pemanfaatan air sungai sebagai sumber energi listrik yang murah.docx
TRANSCRIPT
Pemanfaatan Air Sungai Sebagai Sumber Energi Listrik yang Murah –
Kali iniExcellent Two akan mencoba membagikan sebuah cara alternatif bagai mana untuk bisa mendapatkan energi listrik dengan murah tanpa mengandalkan pasokan energi listrik dari PLN.
Dengan cara apakah supaya lantgkah tersebut bisa berhasil. ?? Menurut saya kita harus memanfaat kan aliran air sungai yang berada di sekitar kita. Ya dengan menggunakan MIKROHIDRO lah salah satu caranya.
A. Pengertian
Energi air adalah energi yang telah dimanfaatkan secara luas di Indonesia yang dalam skala besar telah digunakan sebagai pembangkit listrik. Beberapa perusahaan di bidang pertanian bahkan juga memiliki pembangkit listrik sendiri yang bersumber dari energi air. Di masa mendatang untuk pembangunan pedesaan termasuk industri kecil yang jauh dari jaringan listrik nasional, energi yang dibangkitkan melalui sistem mikrohidro diperkirakan akan .tumbuh secara pesat
B. Potensi Air SungaiPotensi air sebagai sumber energi terutama digunakan sebagai penyedia energi listrik melalui
pembangkit listrik tenaga air maupun mikrohidro. Potensi tenaga air di seluruh Indonesia diperkirakan sebesar 75684 MW. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 100 MW ke atas dengan jumlah sekitar 800.
Banyaknya sungai dan danau air tawar yang ada di Indonesia merupakan modal awal untuk pengembangan energi air ini. Namun eksploitasi terhadap sumber energi yang satu ini juga harus memperhatikan ekosistem lingkungan yang sudah ada.
Pemanfaatan energi air pada dasarnya adalah pemanfaatan energi potensial gravitasi. Energi mekanik aliran air yang merupakan transformasi dari energi potensial gravitasi dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin atau kincir. Umumnya turbin digunakan untuk membangkitkan energi listrik sedangkan kincir untuk pemanfaatan energi mekanik secara langsung. Pada umumnya untuk mendapatkan energi mekanik aliran air ini, perlu beda tinggi air yang diciptakan dengan menggunakan bendungan. Akan tetapi dalam menggerakkan kincir, aliran air pada sungai dapat dimanfaatkan ketika kecepatan alirannya memada.
Pembangkit listrik mikrohidro mengacu pada pembangkit listrik dengan skala di bawah 100 kW. Banyak daerah pedesaan di Indonesia yang dekat dengan aliran sungai yang memadai untuk pembangkit listrik pada skala yang demikian. Diharapkan dengan memanfaatkan potensi yang ada di desa-desa tersebut dapat memenuhi kebutuhan energinya sendiri dalam mengantisipasi kenaikan biaya energi atau kesulitan jaringan listrik nasional untuk menjangkaunya.
PP 38 Tahun 2011 Tentang SungaiThursday, 20 September 2012 09:32 administrator
http://tasbul.blogdetik.com - Sumber daya air merupakan nikmat Tuhan YME yang tidak ternilai
harganya. Seluruh mahluk hidup yang ada dimuka bumi memerlukannya sebai salah satu sumber
kehidupan. Seiring perjalanan waktu, ketika populasi manusia kian hari kian bertambah, kebutuhan
akan air pun kian meningkat. Tapi disisi lain ketersediaan sumber daya air justru semakin berkurang.
Untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan sumberdaya air dan kebutuhan masayarakat akan
air, Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Mengingat vitalnya keberadaan sumber daya air, Undang-Undang ini mengamanatkan bahwa Sumber
daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dengan dasar penguasaan tersebut negara mengatur tentang hak guna air. Bagi perseorangan yang
menggunakan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk keperluan pertanian
rakyat yang berada dalam sistem irigasi dapat memperoleh hak guna air seluas-luasnya tanpa harus
memiliki izin.
Hak guna pakai air memerlukan izin apabila:
1. cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air;
2. ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar; atau
3. digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada
Sungai
Sebagai pelaksanaan dari UU nomor 7 tahun 2004, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai. Peraturan pemerintah ini mengatur mengenai
ruang sungai, pengelolaan sungai, perizinan, sistem informasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Sebagaimana hlanya sumber daya air yang lain, Sungai juga dikuasai oleh negara dan merupakan
kekayaan negara. Pengelolaan sungai dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan fungsi sungai yang berkelanjutan.
Perizinan
Setiap orang yang akan melakukan kegiatan pada ruang sungai wajib memperoleh izin. Kegiatan
dimaksud meliputi:
1. pelaksanaan konstruksi pada ruang sungai;
2. pelaksanaan konstruksi yang mengubah aliran dan/atau alur sungai;
3. pemanfaatan bantaran dan sempadan sungai;
4. pemanfaatan bekas sungai;
5. pemanfaatan air sungai selain untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat dalam
sistem irigasi yang sudah ada;
6. pemanfaatan sungai sebagai penyedia tenaga air;
7. pemanfaatan sungai sebagai prasarana transportasi;
8. pemanfaatan sungai di kawasan hutan;
9. pembuangan air limbah ke sungai;
10. pengambilan komoditas tambang di sungai; dan
11. pemanfaatan sungai untuk perikanan menggunakan karamba atau jaring apung.
