pbl 21 hipotiroid (autosaved)

26
Pendahuluan Fungsi utama kelenjar tiroid adalah untuk mensintesis tiroksin dan triidotironin. Tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid yaitu TSH (Tiroid Stimulating Hormon, suatu glikoprotein yang diproduksi dan disekresi oleh kelenjar pituitari anterior. Hormon ini mengaktifkan adenilat siklase pada kelenjar tiroid untuk mempengaruhi pelepasan hormon tiroid. Sintesis dan pelepasan TSH distimulasi oleh hormon pelepas TSH yaitu TRH (Tiroid Releasing Hormon) yang disintesis hipotalamus dan disekresi ke dalam kelenjar pituitari. Pada keadaan produksi hormon tiroid menurun, TSH dan TRH meningkat. Kelebihan TRH dan TSH mengakibatkan hipertrofi dan hiperplasia sel-sel tiroid. Bila terjadi penurunan kadar hiromon tiroid yang bersirkulasi menyebabkan penyakit yang dinamakan ‘Hipotiroid’. Pada makalah ini akan dibahas Hipotiroidisme Kongenital pada bayi. Hipotiroidisme Kongenital pada bayi dapat terjadi karena bayi lahir tanpa kelenjar tiroid atau dengan defek sintesis TH. Berikut akan dibahas lebih menyeluruh mengenai Hipotiroidisme Kongenital.

Upload: lusydianajacob

Post on 19-Feb-2016

44 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

makalah hipotiroid

TRANSCRIPT

Page 1: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

Pendahuluan

Fungsi utama kelenjar tiroid adalah untuk mensintesis tiroksin dan triidotironin. Tiroid

diatur oleh hormon perangsang tiroid yaitu TSH (Tiroid Stimulating Hormon, suatu glikoprotein

yang diproduksi dan disekresi oleh kelenjar pituitari anterior. Hormon ini mengaktifkan adenilat

siklase pada kelenjar tiroid untuk mempengaruhi pelepasan hormon tiroid. Sintesis dan pelepasan

TSH distimulasi oleh hormon pelepas TSH yaitu TRH (Tiroid Releasing Hormon) yang

disintesis hipotalamus dan disekresi ke dalam kelenjar pituitari. Pada keadaan produksi hormon

tiroid menurun, TSH dan TRH meningkat. Kelebihan TRH dan TSH mengakibatkan hipertrofi

dan hiperplasia sel-sel tiroid. Bila terjadi penurunan kadar hiromon tiroid yang bersirkulasi

menyebabkan penyakit yang dinamakan ‘Hipotiroid’. Pada makalah ini akan dibahas

Hipotiroidisme Kongenital pada bayi. Hipotiroidisme Kongenital pada bayi dapat terjadi karena

bayi lahir tanpa kelenjar tiroid atau dengan defek sintesis TH. Berikut akan dibahas lebih

menyeluruh mengenai Hipotiroidisme Kongenital.

Page 2: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

Pembahasan

Anamnesis

o       Apakah berasal dari daerah gondok endemik?

o       Struma pada ibu. Apakah ibu diberi KI, PTU waktu hamil?

o       Adakah keluarga yang struma?

o       Perkembangan anak.

Pemeriksaan Fisik

Tanda fisik yang ditemukan di antaranya tampilan wajah yang khas dengan bengkak di periorbita

dan pucat, kulit kasar dan dingin, gerak lambat, suara serak, nadi lambat, dan lambatnya fase

pemulihan refleks pergelangan kaki.

1. Ubun-ubun.

Ubun-ubun sering sulit diraba pada bayi baru lahir, karena molding’ tulang-tulang

kepala. Setelah beberapa hari, ubun-ubun besar mudah diraba, dengan diameter

transversal rata-rata 2.5 cm, kadang-kadang sampai 4 atau 5 cm. ubun-ubun kecil reraba

sampai 4-8 minggu. Ukuran ubun-ubun besar sangat bervariasi, demikian pula saat

penutupannya. Seringkali ubun-ubun tampak membesar dalam beberapa bulan pertama.

Pada umur 6 bulan sebagian kecil (3%) bayi normal tertutup ubun-ubunnya; pada umur 9

bulan lebih kurang 15% dan umur 1 tahun 40%. Pada umur 19 bulan 90% bayi normal

sudah tertutup ubun-ubunnya. Ubun-ubun terlambat menutup pada rakitis, hidrosefalus,

sifilis, hipotiroidisme,osteogenesis imperfekta, rubela kongenital, malnutrisi, sindrom

down dan gangguan perkembangan lain. Pada kraniosinostosis dan osteopetrosis ubun-

ubun menutup lebih dini.

Dalam keadaan normal ubun-ubun besar rata atau sedikit cekung. Ubun-ubun

besar menonjol pada keadaan tekanan intrakranial meninggi, misalnya perdarahan

Page 3: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

intraventrikular, meningitis, hidrosefalus, hematoma subdural, tumor intrakranial. Rakitis

dan hipervitaminosis A juga dapat menyebabkan ubun-ubun menonjol. Ubun-ubun

tampak cekung pada dehidrasi serta malnutrisi.

2. Lidah

Pada lidah ada kelainan yang disebut dengan Makroglosi . Makroglosi dibagi

menjadi dua yaitu Makroglosi dengan lidah yang terlalu besar dan Makroglosi dengan

lidah yang kecil. Makroglosi dengan lidah yang terlalu besar, terdapat pada

hipotiroidisme, sindrom down, sindrom Hurler dan neoplasma lidah seperti limfangioma,

hemangioma, atau rabdomioma. Sendangkan makroglosi dengan lidah yang kecil

terdapat pada sindrom Mobius dan sindrom Aglosia-adaktilia.

3. Leher

Kelenjar getah bening servikal merupakan massa yang paling sering ditemukan;

bila lebih dari 1 cm diameternya berarti abnormal. Periksalah kemudian apakah kelenjar

tiroid membesar. Pada bayi dan anak kecil pemeriksaan dilakukan dengan pasien

telentang, dan kelenjar tiroid diraba dari kedua sisinya dengan jari-jari telunjuk dan

tengah. Pada anak besar perabaan tiroid lebih mudah dilakukan dari belakang; perhatikan

bahwa tiroid bergerak ke atas bila pasien menelan ludah. Ukuran, bentuk, posisi,

konsistensi, permukaan, mobilitas tiroid dan terdapatnya nyeri harus pula diperhatikan.

Pembesaran tiroid terdapat pada hiperaktivitas tiroid, keganasan, atau goiter. Tiroid yang

besar dan licin biasanya menunjukan terdapatnya hiperplasia tiroid. Nodul pada tiroid

mungkin suatu adenoma atau keganasan. Pada tiroiditis kelenjar ini membesar dan terasa

nyeri Hashimoto, atau defisiensi yodium. Hipotiroidisme tanpa disertai goiter mungkin

kongenital, herediter atau familial, atau sekunder akibat penyakit hipofisis.

Pemeriksaan Penunjang

a. Data Laboratorium

Kebanyakan program skrining bayi lahir di Amerika Utara mengukur kadar T4,

ditambah pengukuran TSH bila T4 rendah. Pendekatan ini mengenali bayi dengan

hipotiroidisme primer, penderita dengan globulin pengikat tiroksin yaitu TBG (Thyroxin

Page 4: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

Binding Globulin) yang rendah dan beberapa dengan hipotiroidisme hipotalamus atau

pituitaria, dan bayi dengan hipertiroksimenia. Program skrining neonataus di Jepang dan

Eropa didasarkan pada pengukuran TSH primer; pendekatan ini gagal mengenali bayi

dengan hipertiroksinemia, TBG rendah, dan hiportiroidisme hipotalamus atau pituitaria

tetapi dapat mendeteksi bayi-bayi dengan hipotiroidisme terkompensasi (T4 normal, TSH

meningkat). Dengan salah satu dari pemeriksaan ini, perawakan khusus perlu diberikan

untuk kisaran nilai normal menurut usia penderita, terutama pada umur minggu-minggu

pertama. Tanpa melihat pendekatan yang digunakan pada skrining, beberapa bayi lolos

dari deteksi karena kesalahan manusia atau kesalahan teknis; klinisi harus tetap waspada

pada manifestasi klinis hipotiroidisme. Kadar T4 serum rendah; kadar T3 serum dapat

normal dan tidak bermanfaat pada diagnosis. Jika defeknya terutama pada tiroid, kadar

TSH meningkat, sering diatas 100 µU/ml. Kadar prolaktin serum meningkat, berkorelasi

dengan kadar TSH serum. Kadar Tg serum biasanya rendah pada bayi dengan disgenesis

tiroid atau defek sintesis atau sekresi Tg. Kadar Tg yang tidak dapat dideteksi biasanya

menunjukan aplasia tiroid. Perhatian khusus harus diberikan pada kembar monoamnion,

karena setidaknya pada empat kasus skrining neonatus gagal mendeteksi kembar yang

tidak serasi dengan hipotiroidisme, dan diagnosisnya tidak dilakukan sampai bayi berusia

4-5 bulan. Nampaknya, transfusi darah eutiroid dari bayi kembar yang tidak terkena,

kadar T4 dan TSH serum bayi kembar yang terkena dinormalisasi pada skrining awal.

Peningkatan titer antibodi tiroid. Periksa penggunaan obat antitiroid, misalnya

litium, amiodaron. Amiodaron kaya akan iodium dan juga menghambat konversi T4

menjadi T3 perifer, sehingga pemeriksaan tiroid sulit diinterpretasikan. Sebelum memulai

terapi dengan amiodaron, kadar T3,T4, dan TSH basal harus diperiksa untuk

mengidentifikasi gangguan tiroid yang mendasari.

b. Radiologi

Retardasi perkembangan tulang dapat ditunjukkan dengan rontgenografi pada saat

lahir pada sekitar 60% bayi hipotiroid kongenital dan menunjukan beberapa kehilangan

hormon tiroid selama kehidupan intrauterin. Misalnya, epifisis femoris distal, yang

normalnya ada pada saat lahir, seringkali tidak ada. Pada penderita yang tidak diobati,

ketidaksesuaian antara usia kronologis dan perkembangan tulang bertambah. Epifisis

Page 5: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

sering memiliki banyak fokus penulangan; deformitas vertebra thorakalis 12 atau

lumbalis 1 atau 2 adalah biasa. Roentgenogram tengkorak menunjukan fontanella besar

dan sutura lebar;tulang antar sutura biasanya ada. Sella tursika sering membesar dan

bulat; pada keadaan yang jarang mungkin ada erosi dan penipisan. Keterlambatan pada

pembentukan dan erupsi gigi dapat terjadi. Pembesaran jantung atau efusi perikardium

dapat ada.

Skintigrafi dapat membantu memperjelas penyebab yang mendasari pada bayi

dengan hipotiroidisme kongenital, tetapi pengobatan tidak boleh terlalu lambat karena

penelitian ini. 125I-natrium yodida lebih unggul daripada 99mTC-Natrium pertekhnetat

untuk tujuan ini. Pemeriksaan ultrasuara tiroid atau kadar Tg serum bukan alternatif yang

dapat dipercaya untuk skrining radionuklida. Peragaan jaringan tiroid ektopik diagnostik

disgenesis tiroid dan membutuhkan pengobatan seumur hidup dengan T4. Kegagalan

memperagakan suatu jaringan tiroid menunjukan adanya aplasia tiroid tetapi juga terjadi

pada neonatus dengan TRBAb dan pada bayi dengan defek penangkapan-yodium.

Kelenjar tiroid yang terletak normal dengan ambilan radionuklid kuat atau normal

menunjukan defek pada biosintesis hormon tiroid. Penderita hipotiroidisme gondok

mungkin memerlukan evaluasi yang luas, termasuk pemeriksaan radioyodium, uji cairan

perkhlorat, penelitian kinetik, khomatografi dan pemeriksaan jaringan tiroid, bila harus

ditentukan sifat biokimia defek.

Elektrokardigram dapat menunjukan gelombang P dan T voltase rendah dengan

amplitudo kompleks QRS yang menurun dan menunjukan fungsi ventrikel kiri jelek dan

adanya efusi pericardium. Elekroensefalogram sering menunjukan voltase yang rendah.

Pada anak diatas umur 2 tahun, kadar kolesterol serum biasanya meningkat.

Diagnosis

a. Working Diagnosis

Dari kasus yang didapat dan sesuai dengan gejala dan pemeriksaan fisik yang didapat,

dapat didiagnosis pasien tersebut menderita Hipotiroidisme Kongenital.

Page 6: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

Kretinisme adalah suatu istilah kuno yang telah lama digunakan di Eropa untuk

melukiskan suatu bentuk keterbelakangan dan kekerdilan yang lazim terjadi di daerah

gondok endemis. Arti istilah ini tidak jelas. Istilah kretinisme tetap digunakan untuk

mencirikan gondok kongenital endemis, tetapi istilah hipotiroidisme kongenital sekarang

ini lebih digunakan di daerah nonendemis. Hipotiroidisme kongenital nonendemis dapat

disebabkan oleh gangguan embriogenesis tiroid, cacat hipotalamus-hipofisis, cacat

bawaan pada sintesis atau kerja hormon tiroid atau pemajanan intra uterin terhadap zat

goitrogenik.

Biasanya disebabkan oleh tidak adanya kelenjar tiroid. Kadang tiroid berukuran kecil

atau ektopik, atau terdapat masalah metabolik pada kelenjar yang menghambat produksi

hormon tiroid. Skrining neonatus pada akhir minggu pertama dapat mendeteksi

peningkatan TSH. Sangat jarang hipotiroidisme dengan kadar TSH yang normal.

Program skrining yang sukses memungkinkan dimulainya pemberian dini terapi

penggantian hormon seumur hidup dengan tiroksin oral. Tanpa terapi, hipotiroidisme

kongenital menyebabkan kretinisme. Gambaran klinisnya berupa anak yang cebol dengan

tampilan kasar, rambut jarang, hernia umbilikalis, dan masalah belajar berat.

Klasifikasi Hipotiroidisme Kongenital Berdasarkan Etiologi

1. Kesalahan embrionik dalam perkembangan (disgenesis Tiroid)

Aplasia tiroid (kretinisme atirotik)

Displasia tiroid

Sisa ektopik pada jalur penurunan (kriptotiroidisme)

Tiroid rudimenter pada lokasi normal

Kesalahan bawaan pada fungsi tiroid (goitrous cretinism, kretinisme familial)

Ketidaksempurnaan molekul TSH atau berkurangnya ketanggapan

tiroid terhadap TSH

Kegagalan pemekatan iodida

Page 7: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

Defek sistem peroksidase

Defek iodotirosin delodinase

Defek metabolisme tiroglobulin

Ingesti gotrogen maternal

Defisiensi hipotalamus hipofisis (TSH)

Kretinisme endemis

b. Different Diagnosis

1. Sindrom Down

Individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang

terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Diperkirakan

bahwa materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan bawah dari

kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu

perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan

fisik dan susunan saraf pusat. Penyebab Sindrom Down bermacam-macam

diantaranya: Genetik, radiasi, infeksi, autoimun, umur ibu, umur ayah.

Nondisjunction kromosom 21 saat meiosis adalah penybab SD pada 95% kasus. Dari

kasus-kasus ini, 95% dari kromosom 21 tambahan berasal dari ibu. Usia ibu adalah

suatu faktor resiko 1 dalam 1000 mengandung janin dengan trisomi 21 dibandingkan

dengan perempuan berusia 40 tahun, yang resiko adalah 1 dalam 100. Salah satu

hipotesis untuk menjelaskan fenomena ini adalah kenyataan bahwa semua oosit

perempuan terbentuk saat lahir. Sel-sel ini terhenti dalam meiosis sampai saat ovulasi,

saat mana sel-sel tersebut menyelesaikan pembelahan meiotiknya. Meningkatnya usia

oosit mungkin berperan menimbulkan nondisjunction.

Pengidap SD memperlihatkan gambaran wajah yang khas, berupa mata menyipit ke

atas, wajah rata, lipatan epikantus, dan membesarnya lidah. Populasi pasien ini

memperlihatkan retardasi pertumbuhan dan mental dengan derajat bervariasi. Pasien

Page 8: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

SD juga beresiko mengidap penyakit lain, seperti cacat jantung bawaan, gangguan

pendengaran, stenosis duodenum dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi.

2. Fenilketonuria (PKU)

Kelainan ini mengenai 1:10000-20000 anak yang dilahirkan dengan defisiensi enzim

yang mengubah fenilalanin menjadi tirosin. Kadar fenilalanin yang tinggi dalam

darah menyebabkan keterlambatan perkembangan, pertumbuhan yang jelek, dan

kejang. Anak yang menderita PKU dideteksi dalam program skrining neonatal.

Pemberian diet rendah fenilalanin sejak dini memberikan hasil yang baik. Diet ketat

ini diberlakukan seumur hidup. Pada perempuan dengan PKU, kadar fenilalanin yang

tinggi menyebabkan asam amino melintasi plasenta yang dapat menyebabkan

kerusakan otak janin. Pada kehamilan, kontrol diet ketat adalah suatu keharusan.

3. Hiperplasia Adrenal Kongenital

Penyakit ini disebabkan oleh hambatan metabolik dalam sintesis hidrokortison. Pada

anak homozigot dengan mutasi gen resesif autosomal, tidak ditemukan enzim

hidroksilase 21. Keadaan ini mengakibatkan dua hal:

Kortikosteroid dan mineralokortikoid yang beredar dalam tubuh tidak cukup

Produksi hormon korteks adrenal berlebih karena peningktan produksi ACTH

oleh hipofisis

Gejala klinis tergantung pada jenis kelamin anak. Anak perempuan mengalami

virilasasi dengan alat kelamin abnormal, klitoris membesar dan terjadi fusi labia yang

dapat menyulitkan penentuan jenis kelamin saat lahir. Anak laki-laki memiliki alat

kelamin normal. Sebagian besar anak dengan keadaan ini kekurangan

mineralokortikoid yang timbul pada minggu pertama karena kehilangan garam.

Khasnya terdapat riwayat muntah dan dehidrasi berat. Beberapa anak tampak sakit

berat dan dapat mematikan bila tidak dikenali dan diterapi.

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan kadar prekursor kortison meningkat dan

pada anak yang kehilangan garam, kadar natrium serum rendah serta kadar kalium

Page 9: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

meningkat. Terapi yang diberikan adalah pengganti hormon seumur hidup. Dosis

harus ditingkatkan saat anak sakit dan mengalami stres. Anak perempuan mungkin

memerlukan bedah plastik pada alat kelamin.

Manifestasi Klinis

Klinis semakin menjadi tergantung pada uji skrining neonatus untuk diagnosis

hiptiroidisme kongenital. Namun, kesalahan laboratorium terjadi, dan menyadari tanda-tanda dan

gejala-gejala awal harus dipertahankan. Hipotiroidisme kongenital dua kali lebih banyak pada

anak perempuan daripada pada anak laki-laki. Sebelum program skrining neonatus,

hipotiroidisme kongential jarang dikenali pada bayi baru lahir karena tanda-tanda dan gejala-

gejalanya biasanya tidak cukup berkembang. Hipotiroidisme ini dapat dicurigai dan diagnosis

ditegakkan selama umur minggu-minggu awal jika terdapat manifestasi awal tetapi kurang khas

dikenali. Berat badan dan panjang lahir adalah normal, tetapi ukuran kepala dapat sedikit

meningkat karena miksedema otak. Ikterus fisiologis yang berkepanjangan, yang disebabkan

oleh maturasi konyugasi glukuronid yang terlambat, mungkin merupakan tanda paling awal.

Kesulitan pernapasanm sebagian karena lidah yang besar, termasuk episode apnea, pernapan

berisik, dan hidung tersumbat. Sindrom distres pernapasan khas juga dapat terjadi. Bayi yang

terkena sedikit menangis, banyak tidur, tidak selera makan, dan biasanya lamban. Mungkin ada

kostipasi yang biasanya tidak berespons terhadap pengobatan. Perut besar, dan hernia umbilikalis

biasanya ada. Suhu badan subnormal, sering di bawah 350C, dan kulit, terutama tungkai mungkin

dingin dan burik (mottled). Edema genital dan tungkai mungkin ada. Nadi lambat; bising

jantung, kardiomegali dan efusi perikardium tidak bergejala adalah biasa. Anemia sering ada dan

refrater terhadap pengobatan dengan hematinik. Karena gejala-gejala muncul secara bertahap

diagnosis seringkali terlambat.

Manifestasi ini berkembang; retardasi perkembangan fisik dan mental menjadi lebih

besar selama bulan-bulan berikutnya dan pada usia 3-6 bulan, gambaran klinis berkembang

sepenuhnya. Bila hanya ada defisiensi hormon tiroid parsial, gejalanya dapat lebih ringan,

sindromnya tidak penuh, dan mulainya terlambat. Meskipun air susu ibu mengandung sejumlah

hormon tiroid, terutama T3, hormon ini tidak cukup melindungi bayi yang menyusu dengan

hipotiroidisme kongenital, dan tidak mempunyai pengaruh pada uji skring tiroid neonatus.

Page 10: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

Perubahan anak tersendat, tungkai pendek, dan ukuran kepala normal atau bahkan

meningkat. Fontanella anterior dan posterior terbuka lebar; pengamatan tanda ini pada saat lahir

dapat berperan sebagai pedoman awal untuk mengenali awal hipotiroidisme kongenital. Hanya

3% bayi baru lahir normal memiliki fontalla posterior yang lebih besar dari 0,5 cm. matanya

nampak terpisah lebar dan jembatan hidung yang lebar adalah cekung. Fissura palpebral sempit

dan kelopak mata membengkak. Mulut terbuka dan lidah yang tebal serta lebar terjulur keluar.

Tumbuh gigi terlambat. Leher pendek dan tebal dan dapat ada endapan lemak di atas klavikula

dan di antara leher serta bahu. Tangan lebar dan jari pendek. Kulit kering dan bersisik dan sedikit

keringat. Miksedema nampak, terutama pada kulit kelopak mata, punggung tangan, dan genitalia

eksterna. Karotenemia dapat menyebabkan perubahan warna kulit kuning, tetapi skleranya tetap

putih. Kulit kepala tebal dan rambut kasar, mudah patah dan sedikit. Garis rambut menurun jauh

ke bagian bawah dahi yang biasanya tampak mengerut, terutama ketika bayi menangis.

Perkembangan biasanya terlambat. Bayi hiptiroid tampak lesu dan lamban dalam belajar

duduk dan berdiri. Suaranya serak dan bayi ini tidak belajar berbicara. Tingkat retardasi fisik dan

mental meningkat sejalan dengan usianya. Maturasi seksual dapat terlambat atau tidak terjadi

sama sekali.

Otot biasanya hipotonik, tetapi pada keadaan yang jarang, terjadi hipertrofi otot

menyeluruh. Anak yang terkena dapat memiliki penampakan athletis karena pseudohipertrofi,

terutama pada otot betis. Patogenesisnya belum diketahui, perubahan ultrastruktural dan

histokimia yang tidak spesifik nampak pada biopsi otot yang kembali normal dengan

pengobatan. Pada anak laki-laki lebih cenderung berkembang sindrom, yang telah diamati pada

saudara kandung yang lahir dari perkawinan sedarah. Penderita yang terkena menderita

hiptiroidisme yang lebih lama dan lebih berat.

Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital

Gejala klinis Skore

Hernia umbilicalis 2

Kromosom Y tidak ada (wanita) 1

Pucat, dingin, hipotermi 1

Page 11: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

Tipe wajah khas edematus 2

Makroglosi 1

Hipotoni 1

Ikterus lebih dari 3 hari 1

Kulit kasar, kering 1

Fontanella posterior terbuka (>3cm) 1

Konstipasi 1

Berat badan lahir > 3,5 kg 1

Kehamilan > 40 minggu 1

Total 14

Dicurigai Hipotiroid bila nilai > 5

Etiologi

Penyebab Hipotiroidisme pada Anak:

Pemajanan pada zat goitrogenik

Hipotiroidisme awitan lambat dengan disgenesis tiroid, antara lain: Kriptotiroidisme dan

Kista duktus tiroglosus yang terdiagnosis salah

Tiroiditis Hashimoto

Hipotiroidisme hipotalamus-hipofisis

Gondok endemis dan hipotiroidisme

Penyebab lain, antara lain: gangguan kromoson

Epidemiologi

Disgenesis tiroid lebih sering terjadi pada bayi perempuan daripada laki-laki; rasio perempuan

terhadap laki-laki adalah sekitar 2:1. Meskipun gangguan ini biasanya bersifat sporadis, tetapi

Page 12: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

contoh familial telah ditemukan. Prevalensi gangguan ini lebih rendah pada bayi kulit hitam (1

dalam 11000 kelahiran); mungkin relatif lebih tinggi pada bayi Hispanik daripada bayi berkulit

putih; juga meningkat pada bayi sindrom down. Suatu insidensi musiman (yang memuncak

selama bulan-bulan musim panas) telah dilaporkan dari Jepang dan Australia.

Patofisiologi

Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi.

Hipotiroidisme ditandai dengan miksedema, edema nonpitting dan boggy yang terjadi di sekitar

mata, kaki, dan tangan, dan juga menginfiltrasi jaringan lain. Hipotiroidisme dapat terjadi akibat

malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis atau hipotalamus. Apabila hipotiroidisme disebabkan oleh

malfungsi kelenjar tiroid, kadar TH yang rendah disertai oleh kadar TSH yang rendah. TRH dari

hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif pada pelepasannya oleh TSH atau

TH. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus menyebabkan kadar TH, TSH

dan TRH yang rendah. Hipotiroidisme akibat pengobatan dapat terjadi setelah terapi atau

pembedahan tiroid sebelumnya, terapi radioiodin, atau obat-obatan seperti sitokin, amiodaron,

dan litium.

Kelenjar tiroid bekerja di bawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat diproduksi hormon

tireotropik. Hormon ini mengaru produksi hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin

(T3). Kedua hormon tersebut dibentuk dari monoiodotirosin dan diiodotirosin. Untuk itu,

diperlukan jodium. T3 dan T4 diperlukan dalam proses metabolik di dalam badan, lebih-lebih

pada pemakaian oksigen. Selain itu ia merangsang sintesis protein dan mempengaruhi

metabolisme karbohidrat, lemak, dan vitamin. Hormon ini juga diperlukan untuk mengolah

karoten menjadi vitamin A. untuk pertumbuhan badan, hormon ini sangat dibutuhkan, tetapi

harus bekerja sama dengan growth hormon.

Pertimbangan Pediatrik

Bayi yang lahir tanpa kelenjar tiroid atau dengan defek sintesis TH akan mengalami

hipotiroidisme kongenital, suatu penyakit yang kadang-kadang disebut sebagai kretinisme.

Hipotiroidisme kongenital ditandai dengan kadar TH yang rendah, dengan TSH dan TRF yang

Page 13: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

tinggi. Th bersifat permisif (penting) untuk menjalankan fungsi semua sel tubuh, termasuk sel

sistem saraf pusat (SSP). Perkembangan SSP terjadi in utero, ia akan lahir tanpa kelainan

neurologis. Apabila kondisi tersebut tidak diidentifikasi setelah lahir dan TH tidak diganti dan

terjadi retardasi mental berat. Pertumbuhan akan terhambat dan terjadi deformitas skelet. Banyak

negara bagian mengharuskan pengukuran kadar TH pada saat bayi lahir. Dengan penggantian

tiroksin, kerusakan SSP dapat dihindari.

Hipotiroidisme pada saat lahir juga dapat terjadi jika antibodi antitiroid maternal

menyerang tiroid janin selama kehamilan. Demikian pula, jika ibu hamil sangat kekurangan

iodida, bayinya juga dapat mengalami hipotiroidisme setelah lahir. Prognosis neurologis jangka

panjang untuk salah satu kondisi tersebut bergantung pada luas defisit tiroid.

1. Gangguan Embriogenesis tiroid (Disgenesis Tiroid)

Disgenesis tiroid menyebabkan menurunnya fungsi tiroid pada sebagian besar bayi

dengan hipotiroidisme kongenital menetap yang terdeteksi pada program uji tapis.

Prevalensi kelainan ini adalah sekitar 1 dari 4000 bayi baru lahir. Istilah disgenesis tiroid

menggambarkan bayi dengan kelenjar tiroid ektopik atau hipoplastik (atau kedua-

duanya), termasuk bayi dengan agenesis tiroid total. Mungkin terdapat sebagian jaringan

tiroid pada 40-60% bayi-bayi ini; oleh karena itu, mereka mewakili spektrum keparahan

defisiensi tiroid. Pemindaian tiroid dan uji ambilan tiroid mungkin tidak cukup peka

untuk mendeteksi sejumlah kecil sisa jaringan tiroid fungsional. Pada bayi seperti ini,

kadar T3 dalam sirkulasi yang normal atau mendekati normal pada kasus dengan nilai T4

yang rendah mengesankan adanya jaringan tiroid sisa, sebagaimana kadar tiroglobulin

serum yang dapat diukur.

Patogenesis pada sebagian besar pasien masih tidak jelas. Disgenesis tiroid lebih sering

terjadi pada bayi perempuan daripada laki-laki; rasio perempuan terhadap laki-laki adalah

sekitar 2:1. Meskipun gangguan ini biasanya bersifat sporadis, tetapi contoh familial telah

ditemukan. Prevalensi gangguan ini lebih rendah pada bayi kulit hitam (1 dalam 11000

kelahiran); mungkin relatif lebih tinggi pada bayi Hispanik daripada bayi berkulit putih;

juga meningkat pada bayi sindrom down. Suatu insidensi musiman (yang memuncak

selama bulan-bulan musim panas) telah dilaporkan dari Jepang dan Australia. Timbulnya

Page 14: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

disgenesis titoid kadang menyertai tiroiditis autoimun maternal dan gangguan ini telah

dihubungkan dengan faktor antitiroid yang didapat secara transplasental. Meskipun

demikian, biasanya tidak ada hubungan antara disgenesis tiroid dalam sirkulasi. Baru-

baru ini, imunoglobulin yang menghambat pertumbuhan sel tiroid yang distimulasi TSH

dalam biakan jaringan telah ditemukan pada neonatus dengan hipotiroidisme kongenital

sementara. Antibodi ini bekerja terhadap reseptor TSH dan menghambat TSH. Antibodi

penyekat pertumbuhan tiroid telah dilaporkan terdapat pada bayi dengan hipotiroidisme

kongenital sporadis, tetapi peran pada patogenesis belum diketahui.

Sebagian besar bayi dengan disgenesis tiroid tidak menunjukan gejala, dan hanya sedikit

yang memperlihatkan tanda hipotiroidisme pada usia minggu-minggu pertama.

Konsekuensinya, jumlah bayi hipotiroid yang terdeteksi berdasarkan kriteria konis

sebelum diagnosis ditegakkan dari uji tapis komiawi kurang dari 5%. Sebagian besar bayi

yang terkena gangguan ini memiliki konsentrasi T4 serum rendah dan konsentrasi TSH

tinggi yang terdapat dalam darah tali pusat, atau dalam bercak darah pada kertas saring

yang dikumpulkan pada usia 1-5 hari. Suatu kelompok bayi lain memuluku kadar T4

dalam rentang rendah normal atau normalserta nilai TSH yang meningkat. Bayi-bayi ini

biasanya memiliki jaringan tiroid ektopik pada pemindaian, dan merupakan 10-15% bayi

dengan disgenesis tiroid kongenital. Sekitar 5% bayi dengan hipotiroidisme kongenital

memiliki kadar TSH serum yang rendah pada saat lahir dan kadar hipotiroid primer yang

meningkat pada 2-3 bulan pertama kehidupan. Bayi-bayi ini mungkin tidak terdeteksi

saat uji tapis bayi baru lahir.

2. Gangguan Hipofisis Hipotalamik

Hipotiroidisme kongenital menetap akibat berkurangnya stimulasi efektif terhadap

sekresi hormon tiroid oleh TSH dapat disebabkan oleh berbagai abnormalitas dalam

sintesis dan metabolisme TSH. Bayi yang terkena dapat mengalami kelainan

perkembangan hipotalamus atau hipofisis, atau suatu defisiensi yang bersifat familial atau

sporadik pada sekresi TRH atau TSH, baik yang terjadi sendiri ataupun bersama dengan

defisiensi hormon hipofisis lain. Beberapa sindrom telah dijelaskan dan dibahas:

hipotiroidisme hipotalamik dengan defisiensi atu resistensi TRH (atau keduanya),

defisiensi TSH saja, panhipopituitarisme dengan cacat midline mayor dan minor, antara

Page 15: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

lain holoprosensefali, labiopalatoschisis, displasia septo-optik, atau cacat genetik,

termasuk Pit-I dan cacat gen autosomal-resesif lain. Prevalensi kombinasi dari

abnormalitas ini yang disertai dengan hipotoroidisme kongenital mungkin sekitar 1 dalam

60000-100000 kelahiran. Bayi dengan hipotiroidisme hipotalamik (tersier) akibat defiensi

TRH serum yang rendah atau normal. Disamping itu, bayi dengan hipotiroidisme

hipotalamik memiliki respons TSH yang normal atau memanjang terhadap TRH eksogen,

tetapi tidak demikian pada bayi dengan defisiensi TSh hipofisis primer.

Komplikasi

Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan eksaserbasi

(perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa menggigil,

hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang menyebabkan

koma.

Kematian dapat terjadi tanpa penggantian Th dan stabilisasi gejala.

Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini mencakup

penggantian hormon yang berlebihan, ansietas, atrofi otot, osteoporosis dan fibrilasi

atrium.

Pengobatan

a. Medika Mentosa

Natrium L-Tiroksin yang diberikan secara oral merupakan pengobatan pilihan. Karena

80% T3 yang bersirkulasi dibentuk oleh monodeiodinasi T4, kadar T4 dan T3 serum pada

bayi –bayi yang diobati kembali normal. Demikian halnya pada otak, dimana 80% T3

dibutuhkan dihasilkan dari T4 secara lokal. Pada neonatus, dosisnya adalah 10-15 µg/kg.

kadar T4 dan TSH harus di monitor dan dipertahankan tetap normal. Anak dengan

hipotiroidisme memerlukan 4 µg/kg/24 jam, dan dewasa memerlukan 2 µg/kg/24 jam.

Kemudian, konfirmasi diagnosis mungkin diperlukan untuk beberapa bayi untuk

mengesampingkan kemungkinan hipotiroidisme sementara. Ini tidak diperlukan pada

bayi dengan ektopia tiroid yang terbukti atau pada mereka yang menampakkan

Page 16: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

peningkatan kadar TSH setelah 6-12 bulan terapi karena buruknya ketaatan atau dosis T4

yang tidak cukup. Penghentian terapi pada usia sekitar 3 tahun selama 3-4 minggu

menyebabkan kenaikan tajam kadar TSH pada anak dengan hipotiroidisme permanen.

Satu-satunya pengaruh natrium L-tiroksin yang berbahaya adalah terkait dengan

dosisnya. Kadang-kadang anak yang lebih tua (8-13 tahun) dengan hipotiroidisme

didapat dapat menjadi pseudotumor otak dalam 4 bulan pertama pengobatan. Pada anak

yang lebih tua, setelah kejar pertumbuhan berakhir, angka pertumbuhan menunjukan

indeks kecukupan terapi yang sangat baik. Orang tua harus diingatkan lebih dahulu

mengenai perubahan pada perulaku dan aktivitas yang diharapkan selama terapi, dan

perhatian khusus harus diberkan pada setiap defisit perkembangan atau neurologis.

Tabel. Dosis Penggantian Na-L-Tirosin pada Masa Bayi dan Anak-anak

Umur µg/kg/hari Rentang Dosis (µg)

1-12 bulan 7-15 25-50

1-5 tahun 5-7 50-100

5-10 tahun 3-5 100-150

10-20 tahun 2-4 100-200

b. Non Medika mentosa

Kemungkinan terjadinya hipertiroidisme perlu diwaspadai. Dosis yang berlebihan dapat

mengakibatkan takikardia, kecemasan berlebihan, gangguan tidur, dan gejala

tirotoksikosis yang lain. Pemberian tiroksin berlebihan jangka lama mengakibatkan

terjadinya kraniosinostosis. Pemeriksaan fungsi tiroid.

o 2-4 minggu setelah terapi dimulai dan 2 minggu setelah setiap perubahan

dosis.

o Secara berkala dianjurkan tiap 1-2 bulan dalam 1 tahun pertama

kehidupan, selanjutnya tiap 3 bulan pada tahun kedua sampai ketiga.

Page 17: PBL 21 Hipotiroid (Autosaved)

Apabila fase perkembangan otak sudah dilalui, pemantauan dapat dilakukan 3 bulan

sampai 6 bulan sekali dengan mengevaluasi pertumbuhan linear, berat badan,

perkembangan motorik dan bahasa serta kemampuan akademis untuk yang sudah

bersekolah.

Prognosis

Dengan adanya program skrining neonatus untuk mendeteksi hipotiroidisme kongenital,

prognosis untuk bayi yang terkena telah baik secara dramatis. Diagnosis awal dan pengobatan

yang cukup sejak umur minggu-minggu pertama memungkinkan pertumbuhan linier yang

normal dan inteligensianya setingkat dengan saudara kandung yang tidak terkena. Beberapa

program skrining melaporkan bahwa kebanyakan bayi yang terkena berat, seperti terlihat pada

kadar T4 terendah dan maturasi skeleton yang retardasi, mengalami sedikit pengurangan IQ dan

sekuele neuropsikologis lain. Tanpa pengobatan, bayi yang terkena menjadi cebol dengan

defisiensi mental. Hormon tiroid penting untuk perkembangan otak normal pada bulan-bulan

awal pascalahir; diagnosis biokimia harus dibuat segera setelah lahir, dan pengobatan efektif

harus segera dimulai untuk mencegah kerusakan otak ireversibel. Penangguhan diagnosis,

pengobatan yang tidak cukup dan ketaatan yang jelek mengakibatkan berbagai tingkat kerusakan

otak. Bila mulainya hipotiroidisme terjadi setelah umur 2 tahun, ramalan untuk perkembangan

normal jauh lebih baik walaupun diagnosis dan pengobatannya terlambat, menunjukan betapa

pentingnya hormon tiroid untuk kecepatan perkembangan otak bayi.