pbl gangguan somatisasi

Upload: silvya-witarsih

Post on 02-Jun-2018

351 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    1/15

    1

    Gangguan Somatisasi

    Nilasari Wulandari

    102011367

    e-mail: [email protected]

    Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

    Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

    Pendahuluan

    Gangguan somatisasi sudah dikenal sejak zaman mesir kuno.Nama awalnya untuk

    gangguan somatisasi adalah hysteria, suatu keadaan yang secara tidak tepat diperkirakan hanya

    mengenai wanita saja. Hysteria berasal dari bahasa Yunani Hysteria yang diartikan sebagai

    rahim. Pada abad ke-17, Thomas syndenham menemukan bahwa faktor psikologis yang

    dinamakannya penderitaan yang mendahului (antecendent sorrow) adalah terlibat dalam

    patogenese gejala somatisasi. Ditahun 1859 Paul Briquet, seorang dokter Perancis mengamati

    banyaknya gejala dan sistem organ yang terlibat dalam perjalanan penyakit yang biasanya

    kronis. 1

    Istilah somatoform berasal dari bahasa Yunani soma yang berarti tubuh .Dan gangguan

    somatoform adalah kelompok penyakit luas dan memiliki tanda serta gejala berkaitan dengan

    tubuh sebagai komponen utama.Gangguan ini mencakup interaksi pikiran tubuh.Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak menunjukan adanya kaitan dengan keluhan pasien.

    Gangguan somatoform meliputi: Gangguan somatisasi (somatization disorder) , Gangguan

    konversi (conversion disorder) , Gangguan nyeri (pain disorder) , Hipokondriasis

    (hypochondriasis) , Gangguan dismorfik tubuh ( body dysmorphic Disorder ).1,2

    Prosedur Pemeriksaan

    Pemeriksaan psikiatrik lengkap berbeda dari pemeriksaan medik umum, dalam hal

    perhatian khusus yang diarahkan pada manifestasi fungsi mental, emosional dan perilaku.

    Pemeriksaan dilakukan untuk menyusun laporan tentang keadaan psikologik dan psikopatologik

    pasien.kerangka umum pemeriksaan lengkap terdiri atas: 2

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    2/15

    2

    1. Pemeriksaan tidak langsung (indirect examination) Anamnesis-keluhan tentang gangguan sekarang dan laporan pasien mengenai

    perkembangan tentang keluhannya itu, serta riwayat situasi hidup pasien.

    Keterangan mengenai pasien yang diperoleh dari pihak keluarga atau orang yang

    mengenalnya.

    2. Pemeriksaan langsung (direct examination) Pemeriksaan fisik terutama status internus dan neurologik Pemeriksaan khusus psikik: penampilan umum, bidang emosi, bidang

    pikiran/ideasi, bidang motorik/perilaku.

    3. Pemeriksaan tambahan, yang dilakukan apabila ada tambahan khusus untuk

    melaksanakan pemeriksaan itu seperti uji psikologik, elektroensefalografi, foto sinar

    tembus, CT scan, pemeriksaan zat kimia tubuh misalnya hormon, dll.

    Inti prosedur pemeriksaan psikiatrik adalah pemeriksaan khusus psikik (penampilan

    umum, bidang emosi-afek, pikiran ideasi, motorik perilaku) selanjutnya evaluasi data yang

    diperoleh harus dibuat dalam konteks keseluruhan data yang dihasilkan dari pemeriksaan

    lengkap. 2

    Data khusus psikiatrik yang dihasilkan dari suatu pemeriksaan psikiatrik adalah data

    perihal fungsi kejiwaan, yang diperoleh melalui observasi penampilan dan perilaku pasien,

    pengamatan interaksi antara dokter dan pasien, pengamatan interaksi antara pasien dan

    lingkungann ya, dan pemahaman humanistiksang dokter mengenai pasien. alat pemeriksaan

    psikiatrik adalah kepribadian dokter sendiri. Pemeriksaan ini diarahkan , dan data diungkapkan

    dalam pembicaraan antara dokter dan pasien, yang disebut wawancara psikiatrik.

    Wawancara Psikiatrik

    Wawancara merupakan wadah utama pemeriksaan psikiatrik.Secara teknis sukar

    dipisahkan, misalnya antara anmnesis dan pemeriksaan khusus psikik dan antara bidang-bidangkhusus pemeriksaan psikik.Agar wawancara dapat menghasilkan data yang dapat diandalkan

    hendaknya senantiasa diusahakan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang optimal

    anatara dokter dan pasien.Pemeriksa membuka percakapan dengan perkenalan yang dilanjutkan

    dengan pengambilan anamnesis yang terdiri atas keluhan utama, hal mengenai penyakit saat ini,

    riwayat lampau, riwayat keluarga.Anamnesis diambil dari pasien sendiri dan dapat dilakukan

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    3/15

    3

    allo-anamnesis kepada keluarga, teman dan orang-orang sekitar yang berhubungan langsung

    dengan pasien. 2

    1. Data pribadi

    Berupa nama, alamat, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, bahasa, suku bangsa dan agama. Catat pula tempat dan situasi saat dilakukan wawancara

    terhadap pasien sumber informasi dan apakah gangguan yang dialami pasien adalah

    gangguan yang pertama kali dialami pasien.Tanyakan atau perlu diketahui apakah pasien

    datang sendiri dibawa oleh anggota keluarga atau dikonsultasikan oleh sejawat.

    2. Keluhan utama

    Tanyakan keluhan yang membuat pasien datang berobat. gangguan kesehatan apa yang

    saudara alami?. Pada umumnya pertanyaan ini dapat memacu pasien untuk bercakap

    bebas yang menghasilkan keterangan yang jauh lebih bermakna.Keluhan utama dapat

    bersifat kabur seperti: perasaan tegang, ragu, firasat yang aneh Seringkali pasien

    menggunakan sejumlah gejala somatik, sakit kepala, sakit pinggang, mual, muntah, sesak

    nafas.

    3. Riwayat gangguan sekarang

    Gambaran tentang awal dan perkembangan peyakitnya, riwayat keluhannya sekarang

    secara kronologis dan menyeluruh.Perlu pula dinilai faktor lingkungan hidup menjelang

    awal gejala/perubahan perilaku, latar belakang kepribadian.Dapatkan data mengenai

    dampak gangguan terhadap kehidupan pasien sekarang, sifat disfungsinya.Eksplorasi

    pula kemungkinan adanya gejala psikofisiologis, kaitan timbal balik antara gejala atau

    faktor psikologis dan gejala fisik, serta kecemasan dan sifatnya. 2

    4. Riwayat penyakit dahulu

    Tanyakan kejadian yang pernah dialami pasien dari lingkungan luar maupun dalam

    dirinya dan reaksi-reaksi terhadapnya. Tanyakan penyakit yang diderita sebelumnya

    5.

    Riwayat KeluargaTanyakan apakah keluarga pasien adanya yang mengalami keluhan yang sama.

    Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga.

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    4/15

    4

    Pemeriksaan Fisik

    Dari anamnesis dapat diperoleh hal-hal tertentu yang perlu diperiksa secara khusus atau

    lebih mendalam pada pemeriksaan fisik.Apabila pemeriksaan fisik sudah dilakukan sebelumnya,

    dapat ditentukan pemeriksaan fisik tambahan lainnya yang masih perlu. Penampilan dan perilaku umum: Apakah pasien terlihat rapih atau lusuh; apakah

    sikapnya tegang, santai, kaku, tak peduli; apakah ia banyak bicara atau sedikit; nada suara

    lembut atau keras, terbata-bata atau lancer.

    Kesadaran: Nilai kesadaran pasien, keadaan sadar yang baik yakni compos mentis,

    kesadaran menurun , sopor, somnolen, koma.

