otore

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Prevalensi terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62 % sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75 % anak mengalami minimal 1 episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya 3 kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25 % anak mengalami minimal 1 episode sebelum usia 10 tahun ( Abidin, 2009. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun Mengingat masih tingginya angka otitis media pada anak- anak, maka diagnosis dini yang tepat dan pengobatan secara tuntas mutlak diperlukan guna mengurangi angka kejadian komplikasi dan perkembangan penyakit menjadi otitis media kronis. 1.2 Tujuan Tujuan Umum : Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien OMA dan OMK Tujuan khusus : Menjelaskan Konsep dasar dari penyakit OMA dan OMK seperti pengertian,etiologi,patofisiologi dan lain-lain BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Upload: wisnuheripurwanto

Post on 28-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

wwwww

TRANSCRIPT

Page 1: otore

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Prevalensi terjadinya

otitis media di seluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62 % sedangkan anak-anak berusia 3

tahun sekitar 83 %. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75 % anak mengalami minimal 1

episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya 3

kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25 % anak mengalami minimal 1 episode sebelum usia

10 tahun ( Abidin, 2009. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6

tahun

Mengingat masih tingginya angka otitis media pada anak-anak, maka diagnosis dini

yang tepat dan pengobatan secara tuntas mutlak diperlukan guna mengurangi angka kejadian

komplikasi dan perkembangan penyakit menjadi otitis media kronis.

1.2  Tujuan

Tujuan Umum          : Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien OMA dan OMK

Tujuan khusus          : Menjelaskan Konsep dasar dari penyakit OMA dan OMK seperti

pengertian,etiologi,patofisiologi dan lain-lain  

  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi 

 Otitis adalah radang telinga, yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya

pendengaran, tinitus dan vertigo.

Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis media berarti

peradangan dari telinga tengah.

Page 2: otore

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustacheus, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. ( Soepardi, iskandar ,1990)

Otitis media adalah infeksi atau inflamasi pada telinga tengah (Mediastore,2009 )

2.1.1  Otitis Media Akut

Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga

tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu (Kapita selekta kedokteran, 1999).

Otiitis media akut adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga

atau gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnay tergantung berat ringannya penyakit,

antara lain : demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting, bulging hingga perforasi

membrana tympani yang dapat diikuti dengan drainase purulen.

Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada

anak-anak terutama 3 bulan-3 tahun. Otitis media akut adalah infeksi yang disebabkan oleh

bakteri pada ruang udara pada tulang temporal (CMDT, edisi 3 , 2004 )

Otitis media akut adalah dari yang timbulnya cepat dan berdurasi pendek, otitis media

akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah bersama dengan tanda-

tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga, gendang telinga, yang menonjol biasanya disertai

nyeri, atau gendang telinga yang berlubang, seringkali dengan aliran dengan materi yang

bernanah. Demam dapat hadir.

2.1.2  Otitis Media Kronis

Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang

berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode

berulang otitis media akut yang tak tertangani. Otitis media adalah Proses peradangan di

telinga tengah dan mastoid yang menetap   > 12 minggu.

Otitis media kronik adalah perforasi pada gendang telinga. (Warmasif, 2009)

Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk

sedikitnya satu bulan.Orang awam biasanya menyebut congek. (Alfatih, 2007)

OMK dibagi dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu:

1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)

Page 3: otore

Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang

bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas

pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan

komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang

mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas,

kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang

rendah, campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta

migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel

goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah

OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis,yaitu:

OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani   secara aktif .

OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.

2. Tipe Atikoantral (tipe malignan/ tipe bahaya)

Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan

kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada OMK tipe

ini.

Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).

Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak

teori mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi,

teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik

untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi

akan memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi yang dapat

menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan

mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ

disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam

dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya

komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.

Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:

a. Kolesteatom kongenital.

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965)

adalah :

Page 4: otore

1. Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.

2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang

berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.

Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal,

umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis, tuli

saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

b. Kolesteatom akuisital atau didapat

1.      Primary acquired cholesteatoma.

Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani.

Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat

adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi).

Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida1,2

2.      Secondary acquired cholesteatoma.

Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya

epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah

(teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang

berkangsung lama (teori metaplasi).

Bentuk perforasi membran timpani adalah :

1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,

kadang-kadang sub total. Pada seluruh tepi perforasi masih ada terdapat sisa membran

timpani.

2. Perforasi marginal

Terdapat pada pinggir membran timpani dan adanya erosi dari anulus fibrosus.

Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada

pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

3. Perforasi atik

Page 5: otore

Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma.

2.2  Anatomi Fisiologi

2.2.1 Anatomi

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan

kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit .

Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan

normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan

orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting.

1.      Telinga luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,

dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana

timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.

Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali

lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan

gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan

meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat

dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan

menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga

lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga

medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir

pada membrana timpani. Kanalis auditorius eksternus berfungsi untuk menyalurkan suara ke

membran timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa,

yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri

telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya

mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

2.      Telinga tengah

Page 6: otore

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral

dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana

timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga,

Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan

translulen. Membran timpani berfungsi untuk menyalurkan suara secara mekanik kemudian

diteruskan ke tulang osikuli. Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan

rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring

berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga

tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.

Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang

membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga

tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Jendela oval berfungsi untuk

merubah intensitas bunyi, karena kerapatan medium antara udara dan cairan berbeda.  Bagian

dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat

memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan

dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus

jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari

dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.

3.      Telinga dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk

pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII

(nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari

komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint.

Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral terletak membentuk sudut 90 derajat satu

sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ akhir

reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea

berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran

spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam

lulang labirin, namun tidak sempurna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam

cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan cerebrospinal

dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus,

akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organ Corti. Labirin membranosa

memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat

antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi

bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan

telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa.

Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus

Page 7: otore

kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel

rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak

oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk),

yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis

semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang

bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis

(nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan asupan

darah ke batang otak.

2.2.2 Fisiologi Pendengaran Normal

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan

mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke

tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes

menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli.

Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan membran

basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen

rotundum terdorong ke arah luar. Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan

dengan terdorongnya membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik

ini berubah menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium

yang diteruskan ke cabang-cabang N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat

sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

2.3 Etiologi

2.3.1  Otitis Media Akut

Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas

(common cold). Penyebab otitis media akut (OMA) dapat berupa virus maupun bakteri. Virus

atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius atau

kadang juga melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya

penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi atau pembengkakan amandel.

Page 8: otore

Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga

tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba

eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi

jaringan disekitarnya (sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( rhinitis alergika).

Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus

peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.

2.3.2  Otitis Media Kronis

Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi)

(Mediastore,2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media akut

penyumbatan tuba eustakius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau

akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka bakar karena panas atau zat

kimia. Bisa juga disebabkan karena bakteri, antara lain:

         Streptococcus.

         Stapilococcus.

         Diplococcus pneumonie.

         Hemopilus influens.

         Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.

         Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.

         Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.

Penyebab OMK antara lain:

1. Lingkungan

Hubungan penderita OMK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi kelompok

sosioekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir

dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang

padat.

2. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMK

berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-

sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini

primer atau sekunder.

3. Riwayat otitis media sebelumnya

Page 9: otore

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut

dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu

telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis

4. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi

pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode kultur yang

digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora

tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.

5. Infeksi saluran nafas atas

Banyak penderita mengeluh keluarnya sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran

nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan

menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga

tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap OMK.

7. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding

yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap

antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti

kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius

Pada otitis media kronis aktif tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi

apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada

telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba

eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan

negatif menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani yang menetap

pada OMK adalah Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

produksi sekret telinga purulen berlanjut.Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang

mengurangi penutupan spontan pada perforasi. Beberapa perforasi yang besar mengalami

penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel. Pada pinggir perforasi dari epitel

Page 10: otore

skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran

timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.

