pemanfaatan pellet daun kelor (molinga oliefera dan …

64
PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR ( Molinga oliefera) DAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS KELINCI SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD IQBAL RANANTA 150306065 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera)

DAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP

PERSENTASE NON KARKAS KELINCI

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD IQBAL RANANTA

150306065

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera)

DAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP

PERSENTASE NON KARKAS KELINCI

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD IQBAL RANANTA

150306065

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

i

ABSTRAK

MUHAMMAD IQBAL RANANTA: Pemanfaatan Pellet Daun Kelor

(Molinga oliefera) Dan Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Terhadap Presentase

Non Karkas Kelinci. Dibimbing Oleh HAMDAN dan NEVY DIANA HANAFI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat daun kelor dan daun

jambu biji dalam pellet komplit terhadap persentase non karkas ternak kelinci.

Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Dr Hamzah Kecamatan Medan Baru selama 8

minggu di mulai dari bulan Juli 2019 sampai dengan September 2019. Penelitian

ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5

ulangan. Perlakuan teridiri atas P0 (tanpa daun kelor dan daun jambu biji); P1

(penggunaan 0 % daun kelor dan 15% daun jambu biji ); P2 (penggunaan 5%

daun kelor dan 10% daun jambu biji); P3 (penggunaan 10% daun kelor dan 5%

daun jambu biji); P4 (penggunaan 0% daun kelor dan 15% daun jambu biji).

Parameter yang di teliti meliputi : presentase bobot kepala, kulit, ekor, paru-paru,

hati, jantung, usus, ginjal.

Data dianalisis ragam menggunakan uji F dan dilanjutkan uji Duncan jika

ada pengaruh perlakuan. Hasil penlitian menunjukan bahwa semua parameter

penelitian berpengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap persentase non karkas

kelinci. Dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa pemanfaatan daun kelor

dan daun jambu biji sebagai bahan pakan tidak memberikan peningkatan terhadap

presentase non karkas.

Kata kunci : Tepung daun kelor, Tepung daun jambu biji, kelinci , non karkas

kelinci

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

ii

ABSTRACT

MUHAMMAD IQBAL RANANTA: Utilization of Moringa (Molinga

oliefera) Pellet Leaves and Guava Leaves (Psidium guajava) on Non-Carcass

Rabbit Percentages. Supervised by HAMDAN and NEVY DIANA HANAFI.

This study aims to determine the benefits of moringa and guava leaves in

complete pellets on the percentage of non-carcasses of rabbits. This research was

conducted at Jalan Dr. Amir Hamzah no.5 Medan for 8 weeks starting from July

2019 to September 2019. This study used a completely randomized design (CRD)

with 5 treatments and 5 replications. Treatment consists of P0 (without moringa

leaves and guava leaves); P1 (use 0% moringa leaves and 15% guava leaves); P2

(use 5% moringa leaves and 10% guava leaves); P3 (use 10% moringa leaves and

5% guava leaves); P4 (use 0% moringa leaves and 15% guava leaves). The

parameters examined include: percentage of head weight, skin, tail, lungs, liver,

heart, intestine, kidney.

Data were analyzed using the F test and followed by the Duncan test if

there was a treatment effect. The results of the study showed that all research

parameters had no significant effect (P> 0.05) to the proportion of non-carcass

rabbits. It can be concluded in this study that the use of Moringa leaves and guava

leaves as feed ingredients did not provide an increase in the percentage of non

carcasses.

Key words: Moringa leaf flour, guava leaf flour, rabbit, non carcass of rabbit.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

iii

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 06 April 1997 dari bapak

Mudah Maha dan ibu Asmah Nainggolan. Penulis merupakan anak ke dua dari

dua bersaudara.

Penulis menyesaikan pendidikan dasar pada tahun 2009 di SD Negeri

Kedoya Utara 01, pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMP 206 Jakarta

Barat pada tahun 2012 dan pendidikan menengah atas di selesaikan pada tahun

2015 di SMA Negeri 112 Jakarta Barat. Pada tahun 2015 penulis diterima sebagai

mahasiswa Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama

Perguruan Tinggi (UMB-PT). Penulis diterima di Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Peternakan (IMAPET), dan Himpunan Mahasiwa Muslim Peternakan

(HIMMIP) USU,.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di peternakan sapi

milik Pak Muladi Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupeten Batubara

pada bulan Juli sampai Agustus 2018.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyesaikan proposal penelitian ini

dengan baik yang berjudul “Pengaruh Pemberian Kombinasi Daun Kelor

(Malinga Oliefera) Dan Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) pada Pakan Komplit

Kelinci terhadap Persentase Non Karkas Kelinci”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah

memberikan semangat, pengorbanan meteril maupun moril. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Hamdan, S.Pt, M.Si, selaku ketua komisi

pembimbing dan Dr. Nevy Diana Hanafi S.Pt., M.Si, selaku anggota komisi

pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyesaikan penulisan

proposal peneltian ini dan semua pihak yang telah ikut membantu.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas

akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu menyesaikan penulisan

proposal penelitian.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

guna kesempurnaan proposal penelitian ini. Semoga proposal penelitian ini dapat

memberikan sebuah informasi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta

pelaku usaha peternakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

v

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................. ii

RIWAYAT PENULIS ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang ........................................................................................................ 1

Tujuan Penelitian .................................................................................................... 3

Kegunaan Penelitian................................................................................................ 3

Hipotesis Penelitian ................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik dan Potensi Ternak Kelinci ............................................................... 4

Kebutuhan Ternak Kelinci ...................................................................................... 6

Potensi Bahan Pakan Ternak Kelinci Sebagai Sumber Protein .............................. 7

Daun Kelor .............................................................................................................. 9

Daun Jambu Biji .................................................................................................... 10

Teknologi Pengolahan Pakan ................................................................................ 11

Bahan Penyusun Ransum ...................................................................................... 13

Bungkil Kedelai ............................................................................................. 13

Dedak Jagung ................................................................................................. 14

Tepung Tapioka ............................................................................................. 14

Molases .......................................................................................................... 14

Non Karkas............................................................................................................ 15

Bobot Tubuh Kosong ............................................................................................ 16

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 17

Bahan dan Alat Penelitian ..................................................................................... 17

Bahan.............................................................................................................. 17

Alat ................................................................................................................. 17

Metode Penelitian.................................................................................................. 18

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

vi

Parameter Penelitian.............................................................................................. 20

Persentase Bobot Kepala (%) ......................................................................... 20

Persentase Bobot Kaki (%) ............................................................................ 20

Persentase Bobot Kulit (%) ............................................................................ 20

Persentase Bobot Ekor (%) ............................................................................ 20

Persentase Bobot Paru-paru (%) .................................................................... 20

Persentase Bobot Hati (%) ............................................................................. 20

Persentase Bobot Jantung (%) ........................................................................ 20

Persentase Bobot Usus (%) ............................................................................ 21

Persentase Bobot Ginjal (%) .......................................................................... 21

Preparasi Non Karkas ............................................................................................ 21

Pemuasaan ...................................................................................................... 21

Penyembelihan ............................................................................................... 21

Pengulitan ....................................................................................................... 21

Pengeluaran Jeroan......................................................................................... 22

Penimbangan .................................................................................................. 22

Pelaksanaan Penelitian .......................................................................................... 22

Persiapan Kandang Dan Penelitian ................................................................ 22

Pemilihan Ternak ........................................................................................... 22

Pengolahan Daun Jambu Biji Dan Daun Kelor.............................................. 23

Penyusunan Pakan dalam Bentuk Pelet ......................................................... 23

Pemeliharaan Kelinci ..................................................................................... 23

Analisis Data .................................................................................................. 24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase bobot kepala ................................................................................. 25

Persentase bobot kaki ..................................................................................... 26

Persentase bobot kulit .................................................................................... 27

Persentase bobot ekor .................................................................................... 28

Persentase bobot paru-paru ............................................................................ 30

Persentase bobot hati ...................................................................................... 31

Persentase bobot jantung ................................................................................ 32

Persentase bobot usus .................................................................................... 33

Persentase bobot ginjal .................................................................................. 34

Rekapitulasi hasil penelitian .......................................................................... 35

KESMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan .................................................................................................... 37

Saran .............................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

vii

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Kebutuhan ransum kelinci lepas sapih ................................................................ 7

2. Tabel rancangan ................................................................................................ 18

3. Komposisi bahan pakan .................................................................................... 19

4. Rataan persentase bobot kepala ........................................................................ 25

5. Analisis ragam persentase bobot kepala kelinci................................................ 25

6. Rataan Persentase bobot kaki ............................................................................ 26

7. Analisis ragam persetae bobot kaki................................................................... 27

8. Rataan persentase bobot kulit............................................................................ 27

9. Analisis ragam persentase bobot kulit............................................................... 28

10. Rataan persentase bobot ekor .......................................................................... 29

11. Analisis ragam persentase bobot ekor ............................................................. 29

12. Rataan persentase bobot paru-paru ................................................................. 30

13. Analisis ragam persentase bobot paru-paru .................................................... 30

14. Rataan persentase bobot hati ........................................................................... 31

15. Analisis ragam persentase bobot hati .............................................................. 31

16. Rataan persentase bobot Jantung .................................................................... 32

17. Analaisis ragam persentase bobot jantung ...................................................... 32

18. Rataan peresntase bobot usus .......................................................................... 33

19. Analisis ragam persentase bobot usus ............................................................. 33

20. Rataan persentase bobot ginjal ........................................................................ 34

21. Analisis ragam persentase bobot ginjal ........................................................... 35

22. Rekapitulasi hasil penelitian ........................................................................... 36

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak Kelinci adalah hewan yang semula liar yang sulit dijinakkan,

Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan

pangan dan sebagai percobaan. Kelinci merupakan golongan ternak herbivore

yang mempunyai sifat coprophage/cecothropy sifat ini merupakan ciri khas dari

kelinci, yaitu tingkah laku kelinci memakan kembali kotoran (faeces) lunak dari

anusnya (coprophage pellets) yang terjadi pada malam hari, sehingga disebut juga

ruminansia semu (Pseudo-ruminant). Walaupun memiliki caecum (bagian

pertama usus besar) yang besar, Kemampuan kelinci dalam mencerna serat kasar

terbatas.

. Hijauan dan limbah pertanian yang tersedia spesifik daerah merupakan

potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci. Talaksana

pemberian pakan yang berorientasi pada kebutuhan kelinci dan ketersediaan

bahan pakan merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan produktivitas

ternak kelinci. Tatalaksana pemberian pakan meliputi pemilihan jenis bahan baku

pakan, pemenuhan jumlah kebutuhan dan pola pemberian pakan. Kebutuhan

protein pada kelinci berkisar antara 12 s/d 18%. Tertinggi pada fase menyusui

(18%) dan terendah pada dewasa (12 %).

