pemanfaatan modal sosial dlm tsunamai.pdf
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM REKONSTRUKSI SOSIAL EKONOMI PASCA GEMPA BUMI DAN
GELOMBANG TSUNAMI
(Studi Kasus Pada Pelaksanaaan Credit Union BSP Makmur Ratana di Kuta Geulumpang Kec. Samudra Gedong kabupaten Aceh Utara )
TESIS
OLEH :
Mauludi
NIM 047024008/SP
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
1
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfatan modal sosial dalam rekonstruksi sosial ekonomi melalui Credit Union bagi korban bencana tsunami. Dalam penelitian ini difokuskan pada pelaksanan Credit Union BSP Makmur Ratana yang beroperasi pada wilayah kampung Geulupang.
Tipe penelitian ini adalah deskriptif .Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Kuta Geulumpang Adapun pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah mengingat bahwa Kuta Geulumpang Kecamatan Samudra Gedung Kabupaten Aceh Utara yang merupakan salah satu wilayah yang terkena bencana Tsunami yang sedang dalam tahap rekonstruksi. Untuk memenuhi kebutuhan akan data dan informasi untuk kebutuhan penelitian ini dipergunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan tipe penelitian. Metode pengumpulan data menggunakan teknik, interview, observasi dan studi dokumentasi.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan keberhasilan rekayasa modal sosial dalam membentuk lembaga keuangan swadaya masyarakat (Credit Union) dimana pembentukan Credit Union telah berhasil mengembangkan potensi ekonomi masyarakat Geulumpang dan juga telah mampu mendongkrak perkembangan dunia usaha masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa orang miskin bukan hanya perlu uang saja untuk keluar dari keadaannya yang miskin itu. Yang diperlukan adalah pembinaan dan pendampingan. Pembinaan dan pendampingan tersebut tersedia oleh.Credit Union bukan hanya berperan sebagai lembaga simpan pinjam, tetapi juga mendidik dan menyejahterakan anggotanya dalam banyak hal. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus berperan lebih aktif dalam mengembangkan Credit Union . Seharusnya lebih ditingkatkan lagi peran serta pemerintah dalam mensukseskan Credit Union di Indonesia dalam bentuk: bantuan, motivasi, pendampingan, pembinaan dan pelatihan.
Kata kunci : modal social, rekonstruksi social ekonomi
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
3
ABSTRACT
The aim of this research is to acknowledge the profitable sosial capital in
reconstruction sosial economic by Credit Union program for victim of Tsunami disaster. The focus of this research is the implementation of program Credit Union BSP makmur Ratana that was operatein Kampung Geulumpang.
The type of this research is descriptive. The location of research was
doing in Kuta geulumpang. The reason to choose this location by consideration that Kuta Geulumpang, Kecamatan samudera Gedung kabupaten Aceh Utara was the one of the reconstruction area pasca natural disaster (tsunami). The data was collect by , interview, observation (perseption) and documentation study.
The result of this research show the successfully of profitable of sosial capital to build an finance foundation by Credit Union, where the Credit Union support the expand of economic potension of Geulupang people, and other side to grow up the trade and business society. Based on the results of this research it can be concluded that the poor do not just need money to be relieved of their situation. What is needed is both cultivation and guidance. This cultivation and guidance is provided by credit cooperatives. Not only do credit cooperatives play a role as a credit institution, but also educate and enhance the welfare of their members in a variety of ways. Because of this the Indonesian people should be providing encouragement, cultivation and financial aid in order to continue the success of credit cooperatives in Indonesia
Key word : Social capital, social economic reconstruction
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan kekuatan sehingga
penulis dapat menyelesaiakan penyususnan tesis ini dengan judul “
PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM REKONSTRUKSI SOSIAL
EKONOMI PASCA GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI (Studi
Kasus Pada Pelaksanaaan Credit Union BSP Makmur Ratana di Kuta
Geulumpang Kec. Samudra Gedong kabupaten Aceh Utara)
Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang dengan keiklasan hati telah banyak memberikan bantuan moril dan
materil untuk kelancaran studi dan penulisan tesis ini, yaitu :
1. Bapak Prof.Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, DSAK, selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Ir. Chairun Nisa, B. Msc, MS., selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Dr. Subhilhar, MA, selaku Ketua Program Magister Studi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. Badaruddin, M.Si selaku dosen Pembimbing I, yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam
penyelesaian tesis ini
5. Bapak Drs. Irfan, M.Si, selaku dosesn Pembimbing II, yang telah
memberikan waktu dan pemikiran dalam penyelesaian tesis ini
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
5
6. Para pengurus dan staff BSP MAKMUR Ratana yang telah memberikan
dukungan dan bantuan guna kelancaran studi ini.
7. Segenap civitas akademika, terutama dosen dan staff sekretariat Sekolah
Pasca Sarjana Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan pelayanan akademik dan administratif guna kelancaran studi
ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut andil dan memberi bantuan
langsung maupun tidak langsung, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan atas segala saran dan
kritik untuk penyempurnaan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2008
Penulis
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
6
DAFTAR ISI
HALAMAN BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
1.3 . Manfaat Penelitian .................................................................... 7
1.3. Kerangka Pemikran ................................................................... 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Modal Sosial ............................................................................. 11
2.2. Rekonstruksi sosial ..................................................... 23
2.3. Pemberdayaan masyarakat ......................................................... 25
2.4. Koperasi Sebagai Penjelmaan Ekonomi Kerakyatan................. 36
2.5. Credit Union............................................................................... 46
BAB III METODE PENELTIAN .................................................................. 50
3.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 50
3.2. Defenisi Konsep ...................................................................... 50
3.5. Informan .................................................................................. 51
3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 51
3.6 Lokasi Penelitian ...................................................................... 51
3.7. Teknik Analisis Data................................................................ 51
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 53
4.1. Sejarah Desa Kuta Geulumbang ............................................... 53
4.2. Rekayasa Modal Sosial Sebagai Pondasi
Pembentukan Credit Union......................... ............................... 59
4.3.Credit Union Sebagai Alternatif Rekonstruksi
Sosial Ekonomi Masyarakat ...................................................... 67
4.4. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Credit Union ............ 75
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN ............................................................................. 77
SARAN ......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Permasalahan
Pasca bencana gempa bumi dan gelombang tsunami telah membawa pada
kondisi yang sangat memprihatinkan dengan melihat kerusakan fisik yang sangat
parah di propinsi NAD dan Sumatera Utara. Penderitaan masyarakat Aceh yang
demikian lama akibat konflik bersenjata yang panjang, ditambah lagi dengan
bencana gempa dan tsunami, telah menempatkan mereka pada posisi yang
semakin terpuruk. Dengan kata lain pembangunan kembali masyarakat Aceh
harus dilakukan dengan membangun (kembali) prakondisi yang diperlukan agar
Aceh bangkit. Demikian halnya masyarakat pulau nias Propinsi Sumatera Utara
yang mengalami bencana dapat segera memulihkan kondisi sosial ekonominya.
Berbagai infrastruktur sosial dan ekonomi, terutama yang berada di
wilayah perkotaan mengalami kerusakan berat/hancur. Diperkirakan akibat gempa
tersebut 90% masyarakat, terutama di perkotaan mengalami kehilangan mata
pencaharian. Pasca gempa, banyak program bantuan masuk ke Aceh, baik yang
berasal dari Pemerintah RI maupun dari berbagai negara donor, pihak swasta,
organisasi masyarakat sipil, politik, relawan dan pihak lainnya. Bantuan yang
diberikan terbagi dalam 2 kategori besar, yaitu yang bersifat darurat dan bersifat
membangun kembali (rekonstruksi, rehabilitasi dan pemulihan). Saat ini, bantuan
darurat secara umum telah dinyatakan selesai, sedangkan bantuan rekonstruksi,
rehabilitasi dan pemulihan masih dalam tahap implementasi.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
8
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
9
Presiden RI mengeluarkan Keputusan Presiden tanggal 27 Desember 2004
yang menyatakan bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di wilayah
Aceh dan Nias Sumatera Utara sebagai bencana nasional, dan selanjutnya juga
mengeluarkan arahan berupa 12 direktif kepada seluruh jajaran Kabinet Indonesia
Bersatu dan Gubernur Provinsi NAD untuk melakukan tindakan yang segera dan
komprehensif di dalam penanganan tanggap darurat bencana alam tersebut.
Sebagai tindak lanjut dari arahan direktif tersebut, telah diterbitkan pula Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 2005 tentang Kegiatan Tanggap Darurat dan
Perencanaan serta Persiapan Rehabilitasi dan rekonstruksi Pasca Bencana Alam
Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam .
Permasalahan di Aceh itu sendiri tidaklah hanya terbatas pada tatanan
kegiatan rekontruksi dan rehabilitasi, namun juga merupakan sintesa antara
bencana gempa bumi dan tsunami serta konflik yang berkepanjangan.
Permasalahan utama kenapa kemampuan seluruh pakar yang berkecimpung di
Aceh dalam kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi seperti tidak kelihatan hasilnya
lebih dikarenakan oleh beberapa faktor utama, diantaranya:
1. Rusaknya struktur sosial akibat konflik yang berkepanjangan
2. Rusaknya infrastruktur pemerintahan dan pendidikan
3. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap integritas pemerintah (formal),
baik dalam skala lokal maupun skala yang lebih besar.
4. Konflik juga mentransformasikan sebagian besar masyarakat Aceh mejadi
masyarakat dengan pola pikir yang cendrung tertutup. (www.kompas.co.id)
Setelah selesainya masa emergency, hal yang paling perlu dilaksanakan
adalah kegiatan sustainable yang dapat mendukung ekonomi masyarakat pada
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
10
pengembangan ekonomi berdasarkan jenis usahanya. Adapun alasan diadakan
program rekonstruksi sosial ekonomi masyarakat adalah berdasar pada sulitnya
masyarakat dalam mengembangkan ekonominya karena mayoritas masyarakat
banyak yang kehilangan matapencahariannya akibat dari bencana alam gempa
bumi dan tsunami. Pola hidup masyarakat saat ini hanyalah bergantung kepada
kapasitas alam tanpa memikirkan suatu hal yang baru yang dapat merobah
keadaan menjadi lebih baik karena kurangnya pengetahuan mereka.
Melihat kondisi masyarakat yang terkena musibah tersebut perlu adanya
satu persiapan sosial dan pemanfatan potensi modal sosial yang didasari kepada
kemampuan masyarakat untuk dapat menemukan kembali jati dirinya. Adapun
hasil yang diinginkan dari pemanfaatan potensi modal sosial tersebut adalah
untuk membangun dan memulihkan kondisi yang lama ke kondisi yang baru
sehingga terbentuk program pembangunan yang didasari kepada norma-norma
dan hubungan sosial yang mengakar dalam struktur masyarakat sehingga orang-
orang dapat mengkoordinir tindakan untuk mencapai tujuan. Intinya adalah
kemampuan masyarakat untuk mengorganisir diri sendiri tujuan-tujuan mereka.
Dengan menggali kembali modal sosial tersebut, masyarakat kembali tumbuh
kepercayaan dan jati dirinya untuk menata kembali kehidupan dan mengharapkan
masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.
Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah yang turut tertimpa musibah
akibat gempa bumi dan gelombang Tsunami tersebut. Dari 22 kecamatan di
Kabupaten Aceh Utara terdapat 7 (tujuh) kecamatan yang terkena langsung
gelombang tsunami tersebut. Untuk pemulihan kondisi hasil dari dampak musibah
tersebut di Kabupaten Aceh Utara terutama terhadap kerusakan infrastruktur dan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
11
sufrastruktur yang begitu dasyhat, maka perlu di cari solusi alternatif agar
masyarakat Aceh, khususnya Aceh Utara dapat kembali melangsungkan tatanan
kehidupan yang normal seperti sebelum terjadinya musibah tersebut.
Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumberdaya sosial yang dimiliki
oleh masyarakat. Sebagai sumberdaya tentunya modal sosial ini memberikan
kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat.
Putnam (1993) menemukan bahwa modal sosial merupakan unsur utama
pembangunan masyarakat Madani (civil community). Menurut Fukuyama (1995)
justru semakin bertambah bobotnya apabila semakin intensif di daya gunakan
modal sosial itu.
Putnam (dalam Badaruddin.2002) menyebutkan bahwa modal sosial
tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial,seperti
kepercayaan (trust),norma-norma (norms) dan jaringan –jaringan (networks) yang
dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitas bagi
tindakan-tindakan yang terkoordinasi.
Modal sosial dapat terwujud di dalam kelompok sosial terkecil
(keluarga) hingga kelompok sosial terbesar (negara). Pada hakekatnya semua
kelompok masyarakat memiliki sejumlah modal sosial karena modal sosial
tercipta dari dinamika budaya masing-masing kelompok (Lister, 2002 : 11 ).
Modal sosial merupakan norma-norma dan hubungan-hubungan sosial
yang mengakar dalam struktur masyarakat,sehingga orang-orang dapat
mengkoordinir tindakan untuk mencapai tujuan. Secara sederhana Modal sosial
merupakan kemampuan masyarakat untuk mengkoordinir diri sendiri dalam
memperjuangkan tujuan-tujuan mereka .
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
12
Sebelum terjadinya gempa bumi dan gelombang tsunami, kehidupan
masyarakat Aceh Utara dalam menjalankan aktifitasnya selalu bergotong royong
bekerja sama bahu membahu melaksanakan kegiatan saling bergandeng tangan
dan mengedepankan musyawarah mufakat, kepercayaan,jaringan-jaringan
mengikuti pranata-pranata yng sudah ada sejak dulu..”
Untuk mengembalikan dan pemulihan kondisi dari dampak gempa bumi
dan gelombang tsunami yang telah meluluh lantakkan seluruh sendi-sendi dan
potensi masyarakat yang ada di kabupaten Aceh Utara .Maka perlu di gali
kembali potensi modal sosial yang ada dan pernah ada di NAD khususnya di
kabupaten Aceh Utara untuk dapat menata kembali kehidupan dan pembangunan
masyarakat itu sendiri sehingga tidak tergantung kepada bantuan orang lain.
Salah satu alternative tindakan yang diimplementasikan dalam hal
perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah dengan mensosialisasikan
program Credit Union dengan mengandalkan pondasi pada modal sosial
masyarakat yang ada selama ini. Dimana dengan konsep kredit simpan-pinjam ini
diharapkan dapat menjadi penopang pergerakan dan aktivitas kehidupan
masyarakat korban bencana. Program tersebut diharapkan dapat membawa
masyarakat kepada era perbaikan kualitas hidup dan juga kepada ikatan
solidaritas sosial untuk bersama-sama mengembangkan kesejahteraan bersama
dimana konsep koperasi kredit merupakan milik dan tanggung jawab bersama
para anggota untuk memupuk semangat solidaritas dan sikap saling tolong
menolong .
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
13
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana
pemanfaaatan modal sosial dalam rekonstruksi sosial ekonomi melalui Credit
Union bagi korban bencana tsunami?
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan modal sosial dalam
rekonstruksi sosial ekonomi melalui Credit Union bagi korban bencana
tsunami di Kuta Geulumpang
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pemanfaatan modal sosial
dalam rekonstruksi sosial ekonomi melalui Credit Union bagi korban
bencana tsunami di Kuta Geulumpang.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan
kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk menerapkan
teori-teori yang penulis peroleh selama perkuliahan di Magister Studi
Pembangunan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, akan melengkapi
ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa dan dapat menambah
bahan bacaan dan referensi bahan bacaan dan referensi dari satu karya ilmiah
KERANGKA BERPIKIR
Kepercayaan
Jaringan
sosial
Modal sosial
Rekayasa modal sosial
Rekonstruksi
sosial ekonomi melalui
Credit union
Perbaikan
kondisi sosial ekonomi
masyarakat
Pranata sosial
Kerangka pemikiran diatas merupakan gambaran sebuah kondisi
pemanfaaatan modal sosial dalam perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat
Aceh pasca bencana tsunami. Proses ini dimulai dari pemetaan sumber-sumber
modal sosial yang terdiri dari nilai-nilai kepercayaan, jaringan sosial dan pranata
sosial yang ada pada masyarakat setempat. Sumber-sumber modal tersebut
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
14
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
15
kemudian akan dijadikan fondasi perbaikan kondisi ekonomi masyarakkat melalui
usaha swadaya masyarakat itu sendiri dengan menggunakan media yang disebut
dengan Credit Union. Credit Union ini merupakan sebuah pilihan strategi
rekonstruksi sosial ekonomi masyarakat yang mengandalkan kepada swdaya
masyarakat tersebut untuk keluar dari keterpurukan yang ada. Melalui Credit
Union ini diharapkan tercipta perbaikan-perbaikan tatanan kehidupan sosial
terutama ekonomi masyarakat karena pada dasarnya kekuatan dan keberhasilan
Credit Union ini terletak pada masyarakat itu sendiri.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Modal sosial
Konsep modal sosial (sosial capital) diperkenalkan Robert Putnam (1993)
sewaktu meneliti Italia pada 1985. Masyarakatnya, terutama di Italia Utara,
memiliki kesadaran politik yang sangat tinggi karena tiap indvidu punya minat
besar untuk terlibat dalam masalah publik. Hubungan antar masyarakat lebih
bersifat horizontal karena semua masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang
sama. Sementara itu, Putnam prihatin atas kecenderungan runtuhnya jalinan sosial
masyarakat Amerika. Adanya televisi memberikan kontribusi bagi terciptanya
"couch potato syndrome". Kebiasaan orang Amerika "nongkrong" di depan layar
televisi berjam-jam sebagai cerminan hidup yang sangat individualistik.
Menurut Putnam (1993), modal sosial adalah kemampuan warga untuk
mengatasi masalah publik dalam iklim demokratis. Schaft dan Brown (2002)
mengatakan bahwa modal sosial adalah norma dan jaringan yang melancarkan
interaksi dan transaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat dapat
diselenggarakan dengan mudah.