Kewenang pemberian izin untuk masing-masing kegiatan tersebut diatas berbeda-beda. Perizinan
untuk kegiatan pada ruang sungai yang yang disebutkan mulai dari huruf a sampai dengan huruf f
diberikan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Sedangakan Izin huruf g diberikan oleh instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang transportasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, setelah mendapat
rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air.
Selanjutnya, Izin sebagaimana dimaksud huruf h diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya dalam bentuk Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
pemanfaatan aliran air dan pemanfataan air setelah mendapat rekomendasi teknis dari instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kehutanan kecuali untuk kawasan hutan yang
pengelolaannya telah dilimpahkan kepada badan usaha milik negara di bidang kehutanan.
Izin sebagaimana dimaksud dalam huruf i dan huruf j diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, setelah mendapat rekomendasi teknis dari pengelola
sumber daya air.
Instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perikanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, berwenang mengeluarkan izin sebagaimana dimaksud dalam huruf k,
setelah mendapat rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air.
Kewajiban
Pemegang izin kegiatan pada ruang sungai diwajibkan untuk:
1. melindungi dan memelihara kelangsungan fungsi sungai;
2. melindungi dan mengamankan prasarana sungai;
3. mencegah terjadinya pencemaran air sungai;
4. menanggulangi dan memulihkan fungsi sungai dari pencemaran air sungai;
5. mencegah gejolak sosial yang timbul berkaitan dengan kegiatan pada ruang sungai; dan
6. memberikan akses terhadap pelaksanaan pemantauan, evaluasi, pengawasan, dan pemeriksaan.
Sanksi
Setiap pemegang izin yang tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya dikenai sanksi administratif
oleh pemberi izin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Selain dikenai sanksi administrative, apabila pelaksanaan kegiatan pada ruang sungai yang dilakukan
oleh pemegang izin menimbulkan:
1. kerusakan pada ruang sungai dan/atau lingkungan sekitarnya, wajib melakukan pemulihan
dan/atau perbaikan atas kerusakan yang ditimbulkannya; dan/atau
2. kerugian pada masyarakat, wajib mengganti biaya kerugian yang dialami masyarakat.
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, setiap izin pemanfaatan sungai tetap berlaku
sampai dengan berakhirnya izin. Sedangkan permohonan izin pemanfaatan sungai yang sedang dalam
proses wajib disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991
tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3445) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Sedangkan semua
peraturan pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah ini (tasbul@120811)
PEMANFAATAN AIR SUNGAI PROGO UNTUK MEMENUHI
KEBUTUHAN AIR MINUM KABUPATEN SLEMAN
Siti Fatimah
Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl. Babarsari 44 Yogyakarta
email : [email protected]
V. Darsono
Program Studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta
email : [email protected]
V. Yenni Endang Sulistyawati
Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta
email : [email protected]
ABSTRAKSI
Masalah air yang berkembang di Yogyakarta saat ini adalah masalah kualitas dan kuantitas
yang tidak memenuhi syarat. Allternatif pilihan yang dapat dilakukan antara lain menambah
jumlah air bersih dengan mencari mataair baru, memperbaiki kondisi lingkungan, melakukan
pengolahan air dari sungai. Karena adanya otonomi daerah untuk Yogyakata bila tidak
mendapatkan mataair baru dapat menggunakan air sungai di DIY dengan pengolahan tertentu
sesuai dengan kualitas air yang ada atau membeli air dari Kabupaten Magelang yang masih
mempunyai kelebihan air.
Pada alternatif kedua dicoba dengan memanfaatkan air Sungai Progo. Pilihan ini dilakukan,
karena Sungai Progo merupakan muara dari banyak sekali sungai yang mengalir di lereng
Gunung Merapi antara lain Sungai Bebeng, Sungai Blongkeng, Sungai Krasak, dan lain - lain,
sehingga dapat diharapkan debit Sungai Progo di musim kemarau masih dapat diambil untuk
pemenuhan kebutuhan air bersih. Pemilihan lokasi untuk pengambilan di bagian hulu sungai
karena diharapkan belum banyak terpolusi, yaitu di Karangtalun, Kalibawang yang masuk DIY
mengingat adanya otonomi daerah. Kualitas air sungai dari Sungai Progo diperiksa untuk
mengetahui kemungkinan digunakan sebagai air bersih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kualitas air Sungai Progo cukup baik dan
dapat dipergunakan sebagai sumber air bersih karena hanya memerlukan sedikit proses
pengolahan. Dari serangkaian data pemeriksaan diperoleh bahwa hanya kekeruhan, Hg, Mn,
Pb, Cd, Cr+6 sedikit lebih besar dari syarat batas sehingga perlu dilakukan koagulasi,
pengendapan dan proses kimia untuk mengatasinya. Walaupun demikian untuk menjaga
kestabilan mutu air perlu dijaga kualitas ini dengan baik dan perlu dalam kala ulang waktu
dilakukan pemeriksaan untuk check terhadap kualitas air ini.
