pe digestive
DESCRIPTION
...TRANSCRIPT
I. Pendahuluan
A. Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja cair/setengah padat di
mana kandungan air pada tinja tersebut lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Banyak penderita yang sering mengeluh karena diare bahkan ada di antaranya
yang keluhan utamanya ialah mencret-mencret. Diare akut adalah diare yang
terjadi kurang dari dua minggu. , sedangkan diare kronis adalah diare yang
terjadi lebih dari dua minggu.
Pada umumnya, timbulnya diare karena passage bolus makanan terlalu
cepat dan terganggunya reabsorpsi dalam usus besar sehingga menyebabkan
sering mencret. Bila seseorang menderita diare, perlu sekali ditanyakan riwayat
penyakitnya, seperti kapan dan berapa lama menderita, konsistensi tinja, nyeri
perut, dll.
B. Etiologi
Beberapa penyebab dari diare dengan sekuele fisiologis yang penting
adalah sebagai berikut.
1. Enteritis
Enteritis berarti peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus
maupun oleh bakteri pada traktus intestinalis. Pada diare infeksius
umum, infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal
ileum. Di mana pun infeksi terjadi, mukosa teriritasi secara luas, dan
kecepatan sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding
usus biasanya meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar
cairan cukup untuk membuat agen infeksi tersapu kea rah anus, dan
pada saat yang sama gerakan pendorong yang kuat akan mendorong
cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang penting untuk
membebaskan traktus intestinalis dari infeksi yang mengganggu.
Diare yang sangat menarik perhatian adalah yang disebabkan oleh
kolera. Toksin kolera secara langsung menstimulasi sekresi elektrolit
dan cairan yang berlebihan dari kripta Lieberkühn pada ileum distal dan
kolon. Jumlahnya dapat 10 sampai 12 liter per hari, walaupun kolon
1
biasanya dapat mereabsorpsi maksimum hanya 6 sampai 8 liter per
hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan elektrolit dapat begitu
mengganggu dalam beberapa hari sehingga dapat menimbulkan
kematian.
2. Diare Psikogenik
Setiap orang pasti tidak asing dengan diare yang menyertai masa
ketegangan saraf, seperti selama waktu ujian atau jika seorang prajurit
akan maju ke medan perang. Tipe diare ini, disebut diare emosional
psikogenik, yang disebabkan oleh stimulasi berlebihan dari system
saraf parasimpatis, yang secara kuat mencetuskan baik motilitas
maupun sekresi mucus berlebihan pada kolon distal. Dua efek yang
bergabung bersama ini dapat menyebabkan diare yang nyata.
3. Kolitis Ulserativa
Kolitis ulserativa adalah penyakit peradangan dan ulserasi daerah yang
luas dari usus besar. Motilitas dari kolon yang mengalami ulserasi
sering begitu besar sehingga perpindahan massa terjadi seharian,
dibandingkan keadaan biasa yaitu 10 sampai 30 menit. Sekresi kolon
juga sangat meningkat. Akibatnya, pasien mengalami gerakan usus
bersifat diare yang berulang.
Penyebab dari kolitis ulserativa tidak diketahui. Beberapa klinis percaya
bahwa penyakit ini diakibatkan oleh efek destruktif imun atau alergi,
tetapi juga dapat merupakan akibat dari suatu infeksi bacterial kronis
yang belum dapat dimengerti. Apa pun penyebabnya, ada
kecenderungan herediter kuat untuk kerentanan terhadap kolitis
ulserativa. Begitu kondisi sudah berkembang sangat lanjut, ulkus jarang
akan sembuh sampai suatu ileostomi dilakukan supaya isi usus halus
mengalir keluar dan bukan mengalir melalui kolon. Bahkan jika
kemudian ulkus gagal menyembuh, maka jalan keluar satu-satunya
mungkin dengan operasi pengangkatan seluruh kolon tersebut.
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, 10% disebabkan oleh
obat-obatan, bahan toksik, iskemik, dll. Pada infeksi bakteri terdapat peran
beberapa bakteri, seperti E. coli, Vibrio cholera, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, V. Parahemolyticus, dll. Pada infeksi virus yang
2
berperan adalah rotavirus, Norwalk, dan adenovirus. Dan pada infeksi parasit
yang berperan adalah Giardia, E. Histolytica, Crystosporidia, Isopora,
Microsporidia, dan Cyclospora.
Tabel 1. Persentase Jenis Bakteri, Parasit, dan Virus yang Diisolasi dari
Apusan Rektal 123 Penderita Diare Akut di Bangsal Diare UPF Penyakit
Dalam RSUP Persahabatan dari 1 November 1993 s.d 30 April 1994
Jenis Jumlah %
E. coli 67 38.29
V. cholarae oga wa 32 18.29
Aeromonas sp 25 14.29
S. flexneri 11 6.29
Salmonella sp 10 5.71
E. hystolitica 9 5.14
A. lumbricoides 6 3.43
Rotavirus 5 2.86
Candida sp 3 1.71
NAG vibria 2 1.14
T. trichiura 2 1.14
P. shigelloides 1 0.57
B. hominis 1 0.57
Jumlah 175 100
C. Patofisiologi Diare
Sebanyak sekitar 9 sampai 10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap
harinya, berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan
lambung, empedu, dsb.). Sebagian besar (75-85%) dari jumlah tersebut akan
direabsorpsi kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan
memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar akan
direabsorpsi sehingga tersisa jumlah 150-250 ml cairan yang akan ikut
membentuk tinja.
Faktor-faktor faal yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu
sama lain, misalnya saja, cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan
3
terangsangnya usus secara mekanisme meningkatnya volume sehingga
motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu
cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyuluhan makanan dengan
mukosa usus sehingga waktu penyerapan elektrolit, air, dan zat-zat lain
terganggu.
Iritasi usus oleh patogen memengaruhi lapisan mukosa usus sehingga
terjadi peningkatan produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi mikroba juga
memengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan
motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang
tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang
mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan
ketidakteraturan elektrolit. Toksin kolera yang dikeluarkan bakteri kolera adalah
contoh dari zat yang sangat menstimulasi motilitas dan secara langsung
menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga unsure-
unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah besar. Agens infeksius
lain juga dapat menyebabkan diare berat atau ringan.
Bayi dan anak-anak sangat rentan terhadap efek diare dan harus dipantau
secara ketat untuk mencari tanda-tanda dini dehidrasi. Di Negara berkembang,
diare akibat penyakit infeksius, terutama kolera, merupakan penyebab nomor
satu kematian bayi dan anak-anak. Setiap anak yang menderita diare sedang
atau berat harus menerima cairan pengganti dengan produk normo-osmotik.
D. Manajemen dan Edukasi Pasien
Manajemen untuk pasien yang mengalami diare yang diprioritaskan adalah
terapi dehidrasi, terapi nutrisi, terapi medikamentosa, dan edukasi.
Pada terapi dehidrasi, langkah-langkah yang dilakukan adalah mencegah
timbulnya dehidrasi, memberantas dehidrasi, dan mencegah terjadinya dehidrasi
berulang. Pada pasien tanpa dehidrasi, cukup diberikan cairan rumah tangga,
seperti air tajin, larutan gula garam (LGG), dan oralit. Pada pasien dengan
dehidrasi ringan-sedang, diberikan oralit 75 cc/kgBB (3-4 jam pertama) yang
kemudian diikuti dengan pemberian sesuai dengan usia pasien, yaitu usia <1
tahun diberikan 50-100 cc/kali mencret, 1-2 tahun diberikan 200 cc/kali mencret,
2-5 tahun diberikan 400 cc/kali mencret, dan lain-lain. Pada keadaan dehidrasi
berat diberikan cairan intravena Ringer Laktat (RL).
4
Terapi nutrisi sangat penting untuk penderita diare kronis. Penderita yang
memperlihatkan tanda-tanda gangguan absorpsi, misalnya pada sindroma
malabsorpsi dianjurkan untuk diberi makanan bebas gluten, tepung terigu,
pantang minum laktose, dan susu. Selain itu hendaknya dihindari makanan atau
minuman yang mendapat merangsang peristaltic usus, misalnya alcohol, kopi,
lada, dan lain-lain.
Terapi medikamentosa lebih ditujukan pada penyebab diare kronis. Secara
garis besar, penderita diare dapat diberikan preparat loperamide HCl terutama
kepada penderita dengan kelainan intestinal. Dosis yang dianjurkan 2 kali 1
tablet sehari yang dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama. Dosis
maksimal adalah 8 tablet sehari. Kontraindikasi obat ini adalah colitis pseudo
membranosa sebagai akibat pemberian antibiotika jangka lama.
Dua macam obat antidiare yang paling sering diresepkan adalah
difenoksilat (dengan atropine), analog lemah dari meperidin, dan loperamid,
yang secara kimia berhubungan dengan haloperidol. Loperamid juga tersedia
untuk diperoleh tanpa resep. Difenoksin adalah metabolisme aktif dari
difenoksilat dan disediakan sebagai obat yang diresepkan.
Untuk edukasi, yang dilakukan adalah penyuluhan yang dilakukan oleh
orang-orang yang peduli dengan masalah kesehatan, terutama yang
berhubungan dengan dunia kesehatan. Di sinilah letak tugas sebenarnya dari
tenaga kesehatan, yaitu melakukan penyuluhan, bukan hanya mengobati.
Penyuluhan bisa dilakukan di tempat tertentu, khususnya di daerah yang
epidemik diare. Penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
betapa pentingnya pencegahan terhadap suatu penyakit.
E. Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera
kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi syok hipovolemik yang
cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia
dan asidosis metabolik.
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis sehingga
syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
tubular nekrosis akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
5
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak
adekuat sehingga tidak tercapai rehidrasi yang optimal.
Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi yang disebabkan
terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopenia 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS akan
meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi
penggunaan antibiotic untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare
karena Cimpylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.
II. Laporan Hasil Pemeriksaan Pasien
A. Riwayat Penyakit Pasien yang Dikunjungi
RPS:
Mencret lima kali sejak tadi malam, konsistensi cair, warna kuning, nyeri
perut (+),darah (-), muntah satu kali warna putih isi makanan, lemas (+),
perut sering bunyi, kurang nafsu makan, pernah diberi air gula garam satu
kali
RPD:
Sudah sering mengalami penyakit yang sama
RPK:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit ini
Anamnesis Sistem Organ:
Mual (-), diare (+), tidak nafsu makan (+), nyeri perut (+), muntah (+), Perut
bunyi (+), sendawa (-), lemas (+), batuk berdarah (-), perut panas (-), sakit
saat BAB (-)
RKS:
Sering jajan siomay depan sekolah, suka makan mie. Untuk minum air
digunakan air pet yang telah dimasak.
B. Faktor Risiko yang Ada pada Pasien
Dari hasil anamnesis atau wawancara kepada pasien didapatkan faktor
risiko sehingga pasien terkena diare adalah kebiasaan pasien yang sering
jajan di pinggir jalan yang biasanya makanan tersebut kurang bersih.
6
Kemungkinan di dalam makanan tersebut terdapat bakteri patogen yang
dapat menyebabkan diare pada pasien tersebut.
C. Riwayat Pengobatan dan Respon terhadap pengobatan
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien hanya meminum larutan gula
garam yang diberikan oleh anggota keluarganya, tetapi masih mengalami
diare sehingga pasien dibawa ke puskesmas oleh orang tuanya.
D. Masalah-masalah yang ada pada pasien
Masalah-masalah yang ada adalah pada saat dilakukan pemeriksaan
pasien agak sedikit takut, mungkin karena pada saat itu diperiksa beramai-
ramai. Masalah lain ditanyakan pada pasien adalah kebiasaannya
memakan makanan yang kurang bersih sehingga membuatnya diare.
E. Keterkaitan Hasil observasi dengan Masalah Pasien
Hasil observasi dengan masalah pasien tentunya sangat berkaitan karena
sesuai dengan blok yang sedang dijalani yang berkenaan dengan sistem
pencernaan. Dari kunjungan kami ini bertujuan untuk mengetahui secara
langsung bagaimana keadaan diare pada masyarakat pada umumnya dan
tindakan seperti apa yang dilakukan untuk mengatasinya dengan sedikit
membandingkannya dengan literatur yang dimiliki.
III. Evaluasi
A. Hal-hal Positif yang Didapat
Dari hasil pengamatan kami di puskesmas tersebut, kami mendapatkan
banyak pengalaman seperti pada kegiatan sebelum blok ini. Pada kegiatan
ini, kita berinteraksi dengan masyarakat secara langsung yang tentunya
sangat bermanfaat untuk implementasi pada masa yang akan datang
dalam berprofesi.
B. Hal-hal Negatif selama Kunjungan
Menurut saya, hal negatif yang didapat adalah kurangnya pasien yang kami
dapatkan sehingga pada saat melakukan pemeriksaan tidak semua
mendapat kesempatan. Meskipun begitu kami masih bisa untuk mengamati
dan membantu memberitahukan bila ada kekurangan dalam pemeriksaan.
7
IV. Referensi
Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung: Penerbit Alumni.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
8