pd 1
DESCRIPTION
pTRANSCRIPT
Bagi peminat pemikiran keagamaan, istilah "Abrahamic Faith"
atau
"agama Ibrahim" tidaklah asing. Istilah ini sudah lama
dipopulerkan
oleh banyak kalangan dan dianggap sebagai sesuatu yang sudah
lazim
dalam isilah studi-studi agama, seperti halnya pembagian agama
menjadi
"agama samawi" (agama langit) dan "agama ardhi" (agama bumi).
Istilah ini mulai popular di dunia Islam, setelah pada tahun 1986,
The
International Institute of islamic Thought (IIIT), menerbitkan
sebuah
buku berjudul Trialogue of the Abrahamic Faiths (ed. Ismail Raji
al-
Faruqi). Secara harfiah, judul buku itu adalah "Trialog antar
Agama-
agama Ibrahim". Buku ini merupakan kompilasi makalah hasil
konvensi
tahun 1979 di New York yang diselenggarakan oleh American Academy
of
Religion (AAR).Pada 8 November 2007, Republika menurunkan sebuah
kolom Azyumardi Azra
berjudul "Trialog Peradaban". Azra menceritakan, bahwa pada
21-24
Oktober 2007, Harvard University menyelenggarakan sebuah
konferensi
bertema "Children of Abraham: A Trialogue of Civilization". Kata
Azra,
'Anak-anak Ibrahim', tak lain adalah para pengikut tiga agama:
Yahudi,
Kristen, dan Islam. Pembicaraan antara ketiga agama (trialog)
diharapkan dapat menumbuhkan saling pengertian dan toleransi yang
pada
gilirannya mendatangkan perdamaian.Lebih jauh Azra menulis:
Dalam makalah berjudul 'Trialogue of Abrahamic Faiths: Towards
the
Alliance of Civilizations", saya melihat 'Abrahamic Faiths' yang
dalam
Al-Quran disebut sebagai 'millah Ibrahim' memiliki banyak kesamaan
dan
afinitas; lebih dari itu ketiganya juga berbagi sejarah yang
sama.
Tetapi, tentu saja, masing-masing agama Nabi Ibrahim tersebt
unik
dalam dirinya sendiri. Lagi pula, para penganut ketiga agama
itu
ibarat kakak-adik, juga terlibat dalam persaingan,
kecemburuan,
konflik, dan bahkan perang."
Begitulah, sebagian isi tulisan Azyumardi Azra, yang mengaku
beruntung
hadir dalam konferensi di Harvard tersebut. Ia merupakan
satu-satunya
ilmuwan dari Asia yang hadir di situ.Kita tentu menyambut baik
setiap usaha untuk menciptakan perdamaian di
muka bumi ini. Namun, kita perlu mengkaji dengan cermat,
cara-cara
yang digunakan untuk menciptakan perdamaian tersebut, khususnya
dalam
hal yang berkenaan dengan ajaran Islam itu sendiri. Soal dialog
antar-
agama, dalam sejarah, sebenarnya bukanlah hal yang baru. Sejak
awal
kemunculannya, umat Islam sudah terbiasa berdialog dengan siapa
saja.
Di Mekah, sebelum hijrah, Rasulullah saw dan para sahabat
sudah
berdialog dengan kaum musyrik Arab dan pengikut Kristen. Saat
hijrah
ke Habsyah, Ja'far bin Abdul Muthalib sudah berdialog keras
dengan
pengikut Kristen dan juga Raja Najasyi yang ketika itu masih
memeluk
agama Kristen.
Di Madinah, Rasulullah saw melayani perdebatan dengan delegasi
Kristen
Najran.
Bahkan, jika kita renungkan, banyak ayat Al-Quran yang
senantiasa
mengajak kaum Yahudi dan Kristen untuk berdialog. Tetapi, jika
kita
baca ayat-ayat Al-Quran, tentang masalah ini, kita akan
menemukan,
bahwa posisi Al-Quran senantiasa jelas!
Yaitu posisi menyeru kaum Yahudi-Kristen agar kembali kepada
kalimah
tauhid, kembali kepada ajaran inti yang dibawa oleh para nabi,
yaitu
ajaran Tauhid. Misalnya, QS Ali Imran: 64 menyebutkan:"Katakanlah,
wahai Ahlul Kitab, marilah kita kembali kepada 'kalimah
yang sama' (kalimatin sawa') antara kami dan kalian semua, bahwa
kita
tidak menyembah selain Allah dan tidak menserikatkan Allah
dengan
sesuatu pun dan kita tidak menjadikan sebagian diantara kita
sebagai
tuhan selain Allah. Jika mereka ingkar, maka katakan,
saksikanlah
bahwa kami adalah orang-orang Muslim."Sebagai Muslim, kita yakin,
bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi
terakhir yang menegaskan kembali ajaran tauhid yang dibawa para
nabi
sebelumnya. Kita yakin, bahwa semua Nabi, termasuk Nabi Ibrahim
juga
membawa ajaran tauhid. Karena itu, 'millah Ibrahim', dalam
pandangan
Islam, adalah agama tauhid. Dan saat ini, satu-satunya agama Tauhid
-
dalam pandangan Islam - adalah agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad
saw. Maka, dalam perspektif Islam ini, istilah "Abrahamic
Faiths" (agama-agama Ibrahim), dalam bentuk jamak yang
memasukkan
agama Yahudi dan Kristen sebagai 'millah Ibrahim', adalah aneh
dan
keliru. Seolah-olah, ada banyak agama Ibrahim.Jika kita telusuri
lebih jauh lagi, akan tampak kerancuan penggunaan
istilah "Abrahamic Faiths" ini. Misalnya, dalam agama Yahudi
(Judaism)
dan Kristen (Christianity), terdapat begitu banyak sekte dan
bahkan
agama-agama yang berbeda-beda. Apakah semuanya juga 'millah
Ibrahim'?
Tentu tidak mungkin seperti itu. Sebab, agama Ibrahim adalah satu,
dan
yang satu itu adalah agama Tauhid.Dalam hal inilah, kita biasa
melihat, banyaknya cendekiawan yang
kurang hati-hati dalam mengadopsi istilah-istilah tertentu.
Dalam
perspektif netral agama, secara historis-fenomenologis, bisa
saja
Islam, Kristen, dan Yahudi dimasukkan ke dalam kategori
Abrahamic
Faiths, karena ketiganya memiliki klaim sebagai pewaris
ajaran
Ibrahim.
Tetapi, Al-Quran sudah menjelaskan apa yang dimaksud dengan
millah
Ibrahim yang hanif. "Dan siapakah yang lebih baik din-nya
daripada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia
pun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti millah Ibrahim yang hanif."
(QS
4:125). "Ibrahim bukanlah Yahudi atau Nasrani, tetapi dia
adalah
seorang yang hanif dan Muslim, dan dia bukanlah orang musyrik."
(QS
3:67).Dengan penegasan Al-Quran itu, tidaklah tepat jika ada
cendekiawan
yang mengakui bahwa agama Kristen dan Yahudi saat ini termasuk
ke
dalam kategori "millah Ibrahim" yang hanif. Jika kaum Yahudi
dan
Kristen mengklaim mereka sebagai pelanjut agama Ibrahim, itu
adalah
urusan mereka. Tetapi, sebagai Muslim, seyogyanya pandangan
kita
bersandar kepada konsep-konsep yang diajarkan dalam Al-Quran.Dalam
konferensi tahun 1979, melalui makalahnya yang berjudul
"Islam
and Christianity in the Perspective of Judaism", Michel
Wyschogrod,
profesor filsafat di Baruch College, City University, New
York,
memaparkan persoalan mendasar dalam pemahaman keagamaan antara
Yahudi,
Kristen, dan Islam. Yahudi dan Kristen bersekutu dalam Bibel
(Perjanjian Lama). Tetapi berbeda secara mendasar dalam soal
trinitas.
Dengan Islam, Yahudi tidak bermasalah dalam soal pengakuan Tuhan
yang
satu (monotheism). Tetapi, Muslim memandang bahwa telah
terjadi
penyimpangan (tahrif) yang serius pada Kitab Yahudi (juga
Kristen).Gambaran Prof. Michel Wyschogrod tentang Islam tersebut
tidak
sepenuhnya benar. Monoteisme memang mengakui Tuhan yang satu.
Tetapi, monoteisme tidak sama dengan Tauhid.
Istilah ini juga sering disalahpahami, seolah-olah monoteisme
sama
dengan Tauhid. Dalam konsep Islam, tauhid adalah mengakui
Allah
sebagai satu-satunya Tuhan dan ada unsur ikhlas, rela diatur
oleh
Allah SWT.
Karena itu, jika orang menyembah Tuhan yang satu, tetapi yang
'yang
satu' itu adalah Fir'aun, maka dia tidak bertauhid.
Iblis pun tidak bertauhid, tetapi kafir, karena menolak tunduk
kepada
Allah, meskipun dia mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan.Dalam
perspektif Islam inilah, memasukkan agama Yahudi (Judaism),
sebagai 'millah Ibrahim' juga patut dipertanyakan. Kaum Yahudi
memang
menyembah Tuhan yang satu. Tetapi, hingga kini, mereka masih
berselisih paham tentang siapa Tuhan yang satu itu? Sebagian
menyebut-
Nya sebagai 'Yahweh'. Tetapi, dalam tradisi Yahudi, nama Tuhan
tidak
boleh diucapkan. Oxford Concise Dictionary of World Religions
menulis:
"Yahweh: The God of Judaism as the 'tetragrammaton YHWH', may
have
been pronounced. By orthodox and many other Jews, God's name is
never
articulated, least of all in the Jewish liturgy." Jadi, hingga
kini,
belum jelas, siapa nama Tuhan Yahudi.Karena menolak beriman kepada
kenabian Muhammad saw, maka kaum Yahudi
kehilangan jejak kenabian dan Tauhid, karena kehilangan
data-data
valid dalam Kitab mereka. Th.C.Vriezen, dalam buku "Agama
Israel
Kuno" (Jakarta: BPK, 2001), menulis, bahwa "Ada beberapa
kesulitan
yang harus kita hadapi jika hendak membahas bahan sejarah
Perjanjian
Lama secara bertanggung jawab. Sebab yang utama ialah bahwa
proses
sejarah ada banyak sumber kuno yang diterbitkan ulang atau
diredaksi
(diolah kembali oleh penyadur)... Namun, ada kerugiannya yaitu
adanya
banyak penambahan dan perubahan yang secara bertahap dimasukkan
ke
dalam naskah, sehingga sekarang sulit sekali untuk menentukan
bagian
mana dalam naskah historis itu yang orisinal (asli) dan bagian
mana
yang merupakan sisipan."Dalam sejumlah buku studi Islam di
Perguruan Tinggi, masih ada yang
menulis bahwa agama Yahudi adalah agamanya Nabi Musa a.s.
Bahkan,
Prof. Harun Nasution, dalam buku Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, menyebut agama Yahudi sebagai agama yang memelihara
kemurnian Tauhid. Padahal, agama nabi Musa adalah agama Tauhid
yang
kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw. Jika Yahudi memeluk
agama
Nabi Musa, pasti mereka akan menerima kenabian Muhammad saw.
Al-Quran
banyak menyebutkan tindakan kaum Yahudi yang mengubah-ubah
kitab
mereka, sehingga mereka keluar dari jalan kebenaran. (QS 2:59, 75,
79,
dll).Senada dengan Yahudi, Kristen juga menolak kenabian Muhammad
saw dan
bahkan mengangkat status Nabi Isa a.s. sebagai Tuhan.
Al-Quran
memberikan kritik-kritik yang sangat mendasar terhadap konsep
ketuhanan Kristen ini. (QS 19:88-91, 5:72-75, dll.). Secara tegas,
Al-
Quran menyebutkan, bahwa Nabi Isa a.s. pernah menyeru Bani Israil
agar
mengakuinya sebagai Rasul, utusan Allah, dan mengabarkan
kedatangan
Nabi Muhammad saw. Karena itulah, Islam memandang, kaum Kristen
telah
melakukan penyimpangan aqidah, karena mengangkat Nabi Isa a.s.
sebagai
Tuhan, bukan sebagai utusan Allah. Dengan konsep itu, mereka
menolak
untuk beriman kepada kenabian Muhammad saw. Segaimana kaum
Yahudi,
kaum Kristen di Barat tidak mengenal nama Tuhan mereka. Mereka
hanya
menyebut Tuhannya sebagai "God" atau "Lord". Soal nama Tuhan,
masih
diperselisihkan, dalam agama Kristen.Karena itu, dalam pandangan
Islam, yang bisa dimasukkan ke dalam
kategori sebagai 'millah Ibrahim' saat ini, hanyalah agama
Islam,
agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Kaum Muslim begitu
dekat
dengan nabi Ibrahim a.s.. Setiap shalat, kaum Muslim membaca doa
untuk
Nabi Ibrahim. Begitu juga, salah satu hari raya umat Islam adalah
hari
raya Idul Adha yang terkait erat dengan kisah perjuangan dan
perjalanan hidup Nabi Ibrahim a.s..
Dari sinilah, kita memahami, bahwa sebaiknya istilah
"Abrahamic
Faiths" tidak digunakan. Apalagi, dalam bentuk jamak (plural)
yang
menunjukkan bahwa ada banyak agama Ibrahim. Padahal, agama
Nabi
Ibrahim hanya satu, yaitu agama Tauhid, yang kemudian dilanjutkan
oleh
para Nabi sesudahnya, sampai nabi terakhir, Muhammad saw.
Nabiyullah
Ibrahim a.s. begitu gigih dalam memperjuangkan Tauhid, sampai
harus
berhadapan dengan keluarganya sendiri dan diusir dari tanah
kelahirannya.
Sebagaimana yang lalu-lalu, kita berulangkali mengimbau, kiranya
para
cendekiawan berhati-hati dalam menggunakan istilah. Tanpa
menggunakan
istilah-istilah yang aneh-aneh, kita bisa melakukan dialog dengan
kaum
Yahudi, Kristen, dan sebagainya. Tidak perlu menjustifikasi
hal-hal
yang bertentangan secara tegas dengan konsep-konsep dasar Islam.
Dalam
pandangan Islam, perdamaian adalah penting. Tetapi, Tauhid
lebih
penting.Karena itulah, Rasulullah saw memilih tidak berdamai dengan
paman-
pamannya yang menolak Tauhid dan lebih mengutamakan syirik.
Kita menghormati perbedaan. Kita ingin perdamaian. Kita siap
berdialog.
Tetapi, dalam dialog itu, perspektif dan posisi kita sebagai
Muslim
harusnya dinyatakan secara tegas. Justru, dialog itu akan
terjadi,
jika masing-masing pihak memiliki posisi yang jelas. Jika tidak,
maka
dapat muncul sikap kepura-puraan dan kemunafikan. Wallahu
a'lam.
[Jakarta, 9 November 2007/www.hidayatullah.com]Maluf, Luwis (1283
H.1366 H./1867 M.1946 M.),sarjana Arab dan tokoh ilmuwan dalam
bidangsebaran am dan kewartawanan pada zamankebangkitan
moden.Maluf, Luwis (1283 H.1366 H./1867 M.1946 M.),sarjana Arab dan
tokoh ilmuwan dalam bidangsebaran am dan kewartawanan pada
zamankebangkitan moden.UMUM
MUHAMMAD FU'AD, 'ABD AL-BAQIMuhammad Fuad, Abd al-Baqi (1299 H. 1388 H./1882 M.1968 M.) ialah tokoh ilmuwanMesir. Dia banyak menghabiskan masa dalammenyusun dan membuat susunan indeks hadith.Dia lahir di Qalyubiyah, Mesir, dan membesar diKaherah serta pernah belajar di beberapa buahsekolah di sana. Abd al-Baqi pernah berkhidmatsebagai penterjemah bahasa Perancis di JabatanPertanian pada sekitar tahun 1905 dan 1933. Diaberhenti menulis disebabkan oleh matanya yangkabur dan menjadi buta sebelum kematiannya.UMUM
ABU ABDULLAH AL-HAKAMAbu Abdullah al-Hakam ( 321 H.405 H./933 M.1015 M.), imam, hafiz dan pengkritik sasteraserta tokoh ilmuwan. Nama penuhnya Muhammadibn Abdullah ibn Muhammad ibn Hamdawayh ibnNaim ibn al-Hakam. Dia ialah guru kepada ahli-ahlihadith seperti Abu Abdullah ibn al-Bayyi, al-Dabbiy,al-Naysaburiy, al-Syafiiyy dan beberapa orangpengarang.UMUM
JURNAL BAHASAJurnal Bahasa, wadah untuk para ilmuwan atau ahli linguistik menguji teori dan mengemukakan hasil kajian, serta memberikan pandangan dan fikiran mereka dalam bidang linguistik untuk dikongsi bersama-sama para penyelidik atau pengkaji yang lain. Jurnal ini diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP), Kuala Lumpur. BAHASAPenerbitan
IBN KATHIRIbn Kathir (701 H-774 H/1301 M-1372 M), tokoh ilmuwan Islam.AGAMATokoh
MUHAMMAD AL-GHAZALIMuhammad al-Ghazali (450 H-505 H /1058 M-1111 M), ialah tokoh ilmuwan dan pakar rujuk dalam bidang falsafah.AGAMATokoh
TILMISANIY, AL-SYARIF AL-Tilmisaniy, al-Syarif al- (710771 H / 13101370 M.), ulama fiqh dan usul fiqh bermazhabMaliki yang mendalami ilmu-ilmu wahyu dan ilmuakal. Nama penuhnya ialah Muhammad ibnAhmad ibn Ali al-Alwani al-Syarif al-Tilmisani. Diadibesarkan di Tilmisan dalam sebuah keluargailmuwan dan ternama. Dia mendapat bimbinganserta tunjuk ajar ilmu al-Quran daripada al-SyeikhAbu Zaid ibn Ya`qub dan mempelajari ilmu laindaripada al-Qadhi Abu Abdullah ibn Hadiyah al-Qursyi, Abdullah al-Mujasi dan al-Qadhi al-Tamimi.UMUM
SKOLASTISISMESkolastisisme ialah sistem falsafah yangmenekankan penggunaan taakulan dalammenerokai persoalan falsafah dan teologi.Kumpulan sarjana khususnya cuba membuktikankebenaran doktrin Kristian. Mereka juga cubamenyelesaikan pendapat yang bertentangandalam teologi Kristian. Skolastisisme mempunyaipengaruh yang amat kuat dari tahun 1000-anhingga tahun 1400-an, terutama pada tahun 1200-an. Kebanyakan para ilmuwan mengajar di sekolahdan di universiti di barat Eropah.UMUM
ISMAIL AL-FARUQIIsmail al-Faruqi, (19211986), ilmuwan Islam.AGAMATokoh
DERMACIPTA DEWANDERMACIPTA DEWAN, bantuan kewangan yang diberikan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) untuk menggalakkan penciptaan karya asli dalam bahasa Melayu. Dermacipta Dewan ini diwujudkan pada 6 Disember 1980, untuk membolehkan para penulis, ilmuwan, budayawan, sasterawan, dan golongan profesional menghasilkan karya asli dalam bentuk buku, terutamanya karya ilmu pengetahuan yang dapat memberikan sumbangan besar kepada pemikiran masyarakat umum. Karya kreatif yang tinggi mutunya, dan memerlukan bantuan kewangan untuk membuat penyelidikan juga dipertimbangkan.
Dr. Ismailal-Faruqiattempted to articulate an Islamic worldview by fortifying it with rational and scientific arguments. In the latter part of his career, he became more and more concerned withthe spiritualaspects of Islam. He advocated a radical Islamization of new knowledge. He recognized that the crisis of the modern world was the crisis of knowledge. And this crisis, al-Faruqi thought, could only be cured via a new synthesis of all knowledge in an Islamic epistemological framework. The Islamization of Knowledge project, as it was later know, sought to arouse Muslims to become active participants in intellectual life and contribute to it from an Islamic perspective.Summarizing the approach ofIsmail al-Faruqi, Ibrahim Kalin wrote inGod, Life and the Cosmos(Ashgate, 2002 p. 60-61):Ismail [al-]Faruqis work known under the rubric of Islamization of knowledge is a good example of how the idea of method or methodology (manhajandmanhajiyyah, the Arabic equivalents of method and methodology, which are the most popular words of the proponents of this view) can obscure deeper philosophical issues involved in the current discussions of science. Even though [al-]Faruqis project was proposed to Islamize the existing forms of knowledge imported from the West, his focus was exclusively on the humanities, leaving scientific knowledge virtually untouched. This wasprobablydue to his conviction that the body of knowledge generated by modernnatural sciencesis neutral and as such requires no special attention.Thus, [al-]Faruqis work and that of [International Institute of Islamic Thought] IIIT after his death concentrated on thesocial sciencesandeducation. This had two important consequences. First, [al-]Faruqis important work on Islamization provided his followers with a framework in which knowledge (`ilm) came to be equated with social disciplines, thus ending up in a kind of sociologism. The prototype of [al-]Faruqis project is, we may say, the modern social scientist entrusted as arbiter of the traditional`Alim. Second, the exclusion of modern scientific knowledge from the scope of Islamization has led to negligent attitudes, to say the least, toward the secularizing effect of the modern scientific world view. This leaves the Muslim social scientists, the ideal-types of the Islamization program, with no clue as to how to deal with the questions that modern scientific knowledge poses. Furthermore, to take the philosophical foundations of modern,natural sciencesfor granted is tantamount to reinforcing the dichotomy between the natural and human sciences, a dichotomy whose consequences continue to pose serious challenges to the validity of the forms of knowledge outside the domain of modernphysical sciences.Dr. Ismail al-Faruqis approach to Islamization of KnowledgeIsmail al-Faruqi (1921-1986)Ismail al-Faruqi was born in 1921 in Jaffa, Palestine. He first studied in Arabic in the local mosque, and then in French in a convent school. At the age of twenty-four, he became governor of Galilee. When the state of Israel was formed, he moved to Lebanon where he studied at the American University of Beirut, and later did his Masters degree at Harvard, and his Ph.D. in Western philosophy at Indiana University, Bloomington. He spent several years at Al-Azhar University in Cairo, taught at several universities in North America, including McGill University in Montreal, and became widely recognized as an authority on Islam and comparative religion.He was professor of religion at Temple University, where he founded and chaired the Islamic Studies program.He and his wife, Lamya, were murdered in their home on May 27, 1986.Faruqi attempted to articulate an Islamic worldview by fortifying it with rational and scientific arguments. In the latter part of his career, he became more and more concerned with the spiritual aspects of Islam. He advocated a radical Islamization of new knowledge. He recognized that the crisis of the modern world was the crisis of knowledge. And this crisis, al-Faruqi thought, could only be cured via a new synthesis of all knowledge in an Islamic epistemological framework. The Islamization of Knowledge project sought to arouse Muslims to become active participants in intellectual life and contribute to it from an Islamic perspective. But for unknown reasons, al-Faruqi and the institute his thought inspired, left natural sciences out of his program. Thus his views only apply to social sciences.Summarizing the approach of Ismail al-Faruqi, Ibrahim Kalin wrote inGod, Life and the Cosmos(Ashgate, 2002 p. 60-61):Ismail [al-]Faruqis work known under the rubric of Islamization of knowledge is a good example of how the idea of method or methodology (manhaj and manhajiyyah, the Arabic equivalents of method and methodology, which are the most popular words of the proponents of this view) can obscure deeper philosophical issues involved in the current discussions of science. Even though [al-]Faruqis project was proposed to Islamize the existing forms of knowledge imported from the West, his focus was exclusively on the humanities, leaving scientific knowledge virtually untouched. This was probably due to his conviction that the body of knowledge generated by modern natural sciences is neutral and as such requires no special attention. Thus, [al-]Faruqis work and that of [International Institute of Islamic Thought] IIIT after his death concentrated on the social sciences and education. This had two important consequences. First, [al-]Faruqis important work on Islamization provided his followers with a framework in which knowledge (`ilm) came to be equated with social disciplines, thus ending up in a kind of sociologism. The prototype of [al] Faruqis project is, we may say, the modern social scientist entrusted as arbiter of the traditional`Alim. Second, the exclusion of modern scientific knowledge from the scope of Islamization has led to negligent attitudes, to say the least, toward the secularizing effect of the modern scientific worldview. This leaves the Muslim social scientists, the ideal-types of the Islamization program, with no clue as to how to deal with the questions that modern scientific knowledge poses. Furthermore, to take the philosophical foundations of modern, natural sciences for granted is tantamount to reinforcing the dichotomy between the natural and human sciences, a dichotomy whose consequences continue to pose serious challenges to the validity of the forms of knowledge outside the domain of modern physical sciences.THE SCHOLAR'S PEN IS MIGHTIER THAN THE ASSASSIN'S BLADES Parvez ManzoorThe Faruqis are dead, brutally murdered in their home. The brilliant scholar of Islam and his gifted spouse are both gone, snatched by the icy hand of death. The valiant knight and his lady have fallen, slain not in combat but in ambush. The sneaky blade of a barbarian has smitten them, earning not glory but eternal damnation. The ink of the scholar has mingled with the blood of the martyr, triumphing over both hatred and ignorance. Peace has finally come to the Palestinian expatriate, ending the agony and ignominy of exile. Only the grief of a bereavedUmmacontinues.In mourning the departure of the