patofisiologi penyakit campak

5
Patofisiologi Penyakit Campak a. Penyakit Campak Klasik Penyakit campak adalah penyakit pada manusia, terutama menyerang anak-anak melalui saluran nafas. Penyakit ini mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, dan masa prodormal 2-3 hari, dengan gejala batuk, pilek, demam, dan konjungtivitis, diikuti dengan munculnya ruam makulopapular yang khas pada kulit. Terjadinya ruam pada kulit bersamaan dengan munculnya respons imun, dan selanjutnya diikuti dengan pemberantasan virus. Bila sembuh dari penyakit, maka penderita mempunyai imunitas terhadap infeksi ulang virus campak dalam rentang waktu yang panjang. Bila monyet dipapar dengan orang yang terinfeksi virus campak tipe liar akan berkembang penyakit yang sama. Banyak pengetahuan kita tentang pathogenesis dan lokasi replikasi virus yang lebih mendetail berasal dari studi binatang menyusui bukan manusia. b. Masuknya Virus dan Lokasi Replikasi Primer Virus menyebar lewat udara dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas, dan mungkin hanya dibutuhkan jumlah virus yang sedikit agar dapat menginfeksi orang yang rentan terhadap penyakit. Virus bereplikasi pada saluran nafas selanjutnya menyebar ke jaringan limfe di sekitarnya. Bertambah banyaknya virus di dalam kelenjar limfe mengakibatkan terjadi viremia primer, kemudian virus menyebar ke berbagai jaringan dan organ limfoid termasuk kulit, ginjal, saluran cerna, dan hati. Pada organ-organ ini virus bereplikasi pada sel endothelial, epielial,

Upload: rosa-lita-yu

Post on 01-Jan-2016

974 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Patofisiologi Penyakit Campak

Patofisiologi Penyakit Campak

a. Penyakit Campak Klasik

Penyakit campak adalah penyakit pada manusia, terutama menyerang anak-anak melalui

saluran nafas. Penyakit ini mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, dan masa prodormal 2-3 hari,

dengan gejala batuk, pilek, demam, dan konjungtivitis, diikuti dengan munculnya ruam

makulopapular yang khas pada kulit. Terjadinya ruam pada kulit bersamaan dengan munculnya

respons imun, dan selanjutnya diikuti dengan pemberantasan virus. Bila sembuh dari penyakit,

maka penderita mempunyai imunitas terhadap infeksi ulang virus campak dalam rentang waktu

yang panjang. Bila monyet dipapar dengan orang yang terinfeksi virus campak tipe liar akan

berkembang penyakit yang sama. Banyak pengetahuan kita tentang pathogenesis dan lokasi

replikasi virus yang lebih mendetail berasal dari studi binatang menyusui bukan manusia.

b. Masuknya Virus dan Lokasi Replikasi Primer

Virus menyebar lewat udara dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas, dan

mungkin hanya dibutuhkan jumlah virus yang sedikit agar dapat menginfeksi orang yang rentan

terhadap penyakit. Virus bereplikasi pada saluran nafas selanjutnya menyebar ke jaringan limfe

di sekitarnya. Bertambah banyaknya virus di dalam kelenjar limfe mengakibatkan terjadi viremia

primer, kemudian virus menyebar ke berbagai jaringan dan organ limfoid termasuk kulit, ginjal,

saluran cerna, dan hati. Pada organ-organ ini virus bereplikasi pada sel endothelial, epielial, dan

monosit/makrofag. Karena sel yang diinfeksi virus campak mempunyai kemampuan untuk

mengadakan fusi maka terbentuk sel raksasa multinukleus.

Dari saluran nafas virus menyebar ke jaringan limfe sekitarnya, yang mungkin dibawa

oleh makrofag paru-paru. Replikasi virus campak pada jarinagn limfoid mengakibatkan

terbentuknya sel raksasa retikuloendotelial atau limfoid, yang pertama-tama ditemukan oleh

Wathin dan Finkeldey. Sel yang besar ini ukurannya mencapai 100nm atau lebih, dan di dekat

pusatnya mengandung lebih dari 100nm agregat nucleus. Badan inklusi umumnya tidak ada. Sel

Warthin-Finkeldey cenderung berada dibagian perifer germinal center, dan pada jaringan limfe

submukosa diperkirakan merupakan sumber utama penyebaran virus ke jaringan lain.

c. Penyebaran

Setelah terjadi amplifikasi virus pada kelenjar limfe regional, maka terjadi viremia

dimana virus menyebar melalui darah dan menginfeksi organ-organ di dalam tubuh. Banyak

