pedoman pengadaan barang/jasa · 2020. 11. 2. · salinan peraturan direksi perusahaan umum jasa...
TRANSCRIPT
PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I
NOMOR 0004/PRT/DRUT/III/2019
TENTANG
PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI LINGKUNGAN PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I
PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA
SALINAN
PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I
NOMOR: 0004/PRT/DRUT/III/2019
TENTANG
PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI LINGKUNGAN
PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I
DIREKSI PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I
Menimbang : a. bahwa dalam rangka penerapan tata kelola perusahaan yang baik
atau Good Corporate Governance, di Perusahaan Umum Jasa Tirta
I diperlukan adanya Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa yang
mampu mendukung pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan
jasa yang cepat, efisien, dan efektif, serta dapat
dipertanggungjawabkan, dengan tetap memperhatikan prinsip
kehati-hatian;
b. bahwa Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa yang ada di
Perusahaan Umum Jasa Tirta I sebagaimana diatur dalam Peraturan
Direksi Perusahaan Umum Jasa Tirta I Nomor
KP.012/PRT/DU/2017, dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pengadaan
barang dan jasa di Perusahaan Umum Jasa Tirta I sebagaimana
dimaksud dalam huruf a;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direksi
Perusahaan Umum Jasa Tirta I tentang Pedoman Pengadaan
Barang dan Jasa di Lingkungan Perusahaan Umum Jasa Tirta I;
Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan, Pengawasan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
117);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2010 tentang Perusahaan
Umum Jasa Tirta I (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 64);
3. Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penambahan
Wilayah Kerja Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I di Wilayah
Sungai Toba Asahan, Wilayah Sungai Serayu Bogowonto, dan
Wilayah Sungai Jratunseluna;
4. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:
PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara
PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JASA TIRTA I
Sertifikat No. ID03 / 0127
KANTOR PUSAT KANTOR SOLO KANTOR JAKARTA
Jl. Surabaya 2 A Malang – 65145 PO BOX 39 Jl. Raya Solo-Kartasura Km. 7 Jl. Barito I No. 11 A
Telp. (0341) 551971 Faks. (0341) 551976 PO BOX 267 Surakarta 57102 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, 12130
Email : [email protected] Telp. (0271) 724533 Telp. +62 21 293 05142 Fax. +62 21 293 05141
http: //www.jasatirta1.co.i Faks. (0271) 727270 Email : [email protected]
2
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara Nomor: PER-15/MBU/2012;
5. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:
PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-09/MBU/2012;
6. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:
SK-13/MBU/01/2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan
Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I;
7. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:
SK-56/MBU/03/2018 tentang Perubahan Nomenklatur Jabatan,
Pengalihan Tugas dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi
Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I;
8. Peraturan Direksi Perusahaan Umum Jasa Tirta I Nomor:
0025/PRT/DRUT/VI/2018 tentang Perubahan Struktur Organisasi
Perusahaan serta Penetapan Tugas, Wewenang, dan Tanggung
Jawab Direksi Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direksi Perusahaan
Umum Jasa Tirta I Nomor: 0002/PRT/DRUT/II/2019;
9. Peraturan Direksi Perusahaan Umum Jasa Tirta I Nomor:
0026/PRT/DRUT/VI/2018 tentang Perubahan Organisasi, Tugas,
Wewenang, dan Tanggung Jawab Jabatan Struktural Tingkat
Sekretaris Perusahaan, Kepala Satuan Pengawasan Intern, dan
Manajer Utama;
10. Peraturan Direksi Perusahaan Umum Jasa Tirta I Nomor:
0027/PRT/DRUT/VI/2018 tentang Perubahan Organisasi, Tugas,
Wewenang, dan Tanggung Jawab Unsur Pejabat Struktural Tingkat
Divisi;
11. Peraturan Direksi Perusahaan Umum Jasa Tirta I Nomor:
0028/PRT/DRUT/VI/2018 tentang Perubahan Organisasi, Tugas,
Wewenang, dan Tanggung Jawab Unsur Pejabat Struktural Tingkat
Departemen/Sub Divisi;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I
TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI
LINGKUNGAN PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I.
PERTAMA : Menetapkan Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan
Perusahaan Umum Jasa Tirta I, yang selanjutnya disebut Pedoman,
sebagaimana dijabarkan dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direksi ini.
KEDUA
KETIGA
KIEMPAT
KELI MA
Salinan sesuai dengan aslinyaKepala Divisi Sumber Daya Manusia,
Dengan berlakwya Peraturan Direksi ini, proses pengadaan barang danjasa yang dilakukan sebelum Pemtumn Direki ini berlaku, tetapdilaksanakan berdasarkan Peratumn Direksi Perusahaan Umum Jasa
Tina t Nomor KP.0I2/PRT/DU/2017 tentang Pedoman Pengadaan
Bamng dan Jasa Perum Jasa Tirta t (Peraturan Direksi No.KP.0t2t20t7).
Perjanjian&ontrak yang ditandatangani berdasarkan Peraturan DireksiNo. KP.0l2l2017, tetap berlaku sampai dengan berakhimlaperjanj ian/kontrak.
Pada saat Peraturan Direksi ini mulai berlaku, Perahran Direksi No.KP.o I 2/20 I 7, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Peraturan Direki ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, denganketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan didalamnya,akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan diPada tanssal
: Malang
: 11 Maret 2019
Direktur Utama,
Ra),rnond Valiant Ruritan
rrd
.4|,eQtTitik lndahya:ni
Lampiran
PRT Nomor : 0004/PRT/DRUT/III/2019
Tanggal : 11 Maret 2019
PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DI
LINGKUNGAN PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1
1. Dasar Hukum .......................................................................................................................... 1
2. Pengertian ............................................................................................................................... 2
3. Tujuan ...................................................................................................................................... 4
4. Prinsip Umum .......................................................................................................................... 4
5. Kebijakan Umum ..................................................................................................................... 5
6. Etika PBJ ................................................................................................................................. 5
7. Ruang Lingkup ........................................................................................................................ 6
BAB II PEDOMAN UMUM ..................................................................................................................... 7
1. Para Pihak Dalam PBJ ........................................................................................................... 7
2. Kewenangan Dan Kewajiban Pejabat Yang Berwenang ..................................................... 7
3. Panitia/Pokja PBJ ................................................................................................................... 8
a. Panitia/Pokja ...................................................................................................................... 8
b. Kualifikasi Panitia/Pokja .................................................................................................... 9
c. Ruang Lingkup, Wewenang dan Tanggung jawab ......................................................... 9
4. Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan................................................................................. 9
a. Kualifikasi ........................................................................................................................... 9
b. Tugas Pokok dan Kewenangan ..................................................................................... 10
5. SPI ......................................................................................................................................... 10
6. Penyedia ................................................................................................................................ 10
7. Prosedur Penyusunan DPP (Apabila Diperlukan) .............................................................. 12
8. Rencana Umum Pengadaan (RUP) .................................................................................... 12
a. Kegiatan Persiapan Pengadaan ..................................................................................... 12
b. Pemaketan Pekerjaan ..................................................................................................... 13
c. Pengumuman RUP ......................................................................................................... 13
d. Pengkajian Ulang RUP, meliputi: ................................................................................... 13
e. Pengadaan di luar RUP .................................................................................................. 14
9. Metode Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya ....................... 14
10. Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi ................................................................... 14
11. Penyusunan HPS .................................................................................................................. 15
12. Penyiapan Dokumen Pengadaan ........................................................................................ 16
13. Biaya Penggantian Dokumen Pengadaan .......................................................................... 17
14. Penyampaian Dokumen Penawaran ................................................................................... 17
15. Bukti Perjanjian ..................................................................................................................... 19
16. Kontrak .................................................................................................................................. 19
17. Jaminan ................................................................................................................................. 22
18. Pembayaran, Denda dan Ganti Rugi................................................................................... 24
19. Pelelangan/Seleksi Gagal .................................................................................................... 25
20. Sinergi BUMN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan Terafiliasi BUMN ......................... 26
BAB III TATA CARA KUALIFIKASI .................................................................................................... 27
1. Umum .................................................................................................................................... 27
2. Prosedur Pelaksanaan Kualifikasi ....................................................................................... 28
a. Penyiapan Dokumen Kualifikasi ..................................................................................... 28
b. Pengumuman Pelelangan/Seleksi ................................................................................. 28
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
ii
c. Pengambilan Dokumen Kualifikasi/Pengadaan ............................................................. 29
d. Penjelasan dan Adendum Dokumen Kualifikasi/Pengadaan ....................................... 29
e. Pemasukan Dokumen Kualifikasi/Penawaran ............................................................... 30
f. Pembukaan Dokumen Kualifikasi/Penawaran ............................................................... 32
g. Penilaian Dokumen Kualifikasi ........................................................................................ 37
h. Penetapan Hasil Kualifikasi ............................................................................................. 43
i. Pengumuman Hasil Kualifikasi ....................................................................................... 43
j. Sanggahan (Untuk Pascakualifikasi) .............................................................................. 43
k. Masa Berlaku Hasil Kualifikasi ........................................................................................ 44
3. Tata Cara Pengadaan Dengan Prakualikasi ....................................................................... 44
a. Pengadaan Dengan Metode Prakualifikasi .................................................................... 44
b. Langkah-langkah Pengadaan dengan Prakualifikasi .................................................... 44
c. Tenggang Waktu Pelaksanaan Pengadaan dengan Prakualifikasi ............................. 45
4. Tata Cara Pengadaan Dengan Pascakualikasi .................................................................. 45
a. Pengadaan Dengan Cara Pascakualifikasi .................................................................... 45
b. Langkah-langkah Pengadaan dengan Pascakualifikasi ............................................... 45
c. Tenggang Waktu Pelaksanaan Pengadaan dengan Pascakualifikasi. ........................ 46
BAB IV TATA CARA EVALUASI ........................................................................................................ 47
1. Kriteria dan Tata Cara Evaluasi ........................................................................................... 47
2. Metode Evaluasi .................................................................................................................... 47
a. Metode Evaluasi Penawaran Dalam Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya.................................................................................................. 47
b. Metode Evaluasi Penawaran Dalam Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi .............. 54
BAB V PELELANGAN UMUM ............................................................................................................ 58
1. Umum ..................................................................................................................................... 58
2. Kriteria .................................................................................................................................... 58
3. Pengumuman Pelelangan .................................................................................................... 58
4. Prosedur Pelelangan ............................................................................................................. 58
5. Pemasukan Dokumen Penawaran....................................................................................... 62
6. Tata Cara Kualifkasi .............................................................................................................. 62
7. Pengambilan Dokumen Pemilihan ....................................................................................... 62
8. Pemberian Penjelasan Dokumen Pemilihan ....................................................................... 63
9. Pemasukan Dokumen Penawaran....................................................................................... 63
10. Jaminan Penawaran ............................................................................................................. 63
11. Evaluasi Penawaran ............................................................................................................. 64
12. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) ........................................................... 64
13. Usulan Penetapan Pemenang Pelelangan.......................................................................... 65
14. Penetapan Pemenang Pelelangan/Penyedia...................................................................... 65
15. Sanggahan Peserta Lelang .................................................................................................. 65
16. Penunjukan Pemenang Pelelangan/Penyedia .................................................................... 65
17. Penandatanganan Surat Perjanjian ..................................................................................... 66
18. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang ............................................................................ 66
19. Ketentuan Lain-Lain .............................................................................................................. 66
a. Larangan memberikan ganti rugi .................................................................................... 66
b. Pengaduan ....................................................................................................................... 66
c. Jaminan ............................................................................................................................ 66
d. Pemilihan Penyedia Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya .................................................. 66
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
iii
BAB VI PELELANGAN TERBATAS ................................................................................................... 68
1. Kriteria.................................................................................................................................... 68
2. Pengumuman Pelelangan .................................................................................................... 68
3. Prosedur Pelelangan ............................................................................................................ 68
4. Pemasukan Dokumen Penawaran ...................................................................................... 68
BAB VII PENUNJUKAN LANGSUNG ................................................................................................. 69
1. Kriteria.................................................................................................................................... 69
2. Keadaan Tertentu, Pekerjaan Khusus dan Sinergi BUMN/Anak Perusahaan
BUMN/Perusahaan Terafiliasi BUMN ................................................................................. 69
3. Pengumuman Pengadaan.................................................................................................... 70
4. Prosedur Pengadaan ............................................................................................................ 70
5. Jaminan ................................................................................................................................. 71
BAB VIII PENGADAAN LANGSUNG .................................................................................................. 72
1. Kriteria.................................................................................................................................... 72
2. Prosedur Pengadaan ............................................................................................................ 72
3. Jaminan ................................................................................................................................. 72
BAB IX SWAKELOLA ......................................................................................................................... 73
1. Kriteria.................................................................................................................................... 73
2. Pelaksanaan .......................................................................................................................... 73
a. Pengadaan Jasa Melalui Swakelola oleh Perusahaan ................................................. 73
b. Jaminan ............................................................................................................................ 74
BAB X SAYEMBARA DAN KONTES ................................................................................................. 75
1. Karakteristik Sayembara ...................................................................................................... 75
2. Karakteristik Kontes .............................................................................................................. 75
3. Persyaratan Administrasi dan Teknis .................................................................................. 75
4. Pengumuman ........................................................................................................................ 75
5. Tim Juri atau Tim Ahli ........................................................................................................... 75
6. Pemberian Penjelasan ......................................................................................................... 76
7. Prosedur Pemilihan............................................................................................................... 76
8. Jaminan ................................................................................................................................. 77
BAB XI JASA KONSULTANSI............................................................................................................ 78
1. Umum .................................................................................................................................... 78
2. Seleksi Umum ....................................................................................................................... 79
a. Kriteria .............................................................................................................................. 79
b. Pengumuman Pemilihan ................................................................................................. 79
c. Prosedur Pemilihan ......................................................................................................... 79
d. Tata Cara Kualifikasi ....................................................................................................... 84
e. Pengambilan Dokumen Pemilihan ................................................................................. 86
f. Pemberian Penjelasan Dokumen Pemilihan ................................................................. 86
g. Pemasukan Dokumen Penawaran ................................................................................. 87
h. Jaminan ............................................................................................................................ 88
i. Evaluasi Penawaran........................................................................................................ 88
j. Klarifikasi dan Negosiasi ................................................................................................. 89
k. Pembuatan Berita Acara Hasil Seleksi (BAHS) ............................................................ 90
l. Usulan Penetapan Pemenang Seleksi .......................................................................... 91
m. Penetapan Pemenang Pemilihan/Penyedia .................................................................. 91
n. Sanggahan Peserta ......................................................................................................... 91
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
iv
o. Penunjukan Pemenang Pemilihan/Penyedia ................................................................. 91
p. Penandatanganan Surat Perjanjian ................................................................................ 92
q. Pemilihan Gagal dan Pemilihan Ulang ........................................................................... 92
r. Ketentuan Lain-Lain ......................................................................................................... 92
3. Penunjukan Langsung .......................................................................................................... 92
a. Kriteria............................................................................................................................... 92
b. Keadaan Tertentu, Keadaan Khusus dan Sinergi BUMN/Anak Perusahaan
BUMN/Perusahaan Terafiliasi BUMN ............................................................................ 92
c. Pengumuman Pemilihan ................................................................................................. 93
d. Prosedur Pemilihan.......................................................................................................... 93
4. Pengadaan Langsung ........................................................................................................... 94
a. Kriteria............................................................................................................................... 94
b. Pengumuman Pemilihan ................................................................................................. 94
c. Prosedur Pemilihan.......................................................................................................... 94
5. Sayembara ............................................................................................................................. 95
a. Kriteria............................................................................................................................... 95
b. Pengumuman Pemilihan ................................................................................................. 95
c. Tim Juri atau Tim Ahli ...................................................................................................... 95
d. Prosedur Pemilihan.......................................................................................................... 95
6. Seleksi Langsung .................................................................................................................. 95
a. Kriteria............................................................................................................................... 95
b. Pengumuman Seleksi ...................................................................................................... 96
c. Prosedur Seleksi .............................................................................................................. 96
BAB XII BUKTI PENGADAAN ............................................................................................................ 97
1. Syarat Sahnya Kontrak ......................................................................................................... 97
2. Kontrak ................................................................................................................................... 97
3. Surat Perintah Kerja (SPK) ................................................................................................. 112
4. Surat Pesanan (SP)/Purchase Order................................................................................. 114
BAB XIII PENGGUNAAN BARANG/JASA PRODUKSI DALAM NEGERI ........................................ 116
BAB XIV PENGUTAMAAN UM, UK DAN KOPERASI KECIL .......................................................... 119
1. Umum ................................................................................................................................... 119
2. Kriteria .................................................................................................................................. 119
3. Ketentuan Pengadaan ........................................................................................................ 119
BAB XV KONSEP RAMAH LINGKUNGAN ...................................................................................... 121
BAB XVI PENGADAAN INTERNASIONAL....................................................................................... 122
1. Ketentuan Pengadaan ........................................................................................................ 122
2. Pembiayaan dari Kredit Ekspor (KE) ................................................................................. 122
3. Pembiayaan dari PHLN ...................................................................................................... 122
4. Pembiayaan dari Lembaga Penjamin KE .......................................................................... 123
5. Keikutsertaan Perusahaan Asing ....................................................................................... 123
BAB XVII PENGADAAN KHUSUS .................................................................................................... 124
1. Pengadaan Tanah ............................................................................................................... 124
a. Pengertian ...................................................................................................................... 124
b. Dasar Hukum ................................................................................................................. 124
c. Pelaksana Pengadaan .................................................................................................. 124
d. Ketentuan Pengadaan ................................................................................................... 125
e. Biaya Pengadaan ........................................................................................................... 126
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
v
f. Pengawasan .................................................................................................................. 127
g. Pelaporan ....................................................................................................................... 127
2. Pengadaan Barang Bekas ................................................................................................. 127
a. Pengertian ...................................................................................................................... 127
b. Pertimbangan................................................................................................................. 128
c. Kriteria ............................................................................................................................ 128
d. Prosedur Pengadaan .................................................................................................... 128
3. Pengadaan untuk Kebutuhan Pelaksanaan Proyek ......................................................... 128
a. Pengertian ...................................................................................................................... 128
b. Prosedur Pengadaan .................................................................................................... 128
BAB XVIII E-PROCUREMENT .......................................................................................................... 129
1. E-Tendering ......................................................................................................................... 129
2. E-purchasing ....................................................................................................................... 129
BAB XIX PEKERJAAN TERINTEGRASI .......................................................................................... 131
1. Umum .................................................................................................................................. 131
2. Latar Belakang .................................................................................................................... 131
3. Kriteria.................................................................................................................................. 132
4. Tahapan Pengadaan .......................................................................................................... 132
5. Prakualifikasi ....................................................................................................................... 133
6. Panitia Pengadaan.............................................................................................................. 133
BAB XX KESEPAKATAN LANGSUNG (DIRECT DEAL) ................................................................. 134
1. Umum .................................................................................................................................. 134
2. Kriteria.................................................................................................................................. 134
3. Prosedur Pengadaan .......................................................................................................... 134
4. Jaminan ............................................................................................................................... 134
BAB XXI BLACKLIST ....................................................................................................................... 135
BAB XXII PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN........................................................................... 137
1. Penilaian Kinerja Penyedia ............................................................................................... 137
2. Penilaian Kinerja Pengadaan ............................................................................................. 137
a. Kinerja Efisiensi: ............................................................................................................ 137
b. Kinerja Efektifitas: .......................................................................................................... 137
c. Kinerja Kualitas: ............................................................................................................. 138
d. Kinerja Penganggaran: ................................................................................................. 138
3. Pengawasan Melekat ......................................................................................................... 138
4. Pengawasan Fungsional .................................................................................................... 139
5. Tindak Lanjut Pengawasan ............................................................................................... 139
BAB XXIII PENUTUP ........................................................................................................................ 141
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
vi
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai ketentuan Pasal 13 Ayat (2) Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-
05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik
Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Nomor PER-15/MBU/2012 (Permen BUMN
No. 05/2008), Direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) wajib menyusun ketentuan internal (Standart
Operating Procedur) untuk penyelenggaraan Pengadaan Barang dan Jasa dengan berpedoman pada
Permen BUMN No. 05/2008.
Dalam rangka pelaksanaan Pasal 13 Ayat (2) Permen BUMN No. 05/2008, Perusahaan Umum Jasa Tirta
I (PJT I) telah menyusun Peraturan Direksi Perusahaan Umum Jasa Tirta I Nomor KP.012/PRT/DU/2017
tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Perum Jasa Tirta I (Peraturan Direksi No. KP.012/2017).
Namun berdasarkan hasil evaluasi, Peraturan Direksi No. KP.012/2017 tersebut dinilai sudah tidak lagi
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan Perusahaan yang menuntut adanya aturan pengadaan
barang dan jasa yang cepat, efisien, dan efektif, serta dapat dipertanggungjawabkan, dengan tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, telah disusun Peraturan Direksi Perusahaan Umum Jasa
Tirta I Nomor KP. 004/PRT/DRUT/III/2019 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan
Perusahaan Umum Jasa Tirta I, yang selanjutnya disebut Pedoman.
1. Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum dalam penyusunan Pedoman ini adalah
sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4297) (UU BUMN).
b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4843) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5952) (UU ITE).
c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4846) (UU 14/2008).
d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4866) (UU 20/2008).
e. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4556) (PP 45/2005).
f. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64) (PP 46/2010).
g. Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pengembangan E-Government.
h. Permen BUMN No. 05/2008.
i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya
Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
2
Selain itu, penyusunan Pedoman ini memperhatikan pula ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU 5/1999).
2. Pengertian
Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan:
a. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disingkat BUMN adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
b. Perusahaan Umum Jasa Tirta I yang selanjutnya disebut PJT I atau Perusahaan adalah BUMN
yang seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dispisahkan dan tidak
terbagi atas saham.
c. Pengadaan Barang dan Jasa yang selanjutnya disingkat PBJ adalah kegiatan pemenuhan
kebutuhan barang/jasa yang dibiayai dengan anggaran Perusahaan, yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa.
d. Unit Pengguna adalah unit yang berwenang dan bertanggungjawab menggunakan, mengelola
dan memelihara aset Perusahaan.
e. Panitia/Kelompok Kerja Pengadaan yang selanjutnya disebut Panitia/Pokja adalah tim yang
diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan PBJ.
f. Divisi Pengadaan dan Pengelolaan Aset yang selanjutnya disingkat DPPA adalah unit di kantor
pusat yang melaksanakan fungsi pelayanan dan pembinaan PBJ.
g. Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah tim/pejabat yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.
h. Satuan Pengawasan Intern yang selanjutnya disingkat SPI adalah auditor internal Perusahaan
yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
i. Penyedia Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Penyedia adalah badan usaha termasuk BUMN,
badan hukum, atau orang perseorangan/subyek hukum yang kegiatan usahanya menyediakan
barang dan/atau jasa.
j. Daftar Penyedia Perusahaan yang selanjutnya disingkat DPP adalah daftar yang memuat nama
Penyedia yang terdaftar di Perusahaan sesuai dengan bidang usaha, ruang lingkup dan
kualifikasinya dalam periode tertentu yang berlaku di masing-masing Penyedia.
k. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Unit
Pengguna.
l. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,
pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan.
m. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
n. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan peralatan, metodologi khusus dan/atau
keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan di luar Jasa Konsultansi, Pekerjaan Konstruksi dan
pengadaan Barang.
o. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang dilakukan secara terbuka/umum untuk semua pekerjaan yang
dapat diikuti oleh semua Penyedia yang memenuhi syarat.
p. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan
Barang yang kompleks dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
3
q. Penunjukan Langsung adalah pelaksanaan PBJ tanpa melalui pelelangan atau seleksi, yang
dilakukan dengan menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia dengan cara melakukan negosiasi baik
teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
r. Pengadaan Langsung adalah pengadaan/pembelian langsung atas Barang/jasa yang dilakukan
tanpa melalui pelelangan/seleksi yang nilainya ditentukan dengan Keputusan Direksi.
s. Swakelola adalah PBJ yang direncanakan, dikerjakan sendiri dengan menggunakan sumber daya
Perusahaan dan pengawasannya dilakukan oleh Unit Pengguna.
t. Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia untuk Jasa Konsultansi atas semua pekerjaan
konsultansi yang dapat diikuti oleh semua Penyedia yang memenuhi syarat dan dilakukan secara
terbuka untuk umum.
u. Seleksi Langsung adalah metode pemilihan Penyedia untuk Jasa Konsultansi dengan cara
mengundang beberapa Penyedia secara terbatas yang diyakini mampu melaksanakan Jasa
Konsultansi.
v. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia untuk Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi yang
memperlombakan gagasan, kreatifitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat
ditetapkan berdasarkan harga satuan.
w. Kontes adalah metode pemilihan Penyedia untuk pengadaan Barang yang memperlombakan
Barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat
ditetapkan berdasarkan harga satuan.
x. Dokumen Pengadaan adalah dokumen yang ditetapkan oleh DPPA yang memuat informasi dan
ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses PBJ.
y. Dokumen Penawaran adalah surat penawaran, serta seluruh dokumen dan lampirannya
(Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Pemilihan) untuk melakukan penawaran pekerjaan yang
diminta oleh DPPA.
z. Dokumen Kualifikasi adalah dokumen yang berisi data kualifikasi Penyedia mulai dari akte
pendirian hingga pengalaman bidang usahanya.
aa. Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang berisi surat penawaran dan dokumen lain yang diminta
oleh DPPA.
ab. Kontrak atau Perjanjian PBJ yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara
pejabat yang berwenang dengan Penyedia.
ac. Surat Perintah Mulai Kerja yang selanjutnya disingkat SPMK adalah surat yang diterbitkan oleh
Perusahaan kepada Penyedia yang menerangkan bahwa Penyedia sudah dapat untuk memulai
pekerjaannya.
ad. Usaha Mikro yang selanjutnya disingkat UM adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha yang memenuhi kriteria sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
ae. Usaha Kecil yang selanjutnya disingkat UK adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
af. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan dalam bentuk uang dan/atau
dokumen tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat, dikeluarkan oleh bank umum
milik pemerintah/perusahaan asuransi/perusahaan penjaminan yang terdaftar di Kementerian
Keuangan/Otoritas Jasa Keuangan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
4
ag. Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-procurement adalah PBJ yang
dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
ah. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan
persyaratan tertentu lainnya dari calon Penyedia sebelum memasukkan penawaran .
ai. Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan
persyaratan tertentu lainnya dari calon Penyedia setelah memasukkan penawaran.
aj. Harga Perkiraan Sendiri atau Owner Estimate yang selanjutnya disebut HPS adalah harga yang
dikalkulasikan oleh unit perencana secara keahlian yang digunakan sebagai acuan oleh
Panitia/Pokja sebelum melakukan PBJ.
ak. Daftar Kuantitas dan Harga adalah suatu daftar rincian pekerjaan yang disusun secara sistematis
menurut kelompok/bagian pekerjaan, disertai keterangan mengenai volume dan satuan volume
masing-masing jenis pekerjaan, mata uang, harga satuan, hasil kali volume dengan harga satuan
untuk masing-masing jenis pekerjaan dan jumlah seluruh hasil perkalian sebagai total harga
pekerjaan.
al. Harga Satuan Pekerjaan atau yang selanjutnya disebut Harga Satuan adalah harga untuk suatu
jenis pekerjaan tertentu per satu satuan tertentu.
am. Pekerjaan Terintegrasi atau Engineering Procurement Construction yang selanjutnya disebut
Pekerjaan Terintegrasi adalah jasa perencanaan, pengadaan material dan peralatan,
pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan
besaran pekerjaan atau biaya, penggunaan teknologi tinggi serta tingginya tingkat risiko bagi para
pihak atau kepentingan umum dalam suatu Pekerjaan Konstruksi.
an. Kesepakatan Langsung atau Direct Deal yang selanjutnya disebut Direct Deal adalah proses
pengadaan Barang dengan cara langsung dari pabrikan berskala nasional/internasional atau
keagenan/distributor utama/perwakilan dari pabrikan (manufacture branded strong support).
ao. Keadaan Kahar atau force majeure yang selanjutnya disebut Keadaan Kahar adalah suatu
keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya serta
bukan merupakan unsur kelalaian, yang secara langsung mengganggu kontinuitas operasional
perusahaan.
3. Tujuan
Tujuan pengaturan dalam proses PBJ adalah sebagai berikut:
a. meningkatkan efisiensi;
b. mendukung penciptaan nilai perusahaan;
c. menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan;
d. meningkatkan kemandirian, tanggung jawab dan profesionalisme;
e. mendorong penggunaan produksi dalam negeri;
f. mengutamakan penggunaan Barang/pekerjaan berstandar;
g. mengutamakan UM, UK dan koperasi kecil;
h. meningkatkan sinergi antar BUMN, anak perusahaan BUMN dan/atau perusahaan terafiliasi BUMN.
4. Prinsip Umum
a. PBJ wajib menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) efisien, dalam arti PBJ harus diusahakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik
dalam waktu yang cepat dengan menggunakan dana dan kemampuan secara wajar dan tidak
semata didasarkan pada harga terendah;
2) efektif, dalam arti PBJ harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat
memberikan manfaat sesuai dengan sasaran yang ditetapkan;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
5
3) kompetitif, dalam arti PBJ harus terbuka bagi Penyedia yang memenuhi persyaratan dan
dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara Penyedia yang setara dan memenuhi
syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;
4) transparan, dalam arti semua ketentuan dan informasi mengenai PBJ, termasuk syarat teknis
administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, penetapan calon Penyedia, sifatnya terbuka bagi
calon Penyedia yang berminat;
5) adil dan wajar, dalam arti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia yang
memenuhi syarat;
6) akuntabel, dalam arti harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga
menjauhkan dari potensi penyalahgunaan dan penyimpangan;
Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, PBJ harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh prinsip
kehati-hatian (azas prudensial) yakni dengan memperhitungkan dampak risikonya yang terkecil bagi
perusahaan.
b. PBJ mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan
nasional, serta memperluas kesempatan bagi UK, sepanjang kualitas, harga dan tujuannya dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Dalam PBJ, perusahaan dapat memberikan preferensi penggunaan produksi dalam negeri dengan
tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. PBJ mengutamakan sinergi antar BUMN, anak perusahaan BUMN, atau perusahaan terafiliasi
BUMN dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha dan perekonomian.
5. Kebijakan Umum
Kebijakan umum dalam PBJ adalah:
a. mendukung penggunaan produksi/jasa dalam negeri;
b. melibatkan peran UM, UK, termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat;
c. memperhatikan aspek pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. meningkatkan penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik;
e. menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan
dalam PBJ;
f. meningkatkan profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab para pihak yang terlibat dalam
perencanaan dan proses PBJ;
g. memberikan kontribusi atas penerimaan negara melalui pajak;
h. memanfaatkan sarana/prasarana penelitian, pengembangan, dan inovasi dalam negeri;
i. mengumumkan secara terbuka rencana dan pelaksanaan PBJ perusahaan.
6. Etika PBJ
Unit Pengguna, DPPA, Penyedia, dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan PBJ harus:
a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan PBJ;
b. bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan dokumen
PBJ yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam PBJ;
c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan
menghindari terjadinya persaingan tidak sehat;
d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan para pihak terkait;
e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) para pihak
yang terkait dengan PBJ;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
6
f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan perusahaan dalam
PBJ;
g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang merugikan perusahaan;
h. menghindari, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah,
imbalan dari/kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan PBJ.
7. Ruang Lingkup
Pedoman ini berlaku untuk PBJ di lingkup PJT I yang pembiayaannya berasal dari anggaran
perusahaan termasuk yang dibiayai dari pinjaman/hibah luar negeri (PHLN), baik yang dijamin maupun
tidak dijamin oleh pemerintah, yang meliputi pengadaan:
a. Barang;
b. Pekerjaan Konstruksi;
c. Jasa Konsultansi; dan
d. Jasa Lainnnya.
PBJ oleh PJT I yang menggunakan dana langsung dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden mengenai PBJ Pemerintah. Dalam
hal perbedaan antara ketentuan dalam Pedoman ini dengan ketentuan PBJ PHLN dipandang tidak
prinsipil oleh pelaksana kegiatan dan pemberi PHLN, maka Pedoman ini yang berlaku.
Pedoman ini dapat digunakan untuk anak perusahaan PJT I dan perusahaan terafiliasi PJT I.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
7
BAB II
PEDOMAN UMUM
1. Para Pihak Dalam PBJ
Para pihak yang terlibat dalam PBJ meliputi:
a. pejabat yang berwenang;
b. Panitia/Pokja;
c. Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
d. SPI;
e. Penyedia.
2. Kewenangan Dan Kewajiban Pejabat Yang Berwenang
Pejabat yang berwenang: Kewenangan dan kewajiban:
Direktur Utama (DU) a. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan (RUP).
b. Menetapkan pejabat penanggungjawab pengadaan
beserta kewenangannya, yaitu Direktur, Sekretaris
Perusahaan (Sekper)/Manajer Utama (MU), Kepala Divisi
(Kadiv).
c. Menetapkan Pokja.
d. Menetapkan daftar hitam (blacklist).
e. Mengesahkan hasil kualifikasi dan evaluasi, menetapkan
pemenang, menunjuk pemenang melalui Surat Penunjukan
Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ), menandatangi Kontrak,
dan menjawab sanggahan untuk pengadaan dengan nilai
sesuai batasan kewenangan.
f. Menyelesaikan perselisihan antar personil dalam DPPA
dan antara DPPA dengan pejabat yang berwenang.
Direktur
a. Menetapkan tim teknis/juri/ahli untuk membantu proses
PBJ.
b. Menetapkan pemenang, menunjuk pemenang melalui
SPPBJ, menandatangi Kontrak, dan menjawab sanggahan
untuk nilai pengadaan sesuai batasan kewenangan.
c. Menyelesaikan perselisihan antar personil dalam DPPA
dan antara DPPA dengan pejabat yang berwenang.
Sekper/MU/Kadiv
a. Menyusun rancangan kontrak sesuai lingkup pekerjaannya.
b. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan PBJ di unit kerja
dibawahnya atau di unit kerjanya sesuai dengan batasan
kewenangan.
c. Menetapkan Panitia serta tim/petugas
pemeriksa/pengawas mutu pekerjaan untuk PBJ sesuai
kewenangan di unit kerja dibawahnya atau di unit kerjanya.
d. Mengusulkan blacklist kepada DU (berdasar proses
pelaksanaan pekerjaan).
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
8
e. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan
anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada
Direksi.
d. Bertanggung jawab atas pengendalian seluruh Dokumen
Pengadaan di unitnya.
Kepala DPPA a. Menyusun rencana pelaksanaan PBJ.
b. Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan PBJ dengan nilai
pengadaan sesuai batasan kewenangan.
c. Menyusun DPP.
d. Menetapkan metode pengadaan.
e. Bertanggungjawab atas kelancaran operasional DPPA.
f. Mendiskualifikasi Penyedia (pada saat proses pengadaan).
g. Menyiapkan jawaban sanggahan untuk ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang.
h. Mengusulkan blacklist kepada DU (pada saat proses
pengadaan).
i. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan
anggaran dan hambatan pelaksanaan pengadaan kepada
Direksi.
j. Bertanggungjawab atas pengendalian seluruh Dokumen
Pengadaan.
k. Melaksanakan pelayanan konsultasi PBJ baik secara
manual maupun elektronik.
Kepala Departemen (Kadep)
Pengadaan
a. Menyusun konsep RUP.
b. Mengumumkan RUP yang telah disetujui oleh DU.
c. Merencanakan, memantau, melakukan verifikasi dan
melakukan penilaian terhadap tugas-tugas Pokja agar
dapat melaksanakan tugas pokok perusahaan secara
efektif dan efisien.
Kadep/Kepala Sub Divisi
(Kasubdiv) setingkat di bawah
Kadiv
a. Melaksanakan Pengadaan Langsung dan Swakelola.
b. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan
anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada
kepala unit kerjanya.
3. Panitia/Pokja PBJ
Agar pelaksanaan PBJ dapat berjalan dengan tertib dan lancar, perlu menetapkan Panitia di unit
Sekper/Divisi, dan Pokja.
Personil yang ditunjuk dalam keanggotaan Panitia/Pokja, diutamakan yang memiliki sertifikat keahlian
PBJ sebagai bukti atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang PBJ sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan BAB V Pelatihan Kerja Pasal
9 sampai dengan Pasal 13.
Penyelenggaraan sertifikasi dilakukan oleh perusahaan bekerjasama dengan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) atau institusi independen untuk melakukan pendidikan
dan latihan berdasarkan materi Pedoman ini.
a. Panitia/Pokja
Dalam pelaksanaan paket pengadaan dibentuk Panitia/Pokja, dengan ketentuan:
1) Panitia dibentuk oleh Sekper/Kadiv.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
9
2) Pokja dibentuk oleh Direksi.
3) Panitia/Pokja berjumlah gasal dan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
4) Setiap Panitia/Pokja dipimpin oleh Ketua.
Pokja (melalui Kepala DPPA) dapat mengusulkan kepada pejabat yang berwenang:
1) Perubahan HPS dan/atau perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.
2) Penggunaan tim atau tenaga ahli yang berasal dari internal atau eksternal.
b. Kualifikasi Panitia/Pokja
1) Diutamakan memiliki sertifikat keahlian PBJ.
2) Memiliki integritas moral, disiplin tinggi, tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial
untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
3) Memahami bagian-bagian/jenis pekerjaan tertentu yang akan diadakan.
4) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan keteladanan dalam
sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).
5) Merupakan pegawai PJT I.
6) Tidak boleh menjadi Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
7) Menandatangani surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan KKN
dalam PBJ atau yang dikenal sebagai Pakta Integritas.
c. Ruang Lingkup, Wewenang dan Tanggung jawab
Ruang lingkup, wewenang dan tanggung jawab Panitia/Pokja disesuaikan dengan metode PBJ
yang diberlakukan. Secara umum, ruang lingkup, wewenang dan tanggung jawab Panitia/Pokja
adalah sebagai berikut:
1) menyusun jadwal pelaksanaan PBJ yang disetujui oleh pejabat yang berwenang;
2) menyiapkan Dokumen Pengadaan, kecuali yang menyangkut spesifikasi teknis dan HPS akan
dibuat oleh unit perencana dan/atau Unit Pengguna atau tim ahli;
3) mengumumkan PBJ melalui media massa/elektronik atau mengundang calon Penyedia sesuai
kualifikasinya dalam DPP atau diluar DPP;
4) memberikan penjelasan tentang Dokumen Pengadaan, tata cara penyampaian penawaran dan
hal-hal lainnya menyangkut penawaran serta Aanwijzing atau pemberian penjelasan (yaitu
acara penjelasan atas Dokumen Pengadaan oleh Panitia/Pokja kepada calon Penyedia);
5) menilai kualifikasi Penyedia melalui Prakualifikasi atau Pascakualifikasi;
6) melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;
7) mengusulkan calon pemenang;
8) membuat laporan kepada Unit Pengguna dan pejabat yang berwenang apabila terjadi
hambatan/ketidaksesuaian terhadap pelaksanaan PBJ;
9) mengumumkan pemenang yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
10) menyampaikan bahan-bahan kepada pejabat yang berwenang dalam rangka menjawab
sanggahan;
11) membuat laporan akhir pelaksanaan pengadaan dan disampaikan kepada Kepala DPPA;
12) mengarsipkan dokumen-dokumen PBJ;
13) melaksanakan tugas dengan berpedoman pada Pedoman ini.
4. Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
Dalam setiap paket pekerjaan, ditetapkan tim/pejabat yang berwenang menerima penyerahan
Barang/jasa oleh Penyedia.
a. Kualifikasi
1) memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;
2) memahami isi kontrak;
3) memiliki kualifikasi teknis;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
10
4) menandatangani Pakta Integritas; dan
5) tidak menjabat sebagai kasir, pejabat yang bertugas melakukan verifikasi surat permintaan
pembayaran, Panitia/Pokja dan/atau pejabat yang bertugas menandatangani surat perintah
membayar.
b. Tugas Pokok dan Kewenangan
1) Melakukan pemeriksaan/pengujian hasil pekerjaan PBJ sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam kontrak;
2) menerima hasil PBJ setelah melalui pemeriksaan/pengujian;
3) membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima (BAST) hasil pekerjaan;
4) dalam hal pemeriksaan Barang/jasa memerlukan keahlian teknis khusus, dapat ditunjuk
tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
5) dalam hal pengadaan Jasa Konsultansi, pemeriksaan pekerjaan dilakukan setelah
berkoordinasi dengan Unit Pengguna.
5. SPI
Agar tujuan pelaksanaan PBJ terpenuhi, pelaksanaan PBJ perlu dilakukan pengawasan. Pengawasan
dapat dilakukan terhadap proses pelaksanaan pengadaan mulai rencana pengadaan hingga
operasional hasil pengadaan. Perusahaan menetapkan SPI sebagai aparat pengawasan internal
dalam pelaksanaan PBJ.
6. Penyedia
Persyaratan/ketentuan bagi Penyedia adalah sebagai berikut:
a. Calon Penyedia tidak sedang dalam blacklist yang dikeluarkan oleh Perusahaan berkaitan dengan
reputasinya dalam menyediakan Barang/jasa.
b. Tidak sedang dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan dan/atau pengurus perusahaan (pemilik, komisaris, dan direksi) tidak sedang
dihukum/menjalani sanksi pidana dan/atau tidak sedang menghadapi sengketa bisnis/komersial
yang dapat mempengaruhi kemampuan Penyedia dalam memenuhi kewajiban kontraktualnya
kepada PJT I (dengan membuat pernyataan bagi Penyedia);
c. Keikutsertaannya tidak menimbulkan conflict of interest baik dengan penyedia lainnya, pejabat yang
berwenang atau Panitia/Pokja.
d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan 1 (satu)
tahun terakhir atau Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) Tahunan. Peserta dapat mengganti
persyaratan ini dengan menyampaikan Surat Keterangan Fiskal (SKF) yang dikeluarkan kantor
pelayanan pajak.
e. Memiliki izin usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan, antara lain di bidang Pekerjaan
Konstruksi, perdagangan, Jasa Lainnya, atau Jasa Konsultansi sesuai dengan skala usaha
(segmentasi/klasifikasi), kategori/golongan/sub golongan/kelompok atau kualifikasi lapangan
usaha.
f. Memiliki dokumen persyaratan profesional, kemampuan teknis dan manajerial, Sumber Daya
Manusia (SDM), modal, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mengikuti PBJ yang
dibutuhkan Perusahaan.
g. Secara hukum mempunyai kapasitas mengikatkan diri pada Kontrak yang dibuktikan dengan akta
pendirian perusahaan dan/atau perubahannya, surat kuasa (apabila dikuasakan) dan Kartu Tanda
Penduduk (KTP).
h. Memiliki pengalaman paling sedikit 1 (satu) kali dalam kurun waktu selama 4 (empat) tahun terakhir
dalam menyediakan Barang/jasa sejenis dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan
pengadaannya dengan hasil baik, di lingkungan pemerintah, BUMN/Badan Usaha Milik Daerah
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
11
(BUMD)/Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)/Badan Hukum Milik
Negara (BHMN) atau swasta termasuk pengalaman sebagai subkontraktor. Kecuali untuk
pekerjaan kecil dan sederhana atau Penyedia yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun, tidak
diwajibkan memiliki pengalaman.
i. Membuat pernyataan yang benar tentang kompetensi dan kemampuan usaha yang dimiliki.
j. Memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk paket pekerjaan usaha non kecil. Kecuali untuk pengadaan
Barang atau Jasa Konsultansi, perhitungan KD mengikuti ketentuan dalam Bab III Pedoman ini.
k. Untuk Pekerjaaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, Penyedia memiliki Sisa Kemampuan Keuangan
(SKK) dan Sisa Kemampuan Paket (SKP) yang cukup. Perhitungan SKP dan SKK mengikuti
ketentuan dalam Bab III Pedoman ini.
Penilaian kemampuan keuangan Penyedia dilakukan terhadap kekayaan bersih perusahaan
berdasarkan neraca dari laporan keuangan perusahaan tahun terakhir. Neraca tersebut harus
memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1) neraca hanya diperlukan bila nilai pekerjaan di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah);
2) bila nilai pekerjaan di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), neraca tidak perlu diaudit;
3) bila nilai pekerjaan di atas Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), neraca dari
laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik/auditor eksternal.
l. Memiliki tenaga ahli/terampil yang penilaian terhadap kemampuan personalianya dilakukan
terhadap tenaga ahli/terampil yang bekerja tetap. Tenaga ahli/terampil harus dilengkapi dengan
sertifikat keahlian (SKA) atau sertifikat keterampilan (SKT) dan daftar riwayat pekerjaan.
m. Dalam hal Penyedia melakukan kemitraan, Penyedia wajib mempunyai perjanjian kerjasama
operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan sebagai perusahaan yang mewakili
kemitraan (lead firm) tersebut.
Untuk kepentingan Prakualifikasi, Penyedia yang terlibat cukup membuat perjanjian kerjasama atau
nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU). Namun sebelum perjanjian
pemborongan ditandatangani harus membuat perjanjian kerjasama atau MoU yang disahkan oleh
notaris.
Sesudah pengumuman Prakualifikasi, beberapa Penyedia yang sudah dinyatakan lulus
Prakualifikasi dapat membentuk kerjasama berupa joint operation (JO).
Kemampuan dasar kemitraan yang diperhitungkan adalah dari perusahaan lead firm, tetapi dapat
juga diperhitungkan dari perusahaan mitranya secara proporsional.
n. Dalam hal Penyedia bertindak sebagai pemasok dan/atau penyalur barang spesifik, maka harus
dibuktikan dengan fotokopi dokumen penunjukannya sebagai pemasok dan/atau penyalur barang
dimaksud.
o. Memiliki domisili tetap dan jelas.
p. Dalam hal pengadaan barang investasi, penyedia menyediakan sertifikat garansi yang diterbitkan
oleh produsen atau pihak yang ditunjuk oleh produsen. Sertifikat garansi diberikan terhadap
kelaikan penggunaan Barang hingga jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dalam
perjanjian.
q. menandatangani Pakta Integritas, yang disampaikan pada saat pemasukan Dokumen Kualifikasi
untuk sistem Prakualifikasi atau bersamaan dengan pemasukan Dokumen Penawaran pada sistem
Pascakualifikasi.
Ketentuan pada angka 6 ini tidak berlaku bagi Jasa Konsultansi yang berasal dari
Institusi/Lembaga/Kementerian.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
12
Segala informasi baru yang diperoleh sebelum penandatanganan Kontrak dan membuktikan bahwa
Penyedia tidak memenuhi persyaratan di atas, maka pejabat yang berwenang wajib mendiskualifikasi
Penyedia. Kepada Penyedia tersebut dikenakan sanksi blacklist sesuai ketentuan blacklist.
7. Prosedur Penyusunan DPP (Apabila Diperlukan)
a. Penyusunan DPP dilaksanakan sesuai kebutuhan.
b. DPPA menyiapkan formulir isian dan dokumen pendaftaran (di web procurement perusahaan).
c. Calon Penyedia mengisi dan melengkapi formulir yang telah disediakan dalam web procurement
Perusahaan.
d. DPPA mengadakan pencatatan, kemudian mengelompokkannya menurut kualifikasi dan klasifikasi
Penyedia yang bersangkutan, dan hasilnya dituangkan dalam DPP.
e. Penilaian layak tidaknya Penyedia untuk dimasukkan dalam DPP dilakukan berdasarkan evaluasi
penyedia oleh DPPA dan Unit Pengguna serta calon Penyedia tidak sedang dalam blacklist oleh
BUMN/BUMD/BLU/BLUD/BHMN atau Lembaga/Institusi pengguna APBN/Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
f. DPP terbaru/tambahan disampaikan oleh Kepala DPPA kepada Direktur terkait untuk diketahui,
selanjutnya tercatat dalam web procurement Perusahaan.
g. Calon Penyedia dapat mendaftarkan perusahaannya setiap hari pada tahun berjalan.
h. Calon Penyedia yang mendaftar sebagaimana huruf g akan diseleksi paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja dan hasil seleksi dan/atau evaluasi akan menentukan dimasukkannya dalam DPP.
Penyedia dalam DPP tidak dapat mengikuti pengadaan apabila ketentuan/persyaratan sebagai
Penyedia yang dimiliki sudah tidak berlaku sampai dengan dilakukan pemutakhiran
ketentuan/persyaratan dimaksud.
DPP dipergunakan sebagai kumpulan data (database) calon Penyedia yang diundang untuk
melaksanakan pekerjaan yang akan dilaksanakan, yang bentuknya berupa himpunan hasil dokumen
pendaftaran. DPP dipakai sebagai referensi dalam melaksanakan paket pekerjaan.
Klasifikasi bidang dan sub bidang pekerjaan untuk pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa
Lainnya dan Jasa Konsultansi dilakukan dengan mempertimbangkan penggolongan yang dilakukan
oleh asosiasi atau ikatan atau himpunan perusahaan. Dengan berpedoman pada daftar tersebut,
DPPA memilih bidang dan sub bidang pekerjaan yang paling sesuai. Apabila tidak ada yang sesuai,
dipilih sub bidang pekerjaan yang paling mendekati dengan obyek pekerjaan yang akan dilaksanakan.
8. Rencana Umum Pengadaan (RUP)
RUP memuat daftar rencana PBJ yang akan dilaksanakan oleh Perusahaan.
a. Kegiatan Persiapan Pengadaan
Persiapan pengadaan, meliputi:
1) Rekap kebutuhan Barang/jasa yang proses pengadaannya melalui DPPA berdasarkan Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) atau Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
Terinci (RKAPT).
2) Menetapkan kebijakan umum tentang:
a) pemaketan pekerjaan;
b) cara pengadaan; dan
c) pengorganisasian pengadaan.
3) Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk proses pengadaan.
4) Menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK), yang isinya meliputi:
a) Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain:
(1) latar belakang;
(2) maksud dan tujuan;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
13
(3) sumber pendanaan; dan
(4) hal-hal lain yang diperlukan.
b) Waktu pelaksanaan yang diperlukan, termasuk kapan Barang/pekerjaan tersebut harus
tersedia pada lokasi kegiatan/sub kegiatan terkait, dengan memperhatikan batas akhir tahun
buku/batas akhir efektif tahun buku;
c) spesifikasi teknis Barang/pekerjaan yang akan diadakan; dan
d) besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.
b. Pemaketan Pekerjaan
Pemaketan pekerjaan dilakukan oleh divisi dengan menetapkan sebanyak-banyaknya paket usaha
untuk UM dan UK serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat,
kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis.
Apabila terjadi perubahan paket pekerjaan, maka DPPA mengusulkan perubahan paket ke Direksi
untuk ditetapkan. Pada pekerjaan konstruksi yang berada di lebih dari satu wilayah kerja unit, dapat
dijadikan satu paket dengan mempertimbangkan kejelasan penanggung jawab dan pengawas
pekerjaan.
Dalam pemaketan pekerjaan dilarang:
1) menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa lokasi/daerah
yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa
lokasi/daerah masing-masing;
2) menyatukan beberapa pengadaan yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan
dan/atau besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh UM dan UK serta koperasi kecil;
3) memecah PBJ menjadi beberapa paket dengan maksud menghindari pelelangan/seleksi;
dan/atau
4) menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan
pertimbangan yang tidak obyektif.
c. Pengumuman RUP
DPPA mengumumkan RUP yang telah disahkan oleh DU melalui media papan pengumuman resmi
Perusahaan dan/atau media elektronik. Pengumuman sekurang-kurangnya berisi:
1) nama dan alamat pengguna;
2) paket pekerjaan yang akan dilaksanakan;
3) lokasi pekerjaan; dan
4) perkiraan besaran biaya.
d. Pengkajian Ulang RUP, meliputi:
1) Pengkajian Ulang Kebijakan Umum Pengadaan
DPPA melakukan pengkajian ulang terhadap pemaketan pekerjaan hanya untuk meneliti dan
memastikan apakah pemaketan yang ditetapkan telah mendorong persaingan sehat dan
efisiensi, serta meningkatkan peran UK dan penggunaan produksi dalam negeri serta
memaksimalkan penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI).
2) Pengkajian Ulang RAB
DPPA melakukan pengkajian ulang terhadap perkiraan jumlah anggaran dalam RUP untuk
paket pekerjaan sesuai dengan RAB.
3) Pengkajian Ulang KAK
DPPA melakukan pengkajian ulang untuk meneliti dan memastikan hal-hal sebagai berikut:
a) kejelasan uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang, maksud dan
tujuan, sumber pendanaan, dan hal-hal lain yang diperlukan;
b) kejelasan jenis, isi dan jumlah laporan yang harus dibuat (apabila diperlukan);
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
14
c) kejelasan waktu pelaksanaan yang diperlukan, termasuk kapan barang/pekerjaan tersebut
harus tersedia pada lokasi kegiatan/sub kegiatan terkait, dengan memperhatikan batas akhir
tahun buku/batas akhir efektif tahun buku;
d) kejelasan spesifikasi teknis yang meliputi spesifikasi teknis benar-benar sesuai dengan
kebutuhan pengguna/penerima akhir, tidak mengarah kepada merek/produk tertentu (kecuali
untuk pengadaan suku cadang), memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri, dan
memaksimalkan penggunaan SNI;
e) kejelasan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan;
f) jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan;
g) pencantuman syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan;
h) pencantuman syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
i) pencantuman kriteria kinerja produk yang diinginkan; dan
j) gambar-gambar brosur barang; (apabila diperlukan).
DPPA membuat usulan perubahan RUP, diperiksa oleh Direktur Keuangan dan Pengelolaan
Sumberdaya dan ditetapkan oleh DU.
e. Pengadaan di luar RUP
Paket pengadaan di luar RUP dapat dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi (sesuai kewenangannya).
9. Metode Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
a. Metode pemilihan Penyedia Barang dilakukan dengan cara:
1) Pelelangan Umum;
2) Penunjukan Langsung;
3) Pelelangan Terbatas;
4) Pengadaan Langsung;
5) Kontes.
b. Metode pemilihan Penyedia Jasa Lainnya dilakukan dengan cara:
1) Pelelangan Umum;
2) Penunjukan Langsung;
3) Pengadaan Langsung;
4) Sayembara.
c. Metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan dengan cara:
1) Pelelangan Umum;
2) Pelelangan Terbatas;
3) Penunjukan Langsung;
4) Pengadaan Langsung.
d. Dalam keadaan tertentu, pemilihan Penyedia dapat dilakukan dengan cara:
1) Direct Deal (untuk pengadaan Barang);
2) Jasa Konstruksi Terintegrasi.
Dalam Pelelangan Umum, tidak ada negosiasi teknis dan harga (pengecualian diatur lebih lanjut dalam
poin 11 Evaluasi Penawaran BAB V Pelelangan Umum).
10. Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
Metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dilakukan melalui negosiasi teknis dan biaya, sehingga
diperoleh harga yang sesuai/wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dilakukan dengan cara:
a. Seleksi Umum;
b. Seleksi Langsung;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
15
c. Penunjukan Langsung;
d. Pengadaan Langsung;
e. Sayembara.
11. Penyusunan HPS
a. HPS disusun oleh unit teknis/pengguna Barang/jasa dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang,
paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum pengumuman pelelangan dan diumumkan secara terbuka.
b. HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya dan
untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dan Pengadaan Jasa Konsultansi yang menggunakan metode pagu
anggaran.
c. HPS tidak mutlak harus sama, lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan harga kejadian.
d. Nilai total HPS bersifat terbuka dan tidak rahasia.
e. Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat, dengan menggunakan data dasar dan
mempertimbangkan:
1) analisa harga satuan pekerjaan yang bersangkutan;
2) perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan/Engineer Estimate (EE);
3) harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS dan/atau informasi biaya satuan yang
dipublikasikan resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), badan/instansi lainnya dan media cetak
yang datanya dapat dipertanggungjawabkan;
4) daftar harga, tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/agen tunggal atau lembaga
independen;
5) biaya Kontrak sebelumnya yang sedang berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan
biaya, apabila terjadi perubahan biaya;
6) daftar harga standar/tarif biaya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;
7) inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan atau kurs tengah Bank Indonesia;
8) norma indeks;
9) informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
f. HPS telah memperhitungkan:
1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan biaya umum (misalnya, biaya pengiriman barang dan suku
cadang apabila dipersyaratkan);
2) keuntungan atau profit sampai dengan 10% bagi Penyedia.
g. HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga dan biaya lain-lain.
h. HPS bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian Perusahaan.
i. Perhitungan HPS untuk Jasa Konsultansi dapat menggunakan metode perhitungan berbasis biaya
yang terdiri dari:
1) biaya langsung personil atau remuneration, yaitu biaya langsung yang diperlukan untuk
membayar remunerasi tenaga ahli berdasarkan Kontrak. Biaya langsung personil telah
memperhitungkan gaji dasar, beban biaya sosial, beban biaya umum atau overhead cost, dan
keuntungan.
Biaya langsung personil dapat dihitung menurut jumlah satuan waktu tertentu (bulan, minggu,
hari, atau jam), dengan konversi menurut satuan waktu sebagai berikut:
a) Satuan Biaya Orang Minggu (SBOM) = SBOB/4,1;
b) Satuan Biaya Orang Hari (SBOH) = (SBOB/22) x 1,1;
c) Satuan Biaya Orang Jam (SBOJ) = (SBOH/8) x 1,3;
2) biaya langsung non personil atau direct reimbursable cost, yaitu biaya langsung yang
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan Kontrak yang dibuat dengan mempertimbangkan
dan berdasarkan harga pasar yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
16
dengan perkiraan kegiatan. Biaya langsung non personil dapat dibayarkan secara lumsum,
harga satuan dan/atau penggantian biaya sesuai yang dikeluarkan (at cost).
Biaya langsung non personil yang dapat dibayarkan secara lumsum diantaranya pengumpulan
data sekunder, seminar, workshop, sosialisasi, pelatihan, diseminasi, lokakarya, survei, biaya
tes laboratorium, hak cipta dan lain-lain.
Biaya langsung non personil yang dapat dibayarkan secara harga satuan diantaranya sewa
kendaraan, sewa kantor proyek, sewa peralatan kantor, biaya operasional kantor proyek, biaya
alat tulis kantor, biaya komputer dan pencetakan, biaya komunikasi dan tunjangan harian.
Biaya langsung non personil yang dapat dibayarkan melalui penggantian biaya sesuai yang
dikeluarkan (at cost) diantaranya dokumen perjalanan, tiket transportasi, biaya perjalanan,
biaya kebutuhan proyek dan biaya instalasi telepon/internet/situs web.
12. Penyiapan Dokumen Pengadaan
a. Unit perencana dengan dibantu oleh Unit Pengguna, unit teknis atau sebaliknya menyiapkan
spesifikasi teknis termasuk RAB, dan selanjutnya dimintakan pengesahan oleh pejabat yang
berwenang. Dokumen ini disampaikan kepada DPPA untuk dilakukan proses pengadaannya lebih
lanjut.
b. Dalam Dokumen Pengadaan, harus mencantumkan secara jelas dan terperinci semua persyaratan
pokok yang diperlukan, baik administratif maupun teknis, unsur-unsur yang dinilai, kriteria dan
formula evaluasi yang akan digunakan, termasuk contoh-contoh formulir yang diperlukan diisi dan
lain-lain, sehingga dapat dimengerti dan diikuti oleh para peserta pengadaan.
c. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) sekurang-kurangnya memuat:
1) Syarat umum:
a) keterangan mengenai pemberi tugas;
b) keterangan mengenai perencanaan (pembuat desain);
c) syarat peserta pengadaan;
d) bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya.
2) Syarat administratif:
a) syarat pembayaran;
b) denda atas keterlambatan;
c) besarnya jaminan penawaran;
d) besarnya jaminan uang muka;
e) besarnya jaminan pelaksanaan;
f) besarnya jaminan pemeliharaan;
g) besarnya jaminan sanggah.
3) Syarat syarat teknis:
a) jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan;
b) jenis dan mutu bahan, antara lain bahwa semaksimal mungkin harus menggunakan hasil
produksi dalam negeri dengan memperhatikan potensi nasional;
c) gambar layout, detail, gambar konstruksi dan sebagainya;
d) jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
d. Dokumen Pengadaan tersebut di atas terdiri dari:
1) Pengumuman/undangan pemilihan/Surat Permintaan Penawaran Harga (SPPH);
2) instruksi kepada calon Penyedia;
3) syarat-syarat khusus Kontrak (jika ada);
4) formulir Daftar Kuantitas dan Harga;
5) spesifikasi teknis, KAK dan atau gambar-gambar;
6) bentuk surat penawaran;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
17
7) bentuk Pakta Integritas;
8) contoh-contoh formulir yang perlu diisi (jika ada).
e. Untuk pengadaan barang-barang spesifik, dokumen pengadaannya dibuat lebih sederhana karena
spesifikasinya dikeluarkan oleh pabrik pembuat barang tersebut. RKS cukup memuat jangka waktu
penyerahan barang, syarat-syarat pembayaran dan after sales service yang diharapkan oleh
Perusahaan atau yang dapat dipenuhi oleh Penyedia.
f. Instruksi kepada peserta pengadaan paling sedikit memuat:
1) lingkup pekerjaan, sumber dana, persyaratan dan kualifikasi peserta pengadaan, jumlah
Dokumen Penawaran yang disampaikan dan peninjauan lokasi kerja (apabila diperlukan);
2) isi, penjelasan isi dan perubahan isi Dokumen Pengadaan;
3) persyaratan bahasa yang digunakan dalam penawaran, penulisan harga penawaran, mata uang
penawaran dan cara pembayaran, masa berlaku penawaran, jaminan penawaran, bentuk
penawaran dan penandatanganan surat penawaran;
4) metode pemasukan Dokumen Penawaran, batas akhir pemasukan penawaran, perlakuan
terhadap penawaran yang terlambat, serta larangan untuk perubahan dan penarikan penawaran
yang telah masuk;
5) prosedur pembukaan penawaran, kerahasiaan dan larangan, klarifikasi Dokumen Penawaran,
pemeriksaan kelengkapan Dokumen Penawaran, koreksi aritmatik (apabila diperlukan), metode
evaluasi penawaran serta penilaian preferensi harga; dan
6) kriteria penetapan pemenang, hak dan kewajiban Panitia/Pokja untuk menerima atau menolak
penawaran, syarat penandatanganan Kontrak dan Jaminan pelaksanaan.
g. Dokumen Kontes/Sayembara terdiri atas:
1) pengumuman;
2) instruksi kepada peserta;
3) syarat-syarat peserta;
4) tahapan proses dan tata cara penilaian; dan
5) keterangan lain yang diperlukan.
13. Biaya Penggantian Dokumen Pengadaan
Calon Penyedia tidak dikenakan biaya penggantian Dokumen Pengadaan.
14. Penyampaian Dokumen Penawaran
a. Metode pemasukan Dokumen Penawaran terdiri atas:
1) Metode Satu Sampul
Dalam metode satu sampul, penyampaian Dokumen Penawaran yang terdiri dari persyaratan
administrasi, teknis dan penawaran harga, dimasukan ke dalam 1 (satu) sampul tertutup.
Metode ini digunakan untuk PBJ yang sederhana dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) PBJ yang standar harganya telah ditetapkan pemerintah;
b) pengadaan Jasa Konsultansi dengan KAK yang sederhana; atau
c) pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifikasi teknis atau
volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen Pengadaan.
Selain sebagaimana dimaksud pada butir c), metode satu sampul digunakan dalam Penunjukan
Langsung, Pengadaan Langsung, Sayembara dan/atau Kontes.
2) Metode Dua Sampul
Dalam metode dua sampul, penyampaian Dokumen Penawaran, persyaratan administrasi dan
teknis dimasukkan dalam Sampul Tertutup I. Sedangkan harga penawaran, dimasukkan dalam
Sampul Tertutup II. Selanjutnya Sampul I dan Sampul II dimasukkan (gabung) ke dalam 1 (satu)
sampul (sampul penutup).
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
18
Metode dua sampul digunakan untuk:
a) Pengadaan Barang atau pengadaan Jasa Lainnya yang menggunakan evaluasi sistem nilai
atau sistem biaya selama umur ekonomis.
b) Pengadaan Jasa Konsultansi yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) dibutuhkan penilaian yang terpisah antara persyaratan teknis dengan harga penawaran,
agar penilaian harga tidak mempengaruhi penilaian teknis; atau
(2) pekerjaan bersifat kompleks sehingga diperlukan evaluasi teknis yang lebih mendalam.
3) Metode Dua Tahap
Dalam metode dua tahap, penyampaian Dokumen Penawaran, persyaratan administrasi dan
teknis dimasukkan dalam Sampul Tertutup I. Sedangkan harga penawaran, dimasukkan dalam
Sampul Tertutup II. Selanjutnya penyampaiannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah
dan dalam waktu yang berbeda.
Metode ini digunakan untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) pekerjaan bersifat kompleks;
b) memenuhi kriteria kinerja tertentu dari keseluruhan sistem, termasuk pertimbangan
kemudahan atau efisiensi pengoperasian dan pemeliharan peralatannya; dan/atau
c) mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain penerapan teknologi yang
berbeda.
b. Penyampaian Dokumen Penawaran Secara Manual
1) Dokumen Penawaran disampaikan sebanyak 2 (dua) rangkap, yang terdiri dari: dokumen asli
1 (satu) rangkap yang ditandai “ASLI” dan salinannya 1 (satu) rangkap yang ditandai
“SALINAN”.
2) Dokumen Penawaran dimasukkan dalam sampul dan ditulis “Dokumen Penawaran” berikut
nama paket pekerjaan, nama dan alamat peserta, serta ditujukan kepada Panitia/Pokja dengan
alamat yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan.
3) Dalam hal Dokumen Penawaran disampaikan melalui pos/jasa pengiriman, maka sampul
penutupnya dimasukkan ke dalam sampul luar yang mencantumkan nama paket pekerjaan
dan alamat Panitia/Pokja.
4) Untuk Dokumen Penawaran yang diterima melalui pos/jasa pengiriman:
a) Panitia/Pokja mencatat waktu dan tanggal penerimaan Dokumen Penawaran pada sampul
luar dan memasukkan ke dalam kotak/tempat pemasukan penawaran;
b) apabila Dokumen Penawaran terlambat diterima, Panitia/Pokja membuka sampul luar
untuk mengetahui alamat peserta. Panitia/Pokja segera memberitahukan kepada peserta
yang bersangkutan untuk mengambil kembali seluruh Dokumen Penawaran.
Pengembalian Dokumen Penawaran disertai dengan bukti serah terima.
5) Penarikan, penggantian, pengubahan, atau penambahan Dokumen Penawaran harus
disampaikan secara tertulis dan disampul serta diberikan tanda dengan penambahan
pencantuman kata “PENARIKAN”, “PENGGANTIAN”, “PENGUBAHAN” atau
“PENAMBAHAN”, sesuai dengan isi sampul tanpa mengambil Dokumen Penawaran yang
sudah disampaikan sebelumnya.
6) Panitia/Pokja membuat daftar peserta yang memasukkan penawaran, menuliskan nomor
pendaftaran pada sampul.
7) Panitia/Pokja membuat tanda terima Dokumen Penawaran yang disampaikan langsung.
8) Panitia/Pokja menolak semua dan/atau sebagian tambahan/pengurangan/perubahan
Dokumen Penawaran yang masuk setelah batas akhir pemasukan penawaran.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
19
9) Pada batas akhir pemasukan penawaran, salah satu anggota Panitia/Pokja menutup
pemasukan penawaran dengan mencoret tepat di bawah daftar peserta terakhir serta
membubuhkan tanda tangan.
10) Panitia/Pokja tidak diperkenankan mengubah tempat dan waktu batas akhir pemasukan
penawaran, kecuali karena Keadaan Kahar dan/atau apabila sangat dibutuhkan. Apabila harus
dilakukan perubahan tempat dan waktu batas akhir pemasukan penawaran, maka perubahan
tersebut harus disampaikan secara tertulis kepada seluruh peserta dan dituangkan dalam
adendum/amandemen Dokumen Pengadaan.
15. Bukti Perjanjian
Tanda Bukti yang digunakan dalam perjanjian adalah:
a. Bukti Pembelian:
untuk PBJ yang nilainya sampai dengan Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). Bukti pembelian harus
memiliki identitas usaha dan alamat usaha yang jelas. Bukti pembelian dapat berbentuk struk, nota
atau sejenisnya dan dibubuhi meterai yang cukup.
b. Kuitansi:
untuk PBJ yang nilainya sampai dengan Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah). Kuitansi
harus memiliki identitas usaha dan alamat usaha yang jelas, tanda tangan, dan dibubuhi meterai
yang cukup. Apabila sudah terdapat bukti pembelian sesuai butir a., maka kuitansi tidak diperlukan.
c. Surat Pesanan (SP):
untuk pengadaan Barang dengan ciri sebagai berikut:
1) menggunakan metode Pengadaan Langsung; atau
2) suku cadang/peralatan untuk keperluan operasi dan pemeliharaan (OP) dan investasi, dengan
nilai maksimum sesuai kewenangan metode Pengadaan Langsung; atau
3) sebagai realisasi pengadaan Barang dengan sistem kontrak payung.
d. Surat Perintah Kerja (SPK):
untuk Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi dengan nilai maksimum sesuai
kewenangan metode Pengadaan Langsung.
e. SPMK:
diterbitkan untuk penanganan darurat agar pekerjaan dapat segera terlaksana tanpa menunggu
Kontrak ditandatangani.
f. Surat Perjanjian atau Kontrak:
Harus digunakan untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya
dengan nilai di atas kewenangan metode Pengadaan Langsung. Untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa lainnya yang nilainya di bawah nilai tersebut
di atas dapat menggunakan Kontrak.
g. MoU:
merupakan salah satu bentuk bukti yang dapat digunakan sebagai tanda perjanjian atau PBJ
dengan Penyedia atau institusi pemerintah. Untuk pelaksanaan MoU dibuatkan perjanjian secara
parsial sebagai bukti atas bagian-bagian kegiatan yang tertuang dalam MoU dengan menggunakan
SPK, Kontrak atau Term of Reference (ToR). Setiap pembayaran dilakukan berdasarkan
kesepakatan bersama dan bukti pengeluaran yang berlaku di Perusahaan.
16. Kontrak
Unit Pengguna dalam menyusun Kontrak paling kurang harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. syarat-syarat umum Kontrak;
b. syarat-syarat khusus Kontrak;
c. spesifikasi teknis, KAK dan/atau gambar;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
20
d. Daftar Kuantitas dan Harga; dan
e. dokumen lainnya.
Departemen/unit yang menangani fungsi hukum melakukan verifikasi terhadap rancangan surat
perjanjian atau Kontrak.
Rancangan Kontrak berpedoman pada standar penyusunan Kontrak, sebagaimana tercantum dalam
BAB XII Pedoman ini, dengan jenis-jenis Kontrak yang umum berlaku sebagai berikut:
a. Kontrak berdasarkan bentuk imbalan, yang dibedakan atas:
1) Kontrak Lumsum
Yaitu Kontrak atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah
harga yang pasti dan tetap dan semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian
pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia. Sifat pekerjaan dan tahapan pembayaran
berorientasi pada keluaran (output). Kontrak ini umumnya digunakan pada:
a) pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi sederhana;
b) Pekerjaan Konstruksi terintegrasi (design and build);
c) pengadaan peralatan kantor;
d) pengadaan benih;
e) pengadaan jasa boga;
f) sewa gedung;
g) pembuatan video grafis; atau
h) Jasa Konsultansi bidang manajemen, studi kelayakan, desain, penelitian/studi,
kajian/telaahan, penyusunan pedoman/petunjuk/evaluasi/produk hukum, sertifikasi, studi
pendahuluan, penilaian/appraisal, pekerjaan pra studi kelayakan, pekerjaan studi kelayakan
termasuk konsep desain, pekerjaan detail engineering design (DED), manajemen proyek,
layanan pengujian dan analisis teknis seperti investigasi kondisi struktur, investigasi
kehancuran struktur, investigasi kegagalan struktur, testing struktur/bagian struktur,
permasalahan hukum dan penyelesaian sengketa (mediasi/litigasi/arbitrase).
Pembayaran dalam Kontrak lumsum menggunakan harga pasti dan tetap, senilai dengan harga
yang dicantumkan dalam Kontrak. Pembayaran dapat dilakukan sekaligus di muka, berdasarkan
hasil/keluaran, secara bertahap, atau sesuai bagian keluaran yang dilaksanakan, yang
mekanismenya dituangkan dalam Kontrak. Pada Kontrak jenis ini tidak diperkenankan adanya
pekerjaan tambah kurang.
2) Kontrak Harga Satuan
Kontrak harga satuan merupakan Kontrak atau penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas
waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur
pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat
perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama
atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia.
Untuk sistem Kontrak ini, pekerjaan tambah/kurang dimungkinkan berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. Pekerjaan tambah dilaksanakan dengan
ketentuan tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam Kontrak awal.
Untuk memilih cara ini didasarkan pada pertimbangan perlunya keakuratan pengukuran volume
pekerjaan yang tinggi sehingga diperlukan survei dan penelitian yang sangat mendalam, detail
dan sampel yang banyak, serta waktu yang lama. Sebagai konsekuensinya, dibutuhkan biaya
yang realtif besar, meskipun adakalanya pengukuran lebih mudah dalam pelaksanaan, namun
dipihak lain pekerjaan tersebut bersifat sangat mendesak dan harus segera dilaksanakan.
3) Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
21
Kontrak gabungan lumsum dan harga satuan merupakan Kontrak gabungan antara lumsum dan
harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan. Kontrak ini digunakan dalam hal ada
bagian yang dapat dikontrakkan dengan menggunakan Kontrak lumsum dan ada bagian yang
dikontrakkan menggunakan Kontrak harga satuan. Kontrak ini umumnya digunakan pada
Pekerjaan Konstruksi yang terdiri dari pekerjaan pondasi tiang pancang dan bangunan atas.
4) Kontrak Waktu Penugasan
Kontrak waktu penugasan merupakan kontrak pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya yang:
a) ruang lingkup dan waktu pelaksanaan pekerjaan belum dapat ditetapkan;
b) ruang lingkupnya belum bisa didefinisikan dengan jelas dan mungkin berubah secara
substansial;
c) nilai akhir kontrak tergantung dengan lama waktu penugasan;
d) ruang lingkup pekerjaannya kecil dan/atau jangka waktunya pendek dimana kompensasi
cenderung berbasis harga per jam, per hari, per minggu atau per bulan; atau
e) pekerjaan yang tidak umum/spesialis yang membutuhkan keahlian khusus.
Dalam Kontrak waktu penugasan, pembayaran terdiri atas biaya personel dan biaya non
personel. Biaya personel dibayarkan berdasarkan remunerasi yang pasti dan tetap sesuai yang
tercantum dalam Kontrak untuk setiap satuan waktu penugasan. Sedangkan biaya non personel
dapat dibayarkan secara lumsum, harga satuan, dan/atau penggantian biaya sesuai dengan
yang dikeluarkan (at cost). Nilai akhir Kontrak yang akan dibayarkan, tergantung pada
lama/durasi waktu penugasan. Adapun pembayarannya dapat dilakukan berdasarkan periode
waktu yang ditetapkan dalam Kontrak.
Kontrak waktu penugasan pada umumnya digunakan untuk pra studi kelayakan, pekerjaan studi
kelayakan termasuk konsep desain, pekerjaan DED, manajemen kontrak, manajemen proyek,
layanan pengujian dan analisis teknis seperti investigasi kondisi struktur/investigasi kehancuran
struktur/investigasi kegagalan struktur/testing struktur/bagian struktur, penanganan
permasalahan hukum dan penyelesaian sengketa (mediasi/litigasi/arbitrase), khususnya untuk
proyek bernilai besar, pengawasan, pemberian nasihat, pendampingan, pengembangan
sistem/aplikasi yang kompleks, monitoring, atau survei/pemetaan yang membutuhkan telaah
mendalam.
5) Kontrak Terima Jadi (Turnkey)
Turnkey merupakan Kontrak atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu
dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan.
Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
Turnkey biasanya digunakan dalam Pekerjaan Terintegrasi pada pembangunan pembangkit
tenaga listrik, pabrik, dan lain-lain.
b. Kontrak berdasarkan pembebanan tahun buku, yang terdiri dari:
1) Kontrak Tahun Tunggal
Kontrak ini dalam pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu)
tahun anggaran.
2) Kontrak Tahun Jamak
Kontrak ini dalam pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran
atas beban anggaran (multi years). Apabila masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas)
bulan, maka dimungkinkan adanya penyesuaian harga (price adjustment).
c. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan yang terdiri dari:
1) Kontrak Pengadaan Tunggal
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
22
Kontrak ini dibuat oleh 1 (satu) perusahaan dengan 1 (satu) Penyedia tertentu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
2) Kontrak Pengadaan Bersama
Kontrak ini melibatkan beberapa perusahaan BUMN dengan 1 (satu) Penyedia tertentu untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu sesuai kebutuhan masing-masing perusahaan
yang menandatangani Kontrak. Pembebanan anggaran untuk Kontrak ini diatur dalam
kesepakatan pendanaan bersama.
3) Kontrak Payung (Framework Contract)
Merupakan Kontrak harga satuan antara Perusahaan dengan Penyedia yang dapat
dimanfaatkan oleh Perusahaan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) diadakan untuk menjamin harga Barang/jasa yang lebih efisien, ketersediaan Barang/jasa
terjamin, dan sifatnya dibutuhkan secara berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan
yang belum dapat ditentukan pada saat Kontrak ditandatangani; dan
b) pembayarannya atas Kontrak ini didasarkan pada hasil penilaian/pengukuran bersama
terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia secara nyata.
d. Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan yang terdiri dari:
1) Kontrak Pengadaan Tunggal
Kontrak ini hanya terdiri dari satu pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan.
2) Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi
Kontrak ini diperuntukkan bagi pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks dengan
menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, commisioning, dan/atau operasi.
17. Jaminan
Penyedia menyerahkan Jaminan kepada Perusahaan untuk memenuhi kewajiban sebagaimana
dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan/Kontrak. Jaminan diberikan oleh Penyedia untuk
pengadaan dengan nilai sesuai dengan batasan kewenangan yang telah ditetapkan Direksi. Jaminan
harus dapat dicairkan tanpa syarat sebesar nilai Jaminan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja, setelah surat pernyataan wanprestasi dari Perusahaan diterima oleh penerbit Jaminan.
Pokja melakukan klarifikasi tertulis terhadap keabsahan Jaminan yang diterima. Jaminan diberikan
oleh bank umum milik pemerintah (tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat)/perusahaan
asuransi/perusahaan penjaminan dapat digunakan untuk semua jenis Jaminan.
Perusahaaan asuransi sebagaimana dimaksud di atas merupakan perusahaan asuransi umum yang
memiliki izin untuk menjual produk jaminan (suretyship) sebagaimana ditetapkan oleh Kementerian
Keuangan (Kemenkeu) atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Perusahaan penjaminan tersebut
merupakan perusahaan penjaminan yang memiliki izin dari Kemenkeu atau OJK. Jaminan dapat pula
berupa uang tunai dengan cara menyetor ke Perusahaan.
a. Bentuk Jaminan
Jaminan sekurang kurangnya harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) nama dan alamat pemberi tugas;
2) nama dan alamat jelas Penyedia;
3) nama dan alamat pihak penjamin;
4) nama paket pekerjaan yang dijamin;
5) besar jumlahnya Jaminan dalam angka dan huruf;
6) pernyataan pihak penjamin bahwa Jaminan dapat dicairkan dengan segera sesuai ketentuan
dalam Jaminan;
7) masa berlaku Jaminan;
8) batas akhir waktu pengajuan tuntutan pencairan Jaminan oleh pengguna Barang/jasa
kepada pihak penjamin;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
23
9) tandatangan pihak penjamin bermeterai.
b. Jenis Jaminan
Jaminan terdiri atas:
1) Jaminan penawaran;
2) Jaminan pelaksanaan;
3) Jaminan uang muka;
4) Jaminan pemeliharaan;
5) Jaminan sanggah; dan
6) sertifikat garansi.
Jaminan penawaran dan Jaminan pemeliharaan tidak diperlukan untuk pengadaan Jasa
Konsultansi. Jaminan tidak dipersyaratkan/diperlukan untuk PBJ yang dilaksanakan oleh
lembaga/instansi pemerintah yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB).
1) Jaminan Penawaran
Jaminan penawaran merupakan surat/uang yang menjamin peserta pelelangan dalam
mengikuti pelelangan. Apabila terjamin melakukan wanprestasi, yaitu menarik diri dari
pelelangan dan/atau setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang/Penyedia sampai dengan
penerbitan SPPBJ tidak memenuhi kewajibannya sesuai Dokumen Pengadaan, maka penjamin
akan membayar kepada Perusahaan untuk jumlah tersebut dalam Jaminan penawaran atau
uang jaminan menjadi milik Perusahaan.
Jaminan penawaran hanya diperlukan pada pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai di atas Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah). Jaminan
penawaran tidak diperlukan dalam hal pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dilaksanakan dengan Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung atau Kontes/Sayembara.
Jaminan penawaran diberikan oleh Penyedia pada saat memasukkan penawaran, yang
besarnya 3% (tiga persen) dari total HPS.
Jaminan penawaran dikembalikan kepada Penyedia yang tidak ditunjuk sebagai pemenang
lelang/Penyedia setelah ada SPPBJ.
Dalam hal Penyedia yang telah menerima SPPBJ mengundurkan diri dan masa Jaminan
penawarannya masih berlaku, pengunduran diri tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan
alasan yang dapat diterima secara obyektif oleh DPPA, dengan ketentuan bahwa Jaminan
penawaran peserta lelang yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada kas Perusahaan
dan kepada yang bersangkutan dikenakan sanksi blacklist sesuai ketentuan pada Bab XXI.
Apabila alasan tersebut tidak dapat diterima, maka dikenakan sanksi blacklist sesuai ketentuan
pada Bab XXI.
2) Jaminan Uang Muka
Jaminan uang muka diberikan oleh Penyedia terhadap pembayaran uang muka yang
diterimanya. Besarnya jaminan uang muka bagi non UK adalah senilai uang muka yang
diterimanya. Sedangkan bagi UM, UK dan koperasi kecil, Jaminan diberikan sebesar 20% dari
uang muka yang diterimanya. Pengembalian uang muka diperhitungkan secara proporsional
pada setiap tahapan pembayaran.
3) Jaminan Pelaksanaan
Jaminan pelaksanaan untuk pengadaan Barang hanya diperlukan apabila jangka waktu
pelaksanaannya lebih dari 45 (empat puluh lima) hari kalender dan nilai pengadaan sesuai
dengan batasan kewenangan yang telah ditetapkan Direksi.
Jaminan pelaksanaan untuk Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya, hanya
diperlukan dengan nilai pengadaan sesuai dengan batasan kewenangan yang telah ditetapkan
Direksi.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
24
Jaminan Pelaksanaan diberikan setelah penandatanganan Kontrak.
a) Besaran Jaminan Pelaksanaan
Besaran nilai jaminan pelaksanaan adalah sebagai berikut:
(1) 5% (lima persen) dari nilai Kontrak untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan
puluh persen) sampai dengan 100% (seratus persen) dari nilai total HPS; atau
(2) 5% (lima persen) dari nilai total HPS untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80%
(delapan puluh persen) dari nilai total HPS.
Jaminan pelaksanaan berlaku sejak tanggal mulai kerja sampai serah terima Barang/jasa
ditambah 60, (enam puluh) hari kalender.
b) Pengembalian Jaminan Pelaksanaan
Jaminan pelaksanaan dikembalikan setelah:
(1) serah terima Barang/jasa dan sertifikat garansi barang; atau
(2) serah terima jaminan pemeliharaan.
4) Jaminan Pemeliharaan
Jaminan pemeliharaan wajib diberikan Penyedia untuk Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus persen). Penyedia dapat
memilih untuk memberikan jaminan pemeliharaan atau memberikan retensi. Jaminan
pemeliharaan atau retensi besarnya 5% (lima persen) dari nilai Kontrak.
Jangka waktu jaminan pemeliharaan sesuai dengan jangka waktu pemeliharaan ditambah 14
(empat belas) hari kerja. Jaminan pemeliharaan dikembalikan 14 (empat belas) hari kerja
setelah masa pemeliharaan selesai dan disertai berita acara penyerahan pekerjaan setelah
masa pemeliharaan.
5) Jaminan Sanggah
Jaminan sanggah wajib diberikan oleh peserta pelelangan terhadap sanggahan yang
diajukannya. Jaminan sanggah sebagaimana dimaksud, berupa uang tunai sebesar 3% (tiga
persen) dari nilai total HPS. Apabila sanggahan ternyata benar, Perusahaan wajib
mengembalikan jaminan sanggah. Pada proses Prakualifikasi, tidak ada masa sanggah.
6) Sertifikat Garansi
Dalam pengadaan Barang termasuk barang yang terdapat dalam pengadaan Jasa
Lainnya/Pekerjaan Konstruksi, Penyedia menyerahkan sertifikat garansi.
Sertifikat garansi diberikan terhadap kelaikan penggunaan Barang hingga jangka waktu tertentu
sesuai kesepakatan para pihak dalam Kontrak. Sertifikat garansi diterbitkan oleh
produsen/perakit atau pihak yang ditunjuk secara sah oleh produsen. Untuk pengadaan barang
impor, sertifikat garandi dilengkapi pula dengan:
a) sertifikat keaslian (Cerficate of Origin); dan
b) surat dukungan dari pabrikan/principal (supporting letter).
18. Pembayaran, Denda dan Ganti Rugi
a. Pembayaran
Penyelesaian pembayaran hanya dapat dilaksanakan setelah Barang/pekerjaan dinyatakan
diterima sesuai dengan BAST Barang/pekerjaan. Pembayaran dilakukan paling lambat 15 (lima
belas) hari kerja sejak tagihan dan bukti pendukungnya diterima Perusahaan dari Penyedia serta
dinyatakan lengkap dan benar. Pembayaran dengan letter of credit (L/C) mengikuti ketentuan
umum yang berlaku di bidang perdagangan.
b. Denda dan Ganti Rugi
Denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada Penyedia. Sedangkan ganti rugi
merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada Perusahaan, karena terjadinya cidera
janji/wanprestasi yang tercantum dalam Kontrak.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
25
1) Denda
Besarnya denda kepada Penyedia atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah:
a) 1‰ (satu permil) dari sisa harga bagian Kontrak yang belum dikerjakan, apabila bagian
Barang/pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi; atau
b) 1‰ (satu permil) dari harga Kontrak, apabila bagian Barang/pekerjaan yang sudah
dilaksanakan belum berfungsi/Barang datang terlambat,
untuk setiap hari keterlambatan dan tidak melampaui besarnya jaminan pelaksanaan.
2) Ganti Rugi
Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh Perusahaan atas keterlambatan pembayaran adalah
sebesar 1‰ (satu permil) per hari dari nilai tagihan yang terlambat dibayar. Perhitungan ganti
rugi ditetapkan mulai hari kerja ke 16 (enam belas) sejak tagihan diterima oleh Perusahaan dan
dinyatakan lengkap dan benar.
c. Pemutusan Kontrak Secara Sepihak
Perusahaan dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila denda keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia sudah mencapai 5% (lima persen) dari nilai
Kontrak.
d. Tata Cara Pembayaran Denda dan/atau Ganti Rugi Tata cara pembayaran denda dan/atau ganti rugi diatur di dalam Kontrak.
19. Pelelangan/Seleksi Gagal
a. Pelelangan/Seleksi Gagal
Pelelangan/seleksi dianggap gagal apabila memenuhi salah satu unsur sebagai berikut:
1) proses pelelangan/seleksi tidak sesuai dengan Pedoman ini;
2) pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan para pihak dalam PBJ ternyata
benar;
3) dugaan persaingan usaha tidak sehat dalam pelaksanaan pelelangan/seleksi dinyatakan benar
oleh pihak berwenang;
4) sanggahan dari peserta atas kesalahan penerapan prosedur yang tercantum dalam Dokumen
Pengadaan atau hasil pelelangan/seleksi dari peserta ternyata benar;
5) jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses Prakualifikasi untuk pelelangan/ seleksi
kurang dari 3 (tiga) peserta;
6) jumlah peserta yang memasukkan Dokumen Penawaran pelelangan/seleksi kurang dari 2
(dua);
7) tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran;
8) harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak gabungan
lumsum dan harga satuan lebih tinggi dari HPS;
9) seluruh harga penawaran yang masuk untuk Kontrak lumsum berada di atas HPS;
10) calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2, setelah dilakukan evaluasi pada
pelelangan dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau pembuktian kualifikasi, atau
tidak hadir dalam klarifikasi dan negosiasi untuk seleksi dengan alasan yang tidak dapat
diterima;
11) calon pemenang dan calon pemenang cadangan 1 dan 2 mengundurkan diri;
12) khusus pada metode seleksi:
a) tidak ada peserta yang menyetujui/menyepakati hasil negosiasi teknis dan harga pada
seleksi;
b) penawaran biaya terendah terkoreksi untuk Kontrak harga satuan dan Kontrak gabungan
lumsum dan harga satuan lebih tinggi dari pagu anggaran; atau
c) seluruh penawaran yang masuk untuk Kontrak lumsum diatas pagu anggaran.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
26
13) terjadi gangguan pada sistem E-procurement saat pendaftaran hingga masa pendaftaran
berakhir kecuali ada masa perpanjangan pendaftaran.
Perusahaan tidak memberikan ganti rugi kepada peserta pelelangan/seleksi bila penawarannya
ditolak atau dinyatakan gagal.
b. Tata Cara menanggulangi kegagalan
1) Dalam hal Prakualifikasi/Pelelangan Umum/Seleksi Umum tidak ada peserta yang mendaftar
atau menyampaikan Dokumen Kualifikasi/Penawaran sampai 1 (satu) hari sebelum masa
pendaftaran berakhir, maka Pokja dapat memperpanjang masa pendaftaran atau penyampaian
Dokumen Kualifikasi/Penawaran.
2) Dalam hal Prakualifikasi, pelelangan/seleksi dinyatakan gagal dengan kriteria seperti butir a. 2)
dan a. 3), maka Pokja harus melakukan proses Prakualifikasi/pelelangan/seleksi ulang dengan
mengundang calon Penyedia yang tidak terlibat dan/atau calon Penyedia baru.
3) Dalam hal Prakualifikasi/pelelangan/ seleksi dinyatakan gagal dengan kriteria seperti butir a.1),
a.5) sampai a.11), a.12)b), dan a.12)c), maka DPPA dapat melakukan proses pelelangan ulang
atau Pelelangan Terbatas.
4) Dalam hal Prakualifikasi/Pelelangan Umum/Seleksi Umum dinyatakan gagal dengan kriteria
seperti butir a.4), maka Pokja melakukan evaluasi ulang.
5) Dalam hal Prakualifikasi/Pelelangan Umum/Seleksi Umum dinyatakan gagal dengan kriteria
seperti butir a.12)a) dan a.13), maka Pokja dapat mengundang peserta untuk menyampaikan
Dokumen Kualifikasi/Penawaran ulang.
6) Dalam hal Prakualifikasi ulang, apabila jumlah peserta yang lulus kualifikasi hanya 2 (dua)
peserta, maka proses tetap dilanjutkan.
7) Atau, dalam hal pelelangan/seleksi dinyatakan 2 (dua) kali gagal, maka DPPA/pejabat yang
berwenang dapat melakukan proses Penunjukan Langsung.
20. Sinergi BUMN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan Terafiliasi BUMN
Dalam sinergi BUMN, Perusahaan mengutamakan BUMN, anak perusahaan BUMN, dan/atau
perusahaan terafiliasi BUMN dalam memenuhi kebutuhan Barang/jasa di Perusahaan, selama tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Sinergi dalam proses PBJ dilakukan melalui:
a. Pemberian kemudahan syarat bagi calon Penyedia sebagaimana dimaksud dalam angka 6. di atas,
kecuali untuk butir l) dan o).
b. Untuk tujuan saling mendukung/mendorong pengembangan pertumbuhan usaha PJT I dengan
BUMN/anak perusahaan BUMN/perusahaan terafiliasi BUMN dan penciptaan pasar baru.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
27
BAB III
TATA CARA KUALIFIKASI
1. Umum
a. Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan
persyaratan tertentu lainnya dari calon Penyedia.
b. Kualifikasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu Prakualifikasi (yang menghasilkan daftar
calon Penyedia) atau Pascakualifikasi.
c. Untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang kompleks dengan metode
Penunjukan Langsung, dapat dilakukan dengan Prakualifikasi atau Pascakualifikasi.
d. Dalam proses Prakualifikasi/Pascakualifikasi, Pokja dilarang menambah persyaratan di luar
persyaratan yang telah ditetapkan dalam Pedoman ini.
e. Persyaratan Prakualifikasi/Pascakualifikasi yang ditetapkan harus merupakan persyaratan minimal
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan agar terwujud persaingan yang sehat.
f. Pada setiap tahapan proses pemilihan Penyedia, Unit Pengguna atau Pokja dilarang membebani
atau memungut biaya apapun kepada calon Penyedia.
g. Dalam proses Prakualifikasi/Pascakualifikasi, Pokja tidak boleh melarang, menghambat, dan
membatasi keikutsertaan calon Penyedia dari luar Propinsi/Kabupaten/Kota.
h. Pokja harus menyederhanakan proses kualifikasi dengan meminta calon Penyedia mengisi formulir
kualifikasi dan tidak meminta seluruh dokumen yang dipersyaratkan, kecuali pada tahap
pembuktian kualifikasi.
i. Secara ringkas tata cara kualifikasi digambarkan sesuai tabel sebagai berikut:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya:
Metode pengadaan Tidak kompleks Kompleks
Pelelangan Umum/Terbatas Pascakualifikasi Prakualifikasi
Penunjukan Langsung Pra atau Pascakualifikasi Pra atau Pascakualifikasi
2) Jasa konsultansi: Pascakualifikasi atau Prakualifikasi
Rekapitulasi Aspek Keuangan Dan Teknis Yang Diperlukan Dalam Kualifikasi
NO PERSYA-
RATAN
SUB UNSUR
PEKERJAAN
PK JL PB JK
UK UNK UK UNK UK UNK UK UNK
1 Keuangan a. SKK X V X X X X X X
b. Dukungan Bank V V X V X X X X
2 Teknis a. Kemampuan Dasar X V X V X X X X
b. Pengalaman
Perusahaan
1) Bidang Pekerjaan V V V V V V V V
2) Nilai Kontrak X V X V X V X V
3) Status Penyedia
Jasa
V V V V V V V V
c. Personil V V V V X X V V
d. Peralatan V V X X X X X X
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
28
Keterangan :
V = Perlu
X = Tidak perlu
PK = Pekerjaan Konstruksi
JL = Jasa Lain
PB = Pengadaan Barang
JK = Jasa Konsultansi
UK = Usaha Kecil
UNK = Usaha Non Kecil
SKK = Sisa Kemampuan Keuangan
2. Prosedur Pelaksanaan Kualifikasi
a. Penyiapan Dokumen Kualifikasi
DPPA menyusun dokumen yang berisi:
1) Penjelasan singkat mengenai paket pekerjaan yang akan dilaksanakan (scope of works),
perkiraan nilai paket pekerjaan, dan petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi.
2) Formulir isian kualifikasi, terdiri dari:
a) Petunjuk cara pengisian formulir isian kualifikasi.
b) Data administrasi yang terdiri dari:
(1) data umum;
(2) surat izin usaha;
(3) sertifikasi keahlian dari asosiasi perusahaan/profesi;
(4) landasan hukum pendirian perusahaan;
(5) daftar susunan pengurus;
(6) data keuangan:
(a) susunan kepemilikan saham;
(b) NPWP;
(c) bukti pelunasan pajak tahun terakhir;
(d) neraca perusahaan tahun terakhir;
(e) dukungan bank sesuai butir 1 Ketentuan Umum.
c) Data teknis:
(1) Data tenaga ahli/teknis yang dimiliki (sertifikasi keahlian bila ada).
(2) Data peralatan/perlengkapan.
(3) Data pengalaman 4 (empat) tahun terakhir kecuali bagi Penyedia yang baru berdiri
kurang dari 3 tahun.
3) instruksi kepada peserta Prakualifikasi;
4) lembar data pengadaan;
5) tata cara evaluasi kualifikasi/penawaran seperti ditunjukkan pada Bab IV; dan
6) Pakta Integritas.
b. Pengumuman Pelelangan/Seleksi
1) DPPA harus mengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan/seleksi dengan
Pascakualifikasi atau Prakualifikasi melalui media massa/elektronik/web Perusahaan. Selain
melalui media elektronik pengumuman juga dapat disampaikan melalui e-mail, faksimil atau
surat resmi kepada calon Penyedia.
2) Isi pengumuman memuat sekurang-kurangnya:
a) nama dan alamat pengguna Barang/jasa yang akan mengadakan pelelangan;
b) uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
c) syarat-syarat peserta pelelangan;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
29
d) tempat, tanggal, hari dan waktu untuk mengambil Dokumen Pengadaan, dan pemasukan
Dokumen Penawaran;
e) keterangan lain yang diperlukan;
f) nilai total HPS.
3) Dalam pengumuman DILARANG mencantumkan:
a) Penyedia harus berasal dari Propinsi/Kabupaten/Kota tempat lokasi pelelangan/seleksi;
b) pendaftaran harus dilakukan oleh pihak-pihak tertentu;
c) pendaftaran harus membawa asli dan/atau rekaman/fotokopi/legalisir akta pendirian, izin
usaha, tanda daftar perusahaan (TDP), kontrak kerja sejenis, sertifikat badan usaha (SBU),
dan/atau dokumen-dokumen lain yang sejenis;
d) persyaratan lain yang sifatnya diskriminatif;
e) persyaratan di luar yang sudah ditetapkan dalam Pedoman ini, kecuali diperintahkan oleh
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
4) Apabila dari hasil identifikasi ternyata tidak ada Penyedia dalam negeri yang mampu
mengerjakan, maka Pelelangan Umum diumumkan di web komunitas internasional (seperti
www.dgmarket.com, www.undp.org, dan lain-lain).
c. Pengambilan Dokumen Kualifikasi/Pengadaan
1) Peserta yang berminat untuk mengikuti kualifikasi pelelangan dapat mengambil Dokumen
Kualifikasi/Pengadaan berupa formulir-formulir isian dan penjelasan pada alamat yang telah
ditentukan pada pengumuman lelang.
2) Semua peserta wajib melakukan pendaftaran sebelum mengambil Dokumen
Kualifikasi/Pengadaan.
3) Pada tahap pendaftaran dan pengambilan Dokumen Kualifikasi/Pengadaan, Pokja:
a) mencatat nama pendaftar, nama dan alamat perusahaan serta nomor telepon, nomor
faksimile dan/atau alamat e-mail pihak yang dapat dihubungi, untuk keperluan
korespondensi;
b) memberikan Dokumen Kualifikasi/Pengadaan dalam bentuk file (softcopy) dan/atau
cetakan (hardcopy) dan/atau dapat mengunggah (upload) Dokumen Kualifikasi/Pengadaan
melalui web Perusahaan yang dapat diunduh (download) oleh peserta.
4) Pokja dilarang memungut biaya apapun dari peserta.
5) Apabila yang mendaftar adalah orang yang ditugaskan oleh direktur/pimpinan
perusahaan/kepala cabang, pendaftar melampirkan surat tugas dari direktur/pimpinan
perusahaan/kepala cabang dan kartu pengenal.
6) Calon peserta dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam pendaftaran dan
pengambilan dokumen.
d. Penjelasan dan Adendum Dokumen Kualifikasi/Pengadaan
1) Apabila dipandang perlu dapat dilakukan pemberian penjelasan atas isi Dokumen
Kualifikasi/Pengadaan oleh Pokja di tempat dan pada waktu yang telah ditentukan, dihadiri oleh
peserta lelang yang telah mengambil Dokumen Kualifikasi/Pengadaan. Untuk pelelangan
dengan Pascakualifikasi, penjelasan isi Dokumen Kualifikasi dilakukan bersamaan dengan
penjelasan Dokumen Pengadaan.
2) Dalam acara penjelasan tersebut disampaikan penjelasan sebagai berikut:
a) metode dan tata cara penyelenggaraan Pascakualifikasi atau Prakualifikasi;
b) persyaratan Penyedia;
c) dokumen yang harus dilampirkan;
d) metoda evaluasi;
e) pembuktian kualifikasi;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
30
f) hal-hal yang menggugurkan.
3) Pemberian penjelasan mengenai Dokumen Kualifikasi/Pengadaan yang berupa pernyataan dari
peserta pelelangan dan jawaban dari Pokja serta keterangan lain dituangkan dalam berita acara
penjelasan dan ditandatangani oleh Pokja. Dalam hal ada perubahan Dokumen
Kualifikasi/Pengadaan, maka harus dituangkan dalam adendum Dokumen
Kualifikasi/Pengadaan.
4) Pokja harus menetapkan batas waktu penyampaian adendum beserta berita acara penjelasan
Dokumen Kualifikasi/Pengadaan dan menyampaikan dalam waktu bersamaan kepada semua
calon peserta.
e. Pemasukan Dokumen Kualifikasi/Penawaran
Peserta pelelangan yang telah menelaah dan mengisi Dokumen Kualifikasi/Pengadaan
mengembalikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan kepada Pokja. Apabila ada hal-hal yang
kurang jelas dan/atau meragukan terhadap surat-surat/data-data administrasi yang bersangkutan,
jika dipandang perlu Pokja dapat melakukan klarifikasi/konfirmasi dengan pihak terkait/institusi
yang menerbitkannya. Ketentuan ini harus dimuat dalam Dokumen Kualifikasi/Pengadaan.
Metode pemasukan dan tata cara pembukaan Dokumen Kualifikasi/Penawaran harus mengikuti
ketentuan yang dipersyaratkan dalam Dokumen Kualifikasi/Pengadaan.
1) Untuk metode pemasukan dokumen satu sampul:
a) Penyampulan dokumen penawaran asli dan salinannya ke dalam 2 (dua) sampul yang
masing-masing ditandai “ASLI” dan “SALINAN”. Kemudian, kedua sampul tersebut
dimasukkan menjadi 1 (satu) sampul dan direkat untuk menjaga kerahasiaan.
b) Dokumen Penawaran terdiri dari:
(1) penawaran administrasi;
(2) penawaran teknis;
(3) penawaran harga; dan
(4) dokumen isian kualifikasi.
c) Dokumen Penawaran harga dimasukkan dalam sampul penutup dan ditulis “DOKUMEN
PENAWARAN”, nama paket pekerjaan, nama dan alamat peserta, serta ditujukan kepada
Pokja. Jika terdapat ketidaksesuaian antara dokumen asli dan salinan, maka dokumen asli
yang berlaku.
2) Untuk metode pemasukan dokumen dua sampul:
a) Dokumen Penawaran disampaikan sebanyak 2 (dua) rangkap, yang terdiri dari dokumen asli
1 (satu) rangkap dan salinannya 1 (satu) rangkap.
b) Dokumen Penawaran administrasi dan teknis dimasukkan dalam Sampul I dan ditulis
“Penawaran Sampul I”. Sedangkan Dokumen Penawaran harga dimasukkan dalam Sampul
II dan ditulis “Penawaran Sampul II”.
c) Selanjutnya Sampul I dan Sampul II dimasukkan dalam satu sampul penutup dan ditulis
nama paket pekerjaan, nama dan alamat peserta, serta ditujukan kepada Pokja.
d) Peserta memasukkan Dokumen Penawaran asli dan salinannya ke dalam 2 (dua) sampul
yang masing-masing ditandai “ASLI” dan “SALINAN”, kemudian kedua sampul tersebut
dimasukkan menjadi 1 (satu) sampul untuk menjaga kerahasiaan. Jika terdapat
ketidaksesuaian antara dokumen asli dan salinan, maka dokumen asli yang berlaku.
3) Untuk metode pemasukan dokumen dua tahap:
a) Tahap I
(1) Dokumen Penawaran administrasi dan teknis disampaikan sebanyak 2 (dua) rangkap
yang terdiri dari dokumen asli 1 (satu) rangkap dan salinannya 1 (satu) rangkap.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
31
(2) Dokumen Penawaran administrasi dan teknis, dimasukkan dalam Sampul Penutup dan
ditulis “Penawaran Administrasi dan Teknis”, nama paket pekerjaan, nama dan alamat
peserta serta ditujukan kepada Pokja.
(3) Peserta memasukkan Dokumen Penawaran asli dan salinannya ke dalam 2 (dua) sampul
yang masing-masing ditandai “ASLI” dan “SALINAN”, kemudian kedua sampul tersebut
dimasukkan menjadi 1 (satu) sampul untuk menjaga kerahasiaan. Jika terdapat ketidak
sesuaian antara dokumen asli dan salinan, maka dokumen asli yang berlaku.
b) Tahap II
(1) Dokumen Penawaran Harga disampaikan sebanyak 2 (dua) rangkap yang terdiri dari
dokumen asli 1 (satu) rangkap dan salinannya 1 (satu) rangkap ditandai “ASLI” dan
“SALINAN”.
(2) Dokumen Penawaran Harga dimasukkan dalam sampul penutup dan ditulis “Penawaran
Harga”, nama paket pekerjaan, nama dan alamat peserta serta ditujukan kepada Pokja.
(3) Peserta memasukkan Dokumen Penawaran asli dan salinannya ke dalam 2 (dua) sampul
yang masing-masing ditandai “ASLI” dan “SALINAN”. Kemudian kedua sampul tersebut
dimasukkan menjadi 1 (satu) sampul untuk menjaga kerahasiaan. Jika terdapat
ketidaksesuaian antara dokumen asli dan salinan, maka dokumen asli yang berlaku.
4) Peserta menyampaikan langsung Dokumen Kualifikasi/Penawaran kepada Pokja sesuai jadwal
yang ditetapkan dalam Dokumen Kualifikasi/Pengadaan.
5) Peserta dapat menyampaikan Dokumen Kualifikasi/Penawaran melalui pos/jasa pengiriman
dengan ketentuan sudah diterima Pokja sebelum batas akhir pemasukan Dokumen
Kualifikasi/Penawaran dan segala risiko keterlambatan dan kerusakan menjadi risiko peserta.
6) Dalam hal Dokumen Kualifikasi/Penawaran disampaikan melalui pos/jasa pengiriman, maka
sampul dimasukkan ke dalam sampul luar yang mencantumkan nama paket pekerjaan dan
alamat Pokja.
7) Untuk Dokumen Kualifikasi/Penawaran yang diterima melalui pos/jasa pengiriman:
a) Pokja mencatat waktu dan tanggal penerimaan Dokumen Kualifikasi/Penawaran pada
sampul luar; dan
b) apabila terlambat diterima, Pokja membuka sampul luar Dokumen Kualifikasi/Penawaran
untuk mengetahui alamat peserta. Pokja segera memberitahukan kepada peserta yang
bersangkutan untuk mengambil kembali seluruh Dokumen Kualifikasi/Penawaran disertai
dengan bukti serah terima.
8) Peserta juga dapat menyampaikan Dokumen Kualifikasi/Penawaran melalui e-mail kepada
Pokja dengan ketentuan:
a) menggunakan alamat e-mail korporat/perusahaan, bukan alamat e-mail pribadi;
b) alamat e-mail yang digunakan telah tercatat oleh Pokja saat pendaftaran;
c) waktu e-mail tersampaikan yang terekam pada daftar e-mail masuk Pokja belum melebihi
batas waktu penyampaian dokumen; dan
d) apabila waktu e-mail tersampaikan (kualifikasi/penawaran peserta) yang terekam pada
daftar e-mail masuk Pokja melebihi batas waktu penyampaian dokumen, maka Dokumen
Kualifikasi/Penawaran tersebut dianggap tidak sah.
9) Dalam hal Dokumen Kualifikasi/Penawaran disampaikan melalui e-mail dan pengadaan
menggunakan metode dua sampul atau dua tahap, maka pada sampul II/Dokumen Tahap II
(penawaran harga) harus dikompres menjadi satu file (.rar/.zip/ dsb.) dan diberi password.
Password diberikan kepada Pokja melalui email sesaat sebelum atau secara langsung saat
pembukaan penawaran Sampul II/Tahap II.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
32
10) Pokja membuat daftar peserta yang memasukkan Dokumen Kualifikasi/Penawaran dan
membuat tanda terima Dokumen Kualifikasi/Penawaran.
11) Pada batas akhir pemasukan Dokumen Kualifikasi/Penawaran, salah satu anggota Pokja
menutup pemasukan Dokumen Kualifikasi/Penawaran dengan mencoret tepat di bawah daftar
peserta terakhir serta membubuhkan tanda tangan.
12) Pokja menolak Dokumen Kualifikasi/Penawaran dan/atau tambahannya yang masuk setelah
batas akhir pemasukan Dokumen Kualifikasi/Penawaran.
13) Tidak diperkenankan mengubah tempat dan waktu batas akhir pemasukan Dokumen
Kualifikasi/Penawaran, kecuali untuk Keadaan Kahar. Apabila terpaksa dilakukan perubahan
tempat dan waktu batas akhir pemasukan Dokumen Kualifikasi/Penawaran, maka perubahan
tersebut harus dituangkan dalam adendum/amandemen Dokumen Kualifikasi/Pengadaan dan
disampaikan kepada seluruh peserta.
f. Pembukaan Dokumen Kualifikasi/Penawaran
1) Untuk metode pemasukan dokumen satu sampul:
a) Sampul penutup Dokumen Penawaran dibuka di hadapan peserta pada waktu dan tempat
sesuai ketentuan dalam Dokumen Pengadaan.
b) Ketidakhadiran peserta pada saat pembukaan Dokumen Penawaran tidak dapat dijadikan
dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran.
c) Perwakilan peserta yang hadir pada saat pembukaan Dokumen Penawaran menunjukkan
tanda pengenal dan surat penugasan kepada Pokja.
d) Pembukaan Dokumen Penawaran dilakukan pada hari yang sama, segera setelah batas
akhir pemasukan Dokumen Penawaran.
e) Pokja membuka tempat pemasukan dokumen.
f) Pokja meneliti isi tempat pemasukan dokumen dan menghitung jumlah sampul Dokumen
Penawaran yang masuk.
g) Apabila penawaran yang masuk kurang dari 2 (dua) peserta, maka pelelangan/seleksi
dinyatakan gagal.
h) Dokumen Penawaran dengan sampul terbaru ”PENGGANTIAN”, harus dibuka dan dibaca
terlebih dahulu.
i) Pokja membuka sampul, kemudian dijadikan lampiran berita acara pembukaan dokumen
penawaran.
j) Pokja membuka, memeriksa, dan menunjukkan kepada calon Penyedia mengenai
kelengkapan, yang meliputi:
(1) surat penawaran yang di dalamnya mencantumkan masa berlaku penawaran;
(2) surat kuasa dari pemimpin/direktur calon Penyedia kepada penerima kuasa yang
namanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya (apabila dikuasakan);
(3) surat perjanjian kemitraan/kerja sama operasi (apabila ada);
(4) Dokumen Penawaran teknis; dan
(5) dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan (apabila ada).
k) Pokja tidak boleh menggugurkan penawaran pada waktu pembukaan, kecuali untuk peserta
yang terlambat memasukkan penawaran.
l) Salah satu anggota Pokja bersama 1 (satu) saksi membubuhkan paraf pada sampul asli
yang bukan miliknya, termasuk sampul PENGGANTIAN.
m) Pokja segera membuat berita acara pembukaan yang sekurang-kurangnya memuat:
(1) jumlah Dokumen Penawaran yang masuk;
(2) jumlah Dokumen Penawaran yang lengkap dan tidak lengkap;
(3) kelainan-kelainan yang dijumpai dalam Dokumen Penawaran (apabila ada);
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
33
(4) keterangan lain yang dianggap perlu;
(5) tanggal pembuatan berita acara; dan
(6) tanda tangan Pokja.
n) Dalam hal terjadi penundaan waktu pembukaan Dokumen Penawaran, maka penyebab
penundaan tersebut harus dimuat dengan jelas di dalam berita acara dan ditandatangani
oleh Pokja.
o) Berita acara dilampiri Dokumen Penawaran.
p) Berita acara diinformasikan kepada calon Penyedia tanpa dilampiri Dokumen Penawaran.
2) Untuk metode pemasukan dokumen dua sampul satu tahap:
Pembukaan penawaran Sampul I:
a) Sampul penutup Dokumen Penawaran (yang berisi Sampul I dan Sampul II) dibuka di
hadapan peserta pada waktu dan tempat sesuai ketentuan dalam Dokumen Pengadaan.
b) Ketidakhadiran peserta pada saat pembukaan Dokumen Penawaran, tidak dapat dijadikan
dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran.
c) Perwakilan peserta yang hadir pada saat pembukaan Dokumen Penawaran menunjukkan
tanda pengenal dan surat penugasan kepada Pokja.
d) Pembukaan Dokumen Penawaran dilakukan pada hari yang sama segera setelah batas akhir
pemasukan Dokumen Penawaran.
e) Pokja membuka tempat pemasukan dokumen.
f) Pokja meneliti isi tempat pemasukan dokumen dan menghitung jumlah sampul Dokumen
Penawaran yang masuk.
g) Apabila penawaran yang masuk kurang dari 2 (dua) peserta, maka pelelangan/seleksi
dinyatakan gagal.
h) Dokumen Penawaran dengan sampul terbaru ”PENGGANTIAN” harus dibuka dan dibaca
terlebih dahulu.
i) Pokja membuka Sampul I kemudian dijadikan lampiran berita acara pembukaan Dokumen
Penawaran administrasi dan teknis. SAMPUL II yang berisi data harga tidak boleh dibuka
dan sampulnya diparaf oleh Pokja dan wakil peserta dari perusahaan yang berbeda, sebelum
disimpan kembali oleh Pokja.
j) Pokja membuka, memeriksa, dan menunjukkan kepada calon Penyedia mengenai
kelengkapan Sampul I, yang meliputi:
(1) jaminan penawaran yang di dalamnya mencantumkan masa berlaku jaminan penawaran
tetapi tidak mencantumkan penawaran biaya;
(2) surat kuasa dari pimpinan/direktur calon Penyedia kepada penerima kuasa yang
namanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya (apabila dikuasakan);
(3) surat perjanjian kemitraan/kerja sama operasi (apabila ada);
(4) dokumen penawaran administrasi dan teknis; dan
(5) dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan (apabila ada).
k) Pokja tidak boleh menggugurkan penawaran pada waktu pembukaan, kecuali untuk peserta
yang terlambat memasukkan penawaran.
l) Salah satu anggota Pokja bersama 1 (satu) saksi membubuhkan paraf pada Sampul I asli
yang bukan miliknya, serta membubuhkan paraf pada Sampul II termasuk sampul
penggantian.
m) Pokja segera membuat berita acara pembukaan Sampul I yang sekurang-kurangnya
memuat:
(1) jumlah Dokumen Penawaran yang masuk;
(2) jumlah Sampul I yang lengkap dan tidak lengkap;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
34
(3) kelainan-kelainan yang dijumpai dalam Dokumen Penawaran (apabila ada);
(4) keterangan lain yang dianggap perlu;
(5) tanggal pembuatan berita acara; dan
(6) tanda tangan Pokja.
n) Dalam hal terjadi penundaan waktu pembukaan Sampul I, maka penyebab penundaan
tersebut harus dimuat dengan jelas di dalam berita acara dan ditandatangani oleh Pokja.
o) Berita acara dilampiri Dokumen Penawaran administrasi dan teknis.
p) Berita acara diinformasikan kepada peserta tanpa dilampiri Dokumen Penawaran
administrasi dan teknis.
Pembukaan penawaran Sampul II untuk calon Penyedia yang lulus evaluasi administrasi dan
teknis:
a) Penawaran Sampul II dibuka pada waktu dan tempat sesuai undangan yang dihadiri
sekurang-kurangnya 2 (dua) peserta sebagai saksi.
b) Perwakilan calon Penyedia yang hadir pada saat pembukaan penawaran Sampul II
menunjukkan tanda pengenal dan surat tugas dari pimpinan calon Penyedia kepada Pokja.
c) Apabila hanya ada 1 (satu) atau tidak ada peserta sebagai saksi, maka pembukaan
penawaran tetap dilanjutkan dengan menunjuk saksi tambahan di luar Pokja yang ditunjuk
oleh Pokja.
d) Pokja membuka tempat pemasukan Dokumen Penawaran dan menghitung Dokumen
Penawaran harga yang masuk.
e) Dokumen Penawaran harga dengan sampul bertanda, “PENGGANTIAN”, harus dibuka dan
dibaca terlebih dahulu.
f) Pokja membuka sampul Dokumen Penawaran harga. Sampul yang berisi penawaran harga
dibuka, kemudian dijadikan lampiran berita acara pembukaan Dokumen Penawaran Sampul
II.
g) Pokja memeriksa mengenai kelengkapan penawaran Sampul II yang meliputi:
(1) surat penawaran harga di dalamnya tercantum harga penawaran dan masa berlaku
penawaran;
(2) rincian harga penawaran (Daftar Kuantitas dan Harga), apabila ada;
(3) surat kuasa dari pemimpin/direktur calon Penyedia kepada penerima kuasa yang
namanya tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya; dan
(4) dokumen lain yang dipersyaratkan.
h) Pokja membuat berita acara pembukaan penawaran Sampul II yang paling sedikit memuat:
(1) jumlah Dokumen Penawaran harga yang masuk;
(2) jumlah Dokumen Penawaran yang lengkap dan tidak lengkap;
(3) harga penawaran masing-masing peserta;
(4) kelainan-kelainan yang dijumpai dalam Dokumen Penawaran (apabila ada);
(5) keterangan lain yang dianggap perlu;
(6) tanggal pembuatan berita acara; dan
(7) tanda tangan Pokja.
i) Dalam hal terjadi penundaan waktu pembukaan penawaran, maka penyebab penundaan
tersebut harus dimuat dengan jelas dalam berita acara dan ditandatangani oleh Pokja.
j) Berita acara dilampiri Dokumen Penawaran harga Sampul II.
k) Berita acara diinformasikan kepada peserta tanpa dilampiri Dokumen Penawaran harga
Sampul II.
3) Untuk metode pemasukan dokumen dua sampul dua tahap mengikuti prosedur sebagai berikut:
a) Pembukaan Penawaran (Sampul I/Tahap I)
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
35
(1) Dokumen Penawaran dibuka dihadapan peserta pada waktu dan tempat sesuai
ketentuan yang dihadiri sekurang-kurangnya 2 (dua) peserta sebagai saksi.
(2) Perwakilan calon penyedia yang hadir pada saat pembukaan Dokumen Penawaran
menunjukkan tanda pengenal dan surat tugas dari pimpinan calon penyedia kepada
Pokja.
(3) Pembukaan Dokumen Penawaran dilakukan pada hari yang sama segera setelah batas
akhir pemasukan penawaran, yang dihadiri sekurang-kurangnya oleh 2 (dua) peserta
sebagai saksi.
(4) Apabila hanya ada 1 (satu) atau tidak ada peserta sebagai saksi, maka pembukaan
Dokumen Penawaran tetap dilanjutkan dengan menunjuk saksi tambahan di luar Pokja
yang ditunjuk oleh Pokja.
(5) Pokja membuka tempat pemasukan Dokumen Penawaran dihadapan para peserta.
(6) Pokja meneliti isi tempat pemasukan Dokumen Penawaran dan menghitung jumlah
Dokumen Penawaran yang masuk.
(7) Apabila penawaran yang masuk kurang dari 2 (dua) peserta maka pelelangan
dinyatakan gagal kecuali untuk pelelangan/seleksi ulang.
(8) Dokumen Penawaran dengan sampul terbaru ”PENGGANTIAN”, harus dibuka dan
dibaca terlebih dahulu.
(9) Pokja membuka (Sampul I/Tahap I) kemudian dijadikan lampiran berita acara
pembukaan Dokumen Penawaran (Sampul I/Tahap I). Sampul II yang berisi penawaran
harga tidak boleh dibuka dan sampulnya dituliskan identitas perusahaan, kemudian
diparaf oleh Pokja dan wakil peserta dari perusahaan yang berbeda sebelum disimpan
oleh Pokja.
(10) Pokja memeriksa mengenai kelengkapan (Sampul I/Tahap I) yang meliputi:
(a) Jaminan penawaran asli;
(b) surat kuasa dari pemimpin/direktur calon penyedia kepada penerima kuasa yang
namanya tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya (apabila dikuasakan);
(c) surat perjanjian kemitraan/kerjasama operasi (apabila ada);
(d) Dokumen Penawaran teknis;
(e) formulir rekapitulasi perhitungan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), apabila
ada; dan
(f) dokumen lain yang dipersyaratkan.
(11) Pokja tidak boleh menggugurkan penawaran pada waktu pembukaan penawaran,
kecuali untuk yang terlambat memasukkan penawaran.
(12) Dalam hal terjadi penundaan waktu pembukaan penawaran, maka penyebab
penundaan tersebut harus dimuat dengan jelas dalam berita acara dan ditandatangani
oleh Pokja.
(13) Pokja membuat berita acara pembukaan penawaran (Sampul I/Tahap I) yang paling
sedikit memuat:
(a) jumlah Dokumen Penawaran administrasi dan teknis yang masuk;
(b) jumlah Dokumen Penawaran yang lengkap dan tidak lengkap;
(c) kelainan-kelainan yang dijumpai dalam Dokumen Penawaran (apabila ada);
(d) keterangan lain yang dianggap perlu;
(e) tanggal pembuatan berita acara; dan
(f) tanda tangan Pokja.
(14) Berita acara dilampiri Dokumen Penawaran administrasi dan teknis.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
36
(15) Berita acara diinformasikan kepada peserta tanpa dilampiri Dokumen Penawaran
administrasi dan teknis
b) Pembukaan Penawaran (Sampul II/Tahap II)
(1) Penawaran (Sampul II/Tahap II) dibuka pada waktu dan tempat sesuai undangan yang
dihadiri sekurang-kurangnya 2 (dua) peserta sebagai saksi.
(2) Perwakilan peserta yang hadir pada saat pembukaan penawaran (Sampul II/ Tahap II)
menunjukkan tanda pengenal dan surat tugas dari pimpinan perusahaan kepada Pokja.
(3) Apabila tidak terdapat peserta atau hanya ada 1 (satu) peserta sebagai saksi, maka
pembukaan penawaran tetap dilanjutkan dengan menunjuk saksi tambahan di luar
Pokja yang ditunjuk oleh Pokja.
(4) Pokja membuka tempat pemasukan Dokumen Penawaran tahap II dihadapan para
peserta.
(5) Pokja meneliti isi tempat pemasukan Dokumen Penawaran tahap II dan menghitung
Dokumen Penawaran tahap II yang masuk dihadapan peserta.
(6) Dokumen Penawaran tahap II dengan sampul bertanda “PENGGANTIAN”, harus
dibuka dan dibaca terlebih dahulu.
(7) Pokja membuka sampul Dokumen Penawaran di hadapan peserta. Sampul yang berisi
penawaran harga dibuka kemudian dijadikan lampiran berita acara pembukaan
Dokumen Penawaran (Sampul II/Tahap II).
(8) Pokja memeriksa dan menunjukkan dihadapan para peserta mengenai kelengkapan
penawaran (Sampul II/Tahap II) yang meliputi:
(a) surat penawaran harga di dalamnya mencantumkan harga penawaran dan masa
berlaku penawaran;
(b) rincian harga penawaran (Daftar Kuantitas dan Harga), apabila ada;
(c) surat kuasa dari pemimpin/direktur perusahaan kepada penerima kuasa yang
namanya tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya (apabila dikuasakan
kepada orang yang berbeda pada tahap I); dan
(d) dokumen lain yang dipersyaratkan.
(9) Pokja tidak boleh menggugurkan penawaran pada waktu pembukaan penawaran tahap
II, kecuali untuk yang terlambat memasukkan penawarannya.
(10) Salah satu anggota Pokja bersama 1 (satu) orang saksi membubuhkan paraf Dokumen
Penawaran (Sampul II/Tahap II) asli yang bukan miliknya.
(11) Pokja membuat berita acara pembukaan penawaran (Sampul II/Tahap II) yang antara
lain memuat:
(a) jumlah Dokumen Penawaran yang masuk;
(b) jumlah Dokumen Penawaran yang lengkap dan tidak lengkap;
(c) harga penawaran masing-masing peserta;
(d) kelainan-kelainan yang dijumpai dalam Dokumen Penawaran (apabila ada);
(e) keterangan lain yang dianggap perlu;
(f) tanggal pembuatan berita acara; dan
(g) tanda tangan Pokja.
(12) Dalam hal terjadi penundaan waktu pembukaan penawaran, maka penyebab
penundaan tersebut harus dimuat dengan jelas dalam berita acara dan ditandatangani
oleh Pokja.
(13) Berita acara dilampiri Dokumen Penawaran (Sampul II/Tahap II).
(14) Berita acara diinformasikan kepada peserta tanpa dilampiri Dokumen Penawaran
(Sampul II/Tahap II).
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
37
g. Penilaian Dokumen Kualifikasi
1) Penilaian peserta dilakukan dengan maksud untuk:
a) pekerjaan yang mampu diselesaikan dengan baik oleh peserta tersebut dalam waktu yang
ditetapkan;
b) kemampuan peralatan, tenaga personil dan penguasaan teknologi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan yang diminati dan dimiliki oleh peserta.
2) Penilaian Dokumen Kualifikasi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kriteria dan tata cara evaluasi Dokumen Kualifikasi harus ditetapkan dalam Dokumen
Kualifikasi. Apabila dipandang perlu, dapat dilakukan penjelasan Dokumen Kualifikasi oleh
Pokja.
b) Pokja membuka dan melakukan pemeriksaan atas kelengkapan persyaratan dokumen
kualifikasi dan kebenaran dokumen (verifikasi dan validasi) secara administratif maupun
secara teknis. Selanjutnya, dilakukan evaluasi untuk menentukan kualifikasi dari peserta. Bila
terdapat hal-hal yang kurang jelas, Pokja dapat melakukan klarifikasi dengan calon Penyedia
yang bersangkutan.
c) Evaluasi formulir isian kualifikasi dilakukan dengan sistem gugur.
d) Peserta dinyatakan memenuhi persyaratan kualifikasi apabila:
(1) Formulir isian kualifikasi ditandatangani oleh:
(a) direktur/pimpinan perusahaan;
(b) penerima kuasa dari direktur/pimpinan perusahaan yang nama penerima kuasanya
tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya;
(c) kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan
dokumen otentik; atau
(d) pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak mewakili perusahaan yang
bekerja sama.
(2) Memenuhi kriteria persyaratan penyedia sebagaimana ditetapkan dalam BAB II. Angka
6.
(3) Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan ketentuan,
syarat-syarat, dan ruang lingkup serta kualifikasi tenaga ahli yang ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan, tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau
penawaran bersyarat.
(4) Penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat adalah:
(a) penyimpangan dari Dokumen Pengadaan yang mempengaruhi lingkup, kualitas, dan
hasil/kinerja pekerjaan; dan/atau
(b) penawaran dari peserta dengan persyaratan tambahan di luar ketentuan Dokumen
Pengadaan yang akan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau tidak
adil diantara peserta yang memenuhi syarat.
e) Apabila ditemukan hal-hal dan/atau data yang kurang jelas dan meragukan, maka dilakukan
klarifikasi, namun tidak boleh mengubah substansi formulir isian kualifikasi.
f) Para pihak dilarang mempengaruhi atau melakukan intervensi kepada Pokja selama proses
evaluasi.
g) Pokja dilarang menggugurkan penawaran dengan alasan:
(1) ketidakhadiran dalam pemberian penjelasan dan/atau pembukaan penawaran;
(2) peserta tidak melampirkan dokumen kualifikasi Penyedia (dokumen peserta yang tertera
dalam form isian kualifikasi); dan/atau
(3) kesalahan yang tidak substansial, misal tidak bermeterei, tidak berstempel perusahaan
dan/atau surat penawaran tidak berkop perusahaan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
38
h) Apabila dalam evaluasi ditemukan bukti adanya persaingan usaha yang tidak sehat dan/atau
terjadi pengaturan bersama (kolusi/persekongkolan) antar peserta, peserta dengan Pokja
dan/atau pejabat yang berwenang, dengan tujuan untuk memenangkan salah satu peserta,
maka:
(1) peserta yang ditunjuk sebagai calon pemenang dan peserta lain yang terlibat
dimasukkan ke dalam blacklist;
(2) proses evaluasi tetap dilanjutkan dengan menetapkan peserta lainnya yang tidak terlibat
(apabila ada); dan
(3) apabila tidak ada peserta lain sebagaimana dimaksud pada angka (2), maka pelelangan
dinyatakan gagal.
i) Mengingat Prakualifikasi belum merupakan ajang kompetisi, maka data yang kurang dapat
dilengkapi paling lambat sebelum batas akhir pemasukan Dokumen Kualifikasi.
j) Apabila tidak ada yang lulus evaluasi kualifikasi, maka lelang dinyatakan gagal.
3) Penelitian dan penilaian dokumen dilakukan terhadap data administrasi, teknis dan keuangan
sebagai berikut:
a) Penelitian Administrasi (Sistem Gugur)
Evaluasi data administrasi memakai sistem gugur yang dilakukan oleh Pokja akan
menghasilkan 2 (dua) kesimpulan, yaitu memenuhi syarat administrasi (lulus), atau tidak
memenuhi syarat administrasi (tidak lulus/gugur).
Untuk Pascakualifikasi, apabila data tidak lengkap dinyatakan gugur. Sedangkan untuk
Prakualifikasi, apabila data tidak lengkap masih dapat dilengkapi sampai dengan batas
waktu yang ditentukan.
Pemenuhan kelengkapan administrasi meliputi:
(1) Surat penawaran minimal, yang memuat informasi berikut:
(a) Penandatangan:
i. direktur/pimpinan perusahaan;
ii. penerima kuasa dari direktur/pimpinan perusahaan yang nama penerima
kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya;
iii. kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan
dengan dokumen otentik; atau
iv. pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak mewakili perusahaan yang
bekerja sama.
(b) Jangka waktu berlakunya surat penawaran tidak kurang dari waktu yang ditetapkan
dalam Dokumen Pengadaan.
(c) Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melebihi jangka waktu
yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.
(d) Bertanggal.
(2) Akte pendirian badan usaha berikut perubahannya (bila ada)
Pokja melakukan penelitian terhadap dokumen administrasi agar dapat diketahui
kemungkinan adanya bukti/indikasi yang cukup kuat bahwa sebagian atau seluruh
peserta lelang berada dalam satu kekuatan pengaruh kepemilikan modal dan/atau
kepengurusan (kecuali BUMN/BUMD), sehingga diperkirakan dapat terjadi pengaturan
bersama (kolusi) di antara para peserta atau dapat menghalangi terwujudnya
persaingan sehat di antara para peserta lelang yang dapat merugikan Perusahaan
dan/atau peserta lainnya.
Apabila ditemui hal seperti ini, maka Pokja harus menggugurkan penawaran semua
peserta pelelangan yang berada dalam satu kekuatan pengaruh kepemilikan atau
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
39
kepengurusan atau membatalkan pelelangan tersebut, apabila peserta lainnya yang
memenuhi syarat sudah tidak ada.
Selanjutnya peserta lelang yang berada dalam satu kekuatan pengaruh pemilik modal
dan/atau kepengurusan tersebut, tidak diperbolehkan mengikuti pelelangan tersebut
dan dikenakan blacklist.
(3) Pekerjaan Konstruksi yang diperlukan adalah Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi
(SIUJK), SBU, dan SKA/SKT. Dalam hal SIUJK sedang dalam proses perpanjangan,
maka dapat disampaikan surat keterangan dari instansi yang berwenang
menerbitkannya. Badan usaha yang bersangkutan harus dapat menunjukkan SIUJK asli
(lama) sebelum pembukaan penawaran. Dalam hal SKA belum ada, dapat disampaikan
surat keterangan dari asosiasi terkait, terutama untuk penanggung jawab teknis pada
badan usaha yang bersangkutan.
(4) Pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang diperlukan adalah Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP). Dalam hal SIUP sedang dalam proses perpanjangan, dapat
disampaikan surat keterangan dari instansi yang berwenang menerbitkannya. Badan
usaha yang bersangkutan harus dapat menunjukkan SIUP asli (lama) sebelum
pembukaan penawaran.
(5) Untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang diperlukan adalah surat izin usaha dari
instansi pemerintah yang terkait dan SKA yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang
mengeluarkan, sesuai dengan keahlian/profesi yang disyaratkan dalam KAK.
(6) NPWP.
(7) SPT tahun terakhir.
(8) Surat pernyataan bermeterai yang cukup, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
tidak sedang dalam permasalahan hukum di pengadilan yang dapat mempengaruhi
pemenuhan kewajiban kontraktualnya.
(9) Surat pernyataan bermeterai yang cukup tentang kinerja baik dan tidak sedang masuk
dalam blacklist.
(10) Surat pernyataan bermeterai yang cukup tentang kebenaran Dokumen Kualifikasi yang
disampaikan dan sanggup dituntut di Pengadilan Negeri (lokasi proyek) serta
dimasukkan dalam blacklist, apabila ternyata data yang disampaikan palsu/tidak benar.
b) Penilaian Teknis (Lulus/Gugur dan Skor)
(1) Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi persyaratan administrasi.
(2) Unsur-unsur yang dievaluasi harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan.
(3) Evaluasi penawaran teknis dilakukan dengan cara memberikan nilai angka tertentu
pada setiap kriteria yang dinilai dan bobot yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan, kemudian membandingkannya dengan jumlah perolehan nilai dari para
peserta, dengan ketentuan:
(a) unsur-unsur pokok yang dinilai adalah pengalaman perusahaan, pendekatan dan
metodologi, serta kualifikasi tenaga ahli;
(b) penilaian dilakukan sesuai pembobotan dari masing-masing unsur yang telah
ditentukan dalam Dokumen Pengadaan;
(4) Penilaian teknis dilakukan terhadap pemenuhan persyaratan:
(a) Kemampuan dasar (KD), cara penilaian (lulus/gugur)
Hal ini diperlukan dalam menilai kemampuan manajerial (pengelolaan) suatu proyek.
Untuk paket pekerjaan yang diperuntukkan bagi UK dan koperasi kecil, KD tidak
dihitung.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
40
Untuk bukan UK, Pekerjaan Konstruksi, KD = 3 NPt
Untuk pengadaan Jasa Lainnya, KD = 5 NPt
NPt diambil dari data pengalaman perusahaan tertinggi pada sub bidang pekerjaan
yang sesuai dalam waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.
NPt dapat dikonversi menjadi nilai pekerjaan sekarang dengan present value
menggunakan rumus:
N.Ps = N.P0 x Is / I0.
N.Ps = Nilai Pekerjaan sekarang.
N.P0 = Nilai Pekerjaan keseluruhan termasuk eskalasi (bila ada) saat
penyerahan (PHO).
Is = Indeks dari BPS pada bulan penilaian kualifikas (bila belum ada dapat
dihitung dengan linear).
I0 = Indeks dari BPS pada bulan Purchase Hand 0ver (PHO).
Apabila KD kurang dari nilai paket/total HPS yang akan dilelangkan, maka peserta
dinyatakan gugur. Terhadapa yang gugur pada penilaian KD, tidak dilakukan
penilaian selanjutnya.
(b) Penilaian pengalaman (nilai maksimum 60, nilai minimum 30)
Penilaian dilakukan terhadap pengalaman pekerjaan yang pernah dikerjakan
selama 4 (empat) tahun terakhir. Pengalaman pekerjaan yang dinilai adalah yang
disertai bukti penyelesaian pekerjaan dengan baik oleh pengguna jasa/pemberi
pekerjaan.
Pengalaman pekerjaan Penyedia tersebut dibuktikan melalui:
i. SPK/Kontrak pekerjaan;
ii. berita acara penyelesaian pekerjaan;
iii. sub Kontrak yang diketahui oleh pengguna jasa/pemilik pekerjaan.
Cara penilaian pengalaman:
i. Penilaian pengalaman melaksanakan proyek/kegiatan sejenis dimulai dari
meneliti pekerjaan yang mempunyai bidang dan sub bidang yang sama dengan
pekerjaan yang akan dilelangkan, dinilai terhadap 3 (tiga) unsur tersebut di
bawah ini.
ii. Apabila masih belum mencapai nilai maksimum, penilaian dilanjutkan dengan
pekerjaan dengan bidang yang sama tapi sub bidang berbeda.
iii. Pekerjaan dengan bidang yang berbeda tidak dinilai.
Tiga unsur yang dinilai, yaitu:
i. Bidang pekerjaan (nilai maksimum 30)
i) Pekerjaan yang bidang dan sub bidangnya sama/sejenis dengan pekerjaan
yang akan dilakukan pengadaannya mendapat bobot nilai 100%. Jumlah
paket yang diperlukan untuk mendapat bobot 100% ditetapkan oleh Pokja
sesuai kebutuhan.
ii) Pekerjaan yang bidangnya sama atau serupa/sejenis, tetapi sub bidangnya
berbeda dengan pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya mendapat
nilai bobot nilai 50%. Jumlah paket yang diperlukan untuk mendapat bobot
50% ditetapkan oleh Pokja sesuai kebutuhan.
ii. Penilaian besarnya nilai Kontrak (nilai maksimum 20)
Pengalaman manajerial proyek yaitu bila nilai pekerjaan yang akan dilakukan
pengadaannya sebesar X.
i) Pengalaman pekerjaan X, mendapat nilai 100%
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
41
ii) 0,5 X Pengalaman pekerjaan X dinilai 50%
iii) Pengalaman pekerjaan 0,5 X, tidak dinilai.
Untuk pengalaman melaksanakan pekerjaan sebagai subkontraktor/JO
besarnya Kontrak yang dinilai adalah sebesar nilai dari sub Kontrak/persentase
(%) keikutsertaan (sharing) JO.
iii. Status badan usaha dalam pelaksanaan pekerjaan (nilai maksimum 10)
i) Sebagai kontraktor utama/lead firm JO dinilai 100%;
ii) Sebagai subkontraktor/anggota JO dinilai 30%.
Apabila total nilai pengalaman yang diperoleh <30, Penyedia yang bersangkutan
gugur/tidak lulus.
(c) Penilaian peralatan (nilai maksimum 15)
Penilaian terhadap data teknis lainnya dilakukan dengan pembobotan masing-
masing unsur yang ditentukan dalam Dokumen Kualifikasi. Sedangkan penilaian
peralatan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
i. DPPA harus menyusun terlebih dahulu kebutuhan peralatan minimum yang
diperlukan sesuai dengan sifat dan kebutuhan pekerjaaan.
ii. Peralatan yang diajukan Penyedia/peserta pengadaan yang dinilai adalah yang
kondisinya tidak kurang dari 70%.
iii. Penilaian kepemilikan peralatan sebagai berikut:
i) Kepunyaan sendiri dengan bukti dinilai 100%.
ii) Sewa beli dengan bukti dinilai 100%.
iii) Sewa jangka panjang dengan bukti dinilai 90%.
iv) Sewa jangka pendek dengan bukti dinilai 50%.
v) Untuk sewa dan sewa beli yang tidak disertai bukti, tidak dinilai.
Untuk pekerjaan pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi, peralatan
tidak merupakan persyaratan.
(d) Penilaian personil (nilai maksimum 10)
i. DPPA harus menyusun terlebih dahulu daftar tenaga inti yang diperlukan,
sesuai kebutuhan pekerjaan.
ii. SKA dan SKT.
Penilaian personil hanya merupakan persyaratan untuk Pekerjaan Konstruksi dan
Jasa Konsultansi.
(e) Sertifikat ISO (nilai maksimum 5)
i. Badan usaha yang menyertakan sertifikat ISO mendapat nilai 5.
ii. Bila tidak menyertakan sertifikat ISO tidak dinilai.
iii. Untuk UM, UK, koperasi kecil, pekerjaan pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa
Konsultansi, ISO bukan merupakan persyaratan.
c) Penilaian Keuangan (sistem skor)
Faktor-faktor yang dinilai adalah:
(1) Sisa kemampuan keuangan, SKK (nilai maksimum 15).
(2) Dukungan bank, DB (nilai maksimum 5).
Bila total nilai SKK dan DB (saldo rekening/rekening koran di bank 3 bulan berturut-turut)
lebih kecil dari nilai tertentu, peserta dinyatakan gugur.
Penilaian atas data keuangan mengunakan sistem skor dan dilakukan terhadap peserta yang
telah dinyatakan memenuhi syarat administrasi. Data keuangan dan teknis diberi bobot
misalnya sebagai berikut:
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
42
No. UNSUR BOBOT(%)
1. Keuangan 10 – 20
a. SKK 7,50
b. Dukungan Bank 2,5
2. Teknis 80 – 90
a. KD -
b. Pengalaman 60
c. Personil 10
d. Peralatan 15
e. ISO 5
T o t a l 100
Catatan : Batasan besaran nilai minimal yang memenuhi persyaratan dapat disesuaikan
dengan tingkat kerumitan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
(1) Sisa kemampuan keuangan, SKK (nilai maksimum 15)
Untuk menghitung SKK digunakan rumus sebagaimana berikut:
SKK = KK – NK
KK = Fp x MK
MK = FL x KB
KB = (a+b+c) – (d+e), diambil dari neraca perusahaan
dimana :
KK = Kemampuan Keuangan
Fp = Faktor perputaran modal
Fp = 6 untuk Penyedia UK
Fp = 7 untuk Penyedia Usaha Menengah
Fp = 8 untuk Penyedia Besar
MK = Modal Kerja
KB = Kekayaan bersih
a = Aktiva lancar
b = Aktiva tetap
c = Aktiva lainnya
d = Utang Jangka Pendek
e = Utang Jangka Panjang
FL = Faktor Likuiditas.
FL = 0,3 untuk Penyedia UK
FL = 0,6 untuk Penyedia Usaha Menengah
FL = 0,8 untuk Penyedia Besar
NK = Nilai Kontrak dalam pelaksanaan/yang sedang dikerjakan
NP = Nilai paket pekerjaan yang akan dilakukan
Penilaian :
Untuk Nilai Paket (NP) sebesar X, maka bila :
- SKK X diberikan nilai 100%.
- 0,2 X SKK <X diberikan nilai 50%.
- SKK< 0,2 X diberikan nilai 0%.
Bila total nilai SKK kurang dari nilai yang ditentukan, peserta dinyatakan gugur.
d) Saldo rekening/rekening koran di bank 3 (tiga) bulan berturut-turut (nilai maksimum 2,5)
Saldo rekening/ rekening koran di bank 3 (tiga) bulan berturut-turut yang diakui hanya yang
dikeluarkan oleh bank umum milik pemerintah. Bila saldo rekening/rekening koran di bank 3
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
43
(tiga) bulan berturut-turut kurang dari nilai yang ditentukan, maka peserta dinyatakan gugur.
Untuk Penyedia Barang dan Jasa Konsultansi, dukungan bank tidak dipersyaratkan.
e) Ambang Batas
DPPA/pengguna harus menentukan nilai ambang batas lulus.
f) Sisa Kemampuan Paket (SKP)
Untuk Penyedia UK, KP = 5 paket pekerjaan;
Untuk Penyedia usaha non kecil, KP = 6 paket pekerjaan atau KP = 1,2 N;
SKP = KP – P
dimana:
KP = kemampuan menangani paket pekerjaan.
N = Jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat yang
bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.
P = jumlah paket yang sedang dikerjakan.
Bagi Penyedia yang lulus penilaian kualifikasi harus dilakukan pembuktian kualifikasi.
g) Pembuktian Kualifikasi
Terhadap Penyedia yang lulus penilaian kualifikasi, dilakukan pembuktian kualifikasi yaitu
verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi
dengan meminta salinan atau menunjukkan dokumen asli yang sah, dan bila perlu dilakukan
konfirmasi dengan instansi terkait/berkompeten.
Apabila di dalam pembuktian kualifikasi ditemui hal-hal yang tidak benar/palsu, maka
Penyedia bersangkutan dinyatakan gugur, dan dimasukkan dalam blacklist Perusahaan.
h. Penetapan Hasil Kualifikasi
DPPA mengusulkan daftar peserta yang lulus kepada pejabat yang berwenang untuk mendapatkan
pengesahan.
i. Pengumuman Hasil Kualifikasi
Hasil kualifikasi setelah disahkan oleh pejabat yang berwenang disampaikan kepada seluruh
peserta kualifikasi, yang minimal meliputi:
1) nama paket pekerjaan dan nilai total HPS;
2) nama dan alamat peserta baik yang lulus maupun tidak lulus kualifikasi beserta alasannya; dan
3) NPWP.
j. Sanggahan (Untuk Pascakualifikasi)
1) Peserta kualifikasi yang keberatan atas penetapan hasil kualifikasi dapat mengajukan
sanggahan secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 4 (empat) hari kerja sejak tanggal
pengumuman hasil kualifikasi, dengan memberikan uang jaminan sanggah seperti yang
tercantum dalam BAB II angka 17 Pedoman ini.
2) Sanggahan hanya diajukan terhadap adanya penyimpangan pelaksanaan prosedur kualifikasi
yang diatur dalam Dokumen Kualifikasi pelelangan pekerjaan bersangkutan, KKN dan atau
pelanggaran persaingan yang sehat.
3) Surat sanggahan diajukan kepada DPPA disertai bukti-bukti terjadinya penyimpangan, dengan
tembusan kepada Kepala SPI.
4) Pejabat yang berwenang wajib memberikan pendapat keterangan tertulis atas substansi
masalah yang disanggah kepada yang mengajukan sanggahan disertai bukti-bukti secara
proporsional sesuai dengan masalahnya selambat-lambatnya dalam 14 (empat belas) hari
kalender sejak diterimanya sanggahan.
5) Proses pelelangan dapat dilanjutkan sesudah pejabat yang berwenang memberikan jawaban
kepada yang mengajukan sanggahan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
44
6) Apabila sanggahan ternyata benar, maka dilakukan evaluasi kembali atau dilakukan
pengumuman pelelangan ulang. DPPA wajib mengembalikan jaminan sanggah.
7) Apabila sanggahan tidak benar dan cenderung mengada-ada, maka kepada yang bersangkutan
tidak diikutsertakan pada proses pelelangan dan jaminan sanggah menjadi milik Perusahaan.
Kepada Penyedia tersebut dikenakan blacklist.
8) Sanggahan calon peserta pelelangan hanya diberikan 1 (satu) kali dan jawaban atas sanggahan
bersifat akhir (final).
9) Peserta lelang yang keberatan dan tidak mengajukan sanggahan secara tertulis tetapi
menyebarkan ke publik, dapat dikenakan blacklist selama 2 (dua) tahun. Apabila ternyata
mengada-ada, maka dikenakan blacklist untuk waktu yang tidak terbatas.
k. Masa Berlaku Hasil Kualifikasi
1) Hasil kualifikasi berlaku selama 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal pengumuman hasil
kualifikasi. Namun pada saat diundang untuk mengikuti pelelangan, maka perlu terlebih dahulu
diperiksa kondisi keuangan perusahaan.
2) Untuk proses pelelangan yang dilaksanakan kurang dari 6 (enam) bulan dari tanggal
pengumuman kualifikasi, maka data ketersediaan peralatan dan tenaga ahli perusahaan tidak
perlu diminta dan tidak perlu dimasukkan dalam Dokumen Pengadaan, kecuali peserta
memberikan data perubahan.
3) Untuk proses pelelangan yang dilaksanakan melebihi 6 (enam) bulan dari tanggal
pengumuman kualifikasi, maka harus diperiksa ulang mengenai ketersediaan peralatan dan
tenaga ahli perusahaan, apakah masih cukup untuk melaksanakan proyek yang direncanakan.
Hal tersebut di atas dimasukkan dalam bagian dari Dokumen Pengadaan.
3. Tata Cara Pengadaan Dengan Prakualikasi
a. Pengadaan Dengan Metode Prakualifikasi
Prakualifikasi dilaksanakan untuk pengadaan:
1) pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bersifat kompleks melalui
Pelelangan Umum, dan Penunjukan Langsung, kecuali untuk penanganan darurat;
2) pemilihan Jasa Konsultansi.
Proses Prakualifikasi secara umum meliputi pengumuman Prakualifikasi, pengambilan dokumen
Prakualifikasi, pemasukan dokumen Prakualifikasi, evaluasi dokumen Prakualifikasi, penetapan
calon peserta pengadaan yang lulus Prakualifikasi dan pengumuman hasil Prakualifikasi.
DPPA tidak diperkenankan menyusun daftar Penyedia yang dimaksudkan sebagai hasil
Prakualifikasi dengan hanya mengutip dari salah satu sumber tertentu tanpa ada interaksi langsung
dengan Penyedia bersangkutan, yang dibuktikan dengan pernyataan minat mengikuti pelelangan.
Mengingat Prakualifikasi belum merupakan ajang kompetisi, maka data kualifikasi yang kurang,
masih bisa dilengkapi/disusulkan. Klarifikasi dan/atau konfirmasi terhadap data khususnya bila ada
keraguan, atau penambahan data kualifikasi dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah substansi.
Dilarang melakukan Prakualifikasi masal yang berlaku untuk pengadaan dalam kurun waktu
tertentu. Yang dimaksud dengan Prakualifikasi masal untuk pengadaan Barang/jasa kurun waktu
tertentu adalah pelaksanaan Prakualifikasi yang dilakukan sekaligus kepada seluruh calon
Penyedia yang mendaftar dengan menerbitkan tanda lulus Prakualifikasi/sejenis yang berlaku pada
kurun waktu tertentu, misalnya 1 (satu) tahun dan hanya berlaku untuk unit usaha tertentu.
b. Langkah-langkah Pengadaan dengan Prakualifikasi
Pengadaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) pengumuman Prakualifikasi atau undangan;
2) pendaftaran dan pengambilan dokumen kualifikasi;
3) penyampaian dokumen Prakualifikasi oleh Penyedia;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
45
4) evaluasi dokumen Prakualifikasi yang telah dilengkapi oleh Penyedia;
5) pembuatan BA pembuktian kualifikasi paling lambat dua hari kerja;
6) Penyedia dinyatakan lulus kualifikasi apabila memenuhi persyaratan kualifikasi;
7) DPPA mengusulkan daftar Penyedia yang lulus Prakualifikasi kepada Pejabat yang
berwenang untuk ditetapkan;
8) pengumuman hasil Prakualifikasi;
9) dalam rangka efisiensi pelaksanaan penilaian kualifikasi, DPPA wajib menyediakan formulir
isian kualifikasi Penyedia yang memuat ringkasan informasi dari persyaratan kualifikasi sesuai
Bab II butir 6, ditandatangani di atas meterai bahwa informasi yang diberikan adalah benar
dan bersedia untuk dituntut secara pidana dan perdata serta bersedia dimasukkan dalam
blacklist apabila terbukti informasi yang disampaikan merupakan kebohongan. Formulir isian
tersebut berfungsi sebagai pengganti dokumen yang dipersyaratkan.
10) undangan mengikuti pelelangan;
11) pengambilan Dokumen Pengadaan;
12) pemberian penjelasan;
13) pemasukan Dokumen Penawaran;
14) evaluasi Dokumen Penawaran;
15) undangan klarifikasi dan negosiasi (apabila ada);
16) pembuatan BA hasil pelelangan/seleksi (BA hasil evaluasi dan klarifikasi);
17) penetapan pemenang;
18) pengumuman pemenang/peringkat teknis;
19) sanggahan;
20) penunjukan/penetapan Penyedia.
c. Tenggang Waktu Pelaksanaan Pengadaan dengan Prakualifikasi
Tenggang waktu pelaksanaan sesuai dengan tabel dalam masing-masing metode PBJ.
4. Tata Cara Pengadaan Dengan Pascakualikasi
a. Pengadaan Dengan Cara Pascakualifikasi
Pascakualifikasi dilaksanakan untuk pengadaan:
1) pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bersifat tidak kompleks
melalui Pelelangan Umum;
2) pemilihan Jasa Konsultansi perorangan.
Proses Pascakualifikasi secara umum meliputi pemasukan Dokumen Kualifikasi bersamaan
dengan dokumen penawaran dan terhadap peserta yang diusulkan untuk menjadi pemenang serta
cadangan pemenang dievaluasi dokumen kualifikasinya setelah evaluasi dalam hal administrasi,
teknis dan harga.
Dokumen kualifikasi disampaikan bersama-sama dengan Dokumen Penawaran. Kemudian,
penilaian data kualifikasi dilakukan terhadap 2 (dua) penawaran terendah yang memenuhi syarat
setelah penawaran dievaluasi. Apabila data kualifikasi tidak diisi lengkap atau tidak dilampirkan
dalam dokumen penawaran, maka penawaran calon Penyedia bersangkutan dalam evaluasi
dinyatakan tidak memenuhi syarat. Pada prinsipnya, penilaian kualifikasi peserta dilakukan setelah
evaluasi Dokumen Penawaran, karena itu penambahan data kualifikasi pada prinsipnya dilarang.
b. Langkah-langkah Pengadaan dengan Pascakualifikasi
Pengadaan dengan Pascakualifikasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) pengumuman PBJ;
2) pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan;
3) pemberian penjelasan;
4) penyampaian Dokumen Kualifikasi bersamaan dengan Dokumen Penawaran;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
46
5) pembukaan Dokumen Penawaran;
6) evaluasi Dokumen Kualifikasi dilaksanakan setelah evaluasi Dokumen Penawaran;
7) Penyedia yang dinyatakan lulus kualifikasi apabila memenuhi persyaratan kualifikasi (pada Bab
II angka 7);
8) penawaran yang tidak memenuhi syarat kualifikasi dinyatakan gugur;
9) pembuatan BA hasil pelelangan (BA hasil evaluasi dan klarifikasi);
10) penetapan pemenang;
11) pengumuman pemenang;
12) sanggahan;
13) penunjukan dan penetapan Penyedia.
c. Tenggang Waktu Pelaksanaan Pengadaan dengan Pascakualifikasi.
Tenggang waktu pelaksanaan sesuai dengan tabel dalam masing-masing metode PBJ.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
47
BAB IV
TATA CARA EVALUASI
1. Kriteria dan Tata Cara Evaluasi
a. Kriteria dan tata cara evaluasi harus ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan dan dijelaskan pada
waktu penjelasan pekerjaan. Perubahan kriteria dan tata cara evaluasi dapat dilakukan dan
disampaikan secara tertulis kepada seluruh peserta sebelum pemasukan penawaran.
b. Pokja tidak diperbolehkan menambah, mengurangi dan/atau mengubah Dokumen Pengadaan
setelah batas akhir pemasukan penawaran (post bidding).
c. Peserta tidak diperbolehkan menambah, mengurangi dan/atau mengubah penawarannya setelah
batas akhir pemasukan penawaran (post bidding).
d. Dalam mengevaluasi penawaran, Pokja berpedoman pada kriteria dan tata cara evaluasi yang
ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan. Bila terdapat hal-hal yang kurang jelas dalam suatu
penawaran, Pokja dapat melakukan klarifikasi dengan peserta yang bersangkutan. Dalam
klarifikasi, peserta hanya diminta untuk menjelaskan hal-hal yang menurut Pokja kurang jelas,
namun tidak diperkenankan mengubah substansi penawaran (yaitu pokok-pokok penawaran yang
terdiri atas penawaran beserta Daftar Kuantitas dan Harga, serta lampiran-lampirannya yang
dinyatakan dalam Dokumen Pengadaan).
e. Pengertian/batasan tentang substansi penawaran harus dicantumkan dengan jelas dalam
Dokumen Pengadaan dan dijelaskan kepada peserta sebelum batas akhir pemasukan penawaran.
f. Untuk hal-hal tertentu, peserta dapat diminta konfirmasi untuk membuat pernyataan
kesanggupannya (misalnya, apabila masa berlakunya surat penawaran harga telah habis, maka
peserta diminta konfirmasi mengenai kesanggupannya untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
berdasarkan harga yang ditawarkannya).
g. Dalam evaluasi penawaran harga:
1) HPS merupakan acuan untuk menilai kewajaran harga terhadap penawaran yang masuk;
2) nilai total HPS merupakan batas tertinggi penawaran yang sah (kecuali Jasa Konsultansi); dan
3) penerapan preferensi harga yang menggunakan produksi dalam negeri, dilakukan untuk
menentukan harga evaluasi akhir guna menetapkan urutan calon pemenang.
2. Metode Evaluasi
a. Metode Evaluasi Penawaran Dalam Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya
1) Metode evaluasi penawaran dalam pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya terdiri atas:
a) Sistem Gugur
Merupakan evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan
Dokumen Penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan dengan urutan proses evaluasi dimulai dari penilaian persyaratan
administrasi, persyaratan teknis dan kewajaran harga. Evaluasi diprioritaskan terhadap 2
(dua) penawaran harga terendah terlebih dahulu. Terhadap Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang tidak lulus penilaian pada setiap tahapan, dinyatakan gugur.
b) Sistem Nilai
Merupakan evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada
setiap unsur yang dinilai, berdasarkan kriteria dan bobot yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan, kemudian membandingkan jumlah perolehan nilai dari para peserta.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
48
Evaluasi penawaran sistem nilai digunakan untuk pengadaan yang memperhitungkan
keunggulan teknis sepadan dengan harganya, mengingat penawaran harga sangat
dipengaruhi kualitas teknis.
c) Sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis (Economic Life Cycle Cost)
Merupakan evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai pada unsur-unsur
teknis dan harga yang dinilai menurut umur ekonomis barang yang ditawarkan berdasarkan
kriteria dan nilai yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan. Kemudian, nilai unsur-unsur
tersebut dikonversikan ke dalam satuan mata uang tertentu, dan dibandingkan dengan
jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya.
2) Metode evaluasi penawaran untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya pada
prinsipnya menggunakan penilaian sistem gugur.
3) Dikecualikan dari ketentuan pada butir 2), Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bersifat kompleks, yang dapat menggunakan metode evaluasi sistem nilai atau
metode evaluasi penilaian biaya selama umur ekonomis.
4) Sistem nilai dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) besaran bobot biaya pekerjaan utama (yaitu jenis-jenis pekerjaan pokok dan penting) paling
sedikit 70% (tujuh puluh persen) dari total bobot keseluruhan;
b) unsur yang dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat dikuantifikasikan; dan
c) tata cara dan kriteria penilaian harus dicantumkan dengan jelas dan rinci dalam Dokumen
Pengadaan.
5) Prosedur evaluasi penawaran dalam pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya
a) Sistem Gugur
Sistem ini menggunakan pendekatan/metode kualitatif, yang melakukan pemeriksaan
kelengkapan dan penelitian kebenaran substansi isi Dokumen Penawaran, serta mengambil
kesimpulan apakah Dokumen Penawaran yang diajukan memenuhi persyaratan atau tidak
terhadap Dokumen Pengadaan. Urutan proses penilaian dengan sistem ini adalah sebagai
berikut:
(1) Evaluasi Administrasi
Dilakukan terhadap Dokumen Penawaran yang masuk dan dinyatakan lengkap atau
tidak lengkap, kemudian satu persatu diteliti mengenai kebenaran isi dokumen yang
bersangkutan.
Evaluasi terhadap data administrasi hanya dilakukan terhadap hal-hal yang tidak dinilai
pada saat penilaian kualifikasi. Unsur-unsur yang dievaluasi pada tahap ini harus
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan (tidak
boleh dikurangi atau ditambah).
Evaluasi administrasi ini menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat
administrasi (lulus) atau tidak memenuhi syarat administrasi (gugur).
Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, apabila:
(a) syarat-syarat substansial yang diminta berdasarkan Dokumen Pengadaan ini
dipenuhi/dilengkapi. Khusus untuk peserta yang tidak menyampaikan formulir
TKDN, maka penawarannya tidak digugurkan dan nilai TKDN-nya dianggap tidak
ada;
(b) surat penawaran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
i. ditandatangani oleh:
i) direktur/pimpinan perusahaan;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
49
ii) penerima kuasa dari direktur/pimpinan perusahaan yang nama penerima
kuasanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya;
iii) kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan
dengan dokumen otentik; atau
iv) pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak mewakili perusahaan
yang bekerja sama;
ii. jangka waktu berlakunya surat penawaran tidak kurang dari waktu yang
ditetapkan;
iii. jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melebihi jangka
waktu yang ditetapkan; dan
iv. bertanggal.
(c) Jaminan penawaran memenuhi ketentuan sebagai berikut:
i. diterbitkan oleh bank umum milik pemerintah atau perusahaan asuransi yang
mempunyai program asuransi kerugian (suretyship) sebagaimana ditetapkan
oleh Kemenkeu atau OJK;
ii. Jaminan penawaran dimulai sejak tanggal terakhir pemasukan penawaran dan
masa berlakunya tidak kurang dari waktu yang ditetapkan;
iii. nama peserta sama dengan nama yang tercantum dalam jaminan penawaran;
iv. besaran nilai Jaminan penawaran tidak kurang dari nilai jaminan yang
ditetapkan;
v. besaran nilai Jaminan penawaran dicantumkan dalam angka dan huruf;
vi. nama perusahaan yang menerima Jaminan penawaran sama dengan nama
perusahaan yang mengadakan pelelangan; dan
vii. paket pekerjaan yang dijamin sama dengan paket pekerjaan yang dilelangkan;
viii. apabila terjadi wanprestasi, Jaminan penawaran harus dapat dicairkan tanpa
syarat (unconditional) sebesar nilai Jaminan dalam waktu paling lambat 14
(empat belas) hari kerja, setelah surat pernyataan wanprestasi dari perusahaan
diterima oleh penerbit Jaminan;
ix. Jaminan penawaran atas nama perusahaan kemitraan/kerja sama operasi
(KSO) harus ditulis atas nama perusahaan kemitraan/KSO;
x. substansi dan keabsahan/keaslian Jaminan penawaran kepada penerbit
Jaminan dapat dikonfirmasi dan diklarifikasi secara tertulis oleh Pokja kepada
penerbit Jaminan.
Apabila tidak ada peserta yang memenuhi persyaratan administrasi, maka pelelangan
dinyatakan gagal.
(2) Evaluasi Teknis
Evaluasi teknis dapat dilaksanakan terhadap penawaran yang dinyatakan memenuhi
persyaratan/lulus administrasi.
Faktor-faktor yang dievaluasi pada tahap ini harus sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan (tidak boleh dikurangi atau ditambah). Hasil
evaluasi teknis adalah memenuhi syarat teknis (lulus) atau tidak memenuhi syarat teknis
(gugur).
Penilaian syarat teknis minimal dilakukan terhadap:
(a) spesifikasi teknis barang yang ditawarkan berdasarkan contoh, brosur dan gambar-
gambar sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan;
(b) jadwal waktu penyerahan sebagaimana ditetapkan;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
50
(c) identitas (jenis, tipe dan merek) yang ditawarkan tercantum dengan lengkap dan
jelas (apabila dipersyaratkan);
(d) jaminan purnajual (apabila dipersyaratkan);
(e) asuransi (apabila dipersyaratkan);
(f) tenaga teknis (apabila dipersyaratkan); dan
(g) bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan.
Bila menggunakan nilai ambang batas lulus, evaluasi teknis dilakukan dengan
memberikan penilaian (skor) terhadap unsur-unsur teknis sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.
(3) Evaluasi Harga
Evaluasi harga hanya dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis. Berdasarkan hasil evaluasi kewajaran harga, Pokja
membuat daftar urutan penawaran yang dimulai dari urutan harga penawaran terendah.
(a) Koreksi terhadap kesalahan kuantitas pekerjaan yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga disesuaikan dengan yang tercantum dalam dokumen lelang.
(b) Koreksi terhadap kesalahan perkalian antara kuantitas dengan harga satuan
beserta penjumlahannya yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
dilakukan sebagai berikut:
i) harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga tidak boleh dikoreksi; apabila
terdapat kesalahan hasil perkalian antara kuantitas dengan harga satuan dan
penjumlahan, maka dilakukan pembetulan dan yang mengikat adalah harga
koreksi;
ii) mata pembayaran yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah termasuk
dalam harga satuan mata pembayaran yang lain, dan harga satuan pada
Daftar Kuantitas dan Harga tetap dibiarkan kosong;
iii) hasil koreksi aritmatik pada Daftar Kuantitas dan Harga tersebut harus
diberitahukan secara tertulis kepada penawar dalam waktu 2 (dua) hari
setelah pembukaan penawaran. Penawar diberikan kesempatan untuk
memberikan konfirmasi atas hasil koreksi aritmatik dalam waktu 1 (satu) hari
kerja setelah diterimanya pemberitahuan atau tanggal yang ditetapkan Pokja.
(c) Apabila terdapat perbedaan antara harga satuan pada Daftar Kuantitas dan Harga
dengan harga satuan pada analisa harga satuan yang bersangkutan, maka yang
mengikat adalah harga satuan pada Daftar Kuantitas dan Harga, dan tidak boleh
dilakukan pembetulan.
Dalam analisa harga satuan dilakukan analisa tentang harga suatu jenis pekerjaan
tertentu per satuan tertentu berdasarkan rincian komponen-komponen tenaga
kerja, bahan dan peralatan yang diperlukan dengan menggunakan harga satuan
dasar, yaitu harga sesuatu per satu satuan tertentu. Misalnya upah tenaga (per
jam, per hari, per bulan), bahan/material (per meter, per m2, per m3, per kg, per ton,
per sak, dsb), peralatan (per unit), dan sewa alat (per jam, per hari, dan
sebagainya). Di dalam analisa harga satuan sudah termasuk biaya umum dan
keuntungan.
(d) Hasil koreksi aritmatik pada Daftar Kuantitas dan Harga digunakan untuk
menyusun urutan penawaran yang akan dievaluasi. Harga penawaran setelah
koreksi aritmatik yang nilainya di atas pagu anggaran tidak dievaluasi. Apabila
hanya ada 1 (satu) penawaran yang setelah koreksi aritmatik nilainya di bawah
pagu anggaran, tetap dilakukan proses evaluasi selanjutnya.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
51
(e) Hasil koreksi aritmatik diumumkan melalui web.
(f) Untuk evaluasi sistem gugur apabila peserta lelang yang memenuhi syarat hanya
1 (satu), maka tetap diusulkan sebagai calon pemenang. Hasil evaluasi disahkan
oleh pejabat yang berwenang.
(g) Apabila setelah koreksi aritmatik terdapat hanya 1 (satu) penawar yang menawar
harga kurang dari HPS, maka proses lelang tetap dilanjutkan dengan melakukan
evaluasi penawaran harga.
(h) Unsur-unsur yang perlu dievaluasi adalah hal-hal yang pokok dan penting, dengan
ketentuan:
i. total harga penawaran dibandingkan terhadap nilai total HPS:
(i) untuk kontrak lumsum, apabila total harga penawaran melebihi nilai total
HPS, maka penawaran dinyatakan gugur; dan
(ii) apabila semua harga penawaran atau harga penawaran terkoreksi di
atas nilai total HPS, maka pelelangan dinyatakan gagal;
ii. terhadap harga satuan yang nilainya lebih besar dari 110% (seratus sepuluh
persen) dari harga satuan yang tercantum dalam HPS, maka dilakukan
klarifikasi. Harga satuan penawaran tersebut dinyatakan timpang dan hanya
berlaku untuk volume sesuai dengan Daftar Kuantitas dan Harga;
iii. mata pembayaran yang harga satuannya nol atau tidak ditulis dilakukan
klarifikasi dan kegiatan tersebut harus tetap dilaksanakan. Harganya dianggap
termasuk dalam harga satuan pekerjaan lainnya (harga satuan pekerjaan
adalah harga untuk suatu jenis pekerjaan tertentu per satu satuan tertentu);
iv. untuk kontrak lumsum, berlaku ketentuan berikut:
(i) apabila ada perbedaan antara penulisan nilai harga penawaran antara
angka dan huruf, maka nilai yang diakui adalah nilai dalam tulisan huruf;
(ii) apabila penawaran dalam angka tertulis dengan jelas sedangkan dalam
huruf tidak jelas/tidak dapat dibaca/tidak dapat diartikan, maka nilai yang
diakui adalah nilai dalam tulisan angka; atau
(iii) apabila penawaran dalam angka dan huruf tidak jelas/tidak dapat
dibaca/tidak dapat diartikan, maka penawaran dinyatakan gugur.
(i) Klarifikasi untuk kewajaran harga dilakukan sebagai berikut:
i. klarifikasi dalam hal penawaran komponen dalam negeri berbeda
dibandingkan dengan daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri;
ii. klarifikasi kewajaran harga dilakukan, apabila harga penawaran dibawah 80%
(delapan puluh persen) dari HPS dengan ketentuan:
(i) apabila peserta tersebut ditunjuk sebagai pemenang lelang, harus
bersedia untuk menaikkan jaminan pelaksanaan menjadi 5% (lima persen)
dari nilai total HPS; dan
(ii) apabila peserta yang bersangkutan tidak bersedia menaikkan nilai jaminan
pelaksanaan, maka penawarannya digugurkan dan jaminan penawaran
dicairkan untuk perusahaan serta peserta yang bersangkutan dimasukkan
dalam blacklist.
(j) Preferensi harga atas penggunaan produksi dalam negeri dilakukan dengan
perhitungan sebagai berikut:
i. Rumus penghitungan
HEA = Harga Evaluasi Akhir
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
52
KP = Koefisien Preferensi (TKDN dikali preferensi tertinggi
Barang/Jasa)
HP = Harga Penawaran (Harga Penawaran yang memenuhi
persyaratan lelang dan telah dievaluasi).
ii. Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA yang sama,
penawar dengan TKDN terbesar dinyatakan sebagai pemenang.
iii. Pemberian preferensi harga tidak mengubah harga penawaran dan hanya
digunakan oleh Pokja untuk keperluan perhitungan HEA guna menetapkan
peringkat pemenang pelelangan.
(k) Apabila dalam evaluasi ditemukan bukti harga tidak wajar akibat terjadinya
persaingan usaha tidak sehat dan/atau terjadi pengaturan bersama
(kolusi/persekongkolan), maka pelelangan dinyatakan gagal dan peserta yang
terlibat dimasukkan dalam blacklist.
(l) Dalam hal terdapat 2 (dua) calon pemenang memiliki harga penawaran yang sama,
maka pejabat yang berwenang memilih peserta yang mempunyai kemampuan
teknis lebih besar dan hal ini dicatat dalam berita acara.
(m) Pokja menyusun urutan 2 (dua) penawaran sebagai calon pemenang dan calon
pemenang cadangan (apabila ada) dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.
(n) Apabila dalam evaluasi ditemukan bukti adanya persaingan usaha yang tidak sehat
dan/atau terjadi pengaturan bersama (kolusi/persekongkolan) antara peserta,
Pokja dan/atau pejabat yang berwenang, dengan tujuan untuk memenangkan
salah satu peserta, maka:
i. peserta yang ditunjuk sebagai calon pemenang dan peserta lain yang terlibat
dimasukkan ke dalam blacklist;
ii. anggota Pokja dan/atau pejabat yang berwenang yang terlibat
persekongkolan diganti, dikenakan sanksi administrasi dan/atau pidana
sesuai ketentuan yang berlaku;
iii. proses evaluasi tetap dilanjutkan dengan menetapkan peserta lainnya yang
tidak terlibat (apabila ada); dan/atau
iv. apabila tidak ada peserta lain sebagaimana dimaksud pada huruf m, maka
pelelangan dinyatakan gagal.
b) Sistem Nilai
Urutan proses penilaian dengan sistem ini adalah sebagai berikut:
(1) Evaluasi Administrasi
(a) evaluasi administrasi dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi syarat
pembukaan penawaran;
(b) evaluasi administrasi dilakukan terhadap Dokumen Penawaran yang masuk dan
dinyatakan lengkap atau tidak lengkap, kemudian satu persatu diteliti mengenai
kebenaran isi dokumen yang bersangkutan pada saat pembukaan Dokumen
Penawaran. Unsur-unsur yang dievaluasi pada tahap ini harus berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan (tidak boleh
dikurangi atau ditambah);
(c) evaluasi administrasi ini menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat
administrasi (lulus) atau tidak memenuhi syarat administrasi (gugur).
(2) Evaluasi Teknis dan Harga
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
53
(a) Sistem nilai menggunakan pendekatan/metode kuantitatif, yaitu dengan
memberikan nilai angka terhadap unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.
(b) Evaluasi teknis dan harga dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan
memenuhi persyaratan administrasi, dengan memberikan nilai (skor) terhadap
unsur-unsur teknis dan/atau harga penawaran.
(c) Besaran bobot harga antara 70% (tujuh puluh persen) sampai dengan 90%
(sembilan puluh persen) dari total bobot keseluruhan.
(d) Bila menggunakan nilai ambang batas lulus, hal ini harus dicantumkan dalam
Dokumen Pengadaan. Pokja membuat daftar urutan yang dimulai dari penawaran
harga terendah untuk semua penawaran yang memperoleh nilai di atas atau sama
dengan nilai ambang batas lulus.
(e) Rincian unsur dan sub unsur berserta besaran bobot teknis dan harga, tata cara,
kriteria serta formula perhitungan harus dijelaskan dan dicantumkan dalam
Dokumen Pengadaan sebagai dasar Pokja untuk melakukan evaluasi penawaran.
(f) Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Pokja membuat daftar urutan penawaran, yang
dimulai dari urutan penawaran yang memiliki nilai tinggi.
Contoh: PENILAIAN DENGAN SISTEM NILAI.
Unsur Penilaian Penawar “A” Penawar “B”
1. Harga alat (setelah dievaluasi) 50 50
2. Harga suku cadang 10 7
3. Desain teknis dan kerja 15 11
4. Waktu penyerahan 5 3
5. Pelayanan pasca jual 10 6
6. Standarisasi 10 6
Total 100 83
Peringkat I II
c) Sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis
Evaluasi penawaran dengan sistem penilaian biaya selama umur ekonomis, khususnya
dilakukan untuk pengadaan Barang atau peralatan yang memperhitungkan faktor-faktor nilai
sisa selama umur ekonomis, biaya operasi dan pemeliharaan dalam jangka waktu operasi
tertentu.
Urutan proses penilaian dengan sistem ini adalah sebagai berikut:
(1) Evaluasi Administrasi:
(a) evaluasi administrasi dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi syarat pada
pembukaan penawaran;
(b) evaluasi administrasi dilakukan terhadap Dokumen Penawaran yang masuk dan
dievaluasi kelengkapan dan keabsahan syarat administrasi. Unsur-unsur yang
dievaluasi pada tahap ini harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam Dokumen Pengadaan (tidak ditambah atau dikurangi);
(c) evaluasi administrasi menghasilkan 2 (dua) kesimpulan, yaitu memenuhi syarat
administrasi dan tidak memenuhi syarat administrasi.
(2) Evaluasi Teknis:
(a) sistem penilaian biaya selama umur ekonomis digunakan khusus untuk
mengevaluasi pengadaan Barang yang kompleks dengan memperhitungkan
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
54
perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan serta nilai sisa selama umur ekonomis
barang tersebut;
(b) sistem ini diterapkan terhadap penawaran-penawaran yang dinyatakan telah
memenuhi persyaratan administrasi;
(c) unsur-unsur teknis yang dinilai telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan;
(d) bila menggunakan nilai ambang batas lulus, maka hal ini harus dicantumkan dalam
Dokumen Pengadaan. Pokja membuat daftar urutan yang dimulai dari penawaran
harga terendah untuk semua penawaran yang memperoleh nilai di atas atau sama
dengan nilai ambang batas lulus.
(3) Evaluasi Harga
(a) Sistem ini diterapkan terhadap penawaran-penawaran yang dinyatakan telah
memenuhi/lulus persyaratan administrasi dan teknis.
(b) Unsur harga yang dinilai telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan.
(c) Unsur harga tersebut dikonversikan ke dalam mata uang tunggal berdasarkan
perhitungan secara profesional.
(d) Berdasarkan hasil evaluasi harga, Pokja membuat daftar urutan penawaran yang
dimulai dari urutan harga evaluasi terendah dan mengusulkan penawar dengan
harga evaluasi terendah yang responsif sebagai calon pemenang.
(e) Biaya-biaya yang dihitung dalam evaluasi, kecuali harga penawaran yang terkoreksi
(total bid evaluated price), tidak dimasukkan dalam nilai Kontrak (hanya berfungsi
sebagai alat pembanding saja).
Contoh: SISTEM PENILAIAN BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS
(Economic Life Cycle Cost System).
Pengadaan barang : 1 unit buldozer (umur ekonomis alat 8 tahun).
(x Rp1 juta)
No. Unsur Penilaian Penawar
“A”
Penawar
“B”
A. Harga Penawaran (setelah koreksi aritmatik 300 250
B. Biaya operasional (8 tahun) 250 200
C. Biaya pemeliharaan (8 tahun) 240 300
D. Nilai sisa ( - ) 30 25
Biaya selama umur ekonomis 760 725
Peringkat tanpa preferensi harga II I
E. Preferensi komponen dalam negeri -- 37,5
Total harga evaluasi 760 762,5
Peringkat dengan preferensi harga I II
b. Metode Evaluasi Penawaran Dalam Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
1) Jenis Metode Evaluasi
Metode evaluasi yang dipakai adalah sebagai berikut:
a) metode evaluasi berdasarkan kualitas;
b) metode evaluasi berdasarkan kualitas dan biaya;
c) metode evaluasi berdasarkan pagu anggaran; atau
d) metode evaluasi berdasarkan biaya terendah.
e) metode evaluasi penunjukan langsung.
Penjelasan masing-masing metode adalah sebagai berikut:
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
55
a) Metode evaluasi berdasarkan kualitas
Evaluasi penawaran berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik, dilanjutkan dengan
klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya. Digunakan untuk pekerjaan yang:
(1) mengutamakan kualitas penawaran teknis sebagai faktor yang menentukan terhadap
hasil/manfaat (outcome) secara keseluruhan; dan/atau
(2) lingkup pekerjaan yang sulit ditetapkan dalam KAK.
b) Metode evaluasi berdasarkan kualitas dan biaya
Evaluasi penawaran berdasarkan nilai kombinasi terbaik penawaran teknis dan biaya
terkoreksi dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya. Digunakan untuk
pekerjaan yang:
(1) lingkup, keluaran (output), waktu penugasan dan hal-hal lain dapat diperkirakan dengan
baik dalam KAK; dan/atau
(2) besarnya biaya dapat ditentukan dengan mudah, jelas dan tepat.
Pembobotan nilai teknis dan biaya diatur dengan ketentuan:
(1) bobot penawaran teknis, antara 0,60 sampai 0,80;
(2) bobot penawaran biaya, antara 0,20 sampai 0,40.
c) Metode evaluasi berdasarkan pagu anggaran digunakan untuk pekerjaan yang:
(1) sudah ada aturan yang mengatur (standar);
(2) dapat dirinci dengan tepat; atau
(3) anggarannya tidak melampaui pagu yang telah ditentukan.
d) Metode evaluasi berdasarkan biaya terendah digunakan untuk pekerjaan yang bersifat
sederhana dan standar.
e) Semua evaluasi penawaran pekerjaan Jasa Konsultansi harus diikuti dengan klarifikasi dan
negosiasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) harga satuan yang dapat dinegosiasikan, yaitu biaya langsung non-personil yang dapat
diganti (reimburseable cost) dan/atau biaya langsung personil yang dinilai tidak wajar;
(2) aspek biaya yang perlu diklarifikasi atau negosiasi terutama:
(a) kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya;
(b) volume kegiatan dan jenis pengeluaran; dan
(c) biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku dipasaran/kewajaran biaya;
(3) klarifikasi dan/atau negosiasi terhadap unit biaya langsung personil dilakukan
berdasarkan daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak penghasilan tenaga
ahli konsultan yang bersangkutan;
(4) biaya satuan dari biaya langsung personil paling tinggi 4 (empat) kali gaji dasar yang
diterima tenaga ahli tetap dan paling tinggi 2,5 (dua koma lima) kali penghasilan gaji
yang diterima tenaga ahli tidak tetap; dan
(5) unit biaya langsung personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang telah ditetapkan.
2) Prosedur Evaluasi Penawaran Dalam Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
a) Metoda Evaluasi Berdasarkan Kualitas
Evaluasi penawaran dengan sistem evaluasi kualitas digunakan untuk pengadaan Jasa
Konsultasi yang kompleks dan menggunakan teknologi tinggi, kualitas usulan merupakan
faktor yang menetukan terhadap outcome secara keseluruhan, dan lingkup pekerjaan sulit
ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Sebagai contoh : desain perencanaan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), Waduk.
Urutan proses adalah sebagai berikut:
(1) dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis, kemudian dipilih konsultan yang
mengajukan penawaran teknis terbaik dan di atas batas lulus terendah (passing grade);
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
56
(2) dilakukan pembukaan penawaran biaya dari konsultan dengan nilai penawaran teknis
terbaik;
(3) diadakan klarifikasi dan negosiasi penawaran teknis dan penawaran harga;
(4) klarifikasi tidak boleh mengubah sasaran kerangka acuan kerja;
(5) negosiasi biaya dapat segera dilakukan apabila biaya tersebut tidak wajar.
b) Metoda Evaluasi Berdasarkan Kualitas Teknis dan Biaya
Metoda evaluasi berdasarkan kualitas dan biaya digunakan untuk pekerjaan yang lingkup,
keluaran (output), waktu penugasan dan hal-hal lain dapat diperkirakan dengan baik dalam
KAK, serta besarnya biaya dapat ditentukan dengan tepat. Sebagai contoh: desain jalan,
studi kelayakan, konsultasi manajemen dan supervisi bangunan non gedung.
Urutan proses evaluasi adalah sebagai berikut:
(1) dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis, kemudian dipilih penawaran-penawaran
yang di atas batas lulus (passing grade);
(2) dilakukan penilaian penawaran biaya terhadap konsultan yang mempunyai nilai evaluasi
penawaran teknis di atas batas lulus (passing grade);
(3) dilakukan penjumlahan atau perhitungan kombinasi nilai penawaran teknis dan nilai
penawaran biaya;
(4) diadakan klarifikasi dan negosiasi terhadap konsultan yang mempunyai nilai kombinasi
penawaran teknis dan penawaran biaya terbaik;
(5) klarifikasi dan negosiasi tidak boleh mengubah sasaran KAK. Pada prinsipnya harga
satuan tidak boleh dinegosiasi, kecuali untk biaya langsung non personil yang dapat
diganti dan biaya langsung personil yang dinilai tidak wajar.
Pengadaan Jasa Konsultansi dengan cara evaluasi kualitas dan biaya digunakan bagi
pekerjaan jasa konsultansi yang jumlah maupun kualifikasi tenaga ahli yang diperlukan
sudah diketahui secara pasti.
c) Metoda Evaluasi Pagu Anggaran
Metoda evaluasi pagu anggaran digunakan untuk pekerjaan yang sederhana, dapat
didefinisikan dan dirinci dengan tepat (terkoreksinya lebih kecil), meliputi: waktu penugasan,
kebutuhan tenaga ahli dan input lainnya serta anggarannya tidak melampaui pagu yang telah
ditentukan. Sebagai contoh: pekerjaan desain dan supervisi bangunan gedung serta
pekerjaan survei dan pemetaan skala kecil dan lain-lain yang serupa.
Ketentuan:
(1) sudah ada aturan yang mengatur (standar);
(2) dapat dirinci dengan tepat; atau
(3) anggarannya tidak melampaui pagu yang telah ditentukan.
Urutan proses evaluasi adalah sebagai berikut:
(1) dilakukan pembukaan penawaran biaya dan dilakukan koreksi aritmatik;
(2) dipilih konsultan yang menawarkan biaya lebih rendah atau sama dengan pagu
anggaran setelah dilakukan koreksi aritmatik;
(3) dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis dari konsultan yang lulus dari persyaratan
penawaran biaya tersebut pada huruf b di atas;
(4) penentuan pemenang pengadaan Jasa Konsultansi berdasarkan nilai penawaran teknis
terbaik, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi;
(5) klarifikasi dan negosiasi tidak boleh mengubah sasaran KAK. Pada prinsipnya harga
satuan tidak boleh dinegosiasi, kecuali untuk biaya langsung non personil yang dapat
diganti dan biaya langsung personil yang dinilai tidak wajar.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
57
Peserta pengadaan Jasa Konsultansi dengan sistem evaluasi pagu anggaran terdiri dari
konsultan yang memenuhi syarat Prakualifikasi.
Pengadaan Jasa Konsultansi dengan cara evaluasi pagu anggaran digunakan bagi
pekerjaan Jasa Konsultansi yang sederhana dan dana terbatas.
d) Metoda Evaluasi Biaya Terendah
Evaluasi penawaran berdasarkan penawaran biaya terkoreksinya terendah dari konsultan
yang nilai penawaran teknisnya di atas ambang batas persyaratan teknis yang telah
ditentukan, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.
Metode evaluasi biaya terendah digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana dan
standar. Sebagai contoh: desain dan/atau supervisi bangunan sederhana dan pengukuran
skala kecil.
Urutan proses adalah sebagai berikut:
(1) dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis, kemudian dipilih penawaran-penawaran
yang di atas batas lulus (passing grade);
(2) dilakukan pembukaan penawaran biaya terhadap konsultan yang mempunyai nilai
evaluasi penawaran teknis di atas batas lulus (passing grade) serta pengembalian
penawaran biaya dari konsultan yang tidak lulus;
(3) dilakukan penilaian penawaran biaya termasuk koreksi perhitungan pada hari yang
sama dengan hari pembukaan penawaran biaya;
(4) penentuan pemenang berdasarkan nilai penawaran biaya paling rendah;
(5) diadakan klarifikasi teknis dan negosiasi harga terhadap konsultan pemenang.
Klarifikasi tidak boleh mengubah sasaran kerangka acuan kerja dan mengubah harga
satuan.
e) Metoda Evaluasi Penunjukan Langsung
Metoda evaluasi Penunjukan Langsung digunakan untuk evaluasi yang hanya terdiri dari
satu penawaran Jasa Konsultansi berdasarkan kualitas teknis yang dapat
dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar.
Urutan proses adalah sebagai berikut:
(1) pembukaan penawaran teknis dan penawaran harga dilakukan sekaligus;
(2) dilakukan penilaian kualitas penawaran teknis;
(3) dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran teknis;
(4) dilakukan kesesuaian penawaran teknis dan penawaran harga;
(5) dilakukan klarifikasi dan negosiasi penawaran harga meliputi biaya langsung personil,
biaya langsung non personil dan komposisi biaya langsung personil dan/atau biaya
langsung non personil.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
58
BAB V
PELELANGAN UMUM
1. Umum
PBJ pada dasarnya harus dilakukan melalui Pelelangan Umum, dilaksanakan adil dan
bertanggungjawab serta memungkinkan adanya persaingan sehat untuk memperoleh Barang dan jasa
secara efisien, efektif yang memberikan manfaat sesuai sasaran yang ditetapkan.
Untuk pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya, pada prinsipnya dilakukan
melalui Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi.
2. Kriteria
a. Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dilakukan berdasarkan nilai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Perusahaan.
b. Penetapan pelaksanaan pengadaan sampai dengan penandatanganan Kontrak menjadi
kewenangan pejabat yang berwenang.
3. Pengumuman Pelelangan
Pengumuman pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya harus dilakukan secara terbuka
untuk umum dengan pengumuman secara luas (melalui media massa/elektronik termasuk web
Perusahaan, papan pengumuman resmi Perusahaan untuk penerangan umum dan/atau portal
Kementerian BUMN), guna memberi kesempatan kepada Penyedia yang memenuhi kualifikasi untuk
mengikuti pelelangan.
Selain melalui media elektronik, pengumuman juga dapat disampaikan melalui e-mail, faksimil atau
surat resmi kepada calon Penyedia.
Apabila menggunakan surat kabar, harus memilih surat kabar yang beroplah besar dan memiliki
peredaran luas.
Apabila dari hasil identifikasi ternyata tidak ada Penyedia dalam negeri yang mampu mengerjakan,
maka Pelelangan Umum diumumkan di web komunitas internasional (seperti www.dgmarket.com,
www.undp.org, dan lain-lain).
4. Prosedur Pelelangan
Prosedur pelelangan meliputi:
a. Dengan Prakualifikasi untuk pekerjaan yang bersifat kompleks:
No. Metode 2 Sampul Hari Kerja
Mulai Akhir
A Pengumuman Prakualifikasi a b
(=a+6)
B Pendaftaran dan pengambilan dokumen Prakualifikasi
a c
(=a+7)
C Pemasukan dan evaluasi dokumen Prakualifikasi d
(=a+2) e
(=d+6)
D Pembuktian Prakualifikasi dan pembuatan BA pembuktian Prakualifikasi
f (=e+1)
g (=e+4)
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
59
No. Metode 2 Sampul Hari Kerja
Mulai Akhir
E Penetapan hasil Prakualifikasi h
(=g+1) h
(=g+1)
F Pengumuman hasil Prakualifikasi i
(=h+1) i
(=h+1)
G Undangan j
(=i+1) j
(=i+1)
H Pengambilan Dokumen Pemilihan k
(=j+1) l
(=k+4)
I Pemberian penjelasan m
(=l+1) n
(=m+1)
J Pemasukan Dokumen Penawaran (Sampul I & Sampul II);
o (=n+1)
p (=o+4)
K Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I q
(=o+4) r
(=q+1)
L Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I s
(= q+1) t
(=s+4)
M Pemberitahuan/pengumuman peserta yang lulus evaluasi Sampul I
u (=t+1)
v (=t+1)
N Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II w
(=v+1) x
(=w+1)
O Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II y
(=w+1) z
(=y+4)
P Pembuatan berita acara hasil pelelangan aa
(=z+1) aa
(=z+1)
Q Penetapan pemenang ab
(=aa+1) ac
(=ab+2)
R Pengumuman pemenang ad
(=ac+1) ad
(=ac+1)
S Sanggahan ad
(=ac+1) ae
(=ad+3)
T Jawaban sanggah af
(=ad+1) ag
(=af+9)
U Penunjukan Penyedia (SPPBJ)
- tidak ada sanggah ah
(=ae+1) ai
(=ah+5)
- ada sanggah aj
(=ag+1) ak
(=aj+5)
V Penandatangan Kontrak
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
60
No. Metode 2 Sampul Hari Kerja
Mulai Akhir
- tidak ada sanggah al
(=ah+1) am
(=al+14)
- ada sanggah an
(=aj+1) ao
(=ar+14)
No Metode 2 Tahap Hari Kerja
Mulai Akhir
A Pengumuman Prakualifikasi a b
(=a+6)
B Pendaftaran dan pengambilan dokumen Prakualifikasi
a c
(=a+7)
C Pemasukan dan evaluasi dokumen Prakualifikasi d
(=a+2) e
(=d+6)
D Pembuktian Prakualifikasi dan pembuatan BA Pembuktian Prakualifikasi
f (=e+1)
g (=e+4)
E Penetapan hasil Prakualifikasi h
(=g+1) h
(=g+1)
F Pengumuman hasil Prakualifikasi i
(=h+1) i
(=h+1)
G Undangan j
(=i+1) j
(=i+1)
H Pengambilan Dokumen Pemilihan k
(=j+1) l
(=k+4)
I Pemberian penjelasan m
(=l+1) n
(=m+1)
J Pemasukan Dokumen Penawaran Tahap I o
(=n+1) p
(=o+4)
K Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I q
(=o+4) r
(=q+1)
L Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I s
(=q+1) t
(=s+4)
M Penetapan evaluasi Penawaran Tahap I u
(=t+1) u
(=t+1)
N Pemberitahuan/pengumuman peserta yang lulus evaluasi Tahap I
v (=u+1)
v (=u+1)
O Pemasukan Dokumen Penawaran Tahap II w
(=v+1) x
(=w+4)
P Pembukaan Dokumen Penawaran Tahap II y
(=w+4) z
(=y+1)
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
61
No Metode 2 Tahap Hari Kerja
Mulai Akhir
Q Evaluasi Dokumen Penawaran tahap II aa
(=y+1) ab
(=aa+4)
R Pembuatan berita acara hasil pelelangan ac
(=ab+1) ac
(=ab+1)
S Penetapan pemenang ad
(=ac+1) ae
(=ad+2)
T Pengumuman pemenang af
(=ae+1) af
(=ae+1)
U Masa sanggah ag
(=ae+1) ah
(=ag+3)
V Jawaban sanggah ai
(=ag+1) aj
(=ai+9)
W Penunjukan Penyedia (SPPBJ)
- tidak ada sanggah ak
(=ah+1) al
(=ak+5)
- ada sanggah am
(=aj+1) an
(=am+5)
X Penandatangan Kontrak
- tidak ada sanggah ao
(=ak+1) ap
(=ao+14)
- ada sanggah aq
(=am+1) ar
(=aq+14)
b. Dengan Pascakualifikasi:
No. Hari Kerja
Mulai Akhir
A Pengumuman pengadaan a b
(=a+6)
B Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan
a c
(=a+7)
C Pemberian penjelasan e
(=a+3) f
(=a+5)
D Pemasukan Dokumen Penawaran g
(=e+1) h
(=g+4)
E Pembukaan Dokumen Penawaran i
(=g+4) j
(=i+1)
F Evaluasi penawaran k
(=i+1) l
(=k+4)
G Evaluasi kualifikasi k l
H Pembuktian kualifikasi dan klarifikasi k l
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
62
No. Hari Kerja
Mulai Akhir
I Pembuatan BA Pelelangan termasuk usulan penetapan pemenang
k l
J Penetapan pemenang m
(=l+1) n
(=l+2)
K Pengumuman pemenang o
(=n+1) o
L Masa sanggah o p
(=o+3)
M Jawaban sanggah (hari kalender & bila ada sanggah)
q (=o+1)
r (=q+9)
N Penunjukan Penyedia (SPPBJ)
- tidak ada sanggah s
(=p+1) t
(=s+5)
- ada sanggah u
(=r+1) v
(=u+5)
O Penandatangan Kontrak
- tidak ada sanggah w
(=s+1) x
(=w+14)
- ada sanggah y
(=u+1) z
(=v+14)
Dalam Pelelangan Umum tidak ada negosiasi teknis dan harga (pengecualian diatur dalam poin 11
Evaluasi Penawaran BAB V Pelelangan Umum).
5. Pemasukan Dokumen Penawaran
Pemasukan Dokumen Penawaran tergantung pada jenis pengadaan dan sifat pengadaan, namun tidak
terbatas pada:
a. Metode 1 (satu) sampul, yang digunakan untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang tidak kompleks.
b. Metode 2 (dua) sampul, yang digunakan untuk pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang
menggunakan evaluasi sistem nilai atau sistem biaya selama umur ekonomis.
c. Metode 2 (dua) tahap, yang digunakan untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang kompleks.
6. Tata Cara Kualifkasi
Tata cara Prakualifikasi dan Pascakualifikasi secara rinci untuk masing-masing pengadaan dapat
dilihat pada BAB III Pedoman ini. Sistem yang digunakan adalah sistem gugur.
7. Pengambilan Dokumen Pemilihan
a. Semua peserta pelelangan yang lulus seleksi melalui Prakualifikasi harus diundang untuk
mengambil Dokumen Pemilihan dan diperkenankan memasukkan penawaran.
b. Apabila diproses dengan cara Pascakualifikasi, maka semua peserta pelelangan yang memenuhi
kualifikasi dan klasifikasi terhadap pekerjaan harus diizinkan mengikuti proses pelelangan.
c. Dilarang memungut biaya apapun dari peserta pelelangan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
63
d. Apabila yang mendaftar adalah orang yang ditugaskan oleh direktur/pimpinan perusahaan/kepala
cabang, pendaftar harus melampirkan surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala
cabang dan kartu pengenal.
e. Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam pendaftaran dan pengambilan
dokumen.
f. Bagi peserta perorangan yang melakukan pendaftaran, tidak boleh diwakilkan.
8. Pemberian Penjelasan Dokumen Pemilihan
a. Pemberian penjelasan mengenai Dokumen Pemilihan, dilakukan di tempat dan pada waktu yang
ditentukan oleh Pokja dengan dihadiri oleh peserta pelelangan dan harus mengisi daftar hadir.
Ketidakhadiran peserta pelelangan pada saat pemberian penjelasan tidak dapat dijadikan dasar
untuk menolak/menggugurkan penawaran.
b. Para peserta pelelangan yang hadir dalam acara pemberian penjelasan, harus menunjukkan tanda
pengenal dan surat tugas. Dalam acara penjelasan lelang, harus dijelaskan kepada peserta
pelelangan mengenai:
1) metode pengadaan/penyelenggaraan pelelangan;
2) cara penyampaian penawaran (satu sampul, dua sampul atau dua tahap);
3) dokumen yang harus dilampirkan dalam Dokumen Penawaran;
4) metode evaluasi penawaran yang digunakan;
5) hal-hal yang menggugurkan penawaran;
6) hal-hal yang dapat dikenakan sanksi blacklist;
7) jenis Kontrak yang akan digunakan;
8) besaran, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan penawaran;
9) besarnya jaminan sanggah;
10) ketentuan dan cara evaluasi berkenaan dengan preferensi harga atas penggunaan produksi
dalam negeri;
11) ketentuan tentang penyesuaian harga (Kontrak jamak);
12) ketentuan dan cara sub kontrak sebagian pekerjaan kepada UM dan UK serta koperasi kecil.
c. Pemberian penjelasan mengenai pasal-pasal Dokumen Pemilihan yang berupa pertanyaan dari
peserta pelelangan dan jawaban dari Pokja serta keterangan lainnya termasuk perubahannya,
harus dituangkan dalam berita acara pemberian penjelasan (BAPP) yang ditandatangani oleh Pokja
dan minimal 1 (satu) orang dari peserta yang hadir. Apabila tidak ada satu pun peserta yang hadir
atau yang bersedia menandatangani BAPP maka BAPP cukup ditandatangani oleh Pokja yang
hadir. BAPP ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Pemilihan.
d. Apabila dalam BAPP terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting yang harus
ditampung, maka Pokja harus menuangkan ke dalam adendum pelelangan yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari Dokumen Pemilihan dan harus disampaikan dalam waktu bersamaan kepada
semua calon Penyedia secara tertulis.
e. Peninjauan Lokasi
Apabila dipandang perlu, Pokja dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan
peninjauan lapangan.
f. BAPP beserta adendum penjelasan (jika ada), diberikan kepada seluruh peserta pelelangan.
9. Pemasukan Dokumen Penawaran
Penyampaian Dokumen Penawaran mengacu pada BAB II angka 14. Pedoman ini.
10. Jaminan Penawaran
Jaminan penawaran dilaksanakan sesuai dengan BAB II angka 17. Pedoman ini.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
64
11. Evaluasi Penawaran
Evaluasi penawaran dilaksanakan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
a. Sistem gugur.
b. Sistem nilai, yang digunakan untuk pengadaan kompleks/tidak kompleks.
c. Sistem penilaian biaya selama umur ekonomis yang digunakan untuk pengadaan kompleks/tidak
kompleks.
d. Pada metode 2 (dua) tahap, apabila peserta yang memasukkan penawaran harga (tahap 2) hanya
1 (satu), maka dilakukan negosiasi harga dengan ketentuan:
1) negosiasi harga, antara lain dilakukan terhadap harga satuan yang dinilai tidak wajar untuk
pekerjaan yang menggunakan kontrak harga satuan atau terhadap total penawaran harga
untuk pekerjaan yang menggunakan kontrak lump sum;
2) dilakukan perkalian volume dan harga satuan yang telah disepakati, untuk mendapatkan total
hasil negosiasi;
3) total harga negosiasi tidak boleh melampaui nilai total HPS;
4) hasil negosiasi harga menjadi nilai harga penetapan pemenang dan sebagai dasar nilai
Kontrak;
5) apabila negosiasi terhadap calon pemenang tidak tercapai kesepakatan, maka penawarannya
dinyatakan gugur dan dilanjutkan negosiasi terhadap calon pemenang cadangan, apabila ada;
dan
6) apabila negosiasi terhadap calon pemenang cadangan tidak tercapai kesepakatan, maka
pelelangan dinyatakan gagal.
e. Pada metode 2 (dua) tahap, khusus untuk Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks atau
memerlukan sinkronisasi antara satu bagian dengan bagian yang lain, misalnya pada bangunan
pembangkit listrik, apabila semua penawaran yang masuk melebihi nilai total HPS, maka dengan
mengacu kepada ketentuan di atas, ditempuh upaya:
1) negosiasi harga, yang dilakukan kepada peserta dengan nilai teknis tertinggi terlebih dahulu
untuk mendapatkan penawaran yang tidak melampaui nilai total HPS;
2) apabila tidak tercapai kesepakatan negosiasi dengan peserta dengan nilai teknis tertinggi,
negosiasi harga dilanjutkan dengan penawaran peserta berikutnya; dan
3) apabila tidak tercapai kata sepakat dengan seluruh peserta dan/atau harga penawaran masih
di atas nilai total HPS, maka pelelangan dinyatakan gagal.
Detail tata cara evaluasi penawaran dapat dilihat pada BAB IV Pedoman ini.
12. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)
Proses evaluasi penawaran bersifat rahasia dan dilakukan oleh Pokja secara independen, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pokja membuat kesimpulan dari hasil evaluasi pelelangan yang dituangkan dalam BAHP.
b. BAHP harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) nama semua peserta pelelangan dan harga penawaran dari masing-masing peserta
pelelangan;
2) metoda evaluasi yang digunakan;
3) unsur-unsur yang dievaluasi;
4) rumus-rumus yang dipergunakan;
5) keterangan lain yang dianggap perlu mengenai pelaksanaan pelelangan;
6) tanggal dibuatnya BAHP serta jumlah peserta yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi
syarat pada setiap tahap evaluasi;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
65
7) penetapan urutan 1 (satu) calon pemenang dan urutan 2 (dua) calon pemenang cadangan.
Apabila tidak ada penawaran yang memenuhi syarat, BAHP harus mencantumkan pernyataan
bahwa Pelelangan Umum dinyatakan gagal.
c. BAHP bersifat rahasia sampai dengan penandatanganan Kontrak.
13. Usulan Penetapan Pemenang Pelelangan
a. DPPA membuat dan menyampaikan laporan kepada pejabat yang berwenang mengambil
keputusan untuk menetapkan pemenang lelang sesuai dengan ketentuan pada BAB II.1. Laporan
tersebut disertai surat usulan calon pemenang lelang/Penyedia dan penjelasan atau keterangan
lain yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.
b. Dalam hal terdapat 2 (dua) calon pemenang lelang yang mengajukan harga penawaran yang
sama, maka Pokja meneliti kembali data kualifikasi yang bersangkutan dan memilih peserta lelang
yang mempunyai nilai TKDN tertinggi dan kemampuan yang lebih besar, dan hal ini dicatat dalam
berita acara.
Kemampuan yang dinilai antara lain:
1) kemampuan dasar (KD) untuk badan usaha non kecil (untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa
Lainnya);
2) sisa kemampuan keuangan (SKK);
3) sisa kemampuan paket (SKP).
c. Selisih antara penawaran calon pemenang lelang, cadangan 1, dan 2 tidak boleh lebih besar dari
5%.
d. Usulan penetapan pemenang lelang disusun sesuai dengan urutan calon pemenang
lelang/Penyedia, calon pemenang cadangan 1 dan 2 (bila ada), dan harus memuat:
1) nama dan alamat Penyedia;
2) harga penawaran;
3) NPWP;
4) jangka waktu pelaksanaan.
e. Data pendukung yang diperlukan untuk menetapkan Penyedia adalah:
1) Dokumen Pengadaan beserta adendum (bila ada);
2) berita acara pembukaan penawaran;
3) BAHP;
4) ringkasan proses pelelangan dan hasil pelelangan.
14. Penetapan Pemenang Pelelangan/Penyedia
Pemenang lelang/Penyedia ditetapkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan usulan DPPA.
Pejabat yang berwenang segera menetapkan pemenang lelang/Penyedia dengan menerbitkan surat
penetapan Penyedia dan menyampaikan kepada DPPA selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak surat usulan penetapan pemenang lelang tersebut diterima.
Dalam waktu 1 (satu) hari sejak surat penetapan pemenang lelang/Penyedia ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang, Pokja segera mengumumkan kepada semua peserta lelang.
15. Sanggahan Peserta Lelang
Peserta lelang yang keberatan atas penetapan pemenang lelang dapat mengajukan sanggahan
secara tertulis sebagaimana diatur pada BAB III angka 2. j.
16. Penunjukan Pemenang Pelelangan/Penyedia
a. Setelah masa sanggah berakhir atau tidak ada sanggahan yang diterima, maka pejabat
berwenang mengeluarkan SPPBJ sebagai penunjukan pelaksana pekerjaan yang dilelangkan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
66
b. Apabila pemenang lelang urutan pertama yang telah ditetapkan sebagai Penyedia mengundurkan
diri dan atau tidak bersedia, maka yang akan ditetapkan sebagai Penyedia dapat dilakukan
kepada pemenang lelang urutan kedua (bila ada) sesuai dengan harga penawaran yang
bersangkutan, dengan ketentuan:
1) penetapan pemenang lelang urutan kedua tersebut harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan penetapan dari pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang;
2) masa berlakunya jaminan penawaran pemenang lelang urutan kedua masih berlaku atau
sudah diperpanjang masa berlakunya;
3) Jaminan penawaran urutan pertama menjadi milik perusahaan dan dicairkan untuk disetorkan
kepada kas perusahaan;
4) kepada Penyedia yang bersangkutan diberikan sanksi blacklist sesuai ketentuan.
c. Apabila pemenang lelang urutan kedua juga tidak bersedia, maka penetapan Penyedia dapat
dilakukan kepada pemenang urutan ketiga (bila ada) sesuai dengan harga penawaran
perusahaan yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagaimana huruf b. diatas.
17. Penandatanganan Surat Perjanjian
SPK atau Kontrak harus sudah ditandatangani selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak
dikeluarkannya SPPBJ.
18. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang
Pelelangan dinyatakan gagal dan cara menangani kegagalan mengacu pada ketentuan BAB II angka
19 Pedoman ini.
19. Ketentuan Lain-Lain
a. Larangan memberikan ganti rugi
Perusahaan dengan alasan apapun tidak memberikan ganti rugi kepada peserta lelang bila
penawarannya ditolak atau pelelangan dinyatakan gagal.
b. Pengaduan
Peserta dan/atau masyarakat dapat menyampaikan pengaduan pada setiap tahap pelelangan.
DPPA wajib memberikan tanggapan/informasi mengenai pengadaan yang berada dalam
kewenangannya.
c. Jaminan
Jaminan yang diperkenankan untuk Pelelangan Umum:
1) Jaminan penawaran.
2) Jaminan sanggah.
3) Jaminan pelaksanaan.
4) Jaminan uang muka (untuk semua pengadaan yang menggunakan uang muka).
5) Jaminan pemeliharaan (untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya).
6) Sertifikat garansi (untuk pengadaan Barang).
d. Pemilihan Penyedia Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya
Metode kualifikasi, pemasukan penawaran dan evaluasi terhadap Penyedia terdiri dari namun
tidak terbatas pada:
1) Pelelangan Umum Secara Pascakualifikasi metode satu sampul dan evaluasi sistem gugur
(untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya).
2) Pelelangan Umum Secara Prakualifikasi metode dua sampul dan evaluasi sistem nilai dan
sistem penilaian biaya selama umur ekonomis (untuk Barang dan Jasa Lainnya).
3) Pelelangan Umum Prakualifikasi metode dua tahap dan evaluasi sistem nilai dan sistem
penilaian biaya selama umur ekonomis (untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya).
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
67
Barang meliputi dan tidak terbatas pada bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan,
makhluk hidup.
Yang dimaksud dengan pelaksanaan konstruksi bangunan, meliputi keseluruhan atau sebagian
rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal dan tata lingkungan, masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu
bangunan.
Yang dimaksud dengan pembuatan wujud fisik lainnya, meliputi keseluruhan atau sebagian
rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan untuk mewujudkan selain bangunan
antara lain, konstruksi bangunan kapal, pesawat atau kendaraan tempur, pekerjaan yang
berhubungan dengan persiapan lahan, penggalian dan/atau penataan lahan (landscaping),
perakitan atau instalasi komponen pabrikasi, penghancuran (demolition) dan pembersihan
(removal) dan reboisasi.
Pengadaan Jasa Lainnya meliputi, antara lain:
a) jasa boga (catering service);
b) jasa layanan kebersihan (cleaning service);
c) jasa penyedia tenaga kerja;
d) jasa asuransi, perbankan dan keuangan;
e) jasa layanan kesehatan, pendidikan, pengembangan SDM, kependudukan;
f) jasa penerangan, iklan/reklame, film, pemotretan;
g) jasa percetakan dan penjilidan;
h) jasa pemeliharaan/perbaikan;
i) jasa pembersihan, pengendalian hama (pest control) dan fumigasi;
j) jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan dan penyampaian barang;
k) jasa penjahitan/konveksi;
l) jasa impor/ekspor;
m) jasa penulisan dan penerjemahan;
n) jasa penyewaan;
o) jasa penyelaman;
p) jasa akomodasi;
q) jasa angkutan penumpang;
r) jasa pelaksanaan transaksi instrumen keuangan;
s) jasa penyelenggaraan acara (event organizer);
t) jasa pengamanan;
u) jasa layanan internet;
v) jasa pos dan telekomunikasi;
w) jasa pengelolaan aset.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
68
BAB VI
PELELANGAN TERBATAS
1. Kriteria
a. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang dilaksanakan dengan nilai sesuai
ketentuan yang berlaku di Perusahaan.
b. Calon Penyedia yang diutamakan adalah yang terdapat dalam DPP sesuai sub bidang pekerjaan
yang dibutuhkan oleh Perusahaan.
c. Pelaksanaan dilakukan dengan mencantumkan/mengundang semua Penyedia yang terdapat
dalam DPP sesuai sub bidang pekerjaan yang dibutuhkan oleh perusahaan yang dianggap mampu.
d. Penetapan pelaksanaan pengadaan sampai dengan penandatanganan Kontrak, dilakukan sesuai
dengan batasan kewenangan.
2. Pengumuman Pelelangan
Pengumuman pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang dilakukan secara terbuka
dengan mengumumkan secara luas melalui media elektronik/web Perusahaan, e-mail, faksimili
dan/atau surat resmi kepada calon Penyedia.
3. Prosedur Pelelangan
Pelelangan menggunakan Prakualifikasi metode dua tahap dan evaluasi sistem nilai dan sistem
penilaian biaya selama umur ekonomis, yang rincianya mengacu pada BAB III dan BAB IV Pedoman
ini.
4. Pemasukan Dokumen Penawaran
Pemasukan dokumen penawaran dilakukan melalui metode 2 (dua) tahap. Ketentuan selanjutnya
sama dengan cara dalam Pelelangan Umum.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
69
BAB VII
PENUNJUKAN LANGSUNG
1. Kriteria
Penunjukan Langsung dilakukan:
a. untuk keadaan tertentu, pekerjaan khusus (pekerjaan PBJ yang meliputi Barang/jasa dengan tarif
resmi yang ditetapkan oleh pemerintah, pekerjaan yang merupakan satu kesatuan, obat/bahan obat
dan alat kesehatan tertentu, kendaraan bermotor harga khusus, sewa yang tarifnya terbuka dan
pekerjaan lanjutan) atau dalam rangka sinergi BUMN/anak perusahaan BUMN/perusahaan
terafiliasi BUMN; dan/atau
b. apabila terjadi 2 (dua) kali kegagalan dalam proses pelelangan/seleksi.
Dalam Penunjukan Langsung, Perusahaan mengupayakan untuk mendahulukan UM, UK dan koperasi
kecil. Apabila UM, UK dan koperasi kecil tidak memenuhi kompetensi teknis yang dibutuhkan
Perusahaan, maka mengundang Penyedia yang terdapat dalam DPP sesuai sub bidang pekerjaan
yang dibutuhkan oleh Perusahaan.
Proses Penunjukan Langsung dan Penandatanganan Kontrak dilakukan oleh Panitia/Pokja dan/atau
pejabat yang berwenang.
2. Keadaan Tertentu, Pekerjaan Khusus dan Sinergi BUMN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan
Terafiliasi BUMN
a. Keadaan tertentu meliputi:
1) Keadaan darurat, yaitu:
a) bencana alam, bencana non-alam, dan/atau bencana sosial yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b) pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan;
c) kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu kegiatan pelayanan publik;
d) bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial, perkembangan situasi politik dan
keamanan di luar negeri, dan/atau pemberlakuan kebijakan pemerintah asing yang memiliki
dampak langsung terhadap keselamatan dan ketertiban warga negara Indonesia di luar
negeri; dan/atau
e) pemberian bantuan kemanusiaan kepada negara lain yang terkena bencana.
2) Pekerjaan penyelenggaraan penyiapan konferensi yang mendadak dan atau untuk
menindaklanjuti komitmen internasional dan dihadiri oleh Presiden/Wakil Presiden.
3) Kegiatan menyangkut pertahanan negara yang ditetapkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan)
serta kegiatan yang menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat yang ditetapkan oleh
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).
4) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh 1
(satu) Penyedia Barang/Jasa Lainnya, karena hanya ada 1 (satu) pabrikan, 1 (satu) pemegang
hak paten, atau pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak paten, atau pihak yang
menjadi pemenang pelelangan untuk mendapatkan izin dari pemerintah atau pihak yang atas
dasar Peraturan Pemerintah diwenangkan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.
5) PBJ yang merupakan pembelian/pemesanan berulang atau repeat order sepanjang Barang/jasa
yang spesifikasinya sama dengan yang dilaksanakan sebelumnya, dan harga yang ditawarkan
menguntungkan dan/atau wajar, dengan tidak mengorbankan kualitas Barang/jasa.
6) Business Critical Asset, yaitu Barang/jasa yang sangat dibutuhkan dalam rangka mendukung
kinerja utama Perusahaan dan/atau yang tidak dapat ditunda keberadaannya/kebutuhannya.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
70
b. Yang dimaksud dengan pekerjaan khusus adalah:
1) Barang/jasa berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah;
2) pekerjaan yang merupakan satu kesatuan atau Pekerjaan Konstruksi yang merupakan satu
kesatuan sistem konstruksi dan satu kesatuan tanggungjawab atas risiko kegagalan yang
secara keseluruhan tidak dapat direncanakan/diperhitungkan sebelumnya;
3) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bersifat kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan hanya ada 1 (satu) Penyedia yang
mampu;
4) pengadaan kendaraan bermotor dengan harga pasar/dealer resmi;
5) sewa penginapan/hotel/ruang rapat yang tarifnya terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat;
6) lanjutan sewa gedung/kantor dan lanjutan sewa ruang terbuka atau tertutup lainnya dengan
ketentuan dan tatacara pembayaran serta penyesuaian harga yang dapat
dipertanggungjawabkan;
7) Barang/jasa yang bersifat knowledge intensive dimana untuk menggunakan dan pemeliharaan
produk tersebut membutuhkan kelangsungan pengetahuan dari Penyedia;
8) Barang/jasa yang dimiliki oleh pemegang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau yang
memiliki jaminan (warranty) dari Original Equipment Manufacture;
9) Barang/jasa lanjutan yang secara teknis merupakan satu kesatuan yang sifatnya tidak dapat
dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
c. Sinergi BUMN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan Terafiliasi BUMN
Penyedia adalah BUMN/anak perusahaan BUMN/perusahaan terafiliasi BUMN sepanjang Barang
dan/atau jasa dimaksud adalah merupakan produk atau layanan dari BUMN/anak perusahaan
BUMN/perusahaan terafiliasi BUMN, dan/atau UK dan Mikro, sepanjang kualitas, harga, dan
tujuannya dapat dipertanggungjawabkan, serta dimungkinkan dalam peraturan perundang-
undangan sektoral.
Penunjukan Langsung kepada BUMN/anak perusahaan BUMN/perusahaan terafiliasi BUMN, dapat
diutamakan kepada anak perusahaan PJT I sepanjang kualitas, harga dan tujuannya dapat
dipertanggungjawabkan serta dimungkinkan dalam peraturan perundang-undangan sektoral, dan
nilai pengadaan disesuaikan dengan batasan kewenangan yang ditetapkan Direksi.
3. Pengumuman Pengadaan
Pengadaan pekerjaan untuk Penunjukan Langsung dilakukan dengan mengundang Penyedia yang
memenuhi kriteria sesuai sub bidang pekerjaan yang dibutuhkan.
4. Prosedur Pengadaan
Prosedur Pengadaan meliputi:
a. Prakualifikasi, metode satu sampul dan evaluasi sistem gugur, untuk penanganan bukan darurat.
b. Pascakualifikasi, metode satu sampul dan evaluasi sistem gugur, untuk penanganan darurat.
Tata cara kualifikasi dan evaluasi mengacu pada BAB III dan BAB IV Pedoman ini.
Tahapan dan jadwal Penunjukan Langsung dibedakan untuk penanganan darurat dan bukan
penanganan darurat, yaitu sebagai berikut:
a. Tahapan Penunjukan Langsung penanganan darurat meliputi:
1) penetapan keadaan darurat;
2) persetujuan penggunaan anggaran dari Direksi atau dana siap pakai untuk penanggulangan
disediakan oleh pemerintah dalam anggaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB);
3) pejabat yang berwenang menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) setelah mendapat
persetujuan Direksi kepada Penyedia terdekat yang sedang melaksanakan pekerjaan sejenis
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
71
atau Penyedia lain, yang dinilai mampu dan memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut;
4) opname pekerjaan di lapangan dilakukan bersama antara Pokja, pengguna Barang/jasa dan
Penyedia, sementara proses dan administrasi pengadaan dapat dilakukan secara simultan;
5) proses dan administrasi Penunjukan Langsung dilakukan secara simultan, sebagai berikut:
a) opname pekerjaan di lapangan (apabila diperlukan);
b) penetapan jenis, spesifikasi dan volume pekerjaan serta waktu penyelesaian pekerjaan;
c) penyusunan dan penetapan HPS;
d) penyampaian Dokumen Pengadaan kepada Penyedia;
e) klarifikasi dan negosiasi teknis serta harga;
f) penyusunan berita acara hasil Penunjukan Langsung;
g) penunjukan Penyedia.
6) Penanganan darurat yang dananya berasal dari dana penanggulangan bencana alam
mencakup:
a) penanganan darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam waktu yang
paling singkat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat dan/atau untuk menghindari
kerugian negara atau masyarakat yang lebih besar;
b) konstruksi darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam waktu yang
paling singkat, untuk keamanan dan keselamatan masyarakat dan/atau menghindari
kerugian negara/masyarakat yang lebih besar;
c) bagi kejadian bencana alam yang masuk dalam cakupan wilayah suatu Kontrak, pekerjaan
penanganan darurat dapat dimasukan kedalam Contract Change Order (CCO) dan dapat
melebihi 10% (sepuluh persen) dari nilai awal Kontrak. Kewenangan persetujuan CCO pada
direktur terkait dan batasan persetujuannya maksimal sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah). Nilai tambahan pekerjaan disiapkan oleh unit teknis/Unit Pengguna, apabila
nilai tambahan pekerjaan melebihi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), maka disiapkan
paket pekerjaan baru.
b. Tahapan Penunjukan Langsung non pekerjaan penanganan darurat meliputi:
1) undangan kepada calon Penyedia terpilih dilampiri Dokumen Pengadaan;
2) pemasukan Dokumen Kualifikasi, apabila calon Penyedia bukan dari DPP serta termasuk
pekerjaan kompleks (yaitu, pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai
risiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan yang didesain khusus) dan konsultansi;
3) evaluasi kualifikasi;
4) pemberian penjelasan;
5) pemasukan Dokumen Penawaran;
6) evaluasi penawaran serta klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga;
7) penetapan pemenang;
8) penunjukan Penyedia.
c. Penyusunan jadwal pelaksanaan Penunjukan Langsung diserahkan kepada Panitia/Pokja.
d. Penunjukan Langsung dilakukan dengan negosiasi baik teknis maupun harga, agar diperoleh harga
wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
5. Jaminan
Jaminan yang diperkenankan untuk Penunjukan Langsung:
1) Jaminan uang muka, untuk semua pengadaan yang menggunakan uang muka;
2) Jaminan pemeliharaan, untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya;
3) sertifikat garansi, untuk pengadaan Barang.
Ketentuan selanjutnya sama dengan cara dalam Pelelangan Umum.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
72
BAB VIII
PENGADAAN LANGSUNG
1. Kriteria
Pelaksanaan PBJ dengan metode Pengadaan Langsung harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. pelaksanaan PBJ tidak kompleks, dengan nilai sesuai batasan kewenangan yang diatur dalam
Keputusan Direksi;
b. pelaksanaan PBJ untuk kegiatan yang terkait Program Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air
(PJPSDA) sesuai batasan kewenangan yang diatur dalam Keputusan Direksi;
c. pelaksanaan PBJ untuk kegiatan konservasi semacam bibit tanaman yang terkait PJPSDA (dengan
ketentuan jenis dan spesifikasi, lokasi, serta acuan waktu/tahapan bersifat mengikat) dan kegiatan
penanganan kebencanaan alam yang bersifat tidak mendesak (rekonstruksi terbatas pasca
bencana);
d. untuk Pekerjaan Konstruksi berskala kecil dengan ketentuan:
1) untuk keperluan sendiri;
2) mempunyai risiko kecil;
3) menggunakan teknologi sederhana; dan/atau
4) dilaksanakan oleh Penyedia perseorangan dan badan UK;
e. untuk kebutuhan rutin operasional (misalnya pada pengadaan alat tulis kantor (ATK) dan bahan
bakar minyak (BBM) untuk kegiatan operasi pemeliharaan);
f. diutamakan Penyedia adalah usaha perseorangan, UM, UK dan koperasi kecil (dalam hal usaha
perseorangan, UM, UK dan koperasi kecil tidak memenuhi kompetensi teknis yang dibutuhkan
perusahaan, maka dapat menggunakan Penyedia yang terdapat dalam DPP sesuai sub bidang
pekerjaan yang dibutuhkan oleh perusahaan); dan/atau
g. dilarang menggunakan metode Pengadaan Langsung sebagai alasan untuk memecah paket
pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan.
Penetapan pelaksanaan pengadaan sampai dengan penandatanganan Kontrak menjadi kewenangan
panitia pngadaan dan/atau pejabat yang berwenang sesuai batasan nilai kewenangan sebagaimana
ditetapkan dalam BAB II.1.
2. Prosedur Pengadaan
Prosedur pengadaan secara garis besar:
a. pembelian langsung ke toko, mall, supermarket, toko daring (online), E-commerce atau sejenisnya;
atau
b. mengundang Penyedia yang memenuhi kriteria sesuai sub bidang pekerjaan yang dibutuhkan.
Ketentuan Pengadaan Langsung diatur lebih lanjut dalam ketentuan yang berlaku (Prosedur PBJ).
3. Jaminan
Jaminan yang diperkenankan untuk Pengadaan Langsung:
a. Jaminan uang muka, untuk semua pengadaan yang menggunakan uang muka.
b. Jaminan pemeliharaan, untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya.
c. Sertifikat garansi, untuk pengadaan Barang.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
73
BAB IX
SWAKELOLA
1. Kriteria
Pekerjaan Swakelola dapat dilakukan apabila memenuhi salah satu kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. pekerjaan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis
SDM dan/atau peralatan serta sesuai dengan tugas pokok perusahaan;
b. pekerjaan tidak diminati oleh Penyedia;
c. pekerjaan secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila
dilaksanakan oleh Penyedia akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;
d. pekerjaan memerlukan penanganan mendadak sehubungan dengan kepentingan operasional yang
tidak mungkin ditunda-tunda dan apabila tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan kerugian
Perusahaan yang lebih besar;
e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan;
f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat khusus untuk
pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia;
g. pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan perusahaan (SOP), pengujian di
laboratorium dan pengembangan sistem tertentu;
h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi perusahaan;
i. pekerjaan industri kreatif (industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, gagasan orisinil,
ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan
melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta), pekerjaan inovatif dan
menyangkut budaya dalam negeri;
j. penelitian dan pengembangan dalam negeri;
k. pekerjaan yang dikerjakan secara kontraktual yang tidak dapat diselesaikan oleh Penyedia.
Pekerjaan Swakelola dapat dilaksanakan melebihi 1 (satu) tahun buku.
2. Pelaksanaan
a. Pengadaan Jasa Melalui Swakelola oleh Perusahaan
Swakelola oleh Perusahaan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) pekerjaan yang akan diswakelolakan telah tercantum dalam RKAP atau RKAPT. Apabila tidak
tercantum, harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang;
2) rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan disusun secara rinci serta dijabarkan ke dalam
rencana kerja harian, mingguan dan bulanan;
3) rencana total biaya disusun secara rinci dalam rencana biaya mingguan dan bulanan.
4) jadual pelaksanaan pekerjaan/kegiatan disusun dengan mempertimbangkan waktu yang cukup
bagi pelaksanaan pekerjaan/kegiatan;
5) pengadaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang, dan tenaga ahli yang diperlukan oleh
pelaksana Swakelola, dan pengadaan menggunakan metode sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Pedoman ini, yaitu Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung;
6) jumlah tenaga ahli dari luar tidak boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari tenaga PJT I
dalam pekerjaan tersebut;
7) pembayaran upah tenaga kerja secara borongan hanya diberlakukan bagi karyawan musiman
dan tidak menggunakan daftar upah melainkan menggunakan SPK;
8) pembayaran gaji tenaga ahli tertentu yang diperlukan dilakukan berdasarkan Kontrak konsultan
perorangan;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
74
9) penggunaan tenaga kerja, bahan, dan peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian;
10) pengiriman bahan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas
penyimpanan;
11) pelaksanaan yang menggunakan uang muka kerja/panjar, dipertanggungjawabkan secara
berkala maksimal secara bulanan;
12) pencapaian pekerjaan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu terhadap target fisik,
serta dievaluasi setiap bulan agar dapat diketahui dana yang dikeluarkan sesuai dengan target
fisik yang dicapai;
13) pencapaian pekerjaan non fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap bulan agar dapat
diketahui dana yang dikeluarkan sesuai dengan target yang dicapai.
b. Jaminan
Swakelola tidak memerlukan Jaminan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
75
BAB X
SAYEMBARA DAN KONTES
1. Karakteristik Sayembara
Sayembara dilakukan untuk pengadaan Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. merupakan proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi, budaya dan metode pelaksanaan
tertentu; dan
b. tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
2. Karakteristik Kontes
Kontes dilakukan untuk pengadaan Barang, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Barang hasil gagasan, kreatifitas dan inovasi original/industri kreatif dan budaya dalam negeri;
b. tidak mempunyai harga pasar; dan
c. tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
3. Persyaratan Administrasi dan Teknis
a. Dalam menetapkan persyaratan administrasi, DPPA dapat menetapkan syarat yang lebih mudah
dari persyaratan Penyedia sebagaimana dimaksud dalam BAB II angka 6.
b. Persyaratan teknis disusun oleh tim/orang yang ahli dibidangnya.
c. Persyaratan administrasi dan teknis ditetapkan bagi:
1) Penyedia Barang, yang akan mengikuti Kontes;
2) Penyedia Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi, yang akan mengikuti Sayembara.
d. Pelaksanaan evaluasi administrasi dilakukan oleh Panitia/Pokja dan evaluasi teknis dilakukan oleh
tim/orang yang ahli dibidangnya.
4. Pengumuman
a. Pengumuman ditempatkan pada papan pengumuman resmi perusahaan dan/atau web perusahaan
untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa Lainnya/Jasa
Konsultansi yang memenuhi syarat.
b. Isi pengumuman memuat sekurang-kurangnya:
1) nama dan alamat Panitia/Pokja yang akan mengadakan Sayembara/Kontes;
2) uraian mengenai pekerjaan yang akan disayembarakan/dikonteskan;
3) pagu anggaran dan rincian imbalan/hadiah;
4) ketentuan Sayembara/Kontes;
5) pernyataan tidak ada pungutan biaya kepada peserta;
6) tempat, hari, tanggal, dan waktu untuk menyampaikan proposal; dan
7) peserta yang dapat mengikuti yaitu perorangan, kelompok, badan usaha, lembaga
pendidikan/riset, dan lain-lain.
5. Tim Juri atau Tim Ahli
a. Kriteria
1) berjumlah gasal minimal 3 (tiga) orang;
2) mempunyai kompetensi/keahlian sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan;
3) terdiri dari gabungan unsur internal dan/atau eksternal perusahaan.
b. Prosedur
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
76
1) DPPA menyampaikan kebutuhan akan adanya tim juri/tim ahli kepada unit teknis/Unit Pengguna
dengan tembusan direktur terkait.
2) Unit teknis/Unit Pengguna menyampaikan usulan tim juri/tim ahli kepada direktur terkait disertai
dengan dasar pemilihan untuk mendapatkan persetujuan.
3) Direktur terkait menetapkan tim juri/tim ahli dengan mempertimbangkan usulan dari Unit
teknis/Unit Pengguna.
6. Pemberian Penjelasan
a. Panitia/Pokja beserta tim juri/tim ahli menjelaskan seluruh ketentuan Sayembara/Kontes kepada
peserta di tempat dan waktu yang ditentukan dalam pengumuman.
b. Ketidakhadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak dapat dijadikan dasar untuk
menolak/menggugurkan peserta.
c. Pemberian penjelasan hanya dapat dihadiri oleh peserta yang terdaftar.
d. Dalam pemberian penjelasan, harus dijelaskan kepada peserta mengenai:
1) waktu, tempat dan cara pemasukan proposal;
2) dokumen yang harus dilampirkan dalam proposal;
3) persyaratan Sayembara/Kontes;
4) unsur-unsur yang dinilai oleh tim juri/tim ahli;
5) surat perjanjian yang akan digunakan (apabila diperlukan);
6) pagu anggaran dan rincian imbalan/hadiah; dan
7) hal-hal lain yang dianggap perlu.
e. Pemberian penjelasan, pertanyaan dari peserta, jawaban dari Panitia/Pokja dan/atau tim juri/tim
ahli, serta keterangan lain, dituangkan dalam BAPP yang ditandatangani oleh anggota
Panitia/Pokja dan tim juri/tim ahli yang hadir.
f. Pemberian penjelasan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) penjelasan administrasi dilakukan oleh Panitia/Pokja; dan
2) penjelasan teknis dilakukan oleh tim juri/tim ahli.
7. Prosedur Pemilihan
a. Metode penawaran adalah 1 (satu) sampul.
b. Metode kualifikasi adalah Pascakualifikasi.
c. Metode evaluasi:
1) Untuk Sayembara menggunakan sistem nilai.
2) Untuk Kontes menggunakan sistem gugur.
Dilanjutkan dengan klarifikasi.
d. Peserta Sayembara/Kontes diutamakan untuk UM, UK, atau koperasi kecil.
Evaluasi administrasi dilakukan oleh Panitia/Pokja dan evaluasi teknis dilakukan oleh tim juri/tim ahli,
dengan memberi nilai terhadap kriteria yang telah ditetapkan dalam dokumen Sayembara/Kontes.
Dalam hal Kontes, tim juri/tim ahli dapat memberikan masukan dalam penyusunan HPS.
Tahapan pelaksanaan sayembara/kontes meliputi:
No. Tahapan Proses Hari Kerja
Mulai akhir
a. Pengumuman a b
(=a+4)
b. Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Kontes a c
(=a+5)
c. Pemberian penjelasan dan penyusunan BAPP e
(=a+2) f
(=a+4)
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
77
d. Pemasukan Proposal g
(=e+1) h
(=g+4)
e. Pembukaan Proposal i
(=g+4) j
(=i+1)
f. Pemeriksaan administrasi dan penilaian Proposal teknis
k (=i+1)
l (=k+4)
g. Pembuatan BA Hasil Sayembara/Kontes K l
h. Penetapan pemenang m
(=l+1) n
(=l+3)
i. Pengumuman pemenang o
(=n+1) o
j. Masa sanggah O p
(=o+3)
k. Jawaban sanggah (hari kalender & bila ada sanggah)
q (=o+1)
r (=q+9)
l. Penunjukan Penyedia (SPPBJ)
- tidak ada sanggah s
(=p+1) t
(=s+5)
- ada sanggah u
(=r+1) v
(=u+5)
m. Penandatangan Kontrak
- tidak ada sanggah w
(=s+1) x
(=w+14)
- ada sanggah y
(=u+1) z
(=v+14)
Beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan perlu atau tidaknya presentasi, yaitu apabila
diperlukan penjelasan tentang:
a. perencanaannya;
b. metode pelaksanaanya; dan
c. hasil/produk akhirnya.
8. Jaminan
a. Metode pemilihan pengadaan Barang dengan Kontes tidak memerlukan Jaminan.
b. Metode pemilihan Jasa Lainnya dengan Sayembara tidak memerlukan jaminan penawaran dan
jaminan pelaksanaan.
c. Metode pemilihan Jasa Konsultansi dengan Sayembara tidak memerlukan jaminan penawaran,
jaminan pelaksanaan dan jaminan pemeliharaan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
78
BAB XI
JASA KONSULTANSI
1. Umum
a. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi pada prinsipnya menggunakan Seleksi Umum, dilakukan
negosiasi teknis dan biaya agar diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Jasa Konsultansi pada umumnya diperlukan untuk melaksanakan sebagian fungsi Unit Pengguna
dengan alasan-alasan seperti:
1) Pengguna menilai akan lebih efektif dan efisien apabila lingkup pekerjaan kegiatan tersebut
dilakukan oleh perusahaan Jasa Konsultansi karena telah tumbuh bidang-bidang usaha profesi,
misalnya jasa konsultan perencana konstruksi.
2) Pengguna memerlukan telaahan atau rekomendasi pihak ketiga untuk menjamin obyektivitas
atapun karena kompetensi pihak ketiga dalam mengambil keputusan strategis, misalnya jasa
konsultan survey.
3) Pengguna tidak memiliki sumber daya dengan keahlian/pengetahuan yang cukup untuk
melaksanakan kegiatan bersangkutan, sedangkan di dunia usaha sangat berkembang
kebutuhan untuk bidang keahlian tersebut.
4) Pengguna tidak memiliki cukup waktu untuk melaksanakan sendiri kegiatan bersangkutan.
Alasan-alasan tersebut menggambarkan berbagai situasi yang menjadi titik penentuan perlu
tidaknya diadakan Jasa Konsultansi.
c. Biaya Jasa Konsultansi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
1) Jasa Konsultansi yang memiliki standar keluaran (output), sehingga perhitungan biaya dapat
berdasarkan proporsi (persentase) tertentu dari suatu nilai, seperti perancangan bangunan
gedung, pengawasan pembangunan gedung dan sebagainya; dan
2) Jasa Konsultansi yang belum atau tidak dapat distandarkan (non-standar), sehinga perhitungan
biaya perlu didasarkan pada penggunaan tenaga ahli dalam jangka waktu pelaksanaan
kegiatan, termasuk biaya-biaya langsung lainnya yang timbul untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan.
Dengan demikian, untuk dapat menyusun rencana biaya, syarat utama yang harus dipenuhi adalah
sudah dirumuskannya KAK atau TOR yang jelas, sehingga tergambar pemahaman pengguna atas
kebutuhan Jasa Konsultansi tersebut, serta perkiraan jumlah tenaga ahli dari berbagai kualifikasi
yang diperlukan.
d. Dalam perumusan KAK Jasa Konsultansi paling kurang harus memuat:
1) Gambaran mengenai latar belakang kebutuhan/pekerjaan (termasuk gambaran masalah yang
dihadapi), maksud dan tujuannya, termasuk gambaran dari organisasi pengguna.
2) Apa yang menjadi tujuan dan ruang lingkup pekerjaan, yang harus mencerminkan hasil dan
ukuran-ukurannya.
3) Bagaimana perkiraan cara melaksanakan kegiatan dan cara mencapai hasil (metodologi).
4) Perkiraan input yang diperlukan dan dukungan yang dapat disediakan oleh pengguna, termasuk
rencana pelaksanaan pekerjaan dan jumlah serta kualifikasi tenaga ahli yang harus disediakan.
e. Setelah merumuskan KAK, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah menyusun RAB, untuk
tahap ini perlu kehati-hatian karena Jasa Konsultansi merupakan bidang usaha yang output dan
produknya pada umumnya tidak dapat diukur.
f. Pengadaan Jasa Konsultansi, antara lain meliputi:
1) jasa rekayasa (engineering);
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
79
2) jasa perencanaan (planning), perancangan (design) dan pengawasan (supervision) untuk
Pekerjaan Konstruksi dan untuk pekerjaan selain Pekerjaan Konstruksi seperti transportasi,
pendidikan, kesehatan, kehutanan, lingkungan hidup, pengembangan usaha, perdagangan,
pengembangan SDM, pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian, perindustrian,
pertambangan, energi;
3) jasa keahlian profesi seperti jasa audit, jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa pendampingan,
bantuan teknis, konsultan manajemen, konsultan hukum dan notaris.
Konsultan perencana yang tidak cermat dan mengakibatkan kerugian perusahaan, dikenakan
sanksi berupa keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari konsultan yang
bersangkutan, dan/atau tuntutan ganti rugi minimal sebesar nilai Kontrak Jasa Konsultansi.
g. Metode pemilihan Jasa Konsultansi dilakukan dengan:
1) Seleksi Umum;
2) Penunjukan Langsung;
3) Pengadaan Langsung;
4) Sayembara;
5) Seleksi Langsung.
2. Seleksi Umum
a. Kriteria
1) Untuk pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai sesuai ketentuan yang berlaku di perusahaan.
2) Daftar pendek dalam Seleksi Umum berjumlah 3 (tiga) sampai 5 (lima) calon Penyedia.
b. Pengumuman Pemilihan
Pengumuman Penyedia Jasa Konsultansi melalui Seleksi Umum dilakukan secara terbuka untuk
umum dengan pengumuman secara luas melalui media elektronik/web perusahaan, agar
masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat serta memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
c. Prosedur Pemilihan
Prosedur pemilihan meliputi:
1) Dengan Prakualifikasi untuk pekerjaan yang bersifat kompleks:
No. Metode evaluasi kualitas, metode 2 sampul (kompleks) Hari Kerja
Mulai Akhir
a. Pengumuman Prakualifikasi a b
(=a+6)
b. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Prakualifikasi a c
(=a+7)
c. Pemasukan dan Evaluasi dokumen Prakualifikasi d
(=a+2) e
(=d+6)
d. Pembuktian Prakualifikasi dan pembuatan BA Pembuktian Prakualifikasi
f (=e+1)
g (=e+4)
e. Penetapan hasil Prakualifikasi h
(=g+1) h
(=g+1)
f. Pengumuman hasil Prakualifikasi i
(=h+1) i
(=h+1)
g. Undangan j
(= i+1) j
(=i+1)
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
80
No. Metode evaluasi kualitas, metode 2 sampul (kompleks) Hari Kerja
Mulai Akhir
h. Pengambilan Dokumen Pemilihan k
(=j+1) l
(=k+4)
i. Pemberian Penjelasan m
(=l+1) n
(=m+1)
j. Pemasukan Dokumen Penawaran (Sampul I & Sampul II); o
(=n+1) p
(=o+4)
k. Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I q
(=o+4) r
(=q+1)
l. Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I s
(=q+1) t
(=s+4)
m. Pemberitahuan/pengumuman peringkat teknis u
(=t+1) u
(=t+1)
n. Masa Sanggah v
(=t+1) w
(=v+3)
o. Jawaban Sanggah x
(=v+1) y
(=x+9)
p. Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II z
(=x+1) aa
(=y+1)
q. Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II ab
(=z+1) ac
(=aa+4)
r. Undangan Klarifikasi & Negosiasi ad
(=ac+1) ad
(=ac+1)
s. Klarifikasi dan negosiasi ae
(=ad+1) af
(=ae+1)
t. Pembuatan Berita Acara Hasil Seleksi ag
(=af+1) ah
(=ag+1)
u. Penunjukan Penyedia (SPPBJ) ai
(=ah+1) aj
(=ai+5)
v. Penandatangan Kontrak ak
(=ai+1) al
(=ak+14)
No. Metode evaluasi kualitas dan biaya, metode 2 sampul
(kompleks)
Hari Kerja
Mulai Akhir
a. Pengumuman Pengadaan a b
(=a+6)
b. Pendaftaran dan Pengambilan dokumen Prakualifikasi a c
(=a+7)
c. Pemasukan dan evaluasi Dokumen Prakualifikasi d
(=a+2) e
(=d+6)
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
81
No. Metode evaluasi kualitas dan biaya, metode 2 sampul
(kompleks)
Hari Kerja
Mulai Akhir
d. Pembuktian Prakualifikasi dan pembuatan BA Pembuktian Prakualifikasi
f (=e+1)
g (=e+4)
e. Penetapan hasil Prakualifikasi h
(=g+1) h
(=g+1)
f. Pengumuman hasil Prakualifikasi i
(=h+1) i
(=h+1)
g. Undangan j
(=i+1) j
(=i+1)
h. Pengambilan Dokumen Pemilihan k
(=j+1) l
(=k+4)
i. Pemberian penjelasan m
(=l+1) n
(=m+1)
j. Pemasukan Dokumen Penawaran Sampul I o
(=n+1) p
(=o+4)
k. Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul I q
(=o+4) r
(=q+1)
l. Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I s
(=q+1) t
(=s+4)
m. Pemberitahuan peringkat teknis u
(=t+1) u
(=t+1)
n. Pembukaan Dokumen Penawaran Sampul II v
(=u+1) w
(=v+1)
o. Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II x
(=v+1) y
(=x+4)
p. Penetapan pemenang z
(=y+1) aa
(=z+1)
q. Pengumuman pemenang ab
(=aa+1) ab
(=aa+1)
r. Masa sanggah ac
(=aa+1) ad
(=ac+3)
s. Jawaban sanggah (hari kalender & bila ada sanggah) ae
(=ac+1) af
(=ae+9)
t. Undangan klarifikasi dan negosiasi ag
(=ae+1) ah
(=ag+9)
u. Klarifikasi dan negosiasi ai
(=ag+1) aj
(=ai+9)
v. Pembuatan Berita Acara Hasil Seleksi ak
(=aj+1) al
(=ak+1)
w. Penunjukan Penyedia (SPPBJ); am
(=al+1) an
(=am+5)
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
82
No. Metode evaluasi kualitas dan biaya, metode 2 sampul
(kompleks)
Hari Kerja
Mulai Akhir
x. Penandatangan Kontrak ao
(=am+1) ap
(=ao+14)
No. Metode evaluasi biaya terendah dan Pagu Anggaran,
metode 1 sampul
Hari Kerja
Mulai Akhir
a. Pengumuman Prakualifikasi a b
(=a+6)
b. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Prakualifikasi a c
(=a+7)
c. Pemasukan dan Evaluasi Dokumen Prakualifikasi d
(=a+2) e
(=d+6)
d. Pembuktian Prakualifikasi dan pembuatan BA Pembuktian Prakualifikasi
f (=e+1)
g (=e+4)
e. Penetapan hasil Prakualifikasi h
(=g+1) h
(=g+1)
f. Pemberitahuan/Pengumuman hasil Prakualifikasi i
(=h+1) i
(=h+1)
g. Undangan j
(=i+1) j
(=i+1)
h. Pemberian Penjelasan k
(=j+1) l
(=k+1)
i. Pemasukan Dokumen Penawaran m
(=l+1) n
(=m+4)
j. Pembukaan Dokumen Penawaran serta koreksi aritmatik o
(=n+1) p
(=o+4)
k. Evaluasi administrasi, teknis dan biaya o
(=n+1) p
(=o+4)
l. Penetapan pemenang q
(=p+1) r
(=q+1)
m. Pemberitahuan/Pengumuman pemenang s
(=r+1) s
(=r+1)
n. Masa sanggah s
(=r+1) t
(=s+3)
o. Jawaban sanggah (hari kalender & bila ada sanggah) u
(=s+1) v
(=u+9)
p. Undangan klarifikasi dan negosiasi w
(=u+1) x
(=v+9)
q. Klarifikasi dan negosiasi y
(=x+1) y
(=x+9)
r. Pembuatan Berita Acara Hasil Seleksi z
(=y+1) aa
(=z+1)
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
83
No. Metode evaluasi biaya terendah dan Pagu Anggaran,
metode 1 sampul
Hari Kerja
Mulai Akhir
s. Penunjukan Penyedia (SPPBJ) ab
(=aa+1) ac
(=ab+5)
t. Penandatangan Kontrak ad
(=ab+1) ae
(=ad+14)
2) Dengan Pascakualifikasi:
No. Hari Kerja
Mulai Akhir
a. Pengumuman Pengadaan a b
(=a+6)
b. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pengadaan
a c
(=a+7)
c. Pemberian Penjelasan e
(=a+3) f
(=a+5)
d. Pemasukan Dokumen Penawaran g
(=e+1) h
(=g+4)
e. Pembukaan Dokumen Penawaran i
(=g+4) j
(=i+1)
f. Evaluasi penawaran k
(=i+1) l
(=k+4)
g. Evaluasi kualifikasi k l
h. Pembuktian kualifikasi dan klarifikasi k l
i. Pembuatan BA Pelelangan termasuk Usulan Penetapan Pemenang
k l
j. Penetapan pemenang m
(=l+1) n
(=l+3)
k. Pengumuman pemenang o
(=n+1) o
l. Masa sanggah o p
(=o+3)
m. Jawaban sanggah (hari kalender & bila ada sanggah)
q (=o+1)
r (=q+9)
n. Undangan klarifikasi dan negosiasi s
(=q+1) t
(=s+9)
o. Klarifikasi dan negosiasi u
(=s+1) v
(=u+1)
p. Pembuatan Berita Acara Hasil Seleksi w
(=v+1) x
(=w+1)
q. Penunjukan Penyedia (SPPBJ) y
(=x+1) z
(=y+5)
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
84
No. Hari Kerja
Mulai Akhir
r. Penandatangan Kontrak aa
(=y+1) ab
(=aa+14)
Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi perorangan menggunakan tahapan Pascakualifikasi satu
sampul, dengan menambahkan tahapan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya setelah tahapan
sanggah.
d. Tata Cara Kualifikasi
1) Tata cara kualifikasi mengacu pada ketentuan dalam BAB III Pedoman ini.
2) Evaluasi teknis dilakukan dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap kriteria yang
dinilai dan bobot yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan, kemudian membandingkan
jumlah perolehan nilai dari para peserta, dengan ketentuan:
a) unsur-unsur pokok yang dinilai adalah: pengalaman perusahaan, pendekatan dan
metodologi, serta kualifikasi tenaga ahli;
b) penilaian dilakukan sesuai pembobotan dari masing-masing unsur yang telah ditentukan
dalam Dokumen Pemilihan;
c) acuan yang digunakan untuk pembobotan sebagai berikut:
(1) pengalaman perusahaan (10 – 20%);
(2) pendekatan dan metodologi (30 – 50%);
(3) kualifikasi tenaga ahli (40 – 60%);
(4) jumlah (100%);
(5) penetapan bobot yang digunakan untuk masing-masing unsur, dalam rentang tersebut di
atas, didasarkan pada jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan;
d) untuk jasa studi analisis perlu diberikan penekanan kepada pengalaman perusahaan dan
pendekatan metodologi. Sedangkan untuk jasa supervisi dan perencanaan teknis,
penekanan lebih diberikan kepada kualifikasi tenaga ahli.
(1) Pengalaman perusahaan, penilaiannya dilakukan atas:
(a) pengalaman peserta dalam melaksanakan pekerjaan sejenis dengan pekerjaan
yang dipersyaratkan dalam KAK untuk 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun terakhir;
(b) pengalaman kerja di Indonesia dan/atau di lokasi proyek mendapat tambahan nilai;
(c) pengalaman tersebut diuraikan secara jelas dengan mencantumkan informasi
nama pekerjaan yang dilaksanakan, lingkup dan data pekerjaan yang dilaksanakan
secara singkat, lokasi, pemberi tugas, nilai, dan waktu pelaksanaan (menyebutkan
bulan dan tahun);
(d) penilaian juga dilakukan terhadap jumlah pekerjaan yang sedang dilaksanakan
oleh peserta, disamping untuk mengukur pengalaman juga dapat dipergunakan
untuk mengukur kemampuan/kapasitas peserta yang bersangkutan dalam
melaksanakan tugasnya;
(e) pengalaman peserta harus dilengkapi dengan referensi dari pengguna jasa, yang
menunjukkan kinerja perusahaan peserta yang bersangkutan selama 5 (lima)
sampai 10 (sepuluh) tahun terakhir. Sub unsur yang dinilai, antara lain:
i. pengalaman melaksanakan proyek/kegiatan sejenis;
ii. pengalaman melaksanakan di lokasi proyek/kegiatan;
iii. pengalaman manajerial dan fasilitas utama;
iv. kapasitas perusahaan dengan memperhatikan jumlah tenaga ahli tetap;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
85
(f) hasil evaluasi teknis harus melewati ambang batas nilai teknis (passing grade)
yang ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan;
(g) apabila tidak ada peserta yang lulus evaluasi teknis, maka seleksi dinyatakan
gagal.
(2) Pendekatan dan Metodologi, penilaiannya dilakukan atas:
(a) pemahaman peserta atas lingkup pekerjaan/jasa layanan yang diminta dalam KAK,
pemahaman atas sasaran/tujuan, kualitas metodologi, dan hasil kerja, sub unsur
yang dinilai antara lain:
i. pemahaman atas jasa layanan yang tercantum dalam KAK, yang penilaiannya
terutama meliputi pengertian terhadap tujuan proyek/kegiatan, lingkup serta
jasa konsultansi yang diperlukan (aspek-aspek utama yang diindikasikan
dalam KAK), dan pengenalan lapangan;
ii. kualitas metodologi, yang penilaiannya terutama meliputi ketepatan
menganalisa masalah dan langkah pemecahan yang diusulkan dengan tetap
mengacu kepada persyaratan KAK, konsistensi antara metodologi dengan
rencana kerja, apresiasi terhadap inovasi, tanggapan terhadap KAK
khususnya mengenai data yang tersedia, orang bulan (person-month) tenaga
ahli, uraian tugas, jangka waktu pelaksanaan laporan-laporan yang
disyaratkan, jenis keahlian serta jumlah tenaga ahli yang diperlukan, program
kerja, jadwal pekerjaan, jadwal penugasan, organisasi, kebutuhan jumlah
orang bulan, dan kebutuhan fasilitas penunjang;
iii. hasil kerja (deliverable), yang penilaiannya meliputi antara lain analisis,
gambar-gambar kerja, spesifikasi teknis, perhitungan teknis, dan laporan-
laporan;
iv. fasilitas pendukung dalam melaksanakan pekerjaan yang diminta dalam KAK.
(b) Peserta yang mengajukan gagasan baru yang meningkatkan kualitas keluaran
yang diinginkan dalam KAK, diberikan nilai lebih.
(3) Kualifikasi Tenaga Ahli, penilaiannya dilakukan atas:
(a) tenaga ahli yang diusulkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan
jenis keahlian, persyaratan, serta jumlah tenaga yang telah diindikasikan di dalam
KAK;
(b) sub unsur yang dinilai pada tenaga ahli, antara lain:
i. tingkat pendidikan, yaitu lulusan perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah lulus ujian negara atau yang telah diakreditasi, atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, dibuktikan dengan salinan
ijazah;
ii. pengalaman kerja profesional seperti yang disyaratkan dalam KAK, didukung
dengan referensi dari pengguna jasa. Bagi tenaga ahli yang diusulkan sebagai
pemimpin/wakil pemimpin pelaksana pekerjaan (team leader/co team leader)
dinilai pula pengalaman sebagai pemimpin/wakil pemimpin tim;
iii. sertifikat keahlian/profesi yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang
mengeluarkan, sesuai dengan keahlian/profesi yang disyaratkan dalam KAK,
seperti sertifikat ahli arsitek yang dikeluarkan oleh Ikatan Arsitek Indonesia;
iv. lain-lain, seperti penguasaan bahasa Inggris, bahasa Indonesia (bagi
konsultan Asing), bahasa setempat, aspek pengenalan (familiarity) atas tata-
cara, aturan, situasi, dan kondisi (custom) setempat. Personil yang
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
86
menguasai/memahami aspek-aspek tersebut di atas diberikan nilai lebih
tinggi.
e. Pengambilan Dokumen Pemilihan
1) Semua peserta pemilihan yang lulus seleksi melalui Prakualifikasi harus diundang untuk
mengambil Dokumen Pemilihan.
2) Apabila diproses dengan cara Pascakualifikasi, semua peserta pemilihan yang memenuhi
kualifikasi dan klasifikasi terhadap pekerjaan harus diizinkan mengikuti proses pelelangan.
3) Hanya peserta pemilihan yang diundang yang diperkenankan memasukkan penawaran.
4) Dilarang memungut biaya apapun dari peserta pemilihan.
5) Apabila yang mendaftar adalah orang yang ditugaskan oleh direktur/pimpinan
perusahaan/kepala cabang, pendaftar melampirkan surat tugas dari direktur utama/pimpinan
perusahaan/kepala cabang dan kartu pengenal.
6) Seseorang dilarang mewakili lebih dari 1 (satu) perusahaan dalam pendaftaran dan
pengambilan dokumen.
7) Bagi peserta perorangan yang melakukan pendaftaran, tidak boleh diwakilkan dan menunjukkan
tanda pengenal kepada DPPA.
f. Pemberian Penjelasan Dokumen Pemilihan
1) Pemberian penjelasan mengenai Dokumen Pengadaan, dilakukan di tempat dan pada waktu
yang ditentukan oleh DPPA dengan dihadiri oleh calon Penyedia dan harus mengisi daftar hadir.
Ketidakhadiran peserta pelelangan pada saat pemberian penjelasan tidak dapat dijadikan dasar
untuk menolak/menggugurkan penawaran.
2) Para peserta pelelangan yang hadir dalam acara pemberian penjelasan, harus menunjukkan
tanda pengenal dan surat tugas kepada Pokja dan dihadiri oleh tenaga ahli perusahaan yang
memiliki kompetensi untuk itu.
Bagi peserta perorangan yang hadir pada saat pemberian penjelasan tidak boleh diwakilkan,
dan menunjukkan tanda pengenal kepada Pokja.
Dalam acara pemberian penjelasan, harus dijelaskan kepada peserta pelelangan mengenai:
a) KAK;
b) metode pemilihan;
c) cara penyampaian Dokumen Penawaran;
d) kelengkapan yang harus dilampirkan bersama Dokumen Penawaran;
e) jadwal pemasukan dan pembukaan Dokumen Penawaran;
f) metode dan tata cara evaluasi;
g) hal-hal yang menggugurkan penawaran;
h) hal-hal yang dapat dikenakan sanksi blacklist;
i) jenis kontrak yang akan digunakan;
j) ketentuan tentang penyesuaian harga;
k) ketentuan dan cara sub kontrak sebagian pekerjaan kepada UM, UK dan koperasi kecil;
l) perjanjian kemitraan/KSO (jika diperlukan).
3) Pemberian penjelasan mengenai pasal-pasal Dokumen Pengadaan yang berupa pertanyaan
dari peserta pemilihan dan jawaban dari Pokja serta keterangan lainnya termasuk
perubahannya, harus dituangkan dalam BAPP yang ditandatangani oleh Pokja dan minimal 1
(satu) orang dari peserta yang hadir. Apabila tidak ada satu pun peserta yang hadir atau yang
bersedia menandatangani BAPP, maka BAPP cukup ditandatangani oleh Pokja yang hadir.
BAPP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Pengadaan.
4) Apabila dalam BAPP terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting yang harus
ditampung, maka Pokja harus menuangkan ke dalam adendum pemilihan yang menjadi bagian
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
87
tidak terpisahkan dari Dokumen Pengadaan dan harus disampaikan dalam waktu bersamaan
kepada semua calon Penyedia secara tertulis.
5) Apabila dipandang perlu, Pokja dapat memberikan penjelasan lanjutan dengan cara melakukan
peninjauan lapangan.
6) BAPP dan adendum penjelasan diberikan kepada seluruh peserta pemilihan.
g. Pemasukan Dokumen Penawaran
1) Metode pemasukan dan tata cara pembukaan Dokumen Penawaran harus mengikuti
ketentuan yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan.
2) Dokumen Penawaran terdiri dari Sampul I dan Sampul II.
3) Sampul I (administrasi dan teknis), meliputi:
a) surat penawaran yang di dalamnya mencantumkan masa berlaku penawaran tetapi tidak
mencantumkan penawaran biaya;
b) surat kuasa dari pemimpin/direktur utama perusahaan kepada penerima kuasa yang
namanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya (apabila dikuasakan);
c) surat perjanjian kemitraan/KSO (apabila ada);
d) Dokumen Penawaran teknis; dan
e) dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan (apabila ada).
4) Sampul II (biaya) yang terdiri dari:
a) surat penawaran biaya yang didalamnya tercantum masa berlaku penawaran dan total
biaya penawaran;
b) rekapitulasi penawaran biaya;
c) rincian penawaran biaya yang terdiri dari:
(1) rincian biaya langsung personil (remuneration); dan
(2) rincian biaya langsung non personil (direct reimbursable cost);
(3) dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pengadaan (apabila ada).
5) Dokumen Penawaran disampaikan sebanyak 2 (dua) rangkap, terdiri dari dokumen asli 1
(satu) rangkap dan salinannya 1 (satu) rangkap ditandai “ASLI” dan “SALINAN”.
6) Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis dimasukkan dalam Sampul I dan ditulis
“Penawaran Sampul I”. Sedangkan Dokumen Penawaran Biaya dimasukkan dalam Sampul II
dan ditulis “Penawaran Sampul II”. Selanjutnya Sampul I dan Sampul II dimasukkan dalam
satu sampul penutup dan ditulis nama paket pekerjaan, nama dan alamat peserta, serta
ditujukan kepada Pokja dengan alamat yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan.
7) Peserta menyampaikan langsung Dokumen Penawaran kepada Pokja sesuai jadwal yang
ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan, dan Pokja memasukkan ke dalam tempat
pemasukan.
8) Penarikan, penggantian, pengubahan, atau penambahan Dokumen Penawaran harus
disampaikan secara tertulis dan disampul serta diberikan tanda dengan penambahan
pencantuman kata “PENARIKAN”, “PENGGANTIAN”, “PENGUBAHAN” atau
”PENAMBAHAN”, sesuai dengan isi sampul tanpa mengambil Dokumen Penawaran yang
sudah disampaikan sebelumnya.
9) Pokja membuat daftar peserta yang memasukkan penawaran.
10) Pokja membuat tanda terima Dokumen Penawaran.
11) Pokja menolak semua dan/atau sebagian tambahan Dokumen Penawaran yang masuk
setelah batas akhir pemasukan penawaran.
12) Pada batas akhir pemasukan penawaran, salah satu Pokja menutup pemasukan penawaran
dengan mencoret tepat di bawah daftar peserta terakhir serta membubuhkan tanda tangan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
88
13) Segera setelah batas akhir pemasukan penawaran, Pokja menyatakan kepada peserta bahwa
saat pemasukan penawaran telah ditutup sesuai waktunya, menolak Dokumen Penawaran
yang terlambat dan/atau sebagian tambahan Dokumen Penawaran, serta membuka Dokumen
Penawaran yang masuk.
14) Pokja tidak diperkenankan mengubah tempat dan waktu batas akhir pemasukan penawaran
kecuali Keadaan Kahar. Apabila terpaksa dilakukan perubahan tempat dan waktu penutupan
pemasukan penawaran, maka perubahan tersebut harus dituangkan dalam
adendum/amandemen Dokumen Pengadaan dan disampaikan kepada seluruh peserta.
15) Pokja harus menolak dokumen dari peserta yang tidak tercantum dalam daftar pendek
(shortlist) yang diundang.
h. Jaminan
Jaminan yang diperkenankan untuk pemilihan Jasa Konsultansi adalah jaminan sanggah, jaminan
uang muka dan jaminan pelaksanaan.
Dalam pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi dapat disyaratkan adanya
kewajiban:
1) Jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan pekerjaan perencanaan untuk perencana
konstruksi; atau
2) Jaminan penawaran untuk pengawas konstruksi,
apabila hal tersebut disepakati oleh pengguna dan Penyedia yang mengikuti pemilihan.
i. Evaluasi Penawaran
1) Sampul II dibuka di hadapan peserta yang diundang pada waktu dan tempat sesuai undangan.
2) Perwakilan peserta yang hadir pada saat pembukaan Sampul II menunjukkan tanda pengenal
dan surat tugas kepada Pokja.
3) Pokja membuka kotak/tempat pemasukan Dokumen Penawaran dihadapan peserta yang
diundang.
4) Pokja membuka, memeriksa dan menunjukkan dihadapan peserta yang diundang mengenai
kelengkapan Sampul II yang meliputi:
a) surat penawaran biaya yang di dalamnya tercantum masa berlaku penawaran dan biaya
penawaran;
b) rekapitulasi penawaran biaya;
c) rincian penawaran biaya yang terdiri dari:
(1) rincian biaya langsung personil (remuneration); dan
(2) rincian biaya langsung non personil (direct reimbursable cost).
d) dokumen lainnya yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pemilihan (apabila ada).
5) Pokja melakukan koreksi aritmatik terhadap penawaran biaya, dengan ketentuan:
a) kesalahan hasil pengalian antara volume dengan harga satuan, harus dilakukan pembetulan,
dengan ketentuan harga satuan pekerjaan yang ditawarkan tidak boleh diubah;
b) jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah termasuk dalam harga satuan
pekerjaan yang lain, dan harga satuan pada surat penawaran tetap dibiarkan kosong.
6) Total penawaran biaya terkoreksi yang melebihi pagu anggaran tidak menggugurkan penawaran
sebelum dilakukan negosiasi biaya.
7) Pokja melakukan evaluasi penawaran biaya dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam
Dokumen Pemilihan.
8) Unsur-unsur yang perlu diteliti dan dinilai dalam evaluasi penawaran biaya dilakukan terhadap
kewajaran:
a) biaya pada biaya langsung personil;
b) penugasan tenaga ahli;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
89
c) penugasan tenaga pendukung;
d) biaya pada biaya langsung non personil.
9) Pokja membuat dan menandatangani berita acara pembukaan dan hasil evaluasi Sampul II yang
sekurang-kurangnya memuat:
a) nama peserta;
b) kelengkapan isi Sampul II;
c) besaran usulan biaya dan biaya terkoreksi;
d) kesimpulan tentang kewajaran:
(1) rincian biaya langsung personil;
(2) penugasan tenaga ahli;
(3) penugasan tenaga pendukung; dan
(4) rincian biaya langsung non personil.
e) tanggal dibuatnya berita acara;
f) keterangan lain yang dianggap perlu;
10) Dalam hal terjadi penundaan waktu pembukaan Sampul II, maka penyebab penundaan tersebut
harus dimuat dengan jelas dalam berita acara.
11) Berita acara dilampiri Dokumen Penawaran biaya.
12) Salinan berita acara dibagikan kepada peserta yang diundang tanpa dilampiri Dokumen
Penawaran biaya.
Tata cara evaluasi penawaran mengacu pada ketentuan dalam BAB IV Pedoman ini.
j. Klarifikasi dan Negosiasi
Pokja melakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya kepada peserta yang diundang dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya dilakukan oleh Pokja dengan:
a) direktur utama/pimpinan perusahaan;
b) penerima kuasa dari direktur utama/pimpinan perusahaan yang nama penerima kuasanya
tercantum dalam akte pendirian atau perubahannya;
c) kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan
dokumen otentik; atau
d) pejabat yang menurut perjanjian kerja sama berhak mewakili perusahaan yang bekerja
sama.
2) Klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya dilakukan untuk:
a) meyakinkan kejelasan teknis dan biaya, dengan memperhatikan kesesuaian antara bobot
pekerjaan dengan tenaga ahli dan/atau tenaga pendukung yang ditugaskan, serta
mempertimbangkan kebutuhan perangkat/fasilitas pendukung yang proporsional guna
pencapaian hasil kerja yang optimal;
b) memperoleh kesepakatan biaya yang efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan
hasil yang ingin dicapai sesuai dengan penawaran teknis yang diajukan peserta.
3) Aspek-aspek teknis yang perlu diklarifikasi dan dinegosiasi terutama menyangkut:
a) lingkup dan sasaran Jasa Konsultansi;
b) cara penanganan pekerjaan dan rencana kerja;
c) kualifikasi tenaga ahli;
d) organisasi pelaksanaan;
e) program alih pengetahuan;
f) jadwal pelaksanaan pekerjaan;
g) jadwal penugasan personil; dan
h) fasilitas penunjang.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
90
4) Aspek-aspek biaya yang perlu diklarifikasi dan dinegosiasikan terutama menyangkut:
a) kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya;
b) volume kegiatan dan jenis pengeluaran; dan
c) biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku di pasaran.
5) Klarifikasi dan negosiasi terhadap unit biaya personil dilakukan berdasarkan daftar gaji yang
telah diaudit dan/atau bukti setor pajak penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan,
dengan ketentuan:
a) biaya satuan dari biaya langsung personil, maksimum 3,2 (tiga koma dua) kali gaji dasar
yang diterima oleh tenaga ahli tetap dan/atau maksimum 2,5 (dua koma lima) kali
penghasilan yang diterima oleh tenaga ahli tidak tetap berdasarkan perhitungan dari daftar
gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak penghasilan tenaga ahli konsultan yang
bersangkutan;
b) Unit biaya personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang dihitung berdasarkan tingkat
kehadiran dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) satu bulan dihitung minimal 22 (dua puluh dua) hari kerja;
(2) satu hari kerja dihitung minimal 8 (delapan) jam kerja.
6) Klarifikasi dan negosiasi terhadap biaya tenaga pendukung (tenaga teknik dan
penunjang/administrasi), seperti tenaga survei, sekretaris, atau manajer kantor, dilakukan
berdasarkan harga pasar tenaga pendukung tersebut.
7) Negosiasi biaya dilakukan terhadap total penawaran biaya terkoreksi yang melebihi pagu
anggaran, agar didapatkan total penawaran biaya hasil negosiasi yang memenuhi HPS, tanpa
mengurangi kualitas penawaran teknis.
8) Harga satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu biaya langsung non personil yang dapat diganti
dan/atau biaya langsung personil yang dinilai tidak wajar berdasarkan ketentuan pada angka
5).
9) Apabila hasil evaluasi Sampul II serta klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya tidak ditemukan
hal-hal yang tidak wajar, maka total penawaran biaya dapat diterima sepanjang tidak melebihi
pagu anggaran.
10) Apabila klarifikasi dan negosiasi dengan peserta yang memiliki peringkat teknis terbaik tidak
menghasilkan kesepakatan, maka Pokja melanjutkan dengan mengundang peserta yang
memiliki peringkat teknis kedua dan lulus ambang batas nilai teknis (apabila ada), untuk
menghadiri acara pembukaan Sampul II, yang selanjutnya dilakukan proses klarifikasi dan
negosiasi sebagaimana di atur dalam angka 1) dan seterusnya.
11) Apabila dalam klarifikasi dan negosiasi dengan peringkat teknis kedua tidak menghasilkan
kesepakatan, maka Pokja melanjutkan dengan mengundang peserta yang memiliki peringkat
teknis ketiga dan lulus ambang batas nilai teknis (apabila ada), untuk menghadiri acara
pembukaan Sampul II, yang selanjutnya dilakukan proses klarifikasi dan negosiasi
sebagaimana di atur dalam angka 1) dan seterusnya.
12) Apabila klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya dengan peserta yang memiliki peringkat teknis
terbaik pertama, kedua, dan ketiga yang lulus ambang batas nilai teknis tidak menghasilkan
kesepakatan, maka seleksi dinyatakan gagal.
13) Pokja membuat berita acara hasil klarifikasi dan negosiasi.
k. Pembuatan Berita Acara Hasil Seleksi (BAHS)
Proses evaluasi penawaran bersifat rahasia dan dilakukan oleh Pokja secara:
1) Pokja membuat kesimpulan dari hasil evaluasi pemilihan yang dituangkan dalam BAHS.
2) BAHS harus memuat hal-hal sebagai berikut :
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
91
a) nama semua peserta pemilihan dan harga penawaran dari masing-masing peserta
pemilihan;
b) metode evaluasi yang digunakan;
c) unsur-unsur yang dievaluasi;
d) rumus-rumus yang dipergunakan;
e) keterangan lain yang dianggap perlu mengenai pelaksanaan pemilihan;
f) tanggal dibuatnya BAHS serta jumlah peserta yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi
syarat pada setiap tahap evaluasi;
g) penetapan urutan 1 (satu) calon pemenang dan urutan 2 (dua) calon pemenang cadangan.
Apabila tidak ada penawaran yang memenuhi syarat, BAHS harus mencantumkan
pernyataan bahwa Seleksi Umum dinyatakan gagal, dan harus segera dilakukan seleksi
ulang, atau Penunjukan Langsung. Apabila peserta lelang yang memenuhi syarat hanya 1
(satu), maka sebagai calon pemenang lelang tetap diusulkan.
h) BAHS bersifat rahasia sampai dengan penandatanganan Kontrak.
l. Usulan Penetapan Pemenang Seleksi
1) DPPA membuat dan menyampaikan laporan kepada pejabat yang berwenang sebagai dasar
untuk mengambil keputusan penetapan pemenang lelang sesuai dengan ketentuan pada BAB
II.1. Laporan tersebut disertai surat usulan calon pemenang lelang/Penyedia dan penjelasan
atau keterangan lain yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil
keputusan.
2) Usulan penetapan pemenang lelang disusun sesuai dengan urutan calon pemenang
lelang/Penyedia, calon pemenang cadangan 1 dan 2 (apabila ada), dan harus memuat:
a) nama dan alamat Penyedia;
b) harga penawaran;
c) NPWP.
d) jangka waktu pelaksanaan.
3) Data pendukung yang diperlukan untuk menetapkan Penyedia meliputi:
a) Dokumen Pengadaan beserta adendum (bila ada);
b) berita acara pembukaan penawaran;
c) BAHS;
d) ringkasan proses pemilihan dan hasil pemilihan;
e) Dokumen Penawaran dari calon pemenang dan cadangan pemenang.
m. Penetapan Pemenang Pemilihan/Penyedia
Pemenang lelang/Penyedia ditetapkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan usulan DPPA.
Pejabat yang berwenang segera menetapkan pemenang lelang/Penyedia dengan menerbitkan
surat penetapan Penyedia dan menyampaikan kepada DPPA selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
kerja terhitung sejak surat usulan penetapan pemenang lelang tersebut diterima oleh pejabat yang
berwenang menetapkan pemenang lelang. Dalam waktu 1 (satu) hari sejak surat penetapan
pemenang lelang ditandatangi oleh pejabat yang berwenang, DPPA segera mengumumkan kepada
semua peserta lelang.
n. Sanggahan Peserta
Peserta lelang yang keberatan atas penetapan pemenang lelang dapat mengajukan sanggahan
secara tertulis.
o. Penunjukan Pemenang Pemilihan/Penyedia
1) Selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah masa sanggah berakhir atau tidak ada
sanggahan diterima, maka pejabat yang berwenang mengeluarkan SPPBJ sebagai penunjukan
pelaksana pekerjaan yang dilelangkan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
92
2) Apabila pemenang lelang urutan pertama yang telah ditetapkan sebagai Penyedia,
mengundurkan diri dan atau tidak bersedia, maka yang akan ditetapkan sebagai Penyedia
adalah pemenang lelang urutan kedua (apabila ada) sesuai dengan harga penawaran
perusahaan yang bersangkutan, dengan ketentuan:
a) penetapan pemenang lelang urutan kedua tersebut harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan penetapan dari pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang;
b) selisih antara penawaran pemenang lelang urutan pertama dan kedua tidak boleh lebih besar
dari 5%;
c) kepada Penyedia yang bersangkutan diberikan sanksi blacklist selama 5 (lima) tahun,
apabila alasannya profesional/dapat diterima. Jika alasan tersebut tidak profesional/tidak
dapat diterima yang bersangkutan dikenakan sanksi selamanya.
3) Apabila pemenang lelang urutan kedua juga tidak bersedia, maka penetapan Penyedia dapat
dilakukan kepada pemenang urutan ketiga (bila ada) sesuai dengan harga penawaran
perusahaan yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagaimana angka 2) diatas.
p. Penandatanganan Surat Perjanjian
SPK atau Kontrak harus sudah ditandatangani selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja
sejak dikeluarkannya SPPBJ.
q. Pemilihan Gagal dan Pemilihan Ulang
Pemilihan dinyatakan gagal dan cara menangani kegagalan, merujuk pada ketentuan pada BAB II
angka 19 Pedoman ini.
r. Ketentuan Lain-Lain
1) Larangan Memberikan Ganti Rugi
Perusahaan dengan alasan apapun tidak memberikan ganti rugi kepada peserta lelang bila
penawarannya ditolak atau pemilihan dinyatakan gagal.
2) Pengaduan
Pengaduan dari peserta dan masyarakat dapat disampaikan pada setiap tahap pemilihan. DPPA
wajib memberikan tanggapan/informasi mengenai pengadaan yang berada dalam
kewenangannya.
3. Penunjukan Langsung
a. Kriteria
1) Untuk keadaan tertentu, pekerjaan khusus atau dalam rangka sinergi BUMN/anak perusahaan
BUMN/perusahaan terafiliasi BUMN.
2) Dilakukan apabila terjadi 2 (dua) kali kegagalan dalam proses pelelangan/seleksi.
b. Keadaan Tertentu, Keadaan Khusus dan Sinergi BUMN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan
Terafiliasi BUMN
1) Keadaan tertentu meliputi:
a) Keadaan darurat:
(Lihat Bab VII angka 2. 1) a) Pedoman ini).
b) Kegiatan menyangkut pertahanan negara yang ditetapkan oleh Menhan serta kegiatan yang
menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat yang ditetapkan oleh Kapolri.
c) Jasa Konsultansi yang spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh 1 (satu) Penyedia, 1
(satu) pemegang hak cipta, atau pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak cipta,
atau pihak yang menjadi pemenang pelelangan untuk mendapatkan izin dari pemerintah.
d) Pekerjaan Jasa Konsultansi di bidang hukum yang meliputi konsultan
hukum/advokat/pengacara, ahli hukum dan/atau pengadaan/penunjukan pengacara/arbiter
yang tidak direncanakan sebelumnya dan bersifat mendesak penunjukannya karena terikat
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
93
oleh waktu/proses/beracara di pengadilan/arbitrase untuk menghadapi atau melakukan
gugatan dan/atau tuntutan hukum dari/kepada pihak tertentu.
2) Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultansi untuk merencanakan/mengawasi pekerjaan
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang dilakukan dengan cara
Penunjukan Langsung.
3) Diutamakan UM, UK dan koperasi kecil.
4) Dalam hal UM, UK dan koperasi kecil tidak memenuhi kompetensi teknis yang dibutuhkan
perusahaan, maka dapat mengundang Penyedia yang terdapat dalam DPP sesuai sub bidang
pekerjaan yang dibutuhkan oleh Perusahaan.
5) Apabila terjadi kegagalan dalam proses pengadaan dengan metode Seleksi Umum.
6) Penunjukan Langsung untuk melanjutkan pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan oleh
Penyedia.
c. Pengumuman Pemilihan
Penunjukan Langsung dilakukan dengan mengundang Penyedia yang memenuhi kriteria sesuai
sub bidang pekerjaan yang dibutuhkan.
d. Prosedur Pemilihan
Prosedur pemilihan dilakukan melalui proses Prakualifikasi metode satu sampul terhadap 1 (satu)
Penyedia Jasa Konsultansi. Tahapan dan jadwal Penunjukan Langsung dibedakan untuk penanganan darurat dan non
penanganan darurat.
1) Tahapan Penunjukan Langsung penanganan darurat meliputi:
a) penetapan keadaan darurat;
b) persetujuan penggunaan anggaran dari Direksi atau dana siap pakai untuk penanggulangan
disediakan oleh Pemerintah dalam anggaran BNPB;
c) pejabat yang berwenang menerbitkan SPMK setelah mendapat persetujuan dari Direksi
kepada Penyedia terdekat yang sedang melaksanakan pekerjaan sejenis, atau Penyedia lain
yang dinilai mampu dan memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut;
d) opname pekerjaan di lapangan dilakukan bersama antara pejabat yang berwenang dan
Penyedia, sementara proses dan administrasi pengadaan dapat dilakukan secara simultan;
e) proses dan administrasi Penunjukan Langsung dilakukan secara simultan, sebagai berikut:
(1) penetapan ruang lingkup, jumlah dan kualifikasi tenaga ahli serta waktu penyelesaian
pekerjaan;
(2) penyusunan dan penetapan HPS;
(3) pembukaan dan evaluasi Dokumen Penawaran;
(4) klarifikasi dan negosiasi;
(5) penyusunan Berita Acara Hasil Penunjukan Langsung (BAHPL);
(6) penunjukan Penyedia Jasa Konsultansi;
f) penanganan darurat yang dananya berasal dari dana penanggulangan bencana alam
meliputi:
(1) penanganan darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam waktu
yang paling singkat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat dan/atau untuk
menghindari kerugian negara atau masyarakat yang lebih besar;
(2) konstruksi darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam waktu yang
paling singkat, untuk keamanan dan keselamatan masyarakat dan/atau menghindari
kerugian negara/masyarakat yang lebih besar.
2) Tahapan Penunjukan Langsung non penanganan darurat, meliputi:
a) undangan kepada Penyedia Jasa Konsultansi terpilih dilampiri Dokumen Pengadaan;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
94
b) pemasukan, evaluasi dan pembuktian kualifikasi;
c) pemberian penjelasan;
d) pemasukan Dokumen Penawaran;
e) pembukaan dan evaluasi penawaran;
f) klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga;
g) pembuatan BAHPL;
h) penetapan Penyedia;
i) pengumuman Penyedia; dan
j) penunjukan Penyedia.
3) Penyusunan jadwal pelaksanaan Penunjukan Langsung diserahkan kepada Panitia/Pokja.
4) Penunjukan Langsung dilakukan dengan negosiasi baik teknis maupun harga, agar diperoleh
harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Ketentuan selanjutnya sama dengan cara dalam Seleksi Umum.
4. Pengadaan Langsung
a. Kriteria
Pelaksanaan pengadaan Jasa Konsultansi dengan metode Pengadaan Langsung harus memenuhi
seluruh kriteria:
1) pelaksanaan pengadaan Jasa Konsultansi yang tidak kompleks dengan batasan nilai sesuai
Keputusan Direksi untuk jenis/sifat pekerjaan serupa;
2) kebutuhan operasional atau pelaksanaan pengadaan Jasa Konsultansi untuk mengawasi
pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang dilakukan dengan cara
Pengadaan Langsung;
3) diutamakan usaha perseorangan, UM, UK dan koperasi kecil;
4) dalam hal usaha perseorangan, UM, UK dan koperasi kecil tidak memenuhi kompetensi teknis
yang dibutuhkan Perusahaan, maka dapat menggunakan Penyedia yang terdapat dalam DPP
sesuai sub bidang pekerjaan yang dibutuhkan oleh Perusahaan;
5) penetapan pelaksanaan pengadaan sampai dengan Penandatanganan Kontrak menjadi
kewenangan Panitia sesuai batasan nilai kewenangan pada BAB II.1;
6) dilarang menggunakan metode Pengadaan Langsung sebagai alasan untuk memecah paket
Pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan.
b. Pengumuman Pemilihan
Pengadaan pekerjaan untuk Pengadaan Langsung dilakukan dengan cara:
1) Panitia mencari informasi terkait dengan pekerjaan Jasa Konsultansi yang dibutuhkan beserta
biayanya melalui media elektronik maupun non elektronik;
2) Panitia membandingkan biaya dan kualitas paling sedikit dari 2 (dua) sumber informasi yang
berbeda;
3) Panitia mengundang Penyedia yang memenuhi kriteria sesuai sub bidang pekerjaan yang
dibutuhkan.
c. Prosedur Pemilihan
Prosedur pemilihan dilakukan dengan mekanisme berikut:
1) Apabila mengundang 2 (dua) Penyedia, maka prosedur pemilihannya dengan Prakualifikasi
untuk badan usaha, atau Pascakualifikasi untuk perorangan, dengan metode satu sampul.
2) Tahapan Pengadaan Langsung diatur lebih lanjut dalam ketentuan yang berlaku (Prosedur
PBJ).
3) Penyusunan jadwal pelaksanaan Pengadaan Langsung diserahkan kepada Panitia Pengadaan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
95
5. Sayembara
a. Kriteria
Sayembara digunakan untuk Jasa Konsultansi yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) merupakan proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi, budaya dan metode pelaksanaan
tertentu; dan
2) tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
b. Pengumuman Pemilihan
Diumumkan pada papan pengumuman resmi Perusahaan untuk penerangan umum dan web
Perusahaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa Kosultansi yang memenuhi syarat.
c. Tim Juri atau Tim Ahli
1) Kriteria:
a) berjumlah Gasal minimal 3 (tiga) orang;
b) mempunyai kompetensi/keahlian sesuai dengan Pekerjaan yang akan dilaksanakan;
c) terdiri dari gabungan unsur internal dan/atau eksternal Perusahaan.
2) Prosedur:
a) DPPA menyampaikan kebutuhan akan adanya tim juri/tim ahli kepada unit teknis/Unit
Pengguna dengan tembusan Direktur terkait;
b) unit teknis/Unit Pengguna menyampaikan usulan tim juri/tim ahli kepada Direktur terkait
disertai dengan dasar pemilihan untuk mendapatkan persetujuan;
c) Direktur terkait menetapkan tim juri/tim ahli dengan mempertimbangkan usulan dari unit
teknis/Unit Pengguna.
d. Prosedur Pemilihan
1) Panitia/Pokja menetapkan persyaratan administrasi bagi Penyedia Jasa Konsultansi yang akan
mengikuti Sayembara.
2) Dalam menetapkan persyaratan administrasi, Panitia/Pokja dapat menetapkan syarat yang lebih
mudah dari persyaratan Penyedia sebagaimana dimaksud dalam BAB II angka 6 atau Seleksi
Umum.
3) Persyaratan dan metode evaluasi teknis ditetapkan oleh Panitia/Pokja DPPA setelah mendapat
masukan dari tim/orang yang ahli dibidangnya.
4) Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh tim/orang yang ahli dibidangnya.
5) Tahapan Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dengan metode Sayembara meliputi:
a) pengumuman;
b) pendaftaran dan pengambilan dokumen Sayembara;
c) pemberian penjelasan;
d) pemasukan proposal;
e) pembukaan proposal;
f) pemeriksaan administrasi dan penilaian proposal teknis;
g) pembuatan Berita Acara Hasil Sayembara;
h) penetapan pemenang;
i) pengumuman pemenang; dan
j) penunjukan pemenang.
Penyusunan jadwal pelaksanaan Sayembara diserahkan kepada Panitia/Pokja.
Ketentuan selanjutnya sama dengan cara dalam Seleksi Umum.
6. Seleksi Langsung
a. Kriteria
1) Seleksi Langsung diperuntukkan bagi pengadaan Jasa Konsultansi bidang hukum, bidang
manajerial, bidang penilai/appraisal, bidang pemeriksaan keuangan, dan Jasa Konsultansi
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
96
bidang lainnya terkait dengan pelaksanaan/pemenuhan Kontrak/kesepakatan dengan pihak
lain/pelanggan.
2) Daftar pendek dalam Seleksi Langsung berjumlah minimal 2 (dua) calon Penyedia.
Proses Seleksi Langsung dan penandatanganan Kontrak dilakukan oleh Panitia/Pokja dan/atau
pejabat yang berwenang.
b. Pengumuman Seleksi
Pengumuman dilakukan oleh Panitia/Pokja kepada minimal 2 (dua) Penyedia yang diyakini mampu,
dengan cara mengundang calon Penyedia yang memenuhi kriteria sesuai bidang pekerjaan yang
dibutuhkan.
c. Prosedur Seleksi
1) Prosedur seleksi mengikuti Seleksi Umum.
2) Ketentuan selanjutnya sama dengan cara dalam Seleksi Umum.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
97
BAB XII
BUKTI PENGADAAN
1. Syarat Sahnya Kontrak
a. Bukti Pengadaan dapat berupa Kontrak/SPK/Surat Pesanan (Purchase Order).
b. Untuk sahnya perjanjian-perjanjian sesuai ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPer), diperlukan empat syarat:
1) kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3) suatu pokok persoalan tertentu;
4) suatu sebab yang tidak terlarang.
c. Syarat tersebut pada huruf b. angka 1) dan 2) merupakan syarat subyektif yang apabila tidak
terpenuhi, maka perjanjian dapat dibatalkan. Sedangkan syarat pada huruf b. angka 3) dan 4)
merupakan syarat obyektif, yang apabila tidak terpenuhi maka perjanjian batal demi hukum.
2. Kontrak
a. Para pihak menandatangani Kontrak, setelah Penyedia menyerahkan Jaminan Pelaksanaan paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya SPPBJ.
b. Penandatanganan Kontrak dilakukan setelah memperoleh pendapat hukum dari ahli hukum
kontrak/kepala unit yang menangani hukum di Perusahaan.
c. Pihak Penyedia yang berwenang menandatangani Kontrak adalah Direksi yang disebutkan
namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar (AD) Penyedia beserta perubahannya (bila ada),
yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, atau pihak lain yang bukan
Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/AD beserta perubahannya
(apabila ada) sepanjang mendapat kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau
pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/AD untuk menandatangani Kontrak PBJ.
d. Kerangka Kontrak
Kerangka Kontrak PBJ terdiri dari:
1) Pembukaan
Pembukaan adalah bagian dari Kontrak yang meliputi:
a) Judul
(1) menjelaskan tentang judul dari Kontrak yang akan ditandatangani;
(2) menjelaskan jenis pekerjaan (pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa Lainnya,
dan Jasa Konsultansi).
b) Nomor Kontrak
(1) menjelaskan nomor Kontrak yang akan ditandatangani;
(2) apabila Kontrak berupa perubahan Kontrak maka nomor Kontrak harus berurut sesuai
dengan berapa kali mengalami perubahan.
c) Tanggal Kontrak
Menjelaskan hari, tanggal, bulan, dan tahun Kontrak ditandatangani oleh para pihak.
d) Kalimat Pembuka
Merupakan kalimat pembuka dalam Kontrak yang menjelaskan bahwa para pihak pada hari,
tanggal, bulan, dan tahun mereka membuat dan menandatangani Kontrak.
e) Para Pihak Dalam Kontrak
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
98
(1) Menjelaskan identitas dari para pihak yang menandatangani Kontrak yang meliputi nama,
jabatan, dan alamat serta kedudukan para pihak dalam Kontrak tersebut, apakah sebagai
pihak pertama atau pihak kedua;
(2) Para pihak dalam Kontrak paling sedikit terdiri dari 2 (dua) pihak, dan umumnya terdiri
dari 2 (dua) pihak yaitu :
(a) pihak pertama merupakan pihak dari pejabat yang berwenang;
(b) pihak kedua merupakan pihak Penyedia yang telah ditunjuk untuk melaksanakan
pekerjaan;
(3) Pada bagian ini dijelaskan pihak-pihak tersebut bertindak untuk dan atas nama siapa dan
dasar ia bertindak dan identitas para pihak harus jelas dan terinci dan menerangkan hal
yang sebenarnya;
(4) Apabila pihak kedua dalam Kontrak merupakan suatu konsorsium, kerja sama,
perusahaan patungan atau joint venture (JV), dan bentuk kerja sama lainnya, maka harus
dijelaskan nama bentuk kerjasamanya, siapa saja anggotanya, dan siapa yang
memimpin dan mewakili kerja sama tersebut.
f) Latar Belakang
Bagian ini menjelaskan alasan ditandatanganinya Kontrak yang meliputi informasi:
(1) telah diadakan proses pemilihan Penyedia yang telah sesuai dengan Dokumen
Pengadaan.
(2) pejabat yang berwenang telah menunjuk Penyedia yang menjadi pihak kedua dalam
Kontrak ini melalui SPPBJ.
2) Isi
Memuat sekurang-kurangnya aspek-aspek sebagai berikut:
a) identitas yang meliputi nama, jabatan, alamat badan usaha masing-masing dan
ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan;
b) pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah
Barang dan jasa yang diperjanjikan;
c) hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam Kontrak;
d) nilai atau harga pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran;
e) persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci;
f) keluaran atau hasil (output) dari PBJ;
g) jadwal pelaksanaan dan kondisi serah terima;
h) jaminan teknis/hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelayakan;
i) cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajibannya;
j) pemutusan Kontrak secara sepihak;
k) Keadaan Kahar;
l) Penyelesaian sengketa yang mengutamakan penyelesaian melalui musyawarah mufakat
dan non ajudikasi (non litigasi);
m) jangka waktu berlakunya Kontrak;
n) Pakta Integritas (Letter of Undertaking) yang ditandatangani oleh Penyedia;
o) Kepastian adanya jaminan terhadap Barang dan/atau jasa yang diperjanjikan.
3) Penutup
Penutup antara lain memuat:
a) pernyataan bahwa para pihak dalam Kontrak telah menyetujui untuk melaksanakan Kontrak
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia pada hari dan
tanggal penandatanganan Kontrak tersebut;
b) tanda tangan para pihak dalam Kontrak dengan dibubuhi materai;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
99
c) Kontrak ditandatangani setelah ada penunjukan Penyedia. Untuk itu, tanggal
penandatanganan Kontrak tidak boleh mendahului tanggal SPPBJ.
e. Syarat-Syarat Umum Kontrak
1) Definisi
Definisi memuat uraian atau pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam Kontrak,
yang dijelaskan dan diberi arti atau tafsiran, sehingga isi Kontrak mudah dipahami oleh setiap
orang yang membacanya dan tidak diartikan/ditafsirkan lain.
2) Penerapan
Syarat-syarat umum dalam Kontrak ini diterapkan secara luas tetapi tidak boleh melanggar
ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kontrak.
3) Standar
Barang/jasa yang disediakan/diberikan Penyedia harus sesuai dengan standar dalam
spesifikasi teknis.
4) Asal Barang
a) Asal Barang menjelaskan dari negara mana asal Barang atau jasa yang menjadi obyek
dalam Kontrak.
b) Asal Barang merupakan tempat barang diperoleh, antara lain tempat barang ditambang,
tumbuh, atau diproduksi.
c) Dalam ketentuan ini juga harus dirinci komponen dalam negeri dan komponen impornya.
Asal Barang harus dibedakan dengan negara penjual.
5) Pengepakan
a) Penyedia diharuskan untuk melakukan pengepakan atas Barang yang dikirim dari asal
Barang sampai ke tujuan akhir yang telah ditentukan dalam Kontrak.
b) Tujuan diadakannya ketentuan pengepakan ini agar Barang yang dikirimkan terlindungi dari
risiko kerusakan atau kehilangan pada saat pengiriman dari tempat asal Barang sampai ke
tujuan akhir yang telah dicantumkan dalam Kontrak.
6) Pengiriman
Pengiriman Barang yang dilakukan Penyedia harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
7) Transportasi
Transportasi yang digunakan untuk pengiriman Barang dapat melalui laut, darat dan/atau udara,
yang biaya pengirimannya dimasukkan dalam harga yang tercantum dalam Kontrak.
8) Pemeriksaan dan Pengujian
a) Unit Pengguna Barang/jasa harus memiliki hal untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian
atas Barang untuk memastikan kecocokannya dengan spesifikasi dan persyaratan yang
telah ditentukan dalam Kontrak.
b) Pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan sendiri oleh Penyedia dan disaksikan oleh Unit
Pengguna Barang/jasa atau diwakilkan kepada pihak ketiga.
9) Layanan Tambahan
Penyedia berkewajiban untuk melaksanakan beberapa atau semua layanan lanjutan yang
disepakati.
10) Penggunaan Dokumen-Dokumen Kontrak dan Informasi
Ketentuan ini mengatur penggunaan dokumen-dokumen Kontrak atau dokumen lainnya yang
berhubungan dengan Kontrak. Misalnya, ketentuan Kontrak, spesifikasi teknis, gambar-
gambar, pola, contoh serta informasi-informasi yang berkaitan dengan Kontrak oleh Penyedia
dengan izin tertulis dari Perusahaan.
11) HAKI
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
100
Ketentuan yang mengatur kewajiban penyedia untuk melindungi pejabat yang berwenang dari
segala tuntutan atau klaim dari pihak ketiga atas pelanggaran HAKI.
12) Jaminan
Jaminan yang harus disediakan oleh Penyedia sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman ini.
13) Asuransi
Ketentuan ini mengatur tentang asuransi yang harus disediakan oleh Penyedia dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan yaitu:
a) Penyedia harus mengasuransikan semua barang dan peralatan yang mempunyai risiko
tinggi terjadi kecelakaan, pelaksanaan pekerjaan serta pekerja untuk pelaksanaan
pekerjaan Kontrak atas segala risiko, yaitu kecelakaan, kerusakan, kehilangan serta risiko
lain yang tidak dapat diduga;
b) Penyedia harus mengasuransikan pihak ketiga dari kecelakaan di tempat kerjanya;
c) besarnya asuransi ditentukan di dalam Dokumen Pengadaan (apabila ada).
14) Pembayaran
Ketentuan ini mengatur cara-cara dan termin pembayaran serta mata uang yang digunakan.
Cara pembayaran harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di PJT I.
15) Nilai
Ketentuan ini mengatur mengenai harga yang harus dibayar oleh PJT I kepada Penyedia atas
pelaksanaan pekerjaan dalam Kontrak. Nilai Kontrak harus jelas, pasti dan dirinci sumber
pembiayaannya.
16) Adendum/Amandemen Kontrak
Ketentuan adendum/amandemen mengatur mengenai perubahan Kontrak, yang dapat
dilakukan hanya apabila disetujui para pihak, ketentuan ini meliputi perubahan:
a) pekerjaan yang disebabkan oleh suatu hal yang dilakukan oleh para pihak dalam Kontrak
sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam Kontrak;
b) jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan pekerjaan atau Keadaan Kahar;
c) nilai Kontrak sebagai akibat dari perubahan pekerjaan dan perubahan pelaksanaan
pekerjaan.
17) Hak dan Kewajiban Para Pihak
Ketentuan ini mengatur mengenai hak-hak yang dimiliki serta kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh PJT I dan Penyedia dalam melaksanakan Kontrak, yang meliputi:
a) Hak dan kewajiban PJT I, antara lain:
(1) mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Barang/jasa;
(2) meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
dilaksanakan oleh pihak Penyedia;
(3) membayar pekerjaan sesuai dengan nilai Kontrak yang telah ditetapkan kepada
Penyedia dan ganti rugi atas kelambatan pembayaran sesuai kesepakatan;
(4) memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Penyedia
untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai isi Kontrak.
b) Hak dan kewajiban Penyedia meliputi:
(1) menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah
ditentukan dalam Kontrak;
(2) berhak atas fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana yang dibutuhkan dari PJT I
untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai isi Kontrak;
(3) melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada PJT I;
(4) Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan dalam Kontrak;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
101
(5) memberikan keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang
dilakukan oleh PJT I;
(6) membayar denda apabila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan sesuai
ketentuan dalam Pedoman ini;
(7) menerima ganti rugi atas keterlambatan pembayaran dari PJT I;
(8) menyerahkan hasil pekerjaan sesuai jadwal penyerahan pekerjaan yang telah
ditetapkan dalam Kontrak.
(9) mengambil tindakan yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam
maupun di luar tempat kerja dan membatasi perusakan dan pengaruh/gangguan
kepada masyarakat maupun miliknya sebagai akibat polusi, kebisingan dan kerusakan
lain sebagai akibat kegiatan Penyedia.
18) Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Ketentuan ini mengatur mengenai kapan:
a) Kontrak mulai berlaku dan berakhir;
b) pekerjaan mulai dilaksanakan;
c) penyerahan hasil pekerjaan dari Penyedia kepada PJT I.
19) Pengawasan dan Pemeriksaan
a) Dalam ketentuan ini diatur kewenangan PJT I melakukan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh pihak
Penyedia.
b) Dalam hal PJT I tidak dapat melakukan pemeriksaan dan pengawasan, maka dapat
memerintahkan pihak ketiga untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas semua
pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilaksanakan oleh Penyedia.
20) Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan dan Pembayaran
Ketentuan ini mengatur mengenai:
a) hal-hal yang berkaitan dengan keterlambatan dalam pelaksanaan:
(1) pekerjaan oleh pihak Penyedia dari jadwal yang ditentukan dalam Kontrak;
(2) pembayaran oleh PJT I dari jadwal yang ditentukan dalam Kontrak;
b) Sanksi yang diberikan kepada Penyedia atau PJT I jika terjadi keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan atau pembayaran;
c) Pengecualian dari ketentuan huruf b) di atas akibat Keadaan Kahar.
21) Keadaan Kahar
a) Yang digolongkan dalam Keadaan Kahar meliputi:
(1) bencana alam, antara lain banjir, tsunami, gempa bumi, badai, gunung meletus, tanah
longsor, dan angin topan;
(2) bencana non alam, antara lain wabah penyakit, kejadian luar biasa, dan gagal
teknologi;
(3) bencana sosial, antara lain peperangan, kerusuhan, konflik antar
kelompok/masyarakat, dan teror;
(4) pemogokan;
(5) kebakaran;
(6) gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan
kementerian/lembaga yang berwenang.
b) Tidak termasuk Keadaan Kahar adalah hal-hal merugikan yang disebabkan oleh perbuatan
atau kelalaian para pihak.
c) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar, Penyedia memberitahukan tentang terjadinya Keadaan
Kahar kepada pejabat yang berwenang dalam Pedoman ini, secara tertulis dalam waktu
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
102
paling lambat 3 (tiga) hari kalender sejak terjadinya Keadaan Kahar, dengan menyertakan
bukti-bukti yang relevan dan/atau salinan pernyataan Keadaan Kahar yang dikeluarkan
oleh pihak/instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
d) Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang disebabkan oleh terjadinya Keadaan Kahar
tidak dapat dikenakan sanksi;
e) Setelah terjadinya Keadaan Kahar, para pihak dapat melakukan kesepakatan, yang
dituangkan dalam perubahan Kontrak.
22) Penyesuaian Harga
a) Penyesuaian Harga dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Untuk Kontrak tahun jamak berbentuk Kontrak harga satuan berdasarkan ketentuan
dan persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau
perubahan Dokumen Pengadaan.
(2) Tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam
Dokumen Pengadaan.
(3) Penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap Kontrak tahun tunggal dan Kontrak
lumsum serta pekerjaan dengan harga satuan timpang.
(4) Volume yang dihitung dalam penyesuaian harga adalah volume terpasang sesuai
dengan laporan kemajuan fisik yang telah disahkan oleh pihak terkait.
b) Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga mengikuti ketentuan berikut:
(1) penyesuaian harga diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan
pekerjaan;
(2) penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran, kecuali
komponen keuntungan dan biaya operasional sebagaimana tercantum dalam
penawaran;
(3) penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang
tercantum dalam Kontrak awal/adendum Kontrak;
(4) penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri,
menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut;
(5) jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat adanya
adendum/amandemen Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13
(tiga belas) sejak adendum Kontrak tersebut ditandatangani; dan
(6) kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia
diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah antara jadwal
awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.
c) Rumus penyesuaian harga satuan:
Hn = Ho (a+b.Bn/Bo +c.Cn/Co+d.Dn/Do+........dan seterusnya)
Hn = Harga satuan Barang/jasa pada saat pekerjaan dilaksanakan;
Ho = Harga satuan Barang/jasa pada saat harga penawaran;
a = Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan overhead;
Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran komponen keuntungan dan overhead,
maka a = 0,15.
b, c, d = Koefisien komponen Kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat kerja,
dsb;
Penjumlahan a+b+c+d+.....dan seterusnya adalah 1,00.
Bn, Cn, Dn = Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan;
Bo, Co, Do = Indeks harga komponen pada bulan ke-12 setelah penandatanganan
Kontrak.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
103
d) Penetapan koefisien Kontrak pekerjaan dilakukan oleh Direktur yang terkait.
e) Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan BPS.
f) Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, digunakan indeks harga yang
dikeluarkan oleh instansi/lembaga yang dapat dipertanggungjawabkan.
g) Rumusan penyesuaian nilai Kontrak ditetapkan sebagai berikut:
Pn = (Hn1 x V1) + (Hn2 xV2) + (Hn3 x V3) + ...... dan seterusnya
Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian harga satuan Barang/jasa;
Hn = Harga satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan setelah dilakukan
penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian harga satuan;
V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang dilaksanakan.
23) Itikad Baik
a) Para pihak berdasarkan asas saling percaya yang disesuaikan dengan hak-hak yang
terdapat dalam Kontrak.
b) Para pihak setuju untuk melaksanakan Kontrak dengan jujur tanpa menonjolkan
kepentingan masing-masing pihak. Jika selama Kontrak salah satu pihak merasa dirugikan,
maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.
24) Pemutusan Kontrak
a) Pemutusan Kontrak dapat dilakukan oleh pihak PJT I, apabila:
(1) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia sudah
mencapai 5% (lima persen) dari nilai Kontrak;
(2) Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki
kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan; atau
(3) Penyedia jasa menghentikan pekerjaan selama 28 (dua puluh delapan) hari kalender
dan penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta tanpa persetujuan
penanggungjawab pekerjaan;
(4) karena Keadaan Kahar, Penyedia tidak dapat melaksanakan bagian pokok pekerjaan
selama sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) hari kalender;
(5) Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses
pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang;
(6) pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan
persaingan sehat dalam pelaksanaan PBJ dinyatakan benar oleh instansi yang
berwenang.
b) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia, maka:
(1) Jaminan pelaksanaan dicairkan dan menjadi hak PJT I;
(2) sisa uang muka harus dilunasi oleh Penyedia atau Jaminan uang muka dicairkan;
(3) PJT I membayar sesuai progres pekerjaan yang telah dicapai;
(4) Penyedia membayar denda apabila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan;
dan
(5) Penyedia dimasukkan dalam blacklist selamanya.
c) Pemutusan Kontrak dapat dilakukan oleh pihak Penyedia, apabila:
(1) penanggungjawab/pengawas pekerjaan memerintahkan Penyedia untuk menunda
pelaksanaan atau kelanjutan pekerjaan, dan perintah tersebut tidak ditarik selama 28
(dua puluh delapan) hari kalender; atau
(2) pejabat yang berwenang tidak menerbitkan persetujuan pembayaran untuk
pembayaran tagihan angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana tercantum
dalam SSKK; atau
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
104
(3) terjadi Keadaan Kahar, dan Penyedia tidak dapat melaksanakan bagian pokok
pekerjaan selama sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) hari kalender.
25) Penyelesaian Perselisihan
Penyelesaian perselisihan dapat ditempuh melalui jalur ajudikasi (litigasi atau arbitrase) atau
non ajudikasi/litigasi seperti melalui musyawarah/mufakat, mediasi, atau konsiliasi di
Indonesia.
26) Bahasa dan Hukum
Bahasa dan hukum yang digunakan dalam Kontrak harus bahasa Indonesia, kecuali dalam
rangka PHLN atau melibatkan pihak diluar yurisdiksi Indonesia menggunakan dua bahasa,
yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hukum yang digunakan adalah hukum Indonesia,
kecuali dalam rangka PHLN menggunakan hukum yang berlaku di Indonesia dan/atau hukum
yang berlaku di negara pemberi pinjaman/hibah atau hukum asing lainnya yang disepakati
oleh para pihak.
27) Perpajakan
Perpajakan tunduk pada ketentuan perpajakan yang berlaku di Indonesia.
28) Korespondensi
Korespondensi dapat berbentuk surat, e-mail atau faksimil dan ditujukan kapada alamat para
pihak. Dalam korespondensi dijelaskan alamat para pihak yang digunakan sebagai alamat
korespondensi.
29) Penunjukan/pemilihan Penyedia berbentuk UM, UK dan koperasi kecil dilakukan sesuai
ketentuan dalam Pedoman ini.
30) Penyerahan Pekerjaan
a) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan ketentuan yang tertuang
dalam Kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang
berwenang untuk melakukan penyerahan pekerjaan.
b) Pejabat yang berwenang menunjuk Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk
melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
c) Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan, Tim/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan melalui pejabat yang berwenang memerintahkan Penyedia untuk memperbaiki
dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam
Kontrak.
d) Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh
hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak.
e) Penyedia menandatangani BAST akhir pekerjaan pada saat proses serah terima akhir
(Final Hand Over).
f. Syarat-Syarat Khusus Kontrak
Syarat-syarat khusus Kontrak memuat perubahan, tambahan, dan/atau penjelasan dari ketentuan
yang ada pada syarat-syarat umum Kontrak.
1) Ketentuan khusus untuk Kontrak pengadaan Barang memuat adalah ketentuan mengenai
barang yang disediakan oleh pihak Penyedia harus sesuai dengan standar yang telah
disebutkan dalam spesifikasi teknis.
2) Ketentuan khusus untuk Kontrak Jasa Konsultansi
a) Kewenangan anggota konsultan
Memuat ketentuan yang mengatur apabila Penyedia adalah perusahaan patungan/JV yang
beranggotakan lebih dari satu Penyedia, maka anggota JV tersebut memberi kuasa kepada
salah satu anggota JV untuk bertindak dan mewakili hak-hak dan kewajiban anggota
Penyedia Jasa Konsultansi lainnya terhadap PJT I.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
105
b) Kewajiban Penyedia Jasa Konsultansi
(1) Standar pelaksanaan jasa
Penyedia akan melaksanakan perjanjian dan kewajiban yang dibebankan kepadanya
dengan penuh tanggung jawab, ketekunan, efisien dan ekonomis serta memenuhi
kriteria teknik profesional dan melindungi secara efektif peralatan yang berkaitan dengan
pekerjaan dalam Kontrak.
(2) Hukum
Penyedia Jasa Konsultansi dalam memberikan jasanya sesuai dengan hukum yang
berlaku di Indonesia. PJT I secara tertulis akan memberitahukan kepada Penyedia Jasa
Konsultansi mengenai kebiasaan-kebiasaan setempat.
(3) Conflict of Interest
(a) Penyedia Jasa Konsultansi tidak mengambil/menerima keuntungan untuk mereka
sendiri dari komisi usaha (trade commision), rabat (discount) atau pembayaran-
pembayaran lain yang berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan jasa.
(b) Penyedia Jasa Konsultansi dan anggotanya tidak bertentangan dengan kegiatan
tertentu. Penyedia setuju bahwa selama pelaksanaan Kontrak tidak berwenang
untuk melaksanakan jasa maupun mengadakan Barang yang tidak sesuai dengan
Kontrak.
(c) Larangan atas kegiatan yang bertentangan
Penyedia, subkonsultan dan personil konsultan dilarang untuk melaksanakan secara
langsung atau tidak langsung kegiatan yang dapat menimbulkan conflict of interest
dengan kegiatan yang merupakan tugas Penyedia Jasa Konsultansi.
(4) Tanggung Jawab Penyedia, memuat ketentuan mengenai hal-hal pertanggungjawaban
Penyedia Jasa Konsultansi sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
(5) Tindakan Penyedia Yang Perlu Mendapat Persetujuan PJT I
Ketentuan ini mengenai tindakan yang perlu mendapat persetujuan PJT I meliputi:
(a) memobilisasi personil yang terdapat dalam daftar;
(b) membuat subkontrak dengan pengaturan:
i. cara seleksi, waktu dan kualifikasi dari subkonsultan harus mendapat persetujuan
tertulis sebelum pelaksanaan,
ii. Penyedia Jasa Konsultansi bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
pekerjaan yang dilaksanakan oleh subkonsultan dan personilnya.
(6) Dokumen-dokumen yang disiapkan oleh Penyedia dan menjadi hak milik PJT I
Ketentuan ini mengatur bahwa semua rancangan, gambar, spesifikasi, desain, laporan
dan dokumen lain serta perangat lunak (software) yang disiapkan oleh Penyedia Jasa
Konsultansi menjadi hak milik PJT I.
Penyedia segera setelah pekerjaan selesai atau berakhirnya Kontrak harus
menyerahkan seluruh dokumen dan data pendukung lainnya kepada PJT I. Penyedia
Jasa Konsultansi dapat menyimpan salinan dari dokumen-dokumen tersebut.
(7) Peralatan dan bahan yang disediakan oleh Perusahaan
Ketentuan ini mengatur mengenai peralatan dan bahan yang disediakan oleh
Perusahaan untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Jasa Konsultansi.
Pada saat berakhirnya Kontrak, Penyedia Jasa Konsultansi harus menyerahkan
peralatan dan bahan sisa sesuai dengan instruksi PJT I.
(8) Personil Konsultan dan Subkonsultan
(a) Umum
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
106
Ketentuan ini mengatur mengenai pernyataan Penyedia Jasa Konsultansi akan
mempekerjakan personil atau subkonsultan sesuai dengan kualifikasi dan
pengalamannya.
(b) Personil Inti
i. memuat nama personil dan uraian pekerjaan, kualifikasi minimum, perkiraan
waktu pelaksanaan;
ii. penyesuaian terhadap perkiraan waktu pekerjaan personil akan dibuat oleh
Penyedia Jasa Konsultansi melalui pemberitahuan secara tertulis kepada PJT
I;
iii. jika terdapat pekerjaan tambah, maka perkiraan waktu pelaksanaan harus
ditentukan secara tertulis oleh para pihak.
(c) Persetujuan Personil
Ketentuan ini mengatur mengenai tenaga kerja inti dan subkonsultan yang telah
disetujui oleh PJT I harus memberikan data dirinya dan surat keterangan tidak
mengidap penyakit berbahaya/menular (medical certificate) serta terdaftar atau
tertera dalam daftar personalia Penyedia Jasa Konsultansi.
(d) Waktu Kerja dan Lembur
Ketentuan waktu kerja dan lembur mengatur mengenai:
i. jam kerja untuk tenaga kerja inti ditentukan dalam dokumen Kontrak;
ii. waktu kerja tenaga kerja asing yang dimobilisasi ke Indonesia dihitung sejak
kedatangannya ke Indonesia sesuai dengan surat perintah mobilisasi;
iii. tenaga kerja tidak berhak untuk dibayar atas pekerjaan lembur ataupun sakit
atau liburan, karena perhitungan upah sudah mencakup hal tersebut.
(e) Penggantian dan Perpindahan Tenaga Kerja
i. penggantian dan perpindahan tenaga kerja inti hanya dapat dilaksanakan
dengan persetujuan PJT I. Jika memang terdapat hal-hal penting yang
mengharuskan penggantian, maka atas persetujuan Perusahaan dapat
dilakukan penggantian tenaga kerja dengan tenaga kerja yang setara atau
penggantian lebih baik tanpa menambah biaya;
ii. jika PJT I menemukan tenaga kerja yang melakukan kesalahan serius atau
terlibat tindak kejahatan, atau mengabaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya,
maka PJT I dapat secara tertulis mengajukan penggantian tenaga kerja
tersebut.
3) Ketentuan Khusus untuk Kontrak Pekerjaan Konstruksi
a) Penggantian Personil
Penggantian personil inti/tenaga ahli dapat dilakukan setelah penilaian dan persetujuan PJT
I (tenaga ahli pengganti harus sesuai kualifikasi yang dibutuhkan).
b) Penilaian Pekerjaan Sementara oleh PJT I
Ketentuan penilaian pekerjaan sementara oleh PJT I memuat aturan mengenai hak PJT I
dalam masa pelaksanaan pekerjaan untuk melakukan penilaian atas hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh pihak Penyedia.
c) Penemuan-penemuan
Ketentuan ini mengatur penemuan-penemuan benda/Barang yang mempunyai nilai sejarah
atau penemuan kekayaan yang menurut undang-undang dikuasai oleh negara di lokasi
pekerjaan pada masa pelaksanaan Kontrak. Penyedia wajib memberitahukan kepada PJT I
dan kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
107
d) Kompensasi
Kompensasi dapat diberikan kepada Penyedia bilamana dapat dibuktikan merugikan
Penyedia dalam hal-hal sebagai berikut:
(1) PJT I memodifikasi atau mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi pekerjaan
Penyedia;
(2) keterlambatan pembayaran kepada Penyedia;
(3) PJT I tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi atau instruksi sesuai jadwal yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan;
(4) Penyedia belum bisa masuk ke lokasi sebagaimana yang diperjanjikan dalam Kontrak;
(5) PJT I menginstruksikan kepada pihak Penyedia untuk melakukan pengujian tambahan
yang setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak diketemukan
kerusakan/kegagalan/penyimpangan;
(6) kompensasi lain yang dirinci dalam syarat khusus Kontrak.
e) Penangguhan
Pihak Perusahaan secara tertulis memberitahukan kepada Penyedia tentang penangguhan
hak pembayaran sesuai dengan proporsi, jika pihak Penyedia tidak melakukan kewajiban
sebagaimana mestinya, disertai alasan-alasan yang jelas mengenai penangguhan tersebut,
dan diberi kesempatan kepada pihak Penyedia untuk memperbaiki sebagaimana mestinya
dalam jangka waktu tertentu.
f) Hari Kerja
Hari kerja memuat ketentuan mengenai hal-hal sebagai berikut:
(1) hari adalah hari kalender dikurangi hari libur resmi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(2) semua tenaga kerja penyedia dibayar selama hari kerja dan datanya disimpan oleh pihak
Penyedia;
(3) Penyedia harus membayar upah hari kerja kepada tenaga kerjanya setelah formulir upah
ditandatangani;
(4) jam kerja untuk tenaga kerja harus dilampirkan.
g) Pengambilalihan
Pengambilalihan memuat ketentuan yang mengatur bahwa pihak Perusahaan akan
mengambil alih lokasi dan hasil pekerjaan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah
dikeluarkan surat keterangan selesai/pengakhiran pekerjaan.
h) Pedoman Pengoperasian
(1) Penyedia harus memberikan petunjuk kepada pihak Pengguna tentang pengoperasian
dan petunjuk perawatan, sebagaimana yang ditetapkan dalam Kontrak;
(2) jika Penyedia tidak melakukan hal tersebut pada angka (1) di atas, Perusahaan dapat
memperhitungkannya dalam pembayaran kepada Penyedia sesuai ketentuan dalam
Kontrak.
g. Dokumen Lainnya Yang Merupakan Bagian Dari Kontrak
Dokumen berikut ini menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Kontrak.
1) Untuk Kontrak Pekerjaan Konstruksi, terdiri dari:
a) SPPBJ;
b) SPMK, khusus pekerjaan penanganan darurat;
c) Dokumen Penawaran;
d) spesifikasi umum;
e) spesifikasi khusus
f) gambar-gambar;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
108
g) adendum/amandemen dalam proses pemilihan yang kemudian dimasukkan di masing-
masing substansinya;
h) Daftar Kuantitas dan Harga (untuk kontrak harga satuan);
i) dokumen lainnya, misalnya:
(1) Dokumen Penawaran lainnya;
(2) Jaminan pelaksanaan;
(3) Jaminan uang muka.
2) Untuk pengadaan Jasa Konsultansi terdiri dari:
a) SPPBJ;
b) SPMK, khusus pekerjaan penanganan darurat;
c) KAK;
d) hasil negosiasi;
e) Dokumen Penawaran;
f) adendum dalam proses pemilihan yang kemudian dimasukkan di masing-masing
substansinya;
g) dokumen lainnya, misalnya Jaminan uang muka, dan Jaminan pelaksanaan.
3) Pengadaan Barang/Jasa Lainnya, terdiri dari:
a) SPPBJ;
b) SPMK, khusus pekerjaan penanganan darurat;
c) Dokumen Penawaran;
d) spesifikasi umum;
e) spesifikasi khusus;
f) gambar-gambar;
g) adendum/amandemen dalam proses pemilihan yang kemudian dimasukkan di masing-
masing substansinya;
h) Daftar Kuantitas dan Harga;
i) dokumen lainnya, misalnya :
(1) Jaminan pelaksanaan;
(2) Jaminan uang muka.
h. Penandatanganan Kontrak
1) Kontrak harus sudah ditandatangani paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah
diterbitkannya SPPBJ.
2) Penyedia menyerahkan Jaminan pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak diterbitkannya SPPBJ.
3) Penandatanganan Kontrak PBJ yang kompleks dan/atau menjadi kewenangan Direksi,
dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum kontrak.
4) Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak atas nama Penyedia adalah Direksi yang
disebutkan namanya dalam akta pendirian/AD Penyedia yang telah didaftarkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
5) Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam akta pendirian/AD,
dapat menandatangani Kontrak sepanjang mendapat kuasa/pendelegasian wewenang yang
sah dari Direksi atau pihak yang sah berdasarkan akta pendirian/AD untuk menandatangani
Kontrak.
6) Kontrak ditandatangani pada tempat dan waktu yang telah ditentukan.
i. Pelaksanaan Kontrak
1) Penggunaan Program Mutu
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
109
a) Program mutu PBJ harus disusun oleh Penyedia dan disepakati oleh Perusahaan pada saat
rapat persiapan pelaksanaan Kontrak dan dapat direvisi sesuai dengan kondisi di lapangan.
b) Program mutu paling kurang berisi :
(1) informasi PBJ;
(2) organisasi proyek, Perusahaan dan Penyedia;
(3) jadwal pelaksanaan;
(4) prosedur pelaksanaan pekerjaan;
(5) prosedur instruksi kerja;
(6) pelaksana kerja.
2) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan
gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, Pejabat yang
Berwenang bersama Penyedia dapat melakukan perubahan Kontrak, yang meliputi:
a) menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak;
b) menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c) mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; dan/atau
d) mengubah jadwal pelaksanaan.
3) Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada angka 2) dilaksanakan dengan ketentuan:
a) tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam Kontrak awal; dan
b) tersedianya anggaran.
4) Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pejabat yang berwenang secara tertulis kepada
Penyedia, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu pada
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Kontrak awal. Hasil negosiasi tersebut dituangkan
dalam berita acara sebagai dasar penyusunan adendum Kontrak.
5) Penyedia dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan Kontrak, dengan
melakukan sub Kontrak kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada Penyedia
spesialis.
6) Penyedia harus memberitahukan jenis pekerjaan dan pelaksana subkontrak kepada Unit
Pengguna dan pejabat yang berwenang.
7) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 5) dan 6) oleh Penyedia,
dikenakan sanksi blacklist.
8) Perubahan Kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang
disepakati para pihak.
9) Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/jasa untuk:
a) mobilisasi alat dan tenaga kerja;
b) pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau
c) persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan PBJ.
10) Besarnya uang muka untuk Kontrak tahun jamak senilai yang paling kecil diantara 2 (dua)
pilihan, yaitu:
a) 20% (dua puluh persen) dari Kontrak tahun pertama;atau
b) 15% (lima belas persen) dari nilai Kontrak.
11) Pembayaran Pencapaian Hasil Pekerjaan:
a) pembayaran pencapaian hasil pekerjaan dilakukan oleh Perusahaan, apabila Penyedia
telah mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil pekerjaan;
b) Perusahaan harus sudah membayar tagihan kepada Penyedia dalam kurun waktu 15
(limabelas) hari kerja sejak diterimanya dokumen tagihan secara lengkap dan benar;
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
110
c) pembayaran pencapaian hasil pekerjaan yang disepakati dapat dilakukan dengan sistem
bulanan atau sistem termin, yang didasarkan pada pencapaian hasil pekerjaan
sebagaimana tertuang dalam dokumen Kontrak;
d) pembayaran harus dipotong jaminan pelaksanaan/retensi, angsuran uang muka, denda
(jika ada) dan pajak;
e) untuk Kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan pembayaran kepada Perusahaan
harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor sesuai dengan
perkembangan (progres) pekerjaannya.
12) Denda dan Ganti Rugi.
13) Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh Perusahaan karena alasan sebagai
berikut:
a) pekerjaan tambah;
b) perubahan desain;
c) keterlambatan karena pihak Perusahaan;
d) masalah yang timbul di luar kendali Penyedia;
e) Keadaan Kahar.
Perusahaan dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan atas Kontrak setelah
melakukan penelitian dan evaluasi terhadap usulan tertulis yang diajukan Penyedia.
Persetujuan atas perpanjangan waktu pelaksanaan tersebut dituangkan dalam
adendum/amandemen Kontrak.
14) Khusus Pengadaan Barang
a) Dalam hal pengadaan Barang dilaksanakan dengan “sistem harga satuan”, maka harga
satuan, jadual dan tempat pengiriman serta perkiraan jumlah barang harus ditetapkan.
b) Inspeksi Pabrikasi
(a) Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan/atau Unit Pengguna dapat melakukan
inspeksi atas proses pabrikasi Barang/peralatan khusus yang nilainya lebih dari
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);
(b) jadwal, tempat, dan ruang lingkup inspeksi harus disepakati kedua belah pihak;
(c) biaya pelaksanaan inspeksi termasuk dalam nilai Kontrak.
c) Perubahan Lingkup
Berdasarkan pertimbangan efisiensi, ekonomis dan kesempurnaan hasil, Unit Pengguna
dapat mengusulkan kepada pejabat yang berwenang untuk mengubah Kontrak dengan
persetujuan Penyedia sepanjang tidak mengurangi kualitas dengan mempertimbangkan
tersedianya anggaran dan setinggi-tingginya 10% (sepuluh persen) dari nilai Kontrak.
d) Perlindungan HAKI
Penyedia harus memberikan jaminan bahwa Barang yang diserahkan tidak melanggar
HAKI sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan.
e) Asuransi
(1) Penyedia harus mengasuransikan barang-barang yang akan dikirim sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang tercantum dalam
Kontrak.
(2) Penerima manfaat harus diberikan penjelasan dalam dokumen asuransi yang
disesuaikan dengan ketentuan Kontrak.
15) Khusus Jasa Konsultansi
a) Pada waktu Penyedia mulai melaksanakan tugasnya, Unit Pengguna harus melakukan
pengecekan apakah personil yang dimobilisasi sesuai dengan Kontrak.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
111
b) Apabila hasil inspeksi/pemeriksaan personil dan peralatan ternyata belum memenuhi
persyaratan namun tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka Penyedia
dapat melanjutkan pekerjaan dengan syarat personil dan peralatan yang belum memenuhi
syarat harus segera diganti sesuai dengan waktu yang disepakati bersama;
c) Perubahan personil dan peralatan yang diajukan oleh Penyedia dilakukan sesuai ketentuan
berikut:
(1) Penyedia tidak dibenarkan melakukan penggantian personil dan/atau peralatan tanpa
persetujuan Unit Pengguna;
(2) apabila personil dan/atau peralatan dari Penyedia tersebut akan diganti, maka
Penyedia harus mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada pengguna sebelum
melaksanakan penggantian personil dan/atau peralatan tersebut;
(3) untuk mengajukan permohonan penggantian personil, Penyedia diwajibkan
melampirkan riwayat hidup/pengalaman kerja personil yang diusulkan dan disertai
alasan penggantian personil yang bersangkutan.
d) Penggantian personil Penyedia atas perintah pengguna dilakukan sesuai ketentuan
berikut:
(1) apabila Pengguna menilai bahwa personil dari Penyedia tersebut tidak mampu atau
tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik atau berkelakuan tidak baik, Pengguna
harus segera memerintahkan kepada Penyedia untuk mengganti personil dengan
kualifikasi keahlian yang sama atau lebih tinggi;
(2) dalam waktu tidak lebih dari 15 (lima belas) hari kalender sejak diterimanya surat
perintah penggantian personil dari Pengguna Jasa, Penyedia Jasa harus mengganti
personil dengan keahlian yang setara atau lebih baik tanpa penambahan biaya.
j. Serah Terima Pekerjaan
1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen), Penyedia mengajukan permintaan secara
tertulis kepada Perusahaan untuk melakukan penyerahan pekerjaan.
2) Perusahaan menunjuk Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan penilaian
terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Penyedia. Bilamana terdapat kekurangan
hasil pekerjaan, Tim/ Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melalui pejabat yang berwenang
memerintahkan Penyedia untuk memperbaiki/ menyelesaikannya.
3) Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil
pekerjaan dilaksanakan sesuai ketentuan Kontrak;
4) Khusus Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya:
a) Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari nilai Kontrak.
Sedangkan 5% (lima persen), merupakan retensi selama masa pemeliharaan.
b) Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya melakukan pemeliharaan atas hasil pekerjaan
selama masa yang ditetapkan dalam Kontrak, sehingga kondisinya tetap seperti pada saat
penyerahan pekerjaan;
c) Masa pemeliharaan paling singkat selama 60 (enam puluh) hari kalender; dan
d) Masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Buku.
e) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Perusahaan mengembalikan Jaminan
Pemeliharaan/uang retensi kepada Penyedia.
5) Khusus Pengadaan Barang
a) Pada saat penyerahan Barang harus dilakukan penelitian atas spesifikasi, mutu,
kelengkapan, dan kondisi nyata (actual condition) dicocokkan dengan yang tertuang dalam
Kontrak/surat pesanan/purchase order dan/atau dokumen yang menyertai penyerahan
Barang.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
112
b) Hasil penelitian dituangkan dalam BAST yang ditandatangani oleh Penyedia dan Tim/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan.
c) BAST merupakan dokumen yang harus dilampirkan dalam surat permintaan pembayaran,
termasuk dalam hal cara pembayaran menggunakan letter of credit (L/C).
d) Apabila hasil pemeriksaan Barang tidak sesuai dengan jenis dan mutu yang ditetapkan
dalam Kontrak, Tim/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan berhak menolak dan Penyedia harus
mengganti Barang yang tidak sesuai tersebut dengan biaya sepenuhnya ditanggung
Penyedia.
e) Setelah dikirim, Barang dapat diuji coba oleh Penyedia disaksikan oleh Pengguna. uji coba
dapat dilakukan pada waktu dan kondisi tertentu sesuai kesepakatan yang diatur dalam
Kontrak.
f) Hasil uji coba dituangkan dalam berita acara.
g) Apabila pengoperasian Barang tersebut memerlukan keahlian khusus, maka harus dilakukan
pelatihan kepada Pengguna oleh Penyedia, biaya pelatihan termasuk dalam harga Barang.
h) Apabila hasil uji coba tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dalam Kontrak, maka
Penyedia memperbaiki atau mengganti Barang tersebut dengan biaya sepenuhnya
ditanggung Penyedia.
i) Masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan para pihak dalam Kontrak.
j) Penyelesaian pembayaran hanya dapat dilaksanakan setelah Barang dinyatakan diterima
sesuai dengan BAST, dan bilamana dianggap perlu dilengkapi dengan berita acara hasil uji
coba.
k) Pembayaran dengan L/C mengikuti ketentuan yang berlaku umum di bidang perdagangan.
6) Khusus Jasa Konsultansi, pekerjaan dinyatakan selesai apabila Penyedia telah menyerahkan
laporan akhir pekerjaan dan diterima serta disetujui oleh Perusahaan.
7) Penyedia menandatangani BAST pada saat proses serah terima akhir (Final Hand Over).
8) Penyedia yang tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana mestinya atau tidak
menandatangani BAST dimasukkan dalam blacklist.
3. Surat Perintah Kerja (SPK)
a. SPK paling sedikit berisi:
1) judul SPK;
2) nomor dan tanggal SPK;
3) nomor dan tanggal Berita Acara Hasil Negosiasi;
4) sumber dana;
5) waktu pelaksanaan;
6) uraian pekerjaan yang dilaksanakan;
7) nilai pekerjaan;
8) tata cara pembayaran;
9) sanksi;
10) tanda tangan para pihak.
b. Standar ketentuan dan syarat umum SPK paling sedikit memuat:
1) Itikad Baik
a) Para pihak bertindak atas asas saling percaya yang saling disesuaikan dengan hak-hak yang
terdapat dalam SPK.
b) Para pihak setuju untuk melaksanakan SPK dengan jujur tanpa menonjolkan kepentingan
masing-masing pihak. Apabila salah satu pihak merasa dirugikan, maka diupayakan tindakan
yang terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
113
2) Penyedia Mandiri
Penyedia bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan.
3) Penerimaan Barang
Perusahaan berhak untuk memeriksa Barang setelah serah terima Barang dan untuk menolak
penerimaan Barang yang tidak memenuhi spesifikasi dalam SPK.
4) HAKI
Penyedia berkewajiban untuk memastikan bahwa barang yang dipasok tidak melanggar HAKI
pihak manapun dan dalam bentuk apapun. Penyedia berkewajiban untuk menanggung
Perusahaan dari atau atas semua tuntutan, tanggung jawab, kewajiban, kehilangan, kerugian,
denda, gugatan atau tuntutan hukum, proses pemeriksaan hukum, dan biaya yang dikenakan
terhadap Perusahaan sehubungan dengan klaim atas pelanggaran HAKI, termasuk
pelanggaran hak cipta, merek dagang, hak paten, dan bentuk HAKI lainnya yang dilakukan atau
diduga dilakukan oleh Penyedia.
5) Jaminan Mutu dan Pengemasan
Penyedia menjamin bahwa Barang, termasuk pengemasannya, memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan serta bebas dari cacat mutu. Penyedia juga menjamin bahwa barang dikemas
sedemikian rupa, sehingga Barang terhindar dan terlindungi dari risiko kerusakan atau
kehilangan selama masa transportasi atau pada saat pengiriman dari tempat asal sampai serah
terima.
6) Pemutusan
Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 KUHPer, Perusahaan dapat memutuskan SPK ini
dengan pemberitahuan tertulis kepada Penyedia.
Apabila SPK diputuskan sebelum waktu pelaksanaan pengadaan berakhir dan pemutusan
tersebut akibat Keadaan Kahar atau bukan karena kesalahan atau kelalaian Penyedia, maka
Penyedia berhak atas pembayaran pekerjaan sesuai dengan prestasi pengadaan yang dapat
diterima oleh Perusahaan.
7) Pemeliharaan Lingkungan
Penyedia berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi
lingkungan selama pelaksanaan pengadaan Barang serta membatasi gangguan lingkungan
terhadap pihak ketiga dan harta bendanya sehubungan dengan pelaksanaan SPK ini.
8) Perpajakan
Penyedia berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan pungutan lain yang
dibebankan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku atas pelaksanaan SPK.
Semua pengeluaran perpajakan ini dianggap telah termasuk dalam nilai SPK.
9) Hukum Yang Berlaku
Keabsahan, interpretasi, dan pelaksanaan SPK ini didasarkan kepada hukum Republik
Indonesia.
10) Penyelesaian Perselisihan
Perusahaan dan Penyedia berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan
secara damai (musyawarah mufakat) semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan
dengan SPK ini atau interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pengadaan barang ini.
Apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka perselisihan akan
diselesaikan melalui mediasi, konsiliasi atau pengadilan/arbitrase sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
11) Perubahan SPK
SPK tidak dapat diubah, kecuali dibuat secara tertulis serta berlaku apabila disetujui oleh para
pihak.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
114
12) Pengalihan dan/atau Subkontrak
Penyedia dilarang untuk mengalihkan dan/atau mensubkontrakkan sebagian atau seluruh
pengadaan. Pengalihan seluruh pengadaan hanya diperbolehkan dalam hal pergantian nama
Penyedia, baik sebagai akibat peleburan, konsolidasi, pemisahan atau akibat lainnya.
13) Larangan Pemberian Komisi
Penyedia menjamin tidak akan memberikan komisi dalam bentuk apapun (gratifikasi) kepada
semua pihak terkait.
4. Surat Pesanan (SP)/Purchase Order
a. SP digunakan dalam pengadaan Barang, baik untuk kebutuhan investasi maupun operasi
pemeliharaan dengan penggunaan:
1) sebagai realisasi atas Kontrak pengadaan Barang.
2) sebagai realisasi atas pengadaan Barang secara partial menggunakan metode Pengadaan
Langsung.
b. Pejabat harus menerbitkan SP selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal
keputusan penetapan Penyedia.
c. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal penerbitan SP tersebut harus sudah
disetujui/ditandatangani di atas kertas segel/bermaterai oleh Penyedia sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
d. Tanggal penandatanganan SP oleh Penyedia ditetapkan sebagai tanggal awal perhitungan waktu
penyerahan.
e. Pesanan Barang yang telah diserahkan sebelum diterbitkan SP, harus dinyatakan secara jelas
dalam SP.
f. Dalam hal pengadaan Barang dilaksanakan dengan “sistem harga satuan” maka harga satuan,
jadual dan tempat pengiriman serta perkiraan jumlah Barang harus ditetapkan.
g. Standar ketentuan dan syarat umum SP paling sedikit memuat:
1) Penerimaan Barang
Pejabat yang berwenang berhak atas suatu jangka waktu yang memadai untuk memeriksa
Barang setelah serah terima Barang, dan untuk menolak penerimaan Barang yang tidak
memenuhi spesifikasi SP ini.
2) HAKI
Penyedia berkewajiban untuk memastikan bahwa Barang yang dipasok tidak melanggar HAKI
pihak manapun dan dalam bentuk apapun. Penyedia berkewajiban untuk menanggung pejabat
yang berwenang atau Perusahaan dari atau atas semua tuntutan, tanggung jawab, kewajiban,
kehilangan, kerugian, denda, gugatan atau tuntutan hukum, proses pemeriksaan hukum, dan
biaya yang dikenakan terhadap Perusahaan sehubungan dengan klaim atas pelanggaran
HAKI, termasuk pelanggaran hak cipta, merek dagang, hak paten, dan bentuk HAKI lainnya
yang dilakukan atau diduga dilakukan oleh Penyedia.
3) Jaminan Mutu dan Pengemasan
Penyedia menjamin bahwa Barang, termasuk pengemasannya, memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan serta bebas dari cacat mutu. Penyedia juga menjamin bahwa Barang dikemas
sedemikian rupa, sehingga Barang terhindar dan terlindungi dari risiko kerusakan atau
kehilangan selama masa transportasi atau pada saat pengiriman dari tempat asal sampai serah
terima.
4) Pemutusan
Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 KUHPer, pejabat yang berwenang dapat memutuskan
SP ini dengan pemberitahuan tertulis kepada Penyedia.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
115
Jika SP diputuskan sebelum waktu pelaksanaan pengadaan Barang berakhir dan pemutusan
tersebut akibat Keadaan Kahar atau bukan karena kesalahan atau kelalaian Penyedia, maka
Penyedia berhak atas pembayaran pekerjaan sesuai dengan prestasi pengadaan yang dapat
diterima oleh Perusahaan.
5) Pemeliharaan Lingkungan
Penyedia berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi
lingkungan selama pelaksanaan pengadaan Barang serta membatasi gangguan lingkungan
terhadap pihak ketiga dan harta bendanya sehubungan dengan pelaksanaan SP ini.
6) Perpajakan
Penyedia berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan pungutan lain yang
dibebankan oleh hukum yang berlaku atas pelaksanaan SP. Semua pengeluaran perpajakan
ini dianggap telah termasuk dalam nilai SP.
7) Hukum yang Berlaku
Keabsahan, interpretasi, dan pelaksanaan SP ini didasarkan kepada hukum Republik
Indonesia.
8) Penyelesaian Perselisihan
Pejabat yang berwenang dan Penyedia berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh
menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan
SP ini atau interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pengadaan Barang ini. Jika
perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka perselisihan akan diselesaikan
melalui pengadilan negeri dalam wilayah hukum Republik Indonesia.
9) Adendum/amandemen
SP ini tidak dapat diubah, kecuali dibuat secara tertulis serta berlaku jika disetujui oleh pejabat
yang berwenang dan Penyedia.
10) Pengalihan dan/atau Subkontrak
Penyedia dilarang untuk mengalihkan dan/atau mensubkontrakkan sebagian atau seluruh
pengadaan Barang. Pengalihan seluruh pengadaan Barang hanya diperbolehkan dalam hal
pergantian nama Penyedia, baik sebagai akibat peleburan (merger) atau akibat lainnya.
11) Larangan Pemberian Komisi
Penyedia menjamin bahwa tidak satu pun personil Perusahaan telah atau akan menerima
komisi atau keuntungan tidak sah lainnya baik langsung maupun tidak langsung dari SP ini.
Penyedia menyetujui bahwa pelanggaran syarat ini merupakan pelanggaran yang mendasar
terhadap SP ini.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
116
BAB XIII
PENGGUNAAN BARANG/JASA PRODUKSI DALAM NEGERI
1. Dalam pelaksanaan PBJ, Perusahaan wajib:
a. memaksimalkan penggunaan Barang/jasa hasil produksi dalam negeri, termasuk rancang bangun
dan perekayasaan nasional dalam PBJ;
b. memaksimalkan penggunaan Penyedia nasional.
2. Pendayagunaan produksi dalam negeri pada proses PBJ dilakukan sebagai berikut:
a. ketentuan dan syarat penggunaan hasil produksi dalam negeri dimuat dalam Dokumen
Pengadaan dan dijelaskan kepada semua peserta;
b. dalam proses evaluasi PBJ harus diteliti sebaik-baiknya agar benar-benar merupakan hasil
produksi dalam negeri dan bukan Barang/jasa impor yang dijual di dalam negeri;
c. dalam hal sebagian bahan untuk menghasilkan Barang/jasa produksi dalam negeri berasal dari
impor, dipilih Barang/jasa yang memiliki komponen dalam negeri paling besar; dan
d. dalam mempersiapkan PBJ, sedapat mungkin digunakan standar nasional dan memperhatikan
kemampuan atau potensi nasional.
3. Kontrak wajib mencantumkan persyaratan penggunaan:
a. SNI atau standar lain yang berlaku dan/atau standar internasional yang setara dan ditetapkan
oleh instansi terkait yang berwenang;
b. produksi dalam negeri sesuai dengan kemampuan industri nasional; dan
c. tenaga ahli dan/atau Penyedia dalam negeri.
4. Dalam pelaksanaan PBJ diupayakan agar Penyedia dalam negeri bertindak sebagai Penyedia
utama, sedangkan Penyedia asing dapat berperan sebagai subpenyedia sesuai dengan kebutuhan.
5. Penggunaan tenaga ahli asing yang keahliannya belum dapat diperoleh di Indonesia, harus disusun
berdasarkan keperluan yang nyata dan diusahakan secara terencana untuk semaksimal mungkin
terjadinya pengalihan keahlian pada tenaga kerja Indonesia.
6. Pengadaan Barang yang terdiri atas bagian atau komponen dalam negeri dan bagian atau komponen
yang masih harus diimpor, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan bagian atau komponen
yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor;
dan
b. peserta pengadaan diwajibkan membuat daftar Barang yang diimpor yang dilengkapi dengan
spesifikasi teknis, jumlah dan harga yang dilampirkan pada Dokumen Penawaran.
7. Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi yang terdiri atas bagian atau komponen dalam negeri dan bagian
atau komponen yang masih harus diimpor, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan bagian atau komponen
yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan bagian atau komponen yang masih harus diimpor;
b. pekerjaan pemasangan, pabrikasi, pengujian dan lainnya sedapat mungkin dilakukan di dalam
negeri; dan
c. peserta pengadaan diwajibkan membuat daftar Barang yang diimpor yang dilengkapi dengan
spesifikasi teknis, jumlah dan harga yang dilampirkan pada Dokumen Penawaran.
8. Pengadaan Barang impor dimungkinkan dalam hal:
a. Barang tersebut belum dapat diproduksi di dalam negeri;
b. spesifikasi teknis Barang yang diproduksi di dalam negeri belum memenuhi persyaratan; dan/atau
c. volume produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
117
9. Penyedia yang melaksanakan PBJ yang diimpor langsung, semaksimal mungkin menggunakan jasa
pelayanan yang ada di dalam negeri.
10. Penggunaan Produk Dalam Negeri (PDN) dilakukan sesuai besaran komponen dalam negeri pada
setiap Barang/jasa yang ditunjukkan dengan nilai TKDN.
11. PDN wajib digunakan jika terdapat Penyedia yang menawarkan Barang/jasa dengan nilai TKDN
ditambah nilai Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) paling sedikit 40% (empat puluh persen).
Nilai BMP merupakan nilai penghargaan kepada perusahaan karena berinvestasi di Indonesia,
memberdayakan UM dan UK serta koperasi kecil melalui kemitraan, memelihara kesehatan,
keselamatan kerja dan lingkungan (OHSAS 18000/ISO 14000), memberdayakan lingkungan
(community development) (ISO 26000), serta memberikan fasilitas pelayanan purnajual.
12. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 11. hanya diberlakukan dalam PBJ apabila terdapat
paling sedikit 1 (satu) produk dalam negeri dalam Daftar Inventarisasi Barang/Jasa PDN dengan nilai
TKDN paling sedikit 25% (dua puluh lima persen), dan paling sedikit 2 (dua) PDN dalam daftar
inventarisasi Barang/jasa PDN dengan nilai TKDN kurang dari 25% (dua puluh lima persen).
13. Pelaksanaan PBJ hanya dapat diikuti oleh Barang/jasa PDN sepanjang Barang/jasa tersebut sesuai
dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan, harga yang wajar dan kemampuan penyerahan hasil
pekerjaan dari sisi waktu maupun jumlah.
14. Ketentuan dan tata cara penghitungan TKDN merujuk pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
15. Preferensi Harga untuk Barang/jasa dalam negeri diberlakukan pada PBJ yang dibiayai pinjaman
luar negeri melalui pelelangan internasional.
16. Preferensi Harga untuk Barang/jasa dalam negeri diberlakukan pada PBJ yang dibiayai rupiah murni
tetapi hanya berlaku untuk PBJ bernilai diatas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
17. Preferensi Harga hanya diberikan kepada Barang/Jasa dalam negeri dengan TKDN lebih besar atau
sama dengan 25% (dua puluh lima persen).
18. Barang PDN sebagaimana dimaksud pada angka 16., tercantum dalam daftar barang PDN yang
dikeluarkan oleh menteri yang membidangi urusan perindustrian.
19. Preferensi harga untuk Barang PDN paling tinggi 15% (lima belas persen).
20. Preferensi harga untuk Pekerjaan Konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor nasional adalah 7,5%
(tujuh koma lima persen) diatas harga penawaran terendah dari kontraktor asing.
21. Harga Evaluasi Akhir (HEA) dihitung dengan ketentuan sebagaiberikut:
a. preferensi terhadap komponen dalam negeri Barang/jasa adalah tingkat komponen dalam negeri
dikalikan preferensi harga;
b. preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga penawaran yang telah memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis, termasuk koreksi aritmatik;
c. perhitungan HEA adalah sebagai berikut:
HEA = Harga Evaluasi Akhir
KP = Koefisien Preferensi (TKDN dikali preferensi tertinggi Barang/jasa)
HP = Harga Penawaran (harga penawaran yang memenuhi persyaratan lelang dan telah
dievaluasi)
22. Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA yang sama, penawar dengan TKDN
terbesar adalah sebagai pemenang.
23. Pemberian preferensi harga tidak mengubah harga penawaran dan hanya digunakan oleh Pokja
untuk keperluan perhitungan HEA, guna menetapkan peringkat pemenang pelelangan/seleksi.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
118
24. SPI melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan penggunaan PDN dalam PBJ untuk keperluan
unit masing-masing.
25. SPI segera melakukan langkah serta tindakan yang bersifat kuratif/perbaikan, dalam hal terjadi
ketidaksesuaian dalam penggunaan PDK, termasuk audit teknis (technical audit) berdasarkan
Dokumen Pengadaan dan Kontrak PBJ yang bersangkutan.
26. Dalam hal hasil pemeriksaan menyatakan adanya ketidaksesuaian dalam penggunaan Barang/jasa
produksi dalam negeri, Penyedia dikenakan sanksi dengan contoh: Penyedia Barang
PENAWARAN SEHARUSNYA
Harga Penawaran
(Rp)
TKDN HEA (Rp)
Peringkat TKDN HEA (Rp)
Peringkat
A 1.100.000.000 80% 887.096.774,19 I 75% 897.959.183,67 I
B 1.050.000.000 40% 937.500.000,00 II 40% 937.500.000,00 II
C 1.200.000.000 80% 967.741.935,35 III 80% 967.741.935,48 III
Besarnya sanksi yang dikenakan kepada Penyedia A adalah:
Rp897.959.183,67 – Rp887.096.774,19 = Rp10.862.409,48.
Penyedia Barang
PENAWARAN SEHARUSNYA
Harga Penawaran
(Rp)
TKDN HEA (Rp)
Peringkat TKDN HEA (Rp)
Peringkat
A 1.100.000.000 80% 887.096.774,19 I 50% 956.521.739,13 I
B 1.050.000.000 40% 937.500.000,00 II 40% 937.500.000,00 II
C 1.200.000.000 80% 967.741.935,35 III 80% 967.741.935,48 III
Besarnya sanksi yang dikenakan kepada Penyedia A adalah:
(Rp956.521.739,13 – Rp887.096.774,19) + (Rp1.100.000.000 – Rp1.050.000.000) =
Rp119.424.964,94 X 15%
27. Blacklist dapat dikenakan apabila Penyedia ternyata dengan sengaja memalsukan data komponen
dalam negeri.
28. Contoh perhitungan BMP dan TKDN merujuk pada ketentuan dan cara perhitungan TKDN menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
119
BAB XIV
PENGUTAMAAN UM, UK DAN KOPERASI KECIL
1. Umum
a. UM mempunyai kriteria sebagai berikut:
1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b. UK mempunyai kriteria sebagai berikut:
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)sampai
dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
c. Koperasi kecil merupakan badan usaha koperasi primer yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi kecil mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
2. Kriteria
UM, UK dan koperasi kecil yang dapat mengikuti PBJ dilingkungan Perusahaan harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki kompetensi teknis yang dibutuhkan Perusahaan, yaitu kemampuan SDM, teknis, modal
dan peralatan yang cukup. Kompetensi teknis tersebut dapat dinilai melalui proses kualifikasi.
b. Bidang usahanya sesuai dengan kebutuhan Perusahaan.
c. Bagi badan usaha, bidang usahanya sesuai dengan AD/ART.
d. Memiliki izin usaha dari instansi terkait.
e. Diutamakan kepada UM, UK dan koperasi kecil yang menjadi mitra binaan Perusahaan dalam
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
3. Ketentuan Pengadaan
a. Dalam pelaksanaan pengadaan, Perusahaan memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan
untuk UM dan UK serta koperasi kecil.
b. Dalam proses perencanaan dan penganggaran kegiatan, Perusahaan mengarahkan dan
menetapkan besaran PBJ untuk UM dan UK serta koperasi kecil.
c. Perluasan peluang UM dan UK serta koperasi kecil melalui PBJ ditetapkan sebagai berikut:
1) setiap awal tahun anggaran, Perusahaan membuat RUP dengan sebanyak mungkin
menyediakan paket-paket pekerjaan bagi UM dan UK serta koperasi kecil; dan
2) nilai paket pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), diperuntukan bagi UK, kecuali untuk
paket pekerjaan yang menuntut kemampuan teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh UK dan/atau
pengadaan yang kurang/tidak diminati UK.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
120
3) pada pelelangan ulang Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) diikuti oleh non-UK, maka UM, UK dan
koperasi kecil tersebut diberikan preferensi harga sebesar 5% (lima persen) pada
penawarannya. Preferensi harga yang dimaksud adalah anggapan bahwa penawaran UM, UK
dan koperasi kecil menjadi lebih rendah dibandingkan penawaran aktualnya dan digunakan
hanya sebagai harga evaluasi.
d. Jika Penyedia yang ditunjuk adalah Penyedia dari UM, UK atau koperasi kecil, maka dalam Kontrak
dimuat ketentuan bahwa pekerjaan tersebut harus dilaksanakan sendiri oleh Penyedia yang
ditunjuk dan dilarang diserahkan atau disubkontrakkan kepada pihak lain.
e. Jika Penyedia berstatus non-UK dan nilai Kontrak di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) maka:
1) Penyedia diharuskan untuk bekerjasama dengan Penyedia UK termasuk koperasi kecil antara
lain dengan mensubkontrakkan pekerjaan (apabila memungkinkan). Kerja sama ini harus
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang;
2) kerja sama tersebut hanya untuk sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama, namun
pekerjaan sederhana dan tidak memerlukan keahlian khusus;
3) dilarang mensubkontrakkan seluruh pekerjaan; dan
4) Penyedia tetap bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan keseluruhan pekerjaan.
f. Apabila ketentuan tersebut di atas dilanggar, maka Kontrak akan batal dan Penyedia dikenakan
sanksi dimasukkan dalam blacklist.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
121
BAB XV
KONSEP RAMAH LINGKUNGAN
1. Konsep ramah lingkungan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan Barang/jasa Perusahaan
sehingga keseluruhan tahapan proses pengadaan dapat memberikan manfaat untuk Perusahaan dan
masyarakat serta perekonomian, dengan meminimalkan dampak kerusakan lingkungan.
2. Konsep pengadaan yang ramah lingkungan dapat diterapkan dalam Dokumen Pengadaan berupa
persyaratan-persyaratan tertentu, yang mengarah pada pemanfaatan sumber daya alam secara arif
dan mendukung pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai dengan karakteristik pekerjaan.
3. PBJ yang ramah lingkungan dilakukan dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas pengadaan
(value for money).
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
122
BAB XVI
PENGADAAN INTERNASIONAL
1. Ketentuan Pengadaan
a. PBJ yang dilaksanakan melalui pelelangan/seleksi internasional harus memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada Penyedia nasional.
b. Direksi merencanakan PBJ dengan memperhatikan penggunaan spesifikasi teknis, kualifikasi,
standar nasional dan kemampuan/potensi nasional.
c. Dalam merencanakan PBJ harus memaksimalkan penggunaan PDN sesuai dengan
kemampuan/potensi nasional dan standar nasional dalam hal:
1) studi kelayakan dan rancang bangun proyek;
2) penyiapan Dokumen Pengadaan/KAK; dan
3) penyusunan HPS.
d. Kriteria dan tata cara evaluasi dalam Dokumen Pengadaan mencantumkan rumusan peran serta
Penyedia nasional dan preferensi harga yang ditetapkan.
e. Dalam penyusunan rancangan Kontrak, perlu dicantumkan kewajiban penggunaan PDN.
f. Dokumen Pengadaan melalui pelelangan/seleksi internasional ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
g. Dalam hal terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap Dokumen Pengadaan sebagaimana
dimaksud pada huruf f, maka dokumen berbahasa Indonesia dijadikan acuan.
h. Dalam Dokumen Pengadaan yang diikuti oleh Penyedia asing harus memuat hal-hal sebagai
berikut:
1) adanya kerja sama antara Penyedia asing dengan industri dalam negeri;
2) adanya ketentuan yang jelas mengenai tata cara pelaksanaan pengalihan kemampuan,
pengetahuan, keahlian dan keterampilan; dan
3) ketentuan bahwa seluruh proses pengadaan sedapat mungkin dilaksanakan di wilayah
Indonesia.
2. Pembiayaan dari Kredit Ekspor (KE)
PBJ yang dibiayai dengan KE, kredit lainnya dan/atau hibah mengikuti ketentuan berikut:
a. dilakukan melalui persaingan usaha yang sehat;
b. dilaksanakan dengan persyaratan yang paling menguntungkan negara, dari segi teknis dan harga;
dan
c. dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan komponen dalam negeri dan Penyedia nasional;
d. pemilihan Penyedia dilakukan di dalam negeri.
3. Pembiayaan dari PHLN
a. PBJ yang dibiayai dana PHLN terdiri dari kegiatan:
1) perencanaan PBJ dengan PHLN; dan
2) pelaksanaan PBJ dengan PHLN.
b. Pengguna dalam melaksanakan pekerjaan yang dibiayai dari PHLN, wajib memahami:
1) Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri (NPPLN)/Naskah Perjanjian Hibah Luar Negeri
(NPHLN) atau dokumen/nota kesepahaman; dan
2) Ketentuan-ketentuan pelaksanaan PBJ setelah NPPLN/NPHLN disepakati Pemerintah Republik
Indonesia dan pemberi pinjaman/hibah.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
123
4. Pembiayaan dari Lembaga Penjamin KE
a. PBJ yang dibiayai oleh lembaga penjamin KE/kredit swasta asing dilakukan melalui
pelelangan/seleksi internasional.
b. PBJ sebagaimana dimaksud pada butir (2), harus merupakan proyek prioritas yang tercantum
dalam daftar rencana prioritas PHLN.
c. Dalam PBJ yang dananya bersumber dari lembaga penjamin KE, peserta pelelangan/seleksi
internasional memasukkan penawaran administrasi, teknis, harga dan sumber pendanan beserta
persyaratannya sesuai dengan ketentuan dan norma yang berlaku secara internasional.
d. Evaluasi penawaran dilakukan dengan metode perhitungan biaya efektif, diantaranya discounted
cost/net present value.
5. Keikutsertaan Perusahaan Asing
Jika PBJ tidak dapat dilaksanakan oleh Penyedia lainnya dari dalam negeri maka pengadaan dapat
diikuti oleh perusahaan asing dan diumumkan dalam web komunitas internasional (seperti
www.dgmarket.com,www.undp.org dan lain-lain).
a. Perusahaan asing dapat ikut serta dalam PBJ dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pekerjaan Konstruksi dengan nilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
2) pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar
rupiah); dan
3) Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
b. Perusahaan asing yang melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada butir a., harus
melakukan kerja sama usaha dengan perusahaan nasional dalam bentuk kemitraan, subkontrak
dan lain-lain, dalam hal terdapat perusahaan nasional yang memiliki kemampuan dibidang yang
bersangkutan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
124
BAB XVII
PENGADAAN KHUSUS
1. Pengadaan Tanah
a. Pengertian
Pengadaan tanah untuk kepentingan Perusahaan merupakan kegiatan untuk mendapatkan tanah
dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-
pihak yang bersangkutan kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman
dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah untuk kepentingan usaha Perusahaan, berupa
perluasan, diversifikasi atau relokasi kantor dan/atau tempat usaha.
Pengadaan tanah oleh Perusahaan tidak diperuntukan sebagai kegiatan bertujuan spekulasi.
b. Dasar Hukum
Dengan tidak adanya peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur pengadaan
tanah untuk Perusahaan dan pada khususnya BUMN, maka peraturan perundang-undangan yang
dapat dijadikan acuan dalam proses pengadaan tanah bagi BUMN adalah:
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria;
2) UU BUMN;
3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri;
5) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya
Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
7) Peraturan Daerah mengenai Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di masing-masing
Kabupaten/Kota.
c. Pelaksana Pengadaan
Pengadaan tanah dilaksanakan oleh panitia pengadaan tanah yang dibentuk khusus dengan
Keputusan Direksi.
1) Kualifikasi Panitia Pengadaan Tanah
a) Berjumlah gasal, minimal 7 (tujuh) orang dan maksimal 9 (sembilan) orang diluar tenaga ahli
dari luar Perusahaan.
b) Minimal terdiri dari unsur, unit yang menangani hukum, unit yang menangani teknis, unit
yang menangani keuangan, DPPA.
c) Memiliki integritas moral, memiliki disiplin tinggi, memiliki tanggung jawab dan kualifikasi
teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
d) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan keteladanan dalam
sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat KKN.
e) Menandatangani Pakta Integritas.
Jika dipadang perlu Direksi dapat menggunakan tenaga ahli/tenaga penunjang dari luar
Perusahaan. Pemilihan tenaga ahli menggunakan metode yang diatur dalam Pedoman ini.
2) Tugas Panitia Pengadaan Tanah
a) Umum:
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
125
(1) Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-
benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau
diserahkan.
(2) Mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan
atau diserahkan dan dokumen yang mendukungnya.
(3) Menetapkan besarnya ganti rugi atau pembayaran atas tanah yang haknya akan
dilepaskan atau diserahkan.
(4) Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
(5) Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas pengadaan tanah dan
menyerahkan kepada pihak yang berkompeten.
(6) Melaporkan secara periodik perkembangan kegiatan, keuangan dan hambatan kepada
Direksi minimal setiap bulan sekali.
b) Khusus:
(1) Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana
pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan
pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik, baik melalui tatap muka,
media cetak, maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat
yang terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah.
(2) Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan instansi
pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau
besarnya ganti rugi.
(3) Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi atau pembayaran kepada para
pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang ada di atas
tanah.
d. Ketentuan Pengadaan
Pengadaan tanah telah direncanakan dan disesuaikan dengan RTRW lokasi yang akan dipilih dan
telah mendapat persetujuan dalam RKAP.
Lokasi yang dapat dipilih:
1) Kawasan Industri (pengadaan untuk kegiatan usaha)
a) Pengadaan tanah untuk kegiatan usaha industri diupayakan dilakukan pada tanah yang
berlokasi pada kawasan industri, yang letaknya memiliki tingkat keekonomisan, keefisienan
dan keefektifan bagi Perusahaan.
b) Pertimbangan pemilihan kawasan industri sebagai lokasi perluasan, diversifikasi atau
relokasi adalah:
(1) Memiliki kemudahan-kemudahan dalam hal perizinan.
(2) Memiliki tarif yang telah ditetapkan secara resmi.
(3) Tingkat keamanan yang relatif tinggi.
2) Pengadaan untuk Kegiatan Usaha, Kantor dan Rumah Dinas
a) Dalam hal lokasi yang dipilih tidak berlokasi di kawasan industri, maka acuan seperti angka
1) di atas harus menjadi bahan pertimbangan yang utama.
b) Lokasi tanah yang dipilih harus bebas dari sengketa (bukti dan informasi dari segala pihak).
c) Melalui musyawarah yang artinya adalah kegiatan yang mengandung proses saling
mendengar, saling memberi dan saling menerima pendapat, serta keinginan untuk mencapai
kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atau pembayaran dan masalah lain
yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan
antara pihak yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang
berkaitan dengan tanah dengan pihak yang memerlukan tanah.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
126
d) Ganti rugi atau pembayaran merupakan penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik
dan/atau non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah,
bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat
memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi
sebelum terkena pengadaan tanah.
e) Apabila setelah diadakan musyawarah tidak tercapai kesepakatan, maka selambat-
lambatnya dalam waktu 120 hari kalender, panitia pengadaan tanah harus mencari lokasi
lain.
f) Panitia pengadaan tanah harus profesional dan independen untuk menentukan nilai/harga
tanah yang akan digunakan sebagai dasar guna mencapai kesepakatan atas
jumlah/besarnya ganti rugi atau pembayaran.
g) Bentuk ganti rugi dapat berupa :
(1) uang;
(2) tanah pengganti;
(3) pemukiman kembali;
(4) gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam angka
(1), (2) dan (3) di atas; dan/atau
(5) bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
h) Dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan atas:
(1) Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) atau nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan
NJOP tahun berjalan berdasarkan penilaian panitia pengadaan tanah;
(2) Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah/KJPP/lembaga penilai
independen yang bertanggung jawab dibidang bangunan.
(3) Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah/KJPP/lembaga penilai
independen yang bertanggung jawab di bidang pertanian.
(4) Kesepakatan antar pihak.
(5) Penilaian dari satu atau lebih KJPP/lembaga penilai indepeden.
e. Biaya Pengadaan
Biaya yang timbul dari pengadaan tanah dibukukan sebagai nilai perolehan investasi sesuai kebijakan
akuntansi yang berlaku di Perusahaan.
1) Biaya yang timbul terdiri dari:
a) Harga transaksi atau pembayaran tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang
berkaitan dengan tanah.
b) Biaya penurunan, pengalihan dan pengurusan hak.
c) Pajak-pajak yang ditimbulkan akibat dari pengadaan tanah
d) Biaya perizinan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), gangguan, lokasi, dan
pengesahan rencana tapak tanah dan lain-lain.
e) Biaya sewa (kalau tanah tersebut disewa).
f) Biaya penyiapan atau pematangan tanah.
g) Biaya operasional panitia pengadaan tanah.
Biaya operasional panitia pengadaan tanah digunakan untuk pembayaran honorarium,
pengadaan bahan, alat tulis kantor, cetak, fotokopi/penggandaan, penunjang musyawarah,
sosialisasi, sidang-sidang yang berkaitan dengan proses pengadaan tanah, biaya keamanan,
dan biaya perjalanan dalam rangka pengadaan tanah.
Honorarium diberikan sejak bulan penugasan sampai dengan batas waktu selesai penetapan
pembayaran atau ganti rugi ditambah paling lama 2 (dua) bulan untuk masa penyerahan ganti
rugi dan penyerahan Dokumen Pengadaan tanah kepada Perusahaan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
127
Biaya operasional panitia pengadaan tanah ditentukan paling tinggi 4% (empat persen) dari
perhitungan ganti rugi sampai dengan atau setara Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
dan selanjutnya dengan prosentase menurun sebagaimana dasar perhitungan yang ditetapkan
sebagai berikut:
s/d Rp10 miliar = (4% x Rp10 miliar) = Maks. Rp400 juta
Diatas Rp10 miliar s/d Rp15
miliar
= (Biaya s/d Rp10 miliar sebelumnya) +
(3% x Rp5 miliar)
= Maks. Rp450 juta
Diatas Rp15 miliar s/d Rp30
miliar
= (Biaya s/d Rp15 miliar sebelumnya) +
(2% x Rp15 miliar)
= Maks. Rp850 juta
Diatas Rp30 miliar s/d Rp55
miliar
= (Biaya s/d Rp30 miliar sebelumnya) +
(1% x Rp25 miliar)
= Maks. Rp1,1 miliar
Diatas Rp55 miliar s/d
Rp105 miliar
= (Biaya s/d Rp55 miliar sebelumnya) +
(0.5% x Rp50 M)
= Maks. Rp1,35 miliar
Diatas Rp105 miliar = (Biaya s/d Rp105 miliar sebelumnya) +
(0.25% x Rp100 miliar)
= Maks. Rp1,60 miliar
Contoh Penerapan:
Untuk pengadaan tanah sebesar Rp18.000.000.000,00 perhitungan biaya panitia pengadaan tanah
adalah sebagai berikut:
s.d Rp15.000.000.000,00 Rp450.000.000,00
Ditambah 2% x Rp3.000.000.000,00 Rp60.000.000,00
Jumlah Rp510.000.000,00
Biaya panitia pengadaan tanah untuk pengadaan tanah sebesar Rp18.000.000.000,00 adalah
sejumlah Rp510.000.000,00.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengadaan Tanah termasuk apabila ada perubahan terkait
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.02/2013, dapat diatur dalam KPTS Direksi tersendiri.
f. Pengawasan
Pengawasan pengadaan tanah dilakukan oleh SPI. SPI wajib melakukan pengawasan khusus mulai
dari perencanaan hingga penyelesaian proses pengadaan tanah.
g. Pelaporan
1) Panitia pengadaan tanah wajib melaporkan proses pengadaan tanah kepada Direktur dengan
tembusan kepada SPI.
2) SPI wajib menyampaikan laporan hasil pengawasannya kepada DU setiap penugasan.
3) Apabila terdapat unsur yang patut diduga berindikasi KKN, SPI wajib melakukan pemeriksaan
khusus. Apabila terbukti berindikasi KKN, akan ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4) Direksi melaporkan perkembangan proses pengadaan tanah kepada Kementerian BUMN melalui
Dewan Pengawas sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Pengadaan Barang Bekas
a. Pengertian
Pengadaan barang bekas adalah pengadaan/pembelian Barang yang pernah dipakai oleh pihak
lain dan dinyatakan layak operasional untuk menunjang tugas pokok Perusahaan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
128
b. Pertimbangan
Pengadaan Barang untuk keperluan operasional Perusahaan diutamakan menggunakan barang
baru dan orisinal, namun karena kebutuhan yang sangat mendesak, Perusahaan dimungkinkan
untuk membeli Barang bekas dengan pertimbangan setidaknya memenuhi kondisi sebagai berikut:
1) kondisi keuangan Perusahaan belum memungkinkan untuk membeli Barang baru atas dasar
ketersediaan dana dalam RKAP atau RKAPT;
2) kondisi eksternal tidak memungkinkan pengadaan Barang baru karena terjadi penurunan nilai
tukar rupiah yang tajam, barang yang dimaksud sudah tidak diproduksi (bersifat diskontinyu),
dan pertimbangan lain yang dapat dipertanggungjawabkan; atau
3) pengadaan Barang baru membutuhkan waktu lebih dari 3 (tiga) bulan atau melewati waktu
kebutuhan Barang yang sudah dijadwalkan, dan atau melampaui tahun anggaran.
c. Kriteria
Pengadaan Barang bekas harus memenuhi seluruh kriteria:
1) Unit Pengguna terlebih dahulu melakukan kajian secara menyeluruh terkait aspek teknis,
ekonomis dan yuridis yang menyatakan bahwa pengadaan tersebut menguntungkan bagi
Perusahaan. Apabila diperlukan, kajian ini dapat dibantu oleh tim, unit lain, pakar atau pihak
eksternal.
2) Memenuhi kebutuhan investasi atau operasional Perusahaan.
3) Pembelian Barang bekas antara lain, namun tidak terbatas pada peralatan, mesin/spareparts
alat berat darat dan apung atau alat alat lain yang diperlukan untuk operasional Perusahaan.
4) Pembelian Barang bekas harus disertai jaminan dari perusahaan penyedia bahwa barang
yang dimaksud tidak ada cacat mutu yang tersembunyi dan layak dioperasikan sesuai yang
ditawarkan.
5) Mendapat persetujuan dari Direksi secara keseluruhan.
d. Prosedur Pengadaan
Dilaksanakan oleh DPPA dengan tahapan sebagai berikut:
1) Mencari/mengumumkan untuk memperoleh informasi barang bekas yang dibutuhkan melalui
media elektronik maupun non elektronik.
2) Mengundang Penyedia untuk memasukkan penawaran minimal 2 (dua) penyedia yang berbeda.
3) Dalam hal tidak diperoleh setidaknya dua pembanding maka diperbolehkan menggunakan jasa
1 (satu) penyedia dengan mempertimbangkan masukan dari pakar eksternal/penilai
independen.
4) Melakukan evaluasi penawaran (termasuk pengujian dan penilaian/penaksiran barang).
Pengujian dan penilaian/penaksiran barang dapat dilakukan oleh penilai independen yang
ditunjuk sekaligus untuk menyatakan layak operasional.
5) Melakukan klarifikasi dan negosiasi.
3. Pengadaan untuk Kebutuhan Pelaksanaan Proyek
a. Pengertian
Pengadaan untuk keperluan proyek adalah pengadaan barang/Jasa Lainnya untuk memenuhi
kebutuhan pelaksanaan proyek (pekerjaan tertentu yang diterima PJT I yang dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu).
Pengadaan untuk keperluan proyek hanya dapat dilakukan pada saat PJT I telah mendapatkan
Kontrak suatu proyek sampai dengan pada saat penutupan Kontrak (setelah masa pemeliharaan
pekerjaan, apabila ada).
b. Prosedur Pengadaan
1) Pengadaan dilakukan dengan cara Pengadaan Langsung.
2) Panitia Pengadaan dan pejabat yang berwenang ditentukan dalam Keputusan Direksi.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
129
BAB XVIII
E-PROCUREMENT
E-Procurement dilakukan dengan cara tender secara elektronik (E-tendering) atau E-purchasing.
E-Procurement bertujuan untuk:
a. meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;
b. meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;
c. memperbaiki tingkat efisiensi proses Pengadaan;
d. mendukung proses monitoring dan audit; dan
e. memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.
E-procurement berpedoman pada UU 11/2008.
1. E-Tendering
a. E-tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti
oleh semua Penyedia yang terdaftar pada sistem E-procurement dengan cara menyampaikan satu
kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.
b. Ruang lingkup E-tendering meliputi proses pengumuman PBJ sampai dengan pengumuman
pemenang.
c. Para pihak yang terlibat dalam E-tendering antara lain meliputi pejabat yang berwenang, DPPA dan
Penyedia.
d. E-tendering dilaksanakan dengan menggunakan sistem E-Procurement Perusahaan (berupa web
E-Procurement).
e. Aplikasi E-tendering sekurang-kurangnya memenuhi unsur perlindungan HAKI dan kerahasian
dalam pertukaran dokumen, serta tersedianya sistem keamanan dan penyimpanan dokumen
elektronik yang menjamin dokumen elektronik tersebut hanya dapat dibaca oleh pihak yang
berkompeten dan pada waktu yang telah ditentukan.
f. Sistem E-tendering yang diselenggarakan oleh Perusahaan wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) mengacu pada standar yang meliputi interoperabilitas (yaitu kemampuan berbagai jenis
komputer, aplikasi, sistem operasi, dan jaringan untuk bertukar informasi dengan cara yang
bermanfaat dan bermakna), dan integrasi dengan sistem E-procurement;
2) mengacu pada standar proses E-procurement dan tidak terikat pada lisensi tertentu (free
license).
g. Penyedia mengambil Dokumen Pengadaan dengan mengunduh dari web E-Procurement
Perusahaan/yang digunakan oleh Perusahaan, dan tidak perlu hadir dalam pembukaan
penawaran.
h. Dalam hal web E-procurement mengalami gangguan pada proses E-tendering setelah pendaftaran,
proses selanjutnya dapat dialihkan dengan sistem manual.
2. E-purchasing
a. E-purchasing merupakan cara pembelian Barang/jasa melalui sistem katalog elektronik.
b. Dalam rangka E-purchasing, sistem katalog elektronik atau E-catalogue (yaitu sistem informasi
elektronik yang memuat daftar jenis, spesifikasi, dan harga barang tertentu dari berbagai Penyedia
melalui perikatan tertentu) sekurang-kurangnya memuat informasi teknis dan harga Barang/jasa.
c. E-Catalogue diselenggarakan oleh LKPP/web e-market yang didukung LKPP.
d. Dalam rangka pengelolaan sistem katalog elektronik, LKPP/web e-market yang didukung LKPP
melaksanakan Kontrak payung dengan Penyedia untuk Barang/jasa tertentu.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
130
e. E-purchasing diselenggarakan dengan tujuan:
1) terciptanya proses pemilihan Barang/jasa secara langsung melalui sistem E-Catalogue
sehingga memungkinkan Perusahaan dapat memilih Barang/jasa pada pilihan terbaik; dan
2) efisiensi biaya dan waktu proses pemilihan Barang/jasa dari sisi Penyedia dan Perusahaan.
Perusahaan dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk pemenuhan kebutuhan akan barang dan atau jasa.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
131
BAB XIX
PEKERJAAN TERINTEGRASI
1. Umum
a. Terdapat 2 (dua) pengertian untuk istilah Pekerjaan Terintegrasi, yaitu sebagai perusahaan dan
sebagai bentuk Kontrak.
1) Sebagai Perusahaan
Yaitu, perusahaan rekayasa yang bertanggungjawab terhadap desain, melakukan pembelian
terhadap barang-barang (equipment) kemudian melakukan pembangunan suatu plant, atau
perusahaan yang melakukan organizer dari komponen-komponen designer, licensor, vendor,
constructor, shipper, operator dan/atau sekaligus owner.
Dalam kondisi tertentu, sering merupakan perusahaan JO, yang masing-masing memiliki
keahlian dibidang perencanaan, pengadaan, pembangunan, pengawasan, pengujian atau
operasional.
2) Sebagai Kontrak
Yaitu Kontrak pemenuhan kebutuhan Perusahaan untuk melaksanakan Pekerjaan Konstruksi
mulai dari perencanaan, pengadaan, pembangunan, pengawasan, pengujian atau sampai
operasional. Pada Kontrak jenis ini owner sekaligus melakukan PBJ.
Pekerjaan Terintegrasi pada dasarnya sama dengan Turnkey Contract, dimana owner cukup
memberikan kriteria output yang diinginkan. Keterlibatan owner dalam proyek sangat minimal,
karena Kontrak akan mengurus semuanya dari desain hingga commissioning. Saat pekerjaan
selesai, owner tinggal “meminta kunci untuk menghidupkan” (turnkey).
b. Model Kontrak pengadaan Pekerjaan Terintegrasi antara lain dapat berbentuk:
1) Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract), yaitu Kontrak atas dicapainya suatu
tingkat pelayanan tertentu yang bisa merupakan penggabungan paket pekerjaan yang biasanya
dilakukan terpisah.
2) Kontrak Rancang dan Bangun (Design and Build), yaitu Kontrak yang meliputi desain dan
pembangunan.
3) Kontrak Rancang Bangun Konstruksi, yaitu Merupakan Kontrak yang meliputi desain,
pengadaan, dan konstruksi.
4) Kontrak Rancang-Bangun-Operasi-Pemeliharaan (Design-Build-Operate-Maintain), yaitu
Kontrak yang meliputi desain, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan.
5) Kontrak Jasa Pelayanan (Service Contract), yaitu Kontrak untuk melayani kebutuhan layanan
tertentu.
6) Kontrak Pengelolaan Aset (Asset Management Service), yaitu Kontrak untuk pengelolaan aset,
agar aset yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal.
7) Kontrak Operasi dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance), yaitu Kontrak yang meliputi
pengoperasian dan pemeliharaan atas suatu aset yang dimiliki.
8) Turnkey Contract.
9) Gabungan dari beberapa jenis Kontrak di atas.
Pada Pedoman ini, pengertian Pekerjaan Terintegrasi dalam Pedoman ini mengacu pada pengertian
Kontrak dan semua prosedur PBJ hingga ditandatanganinya BAST.
2. Latar Belakang
Seperti pada Pekerjaan Konstruksi pada umumnya, manajemen proyek dengan konsep Terintegrasi
bertujuan sama, yaitu tercapainya persyaratan biaya, mutu, dan waktu.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
132
a. Waktu Penyelesaian
Dengan menggabungkan kegiatan desain, pengadaan, dan konstruksi, maka akan dihasilkan waktu
penyelesaian proyek yang lebih singkat dengan tujuan agar proyek tersebut dapat lebih cepat
beroperasi. Hal ini berkaitan dengan adanya investasi pada proyek konstruksi. Karena dengan
semakin cepatnya proyek beroperasi maka uang yang diinvestasikan akan lebih cepat kembali.
b. Pertimbangan Anggaran Biaya
Pemilik proyek lazimnya menginginkan pengeluaran biaya proyek keseluruhan yang serendah
mungkin, sesuai dengan pengembalian investasi yang semaksimal mungkin, dan dengan
keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan cara memperpendek waktu
penyelenggaraan konstruksi, mengurangi risiko yang mungkin terjadi, melakukan perencanaan
yang cukup lama agar mendapatkan hasil yang matang, dan sebagainya. Dengan berkurangnya
waktu penyelenggaraan konstruksi, berarti biaya overhead proyek dapat lebih berkurang.
c. Standar Mutu
Owner yang hendak mempekerjakan Kontrak Terintegrasi membutuhkan standar kualitas dan
pelaksanaan pada masing-masing pekerjaan pada proyeknya. Pada Pekerjaan Terintegrasi,
Kontrak harus meliputi pokok-pokok tentang spesifikasi di samping waktu dan biaya. Juga
kualifikasi dari Kontrak yang ikut dalam pengadaan sangat menentukan. Hal ini terutama, karena
proyek Terintegrasi merupakan proyek yang mempunyai tingkat kesulitan lebih tinggi dibandingkan
proyek konstruksi pada umumnya, sehingga pada waktu konstruksinya diperlukan juga peran dari
engineer-nya paling tidak untuk mengawasi.
3. Kriteria
Metode PBJ dengan Pekerjaan Terintegrasi dapat dilakukan apabila memenuhi kriteria berikut:
a. Kebutuhan (seluruh kriteria) :
1) spesifikasi output tertentu;
2) berskala besar atau luas;
3) merupakan suatu obyek tempat memproses Barang/jasa dari hulu hingga kehilir;
4) menggunakan teknologi canggih dari beberapa vendor yang berbeda;
5) berisiko tinggi;
6) Integrasi peran multi disiplin.
b. Kontrak:
1) merupakan Kontrak Terintegrasi; atau
2) merupakan Kontrak JO.
4. Tahapan Pengadaan
a. Menentukan kebutuhan dan syarat-syarat dan ketentuan (terms and conditions).
b. Direksi membentuk “Panitia Khusus”.
c. Panitia mengumumkan rencana pemenuhan kebutuhan dengan metode Pekerjaan Terintegrasi,
atau mengundang perusahaan terintegrasi (integrated company) yang berminat untuk
menyampaikan profil perusahaan/company profil (Prakualifikasi).
d. Mengumumkan siapa-siapa saja yang lolos dari Prakualifikasi dan berhak mengikuti proses tender
Terintegrasi dan melakukan proses Invitation To Bid.
e. Integrated company yang lolos mendapat penjelasan tentang konsep desain dan keluaran (output)
yang diinginkan.
f. Integrated company menyampaikan proposal teknis dan rencana bagaimana merancang, membeli
dan mengkonstruksi (technical stage). Dalam proposal ini juga memuat Front End Engineering
Design. Apabila integrated company tersebut dalam bentuk JO, maka perusahaan-perusahaan
yang terlibat di dalamnya memiliki ikatan hukum yang kuat (aspek legal).
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
133
g. Bagi perusahaan yang lolos, maka harus menyampaikan proposal komersial, berapa estimasi biaya
dan harga pembangunan tersebut (commercial stage).
h. Calon terbaik (dan tidak harus yang termurah), maka calon tersebut yang dimenangkan.
i. Selanjutnya, pemilik perusahaan yang dimenangkan, maka Owner akan meng-award proyek
tersebut ke Integrated company terpilih dengan kesepakatan harga sebagaimana tersebut pada
huruf g. (juga dinegosiasikan kembali) dan kualifikasi teknis dan rencana/waktu sebagaimana
dimaskud pada huruf f. (yang dapat juga dinegosiasikan kembali).
j. MoU/Kontrak.
5. Prakualifikasi
a. Prakualifikasi dilakukan untuk mengetahui kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan
persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia sebelum memasukkan penawaran.
b. Mengingat Prakualifikasi belum merupakan ajang kompetisi, maka data kualifikasi yang kurang
masih bisa dilengkapi/disusulkan. Klarifikasi dan/atau konfirmasi terhadap data khususnya apabila
ada keraguan, atau penambahan data kualifikasi dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah
substansi.
c. Calon Penyedia tidak pernah masuk blacklist, baik secara korporasi maupun pemiliknya selama
menjalani usahanya.
a. Direksi membentuk panitia khusus dengan keputusan DU untuk kurun waktu sampai berakhirnya
Kontrak.
b. Syarat-syarat Panitia:
1) kualifikasi Panitia sama halnya dengan ketentuan kualifikasi Panitia/Pokja sebagaimana
tercantum dalam BAB II butir 3 Pedoman ini; dan
2) terdiri dari personil yang berasal dari multi disiplin ilmu.
Ketentuan lainnya sama halnya dengan ketentuan Pelelangan Umum atau Pelelangan Terbatas.
Tata cara Prakualifikasi merujuk pada ketentuan dalam BAB III Pedoman ini.
6. Panitia Pengadaan
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
134
BAB XX
KESEPAKATAN LANGSUNG (DIRECT DEAL)
1. Umum
Direct Deal dilakukan melalui proses:
a. mencari informasi langsung;
b. meminta penawaran langsung;
c. membandingkan langsung;
d. klarifikasi dan negosiasi secara langsung.
Direct Deal dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan prinsip dari Direksi dengan pertimbangan
nilai-nilai ekonomis dan kesempatan meraih keuntungan yang signifikan dalam momentum bisnis,
dengan memperhatikan regulasi sektoral yang ada.
2. Kriteria
Pemenuhan kebutuhan Barang secara Direct Deal harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. merupakan barang hasil teknologi tinggi atau yang bersifat khusus (spesifik); b. butuh keahlian dalam mengoperasikan; c. berasal dari pabrikan atau keagenan/distributor utama/perwakilan dari pabrikan; d. berhubungan secara langsung dengan operasional perusahaan; e. memenuhi fungsi Business Critical Asset; dan f. merupakan kewenangan Direksi.
3. Prosedur Pengadaan
a. Pengadaan dengan menggunakan metode Direct Deal dilakukan tanpa ada batasan nilai. b. Tahapan pengadaan meliputi:
1) survei harga pasar melalui media elektronik berdasarkan harga yang tercantum dalam E-Catalogue, price list yang dikeluarkan oleh manufacture branded strong support; dan/atau
2) survei harga pasar secara langsung kepada manufacture branded strong support melalui proses: a) mencari informasi langsung; b) meminta penawaran langsung; c) membandingkan minimal dari 2 (dua) Penyedia yang berbeda, kecuali jika hanya terdapat 1
(satu) Penyedia; 3) DPPA dibantu oleh Unit Pengguna melakukan analisa keahlian menyangkut teknis dan harga
sebagai masukan kepada Direksi; 4) DPPA melakukan klarifikasi dan negosiasi harga/biaya; 5) apabila diperlukan, proses Direct Deal ini dapat didampingi oleh instansi atau tenaga ahli
eksternal yang kompeten; 6) Perikatan Kontrak.
4. Jaminan
Jaminan yang harus diberikan oleh Penyedia dalam proses Direct Deal ini meliputi : a. Jaminan uang muka, apabila penyedia mengajukan uang muka kerja; b. Jaminan pelaksanaan, apabila pengadaan barang senilai lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) dan lebih dari 45 (empat puluh lima) hari kalender; c. sertifikat garansi terhadap kelaikan Barang.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
135
BAB XXI
BLACKLIST
Blacklist merupakan upaya terakhir selain upaya hukum dalam hal pemberian sanksi kepada Penyedia
yang kurang serius dan tidak profesional dalam melakukan usahanya melayani kebutuhan Barang/jasa di
Perusahaan.
Blacklist dilakukan dengan menyebutkan nama dan alamat perusahaan, NPWP, pemilik, pengurus, jangka
waktu (mulai dari sampai dengan) dan alasan mengapa di blacklist dan mencantumkannya di web
Perusahaan dan/atau mengusulkan kepada admin portal Kementerian BUMN untuk dicantumkan.
Pejabat yang berwenang menetapkan blacklist adalah DU, atas usulan:
1. Kepala DPPA, apabila terjadi pada saat proses pengadaan; dan
2. penanggungjawab pekerjaan (Sekper/MU/Kadiv), apabila terjadi pada saat proses pelaksanaan
pekerjaan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan Penyedia/calon Penyedia masuk dalam blacklist Perusahaan adalah:
a. Pertama:
1) apabila melakukan sanggahan namun tidak benar dan cenderung mengada-ada;
2) calon Penyedia yang lulus Prakualifikasi dan diundang untuk memasukkan penawaran namun
tidak memasukkan Dokumen Penawaran;
3) calon Penyedia menyatakan tidak mampu melaksanakan pengadaan sesuai Dokumen
Pengadaan atau tidak bersedia menambah nilai jaminan pelaksanaannya,
dikenakan blacklist selama 12 (dua belas) bulan.
b. Kedua:
1) melakukan kecurangan pada saat pengumuman lelang, misalnya dengan menghalangi
tersebarnya pengumuman;
2) melakukan kecurangan dalam proses pelelangan, termasuk melakukan persekongkolan
(konspirasi) dengan pihak lain atau menghalang-halangi pihak lain terlibat dalam pengadaan;
3) berusaha mempengaruhi Panitia/Pokja/pejabat yang berwenang dalam bentuk dan cara
apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang
bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan/Kontrak, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) memalsukan persyaratan sebagai calon Penyedia;
5) calon Penyedia yang berada dalam satu kekuatan pengaruh pemilik modal dan/atau
kepengurusan, sehingga mengurangi/menghambat/memperkecil dan/atau meniadakan
persaingan yang sehat dan/atau merugikan Penyedia lain;
6) calon Penyedia peserta lelang yang keberatan atas proses pelelangan dan tidak mengajukan
sanggahan secara tertulis tetapi menyebarkan ke publik dan ternyata informasi tersebut benar;
7) calon Penyedia memalsukan data tingkat komponen dalam negeri atau standarisasi produk;
8) calon Penyedia mengundurkan diri pada saat akan ditetapkan sebagai pemenang lelang atau
tidak mau ditunjuk sebagai pemenang atau tidak bersedia menandatangani Kontrak dengan
alasan yang profesional;
9) Penyedia yang lalai/tidak bersedia memperbaiki cacat mutu/kerusakan karena mutu pada
masa pemeliharaan/garansi,
dikenakan blacklist selama 24 (dua puluh empat) bulan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
136
c. Ketiga:
1) mensubkontrakkan sebagian pekerjaan spesialis kepada yang bukan spesialis;
2) calon pemenang dan 2 (dua) pemenang cadangan melakukan penipuan atau pemalsuan
informasi kualifikasi, maupun pemalsuan dokumen-dokumen kelengkapan penawaran;
3) Penyedia mengundurkan diri pada saat akan ditetapkan sebagai pemenang lelang II/III atau
tidak mau ditunjuk sebagai pemenang atau tidak bersedia menandatangani Kontrak dengan
alasan yang tidak profesional,
dikenakan blacklist selama 60 (enam puluh) bulan.
d. Keempat:
1) apabila telah 2 (dua) kali dimasukan dalam blacklist Perusahaan dan salah satunya lebih dari
24 (dua puluh empat) bulan;
2) apabila telah 2 (dua) kali dimasukan dalam blacklist minimal 24 (dua puluh empat) bulan untuk
kesalahan yang sama selama menjalankan profesinya baik di Perusahaan atau
perusahaan/institusi/lembaga lainnya;
3) calon Penyedia peserta lelang yang keberatan atas proses pelelangan dan tidak mengajukan
sanggahan secara tertulis, tetapi menyebarkan ke publik dan ternyata informasi tersebut tidak
benar atau mengada-ada;
4) mengundurkan diri pada saat akan ditetapkan sebagai pemenang lelang I atau tidak mau
ditunjuk sebagai pemenang atau tidak bersedia menandatangani Kontrak dengan alasan yang
tidak profesional;
5) Penyedia melanggar HAKI;
6) Penyedia lalai atau tidak menyelesaikan Kontrak, atau lalai tidak memenuhi ketentuan dalam
Kontrak sehingga dikenai sanksi pemutusan Kontrak;
7) mensubkontrakkan seluruh pekerjaan.
dikenakan blacklist selamanya.
Ketentuan blacklist di atas tidak berlaku apabila:
1) kesalahan, kelalaian Penyedia disebabkan oleh Perusahaan;
2) bertentangan dengan putusan pengadilan yang mengikat (inkracht).
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
137
BAB XXII
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
1. Penilaian Kinerja Penyedia
a. Kinerja Penyedia dinilai oleh DPPA selama proses pengadaan dan oleh Unit Pengguna selama
pelaksanaan pekerjaan.
b. Hal-hal yang dapat mempengaruhi reputasi Penyedia antara lain, apabila Penyedia:
1) terbukti telah melakukan upaya untuk mempengaruhi Panitia/Pokja dan pejabat yang
berwenang;
2) Secara sengaja melakukan persekongkolan dengan Penyedia yang lain untuk mengatur harga
penawaran, dengan indikasi persekongkolan antar Penyedia harus terpenuhi sekurang-
kurangnya 2 (dua) indikasi sebagai berikut:
a) terdapat kesamaan dokumen teknis, antara lain metode kerja, bahan, alat, analisa
pendekatan teknis, harga satuan, dan/atau spesifkasi barang yang ditawarkan
(merek/tipe/jenis) dan/atau dukungan teknis;
b) seluruh penawaran dari Penyedia mendekati HPS;
c) adanya keikutsertaan beberapa Penyedia yang berada dalam 1 (satu) kendali;
d) adanya kesamaan/kesalahan isi Dokumen Penawaran, antara lain kesamaan/kesalahan
pengetikan, susunan, dan format penulisan;
e) Jaminan penawaran dikeluarkan dari penjamin yang sama dengan nomor seri yang
berurutan.
3) Terbukti telah membuat dan/atau menyampaikan dokumen palsu dan/atau keterangan lain yang
tidak benar untuk memenuhi persyaratan pelelangan.
4) Setelah ditunjuk mengundurkan diri dengan berbagai alasan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima.
5) Tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Kontrak dan tidak bertanggung jawab.
6) Setelah ditunjuk untuk mengadakan Barang/jasa mengalihkan pelaksanaan pekerjaan
utamanya kepada pihak lain.
Apabila Penyedia melakukan salah satu atau lebih hal-hal tersebut di atas, maka dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman ini.
c. Penilaian kinerja dapat dilihat dari respon terhadap permintaan penawaran harga, seringnya
(frekuensi) memenangkan pelelangan, tanggung jawab dalam pelaksanaan Kontrak dan
sebagainya. Setiap penilaian positif akan menaikkan potensi untuk mendapatkan prioritas diundang
dalam pelelangan, pemilihan langsung, Penunjukan Langsung atau sebagai calon mitra potensi,
antara lain dalam sistem kemitraan/aliansi strategis.
2. Penilaian Kinerja Pengadaan
Ukuran kinerja dapat ditunjukkan oleh rasio antara target hasil pengadaan dibandingkan dengan aktual
pelaksanaan kegiatannya. Berikut beberapa kriteria yang bisa diidentifikasi dan dikembangkan untuk
pengukuran kinerja pengadaan, antara lain sebagai berikut:
a. Kinerja Efisiensi:
1) Mengurangi biaya pelaksanaan pengadaan.
2) Mempercepat waktu pelaksanaan pengadaan.
3) Mengurangi jumlah personil yang melaksanakan pengadaan.
b. Kinerja Efektifitas:
1) Mendapatkan harga barang yang sesuai harga pasar.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
138
2) Mengoptimalkan jumlah Barang yang dibutuhkan.
3) Meningkatkan kualitas Barang.
4) Mempercepat waktu pengiriman.
c. Kinerja Kualitas:
1) Mengurangi Penyedia yang tidak memenuhi kualifikasi/kompetensi tertentu.
2) Menurunkan pemborosan biaya pengadaan.
3) Mengurangi pemborosan waktu pengadaan.
4) Mengurangi jumlah personil non aktif.
5) Menurunkan terjadinya praktek KKN di antara calon peserta lelang.
6) Mengurangi jumlah sanggahan yang muncul.
7) Mengurangi jumlah lelang yang gagal.
8) Mengurangi jumlah calon peserta yang terkena blacklist.
9) Mengurangi tingkat kesalahan prosedur akibat ketidakmampuan DPPA.
10) Mengurangi jumlah Barang yang harganya di atas HPS.
11) Mengurangi jumlah Barang yang tidak sesuai dengan jadual pengiriman.
12) Mengurangi jumlah Barang yang tidak sesuai kebutuhan (diluar spesifikasi).
13) Mengurangi jumlah keluhan pengguna langsung terhadap Barang.
14) Mengurangi jumlah pemenang yang mengingkari Kontrak atau wanprestasi.
d. Kinerja Penganggaran:
1) Meningkatkan penghematan biaya pengadaan.
2) Mendapatkan Barang dengan harga penawaran tidak melebihi pagu anggaran.
3) Meningkatkan penghematan anggaran belanja untuk pengadaan.
Ukuran kinerja pengadaan dengan demikian tidak hanya mencakup aspek anggaran saja, namun
dapat dikembangkan sampai dengan kriteria efisiensi, efektifitas dan kualitas.
Kriteria di atas mencakup kinerja pada tahap persiapan sampai tahap pelaksanaan. Masing-masing
kriteria ini kemudian diberikan bobot kepentingan dan diukur kinerjanya (dengan model skor) untuk
dijadikan satu penilaian total kinerja pengadaan. Jika total skor kinerja masih buruk, maka dapat
ditentukan kriteria apa saja yang menyebabkan penurunan nilai kinerja pengadaan secara signifikan.
Selanjutnya melalui hasil analisis kinerja ini dapat dipertimbangkan kriteria-kinerja apa saja yang
memiliki potensi tinggi (bobot tinggi) yang dapat diprioritaskan untuk meningkatkan keseluruhan nilai
kinerja pengadaan.
3. Pengawasan Melekat
a. Pengawasan melekat dilakukan oleh setiap atasan struktural dan fungsional atas aspek teknis
maupun administrasi sesuai dengan sasaran kerja, waktu, kewenangan, dan tanggung jawab
berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku sejak tahap perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan penyelesaiannya, baik secara fisik maupun kewajaran harga.
b. Pimpinan unit kerja wajib melakukan pengawasan melekat secara intensif terhadap para pejabat
yang melaksanakan tugas pengadaan.
c. Dalam pelaksanaan pengawasan melekat perlu memperhatikan masukan dari pengawasan
fungsional dan pengawasan masyarakat, sehingga menjadikan pengawasan melekat sebagai salah
satu unsur pengendalian intern yang efektif dalam Perusahaan.
d. Dalam hal Penyedia atau masyarakat menemukan indikasi penyimpangan prosedur, KKN dalam
pelaksanaan PBJ dan/atau pelanggaran persaingan yang sehat dapat mengajukan pengaduan atas
proses pemilihan Penyedia.
e. Pengaduan sebagaimana dimaksud tersebut pada huruf d., ditujukan kepada SPI, disertai bukti-
bukti kuat yang terkait langsung dengan materi pengaduan.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
139
f. Instansi yang berwenang dapat menindaklanjuti pengaduan setelah Kontrak ditandatangani dan
terdapat indikasi adanya kerugian keuangan Perusahaan dan/atau negara.
4. Pengawasan Fungsional
a. Pengawasan fungsional terhadap PBJ dilakukan oleh SPI maupun lembaga pengawasan ekstern.
b. Pengawasan dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta menghindari pelaksanaan pengawasan
dan pemeriksaan yang tumpang tindih, melalui mekanisme koordinasi perencanaan kegiatan
pengawasan dan pemeriksaan diantara pengawas fungsional intern dan ekstern.
c. Pengawasan fungsional intern terhadap PBJ dilakukan sejak tahap perencanaan (pre-audit), tahap
pelaksanaan sampai dengan tahap penyelesaian (current audit), tahap setelah penyelesaian (post-
audit), dan bilamana diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan khusus (investigatif).
d. Pengawasan fungsional oleh lembaga ekstern dilakukan sesuai dengan ketentuan/prosedur yang
berlaku.
e. SPI sesuai dengan kewenangannya menindaklanjuti pengaduan yang dianggap beralasan.
f. Hasil tindak lanjut pengaduan yang dilakukan oleh SPI dilaporkan kepada Direksi, dan dapat
dilaporkan kepada instansi yang berwenang dengan persetujuan Direksi, dalam hal diyakini
terdapat indikasi KKN yang akan merugikan keuangan Perusahaan dan atau negara.
5. Tindak Lanjut Pengawasan
a. Tindak lanjut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang telah diindentifikasi dalam pelaksanaan
pengawasan dapat berupa:
1) penyempurnaan/perbaikan terhadap proses PBJ, baik kelembagaan, SDM, maupun prosedur;
2) koreksi/penggantian kerugian atas terjadinya penyimpangan yang merugikan keuangan
Perusahaan;
3) pemberian sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh pihak terkait, baik petugas pelaksana
maupun Penyedia terhadap ketentuan dan prosedur PBJ berdasarkan bukti-bukti yang ada dari
hasil temuan/hasil audit oleh lembaga pengawasan intern/ekstern;
4) pemberian penghargaan kepada karyawan yang berprestasi dan dinilai patut mendapat
penghargaan sehubungan dengan proses PBJ.
b. Sanksi dapat diberikan kepada pejabat yang berwenang, petugas pelaksana, DPPA maupun siapa
saja yang terbukti melakukan pelanggaran berdasarkan bukti-bukti yang ada dari temuan hasil audit
oleh lembaga pengawasan intern/ekstern yang berupa:
1) sanksi administrasi berdasarkan peraturan Perusahaan;
2) sanksi tuntutan ganti rugi sesuai dengan ketentuan Perusahaan;
3) sanksi perdata sesuai dengan KUHPer, menurut kesepakatan bersama, atau keputusan
pengadilan, termasuk penyetoran kembali pengenaan denda, pemotongan pembayaran, dan
sebagainya;
4) pengaduan/laporan perkara pidana kepada instansi yang berwenang.
c. Pelaksanaan Tindak Lanjut
1) Tindak lanjut hasil pengawasan dilaksanakan setelah diyakini terdapat penyimpangan dan
diperoleh cara untuk mengatasinya. Demikian juga apabila diyakini adanya prestasi yang dinilai
patut mendapatkan penghargaan.
2) Pelaksanaan tindak lanjut merupakan kewenangan dan tanggung jawab dari pejabat yang
berwenang, kecuali tindak lanjut tersebut berada di luar batas kewenangannya.
3) Dalam hal tindak lanjut hasil pengawasan bukan menjadi kewenangan atasan yang
bersangkutan, maka atasan tersebut wajib melaporkan kepada atasannya atau kepada pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut.
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA
140
d. Tindak lanjut harus dipantau dan dievaluasi pelaksanaannya oleh SPI guna memperoleh keyakinan
bahwa tindak lanjut tersebut mencapai sasaran yang tepat.
P EDO MAN PEN GADAAN BARAN C/] ASA
BAB XXil
PENUTUP
1. Ketentuan lebih lanjuuontoh formulir isian pendafraran c€lon Penyedia untuk penyusunan DPP
tercantum dalam Pmsedur PBJ.
2. Apabila terdapat kekeliruan daniatau kekurangan dalam Pedoman ini, akan diadakan pebaikan,
penambahan dan penyempumaan sebagaimana meslinya.
3. Dalam halterdapat ketentuan yang belum diaturdalam Pedoman ini, akan dilakukan perubahan atas
Pedoman ini untuk menampung ketentuan dimaksud, atau diafur dalam ketentuan tersendiri
sepanjang tidak bertentangan dengan peEtuEn perundang-undangan.
4. Dalam keadaan tertentu/khusus yang mendesak, Direksi secara koleklif dapat membuat diskesi
tercendiriyang be6eda dariPedoman ini untuk keperluan tertentu tersebutdalam iangka waktu yang
terbalas, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dan pe€hran perundang-undangan.
Drrektur lJtama.
Raymond Valianl Ruitan
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala DivisiSumber Daya Manusia,
Titik
ttd
141