pemanfaatan sistem informasi geografis dn … text.pdfbanyumanik, semarang” membahas tentang...
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DN METODE SIMPLE
ADDITIVE WEIGHTING (SAW) UNTUK ANALISIS PRIORITAS PENEMPATAN
TPS 3R KOTA SALATIGA
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Peneliti :
Otniel Chandra Atrian (682014079)
Charias Fibriani, S.Kom., M.Eng.
Hanna Prillysca Chernovita, S.SI., M.Cs
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
JANUARI 2019
1. Pendahuluan
Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah atau sampah
baik itu limbah organik maupun non organik. Menurut hasil obserfasi yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS )Kota Salatiga, Kota Salatiga kini mengalami pertumbuhan
penduduk dan ekonomi sehingga memicu meningkatnya kegiatan dibidang jasa, industri, bisnis
dan sebagainya[1]. Salah satu dampak yang dihasilkan adalah meningkatnya produksi limbah
buangan atau sampah. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Berdasarkan UU RI no.18 tahun 2008, pengolahan sampah
merupakan rangkaian kegiatan sistematis mulai dari pengumpulan sampah dan pengelolaan
sampah. Pengelolaan sampah memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan
masyarakat, melindungi sumber daya alam (air), melindungi fasilitas sosial ekonomi, dan
menunjang pembangunan sektor strategis[2]. Dari UU tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan sampah memiliki urgensi yang besar dalam pembentukan lingkungan yang bersih
dan sehat serta akan mendukung kesejahteraan masyarakat di dalamnya.
Dinas Lingkungan Hidup merupakan unit pelaksana teknis bidang lingkungan hidup di
wilayah Kota Salatiga sehingga segala hal terkait pengelolaan lingkungan hidup berada di unit
ini, terutama pengelolaan sampah. Dinas Lingkungn Hidup memiliki misi salah satunya yaitu
mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam dan
lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup[3]. Dalam mejuwudkan
misinya, Dinas Lingkungan Hidup menyediakan fasilitas berupa Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPS).Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) merupakan tempat penampungan pembuangan sampah yang bersifat sementara di
kelurahan sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)[4].Minimnya tempat
pembuangan sementara (TPS) membuat masyarakat semakin sembarangan dalam membuang
sampah. Namun TPS yang ada tidak dilengkapi dengan kegiatan pemilahan dan 3 kegiatan
utama yang seharusnya dilakukan, atau yang biasa disebut dengan 3R (Reduce, Reuse,
Recycle).
Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) merupakan pola
pengelolaan sampah pada skala komunal atau kawasan, dengan melibatkan peran aktif
pemerintah dan masyarakat dengan melakukan pemilahan sampah yang dimaksud dapat
dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah yang paling sedikit 5 jenis sampah yaitu :
(1) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah yang berbahaya dan
beracun; (2) sampah yang mudah terurai; (3) sampah yang dapat digunakan kembali; (4)
sampah yang dapat didaur ulang; (5) sampah lainnya[5][6][7]. Dengan diadakannya TPS 3R
dapat mengurangi kuantitas dan/atau memperbaiki karakteristik sampah yang akan diolah
secara lebih lanjut di TPA. TPS 3R juga berperan dalam menjamin kebutuhan lahan yang
semakin kritis untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut Dinas Lingkungan Hidup memiliki tugas salah
satunya adalah mengadakan TPS 3R disetiap daerah yang memiliki kepadatan penduduk tinggi
dan daerah yang menghasilkan sampah minimal 3 m3/hari sebagai langkah pencegahan dari
potensi kerusakan akibat sampah dan meluapnya tumpukan sampah di TPA. Tujuan dari
penelitian ini adalah menentukan tingkat prioritas dalam membangun lokasi TPS 3R di wilayah
Kota Salatiga berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan oleh pemerintah dengan cara
menganalisa tiap kriteria yang ada menggunakan analisis spasial yang berupa peta dan metode
Simple Addittive Weighting(SAW). Penggunaan peta secara spasial ini didasari beberapa faktor