2.4 Manifestasi Klinis

2.4.1  Otitis Media Akut

Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium penyakit dan umur

pasien. Stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah :

1. Stadium oklusi tuba Eustachius

Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga

tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar

dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.

2. Stadium hiperemis (presupurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran

timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat

eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium supurasi

Membrana timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada mukosa

telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di

kavum timpani.Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga

bertambah hebat.Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia, tromboflebitis dan

nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan

kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

4. Stadium perforasi

Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat

terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar.

Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

5. Stadium resolusi

Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila

terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik dan

Page 11: otore

virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. Otitis media akut

(OMA) berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi menetap dengan sekret

yang keluar terus-menerus atau hilang timbul lebih dari 3 minggu. Disebut otitis media

supuratif kronik (OMSK) bila berlangsung lebih 1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala

sisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi.Pada

anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh yang tinggi. Biasanya

terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan

pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar.Pada bayi dan anak kecil gejala khas

otitis media anak adalah suhu tubuh yang tinggi (> 39,5 derajat celsius), gelisah, sulit tidur,

tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit.

Setelah terjadi ruptur membran tinmpani, suhu tubuh akan turun dan anak tertidur.

2.4.2  Otitis Media Kronis

Gejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronis:

OMK tipe benigna:

Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk  , ketika pertama

kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan

antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.

Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian

tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik

akut pada awal penyakit.

Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu

meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani terbatas

pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat

infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip

didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan

membrane timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Discharge terlihat

berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid da setelah satu atau

dua kali pengobatan local abu busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang

dari perforasi besar tipe sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga

timpani merupakan diagnosa khas pada omsk tipe benigna.

Page 12: otore

OMK tipe maligna dengan kolesteatoma:

Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan

berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil, berwarna

putih mengkilat. Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya

kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media

nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada

koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik

kolesteatom.

Gejalanya bervariasi, berdasarkan pada lokasi perforasi gendang telinga:

1.  Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang telinga). Otitis media kronis

bisa kambuh setelah infeksi tenggorokan dan hidung (misalnya pilek) atau karena telinga

kemasukan air ketika mandi atau berenang. Penyebabnya biasanya adalah bakteri. Dari

telinga keluar nanah berbau busuk tanpa disertai rasa nyeri. Bila terus menerus kambuh, akan

terbentuk pertumbuhan menonjol yang disebut polip, yang berasal dari telinga tengah dan

melalui lubang pada gendang telinga akan menonjol ke dalam saluran telinga luar. Infeksi

yang menetap juga bisa menyebabkan kerusakan pada tulang-tulang pendengaran (tulang-

tulang kecil di telinga tengah yang mengantarkan suara dari telinga luar ke telinga dalam)

sehingga terjadi tuli konduktif.

2.  Perforasi marginal (lubang terdapat di pinggiran gendang telinga). Bisa terjadi tuli

konduktif dan keluarnya nanah dari telinga.

2.5 Patofisiologi 

2.5.1  Otitis Media Akut

Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan

telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat

bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut

sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan

transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan

membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah

nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius

menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang

telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang

telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di

Page 13: otore

telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya

sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan

gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga

juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya

dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

2.5.2 Otitis Media Kronis

Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan

stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti

dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan

otitis media berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri,

gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.

Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis,

sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal

dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi

inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah.

Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya

proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-

kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam

lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik

perubahan menetap pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah

mempunyai kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane

timpani yang permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga

memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga

tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Berenang, kemasukan benda

yang tidak steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas

bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan secret yang

mukoid atau mukopurulen.

Page 14: otore

2.6 Patoflow

Infeksi bakteri

   

   Infeksi telinga tengah

Proses peradangan       Peningkatan produksi      Tekanan udara          Pengobatan tak tuntas /

                                        Cairan serosa                    telinga tengah(-)        episode berulangNyeri

 

                                 Akumulasi cairan             Retraksi membrane      Infeksi berlanjut dpt

                                        Mucus & serosa                timpani                          sampai telinga dalam

Page 15: otore

                                   Hantaran suara udara                 terjadi erosi           tekanan mastoiddektomi

                                  Yang diterima menurun     pd kanalis semisirkularis

Gangguan persepsiSensori : pendengaranResiko injuryResiko infeksi

 

2.7  Pemeriksaan Diagnostik

2.7.1  Otitis Media Akut

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop.

Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani. Untuk

menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap nanah atau cairan

lainnya dari telinga.

2.7.2  Otitis Media Kronis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop.

Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap cairan yang

keluar dari telinga. Rontgen mastoid atau CT scan kepala dilakukan untuk mengetahui

adanya penyebaran infeksi ke struktur di sekeliling telinga. Tes Audiometri dilakukan untuk

mengetahui pendengaran menurun. X ray terhadap kolesteatoma dan kekaburan mastoid.

Page 16: otore

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1  Otitis Media Akut

Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan

untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau

sistemik, dan antipiretik.

1.    Stadium Oklusi

     Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di

telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12 tahun

atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa.

Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.

2. Stadium Presupurasi

Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah

terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik

golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan

asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar

konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung,

gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal

selama 7 hari.

3. Stadium Supurasi

Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran

timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.

4. Stadium Perforasi

Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga

H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret

akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.

5. Stadium Resolusi

Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi

menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin telah

terjadi mastoiditis.

Page 17: otore

    a.   Pemberian Antibiotik

OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.

Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak

mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran. Observasi

dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau

ada perburukan gejala, antibiotik diberikan.

American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat

diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:

Usia  Diagnosis pasti  Diagnosis meragukan 

< 6 bln Antibiotik Antibiotik

6 bln – 2 th Antibiotik Antibiotik jika gejala berat,

observasi jika gejala ringan

 2 thn Antibiotik jika gejala berat,

observasi jika gejala ringan

Observasi

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39°C

dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang – berat atau

demam 39°C.

Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan –

dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas

dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana.

Analgesia tetap diberikan pada masa observasi.

British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk menerapkan

observasi ini.10 Menurut BMJ, pilihan observasi dapat dilakukan terutama pada anak tanpa

gejala umum seperti demam dan muntah.

Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar

anak adalah amoxicillin. Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician)

menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80

mg/kg berat badan hari untuk anak dengan risiko tinggi.

Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat

sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan terakhir. WHO

Page 18: otore

menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg. AAP

menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari.6 Dosis ini terkait dengan meningkatnya

persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di Amerika Serikat. Sampai

saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang

bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang resisten

terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.

Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam. Dalam 24

jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika

pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan

yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik

lini kedua. Misalnya: Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan

disebabkan Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian

dipilih adalah amoxicillin-clavulanate.6 Sumber lain menyatakan pemberian amoxicillin-

clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam

14 hari.

      Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan cephalosporin seperti

cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime.

      Pada alergi berat terhadap amoxicillin, yang diberikan adalah azithromycin atau

clarithromycin

      Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazole-trimethoprim.

      Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak membaik dengan

amoxicillin.

      Jika pemberian amoxicillin-clavulanate juga tidak memberikan hasil, pilihan yang

diambil adalah ceftriaxone selama tiga hari.

      Perlu diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada OMA umumnya

merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan spektrum luas. Demikian juga

azythromycin atau clarythromycin. Antibiotik dengan spektrum luas, walaupun dapat

membunuh lebih banyak jenis bakteri, memiliki risiko yang lebih besar. Bakteri normal di

tubuh akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora di tubuh terganggu. Selain itu risiko

terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik akan lebih besar. Karenanya, pilihan

ini hanya digunakan pada kasus-kasus dengan indikasi jelas penggunaan antibiotik lini

kedua.  

