semua ukuran dan tife (keluarga, kelompok sebaya, kelompok

kerja, perusahaan, komunitas, institusi hukum, dan masyarakat), muncul

dari tindakan-tindakan bersama individu-individu.

b. Consciouness as epiphenomenon (kesadaran sebagai

epiphenomenon).

Ilmuan memandang hukum maupun kesadaran hukum, sebagai

Epiphenomenon, yaitu suatu struktur ekonomi terpenting untuk

memproduksi suatu tertib hukum yang berkaitan atau yang tepat. Karya ini

51

Ibid, Hal. 302

52

Ibid, Hal. 314-318

Page 88: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

sering menggambarkan bagaimana kebutuhan produksi dan reproduksi

kapitalis membentuk prilaku dan kesadaran hukum. Meskipun demikian

hukum dan kesadaran hukum, masih merupakan produk-produk

ketimbang produsen-produsen hubungan sosial.

c. Consciouness as cultural practice (kesadaran sebagai

praktik cultural).

Kesadaran sebagai bagian dari proses timbal balik, yang di

dalamnya makna-makna yang diberikan oleh individu-individu kepada

dunia mereka, hukum serta institusi hukum sebagi bagian dari dunia

tersebut, menjadi berulang, berpola, dan distabilkan, dan struktur yang

dilembagakan tersebut, menjadi bagian dari sistem makna, yang

digunakan oleh individu-individu.

Jika dipormulasikan kesadaran tidaklah permanen, tidak stabil dan

uniter, atau tidak konsisten. Sebagai gantinya kita melihat kesadaran

hukum sebagai sesuatu yang bersifat lokal, kontekstual dan pluralitas

yang diisi dengan konflik dan kontradiksi. Jadi kesadaran hukum

seseorang dapat bervariasi sepanjang masa (untuk mencerminkan

pembelajaran dan pengalaman) atau diseluruh interaksi (untuk

mencerminkan objek-objek, hubungan-hubungan atau tujuan yang

berbeda). Hingga sadar bahwa kesadaran, muncul dalam praktik sosial

dan ditempa di dalam dan di sekitar peristiwa dan interaksi yang

disituasikan (sengketa dengan tetangga, kasus pidana), seseorang

Page 89: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

mungkin mengekspresikan, melalui kata-kata atau tindakan-tindakan,

keasadaran yang multifacet, kontradiktif dan beranekam ragam.

Kesadaran hukum bersifat contigent (bergantung pada sesuatu),

yang bermakna bahwa it can change depending on the area of law (or

social problem) that is at issue (dia dapat berubah tergantung pada area

hukum atau masalah sosial yang dipersoalkan).

2. Ketaatan Hukum

Ketaatan terhadap hukum merupakan unsur penting dari

berfungsinya tata hukum. Seseorang mentaati hukum atau tidak

melanggar hukum, selain akibat faktor jera atau takut setelah

mempertimbangkan sanksi yang diganjarkan terhadap dirinya jika tidak

mentaati hukum, maka bisa saja orang mentaati hukum karena adanya

tekanan individu lain atau kelompok dan bisa juga karena alasan moral

personalnya begitu pula sebaliknya. Individu dapat memutuskan untuk

tidak mentaati suatu aturan hukum, juga karena alasan moral.

Menurut H.C. Kelman dalam Achmad Ali, ketaatan hukum dapat

dibedakan atas kualitasnya, yaitu:53

a. Ketaatan yang bersifat compliance, yaitu jika seseorang menaati

suatu aturan, hanya karena ia takut terkena sanksi. Kelemahan

ketaatan jenis ini, karena ia membutuhkan pengawasan yang

terus-menerus.

53

Ibid, 348.

Page 90: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

b. Ketaatan yang bersifat identification, yaitu jika seseorang

menaati suatu aturan, hanya karena takut hubungan baiknya

dengan pihak lain menjadi rusak.

c. Ketaatan yang bersifat internalization, jika seseorang menaati

suatu aturan, benar-benar karena ia merasa bahwa aturan itu

sesuai dengan nilai intrinsic yang dianutnya.

Dalam realitasnya, berdasarkan konsep H.C. Kelman tersebut,

seseorang dapat menaati suatu aturan hukum, hanya karena ketaatan

salah satu jenis saja, tapi dapat terjadi seseorang menaati suatu aturan

hukum, berdasarkan dua atau tiga jenis ketaatan sekaligus.

Pendapat ini ditambahkan oleh Achmad Ali, bahwa sebenarnya

jenis ketaatan yang paling mendasar sehingga seseorang menaaati atau

tidak menaati hukum, adalah karena adanya kepentingan.

3. Efektivitas Hukum

Adapun faktor yang mempengaruhi ketaatan terhadap hukum

sehingga hukum efektif adalah:54

a. Relevansi aturan hukum secara umum, dengan kebutuhan

hukum dari orang-orang yang menjadi target aturan hukum

secara umum.

b. Kejelasan rumusan dari substansi aturan hukum, sehingga

mudah dipahami oleh target diberlakukannya aturan hukum.

54

Ibid, Hal. 376-379.

Page 91: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

c. Sosialisasi yang optimal kepada seluruh target aturan hukum

itu.

d. Jika hukum yang dimaksud adalah perundang-undangan, maka

seyogiyanya aturannya bersifat melarang, dan jangan bersifat

mengharuskan, sebab hukum yang bersifat melarang

(prohibitur) lebih mudah dilaksanakan ketimbang hukum yang

bersifat mengatur (mandatur).

e. Sanksi yang diancamkan oleh aturan hukum itu, harus

dipadankan dengan sifat aturan hukum yang dilanggar tersebut.

f. Berat ringannya sanksi yang diancamkan dalam aturan hukum,

harus proporsional dan memungkinkan untuk dilaksanakan.

g. Kemungkinan bagi penegak hukum untuk memproses jika

terjadi pelanggaran terhadap aturan hukum tersebut, adalah

memang memungkinkan, karena tindakan yang diatur dan

diancamkan sanksi, memang tindakan yang konkret, dapat

dilihat, diamati, oleh karenanya dimungkinkan untuk diproses

dalam setiap tahapan (penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

dan penghukuman).

h. Aturan hukum yang mengandung norma moral berwujud

larangan, relatif akan jauh lebih efektif ketimbang aturan hukum

yang bertentangan dengan nilai moral yang dianut oleh orang-

orang yang menjadi target diberlakukannya aturan tersebut.

Page 92: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

i. Efektif tidaknya suatu aturan hukum secara umum, tergantung

pada optimal dan professional tidaknya aparat penegak hukum

untuk menegakkan berlakunya aturan hukum tersebut.

j. Efektif tidaknya suatu aturan hukum secara umum,

mensyaratkan adanya pada standar hidup sosio-ekonomi yang

minimal dalam masyarakat.

Adapun efektifitas perundang-undangan, bergantung pada

beberapa faktor, antara lain:

a. Pengetahuan tentang substansi (isi) perundang-undangan.

b. Cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut.

c. Institusi yang terkait dengan ruang lingkup perundang-undangan

dengan di dalam masyarakatnya.

d. Bagaimana proses lahirnya suatu perundang-undangan, yang

tidak boleh dilahirkan tergesa-gesa untuk kepentingan instan

(sesaat).

Efektivitas penegakan hukum yang dikemukakan Bambang

Sotiyoso,55 baru terpenuhi apabila 5 pilar hukum dapat berjalan dengan

baik.

a. Pertama; faktor hukumnya sendiri (Undang-Undang).

b. Kedua; faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang

membentuk maupun menerapkan hukum.

55

Bambang Sutiyoso, 2010 Reformasi Penegakan Hukum Dan Kekuasaan Kehakiman Di

Indonesia, UII Press, Yogyakarta, Hal. 19

Page 93: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

c. Ketiga; faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan

hukum.

d. Keempat; faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum

tersebut berlaku atau diterapkan.

e. Kelima; faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan

rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan

hidup.

Menurut Walter C. Reckless, dalam Bambang Sotiyoso,56 secara

empirik efektivitas penegakan hukum juga di pengaruhi oleh;

a. Pertama; bagaimana sistem dan organisasinya bekerja,

b. Kedua; bagaimana sistem hukumnya,

c. Ketiga; bagaimana sistem peradilannya dan

d. Keempat; bagimana sistem birokrasinya.

Dari kajian berbagai sistem diatas Bambang Sotiyoso mengatakan

bahwa efektivitas penegakan hukum dalam teori maupun praktek,

problematika yang dihadapi adalah kemauan politik (Political will) dari para

pengambil keputusan. Kemauan politik (Political will) merupakan faktor

yang menentukan hukum dapat tegak atau ambruk, atau setengah-

setengah.

Masalah penegakan hukum dalam masyarakat pada dasarnya

merupakan kesenjangan antara hukum secara normatif (das sollen) dan

56

Ibid, Hal. 19

Page 94: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

hukum secara sosiologis (das sein) atau kesenjangan antara prilaku

hukum masyarakat yang seharusnya dengan prilaku hukum yang nyata.

Menurut Bambang Sutiyoso,57 secara umum faktor-faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu

faktor-faktor yang terdapat dalam sistem hukum dan faktor-faktor diluar

sistem hukum, adapun faktor-faktor yang terdapat dalam sistem hukum

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor peraturan perundang-undangan

Faktor materi (substansi) suatu hukum atau peraturan perundang-

undangan memegang peranan penting dalam penegakan hukum

(law enforcement). Artinya di dalam hukum atau peraturan

perundang-undangan itu sendiri harus terkandung nilai-nilai di

dalamnya keadilan (justice). Sebab, bagaimanapun juga hukum

yang baik adalah hukum yang di dalamnya terkandung nilai-nilai

keadilan.

b. Faktor aparatur penegak hukum

Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah faktor aparatur

penegak hukum itu sendiri yang lazim juga disebut law enforcer

(enforcement agencies).

c. Faktor sarana dan prasarana

Faktor sarana prasarana yaitu, apakah aparat penegak sudah

dilengkapi dengan sarana prasarana fisik yang memadai,

57

Ibid, Hal, 21-23

Page 95: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

khususnya alat-alat tekhnologi yang modern dalam rangka

sosialisasi hukum dan mengimbangi kecendrungan-kecendrungan

penyimpangan sosial masyarakat, termasuk ketersediaan sarana

prasarana tempat menjalani pidana dan sarana prasarana lainnya.

d. Faktor kepatuhan masyarakat

Berkaitan dengan persepsi masyarakat tentang hukum, tentang

ketertiban dan fungsi penegak hukum. Sebab kenyataannya,

masyarakat terutama masyarakat yang masih kuat memegang

teguh hukum rakyat (Folk Law) pemahamannya akan apa itu

hukum, apa itu ketertiban dan apa itu penegakan hukum akan

berbeda dengan apa yang dimaksud dengan hukum modern.

e. Faktor Politik atau penguasa Negara

Faktor ini patut diperhatikan karena pada kenyataannya penegakan

hukum seringkali adanya campur tangan atau intervensi dari

kekuatan-kekuatan kepentingan dalam masyarakat. Dalam proses

peradilan seringkali kita dengar adanya intervensi dari pihak

eksekutif atau lembaga ekstra yudisial lainnya dalam proses

perkara yang sedang berlangsung, intervensi dari eksekutif dan

lembaga-lembaga ini membatasi kebebasan hakim dalam

memeriksa dan mengadili perkara, sehingga mengakibatkan proses

peradilan yang jujur dan tidak memihak tidak berjalan dengan baik.

Page 96: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

H. Tinjauan Tanggung Jawab Hukum

Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala

sesuatunya (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan,

diperkarakan dan sebagainya).58

Dalam kamus hukum ada dua istilah pada pertanggungjawaban

yakni liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang

luas, di dalamnya mengandung makna bahwa liability menunjuk pada

makna yang paling komprehensif, meliputi hampir setiap karakter risiko

atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung, atau yang mungkin.

(Liability didefinisikan untuk menunjuk semua karakter hak dan

kewajiban). Liability juga merupakan kondisi tunduk kepada kewajiban

secara aktual atau potensial, kondisi bertanggung jawab terhadap hal

yang aktual atau mungkin seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya

atau beban, kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan

undang-undang dengan segera atau pada masa yang akan datang.

Tanggung jawab (liability) terhadap terjadinya malpraktik dibagi 3

macam:59

1) Tanggung jawab individu, yaitu yang menjadi beban baik secara

sendiri-sendiri maupun kelompok dalam satu tim

2) Tanggung jawab Institusi, yatiu tanggung jawab yang menjadi

beban pada institusi penyelenggara kesehatan. Tanggung

58

HR Ridwan, 2011, Hukum Administrasi Negara, RajaGrafindo Persada, Jakarta, Cetakan

ke-7 hal.318 59

Iskandarsyah, M., 2011, Tuntutan Pidana dan Perdata Malpraktik, Permata Aksara,

Jakarta.hal.38-39.

Page 97: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

jawab ini merupakan tanggung jawab mnajerial, seperti

pengawasan dan pembinaan. Kalau terjadi kesalahan anggota

maka merupakan institusi karena lalai member pengawasan dan

pembinaan.

3) Tanggung jawab gabungan, yaitu tanggung jawab pribadi dan

institusi. Tanggung jawab insitusi bisa tanggung jawab yuridis,

sosiologis dan moral tergantung permasalahannya. Dan paling

tidak bertanggung jawab secara moral terhadap kesalahan

anggota institusi sebab peranan pelayanan kesehatan

mempunyai tim yang besar.

Sementara Responsibility berarti Hal yang dapat

dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban dan termasuk putusan,

keterampilan, kemampuan dan kecakapan. Responsibility juga berarti

kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan,

dan memperbaiki atau sebaliknya memberi ganti rugi atas kerusakan

apapun yang telah ditimbulkannya.60

Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability

menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat atas

kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum, sedangkan responsibility

menunjuk pada pertanggungjawaban politik.

Dalam ensiklopedi administrasi, responsibility adalah keharusan

seseorang untuk melaksanakan secara selayaknya apa yang telah

60

Op.cit. HR Ridwan. hal.319

Page 98: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

diwajibkan kepadanya. Disebutkan juga bahwa pertanggungjawaban

mengandung makna; meskipun seseorang mempunyai kebebasan dalam

melaksanakan sesuatu tugas yang dibebankan kepadanya, namun ia tidak

dapat membebaskan diri dari hasil atau akibat kebebasan perbuatannya,

maka ia adapat dituntut untuk melaksanakan secara layak apa yang

diwajibkan kepadanya.61

Dalam pengertian hukum, tanggung jawab berarti keterikatan

Tanggung jawab hukum dokter adalah suatu “keterikatan” dokter terhadap

ketentuan-ketentuan hukum dalam menjalankan profesinya.

. Tiap manusia, mulai dari saat ia dilahirkan sampai saat ia mau

meninggal dunia mempunyai hak dan kewajiban dan disebut sebagai

subjek hukum. Demikian juga seorang dokter, harus juga bertanggung

jawab sebagai subjek hukum pengemban hak dan kewajiban.

Tanggung jawab hukum seorang dokter, dapat tidak berkaitan

dengan profesi, dan dapat pula merupakan tanggung jawab hukum yang

berkaitan dengan profesinya.

Pasal 14 Permenkes No. 269 Tahun 2008 menyebutkan bahwa

pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang,

rusak, pemalsuan dan atau penggunaaan oleh orang atau badan yang

tidak berhak terhadap rekam medis.

61

Ibid. hal.321

Page 99: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum

dibedakan sebagai berikut:62

1) Prisip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan ( liability

based on fault);

2) Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption

of liability);

3) Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab

(presumption of non liability);

4) Prinsip bertanggung jawab mutlak (strict liability);

5) Prinsip bertanggung jawab dengan pembatasan (limitation of

liability).

Perbuatan dokter yang berkaitan dengan pelaksanaan profesi yang

menimbulkan tanggung jawab hukum, dapat dibedakan antara lain:63

1) Tanggung jawab terhadap ketentuan profesionalnya, yang

termuat dalam kepmenkes No.434/Menkes/Sk/X/1983 Tentang

Kode Etik Kedokteran (KODEKI).

2) Tanggung Jawab terhadap ketentuan hukum yang tercantum

dalam Undang-Undang, yaitu KUH Pidana beserta acaranya

(KUHAP), KUH Perdata, UU No. 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan dan UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran.

62

Febriana,S.dan Tutik,T.T., 2010, Perlindungan hukum bagi pasien, PT.Prestasi Pustaka,

Jakarta, hal. 49 63

Op.cit. Isfandyarie, A. Hal..3

Page 100: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Dalam pertanggungjawaban hukum seorang dokter sebagai

pengemban profesi, dokter harus selalu bertanggung jawab dalam

menjalankan profesinya, karena tanggung jawab dokter dalam hukum

sedemikian luasnya, maka dokter harus memahami ketentuan hukum

yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya.

Kewajiban hukum pada intinya manyangkut apa yang boleh dan

apa yang tidak boleh dilakukan seorang dokter, atau apa yang seharusnya

dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan dalam menjalankan

profesi dokter.

Kewajiban hukum dokter mencakup kewajiban hukum yang timbul

karena profesinya dan kewajiban yang timbuk karena kontrak terapeutik

(penyembuhan) yang dilakukan dalam hubungan dokter dengan pasien.

Kewajiban itu mengikat setiap dokter yang selanjutnya menimbulkan

tanggung jawab hukum bagi dokter yang bersangkutan. Dalam

menjalankan kewajiban hukumnya, diperlukan adanya ketaatan dan

kesungguhan dari dokter dalam melaksanakan kewajiban sebagai

pengemban profesi. Kesadaran hukum yang dimiliki dokter harus berperan

dalam diri dokter untuk bisa mengendalikan dirinya sehingga tidak

melakukan kesalahan profesi, agar terhindar dari sanksi yang diberikan

oleh hukum.

Page 101: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Keterikatan dokter terhadap ketentuan hukum dalam menjalankan

profesinya merupakan tanggung jawab hukum yang harus dipenuhi dokter

pada dasarnya meliputi 3 (tiga) bentuk pertanggungjawaban, yaitu:64

1) Bidang Hukum Administrasi dimuat dalam Undang-Undang

No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

2) Bidang hukum pidana, terdiri dari:

- UU No.1 Tahun 1946 Tentang Hukum Pidana, antara lain

Pasal 48-51, 224, 267, 268, 322, 344-361, dan 531.

- Ketentuan Pidana UU No.36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan.

- Ketentuan Pidana UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran.

3) Bidang hukum perdata, terdiri dari :

- Buku III BW Tentang Hukum Perikatan (Pasal 1239, 1365,

1366, 1367).

1. Pidana

Hukum pidana menganut asas ”tiada pidana tanpa kesalahan”.

Selanjutnya dalam pasal 2 KUHP disebutkan, ”Ketentuan pidana dalam

perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang

melakukan suatu delik di Indonesia”. Perumusan pasal ini menentukan

bahwa setiap orang yang berada dalam wilayah hukum Indonesia, dapat

64

Ibid. Hal.5-6

Page 102: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

dimintakan pertanggungjawaban pidana atas kesalahan yang dibuatnya.

Jadi dokter pun tidak terlepas dari pasal tersebut.

Sekalipun hukum pidana mengenal adanya penghapusan pidana

dalam pelayanan kesehatan, yaitu alasan pembenar dan pemaaf

sebagaimana halnya terdapat dalam yurisprudensi, namun tidak serta

merta alasan itu menghapus suatu tindak pidana bagi profesi dokter.

Alasan pembenar dan alasan pemaaf hanya terdapat pada pengecualian

tertentu seperti dalam UU No. 36 Tahun 2009, terutama yang berkaitan

dengan abortus.

Seorang dokter dalam hal melakukan perawatan, jika terjadi

penyimpangan terhadap suatu kaidah pidana, sepanjang dokter yang

bersangkutan melakukannya dengan memenuhi standar profesi dan

standar kehati-hatian, dokter tersebut masih dianggap telah melakukan

peristiwa pidana, hanya saja kepadanya tidak dikenakan suatu pidana, jika

memang terdapat alasan khusus untuk itu, yaitu alasan penghapus

pidana.65

Dalam hukum acara pidana pun disebutkan bahwa hakim tidak

boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurang-

kurangnya didapatkan 2 (dua) alat bukti yang sah yang berdasarkan alat

bukti tersebut hakim dapat memperoleh keyakinan bahwa terdakwa telah

benar-benar melakukan tindak pidana sebagaimana disebutkan pasal 183

KUHAP. Selanjutnya Pasal 184 KUHAP menyebutkan tentang alat bukti

65

Nasution, B.J. 2005.,Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban dokter. PT.Rineka Cipta.

Jakart. hal.75-76.

Page 103: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

yang sah yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan

keterangan terdakwa.

