otonomi daerah
TRANSCRIPT
A. PENDAHULUAN
Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang
berarti “keputusan sendiri” (self ruling). Otonomi yaitu hak untuk memerintah dan
menentukan nasibnya sendiri.
Di Indonesia, otonomi daerah sebenarnya mulai bergulir sejak keluarnya
UU No.1 Tahun 1945, kemudian UU No.2 Tahun 1984 dan UU No.5 Tahun 1974
tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Semuanya berupaya menciptakan
pemerintahan yang cenderung ke arah disentralisasi. Namun pelaksanaannya
mengalami pasang surut, sampai masa reformasi bergulir. Pada masa ini keluarlah
UU No.2 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat. Sejak
itu, penerapan otonomi daerah berjalan cepat.
Prinsip otonomi daerah adalah pemerintahan daerah diberi wewenang
untuk mengelola daerahnya sendiri. Hanya saja ada beberapa bidang yang tetap
ditangani pemerintah pusat, yaitu agama, peradilan, pertahanan, dan keamanan,
moneter/fiscal, politik luar negeri dan dalam negeri serta sejumlah kewenangan
bidang lain (meliputi perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara
makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi Negara dan lembaga
perekonomian Negara, pembinaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber
daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, dan konversi serta standarisasi
nasional).
Keadaan geografis Indonesia yang berupa kepulauan berpengaruh
terhadapmekanisme pemerintahan Negara Indonesia. Dengan keadaan geografis yang
berupakepulauan ini menyebabkan pemmerintah sulit mengkoordinasi pemerintahan
yang ada didaerah. Untuk memudahkan pengaturan atau penataan pemerintahan maka
diperlukanadanya suatu sistem pemerintahan yang dapat berjalan secara efisien dan
mandiri tetapitetap terawasi dari pusat.
Di era reformasi ini sangat dibutuhkan sistem pemerintahan yang
memungkinkancepatnya penyaluran aspirasi rakyat, namun tetap berada di bawah
pengawasanpemerintah pusat. Hal tersebut sangat diperlukan karena mulai
1
munculnya ancaman-ancaman terhadap keutuhan NKRI, hal tersebut ditandai dengan
banyaknya daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indornesia.
Sumber daya alam daerah di Indoinesia yang tidak merata juga
merupakan salahsatu penyebab diperlukannya suatu sistem pemerintahan yang
memudahkan pengelolaansumber daya alam yang merupakan sumber pendapatan
daerah sekaligus menjadipendapatan nasional. Sebab seperti yang kita ketahui bahwa
terdapat beberapa daerahyang pembangunannya memang harus lebih cepat daripada
daerah lain. Karena itulahpemerintah pusat membuat suatu sistem pengelolaan
pemerintahan di tingkat daerah yangdisebut otonomi daerah.
Pada kenyataannya, otonomi daerah itu sendiri tidak bisa diserahkan
begitu sajapada pemerintah daerah. Selain diatur dalam perundang-undangan,
pemerintah pusat juga harus mengawasi keputusan-keputusan yang diambil oleh
pemerintah daerah. Apakah sudah sesuai dengan tujuan nasional, yaitu pemerataan
pembangunan di seluruh wilayah Republik Indonesia yang berdasar pada sila Kelima
Pancassila, yaitu Keadilan SosialBagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Tuntutan akan pengelolaan pmerintahan daerah yang mandiri dengan
semangat otonomi daerah semakin marak. Namun demikian, kebijakan otonomi
daerah disalah artikan oleh jajaran pengelola pemerintah di daerah. Otonomi daerah
dipahami sebagai kebebasan mengelola sumber daya daerah yang cenderung
melahirkan pemerintahan daerah yang tidak profesional dan tidak terkontrol. Hal
yang sangat mengkhawatirkan, seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah adalah
lahirnya perundang-undangan daerah yang cenderung bertolak belakang dengan
semangat konstitusi negara dan dasar negara yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
2
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Otonomi Daerah
Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang
berarti “keputusan sendiri” (self ruling). Otonomi yaitu hak untuk memerintah dan
menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan Desentralisasi adalah pelimbahan
kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.1
Ada beberapa alasan mengapaIndonesia perlu desentralisasi. Pertama,
kehidupan berbangsa dan bernegara hanya terpusat di Jakarta. Kedua, pembagian
kekayaan tidak merata dan tidak adil. Ketiga, Kesenjangan sosial antar satu daerah
dengan daerah lain sangat mencolok.
