pedoman kegiatan gizi dalam...

88
PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2012 613.2 Ind p KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA B A K T I H U S A D A

Upload: lamque

Post on 03-Feb-2018

263 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

KEMENTERIAN KESEHATAN RIDIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

DIREKTORAT BINA GIZI2012

613.2Indp

KEMENTERIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

BA

K

T I H U S ADA

Page 2: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Katalog Dalam Terbitan. Kementrian Kesehatan RI623.2Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. - Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010.

I. Judul 1. NUTRITION 2. FOOD 3. EMERGENCY CARE

Page 3: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I iii

KATA PENGANTAR

Indonesia secara geografis dan demografis rentan terhadap terjadinya bencana alam dan bencana non alam, termasuk potensi bencana akibat konflik sosial. Kejadian bencana mengakibatkan korban bencana harus mengungsi dengan segala keterbatasan. Kondisi ini dapat berdampak pada perubahan status gizi korban bencana khususnya kelompok rentan yaitu bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia.

Untuk mengantisipasi kejadian bencana dengan segala dampaknya, Direktorat Bina Gizi telah menerbitkan buku “Pedoman Penanggulangan Masalah Gizi Dalam Keadaan Darurat, 2002” dan telah digunakan selama 1 dekade dalam penanganan kegiatan gizi di berbagai daerah bencana dengan beberapa revisi sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Buku “Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana” ini, merupakan penyempurnaan dari edisi sebelumnya, antara lain dengan melengkapi bagan kegiatan penanganan gizi mulai dari pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana.

Pedoman ini merupakan acuan bagi petugas untuk mengelola kegiatan penanganan gizi dalam situasi bencana. Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam pembahasan pedoman edisi revisi ini.

Saran dan masukan konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan pedoman ini di masa mendatang.

Jakarta, Mei 2012

Direktur Bina Gizi,

DR. Minarto, MPS

Page 4: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

iv I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Page 5: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I v

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR .............................................................................. iiiDAFTAR ISI ........................................................................................... vDAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viiDAFTAR TABEL ................................................................................ viii BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................... . 1 B. Tujuan ............................................................................ 3 1. Tujuan Umum ............................................................. 3 2. Tujuan Khusus ............................................................. 3 C. Definisi Operasional ....................................................... 4 BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ............................................ 7. A. Pra Bencana ................................................................... 7. B. Situasi Keadaan Darurat Bencana .................................... 9. 1. Siaga Darurat .................................................... ...........9. 2. Tanggap Darurat ................................................ ...........9. 3. Transisi Darurat ....................................................... 15. C. Pasca Bencana ........................................................... 16

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN GIZI .................... 17. A. Penanganan Gizi Kelompok Rentan ................................ 18 1. Penanganan Gizi Anak Usia 0-23 bulan ...................... 18 2. Penanganan Gizi Anak Balita Usia 24-5.9. bulan .......... 25. 3. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui ............25. 4. Penanganan Gizi Lanjut Usia ..................................... 28 B. Penanganan Gizi Kelompok Dewasa ......................................28

Page 6: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

vi I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

BAB IV PEMANTAUAN DAN EVALUASI ............................................. 29. 1. Pra Bencana ................................................................. 29. 2. Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut ..............29. 3. Pasca Bencana .............................................................. 30 BAB V DAFTAR PUSTAKA ..................................................................31 LAMPIRAN ...........................................................................................32

Page 7: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Ransum Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal dan Cara Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Untuk Pengungsi ..................32

Lampiran 2 Penyusunan Menu Pemberian Makanan Pada Bayi Dan Anak (PMBA) Usia 6 – 5.9. Bulan ........................37.

Lampiran 3 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia (Orang/Hari) ................................47.

Lampiran 4 Formulir I Registrasi Keluarga, Balita dan Ibu Hamil ...................................................................48

Lampiran 5 Formulir II Hasil Pengukuran Antropometri dan Faktor Penyulit Pada Anak Balita ...............................49.

Lampiran 6 Formulir III Hasil Pengukuran Antropometri Pada Ibu Hamil .................................................................5.0

Lampiran 7 Pernyataan Bersama United Nations Childrens Fund (Unicef), World Health Organization (WHO) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) .........................5.1

Lampiran 8 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Mengenai Air Susu Ibu (ASI) dan Menyusui ...................................................................5.7.

Lampiran 9 Checklist Pemantauan dan Evaluasi .................................7.6

Page 8: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

viii I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Contoh Standar Ransum Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal .......................................................................32Tabel 2 Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Mentah untuk 15.00 Orang Selama 3 Hari pada Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal ...............................................33Tabel 3 Contoh Perhitungan Bahan Makanan Mentah Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal ...................................... 34Tabel 4 Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas Untuk Dibawa Pulang (Dry Ration) orang/hari .............................35.Tabel 5 Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas Untuk Dimakan Ditempat/Dapur Umum ( Wet Ration ) g/orang/hari ......................................................................36Tabel 6 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Bayi 6-8 Bulan (65.0 kkal) ................................................................... 38Tabel 7 Contoh Menu Hari I sampai V Untuk Bayi 6-8 Bulan (65.0 kkal) .................................................................................... 38Tabel 8 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Bayi 9.-11 Bulan (9.00 kkal) ................................................39. Tabel 9 Contoh Menu Hari I - Hari V Untuk Bayi 9. - 11 Bulan (9.00 kkal) ................................................................40Tabel 10 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Anak 12-23 Bulan (125.0 kkal) ...........................................41Tabel 11 Contoh Menu Hari I - Hari V Untuk Anak 12 - 23 Bulan (125.0 kkal) ..............................................................42Tabel 12 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Anak 24-47. Bulan (1300 kkal) ...........................................43Tabel 13 Contoh Menu Hari I - Hari V Untuk Anak 24-47. Bulan (1300 kkal) ..............................................................44Tabel 14 Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Anak 48-5.9. Bulan (17.5.0 kkal) .................................45.Tabel 15 Contoh Menu Hari I - Hari V Untuk Anak 48-5.9. Bulan (1300 kkal) ..............................................................46

Page 9: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Posisi wilayah Indonesia, secara geografis dan demografis rawan terjadinya bencana alam dan non alam seperti gempa tektonik, tsunami, banjir dan angin puting beliung. Bencana non alam akibat ulah manusia yang tidak mengelola alam dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya bencana alam, seperti tanah longsor, banjir bandang, kebakaran hutan dan kekeringan. Selain itu, keragaman sosio-kultur masyarakat Indonesia juga berpotensi menimbulkan gesekan sosial yang dapat berakibat terjadi konflik sosial.

Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2009. tercatat 287. kali kejadian bencana dengan korban meninggal sebanyak 1.5.13 orang, luka berat/rawat inap sebanyak 1.49.5. orang, luka ringan/rawat jalan 5.6.65.1 orang, korban hilang 7.2 orang dan mengakibatkan 45.9..387. orang mengungsi. Selanjutnya, pada tahun 2010 tercatat 315. kali kejadian bencana dengan korban meninggal sebanyak 1.385. orang, luka berat/rawat inap sebanyak 4.085. orang, luka ringan/rawat jalan 9.8.235. orang, korban hilang 247. orang dan mengakibatkan 618.880 orang mengungsi. Sementara itu, pada tahun 2011 tercatat 211 kali kejadian bencana dengan korban meninggal sebanyak 5.5.2 orang, luka berat/rawat inap sebanyak 1.5.7.1 orang, luka ringan/rawat jalan 12.39.6 orang, korban hilang 264 orang dan mengakibatkan 144.604 orang mengungsi. Dampak bencana tersebut, baik bencana alam maupun konflik sosial, mengakibatkan terjadinya kedaruratan di segala bidang termasuk kedaruratan situasi masalah kesehatan dan gizi.

Dampak akibat bencana secara fisik umumnya adalah rusaknya berbagai sarana dan prasarana fisik seperti permukiman, bangunan fasilitas pelayanan umum dan sarana transportasi serta fasilitas umum lainnya. Namun demikian, dampak yang lebih mendasar adalah timbulnya permasalahan kesehatan dan gizi pada kelompok masyarakat korban

Page 10: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

2 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

bencana akibat rusaknya sarana pelayanan kesehatan, terputusnya jalur distribusi pangan, rusaknya sarana air bersih dan sanitasi lingkungan yang buruk.

Masalah gizi yang bisa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan balita, bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena terpisah dari ibunya dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat. bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan dan terbatasnya ketersediaan pangan lokal dapat memperburuk kondisi yang ada.

Masalah lain yang seringkali muncul adalah adanya bantuan pangan dari dalam dan luar negeri yang mendekati atau melewati masa kadaluarsa, tidak disertai label yang jelas, tidak ada keterangan halal serta melimpahnya bantuan susu formula bayi dan botol susu. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan balita.

Bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok yang paling rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus. Pemberian makanan yang tidak tepat pada kelompok tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian, terlebih pada situasi bencana. Risiko kematian lebih tinggi pada bayi dan anak yang menderita kekurangan gizi terutama apabila bayi dan anak juga menderita kekurangan gizi mikro. Penelitian di pengungsian menunjukkan bahwa kematian anak balita 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pada semua kelompok umur. Kematian terbesar terjadi pada kelompok umur 0-6 bulan (WHO-UNICEF, 2001). Oleh karena itu penanganan gizi dalam situasi bencana menjadi bagian penting untuk menangani pengungsi secara cepat dan tepat.

Dalam pelaksanaannya, upaya penanganan gizi dalam situasi bencana merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinya bencana (pra bencana), pada situasi bencana yang meliputi tahap tanggap darurat awal, tahap tanggap darurat lanjut dan pasca bencana. Kegiatan penanganan gizi pada tahap tanggap darurat awal adalah kegiatan pemberian makanan agar pengungsi tidak lapar dan dapat

Page 11: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 3

mempertahankan status gizinya, sementara penanganan kegiatan gizi pada tahap tanggap darurat lanjut adalah untuk menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai masalah gizi yang ada. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut di atas perlu memaksimalkan pemanfaatan anggaran operasional penanggulangan bencana Kementerian Kesehatan.

Buku ini merupakan acuan bagi petugas gizi dan para pemangku kepentingan lainnya yang terlibat dalam penanggulangan bencana agar penanganan gizi dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Petugas memahami kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana mulai dari pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana secara cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya penurunan status gizi korban bencana.

2. Tujuan Khusus

a. Petugas memahami kegiatan penanganan gizi pada pra bencana

b. Petugas memahami pengelolaan penyelenggaraan makanan pada situasi bencana

c. Petugas mampu menganalisis data hasil Rapid Health Assessment (RHA) kejadian bencana

d. Petugas mampu menganalisis data status gizi balita dan ibu hamil korban bencana.

e. Petugas mampu melaksanakan pemantauan dan evaluasi pasca bencana

Page 12: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

4 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

C. Definisi Operasional

a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

b. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia

c. Pengungsi (Internal Displaced People) adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggal untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.

d. Kelompok rentan adalah sekelompok orang yang membutuhkan penanganan khusus dalam pemenuhan kebutuhan dasar seperti bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia baik dengan fisik normal maupun cacat.

e. Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.

f. Surveilans gizi pada situasi bencana adalah proses pengamatan keadaan gizi korban bencana khususnya kelompok rentan secara terus menerus untuk pengambilan keputusan dalam menentukan tindakan intervensi.

g. Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi.

h. Makanan tambahan bagi balita adalah makanan tambahan yang diperuntukan bagi balita usia 24 - 5.9. bulan dengan kandungan gizi sekitar 1/3 dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu energi 35.0-400 kkal dan 12 - 15. g protein per hari makan.

Page 13: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 5.

i. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan bergizi yang diberikan disamping ASI bagi anak usia 6 – 24 bulan untuk mencapai kecukupan gizi, dengan kandungan yaitu energi minimum 400 kkal dan 8 - 12 g protein per hari makan.

j. Makanan tambahan bagi ibu hamil adalah makanan tambahan yang diperuntukan bagi ibu hamil, dengan kandungan gizi sesuai dengan AKG, yaitu energi 300 kkal dan 17. g protein per hari makan.

k. Keadaan serius (serious situation) adalah keadaan yang ditandai dengan prevalensi gizi balita kurus lebih besar atau sama dengan 15.%, atau 10-14,9.% dan disertai faktor penyulit.

l. Blanket supplementary Feeding adalah makanan tambahan yang diberikan kepada seluruh kelompok rentan terutama balita dan ibu hamil yang diberikan pada keadaan gawat (serious situation).

m. Keadaan berisiko (risky situation) adalah keadaan yang ditandai dengan prevalensi gizi balita kurus lebih besar atau sama dengan 10-14,9.%, atau 5.-9.,9.% dan disertai faktor penyulit.

n. Targetted supplementary feeding adalah makanan tambahan yang diberikan kepada kelompok rentan kurang gizi terutama balita kurus dan ibu hamil risiko KEK dengan LiLA <23,5. cm yang diberikan pada keadaan kritis (risky situation).

o. Faktor penyulit (aggravating factors) adalah terdapatnya satu atau lebih dari tanda berikut ini:

• Rata-rataasupanmakananpengungsikurangdari2100kkal/hari.

• Angkakematiankasar>1per10.000/hari.

• Angkakematianbalita>2per10.000/hari.

• TerdapatKejadianLuarBiasa(KLB)campakataupertusis.

• PeningkatankasusISPAdandiare.

p. Prevalensi balita kurus adalah jumlah anak berusia 0 – 5.9. bulan yang berdasarkan indeks antropometri BB/TB mempunyai nilai

Page 14: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

6 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

z score <–2 SD menurut Kepmenkes Nomor 19.9.5. Tahun 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak tahun 2010 di bagi populasi anak usia 0-5.9. bulan pada suatu waktu dan tempat tertentu.

q. Prevalensi balita sangat kurus adalah jumlah anak berusia 0 – 5.9. bulan yang berdasarkan indeks antropometri BB/TB mempunyai nilai z score <–3 SD menurut Kepmenkes Nomor 19.9.5. Tahun 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak dibagi jumlah populasi anak usia 0-5.9. bulan pada suatu waktu dan tempat tertentu.

r. Ibu hamil risiko kurang energi kronik (KEK) adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5. cm.

Page 15: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 7.

BAB II

RUANG LINGKUP KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak pra bencana, pada situasi bencana dan pasca bencana, sebagaimana digambarkan pada Bagan 1. Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana.

A. Pra Bencana

Penanganan gizi pada pra bencana pada dasarnya adalah kegiatan antisipasi terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain sosialisasi dan pelatihan petugas seperti manajemen gizi bencana, penyusunan rencana kontinjensi kegiatan gizi, konseling menyusui, konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), pengumpulan data awal daerah rentan bencana, penyediaan bufferstock MP-ASI, pembinaan teknis dan pendampingan kepada petugas terkait dengan manajemen gizi bencana dan berbagai kegiatan terkait lainnya.

Page 16: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

8 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Bagan 1Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Sumber: Diadaptasi dari The Management of Nutrition in Major Emergencies: WHO, 2000. p.75-77

Sosialisasi dan Pelatihan PetugasPembinaan Teknis

Rencana KontinjensiPengumpulan Data Awal

dll

Pemantauan dan Evaluasi

Pra - Bencana

FASE I TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL:Analisis data pengungsi dari hasil Rapid Health Assessment (RHA)

FASE II TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL:Pengumpulan data antropometri balita (BB/U, BB/PB atau BB/TB dan TB/U),

ibu hamil (LiLA)

TAHAP TANGGAP DARURAT LANJUT:Analisis hasil pengukuran antropometri dan faktor penyulit

Situasi Serius(Serious Situation):

Persentase balita kurus(<-2SD BB/TB) > 15%

atauPersentase balita kurus

(<-2SD BB/TB)10,0 - 14,9.% disertaiadanya faktor penyulit

Penanganan:

Ransum PMT untuk semua kelompok rentan terutama balita dan ibu hamil (Blanket Supplementary Feading)

Penanganan:

PMT untuk kelompokrentan kurang giziterutama balita kurus danibu hamil risiko KEKdengan LiLA <23,5. cm(Targetted SuplementaryFeeding)

Penanganan:

Tidak perlu intervensikhusus (Pelayanan rutin)

Situasi NormalPersentase balita kurus

(<-2SD BB/TB) 5.,0 - 9.,9.%atau

Persentase balita kurus(<-SD BB/TB)

<5.% disertai adanya faktor penyulit

Situasi Berisiko(Risky Situation):

Persentase balita kurus(<-2SD BB/TB) > 14,9%

atauPersentase balita kurus

(<-SD BB/TB) 5.,0 - 9.,9.% disertai adanya

faktor penyulit

Pasca - Bencana

Bencana

Surveilans

Page 17: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 9.

B. Situasi Keadaan Darurat Bencana

Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat, tanggap darurat dan transisi darurat.

1. Siaga Darurat

Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan penanganan gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.

2. Tanggap Darurat

Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal dan tanggap darurat lanjut.

a. Tahap Tanggap Darurat Awal

1) Fase I Tanggap Darurat Awal

Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi sebagai berikut: korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian, petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara lengkap,bantuan pangan sudah mulai berdatangan dan adanya penyelenggaraan dapur umum jika diperlukan.

