pariwara ipb - biofarmaka.ipb.ac.idbiofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2018/pariwara ipb vol 018...
TRANSCRIPT
Media Komunikasi InternalInstitut Pertanian Bogor
Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: D Ramdhani
Editor : Nunung Munawaroh Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaluddin Fotografer: Cecep AW, Bambang A
Layout : D Ramdhani Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion,
Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Dramaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]
Volume 018/ Tahun 2018PARIWARA IPB
Ketua Badan Kejuruan Industri Pertanian, Persatuan
Insinyur Indonesia (PII), Prof. Muhammad Romli,
menyampaikan, jumlah lulusan teknik atau insinyur
Perguruan Tinggi Indonesia paling kecil di antara negara
lain. Data jumlah insinyur di Indonesia, terangnya, paling
rendah yaitu 2.671 per satu juta penduduk, sedangkan
Vietnam sudah ada di 9.037 orang per satu juta penduduk.
Ia mengatakan, tambahan lulusan teknik di Indonesia per
tahun berjumlah 164 orang atau paling kecil. Untuk itu, ia
menyampaikan perlunya peningkatan jumlah lulusan
teknik. Karena data menunjukkan ketimpangan dengan
apa yang seharusnya memperoleh prioritas dalam rangka
pengembangan industri atau perekonomian secara umum.
Prof Muhammad Romli menyampaikan hal itu dalam acara
workshop yang digelar oleh Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut
Pertanian Bogor (IPB). Acara workshop yang bertema
“Peningkatan Mutu Lulusan Program Industri Pertanian di
Era Persaingan Global” ini, digelar di ATDC Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, Kampus
Baranangsiang, Bogor (19/2).
Lebih lanjut ia menyampaikan terkait tuntutan terhadap program
pendidikan tinggi saat ini yang perlunya pendidikan agroindustri
yang bermutu dan akuntabel, yaitu hasil pendidikan secara nyata
dirasakan oleh pemangku kepentingan. Selain itu, pentingnya
pendidikan berbasis Capaian Pembelajaran OBE (Outcome Based
Education).
Terkait desain kurikulum Outcome Best Education (OBE), ia
menyampaikan kurikulum merupakan suatu panduan bagi
proses pembelajaran yang dipersiapkan berdasarkan
kemampuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, sebuah
kurikulum harus komprehensif, dinamis dan cukup fleksibel
sehingga mampu mengantarkan mahasiswa untuk mencapai
kemampuan yang ditargetkan. “Peran dosen sangat penting
terhadap keberhasilan proses pembelajaran, sementara
kurikulum berfungsi sebagai sarana pendukung,” ujar Prof
Muhammad Romli.
Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB, Prof.
Dr. Ing. Ir. Suprihatin, menyampaikan tujuan workshop ini adalah
agar terbentuk keselarasan pemahaman antara program studi
industri pertanian dan pemangku kepentingan yang terdiri dari
organisasi profesi, industri, dan pemerintah tentang formula
profil profesional lulusan, capaian pembelajaran dan disiplin
industri pertanian. Semua itu, terangnya, dalam rangka
peningkatan daya saing global lulusan program studi industri
pertanian.
Acara ini dihadiri oleh perwakilan perguruan tinggi yang memiliki
Program Studi Industri Pertanian se-Indonesia. Sementara,
narasumber lainnya dari Asosiasi Agroindustri Indonesia (Agrin),
Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA), dan Ikatan Ahli
Gula Indonesia (IKAGI). Para narasumber ini menyampaikan
berbagai saran dan harapan terhadap kualitas lulusan Program
Studi Industri Pertanian.(dh)
Workshop Departemen Teknik Industri Pertanian IPB : Jumlah Lulusan Teknik Kita Kalah dengan Vietnam
Terbit Harian
Di rek tora t Pengembangan Kar i r dan
Hubungan Alumni (DPKHA) Inst i tut
Pertanian Bogor (IPB) menggelar Studium
Generale Pra Wisuda di Auditorium Andi Hakim
Nasoetion, Kampus IPB Dramaga, Bogor (19/2). Acara
ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada
para calon wisudawan yang akan segera memasuki
dunia karir.
