partai golkar dalam bingkai khalayak - digital library uns/partai... · partai golkar dalam bingkai...

232
Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada Harian Kompas Periode Bulan Oktober 2009) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Disusun oleh : ANNISA ROHMAH D0205039 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: dangcong

Post on 05-Mar-2019

268 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak

(Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII

pada Harian Kompas Periode Bulan Oktober 2009)

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :

ANNISA ROHMAH

D0205039

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ii

PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diuji dan dipertahankan di depan

Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Hari : Rabu

Tanggal : 24 Maret 2010

Surakarta, 24 Maret 2010

Pembimbing,

Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D NIP. 19540805 198503 1 002

Page 3: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

iii

PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Hari : Rabu

Tanggal : 21 April 2010

Panitia Penguji :

1. Prof. Drs. H. Totok Sarsito, S.U, M.A, sebagai Ketua (......................)

NIP 19490428 197903 1 001

2. Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si sebagai Sekretaris (.....................)

NIP. 19690207 199512 2 001

3. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D sebagai Penguji (......................)

NIP. 19540805 198503 1 002

Mengetahui

Dekan,

Drs. H. Supriyadi SN, SU

NIP 19530128 198103 1 001

Page 4: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

iv

MOTTO

”Laa haulaa walaa quwwata illaa billaah”

(Tiada daya upaya selain dari Allah SWT)

”Kekuatan doa dan energi positif

mampu menembus keterbatasan dan ketidakmungkinan”

(Annisa Rohmah)

”Dalam menghadapi keadaan apapun, jangan lengah!

Sebab kelengahan menimbulkan kelemahan,

Dan kelemahan menimbulkan kekalahan,

Sedang kekalahan menimbulkan penderitaan”

(Panglima Besar Jenderal Soedirman)

Page 5: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

v

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini peneliti persembahkan untuk:

1. Ibunda, atas kasih sayang dan pengorbanan

yang tidak pernah putus.

2. Bapak, atas doa dan motivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi peneliti.

3. Kakak-kakak peneliti, Ichsan Adhie dan

Sarah Fauziah, untuk doa dan dukungannya.

4. Almamater peneliti.

Page 6: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur tiada terhingga hanya kepada Allah SWT, Tuhan yang

memberi nafas dan kesempatan hidup yang berharga. Hanya karena ridho dan

petunjukNya-lah, peneliti mampu menyelesaikan tugas yang tampak berat ini

dengan lancar. Skripsi ini merupakan pertanggungjawaban peneliti atas

perjuangan empat tahun menempuh pendidikan di Ilmu Komunikasi FISIP UNS.

Meski tidak sedikit menemui hambatan dalam menyelesaikan skripsi ini,

banyak pihak yang tak pernah lelah memberi dukungan dan membagi ilmunya

kepada penulis. Untuk itulah, penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih dan

penghargaan yang begitu mendalam kepada berbagai pihak berikut ini.

1. Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas Sebelas Maret yang memiliki dedikasi begitu luar biasa.

3. Dra. Christina T.H, M.Si, selaku pembimbing akademik peneliti yang

banyak memberikan kemudahan dan motivasi kepada peneliti.

4. Prof. Drs. Pawito, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang selalu

mengarahkan dan membantu peneliti menulis skripsi ini hingga akhir.

5. Ibunda, Bapak, Kakak-kakakku: Ichsan dan Sarah, Pakde, Uti, serta

seluruh keluarga yang memberi doa dan dukungan yang tak pernah putus.

Page 7: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

vii

6. Sahabat-sahabat yang selalu menjadi pelipur lara, Leonie Bunga, Ayoe

Niken, Sovya Marda, dan Aditya Kundhala. Serta sahabat-sahabat dari

kampus tercinta: Paramita Sari, Sri Hartini, dan Arin Prasetyo, terimakasih

untuk tawa dan tangis bersama, semoga kisah kecil di kampus ini akan kita

bawa sampai kita tua nanti.

7. Kisbandi Virdha Kurniawan, untuk semua diskusi yang berarti, serta

perhatian, kesabaran, dan motivasi yang diberikan kepada peneliti dalam

menghadapi setapak demi setapak proses kehidupan selama setahun ini.

8. Kawan-kawan seperjuangan di Nolima Organizer: Albert, Pandu, Agung,

Densa, Indah, Yaninta; dan keluarga Komunikasi 2005 yang istimewa:

Azizah, Sumi, Filia, Heni, Nanda, Dini, Ida, Festy, Windy, Ajeng, dll.

9. Keluarga besar Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) VISI FISIP UNS.

Sebuah “rumah” kecil, yang sering terlupakan, tapi nyatanya dari sinilah

langkah kecil itu dimulai. Terimakasih “tetua-tetua” VISI: Haris, Tedy,

Joni, Abdul, Ika, Nila, Rini; serta adik-adikku: Ema, Adinda, Rizky,

Wahyu, Wida, Nosi, Nanda, Alina, Intan, dan lain-lain.

10. Responden skripsi ini, Suhartono, Sutta Dharma, Eko, Ansyor, Nanda,

Rorie, Haris, Joni, dan Mita. Terimakasih untuk waktu dan diskusinya.

11. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi yang peneliti susun ini dapat memberikan manfaat, bagi

siapa saja yang membacanya. Terimakasih.

Surakarta, April 2010

Peneliti,

Page 8: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

viii

ANNISA ROHMAH

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii

HALAMAN MOTTO................................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................ v

KATA PENGANTAR............................................................................................... vi

DAFTAR ISI.............................................................................................................. viii

DAFTARGAMBAR.................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL...................................................................................................... xii

ABSTRAK................................................................................................................. xiv

ABSTRACT………………………………………………………………………... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian............................................................................... 10

D. ManfaatPenelitian.............................................................................. 10

E. Telaah Pustaka

1. Demokrasi, Partai Politik dan Pers Indonesia.............................. 11

2. Proses Produksi Berita................................................................. 18

3. Framing sebagai Bagian dari Paradigma Konstruktivisme.......... 23

4. Pembentukan Konstruksi Realitas oleh Berita dan Media........... 31

5. Audience sebagai Khalayak Aktif ............................................... 36

F. Metodologi Penelitian

1. Tipe dan Jenis Penelitian.............................................................. 41

2. Obyek Penelitian.......................................................................... 43

Page 9: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ix

3. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 44

4. Teknik Pengambilan Sampel…................................................... 44

5. Teknik Analisa Data.................................................................... 46

6. Validitas Data……………………............................................... 54

7. Kerangka Pemikiran……………………………………………. 55

BAB II DESKRIPSI LOKASI

A. Partai Golongan Karya (Golkar)

1. Sejarah dan Perkembangan Partai Golkar…................................ 56

2. Tujuan, Visi, Misi dan Platform Partai Golkar ........................... 60

3. Paradigma Lama dan Paradigma Baru…..................................... 64

4. Susunan Kepengurusan................................................................ 65

5. Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar ke-VIII………… 67

B. Harian Kompas

1. Sejarah Harian Kompas……....................................................... 70

2. Visi dan Misi Harian Kompas…….............................................. 74

3. Struktur Organisasi Perusahaan…............................................... 75

4. Kebijakan Keredaksian……………............................................ 76

5. Rubrikasi……………………………………………………….. 77

6. Oplah, Sirkulasi, dan Profil Pembaca………………………….. 79

BAB III PARTAI GOLKAR DALAM BINGKAI MEDIA DAN KHALAYAK

A. Pola Pemberitaan Munas Golkar ke VIII pada Harian Kompas........ 82

1. Persaingan Perebutan Kursi Ketua Umum Partai Golkar……… 86

1.1 Persaingan Perebutan Kursi Ketua Umum Partai Golkar

dalam Pandangan Kompas………………………………..... 92

2. Arti Penting Munas Partai Golkar ke VIII……………………... 101

2.1 Arti Penting Munas Partai Golkar ke VIII dalam Pandangan

Kompas…………………………………………………….. 103

3. Isu Politik Uang dan Pragmatisme dalam Pemilihan Ketua

Umum……………………………………………..……………. 108

3.1 Isu Politik Uang dan Pragmatisme dalam Pemilihan Ketua

Umum dalam Pandangan Kompas……………………………... 112

Page 10: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

x

4. Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada Pelaksanaan Munas…... 117

4.1 Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada Pelaksanaan Munas

dalam Pandangan Kompas…………………………………. 120

5. Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas……………………… 125

5.1 Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas dalam Pandangan

Kompas…………………………………………………….. 128

B. Melihat Bingkai Pembaca Kompas terhadap Pelaksanaan Munas

Partai Golkar……………………………………………………...... 132

1. Pandangan Pembaca Kompas terhadap Persaingan Perebutan

Kursi Ketua Umum Partai Golkar……………………………… 139

2. Pandangan Pembaca Kompas terhadap Arti Penting Munas

Partai Golkar ke VIII…………………………………………… 154

3. Pandangan Pembaca Kompas terhadap Isu Politik Uang dan

Pragmatisme dalam Pemilihan Ketua Umum.…………………. 161

4. Pandangan Pembaca Kompas terhadap Kericuhan dan Indikasi

Rekayasa pada Pelaksanaan Munas……………..……………... 171

5. Pandangan Pembaca Kompas terhadap Posisi Politik Partai

Golkar Pasca Munas……………………..................................... 180

C. Membandingkan Frame Kompas dengan Frame Pembaca

Kompas…………………………………………………………….. 190

1. Persaingan perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar............. 190

2. Arti penting Munas Partai Golkar ke VIII……………………... 193

3. Isu politik uang dan pragmatisme dalam Pemilihan Ketua

Umum……................................................................................... 195

4. Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada Pelaksanaan Munas…... 196

5. Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas.................................... 198

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................ 202

B. Saran.................................................................................................. 208

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 211

Page 11: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xi

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 A Process Model of Framing Research ............................................29

Gambar 1.2 Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman...................................47

Gambar 1.3 Kerangka Berpikir..............................................................................55

Page 12: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Variabel Independen dan Variabel Dependen pada Frame..................28

Tabel 1.2 Daftar Responden Penelitian................................................................46

Tabel 1.3 Kerangka Framing Pan dan Kosicki....................................................50

Tabel 2.1 Paradigma Lama dan Baru Partai Golkar...........................................65

Tabel 2.2 Rubrikasi Harian Umum Kompas........................................................77

Tabel 2.3 Oplah Kompas per Lima Tahun...........................................................79

Tabel 2.4 Sirkulasi Harian Kompas Tahun 1993.................................................79

Tabel 2.5 Segmentasi Kompas dari Segi Pendidikan..........................................80

Tabel 2.6 Segmentasi Kompas dari Segi Penghasilan.........................................80

Tabel 2.7 Segmentasi Kompas dari Segi Pekerjaan.............................................81

Tabel 3.1 Daftar Berita Bulan Oktober 2009.......................................................84

Tabel 3.2 Daftar Berita yang Dianalisis...............................................................86

Tabel 3.3 Berita Bertema Persaingan Antar Calon Ketua Umum.......................92

Tabel 3.4 Berita Bertema Arti Penting Munas Partai Golkar VIII....................103

Tabel 3.5 Berita Bertema Isu politik uang dan pragmatisme dalam

pemilihan Ketua Umum.....................................................................112

Tabel 3.6 Berita Bertema Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada

Pelaksanaan Munas............................................................................120

Tabel 3.7 Berita Bertema Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas.................128

Tabel 3.8 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas tentang Persaingan

Antar Calon Ketua Umum.................................................................153

Tabel 3.9 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas tentang Arti Penting

Munas Partai Golkar..........................................................................160

Tabel 3.10 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas tentang Isu politik uang

dan pragmatisme dalam pemilihan Ketua Umum..............................170

Tabel 3.11 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas tentang Indikasi

Page 13: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xiii

Rekayasa dan Kericuhan pada Pelaksanaan Munas...........................179

Tabel 3.12 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas tentang Posisi Politik

Partai Golkar Pasca Munas................................................................188

Tabel 3.13 Perbandingan Media Frame dan Audience Frame.............................199

Page 14: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xiv

ABSTRAK ANNISA ROHMAH, D0205039, Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada Harian Kompas Periode Bulan Oktober 2009), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

Pemberitaan peristiwa besar, seperti Munas Partai Golkar, melalui surat kabar dipercaya memberi kecenderungan dan efek tertentu bagi khalayak. Pembaca sebagai khalayak aktif memiliki pemahaman tersendiri terhadap sebuah berita. Pemahaman ini diolah dalam diri individu dan membentuk pandangan tertentu. Pendapat pembaca juga dimungkinkan mendapat pengaruh dari cara penyajian berita oleh media massa.

Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan menggabungkan analisis framing model Pan dan Kosicki dengan teori Dietram Aren Scheufele terhadap pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada Harian Kompas bulan Oktober 2009. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui kontruksi Partai Golkar yang dibangun Harian Kompas pada Munas Partai Golkar dan persepsi pembaca Kompas tentang Partai Golkar. Penelitian ini memakai orientasi bingkai khalayak (audience frames) sebagai variabel dependen. Untuk mengetahui bingkai khalayak, peneliti meletakkan fokus pada tiga unsur: bagaimana persepsi setelah membaca berita, faktor yang mendasari persepsi, dan apakah bingkai khalayak sama dengan bingkai media.

Penelitian ini secara umum menyimpulkan bahwa Kompas melihat Partai Golkar memiliki kemiripan dengan Golkar masa orde baru yang lekat dengan kekuasaan. Kompas banyak mengkritisi dinamika politik dan perilaku elite yang negatif pada pelaksanaan munas. Sementara pembaca Kompas menilai banyak masalah dalam munas yang mencitrakan Partai Golkar sebagai partai yang tidak solid. Namun pragmatisme Partai Golkar dianggap sebagai kesalahan yang membudaya dan sulit dihapuskan. Faktor yang mempengaruhi persepsi khalayak diantaranya intensitas membaca berita, penggunaan media lain, pemahaman mengenai Partai Golkar, serta kegiatan keseharian. Pada dasarnya, sebagian besar persepsi khalayak dipengaruhi oleh frame media, akan tetapi ada pula persepsi khalayak yang bertolak belakang dengan frame media yakni terkait persaingan calon ketua umum dan terjadinya politik uang. Kata kunci : Partai Golkar, bingkai khalayak, bingkai media

Page 15: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xv

ABSTRACT ANNISA ROHMAH, D0205039, The Construction of Golkar Party (Audience Framing Analysis on Reporting to the 8th National Conference of the Golkar Party in Kompas daily newspaper Period on October 2009), Thesis, Department of Communication Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010.

Reporting the big event, such as the National Conference of Golkar Party, on the newspaper is believed to give certain trends and effects for the audience. Reader as an active audience has its own understanding of a story. This understanding is processed within the individual and establish in a particular view. Opinions reader is also possible under the influence of how the presentation of news by the media.

This research is a study combining qualitative framing analysis of Pan and Kosicki model with the theory of Dietram Aren Scheufele preaching to the 8th National Conference of the Golkar Party in Kompas daily newspaper period on October 2009. The purpose of this research is to know the construction of the Golkar Party, which was built by Kompas daily newspaper on the National Conference of the Golkar Party and the Kompas readers’ perception of the Golkar Party. This study used an audience frame oriented (audience frames) as the dependent variable. To find the audiences frame, researchers put the focus on three elements: how the perception after reading the news, the factors underlying perception, and whether the frame of audiences same with the media frame.

These studies generally conclude that Kompas see the Golkar party still has a similar character with Golkar in Orde Baru which is closely with power. Kompas criticize the political dynamics and the negative behavior of elite on National Conference. All that is shown through the choice of words, in writing, the choice of interviewees, and the results of interviews with reporters of Kompas. While Kompas readers assess many problems on National Conference that the imaging Golkar Party as the party that is not solid. But pragmatism in Golkar Party is considered as the entrenched error and difficult to be abolished. Factors that affect the public perception are the intensity of read news, use of other media, understanding of the Golkar Party, and daily activities. Basically, almost all perception of the audiences is under the influence of the media frame, but some perception of the audiences has an opposite frame with the media frame, such as the election of the political party’s leader and money politics.

Keywords: Golkar Party, media frame, audience frames

Page 16: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hingar bingar pesta demokrasi di Indonesia baru saja usai. Dua perhelatan

besar bangsa tahun 2009, yakni Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif pada 9 April

dan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 8 Juli lalu telah mendapatkan hasil. Partai

Demokrat merebut kemenangan dari Partai Golongan Karya (Golkar) dengan

jumlah suara 20,85%, padahal Demokrat pada Pemilu lima tahun lalu hanya

memperoleh suara 7,45%. Sedang Golkar harus menelan kekalahan dengan

jumlah suara yang turun drastis dari Pemilu 2004, yakni 14,45%. Fakta ini

merupakan catatan sejarah, karena inilah jumlah suara terkecil yang diperoleh

partai berlambang pohon beringin ini dalam sembilan kali pemilu.

Sejak Pemilu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, hingga 1997

Golkar−yang pada awal berdiri bernama Sekretariat Bersama (Sekber)

Golkar−dibawah kepemimpinan mantan Presiden Soeharto berhasil mengemban

kepercayaan rakyat dengan memperoleh kemenangan sebagai mayoritas tunggal.1

Meskipun pada Pemilu 1999, Golkar hanya mendapat peringkat kedua dengan

jumlah 22,43% suara, namun pada Pemilu 2004 Golkar berhasil mengembalikan

kejayaannya dengan menjadi juara pertama. Akan tetapi kecenderungan suara

Partai Golkar terus mengalami penurunan, bahkan pada pemilu tahun 2004,

Golkar hanya mendapat suara 21,58%. Padahal pada Pemilu 1997 Golkar berhasil

1 www.golkar.or.id akses tanggal 28 Oktober 2009 pukul 19.04

Page 17: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xvii

memperoleh suara mutlak 74,5%, sebelum akhirnya Soeharto digulingkan

mahasiswa pada reformasi 1998.

Sama halnya dengan pemilu legislatif (Pileg), Pilpres pun membawa hasil

yang sangat mengecewakan bagi partai bernomor urut 23 ini. Calon Presiden dan

Wakil Presiden yang diusung Partai Golkar dan rekan koalisinya Partai Hati

Nurani Rakyat (Hanura), yakni Jusuf Kalla (JK) dan Wiranto, kalah telak dari

pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono serta Megawati Soekarno

Putri-Prabowo Subianto. SBY-Boediono menyempurnakan kemenangan Partai

Demokrat dengan memperoleh kemenangan dengan jumlah suara 60,80% dalam

satu putaran saja2. Sementara JK-Wiranto hanya bercokol pada posisi ketiga

dengan jumlah suara 15.081.814 atau 12,41% dari total suara pemilih.

Dua pukulan ini membuat posisi politik Partai Golkar semakin sulit.

Dalam alur sejarah, Golkar selalu menjadi partai yang masuk dalam pemerintah.

Golkar tidak pernah memiliki sejarah menjadi oposisi, karena sejak era orde baru,

Golkar kental dengan image sebagai partai penguasa (the ruler’s party)3. Bahkan

politisi Partai Golkar banyak yang duduk sebagai pejabat penting, seperti dewan

legislatif, menteri, gubernur, kepala daerah, hingga kepala camat ataupun lurah.

2 Wacana Pilpres Satu Putaran digulirkan Denny J.A, Direktur Eksekutif Lingkaran Survei

Indonesia (LSI) dan Lembaga Studi Demokrasi (LSD), serta menjadi salah satu materi iklan kampanye SBY-Boediono. Hal ini memicu protes dari kedua pasangan calon lain yang mengharapkan pilpres dapat berlangsung dua putaran agar dapat mengalahkan SBY-Boediono. Dalam berbagai survei pra-pilpres, SBY-Boediono selalu mendapat dukungan lebih dari 50%.

3 Akbar Tandjung, The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007, hal: 39

Page 18: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xviii

Padahal, Partai Golkar tergolong partai berbasis massa bukan partai

kader4. Pada saat krisis, persatuan partai cenderung melemah bahkan bisa dengan

mudah hilang sama sekali. Sehingga dimungkinkan sekali satu per satu golongan

dalam partai ini akan memisahkan diri dari partai dan membentuk partai baru

karena ketidakpuasannya terhadap Partai Golkar. Hal ini pernah dibuktikan

Golkar sebelum Pemilu 1999 dimana beberapa kader dan ormas pendukungnya

memisahkan diri. Diantaranya, Edi Sudradjat yang mendirikan Partai Keadilan

dan Persatuan (PKP) yang kemudian berganti nama menjadi Partai Keadilan dan

Persatuan Indonesia (PKPI), Hj. Mien Sugandhi dengan Partai Musyawarah

Kekeluargaan Gotong Royong (Partai MKGR) yang berganti nama menjadi Partai

Gotong Royong (PGR), R. Hartono yang membentuk Partai Karya Peduli Bangsa

(PKPB) dan Yapto Soerjosoemarno yang mendirikan Partai Patriot Pancasila.5

Pada kondisi yang sekarang, keadaan internal partai Golkar terus

bergejolak. Partai yang memiliki banyak tokoh penting ini sering mengalami

konflik kepentingan antar kadernya. Kondisi ini mau tidak mau menuntut Partai

Golkar untuk segera merumuskan kembali arah dan ideologi partai secara cermat.

Jika tidak, sejumlah pengamat politik memastikan Golkar akan kehilangan

“taringnya” dan segera menemui kematiannya. Pengamat politik Bima Arya

Sugiarto misalnya, mengatakan ada lima krisis yang sebenarnya tengah dihadapi

4 Jika dilihat dari segi komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dibedakan menjadi dua, yakni partai massa dan partai kader. Partai massa lebih mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Sedang partai kader lebih mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja anggotanya. Selengkapnya lihat Prof. Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal: 166

5 Selengkapnya lihat Op.Cit, hal 106-111

Page 19: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xix

Partai Golkar, yakni krisis elektoral, krisis orientasi, krisis kader muda, krisis

basis sayap, dan krisis loyalitas6.

Pertama, krisis elektoral, yakni tingkat kepercayaan publik yang menurun

drastis. Dibuktikan dengan perolehan jumlah suara yang jatuh secara signifikan

meskipun Partai Golkar memiliki figur JK yang cukup bersinar ketika menjadi

Wakil Presiden periode 2004-2009. Kedua, krisis orientasi, artinya Partai Golkar

tidak mengedepankan visi misi dan kekokohan partai dalam gerak politiknya,

akan tetapi justru berkutat pada masalah oposisi atau mendukung pemerintah,

masuk atau tidak masuk dalam lingkaran kekuasaan.

Ketiga, krisis kader muda, yakni Partai Golkar kurang memberi tempat

kepada kader mudanya dalam kepengurusan. Akibatnya kaum muda dalam partai

lebih tersisih sehingga kepengurusan masih banyak didominasi golongan senior.

Krisis keempat, yakni organisasi sayap Partai Golkar yang semakin terpecah dan

seakan berdiri sendiri. Kelima, krisis loyalitas, yakni munculnya berbagai faksi

dalam partai yang justru saling menyerang, sehingga kesatuan partai tidak lagi

harmonis.

Maka Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar ke VIII yang

dilaksanakan pada 5-8 Oktober 2009 di Pekanbaru, Riau, menjadi titik tolak Partai

Golkar untuk bangkit dari keterpurukan Pemilu 2009. Munas yang secara rutin

dilaksanakan per 5 tahun ini mengevaluasi kepemimpinan JK selama menjadi

Ketua Umum Partai Golkar periode 2004-2009 sekaligus memutuskan langkah

kongkrit Golkar untuk memenangi Pemilu 2014. Munas Golkar ini juga

6 Kompas, “Lima Krisis Lilit Golkar”, edisi 10 Agustus 2009

Page 20: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xx

menentukan Ketua Umum Partai Golkar periode 2009-2015 yang menjadi

nahkoda Golkar ke depan. Ketua Umum Golkar-lah yang menentukan, apakah

Golkar kembali menjadi partner pemerintah atau justru mencetak sejarah dengan

memposisikan diri sebagai lawan.

Namun ada yang berbeda dalam proses penyelenggaraan Munas kali ini.

Pemilihan ketua umum dipilih secara langsung oleh Dewan Pimpinan Pusat

(DPP) serta masing-masing Dewan Pimpinan Daerah (DPD) tingkat I dan DPD

tingkat II. Pada Munas sebelumnya pemilihan ketua umum terlebih dahulu dipilih

dalam Konvensi Ketua Umum Partai Golkar, setelah itu baru dilakukan proses

pemilihan pada munas. Sistem pemilihan langsung ini, sesuai dengan platform

partai, merupakan kebijakan partai untuk menyesuaikan diri dengan sistem

demokrasi Indonesia.

Seperti diketahui, pada awalnya pemilu di Indonesia memang ditujukan

untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan

DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002,

pilpres yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung

oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Kemudian

pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pilkada) pun juga dimasukkan sebagai

bagian dari rezim pemilu.7

Ada empat calon kandidat yang lolos seleksi menjadi calon Ketua Umum

Partai Golkar, yakni Aburizal Bakrie, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto),

7 http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia akses data tanggal 19 Desember 2009 pukul 13.12

Page 21: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxi

Surya Paloh, dan Yuddy Chrisnandi. Keempatnya secara sengit terus bersaing

jelang munas dilaksanakan, mulai dari penayangan iklan, saling klaim dukungan,

hingga perang opini di media massa. Aburizal akhirnya menang dengan

mendapatkan suara 296, mengalahkan Surya Paloh dengan jumlah suara 250.

Sementara Tommy Soeharto dan Yuddy Chrisnandi sama sekali tidak mendapat

dukungan suara atau nol.

Munas yang berlangsung panas dan penuh dengan kericuhan ini tentu saja

menjadi titik perhatian media. Bagaimana tidak, tokoh-tokoh yang mengajukan

diri menjadi ketua umum adalah tokoh-tokoh besar Golkar yang royal

mengeluarkan uang untuk melakukan kampanye. Bahkan Aburizal Bakrie dan

Surya Paloh adalah pemilik media besar di negeri ini. Aburizal Bakrie adalah

pemilik VIVA News, TV One, dan ANTV. Sedangkan Surya Paloh memiliki

Metro TV serta Media Indonesia. Tommy Soeharto sebenarnya juga merupakan

salah satu pemilik saham di MNC Group–terdiri dari RCTI, TPI, Global TV,

Global Radio, Koran Seputar Indonesia dan Tabloid Genie–, akan tetapi MNC

lebih berkonsentrasi pada siaran entertainment bukan media berita.

Pemberitaan media massa pun tidak hanya berkutat pada pelaksanaan

teknis Munas, tetapi lebih menyoroti pada persaingan antar calon ketua umum.

Isu-isu sensitif seperti politik uang, klaim dukungan, hingga tekanan pada calon

lain pun terus menghiasi surat kabar mendekati pelaksanaan Munas. Sejenak

masalah kebimbangan ideologi Golkar seperti terabaikan oleh media, bahkan oleh

politisi Golkar sendiri. Image dan posisi politik Partai Golkar kini seakan kembali

bergeser seperti masa orde baru dahulu−yakni partai yang sangat dekat dengan

Page 22: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxii

perebutan kekuasaan. Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar periode 2004-2009

Sultan Hamengku Buwono X pun sempat menyindir Partai Golkar sebagai partai

pragmatis sehingga idealisme partai telah melemah8.

Salah satu media massa yang memberi perhatian khusus terhadap

pelaksanaan Munas Golkar adalah Harian Kompas. Kompas adalah media cetak

nasional yang memiliki oplah terbesar di Indonesia. Sebagai salah satu media

nasional yang dianggap netral−meskipun tak ada media yang benar-benar netral−,

Kompas secara kontinyu menuliskan pemberitaan tentang persiapan, persaingan

antar calon ketua umum, memberi space khusus pada hari pelaksanaan munas,

serta melakukan follow-up pemberitaan pasca Munas berlangsung.

Meskipun Kompas memiliki ideologi tak terlalu jauh dengan Partai Golkar

yakni nasionalis moderat9, tetapi Kompas pasti memiliki kepentingan dan arah

kebijakan tersendiri dalam pemilihan serta pemuatan berita. Seperti yang

diungkapkan Pemimpin Umum Harian Kompas Jacoeb Oetama, bahwa tidak ada

peristiwa yang begitu saja jatuh dari langit. Senantiasa ada latar belakang, ada

proses, ada kait-kaitan, dan ada konteks10. Ada dua konteks dalam pemberitaan

surat kabar, yakni konteks yang berhubungan langsung dengan fakta dan

persoalan di lapangan, serta konteks dalam kerangka referensi (frame of

8 Lihat berita Kompas, “Penentuan Nasib Partai”, edisi 2 Oktober 2009 9 Kompas menyatakan diri sebagai koran yang moderat, tidak condong ke salah satu pihak, berada ditengah-tengah. Sementara Partai Golkar, dalam internalnya pun sebenarnya masih terjadi silang pendapat mengenai ideologi Partai Golkar. Aburizal dan Tommy menyatakan Partai Golkar memperjuangkan NKRI dengan berpegang pada Pancasila dan UUD ‘45. Surya Paloh mengklaim ideologi Partai Golkar adalah Nasionalis moderat, sedang menurut Yuddy Partai Golkar berbasis nasionalis religius kerakyatan. Selengkapnya lihat wawancara Harian Kompas dengan empat kandidat Ketua Umum Partai Golkar, Kompas, edisi 5 Oktober 2009, hal: 5

10 Jacoeb Oetama, “Sampaikan Informasi secara Menarik dan Bermakna”, artikel, Kompas, edisi 28 Juni 2000, dalam Jacoeb Oetama, Pers Indonesia: Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus, Kompas, Jakarta, 2001, hal: 141

Page 23: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxiii

reference).11 Surat kabar dipandang memiliki kemampuan untuk menampilkan hal

tersebut lebih baik dibanding media lain.

Jacoeb Oetama juga menegaskan bahwa dengan kelebihan surat kabar

tersebut, isi surat kabar akan menimbulkan kecenderungan tertentu bagi khalayak

pembacanya. Pun demikian, pemberitaan Kompas mengenai pelaksanaan Munas

Golkar ini tentu juga memberikan gambaran dan perspektif sendiri bagi

pembacanya.

Pembaca sebagai audience, mau tidak mau pasti mendapatkan efek dari

pemberitaan yang termuat pada Harian Kompas. Seperti yang diungkapkan Keith

R Stamm dan John E Bowes, ada dua bagian dasar dari efek yang timbul dari

komunikasi massa, yakni efek primer dan efek sekunder. Efek primer meliputi

terpaan, perhatian, dan pemahaman. Sedang efek sekunder meliputi perubahan

tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku

(menerima dan memilih).12

Oleh karena itu, setiap individu pembaca Kompas, meskipun dengan

tingkat perhatian yang terbatas dimungkinkan memiliki pemahaman tertentu

terhadap pemberitaan Munas Partai Golkar yang disajikan Harian Kompas.

Pemahaman ini diolah sedemikian rupa dalam diri individu pembaca dan

kemudian membentuk sebuah pandangan tertentu mengenai Partai Golkar.

Pendapat pembaca Kompas ini juga sangat dimungkinkan mendapat pengaruh

dari cara pemberitaan dan framing berita yang sengaja dibentuk oleh Kompas.

11 Kerangka referensi bisa berasal dari pengalaman empiris, visi misi, otonomi, independensi,

pandangan dan sikap dasar surat kabar tersebut. Selengkapnya lihat Jacoeb Oetama, Ibid 12 Selengkapnya lihat Nurudin, Komunikasi Massa, Cespur, Malang, 2004, hal: 192-200

Page 24: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxiv

Penelitian ini memfokuskan diri pada tiga hal, antara lain konstruksi Partai

Golkar pada pelaksanaan Munas Partai Golkar yang dibentuk oleh Harian

Kompas, persepsi dari pembaca Kompas mengenai pemberitaan Munas Partai

Golkar, serta perbedaan dan persamaan diantara dua konstruksi tersebut. Melalui

penelitian ini dengan memperhatikan muatan berita pada Harian Kompas, peneliti

berharap mengetahui konstruksi Partai Golkar pada pemberitaan Munas Gokar ke-

VIII yang terbentuk oleh Harian Kompas (frame media) dan oleh pembacanya

(frame khalayak pembaca) sehingga dapat melihat perbandingan konstruksi frame

media dan frame pembaca. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul:

Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing

Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII di Pekanbaru pada Harian

Kompas Periode Bulan Oktober 2009)

B. Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Harian Kompas mengkonstruksi dan mengemas berita Munas

Golkar ke VIII di Pekanbaru?

2. Bagaimana persepsi pembaca Kompas tentang Partai Golkar pada

pelaksanaan Munas Partai Golkar ke VIII di Pekanbaru?

3. Bagaimana hubungan konstruksi Partai Golkar yang dibentuk oleh

Kompas dan pembaca Kompas?

Page 25: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxv

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui frame Harian Kompas pada pemberitaan Munas Partai

Golkar ke VIII di Pekanbaru

2. Untuk mengetahui persepsi pembaca Kompas mengenai Partai Golkar dan

pelaksanaan Munas Partai Golkar ke VIII di Pekanbaru pada Harian

Kompas

3. Untuk mengetahui hubungan konstruksi Partai Golkar dalam pelaksanaan

Munas Partai Golkar ke VIII yang dibentuk oleh Harian Kompas dan

pembaca Kompas

D. Manfaat Penelitian

1. Secara khusus bagi peneliti, memberi gambaran tentang kecenderungan

Kompas dalam membingkai dan mengemas berita Munas Golkar VIII,

mengetahui frame pembaca setelah membaca pemberitaan di Kompas,

serta mencari tahu perbedaan dan persamaan kedua frame tersebut.

2. Dalam tataran yang lebih umum dan praktis, penelitian ini diharapkan

memberi gambaran bagi mahasiswa, dosen, akademisi komunikasi,

praktisi media massa bahwa perkembangan politik sangat dinamis. Politik

terus berubah sesuai dengan arah kepentingan partai politik dan aktor

dibelakangnya, sehingga politik harus selalu diawasi dan mendapat

pengawalan masyarakat agar tidak melenceng dari hakikat awalnya.

3. Memberikan kesadaran bahwa pada dasarnya pemberitaan media tidak

sepenuhnya obyektif dan informatif, sehingga khalayak diharapkan lebih

Page 26: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxvi

berhati-hati ketika berhadapan dengan infomasi media. Serta, khalayak

mampu secara bijaksana menyikapi pemberitaan media massa tersebut.

E. Tinjauan Pustaka

1. Demokrasi, Partai Politik dan Pers Indonesia

Demokrasi merupakan dambaan setiap rakyat yang menginginkan

persamaan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Demokrasi sulit didefiniskan karena selalu berkembang sesuai dinamika

masyarakat. Menurut negarawan Athena, Pericles, ada empat kriteria yang

dapat mendefinisikan istilah demokrasi. Pertama, pemerintahan oleh rakyat

dengan partisipasi rakyat yang penuh dan langsung. Kedua, kesamaan di

depan hukum. Ketiga, pluralisme yakni penghargaan atas bakat, minat,

keinginan, dan pandangan. Keempat, penghargaan terhadap pemisahan dan

wilayah pribadi untuk memenuhi kepribadian individual.13 Pada kriteria

pertama, masyarakat membutuhkan sebuah wadah untuk menyalurkan aspirasi

dan partisipasi politiknya. Maka dari itu muncul partai politik atau parpol.

Parpol adalah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dari negara yang

menjunjung tinggi demokrasi. Parpol lahir karena kesadaran bahwa rakyat

mempunyai hak untuk berpartisipasi menentukan siapa yang membuat

kebijakan umum bagi dirinya. Parpol secara lebih sederhana sebenarnya telah

menjadi buah pikir masyarakat sejak peradaban Yunani Kuno, atau dalam

13 Lihat Roy C Macridis, Contemporary Political Ideologies: Movements and Regimes, Boston,

Toronto: Little, Brown, and Company, 1983, hal: 19-20 dalam Eep Saefulloh Fatah, Pengkhianatan Demokrasi ala Orde Baru: Masalah dan Masa Depan Demokrasi Terpimpin Konstitusional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal: 17

Page 27: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxvii

interaksi politik pada kebudayaan Cina Kuno, Hindu India dan Babylonia.

Namun, parpol–dalam bentuk yang lebih modern–ditemukan pada awal abad

ke-19. Bentuk parpol ini muncul dari semangat modernitas dalam dunia

politik. Kemunculan ini berkaitan dengan kenyataan bahwa kepentingan

politik kolektif membutuhkan suatu sistem organisasi-birokratis yang

menjamin efisiensi dan efektivitas dalam perjuangan politik.14

Secara umum partai politik dapat diringkas sebagai kelompok yang

terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita

yang sama. Tujuannya ialah memperoleh kekuasaan politik dan merebut

kedudukan politik–(biasanya) dengan cara konstitusionil–untuk melaksanakan

kebijaksanaan mereka.15 Sedang, Max Weber dalam bukunya Economie et

Societe (1959) justru melihat parpol dalam aspek profesionalime. Menurutnya,

parpol adalah organisasi publik yang bertujuan membawa pemimpinnya

berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk

mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut.16

Partai politik setidaknya memiliki empat karakteristik pokok17, yakni

memiliki orientasi jangka panjang, memiliki struktur organisasi dari level

lokal hingga nasional, bertujuan untuk merebut dan mendapatkan kekuasaan,

serta berupaya untuk memperoleh dukungan luas dari masyarakat.

14 Firmanzah, Ph.D, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era

Demokrasi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008, hal: 56 15 Prof. Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001,

hal: 161 16 Op. Cit, hal: 66 17 La Palombara dan Weiner dikutip dalam Firmanzah, Ph.D, Op.Cit, hal: 67-68

Page 28: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxviii

Setiap negara menerapkan sistem kepartaian yang berbeda-beda,

tergantung pada pola pemerintahan negara yang bersangkutan. Secara mudah

Maurice Duverger mengklasifikasikan sistem kepartaian sebagai berikut18:

a. Sistem partai tunggal (one-party system)

Yakni hanya terdiri dari satu partai penguasa atau partai yang

memiliki posisi dominan diantara partai kecil lain. Dalam sistem

kepartaian ini, pihak yang kalah tidak diperbolehkan melakukan

perlawanan terhadap partai dominan dan pimpinan yang terpilih.

b. Sistem dwi-partai (two-party system)

Yakni adanya dua partai atau adanya beberapa partai tetapi dengan

peranan dominan dari dua partai. Dalam sistem ini, fungsi kepartaian

tampak jelas karena partai yang menang akan berkuasa sedangkan

partai yang kalah akan menjadi partai oposisi.

c. Sistem multi partai (multi-party system)

Sistem kepartaian ini membuka kesempatan partai-partai kecil

karena kesadaran keberagaman budaya dan politik. Dalam sistem ini,

pada akhirnya partai-partai kecil akan berkoalisi dengan partai

pemenang untuk memperkuat pemerintahan. Akan tetapi peran oposisi

sangat lemah, sehingga posisi partai pemenang lebih diuntungkan.

Indonesia pada masa kolonial Belanda sempat menerapkan sistem

multi partai. Parpol sempat dilarang pada masa kependudukan Jepang, namun

sistem multi partai kembali digunakan usai kemerdekaan, tepatnya pada masa

18 Ibid, hal: 167-170

Page 29: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxix

orde lama (1945-1965). Dibawah pimpinan Soekarno, Indonesia mengalami

dua bentuk demokrasi pada masa orde lama. Wilopo menamakan periodisasi

1945-1957 sebagai periode “Revolusi”/“Demokrasi Parlementer” sementara

periode 1957-1965 sebagai periode “Demokrasi Terpimpin”.19 Berdasarkan

Maklumat Wakil Presiden No. X, 3 November 1945 tentang penganjuran

pembentukan parpol, pemerintahan dijalankan perdana menteri, kabinet, dan

parlemen. Akibatnya, terjadi pergulatan politik yang ditandai tarik menarik

kekuatan partai dalam lingkaran kekuasaan, dan tarik menarik antara partai di

dalam lingkaran kekuasaan dengan kekuatan politik diluar kekuasaan: pihak

kedua mencoba menarik pihak pertama keluar dari lingkaran kekuasaan.20

Keadaan yang demikian melegalkan peranan partai “koalisi” dan partai

“oposisi”. Oposisi menurut Prof. Dr. A. Hoogerwerf disebabkan

ketidakpuasan pada kekuasaan yang terpolarisasi pada kelompok-kelompok

yang mampu menampung tuntutan-tuntutan (artikulasi kepentingan) mereka.21

Ketidakpuasan pada sistem demokrasi parlementer membuat Soekarno

mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menandai sistem Demokrasi

Terpimpin. Kekuasaan menjadi tersentralisasi pada Presiden dan secara

signifikan diimbangi kekuasaan PKI dan Angkatan Darat.22 Setelah kudeta

PKI gagal di akhir September 1965, kekuasaan bergeser kearah terbentuknya

peta baru yakni lahirnya orde baru.

19 Eep Saefulloh Fatah, Op.Cit, hal: 17 20 Ibid 21 Redi Panuju, Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2009, hal: 31

22 Eep Saefulloh Fatah, Op.Cit, hal: 19

Page 30: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxx

Pada masa orde baru, tepatnya tahun 1973, terjadi penyederhanaan

parpol, yakni dua parpol (Partai Persatuan Pembangunan dan Partai

Demokrasi Pembangunan) dan Golkar yang bisa ikut pemilu. Golkar selalu

menang mutlak pada setiap pemilu hingga pemilu 1997. Afan Gaffar, seperti

dikutip Amir Effendi Siregar, menyebut sistem kepartaian ini The Hegemonic

Party System (Sistem Kepartaian Hegemonik) dengan Golkar sebagai

pemenang hegemoni23. Sistem kepartaian hegemonik, menurut La Palombara

dan Weiner dalam tulisannya “Political Parties and Political Development”

yang dikutip Afan Gaffar, ditandai sebuah partai atau koalisi partai yang

mendominasi proses politik dalam suatu negara dalam kurun waktu lama.24

Usai reformasi, pemilu 1999 diselenggarakan dengan membuka

kesempatan pendirian partai kecil. Indonesia kembali menerapkan sistem

multipartai dikombinasikan dengan sistem pemerintah presidensial. Perbedaan

antara sistem partai Indonesia tahun 1950 dan pasca reformasi menurut

Marcus Mietzner berkaitan dengan sifat dan arah kompetisi antar-partai.

“Indonesia's party system in the immediate post-independence period was eroded by the centrifugal tendencies of the key parties, the institutional stability of current party politics is to a large extent due to the centripetal direction of inter-party competition. In other words, if in the 1950s the parties undercut the effectiveness of the party system by rushing to the margins of the politico-ideological spectrum, in the post-Suharto period they have converged inward towards the centre.”

(Sistem partai di Indonesia dalam periode pasca-kemerdekaan terkikis

oleh kecenderungan sentrifugal oleh partai utama, sementara stabilitas kelembagaan politik partai pada era ini adalah sentripetal kearah persaingan antar-partai. Dengan kata lain, jika di tahun 1950-an partai-

23 Ibid, hal: 191 24 Ibid, hal: 192

Page 31: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxxi

partai melemahkan efektivitas sistem partai, dalam periode pasca-Soeharto mereka telah berkumpul atau terpusat). 25

Dalam sistem presidensial, kedudukan presiden dan parlemen sama-

sama kuat. Kedua lembaga tersebut tidak bisa saling menjatuhkan atau

membubarkan.26 Meskipun ada perbedaan antara partai pemenang yang

berkoalisi dengan partai yang kalah–bisa disebut oposisi, namun peranan

oposisi sangat lemah dan tidak diakui dalam peraturan negara.

Indonesia pasca reformasi berusaha menjalankan demokrasi yang

seadil-adilnya. Eep Syaefullah Fatah, menyebutkan empat kriteria pokok

praktek politik demokrasi yang benar. Diantaranya adalah27:

a. Partisipasi politik yang luas dan otonom dari seluruh elemen

masyarakat, tidak ada pembatasan dan eksklusivitas dalam penentuan

sumber rekruitmen politik dan formulasi kebijakan publik.

b. Sirkulasi kepemimpinan politik secara efektif dan kompetitif, berkala,

dan melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam prosesnya.

c. Kontrol terhadap kekuasaan yang efektif, melalui kelembagaan politik

formal dari tingkat suprastruktur dan infrastruktur sehingga sikap kritis

terhadap pemerintah/oposisi adalah prasyarat yang penting.

d. Kompetisi politik yang leluasa dan sehat dalam suasana kebebasan

sehingga perbenturan kepentingan dan nilai politik dimungkinkan

25 Marcus Mietzner, “Comparing Indonesia's party systems of the 1950s and the post-Suharto era: From centrifugal to centripetal inter-party competition”, Journal of Southeast Asian Studies, 39 (3), The National University of Singapore, 2008, hal: 433

26 Maswadi Rauf,dkk, Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hal: 30

27 Selengkapnya lihat Eep Saefulloh Fatah, Op.Cit, hal: 14-15

Page 32: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxxii

terjadi asalkan tidak menghancurkan sistem politik. Amien Rais

menyebutkan ada empat macam kebebasan di alam demokrasi, yakni

kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan persuratkabaran,

kebebasan berkumpul dan kebebasan beragama28.

Sementara, Alfian dalam bukunya “Pemikiran dan Perubahan Politik

Indonesia” seperti dikutip oleh Eep Syaefullah, menjelaskan bahwa sistem

demokrasi merupakan upaya memelihara keseimbangan antara konflik dan

konsensus. Sehingga, demokrasi memberikan peluang perbedaan pendapat,

persaingan dan pertentangan diantara individu, kelompok, atau diantara

keduanya, diantara individu dengan pemerintah, dan diantara lembaga

pemerintah sendiri.29 Dalam bahasa Eep Syaefullah, harus ada pendamaian

paradoks yang inhern dalam demokrasi, yaitu antara kebebasan dan konflik di

satu sisi dengan keteraturan, stabilitas dan konsensus disisi lain.30

Kebebasan berpolitik tidak hanya berimbas pada kehidupan politik

bangsa, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kemerdekaan pers yang

sempat terbungkam selama 32 tahun. Jaminan kemerdekaan pers di Indonesia

dikukuhkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun

1999 tentang Pers pada 23 September 1999 oleh Presiden BJ Habibie.

Pertalian antara sistem pers dan kehidupan politik ini, menurut Jacoeb Oetama

dalam artikelnya “Kebebasan Pers dan Demokrasi”31, karena pers menjadi

28 Ibid, hal: 9 29 Ibid, hal: 10 30 Ibid, hal: 10-11 31Jacoeb Oetama, Pers Indonesia: Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus, Kompas, Jakarta, 2001, hal: 50-51

Page 33: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxxiii

bagian atau subsistem dari sistem politik suatu negara. Sehingga sistem pers

akan mengikuti sistem politik negara yang bersangkutan. Maka, sebagai

bagian dari infrastruktur negara, parpol memiliki keterkaitan yang sangat erat

dengan pers, terutama dalam pencitraan diri dan komunikasi politik bagi

masyarakat. Seperti yang diungkapkan Dirk Tomsa berikut ini.

“Almost equally important is how a party is actually represented in the media. Due to the media's highly influential role in shaping public opinion, no party can afford to have a hostile relationship with the media for an extended period of time. In other words, a party that consistently receives bad publicity will sooner or later run the risk of being abandoned by its supporters and eventually face disappearance into oblivion.”

(Hampir sama pentingnya adalah bagaimana partai politik diberitakan

media. Hal ini dikarenakan media sangat berpengaruh dalam membentuk opini publik, jadi sebuah partai tidak boleh bermusuhan dengan media dalam jangka waktu yang lama. Misalnya, partai tertentu yang secara konsisten menerima publikasi yang buruk dari media, cepat atau lambat akan menanggung risiko ditinggalkan oleh para pendukungnya dan akhirnya menghilang dan terlupakan).32

Partai Golkar pun sempat mengalami pemberitaan buruk berkali-kali, terutama

pada masa reformasi 1998 dan masa transisi antara tahun 1999-2004.

2. Proses Produksi Berita

Manusia tidak bisa lepas dari komunikasi. Secara umum dikenal empat

jenis komunikasi, yakni komunikasi internal, komunikasi antar personal,

komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Seiring dengan perkembangan

era informasi yang pesat, komunikasi massa menjadi salah satu solusi agar

tidak tertinggal dalam globalisasi. Komunikasi massa secara mudah

32 Dirk Tomsa, Party Politics and the Media in Indonesia: Creating a New Dual Identity for Golkar, Contemporary Southeast Asia, Singapore, 2007, Vol. 29, Iss. 1

Page 34: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxxiv

merupakan komunikasi yang dilakukan melalui media massa33. Selanjutnya

media massa lebih populer disebut dengan nama pers.

Pers, berdasar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, adalah

lembaga dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan

jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,

dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta

data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media

cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Dalam menjalankan kegiatannya, pers memiliki peranan penting dalam

kehidupan masyarakat. Bernard C Cohen, seperti yang dikutip Luwi Ishwara,

menyebutkan sedikitnya ada lima peran utama yang dimiliki pers yaitu34:

1. Pers sebagai pelapor (informer) peristiwa-peristiwa diluar

pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka

2. Pers sebagai interpreter yang memberikan penafsiran atau arti pada

sebuah peristiwa, misalnya dengan analisis atau komentar berita

3. Pers sebagai wakil dari publik (representative of the public), sehingga

reaksi pers adalah reaksi atau respon dari masyarakat umum

4. Pers sebagai anjing penjaga (watchdog) atau pengkritik pemerintah

5. Pers sebagai pembuat kebijaksanaan (advokasi) yang tampak pada

kolom editorial (tajuk rencana), artikel, dan jenis berita yang dipilih

dan cara penyajiannya.

