optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran … · jadilah seperti karang di lautan yang kuat...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA
JONGKOK SISWA KELAS V SDN 2 SLATRI KECAMATAN
KARANGKOBAR KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
S K R I P S I
Oleh:
DIDIK KHAMBRIYANTA
X4710026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : DIDIK KHAMBRIYANTA
NIM : X4710026
Jurusan/Program Studi : POK/Penjaskesrek
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT
BANTU PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA KELAS V SDN 2 SLATRI
KECAMATAN KARANGKOBAR KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN
PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Didik Khambriyanta
NIM. X4710026
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA
JONGKOK SISWA KELAS V SDN 2 SLATRI KECAMATAN
KARANGKOBAR KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
DIDIK KHAMBRIYANTA
X4710026
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani , Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Didik Khambriyanta. OPTIMALISASI PENGGUNAAN ALAT BANTU
PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT
JAUH GAYA JONGKOK SISWA KELAS V SDN 2 SLATRI KECAMATAN
KARANGKOBAR KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN
2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi penggunaan alat bantu
pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada
siswa kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara tahun
pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V
SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran
2011/2012 yang berjumlah 27 siswa terdiri dari 11 siswa putra dan 16 siswa putri.
Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah melalui
observasi, tes unjuk kerja, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik
triangulasi. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif komparatif.
Prosedur penelitian meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melalui optimalisasi penggunaan alat bantu dari
pratindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada studi pratindakan ketuntasan
belajar sebesar 41% meningkat menjadi 67% pada siklus I dan meningkat lagi
menjadi 89% pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa optimalisasi penggunaan
alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok
siswa kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara
tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran, hasil belajar,
lompat jauh gaya jongkok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah
sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada
Dia-lah tempat meminta dan memohon. (Anonim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Sekolah Dasar Negeri 2 Slatri.
2. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Banjarnegara.
3. Kepala UPT Dindikpora Kecamatan
Karangkobar.
4. Segenap dosen pembimbing.
5. Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan demi
keberhasilanku.
6. Istri tercinta, yang senantiasa mendukung,
memberi semangat dan motivasi.
7. Anak-anakku tersayang, sumber inspirasi
dan motivasiku.
8. Keluarga besar, sahabat, dan teman sejawat.
9. Teman-teman se-angkatan program PPKHB
S.1 Penjaskesrek 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
berkat rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih mangalami hambatan,
tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Drs. Sunardi, M.Kes., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam menyusun skripsi;
5. Sri Santoso Sabarini, S.Pd, M.Or., selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi;
6. Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten
Banjarnegara yang telah memberikan izin dan tempat penelitian sekaligus sebagai
guru pamong dalam pelaksanaan penelitian;
7. Setiyarto, selaku kolaborator yang telah berperan sebagai observer dan memberikan
kontribusi serta membantu dalam melakukan penelitian;
8. Siswa kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara
yang telah bersedia menjadi subjek penelitian;
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
terlaksananya penelitian dan penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Kajian Teori ............................................................................... 7
1. Atletik .................................................................................... 7
a. Pengertian Atletik ............................................................. 7
b. Nomor-Nomor Atletik ...................................................... 8
c. Atletik di Sekolah Dasar ................................................... 9
2. Lompat Jauh Gaya Jongkok .................................................. 10
a. Pengertian Lompat Jauh .................................................... 10
b. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok ................................. 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3. Belajar dan Pembelajaran ...................................................... 16
a. Pengertian Belajar ............................................................. 16
b. Pengertian Pembelajaran .................................................. 17
c. Ciri-Ciri Pembelajaran ...................................................... 19
d. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Penjasorkes .... 21
4. Alat Bantu Pembelajaran ....................................................... 23
a. Pengertian ......................................................................... 23
b. Fungsi dan Manfaat Alat Bantu Pembelajaran ................. 24
c. Optimalisasi Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran ........ 25
5. Optimalisasi Pembelajaran Lompat Jauh dengan
Penggunaan Alat Bantu .......................................................... 27
6. Macam-Macam Alat Bantu Pembelajaran Lompat Jauh ....... 29
B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 30
C. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 33
1. Tempat Penelitian .................................................................. 33
2. Waktu Penelitian ................................................................... 33
B. Subjek Penelitian ........................................................................ 34
C. Data dan Sumber Data ............................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 34
E. Uji Validitas Data ....................................................................... 35
F. Analisis Data .............................................................................. 36
G. Indikator Capaian Penelitian ...................................................... 36
H. Prosedur Penelitian ..................................................................... 37
1. Rancangan Penelitian Siklus I ............................................... 37
a. Tahap Perencanaan ......................................................... 37
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ......................................... 38
c. Tahap Observasi ............................................................. 39
d. Tahap Refleksi ................................................................ 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Rancangan Penelitian Siklus II .............................................. 39
a. Tahap Perencanaan ......................................................... 39
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ......................................... 40
c. Tahap Observasi ............................................................. 41
d. Tahap Refleksi ................................................................ 41
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ............................... 42
A. Deskripsi Pratindakan ................................................................ 42
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ........................................ 43
1. Hasil Tindakan Siklus I Pertemuan 1 .................................... 43
a. Perencanaan Tindakan (Planning) ................................. 43
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ...................................... 43
c. Pengamatan Tindakan (Observing) ................................ 45
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and
Replanning) .................................................................... 47
2. Hasil Tindakan Siklus I Pertemuan 2 .................................... 48
a. Perencanaan Tindakan (Planning) ................................. 48
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ...................................... 48
c. Pengamatan Tindakan (Observing) ................................ 50
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and
Replanning) .................................................................... 51
3. Hasil Tindakan Siklus II Pertemuan 1 ................................... 52
a. Perencanaan Tindakan (Planning) ................................. 52
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ...................................... 53
c. Pengamatan Tindakan (Observing) ................................ 54
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and
Replanning) .................................................................... 55
4. Hasil Tindakan Siklus II Pertemuan 2 ................................... 56
a. Perencanaan Tindakan (Planning) ................................. 56
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) ...................................... 56
c. Pengamatan Tindakan (Observing) ................................ 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and
Replanning) .................................................................... 60
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ................................. 61
D. Pembahasan ................................................................................ 62
1. Siklus I ................................................................................... 62
2. Siklus II ................................................................................. 63
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................... 65
A. Simpulan .................................................................................... 65
B. Implikasi ..................................................................................... 65
C. Saran ........................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67
LAMPIRAN ..................................................................................................... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................................... 33
2. Prediksi Pencapaian Hasil Belajar Siswa ...................................................... 36
3. Hasil Belajar Siswa pada Pratindakan .......................................................... 42
4. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ................................................................. 50
5. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ................................................................ 58
6. Peningkatan Ketuntasan Siswa pada Pembelajaran Lompat Jauh Gaya
Jongkok dari Pratindakan, Siklus I dan Siklus II .......................................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Lapangan Lompat Jauh ................................................................................. 11
2. Rangkaian Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok ......................................... 12
3. Sikap Badan Ketika Melakukan Awalan Lompat Jauh Gaya Jongkok ........ 13
4. Sikap Badan pada Saat Tolakan Lompat Jauh Gaya Jongkok ...................... 14
5. Sikap Badan pada Saat Melayang di Udara .................................................. 15
6. Sikap Badan pada Saat Pendaratan Lompat Jauh Gaya Jongkok ................. 16
7. Bagan Kerangka Berpikir .............................................................................. 32
8. Diagram Daur Penelitian Tindakan Kelas (Spiral Tindakan Kelas) ............. 37
9. Grafik Ketuntasan Belajar pada Pratindakan ................................................ 42
10. Grafik Ketuntasan Belajar pada Siklus I ........................................................ 50
11. Grafik Ketuntasan Belajar pada Siklus II ..................................................... 59
12. Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa dari Pratindakan, Siklus I
dan Siklus II .................................................................................................. 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 1 ................ 69
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 2 ................ 82
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 1 ............... 94
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 2 ............... 106
5. Data Nilai Hasil Belajar Siswa Pratindakan ................................................. 119
6. Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ........................................................ 120
7. Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ....................................................... 121
8. Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ........................... 122
9. Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ........................... 124
10. Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 .......................... 126
11. Data Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 .......................... 128
12. Foto/Dokumentasi Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas .............................. 130
13. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi .................................................... 135
14. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi .................. 136
15. Surat Permohonan Izin Observasi ................................................................. 137
16. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian .................................................. 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia setelah proklamasi diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 31 ayat 1, 2. Pasal 31 ayat satu (1) berbunyi “Setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan“ dan ayat dua (2) berbunyi “Setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam pendidikan di sekolah dasar (SD) meliputi mata pelajaran akademik
dan non-akademik. Salah satu mata pelajaran non-akademik yang diberikan di SD
adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes).
Pelajaran pendidikan jasmani semenjak Indonesia merdeka telah merupakan satu
mata pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum di semua jenis dan jenjang
pendidikan.
Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan anak
keseluruhannya dan tujuannya harus serasi dengan tujuan pendidikan. Pendidikan
jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun
sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui
kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan
dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.
Pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan
perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia
yang sehat dan kuat lahir dan batin, diberikan kepada segala jenis sekolah
(Abdul Gafur dalam Arma Abdullah, 1994:5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pendidikan jasmani di sekolah terbagi dalam beberapa cabang olahraga yaitu:
cabang olahraga bola besar, cabang olahraga bola kecil, cabang olahraga senam dan
cabang olahraga atletik. Olahraga atletik merupakan salah satu mata pelajaran yang
wajib diajarkan pada siswa di sekolah dasar. Atletik adalah salah satu cabang
olahraga yang tertua yang dilakukan oleh manusia sejak jaman Yunani Kuno sampai
dewasa ini. Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan
yang dinamis dan harmonis seperti: jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik merupakan
aktivitas jasmani yang mendasar untuk cabang olahraga lainnya.
Dalam mata pelajaran atletik yang dipelajari adalah gerakan dasar manusia
di dalam kehidupan sehari-hari, yaitu berjalan, berlari, melompat dan melempar.
Selain itu dalam kejuaraan atletik ada beberapa nomor yang diperlombakan
diantaranya adalah nomor lari, jalan cepat, nomor lompat dan nomor lempar.
Khusus untuk nomor lompat yang dilombakan baik yang bersifat nasional maupun
internasional terdiri dari nomor: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit dan
lompat tinggi galah.
Lompat jauh yang merupakan salah satu nomor atletik bertujuan melompati
bak pasir dengan seluruh badan, pemenangnya adalah orang yang melompati bak
pasir dengan jarak yang paling jauh dari garis start. Olahraga lompat jauh berasal
dari Yunani Kuno dan sudah dilombakan sejak olimpiade kuno pertama di Yunani.
Lompat jauh adalah olahraga yang menggabungkan kecepatan (speed), kekuatan
(strenght), kelenturan (flexibility), daya tahan (endurance), dan ketepatan (acuration)
dalam upaya untuk memperoleh jarak lompatan sejauh-jauhnya. Menurut
Aip Syarifuddin (1992:90), “lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat
mengangkat kaki ke atas, ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama
mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan
jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mancapai jarak yang sejauh-jauhnya”.
Tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya yang
mempunyai empat unsur gerakan yaitu: awalan, tolakan, sikap badan di udara, sikap
badan pada waktu jatuh atau mendarat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam nomor lompat jauh ada beberapa gaya. Gaya lompat jauh yang biasa
digunakan para atlet adalah: gaya jongkok (gaya tuck), gaya berjalan di udara (gaya
walking in the air atau running in the air), dan gaya menggantung (gaya hang atau
schnapper). Ketiga gaya lompat jauh tersebut dapat dilakukan pada satu lapangan
lompat jauh dengan ukuran yang sama. Dalam hal melakukan teknik lompat jauh,
ketiga gaya tersebut para prinsipnya sama, yang membedakan adalah kondisi sikap
tubuh pelompat pada saat melayang di udara. Gaya jongkok adalah gaya yang paling
mudah diajarkan bagi siswa sekolah dasar.
Dalam pembelajaran Penjasorkes di sekolah dasar, tujuan dari memberikan
materi lompat jauh pada siswa tidak berorientasi pada prestasi untuk mencapai juara,
akan tetapi diarahkan pada kemampuan siswa memahami gerak dasar dan dapat
melakukan lompat jauh dengan baik dan benar melalui pembelajaran yang
menyenangkan.
Kemampuan lompat jauh siswa kelas V SD Negeri 2 Slatri Kecamatan
Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara masih rendah. Hal ini terjadi pada saat
evaluasi/penilaian terhadap pembelajaran lompat jauh semester 2 tahun pelajaran
2011/2012, sebagian besar siswa belum mampu melakukan lompat jauh sesuai
dengan gerak dasar yang baik dan benar, begitu juga kemampuan lompatan yang
belum sesuai harapan. Dari jumlah anak didik 27 siswa hanya 11 anak (41%) yang
tuntas belajar atau memperoleh nilai 65 ke atas, sedangkan 16 anak (59%) masih
belum tuntas belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum yang ditentukan
sekolah yakni 65.
Berdasarkan hasil observasi terhadap rendahnya kemampuan dan hasil belajar
siswa pada pembelajaran lompat jauh, dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang
berasal dari siswa, guru, maupun sarana prasarana yang terbatas. Sebagian besar
siswa kurang menyukai pembelajaran lompat jauh yang lebih ditekankan pada
pembelajaran teknik, yang membuat siswa menjadi cepat bosan dan kurang
semangat. Di samping itu bagi siswa putri merasa takut melakukan lompatan dalam
bak pasir lompat jauh bahkan tampak sekali siswa sangat ragu-ragu sehingga tidak
bisa maksimal dalam melakukan lompatan apalagi dengan keterbatasan sarana yang
dimiliki oleh SD Negeri 2 Slatri. Hal tersebut juga bermuara pada cara guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mengajarkan lompat jauh yang monoton dan konvensional dengan memberikan
contoh/peragaan kepada siswa untuk melakukan teknik-teknik lompat jauh secara
langsung tanpa adanya unsur permainan atau pembelajaran yang menyenangkan.
