pembahasan

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut taksiran, rata-rata manusia dalam kehidupuan normal mengucapkan 18.000 kata sehari. Jumlah ini akan bertambah banyak apabila aktivitas manusia tersebut sebagian besar merupakan interaksi sosial. Maka tak heran bila jalan menuju sukses baik sosial maupun profesional dilalui lewat berbicara. Bila kita tidak dapat meyakinkan sebagai pembicara, maka kita bukan berada pada jalan kesuksesan. Berbicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling esensial. Dengan berbicara manusia berbeda dibanding makhluk lain. Dengan berbicara pula manusia dapat dengan mudah meraih simpati, mendapatkan teman, relasi, dan pasangan hidup. Berbicara untuk meraih sukses bukanlah berbicara sekedar mengeluarkan kata-kata dari mulut. Berbicara kunci sukses merupakan sebuah strategi. Direncanakan, terstruktur, jelas, dan memiliki visi. Berbicara kunci sukses juga berlandaskan pada teknik persuasi. Memahami audiens bicara, mengetahui kondisi, menentukan teknik pendekatan yang tepat, mengambil 1

Upload: elsa-fitri

Post on 03-Jul-2015

1.211 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut taksiran, rata-rata manusia dalam kehidupuan normal

mengucapkan 18.000 kata sehari. Jumlah ini akan bertambah banyak apabila aktivitas

manusia tersebut sebagian besar merupakan interaksi sosial. Maka tak heran bila jalan

menuju sukses baik sosial maupun profesional dilalui lewat berbicara. Bila kita tidak

dapat meyakinkan sebagai pembicara, maka kita bukan berada pada jalan kesuksesan.

Berbicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling esensial.

Dengan berbicara manusia berbeda dibanding makhluk lain. Dengan berbicara pula

manusia dapat dengan mudah meraih simpati, mendapatkan teman, relasi, dan

pasangan hidup. Berbicara untuk meraih sukses bukanlah berbicara sekedar

mengeluarkan kata-kata dari mulut. Berbicara kunci sukses merupakan sebuah

strategi. Direncanakan, terstruktur, jelas, dan memiliki visi. Berbicara kunci sukses

juga berlandaskan pada teknik persuasi. Memahami audiens bicara, mengetahui

kondisi, menentukan teknik pendekatan yang tepat, mengambil langkah awal, dan

akhirnya mempengaruhi audiens sehingga tujuan pembicaraan tercapai.1

Berbicara di hadapan orang banyak merupakan hal yang mudah dilakukan

oleh orang tertentu, tetapi cukup menegangkan bagi banyak orang. Satu hal yang

menjadi penghalang utama untuk tampil dengan tenang adalah ketakutan untuk

dinilai negatif. Bagaimana cara menyingkirkan ketakutan?

Melakukan presentasi adalah hal yang mudah dilakukan oleh sebagian orang,

terutama oleh mereka yang profesional dalam bidang komunikasi atau public

speaking. Namun, tidak semua orang mampu melakukan presentasi secara baik,

memuaskan audiens.

1 www.themailarchive.com

1

Page 2: Pembahasan

Mereka yang gagal melakukan presentasi bukan saja para pemula yang kurang

berpengalaman, melainkan juga orang-orang yang memiliki jam terbang tinggi

sebagai eksekutif maupun yang aktif dalam kepengurusan berbagai organisasi.2

1.2. Permasalahan

Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang

akan dibahas dalam karya tulis ini adalah sejauh mana pengenalan mahasiswa

terhadap cara berbicara untuk keperluan akademik, presentasi, dan seminar.

1.3. Tujuan

Menjelaskan pengertian berbicara

Mengetahui tujuan berbicara

Mengetahui teknik berbicara untuk keperluan akademik, presentasi, dan

seminar

Menjelaskan perbedaan tata cara berbicara untuk keperluan akademik,

untuk keperluan presentasi, dan untuk keperluan seminar

BAB II2 www.kompas.com

2

Page 3: Pembahasan

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Berbicara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berbicara berarti berkata, bercakap

atau berbahasa3. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud

(ide , pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan

sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7).

Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan, misalnya

mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi

atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa

berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan

yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh

manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang

dikombinasikan. Berbicara lebih daripada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi

atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan –

gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang

pendengar atau penyimak4.

Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di

dalamnya terjadi pemindaha peran dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam proses

komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada

komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memilki pesan. Pesan

yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahuku diubah ke dalam simbol

yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar

dapat dipindahkan kepada komunikan. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa

3 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 2007)4 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa , (Bandung : Angkasa, 2008) ed. revisi, hl.16

3

Page 4: Pembahasan

simbol yang dihaailkan oleh alat ucap manusia. Saluran untuk memindahkannya

adalah udara. Selanjutnya, simbol yang di salurkan lewat udara diterima oleh

komunikan. Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, ia dapat

mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Tahap selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada

komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami

pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi

yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan.

Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami dengan

cara memperbandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa berbahasa.

Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor

fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguisik. Pada saat berbicara seseorang

memanfaatkan faktor fisik, yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan

organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman muka pun dimanfaatkan

untuk berbicara. Stabilitas emosi, misalnya tidak saja berpangaruh terhadap kualitas

suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan

bahan pembicaraan5.

Berbicara juga tidak terlepas dari faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang

menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh lain yang ikut

dalam aktivitas berbicara. Demikian juga faktor semantik yang berhubungan dengan

makna, dan faktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan

dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata harus

disusun menurut aturan tertentu agar bermakna.

