pemantauan kualitas udara (pengukuran pm10)di … · fenomena kabut asap merupakan peristiwa yang...
TRANSCRIPT
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA (PENGUKURAN PM10) DI SUMATERA BARAT PADA BULAN AGUSTUS 2015
BERKAITAN DENGAN FENOMENA KABUT ASAP. Oleh Tim dari Stasiun GAW Bukit Kototabang
Fenomena kabut asap merupakan peristiwa yang belakangan ini marak menjadi perhatian masyarakat luas. Munculnya kabut asap akibat kebakaran hutan dan/atau lahan secara besar-besaran menimbulkan dampak multi-dimensional yang sangat besar dan bersifat merugikan. Salah satu dari dampak tersebut dapat dirasakan dari degradasi kualitas udara yang sangat signifikan, yang berimbas pada penurunan tingkat kenyaman dan kesehatan bagi masyarakat yang mengalami kabut asap. Pada bulan Agustus 2015 di beberapa tempat di Sumatera Barat sudah terlihat ada tanda-tanda penurunan jarak pandang dan bau yang menyengat yang mengindikasikan buruknya kondisi udara dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Selain itu, kabut asap juga sangat mengganggu aktivitas warga akibat penurunan jarak pandang. Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang berinisiatif untuk melakukan kegiatan pengukuran konsentrasi aerosol PM10 di beberapa kota di Provinsi Sumatera Barat pada bulan Agustus 2015. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kualitas udara di daerah perkotaan pada saat terjadinya kabut asap. LOKASI PENGUKURAN Pengukuran konsentrasi aerosol PM10 dilakukan di beberapa kota dan kabupaten di Sumatera Barat, antara lain Kota solok, Kota Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten 50 Kota, dan lain-lain . Pemilihan lokasi pengukuran ini, selain dari segi tingkat aktivitas perekonomian dari kota-kota ini yang cukup tinggi, arah angin dari sumber polutan terutama kebakaran hutan dari propinsi lain (Riau, Jambi, Palembang, dan lain-lain), juga dipertimbangkan untuk merepresentasikan kondisi kualitas udara di daerah perkotaan. Tabel. Beberapa contoh lokasi pengukuran konsentrasi PM10 di Sumatera Barat
Waktu Sampling
Kota Lokasi Lintang(°LS) Bujur(°BT) Elevasi (m) Operator
6 Agustus 2015
Mulai pukul 13.05 WIB
Kota Solok Kantor Dinas Kesehatan
00° 45.881’ 100° 39.389’ 507 Muhammad Nazaruddin, Yosfi Andri,
dan Budi Satria
10 Agustus 2015
Mulai pukul 13.00 WIB
Kota Pariaman
Kantor Dinas Perhubungan
00° 37.533’ 100° 07.899’ 70 Agusta Kurniawan,
Reza Mahdi, dan Rinaldi
11 Agustus 2015
Mulai pukul 12.35 WIB
Kabupaten Pasaman
Barat
Kantor BPBD 00° 06.454’ 99° 49.353’ 112 Agusta Kurniawan,
Reza Mahdi, dan Rinaldi
12 Agustus 2015
Mulai pukul 10.48 WIB
Kabupaten 50 Kota
Kantor Dinas Badan
Lingkungan Hidup
00° 10.113’ 100° 41.192’ 502 Yudha Anuar TS,
Rendi Septa Davi, dan Harika Utri
13 Agustus 2015
Mulai pukul 10.05 WIB
Kabupaten Tanah Datar
Kantor Dinas Badan
Lingkungan Hidup
00° 28.413’ 100° 37.470’ 421 Yudha Anuar TS,
Rendi Septa Davi, dan Harika Utri
WAKTU PENGUKURAN Kegiatan ini dilakukan beberapa hari,dimana setiap lokasi dilakukan selama minimum dua jam pengambilan sampel. Data yang dihasilkan dengan ketelitian setiap satu menit. Pencatatan lokasi pada awal waktu kedatangan, pencatatan data meteorologi dilakukan setiap 5 menit dan dilakukan secara manual. TEKNIK PENGUKURAN Kegiatan pengukuran konsentrasi aerosol PM10 ini dilakukan dengan menggunakan alat monitoring PM10 portabel TSI Dust Trak II yang dapat langsung menunjukan konsentrasi PM10 di udara. Data yang dihasilkan berupa konsentrasi PM10 yang sudah teragregasi dalam rata-rata per menit sehingga dalam satu jam pengukuran terdapat 60 data. Selain pengukuran PM10, kondisi meteorologi setiap kota, yaitu temperatur, kelembaban relatif, dan tekanan udara, juga diukur untuk melakukan koreksi hasil pengukuran dalam keadaan Standard Temperature Pressure (STP). Pencatatan masing-masing parameter yang terukur dilakukan setiap lima menit dalam periode pengukuran.Lokasi berupa koordinat lintang bujur, dan ketinggian didapatkan dari GPS Garmin. PENGOLAHAN DATA Langkah awal yang dilakukan setelah data terkumpul adalah dengan melakukan koreksi terhadap nilai konsentrasi yang dihasilkan oleh alat portabel. Koreksi ini penting dilakukan mengingat sensitivitas alat yang digunakan, jika dibandingkan dengan standar monitoring PM10 yang terpasang di Bukit Kototabang, tidak sama. Dari uji pendahuluan yang dilakukan, ada perbedaan antara nilai yang dikeluarkan oleh alat portabel dengan standar. Oleh karena itu, mendapatkan hasil pengukuran yang bersifat komparatif, nilai yang terbaca di alat portabel disesuaikan terlebih dahulu. Langkah berikutnya adalah melakukan koreksi kondisi meteorologi sehingga diperoleh nilai pengukuran yang terstandarisasi pada temperatur 25°C dan 1 atm. Hasil koreksi kemudian siap digunakan untuk analisis lebih lanjut. DOKUMENTASI
Gambar Peralatan Sampling (kiri), Proses Sampling/pengukuran PM10 (kanan)