optimasi formula serbuk...
TRANSCRIPT
OPTIMASI FORMULA EMULGEL SERBUK KASAR PAP
Moch. Futuchul Arifin, Syarmalen4 Diana Serlahv,aty, Shafa Nabilah, Dida }laulid" Hshah,Hifziel Azhar.
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
ABSTRAK
Serbuk kasar papain sangai iritatif dan tidak stabil, unhrk itu diformulasi dalam sediaan emulgelmenggunakan rancangan faktorial 23. Tujuan penelitian adalah mengkaji efek gelling ag-ent(IIPMC 2,5yo, Carbomer 940 l%o), fase minyak (parafin cair 5 - 7,5yo), emulgator (Tween 80-Span 80 1,5 -2,5yo) dan menentukan formula optimum.
Viskositas, kemudahan sebar, aktivitas proteolitik dan aktivitas antimikroba papain sediaanemulgel digunakan sebagai parameter optimasi formula. Masing-masing parameter mempunyaicontour plot dan dengan superimposed countor plot dapat ditenhrkan daerah arsiran yangmerupakan daerah formula optimum.
Hasil analisis efek fa*tor dan interaksinya adalah: gelling agent berpengaruh_ secara signifikan(p < 0,05) dan dominan pada peningkatan viskositas sediaan emulgel, dan aktivitas proteolitikenzim p4pain, namun menyebabkan penurunan daya sebar dan diameter daerah hambat @DfD.Peningkatan konsentrasi parafin cair berefek secara dominan dan signifikan terhadappeningkatan daya sebar sediaan emulgel dan aktivitas proteolitik papain. Peningkatan kombinasiemulgator Tween 80-Span 80, berpengaruh secara dominan dan signifikan terhadap peningkatanviskositas dan penurunan daya sebar, aktivitas proteolitik dan DDH.
Dari analisis superirnposed contour plot dan response optimizer, diperoleh susuoan fomrulaoptimum adalah : gelling agent HMPC 2,5Yo, parafin ceur 6,5Yo dan kombinasi emulgator(Tween 80 - Span 80) sebesar 2,4oh.
Kata kunci : emulgel papain, rancangan faktorial, formula optimum.
PENDA}IULUAN
Kutit axi (stratum corneum) setiap 26 - 42 hari meremajakan diri, sel kulit yang semula bulat
berubah menjadi pipih saat naik kepennukaan dan terbentuk sel mati (Baumann Z00Z).
Penglupasan sel mati tidak terjadi secffa otomatis, namun dapat dipercepat melalui pengobatan,
agar pergantian sel bedangsung cepat sehingga melancarkan aliran darah sebagai sarana
penyedia makanan dan nutrisi bagi kulit. Salah satu pengobatannya adalah menggtrnakan
sediaan topikal mengandung enzim papain. Papain digunakan dalam indushi kosmetik sebagai
sediaan pembersih wajah, dengan melisis sel-sel mati yang melekat parla kulit wajah, noda atau
flek, sehingga kulit menjadi halus dan bersih. Telatr dilakukan penelitian (Arifin, Sari 2009)
L
(ERWEKA DT-60); pH meter (Meterlab PHM201), Mikroskop (Olympus tipe CH-2),
Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu tipe W 1601), homogenizer, LAF (Lominar Air Flow).
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi, Kimia Arralisis, Mikrobiologi dan
Biokima Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
METODE.
Penyadapan buah papaya dan Pembuatan serbak kasar popoir. Buah pepaya benrmur 2,5 - 3
bulan, disadap pada pagi hari (05.30 - 08.00 WIB) atau sore hari (17.3C - 18.30 WIB)
menggunakan pisau saCap dengan kedalaman l-2mm, paling banyak 5 garis torehan pada setiap
buahnya dari pangkal hingga ujung buah, jarak antara torehan l-2 cm. Getah ditampung pada
rurmpan yang dilapisi plastik, ditambahkan 0.7Yo lanfian natrium metabisulfit dengan
perbandingan 2 kali jumlah getah (l:2), diaduk merata sehingga terbentuk suspensi getah
berwama putih susu yang agak kental. Suspensi getah dikeringkan dengan alat semprot kering
(spray dryer) pada suhu inlet 170"C dan suhu outlet 60-70C sehingga diperoleh serbuk kasar
popain.
