pelaksanaan program keselamatan pasien patient …

140
PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI Oleh REBECCA IVANA ANGGITA PASARIBU NIM : 141000075 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

(PATIENT SAFETY) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH

SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

REBECCA IVANA ANGGITA PASARIBU

NIM : 141000075

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

(PATIENT SAFETY) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH

SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

REBECCA IVANA ANGGITA PASARIBU

NIM : 141000075

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERITAS SUMATERA UTARA

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

i

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

„PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN 2018‟ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2018

Rebecca Ivana Anggita Pasaribu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

iii

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 09 Oktober 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes

Anggota : 1. Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.Kp

2. Putri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M, M.P.H

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

iv

Abstrak

Keselamatan pasien di rumah sakit dibutuhkan dalam semua unit pelayanan

kesehatan di rumah sakit yang diharapkan dapat meminimalisir kesalahan medis

(medical error) baik dalam penanganan pada pasien di unit gawat darurat, rawat

inap maupun poliklinik. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan memiliki angka

pencapaian sasaran keselamatan pasien antara 50-80%. Data ini membuktikan

bahwa pencapaian sasaran keselamatan pasien belum mencapai target yang

ditetapkan yaitu 100%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan

lebih mendalam tentang pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data adalah wawancara

mendalam dan observasi. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman. Hasil

penelitian menunjukkan pelaksanaan program keselamatan pasien di ruang rawat

inap Rumah Sakit Santa Elisabeth belum berjalan dengan maksimal. Hal ini

dilihat dari kurangnya kepatuhan dan kesadaran perawat dalam melakukan

pengecekan gelang pasien, perawat yang masih lupa memberikan stempel

readback, masih banyak petugas medis dan non-medis yang kurang patuh dalam

menjaga kebersihan tangan pada saat sebelum dan sesudah memberikan tindakan

kepada pasien, belum dijalankannya metode asesmen resiko terhadap pasien rawat

inap, perawat tidak rutin diberikan pengarahan atau sosialisasi, serta masih ada

sarana yang belum tersedia. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Tim

Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien untuk lebih meningkatkan kinerja tenaga

kesehatan melalui memberikan sosialisasi secara rutin, kepada kepala perawat

pelaksana diharapkan agar melaksanakan tugas sesuai tahapan SOP dan mengikuti

pelatihan dan sosialisasi serta rutin melakukan pemeriksaan kondisi pasien

(khususnya yang beresiko untuk jatuh).

Kata kunci : Pelaksanaan Program, Keselamatan Pasien, Ruang Rawat Inap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

v

Abstract

Patient safety in hospitals are needed in all health care units in hospitals is

expected to minimize medical errors (medical errors) are good in handling

patients in the emergency unit, inpatient or hospital. Santa Elisabeth Hospital

Medan have patient safety goals achievement numbers between 50-80%. These

data prove that the achievement of patient safety goals have yet to achieve targets

set that is 100%. This research aims to know clearly and more about the patient

safety Program implementation in the Inpatient Santa Elisabeth Hospital medan

terrain. This research is qualitative research with the method of data collection is

in-depth interviews and observations. Analysis of the data was using Miles and

Huberman. The results of researched showed the implementation of patient safety

program in the Inpatient Santa Elisabeth Hospital Medan hasn't run maximumly.

It is seen from the lack of compliance and awareness within the nurse checked the

patient's wristband, a nurse still forgot to give a readback stamp, there are still

many medical officer and medical non-the less obedient in maintaining the

cleanliness of the hand at the time of before and after giving the action to the

patient, not to run the risk assessment methods against inpatients, nurses are not

routinely briefed or socialization, and there's still a means that is not yet

available. Based on the research results, is expected to a team of quality and

patient safety Committee to further improve the performance of health workers

through providing socialization on a regular basis, to the head nurse is expected

that implementers implement tasks appropriate stages of SOPS and follow the

training and socialization as well as routine checks the condition of the patient (in

particular those at risk to fall).

Keywords : Tackling of Program, Patient Safety, Inpatient Room

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

vi

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa,

atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien

(patient safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

2018”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan, dan

bimbingan dari beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan terhadap yang terhormat :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Drs. Zulfendri, M. Kes. selaku Kepala Departemen AKK sekaligus

selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis

selama penulisan skripsi ini serta staf pengajar bagian Administrasi

dan Kebijakan Kesehatan FKM USU

4. Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.Kp. selaku dosen penguji I (satu)

dan Puteri Citra Cinta Asyura Nasution S. KM, M.PH. selaku dosen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

vii

penguji II (dua) yang telah memberikan masukan dan kritikan untuk

kesempurnaan skripsi saya

5. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah banyak membantu

dan memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan

6. Dr. Maria Christina, MARS, selaku Direktur Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian dan memberikan informasi data untuk

kelancaran skripsi ini

7. Kedua orang tua, Harry Jonggi Pasaribu dan Ruth Chairy Dwi Yanti

(+) yang terkasih dan tersayang, dimana telah memberikan dukungan

doa yang luar biasa sejak lahir hingga sekarang. Sungguh bersyukur

dan terberkati mendapat dukungan dari kalian. Tuhan memberkati.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan pengetahuan

yang berarti bagi semua pihak dan untuk kemajuan ilmu Kesehatan Masyarakat.

Terima Kasih.

Medan, Oktober 2018

Penulis

Rebecca Ivana Anggita Pasaribu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

viii

Daftar Isi

Halaman

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i

Halaman Pengesahan ii

Halaman Penetapan Tim Penguji Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 9

Tujuan Penelitian 10

Manfaat Penelitian 10

Tinjauan Pustaka 12

Keselamatan Pasien 12

Standar Keselamatan Pasien 13

Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien 18

Sasaran Keselamatan Pasien 23

Rumah Sakit 37

Definisi Rumah Sakit 37

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit 39

Asas dan Tujuan Rumah Sakit 40

Klasifikasi Rumah Sakit 42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

ix

Rumah Sakit Umum Kelas B 43

Aspek Pelayanan Rumah Sakit Umum Kelas B 43

Aspek Ketenagaan Rumah Sakit Umum Kelas B 45

Aspek Sarana, Prasarana, dan Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas

B 47

Kerangka Pikir 50

Metode Penelitian 51

Jenis Penelitian 51

Lokasi dan Waktu Penelitian 51

Informan Penelitian 52

Definisi Konsep 53

Metode Pengumpulan Data 54

Metode Pengukuran 54

Metode Analisis Data 55

Hasil dan Pembahasan 58

Rumah Sakit Santa Elisabeth 58

Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth 58

Sejarah Rumah Sakit Santa Elisabeth 59

Visi dan Misi 60

Struktur Organisasi 61

Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Santa Elisabeth 62

Karakteristik Informan 63

Program Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap 64

Identifikasi Pasien Dalam Program Keselamatan Pasien 65

Pelaksanaan Komunikasi Dalam Program Keselamatan Pasien 74

Hand Hygiene Dalam Program Keselamatan Pasien 82

Pengurangan Resiko Pasien Jatuh Program Keselamatan Pasien 90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

x

Kesimpulan dan Saran 100

Kesimpulan 100

Saran 102

Daftar Pustaka 104

Daftar Lampiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

xi

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Contoh Tahap Hasil Reduksi Data 56

2 Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth 62

3 Karakteristik Informan 63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka Pikir 50

2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

xiii

Daftar Lampiran

No Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara Mendalam 108

2 Standar SKP 117

3 Surat Permohonan Izin Penilitian 122

4 Surat Tanda Selesai Penelitian 123

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

xiv

Daftar Istilah

KTD Kejadian Tidak Diharapkan

KNC Kejadian Nyaris Cidera

KPC Kejadian Potensi Cidera

PPI Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

HIV Human Immunodeficiency Virus

HBV Hepatitis B Virus

HCV Hepatitis C Virus

WHO World Health Organization

SBAR Situation Background Assesment Recommendation

TKPRS Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit

SPO Standar Prosedur Operasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

xv

Riwayat Hidup

Penulis bernama Rebecca Ivana Anggita Pasaribu berumur 22 tahun,

dilahirkan di Medan pada tanggal 16 Juli 1996. Penulis beragama Kristen

Protestan, anak tunggal dari pasangan Bapak Harry Jonggi Pasaribu dan Ibu Ruth

Chairy Dwiyanti (+).

Pendidikan formal dimulai di TK Perwari Tri Sula tahun 2001. Pendidikan

sekolah dasar di SD Swasta Methodist 1 Medan tahun 2002-2008, sekolah

menengah pertama di SMP Swasta Kristen Immanuel Medan tahun 2008-2011,

sekolah menengah atas di SMA Swasta Kristen Immanuel Medan tahun 2011-

2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2018

Rebecca Ivana Anggita Pasaribu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Keselamatan pasien (patient safety) didefinisikan sebagai layanan

yang bertujuan untuk tidak menciderai dan merugikan pasien ataupun

sebagai suatu sistem yang dimana rumah sakit membuat asuhan pasien

lebih aman (Depkes RI, 2006). Keselamatan pasien (patient safety)

merupakan acuan bagi seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia untuk

melaksanakan kegiatannya sehingga hal tersebut dapat dijadikan standar

guna meningkatkan mutu pelayanan. Salah satu dari standar keselamatan

pasien yang ada adalah hak pasien dalam menerima asuhan yang aman

(Permenkes RI, 2011).

Keselamatan pasien di rumah sakit sangat dibutuhkan dalam semua

unit pelayanan kesehatan di rumah sakit yang diharapkan dapat

meminimalisir kesalahan medis (medical error) baik dalam penanganan

pada pasien di unit gawat darurat, unit rawat inap maupun unit poliklinik

(Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), 2008).

Sistem pelayanan untuk membuat pasien lebih aman yang

dimaksud dalam program keselamatan pasien adalah dengan diadakannya

asesmen resiko pada pasien, melakukan identifikasi pasien dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko yang ada pada pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko

dan mencegah terjadinya cidera.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

2

Insiden cidera juga dapat disebabkan oleh beberapa aspek;

misalnya karena adanya kesalahan dalam pemberian obat, kegagalan

dalam membangun komunikasi yang efektif dengan pasien, infeksi yang

berkaitan dengan pelayanan kesehatan, kesalahan dalam tindakan operasi,

kesalahan dalam penentuan lokasi dan pasien yang dioperasi. (Permenkes,

2011)

Perhatian terhadap keselamatan pasien sekarang ini sudah menjadi

begitu penting dalam pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit, hal

ini terlihat dengan sudah diaturnya keselamatan pasien dalam beberapa

pasal pada ketentuan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah

sakit yang diantaranya dalam Pasal 3 huruf (b) yang menyatakan bahwa

pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk memberikan

perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah

sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

Selain itu juga terdapat dalam Pasal 13 ayat (3) yang menyatakan

bahwa setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja

sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar

prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien

dan mengutamakan keselamatan pasien, dan dalam Pasal 43 ayat (1)

menyatakan bahwa rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan

pasien.

Keselamatan pasien saat ini telah menjadi isu yang

diperbincangkan di berbagai negara. Isu ini berkembang karena masih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

3

banyaknya KTD dan KNC yang masih sering terjadi di rumah sakit.

Penelitian yang dilakukan oleh IOM (Institute of Medicine) pada tahun

1999 yang dilakukan di Washington DC, dilaporkan bahwa sebanyak

44.000 sampai dengan 98.000 orang meninggal setiap tahunnya di rumah

sakit karena kesalahan medis (Institute of Medicine, 2001).

Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat

menerbitkan laporan “TO ERR IS HUMAN”, Building a Safer Health

System. Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan

Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD

(Adverse Event) sebesar 2,9%, dimana 6,6% diantaranya meninggal.

(Institute of Medicine, 2000).

Di Indonesia data tentang KTD dan KNC masih sulit didapatkan

(KKP-RS, 2008). Laporan insiden keselamatan pasien berdasarkan

provinsi pada tahun 2007, ditemukan provinsi DKI Jakarta menempati

urutan tertinggi yaitu 37,9% di antara delapan provinsi lainnya, yaitu Jawa

Tengah 15,9 %, D.I. Yogyakarta 18,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatera

Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Aceh 10,7% dan Sulawesi

Selatan 0,7% (KKP-RS, 2008). Menurut Utarini (2011), keselamatan

pasien telah menjadi perhatian serius. Dari penelitiannya terhadap pasien

rawat inap di 15 rumah sakit dengan 4500 rekam medik menunjukkan

angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu 8,0% hingga 98,2% untuk

diagnostic error dan 4,1% hingga 91,6% untuk medication error.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

4

Laporan insiden keselamatan pasien di Indonesia berdasarkan

Provinsi menemukan bahwa dari 145 insiden yang dilaporkan sebanyak 55

kasus insiden (37,9%) terjadi di wilayah DKI Jakarta. Sedangkan

berdasarkan jenisnya dari 145 insiden yang dilaporkan tersebut didapatkan

KNC sebanyak 69 kasus (47,6%), KTD sebanyak 67 kasus (46,2%), dan

lain-lain sebanyak 9 kasus (6,2%) (Sutanto, 2014)

Sebuah rumah sakit di kota Medan melaporkan kejadian

insidennya pada tahun 2007 sebanyak 12 kasus, tahun 2008 sebanyak 1

kasus, tahun 2009 sebanyak 17 kasus, tahun 2010 sebanyak 19 kasus,

tahun 2011 sebanyak 9 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 11 kasus. Total

semua insiden yang dilaporkan sebanyak 69 kasus. Dari laporan tersebut

terdapat 41 kasus (59,4%) adalah KTD, 26 kasus (37,7%) adalah KNC dan

2 kasus (2,9%) adalah KPC

Dalam Permenkes No. 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan

Pasien pasal 5 ayat (5) disebutkan bahwa setiap rumah sakit wajib

mengupayakan tercapainya Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran

Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi pasien dengan benar;

2) Meningkatkan komunikasi yang efektif;

3) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai;

4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,

pembedahan pada pasien yang benar;

5) Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan; dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

5

6) Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

Identifikasi pasien adalah tindakan yang dilakukan pada saat

sebelum melakukan tindakan keperawatan atau prosedur lain, pemberian

obat, transfusi atau produk darah, pengambilan darah dan pengambilan

spesimen lain untuk diuji secara klinis. Langkah dalam melakukan

identifikasi pasien awal yaitu dengan menanyakan tanggal lahir, nama

pasien, nomor rekam medis dan memeriksa gelang identifikasi yang

kemudian disesuaikan dengan data pasien yang sudah tercatat di rekam

medis. Nomor kamar atau tempat tidur tidak dapat digunakan untuk

melakukan identifikasi pasien. (Guesti, 2016)

Komunikasi yang efektif merupakan sasaran kunci terpenting

untuk mencapai keselamatan pasien di rumah sakit. Sebagian besar

penyebab terjadinya kejadian sentinel pada pasien terjadi karena

ketidakakuratan informasi yang disebabkan oleh komunikasi yang tidak

dilakukan secara efektif.

Menurut penelitian Iswati (2013) dan penelitian Saragih (2014),

rumah sakit merupakan tempat yang beresiko tinggi akan terjadinya

infeksi nosokomial atau infeksi baru yang didapatkan selama perawatan

berlangsung, sehingga menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan

sangatlah penting perannya dalam menurunkan 20%-40% resiko kejadian

infeksi nosokomial dan memaksimalkan pelaksanaan keselamatan pasien

di rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

6

Menurut penelitian Angelita Lombogia dkk (2016), disebutkan

bahwa insiden pelanggaran dalam pelaksanaan keselamatan pasien

sebagian besar dilakukan oleh perawat karena perawat adalah petugas

kesehatan dengan jumlah yang paling mendominasi di instansi rumah

sakit, dan perawat juga adalah petugas kesehatan yang paling sering

melakukan tindakan serta berinteraksi langsung dengan pasien khususnya

pasien ruang rawat inap.

Berdasarkan hasil penelitian Angelia dkk (2012) di RSUD Dr. Sam

Ratulangi Tondano, ketersediaan sarana dan prasarana sangat penting

perannya dalam memaksimalkan pelaksanaan program keselamatan

pasien. Namun, sasaran keselamatan pasien masih banyak yang belum

tercapai dengan maksimal karena masih minimnya ketersediaan sarana dan

prasana.

Berdasarkan penelitian Totok dkk (2012) di Rumah Sakit Khusus

Ibu dan Anak (RSIA) PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta,

pencapaian sasaran keselamatan pasien rumah sakit belum tercapai dengan

sempurna karena kebijakan yang berlaku namun belum lengkap dan sesuai

standar, serta ketidaksediaan sarana dan prasarana yang memadai.

Berdasarkan penelitian Muhammad Faisal dkk (2014) di RSU

Bhakti Asih Kota Tangerang, pelaksanaan sistem keselamatan pasien

masih banyak yang belum dapat terlaksana 100% karena kurangnya

dukungan kebijakan dalam pelaksanaan dan penyediaan fasilitas yang

masih tergolong minim.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

7

Berdasarkan survei pendahuluan penulis yang dilakukan di Rumah

Sakit Santa Elisabeth, ditemukan bahwa masih kurangnya ketersediaan

hand sanitizer ataupun sabun cuci tangan di lorong ruang rawat inap dan

belum tersedianya wastafel yang dapat diakses oleh petugas maupun

pengunjung. Perawat ataupun dokter juga sangat jarang bahkan nyaris

tidak pernah terlihat mencuci tangan dengan hand sanitizer sebelum

ataupun sesudah memberikan tindakan kepada pasien. Berdasarkan standar

Permenkes No. 27 tentang PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,

seharusnya di setiap ruang rawat tersedia fasilitas hand sanitizer / ABHR

(Alcohol Based Hand Rub).

Pada pasien hanya diberikan gelang identitas yang berisikan nama,

tanggal lahir, jenis kelamin dan nomor rekam medik saja. Pemberian

warna gelang juga tidak sesuai jenis kelamin. Berdasarkan standar

identifikasi pasien yang berlaku, seharusnya gelang berwarna merah muda

(pink) diberikan untuk pasien perempuan dan gelang berwarna biru

diberikan untuk pasien laki-laki. Kemudian pada saat pemasangan gelang,

perawat tidak memberikan informasi rinci sesuai dengan prosedur

identifikasi pasien.

Selain itu, seharusnya diberikan gelang berwarna merah untuk

pasien yang memiliki alergi tinggi pada obat tertentu, gelang berwarna

abu-abu untuk pasien yang sedang menjalani kemoterapi, dan gelang

berwarna kuning untuk pasien beresiko jatuh dan memiliki pengawasan

ekstra (Permenkes, 2017). Hal ini disebabkan tidak disediakannya gelang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

8

identifikasi pasien sesuai dengan jenis yang sudah ditetapkan dan belum

lengkapnya kebijakan yang berlaku tentang identifikasi pasien di rumah

sakit.

