out look bs 2013 seminar 1

54
OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2013

Upload: alridwanismail

Post on 24-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Seminar Bank

TRANSCRIPT

  • OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH

    TAHUN 2013

  • Bismillahirrahmanirrahiim,

    Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh,

    Dalam rangka pelaksanaan transparansi dan good governance, Bank Indonesia

    selama ini telah secara konsisten menyampaikan proyeksi perkembangan dan kebijakan

    perbankan syariah atau Outlook Perbankan Syariah menjelang berakhirnya tahun,

    hal ini dimaksudkan untuk memberikan evaluasi kinerja, informasi prospek beserta

    arah kebijakan perbankan syariah selama satu tahun ke depan.

    Selama tahun 2012, perbankan syariah Indonesia mengalami tantangan

    yang cukup berat dengan mulai dirasakannya dampak melambatnya pertumbuhan

    perekononomian dunia yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak

    setinggi yang diharapkan, walaupun Indonesia termasuk negara yang masih mengalami

    pertumbuhan ekonomi yang stabil di dunia. Selain itu, faktor lain seperti dampak

    penurunan DPK antara lain karena penarikan dana haji dari perbankan syariah juga

    merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan

    syariah. Oleh karena itu pertumbuhan aset perbankan syariah tidak setinggi

    pertumbuhan pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Hingga bulan Oktober

    2012 pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai 37% (yoy) dan total asetnya

    menjadi Rp179 triliun. Meskipun demikian Bank Indonesia memperkirakan

    pertumbuhan perbankan syariah tahun 2013 tetap mengalami pertumbuhan yang

    relatif cukup tinggi berkisar antara 36% - 58% (skenario pesimis optimis). Sementara

    perekonomian Indonesia di tahun depan masih tetap mengalami pertumbuhan yang

    cukup tinggi dalam kisaran 6,3% - 6,7%.

    KATA PENGANTAR

    ii

  • Dalam rangka tetap menumbuh-kembangkan perbankan syariah, Bank

    Indonesia akan memfokuskan kebijakan pengembangan perbankan syariah tahun

    2013 pada hal-hal sebagai berikut: (i) Pembiayaan perbankan syariah yang lebih

    mengarah kepada sektor produktif dan masyarakat yang lebih luas, (ii) Pengembangan

    produk yang lebih memenuhi kebutuhan masyarakat dan sektor produktif, (iii) Transisi

    pengawasan yang tetap menjaga kesinambungan pengembangan perbankan syariah,

    (iv) Revitalisasi peningkatan sinergi dengan bank induk dan (v) Peningkatan edukasi

    dan komunikasi dengan terus mendorong peningkatan kapasitas perbankan syariah

    pada sektor produktif serta komunikasi parity dan distinctiveness .

    Akhir kata kami berharap semoga Outlook Perbankan Syariah 2012 ini dapat

    bermanfaat bagi pengembangan industri perbankan syariah.

    Billahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

    Jakarta, Desember 2012

    BANK INDONESIA

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013iii

  • KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

    DAFTAR ISI..................................................................................................... iv

    BAB 1.Kondisi, Perkembangan dan Pelaksanaan Kebijakan

    Perbankan Syariah 2012.................................................................. 1

    1.1. Pertumbuhan Volume Usaha dan Struktur Perbankan Syariah..... 1

    1.2. Struktur dan Pertumbuhan Sumber Dana dan Penyaluran Dana

    BUS dan UUS.............................................................................. 2

    1.3. Perkembangan Kelembagaan BUS dan UUS................................ 3

    1.4. Perkembangan Permodalan dan Rentabilitas............................... 3

    1.5. Perkembangan UMKM dan BPRS................................................ 4

    1.6. Pelaksanaan Kebijakan Perbankan Syariah 2012.......................... 6

    1.7.Pelaksanaan Fungsi Sosial dan Linkage........................................ 15

    BAB 2.Kondisi Perekonomian, Dampak Terhadap Perbankan dan

    Proyeksi Pertumbuhan Perbankan Syariah.................................... 19

    2.1. Kondisi Perekonomian Dunia dan Domestik.................................20

    2.2. Dampak Makro Ekonomi terhadap Perbankan dan

    Perbankan Syariah....................................................................... 24

    2.3. Proyeksi Pertumbuhan Perbankan Syariah 2013........................... 27

    BAB 3.Arah Kebijakan Perbankan Syariah 2013....................................... 33

    1. Pembiayaan perbankan syariah yang lebih mengarah kepada

    sektor ekonomi produktif dan masyarakat yang lebih luas.............. 35

    2. Pengembangan produk yang lebih memenuhi kebutuhan

    masyarakat dan sektor produktif.....................................................38

    3. Transisi pengawasan yang tetap menjaga kesinambungan

    pengembangan perbankan syariah................................................. 40

    DAFTAR ISI

    iv

  • 4. Revitalisasi peningkatan sinergi dengan bank induk........................ 42

    5. Peningkatan edukasi dan komunikasi dengan terus mendorong

    peningkatan kapasitas perbankan syariah pada sektor produktif

    serta komunikasi parity dan distinctiveness............................. 46

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013v

  • 1.1 Pertumbuhan Volume dan Struktur Usaha Perbankan Syariah

    (BUS + UUS)

    Perkembangan perbankan syariah selama satu tahun terakhir, sampai dengan

    bulan Oktober 2012 (yoy) cukup menggembirakan. Perbankan syariah mampu

    tumbuh 37% sehingga total asetnya menjadi Rp174,09 triliun. Pembiayaan

    telah mencapai Rp135,58 triliun (40,06%, yoy) dan penghimpunan dana

    menjadi Rp134,45 triliun (32,06%). Strategi edukasi dan sosialisasi perbankan

    syariah yang ditempuh dilakukan bersama antara Bank Indonesia dengan

    industri dalam bentuk iB campaign baik untuk funding maupun financing

    telah mampu memperbesar market share perbankan syariah menjadi 4,3%.

    Penghimpunan dana masyarakat terbesar dalam bentuk deposito yaitu

    Rp78,50 triliun (58,39%) diikuti oleh Tabungan sebesar Rp40,84 triliun

    (30,38%) dan Giro sebesar Rp15,09 triliun (11,22%). Penyaluran dana masih

    didominasi piutang Murabahah sebesar Rp80,95 triliun atau 59,71% diikuti

    pembiayaan Musyarakah yang sebesar Rp25,21 triliun (18,59%) dan

    pembiayaan Mudharabah sebesar Rp11,44 triliun (8,44%), dan piutang Qardh

    sebesar Rp11,19 triliun (8,25%).

    Sebagaimana pencapaian pada tahun lalu, perbankan syariah tetap

    berkomitmen untuk menggerakkan sektor riil dan mengoptimalkan pencapaian

    tersebut. Pembiayaan sebagai upaya lembaga finansial dalam menggerakkan

    sektor riil telah mendapat perhatian tinggi dari perbankan syariah. Sebesar

    80,85% dari total penyaluran dana perbankan syariah atau Rp135,58 triliun

    KONDISI, PERKEMBANGAN, DAN PELAKSANAAN

    KEBIJAKAN PERBANKAN SYARIAH

    1

    Bab

    1

  • diinvestasikan ke dalam aktivitas pembiayaan, lalu Penempatan pada Bank

    Indonesia dalam bentuk Surat Berharga Bank Indonesia Syariah (SBIS), giro

    dan Fasilitas Bank Indonesia (FASBI) sebesar Rp18,52 triliun (11,04%),

    kemudian penempatan pada Surat Berharga yang dimiliki sebesar Rp7,82

    triliun (4,66%) serta penempatan pada Bank Lain sebesar Rp5,16 triliun

    (3,08%).

    1.2 Struktur dan pertumbuhan Sumber Dana dan Penyaluran Dana

    (BUS + UUS)

    Penghimpunan dana masyarakat meningkat 32% yang sebagian besar

    (58,39%) terhimpun dalam Deposito. Sedangkan dari sisi penyaluran dana

    meningkat 40% menjadi Rp135,58 triliun dimana piutang Murabahah

    paling mendominasi dengan portofolio sebesar 59,71%. Hal ini mengindikasikan

    bahwa perbankan syariah masih didominasi oleh dana mahal dalam

    penghimpunan dan menyalurkannya dalam pricing (marjin dari piutang

    Murabahah) yang cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata suku bunga

    (rata-rata tahun 2012 s.d September 2012 equivalent rate sebesar 14,31%).

    Atas hal tersebut perlu dikaji kembali faktor-faktor yang berpengaruh dalam

    menggeser struktur bisnis perbankan syariah sehingga menjadi lembaga

    keuangan yang efisien dan dapat memberikan kemanfaatan yang lebih besar.

    Dari sisi preferensi masyarakat terhadap produk-produk perbankan syariah,

    masyarakat masih cenderung memilih produk yang memberikan imbal hasil

    yang tinggi. Imbal hasil deposito berfluktuasi antara 5,74% sampai dengan

    6,28% (equivalent rate), sedangkan imbal hasil tabungan sekitar 2,32% dan

    giro sekitar 0,88% (equivalent rate). Produk simpanan berjangka (deposito)

    lebih diminati dibandingkan produk tabungan.

    Pertumbuhan penghimpunan dana cukup baik diimbangi dengan pertumbuhan

    penyaluran dana kepada sektor riil baik berupa pembiayaan (Mudharabah

    dan Musyarakah), piutang (Murabahah, Istisna, dan Qardh), dan dalam bentuk

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 20132

  • pembiayaan Ijarah. Dengan demikian fungsi intermediasi perbankan dapat

    relatif terjaga yang tercermin dari FDR agregat perbankan syariah tercatat

    cukup tinggi yaitu sebesar 100,84% meningkat lebih tinggi dari tahun

    sebelumnya yang tercatat sebesar 95,08%. Selain fungsi intermediasi, untuk

    memberikan pelayanan dengan jangkauan yang lebih luas bagi masyarakat,

    akses jaringan perkantoran meningkat menjadi 2.188 (29,31%) dari 1.692

    kantor pada tahun sebelumnya. Perluasan jaringan kantor tersebut telah

    mampu meningkatkan pengguna bank syariah yang tercermin dari peningkatan

    jumlah total rekening (pembiayaan + DPK) yaitu sebesar 3,4 juta rekening

    dari 9 juta rekening menjadi 12,4 juta rekening (Oktober 2012, yoy).

    1.3 Perkembangan Kelembagaan (BUS + UUS)

    Selama periode tahun 2012, jumlah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha

    Syariah (UUS) sampai dengan Oktober 2012 tidak mengalami perubahan,

    namun demikian jumlah jaringan kantor meningkat. Meskipun dengan jumlah

    BUS (11 buah) maupun UUS (24 buah) yang sama, namun pelayanan kebutuhan

    masyarakat akan perbankan syariah menjadi semakin meluas yang tercermin

    dari bertambahnya Kantor Cabang dari sebelumnya sebanyak 452 menjadi

    508 Kantor, sementara Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan Kantor Kas (KK)

    telah bertambah sebanyak 440 kantor pada periode yang sama (Oktober

    2012, yoy). Secara keseluruhan jumlah kantor perbankan syariah yang beroperasi

    sampai dengan bulan Oktober 2012 dibandingkan tahun sebelumnya meningkat

    dari 1.692 kantor menjadi 2.188 kantor.

    1.4 Perkembangan Permodalan dan Rentabilitas Perbankan Syariah

    (BUS + UUS)

    Permodalan perbankan syariah dapat dijaga sehingga dapat menyerap potensi

    kerugian. Rasio kecukupan modal perbankan syariah cukup baik secara rata-

    rata tercatat sebesar 15,63%. Kegiatan sosialisasi dan edukasi perbankan

    syariah yang telah dilakukan bersama antara regulator dengan industri

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 3

  • perbankan syariah melalui berbagai kegiatan expo, penayangan iklan dan

    liputan kegiatan oleh media massa telah dapat meningkatkan pembiayaan

    dari perbankan syariah.

