panduan penyusunan analisis ketersediaan pangan 20121 copy
DESCRIPTION
Analisis Ketersediaan Pangan 2012TRANSCRIPT
-
PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN
BADAN KETAHANAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2012
-
i
KATA PENGANTAR
Ketahanan pangan mensyaratkan ketersediaan pangan yang cukup dan
berkelanjutan sepanjang waktu, sehingga situasi ketersediaan pangan
perlu diketahui secara periodik. Untuk memfasilitasi proses tersebut
maka diperlukan data-data yang menyangkut ketersediaan pangan
serta proses analisis terhadap data yang telah diperoleh sehingga
menghasilkan suatu informasi yang berguna bagi banyak pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka proses pengumpulan,
pengolahan hingga penyajian data perlu dilakukan secara cermat.
Buku Panduan ini memuat cara-cara memantau, mengolah dan
menyajikan data Analisis Ketersediaan Pangan yang meliputi Analisis
Ketersediaan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan
Harapan, Pola Panen Bulanan, Prognosa Hari Besar Keagamaan serta
Pemantauan Ketersediaan. Dengan adanya buku ini, diharapkan data dan
informasi yang ditampilkan lebih komunikatif dan mudah dimengerti.
Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat untuk menunjang
ketersediaan pangan yang diperlukan bagi perumusan kebijakan
pengembangan ketahanan pangan.
Jakarta, Januari 2012
Kepala Pusat
Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Dr. Ir. Tjuk Eko Hari Basuki, MSt.
NIP. 19580216 198103 1 001
-
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................... iv
I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................ 2
1.3 Sasaran............................................................................... 2
1.4 Output ................................................................................ 2
1.5 Definisi .............................................................................. 2
II. ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN BERDASARKAN
ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG) DAN POLA PANGAN
HARAPAN (PPH) .................................................................... 6
2.1 Konsepsi ............................................................................ 6
2.2 Metodologi ........................................................................ 7
A. Penilaian Mutu Ketersediaan Pangan Berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan ...... 7
1. Data dan Sumber Data ............................................. 7
2. Langkah-langkah Perhitungan ............................... 11
3. Contoh Perhitungan ............................................... 12
B. Perencanaan Ketersediaan Pangan berdasarkan AKG
dan PPH ...................................................................... 15
1. Data dan Sumber Data ........................................... 15
2. Langkah langkah Perhitungan............................. 15
3. Contoh Perhitungan ............................................... 17
III. POLA PANEN BULANAN ................................................... 33
3.1 Konsepsi .......................................................................... 33
3.2 Metodologi ...................................................................... 35
A. Data dan Sumber Data ................................................ 35
1. Distribusi Luas Panen dan Produksi Bulanan ........ 35
2. Neraca Ketersediaan .............................................. 35
-
iii
B. Langkah Perhitungan .................................................. 36
1. Distribusi Luas Panen dan Produksi Bulanan ........ 36
2. Neraca Ketersediaan .............................................. 37
C. Contoh Perhitungan .................................................... 42
1. Distribusi Luas Panen Padi .................................... 42
2. Distribusi Produksi Padi ........................................ 48
3. Neraca Ketersediaan Padi ...................................... 54
4. Neraca Ketersediaan Jagung .................................. 56
IV. PROGNOSA HARI BESAR KEAGAMAAN ....................... 60
4.1 Konsepsi .......................................................................... 60
4.2 Metodologi ...................................................................... 63
A. Data dan Sumber Data ................................................ 63
B. Langkah Perhitungan .................................................. 64
C. Contoh Perhitungan .................................................... 65
V. PEMANTAUAN KETERSEDIAAN ..................................... 74
5.1 Konsepsi .......................................................................... 74
5.2 Metodologi ...................................................................... 75
A. Data dan Sumber Data ................................................ 75
B. Langkah Perhitungan .................................................. 77
VI. PENUTUP .............................................................................. 81
LAMPIRAN .................................................................................. 82
-
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan NBM dan PPH ............................................... 10
Tabel 2. NBM Nasional Tahun 2009 ............................................ 13
Tabel 3. Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2009 .......................... 13
Tabel 4. Koefisien Peningkatan Penyediaan Komoditas Pangan
Menjelang HBKN............................................................ 62
Tabel 5. Selang Waktu Persiapan Penyediaan Pangan Menjelang
HBKN Tahun 2011 .......................................................... 63
Tabel 6. Kebutuhan Beras Setiap Bulan Secara Normatif Tahun
2012 ................................................................................. 66
Tabel 7. Koefisien peningkatan dan selang waktu pada kalender
HBKN pada tahun 2012 .................................................. 69
Tabel 8. Kebutuhan Beras Setiap Bulan Dengan Memperhitungkan
HBKN Tahun 2012 ......................................................... 71
Tabel 9. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Beras Menjelang
HBKN Tahun 2012 ......................................................... 72
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan Pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara
cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Pangan). Ketahanan pangan tersebut, mensyaratkan ketersediaan
pangan yang cukup dan berkelanjutan sepanjang waktu. Sehingga,
situasi ketersediaan pangan perlu diketahui secara periodik.
Ketersediaan pangan menjelaskan tentang jumlah bahan pangan
yang tersedia di suatu wilayah. Ketersediaan pangan dapat
diwujudkan melalui produksi dalam negeri/daerah, pemasukan dari
luar negeri/daerah serta cadangan yang dimiliki negeri/daerah yang
bersangkutan. Untuk menjaga tingkat ketersediaan pangan di
masyarakat maka harus diperhatikan angka kecukupan gizi dan
pola pangan harapan, pola panen bulanan komoditas pertanian serta
penyediaan pangan menjelang hari besar keagamaan. Untuk itu
diperlukan suatu sistem pemantauan ketersediaan pangan secara
menyeluruh dan berkelanjutan.
Melalui kegiatan pemantauan dan analisis ketersediaan pangan ini
maka dapat diketahui surplus tidaknya kondisi pangan di suatu
daerah pada suatu waktu, sehingga dapat dijadikan acuan dalam
perencanaan dan pengambilan kebijakan yang menyangkut
ketahanan pangan.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 2
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya panduan ini adalah :
a. Mencapai persamaan persepsi dan pemahaman dalam
melakukan pemantauan dan analisis ketersediaan pangan
b. Menjadi acuan bagi aparat daerah dalam hal pelaksanaan
kegiatan pemantauan dan analisis ketersediaan pangan
c. Meningkatkan kinerja aparat daerah dalam hal pelaksanaan
kegiatan pemantauan dan analisis ketersediaan pangan.
1.3 Sasaran
a. Terlaksananya kegiatan pemantauan dan analisis ketersediaan
pangan di tingkat pusat dan daerah
b. Meningkatnya kualitas data dan informasi tentang analisis
ketersediaan pangan di tingkat pusat dan daerah
1.4 Output
Petugas diharapkan mampu menyusun laporan analisis
ketersediaan pangan berdasarkan :
a. Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan
b. Pola Panen Bulanan
c. Prognosa HBKN
d. Pemantauan Ketersediaan
1.5 Definisi
a. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan/minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 3
pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman.
b. Produksi pangan adalah hasil menurut bentuk produk dari
setiap tanaman yang diambil untuk bahan pangan berdasarkan
luas yang dipanen pada bulan atau triwulan laporan.
c. Ketersediaan Pangan adalah sejumlah bahan pangan
(makanan) yang tersedia untuk dikonsumsi setiap penduduk
suatu negara/daerah dalam suatu kurun waktu tertentu baik
dalam bentuk natural maupun bentuk gizinya. Ketersediaan
pangan ditentukan dari produksi domestik, masuknya pangan
melalui mekanisme pasar, stok pangan yang dimiliki pedagang
dan pemerintah serta bantuan pangan baik dari pemerintah
maupun dari badan bantuan pangan.Unsur gizi utama adalah
energi, protein, lemak, vitamin dan mineral.
d. Kebutuhan pangan adalah jumlah pangan yang dibutuhkan untuk
konsumsi rumahtangga dan non rumahtangga.
e. Konsumsi rumahtangga adalah konsumsi yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan individu di dalam rumahtangga.
f. Konsumsi non rumahtangga adalah konsumsi yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan diluar rumahtangga antara lain
industri, restoran, hotel, dll.
g. Pangan untuk pakan adalah sejumlah bahan makanan yang
langsung diberikan kepada ternak, baik ternak besar, ternak
kecil, unggas maupun ikan.
h. Pangan untuk bibit/benih adalah sejumlah bahan pangan yang
digunakan untuk keperluan reproduksi.
i. Pangan tercecer adalah sejumlah makanan yang hilang/rusak,
sehingga tidak dapat dikonsumsi oleh manusia, yang terjadi
secara tidak sengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi
hingga tersedia untuk dikonsumsi.
j. Data time series (berkala) adalah data yang dikumpulkan dari
waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan kegiatan
tertentu.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 4
k. Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh
pemerintah atau swasta, seperti yang ada di pabrik, gudang, depo,
lumbung petani/rumahtangga dan pasar/pedagang yang dimaksudkan
sebagai cadangan.
l. Surplus pangan adalah situasi dimana tingkat ketersediaan
pangan lebih besar daripada total kebutuhan dalam kurun
waktu tertentu.
m. Defisit pangan adalah situasi dimana tingkat ketersediaan
pangan lebih besar daripada total kebutuhan dalam kurun
waktu tertentu.
n. Ekspor merupakan suatu kegiatan mengeluarkan komoditas
pangan ke luar negeri atau wilayah lain untuk pemenuhan
ketersediaan dan kebutuhan suatu Negara atau wilayah.
o. Impor merupakan suatu kegiatan mendatangkan komoditas
pangan dari luar negara atau wilayah lain untuk tujuan
pemenuhan ketersediaan dan kebutuhan suatu Negara atau
wilayah.
p. Bagian yang dapat dimakan (BDD) adalah bagian atau
persentase dari suatu bahan makanan yang dapat dikonsumsi
manusia.
q. Bobot (rating) adalah nilai yang diberikan untuk setiap
kelompok bahan pangan dengan mempertimbangkan
kepadatan energi, zat gizi, serat, kuantitas, dan cita rasa
terhadap komoditas tersebut.
r. Skor mutu pangan (skor PPH) adalah ukuran kualitas/mutu
bahan pangan yang didasarkan pada kontribusi energi setiap
kelompok pangan dikalikan dengan bobot/rating.
s. Pola pangan harapan adalah susunan beragam pangan yang
didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari 9 kelompok
pangan dengan mempertimbangkan segi daya terima,
ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 5
t. Neraca Bahan Makanan adalah suatu bentuk tabel yang
terdiri dari kolom-kolom yang memuat berbagai informasi
berupa data tentang situasi dan kondisi penyediaan bahan
pangan, mulai dari data produksi, pengadaan serta perubahan-
perubahan yang terjadi hingga suatu komodidas tersedia untuk
dikonsumsi oleh penduduk suatu daerah/negara dalam satu
kurun waktu tertentu.
u. Hari besar keagamaan dan nasional adalah hari raya keagamaan
dan hari besar menurut kalender nasional.
v. Prognosa kebutuhan dan ketersediaan pangan adalah estimasi atau
perkiraan tingkat kebutuhan dan ketersediaan pangan berdasarkan
suatu indikator atau parameter tertentu.
w. Luas panen adalah luas tanaman yang diambil
hasilnya/dipanen setelah tanaman tersebut cukup umur.
x. Pola panen bulanan adalah kecenderungan trend panen suatu
komoditas tertentu selama kurun waktu satu tahun.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 6
II. ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN
BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG)
DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH)
2.1 Konsepsi
Secara konseptual, sistem pertahanan pangan dapat dilihat dari tiga
komponen, yaitu produksi, distribusi serta konsumsi pangan.
