paper

16
Penyakit-Penyakit Tomat Anggota Kelompok :

Upload: setiawan07

Post on 05-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

mlkknk,

TRANSCRIPT

Penyakit-Penyakit TomatAnggota Kelompok :1. Layu bakteri stewartii Pantoea stewartii

Penyakit.Pantoea stewartiimerupakan bakteri penyebab penyakit Layu Stewart pada tanaman jagung dan merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A1 yaitu Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dilaporkan belum terdapat di wilayah Indonesia (BKP, 2011). P. stewartiimenyerang tanaman jagung, terutama jagung manis pada seluruh stadia tanaman (stadia pembungaan, pembuahan, pembibitan dan pertumbuhan vegetatif). Bagian tanaman yang terinfeksi yaitu buah, kuncup bunga, daun, akar, benih, batang dan seluruh bagian tanaman.

Gejala Penyakit

Fase pertama

terjadi saat perumbuhan 2-5 helai daun, Pada tanaman mudawater soaking(luka kebasahan) yang panjang terdapat di sepanjang daun, daun memperlihatkan garis hijau pucat sampai kuning. Tingginya produksi polisakarida (EPS) oleh bakteri menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh xilem, hal ini menyebabkan kurangnya suplai air dan nutrisi ke tanaman, sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Pada kebanyakan tanaman yang terinfeksi akan terlihat adanya rongga pada pangkal batang. Tanaman yang terinfeksi jika tidak mati akan menjadi kerdil dan tidak akan menghasilkan bulir. Infeksi terjadi sangat cepat dan menyebabkan layu.

Fase kedua

dari penyakit layu bakteri pada jagung terjadi setelah munculnya malai. Infeksi hanya bersifat lokal. Umumnya gejala berupa luka pada daun, goresan hijau sampai kuning dengan pinggiran yang tak beraturan dan bergelombang di sepanjang tulang daun dan juga diseluruh permukaan daun. Pada beberapa kasus, permukaan daun akan kering dan mati dengan gejala seperti kekurangan nutrisi. Pada fase kedua ini tidak terjadi layu seperti pada fase pertama (Shurtleff 1980; Yang 2000; Thomas 2002dalamHarahap. 2012)Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri adalah 27-30C, pada suhu 8 -9C bakteri tumbuh sangat lambat, dan thermal death point pada 53C. Bakteri ini endemis di wilayah Amerika utara, terbawa benih sehingga menyebar ke berbagai belahan dunia. Bakteri dapat bertahan di dalam tanah, kotoran hewan, atau sisa batang jagung setelah panen.

Vektor

Chaetocnema pulicariadisebut sebagai kumbang jagung,merupakan vektor primer penyakit layu stewart yang diakibatkan oleh bakteriPantoea stewartii. ukurannya kecil, tubuhnya mengkilap dan berwarna hitam, ukuran panjang kira-kira 1/16 inch. Mampu meloncat jauh.Larvanya berukuran kecil, berwarna putih dan tidak terlalu aktif. Ukuran maksimal larva adalah sekitar 1/6 inch dan pada umumnya segmentasi tubuhnya tidak berpigmen. Hanya pada bagian protorax dan abdomen terakhir yang berwarna gelap (Cook dan Weinzierl, 2004). Bakteri tumbuh subur di dalam tubuh vektor selama hibernasi dan kemudian menginfeksi tanaman jagung dari pohon ke pohon selama musim tanam merupakan cara penyebaran utama di lapang (Stacket al, 2002)

2. Penyakit busuk hitam pada kubis

Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri xanthomonas campestris pv.campestrispenyakit ini Bakteri Ini menyerang banyak keluarga kubis termasuk kubis dan rumput liar seperti lobak liar. Kondisi lembab hangat seperti yang ada di Negara kita ini Indonesia cenderung untuk mendukung penyakit ini untuk menginfeksi tanaman-tanaman yang ada di Indonesia saat ini.Selain itu Walker (seorang ahli penyakit tanaman di Amerika ) mengungkapkan bahwa bakteri Xanthomonas campestris down ini mempenetrasi benih melalui xylem dan bergerak masuk ke bagian biji. Dari pengamatan dilapang diketahui bahwa sangat sedikit patogen yang menginfeksi benih dengan cara tersebut dan pada umumnya patogen berada dalam jaringan dari kulit biji.Penyebaran utama terjadi melalui gerakan bibit terinfeksi ke daerah-daerah baru dan ladang. Di ladang, penyebaran terjadi melalui percikan hujan, irigasi sprinkler, serangga, spora yang terbawa angin, peralatan tanam dan pakaian. Bakteri dari tanaman yang terinfeksi bisa bergerak cepat ke tanaman yang sehat dan sering akan mengikuti air sehingga tanaman di daerah dataran rendah bisa terinfeksi parah. Bakteri memasuki daun melalui lubang alami atau luka.

