panduan memahami kebijakan nasional air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat serta...

Upload: indriany

Post on 03-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    1/41

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    2/41

    Buku 2

    Panduan

    Memahami Kebijakan Nasional PembangunanAir Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL)Berbasis Masyarakat, serta Operasionalisasinya

    WasPola

    Bekerjasama dengan

    Kempk Kerj air Mim Peyeht ligkg

    Jkrt 2008

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    3/41

    Buku 2, PANDUANMemahami Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan(AMPL) Berbasis Masyarakat, serta Operasionalisasinya

    Diterbitkan oleh WASPOLA bekerjasama dengan

    Kelompok Kerja Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan:- Badan Perencanaan Dan Pembangunan Nasional- Departemen Keuangan- Departemen Dalam Negeri- Departemen Pekerjaan Umum- Departemen Kesehatan- Departemen Pendidikan Nasional- Departemen Perindustrian- Kementerian Lingkungan Hidup

    Sekretariat : Jl. Cianjur No. 4, Jakarta 10310

    Telp./Fax. : (62-21) 314 2046E-mail : [email protected] : www.waspola.org, www.ampl.or.id

    vii + 33; 15 x 21 cm

    ISBN : ...

    Tim Pengarah:Oswar M MungkasaGary D Swisher

    Tim Penulis:Editor : Soyan IskandarKoordinator Buku 1, 2 : SubariKoordinator Buku 3 : Nugroho TomoKoordinator Buku 4 : Nur ApriatmanDesain dan Produksi : Dormaringan Saragih

    Kontributor:Bambang Purwanto, Zainal Nampira, Rheidda Pramudi, Togap Siagian, Helda Nusi,Adelina Hutahuruk, Huseiyn Pasaribu, Bambang Pudjiatmoko, Dormaringan Saragih,Agus Priatna, Purnomo, Nastain Gasba, Syariuddin, Alma Arie, Wiwit Heris, UdiMaadi, Ardi Adji, Ida Nuraida, Ratna Tunjung Luih, A Tenriola, Sriaty, H Ridwan Somad,Haryono Moelyo, H Nuryanto, Triyatno, Budiono, Ishak Jon, Sugeng Hariyanto, JohanesRobert, Rad, Isman Uge, Rusman Zakaria, Rewang Budiyana, Iim Ibrahim, MeytriWilda Ayuantri.

    Cetakan : April 2008

    Proyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan LingkunganTahap Kedua (WASPOLA-2) dilaksanakan di bawah Koordinasi Pemerintah Indonesia, melaluiKelompok Kerja lintas departemen yang diketuai oleh BAPPENAS, dengan mayoritas dana

    hibah dari Pemerintah Australia melalui AusAID, dan dukungan langsung Water and SanitationProgram or East Asia and the Pacic (WSP-EAP) atas nama AusAID dan Bank Dunia.

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    4/41

    iii

    BUKU 2

    Kata Pengantar

    Buku 2 ini merupakan bagian kedua dari lima buku panduanpelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minumdan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM)

    di daerah. Buku ini berisi tentang penjelasan Kebijakan NasionalAMPL Berbasis Masyarakat, serta penjelasan umum tentangoperasionalisasinya.

    Buku panduan ini dapat digunakan oleh berbagai pihak sesuai

    kebutuhan, baik pemerintah kabupaten/kota yang menyeleng-garakan kegiatan operasionalisasi kebijakan, maupun pemerintahpropinsi yang menyelenggarakan operasionalisasi Kebijakan ditingkat propinsi, dan dalam mendukung kegiatan operasionalisasikebijakan di kabupaten/kota. Buku ini juga dapat digunakan olehpemerintah pusat ataustakeholderlain dalam mendukung kegiatanoperasionalisasi Kebijakan AMPL BM.

    Buku panduan ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama meliputi

    penjelasan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL BerbasisMasyarakat, yang terdiri dari: pendahuluan, kebijakan, dan strategi.Bagian kedua menguraikan tentang operasionalisasi Kebijakan didaerah, yang terdiri dari: denisi dan alur operasionalisasi kebijakan.

    Selamat membaca dan mempraktekkannya.

    Jakarta, April 2008

    Tim Penulis

    KATA PENGANTAR

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    5/41

    BUKU 2

    iv

    Kata Pengantar ............................................................. iiiDatar Isi ....................................................................... iv

    Bagian I

    Memahami Kebijakan Nasional PembangunanAMPL Berbasis Masyarakat ....................................... 1A. Pendahuluan .............................................................. 1

    1. Latar Belakang ................................................. 12. Pengalaman yang Menjadi Dasar Kebijakan ..... 53. Perlunya Perubahan cara Pandang terhadap

    Pembangunan AMPL ...................................... 94. Tujuan Penyusunan Kebijakan ....................... 115. Ruang Lingkup ............................................. 11

    B. Kebijakan Pembangunan Air Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masyarakat ....................................... 131. Tujuan Umum ................................................ 132. Tujuan Khusus ............................................... 133. Kebijakan Umum ........................................... 154. Strategi Pelaksanaan ..................................... 20

    Bagian II

    Memahami Operasionalisasi Kebijakan NasionalAMPL Berbasis Masyarakat di Daerah.................... 241. Gambaran Umum ....................................................242. Alur Operasionalisasi Kebijakan ................................253. Kegiatan Fasilitasi Operasionaisasi Kebijakan Nasional

    Datar Isi

    DAFTAR ISI

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    6/41

    v

    BUKU 2

    AMPL Berbasis Masyarakat .......................................273.1. Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL

    Berbasis Masyarakat ...................................... 273.2. Penggalangan Dukungan ............................. 273.3. Penyiapan kelompok kerja AMPL daerah ....... 283.4. Pemahaman kebijakan dan

    identikasi isu AMPL ...................................... 283.5. Pendalaman kebijakan ................................... 29

    3.6. Penyusunan perencanaanpembangunan AMPL ..................................... 30

    3.7. Pemantapan rencana kerja daerah ................. 304. Kegiatan peningkatan kapasitas ...............................31

    4.1. Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan ............ 314.2. Lokakarya dan Pelatihan Keterampilan

    Dasar Fasilitasi ............................................... 314.3. Orientasi MPA-PHAST .................................... 324.4. Lokakarya dan Pelatihan Penyusunan

    Renstra AMPL, ............................................... 324.5. Lokakarya dan Pelatihan CLTS ........................ 33

    DAFTAR ISI

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    7/41

    BUKU 2

    vi

    DaftarSingkatanAMPL Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

    AMPLBM Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis

    Masyarakat

    APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    AusAID Australian Agency or International Development

    BAPPENAS Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional

    CLTS Community-Led Total Sanitation

    DPRD Dewan Perwakilan Rakyat DaerahFGD Focus Group Discussion

    LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

    MDG Millennium Development Goals

    MPA-PHAST Methodogy or Participatory Assessment

    Participatory Hygiene and Sanitation

    Transormation

    NSPM Norma, Standard, Pedoman dan Manual

    Pokja Kelompok Kerja

    PDAM Perusahaan Daerah Air Minum

    PTK Pendekatan Tanggap Kebutuhan

    PRA Participatory Rural Apraisal

    Renstra Rencana Strategis

    RKM Rencana Kerja Masyarakat

    SWOT Strenght Weakness Opportunity Threat

    Tupoksi Tugas Pokok dan Fungsi

    UU Undang Undang

    WASPOLA Water Supply and Sanitation Policy and Action

    Planning Project

    WC Water Closet

    WSLIC Water and Sanitation for Low Income Community

    WSP-EAP Water and Sanitation Program East Asia and

    The Pacifc

    DAFTAR SINGKATAN

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    8/41

    1

    BUKU 2

    Bagian I

    Memahami Kebijakan

    Nasional Pembangunan AMPLBerbasis Masyarakat

    Bagian ini merupakan ringkasan dari naskah KebijakanNasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum

    dan penyehatan lingkungan di Indonesia, didasarkan pa-

    da permasalahan yang dihadapi dan peluang yang ada

    dalam sektor air minum dan penyehatan lingkungan, serta

    pengalaman (lesson learned) pelaksanaan pembangunan

    air minum dan penyehatan lingkungan. Permasalahan

    pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan di

    Indonesia selama ini antara lain:

    a. Kurang eekti dan efsiennya investasi yang telahdilakukan pada pembangunan prasarana dansarana air minum dan penyehatan lingkungan.

    Hingga saat ini diperkirakan masih terdapat 100 juta

    penduduk Indonesia yang belum memiliki kemudahan

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    9/41

    BUKU 2

    2

    terhadap pelayanan air minum dan penyehatan ling-

    kungan yang memadai. Sebagian besar dari mere-

    ka adalah masyarakat miskin dan masyarakat yang

    bertempat di kawasan perdesaan. Kondisi ini cende-

    rung terus meningkat setiap tahunnya.