Dalam hal memenuhi konsumsi pangan, yang beragam, bergizi dan
berimbang, ketersediaan pangan juga harus memenuhi syarat
terpenuhinya kecukupan gizi serta keberagamannya. Selama ini
pangan yang tersedia baru mencukupi dari segi jumlah dan belum
memenuhi keseimbangan yang sesuai dengan norma gizi.
Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII
Tahun 2004, rekomendasi angka kecukupan gizi (AKG) pada
tingkat konsumsi adalah 2.000 kal/kap/hr untuk energi dan 52
g/kap/hr untuk protein. Rekomendasi pada tingkat ketersediaan
adalah 2.200 kal/kap/hr untuk energi dan 57 g/kap/hr untuk protein.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, untuk mengukur keberhasilan
upaya pemenuhan kecukupan gizi dengan mempertimbangkan
keberagaman pangan dalam produksi, ketersediaan dan konsumsi
pangan penduduk diperlukan suatu parameter, salah satunya adalah
Pola Pangan Harapan (PPH). Secara umum, PPH pada tingkat
ketersediaan dapat digunakan untuk: (1) menilai mutu dan
keragaman pangan dari sisi ketersediaan melalui penghitungan skor
PPH, (2) menyusun perencanaan ketersediaan pangan. Dengan
melihat skor PPH diketahui tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi
tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi yang
didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima masyarakat,
kuantitas dan kemampuan daya beli. Semakin tinggi skor mutu
pangan tersebut, maka tingkat ketersediaan pangan semakin
beragam dan komposisinya semakin baik/berimbang. Sedangkan
penyusunan perencanaan ketersediaan pangan melalui
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 7
pengelompokkan PPH dilakukan berdasarkan tingkat konsumsi
hasil angka Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Dengan
demikian perencanaan ketersediaan pangan tersebut tetap
mempertimbangkan kecukupan gizi dan keberagaman pangan yang
seimbang. Berdasarkan Deptan 2001, susunan PPH ideal (tingkat
nasional) adalah sebagai berikut :
Padi padian (50% dari total energi),
Umbi umbian (6% dari total energi),
Pangan hewani (12% dari total energi),
Minyak dan lemak (10% dari total energi)
Buah/biji berminyak (3% dari total energi)
Kacang kacangan (5% dari total energi)
Gula (5% dari total energi)
Sayur dan buah (6% dari total energi)
Lain lain (3% dari total energi)
2.2 Metodologi
A. Penilaian Mutu Ketersediaan Pangan Berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan
1. Data dan Sumber Data
Data data yang diperlukan dalam perhitungan skor PPH
adalah:
Data ketersediaan pangan dalam bentuk energi pada Neraca
Bahan Makanan (NBM), sumber: NBM Kementan
Bobot dan skor maksimal PPH, sumbernya Deptan 2001
Rekomendasi AKG Ketersediaan Pangan besarnya 2200
kalori perkapita perhari, sumber : WNPG VIII tahun 2004
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 8
Pengelompokkan jenis pangan berdasarkan PPH berbeda
dengan pengelompokkan jenis pangan berdasarkan NBM. Oleh
karena itu, untuk penghitungan skor PPH perlu dilakukan
penyesuaian kelompok pangan dari kelompok pangan NBM ke
kelompok pangan PPH.
Pengelompokkan pangan berdasarkan PPH dan NBM dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Kelompok Pola Pangan Harapan
Kelompok pangan PPH dibagi menjadi 9 kelompok, yaitu:
1. Padi padian (beras, jagung, dan gandum).
2. Umbi umbian (ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas dan
sagu).
3. Pangan hewani (daging, ikan, telur dan susu).
4. Minyak dan lemak (minyak kelapa, minyak sawit,
margarin dan lemak hewani)
5. Buah/biji berminyak (kelapa, kemiri, kenari dan
coklat).
6. Kacang kacangan (kacang tanah, kedelai, kacang
hijau, kacang merah dan kacang lainnya).
7. Gula (gula pasir dan gula merah).
8. Sayur dan buah (sayuran segar dan buah segar).
9. Lain lain (teh, kopi, terasi, dan bumbu lainnya).
Kelompok NBM
Kelompok pangan NBM dibagi menjadi 11 kelompok,
yaitu:
1. Padi padian (padi gagang/gabah, gabah/beras,
jagung, jagung basah, gandum, dan tepung gandum).
2. Umbi umbian (ubi jalar, ubi kayu, ubi kayu/gaplek,
ubi kayu/tapioca, dan sagu/tepung sagu).
3. Gula (gula pasir dan gula mangkok).
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 9
4. Buah/biji berminyak (kacang tanah berkulit, kacang
tanah lepas kulit, kedelai, kacang hijau, kelapa
berkulit/daging, dan kelapa daging/kopra).
5. Buah buahan.
6. Sayur sayuran.
7. Daging (daging sapi, daging kerbau, daging kambing,
daging domba, daging kuda, daging babi, daging
ayam buras, daging ayam ras, daging itik, dan jeroan
semua jenis).
8. Telur (telur ayam buras, telur ayam ras, dan telur itik).
9. Susu (susu sapi, dan susu impor).
10. Ikan (tuna, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru,
kembung, tenggiri, bandeng, belanank, mujair, ikan
mas, udang, rajungan, kerang darah, cumi-cumi dan
sotong, lainnya).
11. Minyak dan Lemak (kacang tanah/minyak,
kopra/minyak goreng, minyak sawit/palm oils,
minyak sawit/minyak goreng, lemak sapi, lemak
kerbau, lemak kambing, lemak domba, dan lemak
babi).
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 10
Tabel 1. Perbedaan NBM dan PPH
NBM PPH
1. Padi padian 2. Umbi umbian
3. Gula 4. Buah/biji berminyak
(kac. Tanah, kedelai,
kac. Hijau, kelapa)
5. Buah buahan
6. Sayur sayuran
7. Daging, termasuk jeroan
8. Telur 9. Susu 10. Ikan 11. Minyak dan Lemak
1. Padi padian 2. Umbi umbian +
kentang
3. Gula 4. Buah/biji berminyak
(hanya kelapa)
5. Kacang kacangan (kac. Merah, kacang
tanah, kedelai, kac.
Hijau)
6. Sayur dan buah (minus kentang dan kac.
Merah)
7. Pangan hewani (minus jeroan)
8. Minyak dan lemak (plus jeroan)
9. Lain lain
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 11
2. Langkah-langkah Perhitungan
Penentuan Bobot dalam PPH
Berdasarkan triguna pangan, pangan berfungsi sebagai
sumber energi yang berasal dari karbohidrat, sumber
pembangun yang berasal dari protein dan sumber pengatur
yang berasal dari vitamin dan mineral. Setiap fungsi
berperan sama besarnya, dengan bobot turunan masing-
masing 33,3%. Penentuan bobot kelompok pangan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk kelompok pangan sumber karbohidrat dan
energi, terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, minyak
dan lemak, buah/biji berminyak dan gula, dengan total
kontribusi energi (%AKG) dari PPH adalah 74%
(Deptan, 2001). Bobot untuk kelompok pangan ini
adalah 0,5 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 74).
b. Untuk kelompok pangan sumber protein/lauk-
pauk, terdiri dari kacang-kacangan dan pangan
hewani, dengan total kontribusi energi (%AKG) dari
PPH adalah 17%. Bobot untuk kelompok pangan ini
adalah 2,0 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 17).
c. Untuk kelompok pangan sumber vitamin dan
mineral, terdiri dari sayur dan buah dengan dengan
total kontribusi energi (%AKG) dari PPH adalah 6%.
Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 5,0 (berasal
dari nilai 33,3 dibagi 6).
d. Kelompok pangan lainnya (aneka minuman dan
bumbu) dengan kontribusi energi 3% akan diperoleh
rating 0,0 yang berasal dari nilai 0 dibagi 3. Rating 0
untuk kelompok pangan lainnya didasarkan pada
pertimbangan bahwa konsumsi bumbu dan minuman
tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 12
Cara Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan
a. Menyesuaikan pengelompokan pangan dari NBM ke
kelompok PPH.
b. Memasukkan data ketersediaan pangan dalam bentuk
energi (kkal/kap/hr) pada setiap kelompok pangan
pada tabel PPH.
c. Menghitung kontribusi energi dari setiap kelompok
pangan (%) terhadap total energi tingkat ketersediaan
(2.200 kkal/kap/hr).
d. Memasukkan angka bobot dan skor maksimum setiap
kelompok pangan ke dalam tabel PPH.
e. Menghitung skor PPH dengan mengalikan antara
persentase AKE dengan bobot setiap kelompok
pangan.
f. Jika skor PPH setiap kelompok pangan lebih besar
dari skor maksimumnya, maka skor PPH yang
diambil adalah skor maksimumnya. Jika skor PPH
setiap kelompok pangan lebih kecil dari skor
maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah
skor riilnya
g. Menjumlahkan skor PPH dari seluruh kelompok
pangan. Jumlah hasil perhitungan skor PPH maksimal
100.