Dokter memberitahukan terlebih dahulu setiap tindakan yang akan

dilakukan kepada pasien baik secara langsung maupun melalui perawat.

Setelah menerima perintah ataupun hasil pemeriksaan baik secara lisan

ataupun melalui telepon dari dokter, beberapa perawat jarang membacakan

kembali secara lengkap apa diagnosa dan bagaimana tindakan lanjutan

yang akan diberikan serta bagaimana dampak atau efek samping yang

akan ditimbulkan dari tindakan tersebut, melainkan hanya membaca

sepenggal saja sehingga terkadang pasien kurang paham dengan informasi

yang disampaikan. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pelatihan

perawat dalam memberikan informasi secara efektif kepada pasien.

Selain hasil pengamatan dan wawancara, berdasarkan data laporan

Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) Rumah Sakit Santa

Elisabeth dinyatakan bahwa 4 dari 6 sasaran keselamatan pasien masih

belum tercapai dengan maksimal (<100%). Sasaran kepatuhan identifikasi

pasien secara benar, komunikasi efektif dengan prosedur SBAR,

kepatuhan petugas dalam menjaga kebersihan tangan, dan kepatuhan

identifikasi pasien yang beresiko jatuh pencapaiannya masih berada

dibawah 100%.

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan data yang

diperoleh ditemukan bahwa pelaksanaan keselamatan pasien di ruang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

9

rawat inap belum memenuhi standar pelaksanaan keselamatan pasien di

rumah sakit sehingga mendorong peneliti untuk meneliti tentang

“Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien (patient safety) di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018”

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan identifikasi pasien di ruang rawat inap

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ?

2. Bagaimana implementasi komunikasi antara dokter dan perawat di

ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ?

3. Bagaimana implementasi hand hygiene petugas kesehatan untuk

pengurangan resiko infeksi di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan ?

4. Bagaimana implementasi pengurangan resiko pasien jatuh di ruang

rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ?

5. Bagaimana kecukupan fasilitas sarana dan prasarana yang

disediakan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang berkaitan

dengan pelaksanaan identifikasi pasien, hand hygiene, dan

pengurangan resiko pasien jatuh di ruang rawat inap ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

10

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program

keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2018 yang meliputi :

1. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan identifikasi pasien di ruang rawat

inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

2. Untuk mengidentifikasi implementasi komunikasi antara dokter dan

perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

3. Untuk mengidentifikasi implementasi hand hygiene petugas kesehatan

untuk pengurangan resiko infeksi di ruang rawat inap Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan

4. Untuk mengidentifikasi implementasi pengurangan resiko pasien jatuh

di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

5. Untuk mengidentifikasi kecukupan fasilitas sarana dan prasarana yang

disediakan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang berkaitan dengan

pelaksanaan identifikasi pasien, hand hygiene, dan pengurangan resiko

pasien jatuh di ruang rawat inap

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pihak rumah sakit agar

program keselamatan pasien rumah sakit khususnya ruang rawat inap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

11

dapat berjalan dengan baik dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan.

2. Sebagai sumber informasi dalam memperkaya studi mengenai

penyelenggaraan program keselamatan pasien di ruang rawat inap.

3. Sebagai tambahan wawasan bagi peneliti tentang pelaksanaan program

keselamatan pasien di ruang rawat inap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

12

Tinjauan Pustaka

Keselamatan Pasien

Keselamatan (safety) sekarang ini telah menjadi isu global, hal ini

termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan

keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety),

keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan

di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,

keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap

pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan

kelangsungan hidup rumah sakit.

Kelima aspek keselamatan tersebut sangat penting perannya untuk

dilaksanakan di setiap rumah sakit. Karena semua kegiatan dan program dapat

berjalan dan dilaksanakan dengan baik apabila didukung dengan adanya pasien.

Karena itu keselamatan pasien adalah prioritas utama yang harus dilaksanakan

karena hal ini terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit itu sendiri.

Adapun tujuan dari dilaksanakannya keselamatan pasien di rumah sakit

yaitu menurut Depkes RI tahun 2011 adalah agar terciptanya budaya keselamatan

pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien

dan masyarakat, menurunnya angka KTD di rumah sakit, terlaksananya program–

program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD di rumah sakit itu

sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

13

Standar Keselamatan Pasien. Karena begitu pentingnya keselamatan

pasien dirumah sakit sekarang ini, maka dibuatlah standar keselamatan pasien

dirumah sakit. Standar keselamatan pasien dirumah sakit ini akan menjadi acuan

atas setiap pelayanan yang akan diberikan oleh petugas kepada pasien. Menurut

Depkes RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien yaitu:

1. Hak pasien

Pasien dan keluarga pasien mempunyai hak untuk mendapatkan

informasi tentang rencana dan hasil pelayanan yang telah diterimanya,

termasuk resiko kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Hal

ini disebabkan karena tujuan utamanya yang ganda, yaitu preventif kuratif,

promotif dan rehabilitatif. Hubungan antara dokter dan pasien pada

dasarnya bertumpu pada hak menentukan nasib sendiri dan hak informasi.

Dokter berkewajiban untuk memberikan informasi dan penjelasan

secara rinci kepada pasien serta keluarga pasien tentang rencana dan hasil

pelayanan, serta rencana pengobatan sehingga pasien mengerti dengan

benar bagaimana progress pengobatan yang sedang ia jalani. Pasien

berhak untuk tau informasi lengkap tentang ada atau tidaknya

kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi yang berkaitan dengan

Kejadian Tidak Diharapkan.

2. Mendidik pasien dan keluarga

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarga pasien tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam keselamatan pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

14

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan

keterlibatan pasien yang merupakan mitra dalam proses pelayanan. Karena

itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme untuk mendidik pasien

dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam

asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan keluarga dapat :

a. memberikan informasi yang benar, jelas lengkap dan jujur.

b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak

dimengerti.

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin

koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriterianya yaitu :

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat

pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,

tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah

sakit.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan

pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

15

sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan

dapat berjalan baik dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan

komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan

keperawatan pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan

kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan,

aman dan efektif.

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki

proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui

pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak

Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta

keselamatan pasien. Kriterianya yaitu :

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan yang

baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit,

kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis

terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang

berpotensi risiko bagi pasien sesuai degan tujuh langkah

menuju keselamatan pasien rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

16

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

yang antara lain terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi,

manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.

c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensi terkait

semua kejadian tidak diharapkan, dan secara proaktif

melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.

d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan

informasi hasil analisis unuk menentukan perubahan sistem

yang diperlukan agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program

keselamatan pasien

b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan

pasien dan program meminimalkan insiden, yang mencakup

jenis-jenis Kejadian yang memerlukan perhatianmmulai dari

“Kejadian Nyaris Cedera” sampai dengan “Kejadian Tidak

Diharapkan”

c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua

komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi

dalam program keselamatan pasien

d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk

asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

17

pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan

jelas untuk keperluan analisis.

e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan

dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan

jelas tentang Analsis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris

Cedera” dan “Kejadian Sentinel” pada saat program

keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi

untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan

pasien secara jelas. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara

kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin pelayanan

pasien.

Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan

dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai

dengan tugasnya masing-masing. Setiap rumah sakit harus

mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan

inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan

insiden. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang

kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan inter-

disiplin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

18

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien

Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen

informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi

internal dan eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan

akurat. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain

proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal

terkait dengan keselamatan pasien. Tersedia mekanisme dan kendala

komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Rumah

sakit harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor

dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif

insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan

pasien. Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi dan tujuan

rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,

praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien

(Permenkes No.11 Tahun 2017).

Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, rumah sakit

melaksanakan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit yang

terdiri dari (Permenkes No. 11 Tahun 2017) :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

19

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;

2. Memimpin dan mendukung staf;

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;

4. Mengembangkan sistem pelaporan;

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tahun 2007 resmi

menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (Sembilan Solusi

Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

(KKPRS) mendorong rumah sakit di Indonesia untuk menerapkan “Sembilan

Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”, langsung atau bertahap, sesuai dengan

kemampuan dan kondisi rumah sakit masing-masing yaitu :

a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip

Nama obat rupa dan ucapan mirip (NORUM) yang membingungkan staf

pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat

(medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan

puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan potensi

terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek atau generik serta

kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk

pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan

perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

20

b. Pastikan identifikasi pasien

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien

secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun

pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada

bukan keluarganya. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi

terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini;

standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem

layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan

protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.

c. Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan pasien

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien

antara unit-unit pelayanan dan di dalam serta antar tim pelayanan, bisa

mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat

dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien. Rekomendasi

ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan

protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis, memberikan

kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan

pertanyaanpertanyaan pada saat serah terima dan melibatkan para pasien serta

keluarga dalam proses serah terima.

d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-

kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

21

salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi

atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap

kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah

yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis

kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan,

pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan

melaksanakan prosedur dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur “time out”

sesaat sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien,

prosedur dan sisi yang akan dibedah.

e. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)

Semua obat-obatan, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko cairan

elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.

Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran, istilah dan

pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang

spesifik.

f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan.

Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain

untuk mencegah salah obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien.

Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat

dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home

medication list”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

22

g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)

Slang, kateter dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain

sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD yang bisa

menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang

salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.

Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara

detail / rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan

(misalnya slang yang benar).

h. Gunakan alat injeksi sekali pakai

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV,

dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.

Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan

kesehatan, pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan

khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi, edukasi terhadap pasien

dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah dan praktek jarum

sekali pakai yang aman.

i. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi

nosokomial

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh

dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah sakit-rumah sakit. Kebersihan

tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan

masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

23

“alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air

pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan tangan yang benar

mengingatkan penggunaan tangan bersih di tempat kerja dan pengukuran

kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan

teknik-teknik yang lain.

Sasaran Keselamatan Pasien. Selain dari standar keselamatan, ada lagi

yang menjadi poin penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien yaitu sasaran

keselamatan pasien atau Patient Safety Goals. Sasaran keselamatan pasien

merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh

komisi akreditasi rumah sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-

Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan

juga oleh komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRSI), dan Joint

Commission International (JCI). Menurut Joint Commission International (2013)

, sasaran keselamatan pasien terdiri dari :

1. Identifikasi pasien dengan benar

Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda pengenal atau

pembeda yang mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan

untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya,sehingga

mempermudah petugas kesehatan dalam proses pemberian pelayanan kesehatan

kepada pasien yang datang berobat, serta untuk mencegah kesalahan dan

kekeliruan dalam proses pemberian pelayanan, pengobatan, tindakan atau prosedur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

24

Dalam mengidentifikasi pasien terdapat beberapa elemen penting dalam

penilaian antara lain:

a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomer kamar atau lokasi pasien

b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah

c) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis

d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau

prosedur

e) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang

konsisten pada semua situasi dan lokasi.

Prosedur identifikasi pasien meliputi :

1. Penulisan nomor rekam medis

2. Penulisan identitas pasien yang disesuaikan dengan KTP / SIM / KK /

Paspor yang berlaku

3. Penulisan identitas pasien meliputi :

a) Nama Lengkap

b) Tempat / Tanggal Lahir

c) Jenis Kelamin

d) Alamat Lengkap

e) Agama

f) Pekerjaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

25

g) Nama Suami / Istri

h) Nama Ibu / Ayah

i) Penanggung Jawab

j) Tanggal Registrasi

4. Jika ada perubahan data identitas pasien pada kunjungan berikutnya

maka identitas pertama harus dirubah dengan identitas yang baru (up to

date)

5. Identifikasi pada gelang pasien, meliputi :

a) Pencantuman nomor rekam medis

b) Pencantuman nama lengkap

c) Pencantuman tanggal lahir

d) Warna gelang disesuaikan dengan kondisi pasien; warna biru untuk

pasien laki-laki, warna pink untuk pasien perempuan, warna merah untuk

pasien alergi, warna kuning untuk pasien resiko jatuh, dan warna ungu

untuk pasien yang tidak boleh diresusitasi.

e) Setiap dilakukan pemasangan gelang, petugas harus menjelaskan manfaat

gelang pasien dan bahaya jika menolak, melepas, dan menutupi gelang.

f) Sebelum pemberian pelayanan kepada pasien, petugas harus

mengidentifikasi pasien terlebih dahulu, meliputi : sebelum pemberian

obat, darah atau produk darah, mengambil darah dan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis serta pemberian tindakan, petugas harus

menganamnesa identitas pasien dan mengecek gelang pasien secara teliti

dan terperinci.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

26

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

Komunikasi efektif adalah sasaran kunci utama dari sasaran

keselamatan pasien karena komunikasi adalah penyebab yang paling

sering menimbulkan masalah keselamatan pasien (patient safety).

Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan

dipahami oleh penerima dapat membantu mengurangi kesalahan dalam

pemberian pelayanan dan juga dapat membantu meningkatkan

keberhasilan pelaksanaan program keselamatan pasien. Maka dalam

pelaksanaan komunikasi efektif harus dibangun aspek kejelasan,

ketepatan, sesuai dengan konteks baik bahasa dan informasi, alur yang

sistematis, dan budaya.

Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan

dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Sebagai contoh akibat

komunikasi yang tidak efektid yaitu terjadinya kesalahan dalam pemberian

obat ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawatan.

Mencegah terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan

maka perawat harus melaksanakan sasaran keselamatan pasien komunikasi

efektif di Instalasi Rawat Inap. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar

teman sejawat (dokter dengan dokter/ perawat dengan perawat) dan antar

profesi (perawat dengan dokter).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

27

Rumah sakit perlu menyusun kebijakan dan atau prosedur untuk

mengatur pemberian perintah / pesan secara lisan dan lewat

telepon. Kebijakan dan atau prosedur itu harus memuat:

1) Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dicatat si

penerima.

2) Perintah lengkap, lisan dan lewat telepon, atau hasil tes dibaca-

ulang si penerima.

3) Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi

perintah atau hasil tes.

4) Pelaksanaan yang konsisten dari verifikasi tepat-tidaknya

komunikasi lisan dan lewat telepon.

5) Alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak

selalu dimungkinkan, misalnya di ruang operasi dan dalam situasi

darurat di bagian gawat darurat atau unit perawatan intensif.

Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan

membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Hal ini mencakup

mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan

bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan

kemampuan untuk memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar.

Meskipun digunakan setiap hari dalam situasi klinis, keterampilan

komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua

perawat sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

28

tepat dalam lingkungan yang serba cepat dan menegangkan. Untuk itu

diperlukan pendekatan sistematik untuk memperbaiki komunikasi tersebut

salah satunya dengan cara komunikasi teknik SBAR (Rina, 2012).

Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit

adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,

Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat

melakukan serah terima ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka

teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam

menyampaikan kondisi pasien.

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan

informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan

berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan

keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk

meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis

yang sama atau berbeda.

Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan

masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi.

SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim

kesehatan atau tim kesehatan lainnya. Adapun keuntungan dari

penggunaan metode SBAR adalah:

a) Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

b) Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan

perawat paham akan kondisi pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

29

c) Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan

pasien.

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,

Assessment,Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan

oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka

dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi

catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga

kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.

3. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien di rumah

sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, yang terjadi kurang lebih 48

jam setelah masuk rumah sakit, 3 hari setelah pulang dari rumah sakit,

sampai dengan 30 hari setelah operasi, ketika pasien dirawat untuk penyakit

non infeksi.

Infeksi ini tidak hanya terjadi kepada pasien, tetapi dapat juga

terjadi pada semua tenaga kesehatan yang bekerja didalamnya serta

pengunjung rumah sakit (WHO, 2002). Infeksi nosokomial disebabkan oleh

patogen yang mudah menyebar ke seluruh tubuh, terutama pada pasien

rumah sakit yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah , sehingga

tidak mampu untuk melawan infeksi tersebut

. Dalam beberapa kasus, pasien mengalami infeksi karena kondisi

atau fasilitas kesehatan di rumah sakit yang buruk, dan atau karena staf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

30

rumah sakit tidak mengikuti prosedur yang tepat seperti cuci tangan yang

baik dan benar (WHO,2009).

Kebersihan tangan (hand hygiene) merupakan tindakan

membersihkan tangan dengan sabun dan air (handwash) atau handrub

berbasis alkohol yang bertujuan mengurangi atau mencegah

berkembangnya mikroorganisme ditangan (WHO, 2009). Tindakan ini

merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan

pengendalian infeksi (Zulpahiyana, 2013). Hand hygiene dilakukan untuk

menghilangkan kotoran bahan organik dan membunuh mikroorganisme

yang terkontaminasi di tangan yang diperoleh karena kontak dengan pasien

terinfeksi/kolonisasi dan kontak dengan permukaan lingkungan.

Menurut Susianti (2008) dalam Zulpahiyana (2013), tujuan

dilakukannya hand hygiene yaitu;

1) Menekan atau mengurangi jumlah dan pertumbuhan bakteri pada

tangan

2) Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh dibawah sarung tangan

3) Mengurangi risiko transmisi mikroorganisme ke perawat dan

pasien serta kontaminasi silang kepada pasien lain, anggota

keluarga, dan tenaga kesehatan lain

4) Memberikan perasaan segar dan bersih. .

Himpunan Perawat Pengendali Infeksi Indonesia (HPPI) tahun 2010

menyatakan bahwa waktu melakukan cuci tangan, adalah bila tangan kotor,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

31

saat tiba dan sebelum meninggalkan rumah sakit, sebelum dan sesudah

melakukan tindakan, sebelum, saat, dan sesudah kontak dengan pasien,

lingkungan pasien, sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, serta

sesudah ke kamar mandi. Indikator mencuci tangan digunakan dan harus

dilakukan untuk antisipasi terjadinya perpindahan kuman melalui tangan

(Depkes RI, 2008), yaitu :

1) Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa

(kontak langsung dengan klien), saat akan memakai sarung tangan

bersih maupun steril, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan

infus.

2) Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa pasien,

setelah memegang alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi,

setelah menyentuh selaput mukosa.

WHO memperkenalkan konsep five moments hand hygiene sebagai

evidence-based untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial yang harus

dilaksanakan sesuai dengan seluruh indikasi yang telah ditetapkan tanpa

memperhatikan apakah petugas kesehatan menggunakan sarung tangan atau

tidak.

