pedoman pengembangan bahan ajar pai tklb
DESCRIPTION
gcjgtcgjgTRANSCRIPT
14
PEDOMAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUKTAMAN KANAK-KANAK LUAR BIASA (TKLB)
TUNANETRA (A) TUNARUNGU (B) TUNAGRAHITA (C) TUNADAKSA (D) TUNALARAS (E) AUTIS (F)KEMENTERIAN AGAMA RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSUBDIT PAUD/RA/TK/TKLBTAHUN 2013Cover DalamKEMENTERIAN AGAMA RI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAMSUBDIT PAUD/RA/TK/TKLBTAHUN 2013KATALOG DALAM TERBITAN(KTD)
1. Judul2. ISBN
3. Tim Penyusun
PENGANTAR
DAFTAR ISI
Cover LuarSampul Dalam
Katalog Dalam Terbitan
Kata PengantarDaftar IsiBAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakang
B. PengertianC. Tujuan
D. Fungsi
E. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
F. Ruang LingkupBAB II. PESERTA DIDIK DAN ASSESMENTTA. Peserta Didik
B. Identifikasi dan assesmentt BAB III. KOMPETENSI DAN PENGEMBANGANNYA A. Pendekatan Pengembangan
B. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-A (Tunanetra)C. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-B (Tunarungu)
D. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-C (Tunagrahita)
E. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-D (Tunadaksa)
F. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-E (Tunalaras)
G. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-F(Autis)BAB IV PENUTUP
Lampiran-lampiranBAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan agama Islam memiliki peran penting untuk meningkatkan tumbuh-kembang anak khususnya usia 4-6 tahun. Mengapa demikian, karena usia tersebut merupakan fase perkembangan paling peka bila dibandingkan fase perkembangan yang lain dalam menerima stimulus dan pengalaman. Semakin dini mendapat stimulus dan pendidikan maka semakin baik pertumbuhan dan perkembangannya. Pengalaman yang diperoleh dari lingkungan akan mempengarui karakter anak di masa berikutnya. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang efektif untuk menfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) berupa kegiatan pendidikan agama Islam yang tepat, sesuai tahapan perkembangan, kebutuhan khusus, karaktristik dan jenis ketunannya.
Secara obyektif anak berkebutuhan khusus (ABK) di TKLB memiliki jenis atau tipe cukup banyak. Anak berkebutuhan khusus di TKLB terdiri dari banyak jenis kelainan/kecacatan, antara lain anak; Tunanetra (A), Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), Tunalaras (E), Autis (F), Tunaganda (G), Lambat Belajar (Slow Learner), ADHD, Hiperaktif dan lain sebagainya. Keragaman anak tersebut mutlak membutuhkan penanganan dan pengelolan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan karaktristik ketunaan masing-masing siswa.
Secara yuridis ABK memiliki kedudukan dan hak yang sama dengan anak-anak ABK lainnya dalam memperoleh pendidikan. Di Indonesia, manajemen pendidikan inklusif dijamin oleh: (1) Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 31, (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab IV pasal 5 disebutkan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Dalam bab VI pasal 32 secara tegas disebutkan peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapatkan layanan pendidikan khusus dan layanan khusus. Selain itu UU No. 23 tentang perlindungan anak pasal 48 menyatakan pemerintah wajib menyelengarakan pendidikan dasar minimal 9 tahun untuk semua anak, dan pasal 49 menyatakan pula bahwa negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.
Pada era otonomi daerah seperti sekarang ini, konsep pendidikan tidak lagi bersifat sentralistik, tetapi lebih bersifat desentralistik. Pemerintah pusat lebih berperan sebagai regulator, membuat panduan/pedoman dan menetapkan standar-standar pendidikan bersifat nasional. Adapun implementasi, bentuk dan tehnik pelaksanaan pendidikan lebih diserahkan kewenangannya kepada pemerintah daerah dan sekolah masing-masing. Kebijakan tersebut di atas mendorong kepada setiap daerah dan sekolah untuk mengembangkan kreatifitas pendidikan yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan, potensi, karaktristik siswa dan kondisi sekolah masing-masing.
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Direktorat PAIS, Sudit PAUD, RA/TK dan TKLB Kemenag RI. Selaku wakil pemerintah yang membidangi urusan pendidikan agama di sekolah, ikut terpanggil untuk membuat panduan dan pedoman pengembangan bahan ajar, dengan harapan dapat dijadikan acuan bagi para guru dan tenaga kependidikan yang mengajarkan materi pendidikan agama Islam di TKLB. Pengembangan bahan ajar yang dibangun secara adaptif, berbasis perkembangan usia dan kompetensi menjadi salah satu upaya penting untuk mengoptimalkan perkembangan dan sisa potensi yang masih dimiliki anak.
B. Pengertian
Bahan ajar adalah seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan secara utuh kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan ketrampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.C. Tujuan Pedoman pengembangan bertujuan untuk:
1. Sebagai acuan bagi guru/pendidik dalam menyusun dan mengembangkan program pembelajaran.
2. Sebagai acuan bagi tenaga kependidikan lainnya dalam merencanakan dan melaksanakan pembinaan kepada guru/pendidik dalam menyusun dan mengembangkan silabusD. Fungsi
1. Pedoman bagi pengajar yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran.
2. Pedoman bagi tenaga kependidikan dalam mengambil kebijakan dan menyusun program pendidikan.
3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.E. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Ada beberapa prinsip-prinsip khusus yang harus diperhatikan guru dalam mengajarkan materi pendidikan agama Islam untuk ABK, Prinsip-prinsip itu antara lain:
1. Melakukan identifikasi dan assesment.
Langkah paling awal sebelum melaksanakan pembelajaran guru hendaknya melakukan identifikasi dan assesment terhadap peserta didiknya. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui dan mengenali seberapa jauh kelainan (disabilitas) yang dimiliki oleh anak. Sedangkan assesmentt adalah program tindakan yang harus dilakukan guru untuk memberikan treatment dan menentukan keputusan model pembelajarannya. Kegiatan ini harus dilakukan setiap guru yang menangani anak ABK, tujuannya agar mampu memberikan pembelajaran yang relevan, tepat dan sesuai dengan kelainan dan kebutuhan individual siswa. Hal ini dilakukan mengingat bahwa ABK sangat hiterogen dari segi jenis ketunaan, karakteristik, kebutuhan pembelajarannya, intelegensi, kondisi fisik, gerak motorik, kondisi mental-kejiwaan dan psikososialnya. 2. Menggunakan pendekatan adaptif.
