patron klien

17
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Istilah patron berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara entimologis berarti seseorang yang memilki kekuasaan (power), status, wewenang dan pengaruh. Menurut (Usman.2004). sedangkan klien berarti bawahan atau orang yang diperintah dan disuruh. Selanjutnya pola hubungan patron-klien merupkaan aliansi dari dua keompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status, wewenang, kekuasaan maupun penghasilan, sehingga menenmpatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi. Berdasarkan paparan dari pengertian diatas maka kemudian terdapat satu hal penting yang dapat digaris bawahi, yaitu bahwa terdapat unsur pertukaran barang atau jasa bagi pihak-pihak yahng terlibat dalam pola hubungan patron dan klien. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola semacam ini dapat dimasukan kedalam hubungan pertukaran yang lebih luas, yaitu pertukaran. Adapun asumsi dasar yang diajukan oleh teori ini adalah bahwa transaksi pertukaran akan terjadi apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan dari adanya pertukaran tersebut. Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan ntara patron dank lien menjadi suatu norma yang mempunyai 1

Upload: thie-onlineshop

Post on 04-Jul-2015

1.208 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Patron Klien

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Istilah patron berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara entimologis

berarti seseorang yang memilki kekuasaan (power), status, wewenang dan pengaruh.

Menurut (Usman.2004). sedangkan klien berarti bawahan atau orang yang diperintah dan

disuruh. Selanjutnya pola hubungan patron-klien merupkaan aliansi dari dua keompok

komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status, wewenang, kekuasaan

maupun penghasilan, sehingga menenmpatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah

dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi.

Berdasarkan paparan dari pengertian diatas maka kemudian terdapat satu hal

penting yang dapat digaris bawahi, yaitu bahwa terdapat unsur pertukaran barang atau

jasa bagi pihak-pihak yahng terlibat dalam pola hubungan patron dan klien. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pola semacam ini dapat dimasukan kedalam

hubungan pertukaran yang lebih luas, yaitu pertukaran. Adapun asumsi dasar yang

diajukan oleh teori ini adalah bahwa transaksi pertukaran akan terjadi apabila kedua

pihak dapat memperoleh keuntungan dari adanya pertukaran tersebut.

Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan kekuatan ntara patron dank lien

menjadi suatu norma yang mempunyai kekuatan moral sendiri dimana didalamnya berisi

hak-haka dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Norma-norma

tersebut akan dipertahankan sejauh memberkan jaminan perlindungan dan keamanan

dasar bagi klien. Usaha-usaha untuk merumuskan kembali hubungan tersebut kemudian

dianggap suatu pelanggaran yang mengancam struktur interaksi itu sehingga sebenarnya

kaum elit lah yang selalu berusaha untuk mempertahankan system tersebut demi

mempertahankan keuntungannya. Hubungan ini adalah berlaku wajar karena pada

dasarnya hubungan social adalah hubungan antar posisi atau status dimana masing-

masing membawa perannya masing-masing. Peran ini ada berdasarkan fungsi

masyarakat atau kelompok, ataupun actor tersebut dalam masyarakat, sehingga apa yang

terjadi adalah hubungan antar posisi keduannya.

1

Page 2: Patron Klien

Tujuan dasar dari hubungan patron dan klien bagi klien yang sebenarnya adalah

penyediaan jaminan social dasar bagi subsistensi dan keamanan. Apabila hubungan

dagang atau pertukaran yang menjadi dasar pola hubungannya ptron klien ini melemah

karena tidak memberikan jaminan soosial dasar bagi subsestensi dan keamanan maka

klien akan mempertimbangkan hubungannya dengan patron menjadi tidak adil dan

eksploitatif. Yang terjadi kemudian legimitasi bukanlah berfungsi linear dari neraca

pertukaran itu. Oleh sebab itu tidak meangherankan jika ada tuntutan dari pihak klien

terhadapa atronnya untuk memenuhi janj-jani atau kebutuhan dasarnya sesuai dengan

peran dan fungsinya. Hubungan seperti sifatnya akan langgeng dan permanent jika

masing-masing pihak menemukan kesesuaian dan manfaatnya. Dalam konteks hubungan

antar kelompok atau suku bangsa, hugunga patron dan klien ini lambat laun menjadi

hubungan yang sifatnya structural dan dominatif. Diterima sebagai suatu kebenaran yang

diwariskan secara turun temurun.

Dalam praktikum ini, patron adalah sebutan untuk pedagang/toke, merupakan

sesorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih berada dan mempunyai posisi

social lebih tinggi. Sehingga dapat memberikan bantuan sekaligus dapat memberikan

sumberdaya kepada para petani yang merupakan anggotanya. Klien adalah sebutan untuk

petani yang melkukan kegiatan pertanian yang membutuhkan bantuan pedagang/toke

dalam hal pemasaran.

Hubungan patron-klien yang dominant di masyarakat sekitar hutan adalah antara

petani karet dan keapa sawit dengan pedagang/toke. Komoditas ekspor ini banyak

dikembangkan disekitar hutan, bahkan termasuk pemicu maraknya perambahan kawasan

hutan akhir-akhir ini. Praktikum ini diharapkan tidfak hanya sekedar melihat hubungan

ptron dank lien dalam hal social ekonimi semata, tetapi uga dapat mengaitkannya dengan

pola pengembangan perkebunan kedua komoditas tersebut.

2

Page 3: Patron Klien

1.2 Permasalahan

Hubungan patron dan klien adalah hubungan yang terjalin antara dua orang atau

lebih yang mana hubungan tersebut salah satu orang tersebut mempunyai kedudukan

yang lebih tinggi sehingga dia dapat menggunakan kedudukannya untuk memberikan

perlindungan terhadapa pihak lain yang mana statusnya lebih rendah. Hubunga ini

biasanya tidak seimbang.

Berdasarkan kenyataan dapat pula dikatakan bahwa hubungan antara patron dan

klien dapat pula diartikan seperti induk semang dan klien. Dimana didalamnya terjadi

hubngan timbal balik. Hal ini karena pada umumnya, induk semang adalah orang atau

pihak yang memiliki kekuasaan dalam suatu masyarakat atau kounitas dan harus

memberi perlindungan atau pengayoman semaksimal mungkin kepada klien-kliennya.

Sedangkan sebaliknya, para klien harus membalas budi baik yang telah diberikan induk

semang dan melakukan pembelaan terhadap pihak lain sebaggai saingannya

(Koentjaningrat.1990).

Kedudukan dan kemampuan social yang tinggi dan berbeda disebabkan karena

adanya kemampuan yang berbeda antar setiap orang. Gambaran tersebut diduga telah

dapat menggambarkan hubungan yang terjalin antara patron dan klien. Pedagang yang

ada telah mampu mengikat petani, ditinjau dari sisi pedagang mereka berharap hasil

panen dari petani akan terus dijual kepada mereka, sedangkan dari bagi petani mereka

berharap selalu mendapatkan jaminan tentang pemasaran hasil produksi mereka. Para

pedagang yang ada akan terus berfusaha sebagaimana agar petani menjual hasil panennya

kepada pedangang. Salah satu caranya adalah dengan memberikan apa yang diperlukan

oleh petani.

3

Page 4: Patron Klien

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Agar kita dapat melihat langsung hubungan patron-klien dalam masyarakat

sekitar hutan, khususnya antar petani karet dengan pedagang atau toke.

2. Agar kita dapat menggali informasi pola pengembangan erkebunan karet dalam

kaitanya dengan hubungan patron-klien yang ada di masyarakat.

3. Agar kita dapat mempraktekkan mengumpulkan data dengan menggunakan

kuisioner yang telah ada, kemudian melakukan analisis data, dan membuat

laporan sederhana.

4

Page 5: Patron Klien

II. PEMBAHASAN

2.1 Kuisioner petani karet swadaya

No. sample : 01

Surveryor : Rahmad fadillah

Tgl. Survey : 08 mei 2011

Kecamatan : Kampar

Desa/kelurahan : Pulau Sarak

RT/RW : 01/04

2.1.1 Identitas responden

Nama : Suparman

Janis kelamin : Pria

Umur : 36 tahun

Pendidikan formal : SLTA

Pekerjaan tetap : Tani dan buruh tani

Luas lahan kebun karet : 3 Hektar

Pengalaman berusaha tani karet : Secara turun menurun

Pekerjaan sampingan : Buruh tani

Identitas anggota keluarga lainnya

TABEL 1

NO NAMA

JENIS

KELAMIN

UMUR

(TH)

HUBUNGAN

DENGAN

KEPALA

RUMAH

TANGGA

1 Suparman Laki-laki 36 Suami

2 Rosna dewi perempuan 33 Istri

5

Page 6: Patron Klien

Kebun karet milik bapak suparman ini mulai ditanami karet pada tahun 1989.

modal awal pembukaan nya berasal dari uang hasil kerja proyek. Sebelum sampai didesa

pulau sarak dulu bapak suparman bekerja di palembang. Selama berkebun karet pak

suparman telah beberapa kali menerima bantuan. Baik dari pihak swasta maupun dari

pemerintah. Baru-baru ini pak suparman mendapat bantuan dari pihak pemerintah berupa

bantuan modal sekitar 2 juta perhektar nya. Kebun pak suparman berjarak sekitar ½ KM

dari wilayah hutan adat, sehingga tidak melanggar hukum adat.

