pedoman penanganan pascapanen pisang

93
1 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas izin-Nya maka buku Pedoman Penanganan Pascapanen Pisang ini akhirnya dapat diselesaikan. Pisang merupakan salah satu buah unggulan nasional yang banyak digemari oleh masyarakat. Oleh karena itu, menghadirkan buah pisang yang bermutu dan aman dikonsumsi merupakan tantangan bagi petani dan pelaku usaha dalam agribisnis pisang. Saat ini, penanganan pascapanen buah pisang masih belum dilaksanakan dengan baik. Untuk mendapatkan pisang yang bermutu diperlukan penanganan pascapanen pisang yang baik sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 13 tentang Hortikultura yang dijabarkan melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44 Tahun 2009 tentang Pedoman Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good Handling Practices-GHP). Buku ini memberikan informasi yang dapat dijadikan panduan oleh petani, kelompok tani, gapoktan, asosiasi maupun pelaku usaha tentang penanganan pascapanen pisang, dimulai dari tahap pemanenan sampai pisang tersebut sampai ke tangan konsumen. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan gambar- gambar sarana pascapanen dan jenis-jenis pisang yang dihasilkan di bumi pertiwi. Diharapkan, dengan pegangan buku pedoman ini petani/pelaku usaha dapat menerapkan cara penanganan pisang dengan baik sehingga dihasilkan pisang yang bermutu, memiliki

Upload: judith-mandei

Post on 22-Nov-2015

474 views

Category:

Documents


56 download

DESCRIPTION

Penanganan pascapanen buah pisang sangat perlu dilakukan untuk memperpanjang masa simpan dari buah pisang.

TRANSCRIPT

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa taala atas

    izin-Nya maka buku Pedoman Penanganan Pascapanen Pisang

    ini akhirnya dapat diselesaikan. Pisang merupakan salah satu buah

    unggulan nasional yang banyak digemari oleh masyarakat. Oleh

    karena itu, menghadirkan buah pisang yang bermutu dan aman

    dikonsumsi merupakan tantangan bagi petani dan pelaku usaha

    dalam agribisnis pisang. Saat ini, penanganan pascapanen buah

    pisang masih belum dilaksanakan dengan baik.

    Untuk mendapatkan pisang yang bermutu diperlukan

    penanganan pascapanen pisang yang baik sesuai yang

    diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 13 tentang

    Hortikultura yang dijabarkan melalui Peraturan Menteri Pertanian

    Nomor 44 Tahun 2009 tentang Pedoman Penanganan Pascapanen

    Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good Handling

    Practices-GHP).

    Buku ini memberikan informasi yang dapat dijadikan

    panduan oleh petani, kelompok tani, gapoktan, asosiasi maupun

    pelaku usaha tentang penanganan pascapanen pisang, dimulai dari

    tahap pemanenan sampai pisang tersebut sampai ke tangan

    konsumen. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan gambar-

    gambar sarana pascapanen dan jenis-jenis pisang yang dihasilkan

    di bumi pertiwi.

    Diharapkan, dengan pegangan buku pedoman ini

    petani/pelaku usaha dapat menerapkan cara penanganan pisang

    dengan baik sehingga dihasilkan pisang yang bermutu, memiliki

  • 2

    daya simpan yang lebih panjang, dan dapat dipertahankan

    kandungan gizinya.

    Kami sadar bahwa dalam penyusunan Pedoman

    Penanganan Pascapanen Pisang ini masih jauh dari sempurna.

    Oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan dari pihak yang

    berkepentingan sangat kami hargai. Tidak lupa kami sampaikan

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

    telah membantu penyelesaian buku ini. Harapan kami, semoga

    buku ini bermanfaat bagi kita semua.

    Jakarta, Maret 2012

    Direktur Budidaya dan Pascapanen Buah

    Ir. Sri Kuntarsih, MM

  • 3

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ........................................................... i

    DAFTAR ISI ........................................................................ iii

    DAFTAR TABEL .................................................................. v

    DAFTAR GAMBAR ............................................................. vi

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... viii

    I. PENDAHULUAN ...................................................... 1

    A. Latar Belakang .................................................... 1

    B. Permasalahan ..................................................... 3

    C. Tujuan ................................................................ 4

    II. KERAGAAN KOMODITAS PISANG

    NASIONAL .............................................................. 5

    A. Sentra Produksi Pisang ...................................... 5

    B. Produksi, Luas dan Produktivitas Pisang ........... 6

    C. Perdagangan Kawasan ...................................... 8

    D. Program Pengembangan Buah ......................... 9

    E. Kebijakan Pascapanen ....................................... 10

  • 4

    III. TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN

    PISANG .................................................................. 12

    A. Perencanaan Panen dan Pascapanen ............. 12

    B. Pemanenan ..................................................... 17

    C. Pengumpulan .................................................... 22

    D. Penyisiran .......................................................... 23

    E. Pembersihan dan Sortasi ................................... 25

    F. Pengkelasan ........................................................ 26

    G. Pengemasan....................................................... 27

    H. Pelabelan .......................................................... 31

    I. Penyimpanan dan Transportasi.......................... 32

    J. Pemeraman ........................................................ 34

    K. Pencatatan dan Dokumentasi ........................... 40

    IV. PENGENDALIAN OPT PASCAPANEN ...................... 41

    V. JENIS PISANG DAN CIRINYA ................................... 50

    A. Jenis Umum .................................................... 50

    B. Jenis Pisang Komersial .................................... 52

    C. Jenis Pisang Lainnya ........................................ 64

    VI. PENUTUP ............................................................... 70

  • 5

    LAMPIRAN ........................................................................ 71

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 86

  • 6

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Kultivar Pisang dan Asalnya .......................... 71

    Lampiran 2. Deskripsi ....................................................... 80

    Lampiran 3. SNI Pisang ..................................................... 81

    Lampiran 4. Sarana Pascapanen Pisang ........................... 84

  • 7

    A. Latar Belakang

    uah merupakan salah satu komoditas hortikultura

    yang banyak digemari oleh semua kalangan

    masyarakat, dari anak-anak hingga dewasa. Sebagai

    sumber vitamin, mineral dan serat, buah tidak diragukan lagi

    manfaatnya bagi kesehatan. Salah satu contohnya adalah buah

    pisang. Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap 100 g

    buah pisang terdiri atas 99 kalori, protein 1,2 g, lemak 0,2 g,

    karbohidrat 38,2 g, serat 0,7 g, kalsium 8 mg, fosfor 28 mg,

    besi 0,5 mg, vitamin A 44 IU, vitamin B 0,08 mg, vitamin C

    3 mg, dan air 72 g.

    Pisang merupakan salah satu produk buah unggulan

    nasional. Buah ini sangat memasyarakat karena dapat

    dikonsumsi kapan saja dan di segala tingkatan usia dari bayi

    hingga manula. Daerah penyebaran pisang cukup luas,

    umumnya pisang ditanam di pekarangan maupun ladang dan

    sebagian sudah ada dalam bentuk perkebunan. Selain diambil

    buahnya, tanaman pisang juga dapat dimanfaatkan daun,

    bunga, batang dan bonggolnya.

    Pada tahun 2010, produksi pisang di Indonesia mencapai

    5,8 juta ton atau sekitar 30% dari produksi buah nasional.

    Eksistensi pisang diharapkan dapat mensubstitusi impor yang

    belakangan ini gencar mewarnai pasar buah nasional dan

    B

    Bab 1 PENDAHULUAN

  • 8

    cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data

    BPS Tahun 2010 angka prognosa impor buah adalah 601.965

    ton atau setara dengan US $ 591.685.000. Angka ini naik 20%

    dibanding tahun sebelumnya.

    Pisang merupakan salah satu komoditas unggulan yang

    memiliki berbagai keunggulan dibandingkan komoditas buah

    lainnya. Keunggulan tersebut antara lain: dapat diusahakan

    pada berbagai agroekosistem yang tersebar di seluruh

    Indonesia, permintaan pasar yang cukup tinggi, varietas yang

    beragam dan multi guna, dapat dikonsumi sebagai buah segar

    maupun olahan, serta keuntungan yang diperoleh dalam usaha

    tani pisang cukup besar dan relatif singkat (1 2 tahun).

    Usaha tani pisang memberikan keuntungan yang memadai

    dengan tingkat pengembalian modal/BEP sebesar 1,76.

    Untuk meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing pisang

    Indonesia, pengembangannya diarahkan memenuhi skala

    usaha dengan mengembangkan pisang dalam satu kawasan.

    Kawasan pengembangan pisang dilakukan di sentra-sentra

    produksi utama, terutama sentra-sentra produksi yang

    berdekatan sehingga membentuk suatu belt atau kawasan.

    Dengan mengembangkan kawasan pisang maka akan

    diperoleh beberapa manfaat antara lain: 1) meningkatkan

    produksi, produktivitas dan mutu, 2) mengembangkan

    keanekaragaman usaha tani yang menjamin kelestarian fungsi

    dan manfaat lahan, 3) menciptakan lapangan kerja,

    meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan,

    meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan

  • 9

    pendapatan masyarakat, 4) meningkatkan kesejahteraan,

    kualitas hidup, kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat

    petani dan, 5) meningkatkan ikatan komunitas masyarakat di

    sekitar kawasan yang memiliki tanggung jawab untuk

    menjaga kelestarian dan keamanannya.

    B. Permasalahan

    Buah pisang banyak dijumpai di pasar modern,

    supermarket maupun pasar tradisional. Namun sering

    dijumpai buah pisang secara visual tidak menarik seperti kulit

    yang kehitaman, terdapat bintik-bintik kecoklatan, tergores

    maupun bonyok. Hal ini disebabkan buah pisang termasuk

    bahan pangan yang mudah rusak (perishable) akibat masih

    berlangsungnya proses respirasi walaupun buah tersebut

    sudah dipanen.

    Kondisi demikian mengakibatkan nilai jual pisang jatuh

    dan berimbas pada rendahnya pendapatan petani. Untuk itu

    diperlukan upaya untuk meningkatkan dan menjaga mutu

    pisang sejak on farm sampai off farm. Salah satunya dengan

    penanganan pascapanen yang baik seperti yang diamanatkan

    dalam Permentan No. 44 Tahun 2009 tentang Pedoman

    Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang

    Baik (Good Handling Practices GHP). Tujuan penerapan

    GHP adalah agar buah dapat dipertahankan mutu, daya

    simpan dan menekan kehilangan hasil sehingga dapat

    meningkatkan daya saing pisang, terutama untuk pisang

    bertujuan ekspor.

  • 10

    C. Tujuan

    Tujuan penerapan GHP adalah untuk mempertahankan

    mutu dan daya simpan melalui penerapan dan penguasaan

    teknologi pascapanen agar dapat meningkatkan pendapatan

    petani.

  • 11

    A. Sentra Produksi Pisang

    isang memiliki wilayah penyebaran yang cukup luas.

    Hampir di seluruh wilayah Indonesia kita dapat

    menemukan pertanaman pisang dengan berbagai jenis

    dan varietas. Namun yang termasuk wilayah andalan

    pengembangan kawasan pisang di Indonesia dapat dilihat

    pada Tabel 1.

    Tabel 1. Wilayah Andalan Pisang di Indonesia

    No Provinsi Kabupaten

    1. NAD Aceh Besar, Pidie

    2. Sumatera Utara Deli Serdang, Simalungun

    3. Sumatera Barat Padang Pariaman, Pasaman

    Barat

    4. Sumatera Selatan OKU Timur

    5. Lampung Lampung Selatan, Lampung

    Barat, Lampung Timur,

    Pesawaran

    P

    Bab 2 KERAGAAN KOMODITAS

    PISANG NASIONAL

  • 12

    No Provinsi Kabupaten

    6. Banten Lebak, Pandeglang

    7. Jawa Barat Cianjur, Sukabumi, Bogor,

    Ciamis, Tasikmalaya,

    Subang, Garut, Bandung,

    Sumedang, Purwakarta,

    Kuningan

    8. Jawa Tengah Brebes, Kendal, Magelang,

    Cilacap, Banyumas

    9. DIY Gunung Kidul

    10. Jawa Timur Malang, Pacitan, Jember,

    Lumajang, Mojokerto,

    Banyuwangi, Bojonegoro,

    Pasuruan

    11. Bali Bangli

    12. Kalimantan Barat Ketapang, Pontianak

    13. Kalimantan Timur Pasir, Kutai Timur

    14. NTT Manggarai, Ende, Ngada

    15. Sulawesi Selatan Soppeng

    16. Sulawesi Utara Minahasa Utara

    Sumber: Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah, 2011

    B. Produksi, Luas dan Produktivitas Pisang

    Produksi pisang sejak tahun 2004 2009 cenderung

    mengalami peningkatan dengan rata-rata 7,5% per tahun.

