optimalisasi pendekatan savi (somatis auditori visual intelektual)
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
OPTIMALISASI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS AUDITORI
VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII-H
MTs NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
oleh
WAHYUNI HANING LESTARI
K1207038
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
OPTIMALISASI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS AUDITORI
VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII-H
MTs NEGERI 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
oleh
WAHYUNI HANING LESTARI
K1207038
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I,
Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum.
NIP 19700716 200212 2 001
Pembimbing II,
Drs. Suyitno, M.Pd.
NIP 19520122 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama terang Tanda tangan
Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M.Pd.
Sekretaris : Drs. Edy Suryanto, M.Pd.
Anggota I : Dr. Nugraheni Eko W., M.Hum.
Anggota II : Drs. Suyitno, M.Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Wahyuni Haning Lestari. K1207038. OPTIMALISASI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII-H MTs NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual); dan (2) kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual).
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta yang berjumlah 37 siswa (18 putra dan 19 putri). Sumber data yang digunakan, yaitu: tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, angket, wawancara, dan tes/pemberian tugas menulis. validitas data yang digunakan, yaitu: triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kritis komparatif. Prosedur penelitian meliputi tahap: identifikasi masalah; analisis masalah; perencanaan tindakan; pelaksanaan tindakan; pengamatan; dan penyusunan laporan. Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi.
Simpulan yang diperoleh, yaitu terdapat peningkatan: (1) kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual); dan (2) kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual). Peningkatan kualitas proses pembelajaran ditandai dengan kenaikan persentase keaktifan siswa selama pembelajaran. Pada pratindakan siswa yang aktif kurang dari 35%, pada siklus I menjadi 22 siswa (59%) dan pada siklus II meningkat menjadi 30 siswa (81%). Peningkatan kualitas pembelajaran ditandai dengan: (1) peningkatan keaktifan siswa selama apersepsi; (2) peningkatan keaktifan dan perhatian siswa selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung; (3) peningkatan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan (4) kerja sama. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi dapat dilihat dari jumlah tulisan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada pratindakan jumlah siswa yang mampu memperoleh nilai sesuai KKM sebanyak 13 siswa (35%). Pada siklus I jumlah siswa yang mampu memperoleh nilai sesuai KKM meningkat menjadi 24 siswa (65%) dan pada siklus II meningkat menjadi 32 siswa (87%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(QS.Al Ra’ad:11)
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
(QS.Asy-Syarh:6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai wujud bakti,
cinta, dan terima kasihku kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta yang tiada pernah lelah
mencurahkan kasih, sayang, serta doa di setiap
hembusan napas;
2. Kakakku Didik Yulianto yang selalu
melindungi, mendukung, dan menjadi penasihat
dalam setiap langkahku;
3. Adikku terkasih, Dewi Nur Cahyaningsih yang
selalu menjadi teman kecil dalam hidupku;
4. Dosen-dosenku Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia;
5. Almamater MTs Negeri 1 Surakarta sebagai
persembahan kecil dari seorang murid;
6. Wo de Airen yang dengan tulus memberikan
semangat dan doa di setiap langkah, semoga
Allah memberikan kita jalan terbaik;
7. Sahabatku PBN: Fitri, Salma, Heri, Narti, Hani,
dan Rumi yang menjadi teman di kala suka dan
duka serta mengajarkan arti persahabatan;
8. Teman-teman Bastin`07 yang telah menjadi
bagian dari sejarah hidupku, terima kasih untuk
kebersamaan kita; dan
9. Civitas akademika yang ada di Universitas
Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penyusunan skripsi;
2. Drs. Suparno, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
memberikan persetujuan dalam skripsi ini;
3. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang memberikan persetujuan juga dalam skripsi ini;
4. Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum., selaku pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan motivasi sampai penelitian ini selesai;
5. Drs. Suyitno, M.Pd., selaku pembimbing II yang memberikan pengarahan dan
motivasi sampai penelitian ini selesai;
6. Drs. Edy Suryanto, M.Pd., selaku Penasehat Akademik yang telah banyak
memberikan solusi mengenai persoalan akademik serta banyak memberikan
bantuan dan masukan pada peneliti.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang dengan tulus ikhlas memberikan ilmu yang bermanfaat
pada peneliti;
8. Siswadi, S.Ag., selaku Kepala MTs Negeri 1 Surakarta yang telah
memberikan izin kepada peneliti terkait dengan penelitian yang dilaksanakan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
9. Ibu Kristanti Handayani, S.S., selaku guru kelas VII H MTs Negeri 1
Surakarta sekaligus sebagai kolaborator yang dengan senang hati membantu
peneliti dalam melaksanakan penelitian;
10. Siswa kelas VII H MTs Negeri 1 Surakarta yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini;
11. Keluarga besar MTs Negeri 1 Surakarta yang mendukung penelitian ini;
12. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa sampai akhir
masa;
13. Teman-teman Bastin`07 yang ikut memberikan semangat dan motivasi hingga
terselesainya penelitian ini. Terkhusus untuk Mas Anto, Fitri, Heri, Salma,
Narti, Hani, dan Rumi terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan;
dan
14. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu per satu.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat
pahala dan imbalan dari Allah SWT, amien. Peneliti berharap semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam
pelajaran bahasa Indonesia.
Surakarta, Mei 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PENGAJUAN .................................................................................................. ii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Hasil Penelitian ...................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi .............................................. 8
a. Pengertian Menulis................................................................... 8
b. Pengertian Puisi ...................................................................... 10
c. Struktur Puisi ..... ...................................................................... 11
d. Kemampuan Menulis Puisi ...................................................... 15
2. Hakikat Pembelajaran Menulis Puisi di SMP ................................ 16
a. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP............. 16
b. Tujuan Pembelajaran Menulis Puisi......................................... 17
c. Komponen-komponen dalam Pembelajaran Menulis Puisi...... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
d. Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menulis Puisi....................... 21
3. Hakikat Pendekatan SAVI .............................................................. 30
a. Pengertian Pendekatan SAVI .................................................... 30
b. Komponen dalam Pendekatan SAVI......................................... 32
c. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan SAVI ........................... 37
4. Penerapan Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran Menulis Puisi.. 37
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 39
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 40
D. Hipotesis Tindakan............................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 45
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 46
C. Subjek Penelitian .................................................................................. 47
D. Sumber Data Penelitian ........................................................................ 48
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 48
F. Teknik Uji Validitas Data .................................................................... 50
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 51
H. Prosedur Penelitian............................................................................... 51
I. Indikator Keberhasilan Tindakan ......................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan ......................................................................... 60
B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 64
1. Siklus I ........................................................................................... 64
a. Perencanaan Tindakan I ........................................................... 64
b. Pelaksanaan Tindakan I............................................................ 67
c. Observasi dan Interpretasi I ..................................................... 71
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I ............................................ 76
2. Siklus II ......................................................................................... 79
a. Perencanaan Tindakan II .......................................................... 79
b. Pelaksanaan Tindakan II .......................................................... 81
c. Observasi dan Interpretasi II .................................................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
d. Analisis dan Refleksi Tindakan II ............................................ 86
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 89
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................... 107
B. Implikasi............................................................................................... 108
C. Saran..................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 112
LAMPIRAN ..................................................................................................... 117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Puisi.............................................. 26
2. Format Penilaian Menulis Puisi ................................................................... 28
3. Pedoman Penskoran Menulis Puisi .............................................................. 29
4. Contoh Aktivitas dalam Gaya Belajar SAVI ............................................... 35
5. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............................................. 46
6. Rincian Indikator Keberhasilan Penenlitian................................................. 58
7. Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran
Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta Sebelum
Menggunakan Pendekatan SAVI ................................................................ 63
8. Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Puisi
Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan Menggunakan
Pendekatan SAVI pada Siklus I .................................................................. 74
9.Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Puisi
Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan Menggunakan
Pendekatan SAVI pada Siklus II ................................................................. 85
10.Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan II .................. 88
11.Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Puisi............................................ 104
12.Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................... 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................................... 43
2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas................................................................. 52
3. Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta Sebelum Menggunakan Pendekatan SAVI .................. 63
4. Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta dengan Menggunakan Pendekatan SAVI pada Siklus ................. 75
5. Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta dengan Menggunakan Pendekatan SAVI pada Siklus II ............ 85
6. Rekapitulasi Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta ........................ 92
7. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa
Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta .......................................................... 97
8. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Puisi dengan
Pendekatan SAVI .......................................................................................... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
.
Lampiran Halaman
1. Pedoman Penilaian Hasil Menulis Puisi ..................................................... 117
2a. Pedoman Penilaian Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran Menulis
Puisi ........................................................................................................... 119
2b. Rangkuman Lembar Observasi Siswa Selama Pembelajaran ................... 121
3a. Angket Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Puis Pratindakan .. 122
3b. Angket Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Puisi
Pascatindakan............................................................................................. 125
4a. Pedoman Wawancara dengan Guru Tahap Pratindakan .......................... 127
4b. Pedoman Wawancara dengan Siswa Tahap Pratindakan .......................... 128
4c. Pedoman Wawancara dengan Guru Tahap Pascatindakan....................... 129
4d. Pedoman Wawancara Terstruktur pada Siswa Tahap Pascatindakan ....... 130
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Survei Awal .................................... 131
6. Catatan Lapangan Hasil Observasi Survei Awal ...................................... 138
7a. Catatan Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta................................................................................... 142
7b. Catatan Lapangan Hasi Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia
Kelas VII H MTs Negeri 1 Surakarta...................................................... 148
8a. Lembar Observasi Keaktifan Siswa pada Survei Awal ............................ 152
8b. Lembar Daftar Nilai Menulis Puisi Siswa Prasiklus.................................. 153
9. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa dalam Menulis Puisi Pratindakan ............. 155
10. Foto Kegiatan Pembelajaran Survei Awal ................................................ 160
11. Angket Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menulis Puisi Prasiklus....... 162
12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 (Pertemuan 1&2)............... 172
13. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pembelajaran Menulis Puisi
dengan Pendekatan SAVI pada Siklus I................................................. 199
14a. Lembar Nilai Keaktifan Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
pada Siklus I............................................................................................ 203
14b. Lembar Rangkuman Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus I............. 205
14c. Lembar Daftar Nilai Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri
1 Surakarta pada Siklus I......................................................................... 206
15. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I.......................................... 208
16. Foto-Foto Pembelajaran Menulis Puisi Siswa pada Siklus ................... 213
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Puisi dengan
Pendekatan SAVI pada Siklus II ( 2 x pertemuan).................................. 215
18. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pembelajaran Menulis Puisi
dengan Pendekatan SAVI pada Siklus I................................................... 227
19a. Lembar Nilai Keaktifan Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta
pada Siklus II........................................................................................... 231
19b. Lembar Rangkuman Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus II............ 233
19c. Lembar Daftar Nilai Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri
1 Surakarta pada Siklus II....................................................................... 234
20. Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II ....................................................... 236
21. Foto Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan SAVI
pada Siklus II ............................................................................................ 241
22a. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Kelas VII-H
Pascatindakan ........................................................................................... 243
22b. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa
Indonesia Pascatindakan.......................................................................... 250
23. Angket Pendapat Siswa Mengenai Pembelajaran Menulis Puisi
dengan Pendekatan SAVI .......................................................................... 253
24. Rekapitulasi Nilai Menulis Puisi Siswa dari Pratindakan sampai
Pascatindakan.......................................................................................... 258
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang sekolah baik tingkat dasar
sampai tingkat menengah tidak terlepas dari sastra. Sastra dalam pelajaran bahasa
Indonesia pada umumnya menjadi bagian dari materi kebahasaan, hanya beberapa
sekolah yang membedakan pelajaran bahasa dengan pelajaran sastra
(menyendirikannya), ini biasanya ditemui di sekolah-sekolah yang khusus
membuka jurusan bahasa. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat dari Nur Hadi
(2008) bahwa porsi sastra Indonesia saat ini menjadi bagian dari pelajaran bahasa
Indonesia, yaitu sejak kurikulum tahun 1994 sampai tahun 2004.
Pembelajaran apresiasi sastra meliputi pembelajaran apresiasi puisi, prosa,
dan drama. Mastiah (2010) menyatakan ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan
pembelajaran apresiasi sastra. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1)
pembelajaran sastra berfungsi untuk meningkatkan kepekaan rasa pada budaya
bangsa; (2) pembelajaran sastra memberikan kepuasan batin dan pengayaan daya
estetis melalui bahasa; (3) pembelajaran apresiasi sastra bukan pelajaran sejarah,
aliran, dan teori sastra; dan (4) pembelajaran apresiasi sastra adalah pembelajaran
untuk memahami nilai kemanusiaan di dalam karya yang dapat dikaitkan dengan
nilai kemanusiaan di dalam dunia nyata.
Salah satu jenis sastra yang diajarkan di sekolah khususnya Sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah puisi. Pada kelas VII SMP standar kompetensi
(SK) tentang puisi tersedia dalam porsi yang cukup karena terdapat dua SK, yaitu:
(1) memahami pembacaan puisi; dan (2) mengungkapkan keindahan alam dan
pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. Standar Kompetensi yang
kedua mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis
kreatif puisi, memiliki tingkat kesulitan yang lebih bila dibandingkan dengan
pembacaan puisi. Standar Kompetensi ini memiliki dua kompetensi dasar yang
seharusnya dicapai, yaitu: (1) menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
alam; dan (2) menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah
dialami.
Pembelajaran menulis puisi tidak kalah penting dengan pembelajaran
bahasa lainnya karena beberapa fungsi sastra yang telah disampaikan di atas.
Pembelajaran yang idel dilaksanankan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup untuk siswa berkreativitas, dan mandiri sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (PP nomor 19 tahun 2005 pasal 19
ayat 1).
Dewasa ini kenyataan pembelajaran yang berjalan di kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta belum seideal yang diharapkan. Hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti menunjukkan kualitas pembelajaran menulis puisi siswa
kelas VII-H tergolong masih rendah. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai dari
hasil pekerjaan siswa pada waktu survei awal yang menunjukkan bahwa masih
terdapat 24 siswa (65%) yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) dan hanya 13 siswa (35%) yang mencapai KKM. Selain data tersebut,
berdasarkan hasil angket diketahui bahwa hanya 7 siswa (19%) yang menyukai
pembelajaran menulis puisi.
Padahal pembelajaran menulis puisi berkenaan dengan pengalaman dan
keindahan alam bisa menjadi pembelajaran yang sangat menyenangkan apabila
guru dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Hal ini karena inspirasi
yang digunakan siswa adalah hal-hal yang dekat dengan siswa, yaitu alam dan
pengalaman. Pembelajaran yang menyenangkan akan menghilangkan asumsi
siswa yang menganggap kegiatan menulis puisi itu membosankan. Tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran menulis puisi adalah siswa mampu
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta
memiliki kegemaran menulis. Secara umum tujuan pembelajaran menulis adalah
siswa mampu mengomunikasikan ide atau gagasan secara tertulis atau pun
sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide,
imaji, aspirasi, dan lain-lain (Yant Mujiyanto, Budhi Setiawan, Purwadi, dan Edy
Suryanto, 2000: 70).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Hasil observasi dari peneliti diketahui bahwa kekurang berhasilan
pembelajaran menulis puisi di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta baik dari segi
proses maupun hasil disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) siswa pasif dan
kurang tertarik dengan pembelajaran menulis puisi; (2) siswa masih kesulitan
menemukan kosa kata dalam menulis puisi; (3) siswa kurang mampu
mengembangkan imajinasi dalam menulis puisi; dan (3) guru merasa kesulitan
dalam memotivasi siswa dan menentukan strategi yang tepat untuk pembelajaran
menulis puisi.
Pembelajaran menulis puisi yang ada di kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta masih didominasi oleh guru dengan menggunakan metode ceramah.
Metode ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif. Akibat dari masih dominannya peran guru dan penggunaan metode
ceramah ini pembelajaran berlangsung secara pasif. Kepasifan siswa menjadikan
proses pembelajaran menulis puisi di kelas tersebut belum maksimal.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 119) menyatakan bahwa
metode ceramah mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya: (1) dapat
menimbulkan kejenuhan pada siswa apabila guru kurang dapat
mengorganisasikannya; (2) menimbulkan verbalisme pada siswa; (3) materi
ceramah terbatas pada apa yang diingat guru; (4) merugikan siswa yang lemah
dalam keterampilan mendengarkan; (5) menjejali siswa dengan konsep yang
belum tentu diingat terus; (6) informasi yang disampaikan mudah usang dan
ketinggalan zaman; (7) tidak merangsang perkembangan kreativitas siswa; dan (8)
terjadi proses satu arah dari guru kepada siswa.
Berdasarkan kenyataan di atas, diperlukan solusi untuk mengatasi
beberapa permasalahan pembelajaran menulis puisi yang ada di kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta. Hasil diskusi yang dilakukan peneliti dengan guru, disepakati
penggunaan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada materi menulis kreatif
puisi. Pendekatan SAVI diduga mampu menyelesaikan permasalahan
pembelajaran khususnya berkaitan dengan masalah siswa yang kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menemukan kosa kata karena keterbatasan imajinasi. Selain itu, pembelajaran
puisi yang awalnya biasa dapat dibuat lebih menarik dengan pedekatan SAVI. Hal
ini agar siswa tertarik untuk mempelajari puisi yang secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap kemampuan menulis mereka.
Penelitian Magnesen, dari Universitas Texas (dalam Roebyarto, 2008)
tentang ingatan, memberikan gambaran bahwa seseorang yang belajar tentang
suatu hal hanya dari kegiatan membaca, maka persentase hal yang mampu diingat
hanya 20%. selanjutnya 30% apabila melalui pendengaran, 40% melalui
penglihatan, 50% apabila kita mengucapkannya, dan 60% apabila kita melakukan
hal tersebut. Apabila kita ingin memperoleh hasil yang maksimal maka dalam
belajar sesuatu hal kita harus membaca kemudian mendengar, melihat,
mengucapkan, dan melakukan hal tersebut sehingga kita akan memperoleh hasil
sebanyak 90%.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang maksimal maka siswa perlu melihat, mengucap, mendengar,
dan melakukan karena dengan melakukan empat hal tersebut akan menghasilkan
keberhasilan belajar sebesar 90%. Pendekatan SAVI sejalan dengan apa yang
diungkapkan oleh Magnesen karena SAVI menggabungkan indra dan pikiran
untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan hasil yang maksimal.
Pendekatan SAVI merupakan suatu prosedur pembelajaran yang
didasarkan atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa dengan melibatkan
seluruh indra sehingga seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar.
Pendekatan ini menuntut keterlibatan penuh seorang siswa untuk memperoleh
berbagai informasi dan pengalaman dalam proses belajar. Dalam pendekatan ini,
siswa diharapkan dapat menyatukan aktivitas-aktivitas tubuh/fisik dengan
aktivitas intelektual serta penggunaan indra. Meier (2002: 90) menjelaskan unsur
dari pendekatan SAVI adalah somatis, auditori, visual, dan intelektual.
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar
haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Somatis bermakna
gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) yang berarti belajar dengan mengalami
dan melakukan. Auditori bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan
pendapat, dan menanggapi. Visual bermakna belajar haruslah menggunakan indra
mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca,
menggunakan media dan alat peraga. Intelektual yang bermakna bahwa belajar
haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan
konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah,
dan menerapkan.
Penggunaan pendekatan ini sesuai dengan materi yang akan dipelajari,
yaitu puisi dan kompetensi dasar menulis puisi yang harus diraih siswa.
Pendekatan SAVI membuat siswa dalam proses belajar menjadi aktif dan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk melihat langsung beberapa contoh puisi
yang diperlihatkan lewat media. Selain itu penggunaan media gambar dan alam
yang diterapkan dapat membantu siswa untuk mengamati langsung objek yang
ingin ditulis. Penggunaan media ini untuk membantu siswa mengembangkan
imajinasi karena untuk membuat puisi diperlukan imajinasi dan kreativitas yang
tinggi agar karya yang dihasilkan menjadi maksimal. Berdasarkan permasalahan
yang ada, peneliti menentukan judul penelitian ini adalah Optimalisasi
Pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut ini.
1. Apakah penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual)
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas
VII-H MTs Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?
2. Apakah penerapan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual)
dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-
H MTs Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan:
1. kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 dengan pendekatan SAVI (Somatis
Auditori Visual Intelektual); dan
2. kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 dengan pendekatan SAVI (Somatis
Auditori Visual Intelektual).
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran menulis puisi dapat
ditingkatan dengan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual).
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan
dan khasanah keilmuan tentang pembelajaran bahasa, terutama
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI (Somatis Auditori
Visual Intelektual).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1) Upaya untuk menawarkan inovasi dalam pendekatan pembelajaran
menulis puisi.
2) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga
dapat menarik perhatian siswa.
3) Untuk memotivasi siswa dalam menulis.
4) Untuk meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Bagi siswa
1) Memudahkan siswa dalam berlatih dan belajar menulis, khususnya
menulis puisi dengan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual
Intelektual).
2) Memberikan motivasi yang positif pada diri siswa selama proses
pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis, sehingga siswa aktif
dalam mengikuti pembelajaran.
3) Meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.
c. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan tentang pembelajaran menulis,
khususnya menulis puisi.
d. Bagi sekolah
1) Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi.
2) Mendorong guru lain untuk menerapkan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa dengan menggunakan pendekatan SAVI
(Somatis Auditori Visual Intelektual).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi
a. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan
berbahasa yang sangat penting. Henry Guntur Tarigan (2008: 21) menjelaskan
menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga
pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca. Suparno dan M.
Yunus (dalam St. Y. Slamet, 2009: 96) mendefinisikan menulis adalah
kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat medianya.
St. Y. Slamet (2009: 96) menyatakan bahwa menulis itu bukan hanya
melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan
pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang
dalam bahasa tulis. Menulis menurut Yant Mujiyanto, Budhi Setiawan,
Purwadi, dan Edy Suryanto (2000: 63) adalah menyusun buah pikiran dan
perasaan atau data informasi yang diperoleh menurut organisasi penulisan
sistematis, sehingga tema karangan yang disampaikan sudah dipahami
pembaca.
Rass (2008) mengatakan “writing is especcially difficult for nonnative
speakers because they are expected to create written products that
demonstratte mastery of all the aforementioned issues in a new langguage”.
Gharth (2002) mengatakan “writing is a complex proccess that allows writter
to explore thoughts and ideas, and make them visible and concrete”. Kedua
pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa kegiatan menulis merupakan
kegiatan yang tidaklah mudah (asal-asalan), tetapi merupakan kegiatan yang
bermakna karena merupakan hasil dari pikiran manusia.
Kemampuan menulis merupakan kemampuan untuk menuangkan ide
atau gagasan melalui lambang grafik yang teratur sehingga dapat dipahami
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
orang lain yang membacanya. Kemampuan menulis termasuk dalan empat
aspek berbahasa yang harus dikuasai siswa. Untuk memperoleh kemampuan
menulis yang baik, perlu keseimbangan isi, organisasi tulisan, tujuan, kosa
kata, ejaan, dan berbagai hal pendukung lainnya. Beberapa hal tersebut tidak
hanya berlaku untuk jenis tulisan nonsastra, tetapi juga berlaku untuk tulisan
sastra tidak terkecuali puisi.
Menulis menurut Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H.
Ridwan (1996: 2-5) merupakan suatu aktivitas yang berproses. Sebagai
proses, menulis terdiri dari serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan
beberapa fase. Fase menulis dibagi menjadi fase prapenulisan (persiapan),
penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telah dan revisi
atau penyempurna tulisan).
Fase-fase penulisan di atas hendaknya tidak dipahami sebagai langkah
penulisan yang secara kaku dengan batas yang jelas. Urutan dan batas
antarfase itu sangat luwes bahkan dapat tumpang tindih, maksudnya sewaktu
menulis sangat mungkin melakukan aktivitas yang terdapat pada setiap fase
selama bersama.