33 Nurudin, Komunikasi Massa, Cespur, Malang, 2004, hal: 2 34 Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, Kompas, Jakarta, 2005, hal: 7-8

Page 35: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxxv

Pada dasarnya, penerbitan pers berisi tiga komponen.35 Komponen

pertama adalah penyajian berita; kedua adalah pandangan atau pendapa; dan

ketiga adalah periklanan. Sesuai dengan tujuan penerbitan pers untuk ikut

memajukan kecerdasan bangsa dan menegakkan keadilan36, komponen berita

mendapat porsi dan spot yang paling besar diantara komponen yang lain.

Kata berita berasal dari kata “Vrit” dalam Bahasa Sansekerta yang

berarti “ada” atau “terjadi”. Ada yang menyebut “Vritta” yang berarti

“kejadian” atau “yang terjadi”. Kata “Vritta” kemudian berubah menjadi

“berita” atau “warta” dalam Bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia rumusan Depdikbud Republik Indonesia, berita diartikan “laporan

mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.”37

Definisi berita sangat beragam. Menurut Charnley, berita merupakan

laporan hangat, padat, dan cermat mengenai suatu kejadian, bukan kejadian itu

sendiri.38 Sedangkan Dean M Lyce Spencer mengartikan berita sebagai suatu

kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar

dari pembaca.39 JB Wahyudi berpendapat bahwa berita adalah laporan tentang

peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi khalayak,

masih baru, dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik.40

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa berita

merupakan laporan yang ditulis sesuai fakta, menarik bagi pembaca,

35Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Remaja Rosdakarya, 2000, Bandung, hal: 45 36 Ibid. 37 Ibid, hal: 46 38Mursito BM, Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita, Studi Pemberdayaan

Komunikasi, Solo, 1999, Hal: 37 39Totok Djuroto. Op.Cit, hal: 47 40 Ibid

Page 36: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxxvi

merupakan kejadian atau peristiwa penting, tidak memihak (obyektif),

memiliki nilai kebaruan, dan disiarkan melalui media massa secara berkala.

Prinsip obyektivitas adalah hal mutlak yang harus diperhatikan dalam menulis

sebuah berita. Menurut Michael Bugeja, obyektivitas adalah melihat dunia

seperti apa adanya, bukan bagaimana yang diharapkan semestinya.41 Prinsip

ini bisa diwujudkan dengan asas keberimbangan atau cover both sides.

Setiap berita akan berusaha untuk menjawab enam unsur pertanyaan:

Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana. Keenam unsur pokok

ini lazim disebut 5 W dan 1 H, yakni What (apa yang sedang terjadi), Who

(siapa subyek pemberitaan), Where (dimana kejadiannya), When (kapan

peristiwa itu terjadi), Why (mengapa peristiwa itu dapat terjadi), dan How

(bagaimana peristiwa itu berlangsung).42

Secara umum, berita dibagi menjadi empat. Pertama, straight news

atau berita langsung (lugas). Menurut Totok Djuroto, informasi yang

dituangkan dalam berita diperoleh langsung dari sumber berita. Penulisan

berita langsung lebih mengutamakan aktualitas informasinya.43 Dalam berita

jenis ini, potongan-potongan peristiwa disusun secara piramida terbalik, yakni

potongan yang paling penting diletakkan di atas (lead berita). Semakin ke

bawah, informasi yang ditulis dalam berita semakin kurang penting.

Kedua, soft news atau berita ringan. Berita ringan tidak mengutamakan

unsur penting yang hendak diberitakan namun sesuatu yang menarik dan

menyentuh sisi emosional. Berita ringan, berdasar kejadiannya, bisa dibagi 41 Luwi Ishwara, Op.Cit, hal: 44 42 Mursito BM, Op.Cit, hal: 58 43 Totok Djuroto, Op.Cit, hal: 49

Page 37: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxxvii

menjadi dua, yaitu berita ringan yang berdiri sendiri dan berita ringan yang

berfungsi sebagai pendamping berita penting sebelumnya.

Ketiga, feature atau berita kisah. Cara penyajian feature dapat

mengabaikan pegangan utama penulisan berita 5 W + 1 H.44 Berita jenis ini

merupakan tulisan kejadian yang dapat menyentuh pembaca lewat penjelasan

rinci, lengkap, serta mendalam. Nilai utamanya adalah kemanusiaan atau

informasi yang dapat menambah pengetahuan baru. Menurut Walter Fox dan

Ken Metzler45, ada sembilan jenis feature, yakni sketsa kepribadian, profil

organisasi atau proyek, berita feature (news feature), artikel pengalaman

pribadi, feature layanan, wawancara, untaian mutiara, dan narasi.

Keempat, indepth news atau berita mendalam. Berita mendalam pada

dasarnya memiliki struktur dan cara penulisan yang sama dengan berita kisah.

Perbedaannya terletak pada unsur manusiawi pada berita kisah belum tentu

ada dalam berita mendalam. Berita jenis ini digunakan untuk menuliskan

permasalahan secara lengkap, mendalam, dan analitis. Berita mendalam ditulis

berdasarkan liputan terencana dan sering membutuhkan waktu yang lama.

Dalam pemberitaan Munas Partai Golkar di Harian Kompas,

pemberitaan lebih didominasi dengan bentuk straight news dan soft news.

Akan tetapi pada saat beberapa hari pelaksanaan Munas, Kompas

menyelipkan beberapa tulisan feature yang menggambarkan sisi lain

pelaksanaan Munas. Bahkan pada pemberitaan pada hari pertama pelaksanaan

44 Ibid, hal: 64 45 Luwi Ishwara, Op.Cit, hal: 62-65

Page 38: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxxviii

Munas, Kompas menyediakan satu halaman khusus yang berisi wawancara

eksklusif dengan masing-masing kandidat calon Ketua Umum Partai Golkar.

3. Framing Sebagai Bagian dari Paradigma Konstruktivisme

Paradigma konstruksionis pertama kali diperkenalkan oleh sosiolog

interpretatif yang banyak meneliti mengenai konstruksi sosial atas realitas,

Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Bagi Berger realitas itu tidak dibentuk

secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi

sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi.46

Sebagai hasil dari konstruksi sosial, realitas dalam berita merupakan

realitas subyektif dan realitas obyektif sekaligus. Dalam realitas subyektif,

realitas menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu

dengan obyek. Sedangkan realitas obyektif, yakni sesuatu yang dialami,

bersifat eksternal, berada diluar, misalnya rumusan, institusi, aturan, dan lain

sebagainya.47

Dalam menerapkan gagasan Berner pada berita, sebenarnya teks berita

tidak bisa disamakan dengan realitas, ia harus dilihat sebagai sebuah

konstruksi atas realitas. Karenanya, sebuah peristiwa yang sama bisa

dikonstruksi secara berbeda. Wartawan dimungkinkan mempunyai pandangan

yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa, dan pandangan tersebut dapat

dicermati melalui konstruksi peristiwa yang diwujudkan dalam teks berita.

46 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002,

hal: 15 47 Ibid, hal: 16

Page 39: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xxxix

Ada dua karakteristik dalam pendekatan konstruksionis. Pertama,

pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses

bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Kedua, pendekatan

konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis.

Pesan tidak menampilkan fakta apa adanya. Dalam menyampaikan pesan,

seseorang menyusun citra tertentu atau merangkai ucapan tertentu dalam

memberikan gambaran tentang realitas. Komunikator dengan realitas yang ada

akan menampilkan fakta tertentu kepada komunikan, memberi pemaknaan

terhadap peristiwa dalam konteks pengalaman, pengetahuannya sendiri.48

Salah satu jenis analisa yang didasarkan pada pendekatan

konstruksionis adalah analisis framing. Secara umum, framing adalah

pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi

oleh media.49 Proses framing terjadi melalui proses konstruksi terhadap

sebuah realitas atau peristiwa. Orang media kemudian memberikan

pemaknaan tertentu terhadap peristiwa tersebut. Pemaknaan ini membuat

wartawan memilih angle berita apa yang akan ia tulis dan siapa saja

narasumber yang akan dia wawancara dengan lebih mendalam.

Pada dasarnya wartawan media massa cenderung memilih seperangkat

asumsi tertentu yang berimplikasi bagi pemilihan judul berita, struktur berita,

dan keberpihakan kepada seseorang atau sekelompok orang, meskipun

keberpihakan tersebut sering bersifat subtil dan tidak sepenuhnya disadari.50

48 Ibid, hal: 40-41 49 Ibid, hal: 66 50 Dr. Deddy Mulyana, MA dalam Ibid, hal XI

Page 40: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xl

Pemahaman media mengenai makna dari realitas sosial serta bagaimana cara

media menampilkan hasil pemaknaannya ini menjadi fokus analisis framing.

Framing dapat digunakan untuk melihat siapa yang mengendalikan

siapa dalam struktur kekuasaan, pihak mana yang diuntungkan dan dirugikan,

siapa penindas dan siapa tertindas, tindakan politik mana yang konstitusional

dan yang inkonstitusional.51

Konsep framing sesungguhnya dapat dibedakan menjadi dua: frame

media (media framing) dan frame khalayak (audience framing).52 Konsep ini

berdasarkan pendapat Kinder and Sanders (1990) yang menilai bahwa frame

menunjukkan “maksud tersembunyi dalam sebuah wacana politik” yang setara

dengan konsep bingkai media, dan sebagai “struktur internal dari pikiran”

yang setara dengan bingkai individu.53

Keberadaan frame media sangat penting, karena frame media membuat

sebuah peristiwa tampak penting dan memiliki arti. Hal ini menurut Robert M.

Entman karena proses framing dapat dipandang dalam dua dimensi besar:

seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas atau isu

tersebut.54 Framing dilihat sebagai seleksi dari berbagai aspek realitas yang

diterima dan membuat peristiwa lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi.

Dalam banyak hal, itu berarti menyajikan secara khusus definisi terhadap

51 Ibid, hal: XV 52 Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta, 2007, hal: 186 53 Dietram A. Scheufele, Framing as Theory of Media Effect, Journal of Communication, Vol. 49,

Internasional Communication Assosiation, 1999, hal: 106 54 Bimo Nugroho, Eriyanto, Frans Surdiasis, Politik Media Mengemas Berita, Institut Studi Arus

Informasi, Yogyakarta, 1999, hal: 21

Page 41: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xli

masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral, dan tawaran penyelesaian

sebagaimana masalah itu digambarkan.55

Pembingkaian media dilakukan dengan memilih isu yang akan

dimunculkan di media serta mengaburkan isu yang tidak dikehendaki untuk

dimuat, kemudian menonjolkan isu yang terpilih menggunakan berbagai

strategi wacana, antara lain dengan penempatan spot berita (headline atau

penulisan judul dengan huruf besar), pengulangan berita, pencantuman foto

atau grafis yang mendukung salah satu pihak, penggunaan label yang

mendiskreditkan pihak tertentu, dan lain sebagainya.

Untuk melihat strategi media mengemas berita dibutuhkan elemen-

elemen sebagai perangkat untuk menafsirkan isi berita. Secara umum, ada tiga

kategori besar elemen framing menurut Jisuk Woo56. Pertama, level

makrostruktural yakni pembingkaian tingkat wacana. Wacana merupakan

tingkat isu paling umum yang tampak tersirat (latent). Kedua, level

mikrostruktural yakni penonjolan sisi-sisi berita sehingga mengaburkan sisi-

sisi lainnya. Level ini dapat dicermati pada pemilihan fakta, angle, serta

narasumber. Ketiga, level retoris yakni penekanan fakta yang ditonjolkan,

yaitu dengan pemilihan kata, kalimat, retorika, gambar, atau grafik.

Ada empat model framing yang dapat digunakan untuk menganalisa

frame media, antara lain model framing Murray Edelman, Robert N. Entman,

William A Gamson, serta Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki (Pan dan

Kosicki). Model framing yang memiliki dimensi yang paling lengkap adalah 55 Robert Entman, Framing: Toward Clarification of a Fractured Paradigm, Journal of

Communication, Vol. 43, No. 4, 1993, hal: 52 dalam Ibid, hal: 20 56 Eriyanto, Op.Cit, hal: 287

Page 42: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xlii

model framing Pan dan Kosicki. Menurut Pan dan Kosicki ada dua konsepsi

framing yang saling berkaitan, yakni konsepsi psikologis dan konsepsi

sosiologis57. Perangkat framing Pan dan Kosicki dibagi menjadi empat

struktur besar, yakni struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

Selain frame media, kajian framing tidak bisa dipisahkan dari frame

individu atau frame khalayak (audience frame). Frame individu menurut

Entman adalah “Sekumpulan ide yang tersimpan dalam diri individu yang

membimbing individu untuk memproses informasi”. Pan dan Kosicki

menambahkan, isu yang berkaitan dengan frame of reference individu dapat

memiliki dampak signifikan pada persepsi, pengorganisasian, dan interpretasi

terhadap informasi yang masuk dalam diri individu.58

Oleh karena itu, penelitian menggunakan pendekatan framing, menurut

Dietram Aren Scheufele, seharusnya tidak hanya berpijak pada bagaimana

media membuat bingkai keberpihakan terhadap suatu peristiwa. Akan tetapi

pendekatan framing juga dapat menentukan mana diantara media frame dan

audience frame yang akan dijadikan variabel independen dan mana yang akan

menjadi variabel dependen.

Jika media frame ditempatkan sebagai variabel independen atau

variabel bebas, maka bingkai yang dibentuk media dipercaya memiliki

pengaruh terhadap bingkai yang dibuat khalayak yang menjadi variabel

dependen. Namun jika bingkai media ditempatkan sebagai variabel dependen,

57 Konsepsi psikologis lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam

dirinya. Sedangkan konsepsi sosiologis menekankan bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Secara lengkap lihat Eriyanto, ibid, hal: 252-253

58 Dietram A. Scheufele, Op.Cit, hal: 107

Page 43: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xliii

maka bingkai media merupakan sesuatu yang muncul karena berbagai faktor

dalam internal media. Faktor-faktor tersebut bisa berupa ideologi media,

kepentingan pemilik media, ataupun individu wartawan.

Tabel 1.1

Variabel Independen dan Variabel Dependen pada Frame

Bentuk/Variabel Frame Sebagai Variabel

Independen

Frame Sebagai Variabel

Dependen

Frame Media Bagaimana bentuk frame media

yang mempengaruhi persepsi

khalayak dari sebuah wacana?

Bagaimana proses pembentukan

frame tersebut bekerja?

Faktor apa saja (dalam internal

media) yang menyebabkan

perangkat frame tertentu ada

dalam pemberitaan? Bagaimana

proses pembuatan frame dan

frame apa yang digunakan

media?

Frame Individu Apa pengaruh skema kognisi

individu pada pembingkaian?

Bagaimana individu

menggunakan skema individu

untuk memproses informasi?

Bagaimana efek realitas yang

terbentuk oleh skema individu

tersebut?

Faktor-faktor apa yang

mempengaruhi pembentukan

frame individu? Apakah frame

individu sama dengan frame

media? Bagaimana cara khalayak

dalam mengkonstruksi atau

menolak frame media?

Sumber: Olahan Peneliti59

Scheufele membuat sebuah model proses framing, yang dibagi

menjadi inputs, proses dan hasil (outcomes). Pada Gambar 1.1 dapat terlihat

bahwa hasil dari sebuah proses, menjadi input untuk proses yang lain. Secara

lebih spesifik Scheufele membagi proses itu menjadi empat yaitu : frame

59 Secara lengkap lihat penjabaran Scheufele dalam Eriyanto, Op.Cit, hal: 292-295

Page 44: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xliv

building, frame setting, individual effect of framing, dan hubungan individual

framing dengan media frames.60

Gambar 1.1 A Process Model of Framing Research

Frame Building. Pokok utama dari proses pembentukan frame adalah

bagaimana nilai-nilai struktural dan organisasional dalam sistem media, serta

karakteristik wartawan yang mana yang mempengaruhi isi berita. Ada tiga hal

yang mempengaruhi frame building, yakni: Pertama, wartawan itu sendiri.

Wartawan secara aktif mengkonstruksi frame dan membuat pemahaman

tertentu terhadap informasi. Pembentukan frame ini dipengaruhi ideologi,

aturan tingkah laku, dan norma profesional yang berlaku. Kedua, adalah frame

sebagai hasil dari acuan kerja rutin organisasi media. Ketiga, adalah faktor

eksternal dari media seperti: aktor politik, kekuasaan, atau kelompok

60 Dietram A. Scheufele, Op.Cit, hal: 115

Page 45: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xlv

kepentingan. Frame yang tercipta oleh eksternal media ini–yang kemudian

menjadi sumber berita–diadopsi oleh jurnalis ketika mengkonstruksi berita.

Frame Setting. Terminologi ini hampir sama dengan Agenda Setting

yang dikemukakan McComb dan Shaw. Agenda setting dan frame setting,

sebenarnya berdasarkan pada proses yang hampir sama. Agenda setting

memusatkan perhatian pada isu mana yang lebih penting. Frame setting

sebagai level kedua agenda setting, lebih memperhatikan pada hal-hal penting

dari sebuah isu. Frame mempengaruhi opini publik dengan menekankan nilai-

nilai yang spesifik, fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan lain,

menjelaskan keterkaitan yang lebih jelas dengan isu.

Individual level effect of framing. Merupakan proses penghubung

antara audience framing dan hal-hal yang ada dalam individu, seperti

kebiasaan, ideology, tanggung jawab dan sebagainya. Kebanyakan penelitian

menguji hasil pada individu dari framing media memiliki hubungan langsung,

yang diantaranya dijembatani audience frame.

Journalis as Audience. Jurnalis juga merupakan audience. Ia memiliki

serangkaian nilai, ideologi, norma-norma tingkah laku, dan sebagainya.

Seperti khalayak biasa, hal itu mempengaruhi dalam menjelaskan sebuah

peristiwa atau isu. Ia juga mudah terpengaruh frame dari media itu sendiri.

Dari model tersebut dapat dilihat bahwa antara media frames dan

audience frames pada dasarnya merupakan proses yang saling berhubungan.

Audience frame dipengaruhi oleh media frames dan begitu pula sebaliknya

media frames sangat tergantung pada bagaimana individu melihat sebuah isu.

Page 46: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xlvi

Keduanya berinteraksi dalam sistem yang lebih besar, yang dipengaruhi oleh

ideologi, nilai-nilai, norma yang berlaku dan sebagainya

Perlu ditekankan disini, bahwa penelitian ini memusatkan perhatian

pada audience frames, dengan tidak mengaburkan media frames. Dalam

pemberitaan suatu peristiwa atau realitas sosial yang baru, seperti pelaksanaan

Munas Golkar ke VIII, media tentu memiliki sudut pandang yang berbeda-

beda. Frame yang dibentuk oleh media justru menegaskan bahwa media–

dengan segala faktor yang melatarbelakanginya–berada pada posisi tertentu

terhadap isu tersebut. Sedang pembaca, dengan latar belakang individualnya

membuat sebuah frame tertentu atas sebuah isu, yang sedikit banyak juga

mendapat pengaruh dari media frame tersebut.

4. Pembentukan Konstruksi Realitas oleh Berita dan Media

Media massa dalam komunikasi massa berperan menjadi komunikator

atau penyampai pesan kepada khalayak sebagai komunikan. Komunikator

dalam komunikasi massa sifatnya melembaga bukan orang per orang,

misalnya seorang wartawan saja. Wartawan adalah salah satu bagian dari

lembaga. Artinya, berbagai sikap dan perilaku wartawan sudah diatur dan

harus tunduk pada sistem yang sudah diciptakan dalam saluran komunikasi

massa tersebut.61

Media bukan saluran bebas, ia menjadi subjek yang mengonstruksi

realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Tony Bennet

61 Nurudin, Komunikasi Massa, Cespur, Malang, hal: 17-18

Page 47: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xlvii

menyatakan media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang

mendefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya.62 Jelasnya, ada

berbagai kepentingan yang bermain di media massa, seperi kepentingan

ideologi antara masyarakat dan negara, kepentingan kapitalisme pemilik

modal, kepentingan keberlangsungan (suistainabilitas) lapangan kerja bagi

karyawan, dan sebagainya.63

Maka, isi media menurut Brian McNair dapat lebih ditentukan oleh64:

1. Kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik (the political approach)

2. Pengelola media sebagai pihak yang aktif dalam proses produksi berita

(organizational approach)

3. Gabungan berbagai faktor, baik internal media ataupun eksternal

media (cultural approach)

Menurut Stuart Hall, media massa pada dasarnya tidak memroduksi,

melainkan menentukan realitas melalui pemilihan kata-kata. Makna tidak

secara sederhana dapat dianggap sebagai reproduksi dalam bahasa, tetapi

sebuah pertentangan sosial, perjuangan dalam memenangkan wacana.65

Dalam proses konstruksi sosial terhadap sebuah wacana, pengalaman

dan kecenderungan individu−dalam hal ini adalah wartawan−mengendap,

mengkristal, dan membentuk pemahaman yang memberikan kemampuan

62 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002, hal: 23

63 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, Rosdakarya, Bandung, 2001, hal: 30 64 Rachmat Kriyantono S.Sos M.Si, Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal: 279

65 Op.Cit, hal: 40

Page 48: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xlviii

individu untuk memetakan, menerima, mengidentifikasi, dan memberikan

label pada peristiwa atau informasi yang dihadapi.66

Media massa adalah tempat bertemunya pihak-pihak yang memiliki

latar belakang, sudut pandang, dan kepentingan yang heterogen. Setiap pihak

akan mengeluarkan pendapat dan pandangan mereka terhadap suatu wacana

sesuai dengan kepentingan dirinya dan kelompoknya. Dalam konteks inilah

mereka menggunakan bahasa simbolik atau retorika dengan konotasi tertentu

yang bermuara pada membenarkan tindakan sendiri dan memburukkan pihak

lain.67 Jadi, sebetulnya media punya potensi untuk menjadi peredam atau

bahkan pendorong konflik. Media bisa memperjelas sekaligus mempertajam

konflik atau sebaliknya, mengaburkan dan mengeliminirnya.68

Kedudukan media dan berita, jika dilihat dari paradigma

konstruksionis adalah sebagai berikut69 :

a. Fakta/ peristiwa adalah hasil konstruksi.

Realitas hadir karena dihadirkan oleh konsep subyektif wartawan,

tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan, tidak

ada yang bersifat obyektif. Realitas tergantung pada konsep

pemahaman wartawan pada saat melihat sebuah realitas atau peristiwa.

b. Media adalah agen konstruksi pesan.

Media bukan hanya saluran pesan yang bebas, ia secara aktif

menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak. Caranya dengan

66 Bimo Nugroho, Eriyanto, Frans Surdiasis, Politik Media Mengemas Berita, Institut Studi Arus Informasi, Yogyakarta, 1999,hal: 23

67 Ibid, hal: 26 68 Drs. Alex Sobur, M.Si, Op.Cit, hal: 171 69 Eriyanto, Op.Cit, hal: 19-36

Page 49: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xlix

memilih, mana realitas yang akan diambil dan mana realitas yang akan

disembunyikan atau dibuang, siapa yang akan dijadikan narasumber

berita, dan mendefinisikan aktor atau peristiwa.

c. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanyalah konstruksi atas realitas.

Berita bisa diibaratkan sebagai sebuah sandiwara. Artinya, berita

bukan merupakan realitas yang sebenarnya, akan tetapi merupakan

gambaran pertarungan antar pihak yang memiliki kepentingan dalam

sebuah isu. Oleh karena itu, terkadang muncul pihak yang dipandang

sebagai “pahlawan” atau pihak yang benar dan ada pula pihak yang

berperan sebagai “musuh” atau pihak yang jahat.

d. Berita bersifat subyektif

Opini dalam penulisan berita tidak dapat dihilangkan karena ketika

meliput wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan

subyektif. Oleh karena itu, sering kali terjadi perbedaan antara fakta

dengan penulisan berita oleh wartawan, dan hal ini tidak bisa

dipersalahkan karena memang demikianlah penafsiran wartawan

tersebut terhadap peristiwa.

e. Wartawan adalah agen konstruksi realitas

Wartawan adalah partisipan yang menjembatani keragaman

subyektifitas pelaku sosial. Dalam penulisan berita, wartawan ikut

mendefinisikan apa yang terjadi berdasar pemahaman individualnya

terhadap realitas. Ketika seorang wartawan menulis berita, maka

sebetulnya dia membuat dan membentuk dunia, membentuk realitas.

Page 50: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

l

f. Nilai, etika dan pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah

bagian yang integral dalam produksi berita.

Wartawan tidak saja menulis sesuai fakta atau realitas secara apa

adanya, tetapi ia akan melandaskan kepentingan moral dan nilai-nilai

kepercayaan tertentu yang ia yakini untuk mengkonstruksi berita.

Pengonstruksian realitas oleh media, menurut Ibnu Hamad, biasanya

dilakukan dengan tiga tindakan. Pertama, dalam hal pilihan kata (simbol

politik) serta pemilihan direct quotation (kutipan langsung). Kedua,

melakukan pembingkaian (framing) peristiwa politik, minimal karena

keterbatasan kolom dan halaman surat kabar. Dan yang terakhir, menyediakan

ruang dan waktu untuk sebuah peristiwa politik tertentu, atau sering dimaknai

dengan agenda setting media.70

Pembentukan berita oleh awak media juga tidak serta merta tampak

secara jelas. Organisasi media masih memiliki tanggung jawab terhadap

prinsip “obyektivitas” dari sebuah pemberitaan. Oleh karena itu, Dan Nimmo

menjelaskan bahwa media memiliki strategi untuk menggambarkan sebuah

fakta dengan tanpa mengesampingkan pedoman obyektivitas. Ada lima

strategi yang disebutkan Nimmo.71

Pertama, penyajian kemungkinan yang bertentangan. Maksudnya,

media massa akan menyajikan pertentangan atau mengkonfrontir pihak-pihak

yang saling bertolak belakang. Hal ini dilakukan apabila media massa tidak

70 Secara lengkap lihat Drs. Alex Sobur, M.Si, Op.Cit, hal: 166-167 71 Secara lengkap lihat Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media,

Rosdakarya, Bandung, 1999, hal: 224-225

Page 51: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

li

mendapatkan bukti atau menyingkap “fakta” yang sesungguhnya. Kedua,

menggunakan penyajian bukti yang mendukung. Artinya, media massa bisa

menyebut seseorang sebagai “pakar” dengan juga menampilkan bukti bahwa

orang tersebut “ahli” dalam hal tertentu.

Ketiga, menggunakan tanda kutip, yakni media massa dapat

menggunakan tanda kutip terhadap sebuah kalimat atau kata yang dirasa

sensitif atau memojokkan salah satu pihak. Keempat, penyusunan cerita

dengan urutan yang tepat, biasanya dengan model piramida terbalik. Model

piramida terbalik adalah menempatkan hal-hal yang paling penting dalam

sebuah berita (5W+1H) pada bagian awal berita dan bahan yang

kepentingannya berkurang ditempatkan setiap paragraf berikutnya. Kelima,

pelabelan analisis berita. Berita yang mengandung unsur “komentar” atau

“analisis” diberi label khusus agar tidak terkesan memihak, namun merupakan

kesadaran bahwa berita tersebut memang merupakan opini media.

5. Audience sebagai Khalayak Aktif

Khalayak penonton atau pembaca (audience) dalam komunikasi massa

disebut dengan komunikan atau penerima pesan. Herbert Blumer

menyebutkan setidaknya ada lima karakteristik audience, yakni72:

a. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong berbagi

pengalaman dan dipengaruhi hubungan sosial. Pemilihan produk

media merupakan seleksi dari kesadaran mereka

72 Nurudin, Komunikasi Massa, Cespur, Malang, 2004, hal: 97-98

Page 52: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lii

b. Audience cenderung luas, mencakup wilayah jangkauan sasaran media

massa yang bersangkutan

c. Audience cenderung heterogen, mereka berasal dari berbagai lapisan

dan kategori sosial

d. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain

(meliputi semua audience, bukan kasus orang per orang)

e. Audience secara fisik dipisahkan oleh komunikator, artinya antar

individu dipisahkan oleh ruang dan waktu

Khalayak, menurut F Faser Bond, harus dibedakan berdasar tujuan

psikologisnya dalam penggunaan media massa. Ia menggolongkan khalayak

menjadi tiga bagian, yakni khalayak intelek, khalayak praktisi, dan khalayak

non-intelek. Khalayak intelek adalah golongan masyarakat kritis yang reaktif

terhadap terpaan informasi dari media. Khalayak praktisi adalah golongan

pekerja yang tidak terlalu tertarik dengan berita “serius” serta lebih fokus pada

pemenuhan kebutuhan karier dan keluarga. Sementara khalayak non-intelek

adalah golongan yang menyukai isu-isu sensasional seperti gosip.73

Dalam penggunaan media massa, audience tidak bisa mengelak dari

efek yang ditimbulkan oleh media massa. Terlebih lagi, media massa selalu

membuat penonjolan (salience) terhadap sebuah berita. Penonjolan ini,

menurut Alex Sobur memang dimaksudkan sebagai strategi wacana yang

menyuguhkan kepada publik tentang pandangan tertentu agar pandangannya

73 Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005, hal: 212-

213

Page 53: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

liii

diterima. Suatu peningkatan dalam penonjolan juga akan mempertinggi

probabilitas penerima lebih memahami informasi, melihat makna lebih tajam,

lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan.74

Maka menurut Steven M Chaffee, ada tiga pendekatan untuk

mengetahui efek media massa. Pendekatan pertama, yakni efek yang berkaitan

dengan pesan atau media itu sendiri, terdiri dari lima jenis efek yaitu efek

ekonomi, sosial, penjadwalan kegiatan sehari-hari, hilangnya perasaan tidak

nyaman, dan menumbuhkan perasaan tertentu. Pendekatan kedua, yakni

melihat jenis perubahan pada diri khalayak yang berupa perubahan sikap

(kognitif), perasaan (afektif), dan peilaku (behavioral). Efek kognitif adalah

akibat yang sifatnya informatif bagi dirinya; Efek afektif yaitu khalayak turut

merasa iba, terharu, sedih, dan sisi emosional lainnya; Sedang efek behavioral

yakni akibat dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Sementara

pendekatan ketiga, yakni observasi terhadap khalayak (individu, kelompok,

organisasi, masyarakat, atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa.75

Dalam melihat efek media massa terhadap masing-masing individu,

Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach membaginya dalam dua dimensi:

interaksi audience dan bagaimana tindakan audience terhadap isi media. Ada

tiga teori yang menjelaskan kedua hal tersebut.76 Pertama, Individual

Differences Perspective atau perspektif perbedaan individu. Artinya, pengaruh

media berbeda pada masing-masing individu, tergantung pada kondisi

74 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, Rosdakarya, Bandung, 2001, hal: 164 75 Selengkapnya lihat Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si,

Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, cetakan ketiga, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007, hal: 49-56

76 Selengkapnya lihat Nurudin, Op.Cit, hal: 98-100

Page 54: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

liv

psikologis dan pengalaman masa lalunya. Perbedaan pengaruh ini juga akan

membuat respon yang berbeda dari masing-masing individu.

Kedua, Social Categories Perspective atau perspektif kategori sosial.

Dalam masyarakat, terdapat perkumpulan sosial yang bisa membuat

audience−yang berada pada kelompok sosial tertentu−memiliki

kecenderungan dan reaksi yang sama terhadap pengaruh media. Hal ini karena

kelompok sosial memiliki norma sosial, nilai, dan sikap tertentu yang diyakini

bersama oleh anggota kelompok tersebut. Ketiga, Social Relationship

Perspective atau perspektif hubungan sosial. Artinya, antar individu saling

memengaruhi satu sama lain terhadap pengaruh media massa. Hubungan

sosial secara informal antar manusia memiliki pengaruh yang kuat terhadap

pembentukan pandangan dan sikap individu.

Dari teori tersebut dapat dipahami bahwa efek media massa dapat

dilihat dari dua faktor utama, yakni77:

1. Faktor individu.

Faktor individu lebih banyak dikarenakan faktor psikologis seseorang,

yakni selective attention (kecenderungan menerima pesan dari media

yang sesuai minat dan pendapat), selective perception (kecenderungan

mencari media yang mendorong kecenderungan dirinya), selective

retention (kecenderungan mengingat pesan yang sesuai dengan

kebutuhan dirinya), motivasi dan pengetahuan, kepercayaan, pendapat,

nilai dan kebutuhan, pembujukan, kepribadian dan penyesuaian diri.

77 Ibid, hal: 215-223

Page 55: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lv

2. Faktor Sosial

Faktor sosial artinya hubungan individu dengan individu lain

mempunyai peran kuat dalam proses efek media massa. Faktor tersebut

antara lain umur dan jenis kelamin, pendidikan dan latihan, pekerjaan

dan pendapatan, agama, serta kondisi demografis (tempat tinggal).

Efek media massa sebenarnya tidak hanya karena faktor dalam diri dan

lingkungan audience. Akan tetapi, media massa memiliki peran dalam

pembentukan efek. Hal ini disebabkan karena media massa dibutuhkan

khalayak untuk mendapatkan informasi mengenai realitas sosial dan politik

yang terjadi di sekitar mereka. Karena itu, bagaimana media membingkai

realitas tertentu berpengaruh pada bagaimana individu menafsirkan peristiwa

tersebut. Dengan kata lain, frame yang disajikan media ketika memaknai

realitas mempengaruhi bagaimana khalayak menafsiran peristiwa.78

Dalam sebuah penelitian, June Woong Rhee menyatakan khalayak

sebenarnya mempunyai persepsi yang terbatas. Pengetahuan memang didapat

dari lingkungan sosial, pergaulan, dan pengalaman pribadi. Tetapi untuk

realitas sosial atau politik, apa yang terjadi diluar, sebagian terbesar bersumber

dari apa yang disajikan media.79 Pernyataan ini bukan menunjukkan bahwa

khalayak adalah pihak yang pasif. Justru khalayak secara aktif menafsirkan

realitas politik berdasar frame media dan pemahaman individualnya.

78 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002,

hal: 149 79 Ibid, hal: 150

Page 56: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lvi

Demikian pula dengan audience Harian Kompas yang membaca

pemberitaan Munas Golkar ke VIII. Pada dasarnya, mereka tidak mengetahui

secara langsung kejadian atau peristiwa pelaksanaan munas yang diadakan di

Pekanbaru, Riau. Audience mendapatkan informasi pelaksanaan munas

melalui pemberitaan di Harian Kompas. Kemudian, secara aktif audience

menafsirkan pemberitaan tersebut berdasar faktor-faktor yang telah disebutkan

di atas. Tafsiran audience ini bisa sama dengan frame yang dibuat media, akan

tetapi bisa juga berbeda meskipun tetap ada benang merah penghubungnya.

F. Metodologi Penelitian

1. Tipe dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Deskriptif

kualitatif semata-mata mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang membedakan

atau karakteristik sekelompok manusia, benda, atau peristiwa.80 Penelitian

deskriptif hanya memaparkan dan memberi gambaran atas suatu peristiwa

atau kajian semata.

Jalaluddin Rakhmat menjelaskan, ada empat tujuan menggunakan

penelitian deskriptif, yakni:81

a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan

gejala yang ada

b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-

praktek yang berlaku 80 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, Refika Aditama, Bandung, 2009, hal: 27 81 Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Metode Penelitian Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 1991,

hal: 25

Page 57: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lvii

c. Membuat perbandingan atau evaluasi

d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk

menerapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang

Sedang penelitian kualitatif, menurut John W Creswell, adalah suatu

proses penyelidikan berdasarkan tradisi penyelidikan yang jelas untuk

memahami permasalahan sosial. Penelitian ini membentuk gambaran holistik,

menuliskan analisa, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan

disusun dalam sebuah latar ilmiah82.

Penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk memberikan penjelasan

(explanation), mengontrol gejala komunikasi, mengemukakan prediksi, atau

untuk menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksudkan untuk mengemukakan

gambaran dan atau pemahaman mengenai bagaimana dan mengapa suatu

gejala atau realitas komunikasi terjadi.83 Penelitian menggunakan metode

kualitatif menekankan pada pendekatan induktif atau khusus ke umum.

Penelitian ini menggunakan pisau analisis framing yang merupakan

bentuk pendekatan analisis isi kualitatif. Penelitian menggunakan analisis

framing berkenaan dengan penyajian pesan oleh (atau melalui) media massa di

satu sisi (media frame) dan penerimaan pesan oleh individu khalayak disisi

lain (audience frame)84. Dalam penelitian ini, Harian Kompas (media frame)

82 John W Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions,

SAGE Publications, California, 1998, hal: 15 83 Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta, 2007, hal: 35 84 Ibid, hal: 185-186

Page 58: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lviii

ditempatkan sebagai variabel independen, sedangkan khalayak pembaca

(audience frame) ditempatkan sebagai variabel dependen.

Variabel independen merupakan variabel sebab atau sesuatu yang

mengkondisikan terjadinya perubahan dalam variabel lain. Sedangkan variabel

dependen adalah variabel yang merespons perubahan dalam variabel

independen.85 Menempatkan Kompas sebagai variabel independen berarti

meyakini bahwa pemberitaan dan bingkai yang dibentuk Kompas memiliki

pengaruh terhadap pembentukan bingkai khalayak pembacanya.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah berita yang dimuat

Harian Kompas tentang Munas Partai Golkar ke VIII pada periode bulan

Oktober 2009 sebanyak 10 berita. Alasan pemilihan periode waktu bulan

Oktober 2009 disebabkan karena Munas Partai Golkar VIII dilaksanakan pada

tanggal 5-8 Oktober dan Kompas secara berkesinambungan memberikan

sajian berita tentang perkembangan munas setiap harinya.

Sedangkan alasan pemilihan media Kompas karena Harian Kompas

secara kontinyu memberikan porsi pemberitaan dan pembahasan yang cukup

besar terhadap isu politik ini. Bahkan pada saat pelaksanaan munas, Kompas

memberikan halaman khusus. Kompas juga dikenal memiliki ideologi

moderat–hampir mirip dengan ideologi Partai Golkar–serta menjadi referensi

surat kabar nomor satu di Indonesia.

85 Ulber Silalahi, Op.Cit, hal: 133

Page 59: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lix

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua cara, yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan teks berita Harian Kompas yang dipilih

peneliti sesuai dengan tema yang telah ditetapkan. Selain itu, data

primer juga diperoleh dengan cara wawancara mendalam (depth

interview) dengan pihak Kompas yang berhubungan langsung dengan

berita pelaksanaan Munas Partai Golkar ke VIII serta pembaca

Kompas (audience). Dalam depth interview atau wawancara

mendalam, pewawancara relatif tidak memiliki kontrol atas respon

informan, artinya informan bebas memberikan jawaban86.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan pengumpulan data yang diperoleh dengan

mengutip sumber lain untuk melengkapi sumber primer. Sedangkan

data sekunder dapat berupa artikel-artikel atau pemberitaan di

berbagai media massa ataupun buku-buku referensi dan sebagainya.

4. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik cuplikan yang bersifat selektif

dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang

digunakan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan menggunakan teknik

purposive sampling. Pusposive sampling atau pemilihan sampel bertujuan

86 Rachmat Kriyantono S.Sos M.Si, Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

2006, hal: 98

Page 60: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lx

merupakan pemilihan siapa subyek yang ada dalam posisi terbaik untuk

memberikan informasi yang dibutuhkan87.

Berita yang diteliti berjumlah 10 berita dari total 22 berita mengenai

Munas Partai Golkar ke VIII yang dimuat pada bulan Oktober 2009. Peneliti

menentukan tema utama dari ke-22 berita tersebut kemudian

mengkategorikannya dalam lima sub tema. Setelah itu, tanpa bermaksud untuk

membuat generalisasi, peneliti memilih 10 berita yang paling menonjol frame

beritanya serta paling banyak dibaca oleh responden penelitian ini, untuk

dianalisis lebih lanjut berdasarkan sub tema yang telah ditentukan.

Pihak Kompas yang dipilih adalah wartawan politik dan hukum Harian

Kompas yang meliput secara langsung pelaksanaan munas dan beritanya

paling banyak dimuat, yakni Sutta Dharmasaputra dan Suhartono. Sedangkan

khalayak pembaca yang dipilih adalah kategori khalayak intelek yang pernah

membaca Harian Kompas dalam pemberitaan Munas Partai Golkar VIII.

Peneliti memilih pembaca Kompas yang memiliki pemahaman yang baik

mengenai isu tersebut. Hal ini dimaksudkan agar hasil wawancara sesuai

kebutuhan penelitian. Responden penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut.

87 Ulber Silalahi, Op.Cit hal: 272

Page 61: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxi

Tabel 1.2

Daftar Responden Penelitian

No Nama Lengkap Usia Pekerjaan 1 Eko Setyawan 22 Mahasiswa 2 Ansyor 21 Mahasiswa 3 Kisbandi Virdha Kurniawan 24 Mahasiswa 4 Ertika Nanda 22 Mahasiswa 5 Rorie Asya’ari 22 Pembawa Berita/Mhswa 6 Haris Firdaus 23 Fresh graduate 7 Paramita Sari 22 Guru Jurnalistik/Mhswa 8 Joni Rusdiana 26 Mahasiswa S2

5. Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif digunakan bila data-data yang terkumpul dalam

riset adalah data kualitatif, dan riset kualitatif adalah riset yang menggunakan

cara berpikir induktif yakni cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang

khusus (fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep).88 Pada

dasarnya, analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif dikembangkan

dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of) terhadap data,

menafsirkan (interpreting) atau mentransformasikan (transforming) data ke

dalam bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang

bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah yang akhirnya sampai pada

kesimpulan.89

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data interaktif model Miles

dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

88 Op.Cit, hal: 192 89 Pawito, Ph.D, Op.cit, hal: 101

Page 62: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxii

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.90 Komponen analisa

data model interaktif ini ada tiga, yakni: data reduction (reduksi data), data

display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (pengujian

kesimpulan).

Gambar 1.2 Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman91

1. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya.92 Menurut Pawito, ada tiga tahap dalam reduksi data.93

Pertama, langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas

data. Kedua, menyusun kode-kode dan catatan mengenai berbagai

aktivitas dan proses sehingga dapat ditemukan tema, kelompok dan

pola data. Ketiga, menyusun rancangan konsep-konsep serta

penjelasan berkenaan dengan tema, kelompok, dan pola data.

90 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung,

2008, hal: 246 91 Ibid, hal: 247 92 Ibid 93 Pawito, Ph.D, Op.Cit, hal: 104-105

Data display

Conclusion drawing/verifying

Data Collection

Data reduction

Page 63: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxiii

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan semua berita

politik di Harian Kompas periode bulan Oktober 2009, kemudian

memilih berita yang berhubungan dengan Munas Partai Golkar.

Setelah berita terkumpul, peneliti meringkas tema dan frame berita

secara umum dari masing-masing berita kemudian membaginya dalam

sub-sub tema. Setelah sub tema terbentuk, peneliti membuat interview

guide sebagai panduan wawancara pihak media dan responden.

Untuk pihak media dan responden berita, setelah peneliti

melakukan wawancara dan melakukan rekap hasilnya, peneliti

mengelompokkan jawaban responden ke dalam poin-poin sub tema

yang telah ditentukan. Peneliti juga memberikan kode pada jawaban

atau respon yang hampir sama dari masing-masing responden.

2. Data display (penyajian data)

Penyajian data melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan

data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok)

data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar

dilibatkan dalam satu kesatuan.94 Penyajian data ini dapat berupa tabel,

grafik, pictogram, diagram, matrik, dan sebagainya disertai dengan

narasi teks. Setelah data direduksi, peneliti menggabungkan frame

berita dengan hasil wawancara dengan pihak media dan serta

wawancara dengan responden (audience) melalui narasi teks. Analisa

94 Ibid, hal: 106

Page 64: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxiv

dibuat terpisah antara pihak media dan responden, sehingga

membentuk hasil frame masing-masing.

3. Conclusion drawing/verification (pengujian kesimpulan)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.95

Pengujian kesimpulan dilakukan dengan mengimplementasikan prinsip

induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau

kecenderungan dari display data yang telah dibuat.96 Setelah masing-

masing analisis dijabarkan dalam penyajian data, selanjutnya peneliti

menggabungkan kedua analisis (antara analisis frame media dan frame

audience), melihat persamaan, dan perbedaan keduanya. Setelah

kesimpulan didapatkan, peneliti menguji kesimpulan ini dengan

rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian.

Untuk mencari frame media, peneliti menggunakan pendekatan model

Pan dan Kosicki. Ada empat perangkat framing pada model Pan dan Kosicki

yaitu sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Kecenderungan dan kecondongan

wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat

struktur tersebut.

95 Prof. Dr. Sugiyono, Op.Cit, hal: 253 96 Pawito, Ph.D, Op.Cit

Page 65: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxv

Untuk lebih jelasnya mengenai model framing dari Zhongdan Pan dan

Gerald M. Kosicki dapat dilihat dari tabel berikut:97

Tabel 1.3 Kerangka Framing Pan dan Kosicki

Struktur Perangkat Framing Unit Yang Diamati

Sintaksi Cara wartawan menusun fakta

1. skema berita Headline Lead Latar informasi Kutipan Sumber Pernyataan Penutup

Skrip Cara wartawan mengisahkan fakta

2. Kelengkapan berita What (Apa) Who (Siapa) Where (Dimana) When (Kapan) Why (Kenapa) How (Bagaimana)

Tematik Cara wartawan menulis fakta

3. Detail 4. Koherensi 5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti

Detail paragraf, proposisi, dan kalimat Maksud dan hubungan antar kalimat Nominalisasi antar kalimat Koherensi Bentuk kalimat Kata ganti

Retoris Cara wartawan menekankanfakta

7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora

Leksikon/ pilihan kata Idiom Metafor Gambar/ foto/ grafis Pengandaian

97 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002,

hal: 256

Page 66: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxvi

Sintaksis, adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam

wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita:

headline, lead, latar informasi, sumber, penutup dalam satu kesatuan teks

berita secara keseluruhan. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah

struktur piramida terbalik yang dimulai dengan judul headline, lead, episode,

latar dan penutup. Dalam bentuk piramida terbalik, bagian atas lebih penting

dibandingkan dengan bagian bawahnya. Headline merupakan berita yang

dijadikan topik utama media, sedang Lead (teras berita) merupakan paragraf

pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih

tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi peneliti terhadap peristiwa.

Skrip, dalam struktur ini dilihat bagaimana strategi bercerita atau

bertutur yang dipakai oleh wartawan dalam mengemas berita. Bentuk umum

dari struktur skrip adalah pola 5 W + 1 H – What (Apa), Who (Siapa), Where

(Dimana), When (Kapan), Why (Kenapa), How (Bagaimana). Meskipun pola

ini tidak selalu ada dalam setiap berita, kategori informasi ini yang diharapkan

diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat

menjadi penanda framing. Skrip memberi tekanan mana yang didahulukan,

dan mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan

informasi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan

di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol.

Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian

hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip dan pernyataan yang

diungkapkan, itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi

Page 67: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxvii

hipotesis yang dibuat. Tema yang dihadirkan atau dinyatakan secara tidak

langsung atau kutipan sumber dihadirkan untuk mendukung hipotesis.

Pengujian hipotesis ini digunakan untuk menyebut struktur tematik dari berita.

Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis, kalimat

yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks

berita. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini.

a. Detail, berhubungan dengan kontrol informasi oleh komunikator,

komunikator ingin menonjolkan atau mengurangi informasi tertentu

yang menguntungkan.

b. Koherensi, yaitu pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau

kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta

yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi.

Bentuk kalimat, yaitu bagaimana wartawan memilih bentuk kalimat

yang digunakan, apakah kalimat aktif, pasif, kalimat majemuk, dsb.

c. Kata ganti, dapat digunakan untuk memanipulasi bahasa dengan

menciptakan imajinasi.

Retoris. Struktur retoris dari wacara berita menggambarkan pilihan

gaya atau kata wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan.

Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra,

meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran

yang diinginkan dari berita. Struktur retoris dari wacara berita menunjukkan

kecenderungan bahwa yang disampaikan tersebut adalah sebuah kebenaran.

Page 68: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxviii

Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan.

Yang paling penting adalah leksikon, pemilihan dan pemakaian kata-kata

tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Selain lewat kata,

penekanan pesan dapat berita juga dapat dilakukan dengan unsur grafis. Grafis

biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan

lain. Bagian-bagian yang menonjol ini menekankan kepada khalayak

pentingnya bagian tersebut.

Penelitian ini menggunakan orientasi media frame sebagai variabel

independen dan audience frame sebagai variabel dependen, maka penelitian

ini meletakkan fokus penelitian pada unsur berikut:

a. Media frame sebagai variabel independen

· Bagaimana bentuk frame media yang mempengaruhi persepsi

khalayak dari sebuah wacana?

· Bagaimana proses pembentukan frame tersebut bekerja?

b. Audience frame sebagai variabel dependen

· Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pembentukan frame individu?

· Apakah frame individu sama dengan frame media?

· Bagaimana cara individu dalam mengkonstruksi atau menolak frame

media?