Pelaksanaan desentralisasi haruslah dilandasi argumentasi yang kuat. Di
antara argumentasi dalam memilih desentralisasi-otonomi daerah adalah :
1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan
pemerintahan
Untuk terciptanya pemerintahan yang efisien dan efektif, pemerintah
memiliki beberapa fungsi,diantaranya adalah pertama, fungsi distributif yaitu fungsi
distributif, pemerintah mengelola dimensi kehidupan, seperti bidang ekonomi,
sosial,politik,dll. Kedua, fungsi regulatif menyangkut penyediaan barang dan jasa.
Ketiga, fungsi ekstraktif yaitu memobilisasi sumber daya keuangan. Keempat, fungsi
universal, menjaga keutuhan negara-bangsa, mempertahankan diri dari serangan lain.
2. Sarana pendidikan politik.
Pemerintah daerah merupakan kancah pelatihan dan pengembangan
demokrasi dalam sebuah negara. Menurut Filsuf Alexis de Tocqueville, pemda
merupakan tempat kebebasan, dan tempat orang diajari bagaimana kebebasan
digunakan serta bagaimana menikmatinya.
1 HAW Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi Daerah.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.2005, hlm, 31
3
MenurutJohn Stuart Mill, pemda memberikan kesempatan masyarakat
untuk berpartisipasi politik, baik dalam rangka dipilih maupun memilih dalam suatu
jabatan politik.
3. Pemerintah daerah sebagai persiapan untuk karir politik lanjutan.
Pemerintah daerah merupakan wahana pnggodokan calon-calon
pemimpin nasional, setelah melalui karir di daerahnya.Proses kaderasi para pemimpin
nasional berlangsung secara akuntabel dan rasional sehingga masyarakat luas dapat
mendudukijabatan baik di pemerintah maupun lembaga perwakilan dan juga dapat
menghapus bahkan menghilangkan tradisi politik yang bertumpu pada garis
keturunan.
4. Stabilitas politik.
Menurut Sharpe, stabilitas nasional mestinya berawal dari stabilitas
nasional pada tingkat lokal. Beberapa peristiwa karena ketidakstabilan politik
diantaranya, di Indonesia terjadi pergolakan daerah seperti PRRI dan PERMESTA
karena kekuasaan pemerintah Jakarta lebih dominan. Di Filipina dan Thailand,
minoritas muslim berjuang melepaskan diri dari ketidakadilan ekonomi yang
berakibat lahirnya gejolak disintegrasi yang dilakukan pemerintah pusat di Manila
dan Bangkok.
5. Kesetaraan politik
Kesetaraan yang baik akibat kebijakan desentralisasi-otonomi daerah
yang baik. Melalui desentralisasi, akan tercipta kesetaraan politik antara daerah dan
pusat.
6. Akuntabilitas politik
Melalui penyelenggaraan pemerintah di daerahakan lebih akuntabel dan
profsional, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam politik.
Jadi, Hakikat Otonomi adalah memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk kreatif dan inovatif dalam rangka memperkuat NKRI
4
dengan berlandaskan norma kepatutan dan kewajaran dalam tata kehidupan
bernegara.2
2. Visi Otonomi Daerah
Visi otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu
politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Di bidang politik, untuk melahirkan pemerintah daerah yang dipilih
secara demokrasi, penyelenggaraan pemerintah yang yang responsif terhadap
masyarakat luas.dll
Di bidang ekonomi, menjamin lancarnya pelaksanaan ekonomi nasional
di daerah, pemerintah daerah dapat mengembangkan kebijakan lokal kedaerahan
untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya, lahirnya
prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi,memudahkan
perizinan usaha,dll.
