pembelajaran biologi berbasis masalah melalui … · pembelajaran biologi berbasis masalah melalui...
TRANSCRIPT
1
PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI
METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI
KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Oleh
SEPTA KRISDIYANTO S 830908138
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI
METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI
KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)
Disusun Oleh:
SEPTA KRISDIYANTO
S 830908138
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada Tanggal : ......................................
Dewan Pembimbing:
Jabatan Nama TTD Tanggal
Pembimbing I Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D .................... ...………….. NIP. 196008091986121001 Pembimbing II Dr. Sugiyarto, M.Si ... ................. ...………….. NIP. 196704301992031002
Mengetahui, Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195201161980031001
3
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI
METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI
KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA
(Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)
Disusun Oleh:
SEPTA KRISDIYANTO
S830908138
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd .................... ...………….. NIP. 195201161980031001
Sekretaris Prof. Dr. Ashadi .................... ...………….. NIP. 195101021975011001 Anggota
Penguji Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D .................... ...………….. NIP. 196008091986121001
Dr. Sugiyarto, M.Si .................... ...………….. NIP. 196704301992031002
Surakarta, Januari 2010
Mengetahui,
Direktur Program Pasca Sarjana Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195708201985031004 NIP. 195201161980031001
4
MOTTO
“AKU BERSAKSI TIADA TUHAN SELAIN ALLAH SWT DAN MUHAMMAD
ADALAH UTUSAN ALLAH SWT. AKU RIDHO ISLAM MENJADI AGAMAKU DAN AL QUR’AN ADALAH PEDOMAN HIDUPKU”
”Bukalah setiap hari baru dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas apa yang Dia berikan bagi kita semua, dan kemudian tutuplah hari itu dengan doa Syukur”.
“Yang terpenting bukanlah berapa lama kita bekerja, tetapi apa yang kita kerjakan disepanjang waktu yang lama itu”.
“Kesuksesan diawali dengan mimpi, dipengaruhi oleh persepsi, dan diwujudkan oleh tindakan”
”Kita mempunyai kelebihan masing-masing. Maka, jangan sekali-kali mengecilkan diri kita sendiri, karena orang lain dengan serta-merta akan mengecilkan kita”.
PERNYATAAN
5
Yang bertandatangan di bawah ini, saya:
Nama : Septa Krisdiyanto
NIM : S830908138
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya berjudul ”Pembelajaran
Biologi Berbasis Masalah Melalui Metode Proyek Dan Inkuiri Ditinjau Dari
Kreativitas Dan Sikap Ilmiah Siswa” (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi
Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo) adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 14 Januari 2010
Yang membuat pernyataan
SEPTA KRISDIYANTO
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta. Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari dorongan,
bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak
langsung. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. dr. H. Moch. Syamsulhadi, Sp.KJK, Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
belajar pada Program Pasca sarjana UNS.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana UNS, Surakarta,
yang telah memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program
Pascasarjana UNS.
3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains yang telah memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan
pendidikan Program Pasca Sarjana UNS.
4. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan sampai terselesaikannya penelitian tesis ini.
7
5. Dr. Sugiyarto, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
sampai terselesaikannya penelitian tesis ini.
6. Para dosen Program Studi Pendidikan Sains, yang telah memberikan
bimbingan sampai terselesainya penelitian tesis ini.
7. Semua karyawan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan fasilitas demi kelancaran tugas-tugas penulis.
8. Mulyani, SPd, M.Hum selaku Kepala SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo,
yang telah memberikan semangat dan motivasi sampai terselesainya penelitian
tesis ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains yang telah
memberikan bantuan sampai terselesainya penelitian tesis ini.
10. Istri tercinta ”Latifatul Wastiah, S.Pd” dan putri tersayang ”Syafira Inquiry
Putri Fadian” yang selalu memberi nuansa romantisme dan kelembutan serta
spirit semangat, kekuatan, pengorbanan dan kerinduan. Jangan pernah lelah
dan berhenti untuk menemukan kebahagian hidup. Never...never...give up.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tesis penelitian ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis selalu meminta masukan dari
berbagai pihak dan penulis berharap tesis penelitian ini dapat bermanfaat.
Surakarta,14 Januari 2010
Penulis
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii
MOTTO .....................................................................................................................iv
PERNYATAAN.........................................................................................................v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiv
ABSTRAK.................................................................................................................xvi
ABSTRACT...............................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 9
D. Perumusan Masalah .................................................................................10
E. Tujuan Penelitian .....................................................................................11
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................11
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS ..................13
A. Kajian Teori ............................................................................................13
1. Teori-Teori Belajar ..............................................................................13
9
a. Definisi Pembelajaran ....................................................................13
b. Teori Belajar Kognitif ....................................................................14
1) Teori Belajar Gagne....................................................................14
2) Teori Belajar Piaget ....................................................................15
3) Teori Belajar Bermakna..............................................................19
c. Teori Belajar Konstruktivisme.......................................................21
d. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ............................................23
2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) .........................................24
3. Metode Proyek .....................................................................................29
4. Metode Inkuiri......................................................................................31
5. Kemampuan Kreativitas.......................................................................35
6. Sikap Ilmiah .........................................................................................38
7. Materi Limbah dan Daur Ulang ...........................................................41
B. Penelitian Yang Relevan..........................................................................49
C. Kerangka Berpikir....................................................................................52
D. Hipotesis...................................................................................................57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................59
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................59
B. Metode Penelitian ....................................................................................60
C. Rancangan dan Variabel Penelitian .........................................................60
D. Populasi dan Sampel Penelitian ...............................................................64
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................65
F. Instrumen Penelitian ................................................................................66
10
G. Uji coba instrumen untuk pengambilan data............................................68
H. Analisis Data Uji coba .............................................................................78
I. Analisis Data ............................................................................................81
1. Prasyarat Analisis...............................................................................81
2. Uji Hipotesis ......................................................................................85
a.Uji Anava ........................................................................................85
b. Uji Lanjut Anava............................................................................87
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................................91
A. Diskripsi Data ..........................................................................................91
B. Pengujian Prasyarat Analisis....................................................................99
C. Pengujian Hubungan Antar Variabel .......................................................103
D. Pengujian Hipotesis Penelitian.................................................................109
E. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................111
F. Keterbatasan Penelitian............................................................................132
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN .................................................134
A. Kesimpulan ..............................................................................................134
B. Implikasi Penelitian..................................................................................137
C. Saran.........................................................................................................139
Daftar Pustaka ............................................................................................................141
Lampiran-Lampiran ...................................................................................................146
11
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah..............................................................29
2.2 Sintaks Pembelajaran Metode Proyek..................................................................31
3.1 Rancangan jadwal penelitian ...............................................................................59
3.2 Rancangan desain faktorial penelitian 2x2x2 ......................................................61
3.3 Interpretasi kriteria validitas ................................................................................69
3.4 Interpretasi koefisien korelasi ..............................................................................67
3.5 Hasil perhitungan indek kesukaran soal ujicoba..................................................72
3.6 Kategori daya beda empat puluh soal yang diujicobakan....................................74
3.7 Interpretasi kriteria validitas ................................................................................76
3.8 Interpretasi koefisien korelasi ..............................................................................78
3.9 Interpretasi koefisien korelasi ..............................................................................80
3.10 Hasil Uji homogenitas data penelitian ...............................................................84
3.11 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel
Penelitian............................................................................................................86
4.1 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval .......................................96
4.2 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval .......................................94
4.3 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.3 .........................................................96
4.4 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.4 .........................................................96
4.5 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.3 ............................................................97
4.6 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.4 ............................................................97
12
4.7 Hasil Uji homogenitas data penelitian .................................................................102
4.8 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel
penelitian. .............................................................................................................104
4.9 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas
Eksperimen...........................................................................................................104
4.10 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa
yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah ...............................................105
4.11 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa
yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah .................................................106
4.12 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas
eksperimen yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah...........................106
4.13 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas
eksperimen yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah ..............................107
4.14 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok
siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi dan
rendah.................................................................................................................108
4.15 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok
siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi dan
rendah pada kelas metode proyek dan inkuiri....................................................109
4.16 Rangkuman Hasil Uji Anava Untuk Pengujian Hipotesis .................................110
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Skema peristiwa pembelajaran Gagne .................................................................14
2.2 Sampah organik bangkai ayam, sampah organik serasah daun
sampah anorganik ................................................................................................42
2.3 Daur ulang kertas menjadi tas, daur ulang ban bekas menjadi sandal ................47
2.4 Kerangka berpikir penelitian................................................................................56
4.1 Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas X.3 yang diajar
dengan metode proyek .........................................................................................93
4.2. Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas yang diajar
Dengan metode inkuiri.........................................................................................95
4.3 Histogram perbandingan nilai Sikap Ilmiah antara kelas X.3 dan X.4................96
4.4 Histogram perbandingan skor nilai kreativitas kelas X.3 dan X.4.......................98
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus....................................................................................................................145
2. RPP Metode Proyek (Limbah dan Daur Ulang) ....................................................147
3. RPP Metode Proyek (Produk Daur Ulang Limbah)...............................................152
4. RPP Metode Inkuiri (Limbah dan Daur Ulang).....................................................156
5. RPP Metode Inkuiri (Produk Daur Ulang Limbah) ...............................................162
6. Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar ................................................................................167
7. Tes Prestasi Belajar ...............................................................................................169
8. Kisi-Kisi Kreativitas ..............................................................................................176
9. Angket Kreativitas Siswa.......................................................................................178
10. Kisi-Kisi Sikap Ilmiah .........................................................................................188
11. Angket Sikap Ilmiah Siswa..................................................................................190
12. Instrumen Asesmen Autentik ................................................................................199
13. Perhitungan Nilai Validasi item soal ujicoba materi Limbah dan Daur Ulang ...202
14. Perhitungan Nilai Reliabilitas item soal ujicoba Limbah dan Daur Ulang..........206
15. Perhitungan Indeks Kesukaran soal ujicoba materi Limbah dan Daur Ulang .....207
16. Perhitungan Daya Beda item soal ujicoba materi Limbah dan Daur Ulang ........209
17. Perhitungan Nilai Validasi angket sikap ilmia.....................................................211
18. Perhitungan Nilai Reliabilitas angket sikap ilmiah..............................................212
19. Perhitungan Nilai Validasi angket kreativitas......................................................214
20. Perhitungan Nilai Reliabilitas angket kreativitas.................................................215
15
21. Perhitungan Nilai Tes Hasil Belajar Limbah dan Daur Ulang Kelas X.3............216
22. Perhitungan Nilai Tes Hasil Belajar Limbah dan Daur Ulang Kelas X.4............217
23. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.3 dengan perlakuan metode proyek......218
24. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.4 dengan perlakuan metode inkuiri ......219
25. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.3 .......................................................220
26. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.4 .......................................................221
27. Uji Normalitas sikap kreativitas siswa kelas X.3.................................................222
28. Uji Normalitas sikap kreativitas siswa kelas X.4.................................................223
29. Uji Homogenitas terhadap sampel kelas eksperimen X.3 dan X.4......................224
30. Hasil uji ANAVA.................................................................................................225
16
ABSTRAK
Septa Krisdiyanto, S 830908138, 2010. Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Melalui Metode Proyek dan Inkuiri Ditinjau Dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo). Tesis: Program Pendidikan Sains, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Pengaruh penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang, pengaruh sikap ilmiah dan kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang, serta ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas, sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2009 di kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009 dengan metode eksperimen, desain faktorial 2 x 2 x 2 melibatkan dua kelompok eksperimen tanpa kelompok kontrol. Teknik sampling adalah teknik “Cluster Random Sampling”. Variabel terikat adalah prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang, variabel bebas metode pembelajaran dan variabel moderatornya adalah kreativitas dan sikap ilmiah. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi dan tes. Analisis data dengan menggunakan uji normalitas teknik uji liliefors dan homogenitas melalui uji Barlett. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar variabel bebas (metode proyek dan inkuiri) terhadap variabel terikat (prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang) digunakan teknik analisis Anava Tiga Jalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi kelompok siswa yang diterapkan metode inkuiri daripada metode proyek, (2) Prestasi belajar biologi lebih tinggi pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas tinggi daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas rendah, (3) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) terhadap prestasi belajar biologi.
Kata kunci: Pembelajaran biologi, pembelajaran berbasis masalah, metode inkuiri, metode proyek, sikap ilmiah, kreativitas
17
ABSTRACT Septa Krisdiyanto. S 830908138. 2010. Learning Biology by Using Problem Based Learning Through Project and Inquiry Method Based on Creativity and Scientific Attitude of Students (An Case Study On Learning Biology at Material of Waste and Recycle of Muhammadiyah 1 High School Ponorogo in academic year of 2008/2009. The thesis on Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
The goal of the research is to find out: The influence of applying project and inquiry learning method toward students’ achievement in Biology on material of “Waste and Recycle”, influence of scientific attitude and high or low creativity toward students’ achievement on material Waste and Recycle, and is there an interaction between learning method and creativity, scientific attitude toward students’ achievement on material Waste and Recycle.
The research was carried out during month of January until May 2009. The subject of research were students of classes X.3 and X.4 of Muhammadiyah 1 High School Ponorogo in academic year of 2008/2009 by using experimental approach, factorial design of 2 x 2 x 2 involved two experimental groups without control group. Sampling technique was “Cluster Random Sampling”. Dependent variable was students’ achievement on the material of Waste and Recycle, independent variable of learning method and moderator variable were students’ creativity and scientific attitude. Technique of collecting datum used documentation and test methods. Datum analysis used test normality, test liliefors and homogeneity through Barlett’s test. To find out the different influences between independent variable (project and inquiry method) and dependent. Variable (students’ achievement in learning Waste and Recycle) used analytical technique anava three roads.
Research results indicate that: 1. Learning achievement on the material of Waste and Recycle for students group with inquiry method was higher than ones with project method, 2. Learning achievement was higher for students who had high scientific attitude and creativity than ones who had low scientific attitude and creativity, 3. There was no interaction between those learning methods (project and inquiry) toward students’ achievement in Biology. Key word: Learning Biology, problem based learning, inquiry method, project method, scientific, creativity
19
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)
PROGRAM PASCA SARJANA Jl. Ir. Sutami No.36A Kentingan Surakarta 57126 Fax./Tlp (0271) 632450
No : /J.27.4.I/UN/2009 Lamp : 1 (satu) eks Hal : Undangan Ujian Makalah Kualifikasi Kepada : Yth. …………………………. di Surakarta Dengan hormat,
Dengan ini kami mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu, pada :
Hari/Tanggal : ………………………………….
Jam : ………………………………….
Tempat/Ruang : ………………………………….
Keperluan : Menguji makalah kualifikasi mahasiswa
Nama : Septa Krisdiyanto
NIM : S830908138
Judul : PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH MELALUI METODE PROYEK DAN
INKUIRI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP
ILMIAH SISWA
Atas perhatiannya, ketersediaannya, kami ucapkan banyak terimakasih
Surakarta, November 2009 Ketua Program Studi Pendidikan Sains
21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses yang di dalamnya seseorang
mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di
masyarakat dan dipengaruhi oleh lingkungan terpilih dan terkontrol sehingga yang
bersangkutan mengalami perkembangan secara optimum. Tujuan akhir dari proses
pendidikan tersebut adalah terciptanya kualitas sumber daya manusia yang utuh
secara intelektual, keterampilan dan moral, sedangkan makna dan hakikat belajar
diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi
dan pengalaman.
Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa
atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan
awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses
menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan
siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang
sama, dan pada saat yang sama. Atas dasar asumsi dan kenyataan tersebut maka
proses pembelajaran harus bermakna. Pembelajaran yang bermakna akan
membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang
diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang
diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Hal
tersebut selaras dengan teori belajar mutakhir Peter Sheal dalam Erman (2004:7)
22
yang mengemukakan bahwa ”belajar yang paling bermakna hingga mencapai 90
% adalah dengan cara melakukan, mengalami dan mengkomunikasikan. Agar
pembelajaran sesuai dengan prinsip tersebut, materi pelajaran haruslah
disesuaikan dan diangkat dari konteks masalah aktual yang dialami siswa dalam
kehidupannya”. Di sinilah guru dituntut untuk membelajarkan siswa dengan
memandang siswa sebagai subjek belajar, yaitu dengan cara guru memulai
pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali
dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang masalah atau kondisi aktual yang
terjadi dalam kehidupan siswa (daily life).
”Ada berbagai cara untuk mengaitkan konten dengan konteks materi
pelajaran, salah satunya adalah melalui pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning). Model ini juga dikenal dengan nama lain seperti project based
teaching, experienced based education, and anchored instruction (Ibrahim dan
Nur, 2004:11). Pembelajaran ini membantu siswa belajar isi akademik dan
keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan mereka pada situasi
masalah kehidupan nyata.
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah
proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan (Gijselaers,
1996:47). Psikologi kognitif modern menyatakan bahwa belajar terjadi dari aksi
pembelajar, dan pengajaran hanya berperan dalam memfasilitasi terjadinya
aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Guru harus memusatkan
perhatiannya untuk membantu pembelajar mencapai keterampilan self directed
learning. Problem Based Learning (PBL) sebagai suatu pendekatan yang
23
dipandang dapat memenuhi keperluan ini Schmidt dalam Gijselars (1996:48).
Masalah-masalah disiapkan sebagai stimulus pembelajaran. Pembelajar
dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, dan guru hanya berperan
memfasilitasi terjadinya proses belajar dan memonitor proses pemecahan masalah.
Dalam PBL siswa belajar mempunyai karakteristik antara lain: belajar dalam
kelompok kecil kooperatif (Cooperative small group), kontekstual, belajar untuk
belajar (learning life to learn), pengetahuan ilmiah, doing science, bersifat
interdisiplin.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sesungguhnya anak adalah sebagai
subyek sekaligus obyek utama dari kegiatan pembelajaran. Disatu sisi dalam
proses pembelajaran tersebut mutlak adanya guru sebagai pengatur,
pengorganisasi, pembimbing sekaligus partner dalam proses pembelajaran di
kelas. Proses pembelajaran tersebut secara formal mengandung sejumlah
komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar,
metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Untuk bisa mensinergiskan semua
komponen tersebut tentunya di pondameni oleh suatu pendekatan (approach),
metoda, dan teknik dalam proses pembelajaran di sekolah yang dalam
operasionalnya guru harus secara arif dan bijaksana mampu
mengimplementasikannya sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sehingga
harapan akhir terbentuknya pribadi peserta didik yang utuh dapat terealisasi
melalui proses pendidikan di sekolah.
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa setiap individu mempunyai
24
potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah
yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang. Namun
kenyataan di lapangan berdasarkan observasi dan studi pendahuluan yang telah
dilakukan peneliti terhadap proses KBM khususnya mata pelajaran biologi materi
Limbah dan Daur Ulang kelas X di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, maka
dapat diidentifikasi beberapa temuan yang dapat didiskripsikan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Secara kualitatif pada umumnya proses KBM berlangsung dengan
pendekatan behaviorisme yang dalam implementasinya berupa ceramah
(konfirmatory approach) dengan aktivitas belajar sepenuhnya dikendalikan oleh
guru (teacher center) karena memandang siswa sebagai pribadi yang bersih dari
pengetahuan dan siap dituangi dengan pengetahuan baru dari guru. Nilai-nilai
kontekstual biologi dengan lingkungan tidak muncul karena teacher center,
kreativitas siswa rendah dengan indikator tidak adanya produk inovatif yang
dihasilkan selama proses KBM seperti yang dituntut oleh kurikulum, dan tidak
tercapainya tujuan yang menghendaki bahwa pembelajaran IPA (biologi) harus
dapat meningkatkan Imtaq dan kepedulian terhadap lingkungan bagi para
pebelajar. Selain itu pengetahuan yang disampaikan guru kepada siswa cenderung
pengetahuan yang terpisah tidak melibatkan multidisiplin ilmu lain, padahal
tuntutan kurikulum menghendaki bahwa biologi sebagai bagian dari ilmu IPA
maka dalam proses belajarnya harus komprehensif dengan pengetahuan IPA
Terpadu (Fisika, biologi dan ilmu lainya).
25
Upaya untuk membangun pembelajaran lebih bermakna yang berbasis
pada joyfull learning dan terkait dengan masalah lingkungan pada siswa kelas X
SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam pembelajaran biologi sudah dilakukan
guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk
bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam
bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, secara kuantitatif hasil belajar biologi
pada materi Limbah dan Daur Ulang pada Ulangan Harian Semester I Tahun
Pelajaran 2007/2008 belum begitu memuaskan dengan nilai rata-rata yang
tercapai adalah 67,29 dengan SKM 70.
Disatu sisi, sesungguhnya siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
mempunyai input potensi yang relatif mampu untuk diberdayakan dengan
stimulus metode pembelajaran yang lebih menantang dari hanya sekedar ceramah.
Potensi tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator: nilai NEM rata-rata
inputnya adalah 24, kegiatan ekstrakurikuler KIR yang bergairah, serta dilengkapi
sarana prasarana penunjang: multimedia, Notebook-Liquid Crystal Display
(LCD), televisi pendidikan, software pendidikan E-Learning, laboratorium
komputer, laboratorium biologi, hot spot area, akses internet on-line bahkan telah
menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dengan latar belakang
keadaan potensi siswa dan kelengkapan sarana yang ada tersebut, maka sangatlah
dimungkinkan untuk penerapan pembelajaran berbasis masalah.
Dengan demikian, pendekatan dan metode belajar behaviorisme yang
berbasis ceramah yang selama ini diterapkan seperti didiskripsikan di atas
sesungguhnya jelas bertentangan mutlak dengan hukum IPA yang mensyaratkan
26
bahwa pembelajaran IPA harus kontekstual melibatkan lingkungan, teknologi dan
masyarakat (salingtemas) dalam proses pembelajarannya. Dengan kata lain
pembelajaran berbasis masalah yang selama ini praktis ”dimatikan” harus
dimunculkan sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas KBM secara komprehensif sehingga guru mampu
mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa
sehingga ia mau belajar karena siswalah subjek utama dalam belajar bukan guru.
Dalam menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif harus ada partisipasi
aktif dari siswa, apalagi dalam pembelajaran yang menuntut banyak pemahaman,
hafalan dan aplikasi kontekstual seperti biologi.