Kelor (Moringa Oliefera) merupakan tanaman pohon yang banyak di

tanam di pekarangan rumah, baik sebagai pagar hidup maupun pembatas lahan,

Daun dan buah sering dimanfaatkan sebagai sayuran dengan kandungan nutrisi

yang tinggi, Pemilihan pakan daun kelor kering dengan formulasi yang tepat dapat

memberikan keuntungan bagi usaha peternakan kelinci termasuk kemudahan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

2

untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ternak pada musim paceklik pakan. Pakan

suplemen daun kelor pada ternak kelinci berperan penting untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi ternak denga dampak yang signifikan pada penambahan bobot

badan, fakta yang menarik bahwa kelinci lebih meyukai daun kelor kering

dibanding daun kelor segar. (Syamsu Bahar, 2016)

Daun jambu biji (Psidium Guajava) merupakan satu jenis dedaunan yang

memiliki manfaat baik bagi manusia terutama untuk kesehatan saluran

pencernaan, Pemanfaatan daun jambu biji tersebut juga dapat digunakan untuk

beberapa jenis hewan yang makanannya berupa tumbuh-tumbuhan termasuk pada

kelinci, Daun jambu biji baik untuk dijadikan pakan ternak, Itu dikarenakan daun

jambu biji memiliki kandungan yang menjadi dasar munculnya beberapa manfaat,

Daun jambu yang dikenal memiliki rasa pahit berbeda dengan buahnya tersebut

secara umum terkandung beberapa macam senyaawa yang berguna bagi kesehatan

diantaranya seperti polifeol, karotein, flavonoid, dan tanin.

Non karkas adalah hasil pemotongan ternak yang terdiri dari kepala, kulit

dan bulu, darah, organ-organ internal, kaki bagian bawah dari sendi carpal untuk

kaki depan dan sendi tarsal untuk kaki bagian belakang. Pakan dapat

mempengaruhi pertambahan berat komponen non karkas.

Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian

pembuatan pellet sebagai pakan kelinci berbahan daun kelor dan jambu biji untuk

mengetahui persentase non karkas ternak kelinci.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat daun kelor dan

daun jambu biji dalam pellet komplit terhadap persentase non karkas ternak

kelinci.

Hipotesis Penelitian

Pemanfaatan daun kelor dan daun jambu biji pada pelet komplit

berpengaruh positif terhadap persentase non karkas kelinci.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peternak

kelinci, peneliti dan masyarakat tentang pemanfaatan daun kelor dan daun jambu

biji dalam pellet komplit terhadap persentase non karkas ternak kelinci.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

4

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik dan Potensi Ternak Kelinci

Kelinci mudah sekali memasyarakat, sebab sebagai ternak ada faktor-

faktor tertententu yang membuat masyarakat memeliharanya. Pertambahan

penduduk meningkat sehingga kebutuhan protein hewani meningkat pula,

sementara kelinci mempunyai daging yang memenuhi persyaratan gizi cukup.

Kemudian, ternak kelinci dapat dilaksanakn oleh golongan lemah modal sampai

padat modal. Kelinci dapat dipelihara dimana-mana tergantung tujuan dan modal

yang dimiliki oleh seseorang serta dapat hidup pada cuaca dan iklim apa pun.

Pakan kelinci pun sederhana. Kelinci dapat berkembang biak dengan baik dan

cepat, lalu jenis kelinci sudah banyak pula. Dengan demikian, peternak dapat

memilih jenis kelinci yang disukai sesuai dengan modalnya. Lebih lanjut,

penyakit kelinci relatif lebih sedikit dan mudah diatasi dibandingkan penyakit

ternak lain. Masalah dalam pemeliharaan kelinci sekarang sudah dapat diatasi

terutama yang berhubungan dengan penyakit (Ermawati, 2011).

Taksonomi kelinci yaitu, Kingdom: Animalia, Filum: Chordata, Subfilum:

Vertebrata, Kelas: Mamalia, Ordo: Lagomorpha, Famili: Leporidae Subfamili :

Leporine Genus: Lepus Oritolagus Spesies: Lepus spp, Orictolagus spp,

Cuniculus (Susilorini, 2008).

Tujuan pemeliharaan kelinci di Indonesia cukup beragam, mulai dari

sebagai kelinci hias, kelinci penghasil bulu dan kelinci penghasil daging. Kelinci

hias adalah jenis kelinci yang dipelihara sebagai hewan kesayangan (pet) yang

didasarkan pada bentuk dan ukuran tubuh kecil, lucu, serta berbulu indah, tebal,

dan lembut., antara lain angora, loop, jersey, woolies, lions, fuzzy dan mini rex.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

5

Tujuan pemeliharaan kelinci yang kedua adalah penghasil bulu yang bernilai

ekonomi tinggi sehingga potensial untuk diekspor. Contoh kelinci penghasil kulit

bulu adalah rex dan satin. Sementara kelinci pedaging memiliki kriteria persentase

karkas 50 – 60%, bobot badan mencapai 2 kg pada umur 8 minggu dan memiliki

laju pertumbuhan tinggi yaitu sekitar 40 g/ekor/hari. Beberapa jenis kelinci

pedaging antara lain Flemish Giant, New Zealand White, Vlameusreus, satin, rex,

rexsa, persilangan antara Flemish dengan kelinci lokal (Masanto dan Agus, 2010).

Seekor kelinci bisa menghasilkan anak dengan kisaran 48 – 74 ekor dalam

setahun lebih banyak dibandingkan dengan sapi (0,9), domba (1,5) dan kambing

(1,5).

Pakan kelinci antara lain wortel, sayur-mayur dan tumbuhan lain. Kelinci

termasuk hewan herbivora. Selain sayuran, kelinci makan rumput, bekatul, ampas

tahu dan gandum. Kelinci termasuk dalam hewan malam hari, yaitu hewan yang

banyak melakukan kegiatan di malam hari. Jadi saat menjelang malam, makanan

dan minuman harus tersedia lebih banyak dibandingkan siang hari, sedangkan di

siang hari lebih banyak beristirahat. (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).Temperatur

yang ideal didalam kandang kelinci berkisar antara 15–16º. Meskipun demikian,

pada temperatur antara 10 – 30ºC ternak kelinci masih dapat hidup dan

berkembangbiak dengan baik. Pada temperatur yang sangat rendah di bawah 10ºC

ternak kelinci berusaha untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak sehingga

berakibat “over consumption”. Anak-anak kelinci yang dilahirkan pada suhu

dibawah optimal mengalami kelainan ginjal (nephritis) dan menggigil.

Sebaliknya, pada temperatur yang terlalu tinggi (di atas 30ºC) terutama kelinci

jenis New Zealand White menunjukkan kesulitan bernafas (panting) dan fertilitas

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

6

pejantan menurun. Temperatur di atas 30ºC mempunyai efek negatif terhadap

fertilitas (kualitas semen kelinci jantan rendah) dan meningkatkan kematian

embrio dini. Sedangkan pada temperatur di bawah 10ºC menyebabkan gangguan

pada kelinci muda dan menaikkan biaya pakan setiap unit bobot badan

(Kartadisastra, 1997).

Kebutuhan Nutrisi Kelinci

Pakan kelinci sebaiknya mengandung nutrisi yaitu air (maksimal 12%),

protein (12-18%), lemak (maksimal 4%), serat kasar (maksimal 14%), kalsium

(1,36%), fosfor (0,7%). Pakan kelinci bisa berupa pellet dan hijauan. Kelinci yang

dipelihara secara intensif, porsi pakan hijauan bisa mencapai 60-80%, selebihnya

menggunakan konsentrat. Namun beberapa peternak menggunakan 60%

konsentrat dan 40% hijauan (Masanto, 2009).

Standar kebutuhan pakan ternak kelinci pedaging adalah protein: 15-19%,

serat kasar: 11-14%, lemak: 2,5-4%, vitamin A: 10.000 IU/kg. Kebutuhan pakan

kelinci minimum yaitu protein: 12%, serat kasar 11%, lemak 2%. Kelinci umur 2-

4 bulan mengkonsumsi pakan dengan kandungan serat diatas 17% akan

memperlambat pencapaian bobot badan, sementara jika serat mencapai 22,5%

akan mengurangi obesitas dan hairball. Kelinci umur 2,5-4 bulan mengkonsumsi

pakan pellet yang cukup besar, tetapi tidak boleh lebih dari 70 gram. Kebutuhan

ransum kelinci lepas sapih umur 2-4 bulan dapat dilihat pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

7

Tabel 1. Kebutuhan ransum kelinci lepas sapih

No Nutrisi Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Protein

Lemak

Serat Kasar

Energi

Calsium

Phosfor

Air

12-19%**

2,5-4%**

11-14%**

2005-2900%*

0,9-1,5%**

0,7-0,9%**

12%*** Sumber : Manshur (2009)**, Masanto (2009)***

Potensi Bahan Pakan Ternak Kelinci sebagai Sumber Protein

Ternak kelinci memakan rumput dan sayuran, termasuk bijian. Usaha yang

efektif untuk meningkatkan produksinya sebaiknya menambahkan konsentrat

selain rumput dan sayuran. Standarisasi untuk sebuah keseimbangan memang

diperlukan agar kesehatan dan kestabilan pencernaan tidak terganggu. Berbeda

dengan ternak ruminansia yaitu kambing dan sapi cukup diberi rumput sekali

dalam sehari. Kelinci lebih mirip kuda yang membutuhkan pemberian pakan rutin

2–3 kali sehari. Food and Agriculture Organization (1983) menegaskan bahwa

ternak ruminansia memiliki empat ruang perut yang besar dapat hidup dari serat

kasar, tetapi hewan dengan perut tunggal seperti kelinci memerlukan cukup

konsentrat dalam pakan yang diberikan (Manshur, 2009).

Pemberian konsentrat dalam pakan kelinci berfungsi untuk meningkatkan

nilai gizi dan mempermudah penyediaan pakan ternak kelinci. Konsentrat pada

pakan ternak kelinci dapat berupa pellet (buatan pabrik), bekatul, bungkil kelapa,

bungkil kacang tanah, ampas tahu, atau gaplek (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).

Kandungan gizi pakan sangat menentukan kondisi kesehatan, penampilan

dan kualitas kelinci, pakan konsentrat bergizi lengkap akan menunjang

pertumbuhan kelinci hias maupun pedaging. Pakan harus mengandung protein,

karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah cukup dan lengkap. Pakan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

8

konsentrat punya banyak kelebihan dibandingkan dengan pakan alami segar.