Kendala lain yang juga ditemui di sekolah adalah kurang tersedianya fasilitas dan
perlengkapan untuk pembelajaran lompat jauh yang memadai, hal ini tidak dapat
dipungkiri karena terbatasnya dana untuk membeli alat-alat bantu pembelajaran
lompat jauh yang sulit dijangkau oleh anggaran sekolah.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru harus berpedoman pada
kurikulum yang disesuaikan, sehingga diharapkan siswa akan dapat mencapai
standar kompetensi yang ditetapkan, dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat
tercapai dengan baik. Agar tercapai tujuan tersebut guru dituntut untuk kreatif dan
inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam penggunaan media maupun dalam
strategi dan pendekatan pembelajaran itu sendiri. Dengan strategi dan pendekatan
pembelajaran yang tepat, guru akan dapat menciptakan suasana belajar yang
bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
Salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang dapat diberikan kepada siswa
adalah melalui optimalisasi alat bantu pembelajaran lompat jauh dengan pemanfaatan
barang-barang bekas yang dimodifikasi atau bahan-bahan yang ada di lingkungan
sekitar sekolah. Dengan mengoptimalkan penggunaan alat-alat bantu pembelajaran
lompat jauh seperti ban bekas, kardus bekas, simpai, penggunaan bendera atau bola
yang digantung. Dalam pelaksanaannya, optimalisasi penggunaan alat bantu dapat
dilakukan dengan kegiatan bermain, karena sesuai dengan karakteristik anak usia
sekolah dasar yang masih senang bermain.
Optimalisasi alat bantu dimaksudkan untuk memaksimalkan penggunaan
sarana modifikatif dilakukan dengan permainan yang berprinsip pada penetapan
tujuan (goal setting), yaitu agar anak didik dapat melakukan gerak dasar lompat jauh
melalui permainan dengan alat-alat bantu yang menarik, aman, dan menyenangkan.
Hal ini baik untuk melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa.
Dengan demikian guru dapat menerapkan model pembelajaran melalui optimalisasi
alat bantu untuk meningkatkan motivasi siswa melakukan lompat jauh dengan
memberikan materi yang merangsang untuk bermain dengan alat bantu yang tersedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Harapan sekolah dan guru Penjasorkes SD Negeri 2 Slatri dengan memberikan
model pembelajaran inovatif melalui optimalisasi penggunaan alat bantu agar
kemampuan dan hasil belajar siswa dalam lompat jauh akan meningkat.
Merujuk pada uraian di atas, dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
tersebut, penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan kelas untuk menemukan
solusi pemecahan masalah dalam pembelajaran Penjasorkes pada proses
pembelajaran atletik nomor lompat jauh, dengan judul penelitian “Optimalisasi
Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Lompat
Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten
Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
“Bagaimanakah optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SDN 2
Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran
2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi penggunaan alat bantu
pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada
siswa kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara
tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi Guru Penjasorkes Kelas V SDN 2 Slatri
Untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mencoba menerapkan model
pembelajaran sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran. Selain itu dapat
menjadi pedoman bagi guru Penjasorkes untuk menentukan dan memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
pendekatan pembelajaran lebih baik dan efektif dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan hasil belajar lompat jauh untuk siswanya. Guru Penjasorkes
dapat berkembang dan profesionalismenya meningkat.
2. Bagi Siswa Kelas V SDN 2 Slatri
Dengan beragamnya model pembelajaran siswa akan mendapatkan
banyak variasi dalam pembelajaran. Selain itu siswa dapat belajar sambil
bermain. Siswa juga dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar lompat
jauh serta mendukung pencapaian prestasi lompat jauh.
3. Bagi Sekolah (SDN 2 Slatri)
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk
mengembangkan model pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi sekolah
di bidang olahraga. Di samping itu sekolah yang para gurunya memiliki
kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara
profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Peningkatan
kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswanya akan meningkatkan citra baik
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Atletik
a. Pengertian Atletik
Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang terdiri dari
nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik berasal dari bahasa Yunani athlon
artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan, sedangkan orang
yang melakukannya dinamakan athleta (atlet). Menurut Aip Syarifuddin (1992:2)
“atletik adalah satu cabang olahraga yang diperlombakan yang meliputi nomor-
nomor jalan, lari, lempar, lompat”. Sejak manusia ada di bumi mereka telah
melakukan gerakan berjalan, berlari, melompat, dan melempar yang semuanya
itu merupakan gerakan alami yang dilakukan sehari-hari baik dalam usahanya
mempertahankan hidup ataupun untuk menyelamatkan diri dari gangguan
alam sekitarnya.
Atletik dapat dikatakan cabang olahraga yang paling tua, karena umur
atletik sama tuanya dengan mulainya manusia-manusia pertama di dunia ini.
Jalan, lari, lempar, dan lompat adalah bentuk-bentuk gerak yang paling asli dan
paling wajar dari manusia. Olahraga ini memiliki gerakan-gerakan yang amat
penting dan tidak ternilai artinya bagi manusia. Manusia pertama di dunia harus
dapat jalan, lari, lempar, dan lompat untuk mempertahankan hidupnya.
Oleh karena itu atletik menjadi intisari atau induk dari seluruh cabang
olahraga.
Atletik adalah perlombaan yang sebagian besar dilakukan di lapangan.
Untuk pertandingan melempar dan melompat, biasanya dilakukan di lapangan
yang terletak di bagian tengah atau di bagian sisi lapangan stadion. Sebagian
besar kegiatan atletik dilakukan di lintasan dan di lapangan. Oleh karena itu,
orang Inggris menyebut atletik dengan sebutan track & field sports. Track artinya
lintasan dan field artinya lapangan (Eri Priatna, 2008:8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Nomor-Nomor Atletik
Di dunia terdapat tujuh nomor atletik yang dilombakan, yakni: jalan
cepat, lari, lempar, lompat, pancalomba, saptalomba, dan dasalomba. Nomor
jalan cepat dapat dilakukan oleh semua orang, namun dalam perlombaan tujuan
olahraga ini adalah sampai di garis finis secepat mungkin dengan cara berjalan.
Jarak yang harus ditempuh atlet putra dan putri berbeda. Atlet putra dan putri
tidak pernah bersaing dalam satu perlombaan. Pada nomor jalan cepat, atlet putra
menempuh jarak yang lebih panjang dibanding atlet putri. Atlet putra menempuh
jarak 10 km, 20 km, 30 km, dan 40 km. Sedangkan atlet putri menempuh jarak
3 km, 5 km, 10 km, dan 20 km.
Nomor lari pada pertandingan olahraga dibagi menurut jarak lintasan
yang harus ditempuh. Lari adalah gerakan maju ke depan dari seluruh tubuh
dimana ada saat melayang di udara. Lintasan pertandingan lari terbagi dalam tiga
kelompok, yaitu: lari jarak pendek/sprint (100-400 m), lari jarak menengah
(800-3000 m), dan lari jarak jauh (di atas 3.000 m), selain itu ada juga nomor lari
marathon yang menempuh jarak lari lebih dari 42 kilometer.
Nomor lempar bagi putra terbagi menjadi lempar lembing, lempar
cakram, tolak peluru, dan lontar martil, untuk putri terdiri dari lempar lembing,
lempar cakram, dan tolak peluru. Lempar lembing merupakan gerakan
melemparkan lembing dengan ukuran tertentu sesuai dengan aturan yang ada,
dengan tujuan mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Lempar cakram merupakan
suatu bentuk gerakan melempar suatu alat yang berbentuk bulat dan pipih,
dengan ukuran tertentu yang terbuat dari kayu atau bahan lain, yang dilakukan
dengan satu tangan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya, sesuai dengan
aturan yang berlaku. Tolak peluru merupakan gerakan menolakkan peluru
dengan satu tangan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya (Bambang
Wijanarko dkk, 2010:12). Sedangkan lontar martil adalah merupakan olahraga
terakhir dari nomor lempar atletik. Lontar martil hampir sama dengan tolak
peluru, dalam lontar martil, martil yang berbentuk bola (terbuat dari baja dan
dilengkapi pelontar dari logam) benar-benar dilemparkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Nomor lompat terdiri dari lompat tinggi dan lompat jauh. Lompat jauh
merupakan suatu gerakan melompat dengan menggunakan tumpuan satu kaki
yang bertujuan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Sedangkan lompat
tinggi adalah lompatan yang dilakukan dengan awalan lari, bertumpu dengan satu
kaki untuk berusaha mengangkat badan agar dapat melewati mistar yang
dipasang di atas penopang tiang lompat tinggi dengan setinggi-tingginya
(Bambang Wijanarko dkk, 2010:11)
Panca lomba terdiri dari lompat tinggi (hari ke-1), lompat jauh dan lari
800 m (hari ke-2). Sapta lomba terdiri dari lempar lembing dan lari 200 m (hari
ke-1), lompat tinggi, tolak peluru, dan lari 800 m (hari ke-2). Dasa lomba terdiri
dari lari 100 m, lompat jauh, tolak peluru, lompat tinggi, dan lari 400 m (hari
ke-1), lari 110 m gawang, lempar cakram, lompat tinggi galah, lempar lembing,
dan lari 1.500 m (hari ke-2).
c. Atletik di Sekolah Dasar
Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam atletik, sesuai dengan muatan
kurikulum pendidikan merupakan salah satu materi untuk mengisi program
pendidikan jasmani seperti jalan, lari, loncat, lompat, dan melempar (Depdikbud,
1995:593). Cabang olahraga atletik juga berpotensi untuk mengembangkan
keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan
keterampilan teknik cabang olahraga. Dalam kaitannya dengan penggunaan
materi atletik dalam kurikulum pendidikan, pembelajaran pendidikan jasmani
khususnya di tingkat sekolah dasar menggunakan materi atletik sebagai salah
satu bahan pengajaran.
Atletik yang diberikan di sekolah dasar, terutama berupa gerakan dasar
dari atletik, yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar. Pembelajaran atletik di kelas I
meliputi gerak dasar jalan, lari dan lompat. Di kelas II sudah meningkat pada
variasi gerak dasar jalan, lari, dan lompat melalui permainan dan aktivitas
jasmani. Di kelas III pembelajaran atletik yang diberikan adalah kombinasi
berbagai gerak dasar jalan dan lari. Pembelajaran atletik di kelas IV meliputi lari
dengan berbagai cara yang dikembangkan, lari bolak-balik, lari dalam berbagai
kecepatan, lompat dan loncat, kombinasi gerakan jalan, lari dan lompat, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
lompat jauh. Untuk siswa kelas V nomor atletik yang diajarkan meliputi lari jarak
pendek, lompat jauh gaya jongkok, dan lompat tinggi gaya gunting. Untuk kelas
VI pembelajaran atletik meliputi lari jarak pendek, lompat jauh gaya jongkok,
tolak peluru, tri lomba (lari jarak pendek 50-80 meter, lompat jauh gaya jongkok,
dan melempar bola).
2. Lompat Jauh Gaya Jongkok
a. Pengertian Lompat Jauh
Lompat jauh termasuk bagian nomor lompat dalam cabang olahraga
atletik, yang secara teknis maupun pelaksanaannya berbeda dengan nomor
lompat yang lain seperti lompat tinggi dan lompat jangkit. Menurut pendapat
Aip Syarifuddin (1992:90),
Lompat jauh adalah bentuk gerakan melompat mangangkat kaki ke atas
depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara
atau melayang di udara yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan
melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-
jauhnya.
Sudarminto (1993:349) menyatakan bahwa, “unsur utama lompat jauh
dengan awalan adalah lari awalan, bertolak, melayang di udara dan mendarat”.
Masing-masing bagian itu memiliki gaya gerakannya sendiri yang
menyumbangkan pencapaian jarak lompatan. Namun syarat utamanya adalah
pengembangan jarak daya. Daya ini dikembangkan dari latihan awalan yang
cepat dan lompatan ke atas yang kuat dari tolakan. Jadi pada hakikatnya lompat
jauh adalah gerakan menolak satu kaki yang dipengaruhi oleh kecepatan
horisontal dan vertikal serta gaya tarik bumi untuk menghasilkan lompatan yang
sejauh-jauhnya.
Lompat jauh adalah gabungan dari kemampuan untuk menjaga
keseimbangan saat mendarat sejauh mungkin dari garis start. Kecepatan
diperoleh dari awalan lari, kekuatan diperoleh dari posisi badan saat kaki
menginjak papan tolakan, keseimbangan diperoleh dari kemampuan pelari
menahan badan saat mendarat di bak pasir (Eri Priatna, 2008:53).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Lapangan yang digunakan untuk lompat jauh adalah bak pasir dengan
ukuran panjang bak pasir 8 meter, lebar 2,5 meter, jarak panjang tolak dengan
bak pasir 1 meter, dan panjang lintasan awalan lompat jauh 45 meter, seperti
tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Lapangan Lompat Jauh
(Muklis, 2007:17)
Sebagai saran keamanan, pasir dalam bak harus halus, disapu dengan
baik, rata, dan sedikit basah untuk menghindari debu. Bak pasir harus cukup
dalam (tidak lebih kurang 38 cm atau 15 inci) untuk mencegah pendaratan yang
keras. Pinggiran bak harus dirancang agar tidak melukai pelompat/atlet dan agar
pasir tidak berserakan.
b. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok
Menurut Aip Syarifuddin (1992:90) “secara teknik lompat jauh ada empat
unsur yang terdiri dari awalan (approach run), tolakan (take off), sikap badan di
udara (action in the air) serta mendarat (landing)”. Pada dasarnya keempat unsur
tersebut di atas tidak dapat dipisahkan satu persatu, karena gerakannya adalah
gerakan yang membentuk rangkaian gerakan lompat jauh yang tidak terputus.
Di samping itu dipengaruhi oleh kecepatan lari awalan, kekuatan tungkai tumpu,
koordinasi sewaktu melayang di udara dan mendarat (Yusuf Adisasmita,
1992:65). Tujuan utama dari seorang pelompat ketika akan melompat adalah
adanya keinginan untuk melakukan lompatan yang sejauh-jauhnya. Supaya dapat
melakukan suatu lompatan yang diinginkan untuk meningkatkan hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
optimal maka terlebih dahulu harus memahami dan menguasai teknik gerakan
dalam lompat jauh gaya jongkok.