    Namun pada tahun 2010, produksi pisang mengalami

    penurunan sebesar 9,7% dari tahun 2009.

  • 13

    Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Pisang

    Tahun 2005-2010

    No Tahun

    Luas

    Panen

    (Ha)

    Produksi

    (Ton)

    Produktivitas

    (Ton/Ha)

    1. 2005 101.465 5.177.608 51,03

    2. 2006 94.144 5.037.472 53,51

    3. 2007 98.143 5.454.226 55,57

    4. 2008 107.791 6.004.615 55,71

    5. 2009 119.018 6.373.533 53,55

    6. 2010 101.276 5.755.073 56,83

    Sumber: Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal

    Hortikultura, 2011

    Pisang juga merupakan unggulan ekspor utama buah

    Indonesia khususnya pada tahun 1996 1999. Namun sejak

    tahun 2000 terjadi penurunan ekspor yang cukup signifikan

    dari 70.056 ton pada tahun 1999, turun menjadi 2.105 ton

    pada tahun 2000, bahkan pada tahun 2002 hanya sebesar

    512 ton. Hal ini diakibatkan adanya serangan layu Fusarium

    dan bakteri pada pertanaman pisang yang mengakibatkan

    beberapa perkebunan swasta menghentikan proses

    produksinya.

    Pada tahun 2003 usaha tani pisang dilaksanakan oleh

    16.038.686 rumah tangga tani (Sensus Pertanian Tahun

    2003).

  • 14

    C. Perdagangan Kawasan

    Pisang berpeluang untuk memenuhi kebutuhan buah-

    buahan nasional yang saat ini konsumsi buah per kapita per

    tahun tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan harga buah

    pisang yang relatif terjangkau masyarakat. Di samping itu,

    makin berkembangnya industri makanan dan minuman

    berbahan baku pisang, membuat pisang banyak dicari orang.

    Atas dasar hal tersebut, maka pisang menjadi salah satu

    komoditas buah yang perlu dikembangkan di tanah air. Selain

    dipasarkan di pasar tradisional dan pasar modern, buah pisang

    juga diekspor ke pasar internasional.

    Ekspor komoditas buah khususnya pisang nasional dari

    tahun ke tahun berfluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari data

    pada Tabel 3.

    Tabel 3. Angka Ekspor Buah (Pisang) Nasional

    No. Tahun Volume Ekspor

    Pisang (kg)

    1 2005 3.647.027

    2 2006 4.443.188

    3 2007 2.378.460

    4 2008 1.969.871

    5 2009 700.700

    6 2010 13.578

    Sumber: BPS dan Pusdatin Diolah

  • 15

    Peningkatan angka ekspor menunjukkan bahwa buah

    nasional memiliki permintaan yang potensial dari pasar

    internasional. Oleh karena itu, dewasa ini mulai

    dikembangkan program akselerasi ekspor buah.

    Beberapa hal yang dilakukan pemerintah untuk melakukan

    akselerasi ekspor buah antara lain adalah melakukan promosi,

    perumusan kerjasama perdagangan dengan negara-negara

    tujuan ekspor, fasilitasi sarana prasarana seperi cool chain,

    transportasi, dan lainnya, pendekatan dengan PT. Garuda

    Indonesia untuk mendapatkan discount cargo rate (harga

    korporasi) untuk para eksportir buah dan sayuran yang

    tergabung dalam Asosiasi Ekspotir Sayuran dan Buah

    Indonesia (AESBI), pendekatan kepada beberapa PTPN di

    Pulau Jawa untuk mendorong pembentukan kawasan

    hortikultura berorientasi ekspor, dan pengiriman misi dagang

    ke beberapa negara tujuan ekspor, antara lain Singapura,

    Jepang, China, Korea Selatan, dan Timur Tengah.

    D. Program Pengembangan Buah

    Pengembangan buah-buahan tidak terlepas dari

    meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

    mengkonsumsi buah-buahan. Namun ketersediaan jenis buah-

    buahan terkadang menyesuaikan musim panennya, sehingga

    pada bulan-bulan tertentu seperti periode April-September

    terjadi kelangkaan buah, khususnya di 9 kota besar. Untuk itu

    diperlukan peningkatan produksi buah dengan cara

    mengembangkan kawasan hortikultura.

  • 16

    Kawasan hortikultura adalah hamparan sebaran usaha

    hortikultura yang disatukan oleh faktor pengikat tertentu, baik

    faktor alamiah, sosial budaya, maupun faktor infrastruktur

    fisik buatan. Penetapan kawasan hortikultura dilakukan

    dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu: sumber daya

    hortikultura, potensi unggulan yang ingin dikembangkan,

    potensi pasar, kesiapan dan dukungan masyarakat, dan

    kekhususan dari wilayah. Pengembangan kawasan

    hortikultura dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan

    masyarakat.

    Tujuan pembangunan buah-buahan adalah:

    1. Meningkatkan sistem budidaya yang baik.

    2. Meningkatkan penanganan pascapanen yang baik.

    3. Meningkatkan ketersediaan buah bermutu dan aman

    konsumsi.

    4. Meningkatkan daya saing buah di pasar domestik maupun

    internasional.

    5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

    6. Membangun sistem logistik yang baik untuk buah.

    E. Kebijakan Pascapanen

    Penanganan pascapanen merupakan wajah (penampilan),

    daya tahan (immunity) dan daya simpan (self life) dari produk

    buah. Seperti diketahui bahwa dalam penanganan pascapanen

    buah terdapat beberapa kendala diantaranya: tingkat

    kehilangan hasil dari tahap panen sampai distribusi masih

    tinggi yaitu antara 35 40%, ukuran buah masih beragam,

    penampilan dan kemasan belum menarik, daya tahan dan

  • 17

    daya simpan yang belum dapat meningkatkan daya saing,

    waktu dan jumlah/volume pasok belum konsisten, jumlah

    bangsal kemas terintegrasi masih sedikit, dan teknologi dan

    sarana penanganan pascapanen belum memadai.

    Untuk menghadapi berbagai kendala di atas, diperlukan

    beberapa langkah antara lain:

    a. Dalam hal mempertahankan mutu produk perlu

    diupayakan dengan menerapkan GAP, SOP, GHP dan

    pengadaan sarana mempertahankan mutu seperti

    keranjang panen.

    b. Untuk menekan kehilangan hasil perlu diupayakan dengan

    menerapkan GAP, GHP, GMP dan pengadaan rumah

    pengemasan.

    c. Untuk meningkatkan daya simpan diupayakan dengan

    menerapkan teknologi pascapanen yang baik, menerapkan

    Good Distribution Practices (GDP), pengadaan alat dan

    mesin seperti cold storage, dan penggunaan bahan yang

    mampu meningkatkan daya simpan.

    d. Untuk pemantapan kelembagaan pascapanen dengan cara

    konsorsium pascapanen, inisiasi kemitraan dan

    pendampingan kemitraan usaha dan teknologi.

    e. Pembinaan dan pengawalan dilakukan dengan cara

    pembinaan berkala, pembuatan pedoman teknologi

    penanganan pascapanen, sosialisasi teknologi dan sarana

    penanganan pascapanen, promosi produk bermutu (dalam

    dan luar negeri), menyediakan informasi dan akses pasar,

    informasi skim dan akses perbankan, serta pengawalan

    untuk mendapatkan registrasi rumah pengemasan.

  • 18

    etani/pelaku usaha sebetulnya sudah menerapkan

    penanganan pascapanen pisang walaupun masih

    dilakukan secara sederhana. Namun penanganan

    pascapanen yang diterapkan belum sepenuhnya mengacu pada

    Permentan Nomor 44 Tahun 2009 tentang Pedoman Penanganan

    Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good

    Handling Practices).

    Penerapan GHP yang baik diharapkan akan membantu

    mengurangi kehilangan hasil, yang pada gilirannya dapat

    membantu keberhasilan agribisnis buah-buahan. Berikut ini

    adalah beberapa perlakuan pascapanen pisang yang perlu

    mendapat perhatian.

    A. Perencanaan Panen dan Pascapanen

    Panen yang akan dilakukan harus direncanakan dengan

    baik agar didapatkan buah hasil panen dengan mutu yang

    optimal, tingkat kehilangan hasil yang rendah dan biaya yang

    rendah, sesuai dengan standar pasar yang telah direncanakan.

    Pada tahap perencanaan ini, petani perlu mengetahui alur

    tahapan kegiatan pascapanen pisang. Alur tersebut

    mendeskripsikan urutan kegiatan/pekerjaan yang dilakukan.

    Alur kegiatan pascapanen tersebut bisa saja tidak dilakukan

    P

    Bab 3 TEKNOLOGI PENANGANAN

    PASCAPANEN PISANG

  • 19

    atau berbeda urutannya tergantung kebutuhan di lapang.

    Semakin sedikit jenis tahapan kegiatan pascapanen yang

    dilakukan, akan mengurangi risiko kerugian yang

    dimunculkan misalnya risiko biaya.

    Gambar 1. Jenis Alur Tahapan Penanganan Pascapanen

    Pisang

    Alur A Alur B

    panen

    pengangkutan ke tempat pengangkutan

    pemotongan sisir

    sortasi

    pencucian

    penirisan

    Pengendalian OPT

    pascapanen

    pengemasan

    pengangkutan

    pemeraman

    panen

    pengumpulan

    pengangkutan

    Pemotongan sisir atau

    tanpa penyisiran

    pemeraman

    Pengemasan atau

    tanpa pengemasan

    Penjualan eceran

    Penjualan eceran

  • 20

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan

    panen adalah:

    1. Kriteria berdasarkan Standar

    Kebutuhan akan jenis dan standar mutu pisang

    tergantung pada permintaan pasar. Untuk mendapatkan

    pisang yang baik dibutuhkan pisang yang bermutu sejak

    on farm sampai off farm. Untuk itu dalam rantai

    penanganan pascapanen pisang, setiap tahapannya yang

    meliputi pengumpulan, penyisiran, sortasi, pembersihan,

    pengkelasan, pengemasan, pemeraman, dan penyimpanan

    mempunyai standar, pedoman, kriteria, petunjuk teknis

    yang perlu diterapkan petani dalam penanganan

    pascapanen pisang. Hal ini berguna untuk mendapatkan

    buah yang bermutu, daya simpannya dapat diperpanjang

    dan menekan kerusakan buah.

    2. Sarana yang dibutuhkan

    Untuk kegiatan panen yang biasa digunakan adalah

    parang, bambu, alas (untuk wadah pengumpulan di

    kebun), alat penyisir, keranjang dan sarana angkut ke

    tempat pengumpulan/bangsal pengemasan seperti

    pikul/kendaraan bermotor. Sementara untuk penanganan

    pascapanen dibutuhkan bangsal pengemasan beserta

    komponen kelengkapannya. Untuk lokasi pertanaman

    yang jaraknya jauh, sebaiknya perlengkapan sarana panen

    dipersiapkan dengan matang agar ketika sampai di lokasi,

    panen dapat dilaksanakan dengan lancar.

  • 21

    Petani perlu menginventarisir kebutuhan sarana habis

    pakai (seperti label dan boks karton) dan sarana tidak

    habis pakai yang diperlukan dalam kegiatan panen dan

    penanganan pascapanen. Dengan demikian nantinya

    pelaku dapat memperhitungkan biaya yang digunakan,

    biaya ini tercatat sebagai biaya pengeluaran.

    3. Tenaga kerja

    Petani perlu mempertimbangkan jumlah tenaga kerja

    yang dibutuhkan untuk menangani kegiatan panen,

    pengumpulan hingga penanganan pascapanen dalam suatu

    luasan areal tertentu. Panen pisang sebaiknya dilakukan

    secara hati-hati agar kerusakan mekanis dapat terhindar.