Di bidang sosial dan budaya, memelihara dan mengembangkan nilai,
tradisi, karya seni, karya cipta, bahasa, dan karya sastra lokal untuk merespon positif
dinamika kehidupan disekitarnya dan kehidupan global.
3. Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia
Peraturan perundang-undangan pertama yang mengatur pemerintahan
daearh pasca proklamasi kemerdekaan adalah UU No. 1 tahun 1945. Undang-undang
ini menekankan aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan pembentukan
Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam undang-undang ini ditetapkan tiga daerah
otonom yaitu karesidenan, kabupaten dan kota. UU ini kemudian diganti dengan UU
No. 22 tahun 1948.
UU ini mengatur tentang susunan pemerintah daerah yang demokratis.
Dalam UU ini ditetapkan dua jenis daerah otonom, yaitu daerah otonomi biasa dan
daearh istimewa, serata tiga tingkatan daearh otonom, yaitu provinsi, kabupaten, dan 2 Syamsudin Haris, Cesentralisasi Dan Otonomi Daerah.Jakarta:LIPI Press.2007, hlm, 72
5
kota.Pasca UU ini, muncul beberapa UU tentang pemerintah daerah, yaitu UU No 1
tahun 1957, UU No 18 Tahun 1965 dan UU No. 5 Tahun 1974 prinsip yang dipakai
dalam pemberian otonomi kepada daerah adalah nyata dan bertanggung jawab. UU
ini paling lama, yaitu 25 tahun, dan baru diganti dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan
UU No.25 Tahun 1999.
Kehadiran UU No.22 Tahun 1999 pada masa lengsernya orde baru dan
munculnya kehendak rakyat untuk melakukan reformasi dalam segala aspek
kehidupan. Berdasarkan kehendak reformasi itu, ditetapkan Ketetapan MPR No. XV /
MPR / 1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, pembagian, dan
pemanfaatan sumber daya nasional, yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan daerah dalam kerangka NKRI. Tiga tahun setelah implementasi
UU No.22 Tahun 1999, dilakukan peninjauan dan revisi terhadap UU yang berakhir
pada lahirnya UU No.32 Tahun 2004 juga mengatur tentang pemerintah daerah.3
4. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah
Prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang d ijadikan
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah sebagai berikut :
a. Memperhatikan aspek demokrasi, keadilan pemerataan, serta potensi dan
keanekaragaman budaya
b. Didasarkan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab
c. Otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada kabupaten dan kota, pada
provinsi merupakan otonomi terbatas
d. Harus sesuai dengan konstitusi negara
e. Harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom
f. Harus meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah ( fungsi
anggaran, pengawasan dan legislasi )
3 Ibid, hlm, 77-78
6
g. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi untuk
melaksanaan kewenangan pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada
gubernur.
h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari
pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada
desa.4
5. Pembagian Kekuasaan dalam Kerangka Otonomi Daerah
Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dilakukan berdasarkan
prinsip negara kesatuan tetapi dengan semangat federalisme. Otonomi daerah bersifat
luas, nyata, dan bertanggung jawab. Disebut luas karena kewenangan sisa justru
berada pada pemerintah pusat, disebut nyata karena kewenangan yang
diselenggarakn itu menyangkut yang diperlukan, tumbuh dan hidup dan berkembang
di daerah. Disebut bertanggung jawab karena kewenangan yang diserahkan itu harus
diselenggarakan demi pencapaian tujuan otonomi darah, yaitu peningkatan pelayanan
dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan
demokrasi, keadilan, dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antar
pusatdan derah dan antar daerah.
Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom provinsi dalam
rangka desentralisasi mencakup :
a. Kewenangan yang besifat lintas-kabupaten dan kota, seperti kewenangan dalam
bidang pekerjaan umum,perhubungan , kehutanan dan perkebunan
b. Perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro, pelatihan
bidang alokasi sumber daya manusia potensial, penelitian yang mencakup
wilayah provinsi, pengelolaan pelabuhan regional, pengendalian lingkungan
hidup, promosi dagang dan budaya, penanganan penyakit menular, dan
penataan tata ruang provinsi
4 Andi Mustari Pide.Otonomi Daerah Dan Kepala Daerah.Jakarta:Gava Media Pratama.1999, hlm, 45
7
c. Kewenangan kelautan
d. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan
daerah kota diserahkan kepada provinsi dengan pernyataan dari daerah otonom
kabupaten atau kota tersebut.
Pemerintah pusat memiliki kewenangan mengawasi daerah otonom, tetapi
pengawasan ini diimbangi dengan kewenangan daerah otonom yang lebih besar atau
sebaliknya, sehingga terjadi keseimbangan kekuasaan. Keseimbangan yang dimaksud
adalah pengawasan tidak lagi dilakukan secara struktural, yaitu bupati dan gubernur
bertindak sebagai wakil pemerintah pusat sekaligus kepala daerah otonom, dan tidak
lagi secara preventif perundang-undangan, yaitu setiap perda memerlukan persetujuan
pusat untuk dapat berlaku.
6. Pemilihan, Penetapan, dan Kewenanangan Kepala Daerah
Menurut UU No. 22 Thun 1999, Bupati dan Wali kotadipilih dan
diberhentikan oleh DPRD, tetapi secara administratif di lakukan oleh presiden.
Sedangkan UU No. 32 Tahun 2004, kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat
melalui pilkada langsung.
Pengawasan pemerintah pusat terhadap daerah otonom menurut UU baru
ini dilakukan berdasarkan supremasi hukum. Artinya, setiap perda yang dibuat DPRD
dan Kepala Daerah langsung dapat berlaku tanpa persetujuan pemerintah pusat.
Tetapi pemerintah pusat bisa menunda atau membatalkannya bila perda dinilai
bertentangan dengan konstitusi, UU, dan kepentingan umum.
Sebelas kewenangan wajib diserahkan kepada daerah otonom kabupaten
dan daerah otonom kota, yaitu : pertanahan, pertanian, pendidikan dan kebudayaan,
tenaga kerja, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, perhubungan,
perdagangan dan industri, penanaman modal, dan koperasi.
Kewenangan yang dapat diselenggarakan oleh daerah otonom kabupaten
dan kota yaitu diberi kewenangan kelautan seluas 1/3 dan luas kewenangan provinsi
8
12 mil.Kewenangan pilihan, yaitu kewenangan yang tidak di tangani pusat dan
provinsi.5
Penyerahan kesebelas kewenagan ini kepada daerah otonom kabupaten
dan kota dilandasi pertimbangan sebagai berikut : pertama,makin dekat produsen
dan distributor pelayanan publik dengan warga masyarakat yang dilayani, semakin
cepat sasaran, merata, berkualitas dan terjangkau. Kedua, penyerahan 11 jenis
kewenangan itu kepada daerah otonom kabupaten dan kota akan membuka
kesempatan bagi aktor politik lokal dan sumber daya manusia yang berkualitas di
daerah untuk mengajukan prakarsa, berkreativitas, dan melakukan inovasi. Hal ini
berarti unsur-unsur budaya lokal berupa pengetahuan, keahlian dan kearifan lokal
akan dapat didayagunakan secara maksimal. Ketiga, karena distribusi SDM yang
berkualitas tidak merata. Keempat, pengangguran dan kemiskinan sudah menjadi
masalah yang tidak saja hanya ditanggung kepada pemerintah pusat semata.
