paper jurnal online representasi …paper jurnal online representasi pendidikan dan perdamaian di...

20
PAPER JURNAL ONLINE REPRESENTASI PENDIDIKAN DAN PERDAMAIAN DI PAPUA DALAM FILM “DI TIMUR MATAHARI” (Analisis Semiotika Tentang Makna Pendidikan Dan Perdamaian Di Papua dalam Film “Di Timur Matahari” Karya Ari Sihasale) Disusun Oleh : YUMITASARI D1211084 Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Upload: lykhanh

Post on 10-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PAPER JURNAL ONLINE

REPRESENTASI PENDIDIKAN DAN PERDAMAIAN DI PAPUA DALAM

FILM “DI TIMUR MATAHARI”

(Analisis Semiotika Tentang Makna Pendidikan Dan Perdamaian Di Papua

dalam Film “Di Timur Matahari” Karya Ari Sihasale)

Disusun Oleh :

YUMITASARI

D1211084

Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

1

REPRESENTASI PENDIDIKAN DAN PERDAMAIAN DI PAPUA DALAM

FILM “DI TIMUR MATAHARI”

(Analisis Semiotika Tentang Makna Pendidikan dan Perdamaian Di Papua

dalam Film “Di Timur Matahari” Karya Ali Sihasale)

Yumitasari

Adolfo Eko Setyanto

Chatarina Heny Dwi Surwati

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Movie Di Timur Matahari had education and reconciliation as the theme,

conceived as the representation of cultural reality revealing the education

condition of Papuans and reconciliation the Papuans expected.

The objective of research was to find out how the movie represented the

reality of education and reconciliation meaning for the Papuans delivered

through symbols existing in every scene in the movie “Di Timur Matahari”. This

study was a qualitative research. The data of research was qualitative one, so that

the data was substantive in nature that was then interpreted with scientific

reference.

The research method employed in this study was a semiotic analysis one.

The data analysis was conducted using Roland Barthes’ analysis model, by

revealing denotative and connotative meanings. The research was conducted on

symbols existing in the scenes representing education and reconciliation activities

in this movie.

Considering the audio and visual visualization that was then analyzed in

each scene categorized by the theme raised concerning the symbols representing

education and reconciliation activity in movie DI Timur Matahari, it could be

found that the meaning delivered in this movie was that this movie wanted to

convey the condition and the expectation of education in Papua, by revealing

persistence, spirit, potency, and expectation of Papuan children and people with

various limitation they had. In addition to education, this movie wanted to express

the expectation of reconciliation by representing the reconciliation process

occurring when the people solve a problem and revealing the consequences of

war.

Keywords: Film, Papua, Education, Reconciliation, Semiotic

2

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, sudah tidak asing lagi dengan kehadiran

film. Dengan kemajuan teknologi dan perkembangan soasial budaya di Negara

Indonesia saat ini, menonton film merupakan aktivitas yang dapat dilakukan oleh

seluruh kalangan. Film merupakan suatu media komunikasi massa yang dapat

digunakan sebagai sarana hiburan dan juga dapat berfungsi sebagai media

pembelajaran.

Dalam banyak penelitan tentang dampak film terhadap masyarakat,

hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film

selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan

(message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul

terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari

masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikan ke atas layar

(Sobur, 2009: 127).

Seperti dalam film “Di Timur Matahari” sebuah film yang ditujukan

untuk tontonan keluarga merekam kondisi Papua dengan semangat yang berbeda,

semangat untuk memajukan pendidikan Papua dan menyerukan perdamaian di

negeri Cendrawasih tersebut. Ditengah kondisi Papua yang tengah memanas

karena banyak penembakan dan kerusuhan oleh sekelompok orang tak dikenal.

Film inipun dirilis pada pertengahan tahun 2012 tepatnya pada tanggal 14 Juni

2012 yang di produksi oleh Alenia Picture. Film ini merupakan film drama

Indonesia yang disutradarai oleh Ari Sihasale dan Nia Zukarnain selaku produser

yang merupakan sepasang suami istri.

Film “Di Timur Matahari” merupakan bentuk penggambaran bagaimana

keadaan pendidikan di Papua saat ini. Tentang rasa haus akan ilmu dan

pembelajaran anak-anak Papua. Tidak hanya pendidikan yang di paparkan dalam

film tersebut namun juga makna perdamaian. Pada kenyataannya sering kali

diberitakan juga tentang adanya konfik di Papua terkait dengan perang antar suku,

penembakan, kerusuhan oleh sekelompok orang tak dikenal.

3

Film ini menarik untuk diteliti. Melihat keadaan Papua sekarang ini

terutama di bidang pendidikan yang masih belum layak serta konflik-konflik

tentang perang suku yang masih banyak terjadi di sana, kemudian muncul Film

yang bertemakan tentang pendidikan dan perdamaian. Film “Di Timur Matahari”

ini menyoroti kehidupan anak-anak di pedalaman wilayah Papua dengan segala

keterbatasannya dalam memperoleh pendidikan. Ditambah lagi dengan konflik

adat yang hampir tidak pernah berkesudahan terjadi di daerah timur Indonesia ini.

Film ini mengangkat persoalan langkanya penyediaan sarana pendidikan dan

sulitnya menemukan perdamaian di Papua.

Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah representasi makna pendidikan di Papua, melalui simbol-

simbol dalam film “Di Timur Matahari” karya Ari Sihasale?

2. Bagaimanakah representasi makna perdamaian di Papua, melalui simbol-

simbol dalam film “Di Timur Matahari” karya Ari Sihasale?

Tujuan

1. Mengetahui bagaimana film “Di Timur Matahari” merepresentasikan realita

makna pendidikan bagi masyarakat Papua yang disampaikan melalui simbol

– simbol yang terdapat pada setiap adegan dalam film “Di Timur Matahari”

karya Ari Sihasale.

2. Mengetahui bagaimana film “Di Timur Matahari” merepresentasikan realita

makna perdamaian bagi masyarakat Papua yang disampaikan melalui simbol

– simbol yang terdapat pada setiap adegan dalam film “Di Timur Matahari”

karya Ari Sihasale.

Tinjauan Pustaka

a. Film Sebagai Komunikasi Massa

Film sebagai salah satu media massa dalam komunikasi massa, berperan

sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah

menjadi kebiasaan terdahulu, menyajikan berita, peristiwa, musik, drama,

4

lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum (McQuail, 1989:

13).

Kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau bahkan jutaan orang

merupakan ciri dari komunikasi massa, yang dilakukan melalui medium massa

seperti televisi atau Koran. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai

proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirim pesan kepada

audien yang luas untuk tujuan member informasi, menghibur atau membujuk

(John Vivian, 2008: 450).

Elvinaro dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa mengutip

tulisan dari Agee bahwa gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari

komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang

menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya.

Di Amerika dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya

(Ardianto, 2007: 143).

b. Representasi

Representasi adalah konsep yang mempunyai beberapa pengertian.

Representasi adalah proses sosial dari representing, juga produk dari proses

sosial representing (Fiske, 1990: 39).

Sejauh mana khalayak menginterprestasikan makna dalam suatu film

sangat dipengaruhi pada pengalaman hidup, latar belakang kebudayaan,

pendidikan, pengetahuan, perasaan film, kepekaan artistic dan kesadaran sosial

mereka (Mangunhardjan,1995: 109).

Representasi disebutkan oleh Garin Nugroho (1995: 77) sebagai media

cangkokan dari unsur-unsur seni lainnya, seperti drama, teather, puisi, tari,

hingga novel, film akrab dengan aktivitas imajinatif dan juga proses simbolis,

yakni kegiatan manusia menciptakan makna yang menujuk pada realitas yang

lain.

5

c. Proses Pemaknaan Film dengan metode semiotika Roland Barthes

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda

tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. la

mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau

dibayangkan cabang ilmu ini semula berkembang dalam bidang bahasa,

kemudian berkembang pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi

visual (Tinarbuko, 2009: 16).

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda

dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu

yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau

dibuat teramati dapat disebut tanda (Tinarbuko, 2009: 12). Analisis semiotik

(semiotical analysis) juga merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan

member makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat dalam satu

paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan

ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (sign) baik yang terdapat pada

media massa (seperti berbagai paket tayangan televisi, karikatur, film,

sandiwara, radio, berbagai bentuk iklan), maupun yang terdapat di luar media

massa (seperti karya tulis, patung, candi, monument, fashion show, dan menu

maskan suatu food festival) (Pawito, 2007: 155).

Semiotik digunakan untuk melacak makna-makna yang diangkat dengan

teks berupa lambang-lambang (sign). Dengan kata lain pusat perhatian analisis

semiotik adalah pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam teks (Pawito,

2007: 156).

Berbicara tentang Roland Barthes dan karya-karyanya tidak dapat

dilepaskan dari eksplorasinya terhadap tanda dan ilmu yang menasbihkannya

menjadi salah satu pelopor pekembangan keilmuan tersebut. Seperti diketahui,

pada tahun 1960-an di Prancis berkembang istilah-istilah yang mereferensi

pada pemahaman tentang tanda, deskripsi maupun prosesnya dan beberapa ahli

menamainya dengan sebutan yang berbeda-beda. Roland Barthes dikenal

sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang bersikukuh mempratikkan

model linguistic dan semiologi Saussurean (Sobur. 2009: 63).