Pakan konsentrat dapat mengurangi volume urine, kotoran kelinci relatif sedikit,

kering dan tidak bau. Konsentrat bisa diberikan sebagai pakan pokok maupun

selingan. Pakan kelinci mengandung berbagai macam gizi, seperti protein 12%,

lemak 2%, serat 10%,. Bahan utamanya jagung manis, kacang hijau, wortel dan

madu. Semua bahan dicampur, diblender, lalu dicetak berbentuk butiran, selain

pakan tercukupi, air minum mutlak bagi kelinci. Kebutuhan air minum nyata

sekali, saat kelinci diberi pakan berupa hay, pellet, biji-bijian, dedak, bungki atau

konsentrat. Air minum untuk kelinci harus bersih, segar dan tidak tercemar

penyakit. Fungsi air minum bagi kelinci antara lain untuk membantu pencernaan,

mempercepat pertumbuhan, menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh dan

mencegah kehausan pada ternak kelinci (Sarwono, 2009).

Kelinci termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak

dapat mencerna serat kasar secara baik. Kelinci memfermentasi pakan di usus

belakangnya. Fermentasi hanya terjadi di caecum (bagian pertama usus besar),

yang kurang lebih merupakan 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya.

Sekitar umur tiga minggu kelinci mulai mencerna kembali kotoran lunaknya,

langsung dari anus (proses ini disebut caecotrophy) tanpa pengunyahan. Kotoran

lunak itu terdiri atas konsetrat bakteri yang dibungkus oleh mukus. Walaupun

memiliki caecum yang besar, kelinci ternyata tidak mampu mencerna bahan-

bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh

ternak ruminansia murni. Daya cerna kelinci dalam mengonsumsi hijauan daun

mungkin hanya 10% (Sarwono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

9

Di daerah tropis, penyediaan bahan pakan ternak dalam jumlah dan

kualitas yang cukup pada sepanjang tahun tidak memungkinkan apabila tidak

diatasi dengan sistem pengaturan penyimpanan atau pengawetan hijauan. Saat ini

upaya untuk mengatasi kekurangan penyediaan pakan ternak berupa hijauan oleh

peternak masih dalam jumlah yang terbatas. Adanya kekurangan persediaan pakan

ternak akan mengakibatkan kerugian bagi para peternak pada setiap musim atau

setiap tahunnya. Hal ini dapat dibuktikan diakhir musim kemarau, pada umumnya

ternak menjadi kurus karena kekurangan pakan. Selama musim kemarau daya

cerna hijauan menjadi berkurang, hal ini disebabkan oleh proses hilangnya energi,

mineral dan protein pada saat tanaman berespirasi yang sulit diganti akibat

kekurangan air. Berkurangnya daya cerna pakan tentu saja akan mengurangi

jumlah pakan yang dimakan. Sebab volume dan nilai makanan tanaman berada di

bawah nilai kebutuhan pokok, akibatnya pertumbuhan hewan menjadi terlambat

dan pada sapi dewasa kehilangan bobot badan, sehingga pemotongan ternak

tertunda, kemampuan perkembangbiakan menjadi mundur dikarenakan fertilitas

menurun, yang berarti penurunan produksi dan persentase karkas menjadi sangat

rendah (Sarwono, 2007).

Daun Kelor

Tanaman Kelor telah digunakan selama berabad-abad di Asia dan di

banyak bagian Afrika. Banyak menyebut pohon ini sebagai "dinamit gizi"

karena mengandung jumlah berlebihan dari nutrisi penting seperti zat besi,

kalsium dan vitamin A. Kelor pun digunakan sebagai bahan utama ratusan

obat, baik untuk pencegahan maupun pengobatan. Salah satunya karena

adanya kandungan senyawa novel isothiocynate, yang merupakan kelas Bio-

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

10

availabilitas Phytochemicals yang dilaporkan terdapat dalam daun dan polong

Kelor. Dunia ilmu pengetahuan mengakui bahwa Kelor merupakan tanaman

paling kaya nutrisi yang ditemukan untuk saat ini. Mengandung lebih banyak

dan lebih padat vitamin, mineral, anti-oksidan kuat tertinggi, asam amino

esensial lengkap dan ditambah senyawa lain.

Daun Jambu Biji

Diare merupakan salah satu penyebab utama angka kematian di berbagai

negara termasuk di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi

sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk

hidup bersih dan sehat. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat

mengakibatkan kematian. Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi

yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare

(Anas, 2012; Depkes RI, 2000).

Kondisi dehidrasi apabila tidak segera ditolong 50-60% diantaranya

dapat menyebabkan kematian.Banyaknya kejadian diare serta efek samping

obat antidiare yang ada sekarang ini, mendorong para peneliti untuk terus

berusaha dalam menemukan bahan sebagai alternatif obat antidiare, terutama

yang berasal dari tanaman. Terdapat beberapa penelitian yang membuktikan

kegunaan tanaman obat sebagai antidiare (Anas, 2012; Palombo, 2006).

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam.

Dengan iklim yang ada di Indonesia, beragam jenis tanaman dan buah-buahan

dapat tumbuh dengan baik. Hasil-hasil alam tersebut banyak yang diolah

menjadi makanan maupun obat tradisional. Salah satu obat tradisional di

Indonesia adalah obat diare. Secara tradisional obat diare dibuat dari bahan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

11

baku daun jambu biji dan daun randu. Meskipun daun-daunan tersebut dapat

diolah sebagai antidiare, masyarakat Indonesia belum memanfaatkan secara

maksimal hasil alam tersebut. Belum banyaknya pengetahuan tentang cara

pemanfaatan sumber daya alam yang berada di Indonesia merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan masyarakat lebih memilih obatobatan non-herbal yang

banyak beredar. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, ekstrak etanol daun

randu terbukti memiliki efek farmakologi sebagai antidiare dengan

mekanismeaksi sebagai antisekretori dan anti motilitas pada tikus putih galur

Balb/C. Hasil penelitian tersebut telah berhasil memberikan landasan ilmiah

mengenai penggunaan daun randu sebagai obat diare oleh masyarakat Indonesia

(Anas, 2012).

Kandungan senyawa aktif yang berperan terhadap efek antidiare daun

randu adalah tannin, flavoniod, dan saponin (Sudarsono et al., 2002; Di Carlo et

al., 1993). Sedangkan komponen aktif yang banyak terdapat pada jambu biji yang

memberikan efek antidiare adalah zat tanin (Kumalaningsih, 2006), flavoniod,

minyak atsiri, dan alkaloid (Fratiwi, 2015).

Teknologi Pengolahan Pakan

Pellet bagi kelinci sampai saat ini masih menjadi masalah bagi para

peternak kelinci. Pasalnya, sampai sekarang belum ada pabrik khusus yang

menyediakan pellet untuk kelinci. Kalaupun ada, hanya pabrikan skala kecil di

daerah tertentu yang dikenal sebagai sentra produksi kelinci seperti di

Lembang, Bogor, Klaten, dan Malang. Padahal pellet ini sangat penting bagi

para peternak, khususnya ketika musim kemarau tiba, dimana rumput

berkualitas sulit didapatkan. Pellet khusus untuk kelinci sangat penting, karena

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

12

dengan begitu seorang peternak bisa menimbun untuk jangka waktu lama,

antara 2–8 minggu. Ketersediaan pakan yang cukup lama ini membuat arus kas

keuangan untuk biaya ternak juga bisa diatur lebih mudah. Saat kelinci terjual,

secara otomatis sebagian dari uangnya dibelikan untuk pakan kelinci hingga

sebulan penuh (Manshur, 2009).

Berbagai teknik prosesing pakan digunakan dalam penyiapan bahan

makanan ternak. Perlakuan terhadap bahan pakan dapat secara nyata mengubah

nilai gizi dari bahan-bahan tersebut. Panas akan merusak beberapa kandungan gizi

atau sebaliknya, beberapa zat gizi yang lain menjadi naik nilai kegunaannya.

Pembentukan “pellet” dapat menningkatkan konsumsi sedangkan penggilingan

dapat mempengaruhi daya cerna dari protein dan karbohidrat. Sangatlah penting

bagi pemberi makan untuk berhati-hati terhadap bahan pakan yang mengalami

perlakuan baik untuk pengawetan, pemurnian, pengkonsentrasian atau untuk

menaikkan nilai gizinya. Jadi, diperlukan penjelasan-penjelasan dari asal bahan

pakan, metode prosesing, seperti: pengawetan, pemisahan, pengurangan ukuran

dan perlakuan-perlakuan panas (Hartadi, 1997).

Alat penepung berfungsi untuk mengubah bentuk bahan dari serpihan,

pecahan kulit, atau gumpalan menjadi tepung (mash). Penepungan bisa juga

dilakukan secara manual dengan batuan alat penumbuk. Namun, proses manual ini

memerlukan waktu lebih lama. Mesin penepung bisa ditambah dengan pisau untuk

membantu proses “penggerusan”. Penggerak alat bisa berupa mesin atau dinamo

listrik. Alat penepung dengan kapasitas 100kg/jam membutuhkan mesin penggerak

diesel berkekuatan 8–10 HP. Lubang saringan penepung bisa dibuat dengan berbagai

ukuran, tergantung dari jenis ternaknya. Alat penepung dengan ukuran lubang 0,5–1

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

13

mm digunakan untuk menghasilkan pakan unggas dan ikan, untuk pakan kambing

ukuran lubang saringan yang sedang, yakni 1,5–2 mm, untuk pakan sapi atau kerbau

lubang saringan berukuran 3–5 mm. Pekerja sebaiknya menggunakan masker pada

saat melakukan penepungan. Alat sebaiknya ditempatkan di lantai yang rata agar

mesin dapat menggerakkan alat secara optimal sehingga tidak mudah rusak (Guntoro,

2008).

Untuk membuat pakan bentuk crumble atau pellet dari pakan bentuk

tepung maka harus dilakukan proses lebih lanjut. Selain itu, juga perlu dilakukan

pengujian kepadatan atau kerekatannya jika mau dibuat pakan bentuk pellet.

Caranya, ambil pakan yang berbentuk secukupnya lalu dijemur. Setelah kering,

kalau pellet yang dihasilkan keras dan tidak mudah pecah berarti baik. Namun

jika pellet kurang keras dan mudah pecah maka dapat diberikan tambahan perekat

sintestis (white pellard) atau tepung tapioka. Penambahan bahan tersebut

bertujuan untuk membantu tingkat kekerasan pellet seperti yang diinginkan

(Rasidi, 2002).

