osdm e49 fitriana purnamasari p056132762.49e penerapan teori motivasi dua faktor herzberg di...

Upload: randytiosamasta

Post on 09-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

  • ANALISIS TEORI MOTIVASI DUA FAKTOR

    Herzbergs Motivation Hygiene Theory Studi Kasus : Penerapan Motivasi Kerja dan Kepuasan Terhadap

    Kinerja Karyawan di Perum Perumnas

    Disusun sebagai Tugas Ujian Tengah Triwulan Ke-1 Mata Kuliah Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia

    Dosen : Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis

    DISUSUN OLEH :

    FITRIANA PURNAMASARI

    [P056132762.49E]

    PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    NOVEMBER 2013

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 1

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI .................................................................................................................. 1

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... 2

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................... 3

    I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

    I.1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 4

    I.2. PERUMUSAN MASALAH ........................................................................ 5

    I.3. TUJUAN ...................................................................................................... 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 7

    II.1. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA........................................... 7

    II.1.1. PERKEMBANGAN MSDM......................................................... 7

    II.1.2. FUNGSI MSDM ........................................................................... 8

    II.2. MOTIVASI .................................................................................................. 9

    II.3. PENGUKURAN MOTIVASI KERJA ........................................................ 10

    II.4. KEPUASAN KERJA .................................................................................. 11

    II.5. TEORI DUA FAKTOR HERZBERG .......................................................... 12

    III. PEMBAHASAN ..................................................................................................... 17

    III.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................................... 17

    III.2. PENERAPAN TEORI DUA FAKTOR DI PERUM PERUMNAS .......... 19

    III.2.1. ANALISIS PEKERJAAN ............................................................. 21

    III.2.2. PELATIHAN & PENGEMBANGAN .......................................... 21

    III.2.3. PRESTASI KERJA ....................................................................... 24

    III.2.4. KOMPENSASI.............................................................................. 25

    III.2.5. PERENCANAAN KARIR ............................................................ 27

    III.2.6. KETENAGAKERJAAN ............................................................... 28

    III.2.6. KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA............................... 30

    IV. PENUTUP ............................................................................................................... 31

    IV.1. KESIMPULAN ........................................................................................... 31

    IV.2. SARAN ........................................................................................................ 31

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 32

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 2

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1. Teori Dua Faktor .................................................................................... 12

    Gambar II.2. Ruang Lingkup Kondisi Satisfaction & Dissatisfaction Karyawan ....... 15

    Gambar II.3. Penerapan Teori Dua Faktor .................................................................. 16

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 3

    DAFTAR TABEL

    Tabel III.1. Target Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan (RKAP) Perum Perumnas

    Regional IV Tahun 2009 2011 .............................................................. 20

    Tabel III.2. Absensi Karyawan Tahun 2009 2011 ...................................................... 20

    Tabel III.3. Komposisi Jumlah Karyawan Menurut Pendidikan .................................... 22

    Tabel III.4. Komposisi Jumlah Karyawan Menurut Usia .............................................. 22

    Tabel III.5. Komposisi Jumlah Karyawan Menurut Grade............................................ 22

    Tabel III.6. Program Pelatihan Karyawan pada Tahun 2012 ......................................... 24

    Tabel III.7. Contoh Dimensi Penilaian Kinerja .............................................................. 25

    Tabel III.8. Grade Jenjang Karir di Perumnas ............................................................... 27

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. LATAR BELAKANG

    Sumber daya manusia kini semakin berperan besar bagi kesuksesan suatu

    perusahaan atau perusahaan. Banyak perusahaan menyadari bahwa unsur manusia dalam

    suatu perusahaan dapat memberikan keunggulan bersaing. Mereka membuat sasaran,

    strategi, inovasi dan mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia merupakan salah

    satu unsur yang paling penting bagi perusahaan. Salah satu upaya dalam mewujudkan hal

    tersebut ialah perusahaan harus memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

    Sumber daya manusia harus terus dikembangkan, karena berbeda dengan mesin

    yang selalu melakukan aktivitas yang sama setiap waktu, sumber daya manusia selalu

    mengalami perubahan dan perkembangan, karena perubahan yang terjadi tersebut akan

    dapat menimbulkan berbagai jenis tantangan yang harus dihadapi dan diatasi dengan baik

    oleh perusahaan. Pencapaian tujuan perusahaan akan terlaksana bila sumber daya

    manusianya menunjukkan performansi kerja yang tinggi.

    Seiring dengan semakin meningkatnya perkembangan usaha menimbulkan

    persaingan diantara pelaku-pelaku ekonomi akan semakin ketat, maka untuk mampu dapat

    bersaing, perusahaan harus dapat menjalankan usahanya dengan pemikiran dan tindakan

    yang sebaik mungkin dan mempunyai strategi-strategi baru dalam upaya meningkatkan

    pengembangan dan performa para karyawannya berupa produktivitas kerja. Dimensi ketiga

    dari performa adalah motivasi.

    Secara umum motivasi mengacu pada mengapa dan bagaimana seseorang

    bertingkah laku tertentu. Motivasi adalah proses yang dinamis dimana setiap orang dapat

    dimotivasi oleh hal-hal yang berbeda. Mungkin seorang akan termotivasi untuk bekerja

    karena gaji yang ditawarkan atau kenaikan pangkat. Pada pegawai dengan motivasi tinggi,

    kepuasan kerja bukan diperoleh dari status sosial intensif yang tinggi, namun kepuasaan

    kerja bagi mereka adalah usaha untuk mencapai hasil produksi itu sendiri.

    Perusahaan harus bisa mendorong sumber daya manusia agar tetap produktif dalam

    mengerjakan tugasnya masing-masing yaitu dengan meningkatkan kepuasan kerja para

    pegawainya, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pegawainya, dan selain itu

    pegawai juga dapat dijadikan sebagai mitra utama yang baik dalam penunjang keberhasilan

    suatu perusahaan, hal tersebut di harapkan dapat memotivasi pegawai serta membuat

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 5

    pegawai puas terbadap pekerjaan yang mereka jalani menjadi salah satu faktor yang

    penting.

    Seringkali pihak manajemen berupaya meningkatkan kepuasan kerja pegawai

    melalui perbaikan gaji dan upah, hal tersebut mungkin masih bisa diterima pada taraf

    tertentu karena dengan gaji tersebut pegawai dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi

    kenyataannya gaji yang tinggi tidak selalu membuat seorang pegawai memperoleh

    kepuasan terhadap pekerjaannya. Oleh karena itu pihak manajemen perlu mengetahui

    faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepuasan pegawai.

    Studi kasus dalam paper ini adalah pada salah satu perusahaan BUMN yang

    bergerak di bidang perumahan dan pemukiman, yaitu PERUM PERUMNAS dimana untuk

    melihat penerapan dari salah satu dari teori motivasi yaitu teori dua faktor berperan dalam

    kepuasan karyawan. Bagi PERUM PERUMNAS, sumber daya manusia merupakan salah

    satu aset perusahaan yang sangat penting. Keberhasilan PERUM PERUMNAS bergantung

    pada produktivitas dan aktivitas operasional yang dilakukan oleh para manajer dan

    karyawan. Oleh karena itu, salah satu kebijakan inti tim manajemen adalah untuk terlibat

    dalam pengembangan sumber daya manusia dan untuk memastikan kepatuhan terhadap

    semua peraturan pemerintah di bidang ketenagakerjaan dan kondisi kerja yang sesuai.

    I.2. PERUMUSAN MASALAH

    Dilatarbelakangi hal tersebut, maka dalam paper kajian kali ini penulis akan

    mencoba untuk menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut :

    1. Bagaimana penerapan motivasi kerja yang dilakukan oleh manajemen PERUM

    PERUMNAS?