Menulis merupakan aktivitas yang memang kompleks. Dari kegiatan
menulis kita dapat memperoleh banyak hal yang baik. Lasa Hs (2005: 23-28)
menjelaskan enam manfaat kegiatan menulis, yaitu: (1) memperoleh
keberanian; (2) menyehatkan kulit wajah; (3) membantu memecahkan
masalah; (4) membantu untuk memperoleh dan mengingat informasi; (5)
mengatasi trauma; dan (6) menjernihkan pikiran.
Senada dengan pendapat di atas, St. Y. Slamet (2009: 104)
menjelaskan manfaat yang diperoleh seseorang dari kegiatan menulis. Manfaat
tersebut antara lain: (1) meningkatkan kecerdasan; (2) mengembangkan daya
inisiatif dan kreativitas; (3) menumbuhkan keberanian; dan (4) mendorong
kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Pengertian Puisi
Henry Guntur Tarigan (1984: 4) mengungkapkan bahwa kata “puisi”
berasal dari bahasa Yunani, yang juga dalam bahasa Latin poietes (Latin
poeta). Mula-mula artinya pembangun, pembentuk, pembuat. Arti yang mula-
mula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil
seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan
menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata-kata kiasan. Dalam
bahasa Inggris padanan kata puisi adalah poetry yang erat hubungannya
dengan kata poet dan poem. Kata poet sendiri berasal dari kata Yunani yang
berarti membuat, mencipta.
Herman J. Waluyo (2003: 1) menyatakan bahwa puisi adalah bentuk
karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Puisi adalah karya
sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan
bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Rukeyser (dalam
Templeton, 2007) memberikan definisi “poetry as a vital but underused
national resource for a culture dominated by war. As a creative transfer of
energy, poetry complicates and resists habits of imagination that sustain war.
Poetry invites a total imaginative response".
Shahnon Ahmad (dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1997: 7)
menyatakan bahwa garis-garis besar tentang pengertian puisi, yaitu: emosi,
imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata-
kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Penjelasan
tersebut dapat dibuat tiga simpulan tentang unsur pokok yang ada dalam
sebuah puisi, yaitu: (1) hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi; (2)
bentuknya; dan (3) kesannya.
Rachmat Djoko Pradopo (1997: 7) membuat simpulan bahwa puisi
adalah ekspresi pikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman
dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud
yang paling berkesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Hasil pendapat para pakar di atas dapat dibuat simpul bahwa puisi
secara garis besar dapat diartikan sebagai karya sastra dengan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan
pemilihan kata-kata kias (imajinatif) yang merupakan interpretasi pengalaman
manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan.
c. Struktur Puisi
Marjorie Boulton (dalam Atar Semi, 1993: 107) membagi anatomi
puisi atas dua bagian, yaitu bentuk fisik dan bentuk mental. Bentuk fisik puisi
mencakup penampilan di atas kertas dalam bentuk nada dan larik puisi;
termasuk ke dalamnya irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat
kebahasaan lainnya. Bentuk mental terdiri dari tema, urutan logis, pola
asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi. Kedua
bentuk ini merupakan kejalinan yang utuh sehingga menghasilkan sebuah
puisi yang total, penuh makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembacanya.
Agak berbeda dengan Atar Semi Wahyudi Siswanto (2008: 113)
menjelaskan bahwa dalam sebuah puisi terdapat bentuk dan struktur puisi
yang terdiri atas perwajahan, diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas atau
bahasa figuratif, dan verifikasi. Pendapat ini sejalan dengan pendapat dari
Herman J. Waluyo (2003: 2-13), tetapi dalam bukunya tidak ada istilah diksi
dan majas, diganti dengan ciri lain yang disebut pemadatan bahasa dan
pemilihan kata khas. Beliau kemudian menyebut istilah bentuk dan struktur
puisi sebagai ciri-ciri kebahasaan puisi. Berdasarkan beberapa teori lama,
sejatinya istilah bentuk dan struktur puisi disebut dengan istilah “metode
puisi” yang terdiri atas: diksi (diction), imaji (imagery), kata nyata (the
concrete word), majas ( figurative language), dan ritme dan rima (rhythm and
rime) (Morris dalam Atar Semi 1984: 28). Istilah metode puisi ini sudah
jarang digunakan dan lebih dikenal dengan istilah struktur fisik puisi.
1) Perwajahan Puisi (Tipografi)
Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait
dalam puisi. Pada puisi konvensional, kata-kata diatur dalam deret yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
disebut larik atau baris. Puisi modern atau kontemporer memiliki aturan
tentang bait-bait yang sudah berkurang atau sama sekali tidak ada. Bahkan
puisi kontemporer tipografinya bisa membentuk suatu gambar (Wahyudi
Siswanto, 2008: 113).
2) Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Puisi memang sangat memperhatikan
kata-kata yang digunakannya. Kata-kata yang dipilih penyair
dipertimbangkan benar-benar dari berbagai aspek dan efek
pengucapannya. Kata-kata yang digunakan sangat khas dan bukan kata-
kata keseharian atau yang dipakai dalam prosa. Seluruh kata mengandung
makna dan terasa gelap. Akan tetapi, kata tersebut penuh makna yang
bersifat ambigu. Herman J. Waluyo (2003: 3-7) menyebutkan tiga faktor
yang dipertimbangkan dalam memilih kata, yaitu: (1) makna kias, (2)
lambang, dan (3) persamaan bunyi.
3) Pengimajinasian
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Imaji menurut Wahyudi Siswanto (2008: 118) dibagi menjadi tiga, yaitu:
(1) imaji suara (auditif), (2) imaji penglihatan (visual), dan (3) imaji raba
atau sentuh (imaji taktil). Pengimajian yang kuat membuat sebuah puisi
dapat dipahami seolah-olah sebagai suatu karya yang dapat dilihat,
dirasakan, dan didengar karena seseorang seolah dapat melihat,
mendengar, dan merasakan apa yang dialami oleh penyair.
4) Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang dapat diungkapkan dengan
indra. Kata konkret merupakan penyebab dari pengimajian karena kata
konkret akan memungkinkan imaji muncul dalam sebuah puisi. Hal ini
karena kata-kata konkret yang tepat dapat mengantarkan pada pengertian
yang menyeluruh terhadap sesuatu hal atau benda. Penjelasan ini senada
dengan penjelasan dari Jabrohim, Suminto A. Sayuti, dan Chairul Anwar
(2001: 41) bahwa kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin
dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca.
5) Bahasa Figuratif (Majas)
Majas merupakan cara lain yang banyak digunakan oleh penyair
untuk membangkitkan imajinasi. Bahasa figuratif atau majas merupakan
bahasa yang digunakan untuk mengiaskan ungkapan yang ingin
disampaikan oleh penyair. Radman dan Narayana (2008: 1) menjelaskan
“ figurative language can tap into conceptual and linguistic knowledge as
well as evoke pragmatic factors in interpretation”. Maksudnya adalah
bahasa figuratif dapat mengantarkan kepada konsep dan pengetahuan
tentang bahasa seperti halnya ilmu pragmatik. Sudjito (dalam Wahyudi
Siswanto, 2008: 120) mengungkapkan bahwa majas ialah bahasa berkias
yang dapat menimbulkan konotasi tertentu. Herman J. Waluyo (1987: 83)
menjelaskan bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
6) Verifikasi (Rima, Ritme, dan Metrum)
Verifikasi dalam puisi terdiri atas rima, ritme, dan metrum
(Wahyudi Siwanto, 2008: 121). Rima adalah persamaan bunyi pada puisi
baik letaknya di awal, tengah, maupun di akhir baris. Rima mencakup (1)
onomatope (tiruan terhadap bunyi), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak
berparuh, sajak penuh repetisi bunyi, dan sebagainya), dan (3)
pengulangan kata/ungkapan. Ritma atau disebut juga metrum merupakan
tinggi-rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.
Selain bentuk dan struktur fisik puisi, terdapat struktur batin puisi yang
terdiri atas tema, rasa, nada, dan amanat. Istilah ini dahulu disebut oleh I.A
Richard (seorang kritikus sastra terkenal) dengan istilah hakikat puisi (dalam
Wahyudi Siswanto, 2008: 124). Pendapat ini sejalan dengan pendapat dari
Herman J. Waluyo (2003: 17) yang kemudian menyebut struktur batin puisi
sebagai hal yang diungkapkan penyair. Dalam pembahasan ini akan digunakan
istilah struktur batin yang lebih umum digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1) Tema
Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan
oleh penyair melalui puisinya (Herman J. Waluyo, 2003: 125). Tema
merupakan gagasan pokok yang mendasari seluruh isi yang dikemukakan
penyair dalam puisinya. Tema bersifat khusus, yaitu mengacu pada
penyair, objektif, dan lugas. Tema yang biasanya dipakai adalah
ketuhanan, demokrasi, kritik sosial, perjuangan, keadilan, keindahan alam,
dan lain-lain.
2) Rasa
Rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya (Wahyudi Siswanto, 2008:
124). Puisi merupakan pengungkapan perasaan dan pikiran penyairnya.
Segala yang tertulis dalam puisi mewakili suasana dan perasaan
penyairnya saat itu. Perasaan yang dipancarkan dalam puisi akan dapat
ditangkap kalau puisi tersebut dibaca apalagi dengan deklamasi. Hal
tersebut akan sangat membantu dalam menemukan latar belakang perasaan
puisi tersebut.
3) Nada
Nada adalah pengungkapan sikap penyair terhadap pembaca. Dari
sikap itu muncullah suasana puisi. Suasana puisi merupakan konteks dan
latar yang menjiwai isi. Nada yang biasa digunakan adalah sinis, takut,
gurauan, mencemooh, khusuk, filosofis dan lain-lain seperti halnya
suasana batin seseorang.
4) Amanat
Amanat adalah pesan atau nasihat merupakan kesan yang
ditangkap oleh pembaca. Amanat menjadi sesuatu yang dapat dipetik
hikmahnya dari isi puisi tersebut. Amanat ini biasanya merupakan hal
yang ingin disampaikan atau yang dikehendaki oleh penyairnya. Latar
belakang dan pengalaman pembaca sangat menentukan di dalam
menemukan amanat yang ada dalam puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Kemampuan Menulis Puisi
Kemampuan merupakan sebuah keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang berkaitan dengan suatu hal. Kemampuan menulis berarti
keterampilan seseorang dalam bidang menulis. Byrne (dalam St. Y. Slamet,
2009: 106) menjelaskan bahwa kemampuan menulis bukan sekedar
kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata dan kata-
kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan
keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam
bahasa tulis melalui kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas
sehingga buah pikiran tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada
pembaca.
Menulis puisi adalah kegiatan mengungkapkan ide, gagasan, pikiran
atau perasaan yang diwujudkan dalam susunan kata-kata yang memiliki ciri
khas mempergunakan bahasa padat, penuh makna, dan memiliki unsur-unsur
keindahan di dalamnya. Kemampuan menulis puisi berarti keterampilan yang
dimiliki seseorang dalam menulis puisi sehingga menghasilkan puisi yang
utuh. Keterampilan tersebut dapat dilihat dari puisi yang ditulis oleh seorang
penyair baik dari segi pilihan kata, rima, tipografi, makna, dan lain
sebagainya.
Hunt dan Hunt (2006) mengatakan “Writing poems about literature is
an authentic activity that can foster deep knowledge of the work being studied,
and the experience can introduce or reinforce literary devices that published
authors use in their creations.” Penjelasannya adalah bahwa menulis puisi
merupakan kegiatan nyata yang dapat mengembangkan pendalaman
pengetahuan tentang ilmu yang sedang dipelajari dan pengalaman tersebut
dapat memperkenalkan atau memberi pemahaman tentang sastra.
Pada umumnya orang yang jarang atau tidak suka menulis puisi akan
mengalami kesulitan apabila diminta untuk menulis sebuah puisi secara
langsung. Untuk itu, agar lebih mudah memulai menulis puisi, Rumpin (2010)
menjelaskan lima tahap yang perlu dilalui oleh penulis puisi untuk memulai
berkarya (menulis puisi), yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1) Tahap mengungkapkan fakta diri. Puisi pada tahap ini, biasanya lahir
berdasarkan observasi pada sekitar diri sendiri, terutama pada faktor fisik.
2) Tahap mengungkapkan rasa diri. Pada tahap ini akan lahir puisi yang
mampu mengungkapkan rasa atau perasaan diri sendiri atas objek yang
bersinggungan atau berinteraksi. perasaan yang terungkap bisa berupa
sedih, senang, benci, cinta, patah hati, dan lain-lain.
3) Tahap mengungkapkan fakta objek lain. Pada tahap ini puisi dilahirkan
berdasarkan fakta-fakta di luar diri dan dituliskan begitu saja apa adanya,
tanpa tambahan kata bersayap atau metafora.
4) Tahap mengungkapkan rasa objek lain. Pada tahap ini penulis puisi
mencoba berusaha mengungkapkan perasaan suatu objek, baik perasaan
orang lain maupun benda-benda di sekitarnya yang seolah-olah menjelma
menjadi manusia.
5) Tahap mengungkapkan kehadiran yang belum hadir. Pada tahap ini puisi
sudah merupakan hasil kristalisasi yang sangat mendalam atas segala
fakta, rasa dan analisis menuju jangkauan yang bersifat lintas ruang dan
waktu, menuju kejadian di masa depan. mengungkapkan kehadiran yang
belum hadir artinya melalui media puisi, puisi dipandang mampu untuk
menyampaikan gagasan dalam menghadirkan yang belum hadir, yaitu
sesuatu hal yang pengungkapannya hanya bisa melalui puisi, tidak dengan
yang lain.
2. Hakikat Pembelajaran Menulis Puisi di SMP
a. Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Aspek-aspek yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
SMP berdasarkan KTSP meliputi latar belakang, tujuan, dan ruang lingkup
(BNSP, 2006).
1) Latar belakang
Pembelajaran bahasa diharapakan dapat membantu siswa mengenal
dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia.
2) Tujuan
Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut:
a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis;
b) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara;
c) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan;
d) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;
e) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa; dan
f) menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
3) Ruang lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-
aspek: mendengarkan; berbicara; membaca; dan menulis.
b. Tujuan Pembelajaran Menulis Puisi
Pembelajaran sastra yang di dalamnya termasuk pembelajaran menulis
puisi merupakan salah satu mata pelajaran yang penting. Melalui sastra siswa
dapat belajar banyak tentang hidup dan kehidupan. Mastiah (2010) menyatakan
ada beberapa prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra. Prinsip-
prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran sastra berfungsi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
meningkatkan kepekaan rasa pada budaya bangsa; (2) pembelajaran sastra
memberikan kepuasan batin dan pengayaan daya estetis melalui bahasa; (3)
pembelajaran apresiasi sastra bukan pelajaran sejarah, aliran, dan teori sastra;
dan (4) pembelajaran apresiasi sastra adalah pembelajaran untuk memahami
nilai kemanusiaan di dalam karya yang dapat dikaitkan dengan nilai
kemanusiaan di dalam dunia nyata.
Pembelajaran menulis puisi jelas merupakan bagian dari pembelajaran
sastra yang ada di sekolah. Materi menulis puisi yang diajarkan di kelas VII
Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada satu Standar Kompetensi. Dalam SK
ini kompetensi dasar yang seharusnya dicapai ada dua, yaitu: (1) menulis
kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam; dan (2) menulis kreatif puisi
berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
tentang standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia, jelas bahwa salah satu
tujuannya adalah menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam
pembelajaran menulis puisi, guru dapat membantu siswa menggali potensi
yang ada pada diri mereka dengan berbagai bantuan baik strategi, pendekatan,
model, metode, teknik, dan atau media, sesuai dengan prinsip pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksaanakan di masing-masing satuan pendidikan
(BNSP, 2006). Dari pengertian ini, E. Mulyasa (2009: 20) menjelaskan ada tiga
hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan KTSP yang salah satunya
adalah KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi
dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan siswa.
Sejalan dengan pendapat tersebut, KTSP memberikan keleluasaan bagi
sekolah untuk memgembangkan kurikulum. Otonomi yang luas ini seharusnya
mampu menjadikan setiap satuan pendidikan memiliki ciri khas sesuai dengan
keadaan sekolah, lingkungan, dan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran apapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang menerapkan kurikulum KTSP dengan baik pastilah akan menjadi
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Berdasarkan paparan di atas, jelas bahwa sejatinya pembelajaran sastra
termasuk di dalamnya adalah pembelajaran menulis puisi dalam KTSP dapat
dilaksanakan dengan sangat baik berdasarkan pada kekayaan alam di sekitar
lingkungan sekolah dan potensi yang siswa miliki. Penggunaan pendekatan,
strategi, model, metode dan atau media juga diperlukan agar pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan. Berdasarkan kompetensi dasar yang telah ada
pula, pembelajaran menulis puisi seharusnya bisa dilaksanakan dengan
keadaan yang menyenangkan karena inspirasi yang digunakan siswa adalah
hal-hal yang dekat dengan siswa yaitu alam dan pengalaman.
c. Komponen-komponen Pembelajaran Menulis Puisi
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai
komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut antara lain
guru, siswa, materi, media, suasana pembelajaran, dan sebagainya. Begitu
kompleksnya kegiatan pembelajaran sehingga masing-masing komponen
tersebut harus mampu bekerja sama dengan baik sejak awal kegiatan sampai
dengan kegiatan berakhir. Tujuan yang diinginkan dari rumusan tersebut
adalah terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien, dan
menyenangkan. Gino, dkk., (1999: 30) menjelaskan beberapa komponen yang
terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar.
1) Siswa
Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima,
dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
disebutkan bahwa istilah siswa berganti dengan istilah peserta didik yang
berarti anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Dalam penelitian ini tetap digunakan istilah siswa yang
lebih umum digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Guru
Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif.
Lebih lanjut Moch. Uzer Usman (2009: 9-11) menjelaskan bahwa sebagai
tenaga profesional yang memiliki kualifikasi, peranan guru dalam
pendidikan, diantaranya: sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator
dan fasilitator, dan sebagai evaluator.
3) Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan tentang perubahan perilaku yang
diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar.
Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor, dan
afektif. Oemar Hamalik (2003: 109) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran
adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai
oleh siswa setelah berlangsung pengajaran. Tujuan belajar merupakan cara
yang akurat untuk menentukan hasil pengajaran.
4) Isi pelajaran
Isi atau materi pelajaran yakni segala informasi berupa fakta,
prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Bahan
pengajaran adalah bagian integral.
5) Metode
Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional.
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pelajaran. Dalam usaha pemudahan ini guru memerlukan cara-cara
(metode) tertentu. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang baik
tentunya diperlukan suatu cara yang efektif dan efisien sehingga
ketercapaian pembelajaran yang baik dapat diwujudkan. Menurut Martimis
Yamin (2006: 147) metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk
menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada
siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tapi tidak setiap metode
pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
6) Media
Media merupakan bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan
yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka
dapat mencapai tujuan. Marshall McLuhan (dalam Oemar Hamalik, 2003:
201) menjelaskan bahwa media adalah ekstensi manusia yang
memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan
kontak langsung dengannya.
7) Evaluasi
Evaluasi yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu
proses dan hasilnya. Evaluasi adalah penilaian keseluruhan program
pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan
termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaannya,
pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (managemen),
pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan (Sarwiji
Suwandi, 2008: 16).
Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
terdapat beberapa komponen yang terlibat. Ketujuh komonen tersebut tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena kesemua komponen tersebut
merupakan kesatuan. Di Sekolah Menengah Pertama, tujuh komponen tersebut
juga ada dalam pembelajaran menulis puisi.
d. Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menulis Puisi
Pembelajaran selalu diakhiri dengan penilaian. Hal ini digunakan untuk
mengetahui keberhasilan pembelajaran. Penilaian sangat penting dilakukan
karena dengan adanya penilaian dapat diketahui keberhasilan seseorang dalam
pembelajaran dan dari hasil yang diperoleh akan dapat membuat seseorang
lebih termotivasi untuk belajar. Penilaian pembelajaran menulis puisi tentu
harus dapat mengukur tujuan pembelajaran menulis puisi, yakni kemampuan
siswa dalam menciptakan sebuah puisi.
Sarwiji Suwandi (2008: 15) mengungkapkan bahwa penilaian
merupakan suatu proses untuk mengetahui keberhasilan dari suatu pogram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria, baik itu dari segi proses
maupun hasil. Penilaian yang digunakan untuk menilai pembelajaran menulis
puisi dalam penelitian ini ada dua yaitu penilaian proses pembelajaran yang
berkaitan dengan keaktifan siswa dan penilaian kemampuan siswa dalam
menulis puisi.
1) Penilaian Proses Pembelajaran
Penilaian sikap dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti
pembelajaran. Sarwiji Suwandi (2008: 89-90) memaparkan bahwa sikap
bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang
dalam merespons sesuatu atau objek. Sikap juga suatu ekspresi dari nilai-
nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Secara umum,
objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah: (1) sikap
terhadap materi pelajaran; (2) sikap terhadap guru atau pengajar; (3) sikap
terhadap proses pembelajaran; dan (4) sikap berkaitan dengan nilai atau
norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Sejalan dengan pendapat Sarwiji Suwandi, Mimin Haryati (2007:
38) menjelaskan bahwa karakteristik ranah afektif yang penting
diantaranya adalah sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
a) Sikap yang dimaksud di sini adalah sikap siswa terhadap sekolah dan
mata pelajaran.
b) Minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Minat adalah suatu disposisi yang terorganisasi melalui pengalaman
yang mendorong untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau
pencapaian.
c) Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu yang
bersangkutan terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki.
d) Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh
individu untuk mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan.
e) Moral menyinggung akhlak, tingkah laku, karakter seseorang atau
kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Nana Sudjana (1991: 60-61) menjelaskan beberapa kriteria yang
bisa digunakan dalam menilai proses belajar-mengajar, antara lain: (1)
konsistensi kegiatan belajar-mengajar dengan kurikulum; (2)
keterlaksanaannya oleh guru; (3) keterlaksanaannya oleh siswa; (4)
motivasi belajar siswa; (5) keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar; (6)
interaksi guru-siswa; (7) kemampuan atau keterampilan guru mengajar;
dan (8) kualitas belajar yang dicapai siswa.
Nana Sudjana (1991: 62) menambahkan bahwa delapan kriteria di
atas masih bersifat umum, sehingga dapat saja dikembangkan dan
dijabarkan lebih lanjut sesuai dengan bidang studi dan mata pelajaran yang
diajarkan. Dari pendapat tersebut, jelas bahwa kriteria penilain proses
dapat saja dimodifikasi sendiri oleh seorang guru sesuai dengan
kebutuhan. Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam penelitian ini peneliti
membuat instrumen yang digunakan untuk menilai penilain proses untuk
siswa. Berdasarkan beberapa kriteria yang dijabarkan oleh para pakar,
peneliti menggunakan empat kriteria, yaitu: keaktifan, perhatian, minat
dan motivasi, serta kerja sama.
a) Keaktifan
Seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus
mengoptimalkan kadar keaktifan siswa karena guru bertanggung jawab
atas tercapainya hasil belajar siswa yang optimal. Syaiful Bahri
Djamarah (dalam Danik Nofiana, 2008: 17) menjelaskan bahwa dalam
proses belajar-mengajar aktivitas siswa yang diharapkan tidak hanya
aspek fisik melainkan juga aspek mental. Siswa bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas, berdiskusi, menulis, membaca, membuat
grafik, dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru merupakan
sejumlah aktivitas anak didik yang aktif secara mental maupun fisik.
Nana Sudjana (1991: 61) menjelaskan penilaian proses belajar-
mengajar berarti melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti
proses belajar-mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1)
turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru
apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (3) berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah; (4) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
guru; (5) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
diperolehnya; (6) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah
yang sejenis; dan (7) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa
yang telah diperolehnya dalam menyelesikan tugas atau persoalan
yang dihadapi.
b) Perhatian
Perhatian sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran dan
hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar.
Menurut Sumadi Suryabrata (dalam Shvoong, 2011) perhatian adalah
banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang
dilakukan. Wasti Sumanto (dalam Shvoong, 2011) berpendapat
perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada
suatu obyek, atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu
aktivitas.
Perhatian menurut Bimo Walgito (dalam Kaniya F. Trianasari,
2007: 18) merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditunjukkan pada suatu atau sekumpulan objek. Wina
Sanjaya (2008: 268) mengungkapkan bahwa tingkat perhatian
seseorang dalam belajar berpengaruh dalam hasil belajar yang
diperoleh. Semakin tinggi perhatian siswa dalam belajar, maka
semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh.
Salah satu cara untuk meningkatkan perhatian dan konsentrasi
siswa dalam pembelajaran adalah gerak guru. Gerak guru yang
dimaksudkan adalah gerakan guru yang dapat membantu kelancaran
berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami
dan diterima oleh siswa (Wina Sanjaya, 2008: 270).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c) Minat dan motivasi
Minat menurut Mimin Haryati (2007: 38) adalah suatu
disposisi yang terorganisasi melalui pengalaman yang mendorong
untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sardiman A. M
(2001: 73) mengartikan minat sebagai suatu kondisi yang terjadi
apabila seorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan sendiri.
Minat berkaitan dengan masalah kebutuhan dan keinginan. Hal
terpenting yang harus dilakukan guru untuk membangkitkan minat
siswa mengikuti pembelajaran adalah membuat siswa merasa bahwa
belajar merupakan kebutuhan hidupnya. Guru dapat membangkitkan
minat belajar siswa denagn mengemas pembelajaran secara kreatif dan
inovatif agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan
baik.
Nana Sudjana (1991: 61) menjelaskan keberhasilan proses
belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan
oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar–mengajar.
Hal ini dapat dilihat dalam hal: (1) minat dan perhatian siswa terhadap
pelajaran; (2) semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya;
(3) tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya; (4)
reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru;
dan (5) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
d) Kerja sama
Kerja sama menjadi salah satu aspek penentu keberhasilan
penliaian proses pembelajaran karena dengan kerja sama, siswa dapat
aktif dan belajar secara bersama-sama. Kebersamaan dalam
pembelajaran merupakan kerja sama di antara para siswa untuk
mencapai tujuan belajar bersama. Kerja sama dalam pembelajaran ini
diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berkolaborasi untuk
menyelesaikan permasalah secara bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.
Teknik-teknik tersebut, antara lain.
a) Observasi Perilaku
Perilaku seseorang pada umunya menunjukkan kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi
terhadap siswa yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan
sebagai umpan balik dalam pembinaan.
b) Pertanyaan Langsung
Pertanyaan langsung digunakan dengan menanyakan secara
langsung atau wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan
suatu hal. Jawaban atau reaksi yang diberikan dapat dipahami sikap
siswa terhadap objek sikap.
c) Laporan Pribadi
Penggunaan teknik ini adalah dengan meminta siswa membuat
ulasan yang berisi pandangan atau tanggapan tentang suatu masalah,
keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
Penilaian sikap yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan format penilaian dengan observasi. Format penilaian
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran
(Format diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2008 : 92-93)
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut.
1 = sangat kurang 4 = baik
No. Nama Siswa
Keaktifan siswa selama
apersepsi
Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan
materi
Minat dan motivasi
siswa saat mengikuti kegiatan
pembelajaran
Kerja sama siswa dalam
kerja kelompok
Skor Nilai Ket.
1.
2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2= kurang 5 = amat baik
3= cukup
b) Untuk mencari nilai setiap siswa menggunakan teknik penilaian yang
dikembangkan oleh Foreign Service Institute (FSI) sebagai berikut:
(1) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai
setiap unsur penilaian yang diperoleh siswa,
(2) Nilai akhir siswa diperoleh dengan menggunakan rumus:
Total nilai X skor ideal (100) = nilai
Skor maksimal (20)
c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(1) Nilai = 10 – 29 sangat kurang
(2) Nilai = 30 – 49 kurang
(3) Nilai = 50 – 69 cukup
(4) Nilai = 70 – 89 baik
(5) Nilai = 90 – 100 sangat baik
2) Penilaian Hasil Pembelajaran
Sarwiji Suwandi (2008:39) mengemukakan bahwa penilaian hasil
pembelajaran dapat dilakukan dengan tes, baik tes lisan maupun tes
tertulis. Pada umumya tes dipergunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dalam pembelajaran. Tingkat
keberhasilan siswa dimaksudkan juga tingkat kemampuan siswa yang
diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban
siswa dalam bentuk uraian dengan menggunakan bahasa sendiri. Tes ini
menuntut siswa untuk berpikir tentang dan mempergunakan apa yang
diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes
bentuk esai memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun dan
mengemukakan jawaban sendiri dalam lingkup yang secara relatif dibatasi.
Oleh karena itu, tes esai disebut sebagai tes subjektif. Tes objektif yaitu
disebut juga sebagai tes jawaban singkat (short answer test). Jawaban
terhadap tes objektif bersifat pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
yang benar. Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan orang ádalah tes
jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian
(completion), dan penjodohan (matching) (Sarwiji Suwandi, 2008: 57-59).
Dalam penelitian ini, penilaian pembelajaran sastra, khususnya
menulis puisi dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis. Penilaian
hasil dalam pembelajaran menulis puisi di kelas VII ini didasarkan pada
hasil pekerjaan siswa dalam bentuk puisi dengan pilihan kata yang sesuai
dan memperhatikan unsur yang membangun sebuah puisi.
Sebagai pedoman untuk penilaian menulis puisi dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Format Penilaian Menulis Puisi
No.
Nama
Aspek yang Dinilai Skor Nilai Ket.
Tema
Pilihan Kata
Imaji
Rima
Diksi Majas K.Konkret
1.
2.
3.
(Format diadaptasi dari Sarwiji Suwandi, 2008 : 137)
Untuk mencari nilai setiap siswa menggunakan teknik penilaian
yang dikembangkan oleh Foreign Service Institute (FSI) sebagai berikut:
a) jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap
unsur penilaian yang diperoleh siswa,
b) nilai akhir siswa diperoleh dengan menggunakan rumus:
Total nilai X skor ideal (100) = nilai
Skor maksimal (20)
c) nilai didasarkan pada pedoman penskoran. Lebih jelasnya pedoman
penskoran tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel 3. Pedoman Penskoran
No Aspek yang dinilai Skor
1. Kesesuaian dengan tema 1) Pengungkapan isi puisi sesuai dengan tema. 2) Pengungkapan isi puisi kurang sesuai dengan tema. 3) Pengungkapan isi puisi tidak sesuai dengan tema.
Skor 1-3 3 2 1
2. Pilihan Kata Diksi: 1) Kata-kata yang digunakan padat, singkat, dan dapat mengekspresikan
perasaan dengan baik. 2) Kata-kata yang digunakan padat, singkat dan cukup dapat mengekspresikan
perasaan. 3) Kata-kata yang digunakan kurang mampu mengekspresikan perasaan. Majas: 1) Bahasa kiasan yang digunakan sudah sesuai sehingga menimbulkan efek
keindahan dengan baik. 2) Bahasa kiasan yang digunakan cukup sesuai sehingga menimbulkan efek
keindahan yang cukup. 3) Bahasa kiasan yang digunakan kurang sesuai sehingga tidak ada efek
keindahan. Kata Konkret: 1) Banyak kata konkret yang digunakan sehingga memperjelas makna puisi. 2) Cukup banyak kata konkret yang digunakan sehingga cukup memperjelas
makna puisi. 3) Tidak banyak kata konkret yang digunakan sehingga puisi menjadi tidak
jelas.
Skor 1-3 3
2
1
3
2
1
3
2
1
3. Imaji 1) Banyak terdapat imaji yang memperindah puisi. 2) Cukup terdapat imaji yang memperindah puisi. 3) Sedikit terdapat imaji yang memperindah puisi. 4) Sama sekali tidak terdapat imaji yang memperindah puisi.
Skor 1-4 4 3 2 1
4. Rima 1) Banyak terdapat aliterasi, asonansi, dan perulangan bunyi sehingga mampu
menimbulkan efek keindahan dengan sangat baik. 2) Terdapat beberapa aliterasi, asonansi, perulangan bunyi sehingga efek
keindahan sudah cukup terasa. 3) Sedikit sekali terdapat aliterasi, asonansi,perulangan bunyi yang digunakan
sehingga efek keindahan kurang terasa. 4) Tidak terdapat aliterasi, asonansi, dan perulangan bunyi.
Skor 1-4 4 3 2 1
Skor maksimal 1, 2, 3, 4 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Hakikat Pendekatan SAVI
a. Pengertian Pendekatan SAVI
Sebelum kita membahas tentang pendekatan SAVI, kita akan
membahas tentang perbedaan strategi, pendekatan, model, metode, dan teknik.
Menurut J.R Davies (dalam Nugraheni Eko W., 2009: 63) strategi dalam dunia
pendidikan diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to
achieves a particular educational goal. Dick dan Carey (dalam Nugraheni
E.W, 2009: 63) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
seperangkat materi dan prosedur pembelajaran yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Jika strategi merupakan rencana yang disusun
dan belum direalisasikan, maka metode merupakan realisasi atau implementasi
dari strategi tersebut.
Pendekatan menurut Edward M. Anthony (dalam Ardianto, 2007)
adalah landasa n untuk menyusun metode yang di dalamnya berisi
seperangkat teori dan asumsi tentang sesuatu yang sudah tidak dapat diubah
lagi. Pendekatan dikatakan bersifat aksiomatik karena berisi aksioma atau dalil
yang harus diikuti. Pendekatan menurut Syaiful Sagala (2006: 68) adalah jalan
yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional
untuk suatu satuan instruksional tertentu. Berdasarkan dua pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Metode
menurut Edward M. Anthony (dalam Ardianto, 2007) berisi prosedur-
prosedur tentang bagaimana sesuatu mata pelajaran yang diajarkan ke dalam
teknik mengajar. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-
langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Mackey (dalam Ardianto, 2007) menjelaskan metode
merupakan keseluruhan peristiwa mengajar dan belajar yang meliputi hal-hal:
seleksi, grasi, presentasi, repetisi, dan evaluasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis
berdasarkan metode yang digunakan oleh guru di kelas saat pembelajaran
berlangsung. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses
pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama.
Pendapat beberapa pakar di atas membuktikan bahwa semua istilah
tersebut memiliki definisi yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini yang akan
digunakan adalah pendekatan dalam menulis puisi untuk siswa tingkat SMP.
Pendekatan dalam pembelajaran biasanya digunakan oleh guru untuk
memudahkan dalam melakukan pembelajaran. Dalam penelitian ini dibahas
pendekatan SAVI dalam pembelajaran menulis puisi. Pendekatan SAVI adalah
hasil olahan dari Meier yang merupakan salah satu solusi dalam cara belajar
baru yaitu accelerated learning atau percepatan belajar. Accelerated learning
(AL) adalah pendekatan belajar paling maju yang digunakan pada masa
sekarang. Accelerated learning didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai
otak dan belajar. Dalam pembelajaran ini dapat menggunakan metode dan
media yang sifatnya terbuka dan luwes.
Konsep AL mengajak siswa terlibat sepenuhnya. Accelerated learning
cocok untuk semua gaya belajar dan memberi energi serta membuat proses
belajar menjadi manusiawi kembali. Selain itu, accelerated learning berusaha
membuat belajar menyenangkan dan sangat mementingkan hasil (Meier 2002:
26). Kredo accelerated learning adalah, “lakukan apa yang mendatangkan
hasil dan teruslah mencari apa yang mendatangkan hasil lebih baik”.
Pendekatan ini tidak terikat pada seperangkat teknik, metode, atau media
tertentu baik yang lama maupun yang baru.
Konsep dasar accelerated learning tersebut menghadirkan salah satu
pendekatan yang ditemukan oleh Meier yang disingkat dengan kata SAVI.
Pendekatan ini didasarkan dari belajar berdasarkan aktivitas (BBA) yang
berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra
sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam
proses belajar. Penggabungan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Cara
belajar seperti ini disebut belajar SAVI (Meier, 2002: 90-91).
b. Komponen dalam Pendekatan SAVI
Pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan AL, sehingga prinsipnya
juga sejalan dengan AL, yaitu: (1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran
dan tubuh; (2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengonsumsi; (3) kerja
sama membantu proses pembelajaran; (4) pembelajaran berlangsung pada
banyak tingkatan secara simultan; (5) belajar berasal dari mengerjakan
pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik; (6) emosi positif sangat membantu
pembelajaran; (7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan
otomatis.
Meier (2002: 91-92) menjelaskan unsur-unsur dalam pendekatan
SAVI adalah: (1) somatis: belajar dengan bergerak dan berbuat; (2) auditori:
belajar dengan berbicara dan mendengar; (3) visual: belajar dengan
mengamati dan menggambarkan; dan (4) intelektual: belajar dengan
memecahkan masalah dan merenung. Keempat cara belajar ini harus ada agar
belajar berlangsung optimal, karena unsur-unsur ini digunakan secara
simultan. Berikut penjelasan lebih rinci tentang masing-masing unsur.
1) Belajar Somatis
Kata somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tubuh-
soma”. Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba kinestetis,
praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh
sewaktu belajar. Belajar somatis berarti belajar dengan menggerakan
badan (fisik).
Belajar somatis, dalam konteks pembelajaran bahasa, berarti
belajar bahasa dengan memanfaatkan indra peraba dan kinestetik yang
melibatkan fisik untuk melakukan suatu aktivitas. Dengan demikian,
pembelajaran tidak hanya diarahkan pada pencapaian kemampuan verbal
saja, tetapi juga diarahkan pada aktivitas-aktivitas fisik yang menyertai
aktivitas verbal tersebut sehingga terjadi kepaduan dalam pikiran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
tubuh secara fisik, bangkit dari tempat duduknya untuk melakukan
aktivitas bermakna. Menurut Meier (2002: 95) untuk merangsang
hubungan pikiran-tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang dapat membuat
orang bangkit dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke
waktu.
2) Belajar Auditori
Belajar dengan auditori menurut De Porter, Reardon, dan Nourie,
(2000: 85) berarti mengakses jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun
diingat. Musik, irama, dialog internal, dan suara menonjol dalam hal ini.
Belajar bahasa secara auditori ditekankan pada aktivitas mendengarkan
suara-suara melalui dialog-dialog yang tercipta di kelas baik antarsiswa
maupun siswa dengan guru secara langsung atau dari alat-alat audio.
Dengan demikian, perlulah diciptakan suasana kelas yang memberi
keleluasaan bagi siswa untuk berdialog secara lisan mengenai berbagai
hal. Misalnya, menciptakan kembali pengalaman-pengalaman yang
menarik, mengumpulkan suatu informasi dari orang lain tentang suatu hal
atau peristiwa, memecahkan masalah, dan lain-lain.
3) Belajar Visual
Setiap orang akan lebih mudah belajar jika dapat melihat benda
atau segala sesuatu yang sedang ia pelajari secara nyata. Prinsip ini yang
dikembangkan dari gaya belajar visual. Pembelajaran visual menurut
Meier (2002: 98) paling baik jika mereka dapat melihat langsung contoh
dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari
segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Ini sejalan dengan
pendapat Rose dan Nicholl (2002: 131) yang menyatakan fakta bahwa
70% dari reseptor indrawi (sensori) tubuh kita bertempat di mata. Lebih
lanjut masih dalam buku mereka, menurut Wisconsin ketika bantuan
visual digunakan untuk mengajarkan perbendaharaan kata, capaian para
siswa meningkat hingga 200%.
Pembelajaran bahasa secara visual menuntut ketersediaan berbagai
bentuk/media yang dapat diamati secara langsung oleh pembelajar untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kemudian membicarakannya dalam bentuk lisan atau tulis. Gambar-
gambar, diagram, grafik, bagan, dan bentuk visual lain yang dapat
dinikmati akan sangat membantu siswa untuk mendapatkan dan
mengembangkan informasi terntentu. Meier (2002: 99) menjelaskan hal
penting yang dapat dilakukan di kelas untuk meningkatkan kemampuan
visual dan berbahasa siswa adalah dengan meminta mereka mengamati
situasi nyata tertentu, memikirkannya, kemudian membicarakannya
kepada orang lain disertai dengan menggambarkan proses, prinsip, atau
makna yang diamatinya.
4) Belajar Intelektual
Meier (2000: 99) menjelaskan intelektual, dalam konteks ini,
dimaknai sebagai apa yang dilakukan dalam pikiran siswa secara internal
ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu
pengalaman dan menciptkan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari
pengalaman tersebut. Dengan kemampuan intelektual ini, siswa dapat
menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif untuk
membuat makna baru bagi diri siswa itu sendiri. Kemampuan intelektual
dapat ditingkatkan dengan mengajak siswa memecahkan suatu masalah
yang telah dirumuskan dalam teks tertulis, melahirkan gagasan kreatif dari
proses penyaringan informasi, dan merumuskan berbagai pokok pikiran
dari suatu wacana.
5) Belajar SAVI
Sejalan dengan konsep percepatan belajar (accelerated learning),
pendekatan SAVI menggabungkan semua alat indra dan pikiran. Ini berarti
siswa diajak terlibat aktif dalam setiap kegiatan belajar. Meier (2002: 100)
menjelaskan bahwa belajar bisa optimal apabila keempat unsur SAVI ada
dalam satu peristiwa pembelajaran. Secara lengkap contoh yang dimaksud
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 4. Contoh Aktivitas dalam Gaya Belajar SAVI
Gaya belajar
Aktivitas
Somatis Siswa dapat bergerak ketika mereka: 1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur 2. Menciptakan piktogram dan periferalnya 3. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep 4. Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan
merefleksikannya 5. Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar
dan lain-lain) Auditori Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana
auditori dalam belajar 1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan
dan komputer 2. Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran
yang terkandung di dalam buku pembelajaran yang dibaca mereka
3 Mintalah pembelajar berpasang-pasangan menbincangkan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya
Visual Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah: 1. Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi) 2. Grafik presentasi yang hidup 3. Bahasa tubuh yang dramatis 4. Kreasi piktrogram (oleh pembelajar) 5. Pengamatan lapangan
Intelektual Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti: 1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman 3. Memilih gagasan kreatif 4. Mencari dan menyaring informasi 5. Menciptakan makna pribadi
Seluruh pikiran dan tubuh dalam pembelajaran bahasa sangat
membantu pembelajar untuk menciptakan suatu aktivitas yang kreatif
dengan atau melalui bahasa. Kreativitas berbahasa itu akan semakin
bermakna apabila memungkinkan mereka berinteraksi secara positif
dengan siswa lainnya sehingga suasana komunikatif dan penuh aktivitas
dapat tercapai. Dengan begitu, seorang siswa akan mendapatkan berbagai
pelajaran dari siswa lain sehingga memperkaya pengetahuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
keterampilan berbahasa mereka. Selain itu, dari munculnya berbagai
aktivitas dan terjalinnya interaksi dengan siswa lain, akan tercipta suasana
yang kondusif dan menyenangkan untuk belajar bahasa (Eri Sarimanah,
2009).
Sejalan dengan pendapat dari Eri Sarimanah, Grinder (dalam
Silberman, 2009: 28) menjelaskan bahwa dari 30 siswa, 22 di antaranya
rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan
kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori, dan kinestetik.
Selain itu penelitian dari Magnesen (dalam Roebyarto, 2008) tentang
ingatan, menyebutkan bahwa persentase hal yang akan kita ingat jika kita
membaca adalah 20%, mendengar 30%, melihat 40%, mengucapkan 50%,
dan melakukan 60%, sedangkan apabila kita melakukan lima kegiatan
tersebut persentase daya ingat yang akan kita peroleh adalah 90%.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang maksimal maka pembelajar perlu melihat, mengucap,
mendengar, dan melakukan karena dengan melakukan empat hal tersebut
akan menghasilkan keberhasilan sebesar 90%.
Simpulan dari beberapa pendapat di atas adalah bahwa dalam
setiap pembelajaran, hendaknya tercipta beberapa jenis kegiatan
pembelajaran baik mendengar, melihat sampai pada tahap mengkreasi
sendiri sebuah karya dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Hal ini
karena pada dasarnya setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-
beda, sehingga dengan memadukan empat gaya belajar yaitu somatis,
auditori, visual, dan intelektual maka diharapkan setiap siswa mampu
mengembangkan kreativitas dan menjalankan daya pikir dengan maksimal
dibantu oleh guru dan sarana yang tersedia.
Pendekatan SAVI sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh
beberapa pakar di atas karena SAVI menggabungkan indra dan pikiran
untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan hasil yang
maksimal. Pendekatan SAVI merupakan suatu prosedur pembelajaran yang
didasarkan atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
melibatkan seluruh indra sehingga seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam
proses belajar. Pendekatan ini menuntut keterlibatan penuh seorang siswa
untuk memperoleh berbagai informasi dan pengalaman dalam proses
belajar tersebut. Dalam pendekatan ini, siswa diharapkan dapat
menyatukan aktivitas-aktivitas tubuh/fisik dengan aktivitas intelektual
serta penggunaan indra.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan SAVI
Kelebihan dari pendekatan ini adalah: (1) SAVI membuat siswa tidak
hanya duduk di kursi dan diam, tetapi membuat mereka beraktivitas dengan
menggunakan seluruh indra dan pikiran, (2) pembelajaran tidak hanya
terpusat oleh guru, (3) pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena
banyak aktivitas yang dilakukan sehingga akan terhindar dari rasa bosan, (4)
lebih leluasa dalam menggunakan berbagai macam media dan metode.
Segala sesuatu yang diciptakan di dunia ini pasti memiliki kelebihan
dan kelemahan. Kelemahan dari pendekatan SAVI adalah: (1) pembelajaran
yang melibatkan semua indra dan pikiran membutuhkan kemampuan yang
lebih sehingga kemungkinan penerapan kedua pokok tersebut akan
mengalami kesulitan, (2) sarana prasarana yang digunakan akan lebih banyak,
(3) pembelajaran membutuhkan persiapan yang lebih matang disegala aspek,
dan (4) membutuhkan pengaturan kelas yang lebih baik oleh guru agar siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran.
4. Penerapan Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendekatan SAVI terdiri
dari empat gaya belajar yang kemudian disatukan. Dalam pelaksanaannya,
keempat gaya belajar ini juga harus ada dalam pembelajaran terutama
pembelajaran menulis puisi. Hal ini karena semua alat indra dan pikiran perlu
dijalankan secara seimbang agar dalam pembelajaran diperoleh hasil yang
maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pada umunya pembelajaran menulis puisi berjalan seperti biasa sama
dengan pembelajaran pada materi lain. Guru datang, memberikan penjelasan teori,
kemudian siswa diberi waktu untuk menulis sebuah puisi. Dengan pendekatan
SAVI pembelajaran seperti itu bisa diubah menjadi lebih menarik dan aktif tanpa
mengeluarkan biaya yang mahal karena segala sesuatu yang ada di sekitar atau
lingkungan bisa mendukung dalam pembelajaran.
Tahap pembelajaran dengan menggunakan gaya belajar somatis dapat
dilakukan dengan mengajak siswa aktif melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan fisik. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Meier bahwa gaya
belajar somatis ini bisa dilakukan di awal, tengah, atau akhir pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis puisi, kegiatan belajar dengan
gaya somatis dilakukan dengan mengajak siswa berlatih menulis puisi secara
berkelompok.
Tahap yang kedua adalah menggunakan gaya belajar auditori. Dalam
proses pembelajaran menulis puisi, gaya belajar auditori diterapkan oleh guru
untuk menjelaskan materi tentang puisi yang dibantu dengan media lain. Dalam
kegiatan pembelajaran, secara umum media mempunyai fungsi sebagai berikut:
(1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, (2)
mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra, dan (3) penggunaan media
pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak.
Tahap selanjutnya adalah visual, dalam konteks pembelajaran menulis
puisi, gaya belajar visual bisa diartikan dengan mengamati langsung objek yang
akan ditulis oleh siswa. Pengamatan langsung juga sejalan dengan pendapat Meier
yang menyatakan bahwa salah satu cara agar pembelajar dapat menjadi
pembelajar visual adalah dengan melakukan pengamatan langsung. Dalam
pembelajaran ini kegiatan visual dilakukan dengan menampilkan gambar dan
mengajak siswa mengamati keadaan alam sekitar sekolahan yang bisa berupa
taman sekolah ataupun alam atau lingkungan dekat sekolah. Penggunaan media
gambar dan alam ini dinilai sangat membantu dalam pembelajaran menulis puisi
karena dengan mengamati objek secara langsung siswa dapat dibantu dalam
memperkaya kosa kata dan mempermudah imajinasi mereka sehingga mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dapat menuangkan semua yang mereka lihat menjadi sebuah karya yang hebat dan
luar biasa. Selain itu, penggunaan media alam ini juga membuat siswa bergerak
aktif sehingga terhindar dari rasa bosan.
Tahap yang terakhir adalah menggunakan gaya belajar intelektual. Dalam
konsep pembelajaran menulis puisi, tahap intelektual berarti tahap menghasilkan
karya yaitu kemampuan dalam menulis puisi yang berdasarkan dari tahap awal
belajar dengan gaya belajar somatis, auditori, hingga visual. Dari ketiga kegiatan
belajar tersebut kemudian menghasilkan sebuah pemikiran yang diwujudkan
melalui tulisan yaitu puisi. Pada tahap visual siswa dibantu dengan media gambar
dan melihat keindahan taman kemudian dalam tahap intelektual mereka mulai
menuliskan apa yang mereka lihat atau imajinasi yang telah mereka dapatkan dari
mengamati gambar dan keadaan sekitar, kemudian dijadikan sebuah puisi yang
utuh, kegiatan dalam tahap intelektual merupakan puncak dari pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah penelitian dari Chafit
Ulya (2008) yang membuat beberapa simpulan yang sejalan dengan penelitian ini,
yaitu: (1) pendekatan kinestetik dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
menulis puisi pada siswa kelas X-8 SMA Negeri 3 Salatiga dan (2) pendekatan
kinestetik dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi pada
siswa kelas X-8 SMA Negeri 3 Salatiga. Peningkatan kualitas proses
pembelajaran. Menulis puisi ditandai dengan peningkatan: (1) keaktifan siswa
selama mengikuti pembelajaran apersepsi, (2) keaktifan siswa selama mengikuti
pembelajaran, dan (3) keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, baik lisan
maupun tertulis. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi ditandai
dengan meningkatnya kemampuan menulis puisi dari siklus I 44%, siklus II 64%,
dan 8% saja yang masih dikategorikan kurang sampai pada siklus III.
Penelitian relevan yang selanjutnya adalah penelitian dari Fitri Kurniawati
Ningsih (2008), yang menyimpulkan bahwa penerapan pendekatan SAVI (Somatis
Auditori Visual Intelektual) dengan metode eksperimen efektif untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Koloid kelas XI semester
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
II SMA Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2007/2008 baik dari aspek kognitif,
aspek afektif maupun aspek psikomotor.
Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan. Hasil penelitian pertama dapat disimpulkan bahwa kualitas proses dan
hasil pembelajaran menulis puisi masih dapat ditingkatkan dengan menggunakan
pendekatan sinektik. Sejalan dengan konsep tersebut, maka peneliti dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual
Intelektual) untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
puisi pada siswa kelas VII.
Pendekatan SAVI sendiri sudah terbukti mampu meningkatkan hasil
pembelajaran karena pernah digunakan oleh beberapa peneliti untuk
meningkatkan hasil pembelajaran. Salah satunya adalah penelitian dari Fitri
Kurniawati Ningsih. Hal baru dan beda yang terdapat dalam penelitan ini bila
dibandingkan dengan penelitian yang sudah ada adalah penggunaan pendekatan
SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) dalam pembelajaran bahasa Indonesia
khususnya pembelajaran menulis puisi. Penggunaan pendekatan SAVI untuk
meningkatkan pembelajaran menulis puisi belum pernah dilakukan oleh peneliti
lain, bahkan pendekatan ini belum pernah digunakan oleh peneliti yang berkutat
dengan bidang bahasa. Padahal pendekatan SAVI bisa menjadi salah satu alternatif
tindakan yang bisa dipilih untuk memecahkan masalah pembelajaran dalam
bidang bahasa, khusunya pembelajaran menulis puisi.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan menulis yang dimiliki siswa di kelas VII H MTs Negeri 1
Surakarta ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan. Kenyataan ini dapat
dilihat dari kemampuan menulis puisi siswa yang masih kurang, sehingga nilai
yang mereka peroleh jauh dari maksimal. Kekurangberhasilan tersebut disebabkan
oleh sistem pembelajaran yang masih berpusat pada guru, sehingga siswa kurang
diberikan kesempatan untuk aktif dan mengembangkan kreativitas.
Beberapa permasalahan yang membuat pembelajaran menulis puisi tidak
sesuai dengan yang diharapkan di kelas VII H-MTs Negeri 1 Surakarta adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sebagai berikut: (1) siswa pasif dan kurang tertarik dengan pembelajaran menulis
puisi; (2) siswa masih kesulitan menemukan kosa kata dalam menulis puisi; (3)
siswa kurang mampu mengembangkan imajinasi dalam menulis puisi; dan (4)
guru merasa kesulitan dalam memotivasi siswa dan menentukan strategi yang
tepat untuk pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, jelas bahwa kualitas proses dan
hasil pembelajaran menulis puisi di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta belum
berhasil. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu solusi agar pembelajaran
menulis puisi dapat berhasil baik dari segi proses maupun hasil. Ini berarti
pembelajaran harus menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa antusias dan
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Selain itu, dalam kegiatan menulis puisi
harus diupayakan agar keterbatasan imajinasi siswa dapat teratasi, sehingga siswa
dapat mengembangkan imajinasi dan menemukan kosa kata yang tepat untuk
menghasilkan sebuah puisi yang bagus dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, salah
satu cara untuk mengurangi permasalahan yang dialami oleh guru bahasa
Indonesia beserta siswa adalah dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatis
Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
kegiatan belajar-mengajar pada materi menulis kreatif puisi.
Pendekatan SAVI merupakan bagian dari accelerated learning (AL) atau
percepatan belajar. Accelerated learning adalah pendekatan belajar paling maju
yang digunakan pada masa sekarang. Accelerated learning didasarkan pada
penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar. Konsep AL dalam pembelajaran
adalah siswa diajak terlibat sepenuhnya. Accelerated learning cocok untuk semua
gaya belajar dan memberi energi serta membuat proses belajar menjadi manusiawi
kembali. Selain itu, AL berusaha membuat belajar menyenangkan dan sangat
mementingkan hasil.
Pendekatan SAVI tidak berpusat pada satu metode atau media tetapi lebih
fleksibel dengan berbagai metode dan media yang dapat mendukung
pembelajaran. Empat gaya belajar yang diterapkan dalam pendekatan ini adalah
gaya belajar somatis, auditori, visual, dan intelektual, yang kemudian disingkat
dengan nama (SAVI). Keempat gaya belajar tersebut memadukan semua indra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
yang dimiliki manusia dengan pikiran. Keseimbangan inilah yang menjadikan
pembelajaran dapat berhasil.
Pendekatan SAVI memberikan banyak kesempatan untuk siswa bergerak,
mengembangkan ide-ide, berlatih, dan praktik dengan dibantu media yang
mendukung. Permasalahan yang dihadapi ketika siswa sedang belajar menulis
puisi dapat dipecahkan dengan pendekatan SAVI. Hal ini karena pengoptimalan
dari masing-masing gaya belajar dalam satu pembelajaran.
Pengoptimalan gaya belajar somatis dilakukan dengan mengajak siswa
aktif dalam pembelajaran seperti pemberian latihan secara kelompok. Dalam
kelompok tersebut siswa diarahkan untuk bergerak aktif. Dalam penelitian ini
gaya belajar somatis digunakan untuk kegiatan latihan siswa dalam menulis puisi.
Setiap siswa dalam kelompok akan bekerja satu persatu untuk menyelesaikan
potongan puisi yang sudah ditulis di papan tulis. Pengoptimalan gaya belajar
somatis digunakan untuk mengatasi kepasifan siswa selama pembelajaran menulis
puisi.
Pengoptimalan gaya belajar auditori, berarti memaksimalkan kemampuan
mendengar dan menyimak siswa. Dalam pembelajaran menulis puisi gaya belajar
ini digunakan untuk memaksimalkan kemampuan siswa dalam menyerap materi
yang disampaikan oleh guru. Dengan kesungguhan dan konsentrasi, siswa dapat
menyimak penjelasan guru dengan baik. Pemahaman siswa mengenai materi pada
akhirnya akan berdampak pada kemampuan siswa dalam membuat puisi.
Pengoptimalan gaya belajar visual digunakan untuk mengatasi
keterbatasan imajinasi dan kosa kata siswa saat menulis puisi. Dengan
memaksimalkan gaya belajar visual siswa dapat dibantu saat menulis puisi.
Pengoptimalan gaya belajar ini adalah dengan menghadirkan media bantu yang
dapat dilihat oleh siswa. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media
gambar dan alam. Dengan kedua media tersebut siswa menjadi leluasa untuk
melihat objek yang menjadi sumber atau inspirasi untuk menulis.
Pengoptimalan gaya belajar intelektual dapat menyelesaikan permasalahan
kelemahan siswa dalam menulis puisi. Hasil dari pembelajaran yang
mengoptimalkan gaya belajar somatis, auditori, dan visual pada akhirnya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
membantu siswa dalam memaksimalkan kemampuan intelektual mereka yang
tertuang lewat puisi yang dihasilkan.
Dengan empat gaya belajar yang kemudian disatukan menjadi SAVI,
pembelajaran bisa diarahkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan karena
tidak selalu berkutat dengan teori yang kadang membuat siswa menjadi bosan.
Selain itu, pembelajaran puisi yang awalnya biasa bisa dibuat menjadi menarik
sehingga siswa tertarik untuk mempelajari puisi yang secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap kemampuan menulis siswa. Dengan demikian dapat diduga
bahwa penggunaan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) dapat
membantu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada
Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Pascatindakan
Kondisi awal
Tindakan
1. Kemampuan menulis puisi siswa kurang 2. Siswa pasif dan kurang tertarik dengan pembelajaran
menulis puisi 3. Siswa kesulitan menemukan kosa kata dalam menulis
puisi 4. Siswa kurang mampu mengembangkan imajinasi dalam
menulis puisi 5. Guru kesulitan dalam memotivasi siswa dan
menentukan strategi yang tepat
Pembelajaran
dengan
Pendekatan
SAVI
1. Siswa aktif dan tertarik pada pembelajaran menulis puisi.
2. Siswa tidak kekurangan kosa kata.
3. Imajinasi siswa tidak terbatas. 4. Guru dapat membangkitkan
motivasi siswa dan penggunaan pendekatan SAVI dalam
Peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
D. Hipotesis Tindakan
Penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan:
1. kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta dalam pembelajaran menulis puisi; dan
2. kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta dalam pembelajaran menulis puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diadakan di MTs Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran
2010/2011 yang beralamatkan di Jalan MT. Haryono 24 Surakarta. Sekolah ini
dipimpin oleh bapak Siswadi, S.Ag. MTs Negeri 1 Surakarta memiliki 26 ruang
kelas (ruang kelas VII, 8 lokal, ruang kelas VIII, 8 lokal, ruang kelas IX, 8 lokal,
dan 2 ruang kelas khusus). Secara khusus penelitian ini dilakukan di kelas VII-H.
Alasan pemilihan sekolah dan kelas VII-H sebagai tempat penelitian
karena: (1) kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-H di sekolah tersebut
tergolong masih rendah (diindikatori dengan rata-rata kelas di bawah KKM 65
yaitu, 59,9); (2) sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian
sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang; dan (3)
peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan pihak sekolah.
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan, dimulai pada bulan Januari
sampai Mei 2011. Penelitian dimulai dengan tahap persiapan hingga pelaporan
hasil penelitian. Untuk tahap persiapan dan survei dilaksanakan pada bulan
Januari 2011, 2011 tahap pengajuan proposal pada bulan Januari dan Februari
2011, pembuatan instrumen pada bulan Februari 2011, tahap pengumpulan data
(pelaksanaan tindakan) pada bulan Februari sampai Maret 2011, tahap analisis
data pada bulan April 2011, dan tahap pelaporan dilaksanakan pada bulan Mei
2011. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel
5 berikut ini.
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 5. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No. Waktu
Jenis
Penelitian
Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan dan survei
x x x
2. Pengajuan proposal
x x x
3. Persiapan instrumen
x X
4. Pengumpulan data
x x X x
5. Analisis data x x X x x x x x
6. Penyusunan laporan penelitian
x x x x x x x x
B. Bentuk Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerja sama antara peneliti,
guru, siswa, dan staf sekolah yang lain untuk menciptakan suatu kinerja sekolah
yang lebih baik. Sukarno (2009: 5) menjelaskan bahwa berdasarkan penjelasan
dari Sanford yang telah ia kutip sebelumnya, disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu kegiatan sikluistis yang bersifat menyeluruh,
yang terdiri atas analisis, penemuan fakta, konseptualisasi, perencanaan,
pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan evaluasi.
Senada dengan pendapat di atas, Kemmis (dalam Rochiati Wiriatmadja,
2005: 12) menjelaskan bahwa penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang
reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk
kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dan
keadilan dari (1) praktik-praktik sosial maupun kependidikan, (2) pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
terhadap praktik-praktik tersebut, dan (3) situasi pelaksanaan praktik-praktik
pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini membutuhkan kerja sama
aktif antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih baik.
Karakteristik PTK menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi,
(2007: 62), antara lain: (1) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan; (2)
sumber permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam
pembelajaran; (3) permasalahan yang diangkat bersifat sederhana, nyata, jelas,
dan penting; (4) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti; (5) ada tujuan
penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu meningkatkan profesionalisme guru, ada
keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan.
Prinsip utama dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan yang
diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Daur ulang (siklus) dalam
aktivitas penelitian tindakan diawali dengan merencanakan tindakan,
melaksananakan tindakan, mengobservasi, dan melakukan refleksi. Kegiatan
tersebut terus diulang sampai pada perbaikan atau peningkatan yang diharapkan
tercapai dilihat dari kriteria keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam penelitian ini, peneliti mengamati dan mendeskripsikan
permasalahan-permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran menulis puisi. Setelah itu, peneliti memberikan alternatif tindakan
guna mengatasi permasalahan tersebut. Alternatif tindakan tersebut diharapkan
mampu memberikan kontribusi ke arah perbaikan pembelajaran menulis puisi di
kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dengan dua kali pertemuan dalam
setiap siklusnya.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa kelas VII-H adalah 37 orang yang terdiri
dari 18 siswa putra dan 19 siswa putri. Siswa kelas VII-H memiliki kemampuan
intelektual yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kemampuan intelektual yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
baik, sedang, dan kurang. Umumnya kemampuan intelektual yang dimiliki oleh
siswa kelas VII-H adalah pada taraf kemampuan sedang dan kurang. Hal ini
karena sistem pembagian kelas yang digunakan oleh sekolah memang dengan
mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan intelektualnya. Latar belakang
orang tua siswa juga bermacam-macam karena berasal dari kota dan desa di
Surakarta (ekskarisidenan Surakarta atau yang lebih dikenal dengan istilah Solo
Raya).
D. Sumber Data Penelitian
Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran penggalian
dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut
meliputi:
1. Tempat dan peristiwa, yakni berbagai kegiatan pembelajaran menulis puisi
yang berlangsung di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta yang dialami oleh
siswa dengan menggunakan pendekatan SAVI;
2. Informan, dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas VII-H dan
siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta; dan
3. Dokumen, meliputi foto kegiatan pembelajaran menulis puisi yang terjadi,
hasil tes siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru dan
peneliti, silabus yang ditentukan oleh pihak sekolah, catatan wawancara serta
hasil angket yang diisi oleh siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan tujuan, metode, dan jenis sumber data yang digunakan
maka teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi:
1. Observasi
Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang
berlangsung di kelas, baik kegiatan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa
maupun kegiatan yang menggunakan pendekatan SAVI. Tujuan dari observasi,
yaitu untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan siswa di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti
bertindak sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak melakukan kegiatan yang
dapat memengaruhi peristiwa dalam proses pembelajaran. Peneliti mengambil
posisi di tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses
pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung. Dengan berada di tempat duduk paling belakang,
peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati seluruh peristiwa yang terjadi
di dalam kelas dengan leluasa.
Observasi pada guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas serta dalam memancing keaktifan siswa selama pembelajaran
berlangsung. Sementara itu, hasil observasi siswa difokuskan pada keaktifan
siswa dalam pembelajaran serta minat siswa terhadap pembelajaran yang
sedang berlangsung terutama menulis puisi dengan pendekatan SAVI.
2. Angket
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta
informan untuk menjawab beberapa petanyaan yang berhubungan dengan
penelitian yang dilaksanakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan
data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak mungkin untuk
diwawancarai satu per satu. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa
kelas VII-H yang berjumlah 37 orang.
3. In-dept interview (wawancara mendalam)
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang
pelaksanaan pembelajaran menulis puisi di dalam kelas. Wawancara dilakukan
dengan guru untuk mengetahui berbagai informasi mengenai kesulitan yang
dialami guru dalam pembelajaran menulis puisi serta faktor-faktor
penyebabnya. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan siswa untuk lebih
mengabsahkan data yang diperoleh dari hasil angket yang disebar oleh peneliti
baik di kegiatan prasiklus maupun pascasiklus. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui pendekatan dalam pembelajaran menulis puisi yang diterapkan
guru dalam pembelajaran dan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
cara mengajar yang digunakan oleh guru tersebut serta untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
tingkat keterampilan menulis puisi. Wawancara prasiklus telah dilakukan
kepada lima siswa dengan hasil yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam
lampiran 7a halaman 144.
Wawancara juga dilakukan setelah selesainya tindakan untuk
mengetahui hasil dari pelaksanaan tindakan tersebut. Wawancara dengan guru
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan pendapat guru tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan pendekatan SAVI. Wawancara
dengan siswa dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan dengan pendekatan SAVI. Dalam penelitian
ini wawancara pascasilkus telah dilakukan kepada enam siswa dengan hasil
yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam lampiran 22a halaman 245.
4. Tes atau Pemberian Tugas
Tes atau pemberian tugas adalah salah satu usaha yang dilakukan guru
dalam rangka mengetahui hasil kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan
sesudah pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru melakukan postes
untuk mengetahui kemampuan menulis puisi siswa setelah mengikuti
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI. Dalam hal ini instrumen
yang digunakan dibuat oleh guru dan peneliti.
F. Teknik Uji Validitas Data
Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai
berikut: triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Triangulasi sumber data
mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, wajib menggunakan
beragam sumber data yang tersedia. Misalnya untuk menentukan keabsahan
antusias siswa selama mengikuti pembelajaran, peneliti melakukan triangulasi
sumber data siswa selaku informan dengan sumber data dokumen yang berupa
foto pembelajaran dan catatan lapangan. Selain itu, juga digunakan triangulasi
metode yang digunakan untuk memvalidkan data yang diperoleh. Triangulasi
metode berarti peneliti menggunakan metode yang berbeda untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
data yang sama. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa
analisis dokumen, observasi, dan wawancara.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
analisis kritis komparatif. Teknik tersebut mencakup kegiatan untuk
mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas selama penelitian berlangsung.
Setelah itu, setiap hasil pembelajaran dibandingkan tiap siklusnya agar diperoleh
simpulan apakah ada peningkatan atau tidak dalam pembelajaran yang dilakukan.
Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana
tindakan kelas berikutnya sesuai siklus yang ada. Analisis ini dilakukan oleh
peneliti bersama dengan guru.
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan Penelitian
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. melakukan survei awal tentang pembelajaran menulis di kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap
pembelajaran menulis yang dilakukan guru;
b. mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada pembelajaran menulis puisi
yang terdapat di kelas. Langkah yang ditempuh guna mengetahui
permasalahan tersebut adalah dengan melakukan wawancara dengan siswa
dan guru yang bersangkutan kemudian mengaitkannya dengan hasil survei
awal;
c. merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah terindikasi;
d. bersama guru menyusun tindakan yang sesuai guna mengatasi permasalahan
yang ditemukan pada pembelajaran menulis yang telah diikuti sebelumnya.
Tindakan yang diambil peneliti adalah dengan penerapan pendekatan SAVI
dalam pembelajaran menulis puisi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
e. melakukan pengkajian teoretis tentang penerapan pendekatan SAVI dalam
pembelajaran menulis puisi;
f. menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas;
g. berkoordinasi dengan guru menyusun jadwal penelitian dan rancangan
pelaksanaan tindakan;
h. menyusun lembar observasi keaktifan siswa selama pembelajaran dan lembar
evaluasi kerja siswa yang berupa rubrik penilaian hasil kerja siswa berupa
menulis puisi;
i. penerapan tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun; dan
j. mengamati hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi
yang juga secara menyeluruh.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap, yakni : (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan;
(3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini
tindakan dilakukan sampai pada siklus yang kedua karena indikator keberhasilan
yang ditetapkan sudah tercapai pada siklus kedua. Secara jelas empat langkah
dalam setiap siklus dapat dilihat pada Gambar 2.
Siklus I Siklus II
Rencana Rencana
1 1
Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan
4 2 4 2
3 3
Observasi Observasi
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Lewin dalam Kasihani Kasbolah, 2001: 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Secara garis besar penjelasan mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Siklus I
1) Tahap perencanaan tindakan meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus tentang menulis puisi untuk
dua kali tatap muka (2 x 40 menit dan 1 x 40 menit).
b) guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis puisi
dengan pendekatan SAVI. Dalam siklus pertama ini aplikasi dari
pendekatan SAVI diperlihatkan dalam kegiatan: (1) somatis, siswa
berlatih dalam kelompok untuk menyelesaikan puisi yang sudah
dibagikan untuk setiap kelompok. Latihan yang dilakukan adalah
dengan secara bergantian meneruskan puisi yang sudah ditulis oleh
ketua kelompok di papan tulis; (2) auditori, kegiatan yang dilakukan
adalah mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yag
berkaitan dengan menulis puisi; (3) visual, dilakukan dengan
menggunakan gambar untuk mempermudah siswa dalam melanjutkan
puisi yang siswa tulis baik saat kegiatan kelompok maupun individu;
dan (4) intelektual, berdasarkan ketiga kegiatan yang dilakukan
sebelumnya yaitu somatis, auditori, dan visual, pada akhir
pembelajaran siswa diminta untuk menulis puisi (menghasilkan karya
dari hasil imajinasi dan pikaran).
c) guru dan peneliti mempersiapkan contoh puisi dan materi yang akan
ditampilkan dengan power point.
d) guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan
nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis
puisi. Intrumen yang digunakan adalah potongan puisi yang kemudian
dilanjutkan oleh siswa sebagai sebuah puisi yang utuh. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi dengan
mengamati keaktifan dan sikap siswa selama pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan
pembelajaran menulis puisi sesuai dengan rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya oleh guru dan peneliti.
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan masing-masing
pertemuan 2 x 40 menit dan 1 x 40 menit. Pelaksanaan tindakan sesuai
skenario pembelajaran yang terdapat dalam tahap perencanaan tindakan.
Pembelajaran ini dilaksanakan oleh guru yang mengampu mata pelajaran
bahasa Indonesia yaitu ibu Kristanti Handayani, S.S. Tahap ini dilakukan
bersamaan dengan tahap observasi yang dilakukan oleh peneliti.
