panduan sipil teknis

29
Program Dan Sumber K PANDUAN SIPIL TEKNIS m Penanganan Lahan K Daya Air Berbasis Mas DIREKTORAT JEND BINA PEMBANGUNAN KEMENTERIAN DALAM 2013 Kritis syarakat DERAL N DAERAH M NEGERI

Upload: rudy-hartonos

Post on 31-Dec-2014

113 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

PANDUAN SIPIL TEKNIS ( PLKSDA-BM )

TRANSCRIPT

Page 1: PANDUAN SIPIL TEKNIS

PANDUANSIPIL TEKNIS

Program Penanganan Lahan Kritis

Dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat

DIREKTORAT JENDERALBINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

2013

PANDUANSIPIL TEKNIS

Program Penanganan Lahan Kritis

Dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat

DIREKTORAT JENDERALBINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

2013

PANDUANSIPIL TEKNIS

Program Penanganan Lahan Kritis

Dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat

DIREKTORAT JENDERALBINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

2013

Page 2: PANDUAN SIPIL TEKNIS

2PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

KATA PENGANTAR

Disusun dan Ditanda Tangan Oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota

.......................,................ 2013

Kepala Bappeda Kabupaten/ Kota.......................

(....................................)

Page 3: PANDUAN SIPIL TEKNIS

3PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 4

1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 5

1.3. Sasaran ................................................................................................. 5

1.4. Ruang Lingkup ...................................................................................... 5

II. PENDEKATAN SIPIL TEKNIS ...................................................................... 6

2.1 Sumur Siraman...................................................................................... 6

2.2 Sumur Resapan..................................................................................... 6

2.3 Embung ............................................................................................... 11

2.4 Perbaikan Irigasi.................................................................................. 13

2.5 Balai Pertemuan Kelompok ................................................................. 13

2.6 Bangunan Konservasi ......................................................................... 14

2.6.1. Guludan (teras kredit) ............................................................... 14

2.6.2. Terasering................................................................................. 16

2.6.3. Rorak (Saluran/Parit Buntu)...................................................... 22

2.6.4. Dam Parit .................................................................................. 24

2.7 Konservasi Lahan Dan Air Dengan Saluran Pembuangan Air (SPA)

Dan Bangunan Terjun ......................................................................... 26

III.PENUTUP.................................................................................................... 29

Page 4: PANDUAN SIPIL TEKNIS

4PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PANDUAN SIPIL TEKNISPROGRAM PENANGANAN LAHAN KRITIS DAN SUMBER DAYA AIR

BERBASIS MASYARAKAT (PLKSDA-BM) TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkat kekritisan lahan di Indonesia sudah memprihatinkan, hal tersebut

disebabkan antara lain oleh tekanan penduduk dan eksploitasi lahan yang

berlebihan oleh masyarakat serta penggunaan lahan di daerah hulu yang

tidak memperhatikan prinsip konservasi. Kondisi tersebut mengakibatkan

air hujan yang jatuh bukannya meresap kedalam tanah menjadi air tanah,

melainkan langsung menjadi air permukaan yang mengalir kehilir dan

berpotensi mengakibatkan banjir, tanah longsor, proses sedimentasi yang

berlebihan, dan sebagainya.

Perilaku pragmatis masyarakat pra-sejahtera di wilayah hulu untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya cenderung melakukan

kegiatan cocok tanam musiman (cash crop), sehingga dalam jangka

panjang sangat merusak fungsi dan kondisi lahan, terlebih bila dalam

penyiapan lahannya melakukan kegiatan pembakaran hutan.

Dari pelajaran tersebut diatas, disimpulkan bahwa sangat perlu

diupayakan perbaikan lingkungan, khususnya lahan kritis, melalui pola

partisipatif antara masyarakat dengan Pemerintah daerah sebagai pemilik

lahan. Salah upaya dilakukan oleh pemerintah adalah melalui Program

Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat

(PLKSDA-BM).

Batasan atau ruang lingkup dari usaha penyelamatan lahan dan sumber

daya air yang akan ditangani melalui program ini yaitu kondisi lahan kritis

yang ringan sampai sedang, yang penanganannya diutamakan dengan

pendekatan vegetatif (tanaman) dan sipil teknis.

Page 5: PANDUAN SIPIL TEKNIS

5PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Untuk menjamin keberhasilan usaha penyelamatan lahan dan sumber

daya air perlu dilakukan upaya yang komprehensif antara lain kegiatan

sipil teknis yang disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi dan potensi

lapangan, sehingga perlu adanya petunjuk/panduan untuk

mengimplementasikan sipil teknis.

11..22 MMaakkssuudd ddaann TTuujjuuaann

Maksud Panduan ini adalah untuk membantu Pemerintah Daerah

(Kabupaten/Kota) selaku pengelola program dalam melaksanakan

kegiatan sipil teknis sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Sedangkan tujuannya adalah agar masyarakat sekitar :

a. Mengetahui prinsip dan mampu mengimplementasikan usaha

penyelamatan lahan kritis dan sumber daya air melalui kegiatan sipil

teknis yang sederhana sesuai kebutuhan.

b. Mampu memelihara, mengoperasikan, memelihara secara swakelola

dan / atau mengembangkan aset sipil teknis yang sudah dibangun.

11..33 SSaassaarraann

Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan panduan ini adalah

terwujudnya bangunan sipil teknis yang bermanfaat untuk menunjang

keberhasilan Program PLKSDA-BM.

