pembahasan ket
DESCRIPTION
obginTRANSCRIPT
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS KASUS
No. Teori Pasien1. Anamnesis
1. Trias klasik KET- Amenorea- Nyeri perut- Perdarahan pervaginam
2. Tanda-tanda hamil muda- Mual-muntah- Rasa tegang pada payudara
Anamnesis- Riwayat telat haid (+) dengan
HPHT (08-10-2015)- Nyeri perut mendadak di
seluruh perut bawah yang berat dan terus menerus.
- Keluar darah merah segar dan cair.
- Mual-mual ringan terutama di pagi hari sejak mulai merasa telat haid.
2. Pemeriksaan Fisik1. Tanda-tanda syok:
- Tekanan darah menurun (sistolik < 90 mmHg)
- Nadi cepat dan lemah (> 110 kali permenit)
- Pucat, berkeringat dingin, kulit yang lembab
- Nafas cepat (> 30 kali permenit)
- Cemas, kesadaran berkurang atau tidak sadar.
2. Gejala akut abdomen- Nyeri tekan- Defance musculare
3. Pemeriksaan ginekologi- Servik teraba lunak, - Nyeri goyang, - Korpus uteri normal atau
sedikit membesar, - Kavum Douglas menonjol
oleh karena terisi darah.
Pemeriksaan Fisik- Dijumpai tanda-tanda syok,
keadaan umum pasien lemah dengan tensi menurun (90/60), nadi cepat dan lemah (112x/mnt), dengan respirasi masih dalam batas normal. Tampak pucat, berkeringat dingin, kulit yang lembab.
- Status Ginekologi:Abdomen: Fut ttb, distensi (+), BU (+) N, nyeri (+)Defance musculare (+)Nyeri tekan (+)nyeri goyang (+)
3. Pemeriksaan Penunjang1. Laboratorium
- Hb menurun- Leukosit normal/meningkat- PPT (+)
2. USG
Pemeriksaan Penunjang1. Laboratorium
- HGb: 11,4 g/dL 9,6 - WBC: 23,1 . 103/Ul
- GS (-) intrauterin, (+) di ekstrauterin
- Tanda cairan bebas pada kavum abdomen
- Massa abnormal di daerah pelvis
3. Kombinasi USG dengan pemeriksaan kuantitatif ß-hCG - GS (-) intrauterin- Kadar ß-hCG serum 1500
mIU/ml atau lebih,4. Kuldosintesis
- Darah (+) di cavum Douglass
5. Kadar progesteron - < 5 ng/mL
6. Kuretase uterus - Vili (-)
7. Laparoskopi 8. Laparotomi
2. USG- GS dengan yolk sac (+) di
adnexa kanan echo homogen- Tanda cairan bebas (+) di
cavum abdomenKesan: Kehamilan ektopik
terganggu
Berdasarkan tabel diatas, pada kolom anamnesis dapat dilihat bahwa pasien
memenuhi semua kriteria anamnesis untuk KET. Dari HPHT didapatkan umur
kehamilan pada saat pemeriksaan adalah 7-8 minggu, dan hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa sebagian besar kehamilan ektopik pada tuba
akan terganggu pada umur kehamilan antara 6 – 10 minggu.1,3 Hal ini terjadi
karena tuba bukan tempat ideal untuk pertumbuhan hasil konsepsi, dimana pada
umur kehamilan 6 – 10 minggu vili korialis dengan mudah dapat menembus
endosalping (karena pembentukan desidua tuba yang tidak sempurna) dan masuk
ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Proses ini selanjutnya akan diikuti dengan terjadinya abortus tuba atau ruptur dari
tuba yang menyebabkan berakhirnya kehamilan.
Dari anamnesis juga didapatkan bahwa pasien mengalami nyeri perut yang
mendadak dan berat. Pada umumnya nyeri seperti ini terjadi pada ruptur tuba
akibat darah yang mengalir deras ke dalam kavum peritonei. Jika yang terjadi
adalah abortus tuba, nyeri yang timbul tidak seberapa hebat dan tidak terus
menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk
ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut
bawah. Dari kondisi ini, disimpulkan kemungkinan pasien mengalami ruptur tuba.
Keluar darah dari jalan lahir yang dialami oleh pasien merupakan tanda penting
kedua pada kehamilan ektopik. Hal ini merupakan akibat dari perdarahan yang
berasal dari uterus. Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan
uterus biasanya tidak ditemukan. Perdarahan uterus akan terjadi bila dukungan
endokrin terhadap endometrium sudah tidak memadai lagi, dan ini terjadi jika
janin telah mati. Pada keadaan telah terjadi kematian janin pembentukan hormon
hCG akan terganggu dan akan diikuti dengan terjadinya pelepasan desidua yang
bermanifestasi dalam bentuk perdarahan uterus.