    Ekspresi Tanda-tanda vital

    Gangguan somatisasi

    Gangguan somatisasi banyak dicirikan dengan gejala-gejala somatik yang banyak tidak

    dapat dijelaskan berdasarkan pemeriksaan fisik maupun laboratorium.Keluhan yang diutarakan

    pasien sangat melimpah dan meliputi berbagai sistem organ seperti gastrointestinal, seksual saraf

    dengan keluhana nyeri.Gangguan ini bersifat kronis berkaitan dengan stresor psikologis yang

    bermakna, menimbulkan hendaya dibidang sosial dan okupasi, serta adanya perilaku mencari

    pertolongan medis yang berlebih an. Dikenal juga dengan briquets syndrome. 3

    Keluhan yang paling sering biasanya berhubungan dengan sistem organ gastrointestinal

    (perasaan sakit, kembung, bertahak, mual dan muntah ) dan keluhan pada kulit seperti rasa gatal,

    terbakar, kesemutan, baal dan pedih. Pasien juga sering mengeluhkan rasa sakit di berbagai

    organ atau sistem tubuh, misalnya persendian, tulang belakang, dada atau nyeri saat berhubungan

    badan.Kadangjuga terdapat keluhan disfungsi seksual dan gangguan haid. 4

    Epidemiologi

    Prevalensi sepanjang hidup gangguan pada populasi diperkirakan adalah 0,1 0,2%

    walaupun beberapa kelompok penelitian percaya bahwa angka sesungguhnya mungkin

    mendekati 0,5 %. Wanita dengan gangguan somatisasi melebihi jumlah laki laki sebesar 5-20

    kali, walupun perkiraan tertinggi mungkin karena kecenderungan awal yang tidak mendiagnosis

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    5/15

    5

    ganguan somatisasi pada laki-laki. Namum demikian, dengan rasio wanita berbanding laki-laki

    adalah 5 berbanding 1, prevalensi seumur hidup gangguan somatisasi pada wanita dipopulasi

    umum adalah 1 atau 2 persen. Gangguan somatisasi didefinisikan dimulai sebelum usia 30

    tahun, tetapi seringkali mulai usia belasan tahun (remaja). 1,3

    Etiologi

    a. Faktor Psikososial

    Penyebab gangguan somatisasi tidak diketahui.Secara psikososial gejala gangguan ini

    merupakan bentuk komunikasi sosial yang bertujuan untuk menghindari kewajiban,

    mengekspresikan emosi, atau menyimpulkan perasaan.Pengajaran orang tua, contoh orang

    tua, dan budaya dapat mengakibatkan pasien terbiasa menggunakan somatisasi. 3

    b. Faktor Biologis

    Data genetik menunjukan bahwa gangguan somatisasi memiliki komponen genetic.

    Gangguan cendrung menurun pada kelurga dan terjadi pada 10-20% wanita turunan

    pertama sedangkan saudara laki-lakinya cenderung menjadi penyalahgunaan zat dan

    gangguan kepribadian antisosial. Pada kembar monozigot transmisi terjadi 29%

    sedangkan dizigot 10%. 1

    Pada penelitian sitokin, suatu area studi ilmu neurologi dasar dapat relevan dengan

    gangguan somatisasi dan somatoform lainnya. Sitokin ini molekul pembawa pesan yang

    digunakan sistem imun untuk berkomunikasi didalam dirinya sendiri dan dengan sistem

    saraf , termasuk otak. Sejumlah studi melaporkan adanya penurunan metabolism lobus

    frontalis dan hemisfer nondominan. 1

    Gambaran Klinis

    Pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan somatik dan riwayat medik

    yang panjang dan rumit.Gejala-gejala umum yang sering dikeluhkan adalah mual, muntah

    (bukan karena kehamilan), sulit menelan, sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek (bukan

    pada olahraga), amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi adalah gejala yang lazim

    ditemui.Seringkali pasien beranggapan dirinya menderita sakit sepanjang hidupnya.Gejala

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    6/15

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    7/15

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    8/15

    8

    Prognosis

    Gangguan somatisasi cenderung bersifat kronis dan berfluktuasi. Remisi total jarang

    tercapai. Dengan tatalaksana yang tepat maka distress dapat dikurangi namun tidak dapat sama

    sekali dihilangkan.

    Tatalaksana

    Non-Farmakoterapi

    I. Etiologi fisik gangguan somatisasi tidak diketahui. Oleh karena itu, pendekatan

    untuk tatalaksana pasien yang mengalami gangguan tersebut adalahdengan

    mencari dasar gangguan jiwa yang dialami pasien.Gangguan cemas dan depresi

    merupakan dua diagnosisyang biasanya mendasari gangguan somatisasi.Walaupun untuk keadaan saat inikeluhan depresi dan cemas sering ditemukan

    sudah tidaklagi memenuhi kriteria diagnosis, namun biasanya dari riwayatpasien

    ditemukan adanya suatu gangguan depresi dancemas di masa lalu.Tata laksana

    pasien dengan kondisi somatisasi sebenarnya lebih bertumpu pada

    upayapsikoterapi dan psikoedukasi.

    Tiga pilar utama dalampenanganan kasus somatisasi (a)hubungan dokter pasien

    yang kuat di antara keduanya, (b)edukasi pasien tentang sebab dan asal mula

    keluhan somatik,serta (c) dukungan dan bantuan yang menenangkan pasien.

    Fokus utama hubungan antara dokter dan pasien adalahbahwa dokter (psikiater)

    percaya bahwa gejala dan penderitaanyang dialami pasien adalah benar.

    Kepercayaanterhadap pasien akan memperlihatkan bahwa doktermempunyai

    minat terhadap kondisi pasien dan niat yangtinggi untuk membantu masalahnya. 6

    II. Edukasipasien. Keluhan somatic adalah keluhan yang dikenal di dalam dunia

    medis. Untuk itudokter yang menangani pasien seperti ini perlumempunyaipengetahuan yang cukup tentang konsep biopsikososial,patofisiologi

    gangguan kejiwaan, neuropsikiatri, ilmu perilaku,dan psikoneuroimunologi

    sebagai salah satu cabang ilmuterbaru yang mendukung penjelasan tentang faktor

    stress psikososial dan hubungannya dengan terjadinya keluhansomatik pasien. 6

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    9/15

    9

    III. Langkah ketiga adalah selalu memberikan kepastiankepada pasien. Pasien dengan

    gangguan somatisasi seringkali tetap selalu memperhatikan tentangkeluhan

    somatiknya dari waktu ke waktu. Suatu waktu dalammasa kehidupannya, keluhan

    somatiknya akan berulang daninilah saat dokter diuji dalam memberikan

    dukungan kepastiantentang keadaan yang sebenarnya.Hubungan yang kuat antara

    dokter dan pasien menjadihal yang sangat penting untuk memberikan keamanan

    dankenyamanan bagi pasien. Pasien harus diberikan pemahamanbahwa segala hal

    yang dianggap sebagai faktor penyebabkondisinya telah dinilai. Tujuan jangka

    panjangnya adalahmengubah diskusi pasien mengenai keluhannya menjadidiskusi

    tentang kehidupan pasien sehari-hari. 6

    Farmakoterapi

    Gangguan cemas dan depresi.Gangguan cemas yang paling sering dialami oleh pasiendengan keluhan somatik adalah gangguan panik dangangguan cemas

    menyeluruh.Hampir semua gejala kecemasanmelibatkan sistem saraf otonom sehingga

    menimbulkangejala khas, seperti palpitasi, nafas pendek, mual atauperasaan tidak

    nyaman di perut, serta mulut kering.Haltersebut yang membuat dokter memberikan obat

    anti cemas golongan benzodiazepin ketikamenemukan kasus keluhan somatik di tempat

    praktiknya.

    a) Obat golongan benzodiazepine

    Sangat efektif mengatasicemas.Efeknya yang beragam tergantung jenis

    obat.Namun,penggunaan obat tersebut banyak menimbulkan

    penyalahgunaan,toleransi, dan ketergantungan.Hal itu disebabkanoleh

    penggunaan benzodiazepin dalam jangka waktu panjang,tanpa dosis yang tepat

    dan tanpa pengawasan dokter.Beberapa obat golongan benzodiazepin yang

    seringdigunakan dalam pengobatan keluhan cemas adalahalprazolam,

    clonazepam, lorazepam, dan diazepam.Alprazolamdan clonazepam telah lama

    dipakai sebagai obat untukgangguan panik karena efektif dan cepat mengatasi

    gejalaserangan panik.Dosis alprazolam yang digunakan untukpengobatan

    gangguan cemas panik lebih besar daripadapengobatan gangguan cemas

    menyeluruh. Rentang dosisyang biasa digunakan dalam praktik sehari-hari adalah

    0,5mg sampai 1,5 mg untuk kondisi gangguan panik dengandosis terbagi. 6

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    10/15

    10

    b) Obat golongantrisiklik

    Efektif untuk mengobati gangguan cemas panik.Imipramin adalah salah satu obat

    dari golongan trisiklikyang merupakan pilihan utama.Namun, obat tersebut

    sulitditemukan selain harganya yang agak tinggi.Selainimipramin, terdapat

    beberapa obat golongan trisoklik lainAmitriptilin dapat digunakandengan dosis

    antara 12,5-50 mg. Obat tersebut merupakanantidepresan trisiklik yang sangat

    murah dan banyak terdapatdi pusat pelayanan primer di Indonesia. 6

    Rujuk Psikiatri

    Merujuk pasien kepada dokter ahli jiwa.Untuk mendapatkan penatalaksanaan yang lebih

    tepat.

    Diagnosis Banding

    a. Hipokondriasis

    Hipokondriasis didefinisikan sebagai orang yang berpreokupasi dengan ketakutan

    atau keyakinan menderita penyakit yang serius. Pasien dengan hipokondriasis memiliki

    interpretasi yang tidak realistis maupun akurat tentang gejala atau sensasi fisik, meskipun

    tidak ditemukan penyebab medis. Preokupasi pasien menimbulkan penderitaan bagi

    dirinya dan mengganggu kemampuannya untuk berfungsi secara baik dibidang sosial,

    interpersonal maupun pekerjaan. 3

    Epidemiologi , prevalensi hipokondriasis 4-6% dari populasi pasien medik umum,

    dan kemungkinan tertinggi adalah 15%. Awitan dari gejala dapat terjadi pada segala usia,

    namun yang tersering adalah usia 20-30 tahun. Angka kejadian tak dipengaruhi oleh

    strata sosial, pendidikan maupun perkawinan, namun bersifat sementara saja. 1,3

    Etiologi hipokondriasis disebabkan pasien memiliki skema kognitif yang

    salah.Pasien menginterpretasikan sensasi fisik yang mereka rasakan secara berlebihan.Sebagai contoh, seseorang secara normal mempersepsikan sebagai rasa

    kembung, oleh pasien hipokokndriasis menambah dan memperbesar sensasi somatic yang

    dialaminya. Menurut teori psikodinamik hipokondriasis terjadi karena permusuhan dan

    agresi dipindahkan ke dalam bentuk somatik melalui mekanisme repression dan

    displacement kedalam keluahan somatic.Kemarahan yang dimaksud berasal dari kejadian

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    11/15

    11

    penolakan dan ketidakpuasan di masa lalu. Selain kemarahan, dapat juga penyebabnya

    adalah rasa bersalah dan gejala timbul karena pasien ingin menebus kesalahannya melalui

    penderitaan somatik. 3

    Gambaran klinis. Pasien hipokondriasis yakin bahwa mereka menderita penyakit

    serius yang belum bisa didetaksi, den mereka sulit diyakinkan yang sebaliknya. Mereka

    mempertahankan keyakinan bahwa dirinya mengidap suatu penyakit, dan dengan

    berjalannya waktu keyakinanya beraslih ke penyakit lain. Keyakinannya bertahan

    meskipun hasil laboratorium negative.Jinaknya perjalanan penyakit yang dicurigai, dan

    penentraman dari dokter.Meskipun demikian peyakinan tersebut tidak sampai bertaraf

    waham. Hipokondriasis seringkali disertai dengan gejala depresi, atau berkomerbid

    dengan gangguan depresi atau gangguan cemas. 3

    Meskipun DSM-IV-TR menyebutkan bahwa gangguan ini harus sudah berlangsung sekurangnya 6 bulan, keadaan hipokondriakal sesaat dapat saja terjadi

    setelah adanya tekanan yang berat misalnya kematian atau penyakit serius yang diderita

    seseorang yang bermakna bagi pasien. Keadaan ini yang berlangsung kurang dari 6 bulan

    harus didiagnosa sebagai gangguan somatoform yang tak tergolongkan.Kondisi

    hipokondriasis sesaat sebagai respon terhadap tekanan biasanya hilang bila tekanan tidak

    ada lagi, tetapi bisa menjadi kronik bila diperkuat oleh orang dalam sistem pasien atau

    oleh profesi kesehatan.

    Diagnosis berdasarkan DSM-IV, kriteria diagnosis hipokondriasis adalah sebagai

    berikut 1,3,5,8:

    a. Preokupasi dengan ketakutan atau ide bahwa seseorang mempunyai penyakit

    serius berdasarkan interpretasi yang salah terhadap gejala-gejala tubuh

    b. Preokupasi menetap meskipun telah dilakukan evaluasi medik dan penentraman

    c. Keyakinan pada kriteria A tidak mempunyai intensitas seperti waham

    d. Preokupasi menimbulkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau hendayadlaam bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya

    e. Lamanya gangguan sekurangnya 6 bulan

    f. Preokupasi bukan disebabkan gangguan cemas menyeluruh, gangguan obsesif

    kompulsif, gangguan panic

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    12/15

    12

    Perjalanan penyakit hipokondriasis biasanya episodik, yang durasinya setiap

    episode berkisar antara bulan-tahun.Dapat terjadi periode tenang di antara episode-

    episode.

    Hipokondriasis cenderung menjadi kronis dengan periode remisi dan eksaserbasi

    yang dipicu stres.Prognosis yang baik berkaitan dengan status sosial ekonomi yang

    tinggi, pengobatan terhadap cemas dan depresi yang responsif, onset gejala mendadak,

    tidak ada gangguan kepribadian, dan tidak ada gangguan medis non-psikiatrik yang

    terkait. Bila yang menderita hipokondriasis adalah anak-anak maka akan membaik saat

    remaja atau dewasa awal. 3

    b. Depresi

    Sebelum membahas lebih lanjut tentang gangguan depresi, lebih dahulu dipahami

    apa yang dimaksud dengan emosi dan mood dan mengapa kedua tanda tersebut harus

    dipahami. Dalam pembahasan emosi tercakup antara lain afek, mood, emosi yang lain

    dan gangguan psikologi yang berhubungan dengan mood. Oleh karena bagian ini

    membahas tentang gangguan depresi, maka pembahasan dibatasi pada emosi dan mood. 7

    Emosi merupakan kompleksitas perasaan yang meliputi psikis, somatik dan

    perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood. Dalam buku yang lain emosi

    biasanya sinonim dengan afek, yaitu suasana perasaan hati seorang individu. Mungkin

    lebih tepat menggunakan kata emosi untuk perasaan yang dihayati secara sadar,

    sedangkan kata afek dirujukan pada dorongan yang lebih mendalam yang mendasari

    kehidupan perasaan yang sadar maupun nirsadar. Mood merupakan subjektivitas

    peresapan emosi yang dialami dan dapat diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang

    lain; termasuk sebagai contoh adalah depresi, elasi dan marah.

    Pasien dengan keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan

    minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau

    bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas,kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif. Gangguan ini hampir selalu

    menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan. 1

    Kreteria diagnostik pasien depresi Mood terdepresi, kehilangan minat dan

    berkurangnya energi adalah gejala utama dari depresi.

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    13/15

    13

    Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih atau kehilangan minat selama 2

    minggu atau ditambah 4 karteria berikut ini. 2,8

    - Tidur insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari- Menurunnya minat dan kesenagan terhadap kegiatan sepanjang waktu- Perasaan bersalah berlebihan atau rasa tidak berharga- Kehilangan energy- Konsentrasi dan kemampuan berpikir menurun, sulit membuat keputusan- Selera makan menurun atau bertambah- Timbul pikiran bunuh diri berulang kali

    c. Gangguan Cemas

    Gangguan cemas merupakan kondisi gangguan ditandai dengan kecemasan dankekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistic

    terhadap berbagai peristiwa sehari-hari. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk

    dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatic seperti tegang otot,

    iritabilitas, kesulitan tidur, kegelisahan, sehingga menimbulkan penderitaan yang

    bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan. 9

    Gambaran klinis kecemasan sifat berlebihan dan mempengaruhi aspek kehidupan

    pasien. Ketegangan motorik bermanifestasi sebagai gemetaran, kelehan, sakit

    kepala.Hiperaktivitas otonom timbul pernapasan pendek, berkeringat, palpitasi, disertai

    gejala gangguan pencernaan. Pasien datang kedokter umum dengan keluhan somatic atau

    karena gelisah spesifik seperti diare kronik.

    Kriteria diagnostic cemas menurut DSM IV-TR : Kecemasan atau kekhawatiran

    timbul berlebihan hampir setiap hari dan terjadi sekurangnya 6 bulan penderita sulit

    mengendalikan kekhawatirannya. Kecemasan dan khawatirnya disertai 3 atau lebih dari 6

    gejala berikut: kegelisahan; merasa mudah lelah; sulit berkonsentrasi dan pikiran jadi

    kosong; iritabilitas; ketegangan otot; gangguan tidur. 9

    d. Gangguan Panik

    Diantara gangguan cemas yang dikenal, gangguan panik merupakan gangguan

    yang lebih sering dijumpai akhir-akhir ini. Dari penelitian diketahui bahwa dinegara-

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    14/15

    14

    negara barat, gangguan panik dialami lebih kurang 1,7% dari populasi orang dewasa.

    Angka kejadia sepanjang hidup gangguan panik dilaporkan 1,5-5 %, sedangkan serangan

    panik sebanyak 3-5%. 1

    Tanda dan gejala. Gangguan panik terutama ditandai dengan serangan panik yang

    berulang, serangan panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai gejala

    otonomik yang kuat, terutama sistem kardiovaskuler dan sistem peenapasan. Serangan

    sering dimulai selama 10 menit, gejala meningkat secara cepat. Kondisi cemas pada

    gangguan panik biasanya dialami secara tiba-tiba, dapat meningkat hingga sangat tinggi

    disetai gejala yang mirip gangguan jantung, yaitu rasa nyeri didada, berdebar-debar

    keringat dingin, hingga merasa seperti tercekik. Hal ini dialami tidak terbatas pada situasi

    rangkaian kejadian tertentu dan biasanya tidak terduga sebelumnya. Kondisi ini dapat

    berulang hingga membuat individu yang mengalaminya menjadi sangat khawatir bahwadia akan mengalami lagi keadaan tersebut (disebut anticipatory anxiety). Hal ini

    membuatnya berulangkali berusaha mencari pertolongan dengan pergi kerumah sakit

    terdekat. 10

    Kesimpulan

    Dokter harus menggunakan pendekatan biopsikososial dalam tata laksana pasien

    walaupun bukan pasien dengan kondisi gangguan jiwa.Untuk diagnosis gangguan somatoform

    berdasarkan DSM IV-TR terdapat gejala nyeri, dua gejala gastrointestinal, satu gejala seksual,

    dan satu gejala neurologis semu, yang pemeriksaan fisik atau laboratorium tidak adekuat. Tata

    laksana pasien dengan gangguan somatisasi berlangsung secara menyeluruh baik dari segi

    farmakoterapi dan psikoterapi.

    Daftar Pustaka

    1. Kaplan HI, Sadock BJ. Buku ajar psikistri klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC; 2010.h. 268-70.2. Utama H. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.

    h. 265-68.

    3. Hadisukanto G. Ganngguan somatoform. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting.

    Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2010. h.265-79.

  • 8/10/2019 PBL Gangguan Somatisasi

    15/15

    15

    4. Zubaidah S. Gangguan somatoform. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

    Utara; 2009.h.10.

    5. Maslim, R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu

    Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2003.h.84.

    6. Andri. Konsep biopsikososial pada keluhan psikosomatik. J Indon Med Assoc September

    2011; 61(9):377-79.

    7. Ismail RI, Siste K. Gangguan depresi.Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting.

    Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2010. h.265-79.209-19.

    8. Kaplan MD, Harlod I, Benjamin J, Sadock. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta:

    Penerbit Widya Medika; 1998.h. 227-31.

    9. Redayani P. Gangguan cemas. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting. Buku ajar

    psikiatri. Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2010. h.231-33.10. Elvira S, Kusumadewi I. Gangguan panik. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G,

    penyunting. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2010. h.235-39.