    2. Bagaimana tingkat produktivitas kerja karyawan pada PERUM PERUMNAS?

    3. Seperti apa bentuk pelaksanaan pelatihan terhadap tenaga kerja di PERUM

    PERUMNAS?

    4. Seperti apa bentuk kepuasan atau pun ketidakpuasan kerja yang seringkali

    dirasakan, baik oleh karyawan maupun pihak manajemen PERUM PERUMNAS?

    5. Seberapa besar pengaruh pelatihan tenaga kerja dan motivasi kerja terhadap

    produktivitas kerja karyawan pada PERUM PERUMNAS, baik secara simultan

    atau parsial?

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 6

    I.3. TUJUAN

    Adapun tujuan dilakukannya penulisan paper ini adalah sebagai berikut :

    1. Mengkaji dan memahami definisi motivasi dan teori motivasi secara umum.

    2. Mengkaji dan memahami teori motivasi dua faktor yang dikemukakan oleh

    Herzberg.

    3. Menganalisis penerapan motivasi kerja yang dijalankan oleh perusahaan Perum

    Perumnas.

    4. Mengetahui bagaimana pelatihan tenaga kerja pada PERUM PERUMNAS.

    5. Mengetahui bagaimana tingkat produktivitas kerja karyawan PERUM

    PERUMNAS.

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

    Manajemen merupakan suatu seni atau cara bagaimana mendelegasikan fungsi dan

    tanggung jawab kepada orang lain yang telah ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan yang

    ingin dicapai melalui prinsip perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan. Sumber daya

    adalah segala sesuatu yang merupakan assets perusahaan untuk mencapai tujuannya.

    Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikategorikan atas empat tipe sumber daya,

    seperti finansial, fisik, manuisa dan kemampuan teknologi.

    Manajemen Sumber Daya Manusia bukanlah sesuatu yang baru dilingkungan suatu

    organisasi, khususnya dibidang bisnis yang disebut perusahaan. Bersamaan dengan

    kecenderungan manusia untuk bekerjasama didalam organisasi itu, telah berlangsung juga

    perilaku manusia untuk memanfaatkan atau mendayagunakan manusia dalam rangka

    mencapai suatu tujuan.

    Keberadaan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi sangat penting artinya

    bagi organisasi. Dalam perkembangannya, organisasi akan menghadapi permasalahan

    tenaga kerja yang semakin kompleks, dengan demikian pengelolaan sumber daya manusia

    harus dilakukan secara profesional oleh departemen tersendiri dalam suatu organisasi,

    yaitu Human Resource Departement.

    Semua berlandaskan pada sumber daya manusia, kegiatan dan proses sampai

    evaluasi kinerja dilakukan oleh manusia. Tinggal dimana kompetensi manusia tersebut

    berada atau ditetapkan, apakah dia berkompetensi di bagian keuangan, pemasaran,

    penjualan atau bagian spesifik yang lainnya. Pengadaan tenaga kerja harus dilakukan oleh

    perusahaan melalui kriteria yang diinginkannya. Jangan sampai kompetensi yang dimiliki

    oleh pekerja tidak cocok dengan tugas yang diberikan. Right man in the right place

    menjadi salah satu tujuan adanya perencanaan dan pengorganisasian dalam perusahaan.

    II.1.1. PERKEMBANGAN MSDM

    Secara historis, perkembangan pemikiran tentang MSDM tidak terlepas dari

    perkembangan pemikiran manajemen secara umum, dimulai dari gerakan manajemen

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 8

    ilmiah yang banyak didominasi oleh pemikiran dari F.W. Taylor. Pandangan-pandangan

    yang muncul berkaitan dengan SDM dalam era tersebut adalah :

    a. SDM sebagai salah satu faktor produksi yang dipacu untuk bekerja lebih produktif

    seperti mesin

    b. Bekerja sesuai dengan spesialisasi yang telah ditentukan

    c. Tidak produktif harus diganti atau dibuang

    d. Kondisi di atas memunculkan: pengangguran, tidak adanya jaminan dalam

    bekerja, berkurangnya rasa bangga terhadap pekerjaan, dan tumbuhnya serikat

    pekerja.

    Gerakan human relation (dengan pendekatan paternalis), era ini ditandai dengan

    adanya pemikiran tentang peran SDM terhadap kemajuan organisasi. Pandangan-

    pandangan yang muncul adalah :

    a. SDM harus dilindungi dan disayangi, tidak hanya dianggap sebagai faktor

    produksi belaka tapi juga sebagai pemilik perusahaan.

    b. Mulai disediakannya berbagai fasilitas pemenuhan kebutuhan karyawan, seperti

    tempat ibadah, tempat istirahat, jaminan kesehatan, kantin, perumahan, dan

    sebagainya sebagai bentuk perhatian perusahaan terhadap tingkat kesejahteraan

    karyawan.

    II.1.2. FUNGSI MSDM

    MSDM secara fungsional memiliki beberapa fungsi, dimana fungsi-fungsi

    tersebut terkait satu dengan lainnya, dan aktivitas yang dijalankan oleh MSDM sesuai

    dengan fungsi yang dimilikinya, dengan tujuan peningkatan produktivitas, kualitas

    kehidupan kerja dan pelayanan. Fungsi perencanaan (planning) merupakan fungsi MSDM

    yang dinilai esensial, karena menyangkut rencana pengelolaan SDM organisasi baik dalam

    jangka pendek maupun jangka panjang dimana hal tersebut berkaitan erat dengan

    operasionalisasi organisasi dan kelancaran kerja yang ada di dalamnya.

    Fungsi Pengadaan (Procurement) merupakan fungsi MSDM dalam usaha untuk

    memperoleh jenis dan jumlah SDM yang tepat, yang diperlukan untuk mencapai

    sasaran organisasi.

    Fungsi Pengembangan (Development) berkaitan erat dengan peningkatan

    ketrampilan dan kemampuan yang diupayakan melalui jalur pelatihan maupun

    pendidikan terhadap SDM yang ada. Juga berbagai bentuk pengembangan diri

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 9

    untuk para karyawan yang berprestasi.

    Fungsi Pemeliharaan (Maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan

    kemauan dan kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program

    yang dapat meningkatkan loyalitas dan kebanggaan kerja.

    Fungsi Penggunaan (Use) menekankan pada pelaksanaan berbagai tugas dan

    pekerjaan oleh karyawan serta jenjang peningkatan posisi karyawan. Selain itu

    berkaitan pula dengan kontraprestasi untuk karyawan yang telah berhenti bekerja,

    baik yang sementara atau permanen maupun akibat pemutusan hubungan kerja

    sepihak.

    II.2. MOTIVASI

    Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin yaitu Movere, yang berarti

    menggerakkan (to move). Motivasi merupakan keseluruhan proses pemberian motif

    bekerja para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi

    tercapainya tujuan organisasi dengan efesien dan ekonomis (Manullang, 2000 : 193).

    Sedangkan menurut Hasibuan (2005:95) mendefinisikan motivasi adalah pemberian daya

    penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama,

    efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.

    Di lingkungan suatu organisasi/perusahaan terlihat kecenderungan pengguna

    motivasi instrinsik lebih dominan dari pada motivasi ekstrinsik. Kondisi itu terutama

    disebabkan tidak mudah untuk menumbuhkan kesadaran dari dalam pekerja, sementara

    kondisi kerja disekitarnya lebih banyak menggiringnya pada mendapatkan kepuasan kerja

    yang hanya dapat dipenuhi dari luar dirinya.

    Dalam kondisi tersebut, maka diperlukan usaha mengintegrasi teori-teori motivasi,

    untuk dipergunakan secara operasional di lingkungan organisasi. Sebagaimana kita ketahui

    motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk

    melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya suatu tujuan tertentu, atau

    dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat

    persistensi dan entusiamenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, sehingga motivasi dapat

    dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu :

    a. Motivasi yang bersumber dari luar diri seseorang, yang dikenal dengan Motivasi

    Ekstrinsik.

    b. Motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang, yang dikenal denagan

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 10

    Motivasi Instrinsik.