Pengertian modal sosial, dalam kajian ilmu-ilmu sosial kontemporer,
terkait dengan perilaku kooperatif yang terorganisasikan secara horisontal, meski
sering kali tidak formal, yang bisa mendorong pada adanya keteraturan dan
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Di samping itu, dalam modal
sosial ini terkandung pula hubungan saling mempercayai di antara warga
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
17
masyarakat dan antara masyarakat dengan negara, bukan hubungan-hubungan
dominasi dan otoritarianisme.
Dalam rumusan Robert D. Putnam (1993), modal sosial menunjuk pada
ciri-ciri organisasi sosial yang berbentuk jaringan-jaringan horisontal yang di
dalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerja sama, dan
saling mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama anggota
organisasi. Dalam konteks ekonomi, jaringan horisontal yang terkoordinasi dan
kooperatif itu akan menyumbang pada kemakmuran dan pada gilirannya diperkuat
oleh kemakmuran tersebut.
Modal sosial dalam bentuk asosiasi-asosiasi horisontal ini umpamanya
berperan penting dalam mendukung kemajuan ekonomi pada komunitas Cina
perantauan (overseas Chinese) melalui apa yang disebut dengan network
capitalism. Organisasi informal Cina perantauan di Asia Tenggara, misalnya di
Singapura dan Malaysia, mendorong pada kemampuan kompetitif mereka dalam
kegiatan bisnis. Keunggulan bersaing tersebut bukan hanya karena mereka
memiliki bakat kewiraswastaan, tapi juga berasal dari perkumpulan dan lembaga
dagangnya. Pendirian perkumpulan satu dialek bahasa dan jaringan keluarganya,
siang hwee (kamar dagang), memungkinkan mereka bisa saling membantu dan
mempercayai satu sama lain dalam transaksi ekonomi modern tanpa harus melalui
lembaga ekonomi formal yang birokratis.
Putnam juga mengajukan contoh mengenai kuatnya modal sosial
masyarakat Italia Utara yang sejak berabad-abad lalu memiliki jaringan horisontal
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
18
di antara kelompok-kelompok masyarakatnya, yang mengembangkan budaya
politik yang menekankan pada otonomi, kerja sama, toleransi, dan penghormatan
pada hukum, sehingga memungkinkan berkembangnya demokrasi partisipatif dan
ketertiban. Sebaliknya, organisasi sosial di Italia Selatan sangat hierarkhis, dengan
dominasi dan hegemoni kelompok elite, budaya politiknya berpola atasan-
bawahan (clientelistic) dan otoriter, yang dilambangkan dengan penguasaan mafia
yang mencolok.
Masyarakat Italia Selatan mengembangkan hubungan sosial yang vertikal,
memiliki ketergantungan yang luas pada keluarga, dan kepercayaan sosial pada
nonkeluarga yang rendah, karena lembaga-lembaga publik yang ada tidak dapat
diandalkan untuk terciptanya rasa keamanan dan perlindungan. Juga ada
kecurigaan meluas pada negara dan otoritas yang lebih tinggi. Di sini jaringan
sosial vertikal mencakup hubungan-hubungan asimetri dan eksploitasi, yang
mendorong pada munculnya ketimpangan sosial-ekonomi dan tindak kekerasan.
James S. Coleman (1990) melihat modal sosial dari sisi fungsinya. Dia
menunjukkan bahwa struktur sosial dalam bentuk jaringan yang sifatnya lebih
ketat dan relatif tertutup cenderung lebih efektif daripada yang terbuka. Jaringan
komunitas yang dikembangkan kelompok-kelompok perantau di berbagai daerah
lazimnya dibuat eksklusif, yang keanggotaannya didasari relasi kekerabatan dan
kesamaan daerah, bahasa, etnis, dan agama, dan mungkin karena ketertutupannya
itulah mereka bisa survive dan bisa menguasai jaringan perdagangan komoditas
dan keterampilan tertentu di daerah perantauan.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
19
Kiranya cukup penting untuk mengetengahkan konsep modal sosial yang
diajukan Francis Fukuyama (1999), yang tulisan-tulisannya dianggap
kontroversial, tetapi populer, yang menekankan bahwa modal sosial memiliki
kontribusi cukup besar atas terbentuk dan berkembangnya ketertiban dan
dinamika ekonomi. Dalam konsepsi Fukuyama, modal sosial adalah serangkaian
nilai dan norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu
kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka.
Apabila anggota kelompok mengharapkan anggota-anggotanya
berperilaku jujur dan terpercaya, mereka akan saling mempercayai. Kepercayaan
ibarat pelumas yang membuat jalannya organisasi menjadi lebih efisien dan
efektif. dalam konteks ini, berarti modal sosial bukan hukum atau aturan formal,
tetapi norma informal yang mempromosikan perilaku konsesual dan kerja sama
yang juga di dalamnya terkandung kejujuran, pemenuhan tugas dan tanggung
jawab, saling mengendalikan, dan kesediaan untuk saling menolong.
Keluarga, dilihat Fukuyama, merupakan sumber penting bagi modal
sosial. Sebagai contoh, betapa pun rendah opini orang tua Amerika atas anak-anak
mereka yang berusia belasan tahun, jauh lebih mungkin di antara mereka saling
mempercayai dan bekerja sama ketimbang dengan orang asing. Inilah alasan
mengapa sebenarnya seluruh kegiatan bisnis dimulai dari keluarga. Di Cina dan
Amerika Latin, keluarga sangat kuat dan kohesif, tetapi ia sangat sulit untuk
memercayai orang asing, sehingga tingkat kejujuran dan kerja sama dalam
kehidupan publik jauh lebih rendah dan ini mendorong pada terjadinya nepotisme
dan korupsi pada lembaga-lembaga publik. Reformasi agama Protestan menjadi
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
20
bermakna bukanlah karena ia mendorong kejujuran, kesediaan saling menolong,
dan kepedulian di antara para wiraswastawannya, tetapi kebajikan-kebajikan itu
dipraktikkan secara luas di luar keluarga, terutama pada lembaga-lembaga publik.
Fukuyama (1999) menyebutkan, bahwa modal sosial menunjuk pada
seperangkat sumber daya yang melekat dalam hubungan keluarga dan dalam
organisasi sosial komunitas serta sangat berguna bagi pengembangan kognitif dan
sosial anak. Kerja sama dalam keluarga itu dimungkinkan karena adanya fakta
biologis yang kodrati dan itu tidak hanya memperlancar dan memudahkan jenis-
jenis aktivitas sosial lainnya, seperti menjalankan bisnis. Dalam dunia sekarang
ini pun banyak perusahaan besar yang impersonal dan birokratis sebagian besar
dijalankan oleh keluarga. Tapi kebergantungan berlebihan atas ikatan kekerabatan
itu bisa menimbulkan konsekuensi negatif atas masyarakat luas. Dalam
penglihatan Fukuyama, banyak kebudayaan, mulai dari Cina, Eropa Selatan,
hingga Amerika Latin yang mempromosikan familisme, yakni peningkatan ikatan
kekerabatan, tetapi itu mengakibatkan kewajiban moral atas otoritas publik dalam
segala bentuknya menjadi lemah.
Tetapi Fukuyama mengakui, ada modal sosial yang diproduksi dan
disosialisasikan institusi publik, yakni melalui sistem pendidikan, yang di
sebagian besar negara diberikan oleh negara sebagai kekayaan publik. Sekolah-
sekolah biasanya tidak hanya mengajarkan berbagai pengetahuan dan
keterampilan, juga memasyarakatkan para pelajar ke dalam kebiasaan-kebiasaan
budaya tertentu yang dirancang untuk membuat mereka menjadi warga negara
yang baik.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
21
Namun demikian, banyak juga, menurut Fukuyama, pemerintah yang
cakap dalam menghancurkan modal sosial. Umpamanya, bagaimana negara telah
gagal memberikan dan melindungi hak-hak keamanan dan kepemilikan yang
stabil kepada publik, sehingga mengakibatkan para warga negara tidak percaya
bukan hanya pada pemerintah tapi juga saling tidak percaya di antara mereka
sendiri dan menjadi sangat sulit untuk diasosiasikan. Pertumbuhan negara-negara
kesejahteraan modern di Eropa Barat, sentralisasi fungsi-fungsinya, dan turut
campurnya pada hampir seluruh perjalanan kehidupan warga negaranya
cenderung melemahkan sosiabilitas spontan.
Konsep modal sosial muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat
tidak mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi.Diperlukan adanya kebersamaan dan kerjasama yang baik dari segenap
anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut.
Pemikiran seperti inilah yang pada awal abad ke 20 mengilhami seorang pendidik
di Amerika Serikat bernama Lyda Judson Hanifan untuk memperkenalkan.
Konsep modal sosial (sosial capital) pertama kalinya. Dalam tulisannya berjudul
The Rural School Community Centre tahun 1916 mengatakan modal sosial,
bukanlah modal dalam arti biasa seperti harta kekayaan atau uang, tetapi lebih
mengandung arti kiasan, namun merupakan aset atau modal nyata yang penting
dalam hidup bermasyarakat. Menurut Hanifan, dalam modal sosial termasuk
kemauan baik, rasa bersahabat; saling simpati serta hubungan sosial dan
kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu
kelompok sosial (Syabra, 2003).
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
22
Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Perancis kenamaan, dalam sebuah
tulisan yang berjudul "The Forms of Capital" tahun 1986 (Syabra, 2003)
mengemukakan bahwa untuk dapat memahami struktur dan cara berfungsinya
dunia sosial perlu dibahas modal dalam segala bentuknya, tidak cukup hanya
membahas modal seperti yang dikenal dalam teori ekonomi. Penting juga
diketahui bentuk transaksi yang dalam teori ekonomi dianggapsebagai non-
ekonomi karena tidak dapat secara langsung memaksimalkan keuntungan
material. Padahal sebenarnya dalam setiap transaksi modal ekonomi selalu disertai
oleh modal immaterial berbentuk modal budaya dan modal sosial.
Bourdieu (Syabra, 2003) menjelaskan perbedaan antara modal ekonomi,
modal budaya dan modal sosial, dan menggambarkan bagaimana ketiganya dapat
dibedakan antara satu sama lain dilihat dari tingkat kemudahannya untuk
dikonversikan. Modal ekonomi, menurut Bourdieu memang dengan mudah dapat
dikonversikan ke dalam bentuk uang, dan dapat dilembagakan dalam bentuk hak
kepemilikan. Tetapi dalam kondisi tertentu modal budaya juga dapat
dikonversikan menjadi modal yang memiliki nilai ekonomi, dan dapat
dilembagakan, seperti kualifikasi pendidikan. Demikian pula modal sosial dalam
kondisi tertentu dapat dikonversikan ke dalam modal ekonomi dan bahkan dapat
dilembagakan dalam bentuk gelar kesarjanaan. Misalnya sekalipun diperoleh
melalui perguruan tinggi yang sama dan dalam jangka waktu pendidikan yang
sama, masing-masing gelar kesarjanaan dengan bidang keahlian yang berbeda
memiliki "nilai jual ekonomi" yang berbeda. Bahkan gelar kesarjanaan dalam
bidang sama tetapi diperoleh dari perguruan tinggi yang berbeda akan
mengandung nilai ekonomi yang berbeda. Seorang tamatan perguruan tinggi yang
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
23
memiliki nilai akreditasi tinggi pada umumnya akan lebih mudah mendapat
pekerjaan dengan penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan seorang
tamatan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang rendah nilai
akreditasinya (Todaro & Smith, 2003).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa modal sosial (sosial capital)
merupakan fasilitator penting dalam pembangunan ekonomi. Modal sosial yang
dibentuk berdasarkan kegiatan ekonomi dan sosial dimasa lalu dipandang sebagai
faktor yang dapat meningkatkan dan jika digunakan secara tepat mampu
memperkuat efektifitas pembangunan (Suharto dan Yuliani, 2005).
Tjondronegoro (2005) menjelaskan bahwa modal sosial dapat menjadi
unsur pendukung keberhasilan pembangunan, termasuk pula dinamika
pembangunan pedesaan dan pertanian di Indonesia. Seperti dicontohkan oleh
Tjondronegoro tentang bentuk-bentuk jaringan daerah pedesaan dan perkotaan
seperti gotong royong, kelompok arisan maupun pengajian dapat disebut sebagai
modal sosial. Sehingga dalam menjalankan program pembangunan, khususnya
pertanian dan pedesaan bentuk-bentuk modal sosial tersebut sebaiknya di perhati-
kan dan dimanfaatkan. Brehm dan Rahn (Bahtiar,1997) menjelaskan bahwa modal
sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi
pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi.
Definisi lain dikemukakan oleh Pennar (Bahtiar,1997) bahwa modal sosial
adalah jaringan hubungan sosial yang mempengaruhi perilaku individual yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Prusak (2001) menjelaskan bahwa modal sosial adalah kumpulan dari
hubungan yang aktif di antara manusia: rasa percaya, saling pengertian dan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
24
kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja
dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama.
Modal sosial mulai berkembang dan banyak menyita waktu para ilmuwan
sosial setelah manusia sadar bahwa keberhasilan ekonomi tidak hanya ditentukan
oleh modal ekonomi yang berbentuk material semata tetapi juga ada modal dalam
bentuk immaterial. Modal immaterial ini oleh banyak ilmuwan disebut sebagai
modal sosial. Modal sosial bisa melekat pada individu manusia dan juga bias
merupakan hasil interaksi sosial dalam bentuk jaringan sosial (Alder & Seok,
2002).
Oleh karena itu mengenai pengertian atau definisi modal sosial sangat
beragam tetapi tidak lepas dari dua obyek penekanan, pertama penekanan pada
karakteristik yang melekat pada individu (misalnya, norma-norma, saling percaya,
saling pengertian , kepedulian, dll) dan kedua penekanan pada jaringan hubungan
sosial (misalnya adanya kerjasama, pertukaran informasi, dll)
Bourdieu (Winter, 2000) menjelaskan bahwa modal sosial (sosial capital)
merupakan wujud nyata dari suatu institusi kelompok yang merupakan jaringan
koneksi yang bersifat dinamis dan bukan alami. Oleh karena itu modal sosial
dapat menghasilkan hubungan sosial secara langsung dan tidak langsung dan
jangka pendek maupun jangka panjang. Hubungan ini dapat dilakukan dalam
hubungan antar keluarga, tetangga, teman kerja, maupun masyarakat dalam arti
luas. Modal sosial merupakan kumpulan sumberdaya yang dimiliki setiap anggota
dalam suatu kelompok yang digunakan secara bersama-sama.
Grootaert dan Basteler (2001) mengungkapkan ada tiga manfaat modal
sosial (sosial capital), yaitu: (1) partisipasi individu dan jaringan kerja sosial akan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
25
meningkatkan ketersediaan informasi dengan biaya rendah; (2) partisipasi dan
jaringan kerja lokal serta sikap saling percaya akan membuat kelompok lebih
mudah untuk mencapai keputusan bersama dan mengimplementasikan dalam
kegiatan bersama; dan (3) memperbaiki jaringan kerja dan sikap mengurangi
perilaku tidak baik dari anggota. Jika disimak, titik simpul kekuatan modal sosial
(sosial capital) itu bertumpu pada dua hal: jaringan dan sumber daya. Itulah yang
dapat dibaca dalam karya-karya para pemikir seperti Pierre Bourdieu, Robert
Putnam, James Coleman, Fukuyama, dan lain-lain. Mereka mengenalkan konsep
modal sosial itu merujuk dua komponen penting yaitu: (1) jaringan sosial yang
beroperasi di masyarakat yang memberi manfaat mutualistik bagi para warganya;
dan (2) berbagai jenis sumber daya yang tersedia di masyarakat bersangkutan
yang dapat didayagunakan bagi kepentingan publik.
2.1.1. Saling Percaya ( Trust)
Sikap saling percaya (trust) sebagai salah satu elemen dari modal sosial
adalah merupakan sikap salah satu dasar bagi lahirnya sikap saling percaya yang
terbangun antar beberapa golongan komunitas dan merupakan dasar bagi
munculnya keinginan untuk membentuk jaringan sosial (networks) yang akhirnya
di mapankan dalam wujud pranata (institution) saling percaya meliputi adanya
kejujuran (honesty ) kewajaran (fainerss), sikap egaliter (egali-tarianism),
toleransi (tolerance) dan kemurahan hati (generosity). Salah satu elemen-elemen
pokok modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dengan sendirinya, melainkan harus dikreasikan dan di transmisikan melalui
mekanisme-mekanisme sosial budaya didalam sebuah unit sosial seperti
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
26
keluarga, komunitas, asosiasi suka rela, negara, dan sebagainya. Menurut Pretty
dan Ward (1999 ),sikap saling percaya merupakan unsur pelumas yang sangat
penting untuk kerja sama, yang oleh Putnam di Italia, ia menemukan bahwa para
warga negara di negara bagian Emilia- Romagna dan Tuscany misalnya, memiliki
banyak organisasi-organisasi komonitas yang aktif, dan mereka ditautkan oleh
isu-isu publik, bukan melalui pola patronasme. Mereka percaya satu sama lain
untuk berlaku fair dan mematuhi hukum.para pimpinan di dalam komunitas-
komunitas ini relatif jujur dan komit terhadap kesetaraan, jaringan-jaringan sosial
dan politik di organisasi secara horizontal, bukan hiraikal. Komunitas seperti ini
menurut Putnam menilai penting solidaritas, partisipasi warga ( civic participation
) dan intergas; dan dalam komunitas seperti ini demokrasi berjalan
(democracy work ). Sikap saling percaya itu terbangun karena adanya dua unsur
yang saling terkait yaitu norma-norma resiproritas (norms of reciprocity) dan
jaringan keterlibatan keluarga (networks of civic engagement ).
Francois (2003) memandang trust sebagai komponen ekonomi yang
relevan melekat pada kultur yang ada pada masyarakat yang akan membentuk
rekayasa modal sosial.