3. Contoh Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan Skor Pola Pangan Harapan
Tingkat Ketersediaan Berdasarkan Neraca Bahan Makanan
Nasional Tahun 2009
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 13
Tabel 2. NBM Nasional Tahun 2009
Tabel 3. Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2009
No. Kelompok Pangan Tahun 2009 (kkal/kap/hr)
1 Padi Padian 2.164
2 Umbi umbian 272
3 Gula 193
4 Buah/biji berminyak :
Kelapa
Kac. Tanah
Kedelai
Kac. Hijau
209
68
40
90
11
5 Buah buahan 104
6 Sayur sayuran : Kacang merah
Kentang
47
4
7
7 Daging :
Jeroan
44
5
8 Telur 21
9 Susu 19
10 Ikan 57
11 Minyak dan Lemak 190
Jumlah 3.320
No. Kelompok Bahan
Pangan
Energi %
AKE Bobot
Skor
riil
Skor
PPH
Skor
Maks (Kalori)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Padi-padian 2.164 98,4 0,5 49,2 25,0 25,0
2. Umbi-umbian 279 12,7 0,5 6,3 2,5 2,5
3. Pangan Hewani 137 6,2 2,0 12,4 12,4 24,0
4. Minyak dan Lemak 195 8,8 0,5 4,4 4,4 5,0
5. Buah/biji berminyak 68 3,1 0,5 1,5 1,0 1,0
6. Kacang-kacangan 145 6,6 2,0 13,2 10,0 10,0
7. Gula 193 8,8 0,5 4,4 2,5 2,5
8. Sayuran dan buah 140 6,4 5,0 31,9 30,0 30,0
9. Lain-lain - - - - - -
Jumlah 3.320 150,9 87,8 100
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 14
Keterangan :
Contoh perhitungan kelompok padi - padian
Kolom (4) : kolom (3)/Tk. Ktrsdiaan Energi (2200 Kal) x 100%
= 2164 / 2200 x 100 = 98,4%
Kolom (6) : kolom (4) x Bobot
= 98,4 x 0,5 = 49,2
Kolom (7) : Jika skor PPH > skor maks, maka skor PPH adalah
skor maks.
49,2 > 25, maka skor PPH = 25
Contoh perhitungan kelompok pangan hewani
Kolom (4) : kolom (3)/Tk. Ktrsdiaan Energi (2200 Kal) x 100%
= 137 / 2200 x 100 = 6,2%
Kolom (6) : kolom (4) x Bobot
= 6,2 x 2 = 12,4
Kolom (7) : Jika skor PPH < Skor maks, maka skor PPH adalah
skor riil.
12,4 < 24, maka skor PPH = 12,4
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 15
B. Perencanaan Ketersediaan Pangan berdasarkan AKG dan
PPH
1. Data dan Sumber Data
Data data yang diperlukan dalam perencanaan ketersediaan
pangan adalah sebagai berikut :
a. Pola konsumsi pangan setempat, sumber Susenas, BPS
atau survei konsumsi rumahtangga wilayah yang
dilakukan oleh instasi terkait setempat.
b. Jumlah penduduk pada tahun bersangkutan, sumber BPS.
c. Kandungan zat gizi dan bagian yang dapat dimakan,
sumber Daftar Komposisi Bahan Makanan, Kemenkes.
2. Langkah langkah Perhitungan
a. Lihat persentase sumbangan energi ideal dari masing
masing kelompok pangan berdasarkan PPH (Deptan,
2001).
b. Hitung jumlah kalori ideal dari setiap kelompok pangan.
Pada tingkat konsumsi yaitu persentase sumbangan energi
ideal dikalikan dengan AKG tingkat konsumsi (2.000 kal),
sedangkan pada tingkat ketersediaan yaitu persentase
sumbangan energi ideal dikalikan dengan AKG tingkat
ketersediaan (2.200 kal).
c. Lihat jenis pangan yang ada pada setiap kelompok pangan.
d. Masukkan data konsumsi energi setiap jenis pangan yang
diperoleh dari data Susenas terakhir/hasil survei konsumsi
rumahtangga wilayah.
e. Hitung persentase konsumsi energi setiap jenis pangan
terhadap total konsumsi energi pada kelompok pangan
yang bersangkutan.
f. Kalikan persentase konsumsi energi setiap jenis pangan
dengan sumbangan kalori ideal pada kelompok pangan
bersangkutan di tingkat konsumsi, begitu juga pada tingkat
ketersediaan.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 16
g. Konversikan kebutuhan energi dalam bentuk kalori setiap
jenis pangan di tingkat konsumsi maupun tingkat
ketersediaan dalam bentuk volume pangan.
Untuk mengetahui kebutuhan gram perkapita perhari,
energi dikalikan dengan 100 gram/kandungan zat gizi
bahan pangan dari setiap jenis pangan, lalu kalikan
dengan 100/BDD.
Untuk mengetahui kebutuhan kilogram perkapita
pertahun, kalikan dengan 365 hari, kemudian dibagi
1000 (gr menjadi kg).
Untuk mengetahui total kebutuhan jenis pangan (ton)
di suatu wilayah, kalikan dengan jumlah penduduk
pada tahun bersangkutan, kemudian dibagi 1000 (kg
menjadi ton).
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 17
3. Contoh Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan Perencanaan Ketersediaan Pangan Berdasarkan AKG dan PPH
a. Kebutuhan Padi-padian
PPH : 50% x 2.000 kkal = 1.000 kkal (tingkat konsumsi)
50% x 2.200 kkal = 1.100 kkal (tingkat ketersediaan)
No.
Jenis
Padi-
padian
Pola Konsumsi Kebut.Padi-padian Berdasarkan PPH
kkal/kap/hr
(Susenas
2010)
% Tk. Kons
kal/kap/hr
Tk.
Ktrsdiaan
kal/kap/hr
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn 000
Ton gr/hr kg/thn
000
Ton
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. Beras 982,8 80,7 807 888 222 81,2 19.286 245 89,3 21.214
2. Jagung 16,2 1,3 13 15 4 1,5 361 5 1,7 397
3. Terigu 218,7 18,0 180 198 54 19,7 4.678 59 21,7 5.146
Total 1.217,7 100 1.000 1.100
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 18
Keterangan : Contoh Perhitungan Untuk Beras
Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 982,8 / 1.217,7 x 100 = 80,7 %
Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 80,7 / 100 x 1.000 = 807 kkal/kap/hr
Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 80,7 / 100 x 1.100 = 888 kkal/kap/hr
Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi beras) x (BDD)
= 807 x (100 / 363) x (100 / 100) = 222 gr/hr
Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 222 x 365/ 1000 = 81,2 kg/thn
Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk = 81,2 / 1000 x 237.641 = 19.286 (000 Ton)
Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi beras) x (BDD)
= 888 x (100 / 363) x (100 / 100) = 245 gr/hr
Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 245 x 365 / 1000 = 89,3 kg/thn
Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 89,3 / 1000 x 237.641 = 21.214 (000 Ton)
Angka 363 : kandungan kalori dari 100 gram beras
Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 19
b. Kebutuhan Umbi umbian
PPH : 6% x 2.000 kkal = 120 kkal (tingkat konsumsi)
6% x 2.200 kkal = 132 kkal (tingkat ketersediaan)
No.
Jenis
Umbi-
umbian
Pola Konsumsi Kebut.Umbi-umbian Berdasarkan PPH
kkal/kap/hr
(Susenas
2010)
% Tk. Kons
kal/kap/hr
Tk.
Ktrsdiaan
kal/kap/hr
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn 000 Ton gr/hr kg/thn 000 Ton
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. Singkong 30,0 66,0 79,16 87,1 60 22,1 5.245 67 24,3 5.770
2. Ubi jalar 8,4 18,5 22,16 24,4 18 6,5 1.537 19 7,1 1.690
3. Kentang 2,6 5,7 6,86 7,6 13 4,8 1.143 14 5,3 1.257
4. Sagu 3,3 7,2 8,65 9,5 4 1,5 359 5 1,7 395
5.
Umbi
lainnya 1,2 2,6 3,17 3,5 4 1,4 330 4 1,5 363
Total 45,5 100 120 132
Keterangan : kebutuhan umbi lainnya setara dengan talas
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 20
Keterangan : Contoh perhitungan untuk ubi kayu
Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 30,0 / 45,5 x 100 = 66 %
Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 66,0 / 100 x 120 = 79,16 kkal/kap/hr
Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 66,0 / 100 x 132 = 87,1 kkal/kap/hr
Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi ubi kayu) x (BDD)
= 79,16 x (100 / 154) x (100 / 85) = 60 gr/hr
Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 60 x 365 / 1000 = 22,1 kg/thn
Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk = 22,1/1000 x 237.641 = 5.245 (000 Ton)
Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi ubi kayu) x (BDD)
= 87,1 x (100 / 154) x (100 / 85) = 66 gr/hr
Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 66 x 365 / 1000 = 24,3 kg/thn
Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 24,3 / 1000 x 237.641 = 5.770 (000 Ton)
Angka 154 : kandungan kalori dari 100 gram ubi kayu
Angka 85 : % bagian dapat dimakan singkong
Jumlah Penduduk Tahun 2010 = 237.641 ribu jiwa
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 21
c. Kebutuhan Pangan Hewani
PPH : 12% x 2.000 kkal = 240 kkal (tingkat konsumsi)
12% x 2.200 kkal = 264 kkal (tingkat ketersediaan)
No. Jenis Pangan
Hewani
Pola Konsumsi Kebut.Pngn Hewani Berdasarkan PPH
kkal/kap/hr
(Susenas
2010)
% Tk. Kons
kal/kap/hr
Tk.
Ktrsdiaan
kal/kap/hr
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn 000 Ton gr/hr kg/thn 000 Ton
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1.
Dg.