    Motivasi penting karena motivasi menyebabkan orang mau bekerja giat dan

    antusias mencapai hasil yang optimal. Organisasi tidak hanya mengharapkan kemampuan,

    dan keterampilan, tetapi yang terpenting adalah kemauan bekerja dengan giat dan

    berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan

    karyawan tidak ada artinya, jika tidak ada kemauan untuk bekerja.

    Tujuan dari motivasi adalah jika berhasil dicapai akan memuaskan atau memenuhi

    kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dan seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan

    banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks sebuah

    kantor atau orgnisasi maupun dalam kehidupan lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan

    bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu

    tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada

    pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan.

    II.3. PENGUKURAN MOTIVASI KERJA

    Pengukuran motivasi kerja dapat diketahui dengan melakukan survei dalam bidang

    masalah tertentu para pegawai. Misalnya pengguanaan kuesioner untuk mengetahui

    tentang kepuasan pegawai terhadap kompensasi yang mereka terima selama bekerja.

    Robbins menyebutkan bahwa pengukuran motivasi dapat dilakukan dengan melihat

    beberapa aspek (Gustiyah, 2009;54) yaitu :

    Mempunyai sifat agresif

    Kreatif dalam pelaksanaan pekerjaan

    Mutu pekerjaan meningkat dari hari ke hari

    Mematuhi jam kerja

    Tugas yang diberikan dapat dislesaikan sesuai kemampuan

    Inisatif kerja yang tinggi dapat mendorong prestasi kerja

    Kesetiaan dan kejujuran

    Terjalin hubungan kerja antara karyawan dan pimpinan

    Tercapai tujuan perseorangan maupun organisasi

    Menghasilkan informasi yang akurat dan tepat

    Uraian diatas pengukuran motivasi dapat diketahui dengan melakukan survei

    dengan mengacu beberapa aspek tentang kepuasan kerja, kompensasi. pola kerja kebijakan

    kantor.

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 11

    II.4. KEPUASAN KERJA

    Kepuasan kerja merupakan bentuk perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,

    situasi kerja dan hubungan dengan rekan kerja. Dengan demikian kepuasan kerja

    merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh seorang karyawan, dimana mereka

    dapat berinteraksi dengan lingkungan kerjanya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan

    dengan baik dan sesuai dengan tujuan perusahaan. Menurut Handoko (2000:193)

    Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau

    tidak menyenangkan bagaimana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan

    kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.

    Banyak faktor yang dapat menjadi penentu bagi kepuasan pegawai, salah satunya

    adalah pekerjaan itu sendiri. Hackman dan Oldham menguraikan yang dikutip Robbins

    (2001:447), inti dari pekerjaan adalah sebagai berikut :

    1. Skill Varienty

    Semakin banyak variasi tugas yang dilakukan oleh pegawai dalam pekerjaannya,

    semakin menantang pekerjaan bagi mereka.

    2. Task Identity

    Sejauh mana pekerjaan menuntut diselesaikannya suatu pekerjaan yang utuh dan

    dapat dikenali.

    3. Task Significane

    Sejauh apa dampak pekerjaan yang dilakukan dapat mempengaruhi pekerjaan atau

    bahkan kehidupan orang lain. Hal ini akan membawa dampak penghargaan

    psikologis.

    4. Autonomy

    Sejauh mana pekerjaan memberi kebebasan, ketidakketergantungan, dan

    keleluasaan untuk memngatur jadwal pekerjaannya, membuat keputusan dan

    menentukan prosedur pekerjaan yang dipakai.

    5. Feedback

    Sejauh mana pelaksanaan kegiatan pekerjaan menghasilakan informasi bagi

    individu mengenai keefektifan kinerjanya.

    Kepuasan kerja pegawai dipengaruhi oleh tanggapan terhadap nilai intrinsic dan

    extrinsic reward. Yang dimaksud dengan nilai intrinsic reward yaitu timbulnya suatu

    perasaan dalam diri pegawai karena pekerjaan yang dilakukan. Yang termasuk dalam

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 12

    extrinsic reward adalah perasaan suka akan pekerjaannya, rasa tanggung jawab, tantangan

    dan pengakuan. Extrinsic reward adalah situasi yang terjadi diluar pekerjaan, misalnya

    karena bekerja dengan baik sesuai dengan apa yang diharapka oleh perusahaan, maka

    pegawai mendapatkan upah, gaji, dan bonus.

    II.5. TEORI DUA FAKTOR HERZBERG

    Teori ini diperkenalkan oleh Herzberg dalam tahun 1959, berdasarkan atas

    penelitian yang dilakukan terhadap 250 responden pada sembilan buah perusahaan di

    Pittsburg. Dalam penelitian tersebut Herzberg ingin menguji hubungan kepuasan dengan

    produktivitas.

    Gambar II.1. Teori Dua Faktor

    Herzberg mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua

    faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas (motivation factor) yang

    disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara (maintenance

    factor) yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation. Faktor pemuas yang

    disebut juga Motivator Faktor yang merupakan fakor pendorong seseorang untuk

    berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara

    lain :

    Prestasi yang diraih (Achievement)

    Keberhasilan seorang pegawai dapat dilihat dari prestasi yang diraihnya. Agar

    sesorang pegawai dapat berhasil dalam melakasanakan pekerjaannya, maka

    pemimpin harus mempelajari bawahannya dan pekerjaannya dengan memberikan

    kesempatan kepadanya agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil yang baik.

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 13

    Bila bawahan terlah berhasil mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus

    menyatakan keberhasilan itu.

    Pengakuan orang lain (Recognition)

    Sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan, pimpinan harus memberi

    pernyataan pengakuan trhadap keberhasilan bawahan dapat dilakukan dengan

    berbagai cara yaitu :

    a. Langsung menyatakan keberhasilan di tempat pekerjaannya, lebih baik

    dilakukan sewaktu ada orang lain

    b. Surat penghargaan

    c. Memberi hadiah berupa uang tunai

    d. Memberikan medali, surat penghargaan dan hadiah uang tunai

    e. Memberikan kenaikan gaji promosi

    Tanggung jawab (Responsibility)

    Agar tanggung jawab benar menjadi faktor motivator bagi bawahan, pimpinan

    harus menghindari supervise yang ketat, dengan membiarkan bawahan bekerja

    sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi.

    Diterapkannya prinsip partisispasi membuat bawahan sepenuhnya merencanakan

    dan melaksanakan pekerjaannya.

    Peluang untuk maju (Advancement)

    Pengembangan merupakan salah satu faktor motivator bagi bawahan. Faktor

    pengembangan ini benar-benar berfungsi sebagai motivator, maka pemimpin dapat

    memulainya dengan melatih bawahannya untuk pekerjaan yang lebih bertanggung

    jawab. Bila ini sudah dilakukan selanjutnya pemimpin member rekomendasi

    tentang bawahan yang siap untuk pengembangan, untuk menaikkan pangkatnya,

    dikirim mengikuti pendidikan dan pelatihan lanjutan.

    Kepuasan kerja itu sendiri (The Work It Self)

    Pimpinan membuat usaha-usaha riil dan meyakinkan, sehingga bawahan mengerti

    akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan usaha berusaha menghindar dari

    kebosanan dalam pekerjaan bawahan serta mengusahakan agar setiap bawahan

    sudah tepat dalam pekerjaannya.