yaitu 1) dengan menggunakan peta maka output akan lebih mudah dipahami dan kriteria dari
TPS 3R dapat diidentifikasi dengan lebih mudah; 2) data didalam peta dapat dilakukan
updating data sehingga perubahan aspek yang mempengaruhi kelayakan penempatan lokasi
TPS 3R dapat diketahui dari waktu ke waktu dalam rangka pemantauan dan pemeliharaan
bangunan. Penggunaan metode SAW didasari karena metode ini dapat menghasilkan data
perhitungan dan pengklasifikasian yang akurat. Manfaat dari penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan bagi pemerintah dalam pengadaan TPS 3R dan dalam membuat kebijakan
tentang pengelolaan sampah yang terjadi di wilayah Kota Salatiga.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian berjudul “Analisis Pemodelan SIG Penentuan Lokasi TPS Kecamatan
Banyumanik, Semarang” membahas tentang penentuan prioritas pengadaan lokasi TPS di
Kecamatan Banyumanik menggunakan Sistem Informasi Geografi(SIG). Penelitian ini
dilakukan untuk menentukan lokasi jaringan TPS di Kecamatan Banyumanik sesuai kriteria
lokasi TPS yang ada. Kriteria yang digunakan yaitu (1) aspek fisik ketersedaan lahan, (2)
kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, akses jalan, (3) komponen rawan bencana banjir,
komponen rawan bencana longsor. Penelitian ini menerapkan metode analisis spasial dan
analisis statistik dan mengunakan baik data primer maupun data sekunder yang diambil dari
instansi terkait. Analisis spasial digunakan untuk memetakan berbagai indikator kriteria
penentuan TPS dengan cara overlay peta dan skoring pembebetan pada variabel yang diamati.
Analisis statistik menggunakan analisis kriteria yang menghasilkan data kecocokan lokasi
rawan sampah.Hasil dari penelitian ini menunjukkan data tingkat prioritas pemukiman yang
perlu menjadi perhatian pemerintah untuk pengadaan TPS yaitu 7 kelurahan dari tolal 9
kelurahan yang ada di Kecamatan Banyumanik[8].
Penelitian berjudul “Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Studi Kasus
Kelurahan Banyumanik kecamatan Banyumanik Kota Semarang” telah membahas tentang
permasalahan yang melatar belakangi pentingnya pengadaan TPS 3R yaitu masalah
pertumbuhan penduduk, dan ekonomi yang semakin besar serta kurangnya kesadaran
masyarakat tantang pengelolaan sampah yang baik. Penelitian ini juga membahas tentang
perencanaan pengalihan fungsi TPS menjadi TPS 3R sesuai dengan kriteria yang ada. Indikator
yang digunakan yaitu (1) jumlah keluarga, kepadatan penduduk, (2) aspek fisik kondisi lahan,
ketersediaan akses jalan, timbunan sampah perhari. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kuantitatif menggunakan data primer melalui observasi langsung, kuesioner yang
dibagikan, dan data sekunder yang diambil dari instansi terkait. Penelitian ini melakukan
analisis statistik dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengadaan TPS 3R. Hasil analisis
berupa data lokasi TPS 3R yang sesuai dengan kriteria dan perencanaan alih fungsi TPS
menjadi TPS 3R[5].
Penelitian lain yang berjudul “Kajian Peningkatan Tempat Pembuangan Sampah
Sementara Sebagai Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu” membahas tentang mengubah TPS
menjadi TPS 3R. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif evaluatif menggunakan
data primer yang didapat dari kuesioner, observasi lapangan, dan wawancara secara langsung
pada instansi dan orang yang berhubungan dengan persampahan serta menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari pengkajian literatur berbagai media. Indikator yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu (1)aspek sosial ekonomi yang berpengaruh pada meningkatnya
produksi sampah, (2) aspek ketersedaiaan lahan TPS 3R. Hasil dari penelitian ini berupa data
TPS yang dapat diubah menjadi TPS 3R[9].
Penelitian ini melakukan analisis spasial penentuan prioritas pembangunan lokasi TPS
3R dengan memanfaatkan SIG. Data yang digunakan adalah data kuantitatif yang bersifat
sekunder dan bersumber dari Dinas Lingkungan Hidup dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Salatiga. Data disajikan dalam bentuk tabel dan dikelompokkan berdasarkan kebutuhannya.