Ruminansia 12,8 6,7 16 18 8 2,8 671 9 3,1 739
2. Dg. Unggas 37,5 19,6 47 52 16 5,7 1.348 17 6,2 1.483
3. Telur 27,5 14,3 34 38 25 9,2 2.179 28 10,1 2.397
4. Susu 28,8 15,0 36 40 59 21,6 5.127 65 23,7 5.640
5. Ikan 85,1 44,4 107 117 103 37,7 8.955 114 41,5 9.850
Total 191,7 100 240 264
Keterangan : Kebutuhan daging ruminansia setara dengan daging sapi
Kebutuhan daging unggas setara dengan daging ayam
Kebutuhan telur setara dengan telur ayam ras
Kebutuhan ikan setara dengan ikan bandeng
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 22
Keterangan : contoh perhitungan untuk daging ruminansia
Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 12,8 / 191,7 x 100 = 6,7 %
Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 6,7 / 100 x 240 = 16 kkal/kap/hr
Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 6,7 / 100 x 264 = 18 kkal/kap/hr
Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi dag. sapi) x (BDD)
= 16 x (100 / 207) x (100 / 100) = 8 gr/hr
Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 8 x 365 / 1000 = 2,8 kg/thn
Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk. = 6,7 / 1000 x 237.641 = 671 (000 Ton)
Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi dag. sapi) x (BDD)
= 18 x (100 / 207) x (100 / 100) = 9 gr/hr
Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 10 x 365 / 1000 = 3,1 kg/thn
Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 3,1 / 1000 x 237.641 = 739 (000 Ton)
Angka 207 : kandungan kalori dari 100 gram daging sapi
Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 23
d. Kebutuhan Minyak dan Lemak
PPH : 10% x 2.000 kkal = 200 kkal (tingkat konsumsi)
10% x 2.200 kkal = 220 kkal (tingkat ketersediaan)
No. Jenis Minyak dan Lemak
Pola Konsumsi Kebut.Minyak dan Lemak Berdasarkan PPH
kkal/kap/hr (Susenas
2010) %
Tk. Kons kal/kap/hr
Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn 000 Ton
gr/hr kg/thn 000 Ton
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. Minyak kelapa
38,6 19,1 38 42 4 1,6 381 5 1,8 420
2. Minyak sawit
159,0 78,8 158 173 17 6,4 1.515 19 7,0 1.667
3. Minyak lainnya
4,2 2,1 4 5 0 0,2 40 1 0,2 44
Total
201,8 100 200 220
Keterangan : minyak lainnya setara dengan minyak kacang tanah
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 24
Keterangan: Contoh perhitungan untuk minyak kelapa
Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 38,6 / 201,8 x 100 = 19,1 %
Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 19,1 / 100 x 200 = 38 kkal/kap/hr
Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 19,1 / 100 x 220 = 42 kkal/kap/hr
Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi minyak kelapa) x (BDD)
= 38 x (100 / 870) x (100 / 100) = 4 gr/hr
Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 4 x 365/1000 = 1,6 kg/thn
Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk = 19,1 / 1000 x 237.641 = 381 (000 Ton)
Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi minyak kelapa) x (BDD)
= 34 x (100 / 870) x (100 / 100) = 5 gr/hr
Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 5 x 365 / 1000 = 1,8 kg/thn
Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 1,8 / 1000 x 237.641 = 420 (000 Ton)
Angka 870 : kandungan kalori dari 100 gram minyak kelapa
Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 25
e. Kebutuhan Buah/Biji Berminyak
PPH : 3% x 2.000 kkal = 60 kkal (tingkat konsumsi)
3% x 2.200 kkal = 66 kkal (tingkat ketersediaan)
No. Jenis
Buah/Biji Berminyak
Pola Konsumsi Kebut.Buah/Biji Berminyak Berdasarkan PPH
kkal/kap/hr (Susenas
2010) %
Tk. Kons kal/kap/hr
Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn 000 Ton
gr/hr kg/thn 000 Ton
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. Kelapa 30,3 83,9 50 55 26 9,7 2.296 29 10,63 2.525
2. Kemiri 5,8 16,1 10 11 2 0,6 131 2 0,61 145
Total 36 100 60 66
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 26
Keterangan: Contoh perhitungan untuk kelapa
Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 30,3 / 37 x 100 = 83,9 %
Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 83,9 / 100 x 60 = 50 kkal/kap/hr
Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 83,9 / 100 x 66 = 55 kkal/kap/hr
Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi kelapa) x (BDD)
= 51 x (100/359) x (100/53) = 26 gr/hr
Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 26 x 365/1000 = 9,7 kg/thn
Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk
= 83,9 / 1000 x 237.641 = 2.296 (000 Ton)
Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi kelapa) x (BDD)
= 55 x (100 / 359) x (100 / 53) = 29 gr/hr
Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 29 x 365 / 1000 = 10,63 kg/thn
Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk
= 11 / 1000 x 237.641 = 2.525 (000 Ton)
Angka 359 : kandungan kalori dari 100 gram kelapa
Angka 53 : % bagian dapat dimakan kelapa
Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 27
f. Kebutuhan Kacang - kacangan
PPH : 5% x 2.000 kkal = 100 kkal (tingkat konsumsi)
5% x 2.200 kkal = 110 kkal (tingkat ketersediaan)
Keterangan : kebutuhan kacang lain setara dengan kacang merah
No. Jenis
Kacang-kacangan
Pola Konsumsi Kebut.Kacang-kacangan Berdasarkan PPH
kkal/kap/hr (Susenas
2010) %
Tk. Kons kal/kap/hr
Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn 000 Ton
gr/hr kg/thn 000 Ton
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. Kedelai 44,0 76,1 76 84 20 7,3 1.733 22 8,0 1.906
2. Kacang tanah 9,4 16,3 16 18 4 1,3 312 4 1,4 343
3. Kacang hijau 3,2 5,5 6 6 2 0,6 142 2 0,7 157
4. Kacang lain 1,2 2,1 2 2 1 0,2 59 1 0,3 65
Total 57,8 100 100 110
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 28
Keterangan: Contoh perhitungan untuk kedelai
Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 44 / 57,8 x 100 = 76,1 %
Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 76,1 / 100 x 100 = 76 kkal/kap/hr
Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 76,1 / 100 x 110 = 84 kkal/kap/hr
Kolom (7) : (5) x (100/Kandungan energi kedelai) x (BDD)
= 84 x (100 / 381) x (100/100) = 20 gr/hr
Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 20 x 365/1000 = 7,3 kg/thn
Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk
= 76,1 / 1000 x 237.641 = 1.733 (000 Ton)
Kolom (10) : (6) x (100/Kandungan energi kedelai) x (BDD)
= 84 x (100 / 381) x (100/100) = 22 gr/hr
Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 22 x 365 / 1000 = 8 kg/thn
Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 8 / 1000 x 237.641 = 1.906 (000 Ton)
Angka 381 : kandungan kalori dari 100 gram kedelai
Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 29
g. Kebutuhan Gula
PPH : 5% x 2.000 kkal = 100 kkal (tingkat konsumsi)
5% x 2.200 kkal = 110 kkal (tingkat ketersediaan)
No. Jenis Gula
Pola Konsumsi Kebut.Gula Berdasarkan PPH
kkal/kap/hr (Susenas
2010) %
Tk. Kons kal/kap/hr
Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn 000 Ton
gr/hr kg/thn 000 Ton
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. Gula Pasir 76,7 90,9 91 100 25 90,9 2.166 27 10,0 2.382
2. Gula Merah 7,7 9,1 9 10 2 0,9 214 3 1,0 235
Total 84,4 100 100 110
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 30
Keterangan: Contoh perhitungan untuk gula pasir
Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 76,7 / 84,4 x 100 = 90,9 %
Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 90,9 / 100 x 100 = 91 kkal/kap/hr
Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 90,9 / 100 x 110 = 100 kkal/kap/hr
Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi gula pasir) x (BDD)
= 91 x (100 / 364) x (100 / 100) = 25 gr/hr
Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 25 x 365/1000 = 90,9 kg/thn
Kolom (9) : (8) /1000 x Jumlah penduduk
= 90,9 / 1000 x 237.641 = 2.166 (000 ton)
Kolom (10) : (6) x (100/Kandungan energi gula pasir) x (BDD)
= 100 x (100 / 364) x (100 / 100) = 27 gr/hr
Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 27 x 365 / 1000 = 10 kg/thn
Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk
= 10 / 1000 x 237.641 = 2.382 (000 Ton)
Angka 364 : kandungan kalori dari 100 gram gula pasir
Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 31
h. Kebutuhan Sayur dan Buah
PPH : 6% x 2.000 kkal = 120 kkal (tingkat konsumsi)
6% x 2.200 kkal = 132 kkal (tingkat ketersediaan)
No. Jenis
Sayuran dan Buah
Pola Konsumsi Kebut.Sayuran dan Buah Berdasarkan PPH
kkal/kap/hr (Susenas
2010) %
Tk. Kons kal/kap/hr
Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr
Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan
gr/hr kg/thn 000 Ton
gr/hr kg/thn 000 Ton
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. Sayuran 44,9 52,3 63 69 374 136,4 32.422 411 150,1 35.665
2. Buah 40,9 47,7 57 63 89 32,4 7.705 98 35,7 8.475
Total 85,8 100 120 132
Keterangan : Kebutuhan sayuran setara dengan kangkung
Kebutuhan buah-buahan setara dengan pisang
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 32
Keterangan: Contoh perhitungan untuk sayuran
Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 44,9 / 85,8 x 100 = 52,3 %
Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 52,3 / 100 x 120 = 63 kkal/kap/hr
Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 54 / 100 x 132 = 69 kkal/kap/hr
Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi kangkung) x (BDD)
= 69 x (100 / 28) x (100 / 60) = 374 gr/hr
Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 374 x 365/1000 = 136,4 kg/thn
Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk
= 52,3 / 1000 x 237.641 = 32.422 (000 Ton)
Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi kangkung) x (BDD)
= 69 x (100 / 28) x (100 / 60) = 411 gr/hr
Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 411 x 365 / 1000 = 150,1 kg/thn
Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk
= 411 / 1000 x 237.641 = 35.665 (000 Ton)
Angka 28 : kandungan kalori dari 100 gram kangkung
Angka 60 : % bagian dapat dimakan kangkung
Jumlah Penduduk Tahun 2010 237.641 ribu jiwa
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 33
III. POLA PANEN BULANAN
3.1 Konsepsi
Ketersediaan pangan bagi masyarakat harus terjamin setiap saat,
cukup secara kuantitas, terdistribusi secara merata, terjangkau serta
aman. Ketersediaan pangan sendiri dipengaruhi oleh pola panen
dan produksi dari masing-masing komoditas pertanian. Pola ini
memiliki kecenderungan mengikuti keteraturan data dari tahun-
tahun sebelumnya. Dalam proses analisis, semakin banyak data
series dari tahun-tahun sebelumnya yang digunakan sebagai data
dasar perhitungan, akan memberikan hasil perhitungan analisis pola
panen bulanan yang lebih baik.
Kegiatan analisis pola panen bulanan merupakan kegiatan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang mencakup luas
panen dan produksi serta ketersediaan komoditas pertanian,
khususnya padi, jagung dan kedelai. Data tersebut bersumber dari
Badan Pusat Statistik (BPS) berupa Angka Ramalan (Aram),
Angka Sementara (Asem) dan Angka Tetap (Atap). Aram I dan
Asem tahun sebelumnya dikeluarkan pada bulan Maret. Aram II
dan Atap tahun sebelumnya dikeluarkan pada bulan Juli. Aram III
dikeluarkan pada bulan November.