      Pemberian antibiotik pada otitis media dilakukan selama sepuluh hari pada anak berusia

di bawah dua tahun atau anak dengan gejala berat.

      Pada usia enam tahun ke atas, pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di Inggris, anjuran

pemberian antibiotik adalah 3-7 hari atau lima hari.

Page 19: otore

      Tidak adanya perbedaan bermakna antara pemberian antibiotik dalam jangka waktu

kurang dari tujuh hari dibandingkan dengan pemberian lebih dari tujuh hari. Dan karena itu

pemberian antibiotik selama lima hari dianggap cukup pada otitis media. Pemberian

antibiotik dalam waktu yang lebih lama meningkatkan risiko efek samping dan resistensi

bakteri

b. Pemberian Analgesia/pereda nyeri

Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia). Analgesia yang

umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen.

Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa

anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare karena ibuprofen dapat

memperparah iritasi saluran cerna. 

c. Obat lain

Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak

memberikan manfaat bagi anak.

Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan. Myringotomy (myringotomy:

melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di belakangnya) juga

hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada

komplikasi.

Cairan yang keluar harus dikultur. Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah

berulangnya OMA tidak memiliki bukti yang cukup.

2.8.2 Otitis Media Kronis

Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor

penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan

haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-

perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses

infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan

operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.

Menurut Nursiah, prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya

infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas : Konservatif dan Operasi.

Page 20: otore

1. OMK BENIGNA

a. OMSK BENIGNA TENANG

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek

telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat

bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan

operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta

gangguan pendengaran.

b. OMSK BENIGNA AKTIF

Prinsip pengobatan OMSK adalah :

1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga)

Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk

perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi

perkembangan mikroorganisme ( Fairbank, 1981).

Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) :

• Toilet telinga secara kering ( dry mopping).

  Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik

berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan diklinik atau dapat juga dilakukan oleh

anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga

kering.

• Toilet telinga secara basah ( syringing).

  Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dengan

kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk

membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain

dan kemastoid ( Beasles, 1979). Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat

menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk

antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine.

• Toilet telinga dengan pengisapan (suction toilet)

  Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah

metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang

berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi

drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan

Page 21: otore

tanpa anastesi tetapi pada anakanak diperlukan anastesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3%

akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan “ displacement methode” seperti yang

dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.

2. Pemberian antibiotik topikal

Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotik topikal untuk

OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa

dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan

obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Rif menganjurkan irigasi dengan

garam faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang buruk untuk

tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakannya, bahwa tempat infeksi pada OMSK sulit dicapai

oleh antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono menggunakan antibiotik topikal sesudah

irigasi sekret profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis

yang menetap pada telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat topikal

dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang

ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu.Cara pemilihan

antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni.

Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai setelah

telinga dibersihkan dahulu.

Bubuk telinga yang digunakan seperti :

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMK aktif yang

dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun dewasa. Neomisin dapat

melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi tidak aktif melawan gram negatif

anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas melawan Pseudomonas karena meningkatnya

resistensi. Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif

tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif (Fairbanks, 1984). Seperti

aminoglokosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif melawan basil gram negatif

dan gentamisin kerjanya “sedang” dalam melawan Streptokokus. Tidak ada satu pun

aminoglikosida yang efektif melawan kuman anaerob.

Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan hidrokortison,

bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata.

Page 22: otore

Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila

diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram positif dan gram negative kecuali

Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif melawan kuman anaerob, khususnya B. fragilis (

Fairbanks, 1984). Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung

aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada ot itis media kronik adalah :

1. Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli

Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik

terhadap ginjal dan susunan saraf.

2. Neomisin

Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus,

Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan

telinga.

3. Kloramfenikol

Obat ini bersifat bakterisid terhadap :

1.      Stafilokokus, koagulase positif, 99%

2.      Stafilokokus, koagulase positif, 95%

3.      Stafilokokus group A, 100%

4.      E. Koli, 96%

5.      Proteus sp, 60%

6.      Proteus mirabilis, 90%

7.      Klebsiella, 92%

8.      Enterobakter, 93%

9.      Pseudomonas, 5%

10.  Dari penelitian terhadap 50 penderita OMSK yang diberi obat tetes telinga dengan ofloksasin

dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69% dan tidak ada perbaikan 4,53%

3. Pemberian antibiotik sistemik

Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman

penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan

Page 23: otore

sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor penyebab

kegagalan yang ada pada penderita tersebut.

Dalam pengunaan antimikroba, sedikitnya perlu diketahui daya bunuhnya terhadap

masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-masing

kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing jaringan tubuh, toksisitas obat

terhadap kondisi tubuhnya . dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap

mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya

tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya

golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada

konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya

bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah

1.      Kuman aerob Antibiotik sistemik

2.      Pseudomonas Aminoglikosida atau karbenisilin

3.      P. Mirabilis Ampisilin atau sefalosforin

4.      P. Morganii Aminoglikosida atau Karbenisilin

5.      P. Vulgaris

6.      Klebsiella Sefalosforin atau aminoglikosida

7.      E. Koli Ampisilin atau sefalosforin

8.      S. Aureus Anti-stafilikokus penisilin, Sefalosforin,

9.      eritromosin, aminoglikosida

10.  Streptokokus Penisilin, sefalosforin, eritromisin

11.  Aminoglikosida

12.  B. fragilis Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon ( siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat

asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral.

Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin

generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas,

tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk

OMK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMK.

Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk

metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol)

pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-

4 minggu1.

2. OMK MALIGNA

Page 24: otore

Pengobatan yang tepat untuk OMK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif

dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan

pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan

tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMK

dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain (Soepardi, 2001):

• Mastoidektomi sederhana

Dilakukan pada OMK tipe benigna yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada

tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan

agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.

• Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada

operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.

Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid

diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi

ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke

intrakranial.

• Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah attic, tetapi belum merusak kavum

timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.

Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan

mempertahankan pendengaran yang masih ada.

• Miringoplasti

Dilakukan pada OMK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya

disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang

paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan

pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga

tengah ada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.

• Timpanoplasti

Dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe

benigna yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi adalah

Page 25: otore

menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain

rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang

pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah

timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.

• Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Dikerjakan pada kasus OMK tipe maligna atau OMK tipe benigna dengan jaringan granulasi

yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran

tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang

telinga). Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah membersihkan

kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga

dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada

OMK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali

kolesteatoma.

2. 9 Komplikasi

2.9.1   Otitis Media Akut

Komplikasi yang serius adalah:

         Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis ataupetrositis)

         Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)

         Kelumpuhan pada wajah

         Tuli       

         Peradangan pada selaput otak (meningitis)

         ·Abses Otak

Tanda-tanda terjadinya komplikasi:

      Sakit kepala

      Tuli yang terjadi secara mendadak

      Vertigo (perasaan berputar)

      Demam dan menggigil.

2.9.2 Otitis Media Kronis

OMK tipe benigna :

OMK tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi,

tetapi jika tidak mencegah invasi (peristiwa masuknya bakteri ke dalam tubuh) organisme

Page 26: otore

baru dari nasofaring dapat menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi akut

dapat menimbulkan komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler

OMK tipe maligna :

Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :

1. Erosi canalis semisirkularis

2. Erosi canalis tulang

3. Erosi tegmen timpani dan abses ekstradural

4. Erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal

5. Erosi pada sinus sigmoid

Menurut Shanbough (2003) komplikasi OMK terbagi atas:

a. Komplikasi Intratemporal( Perforasi membrane timpani, Mastoiditis akut, Parese nervus

fasialis, Labirinitis ,Petrositis.)

b. Komplikasi Ekstratemporal.(Abses subperiosteal.)

c. Komplikasi Intrakranial(Abses otak,Tromboflebitis, Hidrocephalus otikus, Empiema

subdural/ ekstradural)

2.10 Prognosis

2.10.1  Otitis Media Akut

Prognosis pada Otitis Media Akut baik apabila diberikan terapi yang adekuat (antibiotik

yang tepat dan dosis yang cukup ).

2.10.2  Otitis Media Kronik

OMK tipe benigna

Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi

sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari meatus

eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan.

OMK tipe maligna

Page 27: otore

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes

otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type

maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan pada Otitis Media Kronis

3.1 Pengkajian

1. Pengumpulan Data

Identitas Pasien : Nama pasien, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,   pekerjaan, alamat

Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat adanya kelainan nyeri pada telinga, penggunaan

minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat infeksi saluran atas yang berulang, riwayat alergi,

riwayat OMA berkurang, riwayat penggunaan obat( sterptomisin, salisilat, kuirin,

gentamisin ), riwayat operasi.

Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga klien pernah mengalami penyakit telinga,

sebab dimungkinkan OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai

faktor genetik.

2.   Pengkajian Persistem

Tanda-tanda vital : Suhu meningkat, keluarnya otore

B2 ( Blood )         : Nadi meningkat

Page 28: otore

B3 (Brain)            : Nyeri telinga, perasaan penuh dan pendengaran menurun, vertigo, pusing,

refleks kejut

B5 (Bowel)          : Nausea vomiting

B6 (Bone)            : Malaise, alergi

3.  Pengkajian Psikososial

Nyeri otore berpengaruh pada interaksi

Aktivitas terbatas

Takut menghadapi tindakan pembedahan

4.  Pemeriksaan diagnostik

a. Tes audiometri : pendengaran menurun

b. Xray : terhadap kondisi patologi, misal kolestetoma, kekaburan mastoid

5.   Pemeriksaan pendengaran

-  Tes suara bisikan, tes garputala

3.2 Diagnosa Keperawatan

1.      . Nyeri berhubungan dengan proses peradangan

2.      Perubahan persepsi sensori/sensoris berhubungan dengan abstruksi, infeksi di telinga tengah

atau kerusakan di sistem saraf

3.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pengobatan

4.      Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensor

3.3    Intervensi dan Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan

Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang rasa

Kriteria hasil : Klien mengungkapkan bahwa nyeri berkurang, klien mampu melakukan

metode pengalihan suasana

Intervensi Keperawatan:

NO DX INTERVENSI RASIONAL

Page 29: otore

1 DX 1 1.      Ajarkan klien untuk

mengalihkan suasana dengan

melakukan metode relaksasi saat

nyeri yang teramat sangat

muncul, relaksasi seperti

menarik napas panjang

2.      Kompres dingin di sekitar area

telinga

3.      Atur posisi klien.

4.      Untuk kolaborasi, beri

aspirin/analgesik sesuai

instruksi, beri sedatif sesuai

indikasi

1.      Metode pengalihan suasana dengan

melakukan relaksasi bisa mengurangi

nyeri yang diderita klien.

2.       Kompres dingin bertujuan mengurangi

nyeri karena rasa nyeri teralihkan oleh

rasa dingin di sekitar area telinga

3.      Posisi yang sesuai akan membuat klien

merasa nyaman.

4.      Analgesik merupakan pereda nyeri

yang efektif pada pasien untuk 

mengurangi sensasi nyeri dari dalam

2. Perubahan persepsi / sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau

kerusakan di syaraf pendengaran

Tujuan : Persepsi / sensoris baik

Kriteria hasil : Klien akan mengalami peningkatan persepsi / sensoris pendengaran sampai

pada tingkat fungsional

Intervensi keperawatan :

No DX Intervensi Rasional

2 2 1.      Ajarkan klien menggunakan dan

merawat alat pendengaran secara

tepat

2.      Instruksikan klien untuk

menggunakan teknik-teknik yang

aman sehingga dapat mencegah

1.      Keefektifan alat pendengaran

tergantung pada tipe gangguan /

ketulian, pemakaian serta

perawatannya yang tepat.