    Sedangkan faktor pemelihara (maintenance factor) disebut juga Hygiene Factor

    merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara

    keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 14

    ini juga disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan

    kebutuhan tingkat rendah yang dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik, meliputi :

    Kompensasi (Payment & Status)

    Pada umumnya masing-masing manajer tidak dapat menentukan sendiri skala gaji

    yang berlaku didalam unitnya. Namun demikian masing-masing manajer

    mempunyai kewajiban menilai apakah jabatan-jabatan dibawah pengawasannya

    mendapat kompensasi sesuai pekerjaan yang mereka lakukan. Para manajer harus

    berusaha untuk mengetahui bagaimana jabatan didalam kantor diklasifikasikan dan

    elemen-elemen apa saja yang menentukan pengklasifikasian itu.

    Keamanan dan Keselamatan Kerja (Job Security)

    Keselamatan dan kesehatan kerja perlu terus dibina agar dapat meningkatkan

    kualitas keselamatan dan kesehatan dan kesehatan kerja karyawan. Agar pembinaan

    dapat berjalan dengan baik, antara lain dapat dilakukan cara-cara berikut ini :

    a. Tanamkan dalam diri karyawan keyakinan bahwa mereka adalah pihak yang

    paling menentukan dalam pencegahan kecelakaan.

    b. Tunjukkan pada karyawan bagaimana mengembangkan perilaku kerja yang

    aman.

    c. Berikan teknik pencegahan kecelakaan secara spesifik.

    d. Buatlah contoh yang baik.

    e. Tegakkan standar keselamatan kerja secara tegas.

    Kondisi Kerja (Working Condition)

    Masing-masing manejer dapat berperan dalam berbagai hal agar keadaan masing-

    masing bawahannya menjadi lebih sesuai. Misalnya ruangan khusus bagi unitnya,

    penerangan, perabotan suhu udara dan kondsi fisik lainnya. Menurut Hezberg

    seandainya kondisi lingkungan yang baik dapat tercipta, prestasi yang tinggi dapat

    tercipta, prestasi tinggi dapat dihasilkan melalui kosentrasi pada kebutuhan-

    kebutuhan ego dan perwujudan diri yang lebih tinggi.

    Kebijakan (Company Policy & Administration)

    Yang menjadi sorotan disini adalah kebijaksaan personalia. Kantor personalia

    umumnya dibuat dalam bentuk tertulis. Biasanya yang dibuat dalam bentuk tertulis

    adalah baik, karena itu yang utama adalah bagaimana pelaksanaan dalam praktek.

    Pelaksanaan kebijakasanaan dilakukan masing masing manajer yang bersangkutan.

    Dalam hal ini supaya mereka berbuat seadil-adilnya.

    Supevisi Teknis (Supervision Technical)

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 15

    Dengan technical supervisor yang menimbulkan kekecewaan dimaksud adanya

    kurang mampu dipihak atasan, bagaimana caranya mensupervisi dari segi teknis

    pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya atau atasan mempunyai kecakapan

    teknis yang lebih rendah dari yang diperlukan dari kedudukannya. Untuk mengatasi

    hal ini para pimpinan harus berusaha memperbaiki dirinya dengan jalan mengikuti

    pelatihan dan pendidikan.

    Hubungan Interpersonal Antar Teman, Sejawat, dengan Atasan dan dengan

    Bawahan (Interpersonal Relation)

    Inteprsonal relation menunjukkan hubungan perseorangan antara bawahan dengan

    atasannya, dimana kemungkinan bawahan merasa tidak dapat bergaul dengan

    atsannya. Agar tidak menimbulkan kekecewaaan pegawai, maka minimal ada tiga

    kecakapan harus dimiliki setiap atasan yakni :

    a. Technical Skill (Kecakapan Teknis)

    Kecakapan ini sangat bagi pimpinan tingkat terbawah dan tingkat

    menengah, ini meliputi kecakapan menggunakan metode dan proses pada

    umumnya berhubungan dengan kemampuan menggunakan alat.

    b. Human Skill (Kecakapan Konsektual)

    Kemampuan untuk bekerja didalam atau dengan kelompok, sehinnga dapat

    membangun kerjasama dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan.

    c. Conseptual Skill (Kecakapan Konseptual)

    Kemampuan memahami kerumitan organisasi sehingga dalam berbagai

    tindakan yang diambil tekanan selalu dalam uasaha merealisasikan tujuan

    organisasi keseluruhan.

    Gambar II.2. Ruang Lingkup Kondisi Satisfaction & Dissatisfaction Karyawan

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 16

    Kesimpulannya dalam teori dua faktor bahwa terdapat faktor pendorong yang

    berkaitan dengan perasaan positif terhadap pekerjaan sehingga membawa kepuasan kerja,

    dan yang kedua faktor yang dapat mengakibatkan ketidak puasan kerja. Kepuasan kerja

    adalah motivator primer yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri, sebaliknya

    ketidakpuasan pada dasarnya berkaitan dengan memuaskan anggota organisasi dan

    menjaga mereka tetap dalam organisasi dan itu berkaitan dengan lingkungan.

    Gambar II.3. Penerapan Teori Dua Faktor

    Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaanya akan memiliki sikap yang positif

    dengan pekerjaan sehingga akan memacu untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-

    baiknya, sebaliknya adanya kemangkiran, hasil kerja yang buruk, bekerja kurang

    bergairah, serta prestasi yang rendah.

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 17

    BAB III

    PEMBAHASAN

    III.1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    Perumnas adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk Perum

    (Perusahaan Umum) dengan jumlah karyawan 1.186 orang yang bergerak di bidang

    penataan perumahan dan pemukiman, dimana modalnya 100 persen adalah milik

    Pemerintah Republik Indonesia dan mengemban misi khusus. Didirikan pada tanggal 18

    Juli 1974 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 1974. Guna menjawab

    dinamika perubahan yang terjadi di luar maupun di dalam perusahaan maka keberadaan

    Perumnas diatur kembali melalui PP Nomor 12 tahun 1988.

    Enam belas tahun kemudian seiring dengan lahirnya Undang Undang No 19 tahun

    2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka PP pendirian Perumnas

    disempurnakan melalui PP No. 15 tahun 2004 tanggal 10 Mei 2004. Perubahan mendasar

    yang diatur dalam PP tersebut tercermin pada pasal 2 sampai dengan pasal 12 yang antara

    lain mengatur tentang : Sifat, Maksud dan Tujuan didirikannya Perusahaan, Kegiatan dan

    Pengembangan Usaha, Modal, Pembentukan Anak Perusahaan, Pengerahan Dana

    Masyarakat dan lain-lain.

    Pada saat ini Perumnas sedang melakukan revisi Peraturan Pemerintah No.15

    Tahun 2004 Tentang Perumnas yang akan menjadikan Perumnas sebagai National Housing

    & Urban Development Corporation (NHUDC). Dengan perubahan tersebut, diharapkan

    Perumnas dapat bergerak lebih dinamis, responsif dan mampu meningkatkan perannya

    sebagai pengemban misi sekaligus menumbuh kembangkan usahanya sehingga kinerja

    perusahaan dapat dicapai secara optimal.

    Sesuai dengan tujuan didirikannya Perumnas, manajemen tetap berkomitmen

    terhadap misi yang diemban Perumnas yaitu melayani penyediaan rumah murah yang

    layak dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

    BIDANG USAHA

    1. Penataan perumahan dan pemukiman

    2. Penyelenggaraan pembangunan perumahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

    perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah

    3. Pelayanan jasa konsultasi dan advokasi di bidang perumahan dan pemukiman

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 18

    4. Pengelolaan tanah yang dikuasai dengan kewenangan perencanaan peruntukkan dan

    penggunaan tanah yang bersangkutan; penggunaan tanah tersebut untuk keperluan

    usahanya; penyerahan bagian-bagian tanah tersebut berikut rumah/bangunan

    dan/atau pemindahtanganan (menjual) tanah yang sudah dimatangkan berikut

    prasarana yang diperlukan untuk menjual bangunan

    5. Kegiatan usaha lain yang menunjang tercapainya maksud dan tujuan Perusahaan

    VISI PERUSAHAAN

    Menjadi Pelaku Utama Penyedia Perumahan dan Permukiman di Indonesia

    MISI PERUSAHAAN

    Menyediakan perumahan dan permukiman yang berkualitas dan bernilai bagi

    masyarakat.