Kegiatan analisis pola panen bulanan meliputi tiga komoditas
pangan utama bagi masyarakat Indonesia yaitu padi, jagung dan
kedelai. Pemilihan tiga komoditas tersebut didasari oleh : (1) Beras
merupakan komoditas pangan pokok penyumbang energi terbesar
bagi sebagian besar masyarakat Indonesian, (2) Harga beras selama
ini menyumbang angka inflasi yang cukup tinggi untuk Indonesia,
(3) Jagung merupakan komoditas substitusi beras, (4) Kedelai
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 34
merupakan komoditas yang menunjukkan ketergantungan impor
cukup tinggi.
Kegiatan analisis pola panen bulanan dilakukan karena selama ini
data luas panen dan produksi yang dikeluarkan oleh BPS dalam
bentuk Aram, Asem dan Atap merupakan data subround (data 4
bulanan). Data luas panen dan produksi bulanan baru dikeluarkan
oleh BPS setelah Atap dirilis. Melalui analisis pola panen bulanan,
maka dapat diketahui lebih awal perkiraan distribusi luas panen dan
produksi setiap bulannya berdasarkan data subround yang ada pada
tahun berjalan. Dengan demikian, kondisi ketersediaan pangan
setiap bulannya dapat juga diperkirakan. Dengan memperhitungkan
tingkat kebutuhan pangan setiap bulan, maka dapat diperkirakan
juga situasi surplus defisit komoditas pangan setiap bulan, yang
berimplikasi pada manajemen stok/cadangan pangan serta
kebijakan impor pangan.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 35
3.2 Metodologi
A. Data dan Sumber Data
1. Distribusi Luas Panen dan Produksi Bulanan
a. Data luas panen dan produksi bulanan tahun sebelumnya atau
rata-rata luas panen dan produksi bulanan beberapa tahun
sebelumnya (semakin banyak data series semakin baik). Data
tersebut digunakan sebagai data dasar. Data ini diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS).
b. Data subround (SR) luas panen dan produksi tahun berjalan
untuk menghitung data setiap bulannya pada tahun tersebut.
Data subround merupakan data setiap 4 bulan. (SR I: Jan-Apr,
SR II: Mei-Agst, SR III: Sep-Des). Data ini diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS)
2. Neraca Ketersediaan
a. Data jumlah penduduk tengah tahun yang diperoleh dari BPS.
b. Data konsumsi rumahtangga yang diperoleh dari Susenas BPS
atau survei konsumsi rumahtangga wilayah yang dilakukan
oleh instansi terkait.
c. Data konsumsi non rumahtangga yang diperoleh dari BPS atau
instansi terkait.
d. Data kebutuhan pakan, bibit/benih dan tercecer yang diperoleh
dari metode perhitungan NBM, Kementan.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 36
B. Langkah Perhitungan
1. Distribusi Luas Panen dan Produksi Bulanan
a. Dari data rata-rata luas panen dan produksi beberapa tahun,
ditentukan proporsi luas panen dan produksi setiap bulan
terhadap total luas panen dan produksi selama satu tahun
(dalam %).
b. Proporsi (persentase) setiap bulan dari butir 1 dijumlahkan
berdasarkan sub round (4 bln) (SR I: Jan-Apr, SR II: Mei-Agst,
SR III: Sep-Des).
c. Proporsi setiap bulan (dari butir 1) dipersentasekan terhadap
jumlah proporsi dari setiap sub round (dari butir 2), yaitu:
Proporsi Januari terhadap jumlah proporsi SR I
Proporsi Februari terhadap jumlah proporsi SR I
Proporsi Maret terhadap jumlah proporsi SR I
Proporsi April terhadap jumlah proporsi SR I
Proporsi Mei terhadap jumlah proporsi SR II
Proporsi Juni terhadap jumlah proporsi SR II
Proporsi Juli terhadap jumlah proporsi SR II
Proporsi Agustus terhadap jumlah proporsi SR II
Proporsi September terhadap jumlah proporsi SR III
Proporsi Oktober terhadap jumlah proporsi SR III
Proporsi November terhadap jumlah proporsi SR III
Proporsi Desember terhadap jumlah proporsi SR III
d. Hasil butir 3 didapatkan proporsi (persentase) luas panen dan
produksi bulanan sebagai dasar untuk menghitung luas panen
dan produksi bulanan tahun berjalan
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 37
e. Proporsi (persentase) bulanan yang diperoleh dari butir 4
dikalikan dengan data luas panen dan produksi masing-masing
sub round tahun berjalan (data sudah tersedia)
f. Didapatkan angka luas panen dan produksi setiap bulan
2. Neraca Ketersediaan
A. Padi
Ketersediaan gabah (ton)
= produksi dalam negeri kebutuhan (pakan + benih + bahan
baku industri non makanan + tercecer)
Pakan ternak = 0,44% x produksi
Kebutuhan benih padi dapat diperoleh dari hasil Survey
Struktur Ongkos Usaha Tani (SOUT) yang dilakukan oleh
BPS/Dinas Pertanian terkait. Bila data tersebut tidak
tersedia, maka penghitungan kebutuhaan benih dapat
diperoleh dengan menggunakan faktor konversi sebesar
0,9% dari produksi
Bahan baku industri non makanan = 0,56% x produksi
Tercecer = 5,4% x produksi
Produksi beras
= ketersediaan gabah x 62,74%
Catatan : 62,74% merupakan angka konversi gabah menjadi
beras, (Kementan)
Ketersediaan beras (ton)
= Produksi beras kebutuhan (pakan + industri non makanan
+ tercecer)
Pakan ternak = 0,17% x produksi
Industri non makanan = 0,66% x produksi
Tercecer = 2,5% x produksi
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 38
Kebutuhan rumahtangga (RT) dan non rumahtanga (non RT)
setiap bulan (ton)
= konsumsi (RT & non RT) / 12 x jumlah penduduk
= 139,15 / 12 x jumlah penduduk
Catatan : angka konsumsi RT dan non RT untuk beras adalah
139,15 kg/kap/th, angka tersebut adalah angka yang disepakati
oleh Kementan dan berbagai instansi.
Surplus atau Defisit (ton)
= ketersediaan kebutuhan (RT dan non RT)
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 39
NERACA KETERSEDIAAN PADI
No Uraian Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-
Des Satuan
1 Produksi GKG BPS
Ton
2 Kebutuhan GKG (a+b+c+d)
Ton
a. Pakan ternak 0,44% x (1)
Ton
b. Benih 0,9% x (1)
Ton
c. Industri non makanan 0,56% x (1)
Ton
d. Tercecer 5,4% x (1)
Ton
3 Ketersediaan GKG (1) - (2)
Ton
4 Produksi beras 62,74% x (3)
Ton
5 Kebutuhan beras (a+b+c)
Ton
a. Pakan ternak 0,17% x (4)
Ton
b. Industri non makanan 0,66% x (4)
Ton
c. Tercecer 2,5% x (4)
Ton
6 Ketersediaan beras (4) - (5)
Ton
7 Jumlah Penduduk BPS
000 jiwa
8 Kebutuhan RT & non RT 139,15 / 12 x (7)
Ton
9 Surplus/Defisit (6) - (8)
Ton
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 40
B. Jagung dan Kedelai
Ketersediaan dalam 1 tahun (ton)
= produksi dalam negeri kebutuhan (pakan+benih+tercecer)
Pakan komoditas jagung = 6% x produksi
Tercecer komoditas jagung = 5% x produksi
Pakan komoditas kedelai = 0,34% x produksi
Tercecer komoditas kedelai = 5% x produksi
Kebutuhan benih jagung dan kedelai dapat diperoleh dari
hasil Survey Struktur Ongkos Usaha Tani (SOUT) yang
dilakukan oleh BPS/Dinas Pertanian terkait
Kebutuhan RT dan non RT setiap bulan (ton)
= konsumsi (RT + non RT) / 12 x jumlah penduduk
Catatan : konsumsi RT dan non RT dalam kg/kap/th
Surplus atau Defisit (ton)
= ketersediaan kebutuhan (RT + non RT)
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 41
NERACA KETERSEDIAAN JAGUNG
No Uraian Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-
Des Satuan
1 Produksi BPS
Ton
2 Kebutuhan (a+b+c)
Ton
a. Pakan ternak 6% x (1)
Ton
b. Benih BPS
Ton
c. Tercecer 5% x (1)
Ton
3 Ketersediaan (1) - (2)
Ton
4 Jumlah Penduduk BPS
000 jiwa
5 Kebutuhan RT &
non RT (a+b) / 12 x (4)
Ton
a. Konsumsi RT Susenas
kg/kap/th
b. Konsumsi non
RT
BPS / Instansi
Terkait kg/kap/th
6 Surplus/Defisit (3) - (5)
Ton
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 42
C. Contoh Perhitungan
1. Distribusi Luas Panen Padi
Tahun 2011 (Aram III) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
a. Data yang Tersedia
1) Luas panen bulanan rata-rata 2007 - 2010 (ha) :
JAN FEB MAR APR SR I
MEI JUN JUL AGS SR II
SEP OKT NOV DES SR III
JAN-DES JAN-
APR MEI-AGS
SEP-DES
5.310 12.013 85.966 108.364 211.654 42.671 15.204 32.039 27.586 117.500 12.959 5.967 6.203 5.766 30.895 360.048
2) Luas panen subround Aram III 2011 (ha) :
JAN FEB MAR APR
SR I
MEI JUN JUL AGS
SR II
SEP OKT NOV DES
SR III
JAN-DES JAN-APR MEI-AGS
SEP-DES
Luas panen bulanan yang akan
dihitung 262.700
Luas panen bulanan yang akan
dihitung 116.657
Luas panen bulanan yang akan
dihitung 36.722 416.079
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 43
b. Langkah Perhitungan Distribusi Luas Panen Padi
Tahun 2011 (Aram III) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
1. Menghitung Proporsi Luas Panen Setiap Bulan Terhadap Rata-rata Luas Panen Tahun 2007 2010
Luas panen bulanan rata-rata 2007 - 2010 (ha)
No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des
1
2
Total NTB 5.310 12.013 85.966 108.364 42.671 15.204 32.039 27.586 12.959 5.967 6.203 5.766 360.048
Hasilnya :
Bulan Januari = 5.310 / 360.048 = 0,0147 Jumlah proporsi Jan Apr (SR I)