Pendekatan adaptif dalam proses pembelajaran adalah upaya pembelajaran yang dimodifikasi, dirancang, dan disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan, karakteristik anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam pendekatan adaptif, pembelajaran lebih menekankan pentingnya modifikasi agar memiliki relevansi dengan jenis ketunaan dan kebutuhan khusus setiap ABK. Modifikasi meliputi banyak hal antara lain; modifikasi kurikulum, modifikasi startegi, modifikasi materi, modifikasi media, modifikasi pengelolaan kelas, modifikasi lingkungan sekolah dan lain sebagainya. 3. Pendekatan invidual.
Dalam pengelolaan kelas guru agama Islam untuk ABK hendaknya lebih mengutamakan pendekatan individual dari pada pendekatan klasikal. Sebab dengan pendekatan individual kebutuhan khusus setiap anak lebih terlayani, kesulitan belajar setiap anak akan dapat diatasi. Sementara dengan pendekatan klasikal kebutuhan khusus dan kesulitan belajar ABK tidak/kurang mendapat perhatian semestinya.4. Modifikasi Materi.
Dalam menyampaikan materi atau bahan ajar guru hendaknya mempertimbangkan tingkat kemampuan individu siswa. Bila siswa dipandang mampu, guru hendaknya mengembangkan / menaikan (duplikasi), namun bila siswa tidak mampu guru hendaknya menurunkan (omisi) terhadap standar kompetensi/kompetensi dasar (SK/KD) yang diharapkan.5. Menghindari penyampaian materi secara abstrak, teoritis dan verbal. Sampaikan materi pembelajaran secara kontektual, praktis, mudah, visual, bertahap, berkesinambungan dan berulang-ulang, agar peserta didik dapat menerima dan memahami.
6. Mengoptimalkan potensi afektif dan psikomotor dari pada kognitifnya.
7. Menggunakan strategi, metode, media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan jenis ketunaan dan kebutuhan peserta didik, misalnya BCM (Bermain, cerita dan menyanyi). dllF. Ruang LingkupRuang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut :1. Al-Quran dan Hadits
2. Aqidah
3. Akhlak
4. Fiqih5. TarikhPendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
BAB II
PESERTA DIDIK DAN ASSESMENTT
A. Peserta Didik
Peserta didik di sekolah luar biasa terdiri dari anak-anak yang secara signifikan mengalami kesulitan, kelainan atau penyimpangan dari segi fisik, mental-intelektual, sosial, dan emosional dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya, sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus dan layanan khusus. Setiap jenis ketunaan memiliki karakteristik dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Kondisi demikian menuntut pengelolaan pembelajaran dan manajemen kelas yang adaptif dengan kondisi ketunaan, kemampuan dan kebutuhan spesifik siswa.
Ada beberapa istilah yang sering dipakai menyebut anak berkebutuhan khusus (ABK) antara lain; anak luar biasa (ALB), anak berkelainan atau penyandang cacat. Penyebutan anak berkebutuhan khusus ( children with special need) dipandang lebih tepat daripada istilah lainnya. Secara psikologis pemakaian istilah anak berkebutuhan khusus dipandang lebih humanis, ramah, halus, toleran dan memberi dampak positif terhadap kejiwaan anak dari pada sebutan yang lain seperti anak cacat (difable), anak berkelainan, anak luar biasa, penyandang ketunaan seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, tunaganda dan lain sebagainya.
Secara filosofis penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus memberikan semangat dan perspektif baru bahwa sesungguhnya setiap anak diciptakan Allah SWT memang berbeda-beda, memiliki potensi, bakat, kelebihan dan kekurangan masing-masing yang tentunya tidak sama. Oleh sebab itu setiap lembaga pendidikan, hendaknya dapat menerima semua anak secara ramah, baik anak normal maupun anak tidak norma tanpa diskriminasil. Setiap lembaga pendidikan hendaknya mampu membangun sikap toleran, humanis pada semua siswa. Pandangan ini selaras dengan paradigma baru tentang pendidikan inklusi yang diusung oleh UNESCO pada deklarasi Salamanca tahun 1994 dengan slogannya yang terkenal education for all yang kemudian diterjemahkan pendidikan untuk semua, menjadi spirit bagi para difable (orang cacat) untuk meraih dan mendapat layanan pendidikan.
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Konsep anak berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, mental, intelektual, emosional, dan prilaku sosial. Sehingga memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan sehingga memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak. Untuk keperluan pendidikan luar biasa, anak berkebutuhan khusus dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu:1. Anak yang memiliki problem dalam sensorimotor
Anak-anak yang mengalami kelainan atau hambatan dalam hal melihat, mendengar dan bergeraknya biasa disebut sensorimotor problem. Ada tiga jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu hearing disorders (kelainan pendengaran atau tunarungu), visual impairment (kelainan penglihatan atau tunanetra), physical disability (kelainan fisik atau tunadaksa). Kelainan sensorimotor biasanya lebih mudah diidentifikasi, dan tidak berarti lebih mudah dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan. Kelainan sensorimotor biasanya akan mengurangi kemampuan inteleknya. Sebagian besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah dengan baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan. Setiap jenis kelainan melibatkan berbagai keahlian, di samping guru khusus yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan. Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran ABK.2. Anak yang memiliki problem dalam belajar dan tingkah laku.
Kelompok anak berkebutuhan khusus yang mengalami problem dalam belajar dan tingkah laku adalah:
a. Intellectual disability (keterbelakangan mental atau tunagrahita)b. Learning disability (ketidakmampuan belajar kesulitan belajar khusus)c. Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras)d. Giftet dan talented (anak berbakat)e. Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda).
Menurut Direktorat PK dan LK Kemendiknas anak berkebutuhan khusus diklasifikasi menjadi permanen dan temporer, dengan pembagianya sebagai berikut;
1. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi:
a. Anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra), terdiri dari dua jenis; Anak kurang awas (low vision), dan Anak tunanetra total (totally blind). b. Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara (tunarungu/wicara),
1). Anak kurang dengar (hard of hearing)
2). Anak tuli (deaf)
c. Anak dengan kelainan Kecerdasan
1). Anak dengan gangguan kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata (tunagrahita)
a). Anak tunagrahita ringan ( IQ IQ 50 70).
b). Anak tunagrahita sedandg (IQ 25 49).
c). Anak tunagrahita berat (IQ 25 ke bawah).
2). Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata
a). Giffted dan genius, yaitu anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
b). Talented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus.d. Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa).