Dua dari lima momen untuk kebersihan tangan terjadi sebelum

kontak. Indikasi “sebelum” momen ditujukan untuk mencegah resiko

penularan mikroba untuk pasien. Tiga momen lainnya terjadi setelah kontak,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

32

hal ini ditujukan untuk mencegah risiko transimisi mikroba ke petugas

kesehatan, perawat, dan lingkungan pasien.

WHO (2009) menetapkan indikasi five moments hand hygiene yang

dimaksud meliputi :

1. Sebelum menyentuh pasien

Hand hygiene yang dilakukan sebelum menyentuh pasien yang

bertujuan untuk melindungi pasien dengan melawan mikroorganisme,

dan di beberapa kasus melawan infeksi dari luar, oleh kuman berbahaya

yang berada di tangan.

2. Sebelum melakukan prosedur bersih / aseptik (membersihkan luka)

Hand hygiene yang dilakukan sebelum melakukan prosedur bersih

/ aseptik bertujuan untuk melindungi pasien dengan melawan infeksi

kuman berbahaya, termasuk kuman yang berada di dalam tubuh pasien.

3. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien

Hand hygiene yang dilakukan setelah kontak dengan cairan tubuh

pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari infeksi oleh

kuman berbahaya dari tubuh pasien dan mencegah penyebaran kuman di

lingkungan perawatan pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

33

4. Setelah menyentuh pasien

Hand hygiene dilakukan setelah menyentuh pasien bertujuan

untuk melindungi petugas kesehatan dari kuman yang berada di tubuh

pasien dan melindungi lingkungan perawatan pasien dari penyebaran

kuman.

5. Setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien

Hand hygiene yang dilakukan setelah menyentuh peralatan di

sekitar pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari kuman

yang berada di tubuh pasien yang kemungkinan juga berada di

permukaan/benda-benda di sekitar pasien dan untuk melindungi

lingkungan perawatan dari penyebaran kuman.

4. Pengurangan resiko pasien cidera karena jatuh

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi

mata yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring/terduduk dilantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).

Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subjek (pasien)

yang dalam keadaan sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa

disengaja. Tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran,

atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab spesifik yang jenis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

34

dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar

mengalami jatuh (Stanley, 2006)

Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan

untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang

pada saat istirahat yang dapat dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak

dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan,

dan lainnya.

Adapun faktor-faktor resiko penyebab resiko jatuh adalah :

1. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan

mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam

kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor intrinsik

tersebut antara lain adalah :

a) Gangguan muskoskeletal ( misalnya : gangguan berjalan)

b) kelemahan ekstremitas bawah

c) kekakuan sendi

d) kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh

berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan

gelap, keringat dingin, pucat dan pusing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

35

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)

diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,

tersandung benda-benda Faktor-faktor ekstrinsik tersebut antara lain :

a) Cahaya ruangan yang kurang terang

b) Lantai yang licin

c) Tempat berpegangan tidak kuat, tidak stabil atau tergeletak di

bawah

d) Tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok

e) Obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan

Perawat penanggung jawab pelayanan yang bertugas akan

mengidentifikasi dan menerapkan “Prosedur Pencegahan Jatuh” berdasarkan

pada :

1) Kategori risiko jatuh (rendah, sedang, tinggi)

2) Kebutuhan dan keterbatasan per-pasien

3) Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety

devices)

4) Asesmen klinis harian

Intervensi pencegahan jatuh :

1. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori) :

a) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien

b) Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua

sisi pegangan tempat tidur terpasang dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

36

c) Ruangan rapi

d) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam,

tombol panggilan, air minum,kacamata)

e) Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan

pasien)

f) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)

g) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar

(pastikan bersih dan berfungsi)

h) Pantau efek obat-obatan

i) Anjuran ke kamar mandi secara rutin

j) Sediakan dukungan emosional dan psikologis

k) Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan

keluarga

2. Kategori risiko tinggi : lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-

hal berikut ini.

a) Beri tulisan di dekat tempat tidur pasien “pencegahan jatuh”

b) Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan di

pergelangan tangan pasien

c) Sandal anti licin

d) Tawarkan bantuan ke kamar mandi/penggunaan pispot setiap 2

jam (saat pasien bangun) dan secara periodik (saat malam hari)

e) Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh petugas medis

f) Nilai kebutuhan akan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

37

Fisioterapi dan terapi okupasi

Alarm tempat tidur

Tempat tidur rendah (khusus)

Usahakan lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat

(nurse station)

3. Edukasi pasien/keluarga

Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai faktor resiko

jatuh dan setuju untuk mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah

ditetapkan. Pasien dan keluarga harus diberikan edukasi mengenai faktor

risiko jatuh di lingkungan rumah sakit dan melanjutkan keikutsertaannya

sepanjang keperawatan pasien

1. Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktivitas sebelum

memulai penggunaan alat bantu

2. Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding

3. Informasikan pasien mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obat-

obatan, efek samping, serta interaksinya dengan makanan/obat-

obatan lain.

4. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan risiko jatuh pada

catatan keperawatan

Rumah Sakit

Definisi Rumah Sakit. Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

38

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif serta

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat bagi yang

membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan

kecacatan lebih lanjut.

Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

kegiatan pelayanan kesehatan yanglebih mengutamakan kegiatan yang bersifat

promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan

pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan

penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan

agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Pelayanan kesehatan

rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan

bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai

anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal

mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Menurut Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang dimaksud

dengan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan

pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

39

Pelayanan yang diberikan rumah sakit dapat dibagi atas dua golongan,

yaitu pelayanan utama dan pelayanan pendukung. Pelayanan utama terdiri atas

pelayanan medis, pelayanan keperawatan, dan pelayanan kefarmasian. Pelayanan

pendukung meliputi pelayanan laboraturium, pelayanan gizi dan makanan, rekam

medis, bank darah, sentra sterilsasi, pemeriksaan sinar-X, dan layanan sosial.

Pelayanan utama di rumah sakit tidak mampu dilaksanakan sesuai fungsinya tanpa

pelayanan pendukung tersebut.

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit. Pasal 4 Undang Undang No 44 tahun

2009 Tentang Rumah Sakit memuat bahwa Rumah Sakit mempunyai tugas untuk

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk

menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit

mempunyai fungsi:

a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan,

dan

d) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

40

Pengaturan tugas dan fungsi Rumah Sakit yang terkait dengan banyaknya

persyaratan yang harus dipenui dalam pendirian Rumah Sakit merupakan salah

satu bentuk pengawasan preventif terhadap Rumah Sakit. Di samping itu

penetapan sanksi yang sangat berat merupakan bentuk pengawasan represifnya.

Pengaturan tersebut sebenarnya dilatarbelakangi oleh aspek pelayanan kesehatan

sebagai suatu hal yang menyangkut hajat hidup sangat penting bagi masyarakat.

Pengaturan tentang peran dan fungsi Rumah Sakit sebelumnya meliputi hal-hal

berikut ini:

1. Menyediakan dan menyelenggarakan :

b) Pelayanan medik

c) Pelayanan penunjang medik

d) Pelayanan perawat

e) Pelayanan rehabilitas

f) Pencegahan dan peningkatan kesehatan

2. Sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik atau tenaga

paramedik

3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan lmu dan teknologi bidang

kesehatan.

Asas dan Tujuan Rumah Sakit. Dalam pasal 2 Undang Undang No 44

tahun 2009 disebutkan “Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan

didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

41

persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan

pasien, serta mempunyai fungsi sosial”.

Tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit tidak dapat dijauhkan dari

ketentuan bahwa masyarakat berhak atas kesehatan sebagaimana dirumuskan

dalam berbagai ketentuan undang-undang, salah satunya dalam undang-undang

nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Sementara itu pemerintah memiliki

tanggung jawab untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tinginya,

diantaranya dengan menyediakan fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan, dan salah

satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah Rumah Sakit.

Adapun tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit adalah seperti dirumuskan

dalam pasal 3 Undang-Undang Kesehatan, dimana disebutkan bahwa:

“Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.”

Dalam pasal 3 Undang Undang No 44 tahun 2009 penyelenggaraan

Rumah Sakit bertujuan:

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

42

3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah

sakit, dan

4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.

Klasifikasi Rumah Sakit. Jenis rumah sakit dapat dilihat dari jenis

pelayanan dan pengelolaannya. Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit terbagi

atas Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Yang dimaksud dengan

Rumah Sakit Umum adalah pelayanan kesehatan yang disediakan mencakup

semua bidang dan jenis penyakit, sedangkan Rumah Sakit Khusus hanya

menyediakan pelayanan kesehatan pada satu bidang atau satu jenis penyakit

tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau

kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit dibagi menjadi Rumah Sakit

Publik dan Rumah Sakit Privat. Rumah Sakit Publik dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah daerah, badan hukum yang bersifat nirlaba, sedangkan Rumah Sakit

Privat dikelola oleh badan hukum yang bersifat profit, yang berbentuk Perseroan

Terbatas atau Persero.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun

2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan, klasifikasi rumah sakit dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

a. Rumah Sakit Umum kelas A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

43

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

d. Rumah Sakit Umum kelas D;

2. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus

a. Rumah Sakit Khusus kelas A

b. Rumah Sakit Khusus kelas B

c. Rumah Sakit Khusus kelas C

RS Santa Elisabeth Medan merupakan rumah sakit umum kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B. Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit

yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis

terbatas. Rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukota provinsi (provincial

hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah

sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah

sakit kelas B.

Aspek pelayanan rumah sakit umum kelas B. Pelayanan yang diberikan

oleh Rumah Sakit Umum Kelas B paling sedikit meliputi :

a. Pelayanan Medik

1. Pelayanan gawat darurat harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat)

jam sehari secara terus menerus

2. Pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam,

kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

44

3. Pelayanan medik spesialis penunjang pelayanan anestesiologi,

radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik.

4. Pelayanan medik spesialis lain paling sedikit berjumlah 8 (delapan)

pelayanan dari 13 (tiga belas) pelayanan yang meliputi pelayanan

mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah,

kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah

syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik.

5. Pelayanan medik subspesialis paling sedikit berjumlah 2 (dua)

pelayanan subspesialias dari 4 (empat) subspesialis dasar yang

meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialis bedah meliputi

penyakit dalam, kesehatan anak, dan obstetri dan ginekologi.

6. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, paling sedikit berjumlah 3

(tiga) pelayanan yang meliputi pelayanan bedah mulut,

konservasi/endodonsi, dan orthodonti.

b. Pelayanan Kefarmasian

Meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis

habis pakai, serta pelayanan farmasi klinik.

c. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan

Meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan

d. Pelayanan penunjang klinik

Meliputi pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan

umur dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

45

e. Pelayanan penunjang non klinik

Meliputi pelayanan laundry/llinen, jasa boga/dapur, teknik dan

pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem

informasi dan komunikasi, pemulasaraan jenazah, sistem penanggulangan

kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air bersih.

f. Pelayanan rawat inap

1. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh

persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik

Pemerintah;

2. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh

persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;

3. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari

seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah

Sakit milik swasta;

Aspek ketenagaan rumah sakit umum kelas B. Sumber daya manusia

(SDM) Rumah Sakit Umum Kelas B terdiri atas :

a. Tenaga Medis

1. 12 (dua belas) dokter umum untuk setiap pelayanan medik dasar

2. 3 (tiga) dokter gigi umum untuk setiap pelayanan medik gigi dan

mulut

3. 3 (tiga) dokter spesialis untuk pelayanan medik spesialis dasar

4. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis

penunjang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

46

5. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik lain

6. 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan subspesialis

7. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik

spesialis gigi dan mulut

b. Tenaga Kefarmasian

1. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;

2. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh

paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;

3. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling

sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian;

4. 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh

minimal 2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;

5. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit

2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian;

6. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi

yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat

inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang

jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian

Rumah Sakit;

7. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat

merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau

rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

47

jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian

Rumah Sakit.

Aspek sarana, prasarana dan organisasi rumah sakit umum kelas B.

Sarana dan prasarana serta struktur organisasi pada Rumah Sakit Umum Kelas B

adalah sebagai berikut :

1. Aspek Sarana

Aspek sarana bangunan Rumah Sakit terdiri atas:

a. Ruang rawat jalan;

b. Ruang rawat inap;

c. Ruang gawat darurat

d. Ruang operasi;

e. Ruang perawatan intensif;

f. Ruang kebidanan dan penyakit kandungan;

g. Ruang rehabilitasi medik;

h. Ruang radiologi;

i. Ruang laboratorium

j. bank darah Rumah Sakit

k. Ruang sterilisasi;

l. Ruang farmasi;

m. Ruang rekam medis;

n. Ruang tenaga kesehatan;

o. Ruang pendidikan dan latihan;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

48

p. Ruang kantor dan administrasi;

q. Ruang ibadah;

r. Ruang tunggu;

s. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit;

t. Ruang menyusui;

u. Ruang mekanik;

v. Ruang dapur dan gizi;

w. laundry;

x. kamar jenazah;

y. taman;

z. pengelolaan sampah; aa.

aa. pelataran parkir yang mencukupi.

2. Aspek Prasarana

Prasarana Rumah Sakit meliputi :

a. Instalasi air;

b. Instalasi mekanikal dan elektrikal;

c. Instalasi gas medik dan vakum medik;

d. Instalasi uap;

e. Instalasi pengelolaan limbah

f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;

g. petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan

darurat

h. Instalasi tata udara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

49

i. sistem informasi dan komunikasi;

j. ambulans

3. Aspek Organisasi

Struktur organisasi rumah sakit umum kelas B sebagaimana dimuat dalam

Permenkes No. 56 Tahun 2014 adalah paling sedikit terdiri atas :

1. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit

2. Unsur pelayanan medis

3. Unsur keperawatan

4. Unsur penunjang medis

5. Komite medis

6. Satuan pemeriksaan internal

7. Administrasi umum dan keuangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

50

Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir

Program Keselamatan Pasien

Sasaran Keselamatan Pasien

1. Identifikasi Pasien

2. Komunikasi Efektif

3. Pencegahan Resiko

Infeksi Pasien

4. Pengurangan Resiko

Pasien Jatuh

5. Meningkatkan

Keamanan Obat-

Obatan

6. Memastikan tepat

lokasi, tepat prosedur,

dan tepat pasien

pembedahan

1. Ketersediaan sarana

dan prasarana

2. Pelatihan dan

sosialisasi

3. Kebijakan dan

implementasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

51

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang mengungkapkan kejadian atau

fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian

berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi.

Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang bersangkutan

dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam

suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih, hubungan antar

variabel yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap

suatu kondisi yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam

tentang pelaksanaan program keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat

inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan terletak di Jalan Haji Misbah No. 7, Medan Maimun, Kota

Medan, Sumatera Utara dengan pertimbangan yaitu 4 dari 6sasaran keselamatan

pasien belum mencapai target 100% (Laporan Panitia Mutu dan Keselamatan

Pasien Tahun 2017).

Waktu Penelitian. Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Maret 2018 sampai dengan selesai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

52

Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah unsur yang sedang terlibat dan atau

memiliki kemampuan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kebijakan

Permenkes No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan.

Informan dalam penelitian ini adalah yang mengetahui permasalahan

dengan jelas, mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar, dapat

dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta bersedia dan mampu

memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian yaitu pelaksanaan

program keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat inap.

Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode

teknik purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informasi yang

bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik

penelitian, yang terdiri dari :

1. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien

2. Kepala Ruang Rawat Inap

3. Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap

4. Pasien Rawat Inap

5. Wadir Pelaksanaan Logistik

6. Dokter

7. Petugas Laboratorium

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

53

Definisi Konsep

a. Identifikasi Pasien adalah suatu upaya atau usaha yang dilakukan dalam

sebuah pelayanan kesehatan sebagai suatu proses yang bersifat konsisten,

prosedur yang memiliki kebijakan atau telah disepakati, diaplikasikan

sepenuhnya, diikuti dan dipantau untuk mendapatkan data yang akan

digunakan dalam meningkatkan proses identifikasi yang merupakan suatu

sistem identifikasi kepada pasien untuk membedakan antara pasien satu

dengan yang lain sehingga memperlancar atau mempermudah dalam

pemberian pelayanan kepada pasien dan terhindar dari kesalahan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.

b. Komunikasi efektif adalah proses mengirim pesan yang dilakukan dua

arah antara tenaga keperawatan dan dokter, antar tenaga keperawatan serta

antara tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya secara lisan atau

via telepon untuk melaporkan hasil pemeriksaan medis dengan dilakukan

read back dengan tepat dan benar untuk instruksi lisan yang diterima

c. Hand Hygiene adalah suatu upaya atau tindakan membersihkan tangan,

baik dengan menggunakan sabun antiseptik di bawah air mengalir atau

dengan menggunakan handrub berbasis alkohol dengan langkah-langkah

yang sistematik sesuai urutan, sehingga dapat mengurangi jumlah bakteri

yang berada pada tangan yang bertujuan untuk menurunkan resiko infeksi

karena sering kontak antara petugas dan pasien.

d. Pasien beresiko jatuh adalah pasien yang beresiko mengalami insiden

secara cepat dan tiba-tiba berpindah posisi dari tempat tidur ke lantai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

54

sampai setengah atau lebih bagian tubuh berada di lantai, sehingga

memungkinkan pasien mengalami cedera ringan sampai berat atau tidak

menimbulkan cedera.

e. Ketersediaan sarana dan fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat dipakai

sebagai alat yang mendukung dan dibutuhkan untuk memudahkan dalam

pelaksanaan program keselamatan pasien di ruang rawat inap.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam dengan

berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu

yang berisi tentang variabel-variabel penelitian. Untuk melengkapi hasil

wawancara mendalam, peneliti juga memerlukan dokumen-dokumen yang terkait

dengan tujuan penelitian.

Metode Pengukuran

Untuk menjaga kualitas dan keakuratan data, maka dilakukan triangulasi.

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu

dengan membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-

orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu,

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

(Moleong, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

55

Metode Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010) yang mengutip metode Milles dan Huberman,

analisa data kualitatif dengan dilakukan secara simultan dengan proses

pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah

dalam melihat data secara lebih sistematis. Data yang sudah terkumpul dibahas

secara mendalam dalam bentuk naratif atau menjabarkan unit-unit.

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilokasi penelitian (data lapangan) dituangkan

dalam uraian laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang

penting kemudian dicari tema atau polanya. Selanjutnya pada saat

pengumpulan data berlangsung diadakan tahap reduksi data, kemudian

membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus dan

menulis memo.