Faruqis, the eye weeps, the heart cries but the mind searches for answers. Was this merely a wanton act of a senseless killer or the planned deed of a fanatical group? Was the tragedy caused by the external or the internal enemies of Islamic faith? Was the scholarly couple liquidated by the Assassination Squad of the Chosen or was the Holy Revenge its ultimate rationale? Alas, within the lonely and unfriendly fortress where the Muslim thinker moves, looking across his shoulders for pious rage from within and the crusading fury from without, any of the above votaries of violence and fanaticism could have answered this roll call of infamy.If it was a meaningless fit of Rambo-mania, the shadow falls on the sick nation which thrives on mindless violence at home and planned terror abroad. If the blood trail of this ritual slaughter trickles down to the occupants of the Holy Land or to the Temple of the Anointed One, let the world know, justice will be exacted according to the Law of Deuteronomy. If the hand of the Puritans of True Faith has struck the innocent couple, the nation of Islam will bow down its head in sorrow and shame but it will certainly amputate that hand. It will also reaffirm its historic resolve to weed out all the seeds ofKharijitemania from among its midst. The scholars of Islam cannot be expected to trade places with the sacrificial lambs of atonement.Alas, even the scholar is increasingly becoming a target of the political assassin. No longer is it the ruler or the despot who alone may live under the shadow of the psychopath or the fanatic. Men of learning too have become political prizes today. True enough, the scholar as the object of kidnap and ransom has long been known to history. Nonetheless, the systematic liquidation of scholars 'for reasons of state' is a hallowed stratagem of our times. If ideas cannot be out-shouted, their progenitors must be eliminated, has become enshrined as a maxim of statecraft in our age of 'free information flow'!The political uses of men of learning, if anything, are likely to become more brutal with time. In the coming political battle between contending civilizations, men of ideas will become more desirable as pawns on the chessboard of ideology and global hegemony than all the oil in the Arabian sands. The enemies of the faith of Islam, traditional establishments within as well as historical foes without, have been rudely awakened by the challenges of Islamic ideals. For them, the dissemination of these, emancipatory, ideas of Islam has to cease. Even the civilisation that professes the right of free expression as sacrosanct, thus, will show no compunction in silencing those whose ideas cannot be outdebated. The changing times demand that Muslims not only cherish their scholars but protect them as well. The scholars of Islam deserve both freedom and security if they are to discharge satisfactorily their sacred trust to theUmma.Ideas are sharper than swords, the world has always known. Violence kills but does not triumph, also belongs to the timeless insight of man's collective wisdom. Not only is the ink of the scholar more sacred than the blood of the martyr, as claimed by the Islamic tradition, but the idea of civilisation, culture and learning, so nobly personified by the Faruqis, is mightier than all the daemons of fanaticism and revenge. When it cuts, it reaches the very heart of things. And it kills not but heals. It is the idea of Islam.The world needs more of the Faruqis and less of the Rambos because ideas are sharper than all the bullets and blades of destruction and no knife in the world can silence a man of ideas.Originally published inMuslim Journal(Chicago) Vol. 13, No. 33, June 10, 1988, p. 6.
Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM)Joseph LiowIntroductionAngkatan Belia Islam Malaysia, or Malaysian Islamic Youth Movement (ABIM), was formed on 6 August 1971 by the Faculty of Islamic Studies, Universiti Kebangsaan Malaysia (National University of Malaysia). It held its first Muktamar (annual general meeting) in 1972. The movement was initially characterized by efforts to coordinate intensify Muslim youth activism, and its outreach focused primarily on educational activities. In the 1980s, ABIM began developing several vehicles for both missionary and economic outreach, including primary and secondary schools. Overseas activism became a feature of ABIMs outreach in the 1990s as the organization involved itself in mission and humanitarian work in countries such as Bosnia-Herzegovina, Afghanistan, and Pakistan. Several former leaders of ABIM are now prominent politicians in Malaysia, including former Deputy Prime Minister and current Parti Keadilan Rakyat (PKR) leader Anwar Ibrahim, and Parti Islam Se-Malaysias (PAS) president Abdul Hadi Awang. As a youth organization that was established in the early 1970s at the height of the global Islamic resurgence, ABIM was very much a product of its time. Against the backdrop of a staunchly secular government and an increasingly nationalist Islamist opposition political party (PAS), ABIM sought to fill a gap by providing an avenue for the expression of Islamic ideals among Malaysias Muslim majority community. ABIM managed to enhance its religious legitimacy and gain international recognition by maintaining excellent relations with Islamic countries of both Sunni and Shiite persuasion (seeInternational Relations). Domestically, they became one of the more significant religious pressure groups, and their popularity among grassroots and tertiary education institutions meant that their members and leaders were also courted by the main Malay-Muslim political parties, United Malays National Organization (UMNO) and PAS. ABIMs membership has grown steadily over the years. At its formation, it had a few hundred members. From there it grew to seven thousand in 1972, thirty-five thousand in 1980, and sixty thousand in 2001. Although ABIM enjoys support from urban Malays and Malay students in tertiary education institutions in Malaysia and abroad, its influence is considerably weaker among rural Malays.General OverviewsThere have been very few detailed studies that have focused exclusively on ABIM.Monutty 1990a doctoral dissertationremains by far the most comprehensive scholarly treatment of this organization, certainly in the English language, focusing on its origins and impact among Malay-Muslims. Malay scholarship of ABIM is a shade better in terms of quantity, with a major study produced inTahir 1993, which focuses attention on the role of ex-ABIM president Anwar Ibrahim and the splits within the organization that resulted from his departure to join the main Malay-Muslim political party in Malaysia, United Malays National Organization (UMNO). This book also details the political choices and careers of Anwars ABIM contemporaries such as Abdul Hadi Awang and Fadzil Noor, both of whom joined the opposition Islamist party, Islamist opposition political party (PAS), and rose to become presidents in the party. For the most part, scholarship on ABIM takes the form of sections and chapters in articles and book chapters on the broader theme of Islamic civil society and NGO activism in Malaysia. Such works includeHussein 1998, which explores the transformation of ABIM from an overt Malay-Muslim pressure group under Anwar to the welfare and humanitarian organization that it was in the 1990s. Pithy overviews of ABIM are also available inJomo and Cheek 1992,Salleh 1998, andHassan 2003. Many of these works establish the point that central to the rise of ABIM was the emergence of an Islamic segment within the Malay middle-class by the mid-1970s, which included tertiary education students. ABIM positioned itself as a movement of the young, educated, Muslim middle class in order to leverage on (as well as facilitate) social activism and mobilization among this segment of the community. A further recurring theme in many studies on ABIM is the role of Anwar Ibrahim, former ABIM president and former Malaysian deputy prime minister. Most scholars of ABIM also point to the fact that the leadership provided by Anwar Ibrahim was crucial to establishing the organization as a major entity on the Malaysian civil society and political scene.Funston, Neil J. The Politics of Islamic Reassertion: Malaysia. InReadings on Islam in Southeast Asia. Edited by Ibrahim, Ahmad, Sharon Siddique, and Yasmin Hussain, 171179. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1985.E-mail Citation A dated but useful snapshot of the rise of Islamic civil society movements in Malaysia, which also captures the origins of ABIM.
Hassan, Saliha. Islamic Non-Governmental Organisations. InSocial Movements in Malaysia: From Moral Communities to NGOs. Edited by Meredith L. Weiss and Saliha Hassan, 97114. London: RoutledgeCurzon, 2003.DOI:10.4324/9780203220498E-mail Citation This chapter contains sections on thedakwahmovement and ABIM. It highlights the connection between the two and looks at ABIMs early confrontational politics as well as its opposition to Malaysias corporate subculture.
Hussein, Syed Ahmed.Muslim Politics in Malaysia: Origins and Evolution of Competing Traditions in Malaysian Islam. FGD Occasional Paper No. 15. Braamfontein, South Africa: Foundation for Global Dialogue, 1998E-mail Citation A survey of major Islamic civil society organizations and political parties in Malaysia which focuses on their intellectual traditions.
Jomo, K.S., and Ahmad Shabery Cheek. Malaysias Islamic Movements. InFragmented Vision: Culture and Politics in Contemporary Malaysia. Edited by Joel S. Kahn and Francis Loh Kok Wah, 79105. Honolulu: University of Hawaii Press, 1992.E-mail Citation A concise chapter that contains a section on ABIM up until Anwars departure detailing its origins, close working relationship with PAS in the 1970s, the downturn in this relationship in the 1980s, and ABIMs eventual decline starting in the mid-1980s.
Monutty, Mohammad Nor. Perception of Social Change in Contemporary Malaysia: A Critical Analysis of ABIMs Role and Its Impact among Muslim Youth. PhD diss., Temple University, 1990.E-mail Citation The most comprehensive study of ABIM to date. Authored by one of its former presidents, it remains the key point of reference for scholars working on ABIM.
Salleh, Muhammad Syukri. Recent Trends in Islamic Revivalism in Malaysia. Paper presented at the Second International Conference of the European Association for Southeast Asian Studies (EUROSEAS), Hamburg, Germany, 36 September 1998.E-mail Citation This paper details the Malaysian governments handling of Islamic revivalism that led to the deradicalization of Islamic movements like ABIM but nevertheless also gave rise to the Islamization race.
Tahir, Mohd Anuar.Pendirian Politik ABIM. Petaling Jaya, Malaysia: Angkatan Belia Islam Malaysia, 1993.E-mail Citation A useful Malay-language book on the development of ABIM and its political positions on a range of social and political issues since their establishment to the early 1990s. (Title translation: ABIMs political stand.)
al-SunnahAlternate Title: / . .Author:Khallal, Ahmad ibn Muhammad, d. 923.Publication:al-Qahirah : Dar al-Faruq al-Hadithah lil-Tiba`ah wa-al-Nashr, 2011.Library:P12-Pengajian Islam/Islamic Studies LibraryTitle:Seni tauhid : esensi dan ekspresi estetika IslamPersonal Author:al-Faruqi, Ismail R., 1921-1986Local LC Call No.:N6260 FarPublication:Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, 1999.Physical Description:xii, 274 p. : ill. ; 21 cm.General Note:"Diterjemahkan dari bagian akhir karya monumental al-Faruqi, The Cultural Atlas of Islam (Peta Kebudayaan Islam) -- p. vii.Subject Term:Art, Islamic.Islam and art.Islamic civilizationTitle:Pengalaman keagamaan dalam Islam / [alih bahasa, Alef Theria Wasim]Personal Author:al-Faruqi, Ismail R., 1921-1986Local LC Call No.:BP165 FarPublication:Yogyakarta : Pusat Latihan, Penelitian dan Pengembangan Masyarakat, [1985]Physical Description:vi, 37p. ; 18cmGeneral Note:PPZ.Translation of : The essence of religious experience in IslamTitle:Islamization of knowledge : the problem, principles and the workplan: a follow-up report on seminar on 'Islamization of Knowledge'Islamabad)Local LC Call No.:LC109 ISMPublication:Islamabad, Pakistan : National Hijra Centenary Committee of Pakistan, 1982Physical Description:xiii, 78p. ; 22cmCorporate Subject:Islamization of knowledge (1982 : Islamabad)Subject Term:Islamic education.Knowledge, Theory of (Islam)Added Title:Islamization of knowledgeInstitut Terjemahan & Buku Malaysia (ITBM), a government-linked company incorporated under the Ministry of Finance and administered by the Ministry of Education, invites dynamic individuals to apply for the following positions :- Al-tawhid:kesannya terhadap pemikiran dan kehidupan Ismail R. Al-Faruqiinternational Institute of Islamic Thought, 2000 -Faith (Islam)-272 pages
Pemikiran Islam Al-Faruqi:kumpulan kertas kerja Al-Faruqi
Ismail R. Al-Faruqi,Lois Ibsen Al Faruqia dan Pustaka, 1988 -Islam-90 pagesIsmail R. Al-Faruqi,Lois Ibsen Al Faruqi0ReviewsDewan Bahasa dan Pustaka, 1988 -Islam-90 pages
TitleTauhid
AuthorIsmail Raji Al-Faruqi
PublisherPustaka.
Length278 pages
Al-tauhid : kesannya terhadap pemikiran dan kehidupanBatu Caves : Thinker's Library, 2000 Title:Islamic thought and culture : papers presented to the Islamic Group of American Academy of ReligionPublication:[Brentwood, Md.] : International Institute of Islamic Thought, 1982.Physical Description:121 p. ; 22 cm.General Note:AIUM.Subject Term:Islam.Culture.Added Author:American Academy of Religion. Islamic Studies Group.Added Corporate Author:American Academy of Religion. Islamic Studies Group.Title:Essays in Islamic and comparative studies : papers presented to the Islamic Studies Group of American Academy of ReligionLocal LC Call No.:BP50 EssPublication:Brentwood, Md. : International Institute of Islamic Thought, 1982.Physical Description:120 p. ; 22 cm.General Note:AIUM.Local Note:Missing item replaced with a826616 A515056804 - ISIJ 13/04/12.Subject Term:Islam.Title:Rights of non-muslims under Islam : social and cultural aspects.Personal Author:al-Faruqi, Ismail R., 1921-1986Local Law LC Call No:BP173.65 FarPublication:Kuala Lumpur : Jabatan Agama Islam, Selangor, 197?.Physical Description:9 p. ; 27 cm.General Note:PUUR.Subject Term:Title:On Arabism.Personal Author:al-Faruqi, Ismail R., 1921-1986Local LC Call No.:DS39 FarPublication:Amsterdam : Djambatan, 1962-Physical Description:v. ; 24 cm.Contents:Contents: v. 1. Urubah and religion.Subject Term:Panarabism.Islam and politics.Added Title:Urubah and religion.Siyaghat al-`ulum al-ijtima`iyah, siyaghah IslamiyahAlternate Title: : / . [] : 1989.Author:al-Faruqi, Ismail R., 1921-1986.Publication:[al-Riyad] : al-Ma`had al-`Alami lil-Fikr al-Islami, 1989.Library:P12-Pengajian Islam/Islamic Studies LibraryTrialogue of Abrahamic faiths : papers presented to the Islamic Studies Group of American Academy of ReligionAuthor:al-Faruqi, Ismail R., 1921-1986.Publication:Alexandria, Va., U.S.A. : Al Sa'dawi Publications, 1991.Edition:3rd ed.Library:P12-Pengajian Islam/Islamic Studies LibraryMasood Rashid.
Added Author:
Islamic religious practice
Islam -- Customs and practices
Subject Term:
Terjemahan dari "Islamic thought and culture", edisi pertama 1982 diedit oleh Ismail R Al-Faruqi
General Note:
KL : DBP, 1990
Publication Information:
Isma'il R Al Faruqi.
Personal Author:
9789836214096
ISBN:
Masood Rashid.
Isma'il R Al Faruqi.
Author:
Fikiran dan budaya Islam / Ismail R Al-Faruqi, penterjemah Masood Rashid
Title:
: Institut Terjemahan Negara malaysia Kunjungan dan Perbincangan
Bersama Profesor Ulung Tan Sri Dr. Kamal Hassan dari ISTAC,
UIAM.ITBM telah menerima kunjungan Prof. Tan Sri Dr. Kamal Hassan
dan Puan Norjannah Hassan untuk membincangkan perjanjianpenerbitan
bukuScience from the Worldview of the Qur'an: An Introduction.
Perbincangan ini diketuai sendiri oleh Pengarah Urusan ITBM, En.
Mohd Khair Ngadiron.
Kesempatan ini juga diberikan kepada alumni UIAM yang sedang
berkhidmat dengan ITBM untuk beramah mesra bersamaProf. Tan Sri Dr.
Kamal Hassan.Islamic religious practice
Islam -- Customs and practices
Subject Term:
Terjemahan dari "Islamic thought and culture", edisi pertama 1982 diedit oleh Ismail R Al-Faruqi
General Note:
KL : DBP, 1990
Publication Information:
Isma'il R Al Faruqi.
Personal Author:
9789836214096
ISBN:
Masood Rashid.
Isma'il R Al Faruqi.
Author:
Fikiran dan budaya Islam / Ismail R Al-Faruqi, penterjemah Masood Rashid
Title:
Fikiran dan budaya Islam / Ismail R Al-Faruqi, penterjemah Masood Rashid
Author:
Isma'il R Al Faruqi.
Masood Rashid.
Terjemahan dari "Islamic thought and culture", edisi pertama 1982 diedit oleh Ismail R Al-Faruqi Fikiran Dan Budaya Islam.Tajuk: Fikiran Dan Budaya Islam.Penulis: Ismail al-Faruqi.Penerbit: Dewan Bahasa Dan Pustaka.
Kandungan
Penghargaan
Pengenalan: Kumpulan Kajian Islam, Akademi Agama Amerika (1973-1981)> Ismail Raji al-Faruqi
Cabutan Daripada Rancangan Sembilan Tahun
Bab 1. Shahidah> Muzzammil Siddiqi
Bab 2. Islam Dan Undang-Undang> Ara al Din Kharriifah
Bab 3. Ibadat Haji Di Makkah> Victor Danner
Bab 4. Syariah: Tentang Muzik Dan Ahli Muzik> Lois Lamycri
Bab 5. Ibn Taymiyyah Dan Perang Salib: Suatu Penyiasatan> Victor E. Mak lairi
Bab 6. Mengenai Pendapat al-Maturidi Tentang Tindakan Manusia> Meric Pessagno
Bab 7. Apa yang Islam Dalam Kesusasteraan Islam?> Muhammad A. Hamdan
Bab 8. Pejuang Perang Salib Dalam Memoir Uskmah Ibn Munqidh> Muhammad Khalifah Ahmad
Bab 9. Sumbangan Islam Kepada Sejarah> Michael Mazzaoui
Bab 10. Insan Kamil Menurut Pemikiran al Jilli> Victor Danner
Bab 11. Dator Formarum: Ibn Rushd, Levi Ben Gerson And Moses Ben Joshua Of Narbonne> Helen GoldsteinSejarah Hadith: Pengaruh Dari Tokoh-Tokoh Utama Dalam HadithTajuk: Sejarah Hadis: Pengaruh Dari Tokoh-Tokoh Utama Dalam Hadith.Penulis: Muhammad Hasby Siddiqie.Penerbit: al-Shafa.
Kandungan.
Bahagian 1. Tahap-Tahap Perkembangan Hadith.
Pengenalan
Pendahuluan.
- Pengertian Sejarah Hadith.
- Tahap-Tahap Perkembangan Hadith.
Bab 1. Hadis Di Masa Rasul s.a.w.1. Usaha Para Sahabat Dalam
menghafal hadith Dan Mengembangkannya
2. Majlis Nabi Merupakan Majlis Ilmiah
3. Bagaimana Para Sahabat Menerima hadith Dari Nabi s.a.w.?
4. Usaha-Usaha Wanita Shahabiyah Dalam Mengembangkan Hadith.
5. Kedudukan Ummahatul Muminin Dalam Mengembangkan Hadith.
6. Pengaruh Para Petugas Yang Dikirim Ke Daerah-Daerah Serta
Pengaruh Utusan-Utusan Yang Datang kepada Rasul s.a.w
7. Haji Wada Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Hadith.
Bab 2. Hadis Di Masa Khulafa Rasyidin (11H-40H)1. Keadaan
politik negara di zaman Khulafa Rasyidin
2. Jalan yang ditempuh para sahabat dalam meriwayatkan hadis
3. Subahat-Subahat Yang dihadapkan Kepada Jalan-Jalan Yang Ditempuh
Sahabat Di Dalam menyampaikan Hadith Dan Mengamalkannya.
4. Para Sahabat Memegangi Hadith-Hadith Ahad.
Bab 3. Hadith Sesudah Berakhir Zaman Khulafa Rasyidin Hingga
Akhir Abad Pertama.1. Keadaan Politik Dlan Timbulnya
Parti-Parti.
2. Khawarij Dan Pendapat Mereka Tentang Khalifah.
3. Fiqah orang Khawarij.
4. Khawarij Dan Pemalsuan Hadis
5. Syiah Dan Akidah-Akidahnya.
6. Pengaruh Syiah Dalam Perkembangan Hadith.
7. Kebohongan-Kebohongan Hukum Syiah.
8. Pengaruh Yang Timbal-Balik.
9. Aktiviti Sahabat Dan Tabiin Dalam Mengumpulkan Hadith,
Meriwayatkannya Dlan Menentang Orang-Orang Yang Mengembangkan
Hadith Palsu.
10. Lembaga Hadith Dan Pengembang Pengembangnya Di Pelbagai Kota
Islam
11. Lawatan Para Ulama Mencari Hadith
12. Lawatan Untuk Menyemak Hadith
13. Pengaruh Lawatan Terhadap Tersebarnya Riwayat Hadith Dan
Sanadnya.
14. Pendusta-Pendusta Yang Membuat Hadith Palsu.
15. Penulisan Hadith
16. Apakah Hadith Juga Ditulis Di Msa Rasul?
17. Penulisan Hadith Sesudah Zaman Rasulullah.
Bab 4. Hadith Dalam Abad Kedua Hijrah.1. Pembukuan Hadith Dan
Kitab-Kitab Yang Termasyhur Dalam Abad Kedua Hijrah
2. AI-Muwaththa Semasyhur-Masyhur Kitab Abad Kedua.
3. Perkembangan Hadith Palsu.
4. Usaha-Usaha Untuk Menumpas Gerakan Pemalsu Hadith.
Bab 5. Hadis Dalam Abad Krdua Hijtah1. Pertentangan fahaman
antara mutakallimin dengan ahli hadis dun
pengaruh-pengaruhnya
2. Ahli kalam merendahkan ahli hadis
3. Kesan yang tak baik yang kembali kepada ahli hadith lantaran
pertentangan fahaman
4. Kesungguhan pengikut-pengikut hawa nafsu dalam membuat hadis
palsu.
5. Pengaruh fanatik kebangsaan dalam membuat hadis palsu.
6. Pengaruh syuubiyah dalam perkembangan hadith palsu.
7. Pengaruh kezindikan Dalam memalsukan hadith.
8. Usaha-usaha Bani Abbas untuk Mnumpas Kaum Zindiq.
9. Pembukuan hadith Dalam Zaman Ketiga Dan jalan-jalan yang
ditempuh oleh para ulama dalam menyusun Kitab-Kitab Hadis
10. Kitab-Kitab Yang Masyhur Yang Disusun Dalam Zaman Kelima.
Bab 6. Masa Penelitian, Penerbitan Dan Pengumpulan Hadith-Hadith
Yang Khusus (400 H. - 65 6 H.)1. Keadaan politik dalam zaman keenam
(400 - 656 H.)