Kata kunci: masalah air, kualitas air Sungai Progo.
180
Volume 7 No. 2, Pebruari 2007 : 180 - 187
ABSTRACT
A safe water supply is critical to the survival of human life and its quality affect our health and
well being. Water quality is related to a safe healthy source of water. Physical and chemical
characteristic of water are determined qualitatively by these sence i.e. temperature, color,
turbidity, taste, odor, smell, the amount of Hg, Fe, Pb, etc.
Problem concerning water resource in Yogyakarta is unfulfilled needs for water both in
quantity. Amongst the alternative to solve the problem are look for new water spring, improve
the related environment condition, or to process water from the river.
In todays regional autonomy if new water sources can not be found then the available options
are to process water from rivers in Yogyakarta, or to purchase from Magelang Regency which
has over supply of water.
An alternative has examined is to be use the water of Progo river, chosen because the numerous
river which flow from Mt. Merapi to Progo river, amongst those river are Bebeng river,
Blongkeng river, Krasak river and others. Hence, it is expected that even during dry season the
river can still supply the water to fulfill the people need of fresh water. The upstream of the
river chosen as the intake because it is relatively free from pollution. The place is Karangtalun,
Kalibawang which belong to D.I.Yogyakarta. The quality of river water
then examined to access the possibility to be use as the source of freshwater.
The result of examination shows that the river water quality is adequate and can be used as
freshwater source because do not need too much processing. A series of data acquired shows
that turbidity, Hg, Pb, Cd, Cr a little bit higher than required and should be processed with
coagulation, sedimentation and some chemical processing to subdue it. How ever to keep the
consistent quality of water, this should be maintained and periodical examination should be
done to ensure the quality of water.
Keywords: water problems, quality of Progo river
1. PENDAHULUAN
Masalah air yang saat ini dihadapi DIY timbul selain karena adanya pertambahan
penduduk juga karena banyaknya kerusakan lingkungan yang telah menghambat siklus
hidrologi, sehingga kuantitas air permukaan menjadi air tanah sangat berkurang. Masalah air
di DIY ini ditandai dengan semakin berkurangnya debit mata air, semakin besarnya
perbandingan antara debit maksimum dengan debit minimum sungai, kualitas air yang
semakin buruk, dan lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan air di DIY ini antara lain dapat membeli air dari Kabupaten
Magelang, mencari mata-air baru, atau melakukan daur ulang air dari sungai. Pada cara
pemanfaatan daur ulang air sungai menjadi air bersih dipilih Sungai Progo karena sungai ini
merupakan muara dari Sungai Bebeng, Sungai Blongkeng, Sungai Krasak, dan lain-lain,
sehingga dapat diharapkan debit Sungai Progo di musim kemarau masih dapat diambil untuk
pemenuhan kebutuhan air bersih. Sedang pemilihan lokasi untuk pengambilan di bagian hulu
agar masih dapat dilakukan dengan sistem gravitasi dan diharapkan polusi belum banyak.
Pengambilan air juga diusahakan di daerah yang masuk wilayah DIY karena bila pengambilan
air di Kab. Magelang karena adanya otonomi daerah harus ada ijin dari Pem.Da. Kab.
Magelang. Pengambilan air dilakukan di Karangtalun, Kalibawang, DIY.
Pemanfaatan Air Sungai Progo Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Minum Kabupaten Sleman
(Siti Fatimah, V. Darsono, V. Yenni Endang Sulistyawati)
181
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Macam-Macam Badan Air
a. Badan air golongan A, yaitu badan air yang airnya digunakan sebagai air minum tanpa
pengolahan yang berarti.
b. Badan air golongan B, yaitu badan air yang airnya dapat digunakan sebagai air baku
untuk diolah sebagai air minum dan dapat digunakan untuk keperluan lain, tetapi tidak
memenuhi golongan A
c. Badan air golongan C, yaitu badan air yang airnya digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan, dan dapat digunakan untuk keperluan lain, tetapi tidak
memenuhi golongan A dan B.
d. Badan air golongan D, yaitu badan air yang airnya digunakan untuk keperluan
pertanian dan keperluan lain, tetapi tidak memenuhi golongan A, B dan C.
e. Badan air golongan E, Yaitu badan air yang tidak memenuhi kualitas air golongan A,
B, C dan D .
Baku mutu air bersih untuk Yogyakarta harus sesuai dengan SK. Gubernur Kepala Daerah
Istimewa Yogyakarta No. 214/KPTS/1991 tentang Standart Baku Mutu Air Badan Air
Golongan B
2.2. Persyaratan Air
Sumber air minum secara umum harus memenuhi syarat:
a. Persyaratan fisik:
1) Jernih, tidak keruh oleh butiran-butiran koloidal
2) Tidak berwarna, berbau dan tidak mengandung padatan
3) Temperatur sama dengan temperatur udara.
b. Persyaratan kimia
1) Derajat keasaman pH netral dan kesadahan rendah
2) Tidak mengandung bahan bahan organik dan kimia beracun (sianida sulfida, dan
lain-lain)
3) Tidak mengandung garam dan ion-ion logam melebihi batas bakumutu
4) Persyaratan mikrobiologis, tidak ada bakteri patogen dan non patogen.