Qionhong Fu (2004) merujuk ke beberapa pendapat para sosiolog,
membagi tiga tingkatan trust yaitu :
1. Tingkatan individual, merupakan kekayaan individu
2. Hubungan sosial, merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan
kelompok
3. Sistem sosial, merupakan nilai publik yang perkembangnnya difasilitasi
oleh sistem sosial yang ada.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
27
Dari mana sumber trust tersebut ? banyak peneliti merujuk ke jaringan
sebagai sumber penting tumbuh dan hilangnya trust. Nahapit dan ghosal (1998)
menyatakan bahwa pada tingkat individual, trust berasal dari adanya nilai –nilai
yang bersumber dari kepercayaan agama yang dianut, kompetensi seseorang dan
keterbukaan yang telah menjadi norma di masyarakat. Pada tingkatan komunitas,
sumber trust berasal dari norma sosial yang memang melekat pada stuktur sosial
setempat ( dalam Coleman, 1998).
Fukuyama yang mengkaji bidang ekonomi menyebutkan bahwa modal
sosial yang berintikan kepercayaan (trust) merupakan dimensi budaya dari
kehidupan ekonomi yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan
ekonomi. Hilangnya sikap saling percaya antar warga masyarakat, maupun antar
warga dengan pemerintah, merupakan contoh hilangnya potensi modal sosial
dalam kehidupan masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Badaruddin (2005)
tentang potensi modal sosial dalam komunitas nelayan menemukan adanya
beberapa potensi modal sosial, yaitu : patron-klien, koperasi, serikat tolong
menolong, arisan. Dalam keempat potensi modal sosial yang ditemukannya
tersebut diketahui bahwa kepercayaan (trust) adalah unsur utama yang
membentuk potensi-potensi tersebut. Menurut Badaruddin adanya sikap saling
percaya dalam komunitas nelayan merupakan faktor pendorong bagi munculnya
keinginan adanya suatu bentuk jaringan sosial yang dimapankan dalam wujud
pranata sosial, dan pranata sosial itu dikenal dengan patron-klien. Begitu juga
dengan koperasi, serikat tolong menolong , dan arisan, semuanya dapat terjadi
karena adanya kepercayaan dalam komunitas nelayan, yang kemudian melembaga
menjadi pranata sosial resmi yang dimiliki masyarakat. Kepercayaan inilah yang
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
28
menjadi faktor utama dalam modal sosial, dimana kepercayaan dapat menjadi
perekat bagi kerjasama dalam masyarakat.
Fukuyama ( 2002 ) berpendapat bahwa kepercayaan adalah pengharapan
yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur, dan
kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan
anggota yang lain dari komunitas itu. Ada tiga jenis perilaku dalam komunitas
yang mendukung kepercayaan ini, yaitu perilaku normal, jujur dan kooperatif.
Perilaku norma yaitu perilaku yang sesuai asas dan norma-norma yang dianut
bersama, jika dalam komunitas terdapat perilaku deviant (menyimpang) dari
beberapa anggotanya maka akan sulit mendapatkan adanya kejujuran dan sifat
kooperatif. Adanya jaminan tentang kejujuran dalam komunitas dapat
memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam komunitas.
Kepercayaan timbal balik hanya muncul di dalam sebuah konteks sosial,
kata fukuyama. Kepercayaan sosial, termasuk kejujuran, keteladanan, kerjasama,
dan rasa tanggup jawab terhadap orang lain sangat penting untuk menumbuhkan
kebajikan-kebajikan individual. Hal itulah yang menjadi argumen sentral dari
Max Weber tentang etika protestan yang menunjukan bahwa kaum puritan
memperoleh kekayaan material sebagai hasil dari kepercayaan religiusnya, dan
telah mengembangkan kebajikan-kebajikan tertentu seperti kejujuran dan sikap
hemat yang sangat membantu bagi akumulasi modal.
Dalam bukunya Trust, Fukuyama mencoba membedah karakteristik
ekonomi beberapa negara berdasarkan unsur-unsur budaya negara bersangkutan (
modal sosial dan kepercayaan yang dianut ). Ia sampai pada kesimpulan bahwa
ada dua jenis kepercayaan yang ada dalam struktur masyarakat, yaitu high trust
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
29
community dan low trust community. High trust commmunity adalah masyarakat
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi dalam komunitasnya. Tingkat
kepercayaan yang tinggi tersebut dilihatnya dari apa yang disebutnya sosiabilitas
spontan.
2.1.2. Jaringan Sosial ( networks)
Aspek vital dari modal sosial adalah keterkaitan ( Connectedness ),
jaringan ( networks ) dan kelompok ( groups ). Keterkaitan terwujud didalam
beragam tipe kelompok pada tingkat lokal maupun di tingkat yang lebih tinggi.
Adanya jaringan hubungan antar individu, norma-norma dan kepercayaan, sebagai
bagian dari modal sosial memberikan manfaat dalam konteks terbentuknya
kerjasama kolektif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan bersama
komunitas masyarakat kecil secara kolektif yang akan memperkuat posisi tawar
mereka terhadap kekuatan-kekuatan struktural, seperti pasar dan nelayan pemilik
yang senantiasa berupaya mengeksploitasikan mereka melalui penentuan harga
secara sepihak dan system bagi hasil yang tidak setara dan adil. Tentang
keterkaitan ini berikut akan dikutip pendapat dari penelitian terdahulu oleh
Zulkifli Lubis ( 2001) :
Keterkaitan antar individu di dalam kelompok memilki tiga elemen penting yang paling relevan, yaitu : (i) hubungan yang bersifat lokal ( local connection ), berupa ikatan yang kuat antara individu-individu di dalam kelompok – kelompok lokal dan komunitas; (ii) hubungan lokal – lokal ( local – local connection ), berupa hubungan hosrisontal antar grup di dalam satu komunitas atau antar komunitas yang kadangkala menjadi flatform bagi struktur – struktur institusional yang lebih baru pada tingkat yang lebih tinggi; (iii) hubungan lokal-luar (local – external connections) berupa hubungan vertikal antara kelompok – kelompok lokal dan agensi atau organisasi dari luar, biasanya hubungan bersifat satu arah atau dua arah.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
30
Adanya sikap saling percaya yang terbangun antar beberapa golongan
komunitas nelayan merupakan dasar bagi munculnya keinginan untuk membentuk
jaringan sosial (networks). Adanya saling percaya diantara beberapa golongan
komunitas nelayan tersebut membuat mereka mampu membentuk jaringan sosial.
Jaringan sosial tersebut terbentuk antar golongan nelayan yang berperan sebagai
”klien”. Jaringan sosial juga terbentuk antar sesama golongan ”klien”. Menurut
Putnam, kerjasama sukarela lebih mudah terjadi di dalam suatu komunitas yang
telah mewarisi sejumlah modal sosial yang substansial dalam bentuk aturan-
aturan yang telah mewarisi sejumlah modal sosial yang substansial dalam bentuk
aturan-aturan, pertukaran timbal balik (reciprocity), dan jaringan-jaringan antar
warga. Jaringan sosial (networks), yang meliputi adanya partisipasi
(participations), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas (solidarity),
kerjasama (collaboration/cooperation ), dan keadilan (equity). Elemen – elemen
pokok modal sosial ini tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dengan sendirinya, melainkan harus dikreasikan dan ditransmisikan melalui
mekanisme-mekanisme sosial budaya didalam sebuah unit sosial di dalam sebuah
unit soaial seperti keluarga, komunitas, asosiasi sukarela, negara, dan sebagainya.
Dalam penelitian Putnam di Italia, ia menemukan bahwa warga negara di negara
bagian Emilia-Romagna dan Tuscany misalnya, memiliki banyaknya organisasi -
organisasi komunitas yang aktif, dan mereka di tautkan oleh isu-isu publik, bukan
melalui pola patronasme. Mereka percaya satu sama lain untuk berlaku fair dan
mematuhi hukum. Para pemimpin didalam komunitas-komunitas ini relative jujur
dan komit terhadap kesetaraan, jaringan- jaringan sosial dan politik diorganisasi
secara horisontal, bukan hikarial. Komunitas seperti ini menurut Putnam menilai
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
31
penting solidaritas, partisipasi warga (civic participations) dan integritas; dan
dalam komunitas seperti ini demokrasi berjalan ( democracy work). Sikap saling
percaya itu terbangun karena adanya dua unsur yang paling terkait yaitu norma –
norma resiprositas norms of reciprocity). Salah satu elemen pokok modal sosial
adalah adanya jaringan sosial yang meliputi adanya partisipasi.
Solidaritas adalah faktor utama dalam merekatkan hubungan sosial dalam
sebuah komunitas. Karena rasa solidaritaslah masyarakat bisa menyatukan
resepsinya tentang hal yang ingin mereka perjuangkan. Salah satu unsur dalam
jaringan sosial adalah kerjasama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara
orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama. Hampir pada semua kelompok manusia dapat ditemui adanya
pola-pola kerjasama. Kerjasama timbul karena individu memiliki orientasi
terhadap kelompoknya atau terhadap kelompok lain. Charles H Cooley ( Dalam
Soekanto, 1997) menggambarkan kerjasama sebagai :
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan – kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.
2.1.3. Pranata Sosial
Pranata sosial merupakan salah satu merupakan elemen penting dari
modal sosial selain dari kepercayaan dan jaringan sosial. Pranata (institutions),
yang meliputi nilai-nilai yang di miliki bersama (shared value), norma-norma dan
sanksi-sanksi (norms and sanctions), dan aturan-aturan. (Soekanto, 1997 : 7).
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
32
Pranata atau lembaga adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang
memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi.
Pranata muncul di sebabkan adanya keperluan dan kebutuhan manusia yang tidak
dapat dipenuhi sendiri, dan lembaga ini muncul dengan norma-norma masing-
masing. Di dalam pranata, masayarakat dapat berinteraksi satu sama lain tetapi
sudah di ikat oleh aturan-aturan yang telah di sepakati bersama. Jika tidak ada
aturan-aturan dan pola-pola yang resmi maka belum di sebut sebagai pranata
sosial, karena hal itu masih merupakan interaksi sosial biasa.
Pranata sosial ini sangat bermacam-macam ragam bentuknya, mulai dari
yang tradisional (masyarakat adat) sampai pada pranata yang modern (partai
politik, koperasi, perusahaan dan perguruan tinggi). Menurut Koentjaraningrat
(1990) ada delapan tipe dari pranata sosial, yaitu :
1. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mata
pencaharian hidupnya
2. Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan
kkerabatan,yang sering di sebut Domestic institution.
3. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan pendidikan.
4. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia atau
sering disebut scientific institution.
5. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan untuk menghayatkan rasa
keindahan.
6. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan
hidup manusia.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
33
7. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berbakti
kepada Tuhan .
8. Pranata yang berfungsi untuk keperluan manusia untuk mengatur
keseimbangan kekuasaan dalam masyrakat.
Di dalam suatu pranata supaya dapat tercipta kerjasama, maka harus ada
norma-norma yang mengatur . Norma-norma yang ada pada sebuah pranata dapat
terbentuk secara sengaja maupun tidak sengaja. Norma-norma yang ada pada
masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, ada yang lemah
dan ada yang kuat ikatannya.
2.2. Rekontruksi Sosial Ekonomi
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2005
Tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan
Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi
Sumatera Utara disebutkan bahwa rekonstruksi adalah perumusan kebijakan, dan
usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana, konsisten dan berkelanjutan
untuk membangun kembali semua prasarana, sarana, kelembagaan baik di tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sarana utama tumbuh
berkembangnya kegiatan perekonomian,sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala
aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana.
Rekontruksi dan rehabilitasi Aceh tengah berjalan, sekalipun oleh
sebahagiaan melihatnya agak lambat.Dua tahun lebih pasca musibah tsunami
tidak terasa bagi kita,namun sangat dirasakan oleh sebahagiaan masyarakat yang
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
34
hidupnya masih terkatung-katung,baik di pengungsian, tenda-tenda darurat
,bahkan yang masih berada di di areal hutan. Dari fenomena tersebut rekontruksi
sosial Aceh membutuhkan keteladanan dan keikhalasan,itulah kunci dan kiat
membangun kembali peradaban-peradaban yang hilang selama ini. Keteladanan
yang di maksud disini adalah rekontruksi sosial masyarakat Aceh mensyaratkan
kesatuan pandangan dan pola pikir yang jelas dan terarah.Rekontruksi sosial
masyarakat Aceh adalah kerja besar secara mental dan fisik.
Kesulitan hidup di era-era yang lalu untuk sekian dekade telah
membuahkan kekerasan struktural yang berbahaya dan penghancuran peradaban
yang di dalamnya termasuk hilangnya kekuatan yang ada sejak dulu yaitu modal
sosial di dalam kehidupan masyarakat. Rekontruksi sosial membutuhkan
komitmen juang yang di landasi pemikiran yang cerdas bahwa rekontruksi sosial
masyarakat Aceh harus bangkit dari keterpurukan.Rekontruksi sosial
membutuhkan keteladanan karena keikut sertaan masyarakat Aceh membangun
kembali jatidirinya tak terlepaskan dari kesadaran yang tinggi yang di barengi
dengan tarap apresiasi positif terhadap niat mulia membangun kembali Aceh. Di
sadari bahwa keikut sertaan publik Aceh menjadi tolak ukur utama dalam menatap
masa depan Aceh yang lebih baik.
Kendala pokok rekontruksi sosial di lapangan adalah kendala teknis dan
koordinasi.Secara teknis harus diakui bahwa kesulitan signifikan di lapangan
adalah dalam mengubah kebiasaan -kebiasaan turun temurun yang pernah ada di
dalam kehidupan dan peradaban Aceh sejak dulu.Di sini pentingnya penyatuan
langkah yang sistematis membangun jaringan kerja yang baik dengan tetap
mengacu kepada adat istiadat setempat.Kendala signifikan lainnya adalah
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
35
koordinasi .Keikut sertaan publik dalam membangun Aceh harus diapresiasikan
dengan baik.Banyaknya LSM, NGO dan donatur-donatur lainnya yang
memberikan perhatian positif terhadap percepatan pembangunan Aceh membawa
pengaruh besar dalam pergeseran tatanan kehidupan dan mempengaruhi segi
modal sosial yang ada.Dengan demikian langkah koordinasi dilakukan bagaimana
masing-masing LSM,NGO dan donatur lainnya serta pemerintahan turut berjuang
bersama di dalam percepatan rekontruksi sosial masyarakat Aceh terwujud.
Untuk para korban gempa bumi dan tsunami di Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara (Sumut), pemerintah pusat bersama-sama
dengan pemerintah daerah setempat menyusun kebijakan-kebijakan serta
menjalankan program-program yang ditujukan untuk pemulihan akses terhadap
pelayanan publik dan motor penggerak kegiatan ekonomi masyarakat. Kebijakan
yang dilakukan adalah dengan menggerakkan sel-sel ekonomi dalam skala yang
tidak terlalu besar antara lain melalui kebijakan pemberdayaan ekonomi lokal,
terutama UMKM yang dibarengi dengan pembangunan jaringan/ keterkaitan
usaha (business linkages/networking) dengan usaha besar. Strategi pembangunan
NAD dan Sumatera Utara (pulau Nias) diupayakan menyeluruh (holistic) serta
memperhatikan dimensi spatial dan kemanusiaan, membangun basis kelembagaan
berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders) setempat. Apapun rencana pembangunan rehabilitasi
dan rekonstruksi yang dilakukan, harus dapat menjamin penghidupan masyarakat
NAD dan Nias menjadi lebih baik antara lain jaminan kehidupan ekonomi yang
normal dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat, adanya lapangan
kerja yang produktif, dan adanya perlindungan sosial yang memadai.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
36
Relasi dan tanggung jawab masing-masing yang berkepentingan terhadap
Rekontruksi sosial harus berada dalam langkah-langkah koordinasi yang baik.Di
lapangan kondisi ini terasa sulit sekali karena masih terdapatnya keinginan dan
langkah beragam dari masing-masing pihak.
Alas pikiran ini merupakan bentuk konkrit dari perjuangan bersama
membangun kualitas kehidupan masyarakat Aceh yang lebih baik dengan
rekontruksi sosial yang baru berdasarkan kaidah-kaidah dan elemen-elemen
modal sosial .
2.3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah upaya memberdayakan ( mengembangkan klien dari
keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya ) guna mencapai
kehidupan yang lebih baik. Jadi pemberdayaan masyarakat adalah upaya
mengembangkan mayarakat dari keadaan kurang atau tidak berdaya menjadi
punya daya dengan tujuan agar masyarakat tersebut dapat mencapai / memperoleh
kehidupan yang lebih baik.
Payne (1997: 266) mengemukakan lebih jauh inti dari tujuan
pemberdayaan dilakukan :
“to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of sosial or personal blocks to exercising cacity and self-confidence to use power and by transferring power from the environment to clients.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada intinya tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah untuk membantu masyarakat memperoleh daya
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan mereka lakukan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
37
yang terkait dengan diri mereka sendiri, termasuk mengurangi efek hambatan
pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dapat dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri pada masyarakat untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungannya.
Shardlow (1998:32) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada
mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok
maupun komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
Gagasan Shardlow ini, tidak jauh dengan gagasan yang mengartikan
pemberdayaan sebagai upaya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa
yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan
yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam
membentuk hari depannya.
Pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment, yaitu
sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh
masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat bertitik berat pada
pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang
mengorganisir diri mereka sendiri sehingga diharapkan dapat memberi peranan
kepada individu bukan sekedar objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku
pembangunanyan ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara
umum, (Setiana, 2002:8)
Dalam kaitannya dengan masyarakat sebagai objek yang akan
diberdayakan, pemberdayaan adalah upaya memberikan motivasi/dorongan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
38
kepada masyarakat agar mereka memiliki kesadaran dan kemampuan untuk
menentukan sendiri apa yang harus mereka lakukan untuk mengatasi
permasalahan yang mereka hadapi.
Sebagaimana diutarakan pada urai terdahulu, rakyat berada dalam posisi
yang tidak berdaya (powerless). Posisi yang demikian memberi ruang yang lebih
besar terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi terhadap
pelanggaran hak-hak rakyat. Dengan demikian, rakyat harus diberdayakan
sehingga memiliki kekuatan posisi tawar (empowerment of the powerless).