Begitu masuk, bakteri menyebabkan pertumbuhan terhambat. Tanaman sakit yang disimpan untuk produksi bibit akan menghasilkan bibit yang sakit, sehingga siklus infeksi terus berlanjut. Penyakit Busuk Hitam dapat bertahan dalam tanah selama 40 sampai 60 hari dan selama dua tahun jika tertimbun oleh residu tanaman. Oleh karena sangatlah penting untuk mencegah penyakit agar tidak memasuki ladang anda dan melakukan rotasi tanaman.

Scientific classification

Scientific classification

Kingdom:Bacteria

Phylum:Proteobacteria

Class:Gamma Proteobacteria

Order:Xanthomonadales

Family:Xanthomonadaceae

Genus:Xanthomonas

Species:Xanthomonas campestris

Gejala dari penyakit ini antara lain adalah sebagai berikut :

Gejala serangan penyakit busuk hitam yang di akibatkan oleh bakterixanthomonas camprestis pv.campestrisdiawali dengan infeksi yang biasanya disebabkan luka ataupun bekas gigitan serangga pada pori pori air ( Hidatoda ) di ujung tepi daun. Infeksi patogen tersebut menyebabkan tepi daun berubah warna dari hijau menjadi kekuning-kuningan ( Klorosis ) yang meluas ke berbagai bagian pelepah daun dan akhirnya daun menjadi berwarna coklat dan rontok.

Selain itu perkembangan tanaman dan krop menjadi terhambat dan kerdil sehingga dapat menurunkan produksi secara nyata. Penyakit ini dapat menyebabkan busuk kering. Bila serangannya terjadi dalam keadaan udara yang lembab dan karena serangan jasad sekunder ( Erwinia carotovora ) dapat berubah menjadi busuk lunak ( Soft Rot ) serta mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Selain gejala yang pertama ada lagi gejala dimana area kuning tidak teratur di tepi daun yang berkembang menjadi lesi berbentuk V. Lesi V memiliki tepi kuning dan coklat di bagian tengah dengan urat hitam. Dengan infeksi berat, maka daerah yang terkena akhirnya bergabung sehingga daun tampak seperti telah tersiram air panas atau dibakar. Sebuah penampang batang dapat mengungkapkan cincin hitam pada jaringan di mana bakteri telah melakukan serbuan.

Daun yang terinfeksi ini kemudian cepat diserbu oleh bakteri lain yang dapat menyebabkan busuk lunak pada tanaman kubis. Infeksi bisa terjadi pada setiap tahap perkembangan tanaman, tetapi infeksi awal musim yang paling parah karena bakteri dapat terangkut bersama bibit.

Kondisi optimum untuk perkembangan penyakit adalah suhu antara 25-28 C dengan adanya air bebas atau kelembaban yang tinggi, di mana gejala muncul dalam waktu 8-10 hari setelah terinfeksi. Bibit yang terinfeksi bisa tidak menunjukkan gejala sakit atau kelihatan sehat ketika kondisi tidak mendukung perkembangan penyakit, tapi gejala muncul kembali setelah tanam dalam kondisi kurang baik.

Cara identifikasi penyakit :

Busuk hitam.Penyakit ini dikenal dengan nama busuk hitam (blackrot), busuk coklat atau bakteri hawar daun (Djatnika 1993) dan merupakan penyakit penting di Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia (Semangun 2000).

Penyakit ini disebabkan oleh bakteriXanthomonas campestrispv.campestris. Bakteri ini berbentuk batang, membentuk rantai, berkapsula, tidak berspora, dan bergerak dengan satu flagelum polar (Sastrosiswojoet al. 2000). Patogen dapat bertahan pada biji kubis, dalam tanah atau dalam sisa tanaman sakit (Semangun 2000).