1). Anak layuh anggota gerak tubuh (polio).2). Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebral palcy).e. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras).1). Anak dengan gangguan prilaku.a) Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan.b) Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang.c) Anak dengan gangguan perilaku taraf berat.2). Anak dengan gangguan emosi.a) Anak dengan gangguan emosi taraf ringan.b) Anak dengan gangguan emosi taraf sedang.c) Anak dengan gangguan emosi taraf berat. g. Anak gangguan belajar spesifik
h. Anak lamban belajar (slow learner) i. Anak Autis
j. Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
2. Anak berkebutuhan khusus temporer meliputi;
a. Korban narkoba.
b. Korban bencana.
c. Anak daerah terpencil.
d. Anak korban pelacuran
B. Identifikasi dan Assesment
Sebelum menyusun program dan melaksanakan pembelajaran. Pada dasarnya setiap guru ABK harus melakukan kegiatan yang disebut dengan identifikasi dan assesment. Kegiatan ini sangat penting bagi guru agar dapat memberikan pembelajaran dengan tepat dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Setiap guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Dengan melakukan lebih awal identifikasi dan assesment guru akan mengetahui latar belakang, riwayat kelainan, kebutuhan spesifik setiap peserta didiknya. sehingga guru dapat mengambil keputusan bijak seperti apakah dan bagaimana layanan pendidikan yang harus diberikan. ABK akan mencapai hasil belajar yang optimal di sekolah apabila guru mampu mengidentifikasi karakteristik siswanya sebelum mengembangkan pembelajaran. Baik karakteristik umum maupun khusus. Karakteristik umum berupa pengetahuan tentang sejumlah kelebihan yang dimiliki ABK, sedang karakteristik khusus ialah data yang dimiliki setiap anak di kelas. Data tersebut dapat diperoleh guru baik dari hasil identifikasi sendiri maupun diterima dari identifikator profesional lainnya.
Identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau mengenali sesuatu. Istilah identifikasi dimaksudkan sebagai usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris-neurologis) dalam pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal). Setelah dilakukan identifikasi dapat diketahui kondisi seseorang, apakah pertumbuhan dan perkembangannya mengalami kelainan/penyimpangan atau tidak. Bila mengalami kelainan/penyimpangan, dapat diketahui pula apakah anak tergolong: (1) Tunanetra, (2), Tunarungu, (3) Tunagrahita, (4) Tunadaksa (5) Anak Tunalaras, (6) Anak lamban belajar, (7) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik, (8) Anak Autis (9) Anak Berbakat, (10). Anak ADHD ( gangguan perhatian dan hiperaktif).
Identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului proses assesment. Identifikasi adalah kegiatan mengenal atau menandai sesuatu, yaitu menemukan anak yang mempunyai kelainan/masalah, atau proses pendektesian dini terhadap ABK. Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tergolong ABK atau bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuh, guru dan pihak lain yang terkait dengannya. Sedangkan langkah selanjutnya, dapat dilakukan screening khusus secara lebih mendalam yang sering disebut assesment yang apabila diperlukan dapat meminta tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan lain-lain.
Assesment merupakan kegiatan profesional yang dilakukan secara khusus menentukan diagnosa dari gangguan atau kelainan yang dialami seseorang. Menurut Mulyono Abdurahman asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang seseorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan keadaan anak. Dengan demikian maka asesmen dilakukan untuk menegakkan diagnosis, dan berdasarkan diagnosis tersebut dilakukan langkah berikutnya berupa preskrepsi, yakni perencanaan program pendidikan.
1. Alat identifikasi dan Assesemen
Dalam melakukan assesment guru memerlukan alat bantu agar hasil assesment akurat, peralatan tersebut antara lain;
1. Alat asesemen Tunanetra yaitu;
Bervariasinya daya penglihatan, maka untuk mengukur jarak kemampuan penglihatan, mengukur warna dan mengukur ketajaman penglihatan dibutuhkan alat-alat sebagai berikut.
1) Snellen Chart (alat untuk mengetes ketajaman penglihatan dalam bentuk hurup dan simbol E).2) Ishihara Test (alat untuk mengetes buta warna).3) SVR (Trial Lens Set) (alat untuk mengukur ketajaman penglihatan).4) Snellen Chart Electronic (alat tes ketajaman penglihatan sistem elektronik dengan bentuk hurup dan simbol E).
2. Alat Assesment Tunarungu yaitu;
Bervariasinya tingkat kehilangan pendengaran pada anak tunarungu/gangguan komunikasi menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Asesmen kelainan pendengaran dilakukan untuk mengukur kemampuan pendengaran, atau untuk menentukan tingkat kekuatan suara/sumber bunyi. Alat yang digunakan untuk asesmen pendengaran anak tunarungu adalah seperti berikut;
1) Scan Test (alat untuk mendeteksi pendengaran tanpa memerlukan ruang khusus).2) Bunyi-bunyian (alat yang dapat menimbulkan berbagai jenis bunyi).3) Garputala (alat pengukur getar bunyi/suara atau tinggi nada).4) Audiometer & Blanko Audiogram (alat kemampuan pendengaran dengan akurasi tinggi melalui tes audiometri).5) Mobile Sound Proof (kotak kedap suara sebagai perangkat tes audiometri).6) Sound level meter (alat pengukur kuat suara).
3. Alat assesment Tunagrahita yaitu;
Bervariasinya tingkat intelegensi dan kognitif anak tunagrahita, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Asesmen pada anak tunagrahita dilakukan untuk mengukur tingkat intelegensi dan kognitif, baik secara individual maupun kelompok. Alat untuk asesmen anak tunagrahita dapat digunakan seperti berikut ini:
1) Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model WISC-R).2) Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model Stanford Binet).3) Cognitive Ability test (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai).
4. Alat asssesmen Tunadaksa yaitu;
Pada umumnya anak tunadaksa mengalami gangguan perkembangan intelegensi motorik dan mobilitas, baik sebagian maupun secara keseluruhan. Bervariasinya kondisi fisik dan intelektual anak tunadaksa, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Asesmen dilakukan pada anak tunadaksa dilakukan untuk mengetahui keadaan postur tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatan otot, mobilitas, intelegensi, serta perabaan. Alat yang digunakan untuk assesment anak tunadaksa seperti berikut ini:
1) Finger Goniometer (alat ukur sendi-daerah gerak).2) Flexiometer (alat ukur kelenturan).3) Plastic Goniometer (alat ukur sendi terbuat dari plastik).4) Reflex Hammer (palu untuk mengukur gerak reflex kaki).5) Posture Evaluation Set (pengukur postur tubuh mengukur kelainan posisi tulang belakang).6) TPD Aesthesiometer (mengukur rasa permukaan kulit pada tubuh).7) Ground Rhytem Tibre Instrument (alat ukur persepsi bunyi).8) Cabinet Geometric Insert (lemari geometris).9) Color Sorting Box (kotak sortasi warna).10) Tactile Board Sets (papan latih perabaan sets).
5. Alat assesment anak tunalaras yaitu;
Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Terganggunya perilaku anak tunalaras, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya. Asesmen dilakukan pada anak tunalaras untuk mengetahui penyimpangan perilaku anak. Alat yang digunakan untuk assesment anak tunalaras seperti berikut ini:
1) Adaptive Behavior Inventory for Children.
2) AAMD Adaptive Behavior Scale.
Secara sederhana ada beberapa aspek informasi yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan identifikasi. Berikut ini adalah contoh alat identifikasi sederhana untuk membantu guru dan orang tua dalam menemukan data anak yang memerlukan layanan pendidikan khusus, antara lain sebagai berikut
1. Form 1 : Informasi riwayat perkembangan anak (lampiran 1)2. Form 2 : informasi/ data orangtua anak/wali siswa (lampiran 2)3. Form 3 : informasi profil kelainan anak (AI-ALB) (lampiran 3)
2. Tindak Lanjut Kegiatan Indentifikasi dan Assesment.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan indentifikasi anak berkelaian untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai, maka dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Asesmen dengan wilayah sebagai berikut: a. Asesmen akademik:
Asesmen akademik sekurang-kurangnya meliputi 3 aspek yaitu kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
b. Asesmen sensoris dan motorik:
Asesmen sensoris untuk mengetahui gangguan penglihatan, pendengaran. Sedangkan asesmen motorik untuk mengetahui gangguan motorik kasar, motorik halus, keseimbangan dan lokomotor yang dapat mengganggu pembelajaran bidang lain.c. Asesmen psikologis, emosi dan sosial
Asesmen psikologis dapat digunakan untuk mengetahui potensi intelektual dan kepribadian anak. Juga dapat diperluas dengan tingkat emosi dan sosial anak.
Ada bagian-bagian tertentu yang dalam pelaksanaan asesmen membutuhkan tenaga professional, guru dapat membantu dan memfasilitasi terselenggaranya asesmen tersebut sesuai dengan kemampuan orangtua dan sekolah.2. Perencanaan Pembelajaran Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi: menganalisis hasil asesmen untuk kemudian dideskripsikan, ditentukan penempatan untuk selanjutnya, dibuatkan program pembelajaran berdasarkan hasil asesmen. Langkah selanjutnya menganalisis kurikulum, dengan menganalisis kurikulum maka kita dapat memilah bidang studi yang perlu ada penyesuaian. Hasil analisis kurikulum ini kemudian diselaraskan dengan program hasil esesmen sehingga tersusun sebuah program yang utuh yang berupa Program Pembelajaran Individual (PPI).3. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap melaksanakan program pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkelainan di kelas sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan melalui individualisasi pengajaran artinya; anak belajar pada topik yang sama waktu dan ruang yang sama, namun dengan materi yang berbeda-beda. Cara lain proses pembelajaran dilakukan secara individual artinya anak diberi layanan secara individual dengan bantuan guru khusus. Proses ini dapat dilakukan jika dianggap memiliki rentang materi/keterampilan yang sifatnya mendasar (prerequisit). Proses layanan ini dapat dilakukan secara terpisah atau masih kelas tersebut sepanjang tidak mengganggu situasi belajar secara keseluruhan.4. Pemantauan Kemajuan Belajar dan Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengatasi kesulitan belajar anak, perlu dilakukan pemantauan secara rutin terhadap kemajuan atau bahkan kemunduran belajar anak. Jika anak mengalami kemajuan dalam belajar, pendekatan yang dipilih perlu terus dipertahankan, tetapi jika tidak terdapat kemajuan, perlu diadakan peninjauan kembali, baik mengenai materi, pendekatan, maupun media yang digunakan. Dengan demikian diharapkan pada akhirnya semua problema belajar anak, secara bertahap dapat diperbaiki sehingga anak terhindar dari putus sekolah.
BAB IIIKOMPETENSI DAN PENGEMBANGANYA A. Pendekatan Pengembangan
Mengacu pada pengertian bahan ajar di atas, bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menggambarkan sosok utuh sebuah kompetensi yang harus dikuasai siswa, melalui kegiatan pembelajaran pada waktu yang ditentukan. Secara substansi bahan ajar pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, dan ketrampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ada tiga pendekatan yang lazim dipergunakan untuk mengembangkan bahan ajar pendidikan agama Islam di TKLB. Pertama pendekatan berbasis perkembangan, Kedua pendekatan berbasis kompetensi (kurikulum), dan ketiga pendekatan gabungan yang dikembangkan dari dua model diatas, yaitu gabungan antara pendekatan perkembangan dan kompetensi. 1. Pendekatan perkembangan,
Maksudnya bahan ajar atau materi yang disampaikan kepada peserta didik mempertimbangkan faktor usia dan kemampuan awal yang dimiliki oleh anak. Sebab setiap anak memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini tidak ada kompetensi atau kurikulum yang distandarkan secara nasional.
2. Pendekatan kompetensi (kurikulum)
Maksudnya bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik telah disusun secara nasional oleh pemerintah. Para guru tinggal melaksanakan kurikulum yang distandarkan secara nasional. Pemerintah melalui Kemenag RI, Direktorat PAIS, subdit PAUD/RA/TK/TKLB telah menyiapkan SK/KD yang diharapkan dapat diterpkan untuk pembelajaran pendidikan agama islam untuk ABK di TKLB. 3. Pendekatan gabungan
Maksudnya adalah sintesa dari pendekatan perkembangan dan kompetensi. Pada pendekatan ketiga ini pemerintah telah menyiapkan daftar-daftar kompetensi pada masing-masing jenjang pendidikan dan jenis ketunaannya. Namun para guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan/menaikan (duplikasi) atau mengurangi (omisi) standar kompetensi yang telah disusun untuk diterapkan dalam menyajikan bahan ajar kepada peserta didiknya.
Buku pedoman pengembangan bahan ajar PAI untuk TKLB yang Anda baca saat ini lebih condong menggunakan pendekatan yang ketiga tersebut di atas. Para guru yang mengajarkan pendidikan agama Islam pada jenjang TLKB telah disediakan daftar atau menu-menu bahan ajarnya untuk dipilih dan disesuaiakan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan usia anak.