Menyadari kecenderungan dampak negatif dari proses pembelajaran
berbasis ceramah pada materi Limbah dan Daur Ulang tersebut, dan terkait belum
optimalnya hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
maka penulis berupaya untuk menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah (PBL) melalui metode Proyek dan Inkuiri. Karena dalam proses ini siswa
diajak untuk terlibat secara aktif dalam keseluruhan proses pembelajaran. Dengan
demikian pelajaran biologi diharapkan menjadi lebih menyenangkan baik bagi
guru maupun siswa, sehingga adanya anggapan kalau mata pelajaran biologi
merupakan mata pelajaran yang membosankan dan terkesan hanya teori saja
lambat laun menjadi hilang.
Disatu sisi, untuk mencapai prestasi belajar siswa seperti yang diharapkan
oleh tuntutan kurikulum sangat dipengaruhi baik oleh faktor eksternal seperti
kondisi sekolah (sarana penunjang), metode pembelajaran yang digunakan oleh
27
guru dan faktor internal seperti kreativitas dan sikap ilmiah yang dimiliki oleh
tiap-tiap individu karena kedua kemampuan tersebut memiliki relevansi dengan
tuntutan materi biologi Limbah dan Daur Ulang. Untuk kepentingan itulah, maka
peneliti melakukan penelitian pada kedua variabel tersebut yaitu sikap ilmiah dan
kreativitas siswa dalam pembelajaran biologi berbasis masalah melalui metode
inkuiri dan proyek
Proses pembelajaran berbasis masalah dijadikan sebagai alternatif proses
pembelajaran pada mata pelajaran biologi materi Limbah dan Daur Ulang karena
sangat tepat dengan karakteristik yang dimiliki oleh materi ini yaitu: pengetahuan
berupa konsep yang konkrit, kontekstual, membutuhkan banyak sumber belajar
baik berupa lingkungan maupun media informasi cetak maupun elektronik, serta
dalam proses pembelajaran siswa dituntut mengembangkan sikap ilmiah seperti :
melakukan observasi, mencatat data, melakukan pembahasan sampai pada
menarik kesimpulan baik dalam bentuk laporan tertulis maupun presentasi dan
dan kemampuan kreativitas seperti membuat produk daur ulang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
adanya beberapa masalah yang muncul selama proses KBM biologi khususnya
materi Limbah dan Daur Ulang berlangsung. Masalah tersebut meliputi :
1. Proses pembelajaran berlangsung dengan suasana yang monoton karena
teacher center.
28
2. Potensi siswa tidak berkembang karena siswa hanya pasif menerima materi
pelajaran.
3. Timbulnya perasaan siswa merasa tidak dipedulikan dan dilibatkan dalam
KBM (Terjadinya proses dehumanisasi).
4. Pembelajaran menjadi tidak bermakna karena hanya ceramah dan teori dimana
siswa sulit memahami dan menverbalkan materi.
5. Motivasi belajar siswa rendah dengan indikator : ketrampilan afektif seperti
bertanya, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, mendebat
pertanyaan tidak muncul selama proses KBM biologi berlangsung.
6. Tumbuhnya sifat individualisme yang melunturkan nilai-nilai kerjasama
(gotong-royong siswa).
7. Proses pembelajaran biologi hanya teoritis tidak kontekstual dengan kenyataan
padahal biologi adalah ilmu yang mempunyai keterkaitan dan aplikatif dengan
lingkungan.
8. Tidak adanya produk yang dihasilkan dalam proses KBM biologi.
9. Siswa kurang terkondisi dengan pembelajaran yang menuntut siswa untuk
student center.
10. Prestasi hasil belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang relatif
rendah dengan indikator pada evaluasi diakhir pembelajaran masih banyak
siswa yang belum tuntas.
29
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, banyak sekali problem yang
muncul pada pembelajaran biologi. Karena keterbatasan waktu, maka dalam
penelitian ini diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:
1. Proses pembelajaran biologi yang selama ini berbasis ceramah akan diubah
dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah melalui penerapan metode
proyek dan inkuiri dengan tinjauan variabel moderatornya terbatas pada sikap
ilmiah dan kreativitas siswa.
2. Motivasi belajar siswa yang rendah dengan indikator : ketrampilan afektif
seperti bertanya, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, mendebat
pertanyaan tidak muncul selama proses KBM biologi berlangsung. Untuk itu
dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada penerapan metode
proyek dan Inkuiri yang mana siswa akan terlibat dalam diskusi, presentasi
dan pembahasan bersama sehingga keterampilan di atas akan muncul.
3. Proses pembelajaran biologi hanya teoritis tidak kontekstual dengan masalah
di lapangan padahal biologi adalah ilmu yang mempunyai keterkaitan dan
aplikatif dengan lingkungan. Untuk itu dalam penelitian ini guru menerapkan
pembelajaran berbasis masalah (PBL) melalui metode proyek dan inkuiri.
4. Karena kreativitas dan sikap ilmiah siswa selama ini tidak terkondisi
potensinya untuk berkembang, disatu sisi dalam pembelajaran berdasarkan
masalah sebuah sikap ilmiah dan kreativitas sangatlah mempengaruhi pada
proses yang terjadi dalam pembelajaran. Untuk itu tinjauan dalam penelitian
ini dibatasi pada kedua sikap tersebut.
30
5. Materi pembelajaran yang disampaikan terbatas pada Limbah dan Daur Ulang
kelas X semester genap SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran
2008/2009.
6. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini di batasi pada asesmen kognitif.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri
terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?
2. Bagaimanakah pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?
3. Bagaimanakah pengaruh sikap kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?
4. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah
siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?
5. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?
6. Apakah terdapat interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?
7. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan
sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan
Daur Ulang?
31
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Pengaruh penerapan metode pembelajaran Proyek dan inkuiri terhadap
prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
2. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada
materi Limbah dan Daur Ulang.
3. Pengaruh sikap kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi
pada materi Limbah dan Daur Ulang.
4. Ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
5. Ada tidaknya bentuk interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap
ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur
Ulang.
6. Ada tidaknya bentuk interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
7. Ada tidaknya bentuk interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas
dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah
dan Daur Ulang.
F. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi guru, siswa
atau siapapun yang berkaitan dalam proses pembelajaran. Adapun manfaat
32
penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode proyek dan inkuiri terhadap
prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
b. Untuk memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan
pelajaran biologi khususnya materi Limbah dan Daur Ulang.
c. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta
mengkritisi teori-teori yang telah ada.
d. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.
e. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi penelitian lain
yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu inovasi dalam dunia
pendidikan khususnya dalam model pembelajaran untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada pelajaran biologi.
b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru mata pelajaran biologi untuk
mengembangkan model pembelajaran yang efektif, inovatif dan aplikatif
sesuai dengan bidang pelajaran biologi.
c. Memotivasi siswa agar lebih aktif dan berprestasi dalam berbagai bidang studi
serta menerapkan kegiatan yang bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari.
33
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Teori-Teori Belajar
a. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sementara itu, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Balai
Pustaka, 1996:272). Sependapat dengan pernyataan tersebut, bahwa
”pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan
sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau
mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sementara itu, belajar adalah suatu
proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh
proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan,
kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain”
(Soetomo,1993:46).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pembelajaran, dapat di
tarik sebuah definisi pembelajaran secara sederhana bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu
lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
34
b. Teori Belajar Kognitif
1) Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne dalam Indrawati (2001:35) dinyatakan bahwa “hasil-hasil
belajar yang diharapkan dapat tercapai bila dalam pembelajaran kondisi-kondisi
internal dan eksternal yang diciptakan oleh guru. Kondisi internal biasanya berupa
pernyataan-pernyataan internal pelajar/siswa dan proses kognitif, hasil-hasil
belajar yang diharapkan adalah informasi verbal, keterampilan intelektual,
keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif”. Hubungan antara proses
belajar dan hasil belajar digambarkan dengan skema berikut.
Hasil-hasil Belajar Informasi Verbal Keterampilan intelektual Keterampilan motorik Sikap Strategi Kognitif Interaksi Peristiwa-Peristiwa Pembelajaran
Gambar 2.1 : Skema peristiwa pembelajaran Gagne
Variasi belajar atau hasil-hasil belajar itu mengacu pada kemampuan-
kemampuan seseorang atau siswa, karena kemampuan ini dapat diprediksikan
sebagai kinerja hasil belajar. Informasi verbal adalah kemampuan seseorang untuk
Pernyataan-pernyataan internal Belajar dan proses –proses kog nitif
Rangsangan-rangsangan dari lingkungan
35
memanggil kembali informasi yang telah disimpan dalam memorinya atau
pengetahuan deklaratif (Ratna Wilis, 1988:140). Dalam kondisi internal ini guru
harus mengetahui struktur kognitif anak dan strategi untuk memperoses informasi
baru.
Pada satu sisi, dalam kondisi eksternal tujuan belajar harus jelas dan
materi baru harus disajikan secara bermakna sehingga siswa dapat memprosesnya.
Keterampilan intelektual merupakan seseorang beriteraksi dengan lingkungannya
melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan (Ratna Willis,
1988:135). Keterampilan intelektual merupakan kemampuan operasi-operasi
mental yang memungkinkan seseorang atau siswa untuk merespon terhadap
lingkungan. Keterampilan motorik adalah kemampuan untuk memperagakan
kegiatan-kegiatan fisik, dan keterampilan intelektual.
Dalam pembelajaran biologi, pemroses informasi seperti yang
diterangkan oleh Gagne sangat berkaitan langsung dengan cara siswa
mendapatkan pengetahuan secara utuh baik yang berasal dari bekal
pengalamannya, pertanyaan stimulus sampai pada melakukan sesuatu dalam
proses pembelajaran. Sehingga teori pemrosesan informasi ini sangat mendukung
dan relefan dijadikan sebagai landasan dalam proses pembelajaran biologi
berbasis masalah baik melalui metode proyek maupun inkuiri.
2) Teori Belajar Piaget
Teori belajar kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan prosses
internal, mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek
36
kejiwannya. Belajar adalah suatu proses memperoleh ilmu pengetahuan, ilmu
pengetahuan yang didapatkan melalui suatu proses yang menunjukan terjadinya
suatu kegiatan atau berubahnya suatu kegiatan sebagai akibat terjadinya suatu
reaksi terhadap suatu keadaan. Gagne dalam Indrawati (2001:5) “Learning may
be defined as the proses where by An organism change its behavior as a result of
experience “ . Belajar adalah suatu proses perubahan individu sebagai suatu hasil
pengalaman. (Ratna Wilis, 1988:18).
Teori-teori belajar dikelompokan sebelum abad ke-20 dan sesudah abad
ke-20, sebelum abad 20 banyak terpengaruh filosofi, perkembangan alam dan
setelah abad 20 meliputi perubahan perilaku, stimulus-respon-conditioning.
Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi bila mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi atau penyeimbangan. Piaget mengelompokan tahap-
tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap yaitu: Tahap
sensorimotorik (umur 0-2 tahun), ciri pokok berdasarkan tindakan dan langkah
demi langkah, tahap praoperasi (umur 2-7 tahun), ciri pokok perkembangan
penggunaan simbol bahasa dan konsep intuitif, tahap operasi kongkrit (umur 7-11
tahun) ciri pokok perkembangan pemakaian aturan jelas/logis, reversible dan
kekekalan, tahap operasi formal (11 tahun keatas) ciri pokok perkembangan
hipotetis, abstrak dedukatif, induktif, logis dan probabilities.
Setiap tahap-tahap perkembangan kognitif mempunyai beberapa sifat
yaitu : Pada tahap praoperasional, kemampuan skema kognitifnya terbatas. Anak
suka meniru perilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia
lihat ketika orang itu merespon perilaku orang, keadaan dan kejadian yang
37
dihadapi pada masa lampau. Anak mampu menggunakan kata–kata yang benar
dan mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif. Pada tahap
operasional kongret, anak sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi
(volume dan jumlah), mempunyai kemampuan memahami cara
mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya, anak
sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa
yang konkret.
Pada tahap opersional formal, anak menginjak usia remaja, tahap ini
anak memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif
baik secara simultan (serentak) maupun berurutan. Mampu berpikir untuk
memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan
lingkungan yang ia respon, mampu menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Usia
diatas opersional formal adalah anak berada di tingkat pendidikan SMA.
Menurut Piaget, paling sedikit ada empat faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan kognitif anak yaitu : (1) perkembangan organik dan
kematangan fisik anak (2) latihan dan pengalaman, (3) interaksi social dan
tranmisi dan (4) ekuilibirasi dan mekanisnya. Faktor yang keempat yang
terpenting dimana dalam proses ini anak senantiasa dituntut untuk selalu
mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. (Paul Suparno, 2001).
Dalam teori piaget, tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan fisis,
pengetahuan matematik-logis dan pengetahuan sosial.Pengetahuan fisis adalah
pengetahuan akan sifat-sifat fisis suatu kejadian atau objek. Anak memperoleh
pengetahuan fisis dengan cara dia bertindak terhadap objek itu melalui inderanya.
38
Pengetahuan matematik-logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir
tentang pengalaman akan suatu objek atau kejadian tertentu. Anak memperoleh
pengetahuan matematik logis apabila anak melakukan tindakan-tindakan terhadap
objek, sedangkan pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari
kelompok budaya dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama.
Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan tetapi dibentuk dari
interaksi seseorang dengan orang-orang lain.
Menurut Piaget pengetahuan sosial dapat dipelajari secara langsung,
yaitu dari pikiran guru yang berpindah ke pikiran siswa. Jadi pengetahuan fisis,
matematis dan logis tidak bisa diteruskan dalam bentuk jadi. Setiap siswa harus
membangun sendiri pengetahuan-pengetahuan itu dikontruksi sendiri oleh anak
melalui kegiatan dan salah cara membangun kegiatan adalah dengan ekuilibrasi
yaitu proses mengatur sendiri secara internal yang mengkoordinir pengaruh
faktor-faktor yang lain seperti merumuskan pertanyaan. “Perumusan pertanyaan-
pertanyaan merupakan salah satu dari bagian-bagian yang paling penting dan
kreatif dari sains yang diabaikan dalam pendidikan sains“(Ratna Wilis, 1988:162).
Ini menunjukan bahwa dewasa ini para pendidik kerap kali menganjurkan
pemecahan masalah tetapi jarang kita dengar tentang pentingnya penciptaan
masalah-masalah dan pengajuan pertanyaan. Suatu bagian penting dari
kontruksi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah selain para siswa mencoba
menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memecahkan masalah, siswa juga
termotivasi untuk bekerja keras.
39
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak pada usia
sekolah menengah atas, menurut teori perkembangan kognitif dari Piaget berada
pada tahap operasi formal karena usianya antara 15-17 tahun, sehingga ketika
anak (siswa) dihadapkan pada proses pembelajaran yang konkrit dan
membutuhkan analisis serta penalaran seperti tuntutan proses pembelajaran
berbasis masalah pada pembelajaran biologi materi Limbah dan Daur Ulang,
maka idealnya anak SMA dapat beradaptasi karena sesuai dengan perkembangan
kognitifnya. sehingga teori perkembangan kognitif ini dapat dijadikan sebagai
landasan dalam rangka melakukan pembahasan pada penelitian ini yang sesuai
dengan variabel yang diteliti oleh peneliti.
3) Teori Belajar Bermakna
Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1988:110-111) belajar dapat
diklasifikasikan kedalam dua dimensi yaitu cara informasi atau materi pelajaran
yang disajikan pada siswa, melalui penermaan atau penemuan. Dimensi yang
kedua menyangkut bagaaimana siswa mengkaitkan informasi pada struktur
koginif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada tingkat
pertama belajar, informasi dapat mengkomusikan pada siswa baik dalam bentuk
belajar penerimaan yang menyajikan infomasi dalam bentuk final, maupun dalam
bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang diajarkan.
40
Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu
pada pengetahuan (konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya, dalam
hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat hanya mencoba-coba
menghapalkan informasi baru tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang
telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hapalan. Inti
belajar dari Ausubel adalah belajar bermakna, merupakan suatu proses
mengaitkan infromasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Dalam belajar bermakna infomasi baru diasimilasikan
pada sumber-sumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif.
Belajar bermakna yang baru mengakibatkan pertumbuhan dan
modifikasi sumber-sumber yang telah ada, tergantung pada sejarah pengalaman
seseorang, maka sumber itu dapat relatif besar dan berkembang atau kurang
berkembang. Menurut Novak (1997:58) ada kebaikan dari belajar bermakna yaitu
: Infomasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, informasi
yang terasumsi mengakibatkan peningkatan diferensiasi dari sumber-sumber, jadi
memudahkan proses belajar memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi
pelajaran yang mirip, informasi yang dilupakan setelah subsumsi obliteratif,
meningkatkan efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah belajar hal-
hal yang mirip. (Ratna Willis, 1988:115).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna sangat di
perlukan pada pembelajaran biologi, sebab banyak konsep-konsep biologi yang
sangat luas, rumit sehingga terkadang siswa sulit memahami. Pelibatan emosi,
kebutuhan dan kesenangan aktualisasi diri siswa melalui kegiatan yang
41
melibatkan seluruh panca indra dan otak untuk berfikir sangat membantu
kebermaknaan belajar. Proses belajar bermakna tersebut sangat relevan dengan
metode pembelajaran berbasis masalah baik melalui proyek mapun inkuiri yang
mempunyai karakteristik bahwa proses pembelajaran akan bermakna jika siswa
dapat mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan pengalaman yang dia
dapat. Sehingga belajar bermakna cocok diterapkan dalam pembelajaran proyek
dan inkuiri.
c. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori
pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori
konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari
kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi
kognitif Bruner dan yang lain. Slavin dalam Nur (2002:8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
42
sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang
membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri
yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002:8).
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur
konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan
pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu ketara
dan tidak ditekankan. Mengikut kefahaman konstruktivisme, ilmu pengetahuan
sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba
sempurna. Murid perlu sesuatu pembinaan pengetahuan yang mengikut pada
pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha murid itu
sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid. Blok binaan asas bagi ilmu
pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu aktivititas mental yang digunakan
oleh siswa sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan.
Fikiran murid tidak akan menghadapi realiti yang wujud secara terasing dalam
persekitaran. Realiti yang diketahui murid adalah realiti yang dia bina sendiri.
Murid sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang
membentuk struktur kognitif terhadap persekitaran mereka.
Untuk membantu siswa membina konsep atau pengetahuan baru, guru
harus mengambil kira struktur kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila
maklumat baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebahagian daripada
pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu
43
pengetahuan dapat dibina. Proses ini dinamakan konstruktivisme. Beberapa ahli
konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahawa pembelajaran yang
bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki oleh
siswa. Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahwa siswa mempunyai idea mereka
sendiri tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah.
Jika kefahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik,
kefahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam
pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban seperti yang mereka inginkan.
d. Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah
Nana Sudjana dan Daeng Arifin (1989:19) mengemukakan, “Mengajar
adalah membimbing kegiatan siswa belajar, sedangkan mengajar adalah mengatur
dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat
mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan balajar”. Sejalan
dengan tujuan yang termuat Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), pada
dasarnya pembelajaran berbasis masalah bermaksud menata nalar, membentuk
sikap siswa, dan menumbuhkan kemampuan menggunakan / menerapakan. Ini
berarti dalam proses pembelajaran tidak cukup bila hanya memberi tekanan pada
terampil menghitung dan mengerjakan soal. Perhatian khusus juga harus diberikan
pada bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk serta kemampuan
menerapkan pembelajaran akan merupakan penopang penting terbentuknya
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya.
44
Disatu sisi, bahwa keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor eksternal seperti yang diungkapkan oleh Nana sudjana dan
Daeng Arifin serta kurikulum seperti dia atas yaitu cara guru mengajar, cara guru
membimbing siswa, cara mengevaluasi serta mengoptimalkan pengalaman yang
telah dimiliki siswa. Jika faktor-faktor tersebut dapat dikondisikan dengan baik
oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas, maka penerapan pembelajaran
berbasis masalah melalui metode proyek maupun inkuri akan dapat didukung dan
berjalan lancar sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh guru berdasarkan
analisis kurikulum akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya
materi biologi pokok bahasan Limbah dan Daur Ulang.
2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)
Ada berbagai cara untuk mengaitkan isi materi pelajaran dengan konteks,
salah satunya adalah melalui pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning). Model ini juga dikenal dengan nama lain seperti project based
teaching, experienced based education, and anchored instruction (Ibrahim dan
Nur, 2004:16). Pembelajaran ini membantu siswa belajar isi akademik dan
keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan mereka pada situasi
masalah kehidupan nyata.
“Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori yang menyatakan
bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi
pengetahuannya sendiri” (Gijselaers,1996:58). Psikologi kognitif modern
menyatakan bahwa belajar terjadi dari aksi pembelajar, dan pengajaran hanya
45
berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh
pembelajar. Guru harus memusatkan perhatiannya untuk membantu pembelajar
mencapai keterampilan self directed learning.
Dalam PBL siswa belajar dalam kelompok kecil kooperatif (Cooperative
small group). Penggunaan kelompok kerja kooperatif membantu perkembangan
masyarakat belajar dalam kelas sains. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa meningkat bila siswa belajar dalam lingkungan belajar
kooperatif. Bekerja dalam kelompok juga membantu mengembangkan
karakteristik esensial yang dibutuhkan untuk sukses setelah siswa tamat belajar
seperti dalam berkomunikasi secara verbal, berkomunikasi secara tertulis dan
keterampilan membangun team kerja. Dalam PBL, sebuah proses pembelajaran
harus memuat unsur: kontekstual, learning to learn, doing science, bersifat
interdisiplin, pengajuan pertanyaan atau masalah, penyelidikan autentik,
menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, dan kerjasama. Adapun
keterangan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
Kontekstual. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa memperoleh
pengetahuan ilmiah dalam konteks dimana pengetahuan itu digunakan. Siswa
akan mempertahankan pengetahuannya dan menerapknanya dengan tepat bila
konsep-konsep yang mereka pelajari berkaitan dengan penerapannya. Dengan
demikian pembelajar akan menyadari makna dari pengetahuan yang mereka
pelajari.
Belajar untuk belajar (learning to learn). Pengetahuan ilmiah,
berkembang secara eksponential, dan siswa perlu belajar bagaimana belajar dan
46
dalam waktu yang sama mempraktekkan kerja ilmiah melalui karier mereka.
Pembelajaran berbasis masalah membantu pembelajar mengidentifikasi informasi
apa yang diperlukan, bagaimana menata informasi itu kedalam kerangka
konseptual yang bermakna, dan bagaimana mengkomunikasikan informasi yang
sudah tertata itu kepada orang lain.