Identifikasi penyakit disini dilakuan dengan cara pengujian pemberian KOH 3%.hasil pengujian gram dengan KOH 3% menunjukkan bahwa bakteri ini termasuk gram negatif. Bakteri ini menyebabkan busuk kering pada kubis.

Bakteri ini berbentuk batang kecil, motile, flagella satu di ujung. Koloni berlendir berwarna kuning. Menyebabkan kematian jaringan (necrosis) berupa becak-becal kecil (spots) dan besar (blights) pada daun (Goto, 1992). Streets (1972) menegaskan bahwaX. campestrissebagai penyebab busuk hitam dari golongan cruciferae memasuki jaringan tanaman akan menunjukkan lingkaran hitam pada pembuluh. Irisan melintang dari petiole (tangkai daun) menunjukkan jaringan xylem yang seperti tersumbat serta berwarna hitam.

Layu Bakteri (Pseudomonas solanecearum)

Gejala Penyakit

Gejala permulaan adalah menjadi layunya beberapa daun muda atau menguningnya daun-daun tua (daun sebelah bawah). Batang tanaman sakit cenderung membentuk lebih banyak akar adventif sampai setinggi bunga. Jika batang, cabang, atau tangkai daun tanaman sakit dibelah, tampak bahwa bekas pembuluh bewarna coklat. Pada stadium penyakit yang lanjut, bila batang dipotong, dari bekas pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lendir bewarna putih susu. Lendir akan lebih banyak keluar bila potongan batang ditaruh ditempat yang lembab. Adanya massa lendir ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan penyakit layu Fusarium. Karena adanya lendir ini penyakit layu bakteri sering juga disebut penyakit lendir.Penyebab & Ciri-cirinya

Bakteri Pseudomonas solanacearum. Secara terinci bakteri ini sudah diuraikan pada bab Penyakit Layu Bakteri pada kentang. Bakteri dapat diisolasi dengan baik pada medium yang mengandung 2,3,4-trifenil-tetrazoliumklorida (medium TTK). Bakteri ini mempunyai banyak ras. Yang dapat menginfeksi tomat adalah ras 1. Menurut (Hanudin dan Djatnika, 1986) pertumbuhan bakteri diatas medium buatan dapat dihambat oleh perasaan umbi lapis bawang putih.Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut

Penyakit layu bakteri pada tomat dibantu oleh suhu yang relative tinggi, sehingga didataran rendah penyakit timbul lebih berat. Intensitas penyakit sangat dipengaruhi oleh tanaman sebelumnya. Pupuk kandang yang baru (belum masuk) dapat membawa bakteri layu ke lading. Meskipun bakteri dapat pada pH tanah yang luas, namun bakteri berkembang lebih baik ditanah yang suhunya agak tinggi, diwaktu banyak hujan. Jenis-jenis tomat mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap penyakit layu bakteri.Soybean Mosaic Virus(SMV)

merupakan jenis virus utama yang menyerang tanaman kedelai dan berpotensi menurunkan produksi hingga 90% atau setara dengan 1,8 ton per hektar. Untuk pertama kalinya adanya gejala mosaik pada kedelai di Indonesia dilaporkan oleh Surtiyati (1973) dan Kaselan (1976) di Yogyakarta. Seterusnya penyakit ini diteliti oleh Parman dan Triharso (1979). Akhir-akhir ini penyakit mosaik kedelai banyak terdapat di pusat-pusat penanaman kedelai di Jawa Timur dan di Sulawesi Selatan (Baliadi dan Saleh, 1989). Penyakit ini dapat menurunkan hasil dengan 50-90%. Besarnya kerugian tergantung pada umur berapa tanaman terinfeksi oleh virus mosaik kedelai.

a.Gejala dan Penyebab Penyakit

Gambar gejala mosaik dan struktur patogen(plantpath.wisc.edu/soyhealthirus.htm)

Penyakit mosaik kedelai atauSoybean Mosaikdisebabkan oleh virus mosaik kedelai atauSoybean Mosaik Virus (SMV). Virus ini dapat ditularkan melalui benih,Aphis glycines, sertaMyzus persicae. Gejala kerusakan tanaman akibat serangan penyakit mosaik kedelai adalah daun melilit, melengkung, tulang daun jernih (vein clearing), mosaik, berwarna lebih tua dibandingkan dengan daun yang sehat, dan rapuh. Gejala khas yang nampak pada kulit biji yang terserang virus adalah terdapatnya belang coklat yang radial.