Berikut adalah contoh reduksi data yang dilakukan oleh peneliti pada

saat peneliti melakukan wawancara kepada salah satu informan mengenai

kepatuhan petugas kesehatan dalam menjaga kebersihan tangan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

56

Tabel 1

Contoh Tahap Hasil Reduksi Data

Fokus Penelitian Hasil Wawancara Hasil Reduksi Data

Kepatuhan Petugas

Dalam Menjaga

Kebersihan Tangan

(Hand Hygiene)

“Memang kalau dari segi

ketersediaan hand sanitizer

sudah lumayan lah, tapi ya

itu tadi meskipun sudah

ada tersedia, masih banyak

juga petugas yang tidak

mencuci tangannya

sebelum visit atau memberi

tindakan. Itu sebenarnya

karena masih kurang sering

diadakan sosialisasi,

jadinya masih banyak yang

lupa.”

Kurang maksimalnya

pencapaian sasaran

kepatuhan petugas

dalam menjaga

kebersihan tangan

bukan semata-mata

disebabkan oleh

kurangnya ketersediaan

sarana, namun karena

jarangnya sosialisasi

yang dilakukan

terhadap semua

petugas kesehatan di

Rumah Sakit (klinis

dan non-klinis)

Sumber : Proses Wawancara & Reduksi Data Peneliti (2018)

2. Penyajian Data

Penyajian data berguna untuk membantu mempermudah peneliti untuk

dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari

penelitian. Batasan yang diberikan dalam penyajian data adalah sekumpulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

57

informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini, penyajian data

diwujudkan dalam bentuk uraian. Akan tetapi, paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian ini adalah dengan teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan

Verifikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian

berlangsung. yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama

proses pengumpulan data. Peneliti menganalisis dan mencari pola, tema,

hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, yang dituangkan dalam

kesimpulan. Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan

pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan

observasi, wawancara serta dokumentasi hasil penelitian.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin tidak, karena masalah dan rumusan masalah di dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah di

lapangan (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

58

Hasil dan Pembahasan

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Profil rumah sakit santa elisabeth medan. Rumah Sakit Santa Elisabeth

merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terletak di Jalan Haji Misbah

Nomor 7 Medan, Medan Maimun, Sumatera Utara. Rumah Sakit Santa Elisabeth

merupakan rumah sakit kelas B pendidikan yang memiliki kapasitas 289 tempat

tidur, 90 orang tenaga dokter spesialis, 17 orang tenaga dokter umum, 277 tenaga

paramedis dan 260 orang tenaga non medis.

Rumah Sakit Santa Elisabeth dilengkapi dengan Ruang Rawat Inap yang

terdiri dari Ruang Penyakit Dalam, Ruang Rawat Bedah, Ruang Rawat

Perinatologi, Unit Stroke. Ruang Rawat Jalan yang terdiri dari Ruang UGD,

Ruang One Day Care, Poli Bedah, Poli Umum, Poli Penyakit Dalam, MCU, Poli

Gigi, St. Katarina, Ruang KIA, dan Ruang HD. Penunjang Medis terdiri dari

Radiologi : Rontgent, Ct- Scan, MRI, Laboratorium, PMI, Farmasi (Rawat Jalan

dan Rawat Inap), Hemodialysis (HD), Unit Fisioterapi, Unit BKIA, Unit

Endoscopy, Unit Electro Encephato Gram (EEG), dan Unit Gizi.

Awal diresmikannya RS Santa Elisabeth Medan pada tanggal 19

November 1930. RS Santa Elisabeth Medan pada awalnya dikelola langsung oleh

Moeder Overste yang memiliki wewenang penuh baik mengelola rumah sakit

maupun dalam kongregasi (biara). Istilah “direktur” baru dikenal dan digunakan

dalam rumah sakit pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1966, rumah sakit

mulai mengalami perubahan besar dalam hal manajemen rumah sakit, yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

59

dengan adanya struktur kepemimpinan baru dan pemisahan yang jelas antara

pimpinan rumah sakit dan pimpinan kongregasi (biara).

Sejarah rumah sakit santa elisabeth medan. Sejarah berdirinya rumah

Sakit Santa Elisabeth tidak dapat dipisahkan dari kehadiran Suster FSE di

Indonesia yang diawali dengan undangan Mgr.Mathias pada tahun 1922, ketika

itu beliau ingin mengembangkan pelayanan sosial, khususnya pelayanan

kesehatan di Indonesia. Untuk maksud itu beliau mencari tenaga ke Negeri

Belanda melalui Mgr.Hopmans di Breda. Permintaan ini disetujui dan

Mgr.Hopmans meminta tenaga kepada Moeder Asisia sebagai Pemimpin

Kongregasi FSE di Breda.

Pada tanggal 29 Agustus 1925, empat suster (Sr.Pia, Sr.Philothea,

Sr.Gonzaga dan Sr.Antonette) berangkat dari berangkat dari negeri Belanda dan

tiba di Medan 29 September 1925. Keempat suster ini tinggal di sebuah rumah

kecil di Jl.Wasir sekarang Jl.Kol.Sugiono 8 Medan. Rencana semula mereka akan

membantu di rumah sakit pemerintah, tetapi karena tidak diterima akhirnya meeka

melayani penderita sakit dan menolong persalinan dari rumah ke rumah.

Pelayanan ini kurang efektif karena sangat terbatas, sehingga diputuskan membeli

sebuah rumah unuk tempat suster-suster sekaligus tempat merawat orang sakit

dari rumah ke rumah.

Pelayanan ini semakin berkembang, karena itu diputuskan mendirikan

sebuah rumah sakit di daerah Polonia dan pada tanggal 11 Pebruari 1929 diadakan

batu pertama. Pembangunan rumah sakit berjalan lancar dan sejak Mei 1930

sebagian rumah sakit mulai difungsikan untuk menampung 25 pasien yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

60

dirawat pertama sekali. Pada tanggal 19 November 1930 pembangunan rumah

sakit rampung, dan saat itu juga rumah sakit diresmikan. Rumah sakit baru diberi

nama : “Rumah Sakit Santa Elisabeth”

Rumah sakit yang sudah berjalan dengan baik, terpaksa harus dikosongkan

karena situasi perang. Jepang meminta agar suster-suster menyerahkan rumah

sakit untuk dijadikan markas tentara. Suster-suster meninggalkan rumah sakit, ada

yang ditawan, ada yang mengungsi ke berastagi dan sebagian ke Jl. Gajah Mada

Medan. Sejak peristiwa ini pelayanan di rumah sakit berhenti.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, suster-suster dibebaskan dari kamp tahanan

dan dikembalikan ke medan, tapi mereka tidak dapat kembali ke rumah sakit,

karena rumah sakit sudah dikuasai Inggris. Maka untuk sementara suster-suster

tinggal di Jl. Gajah Mada, kemudian pindah ke Jl. Imam Bonjol, tetapi mereka

belum juga dibenarkan mengambil alih rumah sakit, karena rumah sakit dikuasai

lagi oleh Badan Pemerintah Belanda yang disebut Diens van Volks Gezondheid

(DVG) yang diketuai dr.Steen. Suster-suster hanya dibenarkan bekerja di rumah

sakit sebagai karyawan. Akhirnya atas kesepakatan dr.T.Mansur dengan Diens

van Volks Gezondheid (DVG) secara resmi rumah sakit diserahkan kembali

kepada suster-suster pada tanggal 4 Mei 1950.

Visi dan misi. Visi RS Santa Elisabeth Medan adalah ”Menjadi Tanda

Kehadiran Allah di Tengah Dunia Dengan Membuka Tangan dan Hati Untuk

Memberikan Pelayanan Kasih yang Menyembuhkan Orang – Orang Sakit dan

Menderita Sesuai Dengan Tuntutan Zaman.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

61

Adapun misi RS Santa Elisabeth Medan untuk mewujudkan visi tersebut,

yaitu:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas atas dasar

kasih.

2. Meningkatkan sumber daya manusia secara profesional untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas.

3. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai dengan tetap

memperhatikan masyarakat lemah.

Struktur organisasi

Struktur organisasi yang ada di Rumah Sakit Santa Elisabeth adalah

sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Santa Elisabeth

Struktur organisasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, terdiri dari:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

62

1. Direktur rumah sakit

2. Wakil direktur, terdiri atas:

a. Pelayanan medik

b. Pelayanan keperawatan

c. Pelayanan keuangan

d. Pelayanan umum dan operasional

3. Komite, terdiri atas:

a. Medik

b. Etik

c. Keperawatan

4. Kepanitian, terdiri atas:

a. Panitia mutu dan keselamatan pasien

b. Panitia rekam medik

c. Panitia penelitian dan pengembangan

d. Panitia farmasi terapi

e. Panitia pencegahan dan pengendalian infeksi

f. Panitia transfusi darah

g. Panitia keselamatan dan kesehatan kerja

Tenaga kesehatan rumah sakit santa elisabeth. Jumlah tenaga

kesehatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah sebanyak 493 orang

untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

63

Tabel 2

Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Santa Elisabeth

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 17

2 Dokter Spesialis 78

3 Dokter Gigi 3

4 Dokter Gigi Spesialis Bedah

Mulut

1

5 Perawat 226

6 Ners 29

7 Perawat Bedah 2

8 Perawat Gigi 3

9 Apoteker 1

10 Analis Farmasi 32

11 Keteknisian Medis 45

12 Tenaga Kesehatan Masyarakat 2

13 Tenaga Kesehatan Lainnya 58

Sumber : Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun 2017

Karakteristik Informan

Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 3 berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

64

Tabel 3

Karakteristik Informan

No. Informan Umur

(Tahun)

Jenis

Kelamin

Pendidikan /

Nomor Rekam

Medis

Jabatan

1. Informan 1 48 Perempuan S2 Panitia Mutu dan

Keselamatan

Pasien (Komite

Keselamatan

Pasien)

2. Informan 2 40 Perempuan S1 / Ners Kepala Ruang

Rawat Inap

3. Informan 3 36 Perempuan DIII

Keperawatan

Perawat Pelaksana

Ruang Rawat Inap

4. Informan 4 38 Perempuan - Pasien Rawat Inap

5. Informan 5 41 Laki-Laki S1 Pelaksanaan

Logistik

6. Informan 6 65 Laki-Laki Profesi Dokter

Spesialis

Dokter

7. Informan 7 43 Perempuan S1 Petugas

Laboratorium

8. Informan 8

23 Laki-laki

S1 Keluarga Pasien

9. Informan 9 21 Perempuan D3 Keluarga Pasien

Program Keselamatan Pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut

serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah

terjadinya cedera. Insiden cidera dapat juga terjadi dari aspek seperti kesalahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

65

pemberian obat, kegagalan komunikasi, infeksi yang berkaitan dengan pelayanan

kesehatan, kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil

tindakan yang seharusnya diambil.

Pasien sebagai pengguna pelayanan kesehatan berhak memperoleh

keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit

(Undang-Undang tentang Kesehatan dan Rumah Sakit Pasal 32n UU

No.44/2009). Pelayanan kesehatan dengan mengutamakan keselamatan pasien

perlu dilakukan diseluruh bagian rumah sakit, termasuk salah satunya di ruang

rawat inap. Keselamatan pasien menjadi prioritas utama dalam layanan kesehatan

dan merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki kualitas pelayanan

serta berkaitan dengan mutu dan citra rumah sakit.

Dalam pelaksanaannya, program keselamatan pasien memiliki

beberapa sasaran yang harus tercapai untuk mendukung keberhasilan program

keselamatan pasien tersebut. Sasaran keselamatan pasien terdiri dari

pelaksanaan identifikasi pasien, pelaksanaan komunikasi yang efektif,

pencegahan terjadinya infeksi dengan hand hygiene, dan pengurangan resiko

pasien jatuh. Sasaran-sasaran ini yang menjadi acuan wawancara mendalam

dalam penelitian ini

Identifikasi pasien dalam program keselamatan pasien. Hasil

wawancara mendalam tentang pelaksanaan identifikasi pasien dalam program

keselamatan pasien sebagai salah satu sasaran pelaksanaan program keselamatan

pasien diperoleh informasi :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

66

“Kalo untuk gelang pasien belum intensif sih dalam hal

pengecekannya dek. Paling sering ngeliat nomor kamarnya, karna

rata-rata hafal gitu. Selama ke ruangan rawat inap kayaknya memang

masih jarang dilakukan sama teman-teman sesama perawat disini,

yaa memang sosialisasinya pun juga belum intensif sih. Paling ya

teman-teman disini karena sudah hafal sama pasiennya langsung aja

lah, kalau mau ngasih obat misalnya bilang buu ini obatnya yaa.

Mungkin di ruang VIP yang sudah lumayan intensif ya, karena di VIP

teman-teman sudah rutin dan mulai sudah dibiasakan. Jadi ya

sebenarnya harapan saya memang perlu dievaluasi lagi sih dek.”

(Informan 2)

Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara informan 2 dapat

diketahui bahwa pelaksanaan identifikasi pasien belum sesuai dengan SOP

yang ada. Hal tersebutn terlihat dari kebiasaan perawat yang sering tidak

memeriksa gelang pasien karena para perawat mengaku merasa sudah

hafal akan ruangan-ruangan dan nama-nama pasien sehingga tidak perlu

memeriksa kembali gelang yang dipakai oleh pasien. Dari pernyataan

informan juga dapat diketahui bahwa masih terdapat perbedaan kepatuhan

dalam pelaksanaan identifikasi pasien antara ruang VIP dan ruang reguler.

Pernyataan informan tentang pelaksanaan identifikasi pasien

pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien, SOP yang

mengatur, dan hambatan dalam melaksanakan identifikasi pasien.

“Ya, rata-rata sih kita sebagai perawat sudah tau apa itu identifikasi

pasien, gimana pelaksanaannya secara umum. SOP yang ngatur

tentang itu pun juga ada.. cuma memang pada saat pelaksanaannya,

kita masih suka lupa. Misalnya begini, jujur, penjelasan tentang obat

yang akan diberikan kita gak pernah kasih penjelasan secara detail,

cuma sekedar ngomong aja ini ya bu obatnya.. nanti dimakan jam

sekian.. tapi kita ndak menjelaskan obat ini tujuannya apa. Paling

kalo obat-obat yang agak “ekstra” pemberiannya, dijelasin lah.

Terus kalo soal konfirmasi identitas pasien, kalo itu pasien baru ya

awal-awalnya dikonfirmasi sih.. ditanya namanya, liat gelangnya..

tapi kalo pasien lama, biasanya kita udah hafal cuma liat nomor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

67

kamar ato nomor bednya aja.. Kalau soal kendala, memang masih

kurang sosialiasi dan pelatihan patient safety disini dek. Makanya

memang diharapkan rutinlah dibuat pelatihan supaya semua

pencapaian di rumah sakit ini bisa memenuhi standar.” (Informan 3)

Berdasarkan pernyataan informan 3 dari hasil wawancara diatas

dapat diketahui bahwa rata-rata perawat sudah paham tentang bagaimana

pelaksanaan identifikasi pasien secara umum dan sudah memahami

bagaimana prosedur yang seharusnya dilaksanakan. Rumah sakit juga

sudah memiliki SOP yang memuat tentang pelaksanaan identifikasi pasien

sendiri baik untuk poli umum ataupun ruang rawat inap.

Namun yang menjadi kendala dalam pelaksanaan identifikasi

pasien tersebut adalah perawat yang sering lupa dan terkadang merasa

tidak perlu memeriksa kembali identitas pasien dikarenakan merasa ingat

akan pasien (khususnya pasien yang sudah lama dirawat).

Terlihat juga bahwa ketegasan pihak rumah sakit dalam

menjalankan kebijakan di rumah sakit masih kurang, sehingga masih

banyak perawat dan petugas lainnya yang kurang patuh dalam

melaksanakan pekerjaan di rumah sakit.

Pernyataan informan tentang pelaksanaan identifikasi pasien oleh

perawat

“Pas kemaren baru pertama masuk kamar opname kemarin aja

palingan susternya nanya nama dek. Itupun ya dia gak ada kasih tau

namanya siapa dan dia itu kerja shift dari jam berapa sampai jam

berapa kayak yang adek tanya itu. Paling ya cuma nanya nama saya

aja, terus langsung pasang gelang, terus infus dan lain-lain lah dek.

Kadang pas mau ganti botol infus atau mau ngambil darah pun ya

ada sih satu dua orang yang nanya nama lengkap terus ngeliat gelang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

68

saya. Tapi ada juga beberapa yang langsung aja tanpa nanya atau

liat gelang gitu.” (Informan 4)

Berdasarkan pernyataan informan 4 dari hasil wawancara diatas

dapat diketahui bahwa SOP identifikasi pasien belum terlaksanakan

dengan baik. Terlihat dari perawat yang tidak membiasakan untuk

memperkenalkan diri kepada pasien, tidak mengecek identitas pasien saat

sebelum memberikan tindakan (mengganti infus atau mengambil sampel

darah), tidak menanyakan kembali nama pasien untuk memastikan

identitas pasien, dll.

“Perawatnya ramah dek. Pas kemarin awal masuk langsung dicek

gitu namanya, tanggal lahirnya, nomor-nomor gitu, terus juga

perkenalin diri. Saya merasa bagus pelayanannya. Perawatnya pun

kalau misalnya mau mengganti botol infus atau misalnya mau ngasih

obat dan mau ngambil darah gitu kan, biasanya dia nanya nama saya

dulu terus ditulis ke label-label gitu baru ditempel ke botolnya.”

(Informan Pasien Rawat Inap Ruangan Pauline VIP Kelas I)

Berdasarkan pernyataan informan diatas terlihat bahwa para perawat

sudah melaksanakan identifikasi pasien dengan baik dan benar. Perawat

rajin mengecek kembali identitas pasien sebelum memberikan tindakan

kepada pasien yang bersangkutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

perawat sudah melaksanakan identifikasi pasien sesuai dengan SOP yang

berlaku.

“Ya pas masuk dipasang gelang yang udah ada namanya gitu lah.

Gak ada kenalan-kenalan juga sih gitu siap masuk yaudah susternya

paling nyatat-nyatat terus permisi keluar. Palingan kalo mau ngasih

obatlah, bilang buu ini obatnya atau makan obat dulu ya buu.. udah

gitu aja lah palingan dek” (Informan Pasien Rawat Inap Ruangan

Santa Lidwina)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

69

Berdasrkan pernyataan informan diatas terlihat pelaksanaan identifikasi

pasien masih kurang berjalan dengan lancar. Terlihat dari masih minimnya

interaksi antara perawat dan pasien.

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan diatas tentang

pelaksanaan identifikasi pasien, dapat diketahui bahwa pelaksanaan

identifikasi pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth belum

maksimal pelaksanaannya. Terlihat dari masih rendahnya kesadaran dan

kepatuhan perawat untuk melaksanakan tugas sesuai dengan SOP

identifikasi pasien yang sudah diterapkan. Sehingga pelaksanaan sasaran

program keselamatan pasien tidak berjalan dengan maksimal.

Ketepatan identifikasi pasien dalam mendukung pelaksanaan

program keselamatan pasien adalah penting terhadap lima sasaran lainnya

dalam keselamatan pasien untuk dapat dijalankan dengan baik.

Pelaksanaan identifikasi pasien ini adalah penting perannya untuk

menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pemberian tindakan

yang dapat menimbulkan kecelakaan atau kejadian tidak diharapkan yang

tentunya dapat merugikan pasien dan rumah sakit itu sendiri.

Identifikasi pasien adalah proses pencatatan data pasien yang benar

sehingga dapat menetapkan dan mempersamakan data tersebut dengan

individu yang bersangkutan, identifikasi tersebut dilakukan mulai pasien

datang sampai pasien pulang. Adapun terdapat lima elemen pada sasaran

ketepatan identifikasi pasien, yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

70

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak

boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk

darah

3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan

5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek identifikasi yang

konsisten pada semua situasi dan lokasi

Berdasarkan penelitian Guesthi dkk (2016) dikatakan bahwa

perawat penting untuk memperhatikan pelayanan keperawatan kepada

pasien terutama dalam menerapkan patient safety, oleh karena itu penting

untuk dilakukan kegiatan pelatihan keselamatan pasien kepada petugas

untuk meningkatkan kualitas pelayanan di ruang rawat inap.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perawat melakukan

identifikasi pasien hanya dengan menanyakan pasien, bukan nama panjang

pasien, dan terkadang juga tidak menanyakan nama sama sekali hanya

berpatokan pada nomor kamar saja dengan alasan bahwa perawat sudah

kenal pasien.

Sedangkan menurut standar TKPRS yang berlaku di Indonesia,

petugas harus menanyakan nama pasien dengan dua nama pasien, maksud

dari hal tersebut adalah nama lengkap dari pasien tersebut. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi kesalahan jika terdapat pasien yang memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

71

nama yang sama. Perawat juga seharusnya mengidentifikasi pasien dengan

minimal dua identitas pasien, seperti nama pasien, tanggal lahir, atau

nomor rekam medis pasien. Adapun SOP yang berlaku implementasinya

di lapangan belum sesuai dengan pelaksanaan di lapangan. Dapat

disimpulkan dari elemen pertama hingga kelima belum sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan.

Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang identifikasi pasien di

Rumah Sakit Santa Elisabeth medan masih ada beberapa hal yang kurang

dari elemen sasaran ketepatan identifikasi pasien. Prosedur ini belum

disosialisasikan kepada perawat secara keseluhan. Berdasarkan penelitian,

tidak semua perawat mendapatkan sosialisasi dari kepala ruangan terkait

SPO ketepatan identifikasi pasien. Beberapa perawat lainnya mengaku

belum pernah mendapat sosialisasi terhadap SPO ketepatan identfiikasi

pasien. Oleh karena itu, prosedur identifikasi pasien tidak diketahui secara

keseluruhan oleh perawat. Sosialisasi seharusnya dilakukan secara

menyeluruh kepada seluruh perawat agar pelaksanaan ketepatan

identifikasi pasien berjalan dengan optimal. Pernyataan ini didukung oleh

penelitian Yudhawati dan Listiowati, yang menyatakan bahwa sosialisasi

dan SPO yang belum optimal menjadi hambatan dalam pelaksanaan

ketepatan identifikasi pasien oleh perawat.

Berdasarkan penelitian, tidak semua perawat mengetahui dengan

tepat SPO identifikasi pasien yang ada di Rumah Sakit Santa Elisabeth.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

72

Hanya sebagian kecil perawat yang mengetahui dengan tepat prosedur

dalam mengidentifikasi pasien.

Prosedur yang sering terlewat oleh perawat saat melakukan

identifikasi pasien yaitu mengidentifikasi pasien dengan dua identitas

pasien dan melakukan verifikasi dengan membandingkan data pasien

dengan gelang identitas yang digunakan pasien. Hal ini dapat membuat

pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien tidak berjalan dengan optimal.

Oleh karena itu, tim keselamatan pasien perlu melakukan sosialisasi terkait

prosedur identifikasi pasien agar pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien

dapat berjalan optimal.

Berdasarkan penelitian, perawat juga sering tidak menanyakan

identitas pasien dengan pertanyaan terbuka jika sudah mengenal pasien

atau pasien tersebut sudah lama dirawat di rumah sakit. Hal ini karena

beberapa perawat berpikir agar pasien tidak merasa bosan ditanya terus-

menerus oleh perawat saat melakukan tindakan/asuhan pada pasien.

Berdasarkan penelitian, sebagian besar pasien/keluarga pasien

mengatakan tidak pernah mendapatkan penjelasan tentang identifikasi

pasien dan kegunaan gelang identitas. Berdasarkan SPO pemasangan

gelang, bahwa petugas merupakan petugas yang memiliki tanggung jawab

untuk menjelaskan kegunaan gelang identitas dan pentingnya identifikasi

pasien. Namun, pada praktiknya, yang memakaikan gelang identitas

kepada pasien yaitu perawat, tetapi perawat tidak memberikan penjelasan

saat memasangkan gelang identitas. Sedangkan pasien harus ikut terlibat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

73

dalam ketepatan identifikasi pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian

Anggraeni dkk yang menyatakan bahwa untuk menghindari kesalahan

identifikasi pasien, pasien dan keluarga dilibatkan secara aktif dengan

memberikan penjelasan / edukasi tentang resiko jika terjadi kesalahan

identitas dengan meminta pasien dan keluarga untuk bertanya dan

mencocokkan data pasien.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Rumah Sakit

Santa Elisabeth belum melaksanakan proses identifikasi pasien dengan

maksimal. Hambatan dalam pelaksanaan proses identifikasi pasien adalah

perawat jarang menanyakan kembali nama lengkap pasien dan jarang

memeriksa gelang identifikasi untuk memastikan identitas pasien.

Untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian tindakan

ataupun diagnosa, yang dilakukan dalam proses identifikasi pasien adalah

selalu mengkonfirmasi ulang identitas pasien yang akan diberikan

tindakan seperti menanyakan kembali nama lengkap ataupun tanggal ulang

tahun pasien, memeriksa gelang identitas yang dipakai pasien untuk

menyocokkan identitas pasien, tetapi yang dilakukan perawat adalah

hanya melihat nomor kamar pasien untuk pasien yang sudah lama dirawat

dengan alasan bahwa perawat sudah mengenal dan hafal akan nama

pasien.

Kurang maksimalnya peran perawat dalam melaksanakan

identifikasi pasien rawat inap ini sejalan dengan pernyataan pada

penelitian Guesthi dkk (2016) disebabkan oleh pelatihan dan sosialisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

74

yang jarang diberikan serta kurang rutinnya monitoring dan evaluasi yang

dilakukan pihak rumah sakit sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran

dan pengetahuan perawat dalam pelaksanan proses identifikasi pasien

tersebut.

Pelaksanaan komunikasi dalam program keselamatan pasien. Hasil

wawancara mendalam tentang pelaksanaan komunikasi dalam program

keselamatan pasien diperoleh informasi :

Pernyataan informan tentang pelaksanaan komunikasi oleh

perawat dan kendala yang dihadapi dalam melaksanakan

komunikasi

“Komunikasi disini lisan dan tulisan sih dek. Kan, kalau untuk status

dan laporan pastinya bersifat tulisan. Untuk menerima dan

memberikan informasi atau perintah, biasa secara lisan (melalui

telepon). Kemudian baca isi status dan lainnya. Terkadang karena

berlomba dengan waktu, dan terburu-buru. Komunikasi tidak terjadi

dua arah jadinya dek. Hanya sebatas membaca kemudian tidak sempat

bertanya jawab dan tidak sempat juga nanya hal yang misalnya kurang

paham. Kalo ada hal-hal penting ajalah baru dikasihtau secara lisan.

Ya harapannya sih rutin diadakan evaluasi dan sosialiasi supaya

tercapai komunikasi dua arah. Jadi kalo ada yang gak ngerti bisa

ditanyain.” (Informan 3)

Berdasarkan pernyataan informan 3 diatas dapat diketahui bahwa

pelaksanaan komunikasi antara dokter dan perawat masih terkendala dari

segi waktu, sehingga perawat tidak terlalu leluasa untuk bertanya

mengenai perintah yang diterima melalui telepon yang menyebabkan

penyebaran informasi kurang meluas. Sehingga perawat tidak bisa

melaksanakan tugasnya secara maksimal karena kurang jelasnya informasi

yang diterima. Pelaksanaan komunikasi masih kurang maksimal dari segi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

75

kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang diterima oleh perawat, sehingga

masih ada beberapa perawat yang kurang paham akan prosedur

pelaksanaan komunikasi.

Pernyataan informan tentang prosedur komunikasi dalam serah

terima pasien, sistem komunikasi yang digunakan, dan hambatan

dalam pelaksanaan komunikasi antar sesama petugas

“Kalau komunikasi yang terjadi disini pastinya lisan, hanya kalau

untuk status dan laporan pasti secara tertulis. Kalau proses transfer

atau serah terima pasien, misalnya dari ruang rawat inap ke kamar

bedah, ahli anastesi harus memberitahu terlebih dahulu bagaimana

kondisi pasien secara umum, kemudian apa kesulitan yang dimilki

pasien. Lalu, disertai dengan perawat yang memberikan laporan

perawatan, resep obat yang sudah diterima pasien, dan cairan yang

dibutuhkan pasien. Kalau dari sistem komunikasi antara dokter dan

perawat, disini menggunakan sistem SBAR. Hambatannya ada sih,

beberapa perawat kadang kurang tanggap dalam pelaksanaan read

back, suka lupa ngasih stempel read back di rekam medis pasien.

Setelah meghubungi DPJP, langsung dikerjain aja perintahnya

akibatnya lupa ngestempel rekam medisnya. Harapannya ya

diharapkan untuk lebih rutin dilakukan sosialisasi patient safety

terlebih untuk perawat.” (Informan 6)

Berdasarkan pernyataan informan 6 diatas, dapat diketahui bahwa

pelaksanaan komunikasi organisasi sudah mendekati optimal. Hanya saja

berkendala di pengetahuan perawat yang masih kurang yang disebabkan

oleh kurang luasnya penyebaran informasi mengenai prosedur dalam

pelaksanaan komunikasi SBAR, sehingga masih banyak perawat yang

lalai dalam pelaksanaan komunikasi tersebut.

Pernyataan informan petugas lab tentang tidak adanya kendala

dalam penyampaian informasi seputar hasil pemeriksaan

“Dari laboratorium sendiri tidak ada hambatan, pelaporan yang kami

lakukan juga selalu tepat waktu.. setelah hasil keluar, kami langsung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

76

komunikasikan ke perawat biasanya kemudian informasi selanjutnya

sudah menjadi wewenang perawat dan dokter lah.” (Informan 7)

Berdasarkan pernyataan informan 7 diatas, dapat diketahui bahwa

sistem pelaporan hasil laboratorium sudah dilaksanakan dengan optimal.

Pelaksanaan pelaporannya sudah sesuai dengan standar prosedur yang

menyatakan bahwa pelaporan harus dilaksanakan dengan waktu yang

minimalis sehingga pasien tidak perlu menunggu terlalu lama.

Pernyataan informan tentang keluhan dalam pelayanan yang

diterima seputar penyampaian hasil diagnosa yang cukup lama

“Kekurangan yang dirasakan selama dirawat disini sih kadang kalo

ngasihtau hasil lab, apalagi hasil cek darah gitu, mau kadang gak

sesuai janji. Kan kadang janjinya tuh diambil darahnya pagi terus

sorenya udah keluar kan.. kadang perawatnya harus bolak balik

ditanya soal hasilnya, barulah ntar dikasihtau. Suka terlambat

ngasihtau hasilnya. Terus kadang yaudah mereka datang cuma ngasih

berkas hasilnya aja, gak dijelasin lagi selengkapnya. Harus nunggu

dokter lagi katanya. Tapi kadang dokternya pun lama kali datang.

Harus nunggu lagi”. (Informan 4)

Berdasarkan pernyataan informan 4 diatas, dapat diketahui bahwa

masih kurang sigapnya kinerja perawat dan dokter dalam menyebarkan

informasi terkait hasil laporan laboratorium kepada pasien dan keluarga

pasien yang menyebabkan pasien harus menunggu terlalu lama untuk

mendapatkan hasil dan penjelasan mengenai hasil pemeriksaan

laboratorium.

Berdasarkan pernyataan beberapa informan diatas dapat diketahui

bahwa pelaksanaan komunikasi di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa

Elisabeth ini adalah lisan dan tulisan. Metode yang digunakan adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

77

metode komunikasi SBAR. Terlihat bahwa informan secara sebagian besar

sudah melaksanakan SBAR dengan maksimal, khususnya dalam hal

proses serah terima pasien, perawat ruangan sudah melaksanakan dengan

maksimal. Namun dari pernyataan informan 4 (pasien rawat inap) dapat

terlihat kekurangan dari proses penyampaian hasil laboratorium oleh

perawat dan dokter yang terlalu lama.

Hal tersebut menunjukkan belum maksimalnya pengetahuan dan

kinerja perawat dan belum maksimalnya komunikasi efektif karena hal

tersebut belum sesuai dengan standar komunikasi efektif yang menyatakan

bahwa proses komunikasi itu harusnya terlaksana secara cepat dan tepat

serta tidak memakan waktu yang lama.

Tantangan lainnya adalah proses komunikasi antara dokter dan

perawat. Terlihat masih banyak perawat yang kurang efektif yaitu masih

terdapat perawat yang lupa melaksanakan read back yang dikarenakan

masih kurangnya sosialisasi yang diterima para perawat dalam hal

program patient safety dimana hal tersebut dapat menyebabkan kurang

optimalnya pelaksanaan sasaran program keselamatan pasien.

Keselamatan pasien menjadi tuntutan masyarakat dalam

pelaksanaan program keselamatan pasien dirumah sakit yang perlu

dilakukan, maka rumah sakit perlu melaksanakan sasaran keselamatan

pasien (SKP). Sasaran keselamatan pasien tersebut meliputi ketepatan

identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

78

tepatprosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait

pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh.

Dari enam sasaran keselamatan pasien, unsur yang utama dari

layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif (Permenkes RI No.

1691/Menkes/Per/VIII/2011).

Komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi perawat untuk

mencapai keselamatan pasien berdasarkan sasaran keselamatan pasien di

rumah sakit. Metode komunikasi yang efektif adalah dengan

menggunakan komunikasi SBAR, komunikasi SBAR (Situation,

Background, Assesment, Recomendation).

Penggunaan alat komunikasi SBAR dapat meningkatkan kualitas

dan kelengkapan transfer informasi dan kepuasan pasien yang mengalami

patah tulang pinggul, hal ini sesuai dengan sasaran keselamatan pasien

yaitu kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi.

Komunikasi SBAR dapat meningkatkan dampak panggilan dari telepon

sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien akibat tindakan yang

dilakukan oleh dokter junior, hal ini tertuang dalam standar keselamatan

pasien rumah sakit yaitu komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk

mencapai keselamatan pasien.

Penggunaan komunikasi yang tepat dengan read back telah

menjadi salah satu sasaran dari program patient safety yaitu peningkatan

komunikasi yang efektif. Komunikasi SBAR meningkatkan komunikasi

lewat telepon antara perawat dan dokter sehingga dapat dikomunikasikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

79

dengan jelas dan baik dan dapat meningkatkan keselamatan pasien hal ini

tertuang dalam standar keselamatan pasien rumah sakit yaitu penggunaan

metode peningkatkan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program

peningkatan keselamatan pasien.

Menggunakan SBAR dapat meningkatkan komunikasi dalam tim

rehabilitasi interprofessional. Proses komunikasi SBAR adalah alat yang

berguna penataan komunikasi verbal dalam tim interprofessional dalam

pengaturan rehabilitasi. Alat SBAR telah digunakan oleh mayoritas

anggota tim dan telah sesuai diintegrasikan ke dalam komunikasi setiap

hari. Hal ini terus digunakan secara terusmenerus untuk keperluan

mendesak dan tidak mendesak pada situasi SBAR merupakan Teknik

komunikasi yang menjanjikan untuk mentransfer informasi kepada pasien,

komponen yang meningkatkan pengiriman informasi subjektif,

meningkatkan komunikasi informasi kritis dan menciptakan redundansi,

yang menetapkan pola yang diharapkan pada komunikasi.

Situation Background Assessment Recommendation (SBAR)

adalah alat komunikasi dalam melakukan identifikasi terhadap pasien

sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat

dan dokter. Tujuan komunikasi SBAR yaitu Dokter lebih memperhatikan

karena informasi yang ringkas, Perawat bekerja lebih cepat,

Mengkomunikasikan masalah dengan jelas, Memberi kesempatan

menyampaikan saran kolaborasi, Keuntungan SBAR Kekuatan perawat

berkomunikasi secara efektif, Dokter percaya pada analisa perawat karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

80

menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien, Memperbaiki

komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien. Pengenalan

komunikasi SBAR di rumah sakit sebagai rujukan meningkatkan persepsi

komunikasi yang efektif dan kolaborasi dengan perawat. Perawat yang

lebih baik dan lebih siap untuk memanggil dokter setelah pengenalan

SBAR, dengan menggunakan Item SBAR dalam catatan pasien. jumlah

kematian tidak terduga menurun.

Kepuasan dokter terhadap penggunaan komunikasi SBAR karena

dapat menatasi masalah dokumentasi yang lengkap dan kendala waktu.

Teknik SBAR merupakan metode pendidikan yang efektif untuk bermain

peran perawat dan dapat digunakan sebagai alat untuk membangun

komunikasi yang efektif antara profesional kesehatan.

Pelatihan komunikasi SBAR diterima untuk tahun pertama, dengan

perbaikan di kedua kemampuan untuk menerapkan SBAR untuk presentasi

kasus simulasi dan retensi pada sesi tindak lanjut. Format ini adalah layak

digunakan sebagai pelatihan metode dan diterima dengan baik oleh dokter.

Penelitian di masa depan akan berguna dalam memeriksa penerapan

umum model SBAR untuk komunikasi di lingkungan klinis dan pelatihan

program residensi.

Menurut Erel Joffe, et al (2013) menunjukan bahwa komunikasi

SBAR dapat meningkatkan komunikasi lewat telepon antara perawat dan

dokter dengan menggunakan tool SBAR yang sudah terstruktur dan akurat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

81

sehingga masalah dapat dievaluasi dan dikomunikasikan dengan jelas dan

baik dan dapat meningkatkan keselamatan pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sukesih (2015) yang menyatakan

berdasarkan The Joint Commision World (2007) telah menyampaikan

bahwa komunikasi SBAR harus selalu disosialisasikan kepada staf

diseluruh ruang perawatan. Tenaga keperawatan profesional yang

menjalankan pekerjaan berdasarkan ilmu sangat berperan dalam

penanggulangi komplikasi penyakit dan terjadinya infeksi nosokomial

serta memperpendek hari perawatan pasien.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) menunjukan

Pelatihan komunikasi SBAR efektif dalam meningkatkan mutu operan

jaga di bangsal Wardah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, hal

ini menunjukan bahwa komunikasi SBAR efekif melibatkan tenaga

kesehatan, pasien dan keluarga disesuaikan kondisinya dapat membantu

dalam komunikasi, baik individu dengan tim yang akhirnya dapat

mempengaruhi perubahan dalam meningkatkan mutu operan jaga dan

meningkatkan keselamatan pasien, sehingga ada dampak positif dan

terlihat ada perbaikan pada pelaporan insiden keselamatan pasien.

Penelitian lain tentang komunikasi SBAR adalah penelitian yang

dilakukan oleh Fitria (2013) tentang pelatihan Komunikasi SBAR dalam

Meningkatkan Motivasi dan Psikomotor perawat tujuan penelitian

menganalisis efektifitas pelatihan komunikasi SBAR dalam meningkatkan

motivasi dan psikomotor perawat di ruang perawatan medikal bedah. Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

82

penelitian ini dilaporkan adanya temuan baru bahwa komunikasi SBAR

dapat meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat hal ini dapat

mempengaruhi kinerja perawat dan dapat meningkatkatkan budaya kerja

perawat dalam melakukan asuhan keperawatan sehingga dapat

meningkatkan keselamatan pasien.

Setelah dilakukan penelitian dan dibandingkan dengan hasil

penelitian terdahulu dan teori-teori yang mendukung, maka dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan komunikasi di ruang rawat inap Rumah

Sakit Santa Elisabeth sudah terlaksana dengan baik namun belum secara

optimal (belum mencapai 100%), hal ini dikarenakan masih ada sedikit

kelalaian yang dilakukan perawat yang disebabkan oleh kurangnya

pelatihan dan sosialisasi yang terima oleh perawat.

Pelaksanaan hand hygiene dalam program keselamatan pasien. Hasil

wawancara mendalam tentang pelaksanaan hand hygiene dalam program

keselamatan pasien diperoleh informasi :

Pernyataan informan tentang pelaksanaan hand hygiene, sarana cuci

tangan yang tersedia, hambatan dalam ketersediaan sarana, serta

SOP yang mengatur hand hygiene

“Setiap pengambilan sampel , petugas selalu menggunakan

handschoon, tapi sebelum nya petugas harus cuci tangan terlebih

dahulu. Biasanya handscoon disini tidak sekali pakai tapi biasanya

setelah 2 atau 3 kali pakai baru diganti, karena di masing-masing

ruangan tersedia cairan antiseptik untuk membersihkan handschoon,

jadi harus tetap steril. Pokoknya semuanya harus bersih. Kalo disini

sarana cuci tangan ya ngandalkan hand sanitizer, karna wastafel masih

jarang sekali (khususnya di ruang rawat inap bahkan gak ada). Nah

kalo soal hambatan, ya itu tadi ketersediaan sarananya masih minim

dek. Kalo soal peraturan SOP gitu ya jelas ada disini, tapi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

83

implementasinya masih belum sesuai sih menurut saya. Karna bahkan

dokter ato perawatnya pun masih banyak „tuh yang lupa cuci tangan

pake handsanitizer atau lupa pake handschoon. Harapannya ya kalo

bisa ditingkatkan lah pelatihan dan sosialisasi tentang cuci tangan ini,

dan sarananya diperhatikan ditingkatkan jumlahnya.” (Informan 2 dan

3)

Berdasarkan pernyataan informan 2 dan 3 diatas, dapat diketahui

bahwa penyediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan hand

hygiene dalam program keselamatan pasien belum dilaksanakan dengan

maksimal. Karena masih minimnya ketersediaan wastafel untuk

mencuci tangan bagi pasien maupun pendatang / pasien rawat jalan

yang mengunjungi poli umum.

Pelaksanaan hand hygiene hanya berfokus kepada penggunaan

hand sanitizer yang dimana sebenarnya hal tersebut belum optimal

untuk membersihkan tangan dari kotoran ataupun kuman bakteri.

Hambatan lainnya dari variabel sasaran ini adalah pengimplementasian

SOP yang masih kurang optimal karena masih ada dokter dan perawat

yang lupa untuk mencuci tangan dengan hand sanitizer pada saat

sebelum dan sesudah memberikan tindakan / rawatan kepada pasien.

Hal tersebut disebabkan oleh masih kurangnya sosialisasi dan pelatihan

yang diterima oleh petugas kesehatan.

Pernyataan informan tentang ketersediaan sarana cuci tangan,

pendapat petugas seputar keoptimalan pelaksanaan hand hygiene,

dan pelatihan seputar hand hygiene

“Disini ada tersedia hand sanitizer, kalau wastafel biasanya di toilet

saja. Saya pribadi sih memang jarang makenya. Karena terkadang

merasa tindakan itu tidak terlalu perlu. Disamping itu juga karena mau

cepat, jadinya lupa, makanya yaudah langsung aja. Itu aja sih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

84

Menurut saya memang perlu di lakukan rapat untuk 1 kali dalam 1

semester agar bisa lebih di sosialisasikan oleh pimpinan rumah sakit

untuk selalu melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.

Kalau bisa dibuat strukturnya atau platformnya di rumah sakit. Bisa

juga dibuat poster-poster yang mendukung. Karena kan mungkin kita

sudah pada lupa. Mungkin karena sudah lama juga” ( Informan 6)

Berdasarkan pernyataan informan 6 diatas, dapat diketahui bahwa

masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan petugas kesehatan akan

pentingnya menjaga kesehatan tangan (hand hygiene) saat sebelum dan

sesudah melakukan atau memberikan tindakan kepada pasien. Terlihat

dari pernyataan pasien yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak

terlalu perlu untuk dilakukan dan karena ingin cepat maka dari itu

informan meengabaikan hal tersebut. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya hand hygiene, infeksi

nosokomial, poster-poster yang memuat prosedur / tahapan mencuci

tangan, sehingga sebagian besar petugas tidak ingat dan tidak terlalu

peduli untuk menjaga kebersihan tangannya.

Pernyataan informan tentang kebiasaan petugas saat sebelum, saat,

dan sesudah memberikan tindakan pada pasien

“Kalo sepenglihatan saya sih, kalo dokter/perawatnya visit ke kamar,

misal mau ngambil darah, atau mindahin infus, jarang sih pake sarung

tangan yang putih itu. Biasanya ya langsung aja dek.” (Informan 4)

Berdasarkan pernyataan informan 4 diatas, dapat diketahui bahwa

perawat atau dokter tidak membiasakan mencuci tangan atau

menggunakan handscoon saat sebelum dan sesudah memeriksa ataupun

memberikan tindakan perawatan kepada pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

85

Pernyataan informan tentang SOP yang mengatur hand hygiene

dan implementasinya, kendala dalam pelaksanaan hand hygiene,

dan harapan informan untuk pelaksanaan hand hygiene

selanjutnya

“Untuk program patient safety ini memang sudah terbentuk disini sejak

lama, dan SOPnya pun untuk tiap sasaran juga sudah ada... namun

memang yang kami akui dalam hal implementasinya masih kurang dek.

Kendala dalam pelaksanaannya bukan dari segi dana. Dana kami ada,

hanya saja kurang di support manajemennya. Masih jarangnya

dilakukan monitoring dan evaluasi disini. Khususnya dalam segi

sarana dan prasarananya ya dek. Seperti wastafel, masih jarang kan?

Lebih dominan jumlah hand sanitizer dibandingkan ketersediaan

wastafel. Hal itu terjadi karena seringnya terjadi perbedaan pendapat,

karna masih ada juga yang menganggap tidak terlalu perlu sering

mengadakan pelatihan karena menganggap laporan PMKP masih

„aman‟ dengan angka kejadian yang tergolong minim itu.. Kalau dari

segi dana mungkin posting-posting pembiayaannya harus diefektifkan

lagi ya, dibuat skala prioritas seperti itu. Harapan saya sih untuk tim

ini memang ditingkatkan efektivitasnya (khususnya evaluasi dan

monitoring serta pelaksanaan pelatihan) dalam pelaksanaan program

ini.” (Informan 1 dan 5)

Berdasarkan pernyataan informan 1 dan 5 diatas, dapat diketahui

bahwa pelaksanaan hand hygiene belum dapat mencapai hasil yang

optimal dikarenakan berkendala dari dukungan manajemen rumah sakit

yang menganggap „sepele‟ sasaran keselamatan pasien ini karena merasa

bahwa laporan PMKP masih berada di batas yang aman. Kurang

maksimalnya pelaksanaan sasaran ini disebabkan juga oleh kurangnya

evaluasi dan monitoring serta sosialisasi yang dilakukan dan diberikan

kepada petugas.

Dari pernyataan beberapa informan diatas dapat diketahui bahwa

pelaksanaan hand hygiene masih belum mencapai target karena berkendala

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

86

pada ketersediaan sarana yaitu ketersediaan wastafel dan sabun yang

masih minim jumlahnya dan kurangnya evaluasi dan monitoring serta

pelatihan kepada petugas-petugas kesehatan yang ada di rumah sakit.

Terlihat dari pernyataan informan Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien

serta Wadir penyediaan logistik, bahwa implementasi dari SOP yang

sudah ada juga masih sangat kurang.

Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya evaluasi dan monitoring

yang dilakukan kepada para petugas kesehatan yang bertugas sehingga

masih banyak terdapat petugas yang lupa untuk mencuci tangan pada saat

sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan / tindakan kepada pasien

dimana hal tersebut dapat menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan

program keselamatan pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian Nelia (2014) yang menyatakan

bahwa salah satu langkah dari pihak rumah sakit untuk untuk membentuk

sikap positif dan meningkatkan meningkatkan pengetahuan perawat adalah

dengan ketrampilan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Mengadakan

pelatihan atau sosialisasi secara periodik. Karena pelatihan bagi rumah

sakit dalam menerapkan prosedur hand hygiene dan sosialisasi dapat

memberikan dampak yang positif untuk mencegah terjadinya infeksi

nosokomial terhadap sikap perawat dalam melakukan hand hygiene dan

juga dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Hal ini

sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan upaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

87

untuk melakukan perubahan perilaku afektif yang meliputi perubahan

sikap seorang terhadap sesuatu.

Salah satu faktor yang dapat mencegah dan mengurangi resiko

terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan menjaga kebersihan tangan

(hand hygiene) terutama pada petugas kesehatan di rumah sakit. Hand

hygiene merupakan membersihkan tangan dengan sabun dan air

(handwash) atau handrub berbasis alkohol yang bertujuan mengurangi atau

mencegah berkembangnya mikroorganisme ditangan (WHO, 2009). Hand

hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling penting

dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. Hand hygiene adalah cara

yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial.

Tujuan dilakukan hand hygiene adalah untuk menghilangkan

mikroorganisme. Hand hygiene dilakukan untuk menghilangkan kotoran

bahan organik dan membunuh mikroorganisme yang terkontaminasi di

tangan yang diperoleh karena kontak dengan pasien terinfeksi/kolonisasi

dan kontak dengan permukaan lingkungan.

WHO memperkenalkan konsep five moments hand hygiene sebagai

evidence-based untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial yang harus

dilaksanakan sesuai dengan seluruh indikasi yang telah ditetapkan tanpa

memperhatikan apakah petugas kesehatan menggunakan sarung tangan atau

tidak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

88

WHO telah mengembangkan moment untuk kebersihan tangan

yaitu Five Moments for Hand Hygiene, yang telah diidentifikasi sebagai

waktu kritis ketika kebersihan tangan harus dilakukan yaitu sebelum kontak

dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah terpapar cairan tubuh

pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan

lingkungan pasien.

Dua dari lima momen untuk kebersihan tangan terjadi sebelum

kontak. Indikasi “sebelum” momen ditujukan untuk mencegah resiko

penularan mikroba untuk pasien. Tiga momen lainnya terjadi setelah

kontak, hal ini ditujukan untuk mencegah risiko transimisi mikroba ke

petugas kesehatan, perawat, dan lingkungan pasien.

WHO (2009) menetapkan indikasi five moments hand hygiene yang

dimaksud meliputi :

1. Sebelum menyentuh pasien

Hand hygiene yang dilakukan sebelum menyentuh pasien

bertujuan untuk melindungi pasien dengan melawan mikroorganisme,

dan di beberapa kasus melawan infeksi dari luar, oleh kuman

berbahaya yang berada di tangan.

2. Sebelum melakukan prosedur bersih / aseptik

Hand hygiene yang dilakukan sebelum melakukan prosedur

bersih / aseptik bertujuan untuk melindungi pasien dengan melawan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

89

infeksi kuman berbahaya, termasuk kuman yang berada di dalam tubuh

pasien.

3. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien

Hand hygiene yang dilakukan setelah kontak dengan cairan

tubuh pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari

infeksi oleh kuman berbahaya dari tubuh pasien dan mencegah

penyebaran kuman di lingkungan perawatan pasien.

4. Setelah menyentuh pasien

Hand hygiene dilakukan setelah menyentuh pasien bertujuan

untuk melindungi petugas kesehatan dari kuman yang berada di tubuh

pasien dan melindungi lingkungan perawatan pasien dari penyebaran

kuman.

5. Setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien

Hand hygiene yang dilakukan setelah menyentuh peralatan di

sekitar pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari

kuman yang berada di tubuh pasien yang kemungkinan juga berada di

permukaan/benda-benda di sekitar pasien dan untuk melindungi

lingkungan perawatan dari penyebaran kuman.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa

pelaksanaan hand hygiene di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa

Elisabeth belum dilaksanakan dengan maksimal. Hal ini disebabkan oleh

pelaksanaannya berkendala pada ketersediaan sarana dan kurangnya

pelatihan serta sosialisasi, sehingga menimbulkan rendahnya kesadaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

90

petugas kesehatan untuk menjaga kebersihan tangan pada saat sebelum

dan sesudah memberikan tindakan pada pasien. Di rumah sakit sudah

tersedia hand sanitizer, namun wastafel yang disertai sabun cuci tangan

dan air mengalir belum tersedia. Belum dianggap pentingnya PPI

(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) di Rumah Sakit Santa Elisabeth,

sehingga masih jarangnya dilaksanakan pelatihan terkait kebersihan

tangan.

Pelaksanaan pengurangan resiko pasien jatuh dalam program

keselamatan pasien. Hasil wawancara mendalam tentang pelaksanaan

pengurangan resiko pasien jatuh dalam program keselamatan pasien diperoleh

informasi :

Pernyataan informan tentang SOP yang mengatur dan sosialisasi

terkait pengurangan resiko pasien jatuh

“Kalau SOP yang mengatur tentang pengurangan resiko pasien jatuh

khususnya untuk pasien rawat inap, sejauh ini memang belum ada ya.

Kami pun memang belum pernah mendapat sosialiasi tentang ini.. belum

lagi pun memang jarang juga dilaksanakan sosialisasi terkait program

patient safety ini.” (Informan 2 dan 3)

Berdasarkan pernyataan informan 2 dan 3 diatas, dapat diketahui

bahwa pelaksanaan pengurangan resiko pasien jatuh masih sangat minim

dikarenakan belum ada SOP yang mengatur tentang pengurangan resiko

pasien jatuh, belum pernah mendapat sosialisasi dan pelatihan. Minimnya

pelaksanaan pengurangan resiko pasien jatuh menyebabkan masih sering

terabaikannya pasien-pasien yang seharusnya termasuk dalam kategori

beresiko untuk jatuh sehingga tidak mendapatkan pelayanan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

91

pengawasan khusus. Hal ini yang menyebabkan rendahnya cakupan

pencapaian sasaran pengurangan resiko pasien jatuh.

Pernyataan informan tentang pelaksanaan pengurangan resiko pasien

jatuh

“Pelaksanaan pengurangan resiko pasien jatuh memang masih kurang

maksimal, dikarenakan masih minimnya pelatihan dan sosialiasi yang

kami laksanakan terhadap perawat. Disamping itu juga karena masih

belum diterbitkannya SOP yang mengatur tentang kebijakan pengurangan

resiko pasien jatuh tersebut. Maka dari itulah kenapa pencapaian

pengurangan resiko pasien jatuh ini yang paling terendah diantara

seluruh pencapaian program patient safety di rumah sakit ini, karena

memang pengurangan resiko pasien jatuh ini belum terlalu diperhatikan.

Jadi belum ada tuh, dilaksanakan asesmen resiko terhadap pasien.

Jadinya gak tau, kalo pasien itu termasuk kategori beresiko atau enggak.

Karena asesmen resiko itu belum dilaksanakan disini. Jadi ya istilahnya,

kalo pasien masuk ya masuk aja gitu tanpa diasemen terlebih dahulu.”

(Informan 1)

Berdasarkan pernyataan informan 1 diatas, dapat diketahui bahwa

pelaksanaan pengurangan resiko pasien jatuh belum dilaksanakan secara

maksimal dikarenakan tidak pernahnya dilaksanakan asesmen resiko

terhadap pasien-pasien yang masuk ke rumah sakit sehingga para petugas

tidak mengetahui bagaimana riwayat jatuh pasien dan apakah pasien

tersebut beresiko untuk jatuh atau tidak.

Pernyataan informan tentang pelatihan dan sosialisasi tentang

pengurangan resiko pasien jatuh dan peran perawat dalam

mengontrol keamanan pasien rawat inap

“Selama dirawat disini belum pernah ada sosialisasi atau penyuluhan

tentang menjaga keamanan gitu sih. Alat bantu yang diajarin ya cuma bel

buat manggil suster dek. Suster paling bilang kalo ada apa-apa pencet aja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

92

ya bu belnya. Jarang sih mereka ngecek kamar mandi atau apa.. paling ya

kalo saya butuh bantuan ke kamar mandi aja baru datang. Kalo ngecek

kondisi yaa biasa lah dek pas shift pertama sama kedua. Terus palingan

pas mereka mau ganti shift, keliling lah suster itu dari kamar ke kamar

ngasitau kalau mereka udah ganti shift. Selebihnya sih enggak pernah.”

(Informan 4 : Pasien Rawat Inap Ruang Santa Yoseph Kelas III)

Berdasarkan pernyataan informan 4 diatas, dapat diketahui bahwa

masih kurangnya edukasi tentang menjaga keamanan bagi pasien,

sehingga pasien masih kurang pengetahuannya dalam mengambil tindakan

pertama jika terjadi kejadian tak terduga. Pengawasan yang dilakukan

perawat juga masih kurang rutin, terlihat dari perawat yang tidak

melakukan pengecekan kamar mandi untuk mencegah terjadinya pasien

jatuh akibat lantai yang licin. Hal ini disebabkan oleh pelatihan dan

sosialisasi mengenai pengurangan resiko pasien jatuh yang belum pernah

diberikan kepada petugas kesehatan.

“Saya rasa sih perawatnya cukup standby dek. Perawatnya rajin juga

ngecek kamar. Terus dikasihtau bel daruratnya ada di dekat tempat tidur.

Jadi katanya kalau ada apa-apa tinggal pencet bel aja. Di kamar dan di

sepanjang dinding lorong Pauline ini juga ada semacam pegangan buat

pasien pegang pas jalan. Petugas kebersihannya juga rajin banget ngepel

lantai sampai betul-betul kering jadi lantainya gak pernah licin dek.

Menurut saya mereka menjaga keamanan pasien banget sih.” (Informan

Pasien Rawat Inap Ruang Pauline VIP Kelas I)

Berdasarkan pernyataan informan diatas dapat terlihat bahwa

keamanan pasien sangat terjaga. Perawat juga aktif memeriksa kamar pasien

dan lingkungan sekitar kamar pasien untuk mengantisipasi terjadinya pasien

jatuh. Terlihat bahwa pelaksanaan pengurangan resiko jatuh sudah berjalan

dengan baik di ruang Pauline ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

93

Pernyataan informan tentang ketersediaan sarana pendukung

pengurangan resiko pasien jatuh di rumah sakit santa elisabeth

“Kalau fasilitas patient safety yang paling minim ketersediaannya sih

menurut saya fasilitas terkait resiko pasien jatuh. Soalnya memang sampai

sekarang pun belum ada tuh sticker atau penanda khusus yang diberikan

pihak rumah sakit untuk membedakan pasien yang masuk kategori

beresiko untuk jatuh. Jadi ya makanya itu memang sampai sekarang masih

sulit untuk mendeteksi semua pasien yang termasuk kategori beresiko

untuk jatuh.” (Informan 5)

Berdasarkan pernyataan informan 5 diatas, dapat diketahui bahwa

pelaksanaan pengurangan resiko pasien jatuh juga terkendala pada segi

sarana yang belum memadai.

Dari pernyataan beberapa informan diatas dapat dilihat bahwa

seluruh informan menyatakan pelaksanaan pengurangan resiko pasien

jatuh memang masih sangat jauh dibawah standar. Terlihat adanya

perbedaan pemberian pelayanan antara ruang rawat inap VIP dan ruang

rawat inap kelas III kebawah.

Hal ini disebabkan karena kurangnya dukungan manajemen rumah

sakit berupa pembentukan SOP / kebijakan yang mengatur tentang

pengurangan pasien beresiko jatuh dan pemantauan implementasinya dari

pihak rumah sakit sendiri. Dari pernyataan para informan terlihat juga

bahwa pelatihan tentang pengurangan resiko pasien jatuh belum pernah

diberikan, asesmen resiko yang belum diterapkan sehingga pasien yang

beresiko untuk jatuh masih “lolos” dari pengkategorian dan tidak

mendapatkan pelayanan yang seharusnya sesuai dengan kondisi mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

94

Hal-hal tersebut diatas merupakan tantangan-tantangan yang harus

dicapai oleh pihak panitia keselamatan rumah sakit santa elisabeth dalam

rangka memenuhi target sasaran keselamatan pasien.

Menurut penelitian Sugeng dkk (2013) disebutkan bahwa dalam

program keselamatan pasien khususnya pelaksanaan pengurangan resiko

pasien jatuh harus ditunjang dengan penyusunan Standar Prosedur

Operasional (SPO) manajemen resiko pasien jatuh yang terdiri dari SPO

screening pasien resiko jatuh, SPO pemasangan gelang identitas resiko

jatuh, SPO edukasi kepada pasien dan keluarga tentang resiko jatuh, SPO

pengelolaan pasien resiko jatuh, SPO penanganan pasien jatuh, SPO

pelaporan Insiden Kejadian Pasien pelayanan keperawatan. Sosialisasi dan

pelatihan manajemen pasien resiko jatuh dilakukan untuk memberikan

pengetahuan dan pemahaman kepada petugas, khususnya perawat dalam

menunjang pelaksanaan program manajemen resiko pasien jatuh.

Kegiatan sosialisasi dan pelatihan dilakukan untuk mendorong

partisipasi aktif dan memberikan kesempatan pada peserta untuk belajar.

Pelaksanaan manajemen resiko pasien jatuh juga melibatkan keluarga atau

penunggu pasien, mengajak keluarga untuk terlibat dan berperan aktif

dalam pelaksanaan manajemen resiko pasien jatuh.

Dalam program ini petugas atau perawat mengajarkan hal-hal atau

tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah pasien terjatuh dalam

bentuk kegiatan edukasi kepada pasien dan atau keluarga tentang resiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

95

pasien jatuh dengan dibantu sarana berupa leaflet penanganan pasien

resiko jatuh.

Pasien yang dirawat di RS akan selalu memiliki resiko jatuh terkait

dengan kondisi dan penyakit yang diderita, contohnya pada pasien dengan

kelemahan fisik akibat dehidrasi, status nutrisi yang buruk, perubahan

kimia darah (hipoglikemi, hipokalemi); perubahan gaya berjalan pada

pasien usia tua dengan gaya jalan berayun/tidak aman, langkah kaki

pendek-pendek atau menghentak; pasien bingung atau gelisah yang

mencoba untuk turun atau melompati pagar tempat tidur yang dipasang;

pada pasien dengan diare atau inkontinensia.

Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh,

contohnya lantai kamar mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi,

pencahayaan yang kurang. Sedangkan dampak dari insiden jatuh yang

dialami pasien secara fisik adalah cidera ringan, sampai dengan kematian,

secara financial memperpanjang waktu rawat dan tambahan biaya

pemeriksaan penunjang (CT Scan kepala, rontgen, dll) yang seharusnya

tidak perlu dilakukan, dan dari segi hukum berisiko untuk timbulnya

tuntutan hukum bagi rumah sakit.

Meskipun demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal

yang dapat dilakukan untuk mencegah pasien jatuh dan meminimalkan

cidera akibat jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat

diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan

yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh, melakukan tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

96

pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang harus

dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cidera pada pasien yang

dirawat. Resiko jatuh dapat dicegah, namun mencegah resiko jatuh bukan

berarti pasien harus membatasi mobilitas dan aktivitasnya (contohnya

berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb) dan mengharuskan pasien untuk berada

di tempat tidur saja.

Oleh karena itu pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi

dan modifikasi sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil

pengkajian terhadap faktor resiko jatuh pasien.

Dalam upaya mengurangi resiko pasien cedera karna jatuh kita

perlu memperhatikan beberapa hal seperti usia, riwayat jatuh, aktivitas,

defisit (penglihatan, pendengaran), kognitif, pola BAB dan BAK,

mobilitas/motori. Kita harus memperhatikan usia karena resiko jatuh orang

yang lanjut usia misal 65 tahun akan lebih tinggi dibanding pada usia

dewasa, biasanya semakin bertambah tua usia seseorang tingkat

penglihatannya akan menurun, penurunan ini pun harus kita perhatikan

karna penurunan penglihatan jelas dapat mengganggu orang tersebut

beraktivitas dan dapat menyebabkan suatu cedera.

Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan komitmen yang

tinggi dari pimpinan dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki budaya

aman agar setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab terhadap

keselamatan pasien karena pencegahan pasien jatuh merupakan tanggung

jawab seluruh staf di RS baik medik maupun non medik, tetap dan tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

97

tetap. Seluruh karyawan harus waspada terhadap risiko jatuh pasien dan

berpartisipasi dalam melakukan tindakan pencegahan diseluruh area rumah

sakit dimana pasien berada, baik area klinis/perawatan maupun area non

klinis (contohnya: area parkir, ruang tunggu, koridor RS, ruang

administrasi, dll).

Penilaian meliputi berbagai aspek seperti riwayat jatuh,

menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan, kebiasaan berkemih,

penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain - lain. Penilaian terhadap

resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi resiko jatuh dan meningkatkan

kewaspadaan terhadap pasien beresiko jatuh. Dengan mengenali resiko

jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan

tindakan pencegahan yang sesuai.

Dalam mencapai sasaran tersebut, maka pada umumnya rumah

sakit diharapkan untuk:

1. Mampu melakukan pengkajian (penilaian = assessment) sedini

mungkin risiko jatuh pasien, dan melakukan pengkajian ulang jika

diindikasikan demikian, misalnya jika terjadi perubahan kondisi, atau

mendapatkan obat yang bisa meningkatkan risiko jatuh si pasien.

2. Pada pasien yang diidentifikasi memiliki risiko jatuh, maka dinilai

apakah perlu dilakukan intervensi atau tidak, jika seandainya perlu,

maka ada prosedur untuk hal tersebut yang dikenal sebagai

pencegahan jatuh pada pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

98

3. Saat intervensi atau prosedur tersebut dilakukan, maka perlu

dilakukan pengawasan, tentu saja juga melalui pendokumentasian;

apakah cara yang dilakukan berhasil, dan apakah cukup efektif.

4. Rumah sakit juga perlu menetapkan kebijakan serta panduan dalam

mendukung pencapaian sasaran ini. Terutama dalam hal melindungi

pasien yang ada di lingkungan rumah sakit.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan sasaran keselamatan pasien pengurangan resiko pasien jatuh

di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth masih jauh dibawah

standar dan masih belum memenuhi standar yang sudah diterapkan

(100%). Terlihat dari semua pernyataan responden yang menyatakan

bahwa belum diterapkannya metode asesmen resiko terhadap pasien,

sehingga terkadang pasien yang sebenarnya termasuk kategori beresiko

untuk jatuh tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan tindakan khusus.

Sesuai dengan pernyataan responden dinyatakan bahwa hambatan

penyebabnya karena masih sangat kurangnya pelatihan dan sosialiasi yang

diberikan oleh pihak rumah sakit.

Sehingga kurangnya tingkat pengetahuan para petugas (khususnya

perawat) dalam melaksanakan pengurangan resiko jatuh pada pasien

tersebut. Ketika dibandingkan dengan teori dan penelitian terdahulu yang

menyatakan bahwa asesmen resiko itu penting untuk dilakukan, terlihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

99

bahwa pelaksanaan pengurangan resiko pasien jatuh masih belum

terlaksana dengan optimal.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan program

keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan dilihat dari pelaksanaan identifikasi pasien, komunikasi,

pelaksanaan hand hygiene, dan pengurangan resiko jatuh pada pasien

dapat disimpulkan pelaksanaan program keselamatan pasien sudah

berjalan dengan cukup baik, hanya saja belum maksimal. Dikatakan belum

maksimal karena terlihat masih ada petugas kesehatan yang kurang patuh

terhadap SOP yang berlaku, sarana yang belum 100% memadai,

implementasi SOP belum maksimal, dan masih adanya perbedaan

pelayanan yang diterima antara pasien ruang rawat inap kelas VIP dan

pasien ruang rawat inap kelas III kebawah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

100

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Program keselamatan pasien dengan 4 sasaran keselamatan pasien di

ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan belum maksimal, dalam

pelaksanaannya masih belum sesuai dengan standar keselamatan pasien (SKP),

hal ini dilihat dari :

1. Pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien masih belum dijalankan secara

maksimal

Pelaksanaan identifikasi pasien melalui identitas pasien belum dijalankan

sesuai dengan standar yang berlaku. Kurangnya pelatihan dan sosialisasi

terkait keselamatan pasien terhadap perawat menyebabkan kurangnya

pengetahuan dan ketanggapan perawat dalam melaksanakan identifikasi

pasien. SOP yang sudah ada namun pengimplementasiannya masih sangat

minim dan belum maksimal. Perawat jarang memeriksa atau menanyakan

kembali nama lengkap pasien karena dengan alasan sudah hafal / ingat

akan pasien, maka perawat hanya mengecek melalui nomor kamar pasien

saja. Belum maksimalnya ketepatan identifikasi pasien dapat

mempengaruhi pelaksanaan program keselamatan pasien di ruang rawat

inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dimana hal ini dapat

menyebabkan resiko terjadinya kesalahan dalam memberikan tindakan,

obat, mengambil spesimen dll.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

101

2. Perawat yang masih kurang terlatih dalam pelaksanaan readback

Komunikasi adalah sasaran pertama yang paling penting perannya dalam

pelaksanaan program keselamatan pasien. Jika pelaksanaan komunikasi

kurang efektif, akan berdampak pada kekeliruan dalam hal penerimaan

informasi dan pemberian tindakan. Berdasarkan hasil pelaksanannya

belum memenuhi standar (100%), hal ini disebabkan kurangnya pelatiha

dan sosialisasi terkait patient safety terhadap perawat sehingga

pengetahuan perawat masih tergolong rendah akan pelaksanaan metode

SBAR dan readback ini.

3. Masih banyaknya petugas medis / non-medis yang belum menjaga hand

hygiene saat sebelum / sesudah memberikan tindakan pada pasien

Memeriksa pasien dan memberikan tindakan pasien tanpa menjaga

kebersihan tangan (hand hygiene) sangat dapat berdampak pada kesehatan

pasien. Pasien yang dirawat adalah dalam kondisi tubuh yang „rentan‟

terhadap kuman dan penyakit. Salah satu wadah tempat masuknya kuman

dan penyakit adalah melalui tangan. Kurangnya kebersihan saat berkontak

langsung dengan pasien dapat mengakibatkan pasien, keluarga pasien, atau

orang lain yang berkunjung ke rumah sakit terjangkit penyakit lain (infeksi

nosokomial). Hal ini akan sangat mempengaruhi pelaksanaan program

keselamatan pasien di Rumah Sakit Santa Elisabeth

4. Belum dijalankannya metode asesmen resiko terhadap pasien rawat inap

Metode asesmen resiko penting perannya dalam mencegah terjadinya

pasien jatuh dari tempat tidur, tergelincir, ataupun terjadinya kecelakaan-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

102

kecelakaan lainnya yang tentu dapat membahayakan keselamatan pasien

tersebut (khususnya lansia dan anak-anak), dengan tidak dilakukannya

asesmen resiko pada pasien rawat inap maka akan memperbesar

kemungkinan kelalaian yang dapat berdampak pada keselamatan pasien

tersebut. Hal ini akan sangat mempengaruhi pelaksanaan program

keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan.

5. Ketersediaan sarana yang masih minim

Sarana (logistik) di rumah sakit adalah hal yang sangat penting dalam

menunjang keberhasilan pelaksanaan program di rumah sakit. Dengan

kurangnya ketersediaan sarana tentu akan sangat mempengaruhi

pelaksanaan program keselamatan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan.

Saran

1. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan (Tim PMKP)

Diharapkan kepada Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan agar :

1. Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan (khususnya perawat) dengan

memberikan pelatihan dan sosialiasi terkait keselamatan pasien serta

memberikan edukasi terhadap perawat dan petugas kesehatan lainnya

terkait sasaran-sasaran keselamatan pasien secara rutin dan merata

dalam mencapai keberhasilan program keselamatan pasien dengan

pencapaian 100% di tiap sasarannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

103

2. Meningkatkan evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan dan

pencapaian program keselamatan pasien dalam mengontrol pencapaian

program keselamatan pasien.

3. Mempertimbangkan untuk meningkatkan ketersediaan sarana yang

masih belum memadai terkait program keselamatan pasien

4. Membuat kebijakan dan mengalakkan pelatihan serta sosialisasi terkait

pelaksanaan pengurangan pasien resiko jatuh

5. Mengikutkan semua petugas kesehatan (khususnya perawat) dalam

pelatihan dan seminar terkait keselamatan pasien

2. Kepala Perawat Pelaksana

Diharapkan kepada kepala perawat pelaksana agar :

1. Melaksanakan tahap-tahap pemberian tindakan pada pasien sesuai

dengan SOP yang berlaku

2. Mengikuti pelatihan dan sosialiasi untuk meningkatkan kemampuan

dalam pelaksanaan program

3. Meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien yang beresiko untuk jatuh

dengan rutin melakukan pemeriksaan kondisi pasien dan lingkungan

sekitarnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

104

Daftar Pustaka

Al-Amri, Nura Miftha. 2016. Kesiapan rumah sakit umum daerah Dr. R. M. Djoelham

dalam implementasi sistem keselamatan pasien (patient safety) tahun 2015.

Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.

Budiono, Sugeng; Sarwiyata, Tri Wahyu; Alamsyah, Arief. (2014). Pelaksanaan

program manajemen pasien dengan resiko jatuh di rumah sakit. Jurnal

Kedokteran Brawijaya, 28(1), 80-82.

Cintha, Guesti Lunes Mutiara; Suryoputro, Antono; Jati, Sutopo Patrio. (2016).

Analisis pelaksanaan identifikasi pasien dalam rangka keselamatan pasien di unit

rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 4(4), 45-48.

Cosway, B., Stevens, A.C., & Panesar, S. (2012). Clinical leadership : a role for

students. British Journal of Hospital Medicine, 73(1).

Darmojo R.B.M. (2004). Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Edisi ke-3. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Panduan nasional keselamatan

pasien rumah sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Upaya peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit (konsep dasar dan prinsip). Jakarta : Departemen

Kesehatan RI.

Dwi, S; Zuhrotunida; Syahridal. (2016). Implementasi sasaran keselamatan pasien di

ruang rawat inap RSU Kabupaten Tangerang. JKFT, 2(2), 65-67.

Fauzia, Neila. (2014). Kepatuhan standar prosedur operasional hand hygiene pada

perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1),

94-96.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

105

Institute of Medicine. 2000. To err is human : building a safer of health system.

Kohn, L.T., Corrigan, J.M., Donaldson, M.S. (Ed). Washington DC: National

Academy Press.

Institute of Medicine. Committee on quality of health care in america. 2001. Institute

of Medicine Reports Composite Summary. Washington DC: National Academy

Press.

Ismainar, H. (2015). Keselamatan pasien di rumah sakit. Edisi ke-1., Tujuan, Sasaran,

dan 7 Langkah Keselamatan Pasien (hal. 10-30). Yogyakarta : Deepublish.

Keles, Angella; et al. (2015). Analisis pelaksanaan standar sasaran keselamatan

pasien di unit gawat darurat RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano sesuai dengan

akreditasi rumah sakit versi 2012, 5(3), 253-258.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pedoman nasional keselamatan

pasien rumah sakit (patient safety). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

KKP-RS. (2008). Pedoman pelaporan keselamatan pasien. Jakarta : KKP-RS

Lambogia, Angelita; et al. (2016). Hubungan perilaku dengan kemampuan perawat

dalam melaksanakan keselamatan pasien (patient safety) di ruang akut instalasi

gawat darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. e-journal Keperawatan (e-

Kep), 4(2), 4-7.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Triangulasi (hal.6-10)

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Kesehatan RT. (2011) Peraturan menteri kesehatan republik

indonesia nomor 1691 tahun 2011 tentang keselamatan pasien di Rumah Sakit.

Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2017). Peraturan menteri kesehatan republik

indonesia nomor 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien. Jakarta : Kementrian

Kesehatan RI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

106

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2017). Peraturan menteri kesehatan republik

indonesia nomor 27 tahun 2017 tentang pedoman pencegahan dan pengendalian

infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2014). Peraturan menteri kesehatan republik

indonesia nomor 56 tahun 2014 tanggal 18 Agustus 2014 tentang klasifikasi dan

perizinan rumah sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Priyoto, dan T. Widyastuti. (2014). Kebutuhan dasar keselamatan pasien. Edisi ke-1.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rumah Sakit Santa Elisabeth. (2017). Laporan panitia mutu dan keselamatan pasien

rumah sakit santa elisabeth medan tahun 2017.

Siregar, C. J. P. Amalia, L. (2004). Farmasi rumah sakit teori dan penerapannya.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Stanley, M. Beare, P.G. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta : EGC

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Metode Milles

dan Huberman. Bandung : Alfabeta

Sukesih., Istanti Permatasari Y. (2015). Peningkatan patient safety dengan

komunikasi SBAR. Jurnal Program Pascasarjana Universits Muhammadiyah

Yogyakarta, 177-183.

Ulva, Fadillah. (2014). Gambaran komunikasi efektif dalam penerapan keselamatan

pasien (studi kasus rumah sakit X di kota padang). Jurnal Keperawatan,

Kebidanan, dan Kesehatan Masyarakat, 3(2), 55-57.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

107

World Health Organization. (2009). Guidelines on hand hygiene in health care.

http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/44102/9789241597906_eng.pdf;js

essionid=E0ECB912FB8ED588AF20521FE1838D0C?sequence=1. Anonim.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

108

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Mendalam

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

I. Daftar Pertanyaan untuk Informan Perawat Pelaksana di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Tanggal Wawancara :

b. Pertanyaan

Pertanyaan mengenai identifikasi pasien

1. Bagaimana pelaksanaan identifikasi pasien disini ?

2. Apa saja langkah-langkah identifikasi pasien yang anda ketahui ?

3. Bagaimana proses pelaksanaan identifikasi pasien yang seharusnya

dilakukan menurut anda ?

4. Apakah ada hambatan yang dialami dalam pelaksanaan identifikasi

pasien disini ?

5. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur identifikasi

pasien? Jika ada, apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku?

6. Apa harapan anda terkait pelaksanaan identifikasi pasien disini ?

Pertanyaan mengenai komunikasi

1. Bagaimana sistem pelaksanaan komunikasi yang terjadi disini?

Apakah secara lisan atau tulisan?

2. Apakah pernah diadakan pelatihan terkait pelaksanaan komunikasi

efektif disini ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

109

3. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur tentang

komunikasi disini? Jika ada, apakah sudah sesuai dengan standar yang

berlaku?

4. Bagaimana sistem komunikasi antara dokter dan perawat disini ?

5. Dalam proses transfer pasien dari ruang rawat inap ke ruang rawat lain

atau sebaliknya, bagaimana proses komunikasi yang dilaksanakan?

6. Apakah ada hambatan yang pernah dialami dalam pelaksanaan

komunikasi disini ?

7. Apa harapan anda terkait pelaksanaan komunikasi disini untuk

kedepannya ?

Pertanyaan mengenai menjaga kebersihan tangan (hand hygiene)

untuk mengurangi dan mencegah resiko infeksi nosokomial

1. Bagaimana pelaksanaan mencuci tangan disini ?

2. Bagaimana ketersediaan sarana untuk mencuci tangan disini ?

3. Apakah ada hambatan yang pernah dialami dalam pelaksanaan

menjaga kebersihan tangan (hand hygiene) disini ?

4. Apakah pernah diberikan pelatihan atau sosialiasi terkait mencuci

tangan disini ?

5. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur tentang

komunikasi disini? Jika ada, apakah sudah sesuai dengan standar yang

berlaku?

6. Apa harapan anda terkait pelaksanaan hand hygiene disini untuk

kedepannya ?

Pertanyaan mengenai pengurangan resiko pasien jatuh

1. Bagaimana pelaksanaan pengurangan pasien resiko jatuh disini ?

2. Bagaimana penanganan terhadap pasien bila ditemukan pasien tersebut

termasuk ke dalam pasien resiko jatuh ?

3. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan atau sosiliasi terkait dengan

pengurangan resiko pasien jatuh ?

4. Apakah ada hambatan yang pernah dialami dalam pelaksanaan

pengurangan dan pencegahan pasien resiko jatuh disini ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

110

5. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur tentang

pasien resiko jatuh disini? Jika ada, apakah sudah sesuai dengan

standar yang berlaku?

6. Apa harapan anda terkait pengurangan pasien resiko jatuh disini untuk

ke depannya ?

II. Daftar Pertanyaan untuk Informan Kepala Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Tanggal Wawancara :

b. Pertanyaan

Pertanyaan mengenai Identifikasi Pasien

1. Bagaimana pelaksanaan identifikasi pasien disini ?

2. Apa saja langkah-langkah identifikasi pasien yang anda ketahui ?

3. Bagaimana proses pelaksanaan identifikasi pasien yang seharusnya

dilakukan ?

4. Apakah ada hambatan yang dialami dalam pelaksanaan identifikasi

pasien disini ?

5. Apakah pernah dilaksanakan pelatihan (khususnya untuk perawat)

terkait identifikasi pasien disini ? Jika ya, seperti apakah pelatihan

yang dilaksanakan ?

6. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur identifikasi

pasien? Jika ada, apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku?

7. Apa harapan anda terkait pelaksanaan identifikasi pasien disini ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

111

Pertanyaan mengenai komunikasi

1. Bagaimana sistem pelaksanaan komunikasi yang terjadi disini?

Apakah secara lisan atau tulisan?

2. Apakah pernah diadakan pelatihan terkait pelaksanaan komunikasi

efektif disini ?

3. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur tentang

komunikasi disini? Jika ada, apakah sudah sesuai dengan standar yang

berlaku?

4. Bagaimana sistem komunikasi antara dokter dan perawat disini?

5. Teknik komunikasi yang bagaimana yang digunakan dalam

pelaksanaan komunikasi disini (oleh perawat dan dokter) ?

6. Dalam proses transfer pasien dari ruang rawat inap ke ruang rawat lain

atau sebaliknya, bagaimana proses komunikasi yang dilaksanakan?

7. Apakah ada hambatan yang pernah dialami dalam pelaksanaan

komunikasi disini ?

8. Apa harapan anda terkait pelaksanaan komunikasi disini untuk

kedepannya ?

Pertanyaan mengenai menjaga kebersihan tangan (hand hygiene)

untuk mengurangi dan mencegah resiko infeksi nosokomial

1. Bagaimana pelaksanaan mencuci tangan disini ?

2. Bagaimana ketersediaan sarana untuk mencuci tangan disini ? Apakah

sudah lengkap ?

3. Apakah ada hambatan yang pernah dialami dalam pelaksanaan

menjaga kebersihan tangan (hand hygiene) disini ?

4. Apakah pernah diberikan pelatihan atau sosialiasi (khususnya untuk

perawat) terkait mencuci tangan disini?

5. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur tentang

komunikasi disini? Jika ada, apakah sudah sesuai dengan standar yang

berlaku?

6. Apa harapan anda terkait pelaksanaan hand hygiene disini untuk

kedepannya ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

112

Pertanyaan mengenai pengurangan resiko pasien jatuh

1. Bagaimana pelaksanaan pengurangan pasien resiko jatuh disini ?

2. Bagaimana penanganan terhadap pasien bila ditemukan pasien tersebut

termasuk ke dalam pasien resiko jatuh ?

3. Apakah pernah dilaksanakan pelatihan atau sosialiasi terkait

pengurangan resiko pasien jatuh disini? Jika pernah, seperti apakah

pelatihan yang diberikan?

4. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur tentang

pasien resiko jatuh disini? Jika ada, apakah sudah sesuai dengan

standar yang berlaku?

5. Apakah ada hambatan yang pernah dialami dalam pelaksanaan

pengurangan resiko pasien jatuh disini ? Apa saja ?

6. Bagaimana solusi dan tindakan yang dilakukan untuk menanggulangi

hambatan tersebut ?

7. Apa harapan anda terkait pengurangan pasien resiko jatuh disini untuk

ke depannya ?

III. Daftar Pertanyaan untuk Informan Panitia Mutu dan

Keselamatan Pasien Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Tanggal Wawancara :

b. Pertanyaan

Pertanyaan mengenai Identifikasi Pasien

1. Apa pengertian dari identifikasi pasien dalam sebelum proses

pemberian pelayanan?

2. Apa pentingnya identifikasi pasien saat sebelum pemberian pelayanan

kesehatan ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

113

3. Adakah kebijakan, panduan, SOP, peraturan yang mengatur

identifikasi pasien di ruang rawat inap?

4. Bagaimana isi SOP tentang identifikasi pasien di ruang rawat inap ?

5. Siapa saja petugas yang terlibat dalam identifikasi pasien di ruang

rawat inap?

6. Apakah pernah dilakukan upaya sosialisasi SOP atau panduan tersebut

kepada perawat pelaksana?

7. Pernahkah dilakukan evaluasi terkait pemahaman perawat terhadap

SOP dan implementasi atau kepatuhan staf dalam pelaksanaan

identifikasi pasien di ruang rawat inap ?

8. Apa saja kendala yang pernah diterima pada pelaksanaan identifikasi

pasien rawat inap?

9. Bagaimana solusi untuk menanggulangi kendala-kendala yang muncul

selama pelaksanaan identifikasi pasien tersebut?

10. Bagaimana harapan anda terkait pelaksanaan identifikasi pasien rawat

inap untuk kedepannya?

Pertanyaan mengenai komunikasi

1. Bagaimana sistem pelaksanaan komunikasi yang terjadi disini?

Apakah secara lisan atau tulisan?

2. Apakah pernah diadakan pelatihan terkait pelaksanaan komunikasi

efektif disini? Jika pernah, seperti apakah pelatihan yang dilaksanakan

tersebut?

3. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur tentang

komunikasi disini?

4. Bagaimana isi kebijakan atau SOP yang mengatur tentang komunikasi

tersebut ?

5. Bagaimana ketentuan sistem komunikasi antara dokter dan perawat

disini?

6. Teknik komunikasi yang bagaimana yang digunakan dalam

pelaksanaan komunikasi disini (oleh perawat dan dokter) ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

114

7. Dalam proses transfer pasien dari ruang rawat inap ke ruang rawat lain

atau sebaliknya, bagaimana proses komunikasi yang dilaksanakan

disini?

8. Apakah ada hambatan yang pernah dialami dalam pelaksanaan

komunikasi disini ?

9. Apa harapan anda terkait pelaksanaan komunikasi disini untuk

kedepannya ?

Pertanyaan mengenai menjaga kebersihan tangan (hand hygiene)

untuk mengurangi dan mencegah resiko infeksi nosokomial

1. Bagaimana pelaksanaan mencuci tangan disini ?

2. Apa saja sarana yang disediakan untuk pelaksanaan pengurangan dan

pencegahan resiko infeksi disini?

3. Apakah pernah diberikan pelatihan atau sosialiasi (khususnya untuk

perawat) terkait mencuci tangan disini?

4. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur tentang

hand hygiene disini?

5. Jika ada, bagaimana isi kebijakan atau SOP yang mengatur tentang

hand hygiene tersebut?

6. Menurut anda, apakah pelaksanaan hand hygiene disini sudah optimal?

Apa alasannya?

7. Apakah ada hambatan yang pernah dialami dalam pelaksanaan

menjaga kebersihan tangan (hand hygiene) disini ? Jika ada, apa saja

hambatan tersebut?

8. Bagaimana solusi yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan

tersebut?

9. Apa harapan anda terkait pelaksanaan hand hygiene disini untuk

kedepannya ?

Pertanyaan mengenai pengurangan resiko pasien jatuh

1. Bagaimana pelaksanaan pengurangan pasien resiko jatuh disini ?

2. Bagaimana penanganan terhadap pasien bila ditemukan pasien tersebut

termasuk ke dalam pasien resiko jatuh ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

115

3. Apakah pernah dilaksanakan pelatihan atau sosialiasi terkait

pengurangan resiko pasien jatuh disini? Jika pernah, seperti apakah

pelatihan yang diberikan?

4. Apakah ada kebijakan, panduan, atau SOP yang mengatur tentang

pasien resiko jatuh disini? Jika ada, apakah sudah sesuai dengan

standar yang berlaku?

5. Bagaimana isi kebijakan atau SOP yang mengatur tentang

pengurangan resiko pasien jatuh disini ?

6. Apakah ada hambatan yang pernah dialami dalam pelaksanaan

pengurangan dan pencegahan pasien resiko jatuh disini ?

7. Jika ada, apa saja hambatan yang pernah dialami?

8. Bagaimana solusi dan tindakan yang dilakukan untuk menanggulangi

hambatan tersebut ?

9. Apa harapan anda terkait pengurangan pasien resiko jatuh disini untuk

ke depannya ?

IV. Daftar Pertanyaan untuk Informan Pasien Rawat Inap Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan

a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Nomor RM :

b. Pertanyaan

1. Apa saja yang dilakukan perawat pada saat bapak/ibu pertama kali

masuk ruang rawat inap dan akan dirawat?

2. Apakah perawat pernah memberikan penjelasan tentang guna gelang

yang diberikan kepada bapak/ibu?

3. Apakah sebelum memberikan pelayanan (seperti memberikan obat,

mengambil darah/spesimen, dll) perawat memeriksa gelang anda

terlebih dahulu?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

116

4. Apa kekurangan dan kelebihan yang bapak/ibu rasakan selama dirawat

inap disini?

5. Apakah pada saat akan memberikan pelayanan perawat menjelaskan

secara rinci tentang diagnosa dan tindakan apa yang akan

dilaksanakan?

6. Pada saat perawat / dokter visit dan saat akan memberikan pelayanan,

apakah anda melihat perawat / dokter mencuci tangan sebelumnya ?

7. Apakah perawat sering mengecek kondisi anda ? (disesuaikan dengan

ciri, kondisi, dan kebutuhan pasien)

8. Apakah perawat pernah menanyakan riwayat pasien pernah jatuh atau

tidak pada pasien atau keluarga ?

9. Apakah perawat pernah memberikan penyuluhan tentang bagaimana

menjaga keamanan selama masa dirawat?

10. Apakah perawat mengenalkan alat bantu darurat kepada pasien dan

keluarga?

11. Apakah perawat selalu mengecek seluruh daerah yang dapat

menyebabkan jatuh, seperti kondisi kamar mandi misalnya?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

117

Lampiran 2. Standar SKP

Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien

Standar SKP I

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk

memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.

Maksud dan Tujuan Sasaran I

Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di

hampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi

pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami

disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/ lokasi di rumah sakit,

adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain.

Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu:

1. Pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima

pelayanan atau pengobatan; dan

2. Kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu

tersebut.

Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk

memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi

pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan

spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan

lain.

Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk

mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis,

tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor

kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi.

Kebijakan dan/ atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas

berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

118

unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma

tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan

kebijakan dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi

untuk dapat diidentifikasi.

Elemen Penilaian Sasaran I

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien

2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah

3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk

pemeriksaan klinis

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/

prosedur

5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang

konsisten pada semua situasi dan lokasi.

Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif

Standar SKP II

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas

komunikasi antar para pemberi layanan.

Maksud dan Tujuan Sasaran II

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang

dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan

keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.

Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah

diberikan secara lisan atau melalui telepon.

Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan

kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito

melalui telepon ke unit pelayanan. Rumah sakit secara kolaboratif

mengembangkan suatu kebijakan dan/ atau prosedur untuk perintah lisan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

119

telepon termasuk: mencatat (memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap

atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah

membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan

mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.

Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa

diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak

memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau

ICU.

Elemen Penilaian Sasaran II

1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil

pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.

2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan

kembali secara lengkap oleh penerima perintah.

3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau

yang menyampaikan hasil pemeriksaan.

4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan

komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.

Sasaran III : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Standar SKP III

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko

infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Maksud dan Tujuan Sasaran III

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam

tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi

pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

120

Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan

termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream

infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).

Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan

(hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO,

dan berbagai org internasional.

Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan

kebijakan dan/ atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand

hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di

rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran III

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene

terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO

Patient Safety).

2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.

3. Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait

pelayanan kesehatan.

Sasaran IV : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

Standar SKP IV

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko

pasien dari cedera karena jatuh.

Maksud dan Tujuan Sasaran IV

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien

rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang

disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh

dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

121

Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi

alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan

oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran IV

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko

jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi

perubahan kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka

yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.

3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan

cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.

4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

122

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penilitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PATIENT …

123

Lampiran 4. Surat Tanda Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA