patofisiologi pruritus.docx
TRANSCRIPT
7/27/2019 PATOFISIOLOGI PRURITUS.docx
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-pruritusdocx 1/8
“PATOFISIOLOGI PRURITUS”
Oleh :
Aldisa Ayu Pratiwi, 1206207086
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Bab I Pendahuluan
Gatal (Pruritus) merupakan sensasi tidak menyenangkan yang memicu keinginan atau
refleks menggaruk bahkan bisa disertai dengan rasa sakit atau nyeri, hal ini dikemukakan
pertama kalinya oleh Samuel Hafenreffer pada tahun 1660. Dalam perkembangannya, gatal juga
bisa didefinisikan sebagai sensasi sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan disrupsi pada kulit yang menghasilkan keinginan untuk menggaruk. Gatal
dapat diklasifikasikan berdasarkan lamanya gatal tersebut timbul (akut dan kronik), mediator
(histaminergik dan nonhistaminergik), dan penyebab dari gatal itu sendiri (pruritoceptive,
sistemik, neuropatik, psikogenik, dan campuran).1
Bab II Isi
Teori gatal ada 3 yaitu teori intensitas, spesifisitas dan selektivitas. Teori intensitas
mengatakan bahwa jika ada rangsangan pada nosiseptor itu rendah maka yang timbul adalah
rasa gatal sedangkan jika rangsangannya itu tinggi maka yang timbul adalah rasa nyeri. Namun,
setelah teori ini dibantah karena serabut saraf yang menghantarkan rasa nyeri dan gatal itu
berbeda yaitu subpopulasi serabut saraf C tak bermielinasi yang sensitif terhadap histamin dan
berfungsi untuk menghantarkan rasa gatal, berbeda dengan A-delta.2 Serabut saraf tipe C ini
80% merupakan nosiseptor polimodal yang merespon stimulus mekanik, panas, dan kimia,
sedangkan 20% merupakan nosiseptor mekano-insensitif yang hanya merangsang stimulus
kimiawi. Dari 20% tersebut, hanya 5% yang merangsang gatal dan disebut histamin positif, dan
sisanya histamin negatif yang tidak merangsang gatal.2 Teori spesifisitas menyatakan bahwa
gatal dihantarkan oleh serabut saraf sensoris yang khusus menghantarkan gatal. Teori
selektivitas menyatakan bahwa saraf penghantar gatal tidaklah spesifik melainkan selektif,
yaitu dapat membedakan antara rasa gatal dan nyeri berdasarkan zat yang merangsang
reseptor tertentu. Rasa gatal dapat terinduksi oleh beberapa macam rangsangan yaitu rangsang
kimia, mekanik (fisik), panas dan stimulasi elektrik.
Mediator Gatal
Mediator yang terpenting yaitu histamin yanng merupakan produk degranulasi sel mast
atau basofil.3 Histamin banyak dilepaskan setelah terjadi cidera yang melibatkan desmal. Jenis
H2 merupakan penyebab gatal dan reseptornya bekerja antagonis terhadap H1-H4. Asetikolin
dengan reseptor muskarinik dapat menyebabkan gatal pada individu atopik dan memberikan
sensasi terbakar pada individu non atopik.4 Eikosanoid oleh infiltrat leukosit dapat
mengaktifkan TrPV1 dan TrpV4. Sitokin, IL-2 dan IL-31 terlibat dalam proses gatal. IL-2 adalah
penginduksi yang poten, IL-31 menyebabkan rpuritus pada individu atopik yang overekspresi
IL-31. Substansi P merupakan neuropeptida terpenting yang dihasilkan akibat aktivasi serabut
saraf C. Substansi P akan menignkat jumlahnya apabila terjadi inflamasi, sehingga dia berperan
penting dalam gatal akibat inflamasi. Substansi P menyebabkan pelepasan histamin oleh sel
mast. Neurotrophin seperti NGF (Neural Growth Factor) bekerja demangan menurunkan
7/27/2019 PATOFISIOLOGI PRURITUS.docx
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-pruritusdocx 2/8
ambang gatal, meningkatkan regulasi reseptor vaniloid, meningkatkan produksi substansi P.
Berperan utama pada gatal karena dermatitis atopik.