11..44 RRuuaanngg LLiinnggkkuupp

Ruang lingkup materi panduan ini mencakup beberapa hal yang terkait

dengan pendekatan sipil teknis yaitu :

a. Sumur Siraman

b. Sumur Resapan

c. Embung

d. Perbaikan Irigasi

e. Balai Pertemuan Kelompok

f. Bangunan Konservasi

Page 6: PANDUAN SIPIL TEKNIS

6PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

II. PENDEKATAN SIPIL TEKNIS

Kegiatan-kegiatan sipil teknis yang di uraikan dalam panduan ini meliputi :

2.1. SUMUR SIRAMAN

Penyediaan air siraman disesuaikan dengan potensi lokasi, dapat berupa

sumur atau perpipaan dari sumber air. Sarana ini disiapkan untuk penyiraman

tanaman, terutama pada tanaman yang baru ditanam atau pada saat musim

kemarau. Untuk menunjang pelaksanaan penyiraman, dapat dilengkapi

dengan beberapa peralatan lain seperti pompa air, bak penampung,

pipanisasi, dll.

Penyediaan air siraman tersebut, diantaranya dibuat berupa :

a. Sumur dangkal

Suatu lubang dengan ukuran bulat dengan diameter 1,0 – 2,0 m, atau

persegi empat dengan sisi-sisi 1,0 - 1,5 m dan kedalaman 2 – 30 m.

Dibangun pada lokasi yang memiliki potensi air permukaan yang dangkal.

b. Sumur dalam

Sumur dalam dibangun pada lokasi yang memiliki potensi air permukaan

dalam, luas lahannya lebih dari 5 ha. Pembangunan sumur dalam perlu

mempertimbangkan kemampuan peserta (kelompok) untuk membiayai

operasional dan pemeliharaannya.

c. Pipanisasi.

Bagi lokasi yang berdekatan dengan sumber air dapat dilakukan

pipanisasi, dan pembuatan bak penampung air.

2.2. SUMUR RESAPAN

Sumur Resapan merupakan bangunan serupa sumur tetapi difungsikan untuk

menampung air hujan sehingga akan menambah cadangan air dalam tanah

yang bisa dimanfaatkan selama musim kemarau.

Sumur Resapan ini diperlukan bila lahan kritis yang akan digarap relatif sempit

(tidak cukup untuk meresapkan air hujan), maka dengan dibuatnya sumur

Page 7: PANDUAN SIPIL TEKNIS

7PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

tersebut, resapan air dapat ditingkatkan dan aliran air permukaan (run off)

dapat dikurangi. Bentuk dan ukuran sumur resapan dibuat sesuai dengan

sefesifikasi yang dikeluarkan oleh instansi terkait..

a. Jenis-jenis Sumur Resapan :1) Sumur Resapan kosongan, tanpa pasangan dinding sumur, dasar

sumur tanpa diisi batu belah maupun ijuk

2) Sumur Resapan tanpa pasangan dinding sumur, namun dasar sumur

diisi batu belah dan ijuk.

3) Sumur Resapan dengan susunan batu, batu kali atau batako pada

dinding sumur. Dasar sumur kosong atau diisi dengan batu belah dan

ijuk.

4) Sumur Resapan dengan dinding sumur menggunakan buis beton.

5) Sumur Resapan dengan dinding sumur menggunakan blawong (batu

cadas yang dibentuk khusus)

Pemilihan jenis Sumur Resapan tersebut disesuaikan dengan kondisi

lingkungan (keadaan struktur/textur tanah / batuan), mengingat masing-

masing mempunyai keunggulan berbeda.

b. Pemilihan jenis sumur :1) Pada tanah yang relatif stabil, dipilih sumur tanpa dinding dan dasar

diisi batu belah dan ijuk.

2) Pada tanah yang labil, dipilih sumur dengan dinding sumur (pasangan

batu kosong / batu kali / batako). Sebaiknya dasar diisi batu dan ijuk.

3) Pada tanah yang sangat labil, sumur menggunakan konstruksi

dinding buis beton sehingga untuk resapannya hanya mengandalkan

resapan pada dasar sumur.

Page 8: PANDUAN SIPIL TEKNIS

8PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Gambar Sumur Resapan

c. Bangunan Pelengkap Sumur Resapan :

Bangunan pelengkap yang diperlukan adalah bak kontrol, sumuran kecil,

tutup sumur resapan dan tutup bak kontrol, lubang biopori, saluran

masuk dan keluar (terbuka ataupun tertutup).

1) Bak Kontrol :Bangunan ini berupa bak yang diisi berturut-turut gravel (kerikil), pasir

kasar, pasir dan ijuk. Dengan demikian air yang terserap tidak

membawa partikel debu hasil erosi dari sekitar yang dapat

menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada. Lebar dan ketinggian

sisi dalam Bak Kontrol dibuat 3 x diameter luar lubang Biopori,

sedang penempatannya bersebelahan sebelah hulu sumur resapan

kearah alur datangnya aliran air yang akan diresapkan.

2) Saluran air:Sebagai jalan aliran air menuju lokasi bak kontrol dan lubang

biopori.Saluran ini dilapisi lapisan peresap berupa pasangan batu

kosong pada dasar dan dinding saluran setinggi perkiraan air datang,

sepanjang 10 m kearah hulu.