2. Hadis dalam abad IV hijrah
3. Hadis sesudah abad IV hingga tahun 656 H
4. Menyusun kitab-kitab Athraf
5. Ulama-ulama terkenal dalam zaman
Bab 7. Masa Pensyarahan, Pengimpulan Hadis Yang Umum,
Pentakhrijan Dan Pembahasan Hadis Tambahan (656 H. sampai
sekarang)
1. Keadaan politik dalam zaman VII Hijrah
2. Jalan yang ditempuh para ulama untuk meriwayatkan hadis dalam
zaman ketujuh
3. Perhatian para muslimin terhadap hadis di pelbagai negeri
4. Gerakan ilmiah di Saudi Arabia
5. Jalan yang ditempuh para ulama dalam menyusun kitab-kitab hadith
Dalam Zaman Ke Tujuh
6. Kitab-kitab sarah hadis hasil karya ulama-ulama zaman Ke
Tujuh
Bahagian 2: Sejarah Tokoh-Tokoh Hadis.
Bab 1. Sejarah Ringkas Beberapa Tokoh Hadis Sahabat..1. Tarif
Sahabi.
2. Jalan mengetahui sahabat.
3. Sebab-sebab berlebih berkurang para sahabat dalam meriwayatkan
hadis.
4. Sahabat-sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis.
5. Bilangan para sahabat.
6. Nama-nama tokoh hadis.
Bab 2. Perawi-Perawi Hadith Tabiin.1. Takrif Tabiin.
2. Perawi-Perawi Hadith.
Bab 3. Riwayat Ringkas Dari Tokoh-Tokoh Hadith Tabiin.1. lbnu
Syihab az-Zuhri.
2. lkrimah Mau la Ibnu Abbas.
3. Umar ibnu Abdul Aziz.
4. Kabul Mbar.
5. Wahab ibn Munabbih.
6. Said ibnul Musayyab.
7. Urwah ibnuz Zubair.
8. Nafi Mau la ibnu Umar.
9. Ubaidullah ibn Abdul lah ibn Utbah.
10. Salim ibn Abdul lah ibn Umar.
11. Asi-Syabi.
12. Ibrahim an-Nakhai.
13. Alqamah.
Bab 4. Riwayat Ringkas Dari Tokoh-Tokoh Hadith Abad Ke 2H
(Tabiit Tabiin)1. Malik ibn Anas.
2. Yahya ibn Said al-Qaththan.
3. Wakie ibn al-Jarrah.
4. Sufian ats-Tsaury.
5. Sufian ibn Uyainah.
6. Syubah ibn al-Hajjaj.
7. Abdur Rahman ibn Mandi.
8. Al-Auzai.
9 Al-Laits.
10. Asy-Syafie.
Bab 5. Riwayat Ringkas Dari Tokoh-Tokoh Hadith Zaman Ke-5.1 Ali
ibn al-Madiny.
2. Yahya ibn Main.
3. Abu Bakar ibn Abi Syaibah.
4. Abu Zurah ar-Razi.
5. Abu Hatim ar-Razy.
6. Ibnu Jarir ath-Thabary.
7. Ibnu Khuzaimah.
8. Muhammad ibn Saad.
9. !shag ibn-Rahawaih.
10. Ahmad ibn Hambal.
11. Al-Bukhari.
12. Muslim ibn al-Hajjaj.
13. An-Nasaie.
14. Abu Daud.
15. At-Tirmidzi.
16. lbnu Majah.
17. Ibnu Qutaibah.
Bab 6. Riwayat Ringkas Dari Tokoh-Tokoh Hadith Zaman Ke-6.1.
AI-Hakim.
2. Ad-Daraquthny.
3. Ibnu Hibban.
4. Ath-Thabarani.
5. Oasim ibn Ashbagh.
6. Ibnu Sakan.
7. Ath-Thahawi.Historical atlas of the religions of the
worldAuthor:Sopher, David E. (David Edward)Local LC Call No.:BL80.2
FarPublication:New York : Macmillan Pub. Co.,
1974.Library:P01-Utama/Main Library, P12-Pengajian Islam/Islamic
Studies LibraryOur beginning in wisdomAuthor:al-Ghazali, Muhammad,
1917-Local LC Call No.:BP64 E3GhaPublication:Washington : American
Council of Learned Societies, 1953.Library:P12-Pengajian
Islam/Islamic Studies LibraryTitle:Dakwah Islam dan missi Kristian
: sebuah dialog internasionalPersonal Author:Ahmad,
Khurshid.Publication:Bandung : Risalah, 1984.Physical
Description:176 p. ; 18 cm.General Note:AIUM.Subject
Term:Title:Kesenian IslamKeindahan dalam kesenian Islam.Prinsip
Islam dan seni tampak.ISBN:9789836213082Local LC Call No.:BP89
KesPublication:Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka,
1990.Physical Description:xvi, 106 p. ; 21 cm.General
Note:ppz.AIUM.Contents:Tauhid dan seni persuratan / Ismail
al-Faruqi -- Prinsip Islam dan seni tampak : satu kajian kes dari
Malaysia / Lois Lamya' al-Faruqi -- Tiga penyair Nusantara : Yahya
M.S., Noor Hidayat dan Marhan / Mana Sikana -- Keindahan dalam
kesenian Islam / Shafie Abu Bakar.Title:Isma'il al-Faruqi : warisan
zaman yang abadiPersonal Author:Qureshi, M.
Tariq.ISBN:9789836200037Local LC Call No.:BP80
F2QurPublication:Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka,
1988.Physical Description:xii, 32 p. ; 22 cm.General
Note:AIUMPPZ.Second printing 1991.Judul asli : Isma'il al-Faruqi :
an enduring legacy.Personal Subject:al-Faruqi, Ismail R.,
1921-1986Subject Term:Muslims -- Biography.Trialogue of the
Abrahamic faiths : papers presented to the Islamic Studies Group of
American Academy of ReligionAuthor:Al-Faruqi, Ismail R.,
1921-1986.Local LC Call No.:BP172 TriPublication:Beltsville, Md. :
Amana Publications, 1995.Edition:4th ed.Library:P01-Utama/Main
Librarysma`il al-Faruqi : an enduring legacyAuthor:Quraishi, M.
Tariq.Local LC Call No.:BP80 F2QurPublication:Plainfield, Indiana :
Muslim Students Association of the United States and Canada,
1986.Library:P03-Peringatan Za'ba /Za'ba Memorial Library,
P12-Pengajian Islam/Islamic Studies LibraryThe growth of Islamic
thought in North America : focus on Isma'il Raji al
FaruqiAuthor:Shafiq, Muhammad, Dr.Publication:Brentwood, Md. :
Amana Publications, 1994.Library:P12-Pengajian Islam/Islamic
Studies LibraryMohd Syazreen Abdullah is a final year student at
the University of Yarmouk, Jordan in the field of Theology. He is
active in students leadership at Yarmouk University and involved in
philosophical and political discourses. He is a crew member of
Universiti Terbuka Anak Muda
Open University for the Youths, a platform for intellectual
discourses among university students. - See more at:
http://irfront.net/about-irf/people-at-irf/#sthash.q1G0A1PP.dpuf
Marwan Bukhari earned his diploma in Syariah and tahfiz studies
from Darul Quran in 2011, after which he began his bachelors in
Syariah with emphasis on the principles of jurisprudence at Yarmouk
University, Jordan where he currently resides. He has been an
active member of various student organizations throughout his
academic career, including the youth wing of Malaysias Association
of Ulamas. - See more at:
http://irfront.net/about-irf/people-at-irf/#sthash.q1G0A1PP.dpuf
OVERVIEW:
Print ISSN: 0128-4878
Publisher: International Islamic University Malaysia
Publication type: Print
Publication frequency: 2 time(s) per year
Alternate
site:http://www.iium.edu.my/intdiscourse/index.php/islamContact
InfoMailing Address
Intellectual Discourse
Kulliyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences
International Islamic University Malaysia
P.O. Box 10
50728 Kuala Lumpur, Malaysia
E-mail:[email protected];[email protected]
Principal Contact
Abdul Kabir Hussain Solihu
Associate Professor/Editor
Department of General Studies
Kulliyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences,
International Islamic University Malaysia
P.O. Box 10
50728 Kuala Lumpur, Malaysia
Phone: +603-6196 5585
Fax: +603-6196 5504
Email:[email protected]
Support Contact
Aliyu Mukhtar Katsina
Phone: +603-61965031
Email:[email protected] Discourse is a
multi-disciplinary, flagship journal of the International Islamic
University Malaysia. First published in 1993, it is dedicated to
the scholarly study of all aspects of Islam and the Muslim world.
Particular attention is paid to works dealing with history,
geography, political science, economics, education, psychology,
sociology, law, literature, religion, philosophy, international
relations, environmental and developmental issues. The journal is
international in its range and coverage. It is intended to be a
forum for scholarly dialogue and communication on issues related to
Islam and the Muslim world.EDITORIAL
INFORMATION:Editor-in-ChiefProf Abdul Rashid MotenEditorial
BoardEditorDr Abdul Kabir Hussain Solihu, International Islamic
University Malaysia, Malaysia
Book Review Editor
Assoc Prof Dr. Ishtiaq Hossain, International Islamic University
Malaysia, Malaysia
Associate Editor
Assoc. Prof. Saodah Wok, International Islamic University
Malaysia, Malaysia
Editorial Board
Professor Ahmed Akgunduz, Islamic University Rotterdam, Netherlands
Zafar Afaq Ansari, United States
Daniel J. Christie, Ohio State University, United States
Dr. Mohamed El-Tahir El-Mesawi, International Islamic University Malaysia, Malaysia
Prof. Mohamed Aslam Haneef, International Islamic University Malaysia, Malaysia
Prof Mohd. Kamal Hassan, International Islamic University Malaysia, Malaysia
Hassan A. Ibrahim, International Islamic University Malaysia, Malaysia
Hussin Mutalib, National University of Singapore, Singapore
Chandra Muzaffar, Science University of Malaysia, Malaysia
Hazizan Md. Noon, International Islamic University, Malaysia
Professor Noraini M. Noor, International Islamic University, Malaysia
Mohammad Redzuan Othman, University of Malaya, Malaysia
James Piscatori, Durham University, United Kingdom
Ashiq Ali Shah, Kwantlen Polytechnic University, Canada
John O. Voll, Georgetown University, United States
Prof. Ibrahim M. Zein, International Islamic University Malaysia, Malaysia
Badri Najib Zubir, International Islamic University Malaysia, Malaysia
SUBMISSION GUIDELINES:
Author Guidelines
The manuscript submitted to Intellectual Discourse should not have
been published elsewhere, and should not be under consideration by
other publication. This must be stated in the covering
letter.
1. Original research and review articles should be 5,000-8,000
words while research notes 3,000-4,000 words, accompanied by an
abstract of 100-150 words. Book review should be 1,000-1,500
words.
2. Manuscripts should be double-spaced with a 1 in (2.5 cm)
margins. Use 12-point Times New Roman Font.
3. Manuscripts should adhere to the Publication Manual of the
American Psychological Association, latest edition.The Title should
be as concise as possible and should appear on a separate sheet
together with name(s) of the author(s), affiliation(s), and the
completed postal address of the institute(s).
A short running title of not more than 40 characters should also be included.
Headings and sub-headings of different sections should be clearly indicated.
References should be alphabetically ordered. Some examples are
given below:
Book
In-text: Al-Faruqi & al-Faruqi (1986
Reference: Al-Faruqi, I. R. & al-Faruqi, L. L. (1986). The
cultural atlas of Islam. New York: Macmillan Publishing
Company.
Chapter in a Book
In-text: Alias (2009)
Reference: Alias, A. (2009). Human nature. In N. M. Noor (Ed.),
Psychology from an Islamic perspective: A guide to teaching and
learning (pp. 79-117). Kuala Lumpur: IIUM Press.
Journal Article
In-text: Chapra (2002)
Reference: Chapra, M. U. (2002). Islam and the international
debt problem. Journal of Islamic Studies, 10, 214-32.
The Quran
In-text:
(i) direct quotation, write as 30: 36
(ii) indirect quotation, write as Quran, 30: 36
Reference: The glorious Quran. Translation and commentary by A.
Yusuf Ali (1977). US: American Trust Publications.
Hadith
In text:
(i) Al-Bukhari, 88: 204 (where 88 is the book number, 204 is the
hadith number)
(ii) Ibn Hanbal, vol. 1, p. 1
Reference: (i) Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail (1981).Sahih
al-Bukhari. Beirut: Dar al-Fikr.
(ii) Ibn Hanbal, Ahmad (1982). Musnad Ahmad ibn Hanbal. Istanbul:
Cagri Yayinlari.
The Bible
In text: Matthew 12: 31-32
Reference: The new Oxford annotated Bible (2007). Oxford: Oxford
University Press.
The review process usually takes about three months. Procedures for
reviewing manuscripts are based on the anonymity of the author and
the confidentiality of readers and editors reports; hence,
self-references should be removed. Manuscripts are refereed by the
members of the editorial board and by other scholars at both IIUM
and other institutions. Authors will normally receive a decision on
their papers within 100 days of receipt. Papers can be
provisionally accepted, and authors will be expected to revise the
manuscripts on the recommendation of referees. The editorial board
reserves the right to edit a manuscript to make it more
readable.
Print ISSN: 1511-8819
Publisher: University of Malaya
Publication type: Hybrid
Publication frequency: 1 time(s) per year
Alternate
site:http://e-journal.um.edu.my/publish/Afkar/AaboutContact
InfoManager of Afkar
Department of `Aqidah and Islamic Thought
Academy of Islamic Studies
University of Malaya
50603 Kuala Lumpur
Malaysia
E-mail:[email protected] Journal of Aqidah and Islamic Thought
is an international peer reviewed journal published annually by the
Department of `Aqidah and Islamic Thought, Academy of Islamic
Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur. It publishes articles
and research papers on `aqidah and Islamic thought, particularly
Kalam, philosophy, Tasawwuf, comparative religions, logic and
Islamic thought in the Malay World in Malay, English and Arabic. It
is indexed in the Index Islamicus.
1511-8819
E-ISSN:-
Publisher:Department of `Aqidah and Islamic Thought
Academy of Islamic Studies
University of Malaya
Afkaradalah jurnal tahunan antarabangsa yang dinilai,
diterbitkan oleh Jabatan Akidah dan Pemikiran Islam, Akademi
Pengajian Islam, Universiti Malaya, Kuala Lumpur. Ia menerbitkan
makalah dan kajian ilmiah berkaitan Akidah dan Pemikiran Islam
merangkumi bidang kalam, falsafah, tasawwuf, perbandingan agama,
mantik dan pemikiran Islam di Alam Melayu dalam Bahasa Melayu,
Inggeris dan Arab.
Afkaris an international peer reviewed journal published annually
by the Department of `Aqidah and Islamic Thought, Academy of
Islamic Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur. It publishes
articles and research papers concerning `aqidah and Islamic
thought, particularly Kalam, philosophy, Tasawwuf, comparative
religions, logic and Islamic thought in the Malay World in Malay,
English and Arabic. .
Bilangan 11, Februari 2010
Senarai Kandungan Afkar Bilangan 11 Febuari 2010
Abstract:
-
Keywords: Kandungan
File:Afkar.11.2010-00.Awalan.pdf
Al-Asma' Al-Husna Dalam Wacana Akidah
Abstract:Allah SWT memiliki nama-nama indah yang dikenali sebagai
al-Asma al-Husna. Kefahaman tentang nama-nama Allah SWT merupakan
asas pencapaian marifatullah. Dalam wacana akidah, topik al-Asma
al-Husna yang termasuk sebahagian daripada topik perbincangan
al-ilahiyyat dibahaskan oleh para ulama dalam karya-karya akidah
yang dikarang oleh mereka. Makalah ini akan menjelaskan pandangan
para ulama bermazhab al- Ashairah dalam membahaskan al-Asma
al-Husna menerusi karya-karya ilmiah mereka. Sebelum itu, akan
diterangkan terlebih dahulu bagaimana kefahaman terhadap al-Asma
al-Husna boleh membantu manusia mencapai ma'rifatullah berdasarkan
keterangan al-Quran dan al-Sunnah. Makalah ini akan merumuskan
bahawa al-Asma al-Husnamendapat tempat utama dalam karya-karya
akidah Islam seperti al-Juwayni (m. 478H), al-Ghazali (m. 505H) dan
Fakhr al-Din al-Razi (m. 606H) . Tumpuan perbincangan ialah huraian
tentang konsep al-Asma al-Husna pembahagian nama-nama Allah SWT dan
kepentingan al-Asma al-Husna dalam pembentukan akhlak
manusia.
Keywords: al-Asma al-Husna, Marifatullah, Al-ilahiyyat, Karya ulama
al-mutakallimin, Al-Ashairah, Al-Juwayni, Al- Ghazali; Fakhr al-Din
al-Razi, Akhlak Islam.
File:Afkar.11.2010-01.Fauzi.Asma.pdf
Ibn Al-'Arabi on Affirming the Oneness of Allah's Divinity
(Al-Tawhid)
Abstract:Ibn al-Arabi menjelaskan terdapat tiga puluh enam ayat
pembenaran tawd secara langsung oleh Allah sendiri dalam al-Quran.
Terkandung dalam ayat-ayat tawhid itu, pengakuan dan penghayatan
asmaAllah al-Husna. Sebagai bentuk-bentuk khas dhikr (tahlil), dan
sebagai penjelasan ilmu yang sebenar mengenai Allah, semua
ayat-ayat yang tersebut itu merupakan rahmat daripada Allah kepada
seluruh manusia amnya dan kaum Muslimin khasnya.
Keywords: Tawhid, Tahlil, Al-Quran, AsmaAllah, Ibn al-Arabi,
Al-Fatuhat al-Makkiyyah
File:Afkar.11.2010-02.Sani.Tawhid.pdf
The Nation of Religin In The Fusus Al-Hikam Of Ibn 'Arabi
Abstract:Ibn Arabi memperkatakan tentang agama dari dua sudut
pandang; agama Allah dan agama manusia. Sudut pandang yang pertama
merujuk kepada agama yang diwahyukan oleh Allah SWT dan disampaikan
oleh utusanNya, manakala sudut pandang yang kedua merujuk kepada
perundangan dan pegangan yang dikembang dan diterimapakai oleh
manusia dan tidak mempunyai sebarang usul dari Tuhan. Maksud kedua
ini adalah sah dan patut dihormati menurut Ibn Arab selagimana ia
selaras dengan hukum Allah dari segi objektifnya. Ibn Arabi
mengenalpasti tiga makna agama dalam bahasa Arab iaitu ketundukan
atau ketaatan, balasan, dan pengulangan atau budaya. Ini dilihat
benar untuk sisi luaran dan dalaman suatu agama. Seterusnya dari
aspek dimensi luaran agama, manusia bertanggungjawab dan merupakan
perantara bagi maksud ini di mana dia akan memastikan kewujudan dan
keberterusan agama melalui ketundukannya, balasan, serta penzahiran
hukum Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi. Manakala pada aspek
dimensi dalaman pula, ia merujuk kepada Tuhan kerana Dia yang
memberikan agama kewujudan dan keberterusannya melalui penzahiran
DhatNya dan juga melalui anugerahNya sesuai dengan keadaan dan
kedudukan seseorang manusia. Ibn Arabi, ketika mengithbatkan
peranan kehendak manusia dalam penzahiran Dhat Allah SWT, cuba
menegaskan kebebasan pada manusia.
Keywords: Ibn Arabi, Fusus al-Hikam, Agama, Hukum Allah SWT,
Penzahiran Dhat Allah SWT, Ketaatan, Balasan, Budaya, Kehendak
manusia, Kebebasan
File:Afkar.11.2010-03.Cihan.Religion.pdf
Tujuan Pendidikan Dan Kaedah Pengajaran Abu Hanifah Dalam Kitab
Al-'Alim Wa Muta'allim
Abstract:Tujuan pendidikan dan kaedah pengajaran merupakan antara
elemen penting dalam proses pendidikan. Ia berkait rapat dengan
usaha merealisasikan pendidikan berkualiti dan pengajaran berkesan
kepada para pelajar. Makalah ini akan menjelaskan kedua-dua aspek
tersebut menurut Imam Abu Hanifah berdasarkan karya beliau al-Alim
wa al-Mutaallim. Karya tersebut adalah hasil catatan dialog Abu
Hanifah selaku al-Alim dengan salah seorang murid beliau yang
bertindak sebagai al-Mutaallim. Makalah ini mengetengahkan huraian
mengenai tujuan pendidikan menurut Abu Hanifah dan kaedah
pengajaran yang diaplikasikan dalam karya tersebut.
Keywords: Abu Hanifah, Kitab al-Alim wa al-Mutaallim, Tujuan
pendidikan Islam, Kaedah pengajaran, Ilmu, Amal, Soal-jawab,
Dialog-debat, Kias
File:Afkar.11.2010-04.Anuar.Pendidikan.pdf
Ibn Taymiyyah's Critique Of Aristotelian Metaphysics
Abstract:Satu dari persoalan utama perdebatan di antara para ahli
falsafah Islam, khususnya di antara Ibn Taymiyyah dan Ibn Sina,
adalah metafizik, terutama berkenaan persoalan utamanya. Bagi Ibn
Taymiyyah, persoalan utama metafizik adalah wujud kulli yang mutlak
(al-wujud al-kulli al-mutlaq), iaitu Allah SWT dan ia dapat dicapai
dengan mengkaji Sifat-sifat DhatNya (lawahiq al-dhatiyyah).
Manakala bagi Ibn Sina pula, ia adalah kewujudan (al- mawjudat),
segala kewujudan berilat (kullu mawjud malul) atau usul bagi segala
kewujudan berilat, dan bukannya Allah SWT. Pemahaman yang berbeza
ini telah mempengaruhi pandangan yang berbeza tentang kewujudan
Allah SWT dan tentang penciptaan alam.
Keywords: Metafizik, Kulli, Wujud, Kwujudan, Allah SWT, Wujud
wajib, Wujud mumkin, Penciptaan alam.
File:Afkar.11.2010-05.Hamid.Metafizik.pdf
Some Remarks on Western and Islamic Perceptions of the Law: With a
Reference to the Right to Freedom of Speech
Abstract:Dalam makalah ini penulis mengetengahkan beberapa
perbezaan yang mendasar di antara budaya perundangan Islam dan
Barat, antaranya dalam isu berkaitan kebebasan bersuara. Di samping
itu, pandangan Barat terhadap undang-undang umumnya bersifat
kontrak. Namun begitu, perdebatan tentang hak asasi manusia di
Barat membawa kepada suatu dakwaan metafizikal yang hebat apabila
mereka menganggap bahawa hak-hak ini adalah suatu yang tabi'i dan
bukan semata-mata suatu yang bersifat kontrak. Pandangan Islam
tentang isu ini, sebaliknya, berdasarkan kepada suatu keyakinan
terhadap konsep penciptaan Ilahi: Dia, yang satu-satunya berupaya
mencipta, adalah juga satu-satunya yang mampu menentukan apa yang
benar dan yang salah dalam penciptaan ini. Para fuqaha dalam
menentukan hukum mereka berpandukan nas-nas Syar'i dengan
menggunakan usul al-fiqh. Apa yang jelas, perbezaan dasar di antara
tradisi perundangan Islam dan Barat ini tidak menolak kemungkinan
kedua-duanya mengemukakan suatu norma yang sama atau merealisasikan
nilai-nilai yang sama.
Keywords: Undang-undang, Perundangan Islam, Kebebasan bersuara, Hak
asasi manusia, Khilafah; Amanah, Hurriyyah
File:Afkar.11.2010-06.Apostolo.Western and Religion.pdf
Min al-In`izal al-Tam ila al-Indimaj al-Kulli: Tajribah
al-Yahudiyah al-Islahiyyah fi Muwajihah al-Hadathah
al-Gharbiyah
Abstract:Tamadun moden Barat yang berpaksikan fahaman rasionalis,
liberal, sekular serta penyisihan agama daripada realiti kehidupan
sedikit sebanyak mengubah paradigma pemikiran agama. Ini tidak
terkecuali pada pemikiran Yahudi moden. Makalah ini bertujuan
menyingkap suatu gerakan modernisme dalam pemikiran Yahudi yang
begitu terpengaruh dengan bawaan tamadun Barat iaitu gerakan Reform
Judaism. Ia menggarapkan fakta-fakta sejarah kemunculan Reform
Judaism dalam pemikiran sosio-keagamaan Yahudi. Ia juga
membincangkan bagaimanakah gerakan ini telah berjaya menganjak
paradigma tertutup dan eksklusif komuniti Yahudi di Jerman khasnya
dan di dunia Eropah amnya terhadap tamadun Barat kepada paradigma
yang lebih terbuka dan liberal.