Adapun jenis bibit yang digunakan adalah dari hasil perkembangbiakan vegetatif,

yaitu melalui teknik okulasi. Hal ini dikarenakan karet yang mengunakan bibit okulasi

hasilnya lebih baik. Umur rata-rata tanaman karet milik pak suparman ini bekisar 20-25

tahun. Dalam kurun waktu sebulan pak suparman melakukan pemanenan karet sebanyak

4 kali. Sementara untuk penimbangan hasil karet dilakukan seminggu sekali. Untuk

tenaga kerja yang digunakan hanya tenaga sendiri alasan nya karena dirasakan kan

sanggup untuk sendirian. Tempat pemasaran karet yang biasa dilakukan adalah dengan

pedagang pengumpul, alasannya karena dekat dengan rumah dan bisa dijemput langsung.

Rata-rata hasil yang didapat dari kebun karet bisa menghasilkan karet sebanyak

80kg/minggu, hasil yang seperti ini dirasakan sudah cukup lumayan oleh keluarga bapak

suparman. Untuk kontrak kerja, pak suparman tidak ada melakukan kontrak kerja secara

tertulis terhadap toke/pedagang. Semuanya dilandasi oeh rasa saling percaya. Untuk

kesepakatan harga biasanya ditetapkan oleh toke/pedagang, karena harganya langsung

dari atasannya. Meskipun demikian namun pak suparman tidak merasa dirugikan,

alasannya karena harganya hampir sama saja, dan juga karena kami telah lama

bekerjasama. Untuk system pembayarannya biasanya toke membayar langsung kepada

petani pada saat penimbangan karet.

6

Page 7: Patron Klien

Menurut pak Suparman harga karet akan turun apabila didalam karet terdapat

kulit pohon, hal ini adalah criteria yang ditetapkan oleh toke selama ini. Selama beliau

berkebun karet dirasakan tidak ada kendala yang berarti dalam hal pemasaran karet.

Alasan pak suparman menjual hasil karetnya dengan toke adalah karena dekat dan sudah

langganan. Pak suparman tidak akan menjual hasil karetnya kepada toke lain, alasannya

karena sudah saling percaya. Awal mula terjadinya jual beli antara pak suparman dan

toke adalah sejak pertama kali pak Suparman melakukan penjualan karet. Selain transaksi

ual beli karet pak suparman juga pernah melakukan peminjaman uang kepada toke, tetapi

itu dulu. Namun apabila kita terdesak masalah uang toke tersebut siap untuk

meminjamkan uang kepada kami. Sebenarnya antara pak Suparman dengan toke tidak

ada hubungan atau pun ikatan saudara. Semuanya dilandasi oleh rasa saling percaya.

Hubungan antara pak suparman dengan toke nya dikatakan sebagai hubungan

Patron-klien. Hubungan patron-klien yang terjadi dikatakan hubungan yang positif karena

tidak adanya unsur pemaksaan ataupun unsur-unsur lain yang dalam artian tindakan yang

semena-mena.

7

Page 8: Patron Klien

2.2 Kuisioner Pedagang pengumpul/ Toke

No. sample : 02

Surveryor : Rahmad fadillah

Tgl. Survey : 08 mei 2011

Kecamatan : Kampar

Desa/kelurahan : Pulau sarak

RT/RW : 01/04

2.2.1 Identitas responden

Nama : Efrimal

Janis kelamin : Pria

Umur : 30 tahun

Pendidikan formal : SLTA

Alamat : Jl Tanjung belit

Pengalaman berusaha : Sudah 3 tahun menjadi pedagang pengumpul/Toke

Pekerjaan sampingan : -

Identitas anggota keluarga lainnya

NO NAMA

JENIS

KELAMIN

UMUR

(TH)

HUBUNGAN

DENGAN

KEPALA

RUMAH

TANGGA

1 Efrimal Laki-laki 36 Suami

2 Evarianti Perempuan 33 Istri

3 Hana Perempuan 5 Anak

TABEL 2

8

Page 9: Patron Klien

Penetapan harga karet tidak berdasarkan kesepakatan antara petani dan pedagang ,

melainkan harga sudah ditetapkan oleh pihak pabrik dimana pedagang pengumpul

menjual karetnya. Tempat pemasaran karet yang biasa dulakukan leh pak Efrimal adalah

kepada pedagang besar yang ada di kabupaten di Bangkinang. Alasannya karena tempat

tersebut adalah yang terbesar dikabupaten Kampar. Adapun hasil rata-rata karet yang

disetorkan kepada pabrik adalah sekitar 1-2 Ton per minggunya.

Menurut bapak Efrimal petani karet didesa pulau Sarak ini tergolong lihai, dan itu

sudah terbukti secara turun temurun. Beliau memiliki kriteria sebelum melakukan

pembelian karet pada petani. Apabila petani memasukan kulit pohon didalam hasil karet

(ojol) maka harganya akan turun. Hal ini agar karet yang didapat benar-benar berkualitas.

Untuk membuktikan apakah didalam karet tersebut ada atau tidak kulit kayu maka si

toke/pedagang pengumpul meminta petani untuk membelah hasil karet tersebut. Untuk

jumlah minimal penjual karet, pak Efrimal sama sekali tidak pernah menetapkannya. Jadi

berapapun yang dijual oleh petani akan dibeli. Untuk waktu pembayarannya biasanya

berdasarkan kesapakan bersama antara toke dengan petani, bisa langsung dan juga bisa

perbulan.

Frekuensi penyetoran hasil yang dilakukan oleh pak Efrimal biasanya perminggu,

karena menurutnya ini lebih mudah. Tenaga kerja yang digunakan jumlahnya tetap yaitu

2 orang. Alasannya agar lebih mudah dan tidak repot. Tenaga kerja yang membantu pak

efrimal digaji pada setiap kali kerja/pengangkutan, yaitu bergaji sekitar Rp. 70.000.

antara pekerja dengan toke tidak pernah melakukan kontrak kerja secara tertulis.

Menurut pak Efrimal lama penumpukan karet tidak berpengaruh terhadap harga

yang ditetapkan oleh pabrik. Pak Efrimal tergolong toke yang cukup baik, karena apabila

para petani kesulitan dalam haluang pak Efrimal siap untuk membantu. Alasannya karena

meraka baik dan sudah lama berlangganan dengan saya. Untuk sistem pembayarannya

biasanya berdasarkan kesanggupan dari petani. Adapun tanggapan pak Efrimal selaku

toke terhadap para petani disini adalah petani disini tidak banyak cerita dan menghargai

antar sesama.

9

Page 10: Patron Klien

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil survey kami dilapangan maka dapat diambil kesimpulan bahwa

hubungan Patron-Klien yang teradi didesa pulau sarak adalah positf. Karena berjalan

secara seimbang. Toke/pedagang pengumpul yang selaku Patron tidak bertindak semena-

mena terhadap klienya. Apabila kliennya mengalami kesulitan uang patron siap untuk

membantu mereka. Begitu pua dengan petani yang selaku Klien, mereka mampu untuk

menghargai patronnya. Dan para klien pun senang bekerja sama dengan para patron

(toke).

3.2 Saran

Kami menyarankan agar kita lebih perduli lagi terhadap hubungan antara Patron-

klien nya. Karena kami anggap ini adalah masalah yang penting. Dengan kita bisa

memahami hubungan tersebut maka kita bisa membentuk hubungan di masyarakat denga

baik lagi.

10

Page 11: Patron Klien

DAFTAR PUSTAKA

Selo soemardjan dan soeleman soemardi(ed), Setangkai bunga sosiologi, Lembaga

penerbit FE UI, 1974

Soekanto, soerjono. 1995, Soisologi suatu pengantar, Raja grafindo, Jakarta

Johnshon, Doyle paul. 1988. Teori sosiologi klasik dan modern. Alih bahasa: Robert M.Z

lawang, PT. Gramedia pustaka utama. Jakarta

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah teori antropologi. Universitas Indonesia press. Jakarta

11

Page 12: Patron Klien

LAMPIRAN

GAMBAR ANGGOTA KELOMPOK 3 GAMBAR ANGGOTA KELOMPOK 3

GAMBAR KANTOR KEPALA DESA GAMBAR KANTOR KEPALA DESA

12

Page 13: Patron Klien

GAMBAR HUTAN PULAU SARAK GAMBAR HUTAN PULAU SARAK

13