6

Dalam tulisan-tulisannya seperti Citroen Baru, Si Miskin dan Si Proletar

atau Wajah Garbo, ia memandang budaya massa sebagai bentuk mitos yang

menandai hadirnya petit bourgeois (borjuis kecil) yang dianggap sebagai

representasi universal. Roland tidak berhenti pada penanda (signifier) dan

penanda (signified) dalam menjelaskan tanda seperti pada detail Saussure. Ia

berpendapat bahwa dalam masyarakat tanda diproduksi dan dipahami serta

berkembang dalam dua sistem. Pertama, sistem primer yang merupakan hasil

konvensi masyarakat. Dalam signifikasi tahap pertama merupakan hubungan

antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal.

Tahapan ini biasa disebut denotasi. Sistem kedua dinamakan sistem sekunder,

dimana tanda pada pelapis pertama (sistem primer pada akhinya menjadi

signifier yang berhubungan pula dengan signified pada lapis kedua. Tahap ini

biasa disebut konotasi dimana konotasi adalah suatu tanda yang berhungan

dengan satu atau lebih fungsi tanda, makna konotasi dapat bervariasi diantara

satu orang dengan orang lain hal ini disebabkan ada perbedaan diantara mereka

(Budiman, 2004: 108-109).

Selain dua tanda diatas, barthes juga menggunakan mitologi dalam

teorinya. Mitologi sendiri berasal dari gabungan myhos yang berupa pemikiran

mitos yang benar dan logos yang berarti pemikiran rasional-ilmiah. Mitologi

yang dikemukaan Barthes disini seperti halnya konseptual mengenahi hal yang

baik dan hal yang buruk yang memanifestasikan dirinya dalam pelbagai cara-

cara simbolis dan ekspresif: misalnya, pahlawan menggunakan topi putih dan

yang jahat menggunakan topi hitam dan seterusnya (Danesi, 2010: 214).

d. Sinematografi

Sinematografi adalah segala hal yang menyangkut teknis pembuatan

sebuah film, yang meliputi jenis shot, sudut pandang kamera, lighting dan efek

yang menyertai pembuatan film yang bersangkutan.

a. Jenis shot (jarak pandang kamera terhadap objek) (Pratista, 2008: 105-

106).

- Extreme Long Shot (ELS) merupakan jarak kamera paling jauh dari

7

obyeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini

umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau

panorama yang luas.

- Long shot (LS) Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak

jelas namun latar belakang masih dominan.

- Medium Long Shot (MLS) Pada jarak ini, tubuh manusia terlihat dari

bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan

sekitar relatif seimbang.

- Medium Shot (MS) Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari

pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok

manusia mulai dominan dalam frame.

- Medium Close Up (MCU) Pada jarak ini memperlihatkan tubuh

manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame.

- Close Up (CU) Umumnya memperlihatkan wajah, tangan, kaki, atau

sebuah obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan

ekspresi wajah dengan jelas serta gestur yang mendetil.

- Extreme Close Up (ECU) Pada jarak terdekat ini mampu

memperlihatkan lebih mendetil bagian dari wajah, seperti telinga,

mata, hidung, atau bagian dari suatu benda.

b. Sudut pengambilan gambar (sudut pandang kamera) (Pratista, 2008: 106).

- High-Angle. Dengan sudut kamera ini, kamera melihat obyek dalam

frame yang berada dibawah.

- Straight-on Angle. Dengan sudut kamera ini, kamera melihat obyek

dalam frame secara lurus.

- Low-Angle. Dengan sudut kamera ini, kamera melihat obyek dalam

frame yang berada diatas.

c. Pergerakan kamera (Pratista, 2008: 108-110).

- Pan, adalah pergerakan kamera secara horisontal (kanan dan kiri)

dengan posisi kamera statis.

- Tilt, adalah pergerakan kamera secara vertikal (atas dan bawah)

dengan posisi kamera statis. Pergerakan kamera dari bawah ke atas

8

disebut tilt-up, sedangkan pergerakan kamera dari atas ke bawah

disebut tilt-down.

- Tracking, adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera

secara horisontal. Pergerakan ini dapat bervariasi yakni maju, mundur,

melingkar, dan menyamping.

- Crane, adalah pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera

secara vertikal, horisontal, atau kemana saja.

d. Arah pencahayaan (Pratista, 2008: 76-77).

- Frontal lighting, cahaya datang dari depan subyek. Memberi kesan

terang dan menonjolkan kejelasan subjek.

- Sidelighting, cahaya datang dari arah samping kanan/kiri subjek.

Menampilkan bayangan yang kuat pada sisi lain.

- Backlighting, cahaya datang dari belakang subjek. Tidak terdapatnya

sumber cahaya yang lain, backlighting biasanya menciptakan gambar

siluet.

- Underlighting, yaitu cahaya datang dari bawah subjek. Biasanya

digunakan untuk menciptakan efek horor, dramatik atau seram.

- Top lighting, yaitu cahaya datang dari atas subjek sehingga turun

menyinari, biasanya untuk memisahkan antara subjek agar lebih jelas

dengan latar belakang.

e. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hal yang sudah lekat di dalam kehidupan

manusia. Kebutuhan akan pendidikan layaknya ditanamkan mulai dari usia

dini. Anak (manusia) membutuhkan waktu yang lama untuk belajar sehingga

menjadi manusia dewasa, bilamanapun dan dimanapun dia berada. Manusia

dilahirkan dengan tugas, panggilan dan tanggung jawab untuk menjadi

pembelajar, pemimpin, dan guru bangsa sebagai wujud dari tri tugas

kemanusian universal (Harefa, 2001: 15).

Sebagai landasan penguraian mengenai kebutuhan belajar, berikut akan

dikemukakan secara ringkas beberapa definisi belajar (Purwanto, 2004: 84).

9

a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theoris Of Learning (1975)

mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah

laku seorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.

b. Garne dalam buku The Conditions Of Learning (1977) menyatakan bahwa

belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari

waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami

situasi tadi.

c. Morgan, dalam buku introduction to psychology (1978) mengatakan

bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah

laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

d. Witherington, dalam buku educational psychology mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri

sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

e. Perdamaian

Kata damai atau peace secara etimologis ditemukan sekitar abad 12 dan

berasal dari kata bahasa inggris abad pertengahan yaitu pees, yang diambil dari

bahasa anglo-perancis pes dimana kata pes sendiri diambil dari bahasa latin

yaitu pax yang berarti persetujuan,diam/damai dan keselarasan, berdasarkan

konteks ini maka lawan dari kata peace secara etimologis adalah kata conflict,

kata yang berasal dari abad ke 15 diambil dari bahasa inggris pertengahan dan

latin yaitu conflictus yang bermakna membentur,menolak,tidak selaras.

Sedangkan pengertian peace/perdamaian secara terminologis (istilah)

adalah tidak adanya peperangan /conflict kekerasan, sedangkan arti perang

adalah konflik kekerasan secara langsung, jadi perang terjadi ketika tidak bisa

dicapainya penyelesaian konflik melalui metode tanpa kekerasan sehingga

memaksa pihak-pihak terlibat perselisihan tadi untuk melakukan aksi

kekerasan sebagai satu-satunya cara, dari sini bisa diperhatikan bahwa konflik

10

sendiri terbagi menjadi dua, yaitu conflict tanpa kekerasan dan konflik dengan

menggunakan kekerasan (perang).

Alo Liliweri (2011: 441) menyebutkan beberapa teori yang dapat

memberikan gambaran tentang prinsip dan konsep teoretis tentang

perdamaian. Teori-teori ini antara lain : Pendekatan integrative; Praktek teori;

Teori permainan; Analisis prosesual; Teori perilaku; Psikologi sosial; Teori

kekuasaan.

Metodologi

Untuk mencapai titik pemaknaan pesan yang disampaikan, tentunya yang

mencerminkan pendidikan dan perdamaian di Papua dalam film “Di Timur

Matahari” maka penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif semiotika

dari Roland Barthes. Dengan mengungkap signifikasi tahap pertama untuk

mencari makna denotasi yang kemudian berlanjut ke signifikasi tahap kedua

untuk imencari makna konotasi serta tahap terakhir adalah memaknai

menggunakan mitos yang terkandung di dalam film tersebut.

Semiotika sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-

tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. la

mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan

cabang ilmu ini semula berkembang dalam bidang bahasa, kemudian berkembang

pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi visual (Tinarbuko, 2009: 16).

Peneliti mengambil adegan-adegan dari film “Di Timur Matahari” yang

mengandung penggambaran tentang keinginan mendapatkan pendidikan yang

layak dan keinginan untuk menuju suatu perdamaian di Papua sesuai konsep dan

kategori yang menjadi acuan peneliti. Untuk mendapatkan deskripsi semiotik,

maka data yang didapat dihubungkan dengan proporsi teoristis yang sudah

dibangun, diorganisasikan dalam kerangka semiotik, kemudian diinterpretasikan.

Selanjutnya dilakukan pengecekan ulang baik terhadap data maupun konsep dan

teori. Peneliti melakukan pengamatan mendalam dan mengenali tanda-tanda

komunikasi yang terdapat dalam film “Di Timur Matahari” baik berupa audio,

visual yang berupa lambang serta unsur sinematografi.