    Memberikan kepuasan pelanggan secara berkesinambungan melalui layanan prima.

    Mengembangkan dan memberdayakan profesionalisme serta meningkatkan

    kesejahteraan karyawan.

    Menerapkan manajemen perusahaan yang efisien dan efektif.

    Mengoptimalkan sinergi dengan Pemerintah, BUMN dan instansi lain.

    BUDAYA/TATA NILAI PERUSAHAAN

    Service Excellence (Pelayanan Prima)

    Mengutamakan kepentingan dan kepuasan pelanggan dalam menunjang

    perkembangan perusahaan

    Bertindak proaktif dan dinamis untuk memberikan pelayanan terbaik kepada

    pelanggan

    Tanggap dan peduli terhadap kebutuhan pelanggan

    Passion (Semangat)

    Selalu bersemangat tinggi untuk mencapai tujuan

    Selalu berkeinginan kuat untuk mencapai tujuan

    Bersikap optimis menghadapi tantangan

    Antusias dalam pekerjaan

    Integrity (Integritas)

    Mengutamakan kepentingan korporasi dari kepentingan yang lain

    Memiliki Komitmen yang tinggi demi kemajuan perusahaan

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 19

    Bermoral baik

    Jujur dan bertanggun jawab terhadap setiap perkataan dan perbuatan

    Innovative (Inovatif)

    Selalu mengupayakan terobosan baru untuk mendapatkan peluang secara maksimal

    Berpikir terbuka dan kreatif untuk melakukan perbaikan / peningkatan

    Secara kreatif mencari ide baru untuk meningkatkan produk, proses dan pelayanan

    Focus (Fokus)

    Konsisten dalam melaksanakan tugas sesuai dengan skala prioritas

    Mengerjakan pekerjaannya secara cermat, konsisten dan tuntas

    JENIS PRODUK PERUSAHAAN

    Rumah Tidak Bersusun

    Rumah Susun

    Rumah Susun Sederhana Sewa

    Rumah Susun Sederhana Milik

    Kawasan Siap Bangun

    Peremajaan Kawasan Pemukiman Kumuh

    III.2. PENERAPAN TEORI DUA FAKTOR DI PERUM PERUMNAS

    Fenomena rendahnya produktivitas dari PERUM PERUMNAS secara kasat mata

    dapat dilihat dari tabel 1.1 Target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) pada

    tahun 2009-2011 yang diambil secara sampling dari data PERUM PERUMNAS Cabang

    Bandung. Berdasarkan tabel tersebut adanya penurunan pada tahun 2011 untuk produk

    rumah, dimana pencapaian unitnya sebesar 83,12 %. Ada dua faktor yang menyebabkan

    terjadinya penurunan tersebut yaitu faktor intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik,

    kurangnya rasa memiliki terhadap perusahaan tempat bekerja. Oleh karena itu perusahaan

    tidak memenuhi target, karena karyawan tidak melakukan kerja dengan sebaik-baiknya.

    Pada umumnya karyawan lebih memikirkan materi atau imbalan yang diberikan. Imbalan

    dan pekerjaan yang diberikan dinilai kurang adil dan proporsional sehingga karyawan

    kurang berorientasi pada tujuan, visi, dan misi perusahaan. Faktor ektrinsiknya yaitu

    menurunnya daya beli masyarakat sebagai akibat dari tingginya suku bunga KPR di tahun

    2011 yaitu mencapai 16,90 %.

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 20

    Tabel III.1. Target Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan (RKAP) Perum

    Perumnas Regional IV Tahun 2009 2011

    TAHUN PRODUK TARGET REALISASI

    PERSENTASE

    PENCAPAIAN

    Unit Rp Unit Rp Unit Rp

    2009 Rumah 807 54,269.76 820 61,874.97 101,61 114.01

    KTM 36 814.77 78 3.960,55 216.67 486.09

    2010 Rumah 889 96.309,93 1.136 109.054,33 127,78 118,05

    KTM 66 3.641,64 141 18.301,41 213,64 502,56

    2011 Rumah 942 87.912,57 783 74.151,97 83.12 84.35

    KTM 45 1.670,00 88 4.044,10 195.56 242.16

    Sumber : Perum Perumnas Regional IV Bandung

    Rendahnya produktivitas membuat pihak PERUM PERUMNAS tidak dapat

    mencapai tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam kegiatan operasinya.

    Untuk mempermudah tercapainya tujuan dari perusahaan, maka perusahaan dituntut dapat

    meningkatkan produktivitas kerja karyawannya. Berbagai cara dapat dilakukan, salah

    satunya yaitu dengan memberikan pelatihan dan motivasi kerja supaya efektivitas individu

    karyawan meningkat.

    Fenomena motivasi kerja di PERUM PERUMNAS adalah adanya penurunan

    motivasi kerja karyawan yang dibuktikan dengan adanya sebagian karyawan yang

    terlambat datang dan pulang lebih awal dari jadwal kerja yang telah ditetapkan. Adapun

    data absensi PERUM PERUMNAS Regional Bandung dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel III.2. Absensi Karyawan Tahun 2009 2011

    TAHUN ABSENSI

    JUMLAH LD CP DL CD I A

    2009 410 83 132 75 297 159 1,156

    2010 215 75 95 123 373 113 994

    2011 325 166 346 95 844 341 2,117

    Sumber : Perum Perumnas Regional IV Bandung Keterangan :

    LD = Lambat datang ; CP = Cepat pulang ; DL = Dinas luar ; CD = Cuti dokter ; I = Ijin ; A =

    Alfa

    Fenomena lain indikasi kurangnya motivasi karyawan ditandai dengan absensi

    karyawan yang berfluktuasi dan belum sesuai dengan yang diharapkan oleh

    perusahaalwqwqn. Disamping itu, menurunnya motivasi karyawan karena beberapa hal

    yaitu :

    1. Terbatasnya kesempatan atau peluang dalam meningkatkan karier di perusahaan.

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 21

    2. Terbatasnya fasilitas kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan dan

    kewajibannya.

    3. Kurangnya partisipasi untuk karyawan dalam menentukan tujuan yang akan dicapai

    oleh pimpinan.

    4. Kurangnya informasi yang diberikan oleh pimpinan mengenai tujuan yang akan

    dicapai oleh perusahaan.

    III.2.1. ANALISIS PEKERJAAN

    Analisis pekerjaan terdiri atas dua kata, analisis dan pekerjaan. Analisis merupakan

    aktivitas berpikir untuk menjabarkan pokok persoalan menjadi bagian, komponen, atau

    unsur, serta kemungkinan keterkaitan fungsinya. Sedangkan pekerjaan adalah

    sekumpulan/ sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang dan telah

    dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian analisis

    pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji, mempelajari,

    mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu pekerjaan secara

    sistematis dan sistemik.

    Analisis pekerjaan penting dilakukan sebelum diadakan perekrutan tenaga kerja.

    Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan mengadakan analisis pekerjaan, yang juga

    merupakan tujuan dari dilakukannya analisis jabatan. Adapun tujuan analisis pekerjaan

    yaitu :

    1. Memperoleh tenaga kerja pada posisi yang tepat

    2. Memberikan kepuasan pada diri tenaga kerja

    3. Menciptakan iklim dan kondisi kerja yang kondusif

    III.2.2. PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

    Program pelatihan (training) bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai

    keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan

    pengembangan bertujuan untuk menyiapkan pegawainya siap memangku jabatan tertentu

    di masa yang akan datang. Pengembangan bersifat lebih luas karena menyangkut banyak

    aspek, seperti peningkatan dalam keilmuan, pengetahuan, kemampuan, sikap dan

    kepribadian. Program latihan dan pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi gap

    antara kecakapan karyawan dan permintaan jabatan, selain untuk meningkatkan efisiensi

    dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja sehingga mereka terus

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 22

    termotivasi untuk menjadi lebih baik dari rekan kerja yang lainnya.