Page 9: PANDUAN SIPIL TEKNIS

9PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

3) Pipa pemasukan dan pipa pengeluaranPipa plastik diameter 110 mm, yang dipasang dengan menonjol

kearah dalam sumur sepanjang 20 cm dengan lobang-lobang pori

yang dibuat pada pipa.

4) Lubang BioporiBangunan ini merupakan bangunan terpisah dari sumur resapan dan

direkomendasikan untuk membantu meningkatkan jumlah resapan

air, sekaligus memanfaatkan bahan organik yang akan diubah

menjadi sumber hara bagi organisme di dalam tanah seperti cacing,

daerah perakaran, rayap dan fauna tanah lainnya. Dengan demikian,

selain membantu peresapan air, biopori juga akan bermanfaat untuk

memperbaiki struktur tanah.

Cara pembuatan lubang biopori :a) Dibuat beberapa lubang silindris, arah vertikal kedalam tanah

dengan dia 10 – 30 cm, berjarak masing-masing 50 – 100 cm.

Kedalaman 80 – 100 cm, dengan catatan tetap diatas MAT.

b) Bibir atas lubang diperkuat dengan semen 2 – 3 cm dengan tebal

2 cm.

c) Isi lubang dengan sampah organic yang berasal dari sampah

dapur, sisa tanaman, dedaunan, pangkasan rumput atau bahan

organik lainnya. Pengisian ini dapat dilakukan bertahap

ditambahkan pada jangka waktu tertentu bila isi bahan organik isi

lubang sudah menyusut akibat proses pelapukan menjadi

kompos.

d) Kompos yang terbentuk secara bertahap diambil secara periodik

bersamaan dengan pemeliharaan lubang biopori.

Page 10: PANDUAN SIPIL TEKNIS

10PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Gambar lubang biopori :

Page 11: PANDUAN SIPIL TEKNIS

11PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

a. Ketentuan Umum :

Dasar sumur sebaiknya diatas dasar sumur gali / siraman, jugangan

dan saluran yang mungkin ada serta Muka Air Tanah (MAT)

disekitarnya

Pada daerah berkapur dengan kedalaman yang dangkal, biasanya

MAT sangat dalam sehingga sumur resapan kurang efektif.

Untuk mendapatkan maksimum resapan, perlu diupayakan agar

sumur resapan mempunyai bentang tangkapan air atau alur saluran

alam. Untuk mengontrol air yang masuk, dibuat bak kontrol dan

saringan air.

Pada dinding sumur tepat diseberang pipa pemasukan, dipasang

pipa pengeluaran yang letaknya lebih rendah daripada pipa

pemasukan agar tidak terjadi luapan air didalam sumur. Bila tidak

dilengkapi pipa pengeluaran, maka air yang masuk harus diatur

dengan suatu sekat pengatur.

Diameter sumur tergantung debit air yang mungkin masuk (dapat

ditaksir dari luas daerah tangkapan air), tebal lapisan aquifer dan

daya tampung lapisan aquifer.

Tergantung jenis tanah di lahan dan ketersediaan dana, dinding

sumur dapat dibuat dari lapisan pasangan batu bata atau buis buis

beton. Pada dinding ini diberi lobang air untuk lewatnya air yang

meresap secara horizontal.

Untuk memperjelas keberadaan sumur resapan dan menghindari

gangguan dan kecelakaan, maka bibir sumur perlu dipertinggi dan /

atau dilengkapi dengan tutup seperlunya.

Jumlah dan penempatan sumur resapan sangat tergantung sebaran

dan besarnya air yang datang dan akan diresapkan. Perhitungan

yang teliti akan membutuhkan data yang lengkap, diantaranya :

kerapatan dan bentuk drain / alur air lokal, rekaman catatan hujan

minimal 11 tahun, luas Daerah Tangkapan Air (DTA), kemiringan

lahan, jenis tanah dll.

Page 12: PANDUAN SIPIL TEKNIS

12PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

2.3. EMBUNG

Embung atau tandon air pertanian ( small farm reservoir) merupakan galian

yang dibuat dipermukaan tanah yang relatif berbentuk segi empat memanjang

(maksimal menyesualkan bentuk kontur) bertujuan untuk menampung air

berlebih dari air hujan maupun sumber air lainnya.

Penggunaan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya komoditas

pertanian bernilai ekonomi tinggi ( high added value crops) di musim kemarau

atau di saat curah hujan makin jarang.

a. Persyaratan Pembuatan Embung:1) Tekstur Tanah

a) Embung dibuat pada lahan dengan tanah liat berlempung.

b) Jika tanah berpasir yang porous (mudah meresapkan air)

dianjurkan memakai alas plastik atau ditembok sekeliling embung

2) Kemiringan Lahan

a) Embung dibuat pada areal dengan kemiringan antara 8 – 30%.

b) Agar limpahan air permukaan dapat dengan mudah mengalir

kedalam embung dan air embung mudah disalurkan ke petak-

petak tanaman, maka harus ada perbedaan ketinggian antara

embung dan petak tanaman.

3) LokasiUntuk pemilihan lokasi tapak (site) dilakukan dengan cara

inventarisasi pada beberapa calon lokasi embung air dengan kriteria

sebagai berikut:

a) Penempatan embung sebaiknya dekat dengan saluran air yangada disekitarnya, supaya pada saat hujan, air di permukaan tanahmudah dialirkan kedalam embung.

b) Lokasinya memiliki daerah tangkapan hujan. Terdapat sumber airyang dapat ditampung baik berupa air hujan, aliran permukaan,mata air, parit atau sungai.

Page 13: PANDUAN SIPIL TEKNIS

13PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

c) Daerah kritis dan kekurangan air (defisit)

d) Topografi bergelombang dengan kemiringan <30%

e) Air tanah sangat dalam

f) Tanah dasar berupa tanah liat berlempung atau lempung berdebu

g) Pembangunan embung air diprioritaskan di dekat lokasi

pemukiman dan lahan pertanian/perkebunan dengan daya

tampung air 500ml

2.4. PERBAIKAN IRIGASI

Kegiatan ini dilakukan dengan memperbaiki irigasi yang ada di wilayah

program lahan kritis yang memberikan kontribusi terhadap kebutuhan air

tanaman.

Kegiatan tersebut dimaksudkan “ mengambil “ (bukan membangun jaringan

irigasi baru) sejumlah air dari suatu jaringan irigasi yang ada disekitar lokasi

program. Mengingat debit jaringan irigasi umumnya dirancang berdasarkan

perhitungan desain yang sudah final berdasarkan kebutuhan areal irigasi yang

sudah definitif. Untuk itu pelaksanaannya harus didahului pembicaraan /

kesepakatan dengan pengguna air irigasi sebelumnya, dan perlu dinyatakan

dalam Berita Acara Kesepakatan

2.5. BALAI PERTEMUAN KELOMPOK

Balai Pertemuan Kelompok ini merupakan sarana kegiatan anggota kelompok

dalam membahas dan memusyawarahkan program dan kegiatan penanganan

lahan kritis. Pembangunan balai dilaksanakan oleh kelompok tani, berbentuk

sederhana dengan memanfaatkan potensi bahan baku lokal. Biaya

pembangunan balai dapat berasal dari swadaya masyarakat maupun berasal

dari bantuan program dan atau sharing pembiayaan masyarakat dan program.

Contoh Bangunan Pertemuan Kelompok :

Page 14: PANDUAN SIPIL TEKNIS

14PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Contoh 1 Contoh 2

Contoh 3 Contoh 4

2.6. BANGUNAN KONSERVASI

Bangunan konservasi untuk lokasi program yang tingkat erosinya tinggi,

dibutuhkan pembangunan guludan, terasering, saluran pembagi air (SPA),

bangunan terjunan, check dam, rorak dan lainnya sesuai kebutuhan program

dalam mencapai optimalisasi dan efektifitas penanganan lahan kritis.

2.6.1. Guludan (teras kredit)Adalah guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan Saluran

Pembuangan Air (SPA).pada bagian lereng atasnya. Guludan ini dapat

difungsikan sebagai pengendali erosi dan penangkap aliran permukaan

dari permukaan bidang olah.Aliran permukaan diresapkan kedalam

tanah didalam saluran air, sedangkan air yang tidak meresap dialirkan ke

drainase yang ada atau yang dibuat baru melintang kontur sebagai

pengumpul air.

Page 15: PANDUAN SIPIL TEKNIS

15PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Sesuai kebutuhan, guludan dapat dibuat berupa guludan besar dan kecil.

Diantara guludan besar terdapat beberapa guludan kecil sejajar kontur

serta dilengkapi dengan SPA.

a. Persyaratan Teknis Guludan

1) Kemiringan lereng : 10 – 15 %

2) Kedalaman tanah : > 30cm

3) Jenis erosi : erosi permukaan

4) Penggunaan lahan : tanaman semusim

5) Tidak cocok untuk tanaman peka longsor

6) Lain-lain :

a) Diterapkan pada tanah dengan permeabilitas dan infiltrasi

tinggi

b) Diperlukan SPA yang aman (bervegetasi)

c) Dapat dilaksanakan pada lahan budidaya kayu-kayuan /

tahunan

d) Tenaga kerja dan modal terbatas

b. Pembuatan Guludan

1) Persiapan lapangan dengan pemancangan patok-patok menurut

garis kontur dengan menggunakan ondol-ondol dan atau

waterpass sederhana. Jarak patok dalam baris 5 m dan jarak

antar baris guludan 5-12 m (rata-rata 10), samadengan jarak

antara dua guludan.

2) Pembuatan selokan teras dilakukan dengan menggali tanah

dihulu guludan, sejajar mengikuti arah larikan patok. Ukuran

selokan teras: dalam 30 cm, lebar bawah 20 cm, dan lebar atas

40-60 cm,

3) Tanah hasil galian pada pembuatan selokan teras ditimbunkan di

tepi luar (bagian bawah saluran) sehingga membentuk guludan

dengan ukuran: lebar atas 20 cm, lebar bawah 50-80 cm dan

tinggi 30-60 cm. Guludan dan selokan dibuat tegak lurus garis

kontur. Pembuatan teras dimulai dari bagian atas lereng,

Page 16: PANDUAN SIPIL TEKNIS

16PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

4) Penanaman tanaman penguat teras pada guludan, dapat berupa

jenis kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm bila

menggunakan stek/stump, atau ditabur jika menggunakan

benih/biji, dan jarak tanam 30 cm.

5) Guludan ditutup dengan mulsa hasil pangkasan.