Bahan Peyusun Ransum

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai merupakan sisa hasil proses pengolahan kedelai yang

sudah diambil minyaknya sehingga tersisa hanya bungkilnya yang masih

mempunyai nilai gizi (Mathius dan Sinurat, 2001). Bungkil Kedelai menjadi

sumber protein yang dominan, mengingat kandungan proteinnya sebesar 40 - 48%

dan energi metabolismenya 2330 kkal/kg, namun bungkil kedelai ini mempunyai

keterbatasasn karena kandungan asam amino methionin (Mochammad, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

14

Dedak Jagung

Dedak jagung merupakan limbah pengilingan jagung terdiri dari kulit ari

jagung, butiran jagung serta sedikit tongkol jagung. Seperti halnya dedak padi,

penggunaan dedak jagung juga sangat tergantung pada kualitas yaitu banyaknya

kandungan tongkol jagung.

Tepung Tapioka

Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong yang dikeringkan dan

dihaluskan. Tepung tapioka merupakan produk awetan singkong yang memiliki

peluang pasar yang sangat luas (Lies Suprapti, 2005).

Tepung tapioka jika dicampur dengan air, maka memiliki sifat sebagai

pengikat. Tepung tapioka juga merupakan salah satu jenis pengikat yang termasuk

dalam golongan dextrin. Dextrin merupakan salah satu jenis dari golongan

karbohidrat yang memiliki formulasi yang mirip dengan tepung kanji (tapioka)

namun memiliki susunan molekul yang lebih kecil dan lebih komplek tepung

tapioka juga termasuk jenis selulosa (karbohidrat rantai panjang), dimana unsur

yang dominan dalam karbohidrat adalah unsur karbon, hidrogen dan oksigen

(Robet asnawi, 2003).

Molases

Molasses pada awalnya adalah istilah yang digunakan untuk berbagai

produk samping yang berasal dari tanaman dengan kandungan gula yang tinggi,

berbentuk cairan kental serta berwarna coklat gelap. Akan tetapi istilah tersebut

saat ini lebih banyak digunakan sebagai produk samping dari tanaman tebu atau

bit (Perez, 1983). Di Indonesia, Molasses hasil pengolahan gula tebu tersebut

dikenal dengan nama tetes tebu. Molases mengandung sukrosa, glukosa, fruktosa

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

15

dan rafinosa dalam jumlah yang besar serta sejumlah bahan organik non gula

(Baker, 1981; Valli et al., 2012).

Non Karkas

Komponen non karkas menurut Lawrie (2003) adalah darah, kepala, kaki,

kulit, saluran pencernaan, intestine, kantong urin, jantung, trakea, paru-paru,

ginjal, limpa, hati dan jaringan lemak (yang melekat pada bagian tubuh tersebut).

Persentase bobot organ internal (perut, usus, hati, paru-paru, jantung, pankreas,

linmpa, ginjal, esophagus dan kantong kemih) antara 32-33% dari bobot potong.

Persentase bobot organ eksternal (kepala, empat kaki bagian bawah, ekor, kulit,

kelenjar usus, penis, dan skrotum) adalah 20-24%, sedangkan persentase bobot

darah lebih kurang 4%. Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, rumen,

retikulum, omasum, usus besar, usus kecil, dan total alat pencernaan, tetapi

menurunkan berat kepala, kaki dan limpa. Perlakuan nutrisional termasuk spesies

pastura mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap berat non karkas internal

seperti hati, paru-paru, jantung dan ginjal, sedangkan berat komponen non karkas

eksternal, terutama kepala dan kaki, tidak terpengaruh (Soeparno, 2005).

Bagian non karkas (offals) terdiri dari bagian yang layak dimakan dan tidak

layak dimakan. Di Indonesia, bagian nonkarkas yang layak dimakan seperti kulit,

kepala, ekor dan viscera (hati, jantung, paru-paru dan saluran pencernaan) juga

bernilai ekonomi tinggi, karena merupakan bahan pangan yang disukai masyarakat.

Beberapa komponen non karkas yang tidak layak dimakan tetapi diolah dengan

teknologi tinggi dapat memberikan keuntungan financial yang besar (Elvanuddin et

al., 2016).

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

16

Pakan dapat mempengaruhi pertambahan berat komponen non karkas

kelinci yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energy yang tinggi

mempunyai jantung, paru-paru yang lebih berat dari pada domba yang

menkosumsi pakan dengan kandungan energy yang rendah. (Ridawan, 1991).

Konsumsi nutrisi tinggi meningkatkan berat hati, ginjal, usus besar, usus

kecil dan total alat pencernaan, tetapi sebaliknya bagi berat kepala, dan kaki

perlakuan dan nutrisi serta spesies pasutra dan panggonan pada domba pada

domba tidak mempengaruhi berat kepala, kaki dan kulit pada berat tubuh yang

sama (Soeparno, 1994).

Bobot non karkas diperoleh dengan menimbang bagian non karkas.

Persentase karkas diperoleh dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot

potong, sedangkan persentase non karkas diperoleh dengan membandingkan

bobot non karkas dengan bobot tubuh kosong. Penimbangan non karkas dilakukan

untuk masing-masing komponen yaitu: kepala,organ-organ dalam, keempat kaki

bagian bawah, ekor kulit dan bulu (Purbowati et al., 2005). Menurut Sembiring

(2006) persentase bobot non karkas dapat di peroleh dengan pembagian bobot non

karkas (kulit, kepala, kaki, hati, limpa, paru-paru, trakea, jantung, testis, lemak,

omental, ekor) dengan bobot tubuh kosong di kali 100%.

Bobot Potong

Mengistirahatkan ternak sebelum di sembelih ada (dua) cara yaitu: dengan

di puasakan dan tanpa dipuasakan. Pemuasaan dilakukan agar (1) diperoleh bobot

potng , yaitu bobot tubuh yang telah dikurangi isi saluran pencernaan dan urin, (2)

mempermudah proses penyembelihan terutama bagian ternak yang agresif atau

liar (Soeparno, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

17

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Jalan. Dr. Amir Hamzah No.5 Medan,

Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 minggu mulai bulan Juli

2019.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Kelinci lepas sapih umur 12 minggu sebanyak 25 ekor dengan rata rata

bobot badan X = 473 + 183,278. Pelet perlakuan terdiri atas tepung jagung,

bungkil kedelai, molasses, dedak halus, bungkil kedelai, tepung daun kelor,

tepung daun jambu biji, ultra mineral, air minum, rumput, vitamin dan rodalon

sebagai desinfektan kandang.

Alat

Kandang individu dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm sebanyak 20 petak,

kandang ukuran 70 x 60 x50 cm sebanyak 12 petak, oven pengering, grinder,

pencetak pellet, timbangan bobot badan dengan kapasitas 15 kg dengan kepekaan

10g, timbangan ransum dengan kapasitas 3 kg dengan kepekaan 1 g, tempat pakan

dan tempat minum pada tiap kandang dengan total sebanyak 30 unit, mesin giling

untuk membuat tepung, lampu 32 watt sebagai penerangan kandang, termometer

untuk mengetahui suhu kandang, sapu lidi, kuas, sapu kecil sebagai alat

pembersih kandang, talenan dan plastik transparan, terpal plastik sebagai alas

untuk menyusun pellet, kardus sebagai tempat penyimpanan bahan untuk pellet.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

18

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang

terdiri atas 5 perlakuan dan 5 ulangan sehingga diperoleh 25 unit percobaan.

Adapun perlakuan yang diteliti adalah sebagai berikut :

Faktor : Konsentrasi Daun kelor (moringa oliefera) dan daun jambu biji (psidium

guajava)

P0 = 0% Daun kelor dan daun jambu biji (kontrol).

P1 = 0% Daun kelor dan 15 % daun jambu biji.

P2 = 5% Daun kelor dan 10% daun jambu biji.

P3 = 10% Daun kelor dan 5% daun jambu biji.

P4 = 15% Daun kelor dan 0% daun jambu biji.

Adapun rumus ulangan sebagai berikut :

t (r-1) ≥ 15

4 (r-1) ≥ 15

4r – 4 ≥ 15

4r ≥ 19

r ≥ 19/4

r ≥ 4,7 dibulatkan menjadi 5

Tabel 2. Rancangan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 P0U1 P0U2 P0U3 P0U4 P0U5

P1 P1U1 P1U2 P1U3 P1U4 P1U5

P2 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4 P2U5 P3 P3U1 P3U2 P3U3 P3U4 P3U5

P4 P4U1 P4U2 P4U3 P4U4 P4U5

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

19

Adapun persamaan linier yang digunakan adalah sebagai berikut.

Yij = µ + αi + ɛij

i = 1, 2, ..., a; j = 1, 2, ...,b

Keterangan:

Yij = Hasil pengamatan untuk perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh perlakuan ke-i

ɛij = Efek galat percobaan pada pelakuan ke-i, ulangan ke-j

Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan

Kandungan nutrisi bahan pakan (%)

Protein Kasar 16,5 16.0 18.2 15.2 18.4

Serat Kasar 8.88 7.17 8.17 10.2 7.29

Lemak Kasar 6.28 7.26 8.50 6.49 7.82

Kadar Air 8.68 7.37 4.94 7.75 7.84

Kadar Abu 7.82 8.04 7.91 8.06 9.46

Kalsium 0.38 0.37 0.21 0.33 0.50

Fospor 1.38 0.99 0.97 0.98 1.01

Komposisi ( % ) P0 P1 P2 P3 P4

Dedak Jagung 58 31 31 31 33

Bungkil Kelapa 6.5 17 17 17 14

Dedak Padi 7.5 16 18 20 21

Bungkil Kedelai 25 18 16 14 14

Tepung Tapioka 1 1 1 1 1

Ultra Mineral 1 1 1 1 1

Molases 1 1 1 1 1

Tepung Daun Kelor 0 0 5 10 15

Tepung Daun Jambu Biji 0 15 10 5 0

Total 100 100 100 100 100

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

20

Parameter Penelitian

a. Persentase Bobot Kepala (%)

Persentase bobot kepala diperoleh dari bobot kepala dibagi dengan bobot

potong dikali 100%.

b. Persentase Bobot Kaki (%)

Persentase bobot kaki diperoleh dari bobot kaki dibagi dengan bobot

potong dikali 100%.

c. Persentase Bobot Kulit (%)

Persentase bobot kulit diperoleh dari bobot kulit seluruhnya dibagi dengan

bobot potong dikali 100%.

d. Persentase Bobot Ekor (%)

Persentase bobot ekor diperoleh dari bobot ekor dibagi dengan bobot

potong dikali 100%.

e. Persentase Bobot Paru-Paru (%)

Persentase bobot trakea dan paru-paru diperoleh dari bobot trakea dan

paru-paru dibagi dengan bobot potong dikali 100%.

f. Persentase Bobot Hati (%)

Persentasi bobot hati diperoleh dari bobot hati dibagi dengan bobot potong

dikali 100%.

g. Persentase Bobot Jantung (%)

Persentase bobot jantung diperoleh dari bobot jantung dibagi dengan bobot

potong dikali 100%.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

21

h. Persentase Bobot Usus

Persentase bobot usus diperoleh dari bobot usus dibagi dengan bobot

potong dikali 100%.

i. Persentase Bobot Ginjal

Persentase bobot ginjal diperoleh dari bobot ginjal dibagi dengan bobot

potong dikali 100%.

Preparasi Non Karkas

a. Pemuasaan

Sebelum dilakukan pemotongan, domba terlebih dahulu dipuasakan

kurang lebih 6 jam. Perlakuan ini bertujuan menggosongkan bagian perut (usus)

sehimgga kulit dan otot-ototnya menjadi lemas karena penigkatan kandungan

glikogen. Disamping itu, perlakuan ini akan menigkatkan proporsi daging

terhadap bobot hidupnya.

b. Penyembelihan

Penyembelihan dilakukan dengan memotong leher tepat pada bagian leher

dengan gerakan menyayat hingga urat nadinya putus.

c. Pengulitan

Pengulitan dilakukan dengan cara kering atau tanpa air, dengan

memisahkan bagian kepala, kedua kaki depan dan sendi korpus dan ekor pada

bagian pangkal. Kemudian menyayat kulit pada kedua kaki belakang secara

melingkar di pergelangannya sampai melalui bagian paha dan anus. Kulit dikupas

dan perlahanlahan ditarik ke bawah hingga seluruh kulit terlepas dari kelinci.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

22

d. Pengeluaran Jeroan

Pengualaran jeroan dengan cara menyayat terlebih dahulu bagian perut

secara membujur mulai dari titik pusar kearah dada, kemudian ke ekor. Setelah itu

keluarkan seluruh jeroan dengan tangan dan memotong kaki belakang pada sendi

tarrus.

e. Penimbangan

Penimbangan dilakuakan secara kompenen non kakrkas masing-masing

dipisahkan kemudian ditimbang.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan

Kandang dipersiapkan seminggu sebelum kelinci masuk dalam kandang agar

kandang bebas dari hama dan bibit penyakit. Kandang beserta peralatan seperti

tempat pakan dan minum dibersihkan dan didesinfektan denganmenggunakan

rodalon. Penerangan yang digunakan adalah sebuah lampu 32 watt digantung di

tengah kandang yang berfungsi menerangi seluruh kandang.

Pemilihan Ternak

Penyeleksian ternak kelinci yang akan digunakan sebagai objek penelitian

melalui beberapa syarat sebagai berikut: ternak kelinci dalam keadaan sehat,

lincah, tidak cacat dilihat dari bentuk kaki yang lurus dan lincah, ekor

melengkung ke atas lurus merapat ke bagian luar mengikuti tulang punggung,

telinga lurus ke atas dan telinga tidak terasa dingin, mata jernih dan bulu

mengkilat. Sebelum kelinci dimasukkan ke dalam kandang, dilakukan

penimbangan untuk mengetahui bobot badan awal dari masing-masing kelinci

kemudian dilakukan random (pengacakan) yang bertujuan untuk memperkecil

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

23

nilai keragaman. Lalu kelinci dimasukan ke dalam kandang sebanyak 1 ekor per

unit penelitian.

Pengolahan Daun Kelor dan Daun Jambu biji

Pengolahan daun kelor dan daun jambu biji menjadi tepung diawali

dengan pengepresan yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar air. Setelah itu

dilakukan pengeringan pada oven. Setelah itu daun kelor dan daun jambu biji

tersebut digiling hingga menjadi tepung.

Penyusunan Pakan dalam Bentuk Pelet

Bahan penyusun konsentrat yang digunakan terdiri atas tepung jagung,

bungkil kedelai, molasses, dedak halus, bungkil kedelai, tepung daun kelor,

tepung daun jambu biji dan ultra mineral. Bahan yang digunakan ditimbang

terlebih dahulu sesuai dengan formulasi pellet yang telah ditentukan sesuai

dengan level perlakuan. Untuk menghindari ketengikan, pencampuran

pellet dilakukan satu kali dalam satu minggu dan pencampuran dilakukan dengan

pengayakan..

Pemeliharaan Kelinci

Sebelum kelinci diberi perlakuan, dilakukan penimbangan bobot badan

awal kelinci kemudian penimbangan kelinci dilakukan seminggu sekali. Pakan

dan air minum diberikan secara ad-libitum, penggantian air minum dilakukan

pada pagi dan sore hari. Kandang, tempat pakan dan minum dibersihkan setiap

hari pada pagi hari. Pakan pellet diberikan pada pagi hari (jam 08.00) dan siang

hari (jam 14.00) dan rumput lapangan pada siang (jam 14.00) dan sore hari

(18.00).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

24

Analisis Data

Data yang didapat dan dianalisis dengan rancangan acak lengkap, jika

diperoleh data hasil yang sangat nyata atau nyata maka dilanjutkan dengan uji

Duncan.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Presentase Bobot Kepala

Persentase bobot kepala diperoleh dari bobot kepala dibagi dengan bobot

potong dikali 100%. Rataan persentase bobot kepala dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan persentase bobot kepala (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan±SD U1 U2 U3

P0 10,99 9,10 10,43 30,52 10,17tn ± 0,97

P1 11,32 10,00 9,75 31,07 10,36tn ± 0,84

P2 10,36 8,58 10,09 29,03 9,68tn ± 0,96

P3 12,03 9,17 9,67 30,87 10,29tn ± 1,53

P4 9,57 8,63 7,87 26,07 8,69tn ± 0,85 Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot kepala pada

kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor berkisar antara 8,69 ± 0,97%

sampai dengan 10,36 ± 0,84%. Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui

bahwa persentase bobot kepala pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji

dan kelor tidak berpengaruh nyata.

Tabel 5. Analisis ragam persentase bobot kepala kelinci

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F tabel

0,01 0,05

Perlakuan 4 5,78909 1,44727 1,28tn 5,99 3,48

Galat 10 11,26540 1,12654 Total 14 17,05449

Keterangan: tn=tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa persentase bobot

kepala kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor tidak berpengaruh,

secara statistik. Bobot kepala tidak terdapat perbedaan yang nyata yang

disebabkan karena bobot kepala yang dihasilkan relatif sama. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Dagong et al. (2012) yang menyatakan bahwa tidak adanya

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

26

perbedaan bobot non karkas disebabkan karena bobot potong relatif tidak jauh

berbeda.

Kepala merupakan bagian organ yang masak dini artinya kepala tumbuh

lebih awal, persentase nya menurun dengan bertambahnya umur karna

meningkatnya bobot hidup.(Amrullah, 2004). Hal ini diperkuat oleh pernyataan

Rao et al. (1977). Presentase bobot kepala dan kaki terhadap bobot hidup

menurun dengan meningkatnya umur dan bobot badan.

Presentase Bobot Kaki

Persentase bobot kaki diperoleh dari bobot kaki dibagi dengan bobot

potong dikali 100%. rataan persentase bobot kaki dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan persentase bobot kaki (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan ±SD U1 U2 U3

P0 3,50 2,50 3,33 9,33 2,96tn ± 0,54

P1 2,52 2,77 3,44 8,73 2,91tn ± 0,48

P2 3,14 3,04 3,68 9,86 3,29tn ± 0,34

P3 3,08 3,11 3,49 9,68 3,23tn ± 0,23

P4 3,07 3,32 2,84 9,23 3,08tn ± 0,24 Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot kaki pada

kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor berkisar antara 2,91 ± 0,48%

sampai dengan 3,29 ± 0,34%. Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui

bahwa persentase bobot kaki pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji

dan kelor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

27

Tabel 7. Analisis ragam persentase bobot kaki kelinci

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F tabel

0,01 0,05

Perlakuan 4 0,32044 0,08011 0,63tn 5,99 3,48

Galat 10 1,26600 0,12660 Total 14 1,58644 Keterangan: tn= tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa persentase bobot

kaki kelinci yang diberi pellet tidak berpengaruh nyata, hal ini disebabkan karena

bobot kaki yang dihasilkan relatif sama, Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Dagong et al. (2012) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan bobot non

karkas disebabkan karena bobot potong relatif tidak jauh berbeda.

Menurut Basuki (1985) pada awal pertumbuhan organ kaki relatif lebih

besar, sehingga mencapai bentuk yang proporsional ketika mencapai dewasa

tubuh. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Rao et al. (1977). Presentase bobot

kepala dan kaki terhadap bobot hidup menurun dengan meningkatnya umur dan

bobot badan.

Presentase Bobot Kulit

Persentase bobot kulit diperoleh dari bobot kulit seluruhnya dibagi dengan

bobot tubuh kosong dikali 100%. rataan persentase bobot kulit dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Rataan persentase bobot kulit (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan ±SD U1 U2 U3

P0 6,75 16,04 8,79 31,58 10,53tn ± 4,88

P1 7,48 6,77 6,56 20,81 6,94tn ± 0,48

P2 7,81 9,97 7,78 25,56 8,52tn ± 1,26

P3 15,79 7,27 7,96 31,02 10,34tn ± 4,73

P4 8,43 6,13 8,45 23,01 7,67tn ± 1,33 Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

28

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot kulit pada

kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor berkisar antara 6,94 ± 0,48%

sampai dengan 10,53 ± 4,88%. Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui

bahwa persentase bobot kulit pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji

dan kelor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Tabel 9. Analisis ragam persentase bobot kulit kelinci

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F tabel

0,01 0,05

Perlakuan 4 30,54084 7,63521 0,77tn 5,99 3,48

Galat 10 99,64453 9,96445 Total 14 130,18537

Keterangan: tn=tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa persentase bobot

kulit kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor tidak memberikan

pengaruh yang nyata, hal itu terjadi karena perbedaan bobot potong yang relative

sama hal itu sesuai dengan pendapat Lawrie (1995), bahwa faktor yang

menentukan kualitas dan kuantitas kulit antara lain berat potong, umur, kadar

lemak, jenis kelamin.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Cheeke et al. (2000) menyatakan bahwa

bobot kulit kelinci dipengaruhi oleh kandungan protein pakan, dimana dengan

tercukupinya asupan protein maka akan meningkatkan bobot potong dan

selanjutnya akan berpengaruh pada bobot kulit.

Persentase Bobot Ekor

Persentase bobot ekor tanpa kulit diperoleh dari bobot ekor tanpa kulit

dibagi dengan bobot tubuh kosong dikali 100%. rataan persentase bobot ekor

dapat dilihat pada Tabel 10.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

29

Tabel 10. Rataan persentase bobot ekor (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan ±SD U1 U2 U3

P0 0,33 0,35 0,43 1,11 0,37tn ± 0,05

P1 0,33 0,46 0,49 1,28 0,43tn ± 0,09

P2 0,29 0,40 0,26 0,95 0,32tn ± 0,07

P3 0,23 0,30 0,3 0,83 0,28tn ± 0,04

P4 0,29 0,52 0,52 1,33 0,44tn ± 0,13 Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot ekor pada

kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor berkisar antara 0,28 ± 0,04%

sampai dengan 0,44 ± 0,13%. Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui

bahwa persentase bobot ekor pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji

dan kelor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Tabel 11. Analisis ragam persentase bobot ekor kelinci

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F tabel

0,01 0,05

Perlakuan 4 0,06026 0,01506 2,17tn 5,99 3,48

Galat 10 0,06946 0,00694 Total 14 0,12973 Keterangan: tn=tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa persentase bobot

ekor kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor tidak memberikan

pengaruh yang nyata dikarenakan presentasi bobot potong yang relatif sama. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Dagong et al. (2012) yang menyatakan bahwa

tidak adanya perbedaan bobot non karkas disebabkan karena bobot potong relatif

tidak jauh berbeda, sehingga ternak memiliki status perkembangan yang relatif

sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

30

Persentase Bobot Paru-Paru

Persentase bobot trakea dan paru-paru diperoleh dari bobot trakea dan

paru-paru dibagi dengan bobot tubuh kosong dikali 100%. Data rataan presentase

bobot paru-paru dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan persentase bobot paru-paru (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan ±SD U1 U2 U3

P0 0,40 0,49 0,57 1,11 0,49tn ± 0,09

P1 0,46 0,46 0,57 1,49 0,50tn ± 0,06

P2 0,36 0,59 0,60 0,95 0,52tn ± 0,14

P3 0,38 0,45 0,45 0,83 0,43tn ± 0,04

P4 0,36 0,37 0,52 1,33 0,42tn ± 0,09 Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot paru-paru pada

kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor berkisar antara 0,42 ± 0,09%

sampai dengan 0,52 ± 0,14%. Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui

bahwa persentase bobot paru-paru pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu

biji dan kelor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Tabel 13. Analisis ragam persentase bobot paru-paru kelinci

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F tabel

0,01 0,05

Perlakuan 4 0,02262 0,00565 0,77tn 5,99 3,48

Galat 10 0,07313 0,00731 Total 14 0,09576 Keterangan: tn=tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa persentase bobot

paru-paru kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor tidak memberikan

pengaruh yang nyata, hal itu terjadi karena perbedaan bobot paru-paru yang relative

sama, Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dagong et al. (2012) yang menyatakan

bahwa tidak adanya perbedaan bobot non karkas disebabkan karena bobot potong

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

31

relatif tidak jauh berbeda, sehingga ternak memiliki status perkembangan yang relatif

sama.

Persentase Bobot Hati

Persentase bobot hati diperoleh dari bobot hati dibagi dengan bobot tubuh

kosong dikali 100%. ataan persentase bobot paru-paru dapat dilihat pada Tabel

14.

Tabel 14. Rataan persentase bobot hati (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan ±SD U1 U2 U3

P0 1,79 4,03 3,12 8,94 2,98tn ± 1,13A

P1 5,03 3,46 4,10 12,59 4,20tn ± 0,79A

P2 2,99 1,98 3,68 8,65 2,88tn ± 0,86A

P3 1,88 3,86 4,01 9,75 3,25tn ± 1,19A

P4 4,07 2,58 2,77 9,42 3,14tn ± 0,81A Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot hati pada

kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor berkisar antara 2,88 ± 0,86%

sampai dengan 4,20 ± 0,79%. Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui

bahwa persentase bobot paru-paru pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu

biji dan kelor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Tabel 15. Analisis ragam persentase bobot hati kelinci

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F table

0,01 0,05

Perlakuan 4 3,32286 0,83071 0,88tn 5,99 3,48

Galat 10 9,38873 0,93887 Total 14 12,71160

Keterangan: tn=tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui bahwa persentase bobot

hati pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji dan kelor tidak

memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga karena kandungan nutrisi pakan

kelinci yang diberikan tidak terlalu tinggi (standar). Hal ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

32

pernyataan Soeparno (2005) menyatakan bahwa konsumsi nutrisi yang tinggi

meningkatkan berat hati, rumen, reticulum, omasum, usus besar, usus kecil dan

total alat pencernaan, tetapi menurunkan berat kepala, kaki, dan limpa.

Persentase Bobot Jantung

Persentase bobot jantung diperoleh dari bobot jantung dibagi dengan

bobot tubuh kosong dikali 100%. rataan persentase bobot jantung dapat dilihat

pada Tabel 16.

Tabel 16. Rataan persentase bobot jantung (%)

Perlakuan Ulangan

Total Rataan±SD U1 U2 U3

P0 0,4 0,28 0,14 0,82 0,27tn ± 0,13

P1 0,26 0,31 0,25 0,82 0,27tn ± 0,03

P2 0,36 0,26 0,26 0,88 0,29tn ± 0,06

P3 0,23 0,23 0,45 0,91 0,30tn ± 0,13

P4 0,21 0,30 0,39 0,90 0,30tn ± 0,09 Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot jantung pada

kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor berkisar antara 0,27 ± 0,03%

sampai dengan 0,30 ± 0,13%. Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui

bahwa persentase bobot jantung pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu

biji dan kelor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Tabel 17. Analisis ragam persentase bobot jantung kelinci.

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F tabel

0,01 0,05

Perlakuan 4 0,00250 0,00062 0,07tn 5,99 3,48

Galat 10 0,09106 0,00910 Total 14 0,09357 Keterangan: tn=tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui bahwa persentase bobot

jantung pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji dan kelor tidak

memberikan pengaruh yang nyata. hal itu terjadi karena perbedaan bobot jantung

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

33

yang relative sama, Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dagong et al. (2012)

yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan bobot non karkas disebabkan

karena bobot potong relatif tidak jauh berbeda, sehingga ternak memiliki status

perkembangan yang relatif sama

Persentase Bobot Usus

Persentase bobot usus diperoleh dari bobot usus dibagi dengan bobot

tubuh kosong dikali 100%. rataan persentase bobot usus dapat dilihat pada Tabel

18.

Tabel 18. Rataan persentase bobot usus (%).

Perlakuan Ulangan

Total Rataan ±SD U1 U2 U3

P0 14,44 19,65 22,98 57,07 19,02tn ± 4,30

P1 21,85 17,92 20,00 59,77 19,92tn ± 1,97

P2 24,74 14,98 22,22 61,94 20,65tn ± 5,07

P3 16,32 20,15 20,89 57,36 19,12tn ± 2,45

P4 26,21 21,40 19,39 67,00 22,00tn ± 3,50 Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot usus pada

kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor berkisar antara 19,12 ± 2,45%

sampai dengan 22,00 ± 3,50%. Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui

bahwa persentase bobot usus pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji

dan kelor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Tabel 19. Analisis ragam persentase bobot usus kelinci.

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F tabel

0,01 0,05

Perlakuan 4 18,15169 4,53792 0,33tn 5,99 3,48

Galat 10 139,27800 13,92780 Total 14 157,42969 Keterangan: tn=tidak berpengaruh nyata.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

34

Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui bahwa persentase bobot usus

pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji dan kelor tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap bobot non karkas, hal itu terjadi karena perbedaan

bobot usus yang relative sama, Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dagong et al.

(2012) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan bobot non karkas disebabkan

karena bobot potong relatif tidak jauh berbeda, sehingga ternak memiliki status

perkembangan yang relatif sama.

Duan kelor mengandung zat anti nutrisi yaitu tanin dan saponin, zat anti

tersebut dapat mempengaruhi kinerja saluran pencernaan, Hal ini sesuai dengan

pengadapat Sutedjo et al. (1997) yang menyatakan bahwa saponin menurunkan

permeabilitas selmukosa usus halus yang berakibat penghambatan transport

nutrisi aktif dan menyebabkan pengambilan atau penyerapan zat-zat gizi dalam

saluran perncernaan menjadi terganggu. Saponin memberikan pengaruh terhaadap

biologis tubuh dan metabolism zat nutrisi dengan cara menghambat produktifitas

kerja enzim seperti enzim kemotripsin, sehingga menhambat produktifitas dan

pertumbuhan pada ternak.

Persentase Bobot Ginjal

Persentase bobot ginjal diperoleh dari bobot ginjal dibagi dengan bobot tubuh

kosong dikali 100%. rataan persentase bobot ginjal dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Rataan persentase bobot ginjal (%).

Perlakuan Ulangan

Total Rataan ±SD U1 U2 U3

P0 0,53 0,69 0,57 1,79 0,60tn ± 0,08A P1 0,66 0,92 0,49 2,07 0,70tn ± 0,22A

P2 0,58 0,33 0,68 1,59 0,53tn ± 0,18A

P3 0,6 0,61 0,59 1,80 0,60tn ± 0,01A

P4 0,57 0,52 0,58 1,67 0,56tn ± 0,03A Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

35

Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa rataan persentase bobot ginjal pada

kelinci yang diberi pellet daun jambu biji dan kelor berkisar antara 0,53 ± 0,18%

sampai dengan 0,70 ± 0,22%. Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui

bahwa persentase bobot ginjal pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji

dan kelor tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Tabel 21. Analisis ragam persentase bobot ginjal kelinci.

Sumber Keragaman Db JK KT F hitung F tabel

0,01 0,05

Perlakuan 4 0,04424 0,01106 0,63tn 5,99 3,48

Galat 10 0,17493 0,01749 Total 14 0,21917 Keterangan: tn=tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui bahwa persentase bobot

ginjal pada kelinci yang diberikan pellet daun jambu biji dan kelor tidak

memberikan pengaruh yang nyata, hal itu terjadi karena perbedaan bobot ginjal

yang relative sama, Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dagong et al. (2012)

yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan bobot non karkas disebabkan

karena bobot potong relatif tidak jauh berbeda, sehingga ternak memiliki status

perkembangan yang relatif sama. Hal didukung oleh Jery (2017) yang

menyatakan bahwa pemberian ransum dengan penambahan tepung daun kelor

tidak berperngaruh terhadap persetanse non karkas (darah, ginjal, dan organ dalam

lain) hal ini dikarenakan bobot potong yang tidak terlalu besar karena absorbs zat-

zat nutrisi terganggu karena adanya zat anti nutrisi dalam ransum.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Untuk melihat hasil penelitian terhadap presentase non karkas maka dapat

dilakukan rekapitulasi hasil penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 22.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

36

Tabel 22. Rekapitulasi hasil penelitian.

Perlakuan Parameter Penelitian

Kepala

%

Kaki

%

Kulit

%

Ekor

%

Paru

paru %

Hati

%

Jantung

%

Usus

%

Ginjal

%

P0 10,17 2,96 10,5 0,37 0,49 2,98 0,27 19,02 0,60

P1 10,36 2,91 6,94 0,43 0,50 4,20 0,27 19,92 0,70

P2 9,68 3,29 8,52 0,32 0,52 2,88 0,29 20,65 0,53

P3 10,29 3,23 10,3 0,28 0,43 3,25 0,30 19,12 0,60

P4 8,69 3,08 7,67 0,44 0,42 3,14 0,30 22,00 0,56 Keterangan: Superskrip pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0,05).

Berdasarkan hasil rekapitulasi penelitian diatas diperoleh bahwa daun

jambu biji dan kelor yang dijadikan pellet sebagai pakan kelinci tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap presentase bobot kepala, kaki, kulit,

ekor, paru-paru, hati, jantung, usus, ginjal.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

37

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemanfaatan daun jambu bji dan kelor sebagai bahan pakan tidak

menunjukan peningkatan yang signifikan terhadap presentase non karkas,

sehingga daun kelor dan daun jambu biji dapat dijadikan pakan alternatife untuk

kelinci.

Saran

Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan pemberian

level yang lebih berbeda disetiap perlakuan untuk melihat perubahan persentase

non karkas kelinci.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

38

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S.H., dan Krisnan, R. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan

di Indonesia. IPB Press. Bogor.

Amrullah IK, 2004. Ilmu nutrisi ternak. Cetakan ke 2, (ID): Lembaga Satu

Gunung Budi. Bogor.

Anas, Y., Fithria, R.F., Purnamasari, Y.A., Ningsih, K.A., Noviantoro, S.G., dan

Suharjono,(2012), Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Randu

(Ceiba Petandra L, Gaern,) pada Mencit Jantan Galur Balb/C, Jurnal

Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, Vol. 9 No.2, hal. 16 – 22.

Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Gramedia. JakartaAritonang,

D., Harahap, M.A., Raharjo, Y.C. Pengaruh Penambahan Biovet dalam

Ransum dengan Berbagai Kandungan Protein dan Energi terhadap

Pertumbuhan Anak Kelinci Rex. Media Peternakan IPB.

http://journal.ipb.ac.id/index.php/media peternakan/ article/viewArticle/676

[12 April 2011]

AOAC (Association of Analytical Chemist). 1995. Official Methods of Analysis.

Washington, DC.

Aritonang, D., Harahap, M.A., Raharjo, Y.C. Pengaruh Penambahan Biovet

dalam Ransum dengan Berbagai Kandungan Protein dan Energi terhadap

Pertumbuhan Anak Kelinci Rex. Media Peternakan IPB.

http://journal.ipb.ac.id/index.php/media peternakan/ article/viewArticle/676

Astuti, S. I. B,. Arifin. M & Dilaga. W. S. 2002. Respon Sapi Po Berbasis Pakan

Jerami Padi Terhadap Berbagai Formula “Urea Molases Blok”. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan.

Universitas Diponegoro. Semarang

Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3947-1995. Standar Daging Sapi atau

Kerbau. Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Standar Nasional Indonesia 01-0366-2000.

Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Batas Maksimum Residu dalam

Bahan Makanan Asal Ternak Hewan. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Bailey, C. R., G. C. Duff., S. R. Sanders., J. L. Treichel., L. H. Baumgard., J. A. Marchello., D. W. Schafer & C. P. McMurphy. 2008. Effect of increasing

crude protein concentrations on performance and carcass characteristics of

growing and finishing steers and heifers. J. Anim. Feed Sci and

Technology. 142: 111-120.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

39

Baker, P. 1981. Proc. AFMA Eleventh Ann. Liquid Feed Symp. Amer. Feed

Manufacturers Assoc. Arlington, VA.

Basuki, P. 1985. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Daging. Fakultas

Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Cheeke PR, NM Patton, dan SD Lukefahr. 2000. Rabbit Prodution. 8 Edition The

interstate Printers and Publisher inc. Danville IIIinois.

Cheeke, P.R., Gobner and Patton, N.M. 1986. Fiber Utilization in Rabbit. J of

Appl. Rabbit.

Dagong, M. I. A., R. Herman, C. Sumantri, R. R. Noor dan M. Yamin. 2012.

Karakteristik karkasdan sifat daging domba ekor tipis (DET) berdasarkan

variasi genotip gen kalpastatin (CAST)(Lokul intron 5-ekson 6). JITV. 17

(1) : 13–24.

Depkes RI, (2000), Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Jilid I,

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Republik Indonesia,

Jakarta.Di Carlo, G., Autore, G., Izzo, A.A., Maiolino, P., Mascolo, N.,

Viola, P., Diurno, M.V., and Capasso, F., (1993), Inhibition of

Intestinal Motility and Secretory by Flavonoids in Mice and Rats:

Strukture Activity Relationships, Journal of Pharmacy and

Pharmacology, 45 (12).

Dirjen Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan (Statitical Book on

Livestock). Jakarta. http://ditjennak.go.id/regulasi% 5CRoadmap_Bab1

_2.pdf [02 Maret 2011].

Elvannudin. Tasse, A. M. Has, H. 2016. Kajian Pertumbuhan dan Bagian Non

Karkas Kambing Lokal Jantan Pasca Pemberian Asam Lemak Terproteksi.

Fakultas Peternakan. Universitas Halu Oleo.

Ermawati, Dwi. 2011. Untung Menggiurkan dari Budidaya Kelinci. Yogyakarta:

C.V Andi Offset

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan

dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fatazani ardiyan. 2019. Pengaruh bangsa dan berat potong terhadap karkas dan

non karkas kelinci, Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu

Buana Yogyakarta

Fratiwi, Y., (2015), The Potensial of Guava Leaf (Psidium guajava L.) for

Diarrhea, J Majority, Vol. 4 No. 1, p.113.

Frazier, W. C dan Westhoff. 1988. Food Microbiology. Mcgraw-Hill Publishing

Company Ltd. New Delhi.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

40

Frazier, W.C. dan P.C Westhoff. 1978. Food Microbiology. Mc Graw Hill Book

Co. Inc. New York.

Gillespie, J.R. 2004. Modern Livestock and Poultry Production. 7thEdition.

Delmar Learning, United States.

Guntoro, S. 2008. Membuat Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah;

Niksolihin S, editor. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari: Phytochemical

Methods

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan

untuk Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.

Holt, J. G., N. R. Krieg, P. H. A. Sneath, J. T. Staley dan S. T. Williams. 1994.

Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 9th ed. Williams and

Wilkins, Maryland.Jakarta.

Jery, 2017. Efek penambahan daun kelor pada ransum komersial, persentase

karkas dan persentase non karkas. Universitas Warmadewa. Bali.

Julferina, S. 2008. Pemanfaatan Tepung Keong Mas Sebagai Subtitusi Tepung

Ikan dalam Ransum terhadap Performans Kelinci Jantan Lepas Sapih.

Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kartadisastra. 1997. Ternak kelinci. Kanisius. Yogyakarta.

Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 2007. Bahan-bahan Untuk Pakan

Buatan. Jakarta. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/3d1c1.html [02

Maret 2011].

Kumalaningsih, S., (2006), Antioksidan AlamiPenangkal Radikal Bebas,

Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan dan Pengolahan, Cetakan Pertama,

Trubus Agrisarana, Surabaya.

Kusnadi, D.C., V.P. Bintoro, dan A.N. Al-Baarri. 2012. Daya ikat air, Tingkat

Kekenyalan, Kadar protein pada bakso kombinasi daging sapi dan daging

kelinci. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol.1 No.2. Fakultas Pertanian

dan Peternakan. Universitas Dipenogoro, Semarang

Lakoni, E. 2003. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. IPB Press. Bogor

Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Terjemahan: Aminuddin Parakkasi. Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

Lawrie, R.A. 1995. Ilmu Daging. Penerjemah: A. Parakkasi. Penerbit University

Indonesian Press. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

41

Lestari. 1992. Menentukan Bibit Broiler. Peternakan Indonesia.

Lies Suprapti, 2005. Pengertian Tepun Tapioka.

https://bukuteori.com/2017/09/01/pengertian-tepung-tapioka/ [Diakses

tanggal 14 Juni 2019]

Lukman, DW, AW. Sanjaya, M. Sudarwanto, RR. Soejoedono, T. Purnawarman,

H. Latif. 2007. Higiene Pangan. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Mahfuds, L.D., Suprijatna, E., Sarengat, W. 2005. Pengaruh Penggunaan Ampas

Tahu Fermentasi Terhadap Efesiensi Penggunaan Protein Itik Tegal Jantan.

UNDIP. Semarang. http://eprints.undip.ac.id /6891/1/

oke31%282%292006p129-134.pdf [14 Juni 2019]

Manshur, F. 2009. Kelinci-Pemeliharaan Secara Ilmiah, Tepat dan Terpadu.

Nuansa. Bandung.

Manshur, F. 2009. Ternak Uang Bersama Kelinci. Nuansa. Bandung.

Masanto, R., dan A. Agus. 2010. Beternak Kelinci Potong. Penebar Swadaya.

Masanto, R., dan Agus, A. 2010. Beternak Kelinci Potong. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Mathius, I. W., dan A.P. Sinurat. 2001. Pemanfaatan Bahan Pakan Inkonvensional

untuk Ternak. 11(2):112

http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/ip013083.pdf. Diakses pada:

tanggal 14 juni 2019.

Mochammad. 2004. Pengantar Metodelogi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.

Surakarta : CSGF. 129

Palombo, E.A., (2006), Phytochemicals from Traditionanal Medicinal Plants

Used in the Treatment of Diarrhoea : Modes of Action and Effects on

Intestinal Function, Phytotherapy Research, 20(9).

Parakkasi, A. 1983. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press.

Jakarta.

Perez, R. 1983. Molasses. Tropical Feeds and Feeding Systems.1-7

Purbowati, E., C. I. Sutrisno,. E, Baliarti., S. P. S. Budhi dan W. Lestariana. 2005

Tumbuh Kembang Karkas dan Kompenen Karkas Domba Lokal Jantan

Yang Dipelihara Di Pedesaan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi

Peternakan Dan Veteriner. Bogor. 12-13 September 2005. Puslitbang

Peternakan, Bogor

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

42

Rao DR, GR Sunki, WM Johnson, dan CP Chen. 1997. Postnatal growth of New

Zeland White Rabbit. J. Animal Sci. 44 (6) : 1021-1025.

Rasidi. 2002. 302 Formulasi Pakan Lokal Alternatif untuk Unggas. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 1989. Memelihara Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta

.

Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE. Yogyakarta.

Ridawan,. 1991. Pertumbuhan Karkas, Komponen Karkas dan Non Karkas

Kambing Kacang Pada Berbagai Tingkat Pemberian Konsentrat. Fakultas

Pasca Sarjana, IPB, Bogor.

Riyadi, W. 2009. Pengganti Tepung Ikan dengan Sumber Nabati pada Pakan

Ternak. ScienseBiotech, http://sciencebiotech.net / pengganti-tepung-ikan-

dengan-sumber nabati-pada-pakan-ternak/ [14 juni 2019].

Robet Asnawi, 2003. Pengertian Tepung Tapioka.

https://bukuteori.com/2017/09/01/pengertian-tepung-tapioka/ [Diakses

tanggal 14 Juni 2019].

Salam SA.1983. Pengaruh pembatasan ransum terhadap organ dan bagian tubuh

yang dapat dikonsumsi pada kelinci persilangan jantan. Skripsi. Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Sarwono, B. 2007. Kelinci Potong dan Kelinci Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sarwono, B. 2009. Buku Pintar Memelihara Kelinci dan Rodensia. Majalah Flona.

Jakarta.

Sembiringm I. M,. Jacob Dan R. Simajuntak. 2006. Pemanfaatan Hasil

Sampingan Perkebunan Dalam Konsentrat Terhadap Persentase Bobot Non

Karkas dan Income Feed Cost Kambing Kacang Selama Penggemukan.

Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol. 2, No. 2 Agustus

Setiawan, N. 2009. Daging dan Telur Ayam Sumber Protein Murah. Unpad.

Bandung.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/03/daging_da

n_telur_ayam_sumber_protein_murah.pdf [14 juni 2014]

Sitompul, S. 2004. Analisis Asam Amino Dalam Tepung Ikan dan Bungkil

Kedelai. Buletin Teknik Pertanian. Jakarta.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

43

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, (2002),

Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaannya, 39-

40, Pusat Studi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Suriaatmadja, M. 1980. Beternak Kelinci di Pekarangan untuk Perbaikan Gizi

Keluarga. Ed September 1980, No 4/Tahun I. Darmais.

Susilorini. 2008. Budidaya Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutedjo, L., Kardono, L.B.S., & agustina H, (1997). Sifat Anti Protozoa Daun

Katuk (Sauropus androgynous Merr). Warta tumbuhan obat 3 (3): 47-49.

Syamsu Bahar, 2016. Mengolah Daun Kelor Sebagai Pakan Suplemen Untuk

Kelinci. https://kabartani.com/mengolah-daun-kelor-sebagai-pakan

suplemen-untuk-kelinci.html [Diakses tanggal 14 Juni 2019].

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.

Lebdosoekojo, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press.

Yogyakarta.

Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Budidaya Ternak Panduan Beternak Kelinci. CV

Nuansa Aulia. Bandung.

Valli,V., Gomez-Caravaca, ́A.M., DiNunzio, M., Danesi, F., Caboni, M. F., and

Bordoni, A. 2012. Sugar Cane and Sugar Beet Molasses, Antioxidant-rich

Alternatives to Refined Sugar. J. Agric. Food Chem. 60: 12508-12515.

dx.doi.org/10.1021/jf304416d

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

44

LAMPIRAN

1. Dokumentasi selama penelitian

Proses Pembuatan Pellet

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

45

Pengambilan parameter penelitian

Proses Pengulitan dan pengambilan

organ dalam kelinci

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

46

Lampiran 2. Hasil analisis sidik ragam

1.Hasil analisis sidik ragam presentase kepala

The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 1 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 P0 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 2 The ANOVA Procedure Dependent Variable: respons Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 5.78909333 1.44727333 1.28 0.3392 Error 10 11.26540000 1.12654000 Corrected Total 14 17.05449333 R-Square Coeff Var Root MSE respons Mean 0.339447 10.78937 1.061386 9.837333 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 5.78909333 1.44727333 1.28 0.3392 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 3 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respons NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 1.12654 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 1.931 2.018 2.069 2.102 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A 10.3567 3 P1 A A 10.2900 3 P3 A A 10.1733 3 P0 A A 9.6767 3 P2 A A 8.6900 3 P4

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

47

2.Hasil analisis sidik ragam presentase kaki

The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 4 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 P0 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 5 The ANOVA Procedure Dependent Variable: respons Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.32044000 0.08011000 0.63 0.6505 Error 10 1.26600000 0.12660000 Corrected Total 14 1.58644000 R-Square Coeff Var Root MSE respons Mean 0.201987 11.50740 0.355809 3.092000 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 0.32044000 0.08011000 0.63 0.6505 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 6 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respons NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 0.1266 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range .6473 .6764 .6936 .7045 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A 3.2867 3 P2 A A 3.2267 3 P3 A A 3.0767 3 P4 A A 2.9600 3 P0 A A 2.9100 3 P1

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

48

3.Hasil analisis sidik ragam presentase kulit

The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 25 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 P0 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 26 The ANOVA Procedure Dependent Variable: respons Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 30.5408400 7.6352100 0.77 0.5708 Error 10 99.6445333 9.9644533 Corrected Total 14 130.1853733 R-Square Coeff Var Root MSE respons Mean 0.234595 35.87648 3.156652 8.798667 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 30.54084000 7.63521000 0.77 0.5708 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 27 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respons NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 9.964453 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 5.743 6.001 6.153 6.251 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A 10.527 3 P0 A A 10.340 3 P3 A A 8.520 3 P2 A A 7.670 3 P4 A A 6.937 3 P1

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

49

4.Hasil analisis sidik ragam presentase ekor

The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 7 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 P0 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 8 The ANOVA Procedure Dependent Variable: respons Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.06026667 0.01506667 2.17 0.1463 Error 10 0.06946667 0.00694667 Corrected Total 14 0.12973333 R-Square Coeff Var Root MSE respons Mean 0.464543 22.73091 0.083347 0.366667 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 0.06026667 0.01506667 2.17 0.1463 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 9 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respons NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 0.006947 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range .1516 .1585 .1625 .1650 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A 0.44333 3 P4 A B A 0.42667 3 P1 B A B A 0.37000 3 P0 B A B A 0.31667 3 P2 B B 0.27667 3 P3

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

50

5.Hasil analisis sidik ragam presentase paru-paru

The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 10 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 P0 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 11 The ANOVA Procedure Dependent Variable: respons Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.02262667 0.00565667 0.77 0.5668 Error 10 0.07313333 0.00731333 Corrected Total 14 0.09576000 R-Square Coeff Var Root MSE respons Mean 0.236285 18.35151 0.085518 0.466000 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 0.02262667 0.00565667 0.77 0.5668 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 12 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respons NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 0.007313 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range .1556 .1626 .1667 .1693 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A 0.51667 3 P2 A A 0.49667 3 P1 A A 0.47333 3 P0 A A 0.42667 3 P3 A A 0.41667 3 P4

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

51

6.Hasil analisis sidik ragam presentase hati

The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 13 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 P0 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 14 The ANOVA Procedure Dependent Variable: respons Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 3.32286667 0.83071667 0.88 0.5071 Error 10 9.38873333 0.93887333 Corrected Total 14 12.71160000 R-Square Coeff Var Root MSE respons Mean 0.261404 29.45151 0.968955 3.290000 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 3.32286667 0.83071667 0.88 0.5071 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 15 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respons NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 0.938873 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 1.763 1.842 1.889 1.919 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A 4.1967 3 P1 A A 3.2500 3 P3 A A 3.1400 3 P4 A A 2.9800 3 P0 A A 2.8833 3 P2

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

52

7.Hasil analisis sidik ragam presentase jantung

The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 16 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 P0 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 17 The ANOVA Procedure Dependent Variable: respons Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.00250667 0.00062667 0.07 0.9900 Error 10 0.09106667 0.00910667 Corrected Total 14 0.09357333 R-Square Coeff Var Root MSE respons Mean 0.026788 33.05850 0.095429 0.288667 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 0.00250667 0.00062667 0.07 0.9900 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 18 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respons NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 0.009107 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range .1736 .1814 .1860 .1890 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A 0.30333 3 P3 A A 0.30000 3 P4 A A 0.29333 3 P2 A A 0.27333 3 P1 A A 0.27333 3 P0

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

53

8.Hasil analisis sidik ragam presentase usus

The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 19 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 P0 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 20 The ANOVA Procedure Dependent Variable: respons Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 18.1516933 4.5379233 0.33 0.8544 Error 10 139.2780000 13.9278000 Corrected Total 14 157.4296933 R-Square Coeff Var Root MSE respons Mean 0.115300 18.52782 3.731997 20.14267 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 18.15169333 4.53792333 0.33 0.8544 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 21 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respons NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 13.9278 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 6.789 7.095 7.275 7.390 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A 22.000 3 P4 A A 20.647 3 P2 A A 19.923 3 P1 A A 19.120 3 P3 A A 19.023 3 P0

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PEMANFAATAN PELLET DAUN KELOR (Molinga oliefera DAN …

54

9.Hasil analisis sidik ragam presentase ginjal

The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 22 The ANOVA Procedure Class Level Information Class Levels Values perlakuan 5 P0 P1 P2 P3 P4 Number of Observations Read 15 Number of Observations Used 15 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 23 The ANOVA Procedure Dependent Variable: respons Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.04424000 0.01106000 0.63 0.6508 Error 10 0.17493333 0.01749333 Corrected Total 14 0.21917333 R-Square Coeff Var Root MSE respons Mean 0.201849 22.24143 0.132262 0.594667 Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F perlakuan 4 0.04424000 0.01106000 0.63 0.6508 The SAS System 09:55 Thursday, March 12, 2020 24 The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respons NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 10 Error Mean Square 0.017493 Number of Means 2 3 4 5 Critical Range .2406 .2514 .2578 .2619 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N perlakuan A 0.6900 3 P1 A A 0.6000 3 P3 A A 0.5967 3 P0 A A 0.5567 3 P4 A A 0.5300 3 P2

Universitas Sumatera Utara