Teknik melakukan lompat jauh gaya jongkok, dapat dilihat dalam ilustrasi
di bawah ini:
Gambar 2. Rangkaian Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Nanang Sudrajat dkk, 2005:40)
Berikut ini akan diuraikan satu persatu teknik lompat jauh gaya jongkok,
yaitu:
1) Awalan
Awalan adalah gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk
mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan atau lompatan.
Kecepatan yang diperoleh dari hasil awalan disebut dengan kecepatan
horizontal, yang sangat berguna untuk membantu kekuatan pada waktu
melakukan tolakan ke atas depan. “Supaya dapat menghasilkan daya tolakan
yang besar maka langkah lari awalan harus dilakukan dengan mantap serta
menghentak-hentak” (Aip Syarifuddin, 1992:90).
Menurut Engkos Kosasih (1993:83), “Awalan itu harus dilakukan
dengan secepat-cepatnya serta jangan mengubah langkah pada saat akan
melompat. Jarak awalan biasanya 30-40 meter”. Kecepatan dan ketepatan
dalam lari awalan sangat mempengaruhi hasil lompatan. Ini berarti bahwa
kecepatan lari awalan adalah suatu keharusan untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya. “Pelompat tanpa kecepatan sama sekali tidak mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
suatu harapan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya” (Yusup
Adisasmita, 1992:67).
Pada saat melakukan awalan, pelompat harus berlari-lari memasuki
tempat awalan. Ketika pelompat melakukan gerakan menumpu pada awalan,
ia harus berlari dengan kecepatan tinggi, gunanya adalah agar tubuh bisa
melayang lebih lama di udara. Di bawah ini disajikan ilustrasi sikap badan
saat melakukan awalan lompat jauh.
Gambar 3. Sikap Badan Ketika Melakukan Awalan Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Nanang Sudrajat dkk, 2005:39)
2) Tolakan atau tumpuan (take off)
Tolakan atau tumpuan adalah perpindahan yang sangat cepat antara
lari, awalan dan melayang. Beberapa langkah sebelum menumpu, pelompat
harus sudah siap untuk bertumpu. Seluruh tenaga dan pikirannya, harus
ditujukan terhadap ketepatan betumpu. Pada saat itu pelompat berpindah dari
keadaan lari ke melayang. Agar dapat melayang lebih jauh, selain dari
kecepatan lari awalan dibutuhkan pada tambahan tenaga dari kekuatan
tumpuan, yaitu daya dari tungkai kaki yang disertai dengan lengan dan
tungkai ayun. Pada waktu menumpu seharusnya badan sudah condong
ke depan, titik berat badan harus terletak tegak di muka titik sumber tenaga,
yaitu tungkai menumpu pada saat pelompat menumpu (Yusuf Adisasmita,
1992:67).
Tolakan dilakukan dengan satu kaki yang paling kuat untuk
memperoleh momentum vertikal sebesar-besarnya. Momentum vertikal
artinya saat yang paling tepat di mana pelompat menekan tumpuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
membentuk suatu garis tegak lurus dengan tempat tumpuan, seperti pada
ilustrasi di bawah ini.
Gambar 4. Sikap Badan pada Saat Tolakan Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Nanang Sudrajat dkk, 2005:39)
3) Sikap badan di udara
Dalam teknik lompat jauh, setelah pelompat menumpu pada balok
lompat maka melayanglah pelompat itu. Naiknya badan setelah tumpuan
(melayang) adalah salah satu faktor yang sering dilalaikan oleh para
pelompat. Setelah menumpu dengan kaki tumpu, pelompat sering tidak
memberi waktu lagi untuk lebih lama di udara. Biasanya tungkai tumpuannya
dengan tergesa-gesa didaratkan pada bak pasir. Dalam hal ini penting sekali
meluruskan tungkai itu dengan secepatnya untuk memperoleh ketinggian
sehingga kita dapat melayang lebih tinggi. Pada waktu naik badan harus
ditahan dalam keadaan sikap tidak kaku (rileks). Kemudian melakukan
gerakan-gerakan sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan dan untuk
memungkinkan pendaratan yang lebih sempurna. Gerakan sikap tubuh
di udara (waktu melayang) yang biasanya disebut gaya lompatan dalam
lompat jauh (Yusuf Adisasmita, 1992:68).
Perpaduan awalan yang cepat dan kekuatan tolakan kaki akan
membawa badan melayang di udara lebih lama. Perlu diperhatikan bahwa
pada saat melayang, kita harus menjaga keseimbangan badan sebagai
persiapan pendaratan. Pada lompat jauh gaya jongkok, jika tumpuan
menggunakan kaki kiri pada balok tolakan, maka kaki ayun (kanan)
diayunkan kuat-kuat ke depan kemudian kaki kiri menyusul dan keduanya
rapat agak dilipat (berjongkok). Setelah melewati tinggi maksimal badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dibengkokkan ke depan, kedua kaki lurus dan bersama kedua lengan
diluruskan di depan.
Teknik melayang di udara pada lompat jauh gaya jongkok dapat
dilihat pada ilustrasi di bawah ini.
Gambar 5. Sikap Badan pada Saat Melayang di Udara
(Nanang Sudrajat dkk, 2005:40)
4) Pendaratan
Pada waktu mendarat pelompat harus dapat mengusahakan
menjulurkan lengannya sejauh-jauhnya ke muka dengan tidak kehilangan
keseimbangan badan. Pada saat ini timbul perasaan badan akan jatuh
ke belakang. Untuk mencegahnya titik berat badan harus dibawa ke muka
dengan jalan membungkukkan badan, sehingga badan dan lutut hampir
merapat dibantu pula dengan juluran tangan ke muka. Pada waktu
pendaratan, lutut dibengkokkan sehingga dapat memungkinkan suatu
momentum membawa badan ke depan di atas kaki. Mendarat dilakukan
dengan tumit terlebih dahulu mengenai tanah (Yusuf Adisasmita, 1992:68).
Pada saat pelompat menginjak tanah lengan diayunkan ke depan, lutut
ditekuk dan badan membungkuk ke depan. Gerakan ini membawa titik berat
badan jatuh di bawah garis melayang, memberikan momentum pada badan
serta mencegah jauh ke belakang pada tumit yang berakibat mengurangi jarak
lompatan (Soedarminto dan Soeparman, 1993:360).
Di bawah ini disajikan ilustrasi sikap badan pada saat pendaratan pada
lompat jauh gaya jongkok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 6. Sikap Badan pada Saat Pendaratan Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Nanang Sudrajat dkk, 2005:40)
3. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2), “Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar
meliputi, perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat
kontinu dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,
perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah, dan perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Sri Rumini dkk (1993:59), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang relatif menetap, baik yang diamati maupun tidak diamati
secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam
interaksinya dengan lingkungan. Lebih lanjut Wasty Soemanto (1998:104)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses dasar perkembangan hidup
manusia, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitas individu sehingga
tingkah lakunya berkembang.
Menurut Sugihartono dkk (2007:74), mengatakan bahwa belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku individu dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, belajar merupakan suatu perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dimana perubahan itu untuk memenuhi kebutuhannya yang disesuaikan dengan
lingkungannya.
Menurut Raber dalam Sugihartono dkk (2007:74), mendefinisikan belajar
dalam dua hal, pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan, kedua,
belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai
hasil latihan. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Oemar Hamalik (2008:29),
mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses untuk mencapai tujuan, jadi
merupakan langkah-langkah atau prosedur yang harus ditempuh.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar manusia
melakukan perubahan-perubahan dalam hidupnya, aktivitas dan prestasi dalam
hidup manusia merupakan hasil dari belajar. Profesi seseorang berdasarkan apa
yang dipelajari, belajar merupakan suatu proses, bukan suatu hasil, karena itu
belajar berlangsung secara aktif dan berkelanjutan dengan menggunakan
berbagai bentuk perbuatan.
b. Pengertian Pembelajaran
Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar.
Proses pembelajaran harus dengan sengaja diorganisasikan dengan baik agar
dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang pada gilirannya dapat
mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 20 dikatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni:
interaksi, peserta didik, pendidik, dan sumber belajar. Kata interaksi mengandung
arti pengaruh timbal balik dan saling mempengaruhi satu sama lain; peserta didik
menurut pasal 1 butir 4 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
menyelenggarakan pendidikan. Sumber belajar atau learning resources, secara
umum diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran. Lingkungan belajar atau
learning environment adalah lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses
belajar seperti di kelas, perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet, keluarga,
masyarakat, dan alam semesta. (Udin S. Winataputra, 2008:1.20).
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,
memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta
didik. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang
diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu.
Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode,
dan teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain
membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Proses pembelajaran dalam arti yang
luas merupakan jantung dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan,
membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
pencerdasan kehidupan bangsa.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan
pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan
membelajarkan atau keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan
kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai
kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney dalam E. Mulyasa
(2011:69), mengungkapkan 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi
penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran,
membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok
kecil dan perorangan. Penguasaan terhadap keterampilan mengajar tersebut harus
utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya
melalui pembelajaran mikro (micro teaching).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Ciri-Ciri Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi
atau pengetahuan dari seorang guru kepada siswa agar terjadi perubahan
pengetahuan atau keterampilan pada diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka
dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri pembelajaran pada
dasarnya merupakan tanda-tanda upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis
dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai.
Menurut H. J. Gino dkk (1998:36) menyatakan, “Ciri-ciri pembelajaran
terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa yaitu:
(1) motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4) suasana belajar
dan (5) kondisi subjek belajar”. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan
bahwa, ciri-ciri pembelajaran terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar,
bahan belajar, suasana belajar dan kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran
tersebut harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Jika dalam
pelaksanaan pembelajaran keterampilan ciri-ciri tersebut diperhatikan dengan
baik, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Secara singkat ciri-ciri
pembelajaran dijelaskan sebagai berikut:
1) Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, bila seorang siswa tidak dapat
melakukan tugas pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya untuk
menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa tersebut mau
melakukan tugas ajar dari guru. Dengan kata lain siswa tersebut perlu diberi
rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Motivasi dapat dikatakan
sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka,
maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak suka tersebut.
Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu
tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat
tercapai.
2) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi
belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan
memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. Bahan
pengajaran merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan
konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan
yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat
merangsang daya cipta atau yang bersifat menantang agar menumbuhkan
dorongan pada diri siswa untuk menemukan atau memecahkan masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran.
3) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat alat yang dapat
membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu
pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa.
Guru harus berusaha agar materi yang disampaikan atau disajikan mampu
diserap dengan mudah oleh siswa. Apabila pengajaran disampaikan dengan
bantuan alat-alat yang menarik, maka siswa akan merasa senang dan
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
4) Suasana Belajar
Suasana belajar sangat penting dan akan berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik,
apabila terjadi komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa.
Di samping itu juga, adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana
belajar mengajar akan berlangsung dengan baik, dan isi pelajaran disesuaikan
dengan karakteristik siswa, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
5) Kondisi Siswa yang Belajar
Siswa atau anak memiliki sifat yang unik atau sifat yang berbeda,
tetapi juga memiliki kesamaan yaitu memiliki langkah-langkah
perkembangan dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui
pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang demikian akan dapat berpengaruh
pada partisipasi siswa dalam proses belajar. Untuk itu, kegiatan pengajaran
lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa bukan peran guru yang
dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator, motivator dan sebagai
pembimbing.
d. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Penjasorkes
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Penjasorkes guru harus
berpedoman pada kurikulum yang di sesuaikan, sehingga diharapkan siswa akan
dapat mencapai standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran, dan
tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik. Agar tercapai
tujuan tersebut guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam kegiatan
pembelajaran, baik dalam penggunaan media maupun dalam strategi dan
pendekatan pembelajaran. Untuk dapat mencapai tujuan siswa dapat
mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik, dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani, guru harus memiliki dan menerapkan berbagai
strategi pembelajaran maupun pendekatan, serta mampu menggunakan alat-alat
pembelajaran yang tersedia, maupun menciptakan atau memodifikasi bentuk-
bentuk permainan yang menarik siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai
ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi
nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan hidup
sehat. Cara pelaksanaan pembelajaran kegiatan dapat dilakukan dengan latihan,
menirukan, permainan, perlombaan, dan pertandingan, sehingga siswa dapat
memperoleh situasi dan pengalaman pembelajaran yang lebih konkret, bermakna
serta menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan, antara lain: pendekatan kontekstual,
pendekatan modifikasi, pendekatan analisa gerak, dan pendekatan bermain.
1) Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual atau sering disebut CTL (Contextual
Teaching and Learning). “CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari” (E. Mulyasa, 2011:102). Pembelajaran Kontekstual
dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas
yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembelajaran kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut:
a) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya, b) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk
semua topik, c) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya,
d) ciptakan masyarakat belajar, e) hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran, f) lakukan refleksi di akhir pertemuan, g) lakukan penilaian
yang sebenarnya dengan berbagai cara.
2) Pendekatan modifikasi
Pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam
pembelajaran pendidikan jasmani. Seorang guru pendidikan jasmani yang
kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang
sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga
anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan.
Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam
kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif,
afektif dan psikomotorik anak. Rusli Lutan (1988) menyatakan modifikasi
dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar:
a) siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, b) meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, c) siswa dapat melakukan
pola gerak secara benar.
3) Pendekatan bermain
Pendekatan bermain adalah suatu model pembelajaran aktifitas
jasmani yang merupakan salah satu metode yang tepat dimana keaktifan dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sekalipun sambil bermain
mereka sudah melaksanakan kegiatan jasmani sebagai upaya untuk menjaga
kebugaran tubuh. Hal ini sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitif,
psikomotorik dan afektif siswa.
4) Pendekatan analisa gerak
Pendekatan analisa gerak adalah suatu pembelajaran melalui teknik
partisipatif untuk membantu siswa membiasakan diri untuk menganalisa
gerak agar termotivasi untuk mampu mengoreksi gerakan siswa dalam proses
belajar mengajar. Dengan demikian dirasa perlu guru pendidikan jasmani
membiasakan diri menganalisa setiap gerak yang dilakukan siswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan khususnya jasmani, agar termotivasi untuk
mampu mengoreksi gerakan siswa dalam proses belajar mengajar.
pendekatan ini mungkin sangat khusus yang artinya model pembelajaran
dengan cara pendekatan analisa gerak tidak mungkin diterapkan pada anak
tingkat sekolah dasar, melainkan pada tingkat SLTP, SLTA maupun
perguruan tinggi.
4. Alat Bantu Pembelajaran
a. Pengertian
Alat bantu pembelajaran adalah fasilitas atau sarana pembelajaran yang
digunakan untuk membantu guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran.
Fasilitas ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah atau memperlancar
tugas, dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu sifat yang relatif
permanen tersebut, adalah susah untuk dipindah-pindahkan. Contoh: halaman
sekolah, lapangan sepakbola, lapangan bola basket, lapangan bola voli, gedung
serba guna (sport hall), bak lompat jauh, dan sejenisnya. Untuk kepentingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pembelajaran Penjasorkes, prasarana lain yang dapat dimanfaatkan misalnya:
ruang kelas yang kosong, parit, selokan, tangga, taman dengan kelengkapannya.
Sementara alat bantu pembelajaran Penjasorkes merupakan alat yang sifatnya
tidak permanen, artinya dapat digunakan dalam kondisi berpindah-pindah atau
mudah digunakan dengan beberapa modifikasi. Dalam pembelajaran lompat jauh
alat bantu pembelajaran dapat berupa ban bekas kendaraan, simpai, kardus bekas,
bendera atau bola yang digantung.
Alat bantu pembelajaran sering disebut juga sebagai media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan
pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Menurut
Gagne, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang
dapat mendorong anak untuk belajar. Menurut Briggs, media adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta mendorong anak untuk belajar
(Badru Zaman, 2008:44).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alat bantu atau
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dengan media dan
alat bantu yang tepat, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan
partisipasi anak dalam pembelajaran akan terwujud. Teridentifikasi dan
terpenuhinya alat bantu dan media yang dibutuhkan, maka menjadikan
pembelajaran dalam tingkat keberhasilannya. Hal ini dapat mempersiapkan
kemandirian anak dalam melakukan aktivitas belajarnya. Pada gilirannya dapat
menciptakan generasi yang sukses dalam tugasnya.
b. Fungsi dan Manfaat Alat Bantu Pembelajaran
Manfaat alat bantu atau media pembelajaran menurut Badru Zaman
(2008:44), diantaranya sebagai berikut:
1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan tetapi
memiliki fungsi sendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi
pembelajaran yang lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran
sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi
belajar yang diharapkan.
3) Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan dan
isi pembelajaran. Hal ini mengundang makna bahwa penggunaan media
dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan atau kemampuan
yang akan dikuasai peserta didik.
Peran dan fungsi media atau alat bantu pembelajaran Penjasorkes
di Sekolah Dasar adalah: (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
mampu bersaing dan kerjasama di era globalisasi, (2) meningkatkan keterampilan
dan kualitas fisik untuk mendukung aktivitas sehari-hari, (3) meningkatkan
kemandirian dalam mengikuti intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan belajar
di rumah.
Alat bantu atau media pembelajaran merupakan salah satu jendela bagi
guru bagaimana caranya agar peserta didik mampu melaksanakan pembelajaran
dengan baik, tidak mudah jenuh, ceria dan mampu mencerna atau paham setiap
pengajaran yang diberikan oleh guru, khususnya media pembelajaran olahraga
(lompat jauh dalam cabang olahraga atletik). Untuk itu, guru harus pandai-
pandai membuat media pembelajaran yang murah, meriah, simpel tapi mampu
mencapai pembelajaran yang optimal.
c. Optimalisasi Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran
Pembelajaran Penjasorkes di SD hendaknya menyediakan berbagai
fasilitas untuk menunjang berbagai program aktivitas yang akan diajarkan guru.
Dengan tersedianya fasilitas (alat bantu/media) pembelajaran yang memadai akan
dapat mengoptimalkan kemampuan guru dalam menunjang proses pembelajaran
yang efektif dan efisien dalam pembelajaran. Apalagi pembelajaran Penjasorkes
sangat membutuhkan dukungan fasilitas yang memadai guna menghasilkan
proses pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu fasilitas pembelajaran harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dirancang untuk keseluruhan aktivitas yang mendukung potensi anak yang
didasarkan pada tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Sebagian besar SD tidak memiliki fasilitas pembelajaran untuk kegiatan
Penjasorkes yang memadai, baik mutu maupun jumlahnya. Padahal sarana,
prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani dan olahraga merupakan
salah satu faktor yang menentukan dalam kegiatan pembelajaran Penjasorkes.
Minimnya fasilitas pembelajaran tersebut, menuntut guru Penjasorkes lebih
kreatif untuk menciptakan peralatan dan perlengkapan lapangan sebagai alat
bantu pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan sekolahnya. Guru yang
kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi sesuatu
yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang lebih menarik, sehingga anak
merasa senang mengikuti pelajaran.
Dengan melakukan modifikasi alat bantu pembelajaran Penjasorkes
tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melakukan pembelajaran. Tetapi
sebaliknya, karena siswa akan difasilitasi untuk lebih banyak bergerak serta riang
gembira dalam bentuk-bentuk kegiatan berupa pendekatan bermain. Konsep ini
memaparkan kondisi dan lingkungan sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai
sarana, prasarana, media dan alat bantu pembelajaran Penjasorkes di SD.
Di samping itu juga dipaparkan cara membuat atau pengadaan sarana atau alat
bantu sederhana yang dapat dikembangkan/dibuat dari bahan-bahan yang ada
di sekitar lingkungan siswa.
Optimalisasi penggunaan alat bantu atau media pembelajaran lompat jauh
dimaksudkan untuk memaksimalkan penggunaan sarana modifikatif dilakukan
dengan permainan yang berprinsip pada penetapan tujuan (goal setting), yaitu
agar anak didik dapat melakukan teknik dasar lompat jauh melalui
permainan dengan alat-alat bantu yang menarik dan menyenangkan. Alat bantu
pembelajaran digunakan untuk melatih peserta didik dapat melakukan teknik
dasar lompat jauh, yakni: awalan, tolakan, saat melayang di udara, dan
pendaratan dengan baik dan benar dengan berbagai variasi bentuk permainan
yang menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5. Optimalisasi Pembelajaran Lompat Jauh dengan
Penggunaan Alat Bantu
Alat bantu pembelajaran adalah alat atau benda yang dapat dijadikan sebagai
suatu media pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan
efisien. Untuk itu dalam pembelajaran lompat jauh di sekolah dasar hendaknya
digunakan alat bantu pembelajaran untuk mengenalkan dan melatih kemampuan
melakukan teknik-teknik dasar lompat jauh yakni awalan, tolakan, sikap badan di
udara, dan pendaratan. Hal ini merupakan tugas guru Penjasorkes untuk menyikapi
secara kreatif dan inovatif dalam menciptakan alat bantu pembelajaran yang mudah
digunakan, murah, dan dapat memfasilitasi peserta didik untuk lebih banyak
bergerak dengan riang gembira.
Dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok, ada beberapa alat bantu
pembelajaran yang dapat digunakan antara lain, ban bekas kendaraan, simpai, kardus
bekas, bendera, tali, bola yang digantung, bilah bambu, bangku, dan sebagainya.
Penyajian pembelajaran lompat jauh untuk siswa di Sekolah Dasar melalui
optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran sebaiknya diberikan dalam bentuk
permainan, menirukan, penugasan atau perlombaan. Dapat diberikan melalui
beberapa bentuk permainan dengan alat bantu pembelajaran, antara lain:
a. Melakukan loncatan dengan alat tali yang diletakkan di atas tanah/lantai
menyerupai huruf S atau O.
b. Anak melakukan loncatan pada dua utas tali yang diletakkan sejajar menyerupai
dua buah garis lurus (rel kereta api).
c. Melakukan loncatan dengan alat simpai/ban yang diletakkan di atas tanah/lantai
membentuk lingkaran atau disusun lurus.
d. Anak melompati kotak atau boks yang disusun lurus.
e. Sambil berlari-lari, anak disuruh melompati rintangan atau bilah dan melompati
bangku-bangku (bangku Swedia).
f. Sambil berlari anak-anak disuruh melompati simpai atau ban mobil yang
dibaringkan, jarak antara simpai atau ban mobil yang satu dengan lainnya
3 sampai 5 m.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
g. Anak-anak melompat melewati tali atau target yang diletakkan di tanah, dengan
awalan lari dua langkah, tiga langkah, lima langkah, dan seterusnya.
h. Anak-anak melompat melewati tali yang dipasang dengan ketinggian 30 cm,
40 cm, 50 cm, dan seterusnya dengan awalan lari dua langkah, tiga langkah, lima
langkah, dan seterusnya.
Teknik-teknik latihan untuk lompat jauh juga dapat dilakukan dengan
beberapa latihan penunjang melalui optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran
(Muklis, 2007:18-21) sebagai berikut:
a. Mengukur jarak dan menentukan kaki yang dominasi
Mengukur jarak yang dicapai setiap pelompat dalam tiga lompatan
berturut-turut dari start hanya dengan kaki kanan. Pada setiap lompatan,
gerakkan paha kaki yang memimpin (kaki yang tidak melompat) hingga
horisontal. Melompatlah sejauh-jauhnya, kaki yang mencapai jarak lebih jauh
adalah kaki yang dominasi.
b. Melompat dengan satu kaki dan dua kaki
Pada melompat dengan satu kaki, luruskan kaki yang melompat sekuat
mungkin. Ayunkan kaki yang memimpin hingga horisontal. Gunakan tangan dan
ayunkan kedua tangan ke atas depan serentak dengan kaki yang memimpin. Pada
melompat dengan dua kaki, luruskan kaki sekuat-kuatnya dan kombinasikan
gerakan tersebut dengan ayunan tangan yang kuat. Tariklah kaki ke depan
di bawah tubuh untuk mencapai jarak sejauh mungkin.
c. Melompat dan melambung di atas serangkaian rintangan rendah
Dalam latihan ini, siswa melompat atau melambung di atas serangkaian
rintangan yang rendah (kardus bekas). Tangan digerakkan ke atas dan paha kiri
yang memimpin digerakkan ke atas hingga horisontal pada setiap lompatan.
d. Melompati gundukan pasir
Buatlah gundukan pasir di tengah bak pasir. Tambah ketinggian
gundukan pasir secara bertahap. Gundukan tersebut memaksa siswa untuk
menekukkan dan menarik kaki ke atas, di bawah bokong, dan kemudian
diluruskan ke depan untuk mendarat. Siswa melompat dengan kedua kaki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dan dari posisi melangkah dengan kaki yang melompat diletakkan
di depan.
e. Lompat jauh tahap dasar dengan tiga langkah memantul
Pada latihan ini lakukan tiga langkah memantul secara berurutan.
Pada langkah ketiga lakukan take off (melompat) dengan kaki yang dominan.
Tahanlah paha kaki yang memimpin pada posisi horisontal hingga mendarat di
bak pasir. Saat mendarat posisi satu kaki berlutut dengan kaki yang memimpin
berada di depan ditekukkan pada lutut.
f. Lompat jauh dengan take off tinggi
Siswa menggunakan run-up pendek (3 langkah), melangkah ke kotak
yang rendah (kardus/bangku) dan take off dari kotak untuk melompat ke pasir.
Take off yang ditinggikan memberikan lebih banyak waktu di udara untuk
mendapatkan posisi langkah yang baik dan membawa kedua kaki ke depan untuk
mendarat.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beragam kegiatan
yang dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan alat bantu pembelajaran dalam
bentuk permainan yang dapat diberikan kepada siswa dalam pembelajaran lompat
jauh. Kegiatan berbentuk permainan melalui optimalisasi alat bantu pembelajaran
dilakukan dengan alasan, agar siswa merasa senang dan bergairah dalam melakukan
lompat jauh. Dengan mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa guru
harus dapat merencanakan dengan matang proses pembelajaran dan memodifikasi
media pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan
pendekatan, teknik, metode pembelajaran yang berbentuk permainan agar siswa lebih
memiliki kemampuan tinggi terutama pada olahraga atletik nomor lompat jauh.
6. Macam-Macam Alat Bantu Pembelajaran Lompat Jauh
Dalam pembelajaran lompat jauh terdapat peralatan dan perlengkapan standar
yang digunakan antara lain, lapangan lompat jauh berupa bak pasir, papan/balok
tolakan dan mistar. Namun dalam pengajaran lompat jauh di sekolah dasar yang
berfokus pada latihan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok, maka dapat digunakan
beberapa alat bantu pembelajaran modifikatif yang dapat dibuat oleh guru secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sederhana dari bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. Beberapa macam
alat bantu pembelajaran lompat jauh antara lain:
a. Kardus, dapat digunakan untuk latihan melompat. Kardus bisa dibuat menjadi
berwarna-warni agar menarik. Penggunaan alat bantu kardus dapat divariasikan
dengan alat bantu lain, misalnya simpai/ban.
b. Papan/bangku-bangku swedia, dapat digunakan untuk latihan melompat. Bangku-
bangku ini bisa ditata menjadi beragam formasi. Penggunaan alat bantu bangku
hampir sama dengan kardus dan dapat dikombinasikan dengan alat bantu lainnya.
c. Simpai dan ban bekas kendaraan, dapat digunakan untuk latihan langkah, lari,
dan lompat. Penggunaannya dapat dikombinasikan dengan alat bantu lainnya
seperti kardus/bangku dan bisa ditata menjadi beragam formasi.
d. Bilah bambu dan tali karet, dapat digunakan untuk latihan melompat. Tali karet
bisa digunakan untuk permainan melompat secara berkelompok.
e. Gundukan pasir, dapat digunakan untuk latihan rangkaian gerak berlari dan
melompat.
f. Bola dan bendera, dapat digunakan untuk latihan meraih sasaran di atas guna
melatih gerakan sikap badan di udara atau gerakan melayang.
B. Kerangka Berpikir
Siswa kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten
Banjarnegara memiliki kesan bahwa olahraga atletik hanya berisi gerakan yang
monoton atau tidak bervariasi, yang isinya meliputi jalan, lari, lempar, dan lompat,
yang kurang menuntut tingkat keterampilan yang tinggi, namun melelahkan,
sehingga unsur keriangan dan kegembiraan tidak terungkap dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hal tersebut menimbulkan kejenuhan bagi siswa, yang menyebabkan
pembelajaran atletik dalam pendidikan jasmani kurang mendapat perhatian para
siswa.