Gambar Penampang Guludan

2.6.2. Teraseringa. Teras Datar

Adalah teknik konservasi lahan berupa tanggul tanah sejajar kontur

yang dilengkapi saluran, di atas dan di bawah tanggul. Bidang olah

tidak diubah dari kelerengan permukaan asli. Kemiringan lereng <3%.

1) Pembuatan Teras Datar :

a) Tanah digali untuk dibuat saluran menurut garis kontur dan

tanah galiannya ditimbunkan ke tepi luar,

b) Teras dibuat sejajar dengan garis kontur,

c) Lebar guludan atas 0,37 – 0,5 m, lebar dasar guludan bawah

menyesuaikan kemiringan guludan,

16PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

4) Penanaman tanaman penguat teras pada guludan, dapat berupa

jenis kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm bila

menggunakan stek/stump, atau ditabur jika menggunakan

benih/biji, dan jarak tanam 30 cm.

5) Guludan ditutup dengan mulsa hasil pangkasan.

Gambar Penampang Guludan

2.6.2. Teraseringa. Teras Datar

Adalah teknik konservasi lahan berupa tanggul tanah sejajar kontur

yang dilengkapi saluran, di atas dan di bawah tanggul. Bidang olah

tidak diubah dari kelerengan permukaan asli. Kemiringan lereng <3%.

1) Pembuatan Teras Datar :

a) Tanah digali untuk dibuat saluran menurut garis kontur dan

tanah galiannya ditimbunkan ke tepi luar,

b) Teras dibuat sejajar dengan garis kontur,

c) Lebar guludan atas 0,37 – 0,5 m, lebar dasar guludan bawah

menyesuaikan kemiringan guludan,

16PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

4) Penanaman tanaman penguat teras pada guludan, dapat berupa

jenis kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm bila

menggunakan stek/stump, atau ditabur jika menggunakan

benih/biji, dan jarak tanam 30 cm.

5) Guludan ditutup dengan mulsa hasil pangkasan.

Gambar Penampang Guludan

2.6.2. Teraseringa. Teras Datar

Adalah teknik konservasi lahan berupa tanggul tanah sejajar kontur

yang dilengkapi saluran, di atas dan di bawah tanggul. Bidang olah

tidak diubah dari kelerengan permukaan asli. Kemiringan lereng <3%.

1) Pembuatan Teras Datar :

a) Tanah digali untuk dibuat saluran menurut garis kontur dan

tanah galiannya ditimbunkan ke tepi luar,

b) Teras dibuat sejajar dengan garis kontur,

c) Lebar guludan atas 0,37 – 0,5 m, lebar dasar guludan bawah

menyesuaikan kemiringan guludan,

Page 17: PANDUAN SIPIL TEKNIS

17PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

d) Jarak tepi bawah saluran di bawah guludan terhadap tengah

guludan 2,5 – 3,5 m, sedang jarak tepi atas saluran di atas

guludan terhadap tengah guludan 3 – 6 m,

e) Guludan ditanami rumput makanan ternak (Priyono, et al,

2002)

2) Penampang melintang Teras Datar

Gambar Teras Datar

b. Teras Bangku,adalah teknik konservasi lahan dengan cara mengubah permukaan

lahan miring menjadi teras-teras yang menyerupai bangku dan

mengikuti garis kontur. Kemiringan lereng 10 – 15 %.

17PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

d) Jarak tepi bawah saluran di bawah guludan terhadap tengah

guludan 2,5 – 3,5 m, sedang jarak tepi atas saluran di atas

guludan terhadap tengah guludan 3 – 6 m,

e) Guludan ditanami rumput makanan ternak (Priyono, et al,

2002)

2) Penampang melintang Teras Datar

Gambar Teras Datar

b. Teras Bangku,adalah teknik konservasi lahan dengan cara mengubah permukaan

lahan miring menjadi teras-teras yang menyerupai bangku dan

mengikuti garis kontur. Kemiringan lereng 10 – 15 %.

17PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

d) Jarak tepi bawah saluran di bawah guludan terhadap tengah

guludan 2,5 – 3,5 m, sedang jarak tepi atas saluran di atas

guludan terhadap tengah guludan 3 – 6 m,

e) Guludan ditanami rumput makanan ternak (Priyono, et al,

2002)

2) Penampang melintang Teras Datar

Gambar Teras Datar

b. Teras Bangku,adalah teknik konservasi lahan dengan cara mengubah permukaan

lahan miring menjadi teras-teras yang menyerupai bangku dan

mengikuti garis kontur. Kemiringan lereng 10 – 15 %.

Page 18: PANDUAN SIPIL TEKNIS

18PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

1) Persyaratan teknis Teras Bangku :a) Kemiringan lereng : 10 – 15 %b) Kedalaman tanah : > 30 cmc) Jenis erosi : erosi permukaand) Penggunaan lahan : tanaman semusime) Lain-lain : Diterapkan pada tanah dengan permeabilitas dan infiltrasi

tinggi Diperlukan SPA yang aman (bervegetasi) Dapat dilaksanakan pada lahan budidaya kayu-kayuan /

tahunan Tenaga kerja dan modal terbatas

2) Pembuatan Teras Bangkua) Memasang patok induk di sepanjang calon tempat saluran

pembuangan air, dengan kode 1, 2, 3, dst sebagai batas

galian dan timbunan tanah. Jarak antara 2 patok yang

berdekatan sama dengan lebar bidang olah teras yang

direncanakan, jarak ini ditentukan oleh kemiringan lereng.

