patofisiologi koma
DESCRIPTION
patofisiologi komaTRANSCRIPT
Input/rangsangan dibagi dua, spesifik dan non-spesifik. Input spesifik merujuk
kepada perjalanan impuls aferen yang khas dimana menghasilkan suatu kesadaran yang khas
pula. Lintasan yang digunakan impuls-impuls tersebut dapat dinamakan lintasan yang
menghubungkan suatu titik pada tubuh dengan suatu titik di daerah korteks primer
(penghantarannya berlangsung dari titik ke titik), yang berarti bahwa suatu titik pada kulit
yang dirangsang mengirimkan impuls yang akan diterima oleh sekelompok neuron di titik
tertentu daerah reseptif somatosensorik primer. Setibanya impuls aferen di tingkat korteks
terwujudlah suatu kesadaran akan suatu modalitas perasaan yang spesifik, yaitu perasaan
nyeri di kaki atau di wajah atau suatu penglihatan, penghiduan, atau suatu pendengaran
tertentu. Input yang bersifat non-spesifik adalah sebagian dari impuls aferen spesifik yang
disalurkan melalui lintasan aferen non-spesifik (lintasan ini lebih dikenal sebagai “diffuse
ascending reticular system”) yang terdiri dari serangkaian neuron-neuron di substansia
retikularis medulla spinalis dan batang otak yang menyalurkan impuls aferen ke thalamus
(inti intralaminar). Inti intralaminar yang menerima impuls non-spesifik tersebut akan
menggalakkan dan memancarkan impuls yang diterimanya menuju/merangsang/menggiatkan
seluruh korteks secara difus dan bilateral sehingga timbul kesadaran/kewaspadaan.
Karena itu, neuron-neuron inti intralaminar disebut “neuron penggalak kewaspadaan”,
sedangkan neuron-neuron diseluruh korteks serebri yang digalakkan disebut “neuron
pengemban kewaspadaan”. Apabila terjadi gangguan sehingga kesadaran menurun sampai
derajat yang terendah, maka koma yang dihadapi dapat terjadi oleh sebab ‘neuron
pengemban kewaspadaan sama sekali tidak berfungsi (koma kortikal bihemisferik)’ atau oleh
sebab ‘neuron penggalak kewaspadaan tidak berdaya untuk mengaktifkan neuron pengemban
kewaspadaan (koma diensefalik)’.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan susunan anatomi, koma dibagi
menjadi 2 yaitu, koma kortikal bihemisferik dan koma diensefalik
1. Koma kortikal bihemisferik
2. Koma diensefalik
Merupakan koma akibat gangguan fungsi atau lesi struktural formation retikularis di
daerah mesensefalon dan diensefalon (pusat penggalak kesadaran). Secara anatomik
koma diensefalik dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu koma akibat lesi supratentorial
dan lesi infratentorial.
Lesi supratentorial
Proses desak ruang supratentorial, lama kelamaan mendesak hemisferium kearah
foramen magnum, yang merupakan satu-satunya jalan keluar untuk suatu proses
desak di dalam ruang tertutup seperti tengkorak. Karena itu batang otak bagian
depan (diensefalon) mengalami distorsi dan penekanan. Saraf-saraf otak
mengalami penarikan dan menjadi lumpuh dan substansia retikularis mengalami
gangguan. Oleh karena itu bangkitlah kelumpuhan saraf otak yang disertai
gangguan penurunan derajat kesadaran. Kelumpuhan saraf otak okulomotorius dan
trokhlearis merupakan ciri bagi proses desak ruang supratentorial yang sedang
menurun ke fossa posterior serebri. Yang dapat menyebabkan lesi supratentorial
adalah tumor serebri, abses, dan hematoma intrakranial.
Lesi infratentorial.
Ada 2 macam proses patologik dalam ruang infratentorial (fossa kranii posterior).
Pertama, proses diluar batang otak atau serebelum yang mendesak sistem
retikularis. Kedua, proses di dalam batang otak yang secara langsung mendesak
dan merusak system retikularis batang otak.
Proses yang timbul berupa
- penekanan langsung terhadap tegmentum mesensefalon (formasio retikularis)
- herniasi serebellum dan batang otak ke rostral melewati tentorium serebelli
yang kemudian menekan formation retikularis di mesensefalon
- herniasi tonsiloserebellum ke bawah melalui foramen magnum dan sekaligus
menekan medulla oblongata