2.3. Pencemaran Kimia
a. Air raksa / merkuri (Hg)
Air dapat tercemar merkuri dari alam atau oleh kegiatan pemisahan emas secara
tradisional. Dalam air ikan tidak akan teracuni oleh merkuri, tetapi manusia yang
memakan ikan yang mengandung merkuri akan teracuni. Kandungan merkuri dalam
air tidak boleh melebihi 5 mg/l.
b. Arsen, bila melebihi batas merupakan racun, chronic effect, bersifat karsinogik pada
kulit, hati dan saluran empedu melalui makanan.
c. Besi (Fe), salah satu unsur yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh, tetapi bila > 1
ppm menimbulkan bau dan rasa tidak enak, warna air akan kemerahan oksida besi
baik dalam senyawa ferri atau ferro akan dapat merusak saringan air dan pelunak
resin. dan dapat mempengaruhi kesehatan ginjal.
d. Klorida (Cl)
Kandungan Cl dalam air yang lebih dari 100 mg/l akan memberikan rasa tidak enak
pada air minum dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Cl yang terikat pada kaporit
182
Volume 7 No. 2, Pebruari 2007 : 180 - 187
digunakan sebagai desinfektan. Kadar yang tinggi larutan kaporit dapat memutihkan
tekstil. Dosis maksimum untuk pertanian 200 mg/l.
Mangan (Mn)
Kadar Mn dalam air harus < 0,1 mg/l, karena menyebabkan air berwarna coklat
kehitaman. Kadar Mn yang > 0,5 mg/l air minum berasa logam.
Nitrit
Dalam dosis > 0,5 ppm berakibat serupa dengan dosis besar pada nitrat.
Nitrat
Nitrat terjadi oleh reaksi lanjut dari nitrit, kadar kandungan nitrat > 45 mg/l
menyebabkan terganggunya darah bayi yang dikenal dengan nama blue baby, Batas
ambang yang diijinkan = 0,1 - 1 mg/l. Pada kadar 15 – 250 ppm dapat menyebabkan
methemogloinemia (terhalangnya perjalanan oksigen dalam tubuh) pada bayi melalui
air yang dicampur susu.
Timbal/timah hitam (Pb)
Timbal tidak boleh ada dalam air > 0,05 mg/l, karena sangat toksid dan bersifat
mematikan bagi yang meminumnya. Biasanya timbal larut dalam air karena ada pada
peralatan penyalur air yang terbuat dari timbal.
e.
f.
g.
h.
Apabila kualitas air sungai tidak memenuhi syarat baku mutu, maka dapat ditentukan
proses yang harus dilakukan agar kualitas air memenuhi syarat.
2.4. Cara Pengolahan Air
Dikenal beberapa macam cara pengolahan air, dan umumnya proses ini tidak
dilaksanakan tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi kombinasi. Sebagai contoh, bila kondisi air
keruh, karena terlalu banyak kolloid, harus dilakukan salah satu dari beberapa cara, misalnya
dengan cara fisika dengan filtrasi, pengendapan, absorbsi atau cara kimia seperti penggunaan
tawas, kapur,dan lain-lain.
a. Berdasar karakteristiknya.
1) Proses fisika ( mekanik) penyaringan, pengendapan dan pengapungan.
2) Proses kimia, dilakukan dengan bahan kimia bahan pencemar. hilang
3) Proses biologi, menghilangkan polutan menggunakan mikro organisme.
b. Berdasar tingkat perlakuan
1) Pengolahan pendahuluan (pre treatment) dilakukan bila banyak padatan terapung
atau melayang dalam air berupa saringan kasar, bak penangkap lemak, bak
pengendap pendahuluan dan septik tank
2) Pengolahan tahap I (primary treatment), untuk memisahkan bahan-bahan padat
ukuran cukup kecil, pada cara kimia dengan koagulasi, netralisasi dan cara fisika
sedimentasi, flotasiatau pengapungan)
3) Pengolahan tahap II (secondary treatment), biasanya menggunakan proses biologi
seperti bak aerob, an aerob, lumpur aktif.
4) Pengolahan tahap III (tertiary treatment), bila ada beberapa zat yang
membahayakan untuk menghilangkan polutan (misal Fe, Mn dengan proses
khusus, misalnya dengan menggunakan karbon aktif.
5) Pengolahan tahap IV, pembunuhan kuman, bila limbah cair mengandung bakteri
patogen dengan gas khlor, Na hipokloride atau kaporit :
Pemanfaatan Air Sungai Progo Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Minum Kabupaten Sleman
(Siti Fatimah, V. Darsono, V. Yenni Endang Sulistyawati)
183
Dengan gas khlor
Garam Na hipoklorida :
Kaporit
:
Cl2 + H2O
H O Cl
Na O Cl
:
Ca(O Cl)2
O Cl- + H+
H O Cl + H+ + Cl –
H+ + O Cl -
Na+ O Cl –
Ca+ + 2 O Cl-
H O Cl
H O Cl dan O Cl – disebut khlor bebas, free available chlorine dengan daya bunuh kuman
oleh H O Cl = 40 – 80 kali lebih besar dari OCl-
Untuk beberapa kadar logam yang diperiksa melebihi batas ambang, perlu dilakukan
proses kimia, misalnya untuk Hg yang melebihi batas dapat ditambahkan NaCl, tetapi hasil
endapannya tidak boleh dibuang begitu saja karena akan meracuni lingkungan. Untuk bakteri
koli yang terkandung cukup diatasi dengan memasak airnya agar bakteri koli tersebut mati.
Untuk kandungan zat besi (Fe) yang melebihi batas baku mutu harus dilakukan
perlakuan sebagai berikut :
1. Oksidasi
Oksidasi dapat dilakukan dengan menggunakan oksigen (aerasi), klorin, klordioksida,
pottasium permanganat, atau ozon.
a. Aerasi
Aerasi menghilangkan rasa dan bau (yang disebabkan hidrogen sulfida & komponen
organik) dgn oksidasi/valatilisasi, mengoksidasi Fe dan Mn, transfer O2 ke dalam air
dan membebaskan volatil gas dari dalam air.
Oksidasi Fe dapat berjalan dengan baik pada pH 7,5 - 8 dalam waktu 15 menit.
Endapan besi yang terbentuk dapat dihilangkan dengan koagulasi dan filtrasi. Aerasi
mampu mengendapkan besi jika tidak ada zat organik jenis humic & fulvic acid (jika
ada zat tersebut akan membentuk senyawa kompleks dengan besi yang tidak dapat
mengendap secara sempurna setelah aerasi, dan biasanya ikatan kompleks ini
berwarna, selain itu memperlambat proses oksidasi).
b. Klorinasi
Klorin digunakan karena memiliki kecepatan oksidasi lebih besar dari aerasi, dan
mampu mengoksidasi besi yang berikatan dengan zat organik, tapi kecepatan oksidasi
berkurang. pH yang baik pada 8 - 8,3 oksidasi besi membutuhkan waktu 15-30 menit
jika dalam air baku mengandung amonia menyebabkan terbentuknya kloramin
sehingga laju oksidasi berkurang. Keefektifan oksidasi dipengaruhi kehadiran bahan
organik (ex. asam humic dan asam fulvic). Pada oksidasi besi, bahan organik
menggunakan kebutuhan sebagian klorin dan dapat juga membentuk besi organic
kompleks, sehingga memberi efek yang kurang baik pada proses oksidasi. Klorin
mengoksidasi bahan organik humic dan fulvic acid membentuk trihalomethan yag
bersifat koarsinogenik. Selama proses oksidasi klorin, sisa klorin seharusnya dijaga
sampai pada proses berikutnya untuk mencegah penurunan kondisi yang dapat
menyebabkan terlarutnya kembali endapan. Pada umumnya proses standar penurunan
Fe dan Mn menggunakan koagulasi dengan alum, flokulasi, pengendapan, dan filtrasi
dengan didahului proses preklorinasi. Dosis sisa klor yang dianjurkan minimum
0,5mg/l.
184
Volume 7 No. 2, Pebruari 2007 : 180 - 187
c. Klordioksida
Klordioksida adalah oksidan kuat yang secara efektif mengoksidasi Fe dan Mn yang
berikatan dgn zat organik. Klordioksida merupakan gas yang tdk stabil & mudah
meledak. pH yang diperlukan untuk reaksi oksidasi besi minimum 7, Secara teoritis
1mg/l klordioksida mampu megoksidasi 0,83 mg/l besi dan 0,41mg/l. Penggunaan
klordioksida lebih mahal sekitar 5x lipat dibandingkan dengan klorin.
d. Pottasium Permanganat
Merupakan oksidan kuat, waktu oksidasi 5 - 10 menit pd pH 7,0. Secara teoritis 1mg/l
KMnO4 mengoksidasi 1,06 mg/l besi dan 0,52 mg/l mangan. Proses oksidasi akan
lebih efektif jika ada penambahan klorin sebelumnya. Penggunaan oksidan ini lebih
mahal, namun tidak menghasilkan trihalomethan jika digunakan untuk mengoksidasi
bahan organik.
e. Ozonisasi
Ozon dapat digunakan untuk mengoksidasi Fe & Mn dengan kecepatan oksidasi yang
tinggi. Secara teoritis untuk mengoksidasi 2,3 mg/l Fe dan 1,15 mg/l diperlukan 1mg/l
ozon. Dosis ozon yang berlebih di reservoir akan membentuk pottasium permanganat
yang menyebabkan air berwarna merah muda.
2. Ion Exchange
Cara ini mahal dan tidak disarankan
3. Mangan Zeolite Filtration
Zeolit adalah pasir hijau dilapisi mangan. Setiap butir pasir dilapisi dengan asam- besi dan
mangan. Tipe media filter ini adalah bentuk dari ion exchange yang biasa digunakan di
industri. Proses ini membutuhkan penambahan potasium permanganat pada influent filter
secara kontinu, yang berfungsi untuk mengoksidasi besi dan mangan serta berfungsi untuk
regenerasi media filter. Dosis pottasium permanganat harus benar2 tepat karena sisa
pottasium permanganat menyebabkan air berwarna merah muda. Disisi lain, dosis yang tepat
akan memungkinkan lolosnya mangan di effluen filter. Pada kasus pengolahan air tanah,
zeolit lebih baik ditempatkan pada filter bertekanan daripada filter gravitasi karena untuk
menjaga tekanan discharge dari pompa sumur. Perencananan seperti ini menghemat biaya
pemompaan dan backwash menggunakan air dari effluent filter lain.
4. Lime Softening
Besi dan mangan lebih efektif dihilangkan dengan proses pelunakan karena dapat membuat
pH menjadi 9,5 yang merupakan kondisi yang baik untuk oksidasi Fe dan Mn. Berdasarkan
hubungan pH dengan kelarutan 83% besi mengendap pd pH 8,4 dan pada pH 8,8 - 9,6 besi
akan mengendap 92% - 100%. Mn akan mengendap maks pd Ph 9,4 - 9,8 sebanyak 98-100%.
Lime softening akan lebih efisien jika didahului dengan proses aerasi.
Bila dalam air mengandung Cr+6 , sebelum diendapkan sebagai Cr(OH)3 terlebih dahulu
direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor FeSO4, SO2 atau
Na2S2O5 Krom hidroksida yang telah mengendap dapat disaring dengan membran reverse
osmosis.
Pemanfaatan Air Sungai Progo Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Minum Kabupaten Sleman
(Siti Fatimah, V. Darsono, V. Yenni Endang Sulistyawati)
185
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan ini yang diminta pada Laboratorium Penguji Balai Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta adalah pemeriksaan untuk kualitas air bersih, dalam pembahasan ini
batas maksimum syarat yang diijinkan sudah disesuaikan untuk batas air bersih seperti yang
direncanakan pada penelitian ini. Hasil pemeriksaan laboratorium dibandingkan syarat batas
air bersih yang ditentukan diperoleh data yang tidak memenuhi syarat, adalah:
- Fe = 0,999 ppm mendekati batas 1 ppm.
- Zat padat terlarut = 2700 ppm > 1000 ppm
- Hg
= 0,0077 ppm > 0,05 ppm
- Pb
= 0,0913 ppm > 0,05 ppm
- Cr+6 = 0,2133 ppm > 0,05 ppm
- Bakteri koli = 1898 > 0
- Koli tinja = 494 > 0
Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh data beberapa unsur yang terkandung
dalam air Sungai Progo yang diperiksa melebihi syarat batas:
a. Kadar Fe
Sesuai dengan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka Fe yang melebihi batas
dapat diatasi dengan aerasi, pengendapan, dan lain-lain. Dari uraian pada tinjauan
pustaka tampak dari beberapa pilihan yang paling mudah dan murah adalah
pengendapan dan aerasi.
b. Air raksa (Hg)
Dalam hal ini perlu dilakukan proses kimia agar logam berat tersebut mengendap.
Untuk menghurangi kadar air raksa (Hg) dapat ditambahkan NaCl, tetapi endapan
yang dihasilkan tidak boleh dibuang begitu saja karena akan meracuni lingkungan.
c. Bila dalam air mengandung Cr+6, sebelum diendapkan sebagai Cr(OH)3 terlebih
dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor FeSO4, SO2
atau Na2S2O5 Krom hidroksida yang telah mengendap dapat disaring dengan
membran reverse osmosis.
Kekeruhan yang melebihi batas diolah dengan tawas dan kadar tawas ditentukan
dengan percobaan jar test dengan dengan kadar tawas sebagai berikut:
Percobaan untuk penentuan kadar tawas yang harus digunakan pada kedua contoh adalah
sebagai berikut:
Pada percobaan jar test untuk sampel I dan II, dengan kekeruhan 2700 dicoba
beberapa tawas untuk terbentuknya koagulasi yang baik dengan membandingkan hasil yang
paling optimal. Hasil menunjukkan kadar optimum tawas untuk sampel I yang dicoba =1 ppm
berarti memerlukan 86,4 mg/hari untuk debit 1 l/dtk dan sampel II kadar tawas = 3 ppm.
Bakteri koli dengan jumlah > 1898 MPN/100ml dan coli tinja = 494 MPN/100 ml,
keduanya melebihi batas standar. Bakteri koli menurut standar tidak boleh ada, tetapi hal ini
tidak terlalu masalah karena bakteri koli ini akan mati apabila dimasak. Untuk ini perlu
disosialisasikan kepada pengguna air mengenai kualitas air ini.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kualitas air Sungai Progo tidak selalu konstan, namun masih bisa digunakan untuk air
bersih setelah melalui proses sesuai kandungan yang ada sebelum diberikan ke
konsumen
2. Kualitas air Sungai Progo perlu dijaga kelestariannya agar dapat membantu mengatasi
masalah air bersih, terutama diwaktu yang akan datang. Setiap intdustri yang
186
Volume 7 No. 2, Pebruari 2007 : 180 - 187
membuang air ke Sungai Progo harus melalui pengolahan limbah terlebih dahulu agar
tidak menimbulkan polusi.
3. Dengan adanya pemeriksaan ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi Sleman
disarankan menggunakan air Sungai Progo daripada membeli air bersih dari Kabupaten
Magelang.
4. Disarankan daerah yang akan mendapat air mempertimbangkan jarak daerah yang akan
dialiri.
DAFTAR PUSTAKA
Kep. Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, No. 214/KPTS/1991, Bakumutu
Lingkungan Daerah untuk Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kusnaedi, 2004, Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum, PT Rineka Cipta,
Jakarta
Raswari, 1986, Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpiapaan, UI Press, Jakarta.
Totok Sutrisno, 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT Rineka Cipta, Jakarta
Pemanfaatan Air Sungai Progo Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Minum Kabupaten Sleman
(Siti Fatimah, V. Darsono, V. Yenni Endang Sulistyawati)
Infrastruktur Pemanfaatan Air SungaiDenpasar (Bali Post) -
Krisis air bersih merupakan ancaman serius bagi Bali. Diprediksikan pada tahun 2015 mendatang Bali
akan mengalami kekurangan pasokan air bersih hingga 1.500 liter per detik. Guna mengantisipasi
krisis air bersih itu tidak sampai menjadi kenyataan, Pemprov Bali dan pemkab/pemkot se-Bali
didesak secepatnya membangun infrastruktur untuk memanfaatkan air sungai yang terbuang sia-sia
ke laut. Dengan kata lain, Bali tidak boleh lagi sepenuhnya menggantungkan pasokan air bersih dari
pengeboran air bawah tanah karena sangat potensial merusak lingkungan Bali.
Demikian disampaikan anggota DPRD Bali I.B. Gede Udiyana dan Ketut Kariyasa Adnyana, Kamis (1/9)
kemarin. Menurut mereka, krisis air bersih itu terjadi akibat pesatnya peningkatan pertumbuhan
perumahan dan jumlah kamar di hotel. Kondisi ini jelas akan menimbulkan konsekuensi melonjaknya
kebutuhan air bersih. Ironisnya lagi, tidak sedikit dari mereka memanfaatkan air bawah tanah untuk
memenuhi kebutuhan air bersih itu, sehingga turut andil mempercepat kerusakan lingkungan Bali.
''Ke depan, pemanfaatan air bawah tanah itu wajib dibatasi, bahkan bila perlu dihentikan. Sebagai
gantinya, pemerintah daerah di Bali sudah harus memusatkan perhatian untuk memanfaatkan air
permukaan seperti air sungai yang selama ini terbuang sia-sia ke laut. Agar air permukaan itu bisa
dimanfaatkan sebagai sumber air bersih, tentu saja pemerintah daerah di semua tingkatan di Bali
wajib membangun infrastruktur untuk mengolah air permukaan tersebut sehingga kualitasnya
memenuhi persyaratan untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,'' sarannya.
Kariyasa Adnyana menambahkan, sebenarnya cukup banyak air bersih yang bersumber dari sungai
terbuang sia-sia ke laut seperti yang terjadi di Sungai Unda, Petanu, Oos, Ayung, Penet dan
sebagainya. Potensi yang saat ini sudah dimanfaatkan hanya potensi Sungai Badung dengan estuari
dam di Suwung, Denpasar Selatan.
Estuari dam itu bisa menyiapkan air yang cukup besar untuk menutupi kebutuhan air di wilayah Nusa
Dua. Dikatakan, kapasitas estuari dam itu sebenarnya bisa mencapai 900 liter per detik. Mengingat
keterbatasan infrastruktur, potensi yang bisa dimanfaatkan baru sekitar 300 liter per detik.
Sedangkan potensi air yang terbuang sia-sia ke laut di Sungai Unda diperkirakan mencapai 1.800 liter
per detik dan potensi Sungai Penet yang terbuang mencapai 300 liter per detik. (kmb13)
Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air.Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi. Sebagai tempat penampungan air maka sungai dan situ mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami maupun antropogenik. Sebagai contoh pencemaran sungai dan situ dapat berasal dari (1) tingginya kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan pertanian, penambangan, konstruksi, pembukaan lahan dan aktivitas lainnya; (2) limbah organik dari manusia, hewan dan tanaman (3) kecepatan pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitasindustri yang membuang limbahnya ke perairan. Ketiga hal tersebut merupakan dampak dari meningkatnya populasi manusia, kemiskinan dan industrialisasi. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya, perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana.Berdasarkan pemanfaatannya, sungai dan situ digunakan untuk keperluan rumah tangga, usaha perikanan, pertanian, peternakan, industri, pelayaran rekreasi, pembangkit listrik, penampung air serta di beberapa tempat digunakan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga dan industri. Secara langsung maupun tidak langsung sungai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk keperluan hidup dan sebagai tempat pembuangan bahan-bahan sisa.Jenis dan bobot dampak pembangunan terhadap lingkunan perairan selain dipengaruhi oleh kondisi alam (seperti topografi, geologi, fisiografi, klimatologi dan hidrografi) ditentukan pula oleh jenis dan macam kegiatan, teknologi yang digunakan, keanekaragaman kegiatan, intensitas dan kepadatan kegiatan dan laju perubahan yang terjadi di suatu daerah aliran sungai dimana perairan itu berasal atau berada. Lingkungan perairan terdiri dari komponen abiotik (komponen tidak hidup) dan biotik (biota hidup). Kedua komponen itu saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara (untrien). Resultan interaksi dari kedua komponen itu berupa kualitas air. Apabila interaksinya berubah atau terganggu, maka kualitas air dari lingkungan perairan itu berubah pula. Sehingga aktivitas manusia akan mempengaruhi lingkungan air permukaan.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2258803-manfaat-sungai-dan-situ/#ixzz28Juzy6t7
PENGARUH AIR SUNGAI TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA
Air merupakan sumber kehidupan. Ini berarti banyak mahluk hidup yang tidak dapat tumbuh dan berkembang karena kekurangan air. Adapun manfaat sungai sebagai salah satu bentangan perairan darat, mulai dari yang sederhana seperti keperluan minum, mandi, dan mencuci, hingga kebutuhan yang lebih kompleks, seperti:
a) Irigasi atau pengairanKhususnya di daerah kering orang membutuhkan air untuk mengairi sawah. Dalam sistem pertanian intensif sekarang ini, di daerah basah pun perlu pengairan agar diperoleh hasil yang lebih menguntungkan.
b) Sumber tenaga Di daerah industri yang kondisinya memungkinkan, air dimanfaatkan sebagai penggerak turbin yang dihubungkan dengan generator, sehingga menghasilkan pembangkit tenaga listrik (PLTA).
c) Keperluan domestikAir dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer rumah tangga, seperti air minum, memasak, mencuci, mandi. Bahkan bagi masyarakat kota, air juga dipergunakan untuk menyiram tanaman dan rumput hias di halaman.
d) Sebagai sumber penghasil bahan makanan mentahDi sungai terdapat bermacam-macam ikan, udang, dan sebagainya yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan.
e) IndustriSebagian besar industri, terutama di daerah perkotaan air juga sangat penting sebagai pencuci bahan dasar, pencair, atau pelarut bahan.
f) TransportasiSejak zaman dahulu, manusia telah memanfaatkan air sebagai sarana perhubungan. Sebab, hingga sekarang transportasi di perairan relatif lebih murah.
g) Rekreasi dan olah ragaDi sungai-sungai atau danau orang mengadakan rekreasi dan sekaligus merupakan sarana olah raga, seperti berenang, dayung, arung jeram, selancar angin, dan sebagainya
POLA ALIRAN SUNGAI
Aliran sungai akan menyusun pola tertentu yang disebut pola aliran sungai. Pola aliran sungai dipengaruhi oleh struktur geomorfologi dan geologi daerah yang dilaluinya. Pola aliran sungai yang dijumpai antara lain sebagai berikut:
a) Pola dentritis, yaitu pola aliran yang anak-anak sungainya bermuara pada sungai induknya secara tidak teratur yaitu membentuk sudut yang berlain-lainan besarnya dan tidak tentu besarnya. Pola ini terdapat di 232daerah yang menunjukkan tidak adanya pengaruh struktur. Pola ini sering terdapat pada batuan yang horizontal (mendatar).
b) Pola memusat (centripetal), yaitu pola aliran yang memusat ke suatu depresi, seperti cekungan, kawah, dan sebagainya
c) Pola menyebar radial (centrifugal), yaitu pola aliran yang tersebar dari suatu puncak, seperti pada kubah, gunung berapi, bukit terpencil.
d) Pola trellis, yaitu sungai yang memperlihatkan letak yang paralel. Anakanak sungainya bergabung secara tegak
pada sungai yang paralel (sejajar) tadi. Pola ini terjadi di daerah dengan struktur lipatan.
e) Pola aliran rektangular. Pada pola ini, sungai induk dengan anak-anak sungainya membelok dengan membentuk sudut 90°. Pola aliran ini terdapat di daerah patahan
f) Pola annular. Pola ini terdapat pada kubah yang telah mengalami pengirisan yang lebih lanjut dan dikelilingi oleh lapisan yang berganti antara yang keras dan yang lunak. Pada keseluruhannya pola ini hampir membentuk cincin.
g) Pola aliran pinnate. Pola ini menunjukkan kecuraman lereng yang besar.
Sumber: http://id.shvoong.com/books/dictionary/2261330-manfaat-sungai-dan-bentuk-pola/#ixzz28K2o0bfu