    Pengalaman menunjukkan banyak prasarana dan

    sarana yang terbangun yang tidak dapat berungsi

    secara optimal. Beberapa penyebab tidak berungsinya

    sarana antara lain;

    Masyarakat sasaran tidak dilibatkan dalam seluruh

    proses pembangunan

    Pilihan teknologi tidak tepat guna dan tidak sesuaidengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat,

    sehingga masyarakat mengalami kesulitan dalam

    operasinya.

    Investasi prasarana dan sarana air minum dan penye-

    hatan lingkungan yang berorientasi pada supply

    driven, yang membawa dampak terhadap rendahnya

    eektivitas prasarana dan sarana yang dibangun,

    sehingga masyarakat tidak banyak memanaatkansarana tersebut karena tidak membutuhkannya. Sebalik-

    nya banyak masyarakat yang membutuhkan pelayanan

    prasarana dan sarana tidak mendapatkan pelayanan.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    10/41

    3

    BUKU 2

    Berdasar pada pelaksanaan pembangunan air minum dan penyehatanlingkungan yang dilaksanakan sejak Pelita I (1969-1974) hingga saat ini, maka

    secara ringkas dapat ditarik beberapa kesimpulan penting, yaitu:

    a. Era Tahun 1970 1980Pembangunan nasional diprioritaskan pada sektor pertanian dan irigasiuntuk mencukupkan kebutuhan pangan, sedangkan pembangunan

    prasarana dan sarana penunjang lainnya termasuk air minum danpenyehatan lingkungan belum menjadi prioritas sehingga lingkuppembangunannya masih terbatas, cakupan pelayanan juga terbatassehingga belum mampu mengimbangi laju kebutuhan akibat pertambahanjumlah penduduk.

    b. Era Tahun 1980 1990

    Konsep-konsep pemberdayaan dan pendekatan tanggap kebutuhan mulaidiperkenalkan. Pembangunan prasarana dan sarana air minum dikaitkandengan penentuan masyarakat sasaran yang lebih tepat dan pemanfaatanteknologi tepat guna, misal pompa tangan, hidran dan pompa tali. Untukmendorong keterlibatan pemerintah daerah, khususnya di kawasan

    perdesaan, diciptakan mekanisme pembiayaan baru yang memungkinkanpemerintah daerah untuk mengelola anggaran yang berasal dari AnggaranPembangunan dan Belanja Negara (APBN).

    c. Era Tahun 1990 2000Pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerahuntuk melaksanakan penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan.Pemerintah pusat berperan sebagai pembina teknis.

    Pelaksanaan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan LingkunganTahun 1970-2000

    b Air hanya dipandang sebagai benda sosial

    Paradigma lalu menyatakan bahwa air merupakan ben-

    da sosial yang dapat diperoleh secara gratis oleh ma-

    syarakat. Hal ini terjadi dikarenakan masih rendahnya

    kepedulian dan pengetahuan masyarakat terhadap nilai

    kelangkaan air. Bagi pengelola air minum hal ini sangat

    menyulitkan dalam rangka meningkatkan pelayanan

    kepada masyarakat. Dikaitkan dengan manajemen pela-

    yanan air minum oleh PDAM masih banyak ditemui

    penetapan tari yang tidak mengacu pada kebutuhan

    yang sebenarnya, tidak jarang biaya produksi lebih ma-

    hal dari tari yang ditetapkan berdasarkan keputusan

    yang ditentukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    (DPRD). Konsekuensinya adalah pendapatan usaha tidak

    mampu membiayai kegiatan operasional, termasuk

    untuk investasi pengembangan jaringan pelayanan.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    11/41

    BUKU 2

    4

    Di sisi lain untuk pelayanan tersebut diperlukan tam-

    bahan investasi yang terus meningkat khususnya un-

    tuk pengadaan air baku, instalasi pengolahan dan

    pengaliran air sampai ke masyarakat pengguna. Prinsip

    Dublin-Rio sebagai acuan dunia menegaskan mengenai

    pentingnya nilai air ini secara ekonomis.

    c Keterbatasan kemampuan pemerintah.

    Pola pembiayaan sampai saat ini masih bertumpu pada

    anggaran pemerintah, khususnya anggaran pemerintah

    pusat. Kemampuan pembiayaan dari pemerintah pusat

    di masa yang akan datang semakin berkurang. Untuk

    itu, diperlukan inovasi pola pembiayaan untuk menggaliberbagai sumber pembiayaan yang belum dimanaatkan,

    khususnya sumber pembiayaan yang berasal dari

    pemerintah daerah dan masyarakat pengguna.

    d Belum tersedianya kebijakan dan peraturan perun-dangan yang mengatur pemanaatan potensitersembunyi (hidden potential) yang ada dalammasyarakat.

    Kapasitas masyarakat dalam menyediakan prasarana

    dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan saat

    ini belum dapat dioptimalkan karena belum adanya

    kebijakan dan peraturan perundangan untuk meng-

    gerakkan potensi tersebut. Sebagai contoh belum

    adanya kebijakan dan peraturan perundangan menge-

    nai pemindahan aset (transer asset) dari pemerintah

    kepada masyarakat.

    e Penyehatan lingkungan belum menjadi perhatiandan prioritas.

    Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terha-

    dap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung

    kualitas lingkungan, mengakibatkan masih rendahnya

    cakupan pelayanan penyehatan lingkungan.

    Contoh dari kondisi ini tercermin pada pelayanan air

    limbah terpusat di beberapa kota besar yang masih

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    12/41

    5

    BUKU 2

    menghadapi kendala dalam pengelolaannya. Salah satu

    penyebabnya adalah rendahnya kesediaan membayar

    (willingness to pay) dari masyarakat dan rendahnya

    kualitas pelayanan tersebut. Hal yang sama juga terjadi

    di masyarakat di mana kesadaran untuk membangun

    jamban keluarga juga masih rendah. Masih banyaknya

    praktek buang air besar di masyarakat di sembarang

    tempat, dikarenakan ketidaktahuan masyarakat menge-

    nai pentingnya hidup bersih dan sehat.

    Penanganan persampahan dan drainase juga mengha-

    dapi permasalahan seiring dengan pertumbuhan pen-

    duduk yang cukup tinggi serta meningkatnya kawasanpembangunan yang telah membawa dampak terhadap

    meningkatnya jumlah timbunan sampah sementara

    ketersediaan lahan semakin terbatas. Permasalahan

    lain adalah belum optimalnya pendekatan 3 R (reduce,

    reuse and recycle)1 dalam pengelolaan sampah. Dampak

    berikutnya adalah semakin luasnya daerah genangan,

    berkurangnya lahan resapan dan penyalahgunaan salur-

    an drainase sebagai tempat pembuangan sampah.

    2. Pengalaman yang Menjadi Dasar Kebijakan

    1. Pengalaman di Indonesia

    Beberapa pengalaman yang dapat ditarik dari pelak-

    sanaan program dan proyek air minum dan penyehatan

    lingkungan yang dibiayai dengan dana luar negeri2 dan

    APBN, adalah sebagai berikut:

    Pembangunan pelayanan air minum dan penyehatanlingkungan yang melibatkan masyarakat, memiliki

    eektivitas dan keberlanjutan pelayanan yang lebih

    baik.

    Pengelolaan prasarana dan sarana yang melibatkan

    seluruh lapisan masyarakat pengguna dalam pengam-

    1 Prinsip 3R mencakup reduce yang berarti mengurangi pemakaian, reuse berarti menggunakan kembali,dan recycle berarti mendaur ulang.

    Antara lain: WSSLIC I (Water Supply and Sanitation or Low Income Communities - I), FLOWS (FloresWater Supply), program air minum dan penyehatan lingkungan yang mendapat bantuan UNICEF

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    13/41

    BUKU 2

    6

    bilan keputusan dan kelembagaan, menghasilkan par-

    tisipasi masyarakat yang lebih besar pada pelaksanaan

    operasi dan pemeliharaan.

    Keterlibatan akti perempuan dan masyarakat yang

    kurang beruntung (miskin, cacat dan sebagainya) se-

    cara seimbang dalam pengambilan keputusan untuk

    kegiatan operasional dan pemeliharaan menghasilkan

    eektivitas penggunaan dan keberlanjutan pelayanan

    yang lebih tinggi.

    Semakin mudahnya penggunaan prasarana dan sa-

    rana air minum dan penyehatan lingkungan (tepat

    guna), berindikasi pada semakin tingginya eektivitas

    penggunaan dan keberlanjutan pelayanan prasarana

    dan sarana.

    Perlunya kampanye perubahan perilaku hidup bersih

    dan sehat dalam pelaksanaan program penyehatan

    lingkungan.

    Semakin banyaknya pilihan teknologi yang ditawar-

    kan dan semakin besarnya kesempatan masyarakat

    untuk memilih sesuai dengan pengetahuan dan

    kemampuannya, menyebabkan semakin besar ke-mungkinan terpenuhinya kebutuhan masyarakat

    dan semakin tingginya eektivitas dan keberlanjutan

    pemanaatan prasarana dan sarana.