Karakterisasi serbuk hasar papain. Serbuk kasar papain (serbuk lmsar papain) hasil
pengeringan semprot dikarakterisasi meliputi: bentuk, wama ras4 bau, kadar air, tata-rata
diameter serbuk, randemen dan kadar abu. Distribusi ukuran partikel ditentukan dengan metode
mikroskop optik, serbuk disuspensikan dalam parafin cair, ditempatkan pada objek glas dan
diperiksa di mikroskop. Kadar air ditetapkan dengan alat moisturemeter Kwl Fischer dengan
menimbang seksama 3-5mg menggunakan timbangan microbalance. Kadar abu ditetapkan
dengan menimbang saksama *.2-39 serbuk knsar papalz, digerus, dimasukkan dalam krus silikat
yang telah ditara, dipijarkan perlatran-lahan hingga arang habis, didinginkan, dan ditimbang.
Dihitung Yokadar abu dengan rumus - Qcrus+abu)- (krus kosons) x !00o/a.
bobot sqmpel
Pengukuran Aktivitas Serbuk Kasar Papain.
Satu gram kasein, didispersikan dalarn 50mL natrium tbsfat 0,05 M, dipanaskan dalam penangas
air mendidih selama 30 menit sambil sering diaduk, didinginkan sampai suhu kamar, untuk
mencegah pengendapan kasein ditambahkan asam siirat 0,05 M hingga pH 6,0 * 0,1, diencerkan
dengan air hingga 100,0mL (iarutan A). Sejumlah 3,559 dinatrium fosfat anhidrat P dinnasukkan
dalam labu ukur 500mL, dilmu&an dalam 400mL air ditambahkm 7g dinatrium edetat P dan
3,059 sistein HCI monohidrat P, diahr hingga pH 6,0 + 0,1 dengan HCI I N atau NaOH I N,
diencerkan dengan air hingga 500,0 mL (larutan B). Ditimbang seksama *100mg serbuk kasar
papain, dilarutkan dalam larutan B hingga 100,0mL. Sejumlah 2 mL larutan drprpet ke dalam
labu ukur 50 mL. diencerkan dengan larutan B hingga 50,0 mL (larutan C). Disiapkan 3 tabung
reaksi dan diberi tanda Sl, 52 dan B. Lima mL larutan A dimasukkan ke dalam tabung Sl dan
52, dipanaskan di atas penangas air pada suhu 40oC selama 10 menit. Ditambahkan 1 mL larutan
C dan I mL larutan B , dipanaskan selama l jarn, ditambahkan 3 mL larutan TCA, dikccok kuat.
Pada tabung B (blanko) dilakukan proses seperti di atas. Seluruh tabung (S1, 52, B) dipanaskan
pada suhu 40oC selama 30 menif disaring dengan kertas Whatmann No.40. Masing-masing
filtrat diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang maksimum
275,0nm. Resapan hasil pengukuran diplotkan dalam persamaan kurva baku yang dibuat dari
suatu seri tirosin dengan kadar 25 - 85 ppm, sehingga diperoleh nilai aktivitas dalam satuan
tyrosine unit (TUlmg).
Penentuan KHM Serbuk Kasar Papain. Uji KHM (konsentrasi hambat minimum) untuk
mengetahui dosis terendah serbuk kasar papain (1, 5 dan l0% blb) yang masih mampu
mengharnbat pertumbuhan rnikroba uji yang digunakan. Uji KHM dilakukan dengan metode
pengencemn seri kaldu pepton menggunakan 12 enceran konsentrasi papain hasil semprot
kering. Sebagai kontrol positif digunakan sediaan antijerawat komersial yang telah beredar di
pasaran, dan Tween 80 - Span 80 sebagai kontrol negatif. Mikroba uji yang digrurakan adalah
Streptococctts oureus dan Propionic acne yang telah diremajakan (umur 2a jar.r) dengan
kerapatan 25 % transmitan yang kemudian diencerkan (1 : 1000) dilalqftan pra inkubasi selama
2 jarrrt pada suhu kamm. Setelah diinkubasi pada suhu 350C selama lE-24jam, akan terlihat
konsentrasi terendah serbuk kasar papain yang masih berpotensi menghambat pertumbuhan
mikroba uji. Nilai KHM dijadikan dasar dosis papain sediaan emulgel, yaitu 4 sampai l0 KHM
(Harnita, Radji 2008).
X'ormula Emulgel Serbuk Kasar Papain. Dengan rancangan faklorial 23 maka ada delapan
formula emulgel papain seperti terlihat pada tabel 1, hasil dari 3 faktor pada level rendah dan
tinggi. Ketiga faktor tersebut adalah batran pembentuk gel (Carbomer 934 dan HMPQ,
emulgator (Span 80 dan Tween 80) dan parafin cair.