Lamanya fase 1 ini tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana yaitu maksimal sampai 3 hari setelah bencana. Pada fase ini kegiatan yang dilakukan adalah:• Memberikanmakananyangbertujuanagarpengungsi

tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya

• Mengawasipendistribusianbantuanbahanmakanan

• MenganalisishasilRapidHealthAssessment(RHA)

Pada fase ini, penyelenggaraan makanan bagi korban

Page 18: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

10 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

bencana mempertimbangkan hasil analisis RHA dan standar ransum. Rasum adalah bantuan bahan makanan yang memastikan korban bencana mendapatkan asupan energi, protein dan lemak untuk mempertahankan kehidupan dan beraktivitas. Ransum dibedakan dalam bentuk kering (dry ration) dan basah (wet ration). Dalam perhitungan ransum basah diprioritaskan penggunaan garam beriodium dan minyak goreng yang difortifikasi dengan vitamin A.

Contoh standar ransum pada Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Contoh Standar Ransum Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal

Bahan Makanan Kebutuhan/Orang/Hari (g)

Ukuran Rumah Tangga (URT)1

Biskuit 100 10-12 bh

Mie Instan 320 3 gls (4 bks)

Sereal (Instan) 5.0 5. sdm (2 sachets)

Blended food (MP-ASI) 5.0 10 sdm

Susu untuk anak balita (1-5. tahun) 40 8 sdm

Energi (kkal) 2.138

Protein (g) 5.3

Lemak (g) 40

Catatan:

1. Contoh standar ransum di atas hanya untuk keperluan perencanaan secara keseluruhan

2. Perkiraan balita di pengungsian sebesar 10% dari jumlah pengungsi, perlu ada Blended food (MP-ASI) dan susu untuk anak umur 1-5. tahun di dalam standar perencanaan ransum

3. Penerimaan dan Pendistribusian melalui dapur umum

4. Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 10% untuk hal tak terduga atau kehilangan

1 Ukuran Rumah Tangga (URT): bh = buah; gls = gelas; sdm = sendok makan; bks = bungkus

Page 19: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 11

Contoh perhitungan kebutuhan bahan makanan sesuai standar ransum berdasarkan jumlah korban bencana dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Mentah untuk 1500 Orang Selama 3 Hari pada Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal

Bahan Makanan Kebutuhan/Orang/Hari (g)

Kebutuhan Bahan Makanan

Untuk 1500 Pengungsi

Tambahan 10% (kg)

Jumlah Kebutuhan

(kg)

Per Hari (kg)Per 3 Hari (kg)

Biskuit 100 15.0 45.0 45. 49.5.

Mie Instan 320 480 1440 144 15.84

Sereal (Instan) 5.0 7.5. 225. 22,5. 247.,5.

Blended food (MP-ASI) 5.0 7.5. 225. 22,5. 247.,5.

Susu untuk anak balita (1-5. tahun) 40 60 180 18 19.8

2) Fase II Tanggap Darurat Awal

Kegiatan terkait penanganan gizi pada fase II, adalah:

a) Menghitung kebutuhan gizi

Berdasarkan analisis hasil Rapid Health Assessment (RHA) diketahui jumlah pengungsi berdasarkan kelompok umur, selanjutnya dapat dihitung ransum pengungsi dengan memperhitungkan setiap orang pengungsi membutuhkan 2.100 kkal, 5.0 g protein dan 40 g lemak, serta menyusun menu yang didasarkan pada jenis bahan makanan yang tersedia. Contoh menu dapat dilihat pada Lampiran 1.

Page 20: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

12 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

b) Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum yang meliputi:

• Tempatpengolahan• Sumberbahanmakanan• Petugaspelaksana• Penyimpananbahanmakananbasah• Penyimpananbahanmakanankering• Caramengolah• Caradistribusi• Peralatanmakandanpengolahan• Tempatpembuangansampahsementara• Pengawasanpenyelenggaraanmakanan• Mendistribusikanmakanansiapsaji• Pengawasan bantuan bahan makanan untuk

melindungi korban bencana dari dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan dan lain-lain, yang meliputi:

P Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah antara bahan makanan umum dan bahan makanan khusus untuk bayi dan anak

P Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk makanan dalam kemasan, susu formula dan makanan suplemen

P Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus diteliti nomor registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan cara penyiapan dan target konsumen

P Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti nomor registrasi (ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara penyiapan dan target konsumen

Page 21: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 13

Jika terdapat bantuan makanan yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, petugas harus segera melaporkan kepada Koordinator Pelaksana.

b. Tanggap Darurat Lanjut

Tahap tanggap darurat lanjut dilaksanakan setelah tahap tanggap darurat awal, dalam rangka penanganan masalah gizi sesuai tingkat kedaruratan. Lamanya tahap tanggap darurat lanjut tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana.

Pada tahap ini sudah ada informasi lebih rinci tentang keadaan pengungsi, seperti jumlah menurut golongan umur dan jenis kelamin, keadaan lingkungan, keadaan penyakit, dan sebagainya. Kegiatan penanganan gizi pada tahap ini meliputi:

1) A n a l i s i s f a k t o r penyulit berdasarkan hasil Rapid Health Assessment (RHA).

2) Pengumpulan data antropometri balita (berat badan, panjang badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu menyusui (Lingkar Lengan Atas).

Besar sampel untuk pengumpulan data antropometri :

•Populasikorbanbencanasampai3.000orang,seluruh(total)balitadiukur

•Populasikorbanbencanakurangdari10.000rumahtangga,gunakansystematic random sampling dengan jumlah sampel minimal 45.0 balita

• Populasikorbanbencana lebihdari10.000rumahtangga,gunakan cluster sampling, yaitu minimum 30 cluster yang ditentukan secara Probability Proportion to Size (PPS) dan tiap cluster minimum 30 balita

Sumber :The Management of Nutrition In Major mergencies,Geneva,WHO,2000. P45..

Page 22: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

14 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

3) Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB <-2SD) dan jumlah ibu hamil dengan risiko KEK (LILA <23,5. cm).

4) Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian diare, campak, demam berdarah dan lain-lain.

Informasi tentang proporsi status gizi balita selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan modifikasi atau perbaikan penanganan gizi sesuai dengan tingkat kedaruratan yang terjadi. Penentuan jenis kegiatan penanganan gizi mempertimbangkan pula hasil dari surveilans penyakit. Hasil analisis data antropometri dan faktor penyulit serta tindak lanjut atau respon yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:

• Situasi Serius (Serious Situation), jika prevalensibalita kurus ≥15.% tanpa faktor penyulit atau 10-14,9.% dengan faktor penyulit. Pada situasi ini semua korban bencana mendapat ransum dan seluruh kelompok rentan terutama balita dan ibu hamil diberikan makanan tambahan (blanket supplementary feeding).

• SituasiBerisiko (Risky Situation), jika prevalensi balita kurus 10-14,9.% tanpa faktor penyulit atau 5.-9.,9.% dengan faktor penyulit. Pada situasi ini kelompok rentan kurang gizi terutama balita kurus dan ibu hamil risiko KEK diberikan makanan tambahan (targetted supplementary feeding).

• Situasi Normal, jika prevalensi balita kurus <10%tanpa faktor penyulit atau <5.% dengan faktor penyulit maka dilakukan penanganan penderita gizi kurang melalui pelayanan kesehatan rutin.

Apabila ditemukan balita sangat kurus dan atau terdapat tanda klinis gizi buruk segera dirujuk ke sarana pelayanan

2. Tanda Klinis = Kwashiorkor, Marasmus dan Marasmik-Kwashiorkor

Page 23: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 15.

kesehatan untuk mendapat perawatan sesuai Tatalaksana Anak Gizi Buruk.

5.) Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan suplemen gizi.

• Khusus anak yang menderita gizi kurang perludiberikan makanan tambahan disamping makanan keluarga, seperti kudapan/jajanan, dengan nilai energi 35.0 kkal dan protein 15. g per hari.

• Ibu hamil perlu diberikan 1 tablet Fe setiap hari,selama 9.0 hari.

• Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin Adosis 200.000 IU (1 kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal 24 jam)

• Pemberian vitamin A biru (100.000 IU) bagi bayiberusia 6-11 bulan; dan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) bagi anak berusia 12-5.9. bulan, bila kejadian bencana terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari setelah pemberian kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) maka balita tersebut tidak dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.

• Melakukan penyuluhan kelompok dan konselingperorangan dengan materi sesuai dengan kondisi saat itu, misalnya konseling menyusui dan MP-ASI.

• Memantau perkembangan status gizi balita melaluisurveilans gizi.

3. Transisi Darurat

Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisi darurat disesusaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat

Page 24: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

16 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

C. Pasca Bencana

Kegiatan penanganan gizi pasca bencana pada dasarnya adalah melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans, untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need assessment) dan melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau respon dari informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health response) untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan korban bencana.

Page 25: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 17.

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN GIZI

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan penanggung jawab utama dalam penanggulangan bencana. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) Kementerian Kesehatan merupakan unsur dari BNPB dalam penanggulangan masalah kesehatan dan gizi akibat bencana. Pengelola kegiatan gizi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan bagian dari tim penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana yang dikoordinasikan PPKK, PPKK Regional dan Sub regional, Dinas Kesehatan Provinsi serta Kabupaten dan Kota. Penanganan gizi pada situasi bencana melibatkan lintas program dan lintas sektor termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) nasional maupun internasional.

Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana perlu dikoordinasikan agar efektif dan efisien, antara lain sebagai berikut:

a. Penghitungan kebutuhan ransum;

b. Penyusunan menu 2.100 kkal, 5.0 g protein dan 40 g lemak;

c. Penyusunan menu untuk kelompok rentan;

d. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai pendistribusian;

e. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan susu formula bayi;

f. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi khususnya balita dan ibu hamil;

g. Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi;

h. Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui dan konseling MP-ASI;

i. Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil);

Page 26: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

18 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Penanganan gizi dalam situasi bencana terdiri dari penanganan gizi pada kelompok rentan dan dewasa selain ibu menyusui dan ibu hamil. Penjelasan lebih rinci penanganan pada kelompok tersebut sebagai berikut:

A. Penanganan Gizi Kelompok Rentan

Penanganan gizi kelompok rentan diprioritaskan bagi anak usia 0-23 bulan, anak usia 24-5.9. bulan, ibu hamil dan ibu menyusui serta lanjut usia.

1. Penanganan Gizi Anak Usia 0-23 Bulan

Bayi dan anak usia 0-23 bulan atau di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok yang paling rentan sehingga memerlukan penanganan gizi khusus. Pemberian makanan yang tidak tepat serta kekurangan gizi pada kelompok tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi pada situasi bencana.

Penelitian di pengungsian menunjukkan bahwa kematian anak balita 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pada semua kelompok umur. Kematian terbesar terjadi pada kelompok umur 0-6 bulan (WHO-UNICEF, 2001). Oleh karena itu penanganan gizi bagi kelompok ini dalam situasi bencana menjadi bagian penting untuk menangani pengungsi secara cepat dan tepat.

Penanganan gizi anak usia 0-23 bulan mengikuti prinsip Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sebagai berikut:

a. Prinsip Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)

1) Pemberian ASI pada bayi/baduta sangat penting tetap diberikan pada situasi bencana

2) PMBA merupakan bagian dari penanganan gizi dalam situasi bencana

3) PMBA dalam situasi bencana harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu

Page 27: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 19.

4) Institusi penyelenggara PMBA adalah Pemerintah Daerah yang dibantu oleh Dinas Kesehatan setempat yang mempunyai tenaga terlatih penyelenggara PMBA dalam situasi bencana

5.) Apabila Dinas Kesehatan setempat belum memiliki atau keterbatasan tenaga pelaksana PMBA dalam situasi bencana, dapat meminta bantuan tenaga dari Dinas Kesehatan lainnya

6) PMBA harus di integrasikan pada pelayanan kesehatan ibu, bayi dan anak

7.) Penyelenggaraan PMBA diawali dengan penilaian cepat untuk mengidentifikasi keadaan ibu, bayi dan anak termasuk bayi dan anak piatu

8) Ransum pangan harus mencakup kebutuhan makanan yang tepat dan aman dalam memenuhi kecukupan gizi bayi dan anak

9.) Susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidak termasuk dalam pengadaan ransum.

b. Pelaksanaan PMBA Pada Situasi Bencana

1) Penilaian Cepat

Penilaian cepat dilakukan sebagai berikut:

a) Penilaian cepat dilakukan untuk mendapatkan data tentang jumlah dan keadaan ibu menyusui, bayi dan anak termasuk bayi piatu

b) Penilaian cepat dilakukan pada tahap tanggap darurat awal fase pertama sebagai bagian dari menghitung kebutuhan gizi

c) Penilaian cepat dilakukan oleh petugas gizi yang terlibat dalam penanganan bencana

d) Penilaian cepat dilakukan dengan mencatat, mengolah

Page 28: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

20 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

dan melaporkan data tentang jumlah dan keadaan ibu menyusui, bayi dan anak termasuk bayi piatu

e) Instrumen penilaian cepat meliputi:

• Profil penduduk terutama kelompok rentan dananak yang kehilangan keluarga

• Kebiasaan penduduk terkait PMBA, termasukpemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI serta bayi piatu

• Keberadaansusuformula,botoldandot

• DataASIEksklusifdanMP-ASIsebelumbencana

• Risikokeamananpadaibudananak

Jika hasil penilaian cepat memerlukan tambahan informasi, dilakukan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif sebagai bagian dari analisis faktor risiko penyebab masalah gizi dalam situasi bencana.

Data kualitatif meliputi:

• Akses ketersediaan pangan terutama bagi bayidan anak

• Kondisi lingkungan misalnya sumber air dankualitas air bersih, bahan bakar, sanitasi, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), perumahan, fasilitas penyelenggaraan makanan

• Dukungan pertolongan persalinan, pelayananpostnatal (ibu nifas dan bayi neonatus) serta perawatan bayi dan anak

• Faktor-faktorpenghambatibumenyusuibayidanPMBA

• Kapasitas dukungan potensial pemberian ASIEksklusif dan MP-ASI (Kelompok Pendukung

Page 29: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 21

Ibu Menyusui, nakes terlatih, konselor menyusui, konselor MP-ASI, LSM perempuan yang berpengalaman)

• Kebiasaan PMBA termasuk cara pemberiannya(cangkir/botol), kebiasaan PMBA sebelum situasi bencana dan perubahannya

Data kuantitatif meliputi:

• Jumlahbayidananakbadutadenganatautanpakeluarga menurut kelompok umur; 0-5. bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan

• Jumlahibumenyusuiyangsudahtidakmenyusuilagi

• Angkakesakitandankematianbayidananakdipengungsian

2) Dukungan Untuk Keberhasilan PMBA

a) Penyediaan tenaga konselor menyusui dan MP-ASI di pengungsian

b) Tenaga kesehatan, relawan kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat/Non Government Organization (LSM/NGO) kesehatan memberikan perlindungan, promosi dan dukungan kepada ibu-ibu untuk keberhasilan menyusui termasuk relaktasi

c) Memberikan konseling menyusui dan PMBA di pengungsian, Rumah Sakit lapangan dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang ada dilokasi bencana

d) Pembentukan pos pemeliharaan dan pemulihan gizi bayi dan baduta

e) Melakukan pendampingan kepada keluarga yang memiliki bayi atau anak yang menderita masalah gizi

Page 30: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

22 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

c. Kriteria Bayi 0-5. bulan dan Baduta (6-23 Bulan) Yang Mendapat Susu Formula atau PASI 3

3. PASI = Penganti Air Susu Ibu seperti : susu formula, makanan/minuman untuk bayi < 6 bulan, botol susu dot/empeng.

1) Bayi dan baduta yang benar-benar membutuhkan sesuai pertimbangan profesional tenaga kesehatan yang berkompeten (indikasi medis).

2) Bayi dan baduta yang sudah menggunakan susu formula sebelum situasi bencana

3) Bayi dan baduta yang terpisah dari Ibunya (tidak ada donor ASI)

4) Bayi dan baduta yang ibunya meninggal, ibu sakit keras, ibu sedang menjalani relaktasi, ibu menderita HIV+ dan memilih tidak menyusui bayinya serta ibu korban perkosaan yang tidak mau menyusui bayinya.

d. Cara Penyiapan dan Pemberian Susu Formula

1) Cuci tangan terlebih dahulu hingga bersih dengan menggunakan sabun

2) Gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan, mencuci alat dengan menggunakan sabun

3) Gunakan selalu alat yang bersih untuk membuat susu dan menyimpannya dengan benar

4) Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (jangan menakar menggunakan botol susu)

5.) Sediakan bahan bakar untuk memasak air dan gunakan air bersih, jika memungkinkan gunakan air minum dalam kemasan.

6) Lakukan pendampingan untuk memberikan konseling menyusui.

