para tikus, pasta gigi, dan problem solving

73

Upload: sscx

Post on 07-Feb-2016

199 views

Category:

Documents


57 download

DESCRIPTION

Buku ringkas dan praktis dengan kumpulan studi kasus dan cerita menarik mengenai problem solving.

TRANSCRIPT

Page 1: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving
Page 2: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Saya pernah membaca bahwa banyak yang tidak membaca Kata Pengantar. Pernah seorang penulis* mengambil solusi gampang, menghapus istilah Kata Pengantar dan menjadikannya Chapter 1. Saya mencoba eksperimen tersebut. Jika Anda tidak biasa membaca Kata Pengantar dan sekarang sedang membaca kalimat ini, bisa dikatakan penulis tersebut berhasil mencapai tujuannya.

CHAPTER 1

1

Untitled

Page 3: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 1

Buku elektronik ini sendiri adalah sebuah eksperi-men problem solving. Saya telah berkali-kali men-coba menulis dan juga sudah mencoba berbagai cara, termasuk merekam apa yang terpikirkan oleh saya dan meminta seseorang menuliskannya kembali. Tetapi, se-mua selalu gagal.

Kali ini saya mencoba cara lain. Saya mencoba menulisnya secara cepat, membaginya dalam banyak pecahan kecil, menulis masing-masing pecahan terse-but tanpa struktur, dan membiarkan saya pindah dari satu bagian ke bagian lainnya tanpa harus menyelesai-kan bahkan satu paragraf.

Apakah buku ini tepat untuk Anda?Jika Anda mencari solusi atas masalah Anda, Anda tidak akan menemukannya secara langsung di buku elektronik ini.

Buku ini lebih berisi ide, provokasi, dan analogi; yang diharapkan dapat membantu Anda dalam aktivitas problem solving Anda.

Jika Anda mencari the one silver bullet yang akan menyelesaikan semua masalah, Anda juga tidak akan menemukannya di sini. Tetapi, buku ini dirancang agar Anda dapat menemukan dan menciptakan peluru-peluru tersebut.

Walaupun saya mencoba mengurutkan tulisan dalam urutan problem solving yang umum, yakni mendefinisi-kan masalah, analisa akar masalah, hingga pengenda-lian, Anda tidak harus mengikuti alur ini. Sama seperti urutan penulisan saya, Anda dapat langsung mem-baca tulisan yang menarik bagi Anda dan kemudian berpindah ke bagian lain tanpa kehilangan esensi dari problem solving ini.

Untitled

2

Page 4: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Buku elektronik ini dipersembahkan kepada para peng-giat operational excellence, continuous improvement, dan problem solving. Semua tulisan dalam buku ring-kas ini adalah hasil diskusi dan pengamatan atas apa yang dilakukan tim SSCX (http://sscxinternational.com) saat menyelesaikan masalah di klien.

Penyelesaian masalah alias problem solving adalah satu subjek yang sudah berkembang sedemikian lama, saya tidak menciptakan hal baru dalam buku ini.

Buku ini memberi sudut lain untuk mempermudah pemahaman dan mem-berikan contoh-contoh menarik yang akan mempermudah Anda untuk men-jelaskan satu topik kepada rekan dan tim Anda.Saya mendapatkan banyak ide saat diskusi dengan klien, dari diskusi internal tim SSCX, dan bahkan dari membaca artikel menarik majalah Shift di http://shiftindonesia.com

Buku ini memang ditulis hanya dalam hitungan hari dan telah saya usahakan sesempurna mungkin. Saya yakin

tetap akan ada room for improvement yang otomatis akan menjadi PR bagi saya.

Saya sangat ingin menerima masukan Anda, sebagai balas budi atas masukan Anda, saya akan memastikan Anda menerima rilis kedua secara gratis. Anda dapat mengirimkan masukan, ide, kritik ke [email protected]

Rilis pertama ini hanyalah bagian awal. Rilis kedua akan lebih lengkap dengan lebih banyak lagi ide dan in-spirasi bagi tim Anda. Rilis kedua saya rencanakan un-tuk dirilis 75 hari setelah rilis ini.

Suwandi

*Saya ingin sekali membuat referensi ke penulis dan buku tersebut, namun terus terang saya lupa sama sekali nama buku ataupun pe-nulisnya.

3

Page 5: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 2

Anda melihat lantai sangat basah dan da-lam 5 detik lagi anak-anak yang sedang berlari akan berada di area tersebut, apa yang Anda lakukan? Ini adalah masalah dan Anda kemudian melakukan analisa

akar masalah. Anak-anak ini kemudian terpeleset dan menangis.

Tentu saja analisa akar masalah adalah hal terakhir yang Anda lakukan, setelah meminta anak-anak tidak berlari ke area

Sekilas

1. Kata ‘masalah’ adalah satu kata yang memang terkesan negatif dan sulit dipilah ataupun dibayangkan ruang lingkupnya.

2. Masalah dalam buku ini lebih ke konteks masalah yang terjadi sehari-hari terutama di unit kerja ataupun perusahaan Anda.

3. Buku ini memberi sudut lain untuk mempermudah pemahaman dan memberikan contoh-contoh menarik yang akan mempermudah Anda untuk menjelaskan satu topik kepada rekan dan tim Anda.

Masalah alias Problem

4

Page 6: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

tersebut, atau secara cekatan membersihkan lantai hingga kering.

Catatan: dalam buku ini, saya akan menggunakan kata problem atau masalah untuk hal yang sama.

Masalah ada di mana-mana dan dalam buku ini yang saya sebut sebagai masalah bukanlah hal urgent yang memang harus Anda lakukan secara reaktif berdasar-kan insting dan pengetahuan Anda, atau yang jika Anda lakukan, malah Anda terjebak pada situasi Analy-sis Paralysis. Tetapi, lebih jauh lagi yaitu mengenai masalah yang ada di area kerja kita yang memang ha-rus kita selesaikan agar tidak berulang.

Kata ‘masalah’ adalah satu kata yang memang terke-san negatif dan sulit dipilah ataupun dibayangkan ru-ang lingkupnya. Kopi Anda tumpah adalah ‘masalah’. Ancaman nuklir dari beberapa negara juga merupakan ‘masalah’.

Jika Anda menggunakan buku ini untuk menyelesaikan masalah kopi tumpah Anda, rasanya mubazir. Jika Anda menggunakan buku ini untuk menyelesaikan masalah ancaman nuklir, rasanya kita telah oversimplify masalah.

Masalah dalam buku ini lebih ke kon-teks masalah yang terjadi sehari-hari terutama di unit kerja ataupun perusa-haan Anda. Walaupun demikian, saya yakin aplikasinya dapat Anda terapkan dimana saja. Nah, mudah-mudahan dengan satu halaman pembuka ini, kita berada di frame yang kurang lebih sama terkait kata ‘masalah’ atau ‘problem’ ini.**

Catatan: Ebook ini dapat menjadi gratis karena dukungan dari SSCX (www.sscxinternational.com) dan Majalah Shift (www.shiftindonesia.com). Dalam ebook ini, Anda akan menemukan iklan dari SSCX maupun Shift pada halaman tertentu tetapi tidak akan mengganggu tampilan dan konten dari ebook ini.

5

Page 7: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 3

“For every complex problem there is an answer that is clear, simple, and wrong.”

H.L. Mencken

Sama seperti istilah ‘business model’, problem solving adalah istilah umum yang penggunaanya sudah sede-mikian umum hingga kadang tidak ada lagi yang ber-ani bertanya “sebenarnya business model itu apa sih?” atau “problem solving itu apa sih?”

Pada praktiknya menghilangkan masalah memang kadang sangatlah sulit. Alternatif lain adalah: 1) Mengurangi frekwensi berulangnya masalah ini, 2) Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh masalah, 3) Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masalah.

Apa itu Problem Solving?

6

Page 8: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Well, walaupun Anda tidak bertanya, saya akan coba menguraikan definisi problem solving dimulai dari prob-lem dan solving itu sendiri agar kita memiliki pemaha-man yang sama.

PROBLEM, MASALAHSecara ringkas, bagi saya masalah ada-lah segala situasi tidak ideal yang ber-laku bagi saya, dan terjadi pada saat ini.

Jika menggunakan definisi ini, artinya juga sesuatu dise-but sebagai masalah atau tidak sangatlah tergantung dari situasi ideal yang diinginkan (ideal state). Sesuatu yang dianggap masalah bagi satu pihak, mungkin bu-kanlah masalah bagi pihak lain. Dan, masalah pada satu titik waktu tertentu, bisa jadi bukanlah masalah pada titik waktu lain. Saya akan uraikan lebih dalam.

Masalah adalah situasi tidak ideal.

Saya mendefinisikan problem, yang diterjemahkan men-jadi ‘masalah’, sebagai situasi tidak ideal. Tidak ideal dalam konteks tidak sesuai standar yang ditentukan, ti-dak sesuai harapan saya dan harapan stakeholder lain. Anda membuat secangkir kopi panas dengan coffee-maker Anda, tetapi kopi yang dihasilkan ternyata tidak panas seperti yang Anda inginkan dan atur di mesin ter-sebut. Ini adalah masalah.

Anda memiliki smartphone canggih yang ternyata tidak bisa bisa mengirim email, tetapi Anda memang tidak pernah menggunakan email. Ini bukanlah masalah, bagi Anda. Dengan demikian, Anda tidak perlu memikirkan bagaimana menyelesaikan hal ini.

7

Root Cause Problem Impact

Page 9: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Masalah Anda mungkin bukan masalah bagi saya.

Saya juga mendefinisikan masalah sebagai kondisi yang unik dari sudut pandang siapa yang mengalami-nya. Kemacetan Jakarta adalah masalah bagi mereka yang menggunakan fasilitas jalan raya pada waktu ter-tentu di lokasi tertentu yang memiliki harapan tiba lebih awal. Tapi masalah ini bukanlah masalah bagi warga Ja-karta yang bekerja di rumah misalnya.

Keterlambatan pengiriman barang adalah masalah bagi mereka yang memberikan komitmen kepada pelang-gan, tetapi bukanlah masalah bagi mereka yang mem-produksi barang tersebut. Oleh karena itu, seringkali pe-rusahaan membuat Key Performance Indicator agar hal ini kemudian menjadi ‘masalah’ bagi Departemen Pro-duksi saat terjadi keterlambatan pengiriman karena proses produksi.

Masalah bisa berubah status setiap waktu.

Ya. Masalah yang Anda temui saat ini mungkin bukan-lah masalah pada beberapa waktu lalu dan mungkin bu-kan lagi masalah pada beberapa saat yang akan da-tang. Tapi yang pasti, itu adalah masalah pada saat ini.

Dan Anda tentu saja tidak berada pada posisi berharap masalah ini hilang sendiri. Deal with it. Solve it.

8

Page 10: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SOLVINGMenyelesaikan masalah adalah soal bagaimana Anda membuat masalah ini hilang. Dengan membuat masalah ini hilang, harapan kita ada-lah akibat yang ditimbulkan juga hilang. Jika masalah pengiriman barang ke pelanggan telah hilang, maka aki-bat yang mungkin ditimbulkan yaitu keluhan pelang-gan, kehilangan order, dan negative word of mouth bisa dihilangkan.

Menghilangkan masalah harus selalu dengan menghi-langkan akar masalah. Masalah keterlambatan pengiri-man barang bisa hilang jika kita tahu apa yang menye-babkan keterlambatan, misalnya kesalahan perenca-naan produksi, kurangnya informasi pengiriman, tidak konsistennya hasil produksi, tidak tersedianya bahan baku dll.

Bagaimana jika saya tidak bisa menghilangkan masa-lah?

Pada praktiknya menghilangkan masa-lah memang kadang sangatlah sulit. Alternatif lain adalah:

1. Mengurangi frekwensi berulangnya masalah ini

2. Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh masalah

3. Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masa-lah.

Mengurangi frekwensi masalah sering dilakukan mis-alnya lewat penentuan Service Level Agreement. Kita tahu sulit sekali (dan mahal!) bagi operator seluler un-tuk menghilangkan gangguan jaringan, oleh sebab itu muncullah standar SLA misalnya 99%. Kemudian, kita berusaha untuk terus memperbaiknya.

Mengurangi tingkat keseriusan yang ditimbulkan oleh masalah juga kerap dilakukan, misalnya lewat taktik pengelolaan harapan pelanggan. Misalnya menunggu lebih dari 20 menit adalah masalah di ruang tunggu klinik dokter. Untuk menghindari calon pasien yang membatalkan berobat dan pindah ke dokter lain karena menunggu terlalu lama, staf penerima pendaftaran pa-

9

Page 11: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

sien bisa menginformasikan kepada calon pasien terse-but berapa lama mereka akan menunggu dan kemu-dian menyediakan monitor informasi status antrian.

Menentukan tindakan recovery atas akibat dari masa-lah adalah menurut saya jalan terakhir. Artinya kita ti-dak bisa menyelesaikan masalah tersebut secara efisien dan efektif dan memilih taktik menangani akibat-nya. Misalnya dengan memberikan potongan harga jika pengiriman terlambat, memberikan bonus pizza saat pesanan pizza kita lebih dari 30 menit.**

Message from SSCX

Lean Manufacturing

Six Sigma

Total Productive Maintenance

Productivity Improvement

www.sscxinternational.com

10

Page 12: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Setiap kita mengetahui adanya problem atau masalah, asumsi biasanya kerap muncul. Paling penting bagi kita adalah melakukan klarifikasi atas masalah dan kemudian membuat definisi yang jelas atas masalah. Kisah Wanita dan Asumsi Masalah, Dokter dan Klarifikasi Masalah adalah 2 kisah yang bisa memperkaya cara Anda menjelaskan kedua hal ini ke rekan.**

CHAPTER 2

11

Asumsi, Klarifikasi, Definisi

Page 13: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Wanita dan AsumsiSeorang wanita sedang menyetir menuju acara anaknya di sekolah. Ia membawa hamster yang ditem-patkan di jok sampingnya. Tiba-tiba, hamster tersebut berhasil keluar dari kotak yang menjadi kandangnya dan secara gesit berjalan masuk ke celana wanita ini.

Karena kaget, wanita ini segera menghentikan mo-bilnya dan mengayun-ayunkan kakinya di pinggir jalan untuk menyingkirkan hewan. Lewatlah seorang pria yang berpikir bahwa wanita ini mengalami kejang, se-hingga ia segera berlari mendekati dan menahan tan-gan wanita ini untuk menenangkannya.

Pada saat bersamaan, lewat lagi seorang pengemudi lain yang melihat perjuangan si wanita, dan tanpa ber-pikir panjang ia menonjok pria karena ia berasumsi bahwa pria tersebut sedang menyerang si wanita. Ini adalah sebuah kisah legendaris terkait jumping into

conclusion. Kadang terlalu cepat kita bereaksi, tanpa lagi mengklarifikasi situasi.**

Dokter dan Klarifikasi MasalahRekan dan sahabat seperjuangan saya di SSCX, Rifki, bercerita di salah satu sesi di Bank Mandiri bahwa jika ingin melihat proses klarifikasi masalah, perhatikanlah dokter. Walaupun saya pernah pula mendengar lelucon lain yang berseberangan dengan contoh Rifki. Saya mu-lai dengan lelucon yang pernah saya dengar dulu ya.

Suatu hari, tangan John sedang nyeri dan dia memerik-sakan diri ke dokter. Dokter dan asistennya tidak ban-yak bicara (apalagi bertanya), John langsung diminta masuk ke ruang persiapan dan membuka baju dan celana. John heran bukan kepalang.

12

Page 14: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Ternyata di ruangan tersebut sudah ada 2 orang lain-nya yang juga tanpa baju dan celana dan sudah ber-ganti dengan daster yang disiapkan klinik itu. John memberanikan diri bertanya kepada orang di sebe-lahnya.

“Saya heran, kenapa saya disuruh buka baju dan celana ya, padahal yang sakit cuma tangan saya. Kalau Bapak kenapa?”.

Bapak tersebut menjawab, “Saya juga heran, Pak, saya cuma sedang sakit kepala. Begitu masuk, tidak ditanya sakit saya apa, langsung disuruh buka baju buka celana.”

Tiba-tiba, orang yang satu lagi ikut bersuara, “Saya le-bih heran, Pak, saya cuma mau antar surat. Begitu saya masuk langsung diminta buka baju buka celana…”

Ini cuma ilustrasi saja bahwa kadang kita tidak men-coba untuk menggali masalah lebih dalam. Tapi, saya yakin ini cuma lelucon. Tidak usah ditanggapi serius. Seperti kata Mark Twain:

Humor is mankind's greatest blessing.

Contoh dari teman saya lebih mewakili keadaan sesungguhnya. Ia mengatakan dokter paling jago men-definisikan dan mengklarifikasi masalah. Dalam banyak kunjungan kita ke dokter, saya yakin kita pernah menga-lami proses ini.

13

Page 15: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Dokter selalu memulai dengan menanyakan:

• Ada apa nih?

• Demamnya sejak kapan?

• Ada mencret? Makannya bagaimana?

• Apa ada keluhan lain? Bagaimana dengan muntah-muntah?

• Kapan terakhir cek darah?

• Apa ada alergi sebelumnya?

Ini adalah mencoba klarifikasi masalah. Tentu saja dok-ter tidak langsung dengan akar masalah, walaupun ia bisa menduga-duga dan mengajukan beberapa pertan-yaan untuk mempertajam analisa dan kemudian menge-tahui solusinya.**

“If you want to go fast, go alone. If you want to

go far, go together.”African Proverb

14

Page 16: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 1

Sering kali begitu diberikan sebuah masalah untuk diselesaikan, tindakan pertama kita secara refleks adalah men-cari solusi yang tepat.

Tergantung seberapa berpengalaman kita dalam urusan problem solving ini, la-

manya waktu hingga kita tersadar agar tidak langsung memikirkan solusi bisa bervariasi antara sepersekian detik hingga semua terlambat sudah. Kita ser-ing mendengar istilah fire-fighting bu-kan? Atau gali lubang tutup lubang?

Sekilas

1. Jika kita telah memahami proses problem solving, maka yang akan kita lakukan biasanya adalah analisa akar masalah. Kita (kadang secara refleks) bertanya ‘mengapa’. Mengapa ini terjadi.

2. Tapi, tunggu dulu! Sebenarnya ini bukan hal yang salah. Tapi sebaiknya Anda membaca bagian berikut ini sebelum melakukan analisa akar masalah.

3. Mengumpulkan data dan informasi tambahan untuk memperjelas masalah. Kita harus bisa memisahkan antara fakta, opini, dan dugaan.

Cara Klarifikasi Masalah

15

Page 17: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Coba Anda lakukan latihan kecil ini: “Biaya raw mate-rial mencapai 75%, ini terlalu tinggi. Harus bagai-mana?” atau “Seperti Jakarta, Bandung juga sangat macet terutama di hari libur. Apa solusinya?”, atau “Setiap malam, byar-pet listrik kerap terjadi di kota ini. Apa solusinya?”

Apakah Anda langsung memikirkan solusinya? Dari lati-han kecil ini, pikiran yang sering muncul adalah negosi-asi dengan suplier untuk turunkan biaya material, kurangi penggunaan raw material, cari alternatif raw material. Atau, gunakan 3-in-1, kembangkan transpor-tasi umum. Atau, tambah pembangkit listrik. Atau hayoo mungkin Anda langsung mengambil kesimpulan petugas di PLN*’ tidak becus’ dan harus diganti.

Jika kita telah memahami proses problem solving, maka yang akan kita lakukan biasanya adalah analisa akar masalah. Kita (kadang secara refleks) bertanya ‘mengapa’. Mengapa ini terjadi.

• Mengapa biaya raw material tinggi?

• Mengapa ada kemacetan di Bandung?

• Mengapa terjadi banjir?

• Mengapa cacat pada produk ini bisa terjadi?

• Mengapa keluhan keterlambatan pelayanan ini mun-cul?

• Mengapa kecelakaan kerja ini terjadi?

• Mengapa stok bahan baku bisa kosong?

Tapi, tunggu dulu! Sebenarnya ini bukan hal yang salah. Tapi sebaiknya Anda membaca bagian berikut ini sebelum melakukan analisa akar masalah.

Banyak dari kita diajarkan untuk melakukan analisa akar masalah. Atasan kita, trainer kita, mentor kita, setiap kali kita menyampaikan adanya problem, mereka sering menanyakan (dan mengajarkan kita) mengapa ini bisa terjadi dan apa penyebabnya. Akan tetapi, ada satu langkah kecil sebelum hal itu dilaku-kan, yaitu clarifying problem.

“Kami tahu sih masalahnya, hanya saja kami tidak tahu bagaimana menyelesaikannya.” Apakah Anda sering mendengar atau mengatakan hal ini? Dalam pengala-man saya, mereka yang mengatakan hal ini seringkali salah dan/atau tidak tahu masalahnya. Atau, mungkin inilah masalahnya: kemampuan menyelesaikannya.

16

Page 18: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

“Jumlah operator produksi terlalu banyak”. Sekilas ini terlihat seperti masalah. Tetapi kita perlu lakukan klarifikasi. Contohnya:

• Mengapa disebut banyak? Karena jumlahnya saat ini yaitu 1500 tidak sesuai dengan benchmark yang dilakukan dan komponen biaya SDM sudah sangat tinggi yaitu 15%.

• Berapa jumlah ideal? Dari benchmark, jumlah di best-performing company adalah 900 dan komponen biaya SDM hanya 10%.

• Apa dasar perhitungannya? Dasar perhitungannya adalah informasi dari produsen mesin produksi dan juga dari data benchmark di industri kita.

• Sejak kapan jumlah operator menjadi masalah? Sejak 2 tahun terakhir, yaitu sejak upgrade mesin dan kenaikan Upah Minimum Provinsi.

• Apa akibatnya jika banyak? Siapa yang ter-ganggu? Marjin keuntungan hanya 3% dan ini san-gat tidak sehat.

Nah, sekarang masalah lebih jelas bukan? Saya yakin Anda sudah bisa menyusun sendiri problem statement-nya.

Bagaimana sebaiknya cara kita melakukan klarifi-kasi?

Mengumpulkan orang dan fungsi yang relevan dengan masalah ini dan ajak diskusi mengenai definisi lengkap dari masalah ini. Umumnya yang perlu kita gali adalah:

1. Apa masalahnya?

2. Kapan (dan dalam kondisi apa) masalah ini dianggap sudah selesai?

3. Sejak kapan ‘masalah ini disebut masalah’?

4. Apa akibatnya? Siapa yang merasakan akibatnya?

5. Area, segmen, proses, departemen mana saja yang terkena imbasnya?

Mengumpulkan data dan informasi tambahan untuk memperjelas masalah. Kita harus bisa memisahkan antara fakta, opini, dan dugaan. Dugaan dan opini tetap dapat menjadi sumber informasi yang berguna.**

*Catatan: SSCX ter l ibat dalam akt iv i tas problem solv ing lewat metode Lean Six Sigma di PT Pembangkitan Jawa Bal i (PJB), yang merupakan anak usaha PT PLN. Tim PJB sangat kompeten dalam bidang mereka dan ser ius dalam melakukan banyak pembenahan.

17

Page 19: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 2

Lama proses aplikasi kredit di bank kami adalah 2 hari! Wah Anda merasa ini adalah layanan prima yang Anda cari-cari. Setelah mengajukan aplikasi, akhirnya proses selesai 10 hari kemudian. Anda kecewa dengan pelay-anan yang over-promise, tetapi tim di bank tersebut

merasa telah mencapai Key Performance Indicators dan Service Level Agreements mereka. Lho kok bisa?

Ini semua karena perbedaan definisi operasional pada ukuran “lama proses aplikasi kredit”. Jika Anda melihat dan membaca lebih teliti, mungkin muncul segudang persyaratan tambahan, misalnya: sejak dokumen diter-

Definisi Operasional

18

Page 20: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

ima lengkap dan diverifikasi oleh Tim Verifikasi Keleng-kapan Data hingga munculnya keputusan aplikasi. Ke-mudian ditambah lagi, dengan catatan dokumen leng-kap dan catatan kredit sebelumnya tidak ada masalah dan seterusnya.

Hal ini cukup umum terjadi dan bukan hanya ada di bank, di manufaktur, tambang, rumah sakit, semuanya memiliki kemungkinan kejadian seperti ini. Definisi On Time Delivery pelanggan kita dengan kita sendiri san-gat mungkin berbeda, bahkan definisi antara Dept De-livery dan Dept Sales saja bisa berbeda.

Definisi Operasional adalah definisi yang kita gu-nakan pada sebuah ukuran sehingga tidak memun-culkan penafsiran atau interpretasi yang berbeda antara 2 orang atau 2 pihak.Jika kita bisa memiliki Definisi Operasional yang jelas dan dipahami semua orang untuk ukuran “lama proses aplikasi kredit” tadi, atau bahkan ukuran seperti “lead time”, “on time delivery”, maka cara pandang kita pada masalah juga akan sama.

Praktiknya dalam problem solving adalah:

1. Rekan Anda menyampaikan: “Keluhan pelanggan sekarang sudah sangat tinggi.”

2. Anda harus meminta rekan Anda untuk memberikan fakta, misalnya “Berapa? Kenapa disebut tinggi?”

3. Rekan Anda mungkin akan menambahkan “10% dari tiap pengiriman produk selalu diikuti dengan kelu-han. Disebut tinggi karena kita memiliki standar 3%”

4. Anda harus mendiskusikan Definisi Operasional seperti ini:

a. Apa definisi dari keluhan?

b. Apakah hanya keluhan resmi tertulis ataukah semua jenis keluhan termasuk via email, via percakapan lisan?

c. Apakah maksud keluhan per pengiriman produk?

d. Apakah 1 pengiriman hanya maksimal 1 keluhan?

e. Apakah 1 keluhan hanya untuk 1 jenis masalah?

Dari pertanyaan yang diajukan di poin 4 saja, saya yakin di kebanyakan masalah yang sedang kita telisik bisa berbeda-beda. Apakah Anda sudah yakin defin-isi Anda sama dengan rekan Anda?**

19

Page 21: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Seringkali, di dalam kompleksitas perusahaan, satu masalah adalah akibat dari masalah lain. Dan satu masalah cenderung menyebabkan dan setidaknya memiliki potensi menciptakan (trigger) masalah lain di tempat lain.**

CHAPTER 3

20

Masalah Dia dan Kita

Page 22: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Tikus dan MasalahnyaAlkisah, seekor tikus sedang mengintip melalui sebuah celah di dinding. Dari sana, ia melihat petani dan istri-nya sedang membuka sebuah paket. Tikus terkejut me-nemukan bahwa paket tersebut adalah perangkap tikus!

Segera Tikus ini berlari ke kandang di peternakan itu dan berteriak memberi peringatan, "Ada perangkap tikus di dalam rumah, ada perangkap tikus di dalam ru-mah!”

Ayam berdecak dan menggaruk, mengangkat kepal-anya dan berkata, "Tikus, ini adalah masalah besar bagi kamu, tapi itu tidak ada hubungannya dengan saya. Saya tidak dapat terganggu oleh itu.”

Tikus kemudian segera mencari Kambing dan menga-takan kepadanya, "Ada perangkap tikus di dalam ru-mah!”

Jawab Kambing, “Wah saya turut prihatin, Tikus, tapi tidak ada yang bisa saya lakukan tentang hal ini, tetapi saya akan berdoa, yakinlah bahwa Anda berada dalam doaku.”

Tikus kali ini beralih ke Sapi, yang hanya menjawab, “Wow, Tikus, perangkap tikus? Saya dalam bahaya be-sar!”

Ternyata Sapi hanya menyindir Tikus.

Jadi Tikus kembali ke rumahnya, dengan kepala tertun-duk dan sedih menghadapi perangkap tikus petani.

Malam itu tiba-tiba terdengar suara dari rumah, seperti suara perangkap tikus yang berhasil menjalankan fungsinya. Istri petani bergegas untuk melihat apa yang tertangkap.

Dalam kegelapan rumah itu, dia tidak melihat bahwa itu adalah seekor ular berbisa. Saat dia mendekat, Ular langsung menggigit istri petani. Petani itu bergegas membawanya ke rumah sakit. Setelah dari rumah sakit,

21

Page 23: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

petani membawa istrinya pulang dengan keadaan de-mam. Saat demam, semangkuk sup ayam segar yang hangat sangat membantu. Sehingga petani itu men-gambil kapak ke peternakan untuk mengambil bahan utama sup itu, si Ayam.

Sakit istrinya berlanjut sehingga teman-teman dan tetangga datang untuk menjenguknya. Untuk memberi makan mereka, petani memotong Kambing.

Istri petani ini tidak membaik, pada kenyataannya, akhirnya dia meninggal. Begitu banyak orang datang ke pemakamannya, petani segera menyembelih Sapi untuk menyediakan daging bagi mereka semua untuk makan siang.

Jadi pada saat Anda mendengar bahwa seseorang sedang menghadapi masalah dan berpikir bahwa itu bukan urusan Anda, coba pikir kembali.

Seringkali masalah yang terjadi di tempat lain atau men-impa orang lain terasa seperti bukan masalah kita. Masalah On Time Delivery rasanya bukan masalah bagi staff di Finance. Masalah produk yang reject rasanya juga bukan masalah tim Marketing. Masalah turn-over karyawan yang tinggi juga rasanya bukan masalah de-partemen Production Planning.

Tapi, apakah benar? Seringkali, di dalam kompleksi-tas perusahaan, satu masalah adalah akibat dari masa-lah lain. Dan satu masalah cenderung menyebabkan dan setidaknya memiliki potensi menciptakan (trigger) masalah lain di tempat lain.

On Time Delivery buruk menyebabkan penalti dan pe-nurunan order. Penurunan order ini ternyata menyebab-kan kita kelebihan stok bahan baku. Kelebihan stok ba-han baku ini ternyata menyebabkan masalah bagi Fi-nance. Dan seterusnya.

Kita bisa dikatakan beruntung jika berhasil mengidentifi-kasi masalah dan secara cepat menyelesaikannya.

22

Page 24: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Dengan demikian kita akan mendapatkan 2 manfaat lain:

1. Menemukan masalah baru yang selama ini tidak terli-hat

2. Menghindari masalah yang akan muncul jika masa-lah ini dibiarkan.

Jadi, suatu saat jika Anda diminta membantu rekan atau tim lain memikirkan cara menyelesaikan suatu masalah, Anda sebaiknya memang meluangkan waktu dan energi Anda. Anda tidak akan pernah tahu dam-paknya pada Anda di masa yang akan datang, atau jangan-jangan masalah ini justru eventually berasal dari Anda.**

“Problems can become op-portunities when the right

people come together.”

Robert Redford

23

OPEXCON13

Tonton Video 30 Detik Opexcon:

FEATURED POSTS

8 “Dosa Besar” yangMenggagalkan ProgramLean

Mengenal DMAIC dan 7Waste di BisnisPerbankan dan JasaFinansial

5 Hasil Luar Biasa dariImplementasi Lean SixSigma di Perbankan

Bagaimana AmazonMenaklukkan Dua BatuKembarnya

Concept

Toolbox

Financial

Manufacturing

Mining

Services

Profile

News

The View

OPEXCON

Glossary

Download

Edisi Cetak

8 “Dosa Besar” yangMenggagalkan Program Lean

Shift - October 25, 2013 - Featured, Ideas

Semua strategi dan aktifitas telah dirancang dengan sempurna. Semua sumber daya

telah dianggarkan dan dipersiapkan. Berbagai rapat telah dilaksanakan untuk

menentukan area perbaikan. Semua orang merasa bergairah untuk segera mulai

menjalankan proyek Lean Six Sigma terbaru di perusahaan. Dengan semua persiapan

tersebut, kegagalan implementasi Lean menjadi mimpi buruk semua orang. Lalu

bagaimana menghindari kegagalan yang mengerikan itu?

Continue Reading

Mengenal DMAIC dan 7 Waste diBisnis Perbankan dan JasaFinansial

Shift - October 25, 2013 - Featured, Financial

DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) adalah sebuah framework

yang digunakan dalam mengatur alur kerja sebuah proyek improvement,

yang biasanya digunakan dalam proyek-proyek berbasis Six Sigma (dan Lean

Six Sigma tentunya). Penggunaan DMAIC memungkinkan anda untuk

meningkatkan proses bisnis dengan terstruktur. Setiap fase akan

membangun fase berikutnya, dengan tujuan untuk mencapai target berupa

solusi (untuk permasalahan dalam proses bisnis) yang efektif dan bertahan

lama. Continue Reading

5 Hasil Luar Biasa dariImplementasi Lean Six Sigma diPerbankan

Shift - October 24, 2013 - Featured, Retail and Transactional

Type keyword and hit enter...

Free Ideas!Tim konsultan SSCX akanmemilihkan artikel dan ide menarikuntuk Anda, maksimal 1 email perminggu.

Nama:

Email:

SUBSCRIBESUBSCRIBE

SHIFT ! "FEATURED IDEAS INDUSTRY NEWS PRINT EDITION

Free Articles, Ideas, Insights:www.shiftindonesia.com

Page 25: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 1

Masalah di hidup kita dan dunia ini san-gatlah banyak, tentunya banyak yang ha-rus pula kita selesaikan untuk membuat hidup kita lebih nyaman (dan berarti). Hanya saja, kita memiliki keterbatasan

sumber daya seperti waktu, fokus, skill, dan energi.

Saat Anda membaca e-book ini, saya yakin Anda adalah salah satu dari mereka yang ingin menyelesaikan masa-lah! That’s good! Saya akan membatasi

Sekilas

1. Sedikit mengulang, apakah ini benar-benar sebuah masalah?

2. Apakah sudah pernah ada solusi atas masalah ini di perusahaan lain atau departemen lain?

3. Apakah saya orang yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini?

4. Apakah ada hal yang lebih urgent untuk diselesaikan?

5. Apakah saya harus menyelesaikan masalah ini sekarang?

6. Apa akibatnya jika saya menunda menyelesaikan masalah ini?

7. Apa yang harus terjadi agar saya tahu masalah ini telah selesai?

8. Apakah ada batasan/constraint untuk menyelesaikan masalah ini?

Haruskah Saya Selesaikan?

24

Page 26: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

ruang lingkup masalah pada bidang yang saya kuasai yaitu operational management.

Jika Anda ingin tahu mengenai bagaimana menyelesai-kan masalah yang sangat kompleks seperti kelaparan di dunia, Anda dapat membaca lebih lanjut di artikel The Guardian yang ditulis Alex Renton dan didukung oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Saya pribadi ber-harap tautan tsb setidaknya bisa membantu promosi mereka.

Nah, balik lagi ke pertanyaan utama, apakah saya ha-rus menyelesaikan masalah ini?

Ada beberapa hal yang harus dipikirkan dulu.

1. Sedikit mengulang, apakah ini benar-benar sebuah masalah?

2. Apakah sudah pernah ada solusi atas masalah ini di perusahaan lain atau departemen lain?

3. Apakah saya orang yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini?

4. Apakah ada hal yang lebih urgent untuk diselesai-kan?

5. Apakah saya harus menyelesaikan masalah ini sekarang?

6. Apa akibatnya jika saya menunda menyelesaikan masalah ini?

7. Apa yang harus terjadi agar saya tahu masalah ini te-lah selesai?

8. Apakah ada batasan/constraint untuk menyelesaikan masalah ini?

Setelah Anda menjawab 8 pertanyaan tersebut, saya yakin Anda memiliki gambaran apakah masalah ini ha-rus Anda selesaikan sekarang atau tidak, ataukah Anda harus atau bisa:

1. Melakukan klarifikasi atas masalah,

2. Menunda menyelesaikan masalah ini hingga satu waktu tertentu,

3. Meminta orang lain yang lebih tepat untuk menyele-saikannya,

4. Membiarkan saja karena masalah ini adalah akibat dari masalah lain yang lebih urgent

25

Page 27: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

5. Memikirkan hanya recovery atas akibat yang ditimbul-kan.

Saya akan memberikan beberapa contoh agar hal ini lebih mudah dipahami.

Kasus 1. Anda menemukan masalah dimana kadang-kala staf call-center Anda absen dan menyebabkan service level ke nasabah menurun 1% dari 96% ke 95%. Tetapi pada saat bersamaan, Anda juga dihadapi masalah akurasi informasi yang sangat rendah. Setelah menjawab pertanyaan no. 4, mungkin Anda merasa bahwa Anda harus fokus terlebih dahulu pada masalah akurasi.

Kasus 2. Anda menemukan masalah yang sama pada poin A ini, setelah menjawab pertanyaan no. 3, Anda menemukan bahwa HR adalah divisi yang lebih tepat untuk menyelesaikan masalah ini.

Kapan saya bisa melangkah ke proses penyele-saian masalah?

1. Ini benar-benar sebuah masalah dan Anda telah me-lakukan klarifikasi.

2. Anda sudah mencari informasi dan memang tidak ada masalah yang sama dengan solusi efektif di peru-sahaan atau area lain.

3. Anda adalah orang yang tepat untuk menyelesaikan masalah ini.

4. Masalah ini dikategorikan sebagai urgent.

5. Dan, Anda harus menyelesaikannya sekarang.

6. Akibat dari menunda penyelesaian lebih besar dari-pada alternatif lain.

7. Anda tahu ukuran atau indikator bahwa masalah te-lah selesai.

8. Anda juga telah memahami batasan/constraint penyelesaian masalah.

26

Page 28: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 2

"No matter what accomplishments you make, somebody helped you."

Althea Gibson

Dalam bagian ini, ada beberapa cerita yang saya da-patkan yang relevan dengan pendekatan tim. Bagai-manapun, dalam mencari solusi, lebih banyak kepala lebih baik daripada memikirkannya sendiri. Selain karena ide akan semakin banyak, perspektif yang di-pakai juga akan sangat membantu.**

Sepatu Baru dan Tim

27

Page 29: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Pria dan Sepatu BaruAlkisah ratusan tahun silam di China, seorang pria membutuhkan sepasang sepatu baru. Sebelum ia pergi ke pasar, dia menggambar sebuah gambaran rinci ten-tang kakinya di selembar kertas. Ia mengukurnya den-gan seksama dan menuliskan semua dimensi kakinya seperti lebar, panjang, dan lain lain di kertas yang san-gat detail itu. Ia memang seseorang yang sangat ahli dengan diagram, ukuran, dan matematika.

Kemudian, ia berangkat dengan berjalan kaki ke toko sepatu di kota. Setelah perjalanan panjang, akhirnya ia tiba menjelang siang. Namun, ia sangat kecewa dan ke-sal begitu menemukan bahwa ia lupa membawa kertas yang sudah ditulisnya secara lengkap itu!

Dia akhirnya berjalan kembali ke rumah untuk mengam-bilnya. Kemudian setelah ia berjalan kembali ke toko

tersebut, ia melihat hampir semua toko sudah tutup dan ia melihat seorang pedagang sepatu sedang men-gemas barang dagangannya. Ia menceritakan kenapa ia baru bisa tiba sesore itu.

"Orang bodoh!" kata pedagang. “Mengapa kau tidak mencoba ukuran-ukuran yang ada di toko? Bukankah itu lebih mudah dan gampang? Mengapa kau harus pu-lang untuk mengambil diagram Anda?"

Pria itu merasa malu, “Saya rasa karena tadinya saya lebih percaya pada pengukuran yang saya lakukan..."

Kadang kita memang merasa tahu se-galanya. Kita merasa bahwa logika yang kita explore di benak kita adalah satu-satunya jalan yang logis.

Jika kita tidak berbicara dengan tim, dengan orang lain, dengan stakeholder lain, dengan pelanggan, den-gan pemasok, maka hal ini sangat mungkin terjadi. **

28

Page 30: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Sarjana Ahli LinguistikSeorang ahli linguistik sedang bersama tukang perahu untuk menyeberangi sungai. Perjalanan panjang dan lambat. Sarjana merasa bosan. “Pak,” ia berseru, “saya ajak ngobrol ya karena perjalanan sepertinya masih akan cukup lama.”

Ia kemudian menyarankan topik yang menarik baginya, ia bertanya, "Apakah Bapak pernah belajar fonetik atau tata bahasa?"

"Tidak," kata tukang perahu, "Aku tidak menggunakan fonetik atau apapun itu namanya untuk pekerjaan ini.”

“Wah, sungguh sayang sekali, Pak,” kata sarjana, “Se-tengah hidup Bapak seperti tersia-siakan karena tidak mengenal dan memahami tata bahasa. Ini keahlian yang sangat berguna.”

Kemudian, tiba-tiba perahu kecil ini menabrak sebuah batu di tengah sungai, tukang perahu berpaling kepada orang tersebut dan berkata, "Maafkan pikiran dan keahlian saya yang sederhana ini. Tapi, orang bijak, ka-takan padaku, apakah Anda pernah belajar berenang?"

"Tidak," kata ahli tersebut, "Saya tidak pernah belajar berenang. Aku menghabiskan waktuku memikirkan tata bahasa.”

"Dalam hal itu," kata tukang perahu, "Anda telah menyia-nyiakan seluruh hidup Anda. Perahu ini segera tenggelam." Ini adalah sebuah cerita rakyat dari Timur Tengah.

Kita hanya mengetahui sebatas apa yang kita ketahui. Dalam problem solv-ing, seringnya sebuah masalah dalam perusahaan harus diselesaikan den-gan melibatkan banyak keahlian dan pengetahuan. Paling ideal adalah jika kita bisa melibatkan banyak pi-hak. Jika Anda merasa bahwa pengalaman Anda saja sudah lengkap dan memadai, coba pikirkan kembali.**

29

Page 31: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Team Based Problem SolvingSaya pernah membaca bahwa ide memberikan timer pada jalur penyeberangan (zebra cross) yang sekarang sudah umum diaplikasikan di mana-mana, bukanlah da-tang dari ahli lalu lintas, tetapi justru dari orang awam yang terinspirasi oleh timer di oven atau microwavenya.

Sama pula dengan banyak masalah yang harus kita se-lesaikan, kita membutuhkan banyak ide dan sering ide tersebut datang dari orang lain, departemen lain, mau-pun keahlian lain. Anda telah membaca 2 cerita sebe-lumnya, “Pria dan Sepatu Baru” dan “Sarjana Ahli Ba-hasa”. Kedua cerita tersebut dapat kita gunakan untuk

memberi analogi bahwa pendekatan tim selalu lebih baik.

Untuk menyelesaikan masalah, cobalah kumpulkan juga mereka yang tidak secara natural dianggap bagian dari masalah ini. Misalnya saat kita membahas menge-nai lamanya waktu antrian teller, cobalah ajak perwaki-lan dari IT. Saat kita membahas lambatnya proses changeover, cobalah mengajak satu dua orang dari Pur-chasing. Sekali lagi, jika kita bisa memiliki tambahan sudut pandang yang berbeda, seringkali mereka bisa memberikan tambahan informasi.

Saya harap Anda setuju bahwa menyelesaikan masa-lah secara tim akan lebih baik daripada secara individ-ual. Seperti kata Einstein juga:

You can never solve a problem on the level on which it was created.

Setiap kali kita melibatkan orang lain, tentu saja selain memiliki dampak positif, juga ada negatifnya. Umumnya kita sering kesal karena ada rekan yang cuma bisa bicara tapi tidak bisa bertindak. Kita juga ke-sal karena ada satu rekan yang sibuk menunjuk-nunjuk orang untuk melakukan sesuatu padahal dia hanya duduk-duduk saja. Atau rekan lain yang sibuk pula ber-

30

Page 32: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

wacana dan tidak membumi. Jika Anda merasa kesal, tidak heran, tapi saya menyarankan Anda membaca ini:

http://shiftindonesia.com/sembilan-tipe-team-role-pembentuk-karakter-tim-menuju-operational-excellence/ **

“Teamwork divides the task and multiplies the

success.“

Author Unknown

Artikel Terpilih di Inbox Anda

Ya, tim konsultan SSCX akan memilihkan artikel dan ide menarik untuk Anda!

Kami akan mengirimkan hanya 1-2 email per ming-gu dan Anda dapat unsubscribe kapan saja. 

Dengan berlangganan, Anda diberikan 1 ide yang bisa mengubah proses dan produk Anda lebih baik lagi

Klik untuk Gabung Ribuan Member Lain.

FREE.

31

Page 33: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Dalam tahapan ini, sebagai problem solver, kita akan melakukan analisa untuk mengetahui akar masalah. Saya merasa bahwa konsep Y=f(X) adalah esensial dalam pembahasan ini. Di sini kita akan coba memahami bahwa tidak semua X bisa dikendalikan. Apa yang harus kita lakukan jika semua X tidak bisa dikendalikan alias uncontrollable?

CHAPTER 4

32

Analysis

Page 34: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 1

“You will only be remembered for two things: the problems you solve or the ones you create.”

Mike Murdock

Konsep y=f(x) alias “y adalah fungsi dari x” adalah konsep yang umum, seder-hana, tapi penuh makna. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keluaran. Ada beberapa X yang menyebabkan ter-jadinya Y.

Sekilas

1. Y adalah hasil dari kombinasi banyak faktor atau x.

2. X ini sering dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu: controllable dan uncon-trollable

3. Anda menemukan bahwa seluruh faktor adalah uncontrollable. Jika tidak ada faktor yang bisa kita kendalikan, maka kita tidak bisa mengubah respon ke arah yang kita inginkan secara konsisten.

Y=f(x)

33

Page 35: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Berikut ini adalah ilustrasi sederhana dari y=f(x). Apa yang menentukan kapan kita bisa tiba jika berlayar dari satu dermaga ke dermaga lain?

• Arah angin

• Kecepatan angin

• Ukuran dan desain layar

• Berat perahu dan beban

• Desain perahu

• Ombak

• Kompetensi

Nah, lama perjalanan dapat kita sebut sebagai re-sponse atau y. Disini, y adalah hasil dari kombinasi ban-yak faktor atau x, yaitu 7 hal di atas. X ini sering dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu:

• Controllable misalnya ukuran dan desain layar

• Uncontrollable misalnya arah angin

Anda harus berpikir lebih dalam jika saat Anda melaku-kan brainstorming, Anda menemukan bahwa seluruh faktor adalah uncontrollable. Jika tidak ada faktor yang

bisa kita kendalikan, maka kita tidak bisa mengubah re-spon ke arah yang kita inginkan secara konsisten.

Apa yang harus dilakukan jika semua faktor tidak bisa dikendalikan?

1. Lakukan evaluasi, terkadang seakan-akan memang faktor seperti tidak bisa dikendalikan padahal sebe-narnya bisa. Misalnya, untuk masalah antrian di front office, faktor yang berpengaruh adalah jumlah walk-in customer dan Anda merasa ini tidak bisa diken-dalikan. Saya pernah melihat perusahaan yang me-masang informasi grafik jumlah kunjungan dan esti-masi lama tunggu per 30 menitnya, dengan harapan pelanggan bisa mengatur kapan mereka sebaiknya datang, dan kemudian terjadi load-balancing.

2. Lakukan brainstorming dan kemudian gali lebih dalam, usahakan melibatkan sekelompok orang yang berbeda fungsi atau kompetensi. Misalnya menurut kita di Dept Produksi, jumlah order pelang-gan adalah uncontrollable, jangan-jangan setelah berdiskusi dengan tim dari Dept Sales, mereka bisa mengatur bagaimana pelanggan memberikan order.

34

Page 36: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Apa yang harus dilakukan jika faktor yang bisa dikendalikan sangat banyak?

1. Lakukan penentuan prioritas faktor yang akan kita pe-lajari lebih dalam termasuk nantinya menentukan so-lusi memperbaiki faktor tersebut. Cara menentukan prioritas akan saya bahas di bagian lain.

2. Jika semua faktor sama pentingnya, bagi dalam tim untuk memperbaiki masing-masing faktor. Dengan ruang lingkup yang lebih kecil, perbaikan akan lebih cepat.

Bagaimana kita bisa yakin jika semua faktor su-dah diperhitungkan?

1. Cara paling simpel adalah dengan melakukan trial and error. Yaitu mencoba perbaikan pada faktor dan melihat respon. Jika ternyata masalah masih beru-lang atau target belum tercapai, maka ada kemungki-nan belum semua faktor diperhitungkan. Catatan: ada kemungkinkan juga karena solusi atas faktor (baca: akar masalah) belum efektif.

2. Ada beberapa cara dengan menggunakan statistik yang bisa digunakan, tetapi tidak akan kita bahas di ebook sederhana ini.**

Analysis Paralysis Si LipanSuatu saat, seekor lipan (yang kakinya banyak) menge-jar seekor laba-laba. Kemudian laba-laba ini berhenti, menoleh sejenak, dan bertanya kepada si lipan, “Saya kagum dengan kamu, Lipan! Bagaimana cara kamu mengkoordinasikan kaki yang banyak itu?”

Lipan itu menjawab, "Saya tidak tahu. Saya tidak per-nah memikirkan hal itu sebelumnya." Segera setelah itu, laba-laba kembali berlari, dan lipan mencoba untuk mengejar, tetapi kali ini ia tidak mampu karena ia tidak bisa membuat kakinya berjalan dengan baik lagi.

Kakinya saling tersangkut karena ia sibuk memikirkan mana yang kiri dan mana yang kanan, mana yang du-luan dan mana yang harus serentak!

35

Page 37: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Cerita ini ada dalam banyak versi, tapi pesan yang ingin disampaikan adalah berpikir atau analisa berlebih justru merugikan. Kondisi ini dikenal dengan istilah analysis paralysis atau paralysis of analysis. Dalam kon-disi ini, justru keputusan apalagi tindakan/action tidak muncul. Sebuah keputusan memang bisa dipikirkan se-cara detail dari berbagai sudut pandang, berbagai pili-han, berbagai kemungkinan. Saat kita terus berusaha mencari solusi paling maksimal, kadang yang terjadi adalah kondisi ini.

Memang sulit untuk menentukan apakah kita sudah me-lakukan analisa berlebihan atau belum. Langkah yang bisa kita lakukan adalah memilah analisa menjadi 2 atau 3 kategori (short term atau smaller scope, longer term atau larger scope).

Kita melakukan analisa terbatas secara cepat untuk ke-mudian beralih untuk menentukan solusi cepat. Sambil, pada saat bersamaan jika memungkinkan melakukan analisa yang lebih komprehensif. Cara ini memang akan lebih menghabiskan energi dan waktu, tapi seti-daknya bisa mengambil manfaat dan menghindari re-siko dari analisa terlalu minim dan analisa berlebihan.**

Ikuti Public Class populer di SSCX:

• Lean Six Sigma Green Belt (6 Days)

• Lean Six Sigma Black Belt (12 Days)

• Lean Six Sigma Fundamentals (2 Days)

• Lean Manufacturing Fundamentals (2 Days)

• Practical Total Productive Maintenance (2 Days)

• Understanding Lean Healthcare (2 Days)

[email protected]

http://sscxinternational.comMenara Rajawali 11th Floor

Jakarta Selatan, Jakarta, 12950

36

Page 38: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 2

“If you do not know how to ask the right question, you discover

nothing.” W. Edwards Deming

5-Whys atau bertanya mengapa secara 5 kali berturut-turut merupakan alat bantu sederhana yang sangat powerful untuk menggali akar masalah. Ini adalah alat bantu yang sangat sering disalah-gunakan.

Lorem Ipsum

1. 5-Whys atau bertanya mengapa secara 5 kali berturut-turut merupakan alat bantu sederhana yang sangat powerful untuk menggali akar masalah.

2. Secara ringkas, cara penggunaannya adalah mencoba bertanya mengapa secara sistematis, analitis, dan objektif.

3. Alat bantu ini juga memiliki kelemahan karena cenderung mengikuti 1 alur berpikir.

5 Whys

37

Page 39: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Secara ringkas, cara penggunaannya adalah mencoba bertanya mengapa secara sistematis, analitis, dan ob-jektif. Saya memberikan penekanan pada “secara sistematis, analitis, dan objektif” karena saya sering me-nemukan bahwa 5-whys ini tidak digunakan secara sistematis, tidak analitis, dan sangat subjektif.

Contoh masalah: “Panduan cara perakitan meja oleh bagian perancangan seringkali menyebabkan kesala-han penggunaan baut. Masalah muncul sejak sekitar 6 bulan lalu saat headquarter menerbitkan panduan kerja baru. Hal ini menimbulkan incoming call untuk menan-yakan hal ini sebanyak 100 call per hari dan memakan waktu 500 menit per hari hanya untuk menjelaskan hal ini ke pelanggan.”

• Pertanyaan 1: Mengapa sampai butuh waktu 500 menit?

• Jawaban: Karena memang untuk 1 pertanyaan dibu-tuhkan waktu 5 menit.

• Pertanyaan 2: Mengapa butuh waktu selama itu? Apakah karena kompetensi call-agent?

• Jawaban: Mungkin.

Bisa ditebak, diskusi akan berlanjut pada peningkatan kompetensi. Ini adalah contoh yang tidak sistematis dan cenderung mengarah pada apa yang ada di benak si penanya. Leading question.

Skenario lain:

• Pertanyaan 1: Mengapa menghubungi call center saat salah menggunakan baut?

• Jawaban: Karena kita menyarankan mereka untuk menghubungi jika ada masalah.

• Pertanyaan 2: Mengapa kita menyarankan mereka seperti itu?

• Jawaban: Karena top management meminta kita un-tuk menjadi customer-focused company.

• Pertanyaan 3: Mengapa kita harus menjadi customer-focused company?

• Jawaban:…..

38

Page 40: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Analisa “5-Whys” yang benar kira-kira seperti ini:

• Pertanyaan 1: Mengapa pekerja menggunakan baut yang salah?

• Jawaban: Ia kebingungan harus memilih baut yang mana

• Pertanyaan 2: Mengapa dia bingung?

• Jawaban: Dia tidak bisa menemukan jawaban dalam panduan perakitan.

• Pertanyaan 3: Mengapa dia tidak menemukannya di panduan perakitan?

• Jawaban: Dia membaca panduan perakitan hanya selama 5 menit.

• Pertanyaan 4: Mengapa dia hanya membaca selama 5 menit?

• Jawaban: Dia tidak punya waktu untuk membaca keempat panduan perakitan karena deadline.

• Pertanyaan 5: Mengapa terdapat 4 panduan peraki-tan?

• Jawaban:…..

5-Whys adalah alat bantu yang ‘kelewat sederhana’ hingga seringkali muncul kesalahan penggunaan. Bah-kan beberapa kali, ujung dari 5-Whys ini nantinya ada-lah kesalahan manajemen dan rendahnya kompetensi SDM. Jika terjadi seperti itu, 9 dari 10 kali kejadian ada-lah karena kesalahan cara melakukan analisa 5-Whys.

WARNING: Alat bantu ini juga memiliki kelemahan karena cenderung mengikuti 1 alur berpikir. Misalnya untuk kasus diatas, tim akan luput memperhatikan apakah bahasa panduan sudah cukup jelas, mengapa diperlukan panduan perakitan, mengapa pekerja memiliki pilihan baut lain? Sangat disarankan untuk menggunakan 5-Whys dengan alat bantu lain. Atau minimal menggunakannya beberapa kali untuk masa-lah yang sama.**

“Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you

were to live forever.”

Mahatma Gandhi39

Page 41: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 3

Fishbone Diagram atau Diagram Tulang Ikan ini adalah alat bantu sederhana den-gan penggunaan yang sangat umum. Nama lain dari diagram ini adalah Dia-gram Ishikawa, Cause-and-Effect Dia-gram, bahkan ada yang menggabung-

kannya menjadi Fishikawa. Mengapa Disebut Diagram Tulang Ikan?

Pernah suatu kali ada yang bertanya mengapa tulang ikan dan bukan tulang lainnya. Saya tertawa terbahak-bahak,

Sekilas

1. Fishbone Diagram atau Diagram Tulang Ikan ini adalah alat bantu sederhana dengan penggunaan yang sangat umum.

2. Tulang ini diberi judul dengan tujuan kita bisa berpikir dari sudut pandang yang berbeda.

3. Menggunakan 5-Whys untuk menggali lebih dalam Diagram Tulang Ikan sangatlah disarankan. Dengan demikian kita bisa melihat dari lebih banyak sudut pandang dan mendalam.

Diagram Fishikawa

40

Page 42: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

tetapi ternyata pertanyaan ini juga ada artinya. Coba bayangkan diagram tulang ayam, paha ayam ben-tuknya lurus. Artinya kita berasumsi bahwa hanya ada 1 sebab untuk 1 akibat.

Diagram Tulang Ikan bentuknya seperti ini:

Sisi paling kanan adalah akibat alias y. Sementara tu-lang ikan berisi sebab-sebab alias x.

Setiap tulang utama diberi judul:

• Machine (technology)

• Method (process)

• Material (termasuk Raw Material, Consumables, dan Informasi)

• Man Power (physical work)

• Measurement (Inspection)

• Mother Nature (Environment)

Tulang ini diberi judul dengan tujuan kita bisa berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Anda juga bisa membaca Six Thinking Hats dengan cara berpikir yang sama. Ini mengurangi kemungkinan kita terlalu fokus pada salah satu aspek saja, misalnya menyalah-kan Manpower.

Saat Anda mengisi tulang Machine, artinya Anda harus berpikir apa saja faktor terkait mesin yang menyebab-kan masalah ini. Begitupun, saat Anda ‘dipaksa’ untuk pindah berpikir ke tulang Material.

41

Page 43: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Alat bantu ini sangat sederhana dan bisa digunakan da-lam situasi apapun. Anda bisa mengganti judul tulang sesuai keinginan Anda. Gunakan alat bantu ini saat Anda ingin melihat kemungkinan akar masalah dari berbagai aspek atau sudut pandang.

Menggunakan 5-Whys untuk menggali lebih dalam Dia-gram Tulang Ikan sangatlah disarankan. Dengan de-mikian kita bisa melihat dari lebih banyak sudut pan-dang dan mendalam.**

“Sometimes when you innovate, you make

mistakes. It is best to admit them quickly, and get on

with improving your other innovations.”

Steve Jobs

42

OPEXCON13

Tonton Video 30 Detik Opexcon:

FEATURED POSTS

8 “Dosa Besar” yangMenggagalkan ProgramLean

Mengenal DMAIC dan 7Waste di BisnisPerbankan dan JasaFinansial

5 Hasil Luar Biasa dariImplementasi Lean SixSigma di Perbankan

Bagaimana AmazonMenaklukkan Dua BatuKembarnya

Concept

Toolbox

Financial

Manufacturing

Mining

Services

Profile

News

The View

OPEXCON

Glossary

Download

Edisi Cetak

8 “Dosa Besar” yangMenggagalkan Program Lean

Shift - October 25, 2013 - Featured, Ideas

Semua strategi dan aktifitas telah dirancang dengan sempurna. Semua sumber daya

telah dianggarkan dan dipersiapkan. Berbagai rapat telah dilaksanakan untuk

menentukan area perbaikan. Semua orang merasa bergairah untuk segera mulai

menjalankan proyek Lean Six Sigma terbaru di perusahaan. Dengan semua persiapan

tersebut, kegagalan implementasi Lean menjadi mimpi buruk semua orang. Lalu

bagaimana menghindari kegagalan yang mengerikan itu?

Continue Reading

Mengenal DMAIC dan 7 Waste diBisnis Perbankan dan JasaFinansial

Shift - October 25, 2013 - Featured, Financial

DMAIC (Define-Measure-Analyze-Improve-Control) adalah sebuah framework

yang digunakan dalam mengatur alur kerja sebuah proyek improvement,

yang biasanya digunakan dalam proyek-proyek berbasis Six Sigma (dan Lean

Six Sigma tentunya). Penggunaan DMAIC memungkinkan anda untuk

meningkatkan proses bisnis dengan terstruktur. Setiap fase akan

membangun fase berikutnya, dengan tujuan untuk mencapai target berupa

solusi (untuk permasalahan dalam proses bisnis) yang efektif dan bertahan

lama. Continue Reading

5 Hasil Luar Biasa dariImplementasi Lean Six Sigma diPerbankan

Shift - October 24, 2013 - Featured, Retail and Transactional

Type keyword and hit enter...

Free Ideas!Tim konsultan SSCX akanmemilihkan artikel dan ide menarikuntuk Anda, maksimal 1 email perminggu.

Nama:

Email:

SUBSCRIBESUBSCRIBE

SHIFT ! "FEATURED IDEAS INDUSTRY NEWS PRINT EDITION

Free Articles, Ideas, Insights:www.shiftindonesia.com

Page 44: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 4

Pertanyaan: Bagaimana Anda memasukkan seekor jerapah dewasa ke dalam kulkas?

Jawaban: Buka kulkas, masukkan jerapah tersebut ke dalam kulkas, dan tutup pintunya.

Pertanyaan ini sebenarnya banyak digunakan menguji apakah Anda cenderung memikirkan hal-hal seder-hana dengan cara yang terlalu rumit. Ataukah cenderung berpikir terlalu sederhana.

Seringkali kita langsung berpikir kompleks sebelum berpikir sederhana. Tidak ada yang salah dengan ber-pikir kompleks, toh umumnya masalah yang kita ha-dapi sekarang adalah hasil dari kompleksitas yang ada. Entah necessary complexity atau bukan.

Yang kerap menjadi hambatan dalam problem solving adalah seringkali kita sudah memiliki asumsi-asumsi.

Kita berasumsi bahwa jerapah pastinya tinggi sekali dan kulkas pastilah jauh lebih kecil daripada Jerapah. Asumsi.

“Assumption is the mother of all screw-ups.” ~

Eugene Lewis Fordsworthe

Di artikel sebelum ini, kita membahas bagaimana Tikus Kecil menggampangkan solusi sementara di artikel ini giliran cerita Jerapah membuat kita harus mencoba ti-dak membatasi pemikiran kita dengan asumsi-asumsi yang belum tentu benar. **

*Salah satu partner di SSCX suka sekali menggunakan statement Ford-sworthe dalam rapat dan diskusi di SSCX. Saya mengingat kalimat ini karena rapat dan diskusi tersebut.

Assumption is The Mother of…

43

Page 45: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Result adalah hasil dari pengalian Quality of Idea (kualitas ide atau solusi) dan Acceptance (penerimaan ide). Seringnya sebuah ide berkualitas, tetapi tidak ada yang menerima ide tersebut dan hasil otomatis juga tidak akan muncul. Memperhatikan kedua faktor ini adalah esensial untuk memastikan kesuksesan dari problem solving activity.**

CHAPTER 5

44

Result = Q x A

Page 46: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 1

 

“Every problem is an opportunity.” Kilchiro Toyoda, founder of Toyota

Jika Anda sudah mengetahui akar masalah, maka lang-kah berikutnya adalah menentukan solusi. Anda dapat memulai dengan menampilkan informasi akar masalah yang telah ditemukan dan diduga kuat berkontribusi besar pada masalah yang sedang dibahas. Saya meng-gunakan kata ‘diduga kuat’ karena dalam bahasan ini

Menemukan Solusi

45

Page 47: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

saya belum menjelaskan penggunaan alat bantu yang dapat menghindari kita pada situasi hanya menduga-duga akar masalah.

Setelah Anda menentukan akar masalah yang akan Anda perbaiki, menentukan solusi adalah suatu proses kreatif. Proses analisa akar masalah cenderung analitis, sementara proses mencari solusi cenderung kreatif. Wa-lau demikian, cukup banyak kasus dimana solusi yang perlu dijalankan bukanlah sesuatu yang baru dan tidak pernah dijalankan.

Anda awalnya akan banyak menemukan solusi untuk hal-hal ini:

• Konsistensi menjalankan prosedur

• Terlambatnya informasi atau feedback loop

Baru setelah itu, Anda akan banyak bersinggungan den-gan hal-hal atau ide baru. Di sini, tantangan akan lebih banyak. Kenapa? Karena Anda akan melakukan hal baru dan pada praktiknya menjalankan hal baru itu san-gatlah sulit.

Umumnya sulitnya bukan karena teknis, tetapi pada fak-tor penerimaan atas ide tersebut. Anda pasti pernah mendengar:

1. Ooo, cara itu tidak akan bisa di sini.

2. Masalahnya begini,…

3. Kita sudah pernah lakukan hal tersebut.

4. Solusi ini tidak akan bisa karena…

Sulit bagi ebook ini untuk menjejalkan dengan ringkas bagaimana cara menemukan solusi dikarenakan variasi yang sangat tinggi antara satu masalah dengan masa-lah yang lain. Saya akan masuk ke aspek penerimaan ide dan juga bagaimana menentukan prioritas.**

Iklan: Company Profile SSCX di tautan ini

46

Page 48: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 2

“Success doesn't necessarily come from breakthrough innovation but

from flawless execution.”

Naveen Jain

Saya rasa bukan hal aneh saat Anda me-lihat ide yang luar biasa bagus tetapi ti-dak dijalankan. Menjalankannya juga kita lihat sebenarnya mudah saja, tidak membutuhkan upaya yang sangat keras. Mengapa? **

Sekilas

1. Result adalah hasil dari pengalian Quality of Idea (kualitas ide atau solusi) dan Acceptance (penerimaan ide). Seringnya sebuah ide berkualitas, tetapi tidak ada yang menerima ide tersebut dan hasil otomatis juga tidak akan muncul.

2. Atribut-atribut penerimaan ide adalah:

• Keuntungan Relatif

• Kompatibilitas

• Kompleksitas

• Trialability

• Observability

Penerimaan Ide

47

Page 49: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Goldman dan Troli-nyaSekarang ini berbelanja di hypermarket ataupun super-market, yang pertama kali kita lakukan adalah mengam-bil trolley belanja. Tahukah Anda bahwa awalnya untuk membuat pengunjung menggunakan shopping cart ini ternyata tidak mudah!

Adalah Sylvan Goldman yang membeli jaringan super-market Piggly Wiggly pada tahun 1934. Setelah mem-beli jaringan ini, Goldman mulai mengamati apa yang dilakukan pengunjung supermarketnya. Dia sedang khawatir karena angka sales dan marjin yang terus menipis. Saat Goldman mengamati behavior pengun-jung, ia menemukan banyak hal menarik. Dalam kon-teks saat ini, istilah Gemba adalah istilah tepat untuk menggambarkan hal ini, atau 'blusukan' jika menurut Jokowi.

Salah satu observasinya adalah ternyata para pengun-jung berhenti berbelanja setelah keranjang belanjaan mereka menjadi berat.

Ia dan mekaniknya menemukan solusi untuk hal ini yaitu troli! Sekilas, ini adalah ide luar biasa yang tidak mungkin ditolak siapapun. Akan tetapi, pada saat imple-mentasi, ia menemukan adanya resistensi. Pengunjung pria tidak suka menggunakan troli karena terkesan ti-dak macho, wanita merasa tidak fashionable, semen-tara pengunjung yang lebih tua tidak mau terkesan lemah. 

Walhasil, butuh banyak taktik dan waktu bagi Goldman hingga akhirnya semua orang terbiasa menggunakan troli dan bahkan berkembang terus menerus hingga saat ini dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari berbelanja.**

48

Page 50: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

5 Elemen Penerimaan Ide

All imaginable inventions have already been invented. - Manager of the American Patent

Agency - Charles Duell, 1899

Everett M. Rogers adalah seorang ahli difusi inovasi. Ia telah meneliti bagaimana orang mengadopsi produk baru , jasa atau praktek gaya hidup. Dalam penelitian-nya ia mengisolasi lima sifat inovasi yang membantu un-tuk mempercepat penerimaan mereka dan kemudian diadopsi.

Atribut-atribut tersebut adalah:

1. Keuntungan Relatif

2. Kompatibilitas

3. Kompleksitas

4. Trialability

5. Observability

Keuntungan relatif adalah ukuran dari seberapa jauh lebih baik suatu inovasi dari ide atau produk yang di-gantikannya. Ini adalah salah satu pendekatan yang pal-ing umum dan paling efektif untuk menjual ide. Idenya harus jelas menggambarkan keuntungan dalam hal biaya lebih rendah, peningkatan kenyamanan, atau penghematan waktu dan usaha.

Kompatibilitas. Apakah ide Anda konsisten dengan nilai-nilai , pengalaman masa lalu dan kebutuhan indi-vidu atau kelompok yang berpotensi akan mengadopsi-nya? Hal ini sangat mungkin bahwa Anda akan mem-beli produk atau perubahan aspek gaya hidup Anda yang bertentangan dengan nilai-nilai Anda. Adalah jauh lebih mungkin bahwa Anda akan mengadopsi inovasi yang konsisten dengan mereka.

49

Page 51: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Kompleksitas adalah bagaimana sulitnya untuk mema-hami atau menggunakan ide baru Anda. Semakin kom-pleks ide Anda tampaknya, semakin kecil kemungkinan akan diterima. Keep it simple . Mungkin salah satu con-toh terbaik dari tetap sederhana dan peluncuran pro-duk yang sukses adalah komputer Macintosh.

Trialability adalah kualitas sebuah inovasi yang me-mungkinkan pengadopsi potensial atau pelanggan un-tuk bereksperimen dengan ide secara terbatas sebe-lum “membeli itu”. Test mengendarai mobil baru adalah contoh yang sangat baik trialability.

Observability adalah karakteristik dari sebuah inovasi yang membuatnya terlihat orang lain. Jika Anda men-jual ide atau konsep tidak berwujud , seperti asuransi jiwa , apa hasil yang terlihat dari apa yang Anda beli ? Dalam cara apa Anda dapat membuat hasil yang nyata? Dapatkah orang benar-benar melihat hasilnya? Bisakah Anda mengajak mereka ke lokasi lain yang te-lah mengadopsi ide sehingga mereka dapat melihat se-cara langsung implementasi ide Anda?

Ingat, melihat adalah percaya, seeing is believing.**

Jadwalkan agenda Anda dengan Indonesia Operational Excellence Conference and Award 2014.

Acara tahunan ini digelar pada 12 November 2014.

www.opexcon.com+62-21-5763020 atau [email protected]

50

Page 52: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 3

Ignaz Philipp Semmelweis, 1 Juli 1818 - 13 Agustus 1865 adalah seorang dokter Hungaria yang dikenal se-bagai pelopor awal prosedur antiseptik. Ia dikenal juga sebagai “penyelamat ibu”. Semmelweis menemukan bahwa kejadian demam nifas bisa dipotong secara

drastis dengan menggunakan desinfeksi tangan di klinik kandungan.

Demam nifas adalah hal umum di rumah sakit perten-gahan abad 19 dan seringkali demam ini berakibat fa-tal dengan tingkat kematian mencapai 10-35%. Semmelweis saat itu bekerja di Rumah Sakit Umum

Ignaz Philipp Semmelweis

Semmelweis si Penyelamat Ibu

51

Page 53: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Wina. Di rumah sakit ini, rasio kematian di klinik yang ditangani dokter mencapai 3 kali lipat kematian di klinik yang ditangani bidan!

Bahkan, diceritakan oleh Semmelweis bagaimana ibu-ibu memohon agar dapat masuk ke klinik yang ditan-gani bidan dan bukan ditangani dokter.

Semmelweis sangat heran dengan fenomena ini. Dan menariknya, tidak semua orang merasa ini adalah masalah yang harus diselesaikan. Semua orang, selain Semmelweis dan ibu-ibu, merasa ini wajar.

Dari pengamatannya, ia menemukan bahwa klinik dok-ter memiliki tingkat kematian tinggi karena dokter juga melakukan otopsi (pada mayat), sementara bidan tidak melakukan otopsi. Ia lewat beberapa penelitiannya, me-nemukan bahwa ada partikel dari mayat yang menye-babkan hal ini. Ia mengusulkan perlunya cuci tangan se-belum tindakan medis.

Ia menerbitkan sebuah buku terkait temuannya dalam buku Die Ätiologie, der Begriff und die Prophylaxis des Kindbettfiebers (Etiologi, Konsep, dan Pencegahan De-mam Nifas). Di sana, ia menampilkan berbagai kisah sukses di mana tingkat kematian berkurang hingga di

bawah 1% hanya dengan melakukan pencucian tan-gan dokter.

Walaupun demikian, ide ini tidak diterima secara umum. Pengamatan Semmelweis bertentangan den-gan pendapat ilmiah dan medis yang berkembang pada saat itu. Beberapa dokter bahkan tersinggung atas saran bahwa mereka harus mencuci tangan mereka. Sayangnya, Semmelweis tidak bisa memberi-kan penjelasan ilmiah mengenai temuannya ini.

Ide dan solusi dari Semmelweis baru mendapat peneri-maan luas dari kalangan medis beberapa tahun setelah kematiannya. Penerimaan ini muncul setelah Louis Pas-teur mengkonfirmasi teori kuman dan Joseph Lister, yang menggunakan hasil penelitian Pasteur yakni menggunakan metode higienis dan memiliki tingkat suk-ses tinggi pada tindakan medisnya. **

52

Page 54: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 4

Suatu saat Anda akan dihadapi pada situasi dimana Anda memiliki banyak hal yang harus dilakukan. Salah satu alat bantu untuk mempermudah Anda memilih adalah PICK Chart, yaitu Possible, Implement, Chal-lenge, dan Kill. Atau ada juga matriks serupa yang dise-but Benefit - Effort Matrix.

Kita harus memberikan pembobotan apakah sebuah ide aksi merupakan High Effort, Low Effort, High Im-pact, Low Impact. Idealnya yang kita akan lakukan di awal adalah High Impact - Low Effort. Dan, yang ingin kita hindari adalah Low Impact, High Effort.

Benefit vs Effort

53

Page 55: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Kita memberikan nilai akhir pada Effort berdasar-kan elemen:

1. Waktu yang diperlukan

2. Sumber daya yang diperlukan

3. Resiko dalam aksi ini

4. Tingkat penerimaan

Sementara, untuk Benefit alias Impact berdasar-kan elemen:

1. Kemampuan menyelesaikan masalah

2. Alignment pada strategi dan fokus perusahaan

Cara menggunakannya sederhana, Anda perlu mem-berikan pembobotan dan standar penilaian untuk tiap komponen. Anda bisa membuat sendiri standar Anda yang kemudian bisa diterima dan dijadikan acuan oleh tim.

Jika Anda melakukannya dengan benar, maka Anda akan mendapatkan beberapa solusi yang masuk di masing-masing kategori, tentunya setelah Anda mengkonfirmasi ulang lagi dengan tim setelah proses plotting selesai.

Prioritas utama adalah solusi di kotak Implement. Inilah solusi yang menurut tim kita memiliki impact yang tinggi dengan upaya yang cenderung lebih rendah. Jika Anda memiliki waktu atau sumber daya lebih, Anda juga dapat menjalankan solusi di kotak Possible.

Jika Anda memiliki banyak solusi di Challenge (dan di situasi tertentu Anda malah tidak memiliki solusi di Im-plement, tetapi hanya di Challenge), tugas Anda adalah coba menggali dan mengkonfirmasi apakah memang effortnya dikategorikan besar, apakah bisa dipersempit ruang lingkup solusinya dll.

Alat bantu ini tentunya sangat tepat digunakan saat Anda sudah menetap-kan ide-ide apa saja yang akan diek-sekusi dan jumlahnya ‘cukup’ banyak. Saya menggunakan kata ‘cukup’ karena definisi ini bisa berbeda antar orang, antar tim.

“The essence of strategy is choosing what not to do.”

Michael Porter

54

Page 56: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 5

Dalam banyak sesi diskusi dengan klien, tim SSCX ser-ing menunjukkan peluang perbaikan (opportunities for improvement) dan kadang bagaimana cara menyelesai-kan sebuah masalah. Menariknya, saat kami menyam-paikan apa yang perlu dan bisa dilakukan banyak yang mengatakan “Kalau cuma ini, kami juga bisa”.

Dalam banyak sesi sebenarnya kalimat yang ingin disampaikan klien adalah “Kalau cuma ini, kami juga bisa. This is obvious. Saya tidak butuh orang lain un-tuk membantu saya menyelesaikan masalah ini kalau solusinya cuma segini”.

This is Obvious

55

Page 57: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Saat salah satu klien SSCX mengganti pola shift kerja operator dan menghemat banyak uang, sebagian ek-sekutif mengatakan bahwa “Ya, ini common sense, ini sesuatu yang sangat jelas, dari awal kita aware bahwa kita harus menggantinya”. Tetapi hal ini tidak terjadi sampai tim SSCX membantu mereka dan memastikan mereka menggantinya.

Pernah, saat kami mengganti kantong belanja di se-buah perusahaan ritel dengan spesifikasi yang lebih ren-dah (dan biaya yang lebih rendah) tetapi masih dapat diisi dengan beban barang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, eksekutif perusahaan mengatakan bahwa “Ya, ini sesuatu yang sangat jelas dan kami sudah tahu dari dulu, ini hanya tinggal menunggu waktu untuk di-jalankan”.

Di sektor manapun, hal yang sama terjadi, saat kami menjalankan perubahan pada cara setup sebuah mesin produksi, waktu setup turun dari 3 jam menjadi 25 menit, lagi-lagi ada direktur yang merasa bahwa ini se-suatu yang mudah dan mereka cuma heran kenapa or-ang di Produksi tidak melakukan ini lebih awal.

Di awal-awal keterlibatan saya di bidang ini, saya ma-sih muda dan tidak begitu paham kenapa ini terjadi.

Pertanyaan saya, sebagian terlontar saat sesi me-manas dan sebagian lagi saya sampaikan dalam hati: “Jika anda sudah tahu, dan jika ini gampang, mengapa anda tidak melakukannya sebelum kami ke sini?”

Columbus sedang makan dengan beberapa bangsa-wan Spanyol setelah ia menemukan benua Amerika, ke-mudian salah satu dari mereka berkata: “Sir Christo-pher, bahkan jika Anda tidak menemukan benua itu, be-nua itu tetap akan segera ditemukan. Negeri ini berlim-pah dengan orang yang sangat ahli dalam kosmografi dan sastra, salah satu dari mereka akan memulai petua-langan yang sama dengan hasil yang sama.”

Columbus tidak menanggapi kata-kata tetapi malah meminta telur utuh untuk dibawa kepadanya. Dia mele-takkannya di atas meja dan berkata: “Tuan, saya berta-ruh dengan salah satu dari Anda bahwa Anda tidak da-pat membuat telur ini berdiri pada ujungnya seperti aku akan melakukannya tanpa bantuan apapun atau ban-tuan”.

Mereka semua kemudian mencoba tetapi tidak berhasil dan ketika telur kembali ke Columbus, ia mengetuk te-lur dengan lembut di meja dan memecahkan telur ini se-dikit, dengan ini telur berdiri di ujungnya. Semua orang

56

Page 58: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

kemudian berkata bahwa kalau cuma seperti itu mereka juga bisa. Kemudian Columbus menjelaskan poinnya:

“…setelah sesuatu telah dilakukan, semua orang akan tahu bagaimana melakukannya…”

Mungkin Anda masih ingat “insiden” logo Pertamina. Pertamina membayar mahal ke sebuah perusahaan branding untuk sebuah identitas baru. Saat semua or-ang melihat logo baru Pertamina, semua mencibir “Masa’ untuk logo seperti ini saja sekian Milyar Ru-piah?”

Sekali lagi, segala sesuatunya terlihat mudah dan da-pat dilakukan saat seseorang telah melakukannya dan menunjukkannya pada Anda.**

“I have not told half of what I saw.”

Marco Polo

Lean Manufacturing

Six Sigma

Total Productive Maintenance

Productivity Improvement

www.sscxinternational.com

57

Page 59: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 6

Di sebuah ladang, tikus-tikus mengadakan satu rapat besar untuk mempertimbangkan langkah-langkah apa yang bisa mereka ambil untuk mengecoh musuh ber-sama mereka. Si Kucing. Akhir-akhir ini, mereka san-gat terganggu dengan Kucing yang dibawa Pemilik La-dang ke ladang tersebut.

Beberapa tikus punya solusi ini dan itu, tetapi tidak ada yang dianggap akan efektif. Hingga akhirnya see-kor tikus muda berdiri dan berkata dia punya usulan yang akan menyelesaikan masalah mereka ini. Semua orang menatap dan serius mendengarkan solusi apa yang ditawarkan tikus muda ini.

Dewan Tikus Mencari Solusi

58

Page 60: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

“Anda semua pasti setuju," katanya, "bahwa masalah utama kita adalah kita tidak tahu dimana dan kapan musuh kita ini mendekati kita. Sekarang, jika kita bisa membuat sinyal saat ia mendekat, kita dapat dengan mudah melarikan diri darinya. Saya mengusulkan adanya sebuah lonceng kecil untuk kita gantung di le-her kucing. Dengan ini, berarti kita akan selalu tahu ketika ia berada di sekitar kita, dan bisa dengan mudah lari menghindarinya. "

Proposal ini disambut dengan tepuk tangan seluruh pe-serta rapat, sungguh ide cemerlang. Sampai seekor tikus tua yang bijaksana berdiri dan berkata: “Itu ide yang sangat baik, tapi siapa yang akan menggantung-kan lonceng ke leher Kucing?”

Tikus tua ini menatap satu sama lain dan tak seorang pun berbicara.

Fabel Aesop ini masih sangat relevan dengan situasi hari ini, semua orang seakan memiliki banyak solusi dan terkadang solusi tersebut sangat tidak masuk akal dan (terkesan) sangat menggampangkan segala sesua-tunya.

Untuk menghindari situasi seperti ini, kita dapat men-coba menggali lebih detail, lebih dalam, tidak hanya se-kedar judul utama. Misalnya untuk permasalahan kema-cetan lalu lintas, muncullah solusi: “Meningkatkan par-tisipasi publik pada transportasi umum”, jika kita drill lebih dalam, kita akan memiliki beberapa actionable-solution:

1. Pengumpulan data dan analisa statistik titik kemace-tan per satuan 10 menit.

2. MenentukanTop-30 rute commuter terpadat dari pe-mukiman ke area kerja

3. Dan seterusnya.

Actionable-solution hasil drill ini bias-anya lebih feasible dan juga akan lebih mudah dijalankan. Dan tentunya akan lebih mudah diterima.**

59

Page 61: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 7

Suatu hari pada awal 1900-an, seorang pengusaha terkemuka di Amerika bernama Claude C. Hopkins didekati oleh seorang teman lama dengan ciptaan baru yang menakjubkan: pasta gigi rasa mint dan ber-busa yang ia namakan Pepsodent. Hopkins adalah sa-lah satu eksekutif periklanan yang sangat terkenal.

Kontribusi Hopkins nantinya bukanlah meledakkan penjualan pepsodent, tetapi membantu menciptakan kebiasaan menyikat gigi secara nasional di Amerika. Pada saat itu, hampir tidak ada orang Amerika meng-gosok gigi mereka. Sepuluh tahun setelah iklan dan promosi dari Hopkins, menyikat gigi telah menjadi rit-

Kebiasaan Baru Pepsodent

60

Page 62: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

ual harian selama lebih dari setengah populasi. Bagai-mana Hopkins bisa mengubah kebiasaan?

Dalam buku yang sangat menarik, The Power of Habit, Duhigg menceritakan bagaimana Hopkins mem-buat kebiasaan baru di Amerika.

Secara ringkas, Hopkins menciptakan kebiasaan menyi-kat gigi dengan mengidentifikasi sinyal yang sederhana dan jelas (cue), memberikan hadiah atau reward yang jelas dan dengan menciptakan keinginan neurologis (neurological craving).

Ketika Hopkins setuju untuk mempromosikan Pep-sodent, dia menyadari bahwa dia harus menemukan pemicu (trigger) agar Pepsodent digunakan setiap hari. Dia duduk dengan tumpukan buku tentang kese-hatan gigi dan setelah sekian lama akhirnya ia mene-mukan referensi ke plak musin pada gigi , yang ia se-but 'film' atau sebuah lapisan tipis di gigi. Lapisan yang dimaksud Hopkins adalah satu lapisan licin yang bisa kita sentuh dan rasakan dengan lidah kita. Coba sen-tuh gigi

Anda dengan lidah, apakah Anda merasakan satu lapisan licin tersebut?

61

Page 63: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Segera setelah itu, Hopkins memenuhi kota dengan iklan-iklan "Hanya dengan menempelkan lidah di gigi, Anda akan merasakan adanya film - itulah yang mem-buat gigi Anda terlihat tidak putih dan menyebabkan ke-rusakan.”

“Mengapa setiap wanita memiliki film yang suram di giginya? Pepsodent menghilangkan film!"

Dalam buku The Power of Habit itu, diceritakan bahwa semua kebiasaan (tidak peduli seberapa besar atau ke-cil), memiliki tiga komponen:

1. Isyarat/cue atau sinyal

2. Pemicu/trigger untuk perilaku tertentu, sebuah rutini-tas, yang merupakan perilaku/habit itu sendiri

3. Hadiah/reward, yang merupakan apa yang diingat otak Anda.

Ketika Hopkins mengidentifikasi film pada gigi, ia mene-mukan isyarat/sinyal yang telah ada selama ribuan ta-hun. Imbalan/reward yang Hopkins janjikan sulit untuk ditolak. Siapa yang tidak ingin senyum cantik? Penjua-lan Pepsodent benar-benar meledak pada saat itu

karena munculnya kebiasaan baru di Amerika yaitu menggosok gigi.

Tidak seperti pasta gigi lain dari periode itu, Pepsodent mengandung asam sitrat, minyak mint dan bahan kimia unik lainnya. Menariknya, dari salah satu bahan kimia tersebut, ada efek tak terduga seperti ini: adanya sen-sari baru di lidah dan gusi, seperti satu sensasi segar yang sebenarnya lebih mirip sensasi kesemutan ringan.

Ketika para peneliti di kompetitor mulai mewawancarai konsumen Pepsodent, mereka menemukan bahwa orang-orang mengatakan bahwa jika mereka lupa un-tuk menggunakan Pepsodent, mereka menyadari kesa-lahan mereka karena mereka tidak merasakan adanya sensasi di lidah dan gusi. Jika sensasi tersebut tidak ada, rasanya mulut mereka tidak bersih.

Claude Hopkins ternyata tidak menjual gigi yang indah, dia menjual sensasi. Orang seperti mengasosiasikan sensasi tersebut dengan rasa bersih. Sebenarnya, sensasi tersebut tidak berpengaruh pada apakah gigi akan bersih atau tidak, tetapi sensasi tersebut meyak-inkan pengguna bahwa Pepsodent sedang secara aktif bekerja membersihkan.**

62

Page 64: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Gagak Selesaikan MasalahSeekor gagak yang kehausan setengah mati menemu-kan sebuah pithcher yang ternyata airnya tinggal se-dikit. Ketika si gagak menempatkan paruhnya yang pan-jang ke dalam mulut pitcher ternyata ia tidak bisa men-capai cukup jauh ke bawah untuk mendapatkan air itu.

Dia mencoba, dan ia mencoba, tapi akhirnya harus menyerah dalam keputus-asaan. Kemudian ia menemu-kan sebuah ide, ia mengambil kerikil dan menjatuhkan-nya ke dalam pithcher itu.

• Lalu ia mengambil kerikil lain dan menjatuhkannya lagi.

• Lalu ia mengambil kerikil lain dan menjatuhkannya lagi.

• Lalu ia mengambil kerikil lain dan menja-tuhkannya lagi.

• Lalu ia mengambil kerikil lain dan menja-tuhkannya lagi.

• Lalu ia mengambil kerikil lain dan menja-tuhkannya lagi.

Akhirnya, akhirnya, ia melihat air mulai naik hingga ke permukaan leher pitcher tersebut dan setelah beberapa kerikil kemudian ia mampu menyeruput air dan menyelamatkan nya-wanya.

Sedikit demi sedikit, jika dilakukan secara konsisten dengan sasaran yang jelas bisa membawa perubahan signifikan. Begitupun aktivitas perbaikan proses dan penyelesaian masalah. Menyelesaikan masalah sedikit demi sedikit karena keterbatasan sumber daya lebih baik daripada membiarkannya.**

63

Page 65: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Simple Reaction PlanSaya cukup suka fabel Aesop berikut ini. Relevan den-gan bagian sebelumnya dari buku ini, fabel Kucing vs Rubah ini menceritakan bagaimana jika kita memiliki terlalu banyak pilihan dan analisa hingga akhirnya ma-lah merugikan kita sendiri.

Rubah membual ke seekor Kucing tentang cara dia me-larikan diri dari musuh-musuhnya. “Saya memiliki sera-tus cara untuk melarikan diri dari musuh-musuhku.”

“Aku hanya punya satu," kata Kucing, "tapi aku selalu berhasil melarikan diri.”

Tepat pada saat itu mereka mendengar suara sekelom-pok anjing datang ke arah mereka, dan Kucing segera berlari di atas pohon dan bersembunyi di dahan. "Ini adalah taktik saya," kata Kucing. "Apa yang akan kamu lakukan?"

Si Rubah memikirkan opsi pertama, kemudian opsi ke-dua dan seterusnya. Sementara ia sedang berpikir, kelompok anjing datang semakin dekat, dan akhirnya Rubah dalam kebingungannya tertangkap oleh anjing-anjing dan segera dibunuh oleh pemburu.

“Lebih baik satu cara aman yang pasti daripada sera-tus yang tidak pasti.”

Setelah Anda menyelesaikan problem solving Anda dan kemudian solusi telah dijalankan, pastikan Anda juga menyediakan Reaction Plan agar mereka yang menjalankan solusi ini memiliki rencana aksi yang jelas. Reaction Plan ini kerap dikenal juga dengan Control Plan. Contoh penggunaannya adalah kita membuat satu list berisi potensi variasi di masa yang akan da-tang, misalnya jika nantinya jumlah antrian mencapai 10, apa yang kita lakukan. Jika jumlah subscriber melonjak 100 dalam 1 hari, apa yang kita lakukan. Ren-cana yang telah diatur matang ini akan sangat mem-bantu mereka yang menemukan variasi di proses mereka.**

64

Page 66: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Ada banyak case study yang bisa digunakan di ebook ini. Saya memilih salah satu yang pernah saya temukan di internet, sebuah kasus yang ditangani kepolisian di Seattle Police Department. Tautan case studies ini dapat diakses di sini. Dalam ebook yang akan saya rilis berikutnya, akan lebih banyak kasus yang directly-related ke industri.

CHAPTER 6

65

Case Study

Page 67: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SECTION 1

Selama musim panas, ketika suhu udara lebih tinggi, karyawan Fifth Avenue Glass Gallery harus membuka pintu ge-ser mereka yang besar, tepatnya beruku-ran 4.5 meter, untuk mendinginkan galeri mereka karena mereka bekerja meniup

kaca. Ya, kaca adalah seni dan dibuat dengan teknik glass-blowing.

Selama bulan-bulan musim panas pen-ghuni Charlesgate Apartments, yang ter-letak tepat di belakang Fifth Avenue

Lorem Ipsum

1. Setidaknya dua atau tiga kali seminggu selama musim panas, penghuni Charlesgate Apartemen menelepon 911 mengeluh tentang kebisingan.

2. Officer Hayes menemukan sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap keluhan kebisingan.

3. Melalui langkah-langkah penyelesaian masalah, keluhan kebisingan dihapuskan dan semua orang diuntungkan.

Figure 6.1 Hasil Karya Maestro Lino Tagliapietra

Tagliapietra adalah seorang maestro kaca dari Venice, Italia. Karyanya dikenal seluruh pecinta seni kaca. Dalam Case Study ini, saya menggunakan karya Tagliapietra untuk seluruh gambar hanya untuk mempermudah visu-alisasi. Ia sendiri tidak terkait dengan Case Study ini.

Case Study: Glass Gallery

66

Page 68: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Glass Gallery, pulang dari kantor mereka dan membuka jendela kamar mereka untuk sirkulasi udara di aparte-men mereka. Satu-satunya pemisah antara galeri kaca tersebut dan gedung apartemen 60 unit ini adalah lo-rong dengan lebar 4.5 meter.

Akibatnya, setidaknya dua atau tiga kali seminggu se-lama musim panas, penghuni Charlesgate Apartemen menelepon 911 mengeluh tentang kebisingan yang berasal dari Fifth Avenue Glass Gallery. Pada bulan bu-lan lain, keluhan tidak pernah ada karena pintu dan jen-dela galeri, serta jendela apartemen, ditutup karena cuaca dingin.

Untuk setiap keluhan yang mereka terima, petugas ke-polisian akan tiba di lokasi, menghubungi pelapor, dan meminta karyawan di galeri untuk mengurangi kebisin-gan. Karyawan galeri ini selalu sopan kepada petugas dan mematuhi permintaan untuk menutup pintu dan jendela dan mengecilkan stereo mereka, masalah sele-sai. Akan tetapi 2 hari lagi, kembali polisi harus datang mengingatkan mereka.

Suatu saat, Officer Hayes, polisi yang ditugaskan ke sana, memutuskan untuk mengambil langkah-langkah tambahan untuk mengatasi masalah tersebut. Ia berbi-cara dengan pemilik galeri dan melakukan survei langs-ung di lokasi (bahasa lainnya: Gemba).

Officer Hayes menemukan sejumlah faktor yang berkon-tribusi terhadap keluhan kebisingan. Pertama, galeri ini merupakan studio tempat bekerja bagi sejumlah seni-man kaca berbeda. Sehingga, walaupun petugas beru-lang kali menanggapi kejadian dan meminta agar orang-orang di studio ini menutup pintu pengiriman dan jendela, seniman yang berbeda kemudian akan bekerja di studio ini kemudian membuka pintu, dan sama sekali tidak menyadari bahwa sebelumnya petu-gas telah meminta mereka untuk menutup pintu ini.

67

Page 69: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

Kedua, seniman biasanya bekerja di hari kerja hingga jam 9 malam, kadang-kadang bahkan lebih malam lagi. Karena itu, ketika warga Charlesgate pulang dari kerja di malam hari, para seniman masih bekerja.

Ketiga, Officer Hayes juga melihat bahwa penempatan tape yang dimainkan seniman di galeri saat bekerja memberikan kontribusi signifikan terhadap masalah. Tape ini terletak di sebelah pintu. Dengan demikian, ti-dak ada penghalang untuk mencegah kebisingan dari tape ke apartemen.

Dari pertemuan ini, Officer Hayes dan pemilik galeri se-pakat untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi keluhan. Dia menerapkan beberapa aturan baru, dan menjelaskan kepada setiap seniman yang memanfaatkan studio, diantaranya mereka membatasi waktu pintu dan jendala boleh dibuka selama musim panas. Kemudian, karena keluhan kerap terjadi pada malam hari ketika penghuni Charlesgate Apartemen pu-lang kerja, pemilik galeri membuat aturan bahwa pintu dan jendela ditutup pada jam 5 sore. Selain itu, ia juga memindahkan tape ke sisi lain untuk mengurangi kebis-ingan di gang.

Melalui langkah-langkah tersebut, keluhan kebisingan dihapuskan dan semua orang diuntungkan. Petugas pa-troli tidak lagi dipanggil ke tempat kejadian untuk me-nangani keluhan berulang, penghuni Apartemen Char-lesgate tidak lagi terganggu. Dan pemilik galeri menya-dari masalah ini dan mendapatkan kesempatan untuk mengatasi masalah sebelum masalah bertambah parah.

Kasus ini saya terjemahkan dan ringkas dari pdf “Nine Case Studies and Lessons Learned” milik Seattle Po-lice Department. Referensi.

68

Page 70: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

lxix

Penutup

Tim SSCX

Page 71: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SUMBER GAMBARSeluruh gambar dan ilustrasi diambil dari akun Shutterstock kecuali disebutkan dalam daftar di bawah ini. Seluruh gambar dan ilustrasi adalah royalty-free dengan batasan tertentu. Saya mengacu pada informasi dalam tautan ini: http://www.shutterstock.com/licensing.mhtml

Halaman 27, Pimentoo di http://www.pimentoo.com/media/catalog/product/cache/2/image/b199420c80ef194748d2c4206f0a8117/1/2/12261588162_3.jpg

Halaman 51, Wikipedia di http://en.wikipedia.org/wiki/Ignaz_Semmelweis

Halaman 58, Dontoraneko di http://dontoraneko.deviantart.com/art/Cave-Mice-Crew-Meeting-252434859

Halaman 60, Young Researcher di http://theyoungresearcher.files.wordpress.com/2012/04/pepsodent-ad.jpeg

Halaman 61, History World di http://www.historyworld.co.uk/advert.php?id=949&offset=0&sort=0&l1=medicines+%26+health&l2=Teeth%2C+Toothpaste

Halaman 63, 10000 Birds di http://10000birds.com/crows-in-the-pacific-northwest-northwestern-american-or-something-in-between.htm

Halaman 65, The Columbus Dispatch di http://www.dispatch.com/content/stories/life_and_entertainment/2012/08/19/wholly-toledo.html

Halaman 66 dan 67 , ABC http://www.abc.net.au/local/photos/2012/09/14/3590081.htm

Halaman 68, Starr Review di http://starr-review.blogspot.com/2012/07/glass-maestro-lino-tagliapietra-rainbow.html

Saya berusaha untuk memenuhi standar dan etika umum dalam menggunakan hasil karya orang lain. Jika ada yang terlewatkan oleh saya, mohon informasikan kepada saya agar saya bisa mengambil tindakan yang tepat. Ter-ima kasih. I strive to meet common standards and ethics in using the work of others. If I missed something,

please inform me so that I can take appropriate action. Thank you. lxx

Page 72: Para Tikus, Pasta Gigi, Dan Problem Solving

SUMBER DAN REFERENSISeluruh cerita dan konsep bukanlah ciptaan saya, tetapi telah sering saya baca di internet. Beberapa cerita tidak saya ketahui sumber aslinya karena demikian banyaknya ‘sumber’ dari cerita tersebut sehingga tidak diketahui siapa yang awalnya membuat dan perlu diberi kredit. Untuk yang saya ketahui sumbernya, akan saya cantumkan dalam daftar berikut ini.

Konsep Penerimaan Ide: Everett M. Rogers di http://www.buffalostate.edu/orgs/cbir/readingroom/html/Firestien-93.html

Studi Kasus Fifth Avenue Glass Gallery di http://www.popcenter.org/library/unpublished/CaseStudies/134_Problem_solving.pdf

Problem dan Solving: Robert Harris di http://www.virtualsalt.com/crebook3.htm

Kisah Tikus, Gagak, Rubah adalah fabel Aesop yang tersedia luas di internet.

Kisah Pria dan Sepatu Baru, Sarjana Linguistik, Heather Forest di http://www.storyarts.org/library/index.html

Kebiasaan Baru Pepsoden, Charles Duhigg, di http://books.google.co.id/books/about/The_Power_of_Habit.html?id=c12idXqsE5cC&redir_esc=y

Saya berusaha untuk memenuhi standar dan etika umum dalam menggunakan hasil karya orang lain. Jika ada yang terlewatkan oleh saya, mohon informasikan kepada saya agar saya bisa mengambil tindakan yang tepat. Ter-ima kasih. I strive to meet common standards and ethics in using the work of others. If I missed something, please inform me so that I can take appropriate action. Thank you.

lxxi