Tabel 1 Formula Emulgel serbukkasarpapain dengan rancangan faktoriat 23
BAIIAN T.ORMULA(%)FI FII rIIII FIY FV rvl F'VII F"YIII
Serbuk kasarrranain 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 t,2 1,2 1,2
HPMC 2.5 2.5 2.5 2.5Ca$omer 934 I I I I
Parafiin Cair 5 7.5 S 7.5 f, 7.5 5 7.5Soan 80 0.9 0.9 1.5 1.5 0-9 0.9 1.5 1.5TVeen 80 0.6 0.6 I I 0.6 0.6 IPropilen Glikol 5 5 5 5 5 5 5 5Prooil Paraben 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03Metil Paraben 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01Air Murni 100 100 t00 100 100 r00 100 100
Pembuatan Emulgel Papain. Formula Fl s/d F4, dibuat dengan mengembangkan HPMC
dalam air panas (80"C), didinginkan dan dibiarkan selama 24 jam. Formula F5 s/d F8 dibuat
mengembangkan carbomer 934 dalam air mumi, dihomogenkan dengan stirer pada kecepatan
sedang (300 rpm), pH gel dibuat menjadi 6-6,5 menggunakan trietanolamin (TEA). Emulsi (krim
tipe m/a) dibuat dengan mencarnpur Span 80 dengan parafln cair (fase minyak), sedang Tween
80 ditarnbah air (l:l) sebagai fase air. Propil dan metil paraben dilarutkan dalam propilen glikol,
ditambahkan dalam fase air. Kedua fase (minyak dan air) dipanaskan pada suhu 70-80"C,
dicampur dengan stirer pada kecepatan 300 tpm surmpai terbenhrk krim, setelah suhunya
mendel<ati suhu kamar (28-30"C), ditambahkan serbuk kasar papain. Emulgel dibuat dengan
mencampurkan emulsi (krim m/a) dengan gel (HPMC, Carbomer 934)padakecepatan 300 rpm,
pH sediaan emulgel diatur antara 6,3-6,5 urtuk menghindari iritasi kulit (Lucero, Vigo, Leon
1994).
Evaluasi Sifat Fisika Emulgel. Evaiuasi sifat fisika dilakukan terhadap emulgel yang disimpan
pada suhu kamar selama 3 bulan, meliputi : uji organoleptik, uji daya sebar, uji viskositas dan
reologi. Emulgel dioleskan di atas kaca objek kemudian dikatupkan dengan kaca objek yang lain,
lalu diamati homogenitas krim tersebut. Tipe emulgel diperiksa menggunakan zat warna yang
larut dalam air (biru metilen) danzatwaflur yang larut dalann minyak (sudan III). Uji daya sebar,
dilakukan dengan mengoleskan emulgel pada cincin teflon berdiame.ter luar 55 mm, tebal 3 mm
dan diameter dalam 15 mm dengan beralaskan kaca, sampai didapat olesan krim dengan
diameter 14 mm dan ketebalan 13 mm. Olesan krim ditutup dengan lempeng kaca berdiameter 8
cm, bobot 20 gram, ditekan dengan beban 200 gram, didiamkan selama 3 menit, diukur diameter
permukaan krim yang melebar dengan jangka sorong, dihitung dengan rumus S = *f ' dalam
safuan gram.cm/ detik (S: kemudahan sebar, M: bobot beban, L: panjang sebaran emulgel dan
T= waktu dalam detik) (Jarn et al 2011). Uji ukuran partikel fase dalam dilakukan dengan
menggunakan mikroskop elektron, tiap sarnpel diukur seban-vak 300-500 buah partikel. Ujiviskositas dan reologi, ditenttrkan menggunakan viskometer Brookfield tipe RV , viskositas
semua formula ditentukan viskositasnyapada suhu kamar (25-28"C) dari rpm 0,3 sampai dengan
rpm tertinggi menggunakan spindel yang sesuai. Skala yang terbaca harus lebih dari 10 dan
kurang dari 100 dengan interval pengukuran 10 menit. Dibuat reogftrm dengan mengeplotkan
antara rpm (sumbu Y) dengan F (sumbu X). F merupakan hasil kali skala yang terbaca dikali
dengan Kv, tetapan alat Brookfield. Dari grafik dapat ditentukan reologi emulgel dan
viskositasnya pada nilai rpm tertentu.
Evaluasi Kimia Emulgel. Evaluasi mutu emulgel secara kimia dilakukan dengan menentukan
pH sediaan emulgel menggunakan pH meter dan uji pelepasan papain rnenggunakan alat sel
difusi Franz. pH meter dikaliberasi dengan larutan dapar fosfat ekimolal dan kalium biftalat lalu
dig'unakan untuk menentukan pH l% emulgel masing-masing formula. Uji pelepasan papain dari
sediaan emulgel dilakukan dengan menimbang 1,0 gram emulgel, dimasukkan dalam sel difusi
Frara (pada kompartemen donor), setelah alat dijalankan 30 menit dilakukan pengambilan
cuplikan pada kompartemen akseptor, dianalisis menggunakan spknofotometer IIVA/IS pada
panjang gelombang maksimum, Imaks :255nm, dan kadar/ aktivitas papain dapat ditentukan
menggunakan kurva baku tirosin atau melalui persamuum regresi liniemya. Uji pelepasan dan
penetapan aktivitas papain sebagai gambaran kemampuannya melisis sel-sel mati,
Evaluasi Mikrobiologi Bmulgel. Uji Aktivitas antibakteri (antijerawat) dilalrukan menggunakan
metode difusi agar, cuplikan emulgel yang mengandung papain akan berdifusi dari pencadang ke
medium agar. Emulgel adalah sediaan setengah padat sehingga digunakan kertas cakram untuk
memudahkan proses difusi tersebut (Lennette 1974). Biakan bakteri staphylococcus epidermidis
dan Propionic acne disuspensikan dengan larutan fisiologis NaCI. Medium Glukosa Nutrien
Agar (NGA) sebanyak 15ml dituang dalam piring pehi dan dibiarkan memadat, disebarkan
0,1m1 suspensi bakteri dan diratakan. Kertas cakram (diameter: 6mm) direndam dalam emulgel
selama lSmenit, dikeringkan pada suhu 40"C. Kertas cakram diletakkan di atas medium agar,
dibiarkan sekitar 2jam agar terjadi difusi, diinkubasi pada suhu 37oC selama 24jam, diukur
diameter daerah hambatnya (DDH).
Analisis Data dan Optimasi Formula, Data hasil pengukuran dalam rancangan faktorial
merupakan respon : yaitu untuk uji sifat fisika sediaan emulgel, responnya adalah viskositas dan
reologi emulgel, kemudahan sebar; respon uji kirnia adalah pH dan aktivitas papain serta respon
uji mikrobiologi adalah nilai DDI{. Masing-masing respon mempunyai pers:rmaan polinomial.
Dari persamaan tersebut dapat dilihat pengaruh utama serta interaksi ketiga faktor terhadap sifat
fisika kimia dan mikobiologi sediaan emulgel. Anatisis rancangan faktorial berikutnya adalah
membuat plot kontur (contour plot ) dari masing'masing respon kemudian ditumpangtindihkan
(superimposed contour plol.Daerah arsiran hasil tumpangtindih plot kontur adalah daerah
komposisi optimum formula emulgel papain.
HASIL DAN PEMBAHASAI\I
Karakterisasi Serbuk Kasar Papain. Hasil karakterisasi serbuk kasar papain semprot kering
adalah : kadar ur 9,603Yo; kadar abu l5,54Yo * 0,328; rata-rata diameter 21,53pm. Aktivitas
proteolitik serbuk kasar papain hasil semprot kering menggunakan activator sistein dan sebagai
substrahrya adalah kasein. Hasil reaksi enzimatik terhadap substrat kasein adalah tirosin. Panjang
gelombang maksimum tirosin pada 275,0nm, sedangkan kuna baku tirosin dibuat dengan
konsentrasi 25 - 85 ppm dan dihsilkan persaminn regresi linier Y = -0,0050 + 0,0091X .
Persamaan ini digunakan untuk menghitung aktivitas proteolitik serbuk kasar papoin. Diperoleh
aktivitas proteolitik serbuk kasar papain sebesar 19,26 TU/mg + 0,49. Pengukuran aktivitas
proteolitik papain ini dilahlkan untuk mengetahui ahivitas proteolitik serbuh kasar paparn hasil
semprot kering sebelum diformulasikan dalam sediaan emulgel.
Penenluan Dosis Serbuk Kasar Papain dalam EmuIgeI. Dosis papain dalam sediaan emulgel
ditetapkan berdasar uji KHM (konsentasi hambat minimum) dengan mikroba uji Streptococcus
aureus dan Propionic acne yang telah diremajakan (urnur 24 jan), dengan kerapatan 25 %
tansmitan. Dalam uji ini digunakan kadar serbuk kasar papain lyo, syo dan l0% b/b. Uji KHM
dilakukan dengan metode pengenceran seri kaldu pepton menggunakan 12 enceran konsentrasi
papain hasil semprot kering. Sebagai kontrol positif digunakan sediaan antijerawat komersial
yang telah beredar di pasaran, dan Tween 80 - Span 80 sebagai kontrol negatif.
Tabel 2. Hasil pengukuran KHM serbuk kasar papain dengan bakteri uji Propionibocterium ocneKonsentrasi sertukkasarpapain (o/-o)
' PertumbuhanKonsentasi serbuk
kasarpapain (%)Hasil
0,1 + 0,7
o12 + 0r8
0,3 + 0,9
014 1,0
0,5 1.1
0,6 1,2
Keterangan: positif (+) = terdapat pertumbuhan
negatif (-) = tidak terdapat pertumbuhan
Tabel 3. Hasil pengukuran KHM serbuk kasar papain dengan bakteri uji Stophytacoccus oureusKonsentrasi serbuk
kasar papain (%)Pertumbuhan
Konsentrasi serbuk
kasar papain (%)Hasil
0,1 + o,7
o,2 + 0,8
0r3 + o,9
4,4 + 1,0
0,5 + 117
0r5 1,2
Keterangan: positif (+) = terdapat pertumbuhan
negatif (-) = tidak terdapat pertumbuhan
Dapat disimpulkan bahwa papain pada konsentffasi O,4yo dart 0,6Yo masing-masing merupakankonsentrasi serbuk kasar papain yang dapat menghambat bakteri Propionibacterium acne dartStaphylococcus oureus Selanjutnya untuk penentu{m dosis ditentukan 2x KHM, darikonsentrasi serbuk kasar papain tertinggi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Jadidosis unfuk sediaan emulgel yang akan dibuat y-aitu 2x0,6Vo: l,2yo.Optimasi Kecepatan dan Waktu Pembuatan Emulgel. Untuk menjamin reprodusibilitas danstabilitas sediaan maka dilahrkan optimasi kecepatan dan waktu pengadukan untukmemfonnulasi sediaan emulgel. Formula I - tV menggunakan gelling ogent 2,5o/o I*MC danForrrula V - VIII menggunakan tYo Carbomer 934, perbedaan jenis dan konsentrasinyaberpengaruh terhadap homogenitas dan kekentalan. Waktu pengadukan emulgel, F I - F IV padamenit ke15 pada 100 rpm. Formula V - F VIII menit ke 10 dengan kecepatan pengadukan 150rpm.
Hasil Uji Sifat Fisika Sediaan Emulgel
Sediaan emulgel serbuk kasar papain dievaluasi setelah didiamkan selama 3 hari
berkesetimbangan pada suhu kamar (25"C) setelah proses pernbuatan. Evaluasi sediaan emulgel
serbuk kasar papain meliputi organoleptik, homogenitas, uji tipe emulsi, viskositas dan sifat alir,
kemudahan sebar dan ukuran diameter fase dalam. Formula I - VIU, merupakan sediaan emulgel
berwarna putih, homogen, berbau khas papain, trpe m/a, diameter ruta-ratafase dalam l1g,24 -
I
214,48pm, viskositas pada rpm 2,5 adalah 160 - 1900 dPa.S, sifat alir plastis dan daya sebar
4,740 - 7,500 g.cm/det.
Tabel 4. Hasil pemeriksaan viskositas sediaan emulgel Tabel 5. Hasil pemeriksaan daya sebar sediaan emulgel
Formula
Viskositas (dPa.S)
I tl ltl
FI 552,00 s4&00 546,40
Fil 763,20 163,20 164,00
FIII 726,40 728,OO 778,O0
FIV 4U,OO 460,00 456,00
FV 995,20 993,60 974,4O
FVI 96480 968,00 968,00
FVII 1900,00 1900,o0 1880,00
FVIlI 920,00 916,80 920,00
Hasil Uji Sifat Kimia Sediaan Emulgel
Evaluasi kimia dari sediaan emulgel serbukkasar papain meliputi uji pH dan uji aktivitas papain
melalui uji pelepasan. Evaluasi dilakukan setelah sediaan berkesetimbangan 3x24 jampada suhu
25"C. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai pH FI - F IV (basis HPMC) mempunyai pH
lebih tinggi dibandingkan dengan basis Carbomer 934. Nilai pH FI-FIV pada suhu kamar antara
pH 6,18-6,45, sedangkan FV-FVIII rnemiliki pH antara 5,35-5,48. Allivitas proteolitik serbuk
kasar papain ditentukan dengan mengukur kemampuan papain menghidrolisis kasein sehigga
dihasilkan tirosin. Dalam penelitian ini, papain diformulasikan dalam sediaan emulgel dengan
gelling agent bersifat hidrofrlik, yaitu TIPMC dan Carbomer 934 sehingga laju penentu besamya
aktivitas papain ini adalah lepasnya serbuk kasar papain dari sediaan emulgel.
Tabel 6. Hasil Evaluasi Aktivitas ProteolitikPapain dalam Sediaan F1-F8
'',,,2s'
F1150 0,6050 t 0,0026
F2150 L7,6797 t 0,0000
Formula
Kemampuan sebar(e.cmldet)
lt illFI 5,611 5,687 5,662
Fil 7,24O 7,182 7,tz0Fm 5,329 5,336 5,333
FIV 6,336 6,331 6,344
FV 4,891 4,884 4,889
FVI 5,220 5,231 5,2L7
FVII 4,749 4,756 4,758
FVIII 5,100 5,173 5,107
I
F3150 o,4o52tO,OO77
F4150 o,7747 t 0,0025
F5150 6,5178 r 0.0118
F6150 9,6644 r 0,0117
F7150 2,7034 i 0,0351
F8150 2,5869 !0,0117
Uji Cemaran dan l)iameter Daerah Hambat
Sesuai Keputusan Drjen POM No. 289411994 Tentang persyaratan Cemaran Mikroba pada
Kosmetik, sediaan losio anti jerawat harus bebas dari Staphyloeoccus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, dan Candida albicans, serta memiliki junlah koloni bakteri tiap gramnya ( 1,0 x
105 koloni/gram. Hasil pengujian terhadap sampel sediaan emulgel serbuk kasar papain
menunjukkan bahwa sediaan yang diuji bebas dari ke-3 bakteri yang dipersyaratkan, serta
memiliki jumlah kandungan mikroba antara 27-240 koloni ba}$eri per gram. Dapat disimpulkan
bahwa emulgel serbuk kasar papain memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Formula I - IV memiliki diameter daya hambat yang lebih besar dibandrngkan dengan formula V
- Vm. Hal ini dikarenakan selain afinitas, pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya dipengaruhi
pula oleh viskositas, ini berdasarkan persam&m Stokes-Einstein:
RTn--6r4rN
Artinya semakin tinggi viskositas (q) maka tahanan semakin besar dan koefisien difusi (D)
semakin kecil. Menurunnya koefisien difusi diikuti dengan penunrnan kecepatan pelepasan zat
aktif sehingga pelepasannya lebih lambat. Formula I - IV memiliki viskositas yang lebih rendah
dibandingkan formula V-VI[, sehingga papain lebih mudah dilepaskan dari bentuk sediaannya
maka DDH yang diperolehpun menjadi lebih besar.
Tabel 7. Hasil ujidiameter daya hambat (DDH)
Formula Diameter Dava Hambat {mmlt 2 3
FI 15,0 15,0 L4,9
FII t5,4 t4,6 L5.7
10
Filt 13,s 13,0 1.4,4
FIV L6,2 14,3 15,1FV lL,1 L2,5 71,L
FVI 12,3 13,0 L2,O
FVII 11,5 71,2 11,5
FVIII 12,5 12,4 12,5
Analisis Efek Faktor dan Interaksinya terhadap Respon Lrji
Dilakukan analisis data respon uji meliputi : viskositas, daya sebar, aktivitas proteolitik, diameter
daerah hambat @DfD dan pH sediaan emulgel, menggunakan disain faktorial 23 program
Minitab 16.
Tabel 8. Hasil analisis efek faktor dan interaksinya terhadap respon uji.
Digunakan Carbomer 940 dan TIPMC sebagai faktor gelling agent, forrnula FI, FIII, FV dan
FVII digunakan Carbomer 940 dan IIPMC pada FII, FIV, FVI dan FVI[. Carbomer 940 1%
memberikan nilai viskositas yang lebih tinggi (552,00 - 1900,00 dPa.S) dibandingkan bila
digunakan HPMC 2,5yo (163,20 - 961,80 dPa.S). Gelling agent berpengaruh secara signifikan (p
< 0,05) dan dominan pada peningkatan viskositas sediaan emulgel , dan aktivitas proteolitik
enzim papain, namun menyebabkan penuruftm daya sebar sebesar -1,1335 dan DDH sebesar -
2,792. Dalam hal ini, peningkatan viskositas berpengaruh negatif terhadap daya sebar dan difusi
enzim papain.
t"
Gambar 1. Grafik efek fuctor dan interakinya terhadap viskositas Gambar 2. Plot Kontur viskositas sediaan emulgel
Peningkatan konsenhasi paraffin cair berefek secara dominan dan signifikan (p < 0,05) terhadap
peningkatan daya sebar sediaan emulgel dan aktivitas proteolitik papain. Sediaan menfadi kurang
viskus sehingga memperbesar daya sebarnya dan memudahkan difusi enzim papain dari sediaan
sehingga memperbesar diameter daerah hambat sebagai uji aktivitas terhadap mikroba penyebab
jerawat.
€A'PC'EM
9C'EM
6A'EM
GA'PC
IM
PC
6A
6(} -,lq) -2fl, 0 2{D 4m 6(E m
GA'PCiEM
PC'[M
GA'EM
GA'rc
TM
PC
GA,r-It35
-{r.il517
{.3!t5
-a5 -l {.5 0 (,'5 1
Gambar 3. Efek Faktor Parafin cair dan interaksinya terhadap daya sebar Gambar4. Kontur Plot Daya Sebar
Gambar 5. Efek Faktor Parafin cair dan interaksinya Gambar 6. Kontur Plct Aktivitas Proteolitik terhadap aktivitasproteolitik papain
r-ffi-lh <& IIID- - |lrr- o Illo- s Ill!- o I
lco- D I
l! 'p If-EG-llumrl
Tn\ffiil--lh .o I
Irs- s I
lrs- @ I
ll@- 6 I116- @ I
llo- G IllG- ro Ill ,zo I
Tffi-lletxgrrl
GA'FC'tM
pc.[u 4.s4
GA'IM
EM.C'1
PC
m
GA.PC -3.ffi
{{-4-to246 60 65Iffifr
L2
GA'PC'EM
PC'TM
A'EM
6t.nc
€M
PC
GA
-3-2-10t2
Gambar 7. Efek Faktor Parafin cair dan interakinya Gambar 8. Plot Kontur diameter daerah hambat (DDH)
terhadap diameter daerah hambat (DDH)
Padapenelitian ini, formulasi sediaan emulgel menggunakan kombinasi emulgator T.areen 80 dan
Span 80. Peningkatan kombinasi emulgator tersebut berpengaruh secara dominan dan signifikan
O < 0,05) terhadap peningkatan viskositas dan penurunan daya sebar, aktivitas proteolitik dan
diameter daerah hambat.
OPTIMASI FORMULA
Optimasi formula emulgel serbuk kasar papain dilakukan dengan menumpangtindihkan plotkontur semua respon (contourplot superimposed). Sebagai batasan masing-masing respon dalampenelitian ini adalah : nilai viskositas sediaan berdasarkan viskositas sediaan emulgel di pasman
(dai 2 pabrik) yaitu 300 - 600 dPa.S, daya sebar antara 5,5 * 7,0mm, diameter daeratr hambat
antara 14 - l5mm dan aktivitas proteolitik lebih besar dart720 TU/mg.
@tunillEnrsd
Gambar 9. Daerah Formula Optimum Emulgel
serbuk kasar papain
qPTIdHd
otuffsg m HrEn
ffirErg 7.n ZC)FPirc t6.gEI [238a,llfnrc '50- -L$'
AflpfreffiLTm
VEI(ETTagE 35O0y=5,1O4ilX
\ (
- ?;2
DA\ASBTrgc 60v=6m4d=O9951
[[HTa$ r4gly = 1458{2d=AfRl64
>=
Gambar 10. Response Optimizer sediaan Emulgel
serbuk kasar papain
Dari analisis menggunakan tumpangtindih plot kontur (contour plots superimposed) dan
response optimizer, diperoleh susunao fonnula yang optimum adalah : sebagai gelling agentHMPC kadar 2;SYo,kadar pamfin ca$ 6,5yadan kombinasi emulgator (Tween 80 - Span 80)
sebesar 2,4o .
13
DAX'TAR PUSTAKA
[Anonim], Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan PengembanganHortikultura, 2001, Jurnal Hortikultura, volume II(No. 3), hal. lg2,196-7,203-5.
Agnisezka, C., Guido, S., Cornelus, G,, Kruil D. and velde, FV., 2009, Food hydrocolloids,23:1038-1046
Ardina, Y., 2007, Pengembangan Formulasi Sediaan Gel Antijerawat serta PenentuanKonsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.), [Abstrak],Perpustakaan Pusat ITB.