Page 69: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxix

6. Validitas Data

Validitas data dalam penelitian kualitatif lebih menunjuk pada tingkat

sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau

gejala yang diteliti. Sedang reliabilitas berkenaan dengan tingkat konsistensi

hasil dari cara pengumpulan data.98 Salah satu caranya adalah dengan proses

triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding

terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Triangulasi Data; yakni upaya untuk mengakses sumber-sumber yang

lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan

yang sama.99 Triangulasi data yang dipakai dalam penelitian ini antara

lain teks berita Munas Partai Golkar ke VIII yang telah dikonversikan

dalam bentuk narasi, transkip depth interview dengan pihak Harian

Kompas, serta transkip depth interview dengan pembaca Kompas

b. Triangulasi Teori; yakni penggunaan perspektif teori yang bervariasi

dalam menginterpretasi data yang sama.100 Pada penelitian ini,

berbagai teori telah dijelaskan pada telaah pustaka untuk dipergunakan

dalam menganalisis penelitian. Teori yang dipakai antara lain teori

tentang partai politik, teori tentang media massa, teori tentang efek

media massa terhadap audience, serta teori mengenai analisa framing

sebagai bagian dari paradigma konstruktivisme.

98 Pawito, Ph.D, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta, 2007, hal: 97 99 Ibid, hal: 99 100 Ibid, hal: 100

Page 70: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxx

7. Kerangka Penelitian

Untuk mempermudah proses penelitian ini, diperlukan kerangka

pikiran yang menjadi rambu atau batasan penelitian berdasarkan pada teori-

teori yang telah disampaikan pada bahasan sebelumnya. Kerangka pikir

mempermudah peneliti untuk melihat sudut-sudut pembahasan yang berkaitan

dengan penelitian ini.

Gambar 1.3 Kerangka Berpikir101

101 Olahan Peneliti

Ideologi, nilai, kepercayaan

personal

Faktor lain: penggunaan media lain, intensitas,

aktivitas, dll

Munas Golkar ke VIII

Liputan Wartawan Kompas

Teks Berita

Penyajian untuk khalayak

(surat kabar)

Audience frame tentang Partai Golkar

Ideologi, visi misi media

massa

Media frame

Nilai dan Kepercayaan personal

Page 71: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxi

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

A. Partai Golongan Karya (Golkar)

1. Sejarah dan Perkembangan Partai Golkar

Partai Golkar didirikan pada 20 Oktober 1964 oleh golongan militer, yakni

Angkatan Darat Republik Indonesia untuk menandingi pengaruh Partai Komunis

Indonesia (PKI) yang sangat kuat. Ketika awal berdiri, organisasi ini bernama

Sekretariat Bersama Golongan Karya atau disingkat dengan nama Sekber Golkar.

Sekber Golkar beranggotakan 61 organisasi fungsional yang tidak berada pada

pengaruh politik tertentu, dan terus mengalami peningkatan anggota hingga 291

organisasi. Sekber Golkar pertama kali dipimpin oleh Brigadir Jenderal (Brigjen)

Djuhartono, yang kemudian digantikan oleh Mayor Jenderal (Mayjen) Suprapto

Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I, Desember 1965.

Organisasi-organisasi yang bernaung dibawah Sekber Golkar kemudian

dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk

Organisasi (KINO) yang diputuskan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)

I pada Desember 1965 dan Rakornas II pada Nopember 1967, yakni:

1. KINO Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)

2. KINO Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)

3. KINO Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)

4. KINO Organisasi Profesi

5. KINO Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)

Page 72: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxii

6. KINO Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)

7. KINO Gerakan Pembangunan

Pada 4 februari 1970 Sekber Golkar memutuskan untuk menjadi salah satu

organisasi peserta Pemilu 1971 dengan mengganti namanya menjadi Golongan

Karya (Golkar). Perubahan nama ini diputuskan secara formal pada Musyawarah

Sekber Golkar pada 17 Juli 1971 dan dikukuhkan kembali pada Musyawarah

Nasional (Munas) I di Surabaya, 4-10 September 1973. Pada saat itu, Golkar telah

menggunakan lambang pohon beringin sebagai logo organisasinya. Logo yang

menjadi tanda gambar Golkar tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang.

Pada Pemilu 1971 Golkar berhasil menjadi kuda hitam dengan

memenangkan Pemilu dengan jumlah 34.348.673 suara atau 62,79 % dari total

perolehan suara. Golkar berhasil mengungguli partai-partai besar seperti

Nahdhatul Ulama (NU), Partai Nasional Indonesia (PNI), Parmusi dan Murba.

NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai Katholik di

Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di Sumatera Barat dan Aceh,

sedangkan Murba tidak memperoleh suara signifikan sehingga tidak memperoleh

kursi DPR.102 Selanjutnya dari Pemilu ke Pemilu sejak tahun 1971, 1977, 1982,

1987, 1992, dan 1997 GOLKAR terus menerus berhasil mengemban kepercayaan

rakyat dengan memperoleh kemenangan sebagai mayoritas tunggal.103

Kemenangan Golkar dalam pemilu secara kontinyu ini dimungkinkan

salah satunya karena adanya peraturan monoloyalitas PNS pada masa

102 http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Golongan_Karya akses tanggal 16 Nopember 2009 pukul

16.15 103 www.golkar.or.id akses tanggal 28 Oktober 2009 pukul 19.04

Page 73: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxiii

pemerintahan orde baru milik Mayjen Jendral Soeharto. Peraturan Monoloyalitas

merupakan kebijakan pemerintah yang mewajibkan Pegawai Negeri Sipil (PNS)

untuk menyalurkan aspirasi politiknya kepada Golkar104. Peraturan monoloyalitas

PNS diatur dalam Undang-Undang (UU) No.6 Tahun 1970 pada 11 Februari

1970. Kebijakan ini disusul dengan diberlakukannya UU No.3 Tahun 1975

tentang masa mengambang (floating mass) yang membatasi gerak partai politik

non-Golkar hanya sampai kecamatan, sementara Golkar lepas dari aturan ini.105

Golkar pada masa orde baru dikendalikan oleh posisi Dewan Pembina

yang diketuai oleh mantan Presiden Soeharto. Ketua Dewan Pembina Golkar

adalah sebuah jabatan yang semenjak Munas II Golkar 1978 di Denpasar Bali

diberikan kedudukan dan otoritas tertinggi dalam organisasi Golkar.106 Dewan

Pembina berwewenang untuk mengatur dan memutuskan kebijakan strategis

Golkar, terutama dengan tiga jalur pengaturan informalnya, yakni jalur A, jalur B,

dan jalur G. Jalur A adalah jalur lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan

birokrasi dan jalur G untuk Golkar.

Secara lebih khusus dalam hubungannya dengan Dewan Pimpinan Pusat

Partai Golkar, ada empat wewenang yang dimiliki oleh Dewan Pembina, yaitu:

a. Wewenang membatalkan kebijaksanaan atau keputusan DPP bilamana dinilai menyimpang dari ketentuan-ketentuan organisasi

b. Wewenang membekukan sementara kepengurusan DPP bilamana mendesak dan mengancam kelangsungan hidup organisasi

c. Wewenang mengundang Munas Luar Biasa d. Wewenang menyusun komposisi personalia Dewan Pertimbangan dan

Dewan Penasihat107

104 Op.Cit 105 Eep Saefulloh Fatah, Pengkhianatan Demokrasi ala Orde Baru: Masalah dan Masa Depan

Demokrasi Terpimpin Konstitusional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal: 195 106 Ibid, hal: 47 107 Zulfikar Ghazali, “Golkar dalam Politik Indonesia” dalam Ibid, hal: 200

Page 74: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxiv

Pasca pemilu 1997–dimana Golkar menang mutlak dengan jumlah suara

74,5% suara–terjadi pergolakan besar dari mahasiswa terhadap rezim Soeharto

yang berkuasa selama lebih dari 30 tahun. Puncaknya pada Mei 1998 terjadi

kerusuhan besar dan Soeharto harus rela turun dari jabatan Presiden untuk yang

ketujuh kalinya. Jabatan Presiden kemudian diserahkan kepada wakil presiden

ketika itu, yakni BJ Habibie.

Tuntutan refomasi utamanya adalah menurunkan Soeharto dari jabatan

presiden seumur hidup dan menjatuhkan semua sistem orde baru yang merugikan

rakyat. Reformasi juga menuntut adanya pembaharuan undang-undang di bidang

politik yang dimasa orde baru hanya menguntungkan Golkar. Akhirnya,

ditetapkankanlah undang-undang baru tentang Partai Politik, Pemilihan Umum,

dan Susunan dan Kedudukan ke MPR, DPR, dan DPRD.

Meskipun ada desakan yang luar biasa untuk membubarkan Golkar,

namun Golkar tetap mampu bertahan dan menegaskan adanya PARADIGMA

BARU Partai Golkar pada Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub), 9-11

Juli 1998. Partai Golkar dalam paradigma baru, atau diringkas sebagai Golkar

Baru memiliki semboyan: GOLKAR BARU, BERSATU UNTUK MAJU.

Untuk menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

baru, maka Golkar mendeklarasikan perubahan nama partainya menjadi Partai

Golkar pada 7 Maret 1999. Perubahan nama ini dimaksudkan untuk melakukan

reformasi terhadap tubuh Golkar dan menempatkan diri sebagai partai politik

yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan partai politik lain.

Page 75: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxv

Pada Pemilu 1999, perolehan suara Partai Golkar mengalami penurunan

menjadi peringkat kedua setelah PDI Perjuangan dengan jumlah 23.741.758 suara

atau 22,44%. Hal ini telah diprediksi sebelumnya karena masyarakat sudah

antipati dengan keberadaan Partai Golkar. Namun pada Pemilu 2004 Partai

Golkar kembali menjadi partai pemenang pemilu dengan meraih 24.480.757 suara

atau 21,58%, mengungguli Partai Demokrat, PDIP, PKB, PKS dan PAN.

Kemenangan ini merupakan prestasi tersendiri bagi Partai Golkar pada

masa transisi. Akbar Tandjung yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar pada

periode 1999-2004 dinilai sangat berjasa mengembalikan kepercayaan masyarakat

terhadap Partai Golkar. Akan tetapi, meski memenangkan pemilu, jumlah suara

Partai Golkar sebenarnya terus mengalami penurunan prosentase. Penurunan

jumlah suara Partai Golkar yang paling memrihatinkan terjadi pada Pemilu

Legislatif 2009 dengan hanya mengantongi suara 14,45%.

Saat ini, Partai Golkar dipimpin oleh Ketua Umum Aburizal Bakrie (2009-

2015) yang terpilih secara aklamasi pada Munas Partai Golkar ke-VIII di

Pekanbaru, Riau, 5-9 Oktober 2009. Aburizal Bakrie menang dari calon lain

seperti Surya Paloh, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) dan Yuddy

Chrisnandy. Sebelumnya jabatan ini dipegang oleh Muhammad Jusuf Kalla (JK)

yang juga menjadi Wakil Presiden pada masa jabatan 2004-2009.

2. Tujuan, Visi, Misi dan Platform Partai Golkar108

Tujuan Partai Golkar yaitu: Mempertahankan, mengamankan dan

108 Merupakan pedoman Partai Golkar Periode Kepengurusan 2004-2009. Semua data disarikan

dari www.golkar.or.id akses tanggal 28 Oktober 2009 pukul 19.04

Page 76: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxvi

mengamalkan Pancasila dan UUD 1945; Mewujudkan cita-cita bangsa sebagai

mana di maksud dalam UUD 1945; Menciptakan masyarakat adil dan makmur

merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia; serta Mewujudkan Kedaulatan Rakyat

dalam rangka mengembangkan kehidupan Demokrasi Pancasila yang menjunjung

tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan, hukum dan hak asasi manusia.

Misi Partai Golkar antara lain: Mempertegas komitmen untuk menyerap,

memadukan, mengartikulasikan, dan memperjuangkan aspirasi serta kepentingan

rakyat–khususnya kelompok masyarakat yang berada pada posisi marginal yang

selama ini kurang mendapat perhatian dan kerap menjadi korban pembangunan–

sehingga menjadi kebijakaan politik yang bersifat publik; Melakukan rekruitmen

kader yang berkualitas melalui sistem prestasi dan mendapat dukungan rakyat

untuk duduk dalam jabatan politik di lembaga permusyawaratan/perwakilan dan

permerintahan. Jabatan politik tersebut diabdikan sepenuhnya untuk kepentingan

dan kesejahteraan rakyat; serta Meningkatkan proses pendidikan dan komunikasi

politik yang dialogos dan partisipatif, yaitu membuka diri terhadap berbagai

pikiran, aspirasi dan kritik dari masyarakat.

Visi Partai Golkar, yakni:

1. Partai Golkar adalah Partai Terbuka ( Inklusif) bagi segenap golongan dan

lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang agama, suku,

bahasa, dan status sosial ekonomi.

2. Partai Golkar adalah Partai Mandiri yang merupakan organisasi kekuatan

sosial politik yang yang mampu mengambil setiap keputusan politik dan

Page 77: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxvii

kebijakan organisasi tanpa campur tangan atau intervensi dari siapapun

dan pihak manapun.

3. Partai Golkar adalah Partai Demokratis. Sebagai partai yang demokratis

Partai Golkar senantiasa baik secara internal maupun secara eksternal

betul-betul menjadi pelopor tegaknya kehidupan politik yang demokratis

dan terbuka.

4. Partai Golkar adalah Partai Moderat. Sebagai partai yang Moderat Partai

Golkar senantiasa mengutamakan posisi tengah (moderat) dan tidak

berorientasi ke kiri atau ke kanan secara ekstrem.

5. Partai Golkar adalah Partai yang Solid. Sebagai partai yang solid Golkar

secara utuh dan kukuh senantiasa berupaya mendayagunakan segenap

potensi yang dimilikinya secara sinergis.

6. Partai Golkar adalah Partai yang Mengakar. Sebagai partai yang mengakar

Partai Golkar senantiasa mengupayakan agar para anggota dan kadernya

tumbuh dan berkembang dari bawah berdasarkan azas prestasi, bukan

berdasarkan atas kolusi dan nepotisme.

7. Partai Golkar adalah Partai yang responsif. Sebagai partai yang responsif

Partai Golkar senantiasa peka dan tanggap terhadap aspirasi dan

kepentingan rakyat, serta konsisten untuk memperjuangkan menjadi

keputusan politik yang bersifat publik dan menguntungkan seluruh rakyat

tanpa membedakan latar belakang suku, etnis, agam , bahasa, aliran dan

kebudayaan.

Page 78: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxviii

Platform Partai Golkar , antara lain:

1. Partai Golkar berpijak pada landasan tegaknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Partai Golkar baru

menolak gagasan negara federal dan setuju dilakukannya pengurangan

terhadap kecenderungan sentralisme dalam pengelolaan negara dengan

memberikan otonomi yang luas kepada daerah.

2. Partai Golkar berwawasan kebangsaan. Dengan wawasan ini, maka semua

potensi bangsa mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang secara

optimal, sehingga kelompok minoritas sekalipun akan merasa seperti

berada di rmahnya sendiri.

3. Partai Golkar adalah partai majemuk (pluralis). Partai Golkar tidak

sependapat dengan pembelahan masyarakat (social fragmentation)

berdasarkan sifat primordial dan sektarian. Partai Golkar mengembangkan

perspektif fungsi sehingga pendekatan yang dilakukan adalah berorientasi

pada program (program oriented) bukan berorientasi ideologi (ideology

oriented).

4. Partai Golkar adalah partai yang komitmen pada demokrasi. Demokrasi

yang hendak dibangun adalah Demokrasi Indonesia, yaitu demokrasi yang

dilandaskan pada prinsip dan nilai Pancasila.

5. Partai Golkar adalah partai yang berjuang untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat sebagai upaya mewujudkan salah satu tujuan

nasional.

Page 79: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxix

6. Partai Golkar adalah partai yang komitmen pada penegakan hukum,

keadilan dan hak-hak asasi manusia.

7. Partai Golkar adalah partai yang senantiasa mendasarkan gerak

langkahnya pada nilai-nilai etika dan moralitas berdasarkan ajaran agama.

8. Partai Golkar adalah Partai yang dalam setiap gerak langkahnya senantiasa

berpijak pada wawasan pembaharuan dan pembangunan yang telah

menjadi sikap dasar Partai Golkar sejak kelahirannya, bahkan menjadi

salah satu butir dari nilai-nilai dasar Partai Golkar seperti tercantum dalam

Ikrar Panca Bhakti Golongan Karya.

3. Paradigma Lama dan Paradigma Baru

Paradigma baru diusulkan oleh Akbar Tandjung dalam Munaslub Golkar

1998 untuk menggeser paradigma lama yang telah melekat dalam tubuh Partai

Golkar. Inti dari paradigma baru adalah mengharapkan Golkar dibangun dengan

nilai-nilai baru selaras dengan tuntutan reformasi, dan menjadikan dirinya sebagai

partai politik yang terbuka (inklusif), mandiri (independen), demokratis, moderat,

solid, mengakar dan responsif dengan melaksanakan fungsi-fungsi partai politik

secara konsisten109.

Secara umum, perbedaan paradigma lama dan paradigma baru adalah

sebagai berikut.

109 Akbar Tandjung, The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007, hal: 98

Page 80: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxx

Tabel 2.1 Paradigma Lama dan Baru Partai Golkar

Paradigma Lama Paradigma Baru Keterangan

Dewan Pembina memiliki

kewenangan mutlak

Institusi Dewan Pembina

dihapuskan

Dewan Pembina diganti

menjadi Dewan Penasehat

yang hanya memberi saran

Pengambilan keputusan

bersifat top-down dengan

melibatkan jalur ABG

Pengambilan keputusan

bersifat bottom-up. Jalur

ABG dihapuskan

DPD I dan DPD II diberi

hak penuh pada

pengambilan keputusan

strategis dan Munas

Pola rekruitmen pengurus

dipengaruhi kedekatan

politis dan nepotisme

Sistem kaderisasi merit

system (dedikasi, prestasi,

loyalitas, dan kecakapan)

Pemilihan pimpinan

berdasarkan suara dari DPD

Golkar tidak otonom,

terutama dari militer dan

birokrasi

Golkar bersifat independen

dan mandiri

Dukungan rakyat adalah

sumber utama kekuatan

Golkar

Pola kepemimpinan

sentralistik. Ketua Umum

seperti pelaksana keputusan

Ketua Dewan Pembina

Kepempinan bersifat

kolegial

Ketua Umum sangat

menentukan namun tetap

beradasar mekanisme yang

demokratis

Sumber: disarikan dari Akbar Tandjung, 2007.

4. Susunan Kepengurusan

Struktur Organisasi Partai Golkar terdiri dari tingkat Pusat, tingkat

Provinsi, tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Kecamatan, dan Tingkat

Desa/Kelurahan atau sebutan lainnya yang masing-masing berturut-turut dipimpin

oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah Provinsi (DPD

tingkat I), Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota (DPD tingkat II), Pimpinan

Kecamatan dan Pimpinan Desa/Kelurahan atau sebutan lain.

Page 81: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxxi

Berdasarkan hasil Munas Partai Golkar ke VIII, 5-8 Oktober 2009,

komposisi dan personalia DPP Partai Golkar 2009-2015 adalah sebagai berikut.

Ketua Dewan Pertimbangan : Akbar Tandjung

Ketua Umum : Aburizal Bakrie

Wakil Ketua Umum : HR Agung Laksono,

Theo L Sambuaga

Ketua Bidang Kaderisasi : Hafiz Zawawi

Ketua Bidang Organisasi dan Daerah : Mahyudin

Ketua Bidang Hub Eksekutif dan Yudikatif : HM Rusli Zainal

Ketua Bidang Hubungan Legislatif : Priyo Budi Santoso

Ketua Bidang Informasi dan Penggalangan Opini : Fuad Mansyur

Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Sumatera : Andi Achmad Dara

Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Jawa & Bali : Sharif Cicip Sutarjo

Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Maluku Papua : Freddy Latumahina

Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Kalimantan : Ahmadi Nur Supit

Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Sulawesi : Fachri Andi Laluasa

Ketua Bidang Perempuan : Ratu Atut Chosyiah

Ketua Bidang Pemuda : Yorris Raweyay

Ketua Bidang Pekerja, Tani dan Nelayan : Yamin Tawari

Ketua Bidang Usaha dan Koperasi : Firman Subagyo

Ketua Bidang Keagamaan dan Kebudayaan : Hajriyanto Thohari

Ketua Bidang Kemahasiswaan dan LSM : Fadel Muhammad

Ketua Bidang Kerja Sama Internasional : Iris Indira Murti

Ketua Bidang Pemikiran dan Kajian Kebijakan : Rizal Mallarangeng

Ketua Bidang Pendidikan : Indra B. Utoyo

Ketua Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup : Ade Komaruddin

Ketua Bidang Bidang Penanganan Kerawanan Sosial : Pontjo Sutowo

Ketua Bidang Hukum dan HAM : Muladi

Ketua Bidang Umum : Rully Chairul Azwar

Ketua Bidang Khusus : Nurdin Halid

Page 82: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxxii

Sekjen : Idrus Marham

Wasekjen : Harry Azhar Azis, Musfihin Dahlan, Muhidin, Ahmad

Dolly Kurnia, Titiek Soeharto, Mujib Rohmat, Nurul

Arifin, Ricky Rachmadi, Happy Bone Zulkarnain,

Hasanuddin Mochdar, I Made Sumarjaya Linggih,

Immanuel Blegur, Oktaviano dan Leo Nababan.

Bendara Umum : Setya Novanto

Wakil Bendahara : Airlangga Hartarto,: Erwin Aksa, Hariara Tambunan,

Agus G Kartasasmita, Azis Syamsuddin, Bobby

Suhardiman, Melchias Mekeng, Tri Hanurita

Sudwikatmono, Mustoko Weni, Bambang Atmanto

Wiyogo, Watty Amir, Hamzah Sangaji dan Rahman Akil.

5. Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar ke-VIII

Pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar telah diatur

dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Pada Periode

kepengurusan 2004-2009 Munas diatur pada AD Bab XIV tentang Musyawarah

dan Rapat-rapat Pasal 30 Ayat 2, yakni:

a. Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertinggi Partai yang diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun.

b. Musyawarah Nasional berwenang: i. Menetapkan dan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga Partai. ii. Menetapkan Program Umum Partai.

iii. Menilai Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Pusat. iv. Memilih dan menetapkan Ketua Umum. v. Menetapkan Dewan Pimpinan Pusat.

vi. Menetapkan Ketua Dewan Penasehat. vii. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya.

Selain itu Munas juga diatur dalam ART Bab XI tentang Musyawarah dan

rapat-Rapat Pasal 25, yakni:

Page 83: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxxiii

1) Musyawarah Nasional dihadiri oleh : a. Peserta. b. Peninjau. c. Undangan.

2) Peserta terdiri atas : a. Dewan Pimpinan Pusat. b. Unsur Dewan Pimpinan Daerah Provinsi. c. Unsur Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota. d. Unsur Pimpinan Pusat Organisasi Sayap. e. Unsur Pimpinan Pusat Ormas Pendiri. f. Unsur Pimpinan Pusat Ormas Yang Didirikan.

3) Peninjau tediri atas : a. Dewan Penasehat Pusat. b. Unsur Pimpinan Pusat Ormas yang menyalurkan aspirasi politiknya

kepada Partai Golkar. c. Unsur Badan, Lembaga dan Pokja Dewan Pimpinan Pusat.

4) Undangan terdiri atas: a. Perwakilan Institusi. b. Perorangan.

5) Jumlah Peserta, Peninjau dan Undangan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.

6) Pimpinan Musyawarah Nasional dipilih dari dan oleh Peserta. 7) Sebelum Pimpinan Musyawarah Nasional terpilih, Pimpinan Sementara

adalah Dewan Pimpinan Pusat Partai. Munas Partai Golkar ke VIII berdasar AD dan ART partai seharusnya

dilaksanakan pada bulan Desember 2009. Akan tetapi berdasar keputusan Rapat

Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar pada bulan Agustus, munas

diajukan menjadi bulan Oktober. Pemilihan bulan Oktober, menurut JK, adalah

untuk mengembalikan tradisi pelaksanaan munas pada bulan Oktober mendekati

Hari Ulang Tahun (HUT) Golkar pada tanggal 20 Oktober. Selain itu, bulan

Oktober dipandang sebagai waktu yang strategis karena pada bulan tersebut

terdapat dua agenda penting negara, yakni penentuan ketua MPR dan DPR serta

pemilihan kabinet pemerintahan SBY.

Munas Partai Golkar ke VIII ini dilaksanakan di Ballroom Hotel Labersa,

Pekanbaru, Riau. Salah satu agenda penting dalam Munas ke VIII adalah

Page 84: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxxiv

pemilihan Ketua Umum Partai Golkar pengganti JK. Ada empat calon yang

berhasil lolos verifikasi. Keempatnya berdasar abjad, yakni Aburizal Bakrie,

Hutomo Mandala Putra, Surya Paloh, dan Yuddy Chrisnandi.

Aburizal Bakrie, lahir di Jakarta, 15 November 1946. Pengalamannya

antara lain Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar (2004-2009), Menteri

Koordinator (Menko) Perekonomian (2004-2005), Menko Kesejahteraan Rakyat

(2005-2009), pemilik Bakrie Group of Companies, Ketua Umum Kepala Dinas

(Kadin) Indonesia (1994-1999, 1999-2004).

Hutomo Mandala Putra atau lebih akrab dengan nama Tommy Soeharto,

lahir di Jakarta 15 Juli 1962. Pengalamannya antara lain Anggota Dewan

Pertimbangan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Golkar (1992-1997, 1997), Pendiri PT

Humpuss (1984), Ketua Dewan Pertimbangan Pemuda Panca Marga (PPM).

Surya Paloh, lahir di Banda Aceh 16 Juli 1951. Pengalamannya antara lain

sebagai Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar (2004-2009), Anggota Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) (1977-1982, 1982-1987), Pemilik Media Group

(Metro TV dan Media Indonesia), Ketua Umum Forum Komunikasi Putra/I

Purnawirawan Indonesia (F-KPPI), 1979.

Yuddy Chrisnandi, lahir di Bandung 29 Mei 1968. Pengalamannya antara

lain Ketua Departemen Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi DPP Golkar

(2004-2009), Anggota DPR dari Partai Golkar (2004-2009), Dosen Program

Pascasarjana Studi Ilmu Politik Universitas Indonesia, Staf Khusus Wakil

Presiden Bidang Politik dan Keamanan (Polkam) (2001-2003).

Page 85: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxxv

Munas Partai Golkar VIII akhirnya menetapkan Aburizal Bakrie sebagai

Ketua Umum pada periode 2009-2015. Partai Golkar dibawah kepemimpinan

Aburizal Bakrie akan melaksanakan empat program yang akan dijalankan secara

kontinyu pada periode 2009-2015. Empat program tersebut disampaikan Aburizal

Bakrie dalam pidato politiknya pada penutupan Munas VIII110.

Pertama, melakukan konsolidasi yang bersifat vertikal dan horizontal.

Kader serta pengurus di pusat dan daerah harus menyatu. Seluruh kader partai

harus disiplin untuk mengikuti garis partai dengan menghormati kesepakatan

internal partai. Kedua, melakukan kaderisasi. Kader terbaik Golkar masih banyak

di seluruh Indonesia. Untuk merebut kejayaan Partai Golkar, maka kader inilah

yang menjadi andalan partai. Selain kader yang sudah ada, harus dicetak kader

baru. Untuk itu perlu dijalankan kaderisasi. Ketiga, melakukan kreativitas dan

ketajaman ide serta gagasan. Golkar harus menjadi partai yang hidup dan dinamis.

Untuk menghadapi isu strategis dan persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia,

harus diciptakan solusi yang kreatif melalui ide-ide yang cemerlang. Keempat,

memenangi pemilu 2014, pemilihan presiden 2014 dan pemilihan kepala daerah

yang terlaksana hampir setiap tahun.

B. Harian Kompas

1. Sejarah Harian Kompas111

Kompas terbit sebagai buah pertarungan politik antara kekuatan organisasi

110 Lihat http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/aburizal-bakrie/biografi/06.shtml, akses

tanggal 16 Nopember 2009 pukul 16.33 111 Disarikan dari Redaksi Kompas Biro Jawa Tengah, Company Profile Harian Umum Kompas,

2005, tidak diterbitkan

Page 86: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxxvi

politik berbasis ideologi komunis melawan kelompok yang tidak berpijak pada

ideologi tersebut, termasuk Partai Katolik. Salah satu upaya Partai Katolik saat itu

adalah menerbitkan surat kabar yang mampu menyuarakan kepentingan partai dan

dapat meng-counter wacana ideologi komunis yang dilakukan oleh surat kabar

underbow Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ide awal penerbitan harian ini sebenarnya justru datang dari Jenderal

Ahmad Yani, yang mengutarakan keinginannya kepada Frans Seda untuk

menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans

kemudian mengemukakan keinginan itu kepada Auwjong Peng Koen (P.K.

Ojong) (1920-1980) dan Jakob Oetama112. Saat itu Jacoeb Oetama adalah

wartawan mingguan Penabur milik gereja Katolik dan P.K. Ojong adalah

pemimpin redaksi mingguan Star Weekly.

Terbitan surat kabar tersebut awalnya diberi nama Bentara Rakyat sesuai

dengan badan usaha yang membawahinya, yakni Yayasan Bentara Rakyat.

Yayasan ini terdiri dari perwakilan elemen hierarkis dari Majelis Agung Wali

Gereja Indonesia (MAWI) Partai Katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik

Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik dan Wanita Katolik. Pemilihan

nama Bentara Rakyat sengaja untuk menandingi keberadaan surat kabar PKI yaitu

Harian Rakyat yang merupakan harian terbesar di tahun 1960-an. Dengan

kemiripan identitas ini, diharapkan akan mampu memasuki segmen pasar Harian

Rakyat.

Rencana penerbitan surat kabar Bentara Rakyat diajukan kepada Presiden

112 http://digilib.petra.ac.id, akses tanggal 31 Oktober 2009 pukul 12.23

Page 87: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxxvii

RI pada saat itu, Soekarno. Kemudian Soekarno mengganti namanya dengan

Kompas, alasan penggunaan nama ini karena Kompas hendak digunakan sebagai

media pencari fakta dari segala penjuru. Meskipun sudah mengantongi ijin,

Kompas tidak segera terbit karena Panglima Militer Jakarta saat itu, Letnan

Kolonel Dachja, menyaratkan Kompas memperoleh 5000 tanda tangan

pelanggannya. Kemudian, tokoh-tokoh Katolik pergi ke Pulau Flores yang

mayoritas penduduknya beragama Katolik untuk mengumpulkan tanda tangan

anggota partai, guru, dan anggota koperasi kopra di Kabupaten Ende Lio,

Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur.

Akhirnya, sejak 2 Juni 1965, harian Kompas secara resmi menjadi salah

satu surat kabar yang terbit secara teratur. Kemudian tepat 28 Juni 1965, Kompas

terbit dengan motto "Amanat Hati Nurani Rakyat". Dalam operasionalisasinya,

Kompas diawaki oleh P.K. Ojong sebagai pemimpin umum dan Jacoeb Oetama

sebagai pemimpin redaksi ditambah beberapa redaksi dan wartawan dari majalah

Intisari.

Format harian Kompas pertama kali masih sangat sederhana hanya dengan

empat halaman. Berita utama pada saat itu berjudul "KAA II Ditunda Empat

Bulan", sementara kata perkenalan Pojok Kompas di kanan bawah berbunyi,

"Mari ikat hati, mulai hari ini dengan Mang Usil". Pada halaman pertama pojok

kiri atas tertulis nama staf redaksi. Edisi pertama Kompas memuat 11 berita luar

negeri dan 7 berita dalam negeri di halaman pertaman. Istilah tajuk rencana belum

ada, tetapi di halaman 2 ada 'Lahirnya Kompas' sebagai tajuk harian ini. Di

halaman 3 berisi antara lain 3 artikel yaitu berita luar negeri, ulasan mengenai

Page 88: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxxviii

penyakit ayan dengan Dr Kompas. Halaman 4 berisi antara lain berita dan artikel

yakni 2 berita luar negeri dan satu dalam negeri. Di halaman ini juga tercatat ada 2

berita olahraga satu diantaranya tentang tim PSSI ke Pyongyang.

Berselang tiga bulan terbit, Kompas dilarang terbit beserta surat kabar lain,

sehari setelah peristiwa 30 September 1965. Hanya harian "Angkatan

Bersendjata", "Berita Yudha", kantor berita "Antara", dan "Pemberitaan Angkatan

Bersendjata" yang diizinkan terbit oleh Pelaksana Penguasa Perang Daerah

(Pepelrada). Kompas diizinkan terbit kembali pada 6 Oktober 1965.

Peluang Kompas untuk berkembang semakin terbuka setelah terjadi

pembersihan besar-besaran terhadap PKI dan simpatisannya yang terjadi sejak

akhir 1965. Pada periode pers zaman demokrasi terpimpin diberlakukan Peraturan

Presiden No. 6 Tahun 1964 yang menetapkan setiap surat kabar berafiliasi dengan

salah satu partai politik. Kompas sendiri berafiliasi dengan Partai Katolik.

Seiring berjalannya waktu, karena alasan visi harian Kompas yang

terbuka, maka Kompas melepaskan diri dari Partai Katolik (kemudian muncul

dasar humanisme transendental Kompas). Perkembangan selanjutnya adalah

Kompas berhasil memiliki mesin cetak sendiri sejak 25 November 1972. Pada

tahun yang sama Kompas membentuk PT Transito Asri Media, anak perusahaan

yang mendistribusikan buku-buku import dan lokal pada jaringan toko buku yang

dimilikinya sendiri. Pada tahun 1973 Kompas mendirikan percetakan Gramedia

dan menerbitkan majalah anak-anak Bobo.

Ketika peristiwa Malari tahun 1974, terjadi pembredelan pada beberapa

pers yang dinilai konfrontatif terhadap pemerintah. Pada peristiwa tersebut, harian

Page 89: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

lxxxix

Kompas terhindar dari pembredelan massal tersebut karena Kompas memiliki

sikap moderat. Namun pada tahun 1978, Kompas tidak dapat menghindarkan diri

dari pembredelan karena berita seputar penolakan berbagai pihak terhadap

pencalonan kembali Soeharto sebagai presiden periode 1978-1983. Selain

Kompas, enam surat kabar lain juga mengalami nasib serupa, diantaranya Sinar

Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesia Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore113.

Setelah kasus pembredelan tersebut, Kompas berkembang menjadi koran

dengan gaya bahasa halus, melakukan kritik secara implisit atau secara tidak

langsung. Akibat dari gaya baru tersebut, sejumlah kalangan menjuluki harian

Kompas sebagai koran moderat. Hal tersebut justru menjadi keunggulan Kompas

dibanding harian-harian lain. Ben Anderson kemudian juga menjuluki Kompas

sebagai 'New Order Newspaper Par Excellence' karena meskipun dalam

pengawasan yang ketat, Kompas tetap mampu bertahan dan sekaligus juga

menyampaikan kritik terhadap pemerintah meskipun dengan gaya halus.

2. Visi dan Misi Harian Kompas

Visi surat kabar merupakan ujung pangkal dalam menentukan kebijakan

editorial dalam menentukan peristiwa yang dianggap penting oleh surat kabar

tersebut. Dan yang lebih penting lagi visi merupakan nilai dasar yang dihayati

bersama oleh para wartawan yang bekerja pada suatu surat kabar.

Visi Harian Kompas adalah “Menjadi institusi yang memberikan

pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan 113 Data dari Cornelis Lay, Involusi Politik: Esai-esai Indonesia, Program Pasca Sarjana Politik

Loka dan Otonomi Daerah dan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2006, hal: 154

Page 90: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xc

bermartabat, serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan.” (Redaksi

Kompas Jawa Tengah. 2005).

Visi Kompas adalah manusia dan kemanusiaan. Oleh karena itu manusia

dan kemanusiaan senantiasa diusahakan menjadi nafas pemberitaan dan

komentarnya. Hal ini mendorong Kompas selalu berusaha peka terhadap nasib

manusia dan berkeyakinan114. Sejak lepasnya Harian Kompas dari Partai Katolik

pada tahun 1973, Kompas tidak terikat pada kepentingan kelompok manapun.

Oleh sebab itu dalam pemberitaannya, Kompas bertindak untuk kepentingan

bangsa dan masyarakat secara mandiri tanpa dipengaruhi oleh kelompok-

kelompok tertentu.115

Misi Harian Kompas adalah: “Mengantisipasi dan merespon dinamika

masyarakat secara professional, sekaligus memberi arah perubahan dengan

menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya.” (Redaksi

Kompas Jawa Tengah. 2005).

Misi yang diemban Harian Kompas adalah mengasah nurani dan membuat

cerdas. Artinya pemberitaan Kompas selalu mementingkan dimensi kemanusiaan,

hak asasi manusia, keadilan, kesetaraan, anti diskriminasi dan perlawanan

terhadap penindasan.116

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Harian Kompas sebagai organisasi pers memiliki struktur organisasi untuk

114 Gigih Mardana, “Analisis Framing Komunikasi Politik Elite NU di Harian Kompas dan Republika

Periode November-Desember 2004”) (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2005) Skripsi di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik hal: 73

115 Ibid, hal: 74 116 Ibid, hal: 75

Page 91: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xci

memudahkan komando pelaksanaan kerja dan pembagian tugas. Kemampuan

manajerial di bidang masing-masing dituntut untuk bekerja secara efektif dan

efisien dengan harapan fungsi dan perannya dapat berjalan secara optimal.

Susunan Organisasi Perusahaan Harian Kompas (sampai Oktober 2009), yakni:

Pemimpin Umum : Jacob Oetama

Wakil Pemimpin Umum : Agung Adiprasetyo, St. Sularto

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Rikard Bagun

Wakil Pemimpin Redaksi : Trias Kuncahyono, Taufik Mihardja

Redaktur Senior : Ninok Leksono

Redaktur Pelaksana : Budiman Tanuredjo

Wakil Redaktur Pelaksana : Andi Suruji, James Luhulima

Sekretaris Redaksi : Retno Bintarti, M. Nasir

4. Kebijakan Keredaksian117

Kebijakan keredaksian merupakan pedoman dalam menentukan kejadian

yang patut diangkat oleh surat kabar untuk menjadi bahan berita. Kebijakan

redaksi Kompas harus sesuai dengan visi misi yang menjunjung nilai demokrasi

dan kemanusiaan. Ungkapan jurnalistik yang digunakan Kompas adalah "liput

dua belah pihak, dengar pihak lain jangan-jangan masih ada kemungkinan lain".

Dengan ungkapan tersebut, pemberitaan yang dimuat tetap menjunjung

demokrasi, kemanusiaan, dan asas praduga tak bersalah. Kompas tidak membuat

kebijakan persentase volume atau isi yang akan dimuat baik politik, ekonomi dan

117 Redaksi Kompas Biro Jawa Tengah, Op.Cit

Page 92: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xcii

berita lainnya. Jadi, yang aktual dan bermanfaat bagi pembacanya itulah yang

dimuat.

Secara kongkret, kebijakan keredaksian Kompas dijabarkan sebagai

berikut :

1) Kompas merupakan media yang tidak berpihak pada suatu golongan,

partai, maupun agama tertentu.

2) Tidak membenarkan mengkritik seseorang mengenai hal-hal yang bersifat

pribadi.

3) Tidak membenarkan bagi wartawannya untuk mencari keuntungan pribadi.

4) Menggunakan sistem check dan recheck dalam berita.

5) Tidak memihak salah satu golongan, kelompok, ataupun pihak-pihak

tertentu dalam menangani kasus-kasus pemberitaan.

6) Menghargai hal-hal yang bersifat off-the record.

7) Menghormati hak jawab dalam bentuk berita maupun surat pembaca.

8) Kompas tidak akan memuat hal-hal yang berbau SARA.

5. Rubrikasi

Rubrikasi Harian Kompas jika dilihat berdasar pembagian halamannya

dapat dilihat dalam berikut.

Tabel 2.2 Rubrikasi Harian Umum Kompas

Hal Edisi Reguler Hal Edisi Minggu

1 Topik Utama Umum 1-2 Topik Utama Umum

2-3,5 Politik dan Hukum 3 Nusantara

Page 93: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xciii

4 Halaman Khusus Munas

Golkar

4 Metropolitan

6-7 Opini: Artikel, Tajuk Rencana,

Surat Pembaca, Susunan

Redaksi

56 Internasional

8-9 Internasional 6-10 Olahraga

12 Pendidikan dan Kebudayaan 9 Iklan

13 Lingkungan dan Kesehatan 11 Buku

14 Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi

12

Persona, Surat Pembaca,

Susunan Redaksi, Kehidupan

15 Sambungan berita hal. 1 13 TTS, Kontak Jodoh dan

Kartun

16 Sosok 14 Iklan

17-18

20-21

Bisnis dan Investasi 15 Foto Pekan ini

19 Iklan 17-18 Kehidupan

22-24 Nusantara 19 Urban

25-27 Metropolitan 20 Urban Sosialita

28-31 Olahraga 21 Urban Hiburan

32 Nama dan Peristiwa 22 Urban Santap

A-H Edisi Daerah 23 Urban Desain

24-25 Kompas Anak

26-28 Seni

29-30 Keluarga

31 Konsultasi

32 Nama dan Peristiwa

Sumber: Olahan peneliti

Page 94: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xciv

6. Oplah, Sirkulasi, dan Profil Pembaca

Harian Kompas adalah surat kabar nasional yang memiliki oplah tertinggi

di Indonesia. Bahkan pada tahun 2008 saja diperkirakan pembaca surat kabar ini

mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia. Secara rinci perkembangan oplah

Harian Kompas dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.3 Oplah Kompas per Lima Tahun

Tahun Jumlah Oplah 1965 23.267

1970 77.316

1975 203.925

1980 317.495

1985 467.364

1990 520.328

1995 523.497

Sumber: Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kompas118

Secara umum, penyebaran Harian Kompas di Indonesia cukup merata.

Akan tetapi target pemasaran utama tetap di Pulau Jawa dan terutama Jakarta.

Lihat tabel berikut.

Tabel 2.4 Sirkulasi Harian Kompas Tahun 1993

Wilayah Jumlah

Jakarta 294.004

Jawa Barat 61.272

Sumatera 64.852

118 Data ini dikutip dari Haris Firdaus, “Konstruksi Kompas dalam dua blog” (Analisis Wacana Kritis tentang

Konstruksi Harian Umum Kompas dalam Blog Kompas Inside dan Inside Kompas) (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009) Skripsi di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik hal: 101

Page 95: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xcv

Jawa Tengah 16.518

Jawa Timur 17.910

Indonesia Timur 36.880

Sumber: Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kompas119

Sedang segmentasi pembaca Harian Kompas dapat dilihat berdasar tiga

kategori, yakni dari segi pendidikan, segi penghasilan, serta segi pekerjaannya.

Simak tabel berikut.

Tabel 2.5 Segmentasi Kompas dari Segi Pendidikan

Tingkat Pendidikan Prosentase Pembaca

Pendidikan lulus SD 0,7%

Pendidikan lulus SLTP 2,49%

Pendidikan lulus SLTA 24,95%

Pendidikan lulus D1/D2 10,52%

Sarjana Muda 8,2%

S1 45,64%

S2 7,5%

Sumber: Nielsen Media Research, 1999120

Tabel 2.6

Segmentasi Kompas dari Segi Penghasilan Tingkat Penghasilan Prosentase Pembaca

< 250.000 1,1%

250.000-350.000 5,1%

350.000-500.000 6,7%

500.000-750.000 16,3%

750.000-1.000.000 16,7%

1.000.000-1.500.000 20,9%

> 1.500.000 33,2%

119 Ibid, hal: 102 120 Ibid, hal: 103

Page 96: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xcvi

Sumber: Nielsen Media Research, 1999121

Tabel 2.7 Segmentasi Kompas dari Segi Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Prosentase Pembaca

White Collar 34%

Blue Collar 12%

Ibu Rumah Tangga 12%

Mahasiswa 23%

Lain-lain 14%

Sumber: Nielsen Media Research, 1999122

Dari ketiga tabel tersebut tampak bahwa pembaca Harian Kompas

sebagian besar adalah lulusan Sarjana yang memiliki intelektualitas cukup tinggi.

Sedang rata-rata tertinggi penghasilan pembaca Kompas didominasi oleh pembaca

yang penghasilannya tinggi, yakni diatas 1,5 juta rupiah. Sementara itu, sebagian

besar pembaca Kompas merupakan pekerja kantoran dengan level yang tinggi

atau eksekutif. Jadi, kesimpulannya, pembaca Harian Kompas lebih didominasi

oleh kalangan menengah keatas yang memiliki pekerjaan mapan dan penghasilan

yang cukup tinggi.

121 Ibid 122 Ibid, hal: 104

Page 97: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xcvii

BAB III

PARTAI GOLKAR

DALAM BINGKAI MEDIA DAN KHALAYAK

Dalam bab ini peneliti mengupas bagaimana konstruksi Partai Golongan

Karya (Golkar) dalam pemberitaan Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar

VIII pada Harian Kompas serta pendapat pembaca Kompas mengenai

pemberitaan tersebut. Struktur penulisan bab ini terdiri dari tiga sub bab. Sub bab

pertama diawali deskripsi sub tema atau topik yang menjadi wacana berita di

Kompas. Setelah itu, peneliti mengungkapkan pandangan Kompas mengenai

pelaksanaan Munas Partai Golkar dari pemberitaan di Kompas berdasar masing-

masing sub tema. Peneliti memperjelas frame Kompas dengan menampilkan hasil

wawancara dengan pihak Kompas dan analisis pada dua berita. Selanjutnya, pada

sub bab kedua peneliti menjabarkan bingkai tentang Partai Golkar dan pola

pemberitaan pada Harian Kompas yang terbentuk oleh pembaca Kompas. Setelah

menemukan frame media dan frame pembaca, pada sub bab terakhir bab ini

peneliti menggabungkan dan membandingkan kedua frame tersebut.

A. Pola Pemberitaan Munas Golkar ke VIII pada

Harian Kompas

Munas Partai Golkar VIII secara berkesinambungan mendapat tempat

dalam pemberitaan rubrik Politik dan Hukum serta beberapa kali menempati

headline Harian Kompas. Bahkan pada saat pelaksanaan munas, Kompas

Page 98: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xcviii

memberikan halaman khusus untuk pemberitaan Munas Partai Golkar tepatnya

pada halaman 4.

Rangkaian pemberitaan mengenai Munas Partai Golkar di Kompas

sebenarnya sudah muncul sejak bulan Agustus 2009, diawali dengan berita

mengenai salah satu tokoh Partai Golkar, Surya Paloh yang tidak mau terburu-

buru untuk mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Keputusan

tersebut dikarenakan Surya Paloh memilih untuk legowo dan menunggu calon lain

mengajukan diri terlebih dahulu. Itulah awal pemberitaan mengenai persaingan

antar calon Ketua Umum Partai Golkar yang di ekspos Kompas.

Selanjutnya, Kompas secara rutin menyajikan perkembangan dan proses

yang terjadi jelang munas. Pemberitaan berkisar pada persiapan teknis, liputan

seminar serta diskusi tentang Partai Golkar, pernyataan dan aktivitas politik

masing-masing calon ketua umum, hingga persaingan dan perang opini antar

calon. Akan tetapi pemberitaan yang paling menonjol disajikan Kompas pada

bulan Oktober. Pasalnya, suasana jelang munas pada saat itu semakin memanas,

dimana masing-masing calon ketua umum juga semakin berani untuk saling

menyerang di media.

Pada hari pelaksanaan munas, 5-8 Oktober 2009, Kompas sempat

menampilkan wawancara eksklusif dengan empat calon ketua umum, laporan

hasil rapat paripurna, kericuhan yang terjadi, serta beberapa feature menarik yang

merupakan sisi lain pagelaran munas. Kompas juga melakukan jajak pendapat

mengenai citra Partai Golkar dalam masyarakat. Seusai munas berakhir, Kompas

Page 99: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

xcix

tidak berhenti menampilkan follow up aktivitas politik Partai Golkar terutama

tentang sikap politis Partai Golkar terhadap pemerintahan SBY.

Berita mengenai Munas Partai Golkar VIII di Harian Kompas pada bulan

Oktober 2009 secara keseluruhan berjumlah 22 berita. Namun, peneliti hanya

melakukan analisis terhadap 10 berita untuk mempermudah merumuskan frame

media. Daftar berita Munas Partai Golkar Harian Kompas pada bulan Oktober

2009 dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Daftar Berita Bulan Oktober 2009

No Judul Berita Tgl Terbit

(2009)

Hal

1 Tommy Optimis Bisa Salip Ditikungan 1 Oktober 3

2 Penentuan Nasib Partai 2 Oktober 3

3 Munas Tak Diundur

*Kalla Minta Tak ada Hura-hura

3 Oktober 5

4 Musyawarah Nasional di Riau Titik Kritis Golkar 5 Oktober 1

5 Beringin Berkembang atau Tumbang 5 Oktober 4

6 Perebutan Pimpinan Munas

*Munas Golkar Akan Berlangsung Sengit

6 Oktober 4

7 Partai Golkar Diminta Awasi Pemerintah 6 Oktober 1

8 Uang Jalan, Pesawat Carteran, sampai Program

Miliaran

6 Oktober 4

9 Pengawasan Bukan Jatuhkan Pemerintah

*Yudhoyono Peringatkan Sikap Kalla

7 Oktober 4

10 Politik Uang Tercium Kuat di Munas 7 Oktober Headline

11 “Dinamika Politik” yang Bisa Mempermalukan 7 Oktober 4

12 Sidang Ricuh, 4 Calon Ketua Umum Lolos

Verifikasi

8 Oktober 1

Page 100: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

c

13 Repotnya Musyawarah, Repotnya Pekanbaru 8 Oktober 4

14 Pernyataan Presiden Disesalkan 8 Oktober 4

15 Selidiki Politik Uang di Munas

*Lebih dari Separuh Pemilik Suara adalah Pejabat

Negara

8 Oktober 4

16 Kekuasaan, Uang, dan Jaringan di Antara Empat

Calon

9 Oktober 4

17 DPP Golkar Terbentuk

*Aburizal: Oposisi atau Koalisi Bukan Pilihan

Ideologis

9 Okober 4

18 Golkar Belum Berubah Sejak Orde Baru 9 Oktober 4

19 Akomodasi Lawan Politik 10 Oktober 4

20 Golkar Merapat ke Pemerintah

*PAN Masih Bisa Beroposisi

12 Oktober 2

21 Partai Golkar diharapkan Tetap Komit Jadi

Oposisi

12 Oktober 5

22 Aburizal Bakrie Akan Fokus Urusi Partai Golkar 15 Oktober

Dari 22 berita tersebut, peneliti menentukan lima sub tema yang merujuk

pada tema utama penelitian. Lima sub tema diambil berdasarkan topik utama dari

masing-masing frame berita yang ditentukan peneliti. Umumnya dalam satu berita

terdapat satu topik berita, tetapi tidak jarang pula pada berita-berita tertentu

terdapat dua topik dalam satu berita. Dalam kasus tersebut, peneliti mengambil

topik yang paling dominan diantaranya. Lima sub tema tersebut antara lain:

a. Persaingan perebutan kursi Ketua Umum Partai

Golkar

b. Arti penting Munas Partai Golkar ke VIII

Page 101: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ci

c. Isu politik uang dan pragmatisme dalam pemilihan Ketua Umum

d. Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada Pelaksanaan

Munas

e. Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas

Sedangkan 10 berita yang dipilih oleh peneliti untuk dianalisis lebih lanjut

antara lain sebagai berikut.