Februari = 12.013 / 360.048 = 0,0334 = 0,0147 + 0,0334+ 0,2388 + 0,3010
Maret = 85.966 / 360.048 = 0,2388 = 0,5878
April = 108.364 / 360.048 = 0,3010
Mei = 42.671 / 360.048 = 0,1185 Jumlah proporsi Mei Agst (SR II)
Juni = 15.204 / 360.048 = 0,0422 = 0,1185 + 0,0422+ 0,0890 + 0,0766
Juli = 32.039 / 360.048 = 0,0890 = 0,3263
Agustus = 27.586 / 360.048 = 0,0766
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 44
September = 12.959 / 360.048 = 0,0360 Jumlah proporsi Sep Des (SR III)
Oktober = 5.967 / 360.048 = 0,0166 = 0,0360 + 0,0166+ 0,0172 + 0,0160
November = 6.203 / 360.048 = 0,0172 = 0,0858
Desember = 5.766 / 360.048 = 0,0160
2. Menghitung Proporsi Luas Panen Setiap Bulan Terhadap Jumlah Proporsi Setiap Subround Proporsi Luas Panen Padi Per Bulan Terhadap Rata-rata Luas Panen Tahun 2007 - 2010
No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des SR I SR II SR III
1
2
NTB Total 0,0147 0,0334 0,2388 0,3010 0,1185 0,0422 0,0890 0,0766 0,0360 0,0166 0,0172 0,0160 0,5878 0,3263 0,0858
Hasilnya :
Bulan Januari = 0,0147 / 0,5878 = 0,0251
Februari = 0,0334 / 0,5878 = 0,0568
Maret = 0,2388 / 0,5878 = 0,4062
April = 0,3010 / 0,5878 = 0,5120
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 45
Mei = 0,1185 / 0,3263 = 0,3632
Juni = 0,0422 / 0,3263 = 0,1294
Juli = 0,0890 / 0,3263 = 0,2727
Agustus = 0,0766 / 0,3263 = 0,2348
September = 0,0360 / 0,0858 = 0,4195
Oktober = 0,0166 / 0,0858 = 0,1931
November = 0,0172 / 0,0858 = 0,2008
Desember = 0,0160 / 0,0858 = 0,1866
3. Menghitung Luas Panen Setiap Bulan ARAM III 2011 Proporsi Luas Panen Padi Per Bulan Terhadap Total Jumlah proporsi Dari Setiap Sub Round
No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
1
2
NTB Total 0,0251 0,0568 0,4062 0,5120 0,3632 0,1294 0,2727 0,2348 0,4195 0,1931 0,2008 0,1866
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 46
Hasilnya :
Jumlah SR I (Jan Apr) = 262.700 ha
Bulan Januari = 0,0251 x 262.700 = 6.591 ha
Februari = 0,0568 x 262.700 = 14.911 ha
Maret = 0,4062 x 262.700 = 106.699 ha
April = 0,5120 x 262.700 = 134.499 ha
Jumlah SR II (Mei Agst) = 116.657 ha
Bulan Mei = 0,3632 x 116.657 = 42.365 ha
Juni = 0,1294 x 116.657 = 15.095 ha
Juli = 0,2727 x 116.657 = 31.809 ha
Agustus = 0,2348 x 116.657 = 27.388 ha
Jumlah SR III (Sep Okt) = 36.722 ha
Bulan September = 0,4195 x 36.722 = 15.403 ha
Oktober = 0,1931 x 36.722 = 7.092 ha
November = 0,2008 x 36.722 = 7.372 ha
Desember = 0,1866 x 36.722 = 6.854 ha
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 47
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
Ha
Bulan
Grafik Luas Panen Padi Tahun 2011 (Aram III)Nusa Tenggara Barat
Luas Panen Padi Per Bulan Menurut Propinsi Berdasarkan Aram III Tahun 2011
No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des SR I SR II SR III
1
2
NTB Total 6.591 14.911 106.699 134.499 42.365 15.095 31.809 27.388 15.403 7.092 7.372 6.854 416.079 262.700 116.657 36.722
Langkah perhitungan luas panen untuk komoditas jagung dan kedelai sama dengan langkah perhitungan luas
panen komoditas padi
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 48
2. Distribusi Produksi Padi
Tahun 2011 (Aram III) Nasional
a. Data yang tersedia
1) Produksi bulanan rata-rata 2007 - 2010 (ton) :
JAN FEB MAR APR SR I
MEI JUN JUL AGS SR II
SEP OKT NOV DES SR III
JAN-DES JAN-APR
MEI-AGS
SEP-DES
25.619 58.684 422.727 522.289 1.029.319 200.348 71.301 151.177 129.803 552.629 62.353 28.722 29.835 27.716 148.626 1.730.575
2) Produksi subround Aram 1II 2011 (ton) :
JAN FEB MAR APR
SR I
MEI JUN JUL AGS
SR II
SEP OKT NOV DES
SR III
JAN-DES JAN-APR
MEI-AGS
SEP-DES
Produksi bulanan yang akan
dihitung 1.292.250
Produksi bulanan yang akan
dihitung 585.573
Produksi bulanan yang akan
dihitung 179.056 2.056.879
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 49
b. Langkah Perhitungan Distribusi Produksi Padi
Tahun 2011 (Aram III) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
1. Menghitung Proporsi Produksi Setiap Bulan Terhadap Rata-rata Produksi Tahun 2007 - 2010
Produksi bulanan rata-rata 2007 - 2010 (ton)
No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des
1
2
NTB Total 25.619 58.684 422.727 522.289 200.348 71.301 151.177 129.803 62.353 28.722 29.835 27.716 1.730.575
Hasilnya :
Bulan Januari = 25.619 / 1.730.575 = 0,0148 Jumlah proporsi Jan Apr (SR I)
Februari = 58.684 / 1.730.575 = 0,0339 = 0,0148 + 0,0339+ 0,2443 + 0,3018
Maret = 422.727 / 1.730.575 = 0,2443 = 0,5948
April = 522.289 / 1.730.575 = 0,3018
Mei = 200.348 / 1.730.575 = 0,1158 Jumlah proporsi Mei Agst (SR II)
Juni = 71.301 / 1.730.575 = 0,0412 = 0,1158 + 0,0412+ 0,0874 + 0,0750
Juli = 151.177 / 1.730.575 = 0,0874 = 0,3193
Agustus = 129.803 / 1.730.575 = 0,0750
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 50
September = 62.353 / 1.730.575 = 0,0360 Jumlah proporsi Sep Des (SR III)
Oktober = 28.722 / 1.730.575 = 0,0166 = 0,0360 + 0,0166+ 0,0172 + 0,0160
November = 29.385 / 1.730.575 = 0,0172 = 0,0859
Desember = 27.716 / 1.730.575 = 0,0160
2. Menghitung Proporsi Produksi Setiap Bulan Terhadap Jumlah Proporsi Setiap Subround Proporsi Produksi Padi Per Bulan Terhadap Rata-rata Produksi Tahun 2007 - 2010
No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des SR I SR II SR III
1
2
NTB Total 0,0148 0,0339 0,2443 0,3018 0,1158 0,0412 0,0874 0,0750 0,0360 0,0166 0,0172 0,0160 0,5948 0,3193 0,0859
Hasilnya :
Bulan Januari = 0,0148 / 0,5948 = 0,0249
Februari = 0,0339 / 0,5948 = 0,0570
Maret = 0,2443 / 0,5948 = 0,4107
April = 0,3018 / 0,5948 = 0,5074
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 51
Mei = 0,1158 / 0,3193 = 0,3625
Juni = 0,0412 / 0,3193 = 0,1290
Juli = 0,0874 / 0,3193 = 0,2736
Agustus = 0,0750 / 0,3193 = 0,2349
September = 0,0360 / 0,0859 = 0,4195
Oktober = 0,0166 / 0,0859 = 0,1933
November = 0,0172 / 0,0859 = 0,2007
Desember = 0,0160 / 0,0859 = 0,1865
3. Menghitung Produksi Setiap Bulan ARAM I 2011 Proporsi Produksi Padi Per Bulan Terhadap Total Jumlah proporsi Dari Setiap Sub Round
No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
1
2
NTB Total 0,0249 0,0570 0,4107 0,5074 0,3625 0,1290 0,2736 0,2349 0,4195 0,1933 0,2007 0,1865
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 52
Hasilnya :
Jumlah SR I (Jan Apr) = 1.292.250 ton
Bulan Januari = 0,0249 x 1.292.250 = 32.164 ton
Februari = 0,0570 x 1.292.250 = 73.674 ton
Maret = 0,4107 x 1.292.250 = 530.709 ton
April = 0,5074 x 1.292.250 = 655.703 ton
Jumlah SR II (Mei Agst) = 585.573 ton
Bulan Mei = 0,3625 x 585.573 = 212.291 ton
Juni = 0,1290 x 585.573 = 75.551 ton
Juli = 0,2736 x 585.573 = 160.189 ton
Agustus = 0,2349 x 585.573 = 137.541 ton
Jumlah SR III (Sep Okt) = 179.056 ton
Bulan September = 0,4195 x 179.056 = 75.119 ton
Oktober = 0,1933 x 179.056 = 34.603 ton
November = 0,2007 x 179.056 = 35.944 ton
Desember = 0,1865 x 179.056 = 33.391 ton
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 53
Produksi Padi Per Bulan Menurut Propinsi Berdasarkan Aram III Tahun 2011
No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des SR I SR II SR III
1
2
NTB Total 32.164 73.674 530.709 655.703 212.291 75.551 160.189 137.541 75.119 34.603 35.944 33.391 2.056.879 1.292.250 585.573 179.056
Langkah perhitungan produksi untuk komoditas jagung dan kedelai sama dengan langkah perhitungan produksi
untuk padi
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
Ton
Bulan
Grafik Produksi Padi Tahun 2011 (Aram III)Nusa Tenggara Barat
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 54
3. Neraca Ketersediaan Padi
No Uraian Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-Des Satuan
1 Produksi GKG BPS 32.164 73.674 530.709 655.703 212.291 75.551 160.189 137.541 75.119 34.603 35.944 33.391 2.056.879 Ton
2 Kebutuhan GKG (a+b+c+d) 2.348 5.378 38.742 47.866 15.497 5.515 11.694 10.040 5.484 2.526 2.624 2.438 150.152 Ton
a. Pakan ternak 0,44% x (1) 142 324 2.335 2.885 934 332 705 605 331 152 158 147 9.050 Ton
b. Benih 0,9% x (1) 289 663 4.776 5.901 1.911 680 1.442 1.238 676 311 323 301 18.512 Ton
c. Bahan baku industri
non makanan 0,56% x (1) 180 413 2.972 3.672 1.189 423 897 770 421 194 201 187 11.519 Ton
d. Tercecer 5,4% x (1) 1.737 3.978 28.658 35.408 11.464 4.080 8.650 7.427 4.056 1.869 1.941 1.803 111.071 Ton
3 Ketersediaan GKG (1) - (2) 29.816 68.296 491.967 607.836 196.794 70.036 148.496 127.500 69.635 32.077 33.320 30.953 1.906.727 Ton
4 Produksi beras 62,74% x (3) 18.706 42.849 308.660 381.357 123.468 43.941 93.166 79.994 43.689 20.125 20.905 19.420 1.196.280 Ton
5 Kebutuhan beras (a+b+c) 623 1.427 10.278 12.699 4.111 1.463 3.102 2.664 1.455 670 696 647 39.836 Ton
a. Pakan ternak 0,17% x (4) 32 73 525 648 210 75 158 136 74 34 36 33 2.034 Ton