7. Kesalahpahaman terhadap Otonomi Daerah
Otonomi daerah diharapkan dapat mencegah desintegrasi nasional.
Otonomi daerah dilakukan untuk memperkuat ikatan semangat kebangsaan, serta
persatuan dan kesatuan antar warga negara, mengembalikan harkat dan martabat
masyarakat di daerah, memberikan pendidikan politik untuk meningkatkan kualitas
demokrasi di daerah, meningkatkan efisiensi pelayanan publik di daerah,
mempercepat pembangunan daearh,dan pada akhirnya diharapkan mampu
menciptakan cara pemerintahan yang baik.
Namun dalam praktiknya kebijakan otda banyak menimbulkan
kesalahpahaman dari berbagai kelompok masyarakat, diantaranya :
Pertama, otonomi dikaitkan semata-mata dengan uang. Otonomi
diguanakan untuk memenuhi dan mencakupi kehidupannya sendiri. Kedua, daerah
belum siap dan belum mampu. Hal ini keliru, karena pemerintah daerah sudah terlibat
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam waktu yang sudah sangat lama dan
5 Ibid, hlm, 46-47
9
berpengalaman dalam administrasi pemerintahan.Ketiga, Pemerintah pusat akan
melepaskan tanggung jawabnya untuk membantu dan membina daerah. Pendapat ini
salah, pemerintah pusat tetap bertanggung jawab memberi dukungan dan bantuan
kepada daerah, baik dukungan keuangan maupun penyelenggaraan pemerintah.
Setiap pemberian kewenangan dari pusat ke daerah harus diserati dana yang jelas dan
cukup,apakah berbentuk Dana Alokasi Umum atau Dana Alokasi Khusus. Keempat,
Daerah dapat melakukan apa saja. Daerah dapat menempuh segala bentuk kebijakan
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan UU yang berlaku secara
nasional. Disamping itu, kepentingan masyarakat merupakan landasan paling utama
dalam mengambil kebijakan. Kelima, Otda akan menciptakan raja-raja kecil di daerah
dan memindahkan korupsi kedaerah.Hal ini benar, jika pemerintah daerah
menempatkan diri dalam kerangka sistem politik orde baru. Untuk menghindari hal
tersebut, pilar-pilar penegakan demokrasi dan masyarakat madani.6
8. Otonomi Daerah dan Pembangunan Daerah
Otonomi daerah diharapkan dapt mempercepat pertumbuhan dan
pembangunan daerah. Kebijakan sentralisasi pada masa lalu dampaknya sudah
diketahui, yaitu adanya ketimpangan antar daerah.
Terdapat faktor-faktor prakondisi yang diharapkan pemerintah daerah,
antara lain :
1. Fasilitas
Pemerintah berfungsi memgasilitasi segala kegiatan di daerah, terutama
dalam bidang perekkonomian.Segala bentuk perizinan sebaiknya dipermudah dan
fasilitas perpajakan yang merangsang penanaman modal. Hal ini merupakan langkah
tepat untuk menciptakan lapangan pekerjaan sehingga pengangguran dapat
berkurang.
2. Pemda harus kreatif
6 Ibid, hlm, 50
10
Kreatif disini salah satunya mencari sumber dana ( dari DAU atau dari
Pendapatan Asli Daerah ) dan mengalokasikannya secara cepat, adil dan profesional.
Menciptakan keunggulan komparatif bagi daerahnya, sehingga pemilik modal tertarik
untuk menanamkan modalnya. Menarik DAK dari pemerintah pusat .
3. Politik lokal yang stabil
Untuk menciptakan ini harus melalui transparansi dalam pembuatan
kebijakan publik dan akuntabel dalam pelaksanaannya.
4. Pemda harus menjamin kesinambungan berusaha
Kalangan pengusaha asing dan domestik sering kali terganggu dengan
sikap kalangan politisi dan birokrasi daerah yang mencoba mengubah apa yang sudah
disepakati sebelumnya. Hal itu berdampak dunia usaha merasa tidak terlindungi
dalam kesinambungan usahanya.