Pemasangan dimulai dari bagian atas lereng,

b) Memasang patok pembantu dengan kode 1a, 1b, 1c, dst

berderet menurut garis kontur di kanan kiri patok induk kode 1

dan dengan kode 2a, 2b, 2c, dst untuk patok induk 2 dan

seterusnya. Jarak antara patok pembantu 5 meter.

Deretan patok pembantu merupakan garis batas galian dan

batas timbunan tanah. Untuk menentukan letak patok

pembantu digunakan waterpas sederhana sehingga mengikuti

garis kontur

c) Memasang patok as (pusat) di antara 2 baris patok pembantu.

Ukuran patok as lebih kecil dari patok pembantu. Jarak antar

patok as pada deretan yang sama 5 meter.Lebar teras

tergantung pada besarnya lereng, kedalaman tanah, tanaman

dan pola tanamnya.

Page 19: PANDUAN SIPIL TEKNIS

19PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Penampang Teras Bangku Datar

Gambar Teras Bangku Datar

c. Teras Batu1) Persyaratan Teknis Teras Batu

a) Diterapkan pada lahan yang banyak tersedia kerikil dan batu

b) Dapat digunakan untuk persiapan pembangunan teras bangku

dan hillside ditches

Page 20: PANDUAN SIPIL TEKNIS

20PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

2) Pembuatan Teras Batu :a) Buat gambar dasar dinding dan gali tanah sedalam 30 cm atau

lebih,

b) Pilih batu yang besar Buat gambar sebagai dinding,

c) Dinding jangan terlalu tinggi, bila akan digunakan untuk

membangun teras bangku di waktu yang akan datang,

d) Dalam membangun teras bangku, dinding dibangun dalam

beberapa tahap tergantung dari ketersediaan batu.

Gambar Teras Batu

d. Teras KebunTeras kebun adalah teknik konservasi tanah berupa teras yang hanya

dibuat pada bidang tanah yang akan ditanami dan sejajar kontur. Karena

lahan dianggap cukup stabil, disini tidak perlu dibuat saluran air

sepanjang teras. Disini biasanya jenis komoditi merupakan Multiple

Cropping.

Page 21: PANDUAN SIPIL TEKNIS

21PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

1) Standard Teknis.a) Kemiringan lereng 10-30%.

b) Solum tanah >30 cm.

c) Lebar teras 1.5 m

d) Teras miring kedalam 1%.

e) Di luar teras ditanami tanaman penutup teras.

f) Cocok untuk ditanami tanaman perkebunan/tahunan.

g) Cocok untuk tanah dengan daya serap lambat.

2) Manfaat.a) Pengendalian erosi tanah.

b) Peningkatan air infiltarsi.

c) Pengurangan aliran permukaan.

Penampang Teras Kebun

d. Teras IndividuAdalah teknis konservasi tanah berupa teras yang dibuat hanya pada

tempat yang akan ditanami tanaman pokok. Karena pertimbangan

keamanan lahan olah, disini dibuat saluran sepanjang garis kontur. Pada

teras ini biasanya komoditi berupa Mono culture (satu jenis tanaman)

1) Standart Teknis Teras Individu.a) Ukuran teras 1x1 m (persegi empat).

b) Ukuran diameter 1 m (lingkaran).

c) Hanya untuk tanaman berupa pohon.

d) Kemiringan lereng 30-50%.

e) Pada lokasi dengan curah hujan rendah.

f) Tanah diluar teras ditanami tanaman penutup tanah.

g) Untuk lereng yang curam dapat dikombinasikan dengan teknis

konservasi tanah lainnya.

Page 22: PANDUAN SIPIL TEKNIS

22PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

2) Manfaat.1) Pengendalian erosi tanah.

2) Pengurangan aliran permukaan.

3) Peningkatan air infiltrasi

Gambar penampang Teras Individu

2.6.3. Rorak (Saluran / Parit Buntu)Adalah teknik konservasi lahan dengan cara membuat saluran buntu

pada bidang olah yang sejajar dengan garis kontur guna menjebak dan

meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen dari bidang

olah.

a. Persyaratan Teknis Rorak(Saluran /Parit Buntu)

1) Kemiringan lereng : 3 – 10%

2) Kedalaman tanah : > 30 cm

3) Jenis erosi : erosi permukaan

22PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

2) Manfaat.1) Pengendalian erosi tanah.

2) Pengurangan aliran permukaan.

3) Peningkatan air infiltrasi

Gambar penampang Teras Individu

2.6.3. Rorak (Saluran / Parit Buntu)Adalah teknik konservasi lahan dengan cara membuat saluran buntu

pada bidang olah yang sejajar dengan garis kontur guna menjebak dan

meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen dari bidang

olah.

a. Persyaratan Teknis Rorak(Saluran /Parit Buntu)

1) Kemiringan lereng : 3 – 10%

2) Kedalaman tanah : > 30 cm

3) Jenis erosi : erosi permukaan

22PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

2) Manfaat.1) Pengendalian erosi tanah.

2) Pengurangan aliran permukaan.

3) Peningkatan air infiltrasi

Gambar penampang Teras Individu

2.6.3. Rorak (Saluran / Parit Buntu)Adalah teknik konservasi lahan dengan cara membuat saluran buntu

pada bidang olah yang sejajar dengan garis kontur guna menjebak dan

meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen dari bidang

olah.

a. Persyaratan Teknis Rorak(Saluran /Parit Buntu)

1) Kemiringan lereng : 3 – 10%

2) Kedalaman tanah : > 30 cm

3) Jenis erosi : erosi permukaan

Page 23: PANDUAN SIPIL TEKNIS

23PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

4) Penggunaan lahan : tanaman kayu

5) Tekstur : kasar

6) Lain-lain : Permeabilitas cepat

b. Manfaat rorak adalah untuk :1) Mengurangi aliran air permukaan.

2) Meningkatkan proses pengendapan sedimentasi agar tidak

terbawa aliran air permukaan kedaerah dibawahnya, serta dapat

digunakan untuk menghasilkan kompos bila dikombinasikan

dengan mulsa.

3) Meningkatkan air tanah.

c. Pembuatan Rorak :1) Persiapan Lapangan

a) Pengukuran kembali.

b) Pematokan tanda letak rorak.

c) Pengadaan bahan dan alat.

2) Ukuran rorak umumnya berukuran panjang 1 – 2 meter, lebar 25 –

50 cm dan dalam 20 – 30 cm,

3) Rorak dapat diisi dengan mulsa slot untuk mengurangi

sedimentasi dan meningkatkan kesuburan tanah,

4) Pembuatan rorak mengurangi lahan sebesar 3 – 10 %,

5) Rorak buntu dapat dibuat pada bagian lereng atas tanaman,

6) Sedimen yang tertampung dalam rorak buntu dapat digunakan

untuk membumbun.

Rorak yang telah dibangun sesuai rancangan dan setelah selesai

masa pemeliharan harus segera diserahkan kepada aparat desa

setempat dengan berita acara untuk segera dilakukan

pengelolaan/pemeliharaan lebih lanjut oleh kelompok tani.Dengan

demikian lahan tersebut selalu terpelihara.

Page 24: PANDUAN SIPIL TEKNIS

24PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Gambar Rorak

2.6.4. Dam Parit

Dam Parit adalah teknik konservasi lahan dengan cara mengumpulkan

atau membendung aliran air permukaan pada suatu parit sehingga dapat

menurunkan aliran permukaan, erosi dan sedimentasi. Bangunan dapat

berupa bronjong, rangkaian anyaman / pagar bambu / kayu.

Dam parit merupakan salah satu teknik konservasi tanah dan air yang

sederhana, namun berguna untuk menampung air hujan yang turun.

a. Persyaratan Lokasi.1) Lahan kritis dan potensial kritis.

2) Sedimentasi dan erosi sangat tinggi.

3) Pengamanan sumber air/bangunan vital

4) Luas Daerah Tangkapan air (DTA) 10-30 Ha.

5) Tinggi maksimal 4 meter.

6) Kemiringan alur 15-35%.

b. Tahapan Pelaksanaan.1) Persiapan.

a) Penyiapan Kelembagaan

Pertemuan dengan masyarakat/kelompok dalam rangka

sosialisasi.

Pembentukan organisasi dan penyusunan rencana kerja.

Page 25: PANDUAN SIPIL TEKNIS

25PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

b) Pengadaan Sarana dan Prasarana.

Pengadaan sarana dan prasarana (sarpras) diutamakan

untuk jenis peralatan dan bahan habis pakai. Pelaksanaan

pekerjaan dilapangan antara lain :

Pembuatan jalan masuk.

Pembuatan gubuk kerja/gubuk material da papan nama.

c) Penataan areal kerja.

Pembersihan lapangan.

Pengukuran kembali.

Pemasangan patok batas.

d) Pelaksanaaan Pembuatan.

Pemasangan profil bangunan.

Pengalian pondasi bangunan.

Pengayaman/pembuatan bronjong.

Pengisian bronjong.

Pengikatan bronjong.

e) Pemeliharaan bangunan dan penahan meliputi:

Pembersihan seresah.

Pemeliharaan bronjong.

c. Hasil Kegiatan.

Hasil kegiatan berupa bangunan dam penahan yang dibuat dengan

jumlah dan konstruksi yang sesuai dengan rancangan dan untuk

pemeliharaannya segera diserahkan kepada kepala desa / Kelompok

Tani secara swadaya masyarakat agar tidak rusak kembali.

Page 26: PANDUAN SIPIL TEKNIS

26PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Penampang Dam Parit

Gambar Dam Parit

3.7 Konservasi Lahan Dan Air Dengan Saluran Pembuangan Air (SPA)Dan Bangunan Terjun

Kegiatan disini pada dasarnya adalah sejauh mungkin mempergunakansaluran alam yang sudah ada, baik bentuk maupun dimensinya. Apabilaperlu diadakan modifikasi, maka dimensi saluran tersebut dimodifikasidengan bentuk yang sederhana, demikian juga bangunannya, yang dapatdikerjakan oleh Kelompok Tani setempat, sesuai kondisi lapangan,namun cukup kuat / stabil dan dapat dipertanggung-jawabkan sebagaikonstruksi teknis, baik sebagai konstruksi saluran pembawa, pengaturdan bila diperlukan sebagai pengukur debit air.

26PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Penampang Dam Parit

Gambar Dam Parit

3.7 Konservasi Lahan Dan Air Dengan Saluran Pembuangan Air (SPA)Dan Bangunan Terjun

Kegiatan disini pada dasarnya adalah sejauh mungkin mempergunakansaluran alam yang sudah ada, baik bentuk maupun dimensinya. Apabilaperlu diadakan modifikasi, maka dimensi saluran tersebut dimodifikasidengan bentuk yang sederhana, demikian juga bangunannya, yang dapatdikerjakan oleh Kelompok Tani setempat, sesuai kondisi lapangan,namun cukup kuat / stabil dan dapat dipertanggung-jawabkan sebagaikonstruksi teknis, baik sebagai konstruksi saluran pembawa, pengaturdan bila diperlukan sebagai pengukur debit air.

26PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Penampang Dam Parit

Gambar Dam Parit

3.7 Konservasi Lahan Dan Air Dengan Saluran Pembuangan Air (SPA)Dan Bangunan Terjun

Kegiatan disini pada dasarnya adalah sejauh mungkin mempergunakansaluran alam yang sudah ada, baik bentuk maupun dimensinya. Apabilaperlu diadakan modifikasi, maka dimensi saluran tersebut dimodifikasidengan bentuk yang sederhana, demikian juga bangunannya, yang dapatdikerjakan oleh Kelompok Tani setempat, sesuai kondisi lapangan,namun cukup kuat / stabil dan dapat dipertanggung-jawabkan sebagaikonstruksi teknis, baik sebagai konstruksi saluran pembawa, pengaturdan bila diperlukan sebagai pengukur debit air.

Page 27: PANDUAN SIPIL TEKNIS

27PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Manfaat SPA adalah untuk mengarahkan aliran air ke tempat yang amandari erosi akibat aliran air tersebut, sekaligus meresapkan air ke dalamtanah. Manfaat dari bangunan terjunan air merupakan kelengkapan SPAagar air yang jatuh pada SPA tidak menyebabkan erosi dan menimbulkanlongsor.

a. Persyaratan LokasiLahan usaha atau lahan terbuka lainnya terutama yang terletak dilereng dengan tingkat kelerengan cukup curam dan jenis tanah mudahtererosi dan longsor.

b. Tahapan Pelaksanaan1) Persiapan Lapangan

a) Persiapan pembuatan SPA yang diperlukan adalah : Penyiapan rancangan teknis Pemancangan patok-patok induk tegak lurus kontur yang

merupakan as/poros SPA. Jarak maksimum antara duapatok 5 m.

Pemancangan patok pembantu di kanan/kiri patok indukuntuk menggambarkan lebar atas SPA.

b) Persiapan pembuatan bangunan terjunan yang dilakukanadalah: Pemancangan patok-patok disepanjang SPA untuk

menentukan letak bangunan terjunan, jarak antara duapatok disesuaikan dengan lebar bidang olah teras.

Letak dan pondasi bangunan terjunan harus lebih kedalam dari pada talud teras dan pada tanah asli (bukantanah urugan)

Pengalihan tanah (penggalian & penimbunan) menurutpatok yang telah dipancang dengan arah tegak lurus kebawah sedalam 0,5 – 1,5 m diukur dari bidang olah.

2) Pembuatana) Pembuatan bangunan SPA Penggalian lahan sesuai profil yang terbentuk dari patok-

patok pembantu sedalam minimal 50 cm dari bidang olahteras dan lebar dasar 50 cm sesuai rancangan.

Page 28: PANDUAN SIPIL TEKNIS

28PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Dasar SPA pada teras bangku dibuat dengan kemiringan0,10,5% kearah luar sehingga perbedaan tinggi dasarsaluran yang berjarak 5 m adalah 0,5 – 2,5 cm.

Setiap jarak 1 m sepanjang SPA ditanami gebalan rumputselebar 20 cm melintang SPA

b) Pembuatan bangunan terjunan Beberapa potong bambu bulat ditanam kedalam tanah 0,5

m, sedang yang berada dipermukaan saluran dipasangsetinggi bangunan terjunan.

Bambu belah dipasang melintang terjunan, kulit bagianluar bambu diletakkan dibagian luar

Pemasangan bambu disusun mulai dari bawah dengankedua ujungnya dimasukan kedalam bagian kanan kiridinding SPA dan diikatkan pada bambu bulat

3) Pemeliharaan Pembersihan saluran dari endapan Perbaikan bambu apabila rusak baik karena sudah lapuk

atau karena akibat lain

4) Hasil KegiatanSaluran pembuangan air dan bangunan terjunan yang telahdibangun sesuai rancangan dan setelah selesai masapemeliharaan diserahkan kepada aparat desa setempat denganberita acara untuk dilakukan pengelolaan / pemeliharaan lebihlanjut oleh kelompok tani.

Gambar Saluran pembuang Air dan Bangunan Terjun

Page 29: PANDUAN SIPIL TEKNIS

29PANDUAN SIPIL TEKNIS

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

III. PENUTUP

Demikian Panduan Sipil Teknis ini dibuat untuk digunakan sebagaimana

mestinya sebagai acuan pelaksanaan Program PLKSDA-BM di daerah. Panduan

dapat digunakan sebagai dokumen dasar penyusunan Juklak Provinsi dan Juknis

Kabupaten pengelola program di daerah.

Panduan ini dapat dikembangkan sesuai kondisi daerah setempat dan

kebutuhan, kepentingan, serta asprirasi masyarakat. Akhirnya fasilitasi

penyusunan panduan ini diharapkan dapat membantu pencapaian sinkronisasi,

kesepahaman, dan kesamaan substansi terhadap pengelolaan Program PLKSDA-

BM sesuai dengan konsep Program dan aturan yang berlaku.