Analisis data dilakukan dengan cara overlay dan penentuan rangking menggunakan metode
Simple Additive Weighting (SAW). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 5
yaitu, kepadatan penduduk, daerah rawan bencana, akses jalan, jumlah TPS disetiap kelurahan,
dan ketersediaan lahan. Hasil perangkingan tiap kriteria dari tertinggi hingga terendah akan
diubah dalam bentuk persen, kemudian dikelompokkan berdasarkan prioritas.Penetapan
prioritas lokasi pembangunan TPS 3R yang baru akan dipetakan berdasarkan kriteria yang ada.
Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengintregasikan, memasukkan, menyimpan, memanggil kembali,
mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial,
untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan
lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.
SIG dirancang untuk membentuk suatu data yang terorganisasi dari berbagai data atribut yang
mempunyai Geo Code dalam suatu basis data agar dapat dengan mudah dimanfaatkan dan
dianalisis[10].
Metode Simple Additive Weighting Method (SAW) atau yang sering dikenal dengan
istilah metode penjumlahan berbobot. Konsep dasar dari metode ini adalah mencari
penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode
SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat
diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Langkah-langkah penyelesaikan
menggunakan metode SAW yaitu, menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan sebagai
acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu Ki. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif
pada setiap kriteria. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria (Ki), kemudian
melakukan normalisasi matriks menggunakan rumus 1 atau 2 berdasarkan persamaan yang
disesuaikan dengan jenis atribut (atribut cost atau atribut benefit) sehingga diperoleh matriks
ternormalisasi R. Hasil akhir diperoleh dari proses perangkingan yaitu penjumlahan dari
perkalian matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga diperoleh nilai terbesar yang
dipilih sebagai alternatif terbaik (Ai) sebagai solusi[11].
Berikut adalah Formula Normalisasi Matriks X
(1)
.... (2)
Vi = ∑ Wj rij𝑛𝑗=1 (3)
rij : Rating kinerja ternormalisasi
Maxij : Nilai maksimum dari setiap baris dan kolom
Minij : Nilai minimum dari setiap baris dan kolom
Xij : Baris dan kolom dari matriks
Vi : Rangking untuk setiap kriteria
Wi : Nilai bobot dari setiap kriteria
Rij : Nilai tingkat prioritas penempatan TPS 3R ternormalisasi
3. Metodologi Penelitian
rij = xij
Max xij
i
xij
Min xij
Jika j adalah atribut keuntungan
(benefit)
Jika j adalah atribut biaya (cost)
rij =
Identifikasi Masalah
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah dapat didefinisikan
sebagai suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap timbulan sampah,
penyimpanan sementara, pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, dan pengolahan serta
pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik yang
berhubungan dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam, keindahan,
dan pertimbangan lainnya serta mempertimbangkan masyarakat luas[5]. Aktivitas manusia
tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah atau sampah baik itu sampah organik
maupun non organik. Pertumbuhan penduduk dan ekonomi memicu meningkatnya kegiatan
dibidang jasa,industri, bisnis dan sebagainya. Salah tau dampak yang dihasilkan adalah
meningkatnya produksi limbah buangan dan sampah[6]. Berdasarkan masalah tersebut, Dinas
Lingkungan Hidup selalu berupaya mengelola sampah yang dihasilkan baik sampah individu,
rumah tangga maupun industry dengan sebaik-baiknya.
Penelitian ini dilakukan untuk memberi informasi kepada pembaca dengan
menganalisa daerah di Kota Salatiga yang menjadi prioritas pembangunan TPS 3R dan
melakukan pemetaan TPS 3R baru berdasarkan prioritas tersebut. Hasil dari penelitian ini
adalah pengklasifikasian seluruh kelurahan yang ada di Kota Salatiga berdasarkan tingkat
prioritas pembangunan TPS 3R. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1, identifikasi masalah untuk menentukan aspek masalah yang
dihadapi sebelum merumuskan masalah yang mencakup pernyataan tentang alas an penelitian
ini dilakukan, sasaran, dan hasil penelitian. Sebagai acuan dan bahan pendukung permasalahan
dalam penelitian, dilakukan studi literatur dari buku-buku dan beberapa jurnal yang memiliki
kesamaan topik dengan permasalahan penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitaian kuantitatif dimana data yang diambil merupakan
data sekunder berupa data spasial dan data non spasial. Data spasial yang dikumpulkan adalah
peta administrasi Kota Salatiga, peta jalan, peta rawan bencana, peta kepadatan bangunan, data
kelurahan, peta RHT dan peta kepadatan penduduk. Sedangkan data non spasial didapat dari
Pengambilan Data
Rumusan Masalah
Tinjauan Pustaka
Pengolahan Data
Penyimpulan Hasil
Gambar 1 : Tahapan Penelitian
Dinas Lingkungan Hidup dan Badan Pusat Statistik(BPS) berupa data kepadatan penduduk,
dan jumlah TPS per kelurahan. Analisis data spasial menggunakan cara overlay dan penentuan
rangking menggonakan metode Simple Addittive Weighting(SAW). Data spasial disajikan
dalam bentuk peta, sedangkan data non spasial dalam bentuk table. Berdasarkan hasil tersebut,
Dinas Lingkungan Hidup, pihak-pihak terkait dan masyarakat dapat melakukan tindakan
mengelola sampah dengan baik berdasarkan informasi hasil penelitian ini terutama dalam
membangun TPS 3R.