5. Pemda harus komunikatif dengan LSM / NGO, terutama dalam bidang
perburuhan dan lingkungan hidup
Pemda dituntut memahami semua aspirasi yang berkembang di kalangan
perburuhan. Pemda hendaknya menjadi jembatan antar kepentingan dunia usaha
dengan aspirasi buruh.Pemda juga harus sensitif dengan isu-isu lingkungan hidup.7
9. Kelebihan dan Kelemahan Otonomi Daerah
a. Kelebihan Otonomi Daerah
Kelebihan otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah maka
pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas
lokalyang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah
pusatmendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah
yangberada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada
yangdidapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut
7 Abdul Rozak, Demokrasi Hak Asasi Manusia Dan Masyarakat Madani,Jakarta:ICCE. 2008, hlm, 67
11
memungkinkanpemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta membangun
program promosikebudayaan dan juga pariwisata
Dengan melakukan otonomi daerah maka kebijakan-kebijakan
pemerintah akanlebih tepat sasaran, hal tersebut dikarenakan pemerintah daerah
cinderung lebih menegetikeadaan dan situasi daerahnya, serta potensi-potensi yang
ada di daerahnya daripadapemerintah pusat. Contoh di Maluku dan Papua program
beras miskin yang dicanangkanpemerintah pusat tidak begitu efektif, hal tersebut
karena sebagian penduduk disana tidakbisa menkonsumsi beras, mereka biasa
menkonsumsi sagu, maka pemeritah disana hanyamempergunakan dana beras meskin
tersebut untuk membagikan sayur, umbi, danmakanan yang biasa dikonsumsi
masyarakat. Selain itu, denga system otonomi daerahpemerintah akan lebih cepat
mengambil kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu saatitu, yanpa harus melewati
prosedur di tingkat pusat.
b. Kelemahan Otonomi Daerah
Kelemahan dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagioknum-
oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikaNegara
dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang adakebijakan-
kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara yang dapatmenimbulkan
pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau bahkandaerah dengan
Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi ditingkat daerah.
Hal tersebut dikarenakan dengan system otonomi daerah maka pemerintahpusat akan
lebih susah mengawasi jalannya pemerintahan di daerah, selain itu karenamemang
dengan sistem.otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begituberarti.
Otonomi daerah juga menimbulkan persaingan antar daerah yang
terkadang dapat memicu perpecahan. Contohnya jika suatu daerah sedang
mengadakan promosi pariwisata, maka daerah lain akan ikut melakukan hal yang
sama seakan timbul persaiangan binis antar daearah. Selain itu otonomi daerah
membuat kesenjangan ekonomi yang terlampau jauh antar daerah. Daerah yang kaya
akan semakin gencar melakukan pembangunan sedangkan daerah yang
12
pendapatannya kurang akan tetap begitu-begitu saja tanpa ada pembangunan.Hal ini
sudah sangat menghawatirkan karena ini sudah melanggar pancasila sila ke-lima,
yaitu ‘’Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia’’.8
C. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Otonomi adalah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk kreatif dan inovatif dalam rangka memperkuat NKRI dengan berlandaskan
norma kepatutan dan kewajaran dalam tata kehidupan bernegara.
Visi otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu
politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Peraturan perundang-undangan pertama yang mengatur pemerintahan
daearh pasca proklamasi kemerdekaan adalah UU No. 1 tahun 1945. kemudian
diganti dengan UU No. 22 tahun 1948. UU ini, muncul beberapa UU tentang
pemerintah daerah, yaitu UU No 1 tahun 1957, UU No 18 Tahun 1965 dan UU No. 5
Tahun 1974. Tiga tahun setelah implementasi UU No.22 Tahun 1999, dilakukan
peninjauan dan revisi terhadap UU yang berakhir pada lahirnya UU No.32 Tahun
2004 juga mengatur tentang pemerintah daerah.
Prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang adalah sebagai berikut :
Memperhatikan aspek demokrasi, keadilan pemerataan, serta potensi dan
keanekaragaman budaya,didasarkan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab, harus sesuai dengan konstitusi negara, lebih meningkatkan kemandirian
daerah otonom, meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah,
pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi , pelaksanaan asas
tugas pembantuan .
Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dilakukan berdasarkan
prinsip negara kesatuan tetapi dengan semangat federalisme. Pemerintah pusat
memiliki kewenangan mengawasi daerah otonom, tetapi pengawasan ini diimbangi
8 Ibid, hlm, 69
13
dengan kewenangan daerah otonom yang lebih besar atau sebaliknya, sehingga terjadi
keseimbangan kekuasaan.
Menurut UU No. 22 Thun 1999, Bupati dan Wali kotadipilih dan
diberhentikan oleh DPRD, tetapi secara administratif di lakukan oleh presiden.
Sedangkan UU No. 32 Tahun 2004, kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat
melalui pilkada langsung. Sebelas kewenangan wajib diserahkan kepada daerah
otonom kabupaten dan daerah otonom kota, yaitu : pertanahan, pertanian, pendidikan
dan kebudayaan, tenaga kerja, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum,
perhubungan, perdagangan dan industri, penanaman modal, dan koperasi.
Beberapa kesalhpahaman mengenai pelaksanaan otonomi daerah :
Pertama, otonomi dikaitkan semata-mata dengan uang. Kedua, daerah belum siap dan
belum mampu. Ketiga, Pemerintah pusat akan melepaskan tanggung jawabnya untuk
membantu dan membina daerah. Keempat, Daerah dapat melakukan apa saja.
Kelima, Otda akan menciptakan raja-raja kecil di daerah dan memindahkan korupsi
kedaerah.
Otonomi daerah diharapkan dapt mempercepat pertumbuhan dan
pembangunan daerah. Kebijakan sentralisasi pada masa lalu dampaknya sudah
diketahui, yaitu adanya ketimpangan antar daerah. faktor-faktor prakondisi yang
diharapkan pemerintah daerah, antara lain : fasilitas, pemda harus kreatif, Politik
lokal yang stabil, pemda harus menjamin kesinambungan berusaha, pemda harus
komunikatif dengan LSM / NGO, terutama dalam bidang perburuhan dan lingkungan
hidup.
Pilkada yaitu pemilihan kepala daerah Dan wakilnya yaitu pemilihan
Gubernur dan wakilnya maupunpemilihan Bupati dan wakilnya yang merupakan
perwujudan pengembalian hak-hak rakyat dalam memilih pemimpin di daerah.
Penyelenggara pilkada harus memenuhi beberapa kriteria :Langsung,umum, bebas,
rahasia, jujur,adil.
14
Kelebihan otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah maka
pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas
lokalyang ada di masyarakat, kebijakan-kebijakan pemerintah akanlebih tepat
sasaran. Kelemahan dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagioknum-
oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikaNegara
dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang ada kebijakan-
kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara yang dapatmenimbulkan
pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau bahkandaerah dengan
Negara, Otonomi daerah juga menimbulkan persaingan antar daerah yang terkadang
dapat memicu perpecahan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Haris,Syamsudin.Cesentralisasi Dan Otonomi Daerah.Jakarta:LIPI Press.2007
Pide,Andi Mustari.Otonomi Daerah Dan Kepala Daerah.Jakarta:Gava Media
Pratama.1999
Rozak,Abdul.Demokrasi Hak Asasi Manusia Dan Masyarakat Madani,Jakarta:ICCE.
,2008
Widjaja,HAW.Penyelenggaraan Otonomi Daerah.Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada.2005
16