pekerjaan laston dan overlay
TRANSCRIPT
AMP (Asphalt Mixing Plant)
UNTUK PEKERJAAN LASTON DAN OVERLAY
Persiapan Bahan
a. Material di stock pile.
Pemisahan penimbunan jenis agregat yang berbeda.
Pemisahan penimbunan bertujuan untuk menjaga gradasi agregat agar tetap terjaga,
karena pada saat dipindahkan ke cold bin, agregat yang tidak tercampur dapat dimasukan
pada bin yang sesuai dengan ukurannya.
Penimbunan Agregat Tidak Terlalu Tinggi.
Karena penimbunan agregat yang dilakukan sudah benar, tidak terlalu tinggi, maka
resiko agregat mengalami segregasi karena butiran yang besar menggelinding ke bawah
tidak akan terjadi.
Sumber : Data Lapangan
Gambar Timbunan Agregat
Sumber : Data Lapangan
Gambar Timbunan 2 Jenis Agregat yang Berbeda
b. AMP
1. Cold Bin
Pemisah Antar Bin
Memastikan agregat pada cold bin tidak tercampur karena terdapatnya
pemisah bin serta penumpukan pada bin tidak terlalu tinggi sehingga agregat
tidak akan tumpah dan tercampur pada bin yang lainnya.
Penggetar pada pintu bukaan
Disini harus diperhatikan waktu bukaan pintu dari setiap bin apakah sesuai dengan
standar yang sudah dikalibrasi, dan harus diperhatikan pula apakah penggetar pada pintu bin
berjalan dengan baik, hal ini bertujuan untuk memastikan kontinuitas aliran material yang
tidak terganggu karena tersendatnya material pada pintu bin. Jika agregat yang keluar bin
Sumber : Data Lapangan
Gambar Agregat pada Cold Bin yang Berbeda
Sumber : Data Lapangan
Gambar Penggetar Pada Pintu Cold Bin
menjadi lebih sedikit sedangkan besarnya pengapian pada dryer tetap maka agregat dapat
mengalami pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Dryer
Suhu pada dryer harus selalu diawasi oleh operator. Pengawasan apakah pengaturan
antara bahan bakar minyak dan udara pada dryer sudah benar juga dilakukan oleh operator.
Pada proyek ini pengaturan dryer sudah sesuai maka bahan bakar pada dryer menjadi
terbakar dengan sempurna sehingga asap yang dihasilkan pada proses pembakaran yaitu
berwarna putih.
Sumber : Data Lapangan
Gambar Asap yang Berwarna Putih
Sumber : Data Lapangan
Gambar Proses Pembakaran
Sumber : Data Lapangan
Gambar Indikator Suhu Pada Dryer
Indikator Suhu
1. Pengawasan Temperatur aspal dan pencampuran
Operator mengatur suhu pemanasan aspal sehingga sesuai dengan yang
direncanakan dalam JMF. Pengontrolan dilakukan untuk mendapatkan jumlah yang tepat dari
aspal dalam campuran, untuk itu jumlah aliran atau debit dan aspal yang diberikan pada
pencampur harus selalu diamati. Pada unit pengontrol ini dilakukan pula pengontrolan pada
suhu aspal yang hendak dicampurkan.
2. Lama pencampuran
Di dalam ruang pengontrol AMP operator mengatur lamanya pencampuran.
Sumber : Data Lapangan
Gambar Tabung Pencampur aspal
Sumber : Data Lapangan
Gambar Penunjuk Suhu sebagai Pengontrol Suhu Aspal
3. Kegiatan Pengawasan 3
a. Pengawasan Terhadap Cuaca
Dalam proyek ini pelaksanaan pekerjaan overlay dan levelling dilakukan saat cuaca
sedang cerah, dan pada saat hujan turun pelaksana menghentikan pekerjaan overlay dan
levelling.
Lahan telah siap permukaan kering dan bersih
Pelaksanaan yang dilakukan untuk mempersiapkan permukaan existing pada proyek ini yaitu
pembersihan kotoran dan penyemprotan tack coat.
Pengaturan lalu lintas
Pengaturan lalu – lintas dilakukan sehingga mengurangi kemacetan yang ditimbulkan oleh
kegiatan pelaksanaan proyek.
4. Kegiatan Pengawasan 4 :
a. Asphalt Finisher
Sumber : Data Lapangan
Gambar Operator di Ruang Kontrol AMP
Pengecekan screw dan vibrating screed berfungsi dengan baik pada saat
penghamparan
b. Ketebalan
Dalam pelaksanaanya ketebalan aspal yang dihamparkan di cek dengan alat
sederhana yang terbuat dari baja dengan
cara menusukannya pada campuran sehingga kedalaman hasil
penghamparan bisa diketahui.
5. Kegiatan Pengawasan 5 :
a. Pengawasan terhadap alt berat yang sesuai dengan spesifikasi teknis menurut Bina
Marga adalah:
Vibrautic Roller
Tundhem Roller
Pneumatic Tired Roller
b. Pengawasan jumlah lintasan pemadatan.
Pengawas mengamati apakah jumlah lintasan pada pekerjaan pemadatan sudah
sesuai dengan data lintasan yang di dapat dari trial compaction sehingga laston mencapai
ketebalan yang optimal
Sumber : Data Lapangan
Gambar Pengecekan Tebal Hamparan
Persiapan Bahan merupakan salah satu hal penting yang sngat berpengaruh terhadap
hasil pekerjaan. Adapun bahan-bahan yang harus disediakan dalam pelaksanaan pekerjaan
adalah sebagai berikut :
1. Lapis Perekat (Tack Coat) dan Lapis Resap Pengikat ( Prime Coat)
Prime coat adalah laburan aspal pada permukaan yang belum beraspal berfungsi
untuk memberi ikatan antara permukaan tersebut dengan lapisan perkerasan diatasnya.