Page 31: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 23

Penanganan Gizi Bayi 0-5 Bulan

• Bayi tetap diberi ASI • Bila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat

memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor, dengan persyaratan: Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang

bersangkutan Identitas agama dan alamat pendonor ASI diketahui

dengan jelas oleh keluarga bayi Persetujuan pendonor setelah mengetahui identitas bayi

yang di beri ASI Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak

mempunyai indikasi medis ASI donor tidak diperjualbelikan

• Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan

Page 32: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

24 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Penanganan Gizi Anak Usia 6-23 Bulan

• Baduta tetap diberi ASI• Pemberian MP-ASI yang difortifikasi dengan zat gizi makro, pabrikan

atau makanan lokal pada anak usia 6-23 bulan• Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan ransum umum

yang mempunyai nilai gizi tinggi.• Pemberian kapsul vitamin A biru (100.000 IU) bagi yang berusia 6-11

bulan; dan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) bagi anak berusia 12-5.9. bulan

“ Bila bencana terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari setelah pemberian kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) maka balita tersebut tidak dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A”.

• Dapur umum sebaiknya menyediakan makanan untuk anak usia 6-23 bulan (contoh menu pada lampiran 2)

• Air minum dalam kemasan diupayakan selalu tersedia di tempat pengungsian

e. Pengelolaan Bantuan Susu Formula atau Pengganti Air Susu Ibu (PASI)

1) Memberikan informasi kepada pendonor dan media massa bahwa bantuan berupa susu formula/PASI, botol dan dot pada korban bencana tidak diperlukan.

2) Bantuan berupa susu formula atau PASI harus mendapat izin dari Kepala Dinas Kesehatan setempat.

3) Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula atau PASI harus diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan, Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat

4) Selalu perhatikan batas kadaluarsa kemasan susu formula untuk menghindari keracunan dan kontaminasi

Page 33: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 25.

2. Penanganan Gizi Anak Balita 24-59 Bulan

a. Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang penyiapannya menggunakan air, penyimpanan yang tidak higienis, karena berisiko terjadinya diare, infeksi dan keracunan.

b. Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana. Daftar menu harian ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh pelaksana pengolahan makanan. (contoh menu pada Lampiran 2)

c. Pemberian kapsul vitamin A.

d. Makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari makanan keluarga yang tinggi energi, vitamin dan mineral. Makanan pokok yang dapat diberikan seperti nasi, ubi, singkong, jagung, lauk pauk, sayur dan buah. Bantuan pangan yang dapat diberikan berupa makanan pokok, kacang-kacangan dan minyak sayur.

3. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui

Ibu hamil dan menyusui, perlu penambahan energi sebanyak 300 kkal dan 17. g protein, sedangkan ibu menyusui perlu penambahan energi 5.00 kkal dan 17. g protein. Pembagian porsi menu makanan sehari dan contoh menu makanan untuk ibu hamil dan ibu menyusui dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 34: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

26 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Tabel 3

Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari Untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui (2200 kkal)

Bahan Makanan Jumlah Porsi (p) Pagi Selingan

Pagi Siang Selingan Sore Malam

Nasi atau bahan makanan penukar

6 p + 1 p 1 p + 1/2 p 1 p 2 p ½ p 1,5. p + ½ p

Lauk Hewani atau bahan makanan Penukar

3 p 1 p - 1 p - 1 p

Lauk Nabati atau bahan makanan Penukar

3 p 1 p - 1 p - 1 p

Sayur atau bahan makanan Penukar

3 p 1 p - 1 p - 1 p

Buah atau bahan makanan Penukar

4 p - 1 p 1 p 1 p 1 p

Gula 2 p 1 p - - 1 p -Minyak 5. p 1,5. p 1 p 1 p - 1,5. pSusu 1 p - - - - 1 p

Keterangan:

1 porsi (p) nasi/penukar ditambahkan pada makanan ibu menyusui dengan rincian tambahan ½ p pada makan

pagi dan ½ p pada makan malam

Page 35: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 27.

Tabel 4

Contoh Menu Hari I – Hari V Untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui (2200 kkal)

Waktu Makan

Menu HariI II III IV V

Pagi Nasi kuning Abon

Nasi Ikan kalengbumbu tomat

Mie kuah Tumis daging kaleng

Nasi goreng Perkedel kornet

Nasi uduk Bakwan ikan kaleng

Selingan Bola bola mie daging Tehmanis

Buah kaleng Biskuit Teh manis

Buah kaleng Biskuit Teh manis

Siang Nasi Ikan asin pedas (cabekering)

Nasi Mie goreng Opor daging kaleng

Nasi Ikan bumbu kari

Nasi

Sup Bola daging kaleng

Nasi Tumis Dendeng manis

Selingan Buah kaleng Biskuit Teh manis

Buah kaleng Martabak mie Teh manis

Buah kaleng

Sore Nasi Tim ikan kaleng

Nasi gurih Dendeng balado

Nasi Mie kuah siram daging kaleng

Nasi Sambal goreng ikanteri

Nasi Fuyunghai mie ikan sarden saos tomat

Catatan:• Menuinidiberikanselama5haripertamadimanaumumnyabahanmakanansegarsepertilaukpauk,

sayuran dan buah belum dapat diperoleh

• TabletFe(folat)terusdiberikandandikonsumsi

• Setelahharike-5diharapkansudahtersediabahanmakanansegar

• Menudapat lebihbervariasidengandiberikanmakananselinganberupabuah+biskuit,danmakansiang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar

• Buahdapatbervariasisesuaidenganbuahyangada

• Bilamakanansegarsudahdapatdiperoleh,makanankalengsepertiikankaleng,dagingkalengsupayasegera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan, sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya

Page 36: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

28 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Selain itu ibu hamil dan ibu menyusui perlu diberikan nasehat atau anjuran gizi dan kesehatan melalui kegiatan konseling menyusui dan konseling MP-ASI serta pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil.

4. Penanganan Gizi Lanjut Usia

Usia lanjut, perlu makanan dalam porsi kecil tetapi padat gizi dan mudah dicerna. Dalam pemberian makanan pada usia lanjut harus memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis agar makanan yang disajikan dapat dihabiskan. Dalam kondisi tertentu, kelompok usia lanjut dapat diberikan bubur atau biskuit.

B. Penanganan Gizi Kelompok Dewasa

1. Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan ketersediaan bahan makanan

2. Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian disesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana. Daftar Menu Harian ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh pelaksana pengolahan makanan

3. Pemberian makanan/minuman suplemen harus didasarkan pada anjuran petugas kesehatan yang berwewenang

4. Perhitungan kebutuhan gizi korban bencana disusun dengan mengacu pada rata-rata Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, sebagai mana terdapat pada Lampiran 3

5.. Menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup untuk semua pengungsi dengan standar minimal 2.100 kkal, 5.0 g protein dan 40 g lemak per orang per hari. Menu makanan disesuaikan dengan kebiasaan makan setempat, mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan serta memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.

Page 37: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 29.

BAB IV

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana merupakan kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana secara terus menerus dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengevaluasi pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan cara memantau hasil yang telah dicapai yang terkait penanganan gizi dalam situasi bencana yang meliputi input, proses dan output.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan gizi bersama tim yang dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatan dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.

1. Pra Bencanaa. Tersedianya pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi

bencana b. Tersedianya rencana kegiatan antisipasi bencana (rencana

kontinjensi)c. Terlaksananya sosialisasi dan pelatihan petugasd. Terlaksananya pembinaan antisipasi bencanae. Tersedianya data awal daerah bencana

2. Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut

a. Tersedianya data sasaran hasil RHAb. Tersedianya standar ransum di daerah bencanac. Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencanad. Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita (BB/U,

BB/TB dan TB/U)e. Terlaksananya pengumpulan data antropometri ibu hamil dan ibu

menyusui (LiLA)

Page 38: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

30 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

f. Terlaksananya konseling menyusui

g. Terlaksananya konseling MP-ASI

h. Tersedianya makanan tambahan atau MP-ASI di daerah bencana

i. Tersedianya kapsul vitamin A di daerah bencana

j. Terlaksananya pemantauan bantuan pangan dan susu formula

3. Pasca Bencana

a. Terlaksananya pembinaan teknis pasca bencana

b. Terlaksananya pengumpulan data perkembangan status gizi korban bencana.

c. Terlaksananya analisis kebutuhan (need assessment) kegiatan gizi pasca bencana

Contoh instrumen pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dapat dilihat pada Lampiran 9..

Page 39: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 31

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Edisi Revisi. Jakarta. PPKK-Kemenkes RI. 2011

2. The Management of Nutrition in Major Emergencies. Geneva. WHO. 2000

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007. Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta. Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2007.

4. Himpunan Peraturan Perundangan Tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008

5.. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7. Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008

6. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 6.A Tahun 2011 Tentang Pedoman Penanggulangan Dana Siap Pakai Pada Status Keadaan Darurat Bencana. Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008

Page 40: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

32 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Lampiran 1

CONTOH RANSUM FASE II TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL DAN CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN MAKANAN UNTUK

PENGUNGSI

Tabel 1

Contoh Standar Ransum Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal

Bahan MakananJumlah/Orang/Hari (g)

Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5Sereal (beras, terigu, jagung, bulgur) 400 420 35.0 420 45.0

Kacang-kacangan 60 5.0 100 60 5.0

Minyak goreng 25. 25. 25. 30 25.

Ikan/daging kaleng - 20 - 30 -Gula 15. - 20 20 20Garam beriodium 5. 5. 5. 5. 5.Buah dan Sayur - - - - 100Blended Food (MP-ASI) 5.0 40 5.0 - -

Bumbu - - - - 5.

Energi (kkal) 2113 2106 2087. 209.2 2116Protein (g; % kkal) 5.8 g; 11% 60 g; 11% 7.2 g; 14% 45. g; 9.% 5.1 g; 10%

Lemak (g; % kkal) 43 g; 18% 47. g; 20% 43 g; 18% 38 g; 16% 41 g; 17.%

Sumber: UNHCR, Handbook for Emergencies

Catatan :

Contoh ransum tipe 1, 2, 3, 4, dan 5. merupakan alternatif sesuai dengan faktor-faktor kebiasaan serta ketersediaan pangan setempat

Page 41: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 33

Tabel 2

Contoh Standar Ransum Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal Tipe 1

Bahan Makanan

Kebutuhan/Orang/Hari

(g)

Ukuran Rumah Tangga

(URT)

Sereal (beras, terigu, jagung) 400 2 gls

Kacang-kacangan 60 6-9. sdm

Minyak goreng 25. 2-3 sdm

Ikan/daging kaleng -

Gula 15. 1-2 sdm

Garam beriodium 5. 1 sdm

Buah dan Sayur -

Blended Food (MP-ASI) 5.0 10 sdm

Energi (kkal) 2.113

Protein (g; % kkal) 5.8 g; 11%

Lemak (g; % kkal) 43g; 18%

Catatan:

Ukuran Rumah Tangga (URT): gls = gelas; sdm = sendok makan

Page 42: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

34 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Tabel 3

Contoh Perhitungan Bahan Makanan Mentah Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal

Jika jumlah pengungsi sebanyak 15.00 orang, maka perhitungan kebutuhan bahan makanan pada Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal untuk selama 10 hari adalah sebagai berikut:

Bahan MakananKebutuhan/Orang/Hari

(g)

Kebutuhan Bahan Makanan

Untuk 1500 Pengungsi

Penambahan Kebutuhan

Bahan Makanan 10% (kg)Per Hari

(kg)Per 10 Hari

(kg)

Sereal (beras, terigu, jagung) 400 600 6.000 6600

Kacang-kacangan 60 9.0 9.00 9.9.0

Minyak goreng 25. 37.,5. 37.5. 412,5.

Ikan/daging kaleng -

Gula 15. 22,5. 225. 247.,5.

Garam beriodium 5. 7.,5. 7.5. 82,5.

Buah dan Sayur -

Blended Food (MP-ASI) 5.0 7.5. 7.5.0 825.

Energi (kkal) 2.113

Protein (g; % kkal) 5.8 g; 11%

Lemak (g; % kkal) 43g; 18%

Page 43: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 35.

Tabel 4

Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas Untuk Dibawa Pulang (Dry Ration) g/orang/hari

Bahan Makanan Ransum 1 Ransum 2

Blended Food Fortified/MP-ASI 25.0 200

Sereal

Biskuit tinggi energi

Minyak yang sudah difortifikasi dengan vitamin A 25. 20

Biji-bijian

Gula 20 15.

Garam beriodium

Energi (kkal) 1.25.0 1.000

Protein (g) 45. 36

Lemak (g) 30 30

Page 44: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

36 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Tabel 5

Contoh Standar Bantuan Pangan Terbatas Untuk Dimakan Ditempat/Dapur Umum (Wet Ration) g/orang/hari

Bahan Makanan R1 R2 R3 R4 R5

Blended Food Fortified/MP-ASI bubuk 100 125. 100

Sereal 125.

Biskuit Tinggi energi 125.

Minyak yang sudah difortifikasi dengan vitamin A 15. 20 10 10

Biji-bijian 30 30

Gula 10 10

Garam beriodium 5.

Energi (kkal) 620 5.60 7.00 605. 5.10

Protein(g) 25. 15. 20 23 18

Lemak % (kkal) 30 30 28 26 29.

Catatan :

R = Rusum

Page 45: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 37.

Lampiran 2

PENYUSUNAN MENU PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) USIA 6– 59 BULAN

Kebutuhan gizi:

Bayi 6-11 bulan, 100-120 kkal/kg berat badan, makanan terdiri dari Air Susu Ibu (ASI) + Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Anak 12-23 bulan, 80-9.0 kkal/kg berat badan, makanan terdiri dari ASI + MP-ASI/makanan keluarga

Anak 24-5.9. Bulan, 80-100 Kal/kg berat badan, makanan terdiri dari makanan keluarga

Menu MP-ASI dan makanan keluarga dibawah ini terdiri dari 2 bagian. Bagian satu adalah menu 5. hari pertama setelah keadaan darurat terjadi, dimana bantuan bahan makanan masih terbatas. Lima (5.) hari berikutnya diharapkan keadaan sudah mulai teratasi dan bantuan bahan makanan segar sudah ada, sehingga menu dapat ditambah bahan makanan segar berupa lauk, sayur dan buah sesuai kebutuhannya

Bila dari awal keadaan darurat sudah tersedia bahan makanan segar seperti daging/ikan/telur, sayur dan buah, maka harus diutamakan untuk diberikan pada bayi dan balita

Perlu diperhatikan jenis bantuan yang diberikan hendaknya juga meliputi bumbu dapur, baik yang segar maupun yang sudah diproses atau siap pakai (dalam kemasan)

Page 46: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

38 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Tabel 6

Pembagian Porsi Menu Makanan SehariUntuk Bayi 6-8 Bulan (650 kkal)

Bahan Makanan Jumlah Porsi (p) Pagi Selingan

Pagi Siang Selingan Sore Sore

ASI SekehendakNasi/penukar ¾ p ¼ p - ¼ p - ¼ pLauk/Penukar 1 p 1/3 p - 1/3 p - 1/3 pBuah 1 p - - ½ p - ½ pSusu 2/5. p - - 1/5. p - 1/5. pMinyak - - - - - -MP-ASI (blended food)

1-2 sachet(@ 25. g)

Multi vitamin dan mineral (Taburia)

1 sachet (1 g)

Tabel 7

Contoh Menu Hari I sampai VUntuk Bayi 6-8 Bulan (650 kkal)

Waktu Makan

Menu HariI II III IV V

Setiap Waktu ASI ASI ASI ASI ASI

Pagi Bubur siap saji rasa pisang

Bubur siap saji rasa apel

Bubur siap saji rasa jeruk

Bubur siap saji rasa pisang

Bubur siap saji rasa jeruk

Siang Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi

Sore Bubur siap saji rasa ikan

Bubur siap saji rasa ayam

Bubur siap saji rasa kacang hijau

Bubur siap saji rasa daging sapi

Bubur siap saji rasa kacang merah

Catatan:• ASIditeruskansekehendakbayi• Menuinidiberikanselama5haripertamadimanaumumnyabahanmakanansegarsepertilaukpauk,

sayuran dan buah belum dapat diperoleh• Setelahhari ke-5diharapkansudah tersediabahanmakanansegar, sehinggamenu lebihbervariasi

dengan diberikan makanan selingan berupa buah+biskuit, dan makan sore dilengkapi dengan lauk pauk dan sayuran segar

• Buahdapatbervariasisesuaidenganbuahyangada• Laukhewanidapatdiberikanbervariasi sesuaidenganbahanmakanansegar yang tersedia, seperti

ayam, ikan, daging, ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan • Sayurandapatdipilihdarisayuranyangtersedia,apapunjenissayurannya• Tambahkantaburia1sachet(1g)setiapduaharisekalidalamsalahsatumakananpagi

Page 47: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 39.

Tabel 8

Pembagian Porsi Menu Makanan SehariUntuk Bayi 9-11 Bulan (900 kkal)

Bahan Makanan Jumlah Porsi (p) Pagi Selingan

Pagi Siang Selingan Sore Sore

ASI SekehendakNasi/penukar 2 p 1/2 p ½ p ¼ p ½ p ¼ pLauk/Penukar 1 p 1/3 p - 1/3 p - 1/3 pBuah 1 p - ½ p - ½ p -Susu 1 p 1/3 p - 1/3 p - 1/3 pMinyak ½ p - - ¼ p - ¼ pMulti vitamin dan mineral (Taburia)

1 sachet (1 g)

Page 48: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

40

I Pe

dom

an K

egia

tan

Gizi

Dal

am P

enan

ggul

anga

n Be

ncan

a

Tabe

l 9

Cont

oh M

enu

Hari

I – H

ari V

Untu

k Ba

yi 9

-11

Bula

n (9

00 k

kal)

Wak

tu M

akan

Men

u Ha

riI

IIIII

IVV

Setia

p W

aktu

ASI

ASI

ASI

ASI

ASI

Pagi

Bubu

r siap

saji

rasa

pi

sang

Bubu

r siap

saji

rasa

ap

elBu

bur s

iap s

aji ra

sa

jeruk

Bubu

r siap

saji

rasa

pi

sang

Bu

bur s

iap s

aji ra

sa

jeruk

Selin

gan

Bisk

uit b

ayi

Bisk

uit b

ayi

Bisk

uit b

ayi

Bisk

uit b

ayi

Bisk

uit b

ayi

Sian

g Bu

bur S

umsu

mBu

bur S

umsu

mBu

bur S

umsu

mBu

bur S

umsu

mBu

bur S

umsu

mSe

linga

n Bi

skui

t bay

iBi

skui

t bay

iBi

skui

t bay

iBi

skui

t bay

iBi

skui

t bay

iSo

re

Bubu

r siap

saji

rasa

ika

nBu

bur s

iap s

aji ra

sa

ayam

Bu

bur s

iap s

aji ra

sa

kaca

ng h

ijau

Bubu

r siap

saji

rasa

da

ging

sap

iBu

bur s

iap s

aji ra

sa

kaca

ng m

erah

Cata

tan:

ASI d

iteru

skan

sek

ehen

dak

bayi

•M

enu

ini d

iber

ikan

selam

a 5.

hari

perta

ma

dim

ana

umum

nya

baha

n m

akan

an s

egar

sepe

rti la

uk p

auk,

say

uran

dan

bua

h be

lum

dap

at d

iper

oleh

Bubu

r sum

sum

dap

at d

ibua

t bila

ters

edia

tepu

ng b

eras

, san

tan/

sus

u da

n gu

lamer

ah/ p

utih

•Se

telah

har

i ke

5.-di

hara

pkan

sud

ah te

rsed

ia ba

han

mak

anan

seg

ar

•M

enu

dapa

t leb

ih b

erva

riasi

deng

an d

iber

ikan

mak

anan

seli

ngan

ber

upa

buah

+ b

iskui

t, da

n m

akan

sian

g/ s

ore

dilen

gkap

i den

gan

lauk

dan

sayu

ran

sega

r •

Buah

dap

at b

erva

riasi

sesu

ai de

ngan

bua

h ya

ng a

da

•La

uk h

ewan

i unt

uk ti

m s

arin

g da

pat d

iber

ikan

berv

arias

i ses

uai d

enga

n ba

han

mak

anan

seg

ar y

ang

ters

edia,

sep

erti

ayam

, ika

n, d

agin

g, a

taup

un te

mpe

, tah

u, k

acan

g-ka

cang

an•

Sayu

ran

untu

k tim

sar

ing

dapa

t dip

ilih d

ari s

ayur

an y

ang

ters

edia,

apa

pun

jenis

sayu

rann

ya•

Tam

bahk

an ta

buria

1 s

ache

t (1

g) s

etiap

dua

har

i sek

ali p

ada

salah

sat

u m

akan

an p

agi

Page 49: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 41

Tabel 10

Pembagian Porsi Menu Makanan SehariUntuk Anak 12-23 Bulan (1250 kkal)

Bahan Makanan Jumlah Porsi (p) Pagi Selingan

Pagi Siang Selingan Sore Sore

ASI Sekehendak

Nasi/penukar 2,5. p 3/4 p 1/4 p ½ p ¼ p ¾ p

Lauk/Penukar 3 p 1 p - 1 p - 1 p

Buah 2 p - 1 p - 1 p -

Susu 1,5. p 1/2 p - ½ p - ½ p

Minyak 1 p p - - ½ p - ½ p

Gula 1,5. p - ¾ p - - -

Multi vitamin dan mineral (Taburia)

- 1 sachet (1 g)

- - - -

Page 50: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

42

I Pe

dom

an K

egia

tan

Gizi

Dal

am P

enan

ggul

anga

n Be

ncan

a

Tabe

l 11

Cont

oh M

enu

Hari

I – H

ari V

Untu

k An

ak 1

2-23

Bul

an (1

250

kkal

)

Wak

tu M

akan

Men

u Ha

riI

IIIII

IVV

Setia

p W

aktu

ASI

ASI

ASI

ASI

ASI

Pagi

Bubu

r ber

asAb

onNa

si Ik

an k

aleng

sao

s to

mat

Mie

gore

ng c

ampu

r da

ging

kale

ng

Nasi

gorin

gAb

onNa

si ud

ukPe

rked

el da

ging

kale

ngSe

linga

nBi

skui

t Bu

ah k

aleng

Bisk

uit

Buah

kale

ngBi

skui

t Si

ang

Nasi

Sup

jamur

kale

ng d

an

teri

Nasi

Tum

is de

nden

g m

anis

Nasi

Sup

dagi

ng k

aleng

Nasi

Ikan

Sar

den

sam

bal

gore

ng

Nasi

Tim

teri

bum

bu to

mat

Cata

tan:

ASI d

iteru

skan

sek

ehen

dak

bayi

•M

enu

ini d

iber

ikan

selam

a 5.

hari

perta

ma

dim

ana

umum

nya

baha

n m

akan

an s

egar

sepe

rti la

uk p

auk,

say

uran

dan

bua

h be

lum

dap

at d

iper

oleh

Tam

bahk

an T

abur

ia da

lam m

akan

an a

nak

1 sa

chet

per

har

i•

Sete

lah h

ari k

e-5.

diha

rapk

an s

udah

ters

edia

baha

n m

akan

an s

egar

Men

u da

pat l

ebih

ber

varia

si de

ngan

dib

erika

n m

akan

an s

eling

an b

erup

a bu

ah +

bisk

uit,

dan

mak

an s

iang/

sore

dile

ngka

pi d

enga

n lau

k pa

uk d

an s

ayur

an s

egar

Buah

dap

at b

erva

riasi

sesu

ai de

ngan

bua

h ya

ng a

da

•Bi

la m

akan

an s

egar

sud

ah d

apat

dip

erol

eh, m

akan

an k

aleng

sep

eri i

kan

kalen

g, d

agin

g ka

leng

supa

ya s

eger

a di

gant

i den

gan

baha

n m

akan

an s

egar

ata

upun

tem

pe, t

ahu,

kac

ang

kaca

ngan

Sayu

ran

dapa

t dip

ilih d

ari s

ayur

an y

ang

ters

edia,

apa

pun

jenis

sayu

rann

ya•

Tam

bahk

an ta

buria

1 s

ache

t (1

g)/h

ari d

alam

sala

h sa

tu m

akan

an a

nak

Page 51: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

43

I Pe

dom

an K

egia

tan

Gizi

Dal

am P

enan

ggul

anga

n Be

ncan

a

Tabe

l 12

Pem

bagi

an P

orsi

Men

u M

akan

an S

ehar

iUn

tuk

Anak

24-

47 B

ulan

(130

0 kk

al)

Baha

n M

akan

anJu

mla

h Po

rsi

(p)

Pagi

Selin

gan

Pagi

Sian

gSe

linga

n So

reSo

reM

alam

Nasi

/pen

ukar

3,25.

p-

Lauk

/Pen

ukar

3 p

1 p

-1

p-

1 p

-

Buah

2 p

-1

p-

1 p

--

Susu

2 p

1 p

--

--

1 p

Min

yak

1,5.

p-

½ p

p-

Gula

2 p

½ p

½ p

p-

½ p

Mul

ti vi

tam

in

dan

min

eral

(Tab

uria

)-

1 sa

chet

(1 g

)-

--

--

Page 52: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

44

I Pe

dom

an K

egia

tan

Gizi

Dal

am P

enan

ggul

anga

n Be

ncan

a

Tabe

l 13

Cont

oh M

enu

Har

i I –

Har

i VU

ntuk

Ana

k 24

-47

Bula

n (1

300

kkal

)

Wak

tu M

akan

Men

u H

ari

III

IIIIV

VPa

gi

Bubu

r ber

asAb

on

Susu

Nas

i Ik

an k

alen

g sa

us to

mat

Su

su

Mie

gor

eng

Cam

pur d

agin

g ka

leng

Susu

Nas

i gor

eng

Abon

Su

su

Nas

i udu

k Pe

rked

el d

agin

g ka

leng

Susu

Selin

gan

Bisk

uit

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)

Buah

kal

eng

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)

Bisk

uit

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)

Buah

kal

eng

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)

Bisk

uit

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)Si

ang

Nas

i Ik

an tu

na k

alen

g tu

mis

ba

wan

g

Nas

i D

agin

g ka

leng

bum

bu

sant

an

Nas

i udu

k Ab

on ik

an

Nas

i Su

p ja

mur

kale

ng d

ante

ri N

asi

Tum

is D

ende

ng m

anis

Selin

gan

Buah

kal

eng

Min

uman

man

is (t

eh,s

irup,

ju

s dl

l)

Bisk

uit

Min

uman

man

is (t

eh,s

irup,

ju

s dl

l)

Buah

kal

eng

Min

uman

man

is (t

eh,s

irup,

ju

s dl

l)

Bisk

uit

Min

uman

man

is (t

eh,s

irup,

ju

s dl

l)

Buah

kal

eng

Min

uman

man

is (t

eh,s

irup,

ju

s dl

l)So

reN

asi

Sup

jam

ur k

alen

g da

n te

riSu

su

Nas

i Tu

mis

Den

deng

man

is

Susu

Nas

i Su

p da

ging

kal

eng

Susu

Nas

iIk

an s

arde

n bu

mbu

sam

bal

gore

ngSu

su

Nas

i Ti

m te

ri bu

mbu

tom

at

Susu

Cata

tan:

Men

u in

i dib

erik

an s

elam

a 5.

hari

pert

ama

dim

ana

umum

nya

baha

n m

akan

an s

egar

sepe

rti l

auk

pauk

, say

uran

dan

bua

h be

lum

dap

at d

iper

oleh

Susu

dib

erik

an 2

kal

i seh

ari k

aren

a an

ak s

udah

dis

apih

Men

u sa

ma

deng

an m

akan

an u

sia

12-2

4 bu

lan,

han

ya p

orsi

lebi

h be

sar

•Se

tela

h ha

ri ke

-5. d

ihar

apka

n su

dah

ters

edia

bah

an m

akan

an s

egar

Men

u da

pat l

ebih

ber

varia

si d

enga

n di

berik

an m

akan

an s

elin

gan

beru

pa b

uah

+ bi

skui

t, da

n m

akan

sia

ng/s

ore

dile

ngka

pi d

enga

n la

uk d

an s

ayur

an s

egar

Buah

dap

at b

erva

riasi

ses

uai d

enga

n bu

ah y

ang

ada

•Bi

la m

akan

an s

egar

sud

ah d

apat

dip

erol

eh, m

akan

an k

alen

g se

pert

i ika

n ka

leng

, dag

ing

kale

ng s

upay

a se

gera

dig

anti

deng

an b

ahan

mak

anan

seg

ar a

taup

un te

mpe

, tah

u, k

acan

g-ka

cang

an

•Sa

yura

n da

pat d

ipili

h da

ri sa

yura

n ya

ng te

rsed

ia, a

papu

n je

nis

sayu

rann

ya

•Ta

mba

hkan

tabu

ria 1

sac

het (

1 g)

/ har

i dal

am s

alah

sat

u m

akan

an a

nak

Page 53: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

45.

I Pe

dom

an K

egia

tan

Gizi

Dal

am P

enan

ggul

anga

n Be

ncan

a

Tabe

l 14

Pem

bagi

an P

orsi

Men

u M

akan

an S

ehar

iUn

tuk

Anak

48-

59 B

ulan

(175

0 kk

al)

Baha

n M

akan

anJu

mla

h Po

rsi (

p)Pa

giSe

linga

n Pa

giSi

ang

Selin

gan

Sore

Sore

Mal

am

Nasi

/pen

ukar

4 p

1 p

½ p

1 p

½ p

1 p

-La

uk/P

enuk

ar4,

5. p

1 p

½ p

1,25.

p1,

25. p

-Bu

ah3

p-

1 p

1 p

-1

p-

Susu

3 p

1 p

½ p

p-

1 p

Min

yak

1,5.

p-

½ p

p-

Gula

2 p

½ p

½ p

p-

½ p

Mul

ti vi

tam

in d

an m

iner

al

(Tab

uria

)-

1 sa

chet

(1 g

)-

--

--

Page 54: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

46

I Pe

dom

an K

egia

tan

Gizi

Dal

am P

enan

ggul

anga

n Be

ncan

a

Tabe

l 15

Cont

oh M

enu

Har

i I –

Har

i VU

ntuk

Ana

k 48

-59

Bula

n (1

750

kkal

)

Wak

tu

Mak

anM

enu

Har

iI

IIIII

IVV

Pagi

Bu

bur b

eras

Ab

on

Susu

Nas

i Ik

an k

alen

g sa

us to

mat

Su

su

Mie

gor

eng

Cam

pur d

agin

g ka

leng

Susu

Nas

i gor

eng

Abon

Su

su

Nas

i udu

k Pe

rked

el d

agin

g ka

leng

-Sus

u

Selin

gan

Bisk

uit

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)

Buah

kal

eng

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)

Bisk

uit

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)

Buah

kal

eng-

Min

uman

man

is

(teh

, siru

p, ju

s dl

l)Bi

skui

t M

inum

an m

anis

(teh

, siru

p,

jus

dll)

Sian

g N

asi

Ikan

tuna

kal

eng

tum

is b

awan

gN

asi

Dag

ing

kale

ng b

umbu

san

tan

Nas

i udu

k Ab

on ik

an

Nas

i Su

p ja

mur

kale

ng d

ante

ri N

asi

Tum

is D

ende

ng m

anis

Selin

gan

Buah

kal

eng-

Min

uman

man

is

(teh

, siru

p, ju

s dl

l)Bi

skui

t M

inum

an m

anis

(teh

, siru

p,

jus

dll)

Buah

kal

eng

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)

Bisk

uit

Min

uman

m

anis

(teh

, siru

p,

jus

dll)

Buah

kal

eng

Min

uman

man

is (t

eh, s

irup,

ju

s dl

l)So

reN

asi

Sup

jam

ur k

alen

g da

n te

riSu

su

Nas

i Tu

mis

den

deng

man

is

Susu

Nas

i Su

p da

ging

kal

eng

Susu

Nas

i Ik

an s

arde

n bu

mbu

sam

bal

gore

ngSu

su

Nas

i Ti

m te

ri bu

mbu

tom

at

Susu

Cata

tan:

Men

u in

i dib

erik

an s

elam

a 5.

hari

pert

ama

dim

ana

umum

nya

baha

n m

akan

an s

egar

sep

erti

lauk

pau

k, s

ayur

an d

an b

uah

belu

m d

apat

dip

erol

eh

•Su

su d

iber

ikan

2 k

ali s

ehar

i kar

ena

anak

sud

ah d

isap

ih

•M

enu

sam

a de

ngan

mak

anan

usi

a 12

-24

bula

n, h

anya

por

si le

bih

besa

r•

Sete

lah

hari

ke-5.

dih

arap

kan

suda

h te

rsed

ia b

ahan

mak

anan

seg

ar

•M

enu

dapa

t leb

ih b

erva

riasi

den

gan

dibe

rikan

mak

anan

sel

inga

n be

rupa

bua

h +

bisk

uit,

dan

mak

an s

iang

/sor

e di

leng

kapi

den

gan

lauk

dan

say

uran

seg

ar

•Bu

ah d

apat

ber

varia

si s

esua

i den

gan

buah

yan

g ad

a •

Bila

mak

anan

seg

ar s

udah

dap

at d

iper

oleh

, mak

anan

kal

eng

sepe

rti i

kan

kale

ng, d

agin

g ka

leng

sup

aya

sege

ra d

igan

ti de

ngan

bah

an m

akan

an s

egar

ata

upun

tem

pe, t

ahu,

kac

ang-

kaca

ngan

Sayu

ran

dapa

t dip

ilih

dari

sayu

ran

yang

ters

edia

, apa

pun

jeni

s sa

yura

nnya

•Ta

mba

hkan

tabu

ria 1

sac

het (

1 g)

/ har

i dal

am s

alah

sat

u m

akan

an a

nak

•Pe

rbed

aan

deng

an a

nak

usia

2-3

tahu

n te

rdap

at p

ada

jum

lah

baha

n m

akan

an y

ang

dibe

rikan

Page 55: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

47.

I

Ped

oman

Keg

iata

n Gi

zi D

alam

Pen

angg

ulan

gan

Benc

ana

ANGK

A KEC

UKUP

AN GI

ZI YA

NG DI

ANJU

RKAN

BAGI

BANG

SA IN

DONE

SIA (O

RANG

/HARI)

1

No

Kelom

puk

Umur

Berat

Ba

dan

(kg)

Tingg

i Ba

dan

(cm)

Energ

i (kk

al)

Pro-

tein

(g)

Vit A

(RE)

Vit D

(mcg)

Vit

E (mg)

Vit K

(mcg)

Th

ia- min

(mcg)

Ribo-

flavin

(mg)

Niacin

(m

g) As

am

Folat

(mcg)

Piri-

doksi

n (m

g) Vit

B12

(mcg)

Vit

C (m

g) Ka

l-siu

m (m

g)

Fos- for

(mg)

Magn

e- siu

m (m

g) Be

si (m

g) Iod

ium

(mcg)

Se

ng

(mg)

Sele-

niu

m (m

cg)

Mang

an

(mg)

Fluor

(mg)

An

ak

1 0 -

6 bu

lan

6,0

60

550

10

375

5 4

5 0,3

0,3

2

65

0,1

0,4

40

200

100

25

0,5

90

1,3

5 0,0

03

0,01

2 7 -

11 bu

lan

8,5

71

650

16

400

5 5

10

0,4

0,4

4 80

0,3

0,5

40

40

0 22

5 55

7

90

7,5

10

0,6

0,4

3 1 -

3 tah

un

12,0

90

1000

25

40

0 5

6 15

0,5

0,5

6

150

0,5

0,9

40

500

400

60

8 90

8,2

17

1,2

0,6

4

4 - 6

tahun

17

,0 11

0 15

50

39

450

5 7

20

0,6

0,6

8 20

0 0,6

1,2

45

50

0 40

0 80

9

120

9,7

20

1,5

0,8

5 7 -

9 tah

un

25,0

120

1800

45

50

0 5

7 25

0,9

0,9

10

20

0 1,0

1,5

45

60

0 40

0 12

0 10

12

0 11

,2 20

1,7

1,2

Pri

a 6

10 -1

2 tah

un

35,0

138

2050

50

60

0 5

11

35

1,0

1,0

12

300

1,3

1,8

50

1000

10

00

170

13

120

14

20

1,9

1,7

7 13

- 15 t

ahun

45

,0 15

0 24

00

60

600

5 15

55

1,2

1,2

14

40

0 1,3

2,4

75

10

00

1000

22

0 19

15

0 17

,4 30

2,2

2,3

8

16 - 1

8 tah

un

55,0

160

2600

65

60

0 5

15

55

1,3

1,3

16

400

1,3

2,4

90

1000

10

00

270

15

150

17,0

30

2,3

2,7

9 19

- 29 t

ahun

56

,0 16

5 25

50

60

600

5 15

65

1,2

1,3

16

40

0 1,3

2,4

90

80

0 60

0 27

0 13

15

0 12

,1 30

2,3

2,7

10

30

- 49 t

ahun

62

,0 16

5 23

50

60

600

5 15

65

1,2

1,3

16

40

0 1,3

2,4

90

80

0 60

0 30

0 13

15

0 13

,4 30

2,3

3,0

11

50

- 64 t

ahun

62

,0 16

5 22

50

60

600

10

15

65

1,2

1,3

16

400

1,7

2,4

90

800

600

300

13

150

13,4

30

2,3

3,0

12

65 +

tahun

62

,0 16

5 20

50

60

600

15

15

65

1,0

1,3

16

400

1,7

2,4

90

800

600

300

13

150

13,4

30

2,3

3,0

1Ke

putus

an M

enter

i Kese

hatan

Repu

blik In

done

sia No

mor: 1

593/M

enkes

/SK/XI

/2005

tang

gal 24

Nope

mber

2005

, tenta

ng An

gka Ke

cukup

an Gi

zi Yan

g Dian

jurkan

Bagi B

angsa

Indo

nesia

ANGK

A KEC

UKUP

AN G

IZI YA

NG DI

ANJU

RKAN

BAGI

BANG

SA IN

DONE

SIA (O

RANG

/HARI)

1

No

Kelom

puk

Umur

Berat

Ba

dan

(kg)

Tingg

i Ba

dan

(cm)

Energ

i (kk

al)

Pro-

tein (g)

Vit A

(RE)

Vit D

(mcg

) Vit

E (mg)

Vit K

(mcg

) Th

ia- min

(mcg

)

Ribo-

flavin

(m

g) Nia

cin

(mg)

Asam

Fo

lat

(mcg

)

Piri-

doksi

n (m

g) Vit

B12

(mcg

) Vit

C (m

g) Ka

l-siu

m (m

g)

Fos- for

(mg)

Magn

e- siu

m (m

g) Be

si (m

g) Iod

ium

(mcg

) Se

ng

(mg)

Sele-

niu

m (m

cg)

Mang

an

(mg)

Fluor

(mg)

An

ak

1 0 -

6 bu

lan

6,0

60

550

10

375

5 4

5 0,3

0,3

2

65

0,1

0,4

40

200

100

25

0,5

90

1,3

5 0,0

03

0,01

2 7 -

11 bu

lan

8,5

71

650

16

400

5 5

10

0,4

0,4

4 80

0,3

0,5

40

40

0 22

5 55

7

90

7,5

10

0,6

0,4

3 1 -

3 tah

un

12,0

90

1000

25

40

0 5

6 15

0,5

0,5

6

150

0,5

0,9

40

500

400

60

8 90

8,2

17

1,2

0,6

4

4 - 6

tahun

17

,0 11

0 15

50

39

450

5 7

20

0,6

0,6

8 20

0 0,6

1,2

45

50

0 40

0 80

9

120

9,7

20

1,5

0,8

5 7 -

9 tah

un

25,0

120

1800

45

50

0 5

7 25

0,9

0,9

10

20

0 1,0

1,5

45

60

0 40

0 12

0 10

12

0 11

,2 20

1,7

1,2

Pr

ia 6

10 -1

2 tah

un

35,0

138

2050

50

60

0 5

11

35

1,0

1,0

12

300

1,3

1,8

50

1000

10

00

170

13

120

14

20

1,9

1,7

7 13

- 15 t

ahun

45

,0 15

0 24

00

60

600

5 15

55

1,2

1,2

14

40

0 1,3

2,4

75

10

00

1000

22

0 19

15

0 17

,4 30

2,2

2,3

8

16 - 1

8 tah

un

55,0

160

2600

65

60

0 5

15

55

1,3

1,3

16

400

1,3

2,4

90

1000

10

00

270

15

150

17,0

30

2,3

2,7

9 19

- 29 t

ahun

56

,0 16

5 25

50

60

600

5 15

65

1,2

1,3

16

40

0 1,3

2,4

90

80

0 60

0 27

0 13

15

0 12

,1 30

2,3

2,7

10

30

- 49 t

ahun

62

,0 16

5 23

50

60

600

5 15

65

1,2

1,3

16

40

0 1,3

2,4

90

80

0 60

0 30

0 13

15

0 13

,4 30

2,3

3,0

11

50

- 64 t

ahun

62

,0 16

5 22

50

60

600

10

15

65

1,2

1,3

16

400

1,7

2,4

90

800

600

300

13

150

13,4

30

2,3

3,0

12

65 +

tahun

62

,0 16

5 20

50

60

600

15

15

65

1,0

1,3

16

400

1,7

2,4

90

800

600

300

13

150

13,4

30

2,3

3,0

1Ke

putus

an M

enter

i Kes

ehata

n Rep

ublik

Indon

esia

Nomo

r: 159

3/Men

kes/S

K/XI/2

005 t

angg

al 24

Nop

embe

r 200

5, ten

tang A

ngka

Kecu

kupa

n Gizi

Yang

Dian

jurka

n Bag

i Ban

gsa I

ndon

esia

Lam

pira

n 3

No

Kelom

puk

Umur

Berat

Ba

dan

(kg)

Tingg

i Ba

dan

(cm)

Energ

i (kk

al)

Pro- tein (g)

Vit A

(RE)

Vit D

(m

cg)

Vit E (m

g) Vit

K (m

cg)

Thia- min

(mcg

)

Ribo-

flavin

(m

g) Nia

cin

(mg)

Asam

Fo

lat

(mcg

)

Piri-

doksi

n (m

g) Vit

B12

(mcg

) Vit

C

(mg)

Kal-

sium

(mg)

Fos- for

(mg)

Magn

e- siu

m (m

g) Be

si (m

g) Iod

ium

(mcg

) Se

ng

(mg)

Sele-

niu

m (m

cg)

Mang

an

(mg)

Fluor

(mg)

Wa

nita

13

10 -1

2 tah

un

37,0

145

2050

50

60

0 5

11

35

1,0

1,0

12

300

1,2

1,8

50

1000

10

00

180

20

120

12,6

20

1,6

1,8

14

13 - 1

5 tah

un

48,0

153

2350

57

60

0 5

15

55

1,1

1,0

13

400

1,2

2,4

65

1000

10

00

230

26

150

15,4

30

1,6

2,4

15

16 - 1

8 tah

un

50,0

154

2200

50

60

0 5

15

55

1,1

1,0

14

400

1,2

2,4

75

1000

10

00

240

26

150

14,0

30

1,6

2,5

16

19 - 2

9 tah

un

52,0

156

1900

50

50

0 5

15

55

1,0

1,1

14

400

1,3

2,4

75

800

600

240

26

150

9,3

30

1,8

2,5

17

30 - 4

9 tah

un

55,0

156

1800

50

50

0 5

15

55

1,0

1,1

14

400

1,3

2,4

75

800

600

270

26

150

9,8

30

1,8

2,7

18

50 - 6

4 tah

un

55,0

156

1750

50

50

0 10

15

55

1,0

1,1

14

40

0 1,5

2,4

75

80

0 60

0 27

0 12

15

0 9,8

30

1,8

2,7

19

65

+ tah

un

55,0

156

1600

50

50

0 15

15

55

1,0

1,1

14

40

0 1,5

2,4

75

80

0 60

0 27

0 12

15

0 9,8

30

1,8

2,7

Ha

mil

20

Trime

ster I

+ 100

+ 1

7 +3

00

+ 0

+ 0

+ 0

+ 0,3

+ 0,3

+ 4

+ 200

+ 0

,4 + 0

,2 + 1

0 +1

50

+ 0

+ 30

+ 0

+ 50

+ 1,7

+ 5

+ 0,2

+ 0,2

21

Trime

ster II

+ 3

00

+ 17

+300

+ 0

+ 0

+ 0

+ 0

,3 + 0

,3 + 4

+ 2

00

+ 0,4

+ 0,2

+ 10

+150

+ 0

+ 3

0 + 9

+ 5

0 + 4

,2 + 5

+ 0

,2 + 0

,2 22

Tri

meste

r III

+ 300

+ 1

7 +3

00

+ 0

+ 0

+ 0

+ 0,3

+ 0,3

+ 4

+ 200

+ 0

,4 + 0

,2 + 1

0 +1

50

+ 0

+ 30

+ 13

+ 50

+ 9,0

+ 5

+ 0,2

+ 0,2

Me

nyus

ui 23

6 b

ulan p

ertam

a

+ 500

+ 1

7 +3

50

+ 0

+ 4

+ 0

+ 0,3

+ 0,4

+ 3

+ 100

+ 0

,5 + 0

,4 + 4

5 +1

50

+ 0

+ 30

+ 6

+ 50

+ 4,6

+ 10

+ 0,8

+ 0,2

24

6 bula

n ked

ua

+ 5

50

+ 17

+350

+ 0

+ 4

+ 0

+ 0

,3 + 0

,4 + 3

+ 1

00

+ 0,5

+ 0,4

+ 45

+150

+ 0

+ 3

0 + 6

+ 5

0 + 4

,6 + 1

0 + 0

,8 + 0

,2

Page 56: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

48

I Pe

dom

an K

egia

tan

Gizi

Dal

am P

enan

ggul

anga

n Be

ncan

a

Lam

pira

n 4

FORM

ULIR

I. REG

ISTRA

SI KE

LUAR

GA DA

N IBU

HAMI

L

Tang

gal

:

Kecam

atan

: Na

ma Po

sko

:

Kabu

paten

/Kota

: De

sa/Ke

lurah

an

:

Provin

si :

No

Nama

Ke

pala

Kelua

rga

Juml

ah Ba

lita

0-59 B

ulan

Juml

ah Ba

lita M

enuru

t Kelo

mpok

Usia

dan J

enis

Kelam

in Ju

mlah

Jiwa

≥ 5 T

ahun

To

tal Ji

wa

0-5

Bulan

6-1

1 Bu

lan

12-23

Bulan

24

-59

Bulan

La

ki- laki

Perem

puan

Ju

mlah

L

P L+

P L

P L

P L

P L

P Ha

mil

Tidak

Ha

mil

L P

Juml

ah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5=3+

4) (6)

(7)

(8)

(9)

(10

) (11

) (12

) (13

) (14

) (15

) (16

) (17

=14+

15+1

6) (18

=3+1

4) (19

=4+1

5+16

) (20

=18+

19)

1

2

3

4

5

6

Form

I

No

Nama

Ke

pala

Kelua

rga

Juml

ah Ba

lita

0-59 B

ulan

Juml

ah Ba

lita M

enuru

t Kelo

mpok

Usia

dan J

enis

Kelam

in Ju

mlah

Jiwa

≥ 5 T

ahun

To

tal Ji

wa

0-5

Bulan

6-1

1 Bu

lan

12-23

Bulan

24

-59

Bulan

La

ki- laki

Perem

puan

Ju

mlah

L

P L+

P L

P L

P L

P L

P Ha

mil

Tidak

Ha

mil

L P

Juml

ah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5=3+

4) (6)

(7)

(8)

(9)

(10

) (11

) (12

) (13

) (14

) (15

) (16

) (17

=14+

15+1

6) (18

=3+1

4) (19

=4+1

5+16

) (20

=18+

19)

7

8

9

10

11

12

Juml

ah

Catat

an: L

=Lak

i-laki;

P=Pe

rempu

an

Pena

nggu

ng Ja

wab,

Petug

as,

-------

------

------

------

------

-----

----

------

------

------

------

-------

Page 57: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

49.

I Pe

dom

an K

egia

tan

Gizi

Dal

am P

enan

ggul

anga

n Be

ncan

a

Lam

pira

n 5

FORM

ULIR

II. HA

SIL PE

NGUK

URAN

ANTR

OPOM

ETRI

DAN F

AKTO

R PEN

YULIT

PADA

ANAK

BALIT

A2

Tang

gal

:

Kecam

atan

: Na

ma Po

sko

:

Kabu

paten

/Kota

: De

sa/Ke

lurah

an

:

Provin

si :

No

Nama

Ke

pala

Kelua

rga

Nama

Ba

lita

Jenis

Ke

lamin

Tang

gal L

ahir

(Tgl-B

ln-Th

n) Um

ur (Bu

lan)

Antro

pome

tri Kli

nis

Gizi

Buruk

Fakto

r Pen

yulit

L P

LiLA

(cm

) Ka

tegori

LiL

A BB

(kg)

PB at

au TB

(cm

) BB

/PB

atau

BB/TB

Dia

re ISP

A Ca

mpak

Ma

laria

Lain-

lain

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

1

2

2 Keter

anga

n: L:

Laki-l

aki; P

: Pere

mpua

n; LiL

A: Lin

gkar L

enga

n Atas

Ka

tegori

LiLA

: <11

,5 cm

= Se

verely

Acute

Maln

utritio

n (SA

M); ≥

11,5

cm sa

mpai <

12,5

cm =

Mode

rate A

cute M

alnutr

ition (

MAM)

; ≥12

,5 cm

= No

rmal

BB/PB

atau

BB/TB

: San

gat K

urus (

Z-Scor

e <-3

SD); K

urus (

Z-Scor

e ≥-3

SD sa

mpai <

-2 SD

); Norm

al (Z-S

core ≥

-2 SD

samp

ai <+2

SD); G

emuk

(Z-Sc

ore ≥+

2 SD)

ISPA:

Infeks

i Salu

ran Pe

rnafas

an Ak

ut Kli

nis Gi

zi Buru

k : M

= Mara

smus,

K = K

washi

orkor,

M+K

= Ma

rasmik

-Kwash

iorkor

Form

II

FORM

ULIR

II. HA

SIL PE

NGUK

URAN

ANTR

OPOM

ETRI

DAN F

AKTO

R PEN

YULIT

PADA

ANAK

BALIT

A2

Tang

gal

:

Kecam

atan

: Na

ma Po

sko

:

Kabu

paten

/Kota

: De

sa/Ke

lurah

an

:

Provin

si :

No

Nama

Ke

pala

Kelua

rga

Nama

Ba

lita

Jenis

Ke

lamin

Tang

gal L

ahir

(Tgl-B

ln-Th

n) Um

ur (Bu

lan)

Antro

pome

tri Kli

nis

Gizi

Buruk

Fakto

r Pen

yulit

L P

LiLA

(cm

) Ka

tegori

LiL

A BB

(kg)

PB at

au TB

(cm

) BB

/PB

atau

BB/TB

Dia

re ISP

A Ca

mpak

Ma

laria

Lain-

lain

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

1

2

2 Keter

anga

n: L:

Laki-l

aki; P

: Pere

mpua

n; LiL

A: Lin

gkar L

enga

n Atas

Ka

tegori

LiLA

: <11

,5 cm

= Se

verely

Acute

Maln

utritio

n (SA

M); ≥

11,5

cm sa

mpai <

12,5

cm =

Mode

rate A

cute M

alnutr

ition (

MAM)

; ≥12

,5 cm

= No

rmal

BB/PB

atau

BB/TB

: San

gat K

urus (

Z-Scor

e <-3

SD); K

urus (

Z-Scor

e ≥-3

SD sa

mpai <

-2 SD

); Norm

al (Z-S

core ≥

-2 SD

samp

ai <+2

SD); G

emuk

(Z-Sc

ore ≥+

2 SD)

ISPA:

Infeks

i Salu

ran Pe

rnafas

an Ak

ut Kli

nis Gi

zi Buru

k : M

= Mara

smus,

K = K

washi

orkor,

M+K

= Ma

rasmik

-Kwash

iorkor

Form

II No

Na

ma

Kepa

la Ke

luarga

Na

ma

Balita

Jenis

Kelam

in Ta

ngga

l Lah

ir (Tg

l-Bln-

Thn)

Umur

(Bulan

)

Antro

pome

tri Kli

nis

Gizi

Buruk

Fakto

r Pen

yulit

L P

LiLA

(cm

) Ka

tegori

LiL

A BB

(kg)

PB at

au TB

(cm

) BB

/PB

atau

BB/TB

Dia

re ISP

A Ca

mpak

Malar

ia La

in-lain

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

3

4

5

6

7

8

Ju

mlah

Pe

nanggu

ng Jaw

ab,

Petug

as,

--------

--------

--------

--------

----

----

--------

--------

--------

-------

Page 58: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

5.0

I Pe

dom

an K

egia

tan

Gizi

Dal

am P

enan

ggul

anga

n Be

ncan

a

FORM

ULIR

III. H

ASIL

PENG

UKUR

AN A

NTRO

POME

TRI P

ADA

IBU

HAMI

L3

Tang

gal

:

Keca

matan

:

Nama

Posk

o :

Ka

bupa

ten/Ko

ta :

Desa

/Kelur

ahan

:

Pr

ovins

i :

No

Nama

Kep

ala K

eluarg

a Na

ma Ib

u ham

il Ta

ngga

l Lah

ir Um

ur

(Tahu

n) Um

ur K

eham

ilan (

Trim

ester

) An

tropo

metri

I

II III

LiLA

Kateg

ori

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

1

2

3 4 5 6

3 Kete

ranga

n: Ka

tegor

i Ling

kar L

enga

n Atas

(LiLA

) Ibu H

amil:

<23,5

cm =

risiko

Kuran

g Ene

rgi Kr

onis

(KEK

); ≥23

,5 cm

= No

rmal

Form

II

FORM

ULIR

III. HA

SIL PE

NGUK

URAN

ANTR

OPOM

ETRI

PADA

IBU H

AMIL3

Ta

ngga

l :

Ke

cama

tan

: Na

ma Po

sko

:

Kabu

paten

/Kota

: De

sa/Ke

lurah

an

:

Provin

si :

No

Nama

Kepa

la Ke

luarga

Na

ma Ib

u ham

il Ta

ngga

l Lah

ir Um

ur (Ta

hun)

Umur

Keha

milan

(Trim

ester

) An

tropo

metri

I II

III LiL

A Ka

tegori

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

1

2

3 4 5 6

3 Kete

ranga

n: Ka

tegori

Ling

kar L

enga

n Atas

(LiLA

) Ibu H

amil:

<23,5

cm =

risiko

Kuran

g Ene

rgi Kr

onis (

KEK);

≥23,5

cm =

Norm

al

Form

II

Lam

pira

n 6

No

Nama

Kep

ala K

eluar

ga

Nama

Ibu h

amil

Tang

gal L

ahir

Umur

(T

ahun

) Um

ur K

eham

ilan (

Trim

ester

) An

tropo

metri

I

II III

LiLA

Kateg

ori

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

7 8 9 10

Juml

ah

Pe

nang

gung

Jawa

b,

Pe

tugas

, ---

------

------

------

------

------

---

---

------

------

------

------

------

--

Page 59: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 5.1

Lampiran 7

Pernyataan Bersama United Nations Children,s Fund (Unicef), World Health Organization (WHO)

dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

Jakarta, 7 Januari 2005

Rekomendasi Tentang Pemberian Makanan Bayi Pada Situasi Darurat

A. Kebijakan Tentang Pemberian Makanan Bayi

1. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir dalam waktu 1 jam pertama.

2. Memberikan hanya ASI saja atau ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai umur 6 bulan.

3. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi mulai umur 6 bulan.

4. Tetap memberikan ASI sampai anak umur 2 tahun atau lebih.

B. Pemberian ASI (Menyusui) 1

1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu.1

1 Rekomendasi didasarkan pada Kode Internasional Pemasaran Susu Formula, World Health Assembly (WHA) tahun 19.9.4 dan 19.9.6, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pemasaran Pengganti ASI, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Indonesia. WHA ke 47. menyatakan: Pada operasi penanggulangan bencana, pemberian ASI pada bayi harus dilindungi, dipromosikan dan didukung. Semua sumbangan susu formula atau produk lain dalam lingkup Kode, hanya boleh diberikan dalam keadaan terbatas.

Page 60: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

5.2 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

2. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.

3. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

4. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat.

DALAM SITUASI DARURAT:

a. Menyusui menjadi lebih penting karena sangat terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih bahan bakar dan kesinambungan ketersediaan susu formula dalam jumlah yang memadai.

b. Pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya diare, kekurangan gizi dan kematian bayi.

c. Sumbangan susu formula dari donor, maka distribusi maupun penggunaannya harus dimonitor oleh tenaga yang terlatih, sesuai dengan beberapa prinsip di bawah ini:

Susu formula hanya boleh diberikan pada keadaan sangat terbatas, yaitu:

1) Telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui dari ibu, dan relaktasi tidak memungkinkan. Diberikan hanya kepada anak yang tidak dapat menyusu, misalnya: anak piatu, dll.

2) Bagi bayi piatu dan bayi yang ibunya tidak lagi bisa menyusui, persediaan susu formula harus dijamin selama bayi membutuhkannya.

3) Diusahakan agar pemberian susu formula dibawah supervisi dan monitoring yang ketat oleh tenaga kesehatan terlatih.

4) Ibu atau pengasuh bayi perlu diberi informasi yang memadai dan

Page 61: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 5.3

konseling tentang cara penyajian susu formula yang aman dan praktek pemberian makan bayi yang tepat.

5.) Hanya susu formula yang memenuhi standar Codex Alimentarius yang bisa diterima.

6) Sedapat mungkin susu formula yang diproduksi oleh pabrik yang melanggar Kode Internasional Pemasaran Susu Formula jangan/tidak diterima.

7.) Jika ada pengecualian untuk butir di atas, pabrik tersebut sama sekali tidak diperbolehkan mempromosikan susu formulanya.

8) Susu Kental Manis dan Susu cair tidak boleh diberikan kepada bayi berumur kurang dari 12 bulan.

9.) Susu formula diberi label dengan petunjuk yang jelas tentang cara penyajian, masa kadaluwarsa minimal 1 tahun, dalam bahasa yang dimengerti oleh ibu, pengasuh atau keluarga.

10) Botol dan dot tidak boleh di distribusikan dan tidak dianjurkan untuk digunakan. Pemberian susu formula hendaknya menggunakan cangkir atau gelas.

11) Susu bubuk skim tidak boleh diberikan sebagai komoditas tunggal atau sebagai bagian dari distribusi makanan secara umum, karena dikhawatirkan akan digunakan sebagai pengganti ASI.

12) Untuk mengurangi bahaya pemberian susu formula, beberapa hal di bawah ini sebisa mungkin dipenuhi:

a) Gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan, diberikan sabun untuk mencuci.

b) Alat yang bersih untuk membuat susu dan menyimpannya.

c) Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (jangan gunakan botol susu).

d) Bahan bakar dan air bersih yang cukup (bila memungkinkan gunakan air dalam kemasan).

Page 62: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

5.4 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

e) Kunjungan ulang untuk perawatan tambahan dan konseling.

f) Lanjutkan promosi menyusui untuk menghindari penggunaan susu formula bagi bayi yang ibunya masih bisa menyusui.

C. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

1. MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan.

2. MP-ASI sebaiknya disediakan berdasarkan bahan lokal (bila memungkinkan).

3. MP-ASI harus yang mudah dicerna.

4. Pemberian MP-ASI disesuaikan dengan umur dan kebutuhan gizi bayi.

5.. MP-ASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup.

D. Perawatan dan Dukungan Bagi Ibu Menyusui

1. Ibu menyusui membutuhkan perhatian dan perawatan ekstra.

2. Kondisi yang mendukung pemberian ASI eksklusif mencakup:

a. Perawatan ibu nifas.

b. Rangsum makanan tambahan.

c. Air minum untuk ibu menyusui.

d. Tenaga yang terampil dalam konseling menyusui.

E. Menepis Mitos

Mitos tentang menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu maupun dukungan yang diterimanya. Empat mitos yang paling sering adalah:

i. Stres menyebabkan ASI kering

Walaupun stres berat atau rasa takut dapat menyebabkan terhentinya

Page 63: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 5.5.

aliran ASI, akan tetapi keadaan ini biasanya hanya sementara, sebagaimana reaksi fisiologis lainnya. Bukti menunjukkan bahwa menyusui dapat menghasilkan hormon yang dapat meredakan ketegangan kepada ibu dan bayi dan menimbulkan ikatan yang erat antara ibu dan anak.

ii. Ibu dengan gizi kurang tidak mampu menyusui

Ibu menyusui harus mendapat makanan tambahan agar dapat menyusui dengan baik dan mempunyai kekuatan untuk juga merawat anaknya yang lebih besar. Jika kondisi gizi ibu sangat buruk, pemberian susu formula disertai alat bantu menyusui diharapkan dapat meningkatkan produksi ASI.

iii. Bayi dengan diare membutuhkan air atau teh

Berhubung ASI mengandung 9.0% air, maka pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan diare biasanya tidak membutuhkan cairan tambahan seperti air gula atau teh. Apalagi, dalam situasi bencana seringkali air telah terkontaminasi. Pada kasus diare berat, cairan oralit (yang diberikan dengan cangkir) mungkin dibutuhkan disamping ASI.

iv. Sekali menghentikan menyusui, tidak dapat menyusui

Jika bayi mendapat susu formula, ibu dapat menyusui kembali setelah terhenti sementara, dengan memberikan teknik relaktasi dan dukungan yang tepat. Keadaan ini kadang-kadang sangat vital dalam kondisi ini.1

Page 64: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

5.6 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Page 65: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 5.7.

Lampiran 8

REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI)

MENGENAI AIR SUSU IBU (ASI) DAN MENYUSUI

Air Susu Ibu (ASI) dan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi, melainkan juga bagi ibu, keluarga, masyarakat, rumah sakit, dan lingkungan. Menyusui juga memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan fisik dan emosional baik ibu maupun bayi. ASI bukan hanya sumber nutrisi optimal, melainkan juga mengandung antibodi yang melindungi bayi terhadap berbagai penyakit. Oleh karena manfaatnya yang sedemikian besar, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sudah sepantasnya setiap tenaga kesehatan maupun anggota masyarakat turut mendukung dan menggalakkan pemakaian ASI.

Manfaat ASI dan menyusui

Air susu ibu tidak hanya bermanfaat bagi bayi, melainkan juga bagi ibu, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

Manfaat bagi ibu

1. Proteksi kesehatan ibu. Oksitosin yang dilepaskan sewaktu menyusui menolong uterus untuk kembali ke ukuran semula dan mengurangi perdarahan pasca-persalinan.1

2. Menyusui mengurangi risiko kanker payudara dan kanker ovarium pada ibu. Analisis data dari 47. studi epidemiologi di 30 negara menunjukkan bahwa risiko relatif kanker payudara menurun sebanyak 4,3% untuk setiap tahun menyusui.2

3. Menjarangkan kehamilan. Selama enam bulan pertama setelah melahirkan, jika seorang wanita belum mendapat kembali haidnya dan

1 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 21 November 2010

Page 66: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

5.8 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

menyusui secara eksklusif maka proteksi terhadap terjadinya kehamilan adalah 9.8%. Semakin lama menyusui, makin lama periode amenore dan makin lama dapat menunda kehamilan. 3

Manfaat bagi bayi

1. Nutrisi optimal. ASI mengandung nutrien terbaik yang mudah dicerna dan diserap secara efisien. Bayi yang mendapat ASI tidak perlu lagi diberikan air putih maupun cairan lain, karena sebagian besar komponen penyusun ASI adalah air (7.0%) dan kandungan air dalam ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan cairan bayi.

2. Meningkatkan imunitas. Sistem imun bayi belum berkembang sempurna pada tahun pertama kehidupan, sehingga bayi bergantung pada ASI untuk melawan infeksi.

3. Menurunkan risiko diare

a. Bayi yang mendapat ASI non-eksklusif lebih sering mengalami diare dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif, namun risiko ini lebih kecil dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI. 4

b. Studi di Skotlandia menunjukkan bahwa pada usia 0-13 minggu, bayi yang mendapat ASI lebih jarang mengalami diare dibandingkan mereka yang mendapat susu formula sejak lahir (IK 9.5.% untuk reduksi insidens 6,6%-16,8%). 5.

c. Studi di Amerika Serikat terhadap 17.43 pasangan ibu-anak menunjukkan bayi yang sama sekali tidak mendapat ASI lebih sering mengalami diare dibandingkan kelompok yang mendapat ASI eksklusif (OR 1,8). Efek profektif ASI sebanding dengan jumlah ASI yang didapat. 6

d. Studi PROBIT (Promotion of Breastfeeding Intervention Trial) dilakukan di rumah sakit yang dipilih secara acak untuk menerima intervensi berupa peningkatan cakupan dan durasi menyusui berdasarkan panduan Baby-friendly Hospital Initiative (BFHI) yang disusun oleh WHO dan UNICEF. Sebanyak 1649.1 pasangan ibu-

Page 67: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 5.9.

anak diikuti selama 12 bulan. Kelompok ibu yang melahirkan di rumah sakit intervensi lebih banyak yang memberikan ASI eksklusif pada usia tiga dan enam bulan. Anak pada kelompok intervensi juga lebih jarang mengalami infeksi gastrointestinal (OR 0,60; IK 9.5.% 0,40–0,9.1). 7.

4. Mengurangi risiko infeksi respiratorik

a. Studi di Skotlandia menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASI lebih jarang mengalami infeksi saluran napas. Pada usia 0-13 minggu, hanya 23% bayi ASI yang mengalami infeksi saluran napas dibandingkan dengan 39.% bayi yang mendapat susu formula. (IK 9.5.% untuk perbedaan insidens 3,9.%-20,3%). 5.

b. Studi di Brazil menunjukkan bahwa risiko dirawat karena pneumonia lebih tinggi 17. kali lipat pada bayi yang tidak mendapat ASI (OR 16,7.; IK 9.5.% 7.,7.–36,0) dibandingkan bayi yang mendapat ASI. 8

c. Survey rumah tangga nasional di Amerika yang diadakan tahun 19.88-19.9.4 menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif selama 4 sampai <6 bulan memiliki risiko lebih tinggi mengalami pneumonia (adjusted OR 4,27.; IK 9.5.% 1,27.-14,35.) dibandingkan anak yang mendapat ASI eksklusif≥6 bulan. 9.

5. Mengurangi risiko otitis media

a. Studi di Swedia melaporkan bahwa bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita otitis media dibandingkan bayi yang diberi susu formula. Kejadian otitis media pada bayi berusia 1-3 bulan yang mendapat ASI hanya 1%, dibandingkan dengan 6% pada bayi yang tidak mendapat ASI. 10

b. Studi terhadap 17.43 bayi di Amerika menunjukkan bahwa ASI memiliki efek proteksi terhadap otitis media. Risiko otitis media lebih besar pada kelompok yang diberi ASI campur formula (OR 1,6) dan yang tidak mendapat ASI sama sekali (OR 1,7.) dibandingkan kelompok ASI eksklusif. Efek protektif ini dipengaruhi oleh banyaknya ASI yang diminum. 6

Page 68: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

60 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

c. Survey rumah tangga nasional di Amerika yang diadakan tahun 19.88-19.9.4 menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif selama 4 sampai <6 bulan memiliki risiko lebih tinggi mengalami otitis media rekuren (adjusted OR 1,9.5.; IK 9.5.% 1,06-3,5.9.) dibandingkan anak yang mendapat ASI eksklusif ≥6 bulan. 9.

6. Mengurangi risiko penyakit kronik

Metaanalisis terhadap 17. studi kasus kontrol dan 2 studi ekologi menunjukkan bahwa kelompok yang tidak pernah mendapat ASI lebih sering menderita Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), dengan OR 1,13 (IK 9.5.% 1,04-1,23). Subjek yang mendapat ASI selama <3 bulan memiliki risiko lebih tinggi menderita IDDM dibandingkan kelompok yang mendapat ASI ≥3 bulan (OR 1,23; IK 9.5.% 1,12-1,35.). Keterbatasan studi ini adalah kemungkinan recall bias yang berpotensi terjadi pada studi kasus kontrol. 11

7. Mengurangi angka kematian bayi

a. Analisis terhadap tiga studi mengenai kematian bayi di Ghana, Pakistan, dan Filipina menunjukkan bahwa ASI merupakan faktor protektif terhadap kematian akibat diare (OR 6,1; IK 9.5.% 4,1-9.,0) dan kematian akibat infeksi respiratorik akut (OR 2,4; IK 9.5.% 1,6-3,5.) selama enam bulan pertama kehidupan. Daya proteksi ASI menurun seiring dengan usia. Rasio odds gabungan (IK 9.5.%) untuk usia <2 bulan, 2-3 bulan, 4-5. bulan, 6-8 bulan, dan 9.-11 bulan adalah berturut-turut 5.,8 (3,4-9.,8), 4,1 (2,7.-6,4), 2,6 (1,6-3,9.), 1,8 (1,2-2,8), dan 1,4 (0,8-2,6). 12

b. Studi di Ghana, India, dan Peru yang mengikutsertakan 9.424 pasangan ibu-bayi menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal risiko kematian antara anak yang mendapat ASI eksklusif dan yang mendapat ASI predominan (adjusted hazard ratio, HR 1,46; IK 9.5.% 0,7.5.–2,86). Bayi yang tidak mendapat ASI memiliki risiko mortalitas lebih besar dibandingkan mereka yang mendapat ASI predominan (adjusted HR 10,5.; IK 9.5.% 5.,0–22,0), demikian pula bila dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI sebagian (adjusted HR 2,46, IK 9.5.% 1,44–4,18). Temuan ini

Page 69: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 61

menggarisbawahi risiko kematian pada anak yang tidak mendapat ASI, dan risiko ini jauh lebih rendah pada anak yang mendapat ASI predominan maupun ASI eksklusif. 1

8. Mengurangi risiko alergi

a. Studi di Swedia yang mengikutsertakan 4089. bayi yang diikuti sejak lahir sampai usia 2 tahun menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI eksklusif selama ≥4 bulan lebih jarang mengalami asma (OR 0,7.; IK 9.5.% 0,5.-0,9.). 14

b. Studi PROBIT dilakukan di rumah sakit yang dipilih secara acak untuk menerima intervensi berupa peningkatan cakupan dan durasi menyusui berdasarkan panduan Baby-friendly Hospital Initiative (BFHI) yang disusun oleh WHO dan UNICEF. Sebanyak 1649.1 pasangan ibu-anak diikuti selama 12 bulan. Kelompok ibu yang melahirkan di rumah sakit intervensi lebih banyak yang memberikan ASI eksklusif. Anak pada kelompok intervensi juga memiliki risiko dermatitis atopi lebih rendah (OR 0,5.4; IK 9.5.% 0,31–0,9.5.). 7.

9. Mengurangi risiko obesitas

a. Studi di Jerman menunjukkan bahwa prevalens obesitas pada anak usia 5.-6 tahun yang tidak pernah mendapat ASI adalah 5. kali lipat dibandingkanmerekayangmendapatASIselama>1tahun.Makinlama durasi pemberian ASI, makin kecil prevelens obesitas. Analisis statistik menunjukkan ASI merupakan faktor protektif terhadap obesitas (OR 0,7.5.; IK 9.5.% 0,5.7.-0,9.8). 15.

b. Studi di Amerika terhadap lebih dari 15.000 anak menunjukkan bahwa prevalens gizi lebih (overweight) pada anak usia 9.-14 tahun yang mendapat ASI atau ASI predominan selama sedikitnya 7. bulan lebih rendah dibandingkan kelompok yang mendapat ASI selama ≤3 bulan (adjusted OR 0,8; IK 9.5.% 0,67.-0,9.6). 16

10. Meningkatkan kecerdasan dan kemampuan psikososial dan perkembangan

a. ASI menguatkan (bonding) antara ibu dan bayi. Kontak erat setelah melahirkan akan menciptakan hubungan saling mencintai antara ibu

Page 70: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

62 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

dan bayi. Bayi lebih jarang menangis jarang mengalami asma (OR 0,7.; IK 9.5.% 0,5.-0,8). Anak yang mendapat ASI sebagian selama ≥6 bulan juga lebih dan ibu dapat memahami serta merespons kebutuhan bayinya lebih baik.

b. Studi PROBIT di Belarus yang melibatkan 17.046 bayi melaporkan bahwa ASI eksklusif meningkatkan perkembangan kognitif anak. Hasil studi ini menunjukkan perbedaan rerata skor Wechsler Abbreviated Scaled of Intelligence (WASI) antara anak yang mendapat ASI dengan yang tidak adalah 7.,5. (IK 9.5.% 0,8-14,3) untuk IQ verbal, 2,9. (IK 9.5.% -3,3-9.,1) untuk IQ performance, dan 5.,9. (-1,0-12,8) untuk IQ secara keseluruhan. 17.

c. Studi di Kopenhagen menunjukkan bahwa pemberian ASI berkorelasi secara bermakna terhadap skor IQ pada usia 27.,2 tahun. Makin lama durasi ASI, makin tinggi skor IQ. 18

Manfaat bagi keluarga 19.

1. Kesehatan dan status nutrisi yang lebih baik.

2. Manfaat ekonomi. ASI sama sekali tidak membutuhkan biaya dibandingkan susu formula. Uang yang dibelanjakan untuk susu formula dapat digunakan untuk membeli makanan bergizi bagi ibu dan anggota keluarga lainnya.

3. Mengurangi biaya kesehatan, karena bayi ASI lebih jarang menderita sakit dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

Manfaat bagi rumah sakit 19.

1. Menyusui menciptakan atmosfir yang lebih tenang dan hangat, karena bayi lebih jarang menangis dan ibu lebih cepat merespon tangisan bayinya.

2. Bila kebijakan (rooming-in) berjalan dengan baik, maka tidak dibutuhkan ruang perawatan bayi sehingga sumber daya manusia, waktu, maupun biaya rumah sakit yang terserap untuk ruang perawatan bayi dapat

Page 71: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 63

dikurangi. Special care nursery masih dibutuhkan untuk bayi yang sakit.

3. Rooming-in dan dukungan terhadap ASI akan meningkatkan citra rumah sakit dan menunjukkan bahwa rumah sakit tersebut memberikan pelayanan yang terbaik bagi ibu dan bayi.

Manfaat bagi komunitas 20

1. Menurunkan biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh negara.

2. Menurunkan angka absensi orangtua sehingga meningkatkan produktivitas dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan negara.

3. Mengurangi beban lingkungan untuk mengolah limbah kaleng susu fomula dan botol, serta mengurangi konsumsi energi untuk memproduksi susu formula.

Rekomendasi IDAI

1. Dokter spesialis anak dan tenaga medis merekomendasikan ASI bagi semua bayi yang tidak memiliki kontraindikasi medis serta memberikan edukasi mengenai manfaat ASI dan menyusui.

a. Kontraindikasi medis yang dimaksud mengacu pada Panduan WHO 2009., termuat pada bagian selanjutnya dari rekomendasi ini. Bila terdapat kontraindikasi, maka harus ditelaah lebih lanjut, apakah kontraindikasi tersebut bersifat sementara atau permanen. Bila kontraindikasi hanya bersifat sementara, maka ibu dianjurkan memerah ASI untuk menjagai kesinambungan produksi ASI. Bila menyusui langsung tidak memungkinkan, maka dianjurkan memberikan ASI yang diperah.

b. Keputusan untuk tidak menyusui atau menghentikan menyusui sebelum waktunya didasarkan pada pertim- bangan bahwa risiko menyusui akan lebih membahayakan dibanding manfaat yang akan didapatkan.

2. ASI-eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi makanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu

Page 72: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

64 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

selain ASI. Pemberian vitamin, mineral, dan obat-obatan diperbolehkan selama pemberian ASI-eksklusif.

3. Seluruh kebijakan yang memfasilitasi pemberian ASI/menyusui harus didukung. Edukasi orang tua sejak kehamilan merupakan komponen penting penentu keberhasilan menyusui. Dukungan dan semangat dari ayah dapat berperan besar dalam membantu ibu menjalani proses inisiasi dan tahapan menyusui selanjutnya, terutama saat terjadi masalah.

4. Bayi sehat diletakkan pada dada ibunya agar tercipta kontak kulit ke kulit segera setelah persalinan sampai bayi mendapat ASI pertamanya. Bayi sehat dan siaga mampu melakukan perlekatan tanpa bantuan dalam waktu satu jam pertama setelah melahirkan.

a. Keringkan bayi, nilai skor Apgar, dan lakukan pemeriksaan fisis awal saat bayi sedang kontak dengan ibunya.

b. Prosedur penimbangan, pengukuran, memandikan, pengambilan darah, pemberian suntikan vitamin K, dan profilaksis mata dapat ditunda sampai bayi mendapat ASI pertamanya.

c. Bayi yang terpengaruh oleh obat-obatan ibu mungkin membutuhkan bantuan agar mampu melakukan perlekatan yang efektif.

5.. Suplemen (air, air gula, susu formula, dan cairan lain) tidak diberikan pada bayi kecuali atas permintaan dokter sesuai dengan indikasi medis.

6. Empeng/dot dihindari pada bayi yang menyusui. Rekomendasi ini tidak melarang penggunaan empeng untuk tujuan non-nutritive sucking, oral training untuk bayi prematur, dan bayi yang membutuhkan perawatan khusus.

7.. Pada minggu-minggu pertama menyusui, bayi disusui sesering kemauan bayi. Ibu menawarkan payudara apabila bayi menunjukkan tanda-tanda lapar seperti terjaga terus, aktif, mouthing, atau rooting.

a. Penempatan ibu dan bayi dalam satu ruangan (rooming-in) sepanjang hari sangat membantu keberhasilan menyusui.

b. Lamanya menyusui tergantung pada kehendak bayi. Payudara diberikan bergantian kanan dan kiri pada awal menyusui, agar

Page 73: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 65.

kedua payudara mendapat stimulasi yang sama dan mendapat pengeringan yang sama.

c. Pada minggu-minggu pertama, bayi sebaiknya dibangunkan atau dirangsang untuk menyusui maksimum setiap 3 jam.

8. Evaluasi keberhasilan menyusui selama dirawat dilakukan oleh tenaga kesehatan sekurangnya dua kali sehari.

a. Hal yang dinilai meliputi posisi menyusui, perlekatan, dan transfer susu.

b. Kemajuan dan hambatan dalam proses menyusui selama bayi dirawat dicatat dan direkam medis

c. Edukasi ibu untuk mencatat waktu dan durasi setiap kali menyusui, demikian juga dengan produksi urin dan tinja pada minggu-minggu pertama.

d. Setiap masalah yang ditemui segera dicarikan solusinya sebelum ibu dan bayi meninggalkan rumah sakit.

9.. Bayi yang telah pulang dari rumah sakit mendapat pemeriksaan tenaga kesehatan pada usia 3-5. hari.

a. Dilakukan penilaian bayi yang mencakup pemeriksaan fisis, terutama untuk mendeteksi ikterus (kuning) dan status hidrasi, pola berkemih dan defekasi, begitu pula masalah payudara (nyeri, pembengkakan).

b. Teknik menyusui juga harus dinilai, meliputi posisi, perlekatan, dan transfer susu. Penurunan berat badan lebih dari 7.% berat lahir mengindikasikan kemungkinan masalah menyusui dan harus dievaluasi lebih lanjut.

10. Bayi yang mendapat ASI diperiksa kesehatannya kembali pada usia 2-3 minggu agar dapat dipantau pertambahan berat badan dan memberikan dukungan pada periode awal menyusui ini.

11. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama cukup untuk mencapai tumbuh kembang optimal.

Page 74: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

66 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

12. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) kaya besi diberikan secara bertahap mulai usia 6 bulan. Bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, dan bayi yang memiliki kelainan hematologi tidak memiliki cadangan besi adekuat pada saat lahir umumnya membutuhkan suplementasi besi sebelum usia 6 bulan, yang dapat diberikan bersama dengan ASI- eksklusif.

13. Kebutuhan dan perilaku makan setiap bayi adalah unik.

a. Pengenalan makanan pendamping sebelum usia 6 bulan tidak meningkatkan asupan kalori maupun kecepatan pertumbuhan berat badan.

b. Selama 6 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI tidak membutuhkan air putih maupun jus buah, bahkan dalam cuaca panas sekalipun. Pemberian minuman atau makanan selain ASI berisiko mengandung kontaminan atau alergen.

c. Pemanjangan durasi menyusui bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan perkembangan bayi.

d. Bayi yang telah disapih sebelum usia 12 bulan tidak menerima susu sapi, tetapi harus mendapat formula bayi yang difortifikasi zat besi.

14. Semua bayi yang mendapat ASI mendapat injeksi vitamin K1 1 mg yang diberikan setelah mendapat ASI pertamanya dalam kurun waktu 6 jam setelah lahir. Bila tidak tersedia vitamin K1 injeksi, maka dapat diberikan vitamin K1 oral namun diulang dalam kurun waktu 4 bulan.

15.. Ibu dan bayi baru lahir berada dalam satu ruangan dan bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam untuk memfasilitasi menyusui.

16. Bila ibu atau bayi dirawat di rumah sakit, diusahakan untuk menjaga kesinambungan ASI, baik dengan menyusui langsung atau memberikan ASI yang diperah.

17.. Durasi pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan adalah selama enam bulan pertama kehidupan untuk mencatat tumbuh kembang optimal. Setelah enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan.

Page 75: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 67.

18. Bayi risiko tinggi:

a. Pemberian ASI direkomendasikan untuk bayi prematur dan bayi risiko tinggi lain, baik secara langsung maupun pemberian ASI perah. Dukungan dan edukasi untuk ibu mengenai menyusui dan teknik memerah ASI diberikan sedini mungkin.

b. Kontak kulit ke kulit dan menyusui langsung dimulai sedini mungkin.

c. Sebagian besar bayi dengan berat lahir sangat rendah terindikasi mendapat ASI yang difortifikasi. Di negara maju terdapat bank ASI. Air susu ibu yang berasal dari bank ASI telah memenuhi persyaratan dan berasal dari donor yang telah diskrining. ASI segar dari donor yang belum diskrining tidak dianjurkan karena risiko transmisi kuman.

d. Kewaspadaan diperhatikan untuk bayi dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) karena rentan terhadap hemolisis, hiperbilirubinemia, dan kernikterus. Ibu yang menyusui bayi dengan defisiensi atau tersangka defisiensi G6PD harus menghindari obat yang dapat menginduksi hemolisis.

19.. Keadaan bencana dan situasi darurat:

a. Air Susu Ibu (ASI) dengan daya perlindungan yang dimilikinya menjadi sangat penting pada keadaan bencana atau situasi darurat.

b. Dalam situasi bencana, bayi yang tidak disusui mempunyai risiko tinggi terkena penyakit, karena kurangnya air dan sanitasi, terhentinya persediaan makanan, tempat tinggal yang tidak memadai, serta tidak adanya fasilitas untuk memasak. Selain itu, tidak adanya dukungan dan pengetahuan tentang bagaimana cara pemberian makan pada bayi dan anak dalam keadaan darurat, ikut berkontribusi meningkatkan risiko timbulnya penyakit.

c. Pemberian susu formula pada keadaan bencana perlu memperhatikan beberapa hal:

i. Pemberian susu formula dibawah pengawasan dan pemantauan tenaga kesehatan terlatih.

Page 76: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

68 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

ii. Susu formula diberikan kepada bayi piatu dan bayi yang ibunya tidak lagi dapat menyusui.

iii. Telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui ibu dan relaktasi tidak memungkinkan.

iv. Ibu atau pengasuh bayi perlu diberi informasi memadai tentang cara penyajian susu formula yang aman dan pemberian makan bayi yang tepat.

v. Ada petunjuk yang jelas tentang cara penyajian susu formula dalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat setempat dengan masa kadaluwarsa minimal 1 tahun.

vi. Susu kental manis dan susu cair tidak boleh diberikan kepada bayi berumur kurang dari 12 bulan.

vii. Menggunakan air dan alat yang bersih untuk menyiapkan susu dan menyimpannya (bila sulit menyiapkan air bersih karena terbatasnya bahan bakar, dapat menggunakan air dalam kemasan).

viii. Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk.

ix. Promosi menyusui secara terus menerus agar ibu yang masih dapat menyusui tidak memberikan susu formula.

d. Industri susu formula tidak diperbolehkan mempromosikan produknya

Peran dokter spesialis anak dalam melindungi, mempromosikan, dan mendukung ASI

1. Umum

a. Mempromosikan, mendukung dan melindungi menyusui. Dokter spesialis anak sangat dianjurkan membaca literatur mengenai bukti ilmiah mengenai manfaat ASI bagi kesehatan dan perkembangan bayi.

Page 77: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 69.

b. Mempromosikan menyusui sebagai norma budaya dan memotivasi keluarga dan masyarakat untuk mendukung ASI.

c. Mengetahui keragaman budaya dan adat istiadat mengenai praktik menyusui dan mengolah kemajemukan tersebut untuk keberhasilan menyusui.

2. Edukasi

a. Memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai fisiologi dan manajemen menyusui.

b. Mendukung pelaksanaan pelatihan menyusui dan laktasi untuk mahasiwa, pendidikan dokter spesialis anak maupun dokter spesialis anak.

3. Praktik klinis

a. Bekerjasama dengan dokter spesialis kebidanan untuk memastikan bahwa ibu hamil mendapat informasi yang cukup sejak dari masa antenatal.

b. Dokter spesialis anak dapat menjadi promotor dan motivator dalam menciptakan lingkungan yang ramah untuk menyusui/menyusu, agar menyusui menjadi budaya di lingkungan tempat kerja. Dokter spesialis anak bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain dan jajaran pimpinan rumah sakit menciptakan Rumah Sakit Sayang Bayi.

c. Dokter spesialis anak melakukan upaya perbaikan kebijakan dan praktik yang tidak mendukung menyusui (misalnya, pemberian paket formula saat ibu dan bayi pulang, kupon diskon, dan pemisahan ibu dan bayi), minimal di lingkungan kerjanya.

d. Rumah sakit dianjurkan memiliki klinik laktasi, konselor laktasi, dan pojok menyusui.

e. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan penyuluhan tentang ASI dan menyusui bagi masyarakat.

4. Komunitas

a. Menganjurkan media untuk mempresentasikan

Page 78: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

7.0 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

menyusui sebagai sesuatu yang positif dan normatif.

b. Menganjurkan pemilik gedung untuk menyediakan ruangan khusus untuk menyusui.

Kondisi medis yang memungkinkan pemberian pengganti ASI

ASI merupkan nutrisi terbaik bagi bayi. Meskipun demikian, terdapat beberapa kondisi medis yang menjustifikasi pemberian pengganti ASI (susu formula) baik sementara maupun permanen. Bila memutuskan untuk memberikan susu formula, tenaga medis harus yakin bahwa risiko harmful pemberian ASI lebih besar dibanding dengan manfaatnya.

1. Kondisi Bayi

a. Bayi yang tidak boleh menerima ASI maupun susu jenis lain, kecuali susu formula khusus.

- Galaktosemia klasik: memerlukan susu formula khusus bebas galaktosa.

- Maple Syrup Urine Disease: memerlukan susu formula khusus bebas leusin, isoleusin, dan valin.

- Fenilketonuria: memerlukan susu formula khusus bebas fenilalanin (pada beberapa kondisi, pemberian ASI masih memungkinkan dengan pengawasan ketat).

b. Bayi yang membutuhkan penggantian sementara (temporary), namun sebenarnya baginya ASI tetap merupakan pilihan terbaik.

- Bayi dengan berat lahir <15.00 g (very low birth weight).

- Bayi lahir dengan usia gestasi <32 minggu (very preterm).

- Bayi baru lahir dengan risiko gangguan adapatasi metabolik atau adanya peningkatan kebutuhan glukosa (prematur, kecil untuk masa kehamilan, stress hipoksik/iskemik intrapartum bermakna, bayi sakit, serta bayi lahir dari ibu DM yang kadar gula darahnya tidak membaik setelah pemberian ASI).

Page 79: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 7.1

2. Kondisi Ibu

a. Kondisi ibu yang menjustifikasi penghentian ASI permanen.

Ibu dengan infeksi HIV, dengan memenuhi kriteria AFASS terpenuhi (acceptable, feasible, affordable, sustainable, and safe). Bila kriteria AFASS tidak dapat dipenuhi maka sebaiknya ASI-eksklusif selama 6 bulan. Tidak diperbolehkan untuk mencampur ASI dan susu formula.

b. Kondisi ibu yang menjustifikasi penghentian ASI sementara.

- Ibu sedang sakit berat sehingga tidak dapat menyusui dan merawat bayinya, misalnya sepsis.

- Ibu menderita HSV tipe-1 sehingga kontak langsung antara lesi di payudara ibu dengan mulut bayi harus dihindari sampai lesi aktif sembuh

- Ibu mengkonsumsi obat-obat berikut:

i. Obat psikoterapi sedatif, anti-epileptik, opioid, maupun kombinasinya yang dapat mengakibatkan drowsiness dan depresi nafas sebaiknya dihindari bila obat alternatif tersedia.

ii. Bahan radioaktif iodine-131 sebaiknya dihindari dengan menggunakan alternatif lain, namun bila terpaksa menggunakan bahan tersebut maka ibu dapat menyusui kembali 2 bulan setelah mendapat iodine-131.

iii. Penggunaan iodine topikal untuk perawatan luka secara berlebihan dihindari karena dapat mengakibatkan supresi tiroid dan gangguan elektrolit pada bayi yang mendapat ASI.

iv. Kemoterapi, ibu yang sedang menjalani kemoterapi harus menghentikan menyusui selama menjalani kemoterapi.

c. Kondisi ibu yang menyebabkan ASI masih dapat diberikan namun menghadapkan bayi pada risiko mengalami gangguan kesehatan.

Page 80: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

7.2 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

- Abses payudara: menyusui tetap dilanjutkan pada payudara yang sehat dan bila pengobatan telah dimulai, maka payudara yang sakit pun dapat diberikan.

- Hepatitis B: ASI tetap diberikan dan pastikan bayi mendapat vaksin Hepatitis B dalam 24 jam setelah lahir.

- Hepatitis C.

- Mastitis: bila menyusui sangat menyakitkan bagi ibu, ASI tetap harus dikeluarkan untuk mencegah memburuknya mastitis dan cegah agar tidak menjadi abses.

- Tuberkulosis: bukan merupakan kontra indikasi namun baik ibu maupun bayi harus mendapat tata laksana sesuai panduan.

- Penggunaan zat berbahaya:

i. Ibu menggunakan nikotin, alkohol, ekstasi, amfetamin, kokain, stimulant lain yang terbukti mengakibatkan efek merugikan bagi bayi yang disusui.

ii. Alkohol, opioid benzodiazepine, dan ganja dapat mengakibatkan sedasi bagi ibu dan bayinya.

Page 81: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 7.3

Kesimpulan

Ikatan Dokter Anak Indonesia secara tegas menyatakan bahwa pemberian ASI menjamin tercapainya tumbuh kembang yang terbaik. Keterlibatan aktif dokter anak untuk melindungi, mempromosikan dan mendukung menyusui/pemberian ASI sangat dibutuhkan untuk mencapai tumbuh kembang anak yang optimal.

Kepustakaan

1. Lucas A, Prewett RB, Mitchell MD. Breastfeeding and plasma oxytocin concentrations. Br Med J. 19.80;281:834-5..

2. Beral V. Breast cancer and breastfeeding: collaborative reanalysis of individual data from 47. epidemiological studies in 30 countries, including 5.0302 woman with breast cancer and 9.69.7.3 woman without the disease. Lancet. 2002;360:187.-9.5..

3. Saadeh R, Benbouzid D. Breastfeeding and child spacing: importance of information collection to public health policy. Bull World Health Organ. 19.9.0;68:625.-31.

4. Popkin BM, Adair L, Akin JS, Black R. Breastfeeding and diarrheal morbidity. Pediatrics. 19.9.0;86:87.4-82.

5.. Howie PW, Forsyth JS, Ogston SA, Clark A, Florey CV. Protective effect of breastfeeding against infection. BMJ. 19.9.0;300:11-6.

6. Scariati PD, Grummer-Strawn LM, Fein SB. A longitudinal analysis of infant morbidity and the extent of breastfeeding in the United States. Pediatrics. 19.9.7.;9.9.:e5..

7.. Kramer MS, Chalmers B, Hodnett ED, Sevkovskaya Z, Dzikovich I, Shapiro S, et al. Promotion of breastfeeding intervention trial (PROBIT). JAMA. 2001;285.:413-20.

8. Cesar JA, Victora CG, Barros FC, Santos IS, Flores JA. Impact of breastfeeding on admission for pneumonia during postneonatal period in Brazil: nested case-control. BMJ. 19.9.9.;318:1316-20.

Page 82: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

7.4 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

9.. Chantry CJ, Howard CR, Auinger P. Full breastfeeding duration and associated decrease in respiratory tract infection in US children. Pediatrics. 2006;117.:425.-32.

10. Aniansson G, Alm B, Andersson B, Hakansson A. A prospective coherent study on breasfeeding and otitis media in Swedish infants. Pediatr Inf Dis J. 19.9.4;13:183-8.

11. Norris JM, Scott FN. A meta-analysis of infant diet and insulin-dependent diabetes mellitus: do biases play a role? Epidemiology. 19.9.6;7.:87.-9.2.

12. WHO collaborative study team on the role of breastfeeding in the prevention of infant mortality. Effect of breastfeeding of infant and child mortality due to infections disease in less developed countries: a pooled analysis. Lancet. 2000;35.5.:45.1-5..

13. Bahl R, Frost C, Kirkwood BR, Edmund K, Martinez J, Bhandari K. Infant feeding patterns and risks of death and hospitalization in the first half of infancy: multicentre cohort study. Bull World Health Organ. 2005.;83:418-26.

14. Kull I, Wickman M, Lilja G, Nordvall SL, Pershagen G. Breastfeeding and allergic diseases in infants – a prospective birth cohort study. Arch Dis Child. 2002;87.:47.8-81.

15.. Von Kries R, Koletzko B, Sauerwald T, von Mutius E, Barnert D, Grunert V, et al. Breastfeeding and obesity: cross sectional study. BMJ. 19.9.9.;319.:147.-5.0.

Page 83: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 7.5.

16. Gillman MW, RIfas-Shiman SL, Camargo Jr CA. Risk of overweight among adolescents who were breastfed as infants. JAMA. 2001;285.:2461-7..

17.. Kramer MS, Aboud F, Miranova F, Vanilovich I, Platt RW, Matush L, et al. Breastfeeding and child cognitive development. New evidence from a large randomized trial. Arch Gen Psychiatry. 2008;65.:5.7.8-84.

18. Mortensen EL, Michaelsen KF, Sanders SA, Reinisch JM. The association between duration of breastfeeding and adult intelligence. JAMA. 2002;287.:2365.-7.1.

19.. World Health Organization, UNICEF, and Wellstart International. Baby-friendly hospital initiative: revised, updated and expanded for integrated care. Section 2. Strengthening and sustaining the baby-friendly hospital initiative: a course for decisionmakers. WHO and UNICEF. 2009.. Geneva.

20. American Academy of Pediactrics, Section on Breastfeeding. Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics. 2005.;115.:49.6-5.06.

21. World Health Organization. Acceptable medical reasons for use of breastmilk substitutes. WHO. 2009.. Geneva.

Jakarta, 21 November 2010

Pengurus PusatIkatan Dokter Anak Indonesia

Sumber : www.idai.or.id

Page 84: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

7.6 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Lampiran 9

Checklist Pemantauan dan Evaluasi

Provinsi : Kabupaten :

Lampiran 9 Checklist Pemantauan dan Evaluasi

Provinsi : Kabupaten :

No Komponen Kegiatan Ya Tidak Keterangan 1 Pra Bencana a. Tersedia Pedoman b. Tersedia contingency plan c. Dilaksanakan sosialisasi dan pelatihan

petugas

d. Dilakukan pembinaan antisipasi bencana e. Tersedianya data awal daerah bencana 2 Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat

Lanjut a. Tersedia data sasaran b. Tersedia standar ransum c. Tersedia daftar menu makanan d. Dilaksanakannya pengumpulan data

antropometri balita e. Dilaksanakannya pengumpulan data

antropometri ibu hamil dan ibu menyususi (LiLA)

f. Dilaksakannya konseling menyusui g. Dilaksakannya konseling MP-ASI h. Tersedia makanan tambahan atau MP-

ASI i. Tersedia Kapsul vitamin A j. Dilaksanakannya pemantauan bantuan

pangan dan susu formula

3 Pasca Bencana a. Dilaksanakannya pembinaan teknis paska

bencana.

b. Dilaksanakannya pengumpulan data perkembangan status gizi korban bencana

c. Dilakukannya analisis kebutuhan (need assessment) kegiatan gizi paska bencana

Page 85: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 7.7.

DAFTAR PESERTAPenyempurnaan Pedoman Kegiatan Gizi dalam

Penanggulangan BencanaBogor, 5-8 Maret 2012

Ir. Eman Sumarna, MSc (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Tatang Kustiana, SE, M.Si (Kemensos)

Pudjo Hartono, MPS (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Elmy Rindang Turhayati, SKM, MKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Cahaya Indriaty, SKM, M.Kes (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Dr. Ari Rachmawati (PI Setditjen, Kemenkes)

Dr. Widiana Kusumasari (PPK Kesehatan, Kemenkes)Dyna Simanjuntak, AMG (BNPB Pusat)

Iryanis, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Priatmo Triwibowo, SKM, M.Kes (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Andri Mursita, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Siti Hana, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Iwan Halwani, SKM, M.Si (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Muhammad Adil, SP, MPH (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Dr. Julina, MM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Siswono (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Page 86: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

7.8 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Pembahasan LanjutBogor, 14-17 Maret 2012

DR. Abas Basuni Jahari, M.Sc (PTTK dan EK, Kemenkes)

Ir. Eman Sumarna, MSc (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Pudjo Hartono, MPS (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Tri Budiarto, M.Si (Badan Nasional Penangg ulangan Bencana Pusat)

Yus Rizal, DCN, M.Epid (BNPB Pusat)

Dr. Mohammad Imran (PPK Kesehatan, Kemenkes)

Dr. Mieke Vennyta (Ditjen PP dan PL, Kemenkes)

Yunimar Usman, SKM, MPH (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Iwan Halwani, SKM, M.Si (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Cahaya Indriaty, SKM, M.Kes (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Iryanis, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Siti Masruroh, S.Gz (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Andri Mursita, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Siti Hana, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Siswono (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Yuniwati, SKM, M.Kes (Dinkes Prov. Aceh)

Sofia Deliana HSB, M.Kes (Dinkes Prov Sumut)

Nursal, SKM (Dinkes Prov Sumbar)

Dessani Putri, SKM (Dinkes Prov Riau)

Ernawati, SKM (Dinkes Prov Jambi)

Yulia Darlis, S.Gz (Dinkes Prov Sumatera Selatan)

Rini Handayani, SKM (Dinkes Prov Bengkulu)

Dian Sandrawati, AMG (Dinkes Prov Lampung)

Iskandar, SKM (Dinkes Prov Kep. Bangka Belitung)

Page 87: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana I 7.9.

Prima Sari, AMD (Dinkes Prov Kep. Riau)

Dr. Sylviana Marcella, M.Sc (Dinkes Prov DKI Jakarta)

Lisa Avianty, SKM (Dinkes Prov Jawa Barat)

Rinaningsih, SKM, M.Si (Dinkes Prov Jawa Tengah)

Suseno, S.Gz (Dinkes Prov DI. Yogyakarta)

Suyatmi, SKM, M.Kes (Dinkes Prov Jawa Timur)

Andi Suhardi, SKM, M.Kes (Dinkes Prov Banten)

Wahyuni Dewi Haryani, SKM, M.Si (Dinkes Prov Bali)

Made Armeini Sedana Putri, SKM (Dinkes Prov Nusa Tenggara Barat)

Saiful, SKM (Dinkes Prov Nusa Tenggara Timur)

Rayna Anita, SKM, MPH (Dinkes Prov Kalimantan Barat)

Damaris Kadang, SKM (Dinkes Prov Kalimantan Tengah)

Gusti Asyari (Dinkes Prov Kalimantan Selatan)

Agus Budianto, SKM (Dinkes Prov Kalimantan Timur)

Eva Yanti Tawas, SKM, M.Si (Dinkes Prov Sulawesi Utara)

Arhernius Paliling, SKM (Dinkes Prov Sulawesi Tengah)

Sitti Rahmatiah, SKM. M.Kes (Dinkes Prov Sulawesi Selatan)

Selvia, SKM (Dinkes Prov Sulawesi Tenggara)

Muhammad Aris, S.Gz (Dinkes Prov Gorontalo)

Jawahira, SKM (Dinkes Prov Sulawesi Barat)

Nurjani Husen, SKM (Dinkes Prov Maluku Utara)

Jemiwa Jacadewa, SKM (Dinkes Prov Papua Barat)

Diana Wilyan, AMG (Dinkes Prov Papua)

Page 88: PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM …gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlm... · P Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi darurat. ... tanggap darurat

80 I Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana

Pembahasan AkhirJakarta, 16 Mei 2012

Galopong Sianturi, SKM, MPH (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Pudjo Hartono, MPS (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Eko Prihastono, SKM, MA (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)H. Ali Bernadus, SKM, MA (BNPB Pusat)

Maman Haerurohman, SKM (PPK Kesehatan, Kemenkes)Radito Pramono Susilo, ST (BNPB Pusat)

Iwan Halwani, SKM, M.Si (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Iryanis, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Siti Masruroh, S.Gz (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Muhammad Adil, SP, MPH (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Dr. Julina, MM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Asep Adam Mutaqin, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Andri Mursita, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)Siti Hana, SKM (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)

Siswono (Direktorat Bina Gizi, Kemenkes)