b. Bahan baku industri
non makanan 0,66% x (4) 123 283 2.037 2.517 815 290 615 528 288 133 138 128 7.895 Ton
c. Tercecer 2,5% x (4) 468 1.071 7.717 9.534 3.087 1.099 2.329 2.000 1.092 503 523 486 29.907 Ton
6 Ketersediaan beras (4) - (5) 18.083 41.422 298.382 368.657 119.357 42.477 90.064 77.330 42.234 19.455 20.209 18.773 1.156.444 Ton
7 Jumlah Penduduk BPS 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 000
jiwa
8 Konsumsi RT & non
RT 139,15 /12 x (7) 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 626.204 Ton
9 Surplus/Defisit (6) - (8) (34.100) (10.762) 246.198 316.474 67.173 (9.706) 37.880 25.146 (9.950) (32.729) (31.975) (33.410) 530.240 Ton
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 55
Hasil Analisis Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Padi Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011 (Aram III)
KETERANGAN BULAN (Ton)
JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES JAN-DES
Produksi Padi 32.164 73.674 530.709 655.703 212.291 75.551 160.189 137.541 75.119 34.603 35.944 33.391 2.056.879
Ketersediaan Beras 18.083 41.422 298.382 368.657 119.357 42.477 90.064 77.330 42.234 19.455 20.209 18.773 1.156.444
Konsumsi RT & Non RT 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 626.204
Konsumsi RT 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 581.505
Surplus/Defisit (34.100) (10.762) 246.198 316.474 67.173 (9.706) 37.880 25.146 (9.950) (32.729) (31.975) (33.410) 530.240
JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES
Produksi Padi 32,16 73,67 530,7 655,7 212,2 75,55 160,1 137,5 75,11 34,60 35,94 33,39
Ketersediaan Beras 18,08 41,42 298,3 368,6 119,3 42,47 90,06 77,33 42,23 19,45 20,20 18,77
Kebutuhan RT & Non RT 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18
Konsumsi RT 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45
0 125,000 250,000 375,000 500,000 625,000 750,000
TON
Grafik Produksi, Ketersediaan & Kebutuhan Beras Tahun 2011 (Aram III)Provinsi Nusa Tenggara Barat
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 56
4. Neraca Ketersediaan Jagung
Langkah perhitungan luas panen dan produksi jagung sama dengan langkah perhitungan luas panen dan produksi
padi. Berikut ini hasil dari perhitungan produksi jagung per bulan Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan
Aram III tahun 2011
No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des
1
2
NTB Total 8.965 29.471 126.941 162.518 32.528 7.382 5.209 9.289 11.402 9.472 21.867 17.383 442.426
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 57
Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Jagung Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011 (Aram III)
No Uraian Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-
Des Satuan
1 Produksi BPS 8.965 29.471 126.941 162.518 32.528 7.382 5.209 9.289 11.402 9.472 21.867 17.383 442.426 Ton
2 Kebutuhan (a)+(b)+(c) 1.311 3.566 14.288 18.201 3.903 1.136 897 1.346 1.579 1.366 2.730 2.237 52.560 Ton
a. Pakan ternak 6% x (1) 538 1.768 7.616 9.751 1.952 443 313 557 684 568 1.312 1.043 26.546 Ton
b. Benih BPS 324 324 324 324 324 324 324 324 324 324 324 324 3.893 Ton
c. Tercecer 5% x (1) 448 1.474 6.347 8.126 1.626 369 260 464 570 474 1.093 869 22.121 Ton
3 Ketersediaan (1) - (2) 7.655 25.905 112.653 144.316 28.626 6.245 4.311 7.942 9.823 8.106 19.137 15.146 389.866 Ton
4 Jumlah Penduduk
BPS 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 000 jiwa
5 Kebutuhan RT
& non RT (a)+(b) / 12 x (4) 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 1,00 Ton
a. Konsumsi RT Susenas 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 1,00 kg/kap/th
b. Konsumsi
non RT BPS / Instansi
Terkait 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 kg/kap/th
6 Surplus/Defisit (3) - (5) 7.654 25.904 112.653 144.316 28.625 6.245 4.311 7.942 9.823 8.106 19.137 15.146 389.865 Ton
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 58
Hasil Analisis Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Jagung Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011 (Aram III)
KETERANGAN BULAN (Ton)
JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES JAN-DES
Produksi 8.965 29.471 126.941 162.518 32.528 7.382 5.209 9.289 11.402 9.472 21.867 17.383 442.426
Ketersediaan 7.655 25.905 112.653 144.316 28.626 6.245 4.311 7.942 9.823 8.106 19.137 15.146 389.866
Konsumsi RT & Non RT 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 5.019
Konsumsi RT 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 5.019
Surplus/Defisit 7.236 25.486 112.235 143.898 28.207 5.827 3.893 7.524 9.405 7.688 18.719 14.728 384.847
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 59
JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES
Produksi Jagung 8,965 29,47 126,9 162,5 32,52 7,382 5,209 9,289 11,40 9,472 21,86 17,38
Ketersediaan Jagung 7,655 25,90 112,6 144,3 28,62 6,245 4,311 7,942 9,823 8,106 19,13 15,14
Kebutuhan RT & Non RT 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418
Konsumsi RT 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418
0
30,000
60,000
90,000
120,000
150,000
180,000
Ton
Grafik Produksi, Ketersediaan & Kebutuhan Jagung Tahun 2011 (Aram III)Provinsi Nusa Tenggara Barat
Untuk komoditas kedelai, langkah-langkah perhitungan penyusunan neraca ketersediaan dan kebutuhan sama
dengan perhitungan untuk komoditas jagung, dengan menyesuaiakan faktor-faktor konversinya.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 60
IV. PROGNOSA HARI BESAR KEAGAMAAN
4.1 Konsepsi
Dinamika kebutuhan pangan masyarakat sepanjang waktu
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perubahan jumlah
penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, harga, tradisi
ataupun adanya hari besar dan keagamaan. Kebutuhan akan bahan
pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN)
biasanya mengalami peningkatan yang terjadi karena meningkatnya
permintaan pasar. Meningkatnya permintaan ini dipengaruhi antara
lain oleh tradisi mudik untuk berkumpul bersama keluarga pada
saat HBKN, tradisi menyuguhkan tamu dengan berbagai makanan
serta perilaku antisipatif masyarakat dengan membeli dan
menyimpan bahan pangan sebagai stok setelah HBKN. Yang perlu
diperhatikan di sini adalah kenaikan permintaan tidak berarti
kenaikan konsumsi pangan. Konsumen biasanya menjelang HBKN
membeli bahan pangan untuk disimpan sebagai stok sampai
beberapa waktu sesudah HBKN.
Kenaikan permintaan pangan akan memicu kenaikan harga pangan
bila situasi ini tidak diimbangi dengan kenaikan penyediaan
pangan. Di samping itu, kenaikan harga pangan yang terjadi pada
saat menjelang HBKN tidak hanya dipicu oleh tidak adanya respon
yang efektif dari kenaikan pada sisi penyediaan, tetapi seringkali
juga disebabkan oleh adanya aspek spekulasi para pelaku pasar
yang memanfaatkan kesempatan untuk meraih untung yang besar.
Dampak dari situasi ini adalah menurunnya daya beli masyarakat
terutama yang berpenghasilan rendah.
Untuk memenuhi permintaan pangan yang meningkat menjelang
HBKN sehingga tidak terjadi gejolak harga yang besar serta
mencegah aksi para spekulan pasar, maka perlu dilakukan langkah
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 61
antisipasi dengan membuat perkiraan (prognosa) besarnya
peningkatan tingkat kebutuhan untuk dapat memperkirakan
besarnya tingkat penyediaan pangan. Perkiraan (prognosa) tingkat
kebutuhan pangan menjelang HBKN menjadi dasar dalam
penetapan kebijakan penyediaan pangan pada waktu tersebut.
Perkiraan produksi pangan, stok/cadangan, impor dan ekspor
menentukan tingkat ketersediaan pangan dalam satu tahun. Dengan
melihat perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan pangan
setiap bulan, maka dapat ditetapkan kebijakan penyediaan pangan
setiap bulan, terutama pada bulan-bulan menjelang HBKN.
Indikator penyusunan prognosa ini adalah besarnya peningkatan
kebutuhan pangan menjelang HBKN. Selama ini besaran
peningkatan kebutuhan pangan menjelang HBKN dihitung dengan
memperkirakan kenaikan permintaan bahan pangan rata-rata 10
15 persen. Pada tahun 2004, Pusat Pengembangan Ketersediaan
Pangan Badan Ketahanan Pangan bekerja sama dengan Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran melakukan kajian mengenai
peningkatan kebutuhan pangan pada hari besar keagamaan dan
nasional, yaitu menjelang Ramadhan, hari raya Idul Fitri, Natal dan
Tahun Baru. Kajian ini dilakukan di 14 kota besar di Indonesia
terhadap 9 bahan pangan. Hasil kajian tersebut adalah: (1)
Koefisien peningkatan penyediaan; dan (2) Selang waktu persiapan
penyediaan untuk setiap komoditas pangan menjelang masing-
masing HBKN.