Berikut ini adalah daftar-daftar kompetensi yang diharapkan atau nilai-nilai moral yang diharapkan untuk pendidikan agama Islam dan contoh assesement pada TKLB di setiap jenis ketunaan.
A. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-A (Tunanetra)
AspekKompetensi yang diharapkanMateri
Al-Quran Mengenal huruf-huruf hijaiyah
Menyebut huruf-huruf hijaiyah
Mengucap dengan fasih huruf hijaiyah
Menirukan bacaan taawud
Menirukan Basmallah
Menirukan bacaan Al-FatihahHuruf hijaiyah
( Braille )Taawudz, Basmalah,
Surat al-fatihah
Aqidah Menyebutkan ciptaan Allah
Mengenal Allah melalui nama-namanya
Menyiram tanaman
Memberi makan binatang peliharaan
Menyayangi teman
Menyanyikan lagu-lagu IslamiMahluk-mahluk Ciptaan Allah
Akhlaq Melafalkan doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan bimbingan guru
Melafalkan doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan secara mandiri.
Berbicara baik dan sopan terhadap guru berbicara baik dan sopan terhadap orang yang lebih tua.
Berbicara baik dan sopan terhadap teman sebaya
Berbicara baik dan sopan terhadap yang lebih muda
Berpakaian rapi dan sopan di sekolah
Berpakaian rapi dan sopan di rumah
Berpakaian rapi dan sopan sesuai kebutuhan
Meminjamkan miliknya dengan senang hati
Menggunakan barang orang lain dengan hati
Mau berbagi
Suka menolong
Saling membantu sesama teman
Mau diajak kerja sama dalam tugas
Membiasakan mengucap dan menjawab salamSopan santun dalam berbicara
Tata cara berpakaian
Memiliki rasa kepedulian
Sikap kerjasama
Mengucapkan dan menjawab salam
Fiqih Menyebutkan tempat-tempat shalat (Masjid, Mushola)
Menyebutkan nama-nama shalat
Menyebutkan waktu sholat
Menyebutkan jumlah rakaat shalat
Mengenal gerakan wudhu
Menyebutkan urutan gerakan wudhu
Menyebutkan gerakan shalat
Menirukan gerakan-gerakan sholat dengan bimbingan guru
Melakukan gerakan shalat yang disebutkan guru (misalnya: takbir, ruku, sujud)
Mempraktikkan gerakan shalat secara mandiri Mengenal tempat-tempat shalat
Gerakan wudhu
Gerakan shalat
Sejarah Islam
Menyebutkan hari-hari besar agama Islam (Idul Fitri, Iddul Adha, Isra Miraj)
Mengenal cerita-cerita tentang Nabi (missal: Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dll)Hari-hari besar agama Islam
Cerita para nabi
Kesulitan Belajar Anak Tunanetra dan Assesment GuruNoKesulitan belajarAssesment / Treatment
1.Memahami konsep rukun iman Guru menjelaskan dan mengilustrasikan perkara keimanan sesuai kemampuan nalar, logika dan indera yang masih dimiliki siswa.
2.Belajar huruf Braille Latin dan HijaiyyahGuru melatih motorik halus dan menyalin huruf Latin dan Hijaiyyah ke dalam huruf Braille untuk diraba
3. Membaca teks-teks al-Quran/ HadisGuru menyalin al-Quran/Hadis ke dalam huruf Braille Arab untuk diraba
4Menirukan gerakan wudhu, sholat dan cara berdoaGuru menuntun dan memegang setiap siswa untuk menirukan gerakan wudhu, sholat dan cara berdoa
5.Bergerak dan berjalanGuru mengajarkan Orientasi dan Mobilitas (OM).
6.Membaca huruf awas (low fision)Menyiapkan alat bantu Magnifier (lensa pembesar)
7.Mengenal bentuk, arah dan warnaGuru membuat model miniatur, sampel, dan landmark yang bisa disentuh dan diraba siswa.
B. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-B (Tunarungu)AspekKompetensi yang diharapkanMateri
Aqidah Mengenal Allah melalui ciptaanya
Menyayangi ciptaan Allah
Ciptaan Allah
Menyayangi Ciptaan Allah
Fiqih Mengenal tempat ibadah umat Islam (oral/isyarat)
Menirukan gerakan-gerakan ibadah (shalat)Tempat ibadah umat IslamShalat
Akhlaq Memiliki rasa kepedulian terhadap orang lain Berperilaku saling hormat menghormatiPeduli terhadap sesama
Saling menghormati
Al-Quran Mengenal huruf hijaiyah alif sampai kho
Mengenal huruf hijaiyah kha sampai ra
Huruf hijayyah
Huruf hijayyah
Hadist Mengetahui hadist tentang keutamaan bersih
Mencintai kedua orang tua
Kebersihan diri
Ayah dan Ibu
Sejarah Mengetahui sejarah Nabi Muhammad Mengenal Para Nabi Maulid nabi Muhammad SAW
Kesulitan Belajar Anak Tunarungu dan Assesment GuruNoKesulitan belajarAssesment / Treatment
1.Memahami konsep abstrak tentang keimananGuru membuat ilustrasi dan gambar-gambar visual untuk menjelaskan perkara keimanan sesuai kemampuan nalar dan logika siswa dibantu dengan SIBI
2.Mendengar dan mengucapkan huruf, kata dan kalimatGuru mengajarkan dan melatih bina komunikasi persepsi bunyi dan irama (BKPBI)
3. Mendengar dan mengucapkan huruf HijaiyyahMelatih artikulasi dan makharijul huruf sesuai kemampuan anak
4Berbicara, bercakap-cakap dan berkomunikasi dengan orang lainMengganti cara komunikasi dengan lisan, tulisan, bahasa isyarat (SIBI) dan komunikasi total (komtal)
5.Mendengar dan menirukan kembali bacaan sholat dan doaGuru melatih bacaan sholat dan membetulkan artikulasi sesuai kemampuan siswa.
6.Mendengar dan menirukan bacaan surat-surat dan ayat-ayat pendek setiap bacaan surat/ayat ditambahkan translitersi ke dalam bahasa latin. Dan melatih artikulasi/intonasi dengan jelas dan tempo pelan-pelan
7.Memahami intruksi dan kalimat yang panjangMenyederhanakan intruksi dan kalimat dengan bahasa isyarat
C. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-C (Tunagrahita)AspekKompetensi yang diharapkanMateri
Aqidah Mengenal beberapa huruf Hijaiyah Melafalkan bacaan Basmalah
dan Hamdalah Meirukan surat Al FatihahHuruf hijaiyah Bacaan Basmalah dan Hamdalah
Surat Al Fatihah
Fiqih Mengenal ciptaan-ciptaan Allah SWT Menyayangi ciptaan Allah SWTCiptaan ciptaan AllahMenyayangi sesama temanMenyiram tanamanMemberi makan pada hewan
Akhlaq Berdoa sebelum melakukan kegiatan
Berdoa sebelum belajarBerdoa sesudah makanBerdoa sebelum tidurBerdoa bangun tidur
Al-Quran Berperilaku baik dalam Berbicara Mengucapkan salam dan menjawab salamMengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu.
Mengucapkan maaf bila melakukan kesalahan, Assalamu alaikum, Wa alaikum Salam
Hadist Meniru gerakan berwudhuMeniru gerakan berwudhu Mengikuti cara gerakan berwudhu
Menirukan lafal adzan dan iqamah Menirukan lafal adzan
Menirukan lafal iqamah
Kesulitan Belajar Anak Tunagrahita dan Assesment GuruNoKesulitan belajarAssesment / Treatment
1.Lambat berfikir, menerima respon dan memahami materi pelajaranGuru mengulang-ulang pelajaran dan memperbanyak program remedial
2.Memahami konsep yang abstrak seperti konsep keimananMengilustrasikan sesuatu yang abstrak dengan multimedia, dan menjelaskan perkara keimanan berulangkali sesuai kemampuan nalar dan perkembangan mental siswa
3. Menirukan dan menghafal bacaan sholat, doa dan surat-surat pendek Guru mengulang-ulang, meringkas dan menyederhanakan sesuai dengan kapasitas kemampuan siswa
4Mengurus dan merawat diri sendiriLatihan bina diri dan ketrampilan hidup sehari-hari
5.Menulis, membaca dan berhitungLatihan motorik halus dan kasar, latihan membaca dan berhitung dengan berulang kali.
6.Emosional dan temperamenRehabilitasi mental, terapi konseling, psikoterapi, sabar dan kasih-sayang
7.Sulit konsentrasi dan menfokuskan diriTerapi konsentrasi dan belajar fokus
D. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-D (Tunadaksa)AspekKompetensi yang diharapkanMateri
Aqidah Menyebutkan agama yang dianut
Menyebutkan nama tuhannya
Dapat mengucap dua kalimat syahadat
Dapat menyebutkan rukun iman
Menyebutkan asmaul husnaMenyebutkan Agama Islam
Allah
Dua kalimat syahadat
Iman kepada Allah
Lima asmaul husna
Fiqh Mempraktekkan tata cara wudhu secara berurutan sesuai kemampuannya
Menirukan bacaan doa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
Menirukan gerakan shalat sesuai kemampuannya
Mengikuti bacaan-bacaan shalatTata cara wudhu
Doa-doa sehari-hari
Tata cara shalat
Bacaan-bacaan shalat
Akhlaq Mengucapkan kata-kata santun
Membiasakan prilaku terpuji
Menghindari prilaku tercelaMengucap salam
Mengucap kata maaf
Mengucap kata terima kasih
Menghormati orang tua
Menghormati guru
Saling menyayangi teman
Tidak boleh marah
Tidak suka berbohong
Al-Quran Menirukan bacaan surat-surat pendek
Mengenal huruf-huruf hijaiyahSurat al-fatihah, al-kautsar, dan al-ikhlas, Annas
Jenis-jenis huruf hijaiyah
Hadits Menjaga kebersihan
Cinta tanah air
Makan jangan berdiri
Berbicara yang baik
Senyum itu ibadahKebersihan bagian dari iman annadzofatul minal iimanHadits tentang cinta tanah air : hubbul wathon minal iimanHadits tentang makan jangan berdiri:
laa takul qooiman
Hadits tentang berbicara yang baik :
falyaqul khoiran auliyasmut
Hadits tentang senyum itu ibadah :
tabasumuka fii wajhi akhika hiyas shodaqoh
Sejarah Meneladani kisah-kisah Nabi
Mengenal peristiwa penting dalam sejarah IslamKisah Nabi muhammad
Kisah Nabi ibrahim
Idul FitriIdul Adha
Kesulitan Belajar Anak Tunadaksa dan Assesment GuruNoKesulitan belajarAssesment / Treatment
1.Bagi yang cerebral palsy (lumpuh) kesulitan belajar sholat dengan berdiriMengajarkan sholat dengan duduk, berbaring atau telentang
2.Kesulitan menirukan bacaan sholat, doa harian dan surat-surat pendek/al-Quran (bagi tunaganda/cacat ganda)Mensederhanakan / meringkas bacaan, Memperkaya program remedial dan mengulang-ulang pelajaran
3. Kesulitan duduk, bergerak, berdiri, berjalan / mobilitas ke tempat-tempat umumMengajarkan bina gerak, bina diri Memberikan alat bantu mobilitas (kursi roda, krak/ tongkat/stik, dll)
4Mengurus dan merawat diri sendiriMengajarkan bina diri dan ketrampilan hidup sehari-hari
5.Rendah diri, tidak percaya diriTerapi dan bimbingan konseling
6.BerkomunikasiMengganti dengan lisan, tulisan dan isyarat
7.Menulis, membaca dan menghitungLatihan motorik halus dan kasar, remedial membaca dan berhitung
E. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-E (Tunalaras)AspekKompetensi Yang DiharapkanMateri
Aqidah Anak mengenal Allah melalui ciptaan Nya.
Anak mengenal kitab suci agama Islam
Anak menyebutkan rukun Iman Anak menyebutkan dua kalimat syahadatCiptaan-ciptaan AllahKitab suci agama Islam
Rukun Iman Dua kalimat syahadat
Fiqh Anak menirukan gerakan sholat
Anak menyebutkan rukun Islam
Anak berdoa sebelum dan sesudah makan
Anak berdoa sebelum dan sesudah tidur
Anak berdoa untuk orang tua Anak berdoa untuk keselamatan dunia akhirat
Gerakan sholat
Rukun Islam
Doa sebelum dan sesudah makan
Doa sebelum dan sesudah tidur
Doa untuk orang tua
Doa keselamatan dunia akhirat
Akhlaq Anak berbuat baik terhadap semua makhluk Allah
Anak berperilaku baik/ sopan dalam berbicara
Anak dapat berpakaian rapi dan sopan
Anak selalu mengucapkan terima kasih jika memperoleh sesuatu
Anak meminta maaf bila melakukan kesalahan
Anak menghargai orang lain
Anak mengucap salam setiap bertemu teman
Anak mengucap bismilah ketika memulai pekerjaan Menyayangi binatangBerbicara / berbahasa baik dan sopan terhadap guru, orang tua, yang lebih tua, teman sebaya, dan lebih muda.Berpakaian rapi dan sopanUcapan terima kasih
Al-Quran Anak membaca Huruf Hijaiyah
Anak membedakan Huruf Hijaiyah
Anak menghafal surat Al Fatihah
Anak menghafal surat Al Ikhlas
Anak menghafal surat An Naas, Al Falaq dan Al Kautsar Huruf Hijaiyah Dari alif ya
Hadist Anak memahami hadis tentang kebersihan
Anak memahami hadis tentang menghormati orang tua
Hadist kebersihan
Hadist tentang menghormati orang tua
Sejarah Anak mengenal sejarah tentang Nabi Adam as
Anak mengenal kisah Nabi Nuh as
Anak mengenal kisah Nabi Ibrahim as
Anak mendengarkan kisah Nabi Musa as
Anak Mendengarkan kisah Nabi Isa as
Anak Mengenal kisah Nabi Muhammad SAW
Sejarah singkat masing masing nabi
Kesulitan Belajar Anak Tunalaras dan Assesment GuruNoKesulitan belajarAssesment / Treatment
1.Memahami interuksi, menirukan gerakan dan bacaan sholatMenyederhanakan, meringkas dan mengulang-ulang pelajaran
2.Temperamen, emosional dan tantrumBersikap tegas, disiplin dan konsisten
3. Beradaptasi, sosialiasi dengan lingkungan, Bergaul dan interaksi dengan orang lainBina akhlaq dan bina sosial
4Memahami perasaan orang lainBina akhlaq dan bina sosial
5.Menjaga perasaan dan emosiRehabilitasi mental, terapi perilaku, dll
6.Menyelesaikan tugas belajarHabilitasi dan remedial
F. Nilai-Nilai Agama dan Moral untuk TKLB-F (Autis)AspekKompetensi Yang DiharapkanMateri
Aqidah Menyebutkan agama yang dianut
Membedakan ciptaan Tuhan dengan buatan manusia
Menyebutkan sifat-sifat Tuhan
Menyebutkan nama kitab suci yang dianut
Menyebutkan tempat-tempat ibadah Islam
Manusia, mainan
Allah Maha penyayang
Al-Quran
Masjid
Fiqh Meniru gerakan sholat
Mengenal waktu sholat
Menyebutkan jumlah rakaat sholat
Meniru urutan cara berwudhu
Menirukan bacaan bacaan sholatWudhu
dan
sholat
Akhlaq Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan
Menyayangi anggota keluarga
Selalu mengucapkan terima kasih
Mengucapkan salam
Mengucapkan kata-kata santun(maaf,minta tolong)
Menghargai teman dan tidak memaksakan kehendak
Membantu pekerjaan ringan orang tua
Menyayangi semua ciptaan tuhan
Meniru kalimat thoyibah
Mengucapkan terima kasih jika memperoleh sesuatu
Menghormati guru dan orang tua
Bersikap jujur
Suka menolong
Membedakan perilaku baik dan buruk Menunjukkan perbuatan yang benar dan salahPerilaku terpuji
Quran Mengenal huruf hijaiyah
Menyebutkan huruf hijaiyah
Menunjukkan huruf Hijaiyah Menirukan pelafalan huruf hijaiyah Menirukan pelafalan surat-surat pendek dalam Juz AmmaPengenalan huruf Al Quran
Hadist Mengenal adab kepada orang tua
Mengenal adab makan
Mengenal adab minum
Mengenal adab masuk wcPembiasaan
Sejarah Mengenal hari besar agama Islam Menyebutkan hari raya agama Islam Mengenal nama-nama nabi
Mengenal cerita perjalanan nabi muhammad SAW Maulid nabi SAWNabi Muhammad SAW
Kesulitan Belajar Anak Autis dan Assesment GuruNoKesulitan belajarAssesment / Treatment
1.Kesulitan mengenal, merespon dengan emosi dan isyarat sosialTerapi ABA (applied, Behaviour, Analisis)
2.Sulit diajak berkomunikasi secara verbalTerapi bina-wicara dan bina persepsi bunyi
3. Kurang memiliki perasaan dan empatiTerapi perilaku dan bina diri
4Emosi yang kaku, dan perilaku meledak-ledakTerapi perilaku dan rehabilitasi mental
5.Menyendiri dan asyik dengan kemauan sendiriRehabilitasi mental, terapi perilaku
6.Sering mengabaikan situasi disekelilingnyaBina diri dan bina sosial
BAB IVP E N U T U P
Pengembangan (modifikasi) materi/bahan ajar PAI di TKLB perlu dilakukan karena terdapat faktor yang menjadi penghambat dan pendukung antara lain;
a. Kondisi dan keadaan siswa yang hiterogen. Perserta didik di TKLB berbeda dengan sekolah inklusi/terpadu. Peserta didik di TKLB terdiri dari banyak jenis kelainan; ada tunanetra (A), tunarungu (B) tunagrahita ringan (C), tunagrahita sedang (C1), tunagrahita berat (C2), tunadaksa ringan (D) tunadakda sedang (D1) tunadaksa berat (D2), tunalaras (E), tunaganda (G), autis, slow learner, hiperaktif, ADHD (attention deficit hiperactivity disorder), disgrafia, dislexia, diskalkulia, dispraxia dan lain sebagainya.
b. Kemampuan belajar secara akademik berbeda-beda, ada tipe siswa yang mampu belajar secara akademik, namun ada yang tidak mampu belajar secara akademik. Ada siswa yang mampu didik dan mampu latih, tapi ada juga yang hanya mampu latih. Ada siswa yang mampu mengikuti target kurikulum, namun ada pula yang tidak mampu mengikuti target kurikulum.
c. Setiap siswa memiliki tingkat kesulitan belajar yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh tidak berfungsinya salah satu atau beberapa indera yang dimilikinya, ada siswa yang mengalami hambatan indera penglihatan, indera pendengaran, lemah intelegensi (IQ), lemah mental, hambatan fisik, kelainan perilaku atau gabungan dari beberapa hambatan tersebut.
d. Setiap jenis ketunaan/kelainan memiliki karakteristik dan kebutuhan spesifik masing-masing yang tidak sama antara jenis ketunaan yang satu dengan yang lainnya.
Setiap guru agama Islam yang mengajar ABK di TKLB dituntut memiliki kemampuan mengidentifikasi dan mengasessment. Kegiatan identifikasi dan assesment merupakan kegiatan penting dan mendasar sebelum guru agama melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan kegiatan identifikasi dan assesment guru dapat mengetahui karakteristik, jenis kelainan, kebutuhan belajar spesifik siswa, sehingga guru dapat memberikan assesment atau treatment dan pembelajaran yang sesuai dan tepat kepada peserta didiknya.
Guru yang mengajarkan materi PAI di TKLB hendaknya mampu menerapkan pendekatan adaptif dengan melakukan modifikasi (penyesuaian) antara lain sebagai berikut:
a. Modifikasi kurikulum, berbentuk pemberian kebebasan guru untuk mengembangkan, menaikan (duplikasi) bahkan menurunkan jika perlu (omisi) terhadap SK/KD (kurikulum) yang telah disediakan oleh pemerintahb. Modifikasi materi, berbentuk perbedaan bobot dan muatan meteri yang diajarkan kepada siswa sesuai jenis ketunaannya. Hal ini tercermin pada kata-kata operasional yang dipakai untuk setiap jenis ketunaan siswa.
c. Modifikasi metode, berbentuk fleksibelitas guru dalam memilih metode dan menerapkannya secara kombinatif sesuai kondisi dan kemampuan siswa. Tidak semua metode cocok dengan semua jenis ketunaan, dan setiap ketunaan hanya cocok dengan metode tertentu.
d. Modifikasi media, setiap jenis ketunaan menggunakan media khusus yang cocok dengan ketunaanya. Banyak media tetapi tidak semua media bisa dipakai pada setiap jenis ketunaan, setiap ketunaan memiliki media khusus yang tidak mungkin dipergunakan pada jenis ketunaan yang lain.
e. Modifikasi alat dan sarana-prasarana, berbentuk desain peralatan, sarana-prasarana agar memenuhi standar aksesesibilitas penggunanya.Setiap jenis ketunaan memiliki peralatan dan sarana prasarana khusus yang menjadi prioritas kebutuhannya. f. Modifikasi KBM, proses pembelajaran PAI pada setiap jenis ketunaan menggunakan pendekatan individual, berjalan secara fleksibel, menyesuaikan kondisi, kemampuan dan kesulitan siswa. Pada saat tertentu, proses pembelajaran tidak semata-mata mengejar target kurikulum/materi, tetapi melakukan terapi ringan, konseling, rehabilitasi dan psikoterapi seperti pada kasus anak Tunagrahita, Tunalaras dan Autis.
g. Dalam evaluasi hasil belajar guru agama mempertimbangkan siswa berdasarkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Bagi siswa yang memiliki kemampuan intelegensi (IQ) yang ditandai dengan kemampuan akademis, maka bentuk evaluasinya didesain sedemikian rupa agar siswa mampu mengikuti target kurikulum bahkan harus mengikuti ujian nasional (UN/USBN). Namun bagi siswa yang memiliki hambatan dan kelainan mental- intelegensinya (IQ) dan prilaku, maka bentuk evaluasinya dimodifikasi sedemikian rupa agar acceptable dengan kondisi dan kemampuan siswa, misalnya lebih mengutamakan aspek afektif dan psikomotornya.
Untuk pembiasaan nilai-nilai agama ((religious culture). Semua kegiatan keagamaan di sekolah dimodifikasi dengan mempertimbangkan kondisi fisik, psikis, usia dan jenis kelainan. Tujuannya agar setiap siswa dapat merasakan manfaat dan kepuasan dari setiap kegiatan keagamaan yang diselenggarakan. Perjuangan untuk membentuk pembiasaan berperilaku agama di sekolah merupakan tugas bersama, guru agama perlu kerjasama intensif dan sinergis dengan berbagai pihak yang punya kewajiban dan tanggung-jawab mengurus pendidikan ABK misalnya dengan kepala sekolah, guru-guru umum, karyawan, orang tua/wali murid, sosial worker, ahli terapy dan masyarakat sekitar.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Form 1 : Informasi riwayat perkembangan anak (lampiran 1)Form 2 : informasi/ data orangtua anak/wali siswa (lampiran 2)Form 3 : informasi profil kelainan anak (AI-ALB) (lampiran 3)
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. No. 20 tahun 2003, (Jakarta: Diknas, 2004), 4.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. No. 20 tahun 2003,.... 10.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (PSLB, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi, Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Ekodjatmiko Sukarso (Jakarta: Diknas, 2004), 5.
Jenny Corbett, Supporting Inclusve Education, A Connective Pedagogy (London: Dolphin Publishing, 2001), 10.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (PSLB), Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, Pedoman Khusus Kegiatan Pembelajaran , Ekodjatmiko Sukarso ( Jakarta: Diknas, 2006), 23.
Samino, Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus Dan Pendidikan Terpadu Menuju Pendidikan Inklusi ( Jakarta: Direktorat PSLB, 2004), 9.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (PSLB), Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi, Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus, Ekodjatmiko Sukarso ( Jakarta, Diknas, 2007), 20.
Kathryn .P.Meadow, Deafness and Child Development, (Californa: University of California Press, 1990), 60.
Muyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Reneka Cipta, 1999), 23.
Edy Purwanto, Ortopedagogik Tunanetra (Yogyakarta: IKIP-PLB Yogyakarta, 1998), 24. Dan Aisyah, Pedoman Identifikasi dan Assesment Siswa Tunanetra (Jakarta: Pusar Percetakan dan Produksi Braille Jakarta, 2005), 8.
Iim Maskiah, Pedoman Identifikasi dan Assesment Untuk Siswa Tunarungu (Jakarta: Pusat Sumber Belajar SLB-Lebak Bulus, 2007). 23.
Riana Dwi Mulyani, Pedoman Identifikasi dan Assesemen Siswa Tunagrahita (Jakarta: Pusat Sumber Belajar SLB- Lebak Bulus, 2007), 21.
Ruwiyanti, Pedoman Identifikasi dan Assesment Siswa Tunadaksa (Jakarta: Pusat Sumber Belajar YPAC, 2006), 9.
Sudirman, Pedoman Identifikasi Dan Assemen Siswa Tunalaras (Jakarta: Pusat Sumber Belajar SLB-Lenteng Agung, 2008), 6.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (PSLB) , Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus, Ekodjatmiko Sukarso (Jakarta: Balitbang Diknas, Direktorat PSLB, 2006), 27.
Koswara, Assesment Sebagai Dasar Reposisi Pembelajaran Untuk peningkatan Mutu Pendidikan Tunagrahita (Bandung, Makalah Pelatihan Teknis Dosen PLB UPI, 2006), 4.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa (PSLB), Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi, Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus, .. 29.
10