Reseptor
Reseptor vanilloid yaitu TrpV1 dan TrpA1 merupakan kanal kalsium yang menghasilkan
rasa gatal. H1R adalah reseptor histamin yang merupakan mediator yang dikeluarkan pada
sengatan lebah. H1R terhubung dengan TrpV1 melalui fosfolipase A2. Ketika kanal TrpV1 atau
TrpA1 terbuka maka arus listrik akan menuju ke otak dan kita akan merepsesikan rasa gatal
timbul di kulit karena pelepasan pruritogenik karena aktivasi TrpV1 oleh eikosanoid.5
Reseptor kanaboid (CB1) bersama dengan TrpV1 menyebabkan endokanabioid yang
merangsang TrpV1 sehingga memungkinkan kanabioid memodulasi pruritus. 6
Chloroquin dapat mengaktifkan TrpA1 sehingga dapat menyebabkan efek samping
gatal. Mekanisme yang lain adalah reseptor PAR2 (Protease Activated Receptor 2). Protease
mengaktifkan reseptor PAR2 yang berikatan dengan ujung N terminus PAR2, hal ini memicu
pengikatan Goq/11 yang ikuti oleh stimulasi untuk PKC pathway. PKC akan mengikat N
terminus dan C terminus pada TrpV1 dan ikatannya ini membuat threshold TrpV1 turun
sehingga menimbulkan hipersensitisasi pada kulit.3
7/27/2019 PATOFISIOLOGI PRURITUS.docx
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-pruritusdocx 3/8
TrpV1 dapat disensitisasi atau diaktivasi secara neuronal maupun non neruonal oleh
capsaicin yang merupakan senyawa dalam cabe, namun efek yang terjadi adalah melawan
aktivitas pruritogenik sehingga rasa gatal tidak timbul.6 Ujung saraf yang menghantarkan gatal
terletak lebih superfisial daripada nosiseptor, hal ini menyebabkan gatal dan nyeri bisa datang
secara tidak bersamaan. Contohnya, mustard oil yang merangsang nyeri saja dan tidak
menimbulkan gatal, karena dia mengenai lapisan yang lebih dalam.3
Jaras Afferen
Jaras dimulai dari reseptor hingga ke akar dorsal ganglion. Serabut saraf C terdiri dari C-
polimodal yang menghantarkan gatal non-histaminergik sementara c-mechanically insensitive
menghantarkan gatal histaminergik.7
Gambar 2. Sensitisasi reseptor
Sumber : Paus et al. Frontiers in pruritus research: scratching the brain for more effective
itch therapy. 2006. J Clin Invest.
7/27/2019 PATOFISIOLOGI PRURITUS.docx
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-pruritusdocx 4/8
Pada daerah cowhage akan melepaskan senyawa mucunain yang mengaktifkan PAR2
sehingga PLC (Pospholipase C) kemudian sensitisasi TrpV1 dan TrpA1 terjadi. Membran akan
terdepolarisasi karena PAR2 teraktivasi dengan menginhibisi voltage-gated K+ channel. 7
Histamin yang dilepas sel mast mengaktifkan serat C-mechanically insensitive (Cmi) dan
mengeluarkan mediator pro-inflamasi seperti Calcitonin-Gene-Related-Peptide (CGRP) ke kulit
dan menyebabkan vasodilatasi. Histamin-1 receptor mengaktifkan PLCβ3 dan PLA2
(Phospholipase A2) yang membuat TrpV1 tersensitisasi dan meningkatkan Ca2+ dan neuron
terdepolarisasi.4 Semua akan berujung di dorsal root ganglion namun melalui jalur yang
berbeda di traktus spinothalamikus. C-polimodal dan Cmi melepaskan neurotransmitter
eksitasi bersama dengan neuromodulator (substansi P,CGRP, gastrin releasing peptide(GRP)
yang ditangkap oleh GRPR (Gastrin Related Peptide Receptor)) 7
Jaras Pusat
Stimulus gatal diterima di kulit tubuh diterima oleh sensor pada serabut saraf aferen
C bersinaps di akar dorsal korda spinalis (substansia grisea) menuju ke neuron sensori 2
menyebrang ke tengah ke traktus spinothalamicus kontralateral thalamus neuron
ketiga meneruskan ke korteks serebri bagian persepsi oleh otak .
Gambar 3. Jaras Afferen Sensasi Gatal
Sumber : Davidson et al. The multiple pathways for itch and their interactions with pain.
2010. Trends neurosci.
7/27/2019 PATOFISIOLOGI PRURITUS.docx
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-pruritusdocx 5/8
a. Stimulus gatal diterima di kulit tubuh diterima oleh sensor pada serabut saraf aferen
C bersinaps di akar dorsal korda spinalis (substansia grisea) menuju ke neuron
sensori 2 menyebrang ke tengah menuju ke thalamus melalui traktus
spinothalamicus kontralateral
b. Dari thalamus, neuron bersinaps ke beberapa bagian otak 3 :
1. Insula dan ACC
Merupakan bagian emosi (Affective Aspect), ketika gatal mungkin diri kita akan
merasakan menderita sekali karena gatal yang timbul tersebut
2. Prefrontal dan orbitofrontal
Berperan untuk mengambil keputusan, seleksi tujuan, mengatur munculnya gerakan
menggaruk yang kompulsif.
3. PMA dan Somato Motorik Area
Respon motorik, menggerakan anggota tubuh untuk menggaruk
4. SI dan SII
Berperan dalam spasial, temporal, dan intensitas, melokalisasi bagian tubuh mana
saja yang gatal dan memerlukan garukan
5. PAG (Peri Aquaductus Gray)
Tidak bersinaps dari thalamus namun ke thalamus. Dia berperan dalam modulasi,
interaksi, dan nyeri yang nantinya akan inhibisi rasa gatal.