Pasien juga mengeluhkan adanya mual-mual ringan. Mual-muntah pada awal
kehamilan dipengaruhi oleh peningkatan kadar ß-hCG serum. Akan tetapi
masing-masing wanita hamil memilki respon yang berbeda-beda, tidak semua
wanita hamil akan mengalami mual muntah meskipun kadar ß-hCG serumnya
meningkat. Pada umumnya, makin tinggi peningkatan kadar ß-hCG, mual-
muntah yang terjadi akan semakin berat. Jaringan trofoblas, sebagai penghasil ß-
hCG, pada kehamilan ektopik menghasilkan ß-hCG yang lebih rendah daripada
kehamilan intrauterin normal, oleh sebab itulah kejadian mual muntah pada
wanita dengan kehamilan ektopik jarang atau terjadi lebih ringan dibandingkan
wanita dengan kehamilan normal. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh
pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien lemah yang ditandai
dengan tensi turun, nadi cepat, lemah dan respirasi yang masih dalam batas
normal. Hal ini merupakan tanda bahwa perdarahan ke dalam rongga perut yang
masif, komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien dengan KET yakni
terjadi syok. Untuk mencegah terjadinya perburukan kondisi pasien dan juga
untuk diagnostik, laparatomi cito merupakan terapi definitif yang tepat.
Pemeriksaan pada abdomen pasien, ditemukan fundus uteri yang masih tidak
teraba, hal ini sesuai dengan umur kehamilan pasien 7-8 minggu. Pada kehamilan
ektopik, uterus juga membesar karena pengaruh hormon-hormon kehamilan,
terutama selama 3 bulan pertama, dimana tetap terjadi pertumbuhan uterus hingga
mencapai ukuran yang hampir mendekati ukuran uterus pada kehamilan intrauteri.
Konsistensinya juga serupa selama janin masih dalam keadaan hidup. Pada
pemeriksaan juga didapatkan adanya distensi, defance musculare, nyeri tekan.
Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan telah terjadi akumulasi cairan (dalam hal
ini darah) di dalam kavum abdomen dalam jumlah yang cukup banyak yang
kemungkinan berasal dari perdarahan akibat ruptur tuba yang masuk ke dalam
rongga peritoneum.
Pemeriksaan dalam pada vagina juga mendukung bahwa pasien memang dalam
keadaan hamil (porsio yang livide). Nyeri goyang pada porsio, nyeri pada
adneksa dan parametrium, serta perabaan cavum Douglass yang menonjol dan
terasa nyeri , dijumpai pada lebih dari tiga perempat kasus kehamilan ektopik tuba
yang sudah atau sedang mengalami ruptur. Nyeri goyang pada porsio mendukung
adanya rangsangan (iritasi) oleh darah pada peritoneum. Tidak terdapat massa
pada adneksa parametrium. Hal ini bisa terjadi bila sudah terdapat ruptur dari
tuba, didukung lagi oleh adanya nyeri sekitar adneksa. Ditemukan kavum Doglas
dalam keadaan menonjol, menunjukan adanya pendesakan oleh cairan dalam
rongga pelvis, dimana cairan tersebut dapat berupa darah akibat ruptur tuba.
Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan penurunan kadar Hb dari 10 menjadi
9 g/dl. Dari penurunan kadar Hb ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
perdarahan dalam tubuh pasien. Pada awal pemeriksaan kadar Hb tidak terlalu
turun karena penurunan Hb yang terjadi akibat diencerkannya darah oleh air dan
jaringan untuk mempetahankan volume darah membutuhkan waktu sekurang-
kurangnya 24 jam. Hasil penghitungan leukosit menunjukkan terjadinya
peningkatan kadar leukosit. Perdarahan yang banyak juga menimbulkan naiknya
leukosit, sedangkan pada perdarahan sedikit demi sedikit, leukosit biasanya
normal atau sedikit meningkat ini berguna dalam menegakkan diagnosis
kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam
rongga perut. Untuk membedakan kehamilan ektopik dan infeksi pelvik dapat
diperhatikan jumlah leukosit, jika > 20.000 biasanya menunjukkan adanya infeksi
pelvik.
Pemeriksaan PPT dengan hasil yang positif dengan ditunjang hasil USG yang
menunjukkan tidak adanya kantong gestasi di intrauterin, namun terdapat kantong
gestasi di adnexa dan adanya cairan bebas dalam kavum abdomen semakin
menguatkan diagnosa bahwa pasien dalam keadaan hamil ektopik yang terganggu
(KET).Khusus mengenai perbedaan hamil ektopik dengan hamil intrauterin, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Jenis
KehamilanKlinis Ultrasonografi Biomarker
Ektopik - Nyeri perut berat,
mendadak/perlahan,lahan
- Perdarahan pervaginam
sedikit-sedikit, berwarna
kecoklatan
- Mual-muntah <<<
- GS intrauterin (-)
- Tanda cairan
bebas (+)
- Massa abnormal
di daerah pelvis
- ß-hCG > 1500
mIU/mL
- Progesteron < 5
ng/mL
Intrauterin - Nyeri perut (-)/ringan dan
sementara
- Perdarahan pervaginam,
lebih banyak, warna lebih
merah
- Mual-muntah >>>
- GS intrauterin (+)
- Endometrial line
(+)
- Tanda cairan
bebas (-)
- ß-hCG > 6000
mIU/mL
- Progesteron > 25
ng/mL
Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan adalah kuldosintesis dengan hasil
(+) diaspirasi darah berwarna kehitaman.
Untuk penatalaksanaan. perrtama dilakukan tindakan perbaikan keadaan umum
dengan mengatasi kondisi pre syok. Pada pasien diberikan infus RL 30 tetes/menit
sampai kondisi syok teratasi, dengan terus dilakukannya monitoring tanda-tanda
vital. Kemudian seharusnya dilakukan cek Hb serial setiap 2 jam untuk memantau
apakah terdapat penurunan Hb. Apabila Hb < 9 gr/dL maka dilakukan tranfusi
PRC. Namun karena kondisi emergency dan Setelah mendapat persetujuan dari
keluarga dilakukan tindakan laparatomi untuk menghentikan perdarahan yang
terjadi oleh karena ruptur tuba. Tindakan laparatomi yang dilakukan bersifat
sebagai alat diagnostik sekaligus terapeutik. Saat abdomen dibuka terdapat darah
dalam cavum peritoneal, hal ini membuktikan adanya perdarahan yang terkumpul
di rongga abdomen. Setelah ditelusuri didapatkan ruptur tuba pars ismika kanan.
Setelah tuba diklem, dilakukan salfingektomi sinistra.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S , Wiknjosastro H. Kehamilan Ektopik. Dalam Ilmu
Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002;
323-334
2. Wiknjosastro,H. Kehamilan Ektopik. Dalam Ilmu Bedah Kebidanan.
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2000; 198-204
3. Delfi L. Kehamilan Ektopik. Sinopsis Obstetri; jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1998; 226-37
4. Cunningham FG, gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, haulth JC, Wenstrom
KD. Ectopic Pregnancy. In: William Obstetrics, 21thed; USA; Mc graw hill;
2001; pp 883-910
5. Lipscomb GH. Ectopic Pregnancy. Obstetric and Gynecology Principles for
Practice.In: Ling FW,Duff P editor. International edition;USA. Mc Graw
Hill; 2001;pp 1134-1147
6. Speroff L, Glass RH, Kase NG. Ectopic Pregnancy In Clinical Gynecologic
Endocrinology and Infertility, 6thed.Philadelphia.Lippincot William &
Wilkins, 1999,pp 1149-1164
7. Chapin DS. Kehamilan Ektopik. Dalam: Friedman EA, Acker DB, Scachs
BP. Seri Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri. Jakarta; Binarupa Aksara;
2000. Hal 54-56.
8. Berek JS. Ectopic Gestasion. In Novak’s Gynecology. 13thed.Philadelphia
Lippincot Williams & Wilkins, 2002, pp510-534
9. Beck WW, Jr. Ectopic Pregnancy. In: Obstetrics and Gynecology 4ed.
William & Wilkins the Science of Review. New York. 1996; 315-320
10. Pearson J, Rooyen JV. Ectopic Pregnancy. In: Bandowski BJ, Hearne AE,
Lambrou BJC, For HE, Wallase EE editor. The Jhons Hopkins Manual Of
Gynecology and Obstetric; 2nd ed. Philadelphia. Lippincott William &
Wilkins; 2002;pp 305-13.
11. Braun, RD. Surgical Management of Ectopic Pregnancy. Available in :
http://www.emedicine.com/med/topic3316.htm. Last Update : 26 Januari
2007. Accessed : 1 April 2010.
12. Ectopic Pregnancy. A Guide for Patients. American Society For
Reproductive Medicine.1996.