Kriteria yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dan penghitungan nilai prioritas
pembangunan TPS 3R yaitu, C1=Kepadatan penduduk, C2=Daerah rawan bencana,
C3=Ketersediaan akses jalan, C4=Jumlah TPS, C5=Ketersediaan lahan. Criteria tersebut jika
disesuaikan dengan jumlah atribut, maka C1, C3, C4 dan C5 termasuk atribut benefit dan C2
termasuk atribut cost.
Kepadatan penduduk merupakan salah satu indikator daerah rawan sampah karena
semakin banyak penduduk yang tinggal disuatu daerah berarti semakin banyak pula jumlah
produk yang dikonsumsi. Meningkatnya daya konsumsi masyarakat berdampak pada
meningkatnya jumlah produksi sampah. Hal ini menjadi pertimbangan untuk menjadi prioritas
pembangunan TPS 3R. Berdasarkan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Salatiga kepadatan penduduk dapat dilihat dari jumlah penduduk/KM2 dan dibagi menjadi 4
(empat) golongan, yaitu kepadatan rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi yang dapat diihat
pada Tabel 1.
Jumlah
penduduk/km2 Kepadatan Rating
>6004
4003-6003
2002-4002
<2001
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
4
3
2
1
Aspek kepadatan penduduk dikelompokkan menjadi tiga golonan yaitu prioritas 1, 2,
dan 3. Prioritas 1 menunjukkan daerah tersebut merupakan daerah yang kepadatan
penduduknya sangat tinggi, Prioritas 2 memiliki status kepadatan sedang sampai
tinggi,Prioritas 3 menunjukkan daerah tersebut memiliki kepadatan penduduk rendah.
Penentuan range Kepadatan Penduduk memanfaatkan rumus statistika, yaitu penentuan batas-
batas interval batas bawah(BB), batas atas(BA). Penggolongan tingkat prioritas dapat dilihat
pada tabel 2.
Range Tingkat Prioritas
BB 30%
BB < 40% < BA
BA 30%
Prioritas 3
Prioritas 2
Prioritas 1
Daerah yang rawan bencana, dan lahan kosong seluas 200 m2 merupakan indikator dari
aspek ketersediaan lahan untuk membangun TPS 3R. Beberapa kelurahan yang ada di Kota
Tabel 1 : Kepadatan Penduduk
Tabel 2 : Tingkat Prioritas Daerah
Salatiga merupakan wilayah rawan bencana. Hal ini tentu saja menjadi pertimbangan utntuk
membangun TPS 3R terutama pada bencana tanah longsor, jadi semakin jauh dari wilayah
rawan bencana akan semakin baik. Ketersediaan lahan seluas 200 m2 diperlukan karena TPS
3R membutuhkan ruangan-ruangan yang cukup besar sehingga dapat menampung minimal
3m3 sampah per hariyang kemudian akan dilakukan berbagai kegiatan pengelolaan sampah.
Penentuan nilai untuk akses jalan adalah yang dapat dilalui kendaraan pengangkut sampah roda
4 yang menjadi sarana utama untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPS 3R seperti dump
truck dan armroll truck. Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, jumlah TPS menjadi salah satu kriteria yang
menjadi pertimbangan dalam membangun TPS 3R karena setiap TPS 3R harus berada antara
1 kilometer dari TPS. Hal ini bertujuan untuk memudahkan petugas pengangkut sampah dalam
memindahkan sampah tadi TPS ke TPS 3R[6]. Aspek keterseiaan TPS dikategorikan kedalam
3 golongan yaitu Prioritas 1, 2, dan 3. Prioritas 1 menunjukkan bahwa daerah tersebut tidak
memiliki TPS atau hanya 1 TPS untuk satu kelurahan, Prioritas 2 menunjukkan terdapat 2
sampai 3 TPS untuk 1 kelurahan, Prioritas 3 menunjukkan terdapat lebih dari 3 TPS di 1
kelurahan. Penentuan range jumlah TPS memanfaatkan rumus statistika yang dapat dilihat
pada Tabel 3.
Jumlah TPS Tingkat Prioritas Rating
>3
2-3
<=1
Prioritas 1
Prioritas 2
Prioritas 3
1
2
3
Hasil dari analisis SAW yang telah dikelompokkan berdasarkan tingkat prioritas
kelayakan pembangunan TPS 3R merupakan informasi yang disajikan dalam bentuk peta
digital. Proses yang dilakukan adalah dengan menumpuk Peta Administrasi Kota Salatiga
dengan peta dari 5 kriteria pembangunan TPS 3R yang sudah di klasifikasikan berdasarkan
prioritasnya. Hasil akhir berupa peta tingkat prioritas pembangunan TPS 3R per kelurahan di
Kota Salatiga. Kelurahan yang disajikan sebagai alternatif adalah K1= Tingkir Tengah, K2=
Gendongan, K3= Kalibening, K4= Tingkir Lor, K5= Sidorejo Kidul, K6= Kutowinangun Lor,
K7= Kutowinangun Kidul, K8=Bugel, K9=Kauman Kidul, K10=Salatiga, K11=Pulutan,
K12=Sidorejo Lor, K13=Blotongan, K14=Mangunsari, K15=Dukuh, K16=Kecandran,
K17=Kalicacing, K18=Tegalrejo, K19=Kumpulrejo, K20=Ledok, K21=Cebongan,
K22=Randuacir, K23=Noborejo.
4. Hasil dan Pembahasan
Peta yang diproses dengsn overlay adalah seluruh data sekunder yang didapatkan baik
dari BAPEDA maupun Dinas Lingkungan Hidup. Hasil dari overlay berupa peta dengan atribut
yang sudah tergabung dari semua kriteria yang dibutuhkan untuk analisis. Berikut adalah hasil
dari overlay dari setiap kriteria.
Tabel 3 : Jumlah TPS
Analisis lokasi TPS 3R di Kota Salatiga dilakukan berdasarkan beberapa indikator yang
mana masing-masing indikator memiliki aspek-aspek penjelas. Indikator ketersedian lahan
meliputi lahan kosong seluas 200 m2, berjarak tidak lebih dari 1 km dari TPS dan merupakan
daerah yang tidak rawan bencana. Indikator akses jalan meliputi jalan-jalan yang dapat dilalui
kendaraan pengangkut sampah roda 4. Indikator daerah rawan sampah meliputi kepadatan
penduduk. Berdasarkan aspek-aspek tersebut, didapatkan penilaian data yang ditampilkan pada
tabel 3. Penilaian data tersebut merupakan data dari ke-23 kelurahan yang ada di Kota Salatiga
yang didapatkan dari Dinas Lingkungan Hidup dan BPS Kota Salatiga, yang mana telah
melalui proses overlay atau penggabungan dari ke-5 kriteria.
Alternatif
Kriteria
C1 C2 C3 C4 C5
K1 3789 Tidak Rawan 1 1 Ada
K2 7724 Tidak Rawan 1 1 Ada
K3 1937 Tidak Rawan 1 0 Ada
. . . . . .
. . . . . .
K23 1679 Tidak Rawan 1 0 Ada
Melalui data dari Tabel 3, kemudian dilakukan proses pemberian rating pada tiap
kriteria sesuai kebutuhan data yang mengacu dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 11 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup. Hasil
pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 5
Gambar 1 Peta Hasil Ovelay
Tabel 4 : Data Penilaian
Alternatif
Kriteria
C1 C2 C3 C4 C5
K1 2 1 1 4 1
K2 4 1 1 4 1
K3 1 1 1 4 1
. . . . . .
. . . . . .
K23 1 1 1 4 1
Penilaian yang dihasilkan dari tabel 4 diatas, semakin besar nilai yang terolah maka
akan semakin baik.
Berdasarkan tabel 4, dapat dibentuk matriks keputusan X sebagai berikut :
2 1 1 4 1
4 1 1 4 1
1 1 1 4 1
. . . . .
. . . . .
1 1 1 4 1
Matriks keputusan x selanjutnya akan dinormalisasi berdasarka persamaan sesuai jenis
kriteria yang sudah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan, maka akan
digunakan rumus 1 dan 2. Proses normalisasi matriks x menjadi r pada setiap kriteria dapat
dicontohkan sebagai berikut :
𝑹𝟏. 𝟏 =𝟐
𝑴𝑨𝑿 (𝑨𝟏; . . ; 𝑨𝟐𝟑)=
𝟐
𝟒= 𝟎. 𝟓
𝑹𝟏. 𝟐 =𝑴𝑰𝑵(𝑨𝟏; . . ; 𝑨𝟐𝟑)
𝟏=
𝟏
𝟏= 𝟏
𝑹𝟏. 𝟑 =𝟒
𝑴𝑨𝑿 (𝑨𝟏; . . ; 𝑨𝟐𝟑)=
𝟒
𝟒= 𝟏
𝑹𝟏. 𝟒 =𝟏
𝑴𝑨𝑿 (𝑨𝟏; . . ; 𝑨𝟐𝟑)=
𝟏
𝟑= 𝟎. 𝟑
𝑹𝟏. 𝟓 =𝟐
𝑴𝑨𝑿 (𝑨𝟏; . . ; 𝑨𝟐𝟑)=
𝟐
𝟐= 𝟏
Contoh normalisasi matriks x menjadi r diatas menggunakan alternatif 1 yaitu
kelurahan Tingkir Tengah yang mana diproses pada setiap kriteria yang digunakan.
Berdasarkan hasil normalisasi matriks r, kemudian dilakukan proses pemberian bobot
berdasarkan tingkat kepentingannya menurut acuan dari Petunjuk Teknis TPS 3R yang disusun
oleh Direktorat Jendral Cipta Karya yaitu masing masing kriteria sebesar 20%.
Proses akhir pada analisis SAW adalah perangkingn. Pada tahap ini akan diketahui
kelurahan mana saja yang berD dalam rangking prioritas 1, 2, atau 3 daerah yang perlu
Tabel 5 : Rating Kecocokan Kriteria TPS 3R
X
=
dibangun TPS 3R. Proses penghitungan menggunakan rumus 3 diperoleh nilai kecocokan
lokasi TPS 3 R sebagai berikut.
V1=(20)(0,5)+(20)(1)+(20)(1)+(20)(0,3)+(20)(1)=76,6
Hasil perhitungan V1 hingga V23 dapat dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan tingkat
prioritas daerah yang akan dibangun TPS 3R di Kota Salatiga. Tabel 6 menunjukkan prioritas
kelurahan beserta persentase kecocokannya di Kota Salatiga. Persentase kecocokan yang telah
diperoleh dapat dikelompokka menjadi tingkat prioritas berdasarkan pada tabel
Hasil pengkategorian kelurahan di Kota Salatiga berdasarkan status prioritas terhadap
keocokan lokasi pembangunan TPS 3R dapat dilihat pada gambar 2. Setelah melakukan
perangkingan terhadap tiap kelurahan, lalu dilakukan peroses buffer pada tiap TPS lalu hasil
buffer tersebut selanjutnya di overlay sehingga dapat ditunjukkan daerah yang dapat dibangun
TPS 3R beserta tingkat prioritasnya seperti yang ditunjukkan pada gambar 4. Daerah yang
menjadi prioritas 1 disimbolkan dengan warna merah, daerah yang menjadi prioritas 2
disimbolkan dengan warna kuning, daerah yang menjadi prioritas 3 disimbolkan dengan warna
No Alternatif PersentaseKetahanan
(%) Prioritas
1 K1 76,6 Prioritas 2
2 K2 76,6 Prioritas 2
3 K3 71,6 Prioritas 3
4 K4 76,6 Prioritas 2
5 K5 61,6 Prioritas 3
6 K6 93,4 Prioritas 1
7 K7 93,4 Prioritas 1
8 K8 61,6 Prioritas 3
9 K9 71,6 Prioritas 2
10 K10 100 Prioritas 1
11 K11 71,6 Prioritas 2
12 K12 88,4 Prioritas 1
13 K13 66,6 Prioritas 3
14 K14 95 Prioritas 1
15 K15 76,6 Prioritas 2
16 K16 71,6 Prioritas 2
17 K17 86,6 Prioritas 1
18 K18 88,4 Prioritas 1
19 K19 61,6 Prioritas 3
20 K20 81,6 Prioritas 2
21 K21 76,6 Prioritas 2
22
23
K22
K23
61,6
71,6
Prioritas 3
Prioritas 2
Tabel 7. Tingkat Prioritas Daerah TPS 3 R
hijau, daerah yang merupakan daerah rawan bencana disimbolkan dengan warna coklat,
sedangkan daerah yang tidak menjadi prioritas disimbolkan dengan warna biru.
KETERANGAN :
PRIORITAS 1
PRIORITAS 2
PRIORITAS 3
5. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode overlay pada setiap peta yang menunjukkan masing-masing kategori dan
pola perhitungan yang digunakan menggunakan metode SAW dengan pencari penjumlahan
terbobot dari rating kinerja setiap alternatif pada semua kriteria yang kemudian disajikan ke
dalam peta, dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membantu Dinas Lingkungan
Hidup dalam menentukan lokasi TPS 3R dan kelurahan yang diprioritaskan. Sebanyak 23
kelurahan yang ada di Kota Salatiga disajikan sebagai alternatif dengan penilaian berdasakan
5 kriteria, menunjukan tingkat prioritas lokasi pembangunan TPS 3R yang berada pada
prioritas 1, prioritas 2, dan prioritas 3. Terdapat 7 kelurahan prioritas 1, 10 kelurahan prioritas
2, dan 6 kelurahan prioritas 3. Masing-masing wilayah di persempit ruang lingkupnya sehingga
dikethui daerah mana saja yang menjasi konsentrasi pembangunan. Dengan demikian Dinas
Lingkungan Hidup Kota Salatiga dapat membuat kebijakan mengenai pembangunan TPS 3R
dengan mengutamakan daerh yang menjadi prioritas pertama. Hal tersebut dilakukan agar
wilayah yang berpotensi rawan sampah dapat segera diatasi dengan lebih baik dan menjadi
wilayah yang bersih serta dapat mengurangi sampah yang akan dibuang di Tempat
Pembuangan Akhir.
Daftar Pustaka
[1] Badan Pusat Statistik Kota Salatiga. 2017. Salatiga Dalam Angka
[2] UU RI no.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.
KETERANGAN :
PRIORITAS 1
PRIORITAS 2
PRIORITAS 3
TIDAK DI PRIORITASKAN
DAERAH RAWAN BENCANA
[3] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 11 Tahun 2010 tentang Rencana
Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014.
[4] Riska Ayu Pratiwi. 2016. Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Lokasi terbaik Tempat
Pembuangan Sampah Sementara Menggunakan Metode Brown Gibson.
[5] Dhona Wiediana. 2017. PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
TERPADU STUDI KASUS KELURAHAN BANYUMANIK KECAMATAN
BANYUMANIK KOTA SEMARANG.
[6] Direktorat Jendral Cipta Karya. Petunjuk Teknis TPS 3R.
[7] Permen PU Nomor 03/PRT/M/2013 : 10.
[8] Sally Nurdyawati, Aida Ulfa Faza, dan Noviyanti . 2015. Analisis Pemodelan SIG
Penentuan Lokasi TPS Kecamatan Banyumanik, Semarang.
[9] Aryenti, dan Tuti Kustiasih. 2013. Kajian Tempat Pembuangan Sampah Sementara Sebagai
Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu.
[10] Murai, S. 1999.GIS Work Book, Institute of Industrial Science, University of Tokyo, 7-22-
1 Roppongi, Minatoku, Tokyo.
[11] Kusumadewi, Sri, dkk. 2006. Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy
MADM).Yogyakarta: Graha Ilmu.