Page 2: Patofisiologi Penyakit Campak

studi telah membuktikan bahwa viremia mengikuti sel terjadi sebelum dan pada saat timbulnya

ruam, tetapi sangat jarang ditemukan adanya viremia di dalam plasma, dan bila ada hanya

ditemukan sebelum munculnya antibody netralisasi. Sel pertama yang diinfeksi di dalam darah

adalah monosit. Infeksi virus campak pada garis keturunan sel makrofag dapat meningkatkan

ekspresi LFA-1, merupakan molekul penempel yang dapat mendorong masuknya sel ke dalam

jaringan, sehingga ia ia ikut berpartisipasi untuk menyebarkan virus. Sel-sel leukosit selain

monosit dapat diinfeksi secara in vitro, dan mungkin juga dapat diinfeksi secara in vivo, yang

juga dapat membantu untuk menyebarkan infeksi. Pada fase akhir viremia dapat disertai dengan

leucopenia.

d. Sel dan Jaringan

Organ limfoid (thymus, lien, dan kelenjar limfe) dan jaringan limfoid (apendik dan tonsil)

yang terdapat di seluruh tubuh merupakan lokasi utama replikasi virus, dibuktikan dengan

adanya peningkatan jumlah sel raksasa Warthin-Finkeldey (retikuloendotelial) pada jaringan

limfatik sebelum munculnya ruam pada kulit. Pada lien, yang merupakan tempat yang banyak

terdapat makrofag adalah tempat replikasi utama virus campak. Sel epitel pada thymus juga

diinfeksi, sehingga terjadi penipisan kortek thymus dalam rentang waktu yang lama. Jaringan

limfoid lain mengalami penyembuhan dengan cepat. Viruds campak juga menyebar ke berbagai

organ lain termasuk kulit, konjungtiva, ginjal paru, saluran cerna, mukosa saluran nafas, mukosa

genital dan saluran kencing, dan hati. Pada lokasi-lokasi ini, virus bereplikasi terutama pada sel

endotel, sel epitel, dan/atau monosit, dan makrofag.

Sel endothelial pada pembuluh darah kecil di seluruh badan memperlihatkan bukti

adanya infeksi virus campak secara jelas (misalnya, ditemukan badan inklusi antigen virus

campak, atau RNA) pada saat gejala prodromal dan munculnya ruam pada kulit. Hal ini disertai

dengan pelebaran pembuluh darah, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, inflitrasi sel

mononuclear, dan terjadinya infeksi di sekitar jaringan. Sel endotel yang diinfeksi tampaknya

memegang peranan utama dalam pathogenesis, sehingga terjadi perubahan pada kulit,

konjungtiva, dan membrane mukosa.

Dari hasil pemeriksaan histopatologi ruam yang disebabkan oleh virus campak

memberikan kesan bahwa, kejadian pertama adalah infeksi sel endothelial kulit, selanjutnya

diikuti dengan penyebaran infeksi ke dalam epidermis yang tumpang-tindih dengan sel epithelial

pada stratum granulosum, sehingga terbentuk keratosis fokal dan edema, dan terjadi akumulasi

Page 3: Patofisiologi Penyakit Campak

bentuk sel epithelial raksasa dan infiltrat perivaskuler. Koplik’s spots secara patologi adalah

sama, karena terlibatnya glandula submukosa.

Pemeriksaan jaringan yang lain secara patologis memperlihatkan sel raksasa dengan

nucleus yang banyak, yang sama dengan yang terbentuk pada biakan jaringan. Berlwanan

dengan sel Warthin Finkeldey, sel raksasa ini umumnya mengandung badan inklusi eosinofilik

intrasitoplasmik dan intranukleus. Sel epithelial raksasa banyak ditemukan pada saat munculnya

ruam pada kulit dan dengan mudah ditemukan pada saat munculnya ruam pada kulit dan dengan

mudah ditemukan pada sekesi hidung dan konjungtiva pada saat masa prodromal dan hari

pertama timbulnya ruam. Sel epitel yang diinfeksi virus campak pada periode ini juga ditemukan

pada saluran genitalia dan kencing sehingga dikeluarkan melalui urine.

e. Sumber Penularan Virus

Data epidemiologi memberikan kesan bahwa seseorang yang tidak imun bila terinfeksi

virus akan menjadi infeksius beberapa hari sebelum munculnya ruam pada kulit. Pada periode ini

virus dapat dibiakkan dari membrane mukosa nasofaring, konjungtiva, dan mulut, sehingga

memberi kesan bahwa saluran nafas merupakan sumber penularan virus yang sangat penting.