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 62
Tabel 4. Koefisien Peningkatan Penyediaan Komoditas Pangan
Menjelang HBKN
No. Komoditas
Koefisien Peningkatan
Puasa Idul
Fitri Idul Adha
Natal &
Tahun
Baru
1. Beras 0,16 0,32 0,01 0,12
2. Gula 0,37 1,36 0,07 0,09
3. M. Goreng 0,22 0,89 0,04 0,22
4. Telur Ayam 0,33 1,25 0,17 0,42
5. Kc. Tanah 0,44 2,35 0,15 0,52
6. Bawang Merah 0,27 1,54 0,57 0,28
7. Cabe Merah 0,38 2,81 0,49 0,30
8. Daging Sapi 0,35 3,99 1,06 0,36
9. Daging Ayam 0,76 2,48 0,63 0,76
Rata-rata 0,36 1,89 0,36 0,34
Keterangan: 0,01 artinya kenaikan permintaan sebesar 1 %
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 63
Tabel 5. Selang Waktu Persiapan Penyediaan Pangan
Menjelang HBKN Tahun 2011
No. Komoditas
Selang Waktu Persiapan (hari)
Puasa
Idul
Fitri
Idul
Adha
Natal dan
Tahun Baru
1 Beras 7 10 0 4
2 Gula 5 11 0 5
3 Minyak Goreng 5 9 0 4
4 Telur Ayam 5 10 0 4
5 Kacang Tanah 4 10 0 4
6 Bawang Merah 4 7 3 5
7 Cabe Merah 4 6 0 4
8 Daging Sapi 4 9 4 3
9 Daging Ayam 0 7 0 0
Catatan:
Dalam perhitungan, selang waktu 0 hari dihitung sebagai 1 hari
4.2 Metodologi
A. Data dan Sumber Data
Data-data yang dibutuhkan untuk penyusunan prognosa
ketersediaan dan kebutuhan pangan menjelang HBKN adalah:
1. Produksi, sumbernya Badan Pusat Statistik dan Statistik Ditjen
Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Ditjen Hortikultura
Kementerian Pertanian, Dewan Gula Indonesia, Ditjen
Perkebunan Kementerian Pertanian, Ditjen Peternakan
Kementerian Pertanian
2. Impor dan ekspor, sumbernya Badan Pusat Statistik
3. Stok, sumbernya Perum Bulog, Dewan Gula Indonesia
4. Ketersediaan, sumbernya Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 64
5. Konsumsi rumahtangga, sumbernya Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik, survei rumah tangga
wilayah yang dilakukan oleh instansi terkait.
6. Konsumsi non rumahtangga, sumbernya Badan Pusat Statistik
7. Jumlah penduduk, sumbernya Sensus Penduduk (SP) dan
Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) Badan Pusat Statistik.
B. Langkah Perhitungan
1. Ketersediaan
Penghitungan tingkat ketersediaan di suatu wilayah adalah
produksi dikurangi kebutuhan untuk pakan dan bibit/benih serta
tercecer ditambah stok dan impor dikurangi dengan ekspor.
Ketersediaan = Produksi (Kebutuhan pakan + bibit/benih +
tercecer) + Stok + Impor - Ekspor
2. Kebutuhan
Secara normatif, penghitungan kebutuhan pangan dalam satu
tahun di suatu wilayah yaitu dengan mengalikan jumlah
penduduk dengan kebutuhan atau konsumsi pangan per kapita,
baik rumahtangga maupun non rumahtangga (industri), di
wilayah tersebut.
Penghitungan kebutuhan pangan dalam satu tahun di suatu
wilayah secara normatif adalah:
1) Kebutuhan total dalam satu tahun
Kebutuhan total = Jumlah Penduduk x Kebutuhan
(Rumahtangga + Non Rumahtangga)
2) Kebutuhan setiap bulan
Kebutuhan setiap bulan = Kebutuhan total satu tahun / 12
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 65
Jika memperhitungkan HBKN, maka penghitungan kebutuhan
pangan memasukkan koefisien peningkatan dan
memperhitungkan selang waktu persiapan penyediaan bahan
pangan, sebagaimana berikut ini :
1) Kebutuhan total dalam satu tahun
Kebutuhan total = Jumlah Penduduk x Kebutuhan
(Rumahtangga + Non Rumahtangga)
2) Kebutuhan setiap bulan normal/yang tidak ada HBKN
Kebutuhan bulan normal = Kebutuhan satu tahun / (12 +
Total koefisien peningkatan)
3) Kebutuhan setiap bulan yang ada HBKN
Kebutuhan bulan HBKN = Kebutuhan bulan normal +
((Selang hari persiapan di bulan terkait/Selang waktu
persiapan x Koefisien peningkatan l bulan terkait) x
Kebutuhan bulan normal)
4) Kebutuhan setiap minggu pada bulan normal/yang tidak ada
HBKN
Kebutuhan setiap minggu = Kebutuhan bulan normal / 4
atau 5
Diasumsikan 1 bulan = 4 atau 5 minggu
5) Kebutuhan setiap minggu pada bulan yang ada HBKN
Kebutuhan setiap minggu = Kebutuhan minggu normal +
((Selang hari persiapan di minggu terkait/Selang waktu
persiapan x Koefisien peningkatan HBKN bulan terkait) x
Kebutuhan bulan normal).
C. Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan kebutuhan pangan secara normatif adalah
sebagai berikut:
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 66
Pada tahun 2012 untuk komoditas beras:
- Konsumsi beras (rumahtangga dan non rumahtangga) =
139,15 kg/kap/thn
- Jumlah penduduk = 244.775.796 jiwa
1. Kebutuhan beras total dalam satu tahun
= (139,15 x 244.775.796) / 1000 = 34.060.552 ton
2. Kebutuhan beras setiap bulan
= 34.060.552 / 12 = 2.838.379 ton
Dengan demikian, kebutuhan beras setiap bulan pada tahun
2012 secara normatif dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 6. Kebutuhan Beras Setiap Bulan Secara Normatif
Tahun 2012
Bulan Kebutuhan (Ton)
Januari 2.838.379
Februari 2.838.379
Maret 2.838.379
April 2.838.379
Mei 2.838.379
Juni 2.838.379
Juli 2.838.379
Agustus 2.838.379
September 2.838.379
Oktober 2.838.379
November 2.838.379
Desember 2.838.379
Total Kebutuhan 34.060.552
Contoh perhitungan kebutuhan pangan dengan
memperhitungkan HBKN adalah sebagai berikut:
Pada tahun 2012 untuk komoditas beras:
- Konsumsi beras (rumahtangga dan non rumahtangga) =
139,15 kg/kap/thn
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 67
- Jumlah penduduk = 244.775.796 jiwa
- Tanggal HBKN pada tahun 2012:
1 Ramadhan (Awal puasa): 21 Juli
Idul Fitri: 19 20 Agustus
Idul Adha: 26 Oktober
Natal: 25 Desember dan Tahun Baru 2013: 1 Januari
- Kalender HBKN pada tahun 2012:
Juli
M S S R K J S
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
21 Juli: 1 Ramadhan (Awal puasa)
Agustus
M S S R K J S
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31
19 20 Agustus : Idul Fitri
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 68
Oktober
M S S R K J S
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
26 Oktober : Idul Adha
Desember
M S S R K J S
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31
1 Jan
2013
25 Desember: Natal
1 Januari 2013: Tahun Baru
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 69
Tabel 7. Koefisien Peningkatan dan Selang Waktu pada Kalender
HBKN pada Tahun 2012
No
Bulan Juli Agustus Oktober Desember
Minggu ke- II III II III IV IV
Hari Besar Puasa Idul Fitri Idul Adha Natal & Tahun Baru
1 Beras
Selang waktu
penyediaan 1 hr 6 hr 3 hr 7 hr 1 hr 4 hr
Koefisien peningkatan 0,16 0,32 0,01 0,12
2 Kacang tanah
Selang waktu
penyediaan 4 hr 3 hr 7 hr 1 hr 4 hr
Koefisien peningkatan 0,44 2,35 0,15 0,52
3 Bawang merah
Selang waktu
penyediaan 4 hr 7 hr 3 hr 5 hr
Koefisien peningkatan 0,27 1,54 0,57 0,28
4 Cabe merah
Selang waktu
penyediaan 4 hr 6 hr 1 hr 4 hr
Koefisien peningkatan 0,38 2,81 0,49 0,3
5 Daging sapi
Selang waktu
penyediaan 4 hr 2 hr 7 hr 4 hr 3 hr
Koefisien peningkatan 0,35 3,99 1,06 0,36
6 Daging ayam
Selang waktu
penyediaan 1 hr 7 hr 1 hr 1 hr
Koefisien peningkatan 0,76 2,48 0,63 0,76
7 Telur Ayam
Selang waktu
penyediaan 5 hr 3 hr 7 hr 1 hr 4 hr
Koefisien peningkatan 0,33 1,25 0,17 0,42
8 Gula
Selang waktu
penyediaan 5 hr 4 hr 7 hr 1 hr 5 hr
Koefisien peningkatan 0,37 1,36 0,07 0,09
9 Minyak goreng
Selang waktu
penyediaan 5 hr 2 hr 7 hr 1 hr 4 hr
Koefisien peningkatan 0,22 0,89 0,04 0,02
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 70
1. Kebutuhan beras total dalam satu tahun
= (139,15 x 244.775.796) / 1.000 = 34.060.552 ton
2. Kebutuhan beras setiap bulan normal/yang tidak ada HBKN =
= 34.060.552 / (12 + (0,16 + 0,32 + 0,01 + 0,12)) = 2.701.075 ton
3. Kebutuhan beras setiap bulan yang ada HBKN
Contoh:
- Hari Raya Idul Fitri = 19 Agustus
- Koefisien peningkatan = 0,32
- Selang waktu persiapan = 10 hari
Dengan demikian, waktu persiapan masih jatuh pada bulan Agustus.
Kebutuhan beras setiap bulan yang ada HBKN
= 2.701.075 + ((10 / 10 x 0,32) x 2.701.075) = 3.565.419 ton
4. Kebutuhan beras setiap minggu pada bulan normal/yang tidak ada
HBKN
= 2.701.075 / 5 = 540.215 ton (Asumsi 1 bulan = 5 minggu)
5. Kebutuhan beras setiap minggu pada bulan yang ada HBKN
Contoh:
- Hari Raya Idul Fitri = 19 Agustus
- Koefisien peningkatan = 0,32
- Selang waktu persiapan = 10 hari
Dengan demikian, waktu persiapan masih jatuh pada bulan Agustus,
yaitu pada Minggu II = 3 hari persiapan dan Minggu III = 7 hari
persiapan. Minggu I, IV dan V adalah minggu normal.
Kebutuhan beras setiap minggu pada bulan yang ada HBKN yaitu:
Minggu I = Minggu IV = Minggu V = Minggu normal = 540.215 ton
Minggu II = 540.215 + (((3/10) x 0,32) x 2.701.075)
= 799.518 ton
Minggu III = 540.215 + (((7/10) x 0,32) x 2.701.075)
= 1.145.256 ton
Jadi, total kebutuhan bulan Agustus
= 540.215 + 799.518 + 1.145.256 + 540.215 + 540.215
= 3.565.419 ton
-
Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 71
Perhitungan kebutuhan beras dilakukan juga dengan metode yang
sama menjelang bulan Ramadhan, hari raya Idul Adha serta Natal dan
Tahun Baru.
Dengan demikian, kebutuhan beras setiap