Berbicara merupakan tuntunan kebutuhan manusia sebagai makhluk social

sehingga dapat berkomunikasi dengan sesamanya Stewart dan Kenner Zimmer

5 Novi Resmini, Pendidikan Bahasa dan Sastra Di Kelas Tinggi, (UPI Press, 2007), h. 51-52

4

Page 5: Pembahasan

(Depdikbud, 1984/85:8) memandang akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai

suatu yang esensial untuk mencaapi keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas

individu maupun kelompok. Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan dalam

berbagai kehidupan keseharian kita. Oleh Karena itu, kemampuan ini perlu dilatih

secara rekursif sejak jenjang pendidikan sekolah dasar.

2.2. Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat

menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanyalah sang pembicara memahami

makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi

efek komunikasinya terhadap para pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-

prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun

perorangan. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan, tetapi bagaimana

mengemukakannya.

Apakah sebagai alat control social (social tool) ataupun sebagai alat

perusahaan maupun professional (bussines or professional tool), maka pada dasarnya

berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:

1) memberitahukan dan melaporkan (to inform);

2) menjamu dan menghibur (to entertain);

3) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade)

Gabungan atau campuran dari maksud- maksud itupun mungkin saja terjadi.

Suatu pembiaraan misalnya mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan

menjamu begitu pula mungkin sekaligus menghibur dan meyakinkan6.

2.3. Metode Penyampaian Berbicara

6 Henry Guntur Tarigan, op. cit., h.16

5

Page 6: Pembahasan

Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa,

ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode penyajian. Sang pembicara

sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih,

yaitu:

1) penyampaian secara mendadak (impromptu delivery)

2) penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery)

3) penyampaian dari naskah (delivery from manuscript)

4) penyampaian dari ingatan (delivery from memory)

Apakah sang pembicara berbicara secara mendadak, tanpa persiapan, dari

naskah, ataupun dari ingatan, dia tetap mempunyai masalah memusatkan perhatian

pada apa-apa yang hendak diucapkan, pada gagasan-gagasannya sebaik dia

menyajikannya.

2.3.1. Penyampaian Mendadak (Impromptu Delivery)

Metode impromptu adalah metode penyajian berdasarkan kebutuhan

sesaat. Tidak ada persiapan sama sekali, pembicara secara serta-merta

berbicara berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya. Kesanggupan

penyajian secara lisan menurut cara ini sangat berguna dalam keadaan darurat,

tetapi kegunaannya terbataspada kesempatan yang tidak terduga saja.

Pengetahuannya yang ada dikaitkan dengan situasi dan kepentingan saat itu

akan sangat menolong pembicara. Seseorang yang tidak terdaftar untuk

berbicara mungkin saja dipersilahkan berbicara dengan sedikit atau tanos

peringatan. Oleh karena itu, sedikit mungkin dia hanya mempunyai waktu

untuk memilih ide pokok sebelum harus mulai berbicara/berpidato secara

mendadak. Dia harus mempergunakan pengalamannya bagi perkembangan

dan penyesuaian yang perlu sebaik dia mulai melangkah maju. Semakin

sederhana dibuat , organisasinya akan semakin baik. Lelucon-lelucon atau

6

Page 7: Pembahasan

insiden-insiden dari pengalamannya biasanya akan merupakan bahan

penunjang yang terbaik.

2.3.2. Penyampaian Tanpa Persiapan (Extemporaneous Delivery)

Metode ini sangat dianjurkan karena merupakan jalan tengah. Uraian

yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan

dibuat catatan-catatan yang panting, yang sekaligus menjadi urutan bagi

uraian itu. Kadang-kadang disiapkan konsep naskah dengan tidak perlu

menghafal kata-katanya. Dengan mempergunakan catatan-catatan diatas,

pembicara dengan bebas berbicara serta bebas pula memilih kata-katanya

sendiri. Catatan-catatan tadi hanya digunakan untuk mengingat urutan idenya.

Sang pembicara yang ingin memanfaatkan keuntungan-keuntungan

penyesuaian maksimum pada kesempatan dan penyimak secara langsung,

dapat mempersiapkan diri sepenuhnya sejauh waktu dan bahan mengizinkan.

Akan tetapi, hendaknya dia tidaklah bergantung pada penyampaian khusus

ide-idenya. Dia haruslah mengetahui ide utamanya dan urutan yang mantap

dari ide-idenya., tetapi hendaknya dia memilih bahasa yang tepat sebaik dia

bicara. Pada umumnya, kian sedikit catatan yang dibuatkan kian baik, sebab

catatan-catatan itu turut menghambat penyajian yang lancardan bersemangat

serta diselingi oleh transisi-transisi yang terjadi. Kalaupun catatan harus

dipergunakan, haruslah dibatasi pada hal-hal yang amat penting dan singkat-

singkat, yang ditulis pada kartu yang kecil.

2.3.3. Penyampaian dari Naskah (Delivery from Manuscript)

Penyampaian dari naskah biasanya dilaksanakan pada saat-saat yang

amat penting dan kerap kali digunakan buat siaran-siaran radio atau televisi.

Sang pembicara haruslah mampu memahami makna yang dibacanya itu dan

memelihara serta mempertahankan hubungan yang erat dengan para

7

Page 8: Pembahasan

pendengar. Dia seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin

dan kepada naskahnya sedikit mungkin. Dia harus mampu menciptakan

pikiran itu setiap kali dia menyajikan kepada para pendengar, dengan penuh

perhatian terhadap responsi para pendengarnya.

Metode ini sifatnya masih kaku, sebab bila tidak mengadakan latihan

yang cukup maka pembicara seolah-olah menimbulkan suatu tirai antara dia

dengan pendengar. Mata pendengar selalu ditunjukkan pada naskah, sehingga

ia tak bebas menatap pendengarnya. Bila pembicara bukan orang yang ahli,

maka ia pun tidak bisa memberi tekanan dan variasi suara untuk

menghidupkan variasi pembicaraannya

2.3.4. Penyampaian dari Ingatan (Delivery from Memory)

Keberhasilan berbicara yang penyampaiannya dari ingatan menuntut

sang pembicara menguasai bahan pembicaraannya selengkap mungkin

sehingga, dia tidak menghadapi masalah dalam hal bahasa dan dapat

mencurahkan seluruh perhatian pada komunikasi langsung dari pikiran dan

perasaannya. Akan tetapi, ingatannya pun harus juga mengizinkan spontanitas

yang serupa pada penyajian tanpa persiapan, lebih-lebih pada hal-hal yang

perlu disisipkan atau diinterpolasi kalau memang keadaan menghendakinya.

2.4. Tips Berbicara dengan Baik di Depan Umum

Banyak orang yang jago dalam berpikir, pandai dalam berkata, dan ahli dalam

bersikap. Tak jarang hal tersebut sering mengundang decak kagum bagi masyarakat.

Hanya saja, banyak sekali orang yang sulit untuk berkomunikasi di depan. Berikut

tips sederhana untuk membuat seseorang mampu berbicara dengan baik di depan

umum:

Jangan berbicara menggunakan pikiran, biarkan hati yang berbicara.

8

Page 9: Pembahasan

Maksudnya, jangan terpaku pada pokok bahasan yang dibawakan dan

arahan yang disusun. Berbicara dengan hati jauh lebih enak dan nyaman

dibanding harus berbicara dengan penuh konsentrasi dan memperhatikan

gaya bahasa. Orang lebih nyaman mendengar percakapan ketika si

pembicara berbicara dalam kondisi bebas dan tidak dipaksakan.

Kuasai tatapan mata audien

Ketika berbicara, jangan memandang hanya kepada satu titik. Biarkan

mata menjelajah kemana-mana untuk mengetahui intensitas ketertarikan

audiens. Apabila anda menangkap sinyal ke-bete-an dari audiens, anda

bisa menekankan pandangan anda pada dirinya. Lebih baik lagi jika

bahasa tubuh anda mengarah kepadanya sehingga setidaknya ia merasa

diperhatikan.

.Gunakan intonasi suara yang dinamis

Suara yang datar dan tidak berirama membuat audiens menjadi bosan dan

ingin tidur. Suara yang tinggi dan memekakkan telinga membuat saraf

pendengaran audiens menjadi terganggu. Dinamiskan suara dan

kendalikan suara anda pada titik nyaman anda ketika berbicara. Intonasi

yang dipaksakan akan membuat anda tidak nyaman dalam berbicara.

Bahasa tubuh membantu audiens menangkap maksud pembicaraan

audiens

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika mendengar, manusia jauh lebih

banyak menggunakan matanya dibanding telinganya. Coba anda membaca

buku sambil mendengar musik. hapalkan lirik musik tersebut sambil

membaca buku dengan suara yang nyaring. Tetapi coba hapalkan isi buku

sambil mendengarkan musik. Pasti jadi jauh lebih mudah.. Artinya, apa

yang sebenarnya ditangkap audiens dalam percakapan sebenarnya adalah

9

Page 10: Pembahasan

apa yang mereka lihat, baru apa yang mereka dengar. Oleh karena itu

perbaiki bahasa tubuh anda.

Perluas pengetahuan

Kalau kebanyakan orang berpikir bahwa untuk menjadi MC (Master of

Ceremony), seseorang hanya butuh pandai berbicara, maka kebanyakan

orang salah besar. Untuk menjadi MC atau dalam kasus ini pembicara,

seseorang butuh untuk mengemas pembicaraan untuk menjadi lebih

menarik. Sekalipun itu pembicaraan tentang hal-hal yang sangat

membosankan seperti fisika, dll. Kebanyakan orang tertarik untuk

berbicara pada hal-hal yang mereka rasakan menarik dan menyenangkan

hati seperti bergosip, cerita kriminal, cerita porno, dan lain-lain. Artinya,

seorang pembicara yang baik harus memiliki pengetahuan yang luas agar

pembicaraannya terdengar menarik. Makanya, perluas dulu wawasan

sebelum berbicara.

2.5. Berbicara Untuk keperluan Akademik

2.5.1. Pengertian Akademik

Kata akademik berasal dari bahasa Yunani yakni academos yang

berarti sebuah taman umum (plasa) di sebelah barat laut kota Athena. Nama

Academos adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang

legendaris Troya. Pada plasa inilah filosof Socrates berpidato dan membuka

arena perdebatan tentang berbagai hal. Tempat ini juga menjadi tempat Plato

melakukan dialog dan mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang-

orang yang datang. Sesudah itu, kata acadomos berubah menjadi akademik,

yaitu semacam tempat perguruan. Para pengikut perguruan tersebut disebut

academist, sedangkan perguruan semacam itu disebut academia.Berdasarkan

hal ini, inti dari pengertian akademik adalah keadaan orang-orang bisa

10

Page 11: Pembahasan

menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan, dan

sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka, dan leluasa7.

2.5.2. Berbicara Untuk Keperluan Akademik

Berbicara dalam konteks akademik tidak terlepas dari berbicara ketika

dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar-mengajar terjadi

komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau

antara siswa dengan siswa. Semua kegiatan yang terjadi ini merupakan

kegiatan berbahasa, maksudnya guru bukan hanya sekedar menguasai materi

yang diajarkannya, tetapi guru tersebut juga berperan sebagai guru bahasa.

Melalui bahasa seorang pengajar berusaha melatih anak didiknya memakai

istilah-istilah dalam bidang disiplain ilmu tertentu, membentuk pemikiran

yang logis, dan melatih memahami buku yang digunakan. Proses belajar-

mengajar akan berjalan dengan efektif kalau bahasa yang digunakan betul-

betul berfungsi dalam proses interaksi antara guru dengan siswa.

Kreativitas siswa/mahasiswa dapat dirangsang dengan pertanyaan-

prtanyaan. Pertanyaan yang dirumuskan dan digunakan dengan tepat akan

merupakan sarana komunikasi yang ampuh. Karena itu, seorang guru

seyognyalah menguasai teknik ini. Penguasaan berbagai teknik bertanya harus

pula disertai dengan keinginan dan kemampuan untuk mendengarkan dengan

baik, dilandasi sikap terbuka dan positif. Guru hendaknya mendengarkan

dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan siswa, kemudian

memberikan tanggapan yang positif. Penepan teknik bertanya ini dapat

mendorong dan mengarahkan siswa berpikir dan memecahkan masalah. Siswa

pun dilatih menggunakan dilatih menggunakan informasi dan keterampilan

memperoses perolehannya dalam menjelaskan sesuatu atau memecahkan

suatu masalah.

7 http://www.pdfqueen.com/html/

11

Page 12: Pembahasan

Penerapan berbagai macam metode dalam proses belajar-mengajar,

juga banyak menuntut keterampilan berbicara. Metode diskusi yang

merupakan suatu cara penyampaian pelajaran melalui sarana pertukaran

pikiran untuk memecahakn suatu masalah merupakan salah satu contoh.

Diskusi dapat dilaksanakan antara guru dengan seluruh siswa, antara guru

dengan sekelompok siswa, dan antara siswa dengan satu siswa dalam satu

kelas.

Dari sekian banyak metode yang diterapkan, agaknya yang tertua

adalahbentuk ceramah. Di Indonesia dari tingkatan pendidikan yang paling

rendah hingga yang paling tinggi, bentuk ceramah inilah yang paling umum

dipakai, baik dengan menggunakan alat bantu atau tidak. Yang dimaksud

dengan metode ceramah ialah bentuk interaksi melalui penerangan dan

penuturan secara lisa oleh seseorang terhadap sekelompok pendengar.

Metode inteaksi belajar-mengajar menerapkan bermacam-macam

metode, seperti metode ceramah, metode tanya-jawab, metode diskusi, yang

sudah dijelaskan di atas. Di samping itu masih ada latihan, metode

eksperimen atau demonstrasi, metode pemberian tugas atau metode keja

kelompok. Dalam metode-metode yang lain ini, peranan kemampuan

berbicara tetap menentukan. Misalnya, dalam metode eksperimen atau metode

demonstrasi, siswa akan selalu aktif mendiskusikan masalah yang ditemuinya,

menginformasikan hasil penemuannya atau menjelaskan proses sesuatu.

Keteampilan siswa dalam berbicara akan menentukan dalam kejelasan

informasi.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bagaimana peranan kemampuan

berbicara dalam pendidikan terutama dalam proses interaksi belajar dan

mengajar dan dalam mengkomunikasikan ilmu yang diperolehnya. Seorang

pengajar yang kreatif akan selalu tergerak ke arah perbaikan hasil pendidikan

12

Page 13: Pembahasan

dan berusaha mencari penyampaian yang efektif, sehingga tujuan yang telah

ditetapkan akan tercapai8.

2.6. Hakikat Presentasi

Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin.

Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara

politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis.

Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk

(biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh

seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang

ingin membantah pendapat tertentu).

Agar bisa pandai berpresentasi, orang sering kali belajar pada para pakar

presentasi. Juga, ada banyak pembicara terkenal yang sering kali diamati oleh orang-

orang yang ingin pandai berbicara di hadapan umum. Para pembicara terkenal di

Indonesia antara lain James Gwee, KH Abdullah Gymnastiar, Tung Desem Waringin,

Andrie Wongso, Gede Prama, dan masih banyak lagi.

Keahlian berbicara di hadapan hadirin merupakan hal yang sangat penting

bagi siapa pun yang ingin maju. Banyak presiden, manajer, wiraniaga, dan pengajar

yang menjadi sukses dan terkenal lewat keahlian berpresentasi.9

2.7. Jenis- Jenis Presentasi

2.7. 1. Presentasi Teks (Reading Presentation)

Bentuk penyajian dimana penyaji sepenuhnya menggunakan teks

(membaca kata demi kata yang tertuang dalam kertas penyajian)

8 Maidar G. Arsjad, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, (Erlangga,1988), h.12-169 http://rennyputri.blogspot.com/2008/06/pengertian presentasi.html

13

Page 14: Pembahasan

2.7.2. Presentasi Hafalan (Memorized Presentation)

Gaya penyajian dimana isi bahan sajian ditulis dalam bentuk teks

tertulis lalu dihafalkan. Contohnya laporan hasil studi singkat, hasil

kunjungan atau observasi.

2.7.3. Presentasi Spontan (The Impromptu Presentation)

Penyajian langsung informal tanpa persiapan yang matang dipihak

pembicara, Contohnya; pertemuan khusus anda diminta memberi sambutan

karena kapasitas dan posisi anda.

2.7.4. Presentasi dengan Kartu (The Note Cards Presentation)

Penyajian dengan kartu berisi uraian penyajian sesuai nalar pendengar,

namun inti sajian tetap disesuaikan dengan tujuan penyajian. Teknik

penyajian bebas, natural, dipersiapkan dengan matang dan sesuai tingkat

respon pendengar.10

2.8. Teknik Berbicara untuk Presentasi

Menurut beberapa pakar public speaking, seorang pembicara umum perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini:

Pendekatan dan Permulaan

Begitu berdiri di depan mimbar (di depan pendengar), pergunakan waktu

sejenak dengan sangat tenang (untuk menatap sekilas semua pendengar

dan mungkin untuk meletakkan catatan/bahan), lalu untuk menyampaikan

kalimat pertama yang meyakinkan untuk diucapkan.

Ada beberapa pilihan cara memulai pembicaraan tergantung suasana

pendengar. Misalnya, bisa dengan mengajukan pertanyaan, bisa dengan

10 http://www.indahnyabelajarjaringan.com

14

Page 15: Pembahasan

menyampaikan cerita singkat atau pengalaman, yang nanti ada kaitan

dengan materi pembicaraan, bisa dengan sebuah permainan, atau langsung

dengan mengutarakan gambaran umum tentang materi pembicaraan.

Mengatasi kegugupan di depan panggung

Gugup dan demam panggung adalah hal yang normal dialami setiap

pembicara di depan umum, bahkan pembicara terbaik pun pernah

mengalami gugup atau demam panggung pada saat mereka pertama kali

berbicara di depan umum. Rasa gugup dan demam panggung hanya bisa

diatasi dengan proses latihan.

Membuat ketertarikan pendengar

Unsur penting yang membuat orang tertarik mendengar pembicara adalah:

hal-hal baru(materi pembicaraan menarik). Pembicaraan masuk akal;

jangan pernah minta maaf pada para pendengar sebab itu tidak menarik

(jadi pandanglah bahwa pendengar menyenangi Anda dan pembicaraan

Anda); Segar, aktual, dan kadang-kadang diselingi humor.

Menjaga ketepatan berbicara, kejernihan, dan volume suara

Ucapkan kata-kata dengan jelas dan bicara dengan suara yang cukup kuat

agar semua pendengar dapat mendengar suara dengan jelas. Bicara secara

tepat, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat - memudahkan

pendengar menerima ide yang disampaikan. Suara harus terdengar

mengasikkan (expressiveness) seperti halnya jika berbicara kepada

sahabat karib.

Mempercayai kemampuan sendiri

15

Page 16: Pembahasan

Harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang

dimiliki untuk maju. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan

keahlian dan latihan.

Memperbanyak perbendaharaan kata-kata

Penguasaan perbendaharaan kata-kata yang banyak dan pemilihan kata-

kata yang tepat akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan

berbicara. Isi pembicaraan bertambah variatif sehingga tidak

membosankan

Memberi tekanan dalam pembicaraan dan bersemangat (antusias)

Semua gerakan Anda - mata, ekspresi wajah, gerakan tubuh, suara -

haruslah Anda tunjukkan kepada pendengar Anda dengan penuh

semangat. Anda harus selalu tampak penuh perhatian dalam

mengkomunikasikan ide.

Bicaralah dengan penuh energi, bergairah, dan tidak ragu. Jangan bicara

setengah-setengah, bimbang, apalagi dengan mulut setengah terbuka. Cara

bicara yang tepat adalah dengan suara yang bulat dan penekanan yang

baik.

Menepati waktu

Berhentilah berbicara sebelum pendengar mengharapkan Anda untuk

segera berhenti berbicara atau turun dari panggung. Tepatilah waktu yang

telah ditetapkan (know when to stop talking).

Memiliki kelancaran berbicara dan rasa humor

Untuk berbicara dengan lancar, Anda harus berbicara dengan santai,

rileks, dan tidak kaku. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif

harus ada sedikit unsur humor, yaitu sesuatu yang lucu atau menggelikan

hati sehingga dapat menimbulkan tertawa.

16

Page 17: Pembahasan

Berbicara dengan menyenangkan dan wajar

Jika tenggorokan Anda kering minumlah sedikit, Jika mulut Anda berbusa

atau Anda berkeringat dan Anda perlu mengelapnya, gunakanlah

saputangan, itu untuk menjaga agar Anda tetap berbicara dengan

menyenangkan. Kemudian, Anda perlu bersikap wajar atau tidak

berlebihan dalam menyampaikan kata-kata atau informasi. Hal yang juga

penting, pada umumnya pendengar menginginkan seseorang berbicara

dengan jelas, sederhana, dan nyata. Mereka tidak menyukai kata-kata yang

tidak jelas artinya.

Menggerakkan tubuh secara alami

Gerakan tubuh, apabila dilakukan dengan baik dan sesuai atau alami akan

melipatgandakan kemampuan pembicara karena lebih menarik untuk

dipandang. Gerakan tubuh adalah bahasa non-verbal. Untuk penyampaian

pikiran dan perasan tertentu, gerakan tubuh jauh berarti daripada kata-

kata.

Memakai pakaian yang serasi

Pepatah mengatakan bahwa pakaian mencerminkan kepribadian

seseorang. Pendengar akan menaruh hormat (respect) terhadap pembicra

yang memakai pakaian yang serasi dalam hal potongan, warna, ikat

pingang, sepatu, dasi, dan sebagainya.

Penutupan dan Pengakhiran

Setelah panjang lebar menyampaikan poin-poin penting, berhenti sejenak

(pergunakan transisi yang tepat), lalu mungkin mengatakan, “sekarang

saya sampai pada kesimpulan” atau “Apakah di antara Anda (masih) ada

yang pertanyaan?”, dan jangan lupa kata-kata terakhir “Terima kasih”.

Kemudian meninggalkan mimbar dengan senyuman manis.

17

Page 18: Pembahasan

NB :

Presentase yang dapat kita mengerti 10% bila kita baca

Presentase yang dapat kita mengerti 20% bila kita dengar

Presentase yang dapat kita mengerti 30% bila kita lihat

Presentase yang dapat kita mengerti 50% bila kita dengar dan lihat

Presentase yang dapat kita mengerti 70% bila kita ucapkan.

Presentase yang dapat kita mengerti 90% bila kita lakukan.11

2.9. Hakikat Seminar

Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk membahas suatu

masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui suatu diskusi untuk

mendapatkan suatu keputusan bersama mengenai masalah tersebut. Masalah dalam

seminar mempunyai ruang lingkup yang terbatas dan tertentu. Misalnya : Seminar

Penerapan Bahasa Indonesia Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah, Seminar Peranan

Bahasa Indonesia di Sekolah dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.12

Pengertian lain, seminar adalah suatu pertemuan kelompok para ahli yang

membahas suatu topik dengan menampilkan beberapa makalah di bawah pimpinan

seorang moderator. Penyajian makalah tersebut diiringi dengan tanya jawab,

pembahasan, dan dicarikan perumusannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seminar ialah pertemuan atau

persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ketua sidang (guru

besar, para ahli, dan sebagainya).13

Seminar merupakan pembahasan secara ilmiah walaupun yang menjadi topik

pembicaraan adalah hal – hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari.

11 http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-berbicara

12 Maidar G. Arsjad, op. cit., h. 68

13 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 2007)

18

Page 19: Pembahasan

Tujuan utamanya adalah untuk mencari jalan pemecahan dari suatu masalah. Oleh

sebab itu, seminar harus diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan – keputusan,

baik berupa usul, saran, resolusi, maupun rekomendasi.

Seminar dimulai dari mendengarkan pandangan umum tentang suatu masalah.

Pandangan umum itu merupakan pembahasan teoritis yang dipersiapkan secara

tertulis berupa makalah atau kertas kerja mengenai masalah pokok, disampaikan oleh

berbagai pihak yang dianggap berkompeten dalam masalah tertentu untuk meletakkan

garis – garis pemikiran selanjutnya. Penyampaian pandangan umum dilakukan dalam

suatu forum yang disebut sidang pleno.

Segera setelah siding pleno berakhir, peserta seminar dibagi menurut

kelompok – kelompok tertentu sesuai dengan ketentuan panitia seminar, dan di dalam

kelompok – kelompok tersebut dibahas lebih lanjut makalah atau kertas kerja.

Pembahasan makalah tersebut dalam kelompok – kelompok disebut siding komisi.

Setelah kelompok – kelompok selesai melaksanakan siding kelompok (siding

komisi) sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan panitia, kelompok – kelompok

bersidang lagi dalam siding pleno untuk mengesahkan kesimpulan yang dihasilkan

oleh siding kelompok (komisi). Hasil – hasil sidang dirumuskan dalam bentuk usul,

saran, resolusi, dan sebagainya yang dianggap perlu.

Setelah pelaksanaan seminar, panitia seminar diharuskan membuat laporan

dengan format sebagai berikut:

Format Laporan Seminar

I. Judul Seminar:

II. Tema Seminar:

III. Tujuan Seminar:

IV. Topik atau pokok – pokok permasalahan yang dibahas (sebutkan juga

judul dan nama pembawa makalah):

V. Waktu Penyelenggaraan:

19

Page 20: Pembahasan

VI. Penyelenggara:

(Perguruan Tinggi/Unit Organisasi, Susunan Panitia Pengarah, dan Panitia

Penyelenggara).

VII. Jumlah Peserta dan Asal Lembaga:

(Daftar Peserta Terlampir)

VIII. Jadwal Acara:

(Terlampir)

IX. Sumber Biaya:

(Jumlah biaya keseluruhan dan sumber biaya)

X. Hasil – hasil/Kesimpulan dan Rekomendasi:

(Terlampir semua makalah dan sambutan penting jika ada)

…………..,……...…20…….

Menyetujui Menyetujui Ketua Panitia,

Pimpinan Perguruan Tinggi Pembimbing, Penyelenggara,

…………………………… …………………….. …………………….

2.10. Persiapan Seminar

Seminar yang efektif perlu direncanakan sebaik – baiknya. Sebagai pedoman

dapat diikuti mekanisme berikut:

2.10.1. Penentuan Topik dan Tujuan

Topik hendaknya menarik perhatian peserta (masyarakat).

Topik dapat merangsang masyarakat untuk ingin mengetahui sesuatu.

20

Page 21: Pembahasan

2.10.2. Penentuan Waktu dan Tempat

Waktu seminar sebaiknya dikaitkan dengan peristiwa – peristiwa

sejarah atau nasional, umpamanya: Bulan Bahasa, Hari Ibu. Jika seminar itu

lebih kecil, penentuan waktu perlu diperhatikan, sehinggadapat dihadiri oleh

para peserta. Mengenai penentuan tempat hendaknya perlu diperhatikan

masalah transportasi, kapasitas, dan biaya.

2.10.3. Persiapan Fasilitas

Segala kebutuhan atau fasilitas bagi kelancaran seminar hendaknya

diperhatikan sebaik – baiknya, seperti:

Tempat duduk yang memadai

Cahaya yang cukup terang dan sirkulasi udara yang menyegarkan

dalam ruangan

Alat – alat peraga (visual, audiovisual) yang diperlukan

Publikasi

2.11. Pelaksanaan Seminar

Kesuksesan atau kegagalan suatu seminar sangat bergantung kepada

bagaimana pelaksanaan seminar tersebut. Dalam hal ini pihak – pihak yang

menentukan adalah para fungsionaris dan para pesrta seminar. Para fungsionaris

seminar itu terdiri atas pimpinan, sekretaris, dan peserta seminar.

2.11.1. Peranan Pimpinan Seminar

Pimpinan seminar memegang peranan penting dalam suatu seminar.

Gaya kepemimpinan yang mungkin akan timbul saat memimpin suatu

seminar:

Otoriter

21

Page 22: Pembahasan

Liberal

Demokratis

Manipulasi diplomatis

Dalam memimpin seminar, pemimpin seminar mempunyai tugas

sebagai berikut:

Menjelaskan tujuan dan maksud seminar.

Menjamin kelangsungan seminar secara teratur dan tertib.

Memberikan stimuli, anjuran, ajakan, agar setiap peserta betul –

betul berperanserta dalam diskusi tersebut.

Menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan dan

kemudian membuat kesimpulan atas persetujuan dan kesepakatan

bersama.

Menyiapkan laporan.

2.11.2. Peranan Sekretaris

Mencatat hasil – hasil seminar yang dicapai.

Mencatat proses atau prosedur seminar yang berlangsung.

Membantu pimpinan seminar menyimpulkan dan merumuskan

hasil seminar.

2.11.3. Peranan Peserta

Untuk dapat menjadi peserta yang baik hendaknya diperhatikan hal –

hal berikut:

Menguasai masalah yang diseminarkan.

Hal ini dapat dicapai dengan cara mempersiapkan diri, misalnya giat

melengkapi data dengan cara mempelajari berbagai sumber. Menguasai

masalah yang diseminarkan berarti mempunyai bahan pembicaraan.

Mendengarkan pembicaraan dengan penuh perhatian.

22

Page 23: Pembahasan

Menunjukkan rasa solidaritas dan partisipasi.

Dapat menangkap gagasan utama dan memahami gagasan penunjang

pembicaraan seseorang.

Dapat membuat usul dan sugesti.

Dapat meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin.

Dapat mengajukan pertanyaan dan dapat meminta dasar pendirian

seseorang.

Jika mengajukan keberatan dapat mengajukan contoh dan argument. Hal

ini tidak berarti menentang pendapat orang lain.

Ikut menyimpulkan hasil seminar.14

2.12. Tujuan Seminar

Seminar bertujuan untuk mengeksplorasikan suatu ide, sebuah tempat untuk

menggodok ide – ide baru dan menghasilkan suatu kesimpulan yang pada akhirnya

akan member manfaat pada pesertanya.

Seminar melibatkan dua pihak, yaitu penyaji dan peserta. Kedua belah pihak

harus saling mengisi dan mengembangkan hubungan interaktif yang menguntungkan

keduanya dilihat dari segi maksud dan tujuan seminar. Seminar diselenggarakan

dengan maksud:

Bagi penyaji

Melatih mengenali persoalan dari sifat dan perangainya, setelah itu

berlatih memilih parameter dan menggunakan datanya untuk menyajikan

persoalan secara informative dan menganalisisnya secara nalar menuju

kepada suatu penyelesaian yang solid, melatih berbicara di depan sidang

(oral composition) secara tepat sasaran namun tetap memikat perhatia,

melatih berdiskusi dengan penalaran mantap, konsisten, dan sistematis.

14 Maidar G. Arsjad, op. cit., h. 68-75

23

Page 24: Pembahasan

Bagi peserta

Melatih menjadi peserta sidang yang baik (tenang, sopan) dan menjadi

pendengar yang berperhatian penuh serta kritis, melatih menanggapi

pembicaraan secara tepat sasaran, juga melatih berdiskusi dengan

penalaran mantap, konsisten, dan sistematis.

2.12.1. Tujuan penyelenggaraan seminar, baik bagi penyaji dan peserta:

Menumbuhkan sikap ilmiah.

Menumbuhkan kemahiran berbicara dengan bahasa yang baik, benar, dan

bermakna jelas (berkomunikasi secara lisan).

Menghilangkan sikap segan mengutarakan pendapat yang berbeda atau

mengajukan pertanyaan.

Menghilangkan rasa rendah diri berhadapan dengan sidang.15

2.13. Teknik Berbicara dalam Seminar

Kondisi Umum

Usahakan Anda terlihat oleh audiens dan pastikan suara Anda terdengar

oleh seluruh audiens. Lakukan kontak mata dan katakan dengan wajah.

Yang terpenting jangan tegang/menunduk, senyumlah dan tatap

pendengar.

Berbicara Efektif dan Menarik

Membangun rapport dengan audiens dengan cara menarik perhatian dan

minat audiens, menyampaikan gagasan, menyimpulkan: menguatkan

gagasan utama yang disampaikan, dan menutup pembicaraan.

15 Notohadiprawiro, Metodologi Penelitian , (Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM, 1980)

24

Page 25: Pembahasan

Membangun Rapport

Berbagi identitas, membangun pengalaman positif, cross-matching

harapan dan nilai audiens serta memunculkan humor yang sehat.

Menarik Perhatian dan Minat Audiens

Hubungkan topik dengan audiens dengan cara sampaikan pentingnya

topik. Kejutkan audiens dengan hal-hal tak terduga sehingga

membangkitkan keingintahuan. Jangan lupa ajukan pertanyaan dan awali

dengan kutipan

Menyampaikan Gagasan

Sampaikan ide dengan antusias, sesuaikan bahasa dengan audiens.

Gunakan alat bantu yang sesuai. Jangan lupa selingi dengan humor, cerita,

atau puisi untuk mengajak keterlibatan peserta

Mendayagunakan Suara

Sampaikan ide dengan volume suara yang didengar oleh seluruh audiens,

pilih kata yang tepat, pelafalan yang jelas, dan intonasi yang sesuai.

Gunakan suara lantang untuk semangat, komando dan perintah. Suara lirih

untuk hal penting. Variasikan kecepatan bicara untuk meningkatkan

kepentingan pesan yang ingin disampaikan. Variasikan dengan jeda yang

sering, irama yang mantap, dan kalimat yang pendek.

Gerakan Tubuh

Be Natural: usahakan jangan diam atau terlihat kaku. Gunakan gerakan

tangan, langkah kaki, untuk memperkuat arti. Lakukan sedikit gerak untuk

25

Page 26: Pembahasan

audiens, cukup ekspresi wajah dan gerakan tangan.Jika audiens banyak,

perbanyak gerak. Untuk menjelaskan konsep abstrak, kurangi gerak dan

bicaralah perlahan. Untuk topik ringan, perbanyak gerak.

Melibatkan Audiens

Komunikasi perlu diadakan secara dua arah agar dapat saling memberi

feedback karena menyerap informasi hanya melalui pendengaran hasilnya

kurang optimal.

Yang Membuat Audiens Malas Terlibat

Sedikit kontak pribadi, tidak melakukan kontak mata, dan tidak

memanggil dengan nama peserta, membuat peserta pasif, selalu

mengkritik pertanyaan, usulan, jawaban, dan tingkah laku peserta, dan

membuat peserta merasa bodoh karena bertanya akan mengakibatkan

audiens malas terlibat.

Teknik Mengajukan Pertanyaan

Ajukan satu pertanyaan dalam satu waktu dan hindari pertanyaan tertutup

juga direktif. Pertanyaan harus terfokus, tidak kabur. Ajukan pertanyaan

yang memungkinkan peserta menunjukkan kepandaiannya dan

merangsang interaksi peserta. Perhatikan peserta yang diam lalu tunggu

jawaban beberapa saat.

Teknik Berespon terhadap Jawaban Peserta

26

Page 27: Pembahasan

Perhatikan jawaban verbal dan non-verbal. Variasikan respon untuk

jawaban yang berbeda. Puji jawaban yang benar dan perbaiki jawaban

yang salah dengan cara tidak mengkritik.

Mengakhiri Pembicaraan

Simpulkan pembicaraan lalu akhiri dengan mengutip kata-kata bijak yang

sesuai dengan tema yang disampaikan. Buat pertanyaan yang dramatis dan

jika ide Anda berupa ajakan, beri semangat untuk melakukannya.16

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari bahasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa:

Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di

dalamnya terjadi pemindahan peran dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam

proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara)

kepada komunikan (pendengar).

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat

menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanyalah sang pembicara

memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.

Berbicara dalam konteks akademik tidak terlepas dari berbicara ketika dalam

proses belajar-mengajar. Seorang guru hendaknya tidak hanya sekedar

menguasai materi yang diajarkannya, tetapi guru tersebut juga berperan

sebagai guru bahasa. Dalam bertanya pada siswa guru hendaknya

16 http://www.indosdm.com/public-speaking-pedoman-berbicara-di-depan-publik –

27

Page 28: Pembahasan

mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dikemukakan siswa,

kemudian memberikan tanggapan yang positif.

Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin.

Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan

acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis

Jenis- jenis presentasi diantaranya presentasi teks (Reading Presentation),

presentasi hafalan (Memorized Presentation), presentasi spontan (The

Impromptu Presentation), dan presentasi dengan kartu (The Note Cards

Presentation).

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan saat berbicara untuk presentasi di

antaranya pendekatan dan permulaan, mengatasi kegugupan di depan

panggung, membuat ketertarikan pendengar, menjaga ketepatan berbicara,

kejernihan, dan volume suara, mempercayai kemampuan sendiri,

memperbanyak perbendaharaan kata-kata, memberi tekanan dalam

pembicaraan dan bersemangat (antusias), menepati waktu, memiliki

kelancaran berbicara dan rasa humor, berbicara dengan menyenangkan dan

wajar, menggerakkan tubuh secara alami, memakai pakaian yang serasi,

penutupan dan pengakhiran.

Seminar adalah suatu pertemuan yang bersifat ilmiah untuk membahas suatu

masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui suatu diskusi untuk

mendapatkan suatu keputusan bersama mengenai masalah tersebut.

Seminar bertujuan untuk mengeksplorasikan suatu ide, sebuah tempat untuk

menggodok ide – ide baru dan menghasilkan suatu kesimpulan yang pada

akhirnya akan member manfaat pada pesertanya.

Hal- hal yang harus diperhatikan saat berbicara dalam seminar diantaranya

kondisi umum saat seminar, berbicara efektif dan menarik, membangun

rapport, menarik perhatian dan minat audiens, menyampaikan gagasan,

28

Page 29: Pembahasan

mendayagunakan suara, gerakan tubuh, melibatkan audiens, hal-hal yang

membuat audiens malas terlibat, teknik mengajukan pertanyaan, teknik

merespon jawaban peserta, dan cara saat mengakhiri pembicaraan

3.2. Saran

Saat berbicara di depan umum hendaknya jangan berbicara menggunakan

pikiran, biarkan hati yang berbicara. Lalu kuasai tatapan mata audien.

Gunakan intonasi suara yang dinamis dan perbaiki bahasa tubuh karena

bahasa tubuh membantu audiens menangkap maksud pembicaraan audiens

dan jangan lupa perluas pengetahuan karena seorang pembicara yang baik

harus memiliki pengetahuan yang luas agar pembicaraannya terdengar

menarik.

29