Tabel 3.2 Daftar Berita yang Dianalisis

No Judul Berita Tgl Terbit

(2009)

Hal

1 Penentuan Nasib Partai 2 Oktober 3

2 Musyawarah Nasional di Riau Titik Kritis Golkar 5 Oktober 1

3 Perebutan Pimpinan Munas

*Munas Golkar Akan Berlangsung Sengit

6 Oktober 4

4 Uang Jalan, Pesawat Carteran, sampai Program

Miliaran

6 Oktober 4

5 Politik Uang Tercium Kuat di Munas 7 Oktober Headline

6 “Dinamika Politik” yang Bisa Mempermalukan 7 Oktober 4

7 Selidiki Politik Uang di Munas

*Lebih dari Separuh Pemilik Suara adalah Pejabat

Negara

8 Oktober 4

8 Kekuasaan, Uang, dan Jaringan di Antara Empat

Calon

9 Oktober 4

9 Golkar Belum Berubah Sejak Orde Baru 9 Oktober 4

10 Partai Golkar Diharapkan Tetap Komit Jadi

Oposisi

12 Oktober 3

Page 102: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cii

1. Persaingan Perebutan Kursi Ketua Umum Partai

Golkar

Munas Partai Golkar VIII pada tahun 2009 memang terasa berbeda

karena salah satu agenda penting munas yakni pemilihan ketua umum partai

dilakukan dengan sistem pemilihan langsung. Pemilihan langsung ini berarti

Dewan Pimpinan Pusat (DPP), masing-masing Dewan Pengurus Daerah

(DPD), baik DPD tingkat I dan DPD tingkat II, memiliki hak pilih terhadap

salah satu kandidat yang dinyatakan lolos seleksi menjadi calon ketua umum.

Sebelumnya, Partai Golkar menerapkan tata cara pemilihan ketua

umum dengan sistem konvensi, setelah itu calon ketua umum baru dipilih

kembali pada munas. Secara harfiah, konvensi dapat diartikan sebagai aturan-

aturan yang berdasarkan tradisi atau kesepakatan tidak tertulis.123 Bagi Partai

Golkar, konvensi merupakan upaya membangun citra partai yakni dengan

memperbaiki mekanisme proses rekruitmen pimpinannya secara

demokratis.124 Namun kenyataannya, konvensi justru memperlihatkan adanya

kompleksitas power struggle antar faksi di tingkat elite partai. Peta faksi tidak

jelas dan berubah sesuai kepentingannya, misalnya pada Munas Partai Golkar

2004 dimana pemilihan ketua umum dimenangkan kelompok pragmatis

kekuasaan.125

Berdasarkan keputusan Panitia Pengarah (Steering Comittee) Munas

Partai Golkar VIII yang diketuai Syamsul Mu’arif, DPP Golkar, DPD I, DPD

123 B.N Marbun, SH, Kamus Politik, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002, hal: 297 124 Akbar Tandjung, The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era

Transisi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007, hal: 19 125 Ibid, hal: 19-20

Page 103: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ciii

II serta organisasi pendiri atau yang didirikan Golkar, masing-masing

memiliki satu suara. Jadi kalkulasinya sebagai berikut: DPP 1 suara, DPD I 33

suara, DPD II 494 suara, dan organisasi massa (ormas) 10 suara, sehingga

total jumlah suara yaitu 538 suara. Meskipun kemudian, jumlah suara DPD II

hanya 492 suara karena hak suara DPD II Kepulauan Seribu dan DPD II

Langkat dianulir karena terdapat surat mandat ganda.

Sistem pemilihan langsung ternyata membawa dua konsekuensi.

Pertama, kader Partai Golkar bebas menyalonkan diri menjadi ketua umum

partai, dengan catatan bahwa dirinya memenuhi persyaratan yang ada.

Persyaratan ketua umum telah diatur dalam Anggaran Dasar (AD) dan

Anggaran Rumah Tangga (ART) Kepengurusan Partai Golkar periode 2004-

2009, antara lain126:

a. Pernah menjadi Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar dan atau sekurang-kurangnya pernah menjadi Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Provinsi dan/atau serta pernah menjadi Pengurus Organisasi Pendiri dan yang didirikan selama 1 (satu) periode penuh dan didukung oleh minimal 30 % hak suara.

b. Aktif terus menerus menjadi anggota Partai Golkar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan tidak pernah menjadi anggota partai politik lain.

c. Pernah mengikuti pendidikan dan latihan kader. d. Memiliki prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas dan

tidak tercela. e. Memiliki kapabilitas dan akseptabilitas. f. Tidak pernah terlibat G 30 S PKI. g. Bersedia meluangkan waktu dan sanggup bekerjasama secara kolektif

dalam Partai Golkar.

126 www.golkar.or.id akses tanggal 28 Oktober 2009 pukul 19.04

Page 104: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

civ

Awalnya ada empat orang calon yang diunggulkan dan memenuhi

persyaratan tersebut, yakni Aburizal Bakrie, Ferry Mursyidan Baldan, Surya

Paloh, dan Yuddy Chrisnandi. Ferry Mursyidan dan Yuddy Chrisnandi

tercatat pernah menjadi pengurus DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie pernah

menjabat menjadi pengurus Musyawarah Kerja Gotong Royong (MKGR),

sementara Surya Paloh pernah menjadi pengurus Angkatan Muda

Pembaharuan Indonesia (AMPI). Akan tetapi dalam perkembangannya, kader

partai yang tidak memenuhi persyaratan pun menyalonkan diri atau sekedar

mewacanakan diri menyalon sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Sebut saja dua orang dari trah keluarga Cendana (sebutan untuk

keluarga mantan Presiden Soeharto), Siti Hardiyanti Rukmana atau Tutut

Soeharto dan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto. Tutut masih

tercatat sebagai anggota Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), sehingga Tutut

tidak diperbolehkan menyalonkan diri menjadi Ketua Umum Partai Golkar.

Sedangkan Tommy pernah terjerat kasus hukum sebagai aktor intelektual

pembunuhan berencana Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita, sehingga bisa

dipersoalkan dari sisi PDLT (Prestasi, Dedikasi, Loyalitas, dan Tidak tercela).

Namun dalam pelaksanaan munas, Tommy dinyatakan lolos persyaratan

tersebut. Dengan demikian, empat calon yang akhirnya maju, yakni Aburizal

Bakrie, Surya Paloh, Yuddy Chrisnandi, dan Tommy Soeharto, kesemuanya

lolos seleksi.

Kehadiran Yuddy Chrisnandi dan Tommy Soeharto dalam bursa calon

Ketua Umum Partai Golkar dinilai cukup berani dan mendobrak tradisi.

Page 105: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cv

Pasalnya, Partai Golkar belum pernah diketuai oleh golongan muda,

khususnya kader yang berusia dibawah 50 tahun. Bahkan sebagian pimpinan

Partai Golkar masih diisi oleh golongan senior, termasuk diantaranya Surya

Paloh dan Aburizal Bakrie.

Konsekuensi kedua, persaingan antar calon ketua umum semakin jelas

dan nyata. Hal ini mengingatkan pada kampanye Pemilihan Umum (Pemilu)

Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Gubernur (Pilgub), ataupun

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), dimana aktor politik (calon dan tim

suksesnya) melakukan komunikasi politik. Menurut Dan Nimmo dalam

bukunya Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, pelaku kampanye –kandidat,

penasihat, konsultan dan komunikator politik lain– berusaha mengatur kesan

pemberi suara dengan mengungkapkan lambang-lambang yang akan

menghimbau untuk memilih mereka. Kesan ini bisa diwujudkan dalam opini

dan pernyataan di media, orasi, ataupun tindakan.

Kaitannya dalam pelaksanaan Munas Partai Golkar, karena pemilihan

berdasarkan akumulasi suara dari masing-masing daerah, para calon ketua

umum melakukan kampanye serta mencari dukungan ke daerah. Mereka

mengklaim bahwa daerah-daerah yang mereka kunjungi mendukung

pencalonan dirinya. Dukungan daerah ini diwujudkan dalam surat pernyataan

dukungan ataupun pernyataan langsung kepada calon ketua umum. Klaim

dukungan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada daerah lain,

baik yang sudah menentukan pilihan atau belum, bahwa calon ketua umum

tersebut memiliki pendukung yang banyak sehingga layak untuk dipilih.

Page 106: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cvi

Tidak hanya klaim dukungan, para calon ketua umum pun saling

serang opini secara terbuka di media massa. Terlebih lagi Aburizal Bakrie dan

Surya Paloh menggunakan stasiun televisi milik mereka, yakni TV One dan

Metro TV, untuk melakukan kampanye. Bahkan TV One dan Metro TV dalam

siaran live, menyiarkan prosesi pemilihan dan perhitungan suara Ketua Umum

Partai Golkar di munas. Selain klaim dukungan, berbagai isu seperti politik

uang, kompetensi calon, dan posisi Partai Golkar dalam pemerintahan pun

menjadi wacana strategis untuk saling menyerang.

Salah satu isu sensitif yang menjadi perdebatan dalam pelaksanaan

munas adalah adanya politik uang. Tidak mau dituding melakukan politik

transaksional, para calon ketua umum mencoba menawarkan sesuatu yang

berbeda agar mendapat simpati dari pendukungnya. Aburizal Bakrie dan

Surya Paloh berlomba-lomba memberi fasilitas, seperti pelesiran,

menyediakan tempat penginapan, hingga memberi pesawat carteran untuk

berangkat ke Pekanbaru. Aburizal Bakrie juga sempat menyelenggarakan

turnamen golf “ARB Cup” pada saat jeda pelaksanaan munas. Sedangkan

Tommy Soeharto mencoba menawarkan program pemberdayaan rakyat

“Trikarya” dengan total nilai mencapai miliaran rupiah. Sementara Yuddy

Chrisnandi tidak banyak memberikan janji, dirinya justru lebih sering

mengkritik perilaku Aburizal Bakrie dan Surya Paloh di media massa. Sikap

elite politik yang demikian mau tidak mau memunculkan perpecahan dalam

tubuh partai.

Page 107: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cvii

Seperti yang dikatakan Redi Panuju, untuk mempertahankan dan

menguatkan kekuasaan, orang yang memiliki kekuasaan akan melakukan

asosiasi-asosiasi (pengelompokan). Banyak istilah untuk menamai kelompok

ini, misalnya ruling elitee, power elitee, strategic elitee, ruling class, dan

sebagainya.127 Demikian pula dalam internal Partai Golkar mulai tumbuh

faksi-faksi yang mendukung calon tertentu. Dukungan ini ternyata terstruktur

dan terorganisir, hingga ada penyebutan “tim sukses” untuk kelompok

tersebut. Misalkan saja, Aburizal Bakrie yang mendapat dukungan dari tokoh

sekaliber Akbar Tandjung dan Agung Laksono, Surya Paloh yang didampingi

Ariady Ahmad, Jefrey Geovani, dan Zainal Bintang, Tommy Soeharto yang

mendapat dukungan Marwah Daud Ibrahim dan Justiani, dan Yuddy

Chrisnandi yang mendapat simpati Indra J Piliang, Emil Tanri Abeng, dan

Renny Djayusman. Tokoh-tokoh Partai Golkar ini kemudian ikut arus masuk

dalam persaingan pemilihan ketua umum partai dan membentuk blok-blok

tersendiri.

Untuk lebih jelasnya, persaingan ini dapat dilihat dalam teks berita

yang disajikan di Harian Kompas dan pendapat Kompas sendiri mengenai

persaingan tersebut.

1.1 Persaingan Perebutan Kursi Ketua Umum Partai

Golkar dalam Pandangan Kompas

127 Redi Panuju, Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book Publisher,

Yogyakarta, 2009, hal: 28-29

Page 108: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cviii

Dua berita di Kompas bertema persaingan perebutan kursi Ketua

Umum Partai Golkar yang dianalisis peneliti diantaranya sebagai berikut.

Tabel 3.3 Berita Bertema Persaingan Perebutan Kursi Ketua Umum

No Judul Berita Tgl Terbit

1 Uang Jalan, Pesawat Carteran, sampai Program Miliaran (1) 6 Okt 2009

2 Kekuasaan, Uang, dan Jaringan di Antara Empat Calon (2) 9 Okt 2009

Berita pertama (1) berjudul “Uang Jalan, Pesawat Carteran, sampai

Program Miliaran…” yang ditulis oleh Sutta Dharmasaputra, sedangkan

berita kedua (2) berjudul “Kekuasaan, Uang, dan Jaringan di Antara Empat

Calon…” ditulis oleh Suhartono. Kedua berita ini sama-sama merupakan

feature news, yakni feature berita yang mendampingi berita utama. Feature ini

dapat dikenali melalui bentuk kalimat judul yang lebih flexibel, yakni ditulis

dengan huruf miring dan tiga titik dibelakang judul. Tiga titik dibelakang

judul mengesankan bahwa kalimat tersebut belum selesai karena ada sesuatu

yang akan diungkapkan lebih lanjut dalam tubuh berita. Kalimat seperti ini

membuat pembaca merasa penasaran dan terdorong untuk membaca

kelanjutan isi berita.

Pada berita (1), Kompas menulis judul berita dengan unsur what atau

apa yang dilakukan oleh subyek, dalam hal ini apa yang diberikan atau

ditawarkan subyek (calon Ketua Umum Partai Golkar) kepada pendukungnya

dalam proses kampanye. Dalam penulisan judul, “apa” yang diberikan oleh

subyek (uang, pesawat carteran, dan program miliaran) merupakan sesuatu

Page 109: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cix

yang dianggap berlebihan, kemudian dipertegas pada paragraf lead dengan

penambahan unsur skrip subyek (who) dan tempat (where).

Jorjoran. Barangkali itu istilah tepat untuk menggambarkan persaingan antarkandidat calon Ketua Umum Partai Golkar 2009-2014 yang berlangsung di Musyawarah Nasional VIII di Pekanbaru, Riau.

Kompas memilih menggunakan kata jorjoran dalam lead tersebut.

Jorjoran berarti berlaku royal, rela mengeluarkan banyak uang untuk sesuatu

yang tidak terlalu dibutuhkan, serta bersikap berlebihan untuk saling

menyaingi. Jorjoran merupakan kata yang dianggap Kompas dapat

menggambarkan perilaku boros beberapa calon ketua umum. Seperti yang

diungkapkan wartawan Kompas, Sutta Dharmasaputra. Sutta menekankan

bahwa upaya penggalangan dukungan banyak dilakukan dengan perilaku

pragmatis, salah satunya dengan jorjoran uang tersebut.

“Persaingan antarkandidat terjadi sangat ketat. Masing-masing kandidat menggunakan berbagai cara untuk meraih dukungan sebanyak-banyaknya. Sayangnya, persaingan itu lebih banyak terjadi pada upaya penggalangan dukungan dengan cara-cara pragmatis ketimbang programatis.” (Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra)

Unsur sintaksis berupa narasumber pada berita (1) yang dipilih

Kompas adalah narasumber dari masing-masing tim sukses atau pendukung

calon ketua umum. Pertama, Sugeng Suparwoto (tim sukses Surya Paloh),

Akbar Tandjung (tim sukses Aburizal Bakrie), Justiani (tim sukses Tommy

Soeharto), dan Tafip Syamsul Hadi (tim sukses Yuddy Chrisnandi). Hal ini

merupakan perwujudan dari kebijakan keredaksian Kompas yang berusaha

untuk tidak memihak salah satu pihak, sehingga harus meliput kedua belah

pihak–dalam hal ini cover all sides. Kompas tidak menyebutkan gelar atau

Page 110: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cx

jabatan dari masing-masing narasumber tersebut, tetapi setiap narasumber

diberi label “tim sukses” atau “tim (nama calon)”.

Sementara latar pada berita (1), Kompas bercerita tentang usaha yang

dilakukan keempat kandidat untuk menarik massa pendukungnya. Pemaparan

masing-masing calon tidak didasarkan Kompas pada urutan kandidat

berdasarkan huruf abjad nama depan. Kompas mengurutkan penceritaan dari

kandidat yang dianggap paling banyak mengeluarkan dana dalam proses

kampanye ini, yakni Surya Paloh, Aburizal Bakrie, Tommy Soeharto, baru

kemudian Yuddy Chrisnandi.

Dari keempat calon yang ada, Surya Paloh dan Aburizal Bakrie yang paling memanjakan para pendukungnya. Informasi yang berkembang di munas, kedua orang ini yang paling berpeluang menjadi ketua umum.

Hal ini didasarkan pada pandangan Kompas bahwa persaingan antar

calon ketua umum memang tidak imbang. Hanya Surya Paloh dan Aburizal

Bakrie yang benar-benar berjuang untuk memenangkan kompetisi ketua

umum. Seperti yang dikatakan oleh Wartawan Kompas, Suhartono.

“Persaingan yang sebenarnya hanya terjadi di Surya paloh dan Ical menjelang dan di saat pemilihan. Sebetulnya persaingan mereka seimbang, hanya bedanya Ical ditopang dengan materi yang jauh lebih besar dan dukungan perangkat kekuasaan penguasa yang berada di baliknya. Adapun Surya topangan materi juga besar, akan tetapi tidak ada perangkat kekuasaan yang ikut mendukung.” (Wawancara dengan Suhartono)

Penekanan kandidat yang paling boros pada awal berita mengesankan

bahwa Kompas ingin menonjolkan kekuatan uang yang dimiliki dua orang

kandidat terkuat. Suhartono mengungkapkan hal tersebut, meskipun

sebenarnya masyarakat secara luas kurang simpatik terhadap Surya Paloh

maupun Aburizal Bakrie.

Page 111: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxi

“Surya paloh dan Ical secara ekonomi dan latar belakang politik cukup baik, namun kedekatnnya dengan penguasa dalam bidang ekonomi dan politik cukup kuat, sehingga mengurangi dukungan masyarakat luas.” (Wawancara dengan Suhartono)

Sementara itu, kesederhanaan kampanye Yuddy Chrisnandi

ditempatkan paling akhir. Hal ini membuat perbedaan antar kandidat tampak

sangat kentara dan ironis. Pada level retoris, penonjolan terhadap

kesederhanaan Yuddy juga diwujudkan Kompas dalam bentuk grafis, yakni

insert yang bertuliskan kalimat ”Dari empat kandidat, hanya Yuddy

Chrisnandi yang mengeluarkan biaya paling sedikit” dengan jenis dan ukuran

huruf yang sangat besar pada tengah berita.

Secara keseluruhan, berita ini banyak menggunakan kata yang

memiliki unsur retoris, diantaranya adalah leksikon “pelesiran”, metafora

“politik dagang sapi”, dan “kalau tidak mukti (berkuasa), akan mati”.

“Pelesiran” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

bersenang-senang, mencari kesenangan, berjalan-jalan, bertamasya, atau

pesiar. Penggunaan kata ini menunjukkan bahwa calon ketua umum ingin

memanjakan para pendukungnya dengan aktivitas lain diluar dunia politik.

Sedangkan kata “politik dagang sapi” menunjukkan bahwa ada tawar

menawar suara dalam pemilihan ketua umum layaknya seperti transaksi jual-

beli. Sementara metafora “kalau tidak mukti (berkuasa), akan mati”, memberi

penekanan bahwa perilaku calon ketua umum yang menggunakan kekuatan

uang untuk memperoleh kekuasaan bertujuan agar dirinya tetap eksis dan

bertahan dalam kompetisi politik. Seperti yang diungkapkan George Wilhelm

Page 112: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxii

Frederich Hegel, bahwa kekuasaan politik yang sebenarnya adalah kekuasaan

yang terorganisir dari suatu golongan untuk menindas golongan yang lain128.

Diakhir latar berita tersebut, Kompas memberikan sebuah kesimpulan

terhadap perilaku keempat kandidat ketua umum tersebut. Karena berita ini

bukan merupakan jenis berita straight news, maka wartawan bisa

memasukkan opininya didalam berita, meskipun opini tersebut harus

berdasarkan fakta yang ia tulis dalam berita tersebut.

Banyak yang berkata bahwa saat ini perjuangan politik memang tidak bisa dipisahkan dengan kekuasaan logistik. Karena itu, ada pepatah Jawa yang mengatakan, kalau tidak mukti (berkuasa), akan mati. Namun Golkar hendaknya mempertimbangkan unsur etik, selain logistik, kalau tidak ingin partai ini mendidik kadernya menjadi sangat pragmatis.

Kalimat tersebut memberi penegasan bahwa Kompas memilih sikap

tidak sepakat dengan perilaku kandidat yang rela mengeluarkan banyak uang

dalam proses kampanye pemilihan ketua umum. Penggunaan uang ditakutkan

akan mendorong kader atau anggota partai memiliki orientasi lain sehingga

dalam jangka panjang bisa membentuk partai ini menjadi partai pragmatis.

Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Sutta Dharma yang menjelaskan tentang

kebijakan keredaksionalan Kompas.

“Kebijakan pemberitaan selalu ada. Namun, kebijakan itu tidak mengarahkan pada dukungan pada kandidat tertentu tapi pada kebijakan bangsa yang lebih besar, misalnya, mendorong partai semakin transparan, ada persaingan sehat, partai bersih dari KKN.” (Wawancara dengan SUtta Dharmasaputra)

Sementara untuk berita (2), judul berita menggunakan unsur what

(apa) dan who (subyek). Unsur “apa” disini merupakan sesuatu yang

seharusnya dimiliki oleh subyek (calon ketua umum) dalam proses pemilihan

128 Ibid, hal: 33

Page 113: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxiii

Ketua Umum Partai Golkar, yakni kekuasaan, uang dan jaringan. Penjelasan

lebih lanjut dapat dilihat dalam lead berita.

Idealisme dan kegigihan berjuang saja rasanya tidak cukup untuk meraih kursi nomor satu di Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar.

Lead tersebut mempertegas bahwa kekuasaan, uang, dan jaringan

(yang tertulis dalam judul) adalah hal yang lebih dibutuhkan calon ketua

umum dibandingkan idealisme dan kegigihan sang calon (yang tertulis dalam

lead). Realita tersebut digambarkan Kompas sebagai sebuah ironi dari

keseluruhan proses pemilihan ketua umum. Pasalnya, Kompas memiliki

pandangan dan kriteria tersendiri untuk calon Ketua Umum Partai Golkar

yang ideal, seperti yang diungkapkan Suhartono dan Sutta Dharma berikut.

“Tahu sejarah dan organisasi serta misi dan visi golkar, berjuang untuk memajukan golkar dan perekonomian bangsanya, selain memperbaiki dan meningkatkan gengsi partai golkar, punya integritas dan misi dan visi kenegaraan, memiliki kemampuan ekonomi dan punya latar belakang politik yang matang.” (Wawancara dengan Suhartono)

“Sosok yang menjadi panutan pemilih Golkar di 2014 atau bahkan

panutan bangsa secara keseluruhan. Dia harus kader terbaik partai, memiliki rekam jejak yang bagus, dan visi yang jelas dalam membawa partai dan bangsa lima tahun ke depan.” (Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra)

Namun kriteria tersebut tidak tampak dari masing-masing calon, karena yang

menonjol dan paling menentukan adalah kekuatan dari luar diri calon ketua

umum seperti kekuasaan, uang, dan jaringan.

Berita (2) memiliki beberapa perbedaan dengan berita (1). Pertama,

berita (2) tidak memiliki unsur sintaksis narasumber. Berita dibuat seperti

opini, namun sarat dengan data-data yang faktual. Perbedaan selanjutnya, alur

berita (2) adalah kebalikan dari berita (1). Jika pada berita (1) dipaparkan

Page 114: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxiv

profil atau cerita mulai dari kandidat yang paling kaya dan boros, maka pada

berita (2) cerita kandidat dimulai dari kandidat yang dianggap paling gagal

dalam hasil pemilihan ketua umum, sementara kandidat yang berhasil menang

ditempatkan pada akhir berita.

Sama halnya dengan berita (1), pembalikkan alur berita pada berita (2)

tampak menunjukkan perbandingan yang kontras dari masing-masing calon

ketua umum. Pembandingan ini, menurut Dan Nimmo, merupakan salah satu

strategi untuk menunjukkan gejala ketidakberesan namun tetap menjaga

obyektivitas dan etika media. Pada bagian awal berita, penceritaan Yuddy

sebagai pihak yang kalah dikesankan sebagai sesuatu yang wajar karena

Yuddy memang tidak memiliki modal yang memadai untuk memenangkan

kompetisi. Seperti yang diungkapkan Suhartono.

“…Yuddy Chrisnandi cukup lumayan, meski secara ekonomi tidak bisa diandalkan untuk membangun partai yang kuat secara ekonomi, punya visi dan misi politik yang baik, namun masih kurang pengalaman. Masih dibutuhkan lima tahun lagi untuk matang dan dewasa secara politik.” (Wawancara dengan Suhartono)

Pandangan Kompas ini diwujudkan dalam kalimat di teks berita (2). Seperti yang dialami sosok muda Yuddy Chrisnandi. Dia tak punya

uang untuk “membeli” suara, kecuali untuk mendukung operasional kampanyenya yang kecil-kecilan. Apalagi kekuatan dan kekuasaan untuk “menekan” para pemilihnya. Ia juga tak punya jaringan ke struktur Partai Golkar untuk bisa memperluas dukungan.

Dalam kalimat tersebut, Kompas menggunakan leksikon “membeli”

untuk gabungan kata “suara” dan kata “menekan” untuk gabungan kata “para

pemilihnya”. Kata “membeli” dan “menekan” ditulis menggunakan tanda

kutip sehingga tampak lebih menonjol. Namun, penonjolan tersebut terkesan

Page 115: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxv

sebagai sesuatu yang negatif. Menurut Nimmo, untuk menunjukkan

obyektivitas media, kata yang dianggap sensitif dan menyudutkan salah satu

pihak biasanya ditulis dengan tanda kutip.

Kata “membeli” dianggap sensitif karena sesuatu yang dibeli–dalam

hal ini hak suara anggota–secara ideal tidak bisa dipaksakan karena berasal

dari keinginan pribadi. Jika suara dapat dibeli, maka pilihan tersebut hanya

berdasarkan besarnya kompensasi (uang) yang diterima. Sementara kata

“menekan” berarti melakukan tindakan agar para pemilik suara tidak memilih

berdasar hati nurani tetapi karena sesuatu dari luar individu. Pada berita

Kompas diatas, Yuddy Chrisnandi digambarkan tidak melakukan hal-hal

tercela tersebut. Sikap Kompas yang ingin membandingkan calon ketua umum

nampak jelas pada penceritaan Aburizal Bakrie sebagai pihak yang menang

menjadi Ketua Umum Partai Golkar berikut.

Adapun Surya Paloh, meskipun untuk persoalan dana dan kekuatan tak ada masalah, ia tak memiliki apa yang dipunyai pesaingnya, Aburizal Bakrie yaitu segalanya. Sebut saja mulai dari jaringan, uang, hingga dukungan kekuasaan yang menyatu dan terkoordinasi.

Penekanan pada kalimat ini yaitu pada perbandingan antara Surya

Paloh dan Aburizal Bakrie, dimana dikatakan bahwa Aburizal Bakrie

memiliki semua kategori yang dibutuhkan untuk menjadi ketua umum. Oleh

karena Aburizal memiliki segalanya, maka Aburizal Bakrie-lah yang bisa

memenangkan persaingan.

Sementara dari unsur retoris, berita ini menggunakan foto yang cukup

besar pada bagian atas berita. Foto tersebut menggambarkan beberapa peserta

rapat yang memilih untuk tidur pada saat penghitungan suara dilakukan. Hal

Page 116: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxvi

ini mengesankan bahwa proses pemilihan ketua umum partai tidak menjadi

persoalan yang penting bagi sebagian peserta rapat. Padahal, keempat calon

ketua umum sudah melakukan berbagai cara untuk menarik simpati dan

dukungan agar memenangkan persaingan tersebut.

Sikap Kompas juga terlihat pada kalimat bagian akhir berita berikut.

Munas VIII Partai Golkar berakhir semalam. Namun kesibukan belum akan berakhir. Seorang petinggi Partai Golkar menyarankan Kompas untuk memantau transaksi bank pada Kamis siang. Apakah itu mengindikasikan adanya politik uang seperti yang tercium kuat selama Munas berlangsung? Wallahualam…

Kalimat pertanyaan pada akhir berita tersebut menunjukkan bahwa

berdasar informasi orang dalam Partai Golkar, Kompas mencium adanya

politik uang yang mewarnai bursa pemilihan Ketua Umum Partai Golkar.

Namun permasalahan tersebut seakan dibiarkan Kompas menjadi sebuah

misteri. Hal ini dibuktikan dengan pilihan kata “Wallahualam” yang berarti

“hanya Allah yang tahu” dan tiga titik dibelakangnya. Artinya, persoalan ini

dianggap Kompas sangat sulit untuk ditelusuri dan dibongkar, sehingga hanya

Tuhan yang mengetahui siapa yang benar dan siapa yang bersalah.

2. Arti penting Munas Partai Golkar ke VIII

Partai Golkar tengah terpuruk karena kekalahan dua kali pemilu pada

tahun 2009. Beberapa pihak menyatakan kegagalan tersebut merupakan

implikasi dari multi krisis yang tengah dialami partai ini. Para pinisepuh Partai

Golkar seperti mantan Menteri Keuangan JB Sumarlin, mantan Menteri

Tenaga Kerja Cosmas Batubara, hingga mantan Menteri Urusan Peranan

Page 117: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxvii

Wanita Sulasikin Murpratomo menyebutkan, ada beberapa alasan mengapa

jumlah suara Partai Golkar terus mengalami penurunan129.

Pertama, pimpinan Partai Golkar tidak mampu lagi merangkul seluruh

pengurus dan pendukungnya hingga ke tingkat akar rumput di pelosok desa.

Padahal, pemilih Partai Golkar yang loyal justru berasal dari masyarakat di

daerah pedesaan. Faisal H Basri dan Indra J Piliang dalam artikelnya yang

berjudul “Sepuluh Memorandum untuk Golkar-Orde Baru” menuliskan,

partai ini masih membutuhkan komunitas masyarakat di daerah untuk

mengumpulkan pendukung. Pasalnya jika terjadi penolakan di tingkat pusat

atau Jakarta, Partai Golkar biasanya menggunakan strategi bermain isu

kedaerahan untuk mempertahankan posisi politiknya130. Kedua, Partai Golkar

tidak memiliki tokoh partai yang menjadi panutan seluruh kader, seperti

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Partai Demokrat, Megawati di Partai

Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDIP), Amien Rais di Partai Amanat

Nasional (PAN), atau di tubuh Partai Golkar sendiri pada era orde baru

Soeharto. Ketiga, Partai Golkar kini dinilai telah kehilangan ideologinya dan

tidak mampu bertahan dalam kompetisi partai politik di Indonesia.

Maka dari itu, Munas Partai Golkar VIII menjadi momentum penting

yang harus dimanfaatkan partai. Agenda munas, seperti hasil evaluasi laporan

pertanggungjawaban kepemimpinan Jusuf Kalla (JK) dan ketua umum partai

yang terpilih akan berdampak besar untuk masa depan Partai Golkar.

129 Lihat Selengkapnya dalam Kompas, Musyawarah Nasional di Riau Titik Kritis Golkar, edisi 5

Oktober 2009 130 http://groups.yahoo.com/group/bubarkangolkar/message/348 akses data 16 November 2009

pukul 16.23

Page 118: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxviii

Pengamat politik Eep Syaefullah Fatah mengutarakan ada dua poin penting

yang harus dicapai dalam pelaksanaan munas kali ini.131 Pertama, kejelasan

rekonsiliasi dan reposisi Golkar periode 2009-2014. Kedua, pembentukan

karakter Golkar, karena menurut Eep, terjadi perdebatan antara kelompok

yang oportunis–yakni pihak-pihak yang hanya ingin mengambil keuntungan

untuk diri sendiri tanpa berpegang pada prinsip-prinsip tertentu132–dengan

kelompok yang berkeinginan berjuang. Pernyataan Eep tersebut tidak salah,

pelaksanaan munas diwarnai persaingan antar kelompok. Munas tidak bisa

dielakkan dari keributan antar peserta munas yang ditengarai memiliki

kepentingan masing-masing. Untuk lebih jelasnya, arti penting munas dapat

dilihat dalam teks berita yang disajikan di Kompas sebagai berikut.

2.1 Arti penting Munas Partai Golkar ke VIII dalam

Pandangan Kompas

Berita di Kompas yang bertema Arti penting Munas Partai Golkar ke

VIII diantaranya adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Berita Bertema Arti Penting Munas Partai Golkar VIII

No Judul Berita Tgl Terbit

1 Penentuan Nasib Partai (3) 2 Oktober

2 Musyawarah Nasional di Riau Titik Kritis Golkar (4) 5 Oktober

131 Selengkapnya lihat Kompas, Golkar Harus Manfaatkan Munas untuk Kebangkitan, terbit 9

September 2009 132 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Usaha, Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Cetakan kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal: 628

Page 119: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxix

Berita (3) dan berita (4) sama-sama merupakan berita soft news.

Persamaan lain dari dua berita ini karena keduanya merupakan rangkuman

pendapat mengenai Partai Golkar dari para ahli. Jika berita (3) berisi ragam

pendapat para pengamat politik pada saat pelaksanaan sebuah acara diskusi

tentang Partai Golkar, maka berita (4) adalah rangkuman pendapat yang

dikumpulkan Kompas dari para pinisepuh atau senior Partai Golkar.

Judul pada berita (3), “Penentuan Nasib Partai”, merupakan

penegasan bahwa munas VIII memang merupakan momentum yang sangat

menentukan bagi hidup mati Partai Golkar. Hal tersebut dikuatkan kembali

pada penjelasan lead berita yang menggunakan unsur skrip yang cukup

lengkap yakni what (apa), when (waktu), where (tempat), dan who (siapa).

Musyawarah Nasional VIII Partai Golkar di Pekanbaru, Riau, 5-9 Oktober 2009 akan menjadi penentuan nasib partai itu pada masa depan. Yaitu apakah Golkar akan kembali merebut kejayaan seperti pada era Orde Baru atau semakin terpuruk.

Sintaksis narasumber yang ditulis Kompas cukup banyak, yakni Wakil

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar yang juga pendukung Aburizal

Bakrie, Rully Chairul Azwar, kader Partai Golkar yang juga pendukung

Yuddy Chrisnandi, Indra J Piliang, Pengamat Lingkaran Survey Kebijakan

yang juga pendukung Surya Paloh, Sunarto Ciptohardjono, Anggota Dewan

Penasihat Partai Golkar Sultan Hamengku Buwono X, dan Yuddy Chrisnandi.

Alur berita pada berita (3) lebih banyak mengevaluasi kekurangan

Partai Golkar, sehingga momentum munas harus dijadikan patokan untuk

mengembalikan kejayaan partai. Perbaikan Partai Golkar ini utamanya dengan

pemilihan ketua umum yang sesuai dengan kebutuhan partai.

Page 120: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxx

“Permasalahannya sekarang adalah siapa calon pemimpin yang karakternya paling sesuai dengan kebutuhan Golkar?” kata Rully Chaerul Azwar.

Menurut Wartawan Kompas Suhartono, ada dua karakter calon ketua

umum yang bertolak belakang dan membuat munas menjadi sangat penting

untuk diberitakan.

“…Prosesi suksesi dari calon ketum golkar didukung penguasa (SBY) versus calon independen Golkar yang mewakili oposisi (rakyat).” (Wawancara dengan Suhartono)

Selanjutnya Kompas menuliskan, pemilihan Ketua Umum Partai

Golkar ini terbentur oleh beberapa permasalahan internal. Pertama, terdapat

tiga kelompok dominan yang ada di dalam Partai Golkar, yakni kelompok

yang menginginkan berkoalisi dengan pemerintah, kelompok yang

menginginkan menjadi oposan, dan kelompok muda yang memiliki idealisme

tinggi. Kedua, adanya motif yang berbeda ketika memilih ketua umum partai,

yakni memilih kandidat yang mampu memberi imbalan, kandidat yang

kemungkinan besar menang, atau kandidat yang akan membesarkan partai.

Sikap Kompas tampak menonjol pada subjudul “Bangun Idealisme”.

Dalam isi beritanya, Kompas menekankan pernyataan Sultan Hamengku

Buwono (HB) X bahwa permasalahan yang tengah menimpa Partai Golkar

sebenarnya karena telah hilangnya idealisme partai. Penyebabnya tidak lain

karena pragmatisme politik para kader dan anggota Partai Golkar yang

meresahkan. Maka, jika persoalan pragmatisme ini dapat dihapuskan, munas

bisa menjadi titik tolak kejayaan Partai Golkar pada pemilu mendatang.

Page 121: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxi

Anggota Dewan Penasehat Partai Golkar, Sultan Hamengku Buwono X menilai, Golkar harus bisa membangun idealisme sesuai keberadaan roh partai. Pragmatisme yang berkembang telah melemahkan idealisme partai.

Konsolidasi internal membangun idealisme menjadi salah satu tantangan terbesar Partai Golkar yang harus bisa dipikul pengurus baru. …dst

Sementara itu, berita (4) menggambarkan bahwa pelaksanaan munas

kali ini adalah pengharapan baru agar Partai Golkar bisa bangkit dari titik

kritisnya. Bagian judul berita, “Musyawarah Nasional di Riau Titik Kritis

Golkar”, memberi kesan bahwa Partai Golkar saat sebelum munas tengah

berada pada kondisi memrihatinkan. Untuk itu, momentum nasional partai

seperti munas ini menjadi penentu eksistensi partai ini di dunia politik.

Leksikon “kritis” yang digunakan Kompas mengandung arti bahwa

posisi politik Partai Golkar usai pemilu presiden seperti berada diantara hidup

dan mati. Analoginya, jika mampu melalui masa berat ini, Partai Golkar pasti

kembali berjaya, namun jika tidak sanggup bertahan, partai tertua di Indonesia

ini akan mati. Kekalahan Partai Golkar dalam pemilu presiden adalah

akumulasi permasalahan internal partai. Maka dari itu, hasil dari munas

diharapkan mampu membuat Partai Golkar melewati masa kritisnya.

Rendahnya perolehan suara Golongan Karya pada pemilihan umum Juli 2009 dinilai karena lemahnya kepemimpinan partai. Oleh karena itu, Munas Partai Golkar pada 5-8 Oktober 2009 di Pekanbaru Riau menjadi penting untuk melahirkan pemimpin baru yang kuat dan solid. Jika tidak, partai ini akan semakin terpuruk dalam pemilihan umum ke depan.

Unsur sintaksis narasumber yang digunakan Kompas cenderung

merupakan pihak-pihak netral yang tidak memiliki kepentingan tertentu di

munas. Mereka adalah JB Sumarlin (mantan Menteri Keuangan), Cosmas

Page 122: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxii

Batubara (mantan Menteri Tenaga Kerja), dan Sulasikin Murpratomo (mantan

Menteri Urusan Peranan Wanita).

Kompas membuat alur berita yang bersifat evaluatif, dimana

narasumber yang ditampilkan Kompas pada awalnya memberikan penilaian

terhadap kekurangan Partai Golkar selama ini. Akan tetapi pada bagian akhir,

terutama pada subjudul pertama “Masih diperhitungkan”, Kompas berusaha

menunjukkan sisi bahwa Partai Golkar sebenarnya masih punya harapan besar

untuk bangkit dari keterpurukan dan seharusnya tetap harus bertahan dengan

kekuatan yang dimiliki saat ini, misalnya dari sisi kualitas kader dan

pengalaman partai. Lihat potongan berita berikut.

Munculnya persaingan para calon ketua Partai Golkar dari kalangan mapan dan cukup dikenal masyarakat dalam Munas mendatang, menurut Cosmas, mengindikasikan bahwa Partai Golkar masih diperhitungkan sebagai pilihan sosial politik bangsa.

Hingga saat ini, menurut Sulasikin, Golkar adalah satu-satunya partai lama yang masih bertahan utuh. “Golkar jangan sampai mengikuti partai-partai lain yang mau dipecah. Meskipun didalam partai ada konflik kepentingan, partai harus tetap utuh,” ujarnya.

Namun pada kenyataannya, Sutta Dharma dan Suhartono merasa

sangat kecewa dengan tata cara dan peristiwa yang terjadi pada saat munas

berlangsung. Suhartono sebenarnya mengharapkan munas berlangsung

demokratis dan tidak ada intervensi dari penguasa agar harapan-harapan

terhadap munas dapat tercapai. Namun yang terjadi justru sebaliknya.

“Mengecewakan, karena intervensi penguasa melalui berbagai cara seperti tekanan kepada pimpinan partai golkar di daerah yang menjabat pimpinan, intervensi di panitia munas golkar, kehadiran konsultan politik Fox, yang pernah meng-arrange SBY-Boediono saat pilpres, tekanan pejabat militer, termasuk kehadiran sekretaris kabinet Sudi Silalahi di malam pemilihan ketum golkar. Kehadiran Sudi baru diketahui beberapa jam setelah pemilihan usai.” (Wawancara dengan Suhartono)

Page 123: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxiii

Pernyataan hampir serupa diungkapkan Sutta Dharma. Sutta berharap,

Partai Golkar sebagai partai tua seharusnya bisa memanfaatkan Munas sebagai

proses demokrasi yang bisa dicontoh partai lain. Namun pada pelaksanaannya,

momentum tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh Partai Golkar.

“Golkar sebagai partai yang memiliki pengalaman panjang seharusnya memelopori menjadikan Munas partai sebagai puncak pelaksanaan berdemokrasi yang sesungguhnya. Munas seharusnya dimulai dari proses berdemokrasi dari tingkat ranting, cabang, daerah, wilayah, sampai ke pusat. Pembicaraan bukan dimulai dari orang tapi dimulai dari evaluasi, perumusan tantangan bangsa ke depan dan program untuk menjawab tantangan tersebut. Berdasarkan itu semua, figur pimpinan baru dipilih, bukan karena faktor perkoncoan, primordialisme, melanggengkan kekuasaan, atau uang.” (Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra)

3. Isu Politik Uang dan Pragmatisme dalam Pemilihan Ketua Umum

Bukan rahasia jika Partai Golkar identik dengan politik uang. Image

tersebut melekat pada Partai Golkar dan khususnya mantan Presiden Soeharto

pada saat pemerintahan orde baru. Pada masa itu, KKN (Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme) dan suap menyuap adalah hal yang dianggap lumrah demi

pencapaian dan pelanggengan kekuasaan. Sayangnya, politik uang atau politik

transaksional masih menjadi isu sentral dalam setiap aktivitas politik Partai

Golkar. Padahal Partai Golkar telah menyatakan perubahannya dalam

“Paradigma Baru Partai Golkar” pada tahun 1999. Tindakan yang menyangkut

uang dalam proses pencapaian kekuasaan seperti ini, disebut Firmanzah dalam

buku Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik

di Era Demokrasi, dapat dikategorikan sebagai perilaku pragmatisme politik.

Page 124: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxiv

Jika ditilik dari aspek bahasa, pragmatisme dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia berarti:133

1. Kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan, pernyataan, ucapan, dan sebagainya) bergantung pada (diukur dari) penerapannya bagi kepentingan manusia

2. Paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu tidak tetap, melainkan tumbuh dan berubah terus

3. Pandangan yang memberi penjelasan yang berguna terhadap suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat, berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis

4. Gerakan di Amerika Serikat (Bidang Filsafat) yang menentang ajaran atau teori tertentu (yang mutlak serta idealism yang bersumber pada teori yang kabur) Dari pengertian tersebut, pragmatisme berarti keyakinan bahwa segala

sesuatu yang dimaksudkan untuk kebaikan bersama bisa dicapai dengan

perilaku, tindakan, dan sikap yang mengutamakan segi kepraktisan dan

kegunaan (kemanfaatan). Dalam ranah politik, pragmatisme merupakan

sesuatu tidak ideal, pasalnya pencapaian tujuan dilakukan dengan segala cara,

karena terfokus pada hasil yang sesuai dengan keinginan seseorang atau

sekelompok orang. Dengan demikian, pragmatisme adalah jalan pintas, tidak

melalui prosedur berdasar etika politik yang dihormati bersama, sehingga

memiliki kecenderungan untuk merusak tatanan sistem politik yang ada.

Dalam konteks Munas Partai Golkar, isu pragmatisme politik santer

terdengar terutama dalam agenda pemilihan ketua umum partai. Yuddy

Chrisnandi dalam beberapa kali kesempatan menyebut bahwa calon ketua

umum lain sering memberi “gizi” untuk daerah yang dikunjunginya. Secara

133 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Usaha, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1989

Page 125: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxv

denotatif, “gizi” berarti zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan

dan kesehatan badan.134 Sementara “Gizi” yang dimaksud Yuddy tidak lain

adalah uang yang dibagi-bagikan agar daerah tersebut memberikan suara

kepada sang calon ketua umum. Informasi yang beredar pada pelaksanaan

munas, salah satu calon ketua umum mampu memberikan Rp 500 juta hingga

1 miliar untuk satu suara. Yuddy bahkan menuntut Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) segera melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap

pemilik suara di munas yang sebagian besar adalah pejabat negara. Berdasar

Undang Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2009 Pasal 12 B, Pegawai Negeri

Sipil (PNS) dan penyelenggara negara diwajibkan untuk melaporkan

pemberian uang diatas Rp 10 juta kepada KPK135. Selanjutnya KPK yang

memutuskan apakah uang pemberian tersebut termasuk gratifikasi atau bukan.

Namun seperti sudah diduga, politik transaksional ini tidak bisa dibuktikan

dengan jelas kecuali hanya dari desas-desus pihak-pihak tertentu.

Sebenarnya secara terbuka para calon ketua umum berani menyatakan

mengeluarkan banyak dana dalam proses pencalonan. Namun mereka

menampik anggapan bahwa dana kampanye tersebut digunakan untuk

membeli suara. Aburizal dan Surya Paloh mengatakan bahwa mereka hanya

memberi santunan kepada daerah-daerah yang mereka kunjungi. Bantuan

tersebut merupakan uang pembinaan agar operasional DPD bisa berjalan baik,

bukan untuk membeli suara DPD yang bersangkutan.

134 Ibid, hal: 279 135 Selengkapnya lihat berita Kompas, Selidiki Politik Uang di Munas: Lebih dari Separuh

Pemilik Suara adalah Pejabat Negara, terbit 8 Oktober 2009

Page 126: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxvi

Disisi lain, jauh-jauh hari sebelum munas, Aburizal juga berjanji

memberikan dana abadi sebesar 1 triliun untuk kas Partai Golkar jika dirinya

terpilih menjadi ketua umum. Dana abadi tersebut akan digunakan untuk

membangun kantor DPP baru yang lebih representatif. Janji Aburizal ini

mendapat respon yang beragam dari kader partai. Sebagian pejabat Partai

Golkar menganggap saat ini Partai Golkar memang masih membutuhkan

orang kaya untuk membesarkan partai. Pengurus Partai Golkar tidak sedikit,

sehingga butuh penyokong kokoh untuk menghidupi organisasi. Gubernur

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Muladi menyatakan, Partai

Golkar membutuhkan banyak uang untuk menggerakkan mesin partai di 500

daerah. Sebagai perbandingan, menurut Muladi, untuk membayar rekening

listrik kantor dan gaji pegawai DPP saja membutuhkan uang Rp 300 juta per

bulan.136 Namun sebagian lain, Yuddy diantaranya, menyatakan bahwa janji

Aburizal Bakrie tersebut justru memperkuat pragmatisme politik yang telah

ada dalam internal partai. Bahkan ketika Aburizal akhirnya menang dalam

pemilihan ketua umum, menurut Yuddy, hal itu menandakan idealisme dan

moral Partai Golkar telah mati karena kalah dengan uang.

Kompas beberapa kali membahas politik uang dan pragmatisme politik

partai ini dalam pemberitaannya. Berikut adalah gambaran isu politik uang

dan pragmatisme yang dibentuk oleh Kompas.

