panduan pelaksanaan program pemberdayaan...
TRANSCRIPT
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
i
KATA PENGANTAR
Pemberdayaan sosial merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dalam pelaksanaan
program pemberdayaan sosial, terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan dengan mekanisme dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kerangka pencapaian
pelaksanaan program yang lebih baik, efektif, efisien, terukur dan
akuntabel dalam pelaksanaan program pemberdayaan sosial diperlukan
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial melalui
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi petunjuk (guidance) bagi daerah
dalam pelaksanaan program pemberdayaan sosial melalui anggaran
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Selanjutnya diharapkan kegiatan
dapat terlaksana dengan baik, memiliki capaian positif dan berkontribusi
dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial.
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyusun panduan ini. Masukan, saran dan kritik yang
membangun kami harapkan untuk perbaikan ke depan.
Jakarta, Desember 2017
DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL
HARTONO LARAS
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
ii
KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
JL. SALEMBA RAYA 28 JAKARTA PUSAT 10430 TELEPON (021) 3103679 LAMAN: http://www.kemsos.go.id
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL
NOMOR 28 TAHUN 2017
TENTANG
PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN SOSIAL MELALUI DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN
DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan program
pemberdayaan sosial melalui mekanisme dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien, perlu disusun suatu acuan yang diperuntukkan sebagai landasan dan rambu-rambu sesuai dengan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan;
b. bahwa untuk menciptakan kesamaan
persepsi dan pemahaman dalam melaksanakan program pemberdayaan sosial melalui dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, perlu ditetapkan Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, maka perlu
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
iii
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial tentang Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
iv
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,Tambahan Lembaran
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
v
Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45
Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887);
12. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);
13. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun
2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86);
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
vi
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 660);
15. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomo1912);
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan Dan Penelaahan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 985);
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
vii
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL TENTANG PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN SOSIAL MELALUI DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN.
Pasal 1
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan merupakan acuan dan petunjuk sekaligus rambu-rambu bagi dinas sosial provinsi dan kabupaten/kota agar program pemberdayaan sosial yang dilaksanakan melalui mekanisme dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat terlaksana tepat waktu, tepat sasaran, transparan dan akuntabel serta menciptakan kesamaan persepsi dan pemahaman dalam melaksanakan program dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Pasal 2
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN
BAB II PROGRAM PEMBERDAYAAN SOSIAL
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
BAB IV PENUTUP
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
viii
Pasal 3
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial Melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Pasal 4 Sejak Peraturan Direktur Jenderal ini ditetapkan, maka Peraturan Direktur Jenderal Nomor 04 Tahun 2017 tentang Panduan Teknis Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Tahun 2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2018.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 2017
DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL, HARTONO LARAS
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
ix
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................... i
Daftar Isi .................................................................... x
BAB I Pendahuluan A. Gambaran Umum ................................................. 1
B. Dasar Hukum ........................................................ 6
C. Maksud dan Tujuan .............................................. 6
D. Pengertian ............................................................. 7
BAB II Program Pemberdayaan Sosial A. Sasaran Strategis .................................................. 11
B. Kegiatan ................................................................ 14
C. Pelaksanaan Dekonsentrasi ................................... 18
D. Pelaksanaan Tugas Pembantuan ........................... 56
BAB III Pelaksanaan Kegiatan A. Pengelolaan Anggaran ........................................... 61
B. Mekanisme Pencairan ........................................... 67
C. Tata Cara Revisi .................................................... 70
D. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan ................... 71
E. Sanksi ................................................................... 77
BAB IV Penutup
Lampiran-Lampiran
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
Tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan
kehidupan bangsa; serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Berdasarkan hal tersebut, maka
kesejahteraan sosial merupakan bagian penting dari
tujuan negara yang menjadi salah satu tugas pemerintah
untuk mewujudkannya. Penyelenggaraan kesejahteraan
sosial dalam Undang Undang Nomor 11 tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial diartikan sebagai upaya yang
terarah, terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam
bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara yang meliputi rehabilitasi sosial,
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN SOSIAL MELALUI DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
2
jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan
sosial.
Lebih lanjut lagi dalam Undang Undang Nomor 11 tahun
2009 dijelaskan bahwa pemberdayaan sosial dimaksudkan
untuk memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial
agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri;
serta meningkatkan peran serta lembaga dan/atau
perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pemberdayaan
sosial dilakukan melalui peningkatan kemauan dan
kemampuan, penggalian potensi dan sumber daya,
penggalian nilai-nilai dasar, pemberian akses dan
pemberian bantuan usaha.
Pendekatan pemberdayaan berawal dari asumsi bahwa
pembangunan menempatkan manusia sebagai subyek
pembangunan. Konsep pemberdayaan masyarakat
merupakan proses dimana usaha-usaha atau potensi-
potensi yang dimiliki masyarakat diintegrasikan dengan
sumber daya yang dimiliki pemerintah, dalam rangka
memperbaiki kondisi ekonomi, sosial budaya, dan
mengintegrasikan masyarakat di dalam konteks
kehidupan berbangsa, serta memberdayakan agar mampu
memberikan kontribusi secara penuh untuk mencapai
kemajuan pada tingkat lokal dan nasional. Konsep
pemberdayaan memandang bahwa kebijakan dari atas (top
down) diterapkan dengan tetap memperhatikan inisiasi
dari bawah (bottom up).
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
3
Pemberdayaan menurut Soetarso (1994) pada hakekatnya
berkaitan dengan: (1) peningkatan kemampuan, motivasi
dan peran semua unsur masyarakat agar dapat menjadi
sumber yang langsung untuk mendukung semua bentuk
usaha kesejahteraan sosial; dan (2) pemanfaatan sumber
masyarakat yang telah ditingkatkan kemampuan, motivasi
dan perannya. Definisi tersebut menunjukkan bahwa letak
pemberdayaan sosial adalah pada peningkatan
kemampuan baik individu, organisasi maupun masyarakat
sehingga mereka dapat secara langsung menjadi sumber
pelayanan sosial.
Senada dengan hal tersebut, Wallerstein (1992)
mendefinisikan pemberdayaan sebagai proses
kegiatan/aksi sosial yang mendorong partisipasi individu,
kelompok dan masyarakat terhadap tujuan individu dan
komunitas yang mencakup kontrol, efisiensi politik,
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan keadilan
sosial. Merujuk kepada tujuan pemberdayaan sosial
menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 di atas dan
definisi para ahli tersebut menunjukkan bahwa
pemberdayaan sosial ditujukan bukan hanya pada mereka
yang mengalami masalah sosial, tetapi juga untuk
mendorong potensi dan sumber daya yang ada baik
perorangan maupun lembaga agar berperan aktif dalam
mengatasi masalah-masalah sosial.
Sedangkan merujuk pada Permensos Nomor 20 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Sosial, tugas dan fungsi Ditjen Pemberdayaan Sosial lebih
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
4
diarahkan kepada upaya-upaya penguatan kapasitas dan
peningkatan peran sumber daya kesejahteraan sosial atau
Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Demikian
juga dalam kerangka pemberdayaan Komunitas Adat
Terpencil (KAT), kegiatannya dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan Komunitas Adat Terpencil agar
mampu secara mandiri memberdayakan warganya.
Sementara itu, kegiatan penggalian dan pendayagunaan
nilai dasar kesejahteraan sosial dalam bentuk
kepahlawanan, keperintisan, kesetiakawanan dan
restorasi sosial didorong untuk meningkatkan rasa
kecintaan terhadap bangsa, kepedulian dan tanggung
jawab sosial.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,
memberi ruang pada pemerintah pusat mendelegasikan
kewenangan dan tugasnya kepada daerah. Hal tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan kesejahteraan sosial, terpeliharanya
keserasian pembangunan nasional dan lebih lanjut untuk
menjaga keutuhan NKRI. Selanjutnya secara lebih rinci
tata cara pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan di bidang sosial diatur melalui Peraturan
Menteri Sosial Republik Indonesia tentang Pelimpahan
Kewenangan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
kepada Dinas Sosial Provinsi dan Dinas Sosial
Kabupaten/Kota.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
5
Program pemberdayaan sosial yang dilaksanakan melalui
dekonsentrasi terdiri dari kegiatan pemberdayaan sosial
perorangan, keluarga dan kelembagaan masyarakat;
pemberdayaan komunitas adat terpencil; kepahlawanan,
keperintisan, kesetiakawanan dan restorasi sosial; dan
pengelolaan sumber dana bantuan sosial. Sedangkan
untuk Tugas Pembantuan hanya pada kegiatan
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.
Pelaksanaan program pemberdayaan sosial melalui
dekonsentrasi dan tugas pembantuan tahun 2016-2018
terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1: Alokasi Anggaran Per Kewenangan 2016 - 2018
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah
anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tidak
terdapat kenaikan yang signifikan, namun demikian
proporsinya cenderung meningkat dibandingkan dengan
2016 2017 2018
Pusat 293.822.852 263.379.027 229.220.072
Dekon 99.986.926 102.287.296 98.024.596
Tugas Pembantuan 100.285.048 98.920.750 106.578.583
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
6
anggaran pusat. Pada tahun 2017, anggaran
Dekonsentrasi meningkat karena adanya sosialisasi SLRT
di 34 provinsi. Kenaikan anggaran Tugas Pembantuan di
tahun 2018 dikarenakan adanya penyesuaian indeks
pemberdayaan KAT serta penambahan lokasi Tugas
Pembantuan Kabupaten.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
7. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial;
8. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2017 tentang Sumber Daya Manusia
Kesejahteraan Sosial.
C. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tahun
2018 dimaksudkan untuk memberi arah bagi
penanggungjawab, pelaksana program dan pemangku
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
7
kepentingan lainnya dalam melaksanakan program
pemberdayaan sosial di daerah oleh Dinas Sosial
Provinsi dan Kabupaten/Kotasehingga tepat sasaran,
tepat waktu, transparan dan akuntabel.
2. Tujuan
a. Menyediakan acuan dalam pelaksanaan program
pemberdayaan sosial melalui dekonsentrasi dan
tugas pembantuan.
b. Menyamakan pemahaman, arah dan langkah
pelaksanaan program.
c. Menjamin terlaksananya program secara tepat,
efektif,efisien dan akuntabel.
D. Pengertian
1. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut
Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut
Kementerian, adalah lembaga pemerintah pelaksana
kekuasaan pemerintahan yang membidangi urusan
tertentu dalam pemerintahan;
3. Lembaga adalah organisasi non kementerian negara
dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk
untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya;
4. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
8
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
5. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau
walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah;
6. Organisasi Perangkat Daerah, yang selanjutnya
disebut OPD, adalah organisasi/lembaga pada
pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan dekonsentrasi/tugas pemerintahan di
bidang tertentu di daerah provinsi, kabupaten, atau
kota;
7. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari
Pemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah
dan/atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu;
8. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah
kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari
pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban
melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan;
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang
selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan ditetapkan dengan
undang-undang;
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang
selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah;
11. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari
APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil
Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
9
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi,
tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi
vertikal pusat di daerah;
12. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal
dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa
yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran
dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan;
13. Dana Tugas Pembantuan Provinsi adalah dana yang
berasal dari APBD Provinsi yang dilaksanakan oleh
kabupaten, atau kota dan desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah
Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten, atau Kota,
dan/atau Desa;
14. Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota adalah
dana yang berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang
dilaksanakan oleh desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah
Kabupaten, atau Kota kepada Desa. Rencana Kerja
Pemerintah, yang selanjutnya disebut RKP adalah
dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu)
tahun;
15. Rencana Kerja Kementerian/Lembaga, yang
selanjutnya disebut Renja KL adalah dokumen
perencanaan kementerian/lembaga untuk periode 1
(satu) tahun;
16. Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut
RKAKL adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu
kementerian/lembaga yang merupakan penjabaran
dari Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Strategis
Kementerian/lembaga yang bersangkutan dalam satu
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
10
tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya;
17. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, yang
selanjutnya disebut DIPA atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan DIPA adalah suatu dokumen
pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh
menteri/pimpinan lembaga serta disahkan oleh Menteri
Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan
pendanaan kegiatan serta dokumen pendukung
kegiatan akuntansi pemerintah;
18. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu
atau lebih kegiatan yang dilaksanakan instansi
pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan
tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh
instansi pemerintah;
19. Kegiatan adalah bagian dari program yang
dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja
sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada
suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan
pengerahan sumber daya baik yang bersifat personil
(sumber daya manusia), barang modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau ke semua jenis sumber daya tersebut
sebagai masukan untuk menghasilkan keluaran dalam
bentuk barang/jasa;
20. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut BMN,
adalah semua barang yang dibeli atau diperolehatas
beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
11
Gambar 2: Peta Strategi Ditjen Pemberdayaan Sosial
BAB II
PROGRAM PEMBERDAYAAN SOSIAL
A. Sasaran Strategis
Pelaksanaan program pemberdayaan sosial diarahkan
untuk mendukung tujuan Kementerian Sosial, yaitu
meningkatkan taraf kesejahteraan sosial penduduk miskin
dan rentan, dengan sasaran strategis:
a. berkontribusi menurunkan jumlah penduduk miskin
dan rentan
b. sistem penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang
profesional.
Berdasarkan hal tersebut, maka sasaran strategis program
pemberdayaan sosial diarahkan untuk mendukung
pencapaian sasaran strategis Kementerian Sosial, yaitu
sistem penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang
profesional. Selanjutnya sasaran strategisnya dirumuskan
menjadi meningkatnya partisipasi perorangan dan/ atau
lembaga sebagai potensi dan sumber daya sosial.
Selanjutnya untuk mencapai sasaran strategis tersebut,
diperlukan peta jalan yang tergambar dalam peta strategi
berikut.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
12
Selanjutnya, Indikator Kinerja Program Pemberdayaan
Sosial dapat dilihat pada tabel berikut:
Indikator Kinerja Target
1. Meningkatnya Kualitas Hidup Warga Komunitas Adat Terpencil
a. Jumlah pendamping dan warga KAT yang siap dalam pemberdayaan KAT
1.188
b. Jumlah warga KAT yang terpenuhi kebutuhan sosial, budaya, ekonomi dan lingkungannya
2.099
2. Meningkatnya Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial Secara Tepat
a. Nilai pelayanan perizinan UGB dan PUB
Hijau
b. PMKS yang dibantu melalui sumber dana bantuan sosial
50.000
c. Persentase penyelenggaraan UGB dan PUB yang tertib aturan
75%
3. Meningkatnya peran serta PSKS dalam pelayanan kesos
a. Jumlah PSKS Perorangan yang aktif dalam penanganan kesejahteraan sosial
8.659
b. Jumlah PSKS Kelembagaan yang aktif dalam penanganan kesejahteraan sosial
4.545
4. Meningkatnya Penanaman Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial
Persentase peningkatan jumlah pihak yang terlibat dalam pelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial
1%
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
13
Indikator Kinerja Target
5. Tersusunnya Kebijakan dan Mendukung Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
a. Jumlah draft peraturan bidang pemberdayaan sosial
8
6. Meningkatkan Evaluasi dan Pengawasan Kebijakan dan Kinerja
Kesejahteraan Sosial
a. Nilai Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah lingkup Ditjen Pemberdayaan Sosial
B
7. Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) Ditjen Pemberdayaan Sosial yang Kompeten danProfesional
a. Persentase ASN Ditjen Pemberdayaan Sosial yang memiliki kategori nilai SKP “baik”
100%
b. Jumlah ASN Ditjen Pemberdayaan Sosial yang mengikuti diklat struktural dan non struktural
25
8. Tersedianya Informasi Kinerja Ditjen Pemberdayaan Sosial
a. Jumlah sistem informasi yang digunakan di lingkup Ditjen Pemberdayaan Sosial
4
9. Terbangunnya Organisasi dan Manajemen yang Profesional
a. Jumlah SOP yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial
162
10. Meningkatnya Kualitas
Perencanaan, Pelaksanaan Anggaran dan Pelaporan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
14
Indikator Kinerja Target
a. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Ditjen Dayasos
A
b. Persentase penyerapan anggaran Ditjen Dayasos
97%
c. Tingkat kepatuhan SAP di lingkungan Ditjen Dayasos
97%
d. Nilai kinerja anggaran Ditjen
Pemberdayaan Sosial 65%
Tabel 1: Indikator Kinerja Program Pemberdayaan Sosial
B. Kegiatan
Program Pemberdayaan Sosial dilaksanakan melalui 4
kegiatan, yaitu:
1. Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan
Kelembagaan Masyarakat
Kegiatan Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga
dan Kelembagaan Masyarakat dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan kapasitas, kepedulian dan
partisipasi Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
1.1 Target Sasaran
Sasaran pada kegiatan ini mencakup:
a. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
Perorangan, yang meliputi: Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Pekerja
Sosial Masyarakat (PSM) dan Pekerja Sosial.
b. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
Kelembagaan, yang meliputi: Lembaga
Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3),
Lembaga Konsultasi Peduli Keluarga (LKPK),
Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat (WKSBM), Karang Taruna dan
Potensi Dunia Usaha.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
15
c. Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT)
dan Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos).
1.2 Langkah Kegiatan
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan
Kelembagaan Masyarakat yaitu:
a. Pemberdayaan perseorangan dengan sasaran
PSM, TKSK dan Pekerja Sosial yaitu:
1) Persiapan pemberdayaan
2) Pemberian tali asih untuk TKSK
3) Pemberian bantuan operasional
4) Peningkatan kapasitas
5) Pemberian penghargaan
6) Supervisi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan
b. Pemberdayaan Keluarga, melalui LK3 dan
LKPK, yaitu:
1) Persiapan pemberdayaan
2) Pemberian bantuan operasional
3) Peningkatan kapasitas
4) Supervisi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan
c. Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat,
dengan target sasaran Karang Taruna,
WKSBM, LKS dan Dunia Usaha:
1) Persiapan pemberdayaan
2) Pemberian bantuan operasional
3) Peningkatan kapasitas
4) Pemberian penghargaan
5) Supervisi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan
d. Pengembangan SLRT dan Puskesos
1) Persiapan pemberdayaan
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
16
2) Pemberian bantuan operasional
3) Pemberian bantuan sarana kerja
4) Peningkatan kapasitas
5) Supervisi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan
e. Pendayagunaan secara berkelanjutan
2. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil dilaksanakan
dengan tujuan mengembangkan kemandiriannya agar
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
2.1 Target Sasaran
Sasaran kegiatan pemberdayaan Komunitas Adat
Terpencil adalah Komunitas Adat Terpencil, dan
pendamping Komunitas Adat Terpencil.
2.2 Langkah Kegiatan
Kegiatan pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan Pemberdayaan, dilaksanakan melalui:
1) Pemetaan Sosial
2) Penjajagan Awal
3) Studi Kelayakan
4) Semiloka
5) Penyusunan Rencana Program
6) Penyiapan Kondisi Masyarakat
b. Pelaksanaan Pemberdayaan, dilaksanakan
melalui:
1) Diagnosa dan pemberian motivasi
2) Pelatihan keterampilan
3) Pendampingan
4) Pemberian stimulan modal, peralatan usaha
dan tempat usaha
5) Peningkatan akses pemasaran hasil usaha
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
17
6) Supervisi dan advokasi sosial
7) Penguatan keserasian sosial
8) Penataan lingkungan sosial
9) Bimbingan lanjut
c. Rujukan
d. Terminasi
3. Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan
Restorasi Sosial
3.1 Target Sasaran
Sasaran kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan,
Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial adalah
generasi muda, keluarga Pahlawan Nasional/
warakawuri, perintis kemerdekaan dan janda
perintis kemerdekaan.
3.2 Langkah Kegiatan
Kegiatan Kepahlawanan, Keperintisan,
Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Penggalian atau identifikasi
b. Penyebarluasan
c. Pendayagunaan
d. Penghargaan
e. Monitoring dan evaluasi
4. Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial
4.1 Target Sasaran
Sasaran kegiatan Pengelolaan Sumber Dana
Bantuan Sosial adalah penyelenggara Undian
Gratis Berhadiah (UGB) dan Pengumpulan Uang
dan Barang (PUB).
4.2 Langkah Kegiatan
Langkah-langkah kegiatan pengelolaan sumber
dana bantuan sosial adalah:
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
18
a. Pemantauan dan pengawasan penyelenggaraan
UGB dan PUB
b. Penyebarluasan informasi dan publikasi
c. Monitoring dan evaluasi Hibah Dalam Negeri
d. Pelayanan perizinan melalui SIM PSDBS
e. Pemberian rekomendasi kepada penyelenggara
UGB/PUB
f. Pemanfaatan Hadiah Tidak Tertebak (HTT)
C. Pelaksanaan Dekonsentrasi
Kegiatan-kegiatan Pemberdayaan Sosial yang
pelaksanaannya melalui dana Dekonsentrasi, antara lain:
1. Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM)
Kegiatan Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga
dan Kelembagaan Masyarakat dilaksanakan pada 34
Provinsi yang terdiri dari 4 (Empat) Output kegiatan
sebagai berikut:
a. PSKS Perorangan Yang Mendapatkan Pemberdayaan
1) TKSK Yang Ditingkatkan Kapasitas
a) Bimbingan Teknis TKSK
(1) Sasaran
Diutamakan TKSK pengganti/baru atau
yang belum pernah mendapatkan
bimbingan teknis.
(2) Tujuan
• Meningkatnya pemahaman, motivasi,
serta kemampuan TKSK sebagai
tenaga kesejahteraan sosial di
masyarakat;
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
19
• Optimalnya pelaksanaan tugas, fungsi
serta peran TKSK dalam
penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial;
• Terwujudnya sinergi, koordinasi dan
keterpaduan dalam pelaksanaan
tugas, fungsi dan peran TKSK melalui
jejaring kerja dengan pilar-pilar
partisipan lainnya termasuk dengan
pembina fungsional TKSK (Dinas
Sosial Provinsi, Dinas Sosial
Kabupaten/Kota serta Camat masing-
masing wilayah);
• Terjaring dan terjalinnya komunikasi
dan informasi di antara TKSK.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Meningkatnya pemahaman TKSK
tentang tugas dan fungsinya sebagai
tenaga kesejahteraan sosial di
masyarakat.
• TKSK memahami perlunya jejaring
kerja dengan instansi terkait baik di
bidang kesejahteraan sosial maupun
lainnya untuk kepentingan kemajuan
masyarakat di wilayahnya.
• TKSK dapat menyusun rencana
program dan pelaporan
• Menjaring dan menjalin komunikasi,
berkoordinasi dengan PSKS, Pemda
dan lainnya dalam melaksanakan
aktifitas dan penyelenggaraan kesos.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
20
b) Seleksi dan Orientasi Pilar-Pilar Sosial Berprestasi Tingkat Provinsi
(1) Sasaran
Pekerja Sosial Masyarakat, Karang
Taruna, Lembaga Kesejahteraan Sosial/
Organisasi Sosial dan TKSK berprestasi
tingkat Kabupaten/Kota.
(2) Tujuan
• Terselenggaranya seleksi dan orientasi
Pekerja Sosial Masyarakat, Karang
Taruna, Lembaga Kesejahteraan
Sosial/ Organisasi Sosial dan TKSK di
tingkat provinsi sebagai perhatian
pemerintah kepada masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial;
• Terbina dan terjalinnya peningkatan
kerjasama/kemitraan antar pelaku
penyelenggara kesejahteraan sosial;
• Terpilihnya Pekerja Sosial Masyarakat,
Karang Taruna, Lembaga
Kesejahteraan Sosial/ Organisasi
Sosial dan TKSK yang layak
ditampilkan sebagai model dalam
upaya meningkatkan kinerja dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Terpilihnya pilar sosial berprestasi
dari unsur Pekerja Sosial Masyarakat,
Karang Taruna, Lembaga
Kesejahteraan Sosial/ Organisasi
Sosial dan TKSK untuk mengikuti
penilaian dan penghargaan Pilar-Pilar
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
21
Sosial Berprestasi tingkat Nasional
Tahun 2018;
• Peserta mampu membangun
komunikasi dan koordinasi dengan
unsur PSKS lain untuk meningkatkan
pelayanan kesejahteran sosial bagi
warga miskin dan rentan.
c) Penyaluran Tali Asih TKSK
(1) Sasaran
TKSK yang telah ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas Sosial
Provinsi
(2) Tujuan
Memberikan dukungan operasional
terhadap pelaksanan tugas dan fungsi
TKSK dalam penyelengaraan
kesejahteraan sosial di wilayah kerja
kecamatan masing-masing.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Meningkatnya motivasi TKSK dalam
menjalankan tugas dan fungsi serta
aktifitasnya sebagai tenaga
kesejahteraan sosial masyarakat di
wilayahnya.
• Meningkatnya peran TKSK dalam
membangun jejaring kerja dengan
instansi terkait baik di bidang
kesejahteraan sosial maupun lainnya
untuk kepentingan kemajuan
masyarakat di wilayahnya.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
22
d) Tali Asih Koordinator TKSK
(1) Sasaran
Koordinator TKSK yang telah ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan atau surat
tugas dari Kepala Dinas Sosial Provinsi
untuk Koordinator provinsi dan Dinas
Sosial/Instansi Kabupaten/Kota untuk
Koordinator TKSK Kabupaten/ Kota.
(2) Tujuan
Memberikan penguatan dan dukungan
operasional terhadap Koordinator TKSK
dalam menjaring dan menjalin
komunikasi, informasi serta sinergitas
dengan anggotanya maupun dengan
Pemerintah Daerah setempat, dalam
rangka penyelengaraan kesejahteraan
sosial di Provinsi/Kabupaten/Kota
masing-masing. Disamping itu untuk
menghimpun laporan kegiatan dan
aktifitas TKSk di wilayahnya.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Meningkatnya motivasi TKSK dalam
menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai koordinator tenaga
kesejahteraan sosial di masyarakat.
• Meningkatnya peran koordinator TKSK
dalam menjaring dan menjalin
komunikasi dan informasi serta
membangun jejaring kerja dengan
instansi terkait baik di bidang
kesejahteraan sosial maupun lainnya
untuk kepentingan kemajuan
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
23
penyelenggaraan kesos masyarakat di
wilayahnya.
2) PSM Yang Ditingkatkan Kapasitas
a) Bimbingan Teknis PSM
(1) Sasaran
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
(2) Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dasar
tentang PSM yang meliputi pengenalan,
pemahaman, dan pendalaman tentang
informasi dasar yang berkaitan dengan
Pekerja Sosial Masyarakat secara khusus
dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial
pada umumnya.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Setelah dilakukannya Bimbingan Sosial
Dasar PSM, keluaran yang diharapkan
adalah peserta mampu menunjukkan
kemantapan menjadi PSM, berkomitmen
menjadi PSM dan membuat rencana kerja.
b) Pemberdayaan Kinerja IPSM Provinsi
(1) Sasaran
Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat
Provinsi.
(2) Tujuan
Memberikan dukungan operasional bagi
Ikatan Pekerja Sosial (IPSM) Provinsi
sebagai bentuk penguatan kelembagaan
kepada masyarakat dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial di
daerah.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
24
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Tersalurkannya bantuan operasional
IPSM.
• Terfasilitasinya operasional IPSM dalam
rangka penyelenggaraan kesejahteraan
sosial
• Meningkatnya aktifitas IPSM sebagai
wadah jejaring kerja bagi PSM dalam
mengembangkan kapasitas dan
komunikasi sesama PSM di daerah.
c) Sosialisasi SLRT dan Puskesos
(1) Sasaran
Kepala dinas sosial kabupaten/kota,
Bappeda Kabupaten/Kota dan SKPD
Kabupaten/Kota terkait.
(2) Tujuan
Menyamakan persepsi tentang
pelaksanaan Sistem Layanan dan
Rujukan Terpadu (SLRT) antara
Kementerian Sosial RI dengan Pemerintah
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Peserta mengetahui dan memahami
tentang SLRT untuk perlindungan
sosial dan penanggulangan
kemiskinan.
• Peserta memiliki kesediaan dan
komitmen untuk membentuk SLRT di
daerah masing-masing.
• Peserta mengetahui tentang program
perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan baik
pusat maupun daerah.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
25
b. PSKS Lembaga Yang Mendapatkan Pemberdayaan
1) Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Yang Ditingkatkan Kapasitas
a) Pelaksanaan Bimbingan Teknis LK3
(1) Sasaran
• Tim Profesi LK3 Kabupaten Kota dan
BM/Perguruan Tinggi (Pekerja Sosial
Profesional dan atau Psikolog/Sarjana
Psikologi)
• Penyelenggara LK3 (Penanggung
jawab dan Pengelola/ Pengurus)
• Jejaring Kerja LK3 (Dinas tekait,
Rumah Sakit, Kepolisian, LKS,
P2TP2A, Bazis, LSM/LBH dll.
(2) Tujuan
Mendukung peingkatan kinerja LK3 dan
optimalisasi peran dan fungsi LK3
Kab/Kota, LK3 yang dikelola oleh
masyarakat atau perguruan tinggi.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Peserta mampu mengetahui
perkembangan mengenai kebijakan
pemberdayaan keluarga melalui LK3.
• Peserta memahami konsep dan
kompetensi dasar dalam penanganan
masalah psikososial keluarga.
• Petugas LK3 dalam melaksanakan
tugas proses pertolongan didasarkan
proses Pekerjaan Sosial.
• Petugas LK3 mampu memberikan
pertolongan untuk memulihkan
masalah psikososial.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
26
• Petugas LK3 yang mampu menjalin
relasi dengan klien dan jaringan/
stakeholder dengan baik.
• Petugas LK3 yang mampu
melaksanakan peran sebagai manager
kasus, mengambil keputusan,
merujuk kasus sesuai dengan
permasalahan klien.
b) Penyaluran Bantuan Operasional LK3 Kab/Kota
(1) Sasaran
LK3 Kab/Kota, LK3 Berbasis Masyarakat
(BM)/LK3 Perguruan Tinggi.
(2) Tujuan
• Optimalisasi peran dan fungsi LK3
Kab/Kota, LK3 BM/LK3 Perguruan
Tinggi
• Meningkatnya kinerja LK3 Kab/ Kota
dan LK3 Berbasis Masyarakat dan LK3
Perguruan Tinggi dalam penanganan
Masalah Psikososial Keluarga.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Tersedia dokumen tentang LK3 yang
telah menerima bantuan operasional.
• Tersedianya laporan tentang LK3 yang
mengalami peningkatan kinerjanya.
• Tersedianya data penanganan
masalah psikososial keluarga oleh
LK3.
• Tersedianya data LK3 yang telah
mendapatkan anggaran APBD/ APBK.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
27
2) Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Yang Ditingkatkan Kapasitas
a) Pelaksanaan Bimbingan Teknis LKS
(1) Sasaran
Sasaran adalah pengurus LKS,
diutamakan dari LKS/Orsos yang belum
pernah mendapatkan bimbingan
manajemen.
(2) Tujuan
• Meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan pengurus/pengelola LKS
baik manajerial maupun teknis
fungsional pelayanan sosial.
• Meningkatnya profesionalisme kinerja
pengurus LKS dalam pengelolaan
lembaga.
• Terlaksananya program dan kegiatan
LKS secara terencana, terarah dan
berkesinambungan.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Pengurus/petugas LKS/Orsos yang
dapat mengelola organisasi secara
benar.
• Adanya pemahaman yang sama antara
Petugas LKS/Orsos dan Dinas Sosial
dan Kementerian Sosial dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
• Meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan manajemen Pengurus/
pengelola Orsos/LKS dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
28
• Adanya kerjasama diantara
pengurus/petugas pengelola LKS/
Orsos.
b) Pelaksanaan Pemberdayaan LKS
(1) Sasaran
Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial
Provinsi.
(2) Tujuan
Terfasilitasinya dukungan dan penguatan
kelembagaan dalam penyelenggaraan
kesejahteraan bagi LKS/Orsos Koordinatif
(LKKS) di tingkat provinsi.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Terfasilitasinya operasional LKKS di
setiap provinsi
• Meningkatnya kinerja LKKS di setiap
provinsi
3) Karang Taruna Yang Ditingkatkan Kapasitas
a) Pelaksanaan Bimbingan Teknis Karang Taruna
(1) Sasaran
Karang Taruna Desa/Kelurahan,
pengurus Karang Taruna Kecamatan, dan
atau Kabupaten/Kota.
(2) Tujuan
• Meningkatnya pengetahuan
pengelolaan kelembagaan dan
organisasi Karang Taruna.
• Meningkatnya kemampuan Karang
Taruna dalam pengelolaan
penyelenggaraan Usaha Ekonomi
Produktif.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
29
• Meningkatnya kemampuan Karang
Taruna dalam pengelolaan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
• Berkembangnya jaringan kerja Karang
Taruna
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Peserta memahami pengelolaan
kelembagaan Karang Taruna terutama
manajemen organisasi, sebagai dasar
dalam pelaksanaan di lapangan.
• Peserta memahami kegiatan Taruna
selain Usaha Ekonomi Produktif dan
UKS.
• Peserta mengetahui posisinya sebagai
lembaga kemasyarakatan
desa/kelurahan.
• Peserta memahmi stake holder atau
lembaga lainnya sebagai jejaring kerja
Karang Taruna.
b) Pelaksanaan Pemberdayaan Karang Taruna
(1) Sasaran
Pengurus Karang Taruna Provinsi.
(2) Tujuan
Terfasilitasinya sekretariat Karang Taruna
provinsi dalam rangka kemitraan dengan
pemerintah untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan administrasi dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terfasilitasinya operasional kinerja
pengurus Karang Taruna provinsi dalam
rangka mendukung pemberdayaan
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
30
Karang Taruna untuk menyelengg arakan
kesejahteraan sosial.
c) Bulan Bhakti Karang Taruna
(1) Sasaran
Karang Taruna Desa/Kelurahan dan
pengurus Karang Taruna provinsi dan
atau Kabupaten/Kota
(2) Tujuan
• Sarana publikasi dan sosialisasi
keberadaan lembaga Karang Taruna
kepada masyarakat.
• Meningkatnya dukungan dan jaringan
kerja Karang Taruna terhadap
kegiatan pemberdayaan Karang
Taruna dari berbagai unsur
pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
• Menguatnya kelembagaan Karang
Taruna melalui fasilitasi sarana
organisasi Karang Taruna.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Terlaksananya kegiatan Bulan Bhakti
Karang Taruna yang dilaksanakan di
provinsi atau kabupaten/kota.
• Tersalurkanya operasional kegiatan
bagi 10 Karang Taruna.
4) WKSBM Yang Ditingkatkan Kapasitas
Pelaksanaan Bimbingan Teknis WKSBM
(1) Sasaran
Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
31
(2) Tujuan
• Memperkuat WKSBM di Desa/
Kelurahan.
• Mengoptimalisasi penyelenggaraan
kesejahteraan sosial di tingkat akar
rumput
• Meningkatkan kemampuan WKSBM di
dalam penyelenggaraan kesos di
Desa/Kelurahan.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Setelah dilakukannya Bimbingan
Kerjasama dan Penguatan Kelembagaan
WKSBM, keluaran yang diharapkan
adalah peserta mampu menunjukkan
peran kelembagaan WKSBM.
5) Forum Coorporate Social Responsibility (CSR) Kesejahteraan Sosial (Kesos) Yang Ditingkatkan Kapasitas
a) Pelaksanaan Bimbingan Teknis Potensi Dunia Usaha
(1) Sasaran
Dunia usaha/Badan Usaha di Provinsi
atau di Kabupaten/Kota, Forum CSR
Kesos, Dinas Sosial Provinsi.
(2) Tujuan
Terinformasikannya dan terkoordinasi,
program dan kegiatan Peningkatan
Potensi Dunia Usaha antara Pemerintah,
Dunia Usaha/Badan Usaha dan Unsur
Masyarakat melalui Forum CSR Kesos
dalam penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
32
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Meningkatnya kesadaran dan jumlah
Badan Usaha/Dunia usaha yang
terlibat dalam pelaksaan CSR Kessos.
• Tersedianya data tentang pelaksanaan
Tanggung Jawab Sosial Badan Usaha
Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial di tingkat Provinsi, Kab/Kota.
• Tersedianya konsep pelaksanaan CSR
Kesos (Tanggung Jawab Sosial Badan
Usaha/Dunia Usaha Dalam
Penyelenggaraan kesos).
b) Pelaksanaan Pemberdayaan Potensi Dunia Usaha
(1) Sasaran
Forum CSR Kesos provinsi, Badan
Usaha/Dunia Usaha dan Dinas Sosial
Provinsi, Dinas Sosial Kab/Kota
(2) Tujuan
Terinformasikannya dan terkoordinasi,
program dan kegiatan Peningkatan
Potensi Dunia Usaha antara Pemerintah,
Dunia Usaha/Badan Usaha dan Unsur
Masyarakat melalui Forum CSR Kesos
dalam penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Meningkatnya kesadaran dan jumlah
Badan Usaha/Dunia usaha yang
terlibat dalam pelaksaan CSR Kessos.
• Tersedianya data yang lengkap dan
akurat tentang PMKS, Badan Usaha,
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
33
Pelaku Usaha/Badan Usaha/Dunia
Usaha di Provinsi dan Kab/Kota.
• Tersedianya komitmen bersama dalam
pelaksanaan CSR Kesos (Tanggung
Jawab Sosial Badan Usaha/Dunia
Usaha Dalam Penyelenggaraan Kesos)
kepada Forum CSR Kesos.
6) Lembaga Konsultasi Peduli Keluarga (FCU) Yang Ditingkatkan Kapasitas
a) Pelaksanaan Bimbingan Teknis Potensi Lembaga Konsultasi Peduli Keluarga
(1) Sasaran
Pengelola Unit Peduli keluarga (Family
Care Unit) sesuai dengan SK yang berlaku
dan jumlah keluarga pionir yang sudah
terdata, Dinas Sosial Provinsi, Kab/Kota,
LK3, Petugas Kecamatan, Perangkat Desa,
TKSK, PSM, Karang Taruna, serta
kelembagaan lain sebagai anggota Unit
Peduli Keluarga yang berada di Desa/Kel.
(2) Tujuan
• Mengenali konsep dasar sehat dan
konsep dasar kesehatan mental
• Mengenali konsep psikososial dan
kesejahteraan psikososial keluarga
• Mengenali tanda-tanda dampak
psikososial keluarga
• Mampu merujuk ke lembaga layanan
sesuai kebutuhan masyarakat.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Peserta mampu memahami konsep
dan keterampilan dasar mengenai
masalah psikososial keluarga.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
34
• Peserta mampu melakukan rujukan ke
lembaga layanan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
b) Pelaksanaan Pemberdayaan Lembaga Konsultasi Peduli Keluarga
(1) Sasaran
Unit Peduli keluarga (Family Care Unit/
FCU).
(2) Tujuan
Terfasilitasinya kegiatan Unit Peduli
keluarga (Family Care Unit/ FCU) dalam
melaksanakan kegiatan secara terpadu
bersama untuk mengatasi permasalahan
psikososial keluarga yang ada di
Desa/Kelurahan.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Tersalurkannya bantuan operasional
Unit Peduli Keluarga (FCU) dan
terfasilitasinya operasional kegiatan
Unit Peduli keluarga (FCU).
• Tersedianya laporan pelaksanaan
kegiatan Unit Peduli keluarga (Family
Care Unit)
c. Layanan Dukungan Manajemen Eselon 1
1) Administrasi Kegiatan Program PSPKKM
a) Sasaran
Pelaksana Kegiatan Pemberdayaan Sosial
Perorangan Keluarga dan Kelembagaan
Masyarakat
b) Tujuan
• Terselenggaranya kegiatan administrasi
dalam mendukung kelancaran Program
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
35
Pemberdayaan Sosial Perorangan,
Keluarga dan Kelembagaan Masyarakat di
masing-masing provinsi.
• Terfasilitasinya pengelola dan pelaksana
kegiatan program Pemberdayaan Sosial
Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan
Masyarakat di masing-masing provinsi
dalam bentuk honorarium, alat tulis
kantor dan dokumentasi kegiatan selama
12 bulan.
c) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terlaksananya kegiatan Pemberdayaan
Sosial Perorangan, Keluarga Dan
Kelembagaan Masyarakat dengan dukungan
administrasi dengan dukungan adiministrasi
kegiatan tahun 2018.
2) Honor Perbendaharaan Program Pemberdayaan Sosial
a) Sasaran
Administrator Program Pemberdayaan Sosial
di Dinas Sosial provinsi
b) Tujuan
• Terselenggaranya kegiatan administrasi
dalam mendukung kelancaran Program
Pemberdayaan Sosial di masing-masing
provinsi.
• Terfasilitasinya pengelola dan pelaksana
kegiatan program pemberdayaan sosial di
masing-masing Provinsi dalam bentuk
honorarium bagi Kuasa pengguna
Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen
serta Pejabat Penguji Tagihan/
penandatangan SPM, Bendahara
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
36
Pengeluaran dan Petugas SAI selama 12
bulan.
c) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terlaksananya kegiatan Program
Pemberdayaan Sosial dengan baik karena
adanya dukungan administrasi dengan
output laporan menajerial dan laporan
akuntabilitas tahun 2018 dengan penjelasan
tersendiri.
2. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (PKAT)
Kegiatan dan penjelasan secara lebih rinci mengenai
kegiatan Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat
Terpencil melalui Dana Dekonsentrasi sebagai berikut:
Layanan Penyelenggaraan Kegiatan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
a) Tim Pelaksana Persiapan Pemberdayaan
1) Sasaran
• Peneliti dari Perguruan Tinggi (Ketua Tim).
• Dinas Sosial Provinsi (Sekretaris Tim).
• Dinas Kehutanan.
• Dinas Sosial Kabupaten.
• Badan Pertanahan Nasional dan instansi
terkait lainnya yang disesuaikan dengan
permasalahan dan karakteristik lokasi,
kebutuhan daerah dan alokasi anggaran
yang disediakan.
2) Tujuan
• Terwujudnya pemahaman yang sama
diantara para anggota tim terhadap tujuan
yang ingin dicapai pada setiap tahapan
persiapan pemberdayaan KAT yang saling
terkait satu sama lain.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
37
• Tersusunnya pembagian tugas dan tanggung
jawab masing-masing anggota tim pada
setiap kegiatan persiapan pemberdayaan KAT
sesuai dengan kapasitas, kompetensi, serta
tugas dan fungsi kelembagaan Dinas/
Instansi masing-masing.
• Tersusunnya rencana jadwal/waktu
pelaksanaan setiap tahapan kegiatan
persiapan pemberdayaan KAT sehingga
masing-masing anggota tim dapat
mempersiapkan diri.
3) Hasil yang Ingin Dicapai
• Terbentuknya Tim Pelaksana Persiapan
Pemberdayaan KAT melalui Surat
Keputusan.
• Tersedianya Pedoman Teknis untuk
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Tim.
• Tersedianya Rencana Kerja Tim.
b) Penjajagan Awal dan Studi Kelayakan
1) Sasaran
• Petugas dari Kementerian Sosial (Supervisor).
• Peneliti dari Perguruan Tinggi (Ketua Tim).
• Dinas Kehutanan.
• BPN.
• Bappeda Kabupaten.
• Dinas Sosial Provinsi.
• Dinas Sosial Kabupaten.
• Pendamping Kecamatan/Desa.
• Unsur lain sesuai kebutuhan.
2) Tujuan
• Menetapkan prioritas lokasi pemberdayaan
KAT.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
38
• Mengukur sejauh mana ciri-ciri dan
karakteristik KAT.
• Menetapkan kategorisasi KAT atau Non KAT.
• Menghimpun daya dan informasi sosial
budaya, lingkungan dan Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS).
• Menghimpun data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS)/ warga KAT.
• Menghimpun kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhan KAT.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Tersusunnya laporan hasil Penjajagan Awal dan
Studi Kelayakan yang dilengkapi dengan data-
data pendukung sebagai berikut :
• Data by name by address yang tersusun
berdasarkan prioritas Kepala Keluarga (KK)
prioritas yang akan diberdayakan untuk
mengantisipasi tidak terpenuhinya jumlah
KK yang akan diberdayakan di lokasi kajian.
• Rekomendasi program/kegiatan selama
periode waktu proses pemberdayaan KAT,
baik 1, 2, atau 3 tahun pemberdayaan.
• Rencana Anggaran Biaya yang diketahui
Dinas PU.
• Gambar Rencana Pemukiman yang diketahui
Dinas PU.
• Term of Reference (TOR) / Proposal.
• Peta lokasi berdasarkan rekomendasi Dinas
Kehutanan setempat yang menunjukkan
lahan / lokasi bukan daerah terlarang dan /
atau tidak berada dalam posisi sengketa.
• Rekomendasi Bupati setempat.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
39
c) Penyiapan Kondisi Masyarakat
1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
pemberdayaan KAT yang melibatkan unsur-
unsur petugas dari :
• Petugas Dinas Sosial Provinsi.
• Petugas Dinas Sosial Kabupaten.
• Pendamping Kecamatan dan Desa.
• Peserta dari calon lokasi Pemberdayaan KAT
Tahun I, yaitu Tokoh adat / Kepala suku dan
warga KAT serta warga di sekitar lokasi KAT.
2) Tujuan
• Terwujudnya kesiapan calon warga binaan
dan lingkungannya untuk menerima dan
terlibat aktif selama periode waktu
pemberdayaan.
• Tersosialisasinya berbagai jenis kegiatan
yang akan dilaksanakan melalui program/
kegiatan pemberdayaan KAT.
• Terwujudnya iklim yang kondusif bagi
tumbuhnya kesadaran warga KAT dan pihak-
pihak terkait, khususnya di tingkat lokal
untuk berperan aktif dalam proses
pemberdayaan.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Persamaan persepsi dan kesiapan kondisi
warga KAT dan sekitarnya.
• Tersosialisasikannya rencana program/
kegiatan pemberdayaan.
• Tersedianya data dan informasi serta
dokumen-dokumen pendukung lainnya yang
dibutuhkan sebelum proses pemberdayaan
berlangsung.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
40
d) Bimbingan Sosial dan Motivasi Secara Terpadu
1) Sasaran
• Supervisor pusat dari Direktorat
Pemberdayaan KAT.
• Tenaga ahli dari OPD terkait (Dinas Pertanian,
Pariwisata dan lain-lain).
• Petugas provinsi, yaitu dari instansi sosial dan
instansi terkait.
• Petugas terpadu kabupaten dari instansi
sosial dan instansi terkait.
• Pendamping Kecamatan/ Desa.
• Peserta dari setiap lokasi.
2) Tujuan
• Terwujudnya pemahaman warga KAT sebagai
bagian dari dinamika perubahan sistem sosial
kemasyarakatan dan sistem wilayah
administratif.
• Tumbuhnya kesadaran dan tanggung jawab
warga KAT untuk turut berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang
lebih luas.
• Terciptanya iklim yang kondusif warga KAT
untuk membangun interaksi dan interelasi
dengan masyarakat umum pada berbagai
bidang kehidupan.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Berjalannya bimbingan sosial dan motivasi
secara berkala dan terpadu di lokasi
pemberdayaan KAT tahun I, II dan III.
• Terlatihnya warga KAT sesuai dengan potensi-
potensi yang terdapat dilokasi masing-masing.
• Tergalinya potensi dan sumber lokal yang ada
di sekitar lingkungan baik sumberdaya
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
41
tumbuhan, hewan, alam/fisik, maupun
buatan (budidaya) yang dapat dioptimalkan
sebagai sumber mata pencaharian warga KAT.
• Tersusunnya laporan hasil pelaksanaan
kegiatan Bimbingan Sosial dan Motivasi.
e) Pendamping Sosial Kepada Warga Binaan KAT
1) Sasaran
• Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
pemberdayaan KAT.
• Pendamping sesuai dengan jumlah
pendamping yang ada pada pagu anggaran
yang disediakan.
2) Tujuan
• Membantu warga KAT menemukenali
persoalan dan mengembangkan
kemampuannya dalam mengatasi berbagai
persoalan yang dihadapi.
• Memfasilitasi warga KAT untuk memahami
kondisi sosial budaya yang dihadapi warga
KAT dalam rangka memperbaiki kualitas
kehidupan dan penghidupannya.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• KAT mampu menemukenali persoalan dan
mengembangkan kemampuan serta motivasi
dalam mengatasi berbagai persoalan yang
dihadapi.
• Warga KAT mampu memahami kondisi sosial
budaya yang dihadapi KAT dalam rangka
memperbaiki kualitas kehidupan dan
penghidupan.
• Tersedianya laporan hasil kegiatan
pendampingan sosial.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
42
f) Administrasi Kegiatan Dekonsentrasi
1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
pemberdayaan KAT.
2) Tujuan
• Terwujudnya tata kelola administrasi
pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi yang
baik dan dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
• Tersusunnya laporan administrasi
pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Tersusunnya laporan administrasi pelaksanaan
kegiatan dekonsentrasi yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
g) Penyusunan Program Pemberdayaan KAT
1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
pemberdayaan KAT.
2) Tujuan
• Tersusunnya rencana kegiatan
Pemberdayaan KAT tahun 2019 sesuai
dengan dokumen perencanaan, kebijakan
dan prioritas daerah dalam Pemberdayaan
KAT.
• Terwujudnya kesinambungan pelaksanaan
program/kegiatan Pemberdayaan KAT sesuai
dengan aspirasi, kebutuhan, dan harapan
warga lokasi Pemberdayaan KAT.
• Terwujudnya sinkronisasi perencanaan pusat
dan daerah dalam Pemberdayaan KAT sesuai
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
43
dengan target yang tertuang dalam Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2019.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Tersedianya usulan kegiatan dan anggaran.
• Tersedianya Program dan Rencana Kerja
3. Pelestarian Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (KKKRS)
Pelaksanaan kegiatan di daerah lingkup Direktorat
Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan
Restorasi Sosial yang tersebar di 34 Satker Provinsi,
dengan komponen kegiatan antara lain :
a. Orang Atau Pihak Yang Mendapatkan Penghargaan Dan Penanaman Nilai Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan Dan Restorasi Sosial
1) Pengenalan Ziarah Wisata
a) Sasaran
Pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
b) Tujuan
Tersosialisasikannya Nilai Kepahlawanan,
Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi
Sosial dikalangan para pelajar tingkat
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP).
c) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Terlaksananya kegiatan pengenalan
ziarah wisata.
• Tersampaikannya dan tertanamkannya
nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan,
Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial
kepada seluruh peserta.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
44
2) Bimbingan Nilai-Nilai Kepahlawanan
a) Memperkuat Restorasi Sosial Melalui Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
(1) Sasaran
Pilar Sosial, tokoh masyarakat, tokoh
pemuda, tokoh agama, tokoh
pendidikan, pelajar/mahasiswa, LSM,
Orsos, aktivis, dunia usaha, dll.
(2) Tujuan
Tertanamnya Nilai Kepahlawanan,
Keperintisan, Kesetiakawanan dan
Restorasi Sosial kepada masyarakat
khususnya generasi muda dan pilar
sosial.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Terlaksananya kegiatan Memperkuat
Restorasi Sosial Melalui Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial.
• Tersampaikannya dan tertanamnya
Nilai-nilai Kepahlawanan,
Keperintisan, Kesetiakawanan dan
Restorasi Sosial kepada seluruh
peserta.
b) Olimpiade Pahlawan Indonesia
(1) Sasaran
Pelajar Sekolah Menengah Atas
(2) Tujuan
Melaksanakan kegiatan penanaman dan
pelestarian nilai Kepahlawanan,
Keperintisan, Kesetiakawanan dan
Restorasi Sosial melalui kegiatan cerdas
cermat, debat dan story telling.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
45
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terciptanya pemahaman dan
penanaman nilai kepahlawanan,
keperintisan dan kesetiakawanan sosial
kepada generasi muda khususnya
pelajar tingkat SMA.
3) Bulan Bhakti Kesetiakawanan Sosial
a) Sasaran
Organisasi Sosial (Orsos), Corporate Sosial
Responsibility (CSR), Karang Taruna, Tenaga
Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK),
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Satuan
Tugas Kesetiakawanan Sosial (Satgas KS) dan
Masyarakat pada umumnya.
b) Tujuan
Terlaksananya serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terarah, terencana, dan
berkelanjutan dari oleh dan untuk
masyarakat guna memperkokoh dan
mengembangkan Kesetiakawanan Sosial
melalui “Sehari Berbagi Satu Orang Satu/One
Day One Care”. Guna membangun ingatan
kolektif kepada masyarakat dalam memutus
masalah sosial.
c) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Terlaksananya kegiatan melalui
penjangkauan seluruh masalah
kesejahteraan sosial.
• Adanya kerjasama antara masyarakat dan
pelaku sosial dalam memutus masalah
sosial.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
46
4) Asistensi Pelestarian Nilai Kepahlawanan dan Keperintisan
a) Monitoring Bantuan Sosial, Identifikasi PK/JDPK dan TMPN/MPN
(1) Sasaran
Data sasaran/calon penerima bantuan
sosial Kesetiakawanan Sosial Nasional di
daerah, Warakawuri/ keluarga Pahlawan
Nasional dan Perintis Kemerdekaan (PK)
/Janda Perintis Kemerdekaan (JDPK) di
seluruh wilayah Provinsi, TMPN Provinsi,
TMPN Kab/ Kota dan MPN.
(2) Tujuan
Tersedianya data dan informasi tentang
sasaran kegiatan pelestarian nilai
Kepahlawanan, Keperintisan,
Kesetiakawanan Sosial.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Tersedianya data dan informasi
tentang permasalahan, kendala dan
kinerja penyaluran bansos untuk
PK/JDPK, TMPN dan MPN.
• Tersedianya laporan perkembangan
kegiatan pelaksanaan kegiatan
KKKRS per triwulan.
b) Laporan Administrasi
(1) Sasaran
Tim pelaksana kegiatan anggaran
dekonsentrasi.
(2) Tujuan
Terpenuhinya kebutuhan administrasi
sebagai pendukung kegiatan
dekonsentrasi.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
47
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Terdokumentasikannya pertanggung
jawaban Kegiatan (SPJ)
• Tersedianya naskah laporan kegiatan
b. TMPN/TMP/MPN Yang Direhab dan Dipelihara
Pelestarian Bangunan Bersejarah 1) Sasaran
Petugas pengelola TMPN Provinsi/ Kab/Kota
dan MPN, TMPN provinsi, TMPN
kabupaten/kota yang di dalamnya terdapat
MPN, MPN di luar TMPN.
2) Tujuan
Meningkatkan peran dan fungsi TPMN, MPN
sebagai wahana pelestarian Nilai-nilai
Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan
dan Restorasi Sosial.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terjaganya kebersihan, kerapihan, keamanan
TMPN dan MPN.
4. Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial (PSDBS)
a. Pemantauan dan Pengawasan Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah (UGB) dan Pengumpulan Undian Berhadiah (PUB)
1) Laporan Penyelenggaraan Pemantauan dan Penyidikan
a) Pemantauan dan Pengawasan Penyelenggaraan UGB/PUB
(1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
PSDBS.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
48
(2) Tujuan
• Terlaksananya penyelenggaraan UGB
dan PUB yang tertib dan dapat
dipertanggungjawabkan.
• Terlaksananya pembinaan dan
penindakan terhadap para
penyelenggara UGB dan PUB yang
tidak sesuai dengan ketentuan dan
peraturan.
• Terdeteksinya jumlah pemenang dan
ketepatan penyerahan hadiah UGB
kepada pemenang.
• Terpantaunya penyerahan bantuan
hasil PUB.
• Terinventarisasinya laporan
penyelenggaraan UGB dan PUB.
• Teridentifikasinya barang HTT/
HTDP.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terciptanya ketertiban dalam
penyelenggaraan UGB dan PUB sesuai
dengan ketentuan yang berlaku umum.
b) Administrasi Kegiatan
(1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
PSDBS.
(2) Tujuan
• Terwujudnya tata kelola administrasi
pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
49
• Tersusunnya laporan administrasi
pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Tersusunnya laporan administrasi
pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan.
c) Pelaksanaan Patroli UGB dan PUB
(1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
PSDBS.
(2) Tujuan
Meningkatnya pelaksanaan pemantauan
dan pengawasan secara aktif terhadap
penyelenggaraan UGB dan PUB yang
dilakukan terintegrasi bersamapihak-pihak
terkait.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terjalinnya koordinasi dalam pelaksanaan
pemantauan dan pengawasan
penyelenggaraan UGB dan PUB ditingkat
Provinsi.
d) Penggandaan Kertas Segel
(1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
PSDBS.
(2) Tujuan
• Terlaksananya penyelenggaraan UGB
dan PUB yang tertib dan dapat
dipertanggungjawabkan.
• Terlaksananya pembinaan dan
penindakan terhadap penyelenggara
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
50
UGB dan PUB yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Adanya kesesuaian antara hadiah yang
telah disediakan oleh penyelenggara
serta menjaga kevaliditas data peserta
yang ikut undia serta mengecek batas
waktu data peserta yang masuk sesuai
dengan jangka waktu periode
pelaksanaan.
e) Tim Pelayanan Aplikasi Perizinan secara Online
(1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
PSDBS.
(2) Tujuan
• Berkas pengajuan permohonan ijin
sesuai dengan mekanisme dan
ketentuan.
• Penerbitan surat ijin UGB dan PUB
dapat dilaksanakan secara cepat dan
tepat waktu.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terlaksananya mekanisme pelayanan ijin
secara online dan manual dengan berkas
permohonan yang telah terseleksi dan
terverifikasi.
f) Sosialisasi Program PSDBS (1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
PSDBS dan Kalangan Dunia Usaha.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
51
(2) Tujuan
• Meningkatnya peran serta dan
partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan
kesejahteraan sosial.
• Terlaksananya penyelenggaraan UGB
dan PUB yang dilakasanakan
masyarakat sesuai dengan ketentuan
dan perundang-undangan.
• Meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap peraturan dan ketentuan
yang berlaku.
• Meningkatnya kewaspadaan
masyarakat terhadap tindak penipuan
oknum yang tidak bertanggungjawab.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Tersampaikannya informasi kepada
masyarakat tentang program
pengelolaan sumber dana bantuan
sosial.
g) Sosialisasi UGB dan PUB Melalui Media Cetak
(1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
PSDBS.
(2) Tujuan
• Meningkatnya tanggung jawab
penyelenggara UGB dan PUB terhadap
ketataan peraturan dan hukum yang
berlaku.
• Meningkatnya tingkat kewaspadaan
masyarakat terhadap modus
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
52
penipuan oknum berkedok UGB dan
PUB.
• Tersebarluasnya informasi tindak
penipuan oknum berkedok UGB dan
PUB kepada masyarakat melalui
Media Cetak Lokal.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terpublikasikannya informasi tentang
dampak penipuan yang berkedok UGB
dan PUB melalui media cetak lokal serta
memperluas jangkauan infomasi kepada
masyarakat secara luas.
h) Sosialisasi UGB dan PUB Melalui Talkshow
(1) Sasaran
Dinas sosial provinsi yang membidangi
PSDBS.
(2) Tujuan
• Meningkatnya tanggung jawab
penyelenggara UGB dan PUB terhadap
ketataan peraturan dan hukum yang
berlaku.
• Meningkatnya kewaspadaan
masyarakat terhadap modus
penipuan oknum berkedok UGB dan
PUB.
• Tersebarluasnya informasi tindak
penipuan oknum berkedok UGB dan
PUB kepada masyarakat melalui
Media Elektronik (Radio dan Televisi
Lokal).
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terpublikasikannya informasi tentang
dampak penipuan yang berkedok UGB
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
53
dan PUB melalui radio dan televisi lokal
serta memperluas jangkauan infomasi
kepada masyarakat secara luas.
i) Sosialisasi UGB dan PUB Melalui Media Elektronik Megatron (Running Text)
(1) Sasaran
Masyarakat umum.
(2) Tujuan
• Meningkatnya tingkat kewaspadaan
masyarakat terhadap tindak penipuan
berkedok UGB dan PUB.
• Tersedianya informasi tentang
penyelenggaraan UGB atau PUB yang
secara langsung dapat terakses di
tempat umum dan ruang publik
secara terbuka.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Meminimalisir dampak negatif dan
korban tindak penipuan berkedok
penyelenggaraan UGB dan PUB.
j) Tim Pengkajian dan Verifikasi Permohonan Hibah
(1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
PSDBS.
(2) Tujuan
• Mengetahui secara riil pelaksanaan
kegiatan pemanfaatan bantuan hibah
langsung dalam negeri bentuk uang
dan barang.
• Menghindari terjadinya penyalah
gunaan bantuan yang tidak sesuai
peruntukannya.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
54
• Teridentifikasinya masalah yang
muncul dan menjadi bahan
pertimbangan lebih lanjut.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terwujudnya penyaluran bantuan hibah
langsung dalam negeri dalam bentuk
uang atau barang yang dilaksanakan
sesuai dengan peraturan dan ketentuan.
k) Koordinasi Lintas Sektor
(1) Sasaran
Instansi terkait (Korwas PPNS, Trantib
dan penyelenggara UGB dan PUB.
(2) Tujuan
• Meningkatkan dan membangun koordinasi; dan
• Terwujudnya sinergitas pelaksanaan pemantauan dan pengawasan UGB dan PUB.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Kegiatan diharapkan dapat mencapai
target sesuai dengan maksud dan tujuan
yang ditetapkan dan menghasilkan suatu
kesepakatan bersama yang
ditandatangani pihak terkait dalam
rangka penguatan koordinasi antar lintas
sektor didalam pelaksanaan pemantauan
dan pengawasan UGB/PUB.
l) Monitoring dan Evaluasi Bantuan
(1) Sasaran
Penerima bantuan sosial yang bersumber
dari hibah bentuk uang atau barang.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
55
(2) Tujuan
• Mengetahui secara riil pelaksanaan kegiatan pemanfaatan bantuan hibah langsung dalam negeri bentuk uang atau barang.
• Meminimalisir terjadinya penyalah gunaan dana bantuan yang tidak sesuai peruntukannya.
• Teridentifikasinya masalah dan kendala yang dihadapi penerima bantuan dalam pemnafaatan bantuan hibah dalam bentuk uang atau barang sebagai bahan evaluasi dimasa yang akan datang.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Terlaksananya pemanfaatan/ penyaluran
bantuan hibah langsung dalam negeri
dalam bentuk uang atau barang yang
digunakan oleh penerima bantuan sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku.
m) Bimtek Pelayanan Perizinan UGB/PUB Sistem Online
(1) Sasaran
Petugas operator sistem perizinan secara
online pada dinas sosial provinsi, petugas
Pelayanan Perizinan Terpadu (P2T) dan
petugas dari penyelenggara UGB/PUB.
(2) Tujuan
Agar petugas online di daerah baik di dinas sosial provinsi, P2T dan penyelenggara UGB/PUB dapat memahami, mau dan mampu melaksanakan pelayanan perizinan UGB/PUB secara online yang terintegrasi
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
56
sesuai tuntutan percepatan proses pelayanan perizinan kepada masyarakat.
(3) Hasil Yang Ingin Dicapai
Menyamakan persepsi antara petugas
pusat dan daerah dalam rangka penataan
dan operasionalisasi secara terintegrasi
pelayanan perizinan online kepada
petugas operator pelayanan perizinan
pada dinas sosial provinsi, P2T dan
penyelenggara UGB dan PUB.
D. Pelaksanaan Tugas Pembantuan
Pemberdayaan KAT dilakukan selain melalui mekanisme
Dekonsentrasi dilaksanakan juga dengan mekanisme
Tugas Pembantuan, yaitu:
1. Warga KAT Yang Memperoleh Bantuan Pemukiman Sosial KAT
a) Pemberian Bantuan Stimulan Peningkatan Kualitas Hunian
1) Sasaran
Warga KAT Kategori III dan Tahun
Pemberdayaan I (Pertama).
2) Tujuan
• Terwujudnya rasa memiliki dan tanggung
jawab tiap KK warga KAT untuk menyediakan
kebutuhan tempat tinggal yang lebih baik.
• Terwujudnya kebersamaan dan tanggung
jawab sosial diantara sesama warga KAT
untuk saling membantu dalam membenahi
kondisi rumah masing-masing.
• Terwujudnya suasana yang kondusif bagi
peningkatan kualitas kehidupan warga KAT
yang lebih baik, aman, dan sehat.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
57
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Terselenggaranya proses lelang yang
transparan dan akuntabel.
• Terselenggaranya pemberian bantuan secara
tertib dan lancar.
• Tersedianya laporan pertanggung jawaban
yang akuntabel.
b) Pemberian Bantuan Stimulan Pemukiman Sosial
1) Sasaran
Warga KAT Kategori I dan II untuk Tahun
Pemberdayaan I (Pertama).
2) Tujuan
• Terwujudnya suasana yang kondusif bagi
peningkatan kualitas kehidupan warga KAT
yang lebih baik, aman dan sehat.
• Terciptanya iklim / suasana yang kondusif
bagi warga KAT untuk lebih mudah
berinteraksi dengan masyarakat di luar
lingkungannya.
• Terwujudnya pengembangan pemukiman
dasar warga KAT yang secara bertahap dapat
menjangkau aksesibilitas pelayanan sosial
dasar sehingga secara bertahap pula terlepas
dari keterpencilan.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Terselenggaranya proses lelang yang
transparan dan akuntabel
• Terselenggaranya pemberian bantuan secara
tertib dan lancar
• Tersedianya laporan pertanggung jawaban
yang akuntabel.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
58
c) Warga KAT Yang Mendapat Bantuan Jaminan Hidup
1) Sasaran
Warga KAT Tahun Pemberdayaan I, II dan III.
2) Tujuan
• Tersedianya kebutuhan pangan warga KAT
yang berkesinambungan selama proses
pemberdayaan sehingga kondisi dan
ketahanan fisik dapat terjaga untuk
beraktifitas sehari-hari.
• Terwujudnya rasa aman bagi KK untuk
mencukupi kebutuhan pangan anggota
keluarganya sehingga mereka terlibat aktif
selama proses pemberdayaan berlangsung.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Tersalurkannya bantuan jaminan hidup
warga KAT secara berkesinambungan pada
lokasi-lokasi pemberdayaan selama proses
pemberdayaan berlangsung.
• Terjaminnya kesinambungan proses
pemberdayaan KAT di lokasi pemukiman.
d) Warga KAT Yang Mendapat Bantuan Peralatan
Kerja, Peralatan Rumah Tangga, Bibit Tanaman Keras, dan Sertifikasi Lahan
1) Sasaran
Warga KAT Tahun Pemberdayaan I
2) Tujuan
• Terwujudnya pemahaman warga KAT untuk
tumbuh dan berkembang secara mandiri
melalui pengembangan potensi dirinya
sendiri.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
59
• Meningkatkan motivasi dan kemauan warga
KAT untuk memperoleh kehidupan yang lebih
baik di lokasi pemukiman.
• Terciptanya rasa aman warga KAT untuk
melakukan aktifitas sehari-hari, terutama
aktifitas rumah tangga dan produksi mata
pencaharian.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Tersalurkannya bantuan sarana dan
prasarana yang menunjang aktifitas dan
produktivitas warga KAT.
• Terjaminnya kesinambungan proses
pemberdayaan KAT di lokasi pemukiman.
2. Warga KAT Yang Memperoleh Bantuan Pemukiman
Sosial KAT
a) Monitoring Program dan Kegiatan PKAT
1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
pemberdayaan KAT.
2) Tujuan
• Diketahuinya tingkat kemajuan dalam
pelaksanaan program/kegiatan
pemberdayaan KAT.
• Terdeteksi sedini mungkin adanya
penyimpangan, hambatan, kendala untuk
pencegahan dan perbaikan.
• Mengetahui ketepatan atau kesesuaian antara
rencana awal dengan pelaksanaan di
lapangan.
3) Hasil Yang Ingin Dicapai
• Tersedianya data dan informasi tentang
permasalahan, kendala dan kinerja
pemberdayaan KAT.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
60
• Tersedianya laporan perkembangan kegiatan
pelaksanaan Tugas Pembantuan per triwulan.
b) Administrasi Kegiatan Tugas Pembantuan
1) Sasaran
Dinas Sosial Provinsi yang membidangi
pemberdayaan KAT.
2) Tujuan
• Terwujudnya tertib administrasi kegiatan
• Terwujudnya tertib operasional
• Tercapainya indikator kinerja kegiatan
3) Hasil Yang Dicapai
• Terdokumentasikannya pertanggungjawaban
kegiatan (SPJ).
• Tersedianya naskah laporan kegiatan.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
61
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Pengelolaan Anggaran
1. Pengelola Anggaran
Pengguna dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan
yang dilaksanakan di daerah untuk kegiatan
pembangunan kesejahteraan sosial terutama lingkup
bidang pemberdayaan sosial harus mengacu pada
kaidah-kaidah pengguna keuangan Negara yaitu
sebagai berikut:
1) Dikelola secara tertib, efisien, efektif, transparan,
taat pada peraturan perundang-undangan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
2) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas beban dana
dekonsentrasi maupun tugas pembantuan jika
biaya pengeluaran tersebut tidak dialokasikan.
3) Kegiatan pengadaan barang/jasa dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4) Setiap pengguna keuangan dilarang melakukan
kegiatan pengadaan barang/jasa baik secara
langsung maupun tidak langsung yang akan
berdampak pada kerugian Negara.
5) Semua penerimaan dan pengeluaran keuangan
baik dana Dekonsentrasi maupun Tugas
Pembantuan harus dilakukan melalui Rekening
Kas Umum Negara.
6) Administrasi keuangan dan rekening bendahara
satuan kerja pengguna dana dekonsentrasi dan
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
62
tugas pembantuan dilakukan secara terpisah, serta
untuk pembukaan dan penggunaannya harus
mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan RI.
7) Pelaksana dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan harus melaksanakan sistem
akuntansi dan pelaporan sesuai aturan hukum
yang berlaku.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
dalam Pelaksanaan APBN, dijelaskan dalam pasal (4)
bahwa, Menteri Keuangan/Pimpinan Lembaga/ Satuan
Kerja menetapkan para pejabat perbendaharaan yang
ditunjuk sebagai :
1) Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Barang;
2) Pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan
perintah membayar (PPSPM);
3) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
4) Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran belanja.
Penetapan para pejabat perbendaharaan sebagaimana
tersebut di atas dilakukan dengan ketentuan:
1) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
a) Tidak boleh merangkap sebagai Bendahara
Penerimaan atau Bendahara Pengeluaran;
b) Tidak boleh merangkap sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) yang sekaligus menerangkan
pula sebagai PPSPM.
c) Boleh merangkap sebagai PPK dan/atau sebagai
PPSPM (hanya merangkap salah satu jabatan).
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
63
2) Pejabat Penguji Tagihan Penerbit SPM (PPSPM)
a) Tidak boleh dirangkap oleh PPK
b) Tidak boleh dirangkap oleh Bendahara
(Penerima atau Pengeluaran)
c) Boleh dirangkap oleh KPA.
3) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
a) Tidak boleh dirangkap oleh PPSPM
b) Tidak boleh dirangkap oleh Bendahara
(Penerima atau Pengeluaran)
c) Boleh dirangkap oleh KPA.
2. Tugas dan Tanggung Jawab
Sebagai penyelenggara perbendaharaan keuangan di
daerah baik yang bersumber dari dana Dekonsentrasi
maupun Tugas Pembantuan tentu saja penggunaannya
harus dikontrol, dikelola dan dilaporkan oleh masing-
masing pejabat pengelola keuangan tersebut sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai bentuk
pertanggunjawaban sesuai ketentuan perundangan
yang berlaku. Sejalan dengan tugas dan tanggung
jawab tersebut, maka para penyelenggara anggaran
memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Kuasa Pengguna Anggaran
a. Menguji kebenaran material surat-surat bukti
mengenai hak pihak penagih;
b. Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi
persyaratan/ kelengkapan sehubungan dengan
ikatan/perjanjian pengadaan barang / jasa;
c. Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
d. Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata
anggaran pengeluaran yang bersangkutan; dan
e. Memerintahkan pembayaran atas beban APBN.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
64
2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
a. Melaksanakan tugas dan/atau kegiatan sesuai
dengan batas yang diberikan oleh Kuasa
Pengguna Anggaran.
b. Menandatangani surat tugas/surat perjanjian/
surat perintah kerja/surat-surat lainnya yang
dapat mengakibatkan pengeluaran belanja
negara.
c. Menandatangani Berita Acara yang berkaitan
dengan pekerjaan/pengadaan barang atau jasa
pemerintah.
d. Menyusun paket-paket pengadaan berkaitan
dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah.
e. Menandatangani surat-surat lainnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan anggaran belanja
negara.
f. Melakukan pengujian terhadap kesesuaian
surat-surat bukti yang akan disahkan;
g. Melakukan pemantauan dan penilaian
pelaksanaan atas tindakan yang menyebabkan
tagihan kepada Negara.
3) Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM
a. Menguji kebenaran material surat-surat bukti
mengenai hak pihak penagih;
b. Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi
kelengkapan persyaratan pengeluaran keuangan
termasuk dokumen pengadaan barang/jasa;
c. Meneliti ketersediaan dana dan kesesuaian
penggunaannya;
d. Membebankan pengeluaran sesuai dengan
akun/mata anggaran yang tertuang dalam RKA-
KL;
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
65
e. Memerintahkan pembayaran atas pengeluaran
yang dibebankan pada dana dekonsentrasi
maupun tugas pembantuan.
4) Bendahara Pengeluaran
a. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang
diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran (PA/KPA).
b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang
tercantum dalam perintah membayar.
c. Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
d. Menerima, menyimpan membayarkan/
menyerahkan, mengadministrasikan dan
mempertanggung jawabkan setiap pengeluaran
keuangan serta menyetorkan jasa giro yang
bersumber dari dana Dekonsentrasi maupun
Tugas Pembantuan;
e. Memungut pajak terhadap pengeluaran atau
pembiayaan yang menurut undang-undang
dikenakan pajak untuk segera disetorkan ke kas
Negara; dan
f. Menolak pencairan dana apabila perintah
pembayaran yang diterbitkan oleh Kuasa
Pengguna Anggaran atau PPK tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
5) Petugas Akuntansi (Aplikator)
a. Memelihara DS dan dokumen akuntansi;
b. Membukukan/menginput DS ke dalam aplikasi
sistem akuntansi keuangan;
c. Menerima data BMN dari petugas akuntansi
barang;
d. Melakukan verifikasi atas register transaksi yang
dihasilkan aplikasi sistem akuntansi keuangan
dengan DS;
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
66
e. Melaksanakan rekonsiliasi internal antara
laporan keuangan dengan laporan barang serta
melakukan koreksi apabila ditemukan
kesalahan;
f. Melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setiap
bulannya;
g. Menyiapkan konsep pertanyaan tanggung jawab;
h. Melakukan analisis untuk membuat Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK);
i. Menyusun laporan keuangan dana
dekonsentrasi maupun tugas pembantuan;
j. Menyimpan arsip data dan melakukan proses
tutup buku setiap akhir tahun anggaran.
3. Penggunaan dan Pemanfaatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
dalam Pelaksanaan APBN, Menteri/Pimpinan Lembaga
dalam melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara di lingkungan
kantor/satuan kerja, mengangkat para pejabat
perbendaharaan untuk melaksanakan kegiatan
dimaksud, yang antara lain adalah Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) sebagai penerima pendelegasian
kewenangan pengguna anggaran pada kantor/satuan
kerja; pejabat yang melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran belanja negara, yang
selanjutnya menurut Peraturan Direktur Jenderal
Anggaran PER-66/PB/2005, disebut Penanggungjawab
Kegiatan/ Pembuat Komitmen yang kemudian dikenal
dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Sedangkan
pejabat yang melakukan pengujian dan perintah
pembayaran, yang selanjutnya disebut dengan PPSPM,
diberi kewenangan untuk melakukan penelitian dan
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
67
pengujian atas setiap tindakan Pejabat Pembuat
Komitmen, agar setiap pengeluaran belanja negara
sesuai dengan anggaran rencana yang ditetapkan
dalam dokumen anggaran, berupaya agar setiap
pembebanan anggaran tidak menyebabkan
pemborosan dan penyimpangan anggaran, serta tidak
mengakibatkan penyelewengan dan penyahgunaan
wewenang yang dapat mengabikatkan pemborosan
anggaran dan kerugian negara.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran dalam Pelaksanaan
APBN, merupakan petunjuk pelaksanaan yang harus
dipedomani oleh para pihak yang terkait dalam
pelaksanaan anggaran. Sementara itu, untuk
memudahkan pelaksanaan, secara teknis ditegaskan
lagi dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor
PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Pembayaran Atas Beban APBN.
B. Mekanisme Pencairan
Mekanisme pencairan anggaran dana dekonsentrasi dan
tugas pembantuan dapat dilakukan melalui beberapa
tahapan sebagai berikut:
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melaksanakan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang telah
ditetapkan dan dituangkan dalam RKA-KL selama satu
tahun untuk mengetahui rencana penyerapan
anggaran yang diakibatkan untuk membayar
pengeluaran/tagihan kegiatan yang dilaksanakan.
2. Pimpinan Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) membuat surat keputusan dan/atau
mengambil tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran atau tagihan atas beban dana
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
68
dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang berkaitan
dengan pelaksanaan DIPA, substansi tugas pokok dan
fungsi, serta pengadaan barang/jasa.
3. Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM melakukan
uji kebenaran SPP yang telah diajukan oleh PPK,
mengisi check list kelengkapan berkas SPP, mencatat
dalam buku pengawasan penerimaan SPP dan
menandatangani tanda terimanya, memeriksa secara
rinci dokumen pendukung SPP, dan menandatangani
SPM.
4. Bendahara pengeluaran membuat dan menghimpun
SPP dan SPM yang telah ditandatangani untuk
disetorkan ke KPPN untuk segera diterbitkan SP2D
sesuai permintaan.
Pelaksanaan pembayaran dilakukan melalui mekanisme
penerbitan SPM, sebagai berikut:
1. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM–
UP) dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Bendahara mengajukan pembukaan rekening atas
nama satker yang bersangkutan dan mencermati
DIPA yang telah diterimanya dari KPA;
b. Pejabat Pembuat Komitmen membuat dokumen
yang diperlukan untuk kegiatan yang akan
dilaksanakan selanjutnya diserahkan kepada
Penguji Tagihan melalui bendahara;
c. Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM
melakukan pengujian terhadap keabsahan SPP dan
menerbitkan SPM untuk ditandatangani oleh
pejabat yang diberikan wewenang;
d. Bendahara menyetorkan SPM kepada KPPN untuk
diterbitkan SP2D;
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
69
e. Bendahara mencairkan anggaran sesuai SP2D yang
diterbitkan ke Bank persepsi dimana bendahara
membuka rekening satker.
2. Surat Perintah Membayar Pengganti Uang
Persediaan (SPM–GU) mekanismenya sebagai berikut:
a. Pejabat Pembuat Komitmen atas nama Kepala
Dinas/Instansi Sosial selaku Kuasa Pengguna
Anggaran di satuan kerjanya membuat dan
mengajukan SPM-GU yang telah dilengkapi
persyaratan diserahkan kepada bendahara;
b. Bendahara setelah meneliti kelengkapan berkasnya
menyampaikan dokumen dimaksud kepada Penguji
Tagihan dan Penandatangan SPM untuk
diterbitkan SPM-GU;
c. Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM
menerbitkan SPM-GU untuk disetorkan ke KPPN
pembayar untuk diterbitkan SP2D;
d. Bendahara mencairkan dana sesuai yang tertulis
dalam SP2D di Bank tempat membuka rekening.
3. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang
Persediaan (SPM-TUP) mekanismenya sebagai
berikut:
a. Bendahara mengajukan tambahan uang
persediaan setelah mendapatkan persetujuan dari
KPPN atau Kanwil Ditjen Perbendaharaan
setempat;
b. Bendahara mengajukan SPP-TUP kepada Penguji
Tagihan;
c. Penguji Tagihan setelah melakukan pengujian
kemudian menerbitkan SPM-TUP dan
menyerahkan kembali ke bendahara;
d. Bendahara menyerahkan SPM-TUP ke KPPN untuk
segera diterbitkan SP2D dan selanjutnya
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
70
mencairkan dananya di bank sesuai jumlah yang
tertulis dalam SP2D dimaksud.
4. Surat Perintah Membayar Pengganti Uang
Persediaan (SPM-GU) Nihil, mekanismenya sebagai
berikut:
a. PPK mengajukan SPP-GU nihil yang telah lengkap
berkasnya diserahkan kepada bendahara;
b. Bendahara meneliti pengajuan SPP-GU Nihil
tersebut dan selanjutnya disampaikan ke pejabat
Penguji Tagihan;
c. Penguji Tagihan menerbitkan SPM-GU Nihil untuk
disetorkan ke KPPN melalui bendahara;
d. Bendahara menyerahkan SPM-GU Nihil ke KPPN
untuk diterbitkan SP2D Nihil.
5. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) non
belanja pegawai mekanismenya dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pembayaran Langsung dilakukan oleh KPPN
kepada pihak ketiga yang berhak berdasarkan
SPM-LS yang diterbitkan oleh Penguji Tagihan dan
Penandatangan SPM;
b. Pembayaran Langsung dilakukan untuk keperluan
pembayaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh
pihak ketiga/rekanan dan atas pembayaran dalam
rangka pekerjaan pengadaan barang/jasa (belanja
modal), termasuk biaya langganan daya dan jasa,
serta belanja perjalanan dinas.
C. Tata Cara Revisi
Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
anggaran belanja pemerintah serta percepatan pencapaian
kinerja pelaksanaan anggaran Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan maka terhadap kegiatan-kegiatan yang
memerlukan revisi dapat diproses dengan mengacu pada
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
71
Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Revisi
Anggaran.
1) Ruang Lingkup Revisi Anggaran
a) Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah;
b) Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap;
dan
c) Revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan
administrasi.
2) Kewenangan Revisi
a) Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran;
b) Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
c) Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran;
dan
d) Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.
D. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
1. Pemantauan dan Evaluasi
Dalam rangka peningkatan mutu pelaksanaan program
dan kegiatan pemberdayaan sosial, maka
penyelenggaraan pelaksanaan program dan kegiatan
yang berkualitas merupakan suatu keniscayaan,
sebagai bagian dari akuntabilitas. Untuk mendukung
hal tersebut, diperlukan pemantauan dan evaluasi
sebagai alat kontrol dan pengendalian program mulai
dari proses perencanaan, implementasi, pencapaian
output dan outcome.
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan
mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 39 tahun
2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan yang
mengamanatkan Pimpinan Kementerian/Lembaga
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
72
untuk melakukan pemantauan pelaksanaan Renja-KL,
kepada Gubernur untuk melakukan pemantauan
pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,
serta kepada Bupati/Walikota untuk melakukan
pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan yang
meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai
dengan kewenangannya. Selanjutnya, setelah
melakukan pemantauan dan evaluasi maka pelaksana
kegiatan wajib menyusun laporan yang berdasarkan
kepada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Selanjutnya, hasil pemantauan dan evaluasi digunakan
untuk: 1) memberikan informasi dan gambaran
keberhasilan/kegagalan atas kinerja program dan
institusi, 2) bahan pertanggungjawaban pelaksanaan
program dan kegiatan, 3) bahan rujukan perencanaan,
alokasi anggaran dan kegiatan serta penyusunan
kebijakan, 4) sebagai bahan referensi untuk perbaikan,
tindaklanjut perbaikan pelaksanaan kegiatan, 5)
sebagai referensi pelaksanaan kegiatan sejenis di
tempat lain. Dengan demikian, kegiatan pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
merupakan hal penting untuk menjamin kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan pedoman
yang ditetapkan, penggunaan input sesuai dengan
keperluan dan dilaksanakan sesuai jadwal, sehingga
tujuan dan sasaran dapat tercapai.
Karenanya dengan dilaksanakannya pemantauan dan
evaluasi diharapkan dapat diketahui: 1) Pencapaian
kinerja, 2) Output, outcome dan keberhasilan program
dan kegiatan, 3) Gambaran potensi pengembangan, dan
4) Permasalahan yang dihadapi. Kegiatan pemantauan
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
73
dan evaluasi dilakukan dengan metode seperti
kunjungan lapang, wawancara, serta melakukan
pengkajian terhadap laporan dan hasil pelaksanaan.
Kajian dan analisis dilakukan terhadap perkembangan
kegiatan, capaian pemanfaatan dana dan fisik kegiatan,
manfaat dan dampak, permasalahan serta kendala
yang dihadapi.
2. Pelaporan
Pelaporan merupakan salah satu kegiatan fungsi
manajemen yang berisi penyampaian informasi tentang
pelaksanaan kegiatan yang disampaikan oleh
pelaksana kegiatan secara hirarki atau horisontal
sebagai bahan pertanggung jawaban atas hasil
pekerjaannya yang telah dilaksanakan atau digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan berikutnya.
Penyusunan dan pertanggungjawaban atas kegiatan
maupun keuangan yang dihimpun dalam pelaporan
dilaksanakan oleh masing-masing Eselon III di dinas
Sosial, dengan diketahui oleh Kepala Sub
Bidang/Dinas Sosial. Adapun sistem pelaporan adalah
sebagai berikut :
1. Laporan Keuangan
Laporan Keuangan disusun sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta
dilaporkan secara berjenjang ditujukan kepada Unit
Eselon I terkait dengan tembusan kepada Biro
Keuangan dan Inspektorat Jenderal Kementerian
Sosial.
2. Laporan Kegiatan
Laporan pelaksanaan program/kegiatan ditujukan
kepada Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
74
dengan tembusan kepada Biro Perencanaan,
Kementerian Sosial dan masing-masing Unit Teknis
Eselon II jenis, substansi dan waktu penyampaian
laporan antara lain :
a. Laporan Bulanan
1) Realisasi Keuangan
2) Realisasi Fisik
Pelaporan bulanan dilakukan dengan
mengikuti format 1 (lampiran 1.a).
b. Triwulan
1) Arsip Data Komputer (ADK)
2) Laporan realisasi belanja
3) Laporan pengembalian belanja
4) Laporan pengembalian pendapatan
Waktu pengiriman laporan baik laporan
bulanan maupun laporan triwulan dilakukan
paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulan
berikutnya dan dikirim ke alamat email
c. Laporan Semester
1) Laporan Keuangan Semester I,meliputi:
a) Arsip Data Komputer (ADK)
b) Laporan realisasi semester I
c) Laporan realisasi belanja
d) Laporan realisasi pengembalian belanja
e) Laporan realisasi pendapatan
f) Laporan realisasi pengembalian
pendapatan
g) Laporan SIMAK BMN
h) Catatan Laporan Keuangan (CaLK)
i) Neraca Percobaan
j) Rincian Saldo Awal BMN
k) Laporan Kondisi Barang
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
75
Lampiran:
a) B.A. Rekonsiliasi dengan KPPN
b) SSBP Tahun lalu
2) Laporan Keuangan Semester II/Tahunan,
meliputi:
a) Arsip Data Komputer (ADK)
b) Laporan realisasi tahunan
c) Laporan realisasi belanja
d) Laporan realisasi pengembalian belanja
e) Laporan realisasi pendapatan
f) Laporan realisasi pengembalian
pendapatan
g) Catatan Laporan Keuangan (CaLK)
h) Laporan Neraca Percobaan
i) Laporan BMN
j) Rincian Saldo Awal BMN
k) Laporan Kondisi Barang
Lampiran:
a) SSBP untuk penyerahan setelah tanggal
neraca tahunan berakhir
b) B.A. Rekonsiliasi dengan KPPN
c) Daftar Persediaan
3. Laporan melalui Aplikasi Sistem Monitoring dan
Evaluasi Kinerja Terpadu (SMART)
Dalam pelaksanaan monev kinerja secara mandiri,
Kementerian Keuangan memberikan dukungan
fasilitasi aplikasi Sistem Monitoring dan Evaluasi
Kinerja Terpadu (SMART) yang dapat diakses
melalui website monev.anggaran.depkeu.go.id.
Aplikasi ini bertujuan antara lain untuk: 1.
Memonitoring capaian kinerja atas pelaksanaan
RKA K/L berjalan, 2. Melaporkan kondisi atas
pelaksanaan kegiatan secara online, 3.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
76
Meningkatkan kinerja dalam pengelolaan anggaran
yang lebih baik.
Mengingat pelaksanaan program pemberdayaan
sosial selain dilaksanakan di pusat juga
dilaksanakan melalui dana Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan, maka daerah wajib melakukan
pengisian laporan monev kinerja pada Aplikasi
SMART setiap bulannya pada output kegiatan
sesuai dengan komponen kegiatan.
Apabila petugas daerah mengalami kesulitan dalam
pengisian laporan tersebut, dapat melakukan
konsultasi ke Sekretariat Ditjen Pemberdayaan
Sosial atau melalui surat elektronik dengan alamat
4. Laporan melalui Sistem Informasi Kinerja Pelaksanaan Program dan Kegiatan Pemberdayaan Sosial (SiKAPDAYA)
Sehubungan dengan upaya untuk mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas menuju terciptanya
good governance, perlu dilakukan penyampaian
laporan kinerja pelaksanaan program dan kegiatan
berbasis web sehingga pengelolaan program dan
kegiatan lingkup Ditjen Pemberdayaan Sosial lebih
terukur dan akuntabel serta pengendalian
pelaksanaan program dan kegiatan dapat lebih
optimal baik dari sisi realisasi keuangan ataupun
fisik.
Terkait dengan hal tersebut telah dibangun Sistem
Informasi Kinerja Pelaksanaan Program dan
Kegiatan Pemberdayaan Sosial (SiKAPDAYA)
berbasis web dengan alamat
sikapdaya.kemsos.go.id. Aplikasi tersebut wajib
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
77
diisi oleh petugas daerah terkait dengan
pelaksanaan anggaran pada program pemberdayaan
sosial melalui dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
Apabila petugas daerah mengalami kesulitan dalam
pengisian laporan tersebut, dapat melakukan
konsultasi ke Sekretariat Ditjen Pemberdayaan
Sosial atau melalui surat elektronik dengan alamat
E. Sanksi
Sebagaimana Peraturan Menteri Keuangan Nomor
156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana
Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan Pasal 48,
SKPD penerima Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas
Pembantuan yang secara sengaja atau lalai tidak
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
dana dimaksud kepada Kementerian/ Lembaga dikenakan
sanksi berupa penundaan pencairan dan/atau
penghentian alokasi pendanaan.
1. Sanksi penundaan pencairan dikenakan kepada SKPD
apabila tidak melakukan rekonsiliasi laporan keuangan
dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
setempat sesuai ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur mengenai sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan pemerintah pusat. Pengenaan
sanksi penundaan pencairan dimaksud tidak
membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan
laporan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas
Pembantuan.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
78
2. Sanksi penghentian pembayaran dalam tahun berjalan dapat dilakukan apabila:
a. SKPD tidak menyampaikan laporan keuangan
triwulanan kepada kementerian/lembaga yang
memberikan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana
Tugas Pembantuan secara berturut-turut 2 (dua)
kali dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau
b. Ditemukan adanya penyimpangan dari hasil
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan, Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan,
Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga yang
bersangkutan, atau aparat pemeriksa fungsional
lainnya.
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
79
BAB IV
PENUTUP
Demikian Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan
melalui Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan ini untuk
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Secara lebih khusus untuk pelaksanaan masing-masing
kegiatan agar mengacu pada petunjuk teknis yang
dikeluarkan oleh direktorat terkait di lingkungan Ditjen
Pemberdayaan Sosial.
DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN SOSIAL,
HARTONO LARAS
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
80
LAPORAN REALISASI PROGRAM KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DINAS SOSIAL PROVINSI ......................
TAHUN 2018
Lampiran Ia : Laporan Realisasi Keuangan dan Fisik Bulan ............
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp.) KEWENANGAN
REALISASI BULAN LALU REALISASI BULAN INI JUMLAH REALISASI
KEUANGAN (Rp.)
KEU %
FISIK %
KEUANGAN (Rp.)
KEU %
FISIK %
KEUANGAN (Rp.)
KEU %
FISIK %
1 Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial
…………………… Dekonsentrasi ……………… …… …… ……………… …… …… ……………… …… ……
2
Pemberdayaan Komunitas Adat
Terpencil
…………………… Dekonsentrasi ……………… …… …… ……………… …… …… ……………… …… ……
…………………… Tugas
Pembantuan ……………… …… …… ……………… …… …… ……………… …… ……
3 Pemberdayaan Sosial Perorangan,
Keluarga dan Kelembagaan Sosial Masyarakat
…………………… Dekonsentrasi ……………… …… …… ……………… …… …… ……………… …… ……
5 Pelestarian Nilai Kepahlawanan,
Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial
…………………… Dekonsentrasi ……………… …… …… ……………… …… …… ……………… …… ……
JUMLAH …………………… ……………… …… …… ……………… …… …… ……………… …… ……
Mengetahui Kepala Dinas Sosial/Instansi Sosial Provinsi ................... , Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) (………………………………………) (………………………………………………….)
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
81
Lampiran Ib : Laporan realisasi kegiatan bulan ……………
NO KEGIATAN KEWENANGAN TARGET SASARAN REALISASI FISIK
SASARAN %
1 Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial Dekonsentrasi Jumlah pemanfaatan sumber dana bantuan sosial Rp. …………. …………
2 Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
Tugas Pembantuan
Bantuan Bahan Bangunan Rumah .............. Unit …………. …………
Pembangunan Rumah Bagi Warga KAT ................ Unit
…………. …………
Pembangunan Infrastruktur Sosial ............ Unit …………. …………
Bantuan Jaminan Hidup Bagi Warga KAT ............ KK …………. …………
Bantuan Peralatan Rumah Tangga, Peralatan Kerja dan Bibit Tanaman Bagi Warga KAT ........... KK
…………. …………
Bimbingan Bagi Pendamping KAT ………… orang …………. …………
3 Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga
dan Kelembagaan Masyarakat
Dekonsentrasi
Bhakti sosial keluarga ……….. Orang …………. …………
Bantuan operasional ……….. LK3 …………. …………
Peningkatan kemampuan TKSK ……….. Orang …………. …………
Peningkatan kemampuan ……….. Orsos …………. …………
Peningkatan kemampuan PSM ………… orang …………. …………
Peningkatan kemampuan ……….. KT …………. …………
Peningkatan kapasitas ……….. WKSBM …………. …………
Terbentuknya ……….. Forum CSR …………. …………
4 Pelestarian Nilai Kepahlawanan,
Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial
Dekonsentrasi
Pemeliharaan ……….. TMPN …………. …………
Pemeliharaan ……….. MPN …………. …………
Mengetahui Kepala Dinas Sosial/Instansi Sosial Provinsi ................... , Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
(………………………………………) (………………………………………………….)
Panduan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Sosial
82
ADFADF
Kementerian Sosial RI Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial
JL. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat Telp/Fax (021) 3103679
Email : [email protected]