    Peningkatan pembiayaan ini terjadi dengan tetap memperhatikan prinsip

    kehati-hatian sehingga Non Performing Financing (NPF) dapat dijaga dalam

    kisaran yang stabil. Secara rerata NPF gross menurun dari 3,11 % pada tahun

    lalu menjadi 2,58% tahun ini. Meningkatnya pembiayaan dan perbaikan

    kualitas pembiayaan telah mendorong perolehan laba dan efisiensi biaya,

    sehingga rentabilitas dapat terjaga dan bahkan meningkat, yang selanjutnya

    akan meningkatkan akumulasi laba yang dapat memperkuat permodalan.

    Tingkat rentabilitas perbankan syariah terhadap penggunaan asetnya cukup

    baik yang tercermin dari rasio ROA dan ROE yang masing-masing sebesar

    2,11% dan 25,51% yang lebih baik dari tahun lalu sebesar 1,75% dan

    17,43%. Jumlah pembiayaan yang meningkat diiringi dengan membaiknya

    kinerja telah mampu menurunkan rasio BOPO menjadi 75,04% dari posisi

    tahun lalu 79,17%.

    1.5 Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Bank

    Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

    1.5.1 Perkembangan UMKM

    Sektor UMKM merupakan sektor yang penting dalam menggerakkan

    perekonomian nasional. Terlihat dari sumbangannya terhadap PDB nasional

    yang telah mencapai 56,5%. Keunggulan UMKM sebagai sektor domestik

    yang mampu menggerakkan perekonomian nasional adalah karena

    ketergantungannya yang kuat terhadap muatan lokal. Unit usaha UMKM

    menggunakan sumber daya dalam negeri baik sumber daya manusia, bahan

    baku dan peralatan sehingga UMKM tidak tergantung pada ekspor. Selain

    itu, hasil produksi sektor UMKM lebih ditujukan untuk memenuhi pangsa

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 20134

  • pasar dalam negeri, sehingga tidak tergantung kepada kondisi perekonomian

    negara lain. Oleh karena itu, sektor inilah yang paling tahan terhadap ancaman

    krisis global beberapa waktu yang lalu.

    Perbankan Syariah sebagai lembaga keuangan yang sangat concern terhadap

    pengembangan sektor riil telah dapat memanfaatkan peluang atas kebutuhan

    finansial sektor UMKM. Sebesar 61,29% atau Rp83,09 triliun dari total

    pembiayaan perbankan syariah (BUS + UUS) disalurkan ke sektor UMKM.

    1.5.2 Perkembangan BPRS

    BPRS sebagai bagian dari lembaga perbankan syariah juga mengalami

    perkembangan yang cukup menggembirakan. Aset BPRS selama kurun waktu

    satu tahun terakhir meningkat sebesar 33,09% menjadi sebesar Rp4,46

    triliun (yoy), dengan share pembiayaan merupakan 77,68% dari total aktiva.

    Penghimpunan dana BPRS juga meningkat tinggi yaitu sebesar 41,47%

    menjadi Rp2,77 triliun. BPRS telah menjalankan fungsi intermediasi perbankan

    dengan baik, tercermin dari rasio FDR agregat BPRS yang mencapai 124,80%.

    Pertumbuhan penyaluran dana tersebut cukup terkendali dengan kualitas

    pembiayaan yang baik dengan penurunan rasio NPF (net) dari 5,90% menjadi

    5,60%. Rasio permodalan BPRS cukup memadai yang tercermin dari agregat

    rasio CAR yang tinggi mencapai 25%.

    Keunggulan karakteristik BPRS yang beroperasi di daerah-daerah terpencil

    bahkan sampai pada daerah remote area sehingga dapat memberikan

    pelayanan dengan jangkauan yang lebih luas kepada masyarakat. Luasnya

    demografi BPRS ternyata berperan cukup signifikan dalam perolehan laba

    untuk menjaga tingkat rentabilitas. Rasio ROE meningkat dari 16,10% menjadi

    22,30%, ROA meningkat dari 2,40% menjadi 2,80%, meskipun rasio BOPO

    lebih tinggi dari rata-rata BUS dan UUS, namun dapat dijaga dalam kisaran

    86,20%.

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 5

  • 1.6 Pelaksanaan Kebijakan Perbankan Syariah 2012

    Perkembangan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi di tengah

    melambatnya perekonomian global, karena didukung oleh perekonomian

    domestik Indonesia yang masih tetap tumbuh stabil selama lima tahun terakhir

    dan termasuk yang terstabil di dunia untuk kurun waktu tersebut (The

    Economist, November 2012) serta tidak terlepas dari kebijakan yang dilaksanakan

    tahun 2012. Sejalan dengan arah kebijakan yang telah digariskan pada tahun

    sebelumnya, untuk pelaksanaan kebijakan perbankan syariah tahun 2012

    meliputi hal-hal sebagai berikut :

    1. Penguatan Intermediasi Perbankan Syariah kepada Sektor Ekonomi

    Produktif.

    Karakter perekonomian Indonesia secara umum masih banyak bertumpu

    kepada pasar domestik, dimana perbankan syariah masih belum sepenuhnya

    dapat mengekplorasi potensi pasar dimaksud termasuk peningkatan

    kepada sektor produktif. Dengan demikian pada tahun 2012, perbankan

    syariah diarahkan untuk mulai mengembangkan kapasitasnya dan lebih

    aktif melayani kebutuhan pembiayaan sektor produktif serta mulai

    melakukan redirecting/review terhadap dominasi pembiayaan di sektor

    jasa/konsumsi.

    Arah pembiayaan yang lebih kepada sektor/jenis produktif ini sudah mulai

    terlihat hasilnya pada akhir tahun 2012 (data September 2012), dimana

    telah terjadi perlambatan pertumbuhan (0,82% di 2012-yoy) pangsa

    pembiayaan ke sektor-sektor jasa dan lainnya untuk dunia usaha, sosial

    masyarakat dan lainnya/konsumsi dibandingkan pembiayaan ke sektor

    produktif dibandingkan pertumbuhan pada tahun sebelumnya (8,4% di

    2011-yoy) atau telah terjadi perlambatan pertumbuhan pangsa sebesar

    7,59% selama setahun. Begitu pula yang terjadi apabila dilihat dari jenis

    pembiayaan yang diberikan, telah terjadi perlambatan pertumbuhan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 20136

  • pangsa pembiayaan jenis konsumsi dibandingkan jenis produktif (modal

    kerja + investasi) yaitu dari tahun sebelumnya sebesar 30,09% (2011, yoy)

    menjadi hanya terjadi pertumbuhan pangsa pembiayaan konsumsi sebesar

    1,92% (2012, yoy) atau telah mengalami perlambatan pertumbuhan

    pangsa pembiayaan jenis konsumsi sebesar 28% selama setahun.

    Pencapaian ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan

    Bank Indonesia maupun industri perbankan syariah, terutama keluarnya

    berbagai aturan yang mulai membatasi pertumbuhan sektor/jenis konsumsi

    (dalam hal ini terkait gadai emas) seperti aturan pembiayaan qardh beragun

    emas maupun pembiayaan kepemilikan emas di semester I-2012 dan

    pelaksanaan seminar internasional keuangan syariah pada bulan Mei 2012

    yang mengetengahkan tema terkait pertumbuhan perbankan syariah yang

    tetap fokus kepada pembiayaan sektor/jenis produktif dimana telah

    ditampilkan pembicara dari kalangan perbankan syariah maupun pelaku

    usaha yang bergerak di sektor riil, sehingga dapat menjadi lesson learnt

    bagi yang lain. Selain itu, dilakukannya upaya memfasilitasi proses link

    and match bank syariah dengan pelaku usaha di sektor-sektor tersebut,

    antara lain melalui business matching dan focus group discussion antara

    perbankan syariah dengan pengusaha.

    2. Pengembangan dan Pengayaan Produk yang Lebih Terarah

    Sejalan dengan arah peningkatan diversifikasi segmen nasabah, Bank

    Indonesia akan memprioritaskan dukungan bagi pengembangan produk-

    produk yang terkait sektor produksi. Dukungan tersebut antara lain dapat

    diberikan dalam bentuk kajian produk dan penyempurnaan regulasi dan

    proses perizinan produk.

    Bank Indonesia tetap melanjutkan forum kerjasama tripartite dengan

    Dewan Syariah Nasional dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam mempercepat

    pengembangan produk-produk baru atau non standard, antara lain produk

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 7

  • lindung nilai. Selain itu juga, dikeluarkannya aturan yang memberikan

    insentif bagi produk yang lebih bervariasi (MMQ dan IMBT) dari produk

    yang sudah umum (murabahah) yaitu berupa aturan penerapan kebijakan

    Financing to Value (FTV) dan Down Payment (DP) bagi Produk Pembiayaan

    Kepemilikan Rumah dan Pembiayaan Kendaraan Bermotor bagi BUS dan

    UUS.

    Lebih jauh, dalam konteks arah pengembangan bisnis dan produk

    perbankan syariah, pada tahun 2012 Bank Indonesia telah menyusun

    model bisnis perbankan syariah, serta product development strategic plan

    yang akan diluncurkan pada akhir tahun 2012, yang diharapkan dapat

    menjadi pijakan dan guidance bagi bagi otoritas maupun industri. Dapat

    ditambahkan pula upaya yang telah dilakukan Bank Indonesia dalam

    melakukan penyempurnaan kodifikasi produk perbankan syariah, melalui

    updating produk yang telah memperoleh perizinan dari Bank Indonesia

    serta review kembali pola kodifikasi dari semula lebih berfokus kepada

    akad menjadi lebih berfokus kepada produknya.

    3. Peningkatan Sinergi Dengan Bank Induk Dengan Tetap

    Mengembangkan Infrastruktur Kelembagaan Bisnis Syariah

    Strategi kerjasama sinergis antara bank konvensional induk dengan bank

    syariah telah dicanangkan oleh Bank Indonesia pada arah kebijakan

    perbankan syariah tahun 2011, dan kembali diperkuat pada tahun 2012

    yaitu dengan diselenggarakannya Forum Komunikasi Perbankan Syariah

    yaitu forum antara pimpinan perbankan syariah dengan Bank Indonesia

    pada pertengahan tahun 2012. Pada forum kali ini juga diundang direksi

    bank umum konvensional yang memiliki bank umum syariah, untuk dapat

    menegaskan kembali komitmen induk dalam mengembangkan bisnis

    syariahnya. Melalui penegasan komitmen dari strategi dan arah kebijakan

    tersebut diharapkan perbankan syariah dapat lebih menyejajarkan tingkat

    layanannya dengan bank umum konvensional (BUK) induknya antara lain

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 20138

  • melalui kerjasama penggunaan fasilitas teknologi, jaringan kantor dan

    SDM.

    Tingkat penerapan strategi kerjasama ini yang merupakan salah satu upaya

    mendorong pertumbuhan bank syariah juga masih bervariasi. Pada beberapa

    bank, kerjasama yang dilakukan masih relatif terbatas baik di sisi jenis

    produk maupun jumlah jaringan kantor yang digunakan, antara lain karena

    proses penyesuaian infrastruktur teknologi informasi dan pengelolaan

    SDM yang masih berlangsung. Namun di bank lain, telah diterapkan secara

    progresif, misalnya mulai dalam bentuk dukungan permodalan dan ekspansi

    bisnis secara reguler, hingga pengembangan cross selling dan penyetaraan

    produk dengan dukungan infrastruktur seperti jaringan kantor dan IT, dan

    kebijakan SDM yang lebih integrated dengan memasukkan komponen

    aktivitas bisnis syariah yang dilakukan SDM BUK-nya sebagai komponen

    penilaian kinerjanya. Sementara penggunaan regulatory incentives oleh

    Bank Indonesia belum dilakukan pada tahun 2012, dengan pertimbangan

    kesiapan dan kemanfaatan pengaturan dan kebijakan yang akan dikeluarkan

    seharusnya dapat bermanfaat kepada seluruh atau sebagian besar pelaku

    industri perbankan syariah. Dengan demikian diharapkan pada tahun

    mendatang pelaku industri perbankan syariah akan lebih siap dan dapat

    memanfaatkan arah kebijakan dan pengaturan, sehingga ke depan akan

    dipertimbangkan penggunaan regulatory incentives dimaksud.