Pemberdayaan (empowerment) dalam studi kepustakaan memiliki
kecenderungan dalam dua proses. Pertama, proses pemberdayaan yang
menekankan pada proses pemberian atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih
berdaya, dan kedua, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempuyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Proses yang pertama merupakan suatu pendekatan alternatif tehadap
pembangunan yang menempatkan prioritas pada kaum miskin. Dalam hal ini
menurut John Friedman, pembangunan alternatif menekankan keutamaan politis
untuk melindungi kepentingan rakyat. Selanjutnya, tujuan dari pembangunan
alternatif adalah memanusiakan suatu sistem yang membungkam mereka dan
untuk mencapai tujuan ini diperlukan bentuk-bentuk perlawanan dan perjuangan
politis yang menekankan hak-hak mereka sebagai manusia dan sebagai warga
negara yang tersingkir.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
39
Di masa lampau hingga saat ini, pembangunan, termasuk Indonesia, telah
mengisolasi sebagian besar rakyat dari proses pembangunan, oleh karena itu
diperlukan pemecahan masalah- masalah melalui pemberdayaan.
Sementara itu menurut pendapat Kartasasmita, menyatakan bahwa upaya
pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: (1) menciptakan
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling); (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering); dan (3) memberdayakan mengandung pula arti melindungi
kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, dan mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksplotasi yang kuat atas yang
lemah. (Setiana 2005: 6)
Pada intinya, pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat
makin tergantung pada program-program pemberian (charity). Karena tujuan
akhirnya adalah memandirikan masyarakat, dan membangun kemampuan untuk
memajukan diri kearah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
Pembedayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.Pemberdayaan
masyarakat dilakukan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau
pusat pengembangan dengan sasarannya adalah masyarakat yang terpinggirkan.
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat guna menganalisa kondisi dan potensi serta masalah-masalah yang
perlu diatasi. Yang intinya adalah melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pemberdayaan masyarakat.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
40
Pemberdayaan masyarakat bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat
agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat
sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menyampaikan kebutuhannya kepada instansi-instansi pemberi pelayanan.
Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, pemberdayaan
bertujuan untuk memberikan kekuatan terhadap rakyat agar memiliki posisi tawar
terhadap negara. Posisi tawar ini selanjutnya menjadi kekuatan untuk
mengkonntrol kekuasan negara dalam menyelenggarakan manajemen pemerintah,
sehingga hak-hak rakyat tidak terekploitasi dan dapat berpartisipasi secara aktif
dan bebas.
Didalam melakukan pemberdayaan keterlibatan masyarakat yang akan
diberdayakan sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai
secara maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat, memliki beberapa
tujuan, yaitu agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan
mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan
(empowering) masyarakat dengan pengalaman merancang, melaksanakan dan
mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonomi (Kartasasmita,
1996:249).
Untuk itu diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang didalamnya
terkandung prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Dalam perencanaan
pembangunan seperti ini, terdapat dua pihak yang memiliki hubungan yang sangat
erat yaitu pertama, pihak yang memberdayakan (Community Worker) dan kedua,
pihak yang diberdayakan (masyarakat). Antara kedua pihak harus saling
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
41
mendukung sehingga masyarakat sebagai pihak yang akan diberdayakan bukan
hanya dijadikan objek, tapi lebih diarahkan sebagai subjek (pelaksana).
Pemberdayaan merupakan suatu bentuk upaya memberikan kekuatan,
kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan berbagai bentuk inovasi kreatif
sesuai dengan kondisi, yang secara potensial dimiliki. Disamping itu secara
bertahap masyarakat juga didorong untuk meningkatkan kapasitas dirinya untuk
mengambil peran yang sejajar dengan mereka yang lebih berdaya melalui proses
penyadaran.
Menurut Prijono (1996:208-209), pemberdayaan terdiri dari
pemberdayaan pendidikan, ekonomi, sosial budaya, psikologi dan politik.
Pemberdayaan pendidikan merupakan faktor kunci yang ditunjang dan dilengkapi
oleh pemberdayaan yang lain, yaitu :
a. Pemberdayaan pendidikan. Pendidikan merupakan kunci
pemberdayaan masyarakat. Oleh karena pendidikan dapat
meningkatkan pendapatan, kesehatan, produktivitas.
Seringkali masyarakat berpendidikan rendah yang salah satu
penyebabnya adalah faktor ekonomi, karean dalam pendidikan
itu sendiri membutuhkan biaya yang cukup banyak.
b. Pemberdayaan ekonomi. Akses dan penghasilan atas
pendapatan bagi setiap orang merupakan hal yang penting
karena menyangkut otonominya (kemandirian). Sehingga
dengan faktor ekonomi tersebut memungkinkan manusia
untuk mengontrol dan mengendalikan kehidupannya sesuai
dengan yang mereka inginkan.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
42
c. Pemberdayaan sosial budaya. Dalam kehidupan masyarakat
hendaknya tidak ada pembedaan-pembedaan peran dan
tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap
manusia hendaknya memiliki peran dan tanggung jawab yang
sama sehingga dapat berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat secara bersama-sama.
d. Pemberdayaan psikologi. Pemberdayaan sebagai perubahan
dalam cara berfikir manusia. Pemberdayaan tidak bermaksud
membekali manusia dengan kekuasaan dan kekayaan, tetapi
membuat mereka sadar terhadap dirinya dan apa yang
diinginkan dalam hidup ini. Interaksi antar masyarakat
didasarkan atas pengambilan keputusan bersama, tanpa ada
yang memerintah dan diperintah, tidak ada yang merasa
menang atau dikalahkan. Pemberdayaan didasarkan atas kerja
sama, untuk mencapai dengan hubungan timbal balik yang
saling memberdayakan.
e. Pemberdayaan politik. Dalam pemberdayaan politik pada
intinya adalah bagaimana setiap orang dapat memiliki peluang
dan partisipasi yangs sama dalam kegiatan-kegiatan politik.
Seperti kesempatan bersama dalam pengambilan keputusan
dan kepemimpinan, keterlibatan lembaga-lembaga politik,
kesempatan untuk memberikan pendapat dan menyampaikan
hak suara dan lain sebagainya.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
43
Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan yang menurut Midgley dalam
Adi (2003:49-50) diidentikkan dengan pembangunan sosial yang dapat dilakukan
oleh individu, masyarakat/atau komunitas maupun oleh pemerintah, yaitu :
a. Pembangunan sosial melalui individu (Sosial Development By
Individual), dimana individu-individu dalam masyarakat secara
swadaya membentuk usaha pelayanan masyarakat pada pendekatan
individual ataupun perusahaan (individuals or enterprise
approach).
b. Pembangunan sosial melalui komunitas (Sosial Development By
Communities), dimana kelompok masyarakat secara bersama-sama
berupaya mengembangkan komitas lokalnya. Pendekatan ini lebih
dikenal dengan nama pendekatan komunitarian (communitarian
approach).
c. Pembangunan sosial melalui pemerintah (Sosial Development By
Goverments), dimana pembangunan sosial dilakukan oleh
lembaga-lembaga didalam organisasi pemerintah (governmental
agencies). Pendekatan ini lebih dikenal dengan nama pendekatan
statis (statist approach).
Dari beberapa pendapat diatas jelas dikatakan bahwa dalam melakukan
langkah perencanaan pemberdayaan, harus meliputi bidang politik, hukum dan
ekonomi sehingga masyarakat dapat berperan didalam pembangunan dengan
aturan yang jelas demi peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Namun
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
44
agar pemberdayaan dapat berjalan dengan baik, maka pemberdayaan dibidang
pendidikan merupakan faktor kunci dari pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan sebagai suatu proses perlu adanya pengembangan dari
keadaan yang tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai
kehidupan yang lebih baik. Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar
mampu mentransfer daya adalah dengan strategi peningkatan pendidikan dan
kesadaran, sebagaimana Ife (1995:64), mengemukakan sebagai berikut:
“Empowerment through educationan and consciousness raising emphasizes the importance of an educative process (broadly understood) in equipping people to increase their power. This incorporates notion of consciousness raising : helping people to understand the society and the structures of oppression, giving people the vocabulary and the skill to work towards effective change, and so on.”
(Pemberdayaan melalui peningkatan pendidikan dan kesadaran menekankan pada pentingnya proses pendidikan (pengertian secara luas) untuk meningkatkan kemampuan masyarakat. Kerja sama ini menekankan pada kesadaran meningkatkan: membantu masyarakat untuk memahami masyarakat dan strukturnya, memberikan masyarakat wawasan dan keterampilan untuk bekerja menghadapi perubahan secara efektif, dan seterusnya).
Agar proses pemberdayaan sesuai dengan tujuannya Adi (2001:32-33)
mengatakan perlu adanya intervensi sosial yang dijabarkan melalui dua intervensi
yakni internesi makro yaitu intervensi yang dilakukan di tingkat komunitas dan
organisasi sedangkan intervensi mikro adalah suatu intervensi yang dilakukan
pada level individu, keluarga dan kelompok.
Dalam penerapannya dilapangan Adi (2001:160) menyatakan ada 2
(dua) pilihan pendekatan yang dapat dilakukan. Pendekatan direktif yang
dilakukan berdasarkan asumsi bahwa community worker tahu apa yang
dibutuhkan dan yang baik bagi masyarakat, sedangkan pendekatan non direktif
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
45
dilakukan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya
mereka butuhkan dan baik bagi mereka.
Menurut Hogan (2000:20) seperti yang dikutip Adi (2001:212), tahapan-
tahapan yang menggambarkan proses pemberdayaan yang berkelanjutan sebagai
suatu siklus, yaitu :
1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan
tidak memberdayakan.
2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan
pentidak berdayaan.
3. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek.
4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna.
5. Mengembangkan rencana aksi dan mengimplementasikannya.
Terkait dengan hal tersebut, Lapera (2001:57-59) mengungkapkan
langkah perencanaan pemberdayaan ini dapat dilakukan dalam bidang:
1.Di bidang politik, pada bidang ini adalah mengerakkan perubahan
sedemikian rupa, sehingga dipenuhi syarat minimal bagi sebuah
kondisi baru yaitu menyangkut kepastian akan hak-hak dasar
rakyat untuk ambil bagian dalam proses politik dan
penyelenggaraan pemerintahan. Inti dari usaha pemberdayaan di
bidang politik ini adalah menghilangkan seluruh hambatan yang
selama ini menutup peluang bagi masyarakat untuk bisa ambil
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
46
bagian secara konstruktif dalam proses pembangunan dan
pengambilan keputusan.
2.Di bidang hukum, di bidang ini diperlukan suatu kondisi minimal
yang berkembang memperkuat identitas masyarakat (komunitas),
termasuk identitas lokal yang antara lain dapat mengacu pada
nilai-nilai dan norma hukum adat setempat. Penguatan institusi
lokal sudah tentu tidak dilakukan dengan mata tertutup,
melainkan dengan pikiran kritis, sehingga jelas mana yang harus
dipertahankan dan mana yang harus ditinggalkan.
3.Di bidang ekonomi, program di lapangan ekonomi diawali dengan
langkah redistribusi sumber-sumber ekonomi. Hal ini dilakukan
untuk memenuhi syarat dasar bagi pemenuhan konsumsi dan
tingkat produksi tertentu di kalangan masyarakat.
Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab
utama dalam program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan adalah
masyarakat berdaya atau memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan
yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan,
kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen bersama dalam menerapkan
prinsip-prinsip pemberdayaan. Kemampuan berdaya mempunyai arti yang sama
dengan kemandirian masyarakat. Salah satu cara untuk meraihnya adalah dengan
membuka kesempatan bagi seluruh komponen masyarakat dalam tahapan program
pembangunan. Setiap komponen masyarakat selalu memiliki kemampuan atau
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
47
yang disebut potensi. Keutuhan potensi ini akan dapat dilihat apabila di antara
mereka mengintegrasikan diri dan bekerja sama untuk dapat berdaya dan mandiri.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan
bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan
masalahmasalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang
dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif,
psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material.
Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi
oleh pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas
permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku
masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap
nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaan
yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai
keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan
kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung
masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan.
Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif,
afektif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya
kemandirian masyarakat yang dicita-citakan. Karena dengan demikian, dalam
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
48
masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan
kecakapanketerampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan
pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhannya.
Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah proses
belajar. Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang baik, secara bertahap
akan memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses
pengambilan keputusan secara mandiri. Sebagaimana dikemukakan oleh
Montagu& Matson (Suprijatna, 2000) yang mengusulkan konsep The Good
Community and Competency yang meliputi sembilan konsep komunitas yang baik
dan empat komponen kompetensi masyarakat. The Good Community and
Competency itu adalah;
(1) setiap anggota masyarakat berinteraksi satu sama lain berdasarkan
hubungan pribadi atau kelompok;
(2) komunitas memiliki kebebasan atau otonomi, yaitu memiliki
kewenangan dan kemampuan untuk mengurus kepentingannya
sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab;
(3) memiliki vialibilitas yaitu kemampuan memecahkan masalah
sendiri;
(4) distribusi kekuasaan secara adil dan merata sehingga setiap orang
mempunyai berkesempatan dan bebas memiliki serta menyatakan
kehendaknya;
(5) kesempatan setiap anggota masyarakat untuk berpartsipasi aktif
untuk kepentingan bersama;
(6) komunitas memberi makna kepada anggota;
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
49
(7) adanya heterogenitas/beda pendapat;
(8) pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat mungkin
kepada yang berkepentingan; dan
Pembentukan masyarakat yang memiliki kemampuan yang memadai
untuk memikirkan dan menentukan solusi yang terbaik dalam pembangunan
tentunya tidak selamanya harus dibimbing, diarahkan dan difasilitasi. Berkaitan
dengan hal ini, Sumodiningrat (2000) menjelaskan bahwa pemberdayaan tidak
bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri,
dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau agar tidak
jatuh lagi. Berdasarkan pendapat Sumodiningrat berarti pemberdayaan melalui
suatu masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri.
Proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara
bertahap, yaitu: (1) tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku
sadar dan peduli, sehingga yang bersangkutan merasa membutuhkan peningkatan
kapasitas diri, (2) tahap transformasi kemampuan berupa wawasan berpikir atau
pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar dapat mengambil peran di dalam
pembangunan, dan (3) tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-
keterampilan sehingga terbentuk inisiatif, kreatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian (Sulistiyani, 2004).
Sesuai uraian diatas, dapat dikatakan proses pemberdayaan sebaiknya
mampu mentransfer daya dengan upaya peningkatan kapasitas masyarakatnya
secara berkelanjutan dalam meningkatkan daya dan kemampuan yang ada baik
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
50
secara individu, organisasi dan komunitas, yang merupakan upaya peningkatan
kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
2.4. Perkembangan Koperasi Dan Credit Union
Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, para pendiri bangsa ini telah
menyadari bahwa pembangunan ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya
demokrasi ekonomi, yaitu : perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas kekeluargaan.
Hal ini sangat jelas terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33
ayat 1 yang berbunyi : “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas kekeluargaan.”
Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 tersebut mengandung cita-cita bangsa, tujuan
membangun asas perekonomian dan tata cara menyusun perekonomian bangsa.
Pemerintah bersama warga negaranya berkewajiban menjalankan usaha
melaksanakan ketetapan dalam UUD 1945, agar cita-cita yang luhur dapat dicapai
dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Inilah yang kemudian menjadi dasar demokrasi ekonomi, dimana produksi
dikerjakan oleh semua, untuk semua, dibawah pimpinan atau penilaian anggota-
anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan
kemakmuran orang seorang.
Pemahaman ini kemudian melahirkan apa yang disebut dengan ekonomi
kerakyatan yaitu ekonomi berbasis masyarakat. Ekonomi kerakyatan yang
berbasis masyarakat tersebut akan terwujud bila : Pertama, terciptanya suasana
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
51
atau iklim yang menungkinkan potensi ekonomi masyarakat berkembang. Kedua,
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Ketiga, melindungi
berlangsungnya kegiatan ekonomi kerakyatan.
Dengan dasar-dasar pemikiran diatas, koperasi lahir menjadi badan usaha
yang sesuai dengan tujuan-tujuan demokrasi ekonomi dan mampu
memberdayakan perekonomian masyarakat. Dan sejak itu pula koperasi dijadikan
sebagai soko guru perekonomian Indonesia.
Koperasi kemudian lahir sebagai sebuah badan usaha yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan anggota-anggotanya. Koperasi
berusaha memperbaiki nasib, maningkatkan taraf hidup, serta memajukan
kemakmuran dan kesejahteraan hidup anggota-anggotanya. Tidak seperti badan
usaha lain yang mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
Untuk tujuan tersebut, koperasi berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari
anggota-anggotanya, sehingga usaha koperasi biasanya sesuai dengan kebutuhan
anggota-anggotanya yang berasal dari apa yang mereka hasilkan sendiri. Apa
yang dihasilkan oleh anggota koperasi merupakan usaha-usaha kecil dalam sektor
informal yang mereka kerjakan. Pertanian, perikanan, industri-indusri rumah
tangga, dan lain-lain sektor informal.
Unit-unit usaha kecil seperti mendapat kesempatan hidup dan berkembang
dengan adanya koperasi. Sehingga masyarakat sebagai pemilik unit-unit usaha
kecil terus merasa ingin berkembang dan bertumbuh menjadi lebih besar. Dengan
filosofis koperasi “dari semua dan untuk semua “ , koperasi pun turut menjadi
besar mengiringi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi masyrakat.Dan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
52
dengan keadaan seperti ini, maka kesejahateraan masyarakat dan pemerataan
kesejahteraan dapat tercapai.
Dilihat dari asal katanya, koperasi berasal dari bahasa Inggris co dan
operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan. Yang
dimaksud dengan koperasi dalam hal ini bukanlah segala bentuk pekerjaan yang
dilakukan secara bersama-sama dalam arti yang sangat umum. Koperasi yang
dimaksud adalah suatu bentuk usaha yang didirikan oleh orang-orang tertentu,
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, berdasarkan ketentuan dan tujuan
tertentu pula.
Secara umum, koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara
sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan
ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara
demokratis.
Keinginan yang dimiliki seseorang untuk menyatukan diri kedalam
koperasi jelas untuk melihat tujuan peningkatan kesejahteraan ekonominya.
Kondisi ini tampak dengan gerakan-gerakan yang dilakukan koperasi berada di
“arus bawah” yaitu pada tingkatan masyarakat dengan kemampuan ekonomi
terbatas / ekonomi lemah.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Bung Hatta yang menyatakan bahwa:
“Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk membela keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan bersama, bukan keuntungan.”
Koperasi dianggap sesuai dalam susunan perekonomian yang hendak
dibangun di Indonesia tidak terlepas dari mayoritas penduduk Indonesia yang
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
53
masih hidup dalam kemiskinan dan keterbatasan yang ditandai dengan
kemampuan ekonomi yang lemah dan terbatas. Dimana koperasi mewadahi
masyarakat tersebut yang ingin melibatkan diri dalam kegiatan ekonomi dan
menjalin kerjasama dengan pelaku-pelaku ekonomi yang lebih kuat.
Keadaan ini menjadikan koperasi tumbuh sebagai badan usaha yang
tumbuh dan mengakar pada masyarakat lapisan bawah. Mereka biasanya terdiri
dari para karyawan pabrik, petani kecil, pedagang kecil, nelayan dan kelompok-
kelompok ekonomi lemah. Yang nantinya diharapkan dapat tumbuh menjadi
ekonomi yang kuat dan besar.
Koperasi kredit menjadi populer di Indonesia ketika sulitnya masyarakat
mengakses dana dari perbankan. Koperasi kredit atau kopdit semakin
berkembang. Tumbuhnya koperasi ini memberikan peluang bagi masyarakat
untuk mendapat dana membantu memecahkan masalah keuangan dan paling tidak
menggantikan peran rentenir yang sebelumnya banyak meminjamkan uang
kepada masyarakat khususnya pedesaan semakin berkurang.
Kopdit atau koperasi simpan pinjam menjadi salah satu bagian dari
koperasi di dalam negeri. Boleh dibilang kopdit masuk ke Indonesia takkala
perekonomian baru mulai tumbuh. Pada saat itu, kondisi ekonomi masyarakat
terutama di pedesaan masih sangat rendah sehingga koperasi menjadi salah satu
jalan menggerakkan ekonomi rakyat.
Credit Union, pertama kali muncul di Indonesia pada 1960-an yang mulai
dikembangkan dari barat. Seorang pastor Katolik asal Jerman bertugas di
Indonesia dan membawa konsep tersebut. Traget utama atau sasaran Credit Union
diperuntukkan kepada setiap orang yang mau menciptakan asset dengan cara
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
54
menabung dengan harapan hari esok akan lebih sejahtera. Credit Union berbeda
dengan koperasi kredit yang bermakna memberikan kredit, bandingkan dengan
kartu kredit, mobil kredit, rumah kredit dan sebagainya. Semua barang-barang
kredit ini diluar makna Credit Union karena barang-barang dilunasi secara
perlahan-lahan dengan tidak mempunyai makna menabung didalamnya. Setelah
lunas selesai sudah kreditnya dan orang yang punya kredit tersebut tidak punya
asset atau modal, yang berbeda dengan konsep Credit Union, nilai kredit tersebut
justru menjadi aset dan menjadi modal yang disebut saham. (Ngo. A. Petrus,
2004)
Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin "credere" yang artinya
percaya dan "union" atau "unus" berarti kumpulan. Sehingga "Credit Union"
memiliki makna kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan
pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan
modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan tujuan produktif dan
kesejahteraan.
Manfaat CU bagi anggota adalah mengubah pola pikir. Maksudnya, dari
yang terbiasa instant- langsung memanfaatkan uang saat mendapat pinjaman --
menjadi menciptakan modal dahulu dengan menabung secara rutin. Jika telah
tercipta modal atau tabungan, baru memanfaatkan atau meminjam.
Selain itu, CU juga dapat mengubah kebiasaan seseorang dari tidak biasa
menabung menjadi biasa menabung. Anggota CU selalu mempunyai uang dalam
bentuk tabungan yang terus meningkat, dan selalu bisa memanfaatkan tabungan
untuk meningkatkan jumlah untuk menciptakan aset.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
55
Credit Union merupakan salah satu gerakan masyarakat membangun
sumber modal bersama yang demokratis dan berkeadilan, gerakan masyarakat
memberdayakan dirinya dalam bidang ekonomi, dengan mengangkat nilai-nilai
sosial yang ada di lingkungannya sebagai semangat kegiatan Ekonomi yang
berperspektif lingkungan dan gender secara partisipatif, gerakan Rakyat untuk
membuka pintu bagi gerakan sosial/masyarakat (dalam bidang lainnya), gerakan
rakyat meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan ekonomi negara,
terutama di daerahnya (meningkatnya daya beli dan kemampuan membayar
kewajiban pajak adalah salah satu faktanya), gerakan rakyat meningkatkan
kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan financialnya. Sebagai Upaya
mengangkat harkat dan martabatnya, maupun martabat bangsa di mata dunia,
serta gerakan rakyat membangun perdamaian.
Credit Union (CU) ialah “kumpulan orang” (disebut anggota) yang
bersepakat membentuk sebuah perusahaan atau lembaga keuangan sebagai
sumber modal bersama. Dengan modal dari kekurangannya, orang-orang tersebut
menginvestasikan, meminjamkan dan mengembangkan uang diantara sesama
mereka, dengan bunga yang layak untuk kepentingan produktif demi mencapai
kesejahteran dan kebebasan finansial (keuangan) secara bersama-sama. Credit
Union berasal dari bahasa latin “Credere” yang berarti saling percaya, dan
“Unus” yang berarti komunitas/kumpulan, jadi Credit Union adalah Sekumpulan
orang yang saling percaya. Di Indonesia CU ini lebih dikenal dengan Koperasi
Kredit (KOPDIT).
Untuk mencapai kesejahteraan anggotanya Credit Union memberikan
pelayanan dalam bentuk pelayanan simpanan anggota, pelayanan pinjaman
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
56
anggota dan pelayanan non simpan pinjam. Pelayanan non simpan pinjam
dimaksudkan disini adalah pelayanan seperti solidaritas kesehatan, pelayanan
santunan duka anggota, pelayanan perlindungan pinjaman anggota dan lain-lain.
Dalam proses pelayanannya Credit Union menganut dan mengembangkan nilai-
nilai 1) Menolong diri sendiri, 2) Bertanggung-jawab pada diri sendiri, 3) Diawasi
secara Demokrasi, 4) Kesetaraan, 5) Keadilan, 6) Kejujuran dan 7) Solidaritas.
Prinsip-Prinsipnya Credit Union, Keanggotaan sukarela dan terbuka, pengawasan
demokratis oleh anggota, partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi, otonomi
dan kemandirian, pendidikan, pelatihan dan penerangan, kerjasama antar koperasi
dan kepedulian sosial. Selain nilai-nilai dan prinsip-prinsip diatas, Credit Union
mengembangkan dan memperkuat Tiga Pilarnya yakni pendidikan, swadaya dan
solidaritas.
Jika ditelusuri lebih jauh, Gerakan CU lahir sebagai salah satu bentuk
perlawanan rakyat terhadap gerakan ekonomi kapitalis yang berlindung di balik
kebijakan pemerintah. Melalui gerakan ini diharapkan terjadi perimbangan dalam
perekonomian Negara. Setidaknya bisa meminimalisir system monopoli pasar
yang selama ini cenderung dibiarkan oleh pemerintah.Dalam hal ini ekonomi
kerakyatan merupakan pilihan yang tepat untuk menciptakan kemakmuran rakyat
yang berkeadilan, karena bisa mengakomodir berbagai kepentingan rakyat, seperti
kepentingan ekonomi, lingkungan, budaya, kebersamaan dan keadilan, kejujuran
dan transparansi. Bentuk gerakan yang tepat untuk ini dan sudah dibuktikan
keberadaanya adalah Credit Union.
Mengapa Credit Union yang menjadi pilihan, berdasarkan pengalaman dan
fakta hingga saat ini, setidaknya ada beberapa alasan berikut:
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
57
1. Credit Union memberdayakan manusia dalam berbagai aspek,
2. mendorong ekonomi rumah tangga yang kokoh,
3. membangun gerakan ekonomi moral rakyat,
4. sarana kaum miskin yang senasib untuk berhimpun,
5. membangun kearifan pengelolaan keuangan, menciptakan
lapangan kerja,
6. memperkuat keswadayaan sosial, budaya, ekonomi dan politik
yang akan mengurangi ketergantungan pada Negara.
7. memperkuat proteksi pada tanah dan hak-hak adat dan sumberdaya
alam lainnya dari eksploitasi pemodal dan Negara,
8. menciptakan pensiunan mandiri dan jaminan sosial bagi keluarga
miskin,
9. serta terbangunnya rekonsiliasi dan perdamaian dalam kehidupan
bermasyarakat.(www.pancur kasih.com)
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
58
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan
adalah deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana menurut Nawawi
(1990: 64), bahwa metode deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan
perhatian pada masalah masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian
dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-
fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan
interpretasi yang rasional dan akurat.
3.2. Defenisi Konsep
1. Modal sosial adalah norma dan jaringan yang melancarkan interaksi dan
transaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat dapat
diselenggarakan dengan mudah.
2. Pemberdayaan merupakan suatu bentuk upaya memberikan kekuatan,
kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan berbagai bentuk inovasi
kreatif sesuai dengan kondisi, yang secara potensial dimiliki. Disamping
itu secara bertahap masyarakat juga didorong untuk meningkatkan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
59
kapasitas dirinya untuk mengambil peran yang sejajar dengan mereka yang
lebih berdaya melalui proses penyadaran.
3. Rekonstruksi sosial ekonomi merupakan suatu langkah rehabilitasi dan
upaya-upaya perbaikan terhadap kondisi kehancuran dan keterpurukan
bidang tatanan kehidupan sosial ekonomi masyarakat korban bencana
Tsunami di Aceh
4. Credit Union adalah kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu
ikatan pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga
menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota dengan
tujuan produktif dan kesejahteraan.
3.3. Informan
Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah
penelitian yang sedang dibahas, maka data diperoleh dari informan. Dalam
penelitian ini informan adalah :
1. Pengurus Laksamana Kemala 1 orang
2. Pengurus Credit Union BSP Makmur Ratana 2 orang
3. Anggota Credit Union BSP Makmur Ratana 4 orang
4. Anggota masyarakat Kuta Krueng 3 orang
3.4. Teknik pengumpulan data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh wawancara mendalam (in-depth
interviewed) dengan informan. Data sekunder diperoleh dari penelusuran berbagai
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
60
kepustakaan dan dokumen yang terdapat di Credit Union BSP (Bantuan Simpan
Pinjam) Makmur Ratana.
3.5. Lokasi dan penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksnaakan di Kuta Geulumpang Adapun
pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah mengingat bahwa Kuta
Geulumpang Kecamatan Samudra Gedung Kabupaten Aceh Utara yang
merupakan salah satu wilayah yang terkena bencana Tsunami yang sedang dalam
tahap rekonstruksi. Dan dalam kehidupan masyarakat Kuta Geulumpang
ditemukan sebuah aktivitas ekonomi berbentuk Credit Union yang dapat
membantu pemulihan kondisi ekonomi dan sosial masyarakatnya.
3.6. Metode Analisis Data
Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data
deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif bermakna sebagai suatu pengertian analisis
yang didasarkan pada argumentasi logika. Namun materi argumentasi didasarkan
pada data yang diperoleh melalui kegiatan teknik perolehan data. Baik studi
lapangan maupun studi pustaka, didalam menganalisisnya berdasarkan pada
kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan
informasi.yang ada. Selanjutnya diberi interpretasi yang secukupnya sesuai
dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Desa Kuta Geulumpang
Pada tahun 1923 berdirinya desa Kuta Geulumpang oleh Said Cek
sekeluarga. Dari BNA yang pada tahun tersebut desa ini dihuni oleh Kepala
Keluarga. Sejarah lahirnya Kuta Geulumpang dari sebatang pohon Geulumpang
dan benteng yang berada disebelah utara dari Meunasah Kuta Geulumpang itu
sendiri.benteng tersebut adalah sebuah benteng peninggalan Portugis.Tahun 1932
said Habib Cek mempunyai anak yang bernama Said Mahmud yang memimpin
Kuta Geulumpang sejak 1932-1945, pada waktu itu jabatan kepala Gampong
bernama Petua.
Luas wilayah desa tersebut pada tahun 1940 lebih 600 m x 1000 m dan
mata pencaharian penduduk adalah nelayan sementara yang lainnya sebagai
pedagang yang berjumlah kira-kira 10 %.
Terjadinya peristiwa DI/TII pada masa itu masyarakat cukup aman dan
perekonomian tidak morat-marit karena desa ini dipimpin oleh Petua said yang
sangat disegani oleh masyarakat. Namun kepemimpinan desa ini diserahkan
kepada Tgk M.Hasan diamna kadaaan perekonomian tidak begitu lancer karena
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
62
gangguan dari luar yaitu pada kejadian DI/TII yang paeda masa itu dipimpin oleh
Daud Bereuh.
Pada tahun 1981 sampai 1992 Geuchik Gampong di daerah ini dipimpin
oleh Geuchik Sulaiman Reubi. Pembangunan desa terus dilaksanakan dengan
adanya bantuan dari pemerintah pusat dan juimlah penduduk bertmabah menjadi
500 jiwa dengan mata pencaharian 65 persen nelayan dan 30 persen petani dan 5
persen pegawai pemerintah.
Pada tahun 1990 terjadi konflik bersenjata antara RI dan GAM yang
banyak merenggut jiwa manusia dan mengakibatkan perekonomian masyarakat
hancur total.Dan ditambah tepatnya pada tangga 26 Desember tahun 2004 terjadi
bencana alam yaitu Gempa dan gelombang pasang yang melanda NAD-SUMUT
yang merenggut jutaaan jiwa manusia.
Pada tahun 2005masyarakat Kuta Geulumpang yang mayoritas sudah
tinggal di barak-barak pengungsian yang terletak kurang lebih 25 Km dari desa
mereka semula. Mata pencaharian mereka pada saat ini belum ada yang menetap
dikarenakan hancur dan banyak ternak-ternak mereka yang sudah hilang.Pada
tahun 2006 masyarakat mulai kembali ke Kuta Geulumpang, mereka mulai
menempati rumah-rumah bantuan.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
63
Gambar 4.1
Gambaran Umum Lembaga Laksamana Kemala
Nama : Lembaga Sinar Keumala
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
64
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
65
Tahun Berdiri : 01 Agustus 2005 ( Akte Notaris T. Abdullrahman, SH. No.01
Tanggal 01 Agustus 2005)
Alamat : Jl. Peutua Ali, Lrg, I, No. 68, Kelurahan Gampong Kuta Krueng
Lembaga : Kota Lhokseumawe ; 24351
Tel : 0654 460077/ 7011252
Fax : 0645 46077
Dasar Pemikiran Berdirinya Lembaga Sinar Keumala
Berawal dari pemikiran sadar bahwa kedudukan menusia sebagai khalifah
dimuka bumi yang senantiasa dituntut untuk mengabdikan diri semata-mata
kahadirat-Nya, dengan senantiasa selalu menitikberatkan pada prinsip
keseimbangan antara hubungan manusia dengan sang Khalik dan hubungan
menusia dengan manusia yang lain, maupun hubungan antara manusia dengan
dengan lingkungan sekitarnya. Maka sudah seharusnyalah manusia tidak
seharusnya bersikap angkuh, sombong dan egois, menggungakan seluruh
hidupnya untuk ambisi pribadi, menumpuk kekayaan dengna dalih demi masa
depaan sebatas dunia, tanpa mempedulikan teman, tetangga, dan masyarakat
sekitar yang masih hidup dalam kemiskinanan dan keterbelakangan.
Menyadari bahwa tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui sebuah
rencana yang sistematis dan terorganisir dangan senantiasa selalu mengharap dan
menggantungkan harapan kehadirat-Nya, maka melalui kesepakatan bersama
Mahasiswa, tokoh masyarakat, dan Pekerja Sosial, serta unsur-unsur lain yang
mempunyai komitmen yang tinggi akan kemanusiaan terbentuklah Lembaga
Sinar Keumala dengan bentuk sebagai sebuah lembaga yang tidak berafiliasi
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
66
pada salah satu partai ataupun kelompok politik tertentu (non partisan), tidak
membeda bedakan suku , jenis kelamin, serta agama (non diskrimatif), dan tidak
bertujuan untuk mencari keuntungan oribadi (non profit) sebaliknya berusaha
untuk bekerja bagi kemaslahatan seluruh umat manusia.
Visi
Penumbuhan kehidupan masyarkat yang sejahtera dan demokratis dengan
dibarengi upaya- upaya perwujudan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan
universal, yang berdasarkan pada semangat keberagaman denga memperhatikan
pergaulan sesame yang penuh toleransi, kelestarian lingkungan serta keadilan
peran antara laki-laki degan perempuan.
Misi
1. Membangun tatanan masyarakat yang sejahtera dan demokratis yang
berkeadilan dengan cara menumbuhkan kesadaran kehidupan berbangsa
dan bernegara.
2. Mengembangkan sikap pergaulan yang menghargai sesama manusia dan
untuk membangun jaringan kerja dan gerakan yang lebih mandiri atas asar
nilai-nilai- silaturrahmi yang luhur
3. Meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian bagi komunitas kurang
beruntung (Orang miskin, anak yatim/piatu, anak jalanan, anak terlantar,
mupun penderita cacat) dengan bertumpu pada potensi dan sumberdaya
setempat
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
67
4. Mengembangkan sikapdan perilaku sosial yang berkeadilan gender pada
berbagai kalangan dan kehidupan mesyarakat dalam menjalankan tugas-
tugas kehidupan.
5. Meningkatkan upaya-upaya yang mengarah pada pemelihraan dan
pelestarian alam sekitar.
6. Menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan
sosial sekitar, lingkungan hidup, hak dan tanggung jawab sebagai warga
Negara serta kewajiban insani terhadap Tuhan.
7. Menumbuh kembangkan keswadayaan Masyarakat
8. Pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat marginal.
Program Jangka Pendek
Melanjutkan kegiartan kemanusiaan sesuai kebutuhan mendesak bagi
masyarakat Dan melaksanakan berbagai program pemberdayaan eknomi bagi
masyarakat marginal.
Program Jangka Menengah
Mendampingi dan memberikan keterampilan usaha ekonomi produktif
bagi masyarakat dampingan sebagai upaya kemandirian konflik dan tsunami.
Program Jangka Panjang
Mendampingi usaha kelompok-kelompok dampingan dalam
mengembangkan usahanya secara labih baik dan mengembangkan usaha ekonomi
produktif dalam usaha kemandirian kelompok dampingan dan kemandirian
lembaga tanpa menggantungkan diri subsidi door.
Stuktur Organisasi
MANAGER Fitriadi
PEMBINA Geuchik Kuta Geulumpang
Tuha Peut Imum Gampong
STAFF ADMINISTRASI
Halimah
PENGAWAS Fadli
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
68
Pengutip I Said Salam
Pengutip II Faisal
4.2. Rekayasa Modal Sosial Sebagai Pondasi Pembentukan Credit Union
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
69
Modal sosial (sosial capital) merupakan isu menarik yang banyak
dibicarakan dan dikaji belakangan ini. Dalam laporan tahunannya yang berjudul
Entering the 21st Century, misalnya, Bank Dunia mengungkapkan bahwa tingkat
modal sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap proses-proses
pembangunan (World Bank 2000). Perhatian besar terhadap peran modal sosial
pun makin diarahkan pada persoalan-persoalan pembangunan ekonomi yang
sifatnya lokal termasuk dalam hal pengurangan kemiskinan, karena hal-hal ini
akan lebih mudah untuk dicapai dan biayanya kecil jika terdapat modal sosial
yang besar .
Modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu
atau kelompok misalnya untuk mengakses sumber-sumber keuangan,
mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan
meminimalkan biaya transaksi. Dalam hidup keseharian, modal sosial atau
hubungan antar individual merupakan salah satu sumber daya atau modal yang
digunakan orang dalam strategi pemecahan persoalan kehidupan sehari-hari atau
dengan kata lain bagaimana masyarakat di sana menggunakan berbagai cara
untuk mentransformasi modal sosial dan modal manusia menjadi modal financial
dalam konteks ekonomi informal masyarakat.
Beberapa upaya/ bentuk rekayasa modal sosial yang terjadi dalam
pembentukan credit union dapat dilihat dalam bentuk :
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
70
1. Adanya mekanisme pemanfaatan figure pemimpin informal
masyarakat.
Dalam hal ini pihak lembaga mengkondisikan tokoh/figure
pemimpin informal yang ada pada masyarakat seperti ulama dan ketua RT
untuk memperoleh pinjaman dengan jumlah besar (untuk pinjaman usaha).
Dalam bentuk ini, keterlibatan pemimpin informal tersebut dalam
memberikan rekomendasi, di satu sisi mengukuhkan kepemimpinan
informalnya di kalangan komunitasnya. Di sisi lain, pemimpin informal
tersebut akan menarik komunitasnya untuk aktif dalam credit union.
Dalam hal ini terjadi simbiosis mutualisme
2. Pinjaman tanpa jaminan
Salah satu bentuk rekayasa modal social dalam pembentukan credit
union ini menekankan pada nilai kepercayaan. Dengan adanya system
tanpa jaminan ini merupakan kondisi yang seimbang dimana
kepercayaan dari anggota menyimpan uangnya dengan jaminan
kepercayaan di balas dengan pemberian pinnjaman dengan garansi
kepercayaan lembaga terhadap si anggota.
3. Menciptakan rasa kepemilikan bersama yang berakar pada kepercayaan
komunitas
Setiap kelompok berkewajiban untuk mengembangkan nilai-nilai
kebersamaan, kepercayaan, kepedulian, dan empati, baik dalam sisi
kemanusiaan maupun kewajiban berupa financial. Dalam Credit Union
ini, kalau ada anggota yang tidak membayar kewajibannya maka,
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
71
seluruh anggota dalam kelompok itu menanggungnya jadi mau tidak
mau, setiap anggota akan saling kontrol dan mengingatkan supaya tidak
lalai dalam menemuhi kewajibannya.. Mekanisme tanggung dapat
digunakan sebagai alat untuk pemberdayaan anggota melalui pembinaan,
serta dapat dipakai sebagai pengaman asset bersama melalui bentuk
saling menanggung pada segi finansial bila terjadi masalah. Selanjutnya,
kelompok menyediakan interaski, saling tanggung rasa, saling
menghargai dan menjaga diri serta harus ada disiplin dan kebersamaan
dalam menemuhi kewajiban.. Oleh karena ini, ada peningkatan harga
diri, kesejahteraan masyarakat dan rasa tanggung jawab sosial. Sikap dan
rasa memiliki sangat ditekankan kepada seluruh anggotanya. Yang
dimaksud disini dengan rasa memiliki bersama adalah yang menjadi
penyimpan dana atau para anggota dan juga para pengurus. Nilai yang
berkembang adalah dimana dalam hal pinjaman dipandang sebagai
sesuatu yang berasal dari saudaranya , karena menurut orientasi nilai
masyarakat sekampung adalah saudara sehingga dana wajib
dikembalikan. Dengan adanya pengembalian tersebut membuka
kesempatan orang lain yang juga saudaranya untuk meminjam kembali
dana dari CU.
Masyarakat Kuta Geulumpang pada umumnya merupakan masyarakat
petani. Namun yang pasti, pasca bencana Tsunami yang melanda Aceh
mewariskan kemiskinan yang semakin akut karena kompleksnya permasalahan di
desa ini. Selain itu, kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat terjadi
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
72
disebabkan masyarakat Kuta Geulumpang hidup dalam suasana alam yang keras
yang selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya.
Kondisi tersebut di atas merupakan salah satu factor penyebab
masyarakat Kuta Geulumpang dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan
perusahaan asuransi, seperti sulitnya masyarakat mendapatkan akses pinjaman
modal, baik untuk modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
keluarga. Di tengah kesusahan itulah, masyarakat menggantungkan hidupnya pada
institusi lain yang mampu menjamin keberlangsungan hidup keluarganya.
Selama ini, tidak adanya alternatif institusi di wilayah ini dalam menjamin
keberlangsungan hidup masyarakat menyebabkan mereka beberapa kali harus
jatuh pada pola masalah seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir .
Kondisi yang sering terjadi apabila masyarakat sedang mengalami
kesulitan ekonomi memaksa masyarakat Kuta Geulumpang melakukan proses
adaptasi kondisi. Untuk itu berbagai strategi adaptasi dilakukan masyarakat untuk
bertahan hidup. Strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi
peran perempuan (kaum istri) dan anak-anaknya untuk mencari nafkah.
Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah untuk keluarga tidak terlepas dari
sistem pembagian kerja secara seksual (the division of labour by sex) yang berlaku
pada masyarakat setempat.
Kaum perempuan biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranata-pranata
sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi
kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka
manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya pranata-
pranata tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat Kuta Geulumpang dalam
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
73
menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai
pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks
lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi, dimana penduduk itu hidup. Hal
ini didukung dengan penuturan salah seorang informan yang berasal dari anggota
masyarakat, ibu fitri, yang mengatakan :
Bisanya apabila keluarga sedang mengalami kesulitan ekonomi , maka seperti biasanya yang berlaku di daerah kami ini, kami para kaum istri akan berinisiatif mencari kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan demi kelangsungan hidup keluarga. Paling tidak kami para istri aka berupaya mencari pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Biasanya kami para istri akan mencoba memeinjam kearisan yang diikuti dan apabila tidak ada dana dari arisan maka pergi keladang (ikut gajian) dan apabila
Strategi lainnya yang sering dilakoni masyarakat pemanfaatan jaringan,
merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh masyarakat dalam mengatasi
masalah keluarga. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial mereka, baik
secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan
kelembagaan. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah
dengan pinjam uang kepada tetangga, mengutang ke warung terdekat,
memanfaatkan program anti kemiskinan, bahkan ada yang pinjam uang ke
rentenir atau bank dan sebagainya). Kondisi dilapangan menunjukkan, bahwa
mereka sering meminta bantuan kepada relasi sosialnya terutama kepada teman
sekerja atau tetangga. Kondisi ini menunjukkan, bahwa di antara mereka
mempunyai solidaritas yang kuat dan saling percaya. Tampaknya teman
merupakan tumpuan untuk memperoleh pertolongan dan sebagai tempat pertama
yang akan dituju apabila mereka mengalami masalah. Relasi mereka tidak hanya
sebatas di bidang, tetapi mencakup bidang-bidang yang lain, misalnya dalam
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
74
peningkatan mental spiritual. Kegiatan ini merupakan strategi yang bersifat aktif
untuk memperoleh dukungan emosional.
Dalam tatanan kehidupan sosialnya, masyarakat Kuta Geulumpang hidup
dengan mengembangkan sikap dan sifat demokratis. Keputusan-keputusan yang
diambil adalah merupakan hasil musyawarah bersama, dengan kata lain tidak akan
ada keputusan berdasarkan kemauan satu orang atau sepihak meskipun itu berasal
dari aparat desa. Misalnya, walaupun dalam proses pengambilan keputusan
dilakukan voting ( pemilihan suara terbanyak), namun selalu diawali dengan
musyawarah. Jika dalam musyawarah tidak tercapai suatu kesepakatan atau ada
beberapa pendapat yang tidak sejalan barulah ditempuh langkah voting tertutup
dengan cara masing-masing orang menulis di kertas.
Setelah keputusan diambil dan ditetapkan, baik itu keputusan hasil
musyawarah mufakat ataupun pemungutan suara, biasanya seluruh warga akan
melaksanakan keputusan itu dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Jika
keputusan telah diambil, semua warga harus menjalankan hasil keputusan
tersebut. Bila ada yang melanggar, biasanya akan mendapatkan sanksi. Sanksi
yang akan dikenakan kepada pelanggar tersebut juga ditetapkan melalui
musyawarah, dan untuk melegitimasi hasil musyawarah untuk menentukan sanksi
tersebut, kepala kampung yang akan menjatuhkan hukumannya. Misalnya saja,
dalam arih ditetapkan bahwa seluruh warga harus bergotong-royong
membersihkan lingkungan dalam waktu seminggu sekali dan bagi pelanggar akan
diberi sanksi berupa denda. Maka ketika ada orang yang tidak melaksanakan
keputusan tersebut, kepala kampung akan menagih uang denda tersebut kepada si
pelanggar. Di samping itu sanksi lain yang diterima adalah berupa sanksi sosial Si
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
75
pelanggar tersebut akan dikucilkan dari pergaulan dan aktivitas kehidupan sehari-
hari.
Kondisi tersebut di atas merupakan suatu fenomena modal sosial yang
apabila diarahkan dapat menjadi suatu potensi positif . Hal inilah yang menjadi
dasar optimisme lembaga “Sinar Keumala” untuk sosialisasikan program Credit
Union. Adanya suatu sistem pranata, saling percaya dan jaringan sosial dari
realitas hidup masyarakat Kuta Geulumpang menjadi suatu modal sosial yang
dapat direkayasa untuk pelaksanaan suatu aktivitas ekonomi demi perbaikan
kualitas hidup masyarakat itu sendiri.
Konsep modal sosial merupakan pelengkap dari banyak kapital yang
sudah berkembang sebelumnya, yaitu natural capital, financial capital, physical
capital, human capital, human made capital, dan intelectual capital. modal sosial
merupakan syarat penting untuk menggerakkan sebuah organisasi, bahkan untuk
pembangunan. Untuk itu, modal sosial harus dikenali dan dikembangkan pula.
Konsep modal sosial dapat diterapkan untuk upaya pemberdayaan masyarakat.
modal sosial menjadi semacam perekat yang mengikat semua orang dalam
masyarakat. Di dalamnya berjalan “nilaisaling berbagi” (shared values) serta
pengorganisasian peran-peran (rules) yang diekspresikan dalam hubungan-
hubungan personal (personal relationships), kepercayaan (trust), dan common
sense tentang tanggung jawab bersama.
Selama ini, banyak pihak yang kurang percaya terhadap kemampuan
masyarakat untuk memecahkan masalahnya sendiri, karena melihat banyak
kelompok masyarakat yang mempunyai sikap dan perilaku yang kurang dapat
dipercaya. Di pihak lain karena tidak dipercaya dan tidak diberi kesempatan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
76
memecahkan masalah sendiri, masyarakat menjadi lemah, sehingga mereka selalu
bergantung kepada pihak luar. Masyarakat yang makin lemah, akan memperkuat
pandangan pihak luar bahwa mereka ‘tidak mempunyai kemampuan’ untuk
mengorganisir diri sendiri , sehingga hal ini akan menjadi seperti lingkaran setan.
Sangat penting untuk membangun masyarakat yang dapat dipercaya ,
karena masyarakat seperti inilah yang akan dihargai dan diperhitungkan oleh
pihak lain yang mau bekerjasama dengan mereka, sehingga memungkinkan
terjadinya kerjasama yang setara di antara masyarakat dengan pihak luar.
Kepercayaan merupakan modal sosial dalam melakukan kerjasama, sehingga
berjaringan dan bermitra antara masyarakat yang mempunyai modal sosial yang
kuat dan pihak luar merupakan keniscayaan. Untuk membangun modal sosial
perlu perubahan dalam masyarakat.
Sebagai motor penggerak perubahan masyarakat, Lembaga Sinar
Keumala berupaya membangun sikap dan perilaku masyarakat untuk menjadi
masyarakat yang bisa dipercaya.Kepercayaan bisa tumbuh, bisa terbangun dengan
baik apabila ada rasa saling percaya di antara para pihak, dengan dilandasi
keterbukaan, kejujuran, saling menghargai, tidak mementingkan diri sendiri dan
sebagainya. Masyarakat yang berhubungan dalam satu ikatan sosial seperti di atas
akan menjadi masyarakat yang kuat dan mandiri. Tingkat kemandirian yang
paling tinggi apabila ada saling kebergantungan di antara para pihak, dimana
hubungan sosial antar berbagai pihak dilandasi oleh kesetaraan.
Bercermin dari kondisi tersebut di atas maka sebagai icon dalam
pembaharuan dan pengemban amanat sosial yang peka terhadap peri kehidupan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
77
masyarakat maka lembaga Sinar Keumala berupaya untuk menciptakan sebuah
perbaikan dan pencapaian kemapanan masyarakat Kuta Geulumpangmelalui
swadaya dan pemanfaatan potensi-potensi yang ada pada masyarakat itu sendiri.
Sebagai alternative pilihan program yang dikembangkan oleh lembaga ini
adalah penerapan konsep Credit Union sebagai solusi ekonomi bagi masyarakat
Kuta Geulumpang yang dimana penekanannya adalah bahwa sebagai pondasi
pembentukannya adalah melalui rajutan-rajutan modal sosial yang ada ditengah-
tengah masyarakat itu sendiri sebab Sebuah komunitas terbangun karena adanya
ikatan-ikatan sosial di antara anggotanya.. Komunitas ini merupakan ikatan sosial
di antara semua warga yang terdiri dari individu-individu dan atau kelompok-
kelompok yang berinteraksi dalam sebuah hubungan sosial yang didasarkan
kepada suatu tujuan bersama. Kemampuan komunitas atau kelompok-kelompok
untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan baik di antara anggota -
anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk
bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut
modal sosial Jika warga masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang
didasarkan kepada nilai- nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap
saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga
ketimpangan-ketimpangan antara anggota masyarakat akan bisa diminimalkan.
Dalam pelaksanaan program Credit Union ini pihak Sinar Keumala harus
bekerja keras dalam mengeksplorasi dan merajut modal-modal sosial yang ada
pada masyarakat untuk dijadikan pijakan bagi pembentukan Credit Union tersebut
nantinya. Arah dari segala program ini adalah lebih diarahkan kepada manajemen
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
78
ekonomi masyarakat atau mengajak masyarakat untuk hidup hemat melalui
tabungan yang dalam arti harus ada suatu wadah yang dapat menampung dan
meningkatkan tabungan masyarakat melalui Credit Union CU). Sehingga segala
kebutuhan masyarakat terutama yang kekurangan modal dapat dengan mudah
meminjam melalui CU.. Hal ini diperkuat dengan pernyataan ketua pelaksana
Credit Union sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Laksamana Kemala , Bapak
Safaruddyn yang mengatakan :
Kami sadar bahwa bekerja tanpa modal itu omong kosong. Masyarakat tidak bisa berpartisipasi dalam program pengembangan jika mereka tidak punya uang. Maka kami himpun masyarakat, tanpa membedakan agama, untuk membentuk Credit Union. Sekarang ini CU ada di mana-mana. Melalui CU, modal berupa uang terkumpul. CU yang dikelola oleh secara bersama sehingga mendorong masyarakat untuk menabung.
Sebagai follow up program, maka perlu dilakukan implementasinya di
lapangan, yaitu pengorganisasian masyarakat Kuta Krueng. Berhubungan dengan
pengorganisasian ini, lembaga mengajak, mengarahkan masyarakat untuk diskusi
bersama, menyampaikan pendapatnya, dan sekaligus memberikan beberapa
solusi. Disamping itu, masyarakat diajak untuk mencari apa saja yang menjadi
faktor penghambat perkembangan ekonominya atau dengan kata lain bahwa
mereka dipacu untuk mengetahui akar permasalahan yang mereka alami pada saat
ini. Masyarakat juga disadarkan akan pentingnya suatu organisasi atau kelompok-
kelompok .Disamping itu juga mereka membuat aturan mainnya untuk masing-
masing kelompok, memilih leadeships seperti ketua, sekretaris, dan bendahara.
Setelah masyarakat sepakat untuk membuat suatu wadah yang dapat mendukung
kegiatannya, maka terbentuklah sebuah kelompok Credit Union yang bernama
BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana . Sesuai dengan filosofinya maka
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
79
organisasi ini dibentuk dengan mengandalkan modal sosial yang terdiri dari saling
percaya, jaringan sosial dan pranata sosial.
Kelompok ini dibentuk atas dasar kesamaan-kesamaan etnis/suku/marga,
kesamaan agama, atau kelompok yang dibentuk atas dasar kesamaan pekerjaan
atau mata pencaharian, pada komunitas di Kuta Geulumpang, kelompok atau
anggotanya memiliki kesamaan kepentingan antara yang satu dengan yang lain,
dan saling membantu serta saling mengisi. Dalam kelompok etnis/suku/marga,
keeratan sosial berdasarkan kesukuan dibina dan dibangun sebagai modal sosial
untuk memenuhi kepentingan bersama. Disamping hal tersebut masyarakat Kuta
Geulumpang merupakan masyarakat yang mata pencahariannya dari bertani,
sehingga Kelompok BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana
pembentukannya atas dasar kesamaan pekerjaan atau mata pencaharian sebagai
petani. Para anggota dari kelompok ini terdiri dari berbagai suku maupun agama
yang berbeda. Mereka dipersatukan atas dasar kesamaan kepemilikan lahan atau
wilayah hamparan tanah pertanian, yang memiliki kesamaan kebutuhan untuk
mengembangkan kehidupan ekonominya.
Ada beberapa point penting yang menjadi esesnsi dan peran modal sosial
dalam membentuk dan mempertahankan eksistensi Credit Union yang telah
dibentuk yaitu ;
1. Modal sosial berupa kepercayaan yang ada pada masyarakat yang bekerja
pada tatanan psikologis individual. Sikap ini akan mendorong orang
berkeyakinan dalam mengambil satu keputusan setelah memperhitungkan
resiko-resiko yang ada. Dalam waktu yang sama, orang lain juga akan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
80
berkeyakinan sama atas tindakan sosial tersebut, sehingga tindakan itu
mendapatkan legitimasi kolektif.
2. Kerjasama, yang berarti pula sebagai proses sosial asosiatif dimana trust
menjadi dasar terjalinnya hubungan-hubungan antar individu tanpa
dilatarbelakangi rasa saling curiga. Selanjutnya, semangat kerjasama akan
mendorong integrasi sosial yang tinggi dalm menjalankan Credit Union
3. Penyederhanaan pekerjaan, dimana modal sosial membantu meningkatkan
efisiensi dan efektivitas kerja Credit Union. Pekerjaan yang menjadi
sederhana itu dapat mengurangi biaya-biaya transaksi yang bisa jadi akan
sangat mahal sekiranya pola hubungan sosial dibentuk atas dasar moralitas
ketidakpercayaan.
4. Ketertiban. Modal sosial berfungsi menciptakan suasana kedamaian dan
meredam kemungkinan timbulnya kekacauan sosial. Dengan demikian,
membantu menciptakan tatanan sosial yang teratur, tertib dan beradab
yang memberikan ruang kondusif bagi perjalanan dan perkembangan
Credit Union
5. Modal sosial membantu merekatkan setiap komponen sosial yang hidup
dalam sebuah komunitas menjadi kesatuan yang tidak tercerai-berai. Hal
ini akan membuat keberadaan Credit Union semakin langgeng berada
ditengah-tengah masyarakat.
Sebagai upaya menumbuhkan rasa saling percaya maka diperlukan suatu
kerja keras dari lembaga untuk mewujudkannya. Kepercayaan tidak akan tercapai
dengan sendirinya, memerlukan proses untuk membangun kepercayaan secara
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
81
terus menerus. Untuk menumbuhkan kepercayaan diantara masyarakat Kuta
Geulumpang maka diperlukan adanya sikap penerimaan sebab sejak awal
hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima
sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan
berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Membutuhkan suasana saling
menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok
tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan
sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari
tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang
baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–
masing dalam waktu yang relatif lama.
Dalam upaya menumbuhkan rasa saling percaya tersebut maka lembaga
“Sinar Keumala” memiliki strategi khusus yaitu berupaya menumbuhkan
kerjasama dan kepercayaan di antara anggota, menumbuhkan kerjasama dan
kepercayaan antara lembaga dengan warga masyarakat . Dalam hal menumbuhkan
kerjasama dan kepercayaan diantara sesama anggota, maka diupayakanlah
menerapkan pola- pola hubungan yang jujur dan terbuka dalam setiap kegiatan
kelompok dengan cara:
1. Merumuskan semua keputusan dan tindakan bersama, tidak ada anggota
yang memutuskan sendiri berdasarkan kepentingannya.
2. Menjalin dialog terbuka dengan diskusi-dikusi secara berkala, saling
memberikan informasi dan bertukar pengalaman.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
82
3. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan informasi yang diterima,
agar semua anggota bisa mengakses informasi tersebut.
4. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota untuk
berpendapat dan mengemukakan perasaan- perasaannya dalam suasana
saling menghargai
Sementara itu dalam hal menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan di
antara anggota diupayakan untuk
1. Menjalankan tugas yang diamanahkan oleh masyarakat dengan
pengelolaan yang jujur dan adil. Adil bukan berarti bagi rata, akan tetapi
menentukan prioritas berdasarkan kebutuhan yang nyata, bukan untuk
kepentingan pribadi. Tidak mencari keuntungan pribadi, akan tetapi
menjalankan tugas dan tanggung jawab semata – mata untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat.
2. Mampu melindungi masyarakatnya tidak memihak kepada kelompok
tertentu akan tetapi memberikan kesempatan kepada semua warga untuk
terlibat dalam keseluruhan kegiatan.
3. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga mayarakat untuk
berpartisipasi dalam proses dari menemukenali masalah (refleksi n dan
pemetaan swadaya, merencanakan dan monitoring evaluasi kegiatan,
walaupun keputusan terakhir lembaga yang menentukan sebagai
pengambil kebijakan.
4. Mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan, kegiatan-kegiatan dan
kebijakan yang dikeluarkan (akuntabilitas).
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
83
Lahir dan berkembangnya suatu Credit Union sangat bergantung pada
kepercayaan suatu komunitas /anggotanya. Kepercayaan itu muncul dari proses.
Tingkat kepercayaan anggota akan terus meningkat seiring dengan keberhasilan
dalam pengelolaan dan cara mengkomunikasikan kondisi keuangan. Sebaliknya
tingkat kepercayaan tersebut akan melorot jika terjadi salah kelola dan tidak
komunikatif. Tingkat kepercayaan itu akan menipis dan dapat hilang bila terjadi
penyalahgunaan keuangan.
Credit Union dipakai sebagai jaminan sosial yang tercipta berdasarkan
nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat, yaitu, kebersamaan, tolong-
menolong dan kepercayaan antar anggota masyarakat. Inilah sistem bergotong-
royong dan kebersamaan, biar kalau ada kesulitan, kelompoknya kerja sama untuk
meringankan. Kalau ada yang jahat, semua anggota lain di kelompok harus
bertanggung jawab. Oleh karena ini, proses untuk menjadi anggota di koperasi
simpan pinjam harus selektif dan anggota harus sudah kenal sama anggota baru.
Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang pengurus yaitu Ibu Halimah yang
mengatakan :
Kalau ada anggota baru yang minta ijin masuk, semua anggota lain harus membuat kesepakatan didasarkan tingkat kepercayaan sama anggota itu. Selanjutnya, pertemuan menjadi hal yang wajib, karena bagaimana bisa muncul jiwa kebersamaan bila di antara anggota tidak terjadi interaksi, dan kalau tidak ada jiwa kebersamaan, bagaimana mungkin di antara mereka mau saling menanggung jiwa individu yang justru akan menonjol.
Dalam system Credit Union keterlibatan para anggota sangat terbuka luas.
Salah satu bentuk keterlibatan adalah hak control yang besar dimiliki semua
anggota. Bentuk control biasanya dapat berupa perolehan laporan (kuartal,
semester atau tahunan) keuangan lembaga atau anggota dapat menanyakan
langsung kepada pengurus.
Gambar 4.2. Proses pembentukan credit union
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
84
4.3. Credit Union Sebagai Alternatif Rekonstruksi Sosial Ekonomi
Masyarakat
Masyarakat kecil sangat sulit untuk memperoleh akses kelembaga
keuangan dan Pertanyaan sekarang adalah, apa yang harus dilakukan dalam
memberdayakan ekonomi rakyat ?. Jika disepakati bahwa konsep pemberdayaan
didasarkan pada nilai-nilai tertentu yang memihak pada subyek yaitu masyarakat
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
85
akar rumput, wong cilik, komunitas paling kecil atau masyarakat yang
teroganisasi secara territorial, maka pemberdayaan( ekonomi rakyat) tidak bisa
hanya di konsepkan dari atas (sentralitas). Pemberdayaan menekankan adanya
otonomi komunitas dalam pengambilan keputusan, kemandirian dan keswadayaan
local, demokrasi dan belajar dari pengalaman sejarah. Esensinya ada pada
partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan perubahan masyarakatnya.
Pada berbagai program pemberdayaan yang bersifat parsial, sektoral dan
charity yang pernah dilakukan, sering menghadapi berbagai kondisi yang kurang
menguntungkan, misalnya salah sasaran, menumbuhkan ketergantungan
masyarakat pada bantuan luar, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan
melemahkan kapital sosial yang ada di masyarakat (gotong royong, musyawarah,
keswadayaan, dll). Lemahnya kapital sosial pada gilirannya juga mendorong
pergeseran perubahan perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat
kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara
bersama.
Kondisi modal sosial dan perilaku masyarakat yang melemah serta
memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan
tindakan dari pengelola program pemberdayaan dan pemimpin-pemimpin
masyarakat yang selama ini cenderung tidak berorientasi kepada masyarakat
golongan ekonomi lemah, tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggung gugat.
Hal yang demikian akan menimbulkan kecurigaan, kebocoran, stereotype dan
skeptisme di masyarakat, akibat ketidakadilan tersebut. Keputusan, kebijakan dan
tindakan yang tidak adil ini dapat terjadi pada situasi tatanan masyarakat yang
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
86
belum madani, yang salah satu indikasinya dapat dilihat dari kondisi kelembagaan
masyarakat yang belum berdaya, yang tidak berorientasi pada keadilan, tidak
dikelola dengan jujur serta terbuka dan tidak berpihak serta memperjuangkan
kepentingan masyarakat lemah.
Kelembagaan masyarakat yang belum berdaya tersebut pada dasarnya
disebabkan oleh karakteristik lembaga masyarakat yang ada di masyarakat
cenderung tidak mengakar dan tidak representatif. Di samping itu, ditengarai pula
bahwa berbagai lembaga masyarakat yang ada saat ini dalam beberapa hal lebih
berorientasi pada kepentingan pihak luar masyarakat atau bahkan untuk
kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, sehingga mereka kurang memiliki
komitmen dan kepedulian pada masyarakat di wilayahnya. Dalam kondisi ini akan
semakin mendalam krisis kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga
masyarakat yang ada di wilayahnya.
Kondisi kelembagaan masyarakat yang tidak mengakar, tidak representatif
dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi
perilaku/sikap masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat
dalam menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang pada
akhirnya mendorong sikap skeptisme, masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya
diri, mengandalkan bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya, tidak
mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan
bermasyarakat, yaitu terutama keikhlasan, keadilan dan kejujuran.
Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka
membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah
perjuangan kaum ekonomi lemah, yang mandiri dan berkelanjutan dalam
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
87
menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal
agar lebih berorientasi ke masyarakat miskin (pro poor) dan mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik (good governance), baik ditinjau dari aspek sosial,
ekonomi maupun lingkungan, termasuk perumahan dan permukiman.
Pertanyaan sekarang adalah, apa yang harus dilakukan dalam
memberdayakan ekonomi rakyat ?. Jika disepakati bahwa konsep pemberdayaan
didasarkan pada nilai-nilai tertentu yang memihak pada subyek yaitu masyarakat
akar rumput, wong cilik, komunitas paling kecil atau masyarakat yang
teroganisasi secara territorial, maka pemberdayaan( ekonomi rakyat) tidak bisa
hanya di konsepkan dari atas (sentralitas). Pemberdayaan menekankan adanya
otonomi komunitas dalam pengambilan keputusan, kemandirian dan keswadayaan
lokal, demokrasi dan belajar dari pengalaman sejarah. Esensinya ada pada
partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan perubahan masyarakatnya.
Partisipasi mampu terwujud jika terdapat pranata sosial di tingkat
komunitas yang mampu menampung aspirasi masyarakat dalam pembangunan.
Tanpa adanya pranata sosial dan politik di tingkat komunitas, Distrik dan
Kabupaten yang mampu memberikan rakyat akses ke pengambilan keputusan,
yang akan diuntungkan hanyalah kalangan bisnis dan kalangan menengah
perkampungan serta perkotaan. Kebijakan top down yang didisain untuk
menolong rakyat tidak bisa dikatakan mempromosikan perekonomian rakyat
karena tidak ada jaminan bahwa rakyatlah yang akan menikmati keutungannya.
Untuk mewujudkan ekonomi rakyat berdaya, yang pertama-tama harus dilakukan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
88
adalah memfasilitasi terbentuknya pranata sosial yang memungkinkan rakyat ikut
serta dalam pengambilan keputusan. Apabila ada pranata sosial yang
memungkinkan rakyat untuk merumuskan kebutuhan pembangunan mereka dan
memetakan potensi serta hambatan yang mereka hadapi dalam rangka memenuhi
kebutuhan pembangunan mereka, pemerataan kesempatan berusaha akan dengan
sendirinya mulai tercipta.
Salah satu cara untuk memecahkan persoalan yang pelik seperti itu adalah
dari pembiayaan swadaya keuangan melalui sebuah lembaga kemasyarakatan dan
koperasi kredit Untuk menjawab permasalahan tersebut maka dibentuklah Credit
Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana sebagai alternative solusi
terhadap permasalahan sosial ekonomi masyarakat Kuta Geulumpang. Pengaruh
keberadaan lembaga keuangan Credit Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam)
Makmur Ratana untuk desa ini sangat besar karena langsung menyentuh rakyat
lapisan bawah. Ini bisa menjadi semacam senjata ampuh untuk mengangkat
masyarakat Kuta Geulumpang dari faktor ekonomi yang lemah dan permodalan.
Sejauh yang kita tahu, pengaruh CU sendiri telah membantu pemberdayaan
masyarakat dan menarik mereka kedalam tatanan tingkat kehidupan ekonomi
sosial yang jauh lebih baik.
Gambar 4.3. Diskusi perumusan AD/RT credit union
Proses pembentukan Credit Union dimulai dari jumlah anggota yang tidak
cukup banyak. Anggota awal dari CU ini hanya berjumlah 32 orang.. Setelah
melalui berbagai proses dan berbagai pencapaian hasil maka kelompok ini
mendapat simpati dari warga yang akhirnya ikut serta menggabungkan diri
sebagai anggota dari Credit Union ini. Hal ini sesuai dengan penuturan salah
seorang anggota CU, Ibu wahyu Ningsih, yang memaparkan alasan
ketertarikannya untuk bergabung dengan Credit Union BSP yang mengatakan :
Saya merasa tertarik untuk ikut menjadi salah satu anggota Cu ini dikarenakan melihat sistem manajemen, organisasi dan administrasi yang baik serta transparan,. Selain itu CU saya melihat beberapa tetangga saya yang terdahulu masuk sebagai anggota di CU ini yang pada awalnya berasal dari
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
89
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
90
keluarga yang sangat lemah ekonominya kini dapat mensejahterakan keluarga dan membiayai pendidikan anak-anak nya .
Dalam pelaksanaan Credit Union ini ada beberapa peraturan dan ketantuan
yang berlaku umum yaitu :
a. Ketentuan yang harus dipenuhi jika ingin menjadi anggota CU, antara lain :
1. Seluruh anggota masyarakat Kuta Keulumpang. Bagi anggota yang belum
berumah tangga harusmendapat persetujuan dari orang tua jika ingin
menjadi anggota CU
2. Anggota harus penduduk Kuta Keulumpang ; orang yang berasal dari luar
kuta Keulumpang juga menjadi anggota CU, tetapi harus memiliki aset di
kuta Keulumpang, misalnya tanah ladang atau rumah.
3. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang hampir sama, misalnya
setiap anggota berhak meminjam uang di CU sesuai dengan saham yang
dimilikinya setiap anggota berhak dipilih menjadi pengurus dalam rapat
anggota yang dilakukan tahun sekali setiap anggota dapat menyimpan
uang dan mendapatkan bunga setiap anggota yang lepas (mengundurkan
diri) berhak mendapatkan modalnya dengan potongan uang administrasi
Rp. 10.000,-.
4. Anggota yang mengundurkan diri biasanya karena pindah.
5. Sedangkan yang menjadi kewajiban bagi setiap anggota CU adalah bagi
anggota baru diwajibkan membayar uang pangkal membayar iuran wajib
dengan jumlah minimal Rp. 5000/bulan mengikuti semua aturan yang
berlaku di CU
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
91
b. Mekanisme peminjaman :
Bagi anggota CU yang ingin meminjam uang ada beberapa ketentuan
dipenuhi, antara lain:
1. Jumlah pinjaman anggota maksimal sebesar 5X jumlah saham. Artinya
bila seseorang memiliki total saham Rp. 100.000,- maka pinjaman
maksimalnya sebesar Rp. 500.000,
2. Bunga pinjaman sebesar 3 % menurun, artinya bunga yang dibayar adalah
3 % dari jumlah sisa cicilan.
3. Jangka waktu pinjaman 7 -12 bulan. Untuk pinjaman kurang dari satu juta
rupiah dengan jangka waktu 7 bulan, sedangkan untuk pinjaman satu juta
rupiah ke atas dengan jangka waktu 12 bulan
4. Pembayaran pinjaman dapat dilakukan dengan cara mencicil atau dibayar
sekaligus
Proses Pinjaman
Pinjaman pertama adalah Rp. 500 000 dengan angsuran maksimal 10 kali.
Pinjaman kedua adalah Rp. 1 juta, dan anggota boleh pinjam lagi dengan kenaikan
Rp. 500 000 setiap pinjaman. Pinjaman maksimal adalah Rp. 5 juta. Seperti di
koperasi, sebelum boleh pinjam, anggota di koperasi harus menemuhi kewajiban
simpanan pokok, yaitu Rp. 100 000 dulu sebelum realisasi pinjaman pertama.
Sesudah simpanan pokok dibayar anggotanya boleh pinjam, dan setiap bulan
simpanan wajib, yaitu Rp. 5 000 harus dipenuhi. Di koperasi ini simpanan tidak
boleh diambil sampai waktu anggota keluar. Aturan ini didasarkan keperluan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
92
simpanan anggota untuk modal koperasi. Di koperasi simpan pinjam ini bunganya
tergantung pada kali angsuran. Sistem ini bisa dilihat di tabel berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Angsuran & Bunganya Credit Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana
Angsuran
Bunga
10 kali 1 %
15 kali 1.5 %
20 kali 2 %
Sumber: Credit Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
93
Tabel 4.2 List Pinjaman Tahun Buku Januari 2006 s/d Desember 2006
Jumlah Peminjam Tujuan Peminjaman No Bulan Orang Uang Darurat Konsumtif, Produktif
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
6
18
12
17
20
15
23
11
18
19
24
25
10.500.000 15..540.000 12..250.000 15.000.000 22..000.000 14.750.000 25..000.000 13.800.000 24.500.000 25.000.000 32..750.000 40.000.000
3
1
3
2
1 -
7
3 -
3
7
8
2
9 -
12
8
12
10
5
12
9
15
16
1
8
9
3
11
3
6
3
6
7
2
1
Jumlah 208 345.590.000 38 110 60 Sumber Data: Laporan Tahunan 2004
c. Mekanisme penyimpanan di CU
1. Waktu peminjaman ditentukan setiap tanggal 20 setiap bulannya
2. Bunga simpanan dihitung berdasarkan Sisa Hasil Usaha pada setiap
akhirtahun
3. Pertanggungjawaban pengurus diminta setahun sekali dalam rapat tahunan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
94
4. Kegiatan yang dilakukan oleh CU tidak hanya seputar pinjam-meminjam
uang, akan tetapi juga mencakup kegiatan lain yang biasanya di
selenggarakan oleh pihak lembaga pendamping
5. Kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan misalnya: Mengadakan diskusi,
penyuluhan juga seminar tentang gender, pemilu, otonomi daerah
mengadakan penyuluhan tentang pertanian .
Kegiatan utama dari CU ini adalah usaha penghimpunan dana dengan
mengumpulkan dana dari berbagi sumber, baik dari anggota sendiri maupun dari
pihak lain. Jenis-jenis sumber dana yang biasa dijaring adalah : modal, hutang,
dan simpanan. Sumber dana jenis modal dapat berupa simpanan pokok, simpanan
wajib, dan simpannan sukarela anggota. Sedangkan sumber dana jenis hutang
dapat berupa hutang pinjaman dan sumber hutang lainnya..
Simpanan pada Credit Union terdiri dari beberapa bentuk, yaitu simpanan
pokok, simpanan wajib, dan tabungan pembiayaan. Simpanan pokok adalah
simpanan yang dibayar satu kali yaitu pada waktu mendaftar sebagai anggota CU.
Simpanan wajib adalah simpanan adalah simpanan yang dibayar semua anggota
secara teratur biasanya perbulan. Tabungan pembiayaan adalah simpanan bagi
anggota yang mendapatkan fasilitas pembiayaan dari CU.
Dalam simpanan pokok terdapat beberapa ketentuan yaitu ;
1. Besarnya simpanan pokok adalah sama untuk setiap anggota
2. Besarnya simpanan pokok adalah sebesar Rp. 100.000
3. Cara pembayaran simpanan pokok bias sekaligus atau diangsur sesuai
dengan kesepakatan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
95
4. Penyetoran dapat dilakukan oleh anggota bersangkutan atau yang diberi
kuasa
5. Simpanan pokok tidak boleh diambil selama anggota yang bersangkutan
masih menjadi anggota
Ketentuan yang ada dalam simpanan wajib adalah sebagai berikut :
1. Besarnya simpanan adalah sama untuk setiap anggota
2. Besarnya simpanan wajib ditentukan atas dasar kesepakatan bersama
dengan mendasar pada kemampuan anggota yang paling rendah
3. Simpanan wajib tidak boleh diambil selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota
Ketentuan dalam simpanan pembiayaan adalah :
1. Besarnya simpanan disesuaikan dengan pembiayaan yang diterima
2. Besarnya simpanan sudah termasuk angsuran mingguan
3. Simpanan tersebut dapat diambil ketika pembiayaan telah lunas
4. Jika yang bersangkutan tidak membayar angsuran pembiayaan, maka
pihak pengurus berhak memotong sejumlah dana ditabungan tersebut.
5. Tabungan pembiayaan tidak mendapatkan imbalan bagi hasil
Manfaaat yang paling dirasakan para anggota adalah secara ekonomis
dimana dengan ikut menjadi anggota CU maka memiliki hak untuk melakukan
pinjaman yang sangat mambantu masyarakat dalam kehidupan usaha maupun
kesehariannya.Dalam hal peminjaman Credit Union BSP (Bantuan Simpan
Pinjam) Makmur Ratana membuat system peminjaman menjadi tiga kategori.
yaitu yang bersifat darurat, konsumtif, dan produktif. Pinjaman darurat itu
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan mendesak seperti pengobatan orang sakit.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
96
Pinjaman konsumtif, biasanya pinjaman itu untuk pemenuhan kebutuhan rumah.
Dan pinjaman produktif, artinya pinjaman itu untuk pengembangan usaha
perorangan.
Bentuk fasilitas lainnya yang dapat dirasakan oleh anggota CU ini adalah
koperasi kredit ini juga menawarkan beragam produk seperti mengembangkan
simpanan bunga harian. Seperti tabungan bank, simpanan ini dapat disimpan-tarik
setiap saat dan diberikan bunga yang layak. Kemudian juga ada simpanan
berjangka yang berlaku seperti deposito pada perbankan. Fasilitas ini tentunya
sangat membantu dan mendukung bagi aktivitas usaha maupun ekonomi
masyarakat Kuta Krueng.
Disamping hal tersebut untuk melengkapi program kesejahteraan anggota
CU Credit Union BSP (Bantuan Simpan Pinjam) Makmur Ratana
mengembangkan produk yang disebut dengan Pinjaman kesehatan. Fungsinya
seperti asuransi kesehatan. Dana untuk program ini merupakan dana swadya dari
anggota juga akan tetapi dalam hal ini anggota memberikan modal tambahan. Hal
ini sesui dengan penuturan dari salah seoranng pengurus Credit Union yaitu
Bapak M.AG, yang mengatakan :
"Untuk pengadaan program pinjaman kesehatan ini dananya dipungut dari anggota CU 25 ribu Rupiah per tahun. Dana yang dikumpulkan itu lalu akan disalurkan kepada anggota CU yang mengajukan klaim penggantian pengobatan hingga 100 ribu Rupiah. Dengan produk ini masyarakat tidak perlu lagi merasa takut untuk pergi kebalai-bali pengobatan untuk mendapat perawatan apabila mengalami penyakit.
Kondisi ini tentunya merupakan suatu jawaban tepat bagi kebutuhan
masyarakat karena disamping kebutuhan ekonomi dan sosial, kebutuhan akan
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
97
kesehatan merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditiadakan. Kebutuhan akan
kesehatan merupakan tuntutan hidup dan harus dipenuhi. Dengan adanya program
ini masyarakat yang mengalami musibah gangguan kesehatan akan sangat merasa
terbantu dimana apabila kondisi keuangan tidak mencukupi untuk biaya
pengobatan maka sudah ada sebuah fasiltas yang dapat dipergunakan untuk
menutupinya. Disamping kondisi tersebut, hal positif yang dapat dilihat dengan
adanya program ini adalah berubahnya pandangan masyarakat yang selama ini
sangat konservatif terhadap masalaha kesehatan terutama sikap apatisme
terhadap pengobatan dirumah sakit karena stigma yang ada selama ini pengobatan
itu adalah pemborosan dan sangat banyak memakan biaya.
Cikal bakal kesuksesan Credit Union (CU) BSP (Bantuan Simpan Pinjam)
Makmur Ratana hingga sekarang tidak terlepas dari keberadaan Lembaga Sinar
Keumala. Seperti kita ketahui bersama bahwa embrio CU sendiri adalah buah
pemikiran orang-orang yang konsen terlibat didalamnya untuk maju secara
ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Sekarang, kekuatan Credit Union di
Kuta Geulumpang sendiri sudah menjadi sebuah kekuatan ekonomi kerakyatan
yang tumbuh dan berkembang dari tahun ketahun dan menjadi sebuah kekuatan
ekonomi yang mampu menggerakkan arus uang dalam jumlah yang cukup besar.
Masyarakat Kuta Geulumpang sudah mulai bisa bernafas lega dan melirik
kehidupan yang lebih baik dengan harapan pada peningkatan tarap hidup dalam
mimpi kesejahteraan. Peningkatan ekonomi keluarga dan pendidikan kecerdasan
finansial yang dipelajari dari sekolah Credit Union banyak berpengaruh terhadap
bidang-bidang lain kehidupan masyarakat.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
98
Berdasarkan kondisi tersebut di atas dapat dilihat betapa besarnya fungsi
pelaksanaan Credit Union dalam peri kehidupan masyarakat Kuta
Kraeng.Pelaksnaaan Credit Union yang merupakan rekayasa modal sosial yang
ada pada masyarakat yang diapiliasikan terhadap kegiatan ekonomi dalam bentuk
Credit Union telah berhasil menjawab permasalahan ekonomi masyarakat secara
umum. Disamping hal tersebut apabila dimaknai lebih mendalam , melalui
aktivitas Credit Union ini disadari atau tidak akan semakin memupuk dan
mengarahkan modal sosial masyarakat kearah yang lebih positif, karena melalui
program ini secara tidak disadari interaksi yang terjadi antara masyarakat semakin
berjalan dengan tertib dan aktivitas Credit Union ini perlahan-lahan akan
memupuk modal sosial berupa rasa semakin saling mempercai, perluasan jaringan
sosial dan semakin matangnya pranata-pranata sosial yang berlaku ditengah-
tengah masyarakat Kuta Geulumpang. Jadi dari pemaparan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa implementasi program Credit Union melalui rekayasa modal
sosial di Kuta Geulumpang telah berhasil memperbaiki kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat tersebut.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
99
4.4. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Credit Union
Adalah sebuah fenomena yang lazim bahwa dalam setiap implementasi
sebuah program atau kegiatan akan sering dihadapkan dengan berbagai rintangan
ataupun hambatan-hambatan. Sebagus apapun tataran sebuah konsep akan tetapi
kenyataan di lapangan adalah merupakan ajang pembuktian terhadap kualitas
konsep tersebut. Demikian juga halnya dengan pelaksanaan program Credit Union
yang di implementasikan di Kuta Geulumpang ini, dimana walaupun banyak
dampak positif yang telah dicapai akan tetapi masih ada beberapa hambatan yang
ditemui di lapangan yang menjadi kendala dalam pengembangan program ini
kedepannya. Adapun hambatan-hambatan tersebut akan dipaparkan di bawah ini ;
1. Masih maraknya praktik tengkulak dan riba ditengah-tengah
masyarakat yang bagi sebagian masyarakat masih lebih menjadi
pilihan karena adanya kebebasan kapan dan seberapa besar dana yang
akan dipinjam
2. Masih minimnya kesadaran beberapa anggota CU dalam melaksanakan
kewajibannya sebagai anggota
3. Masih kurangnya tenaga sosial dan media/ fasilitas yang tersedia untuk
melaksanakan penyadaran-penyadaran serta sosialisasi manfaaat Credit
Union kepada masyarakat terutama yang berada di pedalaman
4. Sikap mental sebagian anggota Credit Union yang masih kurang baik
dalam mengalokasikan dana yang diterima dari koperasi simpan
pinjam sehingga manfaat keikutsertaanya tidak nampak. Dalam hal ini
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
100
sebagian besar anggota masih menggunakan dana dari CU hanya untuk
keperluan komsumsi
5. Masih ditemukannya sebagian dari masyarakat yang apatis dan belum
menerima keberadaan Cu karena masyarakat sempat memiliki stigma
bahwa organisasi-organisasi yang ada pasca bencana hanya merupakan
penjelmaan kegiatan eksploitatif dan tujuan utama hanya untuk meraih
keuntungan saja.
6. Adanya konflik berkepanjangan dari luar masyarakat dan juga
beberapa konflik internal pada masyarakat memiliki peran yang sangat
berpengaruh dalam perjjalanan credit union ini.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
101
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
1. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan rekayasa modal sosial dalam
membentuk lembaga keuangan swadaya masyarakat (Credit Union)
2. Pembentukan Credit Union telah berhasil mengembangkan potensi
ekonomi masyarakat Geulumpang dan juga telah mampu mendongkrak
perkembangan dunia usaha masyarakat
3. Pemanfatan modal sosial sebagai pondasi pembentukan Credit Union telah
menjadi sebuah kekuatan bagi lembaga keuangan ini dimana terdapat rasa
kepemilikan dan tanggungjawab yang tinggi dari pada anggota-
anggotanya.
4. Masih terdapat berbagai kendala dalam proses pengembangan Credit
Union salah satunya adalah masih kurangnya tenaga sosial dan media/
fasilitas yang tersedia untuk melaksanakan penyadaran-penyadaran serta
sosialisasi manfaaat Credit Union kepada masyarakat terutama yang
berada di pedalaman .
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
102
5.2. SARAN
1. Perlunya peningkatan kegiatan sosialisasi Credit Union kepada seluruh
masyarakat terutama yang berada di daerah pelosok
2. Perlunya dukungan yang lebih besar lagi dari berbagai pihak dalam
peningkatan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Kuta Geulumpang
3. Kedepannya perlu digalakkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan
masyarakat dan pendampingan-pendampingan sosial terutama bagi
daerah-daerah rekonstruksi
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto, 2001, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Jakarta : LPFE – UI. ________,2002, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, Jakarta : Fakultas Ekonomi UI. Arif M Nasution, Subhilhar dan Badaruddin, 2005, Isu-isu Kelautan : Dari
Kemiskinan hingga Bajak Laut ,Yogyakarta,Pustaka Pelajar,2005 Badaruddin, 2003, Modal Sosial dan Reduksi Kemiskinan Nelayan di Sumatera
Utara, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan tinggi,DIKTI. Badaruddin,1999, Sosial Capital in The Creation of Human Capital, Dalam
Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin(ed), Sosial Capital : A Multifaceted Perspective,Washington: The World Bank.
Coleman, J.1988, sosial capital in the creation of human capital, cambridge,
Harvard University Cohen & Prusak, 2001, sosial capital in the creation of human capital. The
american journal of sociology Cook, Sarah dan Stave, Macaulay, 1997, Pemberdayaan Yang Tepat, Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Pemberdayaan Ekonomi
Rakyat, Jakarta,1999. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Biro Hukum dan Organisasi,
Undang-Undang Republik indonesia No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, Jakarta,1992.
Fukuyama, Prancis ,Trust ; Kebajikan Sosial dan Penciptaan
Kemakmuran,Yogykarta,Penerbit Qalam,2002 Fukuyama,Prancis,Sosial Capital ; Civil Society and Development,Third World
Quarterly,Vol 22,2001 Kartasasmita, Ginanjar,1996, Pembangunan Untuk Rakyat : Memadukan
Pertumbuhan dan Pemerataan, CIDES, Jakarta. Koentjaraningrat, Kebudayaan ,Mentalitas dan Pembangunan,Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama,2002
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
103
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
104
Mulyana, Dedi, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Mikkelsen, Britha, 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya
Pemberdayaan, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Moeljarto, T, 1992, Politik Pembangunan : Sebuah Analisis Konsep, Gerak dan
Strategi, Yogyakarta : PT. Tiara Walda. Putnam Robert D.1993. The prosperous Community : Sosial capital and public
life. TAP _________________, Making Democracy work : civic Tradition in modern italy.
Princeton University press Rani Usman,2003, Sejarah Peradaban Aceh, Jakarta,Penerbit Yayasan Obor
Indonesia,2003 Sastropoetro, Santoso, 1998, Partisipasi, Komunikasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional, Bandung : Alumni. Suharto, E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Rafika Aditama.
Sulistiyani, A.T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gaya Media.
Setiana, 2005, tehnik Penyuluhan da pemberdayaan masyarakat, Ghalia indonesia, Bogor
Suyono Usman 1998, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka
Pelajar , Jakarta
Suprijatna, T. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Rineka Cipta:
Jakarta.
Syabra, R. 2003. ”Modal Sosial: Konsep dan aplikasi”. Jurnal Masyarakat dan Budaya. Vol.V. N0.1:1-5.
Soetrisno, Lukman, 1995, Menuju Masyarakat Partisipatif, Jakarta : Kanisius. Tjondronegoro, S.M.P. 2005. “Pembangunan, Modal dan Modal Sosial”. Jurnal
Sosiologi Indonesia. Vol. I. No. 7: 21-22
Todaro, P.M. & Smith S.C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Mauludi : Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Rekonstruksi Sosial Ekonomi Pasca Gempa Bumi..., 2008 USU e-Repository © 2008
105
Usman, Husaini dan Akbar PS, 2003, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Winter. 2000. Towards a Theorised Understanding of Family Life and Sosial
Capital. Australia: Australian Institute of Family Studies.
Zaim saIdi, Secangkir Kopi Max Havelaar : LSM Kebangkitan Masyarakat,
Jakarta, PT. Gramedia