    Oleh karenanya, dibutuhkan tenaga terampil yang

    mengerti betul teknik pemotongan pisang dari pohonnya.

    Di perkebunan besar, panen biasanya dilaksanakan oleh

    dua orang, satu orang memotong tandan dan yang lainnya

    menerima dan memanggulnya untuk menggantungkan

    tandan tersebut ke kabel-kabel yang telah diinstalasi di

    perkebunan, terhubung ke bangsal pengemasan.

    Untuk tenaga kerja yang menangani kegiatan sortasi

    dan pengkelasan, dibutuhkan pula tenaga yang

    berpengalaman karena pada tahapan ini tenaga kerja

    dituntut cermat dan terampil dalam memilah buah yang

    baik dan sesuai standar yang dibutuhkan pasar. Untuk itu

    diperlukan penghitungan kebutuhan tenaga kerja selama

    tahapan panen dan pascapanen.

  • 22

    4. Biaya

    Dalam mata alur panen dan penanganan pascapanen

    hingga pisang tersebut laku terjual di pasaran, terlebih

    dahulu perlu dilakukan analisis ekonomi secara sederhana.

    Petani perlu mempertimbangkan semua biaya yang timbul

    selama panen dan penanganan pascapanen, misalnya biaya

    tenaga kerja, pengumpulan, pencucian, pengangkutan

    hingga pengemasan, maupun sarana pendukung yang

    diperlukan. Kemudian menaksir pendapatan yang

    kemungkinan diterima dari hasil penjualan pisang

    tersebut, sehingga pada akhirnya petani dapat

    mendapatkan angka kasar keuntungan/kerugian. Kegiatan

    ini perlu dilakukan untuk menghindari kerugian yang

    mungkin dapat dialami petani dari bisnis usaha taninya ini.

    Pada Tabel 4 disajikan estimasi kebutuhan tenaga

    kerja yang diperlukan dalam kegiatan panen dan

    pascapanen dalam luasan areal 1 ha. Besarnya biaya

    tenaga kerja per hari menyesuaikan dengan daerah

    setempat.

    Tabel 4. Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja dan Biaya per

    Ha

    No Tahapan Tenaga

    Kerja

    (orang)

    Biaya Satuan

    (Rp)

    Biaya

    Keseluruhan

    (Rp)

    1 Pemanenan 20-30 25.000 -

    30.000/hari /orang

    900.000

    2 Pengumpulan

    5 25.000 -

    30.000/hari/orang

    150.000

  • 23

    No Tahapan Tenaga

    Kerja

    (orang)

    Biaya Satuan

    (Rp)

    Biaya

    Keseluruhan

    (Rp)

    3 Penyisiran-

    Pengemasan

    10 Untuk kegiatan

    sortasi dan

    pengkelasan

    dibutuhkan 3 orang

    dengan biaya

    tenaga kerja @ Rp

    40.000.

    Untuk kegiatan

    lainnya dibutuhkan

    7 orang dengan

    biaya tenaga kerja

    @ Rp 25.000

    295.000

    Biaya Total Rp 1.345.000

    Sumber: Lili, 2012

    B. Pemanenan

    Tingkat ketuaan buah merupakan faktor penting pada

    mutu buah pisang. Buah yang dipanen kurang tua, meskipun

    dapat matang, namun kualitasnya kurang baik karena rasa dan

    aromanya kurang baik. Sebaliknya, bila buah dipanen terlalu

    tua, rasa manis dan aroma buah kuat, tetapi memiliki daya

    simpan yang pendek. Oleh karena itu tingkat ketuaan panen

    sangat erat kaitannya dengan jangkauan pemasaran dan tujuan

    penggunaan buah.

    1. Umur Panen

    Saat panen pisang ditentukan oleh umur buah dan

    bentuk buah. Waktu panen pisang dapat dilakukan dengan

    2 cara yaitu dengan menghitung jumlah hari dari bunga

    mekar sampai siap dipanen atau dengan melihat bentuk

  • 24

    buah. Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-

    100 hari, tergantung varietas. Cara penentuan panen ada

    pula yang berdasarkan hari setelah jantung pisang

    dipotong, kemudian dilakukan penandaan dengan pita.

    Buah yang tua biasanya sudut buah tumpul dan

    membulat, daun bendera mulai mengering, bekas putik

    bunga mudah patah. Penentuan umur panen harus

    didasarkan pada jumlah waktu yang diperlukan untuk

    pengangkutan buah ke daerah penjualan sehingga buah

    tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen.

    Sedangkan untuk keperluan ekspor, pisang dipanen tidak

    terlalu tua (tingkat kematangan 75-85%) tetapi sudah

    masak fisiologis (kadar patinya sudah maksimum). Pada

    keadaan ini kualitas buah cukup baik dan mempunyai

    daya simpan cukup lama.

    Secara fisik, tanda-tanda ketuaan buah pisang

    diantaranya sebagai berikut:

    1. Buah tampak berisi, bagian lingir (tepi) buah sudah

    tidak ada lagi.

    2. Warna buah hijau kekuningan. Untuk buah pisang

    dengan tingkat kematangan penuh, pada tandannya

    akan ada buah yang sudah masak (2-3 buah).

    3. Tangkai di putik telah gugur.

    Tingkat ketuaan buah dapat digolongkan menjadi

    beberapa tingkatan dengan tujuan menentukan saat panen

    yang tepat agar sesuai dengan permintaan pasar.

  • 25

    Kematangan buah tersebut dapat digolongkan menjadi

    beberapa tingkatan sebagai berikut:

    1. Tingkat kematangan buah penuh. Tanda-tandanya

    bentuk lingir buah tampak jelas. Buah ini kurang lebih

    berumur 80 hari dari keluarnya jantung.

    2. Tingkat ketuaan buah hampir penuh. Beberapa lingir

    buah masih tampak. Umur buah ini kurang lebih 90

    hari dari keluarnya jantung.

    3. Tingkat ketuaan penuh. Lingir buah sudah tidak

    tampak lagi. Umurnya kurang lebih 100 hari dari

    keluarnya jantung.

    4. Tingkat ketuaan buah benar-benar penuh. Bentuk

    lingir buah sudah tidak tampak lagi dan kadang-

    kadang buah pecah dan 1-2 buah berwarna kuning.

    Buah ini berumur 110 hari dari keluarnya jantung.

    Untuk pemasaran lokal, petani lebih suka memetik

    buah pisang pada stadia tingkat ketuaan penuh. Buah yang

    dipetik pada stadium ini dalam 3-4 hari akan menjadi

    matang penuh. Untuk pemasaran yang akan memakan

    waktu cukup lama, misalnya keluar daerah, keluar pulau,

    atau untuk ekspor, buah sebaiknya dipanen pada tingkat

    ketuaan penuh. Hal ini dimaksudkan agar daya simpan

    pisang menjadi lebih lama.

    Selain tanda-tanda fisik tersebut, tingkat ketuaan buah

    juga dapat ditentukan dari umurnya. Waktu yang

    diperlukan sejak tanaman ditanam sampai panen adalah

    sekitar 12-15 bulan. Bila dihitung sejak pisang mulai

    berbunga, sekitar 4-6 bulan atau tergantung varietasnya.

  • 26

    Tabel 5. Umur Petik Beberapa Varietas Pisang di

    Indonesia

    No Varietas Umur Sampai

    Berbunga (hari)

    Umur

    Petik (hari)

    1 Kepok 393 167

    2 Kapas 384 136

    3 Raja bulu 501 -

    4 Raja sere 390 149

    5 Ambon hijau 450 163

    6 Ambon lumut 470 157

    7 Ambon putih 454 163

    8 Badak 375 140

    9 Bengkahulu 481 141

    10 Lampeneng 394 137

    11 Nangka 440 179

    12 Udang 383 157

    13 Angleng 486 175

    14 Tanduk - 151

    15 Barangan - 150

    Sumber: Suyanti dan Ahmad Supriyadi, 2010.

    Pemanenan pisang harus disesuaikan dengan

    keperluan. Pemanenan yang terlalu cepat akan

    mempengaruhi mutunya. Mutu pisang akan rendah

    meskipun daya simpannya lebih lama. Demikian

    sebaliknya, bila panen dilakukan terlambat maka pisang

    segar tidak cocok lagi diekspor karena cepat membusuk.

  • 27

    2. Waktu Panen

    Pemanenan pisang dapat dilakukan pada pagi (jam

    07.00 10.00) atau sore hari (jam 15.00 17.00) dalam

    keadaan cerah, namun yang paling baik adalah pagi hari.

    Pemanenan tidak dianjurkan pada waktu hujan karena

    dapat meningkatkan serangan busuk buah dalam gudang

    penyimpanan.

    3. Prosedur Panen

    Prosedur pelaksanaan panen pisang sebagai berikut :

    a. Menggunakan parang yang tajam dan bersih, sebelum

    digunakan parang dicuci dengan lysol/bayclin.

    b. Kayu atau bambu penyangga

    tandan diturunkan secara

    perlahan-lahan.

    c. Batang pisang ditebang

    dengan cara menusuk

    batangnya atau membacok

    separuh batang setinggi 1/2

    dari tinggi batang agar tandan

    pisang tidak menyentuh tanah.

    d. Meraih tandan buah, selanjutnya tandan dipotong

    dengan golok tajam. Lengkungan tandan sedapat

    mungkin melebihi diameter tandan agar getah tidak

    menetes ke buah.

    e. Plastik kerodong dapat dibuka sebelum atau setelah

    panen tergantung kondisi. Tangkai tandan segera

    dibalikkan menghadap ke bawah. Tujuannya agar

    Gambar 2.

    Pemotongan Pisang

  • 28

    getah yang keluar dari tangkai tandan tidak menetas

    pada buah dan buah tidak tergores oleh tanah.

    Alternatif lain bekas potongan tandan dibungkus

    dengan plastik.

    f. Tandan dipikul atau diangkut oleh kendaraan dengan

    dilapisi daun pisang kering atau bahan lain seperti

    spons yang bertujuan untuk mencegah kerusakan

    mekanik.

    g. Pada tempat pengumpulan, tandan pisang diberi alas

    untuk menghindari buah rusak/tergores.

    C. Pengumpulan

    Setelah dipanen, buah pisang

    dikumpulkan di tempat yang teduh,

    bersih, kering dan beralas, berjajar,

    tidak bertumpuk, dan harus

    dihindari penetesan getah dari

    tangkai yang dapat menodai buah

    pisang, karena penampilan buah

    menjadi kotor.

    Buah pisang dari sentra produksi diangkut dalam bentuk

    tandan atau sudah disisir di kebun dan dimasukkan dalam

    kemasan boks. Pisang tersebut umumnya masih mentah.

    Pengangkutan pisang ke tempat pengumpulan dilakukan oleh

    petani dengan menggunakan pikulan ke rumahnya seperti

    pada Gambar 4 atau menggunakan truk/mobil bak pengangkut

    (pick up). Apapun sarana angkut yang digunakan, yang harus

    Gambar 3. Salah Satu

    Tempat Pengumpulan

    Pisang

  • 29

    diperhatikan adalah pengumpulan

    pisang harus hati-hati untuk

    menghindari kerusakan akibat

    benturan fisik/mekanis.

    Di perkebunan besar, tandan buah

    pisang dari kebun diangkut

    menggunakan kabel atau fasilitas

    lainnya menuju rumah pengemasan.

    Rumah pengemasan merupakan

    bangunan yang dilengkapi dengan

    fasilitas berupa pemotong sisir, bak

    pencucian, meja-meja sortasi, penimbangan, perlakuan

    pengendalian hama dan penyakit pascapanen, dan fasilitas

    pengemasan.

    D. Penyisiran

    Buah pisang di Indonesia

    diperdagangkan dalam bentuk tandan,

    sisir atau satu gandeng (terdiri atas dua

    buah). Untuk menjaga kualitas buah

    pisang, cara terbaik dalam pengiriman

    buah adalah dalam bentuk sisir yang

    dikemas dalam boks karton atau peti

    plastik.

    Pekerjaan pemotongan sisir dilakukan oleh pekerja di

    rumah pengemasan menggunakan pisau khusus seperti pada

    Gambar 5.