    4. Peningkatan Edukasi dan Komunikasi dengan Fokus pada Kesetaraan

    dan Keunikan (Parity & Distinctiveness)

    Ditengah terjadinya perlambatan perekonomian, perbankan syariah masih

    mengalami kenaikan jumlah rekening pembiayaan yang relatif cukup

    tinggi (71%) selama setahun terakhir (Oktober 2012, yoy). Hal ini

    menunjukkan masih relatif tumbuhnya minat dan permintaan terhadap

    produk perbankan syariah, serta masyarakat telah semakin mengenal

    dan merasakan kemanfaatan dari kehadiran bank syariah. Menyikapi

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 9

  • perkembangan tersebut, Bank Indonesia memandang bahwa citra inklusif

    industri perbankan syariah, yang juga semakin dikenali sebagai iB (ai-Bi),

    perlu terus dikomunikasikan kepada berbagai segmen yang relevan dan

    potensial. Bank Indonesia juga melakukan program komunikasi, sosialisasi

    dan edukasi masyarakat melalui iB Campaign, dengan tema pokok

    perbankan syariah yang menghargai kerja keras, kemitraan dan kesetaraan,

    hal ini dlakukan antara lain berupa dukungan terhadap film Negeri

    5 Menara, Blogshop dan Lomba Menulis Blog bekerjasama dengan

    Kompasiana (di Bandung, Surabaya dan Makassar), serta exposure media

    terkait dukungan BI dan iB pada berbagai media

    Dalam upaya mendorong pengembangan perbankan syariah, telah dilakukan

    kegiatan seperti dalam kegiatan Bobo Fair 2012 di Jakarta dan Surabaya

    (kerjasama dengan perbankan syariah), dengan tujuan lebih mendekatkan

    perbankan syariah dengan masyarakat, terutama bagi keluarga yang

    memiliki anak-anak usia baru lahir sampai usia sekolah menengah pertama.

    Selain itu BI juga turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan The 1st International

    Islamic Financial Inclusion Summit (IFIS) di Surakarta, serta bekerjasama

    dengan Kantor Perwakilan BI dalam sosialisasi di daerah seperti Banyumas,

    Serang, Makasar, Cianjur dan Gorontalo. Selanjutnya telah dilakukan pula

    berbagai kegiatan seperti Training of Trainers (TOT) Perbankan Syariah

    bekerjasama dengan STAI Solok Nan Indah, sosialisasi dan bantuan teknis

    a.l. dalam Seminar Umum Ekonomi Syariah - UNJ; Diskusi Jakarta Foreign

    Correspondence Club; Bincang-Bincang Ramadhan dengan Jurnalis Ekonomi

    Syariah; The 3rd Muslim World Biz; dan Workshop ASBANDA. Selain itu,

    permintaan kegiatan wawancara oleh media antara lain kepada Majalah

    Kontan, Majalah Investor, Bloomberg, Komunitas Jurnalis Radio, Jurnalis

    Ekonomi Syariah, Jurnalis Kementerian Agama dan MQ TV.

    Menjelang berakhirnya tahun 2012, dilaksanakan program bulan ekonomi

    syariah pada bulan November - Desember 2012 yang diawali oleh Forum

    Riset Ekonomi Syariah (bekerjasama dengan IAEI) di Pekanbaru serta

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201310

  • diakhiri oleh Seminar Akhir Tahun Perbankan Syariah, Bazar Perbankan

    Syariah dan Lecture Series Tokoh Keuangan Syariah Internasional bekerja

    sama dengan IDB di bulan Desember 2012. Dalam berbagai program

    edukasi dan komunikasi perbankan syariah yang dilakukan selama tahun

    2012, lebih difokuskan pada komunikasi kesetaraan parity dan keunikan

    distinctiveness produk perbankan syariah, dalam rangka meningkatkan

    pemahaman masyarakat terhadap produk perbankan syariah (iB financial

    literacy).

    Adapun untuk meningkatkan kompetensi SDM, telah dilakukan kerjasama

    dengan ICDIF LPPI untuk Pelatihan Pembiayaan Mikro Perbankan Syariah

    bagi BUS, UUS dan BPRS serta Pelatihan Commercial Banking bagi BUS

    dan UUS sebanyak 4 kali pelatihan.

    5. Peningkatan Good Governance dan Pengelolaan Risiko

    Penguatan tata kelola usaha atau good governance dan pengelolaan

    risiko masih diperlukan untuk mendukung pertumbuhan perbankan yang

    senantiasa dapat terjaga sustainability-nya. Selama tahun 2012, Bank

    Indonesia telah menyelesaikan ketentuan dalam rangka menjaga aspek

    integritas dan transparansi bagi pengurus dalam pengelolaan bank yaitu

    berupa penyempurnaan ketentuan mengenai Uji Kemampuan dan

    Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

    Bank Indonesia telah memperketat sanksi bagi mereka yang sengaja

    menyalahgunakan kewenangannya serta bagi Pemegang Saham Pengendali

    (PSP) dan pengurus bank bertanggung jawab penuh dalam batas-batas

    ketentuan perundangan yang berlaku, atas apa yang terjadi di bank

    mereka. Beberapa pengaturan dimaksud antara lain mengenai kejelasan

    kelengkapan dokumen dan waktu bagi calon pengurus dalam melakukan

    uji kemampuan dan kepatutan di Bank Indonesia, serta tidak adanya lagi

    aspek perhitungan materialitas terhadap keuangan atas dampak perbuatan

    yang dilakukan pengurus untuk pengenaan sanksi maupun jumlah tahun

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 11

  • pengenaan sanksi. Pengaturan pengenaan sanksi dimaksud yang antara

    lain berlaku terhadap pengurus existing, sekarang menjadi lebih diperlama

    waktunya supaya tidak dapat masuk kembali kedalam industri perbankan

    syariah, dari sebelumnya 2 tahun menjadi 3 tahun (dalam rangka lebih

    menimbulkan efek jera).

    Perbankan syariah juga diarahkan untuk terus memperkuat kemampuan

    pengelolaan risiko dan senantiasa menjaga prudential banking beserta

    pemenuhan Prinsip Syariahnya. Salah satunya, adalah menjaga perbankan

    syariah untuk tidak terlibat dalam kegiatan yang dapat menjurus ke arah

    spekulasi. Selama tahun 2012, Bank Indonesia telah menerbitkan ketentuan

    untuk mencegah spekulasi dalam produk emas yaitu berupa ketentuan

    produk Bank Syariah dan UUS mengenai produk Qardh beragun emas

    yang diterbitkan tahun 2012 bertujuan untuk menjaga prinsip kehati-

    hatian bank dan mencegah spekulasi pembiayaan beragun emas (gadai

    emas) di perbankan syariah dengan menerapkan batas maksimal plafon/

    nasabah dan frekuensi perpanjangan pembiayaan. Selain itu untuk

    memitigasi risiko kredit dan penerapan prinsip kehati-hatian serta melakukan

    disinsentif pembiayaan non produktif, Bank Indonesia telah menerbitkan

    pula ketentuan mengenai produk Pembiayaan Kepemilikan Emas (PKE)

    bagi Bank Syariah dan UUUS. Lebih jauh lagi dalam rangka menghindari

    terjadinya arbitrase regulasi antar perbankan serta mengelola kebijakan

    makroprudensial yang dapat berpengaruh terhadap harga aset, Bank

    Indonesia telah mengeluarkan ketentuan mengenai penerapan kebijakan

    Financing to Value (FTV) dan Down Payment (DP) bagi Produk Pembiayaan

    Kepemilikan Rumah dan Pembiayaan Kendaraan Bermotor bagi Bank

    Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

    Sebagaimana diketahui bahwa krisis keuangan global memiliki keterkaitan

    dengan risiko likuiditas maupun permodalan perbankan, sehingga dalam

    rangka adopsi standar internasional pengelolaan risiko perbankan syariah

    maka direncanakan pada tahun 2012 Bank Indonesia akan mengeluarkan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201312

  • hasil review penerapan standar internasional IFSB terkait manajemen

    risiko likuiditas selain review penerapan profit equalization reserve (PER)

    yang dapat dilakukan dalam rangka mitigasi risiko imbal hasil (rate of

    return risk, khususnya displacement risk). Selain itu juga, Bank Indonesia

    terlibat aktif dalam pembahasan manajemen risiko bagi perbankan syariah

    Internasional dalam workshop bersama IDB dan GARP.

    6. Penguatan Sistem Pengawasan

    Sejalan dengan kebijakan penguatan tata kelola dan manajemen risiko,

    efektivitas pengawasan bank terus ditingkatkan, terutama melalui

    penyempurnaan infrastruktur pengawasan.

    Bank Indonesia sedang mengembangkan Sistem Informasi Perbankan

    (SIP) Syariah, yang merupakan sistem yang mengintegrasikan beberapa

    aplikasi perbankan syariah yang digunakan dalam proses pengawasan

    bank sehingga semua informasi pengawasan akan terintegrasi baik dari

    on site supervision maupun off site supervision sehingga memudahkan

    pengawas dalam mengakses informasi yang diperlukan. Sejalan dengan

    tuntutan kebutuhan informasi pengawasan yang diperlukan dalam

    pengawasan berbasis risiko, penerapan Basel II dan perubahan standar

    pelaporan sistem akuntansi yang berlaku internasional, BI telah melakukan

    perubahan atas Laporan Bulanan Bank Umum Syariah (LBUS). Perubahan

    dalam LBUS ini juga diiringi dengan perubahan terhadap sistem pelaporan

    yang selama ini dilakukan, dari form based menjadi metode Extensible

    Business Reporting Languange (XBRL) yang mempergunakan kamus

    data dalam penyusunan LBUS 2012 (berlaku mulai pelaporan data bulan

    Juli 2013). Titik penting sistem pelaporan ini adalah bank syariah akan

    menyampaikan data dalam bentuk metadata (data individu tiap transaksi)

    dengan mengacu kepada kamus data LBUS. Perubahan sistem dan format

    LBUS 2012 tersebut telah di sosialisasikan kepada seluruh BUS/UUS dan

    dilaksanakan juga coaching clinic untuk mendukung kesiapan bank syariah

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 13

  • di dalam implementasi sistem tersebut. Seiring dengan perubahan sistem

    pelaporan tersebut, diharapkan akan memberikan efisiensi dan fleksibilitas

    pelaporan, sekaligus pioner di dalam industri perbankan nasional.

    Pengembangan sistem pelaporan BUS ini merupakan bagian dari integrasi

    sistem pelaporan BI dalam kerangka Laporan Stabilitas Moneter dan

    Sistem Keuangan (LSMK).

    Dalam rangka melengkapi infrastruktur pengawasan BPRS, Bank Indonesia

    telah menyusun aplikasi dan pedoman penilaian pengawasan dini BPRS

    yang mulai diimplementasikan pada awal tahun 2012. Lebih lanjut, Bank

    Indonesia juga telah mengembangkan aplikasi Enterprise Data Warehouse

    (EDW) bagi pengawas untuk mendukung penyediaan informasi dari sisi

    perkembangan BPRS secara industri (statistik) dan kebutuhan simulasi data

    keuangan BPRS secara individual yang bersumber dari Laporan Berkala

    BPRS, EWS BPRS, dan Simwas BPRS. Implementasi ini diharapkan dapat

    meningkatkan kemampuan dan intuisi pengawas bank syariah dalam

    mendeteksi permasalahan bank lebih awal dan dapat menyelaraskan

    kegiatan off-site dan on-site supervision. Sementara itu, infrastruktur

    pengawasan lain yang sedang tahap pengembangan adalah sistem

    pelaporan Rencana Bisnis Bank (RBB) dan Pedoman Panel Pengawasan

    BPRS. Sistem pelaporan RBB merupakan penyempurnaan dari Simwas

    BPRS berupa penyediaan informasi RBB (BPRS) dan realisasinya secara web

    based sehingga diharapkan informasi yang disajikan lebih aktual dan

    tepat waktu. Sedangkan Forum Panel Pengawasan BPRS merupakan

    bentuk proses quality assurance pengawasan BPRS.

    Sejalan dengan pengembangan konsep pengawasan bank umum

    konvensional, dilakukan juga penyempurnaan terhadap konsep pengawasan

    bank syariah dengan rencana penerapan konsep Risk Based Bank Rating

    Syariah (RBBR-S) dengan menambahkan dua risiko terkait aspek syariah,

    yaitu Risiko Imbal Hasil (rate of return risk) dan Risiko Investasi (equity

    investment risk). Dalam hal ini termasuk juga mempersiapkan infrastruktur

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201314

  • pengawasan (SIP Syariah) yang menerapkan konsep RBBR Syariah yang

    dilengkapi juga dengan informasi statistik.

    Sementara berkenaan dengan standar akuntansi perbankan syariah, BI

    bersama IAI dan perbankan syariah telah melakukan pembahasan materi

    penyempurnaan Pedoman Akutansi Perbankan Syariah (PAPSI) tahun

    2003. Penyempurnaan tersebut akan menghasilkan dua produk yaitu : (i)

    PAPSI BUS/UUS dan (ii) PAPSI BPRS (PSAK ETAP). Pengklasifikasian PAPSI

    dalam dua kelompok tersebut dalam rangka mengakomodasi kompleksitas

    dan perkembangan industri. Selain pembahasan dengan industri/IAI/Ikatan

    Akuntan Publik Indonesia (IAPI) untuk persiapan penerapan PSAK 102

    (Akuntansi Murabaha), dan rencana pembahasan lanjutan guna mencapai

    kesepakatan penerapan PSAK 102 di perbankan syariah.

    Selain penyempurnaan infrastruktur pengawasan tersebut, BI juga secara

    regular terus melaksanakan program pelatihan pengawas bank syariah

    dalam rangka peningkatan kompetensi pengawas baik tingkat dasar,

    menengah dan advance. Disamping pelatihan regular tersebut, terdapat

    pula pelatihan khusus seperti: penaksir emas untuk memberikan

    pengetahuan dan ketrampilan menilai emas karena produk ini salah satu

    trend bisnis perbankan syariah, RBBR untuk pendalaman konsep

    pengawasan, pelatihan EWS, Simwas dan EDW. Dengan penyempurnaan

    baik infrastruktur maupun SDM pengawasan bank syariah, diharapkan

    kedepan pengawasan bank syariah akan lebih tajam dan berkualitas.

    1.7 Pelaksanaan Fungsi Sosial dan Linkage BUS dan UUS

    Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah

    dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial, yaitu menerima dana yang berasal

    dari zakat, infak, sedekah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada

    organisasi pengelola zakat. Selain itu juga dapat menghimpun dana yang

    berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir)

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 15

  • sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif). Pelaksanaan fungsi sosial ini, juga

    dapat merefleksikan peranan perbankan syariah dalam pemerataan

    kesejahteraan ekonomi umat.

    Dari 8 BUS dan 4 UUS yang telah melaporkan pelaksanaan fungsi sosial dan

    linkage, jumlah dana yang telah dikumpulkan dan/atau disalurkan perbankan

    syariah selama tahun 2012 (s.d Oktober 2012) adalah: (i) dana CSR Rp42,2

    milyar, (ii) dana ZISW Rp52,7 milyar, (iii) linkage program BPRS Rp207,2 milyar

    dan (iv) linkage program BMT Rp439,2 milyar. Hal ini dapat terlihat dari

    gambar dibawah.

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201316

    Grafik 1.

    Pertumbuhan Dana Sosial/Linkage (Rp juta)

    Dana CSR Dana ZISW Linkage BPRS Linkage BMT

    500000

    400000

    300000

    200000

    100000

    0

    2009 2010 2011 2012

    (Oktober)

  • Grafik 1.2.

    Rata-rata Growth Dana Sosial/Linkage

    100,00

    50,00

    0,00

    (%)

    Linkage BMT

    Dana ZISW Linkage BPRSDana CSR

    BMT PenerimaBPRS Penerima

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 17

  • Bab

    2

    Industri perbankan syariah nasional hingga bulan Oktober 2012 masih berada

    dalam fase pertumbuhan yang tinggi yaitu 37% (lihat gambar 2.1). Perkembangan

    ini tentu memberikan harapan positif bagi perkembangannya pada tahun 2012.

    Namun yang menonjol pada tahun ini adalah terjadinya perlambatan pertumbuhan

    yang signifikan akibat perlambatan pada sisi pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK).

    Optimisme untuk tetap tumbuh masih terpelihara dalam industri perbankan syariah.

    Terlebih lagi ketika perekonomian secara global diprakirakan akan membaik pada

    tahun 2013. Dengan begitu ekonomi nasional pada tahun depan diprakirakan akan

    mampu tumbuh lebih baik.

    KONDISI PEREKONOMIAN, DAMPAK TERHADAP

    PERBANKAN DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN

    PERBANKAN SYARIAH

    19

    Grafik 2.1.

    Perkembangan Industri Perbankan Syariah (BUS + UUS)

    200,000,000

    180,000,000

    160,000,000

    140,000,000

    120,000,000

    100,000,000

    80,000,000

    60,000,000

    40,000,000

    20,000,000

    0

    (%)

    60

    50

    40

    30

    20

    10

    0

    Jan

    Mei

    Sep

    Jan

    Mei

    Sep

    Jan

    Mei

    Sep

    Jan

    Mei

    Sep

    Jan

    Mei

    Sep

    Jan

    Mei

    Sep

    Jan

    Mei

    Sep

    2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

    Asset (left axis) GAsset GFinancing GDeposit

  • Perekonomian global yang membaik tentu akan mendorong pertumbuhan

    ekonomi nasional yang akhirnya memiliki pengaruh positif bagi kinerja bank syariah

    pada tahun depan. Dengan kondisi dalam negeri yang masih relative stabil dan

    optimisme pada dinamika perekonomian global diharapkan mampu mendorong

    tingkat preferensi dan kepercayaan pelaku bisnis untuk melakukan ekspansi usaha.

    Pelambatan kinerja pada aspek DPK yang terjadi pada tahun 2012 memberikan

    pelajaran berharga bagi industri untuk juga memperhatikan harmonisasi kebijakan

    dengan lembaga terkait khususnya lembaga pemerintah, mengingat pelambatan

    tersebut berasal dari penarikan DPK oleh Kementerian Agama untuk ditempatkan

    di Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI). Harmonisasi ini pada dasarnya merupakan

    salah satu potensi untuk mengakselerasi pertumbuhan perbankan syariah nasional

    karena jika berkaca dari negara lain peran lembaga pemerintah (termasuk institusi

    komersial/swasta (BUMN) yang dimiliki pemerintah) sangat signifikan dalam

    membesarkan portfolio perbankan syariah, baik sisi pendanaan maupun pembiayaan.

    2.1 Kondisi Perekonomian Dunia dan Domestik

    Berdasarkan analisis IMF dalam World Economic Outlook Update (WOE-IMF),

    pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2012 diprakirakan sebesar 3,5%.

    Namun pada tahun 2013 pertumbuhan diprakirakan akan membaik menjadi

    3,9%. Indikasi pelambatan pertumbuhan dunia ekonomi dunia, terlihat pada

    dua motor ekonomi dunia yaitu Amerika Serikat dan China. Berdasarkan data

    yang dirangkum oleh US Department of Commerce, Amerika Serikat hanya

    mencatat pertumbuhan sebesar 1,5% di triwulan II-2012, sedangkan pada

    triwulan I-2012 perekonomian Amerika Serikat tumbuh 2%. Begitu juga

    dengan pertumbuhan ekonomi Cina yang melambat yakni dari 1,9% (triwulan

    I-2012) menjadi 1,8% (triwulan II-2012), kondisi ini di luar perkiraan World

    Bank dan IMF. Hal ini mengindikasikan bahwa krisis Eropa sudah mengakibatkan

    perlambatan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara. Perekonomian Eropa

    masih melemah seiring dengan implementasi kebijakan penghematan fiskal

    yang berdampak pada tertekannya aktivitas ekonomi khususnya di pasar

    tenaga kerja. Selain itu, perekonomian dunia yang tumbuh lebih rendah

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201320

  • mengakibatkan penurunan aktivitas perdagangan dunia. IMF memprakirakan

    volume perdagangan dunia di tahun 2012 hanya tumbuh 3,8% (lebih rendah

    dari perkiraan sebelumnya) dan juga lebih rendah dari tahun 2011 (5,9%).

    Dengan prakiraan bahwa geliat positif ekonomi akan terjadi pada tahun

    depan, pada tahun 2013 diprakirakan perekonomian dunia akan tumbuh

    3,9% (WOE-IMF). Perekonomian AS diharapkan menjadi salah satu pendorong

    utama pemulihan perekonomian dunia pada tahun 2013. Sementara itu,

    kebijakan budget deficit yang diterapkan oleh negara Eropa belum menunjukkan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 21

    *) IMF : China, India, Malaysia, Thailand, Philipina, Indonesia. : Proyeksi., e: EstimasiSumber: IMF, ADB, World Bank, diolah

    Tabel 2.1.

    Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

    201320122011201320122011201320122011201320122011

    WEO-IMF World BankAsia PacificConcencus Forecast

    Asia Development Bank Forecast

    Word Output 3,9 3,5 3,9 2,7 2,5 3,0 - 3,32 3,85

    Advanced Economies 1,6 1,4 1,9 1,6 1,4 1,9 - 1,4 1,8

    Amerika Serikat 1,7 2,0 2,3 1,7 2,1 2,4 1,8 2,1 2,3 1,7 1,9 2,2

    Jepang -0,7 2,4 1,5 -0,7 2,4 1,5 -0,7 2,5 1,4 -0,7 2,2 1,5

    Eropa 1,5 -0,3 0,7 1,6 -0,3 0,7 1,5 -0,2 0,7 1,5 -0,7 0,8

    Developing Asia* 7,8 7,1 7,5 6,1 5,3 5,9 7,1 6,4 6,9 7,2 6,6 7,1

    China 9,2 8,0 8,5 9,2 8,2 8,6 9,2 8,1 8,4 9,2 8,2 8,5

    India 7,1 6,1 6,5 6,9 6,6 6,5 6,9 6,3 7,2 6,5 6,5 7,3

    ASEAN 5 4,5 5,4 6,1 - - - - - - 4,5 5,6 5,9

    Indonesia - - - 6,5 6,0 6,5 6,5 6,0 6,2 6,5 6,4 7,3

    Malaysia - - - - - - 5,1 4,2 4,7 5,1 4,0 5,0

    Philipina - - - - - - 3,9 4,7 4,9 3,7 4,8 5,0

    Thailand - - - 0,1 4,3 5,2 0,1 5,3 4,5 0,1 5,5 5,5

    Vietnam - - - - - - 6,0 5,3 6,2 5,9 5,7 6,2

    Latin America And the Caribbean 4,5 3,4 4,2 4,3 3,5 4,1 4,2 3,3 4,0 - - -

    Middle East and North Africa 3,5 5,5 3,7 1,0 0,6 2,2 - - - - - -

    Sub-Saharan Africa 5,2 5,4 5,3 4,7 5,0 5,3 - - - - - -

  • hasil yang signifikan. Hal ini terlihat dengan semakin memburuknya

    perekonomian Yunani dan sudah berdampak kepada perekonomian beberapa

    negara antara lain Perancis dan Finlandia. Namun secara keseluruhan tahun

    2013 diprakirakan pertumbuhan ekonomi Eropa positif dibandingkan dengan

    tahun ini. Di sisi lain, prediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN-

    5 cukup optimis dengan laju pertumbuhan yang meningkat dibandingan

    dengan kawasan lain di dunia. Geliat negara-negara tujuan ekspor pada tahun

    2013 diharapkan mampu mendorong kinerja ekspor negara developing

    countries, meskipun peningkatan arus modal asing khususnya Foreign Direct

    Investment (FDI) yang cukup tinggi serta masih tingginya konsumsi domestik

    merupakan pendukung utama pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih

    optimis. (lihat Tabel 2.1.).