Direktur DPKHA IPB, Dr. Syarifah Iis Aisyah,
menyampaikan, bahwa kondisi ketenagakerjaan
Indonesia belum memberikan harapan bagi
penurunan angka pengangguran. Peluang kerja yang
ada jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah
lulusan perguruan tinggi. Akibatnya, tingkat
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan juga
semakin tinggi. “Lulus kuliah bukan akhir segalanya,
tetapi menjadi awal dimulainya tantangan
menghadapi dunia kerja,” ujarnya.
Menurutnya, di era pemberlakuan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), tenaga kerja Indonesia harus
siap menghadapi persaingan. “Dalam persaingan
mendapat pekerjaan yang diinginkan, pastinya kita
dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan.
Biasanya kita selalu fokus pada berbagai kemampuan
yang bersifat teknis, akan tetapi ada kemampuan
yang sering kita lupakan yang juga terbilang sangat
penting, yaitu softskill. Tidak ada tawaran lagi, satu-
satunya untuk menghadapi hal itu adalah dengan
mempersiapkan bahasa Inggris dengan baik. Itu
modal utama dalam menghadapi tantangan dunia
kerja,” tandasnya.
Sementara, Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis dan
Kewirausahaan IPB, Prof. Dr. Erika Budiarti Laconi,
mengatakan, para lulusan IPB harus bisa cepat
beradaptasi dengan dunia kerja dan perlu
menyiapkan softskill yang cukup. “Siapa yang tidak
memiliki kapabilitas yang cukup, harus siap tersisih dalam
dunia kerja,” kata Prof. Erika.
Prof Erika menambahkan, IPB memiliki DPKHA yang dapat
memfasilitasi dan menjembatani lulusan IPB dengun dunia
kerja. Sejumlah kegiatan DPKHA IPB yang telah dan terus
dilaksanakan untuk membantu para lulusan, di antaranya
info lowongan kerja, in campus recruitment, job fair, serta
pelatihan karier dan soft skill. Para lulusan IPB, terangnya,
mempunyai kelebihan dalam persaingan di dunia kerja,
salah satunya memiliki kemampuan analisis yang tinggi.
“Saya sangat bangga dengan lulusan IPB, karena memiliki
kekuatan dalam analisis. Oleh karena itu, tetaplah jeli
dengan analisismu, tetaplah memberikan informasi yang
terbaik untuk perkembangan dunia pertanian secara
keseluruhan,“ ujarnya.
Prof Erika menjelaskan, kewirausahaan menjadi perhatian
bagi para lulusan, membuka lapangan pekerjaan adalah
salah satu bukti kesiapan dalam menghadapi dunia kerja
yang semakin tinggi. Entrepreneurship dipandang sebagai
suatu kegiatan yang mempunyai potensi menciptakan dan
meningkatkan pertumbuhan lapangan kerja. Sektor
entrepreneur menjadi sangat penting karena keterbatasan
pemerintah menyediakan lapangan kerja kepada
masyarakatnya.
Anggaran pemerintah terbatas membuka lapangan kerja
baru, sedangkan di lain pihak angkatan kerja terus
bertambah sejalan dengan pertambahan penduduk.
Pertumbuhan angkatan kerja memberi tekanan terhadap
ketersediaan lapangan kerja di suatu daerah. Jika daerah
tidak mampu menyediakan lapangan kerja, maka akan
terjadi tingkat pengangguran yang tinggi. Jika sektor
entrepreneurial berkembang, maka tingkat pengangguran
dapat ditekan lebih kecil.
“Di berbagai negara, peranan sektor entrepreneur
menciptakan lapangan kerja sudah mendapat pengakuan.
Banyak negara menyadari bahwa jumlah perusahaan yang
tumbuh cepat menjadi kunci penciptaan lapangan kerja.
Oleh karena itu, sektor entrepreneur perlu diberi perhatian
dan dilindungi,” ujar Prof Erika.