Mula-mula tulang daun pada anak daun yang masih muda menjadi kuning jernih. Setelah itu daun menjadi tidak rata (berkerut) dan mempunyai gambaran mosaik dengan warna hijau gelap di sepanjang tulang daunnya. Tepi daun sering mengalami klorosis. Pada beberapa varietas kedelai terjadi gejala nekrotik disertai dengan menjadi coklatnya tulang daun, daun menguning, tanaman menjadi kerdil, batang dan tangkai daun berwarna coklat, tunas-tunas penuh bercak, daun mudah rontok dan akhirnya tanaman mati. Berdasarkan penelitian, serangan virus ini juga menurunkan daya kecambah apabila menyerang tanaman yang masih muda.

Tanaman sakit membentuk polong kecil, rata, kurang berbulu dan lebih melengkung. Biji lebih kecil dari biasanya dan daya kecambahnyapun menurun. Menurut Anon. (1985) sebagian dari biji tanaman sakit berbercak-bercakcoklat, tetapi ini tergantung dari kultivar kedelai, strain virus, dan umur tanaman pada waktu infeksi terjadi. Akar tanaman sakit membentuk bintil akar lebih sedikit dam lebih kecil. Kandungan leghemoglobin rendah, sehingga fiksasi nitrogen kurang.

b.Siklus Penyakit

Virus dapat menular secara mekanis, terbawa oleh biji tanaman sakit, dan oleh beberapa macam kutu daun secara nonpersisten. Kutu daun yang dapat bertindak sebagai vektor antara lainAphis glycinesMatsumura,A. craccivoraKoch,Myzus persicaeSulzer, danRhopalosiphum maidisFitch. Dalam sel tanaman sakit terdapat badan asing yang mirip dengan cakra.

Cucumbar mozaik virus (CMV)

Penyebabnya adalah CMV (Cucumber Mosaic Virus). Vektornya berupa Aphid dan Thrips. Aphid memiliki mulut berupa alat tusuk dan hisap. Pada saat ia berada di permukaan daun, Aphid akan menghisap zat-zat dari daun, sehingga otomatis dia akan bisa menularkan penyakit (virus) dan memperbanyak diri dalam tanaman tersebut. Sedangkan Thrips bekerja dengan menusuk klorofil (zat hijau daun) yang sangat diperlukan dalam proses pembuatan zat makanan bagi tumbuhan. Akibatnya, daun menjadi pucat dan tidak dapat memasok kebutuhan organ lain.

(Sinaga, 2006) CMV termasuk dalam kelompok Cucumovirus, bersama-sama dengan Peanut stunt virus (PStV) dan Cabaio aspermy virus (CAV) (Palukaitis et al., 1997). CMV mempunyai tiga RNA genom beruntai tunggal (RNA 1, 2, 3), satu RNA subgenom (RNA 4). Masing-masing RNA ini mempunyai fungsi genomic yang berbeda. Virus ini mempunyai kisaran inang terluas di antara virus tanaman yang diketahui saat ini, dilaporkan dapat menginfeksi lebih dari 800 spesies tumbuhan, dapat menyebabkan kerugian besar pada berbagai jenis tanaman. Lebih dari 60 isolat CMV sudah diketahui sifat-sifatnya. Berdasarkan 10 beberapa kriteria, isolat CMV dibagi menjadi subgroup I dan II membaginya berdasarkan bobot RNA 1 dan RNA 2, isolat CMV subgroup I dari isolat subgroup II.

CMV terdapat hampir di semua negara dengan strain dan sifat biologinya yang berbeda-beda. Dengan kisaran inang yang luas maka gejala yang ditimbulkannya pun beragam. CMV mempunyai kisaran inang yang sangat luas, terdapat pada tanaman sayuran, hias dan buah-buahan. Selain menyerang mentimun, CMV juga menyerang tanaman melon, labu, cabai, bayam, tomat, seledri, bit, polong-polongan, pisang, tanaman famili crucifereae, delphinium, gladiol, lili, petunia, tulip, zinia, dan beberapa jenis gulma. CMV membutuhkan 3 buah RNA untai tunggal fungsional (RNA 1,2, dan 3) untuk dapat menginfeksi. Subgenom RNA ke-4 (RNA4) adalah kurir lapisan protein subgenomik, komponen RNA ke-5 (CARNA 5) merupakan molekul RNA berukuran kecil yang sepenuhnya bergantung pada virus penolong untuk replikasinya tetapi tidak mendukung virus penolong dengan fungsi esensial apapun (Gallitelli, 1998).