    Eektivitas penggunaan dan keberlanjutan dapat ter-

    capai apabila pilihan pelayanan dan konsekuensi bia-

    yanya ditentukan langsung oleh masyarakat di tingkat

    rumah tangga. Kontribusi pembangunan ditentukan

    berdasarkan jenis pelayanan dan pembentukan unitpengelolaan dilakukan secara demokratis.

    Pengguna prasarana dan sarana air minum dan

    penyehatan lingkungan mempunyai kemampuan

    (ability) untuk membayar setiap jenis pelayanan

    air minum dan penyehatan lingkungan sejauh hal

    tersebut sesuai dengan kebutuhan. Mereka sangat

    peduli akan kualitas dan bersedia membayar lebih

    asalkan pelayanan memenuhi kebutuhan.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    14/41

    7

    BUKU 2

    Menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat sasaran

    pada tahapan pembangunan maka pendekatan yang

    diterapkan adalah Demand Responsive Approach

    atau Pendekatan Tanggap Kebutuhan (PTK)3. Namun

    demikian berdasarkan beberapa pengalaman penerap-

    an pendekatan tersebut masih menghadapi beberapa

    kendala antara lain:

    Tidak adanya kerangka kebijakan yang disepakati oleh

    semua pihak yang berkepentingan (stakeholders), se-

    perti pemerintah pusat, pemerintah daerah, negara

    dan lembaga keuangan pemberi bantuan dan pinjam-

    an, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dalammenerapkan PTK.

    Adanya penolakan, baik langsung maupun tidak lang-

    sung, dari pemerintah di berbagai tingkatan maupun

    lintas sektor, negara dan lembaga keuangan pemberi

    bantuan dan pinjaman, maupun masyarakat sendiri

    dalam menerapkan PTK.

    Terbatasnya inormasi, kemampuan teknis dan ke-

    uangan pada setiap stakeholder, khususnya peme-rintah maupun LSM.

    Lambatnya proses birokrasi serta kakunya prosedur

    pembiayaan dan pengadaan tenaga pendukung ke-

    giatan PTK.

    Dibutuhkannya waktu yang relati lama dan dana

    asilitasi yang cukup besar.

    Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka beberapalangkah yang perlu dilaksanakan dalam penerapan

    pendekatan tanggap kebutuhan adalah:

    3 Demand Responsive Approach diterjemahkan menjadi Pendekatan Tanggap Kebutuhan yang artinya:suatu pendekatan yang menempatkan kebutuhan masyarakat sebagai aktor yang menentukan dalampengambilan keputusan termasuk di dalamnya pendanaan. Karakteristik utama pendekatan ini adalah (i)tersedianya pilihan yang terinormasikan; (ii) pemerintah berperan sebagai asilitator; (iii) terbukanya akses

    seluas-luasnya bagi partisipasi dari seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders); (iv) aliran inormasi yangmemadai bagi masyarakat.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    15/41

    BUKU 2

    8

    Aspek Kebijakan:

    Melembagakan PTK dalam mekanisme pemba-

    ngunan daerah dan pembangunan masyarakat, serta

    meningkatkan kemampuan pemerintah kabupaten

    dan kota dalam melaksanakan PTK.

    Aspek Pendanaan:

    Menyiapkan perangkat hukum yang mendorong

    partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pem-

    bangunan prasarana dan sarana air minum dan

    penyehatan lingkungan, dan mengembangkan sis-

    tem pemberdayaan masyarakat untuk mengelola,

    mengontrol, dan mengarahkan sumber-sumber ke-

    uangan yang mereka miliki sendiri.

    2. Pengalaman Internasional

    Penegasan prinsip-prinsip Dublin Rio mengandung arti

    bahwa jika ingin berhasil dalam pembangunan perlu

    mempertimbangkan berbagai aspek, seperti sosial,

    teknis, keuangan, kelembagaan, jender, dan lingkungan

    yang dikelola secara integrati; walaupun masing-masing

    aspek berbeda karakteristiknya, namun kesemuanya

    mempunyai tingkat kepentingan yang sama. Penjabaran

    dari prinsip Dublin-Rio tersebut adalah:

    Air merupakan benda langka dan tidak bisa dipan-

    dang sebagai benda yang tidak memiliki nilai. Pela-

    yanan yang berkelanjutan hanya bisa didapatkan jika

    nilai yang dibayar oleh pengguna sama dengan nilai

    air yang dimanaatkan oleh pengguna.

    Pengambilan keputusan akhir dalam pemanaatanair harus melibatkan semua anggota masyarakat

    pengguna tanpa kecuali.

    Pendekatan pembangunan pelayanan air minum bagi

    masyarakat sasaran tidak lagi berdasarkan standar

    normati dari pemerintah (supply driven) akan tetapi

    berdasarkan kebutuhan masyarakat (demand driven).

    Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyebar-

    luaskan inormasi dan teknologi air minum kepada

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    16/41

    9

    BUKU 2

    masyarakat agar mereka mempunyai pemahaman

    dan kepedulian terhadap pilihannya.

    Keikutsertaan perempuan dalam pengambilan kepu-

    tusan memperbesar jaminan tercapainya keberlan-

    jutan. Perempuan adalah pemeran utama di rumah

    tangga yang bertanggung jawab terhadap penyediaan

    air minum bagi keluarga, baik kebutuhan yang terkait

    dengan kebersihan maupun kebutuhan yang terkait

    dengan kesehatan.

    Prinsip Dublin Rio

    Pembangunan dan pengelolaan air harus berdasarkan pendekatan

    partisipati, menyertakan pengguna, perencana, dan pembuat kebijakan

    pada semua tingkatan

    Air adalah sumber terbatas dan rentan, penting untuk menyokong

    kehidupan, pembangunan, dan lingkungan.

    Perempuan memainkan bagian penting dalam penyediaan, pengelolaan,

    dan perlindungan air

    3. Perlunya Perubahan cara Pandang terhadapPembangunan AMPL

    Di masa lalu masih terdapatnya sejumlah pandangan dalam

    pembangunan yang menghambat keberhasilan pendekatan

    partisipati antara lain anggapan bahwa masyarakat miskin

    tidak mungkin untuk berkontribusi. Namun pandangan

    tersebut telah diyakini tidak benar karena penemuan tera-

    khir membuktikan bahwa: Meningkatnya penghargaan masyarakat terhadap pela-

    yanan air minum. Hal ini ditunjukkan antara lain:

    - Masyarakat miskin membayar pelayanan air minum

    sering kali dengan harga lebih mahal dari masyarakat

    yang lebih mampu;

    - Sedangkan bila tingkat pelayanan air minum tidak me-

    menuhi harapan masyarakat, maka masyarakat tidak

    akan menggunakan prasarana dan sarana yang dise-

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    17/41

    BUKU 2

    10

    diakan dan tidak akan membayar biaya pelayanan

    yang diminta.

    Masyarakat bersedia untuk berpartisipasi dalam pemba-

    ngunan air minum dan penyehatan lingkungan. Beberapapelajaran yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat

    adalah:

    - Standarisasi dan generalisasi prosedur pelaksanaan

    mengarah kepada kegagalan program, sehingga

    tidak memberikan ruang prakarsa masyarakat.

    - Partisipasi masyarakat merupakan potensi internal

    masyarakat yang tidak dapat diintervensi oleh orang

    lain, namun dapat dibangkitkan. Proses partisipatiadalah menyerahkan kendali proses pengambilan

    keputusan kepada masyarakat.

    - Kegiatan yang berdasarkan kepada kebutuhan masya-

    rakat akan mendapat dukungan masyarakat secara

    langsung melalui pembentukan institusi masyarakat

    setempat sesuai dengan tujuannya.

    - Pendekatan partisipati merupakan pendekatan yang

    berakar kepada perilaku dasar masyarakat dalampengambilan keputusan yang dapat direplikasi sesuai

    dengan kebutuhan.

    Dari uraian sebelumnya tercermin bahwa pembangunan

    air minum dan penyehatan lingkungan di Indonesia

    masih banyak menghadapi kendala. Namun demikian,

    ada beberapa potensi yang dapat dimanaatkan untuk

    mengatasi kendala tersebut. Untuk dapat menggerakkan

    dan memanaatkan potensi yang dimiliki serta untukmengatasi kendala yang dihadapi diperlukan beberapa

    perubahan, khususnya yang terkait dengan mengenai

    kebijakan, kelembagaan dan mekanismenya.

    Dokumen ini merupakan paradigma baru dalam kebijakan

    nasional pembangunan air minum dan penyehatan ling-

    kungan, yang berbasis pada dinamika kelompok masyarakat

    yang bertumpu pada kemandirian, desentralisasi, otonomi,

    serta demokrasi.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    18/41

    11

    BUKU 2

    4. Tujuan Penyusunan Kebijakan

    Tujuan dari penyusunan dokumen kebijakan ini adalah:

    a. Menghasilkan kebijakan nasional air minum dan penye-

    hatan lingkungan yang merupakan kesepakatan seluruhinstansi/sektor pusat dan daerah, masyarakat, akademisi,

    LSM, serta lembaga keuangan bilateral/multilateral pem-

    beri bantuan dan pinjaman.

    b Mengidentikasi strategi dan langkah-langkah pelaksa-

    naan kebijakan dalam sektor air minum dan penyehatan

    lingkungan.

    c Sebagai masukan untuk menyusun program jangka

    panjang, menengah dan tahunan sektor air minum danpenyehatan lingkungan, baik yang dilaksanakan oleh

    pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah

    sesuai dengan agenda desentralisasi dan reormasi.

    5. Ruang Lingkup

    Berdasarkan karakteristiknya, pelaksanaan pengelolaan air

    minum dan penyehatan lingkungan di Indonesia terdapat

    tiga pendekatan pengelolaan, yaitu pengelolaan berbasis

    lembaga (tipe A), pengelolaan berbasis masyarakat (tipe C)dan kombinasi dari keduanya (tipe B).

    Kebijakan Nasional AMPL berbasis masyarakat tidak secara

    khusus mengatur tipe pengelolaan berbasis lembaga (tipe

    A). Fokus dari kebijakan yang diketengahkan dokumen ini

    adalah prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

    lingkungan yang dikelola oleh masyarakat (tipe C). Walaupun

    demikian, ruang lingkup kebijakan tersebut juga mencakup

    sebagian tipe B yaitu pengelolaan bersama antara lembaga

    dan masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan penga-

    kuan atas pengaturan dan hubungan antara pihak penyedia

    dan masyarakat pengguna.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    19/41

    BUKU 2

    12

    Gambar 1: Tipologi pengelolaan penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

    daRI aTas KE BaWaH

    daRI BaWaH KE aTas

    TIPE APENGELOLAAN BERBASIS LEMBAGA

    TIPE BPENGELOLAAN BERSAMA

    TIPE CPENGELOLAAN BERBASIS MASYARAKAT

    Tipologi Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

    Tipe A: Pengelolaan Berbasis Lembaga

    Pengambil keputusan dalam manajemen tipe ini adalah lembaga. Lembaga ini memegang

    kekuasaan tertinggi dalam perumusan rencana, rancangan, operasi dan pemeliharaan

    prasarana dan sarana serta pengelolaan pelayanannya. Mungkin ada lembaga lain yang

    melakukan satu atau dua dari aspek-aspek tersebut. Lembaga ini dapat berkonsultasi dapat

    pula tidak dengan para pelanggan (pengguna)-nya, dan hubungan dengan mereka semata-

    mata bersiat komersial: pelanggan membayar uang sebagai biaya penyambungan dan

    selanjutnya secara periodik diwajibkan membayar biaya pelayanan. Contoh lembaga Tipe A

    ini adalah Perusahaan Daerah Air Minum, Perusahaan Daerah Kebersihan, dan Perusahaan

    Daerah Air Limbah di beberapa kota Indonesia

    Tipe C: Pengelolaan Berbasis Masyarakat

    Karakteristik yang paling menonjol dari pengelolaan tipe ini adalah bahwa kekuasaan

    tertinggi dalam pengambilan keputusan atas seluruh aspek yang menyangkut air minum

    dan atau penyehatan lingkungan berada di tangan anggota masyarakat, mulai dari

    tahap awal identifkasi kebutuhan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan,

    perencanaan tingkat pelayanan yang diinginkan, perencanaan teknis, pelaksanaan

    pembangunan, hingga ke pengelolaan operasional. Dalam ase-ase tertentu selama

    proses perkembangan mereka dapat memperoleh asilitasi dari pihak luar, misalnya

    inormasi tentang berbagai alternati teknologi dan bantuan teknis (misalnya kontraktor,

    pengusaha, atau tenaga proesional), namun keputusan terakhir tetap berada di tangan

    masyarakat itu sendiri.

    Tipe B: Pengelolaan Bersama Lembaga dan Masyarakat

    Kategori tipe B terjadi karena tumpang tindihnya cakupan wilayah masing-masing

    pengelolaan lembaga dan pengelolaan oleh masyarakat. Pendekatan tipe B membuka

    peluang hibrida antara keduanya, dimana beberapa elemen dikelola oleh lembaga sedang

    elemen-elemen lain oleh masyarakat pengguna. Kerjasama pengelolaan didasarkan

    kepada kesepakatan kedua belah pihak dengan tetap mempertimbangkan aspek

    komersial, namun segala urusan pengelolaan di tingkat masyarakat sepenuhnya terserah

    kepada anggota masyarakat yang bersangkutan.

    Contoh pengelolaan tipe B ini terdapat dalam praktek pelayanan air minum di

    kawasan perkotaan padat penduduk, misalnya kelompok pengguna air minum yang

    mengoperasikan kran air dengan membayar biaya langganan ke Perusahaan Air Minum.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    20/41

    13

    BUKU 2

    B. Kebijakan PembangunanAir Minum dan Penyehatan LingkunganBerbasis Masyarakat

    Bagian ini menguraikan tujuan umum4, tujuan khusus, dasar

    hukum kebijakan, dan kebijakan umum pembangunan air

    minum dan penyehatan lingkungan yang berbasis masyarakat.

    Secara visual struktur Kebijakan ditampilkan dalam gambar 2.

    Gambar 2: Struktur Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

    KESEPAKATANINTERNATIONAL

    PENGALAMANINTERNASIONALDAN NASIONAL

    TUJUANUMUM

    TUJUANKHUSUS

    KEBIJAKANUMUM

    STRATEGIPELAKSANAAN

    DASARHUKUM

    PRINSIP

    1. Tujuan Umum

    Tujuan umum pembangunan sektor air minum dan penye-

    hatan lingkungan adalah terwujudnya kesejahteraan ma-

    syarakat melalui pengelolaan pelayanan air minum dan

    penyehatan lingkungan yang berkelanjutan.

    2. Tujuan Khusus

    Secara khusus pembangunan air minum dan penyehatan

    lingkungan bertujuan: (a) meningkatkan pembangunan,

    penyediaan, pemeliharaan prasarana dan sarana air

    minum dan penyehatan lingkungan, (b) meningkatkan

    4 Tujuan umum diartikan sebagai kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu relati panjang, sehinggalebih merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai. Tujuan khusus merupakan kondisi yang ingin dicapai dalam

    kurun waktu relati singkat dan dapat dengan mudah diukur pencapaiannya. Kebijakan adalah rangkaiankonsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana atas pelaksanaan suatu pembangunan

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    21/41

    BUKU 2

    14

    kehandalan dan keberlanjutan pelayanan prasarana dan

    sarana air minum dan penyehatan lingkungan. Untuk

    mencapai tujuan tersebut, maka aktor-aktor yang harus

    menjadi pijakan dalam menyusun kebijakan umum adalah

    sebagai berikut:

    a. Keberlanjutan

    Dalam pembangunan air minum dan penyehatan ling-

    kungan, keberlanjutan dapat diartikan sebagai upaya

    dan kegiatan penyediaan air minum dan penyehatan

    lingkungan yang dilakukan untuk dapat memberikan

    manaat dan pelayanan kepada masyarakat pengguna

    secara terus menerus. Keberlanjutan pelayanan airminum dan penyehatan lingkungan harus dilihat sebagai

    suatu sistem yang terdiri dari pembangunan prasarana

    dan sarana, operasi, pemeliharaan, pengelolaan, dan

    pengembangan pelayanan air minum dan penyehatan

    lingkungan kepada masyarakat.

    Mengingat pemberdayaan masyarakat merupakan

    alat untuk mencapai tujuan pembangunan air minum

    dan penyehatan lingkungan maka perubahan perilakumasyarakat menuju budaya hidup yang lebih sehat

    serta mendukung keberlanjutan pelayanan air minum

    dan penyehatan lingkungan merupakan tolok ukur

    keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan

    lingkungan.

    Aspek Keberlanjutan Pembangunan AMPL

    keberlanjutan aspek pembiayaan keberlanjutan aspek teknik

    keberlanjutan aspek lingkungan hidup

    keberlanjutan aspek kelembagaan

    keberlanjutan aspek sosial

    b. Penggunaan Eekti

    Penggunaan prasarana dan sarana air minum dan penye-

    hatan lingkungan dikatakan eekti apabila prasarana

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    22/41

    15

    BUKU 2

    dan sarana yang tersedia tepat tujuan, tepat sasaran,

    dan layak dimanaatkan. Selain itu, prasarana dan sara-

    na yang tersedia tersebut memenuhi kaidah/standar

    teknis, kesehatan, dan kelembagaan (pengelolaan),

    serta memperhatikan perubahan perilaku masyarakat

    serta kapasitas masyarakat untuk mengelola prasarana

    dan sarana. Eektivitas penggunaan prasarana dan

    sarana air minum dan penyehatan lingkungan dapat

    dilihat dari dua hal yaitu:

    Kemudahan Penggunaan

    Kemudahan penggunaan berkaitan erat dengan ting-

    kat kemudahan masyarakat dalam memanaatkanprasarana dan sarana air minum dan penyehatan

    lingkungan. Dengan demikian, prasarana dan sara-

    na air minum dan penyehatan lingkungan yang

    dibangun dan dimanaatkan oleh kelompok masyara-

    kat dan atau oleh perseorangan/keluarga diharapkan

    berteknologi tepat guna, mudah dioperasikan dan

    dipelihara, mudah dimanaatkan, serta berlokasi

    dekat dengan lokasi aktivitas sehari-hari.