Sedangkan tackcoat adalah laburan aspal pada permukaan yang sudah beraspal, berfungsi
untuk memberi ikatan antara permukaan tsb dengan lapisan perkerasan diatasnya .
a. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan untuk prime coat adalah :
- AC 10 ( penetrasi 80-100 ), AC 20 ( penetrasi 60-70 ) diencerkan dengan minyak tanah
80 PPh ( 80 bagian minyak dengan 100 bagian aspal ) atau disesuaikan kebutuhan
dilapangan.
- MC 30 ( aspal cair / Cutback Asphalt)
- Aspal emulsi (1 bagian air: 1 bagian pengemulsi )
Bahan yang digunakan untuk Tackcoat adalah :
- AC 10 (penetrasi 80-100), AC 20 (penetrasi 60-70) diencerkan dengan minyak tanah 25
sid 30 PPh (25/30 bagian minyak dengan 100 bagian aspal) atau disesuaikan dengan
kebutuhan dilapangan
Sumber : Data Lapangan
Gambar Alat Pemadat yang Sedang Beroperasi
- Aspal emulsi (1 bagian air: 1 bagian pengemulsi )
2. Aspal
Aspal adalah bahan perekat yang digunakan untuk mengikat agregat yang bersifat
plastis dan sebagai bahan pengisi volume rongga yang ada. Berikut adalah spesifikasi yang
harus dipenuhi untuk aspal yang akan digunakan. Bahan aspal yang digunakan dari jenis
semen Pen 60/70. bahan aspal harus memenuhi AASHTO M20 dan mempunyai titik lembek
minimum 48°C yang ditentukan sesuai dengan SNI 06-2434-1991(ASSHTO T53).
Tabel 3.4 Persyaratan Spesifikasi Aspal
No. Jenis PengujianStandar
PengujianPersyaratan
1.Penetrasi 25oC, 100 gr, 5
detik ; 0,1 min
SNI 06-2456-
199160-79
2. Titik lembek oCSNI 06-2434-
199148-58
3. Titik Nyala oCSNI 06-2433-
1991Min.200
4. Daktilitas 25 oC, cmSNI 06-2432-
1991Min.100
5. Berat JenisSNI 06-2441-
1991Min.1,0
6.Kelarutan dalam Trichlor
Ethelyn; % berat
SNI 06-2438-
1991Min.99
7.Penurunan berat (dengan
TFOT); % berat
SNI 06-2440-
1991Max.0,8
8.Penetrasi setelah penurunan
berat; % asli
SNI 06-2456-
1991Min.54
9.Daktilitas setelah penurunan
berat; %asli
SNI 06-2432-
1991Min.50
10. Uji bintik (spot test) AASHTO T.102 Negatif
Standar Nphta
Naphta Xylene
Hephtane Xylene
Sumber : Dokumen Kontrak
3. Agregat
a. Agregat kelas A dan kelas B
Agregat kelas A dan B harus memenuhi spesifikasi bahan untuk pondasi
bawah, dengan penyimpangan ijin 3% - 5%, memiliki ketebalan minimum lapis
pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5% adalah 15 cm, dan derajat
kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100%.
b. Agregat kasar dan halus
Agregat Kasar
Fraksi agregat untuk rancangan adalah yang tertahan ayakan
No. 8 (2,36 mm) dan haruslah bersih, keras, awet, dan bebas dari
lempung dan bahan-bahan yang tidak dikehendaki. Agregat kasar
yang kotor dan berdebu yang mempunyai partikel lolos ayakan No.
200 (0,075) lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan. Berikut
adalah ketentuan dari agregat kasar.
Tabel 3.5 Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Metode Uji Nilai
Abrasi dengan mesin
Los Angeles
SNI 03-247-1991 Maks. 40%
Kekekalan bentuk
agregat terhadap
larutan natrium dan
magnesium sulfat.
SNI 03-3407-1994 Maks. 12%
Anggularitas
(kedalaman dari
permukaan <10 cm)
DoT’s Pennsylvania Test
Method, PTM No.621
95/90
Anggularitas
(kedalaman dari
permukaan ≥10 cm)
80/75
Partikel pipih ASTM D-4791 Maks. 25%
Partikel lonjong ASTM D 4791 Maks. 10%
Material lolos saingan
No. 200
SNI 03-4142-1996 Maks. 1%
Kelekatan agregat
terhadap aspal
SNI 03-2439-1991 Min. 95%
Sumber : Dokumen Kontrak
Agregat Halus
Agregat halus terdiri dari pasir atau pengayakan batu pecah dan terdiri dari
bahan yang lolos ayakan No. 8 (2,36 mm). Pasir boleh digunakan dalam campuran
aspal dengan persentase maksimum yang disarankan adalah 15 %. Pasir yang kotor
dan berdebu yang mempunyai partikel lolos ayakan No. 200 (0,075) lebih besar dari 8
% tidak boleh digunakan. Berikut adalah ketentuan dari agregat halus.