Arifin, MF., Nufiidayati, L., 2008, Formulasi Gel Pasta Gigi Serbuk Kasar Papain HasilPengeringan Sernprot Getah Pepaya (Carica papaya Z ) (Optimasi Komposisi Pembentuk GelIota Karaginan -Larutan Sorbitol 70o/o v/v Menggunakan Desain Falctorial 22), PerpustakaanFFUP.
Arifin, MF., Sari, NW., 2009, Oplimasi Krim Pembersih Wajah Getah Pepaya (Carica papayaI.) dengan Rancangan Falrtorial22 (Pengaruh Tween 80 dan Span 80), Perpustakaan FFUP.
Arifin, MF., Suyono, AH., 2008, Optimasi Sediaan Krim Pembersih Wajah Getah Pepaya(Carico papaya Z.) dengan Rancangan Falctoriat 22 @engaruh Trietanolamin- Asam stearat),Perpustakaan }'FUP.
Amrstrong, NA., 2006, Pharmaceutical Experimental Design And Interpretati on, Znd Ed., Taylorand Francis Group, CRC Press.
Baishya, BR., 1996, Ind J dermatologt, venereologt and leprologt,62: 102-3.
Barel, AO., 2009, editors, Handbook of Cosmetic Science and Technology, 3'd ed., Marc paye,
Howard L Maibach, p.233-40.
Baumann, L' 2002, Cosmetic Dermatology, Princples and Practice, The McGraw-HillCompanies, medical Publishing Division, p 3 -27 .
Bolton, 5.,2004, Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical Appticatiow, 4h Ed. Revisedand Expanded, New York, Marcel Dekker, p. 506-8.
Harmita, Radji, M., 2008, Buku Ajar Analisis hayati, edisi ke 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakart4 hal. l-10.
Jain A. Gautam, SP., Gupta, Y., Khambete, H, Jain, S., 2}l1,Development and Chaxacterizationof Ketoconazole Emulgel for Topical Drug Delivery, Pelagia Research Library Der PharrraciaSinica,.l (3):221-31.
Kalie, MB., 1996, Bertanam Pepayq Edisi revisi, Penebar swadaya, hal. 93-8,103-8.
Lachman, L., Lieberman, fIA., Kanig, JL., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi II,Vol II, Diterjemahkan oleh Suyatni S. Jakarta: UI Press;. hal. 126-35.
Lennette, E.,lg74,Manual of Clinical MicrobioloEy,2"d ed., Washington DC: hal410-1.
Lucero, MJ., Vigo, J., Leon, MJ., 1994, A study of shear and compression deformations on
hydrophilic gels of tretinoin. Int J Pharm.;106:125-133.
Marayoga, 7.,2011, Polusi Udara di Jakarta : http://www.kabarindonesia.com. [20 April 2011].
Mohamad, K., 18 April 2011, Adakah kebijakan Obat Nasional, Kompas, Jakarta.
Muhidin, D., 1999, Agroindustri Papain dan Pektin, Jakarta, Penebar Swaday4 hal. l-8, l3-5,25-35.
Pakky,8., Kasim, S., Rewa M., Karangan, S., 2009,Uji Aktivitas Enzim Papain Dalam sediaan
Krim Terhadap Stapltylococcus erureus, Majalah Farmasi dan Farmakologi, vol 13, no 1, ISSNl4t0-7031.
Rieger, MM., 2000;,Harry's Cosmeticology, 86 Ed., Chemical Publishing Co., Inc., New York,p 894.
Saifudin, A., Rahayu, V., Teruna, HY., 2011, Standarisasi Bahan Obat Alam, edisi I, Graha
Ilmu, Yogyakarta, hal. 69-85.
Salman, 2009, Pengmbangan Formulasi Krim Papain Dari Carica papayo L. Sebagai
Keratoderm Alamiah, Portal Penelitian Universitas Andalas.
Schrader ,K., Domsch, A., 2005, Cosmetology-Theory and Paractice, Research - Test Methods-Analysis- Formulas, Verlag Fur chemische Industrie,H. Ziolkowsky GmbH, D-86015 Augsburg,p. 99-101.
Smith, JB., Fenske, NA., 1996 : Cutaneous manifestations and consequences of smoking, J.
Am. Acad. Dermatol., 34:717.
Wilkinson, JB., Moore,RJ.,1982, Harry's Cosmeticology, Edisi VII. London, George Godwin.
15