    Tabel III.3. Komposisi Jumlah Karyawan Menurut Pendidikan

    Jenjang Pendidikan 2011 2012

    Pasca Sarjana 37 40

    Sarjana 335 362

    Diploma 104 112

    < SLTA 814 672

    TOTAL 1.290 1.186

    Sumber : Annual Report Perum Perumnas Tahun 2012

    Tabel III.4. Komposisi Jumlah Karyawan Menurut Usia

    Usia 2011 2012

    > 50 456 551

    41 - 50 497 397

    31 - 40 297 154

    < 30 40 84

    TOTAL 1.290 1.186

    Sumber : Annual Report Perum Perumnas Tahun 2012

    Tabel III.5. Komposisi Jumlah Karyawan Menurut Grade

    Grade 2012

    Staff 3 32

    Staff 4 629

    Officer 5 80

    Assistant Manager 7 92

    Assistant Manager 8 67

    Assistant Manager 9 80

    Junior Expert 7 12

    Junior Expert 8 12

    Junior Expert 9 10

    Manager 10 55

    Manager 11 24

    Manager 12 31

    Expert 10 9

    Expert 11 4

    Expert 12 4

    General Manager 13 16

    General Manager 14 17

    General Manager 15 5

    Senior Expert 13 16

    Senior Expert 14 1

    TOTAL 1.186

    Sumber : Annual Report Perum Perumnas Tahun 2012

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 23

    Ketika pertama kali karyawan bergabung di PERUM PERUMNAS, perusahaan

    mengadakan pelatihan pembekalan semacam arahan dan bimbingan dari atasan secara

    langsung atau mendapat informasi dari sesama karyawan. Lalu, untuk pegawai yang sudah

    lama, akan masih ada pelatihan lagi dikarenakan untuk mempertahankan produktivitas

    mereka di PERUM PERUMNAS.

    Karyawan yang bisa mengikuti pelatihan bisa berasal dari seluruh karyawan dengan

    berbagai jenjang/grade secara bergantian. Setelah itu, karyawan yang telah mengikuti

    pelatihan diwajibkan untuk melakukan sharing knowledge kepada karyawan-karyawan lain

    yang belum memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan.

    Untuk pelatihan karyawan sendiri, PERUM PERUMNAS mengacu kepada suatu

    Keputusan Direksi Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional No.

    DIRUT/262/KPTS/10/2008 pada tanggal 6 November 2013 yang secara khusus mengatur

    tentang Pendidikan dan Pelatihan Karyawan PERUM PERUMNAS. Melalui keputusan

    direksi tersebut diputuskan mengenai Program Pendidikan Berjenjang bagi karyawan

    PERUM PERUMNAS sebagai berikut :

    1. Program ini diberikan kepada karyawan yang telah memenuhi syarat administrasi

    kepegawaian untuk promosi jabatan atau naik pangkat.

    2. Jenis Program Pendidikan Berjenjang meliputi :

    a. Officer Development Program (ODP)

    Pelatihan ini diberikan kepada karyawan dengan jabatan staff grade 4 yang

    akan promosi jabatan officer grade 5.

    b. Supervisory Development Program (SDP)

    Pelatihan ini diberikan kepada karyawan dengan jabatan officer grade 6 yang

    akan promosi jabatan setara Asisten Manager grade 7.

    c. First Line Development Program (FLDP)

    Pelatihan ini diberikan kepada karyawan dengan jabatan Asisten Manager

    grade 9 yang akan promosi jabatan setara Manager grade 10.

    d. Strategic Management Development (SMC)

    Pelatihan ini diberikan kepada karyawan dengan jabatan Manager grade 12

    yang akan promosi jabatan setara Deputy grade 13.

    3. Pengaturan pelaksanaan pelatihan Pendidikan Berjenjang menjadi tanggung jawab

    Divisi Pengembangan SDM.

    Selanjutnya, untuk meng-upgrade dan menambah pengetahuan dan keahlian

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 24

    karyawan, selama tahun 2012, PERUM PERUMNAS mengadakan beberapa pelatihan

    karyawan. Adapun jenis program pelatihan dalam upaya pengembangan tersaji dalam tabel

    berikut :

    Tabel III.6. Program Pelatihan Karyawan pada Tahun 2012

    No. Jenis Program Rincian

    1 Pelatihan Reguler

    Dilakukan melalui beberapa program antara lain:

    Workshop Pertanahan, Sertifikasi MUDP, Sertifikasi

    Manajemen Project, Internal Quality Audit, Coaching &

    Mentoring serta Training for Trainer.

    2 Pendidikan

    Dilakukan melalui beberapa program Berjenjang (Inhouse)

    antara lain: Strategic Management Development, First

    Line Management Development, Supervisiory

    Development Program, dan Officer Development

    Program.

    3 Public Training

    Dilakukan dengan mengikutsertakan karyawan dalam

    public training, baik yang diselenggarakan dalam negeri

    maupun luar negeri. Sepanjang tahun 2012 telah dilakukan

    59 kali public training.

    4 Pembekalan Pegawai Baru

    Dilakukan untuk memberikan pemahaman mengenai

    Perumnas secara komprehensif dan menyeluruh kepada

    pegawai baru Perumnas. Pembekalan pegawai baru

    diberikan kepada 102 orang rekrutmen baru tahun 2012.

    5

    Pembekalan dan Ujian Dinas

    (Inhouse) PERUM

    PERUMNAS

    Dilakukan untuk memberikan pemahaman terhadap

    karyawan dalam menghadapi persiapan ujian dinas.

    6 Pembekalan dan Persiapan

    Pensiun

    Dilakukan kepada karyawan Perumnas yang memasuki

    Masa Persiapan Pensiun

    7 Pendidikan Formal Dilakukan dengan mengikutsertakan karyawan untuk

    melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

    8 Siswa Magang Diberikan kepada siswa/siswi SMU SMK untuk

    melakukan praktek kerja lapangan.

    Sumber : Annual Report Perum Perumnas Tahun 2012

    III.2.3. PRESTASI KERJA

    Di PERUM PERUMNAS menilai prestasi kerja karyawannya menggunakan

    teknik rating scale di mana didasarkan pada beberapa dimensi antara lain :

    Pencapaian (Achievement)

    Pada tahap pencapaian ini, seorang karyawan akan dinilai tingkat prestasi

    kerjanya pada faktor yang berkaitan dengan :

    1. Transaksi harian yang meliputi ketelitian, kecepatan, keramahan, dan

    keakuratan di dalam menyediakan kebutuhan data dan melakukan jurnal

    transaksi.

    2. Pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

    Kemampuan (Capacity)

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 25

    Pada tahap kemampuan, prestasi kerja seorang karyawan dinilai menurut faktor

    kualitas kerja, keandalan, pemecahan masalah, dan inisiatif.

    Perilaku dan Hubungan Kerja (Working Relation)

    Pada tahap perilaku dan hubungan kerja, seorang karyawan dinilai prestasi

    kerjanya melalui faktor kerjasama, komunikasi, dan kedisiplinan.

    Dalam penilaian atau evaluasi kerja, perusahaan kadang memakai penilaian

    untuk kerja karyawannya melalui penilaian tertulis, misalnya menggunakan metode

    cheklist dan rating (poin) scale. Penilaian ini digunakan sebagai dasar pemberian insentif

    tambahan atau bonus kepada karyawan yang memiliki prestasi dan kinerja lebih dari

    karyawan lain. Dapat dilihat contoh kolom penilaian beserta aspek penilaian berikut ini :

    Tabel III.7. Contoh Dimensi Penilaian Kinerja

    Dimensi Penilaian Sangat Bagus

    (5)

    Bagus

    (4)

    Standar

    (3)

    Jelek

    (2)

    Sangat Jelek

    (1)

    1. Ketelitian

    2. Keandalan

    3. Inisiatif

    4. Kehadiran

    5. Komunikasi

    6. Kerjasama

    7. Kualitas Kerja

    Total

    Skor Total

    Penilaian mirip dengan skala likert pada kuesioner penelitian. Dari contoh tersebut

    nantinya setiap personel memiliki skor masing-masing yang akan menentukan kebijakan

    yang tepat untuk peletihan dan pengembangan serta penilaian kinerja ini ditujukan sebagai

    evaluasi penyesuaian dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya, apakah sudah tercapai

    ataukah belum.

    III.2.4. KOMPENSASI

    Para karyawan mungkin akan menghitung-hitung kinerja dan pengorbanan dirinya

    dengan kompensasi yang diterima. Apabila karyawan merasa tidak puas dengan

    kompensasi yang didapat, maka dia dapat mencoba mencari pekerjaan lain yang memberi

    kompensasi lebih baik. Hal itu cukup berbahaya bagi perusahaan apabila pesaing merekrut

    / membajak karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena dapat membocorkan rahasia

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 26

    perusahaan / organisasi.

    Dalam pelaksanaan pencarian data Penulis mendapatkan data umum seperti aspek

    tunjangan atau bonus apa yang didapatkan bukan dalam bentuk nominal. Ada dua jenis

    kompensasi yang diberikan pada karyawan, dimana diklasifikasikan sebagai imbalan

    ekstrinsik dan intrinsik sebagai berikut :

    Imbalan Ektrinsik

    Imbalan ini diberikan dalam dua cara, bisa dalam bentuk uang yang bersifat pokok

    atau bisa dengan cara lain yaitu dengan memberikan benefit atau uang dalam

    bentuk tunjangan.

    1. Imbalan ektrinsik yang berbentuk uang :

    - Gaji

    - Upah

    - Honor

    - Bonus

    - Komisi

    - Insentif

    Imbalan-imbalan diatas adalah sebagai imbalan yang diberikan oleh

    perusahaan secara pokok atau tetap.

    2. Imbalan ektrinsik yang bentuknya sebagai benefit/tunjangan pelengkap :

    - Uang cuti

    - Uang makan

    - Uang transportasi / antar jemput

    - Asuransi

    - Jamsostek / jaminan sosial tenaga kerja

    - Uang pensiun (direncanakan karena tergolong perusahaan baru belum ada

    dana pensiun)

    - Rekreasi

    Imbalan Intrinsik

    Imbalan dalam bentuk intrinsik yang tidak berbentuk fisik (non-finansial) dan

    hanya dapat dirasakan. Imbalan dalam bentuk ini dirasakan oleh personel dan

    dibutuhkan oleh personel dalam menunjang karir dan pelaksanaan kerja seperti :

    - Jenjang karir yang jelas/promosi (dibahas pada poin perencanaan karir

    setelah ini)

    - Kondisi lingkungan kerja yang kondusif

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 27

    - Pekerjaan yang menarik dan menantang

    III.2.5. PERENCANAAN KARIR

    Karier merupakan semua pekerjaan atau jabatan seseorang yang telah maupun yang

    sedang dilakoninya. Pekerjaan-pekerjaan ini dapat saja merupakan realisasi dari rencana-

    rencana hidup seseorang, atau mungkin merupakan sekedar nasib.

    Salah satu prinsip utama PERUM PERUMNAS adalah untuk mempekerjakan

    orang-orang berkualitas tinggi dan memberdayakan mereka untuk sukses. Perusahaan

    percaya bahwa keberhasilan bisnis tergantung pada kemampuan perusahaan untuk

    menyewa para profesional yang tepat di posisi yang tepat, untuk mengembangkan bakat

    dan keterampilan mereka dan untuk memberikan kesempatan bagi mereka untuk

    berkontribusi dalam cara yang berarti. PERUM PERUMNAS terus mencari kandidat yang

    memenuhi syarat dari semua industri dengan bisnis yang kuat, teknik, akuntansi,

    penjualan, arsitek dan keterampilan administrasi yang bersemangat untuk beradaptasi dan

    menerapkan pengalaman mereka beragam untuk membantu bisnis perusahaan hingga

    berhasil.

    Tabel III.8. Grade Jenjang Karir di Perumnas

    No.

    Jabatan

    Struktural Profesional

    Expert Project

    1 General Manager Senior Expert GM Project

    2 Deputy GM Senior Expert DGM Project

    3 Manager Expert Manager Project

    Assistant Manager Junior Expert Site Manager Project

    4 Officer

    5 Staff

    6 Clerk

    Sumber : Annual Report Perum Perumnas Tahun 2012

    Sementara untuk perencanaan karier bagi karyawan yang telah bekerja di PERUM

    PERUMNAS dalam promosi karir ke tingkat yang lebih bak dapat terjadi jika kinerja

    karyawan tersebut baik dan memberika benefit untuk perusahaan namun hal ini tidak

    terlepas dari pengawasan pimpinan divisi terkait.

    Dalam perencanaan karir ini, jabatan karyawan bisa saja naik ke jabatan yang lebih

    tinggi. Untuk kriteria promosi atau kegiatan untuk suatu jabatan yang ingin di isi, PERUM

    PERUMNAS lebih mengedepankan pada kriteria kecakapan dan keahlian seorang

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 28

    karyawan untuk suatu jabatan, bukan karena lama bekerja. Dari kenaikan ini salah satu

    faktornya adalah keahlian dan pengalaman, serta pelatihan yang dilakukan untuk

    mendukung kinerja yang dilakukan.

    III.2.6. KETENAGAKERJAAN

    Strategi pengelolaan SDM PERUM PERUMNAS menekankan pada konsep yang

    memandang manusia sebagai bagian terpenting Perusahaan. PERUM PERUMNAS

    berupaya menekankan penerapan nilai-nilai PERUMNAS melalui implementasi Code of

    Conduct yang telah ditetapkan. Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan menjadi acuan seluruh kebijakan ketenagakerjaan di Perumnas untuk

    memastikan kepatuhan terhadap Perundang-undangan yang berlaku dan meminimalkan

    terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi manusia dalam hubungan kerja.

    PERUM PERUMNAS memiliki kesepakatan kerja bersama secara khusus yang

    telah memperoleh pengesahan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan

    Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. KEP. 66/PHIJSK-

    PKKAD/PP&PKB/V/2013 tentang Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama Antara PERUM

    PERUMNAS dengan Serikat Karyawan PERUM PERUMNAS tanggal 10 Mei 2013, yang

    antara lain memutuskan bahwa Peraturan Perusahaan ini mulai berlaku terhitung tanggal

    10 Mei 2013 sampai dengan tanggal 10 Mei 2015.

    Berikut merupakan beberapa program ketenagakerjaan yang dijalankan oleh

    PERUM PERUMNAS :

    1. Pengelolaan Hubungan Karyawan dan Manajemen

    Hubungan antara karyawan dengan manajemen telah terbina dengan baik.

    Perumnas memiliki Serikat Karyawan Perum Perumnas yang merupakan serikat

    pekerja di lingkungan Perumnas. Serikat Karyawan Perum Perumnas merupakan

    organisasi yang berhak mewakili karyawan dalam berhubungan dengan manajemen

    dan telah terlibat secara aktif dalam perundingan PKB dengan manajemen.