Jenis Tanaman Inang Cucumbar mozaik virus (CMV)

CMV(Cucumber mozaik virus){virus mozaik timun} menyerang tanaman mentimun. Virus CMV (Cucumber mozaic virus) juga bisa menyebabkan penyakit pada tanaman tembakau yang sangat merugikan. Gejala daun yang terserang CMV adalah terjadinya perubahan warna seperti pola mosaik, seringkali tanaman menjadi kerdil, daun menyempit dan mengalami distorsi. Penyakit yang disebakan oleh virus ini sampai saat ini masih sulit dikendalikan karena virus ini mempunyai banyak jenis tanaman inang dan dapat disebarkan oleh vektor, biji, bahan perbanyakan tanaman, dan alat mekanis. Pengendalian penyakit CMV yang banyak dilakukan hanyalan bersifat sebagai pencegahan misalnya penggunaan bibit tahan atau bebas viru, eradikasi tanaman terinfeksi, pengendalian vektor dan proteksi silang (Triharso, 2005).

Gejala Cucumbar mozaik virus (CMV) pada Tanaman Cabe

Penyakit mosaik pada tanaman cabe dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan berbagai jenis virus seperti virus tomat mosaik (tomato mosaic virus = ToMV), virus mosaik tembakau (tobacco mosaic virus = TMV), virus mosaik mentimun (cucumber mosaic virus = CMV), virus kentang Y (potato virus Y = PVY) dan virus X kentang (potato virus X = PVX) (Prajananta, 1995) Gejala bervariasi tergantung pada strain virus dan kultivar tanaman. Pada tanaman tomat gejala diawali dengan menguning dan kerdil. Daun menunjukkan gejala mottle mirip gejala tobacco mosaic virus (TMV). Gejala karakteristik adalah bentuk daun seperti tali sepatu (shoestring-like).) yang dapat dikacaukan dengan gejala ToMV yaitu malformasi daun (fern-leaf).

Gejala spesifik berupa terjadinya klorosis pada daun (daun trotol kuning), belang hijau coklat, permukaan daun berlekuk-lekuk (bergelombang), ukuran permukaan daun lebih kecil, daun berlepuh hijau gelap (blister), pertumbuhan tanaman lebih pendek, daun berbentuk mangkuk atau cawan. Penyebaran virus ini dapat secara langsung karena gesekan bagian tanaman yang sakit ke daun atau bagian tanaman lain yg sehat karena adanya angin, oleh kutu daun (Aphis gossypii Glow), pekerja kebun dan peralatan pertanian.

Pertumbuhan tanaman yang terserang virus relatif lebih kerdil. Mula-mula tulang daun menguning atau terjadi jalur kuning sepanjang tulang daun. Daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, ukuran daun lebih kecil dan lebih sempit dari ukuran daun yang normal, atau menjadi seperti tali sepatu karena lembaran daun menghilang yang tinggal hanya tulang daun saja. Virus mosaik mentimun sering menyebabkan gejala bisul atau kutil pada buah (Semangun 1989).

Virus masuk ke dalam jaringan melalui luka lalu memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh jaringan tanaman secara sistemik. Jenis virus di atas dapat menular melalui persinggungan secara mekanik seperti TMV, ToMV dan PVX; melalui biji seperti ToMV dan TMV (Prajananta, 1995) atau disebarkan oleh kutu daun seperti CMV dan PVY

Gejala awal serangan ditandai dengan adanya warna mosaik kuning atau hijau muda mencolok pada daun. Kelanjutanya pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, buah kecil, bengkok dan ringan. Secara keseluruhan tanaman tumbuh tidak normal, menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat. (Noordam 1973).

Nama Penyakit : Penyakit Mosaik Kuning

Penyebab

Penyakit mosaik kuning pada kacang panjang (Vigna sinensis)disebabkan olehBean common mosaic virus(BCMV).