Dalam Studium Generale Pra Wisuda kali ini menghadirkan
dua narasumber, yakni President General Manager Total E
& P Indoneisa, Arividya Noviyanto; dan Founder
Agrowisata Kebun Jeruk Eptilu, Rizal Fahreza.(Awl)
Prof. Erika : Para Lulusan IPB Memiliki Kemampuan Analisis Tinggi
2
Fannisa Septariana, mahasiswa Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia
(Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi salah
satu delegasi exchange di Universitas Filipina, Diliman.
Exchange Program dari SHARE Credit Transfer dan
Scholarship ini merupakan kerja sama antara ASEAN dan
Eropa dengan tujuan meningkatkan kualitas mahasiswa
ASEAN setelah mengikuti program kuliah di Intra-
ASEAN dan ASEAN-UE.
Fannisa akan menjalankan program ini selama satu
semester, yakni sejak Desember 2017 - Mei 2018. Dalam
program ini, Fannisa bersama satu mahasiswa Indonesia
lainnya, dari Universitas Diponegoro (Undip).
Selama di Universitas Filipina, Diliman, Fannisa
mengikuti perkuliahan di Faculty of Home Economics
dengan mata kuliah dari departemen family and child
development dan home economic education. “Sejauh ini
belum ada kegiatan lain yang dilakukan karena masih dalam
tahap adaptasi. Jadi baru berkeliling kota bersama teman-
teman baru di sana,” ujar Fannisa.
Meskipun sudah menginjak tingkat akhir di IPB, Fannisa tetap
membulatkan tekadnya untuk mengejar impian terbesarnya
belajar di luar negeri. “Awalnya dilema karena harus
menunda kelulusan untuk exchange program ini. Namun,
kesempatan besar ini sudah didukung oleh orang tua dan
keluarga, jadi semakin yakin untuk meneruskan impian,”
katanya.
Seleksi yang dijalani Fannisa cukup singkat, hanya ada seleksi
berkas tanpa wawancara. Namun, perjuangannya cukup berat
karena kegiatan perkuliahan yang cukup padat.
Fannisa menceritakan pengalamannya setelah beberapa hari
merasakan sistem pendidikan di Universitas Filipina, Diliman,
seperti sistem pendidikan yang sudah berstandard
internasional; kondisi kelas yang nyaman terdiri dari 20 orang
mahasiswa; dan tenaga pengajar yang menyesuaikan
kebiasaan anak muda. Awalnya Fannisa mengaku mengalami
culture shock, hanya sedikit sekali mahasiswa yang berjilbab
dan setiap mahasiswa bebas mengekspresikan diri mereka.
“Saya berharap melalui kegiatan ini dapat menambah
pengetahuan, pengalaman, dan relasi,” pungkasnya.
(UAM/nm)
Mahasiswa IPB, menjadi Delegasi Indonesia dalam Exchange Program di Filipina
IPB Goes to School (IGTS) adalah program tahunan
Institut Pertanian Bogor (IPB) yang melibatkan
Organisasi Mahasiswa Daerah (Omda) untuk turun
langsung ke SMA seluruh Indonesia. Salah satu
partisipan dalam kegiatan ini adalah Omda Banjarnegara
yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Mahasiswa
Banjarnegara (Ikamabara). Dengan mengusung tema
“Sowan Umah” (berkunjung ke rumah), sebanyak 20
o rang anggota I kamabara mengun jung i 13
SMA/SMK/MA di Banjarnegara.
“Antusiasme dari berbagai pihak sangat tampak dalam
acara ini. Hal ini terbukti dengan total peserta sekira 1.500
siswa yang berpartisipasi. Saat diminta memberikan
tanggapan terhadap kegiatan IGTS ini, respon yang diberikan
positif. Menurut beberapa siswa yang angkat bicara, mereka
merasa senang dengan kunjungan perwakilan IPB ke sekolah
mereka. Begitu pula para guru di setiap sekolah, mereka
mengaku senang dengan program IGTS ini,” ujar panitia,
Fauzan Azhari.
Fauzan mengatakan, tema “Sowan Umah” yang diusung
nampaknya memberi kesan kedekatan dan persaudaraan
bahwa sejauh apapun Ikamabara berjuang di luar sana,
Ikamabara akan tetap kembali sowan umah (berkunjung ke
rumah), Banjarnegara Gilar Gilar.
Dalam setiap akhir sesi roadshow, disediakan waktu tanya-
jawab yang disambut antusias oleh siswa. Beberapa
pertanyaan yang sering diajukan adalah seputar jalur masuk
IPB, fakultas dan jurusan, tips dan trik masuk perguruan tinggi,
juga gambaran umum menjadi mahasiswa. “Harapannya,
siswa yang telah memperoleh penjelasan tentang IPB, dapat
belajar di IPB, dan kembali ke daerah untuk Banjarnegara,”
kata Fauzan.***
IPB Goes to School di Banjarnegara
3
Perempuan berhijab ini fokus pada penelitian tentang kebakaran hutan dan gangguan hutan. Ia adalah Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si, dosen
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan (Fahutan) Institut Pertanian Bogor (IPB). Wanita kelahiran 22 Juni 1977 ini menyelesaikan pendidikan sarjana di Fahutan IPB, dan menamatkan pendidikan master di progam Ilmu Pengetahuan Kehutanan di IPB tahun 2002.
Pemilik hobi traveling dan berenang ini diangkat menjadi dosen Tahun 2007. Sebelumnya, ia menjadi Asisten di Laboratorium Kebakaran Hutan sejak 2001.
Banyak pengalaman berharga yang didapat selama proses penantian menjadi dosen, di antaranya ia berhasil mempublikasikan sejumlah jurnal nasional dan internasional.
Terkait fokus penelitiannya tentang kebakaran hutan dan gangguan hutan, ia tergabung dalam beberapa tim penelitian, salah satunya bekerja sama dengan South Dakota State University (SDSU) yang didanai oleh National Aeronautics an Space Administration (NASA). Pada pertengahan tahun 2017 lalu, tim peneliti Kebakaran Hutan Fahutan IPB juga mendapat bantuan dana penelitian dari UNESCO tentang dampak kebakaran hutan di bidang sosial, ekonomi masyarakat lokal.
“Penelitian ini bertujuan untuk melihat gas-gas yang dikeluarkan saat kebakaran hutan. Ternyata ada sekira 90 gas yang dikeluarkan. Dari 90 gas tersebut bersifat sangat toksik untuk manusia. Dari sinilah kita harus mencegah terjadinya kebakaran hutan,” ujar Ati yang juga menjadi Komisi Kemahasiswaan di Fahutan IPB.
Ati yang juga tercatat sebagai staf pengurus Regional Fire Management Resource Center (RFMRC) South East Asia Region ini, sering pula menjadi narasumber penyuluhan. Dalam buku “Pencegahan Kebakaran Hutan”, Ati menjadi salah satu penulisnya. Baru-baru ini, ia bersama sejumlah dosen di Bagian Kebakaran Hutan melakukan training tentang bahaya kebakaran di Palangkaraya. (RJ)
Dosen Fahutan IPB Ini Fokus pada Kebakaran Hutan
Setiap negara memiliki kekayaan sumber daya alam hayati yang berbeda, sehingga pengelolaannya pun berbeda. Departemen Pengembangan
Sumber Daya Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan (Fahutan) Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar Workshop berjudul “Forestry Youth Mini Workshop 2018” di Ruang Sidang Sylva Fahutan IPB (29/1). Workshop yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa IPB, Korea Selatan, dan Taiwan ini dibuka secara resmi oleh Komisi Kemahasiswaan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si.
Dalam kesempatan ini, mahasiswa IPB, mahasiswa Kyungpook National University Korea Selatan, dan mahasiswa National Pingtung University of Science and
Technology, Taiwan menyampaikan pengelolaan hutan di negaranya masing-masing.