Keywords: Yahudi, Reformasi Yahudi, Modernisme Yahudi, Liberal
Yahudi, Pemikiran KeagamaanYahudi, Yahudi di Jerman.
File:Afkar.11.2010-07.Amali.Hadasah.pdf
Ba'd Simat al-Ta'dil al-Khalduni
Abstract:Makalah ini menerokai metod-metod yang digunakan oleh Ibn
Khaldun dalam mencatat dan mengemukakan peristiwa sejarah dan
bagaimana beliau mengeluarkan dalil-dalil berkenaan darinya. Ia
juga memperkatakan tentang pendekatan Ibn Khaldun dalam mena`kul,
berhujah dan memperkatakan sesuatu idea. Kajian ini, yang
didasarkan kepada pembacaan ulang teks al-Muqaddimah, cuba menilai
kekuatan dan kelemahan kaedah penghujahan falsafah Ibn
Khaldun
Keywords: Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah, Kaedah penghujahan, Falsafah
sejarah Islam, Sejarawan Islam
File:Afkar.11.2010-08.Bouazzati.Khalduni.pdf
Apendiks Afkar Bilangan 31 Febuari 2010
Abstract:
-
Keywords: Apendiks
Jurnal Hadhari merupakan jurnal berwasit dan berindeks yang
diterbitkan oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia dan Institut Islam
Hadhari, Universiti Kebangsaan Malaysia. Skop dan isu yang
dibincangkan ialah berkenaan Peradaban Islam yang mencakupi
pelbagai aspek seperti hubungan sosial, budaya, sejarah dan
falsafah, etika, pemikiran, kepimpinan, politik, media massa,
ekonomi, pengurusan, sains dan teknologi, perubatan, dan alam
sekitar. Jurnal Hadhari Keluaran Khas telah dilancarkan oleh YB
Dato Seri Dr. Ahmad Zahid Hamidi, Bekas Menteri di Jabatan Perdana
Menteri pada 25 Oktober 2008.
Mulai tahun 2009, Jurnal Hadhari diterbitkan sebanyak 2 keluaran
dalam setahun. Jurnal ini memuatkan rencana ilmiah dalam
penyelidikan dan kegiatan ilmiah yang lain dalam bahasa Bahasa
Melayu, Bahasa Inggeris dan Bahasa Arab. Di samping itu, ia juga
menerbitkan ulasan buku. Jurnal ini diwakili oleh Sidang Editor
yang berwibawa daripada Universiti Kebangsaan Malaysia, Universiti
Malaya, Universiti Putra Malaysia, Universiti Islam Antarabangsa
Malaysia, Universiti Sains Islam Malaysia, Jabatan Kemajuan Islam
Malaysia, dan Institut Integriti Malaysia. Penasihat antarabangsa
terdiri dari University of Kyoto, Jepun, University of Nevada, AS.,
Islamic Foundation, UK., University of Wales, UK., dan Damascus
University, Syria. Pendapat yang disiarkan dalam makalah tidak
semestinya menggambarkan pendapat penyunting.
Keutamaan diberikan kepada makalah yang memenuhi skop utama jurnal
dan memberi dampak kepada pembinaan masyarakat bertamadun yang
unggul. Manuskrip yang dihantar mestilah merupakan sumbangan asli
dan belum pernah diterbitkan atau sedang dipertimbangkan untuk
penerbitan oleh mana-mana jurnal lain. Diharap agar penerbitan
jurnal ini menjadi wahana antarabangsa untuk penyebaran ilmu
pengetahuan dan membangun ummah sejagat.
Segala surat menyurat mengenai makalah serta perkara yang berkaitan
hendaklah dialamatkan kepada:
Ketua Editor
JURNAL HADHARI
Institut Islam Hadhari,
Universiti Kebangsaan Malaysia,
43600 UKM Bangi,
Selangor, Malaysia
Mel-e :[email protected]
Tel : +603-8921 6988/6995/6994
Faks : +603-8921 6990
File:Afkar.11.2010-09.Akhiran.pdf
EDITORIAL INFORMATION:Editor-in-ChiefMohd Fauzi HamatEditorial
BoardManagerWan Suhaimi Wan Abdullah
Editorial Board
Mohamad Kamil Hj Ab Majid
Mohd Fakhrudin Abdul Mukti
Khadijah Mohd Khambali @ Hambali
Che Zarrina Sa`ari
Wan Suhaimi Wan Abdullah
Co-Editorial Board
Zakaria Stapa - Universiti Kebangsaan Malaysia
Idris Zakaria - Universiti Kebangsaan Malaysia
Mohd Nasir Omar - Universiti Kebangsaan Malaysia
Baharuddin Ahmad - Universiti Islam Antarabangsa Malaysia
Muhammad Zainiy Uthman - Universiti Teknologi Malaysia
Yasien Mohamed - Universiti Western Cape, Afrika Selatan
Ibrahim Abu Bakar - Universiti Kebangsaan Malaysia
Adi Setia Muhammad Dom - Universiti Islam Antarabangsa Malaysia
Mohd Zaidi Ismail - Institut Kefahaman Islam Malaysia
Mohd Sani Badron - Institut Kefahaman Islam Malaysia
Abdulhakeem Yousuf Al-Khelaifi - Qatar University
Edward R. Moad - Qatar University
Muhammad Rifa`i Muhammad Amin - Qatar University
S.S. Scatolini Apostolo Abdulsalam - International University
College Leuven, Belgium
Advisory Board
Osman Bakar - International Institute of Advance Islamic Studies Malaysia
Wan Mohd Nor Wan Daud - Universiti Teknologi Malaysia
Mohd Kamal Hassan - Universiti Islam Antarabangsa Malaysia
Hasan Mahmud `Abd al-Latiff al-Shafe`i - Universiti Kaherah, Kaherah
Ahmad Muhammad al-Tayyib - Universiti Al-Azhar, Kaherah
Seyyed Hossein Nasr - Universiti George Washington, Washington D.C.
Hamed Taher - Universiti Kaherah, Kaherah
Alparslan Acikgenc - Fatih University, Istanbul
Bannacer el Bouazzati - Mohamed V University, Rabat
Mehdi Mohaghegh - Tehran University, Tehran
Roshdi Rashed - Centre dHistoire des Sciences et des Philosophies Arabes et Mediavales, CNRS, Paris
`Ali Jum`at - Universiti Al-Azhar, Kaherah
Abdel Hamid Madkour - Universiti Kaherah, Kaherah
Dee Muhammad Muhammad - Qatar University
SUBMISSION GUIDELINES:
a) The journal publishes articles in Islamic theology (`aqidah) and
Islamic thought which includes kalam, philosophy, mysticism
(tasawwuf), comparative religions, logic, Islamic sects (firaq) and
schools of thought, as well as Islamic thought in the Malay
world.
b) It publishes unpublished original research articles and the
Malay translation of any related published article of other
languages.
c) The article must not exceed 30 pages typed in double spacing.
The shorter articles are also welcome.
d) The contributor must submit both hard and soft copy of the
article and it is not returnable, whether it is accepted for
publication or not.
e) All contribution must have a brief English and Malay abstract
about 200 words, together with the Malay and English keywords not
more than 10 words. It also required a list of bibliography. For
the non-Malay writers, the journal will translate their abstract
into Malay.
f) The methodology of writing must be of an academic writing and
the footnote must be written properly.
g) The transliteration must be properly written based on the method
used by the journal.
h) Every article contributed will be reviewed at least by one
reviewer from our editors or co-editors. The journal, due to
certain occasions, has a right to sent it to the outside
reviewer.
i) All articles published in the journal are not necessarily
represented the idea of Afkar, neither of the Department. The
writer is fully responsible of his views and article.
j) The copyright of the article published in the journal belongs to
the journal. It can be reprinted with a proper acknowledgement that
it was published in Afkar.
k) All contributors will receive two (2) copies of the
journal.Quranic Worldview: A Call for Thought and ActionByDr.
Muzammil H. Siddiqi {So glory be to Allah when you reach evening
and when you arise in the morning.Praise belongs to Him throughout
Heaven and Earth, and during the night and when you are at your
noon hour.He brings the living from the dead and brings forth the
dead from the living, and He revives the earth after its death.
Thus shall you all be brought forth...}(See Ar-Rum 30: 17-27)Read
Also:Religion and Reason
When Modern Science Agrees with the Qur'an
Scientific Approach to the Quran
Scientific Paradigm in the Qur'an
Scientific Verses Transcending Available Science
Every system whether religious or secular has its worldview. The term worldview is taken from the German expression Weltanschauung (image of the world) as was introduced by the famous philosopher Emmanuel Kant (d. 1804). Worldview denotes a set of implicit or explicit beliefs or assumptions about the origin of the universe and the nature of human life. These beliefs or assumptions affect peoples life and behavior.Recently there is a debate going on concerning the Intelligent Design versus the current theory of evolution.Some people think that evolution is the scientific way to understand this universe and any other belief about the origin of this world and especially human species is mythological and unscientific.Serious students of this subject, however, know that the current theory of evolution itself is based on a certain worldview. This worldview is known as materialism. Materialism is a philosophy that argues that matter is all that there is. It denies Gods existence or does not give much attention to God. According to materialists, the universe is self-existent. They assume that everything in the universe, including the life within it, is the product of blind, purposeless forces of physics and chemistry.Authentic religion and proper scientific inquiries work with each other without any problem or difficulty.
Materialism denies the existence of the human soul too. According to this view, we are nothing but highly organized molecules, and our ideas, feelings, and emotions are simply chemical reactions inside our brain cells. The real issue is not whether some organisms have a common ancestor or not. The real issue is whether life is created by Allah Almighty or evolved by itself.Whatever worldview people have, it affects their thought andid action. Islam also has its worldview. The Quran continuously draws our attention to the fact that this universe is created by a Powerful and Knowledgeable Creator (Al-Zukhruf 43:9). There are many places in the Quran where Allah Almighty points towards the creation as Aayat. As there areAayat(signs) in the Book of Allah, the Quran, so there are also signs in the Book of Nature. TheAayatof the Quran are calledwahy matluw(recited revelation)while theAayatin the universe are calledwahy mashhud,that is, witnessed revelation.If we carefully study the signs of Allah in His Book and carefully investigate and analyze the nature we should reach the same conclusion. In this way, Islamic position is that there is no inherent contradiction between religion and science. Authentic religion and proper scientific inquiries work with each other without any problem or difficulty. The difficulties come only when religion is mixed up with mythology or when science transgresses its limits and boundaries.TheAayatfrom Surat Ar-Rum (30:17-27) give us a beautiful panorama of divine signs in this world. They are given to create a worldview. Allah Almighty is calling us:1. To glorify and praise Him (tasbih, hamd),2. To reflect on His creation (tafakkur),3. To learn from observation and research (`ilm),4. To listen to His words (sam`),5. And to use our reason(`aql).There are seven important points given in the verses as follows:1. Allah is the Creator. He creates out of nothing. He gives life and He takes away life. All praise belongs to Him in the Heaven and on Earth. All praise is for him in the morning, evening, noon time and at night.{So glory be to Allah when you reach evening and when you arise in the morning.Praise belongs to Him throughout Heaven and Earth, and during the night and when you are at your noon hour.He brings the living from the dead and brings forth the dead from the living, and He revives the earth after its death. Thus shall you all be brought forth.}(Ar-Rum 30: 17-19)2. Allah created human beings from dust. He gave them beautiful shape and form and scattered them all over this earth. Allah created us as a special creation. This is our honor. He, however, created us from dust and this means that we must not be arrogant. Dust also indicates the elements of the earth and so in our bodies we have the same substance as plants and animals. Our physiology resembles other creatures; but our nature is special and unique.{Among His signs is that He created you from dust; then you are spread out as human beings.}(Ar-Rum 30: 20)3. Allah created males and females with a proper proportion in nature and in human species. He made them suitable for each other. He created spouses and he also put love and mercy in the hearts of the spouses for each other. They have physical attraction and they have spiritual links and thus they work with each other and take care of their children and other family members. Thus family is also the creation of Allah.{Among His signs is that He created spouses for you from among yourselves so that you dwell in tranquility with them. He has planted love and compassion between you; in that are signs for people who reflect.}(Ar-Rum 30: 21)It is not knowledge but the ignorance of this human diversity that creates prejudices and divisions among peoples.
4. Human beings are many and diverse. Same type of mouth, tongue and jaws, but they have different voices and in different lands and cultures they speak different languages and dialects. The varieties of colors are immense. No two people have the same color even within the same family. Those who know this principle of variety learn how to live in peace, harmony and justice with each other. It is not knowledge but the ignorance of this diversity that creates prejudices and divisions among peoples.{Among His signs are the creation of the Heaven and Earth and diversity in your tongues and colors. In that are signs for those who know.}(Ar-Rum 30: 22)5. Allah Almighty has also given us day and night for work and for rest. It is a sign of Allah Almighty that we go to work and earn for ourselves, for our families but we are also able to take rest. In this are signs for those who hear. Those who hear the word of Allah Almighty they know the proper ways of work and the proper ways of rest and relaxation.{Among His signs are your sleeping at night and by day, and your pursuit of His bounty. In that are signs for any folk who listen.}(Ar-Rum 30: 23)This worldview is reasonable, logical and scientific. There is no myth in this worldview; it is simple and clear. This worldview is comprehensive and universal.
6. Allah also tells us that thunder and lightening should remind us about Allahs Power and Majesty. They have an element of fear but they also have a lot of advantages for us. With proper use of our intellect and reason we can take full advantage of these natural resources.{Among His signs is how He shows you lightening for both fear and anticipation. He sends water down from the sky so He may revive the earth with it following its death. In that are signs for folk who use their reason.}(Ar-Rum 30: 24)7. Finally we are reminded that we are not here forever. We shall die and Allah will resurrect us on the Day of Judgment. With one call we shall all come out. Thus we must remain conscious of Him and His guidance in this life so that we can find eternal bliss and salvation in the Hereafter.{Among His sings is that the Heaven and Earth hold firm at His command. Then whenever He calls you forth, out of the earth, you shall all come forth.All those who in the Heavens and Earth belong to Him; all are subservient to Him.He is the One who starts out the creation; then He shall repeat it again. It is simple for Him to do. For Him is the Supreme Example in Heaven and Earth; He is All Powerful, All Wise.}(Ar-Rum 30: 25-27)This is the Islamic worldview and this should affect our thought and action. This worldview is reasonable, logical and scientific. There is no myth in this worldview; it is simple and clear. This worldview is comprehensive and universal. It covers all the basic aspects of human life: individual, family, economic and social. It answers all questions about where the life came from, where it will go and what is the purpose of life. This view makes human beings both humble and dignified. It satisfies the heart and mind. It provides guidance and helps human beings to live morally and decently. It broadens the horizons of human beings and gives them the sense of belonging to each other. It fosters love, harmony and peace; it removes egotism and selfishness as well as racialism and rivalry.I pray to Allah Almighty to help us with this worldview and adopt it fully in our thoughts and actions. Ameen.ReferencesTaken with slight modifications fromPakistanlink.Tajuk: Sejarah Hadis: Pengaruh Dari Tokoh-Tokoh Utama Dalam Hadith.Penulis: Muhammad Hasby Siddiqie.Penerbit: al-Shafa.
Kandungan.
Bahagian 1. Tahap-Tahap Perkembangan Hadith.
Pengenalan
Pendahuluan.
- Pengertian Sejarah Hadith.
- Tahap-Tahap Perkembangan Hadith.
Bab 1. Hadis Di Masa Rasul s.a.w.1. Usaha Para Sahabat Dalam
menghafal hadith Dan Mengembangkannya
2. Majlis Nabi Merupakan Majlis Ilmiah
3. Bagaimana Para Sahabat Menerima hadith Dari Nabi s.a.w.?
4. Usaha-Usaha Wanita Shahabiyah Dalam Mengembangkan Hadith.
5. Kedudukan Ummahatul Muminin Dalam Mengembangkan Hadith.
6. Pengaruh Para Petugas Yang Dikirim Ke Daerah-Daerah Serta
Pengaruh Utusan-Utusan Yang Datang kepada Rasul s.a.w
7. Haji Wada Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Hadith.
Bab 2. Hadis Di Masa Khulafa Rasyidin (11H-40H)1. Keadaan
politik negara di zaman Khulafa Rasyidin
2. Jalan yang ditempuh para sahabat dalam meriwayatkan hadis
3. Subahat-Subahat Yang dihadapkan Kepada Jalan-Jalan Yang Ditempuh
Sahabat Di Dalam menyampaikan Hadith Dan Mengamalkannya.
4. Para Sahabat Memegangi Hadith-Hadith Ahad.
Bab 3. Hadith Sesudah Berakhir Zaman Khulafa Rasyidin Hingga
Akhir Abad Pertama.1. Keadaan Politik Dlan Timbulnya
Parti-Parti.
2. Khawarij Dan Pendapat Mereka Tentang Khalifah.
3. Fiqah orang Khawarij.
4. Khawarij Dan Pemalsuan Hadis
5. Syiah Dan Akidah-Akidahnya.
6. Pengaruh Syiah Dalam Perkembangan Hadith.
7. Kebohongan-Kebohongan Hukum Syiah.
8. Pengaruh Yang Timbal-Balik.
9. Aktiviti Sahabat Dan Tabiin Dalam Mengumpulkan Hadith,
Meriwayatkannya Dlan Menentang Orang-Orang Yang Mengembangkan
Hadith Palsu.
10. Lembaga Hadith Dan Pengembang Pengembangnya Di Pelbagai Kota
Islam
11. Lawatan Para Ulama Mencari Hadith
12. Lawatan Untuk Menyemak Hadith
13. Pengaruh Lawatan Terhadap Tersebarnya Riwayat Hadith Dan
Sanadnya.
14. Pendusta-Pendusta Yang Membuat Hadith Palsu.
15. Penulisan Hadith
16. Apakah Hadith Juga Ditulis Di Msa Rasul?
17. Penulisan Hadith Sesudah Zaman Rasulullah.
Bab 4. Hadith Dalam Abad Kedua Hijrah.1. Pembukuan Hadith Dan
Kitab-Kitab Yang Termasyhur Dalam Abad Kedua Hijrah
2. AI-Muwaththa Semasyhur-Masyhur Kitab Abad Kedua.
3. Perkembangan Hadith Palsu.
4. Usaha-Usaha Untuk Menumpas Gerakan Pemalsu Hadith.
Bab 5. Hadis Dalam Abad Krdua Hijtah1. Pertentangan fahaman
antara mutakallimin dengan ahli hadis dun
pengaruh-pengaruhnya
2. Ahli kalam merendahkan ahli hadis
3. Kesan yang tak baik yang kembali kepada ahli hadith lantaran
pertentangan fahaman
4. Kesungguhan pengikut-pengikut hawa nafsu dalam membuat hadis
palsu.
5. Pengaruh fanatik kebangsaan dalam membuat hadis palsu.
6. Pengaruh syuubiyah dalam perkembangan hadith palsu.
7. Pengaruh kezindikan Dalam memalsukan hadith.
8. Usaha-usaha Bani Abbas untuk Mnumpas Kaum Zindiq.
9. Pembukuan hadith Dalam Zaman Ketiga Dan jalan-jalan yang
ditempuh oleh para ulama dalam menyusun Kitab-Kitab Hadis
10. Kitab-Kitab Yang Masyhur Yang Disusun Dalam Zaman Kelima.
Bab 6. Masa Penelitian, Penerbitan Dan Pengumpulan Hadith-Hadith
Yang Khusus (400 H. - 65 6 H.)1. Keadaan politik dalam zaman keenam
(400 - 656 H.)
2. Hadis dalam abad IV hijrah
3. Hadis sesudah abad IV hingga tahun 656 H
4. Menyusun kitab-kitab Athraf
5. Ulama-ulama terkenal dalam zaman
Bab 7. Masa Pensyarahan, Pengimpulan Hadis Yang Umum,
Pentakhrijan Dan Pembahasan Hadis Tambahan (656 H. sampai
sekarang)
1. Keadaan politik dalam zaman VII Hijrah
2. Jalan yang ditempuh para ulama untuk meriwayatkan hadis dalam
zaman ketujuh
3. Perhatian para muslimin terhadap hadis di pelbagai negeri
4. Gerakan ilmiah di Saudi Arabia
5. Jalan yang ditempuh para ulama dalam menyusun kitab-kitab hadith
Dalam Zaman Ke Tujuh
6. Kitab-kitab sarah hadis hasil karya ulama-ulama zaman Ke
Tujuh
Bahagian 2: Sejarah Tokoh-Tokoh Hadis.
Bab 1. Sejarah Ringkas Beberapa Tokoh Hadis Sahabat..1. Tarif
Sahabi.
2. Jalan mengetahui sahabat.
3. Sebab-sebab berlebih berkurang para sahabat dalam meriwayatkan
hadis.
4. Sahabat-sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis.
5. Bilangan para sahabat.
6. Nama-nama tokoh hadis.
Bab 2. Perawi-Perawi Hadith Tabiin.1. Takrif Tabiin.
2. Perawi-Perawi Hadith.
Bab 3. Riwayat Ringkas Dari Tokoh-Tokoh Hadith Tabiin.1. lbnu
Syihab az-Zuhri.
2. lkrimah Mau la Ibnu Abbas.
3. Umar ibnu Abdul Aziz.
4. Kabul Mbar.
5. Wahab ibn Munabbih.
6. Said ibnul Musayyab.
7. Urwah ibnuz Zubair.
8. Nafi Mau la ibnu Umar.
9. Ubaidullah ibn Abdul lah ibn Utbah.
10. Salim ibn Abdul lah ibn Umar.
11. Asi-Syabi.
12. Ibrahim an-Nakhai.
13. Alqamah.
Bab 4. Riwayat Ringkas Dari Tokoh-Tokoh Hadith Abad Ke 2H
(Tabiit Tabiin)1. Malik ibn Anas.
2. Yahya ibn Said al-Qaththan.
3. Wakie ibn al-Jarrah.
4. Sufian ats-Tsaury.
5. Sufian ibn Uyainah.
6. Syubah ibn al-Hajjaj.
7. Abdur Rahman ibn Mandi.
8. Al-Auzai.
9 Al-Laits.
10. Asy-Syafie.
Bab 5. Riwayat Ringkas Dari Tokoh-Tokoh Hadith Zaman Ke-5.1 Ali
ibn al-Madiny.
2. Yahya ibn Main.
3. Abu Bakar ibn Abi Syaibah.
4. Abu Zurah ar-Razi.
5. Abu Hatim ar-Razy.
6. Ibnu Jarir ath-Thabary.
7. Ibnu Khuzaimah.
8. Muhammad ibn Saad.
9. !shag ibn-Rahawaih.
10. Ahmad ibn Hambal.
11. Al-Bukhari.
12. Muslim ibn al-Hajjaj.
13. An-Nasaie.
14. Abu Daud.
15. At-Tirmidzi.
16. lbnu Majah.
17. Ibnu Qutaibah.
Bab 6. Riwayat Ringkas Dari Tokoh-Tokoh Hadith Zaman Ke-6.1.
AI-Hakim.
2. Ad-Daraquthny.
3. Ibnu Hibban.
4. Ath-Thabarani.
5. Oasim ibn Ashbagh.
6. Ibnu Sakan.
7. Ath-Thahawi.
Anda mungkin jugNovelis, Mohamed Ghozali Abdul Rashid atau lebih
dikenali sebagai Malim Ghozali PK, 64, dinobatkan sebagai penerima
Anugerah Penulisan Asia Tenggara (SEA Write) 2013."
Sumber: Berita Harian, 1 Oktober 2013, m/s 16 ZAHARAH NAWAWI anak
kelahiran Kampung Parit Jawa, Mukim Empat, Batu Pahat Johor (5 Mei
1940) membesar dan memungut pengalaman di luar kampung halaman.
Mulai mengasah bakat di bidang penulisan sejak berusia 12 tahun,
dan semenjak itu tidak pernah berhenti menulis sehingga kini.
Pencapaian tertinggi yang dir