11

Deskripsi Film Di Timur Matahari

a. Latar Belakang Film

“Di Timur Matahari” adalah film drama Indonesia yang dirilis

pertama kali pada tanggal 14 Juni 2012 dalam format Film Layar Lebar. Film

ini disutradarai oleh Ari Sihasale. Film ini dibintangi oleh beberapa artis yang

sudah sering muncul dalam film-film Indonesia seperti Laura Basuki dan

Lukman Sardi. Ditengah kondisi Papua yang tengah memanas karena banyak

penembakan dan kerusuhan oleh sekelompok orang tak dikenal, sebuah film

yang ditujukan untuk tontonan keluarga merekam kondisi Papua dengan

semangat yang berbeda, semangat untuk memajukan pendidikan Papua dan

menyerukan perdamaian di negeri Cendrawasih tersebut.

Film “Di Timur Matahari” ini berkisah tentang anak-anak di yang

berada di perbukitan Tiom, Lanny Jaya, Papua yang telah enam bulan

menunggu guru pengganti yang tak kunjung datang juga. Setiap kali pesawat

perintis mendarat di daerah tersebut, seorang anak bernama Mazmur menanti

dengan penuh harap. Ia kemudian dengan bergegas berlari kembali ke sebuah

bangunan kayu bercat putih dimana teman-temannya duduk menantikan kabar.

b. Sinopsis Film Di Timur Matahari

Pagi itu seperti pagi hari biasanya. Matahari terbit di timur menyinari

pulau Papua ini. Mazmur setiap hari selalu menunggu kedatangan guru pengganti

di sebuah lapangan terbang tua, satu-satunya penghubung kampung itu dari

kehidupan diluar sana, kampung mereka berada di daerah pegunungan tengah

Papua, daerah yang cukup sulit untuk dijangkau. sekian setiap hari menunggu

guru namun guru yang dinanti tidak juga datang.

Karena guru tidak pernah datang akhirnya ke lima anak ini mencari

pelajaran di alam dan lingkungan sekitar. Lewat pendeta Samuel, ibu dokter

Fatimah, om Ucok dan om Jolex mereka mendapatkan banyak pengetahuan.

Namun sebuah kejadian mengubah semua itu, Ayah Mazmur terbunuh oleh

Joseph, ayah dari Agnes, dan paman dari Yokim dan Suryani.

12

Pertikaian antar kampung tak bisa dihindari. Karena uang palsu yang

didapat dari warga kampung sebelah, Blasius, ayah Mazmur, memukul seseorang

sampai berdarah. Di tengah jalan, mendadak Blasius dihadang dua orang dengan

busur di tangan mereka. Di depan mata Mazmur, mereka memanah Blasius

sampai ia meninggal. Konflik memanas. Alex, salah satu adik Blasius, ingin

membalas dendam dengan mengobarkan bendera perang.Sebenarnya, Michael

sudah mencoba melarang Alex atas nama cinta kasih. Baginya, tidak setiap perang

harus dilawan dengan perang. Di belakang Michael, Pendeta Samuel (Lukman

Sardi), Bu Dokter (Ririn Ekawati), dan Ucok (Ringgo Agus Rahman) turut

mendukung perdamaian itu. Prinsip yang sangat bertolak belakang dengan

Alex.“Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi,” kata Alex tegas.

Puncaknya, Alex yang juga papa Thomas, turut menjadi korban.Tak tahan

dengan kemelut permasalahan antar orang dewasa yang membelit mereka, anak-

anak pun akhirnya bersuara. Meneriakkan keinginan polos mereka di antara dua

suku yang tengah berperang, yakni kedamaian. Dan nyanyian tulus mereka itulah

yang mampu meluluhkan senjata orang-orang dewasa yang selama ini teracung

tinggi-tinggi untuk saling melawan. Perubahan yang dibawa Mazmur dan kawan-

kawan melalui nyanyian serta prinsip kedamaian mereka, membuat orang-orang

akhirnya mau bergandengan tangan.

Analisis dan Sajian Data

Setelah peneliti menganalisis setiap scene dalam Film Di Timur Matahari,

peneliti menemukan beberapa scene yang merepresentasikan pesan yang berupa

makna pendidikan dan makna perdamaian bagi anak-anak Papua. Kemudian

peneliti membagi menjadi scene menjadi korpus-korpus. Adapun analisa yang

peneliti lakukan melalui sudut pandang sinematografis secara denotative yang

meliputi tampilan visual image dan audio/sound untuk mendapatkan makna

denotasi. Visual image sebagai wujud dari komunikasi non verbal yang meliputi

komposisi visual, pergerakan kamera, setting (latar, waktu dan tempat) serta

pencahayaan. Sedangkan sound meliputi suara latar (backsound), baik berupa

musik maupun special effect lainnya. Kedua, analisis dilakukan dari sudut

13

pandang sinematografis secara konotatif terhadap visualisasi film sebagai tahapan

analisis sosial dan budaya, sehingga dapat diperoleh makna konotasi. Sehingga

peneliti menemukan hasil analisa data sebai berikut:

A. Analisis Film Di Timur Matahari Bagian Representasi Makna

Pendidikan

1. Representasi Makna Pendidikan

a) Motivasi Belajar

Dalam film “Di Timur Matahari” menunjukan scene-scene dimana

menampilkan kegigihan seorang anak SD dalam mencari sebuah pendidikan

dari seorang guru. Representasi disimbolkan melalui Masmur yang selalu

menunggu guru setiap hari di sebuah lapangan terbang yang letaknya jauh

dari tempat ia bersekolah. Kemudian ia kembali ke sekolah dengan berlari

dari lapangan terbang yang letaknya sangat jauh, terlihat dari pengambilan

gambar dengan menggunakan teknik extreme long shot sehingga terlihat

panorama yang terkesan luas, hanya untuk mengabarkan berita ketidak

hadiran guru yang ditunggu. Meski terlihat kekecewaan di wajah anak

tersebut dan teman-teman lainnya, mereka tetap berbahagia dengan belajar

bernyanyi bersama.

Motivasi dan kegigihan belajar juga ditunjukan pula dari aktivitas anak-

anak tersebut yang selalu datang ke sekolah memakai seragam, meski dengan

keterbatasan materi yang mereka punya, dan ketidak pastian akan hadirnya

seorang guru yang mereka nantikan. Simbol lain yang nampak pada korpus

ini adalah backsound lagu Hymne guru yang dinyanyikan anak-anak SD

setelah mereka memutuskan untuk belajar bernyanyi bersama. Hymne guru

adalah nyanyian pujian untuk guru, meskipun guru yang mereka nantikan

belum juga datang, mereka tetap menunjukan rasa hormat ter hadap guru

dengan menyanyikan lagu tersebut.

b) Kurangnya Pendidikan di Papua

Terdapat beberapa scene dalam film “Di Timur Matahari” yang

menunjukan kurangnya pendidikan di Papua. Disimbolkan dengan dialog

yang muncul pada scene dimana seorang dokter bertanya hal perhitungan

14

kepada anak-anak. Namun anak-anak tersebut tidak dapat memberikan

jawaban yang benar. Kemudian kuran gnya pendidikan juga di tampilkan

pada adegan dimana Thomas yang bertanya kepada ayahnya tentang berapa

jumlah angka nol pada uang 3 Milyar, namun ayahnya tidak dapat memjawab

pertanyaan Thomas dengan alasan Lupa. Kurangnya pendidikan juga

diperlihatkan oleh seorang pekerja proyek saat datang meminta gaji kepada

mandor. Pekerja itu menerangkan bahwa ia tidak dapat membaca dan

menulis.

Dalam korpus ini terlihat bahwa kurangnya pendidikan di Papua bukan

hanya menimpa anak-anak saja, namun juga orang dewasa yang seharusnya

sudah dapat menguasai pelajaran dasar seperti berhitung, menulis dan

membaca.

c) Harapan Mendapatkan Pendidikan

Dalam scene-scene pada korpus ini menunjukan harapan dari anak-anak

Papua dalam memperoleh pendidikan yang layak. Disimbolkan melalui

dialog mereka yang menunjukan bahwa mereka ingin belajar menulis,

membaca dan berhitung kepada orang-orang disekitar mereka seperti, dokter,

pendeta, pekerja proyek yang berasal dari luar Papua yang juga selalu

menanyakan kepada mereka tentang sudah hadirnya guru atau belum.

Kemudian anak-anak pun meminta untuk diberikan pengetahuan oleh

mereka.

d) Kemampuan Belajar Anak

Terdapat pada scene dimana kelima anak mendatangi sebuah tempat kerja

untuk meminta pekerjaan kepada seorang pekerja disana, Masmur yang diam

memperehatikan seorang pekerja yang sedang mengotak atik sebuah aki dan

kabel-kabel lainnya, yang kemudian disambungkan ke sebuah Handphone.

Diketahui bahwa alat tersebut adalah sebuah alat untuk mengisi baterai dari

handphone. Pada scene lain, Vina yang seorang istri dari Michel yang

notabene adalah seorang pendatang keturunan cina kebingungan karena tidak

menemukan listrik untuk mengisi baterai handphine miliknya. Kemudian

Masmur mengambilkan alat-alat yang dilihat sebelumnya untuk mengisis

15

baterai handphone dan merakitnya untuk mengisi baterai handphone Vina.

Hal itu merepresentasikan bahwa anak-anak Papua juga memiliki

kemampuan untuk belajar. Sehingga sayang apabila kepandaian mereka tidak

di sia-siakan begitu saja apabila mereka tidak kunjung mendapatkan

pendidikan yang layak.

B. Analisis Film Di Timur Matahari Bagian Representasi Makna

Perdamaian

2. Representasi Makna Perdamaian

a) Perdamaian Melalui Proses Negosiasi

Pada korpus ini terdapat beberapa scene yang menggambarkan proses

perdamaian melalui negosiasi. Ditunjukan proses negosiasi yang berhasil

berujung damai dan yang berujung perang. Proses negoiasi yang berujung

perdamaian ditunjukan pada scene ketika Ucok bernegosiasi mengenai denda

adat yang harus ia bayar karena sudah menabrak Masmur dengan motornya.

Ucok bernegosiasi kepada Blasius selaku ayah dari masmur dalam membayar

denda adat. Blasius dan Alex meminta 500 juta rupiah untuk denda adat yang

harus dibayar. Namun karena Ucok tidak sanggup membayar, maka ia

memberikan uang sebesar 500 bibu rupiah untuk membayar denda adat.

Meski berfikir sejenak, Blasius dan Alex pun menerima uang tersebut dan

berdamai dengan Ucok.

Berbeda pada saat denda adat yang ditujukan kepada pihak yang telah

membunuh Blasius karena suatu kasus, Alex bersikeras meminta denda adat

yang ditentukan untuk disepakati. Alex mengatakan jika mereka pihak lawan

merasa keberatan dengan denda yang di tentukan, mereka dapat menawar

denda tersebut. Namun ternyata proses negosiasi tidak berlalung dengan baik.

Merekapun akhirnya memutuskan berperang dan saling membunuh satu sama

lain.

b) Perdamaian Melalui Cinta Kasih

Representasi perdamaian melalui cinta kasih di simbolkan melalui

persahabatan anak-anak SD yang berasal dari kampung yang berbeda.

Bahkan mereka berasal dari kampung yang berlawana. Meski perang sedang

16

berlangsung, mereka tetap saling peduli satu sama lain. Simbol yang muncul

saat mereka saling berpelukan ditengah Honai dari kampung lawan yang

dibakar oleh pihak korban karna tujuan balas dendam.

Rasa cinta kasih juga ditunjukan dalam dialog dari Masmur dengan

Mamanya. Kepercayaan tentang wanita diambil dari tulang rusuk laki-laki

menunjukan bahwa sesama manusia dilarang saling menyakiti. Apabila saling

menyakiti berarti mereka menyakiti diri sendiri. Cinta kasih adalah sebuah

awalan untuk menuju perdamaian. Dengan cinta kasih maka tidak akan ada

peperangan yang terjadi.

c) Penolakan Peperangan

Pada scene-scene dalam korpus ini meliputi segala simbol yang

menunjukan dampak dan penolakan dari adanya peperangan di Papua.

Ditunjukan dengan sikap seorang dokter yang bersikeras tidak mau

mengobati orang-orang yang terluka karena perang, adat potong jari yang

dilakukan mama Masmur yang seorang istri dari Blasius, untuk menunjukan

kesediahannya yang mendalam karena kehilangan orang yang sangat

dikasihinya, anak-anak yang menangis karena kehilangan ayahnya saat

berperang, hingga Masmur yang memberanikan diri masuk kedalam

peperangan dan berusaha menghentikan perang dengan bernyanyi lagu rohani

dan mengajak semua bergandengan tangan. Bergandengan tangan adalah

kegiatan yang menunjukan aktivitas perdamaian.

Kesimpulan

Berdasarkan data dari penelitian yang telah dianalisis dapat disimpulkan

bahwa:

1. Makna pendidikan di Papua dalam film “Di Timur Matahari di

representasikan melalui simbol-simbol sebagai berikut :

a. Representasi makna pendidikan melalui motivasi belajar yang dimiliki

oleh anak-anak Papua dalam keingginannya untuk belajar membaca,

menulis dan berhitung. Disimbolkan dengan anak-anak yang bertanya

tentang pelajaran kepada orang-orang disekitar mereka.

17

b. Dalam film ini, Ale juga menunjukkan bahwa anak-anak Papua juga

memiliki kemampuan intelektual yang cukup mumpuni. Disimbolkan

melalui adegan Masmur yang mengamati aktivitas Yolex saat merakit

alat untuk mengisi baterai Handphone miliknya. Kemudian Masmur

mempraktekannya pada adegan dimana Fina (tantenya) membutuhkan

listrik untuk mengisi baterai Handphone miliknya.

c. Direpresentasikan pula tentang kurangnya pendidikan yang diterima

oleh masyarakat Papua dari anak-anak hingga orang dewasa. Hal ini

disimbolkan melalui adegan seorang pekerja yang mengaku tidak

dapat membaca dan menulis, anak-anak yang tidak dapat menjawab

pertanyaan mengenai hitungan, Alex yang tidak dapat menjawab

pertanyaan dari Thomas tentang jumlah angka nol pada uang 3 milyar.

2. Makna perdamaian di Papua dalam film “Di Timur Matahari di

representasikan melalui simbol-simbol sebagai berikut:

a. Dalam scene mengenai aktvitas perdamaian pada film ini, peneliti

menemukan beberapa representasi perdamaian yang salah satunya

melalui adat atau budaya yang dianut warga Papua yaitu dengan

mengadakan denda adat. Namun denda adat masih dapat ditawar

melalui proses negosiasi.

b. Representasi penolakan akan adanya perang dari masyarakat Papua

dan masyarakat luar Papua. Disimbolkan melalui Alex yang

merupakan adik termuda dari pihak korban yang tidak setuju adanya

perang apabila pihak tersangka tidak dapat membayar denda adat yang

di minta oleh pihak korban. Pendeta yang menyarankan untuk segera

menghentikan perang agar tidak banyak korban lagi. Dokter yang

bertugas di sana mengatakan tidak akan mengobati orang yang terluka

karena perang adalah simbol dari penolakan terjadinya perang.

c. Representasi perdamaian melalui cinta kasih antar sesama umat

manusia baik laki-laki maupun perempuan. Disimbolkan melalui

dialog dari mama Masmur yang menyebutkan bahwa perempuan dan

18

laki-laki dilarang saling berkelahi, dengan menganut kepercayaan

tentang wanita yang diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.

d. Representasi makna perdamaian melalui persahabatan antar sesama

manusia. Disimbolkan melalui persahabatan dari kelima anak Papua

yang berbeda kampung. Meskipun orang tua mereka sedang

berselisih, mereka tetap saling peduli satu sama lain. Seperti pada

adegan dimana Alex membalas membakar kampung lawannya,

Masmur dan Thomas pergi ke kampung tersebut untuk mencari

teman-temannya. Saat mereka bertemu, mereka saling berpelukan satu

sama lain.

Dalam film ini, Ale juga merepresentasikan akibat-akibat yang terjadi karena

perang. Hal itu disimbolkan melalui kesedihan yang dialami oleh anak-anak dan

keluarga dari korban peperangan. Disimbolkan melalui keberanian seorang anak

yang masuk kedalam sebuah peperangan, hanya untuk menyerukan perdamaian

dan menghentikan peperangan. perang hanya membawa kerusakan serta

kesedihan bagi orang-orang sekitar mereka. Perang juga tidak akan menyelesaikan

masalah, namun hanya akan menambah masalah yang tak akan kunjung selesai.

Saran

Saran yang dapat disampaikan penulis berdasarkan penelitian ini, karena

dalam film ini mengandung banyak makna pendidikan dan makna perdamaian,

maka penulis menyarankan agar peneliti lain melakukan penelitian mengenai

kondisi pendidikan dan perdamaian terutama pada daerah-daerah terpencil yang

masih belum terjangkau oleh badan pendidikan yang layak, serta keadaan yang

masih sarat dengan peperangan antar suku seperti di Papua.

Mengingat film-film Indonesia kebanyakan bergenre horror, komedi,

drama percintaan. Ada baiknya apabila film bergenre film keluarga sejenis film Di

Timur Matahari ini lebih layak digunakan untuk penelitian, karena masih belum

terlalu banyak film yang mengangkat tentang masyarakat Indonesia di daerah-

daerah terpencil. Terutama film mengenai anak-anak.

19

Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro dkk. (2007). Komunikasi Massa, Suatu Pengantar.

Bandung: Simbiosa.

Budiman, Kris. (2004). Analisis Wacana: Pendekatan Semiotika Roland

Barthes. Yogyakarta: Pelatihan Analisis Wacana UGM.

Fiske, John. (1990). Introduction to Communication Studies. London:

Routledge.

Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda, dan Makna Buku teks Dasar Mengenal

Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Mangunhardjana, Margija. (1995). Mengenal Film. Yogyakarta: Yayasan

Kanisius.

McQuail, Denis. (1989). Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Jakarta :

Erlangga.

Vivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan. Jakarta:

Kencana.

Nugroho, Garin. (1995). Kekuasaan dan Hiburan. Yogyakarta: Yayasan

Bentang Budaya.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis.

Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tinarbuko, Sumbo. (2009). Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta:

Jalasutra.