2.      Apabila penyebab pokok ketulian tidak

progresif, maka pendengaran yang

Page 30: otore

terjadinya ketulian lebih jauh

3.      Observasi tanda-tanda awal

kehilangan pendengaran yang

lanjut

4.      Instruksikan klien untuk

menghabiskan seluruh dosis

antibiotik ( baik itu antibiotik

sistemik maupun lokal )

tersisa sensitif terhadap trauma dan

infeksi sehingga harus dilindungi

3.      Diagnosa dini terhadap keadaan telinga

atau terhadap masalah-masalah

pendengaran rusak secara permanen

4.      Penghentian terapi antibiotika sebelum

waktunya dapat menyebabkan

organisme sisa berkembang biak

sehingga infeksi akan berlanjut

3. 3. Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah terhadap jaringan.

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi dapat hilang atau

teratasi

    Kriteria Hasil    : a.  Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

No DX Intervensi Rasional

3 3 1.      Observasi keadaan umum pasien

selama 24 jam

1.      Mengetahui keadaan umum pasien

2.      Anjurkan pentingnya cuci tangan

dan mencuci telinga luar

2.      Mencegah penularan penyakit

3.      Lakukan perawatan graft 3.      Mencegah infeksi

4.      Kolaborasi pemberian antibiotik

profilaksis

Agar dapat membunuh kuman, sehingga

tidak menularkan penyakit terus-

menerus

4.antibiotik profliksis merupakan pereda

infeksi

4. Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori

Page 31: otore

Tujuan : Tidak terjadi injury atau perlukaan

Kriteria hasil : pasien tidak menunjukan terjadinya injuri atau perlukaan

No DX Intervensi Rasional

4 4 1.      Pegangi anak atau dudukkan anak di

pangkuan saat makan

2.      Pasang restraint pada sisi tempat tidur

3.      Jaga anak saat beraktivitas

4.      Tempatkan perabot teratur

1.      meminimalkan anak agar tidak jatuh.

2.      meminimalkan agar anak tidak jatuh.

3.      meminimalkan agar anak tidak jatuh

4.      meminimalkan agar anak tidak

terluka

3.4    Implementasi

1.      rasa nyeri yang di rasakan klien berkurang

2.      persepsi sensori klien kembali membaik

3.      resiko infeksi yang di rasakan klien berkurang

4.      tidak terjadi nya resiko injuri atau perlukaan

3.5    Evaluasi

1.      DX 1 : S : klien mengatakan nyeri berkurang

O : klien tampak tidak merasakan nyeri kembali

A : intervensi tercapai

P  : tindakan di pertahan kan

2.       DX 2 : S : klien mengatakan mengalami peningkatan pendengaran

O : klien tampak kembali mendengar

A : intervensi tercapai

P  : tindakan di pertahan kan

3.      DX 3 : S : klien mengatakan tidak terdapat infeksi

O : klien tampak tidak terjadi infeksi

A : intervensi tercapai

Page 32: otore

P  : tindakan di pertahan kan

4.      DX 4 : S : klien mengatakan tidak terjadi perlukaan

O : klien tampak tidak terjadi luka

A : intervensi tercapai

P  : tindakan di pertahan kan

2.3 Patofisiologi 

 2.3.1  Otitis Media Akut

    Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga

tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan

atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran

Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi

pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya

sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan

mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.

Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan

sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga

dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam

tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel

(bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran

hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.Dan yang

paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena

tekanannya.

 

2.3.2        Otitis Media Kronis

          Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium

kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan

keluarnya sekret yang terus menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media

berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi

tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan social ekonomi.

              Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis),

mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar

masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi inflamasi. Bila terbentuk

pus akan terperangkap di dalam kantung mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang

cepat dan adekuat serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti

dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi

atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus

dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap pada mukosa telinga

Page 33: otore

tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk kembali

normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang permanen, mukosa telinga tengah akan

terpapar ke telinga luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada

beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya.

Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam liang telinga atau karena adanya focus

infeksi pada saluran napas bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai

dengan secret yang mukoid atau mukopurulen.