Gambar 4. Jaras Pusat Sensasi Gatal
Sumber : Paus et al. Frontiers in pruritus research: scratching the brain for more
effective itch therapy. 2006. J Clin Invest.
7/27/2019 PATOFISIOLOGI PRURITUS.docx
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-pruritusdocx 6/8
Sensitisasi Sensasi Gatal8
Mekanisme sensitisasi dapat terjadi di perifer maupun pusat.
a. Sensitisasi perifer
Ada dua bentuk, yaitu sensitisasi reseptor ataupun percabangan (sprouting) dari
serabut saraf epidermal.
Sensitisasi reseptor
Diinduksi oleh beberapa jenis mediator inflamasi, seperti bradikinin, serotonin,
histamin, dan prostaglandin yang bekerja pada sensitisasi nosiseptor namun
sebagian ada yang bekerja pada pruriseptor. Sensitisasi semakin kompleks jika ada
interaksi oleh mediator inflamasi seperti prostaglandin E2 dengan histamin. Ini
disebut sensitivitas akut.8
Sprouting
Dipicu oleh peningkatan nerve frowth factor (NGF), biasanya ditemukan pada orang
atopik dermatitis dengan kadar NGF dan substansi P yang tinggi yang merupakan
mediator sensasi gatal. Ini disebut sensitivitas kronik.
b. Sensitisasi Pusat
Sensitisasi pusat ini berasal dari nyeri tersensitisasi dari rangsang noxious pada medula
spinalis.
Jika stimuli non-noxious pada daerahs ekitar trauma yang tidak terluka dan sebagai
nyeri, ini dinamakan hyperalgesia (allodynia). Ini dimediasi mekanoreseptor
bermielin dan aktivitas oleh nosiseptor afferen C yang sedang berlangsung
Jika stimulasi sentuhan pinprick dinyatakan sebagai nyeri yang berlebih pada
daerah sekunder sekitar tempat inflamasi disebut punctate hyperalgesia, nyeri bisa
bertahan berjam-jam sehingga tidak perlu aktivitas nosiseptor tertentu.
Itch Allodynia merupakan hipersensitivitas C-fiber spinal pada pasien nyeri kronik.
Induksi histamine-iontophoresis menimbulkan gatal pada orang sehat, namun kasus
ini menimbulkan nyeri.
Proses sensitisasi pusat :
1. Sentuhan daerah sekitar gatal dan dirasakan sebagai gatal disebut itchy-skin.
Membutuhkan aktivitas primer yang sedang berlangsung dari serabut afferen dan
tereksitasi threshold mekanoreseptor yang rendah (Aβ fibers)
2. Induksi melalui tusukan atau sentuhan pada titik tertentu dapat menimbulkan sensasi
gatal yang lebih intens pada daerah sekitar gatal, disebut hyperkinesis yang dimediasi
oleh βδ-fibers
3. Pain allokinesis, terjadi hipersentivitas C-fiber spinal pada pasien gatal kronik. Pada
pasien ini jika diberikan induksi elektrik, kimia, mekanik, dan suhu maka hal yang
terjadi adalah rasa gatal, padahal seharusnya menimbulkan rasa nyeri jika pada orang
normal. Penderita atopik dermatitis mengalami rasa gatal setelah pemberian asetikolin
dan bradikinin yang seharusnya menginduksi nyeri.
7/27/2019 PATOFISIOLOGI PRURITUS.docx
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-pruritusdocx 7/8
Gambar 4. Sensitisasi
Sumber : Schmeltz. Itch and pain. 2009. Neurosci Biobehav Rev.
7/27/2019 PATOFISIOLOGI PRURITUS.docx
http://slidepdf.com/reader/full/patofisiologi-pruritusdocx 8/8
Referensi :
1. Ikoma et al. The neurobiology of itch.2006.Nat Rev Neurosci
2. Djuanda A. Hamzah M.Alsah S.(editor). Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin : edisi
kelima. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 321-29
3. Paus et al. Frontiers in pruritus research: scratching the brain for more effective itch
therapy. 2006. J Clin Invest.
4. Burns T. Breathnach S.Cox N. Griffiths C. (editor). Rook’s textbook of dermatology: vol 1,
8 ed. Oxford : Willey-Blackwell Publishers; 2010. p. 931-48
5. Ross. Pain and itch : insights into the neural circuits of aversive somatosensation in
health and disease. 2011. Curr Opin Neurobiol
6. Greaves MW. Recent advance in pathophysiology and current management of itch. Ann
Acad Mes Singapore. 2007 Sep; 36(9):788-92
7. Davidson et al. The multiple pathways for itch and their interactions with pain. 2010.
Trends neurosci.
8. Schmeltz. Itch and pain. 2009. Neurosci Biobehav Rev.