3) Tahap observasi tindakan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung
serta pada saat guru dan peneliti mengoreksi hasil tulisan siswa. Tindakan
ini dilakukan guru maupun peneliti dengan cara mengamati proses
pembelajaran (keaktifan siswa). Peneliti menginterpretasi aktivitas guru
dan siswa saat pembelajaran dengan penerapan pendekatan SAVI. Selain
itu, observasi juga dilakukan pada hasil pembelajaran menulis puisi yang
telah dilaksanakan guna memperoleh data mengenai kekurangan ataupun
kelebihan tindakan yang telah dilaksanakan saat pelaksanaan tindakan.
Observasi diarahkan pada indikator-indikator yang telah ditentukan atau
dipersiapkan sebelumnya sebagai pedoman saat mengamati
berlangsungnya pembelajaran. Untuk memperoleh data yang akurat maka
dilakukan wawancara dengan para siswa. Pada saat observasi
pembelajaran, peneliti bertindak sebagai pengamat yang melakukan
observasi dari tempat duduk paling belakang dan mengamati melalui
pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya. Sesekali peneliti berada
di depan, di belakang atau di samping kelas untuk mengambil gambar
sebagai dokumentasi. Setelah itu, peneliti berdiskusi dengan guru
mengenai hasil akhir tindakan (kelebihan dan kekurangan) untuk
menyusun rancangan tindakan berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4) Tahap analisis dan refleksi dilakukan peneliti dengan cara menganalisis
hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara dengan siswa
sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki atau
disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target. Hal-hal
yang dilakukan guru dan peneliti adalah: (1) menghitung rerata persentase
siswa yang aktif selama proses pembelajaran menulis puisi serta
persentase siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar (minimal
memperoleh nilai ≥65); (2) mengidentifikasi penyebab adanya siswa yang
kurang aktif selama pembelajaran, siswa yang belum mampu menulis puisi
dengan baik, serta siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar
menulis puisi, dan (3) mengidentifikasi solusi atau tindak lanjut yang perlu
dilakukan pada siklus berikutnya (siklus II) untuk meningkatkan keaktifan
siswa dan kemampuan menulis puisi siswa. Analisis dilakukan dengan
meninjau kembali hasil observasi dan interpretasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan. Selanjutnya dilakukan refleksi guna mengetahui beberapa
kelemahan yang terdapat dalam pelaksanaan tindakan. Setelah itu, guru
dan peneliti berdiskusi untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan
untuk mengatasi kelemahan yang muncul pada siklus sebelumnya
sekaligus sebagai langkah perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Hasil
refleksi digunakan sebagai masukan untuk perbaikan pada siklus II.
b. Rancangan Siklus II
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus
pertama, yakni tahap pelaksanaan, observasi (pengamatan) serta analisis dan
refleksi. Akan tetapi, didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-
hasil yang diperoleh pada siklus pertama (refleksi), sehingga kelemahan atau
kekurangan yang terjadi pada siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua.
Perbaikan tindakan pada siklus kedua tetap menggunakan pendekatan SAVI
menulis puisi sesuai dengan indikator dan tema pembelajaran yang berbeda.
Tema yang ditetapkan adalah mengenai keindahan taman sekolah.
1) Tahap perencanaan tindakan meliputi kegiatan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
a) guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) menulis puisi untuk dua kali tatap muka (2 x 40
menit dan 1 x 40 menit).
b) guru bersama peneliti merancang skenario pembelajaran menulis puisi
dengan pendekatan SAVI. Dalam siklus kedua ini aplikasi dari
pendekatan SAVI diperlihatkan dalam kegiatan: (1) somatis, siswa
berlatih dalam kelompok untuk membenahi puisi yang sudah dibuat
secara kelompok di pertemuan sebelumnya; (2) auditori, kegiatan yang
dilakukan adalah mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi
yang berkaitan dengan menulis puisi (pendalaman materi pada bagian
tertentu yang kurang pada siklus I seperti majas dan rima); (3) visual,
dilakukan dengan menggunakan media alam untuk mempermudah
siswa dalam melanjutkan puisi yang mereka tulis saat tes menulis puisi
secara individu pada tahap intelektual.
c) guru dan peneliti menyusun instrumen penelitian, yang berupa tes dan
nontes. Intrumen yang digunakan adalah potongan puisi yang
kemudian dilanjutkan oleh siswa sebagai sebuah puisi yang utuh.
Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa
selama pembelajaran berlangsung.
2) Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan
pembelajaran menulis puisi sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya oleh guru dan peneliti.
Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan masing-masing
pertemuan 2 x 40 menit dan 1 x 40 menit. Pelaksanaan tindakan sesuai
skenario pembelajaran yang terdapat dalam tahap perencanaan tindakan.
Pembelajaran tetap dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Tahap ini
dilakukan bersamaan dengan tahap observasi.
3) Tahap observasi tindakan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung
serta pada saat guru dan peneliti mengoreksi hasil menulis puisi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tindakan ini dilakukan guru maupun peneliti dengan cara mengamati
keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Peneliti tetap
menginterpretasi aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran dengan
penerapan pendekatan SAVI. Di samping itu, observasi juga dilakukan
pada hasil pembelajaran menulis puisi yang telah dilaksanakan guna
memperoleh data mengenai kelemahan atau kelebihan tindakan yang telah
dilaksanakan. Observasi diarahkan pada indikator-indikator yang telah
ditentukan sebelumnya sebagai pedoman saat mengamati berlangsungnya
pembelajaran. Lebih jelas, observasi ini difokuskan pada situasi
pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan guru dan aktivitas
siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Guna memperoleh data yang
akurat maka dilakukan wawancara dengan siswa mengenai poin-poin
tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data
selengkapnya. Dalam kegiatan observasi peneliti tetap bertindak sebagai
pengamat yang melakukan observasi di bangku paling belakang. Peneliti
mengamati aktivitas guru dan siswa melalui pedoman observasi yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Sesekali peneliti berada di depan atau di
samping kelas untuk mengambil gambar sebagai dokumentasi. Selanjutnya
peneliti dan guru berdiskusi mengenai hasil akhir tindakan.
4) Tahap analisis dan refleksi dilakukan peneliti dengan cara menganalisis
hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara dengan siswa
sehingga diperoleh kesimpulan tentang tindakan yang telah dilakukan
selama dua kali siklus. Hal-hal yang dilakukan guru dan peneliti adalah:
(1) menghitung rerata persentase siswa yang aktif selama pembelajaran
menulis puisi dan persentase siswa yang dapat mencapai ketuntasan
belajar (minimal memperoleh nilai ≥65) dan (2) mengidentifikasi
penyebab adanya siswa yang masih menunjukkan kurang aktif saat
pembelajaran serta siswa yang belum mampu mencapai ketuntasan belajar
menulis puisi. Analisis dilakukan dengan meninjau kembali hasil
observasi dan interpretasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Selanjutnya dilakukan refleksi guna mengetahui tingkat keberhasilan
tindakan yang telah diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran.
I. Indikator Keberhasilan Tindakan
Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
peningkatkan kualitas proses pembelajaran serta kemampuan menulis puisi siswa
kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Untuk mengetahui peningkatan tersebut,
digunakan indikator sebagai berikut.
1. Kualitas proses pembelajaran menulis puisi, ditandai dengan:
a. Keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik aktif bertanya maupun
memberikan tanggapan, aktif mengerjakan tugas, serta menjawab
pertanyaan guru.
b. Perhatian serta konsentrasi siswa terhadap pembelajaran.
c. Keaktifan siswa dalam kerja sama kelompok.
d. Minat serta motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran.
2. Kemampuan menulis puisi siswa, dapat ditandai dengan:
a. Mampu memilih diksi yang tepat.
b. Mampu menghadirkan kata konkret yang tepat.
c. Mampu menghadirkan majas dengan baik.
d. Mampu memanfaatkan imajinasi dengan baik.
e. Mampu menghadirkan rima yang menarik.
f. Ketuntasan hasil belajar mencapai minimal 80%.
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi siswa, peneliti
dan guru mengamati hasil pekerjaan siswa berupa puisi dan menghitung skor atau
capaian yang diperoleh siswa berdasarkan pedoman penilaian yang telah
disepakati oleh guru dan peneliti sebelumnya. Berikut Tabel 6 untuk rincian
indikator keberhasilan tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 6. Rincian Indikator Keberhasilan Penelitian
Pelaksanaan Aspek yang diamati Persentase
pencapaian
Cara mengukur
Prasiklus
Kualitas proses:
Keaktifan siswa
selama pembelajaran
Kurang dari 35% Berdasarkan
pengamatan dan hasil
diskusi dengan guru
Kualitas hasil:
Kemampuan menulis
puisi
35% Berdasarkan lembar
nilai siswa
Siklus I &
II
Kualitas proses:
Keaktifan siswa yang
dilihat dari beberapa
aspek, yaitu:
1. Keaktifan selama
apersepsi
2. Perhatian dan
keaktifan selama
pembelajaran
3. Kerja sama
4. Minat dan
motivasi
80% Berdasarkan
pengamatan dan hasil
diskusi dengan guru
Kualitas hasil:
Kemampuan menulis
puisi
80% Berdasarkan lembar
nilai siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini disajikan uraian hasil penelitian. Uraian mengenai hasil
penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dituliskan
pada Bab I. Pada bab ini akan dikemukakan: (a) kondisi awal pembelajaran serta
hasil pembelajaran menulis puisi siswa pada kelas VII-H MTs N 1 Surakarta
(pratindakan), (b) deskripsi hasil penelitian pembelajaran menulis puisi, dan (c)
pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dilakukan dalam dua siklus
dengan empat tahap pada masing-masing siklus. Tahapan tersebut meliputi
kegiatan: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi,
dan analisis dan refleksi.
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal untuk
mengetahui pembelajaran menulis puisi yang dilakukan di kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta. Observasi dilakukan pada hari Rabu dan Kamis, tanggal 9 -
10 Februari 2011. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan
sebelum penelitian berlangsung. Kondisi yang diteliti adalah proses pembelajaran
dan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Hasil
penelitian pada kondisi pratindakan ini yang akan digunakan sebagai acuan untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan peneliti dan guru dalam penelitian ini.
Observasi yang dilakukan berupa observasi lapangan, pemberian angket,
dan wawancara dengan murid serta guru yang bersangkutan. Dari kegiatan ini
diketahui kondisi nyata siswa dan ruang kelas yang ditempati. Jumlah siswa kelas
VII-H adalah 37 siswa yang terdiri atas 18 siswa putra dan 19 siswa putri.
Hasil observasi, wawancara, angket, dan analisis dokumen diperoleh
beberapa simpulan mengenai kondisi yang terjadi saat pembelajaran menulis puisi
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
di kelas VII- H. Permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran ini antara
lain:
1. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi kurang
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama
pembelajaran berlangsung, terungkap bahwa kesiapan siswa kurang untuk
mengikuti pembelajaran. Ketidaksiapan ini juga terlihat pada saat guru
menerangkan materi, banyak siswa yang sibuk dengan kegiatan yang tidak ada
hubungannya dengan pembelajaran atau malah berbicara dengan teman.
Bahkan ada siswa putra yang bersiul di dalam kelas.
2. Siswa kurang tertarik dengan materi menulis puisi
Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang tertarik
terhadap pelajaran menulis puisi. Hal tersebut terindikasi dari sikap siswa
yang tidak fokus selama mengikuti pelajaran. Ada siswa yang sibuk berbicara
dengan teman sebangku, ada pula yang melamun, menunduk bahkan
memanggil teman yang lainnya untuk diajak bercanda. Lemahnya ketertarikan
siswa pada kegiatan pembelajaran juga dapat dilihat dari pengisian angket
oleh siswa. Berdasarkan hasil angket diketahui sebanyak 7 (19%) dari 37
siswa yang menyukai atau tertarik pada pembelajaran menulis puisi (satu
siswa tidak hadir).
3. Siswa kurang aktif selama mengikuti pembelajaran menulis puisi
Selama pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut terindikasi dari sedikitnya
siswa yang berani bertanya dan menyampaikan pendapat kepada guru. Siswa
lebih sering menyampaikan pendapat secara bersama-sama dan saling
bersahutan sehingga kurang jelas terdengar atau bahkan hanya berani bertanya
pada teman sebaya mereka. Berdasarkan pengamatan peneliti keaktifan siswa
selama pembelajaran kurang dari 35%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4. Guru kesulitan membangkitkan motivasi siswa
Siswa kurang begitu antusias dengan pembelajaran yang dilakukan,
hal ini karena pada dasarnya siswa kelas VII-H memiliki kemampuan yang
kurang dalam hal menulis. Pada kegiatan wawancara guru mengakui kurang
bisa menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Hal
tersebut terjadi karena siswa selalu terpentok dengan kosa kata dan imajinasi
dalam menulis puisi, sehingga tulisan yang dihasilkan tidak bisa maksimal.
Kekurangmampuan siswa dalam menulis membuat mereka tidak begitu suka
dengan kegiatan menulis.
5. Guru belum menggunakan pendekatan yang tepat untuk pembelajaran menulis
puisi
Selama pembelajaran menulis berlangsung, guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah, hanya beberapa kali menggunakan metode
tanya jawab. Selain itu dalam pembelajaran siswa belum diajak terlibat aktif
dalam pembelajaran. Siswa lebih banyak diam di tempat duduk. Dengan
metode yang digunakan guru pada observasi awal, pembelajaran terlihat
belum maksimal karena guru masih memegang peran penting dan
mendominasi pembelajaran.
6. Kemampuan menulis puisi siswa kurang
Berdasarkan analisis terhadap pekerjaan siswa, diketahui bahwa siswa
yang sudah mampu lulus di atas batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)
adalah sebanyak 13 siswa (35%), sedangkan sisanya 24 siswa (65%)
memperoleh nilai kurang dari 65. Perlu diketahui bahwa KKM yang
digunakan untuk materi menulis puisi pada kelas VII di MTs N 1 Surakarta
adalah 65. Lebih lengkapnya nilai menulis puisi siswa sebelum pembelajaran
dengan pendekatan SAVI dapat dilihat pada lampiran 8b halaman 155.
Berdasarkan hasil nilai tersebut, dapat diketahui bahwa skor tertinggi
kemampuan menulis puisi kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta sebelum
menggunakan pendekatan SAVI adalah 80, sedangkan skor terendah adalah 45.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Hasil menulis pusi kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dapat disajikan dalam
Tabel Distribusi Frekuensi Bergolong (TDFB). TDFB memuat kelas interval
yang menggunakan bilangan ganjil seperti 3,5,7,9, dan seterusnya. Hasil
penulisan puisi siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta sebelum
menggunakan pendekatan SAVI adalah sebagai berikut ini.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis Puisi
Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta Sebelum Menggunakan
Pendekatan SAVI
No. Kelas Interval F Nilai Tengah Fx 1 80-82 2 81 162 2 77-79 0 78 0 3 74-76 0 75 0 4 71-73 0 72 0 5 68-70 8 69 552 6 65-67 3 66 198 7 62-64 0 63 0 8 59-61 6 60 360 9 56-58 0 57 0 10 53-55 9 54 486 11 50-52 4 51 204 12 47-49 0 48 0 13 44-46 5 45 225 N=37 ∑fx=2217
Hasil nilai tersebut dapat disajikan dalam bentuk gambar 3 berikut
ini.
0
2
4
6
8
10
45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81
Gambar 3. Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta Sebelum Menggunakan Pendekatan SAVI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Beberapa hal yang menyebabkan lemahnya kemampuan menulis puisi
siswa kelas VII-H adalah (1) kesulitan dalam memulai menulis, (2) kesulitan
dalam memilih diksi yang puitis, dan (3) kurang imajinasi yang kuat.
Berdasarkan hasil observasi dan survei awal tersebut, peneliti kemudian
berdiskusi dengan guru untuk menentukan langkah selanjutnya. Diskusi yang
dilakukan mengarah pada upaya perbaikan pembelajaran menulis puisi yang
dilakukan untuk menghasilkan kualitas pembelajaran yang sesuai dengan
standar kelulusan yang dicanangkan sekolah. Dari pembicaraan tersebut
kemudian disepakati untuk melakukan pembelajaran menulis puisi dengan
pendekatan SAVI. Selanjutnya diputuskan untuk memulai tindakan perbaikan
pembelajaran pertama (siklus I) pada hari Rabu 23 Februari 2011 dan Kamis
24 Februari 2011.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing
terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Senin, yaitu tanggal
19 dan 21 Februari 2011 di ruang guru dan perpustakaan MTs Negeri 1
Surakarta. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang
akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Hal-hal yang didiskusikan
antara peneliti dan guru dalam proses penelitian pada siklus I, antara lain:
(1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai penelitian yang
akan dilaksanakan pada siklus I; (2) penerapan pendekatan SAVI dalam
pembelajaran menulis puisi; (3) peneliti dan guru membuat skenario
pembelajaran untuk dua kali pertemuan; (4) peneliti dan guru merancang
RPP untuk siklus I; (5) guru dan peneliti menyusun lembar penilaian
siswa, yaitu berupa instrumen penilaian proses (instrumen nontes) dan
hasil (instrumen tes); dan (6) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut
ini.
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis puisi
dengan pendekatan SAVI. Sasaran pertama yang ingin dicapai, yaitu
memahami ciri-ciri puisi yang baik sehingga siswa dapat menulis puisi
yang baik pula.
Langkah-langkah pada pertemuan pertama yang akan ditempuh
untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a) guru menjelaskan SK dan KD kemudian memberikan apersepsi
sekilas tentang pengenalan puisi (pengalaman siswa dalam
membaca dan menulis puisi);
b) guru menjelaskan materi tentang puisi;
c) guru memperlihatkan contoh puisi kepada siswa;
d) guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang pemahaman
siswa menangkap materi yang baru saja dipelajari sebelum
mereka belatih menulis puisi;
e) guru membagi siswa menjadi empat kelompok (kelompok dibagi
per banjar) untuk berlatih menulis puisi secara bersama-sama,
tema yang diambil adalah keindahan pantai;
f) guru meminta ketua kelompok maju mengambil gulungan kertas
yang berisi potongan puisi dan menuliskan di papan tulis,
kemudian selama lima belas menit seluruh anggota kelompok
melanjutkan potongan puisi tersebut dengan maju satu persatu
(bergantian).
g) guru menilai hasil karya siswa;
h) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-
mengajar yang telah dilakukan; dan
i) guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan salam dan
tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Langkah-langkah pada pertemuan kedua adalah sebagai
berikut:
a) guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab materi yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya;
b) guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada
pertemuan sebelumnya dan menyampaikan sedikit materi dan
memperlihatkan contoh puisi;
c) guru memberi tugas pada siswa untuk membuat sebuah puisi
dengan cara melanjutkan potongan puisi yang sudah ditampilkan
di layar;
d) untuk membantu mempermudah imajinasi siswa, guru
menayangkan gambar keindahan pantai yang sesuai dengan
potongan puisi yang harus dilanjutkan oleh siswa;
e) guru memberikan evaluasi secara menyeluruh;
f) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan; dan
g) guru mengakhiri pembelajaran dengan berganti ke pembelajaran
yang lainnya.
2) Peneliti dan guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berdasarkan silabus dari sekolah.
3) Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran yang akan
digunakan yaitu LCD dan laptop, membuat slide power point,
membuat contoh puisi, dan mencari gambar tentang keindahan alam
dengan tema keindahan pantai.
4) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa
instrumen tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai hasil
pekerjaan siswa dalam menulis puisi, sedangkan instrumen nontes
digunakan untuk menilai sikap siswa selama pembelajaran
berlangsung. Instrumen tes berisi beberapa aspek, yaitu: (a) tema; (b)
pilihan kata yang meliputi diksi; majas; dan kata konkret; (c)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pengimajinasian; dan (d) rima. Instrumen nontes dinilai berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan peneliti dan guru berdasarkan rubrik
penilaian proses pembelajaran menulis puisi yang meliputi: (a)
keaktifan siswa selama apersepsi; (b) keaktifan dan perhatian siswa
pada saat guru menyampaikan materi; (c) minat dan motivasi siswa
saat mengikuti kegiatan pembelajaran; dan (d) kerja sama siswa dalam
kerja kelompok. Keseluruh aspek dari setiap jenis tes tersebut
kemudian dibuat mejadi sebuah rubrik penilaian yang akhirnya
digunakan untuk menilai setiap proses yang ada.
5) Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan untuk
siklus I. Dari kegiatan diskusi disepakati bahwa tindakan dalam siklus
I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yaitu hari Rabu dan Kamis,
23 dan 24 Februari 2011 masing-masing dengan alokasi waktu dua jam
pelajaran (2 x 40 menit) untuk pertemuan pertama dan satu jam
pelajaran (1 x 40 menit) untuk pertemuan kedua.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Tahap pelaksanaan tindakan yang berupa pembelajaran menulis
puisi dengan pendekatan SAVI dilakukan dalam 2 kali pertemuan.
Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan siklus I
dilaksanakan pada hari Rabu 23 Februari 2011 dan hari Kamis 24 Februari
2011 di ruang kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Masing-masing
pertemuan berlangsung selama dua jam pelajaran (2 x 40 menit) untuk
pertemuan pertama dan satu jam pelajaran (1 x 40 menit) untuk pertemuan
kedua.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap jalannya pembelajaran
menulis puisi dengan pendekatan SAVI yang sedang dilakukan oleh guru
di kelas. Kegiatan observasi ini dimaksudkan untuk mengetahui
pelaksanaan tindakan pada siklus I ini sudah sesuai dengan yang
diinginkan atau belum. Selain itu juga untuk mengetahui apakah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pendekatan SAVI mampu memecahkan permasalahan dalam pembelajaran
menulis puisi di kelas tersebut.
Fokus penelitian terletak pada berlangsungnya pelaksanaan
pembelajaran dan hasil pembelajaran. Sesuai dengan skenario
pembelajaran yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dan siswa.
Guru bertindak sebagai penyampai materi (pengajar) dalam pembelajaran
menulis puisi di dalam kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilihat dari aktivitas
siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini,
peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang berada di belakang untuk
mengamati jalannya pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Rabu, 23 Februari selama dua jam pelajaran yaitu pukul 07.00 – 08.20
WIB (jam ke-1 dan 2). Di ruang kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta
tersebut telah dipersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan
sebagai sarana pendukung pembelajaran menulis puisi. Sarana pendukung
tersebut meliputi LCD dan laptop yang digunakan untuk menyampaikan
materi dan gambar. Secara rinci urutan pelaksanaan tindakan I pada
pertemuan pertama ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut.
1) Guru membuka pelajaran dengan mempresensi siswa secara sekilas,
kemudian menjelaskan SK dan KD untuk pembelajaran yang akan
dilakukan.
2) Guru memberikan apersepsi tentang pengenalan puisi dengan bertanya
kepada siswa mengenai pengalaman siswa mendengarkan dan menulis
puisi. Setelah itu guru menjelaskan pembelajaran yang akan
berlangsung yaitu masih mengenai menulis puisi tetapi tidak lagi puisi
dengan tema pengalaman tetapi tentang keindaan alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3) Guru menjelaskan materi puisi dengan menampilkan materi lewat
slide power point yang telah dipersipakan sebelumnya. Dalam kegiatan
ini guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan kadang
menunjuk siswa untuk membaca isi slide yang ditayangkan. Penjelasan
yang diberikan meliputi pengertian puisi, ciri kebahasaan puisi, dan
unsur intrinsik puisi yang meliputi struktur lahir dan batin.
4) Guru memperlihatkan contoh puisi kepada siswa dalam bentuk
Microsoft Word yang ditayangkan dengan bantuan LCD.
Berikut contoh puisi yang ditampilkan.
Burung berkicau nan merdu di ranting hijau Seakan memanggil insan untuk ikut menikmati dunia Mawar merah, merekah di taman sekolah Aku berdiri di antara keindahan bungan dan cerahnya lazuardi pagi ini Rumput hijau diterpa angin, melambai menyejukkan pagi... Banyak bungan bermekaran. Hingga wanginya menusuk.. Bertebaran kesemua ruang Allah maha indah, DIA pula yang mencipta keindahan ini.... Dan aku menikmati itu dengan sesungging senyuman Indah... Indah... Dan indah.... Semua indah jika kita menikmatinya.
5) Guru memberikan sedikit ulasan tentang letak keindahan kata-kata
(diksi), majas, kata konkret, imaji, dan rima yang ada dalam puisi
tersebut.
Penjelasan yang diberikan adalah sebagai berikut ini.
Tema : keindahan alam Diksi : nan, insan, lazuardi, merekah, diterpa, menusuk, sesungging, dll Majas : personifikasi (melambai) Simile (seakan) Kata konkret : burung, mawar, taman, bunga Rima : Burung berkicau nan merdu di ranting hijau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Mawar merah, merekah di taman sekolah Indah... Indah... Dan indah.... Imaji : Burung berkicau, merdu (pendengaran) Sekan memanggil (pendengaran) Mawar merah indah (penglihatan) Aku berdiri di antara keindahan bungan dan cerahnya lazuardi pagi ini (penglihatan) Rumput hijau diterpa angin, melambai menyejukkan pagi... (penglihatan) Banyak bunga bermekaran. (penglihatan) Bertebaran kesemua ruang... (penglihatan) Hingga wanginya menusuk.... (penciuman/rasa)
6) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok (kelompok dibagi per
banjar) untuk berlatih menulis puisi secara bersama-sama.
7) Guru meminta ketua kelompok maju mengambil gulungan kertas yang
berisi potongan puisi dan menuliskan di papan tulis, kemudian selama
lima belas menit seluruh anggota kelompok melanjutkan potongan
puisi tersebut.
Potongan puisi tersebut adalah:
Nyiur melambai-lambai Saat mentari ke peraduan Surya memancarkan sinar keemasan
8) Guru menilai hasil karya siswa.
9) Guru mengakhiri pembelajaran dengan meminta siswa untuk mencari
contoh puisi dan berlatih membuat puisi di rumah.
Pembelajaran menulis puisi dilanjutkan pada pertemuan kedua.
Pelaksanaan tindakan I untuk pertemuan kedua dilaksanakan pada Kamis,
24 Februari 2011 selama 40 menit (1 jam pelajaran), di mulai pukul 07.00-
07.40 WIB. Seperti pada pertemuan sebelumnya, di ruang kelas VII-H
MTs Negeri 1 Surakarta tersebut telah dipersiapkan instrumen-instrumen
yang digunakan sebagai sarana pendukung pembelajaran menulis puisi.
Sarana pendukung tersebut meliputi LCD dan laptop yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
untuk memperlihatkan ulang contoh puisi dan menayangkan gambar yang
akan digunakan untuk membantu siswa menulis puisi. Adapun urutan
pelaksanaan tindakan I pada pertemuan kedua ini meliputi langkah-
langkah sebagai berikut.
1) Guru mempresensi siswa.
2) Guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab materi yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
3) Guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa (kerja
kelompok) pada pertemuan sebelumnya dan menyampaikan materi
pendalaman.
4) Guru menampilkan ulang contoh puisi yang kemarin sudah
ditayangkan.
5) Guru memberi tugas pada siswa untuk membuat sebuah puisi dengan
cara melanjutkan potongan puisi yang sudah ditampilkan di layar.
Potongan puisi tersebut adalah:
Pantai biru nan indah terhampar di pelupuk mata Pohon kelapa melambai diterpa bayu Menghadirkan kesejukan, Keindahan
6) Untuk membantu mempermudah imajinasi siswa, guru menayangkan
gambar keindahan pantai yang sesuai dengan potongan puisi yang
harus dilanjutkan oleh siswa.
7) Setelah waktu habis, siswa diminta mengumpulkan hasil pekerjaan
masing-masing.
c. Observasi dan Interpretasi I
Observasi dilakukan saat pembelajaran menulis puisi dengan
pendekatan SAVI berlangsung. Pada pertemuan pertama siklus I, langkah
pertama yang dilakukan guru yaitu masih sama dengan metode yang
dilakukan pada pembelajaran sebelumnya (prasiklus), yaitu dengan
metode ceramah untuk menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menulis puisi. Metode yang digunakan berganti-ganti kadang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
ceramah, tanya jawab, juga penugasan. Antusias siswa mengikuti
pembelajaran tampak saat guru meminta siswa bergantian membaca slide
power point yang berisi materi. Mereka tampak fokus karena setiap teman
mereka melakukan kesalahan dalam membaca, mereka serempak
membenarkan bacaan teman mereka. Ada hal yang disayangkan yaitu guru
kurang memberikan kesempatan siswa bertanya mengenai beberapa hal
yang mungkin ingin mereka tanyakan.
Keaktifan siswa bertambah setelah guru mengganti metode
ceramah menjadi metode penugasan. Kegiatan pembelajaran menjadi lain
karena siswa belajar bersama-sama dengan kelompok masing-masing.
Dalam kelompok, siswa berlatih menulis puisi. Mereka terlihat semangat
untuk mengerjakan tugas melanjutkan menulis puisi secara berkelompok
tersebut. Setelah waktu untuk mengerjakan tugas habis, guru memberikan
penilaian untuk masing-masing puisi dan mengumumkan hasil karya
terbaik.
Pada pertemuan kedua, yaitu pada hari Kamis, 24 Februari 2011
guru memulai pembelajaran dengan apersepsi materi yang kemarin telah
pelajari bersama-sama, kemudian guru menayangkan ulang contoh puisi,
disertai penjelasan materi. Selanjutnya guru mengambil nilai kognitif
siswa dengan penugasan menulis puisi. Guru menayangkan potongan puisi
kemudian siswa melanjutkan potongan puisi tersebut menjadi puisi yang
utuh. Dalam menulis, siswa dibantu dengan gambar yang sudah
disesuaikan dengan potongan puisi yang ditayangkan.
Hasil dua pertemuan tersebut, terdapat beberapa perubahan dalam
pembelajaran baik dari segi keaktifan siswa maupun kemampuan siswa
dalam menulis puisi. Perubahan tersebut berarti menunjukkan peningkatan
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan
SAVI, walaupun memang belum maksimal. Peningkatan tersebut dapat
dilihat dari keterangan di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
1) Berdasarkan lembar observasi keaktifan siswa yang telah dibuat oleh
peneliti dan guru, diperoleh data bahwa baru 22 siswa (59%) yang
aktif dengan perincian 22 siswa tersebut mendapat predikat baik. Ini
berarti sebanyak 15 siswa (41%) belum aktif, dengan perincian 13
siswa mendapat prediat cukup, satu siswa mendapat predikat kurang,
dan satu siswa tidak masuk.
2) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diketahui 24 dari 37 siswa sudah
mampu menulis puisi dengan baik. Ini berarti sudah 65% siswa lulus,
sedangkan 12 siswa (32%) masih memperoleh nilai di bawah KKM.
Satu siswa tidak hadir dalam pelaksanaan tindakan I. Penilaian ini
didasarkan pada hasil menulis puisi siswa yang memperoleh nilai 65
(batas ketuntasan) ke atas. Nilai tersebut adalah nilai keseluruhan dari
penjumlahan seluruh aspek yang ada dalam pedoman penskoran.
Berikut dijelaskan secara lebih rinci tentang persentase ketercapaian
pada masing-masing aspek.
a) Seluruh siswa yang hadir sudah mampu menulis puisi sesuai
dengan tema. Hal ini berdasarkan analisis nilai yang menyatakan
bahwa kesesuaian puisi dengan tema sebanyak 97% (36 siswa) ini
adalah persentase maksimal dari keseluruhan jumlah siswa yang
masuk, sedangkan 3% (1 siswa) tidak hadir dalam tindakan I.
b) Dalam aspek diksi, diketahui baru 10 siswa (27%) yang
memperoleh nilai maksimal yaitu nilai 3, sisanya 21 siswa (57%)
memperoleh nilai 2, dan 5 siswa (13%) memperoleh nilai 1.
c) Dalam aspek majas, diperoleh data bahwa hanya 4 siswa (11%)
yang memperoleh skor maksimal 3, selebihnya 20 siswa (54%)
memperoleh nilai 2, dan 12 siswa (31%) memperoleh nilai 1.
d) Dalam aspek kata konkret, 9 siswa (24%) memperoleh nilai 3, 25
siswa (67%) memperoleh nilai 2, dan sisanya 2 siswa (5%)
mendapatkan nilai 1.
e) Dalam aspek pengimajinasian, belum ada siswa yang mendapatkan
nilai sempurna (4), 8 siswa (22%) baru mendapatkan nilai 3, 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
siswa (67%) mendapatkan nilai 2, dan 3 siswa (8%) mendapatkan
nilai 1.
f) Dalam aspek rima, belum terdapat satu siswa pun yang
memperoleh nilai sempurna. 6 siswa (16%) mendapatkan nilai 3,
26 siswa (70%) memperoleh nilai 2, dan 11% lainnya mendapatkan
nilai 1.
Secara lengkap perolehan nilai menulis puisi siswa pada siklus I
dapat dilihat pada lampiran 14c halaman 208. Berdasarkan hasil nilai
tersebut, dapat diketahui bahwa skor tertinggi kemampuan menulis puisi
kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta pada siklus I adalah 90, sedangkan
skor terendah adalah 45. Hasil menulis pusi kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta dapat disajikan dalam TDFB.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis
Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan Menggunakan
Pendekatan SAVI pada Siklus I
No. Kelas Interval F Nilai Tengah Fx 1 90-92 1 91 92 2 87-89 0 88 0 3 84-86 3 85 255 4 81-83 0 82 0 5 78-80 2 79 158 6 75-77 1 76 76 7 72-74 0 73 0 8 69-71 9 70 630 9 66-68 0 67 0 10 63-65 8 64 512 11 60-62 6 61 366 12 57-59 0 58 0 13 54-56 3 55 165 14 51-53 0 52 0 15 48-50 1 49 49 16 45-47 2 46 92 N=36 ∑fx=2395
Hasil nilai tersebut dapat disajikan dalam bentuk gambar
berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 4. Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta dengan Menggunakan Pendekatan SAVI pada
Siklus I
Selain pengamatan untuk penilaian proses dan hasil, peneliti juga
mengamati kegiatan guru dan siswa. Dalam tindakan I ini ditemukan
beberapa kelemahan yang masih terlihat baik dari guru maupun dari siswa.
Berikut penjelasan selengkapnya.
Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan pada guru dapat dilihat
sebagai berikut:
1) guru masih terlalu mendominasi kegiatan belajar-mengajar. Siswa
kurang diajak untuk terlibat aktif di dalam pembelajaran, terutama
dalam penyampaian materi, siswa belum diberikan banyak kesempatan
untuk bertanya;
2) dalam kegiatan kelompok, guru belum memberikan instruksi yang
jelas kepada siswa mengenai kegiatan latihan menulis puisi yang akan
dilakukan. Akibatnya banyak siswa yang bingung sehingga kegiatan
kelompok menjadi kacau. Latihan yang seharusnya dilakukan
bergantian satu persatu dalam kelompok menjadi tidak karuan, setiap
kelompok berjalan dengan sendiri-sendiri. Dampaknya tidak semua
anggota dalam kelompok maju untuk melanjutkan puisi yang telah
ditulis di papan tulis, melainkan mereka lebih sibuk diskusi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
menyambung puisi yang harus diselesaikan. Kemudian meminta salah
satu teman mereka untuk menulis kelanjutan puisi tersebut. Padahal
seharusnya setiap individu dalam kelompk memikirkan kelanjutan
puisi itu sendiri-sendiri dan bergantian melanjutkan potongan puisi;
3) sebelum latihan menulis puisi, guru belum memberikan penguatan;
dan
4) guru tidak melakukan refleksi di akhir pembelajaran.
Kelemahan atau kekurangan yang ditemukan pada diri siswa dapat
dilihat sebagai berikut:
1) pada saat berlangsungnya pembelajaran, siswa terlihat belum
sepenuhnya aktif dalam aktivitas pembelajaran ini. Masih ada siswa
yang bercanda dengan teman sebangkunya atau melakukan aktivitas
lain; dan
2) pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat
puisi yang puitis dengan memperhatikan struktur lahir puisi. Terbukti
dari masih banyaknya tulisan siswa yang belum memenuhi KKM.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada
pelaksanaan tindakan I, dapat dianalisis dan direfleksikan bahwa indikator
dalam penelitian ini belum berhasil dicapai. Maka perlu diadakan
perbaikan untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
analisis ini peneliti dan guru berupaya menggali faktor penyebab beberapa
kelemahan dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun hasilnya
sebagai berikut.
1) Hampir sebagian siswa belum menunjukkan kesungguhan dan
keaktifan dalam pembelajaran. Keaktifan dan aktivitas siswa selama
pembelajaran ini meliputi aktif dalam memberikan respons terhadap
apersepsi yang diberikan guru, aktif memperhatikan penjelasan guru
saat memberikan materi, aktif dalam kegiatan kelompok, dan minat
serta motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Pada tindakan I ini ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan
guru, bahkan ada siswa laki-laki yang menirukan kembali apa yang
guru ucapkan, selain itu masih ada siswa yang bicara sendiri sehingga
guru harus menegurnya. Dari beberapa hal yang telah disebutkan,
dapat dikatakan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran belum
maksimal. Hasilnya 22 siswa (59%) aktif, sedangkan 14 (38) siswa
sisanya belum menunjukkan keaktifan.
2) Masih banyaknya siswa yang belum berhasil mencapai KKM yang
ditetapkan dari sekolah karena masih mendapat nilai di bawah 65.
Hasilnya dari 37 siswa, baru 24 siswa (65%) yang berhasil
memperolah nilai 65 ke atas, sisanya 12 (32%) siswa masih belum
tuntas dan satu siswa tidak hadir. Hal tersebut disebabkan masih
banyak siswa yang kesulitan untuk memilih diksi yang sesuai, majas,
kata konkret, pengimajinasian, dan rima dalam membuat puisi. Hasil
analisis menunjukkan bahwa kelemahan siswa dalam membuat puisi
terlihat pada aspek pemakaian majas dan rima untuk memperindah
puisi yang mereka hasilkan. Permasalahan ini akan diatasi di siklus II.
Dalam siklus II nanti guru akan lebih memperdalam tentang majas dan
rima serta memperdalam kembali materi untuk menambah pemahaman
siswa.
Di atas sudah dijelaskan tentang analisis dan refleksi untuk proses
dan hasil pembelajaran menulis puisi yang sudah dilakukan. Berikut akan
dipaparkan analisis dan refleksi untuk guru.
1) Pada siklus pertama ini kendala utama yang dihadapi oleh guru adalah
kekurangan waktu sehingga banyak kegiatan yang belum sempat
dilakukan seperti apersepsi yang kurang, umpan balik yang terlupakan,
kegiatan kelompok yang kurang terarah, dan refleksi yang belum
sempat dilakukan oleh guru.
2) Guru kurang memberi ruang bagi siswa untuk terlibat lebih banyak
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa tampak pasif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
3) Selama latihan menulis puisi secara berkelompok, guru kurang
memonitor jalannya latihan kelompok sehingga latihan menjadi kurang
maksimal dan sedikit kacau;
4) Guru kurang memberikan motivasi terhadap siswa untuk lebih aktif
dalam pembelajaran.
Berdasarkan analisis dan refleksi yang telah dilakukan oleh peneliti
dan guru, ditemukan beberapa kekurangan sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang dapat
memperbaiki kekurangan tersebut. Perbaikan atas segala kekurangan yang
terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut.
1) Pada kegiatan apersepsi pengetahuan siswa lebih digali lagi dengan
menambah waktu apersepsi dan mengajak siswa aktif lewat kegiatan
tanya jawab.
2) Guru lebih berinteraksi dengan siswa saat pembelajaran berlangsung.
Salah satunya dengan memberikan perhatian kepada siswa secara
menyeluruh, tidak hanya pada siswa yang dihafal saja. Dengan
demikian, siswa merasa lebih diperhatikan oleh guru sehingga siswa
lebih termotivasi untuk belajar.
3) Guru memperbaiki pengelolaan kelas. Metode ceramah yang dilakukan
guru dapat dibuat lebih bervariasi dengan kegiatan tanya jawab.
Meskipun sesekali hal itu sudah dilakukan guru, sepertinya guru belum
menggunakan metode tanya jawab dengan maksimal. Siswa harus
lebih banyak diberikan kesempatan untuk bertanya atau guru
memberikan pertanyaan kepada mereka agar mereka lebih aktif dalam
pembelajaran dan belajar mengemukakan pendapat. Guru pun harus
selalu memantau dan mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan
atau bercanda dengan temannya.
4) Guru mampu memerankan perannya sebagai fasilitator dalam kegiatan
kelompok, dengan memberikan instruksi yang jelas dan pemantauan
kegiatan berkelompok yang lebih baik dari sebelumya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
5) Sebelum kegiatan penugasan guru mengajak siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari dan memastikan bahwa siswa paham
terhadap materi tersebut, kalau perlu memberikan kesempatan kepada
siswa yang ingin bertanya apabila mereka merasa belum paham.
Kegiatan ini bisa diisi dengan memberikan pertanyaan pada siswa
tentang materi penting yang baru dipelajari.
6) Di akhir pembelajaran guru memberikan refleksi atau penguatan atas
materi yang telah disampaikan agar guru mengetahui seberapa jauh
pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan, kegiatan
ini juga bisa mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran yang baru
saja dilakukan.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II
Perencanaan untuk tindakan II dilakukan pada hari Sabtu, 26
Februari 2011 di ruang guru MTs Negeri 1 Surakarta dari pukul 08.15-
09.00 WIB. Sebelum melaksanakan tindakan kedua, terlebih dahulu
dilaksanakan perencanaan dengan guru yang bersangkutan mengenai
materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada tindakan
kedua. Guru dan peneliti mengulas tentang pelaksanaan siklus pertama
dengan mengulas kelemahan dan kekurangan pembelajaran sehingga dapat
ditemukan solusi atas permasalahan yang terjadi pada pertemuan
sebelumnya. Kemudian guru dan peneliti mendiskusikan rencana tindakan
yang akan dilakukan dalam tindakan II.
Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terjadi pada siklus
pertama, peneliti dan guru menyepakati untuk mengulang pendekatan yang
diterapkan, yaitu pendekatan SAVI. Target dan tujuan yang ingin dicapai
berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Kali ini tujuan yang diinginkan
adalah memberikan penguatan pemahaman pada siswa mengenai struktur
lahir puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut
ini.
1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis puisi
dengan pendekatan SAVI. Sasaran yang ingin dicapai yaitu siswa dapat
menulis puisi lebih baik lagi dari hasil sebelumnya.
Langkah-langkah pada pertemuan pertama yang akan ditempuh
untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a) guru menyiapkan siswa untuk mengikuti pelajaran, menjelaskan
konsep pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan ini,
kemudian melakukan apersepsi dengan mengingatkan materi yang
telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dan melakukan
tanya jawab;
b) guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada
pertemuan sebelumnya dan menyampaikan pendalaman materi;
c) guru memberikan latihan pada siswa untuk memperbaiki hasil puisi
yang mereka kerjakan bersama kelompok pada pertemuan minggu
lalu;
d) guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja masing-masing
kelompok;
e) guru mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran yang selama ini
sudah dilakukan;
f) guru mengajak siswa melakukan refleksi;
g) guru membagikan lembar yang digunakan untuk menulis puisi;
h) guru menjelaskan tugas akhir yang harus siswa lakukan untuk
penilaian menulis puisi; dan
i) siswa diajak ke luar kelas (taman sekolah) untuk melanjutkan
potongan puisi yang digunakan sebagai lembar penilaian
kemampuan menulis puisi.
Langkah-langkah pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
a) guru memberikan apersepsi dengan menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan dalam pertemuan ini dan memotivasi siswa;
b) guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada
pertemuan sebelumnya dan menyampaikan materi;
c) guru memberikan waktu pada siswa untuk memperbaiki hasil puisi
yang kemarin ditulis; dan
d) guru dan siswa merefleksi pelaksanaan pembelajaran yang selama
ini dilaksanakan.
2) Guru dan peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
untuk materi menulis puisi berdasarkan silabus dari sekolah.
3) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan
nontes. Instrumen tes untuk menilai hasil pekerjaan siswa dalam
menulis puisi, sedangkan instrumen nontes untuk menilai sikap siswa
selama pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan masih
sama dengan instrumen yang digunakan dalam siklus I.
4) Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan siklus 2.
Dari hasil diskusi disepakati pelaksanaan tindakan II adalah hari Rabu
dan Kamis, 2 dan 3 Maret 2011 dengan dua kali pertemuan. Seperti
halnya tindakan pada siklus I, tindakan II dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan dengan pertemuan pertama 2 x 40 menit (dua jam
pelajaran) dan pertemuan kedua 1 x 40 menit (satu jam pelajaran).
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
telah direncanakan yaitu pada hari Rabu dan Kamis, 2 dan 3 Maret 2011
di ruang kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan masing-masing
waktu 2 x 40 menit untuk pertemuan pertama dan 1 x 40 menit untuk
pertemuan kedua. Sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya,
pelaksanaan pembelajaran sudah disesuaikan dengan rencana tersebut.
Pada pertemuan ini, guru mencoba menerapkan solusi atas permasalahan
yang belum terselesaikan pada tindakan I sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat antara peneliti dan guru. Pembelajaran sepenuhnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dilaksanakan oleh guru, sedangkan peneliti hanya sebagai pengamat
jalannya pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Rabu, 2 Maret 2011 selama dua jam pelajaran yaitu pukul 07.00 – 08.20
WIB (jam ke-1 dan 2). Berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran pada
siklus I, pada siklus II tidak lagi menggunakan LCD dan laptop untuk
menayangkan slide materi dan contoh karena pada siklus II ini materi yang
disampaikan sifatnya memperdalam pemahaman siswa. Secara rinci urutan
pelaksanaan tindakan II pada pertemuan pertama ini meliputi langkah-
langkah sebagai berikut ini.
1) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyiapkan diri
sebelum mulai pelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan
menjelaskan konsep pembelajaran yang akan dilakukan pada
pertemuan ini dan tanya jawab tentang pendapat siswa mengenai
kegiatan menulis puisi.
2) Guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada
pertemuan sebelumnya dan menyampaikan sedikit materi untuk
pendalaman. Materi lebih banyak pengulangan dan penekanan. Materi
yang ditekankan dalam pertemuan ini adalah tentang majas dan rima.
3) Guru memberi latihan pada siswa untuk memperbaiki hasil puisi yang
mereka kerjakan bersama kelompok pada pertemuan minggu lalu.
4) Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja masing-masing
kelompok. Hasilnya kelompok IV menjadi juara pertama, kelompok III
menjadi juara kedua, kelompok I menjadi juara tiga, dan kelompok II
menjadi juara terakhir.
5) Guru mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran yang selama ini
sudah dilakukan dengan bertanya tentang:
Apakah ciri-ciri kebahasaan puisi itu? Struktur lahir puisi meliputi?
6) Guru mengajak siswa melakukan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
7) Guru membagikan lembar yang digunakan untuk menulis puisi.
Lembar tersebut sudah berisi potongan puisi yang akan dilanjutkan
oleh siswa.
Potongan puisi tersebut adalah: Aku berdiri,
Di antara hijaunya, Taman sekolaku.
8) Guru menjelaskan tugas akhir yang harus siswa lakukan untuk
penilaian menulis puisi.
9) Siswa diajak ke luar kelas (taman sekolah) untuk melanjutkan
potongan puisi yang digunakan sebagai lembar penilaian kemampuan
menulis puisi.
Pelaksanaan tindakan II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Kamis, 3 Maret 2011 selama satu jam pelajaran yaitu pukul 07.00 – 07.40
WIB. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan II ini sama
dengan pada pertemuan pertama tidak menggunakan LCD dan laptop.
Secara rinci urutan pelaksanaan tindakan II pada pertemuan kedua ini
meliputi langkah-langkah sebagai berikut ini.
1) Guru memberikan apersepsi berupa penjelasan tentang kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dan memotivasi siswa.
2) Guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada
pertemuan sebelumnya dan menyampaikan sedikit materi.
3) Guru memberikan waktu pada siswa untuk memperbaiki hasil puisi
yang kemarin ditulis.
4) Guru dan siswa merefleksi pelaksanaan pembelajaran yang baru saja
dilaksanakan.
c. Observasi dan Interpretasi II
Pada tindakan II ini, peneliti masih tetap bertindak sebagai
pengamat jalannya pembelajaran. Peneliti melakukan observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran dan mendeskripsikan kegiatan berdasarkan
kekurangan dan kelebihannya. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
mana ketercapaian tujuan yang diinginkan sesuai dengan perencanaan
sebelumnya.
Tindakan II ini merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan siklus I.
Tindakan I yang telah dilaksanakan, dianalisis, dan dievaluasi berdasarkan
kelemahan dan kekurangannya sebagai bahan pijakan untuk melaksanakan
tindakan siklus II ini. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, termasuk materi
yang disampaikan pun merupakan kelanjutan dari kegiatan yang lalu.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar
terjadi peningkatan, baik secara proses maupun hasilnya. Untuk lebih
jelasnya dapat diketahui melalui pernyataan di bawah ini.
1) Berdasarkan lembar observasi keaktifan siswa yang telah dibuat oleh
peneliti dan guru, diperoleh data bahwa sudah 30 siswa (81%) yang
aktif selama pembelajaran berlangsung, dengan perincian 23 siswa
mendapat predikat baik dan tujuh siswa mendapat predikat sangat baik.
Ini berarti tinggal 7 siswa (19%) siswa yang belum aktif dengan
perincian 4 siswa mendapat predikat cukup, satu siswa mendapat
predikat kurang, dan dua siswa tidak hadir.
2) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diketahui bahwa sudah 32 siswa
(86%) yang mendapat nilai lebih dari 65. Ini berarti 32 siswa tersebut
telah lulus sesuai dengan KKM karena sudah mampu menulis puisi
dengan baik. Perincian dari persentase kelulusan siswa, yaitu: 3 siswa
(8%) mendapat nilai tepat di angka batas tuntas, 16 siswa (43%)
mendapat nilai sekitar 70an, dan 13 siswa (35%) mendapat nilai
sekitar 80an. Hanya 5 siswa (14%) yang belum mampu memenuhi
KKM. Dari 5 siswa tersebut, 2 siswa tidak hadir. Ini berarti hanya 3
siswa yang mengikuti pembelajaran pada hari itu yang memperoleh
nilai 50 ke atas dan dinyatakan tidak tuntas. Secara lengkap perolehan
nilai menulis puisi siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 19c
halaman 236.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan hasil nilai tersebut, dapat diketahui bahwa skor
tertinggi kemampuan menulis puisi kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta pada siklus II adalah 85, sedangkan skor terendah adalah 50.
Hasil nilai menulis pusi tersebut dapat disajikan dalam TDFB pada
Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Bergolongan Hasil Pembelajaran Menulis
Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta dengan Menggunakan
Pendekatan SAVI pada Siklus II
No. Kelas Interval F Nilai Tengah Fx 1 83-85 2 84 168 2 80-82 11 81 891 3 77-79 0 78 0 4 74-76 6 75 450 5 71-73 0 72 0 6 68-70 10 69 690 7 65-67 3 66 198 8 62-64 0 63 0 9 59-61 2 60 120 10 56-58 0 57 0 11 53-55 0 54 0 12 50-52 1 51 51 N=35 ∑fx=2568
Hasil nilai tersebut dapat disajikan dalam bentuk gambar
berikut ini.
Gambar 5. Hasil Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H
MTs Negeri 1 Surakarta dengan Menggunakan Pendekatan SAVI
pada Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Pada siklus ini, semua kegiatan guru terlihat lebih terarah dan rapi,
akan tetapi ada beberapa fenomena yang terjadi secara alami yang tidak
berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini menjadikan pelaksanan siklus II
tidak 100% bisa dikatakan lancar, tetapi apabila dibandingkan dengan
siklus pertama bisa dikatakan jauh lebih baik.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan II
Pada tahap ini seperti dalam kegiatan siklus I, diadakan analisis
dan refleksi setelah dilakukan observasi. Secara garis besar pembelajaran
menulis puisi dengan menggunakan pendekatan SAVI di kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta pada siklus II ini berjalan sesuai dengan rencana dan
cukup berjalan lancar. Antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menunjukkan peningkatan. Siswa mampu merespons materi
yang disampaikan dengan baik. Kekurangan-kekurangan yang dialami
pada siklus I pun sudah mampu teratasi pada siklus II ini. Secara kualitas,
kemampuan menulis siswa pun sudah menunjukkan peningkatan
meskipun ada juga yang masih merasa kesulitan dalam menulis. Hal
terpenting dari kegiatan ini adalah bahwa pendekatan SAVI ternyata
mampu membantu siswa dalam pembelajaran menulis puisi.
Berkaitan dengan hasil observasi di atas, peneliti dan guru
melakukan analisis dan refleksi bersama-sama. Adapun hasilnya sebagai
berikut.
1) Keaktifan siswa dari keseluruhan aktivitas pembelajaran menulis puisi
mengalami peningkatan, yaitu sebesar 22% dari 59%. Ini berarti
persentase keaktifan pada siklus II mencapai 81%. Artinya, jumlah
siswa yang aktif dalam siklus ini bertambah 8 siswa dari 22 siswa yang
aktif pada pertemuan sebelumnya (siklus I). Aktivitas siswa yang
menjadi indikator keaktifan pada dasarnya telah dilakukan oleh
sebagian besar siswa. Hampir semua siswa aktif memberikan respons
terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
dijelaskan guru, aktif dalam kegiatan kerja sama kelompok, serta
memiliki minat dan motivasi yang tinggi dalam pembelajaran.
2) Adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Sebagian
besar siswa sudah mampu membuat puisi dengan memasukkan unsur
pembangun dalam puisi yaitu diksi, majas, kata konkret,
pengimajinasian, dan rima. Peningkatan yang terjadi pada siklus II ini
sebesar 22% dari 65% menjadi 87%. Artinya, jumlah siswa yang
mampu menulis puisi dengan baik dalam siklus ini bertambah dari 24
siswa menjadi 32 siswa. Skor dalam tiap aspek pun mengalami
peningkatan meskipun nilai yang diperoleh belum sepenuhnya
sempurna. Pada siklus ini, masing-masing skor siswa meningkat.
Beberapa kelemahan yang masih ditemui dalam puisi siswa adalah
tentang penggunaan majas dalam puisi yang mereka tulis karena
berdasarkan hasil analisis tiap aspek, pada aspek majas masih ada 8%
(3 siswa) yang memperoleh nilai paling rendah yaitu 1. Kelemahan dan
kekurangan yang terjadi pada siklus I telah diatasi dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus
II dapat dikatakan berhasil karena hasil yang diperoleh sudah melebihi
target yang ditentukan yaitu keaktifan dan ketuntasan nilai menulis puisi
sebesar 80%. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan
siklus sebelumnya. Para siswa telah berhasil mencapai nilai batas minimal
ketuntasan belajar, walau ada tiga siswa yang belum mampu meraih nilai
sesuai KKM tersebut. Mengingat capaian pada siklus II ini telah melebihi
dengan indikator yang dirumuskan, maka penelitian pun diakhiri. Adapun
hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dibuat rekapitulasi
seperti pada Tabel 10 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 10. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan II
No. Indikator Persentase yang Dicapai
Siklus I Siklus II
1. Keaktifan siswa selama
pembelajaran menulis puisi 59% 81%
2. Ketuntasan hasil belajar
menulis puisi 65% 87%
Berdasarkan data rekapitulasi di atas, dapat dinyatakan bahwa
perbandingan persentase yang dicapai pada siklus I dan II menunjukkan
adanya peningkatan pada indikator yang ditetapkan. Peningkatan yang
signifikan terjadi pada indikator 2, yaitu kemampuan menulis puisi siswa
sebesar 22 % dari siklus I ke siklus II dengan keberhasilan mencapai 87%.
Secara keseluruhan ada peningkatan persentase yang dicapai pada semua
indikator dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Penyebab banyaknya siswa yang belum mencapai batas minimal
ketuntasan hasil belajar menulis puisi pada siklus I adalah siswa masih
belum terlalu paham tentang beberapa aspek yang menjadi unsur
pembangun sebuah puisi seperti diksi, majas, kata konkret, imaji, dan
rima.
Siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu
mencapai batas KKM menulis puisi. Ketuntasan dalam menulis puisi
tersebut dilatarbelakangi oleh pembelajaran yang lebih baik dan terarah
serta pemahaman siswa yang lebih bila dibandingkan dengan sebelumnya.
Selain itu, tema yang digunakan dalam kegiatan menulis puisi pada siklus
II adalah keindahan taman sekolah. Tema tersebut sangat dekat dengan
siswa karena setiap hari mereka melihat keindahan dari taman sekolah
tersebut. Hal yang lebih memudahkan lagi adalah karena media yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
digunakan dalam siklus II adalah alam, yaitu siswa dibawa langsung untuk
melihat taman sekolah mereka dan di sana mereka diminta langsung
menulis puisi. Dari 37 siswa, ada 3 siswa yang belum mencapai KKM
menulis puisi dan dua siswa yang lain tidak hadir.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, deskripsi hasil pengamatan tindakan,
tujuan yang ingin dicapai, dan paparan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan
pembahasan hasil penelitian. Pembahasan ini meliputi peningkatan kualitas
proses dan hasil pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI pada siswa
kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap. Tahap penelitian tersebut
terdiri dari: (1) tahap perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3)
tahap observasi dan interpretasi; serta (4) tahap analisis dan refleksi.
Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi awal
terlebih dahulu guna mengetahui kondisi yang terjadi di lapangan, yaitu di MTs
Negeri 1 Surakarta. observasi dilakukan saat pembelajaran menulis puisi
dilaksanakan di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Selain itu, dilakukan pula
wawancara dengan siswa dan guru, dan penyebaran angket. Dari kegiatan ini
diketahui kondisi nyata yang terjadi pada pembelajaran menulis puisi di Kelas
VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Dari observasi awal ini juga diketahui bahwa
terdapat masalah dalam pembelajaran menulis puisi.
Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti menemukan bahwa
keaktifan dan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta
bisa dikatakan tergolong kurang apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan
berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya (menyimak, berbicara, dan membaca).
Dari sebab itu, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas yang bersangkutan guna
memperoleh solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah peneliti dan guru
mengadakan diskusi, akhirnya disepakati penggunaan pendekatan SAVI untuk
memperbaiki pembelajaran menulis puisi di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Selanjutnya, peneliti dan guru kelas (Kristanti Handayani, S.S.) menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guna melaksanakan tindakan di siklus I.
Tindakan I disiklus I merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran
menulis puisi dengan pendekatan SAVI. Dari tindakan I dideskripsikan hasil
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI yang bertema keindahan
pantai. Dari hasil pengamatan terhadap pembelajaran menulis puisi pada siklus I,
dalam pelaksanaannya ternyata masih terdapat kelemahan. Kelemahan yang
terjadi pada siklus I tersebut berasal dari guru dan siswa. Berdasarkan segi guru
diperoleh hasil bahwa guru kurang mengelola kelas dengan baik karena banyak
kegiatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan RPP tetapi terlupakan.
Dari sisi siswa diketahui bahwa mereka kurang termotivasi dan aktif
dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi sehingga antusias dan minat belajar
siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas siswa yang belum
sepenuhnya aktif pada saat berlangsungnya pembelajaran menulis puisi. Pada
umumnya siswa masih mengabaikan materi. Mereka lebih banyak bercanda
dengan teman sebangkunya atau melakukan aktivitas lain. Selain itu, hasil tulisan
mereka juga masih banyak yang belum mencapai batas KKM. Hal ini dikarenakan
para siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis puisi. Kelemahan tersebut
dapat dimaklumi karena tindakan yang dilakukan merupakan siklus pertama
dalam penelitian ini.
Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan yang
terjadi pada siklus I. Setelah peneliti berdiskusi dengan guru, akhirnya diperoleh
kesepakatan mengenai solusi yang harus dilakukan guru sebagai bahan perbaikan
dari siklus I. Solusi tersebut berupa pengaturan kelas yang lebih baik lagi serta
pemberian motivasi kepada siswa. Pendalaman materi pun juga diupayakan untuk
meningkatkan pemahaman siswa.
Dari hasil pelaksanaan siklus II, ada peningkatan keaktifan dan
kemampuan menulis puisi siswa jika dibandingkan dengan siklus I. Siklus II
merupakan siklus terakhir dalam penelitian ini. Pada siklus ini guru dan peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
berupaya memperkecil segala kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran menulis puisi. Pelaksanaan siklus terakhir dengan
pendekatan SAVI ini merupakan siklus yang menguatkan hasil pada siklus I bahwa
penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan
menulis puisi pada siswa kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta. Pada siklus I, jumlah
siswa yang telah mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar sebanyak 24
siswa, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 8 siswa dari
sebelumnya. Hasil data tersebut, bisa dikatakan bahwa hampir semua siswa
berhasil mencapai KKM untuk menulis puisi. Jumlah siswa yang lulus adalah 32
siswa dengan hanya tiga siswa yang tidak lulus dan dua siswa tidak hadir.
Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah disebutkan di atas, guru
dikatakan telah berhasil melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan
penerapan pendekatan SAVI. Tindakan tersebut mampu membantu siswa dalam
memunculkan imajinasi dan kosa kata sehingga mampu menulis puisi dengan
baik. Selain itu tindakan ini juga dapat meningkatkan minat dan motivasi mereka
dalam mengikuti pembelajaran menulis. Terbukti dengan banyaknya siswa yang
aktif memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan
penjelasan materi yang diberikan guru, dan keaktifan mereka dalam bekerja
kelompok. Dari hasil pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan tiap siklus, dapat
dikatakan bahwa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan guru
dalam mengelola kelas karena pendekatan SAVI dapat digunakan sebagai sarana
pendukung bagi guru untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa selama
pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis puisi.
Keberhasilan pendekatan SAVI dalam meningkatkan keaktifan siswa
selama pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari
indikator-indikator sebagai berikut.
1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi di kelas VII-H MTs
Negeri 1 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Peningkatan kualiats proses pembelajaran diindikatori dengan
peningkatan beberapa aspek pendukungnnya. Peningkatan ini dapat dilihat
dari indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran yang selalu mengalami
peningkatan di setiap siklus. Tindakan berupa penerapan pendekatan SAVI
yang dilaksanakan tiap siklus mampu meningkatkan keaktifan siswa kelas
VII-MTs Negeri 1 Surakarta selama pembelajaran menulis puisi.
Hasil analisis menyatakan bahwa keaktifan siswa pada siklus I
mencapai 22 siswa (59%), meningkat jauh lebih baik dari sebelumnya (survei
awal) yang kurang dari 35%. Pada siklus II, keaktifan siswa meningkat
menjadi 30 siswa (81%), artinya jumlah siswa yang aktif bertambah 7 siswa.
Siswa yang aktif dalam siklus II ini adalah 30 siswa dari 35 siswa yang hadir.
Keberhasilan peningkatan keaktifan siswa tersebut menjadi fakta
bahwa tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran lewat keaktifan siswa cukup berhasil. Hal ini membuktikan
bahwa pendekatan SAVI memiliki peran dalam meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar.
Berikut disajikan gambar peningkatan persentase keberhasilan kualitas
proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI pada siswa kelas
VII- H MTs Negeri 1 Surakarta.
0
20
40
60
80
100
Prasiklus Siklus I Siklus II
Gambar 6. Rekapitulasi Persentase Peningkatan Keaktifan Siswa dalam
Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Secara lebih rinci, peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis
puisi ini tercermin melalui uraian di bawah ini.
a. Keaktifan selama apersepsi
Apersepsi berasal dari kata ”Apperception” berarti
menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan
pengalaman yang telah dimiliki. Secara umum fungsi apersepsi dalam
kegiatan pembelajaran adalah untuk membawa dunia mereka ke dunia
kita. Artinya, mengaitkan apa yang telah diketahui atau di alami dengan
apa yang akan dipelajari. Apersepsi dalam pengajaran adalah
menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu
loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan
mudah menyerap pelajaran baru. Disaat guru akan mengajar sebuah
konsep apa saja pada siswa, guru sebaiknya memahami bahwa setiap siswa
memiliki pengalaman, sikap dan kebiasaan yang berbeda, agar dapat
menggali dan menghubungkan pengalaman, sikap dan kebiasaan siswa
terhadap konsep yang akan kita ajarkan perlu kiranya kita kaitkan dengan
apersepsi (Tutiks Astuti dalam Puji Astuti, 2011).
Apersepsi merupakan langkah awal yang dilakukan guru untuk
mengaktifkan siswa terkait dengan pokok penting sebelum masuk ke
dalam materi pelajaran. Pada apersepsi ini, guru selalu memberikan
pertanyaan sesuai dengan tema pelajaran yang akan dipelajari. Respons
yang diberikan siswa terhadap apersepsi yang diberikan guru selalu
mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Siswa yang cukup aktif
selama pemberian apersepsi pada siklus I sebanyak 13 siswa (35%). Pada
siklus II sudah ada siswa yang tergolong aktif selama pemberian apersepsi
sebanyak 24 siswa (65%), sedangkan 35% cukup aktif (dengan dua siswa
tidak hadir)
b. Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru memberikan penjelasan
materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Perhatian siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat
penting. Untuk menumbuhkan perhatian tersebut, guru harus merangsang
siswa dengan menerapkan cara-cara yang sudah biasa maupun cara-cara
baru yang digunakan dalam pembelajaran. Wina Sanjaya (2008: 268)
mengungkapkan bahwa perhatian merupakan aktivitas mental seseorang
dalam memberikan makna terhadap suatu rangsangan. Tingkat perhatian
seseorang dalam belajar berpengaruh dalam hasil belajar yang diperoleh.
Semakin tinggi perhatian siswa dalam belajar, maka semakin baik pula
hasil belajar yang diperoleh.
Nana Sudjana (1991: 61) menjelaskan keaktifan siswa dapat dilihat
dalam hal: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat
dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau kepada
guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (3) berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;
(4) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (5)
menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; (6) melatih
diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; dan (7)
kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi.
Dalam penelitian ini, selain guru menggunakan beberapa metode,
digunakan pula media untuk membuat siswa perhatian saat guru
memberikan penjelasan. Pada siklus I sebanyak 19 siswa (51%)
dinyatakan aktif dan perhatian terhadap penjelasan dari guru. Pada siklus
II siswa yang aktif dan memperhatikan penjelasan guru sebanyak 28 siswa
(76%), sisanya tujuh siswa kurang dan dua siswa tidak masuk.
c. Keaktifan dalam kerja sama kelompok
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengajak aktif siswa
dalam kegiatan belajar adalah dengan latihan baik secara individu maupun
kelompok. Latihan dengan kelompok terbukti bisa meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran menulis puisi. Selain itu kegiatan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang secara tidak
langsung membantu mereka dalam berlatih membuat puisi sebelum pada
akhirnya mereka harus menulis sendiri sebuah puisi. Dalam kegiatan
kelompok yang dilakukan siswa diketahui bahwa 27 siswa (76%) aktif saat
siklus I dan 33 siswa (90%) pada pelaksanaan siklus II.
d. Minat dan motivasi mengikuti pembelajaran
Minat menurut Mimin Haryati (2007: 38) adalah suatu disposisi
yang terorganisasi melalui pengalaman yang mendorong untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk
tujuan perhatian atau pencapaian. Selain minat, diperlukan juga motivasi
dari dalam diri siswa agar siswa dapat belajar dengan maksimal. Motivasi
merupakan dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang
terarah kepada pencapaian tujuan tertentu. Begitu juga dalam belajar,
diperlukan motivasi untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Motivasi
menurut Syaiful Bahri Djamarah (dalam Danik Nofiana, 2008: 17) adalah
gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang
sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu.
Motivasi menurut Sardiman A. M. (2001: 73) merupakan faktor
psikis yang bersifat nonintelektual. Siswa yang mempunyai motivasi yang
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Hasil belajar dalam pembelajaran akan optimal kalau terdapat motivasi
yang tepat di dalam diri. Oleh karena itu, motivasi diperlukan dalam
pembelajaran.
Minat dan motivasi memiliki peranan penting dalam
pembelajaran. Apabila siswa sudah tidak berminat terhadap suatu
pembelajaran maka secara tidak langsung mereka tidak akan aktif dalam
kegiatan tersebut. Untuk itu minat dan motivasi dalam pembelajaran
menulis puisi ini diciptakan dengan menerapkan beberapa metode dan
media dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Kaitannya dengan metode guru menggunakan beberapa jenis metode
seperti ceramah, tanya jawab, dan latihan kelompok. Dalam hal media,
pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI kali ini
memanfaatkan media gambar dan alam. Penggunaan kedua media tersebut
sejalan dengan konsep dalam pendekatan SAVI, yaitu pada aspek visual.
Dalam kaitannya dengan minat dan motivasi siswa pada siklus terakhir
aspek tersebut mencapai 78%.
2. Hasil pembelajaran menulis puisi meningkat
Untuk mengatasi permasalahan tentang kelemahan siswa dalam
menulis puisi, guru dan peneliti menyusun tindakan yang terangkum dalam
dua siklus. Pada siklus I dan II, diterapkan pendekatan SAVI. Pelaksanaan
siklus I masih belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan yang
terjadi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan oleh guru dan
peneliti, lalu disusunlah instrumen untuk melakukan tindakan pada siklus II.
Pada siklus II ini, indikator keberhasilan yang direncanakan sudah dapat
dicapai. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat
diatasi.
Hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam menulis
puisi termasuk kemampuan siswa berimajinasi dan berkreasi dalam menulis
meningkat dengan pendektan SAVI. Kualitas hasil pembelajaran yang berupa
kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari nilai yang diperoleh
siswa dalam menghasilkan sebuah puisi. Nilai tersebut terus mengalami
peningkatan dari siklus ke siklus. Puisi yang dihasilkan siswa mengalami
peningkatan dalam beberapa aspek baik dari aspek diksi, penggunaan majas,
kata konkret, pengimajinasian, dan rima.
Peningkatan dari setiap aspek penulisan tersebut menjadikan nilai
siswa dalam menulis puisi secara otomatis meningkat. Pada saat observasi
awal diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi masih tergolong
kurang. Hal ini tampak pada ketercapaian nilai menulis puisi siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
masih jauh dari KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah mengenai
pembelajaran bahasa Indonesia khusunya menulis puisi yaitu sebesar 65.
Dalam observasi awal tersebut diketahui hanya 13 siswa (35%) yang
mencapai nilai tersebut pada saat survei awal. Pada siklus I dari 36 siswa yang
hadir, 12 siswa (32%) masih belum mencapai ketuntasan sesuai KKM,
sedangkan 24 siswa (65%) siswa yang lain sudah mampu menulis puisi
dengan baik. Pada siklus II hanya 3 siswa (8%) yang hadir dalam pertemun
tersebut yang belum mencapai nilai sesuai KKM.
Berikut disajikan gambar peningkatan persentase keberhasilan menulis
puisi dengan pendekatan SAVI pada siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta.