    Khusus untuk kondisi Indonesia, hampir semua lembaga keuangan dunia

    memperkirakan pada tahun 2013 Indonesia akan mengalami pertumbuhan

    yang lebih baik dibandingkan tahun ini, bahkan Asian Development Bank

    (ADB) memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan mencapai 7,3%. Prakiraan

    positif ini tentu akan mendorong tingkat kepercayaan terhadap ekonomi

    Indonesia untuk tumbuh lebih baik, baik dari sektor luar negeri maupun

    domestik. Sepanjang tahun 2012 Bank Indonesia memutuskan untuk

    menetapkan dan mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku

    bunga tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah

    dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5%

    1%. Sejalan dengan dinamika perekonomian dan sejumlah kebijakan yang

    ditempuh selama ini, tekanan ketidakseimbangan eksternal mulai mereda

    dengan defisit transaksi berjalan yang telah menurun dan neraca pembayaran

    yang kembali mengalami surplus. Nilai tukar rupiah juga bergerak sesuai

    kondisi pasar dengan intensitas depresiasi yang menurun. Sementara itu,

    perekonomian domestik masih tumbuh cukup baik, meskipun sedikit melambat

    akibat menurunnya ekspor karena dampak berlanjutnya pelemahan ekonomi

    global. Ke depan, Bank Indonesia mengarahkan kebijakannya untuk mengelola

    keseimbangan eksternal ke tingkat yang berkesinambungan dengan tetap

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201322

  • memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Bank

    Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam

    upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan

    ekonomi nasional.

    Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian domestik sejauh ini masih

    tumbuh cukup baik walaupun mengalami sedikit perlambatan. Perekonomian

    Indonesia pada triwulan III-2012 tumbuh 6,2%, sedikit lebih rendah dari

    prakiraan akibat penurunan kinerja ekspor yang masih berlanjut. Pertumbuhan

    tersebut didorong oleh kuatnya permintaan domestik, terutama konsumsi

    rumah tangga dan investasi. Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan

    akan kembali meningkat, ditopang oleh konsumsi dan investasi domestik

    yang tetap kuat. Ekspor diprakirakan juga akan mengalami perbaikan sejalan

    dengan membaiknya perekonomian beberapa negara mitra dagang utama,

    meskipun masih dibayangi ketidakpastian kondisi perekonomian global.

    Dengan perkembangan tersebut, ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun

    2012 diprakirakan tumbuh 6,3% dan pada tahun 2013 meningkat menuju

    kisaran 6,3%-6,7%.

    Keseimbangan eksternal dalam perekonomian juga mengalami perbaikan

    sebagaimana yang diharapkan. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III-

    2012 turun menjadi 2,4% dari PDB, lebih rendah dari triwulan II-2012 sebesar

    3,5% dari PDB. Perbaikan defisit transaksi berjalan ini disebabkan oleh

    membaiknya kinerja neraca transaksi perdagangan yang didorong oleh

    penurunan impor yang cukup tajam, khususnya barang-barang konsumsi,

    sementara beberapa komoditas ekspor nonmigas seperti CPO mulai tumbuh

    positif. Transaksi Modal dan Finansial (TMF) mencatat peningkatan surplus

    yang lebih besar, terutama didorong oleh investasi langsung (FDI), sehingga

    secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III-2012

    kembali mencatat surplus. Ke depan, NPI pada triwulan IV-2012 diprakirakan

    akan mengalami surplus yang lebih besar, ditopang oleh membaiknya transaksi

    berjalan dan meningkatnya surplus TMF, khususnya investasi langsung.

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 23

  • Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir Oktober

    2012 meningkat sehingga mencapai 110,3 miliar dolar AS atau setara dengan

    6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

    Inflasi tetap terkendali dan diprakirakan pada akhir tahun akan berada di

    sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 2012 sebesar 4,5%1%. Inflasi IHK

    pada Oktober 2012 tercatat 0,16% (mtm) sehingga secara tahunan sebesar

    4,61% (yoy). Inflasi inti masih terkendali, meskipun sedikit meningkat menjadi

    4,59% (yoy), terutama didorong oleh kenaikan sewa dan kontrak rumah.

    Secara fundamental, terkendalinya inflasi inti dipengaruhi oleh turunnya

    imported inflation sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan dan

    energi global, relatif terjaganya stabilitas rupiah, stabilnya ekspektasi inflasi,

    serta respons sisi penawaran yang memadai. Sementara itu, perkembangan

    harga bahan pangan (volatile food) mencatat deflasi didorong oleh koreksi

    harga komoditas pangan seiring dengan meningkatnya pasokan. Di sisi lain,

    inflasi administered prices juga terjaga pada level yang rendah seiring dengan

    tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang

    bersifat strategis.

    2.2. Dampak Makro Ekonomi terhadap Perbankan dan Perbankan Syariah

    Secara nasional, kondisi ekonomi makro yang positif diharapkan mampu

    mendorong kinerja industri perbankan nasional lebih baik pada tahun 2013.

    Sementara itu, sepanjang tahun 2012 stabilitas sistem keuangan dan fungsi

    intermediasi perbankan tetap terjaga dengan baik. Kinerja industri perbankan

    yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital

    Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya

    rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.

    Pertumbuhan kredit hingga akhir September 2012 mencapai 22,9% (yoy).

    Perlambatan terutama pada kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 21,9%

    (yoy) sementara kredit konsumsi tumbuh relatif stabil sebesar 19,6% (yoy).

    Namun, kredit investasi tumbuh tinggi sebesar 30,4% (yoy), dan diharapkan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201324

  • dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional. Perbankan ke depan

    masih mendominasi sistem keuangan berdasarkan total aset lembaga keuangan

    di Indonesia. Dari sisi ketahanan permodalan bank, sampai dengan akhir

    tahun 2012 perbankan terindikasi masih mampu menyerap risiko memburuknya

    ekonomi Eropa dan AS. Hal ini terutama dikarenakan jumlah eksposur aset

    perbankan yang berasal dari luar negeri tidak terlalu signifikan dibandingkan

    total asset perbankan dari dalam negeri.

    Sepanjang tahun 2012 dampak makro ekonomi berupa krisis keuangan

    global yang cenderung melambatkan laju pertumbuhan ekonomi di banyak

    negara di dunia, diyakini memiliki pengaruh yang minimal terhadap industri

    perbankan syariah nasional. Hal ini terlihat dari pertumbuhan aset perbankan

    syariah yang masih relatif tinggi. Penurunan aset industri yang signifikan

    dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan September 2012 lebih karena

    akibat dari penurunan DPK yang cukup tajam. Penurunan ini disebabkan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 25

    Grafik 2.2.

    FDR, CAR Dan NPF Perbankan Syariah (BUS + UUS) 6 Tahun Terakhir

    NPF Gross NPF Net FDRCAR

    120,00

    100,00

    80,00

    60,00

    40,00

    20,00

    0,00

    (%)

    25,00

    20,00

    15,00

    10,00

    5,00

    0,00

    (%)

    2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

    Mar

    Jun

    Sep

    Mar

    Jun

    Sep

    Mar

    Jun

    Sep

    Mar

    Jun

    Sep

    Mar

    Jun

    Sep

    Mar

    Jun

    Sep

    Mar

    Jun

    Sep

  • oleh penarikan yang cukup besar dana pemerintah (Kementerian Agama)

    untuk keperluan pengembangan ekonomi sektor lain. Dengan demikian,

    pelambatan pertumbuhan industri perbankan syariah lebih akibat kondisi

    domestik dan bersifat non-ekonomi. Sepanjang tahun 2012, kinerja industri

    perbankan syariah nasional relatif cukup baik, dimana; (i) fungsi intermediasi

    ada pada tingkat yang optimal (rata-rata FDR 2012 sebesar 96,5%); (ii) tingkat

    kecukupan modal (CAR) masih jauh di atas minimum 8% (rata-rata CAR

    2012 sebesar 15,5%); dan (iii) tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) di bawah

    5% (rata-rata NPF 2012 sebesar 2,79%).

    Sementara itu, portfolio pembiayaan perbankan syariah secara sektoral

    ekonomi mulai identik dengan portfolio kredit perbankan nasional, dimana

    pembiayaan di sektor konsumtif, jasa bisnis dan perdagangan masih

    mendominasi (lihat gambar 2.3). Secara keseluruhan pembiayaan perbankan

    syariah tumbuh 40,4% (YoY per-Oktober 2012). Dengan demikian, kondisi

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201326

    Grafik 2.3.

    Break Down Pembiayaan Perbankan Syariah

    0.0%

    10.0%

    20.0%

    30.0%

    40.0%

    50.0%

    Listrik, gas dan air

    Industri Pengolahan

    Pertambangan

    Pertanian

    Lain-Lain

    Jasa Sosial

    Jasa dunia Usaha

    Pengangkutan

    Perdagangan

    Konstruksi

    NasionaliB

  • perekonomian global yang membaik dan geliat ekonomi domestik yang

    semakin positif diharapkan memberikan lingkungan usaha yang kondusif

    bagi pertumbuhan industri perbankan nasional yang lebih baik pada tahun

    2013. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan dampak makro

    ekonomi berupa perbaikan kondisi ekonomi pada tahun 2013 akan berdampak

    positif dan diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan industri yang lebih

    tinggi dibandingkan dengan kondisi tahun lalu.

    2.3. Proyeksi Pertumbuhan Perbankan Syariah 2013

    Proyeksi industri perbankan syariah sepanjang tahun 2012 relatif cukup akurat

    antara lain proyeksi total asset, pembiayaan, DPK dan market share. Secara

    umum, kinerja industri perbankan syariah selama tahun 2012 masih sesuai

    dengan yang diproyeksikan.

    Untuk tahun 2013, proyeksi perkembangan perbankan syariah masih terdiri

    dari 3 skenario yaitu: (i) skenario pesimis, (ii) skenario moderat dan (iii) skenario

    optimis. Skenario pesimis terjadi apabila ekspansi perbankan syariah mengalami

    tekanan baik dari faktor internal maupun eksternal. Tekanan dari internal

    bersumber antara lain dari semakin terbatasnya funding yang berhasil dihimpun

    dari publik khususnya kemampuan beberapa bank tertentu dan cukup

    dominan, yang semakin menurun dalam meningkatkan DPK. Dengan demikian

    ekspansi pembiayaan yang dilakukan menjadi semakin terbatas dan dibutuhkan

    target funding baru untuk memperbesar operasi bank syariah seperti nasabah

    korporasi dan pemerintah yang lebih besar. Tekanan dari faktor eksternal

    bersumber dari menurunnya kinerja perekonomian nasional. Sementara

    kinerja pembiayaan Mudarabah dan Musyarakah sensitif terhadap stabilitas

    perekonomian domestik. Perekonomian Eropa yang masih dalam kondisi

    krisis, sedikit banyak berdampak kepada perekonomian nasional walaupun

    sejauh ini perekonomian Indonesia masih tumbuh positif dengan kecepatan

    yang melambat.

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 27

  • Skenario moderat adalah ketika akselerasi perbankan syariah saat ini terus

    berlanjut dan tidak banyak mengalami tekanan atau tetap didukung oleh

    faktor-faktor organik. Ekspansi pembiayaan terus berlanjut dan peningkatan

    DPK terus meningkat untuk mengimbangi sisi aset. Tahun 2013 Kementerian

    Agama disinyalir akan kembali menempatkan dana haji di perbankan syariah

    sebesar 30% bahkan berpotensi lebih besar dari persentase tersebut. Selain

    itu, penerapan ketentuan multiple license industri perbankan nasional dapat

    membawa konsekuensi peningkatan kewajiban modal pemilik di bank-bank

    umum termasuk di bank syariah. Hal ini tentunya mendukung ekspansi

    perbankan syariah ke depan.

    Skenario optimis apabila faktor-faktor non organik terjadi bersamaan dengan

    faktor-faktor organik (skenario moderat) seperti dibukanya bank-bank syariah

    baru, spin off UUS menjadi BUS, konversi bank konvensional menjadi bank

    syariah termasuk meningkatnya penempatan dana pemerintah di bank syariah

    (dana haji, sukuk, dll).

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201328

    Grafik 2.4.

    Proyeksi dan Realisasi Total Asset

    Asset CB (moderate)Asset CB (actual) Asset IB (actual)Asset IB (moderate)Asset IB (pesimist) Asset IB (optimist)

    4,500,000,000

    0

    4,000,000,000

    3,500,000,000

    3,000,000,000

    2,500,000,000

    2,000,000,000

    1,500,000,000

    1,000,000,000

    500,000,000

    330,000,000

    280,000,000

    230,000,000

    180,000,000

    130,000,000

    80,000,000

    actual

    estimation

    2011 2012 2013

    Jan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov

  • Dengan berbagai skenario tersebut, total aset tahun 2013 diproyeksikan

    menjadi Rp255 triliun (skenario pesimis), Rp269 triliun (skenario moderat),

    dan Rp296 triliun (skenario optimis) (lihat Gambar 2.4.).

    Sementara market share sebesar 5% diperkirakan akan tercapai antara April

    2013-Mei 2013 dan akhir 2013 diperkirakan market share telah menjadi 6,5%

    (lihat gambar 2.5).

    Sementara itu, total DPK pada akhir tahun 2013 diperkirakan menjadi sebesar

    Rp168 triliun (pesimis), Rp177 triliun (moderat), dan Rp186 triliun (optimis).

    (lihat Gambar 2.6).

    Sedangkan total pembiayaan tahun 2013 diperkirakan sebesar Rp200 triliun

    (pesimis), Rp211 triliun (moderat) dan menjadi sebesar Rp222 triliun (optimis).

    (lihat gambar 2.7).

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 29

    Grafik 2.5.

    Proyeksi Market Share

    Market Share (estimasi)Market Share (aktual)

    2011 2012 2013

    Jan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov

    6.7

    6.2

    5.7

    5.2

    4.7

    4.2

    3.7

    3.2

    4.32%

    4.26%

    5%

  • Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201330

    Grafik 2.6.

    Proyeksi dan Realisasi Total DPK

    DPK IB (moderate)DPK IB (actual) DPK IB (pesimist) DPK IB (optimist)

    2011 2012 2013

    Jan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov

    200,000,000

    180,000,000

    160,000,000

    140,000,000

    120,000,000

    100,000,000

    80,000,000

    60,000,000

    40,000,000

    20,000,000

    0

    actual estimation

    Grafik 2.7.

    Proyeksi dan Realisasi Total Pembiayaan

    Financing IB (moderate)

    Financing IB (actual) Financing IB (pesimist)

    Financing IB (optimist)

    2011 2012 2013

    Jan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov

    250,000,000

    230,000,000

    210,000,000

    190,000,000

    170,000,000

    150,000,000

    130,000,000

    110,000,000

    90,000,000

    70,000,000

    50,000,000

    actualestimation

  • Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 31

    Moderat

    Aset 255 36 % 269 44% 296 58%

    DPK 168 17% 177 23% 186 29%

    Pembiayaan 200 36% 211 43% 222 50%

    (Rp. Triliun)

    Tabel 2.2.

    Proyeksi dan Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Tahun 2013

    (%) (Rp. Triliun) (Rp. Triliun)(%) (%)

    OptimisPesimis

    Grafik 2.8.

    Proyeksi Aset, DPK dan Pembiayaan Tahun 2013 (Rp. Triliun)

    Pesimis Moderat Optimis

    300

    250

    200

    150

    100

    50

    0

    Aset DPK PYD

  • Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201332

    Grafik 2.9.

    Proyeksi Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Tahun 2013 (%)

    Pesimis Moderat Optimis

    60,00

    50,00

    40,00

    30,00

    20,00

    10,00

    0,00

    Aset DPK PYD

    (%)

  • Memasuki tahun 2013, perekonomian dunia masih dibayangi oleh perlambatan

    perekonomian negara-negara maju seperti AS dan Eropa. Pemulihan ekonomi global

    akan lambat dan kemungkinan akan diperpanjang. Untuk mengisi kekurangan

    permintaan agregat yang sedang berlangsung di negara maju, sangat penting bagi

    negara-negara berkembang untuk mengambil peluang perdagangan, investasi, dan

    keuangan.

    Ekonomi Asia menunjukkan ketahanannya di tengah dampak krisis global.

    Tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi rendah, sistem keuangan

    yang sehat, dan keseimbangan fiskal yang sehat. Kondisi Asia tahun 2012 diperkirakan

    mempunyai pertumbuhan 6,1%, inflasi 4,7%, dan surplus transaksi berjalan sebesar

    1,6% dari PDB. Optimisme untuk prospek 2013 diproyeksikan pertumbuhan menjadi

    sebesar 6,7%, inflasi dapat turun menjadi 4,6%, dan surplus transaksi berjalan

    meningkat menjadi 1,7% dari PDB.

    Wilayah ini akan memainkan peran utama untuk mendukung ekonomi

    global. Pertama, keberhasilan dalam mengatasi dampak krisis 1997/98 melalui

    restrukturisasi kredit dan rekapitalisasi bank-bank di Asia membuat sektor

    keuangan Asia jauh lebih sehat dan terbukti tahan dalam menghadapi krisis 2008-

    2009. Kedua, dasar fundamental yang kuat dalam kebijakan makroekonomi dan

    keuangan yang sehat. Kebijakan makroekonomi terwujud dalam kebijakan moneter

    diarahkan untuk mencapai stabilitas harga guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

    Selain mengadopsi prinsip standar internasional untuk memperkuat kesehatan

    untuk sektor keuangan dan peran intermediasi bagi perekonomian. Ketiga,

    strategi perekonomian terbuka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

    tinggi.

    ARAH KEBIJAKAN PERBANKAN SYARIAH 2013

    33

    Bab

    3

  • Ditandatanganinya the ASEAN Economic Community (AEC), yang melahirkan

    the AEC Blueprint menyatakan bahwa pada tahun 2015 akan diperkuat integrasi

    perekonomian global dan bilateral dengan empat pilar: pasar tunggal dan basis

    produksi, kawasan ekonomi yang kompetitif, wilayah pembangunan ekonomi yang

    merata, dan wilayah yang terintegrasi dengan perekonomian global. Selain itu,

    terdapat kerja sama regional dalam lingkup yang lebih luas seperti ASEAN + 3 untuk

    meningkatkan kerjasama intra-regional.

    Indonesia sebagai salah satu negara di Asia mempunyai pertumbuhan ekonomi

    terstabil di Asia bahkan dunia dalam 20 (dua puluh) triwulan terakhir. Dalam delapan

    tahun terakhir perekonomian Indonesia terus tumbuh dengan rata-rata sekitar 6,1

    6,2% per tahun. Selain itu, Indonesia sebagai pelopor dalam penerapan bauran

    kebijakan moneter dan makroprudensial yang efektif. Sehingga mampu memitigasi

    risiko kredit dan mencegah pelarian modal, tanpa harus menaikkan suku bunga.Sejak

    Oktober 2011 Bank Indonesia merupakan bank sentral pertama di kawasan Asia

    yang menurunkan suku bunga kebijakan. Dalam tiga tahun terakhir laju inflasi

    menunjukkan tren menurun, nilai tukar menunjukkan fluktuasi dalam batas wajar

    dan selaras dengan nilai fundamentalnya. Dengan dinamika risiko makro yang

    menurun dan stabilitas sistem keuangan yang kuat, saving-investment menjadi

    berkontributif terhadap penguatan fondasi struktural perekonomian. Rasio investasi

    terhadap PDB melampaui levelnya sebelum krisis 1997/1998. Daya tahan perbankan

    yang kuat menjadi peredam guncangan (shock absorber) bagi perekonomian. Daya

    redam ini ditopang oleh kekuatan modal yang memadai dalam menyerap risiko dan

    efektifnya pengaturan dan pengawasan perbankan. Ketahanan dan sistem pengawasan

    perbankan yang efektif telah mendorong perbankan menjalankan fungsi intermediasi

    penyaluran pembiayaan secara maksimal dan disertai dengan tingkat kredit bermasalah

    yang masih terkendali.

    Perbankan syariah sebagai bagian dari perbankan nasional, dalam menetapkan

    arah kebijakan perbankan syariah ke depan tidak terlepas dari kebijakan perbankan

    nasional sebagaimana yang telah disampaikan Gubernur Bank Indonesia dalam

    pertemuan Bankers Dinners tanggal 23 November 2012 lalu. Arah kebijakan perbankan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201334

  • syariah akan mengacu kepada 3 (tiga) koridor yang saling terkait yaitu : (i) pemeliharaan

    stabilitas sistem keuangan, (ii) penguatan ketahanan dan daya saing perbankan, dan

    (iii) penguatan fungsi intermediasi, termasuk program keuangan inklusif, yang dapat

    lebih bermanfaat bagi perekonomian serta masyarakat yang lebih luas.

    Dalam rangka terus mendorong dan menjaga kesinambungan pengembangan

    perbankan syariah, terlebih pada tahun 2013 yang merupakan tahun transisi

    pengawasam mikroprudential perbankan dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa

    Keuangan yang mulai efektif pada tanggal 1 Januari 2014, Bank Indonesia memandang

    perlu dilakukannya langkah pengembangan dan kebijakan perbankan syariah yang

    difokuskan pada hal-hal berikut :

    1. Pembiayaan Perbankan Syariah yang Lebih Mengarah kepada Sektor

    Ekonomi Produktif dan Masyarakat yang Lebih Luas.

    Potensi Indonesia di tengah optimisme Asia sebagai mesin utama penggerak

    perekonomian dunia dan bonus demografi Indonesia telah memberikan peluang

    yang besar tetap tumbuhnya perekonomian Indonesia. Arah pengembangan

    yang sesuai untuk memberikan multiflier effect yang lebih besar bagi pertumbuhan

    ekonomi Indonesia adalah dengan turut menunjang pertumbuhan perekonomian

    nasional. Dukungan pembiayaan kepada sektor produktif tidak hanya akan

    meningkatkan market share perbankan syariah namun juga akan mendukung

    perekonomian nasional yang lebih berdikari.

    Seperti halnya arah perbankan syariah pada tahun yang lalu, di tahun 2013

    perbankan syariah diarahkan untuk mengembangkan pelayanan akan pembiayaan

    sektor-sektor produksi. Beberapa terobosan yang dapat ditempuh antara lain

    dengan memasuki sektor-sektor yang mendapatkan prioritas dari pemerintah

    seperti konstruksi, listrik dan gas, pertanian dan industri kreatif, sektor produktif

    untuk start up business, dan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) serta

    proyek-proyek skala prioritas dalam inisiatif MP3EI (Master plan percepatan dan

    perluasan pembangunan ekonomi Indonesia). Pada tahun 2012, fokus pembiayaan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 35

  • kepada sektor produktif ini sudah mulai terlihat hasilnya di perbankan syariah,

    dimana sebagai akibatnya terlihat dari melambatnya pertumbuhan pangsa sektor

    konsumsi (jasa dunia usaha + jasa sosial + lain-lain) terhadap total pembiayaan

    kepada berbagai sektor ekonomi dan melambatnya pertumbuhan pangsa

    pembiayaan jenis konsumsi terhadap total pembiayaan (modal kerja + investasi

    + konsumsi) dibandingkan tahun sebelumnya (yoy, posisi September).

    Selain ke sektor produktif, pembiayaan perbankan syariah diarahkan juga agar

    lebih efektif dan efisien. Bank Indonesia telah mendorong hal ini kepada bank

    syariah melalui langkah supervisory action. Kedepan tidak menutup kemungkinan

    Bank Indonesia akan mengeluarkan regulasi terkait dengan hal ini.

    Berada pada level playing field yang sama dengan perbankan konvensional, yang

    telah memiliki keunggulan struktur pendanaan yang lebih efisien dan jenis

    pembiayaan yang lebih familiar bagi masyarakat merupakan tantangan tersendiri

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201336

    Grafik 3.1.

    Perlambatan Pertumbuhan Pangsa Konsumsi Perbankan Syariah

    2011 2012

    GPangsa sektor konsumsi

    (%)

    GPangsa pembiayaan konsumsi

    35,00

    30,00

    25,00

    20,00

    15,00

    10,00

    5,00

    0,00

  • bagi perbankan syariah. Selain itu, dimaklumi bahwa beberapa bank konvensional

    merupakan pemain yang handal dan lebih unggul dalam pembiayaan produktif

    yaitu dalam segi permodalan dan infrastruktur baik dalam bentuk jaringan kantor

    maupun teknologi informasi serta Sumber Daya Manusia. Selain membutuhkan

    kompetensi dari industri syariah termasuk Sumber Daya Insani (SDI), perbankan

    syariah juga membutuhkan akses informasi dalam mendapatkan market

    pembiayaan produktif. Kemampuan SDI berperan sangat strategis dalam

    mendukung market inteligence baik dalam menganalisa pembiayaan maupun

    untuk memasarkan produk-produk syariah yang tepat untuk sektor produktif

    dimaksud. Dalam hal ini, Bank Indonesia akan turut menjembatani knowledge

    and skill gap yang masih menjadi kendala industri perbankan syariah. Bentuk

    dukungan dari Bank Indonesia lebih lanjut antara lain berupa kajian model bisnis

    perbankan syariah dan finalisasi indeks sektor riil yang menghasilkan informasi

    untuk dapat lebih mencerminkan hasil usaha dari sektor riil yang nantinya akan

    dibiayai oleh perbankan syariah.

    Beberapa upaya untuk memperkecil gap tersebut akan ditempuh baik melalui

    pelatihan, workshop, seminar, maupun bentuk komunitas antar SDI perbankan

    syariah. Namun demikian, keberhasilan perbankan syariah untuk lebih berani

    melakukan terobosan melalui pembiayaan sektor produktif tentunya membutuhkan

    komitmen yang kuat dari industri perbankan syariah sendiri. Oleh karena itu,

    perbankan syariah diharapkan dapat menyiapkan rencana pengembangan

    bisnis ke sektor-sektor produksi. Disamping itu, perbankan syariah juga perlu

    mempersiapkan pengendalian risiko terkait konsentrasi usahanya, antara lain

    melalui persiapan manajemen risiko produk.

    Arah kebijakan ke sektor produktif tersebut juga harus diimbangi dengan

    pemerataan layanan untuk memberikan inklusivitas perbankan syariah pada

    seluruh masyarakat yang melintasi batas-batas daerah dan batas kemampuan

    ekonomi. Merujuk keberadaan perbankan syariah yang telah meliputi 33 propinsi

    di seluruh Indonesia dan kedekatan psikologis dengan lembaga Baitul Maal Wa

    Tamwil (BMT) memberikan ciri khas inklusivitas bank syariah pada seluruh daerah

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 37

  • masyarakat di Indonesia. BMT dapat menjangkau daerah yang terpencil sekalipun.

    Kerjasama sinergis untuk memberikan layanan perbankan yang inklusif dapat

    disediakan oleh bank syariah melalui pembiayaan kepada BMT baik melalui skim

    channeling, executing maupun sebagai penyedia likuiditas terakhir (APEX bank)

    serta technical assistance.

    Kemudahan pembukaan loket layanan perbankan syariah di daerah-daerah baik

    di Jawa maupun di luar Jawa akan digalakan sebagai dukungan pemberdayaan

    daerah serta implementasi financial inclusion oleh perbankan syariah. Dalam

    rangka memastikan fungsi intermediasi yang lebih fokus kepada sektor produktif

    dan pembiayaan kepada masyarakat yang lebih luas, maka sebagaimana perbankan

    konvensional akan ditetapkan target pembiayaan produktif termasuk pembiayaan

    UMKM kepada perbankan syariah sebesar minimum 20%. Diharapkan bank

    syariah dapat tumbuh bersama dengan tumbuhnya perekonomian masyarakat

    yang lebih merata di Indonesia. Untuk itu, bank syariah diharapkan dapat

    mengoptimalkan berbagai opsi dalam kebijakan pembukaan outlet layanan,

    dalam rangka perluasan jaringan dan meningkatkan market share sekaligus

    berperan dalam program financial inclusion. Selain itu, kawasan di luar Jawa

    merupakan kawasan yang menjanjikan untuk memperbesar pangsa perbankan

    syariah, yang terlihat dari mulai tumbuhnya sentra-sentra pertumbuhan di luar

    Jawa selama periode tahun 2000 2010 sebagaimana tercermin dari pertumbuhan

    di wilayah Sumatera (246%) dan Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) sebesar

    248% yang lebih tinggi dari wilayah Jawa sebesar 228%.

    2. Pengembangan Produk yang Lebih Memenuhi Kebutuhan Masyarakat

    dan Sektor Produktif

    Dengan berbagai pertimbangan seperti diversifikasi segmen nasabah, market

    share yang tumbuh lebih cepat, dan multiflier effect yang lebih besar, Bank

    Indonesia akan memprioritaskan dukungan bagi pengembangan produk-produk

    yang terkait sektor produktif dan dapat lebih memenuhi kebutuhan masyarakat

    yang lebih luas. Dukungan tersebut antara lain diberikan melalui penyempurnaan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201338

  • regulasi, proses perizinan produk, kajian produk dan diseminasi knowledge dan

    skill untuk analis pembiayaan/sektor produktif melalui kegiatan a.l workshop,

    lokakarya, dan seminar.

    Pertumbuhan sektor produktif yang ekspansif dan berkesinambungan

    membutuhkan prasyarat pengembangan infrastruktur dan struktur industri yang

    efisien dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang lebih luas. Sehubungan

    dengan hal tersebut, Bank Indonesia akan melakukan kajian efisiensi dan cost

    structure perbankan syariah dan potensi pengembangan skim pembiayaan

    Islamic Microfinance yang selama ini bergerak di sektor produktif dan menyasar

    sebagian besar penduduk Indonesia. Selain itu juga arah pembiayaan ke sektor

    produktif dapat melalui pengembangan sektor korporasi dan infrastruktur (a.l

    mendukung MP3EI), yang pada pelaksanaannya memerlukan dukungan modal,

    manajemen risiko dan sumber dana serta dukungan risk appetite pemilik/pengurus.

    Dalam hal ini, Bank Indonesia akan mendukung eksplorasi yang dilakukan bank

    atau asosiasi perbankan syariah untuk mendapatkan pendanaan maupun

    menyalurkan pembiayaan dengan produk yang lebih sophisticated termasuk,

    jika diperlukan, menjajaki opsi regulatory approah (a.l insentif produktif dan

    disinsentif produk konsumsi).

    Bank Indonesia akan terus menyempurnakan regulasi terkait produk perbankan

    syariah. Melanjutkan kebijakan pada tahun-tahun sebelumnya, Bank Indonesia

    menyelenggarakan forum kerjasama tripartite dengan Dewan Syariah Nasional

    dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam mempercepat pengembangan produk-

    produk baru atau non standard. Sebagaimana tahun sebelumnya, diagendakan

    untuk produk yang relevan dengan kebutuhan bank dan masyarakat.

    Sebagaimana tahun sebelumnya, bank syariah diarahkan untuk memperkuat

    unit kerja pengembangan produk guna mempercepat pengembangan aset dan

    mengakomodir kebutuhan masyarakat secara lebih luas. Dalam pengembangan

    produk tersebut, bank syariah kadang kala tidak seleluasa perbankan konvensional

    yang lebih bebas mengeksplorasi produk, sehingga acap kali membatasi bank

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 39

  • syariah dalam inovasi produk. Jika keterbatasan tersebut tidak berkaitan dengan

    aspek kesyariahan, maka dapat dikaji bersama dengan regulator dan asosiasi.

    Namun jika keterbatasan pada aspek syariah selain dikaji bersama dengan Dewan

    syariah Nasional, juga semestinya dipahami bersama baik kalangan perbankan,

    regulator, maupun masyarakat bahwa perbankan syariah memberikan nilai lebih

    pada sistem keuangan yang diberikan dan kemaslahatan yang lebih arif.

    3. Transisi Pengawasan yang Tetap Menjaga Kesinambungan Pengembangan

    Perbankan Syariah

    Paska disahkannya Undang-undang Nomor. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas

    Jasa Keuangan (UU OJK), fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan termasuk

    perbankan syariah yang sebelumnya dilakukan oleh BI akan beralih kepada OJK

    pada akhir tahun 2013. Dengan demikian tahun 2013 merupakan periode yang

    sangat krusial dalam mempersiapkan pengalihan fungsi pengaturan dan

    pengawasan perbankan syariah dari BI ke OJK. Terbentuknya OJK, telah membagi

    dua kewenangan pengaturan dan pengawasan perbankan termasuk perbankan

    Syariah, yaitu mikroprudential di OJK dan makroprudential di Bank Indonesia.

    Dalam pelaksanaannya, terdapat kemungkinan terjadinya overlapping antara

    kebijakan mikroprudential dengan makroprudential, sehingga diharapkan dalam

    masa transisi pengawasan ini tidak akan mengganggu proses pengembangan

    dan pertumbuhan perbankan syariah itu sendiri. Selain itu juga,

    Masing-masing lembaga yang memiliki kepentingan dalam pengembangan

    dan pertumbuhan perbankan syariah, dalam masa transisi sudah seharusnya

    melakukan proses review dan menyelaraskan berbagai perangkat organisasi dan

    infrastrukturnya serta menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam

    rangka mempersiapkan peranannya yang baru. Termasuk diantaranya adalah

    menyiapkan berbagai infrastruktur yang dibutuhkan selain mekanisme dan

    proses koordinasi yang baru antara berbagai lembaga yang ada baik nasional

    maupun internasional. Bank Indonesia sebagai lembaga yang diamanahkan UU

    OJK untuk melakukan pengaturan dan pengawasan makroprudential semestinya

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201340

  • sudah mulai mempersiapkan segala sesuatunya terkait dengan hal tersebut.

    Peranan yang baru tersebut, termasuk dalam kerangka arsitektur keuangan

    syariah Indonesia yang saat ini sedang disusun bekerjasama dengan Islamic

    Development Bank (IDB), dimana masing-masing lembaga harus mengetahui

    dan dapat berkontribusi dalam kerangka tersebut sesuai peranannya yang baru.

    Beberapa kebijakan terkait makroprudential antara lain adalah penetapan

    kebijakan Financing to Value (FTV) dan Down Payment (DP) di perbankan syariah

    dan penetapan permodalan yang dapat mengakomodasi perubahan siklus bisnis

    dan perekonomian. Selain juga macrosurveillance dan fungsi penyedia likuiditas

    perbankan, termasuk fungsi Lender of the Last Resort (LOLR) bagi perbankan

    syariah tetap merupakan fungsi yang akan dijalankan oleh Bank Indonesia.

    Beberapa infrastruktur yang sedang dan akan dipersiapkan Bank Indonesia,

    antara lain adalah mempersiapkan infrastruktur pengawasan untuk BUS dan

    UUS yang dilengkapi dengan Sistem Informasi Perbankan (SIP) Syariah yang

    menerapkan konsep baru tingkat kesehatan bank syariah (RBBR Syariah) dengan

    menambahkan dua risiko terkait aspek syariah (Risiko Imbal Hasil dan Risiko

    Investasi), dan dilengkapi pula dengan informasi statistik serta upaya melengkapi

    rencana sistem pelaporan LBUS dengan menggunakan XBRL. Selain itu juga

    penyusunan berbagai ketentuan maupun kebijakan perbankan syariah terkait

    dengan pengelolaan konsentrasi risiko dan governance seperti permodalan bank

    syariah maupun guidance produk dan aktivitas baru serta efisiensi perbankan,

    yang kesemuanya diharapkan dapat memperkuat ketahanan perbankan syariah

    selama masa transisi maupun kedepannya. Hal-hal tersebut diperlukan dalam

    rangka dukungan infrastruktur untuk pengawasan bank dan arus informasi

    pelaporan yang baik.

    Selain itu juga, Bank Indonesia pada tahun 2013 akan mulai melakukan proses

    revisited cetak biru perbankan syariah, dan turut berkontribusi dalam penyusunan

    arsitektur keuangan syariah Indonesia. Revisited Cetak biru perbankan syariah

    dan arsitektur keuangan syariah Indonesia ini, nantinya diharapkan dapat menjadi

    pegangan baik bagi OJK, Bank Indonesia maupun lembaga-lembaga lain dalam

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 41

  • melakukan pengembangan perbankan dan keuangan syariah Indonesia. Selain

    itu juga, Bank Indonesia akan melakukan proses review kerjasama domestik dan

    internasional dengan institusi lain sesuai dengan peranan Bank Indonesia yang

    baru. Review tersebut antara lain berupa kerjasama dengan DSN-MUI dan Ikatan

    Akuntan Indonesia, serta dalam Komite Perbankan Syariah. Sementara terkait

    dengan kerjasama dengan institusi keuangan syariah internasional seperti dalam

    AAOIFI/IFSB/IILM/IIFM, Bank Indonesia akan melihat sejauh mana keanggotaan

    Bank Indonesia dalam organisasi-organisasi tersebut masih sejalan dengan

    peranan baru Bank Indonesia dan kemanfaatannya bagi perbankan dan keuangan

    syariah Indonesia. Namun secara umum, Bank Indonesia tetap memandang

    perlu untuk tetap melanjutkan kerjasama dengan institusi keuangan syariah

    internasional dalam rangka pengembangan keuangan syariah.

    Dengan demikian diharapkan pada masa transisi maupun pada saat pengalihan

    pengawasan nantinya, seluruh persiapan infrastruktur dan arus informasi dan

    koordinasi telah dipersiapkan dan berjalan dengan baik. Semua lembaga yang

    terkait sudah mengetahui peranannya masing-masing, dan tidak akan menimbulkan

    gangguan untuk kontinuitas pelaksanaan pengawasan maupun pengembangan

    perbankan dan keuangan syariah di Indonesia.

    4. Revitalisasi Peningkatan Sinergi Dengan Bank Induk

    Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, strategi untuk memperluas jangkauan

    dan meningkatkan aset perbankan syariah masih dititikberatkan pada strategi

    kerjasama sinergis antara bank induk konvensional dengan bank syariah. Melalui

    strategi tersebut diharapkan perbankan syariah bersama dengan bank induknya

    dapat lebih bersinergi dalam pemanfaatan fasilitas teknologi, jaringan kantor

    dan SDM.

    Pertumbuhan aset bank syariah secara umum lebih tinggi dibandingkan bank

    induknya. Namun demikian, karena nominal aset bank konvensional jauh lebih

    besar sehingga walaupun pertumbuhan bank induk tidak setinggi perbankan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201342

  • syariah tetap menyebabkan pertambahan pangsa bank syariah dengan induknya

    meningkat relatif moderat. Hal ini terlihat dari 10 (sepuluh) bank konvensional

    terbesar yang ada di Indonesia yang telah memiliki bank syariah, jika dibandingkan

    dengan pangsa pada tahun sebelumnya relatif saat ini telah mengalami

    peningkatan, kecuali 2 (dua) bank saja yang relatif tidak jauh berbeda. Yang lebih

    menggembirakan, jumlah bank yang memiliki pangsa atas induk di atas 6%,

    dimana tahun sebelumnya hanya 1 bank (BSM) pada tahun 2012 (data Sept12)

    bertambah menjadi 3 bank yaitu BSM (10,01%), UUS Permata (7,3%) dan UUS

    BTN (6,23%). (lihat Gambar 3.2) Hal ini memperlihatkan telah dilaksanakannya

    strategi dan kebijakan dalam arah yang tepat sebagai implementasi sinergi antara

    perbankan syariah dengan bank induknya yang menghasilkan peningkatan pangsa

    dimaksud. Beberapa strategi yang telah dilakukan perbankan syariah pada tahun

    2012 antara lain memanfaatkan jaringan dan SDM bank induk dalam melakukan

    analisa pembiayaan yang relatif lebih kompleks seperti korporasi dan/atau

    manajemen risiko sepanjang masih diakomodasi pemenuhan prinsip syariahnya.

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 43

    Grafik 3.2.

    Pangsa Aset Bank Syariah terhadap 10 BUK induk terbesar (2010 2012)

    Desember 2010 September 2011

    (%)

    10.0

    9.0

    8.0

    7.0

    6.0

    5.0

    4.0

    3.0

    2.0

    1.00.0

    BSM BRI Syariah

    BCA Syariah

    BNI Syariah

    UUS CIMBNiaga

    UUS Permata

    UUSBII

    UUS BTN

    Panin Syariah

    UUS Danamon

  • Untuk lebih meningkatkan share bank syariah dari bank induknya, diperlukan

    berbagai langkah dan strategi baru. Strategi dan langkah dimaksud antara lain

    berupa peningkatan koordinasi dalam pengawasan bank konvensional dan bank

    syariah agar tingkat penerapan strategi sinergi bank induk dengan bank syariah

    sebagai salah satu upaya mendorong pertumbuhan bank syariah meningkat.

    Selain itu juga regulatory incentives apabila diperlukan tetap akan dipertimbangkan,

    seperti dalam kelembagaan maupun peningkatan penyediaan fasilitas layanan

    syariah dalam jaringan bank induknya. Dengan demikian, kerjasama yang

    dilakukan selama ini akan dilanjutkan dengan bentuk-bentuk inovasi yang lebih

    progresif, misalnya dalam bentuk dukungan permodalan dan ekspansi bisnis

    secara reguler, hingga pengembangan cross selling dan penyetaraan produk

    dengan dukungan infrastruktur seperti jaringan kantor dan IT, dan kebijakan

    SDM yang lebih integrated termasuk diantaranya penilaian kinerja (key performance

    indicator) aktivitas layanan syariah oleh SDM bank induk menjadi salah satu

    strategi yang dapat dijalankan dan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 201344

    Share Bank Syariah terhadap bank Induk (September 2012)

    (%)

    12,00

    10,00

    8,00

    6,00

    4,00

    2,00

    0,00BSM BRI

    SyariahBCA

    SyariahBNI

    SyariahUUS CIMBNiaga

    UUS Permata

    UUSBII

    UUS BTN

    Panin Syariah

    UUS Danamon

  • perbankan syariah. Upaya lain yang tetap dapat dilakukan adalah dengan

    melakukan sharing antara kompetensi unit BUK induk dalam mendesain dan

    menjual produk di satu sisi, dengan pemahaman standar/akad syariah yang

    dimiliki bank syariah di sisi lain, sehingga produk dan layanan syariah dapat

    diperluas untuk melayani segmen nasabah yang beragam, baik mikro, ritel

    maupun komersial/korporasi.

    Pola pengembangan perbankan syariah di Indonesia sejak awal mengedepankan

    pengembangan kapasitas institusi termasuk dalam penyediaan infrastruktur

    jaringan, SDM dan produk yang mendukung pembentukan reputasi dalam

    pemenuhan prinsip syariah selain pengembangan infrastruktur kelembagaan

    bisnis syariah. Apabila diperlukan, akan dipertimbangkan berbagai pemikiran

    seperti perluasan office channeling maupun delivery channel dengan bank induk

    dan/atau bank satu grup. Namun hal ini tetap mesti sejalan dengan kebijakan

    pengembangan perbankan syariah nasional yang telah diatur dalam UU No. 21

    Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang mendorong terwujudnya konsep

    perbankan syariah yang bersifat full-pledged dengan mendorong UUS untuk di-

    spin off dan BUS untuk mengembangkan jaringan kantornya secara luas, serta

    adanya semangat dalam UU dimaksud untuk menampilkan karakteristik khas

    perbankan syariah sebagai suatu sistem baru layanan keuangan.

    Kebijakan pemanfaatan dan perluasan jaringan dan layanan melalui bank induk

    dan/atau bank satu grup-nya, agar tidak menciptakan disinsentif dalam perluasan

    jaringan kantor bank syariah, dapat diatasi dengan melakukan beberapa persyaratan

    dan pertimbangan tertentu seperti : (i) peningkatan produktivitas atau efisiensi

    biaya namun dalam batas risiko yang dapat diterima, (ii) kejelasan tanggung

    jawab dan terpenuhinya compliance serta akses pengawas, (iii) terjaganya

    kontinuitas layanan, reputasi dan kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya,

    dan (iv) kewajiban pembukaan kantor cabang syariah setelah terpenuhinya

    persyaratan keuangan tertentu atas telah dibukanya layanan perluasan perbankan

    syariah di jaringan kantor bank induk/bank satu grup.

    Bank Indonesia: Outlook Perbankan Syariah 2013 45

  • 5. Peningkatan Edukasi dan Komunikasi dengan Terus Mendorong Peningkatan

    Kapasitas Perbankan Syariah pada Sektor Produktif serta Komunikasi

    parity dan distinctiveness Produk Perbankan Syariah

    Kemanfaatan kehadiran bank syariah akan terus disosialisasikan agar masyarakat

    semakin mengenal dan merasakan manfaatnya. Dari jumlah rekening yang

    dikelola perbankan syariah dalam 4 tahun terakhir menunjukkan peningkatan

    yang cukup signifikan (rata-rata 31%), bahkan pertumbuhan periode 2011

    2012 (36,62%) lebih tinggi dari pertumbuhan periode 2009 2010 (24,67%).

    Hal tersebut menunjukkan citra inclusive perbankan syariah yang terus meningkat.

    Untuk menjag