Klasifikasi dan Ciri Virus

Bean common mosaic virus(BCMV) termasuk dalam familiPotyviridae,genusPotyvirus.Panjang partikel BCMV yaitu 750 nm dan lebar 12-15 nm. Asam nukleatnya memiliki tipe single stranded RNA (ssRNA/RNA utas tunggal) dengan kandungan sebesar 5%.

Gejala

Gejala yang ditimbulkan pada tanaman kacang panjang jika terserang penyakit mosaik kuning adalah sebagai berikut :

Gejala pertama kali muncul berupa pemucatan tulang daun (vein clearing) pada daun-daun muda, mengakibatkan jaringan sekitarnya mengalami klorosis, menjadi hijau muda, kemudian berkembang menjadi mosaik kuning disertai dengan malformasi daun.

Tulang daun mengerut sehingga daun bergelombang dan permukaan daun tidak merata.

Terjadi lepuhan, pengerdilan, dan akhirnya layu pada daun.

Akibat

Akibat yang ditimbulkan pada tanaman kacang panjang yang terserang penyakit mosaik kuning adalah sebagai berikut :

Terhambatnya proses pembungaan.

Penurunan bobot polong dari 27.5% hingga 85.15%.

Cara Identifikasi

Cara identfikasi penyakit mosaik kuning adalah melakukan deteksi BCMV dengan uji serologi yang didasarkan pada reaksi antara antigen (virus) dan antibodi, seperti metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), metode gel double diffusion test, dot immunobinding assay (DIBA), immuno-blotting atau western blotting. Metode lain yang sering digunakan dewasa ini ialah metode deteksi molekuler polymerase chain reaction (PCR) yang memanfatkan sifat spesifik urutan nukleotida virus.

Cara Penularan

Penyakit mosaik kuning pada kacang panjang yang disebebkan oleh BCMV sebagian dapat ditularkan oleh kutu daun (A. Craccivora)yang diawali dengan terjadinya pemucatan tulang daun (vein banding), mosaik, dan malformasi daun.Ciri-ciri pentingA. craccivorayang diamati sesuai dengan kunci identifikasi (Blackman dan Eastop 2000) yaitu imago (aptera) dengan panjang tubuh 1.35 mm, panjang sifunkuli 0.45 mm, panjang kauda 0.28 mm, jumlah rambut pada kauda 5-6 helai, dan kepala tempat antena melekat tidak berkembang (weakly developed). Efisiensi penularan BCMV berkolerasi positif dengan jumlah kutu daun yang terdapat pada tanaman. Penularan oleh kutu daun yang mengandung virus tidak terjadi jika kutu daun tidak menghisap jaringan tanaman.

Daftar pustakaWalker, J.C. 1952. Disease of vegetable crops. McGraw Hill : New York 529 hlm.

Suryaningsih, Euis. 1982. Cara Pengendalian Penyakit Busuk Daun pada tomat var. gondol dengan fungisida. Bul. Penel. Hort. 9 (3): 45-52

Holiday, P. 1980. Fungus Disease of Tropical Crops. Cambridge:Cambridge University Press. 607 hlm.Graham, K.M. 1971. Plant Disease of Fiji. Min. Overseas Dev. Oversease Res. Publ. 17. London. 250 hlm.

Mahmud dan Azwir Mirin. 1987. Pengaruh pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap perkembangan Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Tomat. Kongr. Nas. IX PFI. Surabaya. Okt. 1987: 448-453.Djauhari, S. 1987. Upaya Pengendalian Penyakit Layu fusarium pada Tomat dengan Pemulsaan menggunakan plastic sebelum tanam Kongr. Nas. IX PFI. Surabaya. Nov. 1987: 318-324.

Hanudin dan I. Djatnika. 1986. Pengaruh ekstrak beberapa Tanaman terhadap pertumbuhan bakteri layu (Pseudomonas solanacearum) secara invitro. Bull. Penel. Hort. 14 (1): 12-14.Haryadi, Sri Setyati. 1976. Hibrid vigor dan Penyambungan Tanaman untuk Mengatasi Penyakit Layu Bakteri pada Tomat. Kongr. Nas. IV PFI. Gambung. Bandung. Des. 1976. 9 Hlm.

Johnston, A. 1961. A Preliminary plant disease survey in Netherlands New-Guinea. Bull. Dept. Econ. Affairs. Agric. Series 4. 55 hlm.

Semangun, Hartono. 1989. Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Gajah mada University Press. Yogyakarta