Dalam Hukum Acara Pidana, rekam medis dapat dijadikan alat

bukti surat di pengadilan berdasarkn Pasal 187 Ayat (4) huruf b KUHAP

yaitu:

“Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan”. Rekam medis merupakan surat yang dibuat menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan yatu Undang-Undang Praktik Kedokteran

pasal 46 ayat (1) dan (3) dan Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008

tentang rekam medis.

Surat ini dibuat oleh pejabat (dokter) yang termasuk dalam tata

laksana tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi sesuatu hal

atau sesuatu keadaan tentang pasien. Kriteria ini memenuhi Pasal 187

ayat(4) huruf b KUHAP sehingga rekam medis dapat dijadikan alat bukti

surat dipengadilan.

Tentang petunjuk sebagaimana disebutkan dalam pasal 184 huruf

d di atas, dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 188 ayat (2) dan (3) bahwa

petunjuk dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan

terdakwa, yang akan diperiksa oleh hakim secara arif dan bijaksana

dengan penuh kecermatan dan kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya

Page 104: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

sehingga memberikan keyakinan kepada hakim atas kekuatan pembuktian

petunjuk tersebut.

Dari isi pasal 188 di atas, dapat diartikan bahwa bila seorang dokter

dituduh malakukan tindak pidana dan diajukan ke pengadilan sebagai

terdakwa, keterangan dokter dan surat serta kesaksian saksi (perawat

yang ikut merawat pasien) dapat memberikan petunjuk kepada hakim

untuk membuktikan dokter bersalah atau tidak. Surat yang dapat dipakai

sebagai alat bukti yang mungkin meringankan dokter, tidak lain adalah

rekam medis.

2. Administrasi

Tanggung jawab hukum pada bidang administrasi yang dinilai dari

sudut kewenangannya, yaitu apakah dokter itu berwenang atau tidak

melakukan sesuatu terhadap pasiennya. Berdasarkan pada hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan pekerjaan sebagai dokter

diperlukan berbagai persyaratan, salah satu persyaratan yang paling

penting adalah adanya Surat Tanda Registrasi(STR) dan surat Izin Praktik

(SIP) sebagai dokter.

Dengan adanya Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik,

barulah dokter yang bersangkutan berwenang melakukan tugas sebagai

pemberi pelayanan kesehatan, baik pada instansi pemerintah maupun

instansi swasta atau melakukan praktik secara perseorangan.

Ditinjau dari status kepegawaiannya, Profesi kesehatan dapat

dibagi menjadi dua golongan, yaitu: golongan pertama adalah mereka

Page 105: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

yang bekerja pada pemerintah yaitu Pegawai Negeri Sipil(PNS); golongan

kedua adalah mereka yang berstatus sebagai tenaga swasta yaitu dokter

yang tidak PNS.

Pada golongan pertama, dokter yang bersangkutan tunduk pada

UU Kepegawaian, dalam UU ini dinyatakan antara lain, bahwa PNS

sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi pemerintah.

Sedangkan golongan kedua, mereka yang tunduk pada ketentuan yang

berlaku diluar ketentuan yang mengatur tentang PNS.

Bagi dokter Baik yang PNS maupun yang bukan PNS, Dalam

hubungannya dengan tugasnya untuk menjalankan pelayanan kesehatan

terhadap pasien, mereka berhak menjalankan otonomi profesi, tetapi ia

harus menjalankan standar profesi. Jadi otonomi ini ditujukan untuk

memilih beberapa alternatif guna melakukan tindakan medis, hal itupun

boleh dilakukan selama alternatif itu tetap menurut dan memenuhi standar

profesi.

Dalam menjalankan profesinya dokter harus menghormati hak

pasien, pelayanan oleh dokter terletak pada pasien sebagai pemegang

putusan tertinggi. Selain itu dokter juga berkewajiban mematuhi peraturan-

peraturan organisatoris dan administratif, yang ditetapkan oleh pemerintah

melalui peraturan perundang-undangan, maupun yang ditetapkan melalui

organisasi profesi seperti kode etik kedokteran. Dokter yang melakukan

kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat

dikenakan tindakan disiplin.

Page 106: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Bagi tenaga PNS/TNI-Polri selain tunduk pada ketentuan hukum

kesehatan, tindakannya juga diatur dalam peraturan PNS/TNI-Polri

dalam bentuk peraturan yang mengikatnya. Tenaga kesehatan yang

melakukan kesalahan atau kelalaian, disamping dikenakan hukuman

sesuai dengan PP.No.30 tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil, Juga dapat dikenakan tindakan administratif sebagai sanksi oleh

pimpinan yang diberi kewenangan untuk menindak. Jenis tindakan berupa

teguran lisan, teguran tertulis, pencabutan rekomendasi/izin untuk

melaksanakan praktik dalam jangka waktu tertentu, selama-lamanya satu

tahun, yang mana untuk tindakan disiplin ini berlaku baik yang PNS/TNI-

Polri atau bukan PNS/TNI-Polri.

Adapun tujuan penjatuhan hukuman disiplin ini adalah untuk

memperbaiki dan mendidik tenaga kesehatan yang bersangkutan dan

rasa tanggung jawab terhadap kewajiban profesinya.66

3. Perdata

Sehubungan dengan tanggung jawab hukum dokter dalam bidang

hukum perdata, maka ada 2 bentuk pertanggung jawaban pokok, yaitu:

a) Pertanggung jawaban atas kerugian yang disebabkan karena

wanprestasi.

b) Pertanggung jawaban atas kerugian yang disebabkan karena

perbuatan melawan hukum.

66

Ibid. hal.88-89.

Page 107: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Pada dasarnya, pertanggungjawaban perdata bertujuan untuk

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita disamping untuk

mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, dasar untuk

menuntut adalah yang dianggap telah merugikan pasiennya mengenai

perbuatan melawan hukum dan wanprestasi yang memberikan hak

kepada yang dirugikan untuk menerima kompensasi dari pihak lain yang

mempunyai kewajiban terhadap pihak yang menderita kerugia tersebut.

Ada 3 prinsip pertanggung jawaban perdata yang di atur dalam BW,

yaitu:

a) Setiap tindakan yang menimbulkan kerugian atas diri orang lain

berarti orang yang melakukannya harus membayar kompensasi

sebagai pertanggung jawaban kerugian (Pasal 1365 BW).

b) Seseorang harus bertanggung jawab tidak hanya karena

kerugian yang dilakukannya dengan sengaja, tetapi juga karena

kelalaiannya atau kurang hati-hati (Pasal 1366 BW).

c) Seseorang harus memberikan pertanggungjawaban tidak hanya

atas kerugian yang ditimbulkan dan tindakannya sendiri, tetapi

juga atas kerugian yang ditimbulkan dari tindakan orang lain

yang berada di bawah pengawasannya (Pasal 1357 BW).

Safitri Hariyani (Isfandyarie: 2006), membagi pertanggungjawaban

hukum perdata sebagai berikut:67

a. Melakukan wanprestasi (Pasal 1239 KUH Perdata/BW);

67

0p.cit.Isfandyarie. Hal.7

Page 108: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Bunyi dari Pasal 1239 KUHPerdata adalah sebagai berikut:

“Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila siberutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajaiban memberikan pergantian biaya, rugi, dan bunga”.

Dalam bahasa hukum, wanprestasi adalah suatu keadaan dimana

seseorang tidak memenuhi kewajibannya yang didasarkan pada suatu

perjanjian kontrak.

Menurut ilmu hukum perdata, seseorang dianggap melakukan

wanprestasi apabila:

- tidak melakukan yang disanggupi akan dilakukan,

- terlambat melakukan apa yang dijanjikan akan dilakukan,

- melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sesuai dengan

yang dijanjikan,

- melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukannya.

Gugatan yang berkaitan dengan wanprestasi ini, bisanya gugatan

ganti rugi terhadap dokter yang dianggap melakukan perbuatan yang

merugikan pasien, dalam gugatan wanprestasi ini pasien harus

mempunyai bukti-bukti kerugian sebagai akibat tidak dipenuhinya

kewajiban dokter terhadap dirinya sebagaimana yang dijanjikan dokter

tersebut.

b. Melakukan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUH

Perdata);

Page 109: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Pada perbuatan melawan hukum tidak harus didahului adanya

perjanjian. Unsur yang dapat dipakai sebagai dasar mengajukan

tuntutan perbuatan melawan hukum adalah:

- Adanya perbuatan melawan hukum

- Ada kerugian

- Adanya hubungan kausalitas antara perbuatan melawan

hukum dan kerugian

- Ada kesalahan

Berdasarkan yurisprudensi 1919, yang dimaksud dengan pebuatan

melawan hukum adalah tindakan atau kelalaian yang memenuhi kriteria

sebagai berikut:

- Malanggar hak orang lain;

- Bertentangan dengan kewajiban hukum itu sendiri;

- Menyalahi pandangan etis yang umumnya dianut atau

kesusilaan yang baik;

- berlawanan dengan sikap hati-hati yang seharusnya

diindahkan dalam pergaulan masyarakat terhadap diri atau

benda orang lain.

c. Melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian (pasal

1366 KUH Perdata);

Pasal 1365 KUH Peradata mengatur tentang tindakan yang

dilakukan dengan sengaja oleh seseorang yang dpat mengakibatkan

kerugian terhadap orang lain, sebagai perbuatan melawan hukum. Bagi

Page 110: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

seseorang yang tidak sengaja, tetapi karena kelalaian atau kurang berhati-

hati menimbulkan kerugian kepada orang lain dalam perbuatan melawan

hukum, maka ganti kerugian juga dapat diajukan berdasar pasal 1365

KUH Perdata.

Ketentuan yang berlaku didunia kedokteran, dokter harus

melakukan anamnese dahulu sebelum melakukan pemeriksaan kepada

pasien.

Untuk dapat dijadikan dasar gugatan, maka negligence (kalalaian),

harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Suatu tingkah laku yang menimbulkan kerugian, tidak sesuai

dengan sikap hati-hati yang normal.

2) Penggugat harus membuktikan bahwa tergugat lalai dalam

menjalankan kewajibanya kepada penggugat.

3) Kelakukan tergugat merupakan penyebab yang nyata (proxime

cause) dari kerugian yang dirasakan atau diderita penggugat.

d. Melalaikan pekerjaan sebagai penanggung jawab (Pasal 1367

ayat (3) KUH Perdata).

Dalam pasal 1367 KUH Perdata, seseorang harus memberikan

pertanggungjawaban tidak hanya atas kerugian yang ditimbulkan dari

tindakannya sendiri, tetapi juga atas kerugian yang ditimbulkan dari

tindakan orang lain yang berada di bawah pengawasannya.

Page 111: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Ada 2 praktik kedokteran yang pada umumnya dilaksanakan oleh

dokter yaitu praktik kedokteran swasta perorangan dan praktik kedokteran

pada saran pelayanan kesehatan seperti rumah sakit.

Pada rumah sakit dokter yang melakukan praktik kedokteran

biasanya memerlukan tenaga kesahatan lain yang bekerja di bawah

perintahnya seperti bidan, perawat. Kesalahan seorang perawat karena

menjalankan perintah dokter, menjadi tanggung jawab dokter yang

memberikan perintah tersebut.

Menurut Hariyani dalam Isfandyarie68, untuk menentukan secara

pasti pertanggungjawaban masing-masing terhadap tindakan medik, maka

penugasan kepada tenaga kesehatan lain, maka dianjurkan dokter untuk

memperhatikan hal berikut:

1) Dokter hanya melakukan diagnosis, terapi, dan petunjuk medik.

2) Penugasan tindakan medik hanya boleh dilakukan bila dokter

benar-benar yakin terhadap kemampuan bawahannya, agar

pasien mendapatkan perawatan yang tidak membahayakan

jiwanya. Penugasan ini harus dilakukan secara tertulis, dengan

instruksi yang jelas tentang cara melaksanakan instruksi

tersebut dan kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi beserta

cara penanganannya.

3) Dokter harus selalu memantau perkembangan yang terjadi pada

pasien baik pada saat maupun setelah mendapatkan perawatan

68

Ibid. Hal.16

Page 112: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

medik dan selalu siap sewaktu-waktu harus hadir untuk

menangani pasien secara langsung.

4) Pasien yang menjalani tindakam medik yang tidak dilakukan

sendiri oleh dokter (ada pendelegasian wewenang) mempunyai

hak untuk menolak atau menerima.

I. Kerangka Pikir

Pemberlakuan Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29

Tahun 2004 ditujukan untuk melindungi pasien dan dokter sehinga dapat

terlindungi secara hukum dan dengan berlakunya undang-undang ini

mewajibkan kepada dokter sebagai pemberi layanan kesehatan untuk

membuat rekam medis, begitu pula atas tindakan yang dilakukan harus

mendapat persetujuan dari pasien.

Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 menyebutkan bahwa setiap

sarana pelayanan kesehatan wajib menyelenggarakan rekam medis.

Rekam Medis (RM) adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Pelaksanaan rekam medis menurut Permenkes No. 269 tahun

2008 meliputi; pembuatan rekam medis harus memenuhi unsur minimal

seperti yang disyaratkan yaitu; data umum, data medis dan data sosial,

cara penyelenggaraan rekam medis, pemusnahan, kerahasian,

pembinaan dan pengawasan sehingga dapat berjalan dengan baik.

Page 113: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Pengisian harus dilakukan dengan lengkap, rinci, kurat dan relevan

oleh dokter yang merawat pasien dan dokter mempunyai tanggung jawab

atas kelengkapan serta keakuratan rekam medis dan ini akan bermanfaat

sekali untuk perawatan dan pengobatan pasien, salah satu tanggung

jawab dokter yaitu berkaitan dengan hukum, baik pidana, perdata dan

administrasi, dan rekam medis ini menjadi alat bukti hukum dokter ,pasien

dan institusi pelayanan kesehatan yang salah satunya adalah rumah

sakit.

Dengan pelaksanaan dan pengelolaan rekam medis yang baik dan

benar, sesuai dengan ketentuan hukum yang mengatur tentang rekam

medis merupakan salah satu ukuran baik tidaknya pelayanan kesehatan

yang diberikan dan terciptanya rasa aman bagi pasien dan dokter dapat

diwujudkan.

Page 114: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

J. Bagan Kerangka Pikir

(Y) Terwujudnya rasa aman

Dokter dan pasien

UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran

Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis

( X1)

Pelaksanaan Rekam Medis

Kelengkapan rekam medis

Tata cara penyelenggaraan

Rekam medis

Penyimpanan, pemusnahan

dan kerahasiaan

Pemanfaatan dan tanggung

jawab

Pengorganisasian

Pembinaan dan pengawasan

(X2)

Tanggung Jawab Hukum

Kerahasiaan rekam medis

Transaksi terapeutik

Rekam medis sebagai alat bukti

Ketiadaan rekam medis

Page 115: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

F. Definisi Operasional

1. Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

2. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi

dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau

kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui

oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

3. Rumah sakit adalah insitusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat.

4. Dokumen adalah catatan dokter atau dokter gigi dan tenaga

kesehatan tertentu yang berhubungan dengan perawatan dan

pengobatan pasien.

5. Tanggung jawab hukum dokter adalah suatu keterikatan dokter

terhadap ketentuan-ketentuan hukum dalam menjalankan

profesinya.

6. Kelengkapan rekam medis adalah data minimal yang harus ada

dalam rekam medis.

Page 116: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

7. Penyelenggaraan rekam medis adalah Pembuatan rekam medis

oleh dokter atau dokter gigi yang berisi catatan pelayanan praktik

kedokteran yang dilakukannya.

8. Penyimpanan rekam medis adalah Penyimpanan yang dilakukan

oleh dokter atau dokter gigi atau sarana kesehatan tentang rekam

medis.

9. Pemusnahan rekam medis adalah pemusnahan berkas rekam

medis yang dilakukan oleh institusi kesehatan.

10. Kerahasiaan rekam medis adalah merahasiakan segala sesuatu

yang diketahuinya tentang pasien bahkan juga setelah pasien itu

meninggal dunia. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat

penyakit, riwayat pemeriksaan dan rawayat pengobatan pasien.

11. Pembinaan dan pengawasan adalah Pembinaan dan pengawasan

yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan pimpinan rumah sakit

tentang rekam medis.

12. Pelaksanaan rekam medis adalah pembuatan rekam medis mulai

pasien datang di rumah sakit sampai pasien pulang.

13. Optimal adalah pelaksanaan sesuai dengan peraturan.

Page 117: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan yuridis empiris. Yang dimaksud dengan pendekatan yuridis

empiris yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan

tentang bagaimana hubungan hukum dengan masyarakat dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hukum dalam masyarakat.

Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung di

lapangan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang obyektif yang

disebut sebagai data primer. Lebih ditekankan pada perundang-undangan

mengenai pelaksanaan rekam medis di Rumah sakit, melalui suatu

penelitian lapangan yang dilakukan dengan wawancara dan kuesioner

sehingga memperoleh kejelasan tentang hal yang diteliti.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah berupa penelitian

deskriptif analitis. bertujuan untuk menggambarkan serta mengkaji

variable-variabel yang ada dalam penelitian yaitu melalui analisa data

yang diperoleh dari wawancara dan kuesioner serta kajian kepustakaan

yang menjadi obyek pokok permasalahan, dalam hal ini mengenai

pelaksanaan rekam medis di Rumah Sakit.

Page 118: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

B. Lokasi Penelitian

Peneliti menentukan lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa

Rumah sakit H.Hasan Basry Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan

merupakan rumah sakit rujukan untuk Wilayah 6 Kabupaten yang berada

di Provinsi Kalimantan Selatan dan sudah menjadi Rumah Sakit dengan

konsep Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan persiapan untuk

akreditasi rumah sakit.

C. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan

yang terlibat langsung dalam pelaksanaan rekam medis yang bekerja di

Rumah Sakit BrigJend. H. Hasan Basry Kab. Hulu Sungai Selatan

Kalimantan Selatan, yang terdiri dari dokter, petugas rekam medis,

perawat, Direktur rumah sakit, Ketua IDI, dan Kepala rekam medis.

Sedangkan penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik

Purposive Sampling, artinya pengambilan sampel penelitian dilakukan

dengan cara pengambilan objek penelitian yang didasarkan pada tujuan

tertentu, maka sampel penelitian ini yang dianggap mampu memberikan

pandangan mengenai penyelesaian kasus adalah:

1. Direktur RSU BrigJend. H.Hasan Basry Kab.Hulu Sungai

Selatan Provinsi Kalimantan Selatan.

2. Ketua IDI Kab. Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan

Selatan.

Page 119: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

3. Kepala Bagian Rekam Medis RSU BrigJend.H.Hasan Basry

Kab. Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan.

4. Dokter dan dokter gigi berjumlah 10 orang.

5. Petugas rekam medis berjumlah 11 orang.

6. Perawat penganggung jawab ruangan/ poliklinik berjumlah 16

orang.

Jumlah keseluruhan sampel penelitian ini adalah 40 orang.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber

pertama (responden) dengan sampel yang sudah ditentukan pada

tempat penelitian, baik yang bersifat hasil wawancara, kuesioner

dan pengamatan lapangan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber

yang bersifat teoritik atau kepustakaan baik dokumen, literatur

maupun data yang tersedia di Rumah Sakit BrigJend. H. Hasan

Basry Kab. Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan yang erat

kaitannya dengan masalah yang akan diteliti.

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan wawancara secara bebas terpimpin dengan responden

yang telah ditentukan, dengan pertimbangan bahwa data diperoleh

langsung dari objek sehingga tingkat ketelitiannya tinggi, keterangan tidak

hanya didapat dari pertanyaan yang disiapkan tetapi berkembang dari

Page 120: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

tanya jawab, dengan membuat daftar pertanyaan (kuesioner) dan

pengamatan langsung dilapangan terhadap objek yang akan diteliti.

F. Analisa data

Seluruh informasi dan data yang terkumpul dianalisis secara

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis kualitatif dimaksudkan

untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan rekam medis menurut

Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/2008 di Rumah Sakit Brigjend. H.

Hasan Basry Kab.Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan dan

bagaimana tanggung jawab hukum dokter dalam pelaksanaan rekam

medis.

Page 121: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Permenkes No. 269 tahun 2008 di Rumah Sakit

BrigJend. H. Hasan Basry Kab. Hulu Sungai Selatan Kalimantan

Selatan

Ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun

2004 tentang praktik kedokteran, seperti pada pasal 46 ayat 1 bahwa

setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib

membuat rekam medis, sebagai pelaksanaannya kemudian dibuat

Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur tentang rekam medis,

peraturan ini ditetapkan tanggal 12 maret 2008 dengan Nomor 269/

Menkes/Per/III/2008.

Dalam Permenkes No.269 Tahun 2008 disebutkan tentang

pelaksanaan rekam medis yaitu kelengkapan rekam medis, tata cara

peyelenggaraan, peyimpanan, pemusnahan dan kerahasiaan,

pengorganisasian serta pembinaan dan pengawasan.

Dokter yang merawat pasien betanggung jawab atas kelengkapan

dan keakurasian pengisian rekam medis. Dalam praktiknya, dapat saja

pengisian rekam medis dilakukan oleh tenaga kesehatan lain (perawat,

asisten, co-ass dan residen) namaun yang memikul tanggung jawab tetap

dokter yang merawatnya.

Page 122: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Penyelenggaran rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan

merupakan salah satu indikator mutu pelayanan pada insitusi tersebut.

Berdasarkan data rekam medis tersebut dapat dinilai apakah pelayanan

yang diberikan bermutu atau tidak dan apakah sesuai prosedur.

1. Kelengkapan rekam medis

Permenkes No. 269 tahun 2008 menyebutkan bahwa:

- Isi rekam medis untuk rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan

termasuk rumah sakit sekurang kurangnya memuat; identitas pasien,

tanggal dan waktu, hasil anamnesa sekurangnya keluhan dan riwayat

penyakit, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis, diagnosis,

rencana penatalaksanaan, pengobatan atau tindakan, pelayanan lain

yang diberikan kepada pasien, untuk gigi dilengkapi odontogram klinik,

dan persetujuan jika perlu.

- Untuk rawat inap ditambahkan catatan observasi dan hasil pengobatan,

ringkasan pulang, nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi atau

tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan dan pelayanan lain

oleh tenaga kesehatan tertentu.

- Untuk gawat darurat sekurang-kurangnya berisi identitas pasien, kondisi

pasien saat tiba, identitas pengantar, tanggal dan waktu, hasil

anamnesa sekurangnya keluhan dan riwayat penyakit, hasil

pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis, pengobatan dan tindakan,

ringkasan kondisi sebelum meninggalkan UGD, nama dan tanda

Page 123: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

tangan dokter, sarana tranportasi yang dipakai untuk pasien ke sarana

pelayanan kesehatan lain dan pelayanan lain yang diberikan kepada

pasien.

Secara umum rekam medis pasien harus memuat; keluhan utama,

informasi riwayat pengobatan, riwayat sosial pasien dan keluarga, riwayat

penyakit terdahulu, riwayat pemeriksaan fisik, semua prosedur diagnostik,

semua hasil pemeriksaan laboratorium dan rontgen, catatan

perkembangan penyakit, diagnosis provisional yang merefleksikan

keadaan awal pasien saat diperiksa oleh dokter sebelumnya, laporan hasil

konsultasi, jenis obat yang diresepkan, respon terhadap terapi yang

diberikan, catatan proses pengobatan, informed consent, tanggal dan

identitas dokter tempat berkonsultasi, catatan keluhan pasien, diagnosis

akhir, resume pasien keluar dari rumah sakit, hasil autopsi yang jelas dan

lengkap.69

Untuk kelengkapan isian rekam medis berdasarkan hasil penelitian

di rumah sakit Brigejand H. Hasan Basry dari dokumen rekam medis,

sebagian besar sudah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

Permenkes Nomor 269 tahun 2008 tetapi isian di UGD tidak ada sarana

transportasi, sehingga tidak lengkap. Berdasarkan dokumen rekam medis

dari 10 berkas yang diambil secara acak pada rawat jalan, rawat inap dan

UGD didapatkan data bahwa:

69

Depkes RI, 1997.Pedoman Penyelenggaraan rekam medis, Dirjend Yanmed , Jakarta

Page 124: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

- Rawat jalan: 3 berkas tidak ada tanda tangan dokter dan nama

dokter

- Rawat inap: 7 berkas yang tidak diisi pada tempat dan tanggal lahir,

2 berkas tanpa diagnose akhir.

- UGD: 4 berkas tidak diisi tempat dan tanggal lahir, 3 identitas

pengantar, sarana tranportasi 10 berkas isian.

Pengelola rekam medis (bp. Apip) menjelaskan bahwa: “pengisian rekam medis belum lengkap semua kadang ada yang

kurang, alasannya perawat pekerjaan perawat banyak untuk mengisi status kadang tidak ada waktu begitu juga dokter, data yang tidak lengkap yaitu; data sosial, data umum, sebagian data medis terutama diagnosa akhir dan tanda tangan dokter dan nama”. (wawancara, 3 April 2013)

Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa untuk data umum dan

data sosial seharusnya sudah dilengkapi waktu pasien melakukan

pendaftaran pertama dan dilakukan oleh petugas bagian pendaftaran. Hal

Ini menyulitkan petugas selanjutnya untuk melengkapi kembali isian

tersebut akibatnya waktu pelayanan lama. Untuk isian sarana transportasi

memang tidak ada daftar isian sehingga tidak diisi oleh petugas UGD.

Untuk tanda tangan dokter dan diagnosa akhir yang tidak diisi akan

menyulitkan mengetahui siapa yang bertanggung jawab, bila terjadi

permasalahan atau sengketa dikemudian hari.

Rekam medis merupakan surat yang dibuat menurut Undang-

Undang Praktik Kedokteran pasal 46 ayat (1) dan (3) dan Permenkes No.

269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis.

Page 125: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Surat ini dibuat oleh pejabat (dokter) yang termasuk dalam tata

laksana tanggung jawabnya yang diperuntukkan bagi sesuatu hal atau

sesuatu keadaan tentang pasien. Karena dibuat oleh pejabat maka harus

jelas siapa pejabat yang membuatnya, oleh sebab itu harus ditanda

tangani dan diberi nama. Orang yang bertanggung jawab terhadap isi

rekam medis adalah dokter. Oleh karena itu dokterlah yang berhak

bertanda tangan pada lembar rekam medis.

Berdasarkan Permenkes No. 269 tahun 2008 Pasal 5 ayat 4 yaitu

setiap pencatatan kedalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan

tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Keadaan ini akan

berpengaruh terhadap mutu rekam medis karena tidak memenuhi

ketentuan yang ditetapkan.

2. Tata cara penyelenggaraan rekam medis

Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran menegaskan bahwa

dokter dan dokter gigi wajib membuat rekam medis dalam menjalankan

praktik kedokteran. Setelah memberikan pelayanan dokter dan dokter gigi

segera melengkapi rekam medis dengan mengisi atau menulis semua

pelayanan praktik kedokteran yang telah dilakukannya.

Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu,

dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan. Apabila dalam

pencatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik,

Page 126: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan

nomor identitas pribadi atau personal identification number (PIN).

Dalam hal terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan rekam

medis, catatan dan berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan

cara apapun. Perubahan catatan atas kesalahan dalam rekam medis

dapat dilakukan dengan pencoretan dan kemudian dibubuhi paraf petugas

yang bersangkutan.70

Permenkes No. 269 Tahun 2008 Pasal 5 menyebutkan bahwa

setiap dokter wajib membuat rekam medis, rekam medis harus segera

dibuat dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan, pembuatan

rekam medis dilakukan dengan pencatatan dan pendokumentasian hasil

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan,

bila terjadi kesalahan dapat dilakukan pembetulan dengan melakukan

pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi

paraf oleh pemberi layanan dan mereka bertanggung jawab terhadap apa

yang mereka tulis dalam rekam medis.

Sehubungan tata cara penyelenggaraan rekam medis. Hasil

penelitian menunjukan bahwa mekanisme peneyelenggaraan dinyatakan

responden sebagai berikut:

70

Op.Cit,KKI, Hal.8

Page 127: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Tabel. 4.1. Pendapat responden tentang pelaksanaan tata cara penyelenggaraan rekam medis

No Pernyataan Frekuensi Persentase

1. Dokter

Sudah melakukan

Tidak melakukan

Sebagian

6

0

4

60

0

40

Jumlah 10 100

2 Perawat

Sudah melakukan

Tidak melakukan

Sebagian

8

2

6

50

12,5

37,5

Jumlah 16 100

Sumber: Data primer diolah tahun 2013

Data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar dokter (60%)

sudah melakukan tata cara penyelenggaraan rekam medis yang baik

karena sudah tanggung jawabnya. Dari pemeriksaan berkas rekam medis

terutama data medis ada ditemukan pembetulan tulisan yang salah tanpa

memberikan paraf, dokter hanya mencoret yang salah seharusnya juga di

paraf oleh yang bersangkutan. Meskipun demikian menurut penulis, dokter

sudah melakukan tata cara penyelenggaraan rekam medis yang baik

meskipun sebagian belum sesuai tersebut.

Pengisian rekam medis terutama catatan perawatan dan asuhan

keperawatan oleh perawat, hasilnya menunjukan bahwa sebagian besar

perawat (50%) melakukannya dengan baik karena sudah menjadi bagian

yang harus diisi oleh mereka dan sudah menjadi tugas rutin pada saat

Page 128: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

bertugas, 6 orang responden perawat (37,5%) hanya melakukan sebagian

karena terlalu sibuk sehingga tidak sempat mengisinya dan 2 orang

responden (12,5%) tidak melakukan karena tidak ada waktu meskipun

mereka tahu. Dalam catatan perawatan ada juga pembetulan yang salah

dengan dicoret tanpa di paraf.

Kelengkapan data rekam medis, Menurut Harnidah, Kepala rekam

medis RSU Brigjend. H.Hasan Basry Kab. Hulu Sungai Selatan, bahwa;

“dalam pemeriksaan rutin masih saja ditemukan data yang tidak diisi seperti tanda tangan dokter, diagnosa akhir dan data sosial, untuk melengkapi data tersebut kami kembalikan ke ruangan dimana dokter tersebut bertugas untuk diminta mengisi yang belum diisi”. (wawancara, 5 April 2013)

Terkait penyelenggaraan rekam medis dikatakan pula oleh Harnidah

bahwa;

“bila terjadi kesalahan pengisian rekam medis, terutama yang menyangkut data umum atau data sosial yang boleh diisi oleh petugas rekam medis akan dilakukan pencoretan dengan diberi paraf, untuk data medis dikembalikan ke dokter yang bersangkutan untuk diisi atau diperbaiki dan biasanya memakan waktu lama paling cepat 48 jam dan bahkan paling lambat ada sampai 2 -3 minggu”

Kemudian Arman Dwidarma, Ketua IDI Kab.Hulu Sungai Selatan

(wawancara, 10 April 2013), menjelaskan bahwa untuk pengisian rekam

medis apabila terjadi kesalahan maka dilakukan perbaikan terhadap

bagian yang salah dengan mencoret dan diparaf.

Kesimpulannya bahwa tata cara penyelenggaraan rekam medis

belum semuanya dilakukan dengan baik sesuai ketentuan. Sehingga perlu

peningkatan kesadaran bagi yang terlibat dalam pengisian rekam medis

Page 129: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

dengan memberikan sosialisasi, pengertian dan pemahaman terhadap

pentingnya melaksanakan tata cara penyelenggaraan rekam medis yang

baik sehingga bermutu dan faktual.

Pencoretan dan pemberian paraf bertujuan untuk menghindari

pemalsuan dokumen rekam medis karena sekecil apapun kesalahan

harus dihindari sebab rekam medis dapat dijadikan alat bukti dipengadilan

apabila terjadi sengketa.

3. Peyimpanan, pemusnahan dan kerahasiaan

a. Penyimpanan

Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter,

dokter gigi dan pimpinan sarana kesehatan. Batas waktu lama

penyimpanan dalam Permenkes No. 269 tahun 2008 paling lama 5 tahun

dan untuk penyimpanan resume rekam medis paling sedikit 25 tahun71.

Kemudian Pasal 8 Permenkes menyebutkan bahwa untuk pasien

rawat inap dirumah sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya 5 tahun

terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat dan apabila batas waktu itu

sudah terpenuhi, rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan

pulang dan persetujuan tindakan medis disimpan sampai 10 tahun

terhitung dari tanggal dibuat ringkasan tersebut dan yang melaksanakan

penyimpanan ditunjuk oleh pimpinanan sarana pelayanan kesehatan.

71

Ibid,, Hal.8

Page 130: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Kegiatan menyimpan rekam medis merupakan usaha melindungi

rekam medis dari kerusakan fisik dan isi rekam medis yang bersifat

rahasia.

Ada 2 (dua) cara penyimpanan dalam pengelolaan rekam medis yaitu:

1. Cara sentralisasi

Cara sentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pasien dalam

satu kesatuan baik catatan kunjungan pasien rawat jalan maupun catatan

pasien rawat inap selama seorang pasien dirawat, kedua berkas ini

disimpan dalam satu tempat rekam medis.

Kebaikan dari sistem ini adalah mengurangi terjadinya duplikasi

dalam pemeliharaan dan penyimpanan rekam medis, mudah

menyeragamkan tata kerja, peraturan dan alat yang digunakan, efisiensi

kerja petugas, pelayanan mudah

Kelemahannya adalah perlu waktu dalam pelayanan rekam medis,

ruangan yang luas, alat-alat dan tenaga yang banyak terlebih bila tempat

penyimpanan jauh terpisah dengan lokasi penggunaan rekam medis,

misalnya dengan poliklinik.

2. Cara desentralisasi

Cara desentralisasi yaitu cara penyimpanan dengan melakukan

pemisahan antara rekam medis rawat jalan/poliklinik dengan rekam medis

rawat inap. Rekam medis poliklinik disimpan di satu tempat penyimpanan,

sedangkan rekam medis penderita di rawat disimpan di bagian pencatatan

medis. Kebaikannya adalah efisiensi waktu, beban kerja petugas lebih

Page 131: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

ringan dan kekurangannya seperti terjadi duplikasi dalam pembuatan

rekam medis, biaya dan ruang lebih banyak.

Secara teori cara sentralisasi lebih baik dari pada sistem

desentralisasi, tetapi pada pelaksanaannya sangat tergantung pada

situasi dan kondisi rumah sakit. Hal lain Karena terbatasnya tenaga yang

terampil, khususnya yang menangani pengelolaan rekam medis dan

kemampuan dana rumah sakit yang bersangkutan.72

Ketentuan dan prosedur penyimpanan rekam medis:

1. Pada saat rekam medis dikembalikan ke bagian rekam medis,

harus disortir menurut nomor sebelum disimpan. Hal ini membantu

menentukan rekam medis yang diperlukan tetapi tidak ada dalam

tempat penyimpanan dan memudahkan pekerjaan penyimpanan.

2. Hanya petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam

medis, dokter, staf Rumah Sakit, dan pegawai bagian lain tidak

diperkenankan mengambil berkas rekam medis dari tempat

penyimpanan.

3. Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas,

harus segera diperbaiki untuk mencegah makin rusak atau

hilangnya lembaran yang diperlukan.

4. Pengamatan penyimpanan harus dilakukan secara periodik, untuk

melihat salah simpan dan melihat kartu pinjaman rekam medisnya

masih belum dikembalikan.

72

0p.Cit ,Depkes RI, Hal .8

Page 132: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

5. Rekam medis yang sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid.

6. Petugas yang mengepalai kegiatan penyimpanan harus membuat

laporan rutin kegiatan yang meliputi:

a. Jumlah rekam medis yang dikeluarkan tiap hari dari rak

penyimpanan

b. Jumlah permintaan darurat

c. Jumlah salah simpan

d. Jumlah rekam medis yang tidak dapat ditemukan

Lokasi ruangan rekam medis harus dapat memberi pelayanan yang

cepat kepada seluruh pasien, mudah dicapai dari segala penjuru dan

mudah menunjang pelayanan administrasi. Alat penyimpanan yang baik,

penerangan yang baik, pengaturan suhu ruangan, pemeliharaan ruangan,

perhatian terhadap faktor keselamatan petugas, pada ruangan

penyimpanan rekam medis akan sangat membantu memelihara dan

mendorong kegairahan kerja dan produktivitas pegawai.

Adapun penyimpanan rekam medis berdasarkan tanggapan

responden pengelola rekam medis sebagai berikut:

Page 133: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Tabel. 4.2. Tanggapan responden pengelola rekam medis mengenai tempat penyimpanan rekam medis.

No Pernyataan Frekuensi (f) Persentase

1. Tempat

Memenuhi Syarat

Tidak memenuhi Syarat

Sebagian memenuhi syarat

3

4

4

27,2

36,4

36,4

Jumlah 11 100%

2. Waktu

< 5 tahun

≥ 5 tahun

6

5

54,54

45.46

Jumlah 11 100 %

Sumber: Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa untuk tempat

penyimpanan 4 orang (36,4%) responden mengatakan tidak memenuhi

syarat, 4 orang (36,4%) mengatakan sebagian memenuhi syarat dan 3

orang responden (27,2 %) mengatakan memenuhi syarat. Untuk waktu

penyimpanan berkas diketahui bahwa 6 orang responden (54,54%)

mengatakan waktunya kurang dari lima tahun dan 5 orang responden

(45,46%) lima tahun atau lebih.

Pengamatan tempat diketahui bahwa masing-masing ruangan

penyimpanan, rawat jalan dan rawat inap terpisah, akses ke bagian

masing-masing mudah dijangkau dari segala penjuru layanan.

Ruang penyimpanan untuk rawat jalan luas, penerangan cukup,

tata ruang baik, rak file banyak dan lemarinya besar sedangkan untuk

ruang penyimpanan rekam medis rawat inap lebih sempit, lemari kecil,

Page 134: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

tata ruang cukup, rak lebih sedikit karena menyesuaikan tempat, walau

demikian untuk pencahayaan kedua ruang penyimpanan cukup baik

begitu juga ventelasi udaranya. Untuk keamanan sudah cukup memadai

dimana akses hanya untuk petugas rekam medis.

Menurut Harnidah, Kepala rekam medis RSU Brigjend. H. Hasan

Basry Kab. Hulu Sungai Selatan, menjelaskan bahwa:

“tempat penyimpanan dipisahkan untuk rawat inap dan rawat jalan, untuk rawat jalan sudah memenuhi syarat seperti; ruangan besar, aman, pencahayaan cukup dan hanya petugas yang boleh masuk. Untuk rawat inap belum memenuhi ketentuan dimana ruangan kecil, lemari terbatas jadi untuk penyimpanan 5 tahun belum bisa paling 3-4 tahun, kemudian berkas dipindahkan ke tempat berkas inaktif yang cukup luas”.(wawancara, 5 April 2013)

Rumah Sakit Brigjend. H. Hasan Basry Kab. Hulu Sungai Selatan,

untuk penyimpanan rekam medis menggunakan sistem desentralisasi.

Tempat penyimpanan berkas rekam medis rawat inap belum memenuhi

standar yang ditetapkan; ruangan kecil dibanding rawat jalan sehingga

untuk menyimpan berkas rekam medis dari rawat inap tidak mencukupi

sampai batas minimal 5 tahun.

Berkas yang kurang dari 5 tahun disimpan ke tempat berkas inaktif

dengan dilakukan pemisahan sebelumnya yaitu resume medis dan

persetujuan tindakan dan berkas resume medis dan persetujuan tindakan

medis disimpan untuk waktu yang lebih lama.

Tentang cara penyimpanan rekam medis dipaparkan oleh Apip,

pengelola rekam medis sebagai berikut:

Page 135: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

“Cara penyimpanan dilakukan setelah berkas dilakukan assembling (pemeriksaan berkas lengkap atau tidak dan diisi atau tidak) dan coding (memberi kode penyakit) dilakukan pengentrian data ke komputer, baru disimpan di bagian penyimpanan. Di bagian penyimpanan petugas mencatat berkas rekam medis yang akan disimpan seperti nama, nomor rekam medis, kemudian disimpan berdasarkan penomoran terminal digit yaitu berdasarkan angka akhir sesuai nomor rak file (10 digit, 0-9), untuk nomor rekam medis, ada 5 digit yang menjadi nomor pada berkas rekam medis. Nomor rekam medis digit terakhir disesuikan itulah yang disesuaikan dengan nomor rak tempat penyimpanan, contoh digit terakhir 4 maka kelompokkan di rak 4 sehingga memudahkan untuk dilakukan pengambilan kembali apabila diperlukan”. (wawancara, 3 April 2013)

Rasyidah, Direktur RSU Brigjend. H. Hasan Basry Kab. Hulu

Sungai Selatan menjelaskan bahwa;

“secara umum penyimpanan rekam medis sudah memenuhi standar karena ada ruangan khusus dan mempunyai rak-rak file, ruangan terpisah dan yang boleh masuk hanya petugas rekam medis”.(wawancara, 11 April 2013)

Hal yang mempengaruhi pelaksanaan aturan hukum adalah faktor

sarana dan fasilitas, dengan keterbatasan ruang penyimpanan, berikut

lemari dan rak file dibagian rawat inap menyebabkan tidak tertibnya

penyimpanan rekam medis. Jika dihubungkan dengan jumlah kunjungan

pasien yang berobat setiap bulan rata-rata antara 700 sampai 800 orang

maka berdampak pada penyimpanan berkas yang hanya 3-4 tahun

padahal sesuai ketentuan minimal 5 tahun.

Sejalan dengan itu dikatakan bahwa tanpa adanya sarana dan

fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan

berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain

mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi

Page 136: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

yang baik, peralatan yang memadai dan keuangan yang cukup, dan

seterusnya kalau hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum

mencapai tujuannnya.73.

b. Pemusnahan

Keterkaitan penyimpanan dengan pemusnahan sangatlah erat

dimana apabila batas waktu peyimpanan sudah terlampaui maka bisa

dilakukan pemusnahan berkas rekam medis. Untuk penyimpanan berkas

rekam medis di rumah sakit sekurang-kurangnya 5 tahun , setelah itu

berkas rekam medis dapat dimusnahkan menurut ketentuan yang

ditetapkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik

harus 10 tahun. Hal ini bisa dilihat dalam Permenkes No. 269 Tahun 2008

Pasal 8.

Adapun tata cara pemusnahan rekam medis sebagai berikut:

1. Rekam medis yang sudah memenuhi syarat untuk dimusnahkan

dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit.

2. Direktur Rumah Sakit membuat surat keputusan tentang

pemusnahan rekam medis dan menunjuk Tim Pemusnah Rekam

Medis.

3. Tim Pemusnah Rekam Medis melaksanakan pemusnahan dan

membuat Berita Acara Pemusnahan yang disyahkan Direktur

Rumah Sakit.

73 Soerjono Soekanto, 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja

Grfindo Persada, Jakarta, Cet.ke-11, hal.37

Page 137: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

4. Berita acara dikirim kepada pemilik Rumah Sakit dengan tembusan

kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik.

Tim pemusnahan beranggotakan orang-orang yang ditunjuk oleh

Direktur Rumah sakit yang terdiri dari, dokter, perawat, pengelola rekam

medis, bagian administrasi dan saksi-saksi. Pemusnahan ini dilakukan

untuk efiensiensi tempat penyimpanan.

Berkaitan dengan pemusnahan rekam medis yang dilakukan di RS

BrigJend. H. Hasan Basry Kab. HSS Kalimantan selatan dapat dilihat tabel

berikut:

Tabel.4.3. Pernyataan responden pengelola rekam medis tentang pelaksanaan pemusnahan berkas rekam medis.

No. Pernyataan Frekuensi (f) Persentase

1. Pernah 0 0

2. Tidak pernah 11 100

Jumlah 11 100

Sumber: data primer diolah tahun 2013

Hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh responden petugas

rekam medis (100%) menyatakan dirumah sakit Brigjend H. Hasan Basry

Kabupaten Hulu Sungai Selatan belum pernah melakukan pemusnahan

berkas rekam medis.

Kepala Rekam Medis, Harnidah, menjelaskan bahwa selama

sepuluh tahun terakhir belum pernah dilakukan pemusnahan berkas

rekam medis, yang dilakukan hanya memindahkan berkas rekam medis

dari berkas aktif ke inaktif dan berkas yang inaktif disimpan di tempat

Page 138: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

khusus, cara yang dilakukan dengan memilah berkas rekam medis tahun

terakhir berkunjung, kemudian mengarsifkan resume medis dan berkas

yang sudah diambil resume medisnya disimpan di tempat berkas rekam

medis in aktif. Pedoman prosedur pemusnahan rekam medis sudah ada

tetapi dalam pelaksanaanya belum pernah dilakukan mengingat tempat

penyimpanan cukup tersedia terutama untuk penyimpanan rekam medis

inaktif (wawancara, 5 April 2013).

c. Kerahasiaan

Undang-Undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 Pasal 48

ayat (1) juga menyebutkan setiap dokter atau dokter gigi dalam

menjalankan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran,

kemudian Pasal 51 ayat C; merahasiakan segala sesuatu yang

diketahuinya tentang pasien bahkan setelah pasien meninggal dunia,

kemudian pada Pasal 47 ayat 2 bahwa rekam medis harus dijaga

kerahasiaannya oleh dokter dan pimpinan sarana kesehatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 Pasal 1 tentang wajib

simpan rahasia kedokteran menyatakan bahwa yang diketahui orang-

orang tersebut pada waktu atau selama melakukan pekerjaan dalam

lapangan kedokteran.

Dalam Permenkes No. 269 Tahun 2008 Pasal 10 disebutkan

bahwa informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat

pemeriksaan, riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiannya

Page 139: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

oleh dokter atau dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola

dan pimpinan sarana kesehatan.

Berdasar ketentuan di atas, rekam medis yang berisi catatan

tentang informasi identitas dan riwayat medis pasien wajib dijaga

kerahasiaannya oleh petugas kesehatan seperti dokter, perawat, petugas

rekam medis dan lainnya yang terlibat. Orang dengan gangguan mental,

pasien anak, menurunnya kesadaran, pingsan sehingga tidak bisa

bertukar pikiran maka kewajiban menyimpan rahasia tidak berlaku bagi

(orang tua, wali, pengampu).

Cara yang dilakukan yaitu dengan tidak menceritakan riwayat

kesehatan seseorang selain untuk kepentingan pengobatan, pengadilan,

atas permintaan pasien sendiri dan ketentuan undang-undang. Hal ini

tercantum dalam UUPK No.29 Tahun 2004 Pasal 48 ayat 2 bahwa rahasia

kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,

memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan

perundang-undangan.

Pimpinan sarana harus menyediakan tempat khusus yang aman

terhadap akses orang yang tidak berkepentingan, hanya petugas yang

bisa mengakses rekam medis, prosedur permintaan dan peminjaman

rekam medis dibuat berdasarkan keperluan rumah sakit yang dapat

menjamin kerahasiaan rekam medis tersebut.

Page 140: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Untuk penelitian dan audit medis dapat dibuka dengan cara tidak

menyebut identitas. Permintaan ini dilakukan terlebih dahulu dengan

mengajukan permintaan tertulis kepada pimpinan pelayanan kesehatan

Untuk memperoleh informasi terkait kerahasiaan rekam medis

peneliti menanyakan kepada responden pengelola rekam medis sebagai

berikut:

Table.4.4.Pernyataan responden pengelola rekam medis tentang kerahasiaan rekam medis

No. Indikator Ya Tidak Jumlah

f % f % f %

1. SOP peminjaman/permintaan

11 100 0 0 11 100

2. Pelaksanaan SOP 8 72,72 3 27,28 11 100

3. Tempat penyimpanan berkas

11 100 0 0 11 100

4. Keamanan berkas RM 7 63,63 4 36,37 11 100

Sumber: data primer diolah tahun 2013.

Data menunjukan bahwa seluruh responden (100%) menyatakan

SOP peminjaman dan permintaan rekam medis sudah ada dan sebagian

besar responden (72,72%) mengatakan sudah dilaksanakan, untuk tempat

penyimpanan, seluruh responden (100%) menyatakan ada dan untuk

keamanan, seperti akses hanya untuk petugas dan terpisah dari ruangan

lain, sebagian besar responden (63,53%) menyatakan aman hanya

sebagian kecil responden (36,37%) menyatakan tidak aman.

Page 141: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Dari pertanyaan yang kita ajukan kepada dokter, pengelola rekam

medis, dan perawat yang berjumlah 37 orang yaitu „bagaimana anda

menjaga kerahasiaan medis” didapat hasil bahwa sebagian besar

responden 31 atau (84,6%) mengatakan tahu, caranya dengan tidak

menceritakan tentang pasien terutama riwayat kesehatannnya, kecuali

untuk pengobatan dan kepentingan hukum dan 6 orang responden atau

(15,4%) mengatakan tidak tahu. Dengan tidak mengemukakan alasannya.

Kemudian ditanyakan kepada responden apakah mengetahui

sanksi pidana bila membuka rahasia, sebagian besar responden (56,76%)

atau 21 orang tidak mengetahuinya sedangkan yang mengetahui hanya

16 orang responden (43,24%)

Analisis terhadap kerahasiaan rekam medis sudah cukup baik tapi

dengan ketidaktahuan terhadap sanksi apabila membuka rahasia pasien

bisa berakibat fatal petugas, bisa saja sewaktu-waktu secara tidak sengaja

membicarakan rahasia pasien di depan umum dan pasien tidak senang

dan dilaporkan kepada yang berwajib, dengan ketidaktahuan terhadap

adanya sanksi petugas tidak hati-hati dalam membicarakan rahasia

pasien.

Dalam pengamatan yang dilakukan ditemukan adanya berkas

rekam medis yang dibawa pasien sendiri atau keluarga waktu konsul ke

dokter spesialis mengingat jarak yang jauh, berdasarkan SOP, berkas

rekam medis dibawakan petugas ke dokter yang bersangkutan, setelah

ditanyakan kepada petugas rekam medis petugas mengatakan karena

Page 142: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

keterbatasan petugas dan pasien yang datang banyak sehingga prosedur

dilanggar untuk mempercepat pelayanan tetapi bila pasien sedikit hal itu

tidak terjadi. Keadaan demikian dimungkinkan terjadinya kebocoran

rahasia pasien dan perlu menjadi perhatian mengingat keadaan bisa saja

dimanfaatkan oleh yang berkepentingan dengan maksud dan tujuan

tertentu untuk membocorkan rahasia, walaupun keluarga sekalipun,

mengingat kerahasian rekam medis penting dan harus benar-benar dijaga

karena berimplikasi terhadap hukum apabila terjadi pembukaan rahasia

oleh orang yang tidak seharusnya.

Apabila isi rekam medis dipaparkan tanpa izin penderita maka

penderita merasa dirugikan dan ia dapat menuntut berdasarkan Pasal 322

KUHP, Pasal 322 KUHP;

(3) Barang siapa membuka suatu rahasia yang wajib disimpan karena jabatan atau pekerjaannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

(4) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang yang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang tersebut.

Kemudian juga bisa digugat dengan Pasal 1365 KUHPerdata

karena ada perbuatan melawan hukum, mengakibatkan kerugian dan ada

kewajiban menganti kerugian itu.

4. Pemanfaatan dan tanggung jawab

a. Pemanfaatan

Rekam medis dapat dipakai sebagai dasar pemeliharaan dan

pengobatan pasien dan sebagai dasar dalam melakukan pencatatan data

Page 143: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

kesehatan yang akan datang. Rekam medis juga bermanfaat untuk

menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, keterampilan

tenaga kesehatan, mengukur kemampuan dokter dalam mengatasi

penyakit, tanda bukti usaha rumah sakit untuk menyebuhkan penderita,

karena merupakan rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan rumah

sakit kepada penderita.

Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama atas segala

tindakan pelayanan, perkembangan penyakit, dan pegobatan selama

pasien dirawat, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah

hukum, disiplin dan etik, serta memberikan perlindungan hukum bagi

pasien, rumah sakit, dan tenaga kesehatan.

Tentang hal tersebut berikut beberapa penjelasan dari hasil

wawancara yang dilakukan:

Arman Dwidarma, Ketua IDI Kab. Hulu Sungai Selatan:

“Rekam medis dapat dipakai sebagai alat bukti dipengadilan saya mengetahui, itu kalau terjadi sengketa dan dilaporkan pasien, karena isinya semua yang dilakukan dokter ada dalam rekam medis jadi untuk melihat tinggal buka rekam medis disana akan ketahuan apa yang dilakukan dokter terhadap pasien”.(10 April 2013)

Rasyidah, Direktur RSU Brigjend. H. Hasan Basry Kab Hulu Sungai Selatan:

“Rekam medis bisa dipakai sebagai bukti karena rekam medis berisi semua catatan pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan baik dokter, perawat dan lainya terhadap pasien sehingga dapat terlihat apa saja yang sudah diberikan kepada pasien tersebut dan bisa dilihat secara langsung catatan tersebut apabila diperlukan terutama berkaitan dengan pengadilan”.(wawancara,11 April 2013)

Page 144: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Dengan pendapat ini dapat diketahui bahwa dokter dan Direktur

Rumah sakit secara garis besar sudah mengetahui fungsi rekam medis

bisa digunakan sebagai alat bukti bila terjadi permasalahan hukum,

karena rekam medis karena berisi catatan medis pasien yang mana

semua pemriksaan, tindakan dan pengobatan berikut data lainnya ada

dalam rekam medis.

Di RS BrigJend. H.Hasan Basry Kab. Hulu Sungai Selatan, untuk

kegiatan pendidikan dalam hal penelitian yang mengakses rekam medis

baik dari petugas rumah sakit yang sekolah maupun dari institusi

pendidikan rekam medis yang ada di Kalsel yang melakukan penelitian.

Semua harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh rumah sakit, seperti

melapor di bagian Diklat rumah sakit untuk meminta ijin dengan

meunnjukan rekomendasi dari insitusi pendidikan, kemudian di verifikasi

oleh bagian Diklat rumah sakit, setelah itu dimintakan persetujuan dari

bagian rekam medis sebagai bagian yang dituju, setelah ada persetujuan

dari bagian rekam medis kemudian dibuatkan surat ijin penelitian yang

ditanda tangani Direktur RS.

Untuk pelaksanaan kegiatan penelitian agar tidak mencantumkan

nama pasien kecuali inisial saja dan yang berhubungan langsung dengan

pasien di wajibkan untuk meminta persetujuan pasien sebelum dilakukan

penelitian.

Dalam hal pembayaran jasa pelayanan kesehatan di RS Brigjend.

H.Hasan Basry cukup dengan melihat data yang ada dalam rekam medis

Page 145: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

seperti tindakan perawatan, tindakan medis, dan penunjang seperti lab,

rontgen, lama rawat dan ruangan kelas, semua sudah bisa dihitung

berapa biaya kesehatan yang harus dibayar oleh pasien. Tetapi untuk

obat terutama pasien umum pasien tetap membayar lansung diapotik,

bagi pasien peserta askes (PNS dan pensiunan) dan Pasien Jamkesda

(jaminan kesehatan daerah) tetap tidak perlu membayar. Pasien lansung

mengambil obat diapotik berdasarkan surat jaminan yang ada.

Di RS BrigJend. H. Hasan Basry Kab. Hulu Sungai Selatan sudah

melakukan kegiatan statistik kesehatan berdasarkan data yang ada di

rekam medis, seperti 10 penyakit terbanyak, jumlah pengunjung, trend

penyakit yang diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan

lainnya sebagai bahan informasi kesehatan terutama yang ada di rumah

sakit.

b. Tanggung jawab

Dalam wawancara dengan Direktur Rumah sakit diketahui bahwa

direktur mengetahui bahwa apabila ada kehilangan, pemalsuan dan

kerusakan terhadap berkas rekam medis akan menjadi tanggung jawab

pimpinan oleh sebab itu, proses pelaksanaan rekam medis diharapkan

berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan

Rumah sakit.

Berikut pendapat Rasyidah, Direktur RSU BrigJend. H. Hasan

Basry Kab. Hulu Sungai Selatan terkait hal di atas:

Page 146: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

“Kalau terjadi pemalsuan atau kehilangan yang paling bertanggung jawab adalah direktur sebagai pimpinan secara keseluruhan tetapi tetap dimintakan pertanggung jawaban kepada dokter dan petugas rekam medis yang terlibat secara langsung dalam urusan rekam medis pasien”.(wawancara, 11 April 2013)

5. Pengorganisasian

Dalam penelitian diketahui bahwa rumah sakit sudah mempunyai

komite rekam medis. Adapun tugasnya adalah pertimbangan dalam

penyimpanan rekam medis dan menjamin semua informasi dicatat,

mengawasi terlaksananya penyimpanan, peminjaman rekam medis,

pengeluaran, pembuatan kode penyakit, pengisian rekam medis,

pengelolaan dan penyajian data dengan baik dan memberi usulan

perbaikan sewaktu waktu jika diperlukan baik pengelolaan dan pengisian.

Mengenai keberadaan komite rekam medis di rumah sakit sebagian

besar (60%) dokter sudah mengetahui walaupun baru dibentuk dan sudah

mulai berjalan dan hanya 40% yang tidak mengetahui.

Adapun unsur komite rekam medis terdiri dari dokter, perawat,

administrasi, dan pengelola rekam medis. Penetapan komite rekam medis

di tetapkan oleh Surat Keputusan Direktur.

6. Pembinaan dan pangawasan

Dalam hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian besar

responden (81%) atau 30 orang mengatakan tidak ada pengawasan yang

dilakukan dan hanya 7 orang responden(19%) mengatakan pernah.

Hal ini dikatakan pula oleh ketua IDI Kab. Hulu Sungai Selatan

bahwa;

Page 147: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

“komite rekam medis sudah dibentuk, dan salah satu tugasnya adalah memberikan pengawasan secara internal lewat audit rekam medis terkait pelaksanaan rekam medis dan memberi masukkan agar rekam medis berjalan dengan baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan merupakan tanggung jawab rumah sakit untuk melakukannya, dan untuk pengawasan yang berasal dari luar rumah sakit belum pernah ada baik itu dinas kesehatan mapun dari organisasi rekam medis itu sendiri‟.(wawancara, 10 april 2013).

Terkait dengan pengawasan, di RS Brigjend. H. Hasan Basry

sudah melakukan audit rekam medis dan audit medis hanya saja mereka

tidak mengetahui esiensi dari audit itu yang berfungsi sebagai

pengawasan yang bersifat langsung terhadap rekam medis yang akan

diaudit.

Audit rekam medis berbeda dengan audit medis, walaupun ada

persamaan yaitu yang diaudit berkas rekam medis. Namun perbedaannya

audit rekam medis dilakukan oleh sub komite rekam medis, atau

penanggung jawab unit kerja rekam medis, yang terkait dengan pengisian

rekam medis sedang audit medis dilakukan oleh staf medis terkait dengan

diagnosa dan pengobatan dan menganalisisnya apakah sesuai standar

atau tidak. Dalam hal audit rekam medis sebetulnya sudah dilkukan

pengawasan tapi sebatas kelengkapan pengisian, bila ditemukan ada

berkas yang tidak lengkap maka dikembalikan kepada dokter yang

bersangkutan untuk segera melengkapi data terutama yang berkaitan data

medis pasien.

Demikian pula untuk pembinaan berupa pelatihan terkait dengan

pengisian rekam medis belum pernah dilakukan. Hal senada juga di

ungkapkan oleh Apip, pengelola rekam medis, bahwa;

Page 148: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

“Pengawasan tidak ada, jadi kami jalan saja sesuai dengan pedoman yang ada yang kami tahu dan terkait dengan pembinaan berupa pelatihan yang berhubungan dengan rekam medis ada, yaitu dua orang dan itupun baru 2 kali mengikutinya dengan rentang waktu 2 tahun dan 3 tahun yang lain belum pernah, sebetulnya siapapun boleh mengikuti pelatihan meskipun dia tidak berpendidikan D3 perekam medis” (wawancara, 3 April 2013)

B. Pelaksanaan rekam medis di Rumah Sakit Brigjend. H. Hasan

Basry Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Pada bagian ini penulis menguraikan pelaksanaan rekam medis

yang dilaksanakan oleh bagian rekam medis di RS BrigJend. H. Hasan

Basry Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

1. Prosedur penyelenggaraan rekam medis

a. Sistem penamaan pasien

Tata cara penulisan nama pasien meliputi: nama pasien,

penulisan sesuai identitas, digunakan EYD dengan huruf cetak,

bila warga Negara Asing sesuai pasfor yang masih berlaku, bila

seorang bayi sampai pulang belum punya nama maka ditulis By .

Ny.xxx, penulisan gelar, title, jabatan, pangkat ditulis dibelakang

setelah nama, pasien yang belum teridentifikasi ditulis “NN”,

diakhir nama lengkap dan setelah tanda koma (,) ditambah Tn.

(Tuan) untuk pasien laki-laki yang sudah menikah, Ny. (Nyonya)

untuk pasien perempuan yang sudah menikah, Nn. (Nona) untuk

pasien perempuan yang belum meikah, An. (anak) untuk semua

pasien laki atau perempuan yang berumur 1 sampai 12 tahun,

Page 149: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

dan By (Bayi) untuk pasien yang belum punya nama dan diikuti

dengan nama ibunya.

b. Sistem Identifikasi

Identifikasi pasien anak sampai dewasa dilaksanakan

berdasarkan nama lengkap pasien dan nama keluarganya dan

oleh petugas dientri ke komputer sesuai nama pada lembar

rekam medis yang selanjutnya dijadikan Insedks utama pasien.

Identifikasi bayi baru lahir dilakukan dengan mengisi kartu

identitas bayi yang diserahkan kepada orang tuanya (ayah) atau

keluarga untuk diteruskan kebagian pendaftaran. Petugas

menulis pada rekam medis rawat inap identitas pasien bayi dan

meneliti kelengkapan dan kebenaran data sebelum dientri ke

komputer, selanjutnya memasukkan data nama, tanggal lahir,

alamat dan lain-lain. Kemudian membuat sidik telapak kaki bayi

dan sidik ibu jari tangan bayi pada rekam medis. Selanjutnya

dibuatkan 2 buah gelang yang ditulis nama dan nomor rekam

medis yang dipasangkan pada bayi dan ibunya.

Untuk kelengkapan administrasi dibuatkan surat keterangan lahir

yang berisi nama bayi, nama ayah dan ibu, alamat orang tua,

waktu lahir, data bayi (berat, tinggi badan, jenis kelamin,

kelahiran tunggal atau kembar dan tanda tangan dokter atau

bidan.

Page 150: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

c. Sistem pemberian nomor pasien

Cara pemberian nomor rekam medis adalah dengan sistem

nomor unit yaitu memberikan satu nomor rekam medis yang

dapat digunakan selamanya baik rawat jalan ,rawat inap mapun

gawat darurat.

2. Prosedur rekam medis

a. Jenis pasien yang datang ke rumah sakit

Pasien yang datang ke rumah sakit dapat dikatagorikan pasien

rawat jalan (pasien poliklinik dan pasien gawat darurat) dan

pasien rawat inap. Dari segi pelayanan Pasien yang dapat

menunggu dan pasien yang segera di tolong (gawat darurat)

.Menurut jenis kedatangan; pasien baru dan pasien lama

berdasarkan kedatangan; karena dikirim oleh dokter praktik ke

rumah sakit, dikirm rumah sakit lain, puskesmas atau pelayanan

kesehatan lain dan datang atas kemauan sendiri.

b. Prosedur penerimaan pasien

1) Penerimaaan pasien rawat jalan

a) Pasien baru

Setiap pasien baru diterima di tempat penerimaan

kemudian pasien ditanya identitas sosial pasien yang akan

diisikan pada formulir berobat jalan, setiap pasien

mendapat nomor pasien sebagai kartu kunjungan, selesai

pendaftaran pasien menunggu di poliklinik yang dituju dan

Page 151: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

petugas mengirim berkas rekam medis ke poliklinik

tersebut. Semua rekam medis poliklinik yang telah selesai

diisi setelah pasien berobat dikembalikan ke instalasi

rekam medis.

b) Pasien lama

Pasien lama yang akan berobat membawa kartu

kunjungan, mendaftar kemudian menunggu di poliklinik

yang dituju dan petugas rekam medis mempersiapkan

berkas rekam medis kemudian dikirim ke poliklinik tujuan,

setelah selesai pelayanan berkas rekam medis

dikembalikan ke instalasi rekam medis.

2) Penerimaan pasien rawat inap

Untuk pasien rawat inap tempat pendaftaran terpisah dari

rawat jalan yang buka 24 jam. Di tempat ini pasien

memperoleh informasi tentang ruang dan kelas yang kosong.

3) Penerimaaan pasien UGD

Untuk pasien gawat darurat, pasien mendapat pertolongan

medis terlebih dahulu kemudian mendaftar dibagian rekam

medis dengan membawa formulir gawat darurat yang sudah

diisi semua tindakan dan pengobatan dan sudah ditanda

tangani oleh petugas kesehatan.

Page 152: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

3. Pencatatan kegiatan pelayanan medis

1) Penanggung jawab pengisian rekam medis

Yang membuat rekam medis adalah dokter seperti dokter

umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter tamu yang

merawat pasien dan tenaga kesehatan lain seperti perawat,

bidan dan lain-lain.

2) Ketentuan pengisian rekam medis

Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya

setelah pasien menerima pelayanan kesehatan dengan

ketentuan:

- Setiap tindakan dan konsultasi yang dilakukan terhadap

pasien selambat-lambatnya 1x24 jam harus ditulis dalam

lembaran rekam medis.

- Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter dan

tenaga kesehatan lain sesuai kewenangannya.

- Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan

penulisan saat itu juga serta dibubuhi tanda tangan/ paraf.

- Penghapusan dengan cara apapun tidak boleh dilakukan.

4. Formulir dan cara pengisian rekam medis

1) Formulir pengisian rekam medis rawat inap

Formulir rawat inap terdiri dari:

Page 153: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

a) Ringkasan masuk dan keluar yang berisi identitas pasien,

cara masuk dikirim oleh, serta ringkasan data saat pasien

keluar.

b) Catatan perkembangan penyakit yang ditanda tangani oleh

dokter mulai masuk, perkembangan saat perawatan

sampai pasien keluar atau meninggal.

c) Resume medis yang ditanda tangani oleh dokter yang

merawat, bagi yang meninggal cukup dibuatkan laporan

kematian.

d) Riwayat pemeriksaan fisik dan penyakit.

e) Grafik vital sign.

f) Salinan resep dan korespondensi

g) Rencana tindakan

h) Checlist terapi cairan

i) Checklist terapi oral dan injeksi

j) Asuhan keperawatan

k) Identifikasi bayi

l) Riwayat kelahiran

m) Grafik nifas dan pemeriksaan antenatal

2) Formulir rekam medis rawat jalan

Untuk rawat jalan formulirnya terdiri dari:

a) Identitas pasien

Page 154: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

b) Formulir catatan dokter poliklinik berisi anamnesa,

pemeriksaan fisik, diagnose terapi, nama dan tanda

tangan dokter.

c) Formulir hasil penunjang medis

d) Copi resep

3) Rekam medis bayi baru lahir

Rekam medis bayi baru lahir berisi ringkasan masuk dan

keluar bayi dan riwayat kalahiran yang bertanggung jawab

mencatatnya adalah dokter yang menolong persalinannya.

5. Proses pengolahan rekam medis

1) Assembling

Melakukan perakitan berkas rekam medis yang sudah

dikembalikan unit luar rekam medis baik rawat inap maupun

rawat jalan.

Assembling rekam medis ada 2 macam yaitu :

- Untuk perakitan rekam medis rawat jalan terdiri lembaran

poliklinik dan hasil pemeriksaan penunjang.

- Untuk rawat inap perakitan berkas rekam medis meliputi;

ringkasan masuk keluar, resume kelua, riwayat pemeriksaan

fisik dan penyakit, grafik vital sign, catatan perkembangan

penyakit, salinan resep dan korespondensi, rencana

tindakan perawatan, checklist terafi cairan, checklist terafi

Page 155: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

oral dan injeksi, asuhan keperawatan, identifikasi bayi,

riwayat kelahiran, grafik nifas, pemeriksaaan antenatal, surat

keterangan opname, surat keterangan pulang dan

pengobatan lanjutan dan masuk UGD.

2) Koding

Yaitu pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf

atau angka atau kombinasi huruf dan angka yang mewakili

komponen data. Kodifikasi untuk diagnose penyakit di rumah

sakit menggunakan klasifikasi penyakit ICD-10 yang

menggunakan abjad dan angka (alpha numeric), sedang

untuk tindakan/operasi menggunakan ICD-9 CM yaitu

menggunakan angka.

3) Indeksing

Yaitu membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah

dibuat kedalam indeks-indeks. Adapun jenis indeks yang

dibuat adalah:

a) Indeks pasien

Berisi nama pasien yang pernah berobat di Rumah sakit.

Informasi yang ada dalam indeks ini adalah; nama

lengkap, nomor rekam medis, jenis kelamin, umur,

kelompok umur, ruang, tanggal masuk, tanggal keluar,

bulan, dokter dan alamat.

Page 156: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

b) Indeks penyakit

Berisi kode informasi penyakit yang ada di rumah sakit.

Informasi yang ada adalah; diagnose, kode penyakit,

nomor rekam medis, jenis kelamin, kelompok umur, ruang,

tanggal, bulan, lama dirawat, diagnose sekunder, dokter

dan alamat.

c) Indeks dokter

Berisi nama dokter yang memberikan pelayanan kepada

pasien. Indeks kematian

Informasi yang ada adalah diagnose, kode penyakit,

nomor rekam medis, jenis kelamin, kelompok umur, ruang,

tanggal, bulan, lama dirawat, diagnosa sekunder, dokter

dan alamat.

4) Symbol

Tujuan untuk memperjelas rekam medis pasien pada kasus

penyakit tertentu. Seperti; DM simbolnya lingkaran biru,

hepatitis simbolnya ginjal, anemia simbolnya hati, TBC

simbolnya paru-paru, HIV/AIDS simbolnya pita merah dan

kanker simbolnya kepiting.

5) Statistik dan Pelaporan rumah sakit

Data yang diolah selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi,

table maupun grafik.

Untuk pelaporan rumah sakit dibagi 2 kelompok yaitu;

Page 157: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

- Laporan internal untuk mengetahui tingkat efisiensi

pengelolaan rumah sakit, mutu pelayanan, tingkat

produktifitas seperti rata rata kunjungan baru perhari dan

data morbiditas.

- Laporan eksternal untuk kebutuhan diluar rumah sakit

seperti ketanagaan yang dilaporkan setahun sekali per 15

Januari, tempat tidur berdasarkan jumlah tempat tidur

perkelas sesuai jenis pelayanan, data kegiatan pelayanan

yang diporkan setahun sekali paling lambat tanggal 15

Januari dan lain.lain.

6) Korespondensi rumah sakit

Yaitu surat menyurat yang berhubungan dengan rekam

medis, terdiri dari resume medis yaitu ringkasan kegiatan

pelayanan dari masuk sampai pulang, formulir asuransi, surat

keterangan medis untuk tugas belajar, tes kesehatan dan lain

sebagainya.

7) Analisa rekam medis

Dilakukan dengan meneliti rekam medis yang dihasilkan oleh

staf medis dan paramedis serta hasil pemeriksaan penunjang

medis sehingga kebenaran penempatan diagnosa dan

kelengkapannya dapat dipertanggung jawabkan.

Proses analisa rekam medis ada 2 macam, yaitu:

Page 158: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

- Analisa kuantitatif, yaitu analisa terhadap jumlah lembaran

rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan dan

dimana pasien dirawat.

- Analisa kualitatif yaitu menganalisa mutu setiap berkas

rekam medis apakah sudah sesuai dengan standar yang

ditetapkan.

8) Penyimpanan rekam medis

- Sistem penyimpanan menggunakan sistem disentralisasi,

dimana rekam medis seorang pasien disimpan dalam satu

map dengan satu nomor dalam ruang penyimpanan yang

berbeda di bagian rekam medis.

- Metode penyimpanan berdasarkan angka akhir atau

Terminal Digit Filing (TDF).

- Fasilitas fisik ruang penyimpanan rekam medis areanya

bersih, rapi dengan penerangan yang cukup, tersedia tempat

untuk tracer (petunjuk keluar sebagai pengganti rekam

medis yang diambil dari tempatnya). Rak yang digunakan

adalah rak terbuka yang terbuat dari besi dan kayu, untuk

keamanan tempat penyimpanan terlindung dari api, air

(banjir dan bocor), serangga dan akses orang yang tidak

berwenang, semua pintu dalam ruang penyimpanan

terkunci, larangan merokok dalam ruang penyimpanan dan

hanya petugas RM yang boleh masuk.

Page 159: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

9) Pengambilan rekam medis

Pengambilan berkas rekam medis oleh internal rumah sakit

(dokter, perawat dan petugas lain) dan pihak eksternal seperti

polisi dan pengadilan rumah sakit mempunyai ketentuan:

- Semua peminjaman berkas rekan medis untuk eksternal

harus seijin direktur rumah sakit

- Peminjaman berkas rekam medis oleh pihak pengadilan

harus dibawa oleh petugas rekam medis rumah sakit

- Untuk keperluan pengobatan baik untuk pengobatan lanjutan

atau rumah sakit lain, hanya berupa resume medis.

Semua permintaan rekam medis harus diajukan melalui

bagian rekam medis dengan mengisi formulir peminjaman.

Adapun ketentuan yang harus ditaati di tempat penyimpanan

adalah bahwa tidak satupun rekam medis boleh keluar dari

ruang rekam medis tanpa tanda keluar (tracer), petugas

yang meminjam berkewajiban mengembalikan dalam

keadaan baik dan tepat waktu dan rekam medis tidak

dibenarkan diambil dari rumah sakit kecuali ada perintah

pengadilan.

10) Penyusutan (retensi) dan pemusnahan rekam medis

Tata cara pemusnahan rekam medis terlebih dahulu dilakukan

penetapan jadwal retensi dari tanggal terakhir kunjungan.

- Tata cara pemindahan rekam medis aktif menjadi inaktif

Page 160: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Dilihat dari tanggal kunjungan terakhir, setelah 5 (lima) tahun

dari tanggal kunjungan terakhir berkas dipisahkan di ruang

lain terpisah dari berkas RM yang aktif, berkas yang inaktif

dipisahkan sesuai dengan tahun terakhir kunjungan.

- Tata cara penilaian

Berkas rekam medis yang dinilai adalah berkas rekam medis

yang telah 5 tahun yang mana pasiennya tidak berkunjung

ke Rumah Sakit. Adapun lembar rekam medis yang dipilah

yaitu ringkasan masuk dan keluar, lembar operasi, inform

consent dan lembar keterangan kematian. Untuk tim penilai

dibentuk dengan Surat Keputusan Direktur beranggotakan,

panitia rekam medis, petugas RM senior, perawat dan

tenaga lain yang terkait.

- Tata cara pemusnahan

Pertama dibentuk tim pemusnahan dari unsur rekam medis

dan tata usaha dengan Surat Keputusan Direktur Rumah

Sakit, pelaksanaan pemusnahan dilakukan dengan dibakar

bisa menggunakan incinerator atau dibakar biasa, bisa

dengan dicacah atau dibuat bubur, untuk pemusnahan yang

dilakukan pihak ketiga disaksikan oleh tim pemusnahan,

selanjutnya tim pemusnahan membuat berita acara

pemusnahan yang ditanda tangani oleh ketua dan sekretaris

dan diketahui direktur rumah sakit.

Page 161: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Berita acara pemusnahan RM yang asli disimpan rumah

sakit, khusus untuk arsip rekam medis yang rusak atau tidak

terbaca dapat langsung dimusnahkan dengan terlebih dulu

dibuat pernyataan tertulis oleh Direktur.

6. Informasi rekam medis

Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan dalam rekam medis

adalah hasil pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, observasi atau

anamnesa terhadap pasien karena bagian ini mengadung nilai medis.

Pemberitahuan tentang penyakit kepada pasien atau keluarganya menjadi

tanggung jawab dokter yang merawatnya, semua berkas rekam medis

disimpan ditempat yang aman dan hanya petugas yang berkepentingan

yang bisa masuk, bila ada pengeluaran rekam medis harus ada bukti

tertulis dalam formulir peminjam, selama pasien dirawat menjadai

tanggung jawab perawat ruangan untuk menjaga kerahasiaannya.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan rekam medis di

RS BrigJend. H.Hasan Basry Kab. Hulu Sungai Selatan belum

dilaksanakan sesuai dengan Permenkes No. 269 Tahun 2008, karena

tidak adanya sosialisasi terhadap peraturan tersebut, terutama di rumah

sakit. Hal ini sejalan dengan penjelasan Ketua IDI Kab. Hulu Sungai

selatan bahwa sosialisasi tentang Permenkes 269 Tahun 2008 tidak ada

dilakukan dan sayapun tahu pada saat persiapan akreditasi itupun hanya

garis besarnya saja, (wawancara,10 April 2013)

Page 162: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Pendapat serupa dikatakan oleh pengelola rekam medis (Bp. Apip)

bahwa tidak ada sosialisasi baik dari Dinas Kesehatan maupun Rumah

Sakit, hanya mengetahui waktu kuliah.

Dalam pelaksanaan aturan hukum perlu dilakukan sosialisasi yang

optimal kepada target aturan hukum. Kita tidak boleh menyakini fiksi

hukum yang menentukan bahwa semua penduduk dalam wilayah suatu

negara, dianggap mengetahui seluruh aturan hukum yang berlaku di

negaranya. Tidak mungkin penduduk atau warga masyarakat secara

umum mampu mengetahui keberadaan suatu aturan hukum dan

substansinya, jika aturan hukum itu tidak dilaksanakan secara optimal74.

Dalam menilai apakah prilaku hukum orang-orang yang terlibat

dalam pelaksanaan ketentuan hukum sesuai dengan dengan apa yang

disyaratkan dalam dalam pelaksanaan ketentuan permenkes No.269

tahun 2008 berjalan baik, mengacu pada apa yang dikatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi perilaku hukum yang pertama adalah komunikasi

hukum (commucation of the law) dan pengetahuan hukum (knowledge of

the law) sangatlah penting. Aneh bila dikatakatan mentaati atau tidak

mentaati aturan atau menghindari aturan, tanpa kita mengetahui

sebelumnya tentang aturan yang sebenarnya.75

Peraturan harus dikomunikasikan secara baik kepada orang-orang

yang terlibat sehingga diperoleh pengetahuan sehingga diperoleh hasil

yang diharapkan dalam peraturan tersebut. Sosialisasi Permenkes No.269

74

Op.Cit, Achmad Ali, hal. 376 75

Ibid, hal.163

Page 163: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Tahun 2008 merupakan proses pengendalian sosial yang perlu dilakukan

untuk menunjang efektifnya fungsi hukum sebagai sosial control, agar

supaya dapat mengendalikan tingkah laku orang yang terlibat dalam

pelaksanaan rekam medis menjadi sadar akan penting sebuah peraturan.

Tidak maksimalnya sosialisasi berdampak terhadap pemahaman

terhadap suatu aturan yang diterapkan, pemahaman lahir karena

pengetahuan yang dimiliki oleh orang yang terlibat dalam pengetahuan itu

semakin banyak pengetahuan yang didapatkan terhadap peraturan maka

diharapkan semakin baik pula pemahaman terhadap peraturan itu

sehingga lahir sebuah kesadaran untuk melaksanakan aturan hukum

tersebut.

Sosialisasi yang baik menyebabkan orang mengetahui akan

peraturan dan diharapkan timbul kasadaran. Kesadaran hukum lahir

karena pemahaman hukum yang baik dan pemahaman hukum dilandasi

oleh pengetahuan yang memadai. Untuk mendapatkan hal tersebut

sebelumnya harus ada sosialisasi terhadap aturan hukum tersebut.

Kesadaran hukum menurut Achmad Ali ada 2 macam yaitu:76

a. Kesadaran hukum positif, identik dengan „ketaatan hukum‟.

b. Kesadaran hukum negatif, identik dengan „ketidaktaatan

hukum‟

76

Ibid, Hal. 298

Page 164: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Kemudian Achmad Ali menambahkan, pengertian itu akan lebih

lengkap lagi, jika ditambahkan unsur nilai-nilai masyarakat, tentang fungsi

apa yang hendaknya dijalankan oleh hukum dalam masyarakat.

Jadi kesadaran hukum yang dimiliki warga masyarakat, belum

menjamin warga masyarakat tersebut akan mentaati suatu aturan hukum

atau perundang-undangan. Ketaatan hukum adalah kesadaran hukum

yang positif, sedangkan ketidaktaatan hukum kesadaran hukum yang

negatif.77 Sebenarnya jenis ketaatan yang paling mendasar sehingga

seseorang menaaati atau tidak menaati hukum, adalah karena adanya

kepentingan.

Dalam pelaksanaan rekam medis, dokter mempunyai pengetahuan

yang cukup dan dapat merasakan manfaat rekam medis tetapi dengan

ditemukannya pendokumentasian yang tidak lengkap, bisa dikatakan

dokter mempunyai kesadaran hukum yang negatif tanpa

mengesampingkan berbagai alasan, seperti pasien banyak, sehingga

tidak punya waktu yang cukup untuk mengisi rekam medis yang lengkap.

dan kalau dilhat dari segi ketaatan hukum, dimana masih ada diagnosa

yang tidak diisi, penulis berpendapat dokter mempunyai tingkatan

ketaatan yang bersifat identification, dimana dokter hanya mentaati aturan

takut hubungan baiknya dengan pasien akan terganggu dan takut

hubungannya dengan pimpinan Rumah sakit menjadi rusak, sehingga

tetap melakukan pengisian rekam medis meskipun kenyataannya

77

Ibid, Hal. 302

Page 165: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

ditemukan data yang tidak diisi. Penulis tidak mengatakan dokter

mempunyai ketaatan bersifat compliance, sebab sanksi yang membuat

mereka taat juga tidak diterapkan.

Hal tersebut tidak bisa dibenarkan apabila dokter mempunyai

kesadaran hukum yang positif dan mempunyai kepentingan akan hasil

dokumentasi rekam medis yang dikatakan ketaatan yang bersifat

internalization, dimana dokter melakukan karena memang sesuai dengan

sifat interinsik dokter tersebut, sebagai pedoman terapi dan sebagai alat

bukti yang menjadi pegagangan dokter bahwa sudah melakukan kegiatan

kedokterannya.

Tidak maksimalnya pelaksanaan Permenkes No 269 tahun 2008

juga di sebabkan karena fasilitas dan tenaga untuk melaksanakan aturan

itu. Menurut Selo Soemardjan78, efektifitas hukum berkait erat dengan

faktor usaha menanamkan hukum di dalam masyarakat, yaitu

penggunaan tenaga manusia, alat-alat, organisasi dan metode agar warga

masyarakat mengetahui, menghargai, mengakui dan mentaati.

Fasilitas dapat dirumuskan sebagai sarana untuk mencapai tujuan

penegakan hukum berupa saran fisik yang berfungsi sebagai pendukung

seperti; tempat, sarana pendukung lain, tintas computer dan sebagainya.

Kerap peraturan sudah diperlukan sedangkan fasilitas pendukung

pelaksanaan aturan tersebut tidak tersedia sesuai ketentuan aturan itu.

78

Ruslan Achmad, 2011, Teori dan Panduan Praktik Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan di Indonesia, Rangkang Education, Yogyakarta, Hal.74

Page 166: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Hal tersebut akan menimbulkan kemacetan. Oleh karena itu fasilitas

amatlah penting untuk mendukung tegaknya suatu peraturan.

Tidak tersedianya tempat yang luas dan pendukung yang memadai

pada rawat jalan berakibat tidak maksimalnya peyimpanan, sehingga

penyimpanan rekam medis rawat inap tidak maksimal.

Manusia sebagai pelaku sangat signifikan sekali keberadaannya

baik segi jumlah maupun pendidikan, dengan jumlah dan tingkat

pendidikan yang memadai maka pelaksanaan lebih baik, terlepas apakah

perilaku orangnya itu sendiri sebagai faktor yang juga sangat menentukan.

Jumlah pengelola rekam medis seharusnya untuk rumah sakit Tipe

C sebanyak 12 orang dengan pendidikan perekam medis dan 3 tenaga

administrasi, hal ini diungkapkan oleh Bp.Apip sebagai pengelola rekam

medis. Sedangkan pengelola rekam medis di RSU Brigjend.H. Hasan

Basry berjumlah hanya 12 orang dan tingkat pendidikan hanya 2 orang D3

yang berprofesi sebagai perekam medis, 7 orang pendidikan SMA, D1 3

orang.

Dengan tidak maksimalnya fasilitas dan tenaga berakibat tidak

maksimalnya penerapan peraturan tersebut. Pemenuhan fasilitas dan

tanaga menjadi hal utama agar pelaksanaan peraturan berjalan baik.

Pengawasan dan pembinaan harus dimaksimalkan sehingga penerapan

Peraturan Menteri Kesehatan No.269 Tahun 2008 berjalan maksimal

sehingga pelaksanaan rekam medis lebih bermutu.

Page 167: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Pengawasan dan pembinaaan diarahkan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan termaktub pada pasal 16 ayat 2 Permenkes No. 269

tahun 2008, dan orang yang diberikan kewenangan dapat mengambil

tindakan administratif sesuai dengan kewenangannya, tindakan

administratif adalah berupa teguran lisan dan tertulis dan pencabutan ijin

sesuai dengan tingkat kesalahannya.

Pengawasan yang dilakukan untuk memonitor seberapa efektif

pelaksanaan rekam medis di lapangan disesuaikan dengan kondisi

lapangan yang ada agar dapat dimaksimalkan kegunaannya.

Menurut Anggraini, tujuan pengawasan adalah melakukan

pencegahan agar tidak terjadi sesuatu yang diinginkan, kenyataan tidak

dilakukannya pengawasan akan mengindikasikan peraturan tidak berjakan

semestinya79

Pengawasan oleh Dinas Kesehatan kabupaten Hulu Sungai

Selatan Kalsel belum dilakukan sehingga pelaksanaan rekam medis tidak

sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UU No.29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran terutama pasal 46 bahwa setiap dokter atau dokter gigi

wajib membuat rekam medis, rekam medis harus segera dilengkapi

setelah pasien selesai menrima pelayanan dan semua catatan harus

diberi tanda tangan, paraf dan nama orang yang member palayanan.

Begitu juga tentang aturan Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang

rekam medis terutama Pasal 2 Ayat (1), yang menyebutkan bahwa rekam

79

Anggraini jum, 2012. Hukum administrasi Negara, Penerbit Graha ilmu Yogyakarta

Page 168: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas. Ketentuan sanksi

terhadap dokter yang sengaja tidak membuat rekam medis berupa pidana

kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak 50 juta rupiah

dan dalam Permenkes yang hanya berupa teguran lisan, tertulis dan

sampai pencabutan izin belum pernah dilakukan oleh pihak terkait,

sehingga pelaksanaan rekam medis yang merupakan bukti pelayanan

pasien tidak berjalan dengan baik.

Salah satu instrument penengakan hukum administrasi Negara

meliputi pengawasan dan penegakan sanksi. Pengawasan merupakan

langkah preventif untuk memaksakan kepatuhan, sedangkan penerapan

sanksi merupakan langkah represif untuk memaksakan kepatuhan. 80.

Sanksi dalam hukum administrasi yaitu diartikan sebagai alat kekuasaan,

yang bersifat hukum publik yang dapat digunakan oleh pemerintah

sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat

dalam norma hukum administrasi negara.

Senada dengan Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa tidak

ada gunanya memasukkan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan

bagi warga ke dalam suatu peraturan perundang-undangan, manakala

aturan tingkah laku itu tidak dapat dipaksakan oleh tata usaha negara,

maka salah satu cara yang dapat memaksakan adalah sanksi. Salah satu

80

H.R Ridwan. 2011. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Cet. ke-

7 hal.296

Page 169: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

instrument untuk memaksakan tingkah laku para warga adlah dengan

sanksi81

Peraturan pelaksanaan rekam medis akan akan efektif bila ada

kemungkinan bagi penegak hukum untuk memproses jika terjadi

pelanggaran terhadap aturan hukum tersebut karena diatur dan

diancamkan dengan adanya sanksi begitu juga dengan para petugas yang

mengakan peraturan tentang pelaksanaan rekam medis yang baik dan

benar.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukan Achmad Ali,82 tentang

efektifitas hukum adalah Kemungkinan bagi penegak hukum untuk

memproses jika terjadi pelanggaran terhadap aturan hukum tersebut,

adalah memang memungkinkan, karena tindakan yang diatur dan

diancamkan sanksi, memang tindakan yang konkret, dapat dilihat, diamati,

oleh karenanya dimungkinkan untuk diproses dalam setiap tahapan

(penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan penghukuman dan Efektif

tidaknya suatu aturan hukum secara umum, tergantung pada optimal dan

professional tidaknya aparat penegak hukum untuk menegakkan

berlakunya aturan hukum tersebut.

Menurut penulis pengawasan yang dilaksanakan efektif jika

dilakukan terus-menerus dan langsung ditempat pelaksanaan kegiatan

rekam medis baik terhdap dokter atau tenaga kesehatan lain, sehingga

apabila terdapat kekeliruan akan cepat bisa diatasi, dan apabila tidak bisa

81

Ibid, H.R Ridwan hal.298 82

Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicialprudence), KencanaPrenada Media Group, Jakarta, Cetakan ke-3. Hal. 298

Page 170: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

diatasi secara bijak maka bisa diambil kebijakan dengan mengenakan

sanksi, karena tiap peraturan tanpa adanya sanksi maka tidak akan jalan,

sanksi yang diterapkan bersifat adminitratif, berupa peringatan lisan dan

tertulis hingga pencabutan ijin seperti tercantum dalam Permenkes No.

269 tahun 2008 pasal 17 ayat 2

C. Tanggung Jawab Hukum Dokter Dalam Pelaksanaan Rekam

Medis

Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala

sesuatunya (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan,

diperkarakan dan sebagainya).83

Dalam pengertian hukum, tanggung jawab berarti keterikatan.

Tanggung jawab hukum dokter adalah suatu “keterikatan” dokter terhadap

ketentuan-ketentuan hukum dalam menjalankan profesinya.

Tanggung jawab seorang dokter dalam bidang hukum terbagi 3 (tiga)

bagian, yaitu tanggung jawab hukum dokter dalam bidang hukum perdata,

tanggung jawab pidana dan tanggung jawab hukum administrasi.

Kewajiban dokter dalam melakukan pelayanan kesehatan untuk

membuat rekam medis menjadi tanggung jawab, arti tanggung jawab

adalah bahwa orang tidak boleh mengelak bila diminta penjelasan tentang

perbuatannya.84 Dalam membuat rekam medis dokter harus mematuhi

aturan pembuatan rekam medis yang baik, termasuk kelengkapan isi,

83

Op. Cit,HR Ridwan, hal.318 84

Effendi Erdianto, 2011, Hukum Pidana Indonesia,suatu pengantar, PT. Refika Aditama,

Bandung, Hal. 109

Page 171: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

validitas dan kerahasiaan, hal ini terkait dengan manfaat dari rekam medis

tersebut.

Adapun tanggung jawab hukum dokter dalam pelaksanaan rekam

medis di rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab Kerahasiaan rekam medis

Dari segi hukum kesalahan atau kelalaian selalu berkait dengan

sifat melawan hukumnya suatu perbuatan yang dilakukan yang dilakukan

oleh orang yang mampu bertanggung jawab. Seseorang dikatakan

mampu bertanggung jawab apabila dapat menginsafi makna yang

senyatanya dari perbuatannya, dapat menginsafi perbuatan itu tidak

dipandang patut dalam pergaulan masyarakat dan mampu menentukan

niat atau kehendaknya dalam melakukan perbuatan tersebut. Suatu

perbuatan dikategorikan sebagai criminal malpractice apabila memenuhi

rumusan delik pidana yaitu perbuatan harus perbuatan tercela dan

dilakukan oleh sikap batin yang salah berupa kesengajaan, kecerobohan

dan kealfaan.85

Rekam medis merupakan salah satu unsur dalam “trilogi rahasia

medis”. Data yang terdapat pada berkas rekam medis bersifat rahasia

(confendential). Karena hubungan dokter dengan pasien bersifat pribadi

85

Syahrul Machmud, 2012, Penegakan hukum dan Perlindungan hukum bagi dokter yang

diduga melakukan medical malpraktik, Cv. Karya Putra Darwati, Bandung, Hal.150-151

Page 172: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

dan khusus, maka segala sesuatu yang dipercayakan pasien kepada

dokternya harus dilindungi terhadap pengungkapan lebih lanjut.86

Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan dalam rekam medis

adalah hasil pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, observasi atau

anamnesa terhadap pasien karena bagian ini mengadung nilai medis.

Pemberitahuan tentang penyakit kepada pasien atau keluarganya

menjadi tanggung jawab dokter yang merawatnya, semua berkas rekam

medis disimpan ditempat yang aman dan hanya petugas yang

berkepentingan yang bisa masuk, bila ada pengeluaran rekam medis

harus ada bukti tertulis dalam formulir peminjam, selama pasien dirawat

menjadi tanggung jawab perawat ruangan untuk menjaga kerahasiaannya.

Dalam UUPK N0.29 Tahun 2004 Pasal 48 ayat (1) menyebutkan

bahwa Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik

kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran. Ayat (2) Rahasia

kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,

memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan

perundang-undangan.

Pasal 51 UUPK Ayat (c); merahasiakan segala sesuatu yang

diketahuinya tentang pasien bahkan setelah pasien meninggal dunia.

86

Op.Cit Guandi. J, hal 22

Page 173: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Pada UUPK No.29 Tahun 2004 Pasal 47 ayat (2) yaitu; Rekam

medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter

gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

Dalam Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 Pasal 10 disebutkan

bahwa informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat

pemeriksaan, riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiannya

oleh dokter atau dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola

dan pimpinan sarana kesehatan.

Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 57 ayat

(1) menyebutkan bahwa Setiap orang berhak atas rahasia kondisi

kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara

pelayanan kesehatan; (2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi

kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku

dalam hal: perintah undang-undang;perintah pengadilan;izin yang

bersangkutan; kepentingan masyarakat; atau kepentingan orang tersebut.

Kerahasiaan rekam medis merupakan faktor yang terpenting yang

harus dipegang oleh dokter karena dokterlah yang berhubungan langsung

melakukan pemeriksaan dan terapi terhadap pasien, semua harus dicatat

dalam rekam medis karena rekam medis merupakan kumpulan catatan

tentang kesehatan pasien dan menjadi kewajiban dokter untuk

menjaganya karena mereka diamanatkan oleh undang-undang.

Seorang dokter dapat secara sengaja membuka rahasia pasien (isi

Rekam Medis) dengan cara menyampaikannya secara langsung kepada

Page 174: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

orang lain. Akan tetapi ia dapat juga membukanya secara tidak sengaja,

yaitu ketika ia membicarakan keadaan pasien dengan petugas kesehatan

lain didepan umum atau jika ia menaruh Rekam Medis secara

sembarangan sehingga orang yang tidak berkepentingan dapat

melihatnya.

Kaitan dengan kerahasiaan ini didapatkan kenyataan bahwa

adanya berkas rekam medis yang dibawa oleh keluarganya atau orang

dekat pasien untuk diantar langsung ke dokter yang bersangkutan saat

akan melakukan konsultasi terutama pasien rawat jalan, dalam protap

yang membawa berkas rekam medis adalah petugas rekam medis atau

perawat yang bekerja pada poli tersebut, setelah ditanyakan kepada

petugas hal ini karena keterbatasan tenaga dan kasuistis, peneliti

berpendapat hal ini berpotensi terjadinya kebocoran rahasia medis yang

oleh orang yang tidak bertanggung jawab, dan bila memang terjadi maka

dokter dan rumah sakit bertanggung jawab terhadap hal tersebut karena

dokter dan rumah sakit sebagai insitusinya dianggap telah lalai menjaga

kerahasiaan rekam medis.

Sanksi Pidana

Adapun apabila memang terjadi pembukaan rahasia tanpa

persetujuan pasien dan mereka mengganggap itu merugikan maka yang

dianggap membocorkan rahasia bisa dikenakan Pasal 332 KUHPidana

yaitu;

Page 175: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

(1) Barang siapa membuka suatu rahasia yang wajib disimpan

karena jabatan atau pekerjaannya baik yang sekarang maupun

yang dahulu, dipidana dengan pidana penjara paling lama

Sembilan bulan atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

(2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seseorang yang tertentu,

maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang

tersebut.

Pasal ini berlaku bagi orang yang membocorkan rahasia

pekerjaannya maupun rahasia jabatan (dan atau rahasia jabatan) baik

yang sekarang maupun yang telah lalu, karena dia pindah pekerjaan atau

telah pensiun.

Pada Ayat (2) merupakan delik aduan, dimana perkara itu tidak

dapat diusut tanpa pengaduan dari orang yang dirugikan. Pengaduan itu

dapat dicabut kembali, selama belum diajukan ke sidang pengadilan.

Namun demikian, pada Pasal 4 Penjelasan PP Nomor 10 Tahun 1966

disebutkan bahwa : ” Demi kepentingan umum Menteri Kesehatan dapat

bertindak terhadap pembocoran rahasia kedokteran, meskipun tidak ada

suatu pengaduan. Contoh seorang pejabat kedokteran berulangkali

mengobrolkan di depan orang banyak tentang keadaan dan tingkah laku

pasien yang diobatinya. Dengan demikian la telah merendahkan martabat

jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan orang kepada pejabat-

pejabat kedokteran.

Page 176: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Sanksi Perdata.

Apabila pembocoran rahasia tentang penyakit pasien termasuk

data-data medisnya, mengakibatkan kerugian terhadap pasien, maka

dokter atau rumah sakit, dimana terjadi kebocoran dapat digugat secara

perdata untuk mengganti kerugian karena sudah lalai dalam menjaga

kerahasiaan pasien. Dan bagi orang yang membocorkan dapat digugat

untuk mengganti kerugian. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Tentang

Kesehatan dan KUHPerdata.

Pasal 58 Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

menyebutkan bahwa: Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap

seseorang, tenaga kesehatan dan atau penyelenggara kesehatan yang

menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan

kesehatan yang diterimanya.

. Pasal 1365 KUHPerdata. “Setiap perhuatan melanggar hukum

yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang

karena kesalahannya yang mengakibatkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut “.

Pasal 1366 KUHPerdata. “Setiap orang bertanggung jawah tidak

saja atas kerugian karena perbuatannya, tetapi juga alas kerugian yang

disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya “.

Kemudian Pasal 1367 KUHPerdata,”Seorang tidak saja

bertanggung jawah untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan

sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan

Page 177: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-

barang yang dibawah kekuasaannya“. Adapun maksud Pasal 1367

KUHPerdata ini adalah apabila seorang bawahan melakukan kesalahan,

maka yang digugat adalah atasannya. Hal ini disebut dengan tanggung

jawab atasan, sedangkan pidananya ditanggung sendiri oleh yang

bersangkutan.

Sanksi Administratif.

Sanksi administratif untuk tenaga kesehatan sehubungan dengan

peraturan tentang rekam medis diatur dalam Pasal 17 Permenkes No. 269

Tahun 2008 bahwa tindakan administratif dapat dilakukan oleh menteri,

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka

pembinaan dan pengawasan dan sanksinya berupa teguran lisan, teguran

tertulis sampai pencabutan izin.

Walaupun diatur mengenai kerahasiaan rekam medis tetapi juga

diatur tentang kewajiban membuka rahasia terdapat pada;

- UUPK No. 29 Th 2004 Psl 48 ayat 2 menyebutkan bahwa rahasia

kedokteran dapat dibuka yaitu untuk kepentingan pasien,

memenuhi permintaan penegak hukum atas perintah pengadilan,

permintaan pasien, ketentuan Undang-Undang.

- Permenkes No.269 Th 2008 Pasal 10 ayat (2) Informasi tentang

identitas, diagnosis, riwayat penyakit dan pengobatan dapat dibuka

dalam hal; untuk kepentingan kesehatan, permintaan penegak

Page 178: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

hukum atas perintah pengadilan, permintaan pasien/persetujuan,

pendidikan dan penelitian dan audit medis tapi tidak menyebut

identitas dan ayat (3) harus dilakukan tertulis kepada pimpinan

sarana kesehatan.

- Pasal 11 Permenkes 269 Tahun 2008 menyebutkan, penjelasan

tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau

dokter gigi yang merawat pasien dengan ijin tertulis pasien

berdasarkan peraturan perundang-undangan, Pimpinan sarana

pelayanan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara

tertulis atau langsung kepada pemohon tanpa ijin pasien

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Pihak ketiga, seperti keluarga, kuasa hukum, asuransi dan polisi,

pengadilan harus memperlhatkan surat kuasa (tertulis) dari pasien

bila ingin memiliki rekam medis.

Kerahasian tidaklah bersifat mutlak, dalam situasi tertentu hal

tersebut dapat dilakukan melalui hal berikut:87

a. Persetujuan pasien

Orang yang paling mempunyai hak mengenai penyimpanan

rahasia medis ini adalah pasien. Pasienlah satu-satunya yang

paling berhak untuk menentukan boleh tidaknya isi rekam medisnya

diungkapkan.

87

Ibid, hal. 100

Page 179: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Persetujuan yang diberikan pasien dapat diberikan secara

tegas maupun secara diam-diam, namun harus mencerminkan

untuk itu. Persetujuan secara diam-diam dianggap sudah diberikan

oleh pasien yang keadaan kesehatannya dan pengetahuan lain

tentang dirinya dibicarakan dalam kalangan tertentu secara rahasia,

misalnya dalam sebuah tim dan berlaku juga waktu

memberitahukan keadaan pasien kepada keluarga terdekatnya.

b. Apabila peraturan perundang-undangan mewajibkan

pengungkapan informasi tersebut.

Ketentuan undang-undang yang memotong kewajiban

menyimpan rahasia dengan memerintahkan diumumkannya

keadaan dan peristiwa medis seperti keterangan meninggal,

laporan kelahiran, pelaporan penyakit menular dan lain-lain.

Kewajiban tersebut dituangkan dalam undang-undang karena

terlibat kepentingan-kepentingan besar.

c. Informasi dapat diberikan kepada anggota terdekat jika

menurut pendapat dokter atas pertimbangan medis adalah

tidak bijaksana untuk secara langsung memberikan informasi

itu kepada pasiennya.

d. Kewajiban terhadap kepentingan masyarakat.

Pasal 11 Undang-Undang tentang Tenaga Kesehatan No.6 tahun

1963, menyebutkan dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam

Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan peraturan perundang-undangan

Page 180: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

yang lain, terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan tindakan

administratif dalam hal sebagai berikut:

1. Melalaikan kewajiban

2. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh

seorang tenaga kesehatan baik mengingat sumpah jabatannya

maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan.

3. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-

undang ini.

2. Tanggung Jawab Perdata Dalam Transaksi Terapeutik

Hubungan antara pasien dan dokter adalah transaksi terapeutik,

bila dipandang dari sudut hukum hubungan ini termasuk perikatan ikhtiar,

oleh karena itu prestasi yang diwujudkan dokter adalah ikhtiar semaksimal

mungkin dalam batas keahliannya untuk menyembuhkan pasien.

Sepanjang tindakan itu dilakukan oleh dokter berdasar keahlian dan

pengetahuannya maka dianggap sah tindakan yang dilakukannya.

Hubungan dokter dan pasien mempunyai aspek yuridis dimana pasien

dan dokter mempunyai tanggung jawab akibat adanya hubungan hukum

dalam perjanjian tersebut.

Hubungan hukum antara dokter dan pasien termasuk dalam

perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu, seperti dalam Pasal 1601

KUHPerdata bahwa perjanjian dimana suatu pihak menghendaki pihak

lawannya dilakukan suatu pekerjaan dengan imbalan upah, sedangkan

Page 181: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali

terserah kepada pihak lawannya.

Dalam Pasal 1338 KUHPerdata dinyatakan bahwa setiap orang

mempunyai kebebasan berkontrak atau perjanjian dalam bentuk apapun.

Termasuk didalamnya adalah perjanjian untuk melaksanakan jasa tertentu

berdasarkan keinginan para pihak. Jadi yang diperjanjikan boleh apa saja

asal tidak berisi yang melanggar ketertiban dan kesusilaan.

Dalam perikatan minimal harus ada dua pihak yang mengikatkan

diri yang disebut subjek perikatan, yaitu pihak yang berhak menuntut

sesuatu atau kreditur dan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan

atau debitur.

Tujuan dari perikatan berupa pelaksanaan prestasi dari debitur

terhadap kreditur. Prestasi adalah suatu yang menjadi hak atau yang

dapat dituntut kreditur yang menjadi kewajiban debitur untuk

memenuhinya. Debiturnya adalah dokter dan kriditur adalah pasien. Jadi

prestasi adalah segala sesuatu yang telah diperjanjikan antar pihak dalam

suatu perikatan.

Dalam Pasal 1233 KUHPerdata yaitu tiap-tiap perikatan dilahirkan

baik karena persetujuan dan baik karena undang-undang. Hubungan

hukum antara perjanjian dan perikatan dapat dikemukakan bahwa

perjanjian adalah suatu perbuatan hukum antara dua pihak atau lebih

sehingga timbul hubungan hukum berupa perikatan yang dilahirkan dari

suatu perjanjian.

Page 182: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Objek perikatan adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau

untuk tidak berbuat sesuatu (Pasal 1235 KUHPerdata), bila dihubungkan

perjanjian antara pasien dan dokter adalah inspanning verbintenis artinya

dokter akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi suatu

prestasi, berhasil tidaknya tidak ditentukan oleh hasil.

Dalam KUHPerdata, untuk sahnya perjanjian diperlukan empat

syarat yaitu, kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan

untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang

halal. Jadi perjanjian antara dokter dan pasien sah karena memenuhi

syarat yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu;

- Kesepakatan antara mereka yang mengikatkan dirinya

Adanya kesepakatan kedua belah pihak antara dokter dan pasien,

bilamana pasien datang ke dokter dan mengemukakan masalahnya maka

dokter akan bertindak sesuatu terhadap pasein sesuai dengan keahlian

dan kewenangannya, dengan tujuan menolong atau memberi jasa kepada

pasiennya.

- Kepantasan membuat suatu perikatan

Sebagai orang yang ahli dan terdidik dalam bidang kesehatan

dokter pantas dan berhak untuk menawarkan jasanya dan pasien berhak

mengadakan perikatan karena telah pantas. Pada dasarnya setiap orang

yang sudah dewasa, atau akil balig dan sehat pikirannya. Pengecualian

dalam Pasal 1330 KUHPerdata adalah yang tidak pantas membuat

Page 183: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

perjanjian adalah belum dewasa (belum 21 tahun dan belum kawin,

dibawah pengampuan)

- Suatu hal tertentu

Adalah suatu hal tertentu yang memuat hak dan kewajiban kedua

belah pihak antara dokter dan pasien untuk melakukan suatu prestasi.

Adapun tujuan yang ingin kesembuhan pasiennya.

- Suatu sebab yang halal

Sebab yang halal yaitu tidak bertentang dengan hukum, ketertiban

umum dan norma kesusilaan di masyarakat. Dalam hubungan dokter dan

pasien, yang menghalalkannya adalah dokter menolong pasien sesuai

dengan kemampuan dan kewenangannya serta sudah menjadi tugas

dokter dan kewajibannya berdasar kemanusiaan.

Dengan dipenuhinya syarat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, maka

isi perjanjian mengikat para pihak yaitu dokter dan pasien sebagai

Undang-undang, perjanjian tidak dapat ditarik sepihak tanpa ijin dari pihak

lain dalam hal ini dokter dan pasien, perjanjian harus dilaksanakan dengan

itikat baik, artinya harus jujur,dan segera oleh para pihak (dokter dan

pasien).

Sebagaimana sebuah perikatan, dalam transaksi terapeutik juga

terdapat para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perikatan atau

perjanjian yaitu dokter/ rumah sakit sebagai pihak yang memberikan atau

melaksanakan pelayanan medis dan pasien sebagai orang yang

menerima pelayanan medis. Khasnya perjanjian terapeutik adalah tentang

Page 184: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

cara atau ikrar mereka mengadakan perjanjian, yaitu bahwa dengan

kedatangan pasien ke rumah sakit tempat dokter bekerja, dengan tujuan

untuk memeriksakan kesehatannya atau untuk berobat, telah dianggap

sebagai suatu perjanjian terapeutik.

Hubungan hukum bersumber dari kepercayaan pasien terhadap

dokter, sehingga pasien bersedia memberikan persetujuan terhadap

tindakan medis yang diberikan kepadanya, namun ada kondisi lain yang

memungkinkan adanya hubungan hukum antara dokter dan pasien yaitu

keadaan pasien yang sangat mendesak untuk mendapatkan pertolongan

dari dokter88

Hubungan hukum yang terjadi antara pasien dan dokter atau rumah

sakit termasuk perjanjian pada umumnya Pasal 1234 BW bahwa tiap-tiap

perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau

tidak berbuat sesuatu. Dalam perjanjian ini kewajiban dokter melakukan

sesuatu sehingga pasien mendapatkan kesembuhan. Tindakan utamanya

memberikan pelayanan kesehatan yang diantaranya adalah informed

consent yang ada dalam rekam medis yang merupakan hal nyata dalam

perjanjian

Sebagai suatu perjanjian hubungan hukum antara dokter atau

rumah sakit dan pasien harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, seperti

Pasal 1320 BW, yaitu; adanya kesepakatan para pihak yang mengikatkan

88

Op.Cit. Widaningsih, Y.dan Ilyas,.hal. 28-29

Page 185: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

dirinya, kecakapan para pihak untuk membuat perikatan/ melakukan

kesepakatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.

Dengan demikian akan melahirkan hak dan kewajiban para pihak yaitu

kewajiban dan hak yang harus dilakukan oleh dokter dan pasien, dokter

harus melaksanakan kewajibannya memberikan pelayanan sesuai standar

yang ditetapkan praktik kedokteran begitu juga pasien.

a. Wanprestasi

Dalam pengertian wanprestasi disebutkan ada 4 suatu perjanjian

seseorang dikatakan wanprestasi apabila; tidak melakukan yang

disanggupi akan dilakukan; terlambat melakukan apa yang dijanjikan akan

dilakukan, melaksanakan apa yang dijanjikan; tetapi tidak sesuai dengan

yang dijanjikan; melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

dilakukannya.

Apabila terjadi wanprestasi atau ingkar janji maka secara teori yang

dituntut adalah; pemenuhan perikatan, pemenuhan perikatan dengan ganti

rugi, ganti rugi, pembatalan persetujuan timbal balik dan pembatalan

dengan ganti rugi.

Untuk terjadinya wanprestasi terdapat dua syarat, yaitu :

- Syarat materiil, yaitu adanya

1) Kesalahan atau schuld.

Kesalahan atau kesengajaan dalam hal ini pihak yang tidak

melaksanakan prestasi tersebut tahu bahwa perbuatan yang

Page 186: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

mengakibatkan tidak terlaksananya suatu prestasi itu merugikan

orang lain.

2) Kelalaian, dalam kelalaian pihak yang melakukan perbuatan yang

mengakibatkan tidak terjadinya prestasi tidak tahu bahwa akibat

yang merugikan tersebut akan timbul.

- Syarat formil,

1) Pihak yang melaksanakan prestasi tersebut diingatkan untuk

melaksanakan prestasinya tersebut.

2) Tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan

Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap tenaga

kesehatan/penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat

dari kesalahan atau kelalaian. Ketentuan mengenai tata cara pengajuan

tuntutan adalah sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

Ketentuan ini diatur dalam Pasal 1239 KUH Perdata.

Berkaitan dengan gugatan seseorang dalam hal wanprestasi ada

beberapa hal yang perlu diketahui:

1) Hanya dapat ditujukan pada pihak dalam perjanjian teraupetik atau

perjanjian pengobatan.misalnya: dokter dengan pasien di tempat

praktik pribadi, dokter dan pihak rumah sakit dalam hal dokter

bekerja di rumah sakit swasta

2) Kewajiban pembuktian dalam gugat wanprestasi dibebankan

kepada si penggugat (pasien) yang menggugat wanprestasi dokter

atau rumah sakit akibat tidak memberikan pelayanan yang

Page 187: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

memadai menurut standar profesinya sehingga pasien menderita

kerugian. Kewajiban pembuktian ini sangat menyulitkan penggugat

karena ia orang awam yang tidak mengetahui standar profesi

medis.

3) Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan melawan hukum juga menimbulkan suatu perikatan yaitu

perikatan yang bersumber pada undang -undang. Dalam perikatan ini hak

dan kewajiban para pihak tidak ditetapkan berdasarkan kesepakatan

diantara mereka melainkan diatur oleh undang-undang. Ketentuan-

ketentuan yang mengatur adalah :

1) Pasal 1365 KUH Perdata

Tiap perbuatan melanggar atau melawan hukum yang membawa

kerugian kepada orang lain mewajibkan orang yang karena

kesalahannya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.

2) Hal tersebut diperluas dengan Pasal 1366

“Setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang

disebabkan perbuatannya tetapi juga kerugian yang diakibatkan kelalaian

atau kurang hati-hati.”

3) Rumusan di atas kemudian diperluas dengan Pasal 1367 :

“Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang

disebabkan perbuatannya sendiri tetapi juga untuk perbuatan orang –

orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang yang

berada dibawah pengawasannya”

Page 188: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Unsur- unsur perbuatan melawan hukum adalah:

a) Melanggar hak orang lain.

b) Bertentangan dengan kewajiban hukum orang yang berbuat

c) Berlawanan dengan kesusilaan

d) Tidak sesuai dengan kepatutan dan kecermatan tentang diri atau

orang lain dalam pergaulan masyarakat

Untuk membuktikannya harus;

a) Ada perbuatan; perbuatan melawan hukum dalam arti luas

b) Adanya kesalahan dari pihak yang berbuat; dapat berupa

kesengajaan atau kelalaian

c) Perbuatan itu menimbulkan kerugian pada si penggugat/pasien

d) Ada hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum

tersebut dengan kerugian yang diderita oleh pasien (causa efisien;

sebab yang menimbulkan akibat).

Salah satu kewajiban yang dilakukan oleh dokter dalam

memberikan pelayanan adalah membuat rekam medis seperi amanat

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran terutama

Pasal 46 ayat (1) bahwa dokter dan dokter gigi wajib membuat rekam

medis dalam menjalankan praktik kedokteran, dalam membuat rekam

medis dokter juga diharuskam membuat sesuai dengan standar yang

terdapat dalam permenkes No. 269 Th 2008 dimana disebutkan bahwa

rekam medis yang dibuat minimal harus memenuhi seperti pada rawat

jalan, inap dan UGD, dan dalam membuat rekam medis dokter juga harus

Page 189: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

membuat rekam medis segera setelah memberikan pelayanan

kedokterannya sesuai dengan pembuatan rekam medis yang baik dan

benar.

Untuk memenuhi kewajiban itu dokter harus secara cermat akurat,

dan aktual dalam membuatnya karena catatan dokumen itu akan

dipertanggungjawabkan dokter sebagai orang yang bertanggung jawab

terhadap rekam medis pasien walaupun pada dasarnya ada juga isian

dalam rekam medis yang dilakukan oleh bagian perawatan dan petugas

kesehatan lain yang terlibat, Jadi secara singkat siapapun yang mengisi

rekam medis tetap dokterlah yang bertanggung jawab terhadap semua isi

yang ada dalam rekam medis.

Kaitan dengan pasien yang mempunyai hak untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang bermutu sesuai

dengan standar profesi kedokteran dan profesi keperawatan serta hak

untuk menentukan nasibnya sendiri dan kewajiban dokter adalah wajib

memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan

menghormati hak-hak pasien, dokter wajib membuat rekam medis yang

baik secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien, dokter

wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah

dibuatnya.

Hak pasein lainnya adalah mendapatkan isi rekam medis dan

menurut hemat saya isi rekam medis yang baik tergantung dari

kelengkapan isinya dan keakurasian pada saat melakukan pengisian,

Page 190: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

sehingga isi yang diberikan yang merupakan hak pasien dapat

dipertanggung jawabkan. Oleh sebab itu kelengkapan dan keakuratan

dokumen merupakan keharusan yang harus dipenuhi, apabila hal itu tidak

dilakukan oleh dokter maka dokter bisa dikatakan telah melalaikan

kewajibannya dan melanggar hak-hak pasien terutama dalam memberikan

pelayanan sesuai standar sedangkan dokter mempunyai kewajiban untuk

melakukan pelayanan yang sesuai standar.

Berdasar hasil penetian didapatkan ada rekam medis yang tidak

ada diagnosa, tanda tangan dan nama terang dokter, dan data umum dan

data sosial yang tidak lengkap sehingga bisa dikatakan dokter tidak

memberikan pelayanan kedokteran yang standar. Berbagai alasan yang

dikemukakan dokter, seperti pasien yang banyak dan waktu yang sedikit

sehingga tidak sempat menulis rekam medis sesuai aturan bukan menjadi

alasan pembenar sehingga tidak mengisi rekam medis minimal yang

disyaratkan.

Tidak adanya diagnose akhir yang wajib harus ditulis dokter, hal ini

bisa berakibat pada kesalahan pengobatan dan pengulangan

pemeriksaaan untuk menetapkan diagnosa lagi bagi dokter selanjutnya

sehingga menambah hari rawat begitu pula biaya yang harus dikeluarkan

oleh pasien dan seterusnya apabila itu terjadi dan menyebabkan kerugian

terhadap pasien maka dokter dalam hal ini sudah melakukan perbuatan

melanggar hukum dimana dalam KUHPerdata Pasal 1365 menyebutkan

bahwa tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian

Page 191: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

kepada orang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kesalahan itu, mengganti kerugian tersebut. Dokter dan rumah sakit

bertanggung jawab apabila ada tuntutan dari pasien.

Seorang dokter apabila sudah dinyatakan melakukan kesalahan

dan apakah ia harus membayar ganti rugi atau tidak, maka harus terdapat

hubungan erat antara kesalahan dan kerugian yang ditimbulkannya.

Dalam kaitannya dengan rekam medis apabila dokter karena akibat

kesalahannya tidak menulis diagnosa dan dengan demikian pasien

tersebut dilakukan pemeriksaaan awal yang menyebabkan ia lebih lama

dirawat sehingga biaya yang dikelurkan lebih besar dan apabila ada

hubungan yang erat diantaranya maka pasien dapt meminta pergantian

kerugian tersebut.

Berdasar pada Pasal 1366 KUHPerdata, seorang dokter dapat

dituntut atas dasar lalai, sehingga menimbulkan kerugian, hal tersebut

berbunyi” setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang

disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang

disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.

Dalam hal rekam medis apabila dokter melakukan kelalaian lupa

menulis pemeriksaan, diagnose dan yang berhubungan dengan tindakan

medis dan karena kelalaian itu menyebabkan terjadinya salah pengobatan

yang menyebabkan pasien cacat maka dapat menutut ganti rugi atas

perbuatan dokter tersebut dan salah satunya dibuktikan dengan rekam

medis yang dibuat.

Page 192: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

3. Tanggung Jawab Administrasi

Tanggung jawab hukum pada bidang administrasi yang dinilai dari

sudut kewenangannya, yaitu apakah dokter itu berwenang atau tidak

melakukan sesuatu yang akan ia lakukan terhadap pasiennya.

Dikatakan pelanggaran administrative malpractice jika dokter

melanggar hukum tata usaha Negara, contohnya adalah dokter

menjalankan praktik tanpa ijin, melakukan tindakan yang tidak sesuai

dengan ijin yang dimiliki, menggunakan ijin yang sudah tidak berlaku.

Dalam melakukan praktik dokter diperlukan berbagai persyaratan,

salah satu persyaratan yang paling penting adalah adanya Surat Tanda

Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) sebagai dokter

Bagi dokter PNS maupun yang bukan PNS, dalam hubungannya

dengan tugasnya untuk menjalankan pelayanan kesehatan terhadap

pasien, mereka berhak menjalankan otonomi profesi, tetapi ia harus

menjalankan standar profesi.

Kaitan dengan rekam medis bahwa yang membuat rekam medis

adalah dokter atau dokter gigi. Sebelum melakukan praktik

kedokterannya, dokter tersebut harus sudah memiliki Surat Izin Praktik

(SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR), sebagai salah satu syarat

dimana seorang dokter itu dianggap sah melakukan praktik

kedokterannya, dan salah satu kegiatan praktik kedokterannya dokter

diwajibkan untuk membuat rekam medis. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa yang berhak membuat rekam medis adalah dokter yang

Page 193: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

secara administrasi sudah mempunyai surat tanda registrasi dan surat ijin

praktik agar setiap catatan yang ada dalam dokumen rekam medis itu

dianggap legal menurut pekerjaannya dan legal menurut orang yang

membuatnya sehingga rekam medis yang dibuat oleh dokter tersebut

dapat dipertanggung jawabkan secara admininistrasi.

Registrasi dalam ketentuan umum UUPK No.29 tahun 2004 Pasal 1

adalah pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter gigi yang telah

memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu

lainnya serta diakui secara hukum untuk melakukan tindakan profesinya

dan Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan

oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter atau dokter gigi yang

sudah diregistrasi. Masa berlaku STR 5 tahun.

Persyaratan untuk mendapat STR adalah memiliki ijazah dokter,

memiliki surat telah mengucapkan sumpah, surat keterangan sehat fisik

dan mental, meiliki sertifikat kompetensi dan membuat pernyataan akan

mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Surat Izin Praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan

pemerintah kepada dokter atau dokter gigi yang akan menjalankan praktik

kedokteran setelah memenuhi persyaratan. Adapun persyaratan untuk

mendapatkan SIP seperti dalam pasal 38 UUPK ayat 1 adalah memiliki

STR, mempunyai tempat praktik, tempat pratik sesuai dengan ijin praktik.

Page 194: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dokter yang berhak

membuat rekam medis adalah dokter yang sudah memenuhi ketentuan

adaministrasi sehingga dianggap sah menurut kewenangannya.

Adapun ketentuan pidana berkaitan dengan hal tersebut tercantum

pada UUPK no. 29 tahun 2004 yaitu:

1. Pasal 75 Ayat 1 yaitu setiap dokter atau dokter gigi yang dengan

sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda

registrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Ayat (1) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling

banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Pasal 76 yaitu setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja

melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana

penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Sanksi administratif dapat dijatuhkan terhadap dokter yang

melalaikan kewajibannya dapat dilihat pada Pasal 11 UU No.6 Tahun

1963, yaitu melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat

oleh seorang dokter baik mengingat sumpah jabatannya maupun

mengingat sumpah sebagai dokter, mengabaikan yang seharusnya

dilakukan oleh dokter dan melanggar ketentuan menurut atau berdasarkan

Undang-Undang No. 6 Tahun 1963.

Page 195: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Selain itu dokter juga berkewajiban mematuhi peraturan-peraturan

organisatoris dan administratif, yang ditetapkan oleh pemerintah melalui

peraturan perundang-undangan, maupun yang ditetapkan melalui

organisasi profesi seperti kode etik kedokteran. Dokter yang melakukan

kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat

dikenakan tindakan disiplin, berupa peringatan tertulis diwajibkan

mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, pembekuan ijin

sementara waktu bahkan pencabutan ijin praktik dan surat registrasi.

Walau demikian kalaulah telah diberikan sanksi administrasi oleh

organisasi profesi dan pejabat yang berwenang tidak menutup tuntutan

perdata dan pidana dari pasien atau keluarga pasien.

4. Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Dalam Hukum Acara

Pidana dan Hukum Acara Perdata

Baik dalam perkara pidana maupun perkara perdata, hakim

memerlukan pembuktian. Menurut Hariyani Pembuktian menurut Hukum

perdata sebagai berikut:89

- Bila seorang dokter dituntut pasien karena melakukan malpraktik

medik, maka biasanya dasar tuntutan yang diajukan pasien

kepada dokter antara lain:

89

Anny Isfandyarie, Tanggung jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter, Prestasi Pustaka,

Jakarta, 2006. Hal 182-182

Page 196: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

a) Dokter dituduh melakukan wanprestasi (ingkar janji),

berdasar Pasal 1239 KUHPerdata.

b) Dokter dituduh melakukan perbuatan melawan hukum

berdasar Pasal 1365 KUHPerdata.

c) Dokter dituduh melakukan kelalaian sehingga

mengakibatkan kerugian berdasar Pasal 1366

KUHPerdata.

d) Dokter dituduh melalaikan pekerjaan sebagai

penanggung jawab berdasar Pasal 1367 Ayat (3)

KUHPerdata.

- Dalam menghadapi tuntutan atau gugatan dari pasien tersebut,

pasien harus membuktikan dasar tuntutan atau gugatan yang

diatur dalam Pasal 1865 KUHPerdata yang mana disebutkan

bahwa:

“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri ataupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pasa suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut”.

- Dari Pasal 1865 KUHPerdata ini dapat diartikan bahwa bila

pasien menggugat atau menuntut dokter, maka ia harus

membuktikan kesalahan maupun kelalaian dokter yang dituntut

tersebut.

Dokter yang dituntut tentunya melakukan pembelaan diri dengan

alat bukti yang bisa mendukung terhadap pembenaran yang dilakukan.

Page 197: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Menurut Tresna 90yang disebut alat bukti ialah bukti surat, bukti saksi,

sangka, pengakuan dan sumpah. Karena rekam medis berisi catatan dan

dokumen tentang identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang diberikan kepada pasien, maka rekam medis

disamakan dengan surat sehingga dapat dijadika alat bukti di pengadilan

untuk membantah gugutan pasien.

Contoh seorang dokter dituntut telah melakukan wanprestasi.

Tuntutan ini diajukan kepada dokter karena dokter tidak memenuhi

kewajibannya yang didasarkan pada perjanjian yang disepakati dengan

pasiennya, baik tidak memenuhi prestasi sama sekali atau terlambat

berprestasi sebagai dasar gugatan yang melatarbelakangi tuntutan

wanprestasi ini sebagai berikut:

Seorang dokter bedah menjanjikan operasi herniotomy terhadap

Tn. A, pada hari senin, 24 Juli 2012, ternyata dokter bedah ini tidak

melakukannya dan menunda pada tanggal 30 Juli 2012, akibat penundaan

itu pasien pasien mengeluarka ongkos dan tidak masuk kerja, sehingga

pasien menuntut ganti rugi sebagai pengganti ongkos rawat ianp dari tgl

24 sampai 30 Juli 2012 dan penghasilan selama tanggal tersebut.

Dokter bedah ini membela dirinya dan pengajukan alasannya.

Ternyata pada hari senin, 24 Juli 2012 ini pasien, rekam medis

menyebutkan bahwa pasien harus diperiksa dokter jantung karena pada

saat itu terdeteksi adanya kelainan jantung yang perlu dikonsulkan ke

90

Ibid, hal.182

Page 198: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

dokter ahli cardiologi. Dengan adanya catatan dalam rekam medis

tersebut dokter bedah dapat membuktikan bhwa dirinya tidak bersalah.

Seandainya dokter bedah ini tidak membuar rekam medis dengan baik

atau tidak memcatat penundaanya maka dokter bedah ini tidak

mempunyai bukti yang menjadi alsaan pembenar dirinya tidak melakukan

operasi herniotomy tersebut.

Contoh Perbuatan melawan hukum Dokter Ahli Kandungan.

Pasien 24 tahun baru 1 minggu menikah, masuk ke RS dengan

Diagnosa Kista ovarium dextra, pada waktu operasi ovarium kanan juga

ada kista, berdasar statistic sejumlah 5 % berkembang menjadi kanker.

Dokter kandungan memutuskan mengambil kedua ovarium sekaligus

dengan ijin suami, dengan memberitahukan alasanya, setelah selesai

operasi pasien sadar. Pasien merasa dirugikan kerana kehilangan dua

ovariumnya sehingga ia tidak bisa hamil, sehingga dokter kandungan ini

dianggap melakukanperbuatan melawan hukum berdasar 1365

KUHPerdata, Kesalahan dokter ini tidak dapat dibuktikan, bila alasan

tindakannya termasuk adanya persetujuan dari suami yang berhak

memberikan persetujuan ada dalam rekam medis.

Dalam hukum acara pidana pun meneyebutkan bahwa hakim tidak

boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali didapatkan 2 alat

bukti yang sah, berdasar alat buklti tersebut hakim dapat memperoleh

keyakinan bahwa terdakwa telah benar-benar melakukan tindak pidana

seperti pada Pasal 183 KUHAP, selanjutnya Pasal 184 KUHAP

Page 199: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

menyebutkan alat bukti yang sah adalah Keterangan saksi, keterangan

ahli, surat, petunjuk dan kerangan terdakwa.

Dalam hukum pidana rekam medis dapat dijadikan alat bukti surat

di Pengadilan berdasar Pasal 187 Ayat (4) huruf b KUHAP:

Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat m,engenai hal yang

termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang

diperuntukan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatau keadaan.

Rekam medis merupakan surat yang dibuat menurut ketentuan

perundang-undangan, yaitu UUPK No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran Pasal 46 Ayat (1) sampai (3) dan Permenkes No. 269 Tahun

2008 tentang rekam medis. Surat ini dibuat oleh dokter yang dalam tata

laksana tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi sesuatu hal

atau suatu keadaan tentang pasien. Kriteria ini memenuhi Pasal 187 Ayat

(4) huruf b KUHAP, sehingga rekam medis dapat dijadikan alat bukti surat

di pengadilan.

Tentang petunjuk surat huruf d, dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal

188 Ayat (2) dan (3), bahwa petunjuk dapat diperoleh dari keterangan

saksi, surat, dan keterangan terdakwa yang akan diperiksa oleh hakim

secara arif dan bijaksana dengan penuh kecermatan berdasarkan hati

nurani sehingga member keyakinan kepada hakim atas kekutan

pembuktian petunjuk tersebut.

Page 200: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Dari isi Pasal 188 dapat diartikan bahwa bila seorang dokter

dituduh melakukan tindak pidana dan diajukan ke pengadilan sebagai

terdakwa, keterangan dokter, surat dan saksi (perawat yang ikut dalam

memeriksa pasien) dapat memberi petunjuk kepada hakim untuk

membuktikan dokter bersalah atau tidak. Surat yang dipakai tidak lain

adalah rekam medis.

Contoh kasus:

Dokter anastesi dituntut melakukan tindak pidana berdasar

rumusan Pasal 359 KUHP karena kelalainya menyebabkan matinya

seseorang. Dokter anastesi ini harus membuktikan bahwa kematian

pasien bukan karena kelalaiannya. Untuk itu ia harus mempunyai alasan

pembenar. Salah satunya alat bukti yang meringankan adalah rekam

medis (kartu anastesi) yang menunjukan bahwa tindakan dokter tersebut

sesuai dengan standar profesi, seperti obat anastesi yang diberikan,

dosisnya, dan sebelunya dilakukan pemeriksaan lengkap terhadap pasien.

Rekam medis dapat pula dijadikan sebagai alat bukti dalam

tuntutan berdasar Pasal 79 huruf c dimana dokter dianggap tidak

memenuhi kewajiban memberikan pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan medis pasien. Dengan rekam medis dapat dilakukan audit

medis untuk membuktikan dokter telah menytelenggarakan kendali mutu

dan kendali biaya sebagaimana kewajiban yang tercantum pada Pasal 49

UUPK.

Page 201: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

5. Konsekuensi Hukum Terhadap Ketiadaan Rekam Medis

Sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan sebagimana

disebutkan dalam UU Praktik Kedokteran Pasal 46 Ayat (1) yang

menyebutkan bahwa dokter dan dokter gigi wajib membuat rekam medis,

maka bila dokter dalam menjalankan praktik kedokteran tidak membuat

rekam medis, dapat dikenakan sanksi berdasar Pasal 79 b UU Praktik

Kedokteran yaitu dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

tahun atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Dalam Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 yang hanya

menyebutkan bahwa pelanggaran ketentuan dalam permenkes ini hanya

berupa tindakan administratif berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai

dengan pencabutan izin. Maka sanksi yang berlaku saat ini lebih berat.

Berdasarkan 2 (dua) ketentuan tentang sanksi terhadap rekam

medis, maka dapat diartikan bahwa:

- Sanksi terhadap tidak dibuatnya rekam medis berlaku sesuai

Pasal 79 b UU Praktik Kedokteran berupa ancaman pidana.

- Sanksi terhadap dibuatnya rekam medis yang tidak sesuai

dengan ketentuan yang tercantum Dalam Permenkes

No.269/Menkes/Per/III/2008.

Sanksi pidana berupa pidana kurungan paling lama satu tahun atau

denda sejumlah lima puluh juta rupiah terhadap pelaku pelanggaran

rekam medis “cukup” berat. Ketentuan hukum pidana yang bersifat

imperatif dan kejam dapat menjadi bumerang bagi tenaga medis.

Page 202: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Mengingat sifat pelanggaran atas penyediaan fasilitas rekam medis yang

“cenderung” di bidang administrasi (dalam pelayanan kesehatan),

perlunya peninjauan ulang terhadap ketentuan pidana atas pelaku

pelanggarannya. Minimal, kalaupun ketentuan tersebut dinyatakan

sebagai perbuatan pelanggarnya di bidang pidana, rumusan ketentuan

tersebut dinyatakan sebagai delik aduan, sehingga sepanjang tidak ada

pihak-pihak yang dirugikan dengan tidak tersedianya rekam medis, maka

terhadap tenaga medis tidak dapat dilakukan penuntutan.

Sifat dan karakter hukum pidana yang khas, dengan sanksi yang

kejam membuka peluang bagi pelaksana penegak hukum berbuat

sewenang-wenang. Apabila berbagai upaya telah dilakukan atau hukum

pidana sebagai sarana terakhir. Hal ini diperlukan supaya ada

pembatasan dan kehati-hatian dalam menghadirkan hukum pidana pada

persoalan yang memang hanya tepat apabila ditangani oleh peradilan

pidana.

Dengan Audit medis yang dilakukan terhadap profesi medis dengan

berbagai masukan dari IDI dan Komite Medis seharusnya dapat

melakukan sanksi aministratif berdasarkan Pasal 17 tentang rekam medis,

terhadap dokter yang tidak melaksanakan sesuai dengan ketentuan

Permenkes tersebut. Hal ini sangat berguna bagi dokter agar dapat

membiasakan diri untuk membuat rekam medis sesuai standar yang

dikehendaki pada Pasal 3 dan 5 permenkes No. 269 Tahun 2008 bahwa

harus memenuhi syarat minimal yang ditentukan baik rawat jalan, rawat

Page 203: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

inapamaupun UGD dan segera membuat rekam medis setelah member

pelayanan, dilaksanakan dengan pencatatan dan pendokumentasian

mulai pemeriksaan, pengobatan dan tindakan lain yang diperlukan dengan

memberikan membubuhkan tanda tangan, waktu dan nama pada setiap

catatan dan bila salah melakukan pembetulan dengan mencoret dan

member paraf.91

Kebiasaaan membuat Rekam medis yang standar akan melindungi

dokter dari ancaman pidana berdasar Pasal 79 b UUPK No.29 Tahun

2009 yang jauh lebih berat yaitu tidak membuat sebagaimana Pasal 46

ayat (1) bahwa dokter wajib membuat rekam medis dalam menjalankan

praktik kedokterannya.

Pasal 14 Permenkes Rekam Media menyatakan bahwa pimpinan

sarana pelayanan kesehatan bertanggungjawab atas :

a. Hilangnya, rusaknya, ataupun pemalsuan rekam medis;

b. Penggunaan oleh orang / badan yang tidak berhak terhadap rekam

medis.

Berkas rekam medis sebagai milik sarana pelayanan kesehatan

harus dipelihara, dan merupakan tanggungjawab pimpinan sarana

pelayanan kesehatan untuk menjaga kerahasiaan informasi catatan medis

yang terdapat didalamnya. Di samping itu, pimpinan sarana pelayanan

kesehatan juga bertanggungjawab atas penggunaannya oleh pihak- pihak

tertentu.

91

Ibid, Hal.176.

Page 204: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Menurut Pasal 17 Permenkes Rekam Medis, bahwa tidak

tersedianya rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan dipandang

sebagai pelanggaran di bidang administrasi, oleh karena itu sanksi yang

dijatuhkan berupa sanksi administratif, yaitu berupa teguran lisan sampai

pencabutan surat izin.

Fungsi rekam medis di bidang hukum dapat dipergunakan sebagai

bahan pembuktian dalam perkara hukum. Di bidang perdata, rekam medis

dapat dipergunakan sebagai dasar pembuktian apabila terjadi gugatan

ganti kerugian terhadap tenaga kesehatan atas dugaan malpraktek medis.

Rekam medis yang diberikan pada korban tindak pidana (sebagai

pasien) dapat berfungsi sebagai alat bukti, baik dalam perkara pidana

maupun dalam perkara perdata. Hal ini ditentukan dalam Permenkes

Rekam Medis Pasal 13 huruf b, yang menyatakan bahwa Rekam Medis

dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum.

Terhadap ketiadaan rekam medis maka sulit bagi dokter untuk

membuktikan apakah tindakannya terhadap pasien sudah sessuai atau

tidak, apabila dikemudian hari terjadi sengketa dan ini akan berakibat bisa

dipersalahkannya dokter kerana tidak memiliki data tentang pelayanan

praktik kedokterannya sehingga akan sulit menghindar dari jeratan hukum.

Contoh kasus:

Seorang pasien datang ke rumah sakit dengan luka kotor pada

kaki kiri , oleh dokter setelah dilakukan pemeriksaan pasien diberikan obat

antibiotik dan analgetik, sesuai SOP setiap yang luka kotor, selalu

Page 205: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

diberikan anti tetanus (ATS) segera setelah diberikan tindakan

pembersiahan luka dan setelah itu pasien diperbolehkan pulang, tetapi 20

hari kemudian pasien masuk RS dengan sakit tetanus, kemudian keluarga

menggugat dokter dengan alasan tidak memberikan ATS sesuai SOP.

dengan tidak adanya catatan pemberian ATS pada rekam medis, maka

dokter tidak dapat membela diri sehingga dapat dipersalahkan telah lalai

tidak memberikan ATS, walaupun sudah diberikan tetapi tidak ada

cacatan pemberian ATS pada rekam medisnya.

Page 206: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

pelaksanaan rekam medis di rumah sakit BrigJend. H. Hasan

Basry Kab. Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan belum

dijalankan sebagaimana Permenkes No.269 Tahun 2008, hal

ini disebabkan sosialisasi Permenkes No.269 Tahun 2008 yang

tidak optimal, kesadaran pengisian rekam medis yang dilakukan

belum memenuhi harapan, tenaga perekam medis dan fasilitas

yang belum memenuhi harapan terutama bagian rawat inap

serta tidak adanya pengawasan yang dilakukan dinas

kesehatan terkait pelaksanaan Permenkes No.269 Tahun 2008

tersebut.

2. Tanggung jawab hukum dokter dalam pelaksanaan rekam

medis dirumah sakit berhubungan erat dengan kerahasiaan

rekam medis, terjadinya wanprestasi atau perbuatan melawan

hukum dalam transaksi terapeutik, rekam medis sebagai alat

bukti, ketiadaan rekam medis dan administrasi sangat erat

hubungannya dengan perijinan peyelenggaraan praktik

kedokteran

Page 207: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

A. Saran

1. Untuk lebih efektifnya pelaksanaan Permenkes No. 269 tahun

2008 terutama di rumah sakit, perlu dilakukan sosialisasi

kepada semua yang terlibat dalam pelaksanaannya seperti

dokter atau dokter gigi, perawat, pengelola rekam medis,

administrasi dan pimpinan rumah sakit sehingga semua

komponen yang terlibat mengetahui prosedur pelaksanaan

rekam medis yang baik, penambahan tenaga dan fasilitas

pendukung, peningkatan kesadaran untuk mengisi rekam medis

perlu dilakukan untuk terciptanya rekam medis yang bermutu

dan mengoptimalkan pengawasan baik internal dengan audit

rekam medis maupun eksternal yang dilakukan oleh dinas

kesehatan maupun organisasi profesi sehingga pasien dan

dokter serta insitusi merasa aman dan harmonis.

2. Dokter dan tenaga kesehatan terkait harus menjaga secara

penuh kerahasiaan rekam medis, dan menghindari terjadinya

wanprestasi dan perbuatan melawan hukum dalam transaksi

terapeutik yang berhungan erat dengan rekam medis,

melengkapi rekam medis karena bisa dijadikan alat bukti,

upayakan selalu membuat rekam medis dalam praktik

kedokteran dan perhatikan perijinan dan registrasi agar tidak

menjadi permasalahan.

Page 208: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Cetakan ke-3.

Achmad Ali, Wiwie Heryani, 2012, Asas-Asas Hukum Pembuktian

Perdata, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Anggraini jum, 2012. Hukum administrasi Negara, Penerbit Graha ilmu

Yogyakarta Amiruddin dan Asikin, Z., 2010. Pengantar Metode Penelitian Hukum.

Ed.1, Rajawali Pers. Jakarta. Anonim, 2006. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Edisi 4. Makassar. Bambang Sutiyoso, 2010 Reformasi Penegakan Hukum Dan Kekuasaan

Kehakiman Di Indonesia, UII Press, Yogyakarta. Bastian, I., Suryono, 2011. Penyelesaian Sengketa Kesehatan. Penerbit

Salemba Medika. Jakarta Depkes RI, 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam medis

rumah sakit di Indonesia Revisi II, Dirjend. Bina Yanmed. Jakarta. --------------,1997. Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis, Dirjend

Yanmed, Jakarta. Dewi, A.I, 2008. Etika dan Hukum Kesehatan. Pustaka Book

Publisher.Yogyakarta. Effendi Erdianto, 2011, Hukum Pidana Indonesia, Suatu Pengantar, PT.

Refika Aditama, Bandung Febriana,S. dan Tutik,T.T. 2010. Perlindungan Hukum Bagi Pasien.

PT.Prestasi Pustaka. Jakarta Guwandi, J., 2004. Hukum Medik (Medical Law). Balai Penerbit FK UI.

Jakarta.

Page 209: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

-------------, 2005. Rahasia Medis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Hanafiah, M. J.dan Amir, A. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum

Kesehatan. Buku kedokteran EGC. Jakarta. H.R Ridwan. 2011. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada.

Jakarta. Cet. ke-7. Indar. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Lembaga Penerbitan

Universitas Hasanuddin. Makassar Isfandyarie, A. 2006. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter.

Prestasi Pustaka. Jakarta. Iskandarsyah, M. 2011. Tuntutan Pidana dan Perdata Malpraktik. Permata

Aksara. Jakarta. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta. Nasution, B.J. 2005. Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter. PT.

Rineka Cipta. Jakarta.

Soekanto Soerjono, 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Rajagarfindo Persada, Jakarta, Cet.ke-1.

_______2009. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada:

Jakarta Soeparto,P. dkk. 2008. Etika dan Hukum dibidang Kesehatan. Airlangga

University Press. Surabaya. Syahrul Machmud, 2012, Penegakan hukum dan Perlindungan hukum

bagi dokter yang diduga melakukan medical malpraktik, Cv. Karya Putra Darwati, Bandung

Ruslan Achmad, 2011, Teori dan Panduan Praktik Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, Rangkang Education, Yogyakarta, Hal.74

Ta”adi.2010.Hukum Kesehatan: Pengantar Menuju Perawat Profesional.

Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Widaningsih, Y.dan Ilyas, A. 2010. Hukum Korporasi Rumah Sakit.

Rangkan Education. Yogyakarta.

Page 210: OPTIMALISASI PELAKSANAAN REKAM MEDIS DI RUMAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/...Program Studi : Ilmu Hukum Konsentrasi : Hukum Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit Undang-Undang No. 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan Permenkes Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang

Rekam Medis Peraturan pemerintah No.10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia

Kedokteran