Doing Science. Pembelajaran berbasis masalah menyediakan cara yang
efektif untuk mengubah pembelajaran sains abstrak ke konkrit. Dengan
memperkenalkan masalah-masalah yang relevan pada awal pembelajaran, guru
dapat menarik perhatian dan minat pembelajar dan memberikan kesempatan pada
mereka untuk belajar melalui pengalaman.
Bersifat interdisiplin. Penggunaan masalah untuk memperkenalkan konsep
juga menyediakan mekanisme alamiah untuk menunjukkan hubungan timbal
balik antar mata pelajaran. Pendekatan ini menekankan integrasi prinsip-prinsip
ilmiah dan cara pengembang pembelajaran berbasis masalah.
Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah
dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan
disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran
berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan atau
masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna
bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk
menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam
solusi untuk situasi itu.
47
Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah
menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalsis dan
mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut siswa
untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan
peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang
mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video,
maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada
teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan
menyediakan suatu alternatif segera terhadap laporan atau makalah.
Kerjasama. Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan
terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi
inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
keterampilan berpikir.
Pembelajaran berbasis masalah secara khusus melibatkan siswa bekerja
pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang dengan bantuan
asisten sebagai tutor. Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru.
Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan
48
pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah. Permasalahan dihadapkan
sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca
teks atau mendengar ceramah tentang materi subjek yang melatarbelakangi
masalah tersebut. Hal inilah yang membedakan antara PBL dan metode yang
berorientasi masalah lainnya.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk memberikan
informasi sebanyak-banyaknya pada siswa. PBL dikembangkan untuk
mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir, mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan memecahan masalah dan keterampilan intelektual,
belajar berbagi peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada pengalaman
nyata, mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri yang efektif
(effective self directed learning) (Ibrahim dan Nur, 2004). Pembelajaran Berbasis
Masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dari guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Secara singkat kelima tahapan
pembelajaran PBL adalah seperti pada tabel 2.1 berikut.
49
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Kegiatan PBM Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
a. Guru memberikan motivasi / apersepsi kemudian guru memberi masalah dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
b. Siswa mengemukakan hipotesis / opini sementara terkait dengan jawaban atas pertanyaan masalah yang diberikan guru
Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
a. Guru menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
b. Guru membimbing dalam pembuatan kelompok
Tahap3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
a. Guru membimbing siswa untuk melakukan pengumpulan data dari eksperimen atau pekerjaan siswa.
b. Data yang didapat dari pekerjaan tersebut kemudian di tabelkan.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
a. Mengambil kesimpulan dan melakukan presentasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh siswa.
b. Siswa melakukan presentasi terhadap hasil pekerjaannya.
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan mengaplikasikannya / menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Metode Proyek
Model Pembelajaran Proyek adalah langkah-langkah pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dilakukan melalui suatu proyek
dalam jangka waktu tertentu dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
persiapan/perencanaan, pelaksanaan, pembuatan laporan serta
mengkomunikasikan hasil kegiatan serta evaluasi (Ibrahim, 2000:15). Belajar
bukan hanya sekedar menyerap materi sedikit demi sedikit dalam waktu yang
panjang, tetapi secara terpadu untuk mendapatkan banyak hal. Proyek membantu
50
siswa untuk melibatkan keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk
kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus. Ini adalah exercise bagi
otak untuk menunjukkan kapasitas yang sesungguhnya dan tantangan ini akan
mengembangkan otak kanan maupun kiri dengan pesat.
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai
bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar. Adapun
kelebihan metode proyek antara lain: dapat merombak pola pikir anak didik dari
yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dan melalui metode
proyek, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Disatu sisi penerapan metode proyek dalam proses
pembelajaran juga terdapat kekurangannya, antara lain: Organisasi bahan
pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini memerlukan keahlian khusus
dari guru, sedangkan para guru sebagian besar belum disiapkan untuk ini. Selain
itu harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup
fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan. Adapun sintak
pembelajaran metode proyek sebagai berikut:
51
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Metode Proyek
Tahap Kegiatan PBM Tahap 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih
Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan research, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
4. Metode Inkuiri
“Inkuiri” secara harfiah adalah penyelidikan. Carin dan Sund (1975:112)
mengemukakan bahwa Inkuiri adalah the process of investigating a problem.
Adapun Piaget mengemukakan bahwa “metode Inkuiri merupakan metode yang
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri
secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain”.
Metode Inkuiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses
mental dengan kegiatan-kegiatan antara lain: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
52
tentang fenomena alam, merumuskan masalah yang ditemukan, merumuskan
hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, mengembangkan sikap ilmiah, yakni:
objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.
Salah satu metode pembelajaran dalam bidang sains yang sampai
sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode
Inkuiri. Dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (David L.
Haury,1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: ”Inkuiri
merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan
secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan
kata lain, Inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus
pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu”.
Alasan rasional penggunaan metode inkuiri adalah bahwa siswa akan
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Sains dan akan lebih tertarik
terhadap Sains jika mereka dilibatkan secara aktif dalam "melakukan" Sains.
Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode
Inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep Sains dan
meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa
pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser,
1990:73).
Metode Inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika.
Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa ”metode inkuiri membantu
53
perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah,
pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap
positif. Dapat disebutkan bahwa metode Inkuiri tidak saja meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga
membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa”.
Metode Inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang
belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode Inkuiri adalah sebagai
pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu
disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa
masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.
Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap
kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004:15).
”Metode Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan
guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu
masalah ke kelas” Roestiyah (2001:75). Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di
dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan,
kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan
54
dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno
kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok, sedangkan
kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan,
maka hal itu perlu diperhatikan.
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran Inkuiri sangat
beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan
bahwa pembelajaran dengan metode Inkuiri memiliki 5 komponen yang umum
yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance
Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005:45). Adapun uraian sintaks
atau langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan
pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan
suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan
sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa.
Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus
dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini - sesuai dengan
Taxonomy Bloom - siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti
evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan
misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
Student Engangement. Dalam metode Inkuiri, keterlibatan aktif siswa
merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator.
Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau
menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat
55
dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap
konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja
berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam
hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang
diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua
jawaban benar.
Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya
siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan
pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk
ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui
produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam
sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara
dengan ahli, dan lain sebagainya.
5. Kemampuan Kreativitas
Kata kreativitas (creativity) bermakna mempunyai sifat kreatif (creative)
yang berasal dari kata to create (mencipta). Berdasarkan etimologi kemampuan
kreativitas berarti kemampuan menciptakan sesuatu (ide-cara-produk) yang baru.
Jadi, konotasi kreativitas berhubungan dengan sesuatu yang baru yang sifatnya
orisinal.
56
Kajian kreativitas merupakan kajian yang kompleks sehingga bisa
menimbulkan berbagai pandangan-pendapat, tergantung dari sisi mana mereka
membahasnya dan teori yang menjadi acuannya. Kemampuan kreativitas menurut
Munandar dalam Reni (2001:18) berkenaan dengan tiga hal, yaitu
”mengkombinasi, memecahkan masalah, dan operasional. Kemampuan
mengkombinasi berdasarkan data atau unsur-unsur yang ada, kemampuan
memecahkan masalah berdasarkan informasi yang ada menemukan keragaman
solusi dengan penekanan pada aspek kualitas dan efektivitas, kemampuan
operasional berdasarkan pada aspek kelancaran-keluwesan-orisinalitas”.
Menurut Ausubel dalam Hamalik (2002:34) kreativitas adalah
kemampuan atau kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Aspek lain dari kreativias adalah kemampuan
berpikir divergen, yaitu meliputi orisinalitas, fleksibilitas, kualitas, dan kuantitas.
Maltzman dalam Hudoyo (2000:26) menambahkan bahwa kreativitas dapat
dibentuk dan dilatih dalam proses pembelajaran yang berprinsip pada
konstruksivis, melalui penyelidikan, konjektur, penemuan, dan generalisasi.
Thorrance dalam Hamalik (2002:23) kreativitas akan muncul berkenaan dengan
kesadaran adanya kesenjangan antara pengetahuan siap dengan pengetahuan atau
masalah baru, kemudian muncullah beragam alternatif solusi. Kreativitas akan
muncul pada diri individu bila ada tantangan baru yang solusinya tidak rutin.
Ditinjau dari segi kemampuan aktivitas otak dalam kaitannya dengan
kreativitas, ternyata potensi tersebut memang telah tersedia. Buzan dalam Erman
(2004:16) mengemukakan bahwa otak mengolah informasi dalam bentuk
57
hubungan fungsional antar konsep, berupa peta konsep, sehingga terjalin kaitan
antar konsep yang satu dengan konsep lainnya. Inilah yang dimaksud dengan
struktur kognitif di mana skemata baru akan terbentuk dalam sistem kerja otak
dan terkait dengan skemata lain yang sudah terbentuk. Dengan pola sepeti ini,
proses belajar siswa diusahakan agar tidak hanya berasimilasi (menyerap
pengetahuan) akan tetapi dikombinasikan dengan akomodasi (mengkonstruksi
pengetahuan).
Kemampuan otak dalam memproses informasi tersebut, sebagai potensi
individu yang merupakan anugrah dari Allah SWT, Buzan mengemukakan bahwa
otak dapat memproses informasi sebanyak 600 – 800 kata permenit. Dengan
kemampuan otak yang begitu hebat, patut kita syukuri dengan memanfaatkannya
dalam kegiatan positif, yaitu dengan cara belajar pada setiap situasi untuk
membekali diri. Jika tidak, dan dibiarkan menganggur, maka otak dengan
sendirinya akan bekerja pada hal-hal yang kurang bermanfaat seperti berangan-
angan dan melamun.
Selanjutnya Munandar dalam Reni A (2001:8) mengemukakan bahwa
ciri-ciri kemampuan kreativitas adalah sebagai berikut:
Berpikir lancar yang menyangkut keragaman (gagasan, saran, pertanyaan, jawaban), kelancaran komunikasi, kecepatan bekerja, melihat kekurangan; berpikir luwes yang menyangkut menghasilkan keragaman (gagasan, jawaban, pertanyaan, sudut pandang, alternatif, interpretasi, aplikasi, pertimbangan, arah pikir); berpikir rasional (ungkapan baru-unik, kombinasi inovatif, cara inovatif, generalisasi); ketrampilan elaborasi (mengembangkan gagasan, merinci objek, merinci solusi, memiliki rasa estetika, menyempurnakan); ketrampilan menilai (menentukan patokan, mengambil keputusan, pertimbangan, merancang, dan kritis). Pengembangan kreativitas siswa bisa dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah melalui klasifikasi, brainstorming, dan ganjaran.
58
Menurut Martin Jamaris (2003:54), aspek-aspek yang mempengaruhi
kreativitas adalah: ”Aspek kemampuan kognitif, aspek intuisi dan imajinasi, aspek
pengeinderaan dan aspek kecerdasan emosi. Seorang siswa yang memiliki
pengetahuan cukup baik, mampu berimajinasi dan memiliki intuisi baik, dapat
melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, serta memiliki
kecerdasan emosional maka sikap kreatifnya akan muncul”.
Indikator-indikator sikap kreativitas tersebut dapat diukur tinggi
rendahnya dengan menggunakan alat ukur berupa angket. Angket yang berisi
pernyataan atau pertanyaan tentang sikap kreativitas diberikan kepada siswa untuk
di jawab. Hasil jawaban siswa tersebut dijadikan tolak ukur untuk mengetahui
tinggi rendanya sikap kreativitas yang dimiliki oleh siswa.
6. Sikap Ilmiah
Kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa fakta, observasi,
eksperimentasi, generalisasi dan analisis yang rasional dan ilmuwan
mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif dan jujur,
mengikuti berbagai macam prosedur eksperimen dikenal dengan nama sikap
ilmiah (Moh. Amin, 1994:77). Dengan sikap ini ilmuwan akan mendapat
penemuan-penemuan, penemuan ini merupakan produk dari sains.
Sains sebagai proses untuk mendapatkan pengetahuan dikenal sebagai
metode ilmiah. Dalam kepustakaan sains elementer yang termasuk proses sains
antara lain : mengamati, mengklasifikasi, berkomunikasi, mengambil keputusan/
kesimpulan dari data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemahaman akan alam
59
dan membangun sesuatu dari data. Proses sains bekerja dan berpikir dalam
memperoleh serta mengembangkan pengetahuan. Sedangkan proses ilmiah ialah
mengamati, menggolongkan, mengukur, menjelaskan, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan penting, merumuskan problem, merumuskan hipotesis, melakukan
eksperimen, mengumpulkan , menganalisis data, menarik kesimpulan.
Dalam mendapatkan ilmu pengetahuan itu para ilmuwan bekerja dengan
didasari atas rasa ingin tahu, kerendahan hati, terbuka, penghindaran atas
dogmetis, keobyektifan dan pendekatan positif atas kegagalan. Sikap ilmiah yang
ditunjukan dalam bekerja dan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam
sains, antara lain:
1) Rasa ingin tahu akan gejala alam.
Sains muncul karena dorongan dan kebutuhan manusia yang
menggerakan untuk mencari jawaban yang masuk akal atas berbagai pertanyaan.
Para ilmuwan mempelajari keajaiban-keajaban di alam ini karena gejala-gejala itu
yang merangsangnya untuk berpikir. Keterlibatan dinamis para ilmuwan ini dalam
mencari jawaban terhadap suatu masalah menjadi pendorong bagi kegiatan-
kegiatan penelitiaanya lebih lanjut. Ilmuwan adalah seseorang yang dengan bekal
pengetahuannya menjadi seseorang yang terus belajar. Ada suatu dorongan kuat
untuk mengetahui, dan setelah itu akan makin mengetahui bahwa pengetahuan
sangat tebatas. Ini menimbulkan sikap rendah hati dan tak mudah percayasebelum
ia melakukan atau membuktikan pengetahuan dengan alasan yang kuat untuk
membenarkan apa yang dilihat.
60
2) Sikap rendah hati
Sikap rendah hati yaitu bebas dari sombong, angkuh, timbul dari diri
seseorang ilmuwan sebagai dari pengamatannya terhadap manusia dan
kecenderungan tingkah laku manusia. Seorang saintis selalu berusaha
menghindarkan diri dari menerima sesuatu secara membuta dan tanpa bertanya.
Sikap tak mudah percaya dan sehat merupakan sikap yang penting. Seorang
ilmuwan tidak mudah terpengaruh oleh gagasaan atau aliran baru.
Kegagalan memungkinkan saintis mengetahui hal-hal yang sudah dicoba
untuk mengindari kesalahan dimasa yang akan datang, dan untuk maju kearah
yang baru. Dapat dikatakan bahwa ilmuwan itu pada akhirnya sampai pada sukses
yang berawal dari kegagalan sehari-hari. Dari kegagalan itulah ilmuwan mampu
menemukan alasan untuk percaya atas apa yang telah dilihatnya.
3) Keobyektifan
Seorang ilmuwan harus senantiasa menjaga agar tidak terlalu
terpengaruh oleh perasaan sendiri dan berusaha mengambil sikap yang obyektif
agar dapat menemukan beberapa kebenaran. Seseorang yang ilmiah dan obyektif
berusaha mengambil sikap terbuka dan mempertimbangkan sesuatu data yang
didapat. Sikap ilmiah meliputi rasa ingin tahu, rendah hati, terbuka, menghindari
dogmatis, obyektif dalam bersikap dan pendekatan positif atas kegagalan,
merupakan aturan tingkah laku bagi seorang ilmuwan dalam melakukan
penelitian. Sikap didefiniskan sebagai keadaan internal seseorang yang
mempengaruhi pilihan-pilihan tindakan pribadi yang dilakukannya
(Suhaenah:2001).
61
Sikap terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan individu atau
dengan kata lain sikap merupakan prilaku yang dapat dibentuk dan diubah melalui
pendidikan. Sikap positif dapat berubah menjadi negatif jika tidak mendapatkan
pembinaan sebaliknya sikap negatif dapat berubah menjadi positif jika
mendapatkan pembinaan yang baik. Sikap mempunyai tiga komponen yaitu
kognitif (pengetahuan), afektif (perasaaan) dan psikomotor (berhubungan dengan
tindakan). Sikap ilmiah dalam penelitian ini ditekankan meliputi : rasa ingin tahu,
keaktifan, keterbukaan, mau menghargai pendapat orang lain, kemandirian siswa.
Untuk penilaian sikap ilmiah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
pemberian angket dan pengamatan. Sedangkan unsur yang dinilai dari sikap
ilmiah adalah ketelitian, kejujuran, disiplin, keteraturan, dan sifat penghargaan
pendapat orang lain. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan alat
ukur berupa angket. Angket yang berisi pernyataan atau pertanyaan tentang sikap
ilmiah diberikan kepada siswa untuk di jawab. Hasil jawaban siswa tersebut
dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendahnya sikap ilmiah yang
dimiliki oleh siswa.
7. Materi Limbah dan Daur Ulang
Limbah adalah bahan buangan aktivitas manusia, bisa dalam bentuk cair,
padat, maupun gas. Limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: limbah
organik, limbah anorganik dan limbah berbahaya. Limbah organik berasal dari
jaringan organisme, misalnya daun dan bangkai. Limbah jenis ini dapat diuraikan
oleh mikroba. Limbah anorganik berasal dari benda mati, misalnya logam, kaca,
62
dan plastik. Pada umumnya limbah anorganik tidak dapat diuraikan secara alami.
Sedangkan limbah berbahaya berasal dari berbagai zat kimia beracun, misalnya
pestisida, sisa batu baterai, tumpahan minyak dan oli bekas. Berikut merupakan
potret limbah organik, anorganik dan berbahaya yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari.
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan:
Gambar 2.2 (a) sampah organik bangkai ayam (b) sampah organik serasah daun (c) sampah anorganik
Sumber: http://images.google.co.id/images
63
Berdasarkan sifat fisika, limbah dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Limbah padat, dapat berupa sisa makhluk hidup, limbah domestik, limbah dari
pabrik yang berupa bahan padat
2) Limbah cair, biasanya berupa bahan yang terlarut dalam air, dapat berupa sisa
metabolisme seperti urin, limbah cair baik dari pabrik maupun rumah sakit.
3) Limbah gas, dapat berasal dari kendaraan bermotor, asap pabrik, asap gunung
berapi dan kebakaran.
Berdasarkan asalnya, limbah dapat dibedakan tiga macam yaitu:
1) Limbah domestik
Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari rumah tangga, dapat
berupa limbah organik ataupun limbah anorganik. Contoh limbah organik adalah
daun dan bangkai hewan. Adapun contoh limbah anorganik adalah plastik dan
kaleng. Selain contoh-contoh tersebut, limbah domestik juga dapat berasal dari air
bekas mencuci yang mengandung detergen.
2) Limbah pabrik
Adalah sampah atau bahan buangan dari pabrik. Contoh limbah pabrik
antara lain: kertas mengandung bahan kimia pemutih kertas dan limbah pabrik
tekstil mengandung bahan kimia pewarna kain. Sebelum dibuang ke lingkungan,
misalnya ke sungai limbah pabrik harus diolah dahulu agar tidak mencemari
lingkungan. Apabila masuk ke aliran sungai bahan kimia tertentu yang bersifat
tidak larut (DDT) akan masuk ke aliran sungai juga dapat menyebabkan air sungai
menjadi keruh dan berbau busuk sehingga tidak layak lagi untuk dikonsumsi.
Limbah pabrik yang termasuk B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) misalnya
64
cadmium (Cd), merkuri (Hg), dan arsenik (Ar) dapat menimbulkan kematian
organisme.
3) Limbah Pertanian
Limbah pertanian berasal dari pupuk atau pestisida yang digunakan dalam
pertanian. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman misalnya serangga, siput dan tikus. Pestisida ada banyak macamnya.
Berdasarkan jenis hamanya, pestisida dibedakan menjadi akarisida (untuk laba-
laba dan kutu), insektisida (untuk serangga), mitisida (untuk tungau), rodentisida
(untuk tikus dan hewan pengerap lainnya), fungisida (untuk jamur), serat
herbisida (untuk gulma).
Adapun berdasarkan cara kerjanya pestisida dibedakan menjadi empat
macam, yaitu:
1) Pestisida jenis senyawa organofosfat, yang mempengaruhi fungsi saraf dengan
jalan menghambat kerja kolinesterase (bahan biologi penting untuk
menghantarkan impuls saraf).
2) Pestisida jenis racun kontak, yang membunuh hama begitu hama kontak
dengan pestisida tersebut. Misalnya fumigan (pestisida berbentuk uap atau gas
untuk membunuh hama yang dapat terbang).
3) Pestisida sistemik, yang diserap oleh tanaman dan menyebabkan kematian
hama yang memakan tanaman tersebut tetapi biasanya digunakan untuk
membasmi gulma.
65
4) Pestisida organoklorin, yaitu bahan biologi yang tidak mudah larut atau sukar
terurai, baik dalam tanah maupun dalam tubuh organisme, misalnya aldrin,
endrin, dan dieldrin.
Penggunaan bahan-bahan kimia dalam pertanian akan berdampak pada
tanah dan perairan di sekitar areal pertanian tersebut. Selain itu, jika penggunaan
bahan-bahan kimia tersebut tidak sesuai (melebihi dosis) akan mengakibatkan
resistensi pada hama, pencemaran tanah, matinya hewan-hewan lain yang
bermanfaat, dan akumulasi pupuk kimia dalam tanah yang akan mengganggu
penyerapan unsur-unsur hara oleh tanaman.
b. Usaha Manusia Menangani Limbah
Selain mencemari lingkungan, banyaknya limbah di permukaan bumi, baik
di tanah maupun di perairan, juga menimbulkan bau busuk dan pemandangan
yang tidak sedap dipandang mata. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, usaha-usaha
yang dapat dilakukan antara lain mengolah limbah secara langsung atau tanpa di
daur ulang dan mengolah limbah dengan didaur ulang.
1) Pengolahan Limbah tanpa Didaur Ulang
Pengolahan limbah tanpa didaur ulang dapat dilakukan dengan cara
a) Membakar sampah di tempat pembuangan sampah.
b) Membuang sampah dalam lubang dan menimbunnya dengan tanah (landfill).
c) Mengolah botol plastik bekas kemasan air minum menjadi hiasan atau
mainan.
d) Memanfaatkan daun, bunga dan ranting kering sebagai hiasan atau sovenir.
e) Memanfaatkan kotoran hewan sebagai pupuk tanaman.
66
f) Memanfaatkan limbah bulu ayam sebagai alat rumah tangga
g) Mengolah kaleng bekas menjadi peralatan rumahtangga.
h) Mengolah ban bekas menjadi kursi, sandal atau sepatu.
2) Pengolahan Limbah dengan Cara Didaur Ulang
Pengolahan limbah dengan cara didaur ulang dapat dilakukan pada sampah
atau limbah organik ataupun anorganik. Contoh sampah atau limbah organik yang
dapat di daur ulang antara lain:
a) Plastik bekas di daur ulang menjadi alat-alat rumahtangga, misalnya ember
atau mainan anak-anak.
b) Kertas bekas di daur ulang menjadi kertas daur ulang, sampul buku, kotak
surat, bingkai foto atau kotak pensil.
c) Serbuk gergaji kayu didaur ulang menjadi triplek atau multiplek untuk
membuat lemari pakain, rak buku atau meja.
d) Sisa-sisa tumbuhan atau hewan diolah menjadi kompos.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua limbah
merugikan akan tetapi jika keberadaan limbah-limbah tersebut diolah oleh tangan
kreatif manusia maka dapat berubah menjadi produk-produk yang juga bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat bahkan mendatangkan keuntungan secara
ekonomis seperti contoh produk daur ulang dari limbah kerta dan ban bekan
berikut ini.
67
(a) (b)
Gambar 2.3 (a) daur ulang kertas menjadi tas (b) daur ulang ban bekas menjadi sandal Sumber: http://images.google.co.id/images
Limbah yang melimpah ternyata tidak semuanya merugikan, seperti
contoh limbah dari bekas kemasan aneka makanan dan minuman dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Dengan menggunakan kreativitasnya, botol bekas
kemasan minum dapat disulap menjadi aneka produk yang bermanfaat.
Selain bekas kemasan aneka makanan dan minuman, seresah dari
tumbuhan dapat juga dimanfaatkan untuk membuat aneka macam hiasan.
Pemanfaatan bagian dari tubuh hewan dan tumbuhan dapat dijadikan suatu produk
yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
1) Bulu ayam
Bulu ayam potong biasanya hanya dibuang di tempat pemotongan hewan
tersebut. Bulu-bulu ayam ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
membuat kemucing. Pemilihan bulu yang baik akan menghasilkan kemucing yang
baik. Selain itu bulu ayam juga dapat digunakan untuk membuat bola pada bulu
tangkis (kok).
68
2) Merang
Tanaman padi yang sudah dipanen, batang padi atau merang akan
menumpuk, ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat
sampo, kuas untuk mengecat tembok. Merang juga dapat dimanfaatkan untuk
bahan baku membuat kertas buram, dari kertas buram akan diolah dan diputihkan
(bleaching) menjadi kertas HVS.
3) Tempurung dari sabut kelapa
Di daerah pedesaan tempurung kelapa banyak digunakan menjadi gayung,
tempat minum jamu, serta dibuat sendok sayur. Sekarang batok kelapa sudah
dimanfaatkan menjadi aksesoris pakaian yaitu dibuat aneka kancing dengan
berbagai bentuk dan ukuran.
Sejak dahulu sabut kelapa sudah banyak dimafaatkan untuk membuat alas
pijakan kaki (keset) bahkan di hotel-hotel keset dari sabut kelapa berukuran besar
dengan tulisan welcome.
4) Dari tubuh hewan
Di pulau Bali tulang hewan banyak dimanfaatkan untuk membuat cincin
dan vas bunga. Tulang hewan diukir dan diawetkan sehingga tidak berbau amis.
Cincin dan vas bunga dari tulang memiliki ekonomi yang tinggi dibanding tulang
yang tidak dimanfaatkan. Cangkang berbagai hewan laut banyak dibuat aneka
hiasan, kotak perhiasan sampai kap lampu bahkan ada yang dibuat sebagai
gorden. Selain itu, cangkang hewan ini juga dapat dibuat menjadi suatu bentukan
hewan atau tumbuhan yang diberi bingkai sehingga memiliki nilai jual. Sisik ikan
ternyata bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai jual tinggi seperti yang
69
dilakukan oleh perancang busana dengan menambahkan sisik ikan pada busana
hasil rancangannya tersebut. Di Indonesia limbah dari tumbuhan dan hewan dapat
didaur ulang menjadi produk-produk yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, seperti kemucing, sapu merang, kancing batok kelapa, keset dari sabut
kelapa, cincin dari tulang dan kok.
B. Penelitian yang Relevan
Ada dua penelitian relevan yang terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan ini yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyani Universitas Sebelas Maret Surakarta
(UNS) dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching
And Learning (CTL) Dan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Kaitannya
Dengan Prestasi Belajar Biologi Ditinjau Dari Kreativitas Siswa.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni
2005 dengan populasi siswa-siswi SMP Negeri 1 Jumapolo Kabupaten
Karanganyar. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik Random Sampling.
Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan angket untuk
mendapatkan data berupa kreativitas siswa dan tes untuk mendapatkan data
berupa prestasi belajar biologi.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji Anava bahwa pada taraf
signifikansi 5% sebagai berikut: (1) Tidak terdapat perbedaan penerapan model
pembelajaran CTL dan STM terhadap prestasi belajar biologi materi pencemaran
lingkungan (F0 = 1,503 < F(0,05) = 3,960), (2) Terdapat perbedaan antara siswa
70
yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah
terhadap prestasi belajar biologi materi pencemaran lingkungan (F0 = 7,653 >
F(0,05) = 3,960), dan (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi pencemaran
lingkungan (F0 = 0,611 < F(0,05) = 3,960).
Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi pada penelitian yang
sedang dilakukan peneliti karena terdapat persamaan konsep yaitu sama-sama
menjadikan kreativitas siswa sebagai variabel moderatornya untuk mencari
interaksinya terhadap prestasi belajar biologi. Tetapi perbedaannya terletak pada
metode pembelajaran yang digunakan peneliti berbeda yaitu dengan inkuiri dan
proyek bukan dengan CTL.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sularmi, Tesis Program Studi Teknologi
Pendidikan, Program Pasca Sarja Universitas Sebelas Maret Surakara (UNS)
dengan judul : Perbedaan Pengaruh Metode Inkuiri-Discovery Dan
Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar
Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (Eksperimen Di Sekolah Dasar Kecamatan
Gatak Sukoharjo).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1). Perbedaan pengaruh
penerapan metode Inkuiri-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar
IPA, (2). Perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar IPA, dan (3). Interaksi pengaruh antara metode Inkuiri-discovery dan
konvensional dengan motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
IPA.
71
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri di
Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Sampel penelitian diambil dengan
menggunakan teknik cluster random sampling sebanyak 122 siswa. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) terdapat perbedaan pengaruh penerapan
metode Inkuiri-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA (F
hitung > F tabel atau 67,21 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji
kebenarannya, (2) terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 13,22 > 3,92) sehingga
hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, dan 3). terdapat pengaruh
interaksi antara metode (Inkuiri-Discovery dan Konvensional) dan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 5,41 > 3,92)
sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya.
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran : Pada proses
pembelajaran berkelanjutan guru dapat menerapkan metode Inkuiri-discovery
dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan penerapan pembelajaran ini siswa
akan dituntut untuk berpikir kreatif dalam proses pembelajaran sehingga
pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih melekat pada siswa, kita sering
mendengar melakukan lebih baik dari pada mendengarkan karena dengan
melakukan siswa akan terlibat langsung sehingga siswa akan paham betul apa
yang dilakukannya.
Berlandaskan saran dari hasil penelitian tersebut, maka peneliti mencoba
mengembangkan penelitian dengan menerapkan metode inkuiri yang diyakini
72
membawa dampak pada hasil belajar biologi yang meningkat. Perbedaan
penelitian yang dilakukan dengan penelitian dari Sularmi ini terletak pada variabel
moderatornya yang tidak menggunakan motivasi belajar tetapi sikap ilmiah dan
kreativitas siswa.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran adalah arahan penalaran untuk
dapat sampai pada perumusan hipotesis. Prestasi belajar siswa merupakan
indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Selama ini
proses kegiatan belajar mengajar biologi di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
terjadi beberapa masalah seperti prestasi belajar biologi rendah, sikap ilmiah siswa
rendah, kreativitas siswa rendah, KBM teoritis dan dogmatis sehingga akan
dilakukan perlakuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan upaya menerapkan
pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek dan inkuiri dengan ruang
lingkup penelitian seperti yang diterangkan dalam rumusan masalah sebagai
berikut:
1) Pendekatan pembelajaran biologi yang diterapkan pada materi Limbah dan
Daur Ulang di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dengan berbasis masalah
melalui metode proyek dan inkuiri. Diketahui bahwa, pada penerapan metode
proyek mempunyai kelebihan siswa akan terlibat keseluruhan mental dan
fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal
sekaligus dalam proses mendapatkan pengetahuan tersebut dan kelemahan
metode ini siswa dituntut mampu mengembangkan otak kanan maupun kiri
73
secara seimbang sehingga jika siswa tidak mampu mengelola maka proses
pemerolehan pengetahuan akan kurang maksimal. Sedangkan penerapan
metode inkuiri mempunyai kelebihan membantu perkembangan siswa antara
lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan
vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif
sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa, memungkinkan siswa dapat
menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website,
televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya terhadap
konsep-konsep dalam materi Limbah dan Daur Ulang dan kelemahan metode
ini jika siswa tidak terbiasa dengan proses berpikir ilmiah, siswa akan semakin
bingung. Disatu sisi karakteristik materi Limbah dan Daur ulang menuntut
pembelajaran yang kontekstual, melibatkan banyak sumber belajar baik
lingkungan maupun media informasi, melibatkan banyak konsep yang
membutuhkan memori serta kemampuan membuat produk. Dengan tuntutan
karakter materi seperti tersebut, maka peneliti menggunakan metode proyek
dan inkuiri pada proses pembelajaran Limbah dan Daur Ulang karena
memiliki karakter yang sama sehingga diharapkan mampu meningkatkan
prestasi belajar dan diduga bahwa penerapan metode inkuiri akan berdampak
pada prestasi belajar yang lebih bagus daripada dengan metode proyek.
2) Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada
materi Limbah dan Daur Ulang akan diteliti oleh peneliti. Alasan yang
mendasari sikap ilmiah dijadikan sebagai variabel moderator adalah bahwa
keberhasilan penguasaan materi Limbah dan Daur Ulang ini salah satunya
74
ditentukan oleh faktor tinggi rendahnya sikap ilmiah karena karakteristik
materi ini mengharuskan siswa melakukan proses ilmiah seperti: observasi,
mencatat data pengamatan, eksperimen, kesimpulan, membuat laporan dan
sebagainya. Maka sesuai dengan karakteristik materinya tersebut dapat diduga
bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi akan menghasilkan prestasi
belajar tinggi dan sebaliknya jika siswa mempunyai sikap ilmiah rendah maka
hasil belajarnya juga akan rendah.
3) Pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada
materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh peneliti. Alasan yang mendasari
kreativitas dijadikan sebagai variabel moderator adalah bahwa keberhasilan
penguasaan materi Limbah dan Daur Ulang ini salah satunya ditentukan juga
oleh faktor tinggi rendahnya kreativitas, maka sesuai dengan karakteristik
materinya yang menuntut adanya proses observasi, membuat produk dari daur
ulang limbah, membuat laporan dan mempresentasikannya. Untuk itu, dalam
penelitian ini peneliti menduga bahwa siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi akan menghasilkan prestasi belajar tinggi dan sebaliknya jika siswa
mempunyai kreativitas rendah maka hasil belajarnya juga akan rendah..
4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap
prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh
peneliti. Alasan yang mendasari adalah bahwa pada penerapan metode proyek
dan inkuiri mempunyai relevansi dengan sikap ilmiah karena pada sintak
kegiatan pembelajarannya seperti observasi, mencatat hasil observasi,
membahas dan membuat laporan, presentasi serta diskusi. Sehingga bisa
75
ditebak bahwa antara metode proyek dan inkuiri mempunyai interaksi dengan
sikap ilmiah dan harapannya bisa meningkatkan prestasi belajar biologi materi
limbah dan daur ulang.
5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh
peneliti. Alasan yang mendasari adalah bahwa pada penerapan metode proyek
dan inkuiri mempunyai relevansi dengan kreativitas karena pada sintak
kegiatan pembelajarannya seperti proses observasi, membuat produk dari daur
ulang limbah, membuat laporan dan mempresentasikannya. Sehingga bisa
ditebak bahwa antara metode proyek dan inkuiri mempunyai interaksi dengan
kreativitas siswa dan harapannya bisa meningkatkan prestasi belajar biologi
materi limbah dan daur ulang.
6) Interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh peneliti. Alasan yang
mendasari adalah bahwa kedua variabel moderator yaitu sikap ilmiah dan
kreativitas siswa mempunyai interaksi yang bisa meningkatkan prestasi belajar
biologi materi limbah dan daur ulang.
7) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan sikap ilmiah
siswa terhadap prestasi belajar biologi diteliti oleh peneliti. Alasan yang
mendasari adalah pada penerapan metode proyek dan inkuiri mempunyai
relevansi dengan variabel moderator berupa sikap ilmiah dan kreativitas siswa.
Sehingga bisa ditebak bahwa antara metode proyek dan inkuiri jika diterapkan
dalam pembelajaran biologi akan menghasilkan interaksi dengan sikap ilmiah
76
dan kreativitas siswa serta diduga yang mempunyai sikap ilmiah dan
kreativitas tinggi bisa meningkat prestasi belajarnya
Berdasarkan argumen di atas, maka peneliti mencoba menerapkan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam KBM biologi melalui metode
proyek dan inkuiri dalam rangka mengatasi masalah seperti yang tersebut di atas
agar hasil belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang meningkat. Adapun
arahan kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut.
Butuh solusi dan inovasi Kajian Teori
Merancang Pelaksanaan pembelajaran
Metode Proyek Metode Inkuiri
Muncul Masalah dalam pembelajaran:
Prestasi belajar biologi rendah, Sikap ilmiah siswa rendah, Kreativitas siswa dan KBM teoritis, dogmatis
Menerapkan pembelajaran biologi dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL) melalui metode proyek dan inkuiri dalam KBM
Prestasi Belajar Biologi meningkat
77
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang telah dibahas pada bagian sebelumnya dan
kerangka berpikir dalam penelitian ini, ternyata bahwa pembelajaran berbasis
masalah (PBL) dapat membelajarkan siswa secara optimal, karena semua
komponen dari PBL yaitu kontekstual, learning to learn, doing science, bersifat
interdisiplin, pengajuan pertanyaan atau masalah, penyelidikan autentik,
menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, dan kerjasama yang dilakukan
oleh siswa dalam suasana kondusif, nyaman dan menyenangkan, bisa membangun
kecerdasan siswa secara utuh. Kondisi ini secara langsung akan berpengaruh
terhadap kemampuan kreativitas dan sikap ilmiah siswa, sehingga hipotesis
penelitian yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan pembelajaran biologi materi limbah dan daur ulang melalui metode
proyek menghasilkan prestasi belajar yang lebih rendah dibanding melalui
metode inkuiri.
2. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi mempunyai hasil belajar biologi
materi Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi dibandingkan siswa yang
mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah.
3. Siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi mempunyai hasil
belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi dibandingkan
siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas rendah.
4. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa
terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
78
5. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
6. Terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan
Daur Ulang.
79
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah
1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. Lokasi sekolah berada di jalan Batoro
Katong nomor 6B, Ponorogo, Propinsi Jawa Timur.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran
2008/2009 yaitu pada bulan Januari 2009 sampai Mei 2009 dengan jadwal
penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Jadwal Penelitian
No Kegiatan Tahun 2009 / 2010 ja
n feb apr me
i jun jul ags sep okt no
v Jan
1 Pengajuan Judul V 2 Penyusunan Usulan
Penelitian V
3 Perbaikan Usulan Penelitian
V
4 Perizinan V 5 Penyusunan Instrumen
Penelitian V
6 Penyebaran Instrumen dan Pengambilan Data
V V
7 Analisa dan Pengolahan Data
V V V V V
8 Penyusunan Laporan Lengkap
V
9 Ujian (sidang) Tesis V 10 Revisi V
80
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 yang melibatkan dua kelompok eksperimen
tanpa melibatkan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen pertama diberi metode
proyek dan kelompok eksperimen kedua diberi metode inkuiri. Kedua kelompok
eksperimen tersebut diasumsikan homogen dalam segala segi yang relevan,
dengan penyebaran normal dan hanya berbeda dalam penerapan metode
pembelajaran. Waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan proses belajar
mengajar diasumsikan sama. Hasil dari kedua kelompok kelas eksperimen
tersebut dikaji dan dibandingkan, mana yang lebih baik dan tepat dari kedua
model pembelajaran tersebut.
C. Rancangan dan Variabel Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian metode eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaan pengaruh antara penerapan metode pembelajaran proyek
dan metode pembelajaran Inkuiri terhadap prestasi belajar biologi ditinjau dari
sikap ilmiah dan kreativitas siswa pada materi pembelajaran Limbah dan Daur
Ulang. Dengan memperhatikan variabel yang terlibat dan untuk mencapai tujuan,
maka rancangan yang digunakan adalah faktorial 2 x 2 x 2. Rancangan tersebut
adalah sebagai berikut :
81
Tabel 3.2 Rancangan desain faktorial penelitian 2 x 2 x 2
Pembelajaran Berbasis Masalah
(A)
Metode Proyek
(A 1)
Metode Inkuiri
(A 2)
Sikap Ilmiah
(B)
Tinggi
(B 1)
Rendah
(B 2)
Tinggi
(B 1)
Rendah
(B 2)
Tinggi
(C 1) A 1B 1C 1 A 1B 2C 1 A 2B 1C 1 A 2B 2C 1
Kreativitas
(C) Rendah
(C 2) A 1B 1C 2 A 1B 2C 2 A 2B 1C 2 A 2B 2C 2
Keterangan:
A 1 = Pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek
A 2 = Pembelajaran berbasis masalah melalui inkuiri
B 1 = Kemampuan sikap ilmiah tinggi
B 2 = Kemampuan sikap ilmiah rendah
C 1 = Kreativitas siswa tinggi
C 2 = Kreativitas siswa rendah
A 1B 1C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui
metode proyek yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan
kreativitas tinggi.
A 1B 2C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui
metode proyek yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah
dan kreativitas tinggi.
82
A 2B 1C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui
metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan
kreativitas tinggi.
A 2B 2C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui
metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah
dan kreativitas tinggi.
A 1B 1C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui
metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan
kreativitas rendah.
A 1B 2C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui
metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah
dan kreativitas rendah.
A 2B 1C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui
metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan
kreativitas rendah.
A 2B 2C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui
metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah
dan kreativitas rendah.
2. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran.
83
1) Definisi operasional
Metode Pembelajaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2) Pembelajaran yang digunakan dengan dua kategori yaitu :
a) Pembelajaran metode Inkuiri.
b) Pembelajaran metode Proyek.
3) Skala pengukuran : nominal
b. Variabel Terikat.
Variabel terikat dalam penelitian adalah prestasi belajar biologi pada
materi Limbah dan Daur Ulang.
1) Definisi operasional
Prestasi belajar biologi adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran biologi.
Domain kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui
kemampuan intelektual dan memiliki karakteristik seperti memahami informasi,
mengorganisasi jawaban dan mengevaluasi informasi serta tindakan.
2) Skala pengukuran : interval
3) Indikator : Nilai tes prestasi pada pokok bahasan Limbah dan Daur Ulang.
c. Variabel Moderator / Atribut.
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kreativitas dan sikap
ilmiah siswa. Kreativitas yang telah dimiliki sebelum memperoleh pengetahuan
baru yang lebih tinggi dan sikap ilmiah adalah hasrat ingin tahu, teliti, obyektif,
84
terbuka, rendah hati, jujur dalam mengambil data research. Sikap ilmiah siwa
diberikan angket sebelum anak melakukan research.
Skala pengukuran: Interval yang dipandang nominal dengan 2 kategori
yaitu Kreativitas dan sikap ilmiah kategori tinggi serta kreativitas dan sikap
ilmiah kategori rendah. Indikator : Skor siswa yang lebih besar atau sama dengan
mean skor sikap ilmiah dan kreativitas dikategorikan memiliki tingkat sikap
ilmiah dan kreativitas tinggi. Sedangkan yang lebih kecil dari mean dikategorikan
memiliki sikap ilmiah dan kreativitas rendah.
D. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik
“Cluster random sampling” yaitu pengambilan sampel dengan memperhatikan
unsur kelas atau kelompok yang terdapat dalam populasi (Arief Furchan, 2007).
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang telah
ditetapkan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1998:57), ”populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pelajaran 2008/2009. Terdapat 6 kelas
dengan jumlah siswa seluruhnya 210 siswa. Peneliti menentukan populasi di kelas
X dengan pertimbangan : 1) peneliti mengajar Biologi di kelas X, 2) semua kelas
X mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian, 3) peneliti
memahami karakteristik dan kondisi pembelajaran di kelas X, 4) siswa kelas X
dimungkinkan mempunyai tingkat penguasaan materi yang tidak jauh berbeda.
85
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1998), sampel adalah ”sebagian atau wakil
populasi yang akan diteliti”. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yaitu
kelas X.3 dan X.4 sebanyak 64 siswa yang terbagi atas dua kelas yaitu kelas
eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan metode proyek sebanyak 32
siswa, dan kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan metode inkuiri
sebanyak 32 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dari variabel-variabel yang diteliti digunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data yang bersifat dokumenter atau
catatan yang telah ada. Teknik ini digunakan untuk mengetahui data sekolah dan
identitas siswa antara lain: nama siswa, dan kemampuan siswa yaitu nilai tes
siswa.
2. Metode tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi, 1998). Metode tes ini
penulis gunakan untuk menentukan kemampuan atau prestasi belajar siswa
sebagai bahan laporan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
86
Prestasi belajar siswa dalam mengerjakan soal materi pokok Limbah dan Daur
Ulang sebanyak 25 soal pilihan ganda dengan lima option jawaban.
3. Metode Angket
Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Angket tertutup
merupakan angket yang menghendaki jawaban pendek atau jawaban diberikan
dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pernyataan atau pertanyaan disusun
dengan disertai alternatif jawaban, responden diminta untuk memilih salah satu
jawaban dari alternatif yang sudah disediakan. Angket ini digunakan untuk
memperoleh data tentang kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas siswa.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi :
1. Silabus mata pelajaran biologi kelas X semester genap tahun pelajaran
2008/2009 yang terdapat pada lampiran 1.
Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang meliputi materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
2. Perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik
untuk metode Proyek dan Metode Inkuiri yang terdapat pada lampiran 2
sampai dengan lampiran 5. Rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri atas
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi
pokok dan kegiatan belajar mengajar.
87
3. Instrumen pengambilan data terdiri dari dua yaitu:
a) Tes prestasi belajar dalam bentuk obyektif tes
Metode tes yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
prestasi belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan metode proyek dan
Inkuiri. Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a)
merumuskan konsep dasar yaitu tentang materi Limbah dan Daur Ulang, b)
membuat kisi-kisi soal berdasarkan tujuan pembelajaran, c) membuat butir soal
tes, d) validasi isi butir soal, e) revisi butir soal, f) uji coba tes.
Soal untuk tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang untuk
ujicoba validitasnya sebelum di eksperimenkan sebanyak 40 soal. Adapun kisi-
kisi soal untuk tes terdapat pada lampiran 6.
b) Angket digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan sikap ilmiah
dan kreativitas siswa terhadap pembelajaran.
Pemberian angket digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Penyusunan
angket dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) merumuskan konsep dasar,
konsep dasar adalah pengertian yang dijadikan landasan dalam pembahasan
ilmiah. Konsep dasar dalam penyusunan angket ini adalah pengertian intensitas
belajar kelompok dan respon terhadap pembelajaran, b) membuat kisi-kisi angket
berdasarkan indikator yang telah dirumuskan, c) membuat angket yang terdiri dari
petunjuk pengisian dan butir-butir angket, d) validasi butir angket, e) revisi butir
angket, f) uji coba angket.
88
Instrumen pengukuran sikap ilmiah dan kreativitas berupa angket
pernyataan. Angket adalah suatu daftar pernyataan yang berisi subyek dan aspek-
aspek yang akan diamati. Angket tersebut akan diisi oleh responden, maka siswa
harus merespon pernyataan-pernyataan dalam angket. Kisi-kisi dan angket di
lampiran 8, 9, 10, 11. Pada angket tersebut menyediakan jawaban dalam lima
kriteri untuk soal + (positif) yaitu: selalu dengan skor 4, sering dengan skor 3,
kadang-kadang dengan skor 2, jarang dengan skor 1, tidak pernah dengan skor 0.
Sedangkan untuk soal – (negatif) yaitu: selalu dengan skor 0, sering dengan skor
1, kadang-kadang dengan skor 2, jarang dengan skor 3, dan tidak pernah dengan
skor 4.
4. Instrumen penilaian
Yang merupakan kumpulan dari aspek penilaian berupa nilai tes prestasi
belajar materi Limbah dan Daur Ulang.
G. Uji Coba Instrumen Untuk Pengambilan Data
Untuk mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian,
maka instrumen ditinjau dari beberapa aspek kelayakan masing-masing, yaitu:
a. Instrumen tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang.
1) Validitas Item
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen
dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi
89
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil
ukur, yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran.
Validitas item soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah:
r xy = ( )( )2222 )()(
)(
yynxxn
yxxyn
å-åå-å
åå-å
Keterangan :
rxy = Korelasi product moment Pearson antara skor item
pertanyaan dan skor tiap responde
n = Jumlah sampel
x = Nilai/skor tiap item soal
y = Nilai/skor tiap responden
xyå = Jumlah (x) (y)
Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi
product moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan
valid apabila rxy ≥ rtabel. Kriteria validitas rxy adalah :
Tabel 3.3 Interpretasi kriteria validitas
Nilai rxy Interpretasi
0,91-1,00
0,71-0,90
0,41-0,70
0,21-0,40
Negatif-0,20
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
( Masidjo, 1995: 242-246)
90
Berdasarkan hasil uji coba maka dari 40 item soal yang diujicobakan
terdapat 26 item soal yang valid dan 14 item soal yang tidak valid. Dari 26 soal
yang valid tersebut akhirnya dibuang 1 soal dan hanya diambil 25 soal untuk
dieksperimenkan dalam penelitian selanjutnya. Pengambilan 25 soal didasarkan
atas pertimbangan: bahwa ke 25 soal telah mewakili indikator dan tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan berdasarkan analisis kurikulum, jika 26 soal
yang valid tersebut dipakai semua akan menyebabkan tidak normatifnya soal dan
mempersulit dalam penilaian. Perhitungan selengkapnya untuk nilai validitas item
soal uji coba terdapat pada lampiran 13.
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan tingkat keajegan atau keandalan soal.
Realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat
memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas
suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien
reliabilitas. Untuk menguji masing-masing item pada tes dalam penelitian ini
digunakan rumus KR-20, yaitu:
rtt = úû
ùêë
é å-÷øö
çèæ
- 2
2
1 St
pqStn
n
st = ( )22 )(1
XXNn
å-å
r11 = úû
ùêë
é å-ú
û
ùêë
é- 2
2
1)1( t
b
kk
ss
Keterangan:
rtt = Koefisien reliabilitas
91
n = Jumlah item
St = Standar deviasi
P = Proporsi subjek yang menjawab benar
Q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1)
N = Jumlah siswa
X = skor
Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan
tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11≥ rtabel.
Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi
(nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi koefisien korelasi
Nilai r Interpretasi
0.91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
(Masidjo, 1995 : 233)
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rtt = 0,797 berarti reliabilitas tes
yang digunakan termasuk kategori tinggi. Berarti item soal yang telah
diujicobakan tersebut layak untuk digunakan dalam eksperimen lebih lanjut.
Perhitungan selengkapnya nilai reliabilitas terdapat pada lampiran 14.
3) Uji Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran, yaitu
bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran
adalah bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang
92
diperoleh dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item soal.
Besarnya indeks kesukaran item soal berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00.
Indeks kesukaran dihitung dengan rumus sebagai berikut:
IK = maxNxS
B
Keterangan : IK = Indeks kesukaran soal
B = Jumlah siswa yang menjawab dengan benar
N = Kelompok siswa
Smax = Skor maksimal
Dari hasil perhitungan didapatkan untuk nilai indeks kesukaran/IK = 0,768
berarti indeks kesukaran item soal tes prestasi belajar untuk materi Limbah dan
Daur Ulang yang digunakan termasuk kategori mudah. Hasil perhitungannya pada
tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Hasil perhitungan indek kesukaran soal ujicoba No B JS P Kategori 1 35 40 0.875 Md 2 29 40 0.725 Md 3 24 40 0.6 Sd 4 10 40 0.25 Sk 5 30 40 0.75 Md 6 35 40 0.875 Md 7 31 40 0.775 Md 8 34 40 0.85 Md 9 32 40 0.8 Md 10 35 40 0.875 Md 11 29 40 0.725 Md 12 17 40 0.425 Sd 13 35 40 0.875 Md 14 33 40 0.825 Md 15 31 40 0.775 Md 16 31 40 0.775 Md 17 31 40 0.775 Md 18 28 40 0.7 Sd 19 31 40 0.775 Md
93
20 26 40 0.65 Sd 21 12 40 0.3 Sk 22 33 40 0.825 Md 23 35 40 0.875 Md 24 33 40 0.825 Md 25 32 40 0.8 Md 26 16 40 0.4 Sk 27 8 40 0.2 SkS 28 32 40 0.8 Md 29 11 40 0.275 Sk 30 17 40 0.425 Sd 31 13 40 0.325 Sk 32 20 40 0.5 Sd 33 28 40 0.7 Sd 34 30 40 0.75 Md 35 34 40 0.85 Md 36 30 40 0.75 Md 37 33 40 0.825 Md 38 35 40 0.875 Md 39 35 40 0.875 Md 40 32 40 0.8 Md
4) Uji Taraf Pembeda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan kemampuan rendah, yang
besarnya ditunjukkan dengan indeks diskriminasi. Indeks diskriminasi adalah
angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda, besarnya antara 0,10 sampai
1,00. Seluruh peserta tes dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu antara atas dan
bawah. Siswa-siswa yang tergolong kelompok atas adalah siswa-siswa yang
memiliki skor tinggi, sedangkan siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah
adalah siswa-siswa yang memiliki skor rendah.
Untuk menentukan siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (NKA) atau
kelompok bawah (NKB), diambil kira-kira 25 % atau 27 % dari jumlah siswa
94
suatu kelompok (apabila kelompok itu besar = N ≥ 100) atau 50 % (apabila
kelompok kecil = N < 100).
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :
ID = maxxSatauNKNK
KK
BA
BA -
Keterangan :
ID = Indeks Diskriminasi
KA = Jumlah kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
KB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab dengan benar
Smax = Skor maksimal
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai daya pembeda bahwa, dari empat
puluh soal yang diujicobakan maka dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kategori daya beda empat puluh soal yang diujicobakan
Daya Beda Soal KA KB JA JB ID Kategori 18 17 18 18 0.056 Jelek 16 13 18 18 0.167 Jelek 15 9 18 18 0.333 Cukup 8 2 18 18 0.333 Cukup 18 12 18 18 0.333 Cukup 18 17 18 18 0.056 Jelek 18 13 18 18 0.278 Cukup 18 16 18 18 0.111 Jelek 17 15 18 18 0.111 Jelek 17 18 18 18 -0.056 Drop 18 11 18 18 0.389 Cukup 12 5 18 18 0.389 Cukup 17 18 18 18 -0.056 Drop 18 15 18 18 0.167 Jelek 18 13 18 18 0.278 Cukup 18 13 18 18 0.278 Cukup 17 14 18 18 0.167 Jelek 17 11 18 18 0.333 Cukup
95
18 13 18 18 0.278 Cukup 16 10 18 18 0.333 Cukup 4 8 18 18 -0.222 Drop 18 15 18 18 0.167 Jelek 17 18 18 18 -0.056 Drop 18 15 18 18 0.167 Jelek 18 14 18 18 0.222 Cukup 10 6 18 18 0.222 Cukup 5 3 18 18 0.111 Jelek 16 16 18 18 0.000 Drop 8 3 18 18 0.278 Cukup 9 8 18 18 0.056 Jelek 10 3 18 18 0.389 Cukup 13 7 18 18 0.333 Cukup 16 12 18 18 0.222 Cukup 17 13 18 18 0.222 Cukup 18 16 18 18 0.111 Jelek 17 13 18 18 0.222 Cukup 15 18 18 18 -0.167 Drop 17 18 18 18 -0.056 Drop 17 18 18 18 -0.056 Drop 18 14 18 18 0.222 Cukup
b. Instrumen pengukuran sikap ilmiah
1) Validitas Item
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen
dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil
ukur, yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran.
Validitas item soal pernyataan dihitung dengan menggunakan rumus
korelasi product moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah:
r xy = ( )( )2222 )()(
)(
yynxxn
yxxyn
å-åå-å
åå-å
96
Keterangan :
rxy = Korelasi product moment Pearson antara skor item
pertanyaan dan skor tiap responde
n = Jumlah sampel
x = Nilai/skor tiap item soal
y = Nilai/skor tiap responden
xyå = Jumlah (x) (y)
Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi
product moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan
valid apabila rxy ≥ rtabel. Kriteria validitas rxy adalah :
Tabel 3.7 Interpretasi kriteria validitas
Nilai rxy Interpretasi 0,91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
( Masidjo, 1995: 242-246)
Berdasarkan hasil uji coba maka dari 36 item soal yang diujicobakan
terdapat 25 item angket pernyataan yang valid dan 11 item angket pernyataan
yang tidak valid. Setelah dilakukan analisis dan tinjauan kesesuaian dengan
indikator yang telah dibuat oleh peneliti, bahwa duapuluh lima pernyataan tentang
sikap ilmiah yang valid tersebut telah mewakili indikator dan tujuan yang telah
ditentukan dalam kisi-kisi. Sehingga ke duapuluh lima pernyataan tersebut
digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 17.
97
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan tingkat keajegan atau keandalan soal.
Realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat
memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas
suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien
reliabilitas. Untuk menguji masing-masing item pada tes dalam penelitian ini
digunakan rumus KR-20, yaitu:
rtt = úû
ùêë
é å-÷øö
çèæ
- 2
2
1 St
pqStn
n
st = ( )22 )(1
XXNn
å-å
r11 = úû
ùêë
é å-ú
û
ùêë
é- 2
2
1)1( t
b
kk
ss
Keterangan:
rtt = Koefisien reliabilitas
n = Jumlah item
St = Standar deviasi
P = Proporsi subjek yang menjawab benar
Q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1)
N = Jumlah siswa
X = skor
Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan
tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11≥ rtabel.
98
Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi
(nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.8 Interpretasi koefisien korelasi
Nilai r Interpretasi
0.91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
(Masidjo, 1995)
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rtt = 0,839 berarti reliabilitas angket
sikap ilmiah yang digunakan termasuk kategori tinggi. Perhitungan selengkapnya
pada lampiran 18.
c. Instrumen pengukuran kreativitas
1) Validitas Item angket kreativitas
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen
dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil
ukur, yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran.
Validitas item soal pernyataan dihitung dengan menggunakan rumus
korelasi product moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah:
r xy = ( )( )2222 )()(
)(
yynxxn
yxxyn
å-åå-å
åå-å
Keterangan :
rxy = Korelasi product moment Pearson antara skor item
99
pertanyaan dan skor tiap responde
n = Jumlah sampel
x = Nilai/skor tiap item soal
y = Nilai/skor tiap responden
xyå = Jumlah (x) (y)
Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi product
moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan valid
apabila rxy ≥ rtabel.
Berdasarkan hasil uji coba maka dari 40 item soal yang diujicobakan
terdapat 30 item angket pernyataan kreativitas yang valid dan 10 item angket
pernyataan kreativitas yang tidak valid. Setelah dilakukan review dapat diketahui
bahwa 30 item angket pernyataan kreativitas yang valid tersebut telah mewakili
indikator dan tujuan seperti pada kisi-kisi yang telah dibuat. Perhitungan
selengkapnya terdapat pada lampiran 19.
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan tingkat keajegan atau keandalan soal.
Realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat
memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas
suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien
reliabilitas. Untuk menguji masing-masing item pada tes dalam penelitian ini
digunakan rumus KR-20, yaitu:
rtt = úû
ùêë
é å-÷øö
çèæ
- 2
2
1 St
pqStn
n
100
st = ( )22 )(1
XXNn
å-å
r11 = úû
ùêë
é å-ú
û
ùêë
é- 2
2
1)1( t
b
kk
ss
Keterangan:
rtt = Koefisien reliabilitas
n = Jumlah item
St = Standar deviasi
P = Proporsi subjek yang menjawab benar
Q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1)
N = Jumlah siswa
X = skor
Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan
tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11≥ rtabel.
Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi
(nilai r) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.9 Interpretasi koefisien korelasi
Nilai r Interpretasi
0.91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
(Masidjo, 1995)
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rtt = 0,797 berarti reliabilitas angket
kreativitas yang digunakan termasuk dalam kategori tinggi. Perhitungan
selengkapnya terdapat pada lampiran 20.
101
H. Analisis Data
1. Prasyarat Analisis
Pada saat penelitian terdapat beberapa persyaratan sebelum melakukan
kegiatan penelitian tersebut, yaitu melakukan uji normalitas. Persyaratan tersebut
harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melaksanakan uji prasyarat yang setelah
sudah dipastikan bahwa sampel berdistribusi normal maka uji selanjutnya yaitu uji
homogenitas. Sehingga dalam uji prasyarat analisis ini terdapat dua uji untuk
memeriksa baik atau tidaknya sampel yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
1) Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.3 dengan perlakuan metode proyek
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas
X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji
Lo = 0,142 yang harga kritis untuk n = 2,558 dengan taraf signifikansi (a = 5%
yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi
yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam
lampiran 25.
2) Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.4 dengan perlakuan metode inkuiri
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas
X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji
Lo = 0,125 yang harga kritik untuk n = 1,963 dengan taraf signifikansi (a = 5%
yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi
yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen
102
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam
lampiran 26.
3) Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.3
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai dari sikap ilmiah siswa
kelas X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga
statistik uji Lo = 0,114 yang harga kritik untuk n = 10,157 dengan taraf
signifikansi (a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk
kelompok eksperimen kelas X.3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 27.
4) Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.4
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas
X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji
Lo = 0,085 yang harga kritis untuk n = 4,479 dengan taraf signifikansi (a = 5%
yaitu Ltab =0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam
lampiran 28.
5) Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.3
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai kreativitas siswa kelas X.3
yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji Lo =
0,118 yang harga kritik untuk n = 13,275 dengan taraf signifikansi (a = 5% yaitu
Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang
103
berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran
29.
6) Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.4
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors siswa kelas X.4 yang diajar
dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,112 yang
harga kritik untuk n = 7,115 dengan taraf signifikansi (a = 5% yaitu Ltab = 0,157).
Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi
normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4 berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 30.
b. Uji Homogenitas
Setelah peneliti melakukan uji normalitas, maka uji selanjutnya adalah uji
homogenitas. Uji ini digunakan untuk menguji kesamaan sampel yang berasal dari
populasi tertentu. Dalam penelitian eksperimen menggunakan dua kelas (X.3 dan
X.4) dengan tinjauan dari aspek sikap ilmiah dan kreativitas siswa ini, uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett.
Adapun hasil uji homogenitas dapat dilihat dari perhitungan pada tabel
3.10 berikut.
104
Tabel 3.10 Hasil Uji homogenitas data penelitian
Pembelajaran Berbasis Masalah
Metode Proyek (A1) Metode Inkuiri (A2)
Sikap
Ilmiah (B)
Tinggi
(B1)
Rendah
(B2)
Tinggi
(B1)
Rendah
(B2)
Tinggi
(C1) N 8 8 7 9
rata2 19.000 17.125 22.571 20.889
sd 1.690 1.727 2.070 0.782
Kreativitas
(C)
rendah(C2) N 8 8 12 4
rata2 16.875 16.875 20.250 17.750
sd 4.086 1.885 1.357 1.500
Tabel Perhitungan Homogenitas
Sv Dk s2i dk s2i log(s2i)
Dk
log(s2i)
A1B1C1 7 2.857 20.000 0.456 3.192
A1B1C2 7 16.696 116.875 1.223 8.558
A1B2C1 7 2.982 20.875 0.475 3.322
A1B2C2 7 3.554 24.875 0.551 3.855
A2B1C1 6 4.286 25.714 0.632 3.792
A2B1C2 11 1.841 20.250 0.265 2.915
A2B2C1 8 0.611 4.889 -0.214 -1.711
A2B2C2 3 2.250 6.750 0.352 1.057
TOTAL 56 240.228 24.979
s2total 4.290
B 35.416
χ2 1.019
χ2tabel χ20,95;7 14.067
Tes homogen
105
Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan uji Bartlett di atas
menunjukkan bahwa nilai X2hitung = 1,019 yang tidak melebihi pada taraf
signifikansi a = 5%, dk= 56 yaitu X2tab = 14,067. Ternyata Fhitung lebih kecil
daripada Ftabel (1,019 < 14,067). Dengan demikian Ho yaitu sampel kelas yang
digunakan dalam penelitian tidak berasal dari populasi yang homogen ditolak,
maka sampel untuk kelas yang digunakan sebagai eksperimen (kelas X.3 dan X.4)
berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji tersebut tersaji selengkapnya dalam
lampiran 31.
2. Uji hipotesis
a) Uji Anava
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar variabel bebas (metode
proyek dan metode inkuiri) terhadap variabel terikat (prestasi belajar biologi
materi Limbah dan Daur Ulang) digunakan teknik analisis dengan uji Anava tiga
jalan. Perhitungan Uji Anava dari data yang telah didapat dengan menggunakan
program digital software SPSS 16.0 dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 32. Untuk rangkuman hasil ANAVA dapat dilihat pada tabel 3.11
berikut.
106
Tabel 3.11 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel penelitian.
Tests of Between-Subjects Effects
Source Type III Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Corrected Model
251.334a 7 35.905 8.339 .000
Intercept 21307.778 1 21307.778 4.949E3 .000
Kelas 105.501 1 105.501 24.504 .000
Si 44.201 1 44.201 10.266 .002
Kr 69.778 1 69.778 16.207 .000
Kelas * si 1.887 1 1.887 .438 .511
Kelas * kr 4.493 1 4.493 1.044 .311
si * kr 3.435 1 3.435 .798 .376
Kelas * si * kr 11.705 1 11.705 2.719 .105
Error 241.103 56 4.305
Total 23978.000 64
Corrected Total
492.437 63
a. R Squared = ,510 (Adjusted R Squared = ,449)
No Sumber variansi F Signifikans
i
Kesimpulan
1 Metode 24.504 .000 H0 ditolak
2 Sikap ilmiah 10.266 .002 H0 ditolak
3 Kreativitas 16.207 .000 H0 ditolak
4 Metode* sikap ilmiah .438 .511 H0 diterima
5 Metode* kreativitas 1.044 .311 H0 diterima
6 Sikap ilmiah* kreativitas
.798 .376 H0 diterima
7 Metode* si kap ilmiah* kreativitas
2.719 .105 H0 diterima
Sumber terdapat pada lampiran 32.
107
Berdasarkan hasil uji anava diatas dapat disimpulkan keputusan uji
hipotesis sebagai berikut:
1. H0 1 ditolak berarti: ada pengaruh perbedaan metode mengajar terhadap hasil
belajar siswa.
2. H0 2 ditolak : ada pengaruh sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa
3. H0 3 ditolak : ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar siswa
4. H0 4 diterima : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap
ilmiah terhadap hasil belajar siswa.
5. H0 5 diterima : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan
kreativitas terhadap hasil belajar siswa.
6. H0 6 diterima : tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas terhadap
hasil belajar siswa.
7. H0 8 diterima : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap
ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar siswa.
b) Uji Lanjut Anava
Menurut Budiyono (2004:57) bahwa uji lanjut digunakan untuk
menentukan sejauhmana perbedaan atau interaksi antara dua atau tiga variabel
yang dibandingkan. Dalam penelitian ini terdapat empat rumusan masalah yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara dua variabel atau lebih
yaitu:
1) Pada rumusan masalah nomor empat: Apakah terdapat interaksi antara metode
pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada
108
materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang
menyatakan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap
ilmiah siswa ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima
maka tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya.
2) Pada rumusan masalah nomor lima: Apakah terdapat interaksi antara metode
pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada
materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang
menyatakan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas
siswa ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka
tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya.
3) Pada rumusan masalah nomor enam: Apakah terdapat interaksi antara sikap
ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi
Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang menyatakan
tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka
tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya.
4) Pada rumusan masalah nomor tujuh: Apakah terdapat interaksi antara metode
pembelajaran dengan sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji
anava, H0 yang menyatakan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran
dengan sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar ternyata
menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka tidak dilakukan uji
lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya
109
Sedangkan pada rumusan masalah pertama, kedua, dan ketiga hanya
melibatkan pengaruh satu variabel saja dan tidak mencaritahu ada tidaknya
interaksi antar variabel yaitu:
1) Pada hipotesis H01 berdasarkan uji anava didapatkan hasil bahwa metode
proyek (metode A) mendapat nilai rerata = 17.688 sedangkan metode inkuiri
(metode B) mendapat nilai rerata = 20.365, sehingga kesimpulannya metode
inkuiri (B) jelas berpengaruh lebih signifikan daripada metode proyek (A) dan
nilai signifikansinya dapat dilihat dari hasil rerata yang didapat dua metode di
atas. Karena nilai signifikansinya sudah jelas berdasarkan perbedaan hasil
rerata yaitu 20.365 berbanding 17.688 dan H1 diterima, maka tidak dilakukan
uji lanjut.
2) Pada hipotesis H02 berdasarkan uji anava didapatkan hasil bahwa bahwa
siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi mendapat nilai rerata = 19.893
sedangkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah mendapat nilai rerata =
18.160, sehingga kesimpulannya siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi
jelas mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap prestasi belajar
daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah dan nilai signifikansinya
dapat dilihat dari hasil rerata yang didapat dari sikap ilmiah tinggi dan rendah
di atas. Karena nilai signifikansinya sudah jelas berdasarkan perbedaan hasil
rerata 19.893 : 18.160 dan H1 diterima, maka tidak dilakukan uji lanjut.
3) Pada hipotesis H03 berdasarkan uji anava didapatkan hasil bahwa siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi mendapat nilai rerata = 20.115 sedangkan siswa
yang mempunyai kreativitas rendah mendapat nilai rerata = 17.938, sehingga
110
kesimpulannya siswa yang mempunyai kreativitas tinggi jelas mempunyai
pengaruh yang lebih signifikan terhadap prestasi belajar daripada siswa yang
mempunyai kreativitas rendah dan nilai signifikansinya dapat dilihat dari hasil
rerata yang didapat dari kreativitas tinggi dan rendah di atas. Karena nilai
signifikansinya sudah jelas berdasarkan perbedaan hasil rerata 20.115 : 17.938
dan H1 diterima, maka tidak dilakukan uji lanjut.
111
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Data
Pada bab ini akan disajikan data yang diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Pada bab ini juga akan disajikan
tentang deskripsi data penelitian dan keputusan uji hasil penelitian.
Hasil data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1)
data nilai tes prestasi hasil belajar siswa, (2) data skor kemampuan sikap ilmiah
siswa, (3) data skor kemampuan kreativitas siswa. Dari tiga data tersebut diambil
dua kelompok kelas yang akan diberi perlakuan eksperimen. Kelompok kelas
pertama disebut kelompok eksperimen yang menerapkan metode proyek dan
kelompok kelas kedua disebut kelompok eksperimen yang menerapkan metode
inkuiri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dua kelas, yaitu kelas X.3
dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. Kelas
yang pertama X.3 diajar dengan menggunakan metode proyek dengan jumlah
siswa 32, sedangkan kelas yang kedua X.4 diajarkan dengan menggunakan
metode inkuiri dengan jumlah siswa 32. Data selengkapnya akan disajikan sebagai
berikut:
1. Nilai tes hasil belajar
Data nilai tes hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa ketika
mengerjakan soal obyektif tes materi Limbah dan Daur Ulang setelah siswa
mengalami perlakuan pembelajaran dengan metode yang telah dilakukan oleh
112
guru. Terdapat dua kelompok kelas yang memperoleh materi pokok Limbah dan
Daur Ulang dengan metode yang berbeda. Kelompok kelas eksperimen pertama
yaitu kelas X.3 yang diajar dengan menggunakan metode proyek sedangkan
kelompok kelas eksperimen yang kedua adalah kelas X.4 yang diajar dengan
menggunakan metode inkuiri. Berikut ini akan disajikan data nilai hasil tes belajar
dari kedua kelas eksperimen tersebut.
a) Data nilai tes hasil belajar untuk kelas eksperimen pertama yaitu X.3
Data nilai dari obyektif tes materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas
eksperimen pertama yaitu kelas X.3 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun
pelajaran 2008/2009 yang telah selesai diajar dengan menggunakan metode
proyek dapat didiskripsikan sebagai berikut: Hasil nilai tes prestasi belajar materi
Limbah dan Daur Ulang untuk kelas X.3 yang diajar dengan menggunakan
metode proyek didapatkan skor tertinggi untuk jawaban betul = 21 yang kemudian
dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan nilai 84 dan skor terendah untuk
jawaban betul = 9 yang kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan
nilai 54. Dari skor tersebut dapat ditarik skor rata-rata kelas sebesar 16,688 atau
nilai rata-rata kelas sebesar = 66,75. (lampiran 21).
Sedangkan distribusi frekuensi pada kelompok eksperimen pertama yaitu
kelompok yang menggunakan metode proyek pada kelas X.3 disajikan pada tabel
4.1. Tabel tersebut telah disertai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif (%) yang
menunjukkan hasil belajar siswa menurut kriteria yang tercermin dalam bentuk
kelas interval.
113
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval
Interval Frekuensi
9-11 2
12-14 2
15-17 14
18-20 13
21-23 1
Total 32
Untuk memperjelas distribusi frekuensi tersebut maka disajikan histogram
dari masing-masing distribusi yaitu pada gambar 4.1 berikut:
Interval
2 2
1 41 3
10
2
4
6
8
1 0
1 2
1 4
1 6
9 s /d 1 1 1 2 s /d 1 4 1 5 s /d 1 7 1 8 s /d 20 21 s /d 23
Gambar 4.1 Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas X.3 yang diajar dengan metode proyek
b) Data nilai tes hasil belajar untuk kelas eksperimen pertama yaitu X.4
Data nilai dari obyektif tes materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas
eksperimen kedua yaitu kelas X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun
114
pelajaran 2008/2009 yang telah selesai diajar dengan menggunakan metode
inkuiri dapat didiskripsikan sebagai berikut:
Hasil nilai tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas
X.4 yang diajar dengan menggunakan metode inkuiri didapatkan skor tertinggi
untuk jawaban betul = 25 yang kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga
menghasilkan nilai 100 dan skor terendah untuk jawaban betul = 17 yang
kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan nilai 68. Dari skor
tersebut dapat ditarik skor rata-rata kelas sebesar = 20,625 atau jika dikonversi
menjadi nilai rata-rata kelas sebesar = 82,5. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 22. Sedangkan distribusi frekuensi pada kelompok eksperimen kedua
yaitu kelompok yang menggunakan metode inkuiri pada kelas X.4 disajikan pada
tabel 4.2 Tabel tersebut telah disertai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif (%)
yang menunjukkan hasil belajar siswa menurut kriteria yang tercermin dalam
bentuk kelas interval.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval
Interval Frekuensi
17-18 4
19-20 12
21-22 11
23-24 4
25-26 1
Total 32
Untuk memperjelas distribusi frekuensi tersebut maka disajikan diagram
blok dari masing-masing distribusi yaitu pada gambar 4.2.
115
Interval
4
1 21 1
4
10
2
4
6
8
1 0
1 2
1 4
1 7 s /d 1 8 1 9 s /d 20 21 s /d 22 23 s /d 24 24 s /d 26
Gambar 4.2. Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas yang diajar dengan metode inkuiri
2. Skor kemampuan sikap ilmiah
Hasil dari skor kemampuan sikap ilmiah diperoleh dari hasil angket yang
telah dijawab oleh siswa yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung dan hasil angket tersebut dapat dilihat secara terperinci pada lampiran
23 halaman 212. Hasil dari skor sikap ilmiah siswa selanjutnya dikategorikan
kedalam dua tingkatan , yaitu tinggi dan rendah. Sikap ilmiah dikategorikan tinggi
jika skornya diatas rata-rata, sedangkan dikategorikan rendah apabila skor
terhadap angket sikap ilmiah dibawah rata-rata, Untuk lebih lengkapnya data
angket sikap ilmiah pada kelas eksperimen pertama X.3 yang diberi perlakuan
dengan metode proyek dapat dilihat dari tabel 4.3 sedangkan kelas eksperimen
kedua X.4 yang diberi perlakuan dengan metode inkuiri dapat dilihat dari tabel
4.4. di bawah ini.
116
Tabel 4.3 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.3
Jenis Penilaian Jumlah siswa Nilai rata-rata Kategori
Angket Sikap Ilmiah 32 54,5 Rendah
Tabel 4.4 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.4
Jenis Penilaian Jumlah siswa Nilai rata-rata Kategori
Angket Sikap Ilmiah 32 53,75 Rendah
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata sikap ilmiah pada
kelas X.3 yang diajar menggunakan metode proyek adalah 54,5, sedangkan nilai
skor rata-rata sikap ilmiah pada kelas yang menggunakan metode inkuiri adalah
53,7. Berikut ini akan disajikan diagram batang yang menunjukkan perbandingan
rata-rata antara sikap ilmiah pada kelas dengan metode proyek dan pada kelas
dengan metode inkuiri.
Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Kelas X.3 & X.4
53.2
53.4
53.6
53.8
54
54.2
54.4
54.6
Kelas X.3 Kelas X.4
Series1
Gambar 4.3 Histogram perbandingan nilai Sikap Ilmiah antara kelas X.3 dan X.4
117
Berdasarkan dari histogram diatas maka dapat dilihat bahwa skor sikap ilmiah
siswa pada kelas yang menggunakan metode proyek (kelas X.3) lebih tinggi
daripada skor sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan metode inkuiri
(X.4).
3. Skor kemampuan kreativitas
Hasil dari skor kemampuan kreativitas diperoleh dari hasil angket yang
telah dijawab oleh siswa yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung dan hasil angket tersebut dapat dilihat secara terperinci pada lampiran
24. Hasil dari skor kreativitas siswa selanjutnya dikategorikan kedalam dua
tingkatan, yaitu tinggi dan rendah. kreativitas dikategorikan tinggi jika skornya
diatas rata-rata, sedangkan dikategorikan rendah apabila skor terhadap angket
kreativitas dibawah rata-rata, Untuk lebih lengkapnya data angket kreativitas pada
kelas eksperimen pertama X.3 yang diberi perlakuan dengan metode proyek dapat
dilihat pada tabel 4.5 dan kelas eksperimen kedua X.4 yang diberi perlakuan
dengan metode inkuiri dapat dilihat pada tabel 4.6. di bawah ini.
Tabel 4.5 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.3
Jenis Penilaian Jumlah siswa Nilai rata-rata Kategori
Angket Sikap Ilmiah 32 73,34 Baik
Tabel 4.6 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.4
Jenis Penilaian Jumlah siswa Nilai rata-rata Kategori
Angket Sikap Ilmiah 32 69,87 Rendah
118
Berdasarkan pada hasil perhitungan, maka diperoleh data bahwa nilai skor
rata-rata kreativitas pada kelas yang menggunakan metode proyek adalah 73,34
sedangkan nilai skor rata-rata kreativitas pada kelas yang menggunakan metode
inkuiri adalah 69,87.
Berikut ini akan disajikan histogram yang menunjukkan perbandingan
rata-rata antara kreativitas pada kelas dengan metode proyek dan pada kelas
dengan metode inkuiri.
Perbandingan Skor Kreativitas Kelas X.3 & X.4
68
69
70
71
72
73
74
Kelas X.3 Kelas X.4
Series1
Gambar 4.4 Histogram perbandingan skor nilai kreativitas kelas X.3 dan X.4
Berdasarkan dari diagram diatas maka dapat dilihat bahwa skor kreativitas
siswa pada kelas yang menggunakan metode proyek lebih tinggi daripada skor
kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan metode inkuiri.
119
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Pada saat penelitian terdapat beberapa persyaratan sebelum melakukan
kegiatan penelitian tersebut, yaitu melakukan uji normalitas. Persyaratan tersebut
harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melaksanakan uji prasyarat yang setelah
sudah dipastikan bahwa sampel berdistribusi normal maka uji selanjutnya yaitu uji
homogenitas. Sehingga dalam uji prasyarat analisis ini terdapat dua uji untuk
memeriksa baik atau tidaknya sampel yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
c. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.3 dengan perlakuan metode proyek
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas
X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji
Lo = 0,142 yang harga kritis untuk n = 2,558 dengan taraf signifikansi (a = 5%
yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi
yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam
lampiran 25.
d. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.4 dengan perlakuan metode inkuiri
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas
X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji
Lo = 0,125 yang harga kritik untuk n = 1,963 dengan taraf signifikansi (a = 5%
yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi
yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen
120
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam
lampiran 26.
e. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.3
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai dari sikap ilmiah siswa
kelas X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga
statistik uji Lo = 0,114 yang harga kritik untuk n = 10,157 dengan taraf
signifikansi (a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak
berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk
kelompok eksperimen kelas X.3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 27.
f. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.4
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas
X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji
Lo = 0,085 yang harga kritis untuk n = 4,479 dengan taraf signifikansi (a = 5%
yaitu Ltab =0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam
lampiran 28.
g. Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.3
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai kreativitas siswa kelas X.3
yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji Lo =
0,118 yang harga kritik untuk n = 13,275 dengan taraf signifikansi (a = 5% yaitu
Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang
121
berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran
29.
h. Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.4
Uji normalitas menggunakan uji Liliefors siswa kelas X.4 yang diajar
dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,112 yang
harga kritik untuk n = 7,115 dengan taraf signifikansi (a = 5% yaitu Ltab = 0,157).
Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi
normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4 berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 30.
2. Uji Homogenitas
Setelah peneliti melakukan uji normalitas, maka uji selanjutnya adalah uji
homogenitas. Uji ini digunakan untuk menguji kesamaan sampel yang berasal dari
populasi tertentu. Dalam penelitian eksperimen menggunakan dua kelas (X.3 dan
X.4) dengan tinjauan dari aspek sikap ilmiah dan kreativitas siswa ini, uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Adapun hasil uji
homogenitas dapat dilihat dari perhitungan pada tabel 4.7 berikut.
122
Tabel 4.7 Hasil Uji homogenitas data penelitian
Pembelajaran Berbasis Masalah
Metode Proyek (A1) Metode Inkuiri (A2)
Sikap
Ilmiah (B)
Tinggi
(B1)
Rendah
(B2)
Tinggi
(B1)
Rendah
(B2)
Tinggi
(C1) N 8 8 7 9
rata2 19.000 17.125 22.571 20.889
sd 1.690 1.727 2.070 0.782
Kreativitas
(C)
rendah(C2) N 8 8 12 4
rata2 16.875 16.875 20.250 17.750
sd 4.086 1.885 1.357 1.500
Tabel Perhitungan Homogenitas
Sv Dk s2i dk s2i log(s2i)
dk
log(s2i)
A1B1C1 7 2.857 20.000 0.456 3.192
A1B1C2 7 16.696 116.875 1.223 8.558
A1B2C1 7 2.982 20.875 0.475 3.322
A1B2C2 7 3.554 24.875 0.551 3.855
A2B1C1 6 4.286 25.714 0.632 3.792
A2B1C2 11 1.841 20.250 0.265 2.915
A2B2C1 8 0.611 4.889 -0.214 -1.711
A2B2C2 3 2.250 6.750 0.352 1.057
TOTAL 56 240.228 24.979
s2total 4.290
B 35.416
χ2 1.019
χ2tabel χ20,95;7 14.067
Tes homogen
123
Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan uji Bartlett di atas menunjukkan
bahwa nilai X2hitung = 1,019 yang tidak melebihi pada taraf signifikansi a = 5%,
dk= 56 yaitu X2tab = 14,067. Ternyata Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (1,019 <
14,067). Dengan demikian Ho yang menyatakan bahwa sampel kelas yang
digunakan dalam penelitian tidak berasal dari populasi yang homogen ditolak,
maka sampel untuk kelas yang digunakan sebagai eksperimen yaitu kelas X.3 dan
X.4 berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas tersebut tersaji
selengkapnya dalam lampiran 31.
C. Pengujian hubungan antar variabel
Pada pengujian untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel yang
terlibat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji ANAVA tiga jalan dengan
frekuensi sel tak sama. Data yang digunakan dalam pengujian antar variabel ini
adalah nilai tes hasil belajar yang didapat oleh siswa dan skor angket sikap ilmiah
serta kreativitas siswa. Rangkuman hasil anava dengan menggunakan program
digital software SPSS 16.0 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32. Untuk
rangkuman hasil ANAVA dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
124
Tabel 4.8 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel penelitian.
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:nilai
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model
251.334a 7 35.905 8.339 .000
Intercept 21307.778 1 21307.778 4.949E3 .000
Kelas 105.501 1 105.501 24.504 .000
Si 44.201 1 44.201 10.266 .002
Kr 69.778 1 69.778 16.207 .000
kelas * si 1.887 1 1.887 .438 .511
kelas * kr 4.493 1 4.493 1.044 .311
si * kr 3.435 1 3.435 .798 .376
kelas * si * kr 11.705 1 11.705 2.719 .105
Error 241.103 56 4.305
Total 23978.000 64
Corrected Total 492.437 63
a. R Squared = ,510 (Adjusted R Squared = ,449)
Sumber terdapat pada lampiran 32.
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, maka dapat diketahui bahwa:
1. Metode pembelajaran yang diterapkan (metode proyek dan inkuiri)
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen.
95% Confidence Interval Kelas Mean Std. Error
Lover Bound Upper Bound Metode proyek Metode inkuiri
17.688 20.365
.367
.398 16.953 19.569
18.422 21.161
125
Dari tabel di atas diketahui bahwa penerapan metode inkuiri dalam
pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelas X.4 memiliki hasil yang
lebih baik daripada penerapan metode proyek dalam pembelajaran materi Limbah
dan Daur Ulang pada kelas X.3, hal tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tes
hasil belajarnya yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas
X.3 yang diajar dengan menggunakan metode proyek adalah = 17.688, sedangkan
nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas X.4 yang diajar dengan menggunakan
metode inkuiri adalah 20.365.
2. Sikap Ilmiah tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar siswa pada
materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.10
berikut.
Tabel 4.10 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah.
95% Confidence Interval Sikap Ilmiah Mean Std. Error
Lover Bound Upper Bound Tinggi Rendah
19.893 18.160
.358
.406 19.176 17.347
20.610 18.972
Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan sikap ilmiah tinggi memiliki hasil belajar pada materi Limbah dan
Daur Ulang yang lebih baik daripada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan sikap ilmiah rendah. Hal tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tes
hasil belajarnya yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk
kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi adalah = 19.893, sedangkan
nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah
rendah adalah = 18.160.
126
3. Kreativitas tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi
Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah.
95% Confidence Interval Kreativitas Mean Std. Error
Lover Bound Upper Bound Tinggi Rendah
20.115 17.938
.368
.396 19.377 17.144
20.853 18.731
Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan kreativitas tinggi memiliki hasil belajar pada materi Limbah dan
Daur Ulang yang lebih baik daripada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan kreativitas rendah. Hal tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tes
hasil belajarnya yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk
kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi adalah = 20.115, sedangkan
nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai kreativitas
rendah adalah = 17.938.
4. Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen (metode proyek
dan inkuiri) mempengaruhi prestasi belajar siswa yang mempunyai sikap
ilmiah tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah
95% Confidence Interval Kelas Sikap
Ilmiah Mean Std. Error
Lover Bound Upper Bound Metode proyek Tinggi Rendah
18.375 17.000
.519
.519 17.336 15.961
19.414 18.039
Metode Inkuiri Tinggi Rendah
21.411 19.319
.493
.623 20.422 18.071
22.399 20.568
127
Dari tabel di atas diketahui bahwa penerapan metode proyek dalam
pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelompok siswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih baik
(18.375) daripada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah (17.000).
Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang
pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rata-rata hasil
belajar yang lebih baik (21.411) daripada kelompok siswa yang memiliki sikap
ilmiah rendah (19.319).
5. Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen (metode proyek
dan inkuiri) mempengaruhi prestasi belajar siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan tabel 4.13 berikut.
Tabel 4.13 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah
95% Confidence Interval Kelas Kreati
vitas Mean Std. Error
Lover Bound Upper Bound Metode proyek Tinggi Rendah
18.500 16.875
.519
.519 17.461 15.836
19.539 17.914
Metode Inkuiri Tinggi Rendah
21.730 19.000
.523
.599 20.683 17.800
22.778 20.200
Dari tabel di atas diketahui bahwa penerapan metode proyek dalam
pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelompok siswa yang
memiliki kreativitas tinggi memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih baik
(18.500) daripada kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah (16.875).
Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang
pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rata-rata hasil
128
belajar yang lebih baik (21.730) daripada kelompok siswa yang memiliki sikap
ilmiah rendah (19.000).
6. Sikap ilmiah dan kreativitas pada kelompok siswa tinggi dan rendah
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.14 berikut.
Tabel 4.14 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi
dan rendah.
95% Confidence Interval Sikap Kreati ilmiah vitas
Mean Std. Error Lover Bound Upper Bound
Tinggi Tinggi Rendah
21.223 18.562
.537
.474 20.148 17.614
22.299 19.511
Rendah Tinggi Rendah
19.07 17.312
.504
.635 17.997 16.040
20.017 18.585
Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai
sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi memiliki rata-rata hasil belajar materi
Limbah dan Daur Ulang yang paling baik yaitu = 21.223. Sedangkan kelompok
siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori rendah memiliki
rata-rata hasil belajar materi Limbah dan Daur Ulang yang paling jelek yaitu =
17.312.
7. Penerapan metode inkuiri pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan
sikap ilmiah dan kreativitas tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar
siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang lebih baik daripada penerapan
metode proyek pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan sikap ilmiah
dan kreativitas tinggi dan rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.15
berikut.
129
Tabel 4.15 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi
dan rendah pada kelas metode proyek dan inkuiri.
95% Confidence Interval Kelas
Sikap ilmiah Kreativitas Mean std.
Error Lower Bound
Upper Bound
Tinggi 19.875 .734 18.405 21.345 Tinggi Rendah 16.875 .734 15.405 18.345 Tinggi 17.125 .734 15.655 18.595
Metode proyek
Rendah Rendah 16.875 .734 15.405 18.345 Tinggi 22.571 .784 21.000 24.142 Tinggi Rendah 20.25 .599 19.05 21.450 Tinggi 20.889 .692 19.503 22.274
Metode inkuiri
Rendah Rendah 17.75 1.037 15.672 19.828
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada kelas yang diberi perlakuan
metode inkuiri pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan
kreativitas kategori tinggi memiliki rata-rata hasil belajar materi Limbah dan Daur
Ulang yang paling baik yaitu = 22.571. Sedangkan pada kelas yang diberi
perlakuan metode proyek pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan
kreativitas kategori rendah memiliki rata-rata hasil belajar materi Limbah dan
Daur Ulang yang paling jelek yaitu = 16.875.
D. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pada pengujian hipotesis ini peneliti menggunakan uji ANAVA tiga
jalan dengan frekuensi sel tak sama. Data yang digunakan dalam pengujian
hipotesis ini adalah nilai tes hasil belajar dan skor angket sikap ilmiah dan
kreativitas siswa. Rangkuman hasil anava dengan software SPSS 16.0
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 33. Untuk rangkuman hasil ANAVA
dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut.
130
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji Anava Untuk Pengujian Hipotesis
No Sumber variansi F Signifikansi Kesimpulan
1 Metode 24.504 .000 H0 ditolak
2 Sikap ilmiah 10.266 .002 H0 ditolak
3 Kreativitas 16.207 .000 H0 ditolak
4 Metode* sikap ilmiah .438 .511 H0 diterima
5 Metode* kreativitas 1.044 .311 H0 diterima
6 Sikap ilmiah* kreativitas .798 .376 H0 diterima
7 Metode* sikap ilmiah*
kreativitas 2.719 .105
H0 diterima
Sumber terdapat pada lampiran 33.
Berdasarkan rangkuman hasil uji Anava untuk pengujian hipotesis pada
tabel 4.16 di atas maka dapat diambil keputusan uji sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap
prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh
Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak, berarti terdapat
pengaruh.
2. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sikap ilmiah (B)
terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang
memperoleh Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak, berarti
terdapat pengaruh.
3. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kreativitas (C) terhadap
prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh
Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak, berarti terdapat
pengaruh.
131
4. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap
sikap ilmiah pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih
kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat interaksi.
5. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap
kreativitas pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih kecil
daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat interaksi.
6. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sikap ilmiah (B)
terhadap kreativitas (C) pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh
Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat
interaksi.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap sikap
ilmiah (B) dan kreativitas (C) pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh
Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat
interaksi.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji Anava terhadap semua data yang ada meliputi :
nilai tes hasil belajar, skor sikap ilmiah dan kreativitas maka dapat dibahas
beberapa rumusan masalah yang telah ditentukan.
1. Hipotesis pertama
Ho : Tidak terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Proyek dan
inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur
Ulang.
132
H1 : Terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Proyek dan inkuiri
terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang
Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 24.504
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata
Fhitung lebih besar daripada Ftabel ( 24.504 > 4.012). Dengan demikian Ho yang
menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara metode proyek dan metode
inkuiri terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang
ditolak. Berarti H1 yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara metode
proyek dan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan
Daur Ulang diterima.
Meskipun penerapan kedua metode tersebut berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang, akan tetapi pengaruh
yang dihasilkan mempunyai perbedaan. Perbedaanya terletak pada: penerapan
metode inkuiri mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih baik yaitu
mempunyai nilai rata-rata kelas = 20.365 jika dibandingkan dengan penerapan
metode proyek yang hanya memiliki nilai rata-rata kelas = 17.688.
Perbedaan pengaruh pada penerapan kedua metode tersebut terhadap
hasil belajar siswa dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penerapan metode inkuiri pada materi Limbah dan Daur Ulang menghasilkan
prestasi belajar yang lebih baik karena dalam metode inkuiri siswa melakukan
eksperimen sendiri secara luas untuk mengerjakan tugas yang telah ditentukan
oleh guru, membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan
pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman
133
konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam materi Limbah dan Daur
Ulang.
b. Penerapan metode inkuiri memungkinkan siswa dapat menggunakan
bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi,
video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. Di satu sisi kondisi
sarana penunjang yang dibutuhkan siswa dalam proses belajar dengan inkuiri
semuannya tersedia di sekolah karena sarana penunjang di SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo sudah berbasis multimedia. Dengan situasi
pembelajaran yang seperti tersebut diatas maka sangatlah logis bila metode
inkuiri menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.
Jika dibandingkan dengan metode proyek yang membawa dampak pada
hasil belajar siswa lebih jelek dari pada dengan metode inkuiri, hal tersebut
dikarenakan metode proyek memiliki kecenderungan yang bisa diuraikan sebagai
berikut: Dalam metode proyek mempunyai esensi tujuan untuk membantu siswa
berhasil dalam pembelajaran. Akan tetapi dalam pelaksanaan metode proyek
mensyaratkan terlibatnya keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk
kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus dalam proses
mendapatkan pengetahuan tersebut. Ini adalah exercise bagi otak untuk
menunjukkan kapasitas yang sesungguhnya dan tantangan ini akan
mengembangkan otak kanan maupun kiri dengan pesat sehingga jika siswa
mampu memanaj maka proses pemerolehan pengetahuan akan baik. Akan tetapi
dalam konteks ini, siswa kelas X.3 yang diberi perlakuan dengan metode proyek
134
secara mental dan fisik menunjukkan banyaknya kekurangan. Indikator tersebut
dapat dipahami berdasarkan potret masukan yang diberikan oleh guru penjas
bahwa banyak siswa kelas X.3 yang secara fisik lemah dan bukan tipe siswa yang
senang dengan olahraga.
Selain itu, ditinjau dari rasa empati dan sosialnya terhadap sesama
kawan juga rendah. Hal tersebut dapat dipahami dari beberapa indikator antara
lain: tidak kompak dalam melaksanakan komitmen kelas seperti iuran, piket,
lomba antar kelas dan tugas, adanya kelompok-kelompok tertentu dalam kelas
yang berpengaruh terhadap kondusifitas kelas. Dengan keadaan tersebut maka
berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar pada kelas X.3 yang
memperoleh nilai rata-rata kurang daripada kelas X.4 yang diberi perlakuan
dengan metode pembelajaran inkuiri.
Data lain yang mendukung bahwa implementasi metode inkuiri
memberikan berbagai efek positif dalam KBM adalah hasil penelitian yang telah
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah oleh Budi Eko Soetjipto (2001) dinyatakan
bahwa:
Inquiry teaching is a strategy or teaching methodology designed to meet the needs of children at their own developmental level with their understanding of concepts. It also puts children in charge of their own learning and gives them a sense of responsibility for their learning. Moreover, through inquiry teaching, children will be independent learners with their curiosity to know and explore something with guidance of the teacher. Finally, according to the definition, process and goal of inquiry teaching, it is clear that inquiry teaching can be used to implement active learning methods.
Dalam jurnal tersebut dinyatakan bahwa implementasi pembelajaran
inkuiri dapat mengembangkan pemahaman terhadap konsep materi serta
135
mengkondisikan anak untuk bertanggung-jawab. Lebih dari itu, anak-anak akan
mandiri, keingintahuan mereka untuk mengetahui sesuatu akan terstimulus dan
mampu menjelajah sesuatu dengan bimbingan dari guru. Sedangkan dalam
pembelajaran berbasis metode proyek menuntut rancangan pembelajaran yang
rumit, menyediakan lingkungan kompleks yang membangun pengetahuan siswa,
serta menuntut konstruktivisme sosial yang tinggi seperti yang telah di
publikasikan oleh Hans Poldoja (2002) dinyatakan bahwa:
In most cases digital learning objects are used for individual learning (reading, looking, playing, quizzes) or by teachers in their class-room or online teaching (presentations). In PILOT project we argue that learning objects should be designed and presented in a special way in order to promote truly social constructivist learning. The project is based on the concept of progressive inquiry learning object templates (PILOTs). These learning objects support progressive inquiry knowledge building process in computer and database supported Knowledge Building environments, found for instance in Fle3 and IVA virtual learning environments. Design research methods such as participatory design and scenario-based design are used in the project to generate distributable and reusable PILOTs. The developed learning objects will be tested and evaluated by schools, teachers, and their pupils.
2. Hipotesis kedua
Ho : Tidak terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi
pada materi Limbah dan Daur Ulang.
H1 : Terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi pada
materi Limbah dan Daur Ulang
Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 10.266
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata
Fhitung lebih besar daripada Ftabel (10.266 > 4.012). Dengan demikian Ho yang
menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah terhadap prestasi
136
belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berarti H1 yang
menyatakan ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima.
Meskipun tinjauan sikap ilmiah tersebut berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang, akan tetapi pengaruh yang
dihasilkan mempunyai perbedaan. Perbedaanya terletak pada: kelompok siswa
yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi mempunyai pengaruh terhadap
hasil belajar yang lebih baik yaitu mempunyai nilai rata-rata kelas = 19.893,
sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai
sikap ilmiah rendah adalah = 18.160.
Perbedaan pengaruh pada kedua kelompok siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi dan rendah tersebut terhadap hasil belajar siswa dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pelajaran biologi merupakan salah satu materi sains yang berhubungan dengan
obyek yang kontekstual. Sehingga sangat logis jika siswa memiliki sikap
ilmiah tinggi, maka akan berpengaruh terhadap nilai biologi yang
diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya jika sikap ilmiahnya rendah
maka nilai hasil belajarnya juga rendah dan hal tersebut terbukti dari hasil
penelitian yang didapat.
b. Pelajaran biologi merupakan kumpulan dari fakta ilmiah, maka cara
mempelajarinya juga dengan metode ilmiah. Sehingga sangat logis jika siswa
memiliki sikap ilmiah tinggi, maka akan berpengaruh terhadap nilai biologi
yang diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya.
137
c. Biologi merupakan kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa fakta,
obseravasi, eksperimentasi, generalisasi dan analisis yang rasional dan
ilmuwan mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif
dan jujur, mengikuti macam prosedur eksperimen. Jika siswa dalam
mempelajari biologi mempunyai sikap obyektif dan jujur sebagai salah satu
indikator sikap ilmiah tinggi maka dipastikan siswa tersebut akan lebih mudah
menguasai materi dengan kata lain hasil belajar yang didapat pasti lebih baik
jika dibandingkan siswa yang sikap ilmiahnya rendah.
d. Secara aksiologis, bahwa cara mempelajari biologi sebagai salah satu ilmu
sains adalah dengan metode ilmiah yang antara lain mengamati,
mengklasifikasi, berkomunikasi, mengambil keputusan/ kesimpulan dari data,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemahaman akan alam dan membangun
sesuatu dari data. Proses sains bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta
mengembangkan pengetahuan. Sedangkan proses ilmiah ialah mengamati,
menggolongkan, mengukur, menjelaskan, mengajkukan pertanyaan-
pertanyaan penting, merumuskan problem, mermuskan hipotesis, melakukan
eksperimen, mengumpulkan , menganalisis data, menarik kesimpulan. Jadi,
jika seorang siswa mempunyai indikator-indikator tersebut dominan dalam
dirinya maka dikatakan memiliki sikap ilmiah tinggi. Dengan tingginya sikap
ilmiah yang dimiliki tersebut, maka jelas akan mempermudah siswa dalam
mempelajari dan menguasai biologi yang salah salah satu indikatornya adalah
nilai hasil belajarnya tinggi.
138
e. Dalam mempelajari biologi harus didasari atas rasa ingin tahu, kerendahan
hati, terbuka, penghindaran atas dogmatis, keobyektifan dan pendekatan
positif atas kegagalan. Sikap-sikap tersebut merupakan indikator dari sikap
ilmiah. Jika sikap ilmiah siswa tinggi maka hasil belajarnya juga akan tinggi.
Jadi sangat logis jika siswa memiliki sikap ilmiah tinggi, maka hasil
belajarnya juga tinggi.
3. Hipotesis ketiga
Ho : Tidak terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.
H1 : Terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi
pada materi Limbah dan Daur Ulang
Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 16.207
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata
Fhitung lebih besar daripada Ftabel (16.207 > 4.012). Dengan demikian Ho yang
menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara kreativitas terhadap prestasi
belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berarti H1 yang
menyatakan ada perbedaan pengaruh antara kreativitas terhadap prestasi belajar
siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima.
Meskipun tinjauan kreativitas tersebut berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang, akan tetapi pengaruh yang
dihasilkan mempunyai perbedaan. Perbedaanya terletak pada: kelompok siswa
yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi mempunyai pengaruh terhadap
hasil belajar yang lebih baik yaitu mempunyai nilai rata-rata kelas = 20.115,
139
sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai
kreativitas rendah adalah = 17.938. Perbedaan pengaruh pada kedua kelompok
siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah tersebut terhadap hasil belajar
siswa dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kreativitas akan muncul berkenaan dengan kesadaran adanya kesenjangan
antara pengetahuan siap dengan pengetahuan atau masalah baru, kemudian
muncullah beragam alternatif solusi. Kreativitas akan muncul pada diri
individu bila ada tantangan baru yang solusinya tidak rutin. Dalam
pembelajaran biologi di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
mengambil materi limbah dan daur. Materi tersebut mempunyai karakteristik
menantang para siswa untuk menemukan sesuatu yang baru. Maka jika siswa
memiliki kemampuan kreativitas tinggi, maka akan semakin mudah dalam
mempelajari biologi yang artinya hasil belajar yang didapat juga akan tinggi
jika dibandingkan dengan siswa yang kreativitasnya rendah.
b. Materi biologi berhubungan dengan obyek kontekstual yang keberadaannya
perlu selalu diterapkan, dikaji dan dikembangkan. Proses pengkajian dan
pengembangan tersebut menuntut sikap kreativitas yang tinggi bagi pebelajar.
Sehingga sangat logis jika siswa mempelajari biologi memiliki kemampuan
kreativitas tinggi, maka akan berpengaruh terhadap nilai biologi yang
diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya jika kreativitasnya rendah maka
nilai hasil belajarnya juga rendah dan hal tersebut terbukti dari hasil penelitian
yang didapat.
140
c. Kemampuan kreativitas merupakan variasi dari tiga hal, yaitu mengkombinasi,
memecahkan masalah, dan operasional. Kemampuan mengkombinasi
berdasarkan data atau unsur-unsur yang ada, kemampuan memecahkan
masalah berdasarkan informasi yang ada menemukan keragaman solusi
dengan penekanan pada aspek kualitas dan efektivitas, kemampuan
operasional berdasarkan pada aspek kelancaran-keluwesan-orisinalitas.
Menurut Ausubel (dalam Hamalik, 2002) kreativitas merupakan kemampuan
atau kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Aspek lain dari kreativitas adalah kemampuan berpikir
divergen, yaitu meliputi orisinalitas, fleksibilitas, kualitas, dan kuantitas.
Sikap-sikap tersebutlah yang dibutuhkan untuk mempelajari, memahami dan
menguasai ilmu biologi sebagai salah satu bagian dari sains. Jika kemampuan
aspek-aspek kreativitas seperti di atas tinggi, maka hasil belajar biologi juga
dipastikan tinggi dan sebaliknya.
d. Kemampuan kreativitas dapat dibentuk dan dilatih dalam proses pembelajaran
yang berprinsip pada konstruksivis, melalui penyelidikan, konjektur,
penemuan, dan generalisasi. Dalam mempelajari biologi tidak terlepas dari
proses penyelidikan. Maka jika siswa memiliki sikap penyelidikan tinggi
sebagai salah satu komponen kreativitas, maka proses mempelajari biologi
akan semakin mudah dan hasil belajarnya akan lebih baik.
e. Materi biologi berhubungan dengan obyek obyek nyata yang bisa ditemui di
lingkungan sekitar dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Sehingga
sangat logis jika siswa memiliki kreativitas tinggi, maka dia akan semakin
141
mencintai biologi yang pada akhirnya memiliki motivasi tinggi untuk belajar
biologi sehingga berpengaruh terhadap nilai biologi yang diperolehnya juga
pasti tinggi dan sebaliknya kreativitasnya rendah maka nilai hasil belajarnya
juga rendah dan hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang didapat.
Sebagai bahan perbandingan bisa kita lihat dari hasil penelitian yang ditulis
Claire Allam (2001) dinyatakan:
This paper covers a number of examples which describe the benefits to student learning; these include close engagement with their subject leading to insight and deeper understanding, as well as a range of transferable skills. This successful practice is looked at in relation to issues of assessment, evaluation and cost. Using a methodological approach that employs qualitative feedback interviews with students as research data, as well as referring to the literature, it presents a case for sustainable implementation
Tulisan di atas berisi sejumlah contoh yang menjelaskan manfaat
kreativitas siswa dalam belajar. Dengan menggunakan pendekatan metodologis
kualitatif yang menggunakan umpan balik wawancara dengan siswa maka akan
memudahkan siswa dalam pembelajaran meskipun kecepatan waktunya tidak
tentu pasti. Sedangkan dalam penelitian ini faktor kreativitas digunakan sebagai
tinjauan dan metode proyek-inkuiri sebagai metode pembelajaranya untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa yang ternyata tidak ada
interaksi atau hubunganya dengan hasil belajar.
4. Hipotesis keempat
Ho : Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)
dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah
dan Daur Ulang.
142
H1 : Terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)
dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah
dan Daur Ulang.
Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 0.438
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata
Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (0.438 < 4.012). Dengan demikian Ho yang
menyatakan Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan
inkuiri) dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah
dan Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat interaksi antar
metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak.
Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat
interaksi antara penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri dengan sikap
ilmiah yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar biologi materi Limbah dan
Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa aspek
antara lain:
a. Karakteristik cara dalam mempelajari ilmu biologi adalah melalui metode
ilmiah sehingga harus didukung dengan sikap ilmiah juga. Jika siswa memiliki
sikap ilmiah tinggi maka dengan keadaan apapun akan dapat beradaptasi
dengan materi-materi biologi, sehingga perlakuan metode pembelajaran
khusus misalnya inkuiri maupun proyek tidak akan berpengaruh terhadap
siswa yang telah memiliki kemampuan sikap ilmiah secara paten. Nilai hasil
belajar yang diperoleh dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah
143
tinggi, nilainya tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah
rendah, nilainya tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesungguhnya
tidak ada interaksi atau kaitan antara penerapan metode pembelajaran dalam
hal ini proyek dan inkuiri terhadap hasil belajar siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang pada kelas X
SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.
b. Penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki
arti interaksi dengan sikap ilmiah jika pada hasil akhirnya didapatkah bahwa
siswa yang sikap ilmiahnya rendah akan memiliki peningkat nilai menjadi
tinggi dan bisa terjadi sebaliknya, siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah
karena dipengaruhi metode pembelajaran yang mungkin tidak sesuai maka
akan mengakibatkan turunnya nilai bagi siswa yang sikap ilmiahnya mula-
mula tinggi. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
perlakuan metode baik proyek maupun inkuiri ternyata nilai yang didapat
siswa menunjukkan hubungan yang lurus, artinya yang sikap ilmiah tinggi
mendapat nilai tetap tinggi sedangkan yang mempunyai sikap ilmiah rendah
tetap mendapat nilai rendah.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)
dengan sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa dapat dipahami karena sikap
ilmiah merupakan faktor genetis atau bawaan yang telah melekat pada seorang
individu sebagai anugrah yang akan selalu mendominasi dan berpengaruh
langsung pada semua aspek kehidupannya termasuk dalam proses belajar dan
tidak akan bisa diubah dengan perlakuan apapun termasuk penerapan metode
144
pembelajaran proyek maupun inkuiri. Jika materi yang dipelajari mempunyai
karakteristik sesuai dengan prilakunya yaitu menuntut kemampuan kreativitas
maka tanpa perlakuan metode apapun siswa tetap akan bisa menguasai bahan
pelajaran dan sebaliknya.
5. Hipotesis kelima
Ho : Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah
dan Daur Ulang.
H1 : Terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah
dan Daur Ulang.
Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 1.044
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata
Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (1.044 < 4.012). Dengan demikian Ho yang
menyatakan Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan
inkuiri) dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan
Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat interaksi antar metode
pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan kreativitas terhadap prestasi belajar
siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak.
Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat
interaksi antara penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri dengan
kreativitas yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar biologi materi Limbah
145
dan Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa
aspek antara lain:
a. Karakteristik dalam mempelajari ilmu biologi adalah menuntut kemampuan
kreativitas. Hal tersebut dikarenakan obyek biologi selalu mengalami
perkembangan dan membutuhkan pengkajian mendalam. Jika siswa memiliki
kemampuan kreativitas tinggi maka dengan keadaan apapun akan dapat
beradaptasi dengan materi-materi biologi yang menuntut kreativitas, sehingga
perlakuan metode pembelajaran khusus misalnya inkuiri maupun proyek tidak
akan berpengaruh terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan kreativitas
yang telah melekat pada kesehariannya. Nilai hasil belajar yang diperoleh
dapat dilihat berbanding lurus dengan kemampuan kreativitas yang dimiliki.
Bahwa siswa yang memiliki kemampuan kreativitas tinggi, setelah dilakukan
tes hasil belajar nilai yang didapat tetap tinggi. Sedangkan siswa yang
memiliki kemampuan kreativitas rendah, setelah dilakukan tes hasil belajar
nilai yang didapat tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa
sesungguhnya tidak ada interaksi atau kaitan antara penerapan metode
pembelajaran dalam hal ini proyek dan inkuiri terhadap kemampuan
kreativitas siswa tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang pada
kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.
b. Penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki
arti interaksi dengan kemampuan kreativitas jika pada hasil akhirnya
didapatkah bahwa siswa yang kemampuan kreativitasnya rendah akan
memiliki peningkat nilai menjadi tinggi dan bisa terjadi sebaliknya, siswa
146
yang memiliki sikap ilmiah rendah karena dipengaruhi metode pembelajaran
yang mungkin tidak sesuai maka akan mengakibatkan turunnya nilai bagi
siswa yang sikap ilmiahnya mula-mula tinggi. Dengan kata lain bahwa jika
terdapat interaksi maka nilai hasil belajar siswa tidak akan berbanding lurus
dengan kemampuan kreativitasnya. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan
bahwa dengan perlakuan metode baik proyek maupun inkuiri ternyata nilai
yang didapat siswa menunjukkan hubungan berbanding lurus, artinya siswa
yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi mendapat nilai tetap tinggi
sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas rendah tetap
mendapat nilai rendah.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan
inkuiri) dengan kreativitas terhadap hasil belajar siswa dapat dipahami karena
kemampuan kreativitas merupakan faktor genetis atau bawaan yang telah
melekat pada seorang individu baik yang akan selalu mendominasi dan
berpengaruh langsung pada semua aspek kehidupannya termasuk dalam
proses belajar dan tidak akan bisa diubah dengan perlakuan apapun termasuk
penerapan metode pembelajaran proyek maupun inkuiri. Jika materi yang
dipelajari mempunyai karakteristik sesuai dengan prilakunya yaitu menuntut
kemampuan kreativitas maka tanpa perlakuan metode apapun siswa tetap akan
bisa menguasai bahan pelajaran dan sebaliknya. Sebuah penelitian
pembanding yang telah dilakukan oleh Thorsten Bell (2009) dinyatakan
bahwa:
147
Collaborative inquiry learning is one of the most challenging and exciting ventures for today's schools. It aims at bringing a new and promising culture of teaching and learning into the classroom where students in groups engage in self-regulated learning activities supported by the teacher. It is expected that this way of learning fosters students' motivation and interest in science, that they learn to perform steps of inquiry similar to scientists and that they gain knowledge on scientific processes. Starting from general pedagogical reflections and science standards, the article reviews some prominent models of inquiry learning. This comparison results in a set of inquiry processes being the basis for cooperation in the scientific network NetCoIL. Inquiry learning is conceived in several ways with emphasis on different processes.
Bahwa dalam pembelajaran kolaboratif inquiry merupakan metode
pembelajaran yang paling menantang dan menggairahkan, melibatkan
masuknya budaya baru dan pembelajaran berjalan secara bersama dalam
kelompok. Karena siswa harus belajar dalam kelompok maka siswa harus
menyesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang ada dalam kelompok
tersebut sehingga kreativitas sebagai faktor potensi pribadi tidak akan
maksimal sehingga secara umum dapat dinyatakan tidak akan ada interaksi
antara pembelajaran inquiry dengan kreativitas siswa.
6. Hipotesis keenam
Ho : Tidak terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang.
H1 : Terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang.
Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 0.798
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata
Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (0.798 < 4.012). Dengan demikian Ho yang
148
menyatakan tidak terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Berarti H1
yang menyatakan terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak.
Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat
interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa
pada materi Limbah dan Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat
dijelaskan dari beberapa aspek antara lain:
Dalam mempelajari ilmu biologi agar menghasilkan pemahaman yang
komprehensif maka harus dipelajari dengan metode ilmiah dan menuntut
kemampuan apresiasi yang tinggi. Oleh karena ini pendekatan sikap yang harus
dimiliki oleh pebelajar adalah sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi. Jika
siswa memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi maka dengan keadaan apapun
akan dapat beradaptasi dengan materi-materi biologi, sehingga perlakuan apapun
tidak akan berpengaruh terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan sikap
ilmiah dan kreativitas tinggi. Nilai hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat
bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi, setelah dilakukan
tes hasil belajar nilainya tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah
rendah, setelah dilakukan tes hasil belajar nilainya tetap rendah. Hal ini
menunjukkan arti bahwa sesungguhnya tidak ada interaksi atau kaitan antara sikap
ilmiah dan kemampuan kreativitas terhadap hasil belajar siswa pada materi
Limbah dan Daur Ulang pada kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.
149
Sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas akan memiliki arti interaksi
dengan hasil belajar siswa jika pada hasil akhirnya didapatkah bahwa siswa yang
sikap ilmiah dan kemampuan kreativitasnya rendah akan memiliki nilai yang tidak
menentu, bisa menjadi tinggi atau bisa tetap rendah ketika dilakukan tes hasil
belajar. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi juga
tidak akan berbanding lurus dengan nilai yang didapat bisa terjadi penurunan atau
tetap tinggi. Dengan kata lain bahwa jika terdapat interaksi maka nilai hasil
belajar siswa tidak akan berbanding lurus dengan kemampuan sikap ilmiah dan
kreativitasnya. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi ternyata nilai yang didapat siswa
menunjukkan hubungan berbanding lurus, artinya siswa yang mempunyai
kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mendapat nilai tetap tinggi
sedangkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas
rendah tetap mendapat nilai rendah untuk tes hasil belajarnya.
7. Hipotesis ketujuh
Ho : Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)
dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada
materi Limbah dan Daur Ulang.
H1 : Terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)
dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada
materi Limbah dan Daur Ulang.
Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 2.719
sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata
150
Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (2.719 < 4.012). Dengan demikian Ho yang
menyatakan Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan
inkuiri) dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada
materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat
interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah
dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur
Ulang ditolak.
Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat
interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah
dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur
Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa aspek antara
lain: Karakteristik dalam mempelajari ilmu biologi adalah melalui metode ilmiah
dan perlu didukung dengan kemampuan kreativitas. Jika siswa memiliki sikap
ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi maka dengan keadaan apapun akan
dapat beradaptasi dengan materi-materi biologi, sehingga perlakuan metode
pembelajaran khusus misalnya inkuiri maupun proyek tidak akan berpengaruh
terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas yang
telah melekat. Nilai hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat bahwa siswa yang
memiliki sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi, setelah dilakukan tes
hasil belajar memperoleh nilai tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap
ilmiah dan kemampuan kreativitas rendah, setelah dilakukan tes hasil belajar
memperoleh nilai tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesungguhnya
tidak ada interaksi atau kaitan antara penerapan metode pembelajaran dalam hal
151
ini proyek dan inkuiri dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar
yang diperoleh siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang kelas X SMA
Muhammadiyah 1 Ponorogo.
Penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan
memiliki arti interaksi dengan sikap ilmiah dan kreativitas jika pada hasil akhirnya
didapatkah bahwa siswa yang sikap ilmiah dan kreativitasnya rendah jika diberi
perlakuan berupa penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri
akan memiliki nilai yang bervariasi yaitu tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki
sikap ilmiah dan kreativitas tinggi jika diberi perlakuan berupa penerapan metode
pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki nilai yang bervariasi
juga yaitu ada yang tetap tinggi dan ada yang mengalami penurunan menjadi
rendah. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perlakuan
metode baik proyek maupun inkuiri ternyata nilai yang didapat baik siswa yang
memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi atau rendah menunjukkan hubungan
yang lurus, artinya yang sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mendapat nilai tetap
tinggi sedangkan yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas rendah tetap
mendapat nilai rendah.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)
dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar siswa dapat dipahami
karena prilaku bawaan yang melekat pada seorang individu baik sikap ilmiah dan
kreativitas akan selalu mendominasi dan berpengaruh langsung pada semua aspek
kehidupannya termasuk dalam proses belajar. Jika materi yang dipelajari
mempunyai karakteristik sesuai dengan prilakunya yaitu menuntut sikap ilmiah
152
dan kemampuan kreativitas maka tanpa perlakuan metode apapun siswa tetap
akan bisa menguasai bahan pelajaran dan sebaliknya. Seperti yang ditunjukan
dalam kesimpulan hasil penelitian dari Andrew J. Sense (2006) dinyatakan:
“As observed in the case study and then argued in this paper, through project team participants systematically and publicly exploring and communally reflecting on this sociological element, they aid their situated learning processes and incidentally, help develop their competency in learning how to learn”.
Implementasi pembelajaran dengan proyek akan dapat mengembangkan
hubungan sosiologis antar siswa dan kompetensi mereka dalam cara belajar, akan
tetapi untuk pencapaian prestasi hasil belajar tidak ada relevansi atau interaksinya.
F. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, akan tetapi peneliti
menyadari sebagai manusia biasa pasti banyak kelemahan dan keterbatasan
selama penyusunan penelitian ini. Kelemahan dan keterbatasan antara lain :
1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X dan sampelnya
adalah kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran
2008/2009. Jika penelitian ini dilaksanakan di sekolah yang berbeda mungkin
akan berbeda pula hasil yang akan didapatkan dalam penelitian, sehingga
penelitian ini masih belum dapat digeneralisasikan secara umum.
2. Semua instrumen yang terdapat dalam penelitian ini hanya diuji cobakan satu
kali, padahal untuk menjadi instrumen yang baik dan baku harus diuji cobakan
beberapa kali pada tempat yang berbeda-beda pula.
153
3. Waktu pembelajaran terbatas pada pokok bahasan Limbah dan Daur Ulang,
hanya diberikan dalam beberapa pertemuan saja. Hal ini merupakan salah satu
bentuk keterbatas waktu.
4. Penggunaan metode pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi hanya dua
metode yaitu proyek dan inkuiri.
5. Variabel moderator dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua variabel yaitu
sikap ilmiah dan kreativitas, yang masing-masing dikategorikan dalam dua
kelompok yaitu tinggi dan rendah. Padahal ada satu kategori lagi yaitu sedang,
akan tetapi pada penelitian ini kategori sedang ini tidak ada. Sehingga peneliti
belum dapat menyimpulkan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa
secara komprehensif.
6. Dalam penelitian ini pertemuan atau tatap muka dengan siswa ketika
berlangsungnya penelitian sangat singkat. Sehingga penyampaian bahan ajar
dan penyesuaian siswa terhadap pemakaian metode kurang maksimal.
7. Evaluasi hasil belajar dilakukan sebagai teknik pengumpulan data tentang
prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang berupa tes tertulis
bentuk pilihan ganda pada akhir pembelajaran saja karena idealnya proses
evaluasi dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung.
154
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan metode inkuiri pada kelas X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
berpengaruh lebih baik pada hasil belajar siswa materi Limbah dan Daur
Ulang daripada metode proyek pada kelas X.3 karena pada metode inkuiri
siswa menggunakan berbagai sumber belajar, siswa melakukan eksperimen
sendiri secara luas, siswa dapat berpikir kritis, bersikap positif dan bisa
menggunakan berbagai sumber untuk belajar sehingga dengan kelebihan
tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
dalam materi Limbah dan Daur Ulang.
2. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi terbiasa dengan proses
pembelajaran yang menuntut observasi, pencatatan data, melakukan
eksperimen, menarik kesimpulan dan membuat laporan. Berdasarkan hasil
penelitian didapat bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi
berpengaruh terhadap prestasi belajarnya yang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai sikap ilmiah rendah yang kurang cocok dengan penerapan metode
yang diduga bagus seperti metode proyek maupun inkuiri.
3. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terbiasa dengan proses pembelajaran
yang menuntut siswa untuk menghasilkan produk, berpikir kreatif, dan
155
kontekstual. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi
pada materi Limbah dan Daur Ulang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai kreativitas rendah yang kurang cocok dengan penerapan metode
yang diduga bagus seperti metode proyek maupun inkuiri.
4. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah
dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak
adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang
mula-mula mempunyai sikap ilmiah rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi
dan sebaliknya siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi, prestasi belajarnya
ada yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah
bahwa dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang sikap ilmiah rendah
maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal
sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya
meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan
inkuiri..
5. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar kreativitas terhadap prestasi belajar
siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah
dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak
adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang
mula-mula mempunyai kreativitas rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi
dan sebaliknya siswa yang mempunyai kreativitas tinggi, prestasi belajarnya
156
ada yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah
bahwa dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang kreativitasnya rendah
maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal
sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya
meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan
inkuiri.
6. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar kreativitas dan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran
materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa tidak adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak
ditemukannya siswa yang mula-mula mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah
rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi dan sebaliknya siswa yang
mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah tinggi, prestasi belajarnya ada yang
rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah bahwa
dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang kreativitas dan sikap
ilmiahnya rendah maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran
secara optimal sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil
belajarnya meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek
dan inkuiri.
7. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan
inkuiri) dengan kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa
SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah dan
Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak
157
adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang
mula-mula mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah rendah, prestasi belajarnya
menjadi tinggi dan sebaliknya siswa yang mempunyai kreativitas dan sikap
ilmiah tinggi, prestasi belajarnya ada yang rendah. Faktor lain yang
menyebabkan tidak ada interaksi adalah bahwa dengan metode apapun
sesungguhnya siswa yang kreativitas dan sikap ilmiahnya rendah maka tidak
akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal sehingga tidak
akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya meski diterapkan
dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan inkuiri.
B. Implikasi
Berdasarkan analisis data hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan
yang diperoleh, penelitian ini memberikan implikasi sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Siswa dengan sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi lebih efektif dan
bisa menghasilkan prestasi belajar yang baik jika diajar dengan menggunakan
metode proyek dan inkuiri pada pembelajaran biologi di kelas X.3 dan X.4
SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009 materi Limbah
dan Daur Ulang.
b. Siswa dengan sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mempunyai pengaruh besar
terhadap kemajuan belajar siswa. Berarti dengan memiliki sikap ilmiah dan
158
kreativitas tingggi maka siswa tersebut memiliki kemampuan dan karakter
yang baik dalam mengenali diri sendiri, mengembangkan potensi, berinteraksi
dan bekerjasama dengan orang lain, mengelola emosi, rasa ingin tahu, terbuka,
semangat dan selalu berpikir positif. Dengan karakter yang melekat tersebut
siswa akan lebih mudah dalam memahami dan menguasai konsep ilmu biologi
yang ilmiah.
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sikap ilmiah
dan kreativitas merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka mencapai
peningkatan hasil belajar biologi siswa khususnya dalam pembelajaran biologi
karena:
a. Individu yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mampu
beradaptasi dengan keadaan / situasi pembelajaran apapun, mampu
menghubungkan antara yang dipelajari dengan pemikirannya, menghadapi
materi pelajaran dengan semangat, rasa ingin tahu tinggi, berpikir positif,
obyektif, jujur dan tidak mudah menyerah. Dengan demikian sikap ilmiah dan
kreativitas tinggi dapat meningkatkan dan mendominasi keberhasilan dalam
mencapai prestasi belaajar yang tinggi meskipun dengan berbagai macam
metode pembelajaran yang digunakan.
b. Sikap ilmiah dan kreativitas merupakan siswa merupakan potensi yang
dimiliki oleh siswa sehingga apabila potensi ini mampu dikembangkan oleh
siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa itu sendiri. Guru
harus memahami bahwa setiap siswa memiliki sikap ilmiah dan kreativitas
159
yang berbeda-beda sehingga dalam pembelajaran di kelas maupun di luar
kelas, guru dapat menggunakan berbagai pendekatan atau metode
pembelajaran. Guru tidak boleh berperan sebagai hakim akan tetapi harus
berperan sebagai mediator atau fasilitator yang bertugas untuk menjembatani
atau memberi kemudahan bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang
sebaik-baiknya.
c. Mengingat sikap ilmiah dan kreativitas berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, maka dalam pembelajaran biologi diupayakan agar dapat meningkatkan
sikap ilmiah dan kreativitas siswa. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
dapat dilakukan mulai dari proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara
nyata dan terus-menerus.
d. Konsep-konsep biologi diperoleh melalui pengamatan gejala-gejala alam
sehingga lingkungan sekitar merupakan sumber belajar yang penting bagi
siswa. Pelaksanana pembelajaran melalui metode proyek dan inkuiri
dimaksudkan untuk mendekatkan siswa sebagai subyek belajar dengan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Sehingga siswa merasa bahwa
dalam kehidupan sehari-hari mereka merupakan bagian dari proses
pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini, untuk
perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran biologi, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
160
1. Kepada pendidik / guru
a. Mengingat adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan pada siswa yang
diberi perlakuan metode inkuiri lebih baik daripada metode proyek pada
materi Limbah dan Daur Ulang, maka guru hendaknya menjadikan hasil
penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk menggunakan metode inkuiri
dalam KBM Limbah dan Daur Ulang karena pada karakter materi tersebut
sesuai dengan nilai-nilai inkuiri seperti : melakukan observasi, mencatat data,
menganalisis, membuat laporan hingga presentasi dan diskusi.
b. Agar penerapan pembelajaran inkuiri berhasil dalam KBM Limbah dan Daur
Ulang hendaknya guru : menganalisis kemampuan ilmiah siswa karena
keberhasilan metode ini bergantung dari kebiasaan siswa yang kemampuan
ilmiahnya bagus. Selain itu hendaknya mempersiapkan semua instrumen
pembelajaran yang akan digunakan sehingga pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar.
2. Kepada siswa
a. Setiap siswa perlu meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan masyarakat yang terkait dengan sains biologi.
b. Setiap siswa hendaknya menyadari bahwa hidup di masyarakat dengan segala
keadaan alam (sains) yang dimiliki adalah bagian dari proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
c. Siswa perlu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sains biologi.
Oleh karena itu melalui belajar biologi siswa diajak untuk mengenal,
161
meningkatkan pemahaman IPTEK, melestarikan dan mencintai
lingkungannya.
3. Kepada peneliti
a. Peneliti lain hendaknya meneliti penelitian serupa tetapi pada materi pokok
yang lain serta variabel yang lebih banyak.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi atau acuan
untuk penelitian yang sejenis dengan materi/konsep/standar kompetensi yang
lain dan oleh peneliti lain.
c. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah atau mengganti variabel
bebas kedua dengan variabel lain seperti gaya belajar, kemampuan awal,
minat.
d. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode
proyek dan inkuiri dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi
belajar biologi materi Limbah dan Daur ulang, maka bagi peneliti lain
nantinya disarankan untuk tidak mencari interaksi antar variabel tersebut
karena secara tinjauan teori memang tidak ada interaksinya sehingga pada
tujuan penelitian nantinya tidak akan membuang waktu percuma.
162
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman dan Bintoro.2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema Belajar: Pedoman Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas.
Allam, Claire.2008. Creative activity and its impact on student learning - issues of
implementation. Innovations in Education and Teaching International. 45: 281 – 288.
Arifin, Daeng.1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ari Kunto, Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta Balai Pustaka.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Bell, Thorsten.2009. Collaborative Inquiry Learning: Models, Tools, and
Challenges. International Journal of Science Education. 76:112 Berliner, David, C. & Calfee, Robert.C.1996. Handbook of Educational
Psychology. New York, Simon & Schuster Macmillan. Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. 1990. Selecting Procedures for
Improving the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education.
Brunner, J.1960. The Process of Education. Cambridge: Harvard University Press. Budi Eko Soetjipto.2001. Inquiry as a Method of Implementing Active Learning.
Jurnal Ilmu Pendidikan. 8(3): 84 Budiningsih, Asri, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Penerbit Rineka
Cipta. Budiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press. Burhanudin, Salam. 2002. Pengantar Pedagogik. Jakarta : Rineka Cipta Carin, A.A.1999. Teaching Sciece Through Discovery. Ohio: Bell&Howell.
163
Carin, Arthur A & Robert B. Sund.1975. Teaching Sciece Through Discovery. Columbus: Charless E. Merrill Publising Company, Abell & Howell Company.
Depdiknas. 2004. Modul Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial Buku 3.
Jakarta: Depdiknas ————. 2004. Pedoman Penilaian Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun
2004. Jakarta: Depdiknas ————. 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan IPA. Jakarta:
Depdiknas ————.2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2008. Jakarta:
Depdiknas Erman, S. Ar. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika. Bandung: LPMP
Jawa Barat. Funderstandeing.1998. Behaviorism. www.funderstanding.com. diakses pada
tanggal 22 Desember 2008. Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston,
Little, Brown and Company Garton, Janetta., 2005. Inkuiri-Based Learning. Willard R-II School District,
Technology Integration Academy. Gijselaers, Wim H.1996. Bringing Problem-Based Learning to Higher Education:
Theory and practise. @copyright 2008 Puskaptik, MTI, Usti Team Term and Education.
Haury, L. David.1993. Teaching Science Through Inkuiri. Columbus, OH: ERIC
Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED35904
Hein, G. E. 1996. Constructivist Learning Theory.
http//:www.exploratorium.edu.com. (29 Desember 2008) Huitt, W. 1997. Socioemotional development. Educational Psychology
Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University _________. 2001. Motivation to Learn: An Overview. Educational Psychology
Interactive. Valdosta, Valdosta State University _________.2004. Observational (social) learning: An overview. Educational Psycology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.
164
_________. (2004). Observational (social) learning: An overview. Educational
Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Handoyo, Budi. 2004. Pendidikan IPS SD Terpadu, Berbasis Kurikulum 2004.
Jakarta: Geo Spektrum Press Hamalik, O.2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara _________.2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta:Bumi Aksara Hans Poldoja, Teemu Leinonen. Media Lab, University of Art and Design
Helsinki, Finland; Terje Väljataga, Hypermedia Laboratory, Tampere University of Technology, Finland; Antti Ellonen, Marjo Priha, Uusimaa Regional Environment Centre, Finland
http//:www.depdiknas.go.id/jurnal/34/Paradigma Baru Pendidikan
Bermutu.htm (diakses pada tanggal 10 oktober 2009)
http//: www.scribd.com. Metode-Metode Pembelajaran. diakses pada tanggal 10 Agustus 2009.
http://images.google.co.id/images. Sampah Organik-Anorganik.(diakses pada
tanggal 15 Januari 2010) Ibnu, Suhadi. 2004. Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Praktis Untuk
Perbaikan Pembelajaran. Makalah disajikan dalam lokakarya YSN KPS Balikpapan
Ibrahim.2000. Model Pembelajaran Kooperatif.Surabaya:Unesa Press. Ibrahim dan Nur.2004. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning).Surabaya:Unesa Press. Indra Jati Sidi.2004. Pelayanan Profesional Kegiatan Belajar Mengajar Yang
Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Indrawati.2001.Kognitif. http//:catalog.sunan-ampel.ac.id/ (diakses pada tanggal
29 Desember 208. Kamus Besar Bahasa Indonesa. 1996. Edisi kedua: Pengembangan Bahan Ajar.
Jakarta:Depdiknas.
165
Kuntoro, Shodik A. 1992. Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta : Pusat Pengabdian pada Masyarakat
Leonard, Nancy, H., Beauvais, Laura Lynn., & Scholl Richard, W., 1995. “A Self
Concept-Based Model of Work Motivation”. In The Annual Meeting of the Academy of Management (URL: http://chiron.valdosta.edu/wh…).
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo Munandar, Utami. 1990. Pengembangan Kreativitas Belajar Mengajar.
Surabaya: Usaha Nasional Novak, J.D.1987. Proceding of the Second International Seminar Misconseption
and Educational Strategisin Science and Mathematic. Ithaca, New York: Cornell University.
Nur, Muhammad. 2002. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning). Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Universitas Negeri Surabaya.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam
KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Parnes. 1998. Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius Sagala, Syaiful. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit
Alfabeta. ___________. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit
Alfabeta. Sense, Andrew. 2006. Project learning relationships and situated learning:
defensive deflection and protective veneers. International Journal of Learning and Change 2006-vol.1, No. 3pp. 345-361.
Soetomo.1993.Dasar-dasar Interaksi Belajar. Surabaya:Penerbit Usaha
Nasional. Sudjana, Nana.2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suparno, Paul.2005.Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta : Grasindo
Wilis, Ratna. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung : Erlangga.