Keberhasilan pembelajaran Penjasorkes yang berlangsung dengan efektif dan
optimal tergantung dari beberapa faktor, antara lain, dari guru, fasilitas, dan metode
mengajar. Kenyataan yang terjadi di SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar
Kabupaten Banjarnegara pada pembelajaran atletik nomor lompat jauh masih jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dari harapan, karena sebagian besar siswa belum berhasil tuntas dan hanya beberapa
siswa saja yang memiliki kemampuan lompat jauh yang baik dan tuntas belajar
dengan nilai 65 ke atas.
Untuk mencapai keberhasilan dalam proses dan hasil pembelajaran lompat
jauh, salah satu solusi yang dapat ditempuh adalah guru harus dapat memilih dan
menerapkan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat. Dalam kaitannya
dengan pembelajaran lompat jauh bagi siswa sekolah dasar diupayakan dengan
optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran melalui kegiatan bermain, karena
sesuai dengan karakteristik siswa yang masih senang bermain dan berkompetisi
dalam permainan. Dengan penggunaan alat bantu pembelajaran lompat jauh yang
dibuat secara menarik dengan beberapa alat dan bahan yang bervariasi dalam
kegiatan bermain akan membuat siswa senang, tertarik terhadap materi, termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran, dan melalui permainan menggunakan alat bantu
pembelajaran siswa tidak langsung belajar melakukan teknik yang akan dilaksanakan
dalam materi pembelajaran, tetapi berlatih melakukan teknik dasar melalui berbagai
macam formasi bentuk permainan dengan alat bantu yang tersedia.
Melalui inovasi pembelajaran dengan optimalisasi penggunaan alat bantu
melalui permainan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar
siswa dalam lompat jauh gaya jongkok. Dengan alat bantu yang beragam dan bentuk-
bentuk permainan yang menyenangkan serta berbeda-beda formasi dalam setiap
siklus penulis meyakini bahwa hasil belajar siswa dalam lompat jauh gaya jongkok
akan meningkat.
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk bagan,
seperti tampak di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 7. Bagan Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat
ditarik hipotesis sebagai berikut: “Optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V
SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran
2011/2012.”
Guru:
Mengoptimalkan
penggunaan alat bantu
pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok dengan
permainan
Siklus I
Optimalisasi alat bantu
dengan permainan
sederhana
Evaluasi dan refleksi
Kondisi
Awal
Guru:
Belum mengoptimalkan
penggunaan alat bantu
pembelajaran lompat jauh
gaya jongkok
Siswa:
Hasil belajar lompat jauh
gaya jongkok masih
rendah
Tindakan
Perbaikan
Siklus II
Optimalisasi alat bantu
dengan beragam
formasi dan variasi
permainan
Evaluasi dan refleksi
Simpulan
Kondisi
Akhir
Optimalisasi penggunaan
alat bantu pembelajaran
dapat meningkatkan hasil
belajar lompat jauh gaya
jongkok siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Slatri,
Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan
Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan mulai bulan April 2012
sampai dengan bulan Agustus 2012. Pengumpulan data dilakukan pada bulan
Mei – Juni 2012. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua siklus,
dimana setiap siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan. Untuk lebih jelasnya maka
penulis cantumkan jadwal kegiatan penelitian seperti di bawah ini.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Penelitian Bulan/Minggu
April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Penelitian
2. Penyusunan proposal
3. Konsultasi dan revisi proposal
4.
Menyiapkan perangkat pembelajaran
dan instrumen penelitian (lembar
observasi)
5. Pelaksanaan tindakan
a. Siklus I (perencanaan, tindakan,
observasi, refleksi)
b. Siklus II (perencanaan, tindakan,
observasi, refleksi)
6. Pengumpulan dan analisis data,
serta evaluasi
7. Penyusunan laporan/skripsi
8. Ujian skripsi dan revisi
9. Penggandaan dan pengumpulan
laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Slatri, Kecamatan
Karangkobar Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah
27 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif berupa data hasil belajar lompat jauh gaya jongkok yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan data kualitatif
berupa data hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran oleh siswa dan
guru. Sumber data penelitian berasal dari siswa dan guru. Sumber data yang
berasal dari siswa berupa data tentang hasil belajar lompat jauh gaya jongkok
yang meliputi aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek psikomotorik.
Sedangkan data yang berasal dari guru berupa data tentang keterampilan/
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran melalui optimalisasi penggunaan
alat bantu pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar lompat jauh
gaya jongkok.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari dua cara, yakni:
tes praktik lompat jauh dan observasi (pengamatan).
1. Tes praktik lompat jauh dipergunakan untuk mendapatkan data siswa tentang
hasil gerakan lompat jauh gaya jongkok.
2. Observasi dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar lompat jauh gaya
jongkok dan aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Sedangkan alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar tes kognitif (pemahaman materi) dan lembar penilaian psikomotorik
(unjuk kerja) lompat jauh gaya jongkok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Lembar pengamatan sikap (afektif) dan lembar pengamatan kegiatan
pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa, guru, media/alat bantu pembelajaran
dan sarana prasarana.
E. Uji Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah (Suharsimi Arikunto, 2006:168). Validasi data dilakukan untuk mendapatkan
data yang benar-benar mendukung dan sesuai dengan karakteristik permasalahan
maupun tujuan penelitian. Validasi data dilakukan agar data yang diperoleh objektif,
sahih, dan andal. Validasi atau pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian
tindakan kelas dilakukan dengan berpedoman pada teknik penetapan aktivitas
pembelajaran pada siklus-siklus berikutnya, yang diperoleh berdasarkan hasil refleksi
atau aktivitas dan hasil pengamatan pada siklus sebelumnya.
Uji validitas data dalam penelitian tindakan kelas dapat dilakukan dengan
triangulasi untuk meminimalkan subjektivitas. Triangulasi adalah pengecekan
kebenaran data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan dengan cara
mengkonfirmasikan kebenaran data, yaitu upaya mendapatkan informasi dari sumber
lain mengenai kebenaran data penelitian. Tindakan dalam teknik triangulasi antara
lain: (a) menggunakan cara yang bervariasi untuk memperoleh data yang sama,
misalnya untuk menilai hasil belajar dengan tes tertulis, (b) melakukan uji coba tes
penguasaan siswa, (c) melakukan uji coba kuesioner perhatian siswa, (d) menggali
data yang sama dari sumber yang berbeda yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan
data temuan penelitian dengan cara mengkonfirmasikannya dengan sumber data agar
informasi yang diperoleh benar-benar valid atau dapat dipercaya, (e) melakukan
pengecekan ulang dari data yang telah terkumpul, (f) melakukan pengolahan dan
analisis ulang dari data yang terkumpul.
Selain itu uji validitas data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan audit
trail dan expert opinion. Audit trail yakni dilakukan dengan memeriksa catatan-
catatan yang ditulis oleh peneliti atau peer observer atau teman sejawat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan PTK. Expert opinion yaitu
kegiatan untuk mengkonsultasikan hasil temuan atau meminta nasihat kepada para
ahli. Dalam penelitian ini, penulis mengkonsultasikan hasil temuan-temuan kepada
pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan terhadap masalah penelitian.
F. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan angka rerata antara siklus dan
dengan indikator kinerja. Hasil analisis digunakan untuk menyusun rencana tindakan
kelas berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.
G. Indikator Capaian Penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditentukan sebagai berikut:
1. Secara individu, siswa memperoleh nilai hasil belajar lompat jauh sesuai KKM
yang ditentukan di sekolah yakni 65 keatas.
2. Secara klasikal, penelitian ini dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar
siswa dalam lompat jauh, jika sekurang-kurangnya 80% dari jumlah siswa tuntas
belajar.
Secara lebih rinci persentase indikator ketercapaian penelitian tindakan kelas
ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Prediksi Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Aspek yang
diukur
Kondisi Awal
(Pra Siklus)
Persentase Target
Capaian Cara Mengukur
Siklus I Siklus II
Hasil belajar
lompat jauh
gaya jongkok
41% 60% 80% Diukur melalui ketuntasan
belajar siswa pada lompat
jauh gaya jongkok (aspek
psikomotor, afektif, dan
kognitif) sesuai dengan
KKM sekolah 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk classroom action research
(Penelitian Tindakan Kelas) dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur dalam
dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: (1) perencanaan (planning),
(2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Hasil refleksi sebagai landasan bertindak pada pembelajaran berikutnya jika tindakan
yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah, seperti tampak pada gambar
berikut ini.
Gambar 8. Diagram Daur Penelitian Tindakan Kelas (Spiral Tindakan Kelas),
adaptasi dari Hopkins dalam Kardiawarman dkk (1998:5-6)
Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan
dijabarkan sebagai berikut:
1. Rancangan Penelitian Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan yakni menyiapkan
langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran yang telah
ditentukan, yaitu optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran, menyiapkan
sarana prasarana, skenario pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi Tindakan
Observasi
Perencanaan
Ulang Siklus II
Perencanaan
Ulang Siklus ke-n
Refleksi Observasi
Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pembelajaran (RPP), menyiapkan instrumen-instrumen penelitian, berupa
instrumen tes/penilaian, lembar pengamatan yang meliputi lembar pengamatan
sikap (afektif) dan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya
berkoordinasi dengan teman sejawat untuk menentukan waktu penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah perencanaan dilakukan, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan
tindakan, yang dilakukan dalam dua siklus, dan tiap siklus dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pelaksanaan tindakan
pada siklus I sebagai berikut:
1) Pertemuan ke-1
a) Kegiatan Awal
(1) Mengkondisikan siswa, berdoa dan absensi.
(2) Melakukan pemanasan yang mengacu pada kegiatan inti, yakni
permainan lari dan lompat melewati kardus dalam bentuk lomba.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru menjelaskan tentang materi lompat jauh gaya jongkok.
(2) Guru memberikan contoh gerakan dasar lompat jauh gaya jongkok.
(3) Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk melakukan permainan
melompati bilah tanpa awalan dan dengan awalan.
(4) Melakukan permainan melompat sambil meraih benda (bendera)
dengan kedua tangan yang dibuat kompetisi antarkelompok.
(5) Mengadakan latihan evaluasi meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik (meraih bendera dari awalan hingga pendaratan).
c) Kegiatan Akhir
(1) Membariskan siswa dan mengecek kembali kelengkapan siswa.
(2) Membetulkan gerakan-gerakan yang kurang sempurna.
(3) Pendinginan dengan permainan membuat terowongan kereta sambil
menyanyikan lagu “Naik Kereta Api”.
2) Pertemuan ke-2
a) Kegiatan Awal
(1) Mengkondisikan siswa, berdoa dan absensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
(2) Melakukan pemanasan yang mengacu pada kegiatan inti, yakni
permainan lari lompat simpai dan kardus dalam bentuk lomba.
b) Kegiatan Inti
(1) Menguji kembali pengetahuan siswa tentang gerakan dasar lompat
jauh gaya jongkok.
(2) Guru menjelaskan bentuk dan langkah-langkah permainan dengan
optimalisasi penggunaan alat bantu, yakni permainan meloncat dari
atas bangku dan melompat menyundul bola yang digantung.
(3) Melakukan permainan meloncat dari atas bangku dilanjutkan dengan
melakukan permainan melompat menyundul bola yang digantung
dengan awalan dalam bentuk kompetisi antarkelompok.
(4) Melakukan evaluasi meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
(rangkaian gerak dasar lompat jauh gaya jongkok).
c) Kegiatan Akhir
(1) Membariskan siswa dan absensi (mengecek siswa).
(2) Membetulkan gerakan-gerakan yang kurang sempurna.
(3) Pendinginan dengan permainan berjalan bergandengan tangan.
c. Tahap Observasi
Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang bertugas sebagai observer
terhadap siswa dan guru. Observer mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dan mengamati guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil
pengamatan dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan.
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan
yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.
Refleksi dilakukan oleh guru yang dibantu teman sejawat.
2. Rancangan Penelitian Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan sama dengan pada siklus I yakni,
menyiapkan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran, menyiapkan sarana prasarana,
skenario pembelajaran dalam bentuk RPP, menyiapkan instrumen-instrumen
penelitian, berupa instrumen tes/penilaian, lembar pengamatan sikap (afektif) dan
lembar pengamatan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya berkoordinasi dengan
teman sejawat untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dalam dua kali pertemuan, dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit setiap pertemuan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II
sebagai berikut:
1) Pertemuan ke-1
a) Kegiatan Awal
(1) Mengkondisikan siswa, berdoa dan absensi.
(2) Melakukan pemanasan yang mengacu pada kegiatan inti, yakni
permainan “Menjala Ikan”.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru menjelaskan kembali tentang materi lompat jauh gaya jongkok
dan beberapa siswa diminta mempraktikkan gerakan dasar, yakni
awalan, tolakan, saat melayang di udara, dan pendaratan.
(2) Melakukan permainan melompati ban bekas dan melompat melewati
kardus berbentuk segiempat yang dibuat kompetisi antarkelompok.
(3) Mengadakan latihan evaluasi meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik (gerakan awalan hingga pendaratan lompat jauh).
c) Kegiatan Akhir
(1) Membariskan siswa dan mengecek kembali kelengkapan siswa.
(2) Membetulkan gerakan-gerakan yang kurang sempurna.
(3) Pendinginan dengan bernyanyi lagu Naik Kereta Api sambil bermain.
2) Pertemuan ke-2
a) Kegiatan Awal
(1) Mengkondisikan siswa, berdoa dan absensi.
(2) Melakukan pemanasan yang mengacu pada kegiatan inti, yakni
melakukan peregangan tungkai dan punggung, latihan kelentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
lutut dan pergelangan kaki, latihan jongkok-berdiri dilanjutkan
melakukan permainan jingkat melewati kardus.
b) Kegiatan Inti
(1) Menguji kembali pengetahuan siswa tentang materi lompat jauh.
(2) Guru menjelaskan langkah-langkah permainan dengan optimalisasi
penggunaan alat bantu, yakni permainan lompat tali karet dan
melompat meraih bendera.
(3) Melakukan permainan lompat tali karet dan permainan melompat
meraih bendera dengan kedua tangan, dilanjutkan dengan melakukan
permainan kombinasi antara lompat tali karet dan meraih bendera.
(4) Melakukan evaluasi meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
(rangkaian gerak dasar lompat jauh gaya jongkok).
c) Kegiatan Akhir
(1) Membariskan siswa dan absensi (mengecek siswa).
(2) Membetulkan gerakan-gerakan yang kurang sempurna dan memuji
siswa yang melakukan gerakan dengan baik dan benar.
(3) Pendinginan dengan permainan tembak-tembakan.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi yang dilakukan sama dengan siklus I oleh observer,
terhadap siswa dan guru. Observer mengamati aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dan mengamati guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui
optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran. Hasil pengamatan dicatat
dalam lembar observasi yang telah disiapkan.
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi dilakukan oleh guru yang dibantu teman sejawat, yakni
menganalisis kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilakukan baik dari sisi guru, siswa, sarana dan prasarana, dan proses
pembelajaran melalui optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran secara
keseluruhan. Apabila hasil-hasil penelitian yang diharapkan dapat tercapai sesuai
dengan indikator keberhasilan, maka penelitian berakhir pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang peneliti lakukan sebelum
menerapkan optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran lompat jauh diketahui
hasil belajar siswa masih rendah. Kemampuan siswa dalam melakukan gerakan
lompat jauh gaya jongkok masih belum maksimal, aktivitas siswa dalam
pembelajaran kurang, sehingga mayoritas siswa belum tuntas belajar sesuai dengan
KKM yang ditentukan di sekolah yakni 65.
Berikut disampaikan hasil pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada
studi pratindakan dari 27 siswa kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar
Kabupaten Banjarnegara dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Pratindakan
Kegiatan
pembelajaran
Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Pratindakan 11 41% 16 59%
Dari data tersebut dapat dilihat lebih jelas dalam grafik seperti di bawah ini.
Gambar 9. Grafik Ketuntasan Belajar pada Pratindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dari hasil pembelajaran pada studi pratindakan dalam tabel dan grafik di atas,
diketahui hanya 11 anak (41%) yang sudah mencapai nilai KKM (65) atau sudah
tuntas belajar, sedangkan 16 anak (59%) belum tuntas. Data tersebut menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa dalam melakukan rangkaian gerakan lompat jauh gaya
jongkok masih rendah.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya
jongkok, maka peneliti menerapkan optimalisasi penggunaan alat bantu dalam proses
pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari dua
kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Untuk
mengatasi kendala dalam pembelajaran sebelumnya, pada tiap siklus akan diterapkan
beberapa permainan dengan mengoptimalkan penggunaan alat bantu pembelajaran
yang berbeda di setiap pertemuan. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi
dilakukan evaluasi pada akhir masing-masing siklus yang meliputi tiga aspek
(afektif, kognitif, dan psikomotorik) melalui metode tes dan observasi.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Hasil Tindakan Siklus I Pertemuan 1
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Berdasarkan identifikasi masalah pada pembelajaran pratindakan, peneliti
melakukan perencanaan untuk siklus I pertemuan 1 sebagai berikut:
1) Peneliti berkoordinasi dengan teman sejawat untuk membantu dalam
pembelajaran sebagai observer (guru pengamat).
2) Peneliti menentukan strategi pembelajaran dengan penerapan optimalisasi
penggunaan alat bantu pembelajaran dan merancang skenario tindakan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Peneliti menyiapkan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran.
4) Peneliti menyiapkan media dan alat bantu pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
skenario tindakan yang telah dirancang dalam RPP, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam waktu 10 menit yang meliputi
kegiatan mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran dengan
membariskan siswa dalam 4 bersap, memimpin doa memulai pembelajaran,
dan absensi mengecek kehadiran siswa. Kegiatan selanjutnya pemanasan
dalam bentuk permainan lari dan lompat dengan kompetisi antar kelompok.
Cara melakukan permainan yaitu, anak dibagi menjadi dua kelompok, berlari
dan melompati kardus yang dipasang dengan jarak 2 meter sejauh 10 meter.
Permainan ini dilakukan selama dua kali putaran, dan kelompok yang dapat
menyelesaikan lebih dulu menjadi pemenang.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilakukan dalam waktu 50 menit. Peneliti menjelaskan
secara singkat tentang materi lompat jauh dan memberikan contoh gerakan
teknik dasar lompat jauh meliputi awalan, tolakan, saat melayang di udara,
dan pendaratan. Setelah itu menjelaskan tentang penggunaan alat bantu
pembelajaran untuk permainan yang akan dilakukan beserta prosedur
permainannya. Dalam kegiatan inti dilakukan 3 permainan dengan alat bantu
yang berbeda dalam bentuk kompetisi antarkelompok, sebagai berikut:
a) Permainan melompati bilah tanpa awalan
Permainan dengan alat bantu bilah ini bertujuan untuk melatih
koordinasi sikap badan pada saat melakukan lompatan meliputi posisi
tangan dan ayunan tangan, pandangan mata, dan posisi kaki saat menolak
dan mendarat. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok. Bilah disusun sebanyak
6 buah, siswa melompati bilah dengan posisi tolakan menggunakan kaki
yang terkuat dan mendaratkan dua kaki bersamaan dengan posisi tangan
di depan dada, gerakan ini dilakukan secara bergantian dalam masing-
masing kelompok.
b) Permainan melompati bilah dengan awalan
Permainan ini bertujuan untuk melatih koordinasi sikap badan
mulai dari awalan sampai mendarat. Siswa dibagi menjadi dua kelompok
berbanjar ke belakang. Cara melakukannya, siswa jalan 5 langkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
ke depan, menolakkan kaki kiri di garis pembatas, lompat sejauh-jauhnya
dan mendarat dengan kedua kaki bersamaan, lutut mengeper dan posisi
tangan di depan dada. Bagi kelompok yang anggotanya paling banyak
melompat dengan jarak terjauh menjadi pemenang.
c) Permainan melompat sambil meraih bendera dengan kedua tangan
Permainan dengan mengoptimalkan penggunaan alat bantu
bendera ini bertujuan untuk melatih kaki tumpu dan melayang. Siswa
dibagi menjadi 4 kelompok, secara bergantian melakukan permainan ini.
Salah satu siswa memegang bendera, siswa di barisan pertama lari dengan
cepat sampai garis tumpu, menolak dengan kedua kaki untuk meraih
bendera dengan kedua tangan, kemudian mendarat dengan kedua kaki
bersama-sama dan lutut mengeper, posisi tangan di depan dada.
Peneliti melakukan penilaian pengamatan sikap pada saat siswa
melaksanakan permainan. Setelah ketiga permainan selesai dilakukan,
peneliti mengadakan latihan evaluasi kognitif dan psikomotorik. Siswa secara
bergiliran melakukan lompat jauh gaya jongkok pada bak pasir sesungguhnya
dengan rangkaian gerakan awalan, tolakan, sikap badan di udara dan
mendarat.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 10 menit, meliputi kegiatan
pendinginan dan mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa
berbaris menjadi tiga bersap dan memperhatikan penjelasan peneliti tentang
kesalahan-kesalahan gerakan dan memberi apresiasi melalui pujian pada
siswa yang telah melakukan dengan baik. Selanjutnya untuk pendinginan,
siswa bernyanyi bersama lagu “Naik kereta api” sambil bermain terowongan.
c. Pengamatan Tindakan (Observing)
Pengamatan dilakukan oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran
berlangsung. Observer mengamati aktivitas siswa, mengamati keterampilan guru
menerapkan pembelajaran melalui penerapan optimalisasi penggunaan alat bantu
serta sarana prasarana yang digunakan dalam pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1) Hasil pengamatan terhadap siswa
Dari hasil pengamatan terhadap siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Belum semua siswa semangat dan antusias dalam mengikuti permainan
karena siswa belum terbiasa dengan bentuk permainan yang dilakukan,
namun sebagian besar siswa sudah aktif dalam bergerak.
b) Masih banyak siswa yang bercanda dengan temannya dan tidak
memperhatikan penjelasan dari peneliti atau ketika peneliti memberi
contoh-contoh gerakan sehingga pada saat melakukan gerakan masih
salah.
c) Anak tampak mulai senang setelah permainan yang ketiga yakni meraih
bendera karena memacu semangat siswa untuk bergerak melompat dan
meraih bendera dengan sempurna.
d) Pada saat kegiatan penutup sebagian besar siswa merasa kelelahan
sehingga konsentrasinya kurang dan tidak memperhatikan peneliti dalam
mengoreksi kesalahan-kesalahan gerakan.
e) Siswa tampak semangat lagi ketika kegiatan pendinginan dengan
bernyanyi lagu naik kereta api sambil bermain terowongan.
2) Hasil pengamatan terhadap guru/peneliti
Dari hasil pengamatan terhadap guru/peneliti dapat disimpulkan
bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan skenario
tindakan dalam RPP yang telah direncanakan. Penggunaan alat bantu dalam
kegiatan permainan yang dirancang sudah baik meskipun masih sederhana
tetapi dapat memacu siswa untuk aktif bergerak. Penampilan peneliti dalam
mengajar sudah baik, tegas dan ramah, tetapi guru hanya berdiri di depan
barisan saja, sehingga penjelasan yang diberikan tidak begitu jelas sampai ke
barisan belakang.
3) Hasil pengamatan terhadap sarana dan prasarana
Media dan alat peraga yang digunakan sudah mencukupi dengan
kegiatan permainan yang dilakukan dan dalam keadaan baik, meskipun masih
sangat sederhana. Kondisi lapangan yang digunakan kurang memadai,
apalagi bak pasir lompat jauh yang dimiliki sekolah sudah tidak memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Setelah selesai pembelajaran siklus I pertemuan ke-1, peneliti bersama
observer segera melakukan refleksi untuk menganalisis kekurangan dan
kelebihan yang muncul dalam proses pembelajaran berlangsung, sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Dengan menerapkan optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran
melalui kegiatan permainan siswa menjadi lebih aktif bergerak dan
termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa lebih semangat mengikuti
pembelajaran. Alat bantu yang digunakan membuat siswa merasa aman dan
nyaman dengan permainan yang dirancang oleh peneliti dapat mempermudah
siswa memahami gerakan-gerakan dasar lompat jauh gaya jongkok. Selain itu
permainan yang dilakukan dengan kompetisi antarkelompok menjadikan anak
lebih tertantang melakukan setiap kegiatan pembelajaran.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
Penggunaan alat bantu dalam permainan yang dilaksanakan pada
pertemuan ini masih sederhana sehingga siswa masih belum begitu antusias.
Beberapa siswa masih belum memperhatikan dalam pembelajaran dan
peneliti belum sepenuhnya dapat menangani siswa tersebut.
3) Rancangan perbaikan:
Dari keberhasilan dan kendala-kendala di atas, maka peneliti dan
observer menentukan upaya perbaikan untuk pertemuan ke-2, antara lain:
a) Peneliti perlu merancang penggunaan alat bantu dalam permainan yang
lebih variatif dan ditambah tingkat kesulitannya yang mencakup latihan
gerakan-gerakan dasar lompat jauh gaya jongkok.
b) Peneliti perlu lebih memperhatikan siswa yang kurang berhasil dan siswa
yang kurang memperhatikan pembelajaran dengan memberi motivasi
melalui pujian atau apresiasi terhadap setiap siswa.
c) Peneliti perlu lebih mengefektifkan penggunaan waktu yang telah
ditentukan agar setiap kegiatan dapat berlangsung dengan maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Hasil Tindakan Siklus I Pertemuan 2
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I pertemuan ke-1, peneliti dan
observer melakukan perencanaan tindakan untuk siklus I pertemuan ke-2 sebagai
berikut:
1) Menyusun skenario tindakan dalam bentuk RPP dengan beberapa perbaikan
dari pertemuan sebelumnya.
2) Menyiapkan lembar penilaian akhir siklus I.
3) Menyiapkan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran.
4) Menyiapkan media dan alat bantu pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario tindakan
dalam RPP yang telah direncanakan, dengan hasil kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Siswa berbaris menjadi empat bersap, berdoa dan peneliti mengecek
kehadiran siswa. Selanjutnya siswa melakukan pemanasan dengan
optimalisasi penggunaan alat bantu dalam permainan lari dan lompat
melewati simpai dan kardus. Siswa dikelompokkan menjadi 4 berbanjar,
siswa lari melewati beberapa simpai yang berjarak 3 meter dilanjutkan
melompati kardus dan mendarat di depan garis pembatas. Jarak yang
ditempuh sejauh 20 meter. Bagi kelompok yang dapat menyelesaikan
permainan lebih dahulu menjadi pemenangnya.
2) Kegiatan Inti (50 menit)
Dalam kegiatan inti siswa melakukan dua permainan dengan
optimalisasi alat bantu pembelajaran, sebagai berikut:
a) Meloncat dari atas bangku
Permainan dengan alat bantu bangku ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: siswa dibagi menjadi empat kelompok
berbaris berbanjar ke belakang. Siswa di barisan pertama melompat
ke atas bangku yang dipasang berjajar dengan jarak 1 meter. Setelah
melompati bangku ke-2 siswa mendaratkan kedua kakinya pada simpai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kemudian melompat lagi ke bangku berikutnya dan mendarat dengan dua
kaki bersama, lutut mengeper dan posisi kedua tangan di depan dada.
Permainan ini dilakukan dalam bentuk kompetisi antarkelompok. Dua
kelompok yang menjadi pemenang kembali melakukan permainan ini
satu putaran untuk menentukan kelompok juara. Guru memberikan
reward pada kelompok yang menjadi juara.
b) Melompat menyundul bola yang digantung
Pada kegiatan ini peneliti mengoptimalkan penggunaan alat bantu
bola yang digantung dalam permainan dengan formasi siswa masih sama
seperti semula. Permainan ini bertujuan untuk melatih siswa melakukan
rangkaian gerakan awalan, tolakan, sikap badan di udara (melayang), dan
mendarat. Guru menyiapkan lapangan untuk permainan ini dengan
memasang garis A, B, dan C, jarak garis A ke B 20 meter, jarak B ke C 2
meter. Siswa di barisan pertama lari secepat-cepatnya dari garis A sampai
garis B melakukan tolakan dengan salah satu kaki yang terkuat bersiap
melayang menyundul bola dengan kepala yang dipasang di tengah garis B
dan C, dilanjutkan melewati garis C dan mendarat dengan kedua tungkai
kaki rileks, begitu seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran.
Siswa yang tidak dapat menyundul bola kembali lagi ke garis A untuk
mengulang. Kelompok yang anggotanya selesai lebih dulu menjadi
pemenangnya.
Setelah siswa menyelesaikan kegiatan permainan, selanjutnya
dilakukan evaluasi akhir siklus I yang meliputi penilaian afektif, kognitif, dan
psikomotorik, yakni unjuk kerja lompat jauh pada lapangan bak pasir lompat
yang sesungguhnya secara individu sesuai dengan urutan absen.
3) Kegiatan Penutup (10 menit)
Pada kegiatan penutup siswa berbaris tiga bersap untuk
memperhatikan guru membetulkan gerakan yang kurang sempurna dan
memberikan apresiasi kepada semua siswa. Selanjutnya siswa melakukan
pendinginan dengan bermain “berjalan bergandengan tangan”, dari garis A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
ke garis B, kelompok yang tidak terlepas gandengannya sampai kembali
ke garis start lebih dahulu menjadi pemenangnya.
Dari evaluasi penilaian akhir siklus I diperoleh data tentang hasil belajar
siswa pada siklus I, seperti tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Kegiatan pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Siklus I 18 67% 9 33%
Dari data hasil belajar siswa pada tabel 4 tersebut akan tampak lebih jelas
dalam grafik di bawah ini.
Gambar 10. Grafik Ketuntasan Belajar pada Siklus I
c. Pengamatan Tindakan (Observing)
Dari hasil pengamatan yang observer lakukan pada siklus I pertemuan
ke-2 ini diperoleh hasil-hasil sebagai berikut:
1) Hasil pengamatan terhadap siswa
a) Siswa sudah terlihat antusias dan semangat mulai awal pembelajaran, dan
tampak senang melakukan permainan dalam pemanasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b) Siswa saling mendukung dalam kelompok dan saling berkompetisi
dengan sportif.
c) Beberapa siswa berlarian dan kejar-kejaran saat menunggu giliran
kelompok lain melakukan permainan sehingga tampak kelelahan dan
akhirnya menjadi kurang konsentrasi.
2) Hasil pengamatan terhadap guru/peneliti
Dari hasil pengamatan terhadap guru/peneliti dapat disimpulkan
bahwa dalam melaksanakan pembelajaran mulai kegiatan awal sampai
kegiatan akhir dapat peneliti lakukan dengan baik dan sesuai dengan skenario
yang telah dirancang. Begitu juga dalam mengalokasikan waktu untuk tiap
permainan peneliti sudah dapat mengatur dengan lebih baik dari sebelumnya,
meskipun belum optimal.
3) Hasil pengamatan media dan sarana/prasarana
Media yang digunakan pada pertemuan ke-2 ini masih belum
mencukupi untuk jumlah siswa sehingga permainan dilakukan secara
bergantian, sedangkan lapangan yang digunakan meskipun kurang memadai
namun peneliti sudah berusaha mengkondisikan agar dapat digunakan untuk
unjuk kerja lompat jauh gaya jongkok.
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Selesai pembelajaran peneliti dan observer segera melakukan refleksi
untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan yang muncul pada siklus I
pertemuan ke-2, sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Siswa menunjukkan semangat dan antusiasmenya terhadap permainan
dengan optimalisasi alat bantu pembelajaran yang dilakukan mulai dari
pemanasan, kegiatan inti sampai pendinginan sehingga suasana pembelajaran
menjadi lebih kondusif dan menyenangkan. Penggunaan alat bantu dalam
bentuk permainan yang berbeda dari pertemuan sebelumnya membuat siswa
menjadi tertantang untuk melakukan setiap permainan dengan baik. Dengan
bentuk kompetisi antarkelompok menumbuhkan sikap sportif dan membina
kerja sama dengan teman kelompoknya. Kemampuan siswa melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
rangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok meningkat, dilihat dari hasil
belajar siswa mencapai 67% atau 18 siswa tuntas belajar. Meskipun hasil
tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan
kelas ini, namun perolehan persentase keberhasilan sudah melebihi persentase
target capaian pada siklus I yakni 60%.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
a) Peneliti masih belum optimal dalam memperhatikan semua siswa,
sehingga masih ada beberapa siswa bermain sendiri dan kurang serius
dalam pembelajaran dan masih 9 siswa (33%) yang belum berhasil
sehingga peneliti perlu membimbing dengan lebih intensif.
b) Media yang digunakan belum memenuhi untuk jumlah siswa, sehingga
alokasi waktu yang digunakan menjadi kurang efektif.
3) Rencana Perbaikan:
Dari hasil pembelajaran dan pengamatan berupa keberhasilan dan
kendala-kendala tersebut, maka peneliti dan observer menentukan upaya
perbaikan untuk siklus II, antara lain:
a) Peneliti perlu merancang penggunaan alat bantu dalam bentuk permainan
yang lebih variatif untuk lebih membangkitkan motivasi dan semangat
siswa dalam pembelajaran.
b) Peneliti perlu menyiapkan media atau alat bantu pembelajaran yang
memadai dan mencukupi untuk jumlah siswa serta mengkondisikan
lapangan/bak pasir lompat jauh.
c) Peneliti akan memberikan motivasi secara kontinyu baik berupa kata-kata
pujian ataupun bentuk apresiasi melalui tepuk tangan dan acungan jempol
agar siswa terjaga semangat dan antusiasmenya sepanjang pembelajaran.
3. Hasil Tindakan Siklus II Pertemuan 1
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti melakukan
perencanaan dan bersama observer berkoordinasi menyiapkan instrumen-
instrumen penelitian untuk siklus II pertemuan ke-1, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1) Menyusun skenario tindakan yang dirancang dalam RPP dengan perbaikan
mengacu pada pertemuan sebelumnya.
2) Menyiapkan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran
3) Menyiapkan media dan alat bantu pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario tindakan
dalam RPP yang telah direncanakan, dengan hasil kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Siswa berbaris menjadi tiga bersap dengan tertib dan disiplin
dilanjutkan berdoa memulai pembelajaran kemudian peneliti mengecek
kehadiran siswa. Selanjutnya siswa melaksanakan pemanasan dengan
permainan “Menjala Ikan”, yakni tiga anak menjadi jala berlari menangkap
ikan dan ikan yang tertangkap bergabung menjadi jala, anak yang tidak
berhasil ditangkap menjadi pemenangnya.
2) Kegiatan Inti (50 menit)
Peneliti mengulas materi secara singkat dan menunjuk beberapa siswa
untuk mempraktikkan gerakan-gerakan dasar lompat jauh gaya jongkok
kemudian menjelaskan penggunaan alat bantu pembelajaran dan prosedur
permainan yang akan dilakukan, sebagai berikut:
a) Melompati ban bekas
Pada permainan menggunakan alat bantu ban motor bekas ini
siswa berlatih melompat dan mendarat. Siswa dikelompokkan menjadi
dua berbanjar ke belakang. Dari garis A siswa melompati ban-ban bekas
berjarak 1 meter sampai garis B dengan mendaratkan kedua kaki bersama.
Kelompok yang anggotanya dapat menyelesaikan permainan lebih dulu
menjadi pemenangnya.
b) Melompati kardus formasi segi empat
Permainan menggunakan alat bantu kardus ini bertujuan untuk
melatih koordinasi gerakan lari awalan, tolakan kaki, melayang, dan
mendarat. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang masih sama dengan
permainan sebelumnya. Dengan aba-aba dari peneliti, siswa berlomba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
melompati kardus setinggi 50 cm berjarak 10 meter antarkardus,
melakukan tolakan pada keset dengan kaki terkuat untuk melompati
kardus sebanyak 4 buah dan setelah melompati kardus terakhir, siswa
mendaratkan kedua kaki bersama dengan posisi tangan ke depan.
Setelah melakukan dua permainan tersebut, siswa melakukan latihan
rangkaian gerakan teknik dasar dengan unjuk kerja lompat jauh gaya jongkok
pada bak pasir yang sesungguhnya.
3) Kegiatan Penutup (10 menit)
Pada kegiatan penutup siswa berbaris tiga bersap dan memperhatikan
guru membetulkan gerakan yang kurang sempurna. Peneliti memberikan
pujian dan mengapresiasi semua siswa yang telah melaksanakan
pembelajaran dengan baik. Pada kegiatan pendinginan siswa bernyanyi
bersama lagu “naik kereta api” sambil melakukan gerakannya.
c. Pengamatan Tindakan (Observing)
Observer mengamati kegiatan pembelajaran secara keseluruhan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Dari hasil pengamatan
diperoleh data sebagai berikut:
1) Hasil pengamatan terhadap siswa
a) Siswa berbaris dengan tertib, disiplin, dan tampak semangat memulai
pembelajaran.
b) Dalam setiap permainan yang dilakukan siswa terlihat antusias dan saling
mendukung dalam kelompoknya.
c) Siswa tampak memperhatikan penjelasan guru sehingga dapat melakukan
gerakan dalam permainan dengan baik.
2) Hasil pengamatan terhadap guru/peneliti
Dari hasil pengamatan terhadap guru/peneliti dapat disimpulkan
bahwa dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik dan sesuai skenario
tindakan dalam RPP. Penggunaan alat bantu pembelajaran dalam bentuk
permainan yang dirancang dapat mengaktifkan siswa dan melatih gerakan-
gerakan dasar lompat jauh gaya jongkok. Selain itu penampilan peneliti
dalam menyajikan pembelajaran sudah baik, tegas tetapi ramah dan sabar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
terhadap siswa. Peneliti juga sudah secara terus-menerus menjaga semangat
dan memotivasi siswa dengan memberikan pujian atau reward.
3) Hasil pengamatan terhadap media dan sarana pembelajaran
Media dan alat bantu yang digunakan sudah mencukupi untuk jumlah
siswa dan dalam kondisi yang baik dan menarik karena menggunakan ban
dan kardus berwarna-warni. Sedangkan lapangan sudah dapat dikondisikan
agar dapat digunakan untuk lompat jauh.
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)
Peneliti dan observer melakukan refleksi dan berdiskusi membahas hasil
pembelajaran dan hasil pengamatan untuk menganalisis keberhasilan dan
kegagalan serta merencanakan upaya perbaikan untuk pertemuan selanjutnya,
sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Penerapan optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran melalui
bermain dengan bentuk dan pola permainan yang lebih variatif telah
meningkatkan motivasi dan semangat siswa untuk aktif bergerak dalam setiap
kegiatan dengan lebih baik. Siswa lebih memahami cara melakukan lompat
jauh dengan koordinasi gerakan dasar yang benar.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
a) Masih ada siswa yang bercanda dengan teman ketika guru menjelaskan
prosedur permainan, sehingga dalam melakukan gerakan masih salah.
b) Peneliti kurang memberikan peringatan pada siswa yang tidak serius.
3) Rencana Perbaikan:
a) Peneliti akan merancang penggunaan alat bantu pembelajaran dalam
bentuk permainan yang berbeda dan lebih bervariasi sehingga siswa tidak
bosan dan tetap terjaga semangatnya.
b) Peneliti perlu mengawali kegiatan pemanasan dengan stratching sehingga
kondisi tubuh siswa akan lebih siap menerima kegiatan selanjutnya.
c) Peneliti akan membimbing siswa yang belum berhasil dan lebih
memperhatikan siswa yang kurang serius dengan memberikan motivasi
secara terus-menerus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4. Hasil Tindakan Siklus II Pertemuan 2
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II pertemuan ke-1, peneliti dibantu
observer melakukan perencanaan tindakan untuk siklus II pertemuan ke-2,
sebagai berikut:
1) Menyusun RPP dengan beberapa perbaikan yang mengacu pada pertemuan
sebelumnya.
2) Menyiapkan evaluasi akhir siklus II.
3) Menyiapkan media/alat bantu pembelajaran.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran dengan mengacu pada
skenario tindakan dalam RPP yang telah direncanakan, dengan hasil kegiatan
sebagai berikut:
1) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Peneliti mengkondisikan siswa untuk siap menerima pelajaran dengan
berbaris menjadi 4 bersap, absensi dan berdoa memulai kegiatan dilanjutkan
dengan pemanasan, yang meliputi peregangan tungkai dan punggung, latihan
kelentukan lutut dan pergelangan kaki, gerakan jongkok berdiri, dan
melakukan permainan jingkat di atas kardus dalam bentuk lomba. Bentuk
permainannya yaitu, siswa masih dalam formasi semula, setelah mendengar
aba-aba segera lari melompati beberapa kardus yang berjarak 50 cm sejauh
10 meter.
2) Kegiatan Inti (50 menit)
Peneliti menguji kembali pengetahuan siswa tentang gerakan-gerakan
dasar lompat jauh gaya jongkok dengan tanya jawab. Siswa diberi
kesempatan untuk bertanya tentang gerakan-gerakan yang belum dipahami.