    Gambar 4.

    Pengangkutan Pisang

    dari Kebun ke

    Tempat Pengumpulan

    dengan Cara Pikulan

    Gambar 5. Alat

    Penyisir Pisang

  • 30

    Adapun cara penyisiran pisang sebagai berikut:

    1) Tandan pisang ditempatkan dalam

    posisi berdiri dengan pangkal tandan

    sebelah atas.

    2) Pangkal tandan dipegang dengan

    tangan kiri, dan pisau cekung

    diarahkan/ ditempatkan pada pangkal

    sisir yang masih melekat pada

    tandan. Pisau penyisir berbentuk

    cekung disesuaikan dengan ukuran

    lingkaran pangkal sisir.

    3) Sisir buah yang telah lepas dari tandan, pangkal sisirnya

    diserut dengan pisau sendok untuk membuang sisa-sisa

    serat tandan yang masih melekat pada pangkal sisir pisang

    tersebut.

    Kelebihan alat penyisir pisang:

    1) Mudah penggunaannya sehingga tidak memerlukan orang

    terampil yang selama ini khusus bekerja melakukan

    penyisiran pisang.

    2) Buah dalam sisir tidak tergores pisau.

    3) Penyisiran lebih cepat daripada cara tradisional.

    Pada tahap penyisiran ini, dapat digunakan pisau biasa

    sambil dilakukan pencucian dalam air yang mengalir dan

    pembersihan sekaligus, seperti merapikan bentuk-bentuk

    sisiran yang tidak homogen dan membuang pistil kering.

    Gambar 6. Cara

    Penyisiran

    Pisang

  • 31

    E. Pembersihan dan Sortasi

    Kegiatan pembersihan dan sortasi merupakan dua kegiatan

    yang berbeda. Namun dalam prakteknya, dua kegiatan ini

    seringkali dilaksanakan secara bersamaan.

    Pembersihkan dilakukan untuk membekukan getah dan

    sekaligus membersihkan debu dan kotoran yang melekat pada

    permukaan buah serta pistil yang sudah kering. Sisir-sisir

    pisang segera dibersihkan dengan cara merendam dalam bak

    pencuci dalam waktu singkat atau dicuci pada air yang

    mengalir.

    Air dalam bak harus sering diganti. Jika tidak, dapat

    merupakan sumber inokulum yang kemudian menginfeksi

    bagian mahkota dan menyebabkan busuk. Untuk

    mencegahnya, dalam air pencucian dapat ditambahkan klorin,

    berupa natrium hipoklorit 75-125 ppm untuk membunuh

    spora Fusarium, Colletotrichum, dan Botryodiplodia serta

    cendawan lain yang sering menyerang mahkota pisang.

    Jika satu sisir pisang berukuran besar dan berisi banyak,

    maka perlu dipotong lagi atau dalam bentuk klaster, agar lebih

    mudah penanganannya saat pengemasan. Setelah itu pisang

    ditiriskan atau dikeringanginkan agar buah menjadi kering dan

    tidak lembab.

  • 32

    Gambar 7. Pencucian Pisang dalam Bak Pencuci

    Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah yang baik dan

    buah yang tidak memenuhi syarat untuk dipasarkan. Misalnya

    karena kerusakan mekanis, serangan hama dan penyakit,

    busuk, buah yang tidak normal bentuk, ukuran dan untuk

    tingkat ketuaannya (terlalu muda/terlalu tua). Tujuannya agar

    mendapatkan keseragaman baik berat, ukuran, warna maupun

    aspek mutu lainnya.

    F. Pengkelasan

    Kegiatan pengkelasan dimaksudkan untuk membedakan

    mutu atau kualitas pisang yang dihasilkan dengan merujuk

    pada standar atau persyaratan tertentu. Pengkelasan dilakukan

    sesuai dengan permintaan pasar, berdasarkan asal sisir tandan

    atau bobot buah. Sebagai contoh: pisang mas dibagi menjadi 2

    kelas yang dapat diterima pasar swalayan yaitu kelas A (berat

    1 kg/sisir) dan kelas B (0,9-0,8 kg/sisir). Salah satu standar

    kelas mutu pisang yang telah dibakukan adalah SNI (Standar

    Nasional Indonesia) Pisang 7422-2009 (terlampir).

  • 33

    Sementara untuk tujuan ekspor, persyaratan ekspor sesuai

    dengan permintaan negara tujuan dan persyaratan mutu buah

    tergantung kesepakatan antara eksportir dan importirnya.

    Umumnya persyaratan mutu buah pisang yang akan diekspor

    adalah seragam baik tingkat ketuaan, ukuran maupun

    kultivarnya. Buah mempunyai bentuk bagus, ukuran dan

    jumlah buah/sisir tertentu, tangkai buah pada sisiran kuat,

    bersih, bebas dari kotoran, serangan jamur, bakteri dan

    serangga, bebas kerusakan (perubahan warna, cacat, memar,

    busuk, dan lain-lain) dan menggunakan kemasan tertentu.

    G. Pengemasan

    Pengemasan buah pisang bertujuan untuk melindungi

    buah dari kerusakan mekanis dan memudahkan penanganan

    selama pengangkutan untuk distribusi dan pemasaran.

    Beberapa persyaratan kemasan, yaitu: kemasan harus mampu

    melindungi isi terhadap kerusakan selama distribusi dan

    mampu mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan

    meskipun terkena kelembaban dan ditumpuk selama waktu

    penggunaannya. Kemasan yang baik juga mampu

    mengeluarkan panas dan uap air yang dihasilkan oleh buah

    pisang yang tetap melakukan respirasi.

    Untuk kemasan buah pisang, terdapat bermacam-macam

    bentuk, ukuran, dan bahan kemasan. Paling sederhana dan

    masih banyak digunakan adalah keranjang yang terbuat dari

    kotak dari kayu, boks karton, dan keranjang plastik.

  • 34

    Gambar 8. Contoh Kemasan Pisang

    Pengemasan memudahkan pengangkutan dan melindungi

    buah dari kerusakan mekanis yang terjadi selama

    pengangkutan. Untuk jarak dekat, digunakan keranjang

    bambu dengan kapasitas 3-4 sisir, namun ada yang

    menggunakan peti kayu berisi 150 pisang gandeng (per 2

    buah). Pengemasan untuk ekspor umumnya menggunakan

    karton berventilasi dan menggunakan lapisan plastik.

    Kemasan yang digunakan mempunyai kapasitas 18 kg dan

    11 kg.

    Kemasan untuk pemasaran dalam negeri menggunakan

    plastik polipropilen atau peti kayu ukuran 19 x 33 x 23 cm

    dengan menggunakan lapisan lembaran plastik berlubang dan

    bantalan kertas potongan, dianjurkan dalam bentuk sisiran.

    Apapun kemasan yang digunakan, beberapa hal yang

    perlu mendapat perhatian adalah kemasan harus mampu

    memberikan perlindungan pada buah pisang dari kerusakan

    seperti luka, tertusuk, dan memar. Memar pada buah pisang

    yang sering terjadi selama penanganan dan distribusi dapat

    mengakibatkan kerusakan yang merugikan. Memar

    mengakibatkan rusak pada kulit dan daging buah yang sangat

    tampak ketika buah telah matang.

  • 35

    Berikut beberapa penyebab memar:

    a. Memar karena benturan

    Terjadi karena terbentur akibat dijatuhkan pada

    permukaan yang lebih keras, misalnya buah pisang yang

    dilemparkan saat pemuatan dalam kemasan, atau buah

    pisang yang telah berada dalam kemasan jatuh atau

    dilemparkan saat memuatnya ke dalam angkutan. Untuk

    mengurangi kerusakan tersebut, dapat digunakan lapisan

    atau bantalan pada dasar kemasan dan penanganan yang

    lebih hati-hati.

    b. Memar akibat tekanan

    Buah pisang dalam kemasan dapat mengalami kerusakan

    jika kemasan tidak kuat menahan tumpukan dari kemasan

    di atasnya. Memar akibat tekanan juga dapat terjadi akibat

    tumpukan antar buah pisang dalam kemasan. Buah pada

    bagian bawah dapat tertekan pisang yang berada di atasnya

    jika tanpa disusun dengan baik dan diberi lapisan penyekat.

    Gambar 9. Beberapa Kerusakan Akibat Memar dan

    Tekanan dalam Kemasan

  • 36

    Keterangan:

    (a) memar akibat tekanan oleh ujung buah pisang yang

    berada di atasnya.

    (b) tekanan menyebabkan buah pecah dan kulit terbuka.

    (c) posisi ujung jari pisang yang dapat menekan jari pisang

    di bawahnya bila tidak diberi pelapis.

    c. Memar akibat gesekan

    Kerusakan ini dapat dihindari bila penyusunan buah

    pisang dalam kemasan rapat dan tidak memungkinkan buah

    bergerak. Contoh kerusakan buah pisang yang terlihat

    setelah buah matang adalah: ujung buah menekan dan

    melukai buah lainnya, buah pecah, dan buah memar karena

    tekanan (Gambar 9).

    Kemasan yang digunakan cukup memiliki ventilasi atau

    lubang-lubang untuk membuang panas yang dihasilkan oleh

    buah pisang. Panas tidak boleh terakumulasi di sekeliling

    buah yang dapat merangsang respirasi yang lebih cepat.

    Umumnya, kemasan dengan ventilasi sekitar 5% sudah

    mencukupi.

    Kemasan harus mampu menekan kehilangan air, susut

    bobot dan penampilan buah seperti layu atau kurang segar.

    Untuk mengatasi susut bobot tersebut, dapat digunakan

    lembaran plastik polietilen tipis yang diberi lubang/perforasi

    untuk membungkus seluruh buah pisang sebelum dimuat

    dalam kotak karton berkorugasi. Sebagai contoh, buah pisang

    Cavendish yang dihasilkan perkebunan di Lampung dan

    dipasarkan ke beberapa kota besar, dipak menggunakan

  • 37

    kemasan karton berkorugasi yang terdiri atas dua bagian

    berupa wadah dan tutup, dilengkapi dengan ventilasi pada

    empat sisi dan tutupnya. Selain sebagai ventilasi, lubang yang

    dibuat pada kedua sisi juga berfungsi untuk memudahkan

    mengangkat kemasan. Kemasan diberi liner berupa kantong

    plastik tipis yang berlubang-lubang, kemudian buah pisang

    diatur di dalamnya selapis demi selapis dibatasi dengan

    lembaran styrofoam (atau polifoam) tipis yang berlubang.

    Karena sisiran buah pisang Cavendish cukup besar, untuk

    memudahkan pengemasan, satu sisir dibagi menjadi dua atau

    tiga bagian. Kapasitas kemasan adalah 18 kg dan 11 kg.

    H. Pelabelan

    Pelabelan bertujuan untuk menunjukkan identitas produk.

    Label ditempatkan pada kotak kemasan dan diberi stiker kecil

    yang ditempelkan pada buah sebagai identitas kelas buah dan

    produsen. Secara umum petunjuk pelabelan ini juga

    dinyatakan dalam SNI Pisang 7422-2009. Label pada kemasan memuat

    informasi identitas produk sesuai

    dengan kebutuhan (dapat mencakup

    informasi nama dan varietas buah,

    nama dan alamat perusahaan

    eksportir, pengemas dan atau

    pengumpul, asal buah, kelas, ukuran

    serta bobot buah).

    Gambar 10. Contoh

    Label pada Pisang

  • 38

    I. Penyimpanan dan Transportasi

    Tujuan penyimpanan adalah untuk mengontrol permintaan

    pasar tanpa menimbulkan banyak kerusakan atau penurunan

    mutu dengan cara menghambat proses enzimatis, dengan

    meniadakan terjadinya respirasi dan transpirasi. Fasilitas

    penyimpanan diperlukan bila produksi buah meningkat.

    Penyimpanan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

    penyimpanan buah secara alami dan penyimpanan yang

    menggunakan sarana-sarana tertentu.

    1. Penyimpanan secara alami

    Penyimpanan secara alami dilakukan apa adanya tanpa

    menggunakan sarana atau perlakuan tertentu.

    Penyimpanan buah secara alami ini dilaksanakan di India.

    Buah pisang yang sedang berbuah dan cukup tua tidak

    dipanen, tetapi pohonnya dipindahkan dan ditanam lagi di

    tempat lain dengan cara akar-akarnya dipotong terlebih

    dahulu sehingga keperluan air dan zat hara berkurang.

    Cara penyimpanan ini sangat ekonomis dan hasilnya dapat

    matang sempurna.

    2. Penyimpanan yang menggunakan sarana-sarana tertentu

    a. Penyimpanan pada suhu rendah

    Penyimpanan pada suhu rendah yakni antara

    15-20C atau tergantung varietas adalah penyimpanan

    buah pisang pada suhu di atas titik beku sehingga

    produk tidak membeku dan daya simpannya cukup

    lama. Suhu rendah ini biasanya diikuti dengan

  • 39

    kelembaban nisbi yang optimum sehingga produk

    tetap segar dan tidak mengalami kekeringan. Suhu dan

    kelembaban dari berbagai macam buah tidak sama.

    Pada prinsipnya penyimpanan pada suhu dingin untuk

    menekan terjadinya respirasi dan transpirasi sehingga

    proses ini berjalan lambat. Akibatnya, daya simpan

    menjadi cukup panjang, susut beratnya. Penyimpanan

    dengan suhu 10C dan kelembaban 85-90% serta buah

    yang disimpan masih berwarna hijau akan bertahan

    selama 5 minggu dan buah yang sudah masak

    mempunyai daya simpan 11 hari.

    b. Penyimpanan dengan pelapisan lilin atau

    menggunakan KMnO4

    Penyimpanan dengan pelapisan lilin, yaitu

    penyimpanan buah dengan mencelupkannya ke dalam

    emulsi lilin yang dikombinasikan dengan pestisida.

    Dengan cara ini pisang dapat tahan disimpan selama

    13 hari.

    Sementara penyimpanan dengan menggunakan

    KMnO4 bertujuan untuk menyerap etilen yang

    dihasilkan oleh buah, tahan disimpan selama 3 minggu

    pada suhu ruang.

    Transportasi menjadi titik kritis dalam penanganan

    pascapanen pisang. Transportasi bertujuan untuk

    mengantarkan produk pisang ke konsumen. Selama

    transportasi mutu pisang harus dijaga agar tidak mengalami

    kerusakan seperti memar, pecah, busuk, dan lainnya. Untuk

    menjaga mutu tersebut, dapat dipergunakan sarana

  • 40

    pascapanen seperti keranjang buah, boks karton, kemasan

    plastik, jaring, styrofoam, dan lainnya.

    Dalam proses transportasi juga harus diperhatikan

    hubungan jarak dan waktu tempuh dengan tingkat kematangan

    pisang yang akan dibawa. Hal ini untuk menghindari pisang

    masak dalam perjalanan, sehingga saat sampai ke tangan

    konsumen pisang tersebut sudah terlalu masak, atau hanya

    memilki waktu konsumsi yang sangat singkat.

    Selama proses transportasi sebaiknya dihindari adanya

    kontak langsung dengan sinar matahari. Hal ini akan

    mempercepat terjadinya proses transpirasi sehingga

    menyebabkan buah mengalami penurunan tingkat kesegaran.

    Moda transportasi yang dapat digunakan bervariasi. Ada yang

    menggunakan alat transportasi terbuka maupun tertutup.

    J. Pemeraman

    Buah pisang tergolong buah klimakterik. Artinya, buah

    yang kurang tua saat panen akan menjadi matang selama

    penyimpanan. Namun, ada jenis-jenis pisang yang tidak

    membutuhkan pemeraman seperti pisang mas. Buah yang

    cukup tingkat ketuaannya akan menjadi matang dalam 4-5

    hari setelah panen tanpa perlakuan pemeraman.

    Tujuan pemeraman adalah untuk menyeragamkan

    kematangan buah. Banyak cara yang dilakukan untuk

    pemeraman pisang, di antaranya adalah pemeraman

    tradisional, pemeraman dengan pengemposan, karbit, gas

    etilen, etrel atau etefon dan dengan daun gamal.

  • 41

    1. Pemeraman tradisional

    Secara tradisional, buah pisang diperam di dalam

    tempayan yang terbuat dari tanah liat. Setelah buah

    dipotong, bentuk sisir dan getahnya sudah kering,

    kemudian disusun dalam tempayan dan ditutup dengan

    kuali. Penutupan dimaksudkan agar tidak ada udara yang

    keluar. Agar tujuan tersebut tercapai, antara tempayan dan

    kuali diberi tanah liat dan dibakar agar suhu di dalam

    tempayan menjadi panas. Panas inilah yang menyebabkan

    buah menjadi cepat matang. Lama pemeraman dengan

    cara ini biasanya 2 atau 3 hari.

    2. Pemeraman dengan pengemposan

    Pemeraman dengan pengemposan banyak dilakukan

    oleh pedagang pengumpul di sentra produksi pisang. Buah

    pisang yang akan diempos biasanya dalam bentuk

    tandanan. Pengemposan dilakukan di dalam tanah. Mula-

    mula digali lubang yang besarnya tergantung dari jumlah

    tandan pisang yang akan diempos. Untuk seratus tandan

    pisang, lubang yang diperlukan sebesar 2 x 3 x 3 m3.

    Lubang diberi tutup dari papan dan timbun dengan tanah.

    Penutupan disisakan untuk tempat masuknya pisang. Pada

    ujung lubang diberi bumbung bambu untuk tempat

    masuknya asap, kemudian daun kelapa dibakar dan

    asapnya dimasukkan ke dalam bumbung bambu dengan

    cara dikipasi. Pengasapan dilakukan 2 kali setiap 12 jam

    sekali. Setelah pengasapan, buah dibiarkan di dalam

    lubang selama 24 jam. Selanjutnya, buah diangkat dari

  • 42

    dalam lubang, diangin-anginkan dan dibungkus dengan

    daun pisang kering agar mudah untuk proses

    pengangkutan.

    3. Pemeraman dengan karbit

    Pemeraman dengan karbit sering dilakukan oleh

    pedagang pengumpul yang berada di daerah pemasaran.

    Karbit (CaCl) adalah bahan penghasil karbit atau asetilen

    yang dapat memacu kematangan buah. Pemeraman

    dengan karbit dapat dilakukan di pohon atau sesudah

    dipanen. Bila buah masih di pohon, segumpal karbit

    (kurang lebih 10 gram) diletakkan di antara sisir pisang di

    bagian tengah. Tandan pisang kemudian dibungkus

    dengan plastik atau karung yang diikat di bagian atasnya.

    Beberapa hari kemudian, buah pisang akan matang dengan

    warna kulit buah kuning.

    Cara memeram buah setelah dipanen adalah sebagai

    berikut:

    a) Buah pisang dalam bentuk tandan atau sisir disusun

    dengan rapi.

    b) Pada tiap pojok buah diberi karbit yang dibungkus

    kertas. Untuk 1 ton buah pisang dibutuhkan karbit

    sebanyak 1 kg.

    c) Buah pisang kemudian ditutup dengan plastik dan

    dibiarkan selama 2 hari.

    d) Setelah dua hari, tutup dibuka dan buah diangin-

    anginkan. Dalam 2-3 hari buah akan menjadi matang

    secara serempak.

  • 43

    4. Pemeraman dengan gas etilen/asetilen

    Etilen adalah gas yang tidak berwarna, agak berbau,

    manis dan mudah terdeteksi pada konsentrasi rendah,

    tidak beracun untuk manusia dan hewan selama

    kepekatannya di bawah 1.000 ppm (0,1%). Campuran

    udara dan etilen yang melebihi 27.000 ppm (2,7%) dapat

    menyebabkan ledakan. Oleh karena itu, harus diperhatikan

    benar petunjuk penggunaannya.

    Dalam penanganan pascapanen, gas etilen dapat

    digunakan dalam proses pemeraman. Penggunaan gas

    dalam pemeraman lebih baik dibandingkan karbit.

    Pemeraman dengan gas ini paling efektif bila buah yang

    diperam mengandung enzim oksidase karena gas

    berfungsi sebagai koenzim. Di samping itu, gas etilen juga

    berfungsi untuk mengubah warna kulit buah dari hijau

    menjadi kuning dan mempercepat kemasakan buah. Cara

    yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun

    tandan/sisir pisang dalam suatu rak yang diberi tutup

    plastik atau dalam ruang tertutup sehingga udara tidak

    dapat keluar. Gas etilen/asetilen kemudian dialirkan ke

    dalam ruangan tersebut. Banyaknya gas tergantung

    kapasitas ruang pemeraman. Untuk ruangan yang penuh,

    penggunaan etilen yang dianjurkan sebesar 1/10 cuft untuk

    setiap 1.000 cuft isi ruangan. Ruangan yang konstruksinya

    baik diberi gas sebanyak sekali sehari selama dua hari

    berturut-turut. Gas itu dialirkan perlahan-lahan melewati

    pipa lubang kecil bagian belakang. Untuk ruang

    pemeraman yang kurang baik (bocor dan konstruksinya

  • 44

    tidak baik), penambahan gas hendaknya 2-3 kali sehari

    selama 2 hari. Kepekatannya dapat diperbesar sampai 2

    atau 3 kali. Jika etilen yang diberikan tidak mencukupi,

    proses pematangannya akan lambat dan tidak seragam,

    warna pisang akan menjadi pucat, serta ujung buahnya

    tetap berwarna hijau.

    Agar hasil yang diperoleh bermutu tinggi, hal-hal yang

    perlu diperhatikan dalam pemeraman buah pisang

    menggunakan gas etilen/asetilen adalah sebagai berikut:

    a) Suhu pemeraman tidak boleh terlalu tinggi. Bila suhu

    daging buah 73oF (sekitar 23

    oC), warna pisang yang

    dihasilkan akan kusam, cepat rusak, dan aromanya

    kurang baik. Sebelum buah berwarna kuning penuh,

    akan timbul bercak berwarna hitam. Pemeraman yang

    baik dilakukan pada suhu 17,8-20oC.

    b) Suhu pemeraman terlalu rendah. Hal ini menyebabkan

    daging buah rusak ketika menjadi matang penuh.

    Meskipun penampilannya baik, tetapi warna pisang

    akan kusam.

    c) Kelembaban yang terlalu tinggi. Keadaan ini

    menyebabkan aroma buah pisang kurang baik dan

    tekstur buahnya menjadi lembek sebelum tingkat

    kematangan penuh tercapai.

    d) Kelembaban terlalu rendah dapat mengakibatkan buah

    pisang kusam. Kelembaban dan suhu diatur agar

    mendekati titik jenuh. Kelembaban ini dipertahankan

    sampai terjadi perubahan warna. Kelembaban yang

    ideal untuk pemeraman sekitar 75-85%.

  • 45

    5. Pemeraman dengan etrel/etefon

    Etrel/etefon adalah suatu larutan yang mengandung

    bahan aktif 2-chloro ethyl phosporic acid yang dapat

    menghasilkan etilen secara langsung pada jaringan

    tanaman. Dengan timbulnya etilen, kematangan buah

    dipercepat. Penggunaan etrel 1.000 ppm dapat membuat

    buah pisang matang hanya dalam waktu 3-4 hari.

    Cara melakukan pemeraman menggunakan etrel

    adalah:

    a) Buat larutan etrel, yakni dengan memasukkan 1 cc

    etrel ke dalam wadah. Masukkan air ke dalam wadah

    tersebut sehingga volumenya mencapai 1 liter.

    b) Rendam buah pisang yang telah dibersihkan ke dalam

    larutan etrel selama 30 detik atau semprotkan larutan

    etrel ke permukaan kulit buah pisang.

    6. Pemeraman yang dilakukan di masing-masing daerah

    Masyarakat di suatu daerah banyak yang melakukan

    pemeraman pisang sesuai dengan kebiasaan setempat.

    Contohnya dengan menggunakan daun gamal. Caranya:

    buah pisang yang akan diperam disusun dalam keranjang

    yang diberi alas koran. Bagian atasnya diberi daun gamal

    kurang lebih 20% dari berat pisang yang diperam. Dalam

    3-4 hari buah pisang akan menjadi masak. Selain daun

    gamal, dapat pula dipergunakan daun mindi (Melna

    zedarch) atau daun picung (Pangum edule). Daun gamal

    mempunyai nama yang berbeda-beda pada setiap daerah.

  • 46

    Di Aceh, daun gamal dikenal dengan nama lanbo, di Jawa

    Barat disebut cepbyar, di Yogyakarta disebut gembira loka

    atau johan tulungagung, di Surakarta disebut wit sepium

    dan di Bali Selatan dinamakan pohon ampera.

    K. Pencatatan dan Dokumentasi

    Pencatatan merupakan kegiatan yang perlu dilakukan oleh

    kelompok tani/Gapoktan/supplier dalam penanganan

    pascapanen di bangsal pengemasan. Kegiatan ini mencakup

    segala aktivitas yang dilakukan petani dalam upaya

    melaksanakan penanganan panen dan pascapanen. Pencatatan

    bertujuan untuk mendokumentasikan apa saja yang dilakukan

    petani dalam melaksanakan penanganan pascapanen agar

    dapat ditelusurbalik jika terjadi ketidaksesuaian terhadap

    standar yang telah ditentukan maupun keluhan konsumen

    terkait keamanan produk.

    Kegiatan pencatatan merupakan syarat mutlak yang harus

    dilakukan oleh supplier. Dalam kegiatan pencatatan dan

    dokumentasi dibutuhkan pendampingan dan pengawasan dari

    petugas bangsal pengemasan.

  • 47

    roduk pascapanen hortikultura segar sangat mudah

    mengalami kerusakan fisik akibat berbagai penanganan

    yang dilakukan. Kerusakan fisik ini terjadi karena secara

    fisik-morfologis, produk hortikultura segar mengandung air tinggi

    (85-98%), sehingga benturan, gesekan dan tekanan sekecil apapun

    dapat menyebabkan kerusakan yang dapat langsung dilihat secara

    kasat mata maupun terlihat setelah beberapa hari. Kerusakan fisik

    ini menjadi awal masuknya mikroorganisme pembusuk dan sering

    menyebabkan nilai susut yang tinggi bila cara pencegahan dan

    penanggulangannya tidak direncanakan dan dilakukan dengan

    baik.

    Beberapa hal yang dapat mempengaruhi perkembangan

    penyakit pascapanen pisang diantaranya suhu, kelembaban dan

    bahan kimia. Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan

    mikroba dan menunda proses kematangan buah, sementara suhu

    tinggi akan menyebabkan mikroba terbunuh tanpa merusak

    penampilan buah. Perlakuan pada suhu yang terlalu rendah atau

    terlalu tinggi akan memperlambat kemasakan buah sehingga buah

    tidak dapat matang secara optimal. Selain itu, akan menyebabkan

    P

    Bab 4 PENGENDALIAN OPT

    PASCAPANEN

  • 48

    terjadinya kerusakan sel pada daging buah dan membuat kulit

    buah berwarna kehitaman sehingga penampilan visual pisang

    menjadi kurang menarik.

    Kelembaban di atas 90% juga berpotensi memperluas infeksi

    penyakit yang terjadi. Apabila kulit terluka, jamur dan bakteri

    akan melakukan aktivitas yang dapat mempercepat kerusakan

    pada pisang.

    Penggunaan bahan kimia yang berfungsi mempercepat

    kematangan buah seperti gas etilen dan asetilen ternyata dapat

    mendorong timbulnya infeksi. Sebaliknya, bahan kimia yang

    berfungsi menunda kematangan seperti 2,4 D asam giberalat dan

    auksin, dapat menghambat terjadinya serangan penyakit.

    Beberapa jenis penyakit pascapanen pisang adalah:

    1. Antraknosa

    a. Gejala

    Pada permukaan kulit buah tampak bercak-bercak

    berwarna coklat. Bercak ini sedikit melengkung ke dalam,

    kemudian akan segera membesar dan daging buah akan

    menjadi rusak.

    b. Penyebab

    Penyebab penyakit antraknosa adalah jamur

    Colletotrichum musae et curt.V.Arx. atau Gloeosporium

    musarum Cke.et Massee. Daerah penyebaran penyakit ini

    hampir di semua daerah penghasil pisang. Serangan

    banyak terjadi pada musim hujan karena pada saat itu

    buah menjadi lunak. Suhu yang tinggi (27-30oC) dan

  • 49

    kelembaban yang hampir jenuh turut mempengaruhi

    perkembangan jamur jenis ini. Jamur penyebab penyakit

    ini biasanya menimbulkan gejala khusus pada buah

    masak, yaitu bercak coklat. Bila kondisi lembab, pada

    bagian tengah bercak akan tampak massa konidium

    berwarna merah muda sampai merah karat. Bercak dapat

    menyatu atau meluas sampai menutupi seluruh permukaan

    buah. Faktor yang mempengaruhi penyakit ini adalah suhu

    dan kelembaban ruang penyimpanan yang tinggi. Suhu

    optimum untuk perkembangan jamur adalah 28-32oC.

    c. Pencegahan

    Pencegahan penyakit antraknosa dilakukan sejak tanaman

    masih berada di kebun. Kebun harus bersih dari daun-daun

    kering atau dengan menyemprotkan campuran bubur

    burgundy. Selanjutnya, penyemprotan diulangi dengan

    menggunakan amoniacal copper carbonat. Interval waktu

    penyemprotan adalah sebulan sekali. Selain campuran di

    atas, dapat pula digunakan campuran Bordeaux (bubur

    bordo). Sesudah panen, pencegahan dilakukan dengan

    memperkecil kerusakan mekanis pada buah, yakni dengan

    mencelupkan buah terlebih dahulu ke dalam air hangat

    (55oC) selama 2 menit atau dicelupkan ke dalam

    fungisida, seperti benomil atau mankozeb dan

    karbendasim. Selain itu, gudang penyimpanan harus

    bersih dan kelembaban yang terjaga dengan suhu sekitar

    15-20oC.

    Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara

    menjaga sanitasi bangsal pengemasan dan ruang

  • 50

    penyimpanan, memisahkan buah sakit dengan buah sehat,

    dan memusnahkan tanaman yang sakit. Tujuannya untuk

    menghilangkan sumber inokulum atau sumber penularan.

    Penanganan buah sesudah panen harus dilakukan secara

    hati-hati untuk memperkecil kerusakan mekanis pada

    buah. Hal ini dilakukan mengingat jamur merupakan

    parasit yang menyerang luka. Pencelupan buah ke dalam

    air hangat (55oC) selama 5 menit atau suhu 42

    oC selama

    15 menit, pencelupan buah ke dalam fungisida, seperti

    benomil, atau mankozeb dan karbendasim dapat menekan

    perkembangan penyakit selama penyimpanan.

    Cara lain adalah dengan mencuci buah pisang dengan air

    bersih, meniriskan, lalu mencelupkan ke dalam larutan

    fungisida selama 30 detik. Selanjutnya, buah dibiarkan

    beberapa menit agar larutan dapat tiris, untuk selanjutnya

    buah disimpan. Buah yang diberi perlakuan fungsida

    sebaiknya buah yang masih mentah. Perlakuan dengan

    fungisida dilakukan sebelum proses pemeraman dan

    penyimpanan. Fungisida yang bisa digunakan antara lain:

    benomil, prokloras, dengan dosis antara 500-1.000 ppm.

    Penggunaan fungisida, pelapisan buah menggunakan

    kitosan 0,03-0,11% serta pencelupan dalam larutan

    mengandung minyak cengkih dan minyak kayu manis

    dengan kisaran 0,03-0,11% dapat menekan perkembangan

    penyakit pascapanen pada buah pisang.

  • 51

    Gambar 11. Pisang yang Terserang Antraknosa

    2. Black spot / Bercak hitam

    a. Gejala

    Pada mulanya buah tampak berbintik merah yang

    dikelilingi dengan daerah yang basah. Bintik ini kemudian

    melebar dan warnanya berubah menjadi hitam. Gejala ini

    terutama tampak pada bagian bawah pisang. Serangan

    akan berlanjut dengan adanya miselia jamur yang

    berwarna coklat muda pada permukaan kulit buah.

    b. Penyebab

    Penyebab penyakit ini adalah Helminthosporium

    torulosum Syd. Ashby dan Deigthtoniela torulosa Syd.Ell.

    Penyakit ini biasa juga disebut speckle disease yang

    biasanya banyak menyerang tanaman pisang di

    perkebunan kotor yang banyak terdapat sampah daun-

    daun kering.

    c. Pencegahan

    Membersihkan daun kering di areal pertanaman sangat

    dianjurkan untuk pencegahan. Selain itu, dapat juga

  • 52

    digunakan fungisida dengan cara disemprotkan pada

    tandan buah saat buah berumur 10-20 hari.

    3. Botryodiplodia fruit rot / Busuk buah

    a. Gejala

    Ujung buah membusuk dan menjalar hingga ke sepanjang

    buah. Kulit buah pun menjadi coklat kehitaman dan

    daging buah menjadi lunak.

    b. Penyebab

    Penyebab penyakit ini adalah jamur Botryodiplodia

    theobromae Pat.

    c. Pencegahan

    Tindakan pencegahan terhadap penyakit ini adalah

    membersihkan tanaman yang sedang berbuah dari sampah

    daun-daun kering dan menghindari terjadinya luka

    mekanis.

    4. Brown spot / Bercak coklat

    a. Gejala

    Kulit buah tampak becak-becak coklat tua dengan

    diameter 5-6 cm dan tepinya tidak beraturan.

    b. Penyebab

    Penyebab penyakit brown spot adalah jamur Cercospora

    hayi Celpouzos.

    c. Pencegahan

    Pencegahan dilakukan dengan cara mencelupkan buah ke

    dalam larutan nystatin 200-400 ppm.

  • 53

    5. Crown rot complex / Busuk mahkota

    a. Gejala

    Serangannya tampak pada bonggol sisir buah yang diawali

    dari tangkai utama yang warnanya akan berbeda dari

    biasanya.

    b. Penyebab

    Penyebab penyakit ini adalah infeksi jasad renik

    Botryodiplodia theobromae Pat, Thielaviopsisparadoxa de

    Seyn.Hoehn, Colletotrichum musae Berk, et curt V. Arx,

    Fusarium roseum Link, dan Verticillium theobromae

    True, Mason & Hughes.

    c. Pencegahan

    Pencegahan dilakukan dengan cara mencelupkan buah

    pisang ke dalam larutan benomil 100-400 ppm.

    6. Scab / Cacar

    a. Gejala

    Pada bagian atas lapisan epidermis akan muncul lingkaran

    hitam seperti bercak karat. Lingkaran ini menyebar di

    permukaan kulit buah dan mengakibatkan penampilan

    visual buah kurang menarik.

    b. Penyebab

    Penyakit ini disebabkan oleh Sphaceloma sp yang hanya

    menyerang kulit buah saja.

  • 54

    c. Pencegahan

    Cara pencegahan yang paling efektif untuk mengatasi

    penyakit ini adalah dengan menjaga sanitasi/kebersihan

    kebun. Tujuannya agar tanaman dan kebun terbebas dari

    berbagai sumber penyakit, termasuk penyakit scab. Cara

    lain adalah dengan melakukan pembungkusan buah

    (biasanya menggunakan plastik transparan atau plastik

    biru). Diharapkan dengan perlakuan tersebut akan

    diperoleh buah dengan tampilan yang mulus tanpa scab

    sehingga tampilan buah menjadi menarik.

    Sementara hama pascapanen yang banyak menimbulkan

    kerugian adalah tikus gudang (Rattus diardi) dan golongan

    serangga. Kerugian yang ditimbulkan oleh hama pascapanen

    berupa penurunan kualitas dan kuantitas yaitu kerusakan bentuk,

    aroma, tercampur kotoran, daya tumbuh, nilai gizi dan nilai sosial

    ekonomi materi yang disimpan.

    1. Tikus

    Tikus banyak dijumpai menyerang di gudang

    penyimpanan. Tikus memakan bahan simpanan dan merusak

    wadah. Kotoran dan urinenya akan menurunkan kualitas

    bahan simpanan.

    Pengendaliannya: pencegahan masuknya tikus ke dalam

    gudang, pemasangan perangkap, sanitasi tempat penyimpanan

    dan pengaturan penempatan, pemanfaatan predator dan

    penggunaan rodentisida secara kontinu.

  • 55

    2. Serangga

    Secara umum serangga pengganggu yang terjadi pada

    produk pascapanen merupakan investasi laten atau bagian

    stadia pertumbuhannya telah ada dalam buah sebelum

    dipanen. Contohnya lalat buah meletakkan telurnya di dalam

    buah saat masih di kebun dan produk tersebut masih relatif

    muda. Telur tidak dapat tumbuh dan berkembang karena

    kondisi lingkungan belum memungkinkan seperti keasaman

    yang tinggi. Namun setelah dipanen dimana produk masuk

    pada periode pemasakan, maka telur akan menetas dan

    berkembang menjadi larva atau ulat yang sangat tidak dapat

    diterima oleh konsumen apabila dijual terlebih lagi diekspor.

    Walau terjadi perkembangan pasar bebas secara global,

    sekarang ini Phytosanitary Restriction (PR) berlanjut

    membatasi perdagangan.

    Pengendalian serangga pascapanen dilakukan dengan

    cara-cara yang tidak membahayakan kesehatan manusia

    maupun mencemari lingkungan. Misalnya dengan perlakuan

    suhu baik tinggi maupun rendah. Cara ini tidak meninggalkan

    residu dan aman bagi pekerja. Namun demikian, beberapa

    kekurangan dari cara ini adalah berpotensi merusak produk

    bila tidak dilakukan secara hati-hati, biaya energi tinggi,

    waktu perlakuan relatif lama dibandingkan dengan fumigasi

    serta suhu dan waktu yang tepat harus dieksplorasi untuk

    mampu efektif dalam mengendalikan serangga dimana tidak

    menyebabkan kerusakan pada produk.

    .

  • 56

    anaman pisang yang banyak dibudidayakan masyarakat,

    baik di lahan pekarangan maupun lahan usaha sebenarnya

    berasal dari jenis-jenis herba berumpun yang hidup

    menahun. Jenis pisang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

    A. Jenis Umum

    1. Pisang Serat (Noe. Musa textilis)

    Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak diambil

    buahnya melainkan diambil seratnya. Pada awal abad 16,

    penduduk asli daerah Cebu, Filipina, memanfaatkan serat

    pisang manila sebagai bahan pakaian. Oleh karena itu, pisang

    ini dinamakan Musa textilis.

    Batang pisang serat merupakan batang semu yang

    terbentuk dari upih-upih daun yang saling menutupi.

    Tingginya mencapai 7 meter dengan daun berbentuk lanset

    berwarna hijau. Bunganya seperti pisang berbentuk buah

    jorong yang berkulit tebal, tetapi tidak dapat dimakan. Biji

    buah berwarna hitam bulat, kecil, keras seperti biji randu.

    Pisang ini disebut juga pisang manila karena diduga berasal

    dari manila.

    T

    Bab 5 JENIS PISANG DAN CIRINYA

  • 57

    Berdasarkan iklimnya, tanaman ini merupakan tanaman

    tropika yang menghendaki udara yang panas dan agak

    lembab. Tanaman ini biasanya tumbuh di dataran rendah

    sampai ketinggian 500 meter dari permukaan air laut. Tanah

    yang cocok adalah tanah lempung yang gembur dan kaya

    kandungan humus. Pisang ini mudah rebah oleh tiupan angin

    yang keras dan juga peka terhadap genangan air.

    Perbanyakan pisang serat dapat dilakukan dengan biji,

    anakan, bonggol maupun dengan teknik kultur jaringan.

    Namun dalam budidaya, jarang digunakan biji untuk

    perbanyakan pisang jenis ini.

    Tanaman siap dipanen bila kuncup bunga telah keluar.

    Artinya siap dipotong untuk diambil seratnya. Serat yang

    diperoleh adalah serat yang kuat, tahan terhadap air (air tawar

    maupun air laut). Serat ini cocok dipakai sebagai tali kapal

    laut, tali tambang dan tali untuk kail. Selain itu, serat pisang

    ini dapat dipintal atau dianyam untuk dibuat ayunan, sandal

    dan lain-lain.

    2. Pisang Hias (Heliconia indica Lamk)

    Pisang hias juga tidak dimanfaatkan buahnya. Jenis pisang

    ini memiliki morfologis daun yang indah sehingga cocok

    dijadikan sebagai tanaman penghias halaman rumah atau

    pinggir jalan. Pisang ini diperbanyak dengan mengggunakan

    anakannya. Berdasarkan jenisnya, pisang hias dibagi dua yaitu

    pisang kipas dan pisang-pisangan. Disebut pisang kipas

    karena bentuknya seperti kipas. Nama lain pisang kipas adalah

    pisang madagaskar (karena diduga berasal dari daerah

  • 58

    Madagaskar). Sedangkan pisang-pisangan memiliki batang

    semu berukuran kecil-kecil dan tumbuh berumpun sehingga

    tampak indah bila dipandang.

    3. Pisang buah (Musa paradisiaca L.)

    Jenis pisang yang ini sudah populer di masyarakat karena

    paling banyak ditemui di pasaran. Pisang buah dapat

    dibedakan menjadi 4 golongan. Golongan pertama adalah

    pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak, misalnya

    pisang kepok, pisang susu, pisang hijau, pisang emas, pisang

    raja, dan sebagainya.

    Golongan kedua adalah pisang yang dapat dimakan

    setelah diolah terlebih dahulu, misalnya pisang tanduk, pisang

    uli, pisang kapas, pisang bangkahulu, dan sebagainya.

    Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung

    setelah masak maupun diolah dahulu, misalnya pisang kepok

    dan pisang raja. Sedangkan golongan keempat adalah pisang

    yang dapat dimakan sewaktu masih mentah. Pisang ini adalah

    pisang klutuk (pisang batu), biasanya pisang ini dibuat rujak

    sewaktu masih muda.

    B. Jenis Pisang Komersial

    Pengertian komersial disini adalah banyak terdapat di

    pasaran, baik di pasar umum maupun supermarket. Jenis-jenis

    pisang tersebut banyak digemari oleh masyarakat karena

    keistimewaaanya. Berikut uraian mengenai jenis-jenis pisang

    komersial.

  • 59

    1. Pisang Barangan

    Pisang barangan termasuk

    buah meja, yang banyak dihasilkan

    di daerah Sumatera Utara dan

    Sulawesi Selatan. Rasanya manis

    dan aromanya harum. Tiap sisir

    berisi 16-23 buah, dengan besar

    buah yang hampir rata. Panjang

    buah antara 12-15 cm, susunan

    buah dalam satu sisir kompak, sehingga mudah diatur

    dalam pengepakan. Tiap tandan memiliki berat 12-20 kg,

    berisi antara 8-12 sisir. Kulit buah ketika mentah hijau

    dengan bintik-bintik coklat dan saat matang berwarna

    kuning dengan bintik-bintik coklat pada permukaan

    kulitnya. Daging buahnya berwarna kuning kemerahan

    dengan aroma pisang yang kuat. Pisang barangan dari

    Sumatera Utara memiliki daya tahan yang cukup kuat dan

    tidak mudah rontok.

    2. Pisang Ambon Kuning

    Dimanfaatkan sebagai buah

    meja yang umum disajikan

    setelah makan. Pisang ambon

    kuning pada saat matang

    berwarna kuning dengan warna

    daging buah krem atau putih

    kekuningan. Rasa daging buahnya

    Gambar 12. Pisang

    Barangan

    Gambar 13. Pisang

    Ambon Kuning

  • 60

    manis dan aromanya kuat. Selain sebagai buah meja,

    pisang ambon digunakan sebagai makanan pemula untuk

    bayi. Berat tandan antara 15-25 kg, tersusun dari 10-14

    sisir. Setiap sisir terdiri atas 14-24 buah. Ukuran buahnya

    termasuk besar, panjang tiap buah 15-20 cm dan diameter

    3,45 cm. Manfaat lain dari pisang ambon kuning adalah

    diolah menjadi sari buah, dodol, sale, jam dan tepung

    pisang.

    3. Pisang Ambon Lumut

    Kulit pisang ambon lumut hijau kekuningan dengan

    bintik-bintik coklat kehitaman. Daging buahnya berwarna

    putih kemerahan dan lunak. Rasanya manis, enak, dan

    aromanya kuat. Berat per tandan

    mencapai kisaran 15-18 kg dengan

    jumlah sisir 8-18. Setiap sisir

    kurang lebih 20 buah. Ukuran buah

    15-20 cm dengan diameter 3-3,5

    cm. Selain untuk buah meja, pisang

    ambon lumut dapat diolah menjadi

    sari buah, dodol, sale, jam dan

    tepung pisang.

    4. Pisang Ambon Putih

    Pisang ambon putih pada saat matang berwarna kuning

    keputihan dengan warna daging buah putih sampai putih

    kekuningan. Rasa daging buahnya manis sedikit asam dan

    aromanya kuat. Selain sebagai buah meja, pisang ambon

    Gambar 14. Pisang

    Ambon Lumut

  • 61

    digunakan sebagai makanan pada

    bayi. Berat tiap tandannya 15-25

    kg terdiri atas 10-14 sisir. Setiap

    sisir terdiri atas 14-24 buah

    dengan panjang 15-20 cm dan

    diameter 3,5-4 cm.

    5. Pisang Cavendish

    Pisang cavendish termasuk

    dalam kelompok pisang ambon.

    Saat ini kultivar cavendish

    banyak ditanam di Indonesia oleh

    perusahaan swasta besar untuk

    ekspor dan pasar domestik.

    Ukuran buah termasuk besar,

    panjang buah antara 17-23 cm

    dengan diameter 3,5-4 cm, berat tiap buah 130-200 g,

    warna kulit buah kuning merata saat matang dan daging

    buah putih kekuningan dan aroma kuat. Susunan buah rapi

    dan kompak membentuk sisir, sisir yang besar bisa berisi

    16-20 buah. Tandan buahnya juga besar, berisi sekitar 14-

    20 sisir.

    6. Pisang Kapas

    Pisang kapas hanya cocok untuk olahan, misalnya

    diolah menjadi kolak, pisang goreng atau pisang kukus.

    Pada saat matang warna kulit buahnya kuning berbintik-

    Gambar 15. Pisang

    Ambon Putih

    Gambar 16. Pisang

    Cavendish

  • 62

    bintik hitam. Warna daging buahnya putih kekuningan,

    rasanya manis, dan aromanya kurang. Berat tiap tandan

    17,5 kg, jumlah sisir 7, dan jumlah buah tiap sisir 15 buah.

    Panjang buahnya 6 cm dengan kulit buah tebal.

    7. Pisang Kepok

    Pisang kepok kuning enak

    dimakan setelah diolah terlebih

    dahulu. Bentuk buahnya agak

    pipih dan memiliki kulit tebal.

    Berat per tandan dapat mencapai

    22 kg memiliki 10-16 sisir. Setiap

    sisir terdiri atas 12-20 buah. Bila

    matang warna kulit buahnya

    kuning penuh.

    Pisang kepok, yang terkenal di antaranya pisang kepok

    putih dan kepok kuning. Pisang kepok putih memiliki

    warna daging buah putih dan pisang kepok kuning daging

    buahnya berwarna kuning. Pisang kepok kuning rasa

    buahnya lebih enak dibanding kepok putih sehingga lebih

    disukai dan harganya lebih mahal. Pisang kepok

    merupakan jenis pisang yang dapat diolah menjadi pisang

    goreng dalam berbagai variasi, sangat cocok diolah

    menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka olahan

    tradisional dan tepung.

    Saat ini pisang kepok sangat dikenal sebagai

    pisang goreng yang dijajakan di restoran dan gerai khusus

    yang menjual pisang goreng dengan cara menggoreng

    Gambar 17. Pisang

    Kepok

  • 63

    yang khas. Bentuk pisang goreng yang terkenal seperti

    kipas, pisang goreng ala Pontianak dan pisang goreng

    pasir sudah menjadi hidangan yang populer di kota-kota

    besar. Untuk pisang goreng di Jakarta, selain dari Banten,

    pisang kepok juga berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah,

    Sumatera dan Kalimantan.

    8. Pisang Kidang

    Pisang kidang kulitnya berwarna merah jingga agak

    ungu dan daging buahnya putih. Rasanya manis dan

    aromanya harum. Pisang ini dimakan sebagai buah segar.

    Setiap tandannya terdiri atas 5-7 sisir dan setiap sisir

    terdiri atas 12-13 buah. Berat per sisir 1.150 g dan berat

    setiap buah 120 g. Panjang buah 13 cm dan lingkar buah

    12 cm.

    9. Pisang Lampung

    Pisang jenis ini mirip pisang

    mas, perbedaannya terletak pada

    ujung buahnya. Pisang lampung

    memiliki ujung buah lancip,

    sedangkan pisang mas ujung

    buahnya tumpul. Setiap tandan

    terdiri atas 6-8 sisir dengan setiap

    sisir terdiri atas 18-20 buah. Berat

    setiap sisir adalah 940 g, berat setiap buah 50 g. Panjang

    buah 9 cm dan diameter buah 3-4 cm. Warna kulit buah

    kuning dan warna daging buah putih kemerahan. Rasanya

    Gambar 18. Pisang

    Lampung

  • 64

    manis dan aromanya harum. Pisang lampung disajikan

    sebagai buah segar. Kelemahan jenis pisang ini adalah jari

    pisang mudah rontok dari sisirnya. Selain untuk buah

    meja, pisang lampung dapat diolah menjadi sari buah,

    dodol, sale, dan tepung pisang.

    10. Pisang Mas

    Bentuk buah pisang mas kecil-kecil

    dengan panjang 8-12 cm dan

    diameter 3-4 cm. Berat per tandan

    antara 8-12 kg terdiri atas 5-9 sisir.

    Setiap sisir rata-rata berisi 14-18

    buah. Bila matang berwarna kuning

    cerah, kulit buahnya tipis, rasanya

    sangat manis dan aromanya kuat.

    Selain sebagai buah meja, pisang mas dapat diolah

    menjadi sari buah, dodol, sale, jam, dan keripik utuh (yang

    digoreng vakum).

    11. Pisang Nangka

    Warna kulit buah pisang

    nangka saat matang tetap hijau

    dengan rasa buahnya asam manis.

    Berat per tandan antara 11-14 kg

    terdiri atas 6-8 sisir, dan tiap sisir

    terdiri atas 14-24 buah. Panjang

    buah 24-28 cm dengan diameter

    3,5-4 cm. Pisang nangka disajikan dalam bentuk olahan

    Gambar 19. Pisang

    Mas

    Gambar 20. Pisang

    Nangka

  • 65

    seperti keripik, buah dalam sirup dan tepung serta olahan

    sehari-hari seperti pisang goreng dan kolak pisang.

    12. Pisang Raja

    Pisang ini tangkai buahnya 6

    sisir yang masing-masing terdiri

    atas 15 buah. Berat 1 buah pisang

    sekitar 92 g dengan panjang 12-

    18 cm dan diameter 3,2 cm.

    Bentuk buahnya melengkung

    dengan bagian pangkal bulat.

    Daging buahnya kuning kemerahan tanpa biji dengan rasa

    manis. Empulur buahnya nyata dengan tekstur kasar.

    Lama tanaman berbunga sejak anakan adalah 14 bulan.

    Sedangkan buah masak 164 hari sesudah muncul bunga.

    13. Pisang Raja Bulu

    Pisang raja bulu atau dikenal

    dengan pisang raja termasuk buah

    yang dapat digunakan sebagai buah

    meja dan bahan baku produk olahan

    atau campuran dalam pembuatan

    kue. Daging buah rasanya manis dan

    aromanya kuat, namun kulit agak

    tebal sehingga bagian yang dapat

    dimakan (bdd) hanya 75%. Pada waktu matang, warna

    kulit buahnya kuning berbintik coklat atau kuning merata

    dengan warna daging buah kuning kemerahan. Setiap

    Gambar 21. Pisang

    Raja

    Gambar 22. Pisang

    Raja Bulu

  • 66

    tandan memiliki berat berkisar 4-22 kg dengan jumlah

    sisir 6-7 sisir dan jumlah buah 10-16 setiap sisir. Sebagai

    buah segar, pisang raja bulu memiliki nilai ekonomis yang

    tinggi terutama di Pulau Jawa. Pisang raja cocok untuk

    diolah menjadi sari buah, dodol dan sale.

    14. Pisang Raja Sere

    Pisang raja sere dikenal

    sebagai pisang meja. Ukuran

    buahnya kecil dengan panjang

    buah 10-15 cm dan diameter

    3-4 cm. Berat per tandan antara

    10-14 kg, jumlah sisir 5-9, dan

    tiap sisir terdiri atas 12-16 buah.

    Buah yang matang warna

    kulitnya kuning kecoklatan dengan bintik-bintik coklat

    kehitaman. Kulit buah tipis, warna daging buah putih,

    rasanya manis dan aromanya harum.

    15. Pisang Raja Jambe

    Setiap tandan dari pisang ini terdiri atas 13 sisir.

    Bentuk buah lurus berpangkal bulat dengan berat 80 g.

    Panjang buah sekitar 7,8 cm, diameter 3,7 cm dan tebal

    kulit buah 0,2 cm. Daging buah berwarna putih

    kekuningan tanpa biji. Umur tanaman hingga berbunga 17

    bulan dan buahnya akan masak 5 bulan kemudian.

    Gambar 23. Pisang

    Raja Sere

  • 67

    16. Pisang Raja Kul

    Setiap tandan panjangnya 32 cm, memiliki 16 sisir

    buah dan setiap sisirnya terdapat 15 buah. Bentuk buah

    lurus dengan panjangnya 8 cm, diameter 3,1 cm, berat

    40 g dan tebal kulit 0,3 cm. Daging buah berwarna kuning

    tanpa biji. Umur tanaman hingga berbunga adalah 14

    bulan, dan buah akan masak 5 bulan kemudian.

    17. Pisang Raja Molo

    Setiap tandan pisang panjangnya 43 cm, memiliki 6

    sisir buah. Setiap sisir terdapat 10-13 buah yang

    panjangnya 12 cm, diameter 3,4 cm, dan berat 100 g.

    Bentuk buah lurus dengan ketebalan kulit buah 0,3 cm.

    Daging buah berwarna kuning kemerahan tanpa biji.

    Umur tanaman hingga berbunga 17 bulan dan buah akan

    masak 5 bulan kemudian.

    18. Pisang Raja Tahun

    Tandan pisang ini berukuran 22,5 cm dan biasanya

    terdiri atas 4 sisir buah. Setiap sisir rata-rata terdapat 15

    buah dengan panjang 11 cm, diameter 3,2 cm, berat 60 g,

    dan tebal kulit buah 0,3 cm. Bentuk buah lurus berpangkal

    membulat, daging buah berwarna kuning keputihan tanpa

    biji. Umur tanaman hingga berbunga 14 bulan dan buah

    akan masak 5 bulan kemudian.

  • 68

    19. Pisang Raja Uli

    Pisang raja uli dikenal sebagai

    pisang olahan. Warna kulit buah

    kuning cerah dan daging buahnya

    putih. Buahnya manis dan beraroma

    harum. Setiap tandan terdiri atas

    5-8 sisir buah dengan berat setiap

    sisir kurang lebih 1,6 kg. Berat

    tiap buah 120 g, panjang buah 18

    cm, dan lingkar buah 13 cm. Pisang

    ini sangat enak jika direbus atau

    digoreng.

    20. Pisang Siem

    Setiap tandan pisang siem rata-

    rata terdiri atas 6 sisir yang masing-

    masing tersusun oleh 15 buah

    pisang. Berat buah pisang sekitar

    92 g dengan panjang 20-25 cm dan

    diameter 3,2 cm. Bentuk buahnya

    melengkung dengan bagian pangkal

    bulat. Warna daging buahnya

    kuning kemerahan tanpa biji. Empulur buahnya nyata,

    dengan tekstur kasar, rasanya manis. Lamanya tanaman

    berbunga sejak tunas adalah 14 bulan. Pisang siem hanya

    cocok untuk olahan terutama keripik dan sale. Bila dibuat

    tepung menghasilkan tepung pisang dengan rasa agak

    asam.

    Gambar 24. Pisang

    Raja Uli

    Gambar 25. Pisang

    Siem

  • 69

    21. Pisang Tanduk

    Pisang tanduk berukuran besar

    dan bentuknya menyerupai

    tanduk. Buah matang memiliki

    warna kulit buah coklat

    kemerahan berbintik-bintik dan

    warna daging buahnya kuning

    kemerahan. Pisang tanduk hanya

    cocok untuk pisang olahan. Berat

    setiap tandan berkisar antara 7-10 kg yang terdiri atas 3

    sisir, dan setiap sisir berisi paling banyak sekitar 10 buah.

    Ukuran buah pisang tanduk termasuk besar, yaitu panjang

    25-31 cm, lingkar buah 14-15 cm dengan berat buah 247-

    346 g, daging buah berkisar 113-199 g. Pisang tanduk

    sebaiknya dipanen saat sudah tua, yaitu sekitar 105-120

    hari setelah bunga mekar, karena memiliki sifat-sifat fisik

    dan kimia yang berada pada kondisi maksimum.

    Pisang tanduk sangat cocok diolah menjadi keripik,

    buah dalam sirup, aneka olahan tradisional (pisang goreng,

    rebus) dan tepung. Persentase daging buah sekitar 73%

    karena bagian kulitnya cukup tebal.

    22. Pisang Tongkat Langit

    Jenis pisang ini banyak ditanam di daerah Maluku.

    Bentuknya khas dengan tandan buah menuju ke atas. Oleh

    karenanya, pisang ini disebut pisang tongkat langit. Warna

    Gambar 26. Pisang

    Tanduk

  • 70

    kulit buahnya merah jingga dan warna

    daging buahnya putih kuning. Konon

    pisang ini sangat mujarab untuk

    menyembuhkan penyakit kuning. Berat

    per sisir 1,2 kg dan berat setiap buah 150

    g. Panjangnya 20 cm dan lingkar

    buahnya 13 cm.

    C. Jenis Pisang Lainnya

    1. Pisang Awak

    Pisang ini panjangnya sekitar 15 cm dengan diameter

    3,7 cm. Dalam satu tandan, jumlah sisir ada 18 yang

    masing-masing terdiri atas 11 buah. Bentuk buah lurus

    dengan pangkal bulat. Warna daging buah putih

    kekuningan dengan kulit yang tebalnya 0,3 cm. setiap

    buah beratnya rata-rata 67,5 g. Lamanya buah masak dari

    saat berbunga adalah 5 bulan.

    2. Pisang Badak

    Pisang ini memiliki tangkai buah

    sekitar 48,5 cm yang terdiri atas 7

    sisir. Masing-masing sisir biasanya

    terdapat 27 buah dengan panjang 16

    cm. Bentuk pisang ini melengkung

    dengan daging buah putih

    kekuningan, tidak berbiji, dan

    Gambar 27.

    Pisang Tongkat

    Langit

    Gambar 28. Pisang

    Badak

  • 71

    rasanya manis dengan tebal kulit 0,3 cm. Beratnya sekitar

    75 g per buah. Umur tanaman dari anakan sampai

    berbunga adalah 12 bulan dan lama buah masak sekitar

    140 hari.

    3. Pisang Barly

    Pisang jenis ini memiliki

    tangkai buah yang panjangnya 27

    cm terdiri atas 6 sisir. Tiap sisir

    rata-rata berisi 15 buah yang

    berbentuk lurus dengan pangkal

    bulat. Panjang buah sekitar 10 cm

    dengan diameter 3 cm. Daging buah

    berwarna kuning, tidak berbiji, dan

    diliputi oleh kulit buah setebal 0,2 cm dengan berat buah

    sekitar 39 g. Waktu yang dibutuhkan untuk berbunga

    sekitar 14 bulan dan akan masak sekitar 5,5 bulan dari saat

    berbunga.

    4. Pisang Brintu

    Panjang tangkai buahnya 43 cm terdiri atas 7 sisir.

    Tiap sisir rata-rata 16