Sebelumnya, sebanyak empat mahasiswa Korea Selatan telah mengikuti program Exchange di Fahutan IPB selama satu bulan. Oleh karena itu, mereka menyampaikan tentang perbedaan pengelolaan hutan di Indonesia dan Korea. “Pengelolaan hutan di Indonesia lebih lengkap jika dibandingkan dengan Korea Selatan. Hal ini disebabkan hutan di Indonesia termasuk hutan tropis,” ujar Lee Jin Su, salah satu perwakilan mahasiswa asal Korea Selatan .
Ia menambahkan, diameter pohon di hutan Indonesia jauh lebih besar, sedangkan di Korea kecil-kecil. Selain itu warnanya seragam yaitu hijau, di Korea ada yang berwarna merah dan kuning.
Sementara itu, mahasiswa dari Taiwan yang mengikuti diskusi ini berjumlah sembilan orang. Mereka menyampaikan tentang pengelolaan pertanian dan kehutanan di Taiwan. Selanjutnya, mereka akan mengikuti kuliah di IPB selama satu bulan.
“Acara ini merupakan sarana diskusi kehutanan mengenai pengelolaan hutan antar negara. Kami berharap dengan adanya program ini dapat bertukar informasi dari mahasiswa IPB dan mahasiswa luar negeri,” kata Ketua Departemen Sumber Daya Mahasiswa BEM Fahutan IPB, Moh Rifqi Fauzan.(RJ/nm)
Mahasiswa IPB Bersama Mahasiswa Korea dan Taiwan Diskusi tentang Kehutanan
4
JADWAL AGENDA INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERIODE 19-28 FEBRUARI 2018
Sabtu, 24 Februari 2018Orasi Ilmiah Guru Besar IPBWaktu: 08.00-12.00 WIBTempat: Auditorium Andi Hakim Nasoetion, Kampus IPB Dramaga BogorUnit Penanggung Jawab: Dit. AP IPBCP: 0251-8622642 ex.140
Prof. Dr. Ir. Widanarni, M.SiGuru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan“Budidaya Berbasis Mikroba Untuk Akuakultur Berkelanjutan”
Prof. Dr. Ir. Djumali, D.E.AGuru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian “Rekayasa Bioproses Untuk pengembangan Produk Agroindustri Bernilai Tinggi, Ramah Lingkungan, dan Berkelanjutan”
Prof. Dr. Ir. Aji Hamim Wigena, M.ScGuru Besar Tetap Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam“Pengembangan Model Statistical Downscaling Untuk Pendugaan Curah Hujan Ekstrim”
4
Senin - Rabu, 26-28 Februari 2018Perayaan Hari Ulang Tahun Ke 50 SEAMEO BIOTROPWaktu: 08.30-selesaiTempat: Kampus SEAMEO BIOTROP, BogorUnit Penanggung Jawab: SEAMEO BIOTROPCP: 0251-8323848 5
Jumat, 23 Februari 2018Pelatihan Ibadah Haji dan Umroh “Pemeliharaan Kesehatan”Waktu: 09.00-11.00 WIBTempat: Ruang Rapat, Lt. 1 Masjid Al-Hurriyyah, Kampus IPB Dramaga BogorUnit Penanggung Jawab: DKM Al-Hurriyyah CP: 0251-8621746 3
Kamis, 22 Februari 2018Konfrensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPBWaktu: 09.00-11.00 WIBTempat: Ruang Executive Lounge, Kampus IPB Baranang Siang BogorUnit Penanggung Jawab: Biro HPH IPBCP: 0251-8425635 2
Selasa, 20 Februari 2018Pelantikan Pejabat di Lingkungan IPBWaktu: 10.00-12.00 WIBTempat: Lobby Gedung Andi Hakim Nasoetion Lt.2, Kampus IPB Dramaga BogorUnit Penanggung Jawab: WR Bidang Sumberdaya Perencanaan dan KeuanganCP: 0251-8622642 ex.209
1
Akses berita dan foto IPB terkini pada laman:
www.ipb.ac.id, www.humas.ipb.ac.id, www.ipbmag.ipb.ac.id www.media.ipb.ac.id