    2. Rekrutmen SDM

    Rekrutmen SDM Perumnas dilakukan melalui rekrutmen internal dan eksternal.

    Rekrutmen internal dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya yang telah

    dimiliki. Rekrutmen eksternal difokuskan pada perekrutan karyawan berpendidikan

    yang lebih tinggi dan karyawan dengan kompetensi yang belum dimiliki Perumnas.

    3. Pengembangan Kompetensi

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 29

    Penguatan kompetensi SDM dilakukan dengan pelatihan dan pendidikan yang

    bersifat perubahan kompetensi dan pengembangan kompetensi, baik yang terkait

    langsung maupun tidak langsung terhadap strategi bisnis dan operasional. Pelatihan

    untuk perubahan kompetensi bertujuan untuk menyiapkan kompetensi karyawan

    agar mampu menyikapi perubahan. Sementara itu, pelatihan untuk pengembangan

    kompetensi bertujuan untuk menyiapkan karyawan dengan kompetensi tertentu

    guna mendukung portofolio bisnis Perumnas. Selain itu, Perumnas juga

    menyelenggarakan berbagai program peningkatan dan pelatihan kompetensi bagi

    karyawannya yang saat ini dikelola melalui Divisi Pengembangan SDM.

    4. Remunerasi Karyawan

    Perumnas berupaya memberikan paket remunerasi yang kompetitif bagi karyawan

    yang terdiri dari gaji bulanan serta berbagai tunjangan dan fasilitas.

    5. Pelayanan Kesehatan

    Perumnas menyediakan layanan kesehatan bagi karyawan dan pensiunan beserta

    keluarga inti yang menjadi tanggungannya yang diharapkan berdampak pada

    perbaikan produktivitas Perumnas. Jaminan kesehatan juga disediakan untuk

    seluruh karyawan yang telah pensiun, termasuk keluarga yang menjadi tanggungan.

    6. Program Pensiun

    Perumnas memiliki program pensiun yang dikelola oleh Dapenas dan DPLK

    Jiwasraya.

    7. Penghargaan Karyawan

    Secara rutin, Perumnas memberikan apresiasi kepada karyawan dan unit yang

    berprestasi dalam mendukung pencapaian target bisnis perusahaan. Pemberian

    penghargaan ini untuk memotivasi karyawan agar memberikan kontribusi yang

    lebih baik di periode mendatang.

    8. Tingkat Perpindahan (Turnover) Karyawan

    Tingkat perpindahan karyawan yang keluar dari Perumnas dengan berbagai sebab

    antara lain disebabkan oleh pensiun, mengundurkan diri atau habis kontrak.

    9. Kesetaraan Gender dan Keselamatan Kerja

    Perumnas tidak memiliki kebijakan internal terkait ketenagakerjaan yang

    membedakan penerapannya berdasarkan gender. Seluruh peraturan yang berlaku

    diterapkan secara konsisten dan setara kepada seluruh karyawan tanpa

    membedakan gender. Demikian pula dengan kesempatan kerja yang ditawarkan

    berlaku bagi seluruh karyawan.

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 30

    III.2.7. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

    Kesehatan kerja termasuk di dalamnya adalah kesehatan fisik dan mental.

    Kesehatan karyawan bisa saja terganggu karena adanya penyakit, stress, maupun

    kecelakan. Pengelolaan K3 difokuskan untuk meminimalisir dampak yang terjadi akibat

    adanya kecelakaan kerja yang bersifat fatal. Program ini diselenggarakan berdasarkan

    peraturan ketenagakerjaan dan aturan K3 Dinas Tenaga Kerja setempat serta dievaluasi

    dan dinilai setiap tahun. Komitmen Perumnas untuk mewujudkan keamanan dan

    keselamatan di lingkungan kerja diwujudkan dalam kebijakan Perusahaan yang diatur

    dalam Keputusan Direksi. Perumnas telah memiliki Prosedur Penanganan Keadaan Darurat

    yang mengatur berbagai hal serta langkah-langkah yang dilakukan dalam keadaan darurat.

    Berbagai kegiatan yang dilakukan terkait dengan program K3 antara lain Pelatihan

    Kebakaran di kantor, serta Penyediaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di setiap lantai

    di Kantor Perumnas. Fasilitas yang diberikan oleh PERUM PERUMNAS kepada

    karyawannya meliputi asuransi tunjangan kesehatan, asuransi jiwa dan kecelakaan kerja,

    pemberian fasilitas kendaraan dinas untuk pekerja dengan jabatan tertentu dan program

    pelatihan dan pengembangan secara internal untuk kebutuhan khusus dan apabila secara

    internal tidak memadai maka akan diadakan secara eksternal. PERUM PERUMNAS

    memberikan upah minimum sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR).

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 31

    BAB IV

    PENUTUP

    IV.1. KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

    1. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia sangat penting dalam semua aspek

    kepentingan dan kompetensi dalam perusahaan. Mulai dari pelaksanaan perekrutan

    sampai dengan evaluasi untuk menentukan kualitas SDM perusahaan. Perekrutan

    yang tepat akan menghasilkan kinerja personel yang baik sehingga dalam proses

    evaluasi mendapatkan hasil yang bagus juga.

    2. Pelatihan dan pengembangan perlu dilakukan untuk meng-upgrade pengetahuan

    dan pendidikan personel sesuai dengan pekerjaan dan tugas yang diampu.

    3. Proses pemberian insentif kepada pegawai disesuaikan dengan kinerja selain gaji

    pokok.

    4. Aspek studi kelayakan bisnis SDM pada PERUM PERUMNAS menurut kelompok

    kami sudah memenuhi standar atau rata-rata pelaksanaan manajemen.

    IV.2. SARAN

    Saran dari kelompok kami, agar PERUM PERUMNAS terus melakukan pelatihan

    dan pengembangan agar karyawan dapat meningkatkan kinerjanya demi tercapainya

    sasaran dan tujuan perusahaan. Selain itu PERUM PERUMNAS juga tetap memberikan

    pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan standar yang telah

    ditentukan.

  • Organisasi & Manajemen Sumberdaya Manusia, Fitriana Purnamasari, MB IPB, 2013 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Alim, M. B. 2009. Teori Herzberg dan Kepuasan Kerja Karyawan.

    http://www.psikologizone.com/teori-herzberg-dan-kepuasan-kerja-karyawan , diakses

    pada tanggal 25 November 2013, 19.30.

    Damanik, Rikson. 2013. Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg (1966).

    http://globallivebook.blogspot.com/2013/07/teori-motivasi-dua-faktor-herzberg-

    1966.html , diakses pada tanggal 25 November 2013, 18.05.

    Dessler, Gary. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Indeks Gie, The Liang.

    1998. Ensikiopedi Administrasi. Gunung Agung. Jakarta.

    Hasibun, M.S.P 2005. Organisasi Dan Motivasi; Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta : PT.

    Bumi Aksara Kutipan Siagian dalam Buku Manullang (2000 : 193).

    Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama. Bandung.

    Maulana, Ahmad. 2011. Teori Motivasi Frederick Herzberg.

    http://fuhrend.blogspot.com/2011/11/sekilas-tentang-teori-dua-faktor.html , diakses pada

    tanggal 25 November 2013, 19.00.

    Resky Astrini. 2012. Pengaruh Motivasi Instrinsik Dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap

    Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang

    Makasar. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudddin Makassar.

    Roen, Ferry. 2012. Teori Dua Faktor. http://perilakuorganisasi.com/teori-dua-faktor.html , diakses

    pada tanggal 25 November 2013, 18.30.

    Robbins, Stephen P and Judge, Timothy A. 2007. Perilaku Organisasi. Salemba Empat, Jakarta.

    Portal Resmi PERUM PERUMNAS. 2013. http://perumnas.co.id/ , diakses pada tanggal 25

    November 2013, 23.00.