Tabel 3.6 Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50%
Material Lolos
Saringan No. 200
SNI 03-4428-1997 Maks. 8%
Sumber : Dokumen Kontrak
4. Laston AC-WC, Laston AC-BC dan laston AC – BASE
Lapisan Aspal Beton (Laston) adalah lapisan yang peka terhadap variasi kadar aspal
maupun variasi gradasi agregat. Bahan yang digunakan untuk membuat laston AC-WC,
laston AC-BC dan laston AC – BASE yaitu agregat dan aspal. Untuk ketiga jenis laston
tersebut perbedaan terletak pada jenis gradasi dan tebal minimum dari lapisannya, berikut
adalah spesifikasi gradasi gabungan agregat untuk laston AC-WC, laston AC-BC dan laston
AC- BASE
Tabel 3.7 Spesifikasi Laston AC-WC, Laston AC-BC dan laston AC – BASE
Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos
ASTM mm AC -WC AC - BC AC - BASE
1½” 37,5 100
1” 25 100 90 – 100
¾” 19 100 90 – 100 maks. 90
½” 12,5 90 – 100 maks 90
3/8” 9,5 maks 90
No.4 4,75
No.8 2,3628 –
5823 – 49
19 – 45
No.16 1,18
No.30 0,60
No.200 0,075 4 – 10 4 - 8 3 – 7
Daerah Larangan
No.4 4,75 39,5
No.8 2,36 39,1 34,6 26,8 – 30,8
No.16 1,18 25,6 -31,6 22,3 - 28,3 18,1 – 24,1
No.30 0,60 19,1-23,1 16,7 - 20,7 13,6 – 17,6
No.50 0,075 15,5 13,7 11,4 Sumber : Dokumen Kontrak
1. Bahan Pengisi (Filler)
Bahan pengisi terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), semen portland, abu
terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis yang bebas dari bahan yang tidak diinginkan.
Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan, dan bila
diuji dengan pengayakan secara basah sesuai SK SNI M-02-1994-03 harus mengandung
bahan yang lolos ayakan No. 200 (75 micron) tidak kurang dari 75 %. Bilamana kapur tidak
terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka
proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1.0% dari berat total campuran aspal. Oleh karena
sifatnya yang sensitif terhadap air maka dalam unit instalasi pencampur terdapat tempat
khusus untuk menyimpan filler yaitu silo.
2. Campuran Beton Semen (Concrete Mix)
Pada pekerjaan pengecoran digunakan mutu beton K-125 (Lean Concrete) ,berfungsi
sebagai desk atau lantai kerja yang dapat digunakan untuk setting point dan K225 dengan
bahan sebagai berikut :
a. Semen
Semen yang digunakan pada pekerjaan beton adalah semen Portland yang memenuhui
AASHTO M85.
b. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, dan pemakaian lainnya harus bersih
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau
organik.
c. Agregat
Gradasi dan sifat-sifat agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan seperti yang
tercantum pada tabel berikut :
Tabel 3.8 Spesifikasi Gradasi Agregat Campuran Beton Semen
Ukuran
AyakanPersen Ayakan yang Lolos Untuk Agregat
ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1½ “ 38,1 - 95-100 100 - -
1” 25,4 - - 95-100 100 -
¾ 19 - 35-70 - 90-100 100
½ 12,7 - - 25-60 - 90-100
38
“ 9,5 100 10-30 - 20-55 40-70
No. 4 4,7595-
1000-5 0-10 0-10 0-15
No. 8 2,36 - 0-5 0-5 0-5
No. 16 1,18 45-80 - - - -
No. 80 0,30 10-30 - - - -
No.
1000,15 2-10 - - - -
Sumber : Dokumen Kontrak
Tabel Spesifikasi Sifat-sifat Agregat Campuran Beton Semen
Sifat-sifat Metode Batas Maksimumyang Diijinkanuntuk Agregat
Pengujian Halus Kasar
Keausan Agregat dengan MesinLos Angeles
pada 500 Putaran
SNI 03-
2417-1991- 40 %
Kekekalan Bentuk Batu terhadapLarutan Natrium Sulfat atauMagnesium Sulfat setelah 5siklus
SNI 03-
3407-199410 % 12 %
Gumpalan Lempung danPartikel yang
Mudah Pecah
SK SNI M-
01-1994-030,5 % 0,25 %
Bahan yang Lolos AyakanNo.200
SK SNI M-
02-1994-033 % 1 %
Sumber : Dokumen Kontrak
Pengujian Trial Compaction
Trial Compaction adalah sebuah uji coba pemadatan dengan menggunakan alat dan
bahan yang sama dengan yang akan digunakan pada pelaksanaan pemadatan yang
sebenarnya. Uji coba ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui jumlah lintasan oleh alat
penggilas pada campuran aspal panas yang dihamparkan, sehingga didapat kepadatan lapis
perkerasan aspal yang optimal. Trial Compaction dilakukan pada lahan yang bukan bagian
dari proyek, namun bila hasil kepadatan dari Trial Compaction yang dilakukan langsung pada
proyek mencapai lebih dari 98 % maka lapis perkerasan aspal yang sudah dipadatkan tidak
perlu di bongkar kembali.
Pekerjaan Produksi Hotmix
Campuran apal beton panas pada dasarnya terdiri dari agregat kasar, halus dan aspal,
yang dibuat dalam satu unit pencampur yang disebut Asphalt Mixing Plant (AMP).
Pembuatan campuran dengan menggunakan bahan-bahan yang telah memenuhi
persyratan sebagai bahan pencampur aspal panas.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar 3.3 Salah Satu AMP yang dimiliki Kontraktor
Bahan
Bahan yang diperlukan dalam pekerjaan lapis perkerasan dengan aspal panas adalah
Bahsan yang digunakan yaitu, agregat, aspal, dan bahan pengisi yang memenuhi syarat dan
spesifikasi yang terdapat pada dokumen kontrak.
Pencampuran
Setelah semua bahan siap, kemudian dilakukan kegiatan pencampuran. Pencampuran
ini dilakukan dalam satu unit pencampur yang disebut dengan Asphalt Mixing Plant (AMP).
Di dalam AMP , proses pencampuran melalui beberapa tahap produksi yang harus dilalui.
Garis besar proses produksi adalah sebagai berikut:
1. Agregat yang tersimpan dalam stockpile dimasukkan ke dalam cold bin sesuai
dengan ukuran agregatnya.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar 3.4 Persediaan agregat di stock pile
Sumber : Foto Lapangan
Gambar 3.5 Pengangkutan agregat dari stock pile ke cold bin
2. Agregat yang berada dalam setiap cold bin keluar melalui pintu yang sebelumnya
telah dikalibrasi yang kemudian agregat tersebut dibawa oleh belt conveyor. Agregat
yang dibawa oleh belt conveyor dapat dilihat pada Gambar 3.7. dan agreagat yang
keluar dari cold bin dapat dilihat pada Gambar 3.6
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Agregat yang keluar dari setiap cold bin
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Agregat yang dibawa oleh belt conveyor
3. Kemudian agregat masuk ke dalam dryer untuk dikeringkan dan dipanaskan, ini
dimaksudkan untuk menghilangkan air yang ada pada agregat. Agregat dipanaskan
hingga suhu mencapai 175-200oC. Dryer harus mampu mengeringkan agregat secara
merata, sehingga dapat menghasilkan pengeringan agregat yang sempurna. Harus di
cek apakah pengaturan antara bahan bakar minyak dan udara pada dryer sudah
benar, ketidak sesuaian pengaturan antara bahan bakar dan udara dapat
menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna, hal ini dapat diketahui dengan
melihat asap berwarna hitam yang keluar dari cerobong.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar 3.8 Agregat yang dibawa Oleh Belt Conveyor
4. Gas panas yang dihasilkan akibt adanya pemanasan ini mengandung debu,
dikumpulkan dengan kolektor debu (Dust Collector) yang kemudian dibuang
melalui cerobong. Dust Collector dapat dilihat pada Gambar 3.9
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Dust Collector
Gambar Asap putih yang keluar dari cerobong mengidentifikasikan
pembakaranyang terjadi pada dryer berjalan dengan sempurna
5. Agregat yang telah siapkan ini dibawa ke pengendali gradasi (Hot Screening Unit)
untuk disaring. Agregat disaring sesuai dengan saringan yang telah ditentukan,
kemudian di campur dengan filler yang di simpan dalam wadah yang bernama silo.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Tempat ayakan panas
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Silo
6. Kemudian dilakukan penimbangan untuk semua material di dalam penimbangan
(weight hopper).
7. Agregat dan aspal dicampur dalam mesin pencampur (pugmill). Pugmill dapat
dilihat pada Gambar
Sumber : Foto Lapangan
GambarPugmill
8. Hotmix masuk ke dalam Dump Truck kemudian di timbang sebelum dibawa ke
lokasi proyek. Dan prosesnya dapat dilihat pada Gambar 3.14
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Masuknya Hotmix ke dalam Dump Truck
Pengangkutan.
Pengangkutan ke lokasi dilakukan dengan bantuan alat yaitu dump truck.
Waktu dan suhu aspal dari AMP harus diperhitungkan dengan jarak tempuh lokasi.
Untuk menjaga kestabilan suhu maka pada saat pengangkutan aspal ditutupi oleh
terpal.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar 3.15 Pengangkutan Hotmix oleh Dump Truck
Pekerjaan Overlay
Pekerjaan overlay adalah pekerjaan pelapisan kembali perkerasan lentur,
dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja jalan yang sudah ada dengan cara
menambahkan lapisan yang baru.
A. Persiapan Peremukaan Jalan Existing
Tahap-tahap yang harus dilakukan antara lain adalah :
6. Pekerjaan pembersihan permukaan jalan existing dari debu dan kerikil, dengan
melakukan penyemprotan menggunakan compressor.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Pekerjaan Pembersihan dengan compressor
7. Kemudian dilakukan pekerjaan penyemprotan lapis perekat (tack coat), dengan
menggunakan asphalt sprayer. Tujuan dilakukannya pelapisan tack coat ini adalah
untuk menambah daya ikat antara jalan existing dengan campuran aspal baru. Batas
Permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan diukur dan
ditandai dengan cat atau benang. Distributor aspal mulai bergerak kira-kira 5 meter
sebelum daerah yang akan disemprot. Kecepatan laju dijaga konstan sampai melalui
titik akhir dicek apakah telah merata, untuk lapis perekat disemprotkan hanya
sebentar (kira-kira setebal kertas saat pengujian nilai kerataan)ebelum
penghamparan lapis aspal di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang
tepat.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Pekerjaan Penyemprotan Tack Coat
B. Pekerjaan Penghamparan
Penghamparan dilaksanakan stelah pekerjaan persiapan seperti pembersihan
permukaan dari bahan yang lepas atau tidak dikehendaki dengan sapu mekanis
pemasangan rambu-rambu, pengaturan lalu-lintas peralatan, patok batas
penghamparan dan lokasi telah dihamparkan lapis pengkat.
Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan, campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai kelandaian,
elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan. Apabila
penghamparan dilaksanakan pada malam hari maka harus disediakan penerangan
secukupnya.
Ketebalan hamparan diatur pada alat asphalt finisher sesuai dengan ketebalan yang
ditentukan. Apabila tebal hamparan lebih dari satu lapis maka toleransi ketebalan harus
memenuhi persyaratan dan spesifikasi. Mesin vibrasi pada alat penghampar harus dijalankan
selama penghamparan dan pembentukan. Temperatur penghamparan ±155oC. Alat
penghampar dioperasikan dengan kecepatan yang tetap agar tidak menyebabkan retak
permukaan, koyakan atau bentuk ketidakrataan lainnya.
Berikut adalah tahap-tahap pekerjaan penghamparan :
1. Tempatkan Asphalt Finisher pada jalur di titik awal pekerjaan, sebelumnya Asphalt
Finisher di-stel terlebih dahulu, sehingga mampu menghampar dan membentuk
campuran aspal sesuai dengan garis, kelandaian serta penampang melintang yang
diperlukan
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Penempatan asphalt finisher pada titik awal.
2. Tempatkan Dump truck di depan alat penadah (Hopper) dari Asphalt Finisher lalu
Tuangkan campuran aspal ke dalam Hopper..
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Masuknya Hotmix ke dalam Hopper pada Asphalt Finisher
3. Setelah hotmix berada di dalam hopper dan siap untuk dihamparkan, segera
operasikan asphalt finisher . Nyalakan mesin fibrasi selama penghamparan agar
campuan aspal terdistribusi secara merata.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Pekerjaan penghamparan dengan menggunakan asphalt finisher
4. Para pekerja meratakan campuran aspal yang dikeluarkan dari Asphalt Finisher
dengan menggunakan sekop dan lacker, agar campuran aspal merata. Kegiatan
meratakan campuran aspal dapat dilihat pada Gambar 3.35.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Aspal diratakan dengan menggunakan sekop dan lacker
5. Periksa ketebalan hasil penghamparan dengan menggunakan alat ukur sederhana
yang terbuat dari tulangan yang telah ditandai, seteah campuran diratakan.
6. Segera isi ulang aspal ke dalam Hopper apabila campuran aspal akan habis. Jika
tersisa campuran aspal pada Hopper, suhunya tidak boleh lebih rendah dari suhu
penghamparan.
C. Pekerjaan Pemadatan
Setelah pekerjaan penghamparan selesai kemudian dilakukan pekerjaan pemadatan.
Pekerjaan ini adalah pekerjaan tahap akhir dari rangkaian pekerjaan lapis perkerasan lentur.
Pekerjaan ini dilakukan secara berulang kali dengan tujuan mendapatkan hasil yang
maksimal. Alat yang digunakan pada pekerjaan pemadatan ini adalah Three Weel, Pneumatic
Tired Roller, dan Mini Pneumatic Tired Roller.
Pemadatan dilakukan dalam 3 tahapan, aitu :
a. Pemadatan awal
Alat yang digunakan adalah Three Wheels, dengan kecepatan 4 km/jam. Pemadatan
dilakukan dari tepi ruas penghamparan ke tepi lainnya kemudian ke bagian tengah lintasan.
Ini dilakukan dengan tujuan agar permukaan jalan mendapatkan kemiringan yang ideal dan
tidak mengalami penurunan. Agar campuran aspal panas tidak melekat pada roda Three
Wheels, maka roda Three Wheels dibasahi secukupnya dengan menggunakan air.
Di lapangan pemadatan awal menggunakan Three Wheels sebanyak 2 lintasan dengan berat
Three Weels 3 Ton. Kegiatan pemadatan awal dapat dilihat pada Gambar 3.36
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Pemadatan Awal Menggunakan Three Weels
b. Pemadatan antara
Alat yan digunakan untuk proses pemadatan antara adalah Pneumatic Tired Roller
dengan kecepatan 6 km/jam. Alat ini ampu dioperasikan pada tekanan ban pompa 6,0 – 6,5
kg/cm2 (90-100psi).
Pemadatan dilakukan segera setelah pemadatan awal selesai dikerjakan. Tujuan dari
pemadatan antara ini adalah agar aspal hasil pemadatan awal tidak mengalami penurunan
(settle down).
Proses dan arah pemadatan kedua ini sama dengan proses pemadatan pertama, hanya
jumlah Passing-nya lebih banyak, yaitu 16 Passing untuk satu lebar jalan. Selain itu, ban
gilas harus di semprot air dan pembantu operator juga membantu membersihkan ban karet
dengan menyemprotkan kerosin lalu permukaan ban dibersihkan dari campuran yang
menempel dengan menggunakan kain, selagi PTR melakukan pemadatan alat ini
menyemprotkan air pada campuran aspal panas, hal ini bertujuan untuk mencegah hotmix
menempel pada ban. Kegiatan pemadatan kedua dilihat pada Gambar 3.37
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Pemadatan Antara dengan Pneumatic Tired Roller
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Pembantu operator menyemprotkan kerosin pada permukaan ban karet
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Penyemprotan air agar aspal tidak menempel pada ban karet
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Kondisi permukaan jalan yang basah setelah dilakukan penyemprotan air
c. Pemadatan akhir
Alat yang digunakan adalah Mini Pneumatic Tired Roller dengan kecepatan 4
km/jam. Pemadatan ini bertujuan untuk menghilangkan bekas jejak roda hasil pemadatan
antara sehingga didapatkan permukaan yang merata yang halus. Di lapangan pemadatan akhir
menggunakan Tundhem roller sebanyak 2 lintasan.
Sumber : Foto Lapangan
Gambar Pemadatan Akhir dengan Mini Pneumatic Tired Roller
Pengendalian Mutu Perkerasan Lentur
YA
BATASAN
CUACA
PENGENDALIAN LALU LINTAS & KESELAMATAN
A
KESIAPAN LAHAN
Namun ternyata, rangkaian pengawasan mutu diatas tidak sepenuhnya dilakukan
dengan baik. Hal ini dikarenakan pihak pengawas kurang cermat dalam melakukan
pengawasan di lapangan serta pihak kontraktor yang mengabaikan pentingnya pengendalian
PENGENDALIAN LALU LINTAS & KESELAMATAN
Sumber : Data Lapangan
Gambar Flowchart Pengendalian Mutu Perkerasan Lentur
mutu. Berikut adalah beberapa kegiatan pengawasan mutu yang sudah dilakukan pada proyek
ini seperti pada flowchart
1. Kegiatan Pengawasan 1 :
a. Pengujian sifat-sifat fisik agregat dan aspal, dilakukan untuk mengetahui spesifikasi
bahan, apakah memenuhi standar atau tidak. Sifat – sifat bahan yang sudah
diketahui menjadi dasar untuk membuat Job Mix Formula. Pengujian dilakukan di
lab yang tempatnya berdekatan dengan AMP. Pengujian yang dilakukan yaitu.
b. JMF
Job Mix Formula didapat dari pemeriksaan sifat agregat kemudian menentukan
gradasinya sehingga didapatkan proporsi agregatnya, setelah itu dilakukan uji coba
pencampuran aspal dengan kadar yang bervariasi untuk mendapatkan kadar aspal optimum
yang memenuhi semua spesifikasi campuran dan dilakukan uji coba di AMP. JMF ini
menjadi acuan untuk produksi campuran aspal panas di lapangan.
a. Pengawasan terhadap kebersihan roda pemadat.
Memastikan roda pemadat disemprot oleh air dan atau diberi sedikit kerosin agar
tidak ada hotmix yang menempel pada roda. Hotmix yang menempel pada roda dapat
menyebabkan permukaan jalan menjadi tidak rata.
b. Pengujian kepadatan dan tebal (core drill).
Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan seperti yang
ditentukan pada SNI 03-6757-2002 tidak boleh kurang dari 97%. Tebal aktual campuran
aspal yang dihampar di setiap ruas dari pekerjaan, didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari
semua benda uji inti yang diambil dari ruas tersebut. Dengan melakukan core drill tebal dari
perkerasan dapat diketahui, dari pengujian ini dapat dilihat apakah tebal perkerasan
memenuhi persyaratan atau tidak. Ketebalan perkerasan menunjukan volume dari material
sehingga menjadi acuan pembayaran owner kepada kontraktor
Sumber : Data Lapangan
Gambar Hasil Bor Core Drill Dipadatkan Kembali
Sumber : Data Lapangan
Gambar 3 Pengambilan Sampel Core Drill Pada Perkerasan
Sumber : Data Lapangan
Gambar Hasil Sampel Core Drill
Sumber : Data Lapangan
Gambar Hasil Pemboran Core Drill Pada Perkerasann Jalan
MATRIKS PROSES PENGOLAHAN CAMPURAN BERASPAL DALAM UNIT AMP
Type AMP Jenis Pekerjaan Alat Bahan Metode Pelaksanaan Spesifikasi PersyaratanBatch Type
(AMP Tipe
Takaran)
Penyimpanan agregat di stock pile
Terpal, Plastik, Alat
penutupAgregat
Agregat yang sudah ada di quarry (tempat penyimpanan) dijaga kondisinya agar tidak terbasahi dengan cara diberi
penutup terpal
SNI 03-1971-1990SNI 03-1790-1990SNI 03-1769-1990
Kadar Air Agregat Tata Cara Pengambilan
Agregat Pengujian BJ &
penyerapan air agregat kasar dan
halus
Quality Control Mutu Agregat
Mesin LA, Dll
Agregat
Pengontrolan dilakukan untuk mendapatkan jenis material
yang diinginkan, Quality Control yang dilakukan
diantaranya : Uji keausan agregat dengan mesin LA,
BJ dan penyerapan air agregat kasar dan halus, analisa ayak, kadar air
SNI 03-1971-1990SNI 03-1790-1990SNI 03-1769-1990SNI 03-2417-1991
Semua agregat yang akan dimasukan
kedalam AMP harus memenuhi spek dan sesuai DMF (Design
Mix Formula)
Penyetelan bukaan pintu agregat dingin pada bin
dingin (Cold Bin)
AMP (Cold Bin)
Agregat
Bukaan pintu untuk agregat dingin pada AMP diatur lebar
bukaanya sesuai dengan rencana proporsi agregat
PDT-03-2005(PemeriksaanAMP)
Lebar bukaan sesuai dengan jumlah
proporsi agregat rencana
Quality Control untuk Bukaan Pintu
AMP AgregatLebar/dimensi pintu bukaan
diatur sesuai rencana dan proporsi agregat.
PDT-03-2005(PemeriksaanAMP)
Lebar bukaan harus sesuai
rencana.
Penyetelan kecepatan conveyor
AMP (conveyor)
Agregat
Banyak sedikitnya agregat yang keluar dari bin dingin akan sangat ditentukan oleh
kecepatan conveyor
PDT-03-2005(Pemeriksaan AMP)
NSPMSNI
Kecepatan diatur sesuai
dengan tujuan agregat yang diinginkan
Quality Control Kecepatan Conveyor
AMP Agregat Kecepatan conveyor harus diatur sesuai rencana, agar agregat yang masuk bias
PDT-03-2005(Pemeriksaan AMP)
Kecepatan harus baik
sesuai rencana
ditentukan sesuai rencana
Pengangkutan agregat dinginAMP
(Pengangkut)Agregat
Agregat dingin (cold bin) yang sudah disimpan di stock
pile kemudia diangkut dan ditampung pada ban berjalan
SNI (Tata cara pengambilan agregat)
Agergat yang dibawa adalah agregat yang
memenuhi spesifikasi dan sudah sesuai
rencana
Quality Control Pengangkutan
AgregatAMP Agregat
Agregat yang diangkut harus bermutu tinggi, tidak
mengandung banyak air, dan memiliki ketahanan aus.
SNIAgregat harus sesuai
suhunya, dan bermutu tinggi.
Proses pengering (Dryer)AMP
(Dryer)Agregat
Proses pengeringan agregatnya bergerak berputar melalui roda gigi sekeliling silinder
yang dihubungkan dengan motor listrik
SNI 03-1971-1990(Kadar Air Agregta)
PDT-03-2005(Pemeriksaan AMP)
Agregat hasil pengeringan tidak
boleh fluktuasi 175°C
Kapasitas temperatur alat pengering adalah
100°C
Quality control Dryer Dryer AgregatKondisi agregat dicek permukaannya apakah
kering atau tidak…
SNI 03-1971-1990(Kadar Air Agregta)
Agregat harus dalam kondisi
kering dan mutu tinggi
Elevator Panas (Hot Elevator)
AMP (Hot Elevator)
Agregat, Udara panas
Agregat dimasukan kedalam elevator panas yang berupa
mangkuk-mangkuk kecil, lalu ditumpahkan kedalam ayakan
panas untuk dipisah sesuai ukuran fraksinya.
SNI 03-1968-1990SNI 03-4142-1996
SNI
Agregat terlindungi terhadap kehilangan panas dari agregat
yang membawanya, menjga dari debu-
debu.
Bin Panas (Hot Bin)
AMP (Bin
Panas)
Agregat Panas
Dalam bin panas ini, agregat dipisahkan menurut fraksi bin panasnya, biasany terbagi 4.
PDT-03-2005(PemeriksaanAMP)
NSPM
Agregat harus terpisah sesuai dengan fraksi
yang direncanakan
Quality control bin panas Bin panas
Agregat Kondisi agregat dicek suhunya, apakah sesuai
dengan suhu yang ditentukan.
SNINSPM
Kondisi agregat harus sesuai suhu
yang ditentukan
Bin Penimbang (Weight Bin)
AMP (Bin Penimban
g)
AgregatAgregat yang ada dari setiap fraksi akan ditimbang sesuai
dengan kebutuhannya
PDT-03-2005(PemeriksaanAMP)
NSPMSNI 03-4142-1996
(Proporsi agregat lolos saringan
No.200)
Berat agregat harus sesuai dengan JMF dan FCR agar bisa
bekerja
Pengecekan bin penimbangPenimban
gAgregat
Agregat yang sudah masuk kedalam bin penimbang harus
dicek proporsi beratnya, berapa proporsi masing-
masing agregat.
SNINSPM
Berat masing-masing agregat harus sesuai
dengan rencana
Pencampuran (Pugmill)AMP
(Pugmill)Agregat
Semua agregat yang masuk kedalam pugmill dicampur agar bisa menghasilkan Hot mix, semua material diaduk
dengan lengan-lengan pengaduk, tidak terjadi terus menerus, hanya terjadi per
batch.
NSPM(Campuran bersapal
panas)PDT-03-2005
(PemeriksaanAMP)
1. Adukan harus merata dan sesuai
JMF & FCR.2. Agregat dalam
pugmill harus memiliki suhu
175°C3. Hotmix maksimum
165°C
Pengecekan Pencampuran Pugmill Agregat
Campuran yang sudah dicampur kemudian diukur proporsinya apakah sesuai
dengan DMF
SNINSPM
(Campuran beraspal Panas)
Campuran harus sesuai spesifikasi
Proses Bahan Pengisi (Filler) AMP Agregat
Filler dituangkan kedalam pugmill melalui dua cara,
yaitu : penimbangan bersama-sama dalam agregat pans dalam weight bin, atau ditimbang sendiri dan langsung dituang pada
pugmill
SNI 03-4142-1996 (Proporsi agregat
lolos saringan No.200)SNI
Jumlah filler yang dituangkan dalam filler harus sesuai, tidak boleh terlalu
banyak karena akan getas dan mudah retak, jangan pula
sebaliknya.Bagian pemasok aspal AMP Aspal,
agregatAspal untuk pencampuran
disimpan dalam bak penampungan, kemudian
dipanaskan untuk mencapai
RSNI M-12-2004(Metode pengujian
kelarutan aspal)NSPM
1. Aspal panas disemprotkan keatas agregat
panas pada
tingkat keenceran SNI
temperatur 145°C-150°C
2. Proporsi harus sesuai
Pengumpul Debu (Dust Collector)
AMP (Dust collector)
Menyerap debu-debu yang halus yang ditimbulkan
selama proses kegiatan AMP
SNINSPM
Kebersihan lingkuangan terjaga
Tenaga Penggerak AMPMenjalankan semua kegiatan
pelaksanaan proses AMP, digerakan oleh gen set
Proses AMP berjalan lancar
Ruang control kendali AMP, OrangSeluruh proses kegiatan AMP
dikendalikan dari ruang ini
Ruang kontrol harus aman dan tidak ada
kerusakan.AMP tipe menerus (Continous Type)
Penyimpanan agregat di stock pile
Terpal, Plastik, Alat
penutupAgregat
Agregat yang sudah ada di quarry (tempat penyimpanan) dijaga kondisinya agar tidak terbasahi dengan cara diberi
penutup terpal
SNI 03-1971-1990SNI 03-1790-1990SNI 03-1769-1990
Kadar Air Agregat Tata Cara Pengambilan
Agregat Pengujian BJ &
penyerapan air agregat kasar dan
halus
Quality Control Mutu Agregat
Mesin LA, Dll
Agregat
Pengontrolan dilakukan untuk mendapatkan jenis material
yang diinginkan, Quality Control yang dilakukan
diantaranya : Uji keausan agregat dengan mesin LA,
BJ dan penyerapan air agregat kasar dan halus, analisa ayak, kadar air
SNI 03-1971-1990SNI 03-1790-1990SNI 03-1769-1990SNI 03-2417-1991
Semua agregat yang akan dimasukan
kedalam AMP harus memenuhi spek dan sesuai DMF (Design
Mix Formula)
Penyetelan bukaan pintu agregat dingin pada bin
dingin (Cold Bin)AMP (Cold
Bin)Agregat
Bukaan pintu untuk agregat dingin pada AMP diatur lebar
bukaanya sesuai dengan rencana proporsi agregat
PDT-03-2005(PemeriksaanAMP)
Lebar bukaan sesuai dengan jumlah
proporsi agregat rencana
Quality Control untuk AMP Agregat Lebar/dimensi pintu bukaan PDT-03-2005 Lebar bukaan
Bukaan Pintudiatur sesuai rencana dan
proporsi agregat.(PemeriksaanAMP)
harus sesuai rencana.
Penyetelan kecepatan conveyor
AMP (conveyor)
Agregat
Banyak sedikitnya agregat yang keluar dari bin dingin akan sangat ditentukan oleh
kecepatan conveyor
PDT-03-2005(Pemeriksaan AMP)
NSPMSNI
Kecepatan diatur sesuai
dengan tujuan agregat yang diinginkan
Quality Control Kecepatan Conveyor
AMP Agregat
Kecepatan conveyor harus diatur sesuai rencana, agar agregat yang masuk bias ditentukan sesuai rencana
PDT-03-2005(Pemeriksaan AMP)
Kecepatan harus baik
sesuai rencana
Pengangkutan agregat dinginAMP
(Pengangkut)Agregat
Agregat dingin (cold bin) yang sudah disimpan di stock
pile kemudia diangkut dan ditampung pada ban berjalan
SNI (Tata cara pengambilan agregat)
Agergat yang dibawa adalah agregat yang
memenuhi spesifikasi dan sudah sesuai
rencana
Quality Control Pengangkutan
AgregatAMP Agregat
Agregat yang diangkut harus bermutu tinggi, tidak
mengandung banyak air, dan memiliki ketahanan aus.
SNIAgregat harus sesuai
suhunya, dan bermutu tinggi.
Proses pengering (Dryer)AMP
(Dryer)Agregat
Proses pengeringan agregatnya bergerak berputar melalui roda gigi sekeliling silinder
yang dihubungkan dengan motor listrik
SNI 03-1971-1990(Kadar Air Agregta)
PDT-03-2005(Pemeriksaan AMP)
Agregat hasil pengeringan tidak
boleh fluktuasi 175°C
Kapasitas temperatur alat pengering adalah
100°C
Quality control Dryer Dryer AgregatKondisi agregat dicek permukaannya apakah
kering atau tidak…
SNI 03-1971-1990(Kadar Air Agregta)
Agregat harus dalam kondisi
kering dan mutu tinggi
Elevator Panas (Hot Elevator)
AMP (Hot Elevator)
Agregat, Udara panas
Agregat dimasukan kedalam elevator panas yang berupa
mangkuk-mangkuk kecil, lalu ditumpahkan kedalam ayakan
panas untuk dipisah sesuai ukuran fraksinya.
SNI 03-1968-1990SNI 03-4142-1996
SNI
Agregat terlindungi terhadap kehilangan panas dari agregat
yang membawanya, menjga dari debu-
debu.
Bin Panas (Hot Bin)
AMP (Bin
Panas)
Agregat Panas
Dalam bin panas ini, agregat dipisahkan menurut fraksi bin panasnya, biasany terbagi 4.
PDT-03-2005(PemeriksaanAMP)
NSPM
Agregat harus terpisah sesuai dengan fraksi
yang direncanakan
Quality control bin panasBin
panasAgregat
Kondisi agregat dicek suhunya, apakah sesuai
dengan suhu yang ditentukan.
SNINSPM
Kondisi agregat harus sesuai suhu
yang ditentukan
Pencampuran (Pugmill)AMP
(Pugmill)Agregat
Semua agregat yang masuk kedalam pugmill dicampur agar bisa menghasilkan Hot mix, semua material diaduk
dengan lengan-lengan pengaduk. Pencampuran
terjadi secara terus menerus, tidak seperti pada tipe batch.
NSPM(Campuran bersapal
panas)PDT-03-2005
(PemeriksaanAMP)
4. Adukan harus merata dan sesuai
JMF & FCR.5. Agregat dalam
pugmill harus memiliki suhu
175°C6. Hotmix maksimum
165°C
Pengecekan Pencampuran Pugmill Agregat
Campuran yang sudah dicampur kemudian diukur proporsinya apakah sesuai
dengan DMF
SNINSPM
(Campuran beraspal Panas)
Campuran harus sesuai spesifikasi
Proses Bahan Pengisi (Filler) AMP Agregat
Filler dituangkan kedalam pugmill melalui dua cara,
yaitu : penimbangan bersama-sama dalam agregat pans dalam weight bin, atau ditimbang sendiri dan langsung dituang pada
pugmill
SNI 03-4142-1996 (Proporsi agregat
lolos saringan No.200)SNI
Jumlah filler yang dituangkan dalam filler harus sesuai, tidak boleh terlalu
banyak karena akan getas dan mudah retak, jangan pula
sebaliknya.Bagian pemasok aspal AMP Aspal,
agregatAspal untuk pencampuran
disimpan dalam bak penampungan, kemudian
dipanaskan untuk mencapai tingkat keenceran
RSNI M-12-2004(Metode pengujian
kelarutan aspal)NSPMSNI
3. Aspal panas disemprotkan keatas agregat
panas pada temperatur 145°C-
150°C
4. Proporsi harus sesuai
Pengumpul Debu (Dust Collector)
AMP (Dust collector)
Menyerap debu-debu yang halus yang ditimbulkan
selama proses kegiatan AMP
SNINSPM
Kebersihan lingkuangan terjaga
Tenaga Penggerak AMPMenjalankan semua kegiatan
pelaksanaan proses AMP, digerakan oleh gen set
Proses AMP berjalan lancar
Ruang control kendali AMP, OrangSeluruh proses kegiatan AMP
dikendalikan dari ruang ini
Ruang kontrol harus aman dan tidak ada
kerusakan.