    Kesetaraan

    Kesetaraan (equity) berkaitan dengan suatu kondisi

    bahwa prasarana dan sarana air minum dan penyeha-

    tan lingkungan yang dibangun bermanaat bagi setiap

    anggota masyarakat tanpa membedakan tingkat

    (strata) sosial, jenis kelamin, suku, agama, dan ras.

    3. Kebijakan Umum

    Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penye-

    hatan Lingkungan Berbasis Masyarakat mencakup sebelas

    pokok-pokok kebijakan sebagai berikut:

    a. Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi

    Peranan air sebagai sumber kehidupan telah disadari

    semua lapisan masyarakat, namun maniestasinya

    menimbulkan berbagai pandangan. Hingga saat ini

    sebagian anggota masyarakat masih berpandangan

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    23/41

    BUKU 2

    16

    bahwa air sebagai sumber kehidupan semata-mata

    merupakan benda sosial (public good) yang dapat

    diperoleh secara cuma-cuma serta tidak mempunyai

    nilai ekonomi. Untuk mengubah pandangan tersebut

    di atas diperlukan upaya kampanye publik (public

    campaign) kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa

    air merupakan benda langka yang mempunyai nilai

    ekonomi dan memerlukan pengorbanan untuk menda-

    patkannya, baik berupa uang maupun waktu.

    Sesuai dengan siatnya sebagai benda ekonomi maka

    prinsip utama dalam pelayanan air minum dan penye-

    hatan lingkungan adalah pengguna harus membayaratas pelayanan yang diperolehnya. Prinsip tersebut

    mencerminkan pandangan bahwa yang dibayar oleh

    pengguna adalah biaya atas kemudahan untuk memper-

    oleh pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan.

    b. Pilihan yang Diinormasikan sebagai Dasar dalamPendekatan Tanggap Kebutuhan

    Pendekatan tanggap kebutuhan (Demand Responsive

    Approach) menempatkan masyarakat pada posisi teratasdalam pengambilan keputusan, baik dalam hal pemilihan

    sistem yang akan dibangun, pola pendanaan, maupun

    tata cara pengelolaannya. Untuk meningkatkan eektivitas

    pendekatan tanggap kebutuhan, pemerintah sebagai

    asilitator harus memberikan pilihan yang diinormasikan

    (inormed choice)5 kepada masyarakat. Pilihan yang

    diinormasikan tersebut menyangkut seluruh aspek

    pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan,seperti aspek teknologi, pembiayaan, lingkungan, sosial

    dan budaya, serta kelembagaan pengelolaan.

    c. Pembangunan Berwawasan Lingkungan

    Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah

    upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan

    Pilihan yang diinormasikan mencakup saat berpartisipasi, pilihan teknologi dan tingkat pelayanan

    berdasar pada keinginan membayar (willingness to pay), bagaimana dan kapan diterimanya pelayanan,bagaimana pengelolaan dana dan pertanggungjawabannya, dan bagaimana pengelolaan pelayanan

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    24/41

    17

    BUKU 2

    hidup, termasuk sumber daya air di dalamnya, ke dalam

    proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, ke-

    sejahteraan, dan kualitas hidup generasi masa kini dan

    generasi masa depan.

    Pembangunan air minum mulai dari sumber air, penga-

    liran air baku, pengolahan air minum, jaringan distribusi

    air minum, sampai dengan sambungan rumah dilak-

    sanakan dengan mempertimbangkan kaidah dan norma

    kelestarian lingkungan. Demikian juga, pembangunan

    prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, khusus-

    nya pengelolaan limbah dan persampahan juga di-

    laksanakan mengikuti kaidah dan norma kelestarianlingkungan.

    d. Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

    Agar pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan

    dapat berkelanjutan maka pembangunan prasarana

    dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan

    harus mampu mengubah perilaku masyarakat dalam

    menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan sebagai

    dasar menuju kualitas hidup yang lebih baik.

    Upaya yang dilakukan untuk mengubah perilaku masya-

    rakat dilakukan melalui pendidikan perilaku hidup ber-

    sih dan sehat. Sebagai suatu sistem yang menyeluruh

    (komprehensi) maka dalam pembangunan air minum

    dan penyehatan lingkungan komponen pendidikan pe-

    rilaku hidup bersih dan sehat merupakan komponen

    utama, selain komponen sik prasarana dan sarana air

    minum dan penyehatan lingkungan.

    d Keberpihakan pada Masyarakat Miskin

    Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan

    harus memperhatikan dan melibatkan secara akti kelom-

    pok masyarakat miskin dan kelompok masyarakat tidak

    beruntung lainnya dalam proses pengambilan keputusan.

    Hal ini sebagai upaya agar mereka tidak terabaikan

    dalam pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan,

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    25/41

    BUKU 2

    18

    sehingga kebutuhan air minum dan penyehatan ling-

    kungan bagi kelompok masyarakat miskin dan kelompok

    masyarakat tidak beruntung lainnya dapat terpenuhi

    secara layak, adil, dan terjangkau.

    e. Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan

    Peranan perempuan untuk memenuhi kebutuhan air

    minum dan penyehatan lingkungan untuk kepen-

    tingan sehari-hari sangat dominan. Sebagai pihak

    yang langsung berhubungan dengan pemanaatan

    prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

    lingkungan, perempuan lebih mengetahui yang mereka

    butuhkan dalam hal kemudahan mendapatkan air dankemudahan mempergunakan prasarana dan sarana.

    Menempatkan perempuan sebagai pelaku utama

    diartikan sebagai keikutsertaan mereka secara akti

    dalam menemukenali persoalan pokok air minum dan

    penyehatan lingkungan, mengidentikasi penyebab-

    nya, mengemukakan usulan pemecahan, dan mengam-

    bil keputusan untuk memecahkan persoalan pokok.

    g. Akuntabilitas Proses Pembangunan

    Dalam era desentralisasi dan keterbukaan maka pem-

    bangunan air minum dan penyehatan lingkungan

    harus menempatkan masyarakat sasaran tidak lagi

    sebagai obyek pembangunan namun sebagai subyek

    pembangunan. Untuk itu proses pembangunan harus

    lebih terbuka, transparan, serta memberikan peluang

    kepada semua pelaku untuk memberikan kontribusisesuai dengan kemampuannya pada seluruh tahapan

    pembangunan.

    h. Peran Pemerintah sebagai Fasilitator

    Pemberdayaan diartikan sebagai upaya yang dilaku-

    kan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk me-

    mandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi dan

    kemampuan yang mereka miliki atas dasar prakarsa

    dan kreativitas.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    26/41

    19

    BUKU 2

    Fasilitasi tidak diartikan sebagai pemberian prasarana

    dan sarana sik maupun subsidi langsung, namun

    pemerintah harus memberikan bimbingan teknis dan

    non teknis secara terus menerus dalam rangka men-

    dorong dan memberdayakan masyarakat agar mereka

    dapat merencanakan, membangun, dan mengelola

    sendiri prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

    lingkungan serta melaksanakan secara mandiri kegiatan

    pendukung lainnya.

    Sebagai asilitator pemberdayaan masyarakat, peme-

    rintah dapat memberikan kesempatan kepada pihak

    lain yang berkompeten serta mendorong inovasi untukmeningkatkan pelayanan air minum dan penyehatan

    lingkungan.

    i. Peran Akti Masyarakat

    Seluruh masyarakat harus terlibat secara akti dalam

    setiap tahapan pembangunan air minum dan penyehatan

    lingkungan. Namun demikian mengingat keterbatasan

    ruang dan waktu maka keterlibatan tersebut dapat

    melalui mekanisme perwakilan yang demokratis serta

    mencerminkan dan merepresentasikan keinginan dan

    kebutuhan mayoritas masyarakat.

    j. Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran

    Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan

    harus optimal dan tepat sasaran. Yang dimaksud de-

    ngan optimal adalah kualitas pelayanan sesuai dengan

    kebutuhan dan kemampuan masyarakat, dan nyamanserta terjangkau semua lapisan masyarakat. Oleh sebab

    itu, pilihan jenis pelayanan air minum dan penyehatan

    lingkungan harus ditawarkan kepada masyarakat peng-

    guna agar masyarakat dapat memanaatkannya sesuai

    dengan pilihannya. Tepat sasaran diartikan sebagai

    cakupan pelayanan prasarana dan sarana air minum

    dan penyehatan lingkungan yang dibangun sesuai de-

    ngan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    27/41

    BUKU 2

    20

    k. Penerapan Prinsip Pemulihan Biaya

    Untuk menunjang keberlanjutan pelayanan maka pem-

    bangunan dan pengelolaan pelayanan air minum dan

    penyehatan lingkungan perlu memperhatikan prinsippemulihan biaya (cost recovery). Dengan demikian,

    pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan

    yang berbasis masyarakat perlu memperhitungkan

    seluruh komponen biaya dalam pembangunan mulai

    biaya perencanaan, pembangunan sik, dan operasi

    pemeliharaan serta penyusutannya (depreciation). Besar-

    an iuran atas pelayanan air untuk menutup minimal

    biaya operasional, harus disepakati oleh masyarakat

    pengguna sesuai dengan tingkat kemampuan/daya beli

    masyarakat setempat (miskin, menengah, dan kaya)

    4. Strategi Pelaksanaan

    Strategi pelaksanaan kebijakan pembangunan air minum

    dan penyehatan lingkungan merupakan penjabaran dari

    kebijakan umum sebagaimana uraian diatas. Strategi ini

    merupakan kerangka umum untuk mewujudkan keberlan-

    jutan dan penggunaan prasarana dan sarana air minum

    dan penyehatan lingkungan yang dibangun secara eekti

    untuk mewujudkan kualitas hidup masyarakat yang lebih

    baik. Strategi-strategi ini saling terkait satu dengan lainnya,

    komprehesi, serta berorientasi kepada operasionalisasi

    kebijakan dan pencapaian tujuan.

    Kebijakan ini mencakup enam belas strategi yang pe-

    laksanaannya, khususnya di daerah, disesuaikan dengan

    konteks dan permasalahannya. Enam belas (16) strategi

    dimaksud adalah sebagai berikut:

    Strategi 1 : Mengembangkan kerangka peraturan untuk

    mendorong partisipasi akti masyarakat da-

    lam perencanaan, pelaksanaan dan penge-

    lolaan prasarana dan sarana air minum dan

    penyehatan lingkungan.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    28/41

    21

    BUKU 2

    Strategi 2 : Meningkatkan investasi untuk pengem-

    bangan kapasitas sumber daya masyarakat

    pengguna.

    Strategi 3 : Mendorong penerapan pilihan-pilihan pem-biayaan untuk pembangunan dan penge-

    lolaan prasarana dan sarana air minum dan

    penyehatan lingkungan.

    Strategi 4 : Menempatkan kelompok pengguna dalam

    pengambilan keputusan pada seluruh

    tahapan pembangunan serta pengelolaan

    prasarana dan sarana air minum dan

    penyehatan lingkungan.Strategi 5 : Meningkatkan kemampuan masyarakat

    di bidang teknik, pembiayaan, dan

    kelembagaan dalam pembangunan dan

    pengelolaan prasarana dan sarana air

    minum dan penyehatan lingkungan.

    Strategi 6 : Menyusun Norma, Standar, Pedoman dan

    Manual (NSPM) sektor air minum dan

    penyehatan lingkungan sebagai upayamemperbaiki kualitas pelayanan pada

    tahap perencanaan, pelaksanaan, operasi,

    pemeliharaan, dan pengelolaan.

    Strategi 7 : Mendorong konsolidasi penelitian, pengem-

    bangan, dan diseminasi pilihan teknologi

    untuk mendukung prinsip pemberdayaan

    masyarakat.

    Strategi 8 : Mengembangkan motivasi masyarakat

    melalui pendidikan ormal dan inormal.

    Strategi 9 : Meningkatkan pelestarian dan pengelolaan

    lingkungan, khususnya sumber daya air.

    Strategi 10: Mempromosikan perubahan pendekatan

    dalam pengelolaan prasarana dan sarana

    air minum dan penyehatan lingkungan

    dari pendekatan berdasarkan batasan

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    29/41

    BUKU 2

    22

    administrasi menjadi pendekatan sistem.

    Strategi 11: Meningkatkan kualitas pengelolaan prasa-

    rana dan sarana air minum dan penyehatan

    lingkungan yang dilakukan oleh masyarakatpengguna.

    Strategi 12 :Meningkatkan kepedulian masyarakat

    pengguna.

    Strategi 13 : Menerapkan upaya khusus pada masyarakat

    yang kurang beruntung untuk mencapai

    kesetaraan pelayanan air minum dan penye-

    hatan lingkungan.

    Strategi 14 :Mengembangkan pola monitoring danevaluasi hasil pembangunan prasarana

    dan sarana air minum dan penyehatan

    lingkungan yang berorientasi kepada

    pencapaian tujuan dan ketepatan sasaran.

    Strategi 15 : Mengembangkan komponen kegiatan

    monitoring dan evaluasi dalam empat tingkat.

    Strategi 16 :Mengembangkan dan menyebarluaskan

    indikator kinerja pembangunan prasarana

    dan sarana air minum dan penyehatan

    lingkungan.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    30/41

    23

    BUKU 2

    Gambar 3: Strategi Pelaksanaan Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

    KerangkaKebijakan

    Strategi 1

    Kebutuhan

    Kampanye Kesadaran Masyarakat

    PelaksanaanPendekatanPartisipati

    Strategi 3,4,5,13

    PenyediaanFasilisator

    PemenuhanKebutuhan

    KomoditiEkonomi

    OpsiPelayanan

    KemauanUntuk

    Membayar

    Pengembanganlembaga/peningkatan

    UPS, Koperasi air,PDAM atau organisasi

    masyarakat yangkeberadaan dan

    kepemilikan asetnyamemiliki status

    hukum yang jelas

    Strategi 5,11

    O&P,Pengembangan

    dan Replikasi

    Daerah

    Stake HolderLain

    Pemerintah

    Masyarakat

    Untuk memperoleh gambaran secara lengkap mengenai isikebijakan dapat dilihat dalam dokumen Kebijakan NasionalPembangunan AMPL Berbasis Masyarakat; Bappenas, DepartemenPermukiman dan Prasarana Wilayah, Departemen Kesehatan, De-partemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, tahun 2003.

    BAGIAN I: MEMAHAMI KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AMPL BERBASIS MASYARAKAT

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    31/41

    BUKU 2

    24

    BUKU 2

    BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH

    Bagian II

    Memahami OperasionalisasiKebijakan Nasional AMPL

    Berbasis Masyarakat di Daerah

    1. Gambaran UmumOperasionalisasi kebijakan merupakan istilah yang biasa

    digunakan dalam lingkup Proyek WASPOLA. Dalam istilah

    tersebut terdapat dua kegiatan besar, yaitu adopsi dan imple-mentasi kebijakan, yang satu dan lainnya sangat erat kaitannya.

    Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat

    dimaknai sebagai upaya adopsi dan implementasi kebijakan

    oleh daerah.

    Adopsi kebijakan ditunjukkan dengan adanya produk atau doku-

    men daerah yang mencantumkan pokok-pokok kebijakan di

    dalamnya, untuk menuju sasaran pembangunan AMPL yang

    berkelanjutan. Sedangkan implementasi kebijakan adalah upaya

    mengaktualisasikan pokok-pokok kebijakan ke dalam kegiatan

    nyata. Hal ini perlu ditunjukkan dengan adanya perangkat pen-

    dukung seperti penganggaran, kelembagaan, dan peraturan yang

    memungkinkan pokok-pokok kebijakan dapat dilaksanakan.

    Jalan yang harus ditempuh oleh daerah dalam adopsi dan

    implementasi kebijakan, merupakan jalan panjang yang mene-

    kankan pada proses belajar dari semuastakeholderdalam mema-

    hami isu pembangunan AMPL. Secara ringkas, proses ini meliputi

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    32/41

    25

    BUKU 2

    memahami kebijakan itu sendiri, memahami isu lokal dalam

    pembangunan AMPL, internalisasi pokok-pokok kebijakan ke

    dalam produk perencanaan daerah, dan aktualisasi pokok

    kebijakan dalam penatalaksanaan pembangunan AMPL.

    2. Alur Operasionalisasi Kebijakan

    Berdasarkan pengalaman Proyek WASPOLA, ada tiga tahapan

    utama dalam memasilitasi operasionalisasi kebijakan AMPL

    BM, yaitu: pemahaman, pendalaman, dan kerja mandiri. Tahap-

    an pemahaman menitikberatkan pada peningkatan penge-

    tahuan dan kesadaran stakeholder daerah terhadap isu-isu

    pembangunan AMPL BM, serta kaitannya dengan pokok-po-kok kebijakan. Tahapan pendalaman okus pada pengayaan

    pengetahuan, pemahaman pokok-pokok kebijakan dalam

    tataran lapangan, perluasan stakeholder, dan memperkuat

    jaringan. Tahapan mandiri okus kepada mendorong daerah

    dalam melakukan kegiatan-kegiatan tindak lanjut perencanaan

    yang telah disusun.

    Secara ringkas, alur asilitasi operasionalisasi Kebijakan Nasional

    Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat ditampilkan dalamgambar 4. Pada intinya ada proses komunikasi antara Kelompok

    Kerja AMPL Nasional dengan daerah, proses peningkatan kapa-

    sitas daerah, dan kemudian proses operasionalisasi kebijakan di

    daerah. Keseluruhan asilitasi dijabarkan dalam kegiatan besar

    sebagai berikut: i) Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis

    Masyarakat, ii) Penggalangan dukungan pimpinan daerah,

    iii) Penyiapan kelompok kerja AMPL daerah, iv) Pemahaman

    kebijakan dan identikasi isu AMPL, v) Pendalaman kebijakan,vi) Penyusunan perencanaan pembangunan AMPL, vii) Penyu-

    sunan rencana kerja daerah/kelompok kerja.

    Dalam upaya pembekalan kepada kelompok kerja daerah,

    disediakan program peningkatan kapasitas dengan kegiatan

    yang meliputi: i) Lokakarya operasionalisasi kebijakan, ii)

    Pelatihan/lokakarya dasar asilitasi, iii) Orientasi MPA PHAST, iv)

    Pelatihan/lokakarya penyusunan perencanaan strategis AMPL,

    v) Pelatihan/lokakarya CLTS.

    BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    33/41

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    34/41

    27

    BUKU 2

    3. Kegiatan Fasilitasi OperasionaisasiKebijakan Nasional AMPL BerbasisMasyarakat

    3.1. Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL BerbasisMasyarakat

    Diseminasi kebijakan bertujuan untuk menyebarluaskan ke-

    bijakan kepada stakeholderpembangunan AMPL. Dengan

    diseminasi ini diharapkan stakeholder peduli terhadap

    isu pembangunan AMPL, dan memiliki kemauan untuk

    mengadopsi serta menerapkan kebijakan dalam praktek

    pembangunan yang menjadi tugasnya. Diseminasi kebijakandapat dilakukan secara berjenjang, untukstakeholdernasional

    dapat dilakukan oleh Kelompok Kerja AMPL Nasional, untuk

    stakeholderpropinsi dapat dilakukan oleh Kelompok Kerja

    Propinsi, sedangkan untuk stakeholder kabupaten/kota

    dapat dilakukan oleh Kelompok Kerja Kabupaten/Kota.

    3.2. Penggalangan Dukungan

    Diketahui bersama bahwa pimpinan daerah, eksekuti mau-pun legislati, mempunyai kedudukan strategis dan politis

    di daerah. Kebijakan Nasional AMPL-BM yang barangkali

    telah dimengerti oleh para pemangku kepentingan AMPL

    akan menjadi kurang bermakna tanpa adanya dukungan

    dari pimpinan daerah. Dukungan dari pimpinan daerah

    akan sangat bermakna dalam menjamin operasionalisasi

    kebijakan di daerah. Paling tidak pernyataan dukungan dari

    pimpinan daerah akan segera diterjemahkan oleh aparat dibawahnya ke tataran teknis operasional. Misalnya, upaya

    mewadahi operasionalisasi Kebijakan dalam kelompok kerja,

    merencanakan pendanaannya, menyusun rencana AMPL

    kedalam perencanaan strategis, dan kegiatan-kegiatan lain-

    nya dalam rangka menyebar luaskan Kebijakan nasional.

    Penggalangan dukungan pimpinan daerah ini dapat dilaku-

    kan dengan 2 cara yaitu audiensi dan roadshow.

    BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    35/41

    BUKU 2

    28

    3.3. Penyiapan kelompok kerja AMPL daerah

    Kelompok kerja diartikan sebagai organ koordinati dalam

    rangka mengoperasionalkan kebijakan, artinya sebagai

    perangkat koordinati antar dinas/instansi/lembaga danpemangku kepentingan lainnya yang akan berperan meng-

    koordinasikan perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring

    serta evaluasi terkait dengan operasionalisasi kebijakan.

    Walaupun kedudukannya bersiat adhoc, namun lebih

    jauh diharapkan spirit yang ada dalam Pokja dapat mem-

    berikan inspirasi gerakan pada struktur pemerintah yang

    ada. Sehingga peran Pokja yang bersiat adhoctadi, lambat

    namun pasti, perannya akan diserahkan kepada strukturyang sudah ada yang sesuai dengan tupoksinya seperti

    Bappeda. Kendati demikian, semangat yang ada dalam

    Pokja sebelumnya diharapkan masih dipertahankan. Oleh

    karenanya, selama berproses, anggota-anggota Pokja per-

    lu dipersiapkan dengan berbagai macam masukan guna

    peningkatan kapasitasnya. Peningkatan kapasitas yang

    dimaksudkan seperti Lokalatih Operasionalisasi Kebijakan,

    Lokalatih Keterampilan Dasar Fasilitasi, Orientasi MPA-PHAST, Lokalatih Penyusunan Renstra AMPL, Lokalatih

    CLTS, dan upaya peningkatan kapasitas lainnya yang diang-

    gap penting. Harapan lainnya dari kelompok kerja ini ada-

    lah dapat memotong jalur birokrasi yang selama ini ada.

    Misalnya kerjasama dengan pihak lain, seperti LSM atau

    donor, akan lebih mudah terwujud ketimbang melalui jalur

    birokrasi yang ada. Agar kedudukannya kuat, Pokja dapat

    diormalkan melalui surat keputusan Pemerintah Daerah.

    3.4. Pemahaman kebijakan dan identifkasi isu AMPL

    Secara lembaga, Pokja sebagai wadah dengan peran-

    peran seperti yang disebutkan di atas sudah terbentuk.

    Untuk menjalankan peran-peran itu secara kelembagaan

    kedudukan para anggota Pokja perlu diperkuat, yaitu

    dengan mengajak para anggota Pokja bersama dengan

    pemangku kepentingan yang lainnya untuk memahami

    isi Kebijakan nasional AMPL-BM dalam konstelasi isu

    BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    36/41

    29

    BUKU 2

    AMPL daerah. Pemahaman ini sangat penting mengingat

    Kebijakan nasional merupakan produk dan merupakan

    muatan yang wajib diusung oleh Pokja dan disebar luaskan

    kepada semua pihak yang berkepentingan. Melalui Loka-

    karya Operasionalisasi Kebijakan Pembangunan AMPL

    Daerah yang dilaksanakan secara berjenjang diharapkan

    dapat memberikan gambaran kepada para pemangku

    kepentingan yang terlibat mengenai isi kebijakan, kondisi

    pembangunan AMPL daerah yang telah dan sedang terjadi

    di daerah, aspek-aspek keberlanjutan pembangunan AMPL,

    upaya-upaya daerah dalam menanggapi kebutuhan daerah,

    dan strategi dan langkah-langkah yang akan dilakukan

    daerah sebagai upaya untuk mendorong terwujudkan

    keberlanjutan program.

    3.5. Pendalaman kebijakan

    Melalui Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan Pembangunan

    AMPL Daerah, tergambar langkah-langkah operasional

    Kebijakan dikalangan para pemangku kepentingan. Untuk

    mempertajam gambaran yang telah diperoleh perlu adanya

    upaya untuk mendalami Kebijakan, yaitu pemahamanpada tataran operasional sekaligus pada tataran konsep.

    Pendalaman kearah ini perlu dilakukan dengan serangkaian

    kegiatan kajian mendalam agar operasionalisasi Kebijakan

    benar-benar bermakna. Kajian-kajian dimaksud pada intinya

    menyangkut kajian tentang keberlanjutan sarana AMPL

    baik keberhasilan maupun kegagalan, kajian data dari sisi

    ketersediaan, akurasi, dan sistem pengelolaannya. Selain itu,

    kajian juga perlu dilakukan pada ketersediaan dana untukinvestasi yang dibutuhkan guna memenuhi pelayanan AMPL

    yang berkelanjutan dan sumber-sumber pendanaan yang

    bisa diakses untuk membiayai kebutuhan tadi. Tidak kalah

    pentingnya, kajian mengenai Pokja sendiri sebagai lembaga

    yang mendorong beroperasinya Kebijakan. Apakah Pokja

    masih berjalan sesuai dengan peran yang diharapkan,

    apa kegagalan dan keberhasilannya, dan lain sebagainya.

    Semua kajian itu diarahkan pada prinsip-prinsip manaat,

    BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    37/41

    BUKU 2

    30

    eekti, esien, dan akurat. Kajian-kajian ini dapat dilakukan

    melalui orum lokakarya atau pertemuan-pertemuan yang

    bersiat rutin atau insidentil.

    3.6. Penyusunan perencanaan pembangunan AMPLSeperti telah disampaikan di atas bahwa kajian-kajian dalam

    upaya pendalaman Kebijakan yang dilakukan didasari atas

    asas manaat, eekti, esien dan akurat. Terkait dengan itu,

    agar masalah AMPL yang tercermin dalam data cakupan

    pelayanan, tidak berlanjutnya penggunaan sarana, dan

    rencana kebutuhan investasi untuk pemenuhan cakupan

    pelayanan dapat teratasi dengan tepat, dan targetnya terarah

    perlu dilakukan penyusunan Rencana Pembangunan AMPLDaerah. Rumusan Rencana Pembangunan AMPL Daerah ini

    tentu mengacu pada data cakupan pelayanan yang target

    capaiannya dirumuskan dalam jangka pendek, menengah

    dan panjang. Hasil kajian sistem pengelolaan data yang telah

    dilaksanakan sebelumnya dapat menjadi bahan rumusan ini.

    Bahan lain selain dari kajian data ini, hasil kajian keberlan-

    jutan sarana dan kajian investasi dan alternati pendanaan

    juga dapat menjadi bahan perumusan Rencana Pembangu-nan AMPL Daerah. Sebagai pembuka (entry point) untuk

    merumuskan lebih dalam tentang Rencana Pembangun-

    an AMPL Daerah, perlu dilaksanakan Lokakarya Daerah

    Kesepakatan Penyusunan Rencana Pembangunan AMPL Ber-

    basis Masyarakat. Setelah lokakarya ini, kesepakatan yang

    diperoleh pada akhir lokakarya ini perlu disampaikan kepa-

    da atasan untuk memperoleh kesepakatan yang lebih kon-

    krit. Kemudian, melalui pertemuan atau lokakarya disusun

    dokumen Rencana Strategis Pembangunan AMPL-BM.

    Lokakarya ini dapat dilakukan secara berjenjang ditingkat

    provinsi, kabupaten/kota. Penyusunan dokumen Renstra

    dapat dilakukan melalui pertemuan intensi atau lokakarya.

    3.7. Pemantapan rencana kerja daerah

    Beberapa dokumen Renstra daerah telah tersusun, namun

    status dokumen tersebut berbeda-beda antara daerah satu

    kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya. Mungkin

    BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    38/41

    31

    BUKU 2

    ada yang sudah bersiat nal dan dilegalkan, namun ada

    pula yang yang sudah nal tetapi belum mendapatkan

    legalisasi. Bahkan masih ada yang bersiat drat. Untuk

    melihat itu, perlu ada kajian bersama di tingkat provinsi.

    Apa implikasi dari nal legal, nal, dan drat terhadap

    pelaksanaan kebijakan. Mungkin bisa terjadi Renstra yang

    masih bersiat drat, namun dalam operasionalnya sudah

    secara konsisten mengacu pada Renstra yang berorientasi

    pada peran masyarakat. Demikian juga sebaliknya. Untuk

    mengetahui perkembangan operasional Kebijakan, status

    Renstra, dan rencana kedepan sehubungan dengan na-

    lisasi Renstra serta hal lain yang terkait dengan operasi-

    onalisasi kebijakan di daerah perlu dikaji bersama melalui

    Lokakarya Konsolidasi Rencana Kerja Pokja AMPL Provinsi,

    Kabupaten/Kota.

    4. Kegiatan peningkatan kapasitas

    4.1. Lokakarya Operasionalisasi Kebijakan

    Lokakarya ini bertujuan: memberikan pemahaman kepada

    daerah tentang latar belakang penyusunan Kebijakan, kan-dungan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan

    Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, operasionalisasi

    kebijakan di daerah, termasuk proses yang harus dilalui,

    dan sumber daya yang harus disediakan oleh daerah, serta

    mengembangkan rencana tindak operasionalisasi kebijakan

    di daerah. Dengan tujuan tersebut, materi pokok bahasannya

    adalah: (1) Latar belakang, maksud dan tujuan Kebijakan,

    (2) Pokok-pokok Kebijakan dan strategi pelaksanaannya, (3)Pendalaman pokok Kebijakan dan strategi pelaksanaannya,

    (4) Pendalaman alur implementasi Kebijakan di kabupaten/

    kota untuk penajaman Rencana Kerja Daerah sesuai dengan

    kemampuannya masing masing.

    4.2. Lokakarya dan Pelatihan Keterampilan Dasar Fasilitasi

    Lokakarya ini bertujuan: Meningkatkan kompetensi peserta

    dalam memasilitasi proses diseminasi dan operasionalisasi

    Kebijakan, kemampuan peserta menyusun agenda asilitasi

    BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    39/41

    BUKU 2

    32

    agar prinsip-prinsip Kebijakan dapat dipahami oleh berbagai

    pemangku kepentingan; mendapatkan umpan balik untuk

    menemukan teknik-teknik yang eekti dalam proses asilitasi,

    serta penyusunan rencana kerja asilitasi dalam rangka

    diseminasi dan operasionalisasi Kebijakan. Dengan tujuan

    tersebut, materi pokok bahasannya adalah: (1) Kebijakan:

    Diskusi pendalaman langkah langkah asilitasi operasionalisasi

    Kebijakan, (2) Kompetensi Fasilitator: Dasar dasar asilitasi,

    Metoda dan pendekatan partisipatori, Etika asilitator, Teknik

    komunikasi, Media asilitasi, Penjajagan kebutuhan asilitasi,

    Menyusun kerangka acuan asilitasi, Menyusun kurikulum

    asilitasi, (3) Simulasi Fasilitasi di Lapangan: Persiapan simulasi

    asilitasi, Pelaksanaan praktek asilitasi, Acara kreatitas

    kelompok, Refeksi praktek asilitasi.

    4.3. Orientasi MPA-PHAST

    Orientasi ini bertujuan: memperkenalkan MPA-PHAST seba-

    gai piranti assessmentdalam perencanaan, pelaksanaan dan

    monitoring-evaluasi program AMPL berbasis masyarakat;

    memberikan pemahaman kerangka kerja MPA-PHAST dalam

    siklus proses pembangunan AMPL berbasis masyarakat, sertamemperoleh umpan balik untuk menemukan teknik-teknik

    yang eekti dalam penggunaan MPA-PHAST. Dengan tujuan

    tersebut, materi pokok bahasannya adalah: (1) Konsep dan

    metode MPA-PHAST sebagai piranti perencanaan, monitoring,

    evaluasi dan pengambilan keputusan pembangunan AMPL

    yang berkelanjutan, (2) Kerangka kerja MPA-PHAST, (3) Tata

    cara penggunaan piranti MPA-PHAST, (3) Simulasi peng-

    gunaan piranti MPA-PHAST

    4.4. Lokakarya dan Pelatihan Penyusunan Renstra AMPL,

    Lokakarya ini bertujuan: memberikan pemahaman bagian-

    bagian strategis dari Kebijakan sebagai landasan pengem-

    bangan kerangka strategi pembangunan AMPL yang

    berkelanjutan di daerah, tentang arah dan pola pembangunan

    AMPL berdasarkan aturan dan perundangan yang berlaku

    sebagai acuan dalam penyusunan rencana strategis pem-

    BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    40/41

    33

    BUKU 2

    bangunan AMPL, konsep dasar dan arti pentingnya peren-

    canaan strategis untuk mengimplementasikan Kebijakan

    di daerah; membekali pengetahuan dan ketrampilan me-

    nyusun perencanaan strategis sesuai dengan kaidah dan

    tahapannya, serta menyepakati langkah-langkah kunci

    dan kegiatan dalam rangka penyusunan rencana strategis

    pembangunan AMPL di daerah. Dengan tujuan tersebut,

    materi pokok bahasannya adalah: (1) Pengantar Pola

    Pembangunan, (2) Pengantar Rencana Strategis, (3) Kaji

    ulang pelaku AMPL Daerah, (4) Klarikasi Mandat, (5)

    Penyusunan Visi-Misi dan Nilai AMPL Daerah, (6) Analisis

    SWOT AMPL, (6) Perumusan Strategi: Analisa Isu Strategis,

    Perumusan Tujuan Strategis, Kebijakan Strategis, Program

    Strategis dan Kegiatan, (7) Pengenalan Indikator Kinerja.

    4.5. Lokakarya dan Pelatihan CLTS

    Lokalatih ini bertujuan: memberikan pemahaman konsep

    pendekatan CLTS; meningkatkan pengetahuan tentang cara

    eekti dan mampu untuk memasilitasi masyarakat dalam

    melakukan analisis terhadap kondisi sanitasi suatu komu-

    nitas; memberikan pemahaman teknik teknik asilitasi danpemicuan dalam rangka pelaksanaan CLTS di masyarakat,

    serta memasilitasi masyarakat dalam proses perencanaan

    kegiatan pembangunan sarana sanitasi dasar secara

    swadaya. Dengan tujuan tersebut, materi pokok bahasannya

    adalah: (1) Refeksi pengalaman sanitasi sebelumnya, (2)

    Pengenalan CLTS dan pengalaman di negara dan daerah

    lain, (3) Prinsip2 CLTS, Tiga pilar PRA dalam CLTS, Perubahan

    perilaku, Elemen pemicu: Pembuatan Peta, Transek, AlurKontaminasi, Air Terkontaminasi, FGD, Faktor penghambat,

    Apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan, (4)

    Praktek pemicuan di lapangan: persiapan, simulasi di kelas,

    pelaksanaan pemicuan, Kompilasi temuan lapangan dan

    pe-nyusunan laporan, Refeksi temuan praktek lapan,

    Penyusunan RKM, (5) Sanitation ladder

    BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH

  • 7/28/2019 Panduan Memahami Kebijakan Nasional Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Serta Opera

    41/41