Kemudian peneliti menjelaskan penggunaan alat bantu pembelajaran dan
prosedur permainan yang akan dilakukan, siswa melaksanakan beberapa
permainan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
a) Lompat tali karet
Permainan menggunakan alat bantu tali karet ini bertujuan untuk
melatih sikap badan di udara (melompat). Siswa dikelompokkan menjadi
2 kelompok berbaris berbanjar. Dalam tiap kelompok ada 4 anak yang
bertugas memegang tali karet, siswa lainnya melompat secara bergantian
dan dilakukan berulang-ulang. Siswa di barisan pertama, setelah
mendengar aba-aba segera lari cepat kemudian melompat setinggi-
tingginya melompati karet dan mendarat dengan kedua kaki lutut
mengeper condong ke depan.
b) Melompat meraih bendera
Permainan dengan alat bantu bendera dipasang pada tongkat yang
dipegang siswa ini untuk melatih kekuatan kaki tumpu dan melompat
setinggi-tingginya. Kegiatan ini pernah dilakukan pada pertemuan
sebelumnya, sehingga sebagian besar siswa sudah memahami. Siswa
berbaris berbanjar, salah satu siswa secara bergantian memegang bendera
dengan menggunakan kursi. Siswa secara bergantian melakukan kegiatan
ini dengan berlari cepat, ketika tepat di bawah bendera yang
menggantung, menolakkan kedua kaki untuk meraih bendera dengan
kedua tangan, kemudian mendarat dengan kedua kaki bersama-sama dan
lutut mengeper.
c) Melompat tali karet dan meraih bendera
Permainan dengan optimalisasi penggunaan alat bantu tali karet
dan bendera yang digantung ini adalah perpaduan dua permainan
sebelumnya. Dua siswa bertugas memegang tali karet dan salah satu
siswa memegang bendera di atas kursi dengan ketinggian tertentu. Secara
bergantian siswa dari garis awalan berlari melompati tali karet dan pada
titik tolak yang dipasang kesed, siswa melakukan tolakan dengan kaki
yang terkuat lalu melayang meraih bendera dengan kedua tangan dan
mendarat di bak pasir sejauh mungkin dengan kedua kaki bersama-sama
dengan posisi jongkok dan kedua tangan ke depan. Permainan ini
dilakukan secara berulang-ulang agar siswa terlatih melakukan gerakan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
gerakan teknik dasar lompat jauh gaya jongkok dengan koordinasi yang
benar dan dapat melompat sejauh-jauhnya.
Peneliti melakukan penilaian afektif pada saat siswa melakukan
permainan yakni dengan mengamati sikap siswa meliputi semangat, disiplin,
sportivitas, dan kesungguhan dengan lembar penilaian afektif yang telah
disiapkan, selanjutnya setelah melakukan beberapa permainan tersebut siswa
melaksanakan evaluasi akhir siklus II dengan tes tertulis bentuk isian untuk
penilaian kognitif dilanjutkan tes psikomotorik (unjuk kerja) lompat jauh
pada bak pasir sesungguhnya secara individu.
3) Penutup
Pada kegiatan penutup siswa dikumpulkan berbaris menjadi tiga
bersap untuk mendengarkan penjelasan dan memperhatikan peneliti dalam
mengoreksi gerakan-gerakan yang kurang sempurna. Peneliti juga
memberikan apresiasi terhadap siswa yang telah melaksanakan pembelajaran
dan menunjukkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang semakin baik.
Setelah itu siswa melakukan pendinginan dengan permainan tembak-
tembakan, bentuk permainannya yaitu: siswa dibagi dalam 6 kelompok terdiri
dari 5 anak, dan satu siswa memimpin permainan. Siswa di barisan nomor 5
mengatakan “bersedia” sambil menepuk nomor 4, lalu mengatakan “siap”
sambil menepuk siswa nomor 3 lalu mengatakan “kokang” sambil menepuk
siswa nomor 2, lalu mengatakan “tembak” sambil menepuk siswa nomor 1,
lalu mengatakan “dor” sambil menunjuk kelompok lain, begitu seterusnya
sampai batas waktu yang ditentukan.
Dari hasil evaluasi diperoleh data hasil belajar siswa dalam pembelajaran
lompat jauh gaya jongkok pada tabel di bawah ini.
Tabel 5. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Kegiatan pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Siklus II 24 89% 3 11%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Data hasil belajar siswa pada tabel 5 di atas akan tampak lebih jelas dalam
grafik di bawah ini.
Gambar 11. Grafik Ketuntasan Belajar pada Siklus II
c. Pengamatan Tindakan (Observing)
Rekan sejawat yang bertugas sebagai observer mengamati kegiatan
pembelajaran secara keseluruhan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan. Dari hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut:
1) Hasil pengamatan terhadap siswa
a) Siswa sudah tampak semangat saat memulai pembelajaran, berbaris
dengan tertib, disiplin, melakukan stratching dengan baik dan sungguh-
sungguh.
b) Dalam permainan tali karet, siswa terlihat lebih semangat dan antusias,
mereka tampak senang karena sudah terbiasa bermain tali karet sehari-
harinya.
c) Siswa terlihat sudah memahami maksud penggunaan alat bantu
pembelajaran dalam bentuk permainan yang dilakukan karena mengulang
permainan sebelumnya, tetapi tetap semangat karena pola permainannya
lebih bervariasi, di samping itu siswa termotivasi dengan pujian dan
apresiasi yang diberikan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
d) Pada saat kegiatan penutup, ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan peneliti karena kelelahan dan bercanda dengan teman
sebelahnya.
2) Hasil pengamatan terhadap guru/peneliti
Dari hasil pengamatan terhadap guru/peneliti dapat disimpulkan
bahwa dalam melaksanakan pembelajaran sudah baik dan sesuai skenario
tindakan dalam RPP. Optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran
dalam bentuk permainan yang dirancang dapat mengaktifkan siswa dan
melatih gerakan-gerakan dasar lompat jauh gaya jongkok. Selain itu
penampilan peneliti dalam menyajikan pembelajaran sudah baik, tegas tetapi
ramah dan sabar terhadap siswa. Peneliti juga sudah secara terus-menerus
menjaga semangat dan memotivasi siswa dengan memberikan pujian atau
reward, serta membimbing siswa yang belum maksimal dalam melakukan
lompat jauh gaya jongkok.
3) Hasil pengamatan terhadap media dan sarana pembelajaran
Media dan alat bantu yang digunakan sudah mencukupi untuk jumlah
siswa dan dalam kondisi yang baik. Sedangkan lapangan sudah dapat
dikondisikan agar dapat digunakan untuk lompat jauh.
d. Refleksi Tindakan (Reflecting)
Dari hasil pembelajaran dan hasil pengamatan, peneliti dan observer
melakukan refleksi dengan berdiskusi untuk menganalisis keberhasilan dan
kegagalan yang muncul pada siklus II pertemuan ke-2, sebagai berikut:
1) Penggunaan alat bantu pembelajaran yang dioptimalkan dalam bentuk
permainan yang diterapkan dengan bentuk dan pola permainan yang lebih
kreatif dan variatif telah mendorong siswa untuk aktif bergerak, memacu
semangat siswa mengikuti pembelajaran dan meningkatkan kemampuan
lompat jauh gaya jongkok, dengan hasil pembelajaran mencapai 89%
(24 anak) tuntas belajar.
2) Pemberian reward secara terus-menerus, baik melalui ucapan kata-kata
pujian maupun acungan jempol dan tepuk tangan dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
motivasi siswa dalam pembelajaran dan memacu siswa untuk dapat
melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan lebih baik.
3) Masih ada 3 anak (11%) yang belum tuntas, namun demikian kemampuannya
sudah lebih meningkat daripada sebelumnya, sehingga masih perlu
bimbingan lebih lanjut dari peneliti pada pembelajaran berikutnya.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Dari hasil deskripsi tiap siklus dapat dilakukan perbandingan tingkat
keberhasilan atau peningkatan yang dicapai dari pratindakan dan antarsiklus, yakni
siklus I dan siklus II. Untuk lebih memperjelas deskripsi perkembangan hasil belajar
lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar
Kabupaten Banjarnegara, di bawah ini disajikan tabel dan grafik peningkatan hasil
belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 6. Peningkatan Ketuntasan Siswa pada Pembelajaran Lompat Jauh
Gaya Jongkok dari Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
No. Kegiatan Pembelajaran Tuntas Tidak Tuntas
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. Pratindakan 11 41% 16 59%
2. Siklus I 18 67% 9 33%
3. Siklus II 24 89% 3 11%
Tabel 6 di atas menunjukkan adanya peningkatan tingkat keberhasilan atau
ketuntasan belajar siswa dari hasil pratindakan ke siklus I dan siklus II. Pada studi
pratindakan siswa yang tuntas hanya 11 anak (41%), belum tuntas 16 anak (59%)
meningkat pada siklus I siswa yang tuntas menjadi 18 anak (67%), belum tuntas 9
anak (33%), dan pada siklus II meningkat lagi jumlah siswa yang tuntas menjadi 24
anak (89%), belum tuntas 3 anak (11%).
Dari tabel 6 dapat digambarkan lebih jelas tentang peningkatan ketuntasan
siswa pada grafik di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 12. Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa
dari Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Dari grafik 12 di atas dapat dilihat peningkatan siswa tuntas belajar yang
cukup signifikan. Dari studi pratindakan ke siklus I terjadi kenaikan persentase
ketuntasan belajar siswa sebesar 26% atau bertambah 7 anak, sedangkan dari siklus I
ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 22% atau bertambah 6 siswa yang tuntas belajar.
D. Pembahasan
1. Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian siklus I menunjukkan bahwa untuk mengatasi
rendahnya hasil belajar siswa dalam lompat jauh gaya jongkok dengan menerapkan
optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran pada siswa kelas V SDN 2 Slatri,
Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara, ternyata memberikan peningkatan
kemampuan siswa melakukan lompat jauh gaya jongkok dan pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar yang signifikan jika dibandingkan dengan studi
pratindakan yakni 67% siswa tuntas belajar. Dengan penerapan optimalisasi
penggunaan alat bantu pembelajaran ini terjadi kenaikan ketuntasan belajar sebesar
26% bila dibandingkan dengan sebelum tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tindakan perbaikan yang peneliti lakukan dengan menerapkan optimalisasi
penggunaan alat bantu pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk permainan
sederhana dan kompetisi antarkelompok, ternyata menimbulkan ketertarikan bagi
anak sehingga menumbuhkan semangat dan antusiasme dalam mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh yang ternyata berkolerasi positif dengan
peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Robert J. Havigart (1995:71) dalam Rusna
Ristasa (2008), anak usia SD memiliki karakteristik senang bermain, senang
bergerak, senang belajar/bekerja kelompok dan senang melakukan atau
melaksanakan atau meragakan sesuatu secara langsung. Karakteristik ini membawa
implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang
memungkinkan adanya unsur permainan, dan anak aktif bergerak.
Dari analisis hasil-hasil penelitian dan pengamatan pada siklus I belum
memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian tindakan
kelas ini. Namun demikian persentase ketuntasan siswa telah melebihi persentase
target capaian yang ditetapkan pada siklus I yaitu 60%. Masih adanya kelemahan-
kelemahan yang muncul dikarenakan sebagian siswa belum terbiasa dan kurang
memahami maksud dari penerapan optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran,
sehingga peneliti perlu melakukan upaya perbaikan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian siklus II yang mendasarkan hasil refleksi pada
siklus I, peneliti menerapkan optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran
melalui permainan dengan bentuk dan pola permainan yang lebih kreatif dan variatif
untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa, ternyata memberikan
peningkatan hasil yang signifikan daripada siklus sebelumnya yakni mencapai 89%.
Jika dibandingkan dengan pratindakan kenaikan ketuntasan belajar sebesar 48%, dan
jika dibandingkan dengan siklus I maka kenaikannya sebesar 22%. Hasil penelitian
ini juga membuktikan bahwa penggunaan alat bantu pembelajaran yang dioptimalkan
dalam bentuk permainan yang lebih variatif dan dilakukan dengan kompetisi
antarkelompok dapat menumbuhkan sikap positif pada diri siswa yang meliputi
kedisiplinan, semangat dan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran, dan
sportivitas dalam bermain sehingga terbina kerja sama dalam kelompok dan saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
menghargai teman ataupun lawan yang juga memberikan kontribusi positif pada
peningkatan kemampuan siswa melakukan lompat jauh gaya jongkok dengan gerak
dasar yang benar.
Optimalisasi penggunaan alat bantu dalam pembelajaran lompat jauh gaya
jongkok dapat meningkatkan keberanian siswa untuk melakukan setiap kegiatan
latihan gerak dasar lompat jauh. Siswa tampak senang, merasa aman dan nyaman
dalam penggunaan alat bantu atau media pembelajaran yang turut memberikan
pengaruh signifikan dalam upaya meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya
jongkok pada siswa kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten
Banjarnegara. Hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Badru Zaman
(2008:44), yang menyampaikan bahwa penggunaan media pembelajaran bukan
merupakan fungsi tambahan tetapi memiliki fungsi sendiri dan merupakan bagian
integral dari keseluruhan proses pembelajaran sebagai sarana bantu untuk
mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
Dari analisis hasil-hasil penelitian dan pengamatan siklus II menunjukkan
bahwa tingkat ketuntasan siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yang
ditetapkan dalam penelitian ini, sehingga penelitian tindakan kelas berakhir pada
siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya dan dipadukan dengan perumusan masalah serta perumusan hipotesis,
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan optimalisasi penggunaan alat bantu dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa
kelas V SDN 2 Slatri Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara tahun
pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dari ketuntasan belajar yang selalu meningkat
secara signifikan dari pratindakan sebesar 41% menjadi 67% pada akhir siklus I dan
kembali meningkat pada akhir siklus II menjadi 89%.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian ini diketemukan cara yang lebih baik dalam mencapai
tujuan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V di SDN 2 Slatri
Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2011/2012
melalui penerapan optimalisasi penggunaan alat bantu pembelajaran. Selain itu ada
peningkatan pada aktivitas siswa dalam bergerak dan sikap positif yang ditunjukkan
oleh siswa meliputi kesungguhan dan semangat mengikuti pembelajaran, sportivitas
dalam bermain, dan terbinanya kerjasama dengan teman yang dapat berimplikasi
pada penerimaan materi dan pemahaman siswa sehingga memberikan kontribusi
positif dalam peningkatan kemampuan dan hasil belajar siswa.
C. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi guru Penjasorkes, hendaknya menerapkan optimalisasi penggunaan alat
bantu dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok di sekolah.
2. Guru Penjasorkes hendaknya dapat mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang di dalamnya terdapat unsur permainan dan optimalisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
penggunaan alat bantu pembelajaran, agar suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan.
3. Bagi sekolah, hendaknya mendukung pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes
dengan menyediakan media dan sarana prasarana yang memadai.
4. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini perlu diteruskan atau
ditindaklanjuti oleh setiap guru. Oleh karena itu sikap positif guru lain dan
Kepala Sekolah sangat diperlukan.
5. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk penelitian ini dilanjutkan guna
mendapatkan temuan yang lebih signifikan.