136 Lihat selengkapnya dalam Kompas, “Aburizal Bakrie Dinilai Tepat Jadi Ketua Umum”, edisi 5

Agustus 2009

Page 127: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxvii

3.1 Isu politik uang dan pragmatisme dalam

pemilihan Ketua Umum dalam Pandangan Kompas

Berita di Kompas yang bertema isu politik uang dan pragmatisme

dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar diantaranya adalah sebagai

berikut.

Page 128: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxviii

Tabel 3.5

Berita Bertema Isu politik uang dan pragmatisme dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar

No Judul Berita Tgl Terbit

1 Politik Uang Tercium Kuat di Munas (5) 7 Okt 2009

2 Selidiki Politik Uang di Munas

*Lebih dari Separuh Pemilik Suara adalah Pejabat Negara

(6)

8 Okt 2009

Kedua berita yang dianalisis pada sub tema ini merupakan jenis berita

straight news. Berita (5) yang berjudul “Politik Uang Tercium Kuat di

Munas” ditulis oleh dua wartawan, Sutta Dharmasaputra dan Suhartono.

Judul pada berita (5) menggunakan unsur what (apa) dan where (tempat).

Unsur skrip what yang tertulis menunjukkan bahwa ada indikasi terjadinya

politik uang pada pelaksanaan munas (where).

Indikasi politik uang tersebut berasal dari isu-isu yang beredar pada

saat pelaksanaan munas. Penjelasannya secara lebih lengkap dapat dilihat pada

paragraf lead berita berikut.

Menjelang pemilihan Ketua Umum Partai Golkar, Rabu (7/10) malam ini, praktik-praktik politik uang semakin kuat tercium. Informasi yang beredar, “harga” satu suara mencapai ratusan juta rupiah.

Leksikon “harga” yang digunakan Kompas mengesankan bahwa suara

pada hakikatnya tidak bisa dibeli. Harga semestinya ditujukan untuk barang

yang diperjual-belikan atau memiliki nilai jual. Penggunaan tanda kutip yang

diberikan Kompas menunjukkan keprihatinan Kompas pada transaksi jual beli

suara dan nominal harga yang sangat tinggi. Seperti yang disampaikan Dan

Page 129: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxix

Nimmo bahwa penulisan tanda kutip pada kata-kata tertentu menunjukkan

keberpihakan media meskipun tersembunyi dalam koridor etika obyektivitas.

Untuk unsur sintaksis narasumber pada berita ini, Kompas cukup

beragam dan lengkap sesuai prinsip cover both sides yang dikedepankan

Kompas, antara lain Yuddy Chrisnandi, Marwah Daud Ibrahim (disebut

sebagai tim sukses Tommy Soeharto), Ketua Sidang Paripurna Fadel

Muhammad, Zainal Bintang (disebut sebagai pendukung Surya Paloh), dan

Akbar Tandjung (disebut sebagai tim sukses Aburizal Bakrie). Dalam hal ini

Kompas, sesuai dengan kebijakan redaksinya, berusaha menggunakan

narasumber perwakilan dari masing-masing pihak yang berkepentingan.

Sikap Kompas justru terlihat dari pilihan alur dan pernyataan dari

masing-masing narasumber. Pada bagian awal berita, indikasi politik uang

disampaikan oleh dua calon ketua umum, yakni Yuddy Chrisnandi dan tim

sukses Tommy Soeharto, Marwah Daud Ibrahim. Kedua pihak ini

memberikan sinyal bahwa politik uang memang terjadi dalam proses

pelaksanaan munas, utamanya dalam proses pemilihan ketua umum, dan

mengklaim bahwa pihak mereka bukanlah yang melakukan hal tersebut.

Yuddy Chrisnandi, salah seorang calon ketua umum, dalam konferensi pers, Selasa, juga mengaku mendapatkan informasi yang valid soal adanya praktik politik uang itu. “Kami juga mendengar dari sumber-sumber yang layak dipercaya dan pendukung kami di DPD (Dewan Pimpinan Daerah), saat ini semakin kencang untuk memberi tawaran yang lebih besar,” kata Yuddy.

Marwah Daud Ibrahim dari tim sukses Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto juga mencium adanya praktik politik uang itu. Pihaknya pun mendapat desakan dari daerah untuk melakukan transaksi yang juga cukup besar. Namun, lanjutnya, Tommy tetap pada pendirian tidak akan terbawa arus melakukan transaksional suara.

Page 130: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxx

Kompas juga menampilkan metafora yang merupakan sindiran Yuddy

Chrisnandi terhadap pihak yang dirasanya melakukan politik transaksional ini.

“Saya ini elang, bukan bebek. Meskipun sendiri, tetap melayang-layang,” katanya.

Artinya, meskipun Yuddy tidak mendapatkan dukungan karena dirinya tidak

memberikan materi kepada peserta munas, namun Yuddy tetap merasa

percaya diri untuk berjuang seorang diri.

Setelah pernyataan tentang politik uang dari kedua calon ketua umum,

Kompas tidak memuat pernyataan atau pendapat dari pihak dua kandidat yang

lain, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Pernyataan dari kubu Aburizal Bakrie

dan Surya Paloh ditempatkan Kompas pada sub judul kedua yakni

“Optimisme Satu Putaran” di bagian akhir berita. Namun pernyataan

keduanya tidak terkait dengan politik uang, mereka justru dipaparkan Kompas

tengah memberikan tanggapan mengenai pemandangan umum dukungan DPD

I dan organisasi massa (ormas) kepada mereka, serta mengklaim bahwa calon

yang mereka unggulkan bisa meraih kemenangan dalam satu putaran.

Alur yang dibuat Kompas tersebut menegaskan bahwa Kompas

memiliki pola pikir yang hampir serupa dengan Yuddy Chrisnandi dan

Tommy Soeharto, yakni politik uang memang ada dan diindikasikan

dilakukan oleh pihak Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Kompas tampak

memberikan sebuah penggambaran, sementara ada dua kandidat yang

mencemaskan politik uang, dua kandidat lain yang disinyalir melakukan hal

tersebut justru sibuk saling mengklaim dukungan. Keyakinan adanya politik

uang juga disampaikan oleh Wartawan Kompas Suhartono berikut.

Page 131: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxxi

“Sudah pasti, karena sejarah dan semangat kader golkar yang biasa terjebak dalam politik uang dan pragmatisme kepentingan.” (Wawancara dengan Suhartono)

Tidak berbeda jauh dengan berita (5), pada berita (6) juga

mencantumkan kata “politik uang” pada bagian judul. Bedanya, judul berita

(6) yang ditulis Sutta Dharmasaputra, Syahnan Rangkuti, dan Suhartono ini

dibuat seperti kalimat perintah untuk menyelidiki politik uang di munas.

Kesan yang hendak dimunculkan Kompas, sudah ada bukti bahwa pada munas

memang terjadi politik uang (bukan sekedar isu saja, seperti pada berita (5)

diatas). Wartawan Kompas, Sutta Dharmasaputra juga menegaskan bahwa

politik uang dalam Partai Golkar bukan hanya isu saja tetapi memang realita.

“Politik uang bukan lagi menjadi isu tapi sudah menjadi realita. Banyak kandidat menggelontorkan uang untuk mendapat dukungan. Mereka tidak berani melawan arus atau memberikan pendidikan politik pada kadernya. Panitia Munas juga tidak membuat peraturan yang ketat untuk mencegah terjadinya politik uang tapi justru menganggapnya sebagai hal yang lumrah dalam berpolitik dewasa ini. Tak pelak, Munas menjadi ajang bagi bagi uang ketimbang debat visi misi atau program brilian dan jauh ke depan.” (Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra)

Kalimat perintah dalam penulisan berita di Kompas ini juga

ditunjukkan pada pilihan kata “harus” yang terdapat pada kalimat lead.

Komisi Pemberantasan Korupsi harus menyelidiki politik uang yang terjadi di Musyawarah Nasional Partai Golongan Karya di Pekanbaru, Riau, mengingat banyak peserta Munas merupakan pejabat Negara yang tidak boleh menerima gratifikasi.

Usulan Kompas agar KPK melakukan penyelidikan berawal dari

pernyataan Yuddy Chrisnandi. Dalam tulisan Kompas, Yuddy dinyatakan

sebagai pihak yang dirugikan dalam praktek politik uang di munas.

Penempatan Yuddy sebagai korban memberi kesan bahwa Yuddy adalah

“pahlawan” yang membuka tabir kecurangan di munas, sehingga

Page 132: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxxii

menimbulkan anggapan bahwa ada pihak lain yang dijadikan sebagai

“penjahat” atau pelaku politik uang. Hal ini merupakan salah satu bentuk

konstruksi media atau berita jika dilihat dari paradigma konstruktivisme

bahwa berita bukan refleksi dari realitas, yakni muncul pihak yang dipandang

sebagai ”pahlawan” atau pihak yang benar dan ada pula pihak yang berperan

sebagai ”musuh” atau pihak yang jahat.137

Unsur sintaksis narasumber yang digunakan Kompas antara lain

Yuddy Chrisnandi, Tommy Soeharto, Aburizal Bakrie, Sugeng Prawoto

(disebut sebagai tim sukses Surya Paloh), dan anggota DPR dari fraksi Partai

Golkar. Alur penceritaan dan penempatan narasumber pada berita (6) hampir

sama dengan berita (5). Pada bagian awal, Yuddy dan Tommy memberikan

pernyataannya mengenai politik uang yang terjadi pada saat munas. Yuddy,

diceritakan menuntut penyelidikan oleh KPK terhadap pejabat pemerintah

yang menjadi peserta munas. Sementara Tommy, menyatakan tidak mau

terjebak dalam pragmatisme politik yang tidak sesuai dengan prinsip dirinya.

Berbeda dengan berita (5), pada berita (6) Kompas menampilkan

pendapat dari dua pihak yang sebelumnya dikesankan sebagai pelaku politik

uang, yakni Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Namun pernyataan Aburizal

dan Surya Paloh yang tertulis di Kompas lebih ditekankan seperti jawaban

atau pembelaan diri atas isu politik uang yang dituduhkan kepada mereka.

Aburizal Bakrie yang juga Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, ketika ditanya soal politik uang hanya menyatakan bahwa setiap pengurus daerah membutuhkan dana untuk pembinaan. Aburizal yakin,

137 Selengkapnya Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002, hal: 24-25

Page 133: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxxiii

uang tidak bisa mempengaruhi suara karena pemberian suara dilakukan secara tertutup dan rahasia.

Sugeng Parwoto sebagai tim sukses Surya Paloh membantah keras adanya politik uang atau jual beli suara di munas. “Kita tidak punya kemampuan memberi uang sampai Rp 500 juta,” ujarnya.

Kedua pernyataan tersebut kemudian disanggah kembali oleh seorang

fungsionaris partai Golkar yang enggan disebutkan namanya. Kerahasiaan

narasumber ini, menurut wartawan Kompas Suhartono, karena Kompas selalu

menjaga narasumber yang tidak bersedia disebutkan identitas dirinya. Dalam

kebijakan keredaksian, Kompas menyebutnya sebagai kebijakan untuk

menghargai hal-hal yang bersifat off the record. Dirinya menuturkan sangat

prihatin dengan Partai Golkar yang masih menggunakan uang dalam proses

politik. Dari alur tersebut, Kompas mengambil sikap untuk mendesak pihak-

pihak tertentu bahwa sikap royal memberikan uang kepada daerah-daerah

adalah bentuk politik yang menghancurkan partai itu sendiri.

4. Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada

Pelaksanaan Munas

Selain tidak bisa lepas dari pengaruh uang, Partai Golkar juga dikenal

sebagai partai yang keputusan politiknya penuh dengan rekayasa. Model

rekayasa politik yang dikembangkan orde baru bermula dari adanya

kebutuhan jangka pendek untuk keluar dari krisis ekonomi dan politik warisan

Page 134: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxxiv

orde lama, serta kebutuhan jangka panjang untuk menciptakan pemerintahan

yang kuat dan berkemampuan menjalankan pembangunan yang sukses.138

Langkah-langkah politis orde baru selanjutnya yang kental dengan

nuansa rekayasa, menurut Redi Panuju, pertama, menarik banyak pemilih

dengan peraturan monoloyalitas Pegawai Negeri Sipil (PNS). Seluruh PNS

tidak memiliki pilihan lain selain masuk dan menyalurkan aspirasi politiknya

di Golkar. Kedua, kebijakan massa mengambang (floating mass) yang

membuat parpol tidak memiliki kesempatan merambah tingkat pedesaan

sehingga pendukungnya sangat terbatas. Golkar merupakan pengecualian,

karena Golkar bisa memanfaatkan jalur ABG (ABRI, Birokrat, Golkar) yang

dapat mempermudah akses kemanapun.139 Warisan “rekayasa” ala Soeharto

ini ternyata tetap dilestarikan Partai Golkar. Meskipun telah mendeklarasikan

perubahan pasca Reformasi 1998, masyarakat masih belum bisa menghapus

anggapan miring tersebut. Pasalnya, sebagian tokoh-tokoh Partai Golkar yang

masih bertahan hingga saat ini merupakan loyalis Golkar pada era Soeharto.

Dalam proses pelaksanaan Munas Partai Golkar, indikasi rekayasa

keputusan politik kembali tercium media. Sekali lagi, rekayasa diduga untuk

memuluskan jalan calon ketua umum agar lebih mudah memenangkan

kompetisi. Indikasi rekayasa sudah terendus sejak penentuan tata tertib sidang,

pemilihan pimpinan sidang, aturan dan tata cara pemilihan ketua umum,

hingga rekayasa kericuhan. Kericuhan dalam pelaksanaan munas ini dianggap

138 Selengkapnya lihat Eep Saefulloh Fatah, Pengkhianatan Demokrasi ala Orde Baru: Masalah

dan Masa Depan Demokrasi Terpimpin Konstitusional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal: 23

139 Redi Panuju, Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2009, hal: 39-40

Page 135: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxxv

kubu Surya Paloh sebagai sebuah kesengajaan untuk mempermalukan Partai

Golkar dan Jusuf Kalla (JK) sebagai Wakil Presiden pada waktu itu.

Keributan yang terjadi pada peserta munas disebabkan karena

beberapa hal. Pertama, permasalahan surat mandat ganda dari DPD II

Kepualuan Seribu, Langkat, dan Halmahera Tengah. Dalam pasal 6 soal

penentuan peserta munas disebutkan bahwa peserta harus membawa surat

mandat dari DPD masing-masing yang diputuskan dalam Musyawarah Daerah

(Musda).140 Surat mandat yang sah juga digunakan sebagai legitimasi hak

suara milik DPD yang bersangkutan untuk keperluan voting. Kedua, kesalahan

prosedur yang terjadi ketika peserta munas mulai melakukan pemungutan

suara pemilihan ketua umum. Hal ini menyebabkan banyak peserta munas

tersulut emosi dan pemungutan suara diulang kembali. Kedua permasalahan

ini membuat peserta munas melakukan protes dan interupsi. Para peserta

saling berteriak, berebut mic, berdiri, bahkan hampir terjadi baku hantam.

Indikasi rekayasa yang terjadi pada pelaksanaan Munas Partai Golkar

ternyata juga menjadi perhatian Kompas dan menempati beberapa space

pemberitaannya. Untuk lebih jelasnya, indikasi rekayasa dan kericuhan pada

pelaksanaan munas dalam teks berita yang disajikan di Harian Kompas dan

pendapat Kompas sendiri dapat dilihat sebagai berikut.

4.1 Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada

Pelaksanaan Munas dalam Pandangan Kompas

140 Kompas, “Perebutan Pimpinan Munas: Munas Golkar akan Berlangsung Sengit”, edisi 6

Oktober 2009

Page 136: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxxvi

Berita di Kompas yang bertema indikasi rekayasa dan kericuhan pada

pelaksanaan munas yang dianalisis, yaitu:

Page 137: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxxvii

Tabel 3.6

Berita Bertema Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada Pelaksanaan Munas

No Judul Berita Tgl Terbit

1 Perebutan Pimpinan Munas

*Munas Golkar Akan Berlangsung Sengit (7)

6 Okt 2009

2 “Dinamika Politik” yang Bisa Mempermalukan (8) 7 Okt 2009

Berita (7) yang berjudul “Perebutan Pimpinan Munas: Munas

Golkar Akan Berlangsung Sengit” ditulis oleh tiga wartawan, yakni Sutta

Dharmasaputra, Suhartono, dan Syahnan Rangkuti. Berita ini adalah jenis

berita straight news, sementara berita (8) berjudul “Dinamika Politik yang

Bisa Mempermalukan” yang ditulis oleh Suhartono adalah feature news.

Pada berita (7), judul berita menggunakan unsur what (apa), yakni

terjadinya perebutan pimpinan munas dan how (bagaimana) yakni perebutan

pimpinan tersebut diperkirakan berlangsung dengan sengit. Prediksi Kompas

bahwa pelaksanaan rapat dalam munas berlangsung dengan sengit juga

terpapar dalam lead berita.

Rapat Paripurna I Musyawarah Nasional VIII Partai Golongan Karya yang dimulai Senin (5/20) akan berlangsung seru dan sengit. Agenda yang krusial adalah pemilihan pimpinan sidang dan pengesahan tata tertib.

Kata “sengit” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tajam,

keras, sangat menyakiti hati, pedas, hebat, dahsyat, dan bengis.141 Sehingga

leksikon “sengit” yang digunakan Kompas menunjukkan ada pihak-pihak

yang bertikai dan saling menyerang dalam pelaksanaan munas. Kata sengit

mengesankan bahwa pihak-pihak yang bersaing tersebut sama-sama kuat

141 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Usaha, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, cetakan kedua, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal: 815

Page 138: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxxviii

sehingga sulit menentukan siapa yang akan memenangkan persaingan.

Dalam penjelasan lebih lanjut, Kompas berusaha memaparkan bahwa

ada banyak hal dalam pelaksanaan munas yang dapat memicu terjadinya

rekayasa politik. Rekayasa ini dengan mudah bisa menyulut kericuhan,

sehingga pelaksanaan munas diprediksi berlangsung ramai. Kata yang dapat

menunjukkan hal ini, salah satunya adalah metafora “bermuka dua”.

Peserta juga sudah terbelah, khususnya antara kubu Surya Paloh dan Aburizal Bakrie. Tiap-tiap kandidat juga mengklaim dapat dukungan yang besar sehingga diperkirakan banyak pengurus daerah yang “bermuka dua” atau banyak yang bukan pemegang mandat atau juga ada daerah yang terpecah dan masing-masing membuat mandat sendiri.

Metafora “bermuka dua” yang berarti tidak jujur atau tidak satu

pendiriannya ini ditujukan kepada pengurus daerah (DPD). Kompas

memberikan penegasan bahwa kepengurusan daerah sebenarnya memiliki

kepentingan ketika menjadi pendukung salah satu calon, misalnya untuk uang

atau kekuasaan. Jika DPD bisa memanfaatkan keadaan dengan mendukung

lebih dari satu calon, kemungkinan untuk mendapatkan apa yang menjadi

tujuan mereka menjadi lebih besar. Seperti pengakuan dari Wartawan Kompas

Suhartono yang meliput secara langsung di Pekanbaru Riau berikut.

“Pengakuan sejumlah ketua DPD Golkar yang juga merangkap bupati atau walikota. Kebetulan mereka bukan sosok yang bersih dalam memerintah sehingga gampang "ditekan" oleh aparat kejaksaan yang notabene dibawah pemerintah sehingga mereka bisa diatur untuk memilih calon yang dikehendaki oleh pemerintah. Dalam hal ini, untuk mendukung Aburizal Bakrie. Juga kehadian Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi waktu itu di salah satu ruang di acara pemilihan ketum golkar.” (Wawancara dengan Suhartono)

Prediksi adanya rekayasa dari internal peserta rapat juga dituliskan

Kompas dalam proses pemilihan pimpinan sidang dan penentuan aturan

Page 139: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxxxix

pemilihan ketua umum partai berikut.

Selain itu, pemilihan orang dari DPP, DPD I, dan ormas pun akan ramai karena setiap kandidat akan berusaha memasukkan orangnya sebagai pimpinan Sidang.

Informasi yang berkembang, sudah ada upaya agar pemilik suara hanya bisa mengusulkan satu nama sehingga dari empat bakal calon yang ada bisa langsung dikerucutkan, bahkan bisa langsung ditetapkan menjadi ketua umum.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Wartawan Kompas, Sutta

Dharmasaputra yang melihat secara langsung pelaksanaan munas.

“Dalam politik, rekayasa adalah sebuah hal yang tidak bisa dihindari untuk mencapai sebuah tujuan. Karena itu, saya tidak dalam posisi yang anti terhadap sebuah proses rekayasa. Yang terpenting adalah tujuan dari rekayasa tersebut. Masing-masing tim sukses calon, pasti selalu menempatkan orang-orangnya untuk memuluskan pencapaian tujuan, mulai dari posisi panitia Munas, penentuan peserta Munas, Pimpinan Munas.” (Wawancara dengan Sutta Dharmasaputra)

Kompas tidak menggunakan unsur sintaksis narasumber berkompeten

untuk menjelaskan prediksi pelaksanaan munas, misalnya dari panitia

pelaksana atau panitia pengarah munas. Narasumber yang digunakan Kompas

justru fungsionaris Partai Golkar yang tidak mau disebutkan namanya. Hal ini

semakin menguatkan bahwa banyak hal yang disembunyikan pada

pelaksanaan munas, sehingga peserta munas yang memberikan keterangan

kepada media enggan untuk dipublikasikan identitasnya. Namun dilain pihak,

Suhartono mengakui memang banyak menemui kendala dalam mewawancarai

narasumber yang berkompeten. Pasalnya, banyak rapat yang tertutup bagi

wartawan dan basecamp kubu ketua umum yang jauh dan sulit ditempuh.

Sementara, berita (8) menggunakan judul khas feature, yakni

dituliskan dengan huruf miring. Dari judul tersebut, dapat menggambarkan

Page 140: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxl

bahwa Kompas mengambil kesimpulan “dinamika politik” (leksikon dari

Kompas untuk menyebutkan kericuhan yang terjadi pada saat munas)

merupakan sesuatu yang justru bisa mempermalukan Partai Golkar sendiri.

Kesan yang muncul, Kompas tidak sepakat bahwa kericuhan yang terjadi

dianggap sebagai sebuah dinamika politik yang wajar. Hal ini dibuktikan

dengan pemberian tanda kutip pada kata “dinamika politik”.

Leksikon “dinamika politik” tersebut juga dikonfrontir dalam tubuh

berita tepatnya dalam pemilihan narasumber berita. Unsur sintaksis

narasumber yang digunakan Kompas, pertama, Wakil Ketua DPR Priyo Budi

Santoso (merupakan pendukung Aburizal Bakrie) menganggap bahwa

kericuhan yang terjadi adalah sesuatu yang wajar-wajar saja terjadi dalam

pelaksanaan sebuah musyawarah nasional.

“Dinamika politik itu biasa dan kita bisa menyelesaikannya. Tetapi jangan sampai mempermalukan Golkar dan terutama Pak Kalla sebagai Wapres,” ujarnya lagi

Pernyataan tersebut langsung dikonfrontir Kompas dengan jawaban

Ketua Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang juga merupakan tim

sukses Surya Paloh, Zainal Bintang. Pernyataan Zainal Bintang dituliskan

Kompas dengan memberikan gambaran singkat tentang penyebab kericuhan.

Zainal heran, sumber masalah yang menyebabkan kericuhan dalam sidang, selain mic dan perangkat tata suara (sound system) yang ngadat sehingga terjadi rebutan antar peserta, juga karena akumulasi persaingan antar pendukung calon ketua umum yang sudah terpolarisasi.”Jadi mereka pun gampang tersulut dengan keributan kecil,” katanya lagi.

Zainal menegaskan bahwa kericuhan yang terjadi bukan proses dinamika

politik yang dianggap wajar oleh Priyo Budi Santoso, karena diindikasikan

Page 141: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxli

sengaja dilakukan pihak-pihak tertentu yang memiliki tujuan tertentu pula.

Menurut Sutta Dharma, pada dasarnya Partai Golkar adalah partai

yang tidak menghindari konflik namun tidak menyimpan konflik tersebut

dalam jangka panjang. Kericuhan yang terjadi dalam pelaksanaan munas

adalah wujud kekecewaan dan kemarahan pendukung yang tidak siap

menerima kekalahan. Pasalnya, kemenangan didapatkan dengan cara yang

tidak elegan dan tidak demokratis. Oleh karena itu, menurut Suhartono,

seluruh perilaku elite di dalam gedung memang patut diwaspadai, misalnya

dari hal yang paling kecil seperti ajakan pergi ke toilet.

“…pada saat itu, para pemilih bisa ditekan atau dipengaruhi dengan bujuk rayu atau lainnya dengan berbagai cara seperti diajak ke toilet dan disitulah dilakukan transaksi atau pembayaran tunai upah memilih calon.” (Wawancara dengan Suhartono)

Leksikon yang digunakan Kompas selanjutnya adalah gonjang-ganjing

yang terdapat pada lead berita. Gonjang ganjing mengandung makna bahwa

pelaksanaan munas ini penuh dengan permasalahan internal, sehingga terjadi

pergolakan dan kebingungan dari internal partai sendiri. Sedangkan untuk

latar berita, hampir setengah tubuh berita banyak digunakan Kompas untuk

mendeskripsikan kericuhan yang terjadi di ruang rapat.

Dari pemaparan tersebut, pada awal berita, Kompas tampak

menjelaskan kejadian dan pergolakan yang terjadi saat rapat berlangsung. Dua

narasumber yang berbeda pendapat dimunculkan, sehingga mengesankan

Kompas mengambil posisi aman dalam prinsip cover both sides. Namun

disatu sisi Kompas tampak lebih memberikan perhatian bagi pernyataan

Zainal Bintang yang menegaskan bahwa kericuhan yang terjadi bukan sesuatu

Page 142: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxlii

yang wajar, namun sebagai implikasi dari kepentingan beberapa pihak yang

bisa mempermalukan partai ini.

5. Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas

Sejak Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDIP) kalah dalam

Pemilu 2004 dan Megawati menyatakan diri sebagai partai oposisi, peran

oposisi sering dibicarakan dalam arena politik beberapa tahun kebelakang.

Oposisi menurut Prof. Dr. A. Hoogerwerf disebabkan ketidakpuasan terhadap

kekuasaan yang terpolarisasi pada kelompok-kelompok yang mampu

menampung tuntutan-tuntutan (artikulasi kepentingan) mereka.142 Oposisi

PDIP pada saat itu, menurut fungsionaris PDIP Tjahjo Kumolo adalah oposisi

yang efektif, mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada

rakyat.143 Oposisi ini kemudian sering disebut sebagai oposisi konstruktif.

Karena Partai Golkar juga mengalami kekalahan yang sama seperti

PDIP, partai ini juga memiliki dua pilihan politis: bergabung dalam koalisi

besar atau menjadi oposisi pemerintah. Wacana yang berkembang awalnya

melalui pernyataan Jusuf Kalla (JK), Partai Golkar berniat menjadi oposisi. JK

menganggap kekalahannya sebagai capres pada pemilu 2009 adalah penanda

bahwa Partai Golkar tidak bisa lagi mendampingi pemerintahan SBY.

Peran oposisi sebenarnya masih menjadi perdebatan pelaku politik di

Indonesia. Pengamat politik Indra J Piliang menyatakan, perangkat

ketatanegaraan Indonesia yang menggunakan sistem kabinet presidensial 142 Redi Panuju, Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book Publisher,

Yogyakarta, 2009, hal: 31 143 Ibid, hal: 121

Page 143: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxliii

didesain bukan untuk membentuk pemerintahan koalisi atau oposisi. Hanya

sistem kabinet parlementer yang dapat memunculkan kekuatan oposisi.144

Pelaksanaan munas pada tanggal 5-8 Oktober 2009 kemudian menjadi

sangat politis mengingat Presiden SBY baru melantik Kabinet Indonesia

Bersatu Jilid 2 pada 20 Oktober 2009. Pihak-pihak yang menginginkan koalisi

dengan pemerintah, diindikasikan berusaha mempercepat pelaksanaan munas.

Tujuannya agar setelah munas, kader Partai Golkar dapat dipilih SBY sebagai

menteri. Seperti diketahui, SBY masih menginginkan Partai Golkar bergabung

dalam koalisi besar Partai Demokrat hingga 2014. Menurut Redi Panuju145,

hal ini dikarenakan SBY dengan Partai Demokrat membutuhkan sekutu

karena masih terlalu lemah untuk dapat membendung kekuatan politik

eksternalnya.

Pada saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar, 12-13

Agustus 2009, Aburizal yang mendukung koalisi, berusaha memajukan

tanggal pelaksanaan munas pada akhir bulan September 2009. Usul Aburizal

ini ditolak, meskipun munas tetap dijadwalkan sebelum pelantikan kabinet.

Bahkan pada hari-hari menjelang munas berlangsung, calon ketua umum

pendukung oposisi, Yuddy Chrisnandi, masih sempat mengusulkan untuk

memundurkan munas kembali pada bulan Desember. Alasannya, untuk

menghormati dan ikut prihatin terhadap korban gempa Padang pada 30

September 2009 yang masih berduka.

144 Ibid, hal: 121-122 145 Ibid, hal: 47

Page 144: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxliv

Pilihan koalisi atau oposisi Partai Golkar juga menjadi pembicaraan

politik nasional secara luas. Terlebih, dua calon kuat ketua umum partai ini

secara tegas menyatakan arah politik yang berbeda. Aburizal mendukung

koalisi, sementara Surya Paloh menginginkan Partai Golkar memosisikan diri

menjadi oposisi. Jika Partai Golkar memilih koalisi, dianggap Presiden Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring, akan membuat parlemen menjadi

tumpul. Penyebabnya, fraksi-fraksi di DPR sebagian besar merupakan koalisi

besar pendukung SBY dan kader Partai Golkar Priyo Budi Santoso baru saja

terpilih sebagai Wakil Ketua DPR. Namun jika Partai Golkar mendeklarasikan

diri menjadi partai oposisi pemerintah, tentu ini merupakan hal baru bagi

partai yang identik dengan warna kuning ini. Pasalnya, Partai Golkar selalu

berada dalam lingkaran kekuasaan dan sangat asing dengan oposisi.

Terpilihnya Aburizal Bakrie menjadi titik tolak penentuan koalisi

Partai Golkar bersama Partai Demokrat dalam pemerintahan. Empat kader

Partai Golkar akhirnya mendapat kehormatan untuk masuk dalam Kabinet

Indonesia Bersatu jilid 2, diantaranya Menteri Koordinator Kesejahteraan

Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono, Menteri Perindustrian M.S Hidayat,

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Menteri Negara Badan

Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar.

5.1 Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas dalam

Pandangan Kompas

Berita di Kompas yang bertema Posisi Politik Partai Golkar Pasca

Munas yang dianalisis peneliti diantaranya sebagai berikut.

Page 145: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxlv

Page 146: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxlvi

Tabel 3.7

Berita Bertema Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas

No Judul Berita Tgl Terbit

1 Golkar Belum Berubah Sejak Orde Baru (9) 9 Okt 2009

2 Partai Golkar Diharapkan Tetap Komit Jadi Oposisi (10) 12 Okt 2009

Berita (9) yang berjudul “Golkar Belum Berubah Sejak Orde Baru”

dan berita (10) yang berjudul “Partai Golkar Diharapkan Tetap Komit

Jadi Oposisi” sama-sama merupakan jenis berita straight news. Kedua berita

ini diterbitkan setelah prosesi Munas Partai Golkar VIII usai. Oleh karena itu,

isi pemberitaannya menyoroti hasil dan keputusan politik terutama

menyangkut posisi politis Partai Golkar dalam pemerintahan 2009-2014 yang

dirumuskan pada saat munas.

Untuk berita (9), pembahasan berita secara umum ingin berfokus pada

pelaksanaan Munas Partai Golkar yang masih dipenuhi dengan rekayasa

politik seperti pada masa orde baru, termasuk diantaranya adalah kemenangan

Aburizal Bakrie menjadi ketua umum partai ini.

Kompas menggunakan unsur sintaksis tiga narasumber yang cukup

netral, yakni pengamat politik dari tiga instansi berbeda, diantaranya Arbit

Sani (pengamat politik dari Universitas Indonesia), Daniel Sparingga

(pengamat politik dari Universitas Airlangga), dan Lili Romli (pengamat

politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Ketiganya memberikan

penilaian yang hampir serupa terhadap pelaksanaan munas, bahwa banyak

catatan yang harus diperbaiki partai ini untuk kehidupan politik selanjutnya.

Page 147: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxlvii

Seperti yang diungkapkan oleh wartawan Kompas Sutta

Dharmasaputra berikut.

“Sayangnya, (Munas) belum menunjukkan kemajuan besar yang banyak diharapkan banyak orang. Persaingan antar kandidat sangat ketat tapi lebih banyak diwarnai politik uang ketimbang pertarungan pemikiran politik. Pembicaraan Munas juga lebih banyak diwarnai soal pemilihan ketua umum ketimbang program partai lima tahun ke depan, atau permasalahan riel yang dihadapi bangsa ini.” (Wawancara dengan Sutta Dharmsaputra)

Menurut Sutta, Munas lebih banyak berkutat pada persoalan pemilihan

ketua umum sehingga persoalan partai dalam pemerintahan atau permasalahan

bangsa kurang mendapat porsi pembahasan yang besar. Padahal, pembahasan

persoalan partai, seperti koalisi atau oposisi sangat berpengaruh terhadap

program-program politik dalam usaha pemenangan pemilu 2014.

Dalam pemaparan Kompas, Arbit Sani menilai bahwa kemenangan

Aburizal adalah kemenangan Presiden SBY, karena Aburizal dari awal sudah

menyatakan akan bergabung dengan pemerintahan SBY jika dirinya terpilih

menjadi ketua umum. Koalisi Partai Golkar dengan pemerintah ini,

ditambahkan Lili Romli, akan memunculkan banyak konsekuensi.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lili Romli, menilai kemenangan Aburizal Bakrie akan membuat Dewan Perwakilan Rakyat tumpul karena Partai Golkar dipastikan akan berkoalisi dengan Partai Demokrat. “Sudah jelas pernyataan Ical sebelumnya bahwa dia akan membawa Partai Golkar bergabung dengan partai pemenang pemilu,” katanya.

Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Wartawan Kompas Suhartono.

Aburizal Bakrie sejak awal memang sudah berancang-ancang menjadi partai

koalisi Demokrat. Dibuktikan dengan datangnya Aburizal Bakrie ke kediaman

Presiden SBY setelah munas berakhir.

Page 148: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxlviii

“Sesaat setelah Ical terpilih, Ical langsung menemui SBY di Cikeas untuk menyatakan koalisinya dengan pemeirntah. Tentu, itu akan dilakukan oleh Ical yang sudah mendapat "restu" dari pemerintah untuk memegang Golkar. Golkar saat itu memang menantikan kadernya untuk menjadi orang pemerintah. karena, golkar terbiasa dan tidak bisa "hidup" jika tidak berkoalisi dengan pemerintah.” (Wawancara dengan Suhartono)

Leksikon tumpul digunakan Kompas diatas, menunjukkan bahwa DPR

sebagai lembaga perwakilan dari rakyat sudah tidak bisa lagi memperjuangkan

kepentingan rakyat dalam mengkritisi pemerintah. Kritik-kritik DPR terhadap

pemerintah diprediksi tidak akan setajam jika ada partai besar yang

berkomitmen untuk menjadi oposisi. Dalam hal ini, Kompas memberikan

porsi pemberitaan yang cukup besar terhadap pernyataan Lili Romli. Hal ini

dibuktikan pada penulisan berita pada bagian akhir.

Kemenangan Ical juga telah mengubah peta politik dan pemerintahan Indonesia. Kekuatan atau peran eksekutif akan lebih dominan dibandingkan dengan legislatif, seperti yang terjadi pada masa orde baru.

Dengan demikian, lanjut Lili, dikhawatirkan akan muncul demokrasi jalanan seperti yang terjadi menjelang reformasi tahun 1998.

Sementara berita (10), yang merupakan kelanjutan berita (9), pada

bagian judul Kompas langsung menunjuk pada posisi politik oposisi yang

diharapkan diambil Partai Golkar. Kompas tidak menggunakan unsur skrip

who (siapa) pada judul maupun lead berita untuk menunjuk siapa yang

mengharapkan Partai Golkar menjadi oposisi. Sehingga anjuran atau harapan

tersebut seolah menjadi harapan Kompas dan harapan kebanyakan orang.

Unsur skrip who (siapa) yang mengusulkan posisi oposisi Partai

Golkar ditempatkan Kompas pada tubuh berita, yakni Presiden Partai

Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring. Selain Tifatul Sembiring,

Kompas memakai narasumber lain, yakni Sultan Hamengku Buwono X

Page 149: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxlix

(disebut sebagai mantan anggota Dewan Penasehat Partai Golkar), dan Hestu

Cipto Handoyo (disebut sebagai ahli hukum tata Negara dari Universitas Atma

Jaya Yogyakarta).

Anjuran itu disampaikan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring di Jakarta, Jumat (9/10) petang. Ia berpendapat, posisi tawar Golkar tetap lemah apabila memilih bergabung dengan koalisi besar pimpinan Partai Demokrat. “Karena itulah, secara pribadi saya menganjurkan Golkar tetap memegang komitmen menjadi oposisi,” katanya.

Pemilihan narasumber yang tidak menolak anjuran Tifatul Sembiring

mengesankan Kompas ingin menunjukkan bahwa pernyataan Tifatul tentang

posisi oposisi pemerintah adalah sesuatu yang benar dan cenderung ideal yang

seharunya diambil oleh Partai Golkar. Ketidakidealan posisi Partai Golkar

juga dikuatkan dengan pernyataan Hestu Cipto Handoyo yang menggunakan

leksikon “lingkaran kekuasaan”.

Hestu Cipto Handoyo menilai kepemimpinan Aburizal Bakrie lima tahun kedepan akan mirip dengan gaya kepemimpinan Kalla. Golkar akan memilih masuk dalam lingkaran kekuasaan.

Leksikon kekuasaan pada gabungan kata “lingkaran kekuasaan”

menunjukkan bahwa kekuasaan disini adalah kekuasaan dalam lingkup

pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan dikesankan menjadi sesuatu yang

negatif karena di tempatkan pada sebuah lingkup (lingkaran), sehingga seakan

terpisah atau dibedakan dengan pihak yang dikuasai (rakyat).

Page 150: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cl

B. Melihat Bingkai Pembaca Kompas terhadap

Pelaksanaan Munas Partai Golkar

Ada empat tahapan yang peneliti lakukan dalam menganalisa analisis

framing ini. Tahap pertama, pengumpulan data pada level teks media berupa

berita pilihan seputar Munas Partai Golkar VIII pada Harian Kompas. Tahap

kedua, pengumpulan data pada sisi produksi berita yakni bagian keredaksian

Harian Kompas. Tahap ketiga, pengumpulan data pada level audience atau

pembaca Harian Kompas yang pernah membaca pemberitaan mengenai Munas

Partai Golkar. Tahap terakhir yakni pembandingan hasil analisis teks dan pihak

redaksi media massa dengan analisis hasil wawancara dengan pembaca Kompas.

Analisis teks berita dan kebijakan redaksional Kompas telah diuraikan

dalam bahasan sebelumnya, sedangkan pada sub bab kedua ini peneliti mencoba

melihat bingkai dan pandangan pembaca Kompas dalam mengkonstruksi realitas

Munas Partai Golkar VIII. Metode yang dipakai adalah wawancara mendalam

(depth interview) dengan pembaca Kompas yang pernah membaca pemberitaan

Munas Partai Golkar dan memiliki pemahaman yang cukup tentang peristiwa

tersebut. Teknik ini digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui bagaimana

pandangan pembaca tentang Munas Partai Golkar pada umumnya dan Partai

Golkar pada khususnya setelah membaca pemberitaan di Harian Kompas.

Wawancara dilakukan peneliti berawal dari asumsi dasar framing yang

salah satunya berada pada level individu. Pengguna media massa, dalam hal ini

pembaca Kompas, bukan merupakan individu yang pasif dalam menerima terpaan

media. Menurut Robert Entman, terdapat sekumpulan ide yang tersimpan dalam

Page 151: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cli

diri individu yang membimbing individu pengguna media massa tersebut untuk

memproses informasi. Pan dan Kosicki juga menegaskan bahwa frame of

reference atau kerangka acuan individu pengguna media massa tersebut memiliki

dampak signifikan pada persepsi, pengorganisasian, dan interpretasi terhadap

informasi yang masuk.146

Pembaca Kompas yang diwawancarai adalah responden dari kategori

khalayak intelek yang dipilih berdasarkan pada beberapa kriteria yang ditentukan

peneliti. Diantaranya adalah pernah membaca pemberitaan mengenai Munas

Partai Golkar VIII di Harian Kompas pada bulan Oktober 2009 sekurang-

kurangnya dua berita, serta memiliki pemahaman yang cukup baik tentang Munas

Partai Golkar dan perkembangan politik bangsa secara umum. Dengan

pemahaman yang baik, diharapkan responden tersebut memiliki kompetensi dan

relevansi dengan permasalahan yang diangkat. Berikut adalah profil singkat

masing-masing responden penelitian ini.

a) Responden I : Eko Setiawan

Eko Setiawan berasal dari Bangka Belitung dan sedang menempuh

kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS Surakarta. Bersama

dengan Ansyor (responden II), Eko berlangganan Harian Kompas dan

hampir membaca keseluruhan rangkaian pemberitaan mengenai Munas

Partai Golkar. Selain surat kabar, laki-laki 22 tahun ini memperoleh

informasi mengenai Munas Partai Golkar melalui media televisi

khususnya Metro TV dan beberapa kali menyaksikan TV One. Eko

146 Selengkapnya lihat Dietram A. Scheufele, Framing as Theory of Media Effect, Journal of

Communication, Vol. 49, Internasional Communication Assosiation, 1999, hal: 107

Page 152: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clii

mengaku sangat tertarik dengan wacana yang berkembang pada Munas

Partai Golkar karena menurutnya, partai ini memiliki tapak sejarah yang

berpengaruh langsung terhadap perkembangan politik bangsa Indonesia.

Peneliti tertarik melakukan wawancara dengan Eko karena Eko adalah

Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) FISIP 2008 serta aktif atau pernah

aktif di berbagai organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),

Himpunan Mahasiswa Komunikasi (HIMAKOM) FISIP UNS, dan

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Visi FISIP UNS. Wawancara dengan

Eko berlangsung menyenangkan karena Eko sangat kritis, berwawasan

luas dan sangat antusias dengan peristiwa Munas Partai Golkar.

b) Responden II : Ansyor

Ansyor adalah laki-laki asli Palembang yang juga sedang

melanjutkan kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. Sama halnya

dengan Eko, Ansyor yang berlangganan Harian Kompas sering

menyempatkan diri membaca pemberitaan Munas Partai Golkar.

Ketertarikan Ansyor terhadap pemberitaan Munas Partai Golkar didorong

oleh rasa penasarannya terhadap pilihan politis yang diambil partai ini.

Ansyor juga sering menyaksikan pemberitaan Munas Partai Golkar di

Metro TV dan TV One, meskipun Ansyor menilai pemberitaan di Metro

TV pada saat munas tampak tidak obyektif. Ansyor memiliki banyak

prestasi dan merupakan aktivis kampus. Dirinya mengikuti berbagai

organisasi seperti HMI, HIMAKOM FISIP UNS, LPM Visi FISIP UNS,

Page 153: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cliii

serta Student English Club. Ansyor berwawasan luas dan pribadi yang

menyenangkan sehingga wawancara berlangsung santai dan interaktif.

c) Responden III : Kisbandi Virdha Kurniawan

Kisbandi Virdha Kurniawan berasal dari Sragen dan saat ini

tinggal di Solo karena dirinya sedang menyelesaikan kuliah di Ilmu

Komunikasi FISIP UNS. Kisbandi tidak berlangganan Harian Kompas dan

bukan pembaca Kompas yang aktif, akan tetapi dirinya beberapa kali

membaca berita mengenai Munas Partai Golkar di surat kabar tersebut.

Ketertarikan laki-laki berusia 24 tahun ini terhadap Munas Partai Golkar

sebenarnya bermula dari banyaknya pemberitaan mengenai munas ini di

TV One dan Metro TV. Selain itu, menurut Kisbandi, Partai Golkar

berbeda karena memiliki tokoh-tokoh politik besar yang sama-sama

memiliki kesempatan besar untuk menjadi ketua umum. Sebelum

menentukan Kisbandi sebagai responden, peneliti melakukan beberapa

kali diskusi dengan Kisbandi. Peneliti tertarik dengan pola pikir Kisbandi

mengenai politik yang unik dan berbeda, sehingga peneliti memilihnya

sebagai salah satu responden. Wawancara dengan Kisbandi berjalan

dengan lancar dan menyenangkan.

d) Responden IV : Ertika Nanda

Ertika Nanda adalah gadis asli Temanggung yang kini masih

menempuh kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. Ertika

memiliki banyak prestasi, mulai dari tingkat lokal hingga internasional,

serta aktif di beberapa organisasi. Ertika yang juga merupakan Mawapres

Page 154: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cliv

UNS 2009 ini sebenarnya bukan pembaca aktif Kompas, namun dirinya

sempat membaca berita mengenai Munas Partai Golkar dan

menyaksikannya di Metro TV. Ertika mengaku tidak terlalu mengikuti

perkembangan dunia politik secara menyeluruh, namun Partai Golkar

adalah partai yang cukup lama dikenalnya karena faktor orang tuanya yang

mengidolakan salah satu tokoh dari partai ini. Dari pengalaman dan

prestasinya tersebut, peneliti meyakini Ertika memiliki wawasan dan

pengetahuan yang luas dan terbuka sehingga layak untuk dijadikan

responden. Wawancara dengan Ertika berlangsung santai karena Ertika

banyak memberikan komentar-komentar segar dalam setiap jawabannya.

e) Responden V : Rorie Asya’ri

Rorie Asya’ri bertempat tinggal di Karanganyar meskipun dirinya

adalah orang Solo. Rorie masih menempuh studi di Jurusan Ilmu

Komunikasi FISIP UNS. Diusianya yang masih 22 tahun, Rorie memiliki

banyak prestasi, diantaranya sebagai Putra Solo pada tahun 2007 dan

Cosmopolitan Men 2009. Profesi Rorie sebagai pembawa berita di TA TV

serta Master of Ceremony (MC) di berbagai acara menuntut Rorie untuk

sering membaca dan melihat tayangan berita teraktual, salah satunya

mengenai Munas Partai Golkar. Bagi Rorie, Munas Partai Golkar harus

disimak karena Partai Golkar adalah partai besar di negeri ini. Rorie

sebenarnya gemar membaca banyak macam surat kabar, namun untuk

pemberitaan Munas Partai Golkar, dirinya hanya mengetahui dari Kompas

Page 155: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clv

dan Metro TV. Rorie adalah pribadi yang supel dan cerdas sehingga

wawancara berjalan hangat dan menyenangkan.

f) Responden VI : Haris Firdaus

Haris Firdaus berasal dan bertempat tinggal di Sukoharjo meskipun

dalam kesehariannya lebih sering berada di Kota Solo. Laki-laki berusia

23 tahun ini adalah seorang fresh graduate yang kini tengah meniti

kariernya sebagai wartawan di Majalah Gatra. Ketika masih menjadi

mahasiswa, Haris adalah seorang aktivis pers mahasiswa yang dikenal

cerdas, kritis, memiliki banyak prestasi, bahkan sempat menerbitkan

sebuah buku. Lulusan cum laude ini sering menyempatkan diri untuk

membaca Harian Kompas. Mengenai pemberitaan Munas Partai Golkar,

Haris yang hobi menulis puisi ini memiliki banyak ketertarikan terutama

dalam penayangan siaran langsung penghitungan suara pemilihan ketua

umum di Metro TV dan TV One. Alasannya dalam melihat pemberitaan

mengenai isu ini bagi Haris karena Munas Partai Golkar yang disiarkan

langsung melalui media televisi ini terjadi kericuhan dan konfrontasi

politik yang tajam. Wawancara dengan Haris sangat mengasyikkan, karena

Haris adalah sosok yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang sangat

luas karena kegemarannya membaca.

g) Responden VII : Paramita Sari

Paramita Sari berasal dari Yogyakarta namun berkuliah di Jurusan

Ilmu Komunikasi FISIP UNS Surakarta. Paramita beberapa kali membaca

pemberitaan Munas Partai Golkar terutama pada bulan Oktober dan

Page 156: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clvi

menyaksikan tayangan beritanya di TV One dan Metro TV. Ketertarikan

Paramita, disebabkan karena adanya keterkaitan berita Munas Partai

Golkar dengan skripsi yang tengah ia kerjakan. Menurut Paramita yang

juga menjadi tenaga pengajar Jurnalistik di SMA Negeri 4 Yogyakarta ini,

dirinya merasa penasaran karena pada masa menjelang munas ada wacana

publik yang sangat gencar mengenai isu koalisi dan oposisi pemerintah.

Peneliti tertarik menjadikan Paramita sebagai responden penelitian karena

Paramita adalah sosok perempuan yang cerdas dan banyak membaca

literatur sosial politik. Wawancara dengan Paramita berlangsung santai

dan interaktif karena Paramita senang bertukar pikiran.

h) Responden VIII : Joni Rusdiana

Joni Rusdiana lahir di Banjarnegara dan selama beberapa tahun

terakhir Joni menetap di Kota Solo. Joni kini tengah menempuh kuliah

program magister di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. Joni yang kini

menjadi tenaga pengajar di Universitas Boyolali adalah mantan aktivis

pers mahasiswa yang sangat kritis dan cerdas. Sebenarnya Joni tidak

secara khusus mencari pemberitaan Munas Partai Golkar ketika membaca

Harian Kompas. Namun dirinya beberapa kali membaca berita Munas

Partai Golkar karena menurutnya, munas sebuah partai adalah sesuatu

yang penting untuk diketahui. Terlebih lagi, Partai Golkar adalah partai

besar yang memiliki cerita sejarah yang sangat panjang. Peneliti sangat

tertarik menjadikan Joni sebagai responden penelitian karena Joni adalah

sosok yang sangat cerdas dan berwawasan luas. Terbukti, wawancara

Page 157: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clvii

dengan Joni berlangsung cukup lama, menyenangkan dan banyak

informasi yang didapatkan peneliti.

Untuk mengetahui persepsi delapan responden penelitian tersebut

mengenai Munas Partai Golkar ke VIII, peneliti mengelompokkan hasil

wawancara mereka ke dalam lima sub tema yang telah ditentukan diawal.

1. Pandangan Pembaca Kompas terhadap

Persaingan Perebutan Kursi Ketua Umum Partai Golkar

Persaingan dalam perebutan Ketua Umum Partai Golkar ternyata

mendapat perhatian yang besar dari pembaca Kompas. Penyebabnya, selain

karena ada persaingan secara terbuka di media massa, para kandidat ketua

umum adalah tokoh-tokoh politik di Indonesia yang sudah cukup lama dikenal

masyarakat. Kiprah mereka dalam dunia politik tidak saja terdengar pada saat

pelaksanaan munas, tapi sudah semenjak bertahun-tahun yang lalu. Berikut

dipaparkan pendapat pembaca Kompas mengenai masing-masing kandidat

Ketua Umum Partai Golkar.

Berdasarkan huruf abjad, kandidat pertama adalah Aburizal Bakrie

atau yang kerap disapa dengan nama Ical. Ical sudah sejak lama dikenal

masyarakat sebagai salah satu konglomerat atau orang paling kaya di

Indonesia. Kelompok perusahaan keluarganya, Bakrie Group of Companies,

terdiri dari perusahaan-perusahaan besar yang sukses dibidang usahanya

masing-masing, antara lain pertambangan, telekomunikasi, media massa, real

estate, dan lain sebagainya. Setelah menjadi saudagar kaya, Ical kemudian

Page 158: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clviii

loncat pagar menjadi politisi di bawah bendera Partai Golkar. Namun

kekayaan Ical kemudian sering dipermasalahkan dalam perjalanan karir

politiknya. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Rorie Asya’ri

berikut.

“Aburizal Bakrie memang orang yang kaya dan Golkar jadi money oriented, apa-apa seperti hanya uang dan uang. Tapi Aburizal Bakrie memang dia berpengalaman, pengalaman organisasi dia panjang, dia juga orang yang ‘punya’. Tapi harus diingat partai politik itu tidak hanya memimpin partai politik saja tapi juga memimpin banyak orang dan memimpin bangsa walaupun dalam scoop yang lebih kecil, yakni anggota Golkar.” (wawancara dengan Rorie Asyari)

Menurut Rorie, tidak hanya karena kaya, nama Aburizal Bakrie

dikenal luas masyarakat sejak kasus semburan lumpur panas dari perusahaan

miliknya, PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong,

Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur sejak 27 Mei 2006, tidak kunjung

terselesaikan. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini

menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan

perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas

perekonomian di Jawa Timur.147 Bahkan hingga kini, para korban masih

meminta pertanggungjawaban PT Lapindo Brantas atas kerugian yang mereka

derita. Permasalahan ini dianggap Rorie merupakan sebuah kasus berat yang

erat kaitannya dengan pencalonan Aburizal Bakrie menjadi ketua umum.

“…Kalau kita mau flashback, dia tersangkut masalah Lapindo dan itu belum beres. Justru banyak pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Lapindo. Jadi alangkah tidak pantas dan tidak layak apabila seorang ketua dipilih berdasar materi, tanpa memerhatikan kurangnya dia. Lapindo saja

147 http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo Akses tanggal 27 Pebruari 2010

pukul 19.27 WIB

Page 159: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clix

belum kelar, bagaimana kalau ada masalah di Golkar, apa tidak ada kemungkinan dia akan ignore?” (wawancara dengan Rorie Asyari)

Melihat permasalahan yang sedemikian pelik, menurut Rorie,

mempersulit posisi Aburizal dalam bursa pencalonan ketua umum. Namun,

pernyataan berbeda di katakan oleh Eko Setiawan. Menurut Eko, banyak

alasan yang membuat Aburizal bisa dengan mudah memenangkan kompetisi.

Salah satunya karena Aburizal telah mempersiapkan pencalonan dirinya sejak

beberapa tahun silam.

“Ical cukup baik dalam membangun dukungan, mulai dari menggaet Akbar Tandjung maupun Agung Laksono. Ical memang terlihat sangat siap menghadapi munas ini sampai ke internal DPD. Yang kedua, meminjam istilah Yuddy yaitu ‘gizi’ atau apalah namanya, namun itu belum terbukti.” (wawancara dengan Eko Setiawan)

Aburizal, dalam pandangan Eko, cukup cerdas membangun jaringan

pendukung dalam internal partai. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya

dukungan yang mengalir, terutama dari tim suksesnya yang terdiri dari tokoh-

tokoh penting Partai Golkar pada masa lalu, yakni Akbar Tandjung dan Agung

Laksono. Aburizal juga dinilai Eko telah berhasil merangkul kepengurusan di

daerah-daerah untuk mendukung pencalonan dirinya. Meskipun demikian,

menurut Eko, Aburizal tidak bisa lepas dari isu politik uang dalam pencapaian

tujuan politiknya tersebut.

Kandidat kedua adalah Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto.

Tommy adalah anak bungsu mantan Presiden Soeharto yang pada masa orde

baru kerap dijuluki dengan julukan Pangeran Cendana. Reputasi Tommy

sebenarnya tidak terlalu baik di mata pembaca Kompas. Tommy adalah

seorang pengusaha yang pengalaman politik di Partai Golkar sangat minim.

Page 160: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clx

Terlebih lagi Tommy pernah masuk penjara karena menjadi otak pembunuhan

Hakim Agung yang menangani kasus korupsinya, Syafiuddin Kartasasmita

pada 26 Juli 2001. Namun, menurut Joni Rusdiana, bagaimanapun label

“Keluarga Cendana” masih memiliki magnet yang cukup besar di masyarakat.

“…dia berusaha menghidupkan lagi dinasti bapaknya, karena Cendana itu kuat. Sosok Golkar, Soeharto, Cendana itu sangat kuat. Cendana saya pikir masih punya pe-de (percaya diri) yang sangat besar, meskipun juga dicaci masyarakat habis-habisan, dibongkar dengan perkara yang besar dan banyak. Tapi tetap pe-de karena seperti dinasti di Indonesia. Sepertinya dia merasa bahwa mahkota dari bapaknya itu diberikan ke dia. Trackrecord Tommy kita sudah tahu suka main wanita, suka balap, bisnis kotor.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Menurut Joni, meskipun Tommy memiliki masa lalu yang kurang terpuji,

tetapi Tommy masih memiliki kesempatan dalam bursa pemilihan Ketua

Umum Partai Golkar karena faktor nama besar keluarganya tersebut.

Pendapat berbeda disampaikan Ertika Nanda. Menurut Ertika,

meskipun Tommy masih mengandalkan nama orangtuanya, masyarakat

Indonesia sudah tidak lagi memercayai apa saja yang diwariskan oleh keluarga

Soeharto. Dalam pernyataan Ertika, masyarakat sudah mulai dewasa, dapat

menentukan mana yang baik dan yang tidak baik untuk masa depan politik

bangsa.

“…dia bergerilya kepada tetua Golkar dan mungkin hanya mengandalkan dia sebagai putra pimpinan masa orde baru. Tapi itu ya lucu, karena dia masih berani, masyarakat kita kan sudah lebih krtitis.” (Wawancara dengan Ertika Nanda)

Meskipun langkah politik Tommy Soeharto masih dianggap sebagian

orang mendompleng nama-nama besar tokoh pada masa lalu, uniknya Tommy

berusaha menggunakan cara dan pendekatan yang berbeda. Tommy mengaku

Page 161: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxi

tidak menerapkan cara “politik dagang sapi” atau politik jual beli suara seperti

yang ia tuduhkan kepada calon ketua umum lain. Tommy hanya menawarkan

bantuan program “Trikarya” bagi kepengurusan daerah jika dirinya terpilih

nanti. Hal ini dilihat Ansyor sebagai perubahan yang sangat positif dari

seorang Tommy Soeharto.

“…mungkin sebagian orang menganggap dia akan melakukan segala cara di munas. Tapi saya melihat dia mau memperbaiki citra dirinya yang selama ini mungkin dianggap korup.” (Wawancara dengan Ansyor)

Dalam pandangan Ansyor, pencalonan Tommy Soeharto sebagai

Ketua Umum Partai Golkar sekaligus sebagai bukti kepada masyarakat bahwa

Tommy Soeharto yang sekarang tidak sama dengan Tommy Soeharto yang

dulu. Tommy Soeharto yang sekarang bukan merupakan sosok yang dekat

dengan korupsi ataupun suap menyuap seperti yang sudah melekat pada

dirinya dan keluarganya pada masa lampau.

Kandidat Ketua Umum Partai Golkar selanjutnya adalah Surya Paloh.

Surya Paloh cukup dikenal pembaca Kompas sebagai seorang pengusaha

media massa. Surya Paloh selalu berusaha menempatkan dirinya sebagai

tokoh yang nasionalis dan sering muncul di media dengan orasi politiknya

yang terkenal keras. Salah seorang pembaca Kompas yang menganggap

demikian adalah Joni Rusdiana.

“…dia ingin mencitrakan dirinya nasionalis. Aku tertarik ketika Tsunami Aceh dia mengambil kebijakan medianya yang pertama terjun ke lapangan, media lain enggak. Tampaknya dia ingin jadi orang yang dianggap kacang sing ora lali karo lanjaranne. Dia memang berada di Jakarta, tapi asalnya bukan dari Jakarta, dia punya kampung halaman. Dia ingin membesarkan kampung halaman. Dia nasionalis, tapi aku kurang tahu nasionalis yang seperti apa. Soalnya dia nasionalis yang teoritis

Page 162: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxii

PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara) banget. Bahasanya berapi-api tapi esensinya tidak tahu.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Joni berpendapat, Surya Paloh menggunakan dua cara untuk

menunjukkan tingkatan nasionalisme dirinya. Pertama, meskipun dirinya telah

sukses di ibu kota Jakarta namun Surya Paloh tetap memberikan perhatian

yang besar kepada tanah kelahirannya di wilayah Paloh, Nangroe Aceh

Darussalam. Kedua, Paloh sering melakukan orasi dan pidato politik yang

berapi-api tentang nasionalisme bangsa, terutama di media miliknya, Metro

TV dan Media Indonesia. Namun dilain pihak, terlalu seringnya Surya Paloh

muncul di media, menurut Joni, justru menimbulkan kesan yang buruk

terhadap Surya Paloh sendiri.

“…Penting juga, dia salah satu orang yang narsis. Metro TV itu ketika Surya Paloh meresmikan apa saja, pasti diliput.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Senada dengan Joni, Haris Firdaus juga menganggap Surya Paloh

adalah tokoh politik yang terlalu sering muncul di media. Eksistensi Surya

Paloh, menurut Haris, bukan karena prestasinya di dunia politik. Melainkan

karena Surya Paloh memanfaatkan media massa miliknya untuk

mempopulerkan diri. Metro TV pun selalu berusaha menampilkan citra positif

terhadap sosok Surya Paloh. Padahal jika ditelisik lebih jauh, menurut hemat

Haris, Surya Paloh sebenarnya memiliki sejarah politik yang dekat dengan

orde baru.

“… dia sebenarnya terlau narsis. Surya Paloh sebenarnya pemain lama, pemain sangat senior di bidang pers dari sejak orde baru. Dia dekat sekali dengan orang-orang orde baru. Jadi saya heran bagaimana dia bisa memimpin Metro yang seolah-olah sangat reformis dan demokratis, padahal Surya Paloh punya rekam jejak yang sangat dekat dengan orde

Page 163: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxiii

baru. Dia adalah pengusaha yang menguasai berbagai macam koran di jaman orde baru dan itu tidak ada yang bisa menandingi.” (Wawancara dengan Haris Firdaus)

Citra Surya Paloh yang lekat dengan orde baru ini, dalam pandangan

Haris, berusaha ditutup Surya Paloh dengan bentuk media massanya, Metro

TV, yang selalu kritis dan reformis.

Kandidat terakhir adalah Yuddy Chrisnandi. Nama Yuddy sebelumnya

tidak terlalu dikenal oleh masyarakat meskipun dirinya aktif dalam

kepengurusan DPP Partai Golkar. Namun pada saat pencalonan Yuddy

menjadi Ketua Umum Partai Golkar, Yuddy lebih sering muncul di media

massa. Yuddy dikesankan media sebagai tokoh muda yang masih menjunjung

idealisme tinggi terhadap partai. Kemunculannya menjadi salah satu calon

ketua umum dianggap pembaca Kompas seperti sebuah oase ditengah

pragmatisme politik para calon ketua umum. Salah satu pembaca Kompas

yang memiliki pendapat serupa adalah Paramita Sari.

“…Sebenarnya dia benar-benar visioner, mungkin dia ada kepentingan tapi dia adalah kandidat yang paling bersih dari keempat kandidat lain.” (Wawancara dengan Paramita Sari)

Paramita menggunakan kata “bersih” untuk menunjukkan bahwa

dalam persaingan pemilihan Ketua Umum Partai Golkar memang ada dugaan

terjadi politik uang, sedang Yuddy Chrisnandi adalah kandidat ketua umum

yang dipercaya tidak melakukan hal tersebut. Sementara Kisbandi Virdha

mencoba realistis bahwa Yuddy juga mengeluarkan banyak uang dalam proses

pemilihan meskipun tidak ditujukan untuk membeli suara. Namun disisi lain,

Page 164: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxiv

Kisbandi mengakui bahwa Yuddy adalah seorang generasi muda yang

memiliki idealisme tinggi untuk membesarkan partai.

“…walaupun dia menawarkan “cuma” dengan biaya 1 milyar, tapi dia punya idealisme yang tinggi untuk memperbaiki keterpurukan partai. Satu-satunya yang ditawarkan itu hanya idealismenya saja. Dia juga kritis karena dia termasuk golongan pemuda. Jadi saya rasa dia lebih kritis daripada tiga kandidat lainnya. Tapi seperti pemikiran kaum muda, dia juga hanya kritis tanpa hati-hati atau sembrono, tanpa melihat imbas setelah melakukan itu. Terlebih lagi dia juga tidak menawarkan sesuatu yang lain, dia hanya menawarkan idealisme saja.” (Wawancara dengan Kisbandi Virdha Kurniawan)

Sayangnya menurut Kisbandi, Yuddy hanya memanfaatkan

kepercayaan masyarakat tentang generasi muda yang kritis dan idealis dalam

menyikapi dinamika politik yang tengah terjadi. Yuddy, sebagai calon yang

paling muda diantara calon yang lain, menjadikan doktrin tersebut sebagai

kekuatan dirinya. Dalam bahasa Eko Setiawan, Yuddy memang tidak punya

kekuatan lain selain idealisme tersebut.

“…Yuddy tidak punya senjata lain untuk menyerang calon lain. Yuddy tidak punya uang untuk mempengaruhi, kemudian mengajak untuk kembali pada sesuatu yang lebih ideal.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Secara terbuka sebelum munas, keempat kandidat tersebut saling

menyerang dan menjatuhkan calon lain di media massa. Persaingan antar

calon Ketua Umum Partai Golkar yang diekspos besar-besaran di media massa

merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat. Kampanye di media massa

biasanya hanya dilakukan dalam proses pileg atau pilpres yang melibatkan

seluruh rakyat Indonesia. Namun Rorie menganggap persaingan calon Ketua

Umum Partai Golkar di media merupakan sesuatu yang lumrah dan hanya

merupakan rangkaian kampanye politik biasa. Seperti yang diungkapkan oleh

Page 165: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxv

Norris (2000) yang dikutip Firmanzah, bahwa kampanye politik adalah suatu

proses komunikasi politik, di mana parpol atau kontestan individu berusaha

mengkomunikasikan ideologi maupun program kerja yang mereka

tawarkan.148

“Biasa peperangan dalam media itu. Sebagai negara demokrasi tentunya Indonesia seharusnya melegalkan, saling menjatuhkan melalui media itu hal yang lumrah. Karena mereka pasti ada agenda untuk menjatuhkan pesaing mereka yang pasti berimbas pada elektabilitas, atau untuk mempopulerkan diri agar terkesan lebih mampu dibandingkan yang lain.” (Wawancara dengan Rorie Asyari)

Saling serang, klaim dukungan, menuduh pihak lain yang dilakukan

oleh keempat calon ketua umum dan masing-masing tim suksesnya, dalam

kacamata Rorie, merupakan sesuatu yang bisa di maklumi di era keterbukaan

informasi. Setiap pihak berhak menyampaikan pendapat dan gagasan, asalkan

sesuai dengan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena, seperti yang

diungkapkan Amien Rais, dalam sistem pemerintahan demokrasi, pemerintah

menjamin kebebasan berpendapat dan persuratkabaran.149

Namun, Ertika menuturkan, akan lain halnya jika para calon ketua

umum bukan pemilik media. Pemilihan ketua umum partai pada dasarnya

tidak berdampak secara langsung bagi masyarakat Indonesia secara

keseluruhan. Namun karena dua dari empat calon ketua umum adalah pemilik

media berita terbesar di Indonesia, pemberitaan tentang persaingan ini menjadi

agenda utama media yang bersangkutan.

148 Firmanzah, Ph.D, Marketing Politik, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007, hal: 267 149 Selengkapnya lihat Eep Saefulloh Fatah, Pengkhianatan Demokrasi ala Orde Baru: Masalah

dan Masa Depan Demokrasi Terpimpin Konstitusional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal: 9

Page 166: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxvi

Ertika mencontohkan jika calon ketua umum Partai Demokrat

merupakan pemilik media, terutama media televisi, maka munas dan

pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat pasti juga menjadi topik

pemberitaan utama. Senafas dengan Ertika, Kisbandi juga menilai

kepemilikan media sangat berpengaruh terhadap citra Partai Golkar di

masyarakat dan elektabilitas sang calon ketua umum.

“Jelas persaingan tidak seimbang. Dua kandidat, Ical dan Surya Paloh punya media besar skala nasional. Sebenarnya kalau dipartai lain pun kalau kandidat-kandidatnya ingin meraih posisi Ketua Umum mereka punya media, itu juga akan terlihat seperti Golkar. Terlihat “Wah” karena kandidat ketua umum Golkar punya media. Jadi dia begitu di blow up-nya sampai segitunya, kita pun kaget, kok Golkar pemilihannya sampai sebegitunya.” (Wawancara dengan Kisbandi Virdha Kurniawan)

Lebih jauh, Haris menyayangkan sikap media massa yang demikian.

Media seharunya menjadi pihak yang netral dan independen dari intervensi

apapun dari luar, termasuk dari persoalan modal. Inilah yang mendasari

adanya pembedaan pimpinan dalam sebuah perusahaan media massa, yakni

pemimpin redaksi dan pemimpin perusahaan. Pemisahan ini bertujuan untuk

menjaga agar idealisme di ruang redaksi tidak mendapat pengaruh dari

permasalahan kapital pada ruang perusahaan dan iklan. Namun dalam

prakteknya, pemilahan kepentingan ini sangat sulit untuk diterapkan.

Pasalnya, seperti yang diutarakan Brian McNair, bahwa isi media salah

satunya ditentukan oleh kekuatan ekonomi dan politik (political approach).

“…mereka mendayagunakan media massa mereka. Ini menunjukkan pada satu kondisi tertentu, media massa tidak bisa lepas dari jerat persoalan modal. Metro yang berani dan kritis, sampai pada pemilik, seperti sudah selesai persoalannya. Itu sebenarnya salah, publik tidak butuh siapa calon Golkar, dukungannya seperti apa. Golkar hanya satu partai politik saja, dan itu pemilihannya bersifat internal. Ini menunjukkan

Page 167: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxvii

watak asli media kita bahwa mereka tidak bisa mandiri dari modal. Idealisme bahwa ruang usaha berpisah dari ruang redaksi itu susah sekali kalau sudah menyangkut pemilik.” (Wawancara dengan Haris Firdaus)

Meskipun Aburizal Bakrie dan Surya Paloh merupakan pemilik media

massa, dalam perspektif Haris, seharusnya mereka bisa memilahkan

kepentingan pribadi dengan kepentingan media. Masyarakat Indonesia tidak

memiliki hak suara terhadap pemilihan Ketua Umum Partai Golkar, hak suara

hanya dimiliki oleh utusan dari masing-masing Dewan Pengurus Daerah

(DPD) Partai Golkar. Jadi, pemasangan iklan kampanye yang cukup besar di

surat kabar dan pemberitaan yang berlebihan di media televisi, menurut Haris,

berarti mempergunakan ruang publik dengan cara yang tidak bijaksana. Pun

demikian dengan kader Partai Golkar. Dalam pandangan Haris, para kader

sebenarnya tidak membutuhkan iklan atau pemberitaan yang terlalu banyak di

media massa. Sebagai anggota partai yang merasakan secara langsung

kepemimpinan para kandidat, mereka seharusnya sudah memiliki penilaian

tersendiri terhadap masing-masing kandidat.

Menurut Haris, salah satu kriteria ketua umum Partai Golkar yang

ideal adalah ketua umum yang memulai karir politiknya dari bawah, bukan

sosok yang masuk ke dalam partai karena punya uang dan dukungan. Seperti

yang tertulis pada poin keenam Visi Partai Golkar pada periode kepengurusan

2004-2009, yang menjelaskan bahwa Partai Golkar adalah partai yang

mengakar. Artinya, partai ini berusaha agar anggota dan kadernya tumbuh dan

berkembang dari bawah berdasar azas prestasi, bukan nepotisme atau kolusi.

Partai Golkar sebenarnya punya banyak kader berkualitas, tapi kemudian

Page 168: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxviii

banyak kader baru yang masuk. Dalam pandangan Haris, Partai Golkar terlalu

banyak menerima intervensi dari orang-orang diluar partai yang memiliki

kekuatan kapital dan kekuasaan.

Pendapat berbeda disampaikan Rorie. Rorie mencontohkan, pemimpin

partai yang paling ideal adalah kepemimpinan model Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) di Partai Demokrat. Selama enam tahun terakhir, SBY

menjadi maskot Demokrat, meskipun banyak anggapan bahwa unsur

ketokohan di Partai Golkar terlalu tinggi. Namun Rorie melihat, bentuk

kepemimpinan ini seharusnya ditiru oleh partai lain karena hampir tidak ada

gejolak dalam internal partai.

Gejolak dalam internal partai memang menjadi persoalan yang serius

di Partai Golkar. Permasalahan internal seperti pertikaian dan perbedaan arah

politik para kadernya seolah menjadi konsumsi orang banyak. Citra partai

yang demikian tentu berpengaruh terhadap elektabilitas Partai Golkar untuk

pemilu mendatang. Oleh karena itu, Ketua Umum Partai Golkar yang terpilih

harus mampu memperkuat hubungan antar kader dan anggota partai. Seperti

yang diutarakan oleh Eko berikut.

“Golkar harus menyolidkan internal. Karena didalam Golkar terdapat faksi-faksi tertentu, misal pendukung JK (Jusuf Kalla), pendukung Akbar, dan itu harus disolidkan untuk pemilu berikutnya, kemarin terlihat Golkar tidak solid ketika mendukung JK.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Jika partai bisa menunjukkan kesolidan internal di depan publik,

menurut Eko, masyarakat akan menaruh kepercayaan yang besar. Semakna

dengan Eko, Paramita juga menganggap bahwa citra partai adalah kebutuhan

yang tidak bisa ditawar lagi. Sebenarnya ada beberapa strategi yang bisa

Page 169: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxix

dilakukan untuk menjaga citra parpol menurut Firmanzah, diantaranya

konsistensi terhadap image yang sudah terbentuk, rasionalisasi image yang

telah ada, idealisasi dari image politik yang telah tercipta, dan menciptakan

fantasi tentang simbol-simbol yang ada.150 Namun, menurut Paramita, citra

Partai Golkar yang baru justru belum terlihat jelas dan nyata.

“Seharusnya dia harus memperlihatkan dengan jelas kepada masyarakat tentang citra Golkar sendiri karena di masa orde baru citra Golkar negatif. Yang ideal untuk posisi pimpinan Golkar kali ini dia bisa menjelaskan kepada masyarakat bahwa Golkar itu sudah berubah, dia tidak lagi menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam hal yang negatif, tapi dia berada dalam pemerintahan yang menjalankan tugasnya dengan baik.” (Wawancara dengan Paramita Sari)

Paramita menegaskan bahwa Partai Golkar harus bisa menghadirkan

karakter partai yang baru dan menghapuskan citra orde baru dalam tubuh

Partai Golkar. Pendapat senada dinyatakan oleh Joni. Namun Joni

menganggap, citra Partai Golkar yang lekat dengan orde baru ini justru yang

menyebabkan Partai Golkar mampu bertahan pada tingkat akar rumput.

“…Golkar itu pemain lama. Golkar itu sangat multikultur, banyak kepentingan, dia partai besar yang sangat susah untuk ditumbangkan. Menurutku Golkar itu sudah mengakar dari masyarakat, sosok-sosok Golkar, seperti Soeharto bersama menteri-menteri sampai bawah-bawahnya. Buat masyarakat kampung terutama, buat mereka, PNS kan masih menjadi prestis yang prestisius.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Joni sependapat dengan Paramita bahwa seharusnya citra buruk orde

baru, salah satunya mencakup politik yang menggunakan uang, harus

dihapuskan jika ingin Partai Golkar tetap mendapat dukungan dari tingkat

sosial masyarakat lainnya. Namun dilain pihak, Partai Golkar tidak bisa

150 Op.Cit, hal: 249

Page 170: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxx

menafikkan kebutuhan uang untuk menjalankan roda organisasi. Dalam

pandangan Kisbandi, organisasi tidak mungkin bisa bertahan tanpa sokongan

keuangan yang kuat. Maka paling tidak, sebagai partai besar di Indonesia,

Ketua Umum Partai Golkar haruslah orang kaya.

“Ketua umum Golkar syaratnya, selain bermodal kuat, karena sekarang partai kan biaya operasional partai sangat tinggi, dia juga harus punya kemampuan untuk meramu atau meracik sistem agar berjalan dengan lancar.” (Wawancara dengan Kisbandi Virdha)

Jadi, meskipun kebutuhan keuangan organisasi sangat tinggi, Kisbandi

juga menekankan pentingnya kapabilitas dan idealisme ketua umum untuk

membesarkan partai. Tidak berbeda jauh dengan Kisbandi, Ansyor

menuturkan, idealisme yang tinggi seperti visi dan misi Yuddy Chrisnandi

adalah kriteria yang paling dibutuhkan untuk memperbaiki paradigma baru

Partai Golkar. Uang, menurut Ansyor, bukan hal mutlak yang harus dimiliki

oleh seorang calon ketua umum.

“Seharusnya idealisme yang diutamakan, jadi tidak melihat calon itu berasal dari orang kaya. Kemudian mereka nanti bisa menghidupi partai, lalu calon itu telah memberi sesuatu kepada kita tetapi kita melihat bagaimana visi dan misi dia kedepan.” (Wawancara dengan Ansyor)

Dari pemaparan tersebut, pembaca Kompas menilai bahwa persaingan

antar calon Ketua Umum Partai Golkar pada dasarnya disebabkan oleh

kepemilikan media massa besar di Indonesia oleh dua orang kandidat sehingga

proses kampanye sangat di blow up. Persaingan yang memanas tersebut

dimanfaatkan keempat kandidat untuk saling menyerang dan menjatuhkan

pihak lain. Berikut adalah rangkuman pendapat mengenai persaingan antar

calon Ketua Umum Partai Golkar dari masing-masing responden.

Page 171: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxi

Tabel 3.8 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas

tentang Persaingan Antar Calon Ketua Umum

No Nama Pendapat 1 Eko

Setiawan Pesaingan karena kurang solidnya hubungan internal antar kader partai, sehingga para calon saling menyerang di media massa. Sebenarnya Yuddy Chrisnandi adalah calon yang paling ideal dan berkompetensi, namun Yuddy terbentur masalah dana yang terbatas. Bagaimanapun DPD membutuhkan biaya untuk operasional sehingga akan memilih calon ketua umum yang kaya dan rela mengeluarkan banyak uang untuk kader dan partai

2 Ansyor Persaingan calon sangat terlihat karena pemanfaatan media milik calon ketua umum. Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar terlalu fokus pada calon yang kaya sehingga kurang memperhatikan visi dan misi serta idealisme calon ketua umum

3 Kisbandi Virdha

Persaingan calon ketua umum tidak seimbang karena dua calon merupakan pemilik media besar nasional. Pemilihan ketua umum partai sebenarnya adalah hal yang biasa, namun pemilihan Ketua Umum Partai Golkar terlihat istimewa karena di blow up media dan para calon adalah orang-orang kaya

4 Ertika Nanda

Persaingan ketua umum di ekspos media karena faktor kepemilikan media. Selain itu juga karena ada perilaku boros para calon ketua umum, misalnya carteran pesawat untuk berangkat ke tempat munas dan pelesiran. Hal tersebut mengindikasikan adanya permainan uang.

5 Rorie Asya’ri

Persaingan di media massa sebenarnya adalah sesuatu yang lumrah dan wajar karena setiap pemilihan umum pasti ada agenda untuk saling menjatuhkan pihak lain. Namun bentuk kepemimpinan di Partai Golkar tidak ideal, karena tidak ada ketokohan yang kuat seperti SBY di Partai Demokrat.

6 Haris Firdaus

Persaingan terlalu berlebihan karena mempergunakan ruang publik di media massa. Hal ini mengindikasikan idealisme ruang redaksi media massa tidak bisa terlepas dari pengaruh kepemilikan modal. Di lain pihak, Partai Golkar terlalu banyak mendapat campur tangan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan yang kemudian masuk ke dalam partai, sehingga partai ini tidak berdaya dan tidak bisa menegakkan kedaulatan.

7 Paramita Sari

Persaingan antar calon ketua umum disebabkan karena adanya kepentingan dari masing-masing calon. Salah satunya adanya perbedaan kepentingan antara pihak yang menginginkan koalisi dan pihak yang menginginkan menjadi oposan pemerintah.

8 Joni Rusdina

Persaingan antar calon ketua umum tidak wajar karena dalam satu partai seharusnya saling mendukung dan berintegrasi. Tapi mereka menggunakan konflik karena ada kepentingan masing-masing calon ketua umum diluar kepentingan partai.

Page 172: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxii

2. Pandangan Pembaca Kompas terhadap Arti

Penting Munas

Pelaksanaan Munas Partai Golkar VIII cukup mendapat perhatian

media massa. Bukan saja karena adanya persaingan antar calon ketua umum,

namun juga karena munas kali ini adalah momentum pertemuan seluruh

pengurus daerah Partai Golkar setelah keterpurukan Partai Golkar dalam

pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2009. Para pembaca Kompas pun

meyakini bahwa pelaksanaan Munas Partai Golkar VIII memiliki arti yang

sangat penting dan menentukan arah politik Partai Golkar pada pemilu

selanjutnya. Seperti yang diutarakan oleh Joni Rusdiana berikut.

“…Pertama, munas sebuah partai itu ya penting, karena itu bagian dari demokrasi. Partai apapun, besar atau kecil. Kalau Golkar kan partai besar. Yang kecil saja diberitakan, apalagi yang besar. Berikutnya karena Golkar punya masalah, Golkar sendiri kemarin kalah. Kemudian JK (Jusuf Kalla) mendapat cacian habis-habisan. Nah, jawaban-jawaban JK dan Golkar menjadi penting. Munas juga akan menentukan apakah Golkar akan ikut pemerintahan atau tidak.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Menurut Joni, pelaksanaan Munas Partai Golkar VIII memang layak

untuk disimak dan diberitakan media. Sebabnya, sebagai partai politik paling

tua yang masih bertahan, dinamika politik yang terjadi pada Partai Golkar

cukup menentukan kondisi politik bangsa Indonesia.

Tak berbeda jauh dengan Joni, Eko Setiawan menuturkan, pelaksanaan

Munas Partai Golkar VIII kali ini memang memberikan keuntungan tersendiri

bagi Partai Golkar karena diadakan sebelum Presiden terpilih Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) secara resmi menetapkan nama-nama menteri dalam

Kabinet Indonesia Bersatu jilid II.

Page 173: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxiii

“Munas Golkar tahun ini cukup strategis, karena diadakan persis sebelum SBY menentukan kursi kabinet. Pada saat pemilu, Golkar masih gamang ketika JK kalah, Golkar akan menjadi oposisi atau ikut dalam pemerintahan masih belum jelas. Artinya ketua umum yang terpilih akan menentukan Golkar akan kemana, ketika Ical yang terpilih, Ical akan ikut SBY, tapi kalau Surya Paloh jelas akan beroposisi.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Waktu pelaksanaan munas pada awal Oktober, dalam pandangan Eko,

harus dimanfaatkan benar-benar untuk merumuskan arah politik yang dipilih

Partai Golkar: koalisi atau oposisi. Pilihan arah politik partai ini harus segera

diputuskan dalam munas, agar kader Partai Golkar mendapat kesempatan

masuk dalam kabinet SBY atau tidak. Seperti diketahui, SBY yang masih

menginginkan Partai Golkar bergabung dalam koalisi besar, juga menunggu

keputusan akan kemana Partai Golkar menempatkan posisinya dalam

pemerintahan.

Pendapat berbeda disampaikan Kisbandi Virdha. Dirinya menganggap

munas kali ini terasa sangat penting justru karena sistem pemilihan ketua

umum yang berbeda dengan pemilihan ketua umum pada Munas Partai Golkar

VII di Denpasar Bali tahun 2004 silam.

“Ada sesuatu yang baru dalam pemilihan ketua umum. Dulu kan ditentukan dengan konvensi Partai Golkar, sekarang dipilih langsung oleh DPP dan DPD nya. Nah, berarti itu kan ada peningkatan sistem walaupun masih seperti coba-coba.” (Wawancara dengan Kisbandi Virdha)

Kisbandi menyoroti, pergantian sistem ini adalah salah satu upaya

Partai Golkar untuk membuat pembaharuan positif terhadap mekanisme

partai. Selain itu, hal ini juga merupakan bukti kepada masyarakat bahwa

Partai Golkar yang sekarang bisa berlaku demokratis. Senafas dengan

Kisbandi, menurut Ertika Nanda, munas kali ini adalah pembuktian kepada

Page 174: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxiv

masyarakat bahwa Partai Golkar masih tetap bertahan dalam kancah politik di

Indonesia.

“…pentingnya munas kemarin adalah menunjukkan eksistensi Golkar di mata publik. Dan itu dilakukan Partai Golkar dengan mem-blow up media dimana-mana. Untuk politik Golkar di pemerintahan akan lebih, mereka seperti meminta untuk dipandang lagi karena mereka lumayan dianggap penting pada saat munas. Jadi menaikkan posisi tawar.” (Wawancara dengan Ertika Nanda)

Ertika menuturkan, segala bentuk blow up media pada saat munas

justru kurang menekankan pada pentingnya pelaksanaan munas terhadap

posisi politik Partai Golkar. Akan tetapi Partai Golkar terkesan ingin

menonjolkan diri agar aktivitas politik yang dilakukan, diperhatikan oleh

masyarakat dan menjadi sesuatu yang penting serta layak untuk diketahui.

Sementara Ansyor cenderung memiliki pendapat yang serupa dengan

Eko. Menurutnya, arti penting pelaksanaan munas adalah penentuan posisi

partai ini dalam pemerintahan selama lima tahun ke depan. Namun Ansyor

merasa kecewa dengan keputusan munas yang memenangkan Aburizal Bakrie

sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Aburizal Bakrie dari awal telah mewacanakan diri untuk menjadi

rekan koalisi Partai Demokrat jika dirinya menang. Dalam pandangan Ansyor,

hal tersebut justru merugikan rakyat. Pasalnya, jika Partai Golkar berada di

pihak pemerintah, tidak ada lagi yang bisa memperjuangkan nasib rakyat

miskin yang kurang mendapat perhatian pemerintah. Lebih jauh Ansyor

menduga, waktu pelaksanaan munas memang disengaja dilaksanakan sebelum

penempatan kabinet agar pihak yang pro dengan pemerintah bisa

mengusahakan kadernya untuk menjadi menteri kabinet SBY.

Page 175: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxv

Senada dengan Ansyor, perbedaan pandangan dan arah politik antar

kader yang mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Partai Golkar ini menurut

Paramita justru merusak makna dari penyelenggaraan munas itu sendiri.

Sepengetahuan Paramita, munas yang pada awalnya menjadi harapan baru

bagi masa depan partai, dalam pelaksanaannya malah dipenuhi dengan

kericuhan karena adanya blok-blok tersendiri dalam internal partai.

“…pelaksanaannya penuh dengan kekacauan, ada konflik internal karena masing-masing dari pendukung kandidat saling bentrok. Padahal, seharusnya meskipun dalam satu organisasi satu partai banyak kandidat, tidak seharusnya saling bentrok. Mereka intinya satu, tapi malah seperti ada blok-blok seperti itu.” (Wawancara dengan Paramita Sari)

Berbagai macam kepentingan yang ada pada saat munas, dalam

pandangan Paramita, justru menjadi titik perhatian utama seluruh peserta dan

media. Sedang esensi kesatuan dan kesolidan partai yang seharusnya menjadi

tujuan pelaksanaan munas seakan dilupakan begitu saja. Ketidakidealan

pelaksanaan munas ini menurut Rorie Asya’ri disebabkan karena dua

persoalan penting.

“…Satu, ketua yang memimpin, Fadel Muhammad, kurang bisa merangkul semua, kurang tegas, kurang bisa menurunkan temperamen peserta rapat. Kepemimpinan itu salah satu yang penting dalam sebuah konvensi. Fadel kurang berhasil menjaga suasana kondusif. Kedua, peserta Golkar secara mentalitas juga harus berubah. Munas adalah acara untuk memilih pemimpin yang nantinya menahkodai kapal Golkar. Nah, misalnya mereka punya agenda sendiri-sendiri, egois, teriak sana teriak sini, tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk berbicara, itu sudah dalam tahap yang tidak proposional.” (Wawancara dengan Rorie Asya’ri)

Rorie berpandangan, substansi pelaksanaan munas sebenarnya bisa

diraih jika dua hal tersebut–kepemimpinan yang baik dari ketua rapat dan

sinergi dari seluruh peserta rapat–dapat terjaga hingga munas berakhir. Namun

Page 176: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxvi

pada kenyataannya, suasana munas tetaplah tidak kondusif. Haris Firdaus

berpendapat, pelaksanaan munas yang demikian semakin menunjukkan bahwa

Partai Golkar bukan partai yang solid. Bahkan partai ini tidak bisa

memanfaatkan munas sebagai momentum kebangkitan bersama.

“Pertama, tidak ada munas partai politik yang begitu terjadi ketegangan kemudian konfrontasi politik yang tajam. Itu artinya Golkar bukan partai politik yang solid karena beberapa partai politik cukup mengandalkan mekanisme internal untuk tidak terlalu gembar gembor.” (Wawancara dengan Haris Firdaus)

Dalam pandangan Haris, idealnya partai politik yang tengah

menghadapi persoalan besar akan melakukan konsolidasi dan koordinasi yang

baik ketika ada pertemuan akbar seperti musyawarah nasional. Munas

selayaknya menjadi wadah untuk memperbaiki organisasional partai sehingga

tidak perlu ada ribut-ribut di media mengenai ketidakharmonisan antar peserta

rapat. Partai Golkar, menurut Haris, telah gagal mencapai tujuan utama

pelaksanaan munas karena perilaku peserta rapat itu sendiri.

Haris mencontohkan, jalannya pelaksanaan munas sangat kacau

bahkan mengalahkan keributan dalam gedung parlemen yang terdiri dari

fraksi-fraksi partai politik yang beragam. Seperti yang diungkapkan Prof.

Miriam Budihardjo, bahwa partai politik adalah kelompok yang terorganisir

yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang

sama. Namun munas Partai Golkar yang seharusnya terdiri dari kader Partai

Golkar yang memiliki tujuan yang serupa, tidak mampu menyamakan

pandangan politik antar kadernya.

“…Saya tidak membayangkan perilaku elite politik seperti itu, teriak-teriak dan lari, kemudian banyak terjadi kekacauan. Saya tidak tahu

Page 177: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxvii

apakah itu proses demokrasi atau bagaimana, tapi agak kacau secara teknisnya. Kenapa dalam satu partai politik bisa terdapat banyak sekali kepentingannya dan tidak ada kelompok dominan yang memayungi Golkar yang bisa dipercaya oleh semua orang Golkar. Kendala-kendala teknis, temperamen dan pamrih kepentingan pribadi itu yang membuat munas kemarin kurang ideal. Orang tidak bisa mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan parpol. (Wawancara dengan Haris Firdaus)

Haris menegaskan, jika Partai Golkar menginginkan tercapainya

kebangkitan partai pada saat munas, seharusnya para peserta tidak bersikap

layaknya elite politik yang tidak mengerti etika politik yang baik. Namun,

menurut Eko, sebenarnya munas tetap dapat menghasilkan sesuatu yang

bermakna. Jika memang tujuan munas adalah sebagai momentum perbaikan

dan kebangkitan, munas idealnya harus melakukan pembahasan yang

mendalam tentang dua hal penting yakni permasalahan partai dan

permasalahan bangsa.

“…Pertama, Golkar punya pandangan yang menyeluruh tentang kondisi partai, tidak hanya semata-mata memilih ketua umum. Kemarin terlihat munas Golkar masih politis, memang betul dia partai politik tapi jangan mengabaikan sisi-sisi kesejahteraan masyarakat. Secara keseluruhan dia seharusnya juga membahas masalah partai, karena Golkar kalah dalam Pilpres dan Pileg, itu seharusnya menjadi evaluasi menyeluruh. Kedua, adalah tentang masalah kebangsaan. Ketiga adalah bagaimana Golkar bisa merekrut kader-kader berkualitasnya untuk masuk kepengurusan baru.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Jika munas dapat merumuskan strategi untuk menyelesaikan dua

persoalan tersebut, dalam pandangan Eko, maka Munas Partai Golkar VIII

telah berhasil menyelamatkan partai ini dari keterpurukan.

Dari pemaparan tersebut, pembaca Kompas menilai bahwa Munas

Partai Golkar VIII sebenarnya merupakan momentum yang sangat krusial bagi

Partai Golkar. Munas kali ini adalah wadah untuk mengevaluasi kekalahan

Page 178: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxviii

beruntun yang dialami Partai Golkar pada Pemilu 2009. Evaluasi tersebut

diharapkan bisa merumuskan langkah yang akan menentukan nasib partai ini

selanjutnya: mati atau berkembang. Namun, pada kenyataannya munas

dinodai oleh berbagai kepentingan antar kubu yang membuat munas menjadi

ricuh. Hal ini justru membuat munas kehilangan makna dan esensinya bagi

partai. Berikut adalah rangkuman pendapat mengenai arti penting Munas

Partai Golkar VIII dari masing-masing responden.

Tabel 3.9 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas tentang Arti Penting Pelaksanaan Munas

No Nama Pendapat 1 Eko

Setiawan Partai Golkar masih ragu akan menjadi oposisi atau rekan koalisi Partai Demokrat. Maka pelaksanaan munas sangat strategis karena dilakukan sebelum pelantikan Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2. Jika Partai Golkar memilih koalisi, maka kadernya bisa mendapat kesempatan untuk menjadi menteri. Pada intinya munas harus memiliki pandangan menyeluruh tentang kondisi partai dan masalah kebangsaan.

2 Ansyor Pelaksanaan Munas Partai Golkar VIII dari awal sudah ditujukan untuk mendukung pemerintahan SBY, dibuktikan dengan waktu penyelenggaraannya sebelum pelantikan kabinet.

3 Kisbandi Virdha

Munas Partai Golkar VIII saat ini bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa partai ini juga bisa berlaku demokratis, dibuktikan dengan menerapkan sistem pemilihan ketua umum dengan pemilihan langsung dan meninggalkan sistem konvensi.

4 Ertika Nanda

Munas Partai Golkar VIII ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa Partai Golkar masih eksis dan aktivitasnya penting untuk diketahui khalayak. Salah satu caranya dengan melakukan blow up di media.

5 Rorie Asya’ri

Munas sebenarnya momentum penting, tapi pelaksanaannya tidak ideal. Penyebabnya, pertama, pimpinan sidang/rapat tidak tegas dalam memimpin. Kedua, peserta rapat tidak bisa saling menghormati dan menghargai sehingga terjadi kericuhan.

6 Haris Firdaus

Munas seharusnya dapat menyatukan anggota partai, namun pelaksanaan munas sangat kacau karena perilaku elite politik yang kurang beretika. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi internal Partai Golkar tidak solid, terlalu banyak kepentingan

Page 179: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxix

dan tidak memiliki pandangan politik yang sama. 7 Paramita

Sari Terlalu banyak kepentingan antar kader Partai Golkar sehingga menyebabkan munas berlangsung ricuh dan terdapat blok-blok tersendiri antar peserta rapat.

8 Joni Rusdiana

Munas sebuah partai itu penting karena merupakan bagian dari demokrasi. Terlebih Partai Golkar punya masalah, yakni kalah dalam pemilu dan Jusuf Kalla mendapat cacian habis-habisan. Masyarakat pasti menunggu bagaimana reaksi JK dan Partai Golkar. Selain itu munas kali ini juga akan menentukan apakah Golkar akan ikut pemerintahan atau tidak

3. Pandangan Pembaca Kompas terhadap Isu politik

uang dan pragmatisme dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar

Partai Golkar tidak bisa lepas dari persoalan uang dan kapital. Hal ini

disebabkan sejak masa orde baru partai ini menjadi wadah orang-orang kaya

yang ingin melebarkan sayap ke dunia politik. Sampai saat inipun Partai

Golkar masih dimotori oleh orang-orang kaya bahkan konglomerat negeri ini.

Namun, banyak anggapan yang menyebutkan bahwa kader Partai Golkar

masih mempergunakan kekuatan uang tersebut untuk meraih tujuan politisnya

terutama dalam perebutan kekuasaan. Seperti yang tercium pada saat

pemilihan Ketua Umum dalam Munas Partai Golkar VIII. Politik uang masih

menjadi isu lama yang menarik untuk ditelusuri bagi pembaca Kompas.

Ansyor misalnya, dirinya beranggapan bahwa politik uang terutama di

Partai Golkar tidak lagi menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Realita

politik di Partai Golkar memang demikian, terlebih kader-kader partai yang

baru pun ikut arus menjadi politisi yang pragmatis.

“Politik uang untuk hal seperti ini sudah menjadi rahasia umum. Ketika suara itu bisa dibeli, politik uang bisa saja terjadi. Saya juga sependapat adanya politik pragmatis Golkar, apalagi ketika kekuasaan yang disana itu bisa dibeli dan bisa dikontrol oleh kandidat yang memiliki

Page 180: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxx

modal kemudian kandidat itu memiliki pengaruh yang besar. Saya melihat mereka bisa menghalalkan segala cara dan melakukan lobi-lobi untuk melancarkan tujuannya.” (Wawancara dengan Ansyor)

Dalam pandangan Ansyor, orang-orang yang berkepentingan di Partai

Golkar bisa menempuh segala cara untuk mencapai tujuannya. Orang-orang

yang demikian, menurut Ansyor, adalah kader Partai Golkar yang memiliki

dua hal penting, yakni modal kuat dan kekuatan untuk memengaruhi.

Kondisi pragmatis Partai Golkar tersebut sangat berpengaruh terhadap

hubungan partai dengan masyarakat. Kepentingan masyarakat yang

seharusnya diupayakan oleh partai seakan terabaikan karena adanya

kepentingan lain dalam internal partai yang didukung dengan kekuatan uang.

“…Golkar sudah tidak bisa lagi menjadi corong aspirasi rakyat. Mereka orang-orangnya cenderung ke politik pragmatis. Jadi orang-orang yang duduk disana, mungkin tidak semuanya, tapi sebagian besar mengharapkan akan mendapat imbalan, akan mendapat kekuatan.” (Wawancara dengan Ansyor)

Keadaan demikian persis seperti yang diungkapkan oleh Max Weber

yang memandang partai politik dalam aspek profesionalisme, bahwa partai

politik adalah organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinnya

berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk

mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut. Artinya, pergerakan dalam

Partai Golkar muaranya adalah kekuasaan dan keuntungan kader, bukan untuk

kesejahteraan rakyat. Dalam kondisi seperti ini, politik dapat diartikan sebagai

alat untuk meraih kekuasaan.

Paramita menganggap, pragmatisme politik yang terjadi di Partai

Golkar bukan merupakan isu semata. Banyak hal yang bisa dijadikan bukti

Page 181: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxxi

terutama dalam proses pemilihan Ketua Umum Partai Golkar dalam Munas

Partai Golkar 2009.

“…dibuktikan dengan keempat kandidat kalau dilihat benar-benar, visi dan misi yang paling bagus Yuddy Chrisnandi. Karena masih muda, dia punya program-program yang untuk demokrasi bagus. Tapi ketika pemilihan sama sekali tidak ada yang memilih dia, Yuddy dapat nol, yang mendapat suara hanya Ical dan Surya Paloh. Ini makin kuat mendukung bahwa mereka memang diberi imbalan walau tidak secara langsung: ini saya kasih uang dan pilihlah saya, tapi dengan cara diberi pesawat carteran, jalan-jalan, fasilitas-fasilitas, itu menurutku sudah merupakan money politics.” (Wawancara dengan Paramita Sari)

Dalam pandangan Paramita, jika Partai Golkar memiliki keinginan

kuat untuk memperbaiki partai, seharusnya calon ketua umum yang dipilih

adalah calon dari kader muda yang mengutamakan idealisme partai dan

memiliki rencana program yang baik. Akan tetapi, salah satu calon ketua

umum yang dianggap Paramita memiliki kompetensi tersebut, yakni Yuddy

Chrisnandi, justru sama sekali tidak mendapat suara. Para peserta munas lebih

memilih untuk memberikan suara kepada Aburizal Bakrie atau Surya Paloh.

Paramita berpendendapat, hal inilah yang menguatkan adanya perilaku politik

uang yang dilakukan oleh kedua calon tersebut.

Senafas dengan Paramita, Eko Setiawan beranggapan bahwa politik

menggunakan kekuatan uang memang realitas yang tidak bisa terhindarkan.

Pasalnya, kader partai di kepengurusan daerah juga lebih mementingkan

kebutuhan finansial untuk menghidupi organisasi dibandingkan dengan

idealisme pokok partai. Maka pengurus daerah ini akan lebih jeli dalam

memilih calon mana yang paling banyak memberikan imbalan.

“…kita tidak tahu sebenarnya tapi itulah yang terjadi sekarang. Orang-orang dari DPD kan tergantung bagaimana dari DPP atau calon-calon

Page 182: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxxii

memberi uang untuk memilih mereka. Pragmatisme yang ada sekarang itu semacam itu, karena yang dibutuhkan DPD ya finansial. Mereka belajar seperti ini di munas. Nantinya kalau menjadi dewan mereka juga akan pragmatis. Memang tidak sehat, tapi apa boleh buat, proses demokrasi kita baru sampai disana.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Dalam pandangan Eko, pragmatisme dalam Partai Golkar telah

mendarah daging dan turun temurun. Kader partai baru akan belajar cara-cara

dan sistem partai dari kader partai yang lama. Padahal kader partai yang lama

telah lebih dahulu memelajari budaya politik KKN yang diterapkan Soeharto

pada masa orde baru. Budaya politik pragmatis ini, menurut Eko, akan dibawa

dan dilestarikan kader Partai Golkar jika nantinya terpilih menjadi Dewan

Legislatif. Jika terus seperti ini, pragmatisme politik akan menjadi sistem yang

tidak bisa dihapuskan dari sistem politik di Indonesia.

Keyakinan bahwa Partai Golkar sejak dahulu sudah menggunakan

cara-cara instan dalam pencapaian tujuan juga diungkapkan Joni Rusdiana.

Menurut Joni, Partai Golkar sejak jaman orde baru memang telah menjadi alat

untuk mendapatkan kekuasaan. Dan sisa-sisa pragmatisme itu masih ada

sampai sekarang meskipun Partai Golkar telah mencanangkan perubahannya

dalam Paradigma Baru Partai Golkar.

“Dari dulu Golkar pragmatis. Golkar itu identik dengan kekuasaan. Kalau tidak pragmatis ya namanya bukan kekuasaan, kekuasaan jadi seperti alat. Jadi yang dikejar itu kesejahteraan masyarakat Indonesia, kedaulatan Indonesia, kejayaan Indoenesia, kebudayaan Indonesia, menggunakan logika politik yang sehat, itu tidak pragmatis. Kalau Golkar jelas pragmatis saya yakin itu.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Dalam perspektif Joni, Partai Golkar belum memikirkan permasalahan

kebangsaan secara keseluruhan. Kepentingan yang diutamakan partai ini

adalah bagaimana Partai Golkar dan kadernya dapat merebut atau mendapat

Page 183: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxxiii

bagian kekuasaan dalam pemerintahan. Langkah yang ditempuh Partai Golkar

dalam pencapaian kekuasaan ini, seperti yang diungkapkan oleh Ansyor,

adalah menggunakan kekuatan uang.

Namun pandangan berbeda diutarakan Kisbandi Virdha. Kisbandi

menilai bahwa tidak semua kader Partai Golkar pragmatis, meskipun ada

kecenderungan ke arah itu. Uang tidak dimaksudkan untuk meraih kekuasaan,

melainkan untuk memperkuat dan mengembangkan kepengurusan Partai

Golkar secara keseluruhan.

“…sebenarnya tidak pragmatis tapi ada kecenderungan kesitu. Tidak pragmatis terlihat dari Tommy, walaupun dia juga telah mengeluarkan uang yang tidak sedikit toh dia juga tidak mendapat suara satupun. Jadi, walaupun mereka butuh duit, tapi mereka tidak serendah itu.” (Wawancara dengan Kisbandi Virdha)

Tommy Soeharto, menurut Kisbandi, adalah salah seorang calon Ketua

Umum Partai Golkar yang mengeluarkan banyak dana untuk kampanye

pencalonan dirinya seperti halnya Aburizal Bakrie ataupun Surya Paloh.

Namun, Tommy juga bernasib sama dengan Yuddy Chrisnandi yang tidak

mendapat suara sama sekali. Dalam pandangan Kisbandi, hal ini dikarenakan

peserta memang sudah menentukan pilihan ketua umumnya, bukan menunggu

siapa calon yang menawarkan imbalan lebih besar.

Di lain pihak Kisbandi tidak menyalahkan apabila ada kader Partai

Golkar yang mau menerima bantuan dari kandidat ketua umum. Pasalnya,

uang adalah motor penggerak organisasi. Tanpa uang, kepengurusan di daerah

tidak bisa menjalankan program kerja yang telah direncanakan.

“…Pendapatan partai dari APBN kan juga dijatah, tidak bisa menggantungkan dari itu saja. Dia juga butuh bensin kan? Butuh gizi,

Page 184: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxxiv

kan? Salah satunya dari sponsor. Siapa yang mau jadi sponsor? Ya yang berkepentingan, tidak mungkin tidak berkepentingan memberi sponsor. Salah satunya dari ketua partai, antek-antek atau tim suksesnya kan juga punya kepentingan yang sama.” (Wawancara dengan Kisbandi Virdha)

Dalam pandangan Kisbandi, para kandidat ketua umum sebenarnya

memiliki kepentingan ketika memberikan bantuan kepada kepengurusan

daerah. Namun mereka menginginkan pengurus daerah menganggap

pemberian uang tersebut sebagai bantuan untuk mencukupi kebutuhan

kepengurusan di daerahnya. Jadi, jika tidak ingin dianggap melakukan

transaksional suara, pengurus daerah selayaknya melihat pemberian uang dari

kader Partai Golkar yang berkepentingan tersebut untuk mengembangkan

kepengurusan partai di daerah, bukan sebagai alat untuk menyuap mereka.

Kewajaran praktek politik uang yang disampaikan Kisbandi mendapat

pemakluman dari Joni. Meskipun Joni tidak sependapat jika ada calon yang

membagi-bagikan uang ketika melakukan kampanye, tapi praktek politik

uang dan suap menyuap adalah hal yang sudah lumrah terjadi di Indonesia.

“Politik uang wajar. Maksudnya wajar itu biasa karena sudah membudaya seperti itu, membeli suara. Prakteknya bukan didalam partai saja, sudah ada jauh sebelum itu, misal di pemilihan presiden, dilegislatif itu biasa. Ketika itu berjalan, sangat wajar mereka melakukan itu. Wajar bukan berarti saya sepakat. Apapun politik uang saya tidak sepakat. Membayar orang untuk bersikap yang tidak sesuai dengan yang seharusnya dia ambil, buat aku itu salah. Saya tidak sepakat, karena mungkin mereka orang kaya, jadi wajar, punya uang kok.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Joni menilai jika orang-orang yang berkepentingan dalam partai politik

adalah orang kaya, maka sangat wajar jika mereka menggunakan uangnya

untuk melakukan suap. Namun Haris Firdaus justru merasa heran mengapa

para kandidat bersusah payah melakukan praktek politik uang. Baginya,

Page 185: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxxv

jabatan Ketua Umum Partai Golkar bukan posisi yang strategis untuk meraih

kekuasaan di pemerintahan. Namun dua calon terkuat, Aburizal Bakrie dan

Surya Paloh malah memerebutkan posisi tersebut ketimbang menjabat

menjadi menteri.

“…Saya tidak bisa membayangkan apa sebenarnya kekuatan Ketua Umum Golkar? Buat apa jabatan ketua umum Golkar? Itu justru membuat Aburizal tidak lagi menjadi menteri. Kekuatan akan jauh lebih besar kalau dia jadi menteri. Kecuali, aburizal memang menyasar menjadi calon presiden, memang saya pikir itu adalah kesimpulan logis dari kenapa dua pengusaha itu bersaing begitu kuat.” (Wawancara dengan Haris Firdaus)

Pada pemilu 2014 mendatang Presiden SBY telah habis masa

jabatannya dan tidak bisa lagi mencalonkan diri menjadi Presiden. Dalam

pandangan Haris, Partai Golkar memiliki kesempatan yang besar untuk

merebut kepercayaan masyarakat karena ketokohan SBY sudah tidak ada

lagi. Partai Golkar dipastikan juga akan mencalonkan wakilnya untuk maju

dalam bursa pemilihan Presiden serta Wakil Presiden dan kemungkinan

besarnya adalah orang nomor satu di partai itu, yakni Ketua Umum Partai

Golkar. Kepentingan inilah yang menurut Haris paling mungkin untuk

menjawab mengapa pemilihan Ketua Umum Partai Golkar sangat penting

bagi keempat kandidat.

Idealnya, meskipun banyak kepentingan dan maksud tersembunyi,

namun persaingan antar calon ketua umum seyogyanya dilakukan dengan

perencanaan dan sikap politik yang mengutamakan etika. Terlebih lagi Partai

Golkar adalah partai lama, yang sudah memahami perilaku politik yang baik

dan bermoral. Namun, menurut Rorie Asya’ri, jika ada oknum yang sengaja

melakukan kecurangan, pihak lain sangat mudah terpancing untuk melakukan

Page 186: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxxvi

hal yang sama. Karena jika tidak melakukan hal yang sama, pihak lain

tersebut dipastikan akan kalah dengan mudah. Demikian pula dengan politik

uang yang dirasakan Rorie terjadi dalam Partai Golkar.

“…pada dasarnya aku tidak setuju, suara kok bisa dibeli, hati nurani kok bisa dibeli. Memang terdengar kabar kalau Aburizal Bakrie bagi-bagi uang, kemudian kubu Aburizal menuduh Surya Paloh melakukan hal yang sama. Tapi bagaimana kalau pesaing kita melakukan politik uang dan ada signal bahwa mereka akan menang karena salah satunya adalah politik uang yang mereka lakukan, apakah kita juga harus meniru politik uang itu? Biarkan mereka yang bermain politik uang, kita yang bersih, biar rakyat yang berbicara dan pasti akan ketahuan lama-lama kedoknya.” (Wawancara dengan Rorie Asya’ri)

Dua calon ketua umum yang paling santer terdengar melakukan politik

uang adalah Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Selain karena politik uangnya,

kedua calon ini juga yang paling diunggulkan untuk memenangkan

persaingan karena pengalaman dan pengabdiannya terhadap Partai Golkar.

Rorie memahami jika kedua calon ini berlomba-lomba mengeluarkan banyak

uang untuk meraih dukungan sebanyak-banyaknya. Pasalnya, jika salah satu

tidak melakukan hal tersebut, pengurus daerah tentu akan menjatuhkan

pilihannya kepada calon lain yang paling kuat.

Rorie menuturkan, seharusnya para kandidat tidak tergoda untuk

melakukan transaksional suara. Masyarakat umum dan media massa sebagai

pengamat politik, menurut Rorie, sudah pintar dan dewasa dalam menyikapi

dinamika politik. Elite politik yang bersih akan mendapat perhatian dan

dukungan, sementara kemenangan elite politik yang melakukan kecurangan

akan diingat sebagai elite yang berperilaku buruk. Tidak hanya bersih dari

politik uang, masyarakat akan memberikan apresiasi kepada kandidat ketua

Page 187: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxxvii

umum partai yang memiliki kompetensi diri untuk memperbaiki kondisi

partainya. Seperti yang diungkapkan oleh Ertika Nanda berikut.

“Meskipun uang bisa menjadi pendukung, tapi lebih kepada kapasitas dia yang qualified bukan uangnya. Uang iya, tapi ketika melihat kapasitas orang itu bagus, orang akan melihat kapasitasnya dan mengesampingkan uang yang dimiliki.” (Wawancara dengan Ertika Nanda)

Namun senada dengan Rorie, Ertika juga menyadari bahwa politik

uang yang dilakukan oleh salah satu calon akan memancing calon lain untuk

melakukan hal serupa. Dalam pandangan Rorie, hal tersebut bukan karena

kandidat ketua umum tidak memiliki idealisme, tetapi realita yang terjadi

dilapangan memaksa mereka untuk mengesampingkan idealisme dan pada

akhirnya akan bersikap pragmatis.

“Kita harus melihat kondisi negara kita, kita tidak bisa men-judge satu bagian dimana bagian itu merupakan bagian dari keseluruhan negara ini, sudah seperti mendarah daging. Memang kita bisa idealis bahwa politik uang itu tidak baik dan harus ditinggalkan. Tapi ketika tidak mempergunakan cara itu, dia tidak akan terpilih, konsekuensinya seperti itu. Dan idealisme kadang tidak bisa bertahan ketika berhadapan dengan realita. Kita bisa bilang macam-macam tentang Partai Golkar tapi tidak terlepas juga dengan kondisi negara kita yang dibawa pada saat masa orde baru. Maksudnya pada saat pemerintahan Soeharto, dia melestarikan bagaimana caranya KKN dan partai dia adalah Golkar. Kalau Golkar kemudian sekarang seperti itu, ya biasa saja, sudah warisan masa lalu.” (Wawancara dengan Ertika Nanda)

Dari pemaparan tersebut, pembaca Kompas menilai bahwa isu politik

uang dan pragmatisme politik yang terjadi pada Munas Partai Golkar VIII

sudah menjadi rahasia umum karena partai ini sejak jaman orde baru tidak

bisa melepaskan diri dari budaya KKN dan pragmatisme. Namun, harus

disadari pula bahwa dalam tubuh partai memerlukan biaya operasional yang

tidak sedikit, sehingga pengurus daerah tidak menolak pemberian uang yang

Page 188: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxxviii

akan membantu kepengurusan daerah. Politik uang dan pragmatisme politik

adalah kesalahan terstruktur dan telah membudaya dalam sistem politik

bangsa, sehingga tidak bisa menyalahkan satu atau dua pihak saja. Berikut

adalah rangkuman pendapat mengenai isu politik uang dan pragmatisme

politik dari masing-masing responden.

Tabel 3.10 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas

tentang Isu Politik Uang dan Pragmatisme Politik

No Nama Pendapat 1 Eko

Setiawan Politik uang terjadi karena kepengurusan di DPD membutuhkan finansial sehingga mereka memilih calon ketua umum yang bisa memberikan uang. Hal tersebut merupakan pembelajaran yang buruk tapi proses demokrasi Indonesia masih seperti itu.

2 Ansyor Politik uang sudah menjadi rahasia umum. Kekuasaan bisa dibeli dan dikontrol oleh kandidat yang punya modal dan pengaruh yang besar. Mereka bisa melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya. Hal ini membuat Partai Golkar tidak bisa lagi menjadi corong aspirasi rakyat karena sebagian besar kadernya mengharapkan imbalan dan mendapatkan kekuatan.

3 Kisbandi Virdha

Politik uang itu sah-sah saja karena operasional dan kader partai memang butuh uang. Pihak yang memberikan uang adalah pihak yang berkepentingan, seperti calon ketua umum dan tim suksesnya. Tapi politik uang sifatnya hanya menawarkan, bukan untuk jual beli suara. Jadi walaupun kader partai membutuhkan uang tapi mereka tidak serendah itu.

4 Ertika Nanda

Di munas terlihat sekali siapa yang punya uang, dialah yang menang. Uang merupakan pendukung, namun seharusnya memilih pemimpin yang benar-benar berkualitas. Calon yang melakukan politik uang misalnya Tommy dan Aburizal. Merupakan hukum alam jika pada saat kampanye mengeluarkan uang, maka saat terpilih berusaha untuk mengembalikan uang itu. Akan tetapi kita tidak bisa menghakimi kondisi yang demikian, karena Partai Golkar tidak terlepas dari budaya KKN yang dibawa oleh Soeharto dan orde baru. Realitanya, Golkar masih menggunakan politik uang.

5 Rorie Asya’ri

Tidak setuju dengan politik uang, suara dan hati nurani sebenarnya tidak bisa dibeli. Memang ada informasi Aburizal Bakrie dan Surya Paloh membagi-bagikan uang. Jadi, bagaimana jika pesaing kita melakukan politik uang dan kemungkinan dia akan menang? Seharunya kita tidak meniru

Page 189: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

clxxxix

pesaing kita tersebut, biarkan mereka yang bermain uang dan rakyat yang akan menilai dan berbicara siapa yang benar.

6 Haris Firdaus

Naïf jika tidak percaya ada politik uang, tapi memang tidak bisa dibuktikan. Politik uang di semua partai politik pasti ada, terlebih di Partai Golkar. Kemenangan Aburizal Bakrie cukup mengagetkan karena tidak kuat secara politik tapi kuat secara finansial. Sebenarnya apa kekuatan jabatan Ketua Umum sampai menggunakan politik uang? Kemungkinannya, Ketua Umum Partai Golkar akan diajukan menjadi Capres 2014.

7 Paramita Sari

Masih ada politik pragmatis di Partai Golkar dibutikan dengan Yuddy Chrisnandi yang tidak mendapat suara padahal visi dan misi dia yang paling bagus. Sehingga ada dugaan kuat Aburizal dan Surya Paloh memberi imbalan uang walaupun tidak secara langsung meminta untuk memilih mereka, tapi dengan memberikan fasilitas kepada para pemilih.

8 Joni Rusdiana

Sudah jelas bahwa Partai Golkar itu pragmatis. Praktek politik uang yang mereka lakukan sebenarnya sangat wajar. Artinya, dalam pemilu sebelumnya pun praktek seperti ini sudah biasa terjadi. Karena calon ketua umum Partai Golkar adalah orang-orang kaya jadi sangat wajar jika bisa melakukan hal tersebut.

4. Pandangan Pembaca Kompas terhadap Indikasi

Rekayasa dan Kericuhan pada Pelaksanaan Munas

Partai Golkar memang identik dengan berbagai bentuk rekayasa.

Keputusan dan kebijakan politik di Partai Golkar banyak diwarnai oleh

kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok yang berusaha mewujudkan

keinginannya tersebut. Tidak hanya melalui lobi-lobi dengan pihak yang

memiliki wewenang, tetapi pada saat Munas Partai Golkar VIII berhembus isu

bahwa kericuhan yang terjadi adalah sebuah rekayasa. Pasalnya kericuhan

terjadi karena oleh hal-hal kecil yang tidak berhubungan langsung dengan

ideologi partai. Para pembaca Kompas juga mencium kejanggalan dalam

kericuhan pada saat pelaksanaan Munas Partai Golkar ini. Penggambarannya

dapat dilihat pada pendapat yang diutarakan Ansyor berikut.

Page 190: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxc

“Ricuh itu karena hal-hal sepele yang memperlihatkan bahwa mereka bersaing untuk menyuarakan pendapat mereka di munas dan sangat terlihat sekali antara kubu Aburizal dan Surya Paloh bersaing sekali untuk memenangi munas. Saya kira (kericuhan) itu juga di setting karena sudah biasa seperti itu, sebelumnya mereka mengadakan pertemuan dulu dengan pendukung Aburizal, begitu juga dengan Surya Paloh. Mereka berkoordinasi dulu sebelum munas.” (Wawancara dengan Ansyor)

Menurut Ansyor, pihak yang paling kentara berseteru dan membuat

munas ricuh adalah kubu Aburizal Bakrie dan kubu Surya Paloh. Masing-

masing pendukung dari kedua kandidat ketua umum tersebut saling beradu

pendapat sehingga terjadi perebutan mic (peralatan tata suara) dan meminta

interupsi berulang kali. Bahkan lebih jauh Ansyor menduga telah terjadi

konspirasi antara tim sukses dari kandidat dengan pengurus daerah yang

mendukungnya sebelum munas berlangsung.

Senafas dengan Ansyor, Paramita juga menganggap bahwa kericuhan

yang terjadi adalah akibat adanya blok-blok dari kandidat ketua umum.

Seperti yang diungkapkan Redi Panuju, bahwa dalam perebutan kekuasaan

akan terbentuk blok-blok tertentu yang memiliki banyak sebutan seperti ruling

elitee, power elitee, strategic elitee, atau ruling class. Namun Paramita tidak

melihat perselisihan antar kubu sebagai sebuah rekayasa yang telah

direncanakan sejak jauh hari sebelum munas. Paramita menganggap kericuhan

lebih disebabkan karena suasana yang kian memanas di dalam ruang sidang.

“Kalau kericuhan itu karena massa dari masing-masing kandidat membela kandidatnya masing-masing. Dan apapun itu yang menyangkut kedua orang calon terkuat akan menjadi konflik, hanya hal-hal kecil itu saja bisa menjadi konflik.” (Wawancara dengan Paramita Sari)

Dalam pandangan Paramita, segala sesuatu yang menyinggung

pemilihan Ketua Umum Partai Golkar pasti dipermasalahkan oleh para

Page 191: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxci

pendukungnya. Pasalnya, kubu salah satu kandidat berusaha agar kubu lain

tidak mendapatkan keuntungan yang dapat meningkatkan elektabilitas

kandidat yang bersangkutan. Sementara masing-masing kubu juga berusaha

mencari kesempatan agar kandidatnya lebih menonjol dan lebih banyak

mendapat perhatian oleh semua peserta munas.

Kericuhan ini, menurut Eko Setiawan, memang disebabkan karena

adanya gesekan kepentingan yang sangat tajam antar kandidat Ketua Umum

Partai Golkar, terutama dua kandidat yang paling diunggulkan, yakni Aburizal

Bakrie dan Surya Paloh. Namun muara kericuhan sebenarnya bukan jumlah

total suara dan persaingan pribadi antar kedua kandidat. Dalam hemat Eko,

dua kepentingan yang menyebabkan munas berlangsung ricuh adalah karena

Partai Golkar adalah partai besar yang memiliki pendukung sangat beragam

atau plural serta adanya pilihan Partai Golkar untuk masuk ke dalam lingkaran

pemerintahan atau tidak.

“Kericuhan merupakan proses yang sulit dihindarkan, pertama karena Golkar adalah partai besar. Kedua karena munas posisinya strategis yakni sebelum SBY menentukan kabinet, ini menentukan Golkar akan masuk kabinet atau keluar pemerintahan. Kalau kemarin ada kerusuhan, memang tidak terhindarkan, gesekannya sangat kental. Tidak hanya di dalam tetapi diluar ruanganpun juga begitu.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Pilihan posisi politik berkoalisi dengan pemerintah atau oposisi,

menurut Eko, yang menyebabkan suasana munas semakin memanas. Terlebih

lagi, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh memiliki pandangan yang saling

berseberangan. Aburizal Bakrie menginginkan berkoalisi, sementara Surya

Paloh mengharapkan Partai Golkar lepas dari pemerintahan. Akibatnya hal-hal

kecil yang berawal dari gesekan antar pendukung dicurigai merupakan

Page 192: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxcii

tindakan sabotase dari salah seorang kandidat. Mereka saling tuduh bahwa

pihak lain melakukan kecurangan dan sabotase. Dalam bahasa Eko, sabotase

ini kemungkinan ditujukan untuk menggembosi calon ketua umum lain.

Haris Firdaus juga memiliki pendapat yang serupa dengan Paramita

dan Eko. Menurut Haris, kericuhan pada dasarnya memang disebabkan karena

cara pandang peserta munas yang sudah berbeda. Pasalnya, masing-masing

peserta munas telah menentukan pilihan terhadap Ketua Umum Partai Golkar

yang baru sehingga frame berpikirnya hanya berpusat pada kemenangan calon

yang dijagokannya.

“Kericuhan itu karena perbedaan pendapat, yang dikhawatirkan muaranya sebenarnya ke pemilihan ketua umum, misalnya yang paling sering itu pengakuan atau pengesahan delegasi, dari provinsi atau kabupaten, yang berhak mendapatkan suara. Menurut saya relatif kecil persoalan satu suara atau dua suara. Cuma ada beberapa pihak yang kemudian konspiratif: ini sedang penjegalan, kecurangan, dan sebagainya.” (Wawancara dengan Haris Firdaus)

Meskipun banyak pihak menganggap kericuhan hanya sebuah

rekayasa, tapi secara bijaksana Joni Rusdiana menganggap bahwa kericuhan

yang terjadi pada saat munas sebenarnya bertujuan untuk membesarkan partai.

Rekayasa, dalam pandangan Joni, sesungguhnya bukan sesuatu yang baru dan

merupakan hal yang biasa terjadi dalam dunia politik. Pokok utama dari

sebuah rekayasa atau konspirasi, dalam pandangan Joni, adalah apa tujuan

dibalik rekayasa tersebut.

“Kalau politik itu biasa terjadi setting-settingan, dalam wacana publik sering terjadi setting-settingan, itu memang untuk membesarkan partai, strategi. Tapi saya tidak tahu disengaja atau tidak. Kepentingannya secara teoritis itu bagian dari strategi propaganda. Mewacanakan bahwa Golkar itu bukan partai yang patrialkal, tapi reformis. Semua orang, mayoritas masyarakat Indonesia menganggap bahwa Golkar itu berpenyakit, feodal,

Page 193: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxciii

tapi sekarang dimunculkan Golkar yang baru dari Akbar Tandjung.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Menurut Joni, kericuhan yang terjadi pada saat munas adalah usaha

untuk menciptakan citra bahwa Partai Golkar adalah partai yang bisa

menjunjung tinggi asas demokrasi. Dalam sistem demokrasi, menurut Amien

Rais ada empat macam kebebasan, yakni kebebasan mengeluarkan pendapat,

kebebasan persuratkabaran, kebebasan berkumpul dan kebebasan beragama.

Maka, selayaknya seluruh peserta diberi kesempatan seluas-luasnya untuk

mengeluarkan pendapat dan interupsi, sehingga diharapkan keputusan politik

tidak hanya didasarkan pada pemimpin rapat saja. Dengan demikian, peserta

rapat boleh beradu argumen serta pendapat peserta tidak bisa dibatasi asalkan

sesuai dengan tata tertib rapat paripurna. Meskipun, konsekuensinya adalah

rapat berlangsung ricuh, banyak pihak yang protes dan tidak puas terhadap

keputusan yang diambil.

Anggapan bahwa kericuhan adalah representasi demokrasi yang terjadi

dalam tubuh Partai Golkar juga disampaikan oleh Kisbandi Virdha. Karena

pada dasarnya, seperti yang dinugkapkan Alfian, demokrasi memang

memberikan peluang bagi perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan.

Menurut Kisbandi, proses demokrasi itu terjadi secara alami sehingga tidak

mungkin direkayasa.

“Masalah kericuhan itu kan masalah teknis. Wajar, dimana-mana tidak mungkin tertib sekali, pasti ada kerikil-kerikil kecil. Cuma tidak signifikan dampaknya untuk pemilihan atau acara lain yang dominan. Menurut saya tidak mungkin juga itu disetting karena itu masalah-masalah kecil yang dibesar-besarkan, seperti rebutan mic, itu wajarlah di alam demokrasi seperti ini.” (Wawancara dengan Kisbandi Virdha)

Page 194: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxciv

Sama halnya dengan bentuk demokrasi Indonesia yang

memperbolehkan rakyat menyampaikan ide, gagasan, keberatan, dan kritiknya

terhadap pemerintah yang berkuasa, dalam pandangan Kisbandi, protes-protes

kecil pada saat munas bisa dimaklumi sebagai kebebasan menyampaikan

pendapat. Sayangnya, para peserta munas seakan tidak menganggap hal

tersebut sebagai sebuah proses berdemokrasi. Persoalan kecil justru dibesar-

besarkan dan dipermasalahakan sehingga menghambat jalannya rapat.

Sependapat dengan Kisbandi, Rorie Asya’ri menganggap perilaku

yang demikian justru menunjukkan bahwa kader Partai Golkar tidak

profesional. Persoalan kecil seperti peralatan tata suara yang tiba-tiba mati

dalam perspektif Rorie merupakan kesalahan teknis, sehingga tidak

selayaknya dihubungkan dengan usaha menyabotase atau mengacaukan pihak

lain yang sedang menyampaikan ide dan gagasan. Namun demikian, menurut

Rorie, ada penyebab yang membuat kericuhan ini dibesar-besarkan dan

dibahas secara khusus di media.

“…Nah, kenapa sampai sebegitunya mereka mengangkat itu sebagai suatu kasus karena temperatur, tekanan, atmosfer dan suasana yang tidak mendukung lagi, sudah memanas. Jadi masing-masing pendukung ingin memenangkan yang mereka dukung, itu menyebabkan mereka gampang emosi.” (Wawancara dengan Rorie Asya’ri)

Rorie beranggapan, jika tidak ada persaingan antar calon ketua umum

yang sangat tinggi, maka kesalahan teknis yang terjadi dapat diselesaikan

dengan baik tanpa keributan. Namun karena masing-masing peserta sudah

memiliki pandangan yang berseberangan, maka satu sama lain ketika ada

kesempatan akan berusaha untuk menjatuhkan pihak lain.

Page 195: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxcv

Sementara Ertika Nanda berusaha menempatkan dirinya sebagai pihak

yang netral. Seperti yang dikatakan Eep Syaefullah, bahwa seharusnya ada

pendamaian paradoks yang inhern dalam demokrasi, yaitu antara kebebasan

dan konflik di satu sisi dengan keteraturan, stabilitas dan konsensus disisi lain.

Maka menurut Ertika, meskipun dinamika politik bisa dikatakan sebagai

proses demokrasi, tapi tidak seharusnya segala bentuk perpecahan diatas

namakan proses berdemokrasi. Karena demokrasi yang sesungguhnya harus

mampu menyatukan perbedaan untuk menghindari perpecahan.

“Ada banyak faktor dalam pencapaian kekuasaan, apapun bisa terjadi, bisa direncanakan, bisa dibuat, negara kita memang seperti itu. Sebenarnya kalau pelaksanaan demokrasi, tidak seharusnya memberi kesempatan dan tidak selayaknya dipergunakan sebagai tameng untuk melakukan kericuhan. Seolah-olah ketika itu terjadi kemudian mengatakan inilah proses demokrasi, itu karena orang-orang kita tidak dewasa. Entah sudah direncanakan atau karena terjadi ketidakadilan, tetapi masyarakat kita sangat tidak dewasa.” (Wawancara dengan Ertika Nanda)

Kaitannya dengan pelaksanaan munas, Ertika menganggap kader partai

yang menyebutkan bahwa kericuhan pada saat munas adalah bentuk

demokrasi dalam Partai Golkar merupakan sikap yang tidak bijaksana. Ertika

beranggapan, sistem demokrasi seolah menjadi alasan atau pembenaran bahwa

kericuhan merupakan sesuatu yang harus dimaklumi oleh masyarakat. Secara

dewasa, dalam persepsi Ertika, perbedaan yang terjadi dalam tubuh partai

seharusnya diselesaikan secara baik sesuai dengan peraturan rapat yang

bersangkutan. Jika demokrasi diselesaikan dengan cara ribut-ribut, maka

menurut Ertika, Indonesia tidak akan maju dan dewasa.

Senada dengan pernyataan Ertika, menurut Haris, persoalan yang

dihadapi Partai Golkar justru bukan masalah rekayasa atau tidak, akan tetapi

Page 196: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxcvi

terkait dengan bagaimana pembentukan image partai ini akibat kericuhan yang

terjadi. Haris berbeda pendapat dengan Joni. Jika Joni beranggapan bahwa

kericuhan adalah penanda bahwa partai ini bisa berlaku demokratis, menurut

Haris citra Partai Golkar justru rusak karena hal tersebut.

“…sebenarnya bukan rekayasa, tapi saya tidak membayangkan terjadi dalam partai politik karena partai politik adalah sebuah kelompok yang solid kemudian punya ideologi dominan. Perbenturan kepentingannya sangat nyata dan sangat pragmatis. Dalam sebuah parpol tidak wajar, itu menandai bahwa dalam internal partai politik tidak solid. Oke, itu mungkin bentuk demokrasi, tapi yang penting dalam partai kan kesolidan, kesamaan pandangan. Saya tidak terbayangkan itu terjadi dalam sebuah parpol, kepentingannya sangat besar.” (Wawancara dengan Haris Firdaus)

Sekali lagi Haris menganggap bahwa kericuhan menjelaskan bahwa

Partai Golkar tidak sehat secara internal. Terlalu banyak kepentingan pribadi

dan tidak adanya tokoh dominan sehingga tidak ada yang bisa menyatukan

berbagai macam kepentingan tersebut ke dalam satu kepentingan partai.

Padahal, menurut Prof. Miriam Budihardjo, partai politik terbentuk karena ada

orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Jadi, menurut Haris, proses

demokrasi memang diperlukan untuk berdialektika, namun hal tersebut

membuat Partai Golkar justru lupa bahwa yang terpenting dalam sebuah partai

adalah kesatuan dan kesamaan pandangan.

Dari pemaparan tersebut, pembaca Kompas menilai bahwa indikasi

rekayasa dan kericuhan memang tercium kuat. Rekayasa terjadinya kericuhan

dan keputusan-keputusan politik memang wajar terjadi karena banyaknya

kepentingan dari masing-masing kubu kandidat ketua umum. Ada yang

beranggapan bahwa kericuhan merupakan sesuatu yang lumrah dalam proses

berdemokrasi. Namun sebagian lain menganggap bahwa Partai Golkar terlalu

Page 197: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxcvii

mengatasnamakan demokrasi sebagai pembenaran terjadinya kericuhan.

Segala bentuk rekayasa dan kericuhan justru membentuk citra bahwa Partai

Golkar bukan merupakan partai yang solid secara internal. Berikut adalah

rangkuman pendapat mengenai indikasi rekayasa dan kericuhan pada

pelaksanaan Munas Partai Golkar VIII dari masing-masing responden.

Tabel 3.11 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas

tentang Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada pelaksanaan Munas

No Nama Pendapat 1 Eko

Setiawan Kericuhan tidak bisa dihindari karena Partai Golkar adalah partai besar dan posisi munas strategis yakni sebelum SBY menentukan kabinet sehingga menentukan Partai Golkar akan koalisi atau oposisi. Gesekan kepentingan sangat kental, sehingga hal-hal kecil dicurigai, misalnya untuk menyabotase, tujuannya untuk menggembosi salah satu calon.

2 Ansyor Kericuhan disebabkan hal-hal sepele yang menunjukkan persaingan antara kubu Aburizal dan Surya Paloh untuk memenangkan munas. Kericuhan itu memang di setting karena sebelum munas ada pertemuan atau koordinasi dalam kubu terlebih dahulu.

3 Kisbandi Virdha

Kericuhan itu hanya masalah teknis, pasti ada kerikil kecil tidak mungkin tertib sekali sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan ketua umum. Masalah yang ada di munas adalah masalah kecil yang dibesar-besarkan sehingga tidak mungkin di setting.

4 Ertika Nanda

Dalam pencapaian kekuasaan, apapun bisa terjadi, direncanakan dan dibuat. Seharusnya sistem demokrasi tidak digunakan sebagai tameng untuk melakukan kericuhan. Meskipun hal tersebut direncanakan atau memang terjadi ketidakadilan, namun hal ini menunjukkan masyarakat Indonesia tidak dewasa.

5 Rorie Asya’ri

Tuduhan bahwa hal-hal kecil pada saat munas adalah usaha untuk menyabotase atau mengacaukan pihak lain merupakan hal yang tidak profesional. Kericuhan diangkat sebagai sebuah kasus karena tekanan dan suasana munas sudah memanas sehingga menyebabkan para peserta mudah tersulut emosi.

6 Haris Firdaus

Kericuhan disebabkan karena perbedaan pendapat yang muaranya ke pemilihan umum. Persoalannya sebenarnya relatif kecil namun ada pihak yang mengkonfrontasi bahwa hal tersebut adalah penjegalan atau kecurangan pihak lain. Yang tampak bukan masalah rekayasa, tapi dalam internal partai

Page 198: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxcviii

perbenturan kepentingan sangat nyata dan pragmatis. Hal ini tidak wajar, menunjukkan internal partai tidak solid. Dalam sebuah partai politik yang utama adalah kesamaan pandangan dan kesolidan, tapi di Partai Golkar ada kepentingan lain yang sangat besar

7 Paramita Sari

Kericuhan itu karena masing-masing pendukung membela kandidatnya masing-masing. Apapun yang menyangkut para kandidat akan menjadi konflik. Para kandidat bersaing karena bermain kepentingan, memperebutkan posisi menjadi oposan atau koalisi. Dua calon terkuat, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh memilih arah politik yang berbeda, sehingga persaingan ini semakin di blow up media.

8 Joni Rusdiana

Dalam politik, setting kericuhan atau rekayasa adalah hal yang biasa. Tujuannya adalah membesarkan partai dengan mewacanakan diri atau propaganda bahwa Partai Golkar bisa berlaku reformis tidak patrialkal. Partai Golkar sudah terkenal berpenyakit dan feodal, dan sekarang dimunculkan Partai Golkar yang baru.

5. Pandangan Pembaca Kompas terhadap Posisi

Politis Partai Golkar Pasca Munas

Pelaksanaan Munas Partai Golkar VIII pada tahun 2009 menjadi

sangat strategis karena tepat dua minggu sebelum Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) menetapkan menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid

2 pada 20 Oktober 2009. Pilihan posisi politik Partai Golkar menentukan

apakah kader Partai Golkar akan dimasukkan SBY ke dalam kabinet atau

tidak. Sebelumnya Partai Golkar melalui Jusuf Kalla sudah mengambil

ancang-ancang untuk menjadi oposisi. Namun karena dua pesaing kuat

kandidat Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh

berbeda arah politik, munas yang direncanakan berlangsung bulan Desember

maju menjadi awal Oktober. Bahkan ketika Rapat Pimpinan Nasional

Page 199: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cxcix

(Rapimnas) Partai Golkar, Aburizal Bakrie pernah mengusulkan munas

diajukan kembali pada akhir September.

Menurut pembaca Kompas, waktu pelaksanaan munas memang dibuat

agar berlangsung sebelum SBY menetapkan nama-nama menteri. Tujuannya

agar kader yang menginginkan berkoalisi dengan Partai Demokrat lebih

leluasa dan memiliki kesempatan untuk dimasukkan ke dalam kabinet. Seperti

yang diutarakan Ertika Nanda berikut ini.

“…Pelaksanaan sebelum pemilihan kabinet juga supaya personil Partai Golkar dipilih di kabinet. Jelas munas itu menunjukkan eksistensi dan orang-orang yang telah mendukung ketua yang sudah jadi mungkin diajukan menjadi menteri.” (Wawancara dengan Ertika Nanda)

Menurut Ertika, persaingan ideologi mengenai arah politik calon ketua

umum sebenarnya sudah dimulai jauh hari sebelum munas. Bahkan waktu

pelaksanaan munas menjadi sangat penting untuk diatur sedemikian rupa agar

tujuan mereka tercapai. Perbedaan arah politik Partai Golkar, menurut Eko

Setiawan, juga membuat seluruh kader partai bimbang untuk meyakini

pendapat tokoh mana. Seperti diketahui, JK dan Surya Paloh berharap Partai

Golkar lepas dari pemerintah. Sementara Aburizal Bakrie dan Akbar Tandjung

menginginkan tetap berada dalam lingkaran kekuasaan. Keempatnya

merupakan tokoh yang sangat disegani oleh seluruh kader Partai Golkar.

“… Sebenarnya Partai Golkar sudah bimbang. Surya Paloh diluar pemerintahan, ical didalam pemerintahan. Kalau Golkar berada dalam pemerintahan, tentu Golkar akan eksis, terutama karena dia dekat dengan pemerintan dan kekuasaan, serta kader Golkar bisa mengakses link pemerintah. Dengan pola-pola tertentu pasti partai Golkar akan berkembang. Beda ketika Golkar ada diluar pemerintah, mereka akan sulit mengaplikasikan program partai dan rakyat jelas akan melihat program pemerintah daripada program partai.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Page 200: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cc

Eko melihat, posisi koalisi memiliki banyak keuntungan. Keuntungan

tersebut dapat dimanfaatkan Partai Golkar untuk mengembangkan partai

selama periode lima tahun mendatang. Dengan banyak terlibatnya Partai

Golkar dalam kegiatan-kegiatan pemerintah, partai ini akan dipandang lebih

banyak oleh rakyat. Secara otomatis, hal ini akan mengembalikan kepercayaan

publik lagi terhadap Partai Golkar. Namun jika Partai Golkar memilih

beroposisi, partai ini akan kesulitan untuk mengaplikasikan program-

programnya di masyarakat. Senada dengan Eko, Paramita Sari menilai posisi

koalisi sebenarnya banyak keunggulan dikarenakan pemerintahan SBY selama

ini bersifat sentralistik.

“Jelas koalisi nanti akan diuntungkan karena terlihat sekali di pemerintahan 2009-2014 ini sangat sentralistik. Pemenangnya kan Demokrat secara telak, pendukungnya SBY juga terlalu banyak. Disana akan mudah bermain kepentingan karena kalau ikut yang kalah itu pasti akan jadi berat jalannya.” (Wawancara dengan Paramita Sari)

Koalisi memungkinkan Partai Golkar untuk ikut ambil bagian dalam

kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyangkut kepentingan rakyat banyak.

Sementara jika pilihan Partai Golkar adalah menjadi oposisi, menurut

Paramita, kemungkinan karena Partai Golkar ingin mengambil hati

masyarakat kecil yang selama ini kurang mendapat perhatian pemerintah.

Namun, senada dengan Eko, Joni Rusdiana menganggap posisi oposisi

masih sangat rentan dengan kegagalan. Jika Eko beranggapan bahwa posisi

oposisi akan membuat rakyat tidak memerhatikan program partai, Joni justru

melihat ada kebingungan mengenai program apa yang akan dijalankan partai

selama lima tahun mendatang. Terlebih lagi, Partai Golkar adalah partai massa

Page 201: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cci

yang memiliki pendukung beragam, bukan merupakan partai kader yang

militan. Menurut Prof. Miriam Budihardjo, partai massa lebih mengutamakan

kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Sementara partai kader

lebih mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja anggotanya.

Sehingga partai kader memiliki kegiatan kaderisasi yang terstruktur selama

rentang waktu sebelum pemilu, sementara partai massa cenderung memiliki

program yang beragam pula menyesuaikan dengan basis pendukungnya.

“…Menjadi oposisi itu hal yang membingungkan bagi Golkar karena hal yang baru. Oposan itu pekerjaannya apa sih? Kalau loyalitas itu loyalitas orang-orang kampung yang tidak militan, jadi loyalitas karena faktor psikologis. Cuma kasus saja kalau dia punya pandangan, persepsi yang baik: dulu ada Golkar saya kenyang, tapi sekarang? Saya kelaparan, harga mahal. Dengan kondisi sekarang ada PKS yang orang-orangnya militan, PAN juga sebagian militan. Kemudian PDIP yang saya tahu juga membuat gerakan-gerakan seperti PKS, membuat kajian-kajian, membuat klik-klik di masyarakat.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Menurut Joni, posisi oposisi akan membuat perubahan yang besar

dalam tubuh Partai Golkar. Selain itu, posisi ini kurang cocok diterapkan di

Indonesia yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial. Namun jika

pilihan posisi politik Partai Golkar adalah berkoalisi dengan pemerintah yang

berkuasa, dalam pandangan Eko, juga tidak memberikan jaminan bahwa partai

ini akan lebih berkembang daripada sebelumnya. Paling tidak, menurut Eko,

Partai Golkar tetap eksis dan diperhatikan masyarakat Indonesia.

“Partai Golkar eksis iya, tapi kalau berkembang kita lihat dulu nanti karena mau tidak mau Partai Golkar masih berada dibawah SBY dan Demokrat, dan itu sangat berpengaruh. Ical dan kawan-kawan di Partai Golkar harus pintar-pintar memainkan posisinya di pemerintahan.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Dalam pandangan Eko, posisi koalisi yang diambil Partai Golkar harus

dimanfaatkan benar-benar oleh Aburizal Bakrie sebagai ketua umum. Jika

Page 202: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccii

dilihat dari segi kekuasaan, Partai Golkar memang diuntungkan karena masuk

dalam lingkaran pemerintah. Namun, posisi Partai Golkar tetap berada

dibawah kendali Partai Demokrat sebagai pemimpin koalisi besar. Namun

tidak semua pembaca Kompas menganggap posisi koalisi menguntungkan

bagi Partai Golkar. Ansyor, menilai pilihan koalisi ini justru sangat

mengecewakan terutama bagi rakyat kecil.

“Selama berkuasa, Golkar memang selalu berada di pihak pemerintah. Dan yang saya sesalkan saat ini Golkar yang diketuai oleh Aburizal masih pro terhadap pemerintah. Aburizal Bakrie harusnya beroposisi terhadap pemerintah karena memang itulah posisi yang berpihak kepada rakyat. Kalau Golkar berpihak kepada pemerintah, maka siapa lagi yang akan mengontrol pemerintah? Rakyat pasti akan kecewa terhadap Golkar dan bisa saja diramalkan pada pemilu 2014 nanti Golkar mengalami kekalahan.” (Wawancara dengan Ansyor)

Dalam pandangan Ansyor, meskipun banyak resiko yang harus

dihadapi jika memilih oposisi, tetapi dengan posisi tersebut lebih banyak

masyarakat yang menggunakan Partai Golkar sebagai wadah penyalur

aspirasinya. Selain itu, Partai Golkar bisa menempatkan diri sebagai pengawas

program pemerintah, sehingga apabila ada penyelewengan yang merugikan

rakyat, Partai Golkar bisa memperjuangkan keadilan untuk masyarakat.

Pilihan posisi berkoalisi dengan Partai Demokrat, menurut Ansyor, justru

membuat Partai Golkar kembali kehilangan pamor pada Pemilu 2014. Senada

dengan Ansyor, Kisbandi Virdha menganggap posisi oposisi adalah posisi

paling ideal yang seharusnya diambil Partai Golkar. Pasalnya, menurut

Kisbandi, tujuan koalisi hanya untuk mendapatkan kursi menteri saja.

Page 203: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cciii

Namun demikian, menurut Rorie Asya’ri, posisi Partai Golkar saat ini

justru menguntungkan bagi internal partai, tetapi jika partai ini tidak segera

melakukan pembenahan internal, pada pemilu 2014 partai ini tetap akan kalah.

“Untuk 2014, kalau pergantian ketua umum hanya sebagai formalitas, sebagai rutinitas lima tahunan, besok 2014 akan keteteran, kecuali kalau pemerintah SBY ini bener-bener jatuh, sampai ada revolusi besar-besaran akibat Century, Golkar dapat peluang. Nah, ini keuntungan si licik ‘abu-abu’, karena dia tidak berada di kutub yang jelas.” (Wawancara dengan Rorie Asya’ri)

Berbeda dengan Rorie, menurut Paramita Sari, popularitas dan

kekuatan Partai Golkar saat ini justru semakin menurun. Namun Paramita

mengamini pendapat Rorie bahwa penyebab melemahnya Partai Golkar

adalah permasalahan kesolidan program dan kadernya.

“Partai Golkar yang sekarang semakin melemah, dahulu orang kecil ketika ditanya tentang partai, pasti yang teringat Golkar. Simbol-simbol Golkar di masyarakat pada waktu itu sangat banyak, oleh karena itu Partai Golkar yang sekarang semakin melemah, tidak sampai ke akar rumput. Dia malah seperti ditinggalkan oleh basis pendukungnya yang dulu-dulu.” (Wawancara dengan Paramita Sari)

Partai Golkar setelah masa reformasi, dalam persepsi Paramita, tidak

lagi dekat dengan pendukungnya di daerah. Padahal basis pendukung paling

kuat partai ini justru berada di daerah. Terlebih lagi kondisi internal partai

penuh dengan konflik, sehingga kepercayaan masyarakat bahwa Partai Golkar

dapat memperjuangkan kepentingan mereka semakin surut. Paramita

menganggap, lemahnya Partai Golkar juga dikuatkan dengan persaingan antar

calon ketua umum pada pelaksanaan munas.

“…terpilihnya Ical ini merupakan awal dari keterpurukan Golkar. Karena pemilihan itu sudah dimulai dengan konflik dulu dalam internalnya. Jadi, yang tidak setuju dengan terpilihnya Ical pasti akan

Page 204: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

cciv

membelot, tidak akan mendukung Golkar sepenuhnya, tidak sepenuh hati.” (Wawancara dengan Paramita Sari)

Persaingan antar calon ketua umum, menurut Paramita, tidak hanya

berhenti pada saat pelaksanaan munas saja. Pihak-pihak yang tidak puas

dengan hasil munas dan kemenangan Aburizal Bakrie diindikasikan akan

membuat perpecahan dalam hubungan internal. Maka pada masa mendatang,

menurut Eko, Partai Golkar harus benar-benar menjaga dan memperhatikan

kesolidan internal partai.

“Golkar kedepan harus pandai-pandai untuk menjaga internal, karena bibit-bibit (perpecahan) itu sudah ada, seperti kemarin Aburizal memasukkan Rizal Malarangeng di DPP. Saya kira itu sudah melangkahi kawan-kawan yang telah berproses terlebih dahulu.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Senada dengan Rorie, Paramita menganggap ketidaksolidan dan

persoalan konflik internal inilah yang akan menghambat jalan Partai Golkar

pada pemilu 2014.

“Ketika Pemilu 2014, iya kalau sudah bersatu lagi, bagaimana kalau ternyata ada masalah internal lagi? Bagaimana nanti soal siapa yang dicalonkan Golkar untuk menjadi misalnya cawapres atau menyalon jadi capres? Kalau mereka tidak menyatu untuk kepentingan ini mereka akan pecah, itu merupakan keterpurukan. Dengan pemberitaan-pemberitaan kekacauan ini, berarti juga menjadi image negatif di masyarakat juga, kan?” (Wawancara dengan Paramita Sari)

Masyarakat umum, dalam pandangan Paramita, lebih memerhatikan

perilaku negatif elite politik dibandingkan dengan prestasinya. Citra Partai

Golkar di masyarakat pada saat pelaksanaan munas, menurut Paramita, sangat

buruk karena pertikaian antar kubu kandidat ketua umum. Apalagi, dalam

persepsi Haris Firdaus, Aburizal Bakrie terpilih menjadi Ketua Umum Partai

Golkar. Aburizal Bakrie, selama beberapa tahun terakhir memiliki citra yang

Page 205: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccv

sangat buruk karena kasus lumpur Lapindo yang belum terselesaikan. Haris

menganggap terpilihnya Aburizal Bakrie merupakan kesalahan besar yang

akan membuat pendukung Partai Golkar yang konsen dengan persoalan Hak

Asasi Manusia dalam kasus Lapindo meninggalkan partai ini.

“Kemenangan Aburizal ini berdampak buruk, membuat Golkar semakin tidak dominan, tidak popular, paling tidak dengan orang-orang yang getol dengan persoalan Lapindo. Itu senjata yang bisa dimanfaatkan pada persoalan politik tertentu. Aburizal komitmennya terhadap SBY juga bisa dikatakan sekutu. Pengaruh munas buruk, itu blunder Golkar yang memilih Aburizal. Terbukti, sekarang Golkar tidak kedengaran suaranya ketimbang dulu.” (Wawancara dengan Haris Firdaus)

Namun, menurut Haris, pemilihan pemimpin Partai Golkar memang

berada pada situasi yang sulit. Pada dasarnya, masa depan Partai Golkar

ditentukan oleh siapa yang memimpin partai pada masa krisis saat ini. Padahal

Partai Golkar tidak memiliki tokoh yang dominan yang mampu menyatukan

seluruh kepentingan partai yang beragam. Sementara empat tokoh politik yang

menjadi calon ketua umum Partai Golkar tidak ada yang benar-benar kuat.

Haris mencontohkan Aburizal Bakrie dan Yuddy Chrisnandi.

“Mungkin secara ideal, Golkar itu sehat kalau tidak ada money politics dan tidak dipimpin oleh Aburizal, yang kemudian dipimpin oleh kader dari bawah.Tapi kalau Golkar dipimpin oleh Yuddy Chrisnandi Golkar juga akan kalah, karena dia tidak punya dukungan. Jadi menurut saya Golkar seperti itu, orang tidak lagi melihat partai tapi orang masih melihat tokoh. Kecuali, mungkin terjadi perubahan peta politik karena SBY tidak bisa lagi (menjabat presiden), orang akan mencari tokoh baru dan tidak tahu apakah tokoh Golkar bisa mengisi.” (Wawancara dengan Haris Firdaus)

Dalam pandangan Haris, Partai Golkar harus segera melakukan

pembenahan yang menyeluruh terhadap partai, sehingga partai ini tidak hanya

mengandalkan lengsernya Presiden SBY. Karena partai lain pun kini sedang

menyusun strategi untuk pemenangan pemilu Presiden 2014. Untuk itu, Joni,

Page 206: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccvi

menyaratkan Partai Golkar harus membuat sebuah strategi yang benar-benar

baru agar tidak mengalami kekalahan kembali.

“…kalau Golkar tidak membuat strategi politik yang masih sama dengan yang lama, susah. Sementara partai lain membuat strategi yang baru yang lebih dekat dengan masyarakat, yang setiap sebelum pemilu sampai pemilu berikutnya dia akan bergerak karena dia membuat komunitas yang setiap saat harus dikelola. Dan Golkar seperti hangat-hangat tahi ayam, bekerja ketika menjelang pemilu, itu sudah kuno buat saya, sangat pragmatis. PDIP meskipun pragmatis, tapi dia menggunakan cara-cara yang modern, dengan konstan dia bergerak, berusaha menjadi pelayan masyarakat.” (Wawancara dengan Joni Rusdiana)

Dari pemaparan tersebut, pembaca Kompas menilai bahwa posisi

politis Partai Golkar pasca Munas Partai Golkar VIII memang sulit diprediksi.

Pilihan koalisi yang diambil Partai Golkar dipandang sebagai posisi yang

kurang menguntungkan bagi rakyat miskin dan dewan legislatif. Selain itu,

dilain pihak, pada saat pelaksanaan munas, citra Partai Golkar justru semakin

memburuk dikarenakan kericuhan dan perpecahan dalam internal partai.

Kurang kuat dan solidnya partai ini membuat banyak pembaca Kompas

meragukan eksistensi Partai Golkar pada pemilu 2014. Berikut adalah

rangkuman pendapat mengenai indikasi rekayasa dan kericuhan pada

pelaksanaan Munas Partai Golkar VIII dari masing-masing responden.

Tabel 3.12 Rangkuman Pendapat Pembaca Kompas

tentang Posisi Politis Partai Golkar

No Nama Pendapat 1 Eko

Setiawan Partai Golkar sebenarnya masih bimbang, Surya Paloh memilih oposisi, Aburizal memilih koalisi. Jika Partai Golkar berkoalisi, partai ini akan eksis karena dekat dengan pemerintah dan kekuasaa. Namun jika beroposisi, akan sulit mengaplikasikan program partai karena rakyat lebih memperhatikan program pemerintah. Dibawah Aburizal, Partai Golkar belum tentu berkembang karena masih dibawah bayang-bayang SBY dan sudah terdapat bibit-bibit perpecahan karena dirinya

Page 207: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccvii

memasukkan tim sukses SBY dalam kepengurusan DPP. 2 Ansyor Partai Golkar selalu berada di pihak penguasa sejak dulu sampai

kepemimpinan Aburizal sekarang. Seharusnya Partai Golkar memilih oposisi, karena posisi tersebut lebih memungkinkan partai ini untuk membela rakyat dan mengontrol pemerintah. Hal ini membuat rakyat kecewa dan Partai Golkar diramalkan akan kembali kalah pada pemilu 2014.

3 Kisbandi Virdha

Posisi paling ideal bagi Partai Golkar adalah oposisi agar parlemen tidak dikuasai oleh pihak koalisi. Pasalnya tujuan untuk berkoalisi hanya didasarkan agar Partai Golkar mendapat kursi di kabinet.

4 Ertika Nanda

Koalisi Partai Golkar dengan Partai Demokrat agar partai ini tetap eksis dalam kancah politik di Indonesia. Salah satu caranya dengan berusaha memasukkan kadernya sebagai menteri di pemerintah SBY.

5 Rorie Asya’ri

Pada pemilu 2014 Partai Golkar punya peluang jika pemerintahan SBY dan Partai Demokrat jatuh

6 Haris Firdaus

Di Partai Golkar, ideologi tergantung siapa tokohnya. Jika dipimpin Aburizal, Partai Golkar tidak sehat karena ada politik uang dan bukan kader dari bawah. Namun jika dipimpin Yuddy, Partai Golkar juga akan kalah karena tidak punya dukungan. Kemenangan Aburizal merupakan blunder dan berdampak buruk, yakni membuat Partai Golkar tidak dominan, tidak popular, khususnya untuk korban Lapindo.

7 Paramita Sari

Koalisi akan menguntungkan Partai Golkar karena pemerintahan saat ini bersifat sentralistik, sehingga mudah bermain kepentingan. Namun Partai Golkar yang sekarang semakin melemah, tidak sampai akar rumput, dan ditinggalkan oleh pendukungnya. Terpilihnya Aburizal juga merupakan awal dari keterpurukan Partai Golkar karena di awal pemilihan sudah ada konflik dalam internal. Jadi yang tidak satu kubu dengan Aburizal pasti akan membelot dan tidak mendukung Partai Golkar sepenuh hati. Untuk 2014, posisinya kurang menguntungkan karena berbagai macam pemberitaan kekacauan membuat image negatif tentang Partai Golkar di masyarakat.

8 Joni Rusdiana

Posisi dan program oposisi cukup membingungkan bagi Partai Golkar karena merupakan sesuatu yang baru. Akan sulit diterapkan di Partai Golkar karena loyalitas pendukung Partai Golkar dalah loyalitas orang kampung karena faktor psikologis bukan karena militansi kader. Jika Partai Golkar masih mengharapkan menang dalam pemilu 2014, maka partai ini harus membuat strategi baru karena partai lain sudah melakukan strategi pendekatan dengan masyarakat dari sekarang. Apalagi, kecenderungan pemilih pemula adalah memilih partai-partai yang relatif baru.

Page 208: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccviii

C. Membandingkan Frame Kompas dan Frame

Pembaca Kompas

Pada dua sub bab diatas telah dianalisis frame Kompas dan frame pembaca

Kompas dalam pemberitaan Munas Partai Golkar VIII. Dari dua bentuk frame

tersebut, pada dasarnya terdapat keterkaitan ataupun juga ketidakterkaitan antar

frame. Maka pada sub bab ketiga ini, peneliti membuat perbandingan antar frame

berdasarkan masing-masing sub tema yang telah ditentukan. Dalam penelitian

deskriptif, menurut Jalaluddin Rakhmat, salah satu tujuannya adalah melakukan

perbandingan atau evaluasi.151 Tujuan pembandingan ini adalah untuk mengetahui

apa saja persepsi media yang dipahami sama oleh pembaca serta apa saja persepsi

pembaca yang tidak terkait pada pandangan media tersebut. Perbandingan antar

frame dapat dilihat pada lima sub tema yang dijabarkan berikut.

1. Persaingan perebutan kursi Ketua Umum Partai

Golkar

Persaingan antar calon Ketua Umum Partai Golkar mendapat tempat

khusus bagi Harian Kompas. Pemberitaan mengenai komentar, opini, atau

kegiatan masing-masing calon ketua umum lebih sering ditampilkan Kompas

selama tiga bulan rangkaian pemberitaan Munas Partai Golkar. Di satu sisi,

pemberitaan mengenai persaingan ini menandakan bahwa pada realitanya,

antar calon ketua umum berjuang sekuat tenaga untuk memperebutkan kursi

151 Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Metode Penelitian Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 1991,

hal: 25

Page 209: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccix

Ketua Umum Partai Golkar. Namun disisi lain, pembaca Kompas menilai

Kompas terlalu larut dalam hiruk pikuk tersebut.

“Masih terlihat Kompas hanya mengekspos ketua umum Golkar saja, program, visi dan misi mereka secara menyeluruh tidak diekspos lebih dalam.” (Wawancara dengan Eko Setiawan)

Bahkan lebih jauh, walaupun Kompas berusaha menjaga

kenetralannya, beberapa pembaca Kompas menilai Kompas memiliki

kecenderungan untuk memberikan ruang pemberitaan yang lebih besar

terhadap salah satu kandidat ketua umum, yakni Aburizal Bakrie. Namun

terlepas dari persepsi pembaca Kompas tersebut, berdasarkan analisis teks dan

hasil wawancara dengan pihak media, ada beberapa pandangan tersendiri dari

Kompas terhadap persaingan pemilihan Ketua Umum Partai Golkar VIII.

Diantaranya, persaingan antar kandidat ketua umum sangat kentara

terutama antara kandidat yang kaya dengan kandidat yang “miskin”. Kandidat

yang kaya, dalam hal ini Aburizal Bakrie dan Surya Paloh, mempergunakan

kekayaannya untuk memperoleh dukungan, sementara kandidat yang tidak

mengeluarkan banyak uang dalam proses kampanye, yaitu Yuddy Chrisnandi

dan Tommy Soeharto, lebih banyak mengkritisi kandidat yang kaya.

Pengeluaran dana kampanye yang berlebihan oleh kandidat kaya dinilai tidak

wajar dan sangat boros. Melihat hal tersebut, semakin tampak bahwa

persaingan perebutan ketua umum yang sesungguhnya hanya diantara

Aburizal Bakrie dan Surya Paloh.

Pandangan Kompas tersebut pada dasarnya tidak terlalu jauh dengan

perspektif yang ditangkap oleh pembaca Kompas. Pembaca Kompas

Page 210: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccx

menganggap bahwa persaingan antar calon Ketua Umum Partai Golkar sangat

kontras, terutama dalam perilaku jorjoran uang. Namun, pembaca Kompas

melihat, perebutan ketua umum partai adalah hal yang biasa, akan tetapi

panasnya persaingan di tubuh Partai Golkar menjadi tidak imbang karena dua

calon ketua umum terkuat adalah pemilik media besar berskala nasional.

Hampir semua pembaca Kompas yang menjadi responden penelitian ini juga

menggunakan media televisi untuk melihat pemberitaan Munas Partai Golkar,

sehingga mereka dapat melihat persaingan yang lebih nyata diantara para

calon ketua umum. Selain karena faktor uang, pembaca Kompas juga

memandang bahwa persaingan yang terjadi didukung dengan adanya faksi

atau kubu masing-masing calon ketua umum yang ikut bersaing di media.

Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai terjadinya

persaingan yang begitu nyata pada keempat calon ketua umum ini. Pandangan

pertama, pembaca Kompas yang melihat bahwa persaingan antar calon adalah

sesuatu yang wajar. Alasannya karena Indonesia adalah negara yang

menjunjung tinggi asas demokrasi. Di alam demokrasi, perbedaan, perang

argument, kampanye dan persaingan adalah sesuatu yang dilegalkan asalkan

tetap berada pada etika politik yang baik. Sementara pandangan yang kedua

adalah pembaca Kompas yang melihat bahwa persaingan antar calon ketua

umum yang sangat tajam ini tidak wajar. Penyebabnya, keempat calon ketua

umum berada pada satu payung partai, sehingga perbedaan yang begitu tajam

justru menjadi bumerang bagi mereka sendiri.

Page 211: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxi

Secara umum, Ketua Umum Partai Golkar yang ideal menurut Kompas

adalah mengetahui sejarah dan organisasi serta misi dan visi golkar, mau

berjuang memajukan Partai Golkar dan perekonomian bangsa, bisa

memperbaiki dan meningkatkan gengsi partai, punya integritas, misi dan visi

kenegaraan, memiliki kemampuan ekonomi dan punya latar belakang politik

yang matang. Namun menurut Kompas, pada realitanya hanya ada tiga syarat

agar bisa terpilih menjadi Ketua Umum, yakni memiliki kekuasaan, uang, dan

jaringan yang terorganisir. Pandangan pembaca Kompas juga sama dengan

Kompas, bahwa ketua umum yang menjadi pemenang adalah calon ketua

umum yang kaya dan yang rela mengeluarkan uang.

2. Arti penting Munas Partai Golkar ke VIII

Munas bagi partai politik pasti memiliki urgensi yang sangat krusial

untuk masa depan partai. Terlebih lagi bagi partai besar seperti Partai Golkar

yang baru mengalami dua kali kekalahan memalukan pada Pemilu 2009 silam.

Kompas menyimpulkan ada beberapa permasalahan pokok yang sedang

melanda Partai Golkar, yakni idealisme partai yang telah hilang dan

pragmatisme politik kadernya. Maka dari itu, Kompas memandang bahwa

Munas Partai Golkar tahun 2009 merupakan momentum yang menentukan

hidup mati partai. Artinya, jika momentum ini digunakan sebaik-baiknya,

maka Partai Golkar bisa kembali berjaya pada Pemilu 2014, dan sebaliknya,

jika momentum ini gagal menjadi tonggak kebangkitan, suara Partai Golkar

akan menurun bahkan mungkin hilang sama sekali. Kompas melihat, partai ini

Page 212: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxii

masih memiliki kesempatan yang besar untuk bangkit karena Partai Golkar

memiliki kader berkualitas dan banyak pengalaman.

Bagi Kompas, banyak agenda penting yang harus dicapai di munas,

yakni pembahasan persoalan partai dan permasalahan bangsa. Agenda yang

juga penting bagi internal partai adalah penentuan siapa yang terpilih menjadi

ketua umum partai. Permasalahannya, ada dua pihak yang bertentangan dari

calon ketua umum, yakni pihak yang pro dengan pemerintah, yaitu Aburizal

Bakrie, dan pihak yang independen (oposisi), yaitu Surya Paloh, Yuddy

Chrisnandi, dan Tommy Soeharto. Namun realitanya, pelaksanaan munas

ternyata penuh dengan ketidakidealan, sehingga munas bisa dikatakan tidak

berhasil mencapai tujuannya.

Pun demikian dengan pandangan pembaca Kompas. Mereka

menganggap bahwa Munas Partai Golkar adalah momentum yang penting

bagi Partai Golkar karena partai ini adalah partai besar yang kalah dalam

pemilu 2009. Selain itu, munas patut menjadi perhatian karena dua hal

penting: Pertama, munas sengaja dilaksanakan sebelum pelantikan kabinet

agar lebih leluasa menetapkan pilihan posisi koalisi terhadap pemerintah.

Kedua, perubahan mekanisme baru yang dipakai dalam pemilihan ketua

umum dari sistem konvensi menjadi pemilihan umum langsung. Kaitannya

dengan poin kedua, tujuan Partai Golkar adalah pembuktian diri kepada

masyarakat bahwa Partai Golkar yang sekarang bisa berlaku demokratis serta

masih eksis di kancah politik di Indonesia. Namun demikian, menurut

Page 213: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxiii

pembaca Kompas, perbedaan arah politik kandidat ketua umum membuat

esensi munas tidak tercapai karena penuh kekacauan dan konflik internal.

3. Isu politik uang dan pragmatisme dalam pemilihan Ketua Umum

Isu politik uang menjadi isu sensitif yang sering diberitakan oleh

Kompas. Pada hakikatnya, Kompas percaya bahwa politik uang memang

benar terjadi dalam proses pemilihan ketua umum Partai Golkar. Dasar yang

dipakai Kompas adalah informasi yang santer terdengar dan observasi

langsung pada saat peliputan munas. Bagi Kompas, fakta nominal harga satu

suara sangat tinggi dan mengejutkan. Namun, tidak semua calon dan tim

suksesnya yang menjadi pelaku politik uang. Kompas menempatkan pembuka

tabir kecurangan terjadinya politik uang adalah dua calon ketua umum sendiri

yakni Yuddy Chrisnandi dan Tommy Soeharto. Yuddy dan Tommy adalah

dua calon ketua umum yang dianggap bersih dari politik uang. Bahkan Yuddy

menjadi inisiator membawa kasus politik uang dan penerimaan uang suap ini

untuk ditindaklanjuti oleh KPK. Sementara itu, pelaku politik uang, menurut

Kompas, adalah pihak Aburizal Bakrie dan Surya Paloh.

Perilaku politik uang dan suap menyuap dikatakan Kompas merupakan

bentuk pragmatisme politik Partai Golkar. Kompas percaya bahwa Partai

Golkar sejak dahulu adalah partai dengan kader yang pragmatis. Hal tersebut

masih dilestarikan hingga saat ini. Sehingga, praktek politik uang yang terjadi

sekarang akan kembali menghancurkan partai ini sendiri.

Page 214: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxiv

Pembaca Kompas pun menganggap bahwa pragmatisme politik Partai

Golkar memang sudah ada sejak jaman orde baru. Namun, bagi mereka,

pragmatisme politik yang terwujud dalam praktek politik uang sudah menjadi

rahasia umum di Indonesia. Bahkan, lebih jauh dikatakan bahwa politik uang

wajar terjadi karena para calon ketua umum adalah orang-orang kaya sehingga

bisa mempergunakan kekayaannya untuk memenangkan kompetisi. Catatan

yang juga penting adalah bahwa kepengurusan daerah tidak akan menolak

adanya politik uang dari para calon. Pasalnya, DPD juga membutuhkan uang

untuk kelangsungan kehidupan organisasi partai di daerah masing-masing

sehingga mereka tidak mudah menolak pemberian uang.

Salah satu hal yang dijadikan bukti terjadinya politik uang yakni

karena Yuddy Chrisnandi tidak mendapat suara sama sekali. Padahal jika

dicermati, Yuddy adalah tokoh muda yang idealismenya masih kuat dan

punya visi misi yang baik. Dalam pandangan pembaca Kompas, hal ini justru

menyiratkan pertanyaan apa sebenarnya pentingnya jabatan Ketua Umum

Partai Golkar hingga para calon rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

Namun demikian, meskipun politik uang merupakan perbuatan yang salah,

keadaan dan kondisi politik di Indonesia memaksa para calon ketua umum

untuk melakukannya. Sistem politik di Indonesia telah membudayakan adanya

politik suap menyuap sehingga masih sulit untuk dilepaskan.

4. Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada

Pelaksanaan Munas

Page 215: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxv

Ricuh menjadi sesuatu yang lumrah di alam demokrasi. Kebebasan

berpendapat dan kebebasan memilih seakan menjadi tameng untuk memberi

kelegalan dalam setiap aksi kericuhan. Pun demikian dengan kericuhan yang

terjadi pada penyelenggaraan Munas Partai Golkar VIII. Menurut Kompas,

pihak-pihak yang berseteru memenangkan pemilihan ketua umum memiliki

kekuatan yang sama besar, tertutama karena adanya dukungan blok-blok yang

besar. Blok-blok tersebut memiliki kepentingan yang berbeda-beda sehingga

akumulasi kepentingan justru menimbulkan kericuhan di munas. Selain

kepentingan dari masing-masing blok calon ketua umum, DPD juga memiliki

kepentingan internal yakni memperoleh keuntungan bagi diri sendiri dan

organisasinya di daerah. Maka mereka mudah dipengaruhi dan ditekan dengan

uang, khususnya oleh pihak Aburizal Bakrie. Kericuhan yang bermula dari

hal-hal kecil ini, bagi Kompas, tidak bisa terhindarkan dari sebuah proses di

partai politik. Namun hal ini bukan merupakan dinamika politik yang wajar

dalam wujud demokrasi di Indonesia.

Rekayasa tidak hanya pada aksi kericuhan yang terjadi, namun sudah

ada sejak proses pemilihan pimpinan sidang dan aturan pemilihan ketua

umum. Proses-proses tersebut dibuat sedemikian rupa agar menguntungkan

salah satu pihak, yakni Aburizal Bakrie atau Surya Paloh. Indikasi rekayasa

semakin menguat karena banyak hal yang ditutup-tutupi dan tersembunyi

dalam munas.

Pembaca Kompas juga menangkap persepsi yang sama dengan

pandangan yang disajikan Kompas. Kericuhan yang terjadi karena hal-hal

Page 216: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxvi

sepele tersebut merupakan bukti adanya rekayasa politik dalam pelaksanaan

munas. Akar terjadinya kericuhan karena masing-masing faksi atau blok antar

kandidat yang semakin memanas dimana terjadi perbenturan kepentingan

yang sangat tajam. Namun, dilain pihak ada pula pembaca Kompas yang

menganggap bahwa kericuhan adalah proses demokrasi yang tidak mungkin

direkayasa. Hanya saja peserta munas menunjukkan ketidakdewasaan dan

ketidakprofesionalan dalam proses penyelesaian persoalan tersebut.

Demokrasi hanya menjadi pembenaran untuk semua bentuk kericuhan.

Melihat hal tersebut, pembaca Kompas menilai bahwa Partai Golkar adalah

partai yang tidak solid karena terlalu banyak memiliki kepentingan pribadi.

5. Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas

Usai perhelatan munas rampung, banyak evaluasi yang diberitakan

Kompas mengenai hasil munas dan pilihan posisi politik partai ini dalam

pemerintahan SBY. Bagi Kompas, pelaksanaan munas dan terpilihnya

Aburizal Bakrie banyak diwarnai oleh rekayasa dan kecurangan. Kemenangan

Aburizal Bakrie layaknya kemenangan SBY karena sebagian besar partai

politik menjadi anggota koalisi Partai Demokrat. Konsekuensinya DPR akan

tumpul. Padahal, posisi ideal Partai Golkar adalah oposisi, hal ini ditujukan

untuk menjaga agar lembaga eksekutif tidak dominan dan otoriter.

Sementara pembaca Kompas melihat dari awal Partai Golkar memang

menginginkan koalisi dengan Partai Demokrat untuk masuk dalam lingkaran

kekuasaan. Posisi ini sangat disesalkan karena tidak akan ada lagi yang akan

berpihak kepada rakyat kecil. Namun sebenarnya Partai Golkar sendiri

Page 217: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxvii

bimbang, karena kedua pilihan politik memiliki keuntungan bagi mereka. Jika

memilih koalisi, Partai Golkar akan tetap berada dibawah bayang-bayang

Partai Demokrat, namun jika memilih oposisi, mereka masih bingung dengan

program kerjanya.

Tabel 3.13 Perbandingan Media Frame dan Audience Frame

Sub tema Media Frame Audience Frame

1. Persaingan Antar Calon Ketua Umum Partai Golkar

- Persaingan tidak imbang dan kontras antara calon yang kaya dengan calon yang miskin

- Persaingan yang sesungguhnya hanyalah diantara Aburizal Bakrie dan Surya Paloh

- Ketua Umum Partai Golkar yang ideal seharusnya memiliki kriteria: tahu sejarah partai, punya visi misi dan integritas, latar belakang ekonomi dan politik yang mapan. Namun realitanya, syarat menjadi ketua umum Partai Golkar harus memiliki tiga hal: kekuasaan, uang dan jaringan

a. Persaingan sangat kontras karena ada jorjoran uang dari calon ketua umum yang kaya

b. Persaingan tidak imbang karena dua calon ketua umum adalah pemilik media nasional

c. Masing-masing calon ketua umum memiliki faksi-faksi atau kubu yang terstruktur (jaringan)

d. Persaingan antar calon ketua umum wajar terjadi karena asas demokrasi Indonesia memberikan kebebasan berpendapat

e. Persaingan antar calon ketua umum tidak wajar karena terjadi didalam satu payung partai politik yang seharusnya solid

f. Kandidat yang bisa memenangkan persaingan adalah calon yang kaya dan rela mengeluarkan banyak uang

2. Arti Penting Munas Partai Golkar ke VIII

- Munas Partai Golkar 2009 adalah momentum penentuan hidup mati partai. Jika munas sukses, Partai Golkar akan kembali Berjaya, namun jika gagal, Partai Golkar diprediksi akan tumbang

- Momentum kebangkitan Partai Golkar ditentukan dengan siapa ketua umum yang akhirnya terpilih

- Ada beberapa permasalahan penting yang harus diselesaikan di munas, yakni adanya dua pihak

a. Munas Partai Golkar penting karena Partai Golkar adalah partai besar yang mengalami kekalahan dalam pemilu 2009

b. Munas berusaha untuk menghasilkan keputusan posisi koalisi, maka pelaksanaannya dibuat sebelum pelantikan kabinet

c. Munas penting karena perubahan mekanisme atau cara pemilihan ketua umum.

d. Munas sebagai bukti eksistensi Partai Golkar di depan masyarakat

e. Perbedaan arah politik

Page 218: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxviii

calon ketua umum yang bertentangan, yaitu calon yang pro pemerintah dengan calon independen (oposisi), matinya idealisme partai dan pragmatisme kader yang meresahkan.

- Sebagai partai besar dan berpengalaman lama, Partai Golkar masih punya kesempatan besar untuk bangkit dari keterpurukan

- Realita pelaksanaan munas ternyata penuh dengan ketidakidealan

kandidat ketua umum membuat esensi munas tidak tercapai karena penuh kekacauan dan konflik internal

3. Isu Politik Uang dan Pragmatisme dalam Pemilihan Ketua Umum

- Politik uang memang terjadi dalam proses pemilihan ketua umum, berdasarkan informasi yang santer terdengar saat munas

- Nominal harga satu suara sangat tinggi dan mengejutkan

- Yuddy Chrisnandi dan Tommy Soeharto bersih dari politik uang, bahkan Yuddy lah yang membuka tabir kecurangan politik uang di munas

- Aburizal Bakrie dan Surya Paloh dikesankan sebagai pelaku politik uang

- Politik uang telah menghancurkan Partai Golkar sendiri

a. Pragmatisme politik dan politik uang adalah sebuah rahasia umum, sudah ada sejak orde baru dan wajar terjadi karena para kandidat adalah orang kaya

b. Yuddy merupakan tokoh muda yang idealis namun tidak mendapat suara sama sekali, hal ini merupakan salah satu bukti terjadinya politik uang

c. Politik uang bisa dimaklumi karena DPD butuh uang untuk menjalankan organisasional partai di daerah

d. Politik uang mengherankan karena tujuan dari jabatan ketua umum tidak jelas.

e. Politik uang adalah sesuatu yang salah, tetapi keadaan memaksa mereka untuk melakukannya. Sistem politik di Indonesia telah membudaya sehingga sulit untuk dilepaskan

4. Indikasi Rekayasa dan Kericuhan pada Pelaksanaan Munas

- Kekuatan antar kandidat, Aburizal Bakrie dan Surya Paloh sama-sama kuat sehingga terjadi persaingan yang sengit dan saling menjatuhkan

- Rekayasa pada pelaksanaan munas terjadi karena banyaknya kepentingan peserta munas

- DPD punya kepentingan internal sehingga mereka mudah dipengaruhi dan ditekan dengan uang,

a. Kericuhan dikarenakan hal-hal sepele sehingga diindikasikan terjadi karena adanya rekayasa

b. Kericuhan disebabkan adanya faksi atau blok antar kandidat yang semakin memanas

c. Kericuhan adalah proses demokrasi yang tidak direkayasa, namun peserta menunjukkan ketidakdewasaan dan ketidakprofesionalan. Sehausnya demokrasi tidak selalu menjadi tameng untuk

Page 219: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxix

khususnya oleh pihak Aburizal Bakrie

- Banyak hal yang ditutup-tutupi dan tersembunyi dalam munas

- Kericuhan mempermalukan Partai Golkar, bukan merupakan dinamika politik yang wajar dalam demokrasi karena sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu

segala bentuk kericuhan d. Kericuhan menandakan bahwa

Partai Golkar tidak solid dan terlalu banyak kepentingan pribadi

5. Posisi Politik Partai Golkar Pasca Munas

a. Pelaksanaan munas dan terpilihnya Aburizal Bakrie sebagai ketua umum banyak diwarnai rekayasa

b. Kemenangan Aburizal Bakrie adalah kemenangan SBY, konsekuensinya DPR akan tumpul karena sebagian besar fraksi di DPR mendukung pemerintah

c. Posisi ideal Partai Golkar adalah oposisi untuk menjaga agar lembaga eksekutif tidak dominan

- Partai Golkar dari awal menginginkan posisi koalisi

- Partai Golkar masih bimbang, jika memilih koalisi akan tetap berada dibawah bayang-bayang Partai Demokrat, namun jika oposisi, masih bingung dengan bentuk program kerjanya

- Koalisi dan oposisi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan

- Posisi koalisi Aburizal Bakrie disesalkan karena tidak ada lagi yang akan berpihak pada rakyat kecil sehingga idealnya Partai Golkar berada di posisi oposisi

- Partai Golkar pada Pemilu 2014 diprediksi akan kembali kalah

Sumber : Olahan peneliti

Page 220: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxx

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Konstruksi Harian Kompas tentang Partai Golkar dalam

Pelaksanaan Munas Partai Golkar ke VIII di Pekanbaru

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persepsi khalayak

pembaca mengenai Partai Golongan Karya (Golkar) dalam pelaksanaan

Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar ke VIII di Pekanbaru pada

pemberitaan di Harian Kompas bulan Oktober 2009. Persepsi khalayak tidak

muncul dengan sendirinya, banyak faktor yang melatarbelakangi dan salah

satunya tergantung bagaimana media yang bersangkutan, yakni Harian

Kompas, mengkontruksi pemberitaan mengenai peristiwa tersebut. Maka

sebelum melihat bagaimana persepsi mengenai Partai Golkar yang pada

khalayak, harus diketahui terlebih dahulu konstruksi yang dibuat Kompas.

Dari analisis data yang telah dilakukan pada 10 teks berita mengenai

Munas Partai Golkar ke VIII di Kompas bulan Oktober 2009 dan hasil

wawancara dengan wartawan politik dan hukum Kompas, Suhartono dan Sutta

Dharmasaputra, dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, Kompas dalam

mengkonstruksi realitas pelaksanaan Munas Partai Golkar ke VIII di

Pekanbaru, berusaha menerapkan pedoman obyektivitas dalam pemilihan

narasumber dan redaksional berita. Pedoman obyektivitas yang dilakukan

Kompas antara lain selalu menampilkan narasumber dari semua pihak yang

Page 221: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxi

berseberangan atau berbeda pendapat (cover both sides), misalnya diantara

kubu empat kandidat yang berseteru dalam perebutan Ketua Umum Partai

Golkar yakni Aburizal Bakrie dan Surya Paloh, Tommy Soeharto, dan Yuddy

Chrisnandi. Selain itu, pada redaksional berita, Kompas banyak menggunakan

tanda kutip pada kata-kata yang konfrontatif atau sensitif terhadap pihak lain,

seperti kata “harga” suara; “dinamika politik”, “bermuka dua”, dan “gizi”.

Kata-kata tersebut secara konotatif memiliki kecenderungan memperkeruh

suasana Munas yang sudah memanas, maka Kompas berada pada posisi netral

dengan menggunakan tanda kutip pada kata-kata tersebut.

Kedua, sesuai strategi yang diungkapkan Dan Nimmo tentang

penggambaran fakta tanpa melupakan prinsip obyektivitas, Kompas juga

menggunakan strategi tertentu pada redaksional dan tampilan berita untuk

menunjukkan fakta dan sikap media tetapi tampak obyektif. Strategi tersebut

diantaranya adalah: mengkonfrontir pendapat pihak-pihak yang berseteru;

penggunaan tanda kutip pada kata-kata sensitif; penggunaan kata atau kalimat

metafora seperti “bermuka dua”, “kalau tidak mukti (berkuasa), akan mati”;

insert yang menonjolkan kesederhanaan salah satu kandidat, Yuddy

Chrisnandi; penggunaan narasumber yang dirahasiakan identitasnya berulang

kali untuk menjelaskan kecurangan dan politik uang pada pelaksanaan Munas;

penerapan penulisan berita secara piramida terbalik yakni pihak yang

dianggap penting atau berjasa ditempatkan paling awal, sementara pihak yang

dianggap sebagai “penjahat” ditempatkan pada akhir berita. Contohnya

Page 222: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxii

tampak dalam pemberitaan tentang indikasi politik uang yang dilaporkan

Yuddy Chrisnandi yang menyudutkan Aburizal Bakrie dan Surya Paloh.

Ketiga, sesuai misi Harian Kompas tentang kemanusiaan, keadilan,

dan perlawanan terhadap penindasan, Kompas tidak menyetujui dinamika

politik dan perilaku elite politik yang negatif pada pelaksanaan pemilihan

Ketua Umum Partai Golkar. Perilaku negatif tersebut diantaranya: persaingan

antar calon yang terlalu jorjoran uang, adanya politik uang dalam proses

pemilihan yang menegaskan pragmatisme partai, hingga kericuhan dan

indikasi rekayasa politik dalam pelaksanaan Munas. Kompas berusaha

mengkritisinya dengan berbagai cara, diantaranya dengan membandingkan

perilaku kandidat yang jorjoran dengan kandidat yang hanya mengeluarkan

sedikit uang; penggambaran dua kandidat Ketua Umum sebagai korban dari

tindakan politik uang, sementara dua kandidat lain sebagai pelaku politik

uang; serta pendeskripsian kejadian kericuhan karena permasalahan sepele.

Melihat pelaksanaan Munas tersebut, Kompas memandang Partai

Golkar yang sekarang masih memiliki kemiripan dengan Partai Golkar pada

masa orde baru, terutama dalam pragmatisme kader dan cara pengambilan

keputusan yang penuh rekayasa. Kompas melihat, pemilihan dan perebutan

Ketua Umum Partai Golkar yang ketat adalah satu kemajuan yang positif

untuk mengembalikan kejayaan partai, namun Kompas menyayangkan

kemajuan tersebut tetap dikotori dengan langkah dan strategi pragmatis, bukan

programatis dari para calon ketua umum. Kompas juga tidak sepakat dengan

posisi politik Partai Golkar yang memilih untuk berkoalisi dengan Partai

Page 223: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxiii

Demokrat. Pilihan tersebut, menurut Kompas akan membentuk pemerintahan

yang tidak sehat, sehingga posisi ideal yang seharusnya diambil adalah oposisi

agar kontrol lembaga legislatif pada lembaga eksekutif tidak tumpul.

2. Persepsi Khalayak Pembaca Harian Kompas tentang Partai Golkar

dalam Pelaksanaan Munas Partai Golkar ke VIII

Khalayak pembaca yang menjadi responden penelitian ini memiliki

kesamaan yakni pembaca golongan usia muda dari kategori khalayak intelek

yang responsif terhadap pemberitaan media massa. Meskipun berasal dari

kategori khalayak yang sama, namun 8 responden penelitian ini memiliki latar

belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut ikut mempengaruhi persepsi

mereka terhadap pemberitaan Munas Partai Golkar. Faktor paling menonjol

yang ditemukan peneliti yang melatarbelakangi persepsi pembaca Kompas

diantaranya adalah intensitas membaca rangkaian pemberitaan Munas Partai

Golkar ke VIII, penggunaan media massa lain terutama media elektronik

dalam mengakses informasi mengenai Munas Partai Golkar, pemahaman

mengenai sejarah Partai Golkar, serta kegiatan atau aktivitas keseharian.

Dari hasil wawancara yang dilakukan, secara umum mereka dapat

menangkap simbol-simbol pada berita di Kompas yang membentuk bingkai

media. Pembaca Kompas mengkombinasikan pemahaman yang diterimanya

dari bingkai media dengan pengetahuan dan keyakinannya, sehingga

memunculkan persepsi yang lebih beragam dibandingkan dengan pandangan

media. Ada tiga pokok persepsi yang muncul dari khalayak pembaca Kompas.

Page 224: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxiv

Pertama, pembaca Kompas memandang pemilihan Ketua Umum

sebuah partai sebenarnya merupakan peristiwa politik biasa, namun

pemberitaan Munas Partai Golkar mendapat perhatian besar karena

kepemilikan media oleh dua calon Ketua Umum. Munas Partai Golkar yang

seharusnya menampilkan citra yang demokratis, justru banyak mengalami

permasalahan yang dimunculkan media, seperti persaingan antar kandidat

yang tidak sehat, pragmatisme kader dan pengurus daerah, perpecahan

internal, kericuhan, dan rekayasa politik, yang menyebabkan Partai Golkar

kembali mendapatkan citra buruk yakni sebagai partai yang tidak solid.

Kedua, meskipun prihatin dengan politik uang dan rekayasa yang

terjadi dalam proses pemilihan Ketua Umum Partai Golkar, pembaca Kompas

menilai permasalahan politik uang dan rekayasa politik Partai Golkar bukan

murni kesalahan partai ini saja. Akan tetapi karena politik uang dan rekayasa

politik telah membudaya dalam sistem politik di Indoensia sejak era orde baru

dan sangat sulit untuk dihapuskan, terutama bagi Partai Golkar sebagai partai

yang ditunggangi pemimpin orde baru.

Ketiga, pembaca Kompas melihat Partai Golkar tetap ingin

mempertahankan diri dalam lingkaran kekuasaan. Pembaca Kompas menilai,

posisi koalisi sebenarnya memberi keuntungan bagi Partai Golkar terutama

dalam pencitraan program kerja dan karakter partai di depan publik. Pun

demikian, posisi oposisi juga kurang sesuai diterapkan di Indonesia yang

menggunakan sistem pemerintahan presidensial. Akan tetapi dilain pihak,

posisi koalisi dipandang sebagai posisi yang tidak berpihak pada rakyat kecil.

Page 225: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxv

3. Hubungan Konstruksi Kompas dan Khalayak Pembaca Kompas

Berdasarkan temuan frame media dan frame khalayak tersebut, tampak

bahwa frame khalayak pembaca banyak memiliki kemiripan dengan frame

yang dibentuk Kompas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa frame khalayak

pembaca dipengaruhi oleh frame media Kompas. Khalayak tidak melihat

perisitiwa Munas Partai Golkar ke VIII secara langsung, sehingga persepsi

yang terbentuk dari khalayak mendapatkan pengaruh dari pemilihan isu dan

penonjolan fakta oleh Kompas. Terlebih lagi, khalayak yang menjadi

responden dalam penelitian ini adalah khalayak usia muda yang tidak

mengetahui secara langsung sejarah Partai Golkar di masa lalu, sementara

Kompas sebagai institusi media, pasti memiliki data dan dokumentasi yang

lengkap, sehingga khalayak lebih mempercayai data yang disajikan Kompas

karena tidak memiliki pengalaman empiris terhadap Partai Golkar.

Namun, meskipun pandangan khalayak banyak yang sama dengan

pandangan media, ada beberapa persepsi khalayak pembaca yang bertolak

belakang atau berbeda dengan frame media. Pertama, media menilai bahwa

persaingan antar Ketua Umum tidak imbang karena perbedaan kekayaan antar

calon ketua umum dan persaingan yang ketat diantara kandidat merupakan

kemajuan yang positif dalam partai. Sementara dalam persepsi khalayak,

persaingan antar Ketua Umum tidak imbang justru disebabkan karena

kepemilikan dua media televisi besar oleh dua kandidat dan justru

mempertanyakan urgensi jabatan Ketua Umum Partai Golkar. Pasalnya,

Page 226: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxvi

perebutan Ketua Umum Partai Golkar justru membuat para kandidat tidak

terpilih menjadi pejabat pemerintah.

Kedua, media menganggap bahwa politik uang yang diindikasikan

terjadi pada pemilihan Ketua Umum Partai Golkar sangat memprihatinkan dan

mengecewakan. Hal ini menandakan bahwa Partai Golkar yang sekarang

masih sama dengan Partai Golkar pada era orde baru. Namun bagi khalayak

pembaca, politik uang wajar terjadi karena pengurus daerah membutuhkan

dana untuk operasional partai dan tidak bisa dipersalahkan kepada Partai

Golkar saja karena telah membudaya sehingga sulit dilepaskan dari sistem

politik di Indonesia.

B. Saran

1. Saran Bagi Praktisi Media

a. Dalam menjalankan fungsinya memberikan informasi kepada publik,

praktisi media perlu menjunjung obyektivitas dan netralitas berita

dengan prinsip cover both sides terutama pada berita politik atau berita

perseteruan. Tujuannya agar pemberitaan tidak berat sebelah sehingga

tidak memunculkan konflik baru yang lebih besar.

b. Kaitannya dengan kepemilikan media, para praktisi media terutama

bagian redaksi harus bisa memisahkan kepentingan pemberitaan di ruang

redaksi dengan kepentingan keuangan perusahaan meskipun obyek atau

subyek berita adalah pemilik atau petinggi media yang bersangkutan.

Page 227: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxvii

2. Bagi Khalayak Media

a. Khalayak pembaca media diharapkan tidak hanya menerima informasi

secara mentah. Pembaca seyogyanya memahami bahwa berita

merupakan konstruksi bertahap dari wartawan yang meliput di lapangan

dan ideologi dari institusi media, sehingga pembaca atau pemirsa

diharapkan lebih kritis dalam merespon pemberitaan di media massa.

b. Untuk mengetahui permasalahan secara utuh, khalayak sebaiknya tidak

hanya membaca satu berita saja, namun mengikuti rangkaian berita yang

disajikan media. Pasalnya media memiliki keterbatasan dan kebijakan

tertentu dalam penentuan agenda setting.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Sebagai bagian dari studi ilmu politik, masih banyak sudut pandang

yang bisa ditelaah dari penyelenggaraan momentum politik besar seperti

musyawarah nasional sebuah partai politik. Hal ini didukung dengan

mulai adanya keterbukaan dan kebebasan pemberitaan media massa

mengenai permasalahan politik di negeri ini.

b. Dalam menggali dan mengkonstruksi wacana di media cetak dengan

model analisis framing dirasa belum cukup menggunakan satu model

dan satu teori saja. Pendekatan dengan mengkombinasikan dengan

model dan teori lain akan memperkaya hasil analisis

c. Penggunaan metode wawancara mendalam (depth interview) terhadap

khalayak media selayaknya terlebih dahulu menggali lebih dalam

Page 228: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxviii

mengenai latar belakang pembaca seperti pendidikan, organisasi,

pekerjaan, pemikiran, serta kesehariannya. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui faktor-faktor yang membentuk pandangan atau persepsi

pembaca media mengenai sebuah pemberitaan atau informasi.

d. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling dengan mengambil responden khalayak intelek. Penelitian

berikutnya akan sangat berguna jika menggunakan teknik pengambilan

sampel lain sehingga dapat lebih menjangkau khalayak yang lebih luas.

Page 229: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxix

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Ilmiah/Jurnal Mietzner, Marcus. Comparing Indonesia's party systems of the 1950s and the

post-Suharto era: From centrifugal to centripetal inter-party competition. Journal of Southeast Asian Studies, 39 (3). The National University of Singapore, 2008.

Scheufele, Dietram A. Framing as Theory of Media Effect. Journal of

Communication, Vol. 49. Internasional Communication Assosiation, 1999. Tomsa, Dirk. Party Politics and the Media in Indonesia: Creating a New Dual

Identity for Golkar. Singapore: Contemporary Southeast Asia. Vol. 29, Iss. 1, 2007.http://proquest.umi.com/pqdweb/?index=2&did=1284185441&SrchMode=1&sid=3&Fmt=3&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1268037558&clientId=80413 akses tanggal 8 Maret 2010 pukul 15.40.

Buku Ardianto M.Si, Drs. Elvinaro dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya M.Si.

Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Cetakan ketiga. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 1999.

BM, Mursito. Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita. Solo:

Studi Pemberdayaan Komunikasi, 1999. Budihardjo, Prof. Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2001. Creswell, John W. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among

Five Traditions. California: SAGE Publications, 1998. Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Rosdakarya, 2000. Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:

LKiS, 2002. Fatah, Eep Saefulloh. Pengkhianatan Demokrasi ala Orde Baru: Masalah dan

Masa Depan Demokrasi Terpimpin Konstitusional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Firmanzah, Ph.D. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Page 230: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxx

–––––––––––––. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi

Politik di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008. Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas, 2005. Kriyantono S.Sos M.Si, Rachmat. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2006. Lay, Cornelis. Involusi Politik: Esai-esai Indonesia. Yogyakarta: Program Pasca

Sarjana Politik Loka dan Otonomi Daerah dan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada, 2006.

Maswadi Rauf, et al. Sistem Presidensial dan Sosok Presiden Ideal. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009. Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1999. ––––––––––. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000. Nurudin. Komunikasi Massa. Malang: Cespur, 2004 Oetama, Jacoeb. Pers Indonesia: Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak Tulus.

Jakarta: Kompas, 2001. Panuju, Redi. Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat. Yogyakarta: Pustaka

Book Publisher, 2009. Pawito, Ph.D. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS, 2007. Rakhmat M.Sc, Drs. Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:

Rosdakarya, 1991. Santana, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2005. Silalahi MA, Dr. Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama,

2009. Sobur M.Si, Drs. Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Rosdakarya, 2001. Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LkiS, 2001.

Page 231: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxxi

Sugiyono, Prof. Dr. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.

Tandjung, Akbar. The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi

Politik Era Transisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Usaha. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Cetakan kedua. Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Cetakan kedelapan. Jakarta: Sekretariat Dewan Pers, 2007 Skripsi: Firdaus, Haris. Skripsi, Konstruksi Kompas dalam dua blog (Analisis Wacana

Kritis tentang Konstruksi Harian Umum Kompas dalam Blog Kompas Inside dan Inside Kompas). Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009.

Mardana, Gigih. Skripsi, Analisis Framing Komunikasi Politik Elite NU di Harian

Kompas dan Republika Periode November-Desember 2004. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2005.

Surat Kabar: Kompas, “Lima Krisis Lilit Golkar”, edisi 10 Agustus 2009 Kompas, “Golkar Harus Manfaatkan Munas untuk Kebangkitan”, edisi 9

September 2009 Kompas, “Aburizal Bakrie Dinilai Tepat Jadi Ketua Umum”, edisi 5 Agustus

2009 Website: http://digilib.petra.ac.id www.golkar.or.id http://groups.yahoo.com/group/bubarkangolkar/message/348 http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Golongan_Karya http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/aburizal-bakrie/biografi/06.shtml Unpublished Company Profile Harian Umum Kompas, Redaksi Kompas Biro Jawa Tengah,

2005

Page 232: Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak - Digital Library UNS/Partai... · Partai Golkar dalam Bingkai Khalayak (Analisis Audience Framing Pemberitaan Munas Partai Golkar ke VIII pada

ccxxxii