pembahasan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut taksiran, rata-rata manusia dalam kehidupuan normal
mengucapkan 18.000 kata sehari. Jumlah ini akan bertambah banyak apabila aktivitas
manusia tersebut sebagian besar merupakan interaksi sosial. Maka tak heran bila jalan
menuju sukses baik sosial maupun profesional dilalui lewat berbicara. Bila kita tidak
dapat meyakinkan sebagai pembicara, maka kita bukan berada pada jalan kesuksesan.
Berbicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling esensial.
Dengan berbicara manusia berbeda dibanding makhluk lain. Dengan berbicara pula
manusia dapat dengan mudah meraih simpati, mendapatkan teman, relasi, dan
pasangan hidup. Berbicara untuk meraih sukses bukanlah berbicara sekedar
mengeluarkan kata-kata dari mulut. Berbicara kunci sukses merupakan sebuah
strategi. Direncanakan, terstruktur, jelas, dan memiliki visi. Berbicara kunci sukses
juga berlandaskan pada teknik persuasi. Memahami audiens bicara, mengetahui
kondisi, menentukan teknik pendekatan yang tepat, mengambil langkah awal, dan
akhirnya mempengaruhi audiens sehingga tujuan pembicaraan tercapai.1
Berbicara di hadapan orang banyak merupakan hal yang mudah dilakukan
oleh orang tertentu, tetapi cukup menegangkan bagi banyak orang. Satu hal yang
menjadi penghalang utama untuk tampil dengan tenang adalah ketakutan untuk
dinilai negatif. Bagaimana cara menyingkirkan ketakutan?
Melakukan presentasi adalah hal yang mudah dilakukan oleh sebagian orang,
terutama oleh mereka yang profesional dalam bidang komunikasi atau public
speaking. Namun, tidak semua orang mampu melakukan presentasi secara baik,
memuaskan audiens.
1 www.themailarchive.com
1
Mereka yang gagal melakukan presentasi bukan saja para pemula yang kurang
berpengalaman, melainkan juga orang-orang yang memiliki jam terbang tinggi
sebagai eksekutif maupun yang aktif dalam kepengurusan berbagai organisasi.2
1.2. Permasalahan
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang
akan dibahas dalam karya tulis ini adalah sejauh mana pengenalan mahasiswa
terhadap cara berbicara untuk keperluan akademik, presentasi, dan seminar.
1.3. Tujuan
Menjelaskan pengertian berbicara
Mengetahui tujuan berbicara
Mengetahui teknik berbicara untuk keperluan akademik, presentasi, dan
seminar
Menjelaskan perbedaan tata cara berbicara untuk keperluan akademik,
untuk keperluan presentasi, dan untuk keperluan seminar
BAB II2 www.kompas.com
2
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Berbicara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berbicara berarti berkata, bercakap
atau berbahasa3. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud
(ide , pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7).
Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan, misalnya
mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa
berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan
yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh
manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang
dikombinasikan. Berbicara lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi
atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan –
gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pendengar atau penyimak4.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di
dalamnya terjadi pemindaha peran dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam proses
komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada
komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memilki pesan. Pesan
yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahuku diubah ke dalam simbol
yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar
dapat dipindahkan kepada komunikan. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa
3 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 2007)4 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa , (Bandung : Angkasa, 2008) ed. revisi, hl.16
3
simbol yang dihaailkan oleh alat ucap manusia. Saluran untuk memindahkannya
adalah udara. Selanjutnya, simbol yang di salurkan lewat udara diterima oleh
komunikan. Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, ia dapat
mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Tahap selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada
komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami
pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi
yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan.
Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami dengan
cara memperbandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa berbahasa.
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguisik. Pada saat berbicara seseorang
memanfaatkan faktor fisik, yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan
organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman muka pun dimanfaatkan
untuk berbicara. Stabilitas emosi, misalnya tidak saja berpangaruh terhadap kualitas
suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan
bahan pembicaraan5.
Berbicara juga tidak terlepas dari faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang
menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh lain yang ikut
dalam aktivitas berbicara. Demikian juga faktor semantik yang berhubungan dengan
makna, dan faktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan
dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata harus
disusun menurut aturan tertentu agar bermakna.
Berbicara merupakan tuntunan kebutuhan manusia sebagai makhluk social
sehingga dapat berkomunikasi dengan sesamanya Stewart dan Kenner Zimmer
5 Novi Resmini, Pendidikan Bahasa dan Sastra Di Kelas Tinggi, (UPI Press, 2007), h. 51-52
4
(Depdikbud, 1984/85:8) memandang akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai
suatu yang esensial untuk mencaapi keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas
individu maupun kelompok. Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan dalam
berbagai kehidupan keseharian kita. Oleh Karena itu, kemampuan ini perlu dilatih
secara rekursif sejak jenjang pendidikan sekolah dasar.
2.2. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanyalah sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi
efek komunikasinya terhadap para pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun
perorangan. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan, tetapi bagaimana
mengemukakannya.
Apakah sebagai alat control social (social tool) ataupun sebagai alat
perusahaan maupun professional (bussines or professional tool), maka pada dasarnya
berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:
1) memberitahukan dan melaporkan (to inform);
2) menjamu dan menghibur (to entertain);
3) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade)
Gabungan atau campuran dari maksud- maksud itupun mungkin saja terjadi.
Suatu pembiaraan misalnya mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan
menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan6.
2.3. Metode Penyampaian Berbicara
6 Henry Guntur Tarigan, op. cit., h.16
5
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa,
ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode penyajian. Sang pembicara
sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih,
yaitu:
1) penyampaian secara mendadak (impromptu delivery)
2) penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery)
3) penyampaian dari naskah (delivery from manuscript)
4) penyampaian dari ingatan (delivery from memory)
Apakah sang pembicara berbicara secara mendadak, tanpa persiapan, dari
naskah, ataupun dari ingatan, dia tetap mempunyai masalah memusatkan perhatian
pada apa-apa yang hendak diucapkan, pada gagasan-gagasannya sebaik dia
menyajikannya.
2.3.1. Penyampaian Mendadak (Impromptu Delivery)
Metode impromptu adalah metode penyajian berdasarkan kebutuhan
sesaat. Tidak ada persiapan sama sekali, pembicara secara serta-merta
berbicara berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya. Kesanggupan
penyajian secara lisan menurut cara ini sangat berguna dalam keadaan darurat,
tetapi kegunaannya terbataspada kesempatan yang tidak terduga saja.
Pengetahuannya yang ada dikaitkan dengan situasi dan kepentingan saat itu
akan sangat menolong pembicara. Seseorang yang tidak terdaftar untuk
berbicara mungkin saja dipersilahkan berbicara dengan sedikit atau tanos
peringatan. Oleh karena itu, sedikit mungkin dia hanya mempunyai waktu
untuk memilih ide pokok sebelum harus mulai berbicara/berpidato secara
mendadak. Dia harus mempergunakan pengalamannya bagi perkembangan
dan penyesuaian yang perlu sebaik dia mulai melangkah maju. Semakin
sederhana dibuat , organisasinya akan semakin baik. Lelucon-lelucon atau
6
insiden-insiden dari pengalamannya biasanya akan merupakan bahan
penunjang yang terbaik.
2.3.2. Penyampaian Tanpa Persiapan (Extemporaneous Delivery)
Metode ini sangat dianjurkan karena merupakan jalan tengah. Uraian
yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan
dibuat catatan-catatan yang panting, yang sekaligus menjadi urutan bagi
uraian itu. Kadang-kadang disiapkan konsep naskah dengan tidak perlu
menghafal kata-katanya. Dengan mempergunakan catatan-catatan diatas,
pembicara dengan bebas berbicara serta bebas pula memilih kata-katanya
sendiri. Catatan-catatan tadi hanya digunakan untuk mengingat urutan idenya.
Sang pembicara yang ingin memanfaatkan keuntungan-keuntungan
penyesuaian maksimum pada kesempatan dan penyimak secara langsung,
dapat mempersiapkan diri sepenuhnya sejauh waktu dan bahan mengizinkan.
Akan tetapi, hendaknya dia tidaklah bergantung pada penyampaian khusus
ide-idenya. Dia haruslah mengetahui ide utamanya dan urutan yang mantap
dari ide-idenya., tetapi hendaknya dia memilih bahasa yang tepat sebaik dia
bicara. Pada umumnya, kian sedikit catatan yang dibuatkan kian baik, sebab
catatan-catatan itu turut menghambat penyajian yang lancardan bersemangat
serta diselingi oleh transisi-transisi yang terjadi. Kalaupun catatan harus
dipergunakan, haruslah dibatasi pada hal-hal yang amat penting dan singkat-
singkat, yang ditulis pada kartu yang kecil.
2.3.3. Penyampaian dari Naskah (Delivery from Manuscript)
Penyampaian dari naskah biasanya dilaksanakan pada saat-saat yang
amat penting dan kerap kali digunakan buat siaran-siaran radio atau televisi.
Sang pembicara haruslah mampu memahami makna yang dibacanya itu dan
memelihara serta mempertahankan hubungan yang erat dengan para
7
pendengar. Dia seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin
dan kepada naskahnya sedikit mungkin. Dia harus mampu menciptakan
pikiran itu setiap kali dia menyajikan kepada para pendengar, dengan penuh
perhatian terhadap responsi para pendengarnya.
Metode ini sifatnya masih kaku, sebab bila tidak mengadakan latihan
yang cukup maka pembicara seolah-olah menimbulkan suatu tirai antara dia
dengan pendengar. Mata pendengar selalu ditunjukkan pada naskah, sehingga
ia tak bebas menatap pendengarnya. Bila pembicara bukan orang yang ahli,
maka ia pun tidak bisa memberi tekanan dan variasi suara untuk
menghidupkan variasi pembicaraannya
2.3.4. Penyampaian dari Ingatan (Delivery from Memory)
Keberhasilan berbicara yang penyampaiannya dari ingatan menuntut
sang pembicara menguasai bahan pembicaraannya selengkap mungkin
sehingga, dia tidak menghadapi masalah dalam hal bahasa dan dapat
mencurahkan seluruh perhatian pada komunikasi langsung dari pikiran dan
perasaannya. Akan tetapi, ingatannya pun harus juga mengizinkan spontanitas
yang serupa pada penyajian tanpa persiapan, lebih-lebih pada hal-hal yang
perlu disisipkan atau diinterpolasi kalau memang keadaan menghendakinya.
2.4. Tips Berbicara dengan Baik di Depan Umum
Banyak orang yang jago dalam berpikir, pandai dalam berkata, dan ahli dalam
bersikap. Tak jarang hal tersebut sering mengundang decak kagum bagi masyarakat.
Hanya saja, banyak sekali orang yang sulit untuk berkomunikasi di depan. Berikut
tips sederhana untuk membuat seseorang mampu berbicara dengan baik di depan
umum:
Jangan berbicara menggunakan pikiran, biarkan hati yang berbicara.
8
Maksudnya, jangan terpaku pada pokok bahasan yang dibawakan dan
arahan yang disusun. Berbicara dengan hati jauh lebih enak dan nyaman
dibanding harus berbicara dengan penuh konsentrasi dan memperhatikan
gaya bahasa. Orang lebih nyaman mendengar percakapan ketika si
pembicara berbicara dalam kondisi bebas dan tidak dipaksakan.
Kuasai tatapan mata audien
Ketika berbicara, jangan memandang hanya kepada satu titik. Biarkan
mata menjelajah kemana-mana untuk mengetahui intensitas ketertarikan
audiens. Apabila anda menangkap sinyal ke-bete-an dari audiens, anda
bisa menekankan pandangan anda pada dirinya. Lebih baik lagi jika
bahasa tubuh anda mengarah kepadanya sehingga setidaknya ia merasa
diperhatikan.
.Gunakan intonasi suara yang dinamis
Suara yang datar dan tidak berirama membuat audiens menjadi bosan dan
ingin tidur. Suara yang tinggi dan memekakkan telinga membuat saraf
pendengaran audiens menjadi terganggu. Dinamiskan suara dan
kendalikan suara anda pada titik nyaman anda ketika berbicara. Intonasi
yang dipaksakan akan membuat anda tidak nyaman dalam berbicara.
Bahasa tubuh membantu audiens menangkap maksud pembicaraan
audiens
Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika mendengar, manusia jauh lebih
banyak menggunakan matanya dibanding telinganya. Coba anda membaca
buku sambil mendengar musik. hapalkan lirik musik tersebut sambil
membaca buku dengan suara yang nyaring. Tetapi coba hapalkan isi buku
sambil mendengarkan musik. Pasti jadi jauh lebih mudah.. Artinya, apa
yang sebenarnya ditangkap audiens dalam percakapan sebenarnya adalah
9
apa yang mereka lihat, baru apa yang mereka dengar. Oleh karena itu
perbaiki bahasa tubuh anda.
Perluas pengetahuan
Kalau kebanyakan orang berpikir bahwa untuk menjadi MC (Master of
Ceremony), seseorang hanya butuh pandai berbicara, maka kebanyakan
orang salah besar. Untuk menjadi MC atau dalam kasus ini pembicara,
seseorang butuh untuk mengemas pembicaraan untuk menjadi lebih
menarik. Sekalipun itu pembicaraan tentang hal-hal yang sangat
membosankan seperti fisika, dll. Kebanyakan orang tertarik untuk
berbicara pada hal-hal yang mereka rasakan menarik dan menyenangkan
hati seperti bergosip, cerita kriminal, cerita porno, dan lain-lain. Artinya,
seorang pembicara yang baik harus memiliki pengetahuan yang luas agar
pembicaraannya terdengar menarik. Makanya, perluas dulu wawasan
sebelum berbicara.
2.5. Berbicara Untuk keperluan Akademik
2.5.1. Pengertian Akademik
Kata akademik berasal dari bahasa Yunani yakni academos yang
berarti sebuah taman umum (plasa) di sebelah barat laut kota Athena. Nama
Academos adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang
legendaris Troya. Pada plasa inilah filosof Socrates berpidato dan membuka
arena perdebatan tentang berbagai hal. Tempat ini juga menjadi tempat Plato
melakukan dialog dan mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang-
orang yang datang. Sesudah itu, kata acadomos berubah menjadi akademik,
yaitu semacam tempat perguruan. Para pengikut perguruan tersebut disebut
academist, sedangkan perguruan semacam itu disebut academia.Berdasarkan
hal ini, inti dari pengertian akademik adalah keadaan orang-orang bisa
10
menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan
sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka, dan leluasa7.
2.5.2. Berbicara Untuk Keperluan Akademik
Berbicara dalam konteks akademik tidak terlepas dari berbicara ketika
dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar-mengajar terjadi
komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau
antara siswa dengan siswa. Semua kegiatan yang terjadi ini merupakan
kegiatan berbahasa, maksudnya guru bukan hanya sekedar menguasai materi
yang diajarkannya, tetapi guru tersebut juga berperan sebagai guru bahasa.
Melalui bahasa seorang pengajar berusaha melatih anak didiknya memakai
istilah-istilah dalam bidang disiplain ilmu tertentu, membentuk pemikiran
yang logis, dan melatih memahami buku yang digunakan. Proses belajar-
mengajar akan berjalan dengan efektif kalau bahasa yang digunakan betul-
betul berfungsi dalam proses interaksi antara guru dengan siswa.
Kreativitas siswa/mahasiswa dapat dirangsang dengan pertanyaan-
prtanyaan. Pertanyaan yang dirumuskan dan digunakan dengan tepat akan
merupakan sarana komunikasi yang ampuh. Karena itu, seorang guru
seyognyalah menguasai teknik ini. Penguasaan berbagai teknik bertanya harus
pula disertai dengan keinginan dan kemampuan untuk mendengarkan dengan
baik, dilandasi sikap terbuka dan positif. Guru hendaknya mendengarkan
dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan siswa, kemudian
memberikan tanggapan yang positif. Penepan teknik bertanya ini dapat
mendorong dan mengarahkan siswa berpikir dan memecahkan masalah. Siswa
pun dilatih menggunakan dilatih menggunakan informasi dan keterampilan
memperoses perolehannya dalam menjelaskan sesuatu atau memecahkan
suatu masalah.
7 http://www.pdfqueen.com/html/
11
Penerapan berbagai macam metode dalam proses belajar-mengajar,
juga banyak menuntut keterampilan berbicara. Metode diskusi yang
merupakan suatu cara penyampaian pelajaran melalui sarana pertukaran
pikiran untuk memecahakn suatu masalah merupakan salah satu contoh.
Diskusi dapat dilaksanakan antara guru dengan seluruh siswa, antara guru
dengan sekelompok siswa, dan antara siswa dengan satu siswa dalam satu
kelas.
Dari sekian banyak metode yang diterapkan, agaknya yang tertua
adalahbentuk ceramah. Di Indonesia dari tingkatan pendidikan yang paling
rendah hingga yang paling tinggi, bentuk ceramah inilah yang paling umum
dipakai, baik dengan menggunakan alat bantu atau tidak. Yang dimaksud
dengan metode ceramah ialah bentuk interaksi melalui penerangan dan
penuturan secara lisa oleh seseorang terhadap sekelompok pendengar.
Metode inteaksi belajar-mengajar menerapkan bermacam-macam
metode, seperti metode ceramah, metode tanya-jawab, metode diskusi, yang
sudah dijelaskan di atas. Di samping itu masih ada latihan, metode
eksperimen atau demonstrasi, metode pemberian tugas atau metode keja
kelompok. Dalam metode-metode yang lain ini, peranan kemampuan
berbicara tetap menentukan. Misalnya, dalam metode eksperimen atau metode
demonstrasi, siswa akan selalu aktif mendiskusikan masalah yang ditemuinya,
menginformasikan hasil penemuannya atau menjelaskan proses sesuatu.
Keteampilan siswa dalam berbicara akan menentukan dalam kejelasan
informasi.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bagaimana peranan kemampuan
berbicara dalam pendidikan terutama dalam proses interaksi belajar dan
mengajar dan dalam mengkomunikasikan ilmu yang diperolehnya. Seorang
pengajar yang kreatif akan selalu tergerak ke arah perbaikan hasil pendidikan
12
dan berusaha mencari penyampaian yang efektif, sehingga tujuan yang telah
ditetapkan akan tercapai8.
2.6. Hakikat Presentasi
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin.
Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara
politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis.
Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk
(biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh
seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang
ingin membantah pendapat tertentu).
Agar bisa pandai berpresentasi, orang sering kali belajar pada para pakar
presentasi. Juga, ada banyak pembicara terkenal yang sering kali diamati oleh orang-
orang yang ingin pandai berbicara di hadapan umum. Para pembicara terkenal di
Indonesia antara lain James Gwee, KH Abdullah Gymnastiar, Tung Desem Waringin,
Andrie Wongso, Gede Prama, dan masih banyak lagi.
Keahlian berbicara di hadapan hadirin merupakan hal yang sangat penting
bagi siapa pun yang ingin maju. Banyak presiden, manajer, wiraniaga, dan pengajar
yang menjadi sukses dan terkenal lewat keahlian berpresentasi.9
2.7. Jenis- Jenis Presentasi
2.7. 1. Presentasi Teks (Reading Presentation)
Bentuk penyajian dimana penyaji sepenuhnya menggunakan teks
(membaca kata demi kata yang tertuang dalam kertas penyajian)
8 Maidar G. Arsjad, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, (Erlangga,1988), h.12-169 http://rennyputri.blogspot.com/2008/06/pengertian presentasi.html
13
2.7.2. Presentasi Hafalan (Memorized Presentation)
Gaya penyajian dimana isi bahan sajian ditulis dalam bentuk teks
tertulis lalu dihafalkan. Contohnya laporan hasil studi singkat, hasil
kunjungan atau observasi.
2.7.3. Presentasi Spontan (The Impromptu Presentation)
Penyajian langsung informal tanpa persiapan yang matang dipihak
pembicara, Contohnya; pertemuan khusus anda diminta memberi sambutan
karena kapasitas dan posisi anda.
2.7.4. Presentasi dengan Kartu (The Note Cards Presentation)
Penyajian dengan kartu berisi uraian penyajian sesuai nalar pendengar,
namun inti sajian tetap disesuaikan dengan tujuan penyajian. Teknik
penyajian bebas, natural, dipersiapkan dengan matang dan sesuai tingkat
respon pendengar.10
2.8. Teknik Berbicara untuk Presentasi
Menurut beberapa pakar public speaking, seorang pembicara umum perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
Pendekatan dan Permulaan
Begitu berdiri di depan mimbar (di depan pendengar), pergunakan waktu
sejenak dengan sangat tenang (untuk menatap sekilas semua pendengar
dan mungkin untuk meletakkan catatan/bahan), lalu untuk menyampaikan
kalimat pertama yang meyakinkan untuk diucapkan.
Ada beberapa pilihan cara memulai pembicaraan tergantung suasana
pendengar. Misalnya, bisa dengan mengajukan pertanyaan, bisa dengan
10 http://www.indahnyabelajarjaringan.com
14
menyampaikan cerita singkat atau pengalaman, yang nanti ada kaitan
dengan materi pembicaraan, bisa dengan sebuah permainan, atau langsung
dengan mengutarakan gambaran umum tentang materi pembicaraan.
Mengatasi kegugupan di depan panggung
Gugup dan demam panggung adalah hal yang normal dialami setiap
pembicara di depan umum, bahkan pembicara terbaik pun pernah
mengalami gugup atau demam panggung pada saat mereka pertama kali
berbicara di depan umum. Rasa gugup dan demam panggung hanya bisa
diatasi dengan proses latihan.
Membuat ketertarikan pendengar
Unsur penting yang membuat orang tertarik mendengar pembicara adalah:
hal-hal baru(materi pembicaraan menarik). Pembicaraan masuk akal;
jangan pernah minta maaf pada para pendengar sebab itu tidak menarik
(jadi pandanglah bahwa pendengar menyenangi Anda dan pembicaraan
Anda); Segar, aktual, dan kadang-kadang diselingi humor.
Menjaga ketepatan berbicara, kejernihan, dan volume suara
Ucapkan kata-kata dengan jelas dan bicara dengan suara yang cukup kuat
agar semua pendengar dapat mendengar suara dengan jelas. Bicara secara
tepat, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat - memudahkan
pendengar menerima ide yang disampaikan. Suara harus terdengar
mengasikkan (expressiveness) seperti halnya jika berbicara kepada
sahabat karib.
Mempercayai kemampuan sendiri
15
Harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang
dimiliki untuk maju. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan
keahlian dan latihan.
Memperbanyak perbendaharaan kata-kata
Penguasaan perbendaharaan kata-kata yang banyak dan pemilihan kata-
kata yang tepat akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan
berbicara. Isi pembicaraan bertambah variatif sehingga tidak
membosankan
Memberi tekanan dalam pembicaraan dan bersemangat (antusias)
Semua gerakan Anda - mata, ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara -
haruslah Anda tunjukkan kepada pendengar Anda dengan penuh
semangat. Anda harus selalu tampak penuh perhatian dalam
mengkomunikasikan ide.
Bicaralah dengan penuh energi, bergairah, dan tidak ragu. Jangan bicara
setengah-setengah, bimbang, apalagi dengan mulut setengah terbuka. Cara
bicara yang tepat adalah dengan suara yang bulat dan penekanan yang
baik.
Menepati waktu
Berhentilah berbicara sebelum pendengar mengharapkan Anda untuk
segera berhenti berbicara atau turun dari panggung. Tepatilah waktu yang
telah ditetapkan (know when to stop talking).
Memiliki kelancaran berbicara dan rasa humor
Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan santai,
rileks, dan tidak kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif
harus ada sedikit unsur humor, yaitu sesuatu yang lucu atau menggelikan
hati sehingga dapat menimbulkan tertawa.
16
Berbicara dengan menyenangkan dan wajar
Jika tenggorokan Anda kering minumlah sedikit, Jika mulut Anda berbusa
atau Anda berkeringat dan Anda perlu mengelapnya, gunakanlah
saputangan, itu untuk menjaga agar Anda tetap berbicara dengan
menyenangkan. Kemudian, Anda perlu bersikap wajar atau tidak
berlebihan dalam menyampaikan kata-kata atau informasi. Hal yang juga
penting, pada umumnya pendengar menginginkan seseorang berbicara
dengan jelas, sederhana, dan nyata. Mereka tidak menyukai kata-kata yang
tidak jelas artinya.
Menggerakkan tubuh secara alami
Gerakan tubuh, apabila dilakukan dengan baik dan sesuai atau alami akan
melipatgandakan kemampuan pembicara karena lebih menarik untuk
dipandang. Gerakan tubuh adalah bahasa non-verbal. Untuk penyampaian
pikiran dan perasan tertentu, gerakan tubuh jauh berarti daripada kata-
kata.
Memakai pakaian yang serasi
Pepatah mengatakan bahwa pakaian mencerminkan kepribadian
seseorang. Pendengar akan menaruh hormat (respect) terhadap pembicra
yang memakai pakaian yang serasi dalam hal potongan, warna, ikat
pingang, sepatu, dasi, dan sebagainya.
Penutupan dan Pengakhiran
Setelah panjang lebar menyampaikan poin-poin penting, berhenti sejenak
(pergunakan transisi yang tepat), lalu mungkin mengatakan, “sekarang
saya sampai pada kesimpulan” atau “Apakah di antara Anda (masih) ada
yang pertanyaan?”, dan jangan lupa kata-kata terakhir “Terima kasih”.
Kemudian meninggalkan mimbar dengan senyuman manis.
17
NB :
Presentase yang dapat kita mengerti 10% bila kita baca
Presentase yang dapat kita mengerti 20% bila kita dengar
Presentase yang dapat kita mengerti 30% bila kita lihat
Presentase yang dapat kita mengerti 50% bila kita dengar dan lihat
Presentase yang dapat kita mengerti 70% bila kita ucapkan.
Presentase yang dapat kita mengerti 90% bila kita lakukan.11
2.9. Hakikat Seminar
Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk membahas suatu
masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui suatu diskusi untuk
mendapatkan suatu keputusan bersama mengenai masalah tersebut. Masalah dalam
seminar mempunyai ruang lingkup yang terbatas dan tertentu. Misalnya : Seminar
Penerapan Bahasa Indonesia Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah, Seminar Peranan
Bahasa Indonesia di Sekolah dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.12
Pengertian lain, seminar adalah suatu pertemuan kelompok para ahli yang
membahas suatu topik dengan menampilkan beberapa makalah di bawah pimpinan
seorang moderator. Penyajian makalah tersebut diiringi dengan tanya jawab,
pembahasan, dan dicarikan perumusannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seminar ialah pertemuan atau
persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ketua sidang (guru
besar, para ahli, dan sebagainya).13
Seminar merupakan pembahasan secara ilmiah walaupun yang menjadi topik
pembicaraan adalah hal – hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari.
11 http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-berbicara
12 Maidar G. Arsjad, op. cit., h. 68
13 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 2007)
18
Tujuan utamanya adalah untuk mencari jalan pemecahan dari suatu masalah. Oleh
sebab itu, seminar harus diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan – keputusan,
baik berupa usul, saran, resolusi, maupun rekomendasi.
Seminar dimulai dari mendengarkan pandangan umum tentang suatu masalah.
Pandangan umum itu merupakan pembahasan teoritis yang dipersiapkan secara
tertulis berupa makalah atau kertas kerja mengenai masalah pokok, disampaikan oleh
berbagai pihak yang dianggap berkompeten dalam masalah tertentu untuk meletakkan
garis – garis pemikiran selanjutnya. Penyampaian pandangan umum dilakukan dalam
suatu forum yang disebut sidang pleno.
Segera setelah siding pleno berakhir, peserta seminar dibagi menurut
kelompok – kelompok tertentu sesuai dengan ketentuan panitia seminar, dan di dalam
kelompok – kelompok tersebut dibahas lebih lanjut makalah atau kertas kerja.
Pembahasan makalah tersebut dalam kelompok – kelompok disebut siding komisi.
Setelah kelompok – kelompok selesai melaksanakan siding kelompok (siding
komisi) sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan panitia, kelompok – kelompok
bersidang lagi dalam siding pleno untuk mengesahkan kesimpulan yang dihasilkan
oleh siding kelompok (komisi). Hasil – hasil sidang dirumuskan dalam bentuk usul,
saran, resolusi, dan sebagainya yang dianggap perlu.
Setelah pelaksanaan seminar, panitia seminar diharuskan membuat laporan
dengan format sebagai berikut:
Format Laporan Seminar
I. Judul Seminar:
II. Tema Seminar:
III. Tujuan Seminar:
IV. Topik atau pokok – pokok permasalahan yang dibahas (sebutkan juga
judul dan nama pembawa makalah):
V. Waktu Penyelenggaraan:
19
VI. Penyelenggara:
(Perguruan Tinggi/Unit Organisasi, Susunan Panitia Pengarah, dan Panitia
Penyelenggara).
VII. Jumlah Peserta dan Asal Lembaga:
(Daftar Peserta Terlampir)
VIII. Jadwal Acara:
(Terlampir)
IX. Sumber Biaya:
(Jumlah biaya keseluruhan dan sumber biaya)
X. Hasil – hasil/Kesimpulan dan Rekomendasi:
(Terlampir semua makalah dan sambutan penting jika ada)
…………..,……...…20…….
Menyetujui Menyetujui Ketua Panitia,
Pimpinan Perguruan Tinggi Pembimbing, Penyelenggara,
…………………………… …………………….. …………………….
2.10. Persiapan Seminar
Seminar yang efektif perlu direncanakan sebaik – baiknya. Sebagai pedoman
dapat diikuti mekanisme berikut:
2.10.1. Penentuan Topik dan Tujuan
Topik hendaknya menarik perhatian peserta (masyarakat).
Topik dapat merangsang masyarakat untuk ingin mengetahui sesuatu.
20
2.10.2. Penentuan Waktu dan Tempat
Waktu seminar sebaiknya dikaitkan dengan peristiwa – peristiwa
sejarah atau nasional, umpamanya: Bulan Bahasa, Hari Ibu. Jika seminar itu
lebih kecil, penentuan waktu perlu diperhatikan, sehinggadapat dihadiri oleh
para peserta. Mengenai penentuan tempat hendaknya perlu diperhatikan
masalah transportasi, kapasitas, dan biaya.
2.10.3. Persiapan Fasilitas
Segala kebutuhan atau fasilitas bagi kelancaran seminar hendaknya
diperhatikan sebaik – baiknya, seperti:
Tempat duduk yang memadai
Cahaya yang cukup terang dan sirkulasi udara yang menyegarkan
dalam ruangan
Alat – alat peraga (visual, audiovisual) yang diperlukan
Publikasi
2.11. Pelaksanaan Seminar
Kesuksesan atau kegagalan suatu seminar sangat bergantung kepada
bagaimana pelaksanaan seminar tersebut. Dalam hal ini pihak – pihak yang
menentukan adalah para fungsionaris dan para pesrta seminar. Para fungsionaris
seminar itu terdiri atas pimpinan, sekretaris, dan peserta seminar.
2.11.1. Peranan Pimpinan Seminar
Pimpinan seminar memegang peranan penting dalam suatu seminar.
Gaya kepemimpinan yang mungkin akan timbul saat memimpin suatu
seminar:
Otoriter
21
Liberal
Demokratis
Manipulasi diplomatis
Dalam memimpin seminar, pemimpin seminar mempunyai tugas
sebagai berikut:
Menjelaskan tujuan dan maksud seminar.
Menjamin kelangsungan seminar secara teratur dan tertib.
Memberikan stimuli, anjuran, ajakan, agar setiap peserta betul –
betul berperanserta dalam diskusi tersebut.
Menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan dan
kemudian membuat kesimpulan atas persetujuan dan kesepakatan
bersama.
Menyiapkan laporan.
2.11.2. Peranan Sekretaris
Mencatat hasil – hasil seminar yang dicapai.
Mencatat proses atau prosedur seminar yang berlangsung.
Membantu pimpinan seminar menyimpulkan dan merumuskan
hasil seminar.
2.11.3. Peranan Peserta
Untuk dapat menjadi peserta yang baik hendaknya diperhatikan hal –
hal berikut:
Menguasai masalah yang diseminarkan.
Hal ini dapat dicapai dengan cara mempersiapkan diri, misalnya giat
melengkapi data dengan cara mempelajari berbagai sumber. Menguasai
masalah yang diseminarkan berarti mempunyai bahan pembicaraan.
Mendengarkan pembicaraan dengan penuh perhatian.
22
Menunjukkan rasa solidaritas dan partisipasi.
Dapat menangkap gagasan utama dan memahami gagasan penunjang
pembicaraan seseorang.
Dapat membuat usul dan sugesti.
Dapat meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin.
Dapat mengajukan pertanyaan dan dapat meminta dasar pendirian
seseorang.
Jika mengajukan keberatan dapat mengajukan contoh dan argument. Hal
ini tidak berarti menentang pendapat orang lain.
Ikut menyimpulkan hasil seminar.14
2.12. Tujuan Seminar
Seminar bertujuan untuk mengeksplorasikan suatu ide, sebuah tempat untuk
menggodok ide – ide baru dan menghasilkan suatu kesimpulan yang pada akhirnya
akan member manfaat pada pesertanya.
Seminar melibatkan dua pihak, yaitu penyaji dan peserta. Kedua belah pihak
harus saling mengisi dan mengembangkan hubungan interaktif yang menguntungkan
keduanya dilihat dari segi maksud dan tujuan seminar. Seminar diselenggarakan
dengan maksud:
Bagi penyaji
Melatih mengenali persoalan dari sifat dan perangainya, setelah itu
berlatih memilih parameter dan menggunakan datanya untuk menyajikan
persoalan secara informative dan menganalisisnya secara nalar menuju
kepada suatu penyelesaian yang solid, melatih berbicara di depan sidang
(oral composition) secara tepat sasaran namun tetap memikat perhatia,
melatih berdiskusi dengan penalaran mantap, konsisten, dan sistematis.
14 Maidar G. Arsjad, op. cit., h. 68-75
23
Bagi peserta
Melatih menjadi peserta sidang yang baik (tenang, sopan) dan menjadi
pendengar yang berperhatian penuh serta kritis, melatih menanggapi
pembicaraan secara tepat sasaran, juga melatih berdiskusi dengan
penalaran mantap, konsisten, dan sistematis.
2.12.1. Tujuan penyelenggaraan seminar, baik bagi penyaji dan peserta:
Menumbuhkan sikap ilmiah.
Menumbuhkan kemahiran berbicara dengan bahasa yang baik, benar, dan
bermakna jelas (berkomunikasi secara lisan).
Menghilangkan sikap segan mengutarakan pendapat yang berbeda atau
mengajukan pertanyaan.
Menghilangkan rasa rendah diri berhadapan dengan sidang.15
2.13. Teknik Berbicara dalam Seminar
Kondisi Umum
Usahakan Anda terlihat oleh audiens dan pastikan suara Anda terdengar
oleh seluruh audiens. Lakukan kontak mata dan katakan dengan wajah.
Yang terpenting jangan tegang/menunduk, senyumlah dan tatap
pendengar.
Berbicara Efektif dan Menarik
Membangun rapport dengan audiens dengan cara menarik perhatian dan
minat audiens, menyampaikan gagasan, menyimpulkan: menguatkan
gagasan utama yang disampaikan, dan menutup pembicaraan.
15 Notohadiprawiro, Metodologi Penelitian , (Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM, 1980)
24
Membangun Rapport
Berbagi identitas, membangun pengalaman positif, cross-matching
harapan dan nilai audiens serta memunculkan humor yang sehat.
Menarik Perhatian dan Minat Audiens
Hubungkan topik dengan audiens dengan cara sampaikan pentingnya
topik. Kejutkan audiens dengan hal-hal tak terduga sehingga
membangkitkan keingintahuan. Jangan lupa ajukan pertanyaan dan awali
dengan kutipan
Menyampaikan Gagasan
Sampaikan ide dengan antusias, sesuaikan bahasa dengan audiens.
Gunakan alat bantu yang sesuai. Jangan lupa selingi dengan humor, cerita,
atau puisi untuk mengajak keterlibatan peserta
Mendayagunakan Suara
Sampaikan ide dengan volume suara yang didengar oleh seluruh audiens,
pilih kata yang tepat, pelafalan yang jelas, dan intonasi yang sesuai.
Gunakan suara lantang untuk semangat, komando dan perintah. Suara lirih
untuk hal penting. Variasikan kecepatan bicara untuk meningkatkan
kepentingan pesan yang ingin disampaikan. Variasikan dengan jeda yang
sering, irama yang mantap, dan kalimat yang pendek.
Gerakan Tubuh
Be Natural: usahakan jangan diam atau terlihat kaku. Gunakan gerakan
tangan, langkah kaki, untuk memperkuat arti. Lakukan sedikit gerak untuk
25
audiens, cukup ekspresi wajah dan gerakan tangan.Jika audiens banyak,
perbanyak gerak. Untuk menjelaskan konsep abstrak, kurangi gerak dan
bicaralah perlahan. Untuk topik ringan, perbanyak gerak.
Melibatkan Audiens
Komunikasi perlu diadakan secara dua arah agar dapat saling memberi
feedback karena menyerap informasi hanya melalui pendengaran hasilnya
kurang optimal.
Yang Membuat Audiens Malas Terlibat
Sedikit kontak pribadi, tidak melakukan kontak mata, dan tidak
memanggil dengan nama peserta, membuat peserta pasif, selalu
mengkritik pertanyaan, usulan, jawaban, dan tingkah laku peserta, dan
membuat peserta merasa bodoh karena bertanya akan mengakibatkan
audiens malas terlibat.
Teknik Mengajukan Pertanyaan
Ajukan satu pertanyaan dalam satu waktu dan hindari pertanyaan tertutup
juga direktif. Pertanyaan harus terfokus, tidak kabur. Ajukan pertanyaan
yang memungkinkan peserta menunjukkan kepandaiannya dan
merangsang interaksi peserta. Perhatikan peserta yang diam lalu tunggu
jawaban beberapa saat.
Teknik Berespon terhadap Jawaban Peserta
26
Perhatikan jawaban verbal dan non-verbal. Variasikan respon untuk
jawaban yang berbeda. Puji jawaban yang benar dan perbaiki jawaban
yang salah dengan cara tidak mengkritik.
Mengakhiri Pembicaraan
Simpulkan pembicaraan lalu akhiri dengan mengutip kata-kata bijak yang
sesuai dengan tema yang disampaikan. Buat pertanyaan yang dramatis dan
jika ide Anda berupa ajakan, beri semangat untuk melakukannya.16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari bahasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa:
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di
dalamnya terjadi pemindahan peran dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam
proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara)
kepada komunikan (pendengar).
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanyalah sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
Berbicara dalam konteks akademik tidak terlepas dari berbicara ketika dalam
proses belajar-mengajar. Seorang guru hendaknya tidak hanya sekedar
menguasai materi yang diajarkannya, tetapi guru tersebut juga berperan
sebagai guru bahasa. Dalam bertanya pada siswa guru hendaknya
16 http://www.indosdm.com/public-speaking-pedoman-berbicara-di-depan-publik –
27
mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan siswa,
kemudian memberikan tanggapan yang positif.
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin.
Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan
acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis
Jenis- jenis presentasi diantaranya presentasi teks (Reading Presentation),
presentasi hafalan (Memorized Presentation), presentasi spontan (The
Impromptu Presentation), dan presentasi dengan kartu (The Note Cards
Presentation).
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan saat berbicara untuk presentasi di
antaranya pendekatan dan permulaan, mengatasi kegugupan di depan
panggung, membuat ketertarikan pendengar, menjaga ketepatan berbicara,
kejernihan, dan volume suara, mempercayai kemampuan sendiri,
memperbanyak perbendaharaan kata-kata, memberi tekanan dalam
pembicaraan dan bersemangat (antusias), menepati waktu, memiliki
kelancaran berbicara dan rasa humor, berbicara dengan menyenangkan dan
wajar, menggerakkan tubuh secara alami, memakai pakaian yang serasi,
penutupan dan pengakhiran.
Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk membahas suatu
masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui suatu diskusi untuk
mendapatkan suatu keputusan bersama mengenai masalah tersebut.
Seminar bertujuan untuk mengeksplorasikan suatu ide, sebuah tempat untuk
menggodok ide – ide baru dan menghasilkan suatu kesimpulan yang pada
akhirnya akan member manfaat pada pesertanya.
Hal- hal yang harus diperhatikan saat berbicara dalam seminar diantaranya
kondisi umum saat seminar, berbicara efektif dan menarik, membangun
rapport, menarik perhatian dan minat audiens, menyampaikan gagasan,
28
mendayagunakan suara, gerakan tubuh, melibatkan audiens, hal-hal yang
membuat audiens malas terlibat, teknik mengajukan pertanyaan, teknik
merespon jawaban peserta, dan cara saat mengakhiri pembicaraan
3.2. Saran
Saat berbicara di depan umum hendaknya jangan berbicara menggunakan
pikiran, biarkan hati yang berbicara. Lalu kuasai tatapan mata audien.
Gunakan intonasi suara yang dinamis dan perbaiki bahasa tubuh karena
bahasa tubuh membantu audiens menangkap maksud pembicaraan audiens
dan jangan lupa perluas pengetahuan karena seorang pembicara yang baik
harus memiliki pengetahuan yang luas agar pembicaraannya terdengar
menarik.
29