35
65
87
0
20
40
60
80
100
Prasiklus Siklus I Siklus II
Gambar 7. Rekapitulasi Peningkatan Persentase Kemampuan
MenulisPuisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta
Penjelasan lebih rinci mengenai persentase keberhasilan masing-
masing aspek adalah sebagai berikut.`
a. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari seluruh isi yang
dikemukakan penyair dalam puisinya. Tema bersifat khusus yaitu
mengacu pada penyair, objektif, dan lugas. Tema menjadi salah satu hal
penting yang dapat mempermudah siswa dalam memulai menulis sebuah
puisi. Penentuan tema akan lebih mempercepat proses pembuatan puisi
karena siswa langsung berkonsentrasi untuk memikirkan rangkaian kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
yang berhubungan dengan tema yang telah ditentukan. Dalam penelitian
ini tema dimasukkan kedalam pedoman penskoran agar puisi yang
dihasilkan oleh siswa tidak keluar dari batas-batas yang sudah ditentukan
sebelumnya. Dalam penelitian ini, tema yang diambil dalam tindakan I
adalah keindahan pantai, kemudian pada tindakan II (siklus II) tema yang
diambil adalah keindaahan taman sekolah.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari siklus I sampai
siklus II siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan isi puisi
dengan tema yang telah ditentukan. Seluruh siswa yang hadir sudah
mampu menulis puisi sesuai dengan tema. Pada siklus I dinyatakan bahwa
kesesuaian puisi dengan tema sebanyak 36 siswa (97%), ini adalah
persentase maksimal dari keseluruhan jumlah siswa yang masuk,
sedangkan 1 siswa (3%) tidak hadir dalam tindakan I. Pada siklus II
dinyatakan bahwa kesesuaian puisi dengan tema sebanyak 35 siswa (95%),
ini adalah persentase maksimal dari keseluruhan jumlah siswa yang
masuk, sedangkan dua siswa (5%) tidak hadir dalam tindakan II.
b. Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang sesuai. Puisi memang sangat
memperhatikan kata-kata yang digunakannya. Kata-kata yang dipilih
penyair dipertimbangkan benar-benar dari berbagai aspek dan efek
pengucapannya. Kata-kata yang digunakan sangat khas dan bukan kata-
kata keseharian atau yang dipakai dalam prosa. Berdasarkan hasil tulisan
siswa diketahui bahwa diksi yang digunakan dalam setiap kegiatan
menulis mengalami peningkatan, bahkan jauh lebih baik daripada
kemampuan siswa dalam memilih diksi saat survei awal pembelajaran
menulis puisi. Kata-kata yang mereka tulis tidak lagi seperti kata-kata
dalam sebuah cerita (prosa), melainkan sudah lebih puitis walaupun
kadang ada beberapa kata yang terasa dipaksakan.Hasil analisis dokumen
menyatakan bahwa pada siklus I 10 siswa (27%) yang memperoleh nilai
maksimal yaitu, nilai 3, sisanya 21 siswa (57%) memperoleh nilai 2, dan 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
siswa (13%) memperoleh nilai 1. Pada siklus II satu siswa mendapat nilai
3, 33 siswa (89%) mendapat nilai 2, dan sisanya mendapat nilai 1.
c. Majas
Majas merupakan cara lain yang banyak digunakan oleh penyair
untuk membangkitkan imajinasi. Bahasa figuratif atau majas merupakan
bahasa yang digunakan untuk mengiaskan ungkapan yang ingin
disampaikan oleh penyair. Berdasarkan tulisan siswa diketahui bahwa
dalam pembelajaran yang dilakukan sekarang, siswa lebih mengenal jenis-
jenis majas sehingga mereka pun dapat mengiaskan kata-kata yang mereka
pilih dengan berbagai jenis majas yang telah mereka ketahui. Keadaan ini
sangat berbeda dengan tulisan siswa sebelum adanya tindakan. Dalam
aspek majas, diperoleh data bahwa pada siklus I hanya 4 siswa (11%) yang
memperoleh skor maksimal 3, selebihnya 20 siswa (54%) memperoleh
nilai 2, dan 12 siswa (31%) memperoleh nilai 1. Pada siklus terakhir
diketahui sebanyak 14 siswa (38%) siswa telah mendapatkan nilai
maksimal, kemudian 18 siswa (49%) mendapatkan skor 2, dan sisanya 8%
mendapat nilai satu.
d. Kata konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang dapat diungkapkan dengan
indra. Kata konkret merupakan penyebab dari pengimajian karena kata
konkret akan memungkinkan imaji muncul dalam sebuah puisi. Hal ini
karena kata-kata yang konkret yang tepat dapat mengantarkan pada
pengertian yang menyeluruh terhadap sesuatu hal atau benda. Dalam aspek
kata konkret, pada siklus I diketahui 9 siswa (24%) memperoleh nilai 3, 25
siswa (67%) memperoleh nilai 2, dan sisanya dua siswa (5%)
mendapatkan nilai 1. Pada siklus II satu siswa mendapat nial 3, sedangkan
sisanya 34 siswa (92%) siswa mendapat nilai 2.
e. Pengimajinasian
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Dengan pengimajian yang kuat, sebuah puisi akan dapat dipahami seolah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
olah sebagai suatu karya yang dapat dilihat, dirasakan dan didengar karena
seseorang seolah dapat melihat, mendengar, dan merasakan apa yang
dialami oleh penyair. Berdasarkan puisi yang dihasilkan siswa dapat
disimpulkan bahwa pada umumnya siswa lebih sering menggunakan imaji
penglihatan daripada pendengaran dan peraba (perasaan). Pada siklus I
belum ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna (4), 8 siswa (22%)
baru mendapatkan nilai 3, 25 siswa (67%) mendapatkan niali 2, dan 3
siswa mendapatkan nilai 1. Kemudian dalam siklus II diketahui nilai
sempurna pun belum diraih oleh siswa tetapi jumlah siswa yang mendapat
nilai 3 naik menjadi 17 siswa, 46% yang lain mendapat nilai 2, dan sisanya
mendapatkan nilai 1.
f. Rima
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik letaknya di awal,
tengah, maupun di akhir baris. Rima yang muncul dalam puisi siswa pada
umumnya menggunakan jenis pengulangan yang umum dikenal yaitu
pengulangan bunyi dan persamaan bunyi akhir. Berdasarkan analisis puisi
dari siswa diketahui bahwa pada siklus I belum terdapat satu siswa pun
yang memperoleh nilai sempurna. 6 siswa (16%) mendapatkan nilai 3, 26
siswa (70%) memperoleh nilai 2, dan 11% lainnya mendapatkan nilai 1.
Pada siklus II terdapat satu siswa (3%) yang dapat memperoleh niai
sempurna, 28 siswa (76%) mendapatkan nilai 3, 16% mendapatkan nilai 2,
dan satu siswa mendapatkan nilai satu.
Lebih jelasnya perolehan nilai masing-masing siswa dari pratindakan
sampai siklus II dapat dilihat pada lampiran 24 Halaman 260. Hasil
keseluruhan nilai siswa tersebut, diketahui bahwa tidak setiap nilai siswa
mengalami peningkatan, ada beberapa yang turun pada siklus I kemudian naik
lagi pada siklus II. Ada pula nilai siswa yang tidak mengalami kenaikan yang
signifikan sehingga mereka belum juga tuntas pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Selain meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi
di kelas VII H MTs Negeri 1 Surakarta, terdapat pula manfaat yang positif bagi
siswa dari pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI ini, yaitu:
1. Siswa menjadi senang dengan materi pembelajaran menulis puisi
Berdasarkan hasil tanya jawab dengan siswa, diketahui bahwa siswa
menjadi lebih senang dengan pembelajaran. Menurut mereka, pembelajaran
yang sekarang dilakukan terasa lebih menyenangkan karena diperlihatkan
gambar-gambar, latihan bersama kelompok, dan diajak ke luar (taman
sekolah). Guru melakukan cara-cara seperti pemodelan, diskusi kelompok, dan
belajar mengemukakan gagasan. Hal ini dilakukan untuk untuk memicu
keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Siswa dapat ikut aktif
dalam kegiatan belajar mengajar dan tidak merasa bosan. Kenyataan ini
diperkuat dengan hasil angket yang disebar peneliti setelah pelaksanaan
tindakan II pada pertemuan kedua, hasilnya 28 siswa (76%) siswa menyatakan
senang dengan pembelajaran menulis puisi yang dilakukan dengan pendekatan
SAVI.
2. Penjelasan dari guru lebih mudah dipahami oleh siswa
Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan
bahwa sebanyak 30 siswa (81%) siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan
5 siswa (14%) menyatakan tidak.
3. Siswa merasa lebih mudah menulis puisi dengan pendekatan SAVI
Hasil angket membuktikan bahwa 28 siswa (78%) sepakat bahwa
dengan pendekatan SAVI mereka lebih mudah dalam menulis puisi. Hal ini
karena dalam kegiatan menulis puisi diberikan potongan puisi, dibantu media
gambar dan alam, serta diberikan latihan secara kelompok sebelum pada
akhirnya mereka menulis sendiri puisi.
4. Kesulitan yang dialami dalam menulis puisi dapat berkurang
Berdasarkan hasil angket diperoleh data bahwa 17 siswa (46%) merasa
kesulitan dalam menulis puisi. Pada angket sebelumnya (pratindakan) hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
17 siswa (46%) yang merasa senang ketika diberikan tugas menulis puisi,
sisanyan 18 siswa (49%) merasa biasa saja, dan satu siswa merasa terpaksa.
Namun berdasarkan angket pascatindakan, sebanyak 29 siswa (78%) merasa
kesulitan yang dialami dalam menulis puisi dapat teratasi dengan pendekatan
SAVI, sedangkan sisanya 6 siswa (17%) menjawab tidak.
5. Siswa merasa lebih mudah menulis puisi dengan bantuan media gambar dan
alam
Hal ini sejalan dengan penjelasan pada poin tiga. Media gambar dan
alam pada hakikatnya adalah media bantu. Dengan ditayangkannya gambar
yang sesuai dengan tema dan potongan puisi yang telah dibagikan kepada
siswa, gambar dapat membantu dalam memperjelas bayangan yang mungkin
mereka rasa sulit untuk diimajinasikan. Media alam pun juga berperan penting
karena selain suasana belajar menjadi berbeda karena berada di luar kelas,
siswa pun menjadi lebih mudah untuk melihat langsung objek yang akan
ditulis. Berdasarkan angket terbukt 31 siswa (84%) merasa dibantu dengan
hadirnya kedua media tersebut.
6. Pendekatan SAVI membantu siswa memahami dan menulis puisi
Hasil analisis peneliti menyatakan bahwa 28 siswa (78%) menyatakan
setuju dengan pendapat bahwa pendekatan SAVI dapat membantu mereka
dalam memahami dan menulis puisi.
7. Siswa merasa mendapat tambahan pengetahuan
Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan
bahwa sebanyak 31 siswa (84%) siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan
4 siswa (11%) menyatakan tidak.
8. Siswa menyukai cara yang digunakan guru
Dalam penelitian ini guru menggunakan beberapa metode dan media.
Hal ini yang membuat siswa menjadi tidak bosan dengan kegiatan
pembelajaran. Berdasarkan hasil angket diperoleh data sebanyak 28 siswa
(76%) menyukai cara guru dalam mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
9. Siwa optimis bahwa kemampuan menulis puisi mereka meningkat
Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan
bahwa sebanyak 29 siswa (78%) siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan
17% (6 siswa) menyatakan tidak.
Keseluruh angket yang disebar oleh peneliti diisi oleh 35 siswa dari
keseluruhan jumlah siswa sebanyak 37. Dua siswa dalam tindakan II siklus II
tidak hadir. Oleh karena itu dua siswa tersebut ikut menempati bangian dari
persentase dari jumlah siswa yang hadir, sehingga 5% dari 100% persentase
dalam setiap aspek adalah ketidak hadiran dua siswa. Hal ini dilakukan oleh
peneliti untuk menghasilkan persentase yang stabil di setiap perhitungan baik
diangket awal (pratindakan) maupun pascatindakan.
Dari pihak guru dampak positif dari penelitian ini adalah kemampuan guru
dalam mengelola kelas meningkat. Kemampuan guru mengelola kelas merupakan
salah satu penentu keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Pengelolaan kelas
yang dilakukan guru antara lain berupa tindakan memberikan perhatian pada
seluruh siswa, menyajikan materi dengan mengombinasikan metode ceramah
dengan metode lain yang menjadikan siswa tidak jenuh dalam mengikuti
pembelajaran, memberikan latihan, bergerak berkeliling mengawasi kegiatan
kelas, memberi penghargaan kepada siswa yang bekerja dengan baik, serta
memotivasi siswa supaya aktif dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas yang
dilakukan guru tersebut jauh lebih baik dari yang dilakukan guru sebelumnya pada
saat observasi. Kelemahan guru selama berlangsungnya pembelajaran menulis
puisi dengan pendekatan SAVI sedikit demi sedikit mulai berkurang. Peran guru
berubah ke arah yang lebih baik.
Dengan meningkatnya kualitas proses dan hasil dalam pembelajaran
menulis puisi ini, dapat dikatakan bahwa pendekatan SAVI mampu mengatasi
permasalahan dalam pembelajarn menulis puisi di kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta. Untuk mengetahui peningkatan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 11
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Tabel 11. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Puisi
No. Kegiatan Siswa Persentase
Siklus I Siklus II
1. Aktif selama kegiatan apersepsi 35% 65%
2. Aktif dan perhatian selama KBM berlangsung 51 % 76%
3. Aktif dalam bekerja sama 73% 90%
4. Minat dan motivasi siswa 57 % 78%
4. Kemampuan menulis puisi 65% 87 %
Berikut disajikan Gambar 8 untuk persentase hasil pembelajaran menulis
puisi.
Gambar 8. Persentase Hasil Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan
SAVI
Secara lebih rinci, pelaksanaan kegiatan penelitian selama dua siklus
terangkum dalam Tabel 12 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Tabel 12. Deskripsi Hasil Penelitian
No. Deskripsi hasil penelitian
Siklus I
Siklus II
1. Perencaan tindakan
Guru dan peneliti menyusun rencana pembelajaran, instrumen pembelajaran, media yang akan digunakan, dan jadwal pelaksanaan tindakan I
Guru dan peneliti menyusun
rencana pembelajaran,
instrumen pembelajaran, media
yang akan digunakan, dan
jadwal pelaksanaan tindakan II
2. Pelaksanaan tindakan
Guru melaksanakan kegiatan apersepsi untuk mengetahui kesiapan siswa Guru menjelaskan materi dengan bantuan slide power point Siswa secara berkelompok berlatih menulis puisi. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa Siswa menulis puisi dengan bantuan media gambar Guru memberikan evaluasi dan refleksi atas pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
1. Guru melaksanakan kegiatan
apersepsi untuk mengetahui
kesiapan siswa
2. Guru bersama siswa
melakukan pendalaman
materi
3. Siswa secara berkelompok
menyunting hasil puisi yang
dikerjakan dalam pertemuan
sebelumnya (minggu lalu)
4. Guru memberikan evaluasi
dan refleksi atas pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar
5. Siswa menulis puisi dengan
bantuan media alam.
6. Siswa menyunting puisi
yang ditulis pada pertemuan
sebelumnya (tindakan II
pertemuan pertama)
7. Guru mengakhiri
pembelajaran menulis puisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
3. Hasil Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 13 siswa (35%) Siswa yang aktif dan perhatian selama KBM berlangsung sebanyak 19 siswa (51%) Siswa yang aktif bekerja dalam kelompok sebanyak 27 siswa (73%) Minat dan motivasi siswa sebesar 21 siswa (57%) Siswa yang mampu menulis puisi dengan baik dan dinyatakan tuntas sebanyak 24 siswa (65%)
1. Siswa yang aktif selama
pemberian apresepsi
sebanyak 24 siswa (65%)
2. Siswa yang aktif dan
perhatian selama KBM
berlangsung sebanyak 28
siswa (76%)
3. Siswa yang aktif bekerja
dalam kelompok sebanyak
33 siswa (89%)
4. Minat dan motivasi siswa
sebanyak 29 siswa (78%)
5. Siswa yang mampu menulis
puisi dengan baik dan
tuntas sebanyak 32 siswa
(87%)
4. Kekurangan dan Kelemahan
Pengelolaan kelas kurang Guru kurang mengajak siswa terlibat aktif dalam pembelajaran Guru belum menjadi fasilitator dalam kegiatan kelompok Waktu yang terbatas sehingga ada beberapa rencana kegiatan yang belum terlaksana secara maksimal, bahkan hilang seperti penyimpulan dan refleksi
1. Waktu kegiatan yang
terbatas
2. Ada beberapa permasalahan
yang secara alami muncul
yang tidak berkaitan dengan
pembelajaran sehingga
sedikit menggagu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Secara singkat simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan
kualitas pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VII-H MTs Negeri 1
Surakarta, baik berupa peningkatan keaktifan siswa maupun kemampuan siswa
dalam menulis puisi. Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut terjadi setelah
guru dan peneliti melakukan beberapa upaya peningkatan pembelajaran menulis
puisi dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatis Auditori Visual
Intelektual). Simpulan hasil penelitian adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Puisi
Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi tampak melalui
aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan pendekatan SAVI.
Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan
pendekatan SAVI secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) pada siklus
I persentase keaktifan siswa sebanyak 22 siswa (59%), meningkat jauh lebih
banyak dari survei awal, dan (2) pada siklus II siswa yang aktif selama
pembelajaran sebanyak 30 siswa (81%), ini berarti hanya lima siswa yang
tergolong belum aktif pada siklus II. Keaktifan tersebut meliputi empat aspek,
yaitu: (1) keaktifan selama apersepsi; (2) perhatian dan keaktifan selama
pembelajaran; (3) kerja sama; dan (4) minat dan motivasi.
Peningkatan keaktifan yang ditampakkan siswa dalam pembelajaran
menulis puisi di atas tidak terlepas dari peran guru. Dalam hal ini peningkatan di
dalam pembelajaran juga tampak pada keterampilan guru dalam mengelola kelas.
penerapan pendekatan SAVI memacu guru lebih terampil dalam mengelola kelas.
Peningkatan keterampilan guru tampak pada tindakannya menerapkan metode
pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya yang hanya berceramah dan
pemberian tugas menulis. Pada pembelajaran kali ini guru mengombinasikan
metode ceramah dengan metode lain sehingga siswa tidak bosan lagi mengikuti
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
pembelajaran. Peningkatan keterampilan guru juga tampak dalam mempersiapkan
instrumen pembelajaran guna mempermudah penjelasan dalam menyampaikan
materi dan mempermudah siswa dalam menulis puisi. Di samping itu, guru juga
sangat berperan dalam memotivasi siswa supaya aktif selama pembelajaran
berlangsung. Kondisi yang demikian jauh lebih baik daripada pengelolaan kelas
yang dilakukan guru pada saat survei awal.
2. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa dalam Pembelajaran
Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi berimbas pada
kenaikan kualitas hasilnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai
rata-rata siswa dalam menulis puisi, berdasarkan KKM dari sekolah sebesar 65.
Penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran
menulis puisi. Hal ini ditandai dengan besarnya persentase kelulusan siswa.
Persentase tersebut mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada survei awal
persentase kelulusan siswa hanya sebanyak 13 siswa (35%), pada siklus I naik
menjadi 24 siswa (65%), dan pada siklus II mencapai 32 siswa (87%). Pada siklus
terakhir dari keseluruhan siswa yang hadir yaitu 35 siswa, hanya tiga siswa yang
tidak tuntas (mendapat nilai kurang dari 65). Hal ini sangat wajar karena
keterbatasan intelektual seseorang memang tidak mungkin bisa ditingkatkan
secara cepat tetapi membutuhkan proses yang panjang.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan proses dan
peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga dipengaruhi oleh
metode dan teknik pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, dan sarana
prasarana. Faktor dari guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan
dan menyampaikan materi, keterampilan guru dalam mengelola kelas,
penggunaan metode, dan penggunaan media dalam proses pembelajaran. Faktor
dari siswa meliputi minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan secara maksimal agar semua faktor dapat dimiliki oleh guru dan siswa
dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki
kemampuan yang baik dalam mengelola kelas serta didukung dengan sarana dan
prasarana yang menunjang, maka guru akan mampu menyampaikan materi
dengan baik. Materi itu pun akan dapat diterima baik oleh siswa apabila siswa
juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi agar selalu aktif dalam
pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar,
kondusif, efektif, dan efisien.
Penelitian ini membuktikan bahwa keaktifan dan kemampuan menulis
puisi siswa dalam pembelajaran menulis puisi meningkat setelah diterapkan
pendekatan (SAVI) Somatis Auditori Visual intelektual. Oleh karena itu,
pendekatan (SAVI) Somatis Auditori Visual intelektual ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan pendekatan
tersebut dalam pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa. Di samping itu,
hasil penelitian ini dapat digunakan guru sebagai alternatif tindakan yang
menyenangkan dalam melaksanakan pembelajaran guna meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar siswa, serta dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik
mengikuti pembelajaran.
Penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan kemampuan menulis
puisi siswa. Dengan pendekatan ini, siswa diajak untuk menggunakan empat gaya
belajar yaitu somatis, auditori, visual, dan intelektual. Keempat gaya belajar ini
digunakan agara pembelajaran berhasil secara maksimal. Penerapan keempat gaya
belajar ini dalam pembelajaran menulis puisi adalah dengan mengajak siswa aktif
dalam menerima materi, aktif bergerak, dan penggunaan media dalam
pembelajaran. Setelah memperoleh materi dan berlatih menulis puisi, siswa
kemudian menulis puisi dengan bantuan media. Dalam pembelajaran ini media
yang digunakan adalah media gambar dan alam. Siswa mulai menulis puisi
dengan meneruskan potongan puisi yang sudah disiapkan, kemudian dibantu
dengan gambar dan alam. Dengan kedua media itu siswa bisa mengamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
langsung objek yang ingin diitulis sehingga maereka lebih mudah dalam
menghadirkan imajinasi dan kata-kata yang puitis.
Pemberian tindakan dari siklus I memberikan deskripsi bahwa masih
terdapat kekurangan selama pembelajaran menulis puisi. Namun, kekurangan-
kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus
berikutnya. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap
pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan baik kualitas proses
maupun hasil berupa kemampuan siswa dalam menulis puisi. Dari segi proses,
terdapat peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran dan keterampilan guru
dalam mengelola kelas. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai rata-
rata menulis puisi siswa dari siklus I hingga siklus II.
Terdapat tiga siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) menulis puisi hingga siklus II. Hal ini mencerminkan bahwa pendekatan
SAVI tidak sepenuhnya efektif jika diterapkan pada siswa dengan kondisi tertentu.
Siswa yang tergolong tidak berkesulitan belajar akan mudah dalam mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan SAVI. Akan tetapi, bagi siswa yang berkesulitan
belajar, pembelajaran dengan pendekatan SAVI kurang membantu dalam
mempermudah siswa menulis puisi.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti
mengajukan saran sebagai berikut.
1. Bagi siswa
Agar dapat belajar dengan optimal, sebaiknya siswa menggunakan
empat gaya belajar seperti yang terkandung dalam pedekatan SAVI.
2. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
Hendaknya guru menerapkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif
seperti menerapkan pendekatan SAVI dalam pembelajaran. Hal ini karena
pendekatan SAVI sudah terbukti dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
3. Bagi kepala sekolah
Sebaiknya kepala sekolah menjadi pendukung berkembangnya ilmu
tentang dunia pendidikan khusuunya tentang cara-cara belajar yang inovatif
dan kreatif. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan
memeperkenalkan pendekatan SAVI kepada guru-guru.
4. Bagi peneliti lain
Hendaknya para peneliti yang akan datang bisa mengembangkan
pendekatan SAVI dan memperkenalkan kepada masyarakat luas. Selain itu
hendaknya para peneliti menggunakan pendekatan SAVI sebagai salah satu
solusi untuk membantu guru dalam menyelesaikan permasalahan
pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa.